PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PETERNAKAN (Kasus di Desa Tapos 1, Kecamatan Ciarnpea, Kabupaten Bogor)
ERN1 JUHERNI
JURUSAN SOSIAI, EKONOMI IKDUSTRI PETERNAKAN FAKkfLTAS PETERNAKAN
Juherni, E. 2000. Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Skripsi. Jumsan Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Fakultas Petenakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Ir. Sutisna Riyanto, MS
Pembimbing Anggota : Ir. H. Amimddin Saleh, MS Pembangunan peternakan berhasil apabila terdapat komunikasi yang baik antara peternak dengan aparat pemerintah,di bidang peternakan seperti penyuluh dari Dinas Peternakan dan ~ e ~ Cabang d a Dinas (KCD) peternakan. Komunikasi yang efektif menyebabkan pesan pembangunan yang disampaikan oleh aparat tersebut akan dapat diterima dan dimengerti oleh peternak, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan tersebut. Penelitian i~ bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik peternak domba di Desa Tapos 1, kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, (2) mengidentifikasi persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalarn komunikasi pembangunan peternakan, dan (3) menentukan hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi mer9ka tentang peranan aparat pemerintah dalam kornunikasi pembangunan peternakan. Populasi penelitian adalah peternak domba yang berada di Desa Tapos 1 dengan karakteristik yang diidentifikasi meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi. Variabel yang dilihat adalah persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan Khi-Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usaha temak domba dikelola oleh laki-laki, yang bemmur muda dan berpendidikan SD, serta pekejaan utamanya adalah sebagai petani dengan pengalaman beternak kurang dari 11 tahun dan tidak pernah berhubungan dengan sumber informasi yang terkait di bidang peternakan. Persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalarn komunikasi pembangunan peternakan, secara umum (keseluruhan aspek) aparat pemerintah masih top-down di dalam melaksanakan peranannya, belum mampu mengembangkan komunikasi yang kor~vergen. Selama ini aparat menyalurkan informasi dan menerima informasi selalu dari lembaga di atasnya langsung kepada peternak. Menurut masingmasing aspek hanya pada aspek sebagai saluran komunikasi dan aspek pengorganisasian F,:san, aparat sudah cukup mengembangkan komunikasi yang koizvergen, pada t.ga aspek lainnya (sumber informasi, penerima informasi, dan mengidentifikasi efek komunikasi) masih fop-down.
Hubungan antara karakteristik dengan persepsi peternak tentang tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan secara umum tidak nyata. Hubungan yang sangat nyata terdapat pada karakteristi umur d e ~ g a n aspek penerima informasi, hubungan yang nyata pada karakteristik pekerjaan pokok dengan aspek pengorganisasian pesan, jumlah tanggungan keluarga dengan aspek penerima informasi, serta intensitas hubungan kesumber informasi pembangunan peternakan dengan aspek saluran komunikasi dan mengidentifikasi efek komunikasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan agar aparat pemerintah khususnya di bidang peternakan hendaknya meningkatkan peranannya sebagai komunikator, dengan lebih memperhatikan informasi yang menjadi kebutuhan masyarakat, dan antara aparat dengan peternak hams saling memberikan informasi dalam menyusun program pembangunan. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi aparat dalam menjalankan peranannya di masyarakat pedesaan.
PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PETERNAKAN (Kasus di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan Pada Fakultas Peternakan lnstitut Pertanian Bogor
Oleh Erni Juherni DO3495010
JCiRUSAN SOSJAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANlAN BOGOR ZOO0
PERSEPSI PETERNAK DOMBA TENTANG PERANAN APARAT PEMERINTAH DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PETERNAKAN ( Kasus di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)
Oleh Erni Juherni DO3495010
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal : 8 Nopember 2000
Pembimking Utama
Ir. Sutisna Riyanto, MS
Ketua lurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
j :
Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA
'-.
...,.~ ".
- ~.'... ,
1,
,
*...." .,>.
J'
.
.'
I
.:~rof.f&r. Ir. Soedarmadi H., M.Sc ..
~..
il
:/
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Januari 1977, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak R. Djumena Saputra dan Ibu Onih Sachroni, yang pada saat ini berdomisili di Kp. Pangkalan, Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Pendidikan dari mulai sekolah dasar sampai sekolah tingkat atas penulis selesaikan di Bogor. Penulis lulus dari SDN Kawung Luwuk I Bogor pada tahun 1989, kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 8 Bogor dan lulus tahun 1992. Pada tahun yang sama penulis melanjuikan ke SMU PGRI 4 Bogor dan lulus pada tahun 1995. Penulis terdaflar sebagai mahasiswa IPB pada tahun 1995 di Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun disadari masih banyak kekurangan di berbagai segi. Skripsi ini bukanlah hasil akhir dari sebuah studi, tetapi merupakan langkah awal untuk memulai studi yang barn.
Harapan penulis semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain yang berminat mengembangkan ilmu komunikasi. Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan penulis untuk mencapai suatu hasil yang optimal, serta selalu memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun kepada penulis. 2. Bapak Ir. H. Amiruddin Saleh, MS selaku pembimbing anggota, terima kasih atas bimbingan, kritik, dan sarannya selama ini. 3. Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, selaku pembimbing akademik dan selaku dosen penguji terima kasih atas saran dan masukannya. 4. Bapak Ir. Nana Sugana, MS selaku dosen penilai ujian sidang, terima kasih atas masukannya. 5. Dr. Ir. Amri Jahi selaku Ketua Program Studi SET dan seluruh staf dilingkungan Fapet IPB, terima kasih atas bantuannya.
IV
6. Ibu dan bapak, saudara kembarku 'na'~ serta adik-adikku (Rudi, Yadi, dan Ade) terima kasih atas do'a dan dorongannya selama ini. 7. Teh Yanti, rekan-rekan SEIP 32 " Erna, Hena, Aas, Rustam, Reni dan Parid" makasih atas bantuannya selama ini, serta adik kelasku Heni dan Rihad, makasih atas sarannya. 8. Wisnu di "AA Computer" makasih atas bantuannya. 9. Bapak Kepala Desa Tapos I dan stafilya, serta para peternak yang berada di Desa Tapos I,Kecamatan Ciampea terutama mas Nano terima kasih atas informasi yang diberikan kepada penulis selama penelitian. Akhir kata penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga pembaca dapat memberikan saran dan kritiknya untuk mencapai suatu karya yang sempurna.
Bogor, Nopember 2000
Penulis
DAFTARISI Halaman RINGKASAN ................................................................................................. . RIWAYATHIDUP .......................................................................................... .
1lI
KATAPENGANTAR ..................................................................................... .
IV
DAFTARISI .................................................................................................. .
VI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... .
VllI
DAFT AR LAMPIRAN .................................................................................... .
x
PENDAHULUAN ............................................................................................ .
1
Latar Belakang ........................................................................................ .
1
Perumusan Masalah ................................................................................ .
4
Tujuan Penelitian .................................................................................... .
5
Kegunaan Penelitian ................................................................................ .
6
DEFINISI ISTILAH ......................................................................................... .
8
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... .
10
Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan ........... .
10
Persepsi Peternak Tentang Aparat ........................................................... .
14
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ............................................ .
16
METODE PENELITIAN ................................................................................. .
21
Populasi dan Sampel ............................................................................. .
21
Desain Penelitian ................................................................................... .
22
Data dan Instrumentasi ............................ .
22
VI
Pengumpulan Data. ........ .... ... ... ... ...... .... ... ................... ... ......... .............. ...
24
Analisis Data........ ........ .......... ... ..... .... .................... ................ ...... ............
25
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................
26
Karakteristik Peternak......... ... ... ..... ... .... ...................................................
27
Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.....................................................
33
Hubungan Karakteristik: Peternak dengan Persepsi Tentang Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan peternakan ......................................... .
36
KESIMPULAN DAN SARAN............................................. :........................... .
46
Kesimpulan ............................................................................................. .
46
Saran ...................................................................................................... .
47
DAFTARPUSTAKA. ...................................................................................... .
48
LAMPIRAN ..................................................................................................... .
51 i I
vii
DAFTAR TABEL
halaman
No
1.
Jumlah Sampel Peternak Domba ...... .............. ... ........ ... .... ... .... .... ..... ....... ...
22
2.
Distribusi Peternak Domba Menurut Jenis Kelamin. ..... ....... .... .... ... ..... ......
27
3.
Distribusi Peternak Domba Menurut Umur..................................................
28
4.
Distribusi Peternak Domba Menurut Tingkat Pendidikan ......... ....................
29
5.
Distribusi Peternak Domba Menurut PekeIjaan Pokok ...............................
30
6.
DistribusiPeternak Domba Menurut Pengalaman Peternak.... ..... ... ..... ... ... ....
31
7.
Distribusi Peternak Domba Menurut Besar Tanggungan Keluarga..
32
8.
Distribusi Peternak Domba Menurut Intensitas Hubungan Dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan ............................................................
32
Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternak ..... ... ...... ....... ..... ....... ... .... .... ..... .........
34
9.
10. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.......................
37
11. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara PekeIjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pernbangunan Peternakan ..............
39
12. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Pengalaman Beternak dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan ............
40
,'j ii
No
halaman
13. Nilai Koefisien X 2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Besar Tanggungan Keluarga dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan...........................................................................
41
14. Keterkaitan Intensitas Hubungan Ke Sumber Informasi dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan..........................................................................
43
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
No
1. Tabel Hubungan Karakteristik Peternak Dengan Persepsi Mereka Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan ....
51
2. Tabel Hubungan Umur Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. ... ... ... .... ........... ....
52
3. Tabel Hubungan Tentang Peranan
PekeIjaan Pokok Dengan Persepsi Peternak Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi
Pembangunan Peternakan...........................................................................
53 .",
4. Tabel Hubungan Pengalaman Beternak Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan ........... :...............................................................
54
5. Tabel Hubungan Besar Tanggungan Keluarga Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan..........................................................................
55
6. Tabel Keterkaitan Intensitas Hubungan Ke Sumber Informasi Dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan........................................................
56
x
PENDAHULUAN Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan Indonesia. Guncangan perekonomian yang dialami Indonesia saat ini, semakin menyadarkan terhadap pentingnya peranan pertanian dalam pembangunan di Indonesia, terutama di pedesaan.
Sub - sektor petemakan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan pertanian, seyogyanya mempertajam arah pembangunan dengan menekankan pada penguatan kelembagaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat petemak.· Upaya in! termasuk pengembangan kemampuan aparat pemerintah dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintah yang berorientasi pada kepentingan rakyat umumnya dan kepentingan petemak khususnya. Pembangunan petemakan tidak hanya diarahkan pada peningkatan produksi, juga diarahkan pada peningkatan pendapatan petemak, dan perluasan lapangan kerja . . Berhasilnya program pembangunan petemak tidak hanya tergantung dari pemerintah, tetapi sebagian besar ditentukan oleh peran aktif petemak dan keluarganya sebagai pelaku langsung dalam produksi usaha peternakan. Di sini dituntut peranan aparat pemerintah untuk selalu berusaha mengarahkan peningkatan kemampuan petemak dalam mengelola usaha temaknya. Peranan aparat pemerintah dalam pembangunan petemakan terutama sebagai komunikator, fasilitator, dan soluter dalam pembangunan. Dalam peranannya sebagai komunikator, aparat dituntut kemam~JUannya untuk dapat berperan aktif dalam proses komunikasi pembangunan di kalangan peternak. Dalam hal ini, aparat harus mampu
menduduki posisi dan peranannya sebagai sumber informasi, saluran komunikasi, penerima pesan, identifikasi umpan balik/feedback dari masyarakat serta pemahaman dan pengorganisasian pesan komunikasi yang disampaikan. Keberhasilan aparat pemerintah dalam melaksanakan peranannya sebagai komunikator di masyarakat, tidak hanya dinilai dari sudut birokrasi saja tapi yang lebih penting dinilai dari sudut pandang dan tingkat kepuasan yang dirasakan masyarakat. Usaha untuk mencapai tujuan pembangunan di dalam pelaksanaannya memerlukan dukungan serta kerja sarna dari berbagai pihak, termasuk bagaimana pandangan masyarakat terhadap peranan aparat yang telah banyak melakukan usaha guna memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama kepada para peternak. Desa Tapos I merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan ternak, terutama untuk pengembangan ternak rurninansia kecil seperti domba dan kambing. Pembangunan peternakan di Desa Tapos I ini tidak hanya dilakukan pada teknik budidayanya, tetapi juga terhadap peningkatan sumber daya manusianya yaitu peternak. Pembangunan peternakan berhasil apabila terdapat komunikasi yang baik antara peternak dengan aparat pemerintah di bidang peternakan seperti penyuluh dari Dinas Peternakan, KCD (Kepala Cabang Dinas) peternakan,
dan lainnya.
Komunikasi yang efektif akan menyebabkan pesan pembangunan yang disampaikan oleh aparat tersebut akan dapat diterima dengan baik dan dapat dimengerti oleh peternak, sehingga mereka akan ikut berpartisipasi dalam pembangunan tersebut. Dalam hal ini aparat sebagai komunikator dituntut untuk meningkatkan perannya di masyarakat.
Keterlibatan masyarakat Desa Tapos I dalam pembangunan petemakan sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan peranan aparat dalam komunikasi pembangunan petemakan. Keterlibatan masyarakat dalam memberikan pengaruh terhadap pembangunan dapat tergambar dari persepsi masyarakat terhadap peranan aparat. Persepsi masyarakat terhadap peranan aparat sangat penting untuk menilai dan mengevaluasi keberhasilan aparat dalam melaksanakan peranannya.
Jika
persepsi terhadap peranan aparat positif, berarti aparat pemerintah telah berhasil dalam memainkan peranannya, dan menjadi pendor.:mg bagi aparat untuk terus berperan dengan baik dalam pembangunan.
Sebaliknya jika persepsi masyarakat
terhadap peranan aparat negatif, berarti aparat kurang berhasil dalam memainkan peranannya. Aparat harus mengetahui apa yang perlu dikembangkan di masyarakat pedesaan dan harus melihat kembali apa yang telah menyebabkan kurang berhasilnya aparat dalam melaksanakan peranannya. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini penting untuk mengetahui sejauh mana penilaian masyarakat terhadap peranan aparat pemerintah dalam proses komunikasi pembangunan. Informasi semacam ini penting dan sangat relevan bagi upaya pengembangan aparat pemerintah di bidang peternakan di masa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan penilaian dan pandangan peternak terhadap aparat pemerintah di bidang peternakan dalam menjalankan perannya, serta faktor-faktor yang terkait di dalamnya, khususnya di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Perumusan Masalah
Persepsi merupakan suatu tanggapan, pengertian dan interpretasi seseorang terhadap suatu objek yang diinformasikan kepadanya. Persepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor penting, karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan individu yang bersangkutan. Persepsi petemak terhadap sesuatu objek akan terkait dengan berbagai faktor, diantaranya adalah karakteristik personal, kepentingan, kebutuhan keyakinan, dan motivasi. Faktor-faktor ini juga menyebabkan perbedaan persepsi antar individu petemak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan petemakan. Perbedaan persepsi ini dapat memunculkan tindakan yang berbeda dalam menerima aparat pemerintah dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan petemakan. Di pihak lain, persepsi tentang aparat pemerintah merupakan persepsi interpersonal yang berbeda dengan proses persepsi tentang objek (benda). Persepsi interpersonal tidak hanya ditentukan oleh stimulus fisik seperti gelombang suara dan cahaya tetapi juga oleh stimulus non fisik seperti melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga.
Disamping itu, dalam persepsi
interpersonal perseptor tidak sekedar menanggapi sifat-sifat luar suatu objek tetapi juga mencoba untuk memahami apa yang tidak tampak pada alat indera.
Dalam
proses persepsi interpersonal ini ada keterlibatan emosional diantara orang-Drang yang menilai yaitu para petemak dan orang--orang yang dinilai yaitu aparat pemerintah di bidang peternakan. Kedua piha 1, ini mempunyai karakteristik yang berbeda.
Perbedaan persepsi di antara masing-masing petemak antara lain berhubungan dengan
perbedaan
pada
karakteristik
mereka.
Berbagai
hasil
penelitian
mengungkapkan hal itu. Hasil penelitian Saleh (1984), antara lain mengungkapkan adanya beberapa karakteristik warga masyarakat desa yang berhubungan nyata dengan persepsi tentang peranan penyuluh petemakan, terutama karakteristik mata pencaharian, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan yang berpengaruh kuat terhadap persepsi warga desa tentang peranan penyuluhan petemakan. Uraian di atas menggambarkan bahwa persepsi petemak temyata bervariasi, karena berbagai faktor. Oleh karena itu, mempelajari persepsi tidak hanya cukup menganalisis bagaimana persepsi mereka, tetapi juga faktor-faktor yang terkait dalam persepsi tersebut. Beberapa masalah yang ingin dijawab dalam peneitian ini yaitu: I. Bagaimanakah karakteristik petemak domba di Desa Tapos I, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat? 2. Bagaimanakah persepsi petemak domba tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan? 3. Apakah ada hubungan antara karakteristik petemak domba dengan persepsi mereka tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana persepsi petemak domba di Desa Tapos I, Kecamatan <::iampea, Kabupaten Bogor, terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembanguna~. Berdasarkan latar belakang
5
dan masalaah yang telah diuraikan, serta faktor-faktor yang terkait di dalamnya, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik petemak domba di Desa Tapos 1, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor. 2. Mengidentifikasi persepsi petemak domba tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan 3. Menentukan hubungan antara karakteristik petemak dengan persepsi mereka tentang peranan aparat pemerintah da!am komunikasi pembangunan peternakan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bermaksud menelusuri persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah dalam pembangunan beserta berbagai faktor yang terkait di dalamnya, dan penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana pandangan atau penilaian para petemak terhadap peranan aparat dalam pembangunan di bidang pertanian umumnya dan pembangunan di bidang petemakan khususnya, terutama untuk mengetahui seberapa jauh aparat pemerintah berperan dalam pembangunan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi : 1. Bahan masukan bagi kelembagaan yang terkait dalam pembangunan petemakan agar
lebih
mampu
menjalankan
peranannya
di
masyarakat
dan
lebih
memperhatikan aspirasi petemak di pedesaan. 2. Bahan masukanbagi pemberdayaan kualitas sumber daya manUSIa aparat pemerintah di pedesaan
yang berhubungan dengan masyarakat peternak agar
6
dapat lebih mampu menjalankan dan meningkatkan peranannya sebagai komunikator pembangunan di bidang petemakan. 3. Bahan pengembangan ilmu komunikasi pembangunan, khususnya bagi peneliti lain dalam bidang ilmu ini agar lebih bcrminat mengadakan penelitian terutama mengenai persepsi petemak di pedesaan.
7
DEFINISIISTILAH
Untuk memperoleh pengertian yang konsisten dari istilah peubah yang diukur dalam penelitian ini, maka dibuat batasan-batasan operasional sesuai dengan keperluan. Istilah-istilah yang dimaksud adalah: I. Karakteristik petemak adalah gambaran tentang sifat-sifat atau cm-cm yang
dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik petemak yang diteliti meliputi umur, pendidikan,
" jenis kelamin, pekerjaan pokok, pengalaman betemak, besar tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan usaha temak domba. 2. Persepsi petemak tentang aparat pemerintah adalah penilaian atau pandangan petemak terhadap aparat dalam menjalankan peranannya atau tugasnya sebagai komunikator dan pelayanannya kepada petemak di wilayah kerjanya. 3. Petemak adalah orang atau keluarga yang melakukan pembibitan dan pemeliharaan temak domba. 4. Aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan adalah orangorang atau para pegawai yang bekerja di lembaga pemerintahan yang memberikan pembinaan, pelayanan,
dan yang
berperan sebagai
komunikator dalam
pembangunan petemakan di pedesaan. Aparat pemerintah ini meliputi; pegawai dari Dinas Peternakan, Kepala Cabang Dinas (KCD) peternakan, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Balai Penelitian Penyakit Hewan (BPPH), penyuluh
8
petemakan yang memberikan pembinaan dan pelayanan kepada petemak di tingkat desalkelurahan. 5. Komunikasi antara aparat pemerintah dan petemak adalah proses pertukaran informasi mengenai pembangunan petemakan yang disarnpaikan oleh aparat pemerintah kepada petemak agar informasi
itu dapat dimengerti
dan
dimanfaatkan oleh petemak dalam menjalankan usahanya, dan sebaliknya petemak dapat memberikan umpan balik/tanggapan terhadap informasi yang diterimanya.
9
TIN.JAUAN PUSTAKA
Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan
Aparat petemakan adalah orang-orang yang memberikan pembinaan dan pelayanan kepada para petani petemak (Direktorat Jenderal Petemakan, 1992). Aparat petemakan di sini mencakup para pegawai pemerintab yang bekerja di Dinas Petemakan, Kepala Cabang Dinas Petemakan, dan pembina para petemak yaitu penyuluh petemakan. Soekartawi (1988) mengungkapkan babwa aparat pemerintab adalab pegawai yang bekerja di Dinas Pertanian, yang bertugas menyampaikan pesan/informasi di bidang pertanian bekerjasama dengan pihak lain seperti camat, kepala desa, pamong perairan, maupun koperasi.
Dalam hal ini penyampaian
informasi pertanian maupun petemakan melalui sistem komunikasi, khususnya dalam kegiatan penyuluhan pertanian tanggungjawabnya lebih banyak diserabkan kepada penyuluh pertanian atau petemakan. Sela:ljutnya Mardikanto (1993) mengutarakan babwa pembangunan adalah upaya sadar dan terencana melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan oleh pemerintah didukung oleh partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan teknologi yang terpilih. Berdasarkan definisi tersebut maka dalam proses pcmbangunan aparat pertanian khususnya di bldang petemakan mempunyai peranan untuk melaksanakan perubahan - perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu kehictupan
10
masyarakat khususnya para -petemak karena peranan dan usaha aparat pemerintah sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Kunci keberhasilan pembangunan bukan hanya pada kejituan program tetapi juga pada keterampilan aparat pelaksana di samping perilaku para pelaku pembangunan tersebut (Soediyanto dalam Marpaung, 1990). Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Direktorat lenderal Petemakan (1992) bahwa untuk mencapai keberhasilan yang sempurna dalam melaksanakan tugas dan peran sertanya di masyarakat, maka aparat dalam pembangunan petemakan dituntut untuk memenuhi sembilan persyaratan yaitu: Integrity / kejujuran, kecerdasan, antusias yang meluap, daya cipta, imagination, instution / daya rasa, inisiatif, inovatif, dan tidak mudah putus asa. Usaha mendifusikan inovasi ke dalam masyarakat desa tidaklah mudah, aparat harns menggunakan pendekatan yang tepat. Petemak harns terlebih dahulu menerima aparat dan mengetahui peranan aparat pemerintah di bidang petemakan sebelum mereka menerima inovasi yang dibawanya, karena kunci keberhasilan pembangunan terletak pada peranan aparat sebagai komunikator dan keterampilan aparat sebagai pelaksana pembangunan.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh
Cangara (1998), bahwa sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, seorang komunikator seperti penyuluh pertanian memegang peranan yang sangat penting terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi, oleh karena itu seorang komunikator harus terampil berkomunikasi, kaya akan ide, serta penuh daya kreativitas.
11
Proses komunikasi tersebut hams berjalan secara efektif agar pengirim dan penerima pesan memiliki makna yang sarna. Menumt Berto (1960), komunikasi akan berjalan efektif apabila ketepatannya (fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguan (noise) dapat diperkecil. Oleh karena itu supaya komunikasi berjalan efektif hams
memperhatikan beberapa unsur komunikasi yaitu: 1. Seorang komunikator harns memiliki keterarnpilan berkomunikasi, bersikap positif
terhadap komunikan, dan pesan yang disarnpaikan serta marnpu
menyesuaikan diri dengan sistem so sial budaya. 2. Seorang komunikan harns memiliki kemarnpuan berkomunikasi, bersikap positif terhadap komunikator dan pesan yang disarnpaikan, memaharni isi pesan yang disarnpaikan, serta perilaku kebiasaan dalarn menerima dan menafsirkan pesan. 3. Pesan yang disarPpaikan harns memenuhi persyaratan kode atau bahasa pesan, kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan bahasa dan isi pesan. 4. Media komunikasi harns sesuaJ dengan tujuan yang hendak dicapai, sesual dengan isi pesan, sesuaJ dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta efisien dalam memilih media. Efektivitas komunikasi aparat dalam pembangunan ditentukan oleh adanya sifat keterbukaan antara aparat pemerintah sebagai komunikator dan peternak sebagai penerima pesan. Seperti yang dikemukakan oleh Thoha (1998) bahwa komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila keterbukaan dalam berkomunikasi dapat diwujuc':kan. Selain ditentukan oleh adanya sifat keterbukaan , efektivitas komunikasi juga ditentukan oleh kemarnpuan aparat di dalam berkomunikasi yaitu kemampuan 12
aparat dalam menyarnpaikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan petemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Siahaan (dalarn Hirawan, 1998) bahwa di dalarn efektivitas komunikasi, komunikator harus memperhatikan keterampilan berkomunikasi, yaitu kemarnpuan
komunikator
dalarn
menulis,
berbicara,mendengar,
berfikir,
menganalisis, membuat penalaran dan sebagainya. Aparat sebagai komunikator yang baik harus menggunakan kata - kata yang tepat, sederhana, dan mudah dimengerti. Proses komunikasi yang terjadi antara aparat pemerintah dengan petemak akan
efektif apabila
dalarn
berlangsungnya proses
komunikasi,
keduanya
menggunakan model komunikasi konvergen yaitu antara aparat pemerintah dengan petemak dapat saling menukar inforrnasi untuk mencapai kesarnaan pengertian satu sarna lainnya dalarn situasi dirnana mereka berkomunikasi. Untuk mencapai kesarnaan pengertian tersebat melalui pendekatan yang erat dengan toleransi yang lebih tinggi (Cangara, 1998). Selanjutnya Soekartawi (1988) mengutarakan bahwa keberhasilan komunikasi akan terjadi jika ada partisipasi antara kedua belah pihak, yaitu antara aparat pemerintah di bidang petemakan dan para petemak. Oleh karena itu aparat hams pula memperhatikan macarn dan kebutuhan petemak dalarn pembangunan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa aparat pemerintah dalarn komunikasi pembangunan adalah pegawai pemerintah yang memberikan pembinaan dan pelayanan kepada petemak serta berperan aktif dalam proses komunikasi pembangunan, di mana kunci keberhasilan pembangunan illi terletak pada peranan aparat pemerintah sebagai komunikator dan ketcrampilan aparat pemerintah sebagai pelaksana pembangunan yang hams memiliki keterampilan dalam 13
berkomunikasi, kaya akan ide, penuh daya kreativitas, memiliki sifat keterbukaan, kesamaan pengertian agar komunikasi antara aparat pemerintah dengan petemak berjalan efektif di dalam pembangunan.
Persepsi Peternak Tentang Aparat
Persepsi adalab pandangan, pengertian, dan interpretasi seseorang tentang suatu objek yang diinformasikan kepadanya, terutama cara orang tersebut memandang, mengartikan dan menginterpretasikan informasi itu dengan cara mempertimbangkan informasi tersebut dengan keadaan dirinya dan lingkungannya (Reksowardoyo, 1984): Thoha (1998) berpendapat babwa persepsi merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memabami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman yang
mana kunci untuk memabarni persepsi ini adalab terletak pada pengenalan babwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi. Seperti yang dikatakan oleh Krech (Thoha, 1998): " Peta kognitif individu ini bukanlab penyajian photografik dari suatu pemyataan fisik, melainkan agak bersifat kontruksi pribadi yang kurang sempuma mengenai objek tertentu, diseleksi sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipabami menurut kebiasaannya. Setiap pemahaman (perceiver) adalab pada tingkat tertentu bukanlab senima yang representatif, karena lukisan gambar tentang kenyataan itu hanya menyatakan pandangan realitas individunya."
14
Pendapat Krech (Thoha, 1998) ini dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyatan yang berbeda dengan kenyataannya. Selanjutnya Rakhmat (1998) menjelaskan bahwa persepsi adalah pengalaman seseorang tentang objek, peristiwa, atau hubungan - hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan inforrnasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Inforrnasi yang sampai kepada seseorang
menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsl.
Hal ini sejalan
dengan ungkapan Sears et. al. (1992) persepsi adalah kesan pertama seseorang setelah mendapat inforrnasi dari orang lain. Dalam penelitian ini pesan yang disampaikan oleh aparat dan pelayanan yang diberikan oleh aparat kepada peternak akan menimbulkan persepsi. Persepsi peternak terhadap aparat akan baik bila peternak mempunyai kesan yang baik terhadap pesan yang disampaikan oleh aparat dan pelayanan yang diberikan oleh aparat, sebaliknya persepsi peternak akan kurang baik bila peternak mempunyai kesan yang kurang baik terhadap pesan yang disampaikan oleh aparat dan terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah di bidang peternakan. Proses berlangsungnya pembentukan persepsi ini menurut Rakhmat (1998) disebut proses pembentukan kesan (impression formation).
Ada tiga hal yang ikut
menentukan peranan dalam proses pembentukan kesan dan menghasilkan suatu perilaku, yaitu; sterotyping, implicit personality theory, dan atribusi. Menurut
Rakhmat (1998),
pcrsepsi
seseorang tentang
aparat
dapat
dikategorikan sebagai persepsi interpersonal atau persepsi tentang manusia bukan J5
objek/benda. Persepsi ini akan berbeda dengan persepsi tentang objek. Ada empat hal yang membedakanya yaitu: I. Pada Persepsi interpersonal stimuli (rangsangan) sampai kepada seseorang melalui lambang -Iambang verbal atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga 2. persepsi interpersonal kita mencoba untuk memahami apa yang tidak tampak pada alat indera dan mencoba memahami motif dan tindakan seseorang. 3. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor
personal dan karakteristik orang
yang ditanggapi, serta hubungan kita dengan orang lain. 4. Persepsi terhadap objek tetap, sedangkan persepsi terhadap manusia berubahubah. Jadi persepsi peternak terhadap aparat dalam menjalankan perannya bisa berubah dan berbeda-beda. Dari batasan-batasan yang clisebutkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi petemak tentang aparat adalah pandangan, penilaian, pengertian, dan interpretasi peternak terhadap aparat di dalam memberikan informasi mengenai pembangunan peternakan sehingga peternak dapat menyimpulkan informasi dan menafsirkan informasi tersebut sesuai dengan kesan yang ditimbulkan oleh aparat pemerintah di bidang peternakan dalam menjalankan peranannya dan pelayanannya kepada para petemak.
Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Persepsi
Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh beberapa faktor. Rahmat (1998) meilyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi, yaitu faktor struktural dan faktor fungsional. Faktor strukwral 16
berasal dari semata-mata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu.
1tu berarti secara struktural persepsi
ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima.
Sedangkan faktor
fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk ke dalam faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional ialah karakteristik orang yang memberi respon terhadap rangsangan tersebut. Karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi menurut Saleh (1984) meliputi: mata pencaharian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, keikutsertaan kursus, jumlah anggota keluarga usia kerja, jumlah temak yang dimiliki, umur serta penghasilan. Adapun faktor':'faktor yang mempengaruhi proses seleksi persepsi menurut Thoha (1998) adalah faktor perhatian yang berasal dari luar dan dari dalam diri individu yang bersangkutan. Fakior-faktor dari luar terdiri dari pengaruh lingkungan luar antara lain: intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan, gerakan, dan, halhal baru berikut ketidakasingan.
Sedangkan faktor yang dari dalam diri individu
yang mempengaruhi proses seleksi antara lain: proses belajar (learning), motivasi, dan kepribadiaanya. Lebih jauh lagi Sadli (Marpaung, 1990) mengemukakan bahwa ada empat karakteristik penting faktor pribadi sosial yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang yaitu : 1. Faktor ciri - ciri dari objek stimulus, yang terdiri atas: nilai, arti emosional,
familiaritas, dan. intensitas. 2. Faktor - faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu sepelii : taraf kecerdasan, minat, emosi, dan lain sebagainya. 17
3. Faktor pengaruh kelompok ialah rerspon orang lain dapat membeeri arah kesuatu tingkah laku konform dimana adanya kohesi dalam kelompok ("mutual attraction") yang berpengaruh dapat menyebabkan perubahan persepsi anggota yang naif dan dalam suatu keadaan di mana tidak ada tekanan untuk bertingkah laku konform, maka pengaruh so sial yang hanya informatif saja sifatnya telah dapat memodifisir persepsi individu. 4. Faktor perbedaan latar belakang berpengaruh dalam persepsi sesorang ialah funcional salience, familiaritas, dan sistem komunikasi. Uraian terse but menunjukkan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor yang terdapat pada diri individu itu sendiri dan faktor luar individu tersebut. Karakteristik individu adalah ciri atau sifat yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola tindak, dan pola sikap (Zamzam, 1993). Selanjutnya Sardjonoprijo (Rojak, 1991) mengemukakan bahwa karakter adalah bentuk organisasi individu dari kehidupan perasaan dan hasratnya yang mempunyai tiga aspek yaitu : material, formal (hubungan), dan etis. Ada dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia, yaitu faktor yang berasal dari personal dan faktor situasional. Karakteristik personal adalah faktorfaktor yang melekat pada diri individu, dan karakteristik situasional sebagai faktorfaktor sosial yang timbul dari luar diri individu (Rahmat, 1998) sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Perilaku seseorang tersebut di antaranya persepsi. Rogers dan Shoemaker (1971) menyebutkan karakteristik pengadopsi inovasi terdiri atas : (I) karakteristik sosial ekonomi meliputi umur, pendidikan, status sosial, dan skala usaha, (2) perilaku komunikasi termasuk partisipasi sosial, kontak dengan
18
penyuluh,
kekosmopolitan dan keterdedahan pada media massa,
serta (3)
Kepribadian, di antaranya empati, senang mengambil resiko dan lainnya. Karakteristik petemak yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekeIjaan pokok, pengalaman beternak, dan tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi yang terkait dengan usaha ternak. Berkaitan denga.'1 penelitian yang dilakukan, berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya tentang karakteristik peternak dan persepsinya. Hasil penelitian Zamzam (1993) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara tingkat pendidikan, pengalaman betemak, skala pemilikan ternak, dan hubungan dengan lembaga lain dengan persepsi peternak tentang peranan dan fungsi penyuluhan.
Akan tetapi umur, pekerjaan pokok, hubungan dengan
individu lain, hubungan peternak dengan media massa dan keikutsertaan peternak dalam kegiatan kelompok mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan persepsi peternak terhadap peranan dan fungsi penyuluhan.
Sementara itu Saleh (1984)
mengemukakan bahwa karakteristik warga masyarakat desa yang berhubungan nyata dan sempurna dengan persepsi mereka tentang peran penyuluh adalah mata pencaharian, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan keikutsertaan dalam kursus. Selanjutnya hasil penelitian Trijoko (1991) mengemukakan bahwa faktor yang berkorelasi
dengan
persepSI
responden
tentang
partisipasi
mereka
dalam
pengembangan program penyuluhan ialah motivasi untuk meningkatkan keman1puan dan keterampilan, penilaian peternak tentang pen)'uluhan, dan perbedaan jenis kelamin. Sedangkan umur, pendidikan. lama beternak, dan tingkat kekosmopolitan 19
merupakan faktor yang tidak berkorelasi dengan persepsi petemak tentang partisipasi mereka dalam pengembangan program penyuluhan.
20
METODE PENELITIAN
PopuJasi dan SampeJ PopuJasi
Populasi penelitian adalah peternak domba yang berada di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang berjumlah 94 orang dan menyebar pada 13 kampung.
SampeJ
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara bartahap, diawali dengan pemilihan enam kampung dari 13 kampung yang ada di Desa TaposI secara purposive berdasarkan jumlah petemaknya yang paling banyak.
Keenam
kampung ini meliputi: Kampung Tapos Udik, Kampung Antai, Kampung Babakan, Kampung Tenjolaya, Kampung Jagapati, dan Kampung Sinarwangi. Selanjutnya dari kampung yang terpilih diambil sampel responden secara disproportional simple random sampling sebanyak enam peternak dari populasi peternak yang ada pada
masing-masing kampung. Jumlah sampel penelitian berdasarkan kampung - kampung tersebut masingmasing ditampilkan pada Tabel 1.
21
Tabel 1. Jumlah Sampei Penelitian pada enam kampung yang ada di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. No
Nama Kampung
I
Jumlah Peternak (orang)
Tapos Udik Tenjolaya Babakan 4 Jagapati 5 Antai Sinarwangi 6 Jumlah Sumber: Data Desa Tapos I, 2000
2 3
12 10 10
10 10 10 62
Sampel (orang)
6 6 6 6 6 6 36
Desain
Penelitian ini didesain sebagai suatu survei yang bersifat deskriptif korelasional. Peubah pengaruh adalah karakteristik peternak dan peubah terpengaruh adalah persepsi peternak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan peternakan. Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini .terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden,
berdasarkan kuesioner, sedangkan data sekunder berupa kondisi umum wilayah penelitian serta data pendukung lainnya diperoleh dari instansi-instansi terkait dan beberapa sumber lain. Peubah-peubah yang diukur pada penelitian ini adalah: I. Jenis kelamin, diukur berdasarkan skala nominal yang dikategorikan ke dalam
laki-Iaki dan perempuan.
22
2. Umur adala..'l usia peternak pada saat penelitian dilakukan yang diukur berdasarkan skala rasio dengan pembulatan ke tanggal ulang tahun terdekat dinyatakan dalam satuan tahun. 3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai oleh peternak, yang dibedakan menjadi lima kategori yaitu;
tidak pernah sekolah,
lulus Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederaj at. 4. Pekerjaan
pokok
adalah
pekerjaan
yang
mendapat
prioritas
dalam
mengerjakannya, dan memberikan kontribusi utama pada pendapatan keluarga yang dibedakan menjadi delapan kategori yaitu:
petani, buruh tani, peternak,
pedagang, pegawai, karyawan, wiraswasta, dan lainnya, yang diukur berdasarkan skala nominal. 5. Pengalaman beternak adalah lamanya f(isponden melakukan kegiatan beternak yang diukur berdasarkan skala ordinal dengan satuan tahun, pengkategoriannya dilakukan dengan mencari nilai tengahnya terlebih dahulu. 6. Besar tanggungan keluarga adalah jurnlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden yang diukur dalamjumlah orang. 7. Intensitas hubungan dengan sumber informasi pernbangunan peternakan dalam penelitian ini adalah derajat keterlibatan peternak untuk melakukan hubungan atau konsultasi dengan lembaga-lembaga yang terkait pada aktivitas beternak do mba, seperti; BPP, BPPH, Dinas Peternakan, dan lainnya. Dibedakan menjadi tiga kategori yaitu; (I) sering, (2) jarang, dail (3) tidak pernah.
Yang diukur
berdasarkan skala ordinal.
23
8.
Persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan adalah pendapat, penilaian, pengertian, dan interpretasi petemak terhadap peranan aparat pemerintah. Persepsi petemak diukur daiam skala ordinal dengan menggunakan lima aspek yaitu sebagai; (1) sumber informasi, (2) pengorganisasian pesan, (3) saluran komunikasi, (4) penerima informasi, dan (5) mengidentifikasi efek komunikasi. Masing-masing aspek dikembangkan menjadi beberapa pemyataan. Responden memberi penilaian terhadap pemyataan terse but. Skala penilaian menggunakan skala Likert, dengan ketentuan nilai yaitu: 1= sangat tidak setuju, 2"" tidak setuju, 3= ragu-ragu, 4= setuju, dan 5= sangat setuju. Untuk keperluan pengumpulan data disusun sebuah instrurnen berupa
kuesioner yang berisi pemyataan dan pertanyaan bagi lesponden. Kuesioner terbagi menjadi dua bagian
yaitu: (1) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur
karakteristik petemak, dan (2) bagian yang berisi pertanyaan untuk mengukur persepsi petemak terhadap peranan aparat pemerintah dalam pembangunan petemakan.
Pengumpulan Data Data dikumpulkan pada bulan Juni sampai Juli 2000, melalui wawancara menggunakan kuesioner. Disamping itujuga dilakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa informan, dan observasi langsung di lapangan. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor dan Sekretariat Desa.
24
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai berikut: I.
Data mengenai karakteristik peternak yang meliputi: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, besar tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber )nformasi tentang pembangunan peternakan serta persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptifyaitu distribusi frekuensi dan rata-rata.
2.
Hubungan antara karakteristik peternak dengan persepsi mereka terhadap peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan dianalisis dengan menggunakan khi-kuadrat (X2).
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keberhasilan aparat pemerintah di bidang peternakan seperti penyuluh dari Dinas Peternakan Kabupaten dan Kepala Cabang Dinas (KCD) peternakan dalam menjalankan tugas dan peranannya, akan ditentukan oleh tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat dan tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan
peternakan.
Keterlibatan
masyarakat
di
dalam
pembangunan
peternakan ditentukan oleh terjalinnya komunikasi yang baik antara peternak dengan aparat pemerintah. Aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan peranannya harus mampu mengembangkan konvergensi komunikasi yang berarti mereka harus mampu mengakomodir kebutuhan dan kepentingan masyarakat, serta harus mampu menampung segala pendapat atau aspirasi dari masyarakat.
Kecenderungan pola
komunikasi tOp-dOWIl yang selama. ini dipraktekkan sebaiknya diubah, agar masyarakat dapat ikut serta secara dinamis mengeluarkan aspirasi dalam menyusun program pembangunan. Hasil penelitian mengenai pandangan peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, disajikan dalam tiga bagian sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: (1) Distribusi peternak domba pada sejumlah karakteristik yang terpilih, (2) Persepsi peternak domba tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, dan (3) Hubungan antara karakteristik peternak dom ba dengan persepsi mereka tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan.
26
Karakteristik Peternak
Karakteristik petemak domba yang digambarkan pada penelitian ini adalah Jems kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, tanggungan
keluarga,
dan
intensitas
hubungan
dengan
sumber
informasi
pembangunan petemakan.
Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (94%) petemak domba di Desa Tapos I adalah laki-Iaki, peternak perempuan hanya 5,6 persen, seperti diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Peternak Domba Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Peternak (Orang)
Persentase (% )
Laki -laki
34
94,4
Perempuan
2
5,6
36
100,0
Jumlah
Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa yang banyak berperan dalam pengelolaan usaha temak domba adalah laki-Iaki, mulai dari mencari rumput, memberi pakan, dan membersihkan kandang, peran itu sesuai kedudukannya sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dalam mencari nafkah. Perempuan kurang berperan karena mereka harus mengurus pekerjaan domestik di rumah tangganya.
Vmur
Umur peternak domba di Desa Tapos I yang dijadikan responden dalam penelitian bervariasi antara 20-65 tahun dengan rataan 40 tahun. Berdasarkan umur, responden dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu, responden yang berusia muda antara 20-40 tahun, dan responden yang berusia tua antara 41-65 tahun. Sebaran peternak domba menurut kategori umur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Peternak Domba Menurut Umur. Umur Peternak Muda
Jumlah Peternak (Orang) 22
Persentase (% ) 61, I
Tua
14
38,9
Jumlah
36
100,0
Tabel 3 mengungkapkan bahwa dari 36 orang total responden yang diamati, sebanyak 61,1 persen berumur muda, dan sisanya sebanyak 38,9 persen berumur tua. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usaha ternak domba dilakukan oleh peternak berusia muda dan seluruh responden yang dilibatkan dalam penelitian ini masuk dalam kategori usia produktif.
Tingkat Pendidikan Distribusi peternak domba menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak semua peternak domba pernah
mengikuti pendidikan formal. Tingkat pendidikan responden dikategorikan menjadi:
28
tidak pemah sekolah, lulus Sekolah Dasar atau sederajat, dan lulus Sekolah Menengah Pertama atau sederaj at.
Tabel4. Distribusi Petemak Domba Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah
lumlah Petemak (Orang) 2
Persentase (% ) 5.6
SD
33
91,6
SMP
1
2,8
36
100,0
lumlah
Data tingkat pendidikan responden pada Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir semua responden di Desa Tapos I yang dilibatkan dalam penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan formal yang relatif rendah, yakni hanya sampai Sekolah Dasar. Hanya satu orang (2,8%) yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama.
Pekerjaan Pokok
Pekerj aan pokok responden adalah pekerjaan yang mendapat prioritas dalam mengeJjakannya, dan memberikan kontribusi utama pada pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan utama keluarga sebagian besar responden (69,4%) adalah petani atau menjadi buruh tani. Mereka ini umumnya menjadikan betemak domba, wiraswasta, maupun berdagang sebagai pekerjaan sampingan. Sedangkan sekitar 30,6 persen respond en sisanya menempatkan usaha ternak domba sebagai pekerjaan pokok dengan buruh tani.
pekerjaan sampingan mereka umumnya sebagai
Responden yang pekerjaan pokoknya sebagai petemak adalah yang
29
memiliki ternak domba lebih dari 10 ekor. Distribusi responden menurut pekerjaan pokok dapat dilihat pada Tabel S.
Tabel5. Distribusi Peternak Domba Menurut Pekerjaan Pokok. Macam Pekerjaan Pokok Pet ani atau buruh tani
Jumlah peternak (Orang) 25
Persentase (% ) 69,4
Peternak Domba
11
30,6
Jumlah
36
100,0
Data pekerjaan pokok responden pada Tabel 5 mengungkapkan bahwa usaha ternak domba bersifat substitusi dengan pertanian. Beternak domba banyak menjadi pekerjaan sampingan bagi responden yang pekerjaan pokoknya di bidang pert ani an. Demikian pula responden yang pekerjaan pokoknya beternak domba, pekerjaan sampingannya di bidang pertanian bukan di bidang lainnya.
Kondisi ini diperkuat
dengan banyaknya sumber pakan yang tumbuh di sekitar lahan pertanian yang dapat di manfaatkan sebagai pakan ternak oleh petani.
Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak adalah lamanya responden melakukan kegiatan usaha ternak domba. Pengalaman beternak respond en berkisar antara tiga sampai 40 tahun dengan rataan II tahun. Pengalaman beternak tersebut dikategorikan menjadi dua kategori yaitu peternak yang mempunyai pengalaman sedikit antara 3-11 tahun, dan mempunyai pengalaman banyak lebih dari J I tahun.
Distribusi peternak menurut
pekerjaan pokok dapat dilihat pada Tabel 6.
30
Tabel 6. Distribusi Peternak Domba Menurut Pengalaman Beternak Pengalaman Beternak Sedikit
Jumlah peternak (Orang) 22
Persentase (% ) 61,1
Banyak
14
38,9
Jumlah
36
100,0
Tabel 6 menunjukkan hanya sedikit responden yang memiliki banyak pengalaman dalam beternak domba yaitu sekitar 38,9 persen, sebagian besar (61,1%) responden mempunyai pengalaman yang sedi!dt beternak. Hal ini disebabkan karena pada umumnya mereka baru memelihara ternak domba sejak adanya bantuan kredit domba dari pemerintah pada tahun 1995. Responden yang berpengalaman lebih tinggi, karena mereka sudah mulai beternak sejak remaja, atau mereka yang betemak domba secara turun temurun dari orang tuanya.
Tanggungan KeJuarga Besar tanggungan keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga yang secara ekonomi ditanggung oleh peternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah tanggungan keluarga responden yang diteliti berkisar antara satu sampai tujuh orang dengan rata-rata empat orang. Jumlah tanggungan keluarga dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu sedikit antara 1- 2 orang, sedang antara 3 - 4 orang dan banyak yaitu lebih dari empat orang. Sebaran peternak menurut besarnya tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 7.
3i
Tabel 7. Distribusi Peternak Domba Menurut Besarnya Tanggungan Keluarga lumlah Tanggungan Keluarga (orang) Sedikit
lumlah Petemak (orang 2 9
Persentase (% ) 25,0
Sedang
15
41,7
Banyak
12
33,3
lumlah
36
100,0
Tabel 7 menunjukkan bahwa petemak yang mempunyai tanggungan keluarga sedikit sekitar 25,0 persen, yang termasuk keluarga sedang sekitar 41,7 persen, sedangkan petemak yang termasuk keluarga banyak yaitu sekitar 33,3 persen. Petemak yang mempunyai tanggungan keluarga sedikit pada umumnya adalah petemak berusia tua yang hanya menanggung seorang istri, atau petemak muda yang baru berkeluarga dan petemak yang tanggungan keluarganya sedang dan banyak adalah mereka yang menanggung seorang istri dengan anak lebih dari dua orang.
Intensitas Hubungan dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan Intensitas hubungan ke sumber informasi mengenai pembangunan peternakan dalam penelitian ini adalah derajat keterlibatan petemak dalam berhubungan atau berkonsultasi dengan lembaga-Iembaga yang terkait dengan pembangunan usaha temak domba seperti Dinas Petemakan, Kepala Cabang Dinas (KCD) Petemakan, Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP). Untuk lebih jelasnya hasil penelitian tentang distribusi petemak menurut tingkat intensitas hubungan dengan sumber informasi mengenai pembangunan petemakan dapat dilihat pada Tabel 8.
32
Tabel 8. Distribusi Peternak Domba Menurut Intensitas Hubungan dengan Sumber Informasi Pembangunan Peternakan
Sering
Jumlah Peternak (orang) 3
Jarang
10
27,8
Tidak pernah
23
63,9
Jumlah
36
100,0
Intensitas Hubungan
Persentase (%) 8,3
Tabel 8 menunjullian bahwa peternak yang berada di Desa Tapos I, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor sebagian besar (63,9%) tidak pernah berhubungan atau berkonsultasi pada lembaga-lembaga yang ada hanya, 27,8 persen 2saja yang berhubungan itupun jarang mereka lakukan. Hanya 8,3 persen peternak yang menyatakan sering. dengan
peke~aan
Hal ini disebabkan karena responden selalu disibukkan
rutin mereka sebagai petani atau buruh tani serta jarak tempat
tinggal mereka yang jauh dengan tempat lembaga-lembaga tersebut berada. Hanya sewaktu-waktu saja mereka datang ke lembaga-lembaga yang berkaitan dengan usaha ternak domba. Peternak yang sering berkonsultasi atau berhubungan adalah ketua kelompok penerima bantuan domba dari pemerintah.
Persepsi Peternak DombaTentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan Persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan dilihat dari lima aspek berikut ini: (1) sumber informasi, (2) pengorganisasian pesan, (3) saluran komunikasi, (4) penerima informasi, dan (5) mengidentifikasi efek komunikasi. Hasil penelitian ten tang persepsi peternak tentang
33
peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan dapat dilihat pada Tabel9. Tabel9. Persepsi Petemak DombaTentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan Aspek peranan aparat pemerintah Dalam Komunikasi pembangunan Petemakan
Sebaran menurut persepsi
(%) Top-down
Konvergen
(%) 1. Sumber informasi 2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi 5. Mengidentifikasi efek Seluruh aspek
Total
(%)
77,8 55,6 47,2 66,7 66,7 62,8
22,2 44,4 52,8 33,3 33,3 37,2
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Aparat pemerintah sebagai sumber informasi, dituntut dapat menyampaikan berupa pesan pembangunan petemakan yang diteruskan kepada masyarakat, dan harus memiliki pemaharnan yang memadai tentang kebutuhan informasi serta keinginan masyarakat. Dalam hal pengorganisasian pesan, aparat pemerintah diharapkan dapat mengemas pesan tentang pembangunan petemakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
Peranan aparat sebagai saluran komunikasi,
menuntut aparat pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dengan cara-cara yang dapat dipahami oleh masyarakat.
Hendaknya
aparat pemerintah aktif mengadakan forum-forum komunikasi seperti penyuluhanpenyuluhan. Peranan aparat sebagai penerima informasi, harus dapat menerima dan mendengarkan aspirasi atau keinginc.n masyarakat dalam menyusun program pembangunan
peternakan
untuk
dijadikan
masukkan
bagi
lembaga-lembaga
pemerintah tentang masalah pembangunan peternakan.
Peranan aparat pemerintah
yang lainnya adalah mengidentifikasi efek komunikasi, dalam hal ini aparat pemerintah harus melibatkan masyarakat dan menerima umpan balik dari masyarakat dalam menyusun program pembangunan peternakan. Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak (62,8%) menganggap bahwa secara keseluruhan aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya lebih banyak bersifat top-down. Hal
1m
berarti aparat pemerintah belum mampu
mengembangkan komunikasi secara konvergen, hanya sebagian kedl (37,2%) menganggap bahwa aparat pemerintah telah mampu mengembangkan komunikasi secara konvergen. Apabila ditinjau iebih lanjut, persepsi peternak mengenai tingkat konvergensi yang cukup menonjol adalah pada aspek peranan aparat pemerintah sebagai saluran komunikasi dan dalam pengorganisasian pesan.
Sebanyak 52,8 persen peternak
menganggap bahwa aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya telah mampu mengembangkan saluran komunikasi yang konvergen, hal ini menjelaskan bahwa cara-cara
aparat
pemerintah
di
dalam
menyalurkan informasi
telah cukup
mengakomodir kepentingan masyarakat, tidak hanya kepentingan dari atas saja. Meskipun tidak sebanyak pada aspek saluran komunikasi, cukup banyak peternak domba (44,4%) yang menganggap aparat sudah dapat mengembangkan konvergensi dalam aspek pengorganisasian pesan, hal ini menjelaskan bahwa informasi atau pesan mengenai pembangunal' peternakan yang disampaikan oleh aparat telah sesuai dengan harapan peternak. pemerintah yang lainnya yaitu:
Pada tiga aspek peranan aparat
sumber informasi,
penenma informasi,
dan
35
mengidentifikasi efek komunikasi sebagian besar peternak menganggap bahwa aparat pemerintah di dalam menjalankan peranannya masih dominan menggunakan model komunikasi top-down.
Hal ini berarti bahwa ide-ide atau informasi mengenai
pembangunan peternakan selalu datang dari pemerintah, dan peternak sebagai khalayak sasaran pembangunan masih dipandang sebagai objek pembangunan. Aparat pemerintah belum sepenuhnya menganggap penting umpan balik dari peternak yang akan meningkatkan kualitas komunikasi pembangunan peternakan. Hal tersebut juga disebabkan karena tingkat kemajuan masyarakat Desa Tapos I masih kurang sehingga model komunikasi yang diterapkan lebih condong ke arah komunikasi yang top-down.
Hubungan Antara Karakteristik Peternak Domba dengan Persepsi Mereka Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan
Karakteristik responden yang diukur hubungannya dengan persepsi mereka terhadap peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan adalah: jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan pokok, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, dan intensitas hubungan dengan sumber informasi pembangunan peternakan. Dari ketujuh karakteristik tersebut, dua karakteristik yaitu j:n~
kelamin dan tingkat pendidikan tidak dapat diuji hubungannya dengan persepsi
peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan karena sebarannya tidak memenuhi syarat bagi pengujian hubungannya dengan prosedur Khi-kuadrat (X2).
36
Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Tabel 10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan aspek tidak ada hubungan yang nyata antara umur dengan persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, yang berarti secara keseluruhan tidak ada perbedaan persepsi antara peternak yang berusia tua dengan yang muda tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, mereka menilai bahwa aparat pemerintah di dalam menjalankan peranannya masih bersifat top-down.
Tabel 10. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Umur dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Aspek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi 2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi 5. Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek Keterangan: ** sangat nyata (p< 0,01)
3,014 0,023 0,175 7,071 1,461 1,498
0,083 0,878 0,676 0,008** 0,227 0,221
Menurut masing-masing aspek pada Tabel 10 juga menunjukkan bahwa umumnya tidak ada hubungan yang nyata antara umur dengan persepsi peternak tentang aspek-aspek peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, kecuali pada aspek peranan aparat pemerintah sebagai penerima informasi ada hubungan yang sangat nyata (p< 0,01). Hal ini berarti ada perbec:'an
37
persepsi antara peternak yang berusia muda dengan peternak yang berusia tua tentang peranan aparat pemerintah sebagai penerima informasi. Umumnya peternak berusia tua menganggap aparat pemerintah sebagai penerima informasi dalam aktivitas komunikasi pembangunan lebih bersifat top-down yaitu. Informasi yang diterima selalu datang dari lembaga-lembaga di atasnya .. Sementara peternak yang lebih muda lebih banyak yang menganggap bahwa aparat pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang konvergen sebagai penerima informasi. Aparat pemerintah sudah dapat menerima informasi dari "atas" maupun dari "bawah" secara cukup seimbang. Perbedaan persepsi tersebut di atas terjadi karena peternak yang lebih muda umumnya lebih dekat hubungannya dengan aparat pemerintah terutama petugas penyuluhan, sehingga mereka merasa cukup memberikan kontribusi pendapat kepada aparat pemerintah.
Peternak yang tua kurang dekat hubungannya dengan aparat
pemerintah dan kurang mengikuti kegiatan seperti penyuluhan sehingga mereka merasa kurang dilibatkan dalam menyusun program pembangunan.
HUbungan Antara Pekerjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Pekerjaan pokok responden di bagi menjadi dua kategori, yaitu responden yang mempunyal pekerjaan pokok sebagai petani atau buruh tani dan sebagai peternak. Tabel II menunjukkan bahwa secara keseluruhan aspek tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan pokok dengan persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan, yang ditunjukkan
38
oleh hasil pengujian dengan Khi-Khuadrat sebesar 0,536, p=0,464>0,05.
Hal ini
berarti responden yang pekerjaan utarnanya petani rnernpunyai persepsi yang relatif sarna dengan yang pekerjaan utarnanya sebagai peternak tentang peranan aparat pernerintah dalam kornunikasi pernbangunan peternakan.
Mereka rnerasa bahwa
aparat pernerintah di dalam rnenyampaikan pesan rnengenai pembangunan peternakan dan
cara-cara
yang
digunakan
untuk
rnenyalurkan
rnengembangkan kornunikasi yang konvergen, karena
pesan
belum
dapat
aparat pernerintah
belum
cukup rnengakornodir kepentingan mereka.
Tabel II. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Pekerjaan Pokok dengan Persepsi Peternak Terhadap Peranan Aparat Pemerintah dalarn Komunikasi Pernbangunan Peternakan ASjlek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi 2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi 5. Mengidentifikasi efek kornunikasi Seluruh aspek Keterangan: * nyata (p<0,05)
B erdasarkan
.
.
masmg-masmg
aspek
p 0,234 4,425 0,341 0,262 0,262 0,536
peranan
aparat
0,629 0,035* 0,559 0,609 0,609 0,464
pemerintah
dalam
komunikasi pembangunan peternakan, Tabel 11 juga rnengungkapkan bahwa pada umumnya tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan pokok dengan aspekaspek peranan aparat pernerintah, kecuali pada aspek pengorganisasian pesan yang menunjukkan hubungan yang nyata (p< 0,05) dengan nilai pengujian Khi-Kuadrat 4,425.
Hal ini menunjukkan antara responden yang pekerjaan pokoknya sebagai
39
petani dengan petemak mempunyat persepsl yang berbeda tentang peranan aparat pemerintab dalam pengorganisasian pesan. Responden yang pekeIjaan utamanya sebagai petani menganggap bahwa aparat pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang kOllvergell dalam menjalankan peranannya pada aspek pengorganisasian pesan. Mereka menilai bahwa pengorganisasian pesan pembangunan dari pemerintah sering sejalan dengan harapan masyarakat. Berbeda dengan responden yang pekerjaan pokokoya sebagai petemak yang cenderung menganggap tOp-dowll, artinya pengorganisasian pesan oleh aparat pemerintah belum sejalan dengan harapan petemak. Perbedaan persepsi tersebut teIjadi karena adanya perbedaan pada orientasi dan tingkat kebutuhan informasi respond en. Aparat pemerintab terutama penyuluh, pada saat ini umumnya mengembangkan komunikasi yang polivalell tentang pertanian dalam arti luas. Aspek petemakan hanya merupakan salah satu bagian dari cakupan informasi yang di tuangkan.
Bagi responden yang pekeIjaan pokoknya
sebagai petani, informasi mengenai pembangunan petemakan yang diberikan oleh aparat pemerintah tersebut sudah cukup dan sesuai dengan kebutuhan petani, tetapi bagi yang pekeIjaan pokokoya sebagai petemak dirasakan masih kurang dan belum sesuai dengan kebutuhan mereka untuk mengembangkan usaha temak domba tersebut.
Hubungan Antara Pengalaman Beternak dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara pengalaman betemak dengan persepsi petemak terhadap peranan aparat disajikan pada Tabel 12.
40
· Tabel
1. 2. 3. 4. 5.
12.Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara Pengalaman Betemak dengan Persepsi Petemak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan
Aspek peranan aparat pemerintah Sumber informasi Pengorganisasian pesan Saluran komunikasi Penerima informasi Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek
X2 0,835 0,023 0,905 1,461 1,461 0,564
p 0,361 0,878 0,342 0,227 0,227 0,452
Tabel 12 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara pengalaman beternak dengan persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah dalam pembangunan, baik secara keseluruhan aspek maupun pada masing-masing aspek. Peternak yang berpengalaman lebih tinggi dengan yang lebih rendah mempunyal persepsi yang relatif sarna tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan petemakan.
Mereka mempunyai penilaian bahwa
informasi mengenai pembangunan petemakan masih kurang, isi pesan belum sesuai dengan kebutuhan petemak, cara aparat pemerintah dalam menyarnpaikan informasi belun cukup dan belum dapat dipahami oleh petemak, serta petemak merasa tidak pemah dilibatkan dalam menyusun program pembangunan petemakan.
Hubungan Antara Besar Tanggungan Keluarga dengan P~sepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan peternakan. Besar tanggungan keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan reponden.
Tabel 13 mengungkapkan bahwa
persepsi responden tentang keseluruhan aspek peranan aparat pemerintah, tidak ada
41
hubungan nyata dengan jumlah tanggungan keluarga. Berarti tidak ada perbedaan persepsi antara peternak yang mempunyai tanggungan keluarga sedikit, sedang, dan banyak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan. Mereka mempunyai persepsi yang sama tentang aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya masih bersifat lop-down.
Tabel 13. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Hubungan Antara lumlah Tanggungan dengan Persepsi Petemak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan. Aspek peranan aparat pemerintah 1. Sumber informasi 2. Pengorganisasian pesan 3. Saluran komunikasi 4. Penerima informasi 5. Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek Keterangan: * nyata (p<0,05)
X2 0,080 1,406 0,056 5,063 2,250 0,241
p 0,777 0,236 0,813 0,024' 0,134 0,624
Tabel. 13 menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara tanggungan keluarga dengan persepsi peternak terhadap peranan aparat pemerintah pada aspek sebagai penerima informasi, yang ditunjukkan oleh hasil pengujian Khi-Khuadrat yang nyata karena p
terhadap peranan aparat
sebagai penerima informasi. Peternak yang tanggungan keluarganya relatif banyak cenderung mempunyai anggapan bahwa aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya /Jada aspek penerima informasi masih bersifat lop-dowl/. Mereka menilai pemerintah kurang
42
mendengarkan
aspirasi
dan
keinginan
masyarakat
dalam
mengembangkan
komunikasi pembangunan petemakan, sehingga kurang mengakomodir kebutuhan mereka untuk meningkatkan usaha temak domba dan pendapatan keluarga. Berbeda dengan petemak yang relatif sedikit tanggungan keluarganya, mereka lebih banyak menganggap aparat pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang konvergen dalam menerima informasi. Perbedaan persepsi diantara kedua tipe petemak tersebut terjadi karena petemak yang relatif lebih banyak tanggungan keluarganya memiliki beban yang lebih berat dalam menghidupi keluarga.
f-.1ereka mengharapkan penghasilan yang
lebih banyak dari usaha temaknya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga mereka
memiliki harapan yang lebih besar terhadap peranan aparat pemerintah
dalam mengembangkan komunikasi pembangunan. Bagi petemak yang relatif sedikit tanggungan keluarganya peranan aparat pemerintah dalam menerima informasi sudah cukup menampung kebutuhan mereka. Pada keempat aspek lainnya, tidak ada hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan keluarga dengan persepsi petemak tentang peranan aparat pemerintah dalam pembangunan peternakan. Hal ini berarti tidak ada perbedaan pendapat tentang peranan
aparat
sebagai
sumber
informasi,
pengorgamsastan
pesan,
saluran
komunikasi, dan dalam mengidentifikasi efek komunikasi mereka menganggap aparat pemerintah masih bersifat top-down di dalam menjalankan peranannya.
43
Keterkaitan Antara Intensitas Hubungan Ke Sumber Informasi dengan Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Intensitas hubungan adalah tingkat kemampuan individu untuk melakukan hubungan dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan aktivitas usahanya di bidang petemakan. Intensitas hubungan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu; sering, jarang, dan tidak pemah seseorang dalam berhubungan atau berkonsultasi dengan lembaga-lembaga di bidang petemakan.
Tabel 14. Nilai Koefisien X2 dan Tingkat Signifikansi Hasil Pengujian Keterkaitan Antara Intensitas Hubungan ke Sumber Informasi dengan Persepsi Petemak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan Aspek peranan aparat pemerintah Sumber informasi Pengorganisasian pesan Saluran komunikasi Penerima informasi Mengidentifikasi efek komunikasi Seluruh aspek Keterangan: * nyata (p<0,05) 1. 2. 3. 4. 5.
0,069 0,295 3,955 0,963 3,853 0,252
p 0,926 0,587 0,047* 0,326 0,050* 0,616
Hasil pengujian yang disajikan pada Tabel 14 mengungkapkan bahwa secara keseluruhan tidak ada hubungan yang nyata antara intensitas hubungan petemak dengan persepsi mereka tentang peranan aparat pemerintah, yang ditunjukkan oleh hasil uji Khi-Khuadrat (X2) 0,252 dengan p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa antara petemak yang sering dan yang tidak pemah berhubungan dengan lembaga-lembaga di bidang petemakan mempunyai persepsi yang relatif sarna ten tang peranan aparat pemerintah dalam pembangunan peternakan.
44
Tabel 14 mengungkapkan juga bahwa pada umumnya tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas hubungan ke lembaga-lembaga dengan persepsi peternak pada masing-masing aspek, kecuali pada aspek saluran komunikasi dan aspek mengidentifikasi efek ada hubungan yang nyata pada p
Hal tersebut
menunjukkan bahwa peternak yang sering dan yang tidak pernah berhubungan dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan aktivitas usahanya mempunyai persepsi berbeda tentang peranan aparat pemerintah sebagai saluran komunikasi dan dalam mellgidentifikasi efek pembangunan peternakan. Peternak yang senng berhubungan dengan lembaga-lembaga yang ada menganggap pemerintah masih bersifat top-down dalam melakukan peranannya pada aspek saluran komunikasi dan pada aspek mengidentifikasi efek komunikasi.
Aparat pemerintah dan masyarakat
kurang aktif memanfaatkan forum komunikasi yang ada di masyarakat seperti kegiatan penyuluhan atau musyawarah desa.
Peternak yang tidak pernah
berhubungan dengan sumber informasi menganggap aparat pemerintah sudah dapat mengembangkan komunikasi yang konvergen. Perbedaan persepsi diantara kedua kategori peternak tersebut disebabkan karena peternak yang sering berhubungan mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan yang cukup luas.
Mereka
mampu merasakan bahwa peranan aparat
pemerintah dalam menyalurkan komunikasi dan mengidentifikasi efek komunikasi masih belum cukup untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
Peternak yang tidak
pernah berhubungan atau berkonsultasi merasa aparat pemerintah dalam menjalankan peranannya sudah cukup.
45
KESIMPULAN dan SAl'tAN Kesimpu\an
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: /,
I,
1. Usaha ternak dornba di Desa Tapos I, sebagian besar dikelola oleh laki - laki,
dengan rata - rata urnur 40 tahun. (SD).
Urnurnnya rnereka lulusan Sekolah Dasar
Usaha ternak dornba yang dikelola oleh responden hanya sebagai usaha
sarnbilan, karena pekeIjaan utarna. rnereka sebagian besar sebagai petani atau buruh tani. Urnurnnya responden rnernpunyai pengalarnan bertenak yang relatif rnasih rendah dengan jurniah tanggungan keluarga yang relatif banyak, dan pada urnurnnya peternak tidak pernah berhubungan dengan lernbaga - lernbaga yang terkait di bidang usahanya. 2. Persepsi
peternak tentang peranan aparat pernerintah dalarn kornunikasi
pernbangunan peternakan secara keseluruhan aspek aparat pernerintah dalarn rnengernbangkan kornunikasi pernbangunan rnasih bersifat top-down, belurn bisa rnengernbangkan kornunikasi yang konvergel1. Hal yang sarna juga terlihat pada rnasing-rnasing aspek peranan kornunikasi.
Persepsi responden rnenunjukkan
bahwa aparat belurn dapat rnengernbangkan kornunikasi yang konvergen dalarn peranannya
sebagai
surnber
inforrnasi,
rnengidentifikasi efek kornunikasi.
penerirna
inforrnasi,
dan
dalarn
Aparat sudah cukup rnengernbangkan
kornunikasi yang konvergen pada peranannya sebagai saluran kornunikasi
dan
sebagai pengorganisasian pesan.
46
3. Secara keseluruhan
tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik
dengan persepsi peternak tentang peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan.
Ada hubungan yang nyata antara umur pada apek
penerima informasi, pekerjaan pokok pada aspek pengorganisasian pesan, besar tanggungan keluarga pada aspek penerima informasi serta intensitas hubungan dengan sumber informasi pada aspek saluran komunikasi dan mengidentifikasi efek komunikasi. 4.
Tingkat konvergensi di masyarakat tergantung pada tingkat kemajuan masyarakat. Di masyarakat desa yang maju komunikasi yang konvergen cenderung dapat diterapkan, sedangkan masyarakat yang kurang maju lebih condong ke arah komunikasi yang top-down. Sarall
Penelitian ini mengungkapkan pentingnya peranan aparat pemerintah dalam komunikasi pembangunan peternakan bagi peternak.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, penulis memberikan saran yang semoga dapat diperhatikan oleh semua pihak. Adapun saran yang ingin disampaikan adalah: I. Aparat pemerintah di bidang peternakan hendaknya meningkatkan peranannya sebagai komunikator, serta harus memperhatikan informasi yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat. 2. Aparat pemerintah dan peternak keduanya hams dapat saling memberikan informasi dalam menyusup.urogram pembangunan.
·17
3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi penghambat bagi aparat pemerintah khususnya di bidang peternakan di dalam menjalankan peranannya sebagai komunikator.
48
DAFfAR PUSTAKA
Berlo, David. K. 1960. The Process OJ Communication: An Introduction to Theory and Practice. Holt, Rinehart and Winston. New York. Cangara, H. 1998. Pengantar lImu Komunikasi. Rajawali Pers. Jakarta Direktorat Jenderal Petemakan. 1992. Pembangunan Departemen Pertanian Jakarta.
Petemakan
Di Indonesia.
Hirawan, Wan A. 1998. Efektivitas Komunikasi Penyuluh Pertanian Di Tingkat Kelompok Tani Berdasarkan Faktor-faktor Motivasi Kondusif di Kabupaten Sukabumi. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Marpaung, M. 1990. Hubungari antara Karakteristik PPL dengan Persepsi Kontak Tani terhadap Peranan PPL. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rakhmat, J. 1998. PSikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Reksowardoyo. 1984. Hubungan Beberapa Karakterisrik Warga Masyarakat Desa Sarampad, Kabupaten Cianjur dan Persepsi Mereka Tentang Temak Kelinci. Karya Ilmiah. Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rogers, E. M. dan F. F. Shoemaker. 1971. Communication of Inovation. A Cross Cultural Approach. The Free Press. New York. Rojak, A. 1991. Persepsi Petemak Sapi Sapi Perah Anggota Koperasi Terhadap Peranan dan Fungsi Koperasi (Studi Kasus Koperasi Petemak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung). Karya Ilmiah Fakultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saleh, A. 1984. Persepsi Warga Masyarakat Tentang Penyuluh Petemakan di Desa Kutayasa, Kabupaten Banjarnegara, JawaTengah. Karva Ilmiah. Fa!cultas Petemakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sears, D. 0.,1. L Freedman., dan L.A. Peplau. 1992. PSikologi Sosial. Erlangga. Jakarta.
49
Soekartawi. 1988. Dasar Komunikasi Pertanian. VI Press. Jakarta. Thoha, M. 1998. Perilaku Organisasi. Rajawali Pers. Jakarta. Trijoko, Rahmat. 1991. Persepsi Petani Peternak Sapi Perah Tentang P-artisipasinya Dalam Pengembangan Program Penyu1uhan. Karya I1miah. Fakultas Peternakan, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Zamzam, Q. 1993. Persepsi Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan Terhadap Peranan dan Fungsi Penyuluhan. Karya I1miah. F akultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
50
LAMPlRAN Lampiran 1. Tabe1 Hubungan Karakteristik Peternak dengan Persepsi Mereka Tentang Peranan Aparat Pemerintah da1am Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Karakteristik
Kategori
Persepsi Peternak tentang Peranan aparat pemerintah Top-Down
Total
X2
P
6 2
34 2
-
-
Konvergen
1. Jenis Kelamin
Laki Perempuan
28
2. Umur (Tahun)
Tua Muda
10 13
3 10
13 23
1,498
0,221
3. Pendidikan
Sekolah Tidak
26 2
8
34 2
-
-
4. PekeIjaan Pokok
Petani Peternak
15 8
10 3
25
0,536
0,464
5. Pengalaman beternak (Tahun)
Sedikit BanYak
13 10
9 4
22 14
0,564
0,452
6. Tanggungan keluarga (Orang)
Sedikit Banyak
14 8
9 4
24 12
0,241
0,624
7. Intensitas berhubungan dengan sumber
Sering
9
4
13
0,252
0,616
Banyak
°
14
°
9
11
23
Keterangan: - Tidak diuji
51
Lampiran 2. Tabel Hubungan Umur dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Aspek Peranan Aparat Pemerintah
Kategori
Persepsi Peternak tentang Peranan aparat pemerintah Top-Down
Total
X2
P
Konvergen
l. Sumber Informasi
Tua Muda
13 15
1 7
14 22
3,014
0,083
2. Pengorganisasian Pesan
Tua Muda
8 12
6 10
14 22
0,023
0,878
3. Saluran Komunikasi
Tua Muda
6 11
8 11
14 22
0,175
0,676
4. Penerima Informasi
Tua Muda
13 11
1 11
14 22
7,071
0,008**
5. Mengidentifikasi efek komunikasi
Tua muda
11 13
3 9
14 22
1,461
0,227
Keterangan: ** Sangat Nyata (p
52
Lampiran 3. Tabel Hubungan Pekerjaan Pokok dengan Persepsi Petemak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan.
Aspek Peranan Aparat Pemerintah
Kategori
Persepsi Petemak tentang Peranan aparat pemerintah Top-Down
Total
X2
P
Konvergen
1. Sumber Informasi
Petani Petemak
20 8
5 3
25 II
0,234
0,629
2. Pengorganisasian Pesan
Petani Petemak
\1
14 2
25 11
4,425
0,038*
3. Saluran Komunikasi
Petani Petemak
\1
14 5
25 11
0,341
0,559
4. Penerima Informasi
Petani Petemak
16 8
9 \1
25 19
0,262
0,609
5. Mengidentifikasi efek komunikasi
Petani Petemak
16 8
9 3
25 11
0,262
0,609
Keterangan:
* Nyata pad a
9
6
p
53
Lampiran 4. Tabel Hubungan Pengalaman Beternak dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan.
Aspek Peranan Aparat Pemerintah
Kategori
Persepsi Peternak ten tang Peranan aparat pemerintah Top-Down
Total
X2
P
Konvergen
I. Sumber Informasi
Sedikit Banyak
16 12
6 2
22 14
0,835
0,361
2. Pengorganisasian Pesan
Sedikit Banyak
12 8
10 6
22 14
0,023
0,878
3. Saluran Komunikasi
Sedikit Banyak
9 8
13 6
22 14
0,905
0,342
4. Penerima Informasi
Sedikit Banyak
13 11
9 3
22 14
1,461
0,227
5. Mengidentifikasi efek komunikasi
Sedikit Banyak
13 11
9 ,
22 14
1,461
0,227
0
54
Lampiran 5. Tabel Hubungan Besar Tanggungan Keluarga dengan Persepsi Peternak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan ...
Aspek Peranan Aparat Pemerintah
Kategori
Persepsi Peternak tentang Peranan aparat pemerintah Top-Down
Total
X2
P
Konvergen
1. Sumber Informasi
Sedikit Banyak
19 9
5 3
24 12
0,080
0,777
2. Pengorganisasian Pesan
Sedikit Banyak
14 5
9 7
24 12
1,406
0,236
3. Saluran Komunikasi
Sedikit Banyak
II
13
6
6
24 12
0,056
0,813
4. Penerima Informasi
Sedikit Banyak
13 11
11 1
24 12
5,063
0,024'
5. Mengidentifikasi efek komunikasi
Sedikit Banyak
18 6
6 6
24 12
2,250
0,134
Keterangan:
* Nyata pada
p<0,05
55
Lampiran 6. Tabel Keterkaitan Intensitas Hubungan dengan Sumber Informasi Dengan Persepsi Petemak Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Petemakan.
Aspek Peranan Apan:t P::m~~:::t::!:
Kategori
Persepsi Petemak tentang Peranan apar~t pemerintah Top - Down
! I Total
X2
P
Konvergen
1. Sumber Informasi
Sering Tidak pemah
10 18
3 5
13 23
0,009
0,926
2. Pengorganisasian Pesan
Sering Tidak pemah
8 12
5 11
13 23
0,295
0,587
Sering . Tidak pemah
9 8
4
IS
13 23
3,955
0,047'
4. Penerima Informasi
Sering Tidak pemah
10 14
3 9
13 23
0,963
0,326
5. Mengidentifikasi efek komunikasi
Sering Tidak pemah
7 5
6 18
13 23
3,853
3. Saluran Komunikasi
I
0,050*
I Keterangan:
* Nyata
J
(p
56