PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (Studi Kasus di Desa Simerpara, Kecamatan Salak, Kabupaten Pak-Pak Bharat, Propinsi Sumatera Utara)
PENGALAMEN SURBAKTI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR Dengan ini saya menyatakan Tugas Akhir berjudul Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil: Kasus di Desa Simerpara, Kecamatan Salak, Kabupaten Pak-Pak Bharat, Propinsi Sumatera Utara adalah karya saya sendiri dan belum disajikan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir kajian ini.
Bogor,
Nopember 2005
Pengalamen Surbakti A 154040245
ABSTRAK PENGALAMEN SURBAKTI Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (Studi Kasus di Desa Simerpara, Kecamatan Salak, Kabupaten Pak-Pak Bharat, Propinsi Sumatera Utara) dibimbing oleh IVANOVICH AGUSTA (ketua komisi) IRAWAN SOEHARTONO (anggota komisi). Kemiskinan rumahtangga pada komunitas adat terpencil (KAT) di Desa Simerpara berdampak pada ketidakberdayaan masyarakat untuk mengakses basis kekuatan sosial. Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT) diwujudkan melalui pembangunan sarana jalan, sekolah, pemukiman, pelatihan dan bantuan ekonomi produktif. Pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan KAT dalam aspek jasmani, rohani, dan sosial. Namun disadari bahwa terbatasnya sarana dan prasarana, sumber daya manusia membuat upaya tersebut menjadi kurang optimal. Program PKAT memberi gambaran bagaimana upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan rumahtangga miskin serta kendala yang mereka hadapi. Masalah kajian adalah sejauhmana rumahtangga-rumahtangga memberdayakan diri melalui PKAT. Sejauhmana fasilitas PKAT mendukung kesejahteraan rumahtangga di Desa Simerpara. Tujuan kajian untuk memahami pola kerja PKAT terhadap rumahtangga di KAT. Melakukan evaluasi program pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan di KAT. Merumuskan program untuk penanggulangan kemiskinan. Pengumpulan data dilakukan secara partisipatif melalui wawancara, diskusi kelompok terfokus, pengamatan berperan serta (FGD) dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Sumber data adalah warga penerima bantuan dan pelaksana program. Hasil kajian menunjukkan bahwa kemiskinan rumahtangga disebabkan faktor keterbatasan rumahtangga dalam menjangkau pelayanan sosial. Kegiatan PKAT ditujukan untuk untuk penanggulangan kemiskinan. Bantuan coklat dikembangkan dua rumahtangga sebanyak 650 batang, 10 rumahtangga mengembangkan pe meliharaan ternak ayam, warga pemukiman membuka lahan 10 ha di Penggegen, keluarga membayar iuran sekolah untuk biaya operasional kegiatan belajar dan masyarakat memanfaatkan balai sosial untuk tempat musyawarah dan kegiatan acara adat. Berdasarkan analisis Friedmann, kemampuan rumahtangga dalam mengakses bantuan program PKAT, Beberapa bantuan program belum dapat meningkatkan kesejahteraan rumahtangga karena bantuan bibit coklat butuh waktu 3 tahun untuk dapat dipanen, alat ketrampilan tidak dapat dioperasikan, percontohan ternak kambing, bebek dan ikan tidak dapat berkembang karena terkena penyakit dan serangan binatang liar, bantuan pupuk tidak dapat meningkatkan hasil pertanian. Bantuan pemukiman, rehabilitasi rumah, balai sosial memberikan rasa aman dan perlindungan bagi keluarga. Percontohan ternak ayam, jaminan hidup, pembangunan jalan dan sekolah dasar mendukung kesejahteraan rumahtangga dan meningkatkan sumber daya manusia. Program PKAT di Desa Simerpara masih bersifat sentralistik dengan gaya top down, bantuan ekonomi produktif belum memenuhi substansi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kegiatan diskusi kelompok terfokus (FGD) Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dilaksanakan bersama warga di Desa Simerpara dapat disusun Rencana Kegiatan Program Peningkatan Ekonomi , Kesehatan, dan Sumber Daya Manusia KAT .
© Hak cipta milik Pengalamen Surbakti, tahun 2005 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa seizin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, foto copy, mikrofilm dan sebagainya.
PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (Studi Kasus di Desa Simerpara, Kecamatan Salak, Kabupaten Pak-Pak Bharat, Propinsi Sumatera Utara)
PENGALAMEN SURBAKTI
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005
Judul Tugas Akhir
:
PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (Studi Kasus di Desa Simerpara, Kecamatan Salak, Kabupaten Pak-Pak Bharat, Propinsi Sumatera Utara)
Nama
:
Pengalamen Surbakti
NIM
:
A 154040245
Disetujui Komisi Pembimbing
Ir. Ivanovich Agusta, M.Si Ketua
Dr. Irawan Soehartono Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, M.Si
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Tanggal Ujian 28 Oktober 2005
Tanggal Lulus
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Berastagi pada tanggal 29 September 1972, anak ke 8 dari 10 bersaudara dari pasangan Ndatas Surbakti dan Nggulung Ginting (almarhum). Penulis menyelesaikan pendidikan SD Negeri 1 tahun 1985 di Berastagi. Tahun 1988 penulis lulus SMP Negeri 2 di Berastagi. Tahun 1991 penulis lulus SMA Negeri 1 di Berastagi. Pada tahun 199 2, penulis diterima di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung dan menamatkannya pada tahun 1997. Pada tahun1998 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Departemen Sosial RI dan ditempatkan di Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Timor Timur. Pada tahun 1999 penulis dimutasi ke Balai Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Sosial (BPLTS) di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2000 penulis dimutasi ke Panti Sosial Pamardi Putra (Insyaf) di Medan, Sumatera Utara sampai saat ini.
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga Kajian Pengembangan Masyarakat ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam Kajian Pengembangan Masyarakat ialah Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (Studi Kasus di Desa Simerpara, Kecamatan Salak, Kabupaten PakPak Bharat, Propinsi Sumatera Utara). Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Ivanovich Agusta, MS dan Dr. Irawan Soehartono selaku pembimbing serta Ibu Dra. Winati Wigna, MDS selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Chusnan Jusup selaku Kepala Balatbangsos Departemen Sosial R.I yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menempuh studi pada sekolah pascasarjana. Hal senada juga disampaikan kepada Bapak Dr. Juara P Lubis selaku ketua program Studi Pengembangan Masyarakat, Bapak Dr. Marjuki selaku ketua STKS dan BapakIbu Dosen Program Studi Pengembangan Masyarakat IPB dan STKS Bandung yang telah membekali ilmu-ilmu pengembangan masyarakat. Di samping itu, penghargan penulis sampaikan kepada Bapak Saiful Safri, dan Heza Tullo yang telah membantu selama pengumpulan data dan keluarga yang telah memberikan dorongan, doa, semangat dan pengertian selama menempuh pendidikan ini hingga selesai. Semua pihak yang banyak membantu penulis hingga dapat diselesaikannya kajian ini. Semoga Kajian Pengembangan Masyarakat ini bermanfaat. Bogor, Nopember 2005 Pengalamen Surbakti
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ….…………………….…………………………………….. xi DAFTAR GAMBAR ……………………………………….……….................. xii DAFTAR LAMPIRAN ….............………………..……………………........... xiii PENDAHULUAN Latar Belakang
……………………………………............................ 1
Rumusan Masalah ….......………………..……………………..... ....... 4 Tujuan dan Kegunaan Kajian …...……………………………………… 4 TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Alternatif ............………………………………...……… 5 Kemiskinan .................................................................…..…………… 6 Pemberdayaan ......................................…..…………………………… 8 Komunitas Adat Terpencil ................................…..……………………11 Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ..................... … 13 METODOLOGI KAJIAN Kerangka Kajian …..........…………………...………………….. ......... 16 Lokasi dan Waktu Kajian ............................................……………… 18 Metode Penelitian …………………………….......…………………….. 19 Teknik Pengumpulan Data …………......….………………….. 19 Teknik Analisa Data ……………………....…………………….. 23 Teknik Penyusunan Program ………...….…………………….. 24 PETA SOSIAL DESA SIMERPARA Lokasi ………...……………………………………………….………..… 26 Kependudukan …………..………………………….………………….. 28 Sistem Ekonomi ……………………..…………………………….…….. 30 Struktur Komunitas …………………………………..…………………. 32 Organisasi dan Kelembagaan …….................…………………………34 Sumberdaya Lokal …...........................……………………………….. 36 Gambaran Kemiskinan ......................………....………………………. 37 PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL Deskripsi Kegiatan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ...............................………………..……… 39 Pengembangan Ekonomi Masyarakat …......................…………….. 40
Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial …..……………... 42 Kebijakan dan Perencanaan Sosial ....……………………………….. 43 MAKNA PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL BAGI RUMAHTANGGA Pembangunan Gedung Sekolah Dasar .………………….....……….. 45 Bantuan Bibit Coklat dan Pupuk ………………………….......……….. 46 Bantuan Perumahan dan Rehabilitasi Pemukiman ..…………....….. 50 Pembangunan Balai Sosial ………………………………….…….….. 55 Bantuan Jaminan Hidup ..... ……………………………….......………..56 Bantuan Ternak Ayam dan Bebek .......…………………........……….. 57 Bantuan Ternak Kambing .. ………………………………........………..58 Bantuan Ketrampilan Bambu dan Rotan …………………...….…….. 59 Bantuan Ternak Ikan Mas... ……………………………….......……….. 61 Pembangunan Sarana Jalan …………………………..........……….. 62 PROGRAM PE NGEMBANGAN MASYARAKAT Penyusunan Rencana Pr ogram ………………………………........... 66 Latar Belakang ……………………………………….…………........... 66 Tujuan ............................................................................................... 67 Sasaran ............................................................................................. 67 Kegiatan Perancangan Program ………………...……………........... 67 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Ekonomi Komunitas Adat Terpencil ….............................................................................. 71 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Kesehatan Komunitas Adat Terpencil …............................................................................... 72 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Komunitas Adat Terpencil …............................................................. 73 Monitoring dan Evaluasi ….…………...………………………........... 74 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan
……………….…………...………………………........... 79
Rekomendasi ……………..…………...………………………........... 82 DAFTAR PUSTAKA
…......…………………………………………........... 84
LAMPIRAN ………….…………......................………………………........... 86
DAFTAR TABEL Halaman 1
Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Desa Simerpara Tahun 2004-2005 ..............................................… 19
2 Pengumpulan Data di Desa Simerpara Tahun 2005 ..........................
20
3 Jumlah Penduduk Desa Simerpara Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2004 ...................................................................… 29 4
Analisis Masalah, Kebutuhan dan Potensi Komunitas Adat Terpencil di Desa Simerpara Tahun 2005 .......................................…. 68
5
Analisis Masalah FGD dan PRA di Komunitas Adat Terpencil di Desa Simerpara Tahun 2005 .........……........................ 69
6 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Ekonomi Komunitas Adat Terpencil …............... ………...........................….…. 76 7 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Kesehatan Komunitas Adat Terpencil …… ….............................…..….........…... 77 8 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Komunitas Terpencil …....................................……..........…. 78
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Model Pemberdayaan Menurut Friedmann (1992) .….………….…........ 9 2 Kerangka Kajian Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil ..…….....… 17 3 Piramida Penduduk Desa Simerpara Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2004 ..........……………………………………… 29 4 Identifiksi Masalah FGD dan PRA di Komunitas Adat Terpencil ............ 70
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Peta Sosial Desa Simerpara ……........................................................ 86
2
Pedoman Untuk Pengamatan Berperan Serta ……........................ ..... 87
3
Langkah-Langkah Penerapan Fokus Group Discussion (FGD) ......... 88
4
Undangan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) .................................... 89
5
Pedoman Pelaksanaan Fokus Group Discussion (FGD) …................ 90
6
Daftar Hadir Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dan Participatory Rural Apraisal (PRA) ...................................... ............... 93
7
Pedoman Wawancara Untuk Responden ……....................... .............. 94
8
Pedoman Wawancara Untuk Informan ……............................ ............. 98
9
Nama-nama Informan dan Responden di Desa Simerpara ..... ........... 101
10 Daftar Hadir FGD Desa Simerpara …….................................... ........ . 102 11 Pelaksanaan Kegiatan FGD di Desa Simerpara ……......................... 104 12 Analisis Kemampuan Rumahtangga Mengakses Program PKAT di Desa Simerpara Berdasarkan Kerangka Pemikiran Friemann Tahun 2005 ……................................................................................. 110 13 Dokumentasi Kajian Lapangan di Desa Simerpara …….. .................. 113
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak zaman sebelum kemerdekaan, Indonesia sudah dihadapkan pada persoalan kemiskinan, dan sekarang dimana usia kemerdekaan 60 tahun, kemiskinan masih menduduki prioritas utama dalam proses pembangunan. Persoalan tersebut berpengaruh kepada semua aspek kehidupan. Sebutan lingkaran setan untuk persoalan kemiskinan telah mengisyaratkan bahwa persoalan kemiskinan sangatlah kompleks. Kemiskinan bisa disebabkan karena kekurangan dan keterbatasan ekonomi atau karena ada eksploitasi dan marginalisasi,
tetapi
masyarakat
miskin
ini
juga
bisa
muncul
karena
ketidakberdayaan seluruh aspek kehidupannya, baik ekonomi, sosial, politik, dan intelektual (Jamasy, 2004). Dalam seminar ”Peta Penduduk Miskin di Indonesia” di Jakarta, 23 Desember 2004, Ketua Tim Pemetaan Kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS), D. Walujadi mengatakan jumlah penduduk miskin mencapai 42,8 juta jiwa atau 20% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2004 yang sebanyak 214 juta jiwa, jumlahnya akan kian membengkak menjadi 37%. Padahal, tahun 2003 penduduk miskin di Indonesia berjumlah 37,3 juta jiwa. Prediksi membengkaknya jumlah penduduk miskin tahun 2005 mudah kita pahami karena ketidakpastian ekonomi, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan membuat masyarakat yang berada dalam kelompok tersebut terpuruk dalam kategori miskin absolut, yakni kelompok masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Indikator yang dipergunakan dalam kriteria miskin tersebut adalah konsumsi berupa makanan, yakni kurang dari 2.100 kalori per hari, dan non makanan. Jika kriteria Bank Dunia yang dipakai, yakni pendapatan di bawah 2 US$ per hari atau Rp 540.000 /bulan maka penduduk miskin pada tahun 2005 akan meningkat (Martaja, 2005). Presiden R.I Susilo Bambang Yudoyono dalam sambutannya pada ”Pertemuan Regional Tingkat Menteri Soal Millenium Development Goals (MGDs)” di Jakarta mengatakan bahwa abad 21 menghadapkan dunia pada berbagai ancaman. Tidak saja berupa potensi perang dan konflik, tetapi juga ancaman akibat kemiskinan, penyakit menular yang mematikan, dan degradasi lingkungan. Penduduk dunia sebanyak 40,1 menderita Acquired Immuno Deficiency Sindrome ( AIDS) dan sekitar 30 juta penduduk kecanduan narkoba.
2
Jutaan penduduk kekurangan akses untuk mendapatkan air sehat dan mendapatkan akses pendidikan. Sekitar 700 juta warga hidup dengan biaya kurang dari 1 dollar AS perhari. Asia Pasifik sebagian rakyatnya hidup miskin.
maju secara ekonomi, tetapi
1
Di negara miskin setengah dari penduduk desa tidak dapat berpartisipasi dalam
pe mbangunan,
tidak
mempunyai
pendidikan;
rendahnya
tingkat
kesejahteraan dan sumber daya manusia; tempat tinggal yang tidak layak huni, sumber daya alam yang terbatas dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan (Friedmann, 1992). Kondisi mereka ditandai dengan malnutrition, rentan terhadap penyakit. Jumlah penghasilan dari kelompok ini hanya cukup untuk makan, tidak mengherankan apabila perkembangan fisik dan mental mereka (termasuk anak-anaknya) kurang cerdas. Kondisi demikian menyebabkan sempitnya pola pemikiran (Usman, 2004). Fenomena kemiskinan, bukan hanya terbatas kepada kurangnya keuangan untuk modal kerja atau untuk modal usaha, melainkan melebar pada kurangnya kreativitas, kurangnya inovasi, kurangnya kesempatan untuk bersosialisasi dengan berbagai pot ensi dan sumber daya yang ada, atau secara khusus persoalan itu telah melingkar di antara lemahnya mengembangkan potensi diri dan tertutupnya potensi diri untuk berkembang di masyarakat (Jamasy , 2004). Oleh karena itu kegiatan pembangunan diarahkan untuk mengubah, meningkatkan dan memperbaiki kehidupan masyarakat dari segi budaya, ekonomi, sosial, politik, maupun agama (Supriatna, 1997). Pembangunan pedesaan juga tidak hanya mencakup implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya dengan spektrum kegiatan bantuan dan pelayanan sosial yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural. Oleh karena itu ruang lingkup pembangunan pedesaan sebenarnya sangat luas seperti pembangunan sumber daya manusia, pembangunan sarana jalan dan sekolah, peningkatan pendapatan masyarakat dan sebagainya. Salah satu alternatif pembangunan desa dapat dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan (Usman, 2004)
1
Kompas, Kamis 04 Agustus 2005
3
Berbagai
upaya
dilakukan
pemerintah
untuk
penanggulangan
kemiskinan, walaupun kegiatannya tidak memakai istilah kemiskinan seperti anti kemiskinan, penanggulangan kemiskinan, pemberantasan kemiskinan dan sebagainya. Bermacam strategi penanggulangan kemiskinan seperti; Inpres Desa Tertinggal (IDT), Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Asistensi Keluarga Fakir Miskin, Penguatan Ekonomi Mikro (YIS) dan sebagainya (Suharto, 2003) Berawal dari ditemukannya data kemiskinan di Kabupaten Pak-Pak Bharat sebesar 36.271 jiwa (12,035%) 3318 jiwa diantaranya masyarakat miskin. Dari jumlah di atas (4%) 487 jiwa diantaranya berada di Desa Simerpara. Desa Simerpara merupakan desa pedalaman yang berlokasi di lembah dari dua pegunungan Pinantar dan Simenoto dengan ketinggian 700-1500m dpl. Penduduknya mayoritas suku Suak Sim-Sim dengan falsafah Suang Silima yang memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat (Simatupang, 2003). 2 Desa Simerpara termasuk dalam kategori Komunitas Adat Terpencil (KAT) ditinjau dari terbatasnya sarana perhubungan, komunikasi, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial masih belum terjangkau. Menurut Departemen Sosial
solusi
untuk
penanggulangan
kemiskinan
ditawarkan
program
pemerintah
meliputi
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT). Program
(PKAT)
merupakan
komitmen
pembangunan sarana jalan, sekolah, pemukiman, dan pengembangan sumber daya manusia dalam mempercepat proses pembangunan pada mereka yang masih belum tersentuh proses pembangunan. Umumnya mereka berada pada daerah-daerah yang sulit dijangkau dimana jalan menuju desa hanya dapat ditempuh dengan kenderaan roda dua dan berjalan kaki (Departemen Sosial). Secara nasional KAT tidak kurang dari 293.370 KK atau 1,3 juta jiwa, sedangkan yang dibina Departemen Sosial ada 11.000 KK se-Indonesia. Realisasi pemberdayaan sampai dengan tahun 2002 adalah sebagai berikut: sudah mendapat program PKAT sebanyak 53.282 KK, sedang mendapat program PKAT sebanyak 4.610 KK dan belum mendapat program PKAT sebanyak 233.850 KK, (Departemen Sosial) Penyelenggaraan program PKAT di Desa Simerpara dilaksanakan melalui Seksi Kestiakawanan Sosial Dinas Sosial, Propinsi Sumatera Utara. 2
Sulang silima ( bahasa Pak-Pak) lembaga adat yang terdiri dari beberapa marga
4
Masa program dilaksanakan selama tiga tahun dari tahun 2003 sampai 2005. Program PKAT telah berlangsung selama dua tahun. Pada tahun 2005 program PKAT pada tahap perbaikan jalan meter dan pembibitan coklat. Program PKAT diarahkan pada upaya pengembangan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar dan layak seperti terpenuhinya kebutuhan sehari-hari, sehingga mampu menanggapi berbagai perubahan dalam hidup bermasyarakat. Keterbatasan sarana jalan, alat transportasi, belum adanya sekolah dasar, posyandu, sistem penerangan, ladang berpindah dan sanitasi lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Simerpara menarik perhatian penulis untuk mengkaji dan merumuskan program pemberdayaan masyarakat. Sehubungan dengan itu, kajian pengembangan masyarakat di fokuskan pada penanggulangan kemiskinan berorientasi pemberdayaan melalui program PKAT.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, sehubungan dengan upaya PKAT, maka kajian ini akan membahas permasalahan yang diuraikan sebagai berikut : 1. Sejauhmana
rumahtangga-rumahtangga
memberdayakan
diri
melalui
program PKAT ? 2. Sejauhmana
fasilitas
program
PKAT
mendukung
kesejahteraan
rumahtangga di Desa Simerpara?
Tujuan dan Kegunaan Kajian Dalam menyusun program pemberdayaan tersebut, secara khusus kajian ini bertujuan: 1. Memahami pola kerja program PKAT terhadap rumahtangga di Desa Simerpara. 2. Melakukan evaluasi program PKAT yang telah dilaksanakan di Desa Simerpara. 3. Merumuskan program pemberdayaan masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan di Desa Simerpara. Kegunaan kajian, pertama, sebagai bahan masukan dalam penyusunan program PKAT bagi Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara. Kedua, dapat menjadi
masukan
bagi
Pemerintah
Kabupaten
Pak-Pak
Bharat
dalam
5
pelaksanaan kegiatan pemberdayan KAT. Ketiga, sebagai bahan rujukan dan acuan penelitian dalam bidang PKAT bagi peneliti di masa depan.
TINJAUAN PUSTAKA Pembangunan Alternatif Pembangunan alternatif diperlukan karena kegagalan pendekatan pembangunan yang berporos pada pertumbuhan ekonomi yang sentralistis dan bersifat top-down telah menumbuhkan kesadaran sekaligus tekad para pegiat pembangunan di Indonesia untuk memasukkan dimensi pemberdayaan ke dalam strategi pembangunan nasional khususnya program-program penanggulangan kemiskinan. Masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan, yang tadinya tidak dilibatkan dan bahkan diasingkan dari proses pembangunan, kini dipandang sebagai aktor sentral yang memiliki potensi dan kemampuan dalam mengembangkan kualitas hidupnya. Mereka diberdayakan agar memiliki kapasitas dalam mengorganisir dan mengambil keputusan, merespon berbagai permasalahan, serta memenuhi hidupnya secara mandiri dan berkelanjutan. Pembangunan alternatif memprioritaskan kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, tempat berlindung dan bertumbuh. Pembangunan alternatif selaras dengan pembangunan people-centered yang memerlukan selfreliance melalui partisipasi. Sasaran pembangunan alternatif untuk membuat bentuk pertahanan diri dan perjuangan politik sebagai manusia dan warga negara, sehingga masyarakat dapat merealisasikan kekuatan dan kreativitasnya. Friedmann, (1992) merumuskan prinsip-prinsip Alternative Development, yaitu: 1. Memberikan kesempatan kepada yang miskin untuk memperoleh kekuatan dan kontrol untuk menentukan hidup mereka berdasarkan sumber daya alam dan sumber daya manusia agar dapat bertahan di lingkungannya 2. Memperkuat kapasitas mereka untuk mencapai pembangunan, sebagai upaya pemberdayakan diri dan menentukan keinginan sendiri 3. Menolak isu bahwa kemiskinan merupakan bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat 4. Memberikan perhatian khusus kepada penduduk asli untuk mengembangkan usaha sebagai bentuk pemberdayaan diri. 5. Menolak bantuan pembangunan dari negara donor yang sifatnya mengikat 6. Menerima kerjasama pihak swasta dengan masyarakat miskin dan memberi kesempatan untuk merubah diri mereka
6
7. Menerima perempuan sebagai mitra dalam kegiatan pembangunan dan menolak pembangunan yang tidak mengikutsertakan perempuan. Prinsip pembangunan alternatif memfokuskan pada pembangunan indigenous sebagai sarana perubahan penting dan persamaan peran perempuan di masa yang akan datang. Karakteristik pembangunan alternatif merujuk pada, pemberian ruang kehidupan pada yang miskin dalam mengelola sumber daya alam, self-empowerment kolektif, menghormati identitas budaya, partisipasi demokratis orang miskin Pembangunan
alternatif
dalam
semua
tahap
kegiatan
menunjuk pada kebutuhan
pembangunan.
masyarakat
miskin.
Kemiskinan menyebabkan masyarakat tidak mempunyai kemampuan, terisolasi, peka, dan tidak berdaya. Oleh karena itu, mereka diberi kesempatan untuk mendapatkan sumber daya, perhatian dan diberdayakan terhadap sumber daya umum (Friedmann 1992). Sejalan dengan konsep dan prinsip pembangunan alternatif yang memprioritaskan kebutuhan dasar manusia, pembangunan indigenous dan pemberdayan keluarga miskin. Substansi pembangunan alternatif terwujud dalam program PKAT yang memberdayakan masyarakat yang terisolir dengan memanfaatkan potensi dirinya dan sumber daya alam melalui bantuan pemukiman, jami nan hidup, ekonomi produktif dan peningkatan sumber daya manusia yang dilaksanakan di Desa Simerpara.
Kemiskinan Pendekatan
kebutuhan
dasar
merupakan
suatu
acuan
dalam
pembangunan alternatif. Friedmann, (1992) mendefinisikan kebutuhan dasar manusia yang meliputi: 1. Terpenuhinya kebutuhan minimum rumahtangga bagi konsumsi pribadi seperti, makan, minum dan perumahan. 2. Tersedianya pelayanan dasar untuk konsumsi bersama/kolektif dalam komunitas seperti; (air, bersih, sanitasi, penerangan, transportasi, fasilitas kesehatan, dan fasilitas pendidikan). 3. Kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan diri mereka sendiri 4. Kepuasan atas tingkat kebutuhan dasar yang mutlak dalam kerangka hak asasi manusia secara lebih luas
7
5. Adanya kesempatan kerja sebagai suatu cara dan tujuan dalam strategi kebutuhan dasar. Terkait dengan program PKAT dengan konsep kebutuhan dasar yang dikembangkan menjadi tingkat dan standar kehidupan. Kebutuhan dasar dipertimbangkan
sebagai
dasar
pendekatan
baru
pembangunan yang
diwujudkan dalam program PKAT meliputi pemberian jaminan hidup, pembuatan pemukiman dan rehabilitasi rumah, pembangunan sekolah dasar dan prasarana jalan, dan bantuan ekonomi produktif untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat. Kemiskinan serta penyebabnya, berdampak terhadap ketidakberdayaan masyarakat
yang
bersumber
dari
ketidaksamaan
kesempatan
untuk
mengakumulasi basis kekuasaan sosial (Friedmann, 1992). Basis kekuasan sosial tersebut seperti tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan dan gizi, produktivitas,
penguasaan
modal,
ketrampilan,
teknologi
dan
hambatan
infrastruktur serta jaringan sosial untuk memajukan kehidupan. Ironisnya kemiskinan
terjadi,
sebagai
hasil
dari
suatu
proses
pengarusutamaan
pembangunan yang pada dasarnya ditujukan bagi kehidupan manusia dan kesejahteraan sosial. Pengertian kemiskinan absolut menurut Jamasy (2004) ialah, apabila tingkat
pendapatannya
dibawah
“garis
kemiskinan”
atau
sejumlah
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup bekerja. Pengertian kemiskinan kultural menurut Jamasy (2004), mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif; meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya. Fenomena kemiskinan bukan hanya terbatas kepada kurangnya keuangan, melainkan melebar kepada kurangnya kreativitas, kurangnya inovasi, kurangnya kesempatan untuk bersosialisasi dengan berbagai potensi dan sumber daya yang ada, atau secara khusus persoalan itu telah melingkar di antara lemahnya mengembangkan potensi diri dan tertutupnya potensi diri untuk berkembang di masyarakat. Semua ini akan berlangsung apabila proses marjinalisasi dari pihak yang berkuasa berlangsung pula.
8
Kemiskinan absolut merupakan kemiskinan multidimensi, dimana tingkat kemiskinnan pada taraf tersebut membuat mereka tidak mampu untuk menolong dirinya. Namun demikian setiap rumahtangga dapat membuat keputusan menggunakan sumber daya untuk memperoleh akses pada basis kekuatan sosial. Kemampuan rumahtangga untuk mendapat akses pada kekuatan sosial adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan percaya diri dan perjuangan bersama untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Kolaborasi tindakan masyarakat miskin dalam mengakses kekuatan sosial dapat meningkatkan kesempatan untuk memperoleh akses pada penetapan basis kekuatan sosial. Ketidakberdayaan masyarakat dan kemiskinan dapat ditanggulangi dengan memperkenalkan program pembangunan salah satunya melalui program PKAT. Selain dianggap sebagai penyebab terjadinya masalah sosial, kemiskinan itu sendiri merupakan masalah sosial yang sumber dan penyebabnya sendiri sangat kompleks. Karena kompleksitas tersebut, penanganan kemiskinan juga memerlukan suatu upaya yang komprehensif dengan memperhitungkan banyak faktor. Upaya penangulangan kemiskinan termasuk yang dialami masyarakat Desa Simerpara dengan menggunakan strategi PKAT.
Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat menurut Friedmann (1992), dimaknai sebagai mendapatkan kekuatan (power) dan mengkaitkannya dengan kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber seperti; jaringan sosial, organisasi sosial, informasi, surplus waktu, alat produksi, pengetahuan dan ketrampilan, ruang hidup yang dapat dipertahankan, sumberdaya keuangan yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem. Akses tersebut digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Sumber daya dimaksud antara lain; jaringan sosial, organisasi sosial, informasi, surflus waktu, alat produksi, pengetahuan dan ketrampilan, ruang hidup yang dapat dipertahankan, sumber daya keuangan yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem. Model pemberdayaan keluarga miskin dalam mengakses basis kekuatan sosial (Friedmann, 1992), disajikan pada Gambar 1.
9
Jaringan sosial
Sumber daya finasial
Informasi yg tepat
Kemiskinan Absolut
Ruang kehidupan yg dipertahankan
Rumah tangga
Surplus waktu
Alat produksi Pengetahuan dan ketrampilan Organisasi Sosial Ruang partisipasi dan negosiasi
Aksi Pemerintah
Kesempatan RT memperoleh akses basis kekuatan
Gambar 1. Model Pemberdayaan menurut Friedmann (1992) Mengacu pada pendapat Friedmann, konsep pemberdayaan dapat didefinisikan sebagai upaya (berupa proses, strategi, program atau metode) yang ditujukan untuk membantu masyarakat miskin menuju pada kemandirian melalui pendistribusian kembali kekuatan yang dibutuhkan , yang dapat diwujukan melalui; gotong royong, kerjasama, kegiatan kelompok, kemitraan dan aktivitas sejenisnya yang disepakati dan didukung bersama yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan individu-individu anggota masyarakat. Pemahaman tentang pemberdayaaan seperti yang dikemukakan oleh Friedmann (1992) tersebut terlihat bahwa pemberdayaan merupakan suatu proses tepat jika diaplikasikan
untuk
mengembangkan
komunitas-komunitas
tertentu
yang
mengalami ketertinggalan. Pendapat kemiskinan
pemberdayaan
cenderung
penting
disebabkan
bagi
oleh
isu
strategi
keadilan
adanya
karena
ketidakadilan.
Pemberdayaan sebagaimana dikemukakan Ife (1995) memliki dua konsep berbeda yaitu kekuasan dan kekurangberuntungan. Pertama , pemberdayaan dilihat dari pemberian kekuasaan pada individu atau kelompok. Mengijinkan mereka menentukan kekuatan di dalam tangan mereka sendiri. Kedua,
10
pemberdayaan dilihat dari kekurangberuntungan, ini lebih dilaterbelakangi pada struktur sosial yang mengakibatkan masyarakat tidak memiliki ruang yang memadai
untuk
berpartisipasi
(berperan)
dalam
proses
pembangunan
wilayahnya. Dengan demikian, pemberdayaan adalah salah satu tujuan dari pengembangan
masyarakat,
dengan
cara
memberikan
sumber
daya,
kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuan untuk menentukan masa depan sendiri dan untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi kehidupan komunitasnya (Ife,1995). Pemberdayaan masyarakat menurut Usman (2004), adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community selfreliance atau kemandirian. Dalam proses ini masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah yang dihadapi, dibantu untuk menemukan alternatif solusi masalah tersebut, serta diperlihatkan strategi memanfaatkan berbagai resources yang dimiliki dan dikuasai. Dalam proses itu, masyarakat dibantu bagaimana merancang sebuah kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, bagaimana mengimplementasikan rancangan tersebut, serta bagaimana membangun strategi memperoleh sumber-sumber eksternal yang dibutuhkan sehingga memperoleh hasil yang optimal. Dengan kata lain memberi peluang masyarakat untuk memutuskan apa yang mereka inginkan sesuai dengan kemauan, pengetahuan, dan kemampuannya sendiri. Program pemberdayaan masyarakat dikatakan berhasil jika indikatorindikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program tersebut terpenuhi. Adapun indikator-indikator tersebut menurut Sumodiningrat (1998) adalah: (1) berkurangnya jumlah penduduk yang termasuk kategori miskin, (2) berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, (3) meningkatnya
kepedul ian
masyarakat
terhadap
upaya
peningkatan
kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya, (4) meningkatnya kemandirian kelompok ditandai oleh makin berkembangnya usaha ekonomis produktif anggota dan kelompok dan makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok dan makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lainnya dalam masyarakat. Program PKAT di Desa Simerpara tidak lain adalah memberikan motivasi, bimbingan, penyuluhan, pelayanan dan bantuan serta dorongan kepada komunitas (beserta anggota-angotanya) agar mampu menggali potensi
11
dirinya dan potensi dumber daya alam sehingga berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan. Kegiatan program PKAT mampu mengembangkan teknikteknik pendidikan tertentu seperti pengenalan teknologi mesin kompresor alat ketrampilan, membuat percontohan peternakan ikan dan unggas, bantuan pemukiman dan bantuan ekonomi produktif untuk menggugah kesadaran masyarakat. Pemberdayaan sebagai strategi unggulan karena sejumlah muatan indikatornya cukup mendukung dan dilengkapi dengan sudut pandang yang lebih terarah. Tujuan antara dan tujuan akhir pemberdayaan saling berhubungan dan saling mendukung untuk tercapainya bangunan konstruksi kemandirian atau program yang berkelanjutan. Mengamati situasi kemiskinan yang dialami masyarakat di Desa Simerpara, maka sudah selayaknya bahwa untuk mengatasi kemiskinan
memberi
perhatian
kepada
masyarakat
untuk
memperbaiki
keadaannya melalui program PKAT .
Komunitas Adat Terpencil Pengertian masyarakat pedalaman atau masyarakat asli didefinisikan United Nations dalam Aritonang (2001), adalah satuan komunitas yang turun temurun yang mendiami suatu wilayah; mempunyai ikatan budaya yang kuat atas tanah yang didiaminya. Mereka umumnya tinggal dan hidup di balik gunung atau di lembah, di tengah rawa, di pinggir pantai dan di hutan-hutan lebat. Banyak di antara mereka yang belum pernah menjalin kontak dengan dunia luar. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka menciptakan sistem dan pola hidup yang harmonis dengan kondisi dan ketersediaan sumber daya alam di sekitar daerah yang ditinggalinya. Pengalaman interaksi yang erat dengan alam tersebut memberikan pengetahuan mendalam bagi mereka untuk mengelola sumber daya lokalnya. Definisi komunitas adat menurut Japhama dalam Siregar (2002), yaitu “…kelompok masyarakat yang memiliki asal-usul leluhur secara turun temurun di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial, dan wilayah sendiri”. Definisi komunitas adat dalam Siregar (2002) yaitu, “ komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur, di atas wilayah adat, yang memilki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam,
12
kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”. Ciri utama masyarakat pedalaman adalah kehidupan yang kolektif (bersama-sama). Sistem kepemilikan alat produksi (tanah) dan pengelolaannya diatur oleh hukum adat. Sistem pengambilan keputusan dikelola oleh ketua adat dan masalah secara umum diputuskan secara perembukan musyawarah. Pengertian masyarakat pribumi menurut Smith (2000) adalah orang yang terkungkung pada dan oleh tempat yang menjadi milik mereka, kelompokkelompok yang tidak bisa melakukan kontak dengan dunia yang lebih besar. Ruang geografis masyarakat pribumi yang sama sekali ”berbeda” yang terkungkung berdasarkan agama, budaya dan esensi ras. Masyarakat pribumi mewarisi hak dan tanggung jawab atas bidang tanah tertentu. Hak atas tanah ini tidak bisa dibeli, dijual atau diciptakan kembali. Hal ini sudah terbentuk di masa pendahulu masyarakat pribumi di seluruh dunia dan kembali ditegaskan di masa sekarang ini melalui konseptualisasi. Dengan demikian, tanah bersifat sentral bagi definisi diri sendiri, yang terungkapkan dengan berbagai medium, dan mutlak penting bagi kelangsungan hidup identitas pribumi. Globalisasi dapat dijadikan landasan memahami potensi masyarakat dalam memanfatkan tekonologi baru untuk komunikasi. Memahami pentingnya komunikasi dan pertukaran informasi bagi kelangsungan hidup, cara untuk mendapatkan status dan mengumpulkan informasi, sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan tentang sumber daya dan masyarakat. Masyarakat pribumi memanfaatkan segala cara untuk membantu mereka tetap sejalan dengan masyarakat lainnya. Barang yang berharga menurut masyarakat pribumi adalah; telepon, televisi, video, radio dan mobil. Masyarakat pribumi melakukan pertukaran informasi tradisional melalui upacara adat. Pentingnya berkomunikasi menempatkan masyarakat pribumi pada posisi yang kuat untuk mengambil keuntungan dari banyak kemungkinan yang diberikan globalisasi. Menurut Departemen Sosial KAT adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi, maupun politik. Karakteristik KAT antara lain: 1. Bentuk komunitas relatif kecil, tertutup, dan homogen 2. Organisasi sosial/pranata sosialnya bertumpu pada hubungan kekerabatan (bersifat informal dan kental dengan norma adat)
13
3. Pada umumnya terpencil secara geografis dan secara sosial-budaya dengan masyarakat yang lebih luas 4. Pada umumnya masih hidup dengan ekonomi subsistem (berburu dan meramu, peladang berpindah, nelayan subsisten, dan kombinasi diantaranya) 5. Peralatan dan teknologinya sederhana 6. Ketergantungan kepada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi 7. Terbatasnya akses pelayanan sosial dasar, ekonomi dan politik. Sejalan dengan pendapat di atas, Desa Simerpara termasuk dalam kategori komunitas adat terpencil dilihat dari keterisoliran desa, pemilikan tanah yang dikuasai klan Manik, sistem ladang berpindah yang dilakukan masyarakat, kesulitan masyarakat bersosialisasi dengan dunia luar dan sebagainya. Hal ini menyebabkan rendahnya aktualisasi diri masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan, rendahnya kemampuan mengembangkan potensi diri dan potensi sumber daya alam yang menyebakkan kemiskinan. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di atas melalui program PKAT yang diselenggarakan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara.
Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Program PKAT merupakan komitmen pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan pada mereka yang masih belum tersentuh proses pembangunan nasional yang umumnya berada pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Menurut Departemen Sosial permasalahan KAT sesungguhnya bermuara pada satu persoalan karena kondisi keterasingan sehingga komunitas mengalami
hambatan
untuk
berkembang
dan
memenuhi
kebutuhan-
kebutuhannya. Departemen sosial melalui program PKAT mengkhususkan untuk memberdayakan mereka secara bersama-sama dengan masyarakat Indonesia lainnya untuk ikut dalam proses pembangunan. Dalam konteks PKAT, yang menjadi fokus perhatian adalah mereka yang berada di daerah terpencil baik secara geografis, sosial budaya, ekonomi maupun politik. Kekhawatiran akibat dari keterpencilan tersebut menjadikan mereka terhambat perkembangannya dalam semua aspek kehidupan sebagai sebuah masyarakat yang berdampak semakin tertinggalnya mereka dari masyarakat lainnya yang telah mendapatkan akses pelayanan sosial dasar.
14
Program PKAT diarahkan untuk mendorong, memfasilitasi dan mengakomodasi proses integrasi sosial mereka ke dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat yang lebih luas. Persiapan pemberdayaan ditujukan untuk mempersiapkan kondisi yang kondusif bagi warga KAT untuk melakukan transformasi sosial yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan warga. Tahap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan antara lain: 1. Persiapan pemberdayaan yaitu: pemetaan sosial, penjajagan awal, studi kelayakan, perencanaan dan penyusunan program. 2. Pelaksanaan pemberdayaan yaitu: pemberdayaan sumber daya manusia dan lingkungan sosial 3. Monitoring dan evaluasi. Sumber dana kegiatan program PKAT dibeb ankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan dana lain yang sah. Lingkup program PKAT meliputi: 1. Penataan perumahan dan pemukiman meliputi: penataan pembangunan perumahan dan sarana lingkungan dengan memperhatikan nilai-nilai budaya setempat. 2. Administrasi kependudukan meliputi: pendataan peduduk, pembuatan KTP dan pengenalan administrasi pemerintahan. 3. Kehidupan beragama meliputi: bantuan paket buku agama dan sarana ibadah. 4. Pendidikan meliputi: pendidikan dasar meliputi; kejar paket A dan B, dan beasiswa bagi warga yang melanjutkan pendidikan formal 5. Kesehatan meliputi: pelayanan kesehatan dasar seperti posyandu, pelayanan kesehatan lingkungan. 6. Peningkatan pendapatan meliputi: tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. 7. Kesejahteraan
sosial
meliputi:
penyuluhan
dan
bimbingan
sosial,
perlindungan hak-hak KAT, bantuan fasilitas pemberdayaan sumber daya manusia, usaha dan lingkungan sosial jaminan sosial kemasyarakatan dan pelayanan sosial 8. Penguatan ekonomi KAT meliputi: pelatihan ketrampilan dasar dan usaha ekonomi produktif
15
9. Peningkatan peran perempuan meliputi: pelibatan perempuan dalam proses kegiatan PKAT. 10. Generasi muda meliputi: pelatihan ketrampilan berdasarkan potensi yang ada, pelatihan kader pembangunan KAT dan pembentukan organisasi pemuda seperti Karang Taruna yang berorientasi kepada peningkatan usaha kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, konsep pemberdayaan komunitas adat menempatkan komunitas
beserta
institusi-institusinya
seperti;
lembaga
pemberdayaan
masyarakat, koperasi, program kesejahteraan keluarga, dan lembaga adat sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat mendukung kemajuan ekonomi komunitas. Lokasi Desa Simerpara secara geografis berada di pedalaman, terbatasnya pelayanan umum seperti sarana jalan, penerangan, posyandu dan belum terjangkau pelayan sosial seperti sekolah dasar yang menyebabkan rendahnya sumber daya manusia. Mencermati keadaan di atas menjadikan Desa Simerpara sebagai sasaran program PKAT adalah tepat. Kegiatan program PKAT yang dilaksanakan di Desa Simerpara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui bantuan program.
METODOLOGI KAJIAN Kerangka Kajian Kompleksitas permasalahan kemiskinan di Desa Simerpara mencakup sulitnya memasarkan hasil pertanian, terbatasnya sarana jalan, transportasi umum dan sanitasi lingkungan seperti MCK, variasi tanaman satu jenis seperti padi. Sistem pertanian yang hanya mengandalkan kesuburan tanah yang menyebabkan ladang berpindah, rendahnya sumber daya manusia disebabkan belum ada sarana pendidikan dan posyandu. Tempat tinggal yang tidak layak terbuat dari paduan kayu dan bambu dengan atap ilalang, minimnya fasilitas umum dimana 6 rumah tangga menggunakan penampung energi matahari, 1 rumahtangga menggunakan genset dan sisanya menggunakan lampu teplok dan petromak. Keadaan di atas menempatkan rumahtangga dalam lingkaran kemiskinan, ketidakberdayaan dalam mengembangkan diri dan mengelola potensi sumber daya alam. Untuk mengkaji program PKAT dengan orientasi pemberdayaan untuk menanggulangi kemiskinan rumahtangga di Desa Simerpara maka kajian ini mengacu pada model pemikiran Friedmann (1992). Berdasarkan model pemikiran Friedmann untuk mempertajam hasil penelitian, penulis
mengkaji
kemampuan keluarga miskin untuk mengakses basis kekuatan sosial seperti jaringan sosial, organisasi sosial, informasi yang tepat, surplus waktu, alat produksi, pengetahuan dan ketrampilan, ruang hidup yang dapat dipertahankan, sumber daya keuangan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Program PKAT ditujukan untuk memberdayakan keluarga miskin. Untuk mempertahankan ruang kehidupan diwujudkan melalui pembuatan pemukiman dan
balai
sosial,
rehabilitasi
pemukiman,
sehingga
keluarga
mampu
meningkatkan aktivitas anggota keluarga dengan lingkungan sosialnya. Surplus waktu melalui pelaksanaan program selama 3 tahun kesempatan rumahtangga mengakses bantuan program. Alat produksi diwujudkan dalam pembuatan jalan, bantuan bibit coklat, bantuan ternak, alat ketrampilan dan jaminan hidup sebagai sarana produksi rumah tangga untuk meningkatkan sumber daya dan potensi keluarga miskin. Informasi yang tepat diwujudkan dalam penyuluhan kesehatan dan sanitasi lingkungan agar masyarakat memahami standar kesehatan dan upaya pengembangan diri. Pengetahuan dan ketrampilan diwujudkan melalui
17
pelatihan ketrampilan bambu dan rotan, ternak ikan mas, pertanian terpadu dan pembangunan gedung sekolah untuk dapat meningkatkan sumber daya manusia, menghasilkan produksi dan meningkatkan pendapatan keluarga. Jaringan sosial diwujudkan dalam hubungan dengan pendamping program, anggota keluarga, kerabat serta tokoh masyarakat untuk meningkatkan percaya diri anggota keluarga dan saling membantu dalam komunitas. Organisasi sosial diwujudkan dalam gotong royong merupakan wujud partisipasi yang dilakukan masyarakat untuk pembuatan jalan, selokan air dan pembukaan pemukiman. Kegiatan program PKAT dibantu oleh Dinas Pendidikan meliputi pembuatan gedung sekolah dan penempatan guru bantu dengan memberdayakan warga desa. Pembuatan prasarana jalan (pengerasan) dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Untuk memahami kemampuan keluarga miskin dalam mengakses basis kekuatan sosial penulis menggambarkan kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 2. Æ Sumber daya finasial Jaringan Sosial Hub dgn pendamping dan kerabat
Ruang kehidupan yang dipertahankan - Pembuatan pemukiman dan balai sosial - Rehabilitasi pemukiman
Informasi yang Tepat Kesehatan dan sanitasi lingkungan
Kemiskinan Absolut Rumah Tangga
Surplus Waktu - Waktu kegiatan bekerja + - Waktu tinggal di rumah +
Organisasi Sosial Gotong royong
Alat Produksi
Pengetahuan dan ketrampilan - Pelatihan ketrampilan bambu dan rotan - Pelatihan ternak ikan mas - Pelatihan pertanian terpadu - Pembangunan gedung sekolah
- Pembuatan jalan - Bantuan bibit coklat - Bantuan ternak, ikan dan unggas dan pupuk - Bantuan alat ketrampilan - Jaminan hidup
Keterangan: Æ Tidak masuk dalam program PKAT Ruang partisipasi dan negosiasi
Aksi Pemerintah (Bantuan PKAT)
Kesempatan RT memperoleh akses kekuatan sosial
Gambar 2. Kerangka Kajian Pemberdayan Komunitas Adat Terpencil.
18
Lokasi dan Waktu Kajian Kajian lapangan pengembangan masyarakat dilaksanakan di Desa Simerpara, Kecamatan Salak, Kabupaten Pak-Pak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas pertimbangan: pertama, Desa Simerpara merupakan lokasi yang menerima program PKAT yang sekarang pada tahap pasca pelaksanaan kegiatan. Kedua, Desa Simerpara termasuk kategori desa miskin dan tertinggal, sehingga dapat dijadikan peranan proyek terhadap kesejahteraan warga desa. Program pembangunan yang telah masuk ke Desa Simerpara, antara lain; pembukaan jalan masuk ke Desa Simerpara 1 km, pembuatan jalan 300 m (pengerasan) dan pembaangunan 4 buah jembatan penyeberangan dari papan serta penerangan dengan bantuan sinar matahari sebanyak 10 buah dilaksanakan pada tahun 1999. pembangunan balai desa sebagai tempat bermusyawarah. Terbatasnya program pembangunan ke Desa Simerpara disebabkan jalan tanah, apabila hujan turun pada bulan Januari, Februari, Agustus, September, Oktober, Nopember, dan Desember membuat jalan menjadi berlumpur dan licin sehingga tidak bisa dilewati. Tidak ada transportasi umum yang menghubungkan penduduk desa. Hal ini menyulitkan warga desa untuk menjual hasil tanaman palawija cabe, kacang dan jagung, durian, jengkol, petai, karet dan hasil hutan seperti kemenyan. Kesulitan tersebut membatasi pendapatan masyarakat untuk mendapat Rp. 600.000,- /bulan, dihitung berdasarkan upah kerja yang diterima Rp. 20.000,- /hari di Desa Simerpara. Rendahnya tingkat pendapatan keluarga juga disebabkan oleh kegiatan ladang berpindah. Untuk membuka lahan sampai memproduksi membutuhkan dana sebesar Rp. 1.200.000,-. Sistem pertanian ladang berpindah mengandalkan kesuburan tanah untuk tanaman padi. Lokasi kajian sedang musim kemarau dan warga melakukan pembukaan hutan untuk lahan pertanian pada waktu pengumpulan data lapangan dilakukan. Hal ini berpengaruh
pada hasil produksi pertanian. Untuk menambah
penghasilan warga mengandalkan hasil tanaman petai, jengkol dan kemenyan untuk di jual ke pasar Salak. Jadwal pelaksanaan kajian pengembangan masyarakat di Desa Simerpara Kecamatan Salak (lihat Tabel 1).
19
Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Desa Simerpara, Tahun 2004-2005 2004 No
Kegiatan
1
Pemetaan sosial komunitas
2
Evaluasi Program PKAT
3
Pembuatan rencana kerja (Proposal)
4
Kolokium
5 6
Melakukan kajian, pengolahan dan analisa data Penulisan laporan kajian
7
Seminar dan ujian
8
Perbaikan laporan
11 12 1
2005 2
3
4
5
6
7
8
9
10 11
Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data Kelanjutan dari kegiatan praktek lapangan I (Pemetaan Sosial) dan praktek lapangan II (Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat) adalah kajian pengembangan masyarakat di Desa Simerpara. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut Nordholt (1987) syarat penting untuk metode studi kasus: Pertama, jangka waktu yang lama untuk hadir di lapangan sehingga dapat mengikuti penelitian berdasarkan pengamatan dan wawancara. Kedua, saling mempercayai dengan informan, sehingga kasus dapat dipetakan selengkap mungkin dan dapat dipercaya. Data yang digunakan dalam kajian lapangan ini merupakan data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan informan, sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden (lihat Lampiran 9 tentang nama-nama informan dan responden) . Data yang diambil ialah bantuan program
yang diterima, manfaat bantuan bagi rumah
tangga, cara mengelola bantuan, pelaksanaan program, sistem pendampingan program,
permasalahan
pelaksanaan
program,
dan
kebutuhan
partisipasi
rumah
masyarakat
tangga,
dalam
permasalahan
perencanaan
dan
pelaksanaan program, kelanjutan program dan sebagainya. Sedangkan sumber data sekunder berupa dokumen desa yang diperoleh dari kepala desa, seketaris desa, dan ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Data yang diperoleh mencakup peta desa, jumlah penduduk, tingkat pendidikan warga, jenis mata pencaharian, jumlah warga penerima bantuan pemukiman, rehabilitasi rumah,
20
bibit coklat, beko, ternak kambing, bebek, ayam, ikan mas, pelaksanaan program KAT, hasil pemetaan permasalahan dan kebutuhan yang diperlukan, alokasi peran pemerintah desa dalam pelaksanaan program. Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan penulis membuat pedoman dalam melakukan kegiatan di lapangan (lihat Lampiran 2 tentang pedoman untuk pengamatan berperan serta, Lampiran 3 tentang langkahlangkah penerapan FGD, Lampiran 4 tentang undangan FGD, Lampiran 5 tentang pelaksanaan FGD, dan Lampiran 6 tentang daftar hadir FGD). Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada informan dan responden untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan program, bantuan yang diterima, manfaat dan dampak yang diterima, ha mbatan, kebutuhan dan permasalahan, harapan masyarakat dan sebagainya (lihat Lampiran 7 tentang pedoman wawancara untuk responden dan Lampiran 8 tentang pedoman wawancara untuk informan). Data dan informasi diperoleh melalui metode wawancara, pengamatan berperan serta, FGD dan Participatory Rural Appraisal (PRA), (lihat Tabel 2). Tabel 2 Pengumpulan Data di Desa Simerpara, Tahun 2005 Tehnik pengumpulan data Tujuan
Jenis data
Sumber data
No. 1.
Memahami
Permasalahan,
-kepala desa/sekrt
makna program
kebutuhan, manfaat
-tokoh masyarakat
PKAT bagi
program, potensi
-penerima program
rumah tangga
sumber daya lokal
-pendamping
Pengamatan Berpartisipasi
program 2.
Mengevaluasi
Kegiatan program,
-kepala desa/sekrt
program PKAT
fasilitas, bantuan
-tokoh masyarakat
program, sumber
-ketua LPM
dana, faktor
- penerima
pendukung dan
program
penghambat kegiatan 3.
Kritik dan merumuskan program pemberdayaan masyarakat
Solusi dan penanganan masalah, kriteria dan cara kerja penanganan masalah
-kepala desa/sekrt -tokoh masyarakat -ketua LPM
-
-penerima program
Keterangan : PKAT = Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
Wawancara
Focus Group Discussi on
21
Peneliti mula-mula berkonsultasi dengan Kepala Desa Simerpara untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan warga yang menerima bantuan program PKAT. Jenis informasi dan data yang diperoleh adalah nama dan alamat warga yang menerima bantuan perumahan, rehabilitasi rumah, balai sosial, bantuan alat ketrampilan, kereta dorong (beko), bantuan jaminan hidup, lokasi penanaman bibit coklat, lokasi percontohan pemeliharaan ternak kambing, ikan mas, ayam dan bebek. Untuk mendapatkan data dan informasi lebih lanjut tentang responden kepala desa menunjuk nama warga yang menerima bantuan antara lain, Rb, Mbm, Lm, S bm, Lm, Rm, Jm, Mbm, Nm, Lm, L m, Ls, Rb, Dm, dan Jb. Disamping itu, mereka mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Informasi dan data juga diperoleh dari informan seperti; kepala desa, pendamping program dan tokoh masyarakat yang ikut dalam sosialisasi program yang memberi lahan untuk pembuatan pemukiman. Untuk mendapatkan data, peneliti melakukan wawancara dengan warga penerima bantuan, yang ditemui pada malam, pagi dan sore hari. Kegiatan wawancara dilakukan di rumah warga yang menerima bantuan, serta di warung tempat warga berkumpul sore hari dan pagi sebelum mereka berangkat ke ladang. Kendala peneliti dalam melakukan wawancara pada malam hari adalah sarana penerangan. Rumah tangga warga penerima bantuan yang dikunjungi menggunakan lampu teplok yang kurang terang dan hanya rumah kepala desa yang menggunakan genset. Peneliti juga mela kukan pengamatan berperan serta mengamati perilaku anggota rumah tangga responden dalam kegiatan memelihara tanaman coklat dan memelihara ternak kambing dan ayam. Peneliti juga mengamati perilaku anggota rumah tangga mengolah lahan pertanian dan kegiatan warga dalam lingkungan pemukiman perumahan yang diberikan. Peneliti mengamati pola hubungan kekerabatan responden dan mengamati situasi dan kondisi kehidupan rumah tangga responden sehari-hari. Peneliti mengamati responden dalam menggunakan alat ketrampilan pengupas rotan dan kejadian-kejadian gotong royong yang dilakukan masyarakat desa. Peneliti juga melakukan wawancara di lokasi lahan pertanian milik warga. Pada kesempatan tersebut peneliti membawa pedoman wawancara dan catatan untuk mencatat hal-hal yang diutarakan warga penerima bantuan berkaitan dengan kegiatan program PKAT.
22
Peneliti juga membawa kamera untuk membuat dokumentasi tentang pemeliharaan coklat, pembukaan lahan baru di Dusun Simerpara, pemeliharaan ternak kambing dan ayam, hasil kerajinan bambu dan rotan, sarana jalan ke desa, kegiatan belajar di sekolah dasar, kegiatan FGD dan PRA (lihat Lampiran 13 tentang dokumentasi kajian lapangan). Catatan saku untuk mencatat hal-hal penting
yang
diutarakan
warga
penerima
bantuan,
kegiatan
tersebut
dimanfaatkan pada saat adanya pembicaraan singkat saat bertemu dengan warga penerima bantuan di lingkungan Desa Simerpara. Kegiatan tersebut dilakukan pada saat bertemu dengan warga di warung kopi, di halaman rumah, lokasi lahan pertanian, dan saat menuju sungai untuk mandi. Pada waktu tertentu tanpa membawa pedoman wawancara peneliti memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendapat informasi dari masyarakat, karena pada saat tersebut terlihat warga tidak mempunyai beban memberi penjelasan yang diperlukan. Untuk mengecek data dan informasi yang diperoleh dari hasil kegiatan wawancara, peneliti melakukan pengamatan berperan serta di lapangan. Kegiatan berperan serta merupakan proses mengamati perilaku warga penerima bantuan mununjuk pada kegiatan yang diteliti dan berperan sebagai anggota masyarakat. Peneliti bersama warga meninjau lahan pertanian palawija, lahan penanaman gambir serta proses pembuatan gambir yang berada di sekitar hutan dan melakukan wawancara di lokasi tersebut. Peneliti juga melakukan pengamatan sarana jalan yang dibangun yang membuat waktu tempuh menjadi lebih singkat dari 1 jam menjadi 40 jam dari Desa Kecupak I ke Desa Simerpara. Untuk mengetahui lokasi pembukaan lahan baru, peneliti pergi bersamasama dengan warga menuju lokasi pembukaan lahan ke Penggegen di dusun Desa Simerpara yang dikerjakan masyarakat secara bersama-sama. Perjalanan menempuh waktu selama setengah jam, memasuki hutan melalui jalan setapak dan melewati sungai yang deras. Pada kesempatan tersebut peneliti mengamati proses pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat secara bersamasama, sebagai tempat penanaman lahan baru. Peneliti juga melakukan wawancara dengan warga penerima bantuan di Penggegen tentang siklus bercocok tanam di Desa Simerpara. Setelah melakukan rangkaian kegiatan wawancara dengan warga penerima bantuan, tokoh masyarakat, aparat desa dan melakukan ke giatan pengamatan beperan serta, selanjutnya peneliti melakukan kegiatan FGD di Balai Sosial Simerpara.
23
Untuk melaksanakan FGD penulis menentukan warga yang diundang. Sebelumnya peneliti telah menyiapkan undangan diskusi, tetapi menurut kepala desa cukup dilakukan dengan penyampaian secara lisan. Selanjutnya peneliti mencatat nama -nama warga yang ikut dalam kegiatan tersebut dan menemui warga secara langsung dibantu oleh Sekretaris desa untuk menyampaikan secara lisan kegiatan dimaksud (lihat Lampiran 10 tentang daftar hadir FGD dan PRA). Kegiatan tersebut dilakukan pada hari Minggu, tanggal 10 Juli 2005 jam 2 siang, karena pada saat tersebut warga yang berada di Dusun Lagan turun ke Desa Simerpara untuk menemui anggota keluarganya, sehingga peserta diskusi dapat hadir. Warga yang ikut dalam kegiatan tersebut bercirikan dapat berkomunikasi, aparat desa, warga yang mengikuti pelatihan, warga yang menerima bantuan dan tokoh masyarakat. Dengan demikian semua item informasi yang diperlukan sesuai dengan topik kajian dapat tercapai. Dalam kegiatan FGD peneliti berperan sebagai fasilitator. Peneliti dibantu oleh responden (Rb) sebagai notulis. Pada awal kesempatan tersebut peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan warga dan meminta warga memberikan masukan, tanggapan dan saran dalam proses kegiatan FGD yang berkaitan dengan pelaksanaan program PKAT di Desa Simerpara (lihat Lampiran 11 tentang pelaksanaan kegiatan FGD). Pada kesempatan warga sudah menyiapkan minuman dan makanan ringan.
Teknik Analisis Data Dalam
menyusun
kajian
lapangan
Pengolahan
data
dengan
menggunakan metode kualitatif, sehingga data-data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari responden dan informan di lapangan. Menyangkut analisis data
kualitatif,
Nasution
(2003)
menganjurkan
tahapan-tahapan
dalam
menganalisis data kualitatif sebagai berikut : 1. Reduksi data yaitu menyaring data yang diperoleh di lapangan yang masih ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih, difokuskan pada bantuan program, disusun lebih sitematis, sehingga mudah dipahami. Peneliti mengkategorikan setiap data berdasarkan topik yang dikaji berdasarkan hasil wawancara, catatan harian, pengamatan berperan serta, PRA dan FGD. Topik-topik tersebut ialah peta sosial meliputi lokasi kajian, kependudukan, sistem ekonomi, struktur komunitas, organisasi dan kelembagaan, sumber daya lokal dan gambaran
24
kemiskinan di Desa Simerpara. Program PKAT meliputi deskripsi kegiatan program, pengembangan ekonomi lokal, pengembangan modal sosial dan gerakan sosial serta kebijakan dan perencanaan sosial. Makna program PKAT bagi rumah tangga meliputi bantuan perumahan dan rehabilitasi perumahan, pembangunan balai sosial, pembangunan sarana jalan, pembangunan gedung sekolah dasar, bantuan bibit coklat dan pupuk, bantuan jaminan hidup, bantuan ketrampilan bambu dan rotan, bantuan ternak ayam dan bebek, bantuan ternak kambing dan bantuan ternak ikan mas. Analisis masalah KAT meliputi sulitnya sarana transportasi masuk ke Desa Simerpara, kurangnya sarana sanitasi lingkungan, rendahnya tingkat pendidikan, belum adanya sarana kesehatan, kurangnya sarana ibadah, kurangnya variasi jenis tanaman dan rendahnya produktivitas pertanian, terbatasnya modal, kurangnya penerangan, dan rendahnya penghasilan keluarga. Analisis potensi KAT meliputi, gotong royong masyarakat, tersedianya sumber air, banyak anak yang putus sekolah, sumber daya alam pasir, batu
dan
kayu,
dan
lahan
pertanian yang luas.
Kegiatan
pengkategorian data dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk melihat gambaran keseluruhan kegiatan. Selanjutnya peneliti menuangkan ke dalam tulisan dan melakukan beberapa kali revisi sehingga memberi gambaran lebih tajam dari hasil wawancara, FGD dan PRA . 2. Penyajian data, yaitu usaha menunjukkan sekumpulan data dan informasi, untuk melihat gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari penelitian tersebut. Kemudian dibuat tabel, analisis tentang masalah, penyebab, kebutuhan, potensi, dan upaya pemecahan dan memperbaiki diagram pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan dalam kajian lapangan. Dengan demikian peneliti dapat memahami permasalahan, kebutuhan dan potensi masyarakat yang akan digunakan dalam perumusan program. 3. Kesimpulan merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan, sehingga ditemukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah.
Teknik Penyusunan Program Perancangan Strategi dan program dilakukan secara partisipatif bersama masyarakat dengan menggunakan metode PRA. Metode PRA menurut Djohani (1996) merupakan sekumpulan pendekatan dan metode yang me ndorong
25
masyarakat pedesaan untuk serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakannya, Pelaksanaan PRA di Desa Simerpara digunakan untuk mengkaji perekonomian masyarakat berupa mata pencaharian, sumber daya alam dan sumber daya manusia, mengkaji kehidupan sosial masyarakat, mengkaji pendidikan dan kesehatan. Hasil dari pengkajian ditemukan sejumlah informasi tentang keadaan atau kondisi berbagai aspek kehidupan desa, sejumlah masalah dan kebutuhan yang diungkapkan masyarakat serta sejumlah potensi lokal
yang
dapat
dimanfaatkan
sebagai
sumber
daya
untuk
kegiatan
pengembangan masyarakat. Setelah kegiatan di atas disusun program kerja oleh masyarakat berdasarkan identifikasi potensi, masalah dan kebutuhan. Kegiatan PRA hanya diikuti oleh warga penerima bantuan tanpa dihadiri oleh pemerintah daerah dan Dinas Sosial Propinsi. Hal ini disebabkan lokasi desa jauh di pedalaman. Secara ringkas penulis menjelaskan kepada peserta maksud PRA dilakukan agar adanya pemahaman yang sama antara peneliti dan warga. Pada kesempatan tersebut peneliti juga memaparkan hasil penelitian dan pelaksanaan program kegiatan KAT yang sedang berlangsung di Desa Simerpara. Setelah pembukaan singkat disampaikan, penulis meminta peserta untuk menulis masalah dan kebutuhan yang dirasakan dan dialami masyarakat berdasarkan terminologi mereka sendiri, di kertas yang telah dibagikan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya warga kurang memahami dan hasil tulisan yang disampaikan
kurang
jelas,
sehingga
kegiatan
PRA
diubah
bentuk
penyampaiannya. Berdasarkan pertimbangan efektivitas, peneliti meminta warga mengutarakan masalah dan kebutuhan yang mereka alami, selanjutnya peneliti menulis di kertas yang telah disiapkan. Hal tersebut dapat peneliti pahami karena sebagian warga kurang memahami tulis dan baca. Dari kegiatan PRA tersusun masalah yang sederhana berdasarkan pendapat peserta. Pada kegiatan tersebut peneliti menyaring dan menggolongkan pendapat peserta diskusi tentang hubungan antar masalah. Penyusunan rencana program dipimpin langsung oleh peneliti. Warga memberi masukan dalam pembuatan program yang sesuai dengan kondisi dan potensi desa serta kebutuhan masyarakat.
PETA SOSIAL DESA SIMERPARA
Kondisi peta sosial Desa Simerpara menggambarkan potensi sosial ekonomi yang dimiliki oleh Desa Simerpara yang dapat digunakan untuk merancang suatu bentuk dan model pengembangan masyarakat khususnya dalam upaya pemberdayaan KAT untuk penanggulangan kemiskinan di Desa Simerpara. Dalam kajian ini, kondisi peta sosial dijadikan sebagai bahan untuk menganalisis aspek-aspek kehidupan masyarakat Desa Simerpara yang dapat mempengaruhi pemberdayaan KAT. Aspek-aspek
dimaksud meliputi lokasi
desa, kependudukan, sistem ekonomi, struktur komunitas, organisasi dan kelembagaan, sumber daya lokal, dan gambaran kemiskinan.
Lokasi Desa Simerpara merupakan salah satu desa dari 14 (empat belas) desa yang berada di Kecamatan Salak Kabupaten Pak Pak Bharat Sumatera Utara, terbagi atas tiga Dusun yakni Dusun Pea Serpo, Dusun Lagan dan Dusun Simerpara. Desa ini berada antara 98-98.30 derajat Lintang Selatan dan 21,15-3 derajat Lintang Utara terletak pada ketinggian sekitar 850 m dpl. Sebagian besar tanahnya
merupakan
bukit-bukit
pegunungan
dengan
kemiringan
yang
bervariasi, hanya 20 ha lahan yang datar. Topografi wilayah Desa Simerpara berada pada kemiringan 12-45 derajat, diapit oleh bukit-bukit terjal (lihat Lampiran 1 Peta Sosial Desa Simerpara). Desa Simerpara merupakan wilayah adat klan Manik dan merupakan desa yang tertua yang berada di Kecamatan Salak. Desa Simerpara dipimpin oleh seorang kepala desa yang disebut kepala Kapung. Desa ini dilewati oleh 4 aliran sungai yaitu sungai Laeordi, Lau Sideangdeang, Lau Simerpara dan Lau Simeratah. Luas Desa Simerpara mencapai 3534 ha. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Penggegen, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sibagindar, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bongkaras dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kecupak I. Jarak Desa Simerpara dengan dengan beberapa wilayah; jarak ke kecamatan 12 km, jarak ke Ibu kota kabupaten 12 km, jarak ke ibu kota propinsi 195 km. Untuk mencapai Desa Simerpara dari kota Kecamatan Salak dapat menggunakan mobil selama 1 jam. Pada musim kemarau dapat menggunakan sepeda motor selama 45 menit, sedangkan pada musim hujan dengan selama 2-
27
3 jam. Jumlah alat transportasi umum untuk masuk ke desa tersebut hanya satu dan dapat ditemui pada hari Kamis atau hari pekan di Kecamatan Salak. Fasilitas umum yang terdapat di Desa Simerpara sangat minim. Untuk mendapat penerangan pada malam hari 6 rumah tangga menggunakan penampung energi matahari yang menyerupai antena televisi yang kecil berkekuatan 60 watt. Satu rumah tangga menggunakan genset dan sisanya menggunakan lampu petromak dan lampu teplok yang terbuat dari kaleng. Fasilitas untuk mandi hanya terdapat bak penampung air melalui selokan yang dikerjakan masyarakat secara bergotong royong yang terdapat di Dusun Simerpara. Penduduk Dusun Lagan untuk memenuhi kebutuhan air bersih harus pergi ke sungai dengan berjalan kaki sekitar setengah jam. Penduduk Dusun Pea Serpo telah berhasil mengalirkan air dari sumber air ke dekat pemukiman penduduk, untuk kebutuhan mandi mereka membu at kamar mandi dari semen karena gempa sunami tembok tersebut runtuh dan digantikan dinding papan. Pelayanan kesehatan yang diperoleh penduduk Desa Simerpara hanya berupa penyuluhan kesehatan dari kader Posyandu dalam waktu dan bulan tertentu. Pranata kesehatan yang yang terdapat di Desa Simerpara didasarkan atas pranata adat yang diwariskan secara turun temurun. Penduduk Desa Simerpara lebih dekat dan akrab dengan pranata kesehatan tradisional daripada pranata kesehatan modern. Datu (dukun) dan Sibaso (orang yang mengobati orang sakit dan membantu dalam proses persalinan) merupakan pranata kesehatan yang sangat penting dalam kehidupan klan Manik. Demikian juga pengetahuan akan pengobatan tradisional lebih berperan dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita warga masyarakat. Sebagian besar penduduk Desa Simerpara merupakan pemeluk agama Kristen Protestan dan 7 keluarga pemeluk agama Islam. Di Desa Simerpara terdapat dua buah sarana ibadah gereja (GKPPD) di Dusun Pea Serpo dan di Dusun Simerpara gereja (HKBP). Berdasarkan kondisi di atas, hasil pemetaan sosial dan studi kelayakan yang dilakukan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara, Desa Simerpara layak disebut KAT sehingga diperlukan perhatian pemerintah untuk membangun desa dari
ketertinggalan.
Salah
satu
cara
melalui
program
diselenggarakan oleh Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara.
PKAT
yang
28
Kependudukan Penduduk mayoritas suku Suak Sim-Sim dengan falsafah sulang silima yang memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Jumlah penduduk Desa Simerpara yang tercatat menetap dan setengah menetap di wilayah Desa Simerpara mencapai 487 orang, terdiri atas 241 orang laki-laki dan 246 orang perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 74 KK yang tersebar di Dusun Simerpara, Dusun Lagan dan Dusun Peaserpo. Dari 74 kepala keluarga 32 diantaranya hidup setengah nomaden (20 kepala keluarga tercatat sebagai bagian dari Dusun Lagan dan 12 kepala keluarga tercatat di Dusun Simerpara. Sedangkan yang telah menetap sebanyak 42 kepala keluarga (Dusun Peaserpo 15, Simerpara 21 dan Lagan 6). Sebagian dari penduduk Desa Simerpara berada di luar daerahnya untuk melanjutkan pendidikan dan merantau ke ibu kota propinsi yang menjadi kebiasaan etnis Pak-Pak. Penduduk yang telah menetap pada umumnya membangun tempat tinggal di sebelah kanan dan kiri jalan secara tersebar. Penduduk yang hidup setengah nomaden yang berada di Dusun Lagan membangun tempat tinggal berupa pondok yang terbuat dari kayu dan bambu dengan atap rumbia atau nipah di atas perbukitan sekitar ladang. Kegiatan berladang bagi penduduk Desa Simerpara yang setengah nomaden dilakukan dengan cara menebang dan membakar hutan. Tingkat pendidikan penduduk Desa Simerpara tergolong cukup rendah. Sebanyak 20 orang tamat sekolah dasar, 15 orang tamat sekolah menengah pertama dan 20 orang tamat sekolah menengah umum. Di Desa Simerpara tersebut tidak terdapat Sekolah Dasar. Kegiatan belajar mengajar murid kelas 1,2 dan 3 berada dalam suatu ruangan, dan diasuh oleh dua orang guru tamatan sekolah menengah umum. Untuk jenjang kelas 4,5 dan 6 sekolah dasar, sekolah menengah pertama , sekolah menengah umum dan perguruan tinggi mereka harus keluar dari desa ke Kecamatan Salak. Mereka menumpang pada keluarga lain, baik yang ada hubungan keluarga atau tidak ada hubungan keluarga. Secara psikologis anak usia sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6 yang hidup menumpang pada keluarga lain terutama yang tidak ada hubungan keluarga dan kerabat akan berdampak negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak dituntut kemandirian dan keberaniannya dibawah batas kapasitas dan perkembangan psikologisnya. Oleh karena itu tingkat buta huruf dan droup out
29
sekolah dasar penduduk sangat tinggi. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikaan lihat, (lihat Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Simerpara Berdasarkaan Tingkat Pendidikan Tahun 2004 No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
1.
Sekolah Dasar
48
9,85
2.
Sekolah Menengah Pertama
11
2,25
3.
Sekolah Menengah Umum
9
1,84
4.
Perguruan Tinggi
2
0,41
5.
Tidak sekolah
417
85,6
Jumlah
487
100
Jumlah tanggungan bagi kepala keluarga di Desa Simerpara termasuk kategori yang cukup besar, karena rata-rata keluarga memiliki 4 orang anak. Anak merupakan sumber daya ekonomi keluarga yang utama. Jumlah tanggungan anak yang relatif besar terkait dengan sistem mata pencaharian penduduk bertani dan berladang yang memerlukan sumber daya manusia yang banyak. Usia dan jenis kelamin penduduk Desa Simerpara, disajikan pada Gambar 3.
7 5 + 7 0 - 74 6 5 - 69 6 0-64 5 5 - 59 5 0 - 54 4 5 - 49 4 0 - 44 3 5 - 39 3 0 - 34 2 5 - 29 2 0 - 24 1 5 - 19 1 0 - 14 5-9 0 -4 65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
Sumber : Monografi Desa Simerpara Tahun 2004
Gambar 3. Piramida Penduduk Desa Simerpara Berdasarkan Usia dan Je nis Kelamin Tahun 2004 Tinggi rendahnya angka fertilitas dan mortalitas penduduk berhubungan dengan beragam faktor seperti keadaan persediaan pangan penduduk, sistem mata pencaharian dan kemiskinan. Kondisi tersebut memberi makna bahwa
30
jumlah usia muda (0-14 + 55 tahun keatas) = sebanyak 170 jiwa sedangkan usia non produktif (15-44) = sebanyak 317 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa beban tanggungan di Desa Simerpara 0,53 jiwa artiny a setiap 100 penduduk usia produktif mempunyai tanggungan sejumalah 53 penduduk non produktif, sehingga dibutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi keluarga, pelayanan pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Besarnya biaya tersebut tidak sepenuhnya mampu ditanggung oleh masing-masing keluarga. Hal ini merupakan salah satu akibat dari kemiskinan. Tabel 5 menunjukkan masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk, dimana jumlah penduduk yang mengikuti pendidikan di perguruan tinggi sebesar 0,41%.
Hal
ini
berpengaruh
terhadap
pengetahuan,
keterampilan
dan
pemahaman yang dimiliki penduduk. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan dapat dijadikan indikator untuk menilai kemampuan warga dalam mengelola lahan pertanian yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan keluarga. Dalam kaitannya dengan penanggulangan kemiskinan, perlu dilaksanakan program PKAT di Desa Simerpara yang diwujudkan melalui pembangunan sekolah dasar, pelatihan ketrampilan, peternakan dan pertanian serta pembuatan pemukiman sosial bagi keluarga bertempat tinggal terpencar.
Sistem Ekonomi Sistem mata pencaharian masyarakat Desa Simerpara pada umumnya ladang berpindah dan sebagian kecil mereka bersawah. Tanaman yang dihasilkan adalah padi, kacang dan jagung. Tanaman padi dan palawija hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ma syarakat, bila ada lebihnya maka tanaman itu dijual ke pasar. Warga Dusun Lagan umumnya menanam gambir dan tinggal di sekitar lahan pertanian mereka. Disamping itu masyarakat desa juga menanam tanaman tua dan musiman yang ada di hutan misalnya petai, jengkol, durian dan kemenyan. Petai, jengkol dan durian ini termasuk tanaman musiman yang dapat dipanen pada bulan Mei sedangkan durian pada bulan Januari. Teknologi yang dimanfaatkan sehari-hari oleh masyarakat desa masih tradisional terdiri dari alat-alat yang terbuat dari paduan besi dan kayu seperti cangkul, kapak, cun-cun dan parang yang digunakan untuk menebang kayu dan membuka hutan. Untuk pohon yang besar mereka mengupahkan dengan menggunakan sinso.
31
Apabila warga Desa Simerpara membuka lahan baru untuk bercocok tanam ma ka warga tersebut harus berkonsultasi dengan tokoh adat serta sebaliknya apabila mereka meninggalkan lahan dan tidak menanam tanaman tua maka pihak lain bisa menggarap kembali lahan tersebut. Tetapi apabila ditanan tanaman tua seperti durian, petai, jengkol dan karet maka lahan tersebut masih dimiliki oleh warga tersebut. Bertani dilakukan dengan sistem ladang berpindah dengan jangka waktu sekitar 2 tahun (3 kali masa panen padi) yang kemudian ditinggal untuk mencari lahan lain sebagai tempat menanam padi. Alasan mereka berladang berpindah karena unsur hara atau kesuburan tanah telah habis setelah tiga kali panen. Pembukaan lahan berpindah memerlukan waktu sekitar 4 bulan, untuk menebang kayu yang besar dan kecil dilakukan 2 bulan (bulan Maret dan Mei), menjemur lahan dilakukan 1 bulan (bulan Juni), membakar dan membersihkan lahan dilakukan bulan 1 bulan (bulan Juli). Kegiatan ladang berpindah tersebut membuat produksi pertanian masyarakat tidak optimal. Hal ini disebabkan masa pembukan lahan lebih lama dari masa memproduksi hasil pertaniaan, sehingga waktu yang digunakan masyarakat tidak efektif dimana lebih banyak bekerja dari menghasilkan. Sementara itu pada lahan lama pohon karet yang sebelumnya ditanam bersamaan dengan padi dibiarkan membesar. Demikian pula pada tanaman kemenyan yang ditanam pada hutan, cukup dengan membersihkan belukar di sekitar areal tanaman. Penanaman pohon kemenyan dilakukan secara berselang dengan tanaman tahunan lainnya seperti petai, durian dan jengkol. Pekerjaan berburu tidak secara khusus mereka lakukan, hanya sambil lalu dengan kegiatan berladang. Pada saat pembukaan hutan tidak jarang mereka bertemu dengan rusa atau babi hutan yang bisa mereka manfaatkan dagingnya untuk memenuhi protein hewani. Sebagian penduduk mencari ikan dan berternak ayam dalam jumlah kecil dan hanya cukup untuk konsumsi keluarga. Dalam sistem tata niaga, input yang mereka lakukan masih terbatas. Hal ini terlihat dari adanya keraguan warga untuk menggunakan modal untuk lahan pertanian seperti membeli pupuk, dan obat pestisida karena mereka ragu modal yang mereka gunakan tidak kembali. Oleh karena itu, mereka cenderung memanfaatkan kesuburan tanah saja. Hal ini mengakibatkan produksi pertanian masih terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kecuali pada tanaman
32
tertentu non pertanian seperti durian, jengkol, petai, karet dan kemenyan. Hasil pengumpulan tanaman ini dijual ke Salak. Di samping tanaman-tanaman di atas, penduduk Desa Simerpara juga mengambil hasil hutan untuk dijual secara berkala seperti kulit kayu siteluk ukur, kulit kayu mandu amas dan kayu alim. Untuk memenuhi karbohidrat sehari-hari penduduk desa
menanam berbagai
jenis sayuran seperti ubi kayu dan ubi jalar yang dimanfaatkan umbi dan daunnya. Pada musim paceklik ubi kayu merupakan makanan pokok sebagian penduduk. Dalam kaitannya dengan mata pencaharian, penduduk yang mayoritas bertani ladang berpindah. Kegiatan ekonomi lokal di Desa Simerpara perlu mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah, sebagai upaya meningkatkan pendapatan keluarga dan mengurangi ju mlah kelompok masyarakat miskin. Jumlah keluarga miskin di Desa Simerpara dapat dikurangi melalui program PKAT dengan mengadakan pelatihan ketrampilan sebagai alternatif untuk menambah mata pencaharian dan pemberian bantuan ekonomi produktif seperi bibit tanaman dan ternak.
Struktur Komunitas Pelapisan sosial di Desa Simerpara pada umumnya dikaitkan dengan faktor kepemimpinan (kepala desa). Dalam memilih pemimpin/kepala desa, klan Manik harus menjadi pemimpin formal dan pemangku adat di Desa Simerpara. Hal ini merupakan suatu tradisi yang harus dilaksanakan karena yang mendirikan Desa Simerpara merupakan klan Manik. Pemimpin formal di Desa Simerpara adalah kepala desa (kapung) yang diangkat oleh warga. Pengangkatan kepala desa lebih mengutamakan faktor adat dari pada faktor lainnya, termasuk faktor agama. Dalam kehidupan seharihari, pelapisan sosial tersebut tidak menimbulkan kesenjangan di antara warga masyarakat, sehingga kerukunan tetap terjaga dan interaksi sosial mereka tetap terjalin sesuai dengan norma-norma
yang
berlaku.
Untuk
menghindari
kesenjangan sosial yang ada di masyarakat, kepala desa dan tokoh masyarakat melakukan rembuk apabila ada warga yang ingin membuka lahan baru untuk bertani. Pelapisan sosial dari segi mata pencaharian tidak ada karena mayoritas penduduk Desa Simerpara adalah petani. 3
3
Kapung (bahasa Pak-Pak) kepala desa
33
Sementara yang menjadi pimpinan informal adalah tokoh adat. Penetapan seseorang masuk dalam tokoh adat dipengaruhi oleh klan marga dan kepemimpinan karismatik, keterlibatan seseorang dalam menyelesaikan masalah serta pengakuan dari masyarakat. Masyarakat Desa Simerpara masih taat dan menghormati kedua pimpinan tersebut di atas. Hal ini dapat dilihat apabila ada pertemuan yang diadakan kepala desa dengan warga maka seluruh warga turut hadir kecuali dari Dusun Lagan hanya sebagian yang datang karena jarak Dusun Lagan ke Dusun Simerpara cukup jauh. Kegiatan gotong royong dilakukan oleh masyarakat Desa Simerpara setiap bulan untuk memperbaiki jalan desa hampir semua warga desa turut serta. Bagi kepala keluarga yang berhalangan maka diwakilkan oleh anggota keluarganya. Masyarakat Desa Simerpara juga menghormati tokoh adat yang dalam penggunaan lahan desa, mengatasi konflik dan acara adat peran mereka sangat berpengaruh. Akses interaksi sosial / jaringan kerja penduduk Desa Simerpara terkait dengan pranata adat dan lingkungan geografis. Interaksi mereka dengan penduduk desa dan masyarakat sekitarnya berlangsung secara terbatas disebabkan keterbatasan sarana jalan dan transportasi umum. Proses interaksi sosial yang terjadi dilakukan oleh warga desa tersebut dapat dikatakan “sepihak”, dalam arti penduduk Desa Simerpara lebih sering keluar daripada didatangi oleh penduduk luar. Kedatangan penduduk luar ke desa tersebut sangat jarang terjadi kecuali kegiatan posyandu 3 bulan sekali. Bahkan kunjungan oleh aparat pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi sosial lainnya hampir tidak pernah terjadi. Akses warga desa berinteraksi dengan masyarakat luar hanya pada pekan mingguan pada hari Kamis, dalam rangka proses transaksi jual beli hasil pert anian dan hutan. Kontak dengan “dunia luar” termasuk pemerintah lembaga lainnya hampir seluruhnya dilakukan oleh kepala Desa Simerpara. Akses sosial dilakukan dengan pihak pemerintah pemerintah kabupaten Pak-Pak Bharat, Dinas Sosial tingkat I Sumatera Utara dan dengan investor tanaman nilam dari Jakarta. Interaksi sosial yang dilakukan antara Dusun Peaserpo, Simerpara dan Lagan, dilakukan pada hari Minggu dimana warga yang berada di Dusun Lagan dan Pea Serpo melakukan ibadah Gereja di Dusun Pea Serpo dan Simerpara. Bila tiba masa pembukaan lahan dan masa panen maka warga antar Dusun tersebut membantu kerabatnya dalam memanen dan sebaliknya.
34
Interaksi dan sistem keakraban yang terjalin antar warga di tingkat ketetanggaan, mencari kesepakatan tentang pembagian lahan, menyelesaikan masalah melalui musyawarah desa (runggu), gotong royong membuka lahan baru dan memanen hasil pertanian. Peran pemimpin desa secara formal dan informal
merupakan potensi lokal yang dapat mendukung pelaksanaan
pengembangan masyarakat melalui program PKAT di Desa Simerpara.
Organisasi dan Kelembagaan Sebelum diterbitkannya Undang Undang Pemerintahan Desa no. 5 tahun 1974 masyarakat Simerpara mengenal beberapa istilah bagi pemimpin seperti: kepala negeri, ketua dan kepala kampung (kappung). Kepala negeri untuk sebutan pimpinan beberapa kampung (kuta), sedang ketua dan kappung untuk pimpinan satu kuta. Secara teritorial keberadan Desa Simerpara berada dalam wilayah ulayat dari klan Manik dan masyarakat Desa Simerpara masih homogen. Kelembagaan pemerintah Desa Simerpara berada dalam wilayah ulayat dari klan Manik. Kelembagaan pemerintah desa terkait dan terintegrasi dengan hukum adat dan klan Manik. Pemimpin adat sekaligus merupakan pemimpin formal yakni sebagai kepala desa. Dengan terintegrasinya kepemimpinan adat dan kepemimpinan formal (kepala desa) maka tugas yang diemban kepala desa selain menjalankan roda pemerintahan juga sekaligus mengatur dan memimpin urusan adat. Masyarakat Desa Simerpara lebih terikat dan akrab dengan kelembagaan adat lokal daripada kelembagaan formal pemerintahan. Lembaga kemasyarakatan yang penting yang ada di Desa Simerpara adalah Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Tetapi kedua lembaga tersebut tidak berfungsi. Lembaga pendidikan seperti Sekolah Dasar (SD) yang sudah dibangun di Desa Simerpara tetapi belum berfungsi karena tenaga pendidik dari pemerintah belum ada. Organisasi kelembagaan murni yang sudah mengarah pada organisasi terdapat di Desa Simerpara. Adapun kelembagaan tersebut antara lain : 1. Sulang Silima adalah suatu lembaga adat yang terdiri dari beberapa marga yang mengikat warga dalam berinteraksi antara mereka. Dalam melakukan interaksi antar marga tersebut dikenal beberpa istilah kekerabatan seperti: a. Puhun yang berarti pihak yang dihormati dalam suatu acara adat b. Senina merupakan pihak yang menyelenggarakan acara adat
35
c. Perkebas merupakan pihak yang melakukan tugas-tugas dalam suatu pesta adat. Dalam proses acara adat yang dilakukan di Desa Simerpara diikuti oleh seluruh lembaga tersebut, tetapi acara adat yang dilakukan di desa lain cukup dengan mengirimkan beberapa oraang sebagai perwakilan. 2. Pengikat Rempu merupakan bentuk kelembagan yang ada pada kepala desa dan tokoh adat. Dalam prosesnya pengikat rempu ini berfungsi menyelesaikan permasalahan atau konflik yang terjadi di masyarakat, membagi pengolahan tanah dan acara adat yang dilaksanakan di desa tersebut. Pengikat rempu ini berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Simerpara. 3. Pertangiangan merupakan suatu perkumpulan keagamaan yang dilakukan oleh warga Desa Simerpara bagi yang beragama Kristen. Perkumpulan dilakukan pada malam hari di rumah warga secara bergilir dalam seminggu sekali. Adapun tujuan perkumpulah ini melakukan ibadah sesuai dengan agama yang mereka anut Sebagai bagian dari etnik Pak-Pak, Desa Simerpara tidak berbeda dengan masyarakat batak lainnya yang menganut garis keturunan secara patrilineal dalam pembentukan kelompok kekerabatannya (penurunan marga). Untuk mencari jodoh mereka menetapkan adat eksogami, tidak boleh menikah dengan orang semarga. Pelanggaran atas ketentuan ini dianggap sebagai incest yang mengakibatkan dikucilkannya orang yang bersangkutan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai penganut azas patrilineal maka adat menetap sesudah nikah di Simerpara tergolong dalam kelompok Virilokal, yakni pengantin baru bertempat tinggal di dekat kerabat suami. Hal ini juga berlaku bagi pembagian kekayaan/harta warisan yang juga didominasi oleh anak laki-laki. Dalam beberapa aspek lain kedudukan laki-laki juga lebih tinggi daripada perempuan karena laki-laki berperan sebagai penerus keturunan (marga/klan), berperan sebagai penanggung jawab keluarga, pelaksana utama dalam aktivitas adat dan wakil keluarga dalam setiap aktivitas adat. Berdasarkan uraian di atas, keberadaan lembaga pemerintahan desa dan lembaga adat merupakan potensi lokal yang dapat dijadikan mitra kerja dalam hal pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksana an kegiatan program PKAT. Menjadikan lembaga pemerintah desa dan lembaga adat sebagai mitra menumbuhkembangkan manfaat timbal balik dan mendukung kinerja kelompok kerja (pokja) KAT di Desa Simerpara.
36
Sumberdaya Lokal Luas Desa Simerpara lebih kurang 3534 ha semuanya merupakan hak ulayat dari marga Manik. Di Desa Simerpara terdapat sekitar dua belas ha lahan yang memiliki sistem pengairan yang alami tradisional, 500 ha lahan kering untuk berladang, 35 ha lahan diperuntukkan bagi pemukiman dan pekarangan, sisanya merupakan area hutan yang diklaim sebagai sebagai hak ulayat klan Manik. Penguasaan dan pemanfaatan areal tersebut didasarkan atas hak ulayat berdasarkan musyawarah adat yang dikenal dengan sebutan runggu. 4 Di lingkungan masyarakat Desa Simerpara hampir tidak dikenal pemilikan secara individual terhadap suatu wilayah atau areal tanah. Penguasan dan pemanfaatan suatu areal tanah tidak boleh bertentangan dengan hak ulayat klan Manik. Tanah hak ulayat klan Manik tidak dapat diperjual belikan, supaya equalibrium sosial dalam lingkungan ulayat klan Manik tetap terpelihara. Equalibrium sosial akan terjaga manakala penguasaan dan pemanfaatan suatu area tanah ditetapkan dan disepakati dalam musyawarah adat. Demikian juga pemilikan lahan baik untuk pemukiman maupun untuk lahan pertanian ditetapkan dalam suatu musyawarah adat. Apabila warga desa menggarap suatu areal tanah untuk dijadikan lahan bercocok tanam setelah beberapa
kali
panen
warga
meninggalkan lahan
tersebut,
maka
hak
penguasaanya dapat beralih tangan dan status tanahnya menjadi tanah adat ulayat klan Manik. Tetapi apabila warga pembuka lahan pertama menanami lahan tersebut dengan tanaman tua seperti durian, jengkol, karet, gambir dan sebagainya maka dia masih berhak atas lahan tersebut. Jumlah tanggungan anak yang relatif besar terkait dengan sumber daya lokal dimana semakin besar lahan yang dibuka maka memerlukan sumber daya manusia yang banyak. Berdasarkan uraian di atas, jumlah pemilikan lahan yang luas merupakan potensi untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui bantuan ekonomi produktif bibit coklat dan ternak. Sumber daya alam seperti bambu dan rotan dimanfaatkan untuk membuat kerajinan bagi warga yang mengikuti pelatihan ketrampilan. Sumber daya hutan seperti pohon jati dikelola menjadi papan, pasir dan batu diambil dari sungai sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk pembutan pemukiman, sekolah dasar, balai sosial dan rehabilitasi rumah warga dalam mendukung pelaksanaan kegiatan program PKAT. 4
Runggu (bahasa Pak-Pak) musyawarah yang diikuti seluruh warga desa
37
Gambaran Kemiskinan Secara umum sumb er daya manusia yang terdapat di Desa Simerpara relatif tertinggal. Tingkat buta huruf dan angka dan angka drop out pendidikan dasar anak usia sekolah dan masyarakat relatif tinggi. Hal ini disebabkan lembaga pendidikan belum ada di desa tersebut. Rendahnya sumberdaya penduduk Desa Simerpara disebabkan minimnya program pembangunan yang menembus warga masyarakat. Tidak adanya sarana pendidikan dan balai pertemuan sebagai sarana penyampaian informasi menyebabkan kemampuan masyarakat mengelola sumber daya alam terbatas. Lokasi Desa Simerpara yang terpencil, sulitnya jalan menuju desa dan tidak adanya transportasi yang menghubungkan penduduk desa dengan desa lain berdampak pada terbatasnya interaksi masyarakat dengan dunia luar. Kesulitan penduduk memasarkan hasil tanaman dan hasil hutan sehingga pengasilan masyarakat terbatas yang berakibat padan rendahnya kesejahteran masyarakat. Pemerintah daerah juga mengalami kendala dalam penyampaian program pembangunan ke Desa Simerpara. Kondisi
alam
yang
berbukit-bukit
dan
keterbatasan
ekonomi
mengakibatkan masyarakat membuka lahan baru yang tidak membutuhkan biaya dan mengandalkan kesuburan tanah dengan sistem ladang berpindah. Kebiasaan masyarakat yang telah me mbuka lahan di sekitar desa dan tidak menyewakan lahan pada kerabatnya merupakan salah satu pemicu ladang berpindah.
Akibat
ladang
berpindah
yang
dilakukan
penduduk
dapat
menyebabkan masa kerja lebih lama daripada memproduksi hasil pertanian. Membuka lahan pertanian membutuhkan waktu 3 bulan untuk memulai penanaman. Hal ini berlangsung dua tahun sekali, sehingga menyebabkan sistem produksi pertanian tidak efektif. Ladang berpindah juga menyebabkan keseimbangan ekosistem hutan mulai terganggu. Ladang berpindah berdampak cukup luas bagi kelangsungan bio fisik dan bio sosial masyarakat yang berada di sekitar hutan. Dewasa ini siklus kegiatan ladang berpindah semakin sempit dan pendek karena debet air sungai yang terus menyusut, kesuburan tanah berkurang dan terganggunya beberapa variditas flora dan fauna. Masalah tersebut sudah berlangsung cukup lama sampai sekarang. Untuk mengatasi masalah di atas masyarakat hanya memiliki sumber daya tenaga, lembaga adat dan gotong royong. Hal tersebut tidak cukup untuk
38
mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat. Mereka membutuhkan bantuan modal, penyuluhan pertanian, pelatihan ketrampilan dan pertanian untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Semua kebutuhan yang diperlukan masyarakat bersumber dari pemerintah daerah. Kemampuan masyarakat untuk mengakses sumber daya tersebut sangat terbatas. Hal ini disebabkan rendahnya sumber daya manusia yang berakibat mandulnya kreativitas masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat di atas dapat terpenuhi maka kemampuan masyarakat mengelola lahan pertanian lebih efektif dan tidak terpaku pada satu jenis tanaman. Melihat gambaran kemiskinan di Desa Simerpara, maka dengan ditetapkannya desa ini sebagai salah satu sasaran program PKAT adalah tepat. Kegiatan program PKAT yang dilaksanakaan di Desa Simerpara untuk memberdayakan warga memanfaatkaan potensi diri dan sumber daya alam untuk
meningkatkan pendapatan keluarga,
mengurangi jumlah keluarga miskin.
sumber
daya
manusia dan
PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPECIL Deskripsi Kegiatan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Program PKAT merupakan upaya penguatan mereka untuk menentukan sendiri pemenuhan kebutuhannya dengan telaahan dan penyusunan berbagai bentuk program kegiatan pembangunan melalui upaya perlindungan, penguatan, dan
pengembangan
guna
peningkatan
taraf
kesejateraan
sosialnya.
Penyelenggaraan kegiatan PKAT di Desa Simerpara dilaksanakan melalui Seksi Kesetiakawanan Sosial, Dinas Sosial propinsi Sumatera Utara. Masa program dilaksanakan selama tiga tahun. Pada saat ini kegiatan program PKAT telah berlangsung selama 2 tahun, pasca pelaksanaan pemberdayaan sumber daya manusia dan pembangunan lingkungan sosial. Sumber dana kegiatan program PKAT
dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2004 dan dana lain yang sah. Realisasi pelaksanaan anggaran program PKAT sebesar 600 juta. Seretnya penggunaan anggaran itu antara lain karena Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran baru terbit bulan Maret-April 2005. Selain itu juga karena ada aturan baru pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan Departemen Keuangan. Kegiatan studi kelayakan dilaksanakan oleh Seksi Kesetiakawanan Sosial Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dengan kerja sama tim ahli antropolog dan sosiolog yang ditujuk dari Universitas Sumatera Utara. Hasil dari pemetaan dan kajian etnografis diseminarkan di Medan dan Jakarta. Kegiatan PKAT disosialisasikan di kabupaten Pak-Pak Bharat, dimaksud agar terjalin kemitraan; kerja sama dengan berbagai pihak terkait mencakup kepedulian, kesetaraan, kebersamaan, kolaborasi dan jaringan kerja yang menumbuhkembangkan kemanfaatan timbal balik yang bermitra dengan KAT. Hasil sosialisasi tersebut terbentuk kelompok kerja berdasarkan Surat Keterangan Bupati Kepala Daerah Pak-Pak Bharat. Sosialisasi yang dilaksanakan diikuti oleh berbagai stakeholder diantaranya Dinas Pekerjaan Umum, Badan Pendapatan Daerah (Bappeda), Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Kesejahteraan Sosial, Camat Kecamatan Salak, Kepala Desa Simerpara dan tokoh masyarakat desa. Sosialisasi yang dilakukan mendapat masukan dan tanggapan pemerintah daerah kabupaten Pak-Pak Bharat berupa pembangunan gedung sekolah dasar 6 lokal dan penempatan guru bantu, pembukaan sarana jalan (pengerasan) 2 km dari Desa Kecupak I ke Desa Simerpara. Dari tokoh masyarakat Desa Simerpara
40
diajukan permintaan bibit tanaman coklat bagi masyarakat. Maksud sosialisasi dilaksanakan agar masyarakat mengetahui rencana program dan partisipasi dalam PKAT. Golongan partisipan kegiatan PKAT masyarakat Desa Simerpara yang terdiri dari 74 kepala keluarga (KK) yang terpisah dan bertempat tinggal di Dusun Pea Serpo dan Dusun Lagan yang akan di kondisikan dalam satu pemukiman di Desa Simerpara. Lingkup PKAT di Desa Simerp ara meliputi: 1. Penataan perumahan dan pemukiman meliputi pembangunan rumah sebanyak 30 rumah tipe 5x6, balai sosial 1 buah dan 44 rumah direhabilitasi. 2. Pengembangan sumber daya manusia meliputi latihan ketrampilan industri bambu dan rotan di pusat industri kabupaten Majalengka. Pelatihan ternak ikan mas dan pelatihan pertanian terpadu di pusat pendidikan dan pelatihan Cinagara Bogor. 3. Bantuan alat ketrampilan rotan dan bambu seperti kompresor pengupas rotan, gergaji, pisau dan martil. 4. Pemberdayaan ekonomi meliputi pemberian bantuan beko, pupuk urea 11½, bibit coklat ± 200 batang/KK, kambing 15 ekor, bibit ikan mas 2000 ekor, bebek 20 ekor dan ayam 20 ekor. 5. Bantuan jaminan hidup (makanan) selama 3 bulan meliputi beras 60 kg, gula 15 kg, ikan asin 6 kg dan kopi 6 kg / KK. Bantuan program PKAT diarahkan pada upaya pengembangan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan wajar sehingga mampu menanggapi berbagai perubahan dalam hidup bermasyarakat.
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pembangunan ekonomi lokal merupakan suatu konsep pembangunan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumber daya lokal yang ada pada suatau masyarakat, baik sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya kelembagaan. Pendayagunaan sumber daya tersebut dilakukan oleh masyarakat sendri bersama pemerintah lokal maupun kelompok-kelompok kelembagaan
yang
berbasis
pengembangan ekonomi
masyarakat
yang
ada.
Keutamaan
dari
yang berorientasi atau berbasis lokal ini adalah
penekanannya pada proses peningkatan peran dan inisiatif-inisiatif masyarakat lokal dalam pengembangan aktivitas ekonomi serta peningkatan produktivitas.
41
Pembangunan ekonomi menekankan pada memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia seoptimal mungkin, mengembangkan ketenagakerjaan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan pendapat tersebut program PKAT dalam usaha meningkatkan pendapatan dan memberdayaan ekonomi warga masyarakat Desa Simerpara memberikan bantuan pupuk, bibit coklat ± 200 batang/KK, kambing 15 ekor, benih ikan mas 2000 ekor, bebek 20 ekor dan ayam 20 ekor. Bagi warga yang menerima bantuan ternak membuat percontohan peternakan ikan mas dan unggas. Untuk pelatihan ternak ikan mas dan pelatihan pertanian terpadu memberdayakan warga desa yang dianggap mampu mengikuti pelatihan ke Pusdiklat Cinagara di Bogor. Untuk pelatihan ketrampilan rotan dan bambu memberdayakan warga mengikuti pelatihan ketrampilan di kabupaten Majalengka. Kegiatan pelatihan dilakukan untuk memotivasi dan menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Pelaksanaan kegiatan program PKAT di Desa Simerpara memanfaatkan sepenuhnya potensi ekonomi lokal, seperti kayu, pasir dan batu digunakan dalam rehabilitasi
perumahan
dan
pembuatan
pemukiman.
Wujud
partisipasi
masyarakat dalam kegiatan memanfaatkan potensi warga yang mempunyai ketrampilan dalam
merehabilitasi rumah, pembuatan pemukiman, pemberian
lahan kebun durian untuk tempat pembuatan pemukiman KAT. Penanaman bibit coklat, pembuatan kolam ikan dan kandang ternak kambing, ayam dan bebek yang menggunakan lahan pertanian milik warga. Pada dasarnya pemukiman dibuat supaya masyarakat yang hidup terpisah dalam beberapa Dusun dapat hidup bersama dalam suatu komunitas dan dapat berinteraksi dengan kerabatnya. Bantuan bibit coklat yang diberikan belum dapat
meningkatkan
pendapatan
keluarga
karena
masa
panen
membutuhkan waktu 3-4 tahun, mereka membutuhkan varitas tanaman muda yang dapat dipanen dalam waktu 3 bulan. Bantuan ternak ayam sudah dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan. Kerajinan bambu dan rotan belum menunjukkan hasil karena minat masyarakat belum ada, disebabkan kesibukan masyarakat dalam bertani. Relevansi pengembangan ekonomi lokal dengan pasar lebih luas dalam meningkatkan pendapatan warga Desa Simerpara belum menunjukkan hasil hal ini karena tanaman coklat belum berproduksi. Tetapi 4 tahun kemudian diprediksi dapat
berproduksi,
sehingga
meningkatkan
ekonomi
masyarakat
dan
42
menjangkau pasar lebih luas. Disamping itu, sarana jalan menuju desa menjadi hambatan yang harus segera diperbaiki untuk mendukung kegiatan penjualan keluar daerah.
Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial Mengacu pada konsep modal sosial, program PKAT di Desa Simerpara sudah mengacu pada konsep modal sosial karena apa yang tergambar di dalamnya sudah terdapat dalam pelaksanaan program PKAT di Desa Simerpara, yaitu: 1. Program PKAT merupakan serangkaian norma dan jaringan kerja yang menggerakkan masyarakat di Desa Simerpara untuk melakukan tindakan bersama untuk menunjang kegiatan ekonomi produktif dengan menggunakan lahan pertanian warga kesediaan masyarakat memberikan lahan untuk pembuatan pemukiman perumahan 2. Dalam kegiatan program PKAT masyarakat dan pelaksana program saling berinteraksi secara timbal balik atas dasar kepercayaan dan kejujuran melalui pemberian bantuan ekonomi produktif yang dimanfaatkan masyarakat, bantuan pemukiman dan kesediaan warga mengikuti pelatihan di Cinagara dan Majalengka. 3. Kesediaan
warga
melakukan
gotong
royong
membersihkan
lahan
pemukiman, merehabilitasi rumah tempat tinggal mereka sendiri dengan bantuan dana dari program PKAT . 4. Pengadaan bahan baku untuk perumahan menggunakan sumber daya alam Desa Simerpara dengan
memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk
mengambil papan di hutan, pasir dan batu di sungai. Gerakan sosial yang dibangun dalam pelaksanaan kegiatan program PKAT yaitu kegiatan gotong royong yang digerakkan oleh kepala desa untuk membuka lahan pemukiman untuk pembuatan 30 buah rumah. Kegiatan gotong royong diikuti semua kepala keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Dusun Simerpara melakukan gotong royong dalam membuat selokan air sejauh 2 km dari gunung Banto Tongkoh ke Dusun Simerpara. Gotong royong perbaikan sarana jalan ke Desa Simerpara dilakukan warga 1 kali dalam sebulan. Apabila terjadi longsor dan kerusakan jalan akibat hujan deras maka masyarakat secara spotan melakukan gotong royong untuk memperbaiki jalan.
43
Kebijakan dan Perencanaan Sosial Kebijakan dan pembangunan adalah dua konsep yang terkait. Sebagai sebuah proses peningkatan kualitas hidup manusia, pembangunan adalah konteks tempat kebijakan beroperasi. Sementara itu, kebijakan menunjuk pada kerangka kerja pembangunan, memberikan pedoman bagi pengimplementasian tujuan-tujuan ke dalam beragam program dan proyek. Sebagai
suatu
perubahan
terencana
dan
berkesinambungan,
pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan diimplementasikan ke dalam berbagai program yang dapat secara langsung menyentuh masyarakat. Pembangunan memerlukan cara atau pedoman tindakan yang terarah mengenai bagaimana meningkatkan kualitas hidup manusia tersebut. Suatu perangkat pedoman yang memberikan arah terhadap pelaksanaan strategi-strategi pembangunan dapat kita sebut sebagai kebijakan. Fungsi kebijakan disini adalah untuk memberikan rumusan mengenai berbagai pilihan tindakan dan prioritas yang diwujudkan dalam program-program pelayanan sosial yang efektif untuk mencapai tujuan. Mengacu pada panda ngan diatas program PKAT merupakan kebijakan pembangunan yang bersifat sentralistik dengan gaya “dari atas ke bawah” (top down approach), pada masyarakat KAT yang terisolir, miskin dan belum pernah disentuh
oleh
pembangunan.
Program
tersebut
masih
relevan
untuk
dilaksanakan, mengingat inisiatif dan kemampuan masyarakat masih rendah untuk meningkatkan kesejahteraannya. Proses penyusunan program dan pelaksanaan PKAT di Desa Simerpara memperhatikan kondisi objektif permasalahan internal dan eksternal. Kegiatan tersebut diwujudkan dalam studi kelayakan, mempunyai landasan, komitmen, tahap persiapan, pelaksanaan, monitoring dengan tujuan KAT dapat hidup wajar, jasmani, rohani dan sosial serta aktif dalam pembangunan sesuai dengan adat istiadatnya. Tetapi dalam pelaksanaannya bantuan yang diberikan kurang memperhatikan waktu, substansi kebutuhan dan pola tanam masyarakat. Kegiatan program PKAT yang dilaksanakan di Desa Simerpara belum memenuhi keberlanjutan (sutainable development) sehingga dapat diprediksi program tidak berhasil. Untuk itu perlu memperhatikan kelanjutan program PKAT dan sistem pendampingan yang merupkan salah satu faktor pendukung keberhasilan program.
MAKNA PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL BAGI RUMAHTANGGA Bermula dari musyawarah yang dilakukan antara warga Desa Simerpara tentang keterbatasan yang dialami warga di Dusun Lagan dan Dusun Pea Serpo dan Dusun Simerpara yang menempati rumah dari atap rumbia berdinding tepas dan berlantai tanah. Kesulitan menjual hasil pertanian ke pasar Salak karena jalan yang rusak, belum ada penerangan untuk rumahtangga, sekolah dasar untuk pendidikan anak-anak dan Posyandu di Desa Simerpara.
Hasil
musyawarah yang dilakukan di rumah kepala Desa, warga meminta kepala Desa untuk menyampaikan kondisi dan masalah yang ada di Desa Simerpara kepada pemerintah daerah. Untuk memenuhi permintan masyarakat kepala Desa Simerpara (Tm) dan mantan kepala Desa menemui kepala Seksi Kesetiakawanan Sosial Nasional Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara di Medan. Pada kesempatan tersebut kepala Desa menyampaikan keadaan masyarakat dan kondisi Desa Simerpara, agar mendapat perhatian dari Dinas Sosial. Untuk memenuhi permintaan kepala Desa Simerpara, kepala Seksi Kesetiakawanan Sosial Nasional setelah melakukaan kordinasi dengan Kepala Sub Dinas Keperintisan Kejuangan dan Kepahlawanan. Bulan Maret 2003 kepala Seksi Kesetiakawanan Sosial Nasional melakukan pemetaan dan pejajakan awal ke Desa Simerpara untuk melihat langsung kondisi Desa. Hasil pemetaan dan penjajakan awal dilaporkan kepada atasannya, setelah melakukan koordinasi dengan kepala Dinas Sosial. Selanjutnya dibentuk Tim Studi Kelayakan Persiapan PKAT ke Desa Simerpara. Tim tersebut tediri dari Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara (Rs) dari Universitas Sumatera Utara (USU) (Ht, dan Pw). Hasil dari Studi Kelayakan yang dilakukan di Desa Simerpara diseminarkan di Hotel Said Medan pada bulan September 2003 dan Hotel Parama Bogor bulan Nopember 2003. Program PKAT disosialisasikan tanggal Juli 2003 di Kantor Bupati PakPak Bharat di Salak yang diikuti oleh seluruh instansi terkait meliputi Dinas Pendidikaan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Kepala Desa Simerpara dan tokoh masyarakat (L m). Hasil dari sosialisasi terbentuk Kelompok Kerja (Pokja) Komunitas Adat Terpencil
45
(KAT) Kabupaten. Pada kesempatan tersebut tokoh masyarakat meminta bantuan tanaman bibit coklat.
Pembangunan Gedung Sekolah Dasar Pembangunan gedung sekolah dasar sebanyak 6 lokal dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2004 di Desa Simerpara dilakukan oleh Tim Pokja KAT yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten Pak-Pak Bharat. Kepala sekolah dasar (Hb) dimutasi dari sekolah dasar Desa Kecupak I ke sekolah dasar Desa Simerpara oleh Dinas Pendidikan kabupaten Pak-Pak Bharat. Ia dibantu 4 orang guru (Htb, Rb, Ls dan Tm) warga Desa Simerpara yang diangkat menjadi guru bantu oleh Dinas pendidikan Kabupaten Pak-pak Bharat. Mereka ialah tamatan sekolah menengah umum. Kegiatan belajar mengajar dimulai bulan Juni 2005. Setiap 1 guru bantu diberi tanggung jawab untuk mengawasi 1 kelas. Gaji yang mereka terima 2 orang dari pemerintah daerah Kabupaten Pak-Pak Bharat dan 2 orang dari pemerintah pusat yang dibayarkan melalui Bank Rakyat Indonesia sebanyak Rp. 450.000,- /bulan. Sekolah dasar yang dibangun di Desa Simerpara bermanfaat untuk meningkatkan sumber daya manusia dan membantu mengurangi biaya pendidikan anak sekolah. Dulu anak sekolah da sar kelas 4, 5, dan 6 melanjutkan pendidikan di Kecamatan Salak, sekarang mereka sudah dapat sekolah di Desa, seperti yang diungkapkan Hb (43) tahun kepala sekolah dasar Desa Simerpara sebagai berikut: “Pembangunan sekolah di Desa Simerpara dapat meningkat kan sumber daya manusia, anak-anak yang sebelumnya putus sekolah sekarang sudah dapat melanjutkan sekolahnya kembali. Orang tua merasa senang karena dapat mengurangi biaya pendidikan anak sekolah”. Hal senada juga diungkapkan oleh Htb (33) tahun guru bantu di sekolah dasar sebagai berikut: ”Biaya pendidikan dapat dijangkau keluarga, anak-anak dapat membantu orang tua dan keluarga yang tidak mampu menjadi mampu menyekolahkan anaknya, pulang sekolah tenaga anak dapat dimanfaatkan untuk membantu orang tua di rumah dan di ladang”. Setelah dibangun sekolah dasar di Desa Simerpara jumlah anak sekolah bertambah, anak yang putus sekolah dapat melanjutkan pendidikan kembali. Setelah sekolah dibangun di Desa Simerpara murid sekolah dasar bertambah dari 48 orang menjadi 57 orang. 12 orang murid kelas 1, 9 orang murid kelas 2, 8
46
orang murid kelas 3, 11 orang murid kelas 4, 10 orang murid kelas 5, dan 7 orang murid kelas 6. Seperti yang diungkapkan Dm (42) warga Dusun Simerpara sebagai berikut: “Pembangunan sekolah yang sudah dilakukan dapat meningkatkan pendidikan anak-anak dan mengurangi pengeluaran keluarga karena selama ini anak saya sekolah di Salak”. Guru bantu di sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang D2 yang dilaksanakan hari Sabtu dan Minggu di kecamatan Salak dari perwakilan Fakultas Pendidikan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Menurut (Hb) kepala sekolah dasar, kendala yang dihadapi guru bantu dalam mengajar anak murid di sekolah dasar yaitu kurang kursi, meja, papan tulis untuk kegiatan belajar, buku panduan untuk guru bantu, dan buku bacaan murid. Untuk mengatasi kendala tersebut Ia menggandakan buku guru yang mengajar di sekolah dasar Desa Kecupak I, dan mengajukan kebutuhan ke Dinas Pendidikan kabupaten Pak-Pak Bharat. Di samping itu kepala keluarga membayar iuran Rp 5.000,- perbulan untuk 1 anak yang sekolah dan Rp 6.000,perbulan untuk 2 anak atau lebih yang sekolah. Iuran ini dimaksudkan untuk menambah gaji guru bantu dan perawatan sekolah serta membeli peralatan kapur tulis untuk mengajar.
Bantuan Bibit Coklat dan Pupuk Bantuan bibit coklat (Cacao) sesuai dengan permintaan warga pada waktu sosialisasi yang diselenggarakan di Kantor Bupati Kabupaten Pak-Pak Bharat bulan Juli 2003 antara pelaksana program KAT, pemerintah daerah dan kepala Desa serta tokoh masyarakat (Lm). Bantuan bibit coklat dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dalam empat tahun kemudian. 74 rumahtangga mendapat bantuan bibit coklat. Pendistribusian bantuan bibit coklat yang dibagikan kepada masyarakat tidak merata atau berbeda-beda karena diberikan pada bulan Juli tahun 2004 yang seharunya bulan Agustus pada saat musim tanam padi dan palawija. Hal ini disebabkan pelaksana program kurang memahami waktu kegiatan bercocok tanam masyarakat Desa Simerpara. Seperti diungkapkan oleh Jb
(43) tahun
warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Bibit coklat diberikan pada saat lahan pertanian sudah ditanami sehingga masyarakat tidak mempunyai kesiapan untuk menanamnya. Bantuan yang diberikan tidak tepat waktu, bibit coklat diberikan pada bulan 7 dimana pada waktu itu musim kemarau”.
47
Bibit coklat diterima pada waktu lahan masyarakat sudah ditanami, sehingga mereka menemukan kesulitan untuk menentukan lahan/membuka lahan pertanian. Akibatnya ada perbedaan penerimaan bi bit coklat antar warga Desa, ada yang menerima 100 batang, 150 batang, 200 batang, dan 250 batang, yang seharusnya setiap rumahtangga menerima 180 bibit coklat. Bibit coklat tersebut ditanam di lahan pertanian dengan jarak antara batang sekitar 3-4m. Akan tetapi ada sebagian warga menanam bibit coklat di lahan pertanian yang sudah ditanami palawija. Warga yang sedikit menerima bibit coklat meminta kepada pelaksana program agar pembibitan coklat langsung dilakukan di lahan pertanian milik warga sehingga mengurangi resiko kerusakan bibit coklat. Siklus untuk bercocok tanam sudah melembaga pada masyarakat Desa Simerpara. Penanaman bibit coklat dilakukan pada bulan bulan Agustus. Pada saat itu masyarakat sudah siap dengan lahan pertanian yang sudah dibersihkan dan saat musim turun hujan. Bibit coklat yang diterima warga ditanam di lahan mereka sendiri di sekitar dusun dan sebagian bersebelahan dengan hutan. Coklat tersebut dapat tumbuh diantara tanaman palawija seperti jagung dan cabe. Disamping itu ada berbagai jenis tanaman tua seperti petai dan durian. Pemeliharaan yang dilakukan setiap keluarga berbeda ada keluarga yang menggunakan cun-cun sejenis sabit, ada yang menggunakan cangkul untuk mengikis tumbuhan liar dan ada keluarga menyemprot dengan pestisida. Pemeliharaan bibit coklat hampir sama dengan tanaman palawija lainnya seperti kacang tanah, jagung dan cabe mereka membersihkan tanaman liar dengan menggunakan cun-cun, karena masyarakat tidak mempunyai pengetahuan dalam menanam coklat. Untuk memelihara tanaman coklat disemprot dengan roundap sejenis herbisida untuk mematikan tanaman rumput di sekitar pohon coklat. Apabila dibabat biaya terlalu tinggi untuk membersihkan tanaman coklat 1 Ha membutuhkan biaya Rp. 200.000,- sehingga mereka tidak mampu. Seperti diungkapkan oleh Rb (34) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Membersihkan 300 bibit coklat dengan cara mengikis meggunakan cangkul, tetapi rumput yang di dekat batang dicabut. Pemeliharaan yang dilakukan membutuhkan waktu 4 hari. Bibit coklat yang saya tanam dapat tumbuh dengan baik tetapi sebagian tidak dapat tumbuh karena daunnya berguguran sebanyak 6 batang”. Pemeliharaan membutuhkan waktu yang berbeda, tergantung dari jumlah tanaman
coklat
dan
tenaga
kerja.
Pemerliharaan
dilakukan
dengan
48
menggunakan tenaga keluarga. Bantuan pupuk sebanyak urea 11½ kg /kk diperuntukkan untuk tanaman jagung dan padi karena jumlah tersebt tidak cukup untuk tanaman coklat. Satu tahun sudah bibit tanaman coklat di lahan pertanian warga belum pernah diberi pupuk dan hanya mengandalkan kesuburan tanah. Seperti diungkapkan oleh Htb (50) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: “Pupuk urea yang saya diterima 11½ kg digunakan untuk tanaman jagung karena coklat yang ditanam tumbuh subur di ladang saya”. Hal senada juga diungkapkan Lm (70) tahun warga Dusun Simerpara: Bantuan pupuk yang saya diterima sebanyak 11½ kg digunakan pada tanaman jagung. Sampai pada saat ini tanaman coklat di lahan pertanian saya belum pernah diberi pupuk karena tanaman coklat dapat tumbuh dengan subur, Dua keluarga mengembangkan tanaman coklat dengan menambah 650 bibit coklat di Dusun Simerpara, antara lain dilakukan oleh Lm (70) tahun, yang mempunyai lahan pertanian seluas 5 Ha yang terdapat di Dusun Simerpara. Tindakan ini merupakan ini siatif warga sendiri, karena tanaman di lahan pertaniannya dapat tumbuh subur tanpa diberi pupuk. Kenyatanya hanya 15 batang yang tidak dapat tumbuh. Menurut Lm karena kualitas bibit yang diterima tidak sama. Penyemprotan tanaman coklat tidak pernah dilakukannya. Pembibitan dilakukannya sendiri dengan memasukkan bibit coklat ke dalam poly bag. Diatas tanaman tersebut dibuat pengaman setinggi 1 meter untuk mengindari terik matahari, karena menurut pendapat L m coklat yang berumur 1-4 bulan rentan terhadap sinar matahari. Di Dusun Pea Serpo pengembangan bibit coklat dilakukan oleh Mbm (33) tahun. Ia memiliki lahan 3 ha yang terpencar dalam dua lokasi. Ia menerima bibit coklat sebanyak 250 batang, yang dikelola bersama keluarganya. Sebelum bibit coklat diterima Ia sudah mempersiapkan lahan. Ia sudah mengembangkan tanaman coklat dengan menambah 350 bibit coklat, karena coklat yang ditanam di lahan pertanianya dapat tumbuh meskipun hanya mengandalkan kesuburan tanah. Tanaman coklat tidak pernah disemprot dengan pestisida. Tanaman coklat yang ditanam di sekitar Dusun dapat tumbuh dan berkembang, serta tidak mendapat gangguan dari binatang liar. Tidak terdapat rumput dan ilalang
di sekitar tanaman coklat. Penanaman yang berbatasan
dengan hutan mendapat ganguan serangan rusa yang mengakibatkan tanaman
49
tidak dapat berkembang. Seperti diungkapkan oleh Mbm (50) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Tanaman coklat di ladang saya dimakan rusa sebanyak 170 batang dan sekarang sisanya 30 batang”. Tidak banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, karena tanaman coklat yang ditanam jauh dari pemukiman. Keadaan ini tidak memungkinkan untuk menjaga tanaman setiap hari dari serangan binatang liar. Mereka juga bekerja di lahan lain untuk menanam tanaman palawija dan padi. Seperti diungkapkan oleh Lm (33) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Lahan berpencar merugikan para petani, binatang liar memakan tanaman sehingga membutuhkan penjagaan”. Semua warga tidak dapat berfokus pada tanaman coklat saja karena coklat tersebut belum berproduksi. Menurut Dm warga terlalu sibuk bekerja karena mempunyai lahan pertanian yang berbeda tempat. Mereka bekerja tetapi belum dapat memperoleh hasil pertanian secara optimal. Hal ini karena kurangnya biaya untuk bertani dan hanya mengandalkan kesuburan tanah yang dapat dimanfaatkan 3 kali masa panen untuk menanam padi, selanjutnya mereka membuka lahan baru untuk menanam padi. Masyarakat memang giat bekerja tetapi tidak mempunyai prinsip dalam bertani artinya apabila tanaman cabe mahal di pasar maka mereka menanam cabe dan tidak memperhitungkan harga penjualan cabe akan berubah setiap waktu. Di samping itu mereka harus memenuhi kebutuhan keluarga dengan menanam palawija. Seperti diungkapkan oleh Tm (38) tahun kepala Desa sebagai berikut: “Tanaman coklat yang diberikan belum dapat meningkatkan ekonomi keluarga karena masa produksi membutuhkan waktu yang lama sekitar 3-4 tahun”. Warga membutuhkan bibit tanaman palawija yang dapat dipanen dalam waktu 3 bulan seperti cabe, jagung dan kacang merah. Kendala masyarakat dalam memelihara bibit coklat tidak dapat mengedalikan serangan rusa. Seperti yang diungkapkan Lm (70) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: Bibit coklat yang ditanam 10 tidak tumbuh dan disisip dengan bibit coklat yang baru. Saya tidak tahu apa penyebab coklat tersebut tidak dapat berkembang, mula-mula daunya kuning beberapa hari kemudian berguguran,
50
Pendapat yang sama juga diungkapkan Mbm (33) tahun warga Dusun Pea Serpo: “Belalang yang memakan daun coklat sehingga tidak mempunyai dahan tetapi tumbuhnya bagus”. Kepala Desa juga tidak tahu cara memelihara coklat sehingga warga dibiarkan memelihara coklat menurut pengetahuan mereka. Mm yang mengikuti pelatihan pertanian terpadu di Cinagara tidak dapat memberikan kontribusi untuk memelihara bibit coklat karena pelajaran untuk merawat tanaman coklat tidak diterima. Mereka diberi pelajaran cara memelihara palawija, pembuatan kompos dan pestisida dari tanaman dan kotoran sapi, serta beternak ikan mas dengan sistem air deras. Harapan masyarakat terhadap pelaksana program agar: 1. Bantuan disesuaikan dengan waktu bercocok tanam masyarakat Desa Simerpara 2. Penyuluhan
pertanian
untuk
memahami
cara
bercocok
tanam
dan
mengindari hama dan penyakit 3. Pupuk dan obat pestisida untuk pemeliharaan tanaman coklat dan palawija 4. Bantuan varitas tanaman palawija yang dapat dipanen setelah 3 bulan 5. Bantuan parang, cangkul dan alat penyemprotan pestisida.
Bantuan Perumahan dan Rehabilitasi Pemukiman Pelaksanaan kegiatan program PKAT memberdayakan 74 rumahtangga. Pembuatan pemukiman sebanyak 30 dan rehabilitasi rumah sebanyak 44 dilakukan selama 6 bulan oleh rekanan CV. Rasiman Jaya dari Medan. Pembuatan pemukiman dan rehabilitasi rumah dimulai dari bulan Agustus 2004 sampai dengan Januari 2005. Pembuatan pemukiman KAT menggunakan
lahan pokok durian milik
(Jm) tokoh masyarakat. Kerugian diterimanya berkurang pendapatan keluarga, tetapi Ia merasa senang karena cucunya mendapat rumah di pemukiman untuk tempat tinggal. Konpensasi atas tanah yang diberikan warga diselesaikan secara adat yang merupakan tradisi suku Suak Sim-Sim. Untuk mengganti tanah diberikan sebuah ulos (sejenis selendang yang merupakan pakaian adat masyarakat Pak-Pak) untuk menghargai jasanya. Hal tersebut dilakukan oleh kepala Desa (Tm) dengan (Lm dan Mm) tokoh masyarakat. Meratakan lahan durian dilakukan oleh warga secara bergotong royong. Pohon durian di tebang dengan menggunakan sinso milik (Htb) yang dibayar Rp.
51
10.000,- /batang oleh pemborong CV. Rasiman Jaya. Warga yang ikut membuat bangunan rumah mereka yang mempunyai keahlian di bidang pertukangan membantu pemborong mendapat honor sebesar Rp. 25.000,- /hari. Untuk pengadaan papan, pasir dan batu warga bekerja secara padat karya mendapat honor dari pemborong. Pasir dan batu diambil dari sungai Lau Sideang-deang dan Lau Laeordi. Pembayarannya pasir dan batu dihitung perkubik belum termasuk kenderaan milik kepala Desa untuk mengangkut ke lokasi pembuatan rumah. Papan diambil oleh warga ke hutan dari gunung Pinantar dengan bayaran 10.000 / lembarnya termasuk ongkos biaya pikul dari hutan. Pengangkatan bahan baku semen dan seng dari gudang yang terdapat di samping rumah kepala Desa sejauh 200 m ke lokasi pembutan pemukiman dilakukan oleh warga. Sebanyak 30 rumahtangga mendapat bantuan perumahan dan 34 rumahtangga rumahnya direhabilitasi. Warga yang menerima perumahan pemukiman KAT diseleksi oleh sekretaris Desa dan kepala Desa. Rumah yang masih layak huni mendapat bantuan rehabilitasi seng, semen, papan. cat dan paku. Kegiatan
rehabilitasi
rumah
dilakukan
dengan
memberdayakan
rumahtangga untuk mengecat dan mengganti seng sebanyak 5 sampai 10 buah. Rumah yang kondisinya parah berdinding tepas dan berlantai tanah dikerjakan oleh pemborong terutama membangun lantai rumah, dinding dan mengganti seng. 35 rumahtangga dapat memperbaiki rumahnya, 9 rumah deperbaiki oleh pemborong. Warga yang mengalami kendala seperti memasang seng dalam memperbaiki rumah dibantu oleh menantu dan saudaranya. Manfaat rehabilitasi rumah ialah rumah tidak lagi bocor pada saat hujan turun terutama bulan (Agustus, September, Nopember, Desember Januari, Februari). Warga dulu menempati rumah yang tidak layak huni. Pada saat turun hujan warga tidak tahu sisi mana lagi dirumah yang masih bisa ditempati disebabkan atap rumah bocor karena seng sudah terlalu lama dan berkarat. Setelah perbaikan rumah mereka merasa senang dan aman sekeluarga. Seperti diungkapkan oleh Mbm (33) tahun warga Dusun Pea Serpo sebagai berikut: ”Saya merasa senang dan aman, keluarga saya terlindungi. Sebelum rumah saya direhabilitasi apabila hujan turun hampir semua atap rumah saya bocor, rumah yang dulunya dingin karena berlantai tanah sekarang sudah hangat dan barang-barang lemari pakaian dan peralatan bertani disusun dengan rapi”
52
Hal sen ada juga diungkapkan oleh Lm (47) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Dulu rumah saya tidak bersih karena berlantai, sekarang menjadi rapi dan nyaman untuk ditempati, barang-barang di rumah tidak kena debu lagi”. Kegiatan mengecat rumah dengan kapur dilakukan membuat semua rumah warga di Desa Simerpara berwarna putih. Rumah yang terlihat selalu kurang bersih, menjadi layak untuk ditempati. Program PKAT di Desa Simerpara turut mengubah pola kerja warga. Warga yang dulu membuka ladang berpindah membuka lahan bersama keluarganya, setelah menempati pemukiman mereka dapat membentuk kelompok membuka ladang secara bersama-sama. Warga yang dulu merasa terasing hidup berpencar dalam beberapa dusun, setelah menempati rumah pemukiman hubungan mereka lebih akrab. Waktu kerja warga bertambah, kerja lebih efektif mereka bersama-sama ke ladang jam 8 pagi dan pulang sore jam 16.30 terutama warga yang menempati perumahan dan membuka ladang berpindah bersama -sama. Seperti yang diungkapkan oleh Ab (30) warga yang tinggal di Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Saya ikut bersama-sama dengan warga membuka lahan di Penggegen, lahan yang dibuka seluas 1 ha, untuk penanaman pertama saya ingin menanam padi karena kesuburan tanahnya masih tinggi”. Ada pengembangan lapangan kerja dengan terbentuknya kelompok membuka lahan baru antara warga yang ada di pemukiman dengan warga yang berada di Dusun Simerpara. Kelompok yang dibentuk masyarakat untuk membuka lahan baru terdiri dari 20 kepala keluarga membuka lahan secara bersama -sama di Penggegen. Lokasi lahan yang dibuka sejauh 2 km dari pemukiman dan dapat ditempuh setengah jam perjalanan menelusuri jalan setapak. Lahan yang telah dibuka seluas 10 Ha dari rencana 20 Ha. hal ini karena terbatasnya tenaga dan waktu untuk menjemur kayu 1 bulan sampai bisa dibakar. Keinginan warga membuka lahan tersebut untuk meningkatkan pendapatan keluarga dengan menanam padi dan cabe serta bibit coklat bantuan dari program PKAT sebanyak 8.000 batang. Seperti yang diungkapkan oleh Ep tahun (37) warga menempati pemukiman ”Saya merasa senang mendapat bantuan perumahan karena dapat lebih dekat dengan tetangga, kerja sama dengan kerabat membuka lahan bersama-sama di Penggegen. Saya berencana menanam padi dan cabe pada lahan yang baru serta bibit coklat bantuan dari sosial”.
53
Hal senada juga diungkapkan oleh Ls (43) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Kami membuka lahan di Penggegen bersama-sama dengan warga pemukiman. Lahan baru yang saya dibuka seluas 1 ha. Rencana saya mau menanam coklat dan cabe. Sekarang lahan yang saya buka memasuki pengeringan dan seminggu ini akan dibakar”. Satu rumahtangga (Cb) di pemukiman memanfaatkan rumah menjadi warung yang menjual teh manis, kopi, kopi susu, rokok dan mie serta ubi goreng. Warung dibuka pagi jam 7-8 dan sore jam 5-8 malam. Ia membuka warung untuk menambah pendapatan keluarga karena di Desa Simerpara jarang warga mengupahkan lahan pertaniannya untuk dikerjakan. Kegiatan yang mereka lakukan pada mala hari bermain domino, dan bercanda dengan kerabatnya. Warga juga memanfaatkan depan rumah dengan menanam kacang tanah dan jagung karena lahan pekarangan perumahan seluas 1 Ha. Mereka juga memanfaatkan belakang rumah dengan memelihara ternak ayam karena setiap rumah ada tanah kosong seluas 7x11 m. Seperti yang diungkapkan oleh Rb (34) warga pemukiman sebagai berikut: ”Manfaat perumahan bagi kami keluarga merasa tenang dan rasa aman, dapat bertukar pikiran dengan tetangga, tidak merasa terasing, informasi lebih cepat diterima, hubungan denga tetangga lebih dekat dan akrab. Memelihara ayam di belakang pemukiman, menanam kacang tanah, jagung, dapat membuka lahan secara berkelompok. Rencana kami membuat jalan alternatif sepanjang 1½ ke lokasi baru di Penggegen”. Pemukiman perumahan warga Desa Simerpara
mengubah pola
hubungan antara warga, yang semula hidup terpisah lalu berkelompok. Seperti yang diungkapkan oleh L m (33) warga pemukiman sebagai berikut: ”Keluarga saya merasa senang karena sebelumnya tidak mempunyai rumah sekarang sudah memiliki rumah, ada rasa aman dan tenang, dapat berternak ayam di belakang rumah. Dapat melakukan komunikasi dengan warga di warung pada malam hari, hidup lebih cerah”. Hal senada juga diungkapkan oleh Ep (37) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Sebelum pindah saya tinggal bersama ayah saya di Dusun Pea Serpo. saya senang mendapat bantuan perumahan karena dapat lebih dekat dengan tetangga, kerja sama dengan kerabat membuka lahan bersamasama di Penggegen”. Hubungan warga menjadi akrab, gotong royong bisa dilakukan bersamasama yang semula 1 kali sebulan menjadi 2 kali sebulan. Jumlah jam kerja bertambah. Setiap kepala keluarga dapat menempati satu rumah, tidak seperti
54
yang sebelumnya, mereka tinggal satu rumah dengan mertua. Banyak keluarga dapat berkumpul yang selama ini terpisah dalam 3 Dusun. Perumahan KAT yang dibangun di Desa Simerpara belum sepenuhnya ditempati warga. Sebagian warga masih menetap di lahan pertanian selama 1 minggu pada musim tanam dan panen mereka di Dusun Lagan. Untuk berjalan ke Dusun Lagan membutuhkan waktu 1½ jam. Alasan, mereka karena tanaman Gambir sudah berproduksi dan untuk menjaga dari serangan binatang liar yaitu rusa. Mereka meninggalkan anggota keluarganya di perumahan. Keadaan masyarakat sebelum mendapat bantuan, mereka hidup dan menetap di lahan pertanian khususnya warga yang berada di Dusun Lagan. Semangat gotong royong rendah, hidup berkelompok tetapi setelah mendapat bantuan semangat gotong masyarakat meningkat. Seperti yang diungkapkan oleh Sb (33) warga pemukiman sebagai berikut: ”Dulu saya merasa terasing tinggal di Dusun Lagan gotong royong jarang saya ikuti, sekarang anak-anak saya dapat bermain dengan tetangga dan gotong royong dapat saya ikuti”. Kendala yang dihadapi warga dalam menempati rumah pemukiman antara lain : 1. Satu rumah bocor, persambungan atap seng terlalu jarang, apabila turun hujan air masuk ke rumah 2. Belum adanya dapur di semua rumah pemukiman yang diterima warga, menurut pelaksana program hal ini merupakan upaya memberdayakan warga untuk membuat dapur 3. Satu lantai rumah sudah pecah disebabkan kurang semen untuk membuat lantai 4. Sebanyak 13 kunci rumah tidak pas sehingga kunci pintu rumah tidak dapat digunakan untuk mengunci rumah Untuk mengatasi kendala tersebut warga melakukan perbaikan sendiri, memperbaiki atap ruma h dan membuat dapur darurat di belakang rumah. Kunci yang tidak bisa dipakai digantikan dengan kunci gembok. Keinginan warga dari program PKAT antara lain: 1. Bantuan sarana penerangan/genset 2. Bantuan pipa selokan air sampai ke lingkungan pemukiman untuk kebutuhan air bersih dan MCK
55
3. Sertifikat atas tanah dan bangunan dari pemerintah daerah karena ada kekuatiran warga yang tinggal di pemukiman, bila suatu saat nanti lahan pemukiman dipermasahkan. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan program PKAT adalah kond isi jalan yang rusak karena tidak semua jalam ke Desa dibangun. Kenderaan untuk mengangkut bahan baku semen dan seng dari kecamatan ke Desa Simerpara hanya 1 jeep. Kegiatan pendampingan yang dilakukan disesuaikan dengan masuknya kenderaan ke Desa Simerpara pada hari Kamis. Pada musim hujan proses untuk mengangkut semen, seng dan paku terhambat disebabkan jalan tidak dapat dilewati karena licin dan berlumpur. Kondisi jalan yang demikian membuat terhambatnya bahan baku seperti semen, seng dan paku sampai ke Desa Simerpara. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala pelaksana program mendorong pemerintah daerah (Pekerjaan Umum) segera memperbaiki jalan dan mendorong masyarakat untuk melakukan gotong royong untuk perbaikan jalan. Untuk mengangkut barang bantuan dan bahan baku pembuatan pemukiman menggunakan jeep yang memerlukan dua orang kondektur, karena pada saat jeep melewati jalan licin dan tanjakan terpaksa dibantu. Pernah pada bulan Nopember saat musim hujan mereka terpaksa tidur di hutan karena mobil mogok dan tidak dapat jalan. Kadang-kadang untuk mengangkut pasir dan batu untuk pembuatan pemukiman dilakukan dengan terburu-buru karena takut hujan akan turun. Keinginan warga terhadap kegiatan program selanjutnya agar kegiataan dan bantuan ditambah karena warga belum berdaya dan tidak mempunyai akses untuk melakukan hubungan dengan dunia luar. Bantuan dan penyuluhan diharapkan berkelanjutan sampai masyarakat mandiri. Keinginan pelaksana program terhadap kelompok kerja (Pokja) kabupaten agar lebih intensip memberi penyuluhan pada warga Desa Simerpara.
Pembangunan Balai Sosial Pembangunan sarana pertemuan Balai Sosial dilakukan karena tidak adanya sarana bagi masyarakat untuk bermusyawarah. Balai Desa yang dulu dimiliki masyarakat dijadikan tempat tinggal kepala Desa, sejak beliau terpilih menjadi kepala Desa. Masyarakat menerima karena sebelumnya beliau tinggal di
56
Medan. Balai Sosial dibangun dengan luas 10x12 m bersamaan dengan pemukiman komunitas adat terpenci pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Januari 2005,
ditengah lingkungan pemukiman KAT di Dusun Simerpara.
Masyarakat bergotong royong meratakan lokasi yang akan dibangun. Partisipasi masyarakat dalam membangun Balai Sosial mencakup mengambil kayu di hutan, batu dan pasir di sungai serta pertukangan oleh warga yang mempunyai keahlian dalam pertukangan. Balai sosial sudah dipergunakan untuk pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) dalam pengembangan kelompok usaha bersama (KUBE) bidang pertanian tanaman keras. Balai Sosial digunakan masyarakat
sebagai
tempat
pertemuan
masyarakat
(runggu)
untuk
bermusyawarah, mengadakan seperti pesta dan berkumpul saat terjadi musibah pada salah satu keluarga, serta tempat bermain anak-anak. Balai Sosial juga digunakan oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2005. Sebelum dibuat Balai Sosial petugas dari Dinas Sosial Propinsi memberikan penyuluhan di halam rumah penduduk, tetapi sekarang penyuluhan dilakukan di balai sosial.
Bantuan Jaminan Hidup Pelaksanaan kegiatan program pemberdayan KAT memberikan bantuan jaminan hidup selama 3 bulan Agustus sampai dengan Oktober 2004 dan Agustus sampai dengan Oktober 2005. Bantuan jaminan hidup (permakanan) diberikan oleh pelaksana program KAT meliputi beras 60 kg, gula 15 kg, ikan asin 6 kg dan kopi 6 kg diberikan kepada semua rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Desa. Bantuan jaminan hidup yang diterima warga membantu kebutuhan warga sehari-hari. Terutama pada musim paceklik yang disebabkan terbatasnya hasil panen, sehingga sebagian warga mengkonsumsi ubi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Seperti yang diungkapkan Tm (38) kepala Desa Simerpara sebagai berikut: ”Pada musim paceklik sebagian warga mengkonsumsi ubi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga bantuan jaminan hidup yang diberikan sangat membantu kebutuhan keluarga sehari-hari”. Bantuan jaminan hidup masih kurang dan terus dilanjutkan karena hal tersebut mendukung semangat warga dan menambah kreativitas kerja, sehingga mereka lebih fokus pada pemeliharaan tanaman coklat. Rata-rata hasil panen tidak memenuhi kebutuhan keluarga karena keluarga tidak mempunyai modal
57
dan hanya mengandalkan kesuburan tanah untuk bertani, sehingga hasil panen pertanian terbatas. Terutama pada saat pembukaan lahan baru, hampir tidak ada hasil pertanian masyarakat karena pada waktu itu musim kemarau. Warga ingin ada bantuan jaminan hidup selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Seperti yang diungkapkan Ep (37) warga pemukiman sebagai berikut : ”Bantuan jaminan hidup sangat diharapkan keluarga terutama pada saat pembukaan lahan pertanian baru, hampir tidak ada hasil pertanian kami karena musim kemarau”. Hal senada juga diungkapkan oleh Rb (34) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Agar Dinas Sosial memberikan sembako karena sangat dibutuhkan warga terutama pada musim paceklik dan pada saat membuka lahan karena hasil dari tanaman palawija lain terbatas”. Mereka ingin agar bantuan selanjutnya dapat diteruskan melalui bantuan beras miskin. Bantuan jaminan hidup untuk hari yang akan datang membuat warga lebih fokus pada pemeliharaan tanaman coklat yang mereka tanam. Mengingat tanaman coklat tersebut akan berproduski 3-4 tahun yang akan datang. Menurut warga mereka harus mengurus tanaman lain yang mempunyai produksi lebih cepat karena bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Bagi warga yang mempunyai banyak tanggungan bantuan jaminan hidup yang diberikan sangat berguna bagi keluarga karena keluarga mempunyai anak sembilan orang sehingga membutuhkan bahan makanan bagi anggota keluarganya. Mereka berharap agar bantuan jaminan hidup dapat diterima lagi.
Bantuan Ternak Ayam dan Bebek Pelaksanaan program PKAT di Desa Simerpara memberdayakan warga membuat kandang percontohan ternak ayam dan bebek, untuk memotivasi dan merangsang masyarakat mengikuti kegiatan berternak ayam dan bebek sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Bantuan ternak bebek sebanyak bebek 20 ekor diberikan kepada Lbm dan 20 ekor diberikan kepala Lm bulan Agustus 2004 oleh pelaksana program. Pemeliharaan ternak ayam dilakukan dengan membuat kandang terbuat dari papan dibelakang rumah warga. Kandang ayam dibuat seluas 6x7m terbuat dari pagar bambu setinggi 3-4 meter untuk mengindari gangguan binatang liar, karena lokasi pemukiman bersebelahan dengan hutan. Pemberian pakan ayam
58
dilakukan pagi hari dan sore hari dengan jagung dan sisa makanan dari rumah. Pagi hari semua ayam yang ada dikandang di lepas agar dapat mencari makan di sekitar pemukiman. Ayam yang dipelihara sudah dapat berkembang sampai 45 ekor. 10 rumahtangga Bm, Nm, Ep, Pt, Nb, Mm, Rb, Cb, Lm, dan Jbm sudah memelihara ternak ayam antara 30-50 ekor. Ayam tersebut dapat bertelur sekitar 8 sampai15 butir setiap hari sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan menambah pendapatan keluarga. Disamping itu, saat acara hajatan dan acara adat dimanfaatkan untuk lauk makan, sehingga mengurangi pengeluaran keluarga. Ayam yang dipelihara tidak dijual ke pasar, tapi bila ada tetangga butuh maka ayam dijual seharga Rp 20.000 – 25.000,- per ekor. Keluarga Tm dan Lm memerlihara ternak ayam di ladang dengan cara membuat kandang dari papan dan jaring kawat. Pagi hari mereka ke ladang untuk untuk melepas ayam, setelah bekerja membersihkan ladangnya sore hari ayam dimasukkan ke kandangnya. Ternak bebek yang diterima Lm sebanyak 20 ekor dipelihara di belakang rumahnya. Pemeliharaan dan pembuatan kandang bebek memberdayakan warga dengan membuat kandang dari bambu setinggi 1½ meter dan atapnya dibuat dari rumbia. Pintu untuk masuk ke kandang ternak dibuat lobang kira-kira 20 x 30 cm. Pakan ternak bebek dibuat dari ubi yang direbus dengan garam diberi setiap sore serta sisa-sisa makan keluarga. Pagi hari bebek dilepas untuk mencari makan di sekitar lingkungan rumah dan di kebun dekat rumah warga, sore hari bebek dimasukkan ke kandangnya. Proses pemeliharaan yang dilakukannya mendapa kendala penyakit, bebek lemas dan tidak ada nafsu makan, melakukan pergerakan sedikit. Bulan Desember pagi hari Ia mendapat bebek mati di kandang, hal ini berlangsung selama 1 bulan. Sampai sekarang bebek yang dipelihara tinggal satu, Ia tidak tahu apa penyebabnya. Tidak ada upaya yang dilakukannya warga untuk menanggulangi kendala tersebut karena tidak mempunyai pengetahuan memelihara ternak bebek.
Bantuan Ternak Kambing Pelaksanaan program PKAT di Desa Simerpara memberdayakan warga membuat kandang percontohan ternak kambing kegiatan ini bertujuan memotivasi dan merangsang masyarakat untuk mengikuti kegiatan peternakan kambing sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
59
Bantuan ternak kambing diberikan sebanyak 15 ekor kepada (Mm) bulan Agustus 2004 oleh pelaksana program warga Dusun Simerpara. Kandang kambing dibuat bertingkat terbuat dari papan dibelang rumahnya. Jam 12 siang kambing dilepas dari kandangnya di sekitar jalan menuju Desa, ternak kambing dibiarkan mencari rumput dan daun-daunan yang tumbuh di sekitar jalan menuju Dusun Simerpara. Kadang-kadang kambing dilepas di halaman sekolah diikat dengan tali sepanjang 4 m dan dibiarkan mencari rumput dan daun-daunan. Menurut Ls istri dari Mm, kambing tidak dilepaskan pagi hari karena ternak kambing rentan terhadap air yang berada di sekitar tumbuhan yang dimakan ternak, karena dapat membuat kambing terkena penyakit. 1 tahun Ia sudah
memelihara
ternak
kambing.
Kendala yang dihadapinya dalam
memelihara kambing ialah kambing mati secara tiba-tiba sebanyak 3 ekor dan anak kambing mati beberapa saat setelah lahir. Ia tidak tahu apa penyebabnya. Ia sudah meminta pendapat kepada kepala Desa tetapi kepala Desa juga tidak tahu cara mengatasinya. Untuk mengatasi kendala tersebut Ia tidak melepas kambing dari kandangnya, tetapi mencari rumput dan daun-daunan di sekitar Desa dan diberikan pada sore hari. Malam hari dibuat api dibawah kandang kambing untuk mengindari nyamuk. Untuk bantuan program KAT yang akan datang ia berharapa bantuan ayam, sapi dan babi.
Bantuan Ketrampilan Bambu dan Rotan Pelaksanaan kegiatan program PKAT di Desa Simerpara bertujuan meningkatkan sumber daya manusia dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan adalah memberdayakan warga untuk mengikuti pelatihan ketrampilan industri bambu dan rotan selama 40 hari (Juli sampai dengan Agustus 2004) di pusat industri Kabupaten Majalengka. Warga yang mengikuti pelatihan rotan dan bambu adalah Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat bapak Jb. Setelah mengikuti latihan ketrampilan dan mempunyai keahlian Warga diberikan peralatan penunjang meliputi mesin kompresor pengupas rotan, alat mengecat, pembelah rotan, gergaji, pisau dan martil, pada bulan September 2004 oleh pelaksana program. Bantuan peralatan ketrampilan diberikan agar warga yang mengikuti pelatihan bambu dan rotan membuat kerajinan percontohan yang terbuat dari bambu dan rotan, sehingga menarik minat warga
60
Desa menekuni ketrampilan bambu dan rotan. Kegiatan ketrampilan bambu dan rotan yang dilakukan karena sumber daya alam rotan dan bambu banyak terdapat di pegunungan Desa Simerpara. Warga yang mengikuti latihan ketrampilan bambu dan rotan telah mampu membuat anyaman topi, keranjang buah, bakul nasi, keranjang parcel. Semua bahan untuk membuat kerajinan tersebut didapat dari hutan. Menurut Jb, keinginan masyarakat untuk mempelajari ketrampilan rotan ada tetapi mereka sibuk bekerja di lahan pertanian. Seperti diungkapkan oleh Mbm (50) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: “Saya berminat untuk belajar ketrampilan rotan dan bambu tetapi karena masih banyak pekerjaan yang lain saya belum sempat, memang pak Jb sudah memotivasi warga untuk belajar ketrampilan saat musyawarah Desa”. Sebagian warga berminat untuk belajar ketrampilan rotan dan bambu tetapi karena masih banyak pekerjaan di lahan pertanian menyebabkan mereka tidak sempat. Menurut warga, Pak Jb memotivasi warga untuk belajar ketrampilan melalui pertemuan masyarakat dan melalui komunikasi di warung kopi. Seperti yang diungkapkan Lm (33) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: “Pak Jb sudah memotivasi saat pertemuan Desa, tapi saya tidak sempat mencari rotan di hutan karena kesibukan di ladang”. Sebagian warga belum yakin bahwa ketrampilan rotan dan bambu dapat menambah pengetahuan dan pendapatan mereka. Warga belum melihat adanya pemasaran dan dan penjualan hasil kerajinan belum pasti sehingga membuat warga kurang termo tivasi. Seperti yang diungkapkan Lm (47) tahun warga Dusun Pea Serpo: “Saya belum berminat karena belum melihat hasil penjualan ketrampilan. Kerajinan tersebut belum sesuai dengan kebutuhan Desa karena masyarakat sudah terbiasa menggunakan perabotan rumahtangga yang terbuat dari plastik dan aluminium yang dibeli di pasar”. Menurut Jb kemampuan warga untuk mempelajari ketrampilan rotan dan bambu terbatas. Hal ini disebabkan karena rendahnya sumber daya manusia sehingga keinginan warga untuk belajar ketramp ilan tidak ada. Adanya anggapan masyarakat bahwa ketrampilan rotan dan bambu tidak dapat meningkatkan pendapatan mereka dan sulit untuk menjual hasil ketrampilan.
61
Pengetahuan yang diterimanya di pusat industri bambu dan rotan di kabupaten Majalengka tidak menggunakan alat ketrampilan atau teknologi baru. Cara pembelajaran masih sederhana seperti mengancam, membelah rotan dan menggunakan peralatan yang sederhana, sehingga bantuan alat ketrampilan yang diterima belum pernah digunakan karena warga yang mengikuti pelatihan ketrampilan belum memahami cara mengoperasikan peralatan. Untuk mengatasi kendala tersebut Ia mau mengikuti pelatihaan ketrampilan dengan menggunakan teknologi baru di Medan. Kendala yang dihadapinya dalam membuat ketrampilan memerlukan waktu untuk mencari rotan di hutan karena jenis rotan yang diperlukan adalah rotan yang kecil.
Bantuan Ternak Ikan Mas Pelaksanaan kegiatan progam PKAT memberdayakan warga (Rb) untuk mengikuti pelatihan ternak ikan mas selama 40 hari (Juli sampai dengan Agustus 2004) di Cinagara Bogor. Pelatihan ternak ikan mas dimaksudkan agar Ia dapat membuat percontohan kolam ikan mas dan memotivasi warga Desa Simerpara. Bibit ikan sebanyak 2.000 ekor diberikan bulan September 2004 oleh pelaksana program kepada 2 kepala keluarga Ramsen Berutu di Dusun Simerpara dan Mbm di Dusun Pea Serpo, masing-masing kepala keluarga mendapat 1.000 bibit ikan mas. Sebelum bibit ikan mas diberikan, Mbm membuat kolam percontohan ikan mas seluas 7x10m di sawah bekas lahan padi miliknya di Dusun Pea Serpo. Pembuatan kolam dilakukan bersama keluarga dengan menaikkan tanah dari sawah ke pematang, sehingga kolam dapat terbentuk. Saluran air yang digunakan bersumber dari mata air di sekitar hutan. Bapak Rb membuat 3 buah kolam ikan mas masing-masing kolam seluas 6x8m di lahan kosong belakang rumah penduduk yang berbatasan dengan hutan di Dusun Simerpara. Pembuatan kolam dilakukan dengan keluarga dan mertuanya dengan menaikkan tanah ke permukaan dengan menggunakan beko, sehingga kolam tersebut dapat terbentuk. Saluran air yang digunakan untuk kolam ikan mas di Dusun Simerpara bersumber dari bak penampung air yang digunakan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Ikan yang dipelihara Mbm dapat tumbuh mempunyai berat ½ kg karena sistem pengairan yang digunakan menggunakan aliran sungai dari hutan. Untuk membuat pakan ternak Ia merebus ubi dan memberikan sebanyak 3 kg setiap minggu. Bulan Januari 2005 ikan mas dimakan oleh ular pada malam hari, hal
62
tersebut Ia tahu karena tidak ada sisa-sisa duri di sekitar pematang sawah. Untuk mengatasi masalah tersebut Ia memindahkan ikan mas ke dalam tong. Seminggu kemudian Ia melepaskan ikan mas kembali ke kolam tetapi 5 hari kemudian ikan tersebut habis dimakan ular. Kolam yang dulu digunakan memelihara ikan dialihkan menanam padi. Ikan mas yang dipelihara Rb dapat berkembang. Untuk membuat pakan ternak Ia mengolah tepung jagung dengan dedak yang diberikan setiap hari dan ubi rebus diberikan 2 kali seminggu. Memasuki bulan ke empat ternak ikan mas tersebut dimakan silo-silo (berang berang). Binatang tersebut memakan ikan pada malam hari dan mampu menyelam lama untuk mencari ikan mas. Hal ini Ia tahu karena berang-berang meninggalkan sisa tulang ikan. Untuk mengatasi kendala Ia tidak tahu dan tidak mampu berjaga pada malam hari di dekat kolam ikan, sehingga semua ikan mas tersebut habis, seperti diungkapkan oleh Lm (33) tahun warga Dusun Pea Serpo sebagai berikut: ”Keinginan untuk berternak ikan mas ada tetapi lahan tidak ada dan banyak musuh seperti ular dan silo-silo”. Untuk mengatasi kendala tersebut Ia meminta pendapat kerabatnya dari Desa Kecupak I cara mencegah berang-berang, dengan cara memasukkan tong ke tengah kolam dengan cara memasukkan ikan mas ke dalam ko tong sebagai umpan. Apabila berang-berang masuk ke tong (dengan naluri penciumannya) tidak akan mampu keluar karena kelicinan tong. Menurutnya, hal ini akan dilakukan pada pemeliharaan ternak ikan mas kemudian. Keinginan warga untuk kegiatan program selanjutnya mereka semua diikutsertakan berternak ikan mas. Warga berencana membuat kolam ikan mas di sawah Dusun Pea Serpo dengan sistem air deras karena lokasi sawah dilewati sungai Laeordi. Pembuatan kolam dilakukan secara berkelompok semua warga ikut serta agar dapat bergantian menjaga kolam ikam mas.
Pembangunan Sarana Jalan Pembangunan sarana jalan sepanjang 2 km (pengerasan) dilakukan oleh Tim Kelompok Kerja KAT yaitu, Dinas Pekerjaan Umum pada bulan Oktober 2004 sampai dengan Desember 2005. Pembangunan jalan dilakukan antara Desa Kecupak I dengan Desa Simerpara. Batu yang digunakan untuk membuat jalan diambil dari sungai, kemudian batu tersebut ditumpukkan pada satu tempat.
63
Setelah itu para pekerja mengangkat batu tersebut ke jalan dan menyusunnya dengan rapi. Batu-batu yang tersusun tidak diberi aspal dan dibiarkan dilalui kenderaan dan masyarakat sehingga batu-batu tersebut menyatu dengan tanah. Kegiatan gotong royong yang dilakukan dari 1 hari dari jam 8 pagi sampai 4 sore setiap awal bulan. Semua kepala keluarga ikut gotong royong membawa peralatan cangkul dan parang serta bekal untuk makan siang. Gotong royong dimotivasi kepala Desa dengan membawa makanan ringan dan minuman ke lokasi warga bekerja. Kegiatan gotong royong juga difasilitasi oleh kepala Desa dengan menggunakan mobilnya untuk mengangkat batu dari reruntuhan tebing di pinggir jalan untuk menutup jalan yang berlumpur. Pengerasan jalan
membuat bertambahnya satu jeep milik saudara
kepala Desa, sehingga memperlancar pemindahan orang, barang hasil panen warga, serta mempersingkat jarak temp uh ke Desa Simerpara dari 1 jam menjadi 40 menit. Seperti diungkapkan oleh Ht (30) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Sarana jalan yang dibangun mempersingkat jarak tempuh ke Desa Kecupak I, karena pembuatan jalan dibuat pada jalan yang rusak. Gotong royong yang dilakukan merupakan program Desa hasil kesepakatan bersama yang dipimpin oleh ketua Badan Perwakilan Desa (BPD)”. Pembangunan sarana jalan berpengaruh pada bertambahnya cabe, jagung, karet, petai dan gambir yang di jual ke pasar Salak. Apabila hasil pertanian dan hutan masyarakat banyak maka jeep dua kali pulang pergi mengangkut barang ke pasar Salak. Ini membawa perubahan meningkatnya semangat kerja. Pendapatan keluarga mengalami kenaikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Seperti diungkapkan oleh Lm (70) tahun warga Dusun Simerpara sebagai berikut: ”Manfaat pembangunan jalan membantu memperlancar pengangkutan barang, apabila barang warga banyak maka semua dapat dibawa ke pasar, karena mobil dapat dua kali pulang pergi ke Desa Simerpara”. Hal senada juga diungkapkan oleh Tp (38) tahun kepala Desa Simerpara sebagai berikut: ”Sarana jalan yang sudah dibangun membantu warga dalam mengangkut hasil pertaniaan mereka ke pasar Salak. Barang yang selama ini tidak dapat diangkut, sekarang sudah dapat diangkut”. Bila barang yang diangkut ke pasar banyak maka warga terpaksa berjalan kaki 6 km selama 1½ jam ke Sei Buluh perbatasan antara Desa kecupak
64
I dengan Desa Simerpara. Mereka membawa barang yang ringan terutama gambir dan kemenyan. Dari Sei Buluh warga naik angkutan umum Desa Kecupak I ke pasar Salak. Setelah menjual hasil pertanian warga membeli kebutuhan pokok seperti beras, sayur, minyak tanah, makanan kue untuk anak mereka. Gambir yang tidak dapat dijual dititipkan pada kerabatnya di kecamatan Salak. Untuk kembali ke Desa jeep sudah penuh diisi barang kebutuhan keluarga, hampir seluruh bagian jeep diisi penumpang, kecuali pada posisi depan sopir karena dapat menghalangi pandangan. Warga yang tidak dapat diangkut oleh jeep, memilih naik mobil Desa Kecupak I sampai di Sei Buluh. Dari Sei Buluh warga berjalan ke Desa Simerpara, sehingga mereka sampai jam tujuh malam di Desa Simerpara. Warga yang tidak ke pasar menitipkan uang pada kerabatnya untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng dan minyak tanah. Pada waktu jeep diatas bukit saat memasuki Dusun Pea Serpo, suara jeep sudah terdengar sehingga anak-anak menunggu di tepi jalan untuk mendapatkan barang yang titipkan pada kerabatnya. Kendala yang dijumpai masyarakat dalam mengangkut hasil pertanian dan hutan adalah sarana jalan karena tidak semua jalan dibangun ke Desa, apabila tiba musim hujan pada bulan Agustus sampai dengan Februari hasil pertanian sulit dibawa ke pasar. Seperti yang diungkapkan Dm (42) warga Desa Simerpara sebagai berikut: ”Pembangunan jalan masih perlu dilanjutkan karena pada musim hujan hasil tanaman masyarakat sulit dipasarkan. Memang kegiatan gotong royong tiap bulan dilakukan untuk menutupi jalan yang berlumpur tetapi apabila hujan deras datang batu-batu tersebut dibawa air sehingga menimbulkan lobang lagi. Saya berharap agar ada perhatian dari pemerintah”. Untuk mengangkut hasil pertanian dan bahan baku untuk pembuatan pemukiman seperti semen dan seng, diperlukan dua orang kondektur, karena saat melewati jalan licin dan tanjakan terpaksa dibantu oleh kondektur. Pernah mereka terpaksa tidur di hutan karena mobil mogok dan tidak dapat jalan. Kadang-kadang untuk mengangkat pasir dan batu untuk pembuatan pemukiman dilakukan dengan terburu-buru karena kuatir hujan akan turun. Keinginan warga Desa Simerpara agar ada perbaikan jalan sampai ke Desa Simepara dari pemerintah daerah.
65
Berdasarkan kajian, program PKAT ya ng dilakukan di Desa Simerpara dianalisa dengan kerangka pemikiran Friedmann (1992) dapat disimpulkan bahwa program PKAT belum dapat menanggulangi kemiskinan karena bantuan ekonomi produktif seperti bibit coklat, alat ketrampilan, ternak kambing, bebek dan ikan mas belum dapat dikembang kan untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga .
Masyarakat
membutuhkan
varitas
tanaman
muda
untuk
meningkatkan pendapataan keluarga. Percontohan ketrampilan bambu dan rotan terjadi culture lag, ternak kambing dan bebek terkena penyakit dan ikan mas mendapat seranga dari ular dan berang-berang. Pelatihan ketrampilan bambu dan rotan, ternak ikan mas dan pertanian terpadu belum dapat memotivasi masyarakat disebabkan rendahnya sumber daya manusia, minat dan kesibukan masyarakat. Oleh karena itu, bantuan program PKAT yang diberikan hendaknya berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kondisi alam desa. Untuk dapat mengetahui keberhasilan program PKAT dapat dianalisa dengan kerangka pemikiran Friedmann
(lihat
Lampiran
rumahtangga mengakses program PKAT).
12 tentang analisis kemampuan
PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Penyusunan Rencana Program Penyusunan rencana kegiatan pemberdayaan komunitas adat tepencil dilaksanakan dengan metode sarasehan terbatas yang dihadiri oleh warga Desa Simerpara. Perencanaan program tersebut disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi, analisis masalah dan kebutuhan komunitas adat terpencil. Program pemberdayaan yang akan dilaksanakan merupakan partisipasi warga untuk menjawab permasalahan yang diprioritaskan pada pemecahan masalah dan kebutuhan warga. Melalui kegiatan sarasehan, secara bersama -sama peserta merancang program, jenis kegiatan, tujuan dan indikator, langkah kebijakan, pelaksana program, waktu pelaksanaan dan sumber biaya dari kegiatan program.
Latar Belakang Masyarakat Desa Simerpara dalam kehidupan sehari-hari menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan masalah ekonomi maupun masalah sumber daya manusia dan masalah kesehatan. Keberadaan program PKAT yang diselenggarakan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara diharapkan dapat
meningkatkan
perekonomian
warga
di
wilayah
Desa Simerpara.
Pemberdayaan ekonomi dibutuhkan disebabkan tingkat produksi pertanian dan pendapatan masyarakat sangat terbatas, salah satu penyebabnya adalah ladang berpindah. Permasalahan sumber daya manusia disebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dan penguasan teknologi yang berpengaruh pada ketidakmampuan warga dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya alam. Permasalahan kesehatan meliputi belum ada sarana kesehatan, sanitasi lingkungan seperti MCK dan rendahnya gizi ibu dan anak. Berdasarkan partisipasi warga Desa dalam pengembangan bibit coklat, percontohan ternak ayam telah menunjukkan kemajuan sehingga dipandang perlu untuk mengembangkan program. Pemeliharan ternak ikan mas terus dilakukan karena adanya keinginan masyarakat membuka kolam ikan mas di sawah Dusun Pea Serpo. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan untuk mendukung, menguatkan dan men ingkatkan pendapatan masyarakat, kesehatan dan sumber daya manusia sehingga kesejahteraan keluarga dapat tercapai.
67
Tujuan Tujuan program pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan warga. Program kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan keluarga melalui pelayanan poyandu. Program sumberdaya manusia bertujuan meningkatkan pendidikan masyarakat melalui pembangunan sekolah dasar, sehingga tercapai tingkat kesejahteraan serta terwujudnya kesehatan masyarakat secara jasmani dan rohani.
Sasaran Sasaran
program
pemberdayaan
ekonomi, program
peningkatan
kesehatan dan peningkatan sumber day a manusia adalah masyarakat yang berada di Desa Simerpara.
Kegiatan Perancangan program Kegiatan perancangan program dilakukan dengan langkah-langkah menganalisa masalah, kebutuhan dan potensi. Kegiatan ini dilakukan selain melalui
wawancara,
pengamatan berperan serta, FGD terutama
untuk
mengklasifikasi pernyataan yang pernah dikemukakan oleh warga Desa Simerpara. Metoda participatory rural appraisal (PRA) yang dipakai dalam kajian ini adalah focus group discussion (FGD) yang dilakukan dengan warga penerima bantuan program, warga yang mengikuti pelatihan ketrampilan dan pelatihan ternak ayam, ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), ketua Badan Perwakilaan Desa (BPD) dan tokoh masyarakat. Kegiatan PRA dilaksanakan di Balai Sosial Desa Simerpara, sehingga ditemukan masalah, kebutuhan dan potensi yang dimiliki komunitas adat terpencil. Selain analisis masalah dengan faktor penyebabnya, diskusi juga membahas mengenai potensi-potensi yang dimiliki komunitas adat terpencil sebagai modal untuk mendukung rencana kegiatan program pengembangan masyarakat Desa Simerpara yang akan dilaksanakan oleh Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara, pemerintah daerah Kabupaten Pak-Pak Bharat dan masyarakat Desa Simerpara. Analisis masalah, kebutuhan dan potensi masyarakat, (lihat Tabel 4).
68
Tabel 4 Analisis Masalah, Kebutuhan dan Potensi Komunitas Adat Terpencil di Desa Simerpara Tahun 2005 No
Masalah
Kebutuhan
Potensi
1.
Sulitnya jalan transportasi masuk
Perbaikan sarana jalan
Gotong royong
ke Desa Simerpara 2.
3.
masyarakat
Kurangnya sarana sanitasi
Pembuatan MCK dan
Tersedianya sumber
lingkungan
pipa saluran air
air yang dibuat warga
Rendahnya tingkat pendidikan
Pembangunan sekolah Tersedia sumber dasar dan guru bantu
daya alam pasir, batu dan kayu
4.
Belum adanya sarana kesehatan
Pengadan posyandu
Tersedia sumber
dan bidan Desa
daya alam pasir, batu dan kayu
5.
6.
Kurangnya variasi jenis tanaman
Penyuluhan dan
Lahan luas, tanah
dan rendahnya produktivitas
pelatihan pertanian
subur
pertanian
terpadu
Keterbatasan modal d alam
Bantuan bibit, pupuk
Tersedia lahan,
mengelola lahan pertanian
dan pestisida
tenaga warga dan partisipasi
7.
Kurangnya penerangan banyak
Bantuan genset
warga yang menggunakan lampu
Bantuan program KAT
teplok 8.
9.
Kesulitan pangan akibat
Pengembangan
Semangat dan kerja
pembukaan lahan pertanian
ekonomi warga dan
sama
ladang berpindah
bantuan jaminan hidup
Rendahnya penghasilan keluarga
Bantuan ketrampilan,
Pemerintah daerah
dan ternak.
Berdasarkan analisis masalah, kebutuhan dan potensi yang dimiliki komunitas adat terpencil di Desa Simerpara, maka diskusi dilanjutkan dengan menetukan prioritas masalah yang akan diangkat dalam bentuk rencana program. Masalah dipilih dan dianalisis untuk kemudian jalan keluarnya disusun dalam bentuk rancangan program pengembangan masyarakat dalam rangka memperkuat program pemberdayaan yang sudah dilaksanakan di Desa Simerpara (lihat Tabel 5).
69
Tabel 5. Analisis Masalah FGD dan PRA di Komunitas Adat Terpencil di Desa Simerpara Tahun 2005 No 1
Masalah yang dihadapi 2 Tingkat ekonomi terbatas
Penyebab 3 Varitas tanaman satu jenis Pekerjaan terbatas
Kesehatan rendah
Sarana jalan Tidak terpenuhi kebutuhan sehari-hari Terbatasnya pelayanan kesehatan Kesulitan air bersih
Sumber daya manusia rendah
Belum ada MCK Tidak ada sarana pendidikan
Terbatasnya sarana penerangan
Upaya Pemecahan 4 -Tenaga PPL - Bibit tanaman - Bantuan ketrampilan - Pembentukan kelompok -Pembangunan jalan -Bantuan jaminan hidup -Pembangunan posyandu dan bidan desa -Pemberian gizi untuk ibu dan bayi -Pembuatan pipa saluran air -Pembangunan MCK -Pembangunan sekolah -Bantuan sarana dan prasarana belajar -Tenaga guru -Bantuan genset
Dari kegiatan FGD dan PRA ditemukan faktor penyebab permasalahan sehingga ditentukan tiga masalah pokok yaitu tingkat ekonomi terbatas, rendahnya sumber daya manusia dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan permasalahan di atas, maka disusun strategi pemecahan masalah dalam tiga rancangan program yaitu: peningkatan ekonomi komunitas adat terpencil, peningkatan kesehatan komunitas adat terpencil dan peningkatan sumber daya manusia komunitas adat terpencil.
Identifikasi masalah yang ditemukan
berdasarkan kegiatan FGD dan PRA yang dilaksanakan di Desa Simerpara, disajikan pada Gambar 4.
70
Kesulitan air bersih
Terbatasnya sa rana informasi Sekolah belum ada
Tidak terpenuhi kebutuhan sehari-hari Program pembangunan terbatas
SDM rendah
rreRendah Kesehatan rendah Tingkat ekonomi terbatas
Belum ada MCK
Variasi tanaman satu jenis
Ladang Berpindah
Masa kerja berladang terlalu lama
Gambar 4 : Identifikasi Masalah FGD dan PRA di Komunitas Adat Terpencil
Peke rjaan terbatas
71
Rencana Kegiatan Program Pe ningkatan Ekonomi Komunitas Adat Terpencil Rencana kegiatan program pe ningkatan ekonomi komunitas adat terpencil disajikan pada Tabel 8, yaitu: 1. Bantuan jaminan hidup Pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi masih menjadi masalah bagi masyarakat Desa Simerpara. Terbatasnya kecukupan dan kelayakan mutu pangan berkaitan dengan terbatasnya hasil panen. Bantuan jaminan hidup diberikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Bantun jaminan hidup membantu kebutuhan keluarga terutama pada musim kemarau dan pembukaan lahan baru. Bantuan jaminan hidup diberikan pertriwulan. Sumber dana bantuan jaminan hidup dari Dinas Sosial dan pemerintah daerah Kabupat en Pak-Pak Bharat. 2. Petugas penyuluh lapangan pertanian Penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk mendampingi masyarakat dan memberikan pengetahuan agar masyarakat memahami cara bercocok tanam dapat membuat pupuk dan pestisida organik, sehingga gangguan hama dan penyakit dapat ditanggulangi. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian warga sehingga meningkatkan pendapatan keluarga. Penyuluhan dilakukan sebelum penyemaian bibit dan pada saat penanaman bibit selama 12 bulan. Sumber dana penyuluhan pertanian dari Dinas Pertanian. 3. Bantuan varitas tanaman muda Bantuan bibit tanaman palawija kacang tanah, kacang merah, jagung, kol dan kentang serta lainnya dimak sudkan untuk meningkatkan hasil pertanian dan terpenuhi kebutuhan sayur mayur keluarga sehari-hari. Bantuan bibit palawija dapat berproduksi setelah 3 bulan. Bantuan bibit palawija diberikan 5 bulan. Sumber dana bantuan bibit tanaman dari Dinas Pertanian. 4. Pengembangan kerajinan bambu dan rotan Ini mengacu pada bantuan keterampilan bambu dan rotan yang telah diberikan yang mengikutsertakan warga mengikuti pelatihan ketrampilan dari program PKAT. Belum adanya sinkronisasi antara pelatihan yang diterima dan bantuan ketrampilan yang diberikan sehingga diperlukan pelatihan penggunaan alat ketrampilan. Pelatihan ketrampilan bambu dan rotan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil ketrampilan
72
bambu dan rotan. Pelatihan dilaksanakan 40 hari. Sumber dana pelatihan kerajinan bambu dan rotan dari Dinas Tenaga Kerja. 5. Pembentukan kelompok untuk berternak ikan mas Pembuatan kolam ikan di lahan sawah Dusun Pea Serpo dilakukan secara berkelompok, satu kelompok terdiri dari 5 kepala keluarga. Pembentukan kelompok untuk memacu kerjasama dan partisipasi warga membuat kolam dan memelihara ikan mas sehingga didapat pola yang ideal untuk memelihara ikan mas. Terbentuknya kelompok memungkinkan warga untuk menjaga kolam secara bergantian agar terhindar dari serangan berang-berang dan ular. Bantuan bibit ikan mas diberikan 4 bulan saat musim hujan. Sumber dana benih ikan mas dari Dinas Perikanan dan masyarakat. 6. Pembangunan sarana jalan Pembangunan dan perbaikan sarana jalan ke Desa Simerpara dibutuhkan untuk memperlancar pengangkutan hasil pertanian sehingga meningkatkan nilai dan volume penjualan hasil pertanian warga. Akses jalan ini akan berpengaruh
pada
berbagai
kebutuhan
lainnya,
seperti
pendidikan,
kesehataan dan ekonomi. Pembangunan prasarana jalan dilaksanakan 1 tahun. Kegiatan pembangunan jalan dilakukan dengan sistem padat karya yang
mengikutsertakan
gotong
royong
masyarakat.
Sumber
dana
pembangunan jalan dari Dinas Pekerjaan Umum dan masyarakat.
Rencana Kegiatan Program Peningkatan Kesehatan Komunitas Adat Terpencil Rencana kegiatan program peningkatan kesehatan komunitas adat terpencil disajikan pada Tabel 9, yaitu: 1. Pembangunan MCK Pembangunan MCK diperlukan karena sampai sekarang sarana MCK tidak ada di Desa Simerpara. Kegiatan ini dilaksanakan agar masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak terkena penyakit. Kegiataan pembangunan MCK dilakukan Dinas Kesehatan dan masyarakat 1 bulan. Sumber dana untuk pembangunan MCK dari Dinas Kesehatan dan masyarakat. 2. Pengadaan pipa untuk mendapat air bersih Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. Kesulitan memperoleh air bersih dan aman
73
dihadapi oleh rumah tangga di Desa Simerpara. Hal ini disebabkan terbatasnya penguasaan sumber air yang belum
terjangkau, sehingga
menyebabkan kaum perempuan harus berjalan mencari air bersih ke sumber air di sungai. Pembuatan pipa sepanjang 1 km dari sumber mata air pada daerah yang berbatuan agar air tidak merembes diantara celah-celah batu. Musim hujan batu yang disusun sebagai jalan air runtuh sehingga air tidak dapat mengalir sampai ke lingkungan pemukiman di Dusun Simerpara. Pembangunan pipa air bersih dilakukan Dinas Kesehatan dan masyarakat 2 bulan. Sumber dana dari Dinas Kesehatan dan masyarakat. 3. Penempatan bidan Desa dan pemberian gizi ibu dan anak Rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan terbatasnya tenaga kesehatan. Penempatan bidan Desa dimaksudkan agar membantu ibu hamil melahirkan sehingga berkurangnya resiko kematian ibu dan anak pada saat melahirkan. Pemberian gizi ibu dan anak dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mencegah penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh. Penempatan bidan dan pemberian gizi ibu dan anak dilakukan 10 bulan. Sumber dana untuk penempatan bidan Desa dan pemberian gizi bagi ibu dan anak dari Dinas Kesehatan dan masyarakat. 4. Pembangunan Pos Pelayan Terpadu Jarak pelayanan kesehatan yang jauh dan biaya yang mahal merupakan penyebab utama rendahnya aksesibilitas masyarakat Desa Simerpara terhadap layanan kesehatan yang bermutu. Pembangunan pos pelayanan terpadu sebagai wadah pelayanan kesehatan balita dibutuhkan untuk mempermudah keluarga mengakses pelayan kesehatan balita sehingga dapat terhindar dari penyakit. Kegiatan posyandu dapat diikuti dengan penempatan bidan Desa dan penunjukkan kader posyandu. Pembangunan pos
pelayanan
terpadu
dilakukan
10
bulan.
Sumber
dana
untuk
pembangunan pos pelayanan terpadu dari Dinas Kesehatan dan masyarakat.
Rencana Kegiatan Program Peningkatan Sumber Daya Manusia Komunitas Adat Terpencil Rencana kegiatan program peningkatan sumber daya manusia komunitas adat terpencil disajikan pada Tabel 10, yaitu: 1. Bantuan sarana dan prasarana sekolah dasar Rendahnya mutu pendidikan juga disebabkan keterbatasan jumlah dan mu tu sarana belajar termasuk ketersediaan buku, modul, kursi, meja dan papan
74
tulis. Proses belajar murid sekolah dasar di Desa Simerpara tidak mempunyai buku teks baku. Pengadaan buku untuk peningkatan mutu pendidikan dilakukan 7 bulan. Sumber dana dari Dina s Pendidikan. 2. Pengadaan guru pegawai negeri sipil dan guru bantu Salah satu rendahnya mutu pendidikan adalah kurangnya ketersediaan guru baik dari jumlah maupun mutu. Kegiatan proses belajar dan mengajar di Desa Simerpara membutuhkan guru untuk peningkatan mutu pendidikan. Penempatan guru pegwai negeris sipil dan guru bantu dilakukan Dinas Pendidikan kabupaten Pak-Pak Bharat 4 bulan. Sumber dana dari Dinas Pendidilkan. 3. Pembangunan sekolah dasar Untuk menaggulangi rendahnya tingkat pendidikan, putus sekolah dan rendahnya
partisipasi
masyarakat
dalam
pendidikan
mengakibatkan
tingginya angka buta huruf. Pembangunan sekolah dasar di Desa Simerpara dimaksudkan agar anak usia sekolah dapat mengakses pendidikan untuk peningkatan sumber daya manusia. Pembangunan sekolah dasar sudah dilaksanakan di Desa Simerpara tetapi belum layak untuk proses belajar mengajar karena terbatasnya guru,
sarana
dan
prasarana
belajar.
Penempatan guru dilakukan Dinas Pendidikan kabupaten Pak-Pak Bharat. Sumber dana dari Dinas Pendidikan. 4. Bantuan penerangan Terbatasnya sarana penerangan 67 rumah tangga di Desa Simerpara menggunakan lampu teplok, kurangnya informasi melalui media televisi dan anak sekolah tidak dapat belajar pada malam hari. Untuk menanggulangi keadaan diatas diperlukan sarana penerangan genset untuk kebutuhan keluarga. Bantuan genset dilakukan pada 4 bulan. Sumber dana dari pemerintah daerah dan masyarakat.
Monitoring dan Evaluasi Program
pemberdayaan
ekonomi,
peningkatan
kesehatan
dan
peningkatan sumber daya manusia yang dilaksanakan dapat sesuai dengan sasaran yang diharapkan maka perlu dilaksanakan monitoring dan evaluasi selama pelaksanaan dan di akhir pelaksanaan program. Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk memantau proses pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi, kesehatan dan sumber daya manusia bagi komunitas adat terpencil
75
berdasarkan
perencanaan
yang
telah
disusun.
Membandingkan
antara
perencanaan dengan pelaksanaanya secara operasional dan mengetahui efektivitas dan ketepatan hasil perencanaan dan pelaksanaanya. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai, kendala yang dihadapi dan usaha pemecahannya. Dalam evaluasi dinilai pengaruh program terhadap kesejahteraan warga komunitas adat terpencil. Untuk kegiatan monitoring dan evaluasi melibatkan semua pihak yang terkait termasuk warga penerima bantuan. Kegiatan monitoring dan evaluasi dapat diketahui manfaat program dan bagaimana pelaksanaan yang terjadi di lapangan, apakah sesuai dengan target tujuan, kelemahan, hambatan dan permasalahan sehingga perlu perbaikan dan solusi pemecahan masalah untuk keberhasilan program. Jadwal monitoring dan evaluasi disesuaikan dengan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan yang telah disusun. Monitoring dilaksanakan sepanjang
pelaksanaan
permasalahan
segera
kegiatan, dapat
sehingga
dicarikan
bila
ada
solusinya.
hambatan
Sedangkan
dan
evaluasi
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan tergantung lamanya waktu kegiatan. Apabila kegiatan berlangsung cukup lama, maka evaluasi dapat diadakan secara berkala setiap triwulan atau semester. Monitoring dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan. Untuk warga komunitas adat terpencil monitoring dilaksanakan oleh semua kepala keluarga sebagai bentuk partisipasi aktif
dan
pengawasan
internal.
Sedangkan
di
luar
masyarakat Desa
dilaksanakan sesuai dengan sistem dan evaluasi dari instansi yang menjadi pendukung utama program, dengan melibatkan warga dan pelaksana program lainnya. Di akhir program, evaluasi secara menyeluruh dilaksanakan secara bersama -sama dalam suatu forum pertemuan dengan mengikutsertakan semua stakeholder untuk memperoleh umpan balik dan saran perbaikan dari semua pihak. Dengan demikian akan diperoleh kesadaran bahwa keberhasilan yang dicapai merupakan keberhasilan semua pihak, sedangkan apabila ada kekurangan merupakan tanggung jawab bersama untuk dapat diperbaiki pada kelanjutan program yang akan datang.
76
Tabel 6 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Ekonomi Komunitas Adat Terpencil No 1 1.
Program 2 Program Peningkatan Ekonomi
Kegiatan
Tujuan
Indikator
3
4 Terpenuhi kebutuhan pangan seharihari Pendampingan petani dalam bercocok tanam
5 Masyarakat tidak ada yang kelaparan
Bantuan hidup
jaminan
Pengadaan te naga PPL pertanian Bantuan bibit tanaman palawija cabe, kacang, jagung, kentang, kol Pengembangan ketrampilan bambu dan rotan Pembentukan kelompok berternak ikan mas
Pembangunan / pengerasan sarana jalan
Meningkatkan hasil pertanian keluarga .
Petani dapat membuat pupuk dan pestisida organik. Terpenuhi kebutuhan sayur mayur klg sehari hari
Menambah mata pencaharian tambahan bagi keluarga Meningkatkan kerjasama antara warga. Menambah pendapataan kl g
Meningkatnya kualitas dan kuantitas ketrampilan Meningkatkan partisipasi warga membuat kolam ikan mas
Memperlancar pengangkutan barang dan orang
Jalan dapat dilewati mobil dan sepeda motor
Langkah kebijakan 6 Bantuan Raskin
Penempatan tenaga PPL dan Pelatihan pertanian Pengadaan bibit tanaman palawija kacang, cabe, kacang, jagung, kentang, kol Pelatihan ketrampilan
Musyawarah desa & sosialisasi pentingnya klp ekonomi produktif Pengadaan batu , peralatan. Sosialisasi pentingnya gotong royong
Pelaksana
Waktu
7 Dinas Sosial Pemerintah Daerah
8
Dinas Pertanian dan masyarakat Dinas Pertanian dan masyarakat Dinas Tenaga Kerja Masyarakat Dinas Perikanan dan Masyarakat
Dinas Pekerjaan Umum dan masyarakat
3 bulan
12 bulan
5 bulan
1 bulan
4 bulan
1 tahun
Sumber Dana 9 Dinas Sosial Pemda Dinas Pertanian
Dinas Pertanian dan masyarakat Dinas Tenaga Kerja dan masyarakat Dinas perika nan dan masyarakat
Dinas Pekerjaan Umum dan masyarakat
77
Tabel 7 Rencana Kegiatan Program Peningkatan Kesehatan Komunitas Adat Terpencil No 1 1.
Program 2 Program Peningkatan Kesehatan
Kegiatan 3 Pembangunan Posyandu
Tujuan
Indikator
4 Wadah memberikan pelayanan kesehatan bagi balita
5 Keluarga dapat mengakses perkembangan kesehatan balita mlli kartu menuju sehat (KMS) Berkurang resiko kematian ibu dan anak pada saat melahirkan Anak dan ibu tidak mudah terkena penyakit penyakit. Berkurangnya penyakit yang dialami anak Masyarakat dapat mengakses air bersih dan aman . Terpenuhi kebutuhan mck Melindungi masyarakat dari penyakit gatal
Penempatan Bidan desa
Membantu ibu hamil melahirkan
Pemberian gizi ibu dan anak
Meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Mencegah penyakit bagi ibu dan anak balita
Pembangunan Pipa dari sumber mata air
Terpenuhi kebutuhan air bersih dan aman
Pembangunan MCK
Terpenuhi kebutuhan MCK klg sehari -hari
Langkah kebijakan 6 Penunjukan kader posyandu. Penempatan bidan desa
Pelaksana
Waktu
7 Dinas Kesehatan dan masyarakat
8
10 bulan
Sumber Dana 9 Dinas Kesehatan dan masyarakat
Penyediaan obat dan perlengkapan kesehatan Penyediaan makanan tambahan bagi ibu dan anak
Dinas Kesehatan
10 bulan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
10 bulan
Dinas Kesehatan
Pengadaan pipa
Dinas kesehatan dan masyarakat
Pengadaan semen dan batu bata
Dinas kesehatan dan masyarakat
2 bulan
1 bulan
Dinas kesehatan dan masyarakat
Dinas kesehatan dan masyarakat
78
Tabel 8 Rencana Kegiatan Program Peningkatan S umber Daya Manusia Komunitas Adat Terpencil No
Program
Kegiatan
1 1.
2 Program Peningkatan Sumber Daya Manusia
3 Bantuan sarana dan prasarana buku, modul, meja, bangku dan papan tulis untuk sekolah dasar Pengadaan tenaga guru PNS dan guru bantu sekolah dasar
4 Meningkatkan partisipasi siswa untuk belajar
5 Memenuhi peningkatan mutu pendidikan bagi murid sekolah dasar
Meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa
Mendapatkan tenaga guru yang bermutu
Pembangunan sekolah dasar
Memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh pelayanan pendidikan dasar Terpenuhi penerangan rumah tangga Anak dapat belajar malam hari
Mengurangi angka buta huruf
Bantuan penerangan
Tujuan
Indikator
Masyarakat dapat mengakses sarana penerangan ± 45 watt per kk.
Langkah kebijakan 6 Pengadaan buku, modul bagi murid dan guru, meja, bangku dan papan tulis Penerimaan calon PNS. Pengangkatan guru bantu sekolah dasar Penempatan guru dan guru bantu di sekolah dasar Pemberian bantuan genset
Pelaksana
Waktu
7 Dinas Pendidikan
8
Sumber Dana 9 Dinas Pendidikan
7 bulan
Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan 4 bulan
Dinas Pendidikan dan masyarakat Pemerintah daerah dan masyarakat
10 bulan
4 bulan
Dinas Pendidikan dan masyaraakat Pemerintah daerah dan masyarakat
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kegiatan program PKAT yang dilakukan di Desa Simerpara ditujukan supaya masyarakat yang hidup terpisah dalam beberapa dusun dapat hidup bersama dalam suatu komunitas, meningkatkan sumber daya manusia dan pendapatan rumahtangga. Pendekataan ini menganggap bahwa kemiskinan muncul karena lokasi Desa Simerpara yang terisolir, terbatasnya pelayanan umum, sistem ladang berpindah dan belum terjangkau pelayanan sosial. Untuk mengkaji keberhasilan program PKAT diperlukan suatu alat analisis menurut pemikiran Friedmann yaitu kemampuan rumahtangga dalam mengakses basis kekuatan sosial. Alat analisis ini digunakan untuk melihat kemampuan rumahtangga berpartisipasi dan bernegosiasi mengakses basis kekuatan sosial terhadap program PKAT dalam bantuan: (1) pembangunan pemukiman, balai sosial dan rehabilitasi rumah, (2) bantuan bibit coklat, (3) bantuan alat ketrampilan, (4) bantuan jaminan hidup, (5) bantuan ternak kambing, bebek, ayam dan ikan mas, (6) pembangunan sekolah dasar, dan (7) pembangunan jalan. Berdasarkan analisis Friedmann, keberhasilan program PKAT di Desa Simerpara dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Peran rumahtangga dalam memberdayakan diri melalui program PKAT a. Sebanyak 2 rumahtangga mengembangkan penanaman bibit coklat sisanya tidak dapat mengembangkan karena keterbatasan modal b. Sebanyak 10 rumahtangga mengembangkan pemeliharaan ternak ayam dengan membuat kandang ayam di halaman belakang pemukiman c. Setelah menempati pemukiman warga yang berada di Desa Simerpara dengan warga pemukiman sebanyak 20 rumahtangga secara bersamasama membuka lahan baru di Penggegen d. Bagi keluarga yang anaknya menuntut pendidikan di sekolah dasar mendukung kegiatan belajar mengajar dengan membayar iuran Rp 5.000 – 6000,- perbulan untuk perawatan sekolah. e. Semua
rumahtangga
memanfaatkan
balai
sosial
sebagai
tempat
pertemuan (runggu) untuk bermusyawarah, mengadakan pesta dan berkumpul saat terjadi musibah pada salah satu keluarga.
80
2. Fasilitas program dalam mendukung kesejahteraan rumahtangga a. Bantuan bibit coklat belum dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga karena masa untuk panen membutuhkan waktu 3-4 tahun. Bantuan bibit coklat tidak efektif karena tidak dapat meningkatkan pendapatan keluarga dalam waktu 3 bulan. b. Alat ketrampilan belum dapat dimanfaatkan secara optimal, ketrampilan bambu dan rotan tidak dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menambah mata pencaharian rumahtangga karena tidak diminati masyarakat, hasil percontohan kerajinan bambu dan rotan belum dapat dipasarkan dan tidak sesuai dengan kebutuhan keluarga. c. Percontohan ternak kambing, bebek dan ikan hanya dapat diakses oleh 4 rumahtangga dan tidak dapat dijadikan sebagai percontohan untuk meningkatkan pendapatan keluarga karena ternak kambing dan bebek tidak dapat dikembangkan disebabkan terkena penyakit. Percontohan kolam ikan mas juga tidak dapat dikembangkan karena mendapat serangan ular dan berang-berang. d. Bantuan pemukiman, rehabilitasi rumah dan pembangunan balai sosial dapat dimanfaatkan dan diakses semua rumahtangga sehingga keluarga merasa aman, ada perlindungan terhadap anggota keluarga dan menambah motivasi rumahtangga untuk bekerja. Rumahtangga dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengelola kebutuhan keluarga tidak seperti dulu yang hidup bersama dengan mertua. e. Pembuatan
jalan
dapat
dimanfaatkan
oleh
semua
rumahtangga
memperlancar pengangkutan barang hasil pertanian masyarakat untuk dijual ke pasar Salak. Masyarakat menambah penanaman palawija di lahan pertanian sehingga meningkatkan pendapatan keluarga f.
Pembangunan sekolah dasar bagi anak yang mengikuti pendidikan sekolah dasar di Salak pindah ke sekolah dasar yang ada di Desa Simerpara dan anak yang putus sekolah dasar dapat mengikuti pendidikan di Desa Simerpara, sehingga mengurangi pengeluaran rumahtangga.
g. Bantuan percontohan ternak ayam dapat diakses dan dikembangkan satu rumahtangga
sehingga
10
rumahtangga
termotivasi
untuk
mengembangkan ternak ayam sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
81
h. Bantuan jaminan hidup dapat diakses dan dimanfaatkan seluruh rumahtangga sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarga selama 2 bulan dan menambah semangat keluarga untuk bekerja. i.
Bantuan pupuk dapat diakses dan dimanfaatkan seluruh rumahtangga, tetapi tidak mencukupi untuk keperluan tanaman, sehingga tidak dapat mendukung kegiatan bercocok tanam yang dilakukan masyarakat.
3. Pelaksanaan program PKAT di Desa Simerpara masih bersifat sentralistik dengan gaya top down, tetapi dalam pelaksanaan kegiatan melibatkan masyarakat. Sistem pendampingan tidak efektif karena dilaksanakan berdasarkan kunjungan pelaksana program ke desa. Pelaksanaan kegiatan program kurang memperhatikan studi kelayakan yang sudah dilaksanakan, sehingga bantuan ekonomi produktif yang diberikan belum memenuhi substansi kebutuhan masyarakat. Program PKAT yang dilakukan belum memuat keberlanjutan program (sutainable development). 4. Berdasarkan kegiatan FGD dan PRA yang dilaksanakan bersama warga di Desa Simerpara dapat disusun Rencana Kegiatan Program Peningkatan Ekonomi KAT kegiatannya meliputi bantuan jaminan hidup, pengadaan tenaga PPL pertanian, bantuan bibit tanaman palawija cabe, kacang, jagung, kentang, kol. Pengembangan ketrampilan bambu dan rotan, pembentukan kelompok berternak ikan mas dan pembangunan atau pengerasan sarana jalan. Rencana Kegiatan Program Peningkatan Kesehatan KAT kegiatannya meliputi pembangunan posyandu, penempatan bidan desa, pemberian gizi ibu dan anak, pembangunan pipa air dari sumber mata air, dan pembangunan MCK. Rencana Kegiatan Program Peningkatan Sumber Daya Manusia KAT kegiatannya meliputi bantuan sarana dan prasarana buku, modul, meja, bangku dan papan tulis untuk sekolah dasar. Pengadaan tenaga guru pegawai negeri sipil dan guru bantu sekolah dasar. Pembangunan sekolah dasar dan bantuan penerangan. 5. Program PKAT yan g dilaksanakan di Desa Simerpara dianalisis berdasarkan kerangka pemikiran Friedmann. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan rumahtangga dalam mengakses basis kekuatan sosial merupakan alat analisis yang tepat untuk melihat sejauhmana keberhasilan program PKAT di Desa Simerpara. Program PKAT yang dilaksanakan Dinas Sosial Propinsi belum dapat menanggulangi kemiskinan, oleh karena itu harus didukung oleh program pemerintah daerah.
82
Rekomendasi Program PKAT yang dilakukan di Desa Simerpara dalam pelaksanaannya masih ada beberapa kelemahan meliputi sosialisasi kegiatan yang dilakukan hanya di tingkat kabupaten, belum ada warga yang dilatih sebagai kader pendamping program. Bantuan ekonomi produktif tidak dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Bantuan bibit coklat tidak sesuai dengan kebutuhan rumahtangga karena membutuhkan waktu yang lama untuk dapat dipanen, sehingga
tidak
dapat
meningkatkan
pendapatan
keluarga.
Masyarakat
memerlukan varitas tanaman muda yang dapat dipanen dalam waktu 3 bulan. Percontohan ternak kambing, ikan, bebek dan tidak berhasil karena terkena penyakit dan serangan binatang liar. Masyarkat memerlukan binatang piaraan yaang sesuai dengaan kondisi alam Desa Simerpara. Bantuan alat ketrampilan belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena tidak ada sinkronisasi bantuan yang diberikan dengan pelatihan yang dilaksanakan. Program PKAT yang dilaksanakan belum memuat keberlanjutan program (sutainable development), sehingga dapat diprediksi program PKAT menemui kegagalan. Untuk itu perlu membentuk KUBE pada pelaksanaan kegiatan dan merencanakan kelanjutan program PKAT sehingga tujuan program dapat tercapai. Untuk mengatasi kelemahan di atas beberapa aktivitas yang harus dilakukan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara melakukan sosialisasi program PKAT langsung kepada masyarakat agar mereka memahami peran dan partisipasinya dalam pelaksanaan program. Merancang keberlanjutan program untuk mengatasi kekurangan program sebelumnya. Melatih kader pendamping untuk penguatan kapasitas masyarakat agar mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap bantuan yang telah diberikan. Substansi bantuan program yang dikembangkan harus merupakan kebutuhan yang nyata dan sebagai upaya mendahulukan kepentingan masyarakat. Dalam operasionalnya harus menempatkan warga sebagai pelaku sekaligus faktor dominan yang yang perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam program penanggulangan kemiskinan. Bantuan program mengacu pada keadaan penduduk dengan kondisi alam, sistem bercocok tanam, pengetahuan dan tingkat ketrampilan yang dimiliki. Pemerintah Kabupaten Pak-Pak Bharat menindaklanjuti program dengan merealisasikan program penanggulangan kemiskinan melalui Dinas Sosial, Pendidikan, Kesehatan, Pertanian, Kehutanan, Perindustrian, Pekerjaan
83
Umum dan Tenaga Kerja. Menjadikan masyarakat sebagai titik sentral pembangunan untuk ditingkatkan harkat, derajat dan martabatnya sesuai dengan kebutuhan dan hak-hak masyarakat. Pemerintah Desa dan masyarakat memelihara bangunan fisik, mengembangkan bantuan dan membentuk kelompok usaha bersama (KUBE) pembuatan kolam ikan mas, pembukaan lahan baru dan penjagaan lahan pertanian dari serangan binatang liar.
DAFTAR PUSTAKA Aritonang E, Terome H, Bahari S. 2001. Pendampingan Komunitas Pedesaan. Jakarta. Sekretariat Bina Desa/InDHRRA. [Depsos] Departemen Sosial. Dirjen Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. 2003. Panduan Umum Studi Kelayakan Persiapan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Jakarta. [Depsos] Departemen Sosial. Dirjen Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. 2003. Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Jakarta. Djoha ni. R. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara. Bandung. Studio Drya Media. Friedman J. 1992. Empowerment: the politics of alternative development. California. Blackwell. Ife J. 1995. Community Development: creating community alternatives – vision, analisys and practice. Melbourne: Longman Jamasy O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta. Belantika. Martaja. 03 Februari 2005. Menyimak Peta Kemiskinan Tahun 2000. Sinar Harapan: 11 ( Kolom 3-4). Nasution S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Tarsito. Nordholt NS. 1987. Ojo Dumeh: kepemimpinan lokal dalam pembangunan desa. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Siregar B. 2002. Kembali Ke Akar: kembali ke konsep otonomi masyarakat asli. Jakarta. Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat. Smith C, Burke H, Ward GK. 2000. Indigenous Cultures in an Inter Conected World. Australia. Unwin. Suharto E. 2003. Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial. Bandung. STKS. Simatupang J. 2003. Khabupaten Pak-Pak Bharat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Sumodiningrat G. 1996. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. PT. Bina Rena Pariwara. Supriatna T. 1997. Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung. Humaniora Utama Press.
85
Usman S. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Page 2 of 4
file://E:\Lamp 1 Peta Sosial Desa Simerpara.jpg
6/2/06
Page 3 of 4
file://E:\Lamp 1 Peta Sosial Desa Simerpara.jpg
6/2/06
Page 4 of 4
file://E:\Lamp 1 Peta Sosial Desa Simerpara.jpg
6/2/06
87
Lampiran 2 Pedoman Untuk Pengamatan Berperan Serta
1. Mengamati perilaku anggota rumah tangga responden dalam kegiatan memelihara tanaman coklat. 2. Mengamati perilaku anggota rumah tangga responden dalam kegiatan memelihara ternak kambing, ayam, bebek dan ikan mas. 3. Mengamati perilaku anggota rumah tangga mengolah lahan pertanian yang dikuasai mereka. 4. Mengamati kegiatan warga dalam lingkungan pemukiman perumahan yang diberikan. 5. Mengamati pola hubungan kekerabatan responden. 6. Mengamati situasi dan kondisi kehidupan rumah tangga responden seharihari. 7. Mengamati responden dalam menggunakan alat ketrampilan pengupas rotan. 8. Mengamati kejadian-kejadian gotong royong yang dilakukan masyarakat desa.
88
Lampiran 3
Langkah-Langkah
Penerapan
Focus
Group
Discussion (FGD)
1. Persiapan a. Berdasarkan data yang dimiliki dan diperoleh, tema yang akan didiskusikan dapat diperbaiki kembali. b. Menyusun daftar peserta yang akan diundang dalam FGD. c. Mencari informasi karakteristik calon peserta FGD, sehingga peserta FGD mencerminkan kelompok-kelompok kepentingan atau latar belakang yang berbeda-beda
sebagai
sama-sama
dimaksudkan agar pembahasan tema
penerima
bantuan.
Hal
ini
diskusi dapat dilakukan dengan
berbagai perspektif. d. Menata ruang diskusi melingkar sehingga memungkinkan terjadinya diskusi banyak arah. 2. Menyusun formasi diskusi a. Diskusi dipandu oleh seorang moderator dan dibantu oleh satu orang notulis. b. Untuk menciptakan suasana FGD yang hidup ditentukan formasi setengah lingkaran c. Moderator dan fasilitator berada diantara para peserta sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang intim di antara peserta dan fasilitator/moderator. 3. Memfasilitasi proses diskusi a. Moderator membuka diskusi dengan suara yang jelas dan mudah dimengerti oleh peserta. b. Moderator memperkenalkan diri sebelum diskusi dimulai. c. Menjelaskan prosedur diskusi yang akan berlangsung, masalah yang akan dibahas, bagaimana dan berapa lama proses diskusi akan berlangsung. d. Menjelaskan bahwa isu atau aspek yang dita warkan penting untuk didiskusikan dan tindak lanjut.
89
Lampiran 4
Undangan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD)
PEMERINTAH KABUPATEN PAK PAK BHARAT KECAMATAN SALAK DESA SIMERPARA
Nomor Sifat Lampiran Perihal
: / /2005 : Biasa : : Kegiatan Diskusi Kelompok Terfokus FGD.
Simerpara, Juli 2005 Kepada Yth: Bapak/Ibu/Sdr ………………….. …………………………………… …………………………………… Di – Simerpara
UNDANGAN Dengan hormat, Sehubungan dengan adanya kegiatan kajian pengembangan masyarakat di Desa Simerpara oleh mahasiswa Pascasarjana IPB Bogor, maka kami bermaksud mengundang Bapak/Ibu/Sdr. Untuk menghadiri kegiatan dimaksud yang dilaksanakan pada : Hari/tanggal Waktu Tempat Acara
: Juli 2005 : Pukul : Balai Pertemuan Desa Simerpara : Evaluasi Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Desa Simerpara.
Demikian atas perhatian serta kehadiran Bapak/Ibu/ Sdr. Kami ucapkan terima kasih. Kepala Desa
Tuppal Manik
Tembusan : Yth. Bapak Camat di kecamatan Salak sebagai laporan Pertinggal
90
Lampiran 5 Pedoman Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Tema FGD : Manfaat dan pengaruh Program PKAT Terhadap Masyarakat Desa Simerpara Peserta: 1. Keluarga yang mendapat bantuan perumahan dan berpartisipasi dalam program PKAT 2. Keluarga yang rumahnya direhabilitasi dan berpartisipasi dalam program PKAT. Pertanyaan Diskusi : Perkenalan Singkat Tentang Program PKAT, Tentang Evaluasi, Tujuan Evaluasi dan Tujuan FGD. PERTANYAAN PENDAHULUAN: Tolong sebutkan nama saudara? MODERATOR MENGUNGKAPKAN PROGRAM PKAT YANG DITERAPKAN DI DESA SIMERPARA. 1. Apakah saudara turut serta dalam perencanaan program PKAT? Bagaimana proses perencanaan itu dilakukan? 2. Apakah saudara turut serta dalam pelaksanaan program PKAT? Bagaimana proses pelaksanaan itu dilakukan? 3. TOPIK MANFAAT a. Apakah manfaat yang diperoleh dari bantuan program PKAT? (MENULISKAN SECARA RINCI BANTUAN PROGRAM PKAT ) Penataan perumahan dan pembuatan pemukiman Rehabilitasi pemukiman Bantuan bibit coklat dan pupuk Bantuan ternak kambing, ayam, bebek dan ikan mas Bantuan jaminan hidup beras, gula, ikan dan kopi Pelatihan ketrampilan Bantuan alat ketrampilan Bantuan sarana jalan Bantuan gedung sekolah. b. Siapa saja yang memperoleh manfaat tersebut? Siapa yang tidak memperolehnya? c. Berapa jumlah rumah tangga yang memperoleh manfaat? d. Kapan manfaat itu diperoleh? Apakah sepanjang tahun, atau waktu tertentu saja? Mengapa demikian?
91
e. Bagaimana saudara memanfaatkan bantuan tersebut? Mengapa saudara melaksanakan dengan cara seperti itu? 4. TOPIK DAMPAK a. Apakah akibat-akibat atau pengaruh yang diperoleh dari bantuan program PKAT tersebut? (MENULISKAN SECARA RINCI BANTUAN PROGRAM PKAT) b. Siapa saja yang memperoleh akibat-akibat atau pengaruh tersebut? Siapa yang tidak memperolehnya? c.
Kapan pengaruh itu diperoleh? Apakah sepanjang tahun, atau waktu tertentu saja? Mengapa demikian?
d. Bagaimana cara saudara memanfaatkan bantuan tersebut? Mengapa saudara melaksanakan dengan cara seperti itu? 5. TOPIK KEBERLANJUTAN PROGRAM PKAT JIKA BANTUAN PROGRAM SUDAH RUSAK a. Mengapa bantuan program sudah rusak? Bagaimana proses kerusakan tersebut terjadi? b. Apa saja upaya penaggulangan yang dilakukan? Siapa yang melakukan? Apa saja upaya dari masyarakat? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Bagaimana caranya? JIKA BANTUAN PROYEK MASIH BERFUNGSI a. Mengapa bantuan program masih berfungsi? Bagaimana memeliharanya? b. Apa
upaya
pemeliharaan
yang
dilakukan?
Apa
saja
upaya
dari
masyarakat? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Bagaimana caranya? JIKA BANTUAN PROGRAM SUDAH DIKEMBANGKAN a. Mengapa bantuan program dikembangkan? Bagaimana caranya? b. Apa upaya pengembangan bantuan yang dilakukan? Apa saja upaya dari masyarakat? Apa saja upaya dari pemerintah desa? Bagaimana caranya? 6. TOPIK PERBANDINGAN DENGAN PROGRAM LAIN a. Apakah ada program pembangunan lain selama program PKAT di desa ini? b. Dimana program itu dilakukan, apakah sama, berdekatan, atau berjauhan dari program PKAT? c. Apakah masyarakat desa turut berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program tersebut?
92
d. Apa sajakah manfaat yang muncul dari progra m itu? Siapa yang memanfaatkan? Kapan dimanfaatkan? Mengapa demikian? e. Manakah yang lebih berguna antara program PKAT dan program lainnya tersebut? f.
Apa sajakah akibat atau pengaruh yang muncul dari program tersebut? Siapa yang memperoleh akibat atau pengaruh tersebut?
g. Dimana akibat atau pengaruh itu muncul? Kapan akibat atau pengaruh dimanfaatkan? Mengapa demikian? h. Siapa yang memperoleh kerugian? Dimana akibat atau pengaruh muncul? Kapan akibat atau pengaruh ditanggulangi? Mengapa demikian? MODERATOR MENYAMPAIKAN RANGKUMAN DISKUSI SELAMA 2 MENIT. MODERATOR BERTANYA: APAKAH RANGKUMAN INI SUDAH LENGKAP? APAKAH SAUDARA SETUJU RANGKUMAN INI? ATAU SAUDARA MEMILIKI TAMBAHAN ATAU USULAN PERUBAHAN? 7. Tujuan pertemuan kita adalah untuk memahami manfaat dan akibat pengaruh program PKAT? Apakah ada hal penting yang terlewatkan? 8. Apakah saudara mempunyai nasehat penting untuk kami dalam menyusun program PKAT?
93
Lampiran 6
Daftar Hadir Diskusi kelompok Terfokus (FGD) Participatory Rural Appraisal (PRA) Hari/tangal Temat
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama
dan
: , Juli 2005 : Balai Sosial Desa Simerpara.
Pekerjaan
Tanda Tangan
94
Lampiran 7
Pedoman Wawancara Untuk Responden
A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama, Usia, Status Keluarga dan Perkawinan 2. Pekerjaan : 3. Tempat lahir : 4. Pendidikan : 5. Lama tinggal : 6. Jumlah anggota keluarga ( r ):
jiwa.
7. Kedudukan dalam masyarakat : B. KEADAAN FISIK 8. Lingkungan/Lahan a. Berapa luas lahan yang saudara dikerjakan? Apakah saudara menyewa atau memiliki lahan tersebut? b. Berapa bantuan bibit coklat yang saudara terima? Bagaimana saudara memelihara tanaman tersebut? c. Apakah saudara kerja sama dengan kerabat/tetangga dalam mengelola bantuan yang anda terima? Bagaimana bentuknya? d. Apakah manfaat yang diperoleh dari bantuan tersebut? Siapa saja yang memperoleh manfaatnya? Siapa yang tidak memperolehnya? e. Apakah bantuan pupuk yang diberikan cukup untuk memelihara tanaman tersebut? Mengapa demikian? f. Bagaimana pengaruh pemukiman yang diberikan terhadap pekerjaan saudara? Apakah saudara masih menetap di lahan pertanian? g. Bagaimana
hubungan
saudara
dengan
kerabat/tetangga
setelah
mendapat rumah? Apa saja keuntungan dan kerugiannya? h. Apakah bantuan pupuk yang diberikan cukup untuk memelihara bibit coklat saudara? Mengapa demikian? i. Apakah saudara menemui kendala dalam mengelola bantuan tersebut? Apa saja yang saudara lakukan? Mengapa demikian? j. Apa yang dilakukan pemerintah desa untuk mengatasi kendala tersebut? Bagaimana caranya? Mengapa demikian? k. Peralatan apa saja yang anda gunakan untuk memelihara coklat saudara? Bagaimana digunakan? l. Apakah tanaman coklat saudara sudah pernah dipanen? Berapa kali?
95
9. Prasarana fisik: a. Bagaimana saudara memperoleh dan menggunakan prasarana yang diterima dalam program? b. Apakah sarana jalan mendukung penjualan hasil pertanian saudara? Apa manfaat yang diterima? c. Apakah bantuan yang saudara diterima sesuai dengan kebutuhan saudara? Bagaimana saudara menggunakannya? Mengapa demkian? d. Apakah sekolah yang sudah dibangun bermanfaat bagi keluarga saudara? Mengapa demikian? Bagaimana dimanfaatkan? e. Apakah rumah yang saudara terima sesuai dengan keinginan saudara? Mengapa demikian? f.
Bagaimana saudara menggunakan bantuan seng, semen dan cat yang diterima?
g. Apa kendala yang saudara jumpai dalam memperbaiki rumah saudara? Bagaimana upaya saudara mengatasinya? Mengapa demikian? h. Apakah mesin pengupas rotan dapat saudara gunakan? Bagaimana caranya? i.
Apakah rotan dan bambu tersedia di desa saudara? Bagaimana memperolehnya
j.
Apa kendala yang saudara temui untuk mencari rotan dan bambu? Mengapa demikian?
k. Bagaimana saudara mengatasi hambatan tersebut? Apa saja yang saudara lakukan? l.
Apa saja jenis ketrampilan yang saudara hasilkan? Berapa buah dapat saudara hasil dalam satu hari?
m. Apakah saudara mengalami kendala menjual hasil ketrampilan tersebut? Mengapa demikian? n. Apakah saudara memotivasi tetangga untuk ikut belajar ketrampilan yang anda tekuni? Bagaimana caranya? o. Bagaimana respon tetangga/kerabat tentang hasil kerajinan saudara? Apakah mereka menerima atau menolak? p. Bagaimana seharusnya sarana yang mendukung kegiatan saudara saat ini dan yang akan datang? q. Apa saja harapan saudara terhadap program PKAT dimasa yang akan datang?
96
10. Bantuan ternak a. Apa saja bantuan ternak yang anda terima dalam program tersebut? Berapa jumlahnya? Dimana saudara memelihara ternak tersebut? b. Bagaimana saudara memelihara ternak tersebut? Mengapa demikian? c. Apa kendala yang saudara jumpai memelihara ternak tersebut? Apa saja upaya yang saudara lakukan? Apa saja upaya yang dilakukan pemerintah desa? Mengapa demikian? d. Apakah ternak yang anda pelihara dapat berkembang biak? Berapa jumlahnya? e. Apakah ternak yang saudara pelihara cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, atau dijual ke pasar? C. KEADAAN EKONOMI 11. Struktur Ekonomi a. Apa saja mata pencaharian saudara? b. Bagaimana
saudara
memelihara
tanaman
tersebut?
Mengapa
demikian? c. Berapa bulan yang saudara perlukan untuk memelihara tanaman tersebut? d. Bagaimana anda menjual hasil pertanian saudara? Kemana saudara menjualnya? e. Apakah hasil panen saudara dapat memenuhi kebutuhan keluarga? D. PERSPEKTIF BUDAYA DAN PERAN ANGGOTA MASYARAKAT 12. Perspektif budaya a. Bagaimana saudara mengikuti gotong royong yang dilakukan di desa? b. Bagaimana peran pemerintah desa dalam melaksanakan gotong royong? c.
Apakah ada pembagian kerja dalam keluarga, kelompok dan lingkungan tempat tinggal saudara? Mengapa demikian?
d. Bagaimana peran tokoh adat dalam mengelola lahan pertanian saudara? Kapan dilakukan? e. Apakah tokoh adat menetukan apa yang saudara tanam? Mengapa demikian? f.
Bagaimana seharusnya kelembagan tersebut dalam membantu kegiatan ekonomi saudara ?
97
g. Bagaimana pengertian saudara tentang bantuan pemerintah yang diberikan? Apa saja harapan-harapan saudara? E. KELEMBAGAAN, MODAL SOSIAL DAN JARINGAN 13. Apakah saudara pernah meminjam kredit? 14. Apakah anggota keluarga mendukung pekerjaan saudara? Bagaimana caranya? 15. Bagaimana dukungan lingkungan kerabat dan tetangga dalam kegiatan ekonomi saudara laksanakan? Bagaimana caranya? Kapan dilaksanakan? 16. Apakah aparat desa mendukung kegiatan usaha saudara? Bagaimana caranya? F. PROGRAM PEMBERDAYAAN KAT a. Apakah saudara turut serta dalam pelaksanaan program KAT? Bagaimana proses pelaksanaan itu? b. Bantuan apa saya yang anda terima program KAT? Siapa saja yang memperolehnya. siapa yang tidak memperolehnya? c. Bagaimana cara saudara memanfaatkan bantuan tersebut? Mengapa demikian? d. Apakah fasilitas yang diberikan sesuai dengan kebutuhan saudara? Bagaimana bentuknya? e. Apa saja harapan anda terhadap program untuk masa yang akan datang?
98
Lampiran 8
Pedoman Wawancara Untuk Informan
A. IDENTITAS INFORMAN 1. Nama, Usia, Status Keluarga dan Perkawinan 2. Pekerjaan : 3. Tempat lahir : 4. Pendidikan : 5. Lama tinggal : 6. Jumlah anggota keluarga ( r ):
jiwa.
7. Kedudukan dalam masyarakat : B. PEMERINTAH DESA 1. Apakah masyarakat turut serta dalam perencanaan program? Bagaimana proses perencanaan dilakukan? 2. Apakah masyarakat turut serta dalam pelaksanaan program? Bagaimana proses pelaksanaan dilakukan? 3. Apakah manfaat yang diterima masyarakat dari bantuan yang diberikan? Siapa saja yang memeroleh manfaatnya? Siapa saja yang tidak memperoleh manfatnya? 4. Bagaimana cara warga memelihara bibit coklat? Mengapa demikian? 5. Apakah alat ketrampilan sudah dimanfaatkan? Apa saja manfaat yang diperoleh? Apa saja keuntungan dan kerugiannya? 6. Apakah bapak memotivasi warga untuk memanfaatkan bantuan program? Bagaimana caranya? Mengapa demikian? 7. Apa saja peran bapak dalam pelaksanaan program? Bagaimana bapak melakukannya? 8. Apakah program PKAT sesuai dengan kebutuhan masyarakat? Mengapa demikian? 9. Bagaimana penerimaan masyarakat terhadap bantuan perumahan, ternak, bibit coklat dan alat ketrampilan yang diberikan? 10. Bagaimana pengaruh pemukiman yang diberikan terhadap pekerjaan masyarakat? Apakah mereka masih menetap di l ahan pertanian mereka? 11. Bagaimana hubungan antara warga setelah mendapat rumah? Apa saja manfaatnya?
99
12.
Apa saja kendala yang ditemui masyarakat dalam pelaksanaan program? Apa upaya bapak untuk mengatasinya? Mengapa demikian?
13.
Apa saja kendala yang bapak temui dalam pelaksanaan program PKAT? Apa saja upaya yang bapak lakukan?
14.
Bagaimana keadaan masyarakat sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan? Apa saja harapan mereka?
15.
Apa saja harapan bapak terhadap program PKAT di masa yang akan datang? Apa saja saran ba pak terhadap program tersebut?
C. PENDAMPING PROGRAM PKAT 1. Bagaimana kegiatan program PKAT yang dilakukan di Desa Simerpara? 2. Apakah masyarakat turut serta dalam perencanaan program? Bagaimana proses perencanaan dilakukan? 3. Apakah masyarakat turut serta dalam pelaksanaan program? Bagaimana proses pelaksanaan dilakukan? 4. Bagaimana peran bapak dalam mendampingi warga melaksanakan program PKAT? 5. Apa saja yang bapak lakukan dalam memotivasi warga untuk berpartisiasi dalam program? Bagaimana caranya? 6. Bagaimana penerimaan warga terhadap bantuan yang diberikan? Siapa saja yang menerima? Siapa saja yang tidak menerima? 7. Apa saja kendala yang bapak ditemui dalam memotivasi warga? Bagaimana bapak mengatasinya? 8. Bagaimana pengaruh pemukiman yang diberikan terhadap pekerjaan masyarakat? Apakah mereka masih menetap di lahan pertanian mereka? 9. Bagaimana hubungan antara warga setelah mendapat rumah? Apa saja manfaat yang diterima? 10. Apakah warga memanfaatkan bantuan perumahan, bibit coklat, ternak dan alat ketrampilan yang diberikan? Bagaimana caranya? 11. Apakah warga mampu menggunakan alat ketrampilan yang diberikan? Apa kendala yang ditemui? Bagaimana mereka mengatasinya? 12. Apa kendala yang dihadapi masyarakat dalam memelihara bantuan bibit coklat dan ternak tersebut? Apa saja yang mereka lakukan? 13. Apakah bantuan ternak kambing, ayam dan bebek sudah bertambah? Berapa jumlahnya?
100
14. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap sarana jalan yang sudah dibangun? Apa saja manfaat yang diterima? 15. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap sarana pendidikan yang sudah dibangun? Apa saja manfaat diterima? Apa saja kendala yang dihadapi? 16. Apa yang dilakukan pemerintah Desa dalam pelaksanaan program PKAT tersebut? Bagaimana bentuknya? 17. Bagaimana keadaan masyarakat sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan? 18. Apa saja harapan bapak terhadap program di masa yang akan datang? Apa saja saran bapak terhadap program tersebut?
101
Lampiran 9 Nama-Nama Informan d an Responden Di Desa Simerpara Nama-nama Informan di Desa Simerpara, Tahun 2005 No
Nama
Umur
Jenis
Status Sosial
Alasan Dipilih
Kelamin 1.
Erna Hasibuan
40
P
PNS
Pelaksana Program
2.
Saiful Syafri
47
L
PNS
Pelaksana Program
3.
Tuppal Manik
38
L
Kepala desa
Mengetahui Kegiatan Prg
Nama-Nama Responden di Desa Simerpara, Tahun 2005 No
Nama
umur
Jenis kelamin
Status sosial
Alasan dipilih
1.
Jajet Manik
70
L
Tokoh masyarakat
Penerima bantuan
2.
Laris Manik
70
L
Tokoh masyarakat
Penerima bantuan
3.
Hasan Bancin
43
L
Kepala Sekolah
Penerima bantuan
4.
Mosim B. Manalu
50
L
warga
Penerima bantuan
5.
Manahan Manik
49
L
Warga
Penerima bantuan
6.
Lebecian Manik
47
L
Warga
Penerima bantuan
7.
Lumpia Sihombing
45
P
Warga
Penerima bantuan
8.
Julister Berutu
43
L
Warga
Penerima bantuan
9.
Demus Manik
42
L
Warga
Penerima bantuan
10.
Emsi Padang
37
L
Warga
Penerima bantuan
11.
Carles Berutu
36
L
Warga
Penerima bantuan
12.
Ramsen Berutu
34
L
Warga
Penerima bantuan
13.
Lamser Manik
34
L
Warga
Penerima bantuan
14.
Mangatar B Manalu
33
L
Warga
Penerima bantuan
15.
Heja Tulo Buulolo
30
L
Warga
Penerima bantuan
16.
Aswin B. Manalu
30
L
Warga
Penerima bantuan
104
Lampiran 11
Pelaksanaan Kegiatan FGD di Desa Simerpara
Peserta • Warga yang menerima bantuan prograam PKAT • Warga yang mengikuti pelatihan ternak ikan mas dan ketrampilan • Tokoh masyarakat • Ketua lembaga pemberdayaan masyarakat • Sekretaris desa Sebelum memulai kegiatan diskusi kelompok terfokus peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan pelaksanaan kegiatan program di Desa Simerpara. Mengkaji pengaruh program terhadap keluarga dan fasilitas program mendukung kesejahteraan keluarga serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Pada kesempatan tersebut pengkaji membagikan foto copi pedoman pelaksanan diskusi kelompok terfokus, pulpen dan kertas buram. Hal tersebut dilakukan agar pemahaman dan kegiatan diskusi dapat berjalan lancar. Untuk membantu kegiatan diskusi tersebut penulis dibantu (Rb) sebagai notulis. Kegiatan diskusi dipimpin langsung oleh peneliti dengan mengajukaan pertanyaan langsung kepada peserta yang hadir. Apabila warga kesulitan dalam mengikuti kegiatan tersebut mereka dapat me mbaca pada pedomaan foto copi yang telah dibagikan. 1. PERENCANAAN PROGRAM Perencanaan program PKAT hanya sebagian masyarakat diikutsertakan terutama tokoh masyarakat dan kepala desa yang dilakukan di kantor Bupati Pak-Pak Bharat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Dinas Sosial Propinsi sebagai pelaksaana program dan pemerintah kabupaten Pak-Pak Bharat yang diikuti oleh beberapa dinas. Pada kesempatan tersebut meminta warga menyediakan lahan untuk pembuataan pemukiman, memberi kesempatan kepada warga untuk menyampaikan dan mengajukan permintaan sehubungan dengan kegiatan program. Adanya kesepakatan dari pemerintah daerah untuk ikut berpartisipasi dalam program PKAT sehingga terbentuk Tim Kelompok Kerja. ]2. PELAKSANAAN PROGRAM Pelaksanaan kegiatan program PKAT masyarakat turut serta dimana mereka mendapat bantuan, ikut dalam pelatihan, membuat bahan yang diperlukan seperti kayu, pasir batu untuk pembangunan perumahan KAT, membuat percontohan, kolam ikan mas, kandang ternak ayam, bebek, kambing, gotong royong perbaikan jalan dan kebersihan di lingkungan pemukiman, membangun rumah KAT, balai sosial, merehabilitasi rumah dan pemberdayaan warga sebagai guru bantu. 3. TOPIK MANFAAT a. Manfaat bantuan program PKAT Bantuan pemukiman 1. Bagi warga yang tidak memi liki rumah sudah mendapat rumah 2. Dapat berternak ayam 3. Membuka lahan baru di Penggegen 4. Informasi lebih cepat didapat 5. Dapat memanfaatkan halaman pemukiman
105
Bantuan rehabilitasi pemukiman 1. Rumah menjadi indah 2. Tidak bocor 3. Ada ketenangan anggota keluarga 4. Rasa aman 5. Kebersihan terjaga dan rumah menjadi rapi 6. Semangat kerja bertambah 7. Rumah yang direhabilitasi diupahkan untuk memperbaikinya 8. Sebagian masyarakat dapat memperbaiki sendiri Bantuan bibit coklat dan pupuk 1. Belum berhasil karena tanaman coklat tersebut dapat berproduksi 4-5 tahun mendatang 2. Adanya harapan masyarakat untuk peningkatan pendapatan hari yang akan datang 3. Bantuan pupuk yang diberikan digunakan untuk padi di sawah tanaman palawija lain seperti jagung dan cabe. Menurut warga bantuan pupuk tersebut masih kurang untuk tanaman palawija di lahan pertanian. Bantuan ternak kambing 1. Ternak kambing yang dipelihara sebagai pecontohan belum dapat berkembang biak karena 3 ekor kambing tersebut telah mati. Anak kambing yang dilahirkan beberapa saat kemudian anak kambing tersebut mati. Bantuan ternak ayam 1. Sudah berhasil dari 20 ekor ayam yang diberikan kepada warga sekarang sudah mencapai ± 48 ekor. Menurut warga ternak ayam tersebut sesuai dengan kondisi alam Desa Simepara Bantuan ternak bebek 1. Bebek tersebut banyak yang mati dan sekarang tinggal satu. Mereka tidak tahun penyebabnya tetapi dugaan karena sakit. Bantuan bibit ikan mas 1. Semua ikan mas yang ada di kolam Dusun Simerpara habis dimakan silosilo (beraang-berang) dan di Dusun Pea Serpo dimakan ular 2. Perencaan masyarakat untuk membuat kolam ikan mas di sawah di Dusun Pea Serpo dengan sistem kolam ikan deras, hal ini dilakukan berkelompok agar warga dapat bergantian menjaga kolam tersebut 3. Semua warga ikut serta Bantuan jaminan hidup beras, gula, ikan dan kopi 1. Bantuan tersebut sangat membantu kebutuhan pokok keluarga terutama pada musim paceklik 2. Bantuan tersebut kurang dan masyarakat berharap bantuan jaminan hidup untuk kegiatan selanjutnya Bantuan alat ketrampilan 1. Tidak dapat digunakan karena bantuan yang diterima merupakan teknologi modern tidak sesuai dengan pelatihan yang diikuti karena masih menggunakan alat yang sederhana 2. Belum dapat dirasakan masyarakat
106
3. Masyarakat kurang termotivasi / kurang semangat 4. Kurang ada prospek karena belum ada hasil yang dijual 5. Perlunya modal tambahan Bantuan sarana jalan 1. Semangat untuk bekerja semakin tinggi 2. Barang yang dijual ke pasar semakin banyak ekonomi keluarga mengalami perbaikan 3. Waktu untuk memasuki desa semakin singkat 4. Penambahan jumlah angkutan umum ke Desa Simerp ara 5. Barang yang diangkut ke pasar berjalan lancar, apabila barang yang dibawa ke pasar banyak maka warga berjalan sampai Desa Kecupak I di Sei Buluh, dari sini warga naik mobil angkutan umum dari desa tersebut ke kecamatan Salak. Bantuan gedung sekolah 1. Anak-anak dapat sekolah di Desa Simerpara 2. Anak dapat dikontrol 3. Biaya pendidikaan murah dan terjangkau keluarga 4. Pulang sekolah tenaga anak bisa dimanfaatkan 5. Kasih sayang dan perhatian dapat dicurahkan 6. Adanya pengangkatan guru bantu Jaminan hidup 1. Sangat membantu kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, untuk kegiatan program PKAT selanjutnya mereka menginginkan bantuan jaminan hidup diberikan lagi, terutama pada bulan kemarau dimana produksi pertanian warga menurun. b. Masyarakat memperoleh bantuan bibit coklat dimana mereka menggunakan lahan dengan tanaman palawija lainnya (tetapi jumlahnya berbeda). Semua masyarakat menerima bantuan jaminan hidup, dan pupuk. satu keluarga menerima ternak ayam untuk percontohan, satu keluarga ternak bebek, satu keluarga menerima ternak kambing, satu keluarga menerima bantuan ketrampilan, 2 keluarga menerima bibit ikan mas dan 20 keluarga menerima bantuan Beko. c. Sebanyak 74 kk memperoleh manfaat program PKAT d. Manfaat diperoleh pada waktu pelaksanaan kegiatan program PKAT pada waktu tertentu karena bantuan yang diberikan berdasarkan perencanaan dan anggaran e. Warga memanfaatkan bantuan tersebut dengan menempati rumah pemukiman, memperbaiki rumah yang telah bocor, membuat lantai yang dilakukan pemborong. Memelihara bibit coklat dengan mengikis, membabat rumput di sekitar batang coklat. Membuat kandang ternak ayam, bebek dan kambing. Menggunakan beko untuk mengangkat barang, 4. TOPIK DAMPAK a. Akibat-akibat atau pengaruh yang diperoleh dari bantuan program PKAT Bantuan pemukiman 1. Terbentuknya kelompok dari warga pemukiman KAT, Dusun Simerpara untuk membuka lahan baru di penggegen. 2. Ternak ayam warga ingin semua mendapat bantuan untuk berternak ayam
107
3. Ternak ikan mas warga berencana membuka kolam ikan di sawah Dusun Pea Serpo 4. Bibit coklat sebagian warga mengembangkan lahan penanaman bibit coklat dengan melakukan pembibitan 5. Rehabilitasi rumah semangat kerja warga makin bertambah b. Semua warga memperoleh manfaat bantuan program c. Manfaat diperoleh pada waktu pelaksanaan program dan sesudah pelaksanaan kegiatan manfaat penanaman bibit coklat diharapkan 4 tahun yang akan datang. d. Bantuan bibit coklat yang diterima ditanam di lahan pertanian 5. TOPIK KEBERLANJUTAN PROGRAM PKAT JIKA BANTUAN PROGRAM SUDAH RUSAK a. Kendala dalam bantuan program, Bantuan perumahan - Satu rumah bocor, persambungan atap seng terlalu jarang, apabila turun hujan maka rumah tersebut menjadi kebanjiran - Lantai rumah sudah pecah - Sebagian kunci rumah tidak pas sehingga kunci pintu rumah tidak dapat digunakan - Sebagian kerusakan tersebut terjadi pada sebelum rumah tersebut ditempati warga. Tetapi pada lantai yang pecah disebabkan kurangnya semen dan pasir yang bercampur tanah. Bantuan ternak kambing 3 mati karena terkena penyakit Bantuan bibit ikan mas dimakan ular dan berang-berang Bantuan bebek sebagian besar mati, hanya satu yang hidup karena penyakit Bantuan bibit coklat sebagian kecil mati dan coklat yang ditanam di dekat hutan dimakan binatang liar seperti rusa Kendala lain yang dihadapi masyarakat di lingkungan pemukiman antara lain: - Belum ada sarana penerangan - Belum ada MCK - Belum adanya sarana kebutuhan air bersih - Belum adanya dapur di pemukiman yang diterima, sehingga masyarakat membuat dapur darurat di belakang rumah - Rehabilitasi pemukiman masih kurang karena terbatasnya bantuan seng yang seharusnya 10 diberikan 5 b. Satu kepala keluarga pindah ke rumah penduduk lain di Desa Simerpara. Sebagian besar mereka menempati rumah tersebut. Untuk perbaikan rumah seperti lantai tidak diperbaiki warga tetapi pada kunci rumah diganti dengan kunci yang lain. Peran pemerintah desa menyarankan warga memperbaikinya. JIKA BANTUAN PROYEK MASIH BERFUNGSI a. Bantuan proyek berfungsi karena - Karena bantuan alat ketrampilan belum pernah digunakan karena warga yang mengikuti pelatihan ketrampilan belum memahami cara mengoperasikan bantuan ketrampilan - Bantuan beko masih berfungsi mengangkat bibit dan hasil pertanian warga dari ladang.
108
- Bantuan pemukiman yang diberikan masih berfungsi, pemeliharan yang dilakukan warga dengan merawat dan membersihkan/menyapu rumah setiap pagi dan sore b. Pemerintah desa - Kepala desa memotivasi warga dalam merawat dan memelihara bantuan yang diberikan, walaupun beliau tidak mempunyai keahlian dalam menanam coklat dan memelihara ternak tetapi beliau tetap motivasi warga dan mengajak masyarakat bergotong royong sebulan sekali, satu hari penuh untuk memperbaiki jalan ke Desa Simerpara JIKA BANTUAN PROGRAM SUDAH DIKEMBANGKAN a. Dua kepala keluarga (L m) mengembangkan bantuan bibit coklat dengan mena mbah 650 batang bibit coklat karena coklat yang ditanam dilahan pertanian warga tumbuh subur. (Mbm) mengembangkan tanaman coklat sebanyak 350 batang di dua lahan pertanian miliknya. Bibit coklat tersebut dimasukkan ke polibek yang sebelumnya telah diisi tanah yang subur, jarak bibit coklat tersebut dimasukkan ke dalam tanah di polibek kira-kira 3 cm. setelah itu polibek tersebut disatukan dalam loksi tertentu. Di atas bibit polibek tersebut dibuat atap pengaman dari batang sapu lidi sekitar 80 cm, agar bibit tersebut terhindar dari terik matahari. Bibit coklat tersebut disiram dengan air satu kali dalam seminggu. b. Upaya pengembangan bantuan tidak banyak yang dilakukan masyarakat karena terbatasnya modal. Upaya pemerintah dengan melihat dan menganalisis bantuan percontohan yaang dilakukan sehingga didapat kesimpulan bantuan yang cocok untuk warga. Pemberian bantuan untuk semua warga untuk menindaklanjuti bantuan yang sudah berhasil. Dilakukan setelah anggaran turun. 6. TOPIK PERBANDINGAN DENGAN PROGRAM LAIN Program yang sudah pernah dilaksanakan di Desa Simerpara yaitu Program Pembangunan Prasarna Desa Tertinggal (P3DT). Dilaksnakan pada tahun 1999, dengan anggaran sebesar Rp. 149.000.000,Dalam perencanaan dan pelaksanaanya diikutkan lembaga pemberdayaan masyarakat desa (LKMD). Kegiatan yang dilakukan dalam program tersebut antara lain : 1. Pembangunan jalan (pengerasan) sepanjang 300 m 2. Pembangunan jembatan sebanyak 4 buah Pelaksanaanya dilakukan selama 3-4 bulan. Masyarakat dapat memanfaatkan prasarana jembatan tersebut, angkutan roda 4 dapat masuk desa dan masyarakat dapat membawa hasil bumi untuk dijual, walaupun pada waktu itu angkutan umum yang tetap belum ada masuk ke desa. Perbandingan program PKATdengan P3DT antara lain PKAT - Masyarakat mendapat bantuan pemukiman dan rehabilitasi rumah, jaminan hidup, ternak peningkatan ekonomi keluarga. Bantuan yang diberikan langsung kepada sasaran/keluarga
109
Bantuan P3DT - Untuk perbaikan prasarana jalan dan jembatan sehingga memperlancar pengangkutan barang, bermanfaat juga untuk pendatang yang masuk ke Desa Simerpara HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PKAT ANTARA LAIN: Bantuan Bibit Coklat • Bantuan disesuaikan dengan pola tanam masyarakat • Perlu penyuluhan pertanian • Pengetahuan terbatas perlu peningkatan sumber daya manusia melalui pembangunan desa • Perlu pupuk dan obat untuk tanaman coklat dan palawija • Bantuan tanaman tumpang sari • Bantuan jaminan hidup dilanjutkan sehingga warga lebih fokus pada pemeliharan bibit coklat • Parang dan cangkul • Alat pompa pestisida • Bibit kacang tanah Ternak Piaraan • Kerbau/sapi • Babi • Ayam • Bibit ikan mas Ketrampilan Bambu dan Rotan • Masalah penjuaalan hasil ketrampilan, (hasil ketrampilan tidak sesuai dengan budaya masyarakat dimana tempat bakul nasi, topi dari bambu tidak digunakan di Desa Simerpara) pada umumnya masyarakat menggunakan perabotan keluarga dari plastik dan aluminium yang dijual di pasar Sarana Jalan • Diperhatikan/dibangun oleh pemerintah daerah • Sarana transportasi ditambah Program Jangka Pende k • Menanam jagung / tanaman muda Bantuan Sekolah • Kursi, meja, papan tulis masih kurang • Perlunya buku panduan bagi guru bantu • Perlunya buku bacaan bagi murid sekolah Kesehatan • Pembentukan Posyandu • Pipa untuk membuat saluran air terutama pada daerah yang berbatu • Pembuatan MCK Program PKAT • Dilanjutkan • Perbaikan prasarana jalan • Sertifikat perumahan KAT
105
Bantuan rehabilitasi pemukiman 1. Rumah menjadi indah 2. Tidak bocor 3. Ada ketenangan anggota keluarga 4. Rasa aman 5. Kebersihan terjaga dan rumah menjadi rapi 6. Semangat kerja bertambah 7. Rumah yang direhabilitasi diupahkan untuk memperbaikinya 8. Sebagian masyarakat dapat memperbaiki sendiri Bantuan bibit coklat dan pupuk 1. Belum berhasil karena tanaman coklat tersebut dapat berproduksi 4-5 tahun mendatang 2. Adanya harapan masyarakat untuk peningkatan pendapatan hari yang akan datang 3. Bantuan pupuk yang diberikan digunakan untuk padi di sawah tanaman palawija lain seperti jagung dan cabe. Menurut warga bantuan pupuk tersebut masih kurang untuk tanaman palawija di lahan pertanian. Bantuan ternak kambing 1. Ternak kambing yang dipelihara sebagai pecontohan belum dapat berkembang biak karena 3 ekor kambing tersebut telah mati. Anak kambing yang dilahirkan beberapa saat kemudian anak kambing tersebut mati. Bantuan ternak ayam 1. Sudah berhasil dari 20 ekor ayam yang diberikan kepada warga sekarang sudah mencapai ± 48 ekor. Menurut warga ternak ayam tersebut sesuai dengan kondisi alam Desa Simepara Bantuan ternak bebek 1. Bebek tersebut banyak yang mati dan sekarang tinggal satu. Mereka tidak tahun penyebabnya tetapi dugaan karena sakit. Bantuan bibit ikan mas 1. Semua ikan mas yang ada di kolam Dusun Simerpara habis dimakan silosilo (beraang-berang) dan di Dusun Pea Serpo dimakan ular 2. Perencaan masyarakat untuk membuat kolam ikan mas di sawah di Dusun Pea Serpo dengan sistem kolam ikan deras, hal ini dilakukan berkelompok agar warga dapat bergantian menjaga kolam tersebut 3. Semua warga ikut serta Bantuan jaminan hidup beras, gula, ikan dan kopi 1. Bantuan tersebut sangat membantu kebutuhan pokok keluarga terutama pada musim paceklik 2. Bantuan tersebut kurang dan masyarakat berharap bantuan jaminan hidup untuk kegiatan selanjutnya Bantuan alat ketrampilan 1. Tidak dapat digunakan karena bantuan yang diterima merupakan teknologi modern tidak sesuai dengan pelatihan yang diikuti karena masih menggunakan alat yang sederhana 2. Belum dapat dirasakan masyarakat
106
3. Masyarakat kurang termotivasi / kurang semangat 4. Kurang ada prospek karena belum ada hasil yang dijual 5. Perlunya modal tambahan Bantuan sarana jalan 1. Semangat untuk bekerja semakin tinggi 2. Barang yang dijual ke pasar semakin banyak ekonomi keluarga mengalami perbaikan 3. Waktu untuk memasuki desa semakin singkat 4. Penambahan jumlah angkutan umum ke Desa Simerp ara 5. Barang yang diangkut ke pasar berjalan lancar, apabila barang yang dibawa ke pasar banyak maka warga berjalan sampai Desa Kecupak I di Sei Buluh, dari sini warga naik mobil angkutan umum dari desa tersebut ke kecamatan Salak. Bantuan gedung sekolah 1. Anak-anak dapat sekolah di Desa Simerpara 2. Anak dapat dikontrol 3. Biaya pendidikaan murah dan terjangkau keluarga 4. Pulang sekolah tenaga anak bisa dimanfaatkan 5. Kasih sayang dan perhatian dapat dicurahkan 6. Adanya pengangkatan guru bantu Jaminan hidup 1. Sangat membantu kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, untuk kegiatan program PKAT selanjutnya mereka menginginkan bantuan jaminan hidup diberikan lagi, terutama pada bulan kemarau dimana produksi pertanian warga menurun. b. Masyarakat memperoleh bantuan bibit coklat dimana mereka menggunakan lahan dengan tanaman palawija lainnya (tetapi jumlahnya berbeda). Semua masyarakat menerima bantuan jaminan hidup, dan pupuk. satu keluarga menerima ternak ayam untuk percontohan, satu keluarga ternak bebek, satu keluarga menerima ternak kambing, satu keluarga menerima bantuan ketrampilan, 2 keluarga menerima bibit ikan mas dan 20 keluarga menerima bantuan Beko. c. Sebanyak 74 kk memperoleh manfaat program PKAT d. Manfaat diperoleh pada waktu pelaksanaan kegiatan program PKAT pada waktu tertentu karena bantuan yang diberikan berdasarkan perencanaan dan anggaran e. Warga memanfaatkan bantuan tersebut dengan menempati rumah pemukiman, memperbaiki rumah yang telah bocor, membuat lantai yang dilakukan pemborong. Memelihara bibit coklat dengan mengikis, membabat rumput di sekitar batang coklat. Membuat kandang ternak ayam, bebek dan kambing. Menggunakan beko untuk mengangkat barang, 4. TOPIK DAMPAK a. Akibat-akibat atau pengaruh yang diperoleh dari bantuan program PKAT Bantuan pemukiman 1. Terbentuknya kelompok dari warga pemukiman KAT, Dusun Simerpara untuk membuka lahan baru di penggegen. 2. Ternak ayam warga ingin semua mendapat bantuan untuk berternak ayam
107
3. Ternak ikan mas warga berencana membuka kolam ikan di sawah Dusun Pea Serpo 4. Bibit coklat sebagian warga mengembangkan lahan penanaman bibit coklat dengan melakukan pembibitan 5. Rehabilitasi rumah semangat kerja warga makin bertambah b. Semua warga memperoleh manfaat bantuan program c. Manfaat diperoleh pada waktu pelaksanaan program dan sesudah pelaksanaan kegiatan manfaat penanaman bibit coklat diharapkan 4 tahun yang akan datang. d. Bantuan bibit coklat yang diterima ditanam di lahan pertanian 5. TOPIK KEBERLANJUTAN PROGRAM PKAT JIKA BANTUAN PROGRAM SUDAH RUSAK a. Kendala dalam bantuan program, Bantuan perumahan - Satu rumah bocor, persambungan atap seng terlalu jarang, apabila turun hujan maka rumah tersebut menjadi kebanjiran - Lantai rumah sudah pecah - Sebagian kunci rumah tidak pas sehingga kunci pintu rumah tidak dapat digunakan - Sebagian kerusakan tersebut terjadi pada sebelum rumah tersebut ditempati warga. Tetapi pada lantai yang pecah disebabkan kurangnya semen dan pasir yang bercampur tanah. Bantuan ternak kambing 3 mati karena terkena penyakit Bantuan bibit ikan mas dimakan ular dan berang-berang Bantuan bebek sebagian besar mati, hanya satu yang hidup karena penyakit Bantuan bibit coklat sebagian kecil mati dan coklat yang ditanam di dekat hutan dimakan binatang liar seperti rusa Kendala lain yang dihadapi masyarakat di lingkungan pemukiman antara lain: - Belum ada sarana penerangan - Belum ada MCK - Belum adanya sarana kebutuhan air bersih - Belum adanya dapur di pemukiman yang diterima, sehingga masyarakat membuat dapur darurat di belakang rumah - Rehabilitasi pemukiman masih kurang karena terbatasnya bantuan seng yang seharusnya 10 diberikan 5 b. Satu kepala keluarga pindah ke rumah penduduk lain di Desa Simerpara. Sebagian besar mereka menempati rumah tersebut. Untuk perbaikan rumah seperti lantai tidak diperbaiki warga tetapi pada kunci rumah diganti dengan kunci yang lain. Peran pemerintah desa menyarankan warga memperbaikinya. JIKA BANTUAN PROYEK MASIH BERFUNGSI a. Bantuan proyek berfungsi karena - Karena bantuan alat ketrampilan belum pernah digunakan karena warga yang mengikuti pelatihan ketrampilan belum memahami cara mengoperasikan bantuan ketrampilan - Bantuan beko masih berfungsi mengangkat bibit dan hasil pertanian warga dari ladang.
108
- Bantuan pemukiman yang diberikan masih berfungsi, pemeliharan yang dilakukan warga dengan merawat dan membersihkan/menyapu rumah setiap pagi dan sore b. Pemerintah desa - Kepala desa memotivasi warga dalam merawat dan memelihara bantuan yang diberikan, walaupun beliau tidak mempunyai keahlian dalam menanam coklat dan memelihara ternak tetapi beliau tetap motivasi warga dan mengajak masyarakat bergotong royong sebulan sekali, satu hari penuh untuk memperbaiki jalan ke Desa Simerpara JIKA BANTUAN PROGRAM SUDAH DIKEMBANGKAN a. Dua kepala keluarga (L m) mengembangkan bantuan bibit coklat dengan mena mbah 650 batang bibit coklat karena coklat yang ditanam dilahan pertanian warga tumbuh subur. (Mbm) mengembangkan tanaman coklat sebanyak 350 batang di dua lahan pertanian miliknya. Bibit coklat tersebut dimasukkan ke polibek yang sebelumnya telah diisi tanah yang subur, jarak bibit coklat tersebut dimasukkan ke dalam tanah di polibek kira-kira 3 cm. setelah itu polibek tersebut disatukan dalam loksi tertentu. Di atas bibit polibek tersebut dibuat atap pengaman dari batang sapu lidi sekitar 80 cm, agar bibit tersebut terhindar dari terik matahari. Bibit coklat tersebut disiram dengan air satu kali dalam seminggu. b. Upaya pengembangan bantuan tidak banyak yang dilakukan masyarakat karena terbatasnya modal. Upaya pemerintah dengan melihat dan menganalisis bantuan percontohan yaang dilakukan sehingga didapat kesimpulan bantuan yang cocok untuk warga. Pemberian bantuan untuk semua warga untuk menindaklanjuti bantuan yang sudah berhasil. Dilakukan setelah anggaran turun. 6. TOPIK PERBANDINGAN DENGAN PROGRAM LAIN Program yang sudah pernah dilaksanakan di Desa Simerpara yaitu Program Pembangunan Prasarna Desa Tertinggal (P3DT). Dilaksnakan pada tahun 1999, dengan anggaran sebesar Rp. 149.000.000,Dalam perencanaan dan pelaksanaanya diikutkan lembaga pemberdayaan masyarakat desa (LKMD). Kegiatan yang dilakukan dalam program tersebut antara lain : 1. Pembangunan jalan (pengerasan) sepanjang 300 m 2. Pembangunan jembatan sebanyak 4 buah Pelaksanaanya dilakukan selama 3-4 bulan. Masyarakat dapat memanfaatkan prasarana jembatan tersebut, angkutan roda 4 dapat masuk desa dan masyarakat dapat membawa hasil bumi untuk dijual, walaupun pada waktu itu angkutan umum yang tetap belum ada masuk ke desa. Perbandingan program PKATdengan P3DT antara lain PKAT - Masyarakat mendapat bantuan pemukiman dan rehabilitasi rumah, jaminan hidup, ternak peningkatan ekonomi keluarga. Bantuan yang diberikan langsung kepada sasaran/keluarga
109
Bantuan P3DT - Untuk perbaikan prasarana jalan dan jembatan sehingga memperlancar pengangkutan barang, bermanfaat juga untuk pendatang yang masuk ke Desa Simerpara HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PKAT ANTARA LAIN: Bantuan Bibit Coklat • Bantuan disesuaikan dengan pola tanam masyarakat • Perlu penyuluhan pertanian • Pengetahuan terbatas perlu peningkatan sumber daya manusia melalui pembangunan desa • Perlu pupuk dan obat untuk tanaman coklat dan palawija • Bantuan tanaman tumpang sari • Bantuan jaminan hidup dilanjutkan sehingga warga lebih fokus pada pemeliharan bibit coklat • Parang dan cangkul • Alat pompa pestisida • Bibit kacang tanah Ternak Piaraan • Kerbau/sapi • Babi • Ayam • Bibit ikan mas Ketrampilan Bambu dan Rotan • Masalah penjuaalan hasil ketrampilan, (hasil ketrampilan tidak sesuai dengan budaya masyarakat dimana tempat bakul nasi, topi dari bambu tidak digunakan di Desa Simerpara) pada umumnya masyarakat menggunakan perabotan keluarga dari plastik dan aluminium yang dijual di pasar Sarana Jalan • Diperhatikan/dibangun oleh pemerintah daerah • Sarana transportasi ditambah Program Jangka Pende k • Menanam jagung / tanaman muda Bantuan Sekolah • Kursi, meja, papan tulis masih kurang • Perlunya buku panduan bagi guru bantu • Perlunya buku bacaan bagi murid sekolah Kesehatan • Pembentukan Posyandu • Pipa untuk membuat saluran air terutama pada daerah yang berbatu • Pembuatan MCK Program PKAT • Dilanjutkan • Perbaikan prasarana jalan • Sertifikat perumahan KAT
110
Lampiran 12 Analisis Kemampuan Rumahtangga Mengakses Program PKAT di Desa Simerpara Berdasarkan Kerangka Pemikiran Friedmann Tahun 2005
No
1.
Basis Kekuatan Sosial Menurut Friedmann Ruang kehidupan yang dipertahankan
Pengetahuan dan ketrampilan
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Mandiri Power Bantuan Keputusan Program PKAT -Menambah Pemukiman 30 -Keluarga dapat semangat buah 1 mengelola kerja keluarga rumahtangga rumahtangganya -Keluarga aman dan mendapat satu sendiri terlindungi rumah untuk 30 -Membuka lahan rumahtangga pertanian bersama di penggegen -Berternak ayam di halaman belakang rumah -gotong royong dapat dilakukan bersamasama -Menambah Rehabilitasi Pengembangan semangat rumah 44 buah lapangan kerja, warga kerja keluarga untuk 44 membuka lahan -Keluarga aman dan rumahtangga pertanian bersama di terlindungi penggegen Menambah Pembangunan Memanfaatkan balai solidaritas dan balai sosial 1 sosial untuk tempat kebersamaan warga buah pertemuan dan acara adat Mendapat 1 orang warga Dapat membuat pengetahuan cara mengikuti kerajinan topi, memanfatkan pelatihan keranjang buah, bambu dan rotan ketrampilan parcel, bakul nasi, dan bambu dan rotan memotivasi masyarakat untuk menekuni ketrampilan bambu dan rotan Mendapat 1 orang warga Membuat 4 buah pengetahuan cara mengikuti percontohan kolam berternak ikan mas pelatihan ternak ikan mas , membuat ikan mas pakan ternak dan dapat memotivasi warga untuk berternak ikan mas Mendapat 1 orang warga Membuat pupuk dan pengetahuan cara mengikuti pestisida organik serta bercocok tanam pelatihan dapat memotivasi pertanian terpadu masyarakat untuk membuat pupuk dan pestisida organik, sehingga meningkatkan hasil pertanian warga Anak mendapat Pembangunan -Keluarga pengetahuan sekolah dasar memindahkan anaknya yang sekolah
111
Alat produksi
- Bertambah 1 jeep ke desa - Semua barang hasil pertanian warga dapat dijual ke pasar Menambah semangat kerja keluarga
Pembuatan jalan (pengerasan) sepanjang 2 km
Meningkatkan motivasi warga
Bibit coklat 1 rumahtangga mendapat bibit coklat antara 100-200 batang
Meningkatkan motivasi warga
Pupuk urea 11½ kg untuk setiap rumahtangga
Meningkatkan motivasi warga
Ternak kambing sebanyak 15 ekor diterima 1 rumahtangga
Meningkatkan pendapatan rumahtangga
Bantuan benih ikan mas sebanyak 2.000 ekor untuk 2 klg Bantuan mesin kompresor, gergaji, pisau dan martil.diterima 1 rumahtangga
Meningkatkan jumlah dan kualitas ketrampilan bambu dan rotan
Memenuhi kebutuhan rumahtangga
Beras 60 kg, gula 15 kg, ikan 6 kg dan kopi 6 kg
Ternak bebek sebanyak 20 ekor diterima 1 rumahtangga
di Kecamatan Salak ke SD di desa -Anak yang putus sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan -Keluarga membayar iuran untuk kegiatan proses belajar -Pengangkatan warga menjadi guru bantu -Pengangkutan barang menjadi lancar -Meningkatnya pendapatan keluarga -Memenuhi kebutuhan keluarga selama 2 bulan -Pengelolaan lahan pertanian bertambah -Memanfaatkan lahan pertanian dan lahan yang kosong untuk menanam coklat -2 rumahtangga mengembangkan tanaman bibit coklat Dimanfaatkan untuk tanaman palawija tetapi tidak dapat meningkatkan hasil pertanian karena jumlahnya terbatas -Membuat kandang dan percontohan ternak kambing -Tidak dapat dikembangkan karena terkena penyakit -Tidak dapat ber kembangk karena serangan ular dan berang -berang Belum dapat digunakan secara optimal karena warga tidak mempunyai pengetahuan untuk mengoperasikan alat ketrampilan Tidak dapat dikembangkan karena terkena penyakit
112
Memenuhi kebutuhan rumahtangga
Surplus waktu
Kesempatan bagi rumahtangga untuk dapat mengakses bantuan program
Informasi yang tepat
Masyarakat memahami pentingnya kesehatan
Jaringan sosial
Hubungan warga menjadi akrab dan terjalin komunikasi di lingkungan desa
Organisasi sosial
Menumbuhkan kebersamaan antara warga
Ternak ayam sebanyak 20 ekor diterima 1 rumahtangga
10 rumahtangga memanfaatkan halaman belakang rumah untuk berternak ayam Pelaksanaan Menambah jam kerja program PKAT 3 untuk keluarga dan tahun waktu berkumpul dengan anggota keluarga Penyuluhan Warga bergotong kesehatan dan royong membuat sanitasi selokan air sepanjang lingkungan 2 km dari gunung Banto Tongkoh sampai ke Dusun Simerpara Bukan bantuan Warga berbagi program tetapi informasi dan dapat akibat dari berkerja sama di adanya lingkungan desa program PKAT Bukan bantuan Gotong royong program tetapi perbaikan jalan akibat dari menuju desa adanya program PKAT
Lampiran 13 Dokumentasi Kajian Lapangan di Desa Simerpara
Kegiatan FGD dan PRA yang dilaksanakan di Balai Sosial Desa Simerpara
Kegiatan penerimaan Raport murid sekolah dasar di Desa Simerpara
Kegiatan wawancara dengan pengrajian bambu dan rotan
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh pendamping program kepada warga yang yang menekuni kerajinan bambu dan rotan
Kegiatan pengembangan bibit coklat yang dilakukan wargadi Desa Simerpara
Kegiatan penanaman bibit coklat yang dilakukan warga Desa Simerpara
Kegiatan pemberian pakan ternak ayam oleh Ramsen Berutu di belakang rumah pemukiman KAT
Kegiatan membersihkan tanaman coklat di lahan pertanian Jajet Manik di lingkungan tempat tinggal warga Dusun Simerpara
Lahan ladang berpindah di Penggegen yang dibuka warga secara berkelompok
Warga pemukima n yang berkumpul di halam depan rumah di Dusun Simerpara