PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI TENTANG “PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT)” ( Studi Kasus di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato)
OLEH: ADAM RAJAK NIM : 281 410 127 Gorontalo, 12 Januari 2015
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Dr.H. Rauf A. Hatu.,M.Si
Sainudin Latare S.Pd., M.Si
NIP. 19631216 199112 1 001
NIP.19750810 200212 1 002
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program KAT Di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato
(Suatu Studi di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato) ABSTRAK ADAM RAJAK, NIM 281 410 127. Penanggulangan Kemiskinan Melalui program Komunitas Adat Terpencil” (Studi Kasus Pada Masyarakat Penerima bantuan rumah di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato). Skripsi, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo 2014, di bawah bimbingan bapak Dr. Rauf A. Hatu M.Si selaku pembimbing I dan Sainudin Latare, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah mendapat bantuan rumah di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato saat ini yakni dengan menggunakan teori Kemiskinan dan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (Masyarakat penerima bantuan rumah) ini merupakan wujud usaha pemerintah untuk meringankan beban kebutuhan keluarga, juga membantu masyarakat dalam hal pembangunan rumah yang layak untuk masyarkat yang tidak mempunyai tempat tinggal dan yang tidak layak untuk dihuni). Hal ini telah terwujud, dimana masyarakat penerima bantuan rumah sangat bersyukur pemerintah telah meringankan beban mereka dalam hal pembangunan tempat tinggal yang layak ditempati.
Kata Kunci: Masyarakat, KAT, penerima bantuan rumah.
Adam Rajak. Nim. 281 410 127, Pembimbing I, Dr. H.Rauf A. Hatu., M.Si Dan Pembimbing II, Sainudin Latare., S. Pd., M. Si
ABSTRACT ADAM Rajak, NIM 281 410 127. Poverty Through Remote Indigenous Communities "(A Case Study Community Beneficiaries house in the village of Huta Moputi District of Dengilo Pohuwato). Thesis, Department of Sociology, Faculty of Social Sciences, University of Gorontalo, 2014, under the guidance of Mr. Dr. Rauf A. Hatu M.Si as mentors I and Sainudin Latare, S. Pd, M.Si as mentors II. This study was conducted to determine how people's lives before and after receiving home help in the village of Huta Moputi District of Dengilo Pohuwato this time by using the theory of poverty and this study used a qualitative method with descriptive approach. The research concludes that (beneficiary communities home) is a form of government efforts to ease the burden on the family's needs, it also helps the community in the development of decent housing for the community who do not have a place to stay and are not eligible for occupancy). This has been realized, where the beneficiaries are very grateful to the government house has lighten their burden in terms of the construction of adequate housing is occupied.
Keywords: Public housing assistance recipients.
PENDAHULUAN Kemiskinan
merupakan
permasalahan
utama
yang
harus
dipecahkan.
Penanggulangan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warga negara mampu mengembangkan dan menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, peran seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan. Kemiskinan sebagai masalah global, tidak dapat hanya diselesaikan oleh sepihak pemerintah lewat berbagai kebijaksanaan pembangunan, Tetapi juga harus menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pelaku pembangunan termasuk masyarakat itu sendiri. Menurut hemat penulis Memang ironis bahwa walaupun kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam penglihatan kita, tetapi pemahaman terhadapnya
dan
upaya
mengentaskannya
belum
menunjukkan
hasil
yang
menggembirakan baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak pribadi itu sendiri.
Selain itu Miller berpendapat bahwa “kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar daripada lingkungan keluarga”. Pengertian ini dinamakan kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif diperkirakan dengan memperhatikan masyarakat golongan berpendapatan rendah dari suatu pola pendapatan masyarakat secara keseluruhan”.1 Manusia memiliki berbagai kebutuhan yang memerlukan pemenuhan sesegera mungkin. Salah satu kebutuhan dimaksud, yaitu kebutuhan dasar, dan oleh karena itu kebutuhan dasar ini berkaitan dengan hidup dan kelangsungan hidup (survival) manusia. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak dapat dipenuhi segera, maka akan menimbulkan permasalahan pada manusia, dimana manusia tersebut tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya, atau manusia tersebut tidak sejahtera secara sosial.2 Kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal menjadi problematika universal yang di hadapi oleh hampir seluruh Negara berkembang dewasa ini. Perumahan adalah salah satu masalah penting pemerintah yang melibatkan aspek ekonomi, sosial, dan politik. Pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat menuntut ketersediaan rumah serta sarana dan prasarana lainnya. Sementara di lain pihak, terbatasnya anggaran pemerintah untuk penyediaan perumahan menjadi antitesa usaha tersebut. Idealnya, sebuah rumah yang layak huni merupakan syarat mutlak yang harus di wujudkan oleh setiap keluarga sebagai penghuninya. Namun dalam prakteknya, keterbatasan ekonomi dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang rumah yang layak huni menyebabkan masih banyak rumah kumuh dengan sanitasi yang buruk yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Memiliki rumah layak huni yang berada di lingkungan yang sehat merupakan dambaan semua orang. Mereka menginginkan memiliki rumah untuk tinggal dengan 1
Lihat Miller dalam Usman Kaharu, (2004) Ekonomi Pembangunan, Btm Nurul Jannah; hl.
137 2
Sosiokonsepsia 206 Vol. 17, No. 02 2012
nyaman, terlindung dari sengatan matahari, guyuran air hujan, dan debu. Di rumah itu mereka dapat berkumpul dan menjalin komunikasi dengan keluarga, serta membangun masa depan. Namun, karena keterbatasan ekonomi tidak semua orang, khususnya warga yang berekonomi lemah, mampu memperbaiki rumahnya. Menurut Medgley kebutuhan tempat tinggal (rumah) merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yang sekaligus sebagai unsur di dalam konsep kesejahteraan sosial.3 Komunitas Adat Terpencil (Kat) Berdasarkan buku Proyek dan Sistem Pelayanan Proyek Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (1981), pemerintah memandang indigenous people (masyarakat adat) sebagai suatu masalah sosial. Lihat pernyataannya secara tegas “masyarakat terasing adalah merupakan sebagian dari masalah sosial di Indonesia” (1981). Mereka dianggap sebagai suatu permasalahan sosial karena dengan keterasingan dan keterbelakangannya akan membuat mereka menjadi kelompok masyarakat yang rawan sosial. Paradigma pembangunan yang digunakan adalah pembangunan yg sifatnya top-down, istilah yang dipakai adalah “pembinaan”. Untuk melaksanakan pembinaan itu maka dibuatlah Proyek Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT). Berbeda dengan kebijakan sebelumnya, dalam kebijakan baru ini Depsos sudah mengambil Konvensi ILO 169 tentang indigenous people sebagai bahan acuan, sehingga dengan demikian ada keinginan pemerintah utk mulai menunjukan sikap penghormatan kepada hak-hak azasi manusia. Dan itu diwujudkan dengan mengganti nama “masyarakat terasing” dengan ” komunitas adat terpencil” berdasarkan Keppres 111 tahun 1999 tentang PKSKAT (Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil). Komunitas Adat Terpencil (KAT) itu diartikan sebagai “kelompok orang yang hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang/belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, 3
http://promosinet.com/hiburan/acara-tv/2073-reality-show-renovasi-rumah-tinggal-dan-
budaya-berhuni-masyarakat-kurang-mampu.
ekonomi maupun politik” (Panduan Umum Pengembangan Kesejahteraan Sosial KAT,2001,hlm.4). Dalam peraturan yang baru ini, terlihat pemerintah tidak lagi melihat masyarakat terasing sebagai potensi pembuat atau penyandang masalah sosial, tetapi lebih pada konsep pemberdayaan yang menekankan pada pembangkitkan kesadaran akan kemandirian. Sedangkan sasaran pemberdayaannya sendiri juga berbeda. Kalau pada masa-masa sebelumnya sasaran ditekankan kepada masyarakat terasing yang dianggap sebagai masalah sosial, kini sasaran pemberdayaan KAT tidak hanya diarahkan kepada mereka saja tetapi juga pada masyarakat sekitar lokasi pemukiman KAT. Hartati Soleha, ada 3 tahapan yang dilakukan Kemensos dalam penanggulangan KAT dari kemiskinan yang merupakan rangkaian proses pemberdayaan secara berkesinambungan yaitu, satu, penyediaan rumah dan pemberian jaminan hidup. Kedua, penyediaan sarana sosial dan lanjutan jaminan hidup yaitu penguatan hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun sebelumnya dengan asumsi perlu dimantapkan eksistensinya untuk tetap tinggal menetap di lokasi pemukiman. Dan ketiga, kelanjutan upaya-upaya penguatan hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya pada aspek lingkungan dan manusianya dari pola pemberdayaan tersebut. Penyebab Kemiskinan Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumber daya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan. Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata, tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan (Nugroho dan Dahuri, 2004:167-168; Soegijoko, 1997:137; dan Nasution, 1996: 48-50).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty) yang disebabkan: (1) sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif; (2) keterbatasan sumber daya dan keterisolasian; dan (3) rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan ketidakberdayaan masyarakat, dan kemiskinan sementara (transient poverty) yang disebabkan (1) perubahan siklus ekonomi (socio economic of poverty) dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi; (2) perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan; dan (3) bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan. METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul penelitian yang menyangkut tentang penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT), maka penelitian ini akan mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku individu, kelompok dan keadaan atau kehidupan sosial budaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Selitz (dalam Tan, 1984:42), bahwa penelitian deskriptif mencoba menggambarkan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala-gejala dalam kelompok tertentu, menentukan adanya hubungan tertentu antara satu gejala dengan gejala lainya dalam masyarakat.4 Rusidi (1991:23) menyebutkan penelitian jenis ini bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta dan sifat suatu gejala sosial yang teramati pada suatu daerah tertentu sistemik, factual dan teliti. Pendekatan kualitatif berguna untuk menggambarkan suatu realita dan kondisi sosial dalam masyarakat. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Hutamoputih Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. Adapun alasan di pilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi 4
Selitz (dalam Tan, 1984:42) Muliyana, Deddy. 2001s.d 2006. Metodologi penelitian kualitatif,
Bandung. PT Remaja Posdarkarya.
penelitian karena di Desa Hutamotih adalah salah satu Desa di Kabupaten Pohuwato yang masyarakatnya 100 KK menerima bantuan rumah layak dari melalui penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Dan waktu yang di butuhkan untuk penelitian ini, peneliti menyesuaikan dengan keadaan di lapangan nantinya. Agar peneliti mendapatkkan data yang sesuai dengan yang di harapkan dalam penelitian ini. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer hasil wawancara yang diperoleh dari para informan yang telah ditetapkan serta guna keperluan pengembangan, dalam hal ini informan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 15 informan, di antaranaya adalah pemerintah Desa, masyarakat penerima bantuan, tokoh adat, dan tidak menutup kemungkinan akan diperluas lagi kepada informan lainnya yang terkait dengan permasalahan penelitian ini. Data sekunder tertuju pada data-data kognitif (the cognitive data) yaitu pengetahuan ilmiah yang berupa data monografi desa, data responden, laporan penelitian, keadaan lingkungan dan peta lokasi penelitian, dan dokumen-dokumen resmi lainnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Fokus utama dalam penelitian ini adalah program penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Sebelum masyarakat mendapatkan bantuan sampai masyarakat menerima bantuan tersebut. Sehingganya peneliti mendapatkan hasil dari lapangan sesuai dengan hasil observasi dan wawancara kepada masyarakat dengan analisis kualitatif dengan beberapa pertnyaaan sebagai berikut: Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Bantuan Rumah Melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Komunitas Adat Terpencil (KAT). Pada dasarnya masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perbedaannya adalah, ada suatu masyarakat yang berubah dengan sangat cepat dan ada masyarakat
lain yang berubah dengan sangat lambat. Ekonomi dikenal sebagai suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaanya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumahtangga dan pembisnis/perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha,dan keinginan masing-masing. Dengan kata lain ekonomi merupakan usaha sadar yang mau tidak mau masyarakat tidak lepas dengan yang namanya ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian tentang pola Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat yang menerima bantuan rumah dari program KAT di desa Huta Moputi Sebelum mendapat bantuan rumah, maka didapatkan hasil penelitian berupa keadaan kehidupan yang meliputi. Kondisi Sosial, Keadaan Ekonomi, Keadaan pendidikan, yang dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. Kehidupan masyarakat sebelum mendapat rumah bantuan dari penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Secara ekonomis, komunitas Adat Terpencil di Desa Huta Moputi masih terbatas dalam memenuhi kebutuhan sosial dasar, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal dan kesehatan. Hal ini berdasarkan temuan penelitian, dimana dilihat dari frekuensi dan menu makanan yang dikonsumsi, dan kondisi rumah tinggal, sebelum mendapat bantuan rumah belum mencerminkan kondisi yang layak. Kemudian terkait dengan permsalahan kesehatan, pada umumnya mereka belum membuang kotoran di WC. Mandi, cuci dan kakus (MCK) dilaksanakan di sungai. Kondisi ini menggambarkan, bahwa komunitas Adat Terpencil di Desa Huta Moputi masih relatif rendah dalam hal kebutuhan ekonomi maupun kesadarannya akan kesehatan keluarga dan lingkungannya. Hal ini terlihat dari keadaan rumah komunitas adat terpencil sebelum menerima bantuan rumah seperti gambar berikut. Kondisi rumah Bapak Idris sebelum mendapat rumah dari penanggulangan kemiskinan melalui program Komunitas Adat Terpencil (KAT).
Terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok ini, penelitian ini mencoba mencermati aspek teknologi, interaksi sosial dan nilai-nilai. Khusus untuk peralatan memasak, Komunitas adat Terpencil di Desa Huta Moputi untuk alat keperluan memasak masih sangat sederhana. Dengan demikian, untuk keperluan memasak, mereka sudah mengkombinasikan antara bahan bakar minyak tanah dan kayu bakar. Seperti pada gambar berikut. Selain itu masyarakat Komunitas Adat Terpencil dalam memenuhi kebutuhannya mereka bekerja sebagai petani sawah, kebun. Dalam bekerja mereka menggunakan alat pekerjaan yang tradisional untuk bekerja. Masyarakat memperlihatkan adanya ketergantungan pada sumber daya alam lokal. Ketergantungan terhadap sumber daya alam ini teramati dari jenis mata pencaharian penduduk di sektor pertanian. Hal tersebut yang bisa digunakan oleh Komunitas Adat Terpencil untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.5 Dalam upaya memenuhi kebutuhan pokok tersebut, pada umumnya mereka mengembangkan komunikasi dan interaksi sosial dengan komunitas dari luar atau etnis lain. Bentuk komunikasi dan interaksi sosial tersebut, dalam bentuk jual beli, atau bekerja pada etnis lain. Mereka sudah mulai menerima pengetahuan baru tentang kesehatan, pertanian dan keterampilan ekonomis dari instansi pemerintah terkait. Dengan demikian, mereka relatif sudah terbuka terhadap budaya orang luar. Hal ini, memungkinkan mereka untuk mengalami proses belajar sosial mengenai budaya dan pengetahuan baru dari komunitas luar. Keterbukaan terhadap budaya luar ini, merupakan kondisi yang dapat mendukung upaya perubahan pada komunitas.
5
Bekerja dengan menggunakan alat tradisional seperti, parang, skop, pacul.
Kehidupan masyarakat sesudah mendapat rumah bantuan dari penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mengambil peran dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan. Sehingga dalam penanggulangan kemiskinan melalui profram komunitas adat terpencil tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat khususnya mereka komunitas adat terpencil dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat serta sarana dan prasarana. Fungsi Sosial Rumah Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga. Dengan terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar berupa rumah yag layak di tempati, diharapkan tercapai ketahanan keluarga. Kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal menjadi problematika universal yang di hadapi oleh hampir seluruh Negara berkembang dewasa ini. Perumahan adalah salah satu masalah penting pemerintah yang melibatkan aspek ekonomi, sosial, dan politik. Pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat menuntut ketersediaan rumah serta sarana dan prasarana lainnya. Sementara di lain pihak, terbatasnya anggaran pemerintah untuk penyediaan perumahan menjadi antitesa usaha tersebut. Idealnya, sebuah rumah yang layak huni merupakan syarat mutlak yang harus di wujudkan oleh setiap keluarga sebagai penghuninya. Namun dalam prakteknya, keterbatasan ekonomi dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang rumah yang
layak huni menyebabkan masih banyak rumah kumuh dengan sanitasi yang buruk yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato pengadaan bantuan rumah dari kementrian sosial dari penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT) sudah membantu masyarakat untuk bisa menggunakan rumah mereka sebagai fungsi sosial rumah. Pola kehidupan Masyarakat (penerima bantuan rumah ) di Desa Huta Moputi Berbicara mengenai pola hidup masyarakat dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk masyarakat di suatu desa diduduki oleh kaum petani yang merupakan pencaharian utama mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta sebagian untuk kepentingan sosial. Selain itu juga di ketahui pula bahwa biasanya dalam suatu desa pola hidup mereka selain dari petani, perkebunan dan sebagian sebagai tukang kayu. Menurut W.W Rostow dalam masyarakat tradisional sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan oleh struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah. Pada masyarakat tradisional ilmu pengetahuan belum begitu banyak dikuasai ,karena masyarakat pada saat itu, masih mempercayai kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan diluar kekuasaan menusia atau hal gaib .6 Dari uraian di atas, dapat dikategorikan bahwa pola hidup masyarkat di suatu desa untuk mencari nafkah yaitu sebagai petani. Dan hal ini merupakan standar bahwa pola hidup dalam masyarakat untuk mencari nafkah beraneka ragam. Hal demikian yang mendominasi pola hidup masyarakat penerima bantuan rumah layak di Desa Huta moputih kec. Dengilo kab. Pohuwato.
6
http://sosiologimarxis.wordpress.com/2013/05/11/tahap-tahap-pertumbuhan-ekonomi-menurut-rostow/.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Program penanggulangan kemiskinan melalui program Komunitas Adat Terpencil (KAT) ini tepat hanya diberikan kepada masyarakat yang benarbenar kurang mampu dalam tataran ekonomi. 2. Masyarakat yang mendapat bantuan rumah dari program penaggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil benar-benar tidak mampu membiayai pembangunan rumah. 3. Pola kehidupan masyarakat penerima bantuan rumah di Desa Huta Moputi sebelum dan setelah mendapat rumah bantuan rumah sudah mengalami perubahan. Tujuan pemerintah dalam hal pemberian bantuan rumah tersebut, mengetahui sejauh mana program ini dilaksanakan dan benar-benar dapat membantu meringankan kesulitan keluarga miskin untuk memiliki rumah yang layak untuk di huni. Hal tersebut terlihat dari tujuan target yang akan dicapai dari program ini adalah: a) Bagaimana peningkatan perekonomian masyarakat b) Mempercepat sara prasarana c) Akses sosial dasar d) Sumber koperasi ekonomi Program bantuan rumah untuk masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Sangat berguna bagi masyarakat terutama khusus masyarakat yang tidak mampu membangun rumah yang layak di tempati seperti mereka Komunitas Adat Terpencil (KAT). Pola kehidupan masyarakat penerima bantuan sebelum dan sesudah mendapat bantuan mereka tetap sebagai buruh tani dengan kehidupan pas-pasan setiap harinya. Hal tersebut terlihat dari sumber daya manusi yang tidak mendukung terumata dalam
bidang pendidikan dikarekan mereka rata-rata hanya lulusan sekolah dasar dan ada sebagian yang tidak pernah bersekolah. Kemudian dalam program penanggulangan kemiskinan melalui program Komunitas Adat Terpencil terdapat pengadaan rumah dan peralatan pekerjaan. Sehingga pada saat peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat atau Komunitas Adat terpencil yang mendapat bantuan rumah mereka sudah senang dan sangat berguna bagi mereka mendapat rumah teutama mereka yang tidak mampu membangun rumah yang layak di tempati sendiri tetapi pola kehidupan mereka tetap sebagai buruh tani. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah hendaknya memperhatikan dan memberikan bimbingan bagi masyarakat penerima bantuan rumah untuk dapat
mengembangkan
pertumbuhan
perekonomian masyarakat. 2. Bagi Peneliti lain Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan sehingga mampu mengembangkan hasil dengan lebih baik, sehingga dapat lebih menyempurnakan hasil penelitan ini.
DAFTAR PUSTAKA Black, James A dan Dan J. champion. (1992) , Metode Dan masalah Penelitian Sosial, PT Refika. Horton, Paul B dan Chester L. Hunt, (1996) Sosiologi. Pt Erlangga. Kaharu, Usman, (2004) Ekonomi Pembangunan. PT Btm Nurul Jannah. Maleong, LJ, (2008), Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Muliyana,
Deddy, (2001s.d 2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung. PT
Remaja Posdarkarya. Nasution, Lutfi I. (ed). 1996. Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia70 Tahun Prof. Sajogyo. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. Jurnal Andika Putra, Iplementasi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). 2009. Setiyoko,
Gesang
Dwi,
pengelolaan
keuangan
daerah
terhadap
progam
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten ponorogo berdasarkan peraturan presiden no. 15 tahun 2010, Ponorogo. Internet http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/09/teori-kemiskinan.html HYPERLINK "http://rri.co.id/index.php/berita/54116/Kemensos-Tetapkan-KomunitasAdat-Terpencil-" http://sosiologimarxis.wordpress.com/2013/05/11/tahap-tahap-pertumbuhan
ekonomi-
menurut-rostow/. http://etnobudaya.net/2009/01/09/paradigma-pemerintah-dari-masyarakat-terasing-kekomunitas-adat-terpencil/ http://lizenhs.wordpress.com/2013/02/04/rumah-yang-layak-sehat-dan-hemat-energiapa-ituuuu/.