II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) kulit buah yang licin dan keras (epicarp), 2) daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, 3) kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp), 4) daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak 5) lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah : (1) arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit, (2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi akar (Sunarko, 2009). Plumula akan muncul setelah radikula tumbuh sekitar satu sentimeter. Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan radikulahipokotil, kemudian membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan waktu tiga bulan untuk berubah menjadi organisme yang mampu memfotosintesis dan mengabsorpsi makanan dari dalam tanah secara sempurna (Sunarko, 2007). 2.1.2 Akar Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari family Araceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan akar ini akan terus berkembang sehingga menjadi akar primer. Akar serabut primer yang tumbuh secara vertikal dan horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan
bercabang
kembali menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di seluruh
pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Akar ini terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, hingga quarter yang biasa disebut feeder roots (Sunarko, 2009). Jika dirawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit pangkal batang dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai kedalaman 8 m dan 16 m secara horizontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorpsi tanaman terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar (Sunarko, 2009). 2.1.3 Batang dan Daun Kelapa sawit memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling), terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Titik tumbuh terletak di pucuk batang dan terbenam di dalam tajuk daun. Bentuknya seperti kubis dan enak dimakan. Pada batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas, meskipun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkalpangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas. Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Pada bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Pada bagian tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Ujung pelapah daun sering tumbuh menyerupai buntut benang yang mencirikan kekurangan unsur boron. Ciri lainnya, ujung daun membentuk seperti ujung tombak. 2.1.4 Bunga dan Buah Kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan dan betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah daun bagian dalam.
Bunga jantan terbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (croos pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan serangga penyerbuk (Sunarko, 2009). Perbandingan bunga betina dan bunga jantan sangat dipengaruhi oleh pupuk dan air. Jika tanaman kekurangan pupuk atau kekurangan air, bunga jantan akan lebih banyak keluar. Produktivitas tanaman menjadi baik jika unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Kecukupan unsur hara dan air didasarkan pada analisis tanah, air, dan daun sesuai dengan umur tanaman. Sex ratio mulai terbentuk 24 bulan sebelum panen. Artinya, calon bunga (primordial) telah terbentuk dua tahun sebelum panen. Karena itu, perencanaan produksi dihitung minimal tiga tahun sebelumnya, sehingga perencanaan pemupukan dapat dijadwalkan (Sunarko, 2009). Buah muda berwarna hijau pucat. Semakin tua berubah menjadi hijau hitam hingga kuning. Buah sawit yang masih mentah berwarna hitam (nigrescens), beberapa diantaranya berwarna hijau (virescens). Sementara itu, buah matang berwarna merah kuning (oranye). Selanjutnya, buah matang akan rontok (buah leles atau brondol). Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit sudah layak panen. Biasanya buah dipanen berdasarkan jumlah jatuhnya brondolan, yakni 1-2 buah per kg tandan (Sunarko, 2007). 2.2 Botani Kelapa Sawit Menurut Pahan (2009), Kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Embryophita Siphonagama, Kelas : Angiospermae, Ordo : Monocotyledonae, Famili : Arecaceae,
Subfamily: Cocoideae, Genus : Elaeis, Species: 1. E. guineensis Jacq, 2. E.oleifera, 3. E.odora 2.3 Pembibitan Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap (double stage) adalah pembibitan dilakukan pada polybag kecil atau tahap pembibitan awal (pre nursery) terlebih dahulu hingga bibit berumur 3 bulan. Setelah bibit berumur 3 bulan kemudian bibit dipindah ke polybag besar atau tahap pembibitan utama (main nursery) hingga bibit siap ditanam (umur 12 bulan). Pembibitan satu tahap (single stage) adalah benih berupa kecambah kelapa sawit langsung ditanam pada polybag besar dan dipelihara hingga siap tanam (Darmosarkoro, dkk.,2008). Benih yang telah berkecambah dan berakar ditanam sedalam 2-5 cm ditengah -tengah polybag dengan hati-hati dan dijaga agar akarnya tidak patah. Bibit yang telah dipindahkan selama 2 minggu ditempatkan dibawah naungan dan sedikit demi sedikit intensitas cahaya yang masuk ditingkatkan (Satyawibawa dan Widyastuti, 1994). 2.4 Media Tanam Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos) Dalam penelitian ini kompos yang digunakan adalah kompos kotoran ayam. Kompos kotoran ayam berisi bakteri baik yang dapat memecah bahan organik dan membantu lingkungan. Kompos kotoran ayam tidak sekuat beberapa pupuk lainnya. Ketika dicampur dengan kompos lain, kompos kotoran ayam mempertahankan kelembaban disekitar akar. Pupuk kompos kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih banyak dari pupuk kandang lainnya. Tanah yang subur yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH sekitar 6 - 6,5, mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi. Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat faktor pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik (Sutedjo, 2002). 2.5 Karakteristik Sub Soil Ultisol Menurut Buckman and Brady (1982), sub soil adalah tanah bagian bawah dari lapisan top soil yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik. Dan lapisan dari sub soil juga dibedakan menjadi dua bagian, terutama dalam tanah yang mengalami pelapukan mendalam yakni tanah-tanah di daerah lembab, bagian sebelah atasnya disebut daerah transisi (peralihan), dan sebelah bawahnya disebut daerah penimbunan (illuviasi). Dalam daerah penimbunan ini berangsur-angsur terkumpul oksida besi, oksida aluminium, tanah liat dan juga kalsium karbonat. Namun di balik sifatnya yang kurang baik, sebenarnya sub soil dapat menjadi alternatif untuk menggantikan peran top soil sebagai media tanam bibit kelapa sawit. Hal ini dikarenakan sub soil relatif lebih banyak tersedia dan dijumpai dalam jumlah yang cukup besar
serta tidak terbatas di lapangan, dibandingkan dengan top soil yang berangsur-angsur semakin menipis dan sulit didapatkan karena terkikis akibat erosi atau penggunaannya yang terus menerus sebagai media pembibitan. Indonesia memiliki banyak jenis tanah lapisan sub soil dan tanah lapisan sub soil yang paling potensial untuk digunakan sebagai media tanam bibit alternatif adalah sub soil Ultisol, dikarenakan tanah jenis ini lebih banyak ketersediaannya dibandingkan tanah jenis lain, dan otomatis tanah jenis ini pula yang kebanyakan hilang lapisan atasnya akibat erosi (tingkat erodibilitas tinggi/peka terhadap erosi) atau yang sering digunakan sebagai media tanam bibit kelapa sawit. Tanah ultisol dicirikan oleh adanya horizon argilik yaitu horizon yang terbentuk akibat penimbunan liat dihorizon bawah atau pada lapisan bawah iluvial Koedadiri, dkk (1999). 2.6 Pupuk NPKMg (15:15:6:4) Pupuk NPKMg (15:15:6:4) merupakan pupuk essensial dalam pembibitan kelapa sawit pada pre nursery. Pupuk ini mengandung unsur N, P, K, dan Mg yang sangat dibutuhkan oleh tanaman di awal pertumbuhan. Pupuk NPKMg disebut juga dengan nama pupuk majemuk, hal ini dikarenakan pupuk ini mengandung lebih dari dua hara makro. Sastrosayono (2003) mengatakan bahwa unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan magnesium (Mg) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Unsur N sangat berperan dalam pembentukan sel, asam amino, protein, klorofil, dan lain sebagainya. Proses fisiologis yang ada dalam tanaman sangat membutuhkan adanya unsur P dan apabila kekurangan unsur ini akan memperlambat jalannya proses fisiologis. Pembentukan tandan buah pada tanaman kelapa sawit sangat didukung dengan adanya unsur K. Unsur ini sangat berperan sebagai katalisator setiap proses biokimia pada tanaman. Pembentukan klorofil selain dibantu oleh unsur N ternyata sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur Mg. Unsur Mg juga berperan pada sistem kerja enzim yang bekerja dalam metabolisme
tanaman. Unsur hara N, P, K, dan Mg apabila pada pertanaman tidak dipenuhi maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman, akar menjadi lemah, dan jumlah akar berkurang sehingga akan memengaruhi pembentukan bagian-bagian tanaman pada fase vegetatif (Suseno, 1974). Jenis pupuk majemuk yang umum digunakan di pembibitan awal kelapa sawit adalah pupuk NPKMg dengan komposisi N, P, K, dan Mg 15:15:6:4, sedangkan yang digunakan untuk pembibitan utama adalah pupuk NPKMg dengan komposisi 12:12:17:2 yang ditambahkan pupuk kiserit sebelum bibit dipindahkan ke lapangan (Ppks, 2001). Kombinasi unsur hara N, P, K, dan Mg dalam satu campuran pupuk majemuk NPKMg diharapkan dapat memberikan pengaruh nyata dalam pembibitan kelapa sawit khususnya di pembibitan awal (pre nursery).