Perbedaan Time-perspective antara Remaja laki-laki di Lembaga Pemasyarakatan dengan di Luar Lembaga Pemasyarakatan Comparing Time-perspective between Male Adolescents in Correctional Facility and Outside Correctional Facility Noori Lukman Pradipto Sherly Saragih Turnip Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ABSTRAK Remaja merupakan tahapan perkembangan dimana individu mengeksplorasi banyak hal untuk menemukan identitas diri. Eksplorasi terhadap banyak hal terkadang mengarahkan kepada perilaku beresiko negatif yang berujung pada perilaku kekerasan bahkan sampai melanggar hukum dan masuk lembaga pemasyarakatan. Banyak pelaku yang melakukan perilaku beresiko hingga pelaku kekerasan adalah laki-laki. Salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku beresiko adalah time-perspective. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan time-perspective antara remaja di lembaga pemasyarakatan dengan di luar lembaga pemasyarakatan. Tiga dimensi diukur dalam alat ukur Zimbardo time-perspective short-form, yaitu futuristic, present-hedonistic, presentfatalistic. Pengambilan data dilakukan pada sampel remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan Tangerang (N = 128) dan remaja yang menempuh pendidikan di sekolah berakreditasi “B” (N = 183). Analisis data dilakukan dengan independent sampel t-test. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan dalam dimensi present-hedonistic, present-fatalistic, dan skala present-oriented antara remaja di lapas dengan di luar lembaga pemasyarakatan. Namun, tidak ada perbedaan futuristic yang signifikan antara remaja di lapas dengan di luar lembaga pemasyarakatan.
Kata kunci: time-perspective, laki-laki, remaja, lembaga pemasyarakatan ABSTRACT Adolescence is a developmental stage where people starts to explore different things to find one self-identity. The exploration may lead to negative risk-behaviors that often end in violent behaviors and violation of law. Those who involved in negative risk behaviors and committed violent behaviors are mostly men. One factor that correlates with risk behavior is time-perspective. This research focused on investigating the significant difference in time perspective between male adolescents who lived in a correctional facility and outside correctional facility. Three dimensions that measured in Zimbardo Time-Perspective Short Form were present-hedonistic, futuristic, and present-fatalistic. The participants from a correctional facility was 128 and from community was 183. Data were analyzed with independent sample t-test. The results showed significant differences of present-hedonistic, present-fatalistic, present-oriented between male adolescents in correctional facility and
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
outside correctional facility. But, there was no significant difference of futuristic between male adolescent in correctional facility and outside correctional facility. Keywords: Time-Perspective, Male, Adolescent, Correctional Facility 1. Pendahuluan Kekerasan terjadi di negara manapun (WHO, 2002). Kekerasan yang dimaksudkan adalah suatu tindakan yang menggunakan kekuatan atau kekuasaan, baik nyata maupun ancaman, terhadap orang lain, diri sendiri ataupun orang lain yang dapat menyebabkan luka, gangguan jiwa, ataupun kematian (WHO, 2002). Indonesia menjadi salah satu negara dengan banyak penduduknya melakukan kekerasan. Menurut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (dalam BPS, no date), kekerasan yang terjadi berdasarkan jumlah tindak pidana pada tahun 2007 dengan pada 2011 berbeda jauh dengan peningkatan sebesar 17.000 ribu dari tahun 2007 hingga 2011. Dalam banyaknya jumlah tersebut, terdapat kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Kekerasan yang dilakukan oleh remaja perlu menjadi perhatian masyarakat. WHO (2002) mengungkapkan bahwa hampir seluruh korban ataupun pelaku kekerasan di negara manapun adalah remaja dan dewasa muda. Fenomena banyaknya kekerasan remaja ini dapat dikaitkan dengan perilaku beresiko karena tingginya perilaku beresiko merupakan salah satu faktor yang memprediksi tingkah laku kekerasan (WHO, 2002). Perilaku beresiko adalah keterlibatan individu dalam perilaku yang dapat memberikan konsekuensi yang berbahaya bagi individu tersebut (Beyth - Marom & Fischoff, 1997 dalam Sales & Irwin, 2009). Arnett (1999, dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2010) mengatakan bahwa perilaku beresiko merupakan perilaku yang umum terjadi pada remaja dibandingkan tahapan perkembangan lainnya. Selain itu, perilaku kekerasan pada remaja dapat juga dilihat dari faktor resikonya (risk factor). Faktor resiko adalah faktor yang mampu memicu timbulnya perilaku kekerasan pada individu (WHO, 2002). Dalam WHO (2002), salah satu level dalam faktor resiko yang mempengaruhi kekerasan remaja adalah level individual. Pada level individual, faktor yang berpotensi membuat seseorang melakukan kekerasan dapat dilihat dari karakteristik biologis, psikologis dan tingkah lakunya. Karakteristik psikologis dan tingkah laku yang menjadi prediktor dari tingkah laku kekerasan adalah hiperaktivitas, lemahnya pengontrolan tingkah laku, masalah dalam pemusatan perhatian, perilaku beresiko yang tinggi dan impulsivitas. Impulsivitas dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam menunda gratifikasi dan kontrol diri (Monterosso dan Ainslie, 1999; dalam Arce & Santisteban, 2006). Terdapat tiga jenis
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
impulsivitas yaitu impulsivitas motorik, impulsivitas non-planning, dan impulsivitas atensi (Baratt, 1985, dalam Webster & Jackson, 1997). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baumann & Odum (2002), dan Witmann dkk (2011), impulsivitas motorik dan non-planning memiliki kaitan dengan time-perspective. Time-perspective adalah sikap, penilaian, budaya serta proses yang tidak disadari mengenai segala pengalaman personal dan sosial dikategorikan dalam kerangka waktu dimana sikap tersebut membentuk tingkah laku saat ini, dan memberikan keteraturan serta makna dalam setiap peristiwa (Zimbardo, Keough & Boyd, 1997; Zimbardo dan Boyd, 1999). Time-perspective memiliki tiga skala yaitu Presentoriented, Past-oriented, dan Future-oriented. Impulsivitas motorik berkorelasi positif dengan Present-hedonism (salah satu dimensi dalam subskala Present-oriented) dan berkorelasi negatif dengan Future-oriented (Baumann & Odum, 2012). Impulsivitas terkait dengan tidak ada perencanaan matang (non-planning impulsivity) berkorelasi positif dengan presentfatalism (salah satu dimensi dalam subskala present-oriented). Pada penelitian Witmann, dkk (2011) juga ditemukan bahwa semakin tinggi impulsivitas motorik dan non-planning impulsivity pada individu, semakin rendah skor Futuristic-nya. Hasil penelitiannya yang lain adalah semakin impulsif individu, maka semakin tinggi skor present-fatalistic seseorang. Hasil penelitian diatas mendukung pernyataan Zimbardo, & Boyd (2008) yang mengatakan bahwa seseorang yang Future oriented cenderung untuk menunda gratifikasi atau memikirkan matang-matang konsekuensi dari perilakunya (tidak impulsif) sedangkan seseorang yang Present oriented cenderung tidak memikirkan konsekuensi dari perilakunya atau memikirkan kesenangan yang bisa ia dapat saat itu juga. Selain itu, orang yang Presentoriented cenderung tidak mampu untuk menunda kepuasan (delayed gratification). Time perspective juga memiliki kaitan langsung dengan perilaku beresiko tanpa melalui impulsivitas. Penelitian yang dilakukan oleh Zimbardo, Keough, dan Boyd (1997) menemukan bahwa individu yang Present-oriented cenderung untuk melakukan perilaku beresiko dibandingkan individu yang Future-oriented. Orang-orang yang Present-oriented senang melakukan berbagai aktivitas tapi dalam waktu yang sama, mereka adalah orangorang yang sensitif dan dapat menjadi antisosial ataupun agresif bahkan dapat melanggar peraturan (Zimbardo & Boyd, 1999). Time-perspective memiliki lima dimensi dari ketiga skala yang telah disebutkan. Pastpositive dan Past negative merupakan dimensi dari skala Past-oriented, lalu Presenthedonistic dan Present-fatalistic merupakan dimensi dari skala Present-oriented lalu Futuristic merupakan dimensi dari skala Future-Oriented (Zimbardo, dan Boyd, 1999). Dari kelima tipe tersebut, berdasarkan kaitannya dengan tahap perkembangan remaja, remaja lebih
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
dominan untuk memiliki sikap Present-oriented (Present-hedonistic dan Present-fatalistic) karena faktor tahap perkembangan seperti yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya dan sikap Future-oriented karena remaja sudah mampu berpikir abstrak sehingga mampu memikirkan masa depan. Sikap Past-oriented tidak dominan pada remaja karena berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhadap buku yang ditulis oleh Zimbardo & Boyd (2008), kecenderungan untuk mengambil sikap Past-oriented biasanya dilakukan oleh orang-orang dalam tahap perkembangan dewasa madya ataupun dewasa akhir. Dikaitkan dengan perilaku kekerasan, perilaku kekerasan merupakan bagian dari perilaku beresiko pada remaja (Sullivan & Terry, 1998; Grumbaum et al., 2004 dalam Sales & Irwin, 2009). Karena kekerasan merupakan bagian dari perilaku beresiko, kekerasan dapat dikaitkan dengan Time-perspective secara tidak langsung. Sikap Present-oriented dalam Time-perspective lebih dominan memunculkan perilaku kekerasan dibandingkan Futureoriented karena Present-oriented berkorelasi positif dengan perilaku beresiko (Zimbardo, Keough, dan Boyd, 1997) dan juga dengan impulsivitas, baik impulsivitas motorik ataupun impulsivitas non-planning (Baumann & Odum, 2012;Witmann, dkk, 2011). Di sisi lain, hal yang juga memiliki hubungan dengan Time-perspective pada remaja adalah komunitas tempat remaja tersebut bertempat tinggal (Zimbardo, dan Boyd, 2008). Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang stabil baik sosial, ekonomi ataupun politik, membuat individu yang berada di dalamnya cenderung Present-oriented dan juga sebalikinya, lingkungan yang stabil membuat individu yang berada di dalamnya cenderung Future-oriented. Pemilihan remaja laki-laki dalam penelitian ini karena pria cenderung untuk menunjukkan overt hostility dapat dilihat orang lain, misalnya berkelahi (Nicholas & Bieber, 1996) Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan dimensi Present-hedonistic dalam skala Present-oriented pada remaja di luar lembaga pemasyarakatan dengan remaja di lembaga pemasyarakatan? 2. Apakah terdapat perbedaan dimensi Present-fatalistic dalam skala Present-oriented pada remaja di luar lembaga pemasyarakatan dengan remaja di lembaga pemasyarakatan? 3. Apakah terdapat perbedaan skala Present-oriented pada remaja di luar lembaga pemasyarakatan dengan remaja di lembaga pemasyarakatan? 4. Apakah terdapat perbedaan skala Future-oriented pada remaja di luar lembaga pemasyarakatan dengan remaja di lembaga permasyarakatan? 2. Tinjauan Teoritis
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Definisi Time-perspective dari Zimbardo, Keough, dan Boyd (1997) serta Zimbardo dan Boyd (1999) merupakan definisi yang paling baru. Jadi, berdasarkan definisi dari Zimbardo, Keough, dan Boyd (1997) serta Zimbardo dan Boyd (1999), Time Perspective adalah sikap, penilaian, budaya serta proses yang tidak disadari mengenai segala pengalaman personal dan sosial dikategorikan dalam kerangka waktu dimana sikap tersebut membentuk tingkah laku saat ini, dan memberikan keteraturan serta makna dalam setiap peristiwa. Time Perspective merefleksikan sikap, kepercayaan, dan nilai yang berhubungan dengan waktu. Dari time-perspective, seseorang akan mengetahui seberapa besar sikap, kepercayaan dan nilai dirinya terhadap masa lalu, masa kini ataupun masa depan (Zimbardo & Boyd, 2008). Time-Perspective memiliki lima faktor. Kelima faktor dari Time-Perspective didapatkan dengan confirmatory factor analysis (Zimbardo & Boyd, 1999) yang kemudian menjadi alat ukur Zimbardo Time Perspective Inventory. Kelima faktor tersebut adalah Past-Positive, Past-Negative, Present-Hedonistic, Present-Fatalistic, dan Future. Zimbardo & Boyd (1999; 2008) menjelaskan bahwan Past- Negative merefleksikan cara pandang terhadap masa lalu yang negatif dan tidak disukai, Past-Positive merefleksikan sikap yang hangat, dan sentimental terhadap masa lalu, Present-Hedonistic merefleksikan sikap hedonistic, dan pengambilan resiko, terhadap waktu saat ini dan merefleksikan orientasi kesenangan terhadap masa kini dan kurang memikirkan konsekuensi di masa depan, PresentFatalistic menunjukkan sikap dan kepercayaan individu terhadap masa depan yang sudah ditakdirkan pada dirinya dan segala perilaku yang dilakukan saat ini tidak bisa mengubah situasi yang akan terjadi, dan terakhir,Futuristic merefleksikan sikap ingin meraih tujuan di masa depan yang mendorong perilaku individu untuk mewujudkannya. Zimbardo & Boyd (2008) mengatakan bahwa individu dapat memilih orientasi waktunya sendiri. Individu dapat memilih untuk mengambil sikap Future-oriented, atau Present-oriented. Faktor-faktor yang mendukung individu mengambil sikap Present-oriented adalah keadaan ekonomi dan politik yang tidak stabil, tingkat pendidikan (tingkat pendidikan rendah cenderung untuk Present-oriented), lalu kelas sosial (semakin ke bawah, semakin Present-oriented)dan faktor individual. Faktor-faktor yang mendukung individu mengambil sikap Future-oriented adalah iklim sub-tropis, individu bertempat tinggal dalam keluarga, dan negara yang stabil, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, mengalami perubahan tahapan perkembangan dari remaja ke dewasa muda, memiliki model yang Future-oriented serta individu mampu berkembang dan mengobati masa lalu yang menyakitkan buat dirinya.
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Terkait dengan perilaku kekerasan, ada faktor-faktor yang dapat memperkuat munculnya perilaku kekerasan yang dinamakan faktor resiko. Menurut WHO, (2002), ada empat faktor resiko kekerasan remaja, yaitu faktor individual, faktor relationship, faktor komunitas, dan faktor societal. Pada faktor individual, karakteristik biologis dan psikologis memiliki hubungan dengan perilaku kekerasan. Lalu, faktor relationship merupakan faktor yang melihat hubungan interpersonal remaja dengan keluarga, teman atau peer dapat mempengaruhi perilaku kekerasan dan agresifitas secara kuat. Lalu, faktor komunitas melihat bahwa komunitas remaja bertempat tinggal mempengaruhi keluarga remaja, peernya dan terpaparnya remaja terhadap komunitasnya mampu mengarahkan individu pada perilaku kekerasan. Lalu, Faktor societal ini merupakan faktor yang
cakupannya lebih luas
dibandingkan komunitas.WHO (2002) sendiri tidak menjelaskan definisi dari faktor societal ini. Contoh-contoh dari faktor societal adalah perubahan demografis, dan sosial, ketidaksetaraan pendapatan, serta struktur politik pada suatu negara. (WHO, 2002) 2.1. Hipotesis Ho: “Tidak ada perbedaan skor dimensi Futuristic, Present-Hedonistic, Present-Fatalistic, dan Present-Oriented dari alat ukur Zimbardo Time-perspective Short Form yang signifikan antara remaja di luar lembaga pemasyarakatan dengan remaja di lembaga pemasyarakatan.” Ha: “Ada perbedaan skor dimensi Futuristic, Present-Hedonistic, Present-Fatalistic, dan Present-Oriented dari alat ukur Zimbardo Time-perspective Short Form yang signifikan antara remaja di luar lembaga pemasyarakatan dengan remaja di lembaga pemasyarakatan.” 3. Metode Sampel dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki yang bertempat tinggal di lembaga pemasyarakatan ataupun di luar lembaga pemasyarakatan. Teknik sampling yang digunakan adalah
convenience
sampling
dengan
mendatangi
remaja
laki-laki
di
lembaga
pemasyarakatan Tangerang ataupun di luar lembaga pemasyarakatan seperti di sekolahsekolah. Banyaknya sampel yang didapatkan di lembaga pemasyarakatan adalah 138 remaja dan 186 remaja untuk di luar lembaga pemasyarakatan namun tidak semuanya digunakan karena ada faktor error seperti lupa pengisian data kontrol dan beberapa item dari kuesioner sehingga jumlah yang dapat diolah adalah 128 remaja di lembaga pemasyarakatan dan 183 remaja di luar lembaga pemasyarakatan. Tipe dan desain penelitian ini adalah penelitian komparatif dan kuantitatif. Data dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik independent sample t-test
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Alat ukur Time-perspective yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi alat ukur Zimbardo Time-perspective Short Form yang dirancang oleh Zimbardo, Keough, dan Boyd (1997). Reliabilitas alat ukur ini ketika digunakan oleh Zimbardo, Keough, dan Boyd (1997) adalah 0.70 untuk skala Future-oriented dan 0.62 untuk skala Present-oriented. Uji test-retest reliabilitas juga dilakukan oleh Zimbardo, Keough, dan Boyd (1997) yang kemudian mendapatkan reliabilitas sebesar 0.73 untuk skala Future-oriented dan 0.70 untuk skala Present-oriented. Zimbardo Time-perspective Short form pernah diadaptasi oleh D’ Alessio, Guarino, De Pascalis, dan Zimbardo (2003) dalam bahasa itali. Karakteristik sampel penelitian D’Alessio dkk (2003) berusia 16-89 tahun dengan jumlah total 1507 orang.. 77.98% dari total tersebut merupakan remaja SMP dan SMA. 4. Hasil Penelitian Berikut data demografis dari sampel penelitian yang berjumlah 324 (termasuk sampel yang tidak didata): Gambaran Demografis Subjek secara Umum Karakteristik
Frekuensi
Persen
138
42.6 %
186
57.4 %
12
24
7.4 %
13
44
13.6 %
14
28
8.6 %
15
30
9.3 %
16
69
21.3 %
17
78
24.1 %
18
37
11.4 %
19
13
4.0 %
Missing
1
0.3 %
Tingkat
Tidak Sekolah
2
0.6 %
Pendidikan
SD
21
6.5 %
saat
SMP
153
47.2 %
pengambilan data
SMA
147
45.4 %
1
0.3%
Populasi
Data Lembaga Pemasyarakatan Luar lembaga pemasyarakatan
Usia
Terakhir
Missing
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
<SMA
116
35.8 %
SMA
135
41.7 %
>SMA
52
16.0 %
Tidak tahu
7
2.2 %
Missing
14
4.3%
<SMA
133
41.0%
SMA
141
43.5%
>SMA
30
9.3%
Tidak tahu
7
2.2%
Missing
13
4.0%
Gambaran Tingkat Pendidikan Partisipan Berdasarkan Lokasi (Lanjutan) Karakteristik
Data
Lapas
Luar lembaga pemasyarakatan
Frekuensi
Persentase
Frekuensi
Persentase
Tingkat
Tidak Sekolah
1
0.8%
-
-
Pendidikan
SD
19
14.8%
-
-
SMP
49
38.3%
101
55.2%
SMA
59
46.1%
82
44.8%
Lalu, berikut ini, merupakan tabel hasil penghitungan perbedaan Time-perspective antara remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan dengan di luar lembaga pemasyarakatan: Tabel Perbedaan Time-Perspective pada Remaja di Lapas dan Luar Lembaga pemasyarakatan Variabel
Lapas (N = 128)
Luar Lembaga
T
p
pemasyarakatan(N= 183) Present-
Mean
SD
Mean
SD
21.10
3.14
19.48
2.36
4.956
0.000
13.26
2.28
12.52
1.81
3.057
0.002
34.36
4.68
32
3.52
4.831
0.000
Hedonistic PresentFatalistic PresentOriented
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Future-
26.41
3.35
26.18
2.08
0.627
0.499
Oriented Secara rata-rata, remaja di lembaga pemasyarakatan memiliki Present-hedonistic yang lebih tinggi (M = 21.10, SD = 3.14) dibandingkan remaja di luar lembaga pemasyarakatan (M = 19.48, SD = 2.36) dan terdapat perbedaan Present-hedonistic yang signifikan pada remaja di lembaga pemasyarakatan dan di luar lembaga pemasyarakatan karena koefisien t = 4.936 ( p < 0.01). Lalu, remaja di lembaga pemasyarakatan memiliki Present-fatalistic yang lebih tinggi (M = 13.26, SD = 2.28) dibandingkan remaja di luar lembaga pemasyarakatan (M = 12.52, SD= 1.81) dan terdapat perbedaan Present-fatalistic yang signifikan pada remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan dan di luar lembaga pemasyarakatan karena Present-fatalistic memiliki koefisien t = 3.060 (p < 0,01). Kemudian, remaja di lembaga pemasyarakatan memiliki Present-oriented yang lebih tinggi (M = 34.36, SD = 4.68) dibandingkan remaja di luar lembaga pemasyarakatan (M= 32.00, SD = 3.52) dan terdapat perbedaan Present-oriented yang signifikan pada remaja lakilaki di lembaga pemasyarakatan dan di luar lembaga pemasyarakatan karena skala Presentoriented (total skor dari Present-hedonistic dan Present-fatalistic) memiliki koefisien t = 4.183 (p < 0,01). Hasil keempat, skala Future-oriented memiliki koefisien t = 0.677 ( p > 0,05) sehingga tidak terdapat perbedaan Future-oriented yang signifikan pada remaja laki-laki di lembaga pemasyarakatan dan di luar lembaga pemasyarakatan. Skor rata-rata Future-oriented pada remaja di lapas adalah 26.41 (SD = 3.35) dan di luar lembaga pemasyarakatan sebesar 26.18 (SD = 2.08) dengan koefisien t = 0.627. 4.1 Hasil Tambahan Penelitian Peneliti menggunakan teknik analisis ANOVA untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan Future-oriented pada anak. Peneliti menggunakan tiga kategori untuk variabel tingkat pendidikan ayah, yaitu jenjang pendidikan sebelum SMA (Tidak sekolah, SD, dan SMP), SMA, dan jenjang pendidikan setelah SMA (D3, S1, S2, S3). Dependant variable-nya adalah Futuristic / Future-oriented. Teknik PostHoc yang digunakan adalah Tukey HSD.
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Pemilihan ketiga kategori dalam variabel tingkat pendidikan berasal dari ketentuan negara yang menyatakan wajib belajar 9 tahun. Hasilnya adalah terdapat perbedaan Futureoriented yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah di bawah jenjang SMA dan di atas jenjang SMA dengan p < 0.01. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah di bawah jenjang SMA dan jenjang SMA, serta pada tingkat pendidikan ayah di jenjang SMA dan di atas jenjang SMA. Di bawah ini, peneliti akan mencantumkan tabel ringkasan dari hasil tambahan ini. Peneliti juga meneliti hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan Future-oriented pada anak dan hasilnya adalah adalah terdapat perbedaan Future-oriented yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu di bawah jenjang SMA dan di atas jenjang SMA dengan p < 0.05. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu di bawah jenjang SMA dengan di jenjang SMA, serta pada tingkat pendidikan ibu di jenjang SMA dengan di atas jenjang SMA. Berikut tabelnya: Tabel Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Future-oriented Remaja Kategori Tingkat Pendidikan Ayah(I) < SMA SMA > SMA
Dependant Variabel: Future-oriented Kategori Tingkat Mean Difference Pendidikan Ahuuhhyah (J) SMA 0.45 > SMA 1.51 < SMA - 0.45 > SMA 1.06 < SMA - 1.51 SMA - 1.06
P 0.462 0.007 0.462 0.074 0.007 0.074
Tabel Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Future-oriented Remaja Dependant Variabel: Future-oriented Kategori
Tingkat Kategori
Tingkat Mean Difference
P
Pendidikan Ibu(I)
Pendidikan Ibu (J)
< SMA
SMA
0.52
0.329
> SMA
1.58
0.021
< SMA
- 0.52
0.329
> SMA
1.06
0.171
< SMA
- 1.58
0.021
SMA
- 1.06
0.171
SMA > SMA
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
5. Diskusi Pada salah satu hasil penelitian, terdapat perbedaan Futuristic tidak signifikan antara remaja di lapas dan di lembaga pemasyarakatan. Penemuan tersebut dapat dikaitkan dengan pernyataan Zimbardo & Boyd (2008) yang mengungkapkan faktor-faktor seseorang dapat menjadi Future-oriented. Beberapa faktor tersebut adalah bertempat tinggal di iklim subtropis, dan tahap perkembangan individu memasuki tahap dewasa muda. Lokasi partisipan yang ada di iklim tropis dan tahap perkembangan partisipan yang seluruhnya adalah remaja dapat menjadi salah satu alasan adanya perbedaan Futuristic yang tidak signifikan antara remaja di lapas dan di luar lembaga pemasyarakatan. Individu-individu yang tinggal di iklim sub-tropis harus mempersiapkan kemungkinan terburuk ketika menghadapi musim yang dianggap buruk, seperti musim dingin ataupun musim panas sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi masa depan (Zimbardo & Boyd, 2008). Iklim di negara Indonesia adalah tropis sehingga tidak banyak pergantian musim yang terjadi. Hal ini menyebabkan individu yang tinggal di iklim tropis kurang memiliki antisipasi terhadap perubahan musim karena itu mereka juga kurang memiliki antisipasi akan masa depan. Peneliti juga mengacu pada pernyataan Zimbardo & Boyd (2008) yang mengemukakan bahwa adanya pengaruh tahapan perkembangan terhadap sikap Futuristic. Arnett (2000) mengatakan bahwa individu yang akan memasuki tahapan dewasa muda (rentang umur 18-25 tahun) merupakan masa emerging adulthood. Emerging adulthood merupakan masa dimana individu mengeksplorasi berbagai macam hal untuk mencari pasangan hidup, pekerjaan ataupun belajar memahami tanggung jawab orang dewasa. Jika dikaitkan dengan timeperspective, individu-individu yang berada pada emerging adulthood dapat dikatakan sebagai individu yang future-oriented karena menurut Zimbardo & Boyd (2008), seseorang yang memasuki dewasa muda cenderung mulai memikirkan pekerjaan, calon pasangan nikah, dan merencanakan kehidupan yang mapan di masa depan. Karena itu, tidak adanya perbedaan futuristic yang signifikan pada remaja di lapas dan di luar lembaga pemasyarakatan mungkin disebabkan oleh banyak usia partisipan yang masih dalam tahapan remaja, dan belum memasuki tahap emerging adulthood, sehingga orientasi waktunya juga belum tentu futureoriented. Selain tahapan perkembangan, hasil yang tidak signifikan tersebut juga dapat disebabkan oleh sampel penelitian khususnya di luar lembaga pemasyarakatan yang memiliki karakteristik yang mirip dengan remaja di lapas. Sekolah-sekolah yang dipilih oleh peneliti adalah sekolah dengan akreditasi “B”. Jika penelitian ini dilakukan lagi pada sampel sekolah
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
akreditasi yang berbeda seperti misalkan akreditasi “A”, kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang signifikan lebih besar. Zimbardo & Boyd (2008) mengemukakan bahwa salah satu faktor seseorang menjadi Future-oriented adalah individu tersebut memiliki motivasi intrinsik untuk sekolah dan memiliki pengetahuan luas. Fasilitas sekolah yang memadai, kualitas guru dan iklim sekolah yang baik, secara tidak langsung membantu siswa untuk memiliki motivasi intrinsik. Kemungkinan untuk mendapatkan fasilitas yang memadai, kualitas guru dan iklim sekolah yang baik, akan lebih besar jika individu tersebut bersekolah di sekolah yang berakreditasi “A”. Pada hasil penelitian lain, ditemukan bahwa terdapat perbedaan dimensi Presenthedonistic dan Present-fatalistic yang signifikan antara remaja di lapas dengan di luar lembaga pemasyarakatan. Berdasarkan observasi peneliti terhadap keadaan di dalam lapas, peneliti melihat bahwa lingkungan di dalam lapas kurang membuat iklim pertemanan yang baik antara satu remaja dengan remaja lain sehingga peneliti mengasumsikan ketika ada konflik yang terjadi antar individu, mereka langsung menyelesaikan dengan cara praktis tanpa memikirkan konsekuensi. Hal tersebut mengajarkan mereka untuk mengambil sikap Present-oriented dibandingkan sikap Future-oriented dimana harus memikirkan konsekuensi yang akan terjadi. Lalu, walaupun di dalam lapas tangerang ini ada pendidikan yang diajarkan kepada remaja-remajanya melalui sekolah, sekolah-sekolah yang berada di luar lapas memiliki kualitas guru dan sistem pembelajarannya yang diasumsikan lebih baik karena sekolah-sekolah yang berada di luar lapas merupakan sekolah yang baik secara bangunan maupun iklim belajarnya menunjukkan eksistensi dari sekolah, tidak seperti di dalam lapas yang kualitas gurunya belum tentu terjamin dan kualitas sekolahnya belum tentu berakreditasi. Dari tingkat pendidikannya pun, sebagian remaja di lapas masih bersekolah di tingkat SD, bahkan ada yang tidak sekolah. Zimbardo & Boyd (2008) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah dapat menjadi salah satu faktor seseorang mengambil sikap Presentoriented baik Present-hedonistic ataupun Present-fatalistic. Tingkat pendidikan seseorang yang rendah menyebabkan kurangnya pembelajaran akan delay gratification. Kurangnya delay gratification membuat seseorang menjadi Present-oriented. Asumsi peneliti adalah adanya perbedaan Present-hedonistic dan Present-fatalistic yang signifikan antara remaja di lapas dengan di luar lembaga pemasyarakatan bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan para remaja di lapas yang rendah. Selain itu, tempat tinggal atau lingkungan yang tidak stabil menyebabkan seseorang menjadi Present-oriented khususnya Present-fatalistic (Zimbardo & Boyd, 2008). Peneliti
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
mengasumsikan bahwa keadaan lingkungan remaja lapas sebelum mereka memasuki lapas adalah tempat yang keadaannya yang tidak stabil dimana ada kesulitan ekonomi dalam keluarga, ataupun tidak ada peraturan yang dibuat oleh orang tua untuk membatasi perilaku anak sehingga mereka dapat berbuat bebas yang pada akhirnya melakukan perilaku beresiko dan masuk penjara. Kurang stabilnya keadaan ekonomi, dan sosial yang dialami oleh remaja lapas sebelum memasuki lapas juga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Present-fatalistic remaja di lapas lebih tinggi dibandingkan remaja di luar lembaga pemasyarakatan. 6. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan dimensi Present-hedonistic dalam skala Present-oriented yang signifikan antara remaja di lapas dengan di luar lembaga pemasyarakatan, 2. Terdapat perbedaan dimensi Present-fatalistic dalam skala Present-oriented yang signifikan antara remaja di lapas dan di luar lembaga pemasyarakatan, 3. Terdapat perbedaan skala Present-oriented yang signifikan antara remaja di lapas dan di luar lembaga pemasyarakatan, 4. Tidak ada perbedaan skala Future-oriented yang signifikan antara remaja di lapas dan di luar lembaga pemasyarakatan 7. Saran Ada beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti, yaitu: 1. Peneliti menyarankan kepada sekolah-sekolah untuk mensosialisasikan kepada guru dan murid-murid mengenai pentingnya sikap Future-oriented dan dampak positifnya untuk individu yang menggunakan orienasi waktu Future-oriented. Dampak positifnya adalah penggunaan sikap Future-oriented dapat mengurangi perilaku beresiko, perilaku kekerasan
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
dan melatih siswa untuk memiliki kontrol diri yang lebih baik sehingga mampu memilih reward yang lebih besar di kemudian hari dibandingkan memilih reward yang kecil pada saat ini 2. Untuk lembaga pemasyarakatan, peneliti menyarankan bahwa petugas lapangan dalam lapas ataupun psikolog yang berkecimpung di dalamnya melakukan intervensi terhadap remaja-remaja di lapas dengan memberikan pelatihan mengenai future time-perspective. Pelatihan ini diharapkan dapat membantu remaja-remaja di lapas pentingnya memahami dan mempraktekkan delay gratification sehingga perilaku kekerasan yang dilakukan dapat berkurang. Peneliti sangat menyarankan hal ini karena berdasarkan observasi terhadap lapas remaja dan berita-berita, jarang sekali ada pelatihan yang melatih remaja di lapas untuk memikirkan konsekuensi di masa depan. 3. Peneliti juga menyarankan kepada orang tua dari para remaja untuk mengemban pendidikan yang tinggi, tidak harus mengambil gelar sarjana tapi lebih dari jenjang SMA karena dengan pendidikan orang tua yang tinggi, hal tersebut dapat membantu anak menggunakan sikap Future-oriented dalam kehidupan sehari-harinya. Hasil analisis tambahan dalam penelitian ini membuktikan saran dari peneliti.
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Daftar Pustaka Arce, E., & Santisteban, C. (2006). Impulsivity: a review. Psicothema. Vol. 18 no 2, pp. 213220. Arnett, J. J. (2000). Emerging adulthood: a theory of development from the late teens through the twenties. University of Maryland College Park. Diunduh dari http://academic.udayton.edu/jackbauer/Readings%20595/Arnett%2000%20emerg%20a dulthood%20copy.pdf. Badan Pusat Statistik. (2010). Jumlah tindak pidana menurut kepolisian daerah. Diunduh pada tanggal 10 April 2013 dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=34¬ ab=1. Badan Pusat Statistik. (2010). Profil kriminalitas remaja 2010: studi di lembaga pemasyarakatan (lapas) anak di Palembang, Tangerang, Kutoarjo dan Blitar. Diunduh pada tanggal 10 April 2013 dari http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/flip_2011/4401003/index11.php?pub=Profil%20 Kriminalitas%20Remaja%202010. Baumann, A. A., & Odum, A. L. (2012). Impulsivity, risk taking & timing. Behavioural processes. pp. 408-414. USA: Elsevier B.V. D’ Alession, M., Guarino, A., De Pascalis, V., & Zimbardo, P. G. (2013). Testing zimbardo’s stanford time perspective inventory (STPI) – short form. Time & society. Vol. 12 No. 2/3 (2003), pp. 333–347. Sales, J. M., & Irwin, C. E. (2009).Theories of adolescent risk taking: the biopsychosocial model. Dalam DiClemente, R. J., Santelli, J. S., & Crosby, R.A (eds.). Adolescent health: understanding and preventing risk behaviors. San Fransisco: Josey-Bass Erikson, E. H. (1968). Identity: youth And crisis. New York: Norton. Gravetter, F. J., & Forzano, L. B. (2009). Research methods for the behavioral sciences. (3rd ed). USA: Thomson Wadsworth. Gravetter, F. J., & Wallnau, L. B. (2007). Statistics for the behavioral sciences. (7th ed.). Canada: Thomson Wadsworth. Hans, T. (1997). Violent men, an inquiry into psychology of men. Washington: American Psychological Association. Hurlock, E. Z. (1997). adolescent development international student edition. Tokyo: McGraw-hill Kogakusha ltd. James, W. (1890). The principles of psychology. Diunduh pada tanggal 9 April 2013 dari http://psychclassics.yorku.ca/James/Principles/prin15.htm. Kumar, R. (2005). Research methodology: step-by-step guide for beginner second edition. London: SAGE Publication Ltd.
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Levant, R. F. (1996). The New psychology of men. Professional psychology: research and practice. Vol. 27, No. 3,259-265. American Psychology Association. Morselli, D. (2012). Improving tolerance with future time perspective: a longitudinal analysis. Chicago: International society of Political Psychology. Nicholas & Bieber, (1996). Parental abusive versus supportive behaviors and their relation to hostility and aggression in young adult. Child abuse and neglect, Volume 20, Number 12, December 1996 , pp. 1195-1211(17). Nitibaskara tb, R. R, (2012). Kompleksitas tawuran pelajar. Artikel ini diudnuh pada tanggal 2 April 2013 dari http://edukasi.kompas.com/read/2012/10/02/11592356/. Papalia, E. D., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2010). Human development: eleventh Eedition. USA: McGraw-Hill. Prinz, J. (2012). Why are men so violent. Artikel ini diunduh pada tanggal 2 April 2013 dari http://www.psychologytoday.com/blog/experiments-in-philosophy/201202/why-aremen-so-violent. Rice, F. P. (1993). The adolescent: development, relationship, and culture. Boston: University of Maine. Scherwitz, L., Perkins, L., Chesney, M., & Hughes, G. (1991). Cook-medley hostility scale and subsets: relationship to demographic and psychosocial characteristics in young adults in CARDIA study. Psychosomatic Medicine 53:36-49. Steinberg, L. (2007). Risk taking in adolescence: new perspectives from brain and behavioral science. APA: Temple University. Tirta, I., & Suryanis, A. (2012). Remaja 14 tahun otaki perampokan dan pembunuhan. Artikel diunduh pada tanggal 2 April 2013 dari http://www.tempo.co/read/news/2012/07/19/064418029/Remaja-14-Tahun-OtakiPerampokan-dan-Pembunuhan. Webster, C. D., & Jackson, M. A. (1997). Impulsivity: theory, assessment, and treatment. NY: The Guilford Press. diunduh pada tanggal 14 Mei 2013 dari http://books.google.co.id/books?id=hxXKzo3A8ZwC&pg=PA163&lpg=PA163&dq=b arnett+impulsivity+scale&source=bl&ots=dMY7ffd3Ih&sig=dwrZK2OkJnX8Kf39RS uDw8fSIC0&hl=id&sa=X&ei=Q1WRUZakKIeziQeEmoDgDw&redir_esc=y#v=onepa ge&q=barnett%20impulsivity%20scale&f=false. Wittmann, M., Simmons, A.N., Flagan, T., Lane, S. D., Wackermann, J., dan Paulus, M. P. (2011). Neural substrates of time perception and impulsivity. Brain research. pp. 4 3 – 5 8. USA: Elsevier B.V. World Health Organization, (2002). World Report on Violence and Health. World Health Organization: Geneva. Zimbardo, P.G., & Boyd, J. N. (1999). Putting time in perspective: a valid, reliable individual-differences metric. Journal of personality and social psychology, vol. 77, No. 6, 1271-1288. USA: American Psychological Association, Inc. Zimbardo, P. G., & Boyd, J. N. (2008). The time paradox, using the new psychology of time to your advantage. USA: Simon & Schuster Inc.
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013
Zimbardo, P. G., Keough, K. A., & Boyd, J. N. (1997). Present time perspective as a predictor of risky driving. Person. individ. Diff. vol 23. No. 6, pp. 1007 - 1023. Great Britain: Elsevier Science Ltd.
Perbedaan time-perspective..., Noori Lukman P, FS UI 2013