3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Secara umum, taksonomi tanaman kelapa sawit yang dikutip dari Lubis (2008) adalah: Divisi
: Tracheophyita
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Arecaceae/Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Akar kelapa sawit merupakan bagian dari tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah serta dapat menjadi alat respirasi tanaman. Akar terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuartener. Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal ke dalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar sekunder merupakan akar yang terbentuk dari akar primer. Akar sekunder membentuk akar tersier, dan akar tersier membentuk akar kuartener. Akar tersier dan kuartener inilah yang paling aktif dalam menyerap air dan hara dari dalam tanah. Pada tanaman di lapangan, akar-akar tersebut terutama berada pada 2 - 2.5 m dari pangkal pokok atau di luar piringan yang merupakan daerah sebaran pupuk. Daun kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu: a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak (midrib). b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.
4
c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang. Menurut Lubis (1992) daun kelapa sawit yang pertama kali muncul pada stadia bibit berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate dan meyusul pinnate. Daun dihasilkan dalam urutan-urutan yang teratur dan memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar ke kiri atau ke kanan, tetapi kebanyakan berputar ke kanan. Pengenalan arah putaran penting dilakukan untuk mengetahui letak daun ke-17 yang dapat digunakan sebagai pengambilan contoh daun untuk analisis perhitungan dosis pemupukan. Produksi pelepah daun bergantung pada umur tanaman. Selama setahun, pelepah daun yang dihasilkan berkisar 20 - 30, kemudian semakin berkurang sesuai umur menjadi 18 - 25. Panjang pelepah bervariasi bergantung pada varietas dan kesuburan tanah. Jumlah anak daun yang dihasilkan oleh setiap pelepah dapat mencapai 150 – 200 helai. Luas permukaan daun tanaman kelapa sawit dapat mencapai 10 - 15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Perbedaan umur akan mempengaruhi luas permukaan daun demikian pula varietas pohon induk yang dipakai dalam persilangan. Pada umumnya daun akan mencapai luas maksimum pada umur 10 - 13 tahun. Penanaman yang rapat akan lebih mempercepat tercapainya luas permukaan daun maksimum tersebut (Lubis, 1992). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat mencapai ketinggian 15 - 20 m. Batang berbentuk silindris dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Batang bagian bawah umumnya lebih besar daripada batang bagian atas yang disebut bongkol batang atau bowl. Kelapa sawit ada yang tumbuh secara cepat dan ada pula yang lambat. Sifat-sifat tersebut dapat digunakan dalam pemilihan pohon induk karena keterkaitannya dengan masalah panen (Lubis, 2008). Kelapa sawit merupakan tanaman monoceous (berumah satu), yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama (Pahan, 2008). Bunga jantan dan betina yang berada pada satu tandan terkadang masih dijumpai dan dinamakan bunga hermafrodit. Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi baru ekonomis dipanen pada umur
5
2.5 tahun. Bunga tumbuh di setiap ketiak pelepah yang nantinya akan menghasilkan bunga jantan atau betina. Jenis bunga yang dihasilkan bergantung pada faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah, dan umur tanaman (Hakim, 2007). Bunga jantan tumbuh silindris, terdiri atas tangkai bunga (spikelet) yang berbentuk silinder dengan panjang sekitar 10 - 20 cm dengan diameter sekitar 1 - 1.5 cm. Satu rangkaian bunga memiliki 100 - 150 spikelet. Setiap spikelet berisi 500 - 1 500 bunga kecil yang nantinya akan menghasilkan tepung sari (Lubis, 1992). Menurut Pahan (2008) bunga jantan mekar mulai dari bagian dasar spikelet dan seluruh bunga sudah mekar dalam waktu dua hari, kecuali pada kondisi hujan yang mekar setelah empat hari. Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15 - 20 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga memiliki 100 - 200 spikelet dan setiap spikelet memiliki 15 - 20 bunga betina. Bunga betina yang kecil inilah yang akan diserbuki oleh tepung sari. Bunga betina yang terbentuk tidak semuanya akan membentuk buah sempurna yang matang, terutama bagian dalam tandan. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 - 2 000 buah bergantung pada besarnya tandan. Setiap pokok kelapa sawit dapat menghasilkan 15 - 25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan 8 - 12 tandan/pokok/tahun pada tanaman dewasa (Lubis, 2008).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 0 - 500 meter di atas permukaan laut (dpl.). Curah hujan yang baik berkisar antara 2 000 - 2 500 mm/tahun dengan penyebaran hujan merata sepanjang tahun sehingga tidak mengalami defisit air. Suhu harian optimal berkisar antara 24 - 28 oC, kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 - 7 jam/hari. Data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan sangat penting karena berhubungan dengan sifat tanaman yang berbuah sepanjang tahun. Fluktuasi curah hujan secara langsung berkorelasi erat dengan fluktuasi hasil dari bulan ke bulan. Kelapa sawit juga membutuhkan kondisi tanah yang datar hingga berombak dengan kemiringan lereng 0 - 15 % dan memiliki drainase yang baik (Lubis, 2008).
6
Menurut Setyamidjaja (2006), sifat fisik dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan kelapa sawit yang baik adalah sebagai berikut: 1. Solum cukup dalam (> 80 cm) dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak terganggu. 2. Tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20 - 60 %, debu 10 - 40 %, dan liat 20 - 25 %. 3. Struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. 4. Drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang memiliki drainase buruk sebaiknya dibuat saluran drainase. 5. Reaksi tanah (pH) optimal yaitu pada 5 - 5.5. 6. Tanah memiliki kandungan unsur hara cukup tinggi.
Varietas Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit memiliki berbagai varietas berdasarkan tebal tipisnya cangkang (Setyamidjaja, 2006). Vaughan (1970) membagi jenis kelapa sawit tersebut dalam empat varietas, yaitu: (1) varietas Macrocarya dengan ketebalan cangkang 40 - 60 %, (2) varietas Dura dengan ketebalan cangkang 20 - 40 %, (3) varietas Tenera dengan ketebalan cangkang 5 - 20 %, dan (4) varietas Pisifera dengan cangkang tipis. Menurut Pahan (2008) varietas Tenera lebih disukai untuk penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocarp-nya lebih tinggi daripada Dura. Varietas Macrocarya akhir-akhir ini sudah tidak dipakai lagi karena tidak merupakan sifat genetik yang signifikan. Jenis tanaman kelapa sawit juga dapat dibedakan dari warna buah. Varietas yang dibedakan dari warna buah (Lubis, 2008) antara lain: 1. Nigrescens, yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) setelah matang. 2. Virescens, yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna merah kuning (orange). 3. Albescens, yaitu buah muda berwarna kuning pucat dan tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.
7
Penyerbukan Kelapa Sawit Bunga betina pada tanaman kelapa sawit tidak serentak dalam anthesis. Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 3 - 5 hari atau lebih. Bunga jantan dan bunga betina terletak terpisah sehingga waktu anthesis tidak bersamaan dan terjadi penyerbukan silang. Menurut Pamin dan Tailiez (1976), pada areal tanaman menghasilkan (TM) yang masih muda (young mature palms) sering terjadi masalah kekurangan tepung sari/polen. Kekurangan tepung sari tersebut akan mengakibatkan pembentukan tandan-tandan yang kurang sempurna dan kadang-kadang menjadi busuk. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan penyerbukan buatan (assisted pollination) dengan menaburkan serbuk sari dari pohon berbeda ke bunga-bunga betina yang sedang dalam masa subur. Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang menurut hasil pengamatan Lubis (2008) di Marihat menunjukkan hasil sebagai berikut: 1. Daging buah (mesocarpium). Warna buah hingga 3 bulan setelah anthesis masih putih-kehijauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah masih terdiri atas air, serat, dan klorofil serta minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah terbentuk dengan terbentuknya karoten. 2. Cangkang
atau
tempurung.
Cangkang
terbentuk
satu
bulan
setelah
penyerbukan, tetapi masih sangat tipis dan lembut. Pengerasan terus berlangsung dan pada umur 3 bulan cangkang sudah mengeras. Warna cangkang berubah dari putih menjadi cokelat muda. 3. Inti (endocarpium atau nucleus seminis). Pada umur 2 bulan terjadi perubahan bentuk dari cairan menjadi agar-agar dan pada umur 3 bulan inti sudah terbentuk padatan yang agak keras. 4. Lembaga atau embrio. Lembaga belum terlihat dengan mata sampai 3 bulan setelah penyerbukan. Selanjutnya akan tampak seperti titik putih sepanjang 1.5 mm yang dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan telah mencapai 3 mm dan terbentuknya bagian berwarna kuning dan putih. Pada umur 3.5 bulan panjangnya mencapai 3.5 mm yaitu ukuran normal.
8
Pemuliaan Kelapa Sawit Pemuliaan kelapa sawit memiliki tujuan utama untuk memperoleh individuindividu terbaik dalam hal produktivitas dan kualitas minyak. Tujuan jangka panjang lainnya adalah mendapatkan pohon yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, tandan lebih berat, komposisi buah dan minyak lebih baik, tangkai buah lebih pendek, serta adaptasi tanaman baik (Lubis, 2008). Pelaksanaan program pemuliaan menggunakan
metode yang banyak digunakan, yaitu metode Resiprocal
Recurrent Selection (RRS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherches pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Metode RRS merupakan skema yang sangat menarik baik bagi program pemuliaan maupun produksi benih dan klon kelapa sawit. Hal ini disebabkan: (1) pemilihan tetua untuk memproduksi benih hibrida komersil didasarkan atas pengujian keturunan (progeny test), sehingga hanya hibrida-hibrida teruji yang disalurkan kepada konsumen, (2) skema seleksi memungkinkan untuk mengeksploitasi sesegera mungkin persilangan-persilangan terbaik dan perbaikan dapat dilakukan melalui selfing, (3) hibrida komersil dapat direproduksi dengan menggunakan berbagai tipe persilangan dura diseleksi dura dan berbagai persilangan tenera/pisifera diseleksi tenera (Purba, Akiyat, dan Muluk, 1997). Pada prinsipnya metode pemuliaan RRS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung (combining ability) dari dua grup individu yaitu grup A (dura) dan grup B (tenera, pisifera) yang dicirikan dengan: a. Grup A (dura) meliputi jenis kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan sedikit, tetapi ukuran tandan besar. b. Grup B (pisifera, tenera) adalah kelapa sawit yang menghasilkan jumlah tandan banyak tetapi berukuran relatif lebih kecil. Grup tersebut merupakan populasi dasar (base population) dalam pelaksanaan pemuliaan kelapa sawit. Populasi dasar yang telah diseleksi kemudian dilakukan suatu tahapan evaluasi untuk menganalisis dan menentukan persilangan terbaik yang dapat dilihat dari daya gabung umum dan daya gabung khusus dari tetua yang diuji. Berdasarkan informasi daya gabung tersebut dilakukan seleksi untuk menentukan tetua-tetua yang dapat dijadikan pohon induk untuk produksi benih. Pada tahapan seleksi ini juga dilakukan pemilihan tetua
9
yang akan direkombinasikan untuk mencari materi persilangan dengan potensi yang lebih baik yang akan digunakan pada program pemuliaan selanjutnya. Penggunaan rekombinasi diharapkan dapat menghasilkan suatu populasi dasar baru dengan sifat-sifat yang lebih baik dari populasi dasar sebelumnya (Purba et al., 1997). Skema program pemuliaan dengan metode RRS dapat dilihat pada Gambar 1. Populasi Tenera/Pisifera
Populasi Dura
D1, D2, D3, …..
Pengujian Progeny DxP, DxT
Dura terpilih Selfing/Crossing
P1, P2, P3,T1, T2 …
Pisifera/Tenera terpilih Selfing/Crossing
Produksi Kecambah DxP Introduksi
Introduksi
Populasi Pisifera/ Tenera Hasil Rekombinasi
Populasi Dura Hasil Rekombinasi
D1 x D2 D2 x D3
Pengujian Progeny DxP, DxT
P1 x P2 P3 x P4, T1 x T2
Gambar 1. Skema Resiprocal Recurrent Selection (RRS) (Purba et al., 1997)
10
Menurut Lubis (1993) benih varietas kelapa sawit yang baik dan unggul adalah (1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, (2) tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, (3) umur genjah, (4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, (5) respon terhadap perlakuan yang diberikan, (6) memiliki umur ekonomis yang cukup panjang (25 - 30 tahun), (7) tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap lingkungan, dan (8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat sumber benih kelapa sawit yang resmi telah ditunjuk oleh pemerintah. Pengadaan benih unggul kelapa sawit yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah, di antaranya adalah (1) Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, (2) PT Socfindo, (3) PT PP London Sumatera, (4) PT Tunggal Yunus, (5) PT Dami Mas, (6) PT Bina Sawit Makmur, dan (7) PT Tania Selatan. Kapasitas produksi total yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut berkisar 124 - 135 juta benih pada tahun 2006 (Purba et al., 2006). PPKS Medan sebagai salah satu produsen benih kelapa sawit telah menghasilkan banyak varietas. Varietas yang dihasilkan PPKS saat ini berjumlah 11 varietas. Varietas tersebut yaitu: Yangambi, Lame, Langkat, PPKS 540, PPKS 718, Simangulun, Sungai Pancur 1 (Dumpy), AVROS, Sungai Pancur 2, Bah Jambi, dan Marihat. Varietas PPKS 540 dan 718 dilepas tahun 2007 (Kurnila, 2009). Daftar varietas kelapa sawit di PPKS terdapat pada Lampiran 1. Karakteristik tanaman induk yang menjadi kriteria seleksi untuk produksi benih adalah: 1. Produksi TBS ≥ 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton palm product (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rataan selama 3 tahun produksi. 2. Rendemen pabrik
≥ 23 % yang dihitung berdasarkan hasil rendemen
laboratorium × 0.855 (faktor koreksi). 3. Pertumbuhan meninggi ≤ 80 cm/tahun yang diukur setelah tanaman berumur 6 tahun setelah tanam (Purba et al., 2006).