PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS 2009/2010
SKRIPSI
Oleh: SUGENG RIYANTO K4606054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS 2009/2010
Oleh: SUGENG RIYANTO K4606054
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jasmani Kesahatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H. Wahyu Sulistyo M.Kes Tri Winarti Rahayu S.Pd, M.Or NIP.19490505 198503 1 001 NIP.19760129 200312 2 001 PENGESAHAN
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Jum’at Tanggal : 7 Mei 2010
Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang)
(Tanda Tangan)
Ketua
: Drs. H. Sunardi, M.Kes
Sekretaris
: Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes
Anggota I
: Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes
Anggota II
: Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK
Sugeng Riyanto. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI TENIS MEJA JPOK FKIP UNS 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. (2) Metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 berjumlah 24 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan pukulan forehand tenis meja. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan distribute practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja tahun 2009/2010, (thitung 2.04478 > ttabel 1.796). (2) Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. Kelompok 1 (kelompok yang mendapatkan perlakuan metode distribute practice) memiliki persentasi peningkatan 5.14187% lebih kecil daripada kelompok 2 (kelompok yang mendapatkan perlakuan metode massed practice ) yaitu sebesar 12.1890%.
v
MOTTO v Sesunggunhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. ( QS Al- Insyroh, 94: 6) v Kau mungkin saja kecewa jika percobaanmu gagal, tetapi kau pasti takkan berhasil jika tidak mencoba. Dan kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. ( Beverly Sills) v Setiap manusia harus mempunyai prinsip, prinsip itulah yang akan membawa kita kepada kesuksesan kelak. Asalkan prinsip itu sesuai AlQuran dan Hadist. ( Penulis ) v Hadapi semua ini dengan tenang, sabar, semangat, ikhlas serta selalu tawakal kepada Allah SWT. ( Penulis )
vi
PERSEMBAHAN
\
Skripsi ini dipersembahkan kepada : Ø Bapak dan Ibu Tercinta Ø Adik-adikku tersayang Ø Sahabatku
Mynorihia,
yang
selalu memberi semangat dan motivasi Ø Rekan-rekan angkatan ‘06 Ø Genk masjid cs Ø Almamater
vii
penjaskesrek
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. H. Wahyu Sulistyo, M.Kes sebagai pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Tri Winarti Rahayu, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 6. Pembina pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 7. Mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga semua amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
Surakarta, Mei 2010
viii
:DAFTAR ISI
JUDUL..............................................................................................................
i
PENGAJUAN ...................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...............................................................................................
iii
PENGESAHAN ................................................................................................
iv
ABSTRAK ........................................................................................................
v
MOTTO ............................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii DAFTAR ISI.....................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................................
4
C. Pembatasan Masalah .............................................................................
4
D. Rumusan Masalah .................................................................................
5
E. Tujuan Penelitian...................................................................................
5
F. Manfaat Hasil Penelitian .......................................................................
6
BAB II. LANDASAN TEORI ..........................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................
7
1. Tenis Meja ........................................................................................
7
2. Metode Latihan.................................................................................
15
3. Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Distributed Practice .
21
4. Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Massed Practice ........
24
B. Kerangka Pemikiran..............................................................................
28
C. Perumusan Hipotesis .............................................................................
30
ix
BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................
31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
31
1. Tempat Penelitian.............................................................................
31
2. Waktu Penelitian ..............................................................................
31
B. Subjek Penelitian...................................................................................
31
C. Metode Penelitian..................................................................................
31
D. Definisi Operasional Variabel...............................................................
33
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
33
F. Teknik Analisis Data.............................................................................
33
1. Mencari Reliabilitas..........................................................................
33
2. Uji Prasyarat Analisis .......................................................................
34
3. Uji Perbedaan ...................................................................................
35
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................
37
A. Deskripsi Data .......................................................................................
37
B. Mencari Reliabilitas ..............................................................................
37
C. Pengujian Persyaratan Analisis .............................................................
38
1. Uji Normalitas ..................................................................................
38
2. Uji Homogenitas...............................................................................
39
D. Hasil Analisis Data................................................................................
39
1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan.........................................
39
2. Uji Perbedaan setelah Diberi Perlakuan ...........................................
40
E. Pengujian Hipotesis...............................................................................
43
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...........................................
45
A. Simpulan................................................................................................
45
B. Implikasi................................................................................................
45
C. Saran......................................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
47
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................
49
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Meja Tenis Meja .............................................................................
8
Gambar 2. Shakehands Grip .............................................................................
10
Gambar 2. Penhold Grip...................................................................................
10
Gambar 3. Seemiller Grip .................................................................................
11
Gambar 4. Tiga-tipe Dasar Spin........................................................................
11
Gambar 5. Posisi Siap Pukulan Forehand ........................................................
13
Gambar 6. Penempatan Diri Pukulan Forehand...............................................
14
Gambar 7. Rangkaian Gerakan Pukulan Forehand ..........................................
15
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Forehand pada Kelompok 1 dan Kelompok 2.......................................................
37
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas...........................................................................
37
Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas ......................................................
38
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ..............................................
38
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data...........................................
39
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ....................................................................................
40
Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1 ...........................................................................................
40
Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2 ...........................................................................................
41
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..........................................................................................
41
Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pukulan Forehand Teni Meja antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...........................................................................................
xii
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes ............................................................
49
Lampiran 2. Program Latihan Distributed Practice .........................................
51
Lampiran 3. Program Latihan Massed Practice ...............................................
53
Lampiran 4. Jadwal Treatmen...........................................................................
55
Lampiran 5. Data Hasil Tes Awal Pukulan Forehand Tenis Meja...................
56
Lampiran 6. Data Hasil Tes Akhir Pukulan Forehand Tenis Meja ..................
57
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Hasil Tes Berdasarkan Urutan Rangking........
58
Lampiran 8. Daftar Hasil Pemasangan Subjek .................................................
59
Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Pukulan Forehand Tenis Meja ..................
60
Lampiran 10. Uji Normalitas Data Peningkatan Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Forehand Tenis Meja pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 .........
63
Lampiran 11. Uji Homogenitas Data Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...............................................................................
65
Lampiran 12. Uji Perbedaaan antara Hasil Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...............................................................................
67
Lampiran 13. Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ...............................................................................
69
Lampiran 14. Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 ................................................................................
71
Lampiran 15. Uji Perbedaan Tes Akhir Kelompok 1 dan Kelompok 2............
73
Lampiran 16. Menghitung Peningkatan Pukulan Forehand Tenis Meja dalam Persen pada Kelompok 1 dan Kelompok 2......................
75
Lampiran 16. Dokumentasi Pelaksanaan Tes ...................................................
77
Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.. Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian dari Pembinaan Prestasi Tenis Meja JPOK FKIP UNS
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Olahraga sudah dikenal sejak zaman dulu, namun pada saat itu masih dikenal dengan tradisi dan kebiasaan permainan dalam masyarakat terutama kalangan masyarakat atas. Beberapa tahun berlalu dan olahraga pun semakin dikenal hingga memunculkan ide untuk membuat pertandingan olahraga. Olahraga pertama kali diadakan di yunani kuno, namun olahraga pada zaman dulu masih sedikit dan hanya beberapa bangsa yang dapat mengikutunya seperti : mesir, romawi kuno, yunani dan lain-lainnya. Zaman pun berlalu, pada saat ini sudah banyak olahraga yang dikenal tingkat dunia. Salah satu olahraga yang sudah dikenal adalah olahraga tenis meja. Tenis meja merupakan permainan gerak cepat yang menyenangkan. Olahraga ini mengutamakan kecepatan, ketangkasan dan tentunya kesehatan. Untuk dapat berprestasi dengan baik, seperti halnya olahraga yang lain, dalam permainan tenis meja juga harus diperlukan pembinaan yang baik dan benar. Pembinaan yang dilakukan harus mencakup empat aspek, yaitu pembinaan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat aspek ini saling mempengaruhi, artinya keempat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan atau ditinggalkan pada proses pembinaannya. Dalam pembinaan tenis meja, penguasaan teknik dasar sangat diperlukan agar dapat bermain dengan baik dalam satu permainan. Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dalam pelaksanaan permainannya menggunakan bet sebagai pemukul dan bola sebagai obyek yang dipukul. Hal yang mendasar agar dapat bermain tenis meja yaitu menguasai macam-macam teknik dasar. Dengan menguasai teknik dasar tenis meja maka akan dapat mendukung penampilannya menjadi lebih baik sehingga prestasi yang lebih tinggi dapat dicapai. Adapun macam-macam teknik dasar tenis meja menurut Hodges L. (1996: 17) mengklasifikasi teknik dasar tenis meja menjadi lima macam, yaitu: “ (1) Teknik memegang dan mengontrol bet, (2) Posisi siap, 1 xiv
pukulan forehand dan backhand), (3) Spin dan sudut bet (permainan spin), (4) Servis permulaan, (5) Penempatan dan pengaturan kaki. Seluruh permainan tenis meja dilakukan dengan memukul bola. Pukulan-pukulan dalam permainan tenis meja di antaranya pukulan service, lob, forehand drive, backhand drive, chop, spin dan smash. Pukulan forehand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakkan kearah kanan siku untuk pemain yang menggunakan tangan kanan dan ke kiri untuk pemain yang menggunakan tangan kiri. Backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan menggerakan bet ke arah siku kiri bagi yang menggunakan tangan kanan dan sebaliknya jika tangan kanan. Chop adalah pukulan yang dilakukan perlahan dan biasanya backhand. Smash adalah pukulan yang keras dan bertenaga, sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Service adalah pukulan yang dilakukan untuk memainkan bola pertama kali di awal poin. Teknik pukulan memegang peranan sangat penting bagi pemain, namun tidak mengurangi pentingnya teknik-teknik dasar yang lain. Seorang pemain yang baik adalah apabila saat memukul bola dapat melakukan, menguasai dan menerapkan serta mengontrol dirinya terhadap bola dengan teliti. Untuk itu dibutuhkan adanya unsur-unsur gerak dan keterampilan, adapun unsur-unsur dalam pukulan forehand tenis meja antara lain: kekuatan, koordinasi, ketepatan, kelincahan dan waktu reaksi. Semua unsur gerak mempunyai pengaruh terhadap pukulan forehand tenis meja. Namun untuk menguasai teknik memukul yang baik diperlukan latihan yang terprogram, teratur, dan menggunakan belajar yang tepat, karena latihan adalah kondisi belajar yang diperlukan untuk usaha menampilkan pada keterampilanyang kompleks. Pada pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS bentuk-bentuk program latihan yang digunakan masih dalam keadaan yang belum terprogram, sehingga pada saat latihan pembinaan tenis meja latihan yang digunakan belum maksimal. Hal itu berdampak pada prestasi yang masih jauh dari harapan, sebagai contoh dalam setiap pertandingan persahabatan maupun lomba-lomba yang telah dilakukan hasilnya belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain: Pertama, kemampuan pukulan forehand mahasiswa xv
putra PP tenis meja JPOK FKIP UNS masih rendah dan perlu ditingkatkan, Pukulan forehand yang dilakukan sering tidak sesuai dengan harapan, misalnya bola yang dipukul sering keluar lapangan, menyangkut net. Kedua, pelaksanaan latihan kurang maksimal (2 kali dalam 1 minggu), Misalnya waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan untuk melakukun pengulangan pukulan secara maksimal, mahasiswa hanya melakukan pengulangan beberapa kali, kemudian berhenti dan kelihatan lelah, pengaturan antara waktu latuhan dan istirahat kurang diperhatikan. Jika ambang rangsang telah dicapai dan waktu istirahat terlalu lama, maka kondisi tersebut akan pulih kembali dan keterampilan akan lambat dicapai. Upaya menguasai teknik dasar pukulan forehand harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Untuk mencapai hasil latihan yang optimal dibutuhkan metode latihan yang baik dan tepat. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode latihan
yang efektif dan efisien didorong oleh
kenyataan-kenyataan atau gejala-gejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu menerapkan metode latihan yang baik dan tepat. Untuk meningkatkan kemahiran dan keterampilan pemain dalam pukulan forehand dibutuhkan bentuk latihan yang sesuai, ada beberapa bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan pukulan forehand. Diantaranya adalah dengan latihan Distributed Practice dan Massed Practice. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.56) bahwa, “ Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan teknik di antaranya dengan metode massed practice dan distributed practice”. Metode distributed practice merupakan metode latihan yang pada pelaksanaan praktiknya diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode massed practice adalah pengaturan giliran latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Baik metode distributed practice maupun massed practice memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan pukulan forehand dalam xvi
permainan tenis meja. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang muncul, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam melalui penelitian eksperimen di pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS. Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatarbelakangi judul penelitian, “Perbedaan Pengaruh Latihan dengan Metode Disrtributed Practice dan Massed Practice terhadap Kemampuan Forehand pada Mahasiswa Putra Pembinaan Prestasi Tenis Meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya frekuensi pengulangan gerakan pukulan forehand, sehingga teknik dasar pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 kurang dikuasai dengan baik. 2. Masih rendahnya kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. 3. Belum diketahuinya pengaruh metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand dalam tenis meja. 4. Kurangnya fasilitas tenis meja yang mencukupi di tempat latihan. 5. Kurangnya antusias mahasiswa dalam melaksanakan latihan 6. Belum maksimalnya prestasi yang diraih mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010.
C. Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak menyimpang tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Metode latihan distributed practice terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja.
xvii
2. Metode latihan
massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand
tenis meja 3. Kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah Perbedaan pengaruh metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 ? 2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan: 1
Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand
mahasiswa
putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. 2
Untuk mengetahui metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010.
xviii
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembina pada pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS untuk menentukan dan memilih metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan forehand tenis meja para pemainnya. 2. Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih dan mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya untuk menguasai kemampuan forehand tenis meja.
xix
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tenis Meja a.
Permainan Tenis Meja Permainan tenis meja mula-mula hanya dikenal sebagai pengisi waktu
senggang, hiburan dan rekreasi saja. Kita mengenal permainan ini dengan nama “ping-pong”, yaitu berasal dari tiruan suara yang ditimbulkan oleh sentuhan bola dengan meja maupun dengan raket yang lembut. Namun setelah berkembang dengan pesat dan diakui secara resmi kemudian diberi nama “Table Tennis” atau menyebutnya
“Tenis
Meja”.
Permainan
tenis
meja peraturannya terus
berkembang, dari dulu hitungannya sampai 21 poin dan sekarang hanya 11 poin saja dengan 3 kali kemenangan ( set ). Permaian tenis meja dapat dimainkan dengan permaianan single, double ( putra/putri ), dan double mix ( campuran), serta jumlah pemain hanya membutuhkan sedikitnya 2 orang saja. Pemain yang terampil harus menguasai beberapa macam pukulan. Menurut Hodges L.( 1996:14-15) bahwa macam-macam pukulan dalam tenis meja adalah forehand, backhand, chop, spin, smash, service. Forehand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakkan ke arah kanan siku untuk pemain yang mengguna kan tangan kanan, dan ke kiri yang menggunakan tangan kiri. Backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan menggerakan bet ke arah siku kiri bagi yang menggunakan tangan kanan dan sebaliknya jika tangan kanan. Chop adalah pukulan yang dilakukan perlahan dan biasanya backhand. Smash adalah pukulan yang keras dan bertenaga, sehingga lawan tidak bisa mengembalikannya. Service adalah pukulan yang dilakukan untuk memainkan bola pertama kali di awal poin. Pukulan forehand sangat penting dalam permainan tenis meja, karena sedikitnya setengah dari seluruh pukulan tenis meja adalah forehand. Maka dari itu, forehand ini dapat juga menjadi senjata yang bermanfaat di dalam permainan tenis meja.
7xx
Olahraga tenis meja merupakan suatu olahraga yang cepat dan tepat sehingga seseorang yang bermain memerlukan kemampuan tertentu atau seseorang akan terbawa kepada tingkat kemampuan yang dimiliki. Permainan tenis meja merupakan olahraga yang membutuhkan keterampilan gerak, sehingga koordinasi gerak sangat dibutuhkan.
b. Peralatan Bermain Tenis Meja Langkah awal dalam bermain tenis meja adalah memperhatikan perlengkapan-perlengkapan yang perlu disiapkan dalam bermain.Menurut Hodges L.(1996:5) bahwa “Terdapat empat peralatan yang harus dipersiapkan dan dibutuhkan untuk bermain tenis meja yaitu : meja, net, bola, dan bet”. Menurut peraturan dan ketentuan Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia ( 2007/2008 : 13 ) peralatan-peralatan tenis meja antara lain : 1) Meja Berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 274 cm dan lebar 152,5 cm, sedangkan tinggi meja dari lantai adalah 76 cm. Meja dapat dibuat dari apa saja namun harus menghasilkan pantulan sekitar 23 cm dari bola yang dijatuhkan dari ketinggian 30 cm. Seluruh permukaan meja harus berwarna gelap dan pudar dengan garis putih selebar 2 cm pada tiap sisi panjang meja 274 cm dan tiap lebar meja 152,5 cm. Pemukaan meja dibagi dalm 2 bagian yang sama secara vertikal oleh net paralel dengan garis akhir dan harus melewati lebar permukaan masingmasing bagian meja. Untuk ganda, setiap bagian meja harus dibagi dalam 2 bagian yang sama dengan garis tengah berwarna putih selebar 3 mm, paralel engan garis lurus sepanjang kedua bagian meja, garis tengah tersebut diinggap menjadi 2 bagian kanan dan kiri.
Gambar 1. Meja Tenis Meja 2) Net Panjang jaring termasuk perpanjangannya 183 cm,tinggi 15,25 cm dari atas meja. Net berwarna hijau dan lubang-lubang jalanya tidak tembus bola dan tepi atasnya direnggangkan dengan seutas tali.
xxi
3) Bola Bola harus bulat ddengan diameter 40 mm, terbuat dari bahan celluloid atau plastik dan harus berwarna putih atau cerah denagn berat 2,7 gram. 4) Raket/bet Terbuat dari kayu dengan lapisan berbusa yang dilapisi karet dengan ketebalan lapisan seluruhnya 4 mm. Adapun ketentuan keadaan tempat pertandingan tenis meja menurut peraturan dan ketentuan PB PTMSI ( 2007/2008 : 13 ) adalah sebagai berikut : 1) Luas area pertandingan (1 meja) tidak kurang dari : panjang 14 m, lebar 7 m dan tinggi 5 m. 2) Sebagai pemisah antara area pertandingan yang satu dengan yang lain dan dari penonton area harus ditutupi sekelilingnya dengan ketinggian 75 cm dengan latar belakang warna gelap. 3) Intensitas cahaya tidak kurang 1000 lux merata keseluruh meja pertandingan dan 500 lux disekelilingnya. 4) Bila beberapa meja sedang digunakan, cahaya lampu juga harus sama dengan yang lainnya dan cahaya latar belakang pada area pertandingan tidak lebih besar dari cahaya yang ada di area tersebut. 5) Ketinggian lampu tidak kurang dari 5 m. c.
Keterampilan Teknik Bermain Tenis Meja Tenis
meja
merupakan
olahraga
permainan,
dimana
di
dalam
memainkannya di butuhkan keterampilan yang cukup tinggi. Oleh karena itu agar mampu bermain tenis meja dengan terampil, maka seorang pemain pemula harus menguasai teknik permainan tenis meja. Menurut Hodges L (1996:17) ada lima langkah utama bermain tenis meja untuk pemula yaitu: (1) Cara memegang dan mengontrol bet. (2) Spin dan sudut bet (permainan spin). (3) Posisi siap, pukulan backhand dan forehand.(4) Servis permulaan. (5) Penempatan dan pengaturan kaki (footwork). Adapun penjelasan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut 1) Cara Memegang dan Mengontrol Bet Menurut Hodges L (1996 : 14) ada tiga cara memegang bet dalam bermain tenis meja. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a) Shakehands Grip Shakehands artinya “berjabat tangan”. Kelebihan pegangan shakehands grip adalah pegangan grip ini seorang pemain dapat xxii
melakukan forehand stroke dan backhand stroke tanpa mengubah pegangan, pegangan ini paling baik untuk bermain jauh dari meja, cara memegangnya adalah : 1) Bidang net berstandar pada lekuk antara ibu jari dan jari telunjuk. 2) Kuku ibu jari tegak lurus dengan permukaan bet. 3) Jari telunjuk berada dibawah permukaan bet. 4) Untuk memperkuat pukulan forehand putar bagian atas bet kearah anda. 5) Untuk memperkuat pukulan backhand, putar pada bagian atas bet menjauh dari anda.
Gambar 2. Shakehands Grip (Hodges L, 1996: 16)
b) Penhold Grip Penhold artinya “memegang pena”. Cara ini memegan bet ini adalah seperti memegang pena. Style ini lebih populer di Asia. Dengan grip ini hanya mempergunakan salah satu sisi bet. Cara memegang bet gaya penhold grip adalah: 1) Pegang bet mengarah ke bawah dengan pegangan mengarah ke atas, (gambar 2a), pegang bet tepat dimana pegangan menyatu dengan bidang bet dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. 2) Tekukkan tiga jari lainnya pada sisi bet yang lain (forehand grip gaya China, lihat gambar 2b) atau meluruskannya mengarah ke bagian bawah bet dengan jari yang dirapatkan, (penhold grip gaya Korea, lihat gambar 2c).
Gambar 3. Penhold Grip (Kertamanah A, 2003: 2-3)
xxiii
c) Seemiler Grip Seemiler grip yang juga dikenal dengan American grip, adalah versi dari Shakehands grip. Kelebihannya antara lain memberikan kesempatan para pemain untuk melakukan blok yang baik. Adapun cara memegang bet adalah sebagai berikut: 1) Pegang bet dengan shakehands grip. 2) Putar bagian atas bet dari 20 sampai 90 derajat ke arah tubuh. 3) Lekukan ibu jari telunjuk disepanjang sisi bet.
Gambar 4. Seemiller Grip (Hodges L, 1996: 17)
2) Spin dan Sudut Bet (Permainan Spin) Tenis meja adalah sebuah permainan putaran. Hampir setiap pukulan dan servis yang dilakukan menyebabkan bola berputar, dan untuk memahami cara melakukannya maka pemain harus memahami tipe putaran (spin). Setiao yang baik harus menggunakan spin pada setiap pukulan mereka. Pemain penyerang menggunakan topspin untuk mengontrol serangannya sedangkan pemain yang bertahan menggunakan backspin untuk mengontrol pertahanannya. Hampir setiap pemain menggunakn sidespin untuk melakukan servis agar lawan tidak dapat mengembalikan bola dengan keras. Menurut Hodges L (1996 : 25) ada tiga dasar spin yaitu : Topspin, Backspin, dan Sidespin (lihat gambar 4)
Gambar 5. Tiga-tipe Dasar Spin (Hodges L, 1996: 25) xxiv
a) Topspin Topspin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya mengarah ke atas) dengan pukulan mengarah ke atas. Ciri-ciri pukulan topspin adalah : (1) Bola bergerak mengarah ke bawah, ini berarti bola yang dipukul dengan keras biasanya akan menuju bagian ujung meja dan masih tetap bisa menyentuh meja. (2) Bola memantul setelah menyentuh meja, menjauhi dari jangkauan lawan sehingga sulit dikembangkan. (3) Pengembalian bola tinggi dan keluar dari meja. b) Backspin Backspin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya mengarah ke bawah) dengan pukulan mengarah ke bawah. Ciri-ciri pukulan backspin adalah : (1) Bola bergerak lurus. Ini membuat bola berada dalam ketinggian yang sama dalam periode yang lebih lama dari bola
lainnya.
(2)
Apabila
backspin
tidak
diperhitungkan
maka
pengembalian akan tersangkut di net. (3) Bola akan melambat setelah memantu meja.
c) Sidespin Sidespin dilakukan dengan memukul bagian belakang bola (biasanya mengarah ke samping) dengan pukulan mengarah ke samping. Bola berputar seperti piringan hitam. Ciri-ciri sidespin adalah : (1) Bola berputar menyamping. (2) Bola akan memantul ke samping saat menyentuh meja. (3) Bila spin tidak diperhitungan sebelumnya bola akan keluar dari sisi meja. (4) Sidespin sangat efektif dilakukan pada saat servis . Pengembalian bola dalam permainan tenis meja sangat variatif sesuai dengan apa yang dikehendaki berdasarkan respon yang diterima. Hal ini disebabkan sudut-sudut bet saat mengembalikan bola mempunyai ciri khas tersendiri, pukulan yang berbeda.
xxv
3) Posisi Siap Pukulan Forehand Posisi siap adalah posisi terpenting sebelum bermain tenis meja. Menurut Hodges L (1996 : 34), “ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemain pemula dalam mengambil posisi siap yaitu: 1) Tubuh harus diseimbangkan. 2) Kaki mengarah tegak lurus terhadap endline (garis ujung garis). 3) Kaki kanan sedikit ke belakang, dengan tubuh tetap menghadap neja atau arah datangnya bola. 4) Berat badan bertumpu pada kedua kaki. 5) Lutut harus diletakkan, dengan badan yang sedikit dicondongkan. 6) Jaga posisi siap tetap rileks, lihat gambar
Gambar 6. Posisi Siap Pukulan Forehand (Hodges L, 1996 : 34)
4) Servis Permulaan Servis adalah pukulan bola pertama yang dilakukan oleh server. Pukulan ini dimulai dengan bola yang dilambungkan ke atas dari telapak tangan dan kemudain dipukul dengan bet. Dalam bermain tenis meja servis merupakan hal yang penting dan sangat diperlukan. Anda dapat saja memukul bola tinggi di atas net saat anda melakukan servis, hanya untuk memulai permainan. Tapi servis ini akan memberikan kesempatan kepada lawan anda untuk melepaskan pukulan yang akan memulai rally, karena lawan anda pasti telah melewati banyak waktu untuk menyempurnakn sevisnya, ia akan menggunakan inisiatif saat melakukan servis dan anda akan rugi sekali jika tidak melakukan hal yang sama. (Hodges L , 1996 : 43) 5) Penempatan dan Pengaturan Kaki Cara menempatkan diri pada dekat meja sering kali menentukan permainan. Apabila pemain menempatkan diri dengan benar, maka pemain tersebut cenderung bermain dengan benar apabila tidak maka ia tidak mungkin dapat bermain dengan benar. Menurut Hodges L (1996 : 55) bahwa: xxvi
Terdapat tiga hal yang harus diperhitungkan sebelum menempatkan diri yang harus dilaksanakan secara otomatis yaitu: (1) Siku tangan yang menandakan titik tenaga antara forehand dan backhand. (2) Kebanyakan pemain memiliki forehand yang lebih kuat dari backhand dan oleh sebab ituharus dibantu selama memungkinkan, (3) Posisi lawan harus dimasukkan dalam perhitungan.Posisi terbaik adalah posisi siap berada kira-kira agak sebelah kiri garis tengah meja. (lihat gambar 6)
Gambar 7. Penempatan Diri Pukulan Forehand (Hodges L, 1996 : 56) d. Teknik Pukulan Forehand Pukulan forehand adalah setiap pukulan yang dilakukan dengan bet yang digerakkan ke arah kanan siku untuk pemain yang menggunakan tangan kanan, dan ke kiri untuk pemain yang menggunakan tangan kiri (Hodges L.1996:12). Adapun langkah-langkah pukulan forehand adalah sebagai berikut: 1) Dalam posisi siap. 2) Tangan dilemaskan. 3) Bet sedikit dibuka untuk menghadapi backspin, sedikit ditutup untuk menghadapi topspin. 4) Pergelangan tangan lemas dan sedikit di miringkan ke bawah. 5) Bergerak untuk mengatur posisi, kaki kanan sedikit ke belakang untuk melakukan forehand. (Gambar 8a) Tahap pelaksanaan pukulan forehand dalam tenis meja adalah sebagai berikut: 1) Backswing a) Putar tubuh ke belakang bertumpu pada pinggul dan pinggang. b) Putar tangan ke belakang dengan bertumpu pada siku. c) Berat badan di pindahkan ke kaki kanan. d) Untuk menghadapi backspin bet harus di gerakkan lebih rendah. (gambar 8b) 2) Forward Swing a) Berat badan dipindahkan ke kiri. b) Tubuh diputar ke belakang bertumpu pada pinggang dan pinggul. xxvii
c) Tangan diputar ke depan dengan bertumpu pada siku. d) kontak bola dilakukan didepan sisi kanan tubuh. (Gambar 8c) Tahap akhir pukulan forehand adalah: 1) Bet bergerak ke depan dan sedikit dinaikkan keatas. 2) kembali keposisi siap.(Gambar 8d)
Gambar 8. Rangkaian Gerakan Pukulan Forehand (Hodges L, 1996: 36-37)
2. Metode Latihan
a. Pengertian Metode Latihan Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan dikehendaki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007: 740) metode adalah “Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Latihan merupakan suatu proses yang harus dilaksanakan oleh seorang atlet untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Berikut ini disajikan pengertian latihan secara umum yang dikemukakan oleeh beberapa ahli, sebagai berikut : 1) Menurut Suharno HP. (1993: 7) latihan adalah suatu proses penyempurnaan atau pendewasaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik dan mental secara teratur dan terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunya. 2) Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, xxviii
dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, metode latihan merupakan cara kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu serta berulang-ulang dengan beban latihan dan intensitas latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Peningkatan beban dan intensitas latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan atlet yang berlatih. Dalam pelaksanaan latihan ada beberapa aspek yang sangat penting untuk mencapai prestasi. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang perlu dilatih dan dikembangkan untuk mencapai prestasi meliputi “(1) latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik, dan (4) latihan mental”.
b. Latihan Teknik Setiap cabang olahraga selalu berisikan teknik-teknik dari cabang olahraga yang bersangkutan. Untuk menguasai teknik dengan baik, diperlukan latihan teknik yang sistematis dan kontinyu. Berikut ini disajikan pengertian-pengertian latihan teknik yang disajikan oleh beberapa ahli, sebagai berikut : 1) Menurut Sudjarwo (1995: 41) latihan teknik bertujuan untuk pengembangan dan pembentukan sikap dan gerak melalui pengembangan motorik dan system persyarafan menuju gerakan otomatis. 2) Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 127) latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik dan neuromuskular. Berdasarkan pengertian latihan teknik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa latihan teknik merupakan latihan yang bertujuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan teknik-teknik gerakan pada cabang olahraga. Suatu teknik dalam cabang olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila dilakukan secara sistematis dan kontinyu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang tepat.
xxix
c. Prinsip-Prinsip Latihan Di dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan memperhatikan prinsip latihan maka diharapkan kemampuan atlet akan meningkat dan mengurangi akibat yang buruk yang terjadi pada fisik maupun teknik atlet. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 8-11) prinsip-prinsip latihan dalam olahraga
meliputi : “(1) Latihan-
latihan yang dilakukan hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang dilakukan harus cukup berat, (3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus dilakukan secara teratur, dan (5) Kemampuan berprestasi”. Berikut disampaikan prinsip-prinsp latihan: 1) Latihan Harus Diulang-ulang Mengulang-ulang terhadap bentuk gerakan yang dipelajari adalah sangat penting untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga atau meningkatkan kemampuan fisik. Pengulangan gerakan hendaknya dilakukan dengan frekuensi yang sebanyak-banyaknya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermahir teknik yang dipelajari menuju otomatisasi gerakan yang efektif dan efisien. Seperti dikemukakan oleh Sudjarwo (1995: 44) bahwa,”Latihan teknik yang dilakukan secara berulang-ulang bertujuan untuk mengotomatisasikan gerakan sesuai dengan teknik yang dikehendaki. Pada hakekatnya pengembangan teknik merupakan bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan cermat, efisien, dan efektif”.
2) Latihan yang Diberikan Harus Cukup Berat Latihan yang diberikan harus cukup berat maksudnya adalah, latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat atau prinsip overload. Beban latihan yang diberikan harus cukup berat, yaitu di atas ambang rangsang. Jika latihannya terlalu ringan, maka kemampuan tubuh tidak akan meningkat. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131) mengemukakan bahwa, ”Kalau beban latihan terlalu ringan (di bawah ambang rangsang), walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak akan mungkin tercapai”. xxx
3) Latihan Harus Cukup Meningkat Pemberian latihan harus dilakukan secara bertahap yang kian hari kian bertambah jumlah bebannya yang akan memberikan efektifitas kemampuan fisik atau teknik. Peningkatan beban latihan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan bertahap. Apabila latihan diberikan secara cepat dengan peningkatan beban yang cepat pula, maka akan mengakibatkan terjadinya kelainan di dalam tubuh serta munculnya gejala-gejala overtraining. Seperti yang dikemukakan oleh Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131), ” Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembangan pun tidak akan mungkin karena tubuh tidak akan dapat memberikan reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal ini juga dapat mengakibatkan cedera atau overtraining”. 4) Latihan Harus Dilakukan Secara Teratur Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131) bahwa, “ Sistem faaliah tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan rangsang-rangsang latihan (adaptasi). Adaptasi adalah penyesuaian fungsi dan struktur organisme atlit akibat beban latihan yang diberikan oleh pelatih”. Latihan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan membuat tubuh dapat menyesuaikan diri kembali dengan alam sekitarnya secara teratur. Dengan adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini maka kemampuan tubuh akan meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.
5) Kemampuan Berprestasi Kemampuan berprestasi seseorang sangat ditentukan oleh faktor latihan, Pemberian dosis latihan harus direncanakan, disusun dan diprogramkan dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai. Kemampuan berprestasi juga dipengaruhi oleh faktor lain, A. Hamidsyah Noer (1996: 11) mengemukakan, “Kemampuan berprestasi disamping ditentukan oleh faktor latihan juga ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, bakat, dan kemauan”.
xxxi
d. Komponen-Komponen Latihan Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan oleh atlet akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, dan kejiwaan. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.22) bahwa,”Dalam proses latihan yang efisien dipengaruhi : (1) Volume latihan, (2) Intensitas latihan, (3) Densitas latihan,dan (4) Kompleksitas latihan”. Apabila seorang pelatih merencanakan suatu latihan yang dinamis, maka harus mempertimbangkan semua aspek yang menjadi komponen latihan tersebut di atas. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : 1) Volume Latihan Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan tehnik yang tinggi dalam pencapaian fisik yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (2004: 3.17) bahwa, “ volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditunjukkan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjak jarak yang ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP (1993: 32) adalah “ ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran”. Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan tehnik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.
2) Intensitas Latihan Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat erat kaitannya dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam jangka waktu yang telah diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu, maka lebih tinggi pula intensitasnya.
xxxii
Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat daintara tiap ulangannya. Menurut Suharno HP (1993: 31) bahwa, “ intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”. Intensitas latihan hendaknya diberikan secara tepat, yaitu tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas yang terlalu rendah mengakibatkan pengaruh yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Sebaliknya, apabila intensitas latihan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan cedera.
3) Densitas Latihan Andi Suhendro (2004: 3.24) menyatakan, “ density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam satuan waktu antara kerja dan istirahat. Densitas yang cukup akan menjamin efisiensi latihan, sehingga menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan. Rangsangan diatas tingkat intensitas submaksimal menuntut istirahat yang relative lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah.
4) Kompleksitas Latihan Kompleksitas dikaitkan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat
menjadi
penyebab
penting
dalam
menambah
intensitas
latihan.
Keterampilan tehnik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, xxxiii
khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek.” Komponen-komponen latihan yang disebutkan di atas, harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalm latihan, maka komponen-komponen di atas harus diterapkan dengan baik dan benar, sehngga tidak terjadi hal-hal yang buruk di dalam latihan
3. Latihan Pukulan forehand dengan Metode Distributed Practice
a. Metode Distributed Practice Metode distributed practice adalah prinsip pengaturan giliran praktik keterampilan yang pada pelaksanaanya diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Rusli Lutan (1988:113) “distributed practice adalah serangkaian kegiatan latihan melibatkan istirahat yang cukup diantara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:358) bahwa,” distributed practice adalah mempraktikkan gerakan yang dipelajari dengan mengatur secara selang-seling antara waktu praktik dan waktu istirahat”. Metode distributed practice pada prinsipnya merupakan pengaturan giliran waktu latihan, yaitu dalam pelaksanaanya dilakukan secara berselang-seling antar waktu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan faktor penting dan harus diperhitungkan dalam metode distributed practice. Andi Suhendro (2004:3.58) menyatakan, “ penggunaan waktu istirahat secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian-bagian penting didalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang cukup”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto dan Sudjarwo (1992:284) bahwa, “ Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap sistemsistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang, tidak berlebihan”. xxxiv
Metode
distributed
practice
merupakan
metode
latihan
yang
mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktek (latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian penting di dalam proses latihan keterampilan. Waktu istirahat diantara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat yang cukup diantara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya.
b. Pelaksanaan Latihan Pukulan forehand dengan Metode Distributed Practice Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran praktik keterampilan yang dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode distributed practice tersebut, maka latihan pukulan forehand dilakukan secara berselang-seling. Hal ini maksudnya, setelah melakukan gerakan pukulan forehand beberapa kali, untuk selanjutnya diberi kesempatan untuk istirahat sesuai dengan program yang telah dijadwalkan. Istirahat yang diberikan dapat digunakan untuk relaksasi atau pemulihan. Dengan demikian kondisi atlet akan pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan pada saat melakukan latihan, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan tidak diulangi lagi.
c. Sistem Memori dalam Latihan Distributed Practice Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara berselang-seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan diberikan waktu istirahat. Latihan
yang dilakukan berselang-seling tersebut,
sehingga keterampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat. Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan yang dipelajari akan lebih lama dikuasai. Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan
pukulan
forehand dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu pemorsesan xxxv
informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula karena lamanya waktu. Menurut hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli Lutan (1998:164) bahwa: 1) Penyimpanan sensori jangka pendek mampu menyimpan semua informasi yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf jika suara dibunyikan dengan segera ). 2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu kehilangan informasi dengan cepat seiring lamanya waktu. Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan forehand tenis meja dengan metode distributed practice yaitu, pemain akan mengingat gerakan pukulan forehand pada saat melakukan gerakan tersebut. Namun setelah melakukan gerakan pukulan forehand diberi waktu istirahat atau diselingi oleh pemain lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan dilakukan pemain lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan yang dipelajari. Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus diperhatikan sebaik mungkin, karena pemberian waktu istirahat yang terlalu lama, maka keterampilan akan cepat hilang..
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Distributed Practice Metode distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut, metode distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pelatih maupun atlet. Menurut Suharno HP. (1993:17) bahwa kegunaan prinsip interval dalam latihan yaitu: “(1) menghindari terjadinya overtraining, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan dan (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dlam proses latihan”. Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan pukulan forehand dengan metode distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain: xxxvi
1) Dapat meminimalkan kesalahan teknik pukulan forehand, karena setiap keselahan dapat segera dibetulkan. 2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan (overtraining) 3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan session latihan berikutnya dengan baik.. Latihan pukulan forehand dengan metode distributed practice juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pukulan forehand dengan metode distributed practice antara lain: 1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu gilirannya. 2) Siswa yang aktif adalah atlet yang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran. 3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. 4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
4.
Latihan Pukulan Forehand dengan Metode Massed Practice
a. Metode Massed Practice Untuk mencapai tingkat keterampilan suatu cabang olahraga, maka dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan pengaturan giliran latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat. Berkaitan dengan metode massed practice Rusli Lutan (1988:113) menyatakan, “massed practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu rangkaian dengan selang waktu istirahat yang amat kecil di antara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto (1996:62) “massed practice adalah mempraktikkan gerkan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa waktu istirahat atau sangat pendek waktu xxxvii
istirahatnya”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (2004:3.58) “massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet melakukan gerakan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat”. Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan para ahli; disimpulkan bahwa, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan giliran praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terusmenerus tanpa istirahat.
b. Pelaksanaan Latihan Pukulan Forehad Tenis Meja dengan Metode Massed Practice Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu melakukan latihan atau pengulangan gerakan secara terus-menerus tanpa istirahat. Bertolak dari pengertian metode latihan massed practice diatas, maka pelaksanaan latihan pukulan forehand tenis meja yaitu, pemain melakukan pukulan forehand secara terus-menerus sampai batas waktu atau jumlah pengulangan yang dijadwalkan selesai tanpa diberi kesempatan istirahat. Dengan metode massed practice pemain berusaha
melakukan
pukulan
forehand
sebanyak-banyaknya.
Seperti
dikemukakan Andi Suhendro (2004:3.58) bahwa, “metode massed practice setiap atlet akan diberi instruksi mempraktikkan secara terus-menerus selama waktu latihan”. Dengan pengulangan gerakan yang sebanyak-banyaknya akan diperoleh keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa melakukan pengulangan gerakan keterampilan yang dipelajari, maka suatu keterampilan tidak dapat dikuasai. Seperti
yang
dikemukakan
Suharno
HP.
(1993:22)
bahwa,
“untuk
mengotomatiskan peguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik, dan keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang denagn frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”. Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus atau sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara terus-menerus akan menguatkan respon. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998:3) bahwa, “Hubungan stimulus respon xxxviii
diperkuat melalui pengulangan, hubungan stimulus respon diperkuat respon yang dikehendaki menjadi meningkat”.
c. Sistem Memori dalam Latihan Massed Practice Latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini pemain melakukan pukulan forehand secara terus-menerus sesuia dengan program yang telah dijadwalkan. Dengan melakukan pukulan forehand secara berulang-ulang, maka menguatkan respon. Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan pukulan forehand dengan metode massed practice termasuk sistem memori jangka panjang atau long term memory. Dalam hal ini Rusli Lutan (1988:170) berpendapat: Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan akhir proses mengajar atau belajar dalam keterampilan motorik. Dalam keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu melemah yang berarti informasi dalam memori jangka panjang itu semakin hilang. Selain itu, dengan latihan pengulangan, maka semakin meningkat jumlah asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari (misalnya semakin meningkat kebermaknaanya) Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan pukulan forehand yang dilakukan secara terus-menerus, maka suatu keterampilan (pukulan forehand) akan dikuasai dengan baik. Keterampilan yang dilakukan secara terus-menerus akan tersimpan didalam memori, sehingga pemain akan memiliki konsep gerkan pukulan forehand yang konsisten. Dalam waktu lain, keterampilan yang dikuasai tidak akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan lambat laun keterampilan yang dimiliki akan menurun.
xxxix
d. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Pukulan dengan Metode Massed Practice Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat merupakan ciri utama dari metode massed practice. Latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik didalam tubuh. Menurut Yusuf Adisamita dan Aip Syarifuddin (1996:142) bahwa, “metode terus-menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan peningkatan perlawanan terhadap kelelahan”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode massed practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan. Disamping itu juga, dengan latihan secara terus-menerus akan meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan pada waktu latihan dan akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Seperti dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:142) bahwa, “metode terus-menerus meningkatkan self control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang melelahkan, dan kemampuannya untuk merangsang kelompok-kelompok otot yang memegang peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga”. Berdasarkan pelaksanaan latihan pukulan forehand tenis meja dengan metode massed practice dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan forehand dengan metode massed practice antara lain: 1. Pengusaan terhadap pola gerakan teknik pukulan forehand akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus akan dapat membentuk pola gerakan forehand yang lebih cepat. 2. Dapat
meningkatkan
daya
tahan
fisik,
penampilannya dalam bermain tenis meja.
xl
sehingga
akan
mendukung
Kelemahan latihan pukulan forehand dengan metode massed practice antara lain: 1. Penguasaan teknik pukulan forehand kurang dapat tercapai dengan baik, sebab gerakan yang dilakukan secara terus-menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan. 2. Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat. 3. Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah. 4. Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat menimbulkan cedera.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut: Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang diselingi dengan waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan metode latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang tidak diselingi waktu istirahat pada saat latihan berlangsung. Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat juga sama pentingnya dengan waktu pengulangan gerakan, sedangkan metode massed practice menitik beratkan
pentingnya
pengulangan
gerakan
dengan
frekuensi
sebanyak-
banyaknnya tanpa memperhitungkan waktu istirahat. Berdasarkan
karakteristik
metode
latihan
distributed
practice
menunjukkan bahwa, latihan pukulan forehand dengan metode distributed practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap teknik gerakan akan lebih baik, perbaikan terhadap kesalahan teknik dasar dapat dilakukan lebih dini, akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, penampilan kondisinya akan selalu stabil karena adanya istirahat yang cukup. Kelemahan latihan pukulan forehand dengan metode distributed practice antara lain: seringnya waktu istirahat mengakibatkan penguasaan teknik menjadi agak berkurang. Hal ini disebabkan xli
pola gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. Metode ini prioritasnya hanya untuk peningkatan penguasaan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan, siswa akan bosan atau jenuh karena seringnya istirahat. Sedangkan latihan pukulan forehand dengan metode massed practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap pola gerakan pukulan forehand akan lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus-menerus akan dapat membentuk pola gerakan forehand yang lebih cepat atau, serta dapat meningkatkan
keterampilan
sekaligus
meningkatkan
daya
tahan
fisik.
Kelemahannya antara lain: penguasaan teknik pukulan forehand sulit dikuasai kondisi yang lelah, penampilan siswa tidak stabil karena kondisi yang lelah, pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik pukulan sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat. Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari metode latihan distributed practice dan massed practice tersebut sudah jelas bahwa, kedua bentuk latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan-perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh perbedaan terhadap peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja. Dengan demikian diduga bahwa, metode latihan distributed practice dan massed practice memiliki perbedaan pengaruh terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja. Pada dasarnya latihan pukulan forehand akan mengalami peningkatan penguasaan geraknya jika dilakukan dengan terus-menerus. Metode latihan distributed practice menitikberatkan pada pengaturan waktu istirahat saat latihan sehingga penguasaan teknik agak berkurang, sedangkan massed practice lebih menitikberatkan pada pengulangan gerakan forehand dengan frekuensi sebanyakbanyaknya sehingga penguasan geraknya akan lebih cepat tercapai dan otomatis. Dengan demikian diduga bahwa massed practice memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja.
xlii
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada Perbedaan pengaruh antara metode latihan distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan
pukulan forehand tenis meja
mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 2. Metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010
xliii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pembinaan Prestasi Tenis Meja JPOK FKIP UNS
yang berada di kampus manahan Jalan menteri Supeno no.13
Manahan surakarta.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama enam minggu dengan tiga kali latihan dalam satu minggu dari pertengahan bulan Februari 2010 sampai dengan akhir bulan Maret
2010. Sebelum pemberian perlakuan dilakukan tes awal
(pretest), sedangkan setelah pemberian perlakuan dilakukan tes akhir (posttest).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa putra Pembinaan Prestasi Tenis Meja JPOK FKIP UNS 2009/2010 yang berjumlah 24 orang,. Menurut Suharsimi Arikunto ( 1998:120) bahwa “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi”
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Tujuan penelitian eksperimen adalah meneliti ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta besarnya hubungan tersebut dengan cara memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda (Sugiyanto, 1994: 21). Adapun rancangan penelitian yaitu“ Pretest –Posstest Design “. Gambar rancangan penelitian sebagai berikut: 31xliv
S
Pretest
KE I
Treatment A
Posstest
KE II
Treatment B
Posstest
MSOP
Keterangan: S
= Subjek
Pretest
= Tes awal kemampuan pukulan forehand tenis meja
MSOP
= Matched Subjek Ordinal Pairing
KE I
= Kelompok I
KE II
= Kelompok II
Treatment A = Metode Latihan Distributed Practice Treatment B = Metode Latihan Massed Practice Posstest
= Tes akhir kemampuan pukulan forehand tenis meja
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada prestasi kemampuan pukulan forehand tenis meja pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang memiliki prestasi setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok I dan kelompok II. Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat Perbedaan, maka hal itu disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing sebagai berikut: 1
2
4
3
5
6
8
7
9
10 dan seterusnya
xlv
D. Definisi Operasional Variabel
1. Metode Latihan Distributed Practice Metode Latihan distributed practice merupakan pengaturan waktu latihan yang dilakukan dengan diselingi waktu istirahat diantara waktu latihan.
2 . Metode Latihan Massed Practice Metode latihan massed practice merupakan pengaturan waktu latihan yang dilakukan secara terus-menerus tanpa diselingi waktu istirahat, sampai batas waktu atau program yang telah dijadwalkan.
3. Kemampuan Pukulan Forehand Tenis Meja Kemampuan pukulan forehand tenis meja merupakan bentuk unjuk kerja seseorang untuk melakukan forehand tenis meja yang diukur melalui
tes
keterampilan tenis meja.
E. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran. Kemampuan pukulan forehand tenis meja diperoleh melalui tes pukulan forehand tenis meja dari Nurhasan ( 2001 : 163-167 ). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
F. Teknik Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas, ANAVA dari Mulyono B. (2010: 46-49) sebagai berikut: R= Keterangan : R
= Koefisien reliabilitas xlvi
= Jumlah rata-rata dalam kelompok = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam kelompok ini meliputi normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah uji prasyarat penelitian sebagai berikut : a)
Uji Normalitas Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut : 1) Pengamatan
,
,
dijadikan bilangan baku
,…….
dengan menggunakan rumus : zi = Keterangan : = Dari variabel masing-masing sampel X = Rata-rata S = Simpangan Baku 2) Untuk tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F =P 3) Selanjutnya dihitung proporsi sama dengan Maka S
,
, ……
. Jika proporsi dinyatakan oleh S
yang lebih kecil atau .
=
4) Hitung selisih F
-S
kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.
xlvii
b)
Uji Homogenitas Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982: 386) rumusnya adalah : = Keterangan : = Derajat kebebasan KE1 dan KE2 = Standart deviasi KE1 = Standart deviasi KE2
3. Uji Perbedaan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Perbedaan dari Sutrisno Hadi (1995 : 457) sebagai berikut :
t=
Keterangan : t
= Nilai uji Perbedaan
Md = Mean Perbedaan dari pasangan = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean Perbedaan N
= Jumlah pasangan
xlviii
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
= Keterangan : D
= Perbedaan masing-masing subjek
N
= Jumlah pasangan
Persentase peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja antara metode latihan distributed practice dan massed practice menggunkan rumus sebagai berikut : Persentase peningkatan = Mean different = Mean posttest – mean pretest
xlix
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat tercapai dengan pengambilan data pada sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari tes awal secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok dan dilakukan tes akhir pada masing-masing kelompok. Data tersebut dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut
Tabel 1. Diskripsi data Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Forehand
pada
Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok
Tes
N
Max
Min
Mean
SD
Kelompok
Awal
12
45
27
21.36842
4.951278
1
Akhir
12
45
30
22.52632
4.677477
Kelompok
Awal
12
41
28
21.15789
4.16697
2
akhir
12
44
32
23.73684
4.209472
B. Mencari Reliabilitas
Agar data yang dianalisis adalah hasil suatu tes pengukuran yang baik, maka perlu uji reliabilitas. Adapun hasil perhitungan reliabilitas tes kemampuan forehand tenis meja dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Tes Pukulan Forehand Tes
Reliabilitas
Kategori
Pukulan forehand
0.94
Tinggi sekali
37 l
Mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut menggunakan tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B (2010: 49) sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas Kategori
Reliabilitas
Tinggi sekali
0.90-1.0
Tinggi
0.80-0.89
Cukup
0.60-0.79
Kurang
0.40-0.59
Tidak Signifikan
0.00-0.39
C. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data,perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data tes awal kemampuan pukulan forehand tenis meja. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai beriku Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok
N
Mean
SD
L hitung
Ltabel 5%
Kelompok 1
12
4.06
4.951
0.15686
0.242
Kelompok 2
12
2.371
0.462
0.13286
0.242
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 diperoleh hilai Lhitung = 0.15686. Nilai tersebut lebih kecil dari angka penerimaan hipotesis nol pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.242. Dengan demikian dapat li
disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 diperoleh hilai Lhitung = 0.132286. Nilai tersebut lebih kecil dari angka penerimaan hipotesis nol pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.242. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 2 termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompoktersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok memilki perbadaan, maka perbedaan tersebut disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok
N
SD2
Kelompok 1
12
1167.02339
Kelompok 2
12
1138.046086
Fhitung
Ftabel 5%
1.02546
2.69
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung= 1.02546. Sedangkan db= 12 lawan 12, angka Ftabel= 2.69, ternyata nilai Fhitung= 1.02546 lebih kecil dari Ftabel5%= 2.69. Karena Fhitung < Ftabel5%, maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki varians yang homogen.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diveri perlakuan kelompok yang dibetuk dalam penelitian diuji perbedaannya telebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui ketetapan anggota pada kedua kelompok tersebut. Sesudah diberi perlakuan berangkat dari
lii
keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut: Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal antara kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok
N
Mean
Kelompok 1
12
21.36842
Kelompok 2
12
21.15789
thitung
Ttabel 5%
0.86689
1.796
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dengan t-test anatara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 0.86689 dan t
tabel 5%
dengan
N= 12, db =12-1 = 11 pada taraf signifikansi 5% sebesar 1.796. Hal ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima. Hal ini artinya antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan pukulan forehand tenis meja pada awalnya.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah diberi perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan dengan metode distributed practice dan kelompok 2 latihan dengan metode massed practice, kemudian dilakukan uji perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya sebagai berikut: a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:
Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1. Kelompok
N
Mean
Tes Awal
12
21.36842
Tes Akhir
12
22.52632
liii
thitung
ttabel 5%
2.40408
1.796
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 1 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai sebesar 2.40408 dan ttabel dengan N=12, db=12-1 = 11 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1.796. Hal ini menunjukkkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 terdapat perbedaan yang signifikan.
b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu:
Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
Tes Awal
12
21.15789
Tes Akhir
12
23.73684
thitung
Ttabel 5%
2.79639
1.796
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 2 antara tes awal dan tes akhir diperoleh nilai sebesar 2.79639 dan ttabel dengan N=12, db=12-1 = 11 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1.796. Hal ini menunjukkkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan
c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok
N
Mean
Kelompok 1
12
22.52632
Kelompok 2
12
23.73686
liv
thitung
ttabel 5%
2.04478
1.796
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test antara kelompok 1 dan kelompok diperoleh nilai sebesar 2.04478 dan ttabel dengan N=12, db=12-1 = 11 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 1.796. Hal ini menunjukkkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut bahwa hasil tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan.
d. Perbedaan persentasi peningkatan Kelompok mana yang memiliki persentase peningkatan yang lebih baik dapat diketahui melalui perhitungan perbedaan persentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja dalam persen kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pukulan Forehand Tenis Meja antar Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
Mean
Mean
Persentase
Pretest
Postest
Different
Peningkatan
Kelompok 1
12
21.326842
22.52632
1.15789
5.14187%
Kelompok 2
12
21.15789
23.73686
2.57894
12.1890%
Berdasarkan hasil perhitungan persentase peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja diketahui bahwa kelompok 1 memilki peningkatan sebesar
5.14187%. Sedangkan kelompok 2 memilii peningkatan sebesar
12.1890%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki persentase peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja yang lebih baik daripada kelompok 1.
lv
E. Pengujian Hipotesis
1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Distributed Practice dan Massed Practice Terhadap Kemampuan Pukulan Forehand Tenis Meja. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung
sebesar 2.04478,
sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1.796. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara tes kelompok 1 dan kelompok 2. Perbedaan hasil tersebut karena kedua metode latihan tersebut memilki larakteristik yang berbeda. Metode distributed practice merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu istirahat juga sama penting dengan waktu pengulangan gerakan, sedangkan massed practice menitikberatkan pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan waktu istirahat. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara metode distributed practice dan masser practice terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.
2. Metode latihan Massed Practice Lebik Baik Pengaruhnya Terhadap Kemampuan Pukulan Forehand Tenis Meja. Berdasarkan hasil penghitungan persentase peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki nilai persentasi peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja sebesar 5.14187%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja sebesar 12.1890. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, kelompok 2 memiliki persentase peningkatan kemampuan pukulan forehand yang lebih besar daripada kelompok 1. Metode latihan massed practice menitikberatkan pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyakbanyaknya tanpa mempertimbangkan waktu istirahat. Disamping itu latihan secara terus-menerus akan meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan dan lvi
akan dapat membentuk pola gerakan forehand tenis meja pada waktu latihan serta akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan untuk mencapai prestasi yang lebih baik, sehinggap penguasaan terhadap pola gerakan teknik pukulan forehand akan lebih cepat tercapai. Selain itu dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung penampilannya dalam bermain tenis meja. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan metode latihan massed practice lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kemampuan pukulan forehand tenis meja pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.
lvii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dari hasil analisis data yang telah dilakukan ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan yang signifikan antara metode distributed practice dan massed practice terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. (thitung 2.04478 > ttabel 5% 1.796) 2. Metode massed practice lebik baik pengaruhnya terhadap kemampuan pukulan forehand pada mahasiswa putra pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS 2009/2010. Kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode distributed practice) memiliki peningkatan 5.14187% lebih kecil daripada kelompok 2 (kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode massed practice) yaitu 12.1890%.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, metode latihan massed practice memiliki peningkatan yang lebih baik terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja. Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah setiap metode latihan memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan pukuln forehand tenis meja. Oleh karena itu, dalam memberikan latihan yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis meja, harus menggunakan metode latihan yang tepat. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk memilih metode latihan yang tepat, khususnya untuk meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis meja. 45 lviii
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi kata yang ditimbulkan, maka kepada para pembina dan asisten pembinaan prestasi tenis meja JPOK FKIP UNS disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis meja, harus diterapkan metode latihan yang tepat, sehingga akan diperoleh hasil latihan yang optimal. 2. Untuk meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis meja seorang pelatih atau asisten dapat menerapkan metode latihan distributed prctice dan massed practice.
lix
DAFTAR PUSTAKA
A.Hamidsyah Noer. 1996. Materi Pokok Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SD Setara D-II. Andi Suhendro. 2004. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hodges L . 1996. Tenis Meja Tingkat pemula. Jakarta : PT Raja grafindo Persada Kertamanah A. 2003. Teknik dan Taktik Dasar Permainan Tenis Meja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize Mulyono B.A. 2010. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani/ Olahraga. Surakarta: UNS Press. Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. PB. PTMSI. 2007. Peraturan Tenis Meja 2007/2008. Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Schmidt, Richard A. 1988. Motor Learning and Control : A Behavioral Emphasis Champaign. Illionis: Human Kinetics Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sudjarwo. 1995. Ilmu Kepelatihan. Surakarta: UNS Press. Sugiyanto. 1994. Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. _________ 1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press Sugiyanto dan Agus Kristiyanto. 1998. Belajar Gerak II. Surakarta: UNS Press.
lx
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992. Materi Pokok Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud Suharno HP. 1993. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta
Sutrisno Hadi. 1982. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. 1995. Metodologi Research Jilid IV. Yogyakarta: Andi Offset. Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik.
lxi