Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Investing in Indonesia’s Institutions for Inclusive and Sustainable Development
70946
PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Juli 2012
PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Juli 2012
Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia menyajikan perkembangan utama ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Laporan ini menempatkan perkembangan tersebut dalam konteks jangka panjang dan global, serta memberikan penilaian terhadap prospek ekonomi dan kesejahteraan sosial Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan professional yang terlibat dalam ekonomi Indonesia. Laporan ini disiapkan dan disusun oleh cluster kebijakan makro dan fiskal Bank Dunia Jakarta di bawah bimbingan Shubham Chaudhuri sebagai Lead Economist dan Enrique Blanco Armas sebagai Senior Country Economist. Tim penyusun dipimpin oleh Ashley Taylor, termasuk Magda Adriani (harga komoditas), Andrew Blackman (lingkungan internasional, sektor eksternal, pasar keuangan dan tranksaksi berjalan), Fitria Fitrani (pasar tenaga kerja), Faya Hayati (harga dan pasar properti), Ahya Ihsan (fiskal dan pelaksanaan APBN dan Analisa belanja publik sektor jalan), David Stephan (sektor riil dan resiko). Kontribusi tambahan diterima dari Neni Lestari (perbankan), The Fei Ming (sektor korporasi), Gonzalo Varela dan Victor Duggan (Keterkaitan global dan kinerja ekonomi) dan Matthew Wai-Poi (Kemiskinan). Pengeditan dan produksi dilakukan oleh Arsianti, Faya Hayati, Yus Medina Pakpahan dan Ashley Taylor. Komentar serta masukan yang cukup detail diberikan oleh Enrique Blanco Armas, Mustapha Benmaamar, Shubham Chaudhuri, Dini Sari Djalal, Anna Gueorguieva, Bert Hofman, Tehmina Khan, Sjamsu Rahardja dan Samer Al-Samarrai. Diseminasi diorganisir oleh Dini Sari Djalal, Farhana Asnap, Indra Irnawan, Jerry Kurniawan, Nugroho, Marcellinus Winata dan Randy Salim. Akhirnya, dukungan administratif yang sangat berharga diberikan oleh Titi Ananto, Nayu Ramadhaningsih dan Nina Herawati. Dokumen ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Nicolas Novianto dan diedit oleh Dwi Endah Abriningrum, Magda Adriani, Fitria Fitrani, Ahya Ihsan, Arsianti, Yus Medina Pakpahan dan Wahyoe Soedarmono. Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development /Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia - AusAID melalui program Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak selalu mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut.
Untuk mendapatkan lebih banyak analisa Bank Dunia terhadap ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi terkait melalui e-mail, silakan menghubungi
[email protected]. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan menghubungi
[email protected].
Daftar isi KATA PENGANTAR Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan A . PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
2.
2.
1
23
Pendorong dan implikasi tren-tren terakhir pada neraca berjalan Indonesia 23 a. Dinamika neraca berjalan Indonesia akhir-akhir ini .................................................................. 23 b. Keberlanjutan jangka panjang dan pendanaan dalam waktu singkat ...................................... 26 c. Upaya kebijakan yang dilakukan baru-baru ini untuk memitigasi kerentanan eksternal ........ 27 d. Komentar penutup......................................................................................................................... 28 Identifikasi hambatan dalam pelaksanaan anggaran di sektor infrastruktur 29 a. Keterlambatan dalam proses persiapan anggaran merupakan faktor penghambat utama, walaupun masalah-masalah dalam proses pengadaan dan pelaksanaan juga mempengaruhi pencairan anggaran ...................................................................................................................... 30 b. Mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan anggaran adalah hal yang sangat penting bagi Indonesia ................................................................................................................. 32
C . INDONESIA TAHUN 2014 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN TERPILIH 1.
viii
Prospek ekonomi dunia tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak 1 Pertumbuhan melambat pada kuartal pertama tetapi masih tetap kokoh menghadapi kelesuan dunia 3 Neraca pembayaran mencatat defisit ketiga secara berurutan di kuartal 1 2012 5 Pengaruh dari gejolak pasar keuangan dunia terlihat kembali pada bulan Mei 8 Belanja untuk subsidi BBM masih tetap tinggi tetapi peningkatan harga tampaknya tidak akan terjadi untuk tahun 2012 11 Turunnya risiko lonjakan harga BBM bersubsidi melemahkan proyeksi inflasi 15 Tingkat kemiskinan terus menurun, tetapi dengan laju yang lebih lambat 16 Ketidakpastian luar negeri masih menjadi risiko jangka pendek terbesar terhadap ekonomi 20
B . BEBERAPA PERKEMBANGAN TERBARU PEREKONOMIAN INDONESIA 1.
iii
34
Investasi di sektor jalan di Indonesia 34 a. Rendahnya investasi, kurangnya pasokan, dan memburuknya kualitas ................................. 34 b. Jalan-jalan nasional dalam kondisi baik tetapi sangat padat .................................................... 36 c. Kondisi jalan-jalan daerah telah menurun karena lambatnya pemeliharaan ........................... 37 d. Menuju kinerja infrastruktur jalan yang lebih baik ..................................................................... 38 Peranan pasar dunia dalam meningkatkan daya saing dalam negeri 39 a. Beberapa bukti tentang bagaimana integrasi yang lebih besar dapat membantu meningkatkan produktivitas ......................................................................................................... 39 b. Pentingnya peran FDI untuk meningkatkan kapasitas produktif Indonesia............................. 40 c. Impor sebagai instrumen untuk mendukung inovasi dan mendorong persaingan ................. 42 d. Ekspor sebagai cara untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan ................................ 44
LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA
46
DAFTAR GRAFIK Gambar 1: Rupiah secara bertahap terus melemah di tengah gejolak pasar ekuitas .................... ix Gambar 2: Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, realisasi terus berada jauh di bawah alokasi ................................................................................................................ xi Gambar 3: Pergerakan pasar ekuitas terus terpengaruh oleh perkembangan pada zona Euro .... 1 Gambar 4: Harga komoditas dunia telah turun, tetapi masih tetap tinggi secara tingkat historis. 1 Gambar 5: Pertumbuhan mitra perdagangan utama Indonesia tetap lemah di tahun 2012, sebelum sedikit meningkat pada tahun 2013............................................................... 2 Gambar 6: Pertumbuhan PDB melambat menjadi 6,3 persen pada kuartal pertama tahun 2012…3 Gambar 7: …didorong oleh perlambatan pada sektor perdagangan dan manufaktur.................... 3 Gambar 8: Indikator bulanan menunjukkan sedikit moderasi dalam kegiatan ................................ 4 Gambar 9: Melebarnya defisit neraca berjalan berkontribusi dalam aliran keluar neraca pembayaran secara keseluruhan pada kuartal 1, 2012… ........................................... 6 Gambar 10: …dengan surplus non-migas juga menurun dengan tajam.......................................... 6 Gambar 11: Neraca perdagangan bergerak menjadi defisit seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekspor ...................................................................................................... 7 Gambar 12: Gejolak pasar keuangan yang terakhir mendorong pelebaran yield obligasi, penurunan indeks ekuitas dan perlemahan Rupiah… ................................................ 8 Gambar 13: …dengan penurunan kepemilikan obligasi dan ekuitas oleh investor asing pada bulan Mei, dan cadangan devisa menurun .................................................................. 8 Gambar 14: Harga properti komersial di Jakarta telah meningkat… ................................................ 9 Gambar 15: …tetapi secara nasional, pertumbuhan harga perumahan telah menurun pada tahun 2012....................................................................................................................... 9 Gambar 16: Defisit APBN pada paruh pertama 2012 kurang dari seperlima target setahun sesuai dengan APBN-P ............................................................................................................ 11 Gambar 17: Harga minyak mentah telah menurun dengan tajam dan juga kemungkinan peningkatan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 .............................................. 12 Gambar 18: Inflasi IHK sedikit meningkat tetapi inflasi inti tetap bertahan rendah ...................... 15 Gambar 19: Perbedaan antara harga beras internasional dan Indonesia sekali lagi bergerak ke nilai tertinggi ................................................................................................................. 15 Gambar 20: Tingkat kemiskinan nasional relatif terus menyusut di 2012 namun tingkat menurunnya yang paling rendah di dekade terakhir ini .......................................... 17 Gambar 21: Tingkat kemiskinan nasional relatif tinggi di Indonesia Timur ................................... 17 Gambar 22: Kaum miskin yang tersisa hidup semakin jauh di bawah garis kemiskinan… ......... 18 Gambar 23: …sementara sejumlah besar penduduk Indonesia yang hidup hanya sedikit di atas garis kemiskinan tetap rentan jatuh kembali ke kemiskinan.................................... 18 Gambar 24: Pengangguran terus menurun dalam setahun hingga Februari 2012… .................... 19 Gambar 25: Permintaan energi China merupakan pendorong utama konsumsi bahan bakar cair dunia .............................................................................................................................. 22 Gambar 26: Pengaruh China terhadap harga komoditas cukup besar – tetapi masih berada di belakang AS .................................................................................................................. 22 Gambar 27: Pergeseran ke CAD belakangan ini adalah bagian dari tren jangka menengah… .... 25 Gambar 28: …dan diproyeksikan akan bertahan pada kisaran 1 persen dari PDB pada jangka menengah ..................................................................................................................... 25 Gambar 29: FDI telah menjadi bagian yang lebih besar dari jumlah aliran masuk neraca keuangan sejak tahun 2008-09 .................................................................................... 27 Gambar 30: Sektor infrastruktur utama menerima kenaikan anggaran yang signifikan di tahun 2011 ............................................................................................................................... 30 Gambar 31: Tetapi rendahnya realisasi APBN 2010 dan 2011 memperlihatkan tantangan pelaksanaan anggaran masih berlanjut ..................................................................... 30 Gambar 32: Masalah-masalah kritis yang teridentifikasi pada setiap tahapan pelaksanaan anggaran pada tahun 2010 dan 2011 .......................................................................... 30 Gambar 33: Rencana vs realisasi kemajuan fisik: Pembangunan Jalur Rel KA Ganda (2010) .... 31 Gambar 34: Rencana vs realisasi kemajuan fisik: Tugas Bantuan (SKPD-TP) Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol Jawa Barat (2010) ................................................................ 31 Gambar 35: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: Pembangkit Listrik dan Transmisi Sulawesi-Maluku-Papua- Tahun Fiskal 2010, proyek ini terpola ke akhir tahun ..... 32 Gambar 36: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: SKPD-TP Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat (2010), sebuah proyek non-konstruksi lebih terbagi rata ke sepanjang tahun.............................................................................................................................. 32
Gambar 37: Setelah turun tajam, investasi dalam bidang jalan di Indonesia baru kembali ke tingkat pra-krisis tahun 1997/1998… .......................................................................... 35 Gambar 38: …yang tidak sebanding dengan laju peningkatan permintaan dan pertumbuhan lalu lintas .............................................................................................................................. 35 Gambar 39: …yang menyebabkan penurunan pada infrastruktur dan layanan jalan ................... 35 Gambar 40: …dan biaya transportasi yang lebih tinggi per waktu perjalanan .............................. 35 Gambar 41: Belanja pemerintah pusat untuk jalan meningkat hampir tiga kali lipat secara riil antara tahun 2005 dan 2011......................................................................................... 37 Gambar 42: Bagian dari jalan daerah dalam kondisi baik didukung oleh pembangunan baru .... 37 Gambar 43: Lebih baiknya kinerja perusahaan Indonesia yang terintegrasi dengan ekonomi dunia .............................................................................................................................. 39 Gambar 44: Impor telah meningkat, didorong oleh peningkatan impor barang modal dan setengah jadi ................................................................................................................ 43 Gambar 45: Hubungan antara pertumbuhan impor barang setengah jadi dan pertumbuhan ekspor sangatlah kuat.................................................................................................. 43 Gambar 46: Sektor yang mengimpor lebih banyak input-nya menyerap lebih banyak tenaga kerja… ........................................................................................................................... 43 Gambar 47: …dan telah meningkatkan permintaan bagi barang setengah jadi domestik secara lebih cepat..................................................................................................................... 43
DAFTAR GRAFIK LAMPIRAN Lampiran gambar 1: Pertumbuhan PDB ........................................................................................... 46 Lampiran gambar 2: Kontribusi pengeluaran terhadap PDB .......................................................... 46 Lampiran gambar 3: Kontribusi sektor terhadap PDB ..................................................................... 46 Lampiran gambar 4: Penjualan sepeda motor dan mobil ................................................................ 46 Lampiran gambar 5: Indikator konsumen ......................................................................................... 46 Lampiran gambar 6: Indikator kegiatan industri .............................................................................. 46 Lampiran gambar 7: Aliran perdagangan riil .................................................................................... 47 Lampiran gambar 8: Neraca pembayaran ......................................................................................... 47 Lampiran gambar 9: Neraca perdagangan ........................................................................................ 47 Lampiran gambar 10: Cadangan devisa dan modal asing .............................................................. 47 Lampiran gambar 11: Term of trade dan implisit ekspor- impor berdasarkan chained FisherPrice indices ................................................................................................................. 47 Lampiran gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter ....................................................................... 47 Lampiran gambar 13: Rincian tingkat harga konsumen .................................................................. 48 Lampiran gambar 14: Tingkat inflasi negara tetangga .................................................................... 48 Lampiran gambar 15: Harga beras kulakan di pasar domestik dan internasional ........................ 48 Lampiran gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ....................................................... 48 Lampiran gambar 17: Indeks saham regional .................................................................................. 48 Lampiran gambar 18: Indeks spot dolar dan rupiah ........................................................................ 48 Lampiran gambar 19: Yield obligasi pemerintah 5 tahunan mata uang lokal ................................ 49 Lampiran gambar 20: Spread EMBI obligasi pemerintah dengan obligasi dollar amerika ........... 49 Lampiran gambar 21: Tingkat kredit bank umum............................................................................. 49 Lampiran gambar 22: Indikator keuangan sektor perbankan ......................................................... 49 Lampiran gambar 23: Utang pemerintah........................................................................................... 49 Lampiran gambar 24: Utang luar negeri............................................................................................ 49
DAFTAR TABEL Tabel 1: Harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia telah turun pada beberapa bulan terakhir ......................................................................................................................... viii Tabel 2: Berdsarkan skenario dasar (baseline) pertumbuhan diperkirakan 6,0 persen pada tahun 2012...................................................................................................................... ix Tabel 3: Dampak penurunan perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 akan cukup besar .................................................................................................. x Tabel 4: Menurut skenario baseline pertumbuhan PDB untuk tahun 2012 diproyeksikan sebesar 6.0 persen dan meningkat ke 6,4 persen pada tahun 2013 ......................................... 5 Tabel 5: Neraca berjalan diproyeksikan mencatat defisit yang kecil pada tahun 2012 dan aliran masuk keuangan akan menurun ................................................................................... 7 Tabel 6: Proyeksi neraca eksternal Indonesia di pengaruhi oleh faktor dinamis yang beragam... 7 Tabel 7: Kuatnya hasil penerimaan tercatat pada semester 1/2012 dan tingkat pencairan, walau meningkat secara keseluruhan, tetap relatif rendah khususnya belanja modal .... 12 Tabel 8: Kerangka makro 2013 Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan meningkat sekitar 7 persen............................................................................................................................ 13 Tabel 9: Tanpa reformasi subsidi BBM pada tahun 2012, dan revisi turun harga minyak mentah, defisit APBN dapat mencapai 2,6 persen dari PDB ................................................... 14 Tabel 10: Dampak penurunan global terhadap pertumbuhan ekonomi akan menjadi signifikan 20 Tabel 11: Surplus neraca berjalan diproyeksikan akan berubah menjadi defisit pada tahun 2012 ............................................................................................................................... 24 Tabel 12: Keadaan jaringan jalan Indonesia, tahun 2009 ................................................................ 35
DAFTAR TABEL LAMPIRAN Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja pemerintah ..................................................... 50 Lampiran Tabel 2: Neraca Pembayaran ............................................................................................ 50
DAFTAR KOTAK Kotak 1: Harga properti komersial telah meningkat dengan kuat, sementara pertumbuhan harga perumahan telah menurun ............................................................................................ 9 Kotak 2: “Pengaruh China” terhadap harga-harga komoditas dunia ............................................. 22 Kotak 3: Apa itu Neraca Berjalan? ..................................................................................................... 24 Kotak 4: Apakah perusahaan manufaktur lokal menerima manfaat dari integrasi yang lebih besar? Beberapa studi kasus dari Jakarta dan Surabaya ........................................ 40 Kotak 5: Potensi manfaat dari kualitas dan keragaman input bagi daya saing manufaktur ........ 44
Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak
Prospek perekonomian dunia dalam jangka pendek masih rapuh dan perekonomian negara-negara berkembang (emerging economy), termasuk Indonesia, sekali lagi menghadapi risiko potensi krisis yang berasal dari negara lain. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, sebesar 3,3 persen pada tahun 2012, masih relatif lemah dengan peningkatan ketidakpastian zona Euro menjadi faktor tambahan terhadap penurunan pertumbuhan global dari pemotongan anggaran dan perlambatan pertumbuhan kredit di negara maju, hingga keterbatasan kapasitas di beberapa ekonomi negara berkembang. Gejolak pasar keuangan internasional tampaknya akan berlanjut dalam jangka pendek dan skenario dasar (baseline) ini tetap menjadi skenario yang paling mungkin terjadi, sentimen dan aliran modal ke negara berkembang tampaknya akan tetap bergejolak. Dengan demikian, terus meningkatkan persiapan menghadapi krisis merupakan prioritas kebijakan bagi negara-negara seperti Indonesia, bersamaan dengan itu, juga penting untuk terus mendorong reformasi dan investasi untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah perekonomian dunia yang tampaknya akan melemah.
Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kini masih tetap kuat
Pertumbuhan PDB Indonesia masih tetap kuat pada 6,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama tahun 2012, sedikit turun dari rata-rata 6,5 persen di tahun 2011. Pertumbuhan dengan penyesuaian musiman (seasionally adjusted) turun dari tingkat yang cukup tinggi pada kuartal akhir tahun 2011 tetapi konsumsi masih bertahan kuat. Akan tetapi pertumbuhan investasi mengalami penurunan dan, mencerminkan kelemahan relatif dari permintaan luar negeri, ekspor netto kembali memberikan kontribusi yang negatif kepada pertumbuhan. Walaupun sedikit meningkat, inflasi tetap rendah dan harapan inflasi (inflation expectation) menurun dengan berkurangnya kemungkinan peningkatan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 dengan turunnya harga minyak internasional.
Perekonomian Indonesia tidak kebal dari pengaruh perkembangan dunia internasional melalui jalur perdagangan…
Harga komoditas bukan-minyak Tabel 1: Harga beberapa komoditas ekspor utama juga mencatat penurunan yang Indonesia telah turun pada beberapa bulan terakhir cukup besar pada beberapa Perubahan harga Proporsi bulan terakhir termasuk hargakomoditas internasional nilai ekspor barang harga dari beberapa komoditas Tiga bulan Tahun Indonesia ekspor utama Indonesia seperti ke Juni berjalan ke pada 2011 batu bara dan karet, minyak 2012 Juni 2012 (persen) sawit dan tembaga (Tabel 1). -19,4 -29,0 13,4 Batu Bara Penurunan harga komoditas -13,4 -11,9 8,5 internasional, dan volume yang M. sawit turun, berkontribusi terhadap -18,6 -35,2 5,8 Karet penurunan pertumbuhan ekspor -12,4 -18,1 4,1 Tembaga pada beberapa bulan terakhir. Catatan: Harga komoditas internasional dalam dolar AS Dengan pertumbuhan impor Sumber: BPS dan Bank Dunia yang masih tetap kuat, neraca perdagangan bergeser ke defisit pada bulan April dan Mei. Kecenderungan ini mendorong neraca berjalan turut bergeser ke defisit yang, sementara konsisten dengan
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
vi i i
kinerja ekonomi dalam negeri yang lebih kuat relatif terhadap keadaan luar negeri, semakin meningkatkan pentingnya keberlanjutan aliran modal yang kuat dan stabil, seperti FDI, untuk memenuhi kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia. …dan jalur keuangan, terutama dengan pekanya aliran modal portofolio terhadap perubahan sentimen investor
Gambar 1: Rupiah secara bertahap terus melemah di tengah gejolak pasar ekuitas
Tingginya penghindaran risiko internasional pada bulan Mei juga (indeks ekuitas Indonesi 1 Aug 2011=100; disertai oleh aliran keluar kepemilikan Rupiah per dolar AS) aset dalam negeri oleh investor luar negeri di Indonesia (walaupun dengan 1 Agu 2011=100 Rp per dolar AS nilai 1,5 miliar dolar Amerika aliran ini 105 10,500 berada jauh di bawah angka yang dicatat Ekuitas IHSG (LHS) pada gejolak pasar bulan September 100 10,000 2011 dan Mei 2010). Seperti pada ekonomi berkembang lainnya, pasar 95 9,500 ekuitas mencatat penurunan yang tajam sebelum kembali naik. Aliran keluar 90 9,000 portofolio, ditambah neraca perdagangan Rp per dolar AS yang melemah, menekan Rupiah yang 85 8,500 (RHS) terus mencatatkan depresiasi terhadap dolar AS, dengan penurunan sebesar 9,8 80 8,000 persen sejak bulan Agustus 2011 (Gambar 1). Juga terjadi pengetatan 75 7,500 Aug-11 Nov-11 Feb-12 May-12 likuiditas dolar AS di dalam negeri, terutama pada akhir bulan Mei. Dengan Sumber: CEIC intervensi Bank Indonesia, cadangan devisa turun sekitar 5 miliar dolar Amerika pada bulan Mei dan Juni dengan sisa cadangan sebesar 106,5 miliar dolar Amerika pada akhir bulan Juni.
Mencerminkan kinerja yang relatif kuat hingga saat ini, proyeksi dasar (baseline) PDB Indonesia adalah pertumbuhan sebesar 6,0 persen di tahun 2012 dan 6,4 persen di tahun 2013
Proyeksi dasar (baseline) dengan berlanjutnya gejolak pada pasar keuangan internasional, lemahnya pertumbuhan dunia dan penurunan harga komoditas, memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan terus didukung oleh investasi dan konsumsi dalam negeri. Akan tetapi, hal ini diperkirakan akan sedikit melemah selama tahun berjalan, sejalan dengan indikator bulanan dan, terutama bagi indikator investasi, mencerminkan ketidakpastian dalam ekonomi dunia. Pertumbuhan diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun 2013 dengan meningkatnya stabilitas internasional, bergerak menjadi 6,4 persen dari 6,0 persen di tahun 2012 (Tabel 2). Tabel 2: Berdsarkan skenario dasar (baseline) pertumbuhan diperkirakan 6,0 persen pada tahun 2012 Produk domestik bruto
Defisit anggaran**
(persen perubahan tahunan) (persen perubahan tahunan) (persen dari PDB)
Pertumbuhan mitra perdagangan utama
(persen perubahan tahunan)
Indeks harga konsumen*
2010
2011
2012
2013
6,1
6,5
6,0
6,4
6,3
4,1
5,0
5,1
-0,6
-1,2
-2,2
n,a,
6,8
3,1
3,3
3,7
Catatan: * tingkat inflasi Kuartal 4 pada Kuartal 4. ** Angka pemerintah untuk defisit APBN 2011 adalah angka awal dan angka 2012 adalah APBN-P Sumber: Kemenkeu, BPS lewat CEIC, Consensus Forecasts Inc., dan staf Bank Dunia Risiko pada lingkungan internasional tetap tinggi, dan diperkirakan akan terus bertahan…
Dengan masih belum jelasnya penyelesaian krisis zona Euro, dan potensi yang masih berlanjut terhadap tekanan lain yang dapat menurunkan proyeksi global, seperti perkembangan di China atau dari negara berkembang utama lainnya, kemungkinan skenario yang lebih buruk masih tetap ada bagi lingkungan eksternal jangka pendek Indonesia. Dampak dari skenario-skenario tersebut, walaupun bila terjadi pada paruh kedua tahun 2012, kemungkinan besar baru akan sepenuhnya dirasakan pada tahun 2013, walaupun dampak di sektor keuangan akan lebih cepat. Sesungguhnya risiko pada tahun 2013 masih akan tetap tinggi dengan kemungkinan berlanjutnya masalah di zona Euro ditambah dengan tidak berhentinya tantangan fiskal yang dihadapi oleh negaranegara seperti Amerika Serikat.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
ix
…dan jika perlambatan perekonomian dunia yang cukup parah terjadi, maka pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun 2013 dapat tertekan menjadi sekitar 4 persen
Dalam hal terjadi kebekuan parah di pasar keuangan internasional yang berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan mitra perdagangan, penurunan komoditas dunia dan turunnya tingkat kepercayaan investor, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan menjadi 4,7 persen di tahun 2013 (Tabel 3). Dalam skenario dimana krisis diatas disertai, atau bahkan ditimbulkan oleh penurunan perekonomian global yang lebih parah dan panjang yang berdampak pada ekonomi berkembang utama, maka pertumbuhan di Indonesia dapat turun ke 3,8 persen, dengan dampak perlambatan yang lebih dirasakan pada kegiatan dalam negeri oleh karena penurunan harga komoditas akan mengurangi pendapatan dan investasi. Dalam keadaan krisis yang parah, ada kemungkinan bahwa sentimen dunia usaha dan konsumen akan turun dengan drastis yang dapat, bersama-sama dengan potensi tekanan parah di sektor keuangan, dapat menghasilkan penurunan yang lebih dalam terhadap skenario-skenario pertumbuhan.
Tabel 3: Dampak penurunan perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 akan cukup besar Skenario:
Hasil
Pertumbuhan PDB Indonesia (persen)
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
Berlanjutnya gejolak
Seperti tahun 2009
Perekonomian global yang sangat buruk
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2012
2013
2012
2013
6,0
4,6
6,2
6,5
6,0
6,4
5,8
4,7
5,7
3,8
Asumsi skenario: Rasio investasi/PDB (persen) Pertumbuhan PDB mitra perdagangan utama (persen)
23,7
23,4
23,9
24,4
25,3
26,1
25,1
25,1
25,0
24,1
2,1
-1,0
7,0
3,0
3,3
3,7
2,3
0,1
1,9
-1,8
Pertumbuhan terms of trade (persen) -18,1 -4,2 5,7 10,2 2,0 9,0 0,0 -15,0 0,0 Catatan: 2012 dan 2013 adalah proyeksi, Terms of trade disusun oleh Bank Dunia dari data perdagangan bulanan Sumber: CEIC dan proyeksi staf Bank Dunia
-30,0
Para pembuat kebijakan menghadapi tantangan ganda yaitu meningkatkan kesiagaan terhadap krisis dan mendorong pertumbuhan jangka menengah
Perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan ganda yaitu meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis untuk mengatasi tekanan jangka pendek dan juga pada saat bersamaan mempersiapkan kebijakan-kebijakan untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah lingkungan dunia yang melemah. Kedua tantangan itu sebaiknya tidak dipandang secara terpisah. Penundaan atau kemunduran dalam reformasi jangka menengah dapat membawa dampak buruk kepada tingkat kepercayaan investor pada saat ini, sehingga meningkatkan kerentanan ekonomi terhadap perubahan sentimen dalam maupun luar negeri. Kegagalan untuk melakukan persiapan yang memadai untuk krisis jangka pendek dapat meningkatkan dampak krisis yang membawa konsekuensi jangka panjang bagi pertumbuhan dan kesejahteraan.
Indonesia telah membuat kemajuan yang baik dalam persiapan menghadapi krisis tetapi pekerjaan lanjutan masih dibutuhkan …
Indonesia telah membuat kemajuan yang berarti dalam persiapannya menghadapi krisis tetapi masih dibutuhkan pekerjaan lanjutan dan, seperti dinegara lain, tidak ada ruang bagi sikap berpuas diri dalam lingkungan pasar yang rapuh seperti sekarang ini. UndangUndang APBN 2012 memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk menyesuaikan belanja dan pembiayaan untuk merespon krisis, dengan syarat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam waktu 24 jam. Protokol Manajemen Krisis (CMP) telah susun untuk mendukung mekanisme pembagian informasi, pemantauan, dan mekanisme tanggapan krisis. Akan tetapi masih terdapat kesenjangan dalam kerangka hukum yang harus ditangani, seperti dasar hukum untuk pengambilan keputusan dan penyelesaian bank atau lembaga keuangan yang mengalami kegagalan. Dalam jangka panjang, pemerintah perlu menerapkan pengaturan yang permanen terhadap monitoring yang sistematis dan penilaian dampak, kesiagaan krisis, dan pengelolaan krisis (pada saat Otoritas Jasa Keuangan yang baru (OJK) telah berjalan).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
x
…seperti meningkatkan pelaksanaan anggaran untuk mendorong efektivitas stimulus – bila dibutuhkan…
Dengan penerbitan surat utangyang kuat dalam paruh pertama, posisi pembiayaan jangka pendek Pemerintah tampak dalam posisi baik dalam menghadapi pengetatan pasar di masa depan. Pemerintah telah mengatur juga pembiayaan kontingensi sampai 5,5 miliar dolar Amerika dari para mitra pembangunan, termasuk Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan Australia.
Gambar 2: Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, realisasi terus berada jauh di bawah alokasi
(belanja modal pemerintah pusat relatif terhadap APBN-P, persen; nominal pertumbuhan tahunan, persen) Belanja relatif terhadap alokasi APBN-P (persen) 110 100
Tingkat pencairan (LHS)
Pertumbuhan nominal dalam belanja modal (persen)
Pertumbuhan nominal (RHS)
50 40
90
30
80
20
Akan tetapi pekerjaan lebih lanjut masih diperlukan untuk 70 10 mempersiapkan rencana stimulus fiskal, jika keadaan ekonomi dalam negeri turun 60 0 2007 2008 2009 2010 2011 secara signifikan. Tantangan pelaksanaan anggaran masih Sumber: Kementerian Keuangan dan perhitungan staf ada, khususnya belanja modal, Bank Dunia membatasi kegunaan untuk mendukung permintaan jangka pendek.. Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, masih terus berada di bawah alokasinya dalam APBN-P (Gambar 2). Realisasi belanja modal pada paruh pertama tahun 2012, meskipun masih rendah, naik sedikit dibanding tahun 2011, mungkin mencerminkan upaya-upaya yang dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Pengawasan Pelaksanaan Anggaran (TEPPA) yang baru dibentuk untuk memantau dan mempercepat pelaksanaan anggaran. Akan tetapi beberapa hambatan lama masih tetap ada seperti pembebasan tanah (dimana peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang yang baru masih dibutuhkan), proses revisi anggaran yang rumit, dan perlunya meningkatkan kualitas persiapan proyek. …untuk memastikan bahwa program-program sosial dapat menjangkau mereka yang membutuhkan dukungan pada saat krisis
Walaupun berbagai langkah telah dilakukan untuk memperbaiki kemampuan Pemerintah menargetkan rumah tangga miskin dan rentan, peningkatan lebih lanjut dalam jaring pengaman sosial, memperluas program-program yang bekerja baik dan mengisi kekurangan pada cakupan program yang ada merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk melindungi kaum yang rentan jatuh ke dalam kemiskinan ketika terjadi krisis. Selain itu, program-program sosial lainnya juga diperlukan untuk membantu rumah tangga miskin lainnya, yang sebagian besar berada jauh di bawah garis kemiskinan (yang menjadi salah satu alasan mengapa, walaupun kemiskinan terus menurun, menjadi 12.0 pada Maret 2012, tingkat penurunannya melambat dalam beberapa tahun).
… dan mengurangi biaya kesempatan (opportunity cost) dan ketidakefisienan subsidi bahan bakar minyak (BBM)
Dengan ICP (Indonesian Crude Price) bergerak turun menjadi 99 dollar Amerika per barrel pada Juni, kelihatannya syarat batasan rata-rata 6 bulan 121 dollar Amerika yang dibutuhkan dalam APBN-P tidak akan tercapai yang mengizinkan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Akan tetapi, dengan menurunnya harga minyak mentah, dengan tidak adanya penyesuaian harga BBM bersubsidi, beban fiskal, biaya kesempatan, dan ketidakefisien-an akan tetap tinggi. Pemerintah baru-baru ini memperkirakan belanja subsidi BBM tahun 2012 akan meningkat 60 persen lebih tinggi dari alokasi dalam APBN-P dan sebesar 20 persen dari total belanja pemerintah pusat tidak termasuk transfer. Seperti yang dibahas dalam IEQ April 2012, keputusan untuk tidak menaikkan harga merupakan suatu kesempatan yang hilang atau tertunda untuk mengarahkan kembali belanja di saat krisis masih pada tingkatan global.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
xi
Juga diperlukan fokus perhatian pada kebijakan dan investasi yang dapat mendorong pertumbuhan jangka menengah melalui peningkatan produktivitas dan mengatasi hambatan utama infrastruktur
Indonesia, dan negara-negara ekonomi berkembang lainnya, harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak ekonomi dunia dengan jangka waktu yang panjang dan lemahnya permintaan dengan menekankan kembali strategi pembangunan jangka menengah. Hal ini termasuk reformasi yang meningkatkan produktivitas dan meningkatkan investasi, dari investor dalam dan luar negeri, sebagai syarat dasar untuk mendorong pertumbuhan di Indonesia hingga 7 persen atau lebih dan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas bagi sekitar dua juta orang yang masuk ke angkatan kerja setiap tahun. Koordinasi, kejelasan dan konsistensi kebijakan peraturan sangatlah penting untuk mendukung investasi ini, bersamaan dengan penanganan lemahnya infrastruktur Indonesia. Sebagai gambaran atas tantangan infrastruktur yang dihadapi, sementara jumlah kendaraan telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 2001 hingga 2010, jaringan jalan nasional, yang melayani hingga sepertiga dari lalu-lintas kendaraan (dalam kendaraan per km), hanya meningkat seperempatnya. Sementara pemerintah telah menetapkan target yang ambisius untuk pendanaan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) bagi proyek-proyek infrastruktur, sebagian besar investasi infrastruktur masih harus didanai oleh sektor publik dengan lambatnya kemajuan KPS selama ini.
Akses yang lebih besar ke pasar dalam dan luar negeri berpotensi memainkan peranan penting dalam meningkatkan kinerja ekonomi domestik …
Memfasilitasi perdagangan dalam dan luar negeri juga memiliki peran yang penting bagi Indonesia untuk mendukung kekuatan pasar domestiknya dan memanfaatkan semakin pentingnya wilayah Asia Timur di dalam permintaan dunia. Jika disertai dengan investasi pendukung dalam keahlian dan infrastruktur, sebagai contoh, maka akses kepada jaringan perdagangan dan investasi internasional juga dapat membantu mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing perusahaan-perusahaan dalam negeri, seperti yang terlihat dari kinerja yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang memiliki keterpaduan internasional yang lebih besar. Sebagai contoh, pada industri dan propinsi yang sama, perusahaan manufaktur yang merupakan eksportir atau menggunakan bahan impor secara rata-rata mencatatkan tingkat produktivitas 19 persen lebih tinggi dari pabrik-pabrik yang tidak terpadu secara internasional – sementara pabrik yang dimiliki oleh asing memiliki tingkat produktivitas 38 persen lebih tinggi dari perusahaan yang setara di dalam negeri.
…tetapi pengumuman kebijakan baru-baru ini telah menimbulkan sejumlah kekhawatiran tentang arah pengambilan kebijakan dan sulitnya komunikasi dan koordinasi kebijakan
Pengumuman kebijakan baru-baru ini telah menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang arah pengambilan kebijakan dalam perdagangan dan investasi. Kebijakan-kebijakan tersebut termasuk, sebagai contoh, pembatasan impor produk hortikultura, peraturan divestasi yang baru, dan persyaratan pemrosesan pada sektor pertambangan. Walaupun tujuan dari kebijakan-kebijakan tersebut dapat berasal dari upaya untuk mendorong produktivitas, menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan domestik, penyajiannya, yang seringkali berubah, memperlihatkan adanya kesulitan koordinasi dan komunikasi. Dan juga ketidakpastian efektivitas dalam pencapiaan tujuan-tujuan tersebut dan resiko konsekuensi negatif jangka panjang, terdapat kekhawatiran bahwa perluasan kebijakan seperti itu dapat melemahkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik, pada saat hal itu sangat dibutuhkan.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
xii
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI
1. Prospek ekonomi dunia tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Terdapat kekhawatiran baru bahwa pemulihan ekonomi global telah kehilangan momentum
Prospek lingkungan eksternal Indonesia terus didominasi oleh perkembangan di zona Euro, bersamaan dengan kekhawatiran baru semakin melemahnya ekonomi global. Proyeksi dasar (baseline) jangka pendek masih skenario berlanjutnya gejolak pasar keuangan internasional, seperti diuraikan pada Triwulanan edisi Oktober 2011. Akan tetapi, perkembangan terbaru sekali lagi menyoroti risiko skenario yang lebih buruk, termasuk pengetatan lebih lanjut tingkat kredit dunia dan penurunan lebih tajam pertumbuhan pada ekonomi berkembang dan maju dan pada harga komoditas dunia.
Perkembangan ekonomi dan politik di zona Euro sekali lagi menjadi perhatian utama, yang mendorong pergeseran tajam di pasar keuangan internasional
Permasalahan keterkaitan fiskal dan perbankan di zona Euro, dan tanggapan kebijakannya, sekali lagi telah menjadi pusat perhatian para investor, dimana imbal hasil surat hutang pemerintah meningkat di Spanyol dan Italia. Penurunan pengaruh bank-bank di zona Euro terus berlanjut, yang mendorong penurunan pemberian pinjaman lintas batas negara kepada ekonomi berkembang. Pasar keuangan internasional telah diterpa oleh perubahan sentimen dari perkembangan yang terjadi di Eropa, walaupun sebagian besar indikator tekanan pasar telah turun cukup jauh dari nilai tertingginya pada akhir tahun 2008 atau bulan Mei 2010 dan September 2011. Meskipun demikian, pasar ekuitas negara maju dan berkembang, secara rata-rata, telah kehilangan peningkatan yang didapat dari awal tahun 2012 (Gambar 3). Sebagai contoh, pada tanggal 4 Juli pasar ekuitas negara berkembang (dalam dolar AS) berada pada 11,6 persen di bawah nilai tertingginya pada awal bulan Maret, meningkat sebesar 5,3 persen dari akhir tahun 2011. Yield obligasi negara berkembang juga telah meningkat karena investor kembali ke asetaset yang lebih aman, seperti obligasi negara Amerika Serikat, Jerman dan Jepang.
Gambar 3: Pergerakan pasar ekuitas terus terpengaruh oleh perkembangan pada zona Euro
Gambar 4: Harga komoditas dunia telah turun, tetapi masih tetap tinggi secara tingkat historis
(indeks ekuitas dolar AS, 2 Juli 2008=100)
(indeks harga komoditas internasional dolar AS, Jan 2005=100)
Indeks (2 Juli 2008=100) Indeks (2 Juli 2008=100) 125 125 Ekuitas pasar berkembang (dolar AS) Ekuitas pasar maju (dolar AS) 100 100
75
75
50
50
Jul-09
Jul-10
Jul-11
Sumber: MSCI dan perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Indeks (Jan 2005=100) 350 Logam dan mineral
300
250
250
200
200
150
150
100
Pertanian
50
Ekuitas daerah Euro (dolar AS) 25 Jul-08
Indeks (Jan 2005=100) 350 Energi 300
100 50
25 Jul-12 Sumber: Bank Dunia
Juli 2012
1
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Indikator-indikator utama juga menunjukkan perlambatan kegiatan ekonomi dunia…
Perkembangan sektor keuangan dan kebijakan di Eropa berlangsung di tengah kontraksi atau pertumbuhan datar indikator utama dan parsial di daerah Euro, Amerika Serikat, Jepang dan China, yang menunjukkan perlambatan dalam kegiatan dunia. Perdagangan dunia juga diperkirakan akan tetap lemah, dengan proyeksi Bank Dunia untuk volume perdagangan dunia akan meningkat sebesar 5,3 persen di tahun 2012, turun dari 6,1 persen di tahun 2011, sebelum kembali meningkat menjadi 7,0 persen di tahun 2013.
…dan harga komoditas internasional – termasuk minyak mentah – telah menurun
Sejalan dengan kekhawatiran baru terhadap prospek ekonomi, harga komoditas internasional telah menurun pada beberapa bulan terakhir, tetapi masih tetap relatif tinggi secara standar historis (Gambar 4). Harga energi turun sebesar 21,5 persen dari bulan Maret ke Juni sementara harga non-energi turun sebesar 6,3 persen. Rata-rata harga minyak mentah (Brent) pada bulan Juni (96 dolar AS per barel) adalah 23,5 persen di bawah harga rata-ratanya di bulan Maret, yang disebabkan oleh perlambatan permintaan dunia dan prospek peningkatan produksi. Harga logam dan mineral turun 11,2 persen pada periode yang sama, berkat lemahnya permintaan dari Eropa dan China. Penurunan itu mempengaruhi harga-harga dari beberapa ekspor komoditas utama Indonesia, seperti batu bara dan karet (turun hampir sebesar 20 persen dari bulan Maret ke Juni), minyak sawit (sebesar 13 persen) dan tembaga (sebesar 12 persen).
Walaupun telah ada langkah-langkah untuk mendorong kebijakan mendukung pertumbuhan, dukungan ini tampaknya akan lebih terbatas
Risiko perlemahan ekonomi global yang terus berlanjut, dan pembaruan tekanan pasar keuangan, telah mendorong pengenduran moneter lebih lanjut oleh bank-bank sentral di Inggris dan zona Euro. Pihak otoritas di Asia, seperti di China, juga telah memotong suku bunga atau meringankan persyaratan cadangan wajib untuk mendukung pertumbuhan. Akan tetapi, seperti pada ekonomi maju, banyak ekonomi berkembang yang memiliki keterbatasan mengendurkan kebijakan moneter dan fiskal lebih lanjut bila terjadi tekanan besar berikutnya. Beberapa ekonomi berkembang juga menghadapi keterbatasan kapasitas. Selain itu, proses konsolidasi fiskal dan penurunan pertumbuhan kredit saat ini di ekonomi maju akan terus merintangi pertumbuhan jangka pendek dan menengah.
Secara keseluruhan, proyeksi baseline pertumbuhan untuk tahun 2012 dan 2013 bagi mitra perdagangan utama Indonesia tetap relatif lemah
Menggabungkan faktor-faktor Gambar 5: Pertumbuhan mitra perdagangan utama tersebut, proyeksi Indonesia tetap lemah di tahun 2012, sebelum sedikit pertumbuhan bagi mitra meningkat pada tahun 2013 perdagangan utama (MTP) (pertumbuhan PDB riil, persen) Indonesia tetap lemah, pada Persen Persen 12 3,3 persen di tahun 2012 12 (Gambar 5). Setelah banjir di 10 10 2010 2011 Thailand pada kuartal 4/2011, 8 8 pemulihan persediaan rantai 2012f 2013f 6 6 pasokan Asia Timur mendorong pertumbuhan 4 4 dikawasan yang melebihi 2 2 perkiraan pada kuartal I tahun 2012. Akan tetapi perlemahan 0 0 di AS, Eropa dan China saat ini -2 -2 telah menekan pertumbuhan dasar (baseline) untuk sisa tahun 2012 dan tidak mengubah proyeksi MTP untuk tahun 2012. Proyeksi baseline pertumbuhan MTP di tahun Catatan: * India pada basis tahun fiskal 2013 adalah 3,7 persen Sumber: Prospek Ekonomi Dunia Bank Dunia bulan Juni walaupun, seperti disoroti pada 2012 bagian Risiko di bawah, skenario yang lebih buruk bagi lingkungan luar negeri akan mendorong proyeksi ini turun secara signifikan.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
2
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
2. Pertumbuhan melambat pada kuartal pertama tetapi masih tetap kokoh menghadapi kelesuan dunia Ekonomi Indonesia tumbuh kuat sebesar 6,3 persen pada kuartal I tahun 2012 walaupun adanya tanda-tanda perlemahan permintaan eksternal
PDB Indonesia meningkat sebesar 6,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama tahun 2012. Walaupun sedikit melemah dari pertumbuhan 6,5 persen pada kuartal terakhir tahun 2011, angka pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan di atas 6 persen selama enam kuartal berturut-turut (Gambar 6). Setelah penyesuaian musiman (seasonally adjusted), ekonomi tumbuh sebesar 1,2 persen pada kuartal 1, turun dari pertumbuhan yang sangat kuat sebesar 2,2 persen pada kuartal akhir tahun 2011, yang mencerminkan pengaruh dari turunnya permintaan luar negeri dan diimbangi oleh konsumsi swasta yang masih bertahan kuat.
Pertumbuhan didorong oleh kuatnya konsumsi, baik oleh pemerintah maupun swasta, tetapi volume perdagangan melemah
Pertumbuhan konsumsi swasta tidak berubah dari kuartal yang lalu (sebesar 4,9 persen tahun-ke-tahun dan 1 persen dengan penyesuaian musiman kuartalan). Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga lebih tinggi dari perkiraan, mendekati 6 persen tahun-ke-tahun, yang mungkin mencerminkan pencairan anggaran yang lebih baik. Akan tetapi, setelah kinerja yang sangat kuat pada kuartal penutup tahun 2011, pertumbuhan investasi melemah, dengan tingkat pertumbuhan setelah penyesuaian musiman hanya sebesar 0,3 persen, nilai paling rendah sejak kuartal I tahun 2009. Ekspor riil tetap melemah, pertumbuhan tercatat hampir nol (dengan penyesuaian musiman). Impor juga lebih lemah dari perkiraan, dengan pertumbuhan (dengan penyesuaian musiman) menurun dari 5,2 persen pada kuartal terakhir tahun 2011 menjadi 0,5 persen, yang mencerminkan lemahnya permintaan investasi. Akibatnya, (dengan penyesuaian musiman) ekspor netto memberikan pengurangan yang lebih kecil dari pertumbuhan PDB kuartalan (sekitar 0,2 persen) dibandingkan dengan kuartal terakhir tahun 2011.
Gambar 6: Pertumbuhan PDB melambat menjadi 6,3 persen Gambar 7: …didorong oleh perlambatan pada sektor perdagangan dan manufaktur pada kuartal pertama tahun 2012…
(pertumbuhan PDB riil, persen)
(kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil tahun-ke-tahun, poin persentase)
Persen 4
Persen 8
Poin persentase 2.0 Manufaktur
Tahun ke tahun (kanan) 1.5
1.5
1.0
1.0
0.5
0.5
6
3
2
Poin persentase 2.0
K-k-K peny. musiman (kiri)
Rata-rata (kiri)* 4
2
1
0.0
0.0 Perdagangan, hotel dan restoran
-0.5 0 0 Mar-06 Mar-08 Mar-10 Mar-05 Mar-07 Mar-09 Mar-11 Catatan: * Rata-rata pertumbuhan K-k-K (kuartal ke kuartal) Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia sejak kuartal 1/2002 Sumber: BPS dan penyesuaian musiman staf Bank Dunia Pertumbuhan produksi didorong oleh pertanian, pertambangan, transportasi dan komunikasi, mengimbangi perlemahan pada sektor perdagangan dan manufaktur
-0.5 Mar-12
Pada sisi produksi, pendorong utama pertumbuhan adalah sektor-sektor primer, sementara kontribusi terhadap pertumbuhan dari sektor manufaktur dan perdagangan menurun (Gambar 7). Pertambangan mencatat pertumbuhan kuartalan yang terkuat sejak akhir tahun 2006 sementara pertanian tetap bertahan kuat. Pertumbuhan manufaktur terus menurun, bergerak turun ke 5,7 persen tahun-ke-tahun pada kuartal 1 setelah menyentuh 6,7 persen pada kuartal 3/2011. Kinerja kuartal I didorong oleh perlambatan yang tajam pada pertumbuhan di sektor pangan, minuman dan tembakau sementara sektor-sektor perdagangan, seperti tekstil, pakaian dan alas kaki, juga melambat. Pada saat yang sama, pertumbuhan sektor jasa melemah, dengan golongan terbesar yaitu perdagangan, hotel dan restoran, mencatatkan pertumbuhan di bawah 1 persen secara
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
3
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
kuartalan untuk pertama kali sejak awal tahun 2009, sementara sektor transportasi dan komunikasi rtumbuh dengan kuat. Membandingkan kuatnya sektor produksi pada pertengahan tahun 2012 dengan keadaan pada tahun 2008, kegiatan secara keseluruhan, terutama dalam manufaktur, tetap bertahan kuat. Sebaliknya, pertumbuhan tahun-ke-tahun sektor jasa, yang telah melambat sejak meningkat hingga kisaran 9 persen pada bulan Desember 2010, kini lebih rendah dibanding awal tahun 2008. Indikator parsial belakangan ini menunjukkan adanya sedikit perlambatan pada kegiatan ekonomi
Data-data terakhir Gambar 8: Indikator bulanan menunjukkan sedikit moderasi menunjukkan adanya sedikit dalam kegiatan perlambatan pada indikator (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) ekonomi dalam negeri Persen Persen (Gambar 8). Penjualan 8 8 Produk Domestik Bruto sepeda motor dan semen telah melambat pada 6 6 beberapa bulan terakhir. Penjualan sepeda motor telah turun sebesar 14 4 4 persen tahun-ke-tahun pada bulan Mei, yang penurunan Indeks Koinsiden 2 2 penjualan di daerah pedesaan yang diakibatkan menurunnya pendapatan 0 0 diperdesaan seiring dengan Apr-04 Apr-06 Apr-08 Apr-10 Apr-12 menurunnya harga komoditas. Akan tetapi, Catatan: Indeks koinsiden adalah rata-rata tertimbang dari penjualan mobil tetap kuat, produksi, perdagangan, finansial dan variabel-variabel walaupun permintaan internasional. Indek koinsiden disesuaikan untuk memiliki diperkirakan akan melambat rata-rata dan deviasi standar seperti pertumbuhan PDB dimana peraturan uang muka tahun-ke-tahun. minimum yang baru akan Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia berlaku pada 15 Juni. Setelah menurun pada awal tahun 2012, yang disebabkan oleh ketidakpastian harga BBM, sentimen konsumen kembali meningkat pada bulan Mei and June tetapi masih sekitar 4 persen di bawah tingkat yang tercatat pada bulan Januari.
Pada skenario dasar (baseline), pertumbuhan PDB Indonesia diproyeksikan pada 6,0 persen pada tahun 2012 dan 6,4 persen pada tahun 2013, walaupun resiko-resiko terhadap prospek sangat condong kepada penurunan
Sementara sebagian besar kinerja ekonomi dalam negeri sejalan dengan perkiraan yang diuraikan pada Triwulanan edisi bulan April 2012, perlemahan yang belakangan tercatat pada data perdagangan dan indikator parsial lainnya, ditambah sedikit penurunan pada pertumbuhan para mitra perdagangan utama untuk sisa tahun 2012 (di dalam proyeksi pertumbuhan yang tidak berubah untuk satu tahun secara keseluruhan), menunjukkan sedikit penurunan pada proyeksi dasar (baseline) untuk tahun 2012. Sebagai akibatnya, pertumbuhan PDB pada tahun 2012 kini diproyeksikan sebesar 6,0 persen. Proyeksi baseline untuk tahun 2013 tetap pada peningkatan pertumbuhan sebesar 6,4 persen dengan adanya peningkatan pada situasi luar negeri. Akan tetapi, seperti dibahas lebih lanjut di bawah ini, risiko terhadap proyeksi pertumbuhan masih tetap sangat condong kepada penurunan. Bila terjadi tekanan yang lebih kuat pada pasar keuangan internasional, harga-harga komoditas atau permintaan luar negeri, maka pertumbuhan domestik dapat melemah di bawah proyeksi baseline tersebut.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
4
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Tabel 4: Menurut skenario baseline pertumbuhan PDB untuk tahun 2012 diproyeksikan sebesar 6.0 persen dan meningkat ke 6,4 persen pada tahun 2013
(persen persentase, kecuali dinyatakan lain) Tahunan 2011 2012
2013
Tahunan ke kuartal Desember 2011 2012 2013
Revisi terhadap tahunan 2012 2013
1. Indikator ekonomi utama Total pengeluaran konsumsi
4,5
4,8
4,9
4,6
4,8
5,0
-0,1
-0,1
Pengeluaran konsumsi swasta
4,7
4,5
4,8
4,9
4,4
4,8
-0,1
-0,1
Konsumsi pemerintah
3,2
6,8
6,0
2,8
6,9
5,9
0,0
0,0
Pembentukan modal tetap bruto
8,8
9,7
10,0
11,5
9,6
10,1
0,0
-0,1
Ekspor barang dan jasa
13,6
6,3
7,6
7,9
6,8
6,9
-1,1
-1,9
Impor barang dan jasa
13,3
7,7
8,1
10,1
6,1
8,2
-1,5
-1,5
Produk Domestik Bruto
6,5
6,0
6,4
6,5
5,8
6,5
-0,1
0,0
Pertanian
3,0
3,4
3,4
4,1
2,8
3,6
0,0
0,0
Industri
5,3
4,9
5,3
5,3
4,7
5,4
0,0
0,0
Jasa-jasa
8,5
7,8
8,2
9,0
7,9
7,7
-0,2
0,0
11,9
3,0
10,8
n/a
n/a
n/a
-4,8
-1,8
1,7
-7,9
-4,6
n/a
n/a
n/a
-3,8
-2,9
Neraca perdagangan (miliar AS$)
23,3
11,3
15,7
n/a
n/a
n/a
-4,2
-2,9
Saldo neraca keuangan (miliar AS$)
14,0
11,3
15,4
n/a
n/a
n/a
-0,7
1,1
Indeks harga konsumen
5,4
4,4
5,1
4,1
5,0
5,1
-0,3
-0,1
Indeks keranjang kemiskinan
8,2
7,0
7,5
6,3
7,0
7,6
-0,1
-0,5
2. Indikator eksternal Neraca pembayaran (miliar AS$) Saldo neraca berjalan (miliar AS$)
3. Ukuran ekonomi lainnya
Deflator PDB
8,4
7,2
8,1
7,5
8,1
8,1
-1,5
-1,5
PDB nominal
15,4
13,7
15,1
14
14,4
15,1
-1,6
-1,6
Kurs tukar valuta (Rp/AS$)
8773
9300
9100
9024
9400
9100
300
100
Harga minyak Indonesia (AS$/barel)
111,6
110
100
111
100
100
-10
-15
4. Asumsi ekonomi
Pertumbuhan mitra dagang utama 3,0 3,3 3,7 2,5 3,5 3,9 0,0 -0,2 Catatan: Proyeksi aliran perdagangan berkaitan dengan neraca nasional, yang dapat melebihkan pergerakan volume perdagangan sebenarnya, dan mengecilkan pergerakan harga karena perbedaan dalam penggunaan harga. Revisi adalah nilai relatif terhadap proyeksi pada Triwulanan edisi bulan April 2012. Revisi tahunan pada ‘3. Ukuran ekonomi lainnya’ adalah berdasarkan proyeksi reformasi tidak ada subsidi BBM Bank Dunia pada bulan April 2012 dan bukan pada proyeksi yang dimuat pada Triwulanan edisi bulan April 2012 yang berdasarkan pada reformasi subsidi BBM. Sumber: Kemenkeu, BPS, BI, CEIC dan proyeksi Bank Dunia
3. Neraca pembayaran mencatat defisit ketiga secara berurutan di kuartal 1 2012 Neraca pembayaran Indonesia mencatat arus keluar selama tiga kuartal berturut-turut di kuartal 1, 2012 seiring dengan melebarnya neraca berjalan
Indonesia mencatatkan lanjutan aliran keluar neraca pembayaran secara keseluruhan pada kuartal pertama tahun 2012 selama tiga kuartal berturut-turut (Gambar 9). Akan tetapi dengan jumlah 1,0 miliar dolar AS, aliran keluar tersebut berjumlah lebih kecil dari yang dicatat di kuartal ketiga dan keempat tahun 2011 (masing-masing sebesar 4,0 miliar dolar AS dan 3,7 miliar dolar AS). Sementara aliran keluar modal merupakan pendorong utama dari defisit pada paruh kedua tahun 2011, hal yang menarik pada kuartal pertama tahun 2012 adalah melebarnya defisit neraca berjalan, sehubungan dengan melambatnya permintaan eksternal serta tetap kuatnya permintaan dalam negeri menjadikan surplus perdagangan semakin kecil (Gambar 10). Tren terakhir pada saldo neraca berjalan serta implikasinya akan dibicarakan secara lebih rinci di Bagian B.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
5
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Aliran masuk modal tercatat tidak terlalu kuat sementara FDI tetap kokoh
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Dengan menurunnya tekanan pasar keuangan global pada kuartal pertama tahun 2012, Indonesia mencatat aliran masuk netto sebesar 2,2 miliar dolar AS pada neraca modal dan keuangan. Walaupun aliran perbankan “yang lain” tetap negatif, aliran masuk modal portofolio netto berlanjut dengan aliran masuk 2,8 miliar dolar AS yang didukung oleh pembelian sekuritas pemerintah netto (termasuk penerbitan obligasi dalam dolar AS sebesar 1,75 miliar dolar AS di bulan Januari). Aliran-aliran masuk ini dilengkapi dengan tetap kuatnya investasi langsung asing (4,6 miliar dolar AS, sedikit naik dari kuartal sebelumnya). Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), aliran masuk FDI pada kuartal pertama sebagian besar diarahkan ke sektor pertambangan, transportasi, pergudangan dan telekomunikasi, perkebunan dan tanaman pangan, dan logam, mesin dan elektornik. Aliran masuk FDI juga tersalur secara lebih merata di Indonesia, dengan realisasi investasi di luar pulau Jawa meningkat menjadi 47,2 persen dari jumlah investasi, naik dari 44,2 persen pada periode yang sama tahun 2011.
Gambar 9: Melebarnya defisit neraca berjalan berkontribusi Gambar 10: …dengan surplus non-migas juga menurun dalam aliran keluar neraca pembayaran secara keseluruhan dengan tajam pada kuartal 1, 2012… (nilai perdagangan barang bulanan, miliar dolar AS)
(miliar dolar AS)
Net direct investment Net other capital Overall balance miliar dolar AS 16
Net portfolio Current account
miliar dolar AS 5
miliar dolar AS 16
4
12
12
3
8
8
4
4
0
0
-4
-4
-8 Mar-07
Mar-08
Mar-09
Mar-10
Mar-11
Sumber: BI
-8 Mar-12
miliar dolar AS 5
Neraca perdagangan
4
Neraca perdagangan non-migas
3
2
2
1
1
0
0
-1 May-07
Neraca perdagangan migas May-08
May-09
May-10
May-11
-1 May-12
Sumber: BPS
Perlemahan lebih lanjut dalam harga komoditas dan ekonomi dunia barubaru ini mendorong penurunan pertumbuhan ekspor dan neraca perdagangan bergerak ke defisit
Nilai ekspor telah turun secara drastis selama beberapa bulan terakhir, dengan kontraksi sebesar 8,5 persen tahun-ke-tahun pada bulan Mei 2012. Penurunan terutama didorong oleh rendahnya ekspor komoditas massal, yang diakibatkan oleh menurunnya harga dan volume yang disebabkan oleh melemahnya kondisi ekonomi global. Pertumbuhan impor, di lain pihak, tetap kuat pada 16,1 persen per-tahun di bulan Mei, yang didorong oleh meningkatnya imporbarang setengah jadi, terutama mesin-mesin, peralatan elektronik dan alat transportasi. Tren itu telah mendorong terciptanya defisit pada neraca barang non-migas untuk kedua kalinya dalam satu dekade sementara neraca migas secara umum relatif seimbang. Sebagai akibatnya, surplus perdagangan telah menyusut dan bergerak menjadi defisit pada bulan April dan Mei (Gambar 11).
Di kuartal yang lalu tercatat beberapa pengumuman tentang usulan perubahan dalam kebijakan perdagangan dan investasi dalam negeri
Di tengah masa perlambatan permintaan luar negeri dan peningkatan gejolak pasar keuangan, terdapat sejumlah pengumuman tentang perubahan terhadap kebijakan perdagangan dan investasi dalam negeri. Sebagai contoh pada bulan Mei, Pemerintah menerbitkan peraturan baru yang membatasi barang impor kategori tertentu, termasuk barang jadi, dan Pemerintah juga menetapkan pajak ekspor sebesar 20 persen pada komoditas baku dan logam dasar untuk pemegang ijin tertentu (lihat bagian fiskal di bawah) dan upaya-upaya untuk mendorong proses produksi di dalam negeri. Pada sisi investasi, Pemerintah telah siap untuk melakukan revisi daftar negatif investasi untuk memperkenankan jumlah FDI yang lebih tinggi untuk beberapa industri utama, seperti farmasi, kesehatan, telekomunikasi dan pendidikan. Akan tetapi juga terdapat pengumuman yang baru dilakukan tentang pembatasan kepemilikan asing dan kewajiban divestasi pada sektor perbankan dan pertambangan. Sementara banyak dari kebijakan yang berbeda ini bertujuan untuk mengembangkan industri lokal dan mendorong investor dalam negeri, kebijakan itu juga menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha dan investor, yang dapat berdampak kepada investasi di kemudian hari.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
6
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Selain itu, untuk beberapa kebijakan yang diusulkan, penerapannya akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Gambar 11: Neraca perdagangan bergerak menjadi defisit seiring dengan menurunnya pertumbuhan ekspor
miliar dolar 20 AS
40
0
0
-10
-40
-20
-80
May-08
May-09
May-10
May-11
May-12
apakah
(miliar dolar AS)
Persen 80
10
jelas
Tabel 5: Neraca berjalan diproyeksikan mencatat defisit yang kecil pada tahun 2012 dan aliran masuk keuangan akan menurun
(nilai perdagangan barang, miliar dolar AS; pertumbuhan tahun-ke-tahun nilai barang rata-rata 3-bulan, persen) Export value (LHS) Import value (LHS) Trade balance (LHS) Export growth 3mma yoy (RHS) Import growth 3mma yoy (RHS)
tidaklah
2009
2010
2011
2012
2013
Seluruh Neraca Pembayaran
12,5
30,3
11,9
3,0
10,8
Neraca Berjalan
10,6
5,6
1.7
-7,9
-4,6
Perdagangan
21,2
21,3
23.3
11,3
15,7
Pendapatan
-15,1
-20,8
-25.8
-23,8
-25,2
4,6
4,6
4,2
4,6
4,8
4,9
26,2
14,0
11,3
15,4
Inv. langsung
2,6
11,1
11.1
10,4
10,8
Portofolio
10,3
13,2
4,5
6,9
8,7
Lainnya
-8,2
2,3
-1,6
-6,1
-4,1
Transfer Neraca Modal & Keuangan
Cadangan(a) 66,1 96,2 110,1 106,5 Catatan: 3mma adalah rata-rata bergerak 3-bulanan. Data Catatan: Kesalahan dan penghilangan tidak ditunjukkan. (a) pertumbuhan impor, termasuk impor ke Zona Ekonomi Cadangan tahun 2012 pada akhir bulan Juni Khusus, hanya tersedia dari bulan Januari 2009 Sumber: BI dan proyeksi staf Bank Dunia Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Tabel 6: Proyeksi neraca eksternal Indonesia di pengaruhi oleh faktor dinamis yang beragam Pertumbuhan MTP 2008
2009
2010
2011
2012*
Pertumbuhan riil ekspor dan impor***
Surplus perdagangan
Neraca berjalan
Rendah dan termoderasi
Memuncak tengah tahun, lalu turun dengan cepat
Pertumbuhan yang kuat
Moderat dan menyempit
Surplus kuartalan yang moderat lalu defisit
2,1 persen
Energi = 156,0 Non-Energi = 155,5
X = 9,5 persen M = 10,0 persen
9,9 miliar dolar AS
0,1 miliar dolar AS
Resesi lalu pemulihan
Pemulihan bertahap
Berkembang ke surplus besar
Defisit quartalan lalu surplus yang besar
-0,7 persen
Energi = 104,8 Non-Energi = 129,9
Kontraksi besar, impor turun lebih besar dari ekspor X = -9,7 persen M = -15,0 persen
21,2 miliar dolar AS
10,6 miliar dolar AS
Pemulihan yang kuat, impor pulih lebih cepat dari ekspor X = 15,3 persen M = 17,3 persen
Surplus besar yang stabil
Moderat tetapi dengan penyempitan surplus
21,3 miliar dolar AS
5,1 miliar dolar AS
Pemulihan yang kuat Berlanjutnya pemulihan bertahap 7,2 persen
Energi = 128,2 Non-Energi = 154,0
Moderat dan stabil
Meningkat lalu pembaruan Pemulihan berlanjut moderasi
Surplus besar yang stabil
Surplus yang rendah dan menyempit
3,6 persen
Energi = 153,0 Non-Energi = 170,8
23,3 miliar dolar AS
1,7 miliar dolar AS
Moderat tetapi menurun
Relatif tinggi tapi menurun Moderat tetapi menurun, ekspor lebih lemah dari impor Energi = 152,7 X = 6,3 persen Non-Energi = 162,2 M = 7,7 persen
Moderat dan menyempit
Moderat dan pelebaran defisit
11,1 miliar dolar AS
-8,1 miliar dolar AS
Pemulihan yang lambat
Stabil tetapi sedikit lebih rendah
Pemulihan yang lambat
Sedikit melebar
Rendah dan penyusutan defisit
3,7 persen
Energi = 149,3 Non-Energi = 155,5
X = 7,6 persen M = 8,1 persen
15,6 miliar dolar AS
-4,8 miliar dolar AS
3,3 persen 2013*
Indeks harga komoditas**
X = 13,6 persen M = 13,3 persen
Catatan: * ramalan sesuai skenario dasar (baseline). ** Indeks harga komoditas Bank Dunia dalam konstanta dolar AS tahun 2005 (2005=100). *** pertumbuhan perdagangan riil Sumber: Bank Dunia
THE W ORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
7
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Proyeksi dasar (baseline) bagi keseluruhan aliran masuk neraca pembayaran telah menurun mencerminkan perlemahan proyeksi global, sementara aliran keuangan akan tetap peka terhadap kondisi pasar dunia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Proyeksi jangka pendek untuk neraca eksternal Indonesia akan sangat bergantung kepada perkembangan dalam pasar ekspor Indonesia dan harga komoditas internasional, dan pada sentimen investor. Pada skenario dasar (baseline), surplus perdagangan diproyeksikan akan menyusut pada tahun 2012 ke kisaran setengah dari nilainya pada tahun 2011 tetapi akan kembali meningkat di tahun 2013, sejalan dengan kondisi internasional, sehingga sedikit menurunkan defisit pada neraca berjalan (Tabel 5 and Tabel 6). Pada sisi neraca keuangan, investasi langsung bersih diperkirakan akan tetap kuat. Aliran portofolio dan aliran modal lainnya untuk tahun 2012 telah diturunkan sejalan dengan aliran keluar pada tahun berjalan akan tetapi menurut skenario baseline nilainya akan meningkat secara bertahap sepanjang tahun 2013 dengan turunnya gejolak pada pasar keuangan internasional. Bila kondisi dunia semakin menurun, sejumlah faktor dinamika yang mendorong neraca pembayaran akan memberikan hasil yang berbeda bagi perdagangan dan aliran keuangan secara khusus.
4. Pengaruh dari gejolak pasar keuangan dunia terlihat kembali pada bulan Mei Pasar keuangan Indonesia kembali terpengaruh oleh penurunan sentimen investor internasional pada kuartal kedua tahun 2012
Peningkatan penghindaran risiko global dan gejolak pasar keuangan pada kuartal kedua tahun 2012 turut tersalur ke pasar-pasar aset Indonesia, dengan penurunan ekuitas sebesar 8,3 persen selama bulan Mei sebelum naik kembali dengan kuat. Beberapa sektor dalam negeri, seperti saham perbankan dan pertambangan, juga terpengaruh oleh pengumuman tentang kebijakan di bidang perdagangan dan investasi yang disinggung di atas. Yield obligasi pemerintah dalam rupiah juga melebar, dengan investor asing menurunkan posisinya selama bulan Mei, tetapi yield itu kini telah menurun (Gambar 12).
Aliran keluar portofolio modal, dan penurunan pada surplus perdagangan, menaikkan tekanan pada Rupiah
Kuatnya aliran masuk modal ke pasar obligasi dan ekuitas dalam negeri tercatat pada bulan April, tetapi aliran masuk itu kemudian berubah arah dengan pembaruan intensitas dari krisis daerah Euro pada awal bulan Mei. Aliran keluar portofolio modal sebesar 1,5 miliar dolar AS pada bulan Mei kemudian diikuti dengan aliran keluar yang jauh lebih kecil pada bulan Juni (Gambar 13). Aliran keluar ini, ditambah dengan pergerakan defisit perdagangan barang-barang, memberi tekanan kepada Rupiah, dan likuiditas dolar AS di dalam negeri mengalami pengetatan, terutama pada bulan Mei. Dengan intervensi Bank Indonesia, cadangan devisa turun sekitar 5 miliar dolar AS pada bulan Mei dan Juni menjadi 106,5 miliar dolar AS pada akhir bulan Juni. Untuk mendukung ketersediaan dolar, dan mendorong simpanan dalam valuta asing untuk kembali ke dalam negeri, pada pertengahan bulan Juni Bank Indonesia mulai menawarkan term deposit jangka pendek dalam dolar AS ke bank-bank lokal dengan waktu jatuh tempo yang fleksibel dan pada suku bunga yang menguntungkan dibanding yang ditawarkan oleh pasar-pasar luar negeri.
Gambar 12: Gejolak pasar keuangan yang terakhir mendorong pelebaran yield obligasi, penurunan indeks ekuitas dan perlemahan Rupiah…
Gambar 13: …dengan penurunan kepemilikan obligasi dan ekuitas oleh investor asing pada bulan Mei, dan cadangan devisa menurun
(indeks ekuitas, 1 Agustus 2011=100; Rp per dolar AS; yield, persen)
(miliar dolar AS)
1 Agu 2011=100 Persen; Ribu Rp per dolar AS 105 10 Ribu Rp per dolar AS (kanan) 100 9
miliar dolar AS 150
95
Cadangan (kiri)
125
2.5
8
90 Ekuitas IHSG (kiri)
85
5 Yield obligasi pemerintah 5-th (kanan)
70 Jun-11
100
0.0
75
-2.5
7 6
80 75
miliar dolar AS 5.0
4
50
-5.0 Aliran masuk portofolio asing, (kanan):
Equities
SUN
SBI
Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia
25 -7.5 Jun-09 Jun-10 Jun-11 Jun-12 Catatan: “Aliran” untuk SUN (surat utang negara) dan SBI (Sertifikat BI) menunjukkan perubahan kepemilikan Sumber: BI, CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
Sep-11
Dec-11
Mar-12
Jun-12
8
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Dengan menurunnya kekhawatiran akan inflasi, Bank Indonesia kini memusatkan perhatian pada stabilisasi kurs tukar dan pengelolaan ekspektasi inflasi (inflation expectation)
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Dengan inflasi diperkirakan akan berada dalam kisaran target sebesar 4,5 persen +/- 1 persen untuk tahun 2012, Bank Indonesia telah mengalihkan perhatiannya untuk memberikan “dukungan kepada stabilisasi Rupiah” dan mengelola perkiraan inflasi melalui operasi moneter dan kebijakan makro yang berhati-hati. Kebijakan makro tersebut termasuk peraturan loan-to-value maksimum untuk KPR dan kredit kendaraan yang diuraikan pada Triwulanan edisi bulan April 2012. Tantangan bagi Bank Indonesia adalah terus memanfaatkan berbagai instrumen kebijakannya untuk mendukung pertumbuhan pada periode perlemahan kondisi global berikutnya, sementara memastikan bahwa tekanan inflasi jangka pendek – seperti lonjakan harga bulan Ramadan yang sudah dekat – tidak mendorong peningkatan inflasi dan harapan inflasi yang berkelanjutan.
Kotak 1: Harga properti komersial telah meningkat dengan kuat, sementara pertumbuhan harga perumahan telah menurun Sektor properti di Indonesia, terutama properti komersial, telah mencatat pertumbuhan yang kuat sejak tahun lalu mengikuti penurunan yang besar dalam hasil dan harga konstruksi pada tahun-tahun setelah krisis keuangan dunia. Di antara ekuitas dalam negeri, sektor properti mencatat peningkatan kedua terbesar, dengan naik sebesar 22 persen pada kuartal pertama tahun 2012 dan 43 persen selama setahun, dibanding dengan peningkatan sebesar masing-masing 8 dan 12 persen untuk indeks ekuitas keseluruhan selama periode tersebut. Penjualan properti komersial dan tingkat sewa di Indonesia juga mencatat peningkatan yang cukup berarti. Menurut Survei Properti Komersial BI terhadap 706 perusahaan properti di Jabotabek, harga jual kantor di Jakarta meningkat sebesar 27 persen selama setahun hingga kuartal 1/2012, mendekati dua kali lipat dari percepatan yang dicatat pada empat tahun yang lalu (Gambar 14). Permintaan bagi ruang kantor telah meningkat, dan sementara persediaan ruang kantor untuk dibeli atau disewa secara umum tidak berubah, tingkat huniannya telah meningkat menjadi 96 persen. Akan tetapi pada akhir tahun 2012 diperkirakan akan terdapat tambahan 2 ruang sebesar 429,220 m (peningkatan sekitar 40 persen bagi persediaan yang siap dijual sekarang) yang tampaknya akan menekan kuatnya pertumbuhan harga yang tercatat pada tahun yang lalu. Peningkatan permintaan sewa juga menyebabkan peningkatan tingkat harga sewa sebesar enam persen selama tahun tersebut. Laju peningkatan pada harga properti perumahan secara nasional telah menurun secara signifikan, di bawah tingkat inflasi sejak dekade sebelumnya (Gambar 15). Walaupun terdapat pertumbuhan investasi yang kuat pada sektor tersebut, pertumbuhan harga tempat tinggal telah melemah. Menurut Survei Properti Tempat Tinggal BI terhadap 260 pengembang properti pada 14 kota-kota utama di Indonesia, harga properti tempat tinggal terus menurun dari puncaknya sebesar 5 persen yoy pada bulan Desember 2011 ke proyeksi sebesar 2,8 persen tahun-ke-tahun pada bulan Juni 2012. Beberapa alasan BI terkait hal tersebut adalah terkait relatif tingginya tingkat penggadaian, pembatasan kepemilikan asing, dan ledakan pasokan konstruksi pada tahun 2007 dan 2008 yang menyebabkan lonjakan pasokan, dan juga terkait dengan birokrasi. Beberapa responden terhadap survei tersebut juga mengutip peraturan baru tentang UU Perumahan No. 1/2011 yang mulai berlaku pada tahun 2012 terhadap permintaan dari pemilik rumah yang baru karena UU itu 2 melarang pengembang dari pendirian properti untuk membangun properti dengan ukuran lebih kecil dari 36m . Selain itu, persyaratan uang muka minimum yang lebih tinggi pada properti yang lebih besar juga dapat mempengaruhi perkiraan harga ke depan. Akan tetapi proyeksi jangka menengah tampaknya akan didukung oleh peningkatan pendapatan dan timbulnya kelas menegah, bersama-sama dengan tren yang berlanjut dalam urbanisasi dan peningkatan akses terhadap keuangan. Gambar 14: Harga properti komersial di Jakarta telah Gambar 15: …tetapi secara nasional, pertumbuhan harga perumahan telah menurun pada tahun 2012 meningkat…
(persediaan kantor siap jual, ribuan m2; tingkat sewa bulanan ruang kantor, Rp per m2 per bulan; harga ratarata penjualan kantor, juta Rp per m2) Juta IDR/m2 20 18 1.00
16 14 12
0.33
Office space for sale (stock)
800 600
"Large house" prices
5 (Rp/m2/bulan) 170,000
persediaan (ribu m2) 1200 1000
Percent 10
Office (selling price)
0.67
(peningkatan harga properti rumah tinggal, persen)
Office 155,000 space monthly 140,000 rental rate 125,000
400 Mar-07 Nov-08 Jul-10 Catatan: Berdasar pada Jabotabek saja Sumber: Survei Properti Komersial BI
Mar-12
"Medium house" prices
-15 Jun-03
Percent 10 5 0
-5 -10
0.00
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
0
"Small house prices"
-5
Real average house prices (ex-post, deflated by CPI) Jun-06
Jun-09
-10 -15 Jun-12
Catatan: Rumah kecil adalah luas bangunan yang kurang 2 2 2 dari 36m , rumah menengah antara 36m dan 70m , rumah 2 besar di atas 70m Sumber: Survei properti rumah tinggal BI dan perhitungan staf Bank Dunia Juli 2012
9
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Kinerja seseluruhan sektor perbankan tetap kuat
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Per bulan April 2012, seluruh indikator sektor perbankan tetap kokoh. Rasio kecukupan modal, walau sedikit menurun, tetap berada pada 18 persen. Kredit macet turun setengah poin persentase sepanjang tahun ke 2,3 persen. Dengan suku bunga pinjaman turun mendekati satu poin persentase pada kuartal pertama, marjin bunga bersih (net-interest margin) juga telah turun menjadi 5,4 persen. Pertumbuhan kredit meningkat menjadi 25,7 persen tahun-ke-tahun pada bulan April 2012, dimulai dari kredit investasi (naik sebesar 28,8 persen), kredit modal kerja (naik sebesar 27,7 persen) dan kredit konsumsi (naik sebesar 20,5 persen). Peraturan baru dalam pinjaman perumahan dan kendaraan dapat menghambat pertumbuhan kredit yang diarahkan ke sektor-sektor tersebut. Seperti disinggung pada Kotak 1, harga properti perumahan baru-baru ini telah menurun, walaupun harga sewa dan penjualan properti komersial mencatatkan pertumbuhan yang kuat. Pertumbuhan kredit ini memberi kontribusi kepada peningkatan bertahap dalam rasio pinjaman terhadap simpanan (loan-to-deposit) menjadi 81,6 persen pada bulan April 2012. Akan tetapi terdapat laporan bahwa bank-bank memberikan kredit secara lebih berhati-hati kepada industri yang sangat sensitif terhadap gejolak harga komoditas dan ekonomi dunia seperti perusahaan dalam bidang sumber daya alam, mineral, perkebunan dan pengiriman. Pada saat yang bersamaan, ketatnya likuiditas dolar AS yang disinggung di atas dilaporkan telah mempengaruhi kemampuan sejumlah perusahaan lokal untuk memperoleh dolar dan fasilitas kredit dalam dolar.
Terdapat kemajuan dalam penguatan kelembagaan yang penting bagi sektor keuangan
Dalam perkembangan yang disambut baik untuk meningkatkan persiapan menghadapi krisis, Kementerian Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman untuk mengkoordinasi upaya-upaya untuk mencegah dan menangani masalah-masalah stabilitas sistem keuangan. Nota itu memberikan pedoman bagi koordinasi dalam hal terjadi krisis keuangan dan mengidentifikasi mekanisme untuk berbagi data dan informasi. Nota itu juga mendukung pembentukan protokol manajemen krisis (CMP) berdasarkan atas kewenangan badanbadan tersebut menurut peraturan perundangan yang berlaku. Sementara CMP Nasional membantu pencegahan krisis dan penanganan krisis keuangan potensial dalam jangka pendek, ia tidak sepenuhnya menangani celah-celah dalam kerangka hukum yang ada sekarang, dan dalam jangka panjang, pihak otoritas harus merancangan dan menetapkan pengaturan yang tetap bagi pemantauan dan penilaian dampak yang sistemis, persiapan krisis dan manajemen krisis, setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beroperasi sepenuhnya. Seperti dibicarakan pada Triwulanan edisi bulan Desember 2011, OJK akan mengambil alih pengawasan dan pengaturan lembaga-lembaga keuangan non bank dan pasar modal pada tanggal 1 January 2013 dan industri perbankan pada tanggal 1 January 2014 dan Komisi XI DPR baru-baru ini telah memilih tujuh Komisaris OJK. Akhirnya, pada perkembangan peraturan yang lain, Bank Indonesia menandatangani 2 nota kesepahaman tentang pengawasan perbankan lintas batas dengan Otoritas Peraturan Kehati-hatian Australia dan Komisi Jasa Keuangan Korea.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
10
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
5. Belanja untuk subsidi BBM masih tetap tinggi tetapi peningkatan harga tampaknya tidak akan terjadi untuk tahun 2012 Posisi fiskal Indonesia untuk semester pertama tahun 2012 tetap kokoh dengan kuatnya kinerja penerimaan terhadap belanja yang relatif lemah
Neraca anggaran Gambar 16: Defisit APBN pada paruh pertama 2012 kurang dari pemerintah pusat seperlima target setahun sesuai dengan APBN-P mencatat defisit (persen dari PDB pada tengah tahun pertama) sebesar Rp 36,1 triliun Persen PDB (+) menunjukkan defisit Persen PDB pada semester (-) menunjukkan surplus 3.0 3.0 pertama tahun 2012, Overall deficit Primary deficit Net financing jauh di bawah target 2.0 2.0 defisit pemerintah sebesar Rp 190,1 1.0 1.0 triliun atau 2.1 persen dari PDB (Gambar 16). 0.0 0.0 Neraca primer juga mencatat surplus, -1.0 -1.0 mencerminkan penerimaan yang kuat -2.0 -2.0 dengan kinerja Revised Realization Realization Revised Realization pengeluaran yang Budget full-year 1st half Budget 1st half relatif lemah, terutama 2011 2012 bagi belanja modal dan material. Akan tetapi perlu diketahui bahwa Sumber: Kemenkeu dan perhitungan staf Bank Dunia nilai defisit cenderung meningkat menjelang akhir tahun mengikuti besarnya tingkat belanja pada penutupan tahun – seperti pada tahun 2010 dan 2011 yang mencatatkan defisit walaupun neraca pemerintah pusat mencatat surplus dari bulan Februari hingga November. Rencana pembiayaan pemerintah berjalan sesuai rencana. Pada akhir bulan Juni, 61,8 persen dari target penerbitan sekuritas pemerintah sebesar Rp 270,7 triliun telah tercapai.
Kokohnya pertumbuhan ekonomi mendorong penerimaan yang kuat pada semester pertama tahun ini walau terdapat penurunan pada penerimaan terkait ekspor dan komoditas
Penerimaan pada semester pertama 2012 mencapai 44 persen dari target APBN-P dan meningkat 19 persen dibanding paruh pertama tahun 2011 (Tabel 7). Pajak pendapatan non-migas, pajak penjualan dan cukai juga mencatat kinerja yang baik tetapi penerimaan dari bea ekspor menurun sebesar 34 persen pada paruh pertama tahun 2011 dengan tekanan pada harga komoditas dari perlemahan permintaan dunia, seperti kepada harga minyak sawit. Penerimaan non-pajak, yang merupakan seperempat dari seluruh penerimaan, mendapat dorongan dari relatif tingginya harga minyak mentah pada semester pertama tahun ini dan kuatnya dividen yang berasal dari BUMN.
Pemerintah baru menerbitkan peraturan yang menetapkan tarif ekspor 20 persen pada sejumlah bijih dan mineral (tidak termasuk batu bara)
Seperti telah disinggung di atas, Pemerintah baru-baru ini menetapkan peraturan baru (PMK No. 75/PMK.011/2012) bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), yang berlaku pada pertengahan bulan Juni 2012, dimana dikenakan tarif ekspor sebesar 20 persen untuk ekspor pertambangan yang belum diproses dengan suatu daftar bijih dan mineral mentah, seperti bijih besi, emas dan tembaga. Tujuan dari peraturan itu adalah meningkatkan nilai tambah dalam negeri dengan mendorong investasi pada sektor pemrosesan mineral, dan juga untuk mendorong penggunaan sumber daya yang berkelanjutan. Terdapat sejumlah ketidakjelasan pada rincian kebijakan dan implementasinya, yang meningkatkan ketidakpastian kebijakan pada sektor tersebut, dengan potensi dampak terhadap investasi di masa depan.
Realisasi belanja berjalan lancar tetapi sebagian besar didorong oleh subsidi energi…
Belanja mencapai 41 persen dari nilai alokasi setahun APBN-P pada semester pertama tahun 2012 (Tabel 7) dan meningkat sebesar 42 persen dibanding paruh pertama tahun 2011. Akan tetapi sebagian dari pencairan itu telah didorong oleh belanja subsidi BBM yang kuat, yang disebabkan oleh tingginya harga minyak pada awal tahun dan perlemahan Rupiah. Pada akhir bulan Juni, 65 persen dari alokasi belanja untuk subsidi BBM telah dicairkan (Rp 89 triliun dari Rp 137 triliun). Jumlah subsidi BBM mencapai 23 persen dari belanja pemerintah pusat (tidak termasuk transfer) dengan jumlah seluruh subsidi energi mencapai 32 persen.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
11
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Tabel 7: Kuatnya hasil penerimaan tercatat pada semester 1/2012 dan tingkat pencairan, walau meningkat secara keseluruhan, tetap relatif rendah khususnya belanja modal
(nilai semester pertama 2012, triliun Rp; bagian dari tingkat APBN-P, persen) Nilai nominal pada semester pertama (triliun Rp)
Sebagai bagian dari tingkat APBN-P setahun penuh
2010
2010
2011
2012
2011
2012
Jumlah penerimaan
444
497
593
44,7
42,5
43,7
Penerimaan pajak, dari
338
388
457
45,4
44,1
44,9
Pajak penghasilan non-migas
148
174
199
48,2
47,3
44,6
Pajak penjualan (PPN)
99
112
150
37,8
37,7
44,5
Penerimaan non-pajak
106
109
136
42,8
38,2
39,8
Jumlah pengeluaran Pengeluaran pemerintah pusat, untuk
396
442
629
35,1
33,5
40,7
234
260
394
30,0
28,6
36,8
Pegawai
73
81
104
45,2
44,0
49,0
Barang & Jasa
29
35
42
26,0
24,4
22,4
Modal
16
23
31
17,3
16,2
18,2
Subsidi energi
52
54
124
35,9
27,8
61,5
Sosial
19
12
30
26,8
14,8
54,4
Transfer ke daerah 162 183 Sumber: Kemenkeu dan perhitungan staf Bank Dunia
236
46,9
44,3
49,2
…tetapi penyesuaian harga BBM bersubsidi tampaknya tidak akan terjadi di tahun 2012…
Kesempatan untuk Gambar 17: Harga minyak mentah telah menurun dengan menyesuaikan harga BBM tajam dan juga kemungkinan peningkatan harga BBM bersubsidi tampaknya tidak bersubsidi pada tahun 2012 akan dilakukan di tahun 2012. (dolar AS per barel) Rata-rata ICP selama enam Dolar AS Dolar AS Budget assumption per barel per barel bulan mencapai puncaknya revised Budget assumption pada bulan Mei pada sedikit di 160 160 bawah 121 dolar AS per barel, Future Brent per 4 Juli 2012 140 140 nilai batas yang dibutuhkan Harga minyak 120 120 agar Pemerintah dapat Brent meningkatkan harga BBM 100 100 bersubsidi. Dengan tajamnya 80 80 penurunan harga minyak 60 60 dunia dari bulan Mei ke 99 Harga minyak dolar AS per barel pada bulan 40 40 Indonesia Juni (Gambar 17), nilai batas 20 20 tersebut tampaknya tidak akan terlampaui. Tidak adanya reformasi subsidi BBM tampaknya akan mendorong belanja subsidi BBM yang Sumber: EIA, ESDM, ICE, Kementerian Keuangan melebihi anggaran dan berlanjutnya biaya kesempatan (opportunity cost) yang cukup berarti (lihat Triwulanan edisi bulan April 2012 untuk pembahasan lebih lanjut).
…yang mendorong Pemerintah mengumumkan kebijakan untuk meningkatkan efisiensi energi
Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi energi secara luas dan mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi, Presiden mengumumkan lima kebijakan, yang mulai berlaku pada bulan Juni 2012, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi. Termasuk diantaranya, sebagai contoh, melarang kendaraan pemerintah dan BUMN, dan juga kendaraan perusahaan pertambangan dan perkebunan, dari penggunaan BBM bersubsidi dan mendorong konversi dari bensin ke gas LNG. Akan tetapi, penghematan dari kebijakan ini pada tahun 2012 diproyeksikan oleh pemerintah relatif kecil sebesar 0,568 juta KL dari total volume alokasi 40 juta KL.1 1
http://nasional.kompas.com/read/2012/05/30/2052179/Target.Penghematan.BBM.Bersubsidi.568.000. Kiloliter
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
12
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Seperti dibahas lebih lanjut pada Bagian B, tingkat pencairan belanja modal, walaupun telah meningkat, tetap rendah
Pencairan belanja modal dan material pada semester pertama tahun ini, sementara menunjukkan pertumbuhan nominal yang kuat, masih relatif rendah dibandingkan dengan alokasi APBN-P selama setahun penuh. Tingkat pencairan belanja modal mencapai 18 persen, meningkat dibanding pencairan tahun 2011 sebesar 16 persen, pada pertumbuhan nominal belanja sebesar 35 persen. Belanja untuk material meningkat sebesar 20 persen secara nominal walaupun tingkat pencairan semester pertama sedikit menurun dibanding pencairan tahun 2011. Peningkatan yang tercatat dalam belanja, seperti untuk belanja modal, dapat mencerminkan bagian upaya yang dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) dalam memantau dan mempercepat penyerapan anggaran.
Proyeksi Bank Dunia untuk defisit anggaran tahun 2012 adalah 2,1 persen dari PDB
Untuk tahun 2012 secara keseluruhan, belanja diproyeksikan akan sejalan dengan APBNP, terutama karena belanja subdisi energi yang melampaui anggaran dan realisasi belanja program-program inti yang di bawah anggaran. Di sisi lain, penerimaan tampaknya akan lebih rendah dari target dengan produksi minyak yang lebih rendah, moderasi pada harga komoditas dan lemahnya proyeksi pertumbuhan global. Secara bersama-sama, faktor-faktor tersebut mendorong Bank Dunia untuk memproyeksikan defisit sebesar Rp 177 triliun, atau 2.1 persen dari PDB, lebih rendah daripada perkiraan Pemerintah untuk Semester I.
Pemerintah mencatat kemajuan yang kuat pada posisi pembiayaannya pada tahun 2012, walaupun ketidakpastian pada proyeksi dunia terus berlanjut
Defisit APBN-P tahun 2012 pada umumnya akan dibiayai dengan penerbitan surat utang negara netto sebesar Rp 159,6 triliun dan akumulasi Sisa Anggaran Lebih (SAL) Pemerintah sebesar Rp 56,2 triliun. Pada semester pertama tahun 2012, penerbitan sekuritas netto Pemerintah telah mencapai 73,7 persen dari target (dengan penerbitan sekuritas bruto melampaui 60 persen dari target). Penerbitan yang dilakukan Pemerintah pada semester pertama tahun ini termasuk penempatan 2,5 miliar dolar AS dalam obligasi dunia pada bulan April. Akan tetapi, dengan berlanjutnya ketidakpastian pada proyeksi pasar keuangan internasional, Pemerintah telah mengambil tindakan pencegahan dengan mengatur pembiayaan kontingensi atau darurat sampai sebesar 5,5 miliar dolar AS dari para mitra pembangunan, termasuk Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Australia, untuk mendukung belanja darurat dalam hal terjadi lonjakan yang tajam dalam biaya pendanaan.
Pemerintah telah menyerahkan kerangka fiskal dan ekonomi makro tahun 2013 kepada DPR
Tabel 8: Kerangka makro 2013 Pemerintah memproyeksikan Pada pertengahan pertumbuhan meningkat sekitar 7 persen bulan Mei, Pemerintah 2011 2012 2013 menyerahkan kerangka Kerangka makro fiskal dan ekonomi Aktuil APBN-P dan fiskal APBN makro untuk tahun 2013 Pertumbuhan riil PDB 6,5 6,5 6,8–7,2 kepada DPR. Asumsi (persen) ekonomi makro Inflasi (persen) 5,4 6,8 4,5–5,5 memproyeksikan Kurs tukar (Rp per 8.742 9.000 8.700–9.300 berlanjutnya dolar AS) pertumbuhan yang kuat Suku bunga (persen) 6,6 5,0 4,5–5,5 dan peningkatan dalam Harga minyak produksi minyak (Tabel Indonesia (dolar AS/ 111 105 100-120 8). Kerangka itu juga Barel) menetapkan kebijakan Produksi minyak 898 930 910–940 (ribuan barel/hari) dan strategi Pemerintah Produksi gas (ribuan yang bertujuan untuk setara barel minyak n.a. n.a. 1.290–1.360 “memperkuat ekonomi /hari) dalam negeri untuk Sumber: Kemenkeu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.”
Sejumlah kebijakan khusus untuk penerimaan dan pengeluaran juga sebutkan. Sebagai contoh, Pemerintah mengusulkan untuk meningkatkan pajak pertambahan nilai pada barang mewah (bukan kendaraan) dan cukai rokok. Batas minimum penghasilan tidak 2 kena pajak juga ditingkatkan dari Rp 15 juta menjadi Rp 24 juta. Investasi pada proyekproyek infrastruktur akan terus berlanjut dalam kaitannya dengan sasaran-sasaran pada 2
http://www.pajak.go.id/content/news/ditjen-pajak-dukung-kenaikan-ptkp
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
13
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Masterplan (MP3EI), dan juga program-program sosial dan pengentasan kemiskinan, sementara gaji menerima usulan peningkatan sebesar 7 persen. Rancangan anggaran dan nota keuangan tahun 2013 diperkirakan akan diserahkan secara resmi oleh Pemerintah ke DPR pada pertengahan bulan Agustus 2012. Tabel 9: Tanpa reformasi subsidi BBM pada tahun 2012, dan revisi turun harga minyak mentah, defisit APBN dapat mencapai 2,6 persen dari PDB
(triliun Rp, kecuali dinyatakan lain)
Asumsi harga BBM bersubsidi
A. Penerimaan negara dan hibah
2011*
2012 APBN-P
Tidak berubah
Potensi naik Rp 1,500 jika harga minyak cukup tinggi **
2012 (p) Kemenkeu Proyeksi laporan Semester I Tidak berubah
2012 (p) WB Juli 2012**
Proyeksi Bank Dunia Juli 2012 Beda proyeksi relatif kepada: APBN-P MoF Semester I report
Tidak berubah
1,200
1,358
1,362
1,334
-24.0
-28.2
873
1,016
1,017
1,003
-12.9
-13.6
1. Penerimaan pajak 2. Penerimaan non-pajak
324
341
345
331
-10.3
-13.8
1,290
1,548
1,553
1,512
-36.7
-41.5
1. Pemerintah pusat. o/w
878
1,070
1,071
1,032
-37.6
-38.8
Pegawai
176
212
206
204
-8.5
-2.5
Material
121
187
170
162
-24.8
-8.3
Modal
116
169
153
145
-23.2
-7.9
Subsidi, o/w
295
245
347
328
82.7
-19.1
165
137
217
198
60.4
-19.0
71
55
48
53
-2.8
4.8
411
479
482
480
0.9
-2.6
B. Pengeluaran
Subsidi BBM Sosial 2. Transfer ke daerah C. Neraca primer D. SURPLUS / DEFISIT Sebagai persen dari PDB
3
-72
-79
-59
13.3
19.9
-90
-190
-191
-177
12.6
13.3
-1.2
-2.2
-2.3
-2.1
0.1
0.2
6.0
-0.5
n.a.
Asumsi/hasil ekonomi utama Pertumbuhan ekonomi (persen)
6.5
Inflasi IHK (persen) Kurs tukar (Rp/dolar AS) Harga minyak mentah (dolar AS/barel)
6.5
6.3-6.5
5.4
6.8
4.8
4.4
-2.4
-0.4
8,742
9,000
9250
9,300
300.0
50.0
111
105
110
110
5.0
0.0
Produksi minyak (ribu barel/hari) 898 930 900 900 -30.0 0.0 Catatan: * 2011 adalah hasil belum diaudit. ** Perkiraan penerimaan Bank Dunia berdasarkan metodologi yang berbeda dari yang digunakan oleh Pemerintah untuk menghasilkan proyeksi bagi PDB nominal (lihat Bagian C dari Triwulanan edisi bulan Juni 2010 untuk penjelasan lengkap). ** APBN-P melipui opsi kenaikan harga BBM Rp 1.500 bila harga minyak Indonesia (ICP) secara rata-rata dalam 6 bulan berada 15 persen di atas asumsi APBN-P sebesar 105 dolar AS per barel Sumber: Kemenkeu dan perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
14
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
6. Turunnya risiko lonjakan harga BBM bersubsidi melemahkan proyeksi inflasi Setelah mencapai nilai terendah dalam dua tahun pada bulan Februari 2012, inflasi IHK (headline) tahun-ke-tahun meningkat hampir 1 poin persentase ke 4,5 persen pada bulan Juni 2012…
Inflasi IHK (headline) mencapai 4,5 persen tahun-ke-tahun pada bulan Juni 2012, mendekati peningkatan sebesar satu poin persentase dari angka paling rendah selama dua tahun terakhir yang dicatat pada bulan Februari (Gambar 18). Akan tetapi tingkat inflasi masih bertahan di bawah angka lima persen, mendekati setengah dari nilai ratarata pada dekade yang lalu, masih di atas pertumbuhan rata-rata. Hal ini mencerminkan absennya kejutan harga yang diatur oleh pemerintah, penurunan kejutan harga komoditas dan peningkatan dalam kehati-hatian manajemen kebijakan makro. Catatan inflasi bulanan juga relatif menurun dengan keberhasilan panen yang meningkatkan persediaan bahan pangan. Inflasi inti, alat ukur yang lebih baik untuk melihat faktor pendorong tekanan harga konsumen, menyusut ke tingkat paling rendah dalam 21 bulan terakhir sebesar 4,1 persen di bulan Mei, sebelum sedikit meningkat pada bulan Juni.
Gambar 18: Inflasi IHK sedikit meningkat tetapi inflasi inti Gambar 19: Perbedaan antara harga beras internasional dan Indonesia sekali lagi bergerak ke nilai tertinggi tetap bertahan rendah
(inflasi harga, persen)
(perbedaan harga, persen; harga beras kulakan, Rp per kg)
Persen 3
Persen 24 Inflasi pangan tahun-ke-tahun (kanan)
2
Inflasi inti t-k-t (kanan)
16 Inflasi IHK t-k-t (kanan)
1
120
Rp per kg 10,000
Vietnam beras pecah 15 persen (kanan)
Beras kualitas menengah domestik (kanan)
8,000
80
6,000
40
4,000
8
0
0
Inflasi IHK bulan-ke-bulan (kiri) -1 Jun-08 Jun-09 Jun-10 Jun-11 Catatan: T-k-t adalah tahun-ke-tahun Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia …dengan meningkatnya inflasi harga bahan pangan
Persen 160
-8 Jun-12
0 -40 Jun-08
2,000 Perbedaan harga domestik dan internasional (kiri) Jun-09
Jun-10
Jun-11
0 Jun-12
Sumber: Pasar Induk Beras Cipinang, Food and Agriculture Organization dan Bank Dunia
Peningkatan inflasi IHK tahun-ke-tahun menjadi 7.2 persen di bulan Juni terutama disebabkan peningkatan inflasi harga bahan pangan. Hal ini mengikuti penurunan inflasi harga bahan pangan selama tahun 2011 dan awal tahun 2012, dengan berakhirnya periode tingginya harga bahan pangan pada tahun 2011. Penurunan inflasi harga pangan sempat menyentuh angka paling rendah dalam 8 tahun pada 2,9 persen di bulan Februari 2012. Peningkatan harga bahan pangan mendorong tingkat inflasi keranjang kemiskinan naik dari 6,3 persen di bulan Februari menjadi 7,7 persen di bulan Juni. Melihat pada indeks harga konsumen, laju peningkatan harga relatif merata, dengan penyebaran tingkat inflasi pada sub-sub komponen berada pada nilai paling rendah dalam delapan tahun. Penurunan harga emas telah mendorong turun inflasi perhiasan pribadi, yang merupakan sub-komponen dari pakaian. Dengan tidak adanya perubahan harga bahan bakar bersubsidi selama lebih dari satu tahun, inflasi biaya energi transportasi dan rumah tangga tetap bertahan pada nilai yang moderat.
Perbedaan antara harga beras dalam dan luar negeri, yang telah menurun hingga bulan Mei, kembali meningkat ke nilai tertinggi pada bulan Juni
Perbedaan antara harga beras dalam dan luar negeri menurun selama masa panen sebelum kembali meningkat pada bulan Juni (Gambar 19). Pada bulan Juni 2012, harga beras kulakan dalam negeri berada pada kisaran 86-95 persen lebih tinggi (bergantung pada kualitas) dari beras dengan kualitas yang sebanding dari pasar luar negeri (masingmasing dari Thailand dan Vietnam), sedikit lebih rendah dari perbedaan harga sebesar 72-100 persen yang tercatat pada bulan Februari 2012. Turunnya perbedaan harga selama masa panen didorong oleh tiga faktor: peningkatan tipis pada harga beras internasional; depresiasi Rupiah terhadap dolar AS; dan turunnya harga beras dalam negeri karena peningkatan produksi. Sedangkan, pada bulan Juni, walaupun harga beras
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
15
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
luar negeri bulanan menurun sebesar 5 persen, terjadi peningkatan harga beras dalam negeri karena berakhirnya musim panen yang mendorong peningkatan perbedaan harga yang kembali mencapai nilai tertinggi. Perkiraan harga jangka pendek mengalami penurunan karena kecilnya kemungkinan adanya kenaikan harga BBM selama tahun 2012
Risiko peningkatan yang besar dalam proyeksi inflasi IHK jangka pendek yang disebabkan oleh reformasi harga yang ditetapkan oleh pemerintah pada umumnya telah berkurang, dengan dihapusnya dari agenda tahun 2012 tentang peningkatan harga BBM dan listrik bersubsidi. Seperti dibahas di bawah, dengan turunnya harga minyak dunia, syarat yang memungkinkan peningkatan harga BBM bersubsidi tampaknya tidak akan terpenuhi pada tahun 2012. Perkiraan harga konsumen telah menurun setelah sempat meningkat sesuai dengan rencana awal kenaikan harga BBM. Dengan bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri di bulan Agustus, perkiraan harga jangka pendek saat ini telah mulai meningkat, seperti umumnya terjadi setiap tahun.
Inflasi IHK diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,0 persen tahun-ketahun d kuartal akhir tahun 2012, menuju kisaran atas dari target sasaran BI sebesar 4,5 persen ± 1 persen
Menurut perkiraan baseline, inflasi IHK diproyeksikan akan meningkat ke 5,0 persen tahun-ke-tahun pada kuartal akhir tahun 2012, yang mencerminkan kuatnya pertumbuhan kredit, masih kuatnya permintaan dalam negeri dan beberapa pengaruh harga impor yang lebih tinggi yang berasal dari depresiasi kurs tukar Rupiah terhadap dolar AS. Angka ini berada pada kisaran atas target sasaran Bank Indonesia pada 4,5 persen ± 1 persen. Inflasi IHK tahunan untuk tahun 2012 secara keseluruhan diproyeksikan sebesar 4,4 persen. Pada tahun 2013, inflasi diproyeksikan akan meningkat menjadi 5,1 persen, walaupun risiko tetap ada bila situasi luar negeri semakin menurun. Perkembangan harga-harga bersubsidi adalah kunci dari proyeksi tersebut, dengan ramalan dasar (baseline) mengasumsikan tidak adanya peningkatan harga energi. Dalam hal kemungkinan perubahan harga, perubahan tarif listrik lebih mungkin dilakukan dari pada kenaikan harga BBM bersubsidi. Perkembangan harga pangan dalam negeri pada bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga akan sangat berpengaruh kepada inflasi keranjang kemiskinan, yang pada skenario baseline, diperkirakan akan sedikit turun ke 7,0 persen pada kuartal akhir tahun 2012 dan menjadi 7,6 persen pada akhir tahun 2013.
Pertumbuhan deflator PDB juga diperkirakan akan meningkat dari nilai rendahnya saat ini
Tingkat harga yang luas di dalam ekonomi, seperti diukur oleh deflator PDB, meningkat sebesar 6,0 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama tahun 2012, yang merupakan tingkat yang paling rendah sejak tahun 2009. Inflasi deflator PDB diproyeksikan akan meningkat pada sisa tahun 2012 hingga mencapai 7,2 persen untuk keseluruhan tahun (dengan rendahnya hasil kuartal pertama yang memberi kontribusi kepada revisi turun proyeksi tersebut). Pada tahun 2013, pertumbuhan deflator PDB tahunan diperkirakan akan terus meningkat, mencapai 8,1 persen berkat penguatan pertumbuhan ekonomi dan kondisi kredit, tetapi masih tetap berada cukup jauh di bawah rata-rata 14,5 persen yang tercatat selama 4 tahun sebelum terjadinya krisis keuangan dunia.
7. Tingkat kemiskinan terus menurun, tetapi dengan laju yang lebih lambat Tingkat kemiskinan terus menurun selama setahun hingga bulan Maret 2012, tetapi dengan laju penurunan yang paling rendah selama satu dekade
Tingkat kemiskinan turun dari 12,5 persen pada bulan Maret 2011 menjadi 12,0 persen di bulan Maret 2012. Penurunan tercatat pada daerah perkotaan maupun pedesaan, dengan tingkat kemiskinan di perkotaan turun dari 9,2 menjadi 8,8 persen, dan di pedesaan dari 15,7 persen ke 15,1 persen. Tingkat kemiskinan yang tertinggi tercatat di wilayah Indonesia Timur, sementara yang paling rendah tercatat di Kalimantan (Gambar 20). Garis kemiskinan di seluruh Indonesia secara rata-rata meningkat sebesar 6,4 persen menjadi tingkat konsumsi sebesar Rp 249.000 per orang per bulan. Sementara tingkat kemiskinan terus menurun, penurunan sebesar 0,5 poin persentase adalah penurunan terkecil selama sepuluh tahun terakhir, di luar peningkatan sebesar 2 poin persentase di tahun 2006. Hal ini mencerminkan perlambatan laju pengentasan kemiskinan yang mulai terlihat pada empat tahun terakhir (Gambar 21).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
16
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 20: Tingkat kemiskinan nasional relatif terus menyusut di 2012 namun tingkat menurunnya yang paling rendah di dekade terakhir ini
(perubahan angka kemiskinan, poin persentase; angka kemiskinan, persen) Persen
Poin persentase
20
National poverty rate (LHS)
4
15
2
10
0
5
-2
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Gambar 21: Tingkat kemiskinan nasional relatif tinggi di Indonesia Timur
(angka kemiskinan, persen)
30
30
25
25
20
20
15
15
10
10
5
5
0
0
Annual change in poverty rate (RHS) -4
0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia
Catatan: NT : Nusa Tenggara Sumber: BPS
Terdapat sejumlah kemungkinan di balik kecilnya penurunan tingkat kemiskinan di tahun 2012
Terdapat sejumlah kemungkinan yang menyebabkan relatif kecilnya nilai penurunan tingkat kemiskinan di tahun 2012. Salah satu faktor pendorong yang jelas adalah bahwa harga barang-barang dan jasa-jasa yang dikonsumsi oleh kaum miskin telah mencatat peningkatan yang lebih besar dibanding dengan rata-rata rumah tangga atau ekonomi secara umum – peningkatan sebesar 6,4 persen pada garis kemiskinan pada tahun yang berakhir pada bulan Maret 2012 adalah lebih besar dibanding peningkatan pada deflator PDB (6,0 persen) atau tingkat inflasi harga konsumen (headline) (4,0 persen) dan inflasi inti (4,3 persen). Evaluasi dari tiga kemungkinan yang lain juga dapat dilakukan setelah data mikro rumah tangga Susenas bulan Maret 2012 tersedia. Pertama-tama, mungkin terdapat tingkat yang lebih besar terkait jatuhnya individu-individu ke dalam kemiskinan jika dibandingkan dengan tahun yang lalu. Kedua, pertumbuhan dalam nominal konsumsi bagi kaum miskin dapat lebih rendah dibanding rata-rata rumah tangga. Ketiga, pertumbuhan PDB per kapita tahun-ke-tahun hingga bulan Maret 2012 sebesar 6,3 persen dapat lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata dalam konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada Susenas.
Penurunan tingkat kemiskinan yang lebih lambat juga dapat mencerminkan sulitnya pengentasan kemiskinan, dan juga besarnya jumlah rumah tangga yang rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan
Berubahnya sifat kaum miskin juga menjadi suatu faktor. Dengan tingkat kemiskinan yang mendekati 10 persen, pengentasan kemiskinan menjadi lebih sulit. Ketika tingkat kemiskinan berada pada 20 atau 30 persen dari populasi, terdapat banyak orang yang hidup hanya sedikit di bawah garis batas kemiskinan, sehingga peningkatan pendapatan yang moderat sudah cukup untuk mengeluarkan sejumlah besar penduduk dari kemiskinan. Akan tetapi, saat ini hanya sedikit penduduk yang berada sedikit di bawah garis kemiskinan, dan banyak dari penduduk miskin yang berada jauh di bawah garis itu (Gambar 22). Karenanya, dibutuhkan peningkatan pendapatan yang lebih besar bagi mereka untuk mencapai laju penurunan kemiskinan yang setara dengan tahun-tahun yang lalu. Pada saat yang bersamaan dengan semakin jauhnya para kaum miskin berada di bawah dari garis kemiskinan, banyak orang yang telah berhasil keluar dari kemiskinan selama tiga dekade terakhir masih hidup tidak jauh dari garis kemiskinan dan masih terancam jatuh kembali ke dalam kemiskinan (Gambar 23); lebih dari setengah kaum miskin setiap tahun bukan merupakan orang miskin satu tahun sebelumnya.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
17
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Gambar 22: Kaum miskin yang tersisa hidup semakin jauh di Gambar 23: …sementara sejumlah besar penduduk bawah garis kemiskinan… Indonesia yang hidup hanya sedikit di atas garis kemiskinan tetap rentan jatuh kembali ke kemiskinan (rata-rata konsumsi per kapita per persentil untuk 20%
(konsumsi bulanan per kapita tahun 2011, ribu rupiah)
Persen 120
Persen 120 Poverty line 100
80
80
Poverty Line (PL) (12.5 percent below) 1.2 X PL (24 percent below) 1.5 X PL (38 percent below)
6
8
100
juta orang 10
populasi terendah, persentase garis kemiskinan)
60
40
40
20
20
2
0
0
Consumption relative to poverty line
4
60
0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
Per capita consumption percentile Sumber: Susenas 2011 dan perhitungan staf Bank Dunia Penanganan masalah kemiskinan dan kerentanan tersebut membutuhkan program pemerintah yang lebih efektif
0 100 200 300 400 500 600 700 800 Monthly Household Per Capita Consumption (IDR 000) Sumber: Susenas 2011 dan perhitungan staf Bank Dunia
Kedua fenomena yang berkaitan tersebut, kemiskinan yang kronis dan kerentanan yang luas berarti bahwa kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia harus terpusat kepada dua tujuan. Pertama, dibutuhkan program peningkatan sosial untuk membantu kaum miskin untuk keluar dari kemiskinan melalui dukungan penghasilan dan investasi dalam mendorong peningkatan sumber daya manusia mereka. Yang termasuk program ini adalah program-program Beasiswa Siswa Miskin (BSM) yang memungkinkan keluarga miskin untuk menjangkau biaya pendidikan, dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang memberikan bantuan uang tunai kepada para ibu dari keluarga yang sangat miskin, di samping mendorong kesehatan persalinan dan anak-anak dan belajar di sekolah. Akan tetapi cakupan dari program-program itu masih tetap sangat rendah dan harus ditingkatkan untuk menyertakan banyak kaum miskin yang belum disertakan. Kedua, program-program perlindungan sosial diperlukan untuk melindungi banyak keluarga yang rentan di Indonesia terhadap risiko jatuhnya ke dalam kemiskinan.3 Terdapat sejumlah program, seperti Beras untuk rakyat miskin (Raskin) dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), tetapi mereka menghadapi masalah dalam penerapan dan tidak menjangkau seluruh kaum rentan dan miskin. Program-program itu harus ditingkatkan dan diperluas untuk mencakup seluruh keluarga yang rentan. Pada saat yang bersamaan, dibutuhkan program-program baru untuk melindungi kelompokkelompok yang sangat rentan, seperti mereka yang cacat dan tua dan sangat miskin, atau untuk memberikan pekerjaan kepada mereka yang tidak bekerja secara sementara.
3
Untuk rincian lebih lanjut lihat Bagian C dari Triwulanan edisi bulan April 2012 dan laporan Bank Dunia yang baru diluncurkan (tahun 2012) tentang Protecting Poor and Vulnerable Households in Indonesia, tersedia pada http://go.worldbank.org/5BWH4ZCQM0.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
18
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan ketenagakerjaan selama setahun hingga bulan Februari 2012 didorong oleh sektor jasa dan industri…
Beralih ke perkembangan pasar tenaga kerja, jumlah ketenagakerjaan pada bulan Februari 2012 meningkat sebesar 1,4 persen tahun-ke-tahun, mendorong tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,5 poin persentase menjadi 6,3 persen (Gambar 24). Berdasarkan data PDB untuk kuartal 1/2012, setiap 1 poin persentase pertumbuhan PDB berkaitan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 216.000 orang, sedikit lebih rendah dari rata-rata sekitar 400.000 orang selama enam tahun yang lalu (walau dibutuhkan analisis lanjutan untuk memeriksa tren ini secara lebih rinci).
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Gambar 24: Pengangguran terus menurun dalam setahun hingga Februari 2012…
(pertumbuhan tahun-ke-tahun, pengangguran, persen)
Persen 12
persen;
Unemployment rate (LHS) Real GDP growth (LHS) Non-agri employment rate (RHS) Formal employment rate* (RHS)
tingkat
Persen 65
9
55
6
45
3
35 25
0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sektor industri dan jasa secara Catatan: Data untuk Februari. BPS mengubah bobot umum merupakan pendorong survei angkatan kerja pada bulan Februari 2011. penyerapan tenaga kerja yang *Pekerja formal termasuk pegawai, pekerja tetap dan pekerja yang menerima gaji. setara, dengan jasa meningkat Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia sebesar 3 persen, didorong oleh sektor keuangan. Penyerapan tenaga kerja dalam industri meningkat sebesar 6,4 persen dan memiliki elastisitas yang tertinggi terhadap pertumbuhan PDB dibanding sektor-sektor lainnya. …dengan pekerjaan terus bergerak meninggalkan pertanian menuju pekerjaan yang lebih formal
Penurunan dalam pekerjaan bidang pertanian selama setahun hingga Februari 2012 sejalan dengan tren berjangka lebih panjang. Pada enam tahun terakhir jumlah pekerja pada sektor non-pertanian telah meningkat dari 56 persen menjadi 63 persen. Transisi ke sektor non-pertanian ini adalah satu faktor utama mengapa penyerapan tenaga kerja formal telah meningkat pada beberapa tahun terakhir, walaupun bahkan pada sektor formal sekalipun sebagian besar pekerja tidak memiliki kontrak. Hal yang menarik, sesuai dengan peningkatan permintaan bagi pekerja yang ahli, pegawai dengan pendidikan yang lebih tinggi adalah yang memberikan kontribusi terbesar kepada pertumbuhan tenaga kerja pada tahun yang lalu dan juga merupakan yang mencatat penurunan terbesar di dalam tingkat pengangguran.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
19
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
8. Ketidakpastian luar negeri masih menjadi risiko jangka pendek terbesar terhadap ekonomi Risiko pada lingkungan internasional tetap tinggi, dan diperkirakan akan terus bertahan…
Dengan masih belum jelasnya penyelesaian krisis di zona Euro, dan dengan potensi yang berlanjut dari kejutan-kejutan negatif lainnya yang dapat menghantam proyeksi dunia, seperti perkembangan di China dan ekonomi berkembang utama lainnya, masih terdapat risiko akan skenario yang lebih buruk bagi lingkungan eksternal jangka pendek Indonesia. Dampak dari skenario-skenario tersebut, walaupun bila terjadi pada semester kedua tahun 2012, tampaknya akan dirasakan secara sepenuhnya pada tahun 2013 (meskipun dampak pada pasar keuangan akan cenderung dirasakan lebih cepat). Sesungguhnya, tampaknya risiko tersebut akan tetap tinggi sepanjang tahun 2013 dengan besarnya kemungkinan berlanjutnya masalah-masalah di zona Euro ditambah dengan berlanjutnya tantangan fiskal yang dihadapi oleh perekonomian seperti di Amerika Serikat.
…dan jika terjadi perlambatan dunia yang hebat, maka pertumbuhan Indonesia dapat turun menjadi sekitar 4 persen pada tahun 2013
Triwulanan edisi bulan Oktober 2011 menguraikan sejumlah skenario alternatif untuk lingkungan internasional. Asumsi-asumsi telah dibuat untuk jalur yang paling mungkin terjadi untuk pertumbuhan mitra perdagangan, terms of trade (terutama harga komoditas) dan investasi domestik pada setiap skenario yang kemudian disalurkan melalui proyeksi pertumbuhan untuk memberikan beberapa pedoman terhadap risiko penurunan yang mungkin dapat dihadapi oleh ekonomi Indonesia. Pada skenario dasar (baseline) yang memproyeksikan berlanjutnya gejolak pasar, seperti diuraikan di atas, pertumbuhan diperkirakan akan menurun menjadi 6,0 persen di tahun 2012 sebelum sedikit meningkat menjadi 6,4 persen di tahun 2013. Dalam hal terjadi kebekuan dalam pasar-pasar keuangan internasional utama yang mendorong penurunan dalam pertumbuhan mitra perdagangan, penurunan harga komoditas dunia dan turunnya tingkat kepercayaan investor dalam negeri yang mengarah kepada skenario yang setara dengan tahun 2009, maka diproyeksikan bahwa pertumbuhan dapat melemah menjadi 4,7 persen di tahun 2013 (Skenario 2 pada Tabel 10). Pada skenario ketiga dengan krisis tersebut disertai atau bahkan ditimbulkan oleh penurunan global yang hebat dan panjang yang terjadi ke ekonomi-ekonomi berkembang yang utama, maka pertumbuhan di Indonesia dapat turun ke 3,8 persen, dengan dampak perlambatan yang lebih dirasakan pada kegiatan dalam negeri dengan penurunan harga komoditas yang memangkas pendapatan dan investasi. Perkembangan di China, sebagai contoh, merupakan hal yang menarik secara khusus tidak hanya bagi permintaan komoditas tetapi juga untuk proyeksi harga komoditas global (lihat Kotak 4). Juga terdapat kemungkinan bila sentimen konsumen dan dunia usaha juga turun dengan tajam, dan mungkin bersama-sama dengan tekanan pada sektor keuangan dalam negeri, maka pertumbuhan dapat mendapat tekanan yang lebih dalam, menjadi lebih rendah dari yang diproyeksikan oleh skenario-skenario berikut.
Tabel 10: Dampak penurunan global terhadap pertumbuhan ekonomi akan menjadi signifikan Skenario:
Pertumbuhan PDB Indonesia (persen)
Hasil
Skenario 2
Skenario 3
Berlanjutnya gejolak
Kembali ke 2009
Perekonomian global yang buruk
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2012
2013
2012
2013
6,0
4,6
6,2
6,5
6,0
6,4
5,8
4,8
5,7
3,8
Asumsi skenario: Rasio investasi /PDB (persen) Pertumbuhan PDB mitra perdagangan utama (persen)
Skenario 1
23,7
23,4
23,9
24,4
25,3
26,1
25,1
25,1
25,0
24,1
2,1
-1,0
7,0
3,0
3,5
3,7
2,3
0,1
1,9
-1,8
Pertumbuhan terms of trade (persen) -18,1 -4,2 5,7 10,2 2,0 9,0 0,0 -15,0 0,0 -30,0 Catatan: 2012 dan 2013 adalah proyeksi, Rangkaian terms of trade disusun oleh Bank Dunia dari data perdagangan bulanan Sumber: CEIC dan proyeksi staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
20
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Proyeksi neraca pembayaran juga tetap tidak pasti dan skenario dunia yang lebih negatif akan memberi tekanan kepada aliran modal dan perdagangan
Menurut skenario dasar (baseline), keseluruhan neraca pembayaran Indonesia diperkirakan akan mencatat sedikit surplus pada tahun 2012, dan meningkat tipis di tahun 2013. Bila lingkungan internasional bergerak ke skenario yang lebih negatif, maka dapat terjadi implikasi yang lebih signifikan terhadap arus masuk neraca pembayaran Indonesia, terutama pada Skenario ketiga. Permintaan eksternal dan harga komoditas yang lebih rendah akan menurunkan surplus perdagangan dan semakin memperlebar neraca berjalan. Peningkatan gejolak pasar internasional dan pelarian aset investor ke risiko yang lebih rendah, tampaknya akan mendorong aliran keluar modal, yang memberikan tekanan kepada Rupiah dan harga aset-aset dalam negeri.
Risiko kepada proyeksi inflasi, walaupun telah menurun, tetap besar
Penurunan kemungkinan untuk peningkatan harga BBM di tahun 2012 telah menyusutkan risiko inflasi jangka pendek. Akan tetapi, risiko kenaikan dan penurunan inflasi masih tetap besar. Jika pertumbuhan tetap berlanjut dengan kuat maka inflasi dapat meningkat dengan terjadinya pengetatan pada keterbatasan kapasitas. Lebih jauh lagi depresiasi kurs tukar juga dapat mempengaruhi harga domestik yang lebih tinggi (depresiasi Rupiah sebesar 10 persen terhadap dolar AS berkaitan dengan peningkatan sekitar 0,5-1 poin persentase dalam inflasi headline). Akan tetapi penurunan yang lebih besar dari perkiraan pada permintaan eksternal dan harga komoditas global akan cenderung menurunkan inflasi dalam negeri, baik secara langsung melalui harga-harga impor, dan melalui dampaknya terhadap pendapatan dan permintaan di dalam ekonomi. Akhirnya, perubahan apapun dalam kebijakan pengelolaan subsidi harga, seperti untuk listrik dan BBM, akan menghasilkan proyeksi yang sangat berbeda di tahun 2013.
…sementara tantangan belanja subsidi dan pencairan menjadi risiko kepada proyeksi APBN
Turunnya harga minyak mentah yang terjadi belakangan ini telah menurunkan biaya subsidi BBM per liter. Akan tetapi, belanja pada semester pertama tahun ini menunjukkan tingginya risiko untuk belanja yang melampaui alokasi APBN-P (dengan proyeksi Pemerintah untuk jumlah belanja subsidi sebesar Rp 100 triliun di atas alokasi pada APBN-P sebesar Rp 245 triliun). Langkah-langkah kebijakan untuk membatasi konsumsi tidak akan memberi dampak yang berarti terhadap tingkat belanja, yang merupakan biaya yang tinggi yang dapat dialokasikan untuk belanja pembangunan lainnya dan mendukung rumah tangga miskin. Sebaliknya, juga terdapat masalah belanja yang lebih rendah karena tantangan pencairan yang telah disinggung di atas dan dibahas lebih lanjut pada Bagian B. Kedua faktor ini, bersama-sama dengan jalur harga komoditas, dan penerimaan, adalah beberapa dari risiko-risiko utama terhadap hasil defisit di tahun 2012.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
21
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Kotak 2: “Pengaruh China” terhadap harga-harga komoditas dunia Gejolak harga dan permintaan komoditas dunia merupakan pendorong utama perkiraan (outlook) ekonomi Indonesia, yang mempengaruhi posisi fiskal, neraca perdagangan dan juga konsumsi dan investasi domestik. Sebagian besar peningkatan volume ekspor komoditas Indonesia yang belakangan terjadi didorong oleh peningkatan permintaan dari China, akan tetapi seberapa pentingkah permintaan dari China sebagai pendorong harga-harga komoditas dunia? Sebagai pusat produksi dunia, peran China sebagai sumber permintaan komoditas telah menjadi semakin penting. Pada tahun 2000, sebagian besar ekspornya adalah barang-barang konsumsi, akan tetapi pada tahun 2009 sekitar setengah dari ekspornya adalah barang-barang modal (IMF, tahun 2011). Barang-barang tersebut cenderung membutuhkan jumlah sumber daya alam yang lebih besar sebagai bahan masukan (input) produksi, yang sebagian menjelaskan lonjakan permintaan komoditasnya. Alasan lain di belakang permintaan komoditas dari China adalah investasi pada infrastruktur dan perumahan dengan kenaikan tingkat pendapatannya. Secara khusus, permintaan untuk energi dan metal sangatlah kuat. Konsumsi bahan bakar cair China merupakan pendorong utama dari permintaan energi dunia (Gambar 25). Bila pada tahun 2000 permintaan energi China berada pada 6,4 persen dari permintaan dunia, maka nilainya telah meningkat hampir dua kali lipat menjadi 11,2 persen pada tahun 2011. Dengan menggunakan tingkat konsumsi energi tahun 2008 sebagai dasar, IMF meramalkan bahwa konsumsi energi China akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2017 dan tigak kali lipat pada tahun 2025. Gambar 25: Permintaan energi China merupakan pendorong utama konsumsi bahan bakar cair dunia
Gambar 26: Pengaruh China terhadap harga komoditas cukup besar – tetapi masih berada di belakang AS
(kontribusi ke pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen)
(konstribusi variasi pada permintaan China terhadap variasi harga komoditas, persen)
Persen 4
China USA Other OECD Other Asia & Oceania Rest of World Total
Persen 16 Persen 4
2
2
0
0
-2
-2
-4 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Sumber: Badan Administrasi Informasi Energi
14 12
Persen 16 China
USA
14 12
10
10
8
8
6
6
4
4
2
2
0
0
-4 2013f Catatan: Shock variance decomposition 4-kuartalan dari satu standar deviasi pada output industri, menunjukkan kontribusi variasi pada permintaan China terhadap variasi pada harga komoditas. Data untuk 2000-2010 Sumber: IMF
Dengan peran pentingnya sebagai konsumen utama dunia untuk bahan-bahan mentah, tidaklah mengejutkan bila China memiliki peran yang besar dalam harga komoditas. Jenkins (2011) memperkirakan bahwa untuk periode tahun 2002 hingga 2007, pertumbuhan permintaan minyak China pada 42,1 poin persentase di atas pertumbuhan permintaan dunia telah menyebabkan peningkatan harga minyak dunia sebesar 10,8 hingga 27,11 persen. Antara tahun 2001 dan 2011, konsumsi logam China meningkat sebesar 350 persen (Statistika Logam Dunia). Dampaknya pada harga-harga dunia terlihat jelas pada tembaga, timah, aluminium dan nikel (Gambar 26). Akan tetapi walaupun tekanan yang berasal dari China kepada harga-harga komoditas telah meningkat secara berarti, tekanan itu belum mencapai tingkat yang setara dengan tekanan yang berasal dari Amerika Serikat (AS), yang masih menjadi ekonomi terbesar dunia. Sejalan dengan meredupnya perkiraan pertumbuhan China, harga-harga komoditas dunia akan melemah. Kerapuhan global ekonomi yang masih terus bertahan masih akan meredam permintaan akan barang-barang ekspor dari China. Investasi dalam negeri tampaknya akan melambat dengan persyaratan kredit yang lebih ketat akan membatasi kegiatan pada industri manufaktur dan perumahan. Selain itu, pengembalian tingkat persediaan pasca krisis keuangan tahun 2009 telah sampai pada penghujungnya karena perusahaanperusahaan China telah memulihkan tingkat persediaannya. Secara bersama-sama, faktor-faktor tersebut tampaknya akan menurunkan permintaan bagi banyak komoditas – dan sesungguhnya, seperti dibahas sebelumnya, beberapa bulan terakhir telah mencatat penurunan dalam harga-harga komoditas internasional. Akan tetapi perlu diingat bahwa penyeimbangan kembali dalam permintaan China menuju konsumsi swasta akan mendorong harga produk-produk tertentu, seperti minyak sawit, sayur-mayur, ikan dan daging, karet untuk produksi ban dan komoditas lain yang berkaitan dengan konsumsi – yang juga diekspor oleh Indonesia. Catatan: Kotak ini diambil dari laporan World Bank East Asia and Pacific Economic Update (2012) dan merujuk kepada Jenkins, R. (2011) “The ‘China effect’ on commodity prices and Latin American export earnings”, CEPAL Review 103, dan IMF(2011), “China: 2011 Article IV Consultation”, IMF Country Report No. 11/192.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
22
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERBARU PEREKONOMIAN INDONESIA 1. Pendorong dan implikasi tren-tren terakhir pada neraca berjalan Indonesia Saldo neraca berjalan Indonesia telah menyusut dan diproyeksikan akan menjadi defisit tahunan pada tahun 2012 untuk pertama kali sejak krisis keuangan Asia
Cepatnya laju pertumbuhan domestik dan lemahnya permintaan luar negeri membuat surplus neraca berjalan (CAS) Indonesia menurun secara berarti pada beberapa tahun terakhir. Bank Dunia memproyeksikan bahwa Indonesia akan mulai mencatat defisit neraca berjalan (CAD) tahunan pada tahun 2012, untuk pertama kali terjadi sejak krisis keuangan Asia. Perlemahan yang belakangan terjadi pada neraca pembayaran, seperti dijelaskan pada Bagian A, telah mempercepat pergeseran neraca berjalan menjadi defisit, hal ini juga merupakan bagian dari tren jangka menengah. Bagian ini menganalisis faktor-faktor pendorong yang mendasari pergerakan akhir-akhir ini pada neraca berjalan Indonesia, dan membahas masalah-masalah yang terkait dengan keberlanjutan dari defisit tersebut dan implikasinya terhadap posisi pendanaan luar negeri Indonesia.
a. Dinamika neraca berjalan Indonesia akhir-akhir ini Setelah mencatatkan defisit neraca berjalan (CAD) pada tahun 80an hingga 90an, pokokpokok neraca luar negeri Indonesia berubah pada krisis keuangan Asia
Sebelum krisis Asia, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat selama hampir tiga dekade, dengan didorong oleh industrialisasi, urbanisasi dan penurunan hambatan perdagangan, yang menghasilkan ekonomi yang lebih terpadu secara global.4 Seperti dengan banyak negara-negara lain, tahap ‘mengejar ketinggalan’ pembangunan ekonomi ini membutuhkan peningkatan yang signifikan dalam tingkat investasi, dengan tingat investasi terhadap PDB meningkat dari 28.5 persen tahun 1980 menjadi 37.2 persen pada tahun 1997. Dengan rendahnya tingkat simpanan dalam negeri, maka investasi tersebut didanai dengan pinjaman luar negeri dengan rata-rata defisit neraca berjalan berada pada kisaran 3 persen dari PDB tahunan (lihat Kotak 3 untuk deskripsi neraca berjalan). Aliran keluar neraca berjalan didanai oleh pinjaman jangka pendek dan aliran masuk modal portofolio. Penarikan pendanaan luar negeri secara tiba-tiba pada masa krisis keuangan Asia menyebabkan neraca berjalan Indonesia berpindah menjadi surplus karena terdepresiasinya mata uang yang cukup tinggi, diikuti dengan reformasi kebijakan yang ditujukan kepada pengurangan hutang luar negeri dan membangun penyangga-penyangga domestik terhadap penghentian aliran masuk modal asing secara tiba-tiba.
Pada beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mencatat surplus neraca berjalan, yang mendorong peningkatan jumlah cadangan devisa
Sejak tahun 1998 neraca berjalan Indonesia pada umumnya terus bertahan dalam posisi surplus, dengan penerimaan ekspor yang lebih dari cukup untuk mengimbangi impor dan pembayaran pendapatan kepada investor asing. Hal ini menggambarkan suatu peningkatan dalam simpanan secara relatif terhadap investasi dibandingkan dengan periode-periode sebelum krisis keuangan Asia, yang menunjukan terdapat pelaksanaan yang lebih konservatif terhadap praktik-praktik investasi dan peraturan pemberian pinjaman. Surplus neraca berjalan yang terus terjadi juga membantu menyediakan pendanaan bagi luar negeri pada beberapa tahun terakhir, menurunkan kerentanan 4
Elias & Noone (2011), “The Growth and Development of the Indonesian Economy”, Reserve Bank of Australia Bulletin, Desember.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
23
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
terhadap penghentian modal yang terjadi secara tiba-tiba, dan mendorong peningkatan jumlah cadangan devisa hingga empat kali lipat selama dekade yang lalu. Akan tetapi, neraca berjalan menunjukan tren yang terus menurun sejak krisis keuangan dunia tahun 2008…
Akan tetapi, sejak krisis dunia tahun 2009, kuatnya kondisi dalam negeri dan lemahnya ekonomi global telah mengakibatkan penyusutan surplus neraca berjalan (CAS), dengan impor dan aliran keluar penerimaan yang berkaitan dengan peningkatan penanaman modal asing langsung (FDI), terutama pada sektor pertambangan dan mineral, meningkat lebih cepat dibanding penerimaan ekspor. Tabel 11: Surplus neraca berjalan diproyeksikan akan berubah menjadi defisit pada tahun 2012
(miliar dolar AS, kecuali dinyatakan lain) Rata-rata Rata20 th rata 5 th
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Neraca berjalan
2,7
6,4
13,6
5,6
2,1
-8,1
-4,8
-7,4
persen dari PDB Neraca perdagangan
0,9
1,2
2,5
0,8
0,2
-0,9
-0,4
-0,6
8,1
19,3
21,2
21,3
23,3
11,1
15,6
15,2
Barang
20,6
30,2
30,9
30,6
33,9
Jasa Neraca pendapatan
-12,5
-10,9
-9,7
-9,3
-10,6
-10,2
-18,5
-15,1
-20,8
-25,8
-23,8
-25,2
-27,4
4,8
4,6
4,6
4,2
4,6
4,8
4,7
Transfer berjalan 2,3 Sumber: BI dan Bank Dunia Kotak 3: Apa itu Neraca Berjalan?
Saldo neraca berjalan (NB) suatu negara mencatat seluruh transaksi dengan negara-negara lain yang berkaitan dengan pertukaran barang-barang dan jasa-jasa (neraca perdagangan), neraca pendapatan dan transfer berjalan. Neraca pendapatan mencatat bunga bersih dan pembayaran dividen dan penerimaan perusahaan-perusahaan dalam negeri yang beroperasi di luar negeri, sementara komponen terakhir merupakan pembayaran bersih (yang tidak berkaitan dengan pembelian barang, jasa atau aktiva 5 apapun) yang diterima dari negara-negara lain. Neraca Berjalan (NB) = Neraca Perdagangan + Neraca Pendapatan + Saldo Transfer Berjalan Dengan kata lain, neraca berjalan mencerminkan selisih simpanan dan investasi di dalam suatu ekonomi. Jika suatu ekonomi nilai konsumsi dan investasi suatu ekonomi lebih besar dari yang diproduksi atau penerimaan dari pendapatan atau transfer, dikatakan ekonomi tersebut pada situasi neraca berjalan yang defisit (CAD), yang memerlukan pinjaman dari luar negeri untuk menutupi difisitnya, atau pada situasi simpanan domestik lebih rendah dari investasi. Sehingga dalam keadaan CAD mengharuskan suatu negara untuk meminjam dari luar untuk membiayai investasi yang tidak dapat dibiayai oleh simpanan nasional, dan membayar di kemudian hari dari penerimaan nasional yang lebih tinggi. Terdapat kaitan ekonomi yang penting antara neraca berjalan dan posisi investasi internasional neto (NIIP) suatu negara. NIIP suatu negara mencerminkan peningkatan – atau persediaan – dari transaksi keuangan suatu ekonomi dengan negara-negara lain. Sehingga bila tidak terdapat perubahan valuasi, tingkat neraca berjalan akan setara dengan perubahan dalam NIIP dalam suatu periode. Akan tetapi hal itu jarang terjadi: perubahan valuasi yang mencerminkan perubahan dalam harga aktiva (aset) dan pergerakan valuta juga berdampak kepada persediaan aset dan kewajiban luar negeri selama suatu periode. Jumlah transaksi neraca berjalan dan perubahan valuasi juga dikenal sebagai perubahan dalam kekayaan luar negeri neto suatu negara. Defisit pada neraca berjalan (CAD) juga mempunyai implikasi pada pembiayaan jangka pendek, karena akan menambah kebutuhan pembiayaan eksternal bruto suatu negara. Walaupun pinjaman dan investasi saat ini yang mengorbankan pendapatan masa depan dapat memberikan arti pada percepatan pembangunan ekonomi yang efisien, CAD juga meningkatkan ketergantungan suatu negara akan aliran modal asing. Suatu kebutuhan pembiayaan eksternal pada periode tertentu terdiri dari pembayaran kembali pembayaran pokok hutang jangka menengah dan panjang, hutang jangka pendek yang jatuh tempo,dan setiap defisit pada neraca yang membutuhkan pembiayaan. Kebalikannya, apabila neraca berjalan surplus akan tersedia tambahan sumber dana bagi eksternal.
5
Sebelumnya dikenal sebagai Kiriman Dana Pekerja Luar Negeri, kelompok ini diubah pada Pedoman Posisi Investasi Internasional dan Neraca Pembayaran IMF, edisi 6 (2007) untuk mencerminkan seluruh transfer antara penduduk dan bukan penduduk, tanpa memperhatikan sumber dana maupun hubungan dalam rumah tangga.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
24
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
…tercatat defisit pada dua kuartal yang lalu, karena pertumbuhan impor terus melebihi pertumbuhan ekspor yang lambat
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Lemahnya permintaan luar negeri dan penurunan harga komoditas yang baru terjadi telah mempercepat tren menuju defisit neraca berjalan (CAD), dengan Indonesia mencatat defisit pada Kuartal 4/2011 dan Kuartal 1/2012 (Gambar 27). Kuartal 1/2012 mencatat peningkatan CAD menjadi 2,9 miliar dolar AS (1,3 persen dari PDB) dari 1,6 dolar AS (0,7 persen dari PDB) pada Kuartal 4/2011. Sementara angka itu merupakan nilai CAD terbesar yang pernah tercatat, sebagai rasio terhadap PDB angka itu hanyalah sekitar setengah dari rata-rata defisit sebelum krisis keuangan Asia. Peningkatan CAD didorong oleh penurunan tajam dalam surplus perdagangan barang menjadi 3,5 miliar dolar AS, turun dari 6,4 miliar dolar AS pada Kuartal 4/2011 dan 9,4 miliar pada Kuartal 3/2011. Penyempitan pada dasarnya didorong oleh lemahnya volume ekspor non-migas, yang sejalan dengan perlambatan produksi industri pada mitra-mitra perdagangan utama. Per sektor, ekspor pertambangan dan manufaktur telah turun, terutama ke China. Di sisi impor, terdapat peningkatan impor non-migas karena peningkatan permintaan barang modal dan setengah jadi sebagai faktor masukan (input) bagi investasi dalam negeri. Impor migas juga telah meningkat, mencerminkan kuatnya konsumsi dan kegiatan industri. Selain itu, defisit jasa juga memiliki tren yang semakin melebar pada beberapa tahun terakhir dengan permintaan akan jasa pengiriman telah meningkat sejalan dengan volume ekspor yang lebih tinggi, bersama-sama dengan naiknya jumlah penduduk Indonesia yang berpergian ke luar negeri. Defisit pendapatan juga meningkat, karena kenaikan dalam repatriasi keuntungan sesuai dengan peningkatan aliran FDI belakangan ini.
Gambar 27: Pergeseran ke CAD belakangan ini adalah Gambar 28: …dan diproyeksikan akan bertahan pada bagian dari tren jangka menengah… kisaran 1 persen dari PDB pada jangka menengah (miliar dolar AS) (miliar dolar AS; persen dari PDB) Goods trade balance Services trade balance miliar dolar AS Persen PDB Income balance Current transfers 6 15 Current account balance 15
miliar dolar AS
miliar dolar AS 15
10
10
5
5
0
0
5
2 0
-5
-2 -4
-10
-5
-15
-10
-10
-20
-15 Mar-12
-25
Sep-10
Nilai dolar AS (kiri)
0
-5
-15 Mar-06 Sep-07 Mar-09 Sumber: Bank Indonesia
4
10
Relatif terhadap PDB (kanan)
-6 -8 -10
1984 1988 1992 1996 2000 2004 2008 2012 Sumber: data historis IMF, proyeksi Bank Dunia
Kuatnya permintaan dalam negeri, bersamasama dengan lemahnya ekonomi dunia yang terus berlanjut, diproyeksikan akan mendorong neraca berjalan menjadi defisit
Melihat ke depan, neraca berjalan diperkirakan akan mencatat defisit tahunan pada tahun 2012, dan jumlahnya di dalam dolar akan terus melebar selama jangka menengah (walaupun tetap berada di bawah 1 persen dari PDB, Gambar 28). Pergerakan menuju CAD ini sudah diperkirakan, karena relative kuatnya ekonomi domestik sejalan dengan pertumbuhan permintaan dana simpanan asing untuk membiayai kuatnyainvestasi dalam negeri dan ekspansi ekonomi Indonesia..
Surplus dan defisit neraca berjalan mungkin meningkat oleh berbagai sebab
Tidak terdapat hubungan sebab akibat yang kuat antara CAD dan kinerja ekonomi yang buruk. CAD dapat memungkinkan suatu ekonomi untuk memusatkan biaya dan manfaat pada periode awal, mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial. Sebagaimana dibahas pada Bagian C, pembiayaan defisit melalui peningkatan FDI dan impor barang-barang modal juga dapat memberikan pengaruh positif melalui peningkatan produktivitas, upah dan transfer keahlian manajemen dan teknologi. CAD juga dapat menjadi tanda kuatnya ekonomi, dengan mencerminkan berlimpahnya kesempatan investasi atau pengejaran ketinggalan dalam produktivitas, yang keduanya dapat menarik aliran masuk modal asing yang lebih besar, terutama pendanaan FDI yang stabil. Akan tetapi, CAD dapat pula menjadi suatu keprihatinan apabila CAD mencerminkan pendanaan yang bersifat
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
25
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
investasi spekulatif yang tidak meningkatkan produktifitas suatu ekonomi dan yang didanai oleh aliran modal jangka pendek yang dapat berhenti secara tiba-tiba. Kebalikannya, surplus neraca berjalan (CAS) dapat menandakan kurangnya kesempatan domestik untuk melakukan investasi yang berkualitas tinggi, yang mendorong penduduknya untuk mengalihkan simpanan mereka ke luar negeri. Hal ini dapat menghilangkan modal ekonomi domestik untuk mendanai pembangunan infrastruktur dan sektor swasta di dalam negeri. Juga perlu dicatat bahwa ekonomi dunia tidak dapat bekerja bila seluruh negara berada pada posisi CAS.. b. Keberlanjutan jangka panjang dan pendanaan dalam waktu singkat CAD yang berkelanjutan merujuk kepada keinginan dan kemampuan suatu ekonomi untuk membayar kembali pinjaman yang ada dan keinginan investor asing untuk memberi pinjaman pada suatu ekonomi…
CAD yang berkelanjutan – kemampuan suatu negara untuk menjalankan kondisi CAD untuk suatu jangka waktu yang lama – memiliki kaitan yang erat dengan kemampuannya untuk membayarkan kembali hutang-hutang luar negerinya melalui surplus perdagangan masa depannya, dan apakah investor asing mau dan dapat memberi pinjaman kepada negara itu untuk mendanai CAD secara jangka pendek. Bagian yang tidak dapat dipisahkan termasuk persepsi investor asing mengenai keinginan dan kemampuan ekonomi tersebut untuk memenuhi dan menyanggupi tanggung jawab hutangnya. Persepsi ini meningkat sesuai dengan kualitas proyek-proyek investasi yang dihasilkan dan lingkup kebijakan ekonomi makro dari negara tersebut. Berkelanjutan juga dapat merujuk pada suatu pengamatan apakah kelanjutan kondisi saat ini menjadi rentan terhadap perubahan kebijakan atau pengaruh gejolak dari eksternal yang akan memerlukan kebijakan penyeimbangan seperti pengetatan moneter atau kebijakan fiskal untuk mengurangi impor. Jika jawabannya adalah ya, maka ketidakseimbangan tersebut adalah tidak berkelanjutan.
Posisi utang luar negeri Indonesia dipandang sebagai berkelanjutan.
Pada akhir tahun 2010, tercatat jumlah investasi internasional Indonesia mencapai USD 422 milyar (dalam bentuk kewajiban), dimana USD 154 milyar adalah saham dari pemodal asing, yang diantaranya USD 133 milar dalam bentuk aset. Pergerakan ke arah CAD diperkirakan akan meningkatkan posisi kewajiban neto Indonesia. Memfokuskan pada kewajiban terhadap utang luar negeri (yang mencapai 27 persen terhadap PDB pada akhir tahun 2011), penilaian berkelanjutan dari laporan IMF Article IV tahun 2011 menyimpulkan bahwa posisi utang luar negeri Indonesia dinilai berkelanjutan untuk jangka menengah. CAD yang relatif melambat diharapkan dapat lebih menyeimbangi keadaan dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, peningkatan aliran dana yang bersumber dari non-utang (misalnya FDI dan saham) dan dari apresiasi riil lanjutan. Analisa kejutan dari IMF juga menyebutkan bahwa berkelanjutan eksternal berpengaruh kuat dari sebagian besar kejutan-kejutan yang diberikan, dengan ratio utang luar negeri yang diperkirakan menurun dan tetap pada tingkat terkendali di bawah seluruh skenario kejutan standar.
Akan tetapi tetaplah penting untuk memastikan bahwa ekonomi dapat memenuhi kebutuhan pendanaan jangka pendeknya, terutama pada masamasa tekanan pasar keuangan yang berat
Sebagaimana disebutkan diatas, pergerakan ke arah defisit neraca berjalan (CAD) akan meningkatkan kebutuhan finansial eksternal Indonesia. Akan tetapi, kecenderungannya tetap memiliki kontribusi relatif rendah dari keseluruhan kebutuhan keuangan. Misalnya, selama dua kuartal terakhir dimana Indonesia memiliki CAD, negara menjalankan kewajibannya membayar pokok utang luar negeri yang telah jatuh tempo sebesar USD 32.9 miliar dan USD 39.8 miliar. CAD pada tiap kuartal (USD 1.6 miliar dan USD 2.9 miliar) merupakan bagian kecil dan terbayar oleh aliran masuk neto dana dari non-utang (investasi langsung neto dan aliran masuk saham sejumlah USD 2.6 milyar dan USD 3.0 milyar). Pada skenario dasar (baseline) dengan tetap kuatnya kinerja FDI, situasi ini diharapkan akan berlanjut, walau terjadi pelemahan tajam pada permintaan eksternal dan harga-harga komoditi dan meningkatnya gejolak pasar finansial dapat jelas terlihat akibat outlook ini.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
26
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Susunan aliran masuk modal neto Indonesia telah berubah pada beberapa tahun terakhir, dengan investasi langsung kini memiliki bagian yang lebih besar dari aliran masuk modal neto
Perubahan susunan aliran masuk modal neto Indonesia juga berkontribusi kepada persepsi investor asing tentang keberlanjutan CAD yang berkembang. Sebelum krisis keuangan dunia, bagian FDI berjumlah sekitar 50 persen dari aliran masuk neraca keuangan bruto. Rasio ini turun menjadi sekitar 25 persen di tahun 2009. Akan tetapi pemulihan yang kuat dalam aliran masuk FDI membuat rasio itu meningkat menjadi 65 persen di tahun 2011. Bank Dunia memproyeksikan bahwa FDI akan bertahan pada kisaran 60 persen dari seluruh aliran masuk neraca keuangan.
Proyeksi kinerja FDI adalah merupakan kunci keberlanjutan CAD dan stabilitas pendanaan
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Gambar 29: FDI telah menjadi bagian yang lebih besar dari jumlah aliran masuk neraca keuangan sejak tahun 2008-09 (miliar dolar AS)
30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15
Direct Investment Other Investment miliar dolar AS
2004
2006
2008
Portfolio Investment Current Account miliar dolar AS 30 Ramalan 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 2010 2012 2014
Sumber: Data historis BI dan proyeksi Bank Dunia
Aliran FDI jangka panjang, berlawanan dengan aliran portofolio jangka pendek, merupakan faktor yang penting dalam menurunkan risiko-resiko keuangan dari sebuah ekonomi. Misalnya, penelitian terbaru oleh Levchenko dan Mauro (2006)6, menyimpulkan bahwa FDI membantu melindungi negara-negara dari penghentian aliran modal secara tiba-tiba. Seperti diuraikan pada Triwulanan edisi bulan Juni 2011, proyeksi bagi aliran masuk FDI ke Indonesia tampaknya bersifat positif, dengan rata-rata FDI kuartalan selama Kuartal 1/2010 – Kuartal 1/2012 berjumlah lebih dari tiga kali lipat dari rata-rata lima-tahunan sebelum krisis dunia tahun 2008/09. Aliran masuk FDI tersebut juga bersifat luas, dan tersebar lebih merata secara geografis di seluruh nusantara, dengan perusahaan-perusahaan asing yang mencari akses kepada basis konsumen Indonesia yang besar, sumber daya alam, dan untuk memetik manfaat dari biaya produksi yang lebih rendah demi melayani pasar ekspor. Walaupun demikian semuanya itu tetaplah peka terhadap kebijakan dan iklim investasi. c. Upaya kebijakan yang dilakukan baru-baru ini untuk memitigasi kerentanan eksternal
Otoritas di Indonesia telah melakukan reformasi untuk menurunkan eksposur ekonomi terhadap penarikan modal asing dan pelarian modal domestik
Selain dari manajemen kebijakan makro yang berhati-hati dan peningkatan jumlah cadangan devisa, pihak otoritas telah menjalankan serangkaian reformasi peraturan untuk membantu memitigasi kerentanan eksternal Indonesia dan menurunkan potensi aliran modal jangka pendek yang mengganggu stabilisasi pasar keuangan dan ekonomi dalam negeri. BI telah secara bertahap menurunkan penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dari lebih dari 38 miliar dolar AS pada bulan April 2010 menjadi 10 miliar dolar AS pada akhir bulan Mei 2012, menggantikan sertifikat jangka pendek 1, 3 dan 6 bulan dengan fasilitas term deposit, dan mengharuskan periode penyimpanan selama 6 bulan dalam SBI. Upaya-upaya ini menyebabkan penurunan jumlah SBI yang dimiliki oleh pihak asing dari 39 persen di bulan Mei 2011 menjadi kurang dari 2 persen pada akhir bulan Mei 2012. BI juga telah menggabungkan reformasi peraturan dan insentif untuk mendorong perusahaan-perusahaan dan investor dalam negeri untuk tetap mempertahankan modal di dalam negeri, untuk memitigasi kemungkinan pelarian simpanan dalam negeri secara tiba-tiba. Kebijakan-kebijakan tersebut termasuk mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk mengembalikan seluruh penerimaan ekspor dalam valuta asing kepada bank dalam negeri, membatasi jumlah pembelian valuta asing untuk keperluan simpanan oleh penduduk dan meluncurkan serangkaian produk term deposit dalam dolar AS dengan jangka waktu yang fleksibel dan tingkat pengembalian yang menarik – yang dirancang 6
Levchenko, A. dan Mauro, P. (2006) “Do Some Forms of Financial Flows Help Protect from Sudden Stops?” Laporan kerja WP/06/202. International Monetary Fund.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
27
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
untuk memperdalam pasar dolar AS di dalam negeri, menurunkan gejolak aliran modal jangka pendek dan menambah simpanan cadangan devisa Indonesia. Pada sisi fiskal, Pemerintah telah meningkatkan persiapan menghadapi krisis dengan peningkatan koordinasi melalui Protokol Pengelolaan Krisis, dan juga menambah penyangga fiskal secara signifikan pada APBN tahun 2012, yang termasuk: kerangka untuk mendukung harga obligasi dalam negeri; dan rencana kontingensi untuk mendukung tanggapan pemerintah yang cepat terhadap keadaan krisis atau darurat.7 Pendanaan CAD yang berkelanjutan membutuhkan aliran masuk investasi jangka panjang yang stabil, yang dapat didukung oleh kebijakan untuk meningkatkan iklim investasi dan mendorong daya saing
Kebijakan-kebijakan untuk menurunkan kebergantungan ekonomi terhadap aliran modal yang mudah berubah arah dan meningkatkan investasi asing jangka panjang yang stabil merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kapasitas negara untuk memenuhi kebutuhan pendanaan eksternal jangka pendek dan menengah. Sementara penyusun kebijakan di Indonesia tidak dapat mengendalikan ‘faktor-faktor” internasional, seperti tingkat bunga dan pertumbuhan pada negara maju, dibalik aliran dana asing, pihak otoritas dapat membantu memberikan lingkungan dalam negeri yang kondusif bagi dunia usaha dan investasi dengan menempatkan kebijakan-kebijakan untuk mendorong iklim investasi yang stabil dan terbuka dan meningkatkan daya saing sektor swasta. Kebijakan yang konsistensi dan komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting dalam menarik investasi asing berjangka panjang dan untuk mengurangi gejolak aliran dana jangka pendek.Sangatlah penting bagi Pemerintah untuk mengelola perubahan kebijakan untuk menghindari ketidakpastian atau kerancuan dalam lingkungan kebijakan, dan melakukan pertimbangan untuk implikasi jangka panjang dan jangka pendek dari suatu kebijakan. Dalam hal ini, pengumuman kebijakan yang baru dilakukan tentang pembatasan perdagangan, tarif ekspor dan batas kepemilikan pada sektor perbankan dan tambang telah meningkatkan ketidakpastian dan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor.
d. Komentar penutup Perpindahan Indonesia ke CAD mencerminkan secara relatif kuatnya kondisi ekonomi di dalam negeri di tengah ketidakpastian lingkungkan internasional. Untuk itu sangat penting terus memonitor perkembanganya dengan seksama, khususnya yang berkaitan dengan pembiayaan eksternal jangka pendek
Secara keseluruhan, seperti telah dibahas pada bagian A, proyeksi dasar (baseline) ekonomi Indonesia masih tetap kokoh, walaupun risiko penurunan tetap tinggi. Kuatnya pertumbuhan dalam negeri dan lemahnya pengaruh luar negeri secara bertahap mendorong Indonesia menuju CAD – suatu perkembangan yang umum dialami oleh ekonomi berkembang yang bertumbuh dengan pesat dengan kebutuhan investasi yang tinggi dan simpanan dalam negeri yang rendah. Proyeksi-proyeksi dasar bagi Indonesia adalah penarikan aliran masuk modal jangka panjang yang tidak dibebani bunga, seperti FDI, untuk mendukung CAD pada tahun-tahun ke depan. Walaupun sentimen investor tetaplah sensitif terhadap kejutan berbaliknya harga komoditi yang dapat memperlebar CAD dan gejolak pasar dunia lanjutan yang dapat menambah tekanan keuangan. Dalam hal ini, perubahan kebijakan yang baru dilakukan untuk menurunkan eksposur Indonesia terhadap aliran keluar modal yang mudah berubah arah disambut dengan baik, sebagaimana kebijakan diarahkan untuk meningkatkan bidangbidang seperti infrastruktur. Kurang jelas atau tidak konsistennya peraturan perdagangan dan investasi, dapat mengurangi kepercayaan investor yang berpotensial memberikan dampak pada aliran FDI portfolio jangka pendek dan panjang. Pada situasi lingkungan internasional yang rentan tersebut memonitor faktor pendorong CAD dan sumber-sumber pendanaan eksternal jangka pendek Indonesia dapat berperanan penting pada identifikasi awal pada dinamika yang mungkin timbul akibat tekanan pembiayaan pada kedua pembiayaan jangka panjang dan jangka pendek
7
Sebagai contoh, UU APBN tahun 2012 memberikan dasar hukum kepada Pemerintah untuk meminta persetujuan DPR dalam waktu 24 jam setelah penyerahan, demi menanggapi suatu peristiwa darurat, seperti yang diuraikan di dalam UU tersebut.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
28
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
2. Identifikasi hambatan dalam pelaksanaan anggaran di sektor infrastruktur Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu serta Manajemen Keuangan Publik yang lebih baik adalah hal penting dalam penyediaan layanan publik dan pencapaian hasil pembangunan
Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu serta Manajemen Keuangan Publik yang lebih baik adalah kunci penting dalam mewujudkan target dan hasil pembangunan. Dalam halnya Indonesia, memperbaiki pelaksanaan anggaran adalah salah satu hal yang sangat penting mengingat bahwa peningkatan alokasi anggaran yang cukup signifikan telah terjadi pada sektor utama infrastruktur dalam menjawab permasalahan infrastruktur. Pelaksanaan anggaran yang tepat waktu juga salah satu hal yang penting selama terjadinya kelesuan ekonomi karena kebijakan pengeluaran keuangan merupakan salah satu alat countercyclical yang dapat digunakan sebagai suntikan bagi perekonomian dari sisi permintaan. Oleh karena itu, dengan memahami berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan anggaran maka akan dapat membantu para pengambil keputusan untuk menjadi lebih baik dalam menyiapkan dan menanggapi berbagai guncangan yang mungkin terjadi, seperti faktor lingkungan eksternal yang memburuk. Berdasarkan analisis terkini, bagian ini akan membahas isu-isu utama dalam pelaksanaan anggaran oleh pemerintah pusat serta pilihan-pilihan kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut8. Studi ini dilaksanakan melalui analisis terhadap tiga puluh enam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) yang dipilih sebagai sampel dari sektor infrastruktur dalam setiap tahapan pelaksanaan anggaran (persiapan anggaran, pengadaan, dan pelaksanaan). Selain itu, studi ini mengidentifikasi faktor-faktor yang mengakibatkan adanya celah antara perencanaan dan pelaksanaan. Untuk itu, studi ini dilakukan di empat provinsi sampel melalui pengumpulan data dan informasi, wawancara yang mendalam, dan diskusi kelompok terfokus (FGD) kepada para pemangku kepentingan diantaranya Satker, KPPN, dan para kontraktor. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan anggaran di tahun 2010 serta menilai keefektivan reformasi yang telah berjalan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Pelaksanaan anggaran di sektor infrastruktur masih menjadi tantangan bagi pembangunan di Indonesia
Rendahnya pencairan anggaran di tahun 2010 dan 2011 menunjukkan masih adanya hambatan pelaksanaan anggaran. Pada tahun 2010, seluruh sector utama infrastruktur menunjukkan realisasi pengeluaran yang lebih rendah dari yang telah dianggarkan. Di tahun 2010 dan 2011, realisasi belanja modal APBN-P lebih rendah dari 85 persen, walaupun terdapat peningkatan belanja modal secara nominal sebesar 44 persen antara tahun 2010 dan 2011. Sebagaian besar kenaikan anggaran dialokasian kepada sektorsektor utama infrastruktur (Gambar 30 dan Gambar 31). Selain itu, lebih dari 50 persen dari keseluruhan pencairan terjadi pada triwulan terakhir dari kedua tahun tersebut. Lambatnya dan rendahnya pola pencairan ini ada kemungkinan akan terjadi lagi pada tahun 2012. Pada paruh pertama 2012, pencairan pengeluaran modal hanya sedikit lebih baik tetapi masih rendah sebesar 18 persen dari total alokasi anggaran keseluruhan (lihat IEQ Bagian A). (Untuk analisis profil pencairan pengeluaran pemerintah Negara-negara lain dapat dilihat pada publikasi IEQ Desember 2011).
Pemerintah telah meluncurkan sejumlah upaya untuk mempercepat kinerja pelaksanaan APBN
Pemerintah baru-baru ini telah membentuk suatu satuan tugas yang dikenal sebagai TEPPA (Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran) untuk memantau dan membuka simpul-simpul (de-bottlenecking) masalah yang menghambat penyerapan anggaran tahun ini. TEPPA dipimpin oleh UKP4, dengan Wakil Ketua Wakil Menteri Keuangan dan Ketua BPKP. Pemerintah juga telah melaksanakan beberapa upaya kebijakan, termasuk menyederhanakan proses penyusunan dan pembayaran anggaran, penerapan peraturan pengadaan yang baru (Perpres No. 54/2010), dan penerapan pedoman pelaksanaan anggaran (Perpres No. 53/2010, amandemen kedua dari Keppres No. 42/2002), yang memberikan keleluasaan bagi pengangkatan pejabat Satker (satuan kerja).
8
Bagian ini diambil dari publikasi bersama antara Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keaungan, LPEM-UI, dan Bank Dunia, Studi Penelusuran DIPA: Identifiaksi Hambatan dalam Pelaksanaan Anggaran di Sektor Infrastruktur
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
29
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 30: Sektor infrastruktur utama menerima kenaikan anggaran yang signifikan di tahun 2011
Gambar 31: Tetapi rendahnya realisasi APBN 2010 dan 2011 memperlihatkan tantangan pelaksanaan anggaran masih berlanjut
(triliun rupiah, nominal)
50
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
(triliun rupiah, nominal)
triliun rupiah
triliun rupiah Irrigation Transport.
Energy
50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Kementerian Keuangan dan kalkulasi staf Bank Dunia
triliun rupiah 50
2009 Revised Budget
2009 Actual
2010 Revised Budget
2010 Actual
2011 Budget
2011 Actual
triliun rupiah 50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
0 Irrigation
Energy
Transport Telecom.
WSS
Catatan: WSS adalah Water Suppy and Sanitation (Ketersediaan air dan Sanitasi) Sumber: Kementerian Keuangan dan kalkulasi staf Bank Dunia
a. Keterlambatan dalam proses persiapan anggaran merupakan faktor penghambat utama, walaupun masalah-masalah dalam proses pengadaan dan pelaksanaan juga mempengaruhi pencairan anggaran Beberapa masalah yang paling kritis diidentifikasi pada setiap tahap pelaksanaan anggaran
Penilaian pelaksanaan anggaran dapat dibagi kedalam 3 tahap: persiapan anggaran, pengadaan, serta pelaksanaan. Kinerja pelaksanaan anggaran dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: sifat dari proyek itu sendiri (proyek operasi dan pemeliharaan, atau pembangunan), jangka waktu sebuah proyek serta sumber pendanaan. Kinerja pelaksanaan tidak hanya dipengaruhi oleh fakor internal didalam Satker itu sendiri atau kementrian yang bersangkutan, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti kementrian lain yang berkaitan, tingkat pemerintahan yang lebih rendah, DPR serta lembaga-lembaga lainnya. Oleh karena itu, isu-isu yang teridentifikasi pada tahap pelaksanaan anggaran adalah sangat beragam baik dari segi teknis, kapasitas, kebijakan dan peraturan, serta kelembagaan. Namun, ada beberapa isu penting kerap muncul dan diutarakan sebagai hambatan dalam pelaksanaan anggaraan (Gambar 32)
Gambar 32: Masalah-masalah kritis yang teridentifikasi pada setiap tahapan pelaksanaan anggaran pada tahun 2010 dan 2011
I. Penyusunan Anggaran
II. Pengadaan
• Penunjukan pejabat Satker • Proses sanggahan dan masih terlambat dan dilakukan banding yang panjang setiap tahun • Kurangnya pemanfaatan • Praktik pemberian bintang pengadaan lebih awal (blokir DIPA) • Proses revisi DIPA yang panjang
III. Pelaksanaan
Lain‐lain
• Proses pembebasan tanah • Kurangnya sosialisasi dan yang panjang dan rumit waktu untuk persiapan sebelum dilaksanakannya • Pencairan yang condong kebijakan baru yang ke akhir tahun fiskal berdampak pada pelaksanaan anggaran
Sumber: Studi penelusuran DIPA: Identifikasi hambatan dalam pelaksanaan anggaran di sektor infrastruktur (2012) Faktor keterlambatan serta kerumitan selama persiapan proyek menjadi hal yang sangat penting dalam terhambatnya pelaksanaan anggaran
Meskipun tahap pengadaan dan pelaksaan menghadapi beberapa permasalahan, lambatnya tahap persiapan juga merupakan faktor kunci dan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan selanjutnya. Permasalahan lama masih menjadi alasan utama keterlambatan persiapan anggaran. Masalah-masalah lama tersebut termasuk: keterlambatan administratif penerimaan DIPA oleh Satker (walaupun DIPA telah disetujui sebelum tahun fiskal dimulai); keterlambatan pengangkatan pejabat Satker; panjangnya
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
30
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
proses revisi DIPA dan pembukaan blokir DIPA (DIPA dengan tanda bintang); dan lemahnya perencanaan dan penganggaran karena lemahnya kapasitas Satker dan proses pembahasan APBN yang sangat rinci (pengesahan oleh DPR) – dimana tidak hanya pada tingkat kementrian atau proyek, tetapi juga meliputi kegiatan serta jenis pengeluaran. Proses pengadaan juga menghadapi tantangan dan mengalami keterlambatan.
Peraturan pengadaan yang baru (Perpres No. 54/2010, amandemen dari Keppres No. 80/2003) telah berlaku sejak tahun 2011. Peraturan ini telah membawa serangkaian tantangan baru dalam hal serangkaian perubahan struktural. Sebagai contoh: sebagian besar Satker masih awam mengenai sistem tersebut dan mengatakan bahwa sosialisasi peraturan baru tersebut masih sangat kurang, sehingga terjadi multi-tafsir, yang mengakibatkan staf Satker menjadi terlalu berhati-hati dalam proses pengadaan. Adanya prosedur sanggah-banding tanpa batas waktu yang jelas, sangat berpengaruh terhadap proses pengadaan karena pengadaan harus ditunda hingga proses sanggah-banding tersebut selesai. Keterbatasan sumber daya manusia (spesialis pengadaan yang bersertifikat seperti disyaratkan dalam peraturan) dan lemahnya infrastruktur pendukung pengadaan elektronik (e-procurement) (seperti terbatasnya akses koneksi internet) juga termasuk faktor penghalang seperti yang disebutkan oleh para pejabat Satker. Lemahnya struktur insentif bagi pejabat Satker, ditambah dengan semakin tingginya tingkat pengendalian audit, semakin tidak mendorong kinerja Satker dalam pelaksanaan proyek. Fleksibilitas untuk melakukan pengadaan lebih awal sebelum dimulainya tahun fiskal belum berjalan dengan efektif.
Proses pembebasan tanah yang panjang dan rumit merupakan rintangan utama pada tahap pelaksanaan.
Walaupun kemajuan pelaksanaan bergantung pada sifat dari proyek, seperti proyek infrastruktur berskala besar yang memiliki komponen pembebasan tanah, seringkali mengalami keterlambatan karena proses pembebasan lahan yang panjang dan rumit, ditambah dengan masalah koordinasi. Sekitar 70 persen responden mengatakan bahwa mereka menghadapi masalah pembebasan tanah. Sebagai contoh, Satker Pembangunan Jalur Rel Kereta Api Ganda tahun 2010 mengalami celah yang begitu besar antara apa yang telah direncakan dengan kemajuan pelaksanaan aktual direnakan oleh keterlambatan penyelesaian pembebasan lahan (Gambar 33). Sementara itu, proyek non konstruksi (operasional dan pemeliharaan) dapat dilaksanakan hampir sesuai dengan yang telah direncanakan. Seperti, kegiatan pemeliharaan jalan (dilaksanakan oleh tim Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol Jawa Bara tahun 2010) dilaksakan seperti yang telah direncanakan karena kegiatan ini tidak membutuhkan proses pembebasan lahan (Gambar 34)
Gambar 33: Rencana vs realisasi kemajuan Pembangunan Jalur Rel KA Ganda (2010)
fisik:
(akumulasi kemajuan perencanaan dan realisasi keuangan, persen) persen 100
persen 100
Plan Actual
Gambar 34: Rencana vs realisasi kemajuan fisik: Tugas Bantuan (SKPD-TP) Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol Jawa Barat (2010)
(akumulasi kemajuan perencanaan dan realisasi keuangan, persen) persen
persen
100
100
Plan Actual
0
0
0
0
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Dec
Nov
Oct
Sep
Jul
Aug
Jun
80
May
Feb
Jan
Sumber: Satkers dan Kantor KPPN
Apr
20
Mar
20
Feb
20
Jan
20
Dec
40
Nov
40
Oct
40
Sep
40
Aug
60
Jul
60
Jun
60
May
60
Apr
80
Mar
80
80
Sumber:Satkers dan Kantor KPPN
Juli 2012
31
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Pola pencairan anggaran sebagian besar terjadi di akhir tahun anggaran
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Pencairan pertama umumnya dilakukan pada akhir triwulan pertama dan kemudian bervariasi sesuai dengan sifat dari proyek. Terdapat berbagai inkonsistensi ketika membandingkan antara rencana pencairan dengan realisasi keuangan yang disebabkan oleh keterlambatan dalam pelaksanaan proyek, keterlambatan oleh Satker dalam memproses pembayaran, dan adanya preferensi kontraktor untuk menunda penyerahan tagihan-tagihan hingga triwulan terakhir akibat dari rumitnya prosedur pembayaran (lihat contoh Gambar 35). Masih belum ada system pemantauan yang jelas dan kurangnya dorongan untuk memantau proses penerbitan perintah pembayaran oleh Satker kepada KPPN. Sedangkan, dalam hal pelaksanaan proyek, pencairan keuangan untuk kegiatan non-konstruksi (operasional dan pemeliharaan) tetap sesuai dengan yang telah direncanakan (Gambar 36).
(akumulasi kemajuan perencanaan dan realisasi keuangan, persen dari total; pencairan keuangan bulanan, miliar rupiah)
Sumber:Satkers dan KPPN Office Pelaksanaan beberapa kebijakan pada tahun 2011 (seperti efisiensi anggaran, optimalisasi anggaran) membawa dampak negatif terhadap pelaksanaan anggaran.
5
20% 0% Dec
Oct
0 Nov
Dec
Oct
Nov
Sept
July
Aug
June
Apr
May
Mar
0 Jan
0% Feb
20
Sept
40
20%
10 40%
July
40%
60%
Aug
60
June
60%
20 15
Apr
80
80%
May
100
Mar
80%
100%
Jan
120
Monthly plan (IDR) Monthly disbursement (IDR) Cumulative plan (%) Cumulative actual disbursement (%)
Feb
100%
Pencairan bulanan (miliar rupiah)
Monthly plan (IDR) Monthly disbursement (IDR) Cumulative plan (%) Cumulative actual disbursement (%)
Pencairan bulanan (miliar rupiah)
(akumulasi kemajuan perencanaan dan realisasi keuangan, persen dari total; pencairan keuangan bulanan, miliar rupiah)
Kemajuan kumulatif bulanan (persen)
Gambar 36: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: SKPD-TP Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat (2010), sebuah proyek non-konstruksi lebih terbagi rata ke sepanjang tahun
Kemajuan kumulatif bulanan (persen)
Gambar 35: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: Pembangkit Listrik dan Transmisi Sulawesi-MalukuPapua- Tahun Fiskal 2010, proyek ini terpola ke akhir tahun
Sumber: Satkers dan KPPN Office
Walaupun kebijakan-kebijakan baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas belanja, tetapi kurangnya pengalaman serta persiapan sebelum pelaksanaan memperburuk pelaksanaan anggaran (melalui proses revisi DIPA berulang). Instruksi Presiden No. 7/2011 tentang Penghematan Belanja meminta seluruh kementerian/lembaga untuk memotong anggaran minimum 10 persen. Sementara itu, Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 38/2011 mengenai optimalisasi anggaran belanja bertujuan untuk memberikan penghargaan dan sanksi bagi kementerian/lembaga berdasarkan tingkat efisiensi pada pengadaan tahun 2010. Sebagian besar Satker harus melakukan revisi terhadap DIPA dan POK mereka. Pemanfaatan optimalisasi anggaran dan realokasi penghematan 10 persen diputuskan pada bulan Maret, yang memberikan dampak negatif bagi kinerja Satker dan menyisakan waktu yang sangat sempit untuk perencanaan yang baik. Sebagai akibatnya, inisiatif/kegiatan baru yang dibiayai dari anggaran optimalisasi terhambat (mendapat tanda bintang) dan tidak dapat dibelanjakan seluruhnya.
b. Mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan anggaran adalah hal yang sangat penting bagi Indonesia Melakukan pemantauan yang intensif dan memberikan bantuan yang terkoordinasi dan tepat sasaran untuk proyek-proyek yang telah
Pelaksanaan APBN tahun 2012 telah memasuki paruh kedua tahun fiskal. Untuk itu, berbagai upaya untuk mempercepat pelaksanaan anggaran dapat difokuskan kepada proyek-proyek yang memiliki resiko besar dalam hal kecenderungan mengalami keterlambatan –contohnya proyek dengan modal besar dan merupakan prioritas dan proyek yang sebelumnya telah mengalami keterlambatan dalam tahap persiapan. Hal ini
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
32
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
teridentifikasi memiliki potensi risiko keterlambatan yang tinggi dalam pelaksanaan anggaran tahun 2012
bisa diatasi melalui pemantauan yang ketat dan melalui menyediakan bantuan yang tepat sasaran kepada beberapa kementrian dan Satker. Dalam hal ini. TEPPA telah aktif dalam melakukan pemantauan dan koordisani dengan kementrian terkait dalam mempercepat pelaksanaan anggaran. Disamping itu, pengenalan setiap kebijakan baru harusnya dapat memperhitungkan kemungkinan dampak negatif nya terhadap pelaksanaan anggaran dan memberikan waktu yang cukup untuk memahami aturan-aturan baru tersebut dan melakukan persiapan-persiapan yang dibutuhkan sebelum pelaksanaan kebijakan tersebut. Jika tidak, maka hal tersebut dapat memperbesar kerumitan proses pelaksanaan anggaran dan keterlambatan pelaksanaan.
Menyederhanakan beberapa prosedur dan peraturan yang berhubungan dengan proses penyusunan anggaran, pengadaan dan pelaksanaan anggaran dapat mempercepat pelaksanaan anggaran di tahun 2013
Mempercepat terbitnya peraturan pemerintah (PP) yang baru mengenai pelaksanaan anggaran yang saat ini masih dalam tahap persiapan, dapat membantu mengatasi beberapa hambatan dan ketidakkonsistenan peraturan dalam persiapan anggaran dan pelaksanaan APBN tahun 2013 juga untuk jangka menengah. Lambatnya administrasi yang saat ini terjadi dapat dikurangi dengan meminimisasi penggunaan tanda bintang pada DIPA dan kemudian menyederhanakan prosedur perbaikan anggaran. Selain itu, proses pengadaan pada tahun 2013 juga dapat diperbaiki diantaranya melalui: pemanfaatan fleksibilitas dalam hal pengadaan yang lebih cepat sebelum dimulainya tahun fiskal baru, pengalokasian anggaran yang memadai untuk infrastruktur teknologi informasi untuk mendukung penerapan pengadaan elektronik (e-procurement) serta memperjelas pemahaman mengenai peraturan-peraturan yang ada di antara kementrian terkait dan Satker. Memperbaiki dan menyederhanakan prosedur sanggah-banding (seperti dengan meningkatkan batas uang jaminan untuk mengajukan sanggahan dan memberikan batasan yang jelas akan jumlah dan jangka waktu proses sanggah-banding) juga dapat mempercepat proses pengadaan. Terakhir, mengaitkan kinerja panitia pengadaan dengan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator/KPI) dapat mendorong para panitia untuk memperbaiki kinerjanya. Mempercepat penyelesaian peraturan pemerintah mengenai pembebasan tanah dengan tujuan untuk mengefektifkan Undang-Undang yang baru (UU No.2 tahun 2012) merupakan langkah yang sangat penting dalam mempercepat proses pembebasan lahan yang selama ini telah menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan proyek infrastruktur.
Dalam jangka menengah, upaya-upaya untuk mempercepat pelaksanaan anggaran harusnya menjadi bagian dari reformasi Manajemen Keuangan Publik yang lebih luas.
Dalam jangka menengah, upaya-upaya untuk mempercepat pelaksanaan anggaran harusnya sangat berkaitan erat dengan reformasi Manajemen Keuangan Publik yang lebih luas termasuk pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budget (PBB)) serta Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework (MTEF)). Dalam hal ini, salah satu unsur yang paling penting adalah dengan memberikan fleksibilitas/kewenangan yang lebih tinggi kepada kementerian/lembaga (Eselon 1) untuk merevisi DIPA dalam kategori kegiatan dengan tujuan untuk mempercepat proses persiapan anggaran dan pelaksanaan yang disertai dengan penguatan pengawasan ex-post (setelah pelaksanaan) dan audit. Pembahasan anggaran yang sangat rinci yang saat ini masih berlangsung sebenarnya sudah tidak sejalan dengan reformasi yang saat ini berjalan yaitu menuju ke penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting), oleh karenanya pembahasan APBN (persetujuan oleh DPR) seharusnya dilakukan pada kategori agregat. Selain itu juga perlu menghentikan secara bertahap penggunaan tanda bintang atau persetujuan APBN bersyarat.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
33
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
C. INDONESIA TAHUN 2014 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN TERPILIH 1. Investasi di sektor jalan di Indonesia Infrastruktur jalan yang handal dan mudah diakses merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, suatu hal yang telah disadari oleh Pemerintah Indonesia
Kendaraan darat merupakan sarana pengangkutan utama di Indonesia, dengan 70 persen dari seluruh jumlah kilometer-ton pengiriman dan 82 persen dari seluruh jumlah kilometer penumpang. Sektor jalan berperan penting dalam mendorong pergerakan penumpang antarkota, menghubungkan masyarakat dan pasar-pasar di Indonesia, dan dalam mendukung daya saing internasional Indonesia. Transportasi jalan juga merupakan faktor yang penting dalam mengentaskan kemiskinan dan memberikan akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan, terutama bagi mereka yang hidup di daerah pedesaan. Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya hal ini dan sektor transportasi yang lebih baik merupakan fokus dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang memberikan dasar untuk mendukung agenda konektivitas. Bagian ini menguraikan kondisi jaringan jalan di Indonesia saat ini, tingkat investasi, serta cara-cara potensial untuk mendukung peningkatan kinerja sektor 9 ini ke depan. a. Rendahnya investasi, kurangnya pasokan, dan memburuknya kualitas
Investasi jalan di Indonesia telah kembali ke tingkat sebelum krisis tahun 1997/1998, setelah merosot tajam pada akhir tahun 90an…
Setelah penurunan yang tajam pada akhir tahun 90an, investasi jalan telah kembali ke tingkat sebelum krisis keuangan tahun 1997/1998 sebesar 1,6 persen dari PDB (Gambar 37), walaupun investasi infrastruktur secara keseluruhan belum seluruhnya kembali ke tingkat pra-krisis. Sektor publik secara historis merupakan pemain utama dalam investasi pada bidang jalan dan pemulihan investasi jalan pada umumnya didominasi oleh pemerintah daerah, setelah pelaksanaan desentralisasi pada tahun 2001. Kontribusi sektor swasta dan BUMN secara historis tidaklah besar dan hanya terpusat kepada beberapa pembangunan jalan tol.
….tetapi tingkat investasi ini kini tidak lagi sebanding dengan peningkatan permintaan dan pertumbuhan lalu lintas
Tingkat investasi untuk jalan yang ada sekarang tidak lagi sebanding dengan pesatnya laju peningkatan permintaan lalu lintas dan tidak mencukupi untuk mengatasi dampak penundaan pemeliharaan yang telah menumpuk selama satu dekade. Jumlah kendaraan telah meningkat tiga kali lipat antara tahun 2001 dan 2010 dan diproyeksikan akan terus meningkat untuk beberapa waktu ke depan. Jumlah kendaraan penumpang, bus dan truktruk mencatat peningkatan yang pesat di atas 20 persen per tahun antara tahun 2005 dan 2010 (Gambar 38). Akan tetapi, jaringan jalan nasional yang melayani lebih dari sepertiga lalu lintas kendaraan (dalam kilometer-kendaraan) hanya meningkat sebesar seperempatnya pada periode yang sama. Selain itu, ketersediaan dan kualitas infrastruktur jalan Indonesia berada di bawah negara-negara pembandingnya pada wilayah yang sama. Demografis kepadatan jalan (2,0 km per 1.000 orang) dan kepadatan ruang jalan (200 km per 1.000 km2) berada di bawah rata-rata ketika dibandingkan dengan tolok ukur wilayah dan internasional (Gambar 39 and Gambar 40).
9
Bagian ini mengambil dari publikasi Bank Dunia yang akan datang dengan judul Investing in Indonesia’s Roads: Improving Efficiency and Closing the Financing Gaps. Untuk tinjauan lengkap investasi infrastruktur di Indonesia, dapat dilihat pada Triwulanan edisi bulan Juni 2011.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
34
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 37: Setelah turun tajam, investasi dalam bidang jalan di Indonesia baru kembali ke tingkat pra-krisis tahun 1997/1998…
(triliun Rp pada harga tahun 2007; persentase dari PDB) Central Province LGs Triliun rupiah (tahun dasar 2007) 80
SOEs
Private Persen PDB 2.00
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Gambar 38: …yang tidak sebanding dengan laju peningkatan permintaan dan pertumbuhan lalu lintas
(jumlah kendaraan, juta) Passenger car
Bus
Truck
Motor cycle
Juta 80
Juta 80
1.75
70
70
1.50
60
60
50
1.25
50
50
40
1.00
40
40
30
0.75
30
30
20
0.50
20
20
10
0.25
10
10
70
Relative to GDP (RHS)
60
0 0.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1994 1997 2000 2003 2006 2009 Catatan: SOE:BUMN, LG: Pemda Sumber: BPS Sumber: Kementerian Keuangan (diproses) bagi pemerintah pusat dan daerah; Laporan tahunan untuk BUMN; basis data PPI Bank Dunia untuk investasi swasta 0
Gambar 39: …yang menyebabkan penurunan pada infrastruktur dan layanan jalan
Gambar 40: …dan biaya transportasi yang lebih tinggi per waktu perjalanan
(indeks kualitas infrastruktur jalan, tahun 2010-2011)
(rata-rata waktu perjalanan, jam per 100 km, 2010-2011)
0
1
2
3
4
5
6
7
Developing Asia
0
1
2
hr/100km 3
0
1
2
hr/100km 3
0
Vietnam
ASEAN
Indonesia
Indonesia
China
China Thailand
Thailand
Malaysia Malaysia
Singapore 0
1
2
3
4
5
6
7
Sumber: World Economic Forum Global Competitiveness Sumber: World Economic Forum Global Competitiveness Report tahun 2010-2011 Report tahun 2010-2011 Tabel 12: Keadaan jaringan jalan Indonesia, tahun 2009 Panjang (km)
Ekivalen 2 jalur (persentase dari total)
Diaspal (persentase dari total)
Kondisi baik & sedang (persentase dari total)
Kondisi buruk & rusak (persentase dari total)
Nilai aset (persen PDB)
Penggunaan jaringan jalan (persentase dari total kendaraan-km per tahun)
Nasional
38,570
8.8
91
86
14
2.8
34
Propinsi
48,691
9.7
81
63
27
2.3
19
384,810
79.9
55
43
57
10.1
33
6,266
1.3
79
64
36
0.3
10
742
0.3
100
96
4
0.1
4
477,079
100
61
54
46
15.6
100
Kota/kabupaten Jakarta Tol Jumlah
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat-Kementerian Pekerjaan Umum, BPS, dan perkiraan staf Bank Dunia menggunakan RONET THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
35
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Kondisi jaringan jalan yang memburuk khususnya di tingkat kabupaten/kota dan perlu diperbaiki dan diperlebar dengan baik.
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Di tahun 2009, laporan panjang jaringan jalan raya di Indonesia mencapai 477.079 km (Tabel 12). Angka itu tidak termasuk jalan desa/lingkungan yang mencapai 244.000 km. Penting untuk dicatat bahwa jalan-jalan nasional mencatat tingkat penggunaan jaringan yang paling tinggi sebesar 34 persen (kendaraan per km/tahun), walaupun panjangnya hanya mencakup 8,8 persen dari seluruh jaringan jalan. Tingkat penggunaan jalan kota/daerah hanyalah 33 persen walaupun jumlahnya hampir mencapai 80 persen dari seluruh jaringan jalan. Secara kualitas, jalan-jalan nasional pada umumnya digolongkan sebagai dalam keadaan baik, sementara jalan-jalan yang bukan jalan nasional umumnya berada dalam kondisi buruk dan kurang.
b. Jalan-jalan nasional dalam kondisi baik tetapi sangat padat Jalan-jalan nasional, termasuk jalan tol, umumnya dipelihara dengan baik, tetapi sering mengalami kemacetan lalu-lintas
Kondisi jalan nasional telah meningkat pada beberapa tahun terakhir. Sekitar 86 persen jalan-jalan nasional berada pada kondisi yang baik, suatu angka yang cukup jauh berada di atas nilai rata-rata negara berkembang pada 70 persen. Peningkatan kondisi jalan nasional ini mencerminkan penekanan baru yang dilakukan untuk pemeliharaan jalan nasional. Akan tetapi, hanya terdapat sedikit peningkatan pembangunan jalan baru. Sebagai akibatnya, terdapat kepadatan lalu lintas pada pusat-pusat kota dan jalan-jalan daerah, dan kecepatan perjalanan darat sangatlah rendah, berkisar pada 40 hingga 45 km/jam pada sebagian besar rute nasional. Kelebihan beban kendaraan pada jalan-jalan utama di daerah biasa terjadi disebabkan oleh rendahnya tingkat penegakan hukum, sementara kondisi tingkat kerusakan jalan diperburuk oleh pemeriksaan kendaraan yang tidak efektif, serta buruknya pemeliharaan kendaraan. Kemajuan pembangunan jalan bebas hambatan dan jalan tol sangatlah lambat. Pada tahun 2010, hanya 742 km jalan tol telah dibangun dan telah beroperasi walaupun pembangunan jalan tol dilakukan pertama kali pada tahun 1978. Jumlah ini kurang dari sepertiga dari perkiraan kebutuhan sebesar 2.400 km menurut Rencana Strategis Kementerian Perhubungan dan tertinggal di belakang beberapa negara di wilayah yang sama dalam hal kepadatan jalan bebas hambatan (km/1.000 populasi). Pelaksanaan pembangunan jalan tol dengan pola Kemitraan Pemerintah Swasta (Public Private Partnership/ PPP) masih terhalang oleh proses pembebasan lahan yang kompleks, persiapan proyek dan seleksi yang lemah, serta tidak tersedianya mekanisme pembiayaan kesenjangan kelayakan jalan tol yang efisien.
Belanja pemerintah pusat untuk jalan-jalan nasional telah meningkat tajam belakangan ini
Belanja untuk jalan-jalan nasional telah meningkat tiga kali lipat secara riil antara tahun 2005 dan 2011 (Gambar 41). Belanja untuk jalan-jalan nasional merupakan sekitar 60 persen dari belanja perhubungan pemerintah pusat (untuk seluruh sarana transportasi). Pada tahun 2009, peningkatan yang signifikan itu mencerminkan tambahan belanja untuk stimulus fiskal dalam upaya untuk membatasi dampak krisis keuangan dunia tahun 2008. Selain itu, penurunan yang tajam pada tahun 2010 sebagian disebabkan oleh tantangan pelaksanaan anggaran (untuk pembahasan lebih lanjut atas pelaksanaan anggaran di Indonesia dapat dilihat pada Bagian B). Pada tahun 2011, alokasi anggaran meningkat secara signifikan yang mencerminkan prioritas pemerintah untuk memperkecil kesenjangan pembangunan infrastruktur yang sejalan dengan RPJMN 2010-2014.
Walaupun terjadi peningkatan yang tajam belakangan ini, belanja untuk pembangunan jalan nasional yang baru masih sangat dibutuhkan
Dengan peningkatan dalam permintaan lalu lintas dan sasaran pembangunan jangka menengah, dibutuhkan peningkatan investasi dalam pembangunan jalan nasional baru dengan standar yang memadai. Selama periode tahun 2005-11, jaringan jalan nasional pada umumnya diperluas dengan penggolongan kembali 8.000 km jalan utama, terutama 10 melalui pelaksanaan perbaikan (sedikit pelebaran) untuk meningkatkan jalan-jalan yang di bawah standar yang dianggap penting secara strategis. Di sisi lain, tingkat belanja untuk pemeliharaan jalan nasional sudah mencukupi bila dibelanjakan dengan efisien dan mendekati tingkat kebutuhan yang diperkirakan sebesar Rp 6,9 trilliun. Pembangunan jalan baru dan pemeliharaan dapat dilakukan secara lebih efisien. Pertama, memperluas jaringan nasional yang ada melalui penggolongan kembali jalanjalan sebagai jalan nasional atau jalan khusus dan menempatkan sebagian besar 10
Di Indonesia, “peningkatan” (bettermen) umumnya melibatkan penguatan dasar jalan, sedikit pelebaran, pemberian lapisan aspal jalan yang baru dan memperbaiki saluran air. Pada umumnya jalan-jalan tersebut telah memiliki lapisan aspal.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
36
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
anggaran untuk perbaikan terbatas dan pelebaran jalan-jalan yang ada secara bertahap tidak akan mencapai pembangunan jaringan jalan arteri berstandar tinggi yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Kedua, biaya per unit bagi pemeliharaan jalan nasional di Indonesia relatif tinggi ketika dibandingkan dengan standar internasional. Sementara banyak negara telah melimpahkan sebagian besar kontrak pekerjaan pemeliharaan rutin mereka ke pihak luar, Indonesia masih terus menggunakan personil departemen yang berkaitan (in-house) untuk pekerjaan itu. Paket-paket pengadaan terfragmentasi (berukuran kecil) juga berkontribusi terhadap biaya administrasi yang lebih tinggi dan inefisien, serta menciptakan disinsentif bagi sektor swasta untuk berpartisipasi. Gambar 41: Belanja pemerintah pusat untuk jalan meningkat Gambar 42: Bagian dari jalan daerah dalam kondisi baik hampir tiga kali lipat secara riil antara tahun 2005 dan 2011 didukung oleh pembangunan baru
(triliun Rp pada harga tahun 2007) Investment Non-physical
(kondisi jalan daerah, persen dari jumlah jalan; jumlah panjang jalan, kilometer)
Betterment Bridge
Maintenance Persen 100
Good Poor length of road (RHS)
Fair Damaged
Triliun rupiah (tahun dasar 2007) 25
25
20
20
80
370
15
15
60
340
10
10
40
310
5
5
20
280
0
0
0 2005
2006
2007
2008
2009
2010 2011*
2001 Sumber: Kementerian Keuangan, Kementerian Pekerjaan Sumber: BPS Umum, perkiraan staf Bank Dunia. Catatan: * Angka-angka tahun 2011 adalah untuk alokasi anggaran
km (000) 400
250 2003
2005
2007
2009
c. Kondisi jalan-jalan daerah telah menurun karena lambatnya pemeliharaan Rendahnya pemeliharaan jalan-jalan daerah menjadi keprihatinan yang serius dengan beralihnya prioritas kepada pembangunan daripada pemeliharaan
Setelah peralihan tanggung jawab pengelolaan jalan-jalan daerah dengan desentralisasi di tahun 2001, belanja tingkat propinsi dan kabupaten/kota untuk jalan-jalan daerah telah meningkat lebih dari tiga kali lipat secara riil dari Rp 18 triliun di tahun 2001 menjadi Rp 53 triliun di tahun 2009. Peningkatan belanja pada umumnya digunakan untuk peningkatan jaringan jalan daerah yang signifikan. Akan tetapi kondisi jalan daerah telah menurun, dengan penurunan persentase jalan-jalan dalam kondisi baik yang didukung dengan pembangunan jalan yang baru (Gambar 42). Peningkatan yang signifikan dalam panjang jalan kabupaten/kota ini sebagian didorong oleh prioritas politik setempat kepada pembangunan jalan baru dibanding pemeliharaan dan meningkatnya jumlah kabupaten baru pasca desentralisasi, yang telah menyebabkan institusi pengelola jalan-jalan daerah terfragmentasi dan menjadi lemah.
Menutup kesenjangan pendanaan untuk menangani penundaan pemeliharaan jalan daerah akan membutuhkan peningkatan dua kali lipat dari tingkat belanja saat ini
Pemerintah propinsi dan kabupaten/kota kini mengalokasikan sekitar Rp 14,9 triliun, kurang dari setengah perkiraan kebutuhan untuk pemeliharaan jalan sekitar Rp 32,5 triliun, yang menyebabkan perbedaan pendanaan tahunan sebesar Rp 17,6 triliun. Untuk meningkatkan persentase jalan-jalan daerah dalam kondisi baik dan cukup dari 63 persen menjadi 86 persen akan membutuhkan peningkatan dua kali lipat dari tingkat belanja sekarang yang melibatkan integritas jaringan jalan secara keseluruhan, termasuk pekerjaan rehabilitasi untuk membawa jalan-jalan yang rusak ke kondisi yang lebih dapat 11 dipelihara pada lima tahun pertama. Selain itu, biaya kesempatan (opportunity cost) pengabaian pemeliharaan jalan cukup tinggi. Diperkirakan bahwa untuk setiap Rp 10.000 dana yang dibelanjakan untuk pemeliharaan, maka pengguna jalan akan meraih penghematan biaya sebesar Rp 46.000. Dengan demikian sangatlah penting untuk menutup kesenjangan pendanaan yang ada dan untuk menghilangkan kelambatan dalam pemeliharaan jalan-jalan daerah. 11
Kebutuhan pemeliharaan ini dihasilkan oleh Alat Evaluasi Jaringan Jalan (Road Network Evaluation Tools/RONET) Bank Dunia (lihat “Investing in Indonesia’s Roads: Improving Efficiency and Closing the Financing Gaps”).
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
37
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
d. Menuju kinerja infrastruktur jalan yang lebih baik Kapasitas jaringan jalan nasional sebaiknya hanya diperluas dengan mengikuti standar kapasitas jalan yang sesuai
Kebijakan yang sekarang dilakukan untuk memperluas jaringan jalan nasional dengan penggolongan kembali jalan-jalan propinsi sebagai jalan nasional atau jalan khusus dan menempatkan sebagian besar anggaran bagi perbaikan terbatas dan sedikit pelebaran jalan-jalan yang telah ada tidaklah optimal dan tidak akan menghasilkan pembangunan jaringan jalan arteri dengan standar yang tinggi yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan ekonomi. Kebutuhan jangka panjang bagi pembangunan jalan nasional adalah perluasan jalan menjadi 4 jalur dengan pembagian standar dan jaringan jalur cepat terpadu yang terpisah bila mungkin dilakukan.
Efisiensi pemeliharaan jalan nasional dapat ditingkatkan secara bertahap dengan beralih dari penggunaan personil departemen dan kepada kontrak berbasis kinerja, dan meningkatkan ukuran rata-rata paket pengadaan
Secara bertahap beralih dari penggunaan personil departemen dan beralih kepada kontrak berbasis kinerja (performance-based contracts/PBC) dapat lebih meningkatkan efisiensi melalui kompetisi.12 Pendekatan yang telah meraih keberhasilan di negaranegara lain adalah mendorong unit-unit personil departemen yang bertugas untuk pembangunan/pemeliharaan jalan untuk menjadi perusahaan kecil yang menerima kontrak. Pada awalnya perusahaan-perusahaan itu diberikan dukungan khusus dan jaminan pekerjaan pada beberapa tahun pertama, tetapi pada akhirnya mereka harus menjadi kontraktor yang sepenuhnya bersaing dengan kontraktor lainnya. Beberapa perusahaan tersebut berhasil mengembangkan dirinya dan kemudian dapat menangani proyek-proyek berskala besar. Memperpanjang kegiatan pemeliharaan jalan dari program satu tahunan menjadi tahun jamak (multi-year) dan meningkatkan rata-rata ukuran paket pengadaan pemeliharaan jalan dapat menurunkan biaya administrasi dan meningkatkan efisensi serta menciptakan insentif bagi partisipasi sektor swasta.
Dengan mendesaknya penanganan kemacetan dan kerumitan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS), pemerintah tampaknya harus meningkatkan investasi publik dan menangani rintangan-rintangan terhadap KPS
Untuk mempercepat pembangunan jalan bebas hambatan seperti diuraikan pada rencana strategis Kementerian PU, Pemerintah mungkin harus lebih terlibat dan meningkatkan investasi publik dalam jalan bebas hambatan, terutama pada bagian-bagian dengan kepadatan lalu-lintas yang rendah dan rute-rute di luar pulau Jawa. Secara bersamaan, penanganan faktor-faktor yang merintangi penerapan KPS juga sangatlah penting. Peningkatan dalam pemilihan dan penyiapan proyek KPS dengan melibatkan lembagalembaga terkait utama (Kemenkeu) dan memberikan dukungan fiskal yang memadai melalui penilaian kesenjangan kelayakan adalah hal yang penting bagi keberhasilan penerapan. Penekanan kepada proyek-proyek KPS yang paling strategis dan layak, dan membawa proyek-proyek itu hingga tahap transaksi dapat membawa pengaruh yang besar dalam menunjukkan komitmen pemerintah terhadap penerapan KPS (untuk uraian yang lebih mendalam tentang KPS dapat dilihat pada Triwulanan edisi bulan Oktober 2011).
Untuk menangani penundaan pemeliharaan jalan kabupaten/kota, diusulkan suatu mekanisme pendanaan dan kelembagaan yang baru
Prioritas yang lebih tinggi harus diberikan untuk penyelesaian penundaan pemeliharaan jalan kabupatan/kota yang menumpuk dan kapasitas kelembagaan yang lemah dan terpecah-pecah. Salah satu pilihan adalah memadukan perencanaan dan pengelolaan jalan kabupaten/kota pada tingkat provinsi untuk meningkatkan koordinasi antar wilayah, memetik manfaat dari skala ekonomi, dan menangani masalah kapasitas teknis dan manajerial tanpa mengganggu kewenangan pengambilan keputusan daerah setempat. Kabupaten-kabupaten dapat mendelegasikan pengelolaan seluruh atau sebagian jaringan jalan-jalan mereka dengan menggunakan pendekatan pengelolaan kontrak. Pendanaan untuk upaya pemeliharaan ini dapat ditetapkan dengan biaya penggunaan yang berkaitan dengan jalan (road-related users charges/RUCs), yang termasuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Bila seluruh biaya itu dialokasikan bagi pemeliharaan, maka sekitar 90% dari kebutuhan pemeliharaan dapat dipenuhi. Penetapan tersebut juga akan membawa tantangan tersendiri, seperti penurunan fleksibilitas anggaran, tetapi dalam hal ini berlaku prinsip manfaat yang lebih banyak dan mereka yang menerima manfaat dari jalan harus membayar lebih banyak untuk pemeliharaannya.
12
Pada kontrak tradisional, para kontraktor dibayar untuk jumlah pekerjaan yang telah selesai. Pada kontrak berbasis kinerja, kontraktor bekerja secara sekaligus, umumnya menerima pembayaran tahunan untuk memenuhi persyaratan kinerja yang diikat dalam kontrak. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa kontrak berbasis kinerja dapat memberikan hasil dengan kualitas yang lebih tinggi, dan seringkali pada tingkat harga yang lebih rendah.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
38
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
2. Peranan pasar dunia dalam meningkatkan daya saing dalam negeri Bagaimana peran pasar barang dan jasa dunia dalam meningkatkan kinerja sektor swasta Indonesia?
Indonesia memiliki potensi untuk bergerak ke tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan menggunakan kekayaan sumber daya alamnya, peningkatan ukuran pasar dalam negerinya dan meningkatkan keahlian dari angkatan kerjanya yang berkembang. Untuk mengubah potensi yang ada menjadi kenyataan, sektor swasta Indonesia harus meningkatkan investasi, memperbaiki daya saing dan menjadi lebih efisien. Hingga sejauh mana hubungan global dapat dimanfaatkan untuk membantu mencapai sasaran itu? Dengan menggunakan data tingkat perusahaan dan sektor dari industri manufaktur Indonesia, bagian ini menganalisis keterkaitan antara kinerja ekonomi dalam negeri dan tiga aspek keterkaitan internasional – penanaman modal asing langsung, akses kepada impor dan akses kepada pasar ekspor. a. Beberapa bukti tentang bagaimana integrasi yang lebih besar dapat membantu meningkatkan produktivitas
Menggunakan data tingkat perusahaan dari industri manufaktur Indonesia ukuran sedang dan besar, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa integrasi yang lebih besar berkaitan dengan kinerja yang lebih baik…
Dengan beragamnya sifat perusahaan-perusahaan, informasi mendetil tentang karakteristik mereka merupakan hal penting dalam mengidentifikasi bagaimana satu unsur tertentu, seperti dalam hal ini adalah tingkat integrasinya dalam pasar dunia, dapat mempengaruhi kinerjanya.13 Perbandingan kinerja antar perusahaanperusahaan yang terintegrasi secara global dan yang tidak, tetapi beroperasi pada industri yang sama, dan berlokasi di propinsi yang sama, dapat memberikan informasi awal tentang potensi manfaat dari integrasi itu. Fokus dari analisis ini adalah pada faktor produktivitas total (TFP) suatu perusahaan, yang merupakan ukuran efisiensi yang mana faktor masukan (input) diubah menjadi keluaran (output), dan laju pertumbuhannya.
Gambar 43: Lebih baiknya kinerja perusahaan Indonesia yang terintegrasi dengan ekonomi dunia
(premia tingkat produksi dan pertumbuhan, persen) Productivity Level Premia -40
Productivity Growth Premia -20 0 20 40
SME (below 100 employees)/Large Foreign (threshold 10%)/Domestic Importer (threshold 10%)/Non importer New Plant/Continuing Plants that will exit/Continuing Exporter (threshold 10%)/Non exporter -40
-20
0
20
40
Persen Catatan: Premia adalah perbedaan persentase antara tingkat produktivitas dan pertumbuhan bagi pabrik dengan karakteristik tersebut relatif dibanding yang tidak memiliki karakteristik tersebut, dengan industri dan propinsi perusahaan tersebut dan tahun itu sebagai faktor pengendali penelitian. Pabrik-pabrik asing adalah yang memiliki setidaknya 10 persen kepemilikan asing; pabrik importir/eksportir adalah pabrik yang masing-masing melakukan impor/ekspor setidaknya 10 persen produksinya; pabrik yang keluar adalah pabrik yang akan berhenti berproduksi dalam 2 tahun ke depan; dan pabrik baru adalah yang dibangun dalam 3 tahun terakhir
Di Indonesia, perusahaan yang merupakan eksportir, atau pengguna barang input yang diimpor, atau dimiliki oleh asing, cenderung memiliki kinerja yang lebih baik dibanding perusahaan yang tidak terintegrasi. Sebagai contoh, perusahaan dan eksportir yang menggunakan bahan yang diimpor, secara rata-rata, memiliki tingkat produktivitas 19 persen lebih tinggi dari pabrik yang tidak terintegrasi – sementara pabrik yang dimiliki oleh asing memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi sebesar 38 persen dibanding perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh dalam negeri (Gambar 43). 13
Analisis di bagian ini menggunakan data sensus tahunan BPS untuk sector manufaktur Indonesia. Sensus ini meliputi semua pabrik manufaktur yang terdaftar dengan pegawai lebih dari 20 orang, dan berisi uraian informasi tentang pabrik pada sektor manufaktur resmi termasuk output, input, tenaga kerja, modal, impor, ekspor dan kepemilikan asing. Unit analisis dari Sensus ini adalah ‘pabrik’, sementara dalam tulisan ini ‘pabrik’ dan ‘perusahaan’ ditujukan untuk unit analisa yang sama secara bergantian. Data yang digunakan mencakup periode tahun 1990–2009 yang memiliki observasi lebih dari 420.000 pabrik.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
39
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
…dan peningkatan kinerja seiring berjalannya waktu
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Lebih tingginya kinerja perusahaan yang lebih terintegrasi juga dapat dilihat pada kinerjanya sesuai dengan berjalannya waktu. Sebagai contoh, pertumbuhan produktivitas bagi perusahaan eksportir lebih tinggi 3 poin persentase secara rata-rata dibanding noneksportir selama tahun 1990 hingga 2009; dan sekitar 6 poin persentase lebih tinggi bagi perusahaan-perusahaan dengan kepemilikan asing dibanding dengan perusahaan dalam negeri; dan 2 poin persentase lebih besar bagi pengguna bahan input yang diimpor dibanding perusahaan yang bergantung pada input domestik. Premia tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara integrasi dan kinerja, tetapi mereka tidak dapat menentukan arah hubungan sebab-akibatnya. Tampaknya perusahaan yang berprestasi lebih baik adalah mereka yang berhasil masuk ke pasar ekspor, yang mencoba menggunakan bahan impor sebagai input, atau yang menarik investor asing. Akan tetapi, seperti diuraikan di bawah, terdapat bukti yang cukup yang menunjuk kepada integrasi yang lebih besar sebagai kekuatan yang penting yang mempengaruhi produktivitas di Indonesia (lihat Kotak 4 untuk beberapa bukti studi kasus).
Kotak 4: Apakah perusahaan manufaktur lokal menerima manfaat dari integrasi yang lebih besar? Beberapa studi kasus dari Jakarta dan Surabaya Perusahaan-perusahaan lokal dapat mengambil manfaat dari keberadaan perusahaan yang dimiliki asing melalui interaksi usaha yang melibatkan transfer pengetahuan, keahlian dan praktik. Sesungguhnya, bukti-bukti memberikan contoh bahwa interaksi tersebut mendorong peningkatan kapasitas pengetahuan, peningkatan kualitas produk dan kenaikan volume penjualan. Sebagai contoh, sebuah produsen komponen logam dalam negeri untuk perusahaan otomatif Jepang menyebutkan manfaat yang cukup besar yang diterima dari interaksi dengan kliennya yang dimiliki oleh asing. Perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia memberikan dukungan lewat sejumlah konsultasi tanpa biaya, dan juga kegiatan audit, yang bersifat kondusif terhadap peningkatan dalam kualitas dan rancangan produk. Lebih penting lagi, produsen tersebut mengatakan bahwa pengetahuan baru yang didapat oleh perusahaan lokal itu membantu meningkatkan kualitas input yang kemudian dijual ke pelanggan lainnya (baik di dalam maupun luar negeri). Selain itu, pengetahuan baru yang didapat oleh perusahaan lokal itu membantu meningkatkan pangsa pasar dan masuk ke pasar-pasar baru. Contoh-contoh lain menunjuk kepada perbaikan dalam standar dan kualitas produk oleh sejumlah perusahaan manufaktur Indonesia melalui interaksinya dengan klien asing dan juga dengan pemasok dari bahan input yang diimpor. Sebagai contoh, dua perusahaan manufaktur sumber daya alam (satu dalam sektor proses kopi dan yang lain dalam industri perikanan) mengatakan bahwa interaksi mereka dengan klien asing yang terlibat dalam ekspor membantu mereka dalam menggunakan standar sanitasi dan kualitas yang lebih baik. Produsen ikan tersebut, sebagai contoh, mendorong standar sanitasi yang ketat secara luas, dan pelatihan tanpa biaya yang diberikan oleh klien asing mereka telah mendorong peningkatan standar pada seluruh proses produksi mereka. Sang produsen kopi menerima pelatihan yang diberikan oleh pemasok tentang bagaimana mengoperasikan mesin pemroses kopi yang canggih yang diimpor, yang memberikan peningkatan kualitas pada produk akhirnya. Sementara itu, peningkatan persaingan dengan produk-produk asing juga dapat mendorong perusahaan-perusahaan lokal untuk berinovasi untuk menghasilkan produk yang lebih baik bagi konsumen. Sebagai contoh, produsen peralatan rumah tangga dan elektronik berukuran besar di Surabaya melaporkan bahwa persaingan dengan para produsen dari China mendorong mereka untuk menjadi lebih kreatif, yang mendasari pembentukan suatu unit layanan pelanggan, yang memberikan layanan purna jual yang berkualitas. Langkah itu terbukti efektif dalam menjaga pangsa pasar, dengan membedakan produk mereka dari para kompetitor.
b. Pentingnya peran FDI untuk meningkatkan kapasitas produktif Indonesia Pentingnya peran FDI bagi ekonomi Indonesia telah meningkat selama dua dekade yang lalu..
Pabrik-pabrik yang dimiliki asing berkontribusi sebanyak 41 persen dari seluruhtotal output pada tahun 2005-9, naik dari 23 persen pada tahun 1990-94. Selama periode yang sama, jumlah ekspornya meningkat dari sedikit di atas 25 persen menjadi 50 persen. Beberapa industri bahkan mencatat angka yang lebih besar. Sebagai contoh, di tahun 2009, pabrik-pabrik dengan kepemilikan asing berada di belakang 75 persen ekspor pada 8 dari 21 industri manufaktur dan lebih dari 50 persen ekspor pada 5 industri berikutnya.
…dan tampaknya akan terus meningkat…
Data terbaru dari BKPM menunjukkan bahwa pada kuartal pertama tahun 2012, realisasi investasi asing dalam industri manufaktur mencapai 5,7 miliar dolar AS, peningkatan sebesar 30 persen tahun-ke-tahun. Seperti diuraikan pada Triwulanan edisi bulan Juni 2011, peningkatan aliran masuk FDI ini telah didorong oleh biaya buruh yang relatif rendah, ketersediaan sumber daya alam utama dan pasar dalam negeri yang besar dan berkembang, yang mencerminkan demografis yang mendukung, tingginya pertumbuhan PDB per kapita, dan pertumbuhan kelas menengah yang pesat. Akan tetapi, daya tarik Indonesia untuk aliran masuk FDI dapat semakin ditingkatkan dengan menangani kelemahan-kelemahan dalam bidang infrastruktur dan keahlian, dan dengan perbaikan dalam lingkungan dunia usaha, yang memang juga dibutuhkan untuk sepenuhnya meraup manfaat yang dibawa oleh FDI.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
40
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
…dan berpotensial membawa sejumlah manfaat yang penting ke ekonomi dalam negeri
FDI dapat memainkan tiga peran yang penting dalam mendukung pembangunan Indonesia, termasuk dalam pembiayaan investasi, memfasilitasi terbukanya pasar ekspor, dan mendorong produktivitas, yang membantu peningkatan posisi Indonesia di dalam rantai nilai. Sumber-sumber pembiayaan asing tampaknya akan menjadi sangat penting untuk membantu memenuhi peningkatan yang dituju dalam investasi modal fisik yang dibutuhkan oleh Indonesia. Walaupun memang memungkinkan untuk merancang kebijakan untuk mendorong peningkatan suku bunga tabungan dalam negeri, hal itu dapat membawa akibat yang tidak diinginkan seperti membatasi permintaan dalam negeri. Di antara pendanaan luar negeri, FDI dipandang sebagai sumber pendanaan jangka panjang yang paling menarik dengan sifatnya yang relatif stabil dan potensi manfaat lainnya yang turut menyertainya.
Pabrik yang dimiliki asing cenderung menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi dan dapat memainkan peran yang penting dalam meningkatkan daya saing dalam negeri
Seperti disinggung di atas, pabrik yang dimiliki asing pada sektor manufaktur Indonesia cenderung lebih efisien dibanding pabrik yang dimiliki oleh asing. Secara rata-rata, mereka mencatat TFP yang lebih tinggi sebesar 39 persen, dan produktivitas buruh yang lebih tinggi sebesar 122 persen, dibanding dengan pabrik dalam negeri dalam industri yang sama. Satu alasannya adalah karena ukurannya yang lebih besar, mereka memiliki posisi yang lebih baik untuk memetik manfaat dari skala ekonomi. Penggunaan input yang diimpor dan proses yang lebih padat modal juga membuat mereka lebih condong kepada ekspor dibanding perusahaan pembandingnya di dalam negeri, dan mereka juga cenderung memiliki volume ekspor per produk yang lebih besar. Walaupun mereka tampaknya tidak memiliki jumlah pegawai ahli yang jauh lebih banyak, mereka memang menghabiskan lebih banyak dana untuk pelatihan dan riset & pengembangan baik secara absolut maupun per pekerja – yang merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan daya saing. Selain itu, produsen asing cenderung lebih tidak mungkin melaporkan masalah-masalah seperti akses terhadap pendanaan dan bahan mentah dan pemasaran dibanding dengan produsen Indonesia.
Kepemilikan asing dapat membantu menimbulkan peningkatan produktivitas di dalam perusahaan…
Penelitian juga menunjukkan bahwa kepemilikan asing mendorong peningkatan produktivitas yang signifikan di dalam pabrik yang diakuisisi. Untuk Indonesia, penelitian terbaru tentang akuisisi asing selama tahun 1985-99 telah menemukan hubungan sebabakibat dari kepemilikan asing terhadap produktivitas. Peningkatan dalam produktivitas telah terlihat pada tahun akuisisi dilakukan dan terus berlanjut pada periode-periode berikutnya. Setelah tiga tahun, pabrik yang diakuisisi memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi sebesar 13,5 persen dibanding kelompok “pengendali” perusahaanperusahaan dalam negeri yang setara. Peningkatan produktivitas merupakan hasil restrukturisasi, karena pabrik yang diakuisisi meningkatkan belanja untuk investasi, ketenagakerjaan dan upah.14
…dan bagi perusahaan lain melalui pengaruh teknologi
Selain itu FDI merupakan saluran penting yang potensial untuk penyebaran teknologi global. Lewat cara ini peningkatan produktivitas tidak hanya terbatas kepada perusahaan multinasional tersebut saja, tetapi terdapat pengaruh ke perusahaan-perusahaan lain yang berinteraksi dengannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat berlangsung melalui berbagai cara. Sebagai contoh, teknologi yang khusus bagi perusahaan tampaknya akan diteruskan dari induk perusahaan multinasional kepada anak perusahaan domestik dan juga akan terdapat manfaat dari transfer pengetahuan teknis ke perusahaan-perusahaan domestik yang berinteraksi dengan perusahaan multinasional baik lewat pasokan atau pembelian bahan masukan/input (pengaruh vertikal) atau lewat persaingan usaha (pengaruh horisontal).
14
Penelitian itu menetapkan hubungan sebab-akibat antara kepemilikan asing dan produktivitas dengan memasangkan setiap pabrik Indonesia yang akan menerima FDI pada periode berikut dengan perusahaan domestik dengan karakteristik yang sangat mirip yang dapat diamati dan beroperasi pada sektor dan tahun yang sama dan kemudian membandingkan kinerja produktivitasnya. Untuk rincian lebih lanjut, lihat Arnold dan Javorcik (2009), “Gifted kids or pushy parents? Foreign direct investment and plant productivity in Indonesia”, Journal of International Economics, 79(1), hal. 42-53. THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
41
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Perusahaan-perusahaan dengan tenaga kerja yang ahli dan kapasitas riset & pengembangan menerima manfaat terbesar dari pengaruh tersebut…
Sesungguhnya, di Indonesia, telah ditemukan bahwa FDI meningkatkan produktivitas perusahaan yang memasok input kepada perusahaan multinasional (sebesar lebih dari 2 poin persentase pada sejumlah industri) walaupun peningkatan itu tidak didapat oleh seluruh pemasok secara merata. Perusahaan-perusahaan yang memiliki kapasitas pembelajaran yang dibutuhkan, seperti angkatan kerja yang ahli dan program riset dan pengembangan yang aktif, meraup manfaat yang paling besar. Selain itu, peningkatan produktivitas yang didapat oleh para pemasok kepada perusahaan multinasional juga dapat mendorong penurunan dalam harga bahan input, yang menjadi manfaat bagi penggunaan lain dari bahan-bahan input tersebut bagi pihak lain selain perusahaan 15 multinasional tersebut.
…dan dukungan interaksi antara perusahaan lokal dan yang dimiliki asing adalah kunci untuk mencapai transfer pengetahuan yang efektif
Selain itu, menjadi pemasok kepada perusahaan multinasional dapat menjadi proses yang menantang. Sebagai contoh, banyak perusahaan asing seringkali meminta calon pemasok mereka untuk meningkatkan produk-produk atau proses-proses sebelum menandatangani kontrak. Itulah sebabnya mengapa perusahaan-perusahaan yang menjadi pemasok perusahaan multinasional pada umumnya telah menjadi perusahaan berprestasi tinggi. Memfasilitasi interaksi antara perusahaan yang dimiliki oleh luar dan dalam negeri dapat memainkan peran penting dalam membantu mendorong tranfer pengetahuan yang bermanfaat yang telah disinggung di atas.
c. Impor sebagai instrumen untuk mendukung inovasi dan mendorong persaingan Ekspor dan impor barang setengah jadi dan barang modal dari dan ke Indonesia telah meningkat pada beberapa tahun terakhir
Serupa dengan banyak negara lain, impor dan ekspor Indonesia telah mencatat pertumbuhan yang kuat pada dua dekade terakhir. Selama periode tahun 1990-2011, tingkat pertumbuhan tahunan untuk impor (dalam konstanta dolar AS) mencapai rata-rata 11 persen, dan meningkat menjadi 19 persen pada periode 2000-2011. Pengamatan pada susunan impor menunjukkan bahwa barang modal dan setengah jadi, beberapa yang akan digunakan sebagai bahan masukan/input untuk produksi barang ekspor, merupakan bagian yang terbesar (dan terus meningkat) dari impor Indonesia (Gambar 44). Sebagai contoh, pada tahun 2010, bagian kedua komponen itu merupakan 70 persen dari seluruh impor (dan umumnya menjelaskan proporsi pertumbuhannya yang setara), dibandingkan dengan hanya 6 persen bagi barang-barang konsumsi. 24 persen sisanya merupakan impor peralatan transportasi dan barang-barang lainnya.
Meningkatnya kepentingan jaringan produksi global, seiring dengan keunggulan dalam harga, kualitas dan keragaman, sebagian menjelaskan mengapa perusahaan di Indonesia memilih barang modal dan setengah jadi yang berasal dari luar negeri
Perusahaan-perusahaan dapat mengimpor barang modal atau setengah jadi karena lebih murah, atau berkualitas lebih baik, atau karena tidak ada barang sejenis yang diproduksi di dalam negeri yang dapat digunakan sebagai bahan masukan/input. Akan tetapi, rantai nilai dunia, di mana perusahaan-perusahaan multinasional “membagi-bagi” proses produksi dan memproduksi setiap bagian di mana saja bahan-bahan dan keahlian yang dibutuhkan tersedia pada tingkat biaya yang kompetitif, juga tampaknya berperan penting dalam peningkatan impor barang modal dan setengah jadi. Pertama-tama, penggunaan input asing tercatat paling besar oleh perusahaan multinasional, dengan bagian yang mencapai 37 persen dari seluruh input, dibanding dengan hanya 6 persen pada perusahaan-perusahaan lokal (data tahun 2009 dari BPS). Kedua, jika rantai nilai global memang menjadi bagian yang penting dari input barang setengah jadi, maka akan terdapat kaitan yang kuat antara pertumbuhan dalam impor barang setengah jadi dan pertumbuhan ekspor. Hal ini sesungguhnya memang terlihat (Gambar 45 menunjukkan hubungan ini dengan memfokuskan pada tahun 2008-2010, periode terjadinya perubahan yang tajam dalam arus perdagangan). Perlambatan impor barang setengah jadi yang tajam diikuti dengan penurunan yang tajam dalam pertumbuhan ekspor, yang mencerminkan kebergantungan yang erat dari banyak eksportir terhadap komponen yang diimpor. Keterkaitan antara ekspor dan impor barang setengah jadi ini menyoroti potensi pembatasan impor untuk mempengaruhi daya saing ekspor, dengan adanya persamaan bahwa untuk setiap dolar yang diekspor oleh Indonesia, terdapat nilai sebesar 20 sen yang berkaitan dengan komponen yang diimpor.
15
Blalock, G. dan P. Gertler (2008), “Welfare gains from Foreign Direct Investment through technology transfers to local suppliers”, Journal of International Economics, 74(2), hal. 402-421, dan Blalock, G. dan P. Gertler (2009), “How firm capabilities affect who benefits from foreign technology”, Journal of Development Economics, 90 (2), hal. 192-199.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
42
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Gambar 44: Impor telah meningkat, didorong peningkatan impor barang modal dan setengah jadi
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
oleh Gambar 45: Hubungan antara pertumbuhan impor barang setengah jadi dan pertumbuhan ekspor sangatlah kuat
(impor barang Indonesia, golongan ekonomi luas, harga (pertumbuhan tahun-ke-tahun dari nilai dolar AS untuk tahun 2000 dalam juta dolar AS) ekspor manufaktur dan pertumbuhan impor barang setengah jadi, persen) Intermediates Fuels & Lubricants Others
miliar dolar AS (harga tahun 2000) 200
200
150
150
100
100
50
50
0
0 1990
1995
2000
2005
40 Mar-2010 Dec-2010 Jun-2010
20
20
Mar-2008 Dec-2009 Dec-2008
0
0
Jun-2009 Mar-2009 Sep-2009
-20
-20
-40
-40 -80
2010
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
Pertumbuhan Impor Barang Setengah Jadi (%)
Sumber: Comtrade, WITS Sektor yang menggunakan proporsi impor barang setengah jadi yang lebih besar merupakan sektor yang sama yang mengalami peningkatan yang tinggi dalam permintaan untuk barang setengah i domestik
40 Pertumbuhan Ekspor Manufaktur (%)
Final Goods Capital Goods Transport Equipment Exports
Sumber: Comtrade, WITS
Gambar 46 dan Gambar 47 melihat kepada hubungan antara impor barang setengah jadi dari suatu sektor secara relatif terhadap pertumbuhannya dalam ketenagakerjaan dan dalam permintaan bagi barang setengah jadi produksi domestik. Sementara beberapa perusahaan atau sektor domestik dapat menghadapi tekanan dari persaingan impor, perlu dicatat bahwa keterkaitan ini menunjukkan bahwa sektor-sektor yang sangat bergantung kepada impor barang setengah merupakan sektor yang memberikan pertumbuhan terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dan permintaan untuk produsen barang setengah jadi.
Gambar 46: Sektor yang mengimpor lebih banyak input-nya Gambar 47: …dan telah meningkatkan permintaan bagi menyerap lebih banyak tenaga kerja… barang setengah jadi domestik secara lebih cepat
100
100
80
80
60
60
40
40
20
20
0
0
-20
-20
-40
-40
-60
-60 0
20
40
60
80
100
Input yang Diimpor/Input, persen Catatan: Bagian input yang diimpor terhadap jumlah input adalah rata-rata sektoral tahun 2005 bagi sektor manufaktur. Pertumbuhan sektoral dalam tenaga kerja untuk periode 2000-2005 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Pertumbuhan permintaan untuk barang setengah jadi domestik, persen per tahun
Pertumbuhan tenaga kerja, persen per tahun
(pertumbuhan tenaga kerja lintas sektor pada manufaktur, (pertumbuhan permintaan bagi pertumbuhan barang persen per tahun; bagian input yang diimpor dalam jumlah setengah jadi domestik, persen per tahun; bagian input yang input biaya bahan, persen) diimpor dalam jumlah input biaya bahan, persen) 12
12
10
10
8
8
6
6
4
4
2
2 0
0 0
20
40
60
80
100
Input yang Diimpor/Input, persen Catatan: Bagian input yang diimpor terhadap jumlah input adalah rata-rata sektoral tahun 2005 bagi sektor manufaktur. Pertumbuhan sektoral dalam barang setengah jadi domesti untuk periode 1995-2005 Sumber: BPS dan perhitungan staf
Juli 2012
43
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Meningkatnya persaingan impor juga mendorong kinerja yang lebih baik bagi produsen domestik
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Peningkatan persaingan dari produk-produk asing juga dapat mendorong peningkatan dalam alokasi sumber daya, perbaikan dalam tingkat produktivitas dan insentif untuk melakukan investasi dan inovasi (Kotak 5 memberikan contoh di lapangan). Sebagai contoh, barang-barang yang berhasil diproduksi dan diekspor oleh perusahaanperusahaan Indonesia dan pada saat yang bersamaan menghadapi persaingan impor di dalam negeri memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi sebesar 15 poin persentase pada pasar ekspor dibanding mereka yang tidak menghadapi persaingan impor.
Kotak 5: Potensi manfaat dari kualitas dan keragaman input bagi daya saing manufaktur Penelitian menunjukkan bahwa barang input yang diimpor memainkan peran utama dalam meningkatkan kinerja pada sektor manufaktur Indonesia. Suatu penelitian pada data sensus manufaktur Indonesia dari periode 1990-2001 oleh Amiti dan Konings (2007) menemukan bahwa penurunan sebesar 10 poin persentase dalam tarif impor barang input akan memberikan peningkatan produktivitas sebesar 12 persen melalui pengaruh pembelajaran, kualitas dan keragaman. Peningkatan ini setidaknya dua kali lipat lebih tinggi dari peningkatan yang berasal dari penurunan tarif output yang dapat timbul dari pengaruh persaingan yang lebih keras. Terjangkaunya harga barang input yang impor juga dapat meningkatkan produktivitas melalui pengaruh kualitas dan keragaman. Sebagai contoh, walau penurunan tarif impor input pada barang seperti kompresor dapat menekan industri kompresor dalam negeri untuk menjadi lebih kompetitif, pengaruhnya akan berbeda kepada pengguna barang input tersebut, seperti produsen lemari pendingin. Produktivitasnya dapat meningkat karena mereka dapat mengakses teknologi asing terbaru yang terkandung di dalam barang input yang diimpor itu. Kompresor berkualitas lebih tinggi mendorong produksi lemari pendingin dengan kualitas yang lebih tinggi. Selain itu, akses terhadap pilihan kompresor yang lebih banyak dapat memungkinkan produsen untuk menurunkan biaya mereka dengan memilih jenis kompresor yang paling tepat dan mungkin lebih murah, yang sebelumnya tidak tersedia. Penelitian terakhir di India menunjukkan peran penting yang serupa untuk barang input yang diimpor. Menurut Goldberg, Khandelwal, Pavcnik dan Topalova (2008), perluasan jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur India selama tahun 90an sebagian disebabkan oleh harga barang input impor yang lebih murah, lebih bervariasi dan berkualitas lebih tinggi. Penurunan tarif menurunkan harga dan meningkatkan volume impor yang ada, tetapi mereka juga berarti akses kepada jenis-jenis barang input setengah jadi yang baru dari luar negeri. Barang-barang input yang baru tersebut, pada gilirannya, akan meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan, yang menjelaskan sekitar seperempat dari pertumbuhan output manufaktur. Perusahaan-perusahaan lalu dapat menggunakan penghematan biaya input tersebut dari liberalisasi perdagangan untuk membayar biaya tetap untuk membuka lini produk yang baru. Selain itu, akses terhadap barang modal dan barang input setengah jadi dengan kualitas yang lebih tinggi akan menurunkan rintangan teknologi. Catatan: Lihat Amiti, M. dan J. Konings (2007), “Trade liberalization, intermediate inputs, and productivity: evidence from Indonesia”, American Economic Review, 97(5), hal. 1611-1638, dan Goldberg, P. Khandelwal, A. Pavcnik dan P. Topalova (2008), “Imported Intermediate Inputs and Domestic Product Growth: Evidence from India”, NBER Working Paper 14416, National Bureau of Economic Research
d. Ekspor sebagai cara untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan Ekspor memungkinkan perusahaan Indonesia untuk belajar dan berinovasi
Pasar ekspor dapat menghasilkan peningkatan-peningkatan dinamis yang berkaitan dengan pertumbuhan produktivitas dan kapasitas inovasi yang lebih cepat. Sebagai contoh, persaingan yang lebih ketat pada pasar ekspor meningkatkan biaya yang terjadi bila tidak berinovasi. Perusahaan-perusahaan lokal cenderung menemukan bahwa pelanggan asing memiliki sifat yang lebih canggih dan membedakan, dan untuk melayani mereka, para eksportir mungkin harus meningkatkan proses produksi, memperbarui modal dan standar, dan juga melatih para pekerja mereka. Selain itu, pasar ekspor dapat menjadi pendorong yang kuat bagi diversifikasi produk.
Semakin banyak perdagangan dengan pasar tertentu, semakin banyak pula tersedia informasi bagi eksportir baru, sehingga lebih mudah pula memasuki pasar itu
Perusahaan-perusahaan pada negara membangun menghadapi biaya tetap yang cukup 16 besar untuk masuk ke pasar ekspor. Perusahaan-perusahaan harus mencari informasi pasar, memenuhi standar internasional, dan memahami klien asing. Riset terbaru menunjukkan bahwa keseluruhan tingkat perdagangan antara dua negara adalah hal yang penting untuk memungkinkan pemain baru untuk masuk dan bertahan di dalam pasar ekspor. Dengan demikian perluasan ekspor dari produk yang ada adalah bermanfaat bagi pertumbuhan dan diversifikasi ekspor yang akan datang, termasuk bagi perusahaan-perusahaan baru untuk masuk ke pasar ekspor yang telah ada. Hal ini karena semakin tinggi aliran ekspor dengan tujuan tertentu, semakin besar pula informasi yang tersedia tentang pasar tersebut, yang menurunkan biaya yang berkaitan dengan informasi yang dihadapi oleh suatu perusahaan ketika memasuki suatu pasar ekspor yang baru.17 16
Brenton, P., Newfarmer, R. dan P. Walkenhorst (2007), “Avenues for Export Diversification: Issues for Low-Income Countries”, MPRA Paper 22758, University Library of Munich, Jerman. 17 Ibid.
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
44
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Dan juga manfaat potensial produktivitas sisi penawaran, yang dapat mendorong permintaan bagi produksi domestik
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Dan juga memberikan sarana untuk belajar dan berinovasi, pasar ekspor memainkan peran utama dalam meningkatkan permintaan bagi barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Sebagai contoh, pada periode tahun 1990-2010, pertumbuhan ekspor setara dengan 52 persen dari jumlah pertumbuhan dalam permintaan bagi barang-barang dan jasa Indonesia (walaupun pertumbuhan impor harus dikurangkan dari angka ini untuk mendapatkan kontribusi dari permintaan eksternal netto terhadap pertumbuhan). Seperti terlihat pada kinerja pertumbuhan dari banyak negara pembanding Indonesia di wilayah yang sama selama krisis keuangan global pada tahun 2008 hingga 2009, keterbukaan perdagangan yang lebih besar juga dapat membawa potensi gejolak pertumbuhan. Akan tetapi penelitian terakhir menunjukkan bahwa keterbukaan perdagangan yang lebih besar cenderung menurunkan gejolak dalam ekonomi-ekonomi yang menunjukkan tingkat diversifikasi ekspor yang tinggi, sementara hal yang sebaliknya terjadi pada ekonomi dengan diversifikasi yang rendah. Secara khusus, diversifikasi produk memiliki peran yang paling penting dalam melindungi suatu ekonomi dari dampak 18 kejutan luar negeri yang merugikan.
18
Haddad, M., Lim, J., Munro, L., Saborowski, C. dan B. Shepherd (2011), “Volatility, Export Diversification and Policy”, Bab 11 dalam Managing Openness, Ed. Haddad, M. and B. Shepherd, The World Bank. THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
45
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Lampiran gambar 1: Pertumbuhan PDB (persen pertumbuhan, triwulanan dan tahunan) Persen 4
Lampiran gambar 2: Kontribusi pengeluaran terhadap PDB (pertumbuhan trimulan-ke-triwulan, penyesuaian musiman) Persen 8
Tahun-ke-tahun (kanan) 6
3
2
Tw-k-Tw, penyesuaian musiman (kiri) Rata-rata (kiri)*
4
2
1
Persen 4
Persen 4
3
3
2
2
1
1
0
0
-1
-1 -2
-2 Mar-09
Dec-09
Sep-10
Jun-11
Mar-12
Discrepancy Net Exports Investment 0 0 Gov cons. Private cons. GDP Dec-06 Sep-08 Jun-10 Mar-12 Mar-05 Catatan: *Rata-rata pertumbuhan Tw-k-Tw sejak Q1 2005-Q1 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia 2012. Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Lampiran gambar 3: Kontribusi sektor terhadap PDB Lampiran gambar 4: Penjualan sepeda motor dan mobil
(pertumbuhan trimulan-ke-triwulan, penyesuaian musiman Persen 3
Persen 3
(bulanan, unit) '000 900
'000 110 Sepeda motor (kiri)
2
2
1
1
0
0
-1
-1
700
90
500
70 Mobil (kanan)
300
50
Mar-09 Dec-09 Sep-10 Jun-11 Mar-12 Other (incl services) Trade, Hotel& Rest. Comm and transport Manufacturing Mining and Const Agriculture Overall GDP Sumber: BPS melalui CEIC Lampiran gambar 5: Indikator konsumen
100 May-09 May-10 May-11 Sumber: CEIC Lampiran gambar 6: Indikator kegiatan industri
(indeks)
(pertumbuhan tahun-ke-tahun)
Indeks 150
Indeks Persen 150 15 Indeks penjualan ritel BI
125
Indeks survey konsumen BI
30 May-12
Persen 60
Indeks produksi manufaktur (kiri)
125 10
40
100
100
5
20
75
75
0
0
50 May-09
May-10
May-11
Sumber: BI via CEIC THE WORLD BANK | BANK DUNIA
50 May-12
-5 May-09
Penjualan semen (kanan) May-10
May-11
-20 May-12
Sumber: CEIC Juli 2012
46
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Lampiran gambar 7: Aliran perdagangan riil
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Lampiran gambar 8: Neraca pembayaran
(pertumbuhan trimulan-ke-triwulan)
(miliar dolar AS)
Persen 20
Persen 20
Miliar dolar AS 16
Miliar dolar AS 16 Overall Balance
12 10
10
Impor
8
0
0
-10
Current account
-20 Mar-09
Mar-10
4
0
0 Errors and omissions
-4 -20 Mar-12
Mar-11
8
4
-10 Ekspor
12
-8 Mar-09
-4
Capital and financial account Mar-10
-8 Mar-12
Mar-11
Sumber: BPS (Neraca Nasional) dan Bank Dunia Lampiran gambar 9: Neraca perdagangan
Sumber: BI dan Bank Dunia Lampiran gambar 10: Cadangan devisa dan modal asing
(miliar dolar AS)
(miliar dolar AS)
Miliar dolar AS 20 Surplus/defisit Ekspor perdagangan (kanan) (kanan)
Miliar dolar AS 5.0
10
2.5
0
0.0
-10
Miliar dolar AS 150
Miliar dolar AS 5.0 Cadangan devisa (kiri)
125
2.5
100
0.0
75
-2.5
-2.5 50
Aliran masuk portfolio asing (kanan)
Impor (kiri) -20 May-09
-5.0 May-12
-5.0
-7.5 25 Jun-09 Jun-10 Jun-11 Jun-12 Sumber: BPS dan Bank Dunia Sumber: BI dan Bank Dunia Lampiran gambar 11: Term of trade dan implisit ekspor- Lampiran gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter impor berdasarkan chained Fisher-Price indices (pertumbuhan bulan-ke-bulan & tahun-ke-tahun) May-10
May-11
(indeks 2006=100)
Indeks (2006=100) 250
Indeks (2006=100) 250
Persen 3
Inflasi inti, tahun-ke-tahun (kanan)
Chained export price 200
200
Terms of trade
Inflasi total, tahun-ke-tahun (kanan)
Persen 12
150
150
100
100
2
8
Suku bunga BI (kanan)
1
4
0
0
Chained import price Inflasi total, bulan-ke-bulan (kiri) 50 Mar-06 Mar-08 Sumber: BPS dan Bank Dunia
Mar-10
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
50 Mar-12
-1 Jun-08
Jun-09
Jun-10
Jun-11
-4 Jun-12
Sumber: BPS dan Bank Dunia Juli 2012
47
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Lampiran gambar 13: Rincian tingkat harga konsumen
Lampiran gambar 14: Tingkat inflasi negara tetangga
(persentasi dari kontribusi inflasi bulanan)
(pertumbuhan tahun-ke-tahun, Juni 2012
Persen 1.8
Volatile Core
Persen 1.8 Administered Headline
Singapore *
1.2
Indonesia
1.2
-1
0
1
2
3
4
-1
0
1
2
3
4
Persen 5 6
China* Philippines * 0.6
0.6
Thailand
0.0
Korea*
USA * 0.0
Malaysia* Japan *
-0.6 Jun-09
Jun-10
-0.6 Jun-12
Jun-11
5 6 Persen
Sumber: BPS dan Bank Dunia
Catatan: *Mei merupakan data terkini Sumber: Nasional statistik melalui CEIC, dan BPS Lampiran gambar 15: Harga beras kulakan di pasar Lampiran gambar 16: Tingkat kemiskinan domestik dan internasional pengangguran
(Rupiah per kg)
(data tahunan, persen) Persen Rp/Kg 11,000 25
Rp/Kg 11,000 9,000
dan
Kualitas medium Muncul I (domestic) Thai 100% B 2nd grade (internasional)
9,000
Persen 25
20
20 Tingkatan kemiskinan
7,000
7,000
15
15
5,000
5,000
10
10
3,000
3,000
5
Kualitas rendah: IR 64 III (domestic); Thai A1 Super (international)
1,000 Jun-09
Jun-10
Jun-11
1,000 Jun-12
0 2002
Tingkat pengangguran
5 0
2004
2006
2008
2010
2012
Catatan: Titik-titik adalah harga beras Thailand (cif) Garis adalah harga beras domestic tingkat grosir Sumber: PIBC, FAO dan Bank Dunia Lampiran gambar 17: Indeks saham regional
Catatan: Data tenaga kerja dari Sakernas Agustus Sumber: BPS, dan Bank Dunia
(indeks harian)
(indeks dan tingkat harga harian)
Indeks (Jan 2009=100) 300
Lampiran gambar 18: Indeks spot dolar dan rupiah
Indeks (Jan 2009=100) 300
Indeks (5 Jan 2009=100) 120
JCI
Rp per dolar AS 8,000
IDR/USD (kanan)
250
250 SET
200
BSE
150
110
200
9,000 Appresiasi IDR
100
10,000
90
11,000
150 Shanghai
100
100 SGX
50 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Sumber: Bank Dunia dan CEIC
Indeks Dollar (kiri) 50 Jan-12
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
80 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Sumber: Bank Dunia dan CEIC
12,000 Jan-12
Juli 2012
48
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Lampiran gambar 19: Yield obligasi pemerintah 5 tahunan mata uang lokal
Lampiran gambar 20: Spread EMBI obligasi pemerintah dengan obligasi dollar amerika
(persen, harian)
(basis poin, harian) Persen 15
Persen 15
Indonesia
Basis poin 1000
125
750
10
10 Philippines
5
Basis poin 250
Indonesia spreads less overall EMBIG Index spreads (kanan) 500
0
250
-125
5
Malaysia Thailand
Indonesia EMBIG bond spreads (LHS)
United States 0 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Jan-12 Sumber: CEIC dan Bank Dunia Lampiran gambar 21: Tingkat kredit bank umum
0
(indeks, bulan Januari 2008=100) Index (Jan 2009=100) 200
-250 0 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Jan-12 Sumber: BI dan Bank Dunia Lampiran gambar 22: Indikator keuangan sektor perbankan
(bulanan, persen) Index (Jan 2009=100) 200 Indonesia
180
180
Persen 100
Persen 10 Loan to Deposit Ratio (LHS)
80
8
India 160
Singapore
140
160 60
6 Non-Performing Loans (RHS) Return on Assets Ratio (RHS)
140 Malaysia
120
40 120
Thailand 100
100
20
2 Capital Adequacy Ratio (LHS)
USA 80
80
Sumber: CEIC dan Bank Dunia Lampiran gambar 23: Utang pemerintah
0 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Sumber: BI dan Bank Dunia Lampiran gambar 24: Utang luar negeri
(persentasi dari PDB; miliar dolar)
(persentasi dari PDB; miliar dolar)
Persen 50
Miliar USD 250
4
Persen 50
Rasio utang pemerintah terhadap PDB
0 Jan-12
Miliar USD 250 Rasio utang luar negeri terhadap PDB (kiri)
200
40
200
40
30
150
30
150
20
100
20
100
10
50
10
50
0
0
0 2006
2007
2008
2009
2010
2011 2012*
Domestic debt, RHS External debt, RHS Sumber: BI dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA
*April
0 2006
2007
2008
2009
2010
Public external debt, RHS Private external debt, RHS Sumber: BI dan Bank Dunia
2011 2012* *April
Juli 2012
49
Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia
Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan
Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja pemerintah
(triliun rupiah) 2009
2010
2011
2012
Realisasi
Realisasi
Realisasi (sementara)
APBN-P
848.8
995.3
1,199.5
1,358.2
Perkiraan semester I DepKeu* 1,362.4
1. Tax revenue
619.9
723.3
872.6
1,016.2
1,017.0
2. Non-tax revenue
227.2
268.9
324.3
341.1
344.6
A. State revenue and grants
B. Expenditure
2012
937.4
1,042.1
1,289.7
1,548.3
1,553.1
1. Central government
628.8
697.4
878.3
1,069.5
1,070.8
2. Transfers to the regions
308.6
344.7
411.4
478.8
482.3
C. Primary balance
5.2
41.5
3.1
-72.3
-78.9
D. SURPLUS / DEFICIT
-88.6
-46.9
-90.2
-190.1
-190.8
(percent of GDP)
-1.6
-0.7
-1.2
-2.2
-2.3
Catatan: * Perkiraan Depkeu berdasarkan laporan keuangan DepKue Semester I 2012 Sumber: Depkeu Lampiran Tabel 2: Neraca Pembayaran
(miliar dolar AS) 2009
Overall Balance of Payments As percent of GDP Current Account As percent of GDP
2010
2011
2010
2011
2012
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
12.5
30.3
11.9
7.0
11.3
7.7
11.9
-4.0
-3.7
-1.0
2.3
4.3
1.4
3.7
6.0
3.9
5.6
-1.8
-1.7
-0.5
10.6
5.1
1.7
1.0
0.9
2.7
0.1
0.5
-1.6
-2.9 -1.3
2.0
0.7
0.2
0.6
0.5
1.3
0.1
0.2
-0.7
21.2
21.3
23.3
5.4
6.4
7.2
6.0
6.9
3.3
1.5
-10.6
-16.2
-21.6
-4.4
-5.6
-4.5
-5.8
-6.4
-4.9
-4.3
4.9
26.6
14.0
7.5
9.7
5.0
13.5
-3.5
-1.0
2.2
0.9 2.6 10.3 -8.2 -3.0
3.8 11.1 13.2 2.3 -1.5
1.7 11.1 4.5 -1.6 -3.9
4.0 1.8 4.5 1.2 -1.6
5.2 4.4 1.4 3.8 0.7
2.5 3.5 3.8 -2.3 0.0
6.4 3.8 5.5 4.2 -1.8
-1.5 2.0 -4.7 -0.8 -1.0
-0.5 1.9 -0.2 -2.8 -1.2
1.0 2.0 2.8 -2.6 -0.3
Reserves 66.1 96.2 Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode Sumber: BI danBPS
110.1
86.6
96.2
105.7
119.7
114.5
110.1
110.5
Trade balance Net income & transfers Capital & Financial Account As percent of GDP Direct investment Portfolio Other Errors & omissions (a)
THE WORLD BANK | BANK DUNIA
Juli 2012
50
PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Bangkit menghadapi tantangan saat ini dan ke depan Juli 2012
Investing in Indonesia’s Institutions for Inclusive and Sustainable Development