TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil yang memiliki akar serabut, batang silindris yang tegak dan tidak bercabang, tulang daun yang sejajar, tergolong tanaman monoecious serta buah memiliki bentuk lonjong (Lubis dan Widanarko, 2011). Kelapa sawit memiliki empat jenis akar serabut yang biasa disebut feeder roots. Pertama, akar primer (Ø = 5 - 10 mm) tumbuh dari pangkal batang pada kedalaman 20 - 60 cm. Kedua, akar sekunder (Ø = 2 - 4 mm) muncul dari akar primer dan tumbuh vertikal ke permukaan. Ketiga, akar tertier (Ø = 1 - 2 mm) tumbuh horisontal pada akar sekunder yang dekat permukaan tanah dengan panjang 10 - 15 cm. Keempat, akar kuarter (Ø = 0.1 - 0.3 mm) terletak paling dekat permukaan tanah dengan panjang 2 cm yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dan air. Akar-akar tersebut membentuk semacam anyaman (Lubis dan Widanarko, 2011). Batang kelapa sawit berbentuk silindris (Ø = 35 - 75 cm) dan tingginya mencapai 30 m. Pada pertumbuhan awal, batang kelapa sawit tidak menunjukkan pertambahan
panjang
(internodia).
Batang
kelapa
sawit
menunjukkan
pertambahan panjang setelah berumur empat tahun (Sastrosayono, 2005). Tiga fungsi utama batang kelapa sawit: struktur pendukung organ lain (daun, bunga dan tandan), sistem pembuluh (mengangkut air, hara dan fotosintat) dan berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan atau karbohidrat (Pahan, 2011). Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung. Terdapat tiga tahap perkembangan daun kelapa sawit, yaitu: Lanceolate, daun awal berupa helaian utuh yang keluar pada masa pembibitan; Bifurcate, bentuk daun dengan helaian yang sudah pecah tetapi bagian ujung daun belum terbuka; Pinnate, bentuk daun dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun ke atas dan ke bawah (Tim Pengembangan Materi LPP, 2010). Pelepah berduri di kedua sisinya. Anakan daun (foliage leaflet) berjumlah 80 - 120 helai yang tersusun berbaris dua hingga ujung daun dan terbentuk dua daun per bulan
4 (20 - 24 daun per tahun). Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk sudut 135o. Kelapa sawit memiliki kedudukan daun (phytotaxis) tiga per delapan yang artinya dalam tiga putaran terdapat delapan helai daun. Letak daun kesembilan berada satu garis dengan daun pertama (Sastrosayono, 2005). Menurut Sastrosayono (2005) sistem pembungaan kelapa sawit adalah monoecious (berumah satu). Bunga muncul setelah kelapa sawit berumur lebih dari tiga tahun. Masa reseptif bunga betina adalah 72 jam sedangkan bunga jantan memiliki 24 jam untuk memtandani bunga betina. Sunarko (2010) menambahkan bahwa perbandingan jumlah bunga jantan dan betina bergantung pada pupuk dan air (bulan basah dan bulan kering). Bulan basah yang banyak dan ketersediaan pupuk yang cukup mengakibatkan lebih banyak terbentuk bunga betina. Buah kelapa sawit berbentuk oval yang menempel pada tandan. Terdapat empat lapisan, yaitu eksokarp, mesokarp (fiber), endokarp (cangkang) dan endosperma (inti). Mesokarp muda berwarna hijau pucat, bersemakin maka berubah warna menjadi kuning. Warna eksokarp berubah dari warna ungu tua hingga hitam (karena didominasi antosianin) menjadi jingga kemerahan (dominasi karoten) setelah umur enam bulan (Sastrosayono, 2005).
Syarat Tumbuh Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) saat ini menjadi tanaman penghasil minyak unggulan untuk tujuan komersil. Produksi minyak kelapa sawit sangat bergantung kepada faktor genetiknya, selain itu agar kelapa sawit menghasilkan minyak yang berkualitas baik dan memiliki produktivitas tinggi maka tanaman kelapa sawit mempunyai lingkungan tumbuh yang tersendiri atau biasa disebut sebagai syarat tumbuh (PPKS, 2007). Persyaratan tumbuh bagi kelapa sawit antara lain lahan dengan topografi datar, ketebalan solum 60 - 80 cm, ketinggian tempat maksimal adalah 400 m di atas permukaan laut, memiliki curah hujan optimal 1 750 - 2 500 mm/tahun dan terbagi merata sepanjang tahun, suhu optimal 27 °C, lama penyinaran 6 jam/hari, kelembaban optimal 80 %, dapat tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah yang gembur, aerasi dan drainasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas serta pH tanah antara 5.5 – 6.0 (PPKS, 2007).
5 Pemanenan Produksi minyak kelapa sawit erat hubungannya dengan kegiatan panen. Teknik budidaya sangat mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Menurut PPKS (2007) pengertian panen adalah pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Prinsip pada kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan dan mengangkut TBS ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi MKS berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan FFA rendah serta menjaga kondisi tanaman tetap baik. Pekerjaan pemotongan tandan merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Tugas utama dalam pemanenan adalah mengambil tandan pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (Pahan, 2011). Tanaman telah dapat menghasilkan pada umur 30 bulan setelah tanam. Jumlah tanaman kelapa sawit yang dapat dipanen per hektar sebanyak 60 %. Pemanenan dilakukan dengan memilih tandan yang matang dengan tanda adanya sejumlah buah merah yang jatuh (brondolan). Sunarko (2010) menyebutkan jumlah brondolan yang ditetapkan adalah 1 - 2 brondolan/kg bobot tandan. Cara memanen TBS adalah memotong tangkai tandan menggunakan dodos (tanaman rendah) dan menggunakan egrek (tanaman tinggi). Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan rotasi antar blok yang rutin. Saat tandan mulai masak, kandungan minyak dalam mesokarp meningkat cepat. Hal ini disebabkan proses konversi karbohidrat menjadi lemak. Setelah kadar minyak maksimal maka buah akan lepas (membrondol) dari tandan. Free Fatty Acid (FFA) dalam buah juga akan terus meningkat seiring dengan lamanya buah sebelum diolah sehingga transportasi harus dilakukan dengan cepat agar kandungan FFA tidak terlalu tinggi (Sastrosayoro, 2005).
6 Sistem dan Rotasi Panen Sistem panen kelapa sawit yang memenuhi standar tertentu akan menghasilkan minyak sawit yang bermutu baik. Standar sistem panen yang ditentukan adalah: a) tidak ada tandan mentah yang dipanen, b) tidak meninggalkan tandan matang, c) semua brondolan dikumpulkan dan dibawa ke TPH dalam kondisi bersih, d) membrondolkan tandan yang terlalu matang dan memotong pendek tangkai tandan (Sastrosayono, 2005). Faktor yang menentukan pemanenan untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas MKS dan IKS yang tinggi adalah rotasi panen. Rotasi panen sangat mempengaruhi kualitas TBS yang dihasilkan. Beberapa kesalahan yang terjadi dalam rotasi panen adalah meningkatnya tandan mentah yang dipotong akan cenderung mempercepat siap borong dan memperlambat rotasi panen, tandan matang yang tertinggal akan masuk rotasi panen berikutnya yang menyebabkan banyak tandan yang sudah membrondol dan tandan lewat masak, persentase brondolan yang meningkat akan menyita waktu sehingga hasil TBS menurun dan ketepatan rotasi (tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat) juga mempengaruhi hasil TBS. Penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada daftar rotasi panen di kantor divisi, informasi umur tanaman dan kerapatan panen setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong dan curah hujan (Pahan, 2011).
Taksasi atau Peramalan Produksi Taksasi atau peramalan hasil adalah kegiatan menghitung jumlah TBS yang akan diperoleh saat panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina yang kemungkinan menjadi tandan buah. Tujuan peramalan produksi adalah untuk mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen di kebun dan pengelolaan di pabrik, memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi, membuat perkiraan produksi harian hingga bulanan. Penyusunan perkiraan produksi didasarkan pada perkembangan bunga betina dan tandan. Hal ini dapat diprediksi melalui seludang pecah terbuka hingga matang panen dan berdasarkan berat tandan rata-rata sesuai umur tanaman (Sunarko, 2010).
7 Menurut Sastrosayono (2005) hasil produksi kelapa sawit untuk enam bulan ke depan dapat diperkirakan dengan rumus berikut: Y=axbxc Keterangan: Y = produksi enam bulan a = jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama enam bulan b = berat tandan rata-rata c = persentase minyak terhadap berat tandan (untuk MKS 20%)
Transportasi Hasil Pengangkutan merupakan hal yang tidak kalah penting dari kegiatan panen karena memiliki pengaruh yang cukup besar. Pengangkutan dapat menurunkan kualitas minyak disebabkan guncangan yang akan mengaktifkan enzim lipase yang memecah minyak menjadi asam lemak dan gliserol (Sunarko, 2010). Sastrosayono (2005) mengungkapkan bahwa sistem jaringan jalan di perkebunan merupakan salah satu faktor penting untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil ke pabrik. Jaringan jalan yang baik juga menjamin pengangkutan pupuk dan bahan lain. Banyak pekerjaan kebun yang tidak dapat dilakukan karena kondisi prasarana jalan yang buruk. Jenis alat transportasi juga berpengaruh pada pengangkutan hasil. Jenis tersebut bergantung pada skala usaha, sarana dan prasarana jalan yang ada.