PEMBAHASAN Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan pemimpin kelompok sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam memotivasi anggota kelompok dalam berusaha. Pemimpin kelompok swadaya masyarakat yang dibina di bawah Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) memiliki peran untuk merekrut anggota kelompok sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh P2KP. Kondisi di lapangan keanggotaan suatu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) cenderung kerena memiliki berbagai kesamaan misalnya jenis usaha, letak tempat usaha, dan hubungan kekeluargaan. Perekrutan anggota dengan cara ini akan memudahkan pengendalian dari pemimpin kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Sebelum bergabung dalam KSM pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) masing-masing individu telah memiliki jenis usaha sendiri-sendiri dan interaksi sesama individu sebelum terbentuk kelompok relatif sangat rendah. Setelah adanya kelompok yang di dalam ditentukan seorang pemimipin oleh masing-masing anggota kelompok untuk menjalankan beberapa peran untuk kelancaran dalam berkelompok. Kondisi
ini sejalan dengan pendapat Rogers (1983), yang menyatakan
apabila seorang pemimpin menganjurkan atau mendorong warga untuk melaksanakan sesuatu maka mereka akan mengikutinya, perbuatan memotivasi diarahkan untuk mengajak pengikutnya agar mengambil keputusan.
67
Peran pemimpin kelompok memotivasi anggota dalam berusaha jelas telah ada disaat adanya ajakan untuk dapat meningkatkan usaha mereka dengan bergabung dalam kelompok dibawah binaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Selanjutnya pemimpin kelompok juga mendorong anggota untuk mengunakan bantuan modal usaha untuk pengembangan usaha anggota kelompok sesuai dengan harapan pengelola P2KP. Peran pemimpin berikutnya dirasakan juga oleh anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah membangun kekompakan kelompok dalam berusaha. Hal ini sangat dirasakan oleh anggota kelompok setelah bergabung dengan kelompok baik dalam bentuk pertemuan-pertemuan untuk diskusi atau aktivitas lain dalam berusaha yang sering dimotori oleh pemimpin kelompok dalam membahas pemecahan masalah yang dihadapi dan pengembangan usaha mereka. Apabila terjadi ketidak harmonisan hubungan antara anggota kelompok maka pemimpin sering
mengambil inisiatif untuk menyelesaikan
masalah sesama anggota. Peran pemimpin sebagai pengawas hubungan antar anggota agar tidak terjadi perselisihan menjadi penting dalam menjaga kekompakan kelompok. Hasil wawancara di lapangan pada saat pengajuan modal usaha pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) sampai adanya realisasi bantuan, peran pemimpin kelompok membuat kesepakatan-kesepakatan sesama anggota kelompok yang menjadi pengikat atau aturan yang harus ditaati dalam mencapai tujuan kelompok. Peran ini diakui oleh anggota kelompok menjadi perekat yang baik dalam membangun kekompakan dalam kelompok bila anggota dihadapkan kepada adanya konflik sesama anggota kelompok.
68
Peran pemimpin dalam membangun kekompakan anggota kelompok bukan hanya dalam hal pengembangan usaha saja tetapi kekompakan sesama anggota kelompok juga ada di saat memecahkan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok di luar kegiatan usaha. Peran ini sangat kelihatan pada kelompok-kelompok yang transparan dalam pengelolaan bantuan modal usaha serta kesamaan nasib yang dijalani oleh sesama anggota kelompok misalnya pada kelompok swadaya masyarakat daur ulang sampah. Peran pemimpin kelompok yang juga dirasakan oleh sebagian besar anggota kelompok adalah mengembangkan ketrampilan dalam berusaha. peran mengembangkan ketrampilan anggota oleh pemimpin kelompok menjadi mutlak pentingnya mengingat anggota kelompok masih sangat rendah ketrampilan dalam berusaha, baik ketrampilan teknis, ketrampilan pembukuan usaha maupun ketrampilan-ketrampilan yang lain yang mendukung usaha mereka. Peran ini lebih dominan dilakukan oleh pemimpin di saat peran tenaga pendamping pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dalam meningkatkan ketrampilan anggota kelompok sangat rendah. Kondisi ini juga sangat erat hubungannya dengan sedikitnya pelatihan-pelatihan peningkatan ketrampilan kerja yang di peruntukkan untuk anggota kelompok dalam usaha pengembangan usaha oleh P2KP. Pada beberapa kelompok tuntutan peran mengembangkan ketrampilan anggota menjadi peran mutlak yang harus dilakukan oleh pemimpin kelompok untuk mendapatkan hasil produksi anggota kelompok yang sesuai dengan permintaan pasar, misalnya pada kelompok industri kerajinan rumah tanggga pembuatan hiasan dinding spon dan kerajinan tas, banyak anggota kelompok terlebih dahulu mendapatkan ketrampilan langsung dari pemimpin kelompok yang siap menampung kembali hasil kerja mereka untuk dipasarkan oleh kelompok kepada konsumen dari hasil produksi mereka.
69
Ketrampilan yang diberikan oleh pemimpin kelompok tidak terbatas pada hal- hal teknis produksi. Masalah administrasi usaha berupa pembukuan yang lebih tertib juga didapatkan oleh anggota kelompok. Hal ini sesuai dengan persyaratan dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang merupakan lembaga lebih tinggi dari KSM pada P2KP untuk dapat melaporkan kemajuan usaha
dan tututan ini menjadi bahan
pertimbangan Pengurus BKM yang berkedudukan di setiap kelurahan untuk mengucurkan kembali bantuan modal usaha kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Kondisi ini mendorong pemimpin kelompok untuk memberikan ketrampilan-ketrampilan kepada anggota dalam pengembangan usaha anggota kelompok. Peran sebagai penghubung dalam berinteraksi dengan pihak P2KP oleh pemimpin kelompok juga dirasakan manfaatnya oleh anggota kelompok mulai dari pengajuan permohonan bantuan modal usaha individu yang dominan berhubungan dengan pihak Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah pemimpin masing-masing kelompok. Hal lain yang juga dirasakan manfaat oleh anggota kelompok dari peran pemimpin kelompok mereka berinteraksi dengan pihak pengelola P2KP adalah lancarnya aliran informasi yang didapatkan anggota dari pihak P2KP. Peran sebagi penghubung dalam berinteraksi dengan pihak P2KP dilakukan oleh pemimpin kelompok melalui keikutsertaan dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh pengelola Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan hasil pertemuan
disampaikan kepada seluruh anggota serta kunjungan-kunjungan untuk
mendiskusikan pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok dalam pengembangan usaha.
70
Pemimpin kelompok kelompok juga mempunyai peran sebagai penghubung dengan pihak-pihak lain kelancaran usaha. Selama ini peran pengelola P2KP hanya terbatas pemberian bantuan modal usaha. Pada beberapa kasus di lapangan pemimpin kelompok juga melakukan hubungan-hubungan dengan pihak lain
untuk kelancaran
usaha misalnya dengan pihak penyedia bahan baku untuk keberlanjutan aktivitas produksi. Hal sama juga dirasakan pada pemasaran hasil produksi peran pemimpin kelompok dalam berhubungan dengan pihak pasar hasil produksi
lebih besar di
bandingkan oleh anggota kelompok. Pada beberapa kelompok hubungan pemimpin kelompok dengan pihak di luar P2KP lebih dominan. Hal ini sejalan dengan Rata.G (1999:57) salah satu fungsi atau peranan pemimpi dari suatu komunitas atau kelompok adalah sebagai wakil dari komunitas ketika berhubungan dengan pihak luar kelompok. Peran ini menjadi penting karena tidak terlepas oleh keterbatasan yang gerak P2KP baik dalam besarnya bantuan modal uasaha maupun kemampuan kebutuhan-kebutuhan
untuk kelancaran usaha
anggota kelompok yang di bina oleh P2KP sendiri. Kondisi ini menuntut pemimpin kelompok melakukan peran sebagai penghubung anggota kelompok dengan pihak lain untuk kelancaran usaha yang mereka tekuni. Peran pemimpin kelompok menjabarkan ide-ide pengembangan usaha menempati urutan
berikutnya.
Sedikitnya
sumber-sumber
informasi
dan
pelatihan
tentang
pengembangan usaha yang tersedia pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan lingkungan usaha menjadikan peran pemimpin tempat bertanya anggota kelompok, hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (1983) tokoh masyarakat menjadi tempat bertanya dan tempat warga meminta nasehat dan sering memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sikap dan prilaku orang lain dengan cara yang sesuai
71
dan relatif sering. Menjabarkan ide-ide pengembangn usaha yang dilakukan oleh pemimpin kelompok lebih dalam hal meningkatkan efektifitas dan efesiensi usaha dalam mencapai tujuan kelompok. Tuntutan ini juga di pengaruhi oleh untuk menjaga keberlangsungan aktivitas produksi dalam kelompok dan mendapatkan bantuan modal usaha secara berkelanjutan dari P2KP. Penjabaran ide-ide pengembangan usaha yang relatif dominan terjadi dalam kelompok adalah bagaimana
mengembangkan usaha anggota kelompok agar dapat
memgembalikan cicilan bantuan modal usaha kepada pihak pengelola Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) tepat waktu. Contoh kondisi di lapangan yang dapat dilihat dari peran ini adanya ide-ide untuk memfaatkan anggota keluarga untuk membantu dalam menjalankan usaha, hal ini akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masing-masing anggota kelompok dan masih banyak dari peran ini misalnya adanya ide-ide untuk pasar hasil produksi lebih luas lagi serta menjanjikan yang akhirnya mendorong anggota lebih giat mengembangkan usaha mereka dalam kelompok. Peran pemimpin kelompok berikutnya adalah membantu anggota kelompok dalam memasarkan hasil produksi. Manfaat peran ini diakui oleh beberapa kelompok pada saat wawancara dilapangan di mana setelah bergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di bawah binaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) pemasaran beberapa jenis hasil usaha dari anggota kelompok menjadi sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari peran pemimpin kelompok dalam mencari pasar hasil produksi bahkan menyerap hasil produksi serta mengkoordinir pemasaran dari berbagi hasil usaha yang diproduksi oleh anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dipimpinnya.
72
Banyak anggota kelompok yang terlibat langsung dalam memasarkan hasil produksi mereka, tetapi
sebahgian anggota kelompok dalam pemasaran hasil usaha
ditangani langsung oleh pemimpin kelompok. Hal ini jelas sangat membantu anggota kelompok dalan berusaha dan kepastian akan pasar dari hasil produksi dari usaha anggota kelompok. Peringkat terakhir dari peran pemimpin kelompok adalah mengembangkan wawasan anggota kelompok, peran ini memang tidak bisa langsung dirasakan oleh anggota kelompok, namun demikian dari hasil temuan dilapangan melalui pemimpin kelompok telah dapat meningkatkan wawasan anggota dalam berusaha dengan berbagai macam cara sehingga telah dapat mengubah beberapa kebiasaan yang kurang baik anggota kelompok misalnya budaya hidup boros (tidak hemat). Peran ini hanya menonjol pada beberapa kelompok saja yang dominan peranan pemimpin kelompok sebagai tempat bergantung anggota kelompok baik dalam peyediaan bahan baku produksi sampai kepada pemasaran hasil produksi di mana tanggung jawab dan komunikasi antara anggota kelompok dan pemimpin mereka lebih intensif sehingga adanya peluang untuk meningkatkan wawasan anggota kelompok dalam menjalani usahanya. Pada kelompok yang interaksi antara anggota kelompok dengan pemimpin hanya ada sebatas tuntutan administrasi kelompok maka peran ini tidak begitu menonjol. Hubungan Karakteristik Anggota Kelompok Dengan Persepsi Mereka Tentang Peranan Pemimpin Kelompok Terdapat hubungan yang erat antara ketiga kelompok umur yang ditampilkan pada Tabel 14 dalam menentukan jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Dari rataan indikator peranan pemimpin kelompok ada kecenderungan kelompok umur yamh lebih muda mempunyai persepsi yang lebih tinggi. Hal ini sejalan
73
dengan Soekartawi (1988: 91) yang menyatakan petani yang lebih muda umumnya lebih terbuka dan responsif terhadap inovasi. Walaupun ada perbedaan penyusunan jenjang persepsi mereka akan tetapi ketiga kelompok umur responden mempunyai kesepakatan yang kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Pada Tabel 15 menunjukan adanya kesepakatan antara ketiga kelompok pendidikan formal anggota kelompok dalam menentukan jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki responden ada kecenderungan semakin tinggi juga persepsi anggota kelompok terhadap peranan pemimpin kelompok. Hal ini dapat dilihat pada rataan masing-masing kelompok pendidikan formal anggota kelompok. Kemampuan seseorang dalam menyerap informasi itu berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan (Thoha 2001:282). Perbedaan hanya terletak pada penyusunan jenjang persepsi mereka, akan tetapi ketiga kelompok pendidikan formal mempunyai kesepakatan yang sangat kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Hasil penelitian yang tergambarkan pada Tabel 16 menunjukan tidak adanya kesepakatan kedua kelompok pendidikan non formal anggota kelompok dalam menentukan jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Anggota kelompok yang jumlah sangat sedikit
persentasenya yang telah mengikuti pelatihan
belum memliki kemampuan yang lebih dalam berusaha, sehingga kedua kelompok penididkan non formal belum sejalan dalam menyusun jenjang persepsi terhadap peranan pemimpin kelompok. Pelatihan yang dirasakan oleh sebagian kecil anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) belum
74
sesuai dengan kebutuhan anggota kelompok, karena materi latihan hanya sebatas bagaimana proses pengusulan bantuan modal usaha, admistrasi usaha serta hal-hal lain yang tidak aplikasi menurut pengakuan responden, sehingga manfaat dari adanya pelatihan
sangat
kurang
dirasakan
oleh
anggota
kelompok
pada
Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Tabel 17 menggambarkan hubungan yang sangat erat antara ketiga kelompok lamanya pengalaman usaha dalam menyusun jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Anggota kelompok yang memiliki pengalaman usaha lebih banyak dalam berusaha ada kecenderungan mempunyai persepsi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok pengalaman sedang dan sedikit terhadap peranan pemimpin kelompok. Walaupun adanya perbedaan dalam menyusun tingkatan peranan pemimpin kelompok, tapi ketiga kelompok pengalaman anggota kelompok yang berbeda terdapat kesepakatan yang sangat kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Terdapat hubungan yang nyata antara anggota kolompok dalam menyusun jenjang persepsi. Tabel 18 menunjukkan hubungan yang nyata yang berbeda aset usaha yang dimiliki dalam menetapkan jenjang persepsi mereka terhadap peranan pemimpin kelompok. Tampak adanya perbedaan dari rataan skor persepsi yang bersifat positif. Hal ini berarti anggota kelompok yang mempunyai aset usaha lebih banyak mempunyai persepsi yang lebih baik juga terhapap peranan pemimpin kelompok. Walaupun adanya variasi dalam penetapan tingkat persepsi ketiga kelompok ini, namun perbedaan tersebut tidak mempengaruhi kesepakatan mereka dalam menentukan jenjang persepsi mereka terhadap peranan pemimpin kelompok.
75
Pada Tabel 19 memperlihatkan tentang adanya hubungan yang sangat kuat antara ketiga kelompok kekosmopolitan yang dimiliki oleh anggota kelompok dalam menyusun jenjang persepsi mereka mengenai peranan pemimpin kelompok. Dari rataan skor persepsi
terlihat
adanya
kecenderungan
bahwa
kelompok
yang
tinggi
tingkat
kekosmopolitannya mempunyai persepsi yang lebih baik terhadap peranan pemimpin kelompok. Walaupun adanya variasi dalam penyusunan jenjang persepsi mereka akan tetapi ketiga kelompok kekosmopolitan anggota kelompok mempunyai kesepakatan yang kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Kekosmopilitan anggota kelompok yang dilihat dari keterbukaan mareka terhadap berbagai informasi yang berkaitan dengan pengembangan usaha yang dikelola ini sangat terbatas pada pada brosur-brosur dan buku panduan serta pemfaatan media massa berupa koran lokal. Komposisi rubrik yang diminati oleh anggota kelompok terbatas pada berita dan hiburan sangat minim dibandingkan rubrik tentang pengembangan usaha. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan keterbukaan responden terhadap media elektronik baik radio maupun televisi. Pengakuan dari beberapa responden kurangnya intensitas anggota kelompok memanfaatkan rubrik pengembangan usaha juga dipengaruhi sedikitnya kolom atau jenis acara tentang pengembangan usaha ditambah lagi pengemasan yang kurang bisa menarik minat anggota kelompok untuk mengkomsusinya. Kekosmopolitan pemimpin kelompok akan membantu anggota kelompok dalam hal mendapatkan informasi tentang hal-hal yang baru dalam pengembangan usaha. Hal ini sejalan dengan Rogers (1983) yang menyatakan kekosmopolitan seorang pemimpin dapat membantu dalam memperoleh informasi disaat awal-awal inovasi di perkenalkan. Kondisi ini relatif sering ada pada kelompok-kelompok yang pemimpinnya aktif dalam mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan pengembangan usaha mereka.
76
Hubungan yang nyata terlihat pada Tabel 20 antara ketiga kelompok responden dalam penyusunan penjenjangan persepsi mereka mengenai peranan pemimpin kelompok. Dari hasil rataan terlihat kecenderungan anggota kelompok yang memiliki persepsi lebih baik terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) maka persepsi terhapat peranan pemimpin kelompok juga cenderung tinggi. Perbedaan jumlah rataan skor tingkat persepsi antara ketiga kelompok tidak mempengaruhi keeratan mereka dalam penetapan jenjang persepsi terhadap peranan pemimpin kelompok. Tabel 21 menunjukkan adanya kesepakatan yang kuat antara ketiga kelompok anggota dalam penyusunan penjenjangan persepsi mereka mengenai peranan pemimpin kelompok juga adanya perbedaan dari rataan skor persepsi yang bersifat positif. Kondisi ini bermakna anggota kelompok yang mempunyai tingkat ketersediaan dan kemudahan mengakses modal usaha lebih tinggi maka mereka juga mempunyai persepsi yang lebih baik juga terhadap peranan pemimpin kelompok. Perbedaan hanya terletak pada penyusunan jenjang persepsi mereka, akan tetapi ketiga kelompok ketersediaan dan kemudahan mengakses modal usaha anggota kelompok mempunyai kesepakatan yang sangat kuat dalam menentukan peringkat peranan pemimpin kelompok. Hubungan instensitas pendampingan anggota kelompok dengan persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok pada Tabel 22 menunjukkan tidak adanya kesepakatan kuat antara ketiga kelompok responden tersebut. Walaupun jumlah rataan cukup tinggi, persepsi yang dimiliki oleh ketiga kelompok tersebut masih rendah. Bagi anggota kelompok keberadaan anggota pendamping kelompok belum dirasakan manfaat yang efektif sesuai dengan kebutuhan mereka dalam pengembangan usaha. Hal ini mempengaruhi persepsi anggota kelompok terhadap peranan pemimpin
77
kelompok. Peran pendamping menonjol hanya pada saat awal-awal pembuatan proposal pengusulan bantuan modal usaha itupun terbatas dengan pemimpin kelompok pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Setelah itu peran pedampingan untuk pengembangan usaha sangat minim dirasakan oleh anggota kelompok, kondisi ini juga sejalan dengan temuan Henrykus (2004: 169) tidak sedikit anggota kelompok yang tidak kenal dengan pedamping kelompok. Hal ini disebabkan oleh rekrutmen tenaga pendamping tidak berasal dari unsur masyarakat setempat. Dalam perjalanan P2KP, peran pendamping sudah berjalan semestinya bahkan di beberapa kelurahan tenaga pendamping menjadi penagih tunggakan kredit modal usaha pada setiap kelompok. Tabel 23 mengambarkan adanya kesepakatan yang sangat kuat antara ketiga kelompok pendapatan anggota dalam menyusun jenjang persepsi mereka tentang peranan pemimpin kelompok. Semakin tinggi pendapatan anggota kelompok maka semakin tinggi pula peranan peranan pemimpin kelompok, sehingga ada kecenderungan semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula rataan skor persepsi mereka terhadap peranan pemimpin kelompok. Walaupun rataan ketiga kelompok pendapatan anggota ada sedikit variasi, tetapi perbedaaan tersebut tidak mempengaruhi keeratan mereka dalam menetapkan jenjang persepsi terhadap peranan pemimpin kelompok.
.
78