PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SBK DI KELAS I SDN 1 KABILA BONE KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH ZEIN ABDULKADIR Telah diperiksa dan disetujui
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd NIP. 199600128 1968603 2 003
Wiwy T. Pulukadang, S.Pd, M.Pd NIP. 19800306 200604 2 025
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si Nip. 19580712 198403 2 001
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SBK DI KELAS I SDN 1 KABILA BONE KABUPATEN BONE BOLANGO Zein Abdulkadir, Evi Hasim, Wiwy T. Pulukadang. JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO EMAIL :
[email protected] ABSTRAK Zein Abdulkadir. 2014. Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SBK Di Kelas 1 SDN I Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd dan Pembimbing II Wiwy T. Pulukadang, S.Pd., M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SBK Di Kelas 1 SDN I Kabila Bone? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SBK Di Kelas 1 SDN I Kabila Bone. Jenis penelitian adalah penelitian Deskripsi Kualitatif. Tehnik pengumpulan data yaitu Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Hasil penelitian Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SBK Di Kelas 1 SDN I Kabila Bone adalah pada proses pembelajaran tidak ditemukan guru menggunakan media pembelajaran, akan tetapi pada proses pembelajaran guru memperagakan contoh gerakan dasar seni tari yakni gerakan berpindah tempat, kemudian guru tersebut memanggil beberapa siswa kedepan kelas untuk sama-sama memperagakan gerakan dasar seni tari yakni gerakan berpindah tempat. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa belum efektifnya Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SBK Di Kelas 1 SDN I Kabila Bone karena kurangnya fasilitas yang ada di sekolah berupa media elektronik seperti laptop, LCD, serta guru tidak mampu mengoperasikan media tersebut. Kata kunci: Media Pembelajaran, SBK.1
1
ZeinAbdulkadir. JurusanPendidikan Guru SekolahDasar.FakultasIlmuPendidikan, UniversitasNegeriGorontalo Dra. Hj. Evi Hasim, M.Pd, Wiwy T. Pulukadang, S.Pd., M.Pd
Konsep belajar sejak era reformasi pendidikan ini lebih didominasi oleh siswa. Mereka yang lebih banyak melakukan proses interaksi dalam kelas, baik dengan bahan ajar maupun dengan teman sebaya mereka. Mereka melakukan pencarian informasi keilmuan dari berbagai literature, membahas temuan-temuannya, melatih kemahiran mengoperasikan ilmunya, melakukan analisis, sintesis, dan penmyimpulan akhir. Guru mendampingi mereka belajar, membimbing para siswa melakukan latihan mengoperasikan teori-teorinya dalam kelas, membimbing para siswa untuk mengulangi pelajaran dengan sesama teman sebaya, dan bahkan membimbing mereka melakukan uji coba di laboratorium. Demikianlah konsep belajar di era reformasi sampai sekarang ini. Kelas benar-benar milik siswa untuk mereka mengembangkan aktivitas belajar melalui interaksi dengan sumber belajar, alat-alat, dan sarana pembelajaran serta dengan teman sebaya. Belajar aktif tidak akan berjalan dengan baik tanpa pengayaan sumber-sumber belajar, yakni meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan yang dapat memengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Dengan demikian belajar aktif memerlukan dukungan sarana di luar manusia yang dapat membantu proses aktivitas belajar siswa. Diantara sarana tersebut adalah bahan-bahan yang harus disiapkan dan disediakan oleh guru dalam bentuk bahan cetakan atau bahan digital yang disediakan dalam computer. Dengan demikian belajar aktif yang dikembangkan dalam paradigm contructivism memerlukan dukungan sumber belajar yang lebih lengkap, tidak saja buku-buku teks yang mereka baca, tetapi juga berbagai bahan yang disediakan oleh guru sebagai sumber belajar mereka. Dengan kata lain, bahwa belajar aktif memerlukan dukungan media yang dapat menghantarkan percepatan siswa terhadap bahan ajar yang mereka pelajari. Kemudian, proses belajar aktif sebagaimana diatur dalam peraturan Mentri Pendidikan Nasional (sekarang Pendidikan dan Kebudayaan), dikembangkan dalam tiga proses eskalatif, yakni eksplorasi , elaborasi, dan komfirnasi. Proses eksplorasi adalah proses penjelajahan siswa terhadap informasi yang terdapat pada buku teks, serta bahan-bahan yang disediakan guru baik cetak maupun digital, serta bahan-bahan lain yang biasa diakses dari perpustakaan kelas atau perpustakaan virtual yang tersedia dalam informasi di dunia maya. Kemudian, informasiinformasi tersebut diolah oleh siswa secara lebih analitis, diurai dan disistensikan kembali, sehingga mereka mampu mengambil inti dari informasi yang mereka baca sebagai pengetahuan baru yang akan memengaruhi perubahan perilaku mereka, ini yang dimaksud dengan elaborasi.
Akan tetapi, mereka mereka tidak boleh dibiarkan menyimpulkan sendiri pengetahuannya, sehingga dibutuhkan proses konfirmasi. Para siswa harus di temani oleh guru dalam menyusun kesimpulan akhir, baik dengan cara membenarkan kesimpulan siswa tersebut maupun mengkritik kesimpulan siswa tersebut dan merumuskan yang sebaiknya dianut bersama antara siswa dan guru. Dengan demikian, dalam proses belajar aktif, guru memiliki kewajiban untuk menyampaikan pengetahuan, pengalaman dan pandangannya terhadap bahan yang mereka pelajari. Waktu untuk menyampaikan pesan tersebut sangat terbatas, karena sebagian besar waktu belajar digunakan siswa untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi. siswa untuk menyerap informasi dari guru yang sudah tersedot oleh proses eksplorasi dan elaborasi yang memerlukan proses dinamis dengan belajar mandiri, diskusi, pengulangan, latihan dan lain-lain. Jika dicermati, bahwa para guru diharapkan mampu menyajikan media pembelajaran sebagai sarana belajar yang menyalurkan informasi pengetahuan secara efektif, dalam waktu yang pendek tapi banyak informasi tersajikan. Hal ini senada dengan pandangan Schramm (1997:194) yang menyatakan bahwa penggunaan media sebagai suplemen pengajaran di kelas, akan efektif dan lebih mudah diterima oleh guru kelas. Dalam proses belajar mengajar, peran seorang guru dalam menggunakan media pembelajaran sangatlah penting untuk tercapainya tujuan belajar. Guru yang professional sering menggunakan media pada saat mengajar, sebagai alat penyalur informasi pengetahuan kepada siswa. Melalui observasi saya, di SDN 1 kabila Bone memiliki jumlah seluruh guru yaitu 8 (Delapan) orang, 2 (Dua) orang laki-laki dan 6 (Enam) orang perempuan. Berdasarkan realita yang diamati, di SDN 1 Kabila Bone menunjukan bahwa masih kurangnya guru dalam menggunakan media pembelajaran pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Khususnya jika guru mengajar mata pelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan), siswa akan merasa kesulitan dalam memahami pelajaran apabila guru tersebut tidak menggunakan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bersama, Negara Indonesia adalah negara kepulauan dan terdiri dari berbagai suku bangsa sehingga Seni Budaya dan Keterampilan di Indonesia pula memiliki banyak ragamnya sesuai suku bangsa masyarakat itu sendiri. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran jika Guru tersebut menggunakan media pembelajaran. Pendidikan SBK (seni budaya dan keterampilan) mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu karena membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, social, dan fisik.
Menyadari pentingnya penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran SBK (Seni Budaya dan Keterampilan), maka penelitian ini di formulasikan dengan judul “Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SBK Di Kelas 1 SDN 1 Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango” METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango. Karena lokasi penelitian ini dekat dengan tempat tinggal sehingga dari segi waktu biaya dan tenaga cukup menunjang dan mempermudah dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan, dan
lokasi
tersebut dapat memberikan keterangan data dan lengkap tentang masalah yang diteliti. Penlitian ini dilakukan di SDN I kabila bone, yang dilakukan pada bulan mei 2014, di kelas I. Sekolah ini yang dipimpin langsung oleh Bapak Sarton Balailim Ama,Pd, sekolah ini berstatus Negeri dan terakreditas termaksud golongan baik. Sekolah ini termaksut kriteria lokasi yang Non terpencil yang berada di Jl. Trans Pantai selatan Desa Huangobotu kecamatan kabila bone kabupaten bone bolango. Sekolah ini didirikan pada tahun 1951, kepemilikan tanah sekolah hak milik sendiri adapun yang menjadi status pemilikan tanah tidak sengketa. Luas tanah 884 m2 Yang berstatus bangunan milik parmanen. Sekolah ini memiliki luas bangunan 545 m2 yang terdiri dari beberapa ruang, ruang kelas I jumlah ruang 1, ruang kelas II jumlah ruang 1, ruang kelas III jumlah ruang 1, ruang kelas IV jumlah ruangan 1, ruang kelas V jumlah ruang 1,dan ruang kelas VI jumlah ruang 1. Disekolah ini terdapat lapangan upacara,tiang bendera ruang perpustakaan SD, ruang kepala sekolah SD, ruang kerja guru , ruang UKS, ruang rumah dinas jumlah 2, kamar WC guru, kamar WC siswa dan kantin. Dari ruang yang disebutkan diatas terdapat ada beberapa kondsi fisik ruang,yaitu pada kelas I, II, III dan rumah dinas,WC guru,WC siswa dan kantin memiliki kondsi fisik rusak ringan. Ada pun yan memiliki kondisi fisik yang baik terdapat pada ruang kelas IV, V, VI, perpustakaan, ruang kepala sekolah, dan ruang kerja guru. Terwujudnya pelayanan pendidikan yang berkualitas membina ahlaq yang mulia, meraih prestasi serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 1. Meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan ( manusia, sarana, dan dana).
2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan. 3. Mengupayakan ketersedian kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan anak didik dan masyarakat dengan mengacu pada kompetensi dasar siswa. 4. Mengembangkan pengetahuan dibidang iptek, olah raga dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa. 5. Menjalani kerja sama yang harmonis antara sekolah dan lingkungan dalam upaya mensukseskan program lingkungan hijau. Guru-guru yang ada di SDN I kabila bone hanya terdap 5 orang guru saja, yang sudah PNS ada 4 orang dan 1 guru honor. Dulunya disekolah ini ada 8 orang tenaga guru, tetapi guruguru tersebut sudah tidak ada, karena Guru kelas III sudah pindah, dan guru kelas V sudah meninggal sebulan lalu, dan guru olahraga juga sudah pindah. Sehingga disekolah ini masih kekurangan guru. Sehingga penelitian ini dapat dibantu oleh tenaga guru yang ada. Secara tidak langsung sarana dan prasarana yang ada disekolah menjadi bagian terpenting yang harus diadakan keberadaannya. Karena kualitas sekolah dilihat dari kelengkapannya saran prasarana yang dimiliki sekolah. Apabila sara prasarana memadai maka outputnya juga akan bagus. Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang di harapkan sesuai dengan rencana. Sarana berarti langsung untuk mencapai tujua pendidikan. Misalnya ruang, buku, alat peraga, dan perpustakaan. Sedangkan Prasarana berarti tidak langsung untuk mencapai tujuan yang dalam pendidikan. Misalnya lokasi/tempat, bangunan sekolah,lapangan olahraga,dan penerangan jalan. Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa admitrasi sarana dan prasarana pendidikan itu adalah semua komponen langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Dengan demikian sarana dan prasarana itu merupakan usaha untuk mengupayakan sarana dan alat peraga yang dibutuhkan pada proses pembelajaran demi lancarnya dan tercapainya tujuan pendidikan. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai pokok utama dan sekaligus sebagai pengumpul data serta instrumen pendukung lainnya. Dalam hal ini peneliti mempunyai peranan yang sangat penting karena peneliti adalah pengamat penuh dalam penelitian yang dilakukan. Adapun
kehadiran peneliti di lokasi diawali dengan penjajakan lokasi penelitian untuk mendapatkan data awal. Penelitian ini dilaksanakan dikelas I SDN I Kabila Bone selama satu minggu, mulai dari tanggal 19 mei sampai tanggal 24 mei 2014. Dalam konteks ini disamping berfungsi sebagai pengumpul data maka peneliti jaga berfungsi sebagai instrumen, partisipan penuh, pengamat pertisipan, atau pengamat penuh. Mencermati hal tersebut maka kehadira peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan. 1. Data Primer Data primer merupakan objek atau subjek dimana data dapat diperoleh. data ini merupakan kata-kata ataupun tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai. (Nasution, 1988:32). Sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru kelas 1 dan siswa kelas 1. Data primer merupakan data utama yang diambil langsung dari tempat penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dengan guru kelas 1 serta siswa di kelas 1 SDN 1 Kabila Bone. 2. Data Sekunder Pada data sekunder ini mencangkup dokumen-dokumen sekolah seperti profil sekolah, keadaan sekolah, serta arsip administrasi lainnya yang relevan dan sesuai dengan topik kajian dalam penelitian ini. Data ini akan digunakan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Untuk memperoleh data yang diperlukan di tempuh langkah-langkah berikut: 1. Observasi Berupa pengamatan ke lokasi penelitian, yakni sekaligus merupakan teknik awal yang digunakan untuk kemungkinan memperoleh kemudahan dalam pengumpulan data umum objek penelitian. Pelaksanaan observasi dilaksanakan berstruktur. Tuloli (2002:31) hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan observasi lebih terarah serta dapat menjaring informasi yang diperlukan. 2. Wawancara Wawancara merupakan teknik utama dalam pengumpulan data dan informasi dari objek yang diteliti. Teknik yang digunakan dengan cara mewawancarai secara langsung kepada guru kelas 1 serta siswa kelas 1. 3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai teknik untuk mendapatkan data sebagai bahan relevansi untuk memperoleh data terkait dengan masalah peneliti. Spradley (1980) mengemukakan bahwa untuk menganalisis data hasil penelitian digunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Analisis Domain Analisis domain dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan dalam berbagai ranah yaitu persiapan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut pembelajaran dikelas, untuk memperoleh gambaran peran guru dalam menggunakan media pembelajaran dari catatan dilapangan kemudian dikelompokan atau dikategorikan sesuai penelitian. 2. Analisis Taksonomi Analisis taksonomi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara terfokus terhadap peran guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk menghimpun elemen-elemen yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. 3. Analisis Tema Analisis tema dilakukan untuk mendeskripsikan data secara menyeluruh dan menampilkan makna dari analisis domain dan taksonomi untuk memperoleh kemudahan mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam penelitian ini peneliti dapat melakukan pengecekan keabsahan data melalui beberapa cara yaitu: Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dalam persoalan. Kegiatan ini dilakukan pada saat pelaksanaan pengamatan dilapangan sehingga menemukan ciri-ciri dan unsur dalam situasi yang relevan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan memutuskan hal-hal tersebut secara rinci, sehingga aspekaspek yang sekecil apapun tidak terabaikan dalam pengamatan peneliti. Berarti peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci serta berkesinambungan, sehingga data yang terkumpul akan dapat dipercaya. Pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan reka-rekan yang sebaya yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang sedang diteliti sehingga bersama mereka peneliti dapat memperbaiki kembali persepsi pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. Yang dimaksud dengan teman-teman sebaya adalah guru dimana peneliti melakukan penelitian, mereka melayani sebagai pembanding.
Tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti adalah: 1. Pra lapangan a. Melakukan observasi dilokasi penelitian b. Mengamati keadaan lokasi penelitian c. Melakukan persiapan instrumen 2. Pekerjaan lapangan a. Melaksanakan pengumpulan data b. Melaksanakan wawancara dengan guru kelas 1 serta siswa kelas 1 di SDN 1 Kabila Bone 3. Tahap ketiga a. Melakukan pencatatan kelengkapan data b. Melakukan pemeriksaan kelengkapan data c. Menyusun kerangka hasil pengumpulan data 4. Tahap keempat a. Menyusun hasil pengumpulan data dengan menghubungkan teori-teori yang ada dengan teori yang relevan b. Menyusun dan melengkapi hasil pengumpulan data dengan membandingkan aplikasi teori dan pelaksanaan lapangan 5. Tahap kelima a. Melakukan pengecekan hasil pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara kembali b. Menganalisis kembali data yang dikumpulkan c. Munyusun hasil penelitian 6. Membuat hasil laporan penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikelas I SDN I Kabila Bone Selama satu minggu. Mulai dari tanggal 19 Mei Sampai tanggal 24 Mei 2014. 4.1.1 Temuan Umum Berdasarkan hasil wawancara pada guru kelas I di SDN I Kabila Bone bahwa penggunaan media pembelajaran dikondisikan dengan materi pembelajaran serta melihat kondisi siswa dan
guru. Apabila pada materi pembelajaran menggunakan media dengan membutuhkan biaya besar dan guru tersebut tidak mempunyai biaya yang cukup untuk membuat ataupun membeli media dengan terpaksa guru tersebut tidak menggunakan media tetapi mereka memilih memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan menjadikannya sebagai media konkrit. Dalam pembelajaran guru sering melihat kondisi siswa, ada siswa yang mudah paham dengan adanya media ada juga siswa yang tidak paham sehingga dalam situasi ini guru di tuntut labih kreatif dalam memilih media yang akan digunakan agar semua siswa paham dengan pembelajaran. Kondisi guru juga sangat berpengaruh dalam penggunaan media, ada guru yang sangat peduli dengan tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan ada juga guru yang tidak peduli sama sekali, Sehingga dalam pembelajaran terdapat guru yang menggunakan media dan ada juga guru yang tidak menggunakan media. Jadi untuk itu peneliti meneliti guru kelas tersebut yang dilakukan dengan hasil observasi yaitu menggunakan wawancara berupa teks pertanyaan yang diberikan kepada guru kelas I di SDN I Kabila Bone. Wawancara ini dilakukan sebelum guru melakukan proses pembelajaran pada kelas I di SDN I Kabila Bone, yaitu sebagai berikut. Dari hasil wawancara kepada guru kelas I bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik, media yang digunakan juga terdiri dari beberapa materi pelajaran. Materi pelajaran pada pembelajaran ini yaitu: IPS; Menyebutkan ciri-ciri rumah sehat dan tidak sehat, media yang digunakan adalah media berupa gambar rumah sehat dan tidak sehat. SBK; seni tari, pada materi ini guru memanggil beberapa siswa ke depan kelas untuk menirukan gerakan dasar seni tari. Bahasa indonesia; menyalin puisi dengan menggunakan huruf tegak bersambung yang rapi dan dapat terbaca oleh orang lain, media yang digunakan adalah media berupa gambar tulisan huruf tegak bersambung. Beliau mengatakan penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Menurut beliau penggunaan media pembelajaran sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar karena dapat memotivasi serta menarik perhatian siswa untuk aktif dalam belajar. Dari hasil wawancara diatas bahwa pembelajaran dengan menggunakan media sangatlah penting untuk diterapkan karena dengan adanya penggunaan media pembelajaran siswa termotivasi, lebih aktif, dan mudah untuk memahami materi pelajaran. 4.1.2 Temuan Khusus 4.1.2.1 Hasil Wawancara Dengan Guru
Wawancara ini dilakukan pada saat guru melakukan proses pembelajaran berlangsung pada kelas I di SDN I Kabila Bone yaitu sebagai berikut. Wawancara dengan guru kelas I yang bernama SN. Beliau mengatakan bahwa pembelajaran dikelas I cukup baik namun ada beberapa siswa yang masih kurang memperhatikan guru menjelaskan materi pelajaran serta beberapa dari mereka juga sering bermain dengan teman sebangkunya pada saat berlangsungnya pembelajaran. Beliau juga mengatakan menggunakan model pembelajaran langsung, dalam pembelajaran SBK beliau sering menggunakan media. Media yang digunakan bermacam-macam meliputi media gambar, media konkrit, buku pegangan siswa, dan buku pedoman guru. Media yang digunakan oleh guru tersebut yakni ada yang dibuat sendiri oleh guru tersebut dan ada juga yang tidak. Beliau mengatakan sebelum menggunakan media terlebih dahulu beliau melihat relevansi antara materi dengan media yang akan digunakan, setelah itu beliau memahami cara penggunaan media tersebut agar lebih efektif. Materi pelajaran SBK yang diajarkan oleh guru adalah seni tari. Beliau mengatakan seharusnya media pembelajaran yang digunakan pada saat mengajar adalah media berupa video yang mempertontonkan gerakan dasar seni tari yaitu gerkan berpindah tempat, karena keterbatasan fasilitas yang ada di sekolah sehingga guru tersebut tidak dapat menggunakan media seperti itu, akan tetapi dalam pembelajaran guru itu sendiri yang memperagakan contoh gerakan dasar seni tari kemudian guru tersebut memanggil beberapa siswa kedepan kelas untuk sama-sama memperagakan gerakan dasar seni tari yaitu gerakan berpindah tempat. SN mengatakan tidak mendapatkan hambatan atau hal-hal yang mempengaruhi beliau dalam memperagakan contoh gerakan dasar seni tari yaitu gerakan berpindah tempat. SN juga mengatakan bawha kepala sekolah selalu mengingatkan dan memberikan motivasi kepada dewan guru untuk selalu berinovasi dalam proses pembelajaran terutama terampil dalam membuat serta menggunakan media sehingga motivasi belajar siswa semakin meningkat dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut beliau belajar dengan menggunakan media lebih efektif untuk menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran, dengan begitu siswa akan mendapatkan nilai-nilai yang baik. 4.2 Pembahasan Media pembelajaran adalah segala bentuk (alat, sumber, bahan, dll) yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk meyampaikan pesan atau informasi yang berfungsi untuk memotivasi, merangsang, dan mengarahkan siswa dalam belajar sehingga memudahkan siswa
dalam memahami materi pembelajaran. Berdasarkan pengertian diatas menunjukan bahwa media pembelajaran berperan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran sehingga media pembelajaran harusnya merupakan bagian integral dalam pembelajaran, bukan semata-mata alat tambahan yang jika digunakan bila perlu. Penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran SBK merupakan kegiatan yang menjadi tujuan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran SBK Di Kelas 1 SDN I Kabila Bone belum efektif, karena kurangnya fasilitas yang ada di sekolah berupa media elektronik seperti laptop, LCD, serta guru tidak mampu mengoperasikan media tersebut. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dilakukan di SDN 1 Kabila Bone, Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam penggunaan media pembelajaran pada umumnya, khususnya pada pembelajaran SBK antara lain : 1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu. 2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagi sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar – mengajar. 3. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar. 5.2 Saran Hasil penelitian kualitatif ini, ada beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat, yakni sebagai berikut: 1. Bagi siswa Siswa seharusnya dapat termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh dalam pembelajaran SBK 2. Bagi Guru Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
3. Bagi Sekolah Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk meneliti guru dalam penggunaan media pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas sekaligus untuk menjadi guru profesional. 4. Bagi Peneliti Untuk mengatahui apakah guru yang ada disekolah tersebut menggunakan media pembelajaran pada saat pembelajaran SBK serta melihat dampak yang ditimbulkan karena penggunaan media pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Dariyanto. 2009, Panduan Proses Pembelajaran. Teori dan Praktik Dalam Pengembangan Profesionalisme Guru, Jakarta: AV Publishier. Harjanto 2008, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Mulyasa 2009, Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja RosdaKarya Rahmat Abdul. 2012. Sosiologi Pendidikan. Gorontalo. Ideas Publishing. Sadiman Arief S et al. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sanjaya Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sanjaya Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Soeteja, Zakarias et al. 2009. Pendidikan Seni. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasaional. Sudjana et al. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Sukadi 2006. Guru powerful, Guru Masa depan. Bandung:Kolbu Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Kependidikan Di Indonesia. Bumi Aksara. Uno, Hamzah B. 2010. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyu Purnomo. 2008. Pembelajaran Berbasis ICT. Makalah, http://wahyupur.blogspot.com Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Herminegari.wordpress.com