PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DAN INVESTASI DAFTAR ISI BAGIAN I - PERKEMBANGAN PERDAGANGAN A. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Perkembangan Neraca Perdagangan
B. Perkembangan Perdagangan Dalam Negeri Indeks Penjualan Ritel
C. Perkembangan Harga Komoditas Harga Bahan Pokok Pasar Domestik Harga Pasar Internasional
BAGIAN II - PERKEMBANGAN INVESTASI A. Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI) B. Realisasi PMDN dan PMA Sektor Nonmigas BAGIAN III – ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN DAN INVESTASI A. Isu Perdagangan Terkini B. Isu Investasi Terkini BAGIAN IV - PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA Ease of Doing Business 2011 IMD World Competitiveness Yearbook 2011 Global Competitiveness Index 2011-2012
Edisi 3 Tahun II, September 2011 Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas
Penanggung Jawab: Adhi Putra Alfian Penyunting: Ratna Sri Mawarti Mustikaningsih Amalia Adininggar Widyasanti Florentinus Krsitiartono Deasy Damayanti Putri Pane Arianto Christian Hartono Tim Redaksi: Imarita Trihanda Dwi Martini Yunus Gastanto
Alamat: Gedung Madiun Lt.5 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jalan Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310, Indonesia
Telepon: (+6221) 31934267
Email:
[email protected] Semua data dan informasi pada media ini diperoleh/diolah dari berbagai sumber
Kata Pengantar Menginjak pertengahan tahun 2011, kiranya adalah waktu yang tepat untuk menilai capaian dan kinerja perdagangan dan investasi Indonesia Semester I 2011. Pada edisi ketiga ini, media Sekilas Info memuat berita perkembangan perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi internasional secara ringkas, padat, dan menarik. Masih dalam suasana Lebaran, bersama ini juga segenap tim redaksi, mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin, selamat Idul Fitri 1432H. Kami mohon maaf jika media ini belum memenuhi harapan para pembaca dan kami akan terus berusaha untuk memenuhi harapan para pembaca pada penerbitan-penerbitan selanjutnya. Salam hangat Jakarta, September 2011 Redaksi
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
I. PERKEMBANGAN ERKEMBANGAN PERDAGANGAN A. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI A.1 Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$ 1 116,04 miliar mengalami peningkatan sebesar 36,5 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2010 2010, yang masih dalam proses pemulihan seiring menurunnya permintaan luar negeri akibat krisis global yang terjadi sepanjang tahun 2009 2009. Peningkatan ini dipacu oleh peningkatan ekspor migas sebesar 47,4 persen, dan ekspor non migas sebesar 33,1 persen. Sementara itu, ekspor pada bulan Julii 2011 mengalami penurunan sebesar 5,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Lebih rendahnya nilai ekspor di bulan Julii dibandingkan dengan bulan sebelumnya lebih diakibatkan oleh turunnya nilai ekspor nonmigas pada bulan Juli 2011 sebesar 7,93 persen persen. PERKEMBANGAN EKSPOR
Sepanjang tahun 2010, Jepang masih menjadi pangsa pasar ekspor nonmigas Indonesia terbesar, dengan kontribusi sebesar 12,7 persen. Sementara pada tahun yang sama, China menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah Jepang, dengan kontribusi sebesar 10,9 persen. Memasuki pertengahan tahun 2011, China menyalip Jepang menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia dengan 11,8% (diikuti Jepang dengan 11,3%).
Komoditas
Nilai Ekspor (Juta USD) 2008 2009 2010
2006
2007
100.798,6
114.100,9
137.020,4
116.490,7
157.779,1
85.008,1
116.041,4
Migas
21.209,5
22.088,6
29.126,3
19.018,3
28.039,6
15.045,5
23.383,8
Non Migas
79.589,1
92.012,3
107.894,1
97.472,4
129.739,5
69.962,6
92.657,6
2006
2007
Total Ekspor
Komoditas
Pertumbuhan (y-o-y) 2008 2009
Jan-Jul 10
2010
Jan-Jul 11
Jan-Jul 11
Total Ekspor
17,7%
13,2%
20,1%
-15,0%
35,4%
36,5%
Migas
10,3%
4,1%
31,9%
-34,7%
47,4%
55,4%
Pertanian
16,8%
8,7%
25,3%
-4,8%
14,6%
10,2%
Industri
17,0%
17,6%
15,6%
-16,9%
33,5%
34,9%
Pertambangan
40,8%
6,2%
25,4%
32,0%
35,8%
28,0%
Komoditas
2006
Migas
2007
2008
Kontribusi 2009
2010
Jan-Jul 2011
21,0%
19,4%
21,3%
16,3%
17,8%
3,3%
3,2%
3,3%
3,7%
3,2%
2,6%
Industri
64,5%
67,0%
64,5%
63,0%
62,1%
60,8%
Pertambangan
11,1%
10,4%
10,9%
16,9%
16,9%
16,4%
Pertanian
20,2%
Sumber: BPS (diolah)
PANGSA PASAR NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR 100% 80%
Persentase
Hingga bulan Juli 2011, ekspor produk industri masih menjadi penyumbang terbesar ekspor dengan kontribusinya sebesar 60,8 persen, diikuti oleh komoditas pertambangan (16,4 persen) dan komoditas pertanian (2,6 persen). Impor non migas mencakup 79,8 persen dari total ekspor, sementara migas 20,2 persen. Jika sektor pertambangan mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 35,8 persen sepanjang tahun 2010, hingga bulan Juli 2011, ekspor produk industri terlihat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan komoditas pertambangan dan pertanian, yaitu dengan laju sebesar 34,9 persen (y-o-y).
60% 40% 20% 0% 2008
2009
2010
Jan - Jul 2010
Jan - Jul 2011
Pasar Ekspor Lainnya
52,5%
52,1%
51,2%
51,7%
51,5%
India
6,5%
7,5%
7,6%
7,1%
8,3%
Cina
7,2%
9,1%
10,9%
10,0%
11,8%
Singapura
9,4%
8,2%
7,4%
7,6%
7,1%
Amerika Serikat
11,6%
10,7%
10,3%
10,8%
10,0%
Jepang
12,8%
12,3%
12,7%
12,9%
11,3%
Sumber: BPS (diolah)
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Internasional, Bappenas
-1
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
A.2 Perkembangan Impor Nilai impor Indonesia hingga bulan Juli tahun 2011 mencapai US$ US$99,6 miliar atau meningkat 31,9 persen dibanding periode yang sama tahun 2010 yang besarnya US$ US$75,6 miliar. Sementara pada bulan Juli 2011, nilai impor Indonesia mencapai US$ 16,1 miliar, meningkat 27,2 persen dibandingkan JJuli 2010. Impor migas hingga bulan Juli 2011 meningkat sebesar 51,3 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010, sementara impor non migas meningkat sebesar 27,0 ,0 persen ((yang dipicu oleh kenaikan nilai ekspor barang konsumsi dan bahan baku sebesar masing-masing masing 35,0% dan 36,0% 36,0%) PERKEMBANGAN IMPOR
Impor kelompok bahan baku dan barang konsumsi hingga bulan Juli 2011 mengalami peningkatan tajam bila dibandingkan periode yang sama tahun 2010, menandakan pulihnya sektor industri domestik seiring pulihnya tingkat konsumsi masyarakat dan perekonomian paska krisis global. Hingga bulan Juli 2011, negaranegara ASEAN masih menjadi asal impor Indonesia yang terbesar, yaitu sebesar 22,5 persen. China menjadi negara asal impor terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 18,7 persen, diikuti Jepang dengan 13,6 persen.
Komoditas
NILAI IMPOR (Juta USD) 2009 2010
2006
2007
2008
Jan-Jul 10
Jan-Jul 11
Total Impor
61.065,5
74.473,4
129.197,3
96.855,9
135.663,3
75.563,3
99.643,9
Migas
18.962,9
21.879,6
30.552,9
18.988,6
27.412,7
15.231,4
23.039,1
Non Migas
42.102,6
52.523,1
98.644,4
77.867,3
108.250,6
60.331,9
76.604,8
2006
2007
2010
Jan-Jul 11
Pertumbuhan (y-o-y)
Komoditas
2008
2009
Total Impor
5,8%
21,8%
73,6%
-25,0%
40,1%
31,9%
Migas
8,6%
15,4%
39,6%
-37,9%
44,4%
51,3%
Non Migas
4,6%
24,8%
87,8%
-21,1%
39,0%
27,0%
Barang Konsumsi
2,5%
38,0%
27,0%
-18,6%
47,9%
35,0%
Bahan Baku
5,3%
19,7%
76,1%
-30,0%
41,8%
36,0%
10,5%
25,1%
86,9%
-4,5%
31,7%
15,4%
2006
2007
2008
2009
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100%
100,0%
Migas
31,1%
29,4%
23,6%
19,6%
20,2%
20,1%
Non Migas
68,9%
70,6%
76,4%
80,4%
79,8%
79,9%
7,8%
8,8%
6,4%
7,0%
7,4%
7,6%
77,2%
75,8%
77,0%
71,9%
72,8%
75,2%
15,0%
15,4%
16,6%
21,1%
19,8%
17,2%
Barang Modal
Kontribusi Terhadap Impor
Komoditas Total Impor
Barang Konsumsi
Bahan Baku Barang Modal Sumber: BPS (diolah)
2010
Jan-Jul 11
PANGSA IMPOR BERDASARKAN NEGARA ASAL Persentase
Hingga bulan Juli 2011, impor nonmigas berkontribusi sebesar 79,9 persen dari total impor Indonesia hingga Bulan Juli 2011, sementara impor migas berkontribusi sebesar 20,1 persen. Impor bahan baku masih mendominasi impor Indonesia Jan-Jul 2011 dengan 75,2 persen dari total impor nonmigas, diikuti oleh impor barang modal (17,2 persen), dan barang konsumsi (7,6 persen).
100,0% 75,0% 50,0% 25,0% 0,0% 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jan-Jul 2010
Jan-Jul 2011
Negara Lainnya
24,0%
25,2%
23,8%
21,0%
23,1%
21,4%
20,8%
23,1%
Korea Selatan
4,2%
4,0%
3,8%
4,9%
4,9%
5,2%
5,1%
5,5%
Amerika Serikat
9,5%
9,4%
9,0%
7,8%
9,0%
8,6%
8,9%
7,7%
China
11,3%
13,1%
15,1%
15,2%
17,3%
18,2%
23,7%
18,7%
Jepang
17,1%
13,0%
12,3%
15,1%
12,6%
15,6%
17,3%
13,6%
Uni Eropa
14,4%
14,3%
14,6%
10,7%
11,1%
9,0%
8,8%
8,9%
ASEAN
19,5%
20,9%
21,4%
25,4%
21,9%
22,0%
22,8%
22,5%
Sumber: BPS (diolah)
A.3 Perkembangan Neraca Perdagangan Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia Jan-Jul Jul 2011 menghasilkan surplus sebesar 16,4 USD miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebesar 9,4 ,4 USD miliar miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2009 2009, hal tersebut lebih diakibatkan oleh impor tahun 2010 yang meningkat lebih tinggi dibandingkan peningkatan ekspornya. Surplus tahun 2011 diharapkan melebihi surplus tahun 2009 yang mencapai 19,6 6 USD miliar dan menandai pulihnya perekonomian paska krisis global. Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Internasional, Bappenas
-2
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI 180.000,0
Secara tren, neraca perdagangan menurun sejak 2007 silam. Hal tersebut diakibatkan oleh laju pertumbuhan (5 tahun terakhir) impor (23,3 persen) tumbuh lebih cepat daripada laju pertumbuhan ekspor (14,3 persen). Pada periode Jan-Jun 2011 neraca perdagangan Indonesia-China defisit sebesar 2.783,7 juta USD, sementara neraca perdagangan Indonesia-Jepang surplus sebesar 8.472,0 juta USD.
NERACA PERDAGANGAN Nilai (USD Juta)
150.000,0 120.000,0 90.000,0 60.000,0 30.000,0 2000 Impor Non Migas
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jan-Jul Jan-Jul 2010 2011
27.495,3 25.490,3 24.763,1 24.939,8 34.792,5 40.243,2 42.102,6 52.523,1 98.644,4 77.867,3 108.250, 60.331,9 76.604,8
Impor Migas
6.019,5 5.471,8 6.525,8 7.531,9 11.732,0 17.457,7 18.962,9 21.879,6 30.552,9 18.988,6 27.412,7 15.231,4 23.039,1
Ekspor Non Migas
30.359,5 34.953,4 38.092,9 41.821,0 40.975,3 66.420,9 79.580,2 92.003,6 107.884, 97.472,4 129.739, 69.962,6 92.657,6
Ekspor Migas
9.694,3 10.464,6 11.722,0 11.622,5 7.872,3 19.231,5 21.209,5 22.088,6 29.126,3 19.018,3 19.018,3 15.045,5 23.383,8
Neraca Perdagangan 6.539,0 14.455,9 18.526,0 21.053,2 2.323,1 27.951,5 39.724,2 39.689,5 7.813,2 19.634,8 13.094,5 9.444,8 16.397,5
Sumber: BPS (diolah)
B. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI B.1 Perkembangan Indeks Penjualan Ritel Indeks penjualan ritel pada periode pada bulan Juli 2011 tercatat sebesar 2 296,0. Secara rata-rata, indeks penjualan ritel pada periode Jan-Jul 2011 tercatat sebesar 262,5.
NILAI INDEKS PENJUALAN RITEL Indeks Okt 2000 = 100
Setelah sempat mengalami penurunan pada bulan Februari 2011, indeks penjualan ritel terus mengalami peningkatan hingga bulan Juli 2011. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh tren meningkatnya konsumsi masyarakat pada Hari Raya Idul Fitri dan masa liburan sekolah.
350,0 300,0 250,0 200,0 150,0 100,0
296,0 256,3
264,1
251,1
200,9 169,6
149,7
235,9
252,6
244,7
272,7
168,4
156,3
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
C. PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS C.1 Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik Periode Januari-September 2011, harga beras medium, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goring curah mengalami tren yang relatif stabil, kecuali minyak goreng dalam kemasan yang mengalami tren peningkatan harga. Harga beras medium tertinggi per 16 September 2011 terjadi di Jambi (sebesar Rp.8.400,-/kg) dan terendah di Gorontalo (sebesar Rp.6.000,-/kg)
HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK PASAR DOMESTIK 13.000 11.000 9.000 7.000 5.000 2009 (rt2)
Tw I 2010
Tw II 2010
Tw III 2010
Tw IV 2010
Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Jun-11
Jul-11
6.218
6.619
6.859
7.376
Agust- Sept.18 11 *
Beras Medium (Kg)
5.706
6.353
7.307
7421
7477
Gula Pasir (Kg)
8.691
11.154 10.212 10.551 11.043 11.178 11.093 10.986 10.832 10.234 10.383 10.499
10511
10510
M.Goreng Kemasan (620ml)
8.493
8.428
8.516
8.469
8.349
9.457
8.499
9.532
9.570
9626
9653
M.Goreng Curah (Kg)
9.089
9.537
9.358
9.710
10.579 11.322 11.351 11.260 10.822
9.390
10.615 10.586
10658
10772
Tepung Terigu (Kg)
7.643
7.643
7.508
7.520
7.554
7.489
7.566
7602
7597
8.751
7.556
7.432
9.064
7.578
7.141
9.323
7.596
7.041
7.583
6.208
7.133
7.604
*Sampai dengan 16 September 23011 Sumber: Kemendag (diolah))
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Internasional, Bappenas
-3
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
C.2 Harga Komoditas di Pasar Internasional
Semester I tahun 2011, harga komoditas non-energi naik 3,0 persen, didorong oleh kenaikan harga pupuk sebesar 26,0 persen yang diakibatkan oleh tingginya permintaan.
INDEKS HARGA KOMODITAS 450,0 400,0 INDEKS 2000 = 100
Setelah sempat mengalami peningkatan sesaat terkait pertemuan OPEC pada tanggal 8 Juni 2011 (saat para anggota gagal menyepakati peningkatan produksi), harga minyak mentah pada bulan Juli 2011 turun sebesar 2,1 persen (harga rata-rata bulan Juli adalah sebesar US$ 105.9/bbl) akibat pengumuman International Energy Agency (IEA) untuk mengeluarkan 60 juta barel minyak ke pasar (yang diambil dari persediaan stok strategis) untuk 30 hari kedepan.
350,0 300,0 250,0 200,0 150,0 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 Jun
Jul
Agust Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli Agust
Energy
258,1 257,3 260,1 261,1 277,6 287,8 307,3 320,4 333,7 365,4 389,1 364,1 357,7 365,1 341,9
Agriculture
213,9 219,3 228,2 238,1 252,1 264,9 278,3 294,5 311,0 295,5 299,8 288,8 286,7 284,7 285,1
Metals and Minerals
318,2 325,5 368,7 385,8 385,7 387,8 403,9 425,0 432,6 411,9 421,1 401,7 397,0 413,4 395,1
Sumber: Commodity Price Data (diolah)
II. PERKEMBANGAN INVESTASI Sepanjang Semester I Tahun 2011, perekonomian Indonesia tumbuh tinggi, sebesar 6,5 persen (y-o-y) dibandingkan dengan Semester II Tahun 2010 yang mencapai 6,1 persen. Hal tersebut diikuti pertumbuhan PMTB sebesar 8,3 persen (y-o-y), y), turun jika dibandingkan pertumbuh pertumbuhan PMTB Semester II Tahun 2010 yang sebesar 8,5 persen (y-o-y). Stabilitas dan ketangguhan ekonomi Indonesia, serta didukung oleh kemampuan dalam meningkatkan aliran masuk investasi, diapresiasi oleh Standard & Poor’s yang meningkatkan long-term foreign currency sovereign credit ratings Indonesia dari BB ke BB+ pada tanggal 8 April 2011 lalu. Selain itu, sebelumnya Moody’s juga telah meningkatkan sovereign Indonesia dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah investment grade pada tanggal 17 Januari 2011, sementara Fitch dari stabil ke positif pada peringkat BB+ pada tgl 14 Februari 2011. Dampak dari membaiknya credit profile Indonesia yang dilihat dari penilaian lembaga lembaga-lembaga penilai di atas membuat aliran investasi ke Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai USD 13 13-15 miliar (International Investment Finance/IIF) dari USD 400 miliar yang mengalir ke emerging market Asia.
A. PERKEMBANGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) 6.000 5.000 4.000 Mlilion USD
Setelah mengalami peningkatan selama Semester II Tahun 2010, realisasi FDI mengalami tren yang menurun sepanjang Semester I tahun 2011. Sebaliknya, arus masuk FDI sepanjang Semester I Tahun 2011 justru terus mengalami peningkatan, mengikuti tren sejak Semester II Tahun 2010. Besarnya aliran masuk FDI ke Indonesia, meningkatkan surplus aliran direct investment menjadi sebesar USD 5,7 miliar atau meningkat sebesar 18,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang hanya mencapai USD 4,8 miliar.
3.000 2.000 1.000 (1.000) (2.000) (3.000) 2008 Q-I
Q-II
Q-III
Q-IV
2009 Q-I
Q-II
Q-III
Q-IV
2010 Q-I
Q-II
Q-III
Q-IV
2011 Q-I
2011 Q-II
In Indonesia (FDI)
2.361
1.632
3.388
1.937
1.904
1.446
987
540
2.911
3.279
2.808
4.305
4.494
5.247
Outward Indonesia
-1730
-1436
-1517
-1217
-1276
-872
-340
239
-427
-982
-1191
-63
-1539
-2547
Direct Investment
631
196
1.871
720
628
574
647
779
2.484
2.297
1.617
4.242
2.955
2.700
Sumber: Bank Indonesiaa (diolah (diolah)
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Internasional, Bappenas
-4
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
B. REALISASI INVESTASI PMDN DAN PMA NONMIGAS REALISASI NILAI PMDN dan PMA NONMIGAS Semester I tahun 2011, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp. 33,0 triliun, sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai USD 9,2 miliar. Realisasi PMDN maupun PMA Semester I tahun 2011 melebihi separuh dari realisasi tahun sebelumnya, diperkirakan realisasi investasi tahun 2011 akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, didorong oleh perekonomian dunia yang mulai pulih pasca krisis global.
PMDN
TAHUN
PMA
Rp Miliar 15.409,4 30.724,2 20.649,0 34.878,7 20.363,4 37.799,8 60.626,3 33.013,6
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* Semester I 2011
1)
US$ juta 4.571,9 8.911,0 5.991,7 10.341,4 14.871,4 10.815,2 16.214,8 9.180,0
Sumber: BKPM (diolah) Catatan: 1) Diluar Investasi Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, dan Sewa Guna Usaha 2) Sampai dengan tahun 2009 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Ijin Usaha Tetap (IUT) 3) Mulai Tahun 2010 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM)
5 LOKASI UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS
Lokasi yang paling diminati PMDN dan PMA pada Semester I Tahun 2011 didominasi oleh propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Penanaman investasi pada 5 daerah lokasi utama PMDN dan PMA mencakup masing-masing 57,6 persen dan 34,4 persen dari total realisasi PMDN dan PMA Semester I 2011. Secara umum, daerah penanaman investasi PMA dan PMDN masih didominasi oleh propinsi-propinsi di Pulau Jawa seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, dan Banten.
PMDN PROPINSI
Rp Milyar
% Thd Total
Jawa Barat
5.091,9
15,4
DKI Jakarta
4.999,2
15,1
D.I. Yogyakarta
4.579,1
Kalimantan Tengah
2.299,9
Sulawesi Selatan Propinsi lain TOTAL Sumber: BKPM (diolah)
PMA PROPINSI
USD Juta
% Thd Total
Jawa Barat
1965,8
21,4
DKI Jakarta
1538,9
16,8
13,9
Papua
822,5
9,0
7,0
Banten
793,7
8,6
2.109,9
6,4
Sumatera Selatan
501,7
5,5
13.933,6
42,2
Propinsi lain
6.024,9
65,6
33.013,6
9.180,0
5 BIDANG USAHA UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS 1)
Bidang usaha yang banyak diminati baik oleh PMDN maupun PMA Sepanjang Semester I Tahun 2011 adalah sektor tersier terutama bidang usaha transportasi, gudang dan komunikasi. Sektor primer yang diminati adalah tanaman pangan dan perkebunan. Industri logam, mesin, dan elektronik menjadi sektor sekunder yang diminati investor. Kurangnya daya dukung energi (BBM, listrik, pasokan air bersih, dll) dan infrastruktur di dalam negeri membuat sektor sekunder relatif kurang berkembang, jika dibandingkan dengan sektor primer dan sektor tersier.
PMDN SEKTOR/BIDANG USAHA Industri makanan Tanaman pangan & perkebunan Transportasi, gudang, & telekomunikasi Industri Mineral Non Logam Industri Logam, Mesin & Elektronik
% Thd Total
Pertambangan
2.525,8
27,5
13,7
Transportasi, gudang, & telekomunikasi
1.051,0
11,4
13,2
Industri Kimia dan Farmasi
903,2
9,8
10,6
Industri Logam, Mesin & Elektronik
805,5
8,8
9,7
Tanaman Pangan & Perkebunan
725,5
7,9
4.568,1
13,8
4.531,1 4.354,5 3.488,9 3.187,1
PMA SEKTOR/BIDANG USAHA
USD Juta
Rp Milyar
% Thd Total
Lain-lain 12.883,9 39,0 Lain-lain 5.694,8 62,0 TOTAL 33.013,6 9.180,0 Sumber: BKPM (diolah) Catatan: 4) Sektor Primer: Industri pangan & perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan pertambangan Sektor Sekunder: Industri industri pengolahan antara lain seperti Industri logam, mesin, dan elektronika, Industri kertas, Industri kimia dan farmasi, Industri kendaraan bermotor. Sektor Tersier: Antara lain industri transportasi, gudang dan komunikasi; perdagangan dan jasa.
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas
-5
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
5 NEGARA INVESTOR UTAMA
Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Belanda, dan Korea Selatan menjadi negara-negara dengan investasi terbesar di Indonesia sepanjang Semester I Tahun 2011, mencakup 50,6 persen dari total realisasi PMA Semester I Tahun 2011. Negaranegara lain dengan investasi yang cukup besar sepanjang Semester I Tahun 2011 adalah Inggris, Malaysia, Taiwan, British Virgin Islands, dan Jerman.
Singapura 21%
Lainnya 49%
Jepang 8%
Amerika Serikat 10%
Belanda 8%
Korea Selatan 4%
Sumber: BKPM (diolah)
III. ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN DAN INVESTASI A. ISU PERDAGANGAN TERKINI a.
Dampak Krisis Hutang Yunani Terhadap Kinerja Perdagangan Indonesia Krisis hutang Yunani dan Eropa ke Indonesia secara jangka panjang akan berdampak pada sektor perdagangan Indonesia. Perlu dicermati China sebagai pemain besar dalam perdagangan dunia akan kehilangan sejumlah ekspor mereka ke negara-negara Uni Eropa yang selama ini menjadi tujuan ekspor yang cukup besar (sekitar 20 persen dari total ekspor China). Menghadapi hal tersebut, tentunya China akan mengalihkan ekspornya ke negara-negara lain yang dianggap sebagai pasar potensial. Salah satu yang mungkin adalah wilayah ASEAN, dengan telah disepakatinya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA), terbukti ASEAN menjadi pasar yang menarik bagi China. Indonesia sebagai populasi terbesar di ASEAN akan dibanjiri barang-barang impor dari China. Indonesia akan menjadi tempat limpahan barang-barang ekspor China ke Eropa. Komoditas-komoditas ekspor China ke Eropa seperti logam dasar dan turunannya, mesin dan peralatan elektronik, kendaraan dan alat angkutan, produk kimia dan turunannya, serta tekstil dan produk tekstil. Sektor manufaktur lokal akan terpuruk seiring kalah bersaingnya produk lokal melawan produk impor dari China, walaupun disisi lain konsumen diuntungkan karena harga-harga barang akan menjadi lebih murah. Tidak seperti krisis Lehmann Brother lalu dimana Indonesia masih dapat bertumpu pada konsumsi domestik, kini pasar domestik akan dibanjiri produk impor dari China. Pada krisis hutang Yunani, sektor manufaktur akan terganggu karena kalah bersaing dengan produk impor yang akan berdampak pada tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, krisis hutang Yunani tidak akan memukul perdagangan Indonesia secara langsung, tidak ada anggota Uni Eropa yang menjadi negara tujuan ekspor Indonesia yang sebesar China, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, ataupun Singapura. Namun krisis yang akan merambat ke seluruh kawasan Uni Eropa secara jangka panjang akan membuat sektor perdagangan Indonesia terganggu karena Uni Eropa merupakan pasar dari 13,3 persen (Juli 2011) ekspor Indonesia. b.
Peranan Standardisasi Kian Penting dalam Perdagangan Global Peranan standar internasional dinilai semakin penting sebagai instrumen dalam menjembatani perdagangan dunia. Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) mengatakan negara-negara anggota Organisasi Standard Dunia (International Organization for Standardization/ISO) yang tergabung dalam sidang tahunan DEVCO (Developing Country Matters) sepakat bahwa standar internasional akan membuat perdagangan dunia berlangsung fair. Pertemuan DEVCO di New Delhi semakin menguatkan bahwa kepercayaan dunia terhadap standar meningkat. Standar dipercaya sebagai suatu instrumen yang akan menjembatani perdagangan dunia berlangsung fair. Sidang tersebut didesain para anggota DEVCO yang terdiri dari 137 negara dari total anggota ISO sebanyak 165 negara. Dalam sidang ini, masing-masing negara membagi pengalaman dalam pengembangan dan penerapan standar ISO 26000 terkait dengan sosial, responsibility, standar untuk UKM, dan proyeksi standar yang dibutuhkan lima tahun ke depan. Selain itu, pertemuan ini menjadi wadah berkumpulnya badan-badan standar nasional. Bagi Indonesia sendiri, sidang DEVCO tersebut menjadi agenda penting karena memuat salah satu agenda yang diusulkan oleh Indonesia mengenai sub-regional and regional challenges and approaches to
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas
-6
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
standardization. Topik tersebut diusulkan Indonesia berdasarkan pengalaman yang terus perlu diperbaiki dalam hal kerjasama regional dan sub-regional seperti China-AFTA, India AFTA dan sebentar lagi Korea AFTA dan Jepang-AFTA. Dunia makin menyadari bahwa standar menjadi bahasa kedua setelah uang. Oleh karena itu, jika salah satu negara terlambat bereaksi atas perubahan ini, maka negara tersebut akan kewalahan menghadapi perdagangan dunia. Pada akhir sidang tersebut, negara-negara anggota DEVCO akan membuat resolisi yang semakin memperkuat negara berkembang dalam menerapkan standar-standar yang dikembangkan.
B. ISU INVESTASI TERKINI a.
Krisis Hutang Yunani Bakal Tahan Penguatan Rupiah Ketidakpastian global akibat situasi krisis di Yunani diperkirakan akan sedikit menahan tren penguatan rupiah pada Semester II Tahun 2011. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan pergerakan rupiah tetap dalam tren menguat pada paruh kedua tahun ini seiring masih tingginya potensi aliran dana asing ke pasar di dalam negeri (capital inflow). Ada faktor pendorong dari luar negeri berupa kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) oleh bank sentral AS the Federal Reserve. Di sisi lain, ada pula faktor penarik dari dalam negeri berupa fundamental ekonomi dan prospek Indonesia mendapatkan level investment grade. Kedua faktor tersebut menjaga aliran dana asing tetap tinggi sehingga mendorong penguatan rupiah, selain itu ada faktor ketidakpastian akibat krisis keuangan Yunani yang menyebabkan investor menunggu dan melihat. Penguatan rupiah pada semester kedua akan stabil dengan kecenderungan menguat, namun penguatannya tidak akan terlalu kuat seperti sebelumnya karena ada faktor ketidakpastian. Jika mengacu data kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah diketahui telah menguat sebanyak 379 poin sepanjang Semester I Tahun 2011. Pada awal perdagangan tahun ini, kurs tengah rupiah ada di level Rp8.976 per dolar AS dan menguat 4,22% menjadi Rp8.597 per dolar AS pada 30 Juni 2011. Pada perkembangan yang lain, seperti dikutip dari Bloomberg, menteri-menteri negara Eropa telah menyetujui pemberian bantuan talangan bagi Yunani sebesar 12 miliar euro yang akan digunakan sebagai tambahan dana demi mencegah gagal bayar. Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Amerika dan Eropa saat ini belum memenuhi harapan dunia internasional sehingga menyebabkan aliran dana terus masuk ke Indonesia. Ekonomi Amerika Serikat belum tumbuh cukup baik, masih lebih rendah dari perkiraan. Perekonomian Eropa juga belum tumbuh terlalu baik, sehingga capital inflow masih masuk. Jika semua sudah tumbuh baik dan banyak capital inflow masuk ke Amerika Serikat dan Eropa, penguatan Rupiah akan terjadi.
b.
Antisipasi Arus Modal KeluarTerkait Krisis Hutang Yunani Mengantisipasi arus modal keluar sebagai dampak dari krisis keuangan global, Bank Indonesia (BI) harus mempertahankan tingkat suku bunga. Meskipun Indonesia memiliki landasan perekonomian yang kokoh, sektor keuangan selalu menjadi titik lemah Indonesia. Pada kuartal kedua tahun 2011, arus modal masuk bersih masih lebih besar dibandingkan arus masuk investasi langsung yang lebih stabil. Dengan begitu, pengulangan pada kuartal keempat 2008, ketika arus modal keluar membayangi arus masuk investasi langsung, sangatlah mungkin terjadi. Para pemain asing kini telah melepas sekitar 25 persen surat hutang negara yang berdenominasi rupiah selama krisis keuangan global. Namun, kisaran angka tersebut masih belum mengkhawatirkan. Akan tetapi, jika ketidakstabilan ekonomi global terus berlanjut, maka ada kemungkinan pelepasan oleh pihak asing akan terus berlanjut. Untuk menahan pelepasan, devisa asing yang kini berjumlah 124 miliar USD per Agustus 2011 bisa digunakan untuk menahan pelepasan. Selain itu, BI juga harus meningkatkan usaha untuk membatasi arus modal keluar antara lain dengan meningkatkan batas jangka waktu minimum kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia. Cara lain yang dapan diambil adalah dengan memperkenalkan deposito yang tidak bisa diakses pemain asing untuk mengelola likuiditas. Termasuk juga melarang dana Vostro sampai 30 persen dari modal bank. Langkah ini diharapkan akan membantu mengurangi, tetapi tidak menghilangkan terjadinya arus modal keluar.
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas
-7
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
IV. PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA Posisi Indonesia dalam Doing Business 2011 menurun dibandingkan tahun 2010 (yang sudah disesuaikan kriterianya) dari posisi 115 menjadi 121. Selama setahun terakhir, Indonesia telah melakukan tiga reformasi positif di tiga kriteria, yaitu pendirian usaha (pengurangan biaya dan waktu pembuatan akte pendirian usaha), pengurangan tarif pajak penghasilan serta pengurangan waktu ekspor dengan NSW. Tetapi indonesia masih buruk dalam pelaksanaan kontrak (dari segi jumlah prosedur, waktu serta biaya) Secara umum kemudahan usaha di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata (masih di bawah Vietnam).
EASE OF DOING BUSINESS Peringkat Negara 2006 2007 Singapore 2 1 New Zealand 1 2 United States 3 3 UK 5 6 Australia 9 8 Thailand 19 18 Malaysia 25 25 Vietnam 98 104 Indonesia 131 135 Philippines 121 126 Jumlah negara yang disurvey 155 175 Sumber: Ease of Doing Business
2008 1 2 3 6 9 15 24 91 123 133
2009 1 2 3 6 9 13 20 92 129 140
2010 1 2 4 5 9 12 23 93 122 144
2010 (adjusted)* 1 3 5 4 10 16 23 88 115 146
2011* 1 3 5 4 10 19 21 78 121 148
178
181
183
183
183
IMD WORLD COMPETITIVENESS YEAR BOOK Setelah membaik pada World Competitiveness Year Book (WCY) tahun 2010, peringkat daya saing Indonesia dalam WCY 2011 kembali turun dari posisi 35 ke posisi 37, berada diatas Filipina, namun masih berada dibawah negara-negara ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Walaupun secara skor naik (dari 60,7 pada tahun 2010 menjadi 64,6 pada tahun 2011), posisi Indonesia tetap turun, peningkatan yang terjadi di negaranegara lain ternyata lebih pesat daripada yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa negara-negara lain juga serius dalam membenahi daya saing perekonomiannya.
Peringkat Negara 2006 2007 2008 Hongkong 2 3 3 USA 1 1 1 Singapore 3 2 2 Taiwan 17 18 13 Australia 6 12 7 Malaysia 22 23 19 China 18 15 17 UK 20 20 21 Korea 32 29 31 Japan 16 24 22 Thailand 29 33 27 India 27 27 29 Indonesia 52 54 51 Philipines 42 45 40 Total Negara 53 55 55 Sumber: IMD World Competitiveness Year Book
2009 2 1 3 23 7 12 20 21 27 17 26 30 42 43 57
2010 2 3 1 8 5 10 18 22 23 27 26 31 35 39 58
2011 1 2 3 6 9 16 19 20 22 26 27 32 37 41 59
Score 2011 100.0 100.0 98.6 92.0 89.3 84.1 81.1 80.3 78.5 75.2 74.9 70.6 64.6 63.3
GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX Pada publikasi terbaru tahun 2011-2012, peringkat Indonesia untuk indeks daya saing global adalah peringkat 44 (score 4,38) dari 142 negara yang disurvei. Posisi Indonesia tersebut turun 2 peringkat dibanding periode sebelumnya yaitu peringkat 46 (score 4,43) dari 139 negara. Perbaikan terutama dikontribusikan oleh kondisi makroekonomi yang sehat, perbaikan infrastruktur, serta dari sisi kesiapan teknologi. Berdasarkan GCI 2011-2012, Indonesia masih kurang kompetitif dibanding negara-negara Asia Tenggara yang lain, seperti: Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand walaupun berada diatas Vietnam dan Filipina.
20062007 4 8 9 1 7 5 2 10 19 23 35
Peringkat Global Competitiveness Index 20072008200920102011Score 2008 2009 2010 2011 2012 2 2 1 1 1 5,74 7 5 3 3 2 5,63 4 4 4 2 3 5,61 1 1 2 4 5 5,43 5 7 7 5 6 5,41 8 9 8 6 9 5,40 9 12 13 12 10 5,39 12 11 11 11 11 5,36 21 21 24 26 21 5,08 11 13 19 22 24 5,02 34 30 29 27 26 4,90
Negara Swiss Singapura Swedia USA Jerman Jepang UK Hongkong Malaysia Korea China Brunei Darussalam Thailand 28 28 Indonesia 54 54 India 42 48 Vietnam 64 68 Filipina 75 71 Total Negara 122 131 Sumber: Global Competitiveness Index
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas
39 34 55 50 70 71
32 36 54 49 75 87
28 38 44 51 59 85
28 39 46 56 65 75
134
133
139
142
4,78 4,52 4,38 4,30 4,24 4,08
-8
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI, DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas
-9