Perkembangan & Prospek Perekonomian Indonesia 2015 - 2016
Oktober 2015
Economic Research – PT Danareksa (Persero) Jl. Medan Merdeka Selatan No. 14 Jakarta 10110 Tel. (6221) 350 9777 ext: 3602 Fax: (6221) 3501709 http://www.danareksa-research.com
∂Ri Danareksa Research Institute
-0-
Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India
B. Prospek Perekonomian Indonesia 2015 - 2016 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal
C. Kesimpulan
∂Ri Danareksa Research Institute
-1-
Perekonomian AS: kondisi terkini & prospeknya masih baik Index
percent 12
65
12 GDP Growth (YoY) Unemployment rate
9
9 Inflation Rate
55
FFR
45
6
6
3
3
0
0
-3
-3
PMI-Mfg PMI-Serv
35
Jul-15
Feb-15
Sep-14
Apr-14
Nov-13
Jun-13
Jan-13
Aug-12
Mar-12
Oct-11
May-11
Dec-10
Jul-10
Feb-10
Sep-09
Apr-09
Nov-08
Jun-08
Jan-08
25
-6
YoY%
-6 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15
10
5
Perekonomian Amerika masih dalam masa ekspansi (terus bertumbuh). Ekspansi ini menciptakan lapangan kerja, sehingga tingkat pengangguran pun terus menurun dari 10.0% (Okt 2009) menjadi 5.1% (Sep 2015).
Perbaikan ekonomi ini mendorong the Fed akan melakukan normalisasi kebijakan (menaikkan bunga) setelah pd thn 2014 mengakhiri QE3-nya. Rencana ini menyebabkan volatilitas psr.
Namun rencana normalisasi kebijakan tsb masih diliputi ketidakpastian krn data terkini menunjukkan bahwa ekspansi di AS masih relatif rapuh, inflasi masih rendah serta kondisi ekonomi negara2 besar lainnya juga masih rapuh.
0 -5 Industrial Production
-10
Retail Sales
-15
∂Ri Danareksa Research Institute
Sep-15
May-15
Jan-15
Sep-14
May-14
Jan-14
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
Jan-11
Sep-10
May-10
Jan-10
Sep-09
May-09
Jan-09
-20
-2-
Siklus Bisnis Ekonomi AS: masih dalam fase ekspansi Leading Economic Index Naik
Siklus Bisnis Ekonomi AS
USA: Coincident & Leading Economic Index
Siklus Bisnis Perekonomian Amerika Serikat
114
111
CEI
Fase resesi
111
120
LEI
LEI
110
105
Resesi
104 100
3 bulan
108
118 CEI
92
97
8 bulan
90
105
79
Fase ekspansi 80
90 102
66 70
Fase ekspansi 60
76
Fase ekspansi
Fase ekspansi
50
53
40 Jan-80 Jan-81 Jan-82 Jan-83 Jan-84 Jan-85 Jan-86 Jan-87 Jan-88 Jan-89 Jan-90 Jan-91 Jan-92 Jan-93 Jan-94 Jan-95 Jan-96 Jan-97 Jan-98 Jan-99 Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05 Jan-06 Jan-07 Jan-08 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Jan-15
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Jul-14
Oct-14
Apr-14
Jan-14
Jul-13
Oct-13
Apr-13
Jan-13
Jul-12
Oct-12
Apr-12
Jan-12
Jul-11
Oct-11
Apr-11
Jan-11
Jul-10
Oct-10
Apr-10
Jan-10
Jul-09
Oct-09
Apr-09
Jan-09
Jul-08
Oct-08
Fase ekspansi Apr-08
Jan-08
Jul-07
Oct-07
Fase ekspansi Apr-07
96
83
Jan-07
99
CEI yang menggambarkan kondisi ekonomi terkini dan LEI yang menggambarkan prospek ekonomi kedepan masih dalam tren meningkat yang mengindikasikan bahwa perekonomian AS saat ini dan prospeknya 6 – 12 bulan kedepan masih dalam masa ekspansi dalam siklus bisnisnya. Secara historis rata-rata lamanya ekspansi perekonomian AS adalah 7 – 10 tahun. Artinya ekspansi yang dimulai sejak tahun 2009 berpotensi berlanjut sampai dengan 2016 – 2019 mendatang. Data terkini menunjukkan bahwa pertumbuhan CEI dan LEI Amerika Serikat sedikit melambat, yang mengindikasikan bahwa pemulihan ekonominya juga sedikit melambat.
∂Ri Danareksa Research Institute
-3-
Perekonomian Jepang: pemulihan melambat, namun prospeknya msh baik Japan: Composite coincident & leading economic index
Japan: Purchasing Manager Index 120
59
LEI
56
CEI
115
53
110
50 105
47 100
Japan: New Orders for Machinery 1050 1000
40.0 Level
% YoY
32.0
950 24.0
900 850
16.0
800
8.0
750
0.0
700 -8.0
650
-16.0
J-10 M-10 M-10 J-10 S-10 N-10 J-11 M-11 M-11 J-11 S-11 N-11 J-12 M-12 M-12 J-12 S-12 N-12 J-13 M-13 M-13 J-13 S-13 N-13 J-14 M-14 M-14 J-14 S-14 N-14 J-15 M-15 M-15 J-15 S-15
600
∂Ri Danareksa Research Institute
-4-
95 J-10 M-10 M-10 J-10 S-10 N-10 J-11 M-11 M-11 J-11 S-11 N-11 J-12 M-12 M-12 J-12 S-12 N-12 J-13 M-13 M-13 J-13 S-13 N-13 J-14 M-14 M-14 J-14 S-14 N-14 J-15 M-15 M-15 J-15 S-15
Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 May-15 Jul-15 Sep-15
44
Pada triwulan I 2014 pemerintah Jepang menaikkan pajak penjualan 3% (lebih tinggi dari kenaikan income masyarakat), sehingga daya beli masyarakatnya menurun. Akibatnya pemulihan ekonomi yang terlihat sejak awal tahun 2013 langsung mengalami penurunan yang tajam. Sesudah itu perekonomian Jepang kembali mulai membaik, namun data terkini menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi. Konsensus memperkirakan tahun 2015 ekonomi Jepang akan tumbuh 0.7% (lbh tinggi dari thn lalu -0.1%, namun lbh rendah dari prediksi awal tahun 1.1%). Dengan kondisi seperti itu, maka kebijakan moneter longgar (berupa suku bunga rendah & stimulus) masih berlanjut.
Ekonomi Euro: pemulihan kembali membaik Pertumbuhan Ekonomi
PMI dan Pertumbuhan IPI (%YoY)
IPI (YoY%)
Suku Bunga/Inflasi
6
9
4
PMI
60 55
6
50
2
3
45
0
0
Pertumbuhan Ekonomi
-2
-3
Suku Bunga
-4
IPI
35
PMI
Pertumbuhan M1, M2 dan Kredit
YoY%
15 12
M1
M2
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Oct-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
Oct-11
Jul-11
30 Apr-11
-6 12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jan-11
-6
40
Tingkat Inflasi
Setelah keluar dari krisis ekonomi tahun 2012, pemulihan ekonomi Eropa kembali melambat sejak Q2 2014, akibat krisis geopolitik di Ukraina dan kecenderungan deflasi di kawasan Eropa.
Credit
9 6
Untuk itu bank sentral Eropa (ECB) melonggarkan kebijakan moneter (berupa bunga rendah dan QE bonds korporasi dan pemerintah). Hal ini akan berdampak positif terhadap pasar modal emerging market termasuk Indonesia.
3 0 -3
Data makroekonomi terkini (LEI, IKK, EPE, dll) mengindikasikan adanya perbaikan pemulihan ekonomi di kawasan Euro, meskipun sempat tertahan ketika terjadi gejolak politik di Yunani pada bulan Juli 2015 yang lalu.
∂Ri Danareksa Research Institute
Sep-15
May-15
Jan-15
Sep-14
May-14
Jan-14
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
Jan-11
Sep-10
May-10
Jan-10
Sep-09
May-09
Jan-09
-6
-5-
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok masih Melambat GDP Growth
16
Int.Rate/Inflation 9.0
14
7.5
12
6.0
10
4.5
8
3.0
6
1.5
4
0.0
2
-1.5
0
12341234123412341234123412341234123412341234123412341234123 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 GDP Growth
CN: Lending Rate
-3.0
Inflation Rate
Perekonomian Tiongkok terus melambat, sesuai disain pemerintahnya menuju ke 7%. Beberapa indikator makroekonominya (CEI, LEI, PMI, IKK) menunjukkan pertumbuhan perekonomian Tiongkok cenderung masih lemah. Untuk mendorong pertumbuhan ekonominya kembali ke level yang diinginkan, otoritas moneter Tiongkok makin melonggarkan kebijakan moneter nya berupa penurunan bunga dan GWM.
∂Ri Danareksa Research Institute
-6-
Devaluasi Yuan QE yang dilakukan oleh Eropa dan Jepang menyebabkan nilai tukar kedua mata uang tersebut melemah terhadap US$. Sementara itu otortitas moneter China (PBoC) berupaya melakukan stabilisasi nilai tukar nya utk mencegah capital outflow, sehingga China Yuan cenderung menguat. Apresiasi Yuan menyebabkan penurunan daya saing produk Tiongkok di pasar global, sehingga ekspor nya menurun melampaui perkiraan (data terakhir bulan Juli dan Agustus 2015 turun -8.5% vs -1.5%) yang juga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonominya. Untuk mendorong peningkatan ekspor nya Bank Sentral China (PBoC) mendevaluasi Yuan agar produk China lebih kompetitif di pasar global. Dengan demikian ekspor diharapkan akan kembali membaik dan memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nya (ekspor China elastis terhadap nilai tukarnya). Devaluasi ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi masuknya Yuan sebagai salah satu mata uang official reserve IMF (mengurangi tekanan depresiasi yg ditahan semala ini). Devaluasi ini menyebabkan mata uang negara lain turut “terdepresiasi”, termasuk Rupiah. Disamping itu kebijakan ini juga akan mempengaruhi rencana the Fed yang akan melakukan normalisasi kebijakan (berpeluang semakin mundur memperpanjang ketidakpastian).
∂Ri Danareksa Research Institute
-7-
Perekonomian India: ada indikasi mulai membaik Pertumbuhan Ekonomi
Suku Bunga/Inflasi
15
18
15
12
12
9 9
6 6
3
0
3
1234123412341234123412341234123412341234123412341234123 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan Ekonomi
Policy Rate
0
Inflation Rate
Perekonomian India cenderung membaik seperti tercermin pada GDP growth, PMI manufaktur dan jasa2 yg meningkat, dll. Kedepan diperkirakan juga membaik sejalan inflasi yang menurun yang akan diikuti oleh penurunan bunga. Hal ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi kedepan seperti terlihat pada pertumbuhan LEI yang semakin meningkat.
∂Ri Danareksa Research Institute
-8-
Pertumbuhan Ekonomi Global: 2015 dan 2016 lebih prospektif
Pertumbuhan ekonomi sebagian besar mitra dagang utama Indonesia sedikit membaik pada thn 2015 dan 2016 mendatang akan berdampak positif terhadap ekspor kita.
∂Ri Danareksa Research Institute
-9-
Neraca Perdagangan: ada indikasi semakin membaik YTD (Jan-Aug)
20
Pertamb. & Lain 13.3%
Migas 12.6%
15
billions of US$
Export Pertanian 3.6%
Industri 70.4%
10 Trade Balance Total Export Total Import
Import
5
7.5% 17.0%
0
-5 2008
75.5%
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Barang Konsumsi Barang Modal
Bahan Baku/Penolong
Sepanjang tahun 2012 – 2014, permintaan domestik yang kuat telah memicu kenaikan impor, sedangkan kondisi global yang lesu membuat ekspor Indonesia tertekan. Akibatnya, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Kondisi terkini neraca perdagangan cenderung surplus.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 10 -
Defisit Neraca Transaksi Berjalan Akan Membaik KETERANGAN
I. Transaksi Berjalan A. Barang B. Jasa - jasa C. Pendapatan Primer D. Pendapatan Sekunder II. Transaksi Modal III. Transaksi Finansial ² - Aset - Kewajiban 1. Investasi Langsung 2. Investasi Portofolio a. Aset b. Kewajiban 3. Derivatif Finansial 4. Investasi Lainnya a. Aset b. Kewajiban IV. Total (I + II + III) V. Selisih Perhitungan Bersih VI. Neraca Keseluruhan (IV + V) VII. Cadangan Devisa dan yang terka Memorandum: - Posisi Cadangan Devisa Dalam Bulan Impor dan Pembayara - T ransaksi Berjalan (% PDB)
2010
2011
2012
2013
2014
2014 Q1
Q2
2015 Q3
Q4
Q1
Q2
5.14
1.69
-24.42
-29.11
-27.49
-4.91
-9.59
-7.04
-5.95
-4.10
-4.48
31.00 -9.79 -20.70 4.63 0.05
33.83 -9.80 -26.55 4.21 0.03
8.68 -10.56 -26.63 4.09 0.05
5.83 -12.07 -27.05 4.18 0.05
6.98 -10.01 -29.68 5.22 0.03
3.35 -2.13 -7.21 1.09 0.00
-0.38 -2.83 -7.92 1.53 0.01
1.56 -2.49 -7.31 1.20 0.00
2.45 -2.56 -7.24 1.40 0.02
3.06 -1.86 -6.72 1.42 0.00
4.12 -2.65 -7.37 1.42 0.00
26.48
13.60
24.86
21.93
44.62
7.06
13.92
14.72
8.92
6.31
2.48
-7.29 33.77 11.11 13.20 -2.51 15.71 -0.09 2.26 -1.73 3.99 31.67 -1.33 30.34 -30.34
-16.45 30.06 11.53 3.81 -1.19 5.00 0.07 -1.80 -6.75 4.95 15.32 -3.46 11.86 -11.86
-17.97 42.83 13.72 9.21 -5.47 14.67 0.01 1.92 -5.35 7.28 0.49 -0.28 0.22 -0.22
-15.47 37.39 12.17 10.87 -1.27 12.15 -0.33 -0.78 -3.43 2.64 -7.14 -0.19 -7.32 7.32
-11.94 56.56 15.96 26.06 2.59 23.47 -0.21 2.82 -4.30 7.11 17.17 -1.92 15.25 -15.25
-6.25 13.31 3.23 8.73 0.47 8.27 -0.14 -4.76 -4.07 -0.69 2.15 -0.09 2.07 -2.07
-2.96 16.88 3.71 8.05 -0.99 9.04 0.05 2.12 0.38 1.74 4.33 -0.04 4.30 -4.30
-3.93 18.66 5.99 7.41 1.30 6.11 -0.06 1.38 -2.89 4.26 7.69 -1.22 6.48 -6.48
1.20 7.72 3.03 1.87 1.81 0.06 -0.06 4.08 2.28 1.80 2.99 -0.58 2.41 -2.41
-7.77 14.09 2.31 8.80 0.37 8.42 0.09 -4.88 -4.90 0.02 2.22 -0.91 1.30 -1.30
-7.83 10.31 3.63 5.77 -0.50 6.28 0.02 -6.94 -4.48 -2.46 -1.99 -0.93 -2.93 2.93
96.21
110.12
112.78
99.39
111.86
102.59
107.68
111.16
111.86
111.55
108.03
7.56 0.72
6.74 0.20
6.15 -2.78
5.47 -3.19
6.40 -3.09
5.70 -2.33
6.10 -4.26
6.30 -3.02
6.40 -2.71
6.60 -1.92
6.80 -2.05
Current account deficit memicu kekhawatiran apakah ekspansi ekonomi Indonesia berkesinambungan? Ekspansi ekonomi global & perlambatan ekonomi dom ekspor berpotensi membaik, impor turun, neraca perdagangan akan membaik shg defisit transaksi berjalan akan makin terkendali.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 11 -
Defisit neraca berjalan memicu pelemahan nilai tukar US$ MN
Rp/US$
6,000
8,500
4,000 9,500 2,000 10,500
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
0 -2,000
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015 11,500
-4,000 -6,000
12,500
-8,000 13,500 -10,000 -12,000
Transaksi Berjalan
IDR ep
14,500
Defisit neraca berjalan memicu sentimen negatif terhadap rupiah. Karena itu perbaikan defisit neraca transaksi berjalan akan mendorong penguatan nilai tukar rupiah.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 12 -
Peringkat ‘investment grade’ mendorong aliran FDI Meningkat Realisasi FDI and DDI
Realisasi FDI Menurut Sektor
Investment grade
Aktivitas investasi (domestik and asing) meningkat dengan signifikan. Foreign Direct Investment (FDI) menunjukkan trend naik , dan mencapai US$ 6.8 miliar pada triwulan IV 2014. Sepanjang 4 tw 2014, FDI didominasi oleh sektor sekunder sekitar 46%, khususnya industri. Gejala ini menunjukkan prospek meningkatnya produktivitas. Meningkatnya produktivitas akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar lokal maupun global.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 13 -
13
Defisit Neraca Transaksi Berjalan Tidak Selalu Buruk US$ Bn
percent
6
15 10
Current Account (US$ BN)
4
Current Account (%GDP)
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
-12 1995
-30 1994
-10
1993
-25
1992
-8
1991
-20
1990
-6
1989
-15
1988
-4
1987
-10
1986
-2
1985
-5
1984
0
1983
0
1982
2
1981
5
Pada periode 1981-1996, ketika ekonomi Indonesia tumbuh dengan laju yang tinggi, Indonesia selalu mengalami defisit neraca transaksi berjalan. Indonesia mengalami surplus neraca transaksi berjalan ketika ekonominya jatuh ke resei yang dalam. Jadi, defisit neraca transaksi berjalan justru memberi sinyal bahwa ekonomi Indonesia mulai memasuki fasa pertumbuhan yg lebih cepat. Banyak ekonom yang meyakini bahwa defisit neraca transaksi berjalan adalah fenomena umum yg dialami oleh negara berkembang spt Indonesia.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 14 -
14
Prospek Perekonomian Global dan Ekonomi DN Dari diskusi di atas, perekonomian global masih ekspansi dan prospeknya masih baik. Implikasinya terhadap perekonomian domestik adalah: o Ketidakpastian normalisasi kebijakan moneter the Fed, menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global, termasuk Indonesia. IDR dan pasar modal masih berpotensi mengalami volatilitas. o Peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia berpotensi mendorong kenaikan volume permintaan dan harga terhadap produk Indonesia, meskipun kenaikannya tidak tajam. o Dengan demikian ekspor masih berpotensi tumbuh (meskipun tidak tajam) sehingga kontribusi net-eskpor akan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. o Trade balance akan membaik CAD akan lebih terjaga positif utk IDR/US$. o QE di Euro dan Jepang akan berdampak pada meningkatnya inflow dari kedua negara tersebut, yang akan berdampak positif terhadap pasar modal dan nilai tukar rupiah.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 15 -
Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India
B. Prospek Perekonomian Indonesia 2015 - 2016 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal
C. Kesimpulan
∂Ri Danareksa Research Institute
- 16 -
Suku Bunga (BI rate) dan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi
Suku Bunga/Inflasi
7.0
20
6.0
15
5.0
10
4.0
5
3.0
Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pertumbuhan Ekonomi
BI Rate
0
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (berkorelasi negatif). Suku bunga yang relatif rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya kenaikan suku bunga, cenderung memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Inflasi tahunan
Sementara itu tingkat bunga sangat tergantung pada laju inflasi di dalam negeri, karena BI menganut inflation targeting framework, dimana BI akan menaikkan bunga bila ekspektasi inflasi cenderung meningkat, dan sebaliknya.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 17 -
Perkembangan Inflasi Dalam Negeri, % Weight 2012 FOODSTUFFS 18.9 PREPARED FOOD 16.2 HOUSING 25.4 CLOTHING 7.3 MEDICAL CARE 4.7 EDUCATION 8.5 TRANSPORTATION 19.2 GENERAL 100.0 Food and Non-Food FOOD 35.0 NON-FOOD 65.0 Core Inflation Core Administered Price Volatile Food
Jul-15 2.02 0.51 0.13 0.39 0.36 0.34 1.74 0.93
M-on-M Aug-15 Sep-15 0.91 -1.07 0.71 0.39 0.16 0.20 0.01 0.83 0.70 0.44 1.72 0.89 -0.58 -0.40 0.39 -0.05
Jul-15 8.66 8.19 6.99 3.29 5.60 4.02 8.67 7.26
Y-on-Y Aug-15 Sep-15 9.26 8.26 8.39 8.26 6.38 5.78 3.06 4.10 5.99 6.15 4.17 4.39 8.17 8.00 7.18 6.83
Jul-15 0.40 0.09 0.03 0.02 0.02 0.02 0.35 0.93
Share Aug-15 0.19 0.11 0.04 0.00 0.03 0.13 -0.11 0.39
Sep-15 -0.230 0.070 0.050 0.060 0.020 0.070 -0.090 -0.050
2013 11.73 5.50 4.80 0.74 2.88 2.80 11.60 7.22
Jan-Sept 2014 2015 4.61 2.42 4.83 4.97 4.22 2.68 2.29 3.31 3.88 4.31 3.74 3.69 1.72 -2.04 3.71 2.24
1.34 0.70
0.82 0.14
-0.42 0.18
8.45 6.64
8.87 6.27
8.26 6.12
0.49 0.44
0.30 0.09
-0.16 0.11
8.85 5.94
4.71 3.16
3.56 1.47
0.34 1.67 2.13
0.52 -0.45 0.95
0.44 -0.40 -1.25
4.86 13.53 8.97
4.92 12.32 9.65
5.07 11.26 8.52
0.19 0.35 0.39
0.31 -0.09 0.17
0.26 -0.08 -0.23
3.10 15.55 12.56
3.18 4.94 4.37
3.32 -0.69 2.16
Source : BPS
Laju inflasi cenderung terjaga menyusul harga komoditas yang relatif stabil di pasar global. Dampak kenaikan harga BBM pada bulan Nopember 2014 akan hilang pada bulan Nopember 2015 ini (inflasi akan menurun tajam)
∂Ri Danareksa Research Institute
- 18 -
Prospek Inflasi Untuk bulan Oktober laju inflasi bulanan akan relatif rendah setelah tahun ajaran baru untuk SD s/d PT berakhir, sehingga inflasi tahunan kita pun akan semakin menurun. Penurunan tersebut akan semakin tajam pada bulan Nopember mendatang karena dampak kenaikan harga BBM pada bulan Nopember 2014 akan hilang. Paket stimulus ekonomi ke-3 yang menurunkan harga solar, LPG serta diskon tarif listrik untuk golongan I3 dan I4 akan semakin memperbesar peluang rendahnya inflasi pada bulan Oktober ini, bahkan berpeluang kembali terjadi deflasi. Dengan demikian inflasi tahunan pun akan mengalami penurunan yang tajam pada bulan ini. Dari sisi eksternal tekanan inflasi diperkirakan relatif terjaga, karena harga komoditas di pasar global diprediksikan akan relatif stabil sampai akhir tahun 2015. EIA memperkirakan harga minyak tahun 2015 (WTI): US$ 50 - 60 per barel, bahkan saat ini tren-nya masih menurun. Untuk tahun 2016, harga minyak diperkirakan sekitar US$ 60 per barel, bahkan berpotensi lebih rendah. Jadi baik dari sisi domestik maupun global tampaknya kecil peluang adanya faktor yang mendorong kenaikan inflasi yang signifikan. Dengan perkembangan seperti itu, maka inflasi sepanjang tahun 2015 akan relatif stabil di sekitar 7.0% dan akan menurun tajam pada bulan Nopember 2015 serta turun lebih jauh menjadi sekitar 4% pada akhir tahun 2015 ini. Untuk tahun 2016, laju inflasi diperkirakan stabil sekitar 4.5%.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 19 -
Perkiraan laju inflasi Laju Inflasi dan Suku Bunga BI rate 3.6
9.0 MoM, %
Fore cast
YoY, %
3.0
8.0
BI Rate
Nov-15
Sep-15
Jul-15
May-15
Mar-15
Jan-15
Nov-14
Sep-14
Jul-14
May-14
Mar-14
Jan-14
Nov-13
2.0
Sep-13
-0.6
Jul-13
3.0
May-13
0.0
Mar-13
4.0
Jan-13
0.6
Nov-12
5.0
Sep-12
1.2
Jul-12
6.0
May-12
1.8
Mar-12
7.0
Jan-12
2.4
Kenaikan harga BBM bersubsidi pd bln Nopember 2014 mendorong kenaikan inflasi. Sepanjang tahun 2015 laju inflasi diprediksikan akan stabil sekitar 7.0% & turun signifikan pd bln Nop-Des menjadi sekitar 4% dan 4.5% tahun 2016.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 20 -
Perkiraan harga minyak mentah dunia 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40
Brent crude oil spot price West Texas Intermediate Crude Oil Price
30 1st 2nd 3rd 4th
1st 2nd 3rd 4th
1st 2nd 3rd 4th
1st 2nd 3rd 4th
1st 2nd 3rd 4th
2012
2013
2014
2015
2016
EIA memperkirakan harga minyak mentah dunia tahun 2015 akan cenderung stabil dalam kisaran 50 s/d 60 US$ per barel dan sekitar US$ 60 per barel pada tahun 2016.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 21 -
Prospek Suku Bunga Seperti kita ketahui bersama, bank sentral kita menerapkan kebijakan moneter yg cenderung ketat utk menstabilkan makroekonomi Indonesia (stability over growth), khususnya laju inflasi, defisit neraca transaksi berjalan nilai nilai tukar rupiah. Melihat perkembangan yang terjadi belakangan ini, maka peluang BI menurunkan suku bunga BI rate semakin terbuka lebar krn: o
Laju inflasi semakin terjaga
o
Defisit neraca transaksi berjalan semakin membaik, yang pada gilirannya berpotensi mendorong penguatan rupiah yang selama ini menjadi kekhawatiran Bank Indonesia.
o
Pemerintah menghendaki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
o
Interest rate differential kita dengan negara2 tetangga semakin menurun.
Namun demikian peluang BI tidak menurunkan suku bunga juga tetap ada, mengingat BI akan nyaman bila real-rate kita sekitar 1.5%, dimana suku bunga yang digunakan adalah O/N (dalam hal ini suku bunga Fasbi) yang saat ini berada di level 5.5%. Dengan demikian jika ekspektasi inflasi adalah sekitar 4%, maka real rate kita nanti akan sekitar 1.5% (sesuai level yang dikehendaki). Disamping itu penundaan kenaikan suku bunga the Fed, masih menjadi faktor yang dikhawatirkan dapat menimbulkan volatilitas nantinya.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 22 -
Kenaikan BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah
Kenaikan suku bunga BI rate tidak mampu menahan pelemahan rupiah, bahkan ada kecenderungan kenaikan suku bunga justru semakin menekan nilai tukar rupiah.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 23 -
Pertumbuhan ekonomi AS vs capital flow
Perbaikan kinerja perekonomian AS berkorelasi positif dengan arus modal masuk ke Indonesia baik dalam bentuk portfolio maupun investasi langsung (FDI) return di emerging market tetap lebih menarik (long-run).
∂Ri Danareksa Research Institute
- 24 -
Perbaikan kinerja pasar modal di AS berdampak positif pd IHSG INDEKS HARGA SAHAM (INDU, 000) VS (JCI,000) 18
6
16
5
14
4
12
3
10
2
8
1
INDU (LHS)
JCI (RHS)
6
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Perbaikan kinerja perekonomian AS akan berdampak positif terhadap pasar modalnya. Sementara itu perbaikan kinerja pasar modal AS akan berdampak positif terhadap pasar modal Indonesia.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 25 -
Indeks Nilai Tukar Nominal Indeks Nilai Tukar, 2010 = 100 120
110
100
90
80
70
IDR
KRW
MYR
PHP
THB Sep-15
Jul-15
May-15
Mar-15
Jan-15
Nov-14
Sep-14
Jul-14
May-14
Mar-14
Jan-14
Nov-13
Sep-13
Jul-13
May-13
Mar-13
Jan-13
Nov-12
Sep-12
Jul-12
May-12
Mar-12
Jan-12
Nov-11
Sep-11
Jul-11
May-11
Mar-11
Jan-11
Nov-10
Sep-10
Jul-10
May-10
Mar-10
Jan-10
60
Pada awalnya IDR bergerak seiring dengan mata uang regional. Namun sentimen negatif terhadap CAD membuat IDR bergerak melemah sendiri, termasuk pd saat AS melakukan QE3. Perlambatan pertumbuhan ekonomi saat ini menjadi faktor pelemahan IDR
∂Ri Danareksa Research Institute
- 26 -
Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental Indikator AKTUAL
Dec-08 Dec-09 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 10,950
9,400
8,991
9,068
9,670
12,189
12,440
13,084
13,332
14,657
1. PPP
8,815
8,812
9,293
9,362
9,593
10,240
11,021
10,998
11,056
11,162
2. REER
8,999
8,332
8,937
9,107
9,396
11,922
12,167
13,261
11,881
11,322
3. Tren PPP
8,539
8,873
9,143
9,395
9,736
10,208
10,760
10,904
11,049
11,193
4. Trend REER
9,252
8,870
8,881
9,328
10,222
11,188
11,849
11,973
12,087
12,197
5. Econometric
11,058
10,532
9,749
9,965
10,397
10,935
12,472
12,759
12,645
12,888
6. Competing Currency
10,563
8,595
8,706
9,575
8,412
10,259
10,807
11,195
10,918
11,595
Fundamental Value
9,538
9,002
9,118
9,456
9,626
10,792
11,513
11,848
11,606
11,726
Deviasi, %
-12.9
-4.2
1.4
4.3
-0.5
-11.5
-7.5
-9.4
-12.9
-20.0
Catatan : deviasi negatif (-) berarti nilai tukar Rp vs US$ undervalued, sebaliknya deviasi positif (+) berarti overvalued. Dengan menggunakan beberapa metode, nilai fundamental rupiah terhadap US$ adalah sekitar Rp 11800 per US$. Dengan demikian nilai spot rate rupiah yang saat ini (September 2015) sekitar Rp 14657 per US$ adalah undervalued sekitar -20.0%. Artinya secara fundamental nilai tukar rupiah seharusnya lebih kuat.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 27 -
…Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental Nilai Tukar Rupiah: Aktual vs Fundamental 15500
12.0
14500
6.5
13500
1.0
12500
-4.5
11500
-10.0
10500
-15.5 -21.0
9500 Aktual Spot Rate Fundamental Value
8500
-26.5
Deviasi dari Fundamental
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Oct-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
Oct-11
Jul-11
Apr-11
Jan-11
Oct-10
Jul-10
Apr-10
Jan-10
Oct-09
Jul-09
Apr-09
Jan-09
Oct-08
Jul-08
Apr-08
-32.0
Jan-08
7500
Saat ini spot rate IDR undervalued sekitar 20.0%, dan dalam jangka panjang biasanya akan kembali ke fundamental value-nya. Selanjutnya perbaikan kinerja perekonomian dunia akan mendorong perbaikan neraca transaksi berjalan serta meningkatkan arus masuk investasi portfolio maupun FDI ke Indonesia. Dengan latar belakang seperti itu, maka dalam jangka menengah dan panjang IDR diprediksikan berpotensi lebih kuat dari level yang ada saat ini. Namun perlambatan pertumbuhan ekonomi yg makin dalam saat ini berpotensi meningkatkan tekanan terhadap rupiah dalam jangka pendek.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 28 -
Faktor yang mempengaruhi kurs Rupiah Saat ini nilai tukar rupiah terhadap US$ berada pada level sekitar Rp 13500-an per US$, yang berarti terdepresiasi sekitar 7.5% dari penutupan akhir tahun lalu. Pada level ini rupiah terlalu murah (undervalued) sekitar 13%. Sebagaimana yang telah didiskusikan sebelumnya, pelemahan rupiah disebabkan oleh: o
Rencana normalisasi kebijakan moneter oleh the Fed
o
Adanya sentimen negatif karena CAD
o
Kebijakan ‘nilai tukar lemah’ untuk mengurangi impor dan mendorong ekspor
o
Perlambatan pertumbuhan ekonomi
Kedepan IDR berpotensi menguat, karena: o
Saat ini masih undervalued
o
Perbaikan neraca perdagangan yang akan berdampak positif terhadap perbaikan defisit neraca transaksi berjalan. Hal ini berpotensi mengembalikan sentimen positif terhadap rupiah.
o
Ada indikasi pemulihan pertumbuhan ekonomi yang biasanya diikuti oleh peningkatan kinerja emiten, yang pada gilirannya mendorong masuknya investor asing. Pemulihan pertumbuhan ekonomi juga berpotensi meningkatkan peringkat Indonesia (oleh S&P).
Namun perlu diwaspadai bahwa jika ada perbaikan pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, maka isu normalisasi kebijakan the Fed akan muncul kembali yang dapat menyebabkan volatilitas nilai tukar rupiah. Hanya saja dengan kinerja pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang lebih baik, maka potensi pelemahan akan lebih terbatas.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 29 -
Coincident Economic Index: … flat dengan tren pertumbuhan melambat Composite Coincident Index 126
7.6 Index (LHS)
SM6,% (RHS)
5.6
117
3.6
113
1.6
108
-0.4
104
-2.4
99
-4.4
95
-6.4
J-08 A-08 J-08 O-08 J-09 A-09 J-09 O-09 J-10 A-10 J-10 O-10 J-11 A-11 J-11 O-11 J-12 A-12 J-12 O-12 J-13 A-13 J-13 O-13 J-14 A-14 J-14 O-14 J-15 A-15 J-15
121
Dalam periode Juli 2008 – Februari 2009 CEI cenderung menurun. Hal ini mengindikasikan adanya perlambatan yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun dalam periode Maret 2009 – Q2 2013, tren CEI masih meningkat, yang mengindikasikan perekonomian masih bertumbuh. CEI yang relatif flat sejak 2012, mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat masih terus berlanjut sampai saat ini.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 30 -
Leading Economic Index: …masih dalam tren menurun COMPOSITE LEADING INDEX 143
10.0
Index (LHS)
SM6,% (RHS) 7.5
129
5.0
122
2.5
115
0.0
108
-2.5
101
-5.0
94
J-08 A-08 J-08 O-… J-09 A-09 J-09 O-… J-10 A-10 J-10 O-… J-11 A-11 J-11 O-… J-12 A-12 J-12 O-… J-13 A-13 J-13 O-… J-14 A-14 J-14 O-… J-15 A-15 J-15
136
-7.5
Resesi mini yang terjadi dlm periode Jul 2008 - Feb 2009 sdh terdeteksi oleh LEI sejak bln Nop 2007. Demikian pula fase ekspansi yg mulai terjadi sejak Mar 2009 terdeteksi oleh LEI sejak Nop 2008. Data terkini menunjukkan level LEI yang cenderung flat bahkan menurun dan dengan tren pertumbuhan menurun. Artinya, dalam beberapa bulan mendatang pertumbuhan ekonomi kita masih berpotensi lambat. Tanpa kebijakan yg countercyclical perlambatan ini berpotensi makin memburuk.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 31 -
Siklus Bisnis P3 P2 P1
T3 T2 T1
ekspansi
kontraksi
ekspansi
Semua negara di dunia memiliki siklus bisnis, dimana ekonomi ada kalanya bertumbuh (ekspansi) dan kontraksi (resesi). Pada saat ekonomi ekspansi dan terdeteksi titik P1 berarti ekonomi akan melambat. Jika terdeteksi P2 berarti ekonomi akan melambat signifikan. Dan bila terdeteksi P3 berarti ekonomi akan memasuki resesi.
Sebaliknya pada saat ekonomi resesi, maka deteksi T1 berarti ekonomi akan segera ekspansi. Deteksi T2 dan T3 berarti ekspansinya akan lebih pesat atau full capacity.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 32 -
Deteksi Titik Puncak (Peak) CEI
P1
P2
P3
129 123 117 111 105 99 93 87 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Titik puncak P1 terdeteksi pada bulan Juni 2008 dan kemudian P2 serta P3 masing-masing terdeteksi pd bulan Oktober dan Nopember 2008. P1 kembali terdeteksi pada Maret 2015. Tanpa kebijakan yang counter-cyclical perlambatan yang terjadi saat ini berpotensi untuk munculnya P2 dan P3.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 33 -
Deteksi Titik Lembah (Trough) CEI
T1
T2
T3
129
123
117
111
105
99
93
87 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Titik T1 terdeteksi pada bulan Maret 2009 dan titik T2 dan T3 terdeteksi pada bulan Oktober. Artinya setelah mengalami resesi mini dalam periode Juli 2008 – Maret 2009, maka perekonomian Indonesia kembali memasuki fase ekspansi.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 34 -
Siklus Bisnis Indonesia: Rata-rata Periode Ekspansi 7 tahun 144
130 LEI (LHS)
CEI (RHS)
136
124
Periode Resesi
128
119
Periode ekspansi
120
113
112
108
104
102
Periode ekspansi 96
97
88
91
Periode ekspansi 80
86
Periode ekspansi
∂Ri Danareksa Research Institute
- 35 -
Jul-15
Oct-14
Jan-14
Apr-13
Jul-12
Oct-11
Jan-11
Apr-10
Jul-09
Oct-08
Jan-08
Apr-07
Jul-06
Oct-05
Jan-05
Apr-04
Jul-03
Oct-02
Jan-02
Apr-01
Jul-00
Oct-99
Jan-99
Apr-98
Jul-97
Oct-96
Jan-96
Apr-95
Jul-94
Oct-93
Jan-93
Apr-92
Jul-91
Oct-90
80 Jan-90
72
IKK: Menurun, namun masih di level yang relatif tinggi Indeks Kepercayaan Konsumen 110
100 91.6
Penurunan harga BBM Kenaikan BBM V
90
Kenaikan BBM I 80
70
73.3
Kenaikan BBM IV
Harga bahan pokok naik Inflasi meningkat
Kenaikan BBM II 65.3
J-04 A-04 J-04 O-04 J-05 A-05 J-05 O-05 J-06 A-06 J-06 O-06 J-07 A-07 J-07 O-07 J-08 A-08 J-08 O-08 J-09 A-09 J-09 O-09 J-10 A-10 J-10 O-10 J-11 A-11 J-11 O-11 J-12 A-12 J-12 O-12 J-13 A-13 J-13 O-13 J-14 A-14 J-14 O-14 J-15 A-15 J-15
60
Kenaikan BBM III
IKK memberikan indikasi tentang tingkat keyakinan konsumen thdp kondisi perekonomian secara keseluruhan.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 36 -
Persepsi masyarakat terhadap pemerintah masih baik Indeks Kepercayaan Konsumen Kepada Pemerintah 160
Mega-Hamzah
SBY-JK
SBY-BOED
JW - JK
145
129.9
Penurunan harga BBM
130 119.7 Kenaikan BBM I
115
Harga bahan pokok naik
Kenaikan BBM IV
Inflasi meningkat
108.8 Kenaikan BBM II
100
Kenaikan BBM III
Persepsi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menjalankan tugas2nya masih baik
∂Ri Danareksa Research Institute
- 37 -
J-15
M-15
N-14
J-14
M-14
N-13
J-13
Kenaikan BBM IV
M-13
N-12
J-12
M-12
J-11
M-11
N-10
J-10
M-10
N-09
J-09
M-09
N-08
J-08
M-08
N-07
J-07
M-07
N-06
J-06
M-06
N-05
J-05
M-05
N-04
J-04
M-04
N-03
J-03
M-03
N-02
85
N-11
Isu Kenaikan BBM
Optimisme pebisnis turun, namun masih optimis Business Sentiment Index 180.0
165.0
150.0
135.0
120.0
105.0
BSI
Present Situation
Expectations
Meskipun ISB menurun, namun porsi pebisnis yang optimis masih dominan
∂Ri Danareksa Research Institute
- 38 -
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Oct-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Oct-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Oct-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
Oct-11
Jul-11
Apr-11
Jan-11
Oct-10
Jul-10
Apr-10
Jan-10
Oct-09
Jul-09
Apr-09
Jan-09
Oct-08
Jul-08
Apr-08
Jan-08
90.0
BPI: Sistem Perbankan Masih Baik Banking Pressure Index - Indonesia 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 97
98
99
00
01
Component REER index - deviation from LT trend Stock prices growth (Inverted) Money multiplier growth LEI growth (Inverted) Export growth (Inverted) Interbank call money 1 day rate Banking Pressure Index
∂Ri Danareksa Research Institute
02
03
04
Aug-15 105.8 13.4 0.4 1.2 21.7 5.6 0.34
05
06
Sep-15 97.5 22.2 4.6 0.2 10.0 5.7 0.18 - 39 -
07
08
09
10
11
12
13
14
15
Sistem perbankan masih relatif baik, namun tekanan di perbankan cenderung meningkat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi mulai meningkatkan NPL, meskipun masih dalam batas yang dapat diterima.
Proyeksi indikator makroekonomi utama 2015 - 2016 Pertumbuhan ekonomi tahun 2015 diperkirakan akan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tahun 2014 yang lalu. Perlambatan ini disebabkan kebijakan moneter yang ketat berupa suku bunga yang relatif tinggi dan likuiditas yang ketat ditambah dengan keterlambatan pembelanjaan APBN (karena ada beberapa hambatan). Disamping itu menurunnya harga komoditas menyebabkan sumbangan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi kecil. Untuk tahun 2016, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan rebound menjadi sekitar 5.4%. Perbaikan ini ditopang oleh inflasi yang semakin terjaga sehingga suku bunga diperkirakan akan menurun, yang pada gilirannya akan mendorong kenaikan konsumsi dan investasi. Belanja APBN pun diperkirakan akan lebih optimal mengingat hambatan2 yang terjadi tahun 2015 sudah dapat diatasi. Sementara itu ekspor juga diperkirakan akan memberikan kontribusi yang lebih berarti seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi dunia. Laju inflasi sepanjang tahun 2015 diperkirakan akan relatif tinggi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi tahun 2014 yang lalu serta kenaikan harga beberapa barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah. Namun pada akhir tahun 2015 akan turun ke sekitar 4% dan bertahan stabil pada level tersebut hingga tahun 2016 mendatang. Perkiraan ini didasarkan pada proyeksi harga komoditas yang belum akan mengalami kenaikan yang tajam tahun depan, sehingga dampaknya terhadap kenaikan harga di dalam negeri relatif kecil.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 40 -
Proyeksi indikator makroekonomi utama 2015 - 2016 Dengan prospek inflasi yang semakin menurun ditambah dengan kecenderungan defisit neraca transaksi berjalan yang semakin terjaga serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam beberapa triwulan terakhir ini, maka suku bunga BI rate berpotensi turun menjadi 7.25% pada akhir tahun 2015. Stabilitas indikator makroekonomi diperkirakan akan semakin baik tahun 2016, dengan inflasi yang tetap rendah serta CAD yang semakin menurun. Dengan prospek seperti itu, maka suku bunga BI rate berpotensi turun lebih jauh menjadi sekitar 6.75% pada tahun 2016 mendatang. Secara fundamental saat ini nilai tukar rupiah undervalued, sehingga dengan perbaikan faktor2 yang membuat rupiah melemah (isu kenaikan bunga the Fed selesai, CAD dan inflasi yang makin terjaga serta peningkatan pertumbuhan ekonomi) diharapkan ada potensi penguatan rupiah kedepan, khususnya untuk tahun 2016 mendatang. Potensi perbaikan rating juga dapat mendorong penguatan rupiah tahun depan. Untuk tahun 2015, rupiah tampaknya masih cenderung tertekan menyusul ketidakpastian rencana normalisasi kebijakan the Fed, harga komoditas di pasar global yang belum pulih serta tren perlambatan pertumbuhan ekonomi yang masih terus berlangsung.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 41 -
Proyeksi indikator makroekonomi utama, 2015 - 2016 Basic Economic Indicators Indikator
2013
2014
2015F
2016F
1. Pertumbuhan PDB, %
5.78
5.02
4.90
5.40
2. Laju Inflasi, %YoY
7.72
8.36
4.00
4.50
3. BI rate, %pa
7.50
7.75
7.25
6.75
10,563
11,885
13,433
13,401
4. IDR/US$, rata2 setahun
Laju inflasi diperkirakan akan semakin menurun dan defisit neraca transaksi berjalan akan semakin terjaga, sehingga potensi penurunan suku bunga BI rate atau relaksasi makroprudential semakin besar. Hal ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan konsumsi dan investasi, sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan semakin membaik.
Kinerja ekonomi yang semakin baik akan berdampak positif terhadap penguatan nilai tukar rupiah.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 42 -
Kenaikan IHSG selama ini didukung oleh fundamental ekonomi yang baik
Periode Resesi 126
5950
122
5250
118 114
Coincident Economic Index (sumbu kiri)
4550
IHSG (sumbu kanan)
3850
110 3150
`
106
2450
102
1750
98
May-15
Sep-14
Jan-14
May-13
Sep-12
Jan-12
May-11
Sep-10
Jan-10
May-09
Sep-08
Jan-08
May-07
Sep-06
Jan-06
May-05
Sep-04
Jan-04
May-03
Sep-02
Jan-02
350
May-01
90
Sep-00
1050
Jan-00
94
Sepanjang perekonomian msh ekspansi, mk berinvestasi dipasar modal tetap menjanjikan.Thn 2014 IHSG membukukan return sekitar 22%.
Utk tahun 2015 dan 2016, perbaikan indikator makroekonomi seperti inflasi yang semakin menurun dan defisit neraca transaksi berjalan yang makin terjaga yang mungkin akan diikuti penurunan suku bunga dapat berdampak positif terhadap IHSG hingga akhir tahun.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 43 -
Outline A. Perkembangan dan Prospek Perekonomian Global • Amerika Serikat • Uni Eropa • Asia: Jepang, Tiongkok dan India
B. Prospek Perekonomian Indonesia 2015 - 2016 • Inflasi, suku bunga dan nilai tukar • Early economic indicators • IKK, BSI, BPI dan pertumbuhan ekonomi • Prospek pasar modal
C. Kesimpulan
∂Ri Danareksa Research Institute
- 44 -
Kesimpulan Perekonomian global masih dalam masa ekspansi, dan diperkirakan masih akan terus berlanjut sampai dengan tahun 2016 mendatang. Hal ini akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Untuk tahun 2015 pertumbuhan ekonomi kita diperkirakan 4.9% atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014 (5.0%). Untuk tahun 2016 pertumbuhan ekonomi kita akan lebih baik (5.4%) yang terutama ditopang oleh konsumsi dan investasi serta kontribusi ekspor yang lebih berarti. Laju inflasi yang saat ini sekitar 7.26% akan turun menjadi sekitar 4.0% pada akhir tahun 2015 dan tetap stabil pada level sekitar 4.5% sampai akhir tahun 2016 mendatang. Dengan inflasi dan CAD yang semakin terjaga serta pertumbuhan ekonomi yang masih lambat, terbuka peluang penurunan suku bunga BI rate menjadi 7.25% pada akhir tahun 2015 dan 6.75% pada akhir tahun 2016. Dalam jangka pendek rupiah masih tertekan dengan rata-rata Rp 13433 sepanjang tahun 2015. Namun dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik dan indikator makroekonomi lainnya yang lebih terjaga, maka tahun depan nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat menjadi rata-rata sekitar 13401 per dolar Amerika. Resiko: Penurunan harga minyak dunia menyebabkan tekanan terhadap harga komoditas ekspor utama, sehingga dapat berdampak negatif terhadap neraca transaksi berjalan dan APBN, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pula terhadap IDR & pasar modal. Tekanan tsb dpt meningkat jika pemulihan ekonomi dunia lebih lambat dari yang diprediksikan.
∂Ri Danareksa Research Institute
- 45 -