PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Sebaran Kelas Diameter dan Tinggi pada Fase Pertumbuhan Iwul (Orania sylvicola) di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Nurkhotimah NIM E34110037
ABSTRAK NURKHOTIMAH. Pendugaan Sebaran Kelas Diameter dan Tinggi pada Fase Pertumbuhan Iwul (Orania sylvicola) di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan YANTO SANTOSA. Iwul adalah spesies pohon palem yang tergolong primitif. Secara lokal, spesies tersebut terancam punah di Pulau Jawa karena hanya dapat ditemukan di Cagar Alam Dungus Iwul. Tujuan penelitian ini adalah mengklasifikasikan kelas diameter dan tinggi bebas pelepah iwul berdasarkan fase pertumbuhan serta menganalisis hubungan antara diameter dan tinggi bebas pelepah iwul. Metode yang digunakan adalah observasi lapang dengan mengukur diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m serta tinggi bebas pelepah iwul. Hasil penelitian menunjukkan fase pertumbuhan iwul terbagi menjadi semai, establishment, dewasa vegetatif, dewasa reproduktif. Perbedaan jumlah individu tiap fase pertumbuhan membentuk kurva J terbalik menggambarkan populasi iwul berkembang. Diameter dan tinggi bebas pelepah iwul diklasifikasikan menjadi lima kelas diameter dan tinggi berdasarkan fase pertumbuhan. Terdapat tumpang tindih ukuran diameter dan tinggi bebas pelepah di masing-masing kelas menunjukkan kelas tersebut tidak dapat menduga fase pertumbuhan. Ukuran diameter dan tinggi bebas pelepah hanya dapat ditentukan pada fase pertumbuhan dewasa vegetatif karena persamaan pada fase tersebut membentuk hubungan nyata antara diameter pangkal dan tinggi bebas pelepah. Kata kunci: diameter batang, fase pertumbuhan, iwul, tinggi bebas pelepah
ABSTRACT NURKHOTIMAH. Estimation of Diameter and Height Classes Distribution of Iwul (Orania sylvicola) in Dungus Iwul Natural Reserve, Bogor, West Java. Supervised by AGUS HIKMAT and YANTO SANTOSA. Iwul (Orania sylvicola) is a primitive species of palm tree. Iwul is a local threatened species in Java Island, because iwul could only be found in the Dungus Iwul Nature Reserve. The purposes of this research were to classify iwul’s diameter and height based on its growth phase and to analyze the relation between diameter and free of sheath height of iwul. The method used was field observation by measuring the the base diameter, diameter at 1 m height, diameter at 1.3 m height and free of sheath height of iwul. The results showed that the growth phase of iwul divided into seedling, establishment, vegetatively adult and reproductively adult. Differences of individual’s number in every growth phase created J curve which described that iwul’s population was growing. Diameter and free of sheath height was classified five class based on growth phase. There was overlapping the diameter and free of sheath height in each classes that indicated its could not be assumed growth phase. The Diameter and free of sheath height could only be determined on vegetatively adult, because its formed a significant relation base diameter and free of sheath height. Keywords : iwul, phases growth, stem diameter, stem height
PENDUGAAN SEBARAN KELAS DIAMETER DAN TINGGI PADA FASE PERTUMBUHAN IWUL (Orania sylvicola) DI CAGAR ALAM DUNGUS IWUL BOGOR, JAWA BARAT
NURKHOTIMAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 ini ialah ekologi, dengan judul Pendugaan Sebaran Kelas Diameter dan Tinggi Iwul (Orania sylvicola) pada Fase Pertumbuhan di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Hikmat dan Bapak Prof Dr Ir Yanto Santosa selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Saptani dari Desa Barangbang, Prof Dr Ir Ary P. Keim dari LIPI, Bapak Maman dari BKSDA Jawa Barat, serta Bapak M. Fahrouzi A. dari Statistik, yang telah membantu selama pengumpulan data dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015 Nurkhotimah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi
2
Bahan dan Alat
3
Jenis Data yang Dikumpulkan
3
Metode Pengumpulan Data
3
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Kondisi Populasi Iwul
7
Sebaran Kelas Diameter
10
Sebaran Kelas Tinggi
13
Hubungan Diameter dan Tinggi Bebas Pelepah
15
SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
22
DAFTAR TABEL 1 Hasil uji regresi linier dengan membedakan fase pertumbuhan 2 Hasil uji regresi linier tanpa membedakan fase pertumbuhan
16 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Peta lokasi penelitian Metode kuadrat Sketsa petak contoh Kondisi lokasi penelitian Tahapan pertumbuhan semai pada iwul Tahapan pertumbuhan establishment pada iwul Fase pertumbuhan dewasa Jumlah indivdividu iwul berdasarkan fase pertumbuhan Sebaran kelas diameter pangkal fase establishment Sebaran kelas diameter pangkal pada fase dewasa vegetatif Sebaran kelas diameter setinggi 1 m pada dewasa fase vegetatif Sebaran kelas diameter setinggi 1.3 m pada dewasa fase vegetattif Sebaran kelas diameter pangkal pada dewasa reproduktif Sebaran kelas diameter setinggi 1 m pada fase dewasa reproduktif Sebaran kelas diameter pangkal 1.3 m pada fase dewasa reproduktif Sebaran kelas tinggi bebas pelepah pada fase dewasa vegetatif Sebaran kelas tinggi bebas pelepah pada fase dewasa reproduktif Hubungan diameter pangkal dan tinggi bebas pelepah pada fase dewasa Hubungan diameter pangkal dengan tinggi bebas pelepah Hubungan diameter setinggi 1 m dengan tinggi bebas pelepah Hubungan diameter setinggi 1.3 m dengan tinggi bebas pelepah
2 3 4 6 7 8 9 9 10 11 11 11 12 12 12 14 14 15 17 18 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji asumsi klasik pada hubungan dengan membedakan fase pertumbuhan 2 Hasil uji asumsi klasik pada hubungan tanpa membedakan fase pertumbuhan
22 22
PENDAHULUAN
Latar Belakang Iwul (Orania sylvicola) termasuk suku palem-paleman dari genus Orania. Spesies ini tergolong paling primitif dari genus Orania (Essig 1980). Manfaat iwul tidak banyak diketahui masyarakat secara umum. Masyarakat Jayapura telah memanfaatkan iwul sebagai bahan racun pada panah (Kawengian dan Rumahorbo 2009). Masyarakat di Thailand juga dilaporkan memanfaatkan iwul sebagai bahan kontruksi bangunan dan atap rumah (Keim dan Dransfield 2012). Persebaran iwul hanya meliputi Malesia barat dan Indocina, salah satunya di Indonesia. Secara global status kelangkaan iwul menurut IUCN (1998) disubkategori Near Threated sedangkan secara lokal termasuk spesies terancam punah di Pulau Jawa (Keim dan Dransfield 2012). Iwul dikatakan terancam punah di Pulau Jawa karena hanya terdapat di Cagar Alam Dungus Iwul. Pelestarian iwul di Pulau Jawa sangat penting dilakukan mengingat keberadaanya sebagai spesies paling primitif dan penyebaran di Pulau Jawa berkurang. Di samping itu, iwul memiliki potensi manfaat yang belum diketahui oleh masyarakat Jawa. Cagar Alam Dungus Iwul menggambarkan hutan dataran rendah yang memiliki luas kawasan sempit serta di kelilingi perkebunan kelapa sawit. Tercatat enam spesies asing invasif terdapat di Cagar Alam Dungus Iwul (Simbolon 2013). Luas lahan sempit serta tumbuhnya spesies asing invasif dapat mengganggu sumber plasma nutfah di cagar alam, termasuk mengganggu populasi iwul. Essig (1980) menambahkan iwul merupakan spesies terisolasi. Terisolasinya spesies dapat memengaruhi kelestarian spesies dalam kawasan. Kelestarian spesies bergantung pada struktur umur populasi. Struktur umur yang bervariasi dalam populasi menentukan status perkembangbiakkan dan menunjukkan keberadaan spesies di masa mendatang (Odum 1971). Sampai saat ini, struktur umur iwul belum diketahui. Struktur umur didefinisikan sebagai komposisi jumlah individu dalam populasi menurut sebaran umur (Santosa 1993). Setiap struktur umur indivdiu berbeda-berbeda. Morfologi yang berbeda hingga tingkat spesies menyebabkan penentuan struktur umur pada palem lebih sulit. Iwul tergolong pohon palem besar sehingga sebaran umur dapat menggunakan pendekatan ukuran diameter dan tinggi. Sebaran dari kelas diameter dan tinggi dapat menunjukkan struktur umur dalam penentuan kelestarian iwul di Cagar Alam Dungus Iwul. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasikan fase pertumbuhan iwul di Cagar Alam Dungus Iwul. 2. Mengklasifikasikan kelas diameter iwul di Cagar Alam Dungus Iwul. 3. Mengklasifikasikan kelas tinggi bebas pelepah iwul di Cagar Alam Dungus Iwul. 4. Menganalisis hubungan diameter dan tinggi bebas pelepah iwul di Cagar Alam Dungus Iwul.
2
3 Bahan dan Alat Bahan yang dijadikan objek penelitian adalah iwul di Cagar Alam Dungus Iwul. Alat yang digunakan selama penelitian adalah GPS (Global Positioning System) Garmin GPSMAP 60CSx, Suunto Clinometer, peta kawasan, meteran, pita ukur, kompas, kamera Nikon, alat tulis, tally sheet, tambang plastik, serta software SPSS 16.0. Jenis Data yang Dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi jumlah individu, tinggi bebas pelepah, diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan setinggi dada (dbh=1.3 m) pada batang iwul serta mencatat ada atau tidaknya bunga dan buah. Data sekunder yang dikumpulkan adalah peta kawasan dan kondisi umum kawasan Cagar Alam Dungus Iwul. Metode Pengumpulan Data Studi pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data peta kawasan dan kondisi umum kawasan. Observasi lapang Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui sebaran diameter dan sebaran tinggi bebas pelepah pada iwul. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat. Petak contoh ditentukan menggunakan metode systematic sampling dengan intensitas sampling sebesar 20 %. Terdapat 14 jalur dengan panjang jalur yang berbeda dengan jarak antar jalur 30 m. Kemudian jalur dibagi menjadi petak contoh berukuran 10 m x 10 m (Gambar 2). Total petak contoh secara keseluruhan berjumlah 180 petak (Gambar 3). 10 m
10 m
10 m
5m Arah Jalur
10 m 5m 3 0m 30 m
20 m
20 m
5m Arah Jalur
10 m 5m
1
10 m
10 m
0m
Gambar 2 Metode kuadrat
4
Keterangan :
= 10 m x 10 m = unit contoh = kawasan Cagar Alam Dungus Iwul Gambar 3 Sketsa petak contoh
Analisis Data Sebaran kelas umur Semua data dijelaskan secara deskriptif. Data tersebut kemudian disusun dalam sebaran kelas umur dengan asumsi lima kelas untuk klasifikasi tingkat pertumbuhan. Sebaran kelas umur yang dianalisis dibagi menjadi dua bagian yaitu sebaran kelas diameter dan kelas tinggi. Kelas diameter dibagi menjadi diameter pangkal, diameter setinggi 1 m, dan diameter setinggi 1.3 m. Penentuan sebaran kelas umur tersebut diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut : Penentuan kelas diameter : Penentuan kelas tinggi
:
-
Keterangan : D = diameter, H = tinggi Analisis hubungan diameter dengan tinggi bebas pelepah Hubungan antara diameter dan tinggi bebas pelepah iwul ditentukan dengan regresi linier. Analisis regresi merupakan persamaan matematik yang memungkinkan untuk meramalkan nilai-nilai suatu peubah terikat dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (Walpole 1995). Peubah (variabel) terikat adalah tinggi bebas pelepah sedangkan peubah bebas adalah diameter iwul. Bentuk analisis regresi secara umum adalah
5
Keterangan : = Tinggi bebas pelepah batang iwul (m) = Intercept coefficient (titik acuan dengan titik potong garis regresi dengan sumbu Y) = Koefisien variabel regresi = Error X = diameter iwul (cm) Sebelum dilakukan analisis regresi, data harus memenuhi syarat asumsi. Pengujian dilakukan pada pada uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Baik pengujian dan analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0. Uji normalitas mensyaratkan data terdistribusi dengan normal. Hipotesis yang digunakan adalah H0 = data tidak terdistribusi dengan normal H1 = data terdistribusi dengan normal Uji heteroskedastisitas menguji ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Hipotesis yang digunakan adalah H0 = tidak terjadi heteroskedastisitas H1 = terjadi heteroskedastisitas Uji autokorelasi mensyaratkan tidak adanya korelasi residual satu data dengan data lain. H0 = tidak ada autokorelasi H1 = ada autokorelasi Penentuan hubungan regresi nyata antara peubah bebas dan tidak bebas dapat dilakukan pengujian uji F hitung melalui hipotesis : = diameter tidak berhubungan nyata dengan tinggi bebas pelepah = diameter berhubungan nyata dengan tinggi bebas pelepah Jika ≤ maka terima , Jika > maka tolak . Apabila ditolak berarti antara peubah tidak bebas dengan peubah bebas memiliki hubungan yang nyata. Penentuan keeratan antara dua variabel tersebut dilihat dari nilai koefisien (R) yang dihitung dengan mengakarkan R2. Nilai R yang diperoleh antara nol sampai satu. Jika mendekati satu maka model regresi semakin dapat menjelaskan varibel dependen dari variabel independen. Apabila koefisien determinasi antara variabel dengan variabel berhubungan nyata, maka dapat diuji keberartian koefisien regresi. Uji keberartian koefisienan regresi menggunakan , dengan hipotesis : = Koefisien regresi tinggi bebas pelepah tidak berhubungan dengan diameter = Koefisien regresi tinggi bebas pelepah berhubungan nyata dengan diameter Jika ≤ maka terima , Jika ≤ maka tolak . Apabila ditolak menunjukkan koefisien regresi berhubungan nyata, sehingga persamaan regresi hasil perhitungan dapat dipertimbangkan dalam pengambilan simpulan.
6
8
10 populasi di habitat dan jumlah populasi akan terus berkembang di waktu mendatang. Populasi yang berkembang dapat dilihat dari ketahanan populasi untuk mencapai periode berikutnya. Populasi dapat bertahan karena fase semai dan establishment memiliki peluang untuk menggantikan individu dewasa di waktu mendatang. Keberlanjutan keberadaan individu memungkinkan populasi dapat lestari dan terjaga dari proses kepunahan. Kerapatan jenis tertinggi terdapat pada tingkat semai. Jumlah semai (pertumbuhan dua daun) yang banyak dan menutupi lantai hutan mengindikasikan kondisi lingkungan sesuai dengan pertumbuhan iwul. Kondisi demikian dapat menghambat pertumbuhan spesies lain. Terhambatnya pertumbuhan spesies lain dapat dibuktikan dengan tidak ditemukan kelapa sawit (Elaeis sp.) dalam kawasan, tetapi spesies tersebut hanya ditemukan di pinggir kawasan. Widyatmoko dan Ariati (2010) menerangkan banyaknya semai merupakan bagian dari strategi spesies dalam berkompetisi dengan spesies lain.
Sebaran Kelas Diameter Secara umum iwul memiliki ukuran diameter yang bervariasi. Pengukuran diameter mencakupi diameter estbalishment, diameter dewasa vegetatif dan dewasa reproduktif yang disesuaikan tiap fase pertumbuhan. Diameter yang diukur meliputi diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan diameter setinggi 1.3 m). Pengukuran diameter pada fase establishment dilakukan pada iwul yang mengalami pertumbuhan bibit batang yakni berjumlah 737 individu dari 11 186 individu. Fase establishment memiliki ukuran diameter pangkal minimum 6.69 cm dan diameter pangkal maksimum 24.04 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Putz (1983) dalam Henderson (2002) menyebutkan diameter palem pada fase establishmnent dapat mencapai 20 – 30 cm panjangnya. Terdapat 5 klasifikasi diameter pangkal fase establishment (Gambar 9). Diameter individu iwul lebih banyak terdapat pada rentang kelas diameter 12.49 – 15.38 cm. Jumlah individu/ha
150
119
89
100 50
133
38
30
0 6.69-10.16
10.17-13.64 13.65-17.12 17.13-20.60 Kelas diameter (cm)
20.61-24.08
Gambar 9 Sebaran kelas diameter pangkal fase establishment Pengukuran diameter pada fase vegetatif terdiri atas diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m. Individu yang hitung berjumlah 1 215 individu untuk diameter pangkal dan 818 individu untuk diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m. Ukuran diameter terpendek dari masing-masing pengukuran berturut-turut adalah 7.64 cm; 9.71 cm; dan 8.92 cm. Ukuran diameter terlebar
11
Jumlah individu/ ha
dari ketiga pengukuran berturut-turut adalah 19.75 cm; 15.76 cm; dan 15.76 cm. Ketiga pengukuran tersebut diklasifikasikan dalam 6 kelas diameter (Gambar 10,11,12). Terdapat perbedaan jumlah individu setiap pengukuran. Presentase individu diameter pangkal pada fase vegetatif lebih banyak pada kisaran kelas diameter antara 11 cm sampai 19 cm, sedangkan pada diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m terdapat pada kisaran kelas diameter antara 12 cm sampai 15 cm. Hasil pengukuran diameter setinggi 1.3 m sesuai pernyataan Keim dan Dransfield (2012) yang menyebutkan bahwa secara umum iwul memiliki diameter (dbh) sebesar 15 cm. 250
229
200
144
150
108
100
67 18
50
0 7.64-9.66
9.67-11.69
11.70-13.72 13.73-15.75 Kelas diameter (cm)
15.76-17.78
Jumlah individu/ha
Gambar 10 Sebaran kelas diameter pangkal pada fase dewasa vegetatif 120 100 80 60 40 20 0
100
106 76
58 9 9.71-10.71
10.72-11.72
11.73-12.73 12.74-13.74 Kelas diameter (cm)
13.75-14.75
Gambar 11 Sebaran kelas diameter setinggi 1 m pada fase dewasa vegetatif Jumlah individu/ha
250
213
210
200
151
150 100
96
50
14
0 8.92-13.44
13.45-17.97
17.98-22.50
22.51-27.03
27.04-31.56
Kelas diameter (m)
Gambar 12 Sebaran kelas diameter set inggi 1.3 m pada fase dewasa vegetatif Seperti fase dewasa vegetatif, pengukuran diameter pada fase reproduktif diperhitungkan dari diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m. Jumlah individu yang diperhitungkan berjumlah 190 indivdiu untuk individu berbunga dan berbuah. Ukuran diameter terlebar yang diperoleh dari ketiga
12 pengukuran diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m berturutturut adalah 43.63 cm; 30.89 cm dan 29.62 cm, sedangkan ukuran diameter terpendek yang diperoleh berturut-turut adalah 20.06 cm; 15.92 cm; dan 15.92 cm. Ketiga pengukuran tersebut diklasifikasikan lima kelas diameter (Gambar 13,14,15). Jumlah individu pada kelas diameter pangkal lebih banyak pada kisaran kelas diameter 27 cm sampai 35 cm, sedangkan untuk diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m terdapat pada kisaran kelas diameter 20 cm sampai 25 cm.
Jumlah individu/ha
60
53
50 40
29
30 20 10
12
9
2
0 20.06-23.98
23.99-27.91
27.92-31.84 31.85-35.77 Kelas diameter (cm)
35.78-39.70
Jumlah individu / ha
Gambar 13 Sebaran kelas diameter pangkal pada fase dewasa reproduktif 40 35 30 25 20 15 10 5 0
33
35
16
14
6
15.92-18.41
18.42-20.91
20.92-23.41 23.42-25.91 Kelas diameter (cm)
25.92-28.41
Jumlah individu/ha
Gambar 14 Sebaran kelas diameter setinggi 1 m pada fase dewasa reproduktif 47
50 40 30
22
23
20 10
8
6
0 15.92-18.19
18.20-20.47
20.48-22.75 22.76-25.03 Kelas diameter (cm)
25.04-27.31
Gambar 15 Sebaran kelas diameter setinggi 1.3 m pada fase dewasa reproduktif Ketiga pengukuran diameter membentuk kurva unimodal. Gardezi dan Silva (1999) diacu dalam Graham dan Duda (2011) menyebutkan kurva unimodal menjelaskan probabilitas (frekuensi) distribusi jumlah individu spesies dari ukuran tubuh, dalam penelitian ini adalah diameter. Kurva unimodal atau disebut sebagai kurva bungkuk membentuk lonceng menunjukkan adanya titik tertinggi
13 (puncak) dan dua titik yang hampir sama rendahnya. Jumlah individu yang banyak pada kelas diamter tertentu menunjukkan diameter hanya melebar pada ukuran tertentu karena tutupan lahan rapat memunculkan persaingan pertumbuhan. Perbedaan kelas diameter pada diameter pangkal lebih besar dari diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m menunjukkan semakin tinggi posisi pengukuran diameter, maka diameter semakin kecil. Perbedaan diameter tidak terlalu besar terjadi pada diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m. Lima kelas diameter yang diperoleh menunjukkan adanya tumpang tindih ukuran diameter tiap kelas diameter, baik pada fase pertumbuhan establishment, dewasa vegetatif dan dewasa generatif. Besaran ukuran diameter establishment dapat mencapai ukuran diameter pada dewasa reproduktif dan begitu juga sebaliknya. Tumpang tindih yang terjadi menunjukkan bahwa ukuran diameter iwul tidak teratur sehingga tidak dapat menentukan fase pertumbuhan iwul. Keim dan Dransfield (2012) menyebutkan secara umum iwul di Cagar Alam Dungus Iwul memiliki diameter (dbh) sebesar 15 cm, sedangkan hasil penelitian menghasilkan iwul memiliki diameter melebihi 15 cm. Ukuran diameter yang tidak teratur dan perbedaan ukuran diameter di tempat yang sama menunjukkan adanya faktor lingkungan yang memengaruhi perbedaan ukuran diameter. Sebagai contoh tutupan lahan, ketinggian, intensitas cahaya, kondisi tanah, air dapat memengaruhi pertumbuhan diameter iwul. Rich (1986) menyatakan perubahan geometri individu dan struktur berubah karena aspek lingkungan. Geometri yang dimaksud adalah ukuran pertumbuhan, sedangkan struktur adalah fase pertumbuhan.
Sebaran Kelas Tinggi Tinggi adalah jarak terpendek antara dua titik dengan titik proyeksinya pada bidang datar atau horizontal. Variabel tinggi yang diukur adalah tinggi batang iwul di atas akar sampai bebas pelepah. Perhitungan pada 1 215 individu yang terukur memiliki tinggi bervariasi. Tinggi bebas pelepah iwul memiliki ukuran terendah sebesar 0.03 m dan tertinggi sebesar 59.76 m. Tercatat tinggi maksimum batang iwul di Thailand sebesar 20 m (Hodel 1998) dan di Papua Nugini dapat mencapai 40 m (Baker dan Dransfield 2006). Secara umum tinggi iwul mencapai 15 m (Keim dan Dransfiel 2012). Perbedaan ukuran tinggi menunjukkan bahwa antara satu tempat dengan tempat lain memunculkan karakteristik yang berbeda. Karakteristik tersebut diakibatkan kondisi lingkungan yang berbeda serta faktor-faktor lain yang berpengaruh. Kelas tinggi yang diklasifikasikan mencakupi kelas tinggi dewasa vegetatif dan dewasa reproduktif karena fase tersebut mengalami pertumbuhan tinggi batang. Ukuran tinggi pada fase dewasa vegetatif adalah antara 0.03 m sampai 5.72 m, sedangkan untuk dewasa reproduktif adalah 5.74 m sampai 59.76 m. Kedua fase tersebut memiliki sebaran kelas tinggi berbeda (Gambar 16 dan 17). Ukuran diameter pada fase dewasa vegetatif terkonsentrasi pada ukuran kelas 0.03 m – 0.09 m, sedangkan pada fase dewasa reproduktif 5.74 m - 14.73 m. Kedua sebaran kelas menunjukkan kurva J terbalik. Kurva tersebut menjelaskan iwul di Cagar Alam Dungus Iwul memiliki kelas tinggi dengan ukuran tinggi bebas pelepah semakin menurun secara eksponensial.
Jumlah individu / ha
14 80 70 60 50 40 30 20 10 0
72
23 6 5.74-14.73
14.75-23.75
23.76-32.76 Kelas tinggi (m)
1
4
32.77-41.77
41.78-50.78
Gambar 16 Sebaran kelas tinggi pada fase dewasa reproduktif Jumlah individu /ha
600
521
500 400 300 200 100
41
65 4
3
0 0.03-11.63
11.64-23.24
23.26-34.86 34.87-46.47 Kelas tinggi (m)
46.49-58.09
Gambar 17 Sebaran kelas tinggi pada fase dewasa vegetatif Ukuran tinggi semakin menurun mengartikan beberapa individu dapat mencapai ukuran tinggi maksimum dan mampu bersaing untuk mendapatkan sumberdaya baik dengan individu lain (intraspesifik) atau beda spesies (interspesifik). Jumlah individu iwul lebih banyak terdapat di kelas rendah menunjukkan iwul berada pada tajuk berstrata C (tinggi 4 – 20 m). Walau demikian, iwul mampu beradaptasi di bawah tajuk yang rapat dan kurang cahaya karena iwul memiliki daun berbentuk pinnate. Uhl dan Dransfield (1987) menyatakan bahwa daun berbentuk pinnate dapat memungkinkan palem untuk beradaptasi pada cahaya matahari yang terbatas di lingkungan bawah tajuk. Adaptasi yang terjadi dibuktikan dengan individu yang dapat mencapai dewasa (mampu berbunga dan berbuah) terjadi pada ukuran tinggi bebas pelepah sekitar 6 m. Adaptasi tersebut menyebabkan ukuran tinggi bebas pelepah menjadi tidak teratur pada kedua fase pertumbuhan sehingga terjadi tumpang tindih ukuran tinggi bebas pelepah dalam kelas tinggi. Hasil penelitian Oyama (1993) menyatakan ukuran batang yang sama pada palem dapat memiliki umur yang berbeda. Ukuran tinggi bebas pelepah yang tumpang tindih mengindikasikan bahwa ukuran tinggi tidak dapat menduga fase pertumbuhan iwul. Pernyataan ini didukung oleh Tomlinson (1990) dan Oyama (1993) bahwa umur dan ukuran tidak selalu berkorelasi pada palem.
16 Tabel 1 Hasil uji regresi linier dengan membedakan fase pertumbuhan Fase pertumbuhan Dewasa vegetatif Dewasa reproduktif
R square
f hitung
f tabel
t hitung
t tabel
0.495
854.034
3.85
29.224
1.962
0.007
2.388
3.87
-1. 545
1.646
Hubungan antara diameter pangkal dan tinggi bebas pelepah pada fase dewassa vegetatif memiliki keeratan yang rendah (R= 0.4950). Nilai tersebut menunjukkan perubahan diameter dapat menjelaskan 49.50 % variasi tinggi bebas pelepah, sedangkan sisanya 50.50 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam persamaan. Hasil regresi berhubungan nyata membentuk hubungan positif dilihat dari garis linier yang menaik (Gambar 18 a). Semakin lebar diameter pangkal dengan pelebaran 1 %, maka semakin tinggi ukuran tinggi bebas pelepah dengan kenaikan sebesar 3.944 %. Hasil penelitian Kimura dan Simbolon (2002) menunjukkan adanya hubungan positif antara diameter pangkal batang dengan tinggi batang pada Pinanga coronata. Perbedaan hasil terjadi karena pengukuran tinggi batang yang dihitung mulai di atas permukaan tanah, sedangkan pada penelitian tinggi batang dihitung di atas akar. Pernyataan tersebut menunjukkan pengukuran diameter pangkal pada fase vegetatif dapat diukur dengan memperhitungkan akar atau tanpa akar. Tabel 1 menunjukkan diameter pangkal dan tinggi bebas pelepah pada fase dewasa reproduktif tidak memiliki hubungan yang nyata dibuktikan dengan nilai (R= 0.007) rendah dan sebaran plot yang menjauhi garis linier (Gambar 18 b). Walau demikian, menurut Henderson (2002) pertumbuhan tinggi batang akan mengalami penurunan setelah mencapai fase dewasa reproduktif. Pernyataan tersebut sesuai dengan sebaran plot yang membentuk garis menurun (Gambar 18 b). Akan tetapi, persamaan regresi antara diameter dan tinggi bebas pelepah pada fase dewasa reproduktif tidak dapat digunakan karena ukuran diameter dan tinggi bebas pelepah pada fase tersebut terjadi tumpang tindih. Hubungan antara diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m dengan tinggi bebas pelepah tidak dapat dianalisis karena data tidak terdistribusi dengan normal dan tidak sesuai dengan syarat asumsi klasik (Lampiran 1). Ketidaknormalan data diakibatkan karena data pencilan. Data pencilan tersebut terjadi karena penggolongan individu dari fase dewasa reproduktif ke fase dewasa vegetatif. Rontoknya bunga dan buah pada fase dewasa reproduktif serta perbedaan morfologi pada batang iwul menyebabkan pernggolongan tersebut. Oleh karena itu, perhitungan dilanjutkan dengan tidak membedakan fase dewasa vegetatif atau reproduktif karena data terdistribusi dengan normal dan sesuai dengan syarat asumsi klasik (Lampiran 2). Hasil perhitungan regresi tanpa membedakan fase pertumbuhan dari ketiga kategori diameter yakni diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan diameter setinggi 1.3 m dengan tinggi bebas pelepah memiliki hubungan yang nyata (f hitung > f tabel ; t hitung > t tabel) (Tabel 2). Hubungan yang terbentuk dari ketiga persamaan kemudian dapat diuji lanjut dengan uji keberartian dari persamaan yang terbentuk.
18
Gambar 20 Hubungan diameter setinggi 1 m dengan tinggi bebas pelepah iwul Persamaan yang terbentuk dalam hubungan diameter setinggi 1.3 m dan tinggi bebas pelepah adalah ln (H) = 2.682 (ln D) – 6.174 dengan nilai koefisien (R) sebesar 0.503 (Gambar 21). Sebesar 50.30 % dapat menjelaskan variasi tinggi bebas pelepah diameter dari setinggi 1.3 m, sedangkan 49.70 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dikaji. Hasil uji t (Tabel 2) menunjukkan hubungan antara diameter setinggi 1.3 m dengan tinggi bebas pelepah secara parsial dan signifikan berhubungan. Hubungan yang terbentuk adalah hubungan positif, yakni semakin tinggi ukuran tinggi bebas pelepah maka semakin lebar diameter setinggi 1.3 m.
Gambar 21 Hubungan antara diameter dbh (1.3 m) dengan tinggi bebas pelepah iwul Persamaan regresi antara diameter pangkal dan tinggi bebas pelepah memiliki keeratan (R) hubungan lebih tinggi dibandingkan dengan persamaan regresi lainnya (Tabel 2). Persamaan regresi antara diameter dan tinggi bebas
19 pelepah dengan atau tanpa fase pertumbuhan yang dapat digunakan adalah persamaan regresi antara diameter pangkal dan tinggi bebas pelepah. Hasil menunjukkan pengukuran diameter palem berhabitus pohon lebih efektif jika dilakukan pada diameter pangkal, bukan diameter setinggi 1 m dan 1.3 m. Ukuran diameter setinggi 1 m dan 1.3 m memiliki ukuran diameter yang tidak terlalu berbeda.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
3.
4.
Simpulan dari hasil penelitian adalah : Fase pertumbuhan iwul meliputi semai, establishment, dewasa vegetatif dan dewasa reproduktif. Fase semai ditandai pertumbuhan satu sampai tiga daun, establishment ditandai dengan pelebaran diameter pangkal dan penambahan daun, dewasa vegetatif ditandai dengan pertumbuhan diameter dan tinggi, serta dewasa reproduktif ditandai dengan munculnya bunga dan buah. Diameter iwul diklasifikasikan menjadi kelas diameter pangkal, diameter setinggi 1 m dan setinggi 1.3 m. Masing-masing digolongkan ke dalam lima kelas diameter yang dikategorikan berdasarkan fase pertumbuhan iwul pada establishment, dewasa vegetatif, dewasa reproduktif. Kelima kelas diameter tersebut tidak dapat menggambarkan fase pertumbuhan iwul karena variasi ukuran diameter tidak teratur. Tinggi bebas pelepah iwul diklasifikasikan menjadi lima kelas tinggi untuk fase pertumbuhan dewasa vegetatif dan dewasa reproduktif. Kelima kelas tersebut tidak dapat menentukan fase pertumbuhan dewasa iwul karena ukuran tinggi bebas pelepah tidak teratur. Ukuran diameter dan tinggi bebas pelepah hanya dapat ditentukan pada fase pertumbuhan dewasa vegetatif sedangkan dewasa reproduktif ditentukan dari munculnya bunga dan buah. Persamaan hubungan yang digunakan dalam menentukan tinggi bebas pelepah adalah hubungan antara diameter pangkal dan tinggi bebas pelepah.
Saran Hal – hal yang dapat disarankan dari penelitian ini adalah 1. Pengukuran tinggi lebih baik menggunakan alat yang lebih akurat. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang jangka waktu perubahan setiap fase pertumbuhan iwul. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang menentukan perbedaan kelas tinggi dan kelas diameter iwul.
20
DAFTAR PUSTAKA Baker FS. 1950. Principle of Silviculture. New York (US) : McGraw-Hill. Baker WJ, Dransfield. 2006. Panduan Lapangan untuk Palme New Guinea. Keim A, penerjemah. Surrey (UK) : Royal Botanical Gardens Kew. Deviyanti. 2010. Komposisi spesies dan struktur tegakan hutan di Cagar Alam Dungus Iwul, Jawa Barat-Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2012. Daftar cagar alam [internet]. Diunduh 2015 Mei 30. Tersedia pada halaman http://www.ditjenphka.dephut.go.id. Essig FB. 1980. The genus Orania Zipp (Arecaceae) in New Guinea. Lyona. 1(5):211-233. Graham JH, Duda JJ. 2011. The humpbacked species richness-curve: a contingent rule for community ecology. International J Ecolog. 2011:1-5. Doi: 10.1155/2011/868426. Henderson A. 2002. Evolution and Ecology of Palms. New York (US): New York Botanical Garden Pr. Hodel D. 1998. The Palms and cycads of Thailand. Lawrence (US): Allen Pr. [IUCN] International Union for Conservation of Nature. 1998. The World List of Threatened Tress. Cambrige (UK): World Conservations Pr. Keim AP, Dransfield J. 2012. A monograph of the genus Orania (Arecaceae: Oranieae). Kew Bull. 67: 127-190. Kimura M, Simbolon H. 2002. Allometry and life history of a forest understory palm Pinanga coronata (Arecacea) on Mount Halimun, West Java. Ecolog Researcher. 17:323-338. Kramadibrata K, Suhardjono, Polosakan R, Winadri FI, Jakalalana S, Rosalina D, Sumanta I. 2009. Laporan perjalanan eksplorasi dan pengambilan data ekologi di Cagar Alam Dungus Iwul, Jawa Barat [laporan]. Bogor (ID): LIPI. [LBN-LIPI] Lembaga Biologi Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1978. Palem Indonesia. Bogor (ID): LIPI. Mueller-Dumbois D, Ellenberg H. 1974. Aims and methods of vegetation Ecology. New York(US) : J Wiley Son. Nijman V. 2001. Forest (and) primates : conservation and ecology of the endemic primates of Java and Borneo [disertasi]. Amsterdam (NL): University of Amsterdam. Odum. 1971. Fundamentals of ecology. Washington (US): Saunders College. Oyama. 1993. Are age and height correlated in Chamaedorea tepejilote (Palmae)?. J Trop Ecol. 9: 381- 285. Santosa Y. 1993. Strategi kuantitatif untuk pendugaan beberapa parameter demografi dan kuota pemanenan populasi satwa liar berdasarkan pendekatan ekologi perilaku : studi kasus terhadap populasi kera ekor panjang (Macaca fascicularis) [laporan]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
21 Shofa I. 2014. Potensi pakan dan perilaku makan lutung budeng (Trachypithecus auratus) di Cagara Alam Dungus Iwul, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Simbolon RS. 2013. Keanekaragaman dan pola sebaran spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tomlinson PB. 1990. The Structural Biology of Palms. Massachusetts (US): Clarendon Oxford Pr. Uhl NW, Dransfield J. (1987). Genera Palmarum. Lawrence (US): Allen Pr. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID) : Gramedia. Widyatmoko D, Ariati SR. 2010. Populasi dan Preferensi habitat Pinanga rumphiana di Pulau Waigeo, Papua Barat. Seminar Nasional. Yogyakarta (ID) : Universitas Gadjah Mada.
22 Lampiran 1 Hasil uji asumsi klasik dengan membedakan fase pertumbuhan Variabel hubungan
Uji normalitas : One Sample KolmogorovSmirnov
Uji Heteroskedastisitas : Uji White Glejser
Uji autokorelasi : Durbin-Watson
Hasil uji
Hasil uji
Hasil uji
D pangkal dan H D pangkal dan Ha D 1 m dan H D 1 m dan Ha D 1 m dan Hb D 1 m dan Hc D 1 m dan Hd D 1.3 m dan H D 1.3 m dan Ha D 1.3 m dan Hb D 1.3 m dan Hc D 1.3 m dan Hd
5.887 0.577 4.529 1.514 2.960 1.514 7.597 4.332 1.123 2.507* 1.123 7.895
D pangkal dan H D pangkal dan Ha D pangkal dan Hb D 1 m dan H D 1 m dan Ha D 1 m dan Hb D 1 m dan Hc D 1 m dan Hd D 1.3 m dan H D 1.3 m dan Ha D 1.3 m dan Hb D 1.3 m dan Hc D 1.3 m dan Hd
2.271 1.563 0.884 2.662 1.475 1.313 1.475 6.437 2.543 1.395 1.224 1.395 5.489
Sign
Dewasa vegetatif 0.000* -7.235 0.893 1.224 0.000* -3.981 0.020* -6.463 0.000* -6.227 * 0.020 -6.463 0.000* -1.272 * 0.000 -4.552 0.160 -6.013 * 0.000 -6.691 0.160 -6.505 * 0.000 0.600 Dewasa reproduktif 0.000* 2.981 * 0.015 2.287 0.416 0.802 * 0.000 2.620 0.026* 3.523 0.064 -6.227 0.026* 0.357 0.000* 1.599 * 0.000 1.078 0.041* 2.416 0.100 1.350 0.041* 2.416 * 0.000 1.447
Keterangan : D = diameter H = tinggi bebas pelepah a) = transformasi ln b) = transformasi akar c) = transformasi log 10 d) = transformasi kuadrat *) hasil uji yang tidak sesuai dengan syarat uji
Sign 0.000* 0.221 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.204* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.549
1.603 1.347 2.086* 2.075* 2.082* 2.075* 2.055* 2.236* 2.174 2.232* 2.174* 2.121*
0.003* 0.023* 0.424 0.009* 0.000* 0.000* 0.722 1.111 0.282 0.016* 0.178 0.016* 0.149
1.790 1.638 1.680 1.861 2.010* 1.951 2.010* 1.731 1.989 1.996 2.183* 1.996 2.035*
23 Lampiran 2 Hasil uji asumsi klasik tanpa membedakan fase pertumbuhan Variabel hubungan
D pangkal dan H D pangkal dan Ha) D 1 m dan H D 1 m dan H D 1.3 m dan H D 1.3 m dan Ha
Uji normalitas : One Sample KolmogorovSmirnov
Uji Heteroskedastisitas : Uji White Glejser
Hasil uji
Hasil uji
Sign
6.990 0.000* 0.850 0.466 5.150 0.000* 0.827 0.501 4.967 0.000* 0.815 0.520
Keterangan : D = diameter H = tinggi bebas pelepah a) = transformasi ln *) hasil uji yang tidak sesuai dengan syarat uji
-5.435 4.245 -2.686 -1.768 -3.482 -2.068
Sign 0.000* 0.728 0.007* 0.077 0.001* 0.039
Uji autokorelasi : Durbin-Watson Hasil uji 1.491 1.333 1.600 1.669 1.599 1.657
24
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Juli 1993, sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Anak dari Bapak Suyatno dan Ibu Maryati. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu MI Nurul Falah (1999-2005), MTsN Babakan Sirna (2006-2008), SMAN 1 Leuwliliang (2009-2011), kemudian tahun 2011 penulis melanjutkan studi di Departmen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negara (SNMPTN) undangan. Selama perkuliahan dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) sampai masuk departemen, penulis aktif di berbagai kepanitian dan organisasi kemahasiswaan. Tahun 2011 mengikuti organisasi mahasiswa Gugus Disiplin Asrama (GDA) TPB, menjadi kepanitian Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) kepada angkatan 49 (2012), mengikuti organisasi mahasiswa Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota (2012-sekarang), sekretarias II Kelompok Pemerhati Flora (KPF) dan Biro Kesekretariatan HIMAKOVA (2012), kemudian diangkat sebagai Ketua Biro Kesekretariatan HIMAKOVA (2014). Penulis juga mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan (2012). Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat – Kamojang (2013), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2014), dan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (2015). Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah yaitu Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) KC. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pendugaan Sebaran Kelas Diameter dan Tinggi pada Fase Pertumbuhan Iwul (Orania sylvicola) di Cagar Alam Dungus Iwul’ di bawah bimbingna Dr Ir Agus Hikmat, MScF dan Prof Dr Ir Yanto Santosa, DEA.