Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
Public Disclosure Authorized
52095
PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Menembus Badai Juni 2009
P E RKEMB AN G AN TRIW ULAN AN P E RE KONOMI AN INDONES I A Menembus badai Juni 2009
Kata Pengantar The Indonesian Economic Quarterly (perkembangan triwulanan perekonomian Indonesia) melaporkan dan mensintesis pada perkembangan kunci perekonomian Indonesia selama tiga bulan terakhir. Ikhtisar ini menempatkan berbagai perkembangan tersebut dalam konteks jangka yang lebih panjang dan global, dan mengkaji berbagai implikasi yang ada bagi kemungkinan perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Ikhtisar ini mencakup perekonomian makro sampai pasar-pasar finansial hingga indikator kesejahteraan manusia dan pembangunan. Ikhtisar ini ditujukan kepada publik luas, termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, peserta pasar keuangan, dan komunitas analis serta kalangan profesional yang terlibat dalam perekonomian Indonesia yang terus berevolusi. Laporan perkembangan perekonomian Indonesia ini dipersiapkan dan dikompilasi oleh tim analisis perekonomian makro di Bank Dunia, Jakarta: Tim Bulman, Ekonom, di bawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Ekonom Senior, dan William E. Wallace, Ekonom Kepala. Tim-tim lain di kelompok Pengentasan Kemiskinan dan Manajemen Perekonomian Bank Dunia, juga memberi kontribusi kepada pembaharuan ini: Matt Wai-Poi, bersama Vivi Alatas dan Edgar Janz, mempersiapkan analisa dampak melambatnya prospek masa depan kesempatan kerja Indonesia dan kesejahteraan warga termiskinnya. Lebih banyak lagi tentang pasar tenaga kerja Indonesia bisa ditemukan di Indonesian Jobs Report yang akan segera terbit. Sjamsu Rahardja bersama Fitria Fitrani memberi kontribusi berbagai bagian yang berfokus pada dampak perdagangan selama krisis global, dan mempersiapkan analisis harga perdagangan di Indonesia dan prakiraan arus perdagangan nominal Indonesia. Sarah Horrignan menyumbang analisis tentang anggaran pembayaran pemerintah Indonesia, berdasarkan kerja bersama Hari Purnomo dan Vijay Ramachandran; analisis oleh Dhaine Nugroho juga berkontribusi kepada fokus bagian ini. Dokumen ini diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Arfan Achyar dan diedit oleh Magda Adriani.
Lebih jauh lagi analisa Bank Dunia membahas perekonomian Indonesia … Tim perekonomian makro Indonesia yang ada di Bank Dunia telah memulai melakukan blogging. Nalar Ekonomi Indonesia, berbagai komentar terkini di Indonesia tentang perkembangan perekonomian Indonesia, ikuti diskusi yang ada melalui tautan http://eapblog.worldbank.org/ Untuk ikut serta dalam daftar distribusi email untuk seri Quarterly ini dan publikasi terkait, silakan hubungi
[email protected]. Untuk menyampaikan pertanyaan dan komentar terkait publikasi ini, silakan hubungi
[email protected]. Untuk informasi tentang Bank Dunia dan aktifitasnya di Indonesia, silakan kunjungi www.worldbank.org/id
i
Daftar Isi Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i Rangkuman Eksekutif: Indonesia menembus badai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i A. PEMBAHARUAN PEREKONOMIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 1. 2.
3.
4.
5.
6.
Prospek perekonomian global di masa depan telah memburuk dengan cepat… ........................... 1 …dan perekonomian Indonesia mulai merasakan dampak buruknya .............................................. 3 a. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) melambat di akhir tahun 2008............................. 3 b. Perlambatan global ini menghantam arus perdagangan Indonesia ........................................... 4 c . Bersama dengan melemahnya permintaan dan aktifitas, dan merosotnya harga komoditas yang mengurangi keuntungan, berbagai perusahaan mengurangi investasi dan mulai merumahkan karyawan mereka ..................................................................................................... 6 d. Pertumbuhan produksi melambat baik di industri yang memproduksi barang yang diperdagangkan (tradables) maupun yang tidak (non-tradables) ............................................... 8 Setelah menjadi bulan-bulanan gejolak pasar global, pasar-pasar keuangan Indonesia membaik sejak bulan Maret.................................................................................................................. 9 a. Pasar-pasar keuangan kembali menaruh kepercayaan pada mata uang rupiah ....................... 9 b. Pasar saham ini merupakan yang terkuat di kawasan ini .......................................................... 10 c . Pengembalian obligasi domestik telah membaik dari gejolak yang baru saja dialaminya ..... 11 d. Secara keseluruhan, sektor perbankan tetap dalam kondisi sehat .......................................... 13 …walaupun harga-harga komoditas global yang lebih rendah memperlambat inflasi ................. 15 a. Harga-harga yang lebih rendah, termasuk harga bahan bakar yang telah ditetapkan… ........ 15 b. …telah menyebabkan inflasi yang lebih rendah ......................................................................... 16 c . … terutama untuk rumah tangga yang lebih miskin .................................................................. 17 d. …dan mendorong BI menurunkan tingkat kebijakannya sebanyak 225 basis points dari Desember sampai Mei ................................................................................................................... 17 Posisi eksternal Indonesia tetap tidak berubah walaupun lebih lemah daripada tahun 2007...... 18 a. Neraca pembayaran Indonesia mencatat defisit kecil di tahun 2008, dan kembali surplus di awal 2009 ........................................................................................................................................ 18 b. Pemaparan hutang eksternal, walaupun signifikan, tampaknya bisa dipertahankan ............. 20 Anggaran pemerintah Indonesia memiliki posisi baik untuk menanggapi penurunan yang terjadi .............................................................................................................................................................. 21 a. Angka realisasi awal mengindikasikan keseimbangan neraca hampir tercapai di tahun 2008, jauh lebih rendah daripada yang diproyeksikan… ..................................................................... 21 b. Sebagai antisipasi terhadap penurunan pendapatan dan kebutuhan akan stimulus fiskal, Parlemen menyetujui revisi anggaran dengan target defisit sebesar 2,5% ............................. 22 c . Kebutuhan keuangan pemerintah Indonesia akan meningkat di tahun 2009 .......................... 23
B. DAMPAK KRISIS GLOBAL TERHADAP INDONESIA: MEMANDANG KE DEPAN . . . . . . . . . . . . . . . 26 1.
2. 3.
4. 5.
Penurunan tajam yang dialami oleh berbagai mitra perdagangan besar perekonomian Indonesia digabungkan dengan penurunan harga komoditas memiliki implikasi penurunan tajam dalam hal ekspor ............................................................................................................................................ 26 a. Prospek global semakin memburuk sejak Desember, mempengaruhi sektor eksternal yang dimiliki Indonesia .......................................................................................................................... 26 b. Ekspor-ekspor Indonesia sepertinya akan menjadi stabil ......................................................... 27 c . Penurunan ekspor berpengaruh lebih besar terhadap sebagian sektor dan wilayah ............. 28 Pertumbuhan kredit domestik, karena telah melambat, sepertinya akan menjadi stabil ............. 29 Neraca pembayaran Indonesia sepertinya akan lebih lemah daripada tahun-tahun sebelumnya .............................................................................................................................................................. 30 a. Prospek neraca berjalan ini hampir seimbang ........................................................................... 30 b. Kebutuhan pembiayaan eksternal yang lumayan besar menyatakan ada kemungkinan larinya modal lebih lanjut.............................................................................................................. 30 Inflasi akan semakin turun, terutama untuk kalangan miskin ......................................................... 31 Pemerintah menanggapi perlambatan global ................................................................................... 32 a. Pemerintah telah menanggapi dengan paket stimulus fiskal .................................................... 32 b. …dan berusaha menangani dan mengatasi tantangan secara langsung demi mencapai pembayaran yang penuh dan cepat............................................................................................. 33
6.
7.
8.
c . Akses kepada pembiayaan perdagangan telah menjadi problem bagi eksportir, dan pemerintah memberi dukungan ................................................................................................... 36 d. Pemerintah juga telah bertindak mengendalikan penyelundupan dan penimbunan barang . 39 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan melambat, dikarenakan berbagai efek melambatnya ekspor dan menurunnya harga komoditas, ditambah lebih ketatnya kredit domestik .............................................................................................................................................. 40 Ketersediaan lapangan kerja, terutama di sebagian wilayah dan sektor, akan terpengaruh oleh perlambatan tersebut .......................................................................................................................... 42 a. Selama krisis Asia 1997-98, tingkat pengangguran di Indonesia meningkat tidak terlalu besar, di mana pekerja yang kehilangan pekerjaan yang bergaji lumayan beralih ke sektor informal dan pertanian .................................................................................................................. 42 b. … tetapi rumah tangga berpendapatan rendah, secara umum, lebih rentan terhadap gejolak…......................................................................................................................................... 44 c . … dan sebagian dari hal-hal yang paling rentan dari krisis yang ada sekarang ..................... 45 d. Cara rumah tangga miskin menangani gejolak bisa menjadi hal yang mahal dalam jangka panjang........................................................................................................................................... 46 Setelah peningkatan signifikan, kemiskinan akan berkurang dengan laju yang tidak terlalu cepat, dan pemerintah menanggapi .................................................................................................. 48
DAFTAR GRAFIK Grafik 1: Produksi industri melesu secara global sejak akhir 2008, dan ada pemulihan di bulan 2 Maret 2009 Grafik 2: …yang membawa kontraksi perdagangan yang lebih besar, terutama di Asia Timur 2 Grafik 3: Setelah gejolak di tahun 2008, harga-harga komoditas stabil di awal 2009 2 Tabel 2 dan Grafik 4: Permintaan domestik, baik dari konsumen dan pemerintah, telah mendukung perekonomian, sementara volume perdagangan telah anjlok dan 3 investasi melemah Grafik 5: Penurunan pertumbuhan Indonesia terjadi kemudian, dan bersifat moderat, dibanding 4 negara lain di kawasan ini Grafik 6: Ekspor Indonesia merupakan pangsa perekonomian yang lebih kecil, dan belum 4 berkembang secepat perekonomian lain di kawasan ini Grafik 7: Nilai ekspor Indonesia turun cukup besar di triwulan pertama setelah di triwulan 5 keempat tidak mengalami perubahan 5 Grafik 8: Penurunan harga minyak mengembangkan surplus perdagangan Grafik 9: Indikator perdagangan eceran (Retail) telah stabil sejak akhir 2008 dan kepercayaan 7 konsumen hampir mendekati titik tertinggi dalam sejarah Grafik 10: Penjualan kendaraan bermotor turun tajam di akhir 2008, tetapi setelahnya kembali 7 stabil Grafik 11: Kedua pertumbuhan output yang bisa diperdagangkan (tradables) maupun yang tidak (non-tradables) melambat, tetapi perbedaan pertumbuhannya tetap besar 8 Grafik 12: Setelah terpukul oleh penurunan ekonomi global pada bulan Februari, rupiah kembali 10 ke level di bawah 10.500 per USD pada pertengahan Mei 10 Grafik 13: …dimana ini adalah salah satu pergerakan terkuat di kawasan ini Grafik 14: Setelah masuk ke pasar saham Indonesia selama masa puncak gejolak pasar, investor asing penjual netto di awal tahun 2009, dan kemudian kembali ketika 11 risiko global berkurang sejak akhir Maret Grafik 15: Pasar saham Indonesia menunjukan kinerja baik dibanding pasar saham lain setelah India, dan menjadi salah satu yang terkuat di dunia sejak tanggal 1 Desember 11 Grafik 16: Walaupun telah membaik sejak Maret, pengembalian obligasi asing Indonesia tetap 12 lebih tinggi dan lebih mudah berubah dibanding tempat lain di kawasan ini Grafik 17: Walaupun perbedaan antara obligasi asing dolar dan rupiah telah membaik sejak gejolak di bulan Desember, pengembalian obligasi dolar di Indonesia tetap tinggi 12 kalau dilihat dari standar sejarah Grafik 18: Kurva pengembalian menjadi begitu rata di bulan Desember, tetap sejak bulan itu 13 kembali ke bentuk kurva yang lebih normal Grafik 19: Walaupun banyak tingkat hutang asing telah diturunkan, tingkat hutang Indonesia 13 tetap tidak berubah Grafik 20: Para pemilik deposit beralih ke deposito berjangka yang tidak terlalu likuid (tetapi 15 lebih mahal bagi bank)
Grafik 21: Persetujuan bank umum terhadap pinjaman kepada berbagai bisnis berkurang tajam 15 di triwulan terakhir tahun 2008 Grafik 22: Satu indikator pinjaman antar bank dalam bentuk Rupiah kembali ke level normal di 15 awal tahun 2009 Grafik 23: Harga bensin sekarang ini berada di dekat ongkos ekonomis bahan bakar: harga solar dan minyak tanah yang diregulasi tetap berada di bawah ongkos 17 ekonomisnya Grafik 24: Inflasi telah berkurang tajam selama 8 bulan terakhir, terutama untuk rumah tangga 17 miskin Grafik 25: Kesenjangan antara bunga dan laju inflasi telah mengecil, walaupun Bi telah 17 menerapkan kebijakan moneter yang cepat sejak Desember 2008 Grafik 26: Arus keluar modal menarik neraca pembayaran ke posisi surplus di triwulan keempat 19 Grafik 27: Obligasi eksternal jangka pendek Indonesia sejalan dengan perekonomian lain di 21 kawasan ini Grafik 28: Setelah defisit neraca yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir, neraca 2008 22 yang hampir seimbang adalah sebuah kontraksi Grafik 29: Di tahun 2008, seperti tahun 2005, pemerintah tidak menghabiskan anggaran semua 22 belanja - selain dari subsidi energi Grafik 30: Pengeluaran publik untuk subsidi menggelembung di tahun 2008; pengeluaran ini dianggarkan untuk dialihkan ke pendidikan, pertanian, infrastruktur dan 23 pengeluaran "lain-lain" di tahun 2009 Grafik 31: Prospek pertumbuhan global telah memburuk lumayan besar selama beberapa bulan 27 terakhir Grafik 32: Hanya pemulihan kecil diproyeksi di dalam berbagai harga komoditas global, dan 27 harga ekspor Indonesia Grafik 33: Ekspor tekstil, perikanan, dan perikanan Indonesia sangat bergantung pada pasar 28 berpendapatan tinggi Grafik 34: Ukuran rencana stimulus Indonesia, walaupun moderat, mirip dengan perekonomian 32 lain di kawasan ini Grafik 35: … tetapi potongan pajak menjadi bagian terbesar dari rencana Indonesia dibanding 32 perekonomian negara tetangga 34 Grafik 36: pengeluaran pemerintah Indonesia terkonsentrasi pada akhir tahun ini 34 Grafik 37: … terutama pengeluaran infrastruktur. 37 Grafik 38: Penyebaran kredit perdagangan meningkat 37 Grafik 39: … dan volume pembiayaan perdagangan menyusut Grafik 40: Walaupun Indonesia mengalami perlambatan yang lumayan besar, perlambatan itu 41 termasuk yang terkecil di kawasan ini Grafik 41: Pengangguran meningkat cukup besar selama krisis ekonomi 1997/98 dan 43 perlambatan di tahun 2001 Grafik 42: Rekor jumlah wanita masuk pasar tenaga kerja untuk membantu berkurangnya 44 penghasilan keluarga … …sementara masyarakat miskin menunjukkan gerakan keluar dari pekerjaan nonGrafik 43: 44 pertanian dan pekerjaan formal Grafik 44: Kalimantan Barat dan sebagian besar wilayah Sulawesi sepertinya sangat 46 terpengaruh oleh perlambatan global Grafik 45: Sejumlah besar pekerja berada di sektor-sektor ekspor yang rentan, melambangkan 46 bagian besar di Sumatra dan Kalimantan
DAFTAR TABEL Tabel 1: Arus modal, lemah sejak akhir 2008, masih belum membaik 2 Tabel 2 dan Grafik 4: Permintaan domestik, baik dari konsumen dan pemerintah, telah mendukung perekonomian, sementara volume perdagangan telah anjlok dan investasi melemah 3 Tabel 3: Perlambatan output manufaktur dan konstruksi cukup signifikan 8 Tabel 4: Arus keluar Portfolio investasi menggerakkan neraca pembayaran Indonesia ke wilayah defisit di akhir 2008; neraca berjalan yang ada sekarang mendekati seimbang 18 Tabel 5: Hutang eksternal jangka pendek Indonesia 21 Tabel 6: Bagian PDB pemerintah dianggarkan berkurang di tahun 2009, bahkan dengan pengeluaran yang lebih tinggi untuk aktifitas pemerintah 23
Tabel 7: Setelah mencapai surplus keuangan di tahun 2008, kebutuhan pembiayaan pemerintah meningkat kembali di tahun 2009 24 Tabel 8: Berbagai kawasan yang sangat terpapar dengan sektor komoditas adalah kawasan yang paling keras terkena dampak perlambatan ini 29 Tabel 9: Indonesia membutuhkan sekitar $AS 30 miliar untuk pembiayaan eksternal di tahun 2009 30 Tabel 10: Tingkat pajak marjinal telah dikurangi dan batasan pajak penghasilan dinaikkan 33 Tabel 11: Terutama untuk barang-barang konsumsi, ada bukti cukup besarnya jumlah impor ilegal 39 Tabel 12: Pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan melambat ke angka 3,4 persen di tahun 2009, membaik di tahun 2010, menurut prakiraan mendasar untuk pertumbuhan global dan harga, serta kebijakan domestik 41 Tabel 13: Penurunan global yang lebih mendalam atau lama juga akan memperpanjang perlambatan yang dialami Indonesia, sementara stimulus kebijakan yang efektif akan mendorong permintaan domestik dan mengangkat pertumbuhan 42 Tabel 14: … tetapi upah real (sesungguhnya) berkurang secara substansial 43 Tabel 15: Rumah tangga miskin dan hampir miskin lebih mungkin menderita karena gejolak perekonomian 44 Tabel 16: Pekerja yang paling berisiko selama krisis yang ada sekarang adalah mereka yang kurang berpendidikan dan tinggal di kawasan pinggiran kota 45 Tabel 17: ...dan kemungkinan besar menjadi pekerja informal dan menghasilkan uang lebih sedikit dengan tunjangan yang lebih kecil 45 Tabel 18: Rumah tangga yang lebih miskin lebih mungkin mengurangi konsumsi dan meminta anggota keluarganya mencari pekerjaan selama terjadinya pengurangan penghasilan 47 DRAFTER KONTAK Kotak 1: Paket stimulus pemerintah Kotak 2: Mengklasifikasikan jenis-jenis pengeluaran – apa arti istilah tersebut Kotak 3: Sesuatu yang utama untuk pembiayaan perdagangan
33 35 37
Rangkuman Eksekutif: Indonesia menembus badai Kemunduran perekonomian global telah mempengaruhi pertumbuhan Indonesia, tetapi tidak langsung terjadi dan tidak sebesar di tempat lain.
Perlambatan yang dialami Indonesia terjadi relatif belakangan dan, lebih moderat dibanding banyak negara lain tetapi dampak buruk dari perlambatan perekonomian global tersebut sekarang sedang berlangsung. Pertumbuhan PDB melambat di triwulan keempat 2008 sampai triwulan pertama 2009, ke angka 4,4 persen y-o-y, dari angka 6,4 persen di triwulan ketiga tahun itu. Untuk tahun 2008 secara keseluruhan, perekonomian Indonesia berkembang sebesar 6,1 persen, hanya sedikit di bawah angka tahun 2007, 6,3 persen. Namun, semua sektor perekonomian terkena pengaruh selama masa puncak gejolak pasar keuangan global di akhir tahun 2008. Sampai triwulan pertama 2009, berbagai sektor yang berfokus eksternal terus terkena dampak perlambatan global, sementara permintaan domestik kembali meningkat dikarenakan rasa kepercayaan konsumen yang bertambah, harga eceran yang stabil, dan kembalinya kepercayaan investor. Sektor yang cukup kuat adalah dalam peningkatan dalam bidang produksi pertanian sebesar 4,8 persen di tahun 2008, pertumbuhan tercepat sejak 1992. Walaupun pertanian sekarang merupakan 14,4% dari total output, pertanian terus memberikan sebagian besar atau semua dukungan bagi 42% rumah tangga yang ada.
Pasar-pasar keuangan Indonesia terpengaruh oleh gejolak keuangan global, tetapi belakangan ini telah menunjukan pemulihan yang kuat.
Pasar-pasar keuangan Indonesia mengikuti naik dan turunnya trend global terkini, walaupun dengan amplitudo yang lebih besar. Setelah terpuruk di bulan Oktober dan awal November, pasar-pasar keuangan itu menguat dengan membaiknya kepercayaan global sejak akhir November, sebelum melemah kembali di pertengahan Januari ketika persepsi peserta pasar terhadap situasi global melemah. Belum lama ini, pasar-pasar Indonesia kembali menguat sebagai tanggapan terhadap pergeseran kebijakan di dalam berbagai perekonomian besar, dan pasar-pasar Indonesia bergerak untuk meningkatkan pembiayaan termasuk pembiayaan cadangan untuk anggaran dari mitra-mitra pembangunan, dan persetujuan pertukaran bersama Jepang dan Cina. Setelah berada di angka 11.000 per $AS di bulan Desember, rupiah terdepresiasi perlahan-lahan melebihi angka 12.000, sebelum membaik kembali baru-baru ini ke angka kurang dari 10.500. Di akhir tahun, pengembalian obligasi pemerintah Indonesia telah membaik dari penurunan yang terjadi selama Oktober dan November (ketika, contohnya, pengembalian obligasi lima tahun naik melebihi 20%), tetapi kemudian berkurang kembali sejalan dengan keengganan risiko global yang kembali muncul. Pengembalian ini telah pulih kembali belum lama ini dan pengembalian lima tahun itu sekarang berada di angka 10,9 persen. Demi memenuhi kebutuhan pembiayaannya, Indonesia menerbitkan $AS 2 miliar dalam bentuk obligasi 10 tahun dan $AS 1 miliar dalam bentuk obligasi 5 tahun di bulan Februari di angka 11,75 persen dan 10,5 persen, dan sejak saat itu mampu menjual obligasi bertempo panjang dengan tingkat pengembalian yang perlahan-lahan mengecil.
Sektor perbankan tetap berada dalam kondisi sehat, tetapi peminjaman baru menurun.
Walaupun Indonesia tidak terlalu terpapar oleh bank-bank Amerika dan Eropa, para bankir Indonesia semakin konservatif sesuai dengan pengetatan kondisi keuangan global. Hanya sedikit saja pinjaman yang disetujui, dan berbagai laporan tidak resmi mengatakan kalau para nasabah baru mengalami kesulitan mendapatkan kredit. Walaupun peminjaman antar bank telah membaik sejak November dan ada cukup likuiditas rupiah di dalam sistem, likuiditas itu tidak terdistribusi di mana bank-bank yang lebih besar biasanya bersifat likuid sementara yang lebih kecil mengalami masalah pembiayaan. Namun demikian, berbagai indikator sektor perbankan terus menunjukan kondisi yang relatif baik, dan bank-bank terbesar negara ini melaporkan laba bersih yang lebih tinggi di triwulan pertama 2009.
Dan, harga-harga komoditas global serta berkurangnya permintaan global telah berdampak buruk bagi ekspor ...dan impor Indonesia.
Setelah mengalami beberapa tahun yang diwarnai oleh pertumbuhan kuat dan berkelanjutan, kemunduran global ini menghantam arus perdagangan Indonesia di akhir tahun 2008. Total ekspor Indonesia mencapai $AS 136 miliar di tahun 2008, 20 persen lebih tinggi dibanding ekspor tahun 2007. Tetapi, penurunan harga komoditas dan, walaupun lebih kecil, pengurangan permintaan global berdampak, seperti yang diramalkan, terhadap ekspor di triwulan terakhir 2008. Di bulan Januari, nilai ekspor turun sebesar 36,1 persen (y-o-y), penurunan bulanan terbesar dalam satu dekade. Penurunan drastis dalam harga minyak dan penurunan harga komoditas lain yang terkait dengannya turut mendorong penurunan nilai ini. Ekspor nyata (dalam ukuran volume PDB) hampir seperlima di bawah tingkat tahun sebelumnya di akhir triwulan pertama 2009. Impor sangat berhubungan dengan ekspor dan telah turun lebih cepat: nilainya turun sekitar 30 persen di triwulan pertama 2009 dibanding setahun sebelumnya dan hampir seperempat
lebih rendah dalam hal (volume) PDB. Efek netto dari penurunan ini adalah berkurangnya surplus barang Indonesia yang menurun dari $AS 5,8 miliar di Q3 (Triwulan 3) ke $AS 4,6 miliar di Q4 (Triwulan 4), tetapi kemudian meningkat di bulan-bulan pertama tahun 2009. ...dan tingkat laba berbagai perusahaan, menyebabkan pengurangan investasi, pekerja, dan permintaan masyarakat.
Dengan lebih rendahnya harga komoditas yang mengurangi laba dan melemahnya permintaan, berbagai perusahaan mengurangi investasi dan mulai merumahkan karyawan mereka. Seperti yang ada, pertumbuhan konsumsi dan investasi melambat sedangkan investasi naik 3,5 persen y-o-y di triwulan pertama 2009 sementara investasi peralatan dan permesinan turun; aktifitas konstruksi meningkat 6,3 persen, lebih dari agregat permintaan. Permintaan untuk barang-barang konsumsi yang bersifat tahan lama (durables), terutama sepeda dan sepeda motor, anjlok di triwulan keempat dan terus turun sampai bulan Januari sebelum membaik sejenak di bulan Februari - di bulan April, penjualan mobil turun 23% dan sepeda motor turun 29% dibanding April 2008. Bersama dengan berkurangnya laba dan pemesanan, terutama di sektor ekspor, perumahan karyawan pun terjadi. Para pemilik usaha di sektor formal telah melaporkan sekitar 30.000 pengurangan karyawan permanen dari sebuah angkatan kerja formal yang berjumlah sekitar 36 juta di awal 2009 (angka total angkatan kerja adalah 105 juta), walaupun berbagai surat kabar melaporkan kalau angka tersebut mungkin saja lebih besar daripada 200.000, termasuk pekerja kontrak. Walaupun ada pengurangan karyawan semacam itu, pengangguran di bulan Februari 2009 adalah sebesar 8,14 persen, turun 0,3 percentage points di banding setahun sebelumnya.
Harga-harga konsumsi telah stabil, memudahkan BI melonggarkan kebijakan moneter.
Inflasi telah jauh berkurang dengan turunnya harga-harga komoditas. Pengurangan harga-harga internasional merembet ke harga-harga domestik dan harga-harga yang telah ditetapkan (ketika harga bahan bakar dikurangi). Harga-harga konsumsi telah stabil: tidak berubah sejak November 2008 sampai April, mengurangi laju inflasi year-on-year ke angka 7,3 persen dari puncaknya 12 persen di bulan September. Laju inflasi terus turun bagi rumah tangga yang lebih miskin yang memiliki beban konsumsi pangan lebih besar. Harapan inflasi konsumen sekarang ini berada di angka terendah sejak awal tahun 2005, ketika inflasi aktual mendekati angka 5 persen. Inflasi yang lebih rendah dan memburuknya perekonomian global mendorong BI mengurangi kebijakan suku bunganya sebesar 125 basis points dari Desember sampai Mei, setelah mengambil posisi anti inflasi proaktif di triwulan ketiga 2008.
Walaupun ada penurunan global, posisi ekternal Indonesia tetap baik, kewajiban keuangan eksternal negara yang lebih besar telah terpenuhi, dan cadangan pun bertambah
Posisi eksternal Indonesia tetap baik walaupun lebih lemah daripada tahun 2007 Berbagai perkembangan di dalam komoditas global dan pasar-pasar keuangan mengombangambingkan neraca pembayaran Indonesia selama tahun 2008. Walaupun neraca berjalan ini berakhir dengan surplus kecil sebesar $AS 0,6 miliar, arus keluar portofolio di akhir tahun itu menggerakkan semuanya ke arah defisit sebesar $AS 1,9 miliar, yang pertama sejak tahun 2001. Baik neraca terkini maupun arus modal memiliki surplus yang cukup substansial di triwulan pertama 2009, mengangkat surplus neraca pembayaran ke $AS 4,0 miliar. Setelah merosot mendekati $AS 10 miliar di bulan September dan October, cadangan devisa asing setelahnya berada di posisi relatif stabil, naik perlahan dari $AS 50 miliar ke $AS 54,8 miliar di akhir Maret, setara dengan 4 bulan impor dan pembayaran utang pemerintah.
Keuangan publik Indonesia ada dalam posisi kuat, membuat pembuat kebijakan bergerak cepat mengimbangi efek-efek penurunan global terhadap Indonesia
Pemerintah Indonesia memiliki posisi baik untuk menanggapi penurunan yang terjadi Di tahun 2008, defisit anggaran hanya sebesar 0,1 persen dari PDB, dibanding 2,1 persen yang diproyeksikan di awal tahun ketika harga minyak dunia dan subsidi energi Indonesia melambung tinggi. Pendapatan berada di angka 9,6 persen di atas tingkat anggaran, dikarenakan tingginya harga komoditas dan perbaikan administrasi kantor pajak sementara pengeluaran di bawah standar (under spending) terus berlangsung seperti tahun-tahun lalu. Walapun ada depresiasi nilai tukar mata uang, rasio hutang terhadap PDB terus menurun dan berada di posisi 33 persen di akhir tahun. Sebagai antisipasi terhadap penurunan pendapatan dan kebutuhan akan stimulus fiskal, Parlemen menyetujui revisi perbaikan dengan target defisit sebesar 2,5% dan paket stimulus 1,5 persen. Revisi anggaran ini berusaha menstimulasi permintaan, mengembangkan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur, dan mengurangi pajak untuk sektor tertentu, sebagai tambahan bagi pengurangan pajak pendapatan yang telah diprogram. Stimulus ini akan menambah kebutuhan pembiayaan pemerintah di tahun 2009, yang direncanakan pemerintah dipenuhi melalui surplus pembiayaan tahun 2008,
dan menghasilkan $AS 12,5 miliar dari pasar-pasar lokal dan global. Di akhir bulan Mei, pemerintah telah berhasil mengumpulkan sekitar empat perlima dari jumlah ini, selain dari penerbitan obligasi internasional (di atas), pemerintah juga telah menerbitkan $AS 4,2> miliar dalam bentuk pembiayaan domestik. Kalau Pemerintah tidak mampu mengakses pasar, pemerintah bisa mendapatkan dukungan dari para mitra pembangunannya. Penurunan global akan terus memperlambat pertumbuhan Indonesia
Penurunan global, harga komoditas global yang lebih rendah, dan pembiayaan global yang lebih ketat akan terus memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2009 dan 2010. Penurunan tajam perekonomian global digabung dengan turunnya hargaharga komoditas bermakna permintaan eksternal yang lebih rendah dan berkurangnya pendapatan di berbagai sektor dan wilayah yang terpapar. Berbagai kondisi kredit domestik yang kian sulit dan ketidakpastian yang semakin besar tentang prospek global di masa depan mengurangi investasi dan pembelian produk konsumsi durable. Bersamasama, semua faktor ini diduga memperlambat pertumbuhan ke antara angka 3 dan 4 persen di tahun 2009, sebelum pulihnya perekonomian global secara perlahan di tahun 2010 mendorong pertumbuhan kembali ke angka 5 persen.
… dan membatasi pertumbuhan indikator sosial, terutama pengurangan kemiskinan
Krisis ini diduga semakin memperbesar kemiskinan tetapi perlindungan diberikan oleh harga makanan yang lebih rendah, pertumbuhan pertanian dan program-program pemerintah yang kuat termasuk transfer tunai dan program bantuan masyarakat yang mencapai skala nasional di tahun 2009. Terus tersedianya pekerjaan dan hilangnya penghasilan bisa membahayakan kemajuan ini di tahun 2010, walaupun Pemerintah telah berusaha keras membuat sebuah sistem pengawasan dan tanggap krisis.
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
A. PEMBAHARUAN PEREKONOMIAN 1. Prospek perekonomian global di masa depan telah memburuk dengan cepat… Pertumbuhan yang buruk di akhir tahun 2008 terjadi di mana-mana, disebabkan oleh penurunan produksi industri yang luar biasa
Hasil-hasil PDB di akhir tahun 2008 dan 2009 juga sama buruknya. PDB global hampir tidak bertumbuh di tahun 2008, dan sepertinya merosok sampai awal triwulan pertama 2009 di tingkat paritas daya beli, sebuah penurunan luar biasa dari pertumbuhan 4 dan 5 persen yang terus berlanjut selama beberapa tahun sampai pertengahan 2008. Semua perekonomian maju sekarang ini menunjukkan kompresi PDB yang besar, dan Jepang menjadi negara yang paling kesulitan dengan penurunan SAA sebesar 12,7% di triwulan keempat yang didasari oleh kehancuran ekspornya. Di triwulan pertama 2009, gambaran yang ada menjadi lebih beragam. Penurunan SAA PDB triwulan pertama AS sebesar 6,1 persen PDB triwulan pertama bahkan lebih buruk daripada yang diduga; di kawasan ini, penurunan PDB Singapura sebesar 19,7 persen dan Thailand sebesar 7,3 persen juga di bawah dugaan, sedangkan output Korea tetap stabil.
Pengurangan produksi industri terjadi secara global
Penurunan PDB global disebabkan oleh produksi industri dunia. Sampai Maret 2009, hasil industri global lebih dari 13 persen di bawah puncak bulan Februari 2008 (SA). (Grafik 1) Penurunan tajam terjadi baik bagi perekenomian berpenghasilan tinggi (-18,3 persen di bawah puncah bulan Februari 2008) dan perekonomian negara berkembang (-4,5 persen dari puncak bulan Juni 2008). Kemunduran ini memang terjadi di mana-mana, tetapi produser berbagai produk modal, Jepang (-35 persen dari puncak tahun 2008 sampai pengamatan terakhir), Jerman (-22 persen), dan Korea (-22 persen), kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah yang rentan mendapat hantaman yang teramat keras. Di akhir Mei, berbagai kondisi ini telah membaik, sebagian hasil industri berbagai negara meningkat, dan berbagai indikator utama, seperti JPMorgan’s Global All-Industry PMI, naik tingkatan paling rendah walaupun secara umum masih di bawah cakupan "output yang berkurang."
Dengan menurunnya produksi global, arus perdagangan global terutama di Asia pun ambruk
Kontraksi perdagangan internasional menyebarkan penurunan ini secara global, yang pada akhirnya mengurangi perdagangan, dan proses ini sangat terasa di Asia Timur. Penurunan awal yang tajam dalam permintaan impor AS membawa dampak buruk terhadap ekspor dan aktifitas para mitranya di Jepang dan Eropa. Permintaan OECD, sekarang terperangkap dalam irama tersingkronisasi, mempengaruhi ekspor dari berbagai negara berkembang terutama di Asia Timur, dan pada gilirannya membatasi permintaan impor negara-negara yang baru muncul, yang kemudian menghasilkan lebih banyak lagi tekanan terhadap ekspor negara-negara maju. Dan seterusnya. Impor OECD tiba-tiba anjlok di triwulan terakhir 2008, dengan volume impor AS mengecil dengan laju tahunan sebesar 16,0 persen; di Perancis sebesar 10 persen, sedangkan impor Jepang baru-baru ini meningkat dengan menguatnya yen. Perdagangan lintas Asia Timur turun tajam, dan jaringan produksi kawasan ini memapar semua perekonomian yang ada kepada penurunan permintaan dari negara-negara maju. Ekspor di berbagai perekonomian besar di kawasan ini anjlok paling tidak 50 persen per tahun sampai bulan Januari 2009. Sejak saat itu, arus perdagangan mengikuti stabilisasi, dan dalam sebagian kasus pemulihan parsial dalam hal produksi industri. (Grafik 2)
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
1
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 1: Produksi industri melesu secara global sejak akhir Grafik 2: …yang membawa kontraksi perdagangan yang 2008, dan ada pemulihan di bulan Maret 2009 lebih besar, terutama di Asia Timur
(produksi industri global, perubahan persentase, SAA)
(nilai ekspor, $AS, perubahan persentase year-on-year) 50%
8% 4%
25%
0% -4%
0%
-8% -12%
-25%
-16% -20% -24% 1990
1993
1996
1999
2002
2005
-50% Jan 07
2008
Sumber: Thomson/Datastream dan Bank Dunia
China Korea Taiwan (PC) Japan Jul 07
Jan 08
Jul 08
Jan 09
Sumber: National Statistical Agencies via Haver Analytics
Kondisi kredit internasional tetap ketat dan arus-arus modal terbatas, walaupun keduanya telah sedikit membaik sejak akhir 2008, dan berbagai negara mampu mendapatkan pembiayaan baru
Setelah arus modal yang sangat terbatas di triwulan terakhir 2008, sebagian likuiditas kembali di bulan-bulan pertama 2009, didukung oleh peningkatan penerbitan obligasi. (Tabel 1) Walaupun total penerbitan sebesar $AS 19 miliar di bulan Januari masih jauh lebih kecil daripada penerbitan rata-rata selama empat kali Januari sebesar $30 miliar, angka ini masih lebih tinggi daripada total penerbitan triwulan keempat, $AS 4,9 miliar. Obligasi asing terus mendominasi penerbitan baru ini ($AS 5,8 miliar penerbitan oleh negara - dibanding $AS 2,8 miliar penerbitan oleh korporat di bulan Januari 2009, sebagai contoh), ketika banyak pihak memanfaatkan permintaan yang besar dan kondisi pasar yang membaik. Sementara itu, peminjaman oleh bank masih lemah di awal 2009; dan tidak ada aktifitas tercatat untuk penerbitan ekuitas selama tiga bulan berturut-turut. Kemunculan peringkat kredit milik negara secara umum telah dikurangi, terutama di Eropa timur, meningkatkan biaya peminjaman dan membatas akses pasar.
Setelah jatuh habishabisan di paruh kedua 2008, harga-harga komoditas menjadi stabil atau bahkan meningkat sedikit di awal 2009
Harga-harga komoditas menjadi stabil di awal 2009, sekitar 40 persen di bawah puncaknya di pertengahan 2008, walaupun dari sudut pandang jangka yang lebih panjang, harga-harga itu tetap relatif tinggi di posisi hampir 60 persen di atas posisi rendah di akhir 1990-an. (Grafik 3) Harga-harga energi juga tidak stabil. Mengikuti turunnya harga dari $AS 100 per barrel di awal Juli sampai awal Desember 2008, harga minyak mentah stabil di kisaran $AS 30-an sampai pertengahan 40-an ketika pemotongan produksi oleh OPEC secara besar-besaran mengimbangi turunnya permintaan.
Tabel 1: Arus modal, lemah sejak akhir 2008, masih belum membaik
Grafik 3: Setelah gejolak di tahun 2008, harga-harga komoditas stabil di awal 2009
(miliaran $AS)
(indeks, Januari 2005 = 100)
USD billion Total Total 652 Bonds 146 Banks 312 Equity 194 Latin America 156 Bonds 45 Eastern Europe 247 Bonds 64 Asia 188 Bonds 23 Others 61
2007 Q1 H1 156 349 58 107 72 156 26 86 42 20
H2 Total 302 389 39 65 156 257 107 68
69 31
87 14
79 156 27 50 24 93 8 18 11 31
91 14 94 6 30
2008 Q1 H1 103 251 12 53 71 151 20 47
H2 Dec Q1 119 17 40 12 3 18 106 14 13 2 0 8
90 19 56 24 20 5 17 3
2009 Jan Feb Mar 23 8 9 9 7 2 8 1 5 6 1 2
6 2
17 10
9 5
3 3
4 2
157 36 98 56 5 35 2 27 8 34 98 38 69 23 4 7 3 7 0 0 44 11 27 15 3
5 3 14 5 3
5 2 8 2 0
1 1 4 3 1
0 0 2 0 2
Sumber: Bank Dunia
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
310 Index 280
Energy
250 220 190
Metals & minerals
160 130 100 2005 2006 Sumber: Bank Dunia
Food 2007
2008
2009
J uni 2009
2
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
2. …dan perekonomian Indonesia mulai merasakan dampak buruknya a . Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) melambat di akhir tahun 2008 Pertumbuhan PDB Indonesia berkurang tajam di triwulan keempat 2008
Pertumbuhan PDB Indonesia mengalami kemandekan di triwulan keempat 2008 dan sedikit tumbuh di triwulan pertama 2009 tampaknya sebagian besarnya dipengaruh oleh berbagai faktor temporer. Laju pertumbuhan year-on-year turun ke angka 4,4 persen di triwulan pertama 2009 dari revisi 6,4 persen sampai triwulan ketiga 2008. Selama tahun 2008, perekonomian Indonesia berkembang sebesar 6,1 persen, hanya sedikit di bawah angka tahun 2007, 6,3 persen. Laju perlambatan di triwulan terakhir 2008, selama masa puncak guncangan pasar keuangan global, ternyata lebih besar daripada yang diduga sebelumnya. Laju ini didasarkan pada berbagai kategori pengeluaran swasta yang luas, dan hasil-hasil industri yang tradables maupun tidak tumbuh lebih perlahan lagi; sebagian penyeimbang datang dari penambahan pengeluaran pemerintah (4 dan Tabel 2). Di triwulan pertama 2009, sebagian besar bagian yang berorientasi eksternal di dalam perekonomian Indonesia terus terkena dampak kondisi global yang semakin suram. Tetapi permintaan domestik sepertinya telah meningkat, dipimpin oleh konsumsi swasta dan pemerintahan dan oleh berbagai industri yang memasok semua permintaan tersebut, walaupun sepertinya paling tidak dikarenakan oleh pengeluaran yang berhubungan dengan pemilu legislatif. Satu perkembangan paling positif adalah pertumbuhan produksi pertanian di tahun 2008 sebesar 4,8 persen, terbesar sejak 1992.
Tabel 2 dan Grafik 4: Permintaan domestik, baik dari konsumen dan pemerintah, telah mendukung perekonomian, sementara volume perdagangan telah anjlok dan investasi melemah
(perubahan persentase dan kontribusi year-on-year) 2007
2008
Annual % change 6.3 6.1 6.0 7.4
Total GDP Domestic Private 5.0 5.3 consumption Government 3.9 10.4 consumption Investment 9.4 11.7 8.6 7.3 (Construction) External 6.8 7.3 Exports 8.5 9.5 Imports 9.0 10.0 Sumber: BPS dan Bank Dunia
Perlambatan yang dialami Indonesia terjadi belakangan, dan sejauh ini, tidak terlalu besar, dibanding kawasan lain, karena pangsa ekspor Indonesia yang relatif kecil.
2008 2009 Q2 Q3 Q4 Q1 Year-on-year percentage change 6.4 6.4 5.2 4.4 7.1 7.9 7.1 6.2 5.5
5.3
4.8
5.8
5.3
14.1 16.4
19.2
12.0 12.2 9.1 8.1 7.6 5.7 -1.9 9.0 25.5 12.4 10.6 1.8 16.1 11.0 -3.5
3.5 6.3 1.8 -19.1 -24.1
% 10 8
GDP
6 4 2 0 -2 -4 -6 2005
Private cons'n Investment 2006
Gov't cons'n Discrepancy 2007
Net exports
2008
2009
Indonesia adalah salah satu dari sedikit perekenomian di dunia yang mampu mempertahankan momentumnya sampai triwulan ketiga 2008; pertumbuhan di sebagian besar perekonomian yang ada di kawasan ini mulai melambat di akhir 2007 (Grafik 5). Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan Indonesia tidak terlalu bergantung pada penambahan ekspor. Bagian dari output Indonesia yang diekspor adalah yang terkecil dri berbagai perekonomian besar di Asia Tenggara, dan walaupun hal ini telah tumbuh, laju pertumbuhan ini tidak terlalu cepat. (Grafik 6) Juga, produksi Indonesia yang bisa diperdagangkan (dibanding dengan produksi yang tidak mudah diperdagangkan, seperti utilitas atau jasa pemerintah) menyumbang sekitar sepertiga dari pertumbuhan output Indonesia selama lima tahun terakhir, sebanding dengan Malaysia, tetapi selain itu yang terkecil di tengah perekonomian Asia Tenggara. Ini artinya, walaupun Indonesia tidak menikmati cakupan pertumbuhan yang dipimpin ekspor seperti yang dinikmati perekonomian lain, Indonesia terkena dampak kompresi permintaan global belakangan dan lebih kecil dibanding berbagai perekonomian lain di kawasan ini. Di tempat lain di kawasan ini, terhentinya permintaan eksternal menghancurkan ekspor, mencegah ekspor netto membuat kontribusi signifikan ke dalam pengurangan signifikan dari pertumbuhan agregat (kecuali Korea, di mana ada perlambatan signifikan dalam hal permintaan domestik, mengurangi permintaan impor).
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
3
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Grafik 5: Penurunan pertumbuhan Indonesia terjadi kemudian, dan bersifat moderat, dibanding negara lain di kawasan ini
(pertumbuhan year-on-year)
Menembus badai
Grafik 6: Ekspor Indonesia merupakan pangsa perekonomian yang lebih kecil, dan belum berkembang secepat perekonomian lain di kawasan ini
(pangsa ekspor dari PDB dan perubahan % point change dalam bagian PDB) Change in exports' share of GDP: -3.5%
15% 12%
Malaysia
China
9%
India
6%
Indo.
3%
Philip.
0% -3% -6% -9%
10.7%
Thailand 2003
Taiwan Korea
17.4% 13.0%
2008
Malay.
Philippines
-11.7%
Korea
Indonesia
8.1%
Thail.
India
6.4%
Mar 07 Sep 07 Mar 08 Sep 08 Mar 09 Sumber: Otorita statistika nasional via CEIC, dan Bank Dunia
0%
40%
80%
120%
b. Perlambatan global ini menghantam arus perdagangan Indonesia Ekspor Indonesia mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkesinambungan sampai 2008, terbantu oleh pertumbuhan mitra perdagangan dan meningkatnya hargaharga komoditas
Sampai pertengahan 2008, harga-harga komoditas meroket dan kemunculan mitra perdagangan Indonesia, Cina, Malaysia, dan India tumbuh kuat. Hal ini mengangkat ekspor Indonesia ke tingkatan baru. Ekspor total mencapai $AS 136 miliar, 20 persen di atas ekspor 2007, dan 13 persen di atas tingkatan 2006. Produk-produk pertanian dan sumber daya alam memberi sumbangan terbesar kepada pertumbuhan ekspor - terutama minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), karet, biji tambang, mineral, minyak bumi, dan gas alam. Ekspor produk manufaktur tertentu seperti pakaian, alas kaki, dan komponen otomotif juga meningkat cukup besar, karena Indonesia membangun relung khusus sebagai produser pasar menengah.
...dan jatuhnya hargaharga komoditas dan penurunan global sekarang menghantam ekspor Indonesia dengan keras
Sebagai sumber pertumbuhan sebelumnya, jatuhnya harga-harga komoditas dan kompresi permintaan global memberi dampak yang telah diantisipasi terhadap ekspor Indonesia sejak dari triwulan terakhir 2008. Nilai ekspor total di triwulan keempat jatuh sebesar 6,2 persen y-o-y atau sebesar 22 persen relatif dengan triwulan ketiga, dan nilai ekspor hanya mulai stabil di bulan Maret 2009. Di bulan Januari, nilai ekspor berada di posisi 36,1 persen di bawah tingkat tahun sebelumnya, penurunan bulanan terbesar dalam satu dekade; walaupun ada pemulihan di bulan Maret, angka itu masih 29 persen lebih rendah dibanding setahun sebelumnya (Grafik 7). Volume ekspor – yaitu pengendalian terhadap keruntuhan harga komoditas - mulai turun di triwylan ketiga 2008, dan di triwulan pertama 2009 hampir sepertlima lebih rendah dibanding setahun sebelumnya. Namun hal ini mungkin melebih-lebihkan penurunan volume ekspor yang sebenarnya. Semua data ini diambil dari neraca nasional, yang juga melaporkan kalau nilai ekspor nominal turun hanya sebenar 13 persen sampai triwulan pertama, berarti harga ekspor Indonesia adalah 9,4 persen lebih tinggi daripada tahun lalu, berbeda dengan penuruan tajam harga komodistas dalam jangka waktu ini. Penurunan harga minyak sebesar lebih dari dua pertiganya ke hampir $AS 30 mendorong sebagian besar penurunan nilai ekspor Indonesia: nilai ekspor minyak dan gas berkontraksi sebesar 31 persen di triwulan keempat 2008 y-o-y, sedangkan volume ekspornya berubah sedikit saja. Harga komoditas yang lebih tinggi dan penurunan yang dialami seluruh mitra dagang utama Indonesia juga menyebabkan penurunan besar nilai ekspor pertanian, mineral, dan pertambangan. Dan ekspor sumber daya bukan hanya satu-satunya sektor yang terpengaruh oleh berbagai kejadian global ini. Penurunan permintaan global dan kompresi volume perdagangan juga mempengaruhi nilai ekspor produk manufaktur, yang jatuh sebesar 21 persen sampai bulan Maret.
…tetapi tidak seburuk bagian lain kawasan ini
Walaupun ekspor Indonesia menurun tajam, tempat lain di kawasan yang sama mengalami penurunan yang jauh lebih tajam (Grafik 2). Ekspor Jepang dan negara-
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
4
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
negara industrialisasi baru (the new industrialized economies/NIEs) di Asia Timur terpukul lebih hebat daripada Indonesia oleh dua hantaman perlambatan permintaan untuk manufaktur pasar-pasar Eropa dan Amerika Utara, ditambah penurunan permintaan komponen mesin dan suku cadang mesin dari Cina, Malaysia, dan Thailand. Ketika rantai produksi terfragmentasi di seluruh kawasan ini, berbagai negara tersebut menjadi basis produksi perakitan produk untuk pasar-pasar negara maju, dan sehingga penurunan permintaan di luar kawasan itu berhasil memotong perdagangan antar kawasan. Ekspor Malaysia dan Singapura pun mengalami hantaman lebih keras dibanding Indonesia dikarenakan penurunan permintaan terhadap produk-produk elektronika dan manufaktur lainnya di pasar-pasar Eropa dan Amerika. Impor telah merosot paling tidak setajam ekspor, dikarenakan harga-harga global yang lebih rendah…dan berkurangnya proses untuk barang-barang ekspor
Baik nilai dan kuantitas impor juga menurun, paling tidak secepat penurunan ekspor. Laju penurunan impor mungkin awalnya mengejutkan, dikarenakan Indonesia memiliki pertumbuhan yang relatif stabil. Sebagiannya dikarenakan lebih rendahnya harga-harga komoditas, terutama untuk minyak terproses, yang mengurangi nilai produk-produk yang diimpor. Pada saat yang sama, permintaan eksternal untuk produk yang dibuat di Indonesia telah turun dan para manufaktur ini secara umum menggunakan input produk manufaktur dari luar. Perkiraan Bank Dunia menyatakan bahwa penurunan permintaan ekspor total Indonesia sebesar 10 persen mengurangi total permintaan impor sebesar 4 persen dan impor produk-produk modal sebesar 9 persen. Nilai impor total di triwulan pertama turun lebih dari sepertiga persen dibanding setahun sebelumnya. Total import values in the first quarter were down over one-third percent compared to a year earlier. Dalam hal volume - yaitu setelah mengendalikan pergerakan harga - impor turun 28 persen. Penurunan tajam dalam hal impor minyak dan gas, produk-produk perantara, dan juga, produk-produk modal dan transport sampai bulan Februari turut menyumbang penurunan tersebut. Impor-impor produk konsumen dan lainnya, yang merupakan kurang dari 5 persen impor total, terus tumbuh secara signifikan sampai awal 2009.
Penurunan harga minyak dan lebih rendahnya impor telah memperbesar surplus perdagangan Indonesia
Dalam hal Neraca Pembayaran (tidak termasuk ongkos pengiriman dan penjaminan impor ke Indonesia, biaya yang turun tajam di triwulan keempat 2008), impor dan ekspor produk jadi turun sebesar sekitar seperlima di antara triwulan ketiga dan keempat tahun 2008. Di awal 2009, nilai ekspor terus turun di laju ini, sementara nilai ekspor turun lebih cepat, sebesar 31 persen. Hal ini memberi efek bertambahnya surplus perdagangan ke angka $AS 6,2 miliar di triwulan pertama 2009, terbesar dalam waktu satu tahun. Selama tahun 2008, peningkatan harga-harga energi menekan surplus perdagangan (dalam hal bea, termasuk biaya pengapalan impor), dan penurunan harga bahan bakar sekarang ini memberi dampak memperbesar total surplus perdagangan Indonesia (Grafik 8).
Grafik 7: Nilai ekspor Indonesia turun cukup besar di triwulan pertama setelah di triwulan keempat tidak mengalami perubahan
Grafik 8: Penurunan harga minyak mengembangkan surplus perdagangan
(perubahan persentase year-on-year)
(miliar $AS)
80 % 60
USD5 bn
Oil & gas Non-oil & gas
Non-oil & gas Total
4
40 20
Total
0
3 2
-20 1
-40 -60 Mar-07
0 Sep-07
Mar-08
Sep-08
Mar-09
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Sources: BPS and World Bank T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
5
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
c . Bersama dengan melemahnya permintaan dan aktifitas, dan merosotnya harga komoditas yang mengurangi keuntungan, berbagai perusahaan mengurangi investasi dan mulai merumahkan karyawan mereka Permintaan swasta terkena gejolak keuangan global di akhir 2008, tetapi konsumen sejak saat itu telah kembali mendapatkan sebagian kepercayaan yang sebelumnya hilang
Semua kategori permintaan swasta domestik melambat selama masa puncak gejolak pasar keuangan di triwulan keempat 2008. Tetapi berbagai rumah tangga tampaknya telah mendapatkan kembali sebagian kepercayaan di triwulan pertama ketika berbagai harga menjadi stabil dan penghasilan didukung oleh bantuan langsung tunai, pembelanjaan yang berhubungan dengan pemilu legislatif, dan, untuk rumah tangga pedesaan, panen yang bagus. Konsumsi swasta naik ke 5,8 persen di tahun itu sampai triwulan pertama, laju tercepat dalam dekade ini; konsumsi non pangan naik sebesar 7,0 persen. Sebaliknya, pengeluaran investasi semakin melambat di triwulan pertama, ke angka 3,5 persen y-o-y, ketika berbagai perusahaan mengurangi pembelian mesin dan peralatan. Pertumbuhan konstruksi terus melambat dari laju di awal 2008 menurut data triwulanan, walaupun data year-on-year melaporkan pertumbuhan yang stabil. Pengurangan pengeluaran investasi sepertinya terkonsentrasi di investasi mesin dan peralatan, yang 8,6 persen lebih rendah dibanding triwulan pertama 2008. Pengeluaran peralatan transport dikurangi lebih besar lagi, walaupun hal ini sekitar seperti ukuran investasi mesin.
Walaupun konsumen mengurangi pembelian benda-benda mahal, kepercayaan tetap kuat
Berbagai indikator konsumsi yang mengisi berbagai presentasi rekening nasional memberikan angka yang beragam. Di satu sisi, daya beli konsumen didukung oleh stabilisasi harga eceran sejak November, oleh pengeluaran calon anggota legislatif, oleh musim panen padi yang bagus, dan untuk rumah tangga yang lebih miskin, oleh pemberian bantuan langsung tunai oleh pemerintah, dan semua faktor ini telah memberikan tanggapan yang lebih positif bagi para surveyor kepercayaan. Setelah turun mengikuti merebaknya inflasi di paruh pertama 2008, faktor-faktor ini membaik di triwulan ketiga dan di bulan Maret 2009, keseimbangan responden memberikan prospek positif, untuk pertama kalinya sejak akhir 2007 - walaupun ada arus berita perekonomian negatif sejak Oktober. Sementara itu, indeks penjualan BI menjadi stabil di awal 2009 dan tetap berada di atas gejolak akhir 2005 setelah turun di akhir triwulan ketiga 2008 (Grafik 9) Perlambatan yang relatif besar dalam hal pertumbuhan konsumsi non pangan sangat kontras dengan penurunan tajam penjualan sepeda motor dan kendaraan bermotor di akhir 2008. Angka penjualan meluncur turun pada bulan Januari, sebelum membaik di bulan Februari dan Maret, di kisaran 30 persen dibanding setahun sebelumnya (Grafik 10). Berbagai laporan mengatakan kalau kelesuan permintaan ini terjadi paling tinggi di luar pulau Jawa, di berbagai area yang paling terpengaruh oleh penurunan komoditas. Yang lain mengatakan kalau penurunan tersebut disebabkan oleh berbagai perusahaan pembiayaan yang memperketat peminjaman mereka karena kondisi kredit menjadi lebih terbatas sejak bulan September. Yang mengimbangi konsumen Indonesia yang relatif kuat, di Maret 2009, adalah jumlah pengunjung asing yang tidak berubah sejak setahun sebelumnya, dibanding dengan laju pertumbuhan di atas 10 persen dua tahun sebelumnya. Lebih jauh lagi, berbagai laporan mengatakan kalau rata-rata turis yang berkunjung ke Indonesia di awal 2009 lebih hemat dibanding yang berkunjung di pertengahan tahun 2008.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
6
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 9: Indikator perdagangan eceran (Retail) telah stabil sejak akhir 2008 dan kepercayaan konsumen hampir mendekati titik tertinggi dalam sejarah
Grafik 10: Penjualan kendaraan bermotor turun tajam di akhir 2008, tetapi setelahnya kembali stabil
(Indeks)
(Pertumbuhan quarter-on-quarter, berdasarkan tahun)
110 Index
220 Index
90%
200
60%
90
180
30%
80
160
0%
70
140
-30%
120
-60% 2005
100
BI retail sales index BI consumer (SA; RHS) confidence index (LHS)
60 2005
Danarakesa consumer survey (LHS) 2006
2007
2008
2009
Motorcycles (LHS)
Vehicles (LHS)
200 % 150 100 50 0
Consumer credit approvals (RHS) 2006
2007
2008
-50 2009
Catatan dan sumber: * faktor-faktor eksperimental musiman Sumber: Astra dan BI via CEIC, Bank Dunia Bank Dunia. BI via CEIC dan Danarakesa ...tetapi berbagai bisnis mengurangi pengeluaran investasi
Berbagai bisnis mengurangi pengeluaran juga. Investasi nyata turun di triwulan pertama 2009, berbeda dengan 12 sampai 14 persen laju pertumbuhan tahunan yang terjadi hampir di sepanjang 2007 dan awal 2008. Pengeluaran untuk mesin, peralatan, dan perlengkapan transportasi lebih rendah, yang secara bersamaan merupakan 20 persen dari investasi total yang dilaporkan di dalam berbagai neraca nasional. Perlambatan ini disokong oleh turunnya impor produk modal (dalam definisi luas), 5,4 persen lebih rendah di bulan Maret dibanding setahun sebelumnya dan sekitar dua pertiga lebih rendah dibanding tingkatan di bulan Desember, walaupun pembelian pesawat terbang menggelembungkan impor Oktober dan Impor. Bagian investasi dalam PDB nominal naik ke 27,6 persen di tahun 2008 dari 25,0 persen di 2007, paska puncak krisis 1997/98. Pertumbuhan aktifitas konstruksi telah melambat sejak pertengahan 2008, menurut data musiman yang disesuaikan setiap triwulannya, tetapi perlambatan ini belum besar dan pengeluaran masih 6,3 persen lebih tinggi daripada triwulan pertama 2008. Aktifitas ini mungkin menstabilkan triwulan kedua, dengan penjualan semen, sebuah indikator investasi untuk bangunan, pabrik, dan infrastruktur berskala besar baru, turun 5,5 persen di bulan April dibanding setahun sebelumnya, walaupun penurunan ini mungkin dikarenakan berkurangnya permintaan ekspor
…dan pinjaman berkurang
Berbagai bisnis juga mengurangi pinjaman untuk investasi – walaupun tidak jelas apakah hal ini mencerminkan lebih rendahnya permintaan kredit karena bisnis mengurangi rencana pengeluaran atau apakah bank memperketat pemberian pinjaman mereka. Peminjaman oleh berbagai bank umum kepada berbagai perusahaan berkurang di bulan Januari dari puncaknya di tahun 2008, tetapi sepertinya kembali membaik di bulan Februari dan Maret. Peminjaman kepada bidang tambang, konstruksi, dan manufaktur dikurangi, walaupun di bulan Maret, para penambang kembali mengembangkan peminjaman mereka. Pinjaman sepertinya akan terus turun, dimana persetujuan untuk pinjaman baru demi keperluan investasi dan modal kerja turun besar-besaran sebesar 50 sampai 60 persen di bulan Maret dibanding setahun sebelumnya.
Peningkatan pengeluaran pemerintah mendukung permintaan swasta
Pembelanjaan sektor publik mengimbangi sebagian kelemahan yang ada di dalam investasi swasta. Pengeluaran konsumsi nyata oleh semua tingkatan pemerintah melaju ke 19,2 persen di tahun itu sampai triwulan keempat, menyumbang 1,2 percentage points terhadap keseluruhan pertumbuhan Indonesia. Berdasarkan tahun, konsumsi nyata pemerintah naik sebesar 10.4 persen di tahun 2008, dibanding 3,9 persen di tahun 2007, pertumbuhan tercepat sejak 2002. Pengeluaran untuk barang-barang yang lebih tinggi dibanding dengan pengeluaran untuk karyawan mendorong peningkatan secara keseluruhan. Momentum ini sepertinya akan terus berlanjut sampai triwulan pertama 2009, dengan lebih banyak lagi pengeluaran untuk barang dan pengeluaran yang lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
7
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
d. Pertumbuhan produksi melambat baik di industri yang memproduksi barang yang diperdagangkan (tradables) maupun yang tidak (non-tradables) Sebagian besar industri mencatat pertumbuhan output yang lebih lambat, walaupun sektor nontradables terus melampaui sektor tradables
Hasil turun atau tumbuh lebih cepat di seluruh industri tradables dan non-tradables di triwulan terakhir 2008, sebelum produksi menunjukkan pemulihan di banyak industri berfokus domestik di triwulan pertama 2009. Terkecuali produksi pertanian, yang terus menunjukkan pertumbuhan di atas rata-rata. (Grafik 11, dan Tabel 3) Output tradables melambat ke angka 2,6 persen y-o-y di triwulan keempat 2008 dari 3,7 persen y-o-y di tiga triwulan sebelumnya tahun yang sama. Output manufaktur melambat cukup besar, menjadi 1,6 persen y-o-y dari laju pertumbuhan 4¼ persen yang tercatat di bagian pertama tahun itu. Hal ini mampu mengimbangi output pertambangan yang stabil dan mempercepat produksi pertanian. Walaupun output dari industri non-tradables terus tumbuh lebih cepat daripada sektor tradables di triwulan keempat, pertumbuhannya pun melambat – menjadi 6,1 persen di tahun itu sampai triwulan pertama 2009 dari 9,2 persen di triwulan ketiga 2008.
Grafik 11: Kedua pertumbuhan output yang bisa diperdagangkan (tradables) maupun yang tidak (nontradables) melambat, tetapi perbedaan pertumbuhannya tetap besar
(pertumbuhan year-on-year) 10 %
Non-tradables
8 6 4 2
Tradable production
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tabel 3: Perlambatan output manufaktur dan konstruksi cukup signifikan 2008 2009 Share Q2 Q3 Q4 Q1 of GDP 2007 2008 (%, Annual % Year-on-year 2008) change percentage change Tradable 53.2 3.9 3.4 3.6 3.7 2.6 2.6 Agriculture 14.4 3.4 4.8 4.8 3.4 4.7 4.8 Mining 11.0 2.0 0.5 -0.5 2.1 2.1 2.2 Manufacturing 27.9 4.7 3.7 4.2 4.3 1.8 1.6 Non-Tradable 46.8 8.8 8.7 9.3 9.2 7.6 6.1 Construction 8.5 8.6 7.3 8.1 7.6 5.7 6.3 Finance 7.4 8.0 8.2 8.7 8.6 7.4 6.3 Transport & comm's 6.3 14.0 16.7 17.3 15.5 15.8 16.7 Utilities 0.8 10.3 10.9 11.8 10.4 9.3 11.4 Trade & hospitality 14.0 8.4 7.2 8.1 8.4 5.6 0.6 Services 9.8 6.6 6.4 6.7 7.2 6.0 6.8 Oil 10.7 -0.8 0.2 0.8 -0.1 -0.2 -0.7 Non-oil 89.3 6.9 6.5 6.9 6.9 5.6 4.8 Natural resources 25.4 2.9 3.1 2.8 3.0 3.6 3.8 Non-natural resource 74.6 7.3 6.9 7.5 7.5 5.6 4.5 Total GDP 100.0 6.3 6.1 6.4 6.4 5.2 4.4
Sumber dan catatan: Departemen Keuangan, BPS via CEIC, dan Bank Dunia. Bagian berdasarkan PDB nominal, laju pertumbuhan dihitung dengan data nyata. Output dari banyak industri manufaktur turun di bulan Desember
Output turun di sebagian besar industri manufaktur di triwulan keempat relatif dengan triwulan ketiga (disesuaikan berdasarkan musim), tetapi kemudian membaik kembali di banyak industri di triwulan pertama 2009. Secara keseluruhan, hal ini mengurangi pertumbuhan y-o-y ke posisi 1,6 persen dari 4,3 persen sampai triwulan ketiga 2008. Produksi peralatan transportasi turun tajam di bulan Desember dan Maret, dengan output berkurang sebesar 6 persen y-o-y, yang paling lemah selama dekade ini dalam industri yang dikatakan sebagai pendorong pertumbuhan manufaktur Indonesia. Produksi besi dan baja turun sejak pertengahan 2008, turun hampir 10 persen sampai triwulan bulan Maret. Produksi tekstil, kulit dan alas kaki juga turun, walaupun data triwulanan menunjukkan adanya peningkatan di triwulan pertama 2009. Produksi pangan, minuman, dan tembakau hanyalah satu-satunya subsektor yang mencatatkan pertumbuhan output yang signifikan, hampir 14 persen y-o-y lebih tinggi. Produksi kertas dan percetakan mendapat dorongan di triwulan pertama ini, sepertinya disebabkan oleh pengeluaran yang berkaitan dengan pemilu.
Output pertanian tumbuh dengan laju terbesar sejak krisis Asia
Produksi pertanian melaju ke angka 4,8 persen y-o-y di triwulan pertama terutama dengan meningkatnya produksi pangan. Laju pertumbuhan tahunan di tahun 2008 sebesar 4,8 persen adalah yang tertinggi sejak 1992. Pertumbuhan produksi tanaman pangan meningkat ke angka 5,6 persen selama triwulan Maret dibanding setahun sebelumnya. Berbagai neraca nasional melaporkan pertumbuhan volume nyata produksi tanaman non
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
8
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
pangan, termasuk tanaman yang sangat terpengaruh penurunan harga komoditas, selama hampir satu triwulan y-o-y, tetapi hal ini sepertinya memiliki bias peningkatan karena pergerakan harga. Melemahnya ekstraksi minyak dan gas terus membebani sektor pertambangan
Ketika harga-harga komoditas ambruk, output pertambangan terus tumbuh dengan lemah year-on-year (2,1 persen), dan turun di triwulan tersebut (disesuaikan dengan musim), terbebani oleh penurunan kecil produksi minyak mentah dan gas.
Produksi non-tradables, walaupun masih melebihi perekonomian secara keseluruhan, melambat sebesar 1 sampai 2 percentage points di seluruh industri
Aktifitas melambat di hampir seluruh industri berorientasi domestik di akhir 2008, sebelum banyak yang membaik di awal 2009. Industri perdagangan, hotel, dan restoran mencatat salah satu perlambatan terbesar dengan output sekarang ini hampir tidak berubah dibanding setahun sebelumnya, dipimpin oleh aktifitas lebih rendah dalam perdagangan grosir dan eceran. Pertumbuhan output layanan keuangan, kepemilikan, dan bisnis melambat, dikarenakan penurunan pertumbuhan aktifitas rental bangunan dan layanan bisnis. Pertumbuhan aktifitas layanan juga melambat dengan kecilnya akselerasi layanan pemerintah yang tidak cukup mengimbangi pertumbuhan lebih lambat di layanan swasta. Pengecualian paling signifikan bagi penurunan umum ini adalah komunikasi, dimana aktifitasnya terus tumbuh sekitar sepertiga year on year dalam angka sebenarnya dan sekitar seperlima sebelum memperhitungkan harga yang lebih rendah. Aktifitas transportasi turun sedikit dalam angka sebenarnya walaupun pengeluaran terus tumbuh sekitar 16 persen y-o-y. Aktifitas transportasi udara, yang turun di pertengahan pertama 2008, tumbuh dengan kuat di triwulan keempat 2008 dan triwulan pertama 2009.
Bersama-sama, semua faktor ini sepertinya mengurangi keuntungan, dan sudah menyebabkan perumahan karyawan
Bersama-sama, permintaan eksternal yang lebih rendah mengurangi kuantitas produksi, harga-harga komoditas yang lebih rendah mengurangi pendapatan, dan dampak arus tersebut terhadap permintaan domestik mengurangi tingkat laba perusahaan. Walaupun kami kekurangan indikator utama untuk laba, berbagai perusahaan mengurangi tenaga kerja di awal 2009. Karyawan sektor formal telah melaporkan perumahan sekitar 50.000 orang tenaga kerja dari sekitar 30 juta tenaga kerja. Tetapi pertumbuhan perusahaan tenaga kerja kontrak selama lima tahun terakhir untuk, contohnya, manufaktur padat usaha seperti garmen, menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja sebenarnya yang kehilangan atau segera kehilangan kerja di awal 2009 mungkin lebih tinggi lagi. Namun, walaupun ada pengurangan tenaga kerja di sekitar pergantian tahun, laju pengangguran Indonesia turun ke angka 8,14 persen di bulan Februari, turun 0,3 percentage points dari setahun sebelumnya.
3. Setelah menjadi bulan-bulanan gejolak pasar global, pasar-pasar keuangan Indonesia membaik sejak bulan Maret a . Pasar-pasar keuangan kembali menaruh kepercayaan pada mata uang rupiah Setelah mengalami guncangan besar selama bulan Oktober dan November, dan kemudian di bulan Februari, Rupiah bertengger di bawah 10.500 per $AS sejak pertengahan Mei
Nilai tukar rupiah terhadap $AS telah membalikkan depresiasi yang dialaminya sejak Desember, ketika pasar kembali menaruh kepercayaan terhadap kemampuan perekonomian Indonesia memenuhi kebutuhan pembiayaan eksternalnya dan ketegaran cadangan devisa asingnya, dan ketika para investor global tidak terlalu takut pada risiko. Setelah gejolak di bulan Oktober dan November 2008, rupiah diperdagangkan di kisaran 11.000 per $AS sejak awal Desember sampai pertengahan Januari. Selama beberapa minggu setelahnya, rupiah perlahan-lahan melemah, kehilangan sekitar 8 persen nilainya terhadap dolar di awal Maret. (Grafik 12) Hal ini, sebagiannya, mencerminkan kekuatan $AS terhadap mata uang lain, ketika berbagai aktor pasar keuangan global menjadi lebih pesimistis tentang prospek masa depan perekonomian global – indeks dolar luas yang diberikan oleh the Federal Reserve Board terapresiasi sebesar 4,2 persen selama periode ini. Tetapi selama masa depresiasi ini, rupiah menjadi lebih lemah dibandingkan mata uang Asia lainnya, selain Won Korea (Grafik 13). Para pelaku pasar mengatakan bahwa pelemahan rupiah dikarenakan pembayaran pinjaman dalam mata uang asing yang dilakukan berbagai perusahaan Indonesia, dan kepada non-penduduk yang perlahanlahan menjual obligasi pemerintah yang mereka miliki. Semua faktor ini berbalik sejak awal Maret, dan Rupiah kembali menjadi salah satu mata uang yang menguat di kawasan ini. Hal ini bertepatan dengan kelemahan $AS ketika
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
9
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
investor global mendapatkan kepercayaan kembali pada prospek perekonomian global dan efektifitas tanggapan para pembuat keputusan terhadap penurunan global, dan menjadi tidak terlalu anti risiko. Pada saat yang sama, kepercayaan pada aset-aset yang dimiliki Indonesia membaik, ketika perekonomian mendapat akses kepada fasilitas pertukaran mata yang lebih besar, meningkatkan cadangan devisa asingnya, mencapai surplus neraca pembayaran, dan mengadakan pemilu legislatif yang berjalan aman. Grafik 12: Setelah terpukul oleh penurunan ekonomi global pada bulan Februari, rupiah kembali ke level di bawah 10.500 per USD pada pertengahan Mei
Grafik 13: …dimana ini adalah salah satu pergerakan terkuat
(Rupiah Indonesia per $AS dan perubahan persentase di kawasan ini mingguan) (percentage change sampai akhir Mei 2009, skala terbalik) 20%
12% 8%
Weekly change, USD/IDR (LHS)
12,500 IDR/USD
16%
11,800
12%
1 Dec 08 1 Jan 09 1 Mar 09
8%
4%
11,100
0%
10,400
-4%
9,700
-4%
-8% Jan 08 Apr 08 Jul 08 Oct 08 Jan 09 Apr 09
9,000
-8%
Sumber: BI via CEIC, Bank Dunia
▲ Appreciation
4% 0% ▼ Depreciation IDR
KRW
SGD
MYR
THB
JPY
USD index Sumber: Otorita statistika nasional via CEIC, dan Bank Dunia
b. Pasar saham ini merupakan yang terkuat di kawasan ini Indeks harga saham gabungan BEI secara umum menurun bersamaan dengan pasarpasar ekonomi Negara berkembang, stabil di bulan Desember dan Januari, dan melemah kembali bersama gejolak global di bulan Februari, kemudian menguat mulai kembali bulan Maret
Seperti pasar-pasar mata uang, ekuitas di berbagai pasar saham Indonesia kembali mendapatkan sebagian nilai mereka yang hilang di bulan Oktober dan awal November di minggu-minggu terakhir November sampai Desember. Setelah hari pertama perdagangan 2009, indeks gabungan ini naik lebih dari seperempat dari nilai rendahnya tanggal 24 November. Di awal Maret, pasar ini kehilangan sekitar setengah dari penambahan tadi ketika pelaku pasar menjadi khawatir terhadap prospek perekonomian global dan investor non-penduduk menjadi penjual netto. Perdagangan pun menyusut. Faktor-faktor ini berbalik sejak awal Maret sampai akhir Mei. Pasar Indonesia meningkat setengahnya, ketika sentimen pasar global bergeser. Omset pasar bangkit dan nonpenduduk kembali. Saham pertambangan yang paling diuntungkan, nilainya, rata-rata, hampir berlipat dua. Omset pasar juga meningkat, ketika non-penduduk kembali melakukan pembelian netto di dalam pasar - dari titik terendahnya di awal Maret sampai akhir Mei, non-penduduk membeli rupiah sebesar Rp. 6,1 triliun (sekitar $AS 0,6 miliar) lebih banyak dari yang mereka jual di pasar-pasar Indonesia - kembali kepada trend di hampir seluruh tahun 2008. (Grafik 14) Walaupun sebagian besar pasar regional dan global telah mencapai peningkatan signifikan sejak awal Maret, Indonesia lah yang memiliki kekuatan menonjol. (Grafik 15) Dibanding dengan awal Desember dan awal Maret, pasar saham Indonesia meningkat lebih daripada pasar regional lainnya, selain India.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
10
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 14: Setelah masuk ke pasar saham Indonesia selama masa puncak gejolak pasar, investor asing penjual netto di awal tahun 2009, dan kemudian kembali ketika risiko global Grafik 15: Pasar saham Indonesia menunjukan kinerja baik dibanding pasar saham lain setelah India, dan menjadi salah berkurang sejak akhir Maret (pembelian netto oleh non penduduk selama 30 hari terakhir, satu yang terkuat di dunia sejak tanggal 1 Desember
800
-2
400
-4
0 Jul AugSep Oct NovDec Jan FebMar AprMay
Sumber: IDX via CEIC dan World Bank
30% 20% 10% 0% -10% U.S.
0
40%
Japan
1200
50%
Phil.
1600
1 Dec 08 1 Jan 09 1 Mar 09
60%
Malaysia
2000
70%
Singapore
IDX composite 4 index (RHS) 2
Index 2400
China
6
Dow Jones average troughs
Thailand
Lehman Bros. collapses
(percentage change sampai akhir Mei)
Indon.
IDR 8 tr.
India
triliun rupiah, dan Indeks Saham Gabungan BEI)
Sumber: Indeks agregat pasar saham utama, via CEIC, dan Bank Dunia
c . Pengembalian obligasi domestik telah membaik dari gejolak yang baru saja dialaminya Sejak bulan Desember, pengembalian obligasi pemerintah Indonesia berhasil mendapatkan kembali nilai yang hilang di bulan Oktober dan November
Seperti pasar-pasar saham dan mata uang Indonesia, pasar obligasi pemerintah Indonesia mendapatkan kembali nilai Oktober dan November yang hilang di awal Januari, kemudian dilanda penurunan kepercayaan kedua dan peningkatan pengembalian ketika pesimisme perekonomian global dan penghindaran risiko meningkat sepanjang Februari dan Maret, dan kemudian pengembalian tersebut didapat kembali di paruh kedua Maret dan April. Kejatuhan pengembalian obligasi rupiah pemerintah merupakan kejatuhan yang signifikan dan tidak ada tandingannya di perekonomian besar Asia timur lainnya. (Grafik 16) Di akhir Mei, obligasi berjangka pendek dan menengah (obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 sampai 7 tahun kemudian) berada di tingkatan terendah dalam waktu setahun itu, sebelum kekhawatiran memuncak di akhir April 2008 tentang membengkaknya ongkos subsidi bbm yang dikeluarkan pemerintah dan implikasi fiskal dan inflasi yang dihasilkan oleh penyesuain harga. Hal ini mengikuti trend yang ada, pengembalian obligasi Indonesia sangat sensitif terhadap pergerakan keengganan risiko global. Pada saat keengganan risiko global memuncak di bulan Februari ketika jumlah obligasi negara diturunkan peringkatnya dan berbagai tantangan menghadang perekonomian Eropa Tengah dan Timur menjadi lebih jelas, non penduduk mengurangi obligasi yang mereka miliki dan pengembalian meningkat. Kepemilikan non penduduk terhadap SUN turun sebesar Rp. 9,8 triliun ($AS 0,8 miliar) sejak awal Desember sampai akhir Februari. Ketika keengganan terhadap risiko berkurang, begitu pula pengembalian obligasi dan non penduduk melakukan pembelian netto, membeli Rp. 7,2 triliun antara awal Maret dan akhir Mei. Penurunan pengembalian obligasi berjangka yang lebih pendek membawa pengembalian di dalam kurva pengembalian yang lebih normal. Di satu titik di pertengahan Desember, ketika BI mulai melonggarkan kebijakan moneter, perbedaan antara pengembalian obligasi 10 tahun dan 1 tahun kurang dari 50 bps. Di pertengahan April angka ini kembali ke posisi 300 bps, dekat dengan rata-rata yang ada sekarang. Hal ini secara umum diterjemahkan sebagai sebuah sinyal positif, dalam hal pasar obligasi kesehatan dan untuk prospeknya terhadap perekonomian (Grafik 17Grafik ). Obligasi dolar pemerintah Indonesia belum pulih seperti obligasi rupiah. (Grafik 18) Walaupun pengembalian rata-rata obligasi (disesuaikan dengan pengembalian Departemen Keuangan AS) turun dua percentage points antara awal Maret dan
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
11
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
pertengahan Mei, pengembalian obligasi rupiah yang berkaitan dengannya turun lebih dari itu (walaupun dalam hal penyesuain dengan inflasi, penurunan itu lebih besar). Karenanya, para investor premium berlomba-lomba mendapatkan sekuritas pemerintah Indonesia dalam bentuk rupiah yang tetap pada tingkatan yang relatif rendah dan bukannya $AS. Pengembalian obligasi korporat Indonesia yang diperdagangkan secara internasional tidak mengalami pemulihan transisi seperti yang dialami oleh obligasi pemerintah di bulan Desember, tetapi terus meningkat di triwulan pertama 2009, dengan the JP Morgan Index terhadap penyebaran korporat Indonesia mencapai puncak di posisi 4858 bps di pertengahan Maret, kemudian turun 600 bps dalam waktu enam minggu setelahnya. Hal ini dibandingkan dengan rata-rata CEMBI pasar yang baru muncul di posisi 780 bps di akhir April. Penyebaran obligasi $AS Indonesia juga turun, dan di bulan Mei turun di bawah rata-rata perekonomian yang baru muncul
Pengembalian obligasi bermata uang $AS pemerintah Indonesia belum pulih dari puncaknya di akhir 2008 ketika pasar terguncang seperti halnya obligasi bermata uang Rupiah. Tetapi penyebaran utang Indonesia telah turun secara signifikan, dan turun secara signifikan, dan turun di bawah rata-rata penyebaran pasar yang baru muncul di awal Mei, masa panjang pertama di tingkat ini sejak 2007. Perbedaan antara pengembalian yang didapat investor dari obligasi rupiah pemerintah Indonesia relatif dengan obligasi $AS tetap relatif berada di tingkat rendah, walaupun meningkat dari titik terendah di awal 2009. (Grafik 17) Pengembalian obligasi korporat Indonesia yang diperdagangkan secara internasional tidak mengalami pemulihan transisi seperti yang dialami oleh obligasi pemerintah di bulan Desember, tetapi terus meningkat di triwulan pertama 2009, dengan the JP Morgan Index terhadap penyebaran korporat Indonesia mencapai puncak di posisi 4858 bps di pertengahan Maret, kemudian turun 600 bps dalam waktu enam minggu setelahnya. Hal ini dibandingkan dengan rata-rata CEMBI pasar yang baru muncul di posisi 780 bps di akhir April. Likuiditas di dalam pasar ini mungkin menghalangi interpretasi data-data ini. Grafik 17: Walaupun perbedaan antara obligasi asing dolar dan rupiah telah membaik sejak gejolak di bulan Desember, pengembalian obligasi dolar di Indonesia tetap tinggi kalau dilihat dari standar sejarah
Grafik 16: Walaupun telah membaik sejak Maret, (perbedaan basis point antara obligasi rupiah Indonesia 10 pengembalian obligasi asing Indonesia tetap lebih tinggi dan tahun dan rata-rata EMBI pengembalian obligasi $AS lebih mudah berubah dibanding tempat lain di kawasan ini Indonesia, dan pengembalian EMBI dengan pengembalian
(pengembalian obligasi asing mata uang lokal 5 tahun) 18 15
obligasi Departemen Keuangan AS terkait) 1500 bps
21 %
1200 Indonesia
12 9
Philippines
15 % 10-year IDR less EMBI spread (LHS)
12
900
9
600
6
6 3
300
Thailand
0
Jan Apr Jul Oct Jan 08 08 08 08 09 Sumber: Pertukaran nasional, via CEIC
Apr 09
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
EMBI yield (RHS)
0 2005
2006
2007
2008
3 0
2009
Sumber: Indeks Harga Saham Gabungan BEI via CEIC, JP Morgan, dan Bank Dunia
J uni 2009
12
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Harga obligasi Indonesia terus bergejolak, dan memiliki risiko premium lebih tinggi, daripada yang dimiliki perekonomian Negara tetangga
Menembus badai
Pengembalian hutang Indonesia terus lebih tinggi dan naik lebih cepat ketika keengganan risiko global meningkat, dibanding hutang asing di tempat lain di kawasan yang sama dan secara global, baik dalam bentuk mata uang lokal maupun $AS, dan mengenai obligasi mata uang asing dan korporat yang diperdagangkan secara internasional. Penjualan obligasi asing $AS pertengahan Februari dihargai 300 bps di atas penjualan yang sedikit lebih rendah oleh Turki dari obligasi asing yang memiliki jatuh tempo sama beberapa minggu sebelumnya. Volatilitas dan pengembalian yang lebih tinggi ini berkebalikan dengan peringkat kredit asing yang dimiliki Indonesia - statusnya tetap terjaga, contohnya oleh Fitch Ratings di bulan Januari, sementara perekonomian negara lain yang juga memiliki hutang dagang berpengembalian sama malah diturunkan peringkatnya. (Grafik 19Grafik )
Grafik 18: Kurva pengembalian menjadi begitu rata di bulan Desember, tetap sejak bulan itu kembali ke bentuk kurva yang lebih normal
Grafik 19: Walaupun banyak tingkat hutang asing telah
(perbedaan basis point antara pengembalian obligasi rupiah diturunkan, tingkat hutang Indonesia tetap tidak berubah pemerintah 10 tahun dan 1 tahun) (jumlah upgrade dikurangi downgrade) 800 bps
40
700
30
600
20
Jul 08
Oct 08
Jan 09
Apr 09
2009*
Apr 08
2008
-20
2007
0 Jan 08
Fitch Indonesian sovereign debt rating: ►B- ►B- ▲B ▲B+ ▲BB- ►BB- ►BB- ▲BB ►BB 2006
-10
100
2005
0
200
2004
300
2003
10
2002
400
2001
500
Sumber: Indeks Harga Saham Gabungan BEI via CEIC dan Catatan dan sumber: data sampai pertengahan Februari Bank Dunia 2009. Peringkat mata uang lokal jangka panjang Fitch untuk Indonesia. Bloomberg, EMTA and World Bank data.
d. Secara keseluruhan, sektor perbankan tetap dalam kondisi sehat Berbagai indikator agregat resmi menunjukan sektor perbankan tetap sehat dan semakin konservatif menghadapi tekanan keuangan yang semakin meningkat
Berbagai indikator agregat menyatakan kalau sektor perbankan Indonesia tetap sehat. Pinjaman macet memiliki rata-rata 4,5 persen di bulan Maret, hanya sedikit lebih tinggi daripada paska krisis Asia sebesar 3,8 persen yang tercatat di bulan Desember 2008; rasio kecukupan modal bank umum naik ke posisi 18,0 persen di bulan Februari, lebih rendah daripada beberapa tahun lalu tetapi jauh lebih tinggi daripada berbagai sistem perbankan di berbagai perekonomian maju. Tetapi rasio tersebut cenderung merupakan indikator ketertinggalan. Contohnya, sebuah pinjaman diklasifikasikan sebagai macet ketika pembayaran bunga terlambat tiga atau lebih dari tiga bulan, dan data pinjaman tersebut dilaporkan dengan keterlambatan 2 bulan. Ini artinya sebuah bisnis yang kesulitan melakukan pembayaran mulai Januari 2009 hanya akan muncul di dalam data statistika resmi di bulan Mei. Namun, indikator lain menyatakan kalau sebagian ebsar bank tetap sehat. Tidak ada tanda-tanda penarikan dana besar-besaran dari berbagai sistem perbankan selama puncak gejolak di dalam berbagai pasar-pasar finansial global. Walaupun deposito rupiah melambat di bulan November 2008, dan deposito mata uang asing, ada sedikit bukti kalau pergeseran besar ke rekening mata yang asing. Memang, sebagian besar pertumbuhan deposito di tahun 208 adalah dalam bentuk deposito berjangka yang relatif tidak likuid. Selama 4 atau 5 bulan terakhir 2008, terutama setelah ketidakstabilan ekstrim yang dialami pasar finansial di akhir September, berbagai bank beralih dari pertumbuhan pinjaman cepat selama paruh pertama 2008 ke berbagai praktik pemberian pinjaman yang lebih konservatif, dan berupaya memperkuat neraca keuangan mereka. Persetujuan
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
13
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
pinjaman dikurangi, terutama untuk bisnis (didiskusikan di atas), dan laporan yang beredar mengatakan kalau para nasabah baru mengalami kesulitan mendapatkan pinjaman, sementara bank semakin tidak ingin menggulirkan pinjaman kepada nasabah lama di sejumlah sektor. Hasilnya adalah penurunan rasio pinjaman terhadap simpanan (dari puncaknya di posisi 79 di bulan Agustus 2008 menjadi 72 di bulan Februari bagi bank umum),dan kembali ke tingkatan pinjaman berlebih ke rata-rata 5 tahunan mereka. Bank telah membangun tingkat kelebihan simpanan mereka sampai ke tingkat rata-rata jangka panjang, dan telah memulai meningkatkan instrumen otorita moneter jangka pendek (SBI) yang mereka miliki setelah menghabiskan semua itu di semester pertama 2008. Walaupun sebagian bank asing kemungkinan mengurangi pemaparan mereka terhadap pasar Indonesia, pangsa pasar mereka relatif kecil
Berbagai kesulitan yang dihadapi bank-bank di Eropa barat dan AS berarti bank yang bermarkas besar di luar negeri menjadi sumber stres potensial di banyak perekonomian. Ini sangat tampak di Eropa Timur di mana bank semacam itu merupakan 80 persen dari bank yang ada di sektor perbankan. Tetapi 'bank asing' (seperti yang didefinisikan oleh BI) di Indonesia memiliki pangsa pasar yang kecil: sekitar 4,5 persen dari pinjaman yang ada dan 3,6 persen dari simpanan yang ada di bulan Maret, hanya sedikit saja berubah dari pangsa pasarnya 5 tahun sebelumnya. Juga, sebagian bank asing memiliki banyak saham bank Indonesia, tetapi hal ini cenderung dilakukan oleh bank yang memiliki pusat di tempat lain di kawasan yang sama dan memiliki pemaparan langsung yang kecil terhadap aset keuangan 'beracun' yang membanjiri neraca keuangan bank Amerika dan Eropa. Sumber kekhawatiran lain di dalam pasar keuangan Indonesia adalah dampak kerugian yang disebabkan oleh pembeli instrument derivatif asing kompleks terhadap diri mereka sendiri dan terhadap lembaga keuangan yang menjual produk-produk tersebut kalau si pembeli tidak mampu memenuhi kewajiban pembayarannya. Kesemua instrumen ini secara signifikan lebih kompleks daripada hedges (perlindungan) mata uang tradisional. Yang disebut belakangan memungkinkan pedagang, contohnya, mengajukan kontrak untuk membeli $AS dengan Rupiah Indonesia dengan nilai tukar yang telah ditentukan di sebuah tanggal di kemudian hari. Hal ini memungkinkan mereka mengunci biaya barang dalam mata uang rupiah, barang yang mereka rencanakan untuk diimpor dan membayar beberapa bulan setelahnya dengan nilai tukar yang ada hari ini. Sebaliknya, instrumen derivat nilai tukar asing membayar tingkat pengembalian, atau menghasilkan sebuah liabilitas, yang merupakan sebuah fungsi dari perbedaan antara nilai tukar aktual yang ditetapkan di masa depan dan nilai tukar yang disetujui di dalam kontrak (nilai tukar 'strike'). Tingkat pengembalian ini, atau biaya pembayaran, bisa meningkat secara eksponensial bergantung pada perbedaan antara nilai tukar yang aktual dan strike. Kesemua kontrak ini seringkali diajukan oleh berbagai pihak yang tidak berusaha melindungi transaksi yang ada, tetapi berusaha mengeksploitasi apa yang oleh banyak orang dipercaya sebagai jaminan implisit oleh BI untuk menjaga nilai tukar Rupiah terhadap $AS paling tidak di angka 9500. Ketika Rupiah pertama-tama melewati angka 9.500 dan kemudian 10.000 per $AS, para pembeli kontak-kontak ini menanggung kerugian yang semakin besar, yang sebagian dari mereka tidak mampu atau mau tanggung. Laporan yang ada menyatakan kalau sebagian besar dari kontrak derivatif ini secara umum telah dinegosiasi ulang atau dibatalkan, dan satu bank swasta domestik yang sangat terlibat menjual produk-produk ini menangguk manfaat besar dari kerugian yang ditimbulkan. BI juga telah memperkenalkan regulasi yang lebih ketat mengenai kepada siapa instrumen tersebut bisa dijual dan sejauh mana informasi tersebut boleh diungkap.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
14
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 20: Para pemilik deposit beralih ke deposito berjangka yang tidak terlalu likuid (tetapi lebih mahal bagi bank)
Grafik 21: Persetujuan bank umum terhadap pinjaman kepada berbagai bisnis berkurang tajam di triwulan terakhir (bank umum, disesuaikan berdasarkan musim, triliunan tahun 2008
Rupiah)
(disesuaikan berdasarkan musim, triliunan Rupiah)
IDR 1,800 tr.
Demand deposits Savings Time deposits
1,500
IDR 210 tr. 180
Total
150
1,200
Consumer Investment Working capital
120
900
Total
90
600
60
300
30
2005
2006
2007
2008
2009
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: BI via CEIC dan Bank Dunia Kondisi pinjaman antar bank telah membaik dan tampaknya cukup likuiditas di dalamnya
Kondisi pasar uang antar bank tampaknya membaik secara signifikan dari bulan Oktober sampai November. Di satu sisi, pengganjal antara nilai tukar cepat yang digunakan oleh bank untuk meminjamkan ke bank lain (JIBOR) dan nilai tukar yang mereka terima dari BI telah kembali ke tingkatan sebelum bulan November, dan kematangan instrumen netto BI telah hampir kembali ke tingkatan sebelum ambruknya Lehman brothers. Namun, pada praktiknya, bank tampaknya enggan memberi pinjaman langsung ke bank lain, dan bank yang lebih besar dilaporkan sangat enggan untuk memberi pinjaman kepada bank berukuran sedang dan lebih kecil . Laporan yang belum terkonfirmasi Grafik 22: Satu indikator pinjaman antar bank dalam bentuk menyatakan kalau bank memanfaatkan BI untuk memberikan intermediasi antar bank. Bank umum dan Rupiah kembali ke level normal di awal tahun 2009 bank desa mengurangi liabilitas mereka kepada lembaga (suku bunga overnight) 11 keuangan lain sebesar 15 persen antara April dan % Oct '08 Desember 2008, walaupun pergeseran ini terjadi relatif perlahan. Di sisi lain, penggunaan fasilitas overnight BI 10 yang mereka lakukan melonjak mencapai puncak di tengah gejolak pasar keuangan di bulan Oktober, melipatduakan rata-rata dari 9 bulan pertama tahun 2008. 9 Liabilitas bank umum kepada BI juga memuncak di bulan September dan kemudian di bulan November, dan di 8 bulan November itu melipatduakan rata-rata paruh pertama tahun 2008. 7
JIBOR overnight rate BI policy rate
6 May 08
Aug 08
Nov 08
Feb 09
May 09
Sumber: BI via CEIC dan Bank Dunia
Namun, konsisten dengan kelangkaan likuiditas $AS, kondisi pasar antar bank lokal tetap ketat, walaupun BI telah menyuntikkan likuiditas dalam bentuk $AS dan menurunkan rasio cadangan $AS yang dimilikinya. Berbagai bank melaporkan kelangkaan likuiditas, dan ini tercermin dari nilai tukar antar bank, yang selama 3 bulan pertama tahun 2009 berada 20 sampai 40 bps di atas level instrumen yang setara di pasar Singapura dan London untuk instrumen overnight dan satu bulan.
4. …walaupun harga-harga komoditas global yang lebih rendah memperlambat inflasi a . Harga-harga yang lebih rendah, termasuk harga bahan bakar yang telah ditetapkan… Harga-harga komoditas yang lebih rendah,
Penurunan harga-harga komoditas global telah menurunkan harga-harga impor Indonesia sekitar 20 persen dari puncaknya di bulan Agustus 2008 sampai Februari 2009, menurut
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
15
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
terutama bbm, telah mengurangi harga impor Indonesia
perkiraan Bank Dunia. Bersama dengan turunnya harga-harga energi global - di akhir April, harga-harga minyak yang telah dimurnikan di kawasan ini kurang dari setengah harga di puncaknya pada bulan Juni 2008 - harga-harga barang-barang penting lainnya yang diperdagangkan secara internasional juga mencatat penurunan harga yang signifikan. Terutama, harga padi internasional turun sekitar 60 persen dari puncaknya di bulan Mei. Tetapi penurunan harga ini semuanya dinyatakan dalam $AS, sehingga depresiasi 30 persen yang dialami rupiah menimbulkan efek penyeimbang ketika hargaharga itu diekspresikan dalam mata yang rupiah. Perkiraan Bank Dunia menyatakan kalau semua penurunan harga ini mempengaruhi harga-harga domestik dalam waktu beberapa bulan.
… dan semua ini masuk ke dalam harga-harga hulu dan harga-harga yang diatur pemerintah
Pemerintah Indonesia memperbolehkan harga-harga global yang lebih rendah untuk masuk ke dalam harga-harga terregulasi. Pemerintah menurunkan harga bbm premium sebanyak tiga kali (Grafik 23) antara bulan Desember dan pertengahan Januari, dan juga mengurangi sebagian tarif listrik komersial. Hal ini sejalan dengan tujuan pemerintah membiarkan harga-harga terregulasi bergerak bersama harga-harga pasar, di bawah ambang batas Rp 6.000 per liter untuk bensin premium dan Rp 5.500 untuk solar. Harga minyak tanah rumah tangga, jauh dibawah ongkos pasar, tidak berubah, karena pemerintah terus menggulirkan program konversi minyak tanah ke bbg. Harga-harga impor yang lebih rendah dan penurunan harga bbm turut menurunkan berbagai harga grosir. Harga-harga ini turun 12 persen antara bulan Juli dan Desember 2008, dan, setelah menyertakan dampak langsung harga minyak dan gas terhadap hargaharga perdagangan, harga-harga ini tidak berubah selama periode ini. b. …telah menyebabkan inflasi yang lebih rendah
Harga-harga konsumsi meningkat hanya 0,2 persen dari bulan November sampai Februari, menurunkan laju inflasi year-on-year ke angka 8,6 persen
Harga-harga konsumsi rata-rata hampir tidak bergerak antara bulan November dan April. Penurunan harga bbm dan kemudian musim panen yang sangat bagus mengurangi CPI. Inflasi harga makanan turun tajam. Sementara itu, dampak inflasi dari rupiah yang terdepresiasi hanya terwujud dalam ongkos pakaian, yang meningkat sebesar 2,6 persen di bulan Februari m-o-m, sebagian besarnya disebabkan oleh peningkatan biaya perhiasan emas menurut para analis pasar. Walaupun penurunan biaya transportasi mengurangi sebagian besar CPI, disinflasi tampaknya berbasis luas. Inflasi inti menurun di bulan Februari dan April, menurunkan tingkat y-o-y ke angka 7,1 persen, dan sebagian besar barang lain tercatat memiliki pertumbuhan harga moderat selama empat bulan pertama tahun 2009.
Harapan inflasi konsumen telah turun bersama dengan laju inflasi
Pertumbuhan harga yang lebih rendah di pasar dan berita berprofil tinggi tentang penurunan harga bbm telah menyebabkan harapan konsumen terhadap penurunan inflasi masa depan mendekati titik terendah sejak kenaikan harga bbm di tahun 2005 (berdasarkan indeks gabungan Bank Dunia). Harapan inflasi lebih rendah yang dimiliki konsumen sepertinya terbukti, karena mendorong tekanan inflasi ronde kedua, contohnya melalui tuntutan kenaikan gaji yang tidak lagi sering terjadi.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
16
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 23: Harga bensin sekarang ini berada di dekat ongkos ekonomis bahan bakar: harga solar dan minyak tanah yang diregulasi tetap berada di bawah ongkos ekonomisnya
(rupiah per liter) 12,000 IDR/L
12,000 IDR/L
10,000
10,000 Economic
8,000
8,000
6,000
6,000
4,000
4,000 Regulated
2,000 0 Jan 08
2,000 Gasoline Jul 08
Jan 09
Diesel Feb 08
Aug 08
Kerosene Mar 09
Apr 08
Oct 08
0 May 09
Sumber: Departement Pertambangan dan Energi; perkiraan harga perekonomian 2009 Bank Dunia
c . … terutama untuk rumah tangga yang lebih miskin Inflasi makanan telah turun cukup tajam, terutama menguntungkan rumah tangga miskin
Penurunan harga-harga komoditas menurunkan pertumbuhan biaya hidup bagi sebagian besar rumah tangga lebih miskin. Karena rumah tangga ini menghabiskan sebagian besar anggaran mereka untuk makanan dibanding rumah tangga rata-rata, mereka mendapat untung dari stabilisasi harga-harga makanan. Inflasi makanan antara Desember 2008 dan April 2009 adalah yang terlemah sejak pertengahan 2005 – bahkan, setelah memperhitungkan efek musim penghujan, harga-harga makanan turun di bulan Januari dan turun 1,3 persen di bulan April. Perkiraan Bank Dunia terhadap ikatan konsumsi dengan kemiskinan yang diperberat oleh indeks harga konsumsi menunjukkan hargaharga yang dihadapi oleh rumah tangga miskin meningkat rata-rata sebesar 8,4 persen di tahun ini sampai April, 6,2 percentage points di bawah puncak bulan September 2008.
Grafik 24: Inflasi telah berkurang tajam selama 8 bulan terakhir, terutama untuk rumah tangga miskin
(perubahan persentase year-on-year) 24 %
20 %
Cost of the poverty basket
18
Grafik 25: Kesenjangan antara bunga dan laju inflasi telah mengecil, walaupun Bi telah menerapkan kebijakan moneter yang cepat sejak Desember 2008
Food
16 12
BI policy rate
12 8
6
4
Headline inflation
0
0 2005
2006
2007
2008
CPI inflation
2009
Jan 06
Oct 06
Jul 07
Apr 08
Jan 09
Sumber: BPS dan BI via CEIC. Perkiraan Bank Dunia terhadap kelompok konsumsi miskin
d. …dan mendorong BI menurunkan tingkat kebijakannya sebanyak 225 basis points dari Desember sampai Mei Setelah menjadi bank sentral anti inflasi yang paling proaktif di kawasan ini,
Berdasarkan kebutuhan untuk membatasi kemunculan kembali tekanan inflasi yang menarik permintaan ketika menjelaskan manuvernya, BI menaikkan tingkat kebijakannya sebesar 25 bps selama 6 bulan berturut-turun sejak Mei 2008, dan melakukan berbagai tindakan untuk mengurangi pertumbuhan dalam hal suplai uang. Selama proses tersebut,
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
17
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
berkurangnya inflasi dan prospek global yang semakin memburuk telah mendorong BI untuk melonggarkan kebijakan moneter
Menembus badai
di kalangan pelaku pasar, BI mendapat reputasi sebagai salah satu otorita kebijakan moneter anti inflasi yang paling agresif di kawasan ini. Karena tekanan inflasi berkurang bersama dengan turunnya harga-harga komoditas, prospek perekonomian global menjadi semakin suram di bulan-bulan terakhir tahun 2008, BI menanggapi dengan pergeseran tiba-tiba dalam arah kebijakannya. BI mengurangi tingkat suku bunga, pertama sebesar 25 bps di bulan Desember, kemudian sebesar 50 di rapat dewan di Januari, Februari dan Maret, dan kemudian sebesar 25 bps di bulan April dan Mei. Hal ini menurunkan laju kebijakan overnight dari puncaknya di angka 9,5 persen di bulan November menjadi 7,25 persen di bulan Mei. Walaupun perubahan ini terjadi cepat dan kuat, dan membawa laju nominal menjadi 75 bps di bawah tingkatannya di bulan Mei 2008 sebelum BI memulai kebijakan pengetatannya, penurunan inflasi yang tajam terjadi lebih cepat daripada kemampuan BI mengurangi laju pengurangannya, berimplikasi kalau tingkat bunga nyata telah meningkat sekitar -2½ persen di pertengahan 2008 menjadi 7 persen di akhir April, bergantung pada ukuran inflasinya (Grafik 25).
5. Posisi eksternal Indonesia tetap tidak berubah walaupun lebih lemah daripada tahun 2007 a . Neraca pembayaran Indonesia mencatat defisit kecil di tahun 2008, dan kembali surplus di awal 2009 Neraca pembayaran ini mengalami defisit di tahun 2008, sebagian besarnya disebabkan oleh arus keluar portofolio (portfolio outflows) dari Indonesia; hal ini berubah di triwulan pertama 2009
Berbagai perkembangan dalam komoditas global dan pasar-pasar keuangan mengombang-ambingkan neraca pembayaran Indonesia selama tahun 2008. Neraca pembayaran ini mengalami defisit di triwulan ketiga, sebesar $AS 4,2 miliar, menyebabkan defisit total sebesar $AS 1,9 miliar sepanjang tahun 2008, defisit BoP tahunan pertama sejak tahun 2001. Hal ini berubah di triwulan pertama tahun 2009, dengan surplus neraca pembayaran sebesar $AS 4,0 miliar dan surplus neraca yang ada sekarang berada di angka $AS 1,8 miliar. Tabel 4: Arus keluar Portfolio investasi menggerakkan neraca pembayaran Indonesia ke wilayah defisit di akhir 2008; neraca berjalan yang ada sekarang mendekati seimbang
(miliaran $AS kecuali disebut berbeda) 2008 2005 2006 2007 2008 Q1 Q2 Q3 Q4 Balance of payments 0.6 13.9 14.1 -1.8 1.0 1.3 -0.1 -4.2 % GDP 0.2% 3.8% 3.3% -0.4% 0.8% 1.0% -0.1% -3.8% Current account 0.3 10.9 10.5 0.3 2.8 -1.0 -0.9 -0.7 % GDP 0.1% 3.0% 2.4% 0.1% 2.3% -0.7% -0.6% -0.6% Goods balance 17.5 29.7 32.8 22.9 7.5 5.4 5.8 4.2 Services balance -9.1 -9.9 -11.8 -12.7 -3.0 -3.3 -3.2 -3.3 Net income & transfers -8.1 -8.9 -10.4 -9.9 -1.7 -3.1 -3.5 -1.6 Capital & financial account 0.3 3.0 3.6 -2.1 -1.4 2.5 0.9 -4.1 % GDP 0.1% 0.8% 0.8% -0.4% -1.2% 1.9% 0.6% -3.7% Direct investment (net) 5.3 2.2 2.3 2.0 -0.3 0.6 0.4 1.3 Inflows 8.3 4.9 6.9 7.9 1.5 2.0 1.9 2.5 Outflows -3.1 -2.7 -4.7 -5.9 -1.7 -1.4 -1.5 -1.2 Portfolio investment (net) Inflows Outflows Other investment (net) Government Private
Neraca terkini mencatat surplus kecil selama 2008, walaupun neraca itu berada dalam posisi defisit sejak triwulan
4.2 4.3 5.6 1.7 21.7 22.0 43.7 47.2 -11.6 -15.3 -36.2 -41.8 -9.4 -0.8 -8.6
2.0 12.5 -10.2
2009 Q1 4.0 3.5% 1.8 1.6% 6.2 -2.5 -1.9 2.4 2.1% 2.7 3.5 -0.8
4.2 -0.1 13.7 13.1 -9.2 -13.0
-4.4 7.8 -9.4
1.9 12.2 -6.7
-3.8 -2.5 -1.3
-4.8 -2.4 -2.4
-6.2 -1.4 -4.7
-3.2 -0.4 -0.6
-2.3 -1.5 0.3
0.4 -0.1 0.2
-1.1 0.5 -1.5
-2.3 -0.1 -0.9
Reserves 34.7 42.6 Sumber: BI, BPS via CEIC dan Bank Dunia
56.9
51.6
59.0
59.5
57.1
51.6
54.8
Neraca berjalan ini mencatat surplus kecil selama tahun 2008 ($AS 0,6 miliar), ketika surplus besar di triwulan pertama ($AS 2,8 miliar) berubah menjadi defisit sedang, yang kembali berubah kembali menjadi surplus di triwulan pertama 2009. Gelembung harga minyak menjadi sebab dari sebagian besar pergerakan ini. Biaya impor BBM-Oli menggelembung di triwulan kedua ketika harga minyak memuncak, margin penyulingan
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
18
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
kedua; hal ini pun berubah di awal 2009
Menembus badai
melebar, dan rejim pengaturan harga minyak yang dimiliki Indonesia mengesampingkan konsumen dari pergerakan ini dalam hal harga ekonomisnya, dan menyebabkan permintaan terus bertambah. Harga minyak dan komoditas lain yang lebih tinggi membuat berbagai operasi penambangan milik asing menangguk untung besar, dan repatriasi laba ini semakin memperbesar defisit pendapatan netto. Ketika harga minyak ambruk, semua arus ini menurun, walaupun perlahan-lahan: perusahaan minyak dan gas swasta merepatriasi laba sebesar $AS 2,4 miliar di triwulan ketiga, yang terbesar dari yang pernah ada; dan setengahnya dari angka itu di triwulan keempat. Secara keseluruhan, defisit pendapatan netto Indonesia berkurang sebesar $AS 1,9 miliar antara bulan September dan Desember ke posisi tertinggi sejak awal 2006, sebelum berkembang sedikit di triwulan pertama 2009 ($AS 3,0 miliar).
Grafik 26: Arus keluar modal menarik neraca pembayaran ke Penguatan posisi pendapatan netto Indonesia ini telah secara parsial mengimbangi surplus perdagangan barang posisi surplus di triwulan keempat
(neraca pembayaran sebagai persentase dari PDB; cadangan dan jasa yang menyusut. Surplus perdagangan Indonesia turun dari $AS 4,6 miliar di triwulan pertama 2008 sampai devisa dalam miliar $AS) triwulan ketiga ke angka $AS 0,9 miliar di triwulan USD % 60 8 bn keempat, sebelum berkembang lagi ke angka $AS 3,7 ‡ Reserves miliar di triwulan pertama 2009. Hal ini bukan dikarenakan (RHS) ketidaksesuaian antara permintaan domestik dan 45 4 eksternal. Namun, seperti yang didiskusikan di atas, keruntuhan harga komoditas global dan penurunan global 30 telah menyebabkan berbagai penurunan nilai impor dan 0 ekspor (di triwulan pertama 2009, total ekspor dan impor barang turun sekitar 30 persen dari periode sebanding di 15 tahun 2008), mengurangi nilai $AS absolut dari surplus -4 ekspor dibanding impor. Capital + financial account (LHS) Current account (LHS)
-8 2005
2006
2007
2008
0
2009
Catatan dan sumber: ‡ Data cadangan devisa triwulan kedua sampai 30 April. BI, BPS via CEIC dan Bank Dunia Arus keluar portofolio di akhir tahun ini menyebabkan defisit neraca pembayaran di tahun 2008
Arus keluar portofolio menghasilkan defisit neraca keuangan di triwulan keempat 2008, sebelum kembali menjadi stabil di triwulan pertama 2009. Penduduk mengalihkan $AS 2,7 miliar ke berbagai rekening bank luar negeri di triwulan keempat, sementara non penduduk menjual kepemilikan mereka atas sekuritas hutang (arus keluar netto sebesar $AS 3,8 miliar dari sekuritas korporat dan pemerintah). Lebih banyak yang dibayarkan daripada yang diterbitkan dalam berbagai kredit perdagangan dan pinjaman bank baru, walaupun perbedaannya tidak besar. Setelah penarikan dana lebih lanjut di triwulan pertama 2009, non penduduk berubah menjadi investor netto dalam berbagai aset keuangan Indonesia seperti saham dan obligasi di bulan April 2009. Penduduk juga memperlambat transfer mereka ke berbagai rekening bank di luar negeri. Sebagian besar dukungan datang melalui penjualan obligasi $AS pemerintah, yang menghasilkan masuknya dana netto sebesar $AS 2,8 miliar ke Indonesia.
Walaupun kondisi keuangan global sedang ketat, Indonesia menerima arus masuknya investasi asing langsung yang besar
Bidang rekening-rekening keuangan lain tampaknya tidak tersentuh oleh gejolak pasar keuangan di triwulan keempat. Hal ini paling tampak dalam berbagai arus investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), yang mencatat surplus triwulanan terbesar selama 3½ tahun di triwulan keempat 2008 dan kemudian triwulan pertama 2009. Selama dua triwulan ini, non penduduk melakukan investasi netto sebesar $AS 6,0 miliar di Indonesia, dalam sektor minyak dan gas maupun sektor non minyak dan gas; penduduk melakukan investasi di luar negeri sebesar $AS 2,0 miliar selama masa ini. Arus masuknya investasi asing langsung ini terus berlanjut sampai triwulan kedua, termasuk investasi dalam sektor perdagangan dan pertambangan Indonesia, dan dalam manufaktur tekstil, pakaian, dan kendaraan bermotor.
Cadangan asing tetap stabil sejak November
Cadangan asing Indonesia menjadi stabil sejak akhir Oktober 2008, bergerak di batasan antara $AS 50,2 miliar dan $AS 52,6 miliar, kemudian meningkat ke arah $AS 56,7 miliar di akhir April, sebanding dengan lebih dari empat bulan pembayaran hutang resmi dan
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
19
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
impor. Stabilisasi ini berbeda dengan spekulasi yang kerap muncul dalam berbagai intervensi pasar nilai tukar uang yang dilakukan BI. Selain dari cadangan resminya, Indonesia mampu menarik lebih banyak lagi cadangan asing di bawah berbagai persetujuan pertukaran bilateral dan multilateral. Indonesia memiliki akses kepada fasilitas $AS 12 miliar yang dikumpulkan ASEAN+3 negara di bawah Inisiatif Chiang Mai, ditambah $AS 18 miliar dalam bentuk persetujuan pertukaran bilateral bersama Jepang, Cina, dan Korea sesuai dengan inisiatif itu. 20 persen dari pertukaran ini bisa dilakukan tanpa mengikuti program pengawasan IMF. Juga, Indonesia punya akses kepada fasilitas pertukaran sebesar $AS 14,6 miliar bersama Cina, yang beroperasi di luar inisiatif tersebut dan karenanya tidak membutuhkan program IMF. Sampai saat ini, tidak ada fasilitas pertukaran yang telah dimanfaatkan, sehingga efektifitasnya selama krisis tetap tidak diketahui. b. Pemaparan hutang dipertahankan Seperenam dari hutang eksternal Indonesia, lebih dari $AS 25 miliar, jatuh tempo di tahun 2009
eksternal,
walaupun
signifikan,
tampaknya
bisa
Nilai tukar yang terdepresiasi meningkatkan biaya dalam bentuk rupiah untuk membayar kewajiban eksternal Indonesia. Jumlah hutang eksternal Indonesia tumbuh sebesar 9 persen di tahun 2008, menjadi total $AS 149 miliar. Menurut nilai tukar di bulan September, angka ini sebanding dengan 27,7 persen PDB; ketika rupiah terdepresiasi menjadi 12.000 per $AS, angka ini naik menjadi 36 persen dari PDB. Data BI mengatakan kalau paling tidak seperenam, atau $AS 23,9 miliar, jatuh tempo di tahun 2009; termasuk berbagai estimasi nilai dari beberapa jenis hutang yang meningkatkan angka ini menjadi $AS 30.5 miliar, atau sedikit lebih besar dari 4 bulan ekspor di tingkatan yang tidak biasa rendahnya di triwulan pertama 2009 (Tabel 5). Angka ini termasuk kredit-kredit perdagangan, yang disekuritisasikan oleh nilai barang yang diperdagangkan. Juga, non penduduk bisa kapanpun menarik mata uang dan simpanan senilai $AS 3,9 miliar yang mereka miliki di berbagai bank Indonesia. Kewajiban hutang jangka pendek Indonesia sebagai bagian dari PDB relatif tidak besar kalau dibandingkan dengan perekonomian lain di kawasan ini, walaupun Indonesia memiliki lebih dari satu rekening modal terbuka (Grafik 27). Sebuah estimasi alternatif adalah $AS 32,4 miliar terhutang secara eksternal oleh berbagai entitas swasta Indonesia di tahun 2009 di awal Desember. Estimasi ini didasarkan pada berbagai laporan kalau sebagian besar bank berdomisili OECD kepada Bank dalam urusan Penyelesaian Internasional. Jumlah ini tidak secara langsung sebanding dengan estimasi sebesar $AS 15,9 miliar di Tabel 5 di bawah ini. Estimasi ini menyertakan uang yang dipinjamkan oleh bank induk atau asing kepada cabang mereka. Perbedaan lainnya adalah estimasi ini menyertakan hutang terkonsolidasi kepada berbagai cabang lokal bank asing yang beroperasi di Indonesia, contohnya, hutang kepada kartu kredit konsumen. Bank asing memiliki Rp. 113 triliun. ($AS 9,4 miliar) semua pinjaman tertunggak yang jatuh tempo di bulan Desember 2008.
Sebagian besar hutang sektor swasta adalah milik perusahaan asing atau modal ventura, dan sebagian besarnya bergulir di triwulan pertama 2009
Sektor swasta berhutang 40 persen ($AS 60,7 miliar) dari hutang eksternal Indonesian, menurut data BI. Perusahaan privat atau milik negara di Indonesia berhutang kurang dari setengah angka ini; 30 persennya adalah hutang perusahaan modal ventura dan asing kepada perusahaan induk atau afiliasinya. Rasio-rasio ini menyatakan kalau sepertinya ada kemungkinan besar kalau utang-utang ini digulirkan, paling tidak selama kondisi perekonomian normal, dan data triwulan pertama yang menyatakan kalau memang inilah yang terjadi, dengan perguliran utang sebesar $AS 0,6 miliar di bank-bank Indonesia dan entitas korporat melunasi utang sebesar $AS 1,9 miliar, dan meminjam $AS 2,4 miliar. Tetapi, keadaan perekonomian sekarang yang penuh ketidakpastian dan gamangnya kondisi keuangan banyak markas besar perusahaan di berbagai negara maju meningkatkan risiko kalau mereka tidak mampu menggulirkan hutang-hutang ini.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
20
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 27: Obligasi eksternal jangka pendek Indonesia sejalan dengan perekonomian lain di kawasan ini
Tabel 5: Hutang eksternal jangka pendek Indonesia
(miliaran $AS)
(% dari PDB, hutang jatuh tempo 2008)
Public sector Foreign currency, official debt Amortization of gov't IDR bonds [e] BI certificates [e] Private sector Short term debt Amortization of medium- & long-term debt Trade finance Amortizing securities TOTAL Other items: Currency & deposits held by non-residents 'Standstill debt', from the 1997/98 financial crisis, under renegotiation Sumber dan catatan: BI dan Bank Dunia. [e] mengindikasikan estimasi Bank Dunia.
9.4 6.9 0.5 2.0 21.1 6.9 8.5 5.2 0.5 30.5 3.9 6.4
Thailand Malaysia Indonesia Vietnam China Philippines India Cambodia 0
2
4
6
8
% 10
Sumber dan catatan: BI, Joint External Debt Reporting Hub, Bank Dunia. Obligasi jangka pendek di akhir 2007 digunakan untuk melakukan abstraksi terhadap dampak kejadian pasar keuangan di akhir tahun 2008
6. Anggaran pemerintah Indonesia memiliki posisi baik untuk menanggapi penurunan yang terjadi a . Angka realisasi awal mengindikasikan keseimbangan neraca hampir tercapai di tahun 2008, jauh lebih rendah daripada yang diproyeksikan… Anggaran 2008 hampir mendekati keseimbangan, mencerminkan pendapatan yang kuat dan pengeluaran yang sedikit lebih rendah daripada yang dianggarkan untuk sebagian kategori
Anggaran pemerintah pusat Indonesia hampir mendekati keseimbangan di tahun 2008, dengan angka-angka realisasi awal dari Departemen Keuangan menunjukkan defisit sebesar 0,1 persen dari PDB. Angka ini sebanding dengan defisit sebesar 1,7 persen dari PDB yang diproyeksikan di anggaran awal, dan 2,1 persen yang diproyeksikan di anggaran perbaikan ketika harga minyak dunia dan subsidi energi Indonesia mendekati puncaknya. (Tabel 6) Anggaran yang mendekati keseimbangan ini mencerminkan kontraksi signifikan dari kebijakan fiskal relatif terhadap defisit 1,3 persen di tahun 2007 dan defisit 0,9 persen di tahun 2006, bersinkronisasi dengan puncaknya di dalam siklus perekonomian terkini Indonesia (Grafik 26). Kedua pendapatan yang lebih tinggi dari yang diproyeksikan dan pengeluaran yang lebih rendah daripada yang dianggarkan menjelaskan perbedaan antara defisit yang dianggarkan pemerintah dan defisit sebenarnya. Sebagian besar dari kedua hal itu menjelaskan lonjakan harga komoditas yang terus berlanjut sampai paruh pertama 2008 dan kemudian turun mulai Juli.
Pendapatan melebihi anggaran, sebagian besarnya dikarenakan harga minyak yang jauh lebih tinggi dari harga yang diasumsikan di dalam anggaran
Pendapatan pemerintah hampir sepertiga lebih tinggi daripada yang dianggarkan di bulan November 2007, dan 10 persen lebih tinggi daripada anggaran revisi (berdasarkan estimasi belum diaudit dari pendapatan yang terealisasi). Harga minyak yang tinggi menjelaskan sebagian besar perbedaan ini. Pendapatan dari minyak dan gas yang terealisasikan adalah 80 persen lebih tinggi (Rp 133 triliun) daripada yang dianggarkan di bulan November 2007. Anggaran ini berasumsi kalau harga minyak mentah Indonesia rata-rata sebesar $AS 60 per barrel, jauh di bawah harga rata-rata minyak sebesar $AS 97. Pemerintah mendapat lebih dari yang dianggarkan pada sebagian besar item pendapatan, termasuk pajak pertambahan nilai (lebih dari Rp 23 triliun), pendapatan dari pajak pertambangan, bumi, dan bangunan. Pengecualian paling signifikan adalah pajak penghasilan dari non minyak dan gas, yang berada di posisi 95 persen dari jumlah yang dianggarkan pada awalnya dan sangat dekat dengan proyeksi anggaran yang telah direvisi. Semua pendapatan ini tumbuh kuat di paruh pertama tahun 2008, sebagian dikarenakan perbaikan signifikan dalam hal kemampuan dinas pajak mengumpulkan pajak, sehingga hal ini mungkin mencerminkan dampak nyata dari penurunan tingkat keuntungan dikarenakan penurunan yang terjadi selama bulan-bulan terakhir tahun 2008.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
21
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
…yang juga mendorong meningkatnya subsidi energi melebihi jumlah yang dianggarkan; pemerintah tidak melakukan pengeluaran yang lebih tinggi dalam sebagian besar item lainnya.
Menembus badai
Pada saat yang sama, penyebaran jumlah item anggaran kurang dari target anggaran awal pemerintah, dan total penyebaran kurang dari yang diproyeksikan di dalam anggaran revisi. Underspent (pembayaran di bawah anggaran) terbesar adalah untuk modal (Rp -29 triliun atau 30 persen dari anggaran), gaji dan bantuan sosial. Subsidi, terutama subsidi energi, lebih dari cukup menutupi perbedaannya, kembali mencerminkan kesenjangan antara harga minyak yang dianggarkan dan harga minyak sesungguhnya di tahun 2008. Tetapi semua trend ini konsisten dengan tahun-tahun yang baru saja berjalan, terutama 2005, tahun terakhir di mana peningkatan biaya pasar mendorong penyesuaian terhadap harga minyak yang diregulasi (Grafik 29). Penyebaran pembayaran material dan modal juga tetap terkelompok selama beberapa bulan terakhir tahun itu (didiskusikan di Bagian B di bawah ini).
Grafik 29: Di tahun 2008, seperti tahun 2005, pemerintah Grafik 28: Setelah defisit neraca yang terus terjadi selama tidak menghabiskan anggaran semua belanja - selain dari beberapa tahun terakhir, neraca 2008 yang hampir seimbang subsidi energi adalah sebuah kontraksi (perbedaan antara pengeluaran yang dianggarkan dan yang
(persen dari PDB)
terealisasi, % dari total pengeluaran) 30 %
24%
25
21%
2007
2008
15
(LHS)
Revenue (LHS)
15%
10 5
Total Exp.
Transfers
Subsidies
Others
Interest payments
2000 2002 2004 2006 2008* Sumber dan catatan: Departemen Keuangan, BPS via CEIC, dan Bank Dunia. *Data 2008 adalah data pendahuluan.
Social assistance
(RHS)
Capital
9%
-5
Goods & services
0
Realized deficit Proposed deficit (RHS) Balance (RHS)
Salaries
12%
2006
20
Expenditure
18%
2005
Sumber: Departemen Keuangan dan Bank Dunia
b. Sebagai antisipasi terhadap penurunan pendapatan dan kebutuhan akan stimulus fiskal, Parlemen menyetujui revisi anggaran dengan target defisit sebesar 2,5% Pemerintah dan DPR telah menanggapi prospek yang semakin buruk dengan anggaran 2009 yang telah direvisi
Ketika prospek perekonomian memburuk dengan cepat selama triwulan terakhir 2008 dan awal 2009, pemerintah Indonesia merevisi proyeksi pendapatannya dan memformulasikan sebuah rencana stimulus fiskal (lihat Kotak 1). Pertumbuhan yang lebih lambat dan harga komoditas yang lebih rendah mengurangi pendapatan, begitu juga pengurangan pajak yang ditargetkan pemerintah, sementara pemerintah juga telah meningkatkan pengeluaran infrastruktur yang telah dianggarkan. Bersama-sama, semua perkembangan ini meningkatkan defisit yang dianggarkan di tahun 2009 menjadi 2,5 persen dari PDB, dari 1,0 persen di dalam anggaran yang disetujui di bulan November.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
22
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Tabel 6: Bagian PDB pemerintah dianggarkan berkurang di tahun 2009, bahkan dengan pengeluaran yang lebih tinggi untuk aktifitas pemerintah
(% dari PDB kecuali disebut berbeda) 2006
2007
Actual Revenues Non-oil domestic tax o/w Non-oil & gas income tax o/w VAT
Budget
2008
Realizat'n
Original budget
Revised budget
2009 Prelim. Realiz'n
Initial budget
Revised budget
19.1%
19.1%
17.9%
17.7%
20.0%
20.7%
18.5%
15.5%
10.6%
12.0%
10.8%
12.2%
11.7%
20.4%
12.0%
11.0%
5.0%
5.8%
4.9%
6.1%
5.6%
10.4%
5.6%
5.1%
3.7%
4.3%
3.9%
4.3%
4.4%
5.3%
4.7%
4.3%
Oil & gas
6.0%
4.8%
4.3%
3.6%
5.3%
6.3%
4.1%
2.4%
Other
2.5%
2.3%
2.9%
1.9%
2.9%
-3.6%
1.8%
1.7%
20.0%
20.2%
19.1%
19.4%
22.1%
19.9%
19.5%
18.0%
Central Govt.
13.2%
13.4%
12.8%
13.1%
15.5%
14.0%
13.4%
12.5%
Personnel
2.2%
2.7%
2.3%
3.0%
2.8%
2.3%
2.6%
2.6%
Materials
1.4%
1.9%
1.4%
1.2%
1.5%
1.2%
1.7%
1.7%
Interest Payments
2.4%
2.3%
2.0%
2.1%
2.1%
1.8%
1.9%
2.0%
Subsidies
3.2%
2.7%
3.8%
2.2%
5.2%
4.5%
3.1%
2.3%
Social Assistance
1.2%
1.4%
1.3%
1.6%
1.3%
1.1%
1.5%
1.4%
Other Current
1.1%
0.5%
0.4%
0.7%
0.8%
0.6%
1.2%
1.0%
Capital
1.6%
1.9%
1.6%
2.4%
1.8%
1.5%
1.4%
1.3%
6.8%
6.8%
6.4%
6.3%
6.5%
5.9%
6.0%
5.5%
Primary Balance
1.5%
1.2%
0.8%
0.4%
0.0%
1.7%
0.9%
-0.5%
Overall Balance
-0.9%
-1.1%
-1.3%
-1.7%
-2.1%
-0.1%
-1.0%
-2.5%
Expenditures
Transfers to Regions
Assumptions/realized outcomes: GDP (IDR tr.)
3,338,196
3,779,155 3,957,404
4,306,608 4,484,372 4,954,029
5,327,538 5,487,578
GDP growth (%)
5.5%
6.3%
6.3%
6.8%
6.4%
6.1%
6.0%
Inflation (%)
8.0%
6.5%
6.6%
6.0%
6.5%
9.8%
6.2%
6.0%
Exchange rate (USD)
9,141
9,300
9,419
9,100
9,100
9,694
9,400
11,000
$64.00
$63.00
$78.00
$60.00
$95.00
$96.80
$80.00
$45.00
Oil Price (USD/bl)
4.5%
Sumber: Departemen Keuangan, BPS via CEIC dan Bank Dunia
Parlemen menyetujui anggaran revisi di minggu-minggu terakhir Februari, dengan waktu sangat cepat dan dengan penyesuaian kecil terhadap usulan pemerintah. Dalam sebuah perbaikan penting pada efisiensi proses review (total pengeluaran pusat dan daerah, triliunan rupiah, harga- anggaran, yang di beberapa sesi sebelumnya berlangsung selama beberapa minggu, dewan harga konstan 2007) mendelegasikan otoritas penyetujuan anggaran kepada IDR 900 komite bidang keuangan, yang menghabiskan waktu 2 tr. Interest 800 hari mengevaluasi usulan pemerintah. Grafik 30: Pengeluaran publik untuk subsidi menggelembung di tahun 2008; pengeluaran ini dianggarkan untuk dialihkan ke pendidikan, pertanian, infrastruktur dan pengeluaran "lain-lain" di tahun 2009
Health Defence Gov't
700 600
Subsidies
500
Infrastruct
400 300
Education
200
Agricult.
100
Others
0 2000
2002
2004
2006
2008*
Sumber: Departemen Keuangan dan Bank Dunia
Berpegang teguh pada tujuan melindungi investasi sosial dari perlambatan perekonomian, kalau tidak langsung menjadi bagian dari paket stimulus, pemerintah menganggarkan pengeluaran yang secara signifikan lebih tinggi untuk pendidikan, dukungan pertanian, dan kategori 'lain' dan juga infrastruktur (Grafik 30). Pengeluaran nasional untuk pendidikan dan pertanian di tahun 2009 diproyeksikan meningkat sekitar 40 persen dalam realisasinya dari tahun 2008; pengeluaran untuk infrastruktur oleh semua tingkatan pemerintah diproyeksikan meningkat sekitar seperempat. Semua ini adalah dana yang dibebaskan dari subsidi energi pemerintah yang disebabkan oleh penurunan biaya energi global.
c . Kebutuhan keuangan pemerintah Indonesia akan meningkat di tahun 2009 Kebutuhan pembiayaan publik di Indonesia untuk beberapa tahun ke depan cukup besar
Anggaran yang hampir seimbang di tahun 2008 menciptakan surplus keuangan sekitar 1 persen dari PDB. Pemerintah mengikuti praktik internasional ketika meningkatkan di awal penggalangan dananya dari pasar-pasar keuangan setiap tahun, dan melaksanakan sebuah program pembiayaan berdasarkan prospek defisit paruh pertama tahun itu.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
23
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Untungnya, hal ini telah menciptakan kumpulan dana untuk membiaya paket stimulusnya di tahun 2009 sementara tetap membatasi kebutuhan pemerintah untuk memanfaatkan pasar-pasar keuangan yang semakin mahal dan rapuh. Dikarenakan kematangan struktur dan biaya pelayanan dari kebutuhan pembiayaan bruto yang tinggi yang dimiliki hutang yang dimiliki Indonesia, walaupun faktanya Indonesia berhasil menjaga defisit anggarannya di tingkatan yang rendah menurut standar internasional – 1,3 persen dari PDB di tahun 2007, estimasi awal sebesar 0,1 persen dari PDB di tahun 2008, dan 2,5 persen dari PBD seperti yang direncanakan di tahun 2009 (Tabel 7). Tabel 7: Setelah mencapai surplus keuangan di tahun 2008, kebutuhan pembiayaan pemerintah meningkat kembali di tahun 2009 2007
Overall budget deficit (as a % of GDP) Primary budget deficit Interest payments Commercial debt Official loans Amortization Commercial debt Official loans Other Gross financing need (as a % of GDP) Gross financing plan Domestic and commercial Banking and other sources Debt IDR bonds USD bonds Official foreign financing Program loans Project loans Memorandum items: Exchange rate: IDR per USD Nominal GDP
IDR (trillions) 2008
2007
USD (billions) 2008
audited 49.8 1.3 -30.0 79.8 54.1 25.7 117.6 59.7 57.9 2.0 169.5 4.3
preliminary 4.2 0.1 -84.4 88.6 59.9 28.7 103.5 40.3 63.2 2.8 110.6 2.3
2009 revised budget 132.1 2.5 24.2 107.9 70.1 37.8 117.0 44.9 72.1 13.3 262.4 5.1
audited 5.5 1.3 -3.3 8.7 5.9 2.8 12.9 6.5 6.3 0.2 18.5 4.3
preliminary 0.4 0.1 -8.7 9.1 6.2 3.0 10.7 4.2 6.5 0.3 11.4 2.3
2009 revised budget 12.0 2.5 2.2 9.8 6.4 3.4 10.6 4.1 6.6 1.2 23.9 5.1
169.5 135.4 18.6 116.9 103.3 13.6 34.1 19.6 14.5
110.6 66.8 -60.1 126.9 86.9 39.9 44.1 29.6 14.5
262.4 206.3 68.9 137.5 101.7 35.8 56.5 30.8 25.7
18.5 14.8 2.0 12.8 11.3 1.5 3.7 2.1 1.6
11.4 6.9 -6.2 13.1 9.0 4.1 4.5 3.1 1.5
23.9 18.8 6.3 12.5 9.2 3.3 5.1 2.8 2.3
9140 3957.4
9691 4732.6
11000 5195.0
433.0
488.3
472.3
Sumber: Departemen Keuangan, BPS via CEIC dan Bank Dunia …dan pemerintah sudah berhasil menggalang sebagian besar kebutuhannya di tahun 2009
Strategi pembiayaan Pemerintah Indonesia untuk 2009 mengasumsikan kalau pemerintah berusaha meminjam Rp. 144 miliar ($AS 13,7 miliar) dari berbagai pasar finansial (termasuk jumlah yang tidak disematkan oleh berbagai dokumen anggaran kepada sumber pembiayaan tertentu mana pun). Hal ini lebih rendah daripada hampir $AS 13 miliar yang digalang pemerintah di tahun 2007 dan 2008. Angka yang lebih rendah mencerminkan rencana pemerintah untuk menarik surplus keuangannya dari tahun 2008 dan meningkatkan pembiayaan dari sumber-sumber resmi. Di akhir Mei, pemerintah Indonesia berhasil menggalang Rp. 82,1 triliun dari target pembiayaannya, memenuhi sebagian besar kebutuhan pembiayaannya. Di akhir Februari, pemerintah menjual obligasi dolar berjangka waktu 5 dan 10 tahun senilai $AS 3 miliar. Penjualan tersebut menerima tawaran luas sebesar $AS 4,5 miliar, walaupun pengembalian akhirnya tinggi di posisi, berturut-turut 10,5 persen dan 11,75 persen. Dalam serangkaian penjualan lebih kecil sejak pertengahan Januari, pemerintah juga menjual Rp. 44,3 setara obligasi rupiah. Penjualan obligasi rupiah termasuk penawaran ritel Syariah pertama di Indonesia (Sukuk), yang permintaannya melebihi dugaan pemerintah. Penjualan obligasi konvensional bertenor singkat (kurang dari 10 tahun) juga menjadi target jangka pendek; penawaran obligasi menjadi yang terburuk terutama di akhir Februari ketika kondisi pasar menjadi semakin ketat. Sejak Maret, pemerintah mampu menjual obligasi yang berjangka waktu yang lebih panjang dengan pengembalian yang lebih baik. Contohnya, di akhir April, pemerintah menjual $AS 0,65 miliar dari sukuk
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
24
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
5 tahun global dengan pengembalian rata-rata sebesar 8,8 persen. Kalau akses kepada berbagai pasar kembali terhambat, pemerintah bersama para mitra pembangunannya telah mengembangkan sebuah cadangan inovatif
Namun demikian, tetap ada risiko yang cukup besar kalau kondisi likuiditas kembali mengetat dan akses kepada pembiayaan menjadi lebih terbatas, sehingga pemerintah hanya bisa menggalang dana-dana tambahan di tingkat suku bunga yang teramat tinggi Sebagai penyangga kalau hal semacam itu terjadi, dan untuk mengirim sinyal positif yang kuat kepada pasar-pasar keuangan, pemerintah secara proaktif mendekati berbagai mitra pembangunannya di akhir tahun 2008 untuk menciptakan sebuah fasilitas pendukung pengeluaran publik yang sesuai untuk kondisi semacam itu. Akses kepada fasilitas tersebut pertama-tama berlaku ketika pemerintah tidak bisa mendapatkan akses kepada berbagai pasar keuangan. Pemerintah telah membuat sebuah rencana pembiayaan yang menjabarkan kondisi-kondisi pasar di mana ia tidak bisa mengakses pasar-pasar keuangan. Akses juga bergantung pada kerangka kebijakan makroekonomi Indonesia yang tetap stabil. Pemerintah, bekerja sama dengan para mitra pembangunannya, akan meninjau apakah kedua kriteria ini telah terpenuhi paling tidak berdasarkan pada jangka waktu 2 tahun yang dimiliki fasilitas tersebut. Dewan Bank Dunia menyetujui di akhir bulan Februari untuk memberi kontribusi sebesar $AS 2 miliar kepada fasilitas tersebut. Pemerintah Australia dan Jepang masing-masing menyumbang $AS 1 miliar, dan Dewan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank - ADB) di awal Maret telah setuju memberikan tambahan $AS 1 miliar.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
25
B. DAMPAK KRISIS GLOBAL TERHADAP INDONESIA: MEMANDANG KE DEPAN 1. Penurunan tajam yang dialami oleh berbagai mitra perdagangan besar perekonomian Indonesia digabungkan dengan penurunan harga komoditas memiliki implikasi penurunan tajam dalam hal ekspor a . Prospek global semakin memburuk sejak Desember, mempengaruhi sektor eksternal yang dimiliki Indonesia Mitra perdagangan Indonesia akan mencatat pertumbuhan perekonomian yang kecil di tahun 2009, prospek yang lebih suram dibanding 4 bulan lalu
Berbagai perkembangan di dalam perekonomian global, melalui dampak langsungnya dan melalui bagaimana cara konsumen, investor, dan pemerintah Indonesia menanggapi, akan menentukan evolusi prospek perekonomian Indonesia untuk 2 atau 3 tahun ke depan.
Harga-harga global telah stabil, walaupun proyeksi pertumbuhan lebih rendah berarti lebih kecil pemulihan yang sekarang diproyeksikan
Walaupun harga-harga komoditas telah stabil sejak November, prospek pertumbuhan global yang lebih rendah telah menyebabkan penurunan harga-harga yang diproyeksikan untuk beberapa tahun ke depan. Harga-harga ekspor Indonesia bergantung pada perkembangan harga-harga komoditas global ini, walaupun amplitudonya lebih kecil dikarenakan harga-harga barang ekspor Indonesia tidak terkena dampak perubahan tajam harga-harga komoditas di pasar-pasar global. Harga-harga rata-rata ekspor Indonesia untuk produk-produk pertanian dan kehutanan serta minyak mentah, turun sekitar 40 persen di triwulan keempat 2008 dibanding triwulan ketiga. Namun, depresiasi rupiah terhadap $AS (mata uang yang digunakan dalam harga-harga perdagangan global) secara otomatis mengurangi penurunan harga ketika dinyatakan dalam rupiah. Bank Dunia memperkirakan harga-harga ekspor Indonesia, dinyatakan dalam rupiah, berada di rata-rata tahun 2006. Berdasarkan tingkat rupiah sepanjang Mei dan prospek triwulan pertama 2009 untuk harga-harga komoditas global, harga-harga ekspor Indonesia diproyeksikan meningkat tidak terlalu besar (sekitar 14 persen) dari tingkatan ini sampai tahun 2011.
Prospek untuk lingkungan eksternal Indonesia adalah perlambatan tajam dibanding pertumbuhan 2008, yang sudah lebih rendah daripada 2007. Bahkan dengan membaiknya harga aset finansial dan stabilisasi produksi industri global, prospek yang ada terus menurun sejak November 2008 (Grafik 31) – sehingga penurunan global ini menjadi yang terdalam sejak Perang Dunia II dan telah menjadi sebuah klise. Di antara kasus-kasus yang lebih ekstrim, output Jepang diproyeksikan menurun sebesar 5,3 persen di tahun 2009, dibanding dengan proyeksi sebuah kontraksi minimal ketika berbagai prakiraan untuk the World Bank’s 2008 Global Development Finance dipersiapkan di akhir 2008. Juga menderita perlambatan tajam prospek ini adalah perekonomian negara-negara yang sedang berkembang di Eropa dan Asia Tengah: proyeksi pertumbuhan yang ada telah direvisi sebesar 4,2 percentage points menjadi -1,4 persen. Di berbagai tujuan ekspor utama Indonesia, prospek perlambatan ini juga berdampak lumayan besar. Terutama, Cina sekarang ini diproyeksikan tumbuh antara 6 sampai 7 persen di tahun 2009, penyesuaian penurunan yang relatif rendah sebesar sekitar 1 persen. Secara keseluruhan, tujuan ekspor Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 0,7 persen di tahun 2009, sekitar 5 percentage points lebih rendah daripada tahun 2008, yang sudah di bawah pertumbuhan sebesar 7,2 persen di tahun 2007 (beberapa negara ditimbang oleh nilai penting mereka sebagai tujuan ekspor Indonesia).
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Grafik 31: Prospek pertumbuhan global telah memburuk lumayan besar selama beberapa bulan terakhir
Menembus badai
Grafik 32: Hanya pemulihan kecil diproyeksi di dalam berbagai harga komoditas global, dan harga ekspor Indonesia
(perubahan rata-rata PDB menurut kelompok perekonomian) (indeks, Januari 2005 = 100) 8 % 6
Nov-08 forecasts
Developing
280
220
2
190
0
Indonesian export prices (IDR)
160
High-income
-2
Int'l energy (USD)
250
Indonesia's trading partners
4
310 Index
Int'l non-energy (USD)
130 100
-4
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
-6 2000
2002
2004
2006
2008
Sumber: Bank Dunia
2010 Sumber: BPS via CEIC dan World Bank
Rasio ekspor terhadap impor (terms of trade) Indonesia sepertinya turun ke tingkat tahun 2005 ketika harga-harga impor turun kurang daripada harga ekspor
Indonesia mengimpor lebih banyak barang-barang manufaktur terutama manufaktur yang menghasilkan produk berbeda, dan lebih sedikit produk-produk energi (minyak, gas, batubara, minyak sawit mentah), yang kemudian diekspor. Ini artinya bahwa terms of trade yang ada – rasio harga impor terhadap harga ekspor, atau jumlah impor yang bisa dibeli Indonesia berdasarkan harga ekspor yang dimilikinya – telah turun sekitar 40 persen dari puncaknya di bulan September 2007, ke tingkatan di awal tahun 2006, menurut berbagai estimasi Bank Dunia. Selama dua tahun ke depan, semua estimasi ini sepertinya akan meningkat beberapa persen setahun dengan pemulihan harga-harga komoditas secara perlahan. b. Ekspor-ekspor Indonesia sepertinya akan menjadi stabil
Nilai dan volume ekspor telah berkurang seiring dengan menurunnya harga dan berkurangnya permintaan, dan sepertinya sekarang akan menjadi stabil di tingkatan ini
Arus perdagangan Indonesia telah mencatat penurunan tajam, seperti yang terjadi di berbagai perekonomian. Ketika perekonomian berbagai mitra perdagangan Indonesia dan harga-harga komoditas menjadi stabil, ekspor Indonesia sepertinya akan melakukan hal yang sama. Volume ekspor terkena dampak terutama oleh produksi industri regional yang lebih rendah, walaupun dampaknya lebih rendah daripada perekonomian negara tetangga dikarenakan pangsa produksi industri yang lebih kecil di dalam ekspor Indonesia (produkproduk termanufaktur merupakan sepertiga dari nilai ekspor Indonesia di sepuluh bulan pertama 2008). Penurunan output dari jaringan produksi Asia Timur memberi implikasi pemotongan mendalam kepada perdagangan intra regional, dan melemahnya permintaan domestik di seluruh wilayah semakin mengurangi permintaan terhadap Over
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
27
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 33: Ekspor tekstil, perikanan, dan perikanan Indonesia Lebih dari setengah total ekspor Indonesia dan 70 persen dari sumber daya ekspor (karet, bubur kertas, minyak sangat bergantung pada pasar berpendapatan tinggi
(pangsa barang-barang ekspor menurut kelompok negara) 0%
25%
50%
75% 100%
Total non oil & gas Machines & transport Textiles, clothing Mining & mineral Fisheries Forestry & products Coffee & cocoa Crude palm oil Rubber Oil & gas Japan Other Sumber: BPS dan Bank Dunia
N America East Asia
sawit) pergi ke wilayah ini (Grafik 33). sampai barangbarang ini masuk ke rantai produksi di tahapan awal atau relatif menjadi tidak elastis (contohnya ekspor energi Indonesia ke Jepang), dampak perlambatan global lebih kecil daripada yang ada di tempat lain. Namun, pasokan barang-barang yang relatif tidak elastis ini berarti bahwa permintaan yang lebih rendah sepertinya membatasi pemulihan harga apapun.
Nilai-nilai ekspor juga akan terpengaruh oleh turunnya berbagai harga komoditas. Dampak ini berlangsung perlahan, dengan banyak kontrak ekspor komoditas memiliki harga-harga yang telah ditentukan yang diperbaharui hanya sekali setahun atau bahkan lebih jarang lagi, dan karenanya menunda dampak penurunan akhir tahun 2008 dalam hal harga-harga spot di dalam penerimaan ekspor Indonesia. Ekspor total di tahun 2009 EU sepertinya akan berkurang seperempat daripada total South Asia untuk 2008, atau sedikit di atas total 2006.
c . Penurunan ekspor berpengaruh lebih besar terhadap sebagian sektor dan wilayah Sebagian sektor, dan karenanya sebagian wilayah, akan sangat terpengaruh oleh perlambatan eksternal ini
Sebagian sektor dan sebagian wilayah terpapar oleh penurunan permintaan eksternal dibanding yang lain. Berbagai sektor yang lebih fokus pada pemasokan pasar-pasar eksternal akan lebih terpengaruh. Sektor-sektor ini merupakan pangsa cukup besar dari aktifitas perekonomian di kawasan ini, biasanya kawasan yang punya keunggulan komparatif dalam produksi barang-barang itu karena letak geografi mereka (contohnya area di mana banyak konsentrasi mineral atau yang paling mampu mendukung jenis-jenis pertanian tertentu) atau kekayaan sumber daya mereka (contohnya tenaga kerja tak relatif tak terdidik yang berjumlah besar). Penurunan terproyeksi ini akan menghantam sisi ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, pendapatan, dan terutama investasi baru di kawasan ini.
Dampak dari perlambatan global ini melebihi sektor yang terkena dampak langsungnya
Aktifitas lebih rendah di dalam industri utama yang berorientasi ekspor bisa memberi pengaruh lebih besar terhadap perekonomian sebuah kawasan. Spesialisasi industri ekspor menghasilkan perkembangan industri-industri terkait yang bergantung pada sektor yang berorientasi ekternal. Contohnya, pertumbuhan pertambangan atau perkebunan karet mendukung pertumbuhan dalam layanan transportasi dan ekstensi lain, bahkan layanan keuangan spesial, atau, di kalangan industri manufaktur, pertumbuhan produksi pakaian atau alas kaki yang relatif padat karya menghasilkan pertumbuhan fasilitas perumahan, ritel, dan telekomunikasi di lingkungan di dekat mereka. Karenanya, pengurangan volume ekspor dan penurunan harga sepertinya akan bergema di dalam seluruh perekonomian kawasan ini, termasuk berbagai sektor yang tidak secara spesifik fokus pada pasar-pasar eksternal.
Manufaktur yang terpapar terletak di Jawa Barat dan Jawa Tengah; produksi utama yang menghadapi risiko sebagian besar berada di Sulawesi dan Kalimantan
Sektor-sektor di mana harga-harga global telah diproyeksikan jatuh, atau di mana produksi sangat sensitif terhadap pertumbuhan global, sekarang ini berhadapan dengan risiko terbesar. Dan di berbagai kawasan yang memiliki risiko terbesar adalah yang memproduksi sejumlah besar pangsa output nasional dari sektor-sektor ini, atau di mana sektor-sektor ini menjadi bagian besar dari aktifitas kawasan ini. Tabel 8 Proyeksi yang dimiliki Bank Dunia sekarang ini untuk harga-harga relevan dan untuk perubahan nilai ekspor di tahun 2009, dan untuk berbagai kawasan yang sepertinya paling terpengaruh oleh perlambatan ini.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
28
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
T abel 8: B erbagai kawas an yang s angat terpapar dengan s ektor komoditas adalah kawas an yang paling keras terkena dampak perlambatan ini Share of total exports Export [a] value, 2008 USD bn 2008, %
Commodity or product group
Projected Projected price export change growth 2008 to 2009, percent
Regions at risk based on Region's output as a share of national production Riau, E. Kalimantan, S. Sumatra
Dependency on production of good [b]
Oil & gas
29.0
21.2
-30
-45
Agriculture, fishery & forestry
38.9
28.4
-31
-22
Rubber
4.7
-31
Palm Oil (CPO)
9.0
-32
Coffee
0.8
-20
Cocoa
0.9
-22
Plywood Pulp and Waste Paper
1.2 1.1
-14 -19
Fresh Fish and Shrimp
1.4
-11
12.0
16.7 3.9 7.3 11.9
-35 -50 -37 ~0
17.2
12.6
~0
-3
Banten, Jakarta, W. Java
Banten, W. Java, Jakarta
16.8 136.8
9.1 100.0
~0 -23
-6 -23
Banten, W. Java, E. Java
Banten, W. Java, N. Sumatra
Mining & mineral commodities Copper Coal Textiles, clothing & footwear Electronics, machinery & transport equipment Other manufactures TOTAL
22.9
Riau, E. Kalimantan, Aceh
Jambi, Bengkulu, S. Sumatra, Central and West Kalimantan W. Sulawesi, E. Kalimantan, Riau, S. Sumatra, N. Sumatra Bengkulu Lampung, Bengkulu, W. Bengkulu, Lampung, S. Sulawesi Sumatra Riau, S. Sumatra, N. Sumatra
-26
-9
Central, South, West, Southeast Sulawesi
SE. Sulawesi, W. Sulawesi, C. Sulawesi
Riau, E. Kalimantan, W. Kalimantan, N. Sumatra E. Java, S. Sulawesi, and N. Sumatra
W Kalimantan, C Kalimantan, Jambi Maluku, Papua, SE. Sulawesi
Papua, East & South Kalimantan
Papua, W. Nusa Tenggara, S.Kalimantan, BangkaBelitung
Banten, Jakarta, W. Java
Banten, W. Java, C. Java
Sumber dan catatan: BPS dan Bank Dunia. [a] January-October 2008. [b] bagian output dari produk di dalam PDB kawasan relatif dengan rata-rata nasional.
2. Pertumbuhan kredit domestik, karena telah melambat, sepertinya akan menjadi stabil Ketidakpastian yang menyelimuti prospek masa depan dan meningkatnya keengganan terhadap risiko yang dialami oleh perusahaan dan bankir akan menghasilkan pertumbuhan kredit yang kurang daripada laju tahun 2008
Selain dari penurunan lingkungan eksternal seperti yang didiskusikan di atas, prospek masa depan dari pembiayaan domestik telah memburuk. Berbagai kondisi sisi penawaran dan permintaan lebih ketat di tahun 2008. Secara keseluruhan, walaupun bank yang ada di Indonesia berada dalam kondisi sehat, dan, rata-rata tidak over-extended ataupun under-capitalised, para bankir Indonesia dengan cepat menjadi lebih konservatif ketika pasar finansial mengalami gejolak selama September sampai November. Karena khawatir pinjaman macet mengurangi basis modal mereka, para bankir menjadi enggan menerima klien baru, khawatir kalau para klien ini pernah ditolak oleh bank-bank lain yang memiliki pengetahuan lebih besar terhadap profil risiko mereka. Permintaan kredit juga akan tumbuh di tahun 2009 walaupun tidak secepat di tahun 2008. Perusahaan mengurangi pinjaman, baik sebagai tanggapan terhadap kondisi peminjaman yang lebih ketat, dan ketidakpastian yang menyelimuti posisi keuangan mereka seperti berkurangnya arus uang kas bersama dengan menurunnya nilai dan volume perdagangan, pertumbuhan harga yang lebih lambat, dan meningkatnya ketidakpastian umum tentang prospek perekonomian. Dikarenakan faktor-faktor ini, BI menurunkan target pertumbuhan kredit domestiknya untuk 2009 ke angka 14-16 persen, kurang dari setengah 33,2 persen pertumbuhan ratarata di tahun 2008, berdasarkan survei terhadap niatan memberi pinjaman yang dimiliki oleh bank. Berbagai laporan tidak resmi yang ada mengatakan bahwa angka tersebut bisa dikatakan bersifat optimistis.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
29
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
3. Neraca pembayaran Indonesia sepertinya akan lebih lemah daripada tahuntahun sebelumnya a . Prospek neraca berjalan ini hampir seimbang Surplus perdagangan yang terus terjadi, dan penurunan defisit penghasilan netto, neraca berjalan ini sepertinya akan tetap hampir seimbang
Neraca berjalan Indonesia sepertinya akan tetap hampir seimbang selama dua tahun ke depan. Dengan penurunan nilai impor paling tidak menyamai penurunan nilai ekspor (terutama dikarenakan penurunan biaya pengapalan yang harus dikeluarkan importir Indonesia), Indonesia akan terus melaporkan surplus perdagangan. Namun, penurunan nilai arus perdagangan berarti nilai perbedaan absolut $AS antara ekspor dan impor akan lebih rendah daripada beberapa tahun sebelumnya. Trend penurunan defisit penghasilan netto yang terjadi di triwulan keempat sepertinya akan terus berlangsung sampai pertengahan 2009, dikarenakan dampak lambat turunnya harga-harga komoditas dan volume perdagangan terhadap tingkat keuntungan perusahaan dan repatriasi keuntungan tersebut. Transfer penghasilan ke arah lain, dari orang-orang Indonesia yang bekerja di luar negeri kepada keluarganya, sepertinya tidak akan berkurang secara dramatis. Remitan dari orang-orang Indonesia yang menjadi migran cenderung berasal dari orang-orang yang bekerja di luar negeri, dan bukan dari orang-orang yang cenderung bermukim lama di luar negeri dan mengirimkan uang pulang sebagai cara mendukung koneksi bisnisnya. Riset Bank Dunia menemukan kalau remitan dari jenis yang disebut pertama kurang sensitif terhadap penurunan perekonomian global, dan hal ini terbukti di triwulan pertama. Namun, ada penurunan kesempatan bekerja bagi orang-orang Indonesia yang berada di luar negeri - contohnya karena penurunan harga minyak sawit mengurangi output atau tingkat keuntungan di Malaysia dan sudah ada laporan kalau puluhan ribu orang Indonesia pulang lebih dini daripada yang direncanakan sebelumnya. Peningkatan para pekerja migran yang pulang ini mungkin menghasilkan peningkatan remitan karena pekerja ini terlebih dahulu mengirimkan dana yang telah mereka tabung.
b. Kebutuhan pembiayaan eksternal yang kemungkinan larinya modal lebih lanjut
lumayan
besar menyatakan
ada
Berbagai kondisi pasar global membuat prakiraan pergerakan neraca keuangan dan modal menjadi lebih tidak bisa diduga daripada biasanya
Berbagai kondisi pasar-pasar keuangan global membuat prakiraan bagaimana neraca modal dan keuangan Indonesia berevolusi selama tahun-tahun mendatang dengan laju yang lebih buruk daripada biasanya. Cakupan kedekatan dengan risiko dan kembalinya likuiditas ke berbagai pasar keuangan global sepertinya menjadi faktor penentu yang paling penting tentang bagaimana hutang yang dimiliki Indonesia digulirkan dan berbagai isu baru yang menggantikan obligasi amortisasi (amortizing bond) dibeli – dengan harga yang dipandang pantas oleh penerbitnya. Faktor-faktor ini ditambah dengan kondisi yang spesifik Indonesia mempengaruhi penarikan dana yang dimiliki oleh non penduduk dari berbagai aset keuangan Indonesia, dan transfer dana yang dimiliki penduduk ke rekening di luar negeri. Tabel 9: Indonesia membutuhkan sekitar $AS 30 miliar untuk Kebutuhan pembiayaan dasar Indonesia di tahun 2009 bisa dikuantifikasikan, walaupun berbagai proyeksi dari pembiayaan eksternal di tahun 2009 arus netto untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ataupun (miliaran $AS) EXTERNAL FINANCING NEEDS, 2009 30.4 penarikan tanpa jadwal dari jenis dana lainnya, bersifat spekulatif. Pembayaran hutang berjadwal, Current account deficit (-ve if surplus) .1 lebih Trade (GNFS) deficit (-ve if surplus) -10.0 amortisasi obligasi, dan proyeksi pergerakan neraca Net income 5.1 berjalan tahun 2009 berjumlah sedikit lebih besar Maturing short-term FCU debt 12.1 daripada $AS 30 miliar (Tabel 9). Debt instruments Trade credits Short-term IDR liabilities to non-residents Maturing short-term LCU debt Amortization of medium and long-term IDR debt Amortization of medium and long-term debt Public Private Sumber: BI dan Bank Dunia
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
6.9 5.2 2.7 2.0 .7 15.6 7.0 8.6
Hal ini tidak termasuk pengurangan dana yang dilakukan oleh non penduduk terhadap aset-aset keuangan yang ada di Indonesia (contohnya saham atau obligasi) atau menutup rekening bank mereka. Non penduduk secara perlahan mengurangi kepemilikan mereka atas obligasi rupiah pemerintah di puncak guncangan keuangan selama 6 bulan terakhir, dan juga menjadi penjual netto ekuitas selama bulan-bulan pertama 2009. Namun,
J uni 2009
30
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
berbagai kepemilikan rekening bank tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan kepercayaan pasar, tetapi bisa diturunkan ketika aktifitas yang lebih rendah mengurangi kebutuhan rupiah perusahaan asing. Dengan asumsi yang sangat konservatif, sesuai dengan masa yang dipenuhi keengganan risiko global yang tinggi dan pasar-pasar finansial yang rapuh dan bukannya kondisi jinak yang ada di bulan Mei, sebuah skenario bisa dibuat yang mengisi sebagian besar dari kebutuhan pembiayaan tersebut. Sendirian, rencana pembiayaan pemerintah menghasilkan paling tidak $AS 8,4 miliar, atau lebih dari seperempat total kebutuhan bangsa ini, walaupun diasumsikan pemerintah ini bisa menggunakan pembiayaan ekstensi dari pasar-pasar obligasi domestik dan tidak memanfaatkan pembiayaan cadangan (Tabel 7). Penggunaan pembiayaan resmi yang dilakukan pemerintah memberi implikasi adanya laju perguliran sebesar 80 persen. Sebuah penilaian konservatif adalah paling tidak setengah dari hutang jangka pendek sektor swasta akan digulirkan, dengan perguliran non 100 persen mencerminkan kondisi kredit global yang semakin ketat, ditambah pengurangan berbagai proyek dikarenakan penurunan global dan harga-harga komoditas. Perguliran ini menarik paling tidak $AS 6,5 miliar lagi. Sekitar sepertiga dari hutang sektor swasta di tahun berikutnya telah dipinjam dari perusahaan induk atau afiliasi, dan hampir 60 persen dimiliki oleh sebuah perusahaan asing atau modal ventura, yang mungkin berasosiasi dengan risiko asing yang lebih rendah daripada sebuah perusahaan yang murni Indonesia. Akhirnya, walaupun arus netto investasi langsung asing (foreign direct investment - FDI) mungkin sangat kuat akhir-akhir ini, hal ini mungkin melambat di triwulan selanjutnya, contohnya proyek sumber daya melambat. Riset Bank Dunia menyatakan bawah dampak krisis 1997/98 terhadap FDI pun kecil, walaupun di dalam krisis itu kelangkaan modal terjadi di kawasan ini. Supaya seimbang, berbagai asumsi sangat konservatif menyarankan FBI netto mungkin menghasilkan $AS 1miliar atau $AS 2 miliar lagi. Memperbolehkan pembelian netto di pasar saham dan obligasi pemerintah oleh non penduduk, dan memperbolehkan penciptaan jalur-jalur peminjaman asing menghasilkan total kebutuhan pembiayaan melebihi dua pertiga kebutuhan Indonesia. Ada risiko kecil arus keluar yang signifikan
Secara umum, sepertinya tidak ada pencetus domestik signifikan untuk arus keluar neraca modal yang kuat. Namun demikian, seperti yang disebut di dalam Quarterly terakhir, tetap ada risiko yang cukup signifikan namun bertahan dari arus keluar modal yang besar. Penduduk adalah sumber risiko arus keluar yang terbesar, dikarenakan banyak penduduk yang memiliki kekayaan netto telah memiliki rekening bank di luar negeri dan menurut sejarah menunjukkan kecenderungan untuk menggeser dananya ke luar negeri. Sejumlah besar faktor bisa mencetus kejadian yang memiliki kemungkinan kecil ini, walaupun risiko kalau hal ini mungkin terjadi telah menjadi semakin besar sejak Quarterly terakhir diterbitkan. Namun, konsekuensi dari kejadian semacam itu adalah depresiasi terhadap rupiah dan pengurangan cadangan, meningkatkan kerentanan Indonesia terhadap saham-saham lain.
4. Inflasi akan semakin turun, terutama untuk kalangan miskin Harga komoditas yang lebih rendah, pertumbuhan kredit yang lebih perlahan sehingga membatasi konsumen, dan harapan inflasi yang lebih rendah, akan terus mempengaruhi pertumbuhan harga konsumen yang lebih rendah
Bagi konsumen, prospek harga-harga komoditas dan pertumbuhan yang lemah, seperti digambarkan di atas, membawa inflasi yang lebih rendah. Depresiasi rupiah secara parsial mengimbangi penurunan harga-harga komoditas, tetapi secara keseluruhan, di atas neraca, efek nettonya negatif. Estimasi Bank dunia menyatakan kalau efek penuh terhadap harga-harga konsumen yang dihasilkan oleh pergerakan nilai tukar dan harga komoditas di akhir 2009 bisa terjadi di triwulan kedua 2009. Proses disinflasi lain juga mungkin butuh waktu lebih panjang. Contohnya, penurunan biaya material konstruksi akan menurunkan biaya konstruksi yang akan menurunkan biaya perumahan pada saatnya, dan penurunan harapan inflasi konsumen sepertinya akan membatasi tuntutan gaji, sehingga harga di masa depan meningkat. Pertumbuhan pasokan dana cenderung menjadi kunci penentu dari pergerakan dalam harga konsumen Indonesia, dan hal ini diproyeksikan melambat di tahun 2009 ketika pertumbuhan pinjaman melambat. Hal ini juga bersifat disinflasi.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
31
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Bersama-sama, faktor-faktor ini sepertinya memperlambat inflasi harga konsumen ke angka 5 persen di tahun 2009, dengan laju inflasi year-on-year sepertinya turun ke tingkatan ini di bulan Juni. Ketika klaim gaji pekerja turun bersama pertumbuhan biaya hidup yang lambat, dan pertumbuhan global dan lemahnya harga-harga komoditas, inflasi mungkin melambat sedikit lebih jauh di tahun 2010, menjadi rata-rata hampir 4 persen. Inflasi akan memperlambat sebagian besar rumah tangga yang lebih miskin
Pertumbuhan harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga miskin diharapkan berkonvergensi dengan laju inflasi rata-rata, atau bahkan sedikit lebih rendah. Ini dikarenakan oleh pertumbuhan terbatas yang diproyeksikan dalam harga-harga makanan dan efek samping penurunan terkini yang terus terjadi dalam hal harga-harga barang untuk konsumen. Panenan 2009 yang baik juga seharusnya membatasi peningkatan harga pangan untuk berbagai barang yang terisolasi dari pasar global. (Bahan pangan merupakan bagian terbesar dari konsumsi rumah tangga miskin, seperti yang didiskusikan di atas.)
5. Pemerintah menanggapi perlambatan global a . Pemerintah telah menanggapi dengan paket stimulus fiskal Indonesia, seperti banyak perekonomian lain, telah mengeluarkan paket fiskal yang dirancang untuk dengan cepat menyuntikkan dana ke dalam perekonomian
Banyak negara di dunia mengimplementasikan paket stimulus fiskal untuk bisa menangkap krisis global terkini. Salah satu faktor kunci mengefektifkan berbagai proposal stimulus fiskal semacam itu adalah menjamin dana yang sesuai bergerak ke dalam perekonomian negara ini dengan kencang. Indonesia tidak berbeda dari negara lain. Paket stimulus fiskal yang telah dipresentasikan pemerintah kepada parlemen termasuk pemotongan pajak (untuk bisa menaruh lebih banyak uang ke tangan individu swasta dengan harapan mereka akan membelanjakannya) dan tambahan pengeluaran pemerintah di berbagai bidang kritis (untuk menggerakan uang bagi proyek-proyek pemerintah ke tangan-tangan kontraktor dan lainnya. Kotak 1 menggambarkan sebagian fitur utama dari stimulus fiskal Indonesia.
Grafik 34: Ukuran rencana stimulus Indonesia, walaupun moderat, mirip dengan perekonomian lain di kawasan ini
Grafik 35: … tetapi potongan pajak menjadi bagian terbesar dari rencana Indonesia dibanding perekonomian negara tetangga
(% PDB)
(bagian dari pemotongan pajak di paket stimulus)
Singapore
Indonesia
China
Korea
Korea
Singapore
Philippines
Philippines
Indonesia
Thailand
Vietnam
China
Malaysia
Vietnam
Thailand
Malaysia
U.S.
U.S. 0%
2%
4%
6%
8%
10%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Sumber: Otorita Nasional dan Bank Dunia
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
32
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Kotak 1: Paket stimulus pemerintah Anggaran yang telah direvisi berusaha menstimulasi permintaan dengan cepat. Tujuan pemerintah adalah mendukung daya beli konsumen, melindungi sektor bisnis dari penurunan global, dan menghasilkan lapangan kerja untuk memitigasi dampak hilangnya pekerjaan di dalam sektor swasta. Pemerintah melakukan hal ini melalui dua mekanisme: mengembangkan pengeluaran pemerintah terutama untuk infrastruktur; dan menurunkan pajak untuk sektor-sektor tertentu. Pemotongan pajak ini adalah tambahan bagi pemotongan tingkat pajak penghasilan yang telah diprogram untuk tahun 2009 yang juga sebuah komponen pendorong yang dimiliki pemerintah untuk menambah banyaknya pembayar pajak terdaftar, dan untuk pengurangan otomatis dalam hal penerimaan pajak dikarenanya menurunnya tingkat keuntungan. Bersama-sama, semua tindakan ini menghasilkan biaya sekitar 1,5 persen PDB, selaras dengan ronde pertama paket stimulus yang telah diumumkan di seluruh wilayah (36). Sejauh ini, komponen terbesar rencana stimulus pemerintah ini adalah pemotongan pajak, dan dalam hal ini, paket stimulus Indonesia merupakan yang terunggul dibanding yang lain di kawasan ini (Grafik 26). Dalam sebuah kebijakan perpindahan yang dibuat sebelum penurunan tampak semakin dalam, pemerintah menurunkan tingkat pajak penghasilan dan pribadi dan menaikkan batasan tidak kena pajak ke angka Rp. 15,8 juta. Tindakan ini dianggarkan untuk melampaui Rp. 43 triliun dalam pendapatan 2009, walaupun merupakan bagian dari sebuah rencana yang lebih besar untuk meningkatkan jumlah wajib pajak yang terdaftar, memperkuat pendapatan pemerintah dalam jangka panjang.
Tabel 10: Tingkat pajak marjinal telah dikurangi dan batas an pajak penghas ilan dinaikkan Rates from 1 Jan 2009 Monthly income, Marginal tax rate: millions of IDR Less than 50
5%
Previous rates Monthly income, Marginal millions of IDR tax rate: Less than 25 5% 25 to 50 10% 50 to 100 15% 100 to 200 25% Above 200 35%
50 to 250 15% 250 to 500 25% Above 500 30% Minimum taxable IDR 15.84 m income:
IDR 13.2 m
Sumber: Departemen Keuangan
Dengan kemunculan penurunan global, pemerintah memperkenalkan lebih banyak lagi pengurangan pajak, termasuk ppn untuk eksplorasi migas dan untuk minyak goreng murah, pengurangan bea masuk untuk bahan mentah dan produk modal, dan pengurangan potongan pajak untuk perusahaan di industri padat karya. Rp. 13,3 triliun dianggarkan untuk pengurangan ini. Pemerintah juga mengurangi tarif listrik untuk pengguna industri dan mengurangi harga solar. Yang terakhir, pertumbuhan perekonomian yang lebih lambat dan harga minyak dan komoditas lain yang lebih rendah berarti keuntungan yang lebih kecil, pertumbuhan penghasilan yang lebih rendah, dan pada gilirannya mengurangi pendapatan pemerintah. Hal ini bertindak bak penstabil, karena jumlah dana yang ditarik pemerintah dari perekonomian otomatis berkurang ketika perekonomian melemah. Memburuknya prospek untuk 2009 mengurangi Rp. 38,7 triliun dari pendapatan pajak, hampir setengahnya dikarenakan lebih rendahnya harga minyak (dari $AS 80 di anggaran awal 2009 menjadi $AS 45/barrel). Konsumsi yang lebih rendah berarti pajak pertambahan yang lebih rendah - turun 6 persen dari anggaran yang disetujui di bulan November. Semua proyeksi ini didasarkan pada pertumbuhan perekonomian sebesar 4,5 persen dan inflasi sebesar 6,2 persen. Karena pemerintah mengakui adanya risiko penurunan signifikan terhadap kedua prediksi ini, begitu pula pendapatan. Berbeda dengan pengalaman krisis 1997/98 ketika pengeluaran untuk infrastruktur dan dukungan sosial dikurangi, anggaran revisi pemerintah semakin mengembangkan peningkatan teranggarkan dalam hal pengeluaran untuk infrastruktur dan dukungan sosial. Paket stimulus ini mengalokasikan Rp 12,2 triliun untuk infrastruktur - secara umum untuk proyek-proyek padat karya dengan sedikit jeda waktu sebelum pekerjaan bisa dimulai, seperti perawatan jalan dan irigasi. Hal ini membawa pengeluaran modal ke angka 16,5 persen di atas tingkat realisasi tahun 2008. Paket stimulus ini juga menambah Rp 0,6 triliun untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Sumber: Departemen Keuangan, staf Bank Dunia
b. …dan berusaha menangani dan mengatasi tantangan secara langsung demi mencapai pembayaran yang penuh dan cepat Kesulitan Indonesia untuk dengan cepat menyalurkan dana dan membuat atau mengembangkan proyek penyaluran dana
Namun, kemanjuran tindakan stimulus fiskal yang diusulkan, terutama dari sisi pengeluaran pemerintah, bergantung pada tingkat laju penyaluran dana tersebut. Kalau dana tersebut diam di dalam rekening pemerintah selama proses panjang penentuan kontrak contohnya, maka dana itu tidak akan bisa bertindak sebagai stimulus. Tetap akan ada penundaan pengeluaran stimulus seperti contohnya rencana pengeluaran dibahas
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
33
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
membatasi apa yang bisa disertakan oleh paket stimulus tersebut
dan dipilih, cetak biru di buat dan berbagai kontrak disetujui. Hal ini menghasilkan observasi empiris bahwa di sebagian keadaan, kebijakan fiskal bisa bersifat pro-cyclical ketika dana stimulus yang dialokasikan di tengah resesi hanya memasuki perekonomian ketika peningkatan terjadi. Proyeksi dalam dan lamanya penurunan ini menyatakan kalau risiko yang ada jauh lebih rendah selama keadaan tersebut.
Laju pengeluaran Indonesia bisa melambat dan tidak merata.
Penyaluran dana, baik selama operasi konvensional pemerintah dan melalui programprogram pengeluaran baru dan pengembangan program yang ada, tampaknya sulit dilakukan di Indonesia. Menurut sejarahnya, penyaluran terjadi lambat dan tidak merata. Walaupun penyaluran dilakukan lebih konsisten selama 2008 daripada 2007, pengeluaran masih sangat condong kepada bulan-bulan terakhir tahun itu, dengan 23,4 persen dari total anggaran barang dan 32 persen dari modal kerja dikeluarkan di bulan Desember. (Grafik 36 dan Grafik 37)
Grafik 36: pengeluaran pemerintah Indonesia terkonsentrasi pada akhir tahun ini Grafik 37: … terutama pengeluaran infrastruktur.
(triliunan Rupiah departemen) IDR 700 tr 600
2007
dan
persen
2008
2009
dri
total
pengeluaran (triliunan Rupiah dan persen dari total pengeluaran departemen) 28% 24%
Cumulative spending (LHS)
500
20%
400 300 200
Month's spending as share of year total (LHS)
2008
45%
2009
40% 35%
60 50
12%
40
4%
2007
70
16%
8%
100
IDR 90 tr 80
30 20 10
30%
Cumulative spending (LHS)
25% 20% 15%
Month's spending as share of year total (LHS)
10% 5%
0% Jan
Mar
May
Jul
Sep
Nov
0% Jan
Mar
May
Jul
Sep
Nov
Sumber: Departemen Keuangan dan Bank Dunia …sebagiannya dikarenakan proses anggaran
Penyaluran yang lambat dan tidak merata di Indonesia sebagiannya dikarenakan proses eksekusi anggaran yang sangat mendetil. Tantangan merancang proses eksekusi anggaran adalah menyeimbangkan tujuan mengaplikasikan dana dengan cepat dengan kebutuhan untuk akunting, pelaporan, dan auditing yang tepat demi memastikan dana tersebut disalurkan dengan efektif sesuai tujuan. Di Indonesia, UU Keuangan Negara yang disahkan tahun 2004 (UU No.1 2004) menjabarkan proses ini. UU ini menaruh tanggung manajemen jawab keuangan yang lebih besar di atas pundak berbagai departemen yang menyalurkan dana pemerintah itu. Pendelegasian tanggung jawab keuangan, termasuk manajemen pengeluaran, diseimbangkan oleh implementasi prosedur finansial guna memastikan akuntabilitas dan transparansi yang lebih baik terhadap penggunaan dana budgeter itu. Departemen pelaksana, yang mengeluarkan dana pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, lingkungan, pertahanan dan lain-lain dialokasikan dana di dalam anggaran tahunan pemerintah yang dibuat oleh Departemen Keuangan. Dokumen alokasi ini disebut DIPA. Alokasi anggaran di dalam DIPA dipecah oleh kode pengorganisasian, fungsi, sub fungsi, aktifitas, dan dua tingkatan ekonomi untuk klasifikasi pengeluaran (Kotak 2 menjabarkan arti dari istilah ini). DIPA memuat detil semacam itu untuk membantu Departemen Keuangan, sebagai lembaga pusat, melacak bagaimana dana pemerintah dibelanjakan. Sebelum uang bisa dibelanjakan di suatu tahun, DIPA dipersiapkan oleh departemen pelaksana berdasarkan Keputusan Presiden tentang Anggaran Negara. DIPA harus diratifikasi oleh Departemen Keuangan (atau Direktorat Jenderal Anggaran) sebelum bisa menjadi sebuah dasar pembayaran. Sebelum menyetujui DIPA, Direktorat Jenderal Anggaran harus memverifikasi kalau materi yang ada di dalam DIPA konsisten dengan Keputusan Presiden itu.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
34
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Ada beberapa cara di mana proses ini menunda pembelanjaan: Staf inti (Pejabat Perbendaharaan) yang mengelola pengeluaran proyek tertentu harus ditunjuk ulang ke proyek itu untuk setiap tahun fiskal, dan dalam sebagian kasus, seluruh unit yang mengimplementasikan pengeluaran proyek itu perlu dibentuk ulang setiap tahun fiskalnya. Penganggaran tahun tunggal berarti kalau proses pengadaan sebuah proyek berlangsung lama, dan proyek itu hanya untuk satu tahun saja, pengadaan tersebut tidak bisa digulirkan ke dalam tahun berikutnya. Anggaran awal yang direncanakan mungkin kekurangan kredibilitas di hadapan lembaga pengeluaran dikarenakan revisi substansial dan sering terjadi selama beberapa tahun terakhir ketika pemerintah berusaha memenuhi target defisit secara keseluruhan ketika berhadapan dengan dampak perubahan harga minyak bumi yang besar terhadap pendapatan dan subsidi energi. Hal ini membuat berbagai lembaga menjadi konservatif selama paruh pertama tahun itu, dan kemudian berlomba-lomba menghabiskan alokasi mereka di bulan-bulan terakhir ketika telah jelas berapa alokasi total yang mereka dapatkan. Parlemen selalu mengawasi dengan ketat anggaran yang dialokasikan untuk setiap program, melarang berbagai departemen untuk melakukan alokasi ulang dari satu program ke program lain. . Kotak 2: Mengklasifikasikan jenis-jenis pengeluaran – apa arti istilah tersebut Kode pengorganisasian mengidentifikasi departemen yang bertanggung jawab atas pengeluaran uang, dan unit di dalam departemen itu. Indonesia punya 6 lembaga superior, 20 departemen teknis, 3 departemen koordinasi, 10 kementerian negara, dan 34 departemen yang dibentuk oleh Keputusan Presiden. Daftar ini termasuk beberapa organisasi, seperti Departemen Pendidikan Nasional - bertanggung jawab atas sekolah dan guru - dan Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab atas pembangunan dan perawatan jalan, dan berbagai aktifitas lain. Kode fungsi menaruh pengeluaran di dalam salah satu dari 11 kategori fungsional berbeda. Kategori ini tidak sama dengan struktur organisasi, walaupun seringkali begitu. Fungsi-fungsi ini termasuk pertahanan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan. Melacak pengeluaran berdasarkan bidang fungsi adalah hal yang biasa dilakukan karena tidak terpengaruh oleh berbagai perubahan di dalam struktur organisasi pemerintah. Klasifikasi perekonomian, tipe ketiga, berhubungan dengan jenis pengeluaran: contohnya pengeluaran untuk personil seperti upah dan gaji, untuk akuisisi barang dan jasa, untuk akuisisi aset modal, untuk pengeluaran sosial, pembayaran bunga pinjaman, subsidi, dan hibah. Sumber: Departemen Keuangan, staf Bank Dunia Penurunan perekonomian global telah mempercepat reformasi proses anggaran pemerintah Indonesia
Paham kalau ada kebutuhan untuk menjamin stimulus fiskalnya berjalan efektif dan tepat waktu, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah luar biasa untuk mempercepat penyebaran anggaran di tahun 2009 dan memperbaiki proses anggarannya. DIPA telah dipercepat dengan cara membuat dana tersedia lebih cepat di awal proses, mengijinkan perubahan perampingan terhadap DIPA yang ada sementara terus menjaga kendali fiskal, dan menyederhanakan DIPA dengan cara mengijinkan departemen pelaksana merealokasikan dana di berbagai sub aktifitas tanpa perlu persetujuan dari Dinas Anggaran. Petugas keuangan ditunjuk untuk bertugas selama beberapa tahun, menghindari proses penunjukkan ulang di awal setiap tahun. Untuk mengawasi kecepatan penyaluran anggaran, Pemerintah membentuk Komite Pengawasan DIPA 2009, terdiri dari Direktur Jenderal Keuangan dan Anggaran, Kepala Kantor DInas Kebijakan Fiskal, dan perwakilan dari Bappenas. Komite ini akan mengawasi kemajuan dari reformasi yang diterapkan dan efeknya terhadap penyaluran anggaran selama tahun ini. Pemerintah juga berusaha memperbaiki proses pengadaan, sehingga dana untuk proyek infrastruktur besar bisa dibelanjakan lebih efisien. DIPA sekarang ini dicarikan di awal tahun anggaran. Pemerintah mengembangkan penggunaan proses pengadaan maju, di mana proses pengadaan bisa dimulai segera setelah APBN disahkan di bulan Oktober sebelum tahun fiskal yang relevan dimulai. Juga, UU Anggaran 2009 menggulirkan dana untuk proyek-proyek infrastruktur yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu satu tahun
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
35
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
saja sampai 2009 sehingga pekerjaan di dalam proyek semacam itu bisa berlanjut tanpa hambatan. c . Akses kepada pembiayaan perdagangan telah menjadi problem bagi eksportir, dan pemerintah memberi dukungan Krisis finansial global juga menantang eksportir Indonesia secara tidak langsung, membatasi akses mereka kepada pembiayaan perdagangan
Selain penurunan harga dan jatuhnya permintaan, para eksportir mengalami kesulitan mengakses pembiayaan perdagangan (Kotak 3 menjabarkan bagaimana cara kerja pembiayaan perdagangan dan mengapa hal ini menjadi faktor penting yang menggerakkan perdagangan). Ketika gejolak pasar keuangan global memuncak, bank membatasi jumlah yang tersedia dan meningkatkan biayanya dan persyaratan jaminannya, seperti yang ditemukan oleh riset Bank Dunia. Penurunan akses ini sangat dirasakan oleh para eksportir yang bergantung pada bahan mental impor seperti para eksportir pakaian dan alas kaki, karena bank juga memperketat akses kredit untuk modal kerja.
Kurangnya likuiditas juga menjelaskan penurunan pembiayaan perdagangan lebih tinggi dari yang diduga sebelumnya
Harga kredit perdagangan telah meningkat. Walaupun kredit perdagangan masih tersedia, suku bunganya naik cukup besar karena $AS menjadi langka di pasar antar bank di Indonesia dan global dikarenakan penarikan dana global dan meningkatnya keengganan terhadap risiko terutama yang mempengaruhi bank di pasar-pasar negara berkembang. Suku bunga yang dibebankan oleh empat bank pembiayaan perdagangan utama di Indonesia naik sebesar 200-300 bps relatif kepada LIBOR selama triwulan terakhir 2008 dibanding setahun sebelumnya, menurut sebuah survei Bank Dunia. Peningkatan ini sejalan dengan penyesuaian harga di mana pun (Grafik 38). Yang juga membebani pasar adalah risiko counter-party yang lebih tinggi. Seperti yang didiskusikan di atas, bank semakin enggan terhadap risiko ketika kondisi keuangan dan perekonomian global semakin memburuk. Di tengah lingkungan yang rendah tingkat kepastian kepantasan kredit counter-parties, dan sebagian besar pembeli asing lebih suka menggunakan transaksi rekening terbuka (yaitu membayar barang kepada eksportir setelah dokumen perdagangan diterima) karena letters of credit menjadi semakin mahal. Namun, karena takut pembeli tidak mampu melunasi kontrak pembelian mereka, bankbank di Indonesia menjadi enggan menyediakan pembiayaan terhadap eksportir tanpa adanya letters of credit terkonfirmasi dari pembeli. Yang memperparah masalah ini adalah kurangnya kapasitas dan terbatasnya perang PT ASEI untuk menyediakan jaminan kredit ekspor kepada bank dan eksportir. Masih sulit mereka-reka dampak keseluruhan dari mengetatnya pembiayaan perdagangan terhadap arus perdagangan. Berbagai indikator tidak langsung mengatakan bawah, bersama permintaan global, arus-arus pembiayaan perdagangan menurun di triwulan terakhir 2008 - sekitar 40 persen dibanding tahun sebelumnya, menurut Dealogic (Grafik 39), dan jumlah pinjaman yang disetujui turun ke tingkatan terendah sejak tahun 2004. Apakah kontraksi pembiayaan perdagangan mempengaruhi penurunan perdagangan dunia atau konsekuensi dari penurunan ini adalah hal yang masih menjadi tanda tanya. Yang disebut belakangan tampaknya lebih dominan: permintaan total terhadap pembiayaan perdagangan meningkat bersama dengan arus perdagangan global. Pada saat yang sama, harga pembiayaan perdagangan dan kebutuhan untuk mendapatkan transaksi yang aman melalui jaminan dan asuransi terus meningkat.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
36
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 38: Penyebaran kredit perdagangan meningkat
Grafik 39: … dan volume pembiayaan perdagangan menyusut
(suku bunga kredit perdagangan relatif kepada LIBOR)
(miliaran $AS)
250
200
Brazil
Indonesia
Korea
China
India
Russia
20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
Turkey
150
100
50
0 2003
2004
2005
2006
2007
Sumber: Standard Chartered dan Bank Dunia
Para pembuat kebijakan telah menanggapi dengan cara membuat berbagai sumber pembiayaan perdagangan alternatif
2008 est
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber dan catatan: Dealogic. data Dealogic tidak selalu menjadi indikator baik untuk bank yang menangani sejumlah besar pembiayaan perdagangan berbasis L/C karena hanya melambangkan transaksi perdagangan yang "dilaporkan" dan "terstruktur."
Berbagai pihak berwenang di Indonesia telah mengambil langkah-langkah guna mengurangi hambatan pembiayaan perdagangan ini. Di bulan November 2008, Bank Indonesia mengaktifkan kembali fasilitas re-discount untuk bank-bank di Indonesia untuk melakukan perdagangan di atas diskon L/C yang mereka miliki; yang dikeluarkan oleh bank asing, sebagai ganti mata uang asing (Peraturan BI No.10/34/PBI/2008). Fasilitas ini dimaksudkan sebagai tindakan jangka pendek untuk memberikan likuiditas nilai tukar asing kepada bank sehingga mereka pada gilirannya bisa memberikan kredit perdagangan. Yaitu, fasilitas ini bisa bertindak sebagai sebuah cadangan kalau-kalau bank-bank di Indonesia mengalami kesulitan mendapatkan dana dalam bentuk mata uang asing untuk membiayai perdagangan. Pada bulan Desember, DPR menyetujui rencana pemerintah untuk mengubah Bank Ekspor Impor menjadi sebuah lembaga pembiayaan perdagangan. Lembaga kredit ini diharapkan mendukung bank dalam pemberian pembiayaan kredit kepada para eksportir. Namun, kesuksesan upaya BI dan pemerintah Indonesia mempermudah akses kepada pembiayaan perdagangan dan mendukung eksportir baru akan tampak di triwulan mendatang. Kotak 3: Sesuatu yang utama untuk pembiayaan perdagangan Akses kepada layanan pembiayaan adalah hal yang penting bagi eksportir. Produksi ekspor bisa menghasilkan investasi besar: biaya impor bahan mentah, ongkos pekerja, upaya menengah untuk menghasilkan produk, identifikasi dan aplikasi teknologi yang tepat, dan membentuk hubungan baru dengan pembeli di pasar-pasar baru. Bahkan untuk eksportir jangka panjang, ekspor membutuhkan manajemen likuiditas yang efektif, walaupun hanya untuk menutup periode antara pengeluaran biaya untuk memproduksi barang dan pembayaran. Untuk menghadapi tantangan tersebut, sebagian besar eksportir memanfaatkan pembiayaan eksternal, selain dari cadangan dana mereka sendiri. Walaupun ada banyak produk pembiayaan yang tersedia, jenis-jenis arus perdagangan dan fasilitas pembiayaan yang dibutuhkannya bisa dikelompokkan ke dalam tiga jenis:
Dokumen perdagangan (Documentary trade), menggunakan letters of credit (L/Cs). L/Cs adalah instrumen yang dikeluarkan oleh bank yang menjamin pembayaran ketika dokumen tersebut diserahkan setelah pengapalan. Dokumen ini menyediakan perlindungan kepada para eksportir terhadap risiko importir dan negara tujuan. Dokumen ini biasanya bersifat jangka pendek (sampai 6 bulan) dan acap kali digunakan di dalam perdagangan di Asia. L/C juga memungkinkan eksportir meminta pembayaran dini dengan harga diskon terhadap barang-barang yang telah dikirimkan kepada pembeli. Bank yang menerbitkan L/Cs juga bisa menawarkan pembiayaan jangka pendek kepada importir sehingga importir bisa membayar setelah barang dijual. Juga, L/Cs bisa dikonfirmasikan oleh sebuah bank, menjamin
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
37
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
pembayaran draft tersebut ketika ada kekhawatiran tentang kelayakan kredit yang dimiliki pembeli.
Peminjaman komoditas (Commodity lending), termasuk pembiayaan ekspor dan impor. Pembiayaan ekspor bisa mencakup siklus penuh komoditas, mulai dari pembelian bibit dan pupuk sampai pada cakupan jumlah yang diterima setelah barang diekspor. Pembiayaan impor mencakup periode antara pembayaran produk dan penerimaan produk untuk dijual. Peminjaman komoditas biasanya dijamin oleh komoditas yang diperdagangkan. Hal ini juga cenderung bersifat jangka pendek, 3 sampai 6 bulan.
Perdagangan rekening terbuka (open account trade) melibatkan pengiriman produk oleh penjual sebelum pembeli membayar produk tersebut. Entitas perdagangan biasanya memiliki hubungan yang berkelanjutan, yang membangun rasa saling percaya sehingga mereka tidak mengharapkan adanya keterlambatan pembayaran. Pembiayaan rekening terbuka bisa mencakup kebutuhan pembiayaan baik sebelum pengapalan (modal kerja) dan paska pengapalan (sebelum pembayaran diterima). Institusi keuangan bisa memberikan layanan receivables dan factoring yang mengurangi risiko tidak dibayarnya pemasok, karenanya meningkatkan jumlah pembiayaan yang bisa diakses pemasok. Perdagangan rekening terbuka tumbuh lebih cepat daripada dokumen perdagangan, dan lebih dari 80 persen perdagangan global dibiayai dengan cara demikian, menurut data yang dikompilasi oleh Standard Chartered. Hal ini menjadi sangat penting bagi perdagangan jasa. Seperti bentuk lain pembiayaan, pembiayaan rekening terbuka cenderung berjangka kurang dari 6 bulan, dan bersifat swa likuidasi ketika accounts payable ditutup.
Ketiga kelompok fasilitas luas ini seringkali menjadi bagian dari sistem layanan perdagangan yang diberikan oleh institusi keuangan untuk membantu pedagang mengelola proses dokumentasi dan pembayaran. Praktiknya, fasilitas ini digunakan oleh institusi keuangan untuk mengelola semua arus pembayaran di dalam proses produksi. Jadi, seorang konsumen dari luar negeri bisa mengirim sebuah purchase order kepada pemasok, pemasok kemudian meminjam modal kerja dari institusi keuangannya untuk menutupi biaya bahan mentah dan proses, kemudian ketika produk sudah jadi dan dikirim kepada konsumen, pemasok mengirimkan dokumen pengapalan dan invoice kepada banknya. Bank memberikan pinjaman paska pengapalan, yang melunasi pinjaman pra pengapalan. Ketika konsumen menerima produk, mereka melunasi invoice langsung kepada bank pemasok, sehingga membuat pinjaman itu menjadi swa likuidasi dan memastikan kalau komitmen bank telah tertutup. Dalam banyak kasus, pembiayaan perdagangan hanya mencakup accounts receivable, dimana institusi keuangan yang membeli rekening dari pemasok dan menarik pembayaran dari konsumen ketika rekening tersebut jatuh tempo. Hal ini memberikan likuiditas kepada pemasok, dan membantu mereka mengurangi risiko mereka dan mengatur neraca keuangan mereka lebih baik. Ada banyak risiko terhadap pinjaman pembiayaan perdagangan, walaupun pembiayaan perdagangan didukung oleh jaminan berharga (barang yang diperdagangkan) dan secara umum bersifat swa likuidasi. Risiko yang meningkatkan kemungkinan tidak dibayarnya pembiayaan perdagangan termasuk: Risiko kinerja (performance risk) contohnya barang produser berbeda dari yang dispesifikasikan di dalam kontrak pasokan Risiko pembeli (buyer risk) – contohnya mereka menolak pengiriman atau tidak membayar, atau institusi keuangan mereka tidak membayar Bencana atau gejolak politik yang mencegah pengiriman barang. Krisis finansial global ini telah mempengaruhi pembiayaan perdagangan dalam dua cara: meningkatkan risiko yang dipandang berhubungan dengan pembiayaan perdagangan, dan juga meningkatkan ongkos dana yang digunakan dalam pembiayaan perdagangan. Krisis ini mengangkat berbagai pertanyaan tentang kemampuan bank-bank counter-party untuk memenuhi komitmen mereka (contohnya mengirimkan dana yang dijanjikan) karena sebelumnya berbagai bank global terkenal mengalami kekurangan likuiditas. Gangguan yang terjadi terhadap arus perdagangan dan penurunan tajam kondisi perekonomian menciptakan ketidakpastian tentang apakah pembeli akan menerima barang yang telah mereka pesan, dan kalau menerima, apakah mereka akan membayar, dengan harga yang telah dikurangi, dan berdasarkan ketentuan yang telah disetujui sebelumnya. Walaupun hanya ada laporan terbatas kalau masalah ini baru-baru ini saja tumbuh, persepsi yang ada adalah risiko kejadiannya telah meningkat. Dikarenakan ketidakpastian yang semakin membesar, para eksportir sekarang ini lebih suka menjaminkan penjualan mereka dengan L/C, sedangkan di masa yang lebih tenang, para pembeli lebih suka menggunakan transaksi rekening terbuka yang lebih ekonomis. L/C menawarkan keamanan yang lebih besar, yang memungkinkan eksportir memiliki akses lebih baik kepada kredit perdagangan yang disediakan bank, dan ada laporan kalau bank membatasi kredit perdagangan untuk ekspor yang dijaminkan oleh L/C. T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
38
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Biaya finansial yang lebih tinggi dari sumber pembiayaan perdagangan juga mempengaruhi pasokannya. Krisis finansial global ini telah menaikkan biaya dana untuk bank, terutama dana dalam berbagai mata uang perdagangan internasional ($AS) dan untuk institusi finansial di pasarpasar yang baru berkembang. Pengiriman dan kurangnya likuiditas antar bank yang terjadi secara global menyulitkan bank mendapatkan uang. Konsekuensinya, harga persetujuan pembiayaan perdagangan di dunia meningkat sebesar 300-400 basis point di atas tingkat refinance antar bank—dua atau tiga kali lebih besar daripada rate yang ada di awal 2008 (Grafik 38). Tingkat yang lebih tinggi juga meningkatkan biaya untuk mendapatkan L/C, mempengaruhi importir.
Sumber: Standard Chartered dan Bank Dunia
d. Pemerintah juga telah penimbunan barang
bertindak
mengendalikan
penyelundupan
dan
Risiko impor ilegal yang lebih tinggi melemahkan industri-industri domestik
Para pembuat kebijakan khawatir dengan potensi dampak impor ilegal terhadap produsen domestik. Impor ilegal mendapat akses lebih baik terhadap pasar Indonesia dengan cara menghindari tarif impor baik sepenuhnya, melalui penyelundupan barang ke dalam Indonesia, atau sebagiannya, melalui pengurangan nilai yang barang yang disebutkan di dalam invoice mereka. Kekhawatirannya adalah ketika permintaan global menurun, lebih banyak dari produk-produk ini akan mengalir ke Indonesia, yang memiliki Tabel 11: Terutama untuk barang-barang konsumsi, permintaan domestik yang relatif kokoh dan perbatasan yang ada bukti cukup besarnya jumlah impor ilegal relatif renggang. Suplai berongkos rendah yang meningkat ini Import value akan terjadi ketika produsen domestik Indonesia ditekan oleh Reported by Recorded by the rest of the permintaan yang melemah dan arus kas yang mengetat. Products Food, food products & beverages c Chemicals Iron and steel d footwear Cameras, consumer & household electronics
Indonesian customs
world a, b
0.90
0.99
8.10 4.13 1.79
8.17 4.99 4.12
1.76
4.36
Catatan dan sumber: a/ Disesuaikan untuk asuransi dan pengapalan sebesar 15 persen; b/ Mengasumsikan 80 persen impor masuk ke zona non berikat; c/ Tidak termasuk minuman beralkohol; d/ Termasuk logam dasar. BPS, UN ComTrade. dan Bank Dunia
…mendorong pemerintah membatasi bagaimana dan dari mana barangbarang tertentu bisa diimpor
Produk konsumen adalah yang rentan terhadap impor ilegal; produk perantara tidak serentan itu. Ukuran impor ilegal bisa diawasi secara tidak langsung, sebagai perbedaan nilai impor yang dicatat oleh bea cukai Indonesia (tidak termasuk kawasan berikat) dan nilai dari semua laporan ekspor negara yang mengekspor ke Indonesia (disesuaikan dengan biaya pengapalan dan asuransi). Contohnya di tahun 2006, mitra perdagangan Indonesia mengekspor sekitar $AS 4,1 miliar pakaian ke Indonesia, sedangkan bea cukai Indonesia mencatat import hanya sebesar $AS 1,8 miliar. Juga, impor produk elektronik ke Indonesia tercatat sejumlah $AS 1,8 miliar sedangkan para mitra perdagangan melaporkan ekspor sebesar $AS 4,4 miliar. (Tabel 11) Walaupun seringkali ada kesalahan dalam pelaporan impor, penagihan di bawah jumlah sebenarnya dan penyelundupan juga bisa menjelaskan besarnya perbedaan tersebut.
Guna mengurangi cakupan invoice di bawah harga sebenarnya dan penyelundupan, pemerintah memperkenalkan berbagai upaya meregulasi impor tertentu. Efektif Januari 2009, hanya importir berlisensi boleh mengimpor lima kategori produk konsumen (mainan, pakaian, alas kaki, elektronik konsumen, dan produk makanan dan minuman). Barang-barang tersebut harus diinspeksi terlebih dahulu ketika tiba di berbagai pelabuhan di Indonesia, dan hanya boleh dimasukkan melalui 5 pelabuhan laut di Indonesia (Regulasi Departemen Nomor 56, 2008). Importir telah mengajukan keberatan kalau regulasi tersebut tidak jelas, dan kalau ketentuan inspeksi pra pengapalan tersebut menimbulkan biaya yang tidak sedikit. Berbagai mitra perdagangan Indonesia telah mengungkapkan kekhawatiran kalau regulasi tersebut merupakan semacam bentuk proteksionisme terselubung. Namun, regulasi tersebut diharapkan hanya mempengaruhi sekitar 3 persen dari total impor Indonesia.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
39
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
6. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diproyeksikan melambat, dikarenakan berbagai efek melambatnya ekspor dan menurunnya harga komoditas, ditambah lebih ketatnya kredit domestik Pertumbuhan yang lebih rendah di kalangan mitra perdagangan, melemahnya harga komoditas, dan melambatnya pertumbuhan kredit akan memperlambat pertumbuhan PDB Indonesia, walaupun para pembuat kebijakan telah menanggapi dengan proaktif
Berbagai perkembangan di dalam perekonomian global, melalui dampak langsungnya dan melalui bagaimana cara konsumen, investor, dan pemerintah Indonesia menanggapi, akan menentukan evolusi prospek perekonomian Indonesia untuk 2 atau 3 tahun ke depan. Lingkungan eksternal yang memburuk, seperti yang didiskusikan di atas, akan berdampak pada pendapatan dari dan permintaan kepada perusahaan Indonesia yang berorientasi eksternal, begitu pula dividen yang dibayarkan kepada pemilik perusahaan, gaji kepada karyawan, dan ukuran tenaga kerja mereka. Pada gilirannya, hal ini akan berdampak pada permintaan domestik, ketika karyawan yang khawatir terhadap keamanan pekerjaan mengurangi pembelian barang-barang konsumsi. Pada waktu yang sama, pengetatan kredit membatasi investasi dan mengurangi pembiayaan konsumen, keduanya mempengaruhi permintaan domestik. Yang sangat mempengaruhi perkembangan eksternal yang negatif ini, adalah tanggapan yang dilakukan oleh para pembuat kebijakan Indonesia. Dengan BI yang melonggarkan kondisi moneter dengan laju terkendali, DPR dengan cepat meloloskan anggaran revisi dan paket stimulus pemerintah, dan pemerintah berusaha memastikan paket ini benarbenar diimplementasikan sepenuhnya dan membuka kemungkinan adanya paket tambahan, dan tampak jelas bahwa para pembuat kebijakan terlibat dalam upaya pembatasan dampak penurunan global terhadap Indonesia. Perangkat kebijakan yang terbatas menghambat semua upaya ini - terutama, kurangnya kapasitas dan proyek yang siap menerima paket stimulus, tetapi, hampir semua paket stimulus, termasuk yang dibuat pemerintah AS menghadapi masalah yang sama. Intinya, semua perkembangan ini melemahkan prospek perekonomian Indonesia dari 2009 sampai 2011. Karena berbagai perkembangan yang dijabarkan di dalam dokumen ini, pertumbuhan perekonomian Indonesia diduga melemah ke kisaran 3,4 persen di tahun 2009 sebelum naik kembali ke angka 5,4 persen di tahun 2010 (Tabel 12). Semua proyeksi ini sekitar 1 percentage point lebih rendah untuk 2009 dan setengah percentage points lebih rendah untuk 2010 daripada proyeksi yang dibuat di bulan November 2008. Berbagai proyeksi itu konsisten dengan berbagai hasil di triwulan pertama, yang sepertinya terangkat oleh berbagai faktor temporer, seperti pengeluaran yang berkaitan dengan pemilu, dan pertumbuhan di triwulan kedua sepertinya memiliki momentum yang sejenis. Semua prakiraan ini menyatakan bahwa pertumbuhan Indonesia akan melambat kurang dari pertumbuhan perekonomian dibanding berbagai perekonomian yang baru muncul di kawasan ini. (Grafik 40)
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
40
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Grafik 40: Walaupun Indonesia mengalami perlambatan yang lumayan besar, perlambatan itu termasuk yang terkecil di kawasan ini
Tabel 12: Pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan melambat ke angka 3,4 persen di tahun 2009, membaik di tahun 2010, menurut prakiraan mendasar untuk pertumbuhan global dan harga, serta kebijakan domestik
(perbedaan antara 2007 dan prakiraan pertumbuhan PDB 2009)
Actual 2007 2008
Projected 2009 2010 2011
% % change % change % GDP % pop'n
6.3 9.2 6.5 -1.3 16.6
6.1 11.7 9.8 -0.1 15.4
3.4 4.1 5.0 -2.0 13.2
5.4 8.4 4.0 -1.4 11.7
6.3 10.2 4.0 -1.2 --
USD bn
10.4
0.5
-0.1
-1.1
-3.7
USD bn USD bn
131 110
154 144
113 104
124 112
140 124
% change
1.9
3.0
-0.2
3.3
4.3
% change
5.7
9.4
-2.9
0.0
0.0
% change % % change
17.8 10.2 3.9
28.1 17.1 10.4
-39.8 12.0 11.9
-5.9 13.5 14.9
0.8 13.5 11.2
2 % 0
2007 growth: 6.3 8.5 7.2
11.4
13.0
2009 forecast: 3.4 5.5 1.9
5.3
6.5
6.3
4.9
-2
Sumber: Astra dan BI via CEIC, Bank Dunia Ada cukup banyak ketidakpastian menyelimuti semua prakiraan ini - lingkungan eksternal mungkin semakin memburuk, atau tindakan yang mendukung permintaan domestik lebih efektif daripada yang diduga
-2.7
Thailand
-1.0
Malaysia
China
E. Asia*
-8
Philippines
-6
Vietnam
-4
Indonesia
Domestic economy: Real GDP growth Investment Consumer prices Budget deficit Poverty rate External sector: Current account balance Exports GNFS Imports GNFS Growth environment: Trading partner GDP Real effective exchange rate Export prices Credit growth Gov't consump'n
Menembus badai
Sumber: Otorita Nasional dan Bank Dunia
Tetapi ketidakpastian yang cukup besar menyelimuti prospek baseline ini. Berbagai kondisi perekonomian global yang ada masih tetap mudah bergejolak. Februari dan Maret membawa perburukan lebih lanjut terhadap prospek perekonomian global, baik dalam hal dalamnya penurunan dan potensi durasinya, dan tingkat keuntungan di triwulan pertama dari berbagai perusahaan di perekonomian maju berada di bawah harapan para analis; di sisi lain, stabilisasi prospek harga komoditas telah menjadi semakin kuat. Ketidakpastian yang menyelimuti kemauan bank-bank Indonesia untuk terus memberi pinjaman, dan kemauan perusahaan untuk menerima kondisi yang lebih ketat dan ongkos yang lebih tinggi dikarenakan prospek penghasilan yang lebih tidak menentu. Hal ini menambah ketidakpastian umum yang menyelimuti berbagai rencana investasi dikarenakan cakupan potensi pengembalian yang mungkin didatangkan oleh berbagai rencana itu. Di sisi positifnya, kebijakan paket stimulus pemerintah mungkin punya efek yang lebih luas terhadap perekonomian daripada ekspansi terencana yang sebelumnya direncanakan di dalam belanja pemerintah. Jadi, potensi bercakupan luas, berbagai alternatif hasil terus menyelimuti seperti yang diproyeksikan di atas. Menganalisis dampak pertumbuhan terproyeksi dari proyek yang lebih ekstrim tetapi dimungkinkan terhadap berbagai indikator ini memperjelas ukuran risiko terhadap prospek perekonomian Indonesia.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
41
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Tabel 13: Penurunan global yang lebih mendalam atau lama juga akan memperpanjang perlambatan yang dialami Indonesia, sementara stimulus kebijakan yang efektif akan mendorong permintaan domestik dan mengangkat pertumbuhan Actual 2007 2008 DEEPER GLOBAL DOWNTURN: Domestic economy: Real GDP growth % Investment % change Growth environment: Trading partner % growth Real effective % change exchange rate Export prices % change SLOWER GLOBAL RECOVERY: Domestic economy: Real GDP growth % Investment % change Growth environment: Trading partner % growth Real effective % change exchange rate Export prices % change
Projected 2009 2010 2011
6.3 9.2
6.1 11.7
3.0 2.9
4.9 8.2
6.2 10.2
1.9
3.0
-1.9
3.2
4.3
5.7
9.4
-9.6
-0.3
0.0
17.8
28.1
-42.4
-1.6
0.8
6.3 9.2
6.1 11.7
3.4 3.5
4.7 7.3
5.8 10.1
1.9
3.0
-0.9
2.6
4.3
5.7
9.4
-7.5
-0.7
0.0
17.8
28.1
-39.8
-5.9
0.8
6.1 11.7
3.8 5.0
5.7 11.7
6.4 11.2
17.1 10.4
18.0 16.7
17.2 22.6
14.0 11.2
STRONGER DOMESTIC STIMULUS: Domestic economy: Real GDP growth % 6.3 Investment % change 9.2 Growth environment: Credit growth % 10.2 Gov't consump'n % change 3.9
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Menembus badai
Tabel 13 memberikan dua skenario pertumbuhan mitra ekspor Indonesia dan harga ekspor, dan satu skenario dengan stimulus fiskal yang lebih besar. Hal-hal ini menghasilkan berbagai proyeksi alternatif terhadap baseline yang disajikan di Tabel 12, dan membantu mengevaluasi berbagai risiko terhadap prospek pertumbuhan itu. Resesi yang lebih mendalam di kalangan mitra perdagangan Indonesia, yang akan membawa penurunan lebih lanjut pada harga barang dan melambatnya pemulihan harga-harga itu, dan depresiasi rupiah lebih lanjut, akan menurunkan pertumbuhan Indonesia di tahun 2009 dan 2010 sebesar sekitar setengah persen. Investasi akan sangat terpengaruh, tumbuh sedikit sekali di tahun 2009. Resesi yang lebih lama, dengan pertumbuhan mitra perdagangan di tahun 2010 satu percentage point di bawah baseline, penurunan lebih lanjut dalam hal harga komoditas dan depresiasi nilai tukar nyata di tahun 2010, diproyeksikan menghambat pertumbuhan 2010 sebesar tiga perempat percentage point dan juga menunda kembalinya Indonesia ke laju pertumbuhan potensialnya. Sebagai skenario final, para pembuat kebijakan Indonesia mungkin memperbesar ukuran paket stimulus fiskal dan mengambil langkah-langkah lain untuk mendukung permintaan domestik, contohnya melalui sokongan terhadap peminjaman oleh bank dan melalui perbaikan cepat terhadap iklim investasi. Tanpa mengubah faktor lainnya, pertumbuhan kredit dan belanja pemerintah yang lebih cepat beberapa percentage point menambah seperempat sampai satu percentage point untuk pertumbuhan PDB 2009 dan 2010. Skenario ini diramalkan mampu mengangkat pertumbuhan investasi mulai tahun 2010.
7. Ketersediaan lapangan kerja, terutama di sebagian wilayah dan sektor, akan terpengaruh oleh perlambatan tersebut Pengalaman ketersediaan lapangan kerja di Indonesia selama krisis 1997/98 bisa menjadi penjelas bagi dampak potensial penurunan yang terjadi sekarang
Perlambatan pertumbuhan yang sekarang dimiliki Indonesia sangat berbeda dari krisis 1997/98 dan penurunan di tahun 2001 – penurunan ini sebagian besarnya didorong oleh pengembangan eksternal sedangkan dua yang lain memiliki pendorong domestik yang cukup besar. Tahun 1997/98 menjadi saksi penurunan yang jauh lebih dalam hal pertumbuhan dan perburukan hasil-hasil sosial daripada yang biasanya terjadi selama krisis, sementara penurunan di tahun 2001, hanya tiga tahun sebelumnya, terjadi dengan pertumbuhan yang masih tertekan dan permintaan domestik dan institusi pengambilan keputusan masih lemah. Walaupun ada perbedaan cukup besar, kedua pengalaman tersebut menjadi pertanda dampak yang mungkin muncul dari penurunan jumlah pekerjaan di Indonesia. (Untuk pasar tenaga kerja Indonesia yang lebih ekstensif selama dekade sebelumnya, coba lihat Indonesia Jobs Report, yang akan segera diterbitkan oleh Bank Dunia). a . Selama krisis Asia 1997-98, tingkat pengangguran di Indonesia meningkat tidak terlalu besar, di mana pekerja yang kehilangan pekerjaan yang bergaji lumayan beralih ke sektor informal dan pertanian
Pengangguran meningkat cukup tajam hanya selama gejolak sebelumnya...
Krisis Asia 1997-98 dan perlambatan perekonomian di tahun 2001, keduanya menyebabkan peningkatan pengangguran yang cukup besar. Pengangguran inti meningkat sebesar 1,7 percentage points selama dua tahun sampai 1999, dan 0,5
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
42
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
percentage point di tahun 2002. Pengangguran terbuka, termasuk mereka yang mencari pekerjaan dan mereka yang patah semangat, meningkat sebesar 1,0 percentage point di tahun 2002. … ketika pekerja yang kehilangan pekerjaan di sektor formal berpindah ke pekerjaan di bidang pertanian dan informal…
Pasar tenaga kerja yang fleksibel menjadi saksi bergesernya pekerja yang dirumahkan ke sektor pertanian dan pekerjaan informal. Lapangan kerja di bidang pertanian meningkat sebesar 4,3 juta, atau 13 persen di tahun 1998, sementara jumlah pekerjaan yang disediakan oleh sektor formal turun sebesar 3,3 juta. Bagian industri dan jasa dari tenaga kerja turun sebesar 2,6 percentage point karena 3 dari setiap 10 pekerja pria berubah sektor pekerjaan antara tahun 1997 dan 1998, dan hampir 4 dari sepuluh pekerja wanita.
…tetapi dengan turunnya upah nyata untuk semua pekerja
Median gaji turun 11 persen setiap tahun antara 1997 dan 1999. Tidak ada sub kelompok yang imun, dimana gaji pria turun 10,2 persen per tahun, gaji wanita turun 10,4 persen; gaji golongan non miskin turun 11,9 persen sementara gaji golongan miskin turun 10,8 persen; gaji perkotaan turun lebih dramatis (12,9 persen) tetapi gaji pedesaan juga turun (9,5 persen). Pekerja kurang terampil mengalami penurunan yang mirip dengan pekerja yang lebih terampil (berturut-turut 10,9 persen dan 10,7 persen), tetapi gaji pekerja yang lebih muda turun 12,7 persen, 1,7 percentage points lebih tinggi daripada pekerja dewasa.
Grafik 41: Pengangguran meningkat cukup besar selama krisis ekonomi 1997/98 dan perlambatan di tahun 2001
Tabel 14: … tetapi upah real (sesungguhnya) berkurang secara substansial
(Ketersediaan pekerjaan dan pengangguran)
(pertumbuhan upah)
% Unemployment
% Employment
12
50
Agriculture 10
Formal 8
40
Services
6
30
Unemployment
Asian Crisis
4
20
2 0 1994
Industry 10 1996
1998
2000
2002
2004
Sumber: BPS dan Bank Dunia Sejumlah besar wanita memasuki lapangan kerja
2006
1990-97
1997-99
1999-2003
7,1
-11,0
8,9
Median pertumbuhan (%) Pria/Wanita
6,4
10,3
-10,2
-10,4
7,9
9,7
Miskin/non miskin
-0,2
11,1
-10,8
-11,9
6,1
9,3
Kota/Desa
5,9
7,4
-12,9
-9,5
9,6
5,6
-12,7
7,6
10,6
-10,7
7,0
7,0
Dewasa/ 6,5 8,8 -11,0 Anak Kurang pendidikan/ 7,1 4,4 -10,9 berpendidik an lebih Sumber: BPS dan Bank Dunia
Baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan, ada peningkatan besar dalam jumlah wanita yang memasuki lapangan kerja. Mereka ini sebagian besarnya adalah pekerja tanpa upah di dalam berbagai bisnis dan tanah pertanian milik keluarga (meningkat 3,8 percentage) atau menjadi wirausahawati (meningkat 3,9 percentage point). Sebagian besarnya adalah wanita yang kurang berpendidikan yang melakukan pergeseran ini; wanita yang berpendidikan lebih baik sebagian besarnya tetap berada di sektor formal, yang terhantam keras, dan 4,2 persen dari wanita ini tetap bekerja. Secara umum, semakin banyak wanita miskin memasuki angkatan kerja selama periode ini – tingkat partisipasi mereka melonjak dari 52 ke 59 persen antara 1997 dan 1999, memainkan peranan kunci sebagai penambah penghasilan keluarga yang kalau tidak mereka lakukan pasti berkurang jauh dikarenakan oleh berkurangnya upah dari sang pencari nafkah utama keluarga.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
43
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 42: Rekor jumlah wanita masuk pasar tenaga kerja untuk membantu berkurangnya penghasilan keluarga …
G rafik 43: …sementara mas yarakat mis kin menunjukkan gerakan keluar dari pekerjaan non-pertanian dan pekerjaan formal
(pertumbuhan indikator ketersediaan pekerjaan)
(pertumbuhan indikator ketersediaan pekerjaan)
1.5
3.0
1.0
2.0
0.5
1.0
0.0
0.0
-0.5
-1.0
-1.0
-2.0
-1.5
-3.0
-2.0
-4.0
Empl. Ratio Total
Men
Unempl.
Non-agr. Empl.
Women
Formal Empl. Share
Total
Sumber: BPS dan Bank Dunia Rumah tangga miskin sepertinya lebih mungkin bergerak ke arah pekerjaan pertanian dan informal
Empl. Ratio Poor
Unempl.
Non-agr. Empl.
Non-poor
Formal Empl. Share
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Rumah tangga berpenghasilan rendah bergerak keluar dari lapangan kerja non pertanian dan formal dengan laju yang lebih tinggi daripada non miskin. Walaupun mereka tidak mengalami pengangguran yang lebih besar atau kehilangan gaji yang nyata dibanding rumah tangga lain, rumah tangga miskin lebih mungkin melakukan pekerjaan informal dan pertanian, dengan pertumbuhan non pertanian turun 3,4 percentage point dan pekerjaan formal turun sebesar 2,4 persen, dibanding penurunan sebesar 0,5 point dan 0,6 point bagi kalangan non miskin. b. … tetapi rumah tangga berpendapatan rendah, secara umum, lebih rentan terhadap gejolak…
Penghasilan rumah tangga miskin lebih berisiko selama gejolak …
Bagi rumah tangga miskin dan hampir miskin, kemampuan untuk mendapatkan penghasilan, dan penghasilan itu sendiri sepertinya lebih rentan dan berisiko dibanding rumah tangga yang lebih berada. Penghasilan rumah tangga yang lebih miskin cenderung berisiko dan rentan terhadap gejolak karena biasanya lebih sering memiliki pekerjaan yang informal, berwirausaha (bukan profesional), dan/atau lebih mungkin menganggur. Rumah tangga yang tidak terlalu miskin seringkali tidak terperangkap situasi ini. (Untuk lebih banyak detil, lihat Indonesia Poverty Report 2006 dari Bank Dunia.) T abel 15: R umah tangga mis kin dan hampir mis kin lebih mungkin menderita karena gejolak perekonomian
(kejadian dampak negatif dari kehilangan dikarenakan risiko perekonomian, persen)
Miskin
Perkotaan Pria Kepala Wanita Kepala Keluarga Keluarga 12,8 4,9
Hampir miskin
9,2
Non miskin
6,5
Total 7,7 Sumber: BPS dan Bank Dunia … dan pengalaman masa kecil mereka lebih mungkin menjadi ancaman terhadap penghasilan mereka di masa depan
4,6
Pedesaan Pria Kepala Wanita Kepala Keluarga Keluarga 27,9 25,5 24,0
17,5
2,6
24,7
17,9
3,1
25,1
18,9
Pengalaman di masa bayi dan kanak-kanak di dalam rumah tangga miskin dan hampir miskin seringkali menciptakan kondisi terus menerus yang mengurangi kapasitas penghasilan. Berbagai risiko ini - kekurangan gizi, kurangnya imunisasi, dan putus sekolah – dalam tahap paling awal siklus kehidupan bisa meningkatkan kemungkinan atau mencetus kelemahan kronis. Ini lah yang biasanya terjadi di kalangan rumah tangga pedesaan, sepanjang siklus kehidupan mereka, dengan tingkat kelahiran tanpa bantuan medis yang lebih tinggi, putus sekolah yang lebih tinggi, dan kemungkinan adanya tenaga kerja anak yang lebih tinggi. Faktor-faktor ini memberi dampak yang terus ada sampai akhir usia remaja dan masa depan yang termanifestasi dalam bentuk tingginya tingkat pendidikan yang tidak selesai, modal insani yang lebih rendah, ditambah pengangguran, pekerjaan informal, kewirausahaan non profesional dan adanya ketunaan.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
44
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Tabel 16: Pekerja yang paling berisiko selama krisis yang ada sekarang adalah mereka yang kurang berpendidikan dan tinggal di kawasan pinggiran kota
Tabel 17: ...dan kemungkinan besar menjadi pekerja informal dan menghasilkan uang lebih sedikit dengan tunjangan yang lebih kecil
(latar belakang pekerja berdasarkan tingkat kerentanan)
(Karakter pekerja yang dipekerjakan berdasarkan tingkat kerentanan)
Sangat Rentan
Semua Pekerja
0.58
0.62
37
38
Perkotaan
0.15
0.40
Pendidikan dasar
0.44
0.36
Menengah pertama
0.30
0.32
Menengah atas
0.04
0.06
Perguruan tinggi
0.01
0.06
Persen Pria Usia (tahun)
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Sangat Rentan
Semua Pekerja
Usaha sendiri
0.17
0.20
Pekerja formal Penghasilan bulanan (ribuan rupiah)
0.16
0.28
297
508
Asuransi kesehatan
0.01
0.05
Asuransi pekerja
0.05
0.05
Dana pensiun
0.01
0.04
0.04
0.04
Persen
Pensiun lain Sumber: BPS dan Bank Dunia
c . … dan sebagian dari hal-hal yang paling rentan dari krisis yang ada sekarang Sebagian sektor manufaktur dan pertanian cukup terpapar oleh krisis yang ada sekarang, dan terkonsentrasi di sebagian wilayah
Sebagian besar produksi di banyak sektor di dalam industri manufaktur (12,4 juta pekerja di tahun 2008, dari tenaga kerja Indonesia yang berjumlah sedikit lebih besar daripada 100 juta) dan pertanian (41,2 juta pekerja) diekspor. Seperempat pekerja manufaktur berada di dalam berbagai industri di mana ekspor relatif tinggi terhadap nilai tambah bruto industri sementara 15 persen dari tenaga kerja pertanian bekerja di tanah pertanian tanaman utama dan dinilai rentan terhadap penurunan di sektor itu (yaitu, mereka berada di berbagai provinsi di mana produksi tanaman utama ini menjadi bagian besar dari output nasional atau komponen besar dari PDB provinsi). Para pekerja ini adalah bagian penting bagi tenaga kerja di sebagian kawasan – contohnya, hampir 20 persen dari pekerja di Sumatra dan Sulawesi bekerja di berbagai industri yang sangat terpapar oleh perlambatan ekspor (Grafik 44 dan Grafik 45).
Sektor non perdagangan mungkin juga terpengaruh
Pengalaman Indonesia satu dekade sebelumnya, selama krisis 1997-98, menyatakan bahwa ketersediaan lapangan kerja di sebagian sektor non-tradable juga cukup rentan. Selama masa itu, lapangan kerja di bidang layanan publik berkurang lebih dari sepertiganya, dalam bidang konstruksi sebesar 16 persen, dan dalam bidang keuangan dan layanan bisnis lainnya sebesar 6 persen. Selama krisis ini, sektor perdagangan & perhotelan, serta layanan finansial dan bisnis sepertinya relatif rentan, dikarenakan ketergantungan mereka yang lebih besar pada kredit untuk mendanai modal kerja, dan sepertinya terpengaruh oleh peminjaman yang lebih ketat. Dalam jangka yang lebih panjang, investasi utilitas mungkin ditunda.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
45
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
Grafik 44: Kalimantan Barat dan sebagian besar wilayah Sulawesi sepertinya sangat terpengaruh oleh perlambatan global
(persen tenaga kerja di tingkat provinsi dinilai sangat terpapar oleh penurunan ini)
Sumber: BPS dan Bank Dunia Pekerja yang paling terpapar dalam krisis yang ada sekarang ini cenderung kurang berpendidikan dengan penghasilan yang lebih rendah
Industri yang paling berhadapan dengan risiko cenderung mempekerjakan pekerja dengan pendidikan dan gaji lebih rendah. Pekerja di industri yang paling rentan hidup di kawasan yang mirip kawasan pedesaan dan kemungkinan besar hanya memiliki pendidikan sekolah dasar. Mereka juga lebih mungkin menjadi pekerja informal, dengan penghasilan bulanan yang hanya 60 persen dari pekerja rata-rata, dan kemungkinan besar tidak punya asuransi kesehatan ataupun tabungan pensiun. Grafik 45: Sejumlah besar pekerja berada di sektor-sektor ekspor yang rentan, melambangkan bagian besar di Sumatra dan Kalimantan
(bagian pekerja di sektor-sektor ekspor yang rentan) 100%
75%
Vulnerability
Low
Med
Med-high
sia
Ea st In do ne
Su la we si
an ta n Ka lim
Ba li & Ja va
Su m
at ra
ur in g an uf ac t
in in g
M
M
Ag ric
ul tu
re
50%
High
Sumber: BPS dan Bank Dunia
d. Cara rumah tangga miskin menangani gejolak bisa menjadi hal yang mahal dalam jangka panjang Rumah tangga yang lebih miskin lebih mungkin mengurangi pengeluaran dan punya anggota keluar yang turut bekerja
Rumah tangga yang lebih miskin lebih mungkin menjual perabotan rumah tangga dan mengurangi pengeluaran atau meminta anggota keluarga turut serta bekerja. Keluarga miskin atau hampir miskin lebih mungkin mengurangi konsumsi; 20 persen rumah tangga miskin di kawasan pedesaan dengan wanita sebagai kepala keluarga melaporkan pengurangan konsumsi ketika penghasilan mereka berkurang, sementara 23 persen rumah tangga miskin di perkotaan yang melakukan hal tersebut memiliki pria sebagai kepala keluarga. Rumah tangga yang lebih miskin juga lebih mungkin meminta anggota keluarganya yang sebelumnya bekerja untuk ikut bekerja – 11 persen dari rumah tangga miskin bergantung pada mekanisme 'bertahan hidup yang buruk,' seperti meminta anak untuk ikut bekerja.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
46
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Hal ini mungkin mekanisme bertahan yang buruk
Menembus badai
Pengurangan konsumsi dan entri yang lebih tinggi ke dalam lapangan kerja menambah kekhawatiran kalau rumah tangga yang lebih miskin dipaksa melakukan hal tersebut yang memiliki kerugian jangka panjang terhadap kemampuan mereka mendatangkan penghasilan. Pengurangan pengeluaran atau meminta lebih banyak anggota keluarga untuk bekerja diduga selalu terjadi setelah penghasilan berkurang. Kekhawatirannya adalah semua pengurangan ini mungkin untuk investasi modal insani, contohnya mereka yang diminta bekerja mungkin anak-anak yang seharusnya bersekolah. Terlebih lagi, asetaset produktif yang dijual selama krisis menghasilkan harga yang lebih rendah dan tidak lagi mampu membantu produksi rumah tangga ketika krisis telah berlalu/\.
Tabel 18: Rumah tangga yang lebih miskin lebih mungkin mengurangi konsumsi dan meminta anggota keluarganya mencari pekerjaan selama terjadinya pengurangan penghasilan
(persen rumah tangga) Tindakan yang dilakukan setelah guncangan penghasilan Perkotaan Pria Kepala Wanita Kepala Keluarga Male Head Keluarga Hampir- Non Hampir- Non Miskin miskin miskin Miskin miskin miskin
Pedesaan Pria Kepala Wanita Kepala Keluarga Keluarga Hampir- Non Hampir- Non Miskin miskin miskin Miskin miskin miskin
Penarikan tabungan
8,2
7,9
13,9
8,9
3,2
11,1
3,5
5,6
8,1
1,3
4,4
7,6
Pinjaman Menjual harga benda Mengurangi konsumsi
26,4 9,5
23,1 7,3
16,0 5,0
24,2 8,3
14,7 5,1
11,1 3,1
21,2 12,1
24,7 11,2
20,7 9,4
11,6 6,3
18,9 6,7
19,8 5,9
23,4
12,7
9,0
10,5
11,7
7,8
17,3
15,5
10,6
20,2
13,8
12,1
Bekerja 9,9 Sumber: BPS dan Bank Dunia
8,5
6,2
5,3
5,2
4,3
11,3
8,7
8,4
10,8
5,5
8,0
Pola yang mirip juga tampak selama krisis Asia
Penghasilan yang berkurang dan kenaikan dramatis harga kebutuhan sehari-hari selama krisis 1997-98 paling menyakitkan bagi rumah tangga yang lebih miskin. Beras, yang merupakan hampir seperempat konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan harga empat kali lipat di tahun 1998. Barang-barang lain yang bisa diperdagangkan juga menjadi semakin mahal, pada saat yang sama penghasilan merosot. Strategi bertahan hidup yang diadopsi oleh berbagai rumah tangga selama masa krisis menghasilkan berbagai gerakan mundur di sepanjang jalur yang sebelumnya membawa mereka keluar dari kemiskinan. Penurunan ini terkonsentrasi dalam berbagai sektor urban, formal, dan modern, menyebabkan banyak rumah tangga untuk kembali dari wilayah perkotaan ke wilayah pedesaan, dari formal ke informal, dan dari aktifitas non-pertanian ke aktifitas pertanian. Walaupun pasar tenaga kerja yang fleksibel memungkinkan perubahan bentuk semacam ini dan berarti hanya peningkatan kecil pengangguran, upah nyata turun drastis. Pengeluaran rumah tangga turun dalam ukuran nyatanya, mempengaruhi kekayaan manusia dan aset rumah tangga, mulai dari kesehatan dan pendidikan sampai simpanan. Pengurangan konsumsi ini mungkin meningkatnya gizi buruk, dimana tingkat gizi buruk di kalangan anak-anak di bawah lima tahun meningkat antara tahun 2000 dan 2003. Sekali lagi, dampak penurunan terkini ini sepertinya jauh lebih moderat daripada gangguan perekonomian dan sosial hebat selama krisis 1997-98. Sehingga besarnya dampak krisis itu pada hasil-hasil sosial tidak akan sama dengan dampak yang mungkin diberikan oleh krisis yang ada sekarang. Tetapi akan membantu mengidentifikasi masyarakat mana di Indonesia yang sepertinya paling berhadapan dengan risiko baik dari penurunan itu sendiri, dan dari biaya jangka panjang dari mekanisme bertahan hidup selama penurunan yang mereka lakukan.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
47
P erkembangan Triwulanan P erekonomian Indones ia
Menembus badai
8. Setelah peningkatan signifikan, kemiskinan akan berkurang dengan laju yang tidak terlalu cepat, dan pemerintah menanggapi Krisis ini diharapkan memperlambat laju pertambahan kemiskinan
Krisis ini diduga menekan masyarakat miskin. Tingkat kemiskinan diduga menurun sedikit di awal 2009 di angka 15,0 persen dari angka 15,4 persen di awal 2008. Hal ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kokoh, terutama untuk pertanian, dan pertumbuhan harga makanan dan bahan bakar yang lebih lambat
, dan sangat mencerminkan dampak dari program BLT pemerintah di tahun 2008-2009 kepada rumah tangga miskin dan hampir miskin. Dengan terus melambatnya pertumbuhan, dan BLT dijadwalkan berakhir di bulan Maret 2009, kemiskinan sepertinya tidak akan berkurang di awal 2010 tanpa program bantuan yang baru.
Pemerintah punya serangkaian instrumen untuk mempertahankan ketersediaan lapangan pekerjaan dan untuk melindungi yang miskin dan yang rentan
Para pembuat kebijakan memiliki dua perangkat kebijakan yang luas untuk mengimbangi dampak penurunan global terhadap warganegara Indonesia yang lebih rentan. Yang pertama berfokus pada perlindungan tingkat ketersediaan lapangan kerja yang ada sekarang. Pemerintah memfokuskan tanggapan kebijakan tenaga kerjanya untuk melindungi pekerjaan yang ada dan penciptaan lapangan kerja baru. Paduan dari kebijakan regulasi dan asistensi dimaksudkan untuk membantu berbagai perusahaan bertahan hidup dan para pekerja tetap memiliki pekerjaan mereka, dan pekerjaan baru tercipta melalui investasi publik yang cukup besar dalam bentuk proyek-proyek infrastruktur padat karya dan peyesuaian regulasi yang mempengaruhi iklim investasi. Program yang ada seperti APBN dan APBD bisa difokuskan kembali pada pengeluaran yang padat karya. Perangkat kedua adalah kelompok program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah. Pertama, program perlindungan sosial bertarget, seperti beras dan asuransi kesehatan, beasiswa pendidikan dan bantuan langsung tunai, bisa diperluas untuk tambahan 10-30 persen rumah tangga miskin dan hampir miskin lainnya. Kedua, masyarakat miskin akan mendapat manfaat dari tambahan dana sebesar Rp 5 miliar yang ditunggu-tunggu itu di bawah program PNPM. Akhirnya, ada peningkatan fokus untuk mendukung usaha kecil dan menengah, yang cenderung menjadi jenis usaha yang dijadikan tempat berlabuh para pekerja ketika mereka kehilangan pekerjaan mereka di sektor formal.
Untuk mendukung tanggapan kebijakan ini, pemerintah melakukan investasi di dalam peningkatan sistem tanggap cepat untuk mengawasi hasil-hasil sosial di area yang rentan
Pemerintah mengimplementasikan sebuah sistem yang lebih maju dan memiliki frekuensi yang lebih tinggi untuk mengawasi dampak krisis ini terhadap kaum miskin dan rentan, dan untuk menilai efektifitas tanggapannya. Pengumpulan data waktu nyata akan dilakukan melalui sebuah jaringan yang melibatkan pemerintah lokal, dan bisa menyertakan pelacakan media dan survei perusahaan. Hal ini mungkin bisa ditambah dengan data survei bulanan di berbagai desa dan rumah tangga, yang mungkin bisa lebih baik mengungkap dampak dari program pendukung yang dibuat pemerintah. Organisasi dan institusi riset lokal akan digunakan untuk membantu analisis data yang dikumpulkan oleh sistem pengawasan.
T H E W O R L D B A N K | BANK DUNIA
J uni 2009
48
PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Menembus Badai Juni 2009