VI. PELAKSANAAN PEMBINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN 6.1. Karakteristik Narapidana Karakteristik narapidana terdiri dari tingkat usia/umur, tingkat pendidikan yang pernah dienyam oleh narapidana, motivasi narapidana dalam mengikuti kegiatan pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan dan perilaku yang ditampilkan oleh narapidana selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pelaksanaan sistem pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan. Karakteristik ini sangat berpengaruh terhadap pemberian kesempatan kepada
narapidana
untuk
memilih
dalam
mengikuti
pembinaan
yang
dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan, karena narapidana yang ada terdiri dari berbagai tingkat umur, tingkat pendidikan, motivasi yang dimiliki serta perilaku yang ditampilkan selama berada di Lembaga Pemasyarakatan.
6.2. Kapasitas Lembaga Pemasyarakatan 6.2.1. Dana dan prasarana. Dana yang tersedia di Lembaga Pemasyarakatan kurang mencukupi, jumlah Narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin sebanyak 485 orang per Agustus 2007,
jatah makan narapidana per
harinya/orang sebesar Rp. 15.000,- maka anggaran yang dibutuhkan setiap bulannya sebesar Rp. 218.250.000,- ditambah anggaran pembinaan Rp. 5.000.000 setiap bulannya (Rp. 60.000.000/tahun), maka anggaran yang dibutuhkan pada bulan Agustus 2007 sebesar Rp. 223.250.000,- sedangkan anggaran yang tersedia sebesar Rp. 148.222.991,95. Jadi kekurangan anggaran untuk bulan Agustus 2007 sebesar Rp. 70.027.008,05. (Rp. 223.250.000,- - Rp. 148.222.991,95).
Sekalipun dirasakan kurang mencukupi untuk kebutuhan
seluruh program pembinaan dan biaya makan narapidana, namun kegiatan tetap dilaksanakan dengan baik dengan
memanfaatkan anggaran yang tersedia
seefektif dan seefisien mungkin. Narapidana tinggal di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin yang berbentuk huruf X jika dilihat dari ketinggian, memiliki tiga lantai, terdiri dari 4 blok dan setiap bloknya terdiri atas 150 kamar, yaitu blok A, B, C dan D.
Narapidana tinggal dalam satu kamar satu orang, hal inilah yang membedakan dengan lembaga pemasyarakatan lain. Narapidana tinggal dalam kamar berukuran 2,15 m x 1,5 m, dengan dinding tembok beton dan lantai ubin, kamar mandi di luar kamar dan terletak di sudut blok. Setiap narapidana diberikan kasur busa dan bantal, serta keperluan mandi lainnya. Namun, tidak semua narapidana memperolehnya, karena keterbatasan biaya yang ada.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup Narapidana Kebutuhan Sandang Setiap narapidana memperoleh pakaian seragam, warna biru, setiap orang memperoleh 2 stel pakaian diberikan setahun sekali. Kebutuhan sandang, bukan merupakan hal yang utama karena pada umumnya mereka membawa pakaian sendiri, baik yang dibawa pada saat masuk ke Lembaga Pemasyarakatan atau pemberian keluarga pada saat kunjungan (bezuk).
Pelayanan Makanan Kebutuhan beras rata-rata sebanyak 250 kg per hari,
menu makan
penghuni diberikan tiga kali sehari, yaitu makan pagi, makan siang dan makan sore/malam, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 9 di bawah ini :
Tabel 9 : Menu Makan, pagi, siang dan sore bagi Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Sukamiskin Bandung Tahun 2007
No.
1
2
3
4
5
6
7
Hari
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Minggu
Pagi
Siang
Sore
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Tempe Goreng 4.Bubur Kacang Hijau
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Gulai Daging 4.Sayur Sop 5.Pisang
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Sayur Sop 4.Ubi Jalar rebus 5.Cabe Merah 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Sayur Lodeh 4.Ubi Jalar rebus 5.Cabe Merah 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Sayur Asem 4.Ubi Jalar rebus 5.Cabe Merah 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Sayur Sop 4.Ubi Jalar rebus 5.Cabe Merah 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Sayur Lodeh 4.Ubi Jalar rebus 5.Cabe Merah 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Sayur Asem 4.Ubi Jalar rebus 5.Cabe Merah 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Lotek 4.Ubi Jalar rebus 5.Cabe Merah
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Tempe kuah
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Tempe Kuah 4.Bubur Kacang Hijau 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Tempe Kuah
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Tempe Kuah 4.Bubur Kacang Hijau 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Tempe Goreng
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Tempe Kuah
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Ikan asin grg 4.Sayur Lodeh 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Telor Asin 4.Sayur Asem 5.Ikan Asin Grg 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Gulai Daging 4.Sayur Sop 5.Pisang 1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Telor Asin 4.Sayur Lodeh
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Ikan Asin Grg 4.Sayur Asem
1.Air Panas 2.Nasi Putih 3.Ikan Asin Grg 4.Lotek 5.Pisang
Sumber : Dapur Lapas Sukamiskin, Agustus 2007
Menu disusun sudah sesuai dengan standar kesehatan yang berlaku yaitu, 2200 kalori setiap orangnya setiap hari, tetapi pada pelaksanaannya, masih tidak sesuai dengan menu yang ada, bahkan setiap hari Sabtu dan Minggu tidak diberi jatah makan, biasanya mereka mendapat kiriman makanan dari keluarga yang mengunjunginya, sehingga pelayanan yang diberikan belum optimal.
Kegiatan sehari-hari. Kegiatan pembinaan dituangkan di dalam program kerja yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin. Kegiatan dimulai pukul 06.000 WIB saat pintu sel dan blok dibuka, sampai dengan pukul 13.000 saat pintu blok ditutup, tetapi pintu sel belum ditutup. Pagi hari sebelum makan pagi, bersihbersih, cuci pakaian, mandi, ibadah dan seterusnya.
Kegiatan rutin yang
dilaksanakan dan diikuti narapidana antara lain :
Kegiatan Pembinaan yang dilaksanakan, antara lain : a. Pembinaan Kepribadian. 1) Pada tanggal 22 Maret 2007, diadakan kegiatan Tausyiah dan Zikir Bersama yang dipimpin langsung oleh Ustadz Muhammad Arifin Ilham serta ceramah agama oleh Ustadz Mansyur. Kegiatan ini dilaksanakan mulai jam 19.00 Wib sampai selesai, bertempat di dalam blok Warga Binaan Pemasyarakatan yang dihadiri oleh seluruh pegawai Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin dan masyarakat umum. 2) Siraman rohani yang diberikan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan yang beragama Islam berupa ceramah agama yang dilaksanakan setiap hari Kamis ke I dan ke II serta Dzikir hari Kamis ke II dan ke IV jam 08.00-10.00 Wib. 3) Melakukan shalat Dhuhur dan Jum’at berjamaah bersama petugas Lembaga
Pemasyarakatan
Sukamiskin
dan
Warga
Binaan
Pemasyarakatan bertempat di Mesjid Al Hikmatul Musidah (dalam Lapas). 4) Melaksanakan kegiatan Kebaktian bagi yang beragama Nasrani, setiap hari Minggu sampai dengan Kamis yang bertempat di Gereja Eben Haezar, yang berada di dalam lingkungan Lembaga Pemasyarakatan
Sukamiskin, dengan pelayanan dari gereja-gereja yang ada di Kota Bandung. 5) Mengadakan Sekolah Agama bagi Warga Binaan yang beragama Islam, dengan pengajar staf seksi Bimbingan Pemasyarakatan yang dibantu oleh petugas dari Departemen Agama Kota Bandung, Pesantren Darut Tauhid dan IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
b. Pembinaan Mental. 1) Melaksanakan kegiatan orientasi bagi Warga Binaan Pemasyarakatan yang baru masuk selama 2 bulan. 2) Mengadakan latihan musik, yaitu melakukan pembinaan seni dan budaya berupa calung dan angklung. 3) Senam Kesegaran Jasmani (SKJ) dilaksanakan setiap pagi, dilanjutkan dengan Meeting Morning setiap pagi hari Senin sampai dengan Jum’at dan Sabtu ke II dan ke IV dilakukan senan aerobik. 4) Ceramah Agama Islam dilaksanakan satu minggu sekali, setiap hari Rabu. Kegiatan ceramah dilaksanakan bekerjasama dengan Departemen Agama Wilayah Jawa Barat. 5) Olahraga, meliputi : Volley Ball, tennis meja, sepak bola, senam pagi dan dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu dan Jum’at. 6) Kepramukaan yang meliputi, kegiatan latihan peraturan baris berbaris, kecakapan melaksanakan tugas, pendidikan dan kedisiplinan setiap hari Rabu.
6.3. Respons terhadap pelaksanaan pembinaan. 6.3.1. Respons narapidana. Respons narapidana terhadap sistem pembinaan yang dilaksanakan selama ini di Lembaga Pemasyarakatan beragam, juga terhadap harapan narapidana terhadap sistem pembinaan selama, secara garis besar belum dapat memenuhi harapan mereka, untuk memudahkan responden dalam kajian, maka dibagi kedalam tipologi responden, terdiri dari : -
Tipe
1,
yaitu
mereka yang menjalani pidana lama
terhadap bidang pertanian.
dan berminat
-
Tipe 2, yaitu mereka yang menjalani pidana lama dan berminat terhadap bidang industri dan jasa.
-
Tipe 3, yaitu mereka yang menjalani pidana tidak lama dan berminat terhadap bidang pertanian dan
-
Tipe 4, yaitu mereka yang menjalani pidana tidak lama dan berminat terhadap bidang industri dan jasa.
Untuk jelasnya dapat dilhat pada Tabel 10 di bawah ini : Tabel 10 : Respons dan Harapan Napi terhadap Sistem Pembinaan Sistem Pembinaan Respons terhadap Sistem Sistem Pembinaan yang Pembinaan diharapkan Tipe Napi
Tipe 1 : - Pidana lama - Pertanian
- Pada awalnya tidak sesuai dengan harapan/keinginan dan kurang berminat pada bidang pertanian, tetapi karena banyaknya waktu luang saat ini senang melakukan kegiatan bercocok tanam (pertanian) - Metode yang dilaksanakan belum cukup baik, karena pada umumnya berdasarkan pengalaman dari napi yang lain, yang memang pekerjaannya petani. - Masih terbatasnya lahan pembinaan pertanian. - Waktu tersedia. - Fasilitas & jenis kegiatan terbatas, hanya di percetakan.
Tersedianya lahan pembinaan pertanian cukup memadai, dan tenaga pelatih yang memahami masalah pertanian. Antara teori dan praktek seimbang, tenaga ahli seharusnya dari instansi terkait dan berkompeten, misalnya dari Dinas Pertanian, sehingga tidak hanya mengandalkan napi petani.
Agar jenis kegiatan yang ada lebih banyak, sehingga napi yang mengikuti pembinaan lebih banyak lagi. - Waktu seolah terasa cepat Perlu pelatihan tanaman yang Tipe 3 : - Terbatasnya lahan pertanian di berumur pendek / cepat panen, - Pidana tidak dalam Lapas. untuk kebutuhan sehari-hari lama misalnya tomat, cabe yang - Pertanian memiliki kualitas unggul. - Waktu seolah terasa cepat Ada investor yang membantu, Tipe 4 : - Kegiatan yang ada cukup agar bahan baku, modal dan - Pidana tidak menambah pengetahuan, pemasaran lebih luas. lama tetapi belum semua napi - Industri & jasa memperoleh premi atau upah Sumber : Hasil wawancara mendalam dengan responden, 2007. Tipe 2 : - Pidana lama - Industri & jasa
6.3.2. Respons petugas. Petugas sebagai Pembina dan pendamping narapidana juga sering merasakan masih kurang maksimalnya sistem pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan, hal ini pada umumnya berkenaan dengan tingkat partisipasi dan kepedulian narapidana dalam mengikuti kegiatan pembinaan serta faktor sarana dan prasarana pendukung termasuk dana atau anggaran kegiatan pembinaan juga metode pembinaan yang dilaksanakan, seperti proses kegiatan belajar yang dilaksanakan, sebagaimana Tabel 11 di bawah ini :
Tabel 11 : Persepsi dan Harapan Petugas terhadap Sistem Pembinaan Sistem Pembinaan
Pembinaan Kepribadian
Pembinaan Kemandirian
Persepsi terhadap Sistem Sistem Pembinaan yang Pembinaan diharapkan - Masih bersifat rutinitas dan - Lebih terencana dan tidak banyak narapidana yang tersruktur serta terorganisir mengikuti kegiatan pembinaan dengan baik, dan ragam atau kepribadian, seperti : macam kegiatan lebih pengajian, pesantren, bervariasi, seperti kegiatan kebaktian, paket A, B dan C kesenian yang dihubungkan hanya 20 orang per paket dengan kegiatan keagamaan - Metode yang dilaksanakan dan pendidikan. belum maksimal, dan tenaga - Tersedianya biaya yang pengajar masih dari kalangan memadai, atau koordinasi narapidana sendiri, dan Kepala Lapas dengan petugas hanya mengawasi, instansi terkait, seperti sedangkan tenaga pengajar Depag, Diknas dan lainnya. dari luar masih terbatas, karena - Tersedianya ruangan yang berhubungan dengan biaya mencukupi, sehingga yang tidak ada. kegiatan yang dilaksanakan - Masih terbatasnya ruangan dapat berjalan dengan untuk kegiatan belajar tenang dan tidak dikejar, mengajar. karena ruangan yang digunakan masih bergantian dengan kegiatan lain. - Waktu kegiatan masih terbatas, - Waktu kegiatan lebih hanya sampai jam 13.00 wib. panjang, misalnya sampai - Metode kegiatan juga masih jam 17.00 wib. mengandalkan napi yang - Tenaga instruktur lebih memiliki kapasitas/potensi banyak dilakukan petugas keterampilan kerja. dan bukan napi. - Petugas yang memiliki - Petugas Lapas lebih banyak keterampilan kerja terbatas, diikutsertakan dalam dan hanya sekedar sebagai Pelatihan Instruktur pengawas. Pemasyarakatan.
Sumber : Hasil wawancara dengan informan, 2007.
6.4. Dukungan Pihak Terkait.
6.4.1. Tujuan Sistem Pembinaan Pembinaan
yang
diberikan
kepada
narapidana,
bertujuan
untuk
mempersiapkan narapidana agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pembinaan tersebut salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pelaksanaan asimilasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan dari sistem pembinaan ditentukan salah satunya oleh pelaksanaan asimilasi. Tujuan dari pelaksanaan asimilasi, yaitu : 1. membangkitkan motivasi atau dorongan pada diri narapidana dan anak didik Pemasyarakatan kepada pencapaian tujuan pembinaan; 2. memberikan kesempatan bagi narapidana dan anak didik Pemasyarakatan untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan guna mempersiapkan diri hidup mandiri di tengah masyarakat setelah bebas menjalani pidana; dan 3. mendorong
masyarakat
untuk
berperan
serta
secara
aktif
dalam
penyelenggaraan pemasyarakatan. Teori pembalasan sebagaimana dianut oleh sarjana-sarjana sebelumnya seperti Sahardjo, PI. Panjaitan dan Simorangkir, (1995) yang beranggapan bahwa hukuman adalah suatu konsekuensi dilakukannya suatu kejahatan, ternyata tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebagai berikut : ”Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga ”rumah penjara” secara berangsur-angsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar narapidana menyadarai kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga dan lingkungannya.” Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan,
dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Sistem pemasyarakatan juga berfungsi untuk menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berinteraksi secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Selanjutnya dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menyangkut tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan, maka Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. Program pembinaan narapidana dilaksanakan melalui beberapa tahap pembinaan yang terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu : (1) tahap awal; (2) tahap lanjutan; dan (3) tahap akhir. Pembinaan tahap awal bagi narapidana dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana sampai dengan 1/3 (satu per tiga) dari masa pidana. Pembinaan tahap awal ini meliputi. 1. Masa pengamatan, pengenalan, dan penelitian lingkungan paling lama 1 (satu) bulan. 2. Perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. 3. Pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian. 4. Penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal. Pembinaan tahap lanjutan, meliputi : (a) tahap lanjutan pertama, sejak berakhirnya pembinaan tahap awal sampai dengan ½ (satu per dua) dari masa pidana; dan (b) tahap lanjutan kedua, sejak berakhirnya pembinaan
tahap
lanjutan pertama sampai dengan 2/3 (dua per tiga) masa pidana. Pembinaan tahap lanjutan ini meliputi : 1. Perencanaan program pembinaan lanjutan 2. Pelaksanaan program pembinaan lanjutan 3. Penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan dan 4. Perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi. Pada tahap lanjutan ini, mengadakan kerja sama dengan instansi lain, seperti :
1. Instansi Penegak Hukum. a. POLRI. b. Kejaksaan Negeri. c. Pengadilan Negeri. 2. Instansi Lainnya. •
Departemen Sosial.
•
Departemen Tenaga Kerja.
•
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
•
Departemen Agama.
•
Departemen Pendidikan Nasional.
•
Pemerintah Daerah (PEMDA).
•
dan lain – lain.
3. Pihak Swasta. •
Perorangan.
•
Kelompok.
•
Lembaga Swadaya Masyarakat.
•
Perusahaan. Pembinaan tahap akhir dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan
sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang bersangkutan. Pembinaan tahap akhir ini meliputi : 1. Perencanaan program integrasi 2. Pelaksanaan program integrasi dan 3. Pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahap akhir. Dalam hal terdapat narapidana yang tidak dimungkinkan memperoleh kesempatan asimilasi atau integrasi, maka narapidana yang bersangkutan diberikan pembinaan khusus., seperti residivis, pidana seumur hidup, pidana mati, atau sering melakukan pelanggaran tata tertib Lembaga Pemasyarakatan dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan ”pembinaan khusus” meliputi perlakuan, pengawasan dan pengamanan yang lebih bersifat maksimum sekuriti.
Berdasarkan
sistem
pembinaan
yang
dilaksanakan
di
Lembaga
Pemasyarakatan, maka dapat digambarkan bagaimana bentuk pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.
85 Tabel 12 : Bentuk Pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung, 2007. Bentuk Pembinaan Pelayanan Penyuluhan Penyuluhan Bimbingan Bimbingan Bakat Tahanan/Napi Rohani Jasmani Keterampilan Uraian Pemberian Ceramah, Olahraga, kesenian Masa pengenalan Pendidikan dan Bantuan Hukum penyuluhan dan dan rekreasi di lingkungan pelatihan keterampilan kepada Napi/ pendidikan dalam lembaga (Mapenaling). kerja Kegiatan Tahanan agama sesuai dengan fasilitas yang tersedia Agar Memberikan Menjaga dan Memberikan Meningkatkan Napi/Tahanan bekal kehidupan memelihara kondisi gambaran tentang keterampilan dan mendapatkan beragama, untuk jasmani agar kondisi dan situasi keahlian kerja, baik Tujuan hak-haknya lebih senantiasa sehat di dalam Lapas untuk selama di dalam dengan baik. mendekatkan diri dan jauh dari atau untuk Lapas maupun kepada Yang penyakit penyesuaian diri sebagai bekal hidup Maha Kuasa (adaptasi) bila bebas nanti Peserta Napi/Tahanan Napi/Tahanan Napi/Tahanan Narapidana Narapidana Sumber Dana Lapas Lapas Lapas/Kanwil Lapas Lapas/Intansi terkait Kanwil Hukum & Dep. Agama dan Lembaga Swadya Lembaga Swadya Dinas Tenaga Kerja, HAM, LSM Lembaga Masyarakat Masyarakat Dinas Diknas, Swasta. Instansi terkait Keagamaan
Kendala yang dihadapi
Pelaksanaan belum optimal
Pembagian waktu kegiatan kadang tumpang tindih/bersamaan
Sarana pendukung terbatas, seperti alat-alat kesenian dan olahraga
Sumber : FGD dengan Petugas dan Kepala Lapas Sukamiskin, 2007
Isi Lapas mengalami capacity (kelebihan penghuni)
Perpustakaan Membaca Buku, Diskusi dan Tukar pikiran.
Meningkatkan minat baca, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan
Napi/Tahanan Lapas/Swasta/LSM Pemda, Dinas Diknas, Dinas Sosial, LSM dan Swasta & Kelurahan yang Sarana kerja dan Keterbatasan over bahan baku terbatas buku, baik kuantitas maupun isi kualitas buku
86
. 6.5. Sistem Pembinaan pada Lembaga Pemasyarakatan
Sistem pembinaan narapidana miskin, dituangkan dalam peningkatan pembinaan yang dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, untuk mewujudkan dan menciptakan manusia yang patuh dan taat hukum, karena selama ini mereka telah dianggap melanggar hukum. Selain itu hal yang terpenting juga menciptakan manusia yang mandiri dan memiliki keterampilan kerja yang baik, sehingga bila mereka bebas nanti diharapkan dapat menciptakan akses peluang usaha dan bekerja, agar masyarakat merasa tidak terbebani bahkan terbantu dengan kehadirannya. Pendayagunaan dan peningkatan kegiatan pembinaan yang memiliki potensi ekonomi dalam rangka perbaikan sistem pembinaan narapidana miskin yang dilaksanakan selama ini perlu ditingkatkan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembinaan. Sebagaimana pelaksanaan pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, kegiatan keterampilan kerja yang pada umumnya menjadi sasaran narapidana untuk mengikuti tersebut yaitu bidang pertanian, karena narapidana yang ada pada umumnya berasal dari masyarakat petani, dan bekerja sebagai buruh tani, sehingga kegiatan keterampilan kerja ini lebih banyak menyerap narapidana untuk mengikuti kegiatan tersebut. Pelaksanaan kegiatan pembinaan keterampilan kerja pada bidang pertanian ini sedang menjalani kerjasama dengan salah satu CV yang ada di Bandung dalam pengadaaan pupuk, dimana pengusaha tersebut memberikan bibit dan pupuk kepada pihak Lembaga Pemasyarakatan untuk diolah dan digarap oleh narapidana yang mengikuti kegiatan pembinaan sedangkan pihak Lembaga Pemasyarakatan menyediakan lahan pertanian yang ada di sekitar Lapas. Hasil produsksi yang diperoleh nantinya akan dibagi dua antara pengusaha dengan Lapas (narapidana).
87
Begitu pula dalam bidang peternakan, pada tahun 2005 telah mendapat bantuan ternak kambing sebanyak 10 ekor dari Dinas Peternakan Kota Bandung, dan pada saat ini jumlah kambing tersebut telah berjumlah 25 ekor, kemudian pada tahun 2006 juga dari instansi yang sama telah diterima bantuan 15 ekor bebek, penghasilan dari kedua kegiatan tersebut diberikan kepada narapidana yang mengelola bidang tersebut, sebagaimana ketentuan yang ada bahwa setiap bidang kegiatan tersebut dikelola dan diserahkan tanggung jawabnya kepada narapidana yang telah menjalani asimilasi. Sebagaimana diungkapkan BH, seorang petugas pemasyarakatan yang mengawasi pelaksanaan asimilasi tersebut. Memang setiap bidang kegiatan yang ada di bidang pertanian ini, diberikan tanggung jawabnya kepada mereka (narapidana) yang sedang menjalani asimilasi, yaitu mereka yang akan bebas kurang lebih 6 bulan lagi. Hasil yang diperoleh atas produksi tersebut langsung kita bagi-bagikan kepada narapidana tersebut setelah dipotong biaya makan bebek atau kambing. Sebagai contoh : penghasilan bagi narapidana dari pengelolaan ternak bebek yang jumlahnya 15 ekor, dimana setiap minggu menghasilkan telur sebanyak 50 sampai dengan 100 butir, dari hasil telur tersebut kemudian dijual melalui penjual jamu yang ada di depan Lapas, harga 1 butir telur Rp. 800,- sampai dengan Rp. 900,-, premi yang diperoleh oleh narapidana sebesar antara Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 50.000,- setiap minggunya setelah dipotong biaya untuk pakan ternak. Berdasarkan hasil pengumpulan data, baik wawancara dan studi dokumentasi dengan narapidana, Kepala dan Petugas Pemasyarakatan, dapat diperoleh
gambaran
tentang
kegiatan
pembinaan.
Untuk
jelasnya,
pendayagunaan kegiatan pembinaan yang memiliki potensi ekonomi dapat dilihat pada Tabel 13.
88
Tabel 13 : Kegiatan Pembinaan yang memiliki Potensi Ekonomi, Percetakan, Pertanian, Kerajinan Tangan dan Batako bagi Narapidana, Lapas Sukamiskin 2007. Kegiatan Pertanian Pembinaan (Peternakan Kerajinan Pembuatan Percetakan dan Tangan batako Perikanan) Uraian Sudah Masih Modal Swadaya Swasta memadai terbatas Bahan Baku Cukup Cukup Tersedia Tersedia tersedia tersedia Sudah Sudah dilakukan dilaksanakan Sekitar Sudah tetapi Pemasaran seluruh sekitar Lapas Bandung dan masih Indonesia dan pesanan terbatas Kelurahan Pemberian Peningkatan Peningkatan bantuan pelatihan Kerjasama Peningkatan jumlah tenaga yang pupuk dari keterampilan modal kerja yang diharapkan instansi dari dinas dipekerjakan terkait. terkait Tersedianya Bahan baku lahan cukup tersedia Perluasan pertanian dan tenaga Jumlah Potensi Lapas sarana (peternakan kerja tenaga kerja yang dapat gedung dan yang cukup dimanfaatkan percetakan perikanan) tersedia yang memadai Tenaga ahli di bidang Masih Mesin yang Pemasaran pertanian terbatas dan pesanan Masalah yang digunakan (peternakan tenaga yang dihadapi sudah tua dan yang tidak dan ahli dan sering rusak stabil/kontinyu. perikanan) terampil. terbatas Sumber : Olah Data Lapangan, 2007
6.5.1. Ruang Lingkup Pembinaan. Fungsi dan tugas pembinaan pemasyarakatan terhadap warga binaan pemasyarakatan (narapidana, anak negara, klien pemasyarakatan dan tahanan) dilaksanakan secara terpadu dengan tujuan agar mereka setelah selesai menjalani pidananya, pembinaannya dan bimbingannya dapat menjadi warga masyarakat yang baik.
89
Pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan disesuaikan dengan asas-asas yang terkandung dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Standard
Minimum
Rules
(SMR)
yang
tercermin
dalam
10
Prinsip
Pemasyarakatan. Arah pelayanan, pembinaan dan bimbingan yang dilakukan oleh petugas ialah memperbaiki tingkah laku warga binaan pemasyarakatan agar tujuan pembinaan dapat dicapai. Ruang lingkup pembinaan dapat dibagi kedalam dua bidang yakni : 6.5.1.1. Pembinaan kepribadian
adalah
kegiatan
bertujuan
menciptakan
manusia yang taat dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pribadi, sikap dan perilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, kegiatan yang dilakukan meliputi : (a) pembinaan kesadaran beragama, usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan imannya terutama memberikan pengertian agar warga binaan
pemasyarakatan
dapat
menyadari
akibat-akibat
dari
perbuatan-perbuatan yang benar dan perbuatan-perbuatan yang salah; (b) pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, usaha ini dilaksanakan melalui P4, termasuk menyadarkan mereka agar dapat menjadi warga negara yang baik dapat berbakti bagi bangsa dan negara, perlu disadarkan bahwa berbakti untuk bangsa dan negara adalah sebagian daripada iman (taqwa); (c) pembinaan
kemampuan
intelektual
(kecerdasan),
usaha
ini
diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan berfikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat sehingga dapat menunjang kegiatan-kegiatan positif yang diperlukan selama masa pembinaan, kegiatan ini dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan non-formal. Pendidikan formal diselenggarakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada yang ditetapkan oleh pemerintah agar dapat ditingkatkan semua warga binaan pemasyarakatan. Pendidikan non-formal, diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melalui kursus-kursus, latihan keterampilan dan sebagainya. Bentuk pendidikan non-formal yang paling mudah dan paling murah ialah kegiatan-kegiatan ceramah umum dan membuka kesempatan
90
yang seluas-luasnya untuk memperoleh informasi dari luar, misalnya membaca surat kabar/majalah, menonton TV, mendengar radio dan sebagainya. Untuk mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan baik formal maupun non-formal diupayakan cara belajar melalui Program Kejar Paket A, B, C dan Kejar Usaha; (d) pembinaan kesadaran hukum, kegiatan ini dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan hukum yang bertujuan untuk mencapai kadar kesadaran hukum yang tinggi, sehingga sebagai anggota masyarakat, mereka menyadari hak dan kewajibannya dalam rangka turut menegakkan hukum dan keadilan, perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban ketentraman, kepatuhan hukum dan terbentuknya perilaku setiap warga negara Indonesia yang taat kepada hukum. Penyuluhan hukum bertujuan lebih lanjut untuk membentuk Keluarga Sadar Hukum (Kadarkum) yang dibina selama berada dalam lingkungan pembinaan maupun setelah berada kembali di tengah-tengah masyarakat. Penyuluhan hukum
diselenggarakan
secara
langsung
yakni
penyuluhan
berhadapan langsung dengan sasaran yang disuluh dalam Temu Sadar Hukum dan Sambung Rasa, sehingga dapat bertatap muka langsung,
misalnya
melalui
ceramah,
diskusi,
sarasehan,
temuwicara, peragaan dan simulasi hukum. Metode pendekatan yang diutamakan ialah metode persuasif, edukatif, komunikatif dan akomodatif (Peka); dan (e) pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat, pembinaan di bidang ini dapat dikatakan juga pembinaan kehidupan sosial kemasyarakatan, yang bertujuan agar mantan narapidana mudah diterima kembali oleh masyarakat lingkungannya, untuk mencapai ini, kepada mereka selama dalam lembaga pemasyarkatan dibina terus untuk patuh beribadah dan dapat melakukan usaha-usaha sosial secara gotong-royong, sehingga pada waktu mereka kembali ke masyarakat mereka telah memiliki sifat-sifat positif untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat lingkungannya. Untuk jelasnya kegiatan pembinaan kepribadian yang dilaksanakan
91
di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin dapat diihat pada Tabel 14 dibawah ini :
Tabel 14 :
Kegiatan Pembinaan Kepribadian berdasarkan Hari, Tujuan, Penanggung Jawab dan Kerjasama, Sukamiskin 2007. Hari 1 2 3 4 5 6 7
Kegiatan Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Kristen Wawasan Kebangsaan Kepramukaan
Tujuan Pendidikan mental Pendidikan mental
Penanggung jawab Sie Bimpas Sie Bimpas
Kerjasam a Dep. Agama Dep. Agama
Cinta tanah air
Sie Bimpas
-
Bela Negara
Sie Bimpas
Kwarcab Pramuka
Sie Bimpas
Bapas
Sie Bimpas
Polri
Sie Bimpas Sie Bimpas Sie Perawatan Sie Perawatan
-
Kunjungan Pemulihan Keluarga Rutin hubungan Kunjungan Pemulihan Keluarga 2 kali setahun hubungan Masal Kesenian Minat/bakat Olahraga Sehat jasmani Pemerikdaan Sehat jasmani Kesehatan Makan 3 kali Sehat jasmani /hari Sumber : Sie Bimkemas, Lapas Sukamiskin tahun 2007.
Dep. Kes -
6.5.1.2. Pembinaan Kemandirian, adalah kegiatan bertujuan menciptakan manusia yang memiliki keterampilan dan pengetahuan kerja sebagai bekal kembali ke dalam masyarakat, kegiatan yang dilaksanakan melalui program-program: (a) keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, misalnya kerajinan tangan, percetakan, industri, rumah tangga, reparasi mesin dan alat-alat elektronik dan sebagainya; (b) keterampilan
untuk
mendukung
usaha-usaha
industri
kecil,
misalnya pengelolaan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam menjadi bahan setengah jadi (mengolah rotan menjadi perabot rumah tangga, pengolahan makanan ringan berikut pengawetannya dan pembuatan batu bata, genteng, batako);
92
(c) keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masingmasing, dalam hal ini bagi mereka yang memiliki bakat tertentu diusahakan
pengembangan
bakatnya,
misalnya
memiliki
keterampilan atau kemampuan di bidang seni, maka diusahakan untuk disalurkan ke perkumpulan-perkumpulan seniman untuk dapat mengembangkan bakatnya sekaligus mendapatkan nafkah; dan (d) keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan pertanian (perkebunan) dengan menggunakan teknologi madya atau teknologi tinggi, misalnya industri kulit, industri pembuatan sepatu kualitas ekspor, pabrik tekstil, industri minyak asiri dan usaha tambak udang (perikanan). Untuk jelasnya kegiatan pembinaan kepribadian yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin dapat diihat pada Tabel 15 dibawah ini : Tabel 15 :
Kegiatan Pembinaan Kemandirian berdasarkan Hari, Tujuan, Penanggung Jawab dan Kerjasama, Sukamiskin 2007. Hari Penanggung Kerjasama Kegiatan Tujuan jawab 1 2 3 4 5 6 7 Percetakan Produktif/mandiri Sie Bimker Kaligrafi Produktif/mandiri Sie Bimker Konveksi Produktif/mandiri Sie Bimker Perkayuan Produktif/mandiri Sie Bimker Bengkel Produktif/mandiri Sie Bimker Pertamanan Produktif/mandiri Sie Bimker Peternakan Produktif/mandiri Sie Bimker Hiasan Produktif/mandiri Sie Bimker Aquarium LayangProduktif/mandiri Sie Bimker laying Pertanian Produktif/mandiri Sie Bimker Sumber : Sie Bimkemas, Lapas Sukamiskin tahun 2007. 6.5.2. Bentuk Pembinaan lainnya. 6.5.2.1. Pelayanan Tahanan Bantuan Hukum, berupa : 1) Setiap
Tahanan
berhak
memperoleh
bantuan
hukum
dari
penasehat hukum, 2) Kepada Tahanan diberikan penyuluhan hukum dan untuk keperluan ini Kepala Rutan/Cab Rutan dapat mengadakan kerjasama dengan instansi penegak hukum dan pemerintah setempat,
93
3) Dalam
upaya
untuk
memberikan
kesempatan
mendapatkan
bantuan hukum perlu disediakan: (a) alat tulis menulis; (b) tempat untuk pertemuan dengan penasehat hukum yang dapat dilihat/diawasi, tetapi tidak dapat didengar oleh orang lain atau petugas. 6.5.2.2. Penyuluhan Rohani, berupa: a) Ceramah, penyuluhan dan pendidikan agama, b) Ceramah, penyuluhan dan pendidikan umum. Pokok-pokok materi ceramah, penyuluhan atau pendidikan yang akan disampaikan kepada tahanan, harus terlebih dahulu diketahui kepala lembaga dan
kegiatannya
menimbulkan
tidak
keresahan
boleh para
menyinggung tahanan,
perasaan
kegiatan
atau
tersebut
senantiasa diawasi agar tidak dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban dalam lembaga maupun negara, dan disediakan ruangan dan sarana yang diperlukan. 6.5.2.3. Penyuluhan Jasmani, berupa kegiatan olahraga, kesenian dan rekreasi di dalam lembaga sesuai dengan fasilitas yang tersedia, dan bagi Tahanan diperkenankan membawa sendiri peralatan yang diperlukan sepanjang
tidak
merugikan
atau
mengganggu
keamanan
dan
ketertiban di dalam lembaga. 6.5.2.4. Bimbingan Bakat, untuk mengetahui bakat masing-masing tahanan, maka perlu diadakan penelitian kepada mereka yang baru masuk, terutama
pada
saat
mengikuti
masa
pengenalan
lingkungan
(Mapenaling). 6.5.2.5. Bimbingan Keterampilan, kegiatan ini sedapat mungkin diarahkan kepada jenis-jenis keterampilan yang bermanfaat di masyarakat dan dapat dikembangkan lebih lanjut di Lembaga Pemasyarakatan dan di masyarakat bila kelak bebas. 6.5.2.6. Perpustakaan, kegiatan ini diberikan untuk mengisi waktu luang dan guna menyalurkan minat baca.
94
6.5.3. Bimbingan Kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan Bimbingan Kegiatan, yaitu : 1) Bimbingan
kegiatan
terdiri
dari
bimbingan
bakat
dan
bimbingan
keterampilan, 2) Bimbingan kegiatan hanya dapat diikuti secara sukarela, 3) Warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti bimbingan kegiatan dalam bentuk pekerjaan yang produktif (berproduksi), diberi upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 4) Kegiatan yang dilaksanakan tidak diperbolehkan lebih dari tujuh jam setiap hari dan semua hasil karya warga binaan pemasyarakatan dicatat dalam buku hasil karya, kemudian disimpan dan dapat djual sesuai
dengan
peraturan yang berlaku.
6.6. Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Sistem Pembinaan. Sasaran pelaksanaan sistem pembinaan atau sistem pemasyarakatan pada dasarnya juga merupakan situasi/kondisi yang memungkinkan bagi terwujudnya tujuan pemasyarakatan yang merupakan bagian dari upaya meningkatkan ketahanan sosial dan ketahanan nasional, serta merupakan indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tentang sejauh mana hasilhasil yang dicapai dalam pelaksanaan sistem pembinaan atau sistem pemasyarakatan, sebagai berikut : a. Isi Lembaga Pemasyarakatan lebih rendah daripada kapasitas; b. Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka pelarian dan gangguang kamtib. c. Meningkatnya secara bertahap jumlah narapidana yang bebas sebelum waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi; d. Semakin menurunnya dari tahun ke tahun angka residivis; e. Semakin banyaknya jenis-jenis institusi sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis / golongan narapidana; f.
Secara bertahap perbandingan banyaknya narapidana yang bekerja di bidang industri dan pemeliharaan adalah 70 : 30;
g. Prosentase kematian dan sakit sama dengan prosentase di masyarakat ;
95
h. Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia pada umumnya ; i.
Lembaga Pemasyarakatan dalam kondisi bersih dan terpelihara; dan
j.
Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang menggambarkan proyeksi nilai-nilai masyarakat ke dalam Lembaga Pemasyarakatan dan semakin berkurangnya nilai-nilai sub kultur penjara dalam Lembaga Pemasyarakatan.
6.7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Potensi Ekonomi Narapidana
Narapidana sebagai penerima pembinaan yang diselenggarakan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut bisa berupa faktor utama, faktor internal dab faktor eksternal. Dari ketiga faktor tersebut, ada yang sifatnya menghambat dan ada pula yang mendukung bagi upaya memaksimalkan potensi ekonomi narapidana. Faktor utama adalah faktor yang mempengaruhi faktorfaktor internal dan eksternal. Dalam kajian ini yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh narapidana itu sendiri dalam hal ini berupa faktor yang menghambat terhadap upaya memaksimalkan potensi ekonomi narapidana, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri narapidana yang bisa menjadi faktor penghambat dan pendukung.
6.7.1. Faktor Utama Faktor utama adalah faktor yang mempengaruhi faktor lainnya (faktor internal dan eksternal). Faktor utama yang mempengaruhi terhadap upaya memaksimalkan potensi ekonomi narapidana, berupa stigma atau pandangan masyarakat yang selalu curiga dan tidak percaya terhadap keberadaan narapidana. Stigma yang beredar pada masyarakat membuat masyarakat senantiasa tidak percaya terhadap sikap dan perilaku narapidana, walaupun narapidana tersebut telah melaksanakan masa hukumannya. Stigma atau pandangan masyarakat sebagai faktor utama, dalam hal ini berpengaruh terhadap faktor internal berupa upaya memaksimalkan potensi ekonomi yang dimiliki narapidana. Pengaruh stigma masyarakat tersebut merupakan faktor penghambat bagi peningkatan potensi ekonomi narapidana. Faktor utama berupa stigma masyarakat juga mempengaruhi faktor eksternal
96
berupa sumber daya dan modal sosial. Pengaruh stigma masyarakat terhadap faktor eksternal berupa sumber daya merupakan faktor penghambat. Sedangkan pengaruh stigma masyarakat terhadap faktor eksternal modal sosial merupakan faktor pendukung bagi peningkatan potensi ekonomi narapidana. Sehingga faktor stigma masyarakat disini bersifat sebagai pendorong terhadap faktor lainnya yang berpengaruh bagi peningkatan potensi ekonomi narapidana.
6.7.2. Faktor Internal Faktor
internal
yang
mempengaruhi
peningkatan
potensi
ekonomi
narapidana adalah potensi diri yang dimiliki narapidana. Potensi diri tersebut, yaitu berupa pendidikan, keterampilan dan pekerjaan yang dimiliki narapidana. Rendahnya potensi diri narapidana merupakan faktor penghambat internal bagi narapidana yang dilihat dari tingkat pendidikan atau pengetahuan, keterampilan yang dimiliki dan jenis pekerjaan yang pernah dilakukan narapidana dapat digunakan narapidana untuk beraktivitas ekonomi di dalam kegiatan pembinaan, sehingga memberikan kontribusi berupa premi atau pendapatan. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan mereka sangat tergantung terhadap proses pembinaan yang diselenggarakan Lembaga Pemasyarakatan, khususnya dalam pengambilan keputusan, termasuk menentukan jenis kegiatan pembinaan yang seharusnya dilakukan. Hal ini juga mempengaruhi narapidana pada saat melakukan suatu usaha kegiatan ekonomi. Kurangnya rasa percaya diri karena merasa berpendidikan rendah menyebabkan mereka sulit mengakses seluruh kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Pemasyarakatan. Kondisi dengan pendidikan yang rendah seperti ini merupakan gambaran umum kondisi narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin. Hanya sebagian kecil saja yang berpendidikan tamatan SLTA ke atas. Narapidana tamatan SLTA tersebut nampak lebih mampu untuk mengambil keputusan sendiri dalam mengikuti
kegiatan
masukan-masukan
pembinaan, terhadap
mereka
kegiatan
umumnya
pembinaan
mampu yang
memberikan
diselenggarakan,
sehingga kegiatan pembinaan tersebut lebih baik dan lebih bervariatif terhadap jenis kegiatan keterampilan yang diselenggarakan. Motivasi dan kemauan yang kuat dari narapidana untuk mengikuti kegiatan pembinaan yang diselenggarakan Lembaga Pemasyarakatan merupakan faktor pendukung dalam upaya meningkatkan dan memaksimalkan potensi ekonomi
97
yang dimiliki narapidana, walau dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dilakukan secara bergiliran atau bergantian dengan narapidana lainnya. Faktor ’bekerja’ dari narapidana yang pernah bekerja sebelum masuk Lembaga Pemasyarakatan merupakan faktor pendukung dan dapat dijadikan suatu usaha untuk mengembangkan dan menularkan pengetahuannya selama narapidana tersebut bekerja, baik sebagai pegawai, buruh, petani, pedagang maupun jenis pekerjaan lainnya. Sistem pembinaan yang dituangkan dalam program kerja pembinaan yang diselenggarakan Lembaga Pemasyarakatan, telah disusun berdasarkan program kegiatan rutin dan bersifat ”top-down”, seluruh kebijakan dan peraturan telah ditentukan dari tingkat atas. Hal ini berdampak terhadap kurang kreatifnya Lembaga Pemasyarakatan dalam mengembangkan jenis kegiatan pembinaan dan model pembinaan yang dilaksanakan. Responden menganggap pihak Lembaga Pemasyarakatan belum mampu membantu dalam meningkatkan tingkat pendidikan. Kegiatan yang ada berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) masih belum dapat mengatasi masalah tersebut, karena dalam setiap tahunnya hanya mampu mendidik narapidana sebanyak 60 orang, terdiri dari ; SD sebanyak 20 orang, SMP sebanyak 20 orang dan SMA sebanyak 20 orang. Alasan yang dikemukakan responden adalah masalah keterbatasan ruang belajar dan tenaga pendidik yang tersedia. Keterampilan yang dimiliki oleh narapidana adalah keterampilan tradsional yang diperoleh melalui pergaulan di masyarakat dan lingkungannya. Pada umumnya narapidana tersebut memiliki lebih dari satu keterampilan tradisional tersebut, seperti : keterampilan percetakan dan kerajinan, pertanian dan perikanan. Namun, mereka sulit untuk mengembangkan dan memanfaatkan keterampilan yang dimilikinya karena keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan. Selain itu, untuk memperoleh premi atau pendapatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan sangat sulit, karena setiap kegiatan yang dilakukan oleh narapidana senantiasa diawasi dan harus sepengetahuan petugas pemasyarakatan.
98
6.7.3. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri narapidana. Faktor tersebut terdiri dari sumber daya lokal dan modal sosial. Sumber daya lokal dimaksud disini adalah modal ekonomi berupa tenaga kerja. Di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin tersedia tenaga narapidana usia produktif yang banyak (dapat dilihat pada peta sosial) namun tidak bisa dimanfaatkan karena stigma masyarakat yang memandang bahwa narapidana tidak bisa dipercaya dan orang jahat dan menganggap narapidana tidak perlu dibina dan diberi pekerjaan. Padahal modal tenaga kerja ini sangat bisa dimanfaatkan untuk memberikan jalan sebagai upaya membantu mereka memperoleh premi atau pendapatan selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, sehingga yang diperlukan adalah kesadaran masyarakat untuk menerima dan percaya bahwa narapidana sama seperi anggota masyarakat lainnya. Selain modal berupa tenaga kerja, pengembangan ekonomi harus pula ditunjang oleh modal ekonomi lainnya, misalnya lahan dan fasilitas kegiatan pembinaan. Di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, lahan yang tersedia sangat terbatas, juga fasilitas ruang kegiatan pembinaan, sehingga narapidana tidak seluruhnya dapat mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemasyarakatan. Faktor lain yang juga mempengaruhi terhadap upaya memaksimalkan potensi ekonomi narapidana selain sumber daya lokal adalah modal sosial, seperti saling mengenal antar narapidana, adanya kegiatan pembinaan keagamaan, olahraga dan bekerja dalam kelompok, hubungan kerjasama yang didasarkan atas persamaan nasib dan penderitaan akan lebih memperkuat rasa solidaritas merupakan faktor yang dapat mendukung narapidana untuk meningkatkan potensi ekonominya. Dengan modal sosial yang mereka miliki, mereka dapat menularkan keterampilan dan keahlian yang mereka miliki antar sesama penghuni atau narapidana dalam hal yang positif. Dengan modal sosial tersebut juga, melalui Lembaga Pemasyarakatan, mereka dapat meluaskan jaringan atau membuat jaringan baru dengan kelembagaan lokal dalam mengatasi sulitnya memperoleh modal, bahan baku dan pemasaran hasil produksi.
99
Narapidana Bg (40 tahun) dipercaya Lapas untuk mengelola peternakan itik, bantuan Dinas Peternakan, walau hanya sebanyak 15 itik, dia dapat mengelola dengan baik, dimana setiap minggunya dia dapat menjual sekitar 50 sampai 100 butir telur itik kepada penjual jamu yang ada di sekitar Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, dari hasil penjualan tersebut disisihkan untuk pakan ternak dan sisanya dibagi dua untuk dirinya dan petugas pengawas. Semua kegiatan ini dikelola sendiri oleh narapidana mulai dari memberi makan sampai merawat ternak-ternak tersebut, hal ini karena antara narapidana dan petugas sudah ada rasa saling pecaya bahwa mereka tidak akan melarikan diri. Didalam meningkatkan potensi ekonomi narapidana tidak terlepas dari sistem pembinaan yang dilaksanakan di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan, maka pembinaan yang dilaksanakan seyogyanya diikuti oleh seluruh narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan. Berdasarkan uraian sebelumnya dijelaskan bahwa dari jumlah narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan yaitu sebanyak 485 orang, hanya sebagian narapidana atau sebanyak 32% atau 156 orang yang mengikuti pembinaan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung, sedangkan sisanya sebanyak 68% atau 329 orang belum atau tidak dapat mengikuti pembinaan. Hal ini disebabkan jumlah kegiatan dan sarana/fasilitas yang mendukung kegiatan terbatas, sehingga
tidak
seluruh
narapidana
dapat
mengikuti
kegiatan
yang
diselenggarakan Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung, selama ini masih jauh dari yang diharapkan, baik bagi pelaksana kegiatan, pelaksanaan program maupun bagi penerima kegiatan program yaitu Warga Binaan Pemasyarakatan atau narapidana. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, sebagian
besar
narapidana
merasakan masih
adanya
perbedaan perlakuan antara narapidana. Seperti narapidana yang berasal dari kalangan atas (kaya) sering diberikan kemudahan-kemudahan, baik dalam hal fasilitas
maupun
kemudahan
kunjungan
(besuk).
Sebagaimana
yang
diungkapkan narapidana berinisial “YN” yang berasal dari Palembang, ia ditahan 8 tahun kasus perampokan dan sudah menjalani pidama selama 5 tahun. “saya sudah lama berada disini pak, karena saya berasal dari kampung orang tidak punya, ya beginilah keadaannya, susah untuk berbuat macammacam, abis gak punya duit pak, coba itu lihat (sambil menunjuk ke arah orang (Napi) yang sedang dibesuk, walau bukan jam besuk..) mereka itu
100
bisa kapan saja dikunjungi (besuk) karena mereka punya duit…kamarnya enak, pakai kasur empuk, kalau saya yah seadanya, kasur disket alias tipis…yah mau gimana lagi pak..”
Hal-hal yang mempengaruhi sistem pembinaan pada tiap Lembaga Pemasyarakatan berbeda-beda, demikian juga di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung, dimana bila dilihat dari peruntukkannya yaitu
sebagai
tempat menampung narapidana yang pada umumnya dengan masa pidana di atas 5 tahun, kapasitas isi Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung dibatasi. Pembinaan yang dilaksanakan diarahkan kepada reintegrasi sosial bagi narapidana, untuk mengembalikan kepercayaan diri, potensi diri, harga diri dan perilaku yang baik. Hal itu juga didukung dengan tingginya masa pidana narapidana yang ada di Lapas Sukamiskin, memungkinkan narapidana dan Lapas melaksanakan kegiatan tersebut, sehingga waktu yang tersedia itu dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Faktor eksternal lainnya yang menghambat proses pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan
Sukamiskian
dalah
kualitas
dan
jumlah
petugas
pemasyarakatan. Petugas yang melaksanakan tugas senantiasa dilandasi dengan
profesionalisme,
tanpa
membeda-bedakan
didalam
memberikan
pembinaan dan pelayanan kepada narapidana, begitu pula dengan jumlah tenaga petugas yang
ada perbandingannya harus sesuai antara jumlah
narapidana dengan jumlah petugas yang ada, sehingga pembinaan yang dilaksanakan dapat lebih maksimal. (perbadingan napi dan petugas, 1 : 5). Hal ini sudah sesuai dengan perbandingan antara petugas yang ada dengan jumlah narapidana yang ada yaitu 1 berbanding 6 atau 7 orang. (Jumlah petugas pengamanan sebanyak 76 orang dan jumlah Narapidana per Agustus 2007 sebanyak 485 orang). Sarana dan fasilitas pembinaan juga merupakan faktor eksternal yang dapat menjadi faktor penghambat. Keterbatasan sarana dan fasilitas, baik dalam jumlah maupun mutu akan menjadi faktor penghambat dalam proses pembinaan, bahkan merupakan faktor yang sangat penting dan dapat menjadi salah satu penyebab rawannya keamanan serta ketertiban. Sarana dan fasilitas di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin merupakan tempat/lokasi bekas peninggalan Belanda, sehingga masih terdapat sarana dan fasilitas yang merupakan warisan
101
penjajah Belanda, yang sudah tidak memadai, baik ruangan maupun peralatan keterampilan yang ada. Untuk itu perlu adanya modernisasi
fasilitas
perlengkapan keterampilan kerja didalam mengoptimalkan pembinaan bagi narapidana. Faktor eksternal lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah anggaran/biaya. Jumlah narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin
sebanyak 485 orang per Agustus 2007, dan jatah makan
narapidana per harinya/orang sebesar Rp. 15.000,- maka anggaran yang dibutuhkan setiap bulannya sebesar Rp. 218.250.000,- ditambah anggaran pembinaan Rp. 5.000.000 setiap bulannya (Rp. 60.000.000/tahun), maka anggaran yang dibutuhkan pada bulan Agustus 2007 sebesar Rp. 223.250.000,sedangkan anggaran yang tersedia sebesar Rp. 148.222.991,95, sehingga masih terdapat kekurangan anggaran untuk bulan Agustus 2007 sebesar Rp.
70.027.008,05.
(Rp.
223.250.000,-
dikurangi
Rp.
148.222.991,95).
Sekalipun dirasakan kurang mencukupi untuk kebutuhan seluruh kegiatan program pembinaan dan biaya makan narapidana, namun kegiatan tetap dilaksanakan secara optimal dengan
memanfaatkan anggaran yang tersedia
seefektif dan seefisien mungkin. Sumber daya alam juga merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat menjadi faktor penghambat dan pendukung di dalam proses pembinaan bagi narapidana.
Namun,
sebagai
konsekuensi
dari
pelaksanaan
konsep
pemasyarakatan, terbuka dan produktif, maka sumber daya alam merupakan salah satu faktor pendukung. Mengingat
letak
Lembaga
Pemasyarakatan
Sukamiskin
berada
di
Kotamadya (perkotaan), maka lahan atau sumber daya alam yang ada terbatas, sehingga kegiatan yang dilaksanakan dan diikuti oleh narapidana terbatas sehingga tidak semua narapidana dapat mengikuti kegiatan tersebut. Untuk itu, perlu lahan yang luas dan sumber daya alam yang memadai dengan memaksimalkan kegiatan pembinaan terbuka, melalui kegiatan kemitraan dengan pihak-pihak terkait, terutama dengan pihak pemerintah setempat (Kelurahan) dalam hal penyediaan lahan dan sumber daya alam.
Namun
demikian, dengan keterbatasan lahan atau sumber daya alam yang tersedia, kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin tetap berjalan dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas yang ada.
102
Faktor eksternal lainnya yaitu jenis
dan ragam/jenis kegiatan program
pembinaan. Ragam/jenis kegiatan program pembinaan tidak semata-mata ditentukan oleh anggaran ataupun sarana dan fasilitas yang tersedia. Untuk itu perlu adanya kreatifitas dan inovasi dari pelaksana pembinaan dalam hal ini pihak Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin. Jenis/ragam kegiatan program pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin belum merata, hanya beberapa bidang kegiatan yang menjadi unggulan, seperti bidang percetakan dan pertanian (peternakan dan perikanan), sedangkan kegiatan program pembinaan kerajinan tangan kurang mendapat perhatian, seperti kerajinan kaligrafi, perkayuan, pertaman, pembuatan aquarium, ikan hias dan sebagainya. Padahal kegiatan program pembinaan kerajinan tersebut lebih murah modalnya dibandingkan dengan kegiatan program pembinaan lainnya. Namun pada dasarnya setiap kegiatan program pembinaan yang dilakukan memerlukan program-program kreatif yang lebih murah dan mudah dilaksanakan serta memiliki dampak edukatif yang optimal bagi warga binaan pemasyarakatan atau narapidana.
6.8. Analisis Pelaksanaan Sistem Pembinaan Narapidana (SWOT) 6.8.1. Faktor Utama. Masih
adanya
stigma
masyarakat
yang
tidak
percaya
terhadap
narapidana/mantan narapidana dan masih menganggap narapidana/mantan narapidana orang hukuman, bersalah dan dianggap jahat, sehingga masih banyak masyarakat yang belum mau menerima kembali mereka ke dalam lingkungannya.
6.8.2. Daya Dukung. 6.8.2.1. Internal : 6.8.2.1.1. Tersedianya
tenaga
siap
pakai
yang
dibutuhkan, karena
narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan dididik untuk belajar bekerja dan bekerja sambil belajar. 6.8.2.1.2. Tingginya mengikuti Lembaga
motivasi dan kegiatan
antusias dari
pembinaan
Pemasyarakatan,
yang
walaupun
narapidana
untuk
diselenggarakan dalam pelaksanaan
103
kegiatan
pembinaan
dilakukan
secara
bergantian
atau
bergiliran dengan narapidana lainnya. 6.8.2.1.3.
Wawasan bekerja
dan
pengetahuan
sangat
yang
memungkinkan
dimiliki
narapidana dalam
terjadinya transfer diantara
narapidana yang belum memiliki keterampilan dan bekerja. 6.8.2.1.4. Adanya program Kegiatan Pembinaaan Kemandirian Narapidana (KPKN) dapat
menambah
aktifitas
menumbuhkan kembali semangat
narapidana
hidup
dan dapat
dengan kegiatan positif
yang tidak monoton dan menjenuhkan. 6.8.2.2. Eksternal 6.8.2.2.1. Jumlah
tenaga
banyaknya
kerja
jumlah
sangat besar, narapidana
hal
yang
ini mengacu pada
ada
di
Lembaga
Pemasyarakatan Sukamiskin, yaitu 485 orang. 6.8.2.2.2. Lahan dan fasilitas kegiatan yang ada dimanfaatkan seefektif dan seefisien
mungkin,
sehingga
kegiatan
pembinaan
yang
dilaksanakan dapat dilaksanakan dengan baik. 6.8.2.2.3. Sumber daya alam di luar Lembaga Pemasyarakatan,
menunjang
terhadap pelaksanaan proses kegiatan pembinaan bagi narapidana, dengan mengolahnya sebagai lahan pertanian dan perkebunan narapidana. 6.8.2.2.4. Anggaran yang memadai akan membantu dan melancarkan dalam proses kegiatan pembinaan, sehingga kebutuhan yang diperlukan bagi penyelenggaraan proses kegiatan pembinaan tersebut dapat dipenuhi. 6.8.2.2.5. Adanya dukungan dari pihak Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin yang senantiasa berupaya meningkatkan proses pembinaan bagi narapidana, agar narapidana yang ada dapat mengikuti seluruh kegiatan
yang
diselenggarakan
Lembaga
Pemasyarakatan
Sukamiskin. 6.8.3. Hambatan 6.8.3.1. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam mendukung proses kegiatan pembinaan bagi narapidana, karena adanya stigma yang kurang baik terhadap narapidana.
104
6.8.3.2. Proses kegiatan
pembinaan
yang diberikan kepada narapidana
memiliki keterbatasan waktu yang tersedia, hal ini berbenturan dengan masa bebasnya narapidana tersebut, sehingga proses yang sedang berlangsung akan terhenti. 6.8.3.3.
Narapidana yang melaksanakan program asimilasi di luar Lembaga Pemasyarakatan terbatas jumlahnya. (5 – 10 orang), sehingga proses percepatan pembinaan yang berhasil guna kurang tercapai.
6.8.3.4. Adanya peraturan yang membatasi ruang gerak bagi narapidana untuk melakukan sesuatu bagi peningkatan hidupnya dan memperoleh pendapatan,
karena
senantiasa
dalam
pengawasan
petugas
pemasyarakatan.
6.8.4. Peluang 6.8.4.1. Adanya kesempatan menambah jenis dan ragam program yang ada, yang belum dilaksanakan dan yang belum mendapat perhatian. 6.8.4.2. Banyaknya pengunjung dapat membuka pasar di dalam Lembaga Pemasyarakatan, sehingga hasil produksi narapidana dapat dikenal melalui kegiatan kunjungan tersebut. 6.8.4.3. Masih adanya instansi terkait yang peduli terhadap kemajuan dan pengembangan proses pembinaan narapidana dalam meningkatkan potensi ekonomi yang dimiliki narapidana. 6.8.4.4. Adanya kegiatan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di dalam lingkungan Lembaga Pemasyarakatan yang dapat meningkatkan tingkat pendidikan bagi narapidana.
6.8.5. Ancaman 6.8.5.1. Banyaknya narapidana yang masih tidak bersedia untuk mengikuti proses kegiatan pembinaan, bila dibiarkan akan berdampak terhadap motivasi dan antusias narapidana lain dan dapat mengganggu proses kegiatan pembinaan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan. 6.8.5.2. Intervensi Lembaga Pemasyarakatan yang masih tinggi, sehingga kreatifitas narapidana dalam menciptakan dan memperoleh premi atau pendapatan senantiasa dikontrol oleh petugas pemasyarakatan.
105 Tabel 16 : Analisis SWOT Peningkatan Potensi Ekonomi Narapidana
FAKTOR INTERNAL
FAKTOR EKSTERNAL
PELUANG (OPPORTUNITIES) 1. Masih adanya kepedulian instansi terkait dalam membantu pelaksanaan proses kegiatan pembinaan. 2. Banyaknya pengunjung ke dalam Lapas dapat membuka pasar, untuk mengenalkan dan memasarkan hasil produksi karya narapidana. ANCAMAN (THREATHS) 1. Proses kegiatan pembinaan, masih belum diikuti oleh seluruh napi, hal ini akan berdampak terhadap penurunan motivasi dan antusias napi.
KEKUATAN (STRENGTHS)
KELEMAHAN (WEAKNESSES)
1. Tersedianya tenaga kerja siap pakai dalam jumlah besar. 2. Motivasi dan antusias napi tinggi 3. Wawasan dan pengetahuan napi dalam bekerja tinggi. 4. Adanya program KPKN, guna manambah aktifitas dan semangat hidup napi.
1. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam prose kegiatan pembinaan napi. 2. Terbatasnya waktu yang dimiliki napi, sehingga proses kegiatan pembinaan terputus karena napi bebas. 3. Sedikitnya napi yang menjalani program asimilasi luar Lapas, sehingga napi yang mengikuti proses kegiatan pembinaan juga terbatas.
Strategi Strengths/Opportunities (S-O)
Strategi Weaknesses/Opportunities (W – O)
Memanfaatkan dan meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait, guna mendapatkan bahan baku dan modal serta perluasan pemasaran hasil produksi karya narapidana
Memanfaatkan instansi terkait dalam memfasilitasi kepada masyarakat, agar masyarakat menyadari bahwa pembinaan napi bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi perlu juga adanya partisipasi masyarakat.
Strategi Strengths/Threaths (S-T) Memanfaatkan tenaga napi yang memiliki keterampilan kerja serta mengajak pihak Lapas untuk memberikan kepercayaan kepada napi untuk berkreasi dan menciptakan jenis serta ragam
Strategi Weaknesses/Threaths (W-T) Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui sosialisasi dan penyuluhan terhadap program pembinaan napi di Lapas, serta memperbanyak jumlah napi yang mengikuti
106 2. Intervensi (campur tangan) pihak Lapas pembinaan yang sesuai dengan harapan dan kegiatan asimilasi. masih tinggi, hal ini akan membatasi keinginan napi. kreatifitas napi dalam proses kegiatan pembinaan (belajar bekerja dan bekerja sambil belajar)