perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SECARA INTERVAL DAN KONTINYU TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : Arsilia Indrianasari X4607013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SECARA INTERVAL DAN KONTINYU TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : Arsilia Indrianasari X4607013
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Arsilia Indrianasari. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SECARA INTERVAL DAN KONTINYU TERHADAP KEMAMPUAN CHEST PASS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012.Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mengetahui perbedaan pengaruh metode latihan secara interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012. 2) Mengetahui latihan yang pengaruhnya lebih baik antara latihan chest pass dengan passing interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan regresi linier berganda menggunakan uji t. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah ordinal pairing. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran tes passing bola basket pada tembok oleh Allyn & Bacon. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan: 1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012, (t
hitung
= 2,854 > t
tabel
= 2,145). 2) Metode latihan
interval memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan latihan chest pass dengan metode kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan kemampuan chest pass kelompok I (kelompok yang mendapat metode
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
latihan interval) = 25,242% > kelompok II (kelompok yang mendapat latihan kontinyu) = 16,585%.
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Arsilia Indrianasari. EFFECT OF DIFFERENT METHODS INTERVALS AND CONTINUE EXERCISE ABILITY TO CHEST PASS ON STUDENT SON EXTRACURRICULAR BASKETBALL LESSONS IN SMA 2 SUKOHARJO AT YEAR 2011/2012.Skripsi. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education in March Eleven University of Surakarta, January 2012. The purpose of this study are as follows: 1) Determine the influence of differences in training methods intervals chest pass and chest pass continue on the ability of the students' extracurricular participant's son's basketball SMA Negeri 2 Sukoharjo year 2011/2012. 2) Knowing which exercises its influence more good between workouts chest pass with passing intervals to continue and pass on the chest capacity by boys high school basketball extracurricular participants Negeri 2 Sukoharjo year 2011/2012. This research uses experimental research. The population in the study participants was the son of extracurricular student high school basketball State 2 Sukoharjo year 2011/2012. Data analysis technique used is the multiple linear regression using t test The sampling technique used is ordinal pairing. The number of samples in this study were 30 students. Data collection techniques used are test and measurement bounce the ball to the wall in a game of basketball from Allyn & Bacon. Based on the results of the analysis can be concluded: 1) There is a significant difference in between the methods of interval training on the ability to continue and pass on the chest by boys high school basketball extracurricular participants Negeri 2 Sukoharjo year 2011/2012, (= 2.854 t count> t table = 2.145) . 2) The method has the effect of interval training is better than exercise to the method of chest capabilities continue to pass on student extracurricular participants men's basketball SMA Lesson 2 Sukoharjo Year 2011/2012. Increased ability chest pass in group I (the group that received training methods interval) = 25.242%> group II (the group that received training continue) = 16.585%.
viito user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Orang yang bijak adalah yang belajar dari kesalahannya sendiri. Orang yang lebih bijak adalah yang belajar dari kesalahan orang lain.” (Al Imam Al Mawardi) Hidup adalah perjuangan yang tak pernah habis. Pergunakanlah hidupmu dengan sebaik-baiknya jangan bermalas-malasan, karena nantinya akan dipertanggungjawabkan ( Penulis )
viiito user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk : Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, anugerah serta kasih sayang yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kedua orangtuaku yang menjadi motivator dan selalu memberiku restu. Arcitania Nindasari, Nanda dan Huda Ifa Adik-adikku tersayang yang selalu
menghadirkan
keceriaan
dan
pemacu
semangatku
untuk
memberikan yang terbaik. Teman-teman “PENJAS 07 dan sahabat- sahabatku yang sudah aku anggap sebagai saudara, rela membantu aku selama ini berkat kalian juga lah aku bersemangat menyelesaikan skripsi. Kepala Sekolah, beserta Seluruh Guru, Karyawan, Murid SMA Negeri 2 Sukoharjo yang telah banyak membantu dan memberikan ijin untuk melakukan penelitian. JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret, Almamater tercinta Kampus tempatku menuntut ilmu Olahraga.
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang, telah memberikan izin penulisan skripsi; 2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah memberikan persetujuan skripsi; 3. Waluyo S.Pd, M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 4. Dra. Hanik Liskustyawati, M.Kes., selaku Pembimbing I dan Drs. Budhi Satyawan, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar; 5. Drs. Agus Mukholid, M.Pd., Pembimbing akademik, yang telah memberikan bimbingan, arahan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP UNS; 6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis; 7. Drs. Bambang Surtono, Dipl.Ed., kepala sekolah SMA Negeri 2 Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian; 8. Drs. Anang S dan Darminto, S.Pd., selaku guru mata pelajaran penjasorkes SMA N 2 SKH, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian;
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Siswa Putra Peserta Ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo yang menjadi objek penelitian saya yang telah berkenan membantu selama penelitian; 10. Rekan-rekan “PENJAS 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan warna selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2012
AI
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ...........................................................................................................
i
PENGAJUAN ................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ............................................................................................
iii
PENGESAHAN .............................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
v
ABSTRACT ...................................................................................................
vii
MOTTO ..........................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................
x
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar belakang masalah ................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
4
D. Perumusan Masalah .....................................................................
4
E. Tujuan Penelitian .........................................................................
5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
6
1. Bola Basket...............................................................................
6
a. Permainan Bola Basket ........................................................
6
b. Teknik Dasar Bola Basket ...................................................
7
2. Teknik Passing dalam Permainan Bola Basket ......................
8
3. Teknik Chest Pass ....................................................................
9
xiito user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman a. Pengertian Teknik Chest Pass .............................................
9
b. Manfaat Teknik Chest Pass .................................................
10
c. Tahap- Tahap Pelaksanaan Teknik Chest Pass ..................
11
4. Hakikat Latihan ........................................................................
12
a. Latihan .................................................................................
12
b. Prinsip-Prinsip Latihan ........................................................
13
c. Komponen- Komponen Latihan ..........................................
20
d. Prinsip-prinsip Pengembangan Latihan ...............................
20
5. Sistem Energi Dalam Latihan...................................................
21
6. Latihan Chest Pass dengan Metode Interval ............................
23
a. Definisi Latihan Interval ......................................................
23
b. Manfaat Latihan Interval .....................................................
24
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Interval................
26
7. Latihan Chest Pass dengan Metode Kontinyu .........................
26
a. Definisi Latihan Kontinyu ...................................................
26
b. Kelebihan dan kelemahan Latihan secara Kontinyu............
26
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Kontinyu .............
28
8. Latihan Chest Pass Dengan Metode Interval dan Kontinyu.....
28
B. Kerangka Berfikir..........................................................................
29
C. Perumusan Hipotesis .....................................................................
31
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................
32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
32
1. Tempat Penelitian ....................................................................
32
2. Waktu Penelitian .....................................................................
32
B. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................
32
1. Populasi ....................................................................................
32
2. Sampel ......................................................................................
32
xiiito user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman C. Variabel Penelitian ........................................................................
32
D. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
33
E. Rancangan Penelitian ....................................................................
33
F. Teknik Analisis Data .....................................................................
34
1. Mencari Reliabilitas..................................................................
34
2. Prasyarat Analisis .....................................................................
34
3. Pengujian Hipotesis ..................................................................
36
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................
38
A. Deskripsi Data ...............................................................................
38
B. Uji Reliabilitas .............................................................................
39
C. Pengujian Persyaratan Analisis ....................................................
39
1. Uji Normalitas .........................................................................
39
2. Uji Homogenitas ......................................................................
40
D. Hasil Analisis Data .......................................................................
40
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan ...............................
40
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan ................................
41
E. Pembahasan dan Pengujian Hipotesis ..........................................
44
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................
47
A. Simpulan ......................................................................................
47
B. Implikasi .......................................................................................
47
C. Saran .............................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
49
LAMPIRAN ..................................................................................................
51
xivto user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Rangkaian Kesatuan Energi ....................................................................
21
Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Kemampuan Chest Pass Kelompok I dan Kelompok II. .................................................................................
37
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data ....................................................
38
Tabel 4. Tabel Range Kategori Reliabilitas ..........................................................
39
Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Data .............................................................
39
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ...............................................
40
Tabel 7. Rangkuman Hasil Perbedaan Tes Awal pada K1 dan K2.......................
41
Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes .....................................................
41
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok II ............................................................................................
42
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara KI dan K2 ...........
42
Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Chest Pass dalam Persen K I dan K II. .............................
xvto user commit
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Sikap telapak tangan dan Cara Memegang .......................................... 11 Gambar 2. Teknik Chest pass ................................................................................ 12 Gambar 3. Latihan Chest Pass ............................................................................... 28 Gambar 4. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Chest Pass antara Kelompok Metode Interval dan Metode Kontinyu ................... 38 Gambar 5. Histogram Persentase Peningkatan Kemampuan Chest Pass antara Kelompok Latihan dengan Metode Interval dan Kelompok Latihan dengan Metode Kontinyu. .................................................................... 43
xvito user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Data Pretest Ketrampilan Chest Pass ............................................ 52
Lampiran 2.
Data Post test Ketrampilan Chest Pass ......................................... 54
Lampiran 3.
Pemasangan subyek penelitian berdasarkan hasil tes awal kemampuan chest pass ................................................................... 56
Lampiran 4.
Uji reliabilitas dengan anava .......................................................... 57
Lampiran 5.
Uji normalitas data dengan metode lilliefors.................................. 60
Lampiran 6.
Uji homogenitas.............................................................................. 62
Lampiran 7.
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir kemampuan chest pass .................................................................. 64
Lampiran 8.
Uji perbedaan.................................................................................. 67
Lampiran 9.
Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan antara hasil tes awal dan tes akhir kemampuan chest pass ..................................... 71
Lampiran 10. Tabel kerja untuk menghitung nilai perbedaan hasil tes akhir kemampuan Chest Pass ................................................................. 73 Lampiran 11. Menghitung nilai peningkatan kemampuan kemampuan chest pass ................................................................................................. 75 Lampiran 12. Rekapitulasi hasil ........................................................................... 76 Lampiran 13. Petunjuk pelaksanaan tes dan pengukuran chest pass bola basket.............................................................................................. 78 Lampiran 14. Program latihan chest pass dengan metode latihan interval.......... 81 Lampiran 15. Program latihan chest pass dengan metode latihan kontinyu ........ 83 Lampiran 16. Data Hasil try out ............................................................................ 85 Lampiran 17. Dokumentasi pelaksanaan penelitian ........................................... 87
xviito user commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sejalan dengan perkembangan permainan bola basket yang makin populer di tanah air, banyak klub-klub bola basket bermunculan dan turnamenturnamen yang di laksanakan baik antar klub maupun sekolah mulai dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa pemerintah, masyarakat dan swasta makin meningkat demi kemajuan dan peningkatan pencapaian prestasi permainan bola basket. Perkembangan tersebut didasari juga karena setiap sekolah baik SMP maupun SMA melakukan pembinaan olahraga bola basket dengan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola basket untuk siswanya. Dan salah satu yang melakukan pembinaan secara teratur dan terprogram adalah SMA Negeri 2 Sukoharjo. SMA Negeri 2 Sukoharjo bisa dikatakan merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di kabupaten Sukoharjo. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, SMA Negeri 2 Sukoharjo salah satunya juga mengadakan ekstrakurikuler bola basket dimana ini merupakan suatu wadah bagi siswa-siswa yang berminat dan memiliki bakat dalam bidang olahraga basket. Tapi, pengalaman saya dulu pernah PPL di SMA negeri 2 Sukoharjo dan melihat proses ekstrakurikuler yang sempat tidak berjalan karena kurangnya perhatian dari pihak sekolah. Pada perjalanannya sekarang, SMA Negeri 2 Sukoharjo dalam cabang olahraga bola basket sering mengikuti kejuaraan-kejuaraan bola basket di tingkat SMA. Hal ini di tandai dengan hasil-hasil yang dicapai SMA Negeri 2 Sukoharjo dalam kejuaraan-kejuaraan bola basket tingkat kabupaten antar SMA. Akan tetapi menurut pandangan pembina/pelatih SMA Negeri 2 Sukoharjo bahwa kelemahan terbesar yang dihadapi SMA Negeri 2 Sukoharjo adalah kemampuan passing terutama passing dada ( chest pass ) yang kurang. Jarang sekali di dapat pemain basket di SMA Negeri 2 Sukoharjo yang memiliki kemampuan chest pass diatas
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
rata-rata. Masih banyak pemain yang memiliki kemampuan chest pass di bawah rata-rata. Selama ini juga belum di lakukan penelitian secara khusus terhadap kemampuan chest pass yang dimiliki oleh setiap pemain. Ada beberapa faktor penyebab dari lemahnya kualitas tersebut adalah terbatasnya kemampuan pembina/pelatih dan sumber-sumber yang telah digunakan untuk mendukung proses latihan. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya prestasi permainan bola basket. Ditinjau dari pelaksaanya yang kurang perhatian dari pihak sekolah. Dari adanya
tuntutan
prestasi
yang
tinggi,
diperlukan
cara
latihan
yang
berkesinambungan dan terprogram agar dapat mencapai penguasaan keterampilan dan kemampuan teknik dasar bola basket yang sempurna. Prestasi yang tinggi membutuhkan pembinaan dan pelatihan yang afektif dan efisien, yang menekankan pada cara melatih keterampilan dasar permainan bola basket. Dengan menguasai keterampilan dasar bermain bola basket, maka setiap pemain akan dapat menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan yang berubah-ubah. Pelatih Sebagai pengajar selalu dihadapkan masalah keterbatasan kualitas pelatih yang kurang memadai sehingga mereka kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya secara kompeten. Kualitas penguasaan keterampilan dasar bermain bola basket tidak lepas dari unsur – unsur kemampuan fisik, teknik, dan kematangan juara yang akan menentukan tingkat permainan suatu regu bola basket. Makin baik tingkat keterampilan teknik
pemain dalam memainkan dam menguasai bola, makin
cepat dan cermat kerjasama yang dicapai. Oleh karena itu dalam permainan bola basket pertama-tama yang harus dikuasai adalah macam- macam keterampilan teknik dasar. Salah satu di antara keterampilan dasar tersebut adalah teknik operan (passing) yang terdiri dari empat macam, yaitu : chest pass, bounce pass, overhead pass, dan underhead pass. Untuk tercapainya suatu prestasi, diperlukan proses yang relatif lama, yaitu dengan melakukan latihan secara terprogram dan berkesinambungan serta dibutuhkan
metode latihan yang
paling
baik
memberikan
peningkatan
kemampuan chest pass. Metode latihan yang dapat di gunakan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
meningkatkan power otot lengan dalam mendukung kemampuan chest pass bola basket adalah dengan metode latihan chest pass secara interval dan kontinyu. Metode latihan interval adalah latihan yang dilaksanakan dengan pengawasan
yang
cermat
terhadap
lamanya
suatu
latihan
dan
waktu
istirahat.waktu istirahat diukur sedemikian rupa sehingga rangsangan baru dapat diterapkan, sedangkan pengaruh latihan-latihan terdahulu tetap ada. Metode ini mempunyai sifat-sifat khas sebagai berikut : (1) Penetapan yang jelas tentang beban latihan, (2) Penentuan yang jelas tentang intensitas latihan, (3) Waktu istirahat yang bermacam-macam tetapi ditetapkan secara tepat dan “tak lengkap”, (4) Jumlah ulangan ditetapkan dengan tepat. Metode latihan kontinyu adalah latihan yang mempunyai sifat latihan dengan intensitas sedang dan konstan, latihan yang relatif lama ( dibandingkan dengan metode lain). Metode ini dianjurkan untuk peningkatan perlawanan terhadap kelelahan. Metode ini menimbulkan kondisi-kondisi untuk peningkatan kerja organisme yang lebih ekonomis. Kemampuan chest pass yang belum baik disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kegiatan ekstrakurikuler yang pelaksaannya dahulu kurang di dukung dari pihak sekolah. Selain permasalahan tersebut dari kegiatan ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo, pelatih tidak merencanakan program latihan yang tepat. Siswa hanya diinstruksikan berulang-ulang melakukan chest pass secara monoton, tanpa memperhitungkan metode latihan yang
tepat.
Seharusnya
dalam
pemberian
latihan
keterampilan
harus
diperhitungkan secara tepat dalam memberikan metode latihan, agar keterampilan chest pass dapat dikuasai dengan baik. Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan Pengaruh Metode Latihan secara Interval dan Kontinyu terhadap Kemampuan Chest Pass pada Siswa Putra Peserta Ekstrakurikuler Bola Basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012 “
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas mengarah pada pemikiran akan adanya berbagai masalah
maka peneliti dapat mencari
identifikasi masalah yang terjadi antara lain: 1. Kurangnya perhatian dari pihak sekolah terhadap kegiatan ekstrakurikuler bola basket di SMA Negeri 2 Sukoharjo . 2. Siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo pada kejuaraan antar pelajar se-eks karisidenan Surakarta belum optimal prestasinya. 3. Siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo belum
memperoleh kemampuan chest pass yang maksimal diantaranya
melalui metode latihan yang variatif, sistematis dan terprogram. 4. Belum adanya penggunaan metode latihan chest pass dengan metode latihan interval dan kontinyu terhadap keterampilan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. C. Pembatasan Masalah Dari banyaknya masalah yang muncul, perlu adanya pembatasan masalah untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian , masalah penelitian ini akan di batasi sebagai berikut : 1. Penerapan metode latihan interval dan kontinyu pada kemampuan chest pass. 2. Kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dibahas diatas, maka beberapa masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas,penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui : 1. Perbedaan pengaruh metode latihan chest pass interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012? 2. Latihan yang pengaruhnya lebih baik antara latihan chest pass dengan metode interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012?
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Supaya dapat dijadikan pedoman dan masukan bagi pembina, pelatih dalam meningkatkan kemampuan chest pass. 2. Dari hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai pilihan metode melatih chest pass, untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan lebih maksimal agar mencapai prestasi yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Bola Basket
a. Permainan Bola Basket Permainan bola basket merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu baik putra ataupun putri yang masing-masing regu terdiri dari lima orang pemain. Dimainkan di lapangan berbentuk segi panjang dengan ukuran tertentu yang bertujuan memasukkan bola kearah keranjang lawan dan menahan lawan agar tidak memasukkan bola. Kemenangan suatu regu ditentukan oleh banyaknya bola yang dimasukkan kedalam keranjang lawan. Teknik suatu cabang olahraga selalu berkembang sesuai dengan tujuan dan peraturan olahraga semakin lama makin tinggi tuntutan persyaratannya. Teknik dikatakan baik apabila diterapkan dalam praktek dapat memberikan hasil yang baik terhadap pencapaian prestasi maksimal. Dalam olahraga teknik merupakan kemampuan dasar yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi. Penguasaan teknik dasar dalam suatu cabang olahraga merupakan salah satu unsur yang menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan
disamping
unsur-unsur
kondisi
fisik,
taktik
dan
mental.
Kesempurnaan teknik dasar tersebut sangat penting, karena akan menentukan gerak keseluruhan. Kesempurnaan teknik dalam permainan bola basket dapat dicapai melalui latihan teknik yang dimulai dari teknik dasar ke teknik tinggi yang akhirnya harus menuju kepada gerakan-gerakan otomatis. Dengan penguasaan teknik dasar bermain bola basket, maka setiap pemain akan dapat menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan yang berubahubah. Kualitas penguasaan teknik dasar bermain bola basket tidak lepas dari unsur-unsur fisik dan taktik yang akan menentukan tingkat permainan suatu regu bola basket. Makin baik tingkat keterampilan teknik pemain dalam memainkan dan menguasai bola, makin cepat dan cermat kerjasama yang dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Permainan bola basket pertama-tama yang harus dikuasai adalah macammacam teknik dasar dalam bermain. Melihat kenyataan ini, maka seorang pelatih bola basket dituntut untuk memahami dasar-dasar teknik dan taktik dalam permainan bola basket serta membimbing pemain agar dapat memacu perkembangan keterampilan teknik dasar dengan benar sesuai program latihan yang pada akhirnya merupakan gerakan-gerakan yang otomatis, sehingga tujuan dari latihan dapat tercapai.
b. Teknik Dasar Bola Basket Bola basket merupakan olahraga permainan yang menuntut skill yang tinggi.
Pelaksanaan
permainannya
selalu
berubah-ubah
yang
menuntut
keterampilan memainkan macam-macam teknik dasar yang ada didalamnya. Sebagai dasar agar mampu bermainan bola basket adalah menguasai teknik dasar bola basket. Teknik dasar permainan bola basket merupakan faktor yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain. Penampilan seorang pemain atau tim dikatakan baik jika para pemainnya menguasai teknik dasar dengan baik pula. A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno, Imam Sodikun (1992: 223): Teknik dasar bola basket terdiri atas : (1) Melempar dan menangkap (passing dan catching), (2) Menggiring (dribbling), (3) Menembak (shooting), (4) Pivot atau olah kaki, (5) Merayah (rebound)”. Menurut Soebagio Hartoko (1993: 22-25) teknik dasar permainan bola basket terdiri dari atas : (1) Operan (Passing), (2) Menangkap (Catching), (3) Menembak (Shooting), (4) Menggiring (Dribble), (5) Olah kaki (Footwork), (6) Pivot, (7) Jumping (Melompat/ meloncat), (8) Gerak tipu (Fakes and feints). Pada dasarnya pendapat yang dikemukakan dua ahli tersebut secara garis besar mengelompokkan teknik dasar bola basket terdiri atas dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknik dasar tersebut merupakan komponen-komponen dalam
permainan bola basket yang saling
berkaitan terhadap keterampilan bermain bola basket. Dengan menguasai teknik dasar bermain bola basket, maka akan membantu penampilannya baik secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
individu
maupun
secara kolektif,
sehingga mempunyai peluang
untuk
memenangkan pertandingan. Dari keempat teknik operan itu, umpan dada dengan menggunakan dua tangan mungkin merupakan umpan yang paling sering digunakan dalam pertandingan bola basket. John Oliver (2007: 36) menjelaskan bahwa, “ ini adalah umpan yang yang bisa diandalkan dan dilakukan untuk memindahkan bola dari seorang pemain kerekan satu timnya, biasanya di bagian daerah parimeter”. Umpan pantul dengan menggunakan dua tangan bisa digunakan untuk mengumpankan bola secara berdaya guna ke seorang rekan tim ketika umpan kamu harus menghindari seoramg pemain bertahan atau ketika umpan dada langsung bisa mudah dipotong.
2. Teknik Passing dalam Permainan Bola Basket Bola basket merupakan permainan yang komplek gerakannya, maka untuk dapat memainkan bola dengan baik perlu melakukan teknik teknik dengan baik pula. Untuk mendapatkan gerakan yang efektif dan efisien, perlu di dasarkan pada penguasaan teknik dasar yang baik. Salah satu teknik dasar yang hendaknya dikuasai oleh setiap pemain adalah melempar dan menangkap bola. Istilah melempar mengandung pengertian mengoper bola dan menangkap berarti menerima bola. Oleh karena itu kegiatan ini dapat berlangsung silih berganti, maka selalu dilakukan bersama, yang biasa disebut dengan operan. Apabila seorang pemain memegang bola, maka ia harus bersiap untuk mendriblle dan melempar bola, sedang jika ia dalam posisi tidak memegang bola, maka ia harus bersiap untuk menerima atau menangkap bola. Operan ini merupakan teknik dasar yang pertama, sebab dengan cara inilah pemain dapat mendekati ring ( basket ) dan seterusnya melakukan tembakan ( shooting ). Hall Wissel (2000:71) menjelaskan ”dua alasan pentingnya operan dan penangkapan bola bahwa, Pertama mempunyai kesempatan mengolah bola sehingga terbuka kesempatan melakukan tembakan. Kedua menjaga bola tetap berada dipihak sendiri, itu berarti selama permaianan dapat dikendalikan.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Dengan demikian agar regu dapat bermain dengan baik dan mencetak angka sehingga memenangkan pertandingan, maka mereka dituntut untuk dapat melakukan unsur gerak operan ( passing ) yang benar, oleh karena itu penguasaan teknik operan harus didahulukan dengan cara melatih gerak dasar tersebut secara sistematis, kontinyu, dan terukur . Untuk dapat melakukan operan dengan baik dalam berbagai situasi, harus menguasai bermacam-macam teknik dasar mengoper bola dengan baik. Nuril Ahmadi (2007: 13-17) menjelaskan bahwa : Untuk dapat melakukan operan dengan baik pada berbagai situasi harus menguasai bermacam-macam teknik dasar melempar dan menangkap bola dengan baik pula. Oleh karena itu perlu diketahui bermacam-macam teknik melempar ( passing ) dengan baik yaitu : operan bola setinggi dada ( chest pass ), operan bola dari atas kepala ( overhead pass ), operan pantulan ( bounce pass ), operan lengkung samping ( kaitan ).
3. Teknik Chest Pass
a. Pengertian Teknik Chest Pass Dalam permainan bola basket, teknik melempar atau mengoper bola sering dilakukan menggunakan dua tangan. Melempar dengan dua tangan ini baik dipakai pada lemparan jarak pendek. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa operan banyak jenisnya, yaitu operan dada dengan dua tangan (the two handed chest pass), operan dari atas kepala (the over head pass), operan pantulan (bounce pass), operan samping (side pass). Disamping jenis operan tersebut di atas, masih ada bermacam-macam operan lain yang pada hakekatnya hanyalah variasi teknik operan dalam permainan bola basket. Nuril Ahmadi (2007: 13 ) menjelaskan bahwa : ”Chest Pass adalah Operan bola dengan dua tangan dari depan dada merupakan operan yang sering dilakukan dalam suatu pertandingan bola basket. Operan ini berguba untuk jarak pendek. Jarak lemparan adalah 5 sampai 7 meter.” Jadi operan setinggi dada atau chest pass adalah salah satu teknik operan yang paling banyak digunakan atau sering digunakan dalam permainan bola basket. Operan ini sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
bermanfaat untuk operan jarak pendek dengan perhitungan demi ketepatan dan kecermatan, bila teman yang menerima bola tidak di jaga dengan ketat. Operan setinggi dada atau chest pass dalam permainan bola basket sangat dominan untuk
menyerang dengan cepat dan tepat, walaupun tidak
meninggalkan teknik operan yang lain. Untuk operan ini terutama dilakukan pada waktu fast break (serangan kilat), karena dengan operan dada yang baik dapat dilakukan kerjasam tim dengan baik pula.
b. Manfaat Teknik Chest Pass Suatu tim bola basket yang mampu mengontrol bola dengan operan dan tangkapan yang baik akan mempunyai kesempatan luas untuk mencetak angka. Mengetahui kapan dan di mana harus mengoper bola tidak hanya memberikan kesempatan untuk mencetak angka, tetapi juga mencegah kehilangan bola. Sehingga operan yang taktis, tepat waktunya dan akurat akan menciptakan peluang untuk mencetak angka bagi salah satu tim. Agar bola berada dalam jangkauan tembakan, bola harus dipindahkan dengan operan (passing). Perpindahan bola menyebabkan lawan tidak sempat bertahan atau memperkuat penjagaan. Adapun kegunaan khusus operan, menurut Hall Wissel (2000: 71) sebagai berikut : 1) Mengalihkan bola dari daerah padat pemain ( contoh : setelah rebound atau ketika dijaga ketat ). 2) Menggerakkan bola dengan cepat pada fast break. 3) Membangun permainan ofensif. 4) Mengoper ke rekan yang sedang terbuka ( tanpa permainan dari lawan ) untuk penembakan,serta 5) Mengoper dan memotong untuk melakukan tembakan sendiri. Mengingat pentingnya chest pass atau operan setinggi dada, maka latihan operan setinggi dada perlu diberi porsi latihan lebih banyak dari teknik operan yang lain. Sehingga setiap pemain akan memiliki keterampilan teknik operan yang cepat, tepat sehingga sangat mendukung tim untuk mencetak angka dalam usaha memenangkan setiap pertandingan guna mencapai prestasi yang optimal dalam permainan bola basket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
c. Tahap- Tahap Pelaksanaan Teknik Chest Pass Sebelum melakukan teknik operan, perlu dijelaskan terlebih dahulu teknik/cara memegang bola yang baik, sehingga teknik operan dapat dilakukan dengan baik pula. ”Teknik memegang bola adalah dengan membuka jari-jari kedua tangan dan bola berada diantara kedua telapak tangan. Semua telapak tangan dan jari-jari bagian dalam mengenai dan menahan bola sehingga mudah lepas ” (A. Sarumpet dkk, 1992: 224). Setelah bola dipegang dengan baik, kemudian menentukan bola akan dilanjutkan dengan melempar, menggiring atau menembak.
Gambar 1 : Sikap telapak tangan dan Cara Memegang ( A.Sarumpet, dkk 1992 : 224 ) Adapun teknik chest pass atau operan setinggi dada dijelaskan sebagai berikut : 1) Bola dipegang sesuai teknik memegang bola basket. 2) Sikut dibengkokkan kesamping sehingga bola dekat dengan dada. 3) Sikap kaki dapat dilakukan sejajar atau kuda-kuda dengan jarak selebar bahu. 4) Lutut ditekuk badan condong kedepan dan jaga keseimbangan. 5) Bola didorong kedepan dengan kedua tangan sambil meluruskan lengan dan diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan sehingga telapak tangan menghadap keluar. 6) Bagi
yang baru belajar,
gerakan
pelurusan
dapat
dibantu
dengan
melangkahkan salah satu kaki kedepan. 7) Arah operan setinggi dada, atau antara pinggang dan bahu penerima. 8) Bersamaan dengan gerak pelepasan bola, berat badan dipindahkan kedepan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Gambar 2 : Teknik Chest pass (A.Sarumpaet, dkk 1992: 224) Sedangkan kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh setiap pemain bola basket pada saat melakukan chest pass adalah sebagai berikut : 1) Sikap berdiri yang kaku dan badan membongkok. 2) Posisi memegang bola hanya pada jari-jari yang seharusnya telapak tangan dan jari-jari. 3) Tidak melangkahkan kaki setelah bola lepas. Hal ini perlu untuk memberikan dorongan kaki sehingga jalannya bola lebih cepat dan terarah ke sasaran. Variasi dari operan ini adalah : operan atas kepala dan operan pantulan, yang kedua teknik tersebut dilakukan dengan dua tangan
4. Hakikat Latihan
a.
Latihan Definisi latihan menurut Harsono ( 1998: 2 ) adalah, ” Proses yang
sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Sedangkan Mulyono B (2001:1) berpendapat bahwa : ”Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis kontinyu, dimana beban dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang akhirnya memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama-sama”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Dari berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan, bahwa latihan adalah sutu proses kerja yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dengan peningkatan beban latihan yang diberikan secara bertahap guna mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Prinsip-Prinsip Latihan Latihan akan bermanfaat maka harus mengikuti prinsip-prinsip latihan. Secara, umum prinsip latihan yang harus diperhatikan menurut Bompa & Haff (2009:31-55) adalah (a) Perkembangan Multilateral, (b) Versus Spesialisasi, (c) Individualisas. Secara rinci, prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Perkembangan
Multilateral
Versus
Spesialisasi
(Multilateral
Development Versus Specialization). Perkembangan keseluruhan atlet melibatkan keseimbangan antara peningkatan multilateral dan latihan khusus. Secara umum, perkembangan awal atlet harus fokus pada peningkatan multilateral, yang menargetkan peningkatan fisik atlet secara keseluruhan. Sebagai atlet menjadi lebih maju dengan proporsi latihan khusus, yang berfokus terutama pada keterampilan yang dibutuhkan dalam olahraga yang ditargetkan secara meningkat. Secara efektif dalam rangka untuk mengembangkan atlet, pelatih harus memahami pentingnya masing-masing dua tahap latihan dan bagaimana perubahan fokus latihan sebagai perkembangan atlet. a) Peningkatan multilateral Dukungan untuk konsep peningkatan multilateral ditemukan di sebagian besar wilayah pendidikan dan aktivitas manusia. Dalam atletik, peningkatan multilateral, atau perkembangan fisik secara keseluruhan, adalah sebuah keharusan. Penggunaan rencana peningkatan multilateral sangat penting selama tahap awal perkembangan atlet. Peningkatan multilateral selama tahun-tahun formatif atlet meletakkan dasar untuk periode selanjutnya dari latihan ketika spesialisasi menjadi fokus yang lebih besar dari rencana latihan. Jika benar dilaksanakan, fase latihan multilateral yang akan memungkinkan atlet untuk mengembangkan dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
fisiologis dan psikologis yang dibutuhkan untuk memaksimalkan kinerja kemudian dalam karirnya. b) Spesialisasi Spesialisasi adalah proses yang kompleks non unilateral yang didasarkan
pada
peningkatan
multilateral.
Sebagai
seorang
atlet
berlangsung dari pemula untuk atlet dewasa yang telah menguasai olahraga itu, total volume dan intensitas latihan semakin meningkat, seperti halnya tingkat spesialisasi. Beberapa penulis menunjukkan bahwa adaptasi latihan terbaik terjadi sebagai respon terhadap latihan khusus untuk kegiatan olahraga dan latihan yang target yang diberikan kemampuan biomotor hanya setelah sebuah yayasan multilateral telah dikembangkan. Yang pertama mengacu pada latihan yang paralel atau meniru gerakan olahraga, sedangkan yang kedua mengacu pada latihan yang mengembangkan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan. Rasio antara kedua kelompok olahraga bervariasi untuk setiap jenis olahraga, tergantung pada karakteristiknya. Dalam lari jarak jauh, misalnya, sekitar 90% dari volume latihan terdiri dari latihan olahraga yang spesifik. Dalam olahraga lain, seperti melompat tinggi, latihan ini hanya mewakili 40%; latihan yang mengembangkan kekuatan kaki dan kekuatan melompat membuat sisanya. Ketika bekerja dengan atlet maju, pelatih harus mendedikasikan hanya 60% sampai 80% dari total waktu latihan latihan olahraga-spesifik
dan
harus
mendedikasikan
sisa
latihan
untuk
perkembangan kemampuan biomotor. 2) Individualisasi (Individualization) Individualisasi adalah salah satu persyaratan utama dari latihan kontemporer. Individualisasi mensyaratkan bahwa pelatih menganggap kemampuan atlet, potensi, dan karakteristik belajar dan tuntutan dari olahraga atlet, terlepas dari tingkat kinerja. Setiap atlet memiliki atribut fisiologis dan psikologis yang perlu dipertimbangkan ketika mengembangkan rencana latihan. Terlalu sering, pelatih mengambil pendekatan ilmiah untuk latihan oleh harfiah mengikuti program latihan atlet sukses atau program olahraga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
dengan mengabaikan lengkap untuk pengalaman latihan atlet, kemampuan, dan fisiologis olahraga. Lebih buruk lagi, beberapa pelatih mengambil program dari atlet elit dan menerapkannya pada atlet junior yang belum mengembangkan keaksaraan fisik, dasar fisiologis, atau keterampilan psikologis yang dibutuhkan untuk melaksanakan jenis program. Atlet muda tidak fisiologis atau psikologis mampu mentolerir program yang dibuat untuk kemajuan atlet. Pelatih perlu memahami kebutuhan atlet dan mengembangkan rencana latihan yang memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan mengikuti beberapa panduan: a) Rencana Menurut Tingkat Toleransi Rencana latihan harus didasarkan pada analisis yang komprehensif dari parameter atlet fisiologis dan psikologis, yang akan memberikan wawasan pelatih dalam kapasitas kerja atlet. Kapasitas latihan individu dapat ditentukan oleh faktor-faktor berikut: (1) Usia Biologi dan Kronologis Usia biologis atlet dianggap menjadi indikator yang lebih akurat potensi kinerja fisik individu dari pada usia kronologisnya. Salah satu indikator terbaik dari usia biologis adalah kematangan seksual, karena itu menandakan peningkatan tingkat sirkulasi testosteron. Atlet yang secara fisik lebih matang, seperti ditunjukkan oleh usia biologis yang lebih tinggi, tampaknya lebih kuat, lebih cepat, dan lebih baik di olahraga tim dari rekan-rekan mereka yang menunjukkan usia biologis yang lebih rendah, bahkan ketika usia kronologis adalah sama. Pada umumnya anak memiliki ketahanan yang lebih besar untuk kelelahan, yang dapat menjelaskan mengapa mereka merespon lebih baik untuk volume yang lebih tinggi dari latihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
(2) Usia Latihan Usia latihan didefinisikan sebagai jumlah tahun seseorang telah mempersiapkan untuk kegiatan olahraga, dan itu jauh berbeda dari usia biologis atau kronologis. Atlet dengan usia latihan yang tinggi
telah
mengembangkan
basis
latihan
substansial
dan
kemungkinan besar akan dapat berpartisipasi dalam rencana latihan khusus, terutama jika latihan awal mereka multilateral. Seorang atlet yang memiliki usia kronologis yang tinggi dalam hubungannya dengan usia latihan yang rendah mungkin membutuhkan lebih multilateral dan keterampilan akuisisi latihan, karena ia tidak memiliki basis latihan untuk memungkinkan derajat tinggi spesialisasi dalam olahraga itu. (3) Riwayat Latihan Sejarah latihan atlet mempengaruhi kapasitas kerjanya. Seorang atlet yang telah di bawah-mengambil latihan multilateral substansial lebih mungkin telah mengembangkan tingkat kebugaran yang diperlukan untuk mentolerir beban latihan yang tinggi dibandingkan dengan atlet yang kurang terlatih. (4) Status Kesehatan Seorang atlet yang sakit atau terluka akan memiliki kapasitas kerja berkurang dan sering tidak akan mampu mentolerir beban latihan ditentukan. Jenis penyakit atau tingkat cedera dan dasar fisiologis konvergen untuk menentukan beban latihan yang atlet dapat ditolerir. Pelatih harus memantau status kesehatan atlet untuk menentukan beban latihan yang tepat. (5) Stress dan Tingkat Pemulihan Kemampuan
untuk
mentolerir
beban
latihan
sering
berhubungan dengan semua stressor pertemuan atlet. Stres secara keseluruhan dianggap aditif, dan faktor-faktor yang menempatkan permintaan yang tinggi pada atlet dapat mengubah kemampuannya untuk mentolerir beban latihan. Misalnya, keterlibatan berat di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
sekolah,
bekerja,
atau
kegiatan-kegiatan
keluarga
dapat
mempengaruhi kemampuan atlet untuk mentolerir beban latihan. Perjalanan ke dan dari tempat kerja, sekolah, atau latihan lebih lanjut dapat
berkontribusi
terhadap
tingkat
stres.
Pelatih
harus
mempertimbangkan faktor-faktor ini dan mengatur beban latihan yang sesuai. Misalnya, selama masa stress tinggi, seperti ujian akademik, pengurangan beban latihan dapat dibenarkan. b) Beban Latihan Perorangan Kemampuan untuk beradaptasi dengan beban latihan tergantung pada
kapasitas
individu.
Sebagaimana
diuraikan
dalam
bagian
sebelumnya, banyak faktor yang berkontribusi pada respon individual untuk beban latihan latihan dan progresi: sejarah latihan atlet, status kesehatan, stres kehidupan, usia kronologis, usia biologis, dan usia latihan. Cukup meniru rencana latihan atlet elit tidak akan menghasilkan tingkat kinerja yang tinggi. Sebaliknya, pelatih harus mengatasi kebutuhan atlet dan kapasitas dengan mengembangkan program individual, yang membutuhkan pengamatan rinci kemampuan atlet teknis dan taktis, karakteristik fisik, kekuatan, dan kelemahan. Sebagaimana dibahas dalam bagian tentang model latihan di bab berikutnya, pengujian periodik dari rencana latihan atlet akan memungkinkan untuk lebih spesifik dan individual untuk dikembangkan. c) Perhitungan Perbedaan Gender Perbedaan gender sangat berperan penting dalam kinerja dan latihan adaptasi individual. Anak laki-laki dan perempuan praremaja yang sangat mirip dalam tinggi, berat, ketebalan, lebar tulang, dan ketebalan lipatan kulit. Setelah masa pubertas, anak laki-laki dan perempuan mulai memiliki perbedaan perkembangan substansial dalam atribut fisik. Setelah pubertas anak perempuan cenderung memiliki tingkat lemak tubuh yang lebih tinggi, jumlah lemak bebas yang lebih rendah, dan total massa tubuh lebih ringan. Dari perspektif kinerja jelas bahwa pria dan wanita berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dalam massa otot dan kekuatan, power dan kapasitas anaerobik, dan kapasitas aerobik maksimal dan kinerja. d) Penggabungan Variasi Latihan Variasi adalah salah satu komponen kunci yang dibutuhkan untuk menginduksi
adaptasi
dalam
menanggapi
latihan.
Kinerja
dan
keterampilan meningkat dengan cepat ketika tugas-tugas baru dilakukan pertama, namun tingkat perolehan keterampilan dengan pengulangan lambat dari rencana latihan yang sama atau paradigma beban dari waktu ke waktu. Stone dan rekan-rekan menyarankan bahwa kurangnya variasi latihan dapat mengakibatkan apa yang disebut overtraining program yang monoton.
Kondisi
ini
terjadi jika stimulus
latihan
yang
sama
diperkenalkan secara teratur untuk jangka waktu yang lama akhirnya mengakibatkan pengurangan atau dataran tinggi kinerja, yang dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk overtraining. Periodisasi latihan dapat menimbulkan kebosanan dalam latihan dan akhirnya mendorong adaptasi fisiologis yang lebih besar. Zatsiorsky menyarankan bahwa periodisasi adalah tindakan menyeimbangkan antara variasi latihan dan stabilitas (monoton atau pengulangan) latihan. Dengan demikian variasi latihan sangat penting ketika mempertimbangkan periodisasi. Latihan adaptasi yang optimal terjadi dalam respon terhadap variasi sistematis dalam beban latihan dan konten. Jika variasi memadai disediakan dan program ini monoton, kinerja tidak akan optimal. Hal ini terjadi ketika sistem saraf tidak kelebihan beban cukup untuk merangsang adaptasi fisiologis. Variasi dapat dimasukkan ke dalam rencana latihan di berbagai tingkatan. Sebagai contoh, variasi pada tingkat microcycle dapat ditambahkan dengan mengubah volume latihan, intensitas, frekuensi, dan pemilihan olahraga. Stone dan rekan-rekan menyarankan menginduksi variasi dalam latihan melalui pengenalan, yaitu, masuknya periodik latihan khusus. Rencana ini menyebabkan adaptasi lebih besar karena tugas-tugas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
yang dihapus dari rencana latihan sebelum adaptasi lengkap dicapai dan diganti dengan kemampuan biomotor yang sama. e) Perkembangan Model Latihan (Development of the Training Model) Perkembangan model latihan adalah sebuah proses jangka panjang yang dalam fluks terus-menerus, karena model latihan akan berkembang dalam hubungannya dengan perkembangan atlet. Perkembangan model merupakan proses padat karya yang bergantung pada model sebelumnya, evaluasi atlet saat ini, dan dasar ilmiah yang kuat. Meskipun proses ini memakan waktu, waktu yang dihabiskan dengan baik karena baik model latihan, semakin besar kemungkinan atlet adalah untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Perkembangan model latihan dimulai dengan analisis rinci tentang literatur ilmiah tentang olahraga. Memahami (misalnya, bio energetika) fisiologis, morfologi, anatomi, biomotor, dan karakteristik psikologis terkait dengan olahraga dengan dasar untuk tahap kedua mengembangkan model latihan. Tahap kedua membutuhkan perkembangan program pengujian yang ditargetkan yang dapat digunakan untuk menganalisis kondisi latihan atlet. Misalnya, literatur ilmiah tentang melempar menunjukkan
bahwa
kekuatan
maksimal
dan
daya
ledak
yang
berhubungan dengan tingkat kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, tes fisiologis harus dikembangkan dan dilaksanakan untuk mengevaluasi kekuatan yang menghasilkan kapasitas atlet (puncak kekuatan yang menghasilkan kapasitas, laju peningkatan kekuatan, kekuatan maksimal) dan kekuatan daya ledak (peak power assessments, power snatch 1RM, power clean 1RM). Keterampilan taktis dan teknis atlet juga harus dievaluasi untuk menggambarkan kelemahan yang harus ditangani oleh model latihan. Pengujian harus dikembangkan yang mengevaluasi atlet untuk daerah defisit fisik atau risiko cedera (misalnya, rentang gerak, ketidakseimbangan otot). Daerah lain yang dapat dievaluasi meliputi sifatsifat psikologis (misalnya, suasana hati), status tidur (misalnya, kualitas tidur), dan praktek gizi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
f) Progresi Pembebanan (Load Progression) Perbaikan kinerja adalah akibat langsung dari jumlah dan kualitas aktivitas atlet selama latihan. Dari pemula untuk atlet elit, beban kerja latihan harus meningkat secara bertahap dan bervariasi secara berkala sesuai dengan kapasitas masing-masing fisiologis atlet, kemampuan psikologis, dan toleransi bekerja.
c. Komponen- Komponen Latihan Setiap olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan ketrampilan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serat frekuensi penampilan (densitas). Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menuntukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilanya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak menentukan ketrampilan yang tinggi termasuk bola basket, maka kompleksitas merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro (1999: 17) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3) density atau kekerapan latihan dan (4) kompleksitas latihan”.
d. Prinsip-prinsip Pengembangan Latihan Kemampuan
teknik seorang pemain dapat dikembangkan
melalui
latihan yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan mempertimbangkan prinsip-prinsip latihan. Tujuan latihan teknik adalah agar gerakan yang dilakukan bisa mencapai tingkat otomatisasi sesuai dengan yang dikehendaki dalam suatu cabang olahraga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Dalam hal ini Sudjarwo (1993: 27) menyatakan: “pada hakekatnya pengembangan teknik merupakan bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan yang cermat efisien dan efektif”. Pendapat tersebut menunjukan, suatu teknik dikatakan sudah mencapai tingkat otomatisasi apabila gerakangerakan yang dilakukan tanpa berfikir lagi dan hasilnya lebih cermat, efisien dan efektif. Upaya mengembangkan dan melatih teknik dalam cabang olahraga tertentu harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Harsono (1998: 102-112) “prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam latihan olahraga yaitu (1) prinsip beban lebih, (2) prinsip pengembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individual”.
5. Sistem Energi Dalam Latihan Menurut Fox (1984), yang dikutip Furqon, Kunta, Icuk (2002: 100) bahwa “agar program latihan mempunyai pengaruh yang bermanfaat, maka program tersebut harus disusun untuk mengembangkan kemampuan fisiologis tertentu yang diperlukan untuk kinerja keterampilan olahraga”. Salah satu kemampuan fisiologis yang perlu dikembangkan adalah penyediaan energi untuk aktifitas otot. Berdasarkan waktu penampilan atau pelaksanaan olahraga dapat dibedakan menjadi bidang rangkaian kesatuan energi. Lihat tabel berikut: Tabel 1. Rangkaian Kesatuan Energi Bidang
Waktu Penampilan
Sistem Energi Utama
Contoh Jenis Aktivitas
yang Terlibat 1
Kurang dari 30 detik
ATP-PC
Lari 100 meter, tolak peluru,
2
30 detik - 1,5 menit
ATP-PC dan Lactic Acid teknik passing bola basket.
3
1,5 - 3 menit
Lactic Acid dan Oksigen Lari cepat 200-400 meter,
4
Lebih dari 3 menit
Oksigen
renang 100 meter. Lari 800 m, (periode 2 menit).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Sistem energi pada interval dan kontinyu berasal dari: a.
Anaerobik: 1) Tenaga yang dihasilkan tanpa memerlukan oksigen. 2) Dihasilkan asam laktat. 3) Berlangsung pendek kurang lebih 2 menit. 4) Makin banyak serabut otot putih pada otot motorik semakin tinggi kekuatan dan kecepatan otot tersebut. 5) Cadangan glikogen otot, C phosphat glukosa otot merupakan modal utama. Sistem energi: 1) ATP----ADP + P + energi bebas 2) Creathin Phosphat + ADP ---- Creathin + ATP 3) Glukosa & asam lemak bebas + P + ADP + Oksigen
b.
Aerobik : 1) Tenaga yang dihasilkan memerlukan oksigen. 2) Berlangsung lama sesuai dengan kemampuan mengambil oksigen. 3) Glikogen dan asam lemak bebas yang berasal dari makanan merupakan modal utama. 4) Menghasilkan asam laktat 5) Sistem energi: glukose & asam lemak bebas + P + ADP + Oksigen. Dalam latihan interval yang berperan adalah anaerobik dan aerobik pada menit pertama selanjutnya akan mengecil sedang aktivitas diselingi dengan istirahat tertentu selama lebih 2-3 menit, maka arobik yang akan lebih berperan sedangkan anaerobik berperan kecil. Dalam latihan kontinyu yang berperan adalah aerobik pada menit pertama selanjutnya akan mengecil sedang aktivitas terus menerus melakukan tanpa istirahat selama 2-3 menit, maka aerobik yang akan lebih berperan sedangkam anaerobik berperan kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
6. Latihan Chest Pass dengan Metode Interval
a. Definisi Latihan Interval Pengaturan giliran praktik dalam latihan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan
penguasaan gerakan keterampilan. Dengan
pengaturan giliran praktik yang baik memungkinkan atlet dapat meningkatkan keterampilan yang telah di milikinya menjadi baik. Pada dasarnya latihan secara interval merupakan cara latihan yang pelaksaannya dilakukan secara berselang- seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Harsono (1998: 156) menyatakan bahwa, ” interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat”. Menurut Sudjarwo (1993: 22), ” Latihan secara interval merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu”. Berdasarkan batasan latihan secara interval dapat disimpulkan bahwa, latihan interval merupakan cara latihan dimana dalam pelaksanaannya dilakukan secara berselang-seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Dalam latihan secara interval ini masa istirahat sama pentingnya dengan waktu latihan. Andi Suhendro (1999:3.58) menyatakan bahwa, ”penggunaan waktu istirahat secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan waktu istirahat secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian bagian penting di dalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang cukup”. Periode istirahat merupakan faktor penting dan harus diperhitungkan dalam latihan secara interval. Waktu istirahat diantara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Salah satu hal yang harus diperhatikan pada waktu memberikan istirahat yaitu dapat mengatur rangsangan terhadap sistemsistem yang menghasilkan gerakan ketrampilan dengan cukup, jangan istirahat yang diberikan sampai pada pengembalian kondisi yang total. Hal ini mengakibatkan keterampilan yang dipelajari akan lebih lama untuk dikuasai. Sudjarwo (1992:284) menyatakan bahwa, ”Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai mencapai kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Yang penting adalah mengatur agar rangsangan terhadap sistem-sistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan secara cukup, atau tidak kurang atau tidak berlebihan”.
b. Manfaat Latihan Interval Metode Latihan secara interval adalah cara latihan yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara berselang- seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Dengan perhitungan waktu latihan dan waktu istirahat yang seimbang, maka latihan secara interval memiliki beberapa keuntungan baik bagi atlet maupun pelatih. Menurut Foss & Kateyian (1998: 285). Ada dua keuntungan utama dalam menggunakan program latihan interval yaitu: 1)Program latihan interval dapat membuat para coach atau pelatih untuk lebih mengkhususkan program latihan yang lebih teliti bagi setiap atlet, yang khusus pada system energy predominan untuk olahraga yang diberikan dan dilaksakan pada tingkat tegangan fisiologis yang mengoptimalkan keberrhasilan dalm penampilan, 2) Program latihan interval bisa sama hari ke hari (sehingga atlet bisa mengamati kemajuannya) fleksibel pelaksaannya. Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat member kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara ulangannya. Pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja atau latihan dengan intensitas tinggi selama latihan. Menurut Suharno HP. (1985: 11), “manfaat adanya pemulihan antara lain (1) Menghindari terjadi overtraining, (2) Memberikan kesempatan organism atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya”. Sistem interval memberikan periode pemulihan diantar ulangannya. Pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja atau latihan dengan intensitas tinggi selama latihan. Dengan adanya interval isirahat memiliki bebrapa manfaat atau keuntungan. Menurut Suharno HP (1985: 11) manfaat adanya pemulihan antara lain : ”(1) menghindari terjadinya over training, (2) memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Berdasarkan karakteristik latihan interval tersebut dapat diidentifikasi kelemahannya. Kelemahan latihan interval diantaranya : seringnya waktu istirahat sehingga kondisi fisik akan menurun yaitu kondisi fisik yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. Oleh karena itu waktu istirahat yang diberikan hendaknya diperhitungkan dengan baik, sehingga kondisi yang telah dicapai tidak mudah menurun dan setelah istirahat tubuh siap kembali untuk melakukan aktifitas selanjutnya. Ditinjau dari pelaksanaan latihan menggiring bola secara interval di atas, latihan ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Latihan menggiring bola secara interval memiliki kelebihan antara lain: (1) Teknik chest pass dapat dilakukan dengan baik, kesalahan teknik dapat diketahui sejak dini dan dapat segera dibetulkan sehingga penguasaan teknik chest pass menjadi lebih baik. (2) Kondisi fisik pemain akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, sehingga terhindar dari terjadinya overtraining. (3) Siswa selalu mendapat waktu istirahat yang cukup. (4) Kondisi siswa akan lebih siap untuk melakukan sesion latihan berikutnya Disamping kelebihan di atas, latihan chest pass secara interval juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan menggiring bola secara interval antara lain: (1) Anak akan menjadi bosan atau jenuh saat menunggu gilirannya (2) Anak yang aktif adalah anak yang sedang mendapat giliran, sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton. (3) Seringnya waktu istirahat mengakibatkan penguasaan teknik gerakan menjadi agar berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat. (4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik, sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Interval Berdasarkan pelaksanaannya di atas menunjukkan bahwa, waktu istirahat diperoleh, setelah anak melakukan Chest Pass 3 kali dalam satu kesempatan kemudian istirahat menunggu giliran dilanjutkan kelompok berikutnya, pemain mempunyai kesempatan untuk beristirahat.
7. Latihan Chest Pass dengan Metode Kontinyu
a.
Definisi Latihan Kontinyu Latihan chest pass dengan metode latihan kontinyu yaitu latihan yang
dilakukan secara terus-menerus tanpa tanpa diselinhgi waktu istirahat selama aesion latihan berlangsung. Berkaitan dengan latihan practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu rangkaian dengan satu rangkaian dengan selang waktu istirahat yang amat kecil diantara kegiatan mencoba. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 142) menyatakan ”Metode latihan terus menerus dianjurkan untuk peningkatan daya tahan keseluruhan dan peningkatan perlawanan terhadap kelelahan. Metode ini menimbulkan kondisikondisi untuk peningkatan kerja organisme yang lebih ekonomis.” Berdasarkan disimpulkan
pengertian
bahwa,
latihan
latihan
kontinyu
secara
kontinyu
merupakan
bentuk
tersebut
dapat
latihan
yang
pelaksanaannya dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat diantara waktu latihan. Di dalam pelaksanaan latihan secara kontinyu dibutuhkan waktu yang cukup lama.
b. Manfaat Latihan secara Kontinyu Latihan
secara
kontinyu
yang
dilakukan
secara
teratur
dapat
meningkatkan kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik didalam tubuh. Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 142) menyatakan , ”metode terus menerus selain meningkatkan self control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan dan kemampuannya untuk merangsang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
kelompok-kelompok otot yang memegang peranan didalam pelaksanaan cabang olahraga.” Pendapat tersebut menunjukan bahwa latihan secara kontinyu pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan. Disamping itu juga dengan latihan secara terus menerus akan meningkatkan self control pada waktu melakukan latihan dan akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk membantu mencapai prestasi yang lebih baik. Berdasarakan karakteristik latihan secara kontinyu dapat diidentifikasi menimbulkan over training, tubuh yang lelah akan mempengaruhi penampilan sehingga penampilan kurang optimal. Ditinjau dari pelaksanaan latihan chest pass secara kontinyu di atas, latihan ini memiliki beberapa kelebihan antara lain : (1) Penguasaan terhadap chest pass akan menjadi lebih cepat tercapai, karena latihan secara terus menerus memungkinkan pembentukan pola gerakan yang lebih cepat. (2) Dapat
meningkatkan
daya
tahan
fisik,
sehingga
akan
mendukung
penampilannya dalam bermain bola basket. Selain memiliki kelebihan tersebut di atas, latihan menggiring bola secara kontinyu juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya (1) Penguasaan teknik chest pass sulit tercapai, sebab gerakan yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan. (2) Pengontrolan dan perbaikan teknik gerakan sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat. (3) Akan sering terjadi kesalahan teknik chest pass karena terlalu lelah. (4) Dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan (overtraining) dan dapat menimbulkan cidera.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
c. Pelaksanaan Latihan Chest Pass Secara Kontinyu Pelaksanaan latihan chest pass dengan metode kontinyu yaitu siswa diintruksikan melakukan chest pass pada di tembok secara berulang-ulang dan terus-menerus. Siswa tidak diberi kesempatan untuk istirahat sampai batas waktu yang ditentukan habis.
8. Latihan Chest Pass Dengan Metode Interval dan Kontinyu Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan latihan yang optimal adalah situasi berinteraksi denagn guru maupun beban latihan, Situasi ini dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode latihan yang tepat. Menurut Winarno Surachmad (1982: 23-24) bahwa : Metode adalah cara yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan. Metode mengajar adalah cara yang mempergunakan teknik yang beraneka ragam yang didasari oleh pengertian yang mendalam dari pihak guru, akan memperbesar minat belajar murid-murid, sehingga mempertinggi hasil belajar. Dengan proses latihan yang berjalan lancar serta didukung oleh metode yang tepat serta diharapkan tujuan latihan dapat dicapai secara normal. Pada latihan chest pass, otot yang bekerja adalah otot bahu dan lengan triceps. Untuk melatih power otot lengan dan bahu digunakan latihan chest pass yang dijelaskan oleh James C. Radcliffe dan Robert C Farentinos (1990: 67) sebagai berikut :
Gambar 3 : Latihan Chest Pass (James C. Radcliffe dan Robert C Farentinos, 1990: 67)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
B. Kerangka Berfikir Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut : 1) Perbedaan Latihan Chest Pass secara Interval dan Kontinyu Latihan
secara
interval
merupakan
bentuk
latihan
yang
mempertimbangkan pentingnya waktu istirahat diantara waktu latihan. Sedangkan latihan secara kontinyu adalah bentuk latihan yang menekankan pentingnya pengulangan
gerakan
dengan
frekwensi
sebanyak-banyaknya
tanpa
memperhitungkan waktu istirahat. Berdasarkan hal tersebut sudah jelas bahwa kedua
bentuk
metode latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok,
sehingga hal ini akan mempunyai pengaruh berbeda pula terhadap penungkatan kemampuan chest pass. Selain hal tersebut, latihan chest pass secara interval dan kontinyu memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Latihan chest pass secara interval memiliki kelebihan antara lain : teknik chest pass dapat dilakukan dengan baik, kesalahan teknik chest pass dapat diketahui dan bila terjadi kesalahan dapat segera dibetulkan, kondisi fisik pemain akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya overtraining, setiap anak mendapat waktu istirahat yang sama. Kelemahan latihan chest pass secara interval antara lain : anak akan menjadi bosan atau jenuh saat menunggu gilirannya, anak yang aktif adalah anak yang sedang mendapat giliran sedangkan yang lainnya hanya menjadi penonton, seringnya waktu istirahat mengakibatkan penguasaan teknik gerakan menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam istirahat, latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan
penguasaan
teknik,
sedangkan
kondisi
fisiknya
terabaikan,
dimungkinkan pengulangan gerakan relatif sedikit. Kelebihan latihan chest pass secara kontinyu antara lain : pengulangan gerakan dapat dilakukan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya, penguasaan terhadap pola gerakan menggiring bola akan lebih cepat tercapai, memungkinkan pembentukan pola gerakan yang cepat, dapat meningkatkan keterampilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
sekaligus meningkatkan daya tahan fisik, Kelemahan latihan chest pass secara kontinyu antara lain : penguasaan teknik chest pass sulit tercapai dengan baik, sebab gerakan yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan gerakan. Pengontrolan dan perbaikan teknik sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat, dimungkinkan akan sering terjadi kesalahan teknik chest pass. Berdasarkan perbedaan penekanan dari latihan chest pass secara interval dan kontinyu serta kelebihan dan kelemahan yang dimiliki dari masing-masing bentuk latihan di atas, hal ini akan menimbulkan pengaruh yang berbeda.
2)
Pengaruh yang lebih baik antara latihan interval dan kontinyu terhadap peningkatan kemampuan chest pass Berdasarkan kelebihan dan kelemahan dari kedua bentuk latihan di atas
menunjukan bahwa, latihan chest pass secara interval memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan chest pass.Waktu istirahat dalam pelaksaan latihan sangat penting terhadap pemulihan kondisi siswa, apalagi untuk pemula. Kondisi yang telah pulih sangat mendukung untuk aktivitas latihan selanjutnya, sehinnga memungkinkan penampilan yang selalu stabil. Selain itu juga, waktu isyirahat yang diberikan disela-sela latihan akan terhindar dari overtraining, ada kesempatan beradaptasi dengan latihan yang diberikan dan memungkinkan pelaksaan latihan lebih terarah dan perkembangan kemajuan dapat diamati lebih cermat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Latihan chest pass dengan metode interval lebih baik pengaruhnya dari pada latihan chest pass dengan metode kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Jl. Raya Sala – Kartasura, Mendungan, Pabelan Kartasura Kode Pos 57162. 2. Waktu Penelitian Peneltian ini dilakukan selama 6 minggu dengan 3 kali pertemuan dalam seminggu, dimulai dari awal bulan september sampai dengan bulan Oktober 2011.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012. 2. Sampel Yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo, yaitu sejumlah 30 siswa, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
C. Variabel Penelitian Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu : 1. Variabel independent (manipulatif/bebas), terdiri dari : -
Metode latihan chest pass interval.
-
Metode latihan chest pass kontinyu.
2. Variabel dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah keterampilan chest pass dalam permainan bola basket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, sifat variabel dapat diukur secara langsung yaitu berupa tes keterampilan chest pass. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran. Untuk Mengukur chest pass bola basket dengan tes chest pass bola basket Allyn & Bacon (1998 : 237-238) Petunjuk Pelaksanaan test terlampir.
E. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah “Pretest-Post test design”. Gambar rancangan penelitian sebagai berikut:
P
S
Y1
K1
X1
Y2
K2
X2
Y2
OP
Keterangan: P
= Populasi
S
= Subjek penelitian
Y1
= Tes awal hasil keterampilan chest pass.
K1
= Kelompok 1
K2
= Kelompok 2
OP
= Ordinal Pairing
X1
= Latihan chest pass interval.
X2
= Latihan chest pass kontinyu.
Y2
= Tes akhir keterampilan chest pass. Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada hasil tes awal
keterampilan chest pass. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang memiliki keterampilan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1(K1) dan kelompok 2 (K2). Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
ini dengan cara ordinal pairing. Adapun pembagian kelompok secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut: Kelompok 1
Kelompok 2
1
2
4
3
5
6
8
7
dst.
F. Teknik Analisis Data 1. Mencari Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes diketahui melalui uji reliabilitas. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2001: 42) dengan rumus sebagai berikut : MSA – MSW R= MSA Keterangan : R = Koefisien reliabilitas MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai berikut : a. Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak normal. Adapun langkah-langkah uji normalitas metode Lilliefors menurut Sudjana (2005: 466) sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
1) Pengamatan x1, x2,
.., xn dijadikan bilangan baku z1, z 2,
., z n dengan
menggunakan rumus z i = {xi – x}/ SD, masing-masing merupakan ratarata dan simpangan baku sampel. 2) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z i) = P(Z Z i) 3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z 2, . . ., z n yang lebih kecil atau sama dengan z i. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka : z 1, z2, . . ., zn yang zi S(z i) = n 4) Hitung selisih F(z i) – S(z i) kemudian tentukan harga mutlaknya. 5) Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tesebut.
b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui homogenitas dari sampel, pada penelitian ini menggunakan uji homogenitas dengan metode Barlet, dimana untuk langkahlangkahnya adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 261) : 1) Membuat tabel perhitugan yang terdri dari kolom-kolom kelompok sampel: dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2 2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel. Rumusnya : SD2 = B = Log Sdi2 (n-1) 3) Menghitung X2 Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1
(2)
Dengan (Ln 10) = 2,3026 Hasilnya (X2 hitung) kemudian dibandingkan dengan (X2 tabel), pada taraf signifikansi
= 0,05 dan dk (n-1)
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima. Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
3. Pengujian Hipotesis a. Uji Perbedaan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari Sutrisno Hadi (1998: 457) sebagai berikut : [Md] t=
d2 N (N-1)
Keterangan : t
= Nilai uji perbedaan
Md
= Mean perbedaan dari pasangan
d2 N
= Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut : D Md = N Keterangan : D
= Perbedaan masing-masing subjek
N
= Jumlah pasangan
b. Penghitungan Perbedaan Persentase Peningkatan Untuk menghitung presentase kemampuan chest pass antara perlakuan dengan metode latihan chest pass interval dan kontinyu menggunakan rumus sebagai berikut : Mean different Persentase peningkatan =
X 100% Mean pretest
Mean different = mean posttest - mean pretest
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir pada kemampuan Chest Pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Berikut disajikan dekripsi data, uji prasyarat analisis, hasil analisis data dan pengujian hipotesis.
A. Deskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan Chest Pass yang dilakukan pada kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Kemampuan Chest Pass Kelompok I dan Kelompok II. Kelompok Tes N Mean SD Kelompok I Awal 15 41,2 6,014 (Kelompok metode latihan Akhir 15 51,6 3,562 interval) Peningkatan 10,4 Kelompok II Awal 15 41 5,745 (Kelompok metode latihan Akhir 15 47,8 4,779 kontinyu) Peningkatan 6,8 Kelompok perlakuan dengan metode interval memberikan pengaruh terhadap kemampuan chest pass yang berbeda. Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihan metode interval dan metode latihan kontinyu dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok latihan dengan metode interval memiliki kemampuan chest pass sebesar 3,6 lebih tinggi dari pada kelompok dengan metode kontinyu. Gambaran nilai rata-rata kemampuan chest pass antara kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Gambar 4 . Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Chest Pass antara Kelompok Metode Interval dan Metode kontinyu
B. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes kemampuan menggiring bola, dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitastes awal dan tes akhir kemampuan menggiring bola yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Hasil Tes Reliabilitas Tes Awal 0.958 Tes Akhir 0,782
Kategori Tinggi Sekali Cukup
Dari tabel di atas diketahui bahwa, nilai reliabilitas hasil tes awal adalah sebesar 0,958, dimana termasuk dalam kategori tinggi sekali. Adapun nilai reliabilitas hasil tes akhir adalah sebesar 0,782, dimana juga termasuk dalam kategori cukup. Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut, menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B (2001: 22) yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tabel 4. Tabel Range Kategori Reliabilitas Kategori Tinggi Sekali Tinggi Cukup Kurang Tidak Signifikan
Reliabilitas 0,90 – 1,00 0,80 – 0,89 0,60 – 0,79 0,40 – 0,69 0,00 – 0,39
C. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum
dilakukan
analisis
data,
perlu
dilakukan
pengujian
persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan yaitu dengan uji normalitas dan homogenitas. 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 5. Rangkuman Hasil Analisis Data Kelompok N M SD L Perlakuan hitung KI 15 41,2 6,014 0,178 KII 15 41 5,745 0,167
L tabel
Kesimpulan
0,220 0,220
Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal
Dari hasil normalitas yang dilakukan pada kelompok I (K1) diperoleh nilai Lo = 0,178. Dimana hasil tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data K1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil normalitas yang dilakukan pada Kelompok II (K2) diperoleh nilai Lo = 0,167. Dimana hasil tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data K2 juga termasuk berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians , maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) sebagai berikut: Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok N SD2 K1
15
33,76
K2
15
30,8
Fhitung
F tabel 5%
1,096
2,48
Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung = 1,096. Sedangkan dengan db = 14 lawan 14 , angka F t = 2,48. Ternyata nilai Fhitung= lebih kecil dari F t. Karena Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa K1 dan K2 memiliki varians yang homogen. Dengan demikian apabila nantinya antara K1 dan K2 terdapat perbedaan, perbedaan tersebut benar-benar karena adanya perbedaan rata-rata nilai yang diperoleh.
D. Hasil Analisis Data 1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji perbedaannya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui perbedaan pada kedua kelompok tersebut, selama diberi perlakuan berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara K1 dan K2 sebelum diberi adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Tabel 7. Rangkuman Hasil Perbedaan Tes Awal pada K1 dan K2 Kelompok N M Md t hitung t tabel 5% K1 15 41,2 0,2 0,611 2,145 K2 15 41 Dari uji t yang di lakukan dapat disimpulkan bahwa nilai t yang diperoleh sebesar 0,611, sedangkan db = N – 1 = 15 – 1 = 14 dan taraf signifikasi 5%, angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel t adalah 2,145. Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Dengan demikian hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat berbedaaan yang signifikan antara hasil tes awal kemampuan chest pass pada kelompok 1 dan kelompok 2. Sehingga apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut benar-benar dikarenakan adanya perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan. 2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan Dalam penelitian ini subyek diberi perlakuan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali setiap minggu. Dalam hal ini K1 diberi latihan chest pass dengan metode interval dan K2 diberi latihan dengan metode kontinyu , kemudian dilakukan tes akhir. Dari hasil tes akhir pada masing-masing kelompok tersebut kemudian dilakukan uji perbedaan, yang hasilnya adalah sebagai berikut: a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 (Interval) yaitu: Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Tes N M Md Awal
15
41,2
Akhir
15
51,6
10,4
t hitung
t tabel 5%
7,172
2,145
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 7,172, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t table dengan taraf kepercayaan 5% yaitu 2,145. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
pada kelompok I. Dengan demikian setelah mendapat latihan dengan metode interval, terjadi peningkatan kemampuan chest pass pada kelompok I secara signifikan. b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok II (kontinyu ) Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok II Tes N M Md t hitung t tabel 5% Awal
15
41
Akhir
15
47,8
6,13
6,142
2,145
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 6,142, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,145. Dengan demikian hipotesis nol ditolak,yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akjir pada kelompok I. Dengan demikian setelah mendapat latihan metode kontinyu, terjadi peningkatan kemampuan chest pass pada kelompok II secara signifikan. c. Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara Pada Kelompok I dan Kelompok II yaitu: Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara KI dan K2 Kelompok N M Md t hitung t tabel 5% KI
15
51,6
K II
15
47,8
3,8
2,854
2,145
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 2,854, yang ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,145. Dengan demikian hipotesis nol ditolak,yang berarti bahwa setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada K I dan K II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
d. Perbedaan Persentase Peningkatan Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki persentase peningkatan yang lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan persentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan chest pass dalam persen pada K I dan KII adalah sebagai berikut: Tabel 11. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Chest Pass dalam Persen K I dan K II. Kelompok N Mean Mean Md Persentase Pretest Posttest Peningkatan KI 15 41,2 51,6 10,4 25,242 K II 15 41 47,8 6,8 16,585 Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa K I memiliki peningkatan kemampuan chest pass sebesar 25,242%. Sedangkan K II memiliki kemampuan chest pass sebesar 16,585%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KI memiliki persentase peningkatan kemampuan chest pass lebih besar daripada K II. Gambaran persentase peningkatan kemampuan chest pass antara kelompok latihan dengan metode interval dan matihan dengan metode kontinyu dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
Gambar 5. Histogram Persentase Peningkatan Kemampuan Chest Pass antara Kelompok Latihan dengan Metode Interval dan Kelompok Latihan dengan Metode kontinyu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
E. Pembahasan dan Pengujian Hipotesis Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan, diperoleh nilai t antara tes awal pada kelompok I dan kelompok II = 0,611, sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian kelompok I dan kelompok II sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang. Antara kelompok I dan kelompok II berangkat dari titik tolak kemampuan chest pass yang sama. Yang berarti apabila setelah diberi latihan terdapat perbedaan, hal itu karena adanya perbedaan latihan yang diberikan. Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok I = 7,172. Sedangkan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok I. Yang berarti kelompok I memiliki peningkatan kemampuan chest pass yang disebabkan oleh metode latihan yang diberikan, yaitu metode latihan interval. Latihan chest pass dengan metode latihan interval, yaitu cara latihan yang dalam pelaksanaaannya dilakukan secara berselang antara waktu latihan dan waktu istirahat. Dengan perhitungan waktu latihan dan waktu istirahat yang seimbang, maka latihan secara interval memiliki beberapa keuntungan baik bagi atlet maupun pelatih. Namun, latihan interval yang dilakukan secara sistematis dapat memberikan pembebanan yang cukup berat terhadap sistem aerobik. Sistem interval memberikan periode pemulihan diantar ulangannya. Pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja atau latihan dengan intensitas tinggi selama latihan. Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok II = 6,142. Sedangkan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok II. Yang berarti kelompok II memiliki peningkatan kemampuan chest pass yang disebabkan oleh metode pelatihan yang diberikan, yaitu metode latihan kontinyu. Latihan secara kontinyu yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan kapasitas total paruparu dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
berat yang diberikan terhadap sistem aerobik didalam tubuh. Latihan secara kontinyu pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan. Disamping itu juga dengan latihan secara terus menerus akan meningkatkan self control pada waktu melakukan latihan dan akan merangsang kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk membantu mencapai prestasi yang lebih baik. Dengan hal tersebut, maka dapat meningkatkan kemampuan chest pass. Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada kelompok I dan kelompok II, diperoleh nilai t sebesar 2,854 sedangkan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh lebih besar > t tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada kelompok I dan kelompok II. Karena sebelum diberi perlakuan kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama, maka perbedaan tersebut adalah karena perbedaan pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Pengaruh suatu metode itu bersifat khusus, sehingga perbedaan karakteristik latihan dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan chest pass dengan metode interval dan metode kontinyu terhadap kemampuan chest pass, dapat diterima. Kelompok I yang diberikan latihan bermin bola basket dengan metode interval memiliki nilai persentase peningkatan kemampuan chest pass sebesar 25,242%. Sedangkan pada kelompok II yang diberikan latihan bermain bola dengan metode kontinyu memiliki peningkatan kemampuan chest pass sebesar 16,585%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok I memiliki persentase peningkatan kemampuan chest pass yang lebih besar dari kelompok II. Latihan dengan metode interval ternyata dapat memberikan rangsangan yang lebih efektif untuk mengoreksi teknik chest pass yang benar sehingga memberikan rangsangan untuk pembentukan teknik chest pass yang lebih baik pada siswa. Pelaksanaan latihan chest pass dengan metode latihan interval, yaitu latihan yang dalam pelaksanaaannya dilakukan secara berselang antara waktu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
latihan dan waktu istirahat. Dengan perhitungan waktu latihan dan waktu istirahat yang seimbang, maka latihan secara interval memiliki beberapa keuntungan baik bagi siswa. Untuk itu peneliti menggunakan metode latihan interval untuk mempersiapkan siswa dengan latihan yang pelaksanaannya tidak dilakukan secara terus menerus jadi waktu latihan dan istirahat seimbang sehingga pelatih dan siswa dapat mengatur latihan secara fleksibel dan waktu istirahat dapat dijadikan untuk bersosialisasi dan mengamati kemajuan. Latihan dengan metode interval juga memiliki banyak manfaat yaitu menghindari
terjadinya over training,
memberikan kesempatan organisme siswa untuk beradaptasi organisme siswa untuk beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya, sehingga siswa tidak dipaksa untuk latihan terus menerus yang membuat siswa bosan dan membuat kemampuaannya menjadi turun. Dengan demikian latihan dengan metode latihan interval yang dilakukan secara sistematis dan dilakukan berulang-ulang akan mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan chest pass dalam permainan bola basket. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa metode latihan interval memiliki pengaruh
yang lebih baik terhadap
kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, pada bab sebelumnya maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1.
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan interval dan kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo tahun 2011/2012, (t hitung = 2,854 > t tabel = 2,145).
2.
Metode latihan interval memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada dengan metode kontinyu terhadap kemampuan chest pass pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bola basket SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan kemampuan chest pass kelompok I (kelompok yang mendapat metode latihan interval) = 25,242% > kelompok II (kelompok yang mendapat latihan kontinyu) = 16,585%.
B.
Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa baik metode latihan interval maupun metode latihan kontinyu. Kedua-duanya dapat meningkatkan kemampuan chest pass. Namun besarnya peningkatan dari masing-masing bentuk metode dalam latihan tersebut berbeda, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik metode latihan yang diberikan. Tiap jenis metode latihan memiliki tipe kerja yang berbeda, perbedaan tipe kerja berpengaruh terhadap hasil latihan. Implikasi yang diberikan bahwa kemampuan chest pass dalam permainan bola basket dapat meningkat melalui metode latihan yang diberikan, baik menggunakan metode latihan interval maupun dengan metode latihan kontinyu. Dalam memberikan metode latihan bermain bola basket khususnya chest pass, Pembina harus memilih suatu bentuk metode latihan yang sesuai dengan strategi latihan teknik dasar yang bertujuan agar siswa dapat menampilkan chest pass dengan teknik yang benar. Dalam penelitian ini ternyata metode latihan
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
secara interval lebih sesuai untuk mengembangkan kemampuan chest pass yang lebih baik. Hal tersebut dapat menjadi dasar pemikiran bagi para pembina ekstrakurikuler bola basket tentang metode yang tepat untuk mengembangkan penguasaan teknik chest pass yang baik dalam permainan bola basket.
C.
Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada para pengajar dan pembina olahraga khususnya di SMA Negeri 2 Sukoharjo, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1.
Dalam memilih jenis metode latihan, khususnya untuk mengembangkan kemampuan chest pass yang baik, hendaknya pembina memilih metode latihan yang dilakukan secara berselang antara waktu istirahat dan latihan sehingga siswa tidak mengalami kebosanan pada latihan yang terus menerus dilakukan. Latihan harus fleksibel tetapi teratur agar teknik chest passnya menjadi benar dan lebih baik.
2.
Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan bermain bola basket, khususnya untuk menunjang kemampuan chest pass perlu diperbanyak dengan metode latihan secara interval dengan latihan secara fleksibel dan sistematis akan meningkatkan kapasitas aerobik pada waktu melakukan latihan dan dapat lebih mengkhususkan program latihan yang lebih teliti bagi setiap siswa.
commit to user