Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER 2015 7 Oktober 2015
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL Pertumbuhan Ekonomi (%)
Indeks Harga Konsumen (IHK) 2014 - Juni 2015 (2012=100)
7 6,3
122,00 120,00 118,00 116,00 114,00 112,00 110,00 108,00 106,00 104,00
6,4
6,5
6,11 5,81
5,72
6
6,17
20,14%
6,02
5,5 5,62
5,22
5,01 5,01
Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), 2014 - Juni 2015
5 5,12
125
4,72
4,5
120
4,67
115 110
4
105
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2015 2015
Sumber: BPS
7%
100 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Ekonomi Indonesia Q-II/2015 tumbuh 4.67%, melambat dibanding capaian Q-II/2014 yang tumbuh 5.03% dan QI/2015 yang tumbuh 4.72%. Konsumsi rumah tangga Q-I/2015 tumbuh 4,70% yoy, Q-II/2015 tumbuh 4,97% yoy, menurun dibandingkan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 5,3% tahun 2014. Padahal porsi kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB sebesar 55%, sehingga menjadi mesin penggerak perekonomian nasional.
2
MENURUNNYA PERANAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
Ekspor menurun relatif tajam selama SI/2015 sebesar -11,86% (yoy), sehingga kenaikan surplus perdagangan pada SI/2015 sebesar USD 4,35 Milyar atau meningkat 485,34% (yoy) disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama sebesar -17,81% (yoy). Ekspor tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan, bahkan trend neraca perdagangan non migas selama 2010-2014 adalah -21,17%. Ekspor juga tidak berperan dalam meningkatkan volume perdagangan karena trend volume perdagangan sebesar 3,53% lebih banyak dikontribusi oleh trend impor sebesar 6,14%. Share volume perdagangan Indonesia sejak dulu masih rata-rata 1% dari volume perdagangan dunia.
Rasio Ekspor Non Migas Terhadap PDB Indonesia (%) 32,10
2004
34,10
2005
31,00
2006
Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian
29,40
2007
29,80
24,14
24,58
2008
2009
2010
26,36
2011
24,59
23,98
23,78
2012
2013
2014
3
PERTUMBUHAN KONSUMSI PEMERINTAH, RUMAH TANGGA, DAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO 20,0%
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
-5,0%
QI/2012 Konsumsi Pemerintah 7,7% PMTB 7,0% Konsumsi RT 12,0%
QQQQII/2012 III/2012 IV/2012 I/2013 16,8% -2,0% -0,1% 3,0% 10,1% 9,5% 9,8% 7,9% 13,0% 12,1% 10,8% 11,8%
QQQQII/2013 III/2013 IV/2013 I/2014 3,2% 12,4% 7,9% 6,1% 5,5% 6,0% 2,1% 4,7% 10,9% 12,9% 13,2% 11,9%
QQQQII/2014 III/2014 IV/2014 I/2015 -1,5% 1,3% 2,8% 2,2% 3,7% 3,9% 4,3% 4,3% 11,7% 8,9% 9,4% 7,9%
QII/2015 2,3% 3,6% 8,4%
Selama S-I/2015 pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga dan PMTB mengalami penurunan. Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian
4
GAMBARAN PENURUNAN PORSI PERAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN PMTB 60
50
RATA-RATA SHARE 40 TERHADAP PDB Konsumsi 8.8% Pemerintah Konsumsi 55.5% 30 Rumah Tangga PMTB 32.1% RATA-RATA PERTUMBUHAN 20 PDB 5.5%
10
0
QQQQQQQQQQQQQQI/2012 II/2012 III/2012 IV/2012 I/2013 II/2013 III/2013 IV/2013 I/2014 II/2014 III/2014 IV/2014 I/2015 II/2015 Konsumsi Pemerintah 7 9,09 8,3 11,14 6,84 8,65 9,21 11,47 6,79 8,02 9,32 11,58 6,59 8,87 PMTB 31,42 32,29 32,67 34,13 31,25 31,9 31,04 32,39 30,87 31,4 31,05 33,38 32,65 32,28 Konsumsi Rumah Tangga 54,34 53,58 54,47 56,08 55,75 55,47 55,70 56,25 56,75 55,84 55,03 56,90 56,04 54,67 PDB 6,11 6,16 6,08 6,03 5,61 5,6 5,57 5,58 5,14 5,08 5,03 5,02 4,72 4,67
Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian
7
6
5
4
3
2
1
0
5
PELUANG INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL
Pertumbuhan ekonomi global masih melambat meskipun ekonomi USA telah pulih, namun beberapa maju tahun 2016 akan tumbuh mendekati rata-rata pertumbuhannya dalam 10 tahun terakhir.
Dalam Q-II/2015, pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami peningkatan menjadi 0.7% dari sebelumnya -0.8% sedangkan untuk Tiongkok tetap senilai 7% dan Amerika Turun menjadi 2.7% dari sebelumnya 2.9%.
Unemployment rate Q-II/2015, Tiongkok dan Amerika masing – masing menurun menjadi 4.04% dan 5.3% dan Jepang tetap senilai 3.5%.
Pemulihan ekonomi global kedepan menjadi peluang bagi ekspansi ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang utama berada di bawah rata-rata angka pertumbuhan 10 tahun terakhir Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional terkoreksi sebesar 4,7% untuk tahun 2015, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2% karena pertumbuhan output riil melambat menjadi 4,7% yoy pada Q-I/2015 dan 4,67% pada Q-II/2015, laju pertumbuhan paling lambat sejak 2009, namun diperkirakan pertumbuhan tahun 2015 dapat mencapai 4,9% - 5%, dan apabila kebijakan deregulasi cepat efektif maka pertubuhan mulai tahun 2016 akan meningkat signifikan
6
RESPON TERHADAP PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DEPRESIASI RUPIAH
I
Ditengah melemahnya perekonomian dunia yang berdampak kepada perekonomian nasional, pemerintah telah dan akan terus melakukan upaya menggerakkan ekonomi nasional melalui berbagai paket kebijakan ekonomi: I.
Mengembangkan Ekonomi Makro yang Kondusif Pemerintah bersama-sama dengan Otoritas Moneter (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan langkah-langkah dalam upaya menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif, yaitu: 1. Stabilisasi Fiskal dan Moneter (Termasuk Pengendalian Inflasi) 2. Percepatan Belanja 3. Penguatan Neraca Pembayaran
II.
Menggerakkan Ekonomi Nasional Pemerintah melakukan serangkaian kebijakan deregulasi, debirokratisasi dan memberikan insentif fiskal dalam rangka menggerakan perekonomian nasional (sektor riil). Pada tahap I meliputi: 1. Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal) 2. Mempercepat Proyek Strategis Nasional 3. Meningkatkan Investasi di Sektor Properti
III.
Melindungi Masyarakat Berpendapatan Rendah dan Menggerakan Ekonomi Pedesaan Pemerintah melakukan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan masyarakat pedesaan dari dampak melemahnya ekonomi nasional: 1. Stabilisasi Harga Pangan 2. Percepatan Pencairan Dana Desa*) 3. Penambahan Rastera 13 dan 14*)
*) Dikoordinasikan oleh Menko PMK
7
MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL Perlunya deregulasi untuk melepas tambahan beban bagi industri, percepatan penyelesaian kesenjangan daya saing industri, dan inisiatif baru untuk mendorong keunggulan industri nasional di pasar domestik maupun pasar global.
MENURUNNYA PORSI PERAN INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1,04
3,36
1,63 2,85
Pertambangan dan Penggalian
1,63
3,8
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
14,33
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi
3,82 8,06
3,48 3,11 4,69
20,91
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi
13,26
Real Estate
9,86 1,16 0,07
*) Preliminary; **) Very Preliminary Source: Indonesian Statistics Bureau (BPS); http://www.bps.go.id/li nkTabelStatis/view/id/1 202 (accessed 04 October 2015)
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan
1. Industri pengolahan memilki peran terbesar pada pembentukan PDB nasional di setiap tahunnya namun terus menurun dimana pada tahun 2005 porsi peran Industri sebesar 28,09% sedangkan pada bulan Mei 2015 menjadi 20.91%. 2. Subsektor Industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB selama 5 tahun terakhir (2011-2015) secara berurutan adalah: Industri Makanan dan Minuman, Industri Barang Logam, Industri Alat Angkutan, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional dan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi.
9
TREND PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS UTAMA RELATIF MENURUN
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
-5,00
-10,00 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Alat Angkutan Industri Makanan dan Minuman Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
2011
2012
2013
2014
Semester I 2014 Semester I 2015
8,79
11,64
9,22
2,92
0,06
8,91
8,66 6,37 10,98 6,49
12,78 4,26 10,33 6,04
5,10 14,95 4,07 6,58
3,89 3,94 9,54 1,53
4,43 3,01 10,17 2,83
7,78 2,65 8,45 -4,09
Sumber : BPS diolah Kemenperin
10
PENURUNAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS SEMESTER I TAHUN 2015 10
8,91
8,46 7,78
8
7,54 6,55
6,18
1
Industri Makanan dan Minuman
2
Industri Pengolahan Tembakau
3
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
4
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
6 5
4,6 3,99
6
4
Nilai
2,69
2,65
2,55
1,81
2 0
1
2
3
4
5
6
-0,4
-2
-2,04
-4 -4,09 -6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
7
Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
8
Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
9
Industri Barang Galian bukan Logam
10
Industri Logam Dasar
11
Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
12
Industri Mesin dan Perlengkapan
13
Industri Alat Angkutan
14
Industri Furnitur
15
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
Sumber : BPS diolah Kemenperin
Pertumbuhan sektor industri non-migas Indonesia pada SM-I/2015 sebesar 5,26% menurun 0,29% jika dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 2014, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri Barang logam sebesar 8.91%, industri makanan dan minuman sebesar 8.45%, industri kimia farmasi sebsar 7.78% serta industri logam dasar sebesar 7.54%. Sedangkan cabang yang mengalami penurunan adalah Industri Furniture, Kertas, dan Tekstil dan Pakaian Jadi.
11
PERKEMBANGAN UTILISASI INDUSTRI 2010-2013 NO
LAPANGAN USAHA
1
INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
2
INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU
3
INDUSTRI TEKSTIL DAN PAKAIAN JADI
4
5 6
INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK TERMASUK FURNITUR) INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS
NILAI PRODUKSI
KAPASITAS TERPASANG
769,992,617,135
1,052,790,707,858
164,160,209,682
244,335,564,311
185,634,515,084
230,003,083,675
45,927,707,561
55,727,737,990
39,996,495,087
58,013,503,150
104,519,302,570
122,925,559,578
7
INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL
375,702,504,646
469,359,938,196
8
INDUSTRI KARET, BARANG DAIRI KARET DAN PLASTIK 128,526,367,503
170,674,079,703
9
INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
84,524,266,808
105,120,678,560
10
INDUSTRI LOGAM DASAR
101,653,758,571
158,876,529,557
11
INDUSTRI BARANG LOGAM, KOMPUTER DAN PERALATAN LISTRIK 202,275,016,960
268,652,870,776
12
INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN
13
INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
14
INDUSTRI FURNITUR
15
INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA
Sumber : Kemenperin
25,695,212,555
29,883,269,438
208,306,528,994
261,447,931,295
15,570,236,156
21,427,680,361
23,170,502,656
33,787,940,233
UTILISASI (%) 73.14 67.19
80.71 82.41
68.94 85.03 80.05
75.31 80.41
63.98 75.29
85.99 79.67
Sampai dengan tahun 2013 umumnya utilisasi kapasitas industri relatif baik (diatas 60%), dimana cabang industri yang tinggi utilisasinya adalah: • Industri Mesin dan Perlengkapan dengan tingkat utilisasi 85,99%; • Industri kertas dan barang dari kertas, tetapi pada semester I 2015 pertumbuhannya menurun -2,04; • Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki dengan tingkat utilisasi mencapai 82,41%; • Industri tekstil dan pakaian jadi dengan utilisasi sebesar 80,71%, tetapi pertumbuhannya menurun 4,09%. Dengan menurunnya impor bahan baku dan barang modal sampai dengan S-I/2015 masing-masing sebesar -18,69% dan -16,24%, maka diperkirakan utilisasi kapasitas industri akan jauh menurun.
72.66
68.58
12
KETIMPANGAN SEBARAN INDUSTRI Jumlah Industri Besar dan Sedang di Jawa dan Luar Jawa Tahun 2001-2013* Jumlah Industri
40.000
30.000 20.000 10.000 0
2001 Luar Jawa 3989 Jawa 17413 Total 21396
2002 4028 17118 21146
2003 3717 16607 20234
2004 3717 16901 20685
2005 3734 16995 20729
2006 5120 24348 29468
2007 4931 23067 27998
2008 4487 21207 25694
2009 4071 20397 24468
2010 3816 19529 23345
2011 3930 19440 23370
2012 4038 19554 23592
2013* 4168 19773 23941
Luar Jawa: (17,41%)
Jawa: (82,59%)
*) Angka Sementara Sumber Data: BPS
Industri Sedang dan Besar Tahun 2014:
Industri Mikro Kecil Tahun 2014:
•
•
•
•
Jenis industri terbanyak: makanan (5.793 unit), tekstil (2.304 unit), pakaian jadi (2.034 unit), karet dan plastik (1.750 unit), barang galian non logam (1.584 unit), furniture (1.290 unit), kayu, gabus, bambu, rotan (1.066 unit), logam non mesin (969 unit), kimia (976 unit), dst. Jenis industri yang menyerap banyak tenaga kerja: makanan (823,4 ribu), pakaian jadi (473,6 ribu), tekstil (427,1 ribu), karet dan plastik (357,5 ribu), pengolahan tembakau (278,9 ribu), kulit alas kaki (220,7 ribu), dst Jenis industri yang mengalami penurunan index produksi: kimia, kertas, pakaian jadi, alas kaki, karet dan plastik.
•
•
Industri Mikro sebanyak 3,2 juta unit dengan serapan tenaga kerja 6 juta orang, terbanyak di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, NTT, Bali, dan Sulawesi Selatan. Industri Kecil sebanyak 284,5 ribu unit dengan serapan tenaga kerja sebanyak 2,3 juta orang, terbanyak di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan NTB. Industri Mikro Kecil yang mengalami pertumbuhan negatif pada Q-II/2015 adalah Sumatera Selatan, NTB, Kalimantan Timur, Riau, Sulawesi Utara, dan Bangka Belitung.
13
FENOMENA PENYEBAB MENURUNNYA KINERJA INDUSTRI Struktur Industri yang tergantung impor
Ketertinggalan teknologi
Kelemahan infrastruktur, listrik, energi, air, dan kepastian ketersediaan lahan
Ketidakterhubungan antara kegiatan industri dan bahan baku
Inefisiensi biaya logistik dan biaya administrasi (selling and general administration expenses)
Kapasitas, produktivitas, dan hubungan industrial ketenagakerjaan Beban regulasi, birokrasi, dan penegakan hukum yang menjadi penghambat pengembangan investasi, efisiensi produksi, kelancaran distribusi, dan kepastian bahan baku Masalah akses dan beban pembiayaan
Gangguan impor
14
PERANAN INDUSTRI TERHADAP EKSPOR Deregulasi mendorong pengembangan produk dan pasar baru bagi ekspor hasil industri yang berdaya saing dengan memberikan kelancaran dan efisiensi pengadaan bahan baku dan distribusi ekspor.
KOMPOSISI PRODUK EKSPOR NON MIGAS INDONESIA Juta USD Jan-Jul
NO
Sektor
2010
Perub.(%) Peran.( 2015 2015/2014 %) 2015
2012
2013
2014
5.165,80
5.569,20
5.713,00
5.770,60
3,94 3.131,20 3.131,80
0,02
3,99
2014
I.
PERTANIAN
II.
INDUSTRY
98.010,60 122.187,70 116.123,30 113.029,70 117.329,50
2,86 68.506,30 63.316,70
-7,58
80,73
III.
MINING
26.712,60 34.652,00 31.329,90 31.159,50 22.850,00
-4,1 13.122,50 11.966,10
-8,81
15,26
3,02
11,3
61,14
0,01
1,59 84.767,20 78.426,30
-7,48
100
OTHERS TOTAL EKSPOR NON-MIGAS
5.001,90
Trend(%) 2010-2014
2011
9,9
13
18,7
16,3
10,3
129.739,50 162.019,60 153.043,00 149.918,80 145.960,80
7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan
Rata-rata ekspor produk industri selama 5 tahun (2010-2014) adalah 113 Miliar USD atau 76,5% dari total ekspor non migas Indonesia selama periode tersebut, dengan trend 2,86% tetapi selama Januari-Juli 2015 ekspor produk industri menurun -7,58% (yoy).
16
PERKEMBANGAN PRODUK EKSPOR UTAMA NON MIGAS INDONESIA Juta USD NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20
HS/SEKTOR 15 LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI 27 BAHAN BAKAR MINERAL 85 MESIN/PERLATAN LISTRIK 71 PERHIAASAN/PERMATA 40 KARET DAN BARANG DARI KARET 87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA 84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 64 ALAS KAKI 44 KAYU, BARANG DARI KAYU 62 PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN 48 KERTAS/KARTON 26 BIJIH, KERAK, DAN ABU LOGAM 61 BARANG-BARANG RAJUTAN 38 BERBAGAI PRODUK KIMIA 39 PLASTIK DAN BARANG DARI PLASTIK 55 SERAT STAFEL BUATAN 29 BAHAN KIMIA ORGANIK 03 IKAN DAN UDANG 73 BENDA-BENDA DARI BESI DAN BAJA 94 PERABOT, PENERANGAN RUMAH LAIN-LAIN TOTAL EKSPOR NON MIGAS
2010
2011
16.286,40 18.499,90 10.373,20 1.425,10 9.339,70 2.899,90 4.986,70 2.501,80 2.935,40 3.611,00 4.186,20 8.139,70 2.889,90 1.806,50 2.150,10
21.607,20 27.230,70 11.145,40 2.561,70 14.321,10 3.328,60 5.749,50 3.301,90 3.374,70 4.149,70 4.169,40 7.330,90 3.541,10 3.577,40 2.513,70
2.075,20 2.690,10 1.687,20 1.468,00
2.545,90 3.815,90 2.045,20 1.905,80
2012
2013
2014
21.229,60 19.181,40 21.037,00 26.184,20 24.519,00 20.843,70 10.764,80 10.438,40 9.745,70 3.204,90 2.725,50 4.619,40 10.456,00 9.381,10 7.088,30 4.856,90 4.567,20 5.213,70 6.103,10 5.968,50 5.969,10 3.524,60 3.860,40 4.108,40 3.448,50 3.633,00 4.070,50 3.749,20 3.906,20 3.932,40 3.937,20 3.756,60 3.743,80 5.054,80 6.526,30 1.906,00 3.439,80 3.481,40 3.428,30 3.751,90 3.710,60 4.060,60 2.487,30 2.602,80 2.760,30 2.260,90 2.811,50 2.201,80 2.042,40
2.327,80 2.760,20 2.389,80 2.152,00
2.331,50 3.158,20 2.620,20 2.232,90
2.021,90 1.822,20 1.899,40 1.873,60 1.902,10 27.761,20 31.980,40 29.632,00 30.157,00 31.188,30 129.739,50 162.019,60 153.043,00 149.918,80 145.960,80
Trend(%) 2010-2014
4,01 1,35 -1,89 27,3 -9,29 16,06 4,05 12,17 7,55 1,11 -3,22 -26,06 3,3 18,02 5,49 1,44 -0,03 10,92 10,08
Jan-Jul Perub.(%) Peran.( 2014 2015 2015/2014 %) 2015 12.166,30 11.210,60 -7,86 14,29 12.752,00 9.967,60 -21,84 12,71 5.620,50 4.939,00 -12,12 6,3 2.905,60 3.609,70 24,23 4,6 4.435,30 3.500,40 -21,08 4,46 2.790,60 3.153,90 13,02 4,02 3.476,30 2.995,00 -13,85 3,82 2.359,70 2.623,00 11,16 3,34 2.367,30 2.330,60 -1,55 2,97 2.399,30 2.329,90 -2,89 2,97 2.166,50 2.112,50 -2,49 2,69 325,2 1.944,80 498,02 2,48 2.075,40 1.925,70 -7,22 2,46 2.491,00 1.575,80 -36,74 2,01 1.595,60 1.367,30 -14,31 1,74 1.340,60 2.034,30 1.452,20 1.335,90
1.338,80 1.324,00 1.231,00 1.129,10
-0,13 -34,92 -15,23 -15,48
1,71 1,69 1,57 1,44
-0,94 1.129,00 1.078,30 12,34 17.547,80 16.739,40 1,59 84.767,20 78.426,30
-4,49 -8,08 -7,48
1,37 21,34 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan
Tidak ada perkembangan produk ekspor baru Indonesia selama 5 tahun dalam komposisi produk utama ekspor Indonesia.
17
KINERJA NEGATIF EKSPOR PRODUK INDUSTRI Juta USD NO
HS/KOMODITAS
2010
2011
2012
2013
2014
Trend(%) 2010-2014
Jan-Jul 2014
1
15 LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI
16.286,40
21.607,20
21.229,60
19.181,40
21.037,00
2
85 MESIN/PERLATAN LISTRIK
10.373,20
11.145,40
10.764,80
10.438,40
9.745,70
-1,89
5.620,50
3
71 PERHIAASAN/PERMATA
1.425,10
2.561,70
3.204,90
2.725,50
4.619,40
27,3
4
40 KARET DAN BARANG DARI KARET
9.339,70
14.321,10
10.456,00
9.381,10
7.088,30
5
87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA
2.899,90
3.328,60
4.856,90
4.567,20
6
84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK
4.986,70
5.749,50
6.103,10
7
64 ALAS KAKI
2.501,80
3.301,90
8
44 KAYU, BARANG DARI KAYU
2.935,40
9
62 PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN
2015
4,01 12.166,30 11.210,60
Perub.(%) Peran.(%) 2015/2014 2015 -7,86
17,71
4.939,00
-12,12
7,80
2.905,60
3.609,70
24,23
5,70
-9,29
4.435,30
3.500,40
-21,08
5,53
5.213,70
16,06
2.790,60
3.153,90
13,02
4,98
5.968,50
5.969,10
4,05
3.476,30
2.995,00
-13,85
4,73
3.524,60
3.860,40
4.108,40
12,17
2.359,70
2.623,00
11,16
4,14
3.374,70
3.448,50
3.633,00
4.070,50
7,55
2.367,30
2.330,60
-1,55
3,68
3.611,00
4.149,70
3.749,20
3.906,20
3.932,40
1,11
2.399,30
2.329,90
-2,89
3,68
10 48 KERTAS/KARTON
4.186,20
4.169,40
3.937,20
3.756,60
3.743,80
-3,22
2.166,50
2.112,50
-2,49
3,34
LAIN-LAIN
39.465,40
48.478,40
44.848,40
45.611,60
47.801,30
21,12 27.818,40 24.512,60
-11,88
38,71
INDUSTRY
98.010,60 122.187,70 116.123,30
113.029,70
117.329,50
2,86 68.506,30 63.316,70
-7,58
80,73
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan
Umumnya ekspor produk utama industri mengalami penurunan selama Januari-Juli 2015 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, kecuali alas kaki dan kendaraan bermotor.
18
PERBANDINGAN PERAN EKSPOR INDONESIA 10,0%
9,0%
Gambaran Peran Sektor Manufaktur terhadap Kinerja Ekspor Indonesia
8,0%
Keterangan Ekspor manufaktur Indonesia
7,0%
3,9%
3,9%
4,0%
Total eskpor Indonesia
3,4% 5,0%
1,0%
2012
2013
2014
58.420
68.418
67.645
67.871
70.951
157.779
203.497
190.032
182.552
176.293
Share ekspor manufaktur
37%
34%
36%
37%
40%
2,6%
3,0% 2,0%
2011
4,0%
6,0%
4,0%
2010
2,2%
2,2%
2,2%
2,2%
0,5%
0,5%
0,5%
0,6%
2,0%
1,8%
1,8%
1,7%
2011
2012
2013
2014
Share Manufaktur Indonesia Terhadap Impor Manufaktur Dunia
1,9% 1,5% 0,5% 0,4% 1,1%
1,5%
0,0% 2009
2010
Indonesia
Sumber : Trademap
Philippina
Thailand
Singapura
Keterangan
Ekspor manufaktur Indonesia Impor Manufaktur Dunia Share Manufaktur Indonesia Sumber: WTO
2010
2011
58.420
2012
68.418
2013
67.645
2014
67.871
70.951
10.353.577 11.978.791 11.999.173 12.399.604 12.788.420 1%
1%
1%
1%
1% (Juta USD)
Peran sektor industri terlihat kecil, karena perbedaan definisi antara klasifikasi WTO tentang produk manufaktur dengan BPS untuk produk industri. Namun demikian, pangsa ekspor manufaktur Indonesia tidak berkembang di kisaran 1% dari total impor dunia terhadap produk manufaktur.
19
KECILNYA PERAN PRODUK UNGGULAN INDONESIA TERHADAP IMPOR DUNIA
Share ekspor Indonesia relatif kecil terhadap impor dunia. Beberapa komoditi utama Indonesia sangat sensitif terhadap harga komoditi tersebut di pasaran Internasional, seperti komoditi pertanian dan pertambangan sehingga diperlukan peningkatan peran lembaga lindung nilai (hedging) dan bursa komoditi untuk menjamin kepastian harga yang diterima petani dan penambang. 2014 EKSPOR INDONESIA (RIBU USD)
SHARE EKSPOR IMPOR DUNIA INDONESIA TERHADAP (RIBU USD) IMPOR DUNIA
KODE HS
DESKRIPSI
'2701
Coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal
18.697.800
113.234.229
17%
'1511
Palm oil & its fraction
17.464.905
35.398.365
49%
'2711
Petroleum gases
17.180.283
447.067.462
4%
'2709
Crude petroleum oils
9.271.214 1.502.034.440
1%
'4001
Natural rubber,balata,gutta-percha etc
4.744.753
18.124.040
26%
'8703
Cars (incl. station wagon)
2.641.590
698.781.623
0%
'1513
Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions
2.484.350
6.234.379
40%
'4412
Plywood, veneered panels and similar laminated wood
2.372.471
14.777.695
16%
'3823 '2713
Binders for foundry molds or cores; chemical products and residuals
2.367.121
9.284.953
25%
2.309.578
20.974.846
11%
Petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils
Sumber : Trademap
20
BELUM BERKEMBANGNYA JENIS PRODUK EKSPOR INDONESIA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN IMPOR DUNIA
Jumlah Komoditi Ekspor Indonesia di pasar dunia sekitar 88%... Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di dunia yang Diekspor Indonesia Thn 2010
HS Code yang Tidak Diekspor Indonesia 10% HS Code yang Diekspor Indonesia 90%
Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di dunia yang Diekspor Indonesia Thn 2014
HS Code yang Tidak Diekspor Indonesia 12%
HS Code yang Diekspor Indonesia 88%
Sumber : Trademap
21
MENURUNNYA KONTRIBUSI DAERAH UTAMA TERHADAP EKSPOR NON MIGAS NASIONAL (dalam juta USD)
Sumber : BPS yang telah diolah oleh Kementerian Perdagangan
22
PERANAN INDUSTRI TERHADAP INVESTASI Deregulasi bertujuan untuk mempermudah investasi sektor industri baik untuk pengembangan cabang-cabang industri maupun untuk meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaga kerja.
INVESTASI ASING SEKTOR INDUSTRI MENURUN PMDN
NO
SEKTOR
Mei 2014 P
PMA
Mei 2015
I
P
Mei 2014
% (I)
I
P
I
-84,37
81,9
70,6
-13,76
37
17,5
55
55,4
-215,67
952,11
23
2,7
27
12,3
360,47
655,8
-54,67
31
21,4
54
134,3
528
95
7.043,6
180,53
170
468,1
412,8
-11,83
89
1.333,6
13,86
89
239,6
174,4
-27,23
164,3
193 158 62
456,0
177,50
275
460,4
541
609,9
32,47
-100
3
-
1
-
-
701,7
6063,92
126
421,6
206
373,4
-11,44
22,6
100
70
53,9 3.218,6
90
8,7
-83,85
1.886
2.508,9
3.
Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki
1
-
6
5,4
100
4.
Industri Kayu
2
2,7
25
28,7
5.
Ind. Kertas & Percetakan
12
1.446,6
32
6. 7. 8.
Ind. Kimia dan Farmasi Ind. Karet dan Plastik Ind. Mineral Non Logam
26
2.510,9
41
1.171,3
14
1.436,0
50
2.772,5
93,07
47
9.
Ind. Logam, Mesin & Elektronik
26
366,8
110
3.337,3
809,95
2
2,6
-
3
11,4
27
-
4.928,9
18
264
12.067,6
811
11.
12.
P : Jumlah Izin Usaha;
120
4.928,9
292
7.972,8
61,76
271
1.287,1
17
190,4
64
1.688,7
786,78
89
I : Nilai Realisasi Investasi
I 201,2
Industri Makanan Industri Tekstil
Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Jumlah
P
% (I)
304 195
1. 2.
10.
Mei 2015
3
25.562,8
111,83
1,231
-22,05
Sumber : BKPM diolah Kemenperin
Nilai investasi PMDN sektor industri s.d Mei 2015 sebesar Rp 25,56 triliun atau tumbuh sebesar 111,83% dibanding Mei Tahun 2014 sebesar Rp 12,06 triliun. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 59,54% dari total investasi PMDN s.d Mei 2015 sebesar Rp 42,93 triliun. Tetapi nilai investasi PMA sektor industri s.d Mei 2015 mencapai USD 2,50 milyar atau menurun sebesar 22,05% dibandingkan Mei 2014 sebesar USD 3,21 milyar. Investasi PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 34,03% dari total investasi PMA s.d Mei 2015 sebesar USD 7,37 milyar.
24
PENYERAPAN TENAGA KERJA MENURUN DALAM INVESTASI SEKTOR INDUSTRI Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Untuk Sektor Industri 600.000 500.000
400.000 300.000 200.000 100.000 -
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Industri PMDN
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Industri PMA
Sumber: BKPM
•
PMDN, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar 279.099 tahun 2012 menjadi hanya 124.135 tahun 2014 (turun sebesar 56%).
•
PMA, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar 510.540 tahun 2012 menjadi hanya 222.345 tahun 2014 (turun sebesar 56%).
25
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia www.ekon.go.id 2015