PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM KAMPANYE KONSERVASI PERAIRAN (Conservation Goes to School – BKKPN Kupang) Guntur Wibowo – Penyuluh Perikanan Pertama Kupang, 24 Maret 2017
Pendahuluan Sebagai Negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati di wilayah pesisir dan laut yang dicirikan dengan tiga ekosistem khas yaitu mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Ketiga ekosistem tersebut saling terkait satu sama lainnya dalam menjaga kelestarian sumberdaya ikan. Selain itu, keanekaragaman hayati di wilayah pesisir dan laut juga meliputi genetic dan spesies. Pengertian keanekaragaman hayati dan nilai manfaatnya baik secara ekonomis, social, budaya dan estetika perlu memperoleh perhatian serius agar strategi pengelolaan keanekaragaman hayati pesisir dan laut sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang bersifat eksploitatif dan tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, akan menimbulkan dampak negative terhadap kelestarian sumberdaya alam tersebut bagi generasi mendatang. Potensi sumberdaya pesisir dan laut yang melimpah, sampai saat ini masih belum mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan potensi yang sangat kaya tersebut, fakta mengejutkan bahwa masyarakat pesisir Indonesia masih saja hidup dalam lingkungan kemiskinan dan ketertinggalan, dan hal ini menjadi salah satu pembenaran tingginya ketergantungan masyarakat pesisir terhadap sumberdaya pesisir dan laut serta tidak memperhatikan kelestarian sumberdaya, sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi, kualitas, dan keanekaragaman hayati. Konservasi, menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan keinginan untuk terus melestarikan sumberdaya yang ada bagi masa depan. Sebagai bentuk perlindungan sumberdaya hayati pasisir dan laut Indonesia, kawasan konservasi perairan dapat dijadikan sebagai salah satu alat pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang efektif, yaitu melalui pengalokasian sebagian wilayah pesisir dan laut sebagai tempat
perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik. Kondisi ekosistem terumbu karang yang sehat, dan meyediakan tempat perlindungan bagi sumberdaya ikan, akan berdampak pada peningkatan sumberdaya ikan di wilayah sekitarnya yang merupakan areal penting penangkapan bagi masyarakat pesisir, sehingga dampak konservasi kawasan perairan akan mendukung kegiatan perikanan secara langsung, maupun berbagai pemanfaatan kawasan konservasi yang dikelola dengan system zonasi yang pada akhirnya mampu memperkuat ekonomi masyarakat pesisir. Oleh karena itu, pendidikan konservasi dirasa menjadi suatu kebutuhan yang perlu dilakukan ditengah-tengah masyarakat, bukan saja kepada para pelaku utama atau pelaku usaha perikanan namun juga kepada anak-anak pelaku utama dan pelaku usaha perikanan tersebut. Pendidikan konservasi untuk kalangan pelajar atau siswa tentu memiliki cara tersendiri, karena dunia mereka memang lain, masih mencari sesuatu yang menyenangkan. Diberikan pengetahuan mengenai alam yang notabene disekitar mereka, diyakini akan meningkatkan rasa antusias didalam diri mereka.
Prinsip Dasar Pendidikan Konservasi 1. Pendidikan Konservasi Bekerja secara menyeluruh, Apa yang secara keseluruhan diketahui/diterima secara terpadu akan lebih tersimpan dalam ingatan; 2. Pendidikan konservasi diterapkan sesuai situasi, penyusunan perencanaan materi Pendidikan Konservasi harus memperhatikan 3 aspek yaitu : (1) situasi belajar harus menyentuh perasaan anak karena akan lebih membangkitkan motivasinya,; (2) situasi belajar harus dapat memahami kenyataan yang dialami karena rasa ingin tahu anak yang alami merangsang untuk mengungkapkan; (3) Situasi belajar harus bisa membentuk pengalaman yang positif bagi anak karena dapat merangsang kemandirian pada anak untuk melakukan hal yang sama dalam situasi dan tempat yang berbeda; 3. Pendidikan Konservasi menuntut tindakan, Kita hanya akan mendapatkan 20% dari apa yang kita dengar, sedangkan disisi lain kita dapat menyimpan 90% kesan yang diperoleh secara mandiri melalui Learning by doing.
Konservasi Goes to School Konservasi goes to school adalah sebuah gagasan Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang yang ranahnya mengarah pada pendidikan konservasi untuk kalangan pelajar atau siswa. Konservasi goes to school dapat dikatakan sebuah program yang dikemas dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pelajar atau siswa ditingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) agar lebih perhatian mengenai konservasi perairan dan permasalahan serta hubungan timbal baliknya. Implementasi dari konservasi goes to school ini dilakukan dengan berbagai cara, tidak hanya presentasi dengan power point yang menunjukkan gambar namun dengan memutar film, melakukan permainan yang merupakan simulasi atau interpretasi dari suatu kejadian disekitar kita. Penyampaian materi pun dilakukan tidak hanya didalam kelas (indoor) namun juga dilakukan diluar kelas (outdoor). Pelajar atau siswa diajak untuk berusaha menumbuhkan pengalaman dan mengenal dampak positif dan negative dari kondisi yang ada disekitar. Konservasi goes to school ini menitikberatkan pada informasi, mengapa perlu pelestarian, perlindungan ekosistem pesisir dan laut serta biotanya?. Pendidikan ini adalah suatu cara untuk mengubah perilaku pelajar atau siswa memperlakukan alam dan lingkungan. Mengubah perilaku memerlukan waktu dan cara agar setiap pelajar atau siswa tertarik untuk mengikutinya. Oleh karena itu penyampaian dilakukan dengan berbagai bentuk kemasan. Konservasi goes to school merupakan salah satu cara dalam menyebarkan informasi tentang usaha pelestarian dan perlindungan pada suatu kawasan yang dilindungi atau kawasan-kawasan yang perlu dilindungi beserta isinya. Sebuah pengetahuan dan pengalaman pertama yang diberikan sedini mungkin, kepada anak-anak, akan lebih tertanam didalam hati sanubari mereka.
Peran penyuluh perikanan dalam konservasi goes to school Mungkinkah penyuluhan perikanan dilakukan dalam kegiatan konservasi goes to school? Perlu kita ingat berdasarkan pada pemahaman penyuluhan sebagai salah satu system pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
Mengerjakan, artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/menerapkan sesuatu;
Akibat, artinya kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat; dan
Asosiasi, artinya setiap kegiatan penyuluhan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya.
Melihat ketiga prinsip penyuluhan perikanan sebagai system pendidikan diatas setali tiga uang dengan tujuan konservasi goes to school. Selain itu dalam penyuluhan perikanan juga memiliki metode penyuluhan. Metode penyuluhan perikanan, dapat diartikan sebagai : -
Cara yang digunakan untuk mendekatkan penyuluh dengan sasaran penyuluhannya;
-
Suatu teknik atau cara agar komunikasi dalam kegiatan penyuluhan perikanan dapat efektif;
-
Cara-cara penyampaian materi penyuluhan perikanan melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya.
Metode penyuluhan dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai faktor sesuai dengan pendekatannya antara lain: A. Menurut jarak sasaran (according to target distance) 1. Langsung 2. Tidak langsung B. Menurut indra penerima sasaran penyuluhan 1. Terlihat (TV, Film, bahan cetakan) 2. Terdengar (Radio) C. Menurut jumlah sasaran penyuluhan 1. Pendekatan perorangan 2. Pendekatan kelompok 3. Pendekatan massal D. Menurut sifat metode pendekatan pada sasaran 1. Persuasif artinya bahwa penyuluh perikanan dalam melaksanakan tugasnya harus mampu menyakinkan khalayak yang disuluh, sehingga mereka merasa tertarik terhadap hal-hal yang disampaikan 2. Edukatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus bersikap dan berperilaku sebagai pendidik yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan membimbing masyarakat 3. Komunikatif 4. Akomodatif
5. Fasilitatif 6. Demonstratif 7. Mediatif
Dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan pada pasal 1 butir 2 disebutkan bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan penyuluhan juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dapat ditarik kesimpulan, bahwa ada 2 (dua) kesamaan antara penyuluhan perikanan dengan konservasi goes to school yaitu metode dan tujuannya. Melihat tujuan konservasi goes to school dan juga tujuan penyuluhan perikanan diatas, maka seyogyanya penyuluhan perikanan dapat dilakukan bukan semata-mata dilakukan kepada pelaku utama atau pelaku usaha perikanan saja tetapi juga dapat dilakukan kepada keluarga pelaku utama atau pelaku usaha perikanan. Pendidikan konservasi dengan tajuk konservasi goes to school bisa dijadikan program jangka panjang yang tiada batas kapan akan berakhir. Karena program ini setiap waktu bisa terus berkembang, seiring dengan perubahan dan perkembangan jaman. Semoga dengan adanya konservasi goes to school ini dapat menyadarkan dan memberdayakan pelaku utama atau pelaku usaha perikanan beserta keluarga dan juga masyarakat didalam dan sekitar kawasan konservasi perairan. Selain itu juga semoga konservasi goes to school ini dapat memperkuat para penyuluh perikanan khusunya penyuluh perikanan di kawasan konservasi perairan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Sumber Bacaan : Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan. 2010. 42 Indonesian Marine Conservation Areas. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hakim. Arif Rahman. Peran Penyuluh Perikanan dalam meningkatkan Kepatuhan dan Penegakan Hukum di Kawasan Konservasi Perairan. Hamiudin. 2007. Pendidikan Konservasi Solusi Aman. Razi. Fahrur. Buku Pintar Kompetensi Dasar Bagi Penyuluh Perikanan sebuah referensi bagi penyuluh perikanan. Republik Indonesia. 2006. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta. Ruchimat. Toni., Riyanto Basuki, Suraji. 2012. Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia Paradigma, Perkembangan dan Pengelolaannya. Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Wahyono. Edy Hendras. 2005. Belajar dari nol : Sebuah Pengalaman Mengembangkan Pendidikan Konservasi Alam. Conservation International Indonesia. Jakarta
© BKKPN/Ephy/2017
Dokumentasi Conservation Goes to School
© BKKPN/Ephy/2017
© BKKPN/Wiyudha P/2017
© BKKPN/Wiyudha P/2017