PERBEDAAN BUSINESS MODEL CREATIVE SUITE DAN CREATIVE CLOUD MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS
SKRIPSI TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana ekonomi di Universitas Bakrie
Imam Susanto NIM: 1081001084
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie Jakarta Januari 2014
i
PERBEDAAN BUSINESS MODEL CREATIVE SUITE DAN CREATIVE CLOUD MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS
SKRIPSI TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana ekonomi di Universitas Bakrie
Imam Susanto NIM: 1081001084
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie Jakarta Januari 2014
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Imam Susanto
NIM
: 1081001084
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 6 Januari 2014
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir ini diajukan oleh: Nama
: Imam Susanto
NIM
: 1081001084
Program Studi
: Manajemen
Judul Tugas Akhir
: Perbedaan Business Model Creative Suite dan Creative Cloud menggunakan Business Model Canvas
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie
DEWAN PENGUJI Pembimbing : Ir. Aurino RA. Djamaris, M.M.
(..................................)
Penguji 1
: Deddy Herdiansjah, M.Sc, M.BA, Ph.D (..................................)
Penguji 2
: Ir. B.P. Kusumo Bintoro, M.BA.
Ditetapkan di
: Jakarta
Tanggal
: 6 Januari 2014
(..................................)
iii
UNGKAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Tugas Akhir ini, akan sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1) Ir. Aurino RA. Djamaris, M.M., selaku dosen pembimbing dan sekaligus menjadi mentor kehidupan bagi penulis; 2) Deddy Herdiansjah, M.Sc, MBA, Ph.D, dan Ir. B.P. Kusumo Bintoro, M.BA. yang telah memberikan penulis masukan dalam topik Tugas Akhir, Strategic Management, dan Business Model; 3) Ibu dan Bapak beserta keluarga saya yang telah memberikan dukungan moral, spiritual, dan material; 4) Novita Nurul Azkia, S.E., yang telah membantu penulis dalam proses diskusi materi dan memberi dukungan moral bagi penulis; 5) Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 „Embassy‟ yang sudah menjadi alumni maupun yang masih dalam proses menyelesaikan tugas akhir atas dukungan moral dan kebersamaan; Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.
Jakarta, 6 Januari 2014
Imam Susanto
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
Sebagai sivitas akademik Universitas Bakrie, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Imam Susanto
NIM
: 1081001084
Program Studi
: Manajemen
Fakultas
: Ekonomi dan Ilmu Sosial
Jenis Tugas Akhir
: Studi Kasus
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Bakrie Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Perbedaan Business Model Creative Suite dan Creative Cloud menggunakan Business Model Canvas beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Bakrie berhak menyimpan, mengalihmedia / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta untuk kepentingan akademis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
:
Jakarta
Pada tanggal
:
6 Januari 2014
Yang menyatakan,
Imam Susanto
v
PERBEDAAN BUSINESS MODEL CREATIVE SUITE DAN CREATIVE CLOUD MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS Imam Susanto
ABSTRACT
Adobe has just launched a new innovation from its series of products – Adobe Creative Cloud. This innovation will affect the digital creative industry since Adobe products are known as industry standard in digital creative. The old Creative Suite and the new Creative Cloud has different Business Model which need to be identified the difference between them. This research will provide a comprehensive comparison between Adobe Creative Suite and Adobe Creative Cloud using Business Model Canvas The result shows that there are various improvement in each element in Business Model Canvas. Adobe Creative Cloud also implements subscription model, freemium model, and multiplatform Business Model. These findings could have raised some trends in software business such as cloud computing, data security & privacy, and piracy.
Kata Kunci : Business Model, Business Model Canvas, Creative Suite, Creative Cloud
vi
PERBEDAAN BUSINESS MODEL CREATIVE SUITE DAN CREATIVE CLOUD MENGGUNAKAN BUSINESS MODEL CANVAS Imam Susanto
ABSTRAK
Adobe telah meluncurkan sebuah inovasi baru dari beberapa produk yaitu Adobe Creative Cloud. Inovasi ini berpengaruh kepada industri digital kreatif karena produk Adobe memang sudah menjadi standar industri dalam industri digital kreatif. Creative Suite dan Creative Cloud memiliki Business Model yang berbeda sehingga diperlukan identifikasi perbedaan antara dua produk tersebut. Penelitian ini memberikan perbandingan secara komprehensif antar Adobe Creative Suite dan Adobe Creative Cloud menggunakan Business Model Canvas. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat beberapa perkembangan di setiap elemen Business Model Canvas. Adobe Creative Cloud mengimplementasikan Subscription Model, Freemium Model, dan Multiplatform Business Model. Temuan ini menunjukkan adanya tren pada industri perangkat lunak seperti Cloud Computing, keamanan data dan privasi, serta pembajakan.
Kata Kunci : Business Model, Business Model Canvas, Creative Suite, Creative Cloud
vii
DAFTAR ISI Halaman Pernyataan Orisinalitas .............................................................................................. ii Lembar Pengesahan ................................................................................................................. iii Ungkapan Terima Kasih .......................................................................................................... iv Lembar Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ...............................................................................v Abstract .................................................................................................................................... vi Abstrak .................................................................................................................................... vii Daftar Isi................................................................................................................................. viii Daftar Tabel ...............................................................................................................................x Daftar Gambar .......................................................................................................................... xi Daftar Lampiran ...................................................................................................................... xii Bab I Pendahuluan .....................................................................................................................1 1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2. Tujuan dan Lingkup Penelitian ........................................................................ 5 1.3. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6 1.4. Manfaat ............................................................................................................ 6 1.5. Struktur Tugas Akhir........................................................................................ 6 Bab II Landasan Teori ................................................................................................................7 2.1. Business Model ................................................................................................ 7 2.2. Business Model Framework ........................................................................... 10 2.2.1. Business Model Canvas ...................................................................... 10 2.2.2. Four-Box Business Model................................................................... 12 2.2.3. STOF Model........................................................................................ 13 2.2.4. Business Model Schematics ................................................................ 14 2.2.5. Technology/Market Mediation............................................................ 16 2.2.6. Entrepreneur‟s Business Model .......................................................... 16 2.2.7. e3-Value .............................................................................................. 17 2.3. Nine Building Blocks Business Model Canvas ............................................. 18 2.3.1. Customer Segments (CS) .................................................................... 18 2.3.2. Value Proposition (VP) ....................................................................... 23 2.3.3. Channels (CH) ..................................................................................... 27 2.3.4. Customer Relationships (CR) ............................................................. 28
viii
2.3.5. Revenue Streams (R$)......................................................................... 31 2.3.7. Key Activities (KA) ............................................................................ 36 2.3.8. Key Partnerships (KP)......................................................................... 37 2.3.9. Cost Structure (C$) ............................................................................. 39 2.4. Klasifikasi Business Model ............................................................................ 41 2.4.1. Klasifikasi Business Model menurut Osterwalder (2010) .................. 41 2.4.2. Klasifikasi Business Model menurut Johnson (2010) ......................... 42 2.5. Four Actions Framework ............................................................................... 42 Bab III Metodologi Penelitian..................................................................................................44 3.1. Metode Studi Kasus ....................................................................................... 44 3.2. Objek Penelitian ............................................................................................. 45 3.3. Sumber Data ................................................................................................... 46 3.4. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 46 3.5. Diagram Penelitian ......................................................................................... 48 Bab IV Pembahasan .................................................................................................................49 4.1. Hasil Perbandingan Produk ............................................................................ 49 4.1.1. Creative Suite ...................................................................................... 49 4.1.2. Creative Cloud .................................................................................... 51 4.1.3. Hasil Analisis ...................................................................................... 53 4.2. Identifikasi Nine Building Blocks .................................................................. 53 4.2.1. Creative Suite ...................................................................................... 53 4.2.2. Creative Cloud .................................................................................... 60 4.2.3. Ringkasan perbandingan 9 Building Blocks ....................................... 63 4.3. Analisis Perbedaan Nine Building Blocks ..................................................... 64 4.4. Interpretasi Hasil Perbedaan Nine Building Blocks....................................... 65 Bab V Kesimpulan dan Saran ..................................................................................................70 5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 70 5.2. Saran ............................................................................................................... 71 Bab VI Implikasi Manajemen ..................................................................................................73 Daftar Pustaka ..........................................................................................................................75
ix
DAFTAR TABEL Tabel 1. Hubungan Tipe Channel dan Fase Channel ............................................ 29 Tabel 2. Mekanisme Pricing ................................................................................. 34 Tabel 3. Perbandingan harga beli dan upgrade untuk CS 6 Design Standard & CS6 Master Collection .................................................................................... 50 Tabel 4. Harga Creative Cloud subscription (USD/bulan) ................................... 52 Tabel 5. Perbedaan Creative Suite dengan Creative Cloud .................................. 55 Tabel 6. Four Actions Framework Analysis ......................................................... 64
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Value Added Adobe Creative Cloud ..................................................... 3 Gambar 2. Diagram Business Model Canvas ........................................................ 11 Gambar 3. Four Box Business Model ................................................................... 13 Gambar 4. STOF Model ........................................................................................ 14 Gambar 5. Contoh Business Model e-brokering menggunakan framework Business Model Schematics ................................................................ 15 Gambar 6. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Mass Market ........ 20 Gambar 7. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Niche Market ....... 21 Gambar 8. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Segmented Market 22 Gambar 9. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Diversified Market 22 Gambar 10. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Multi-sided Market ............................................................................................................................... 23 Gambar 11. Value Innovation dan Four Actions Framework ............................... 43 Gambar 12. Flowchart Comparative Research menggunakan BMC .................... 45 Gambar 13. Flowchart Penelitan ........................................................................... 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Perbandingan Business Model Frameworks .......................... 78 Lampiran 2. Tabel Ringkasan Klasifikasi Business Model .................................. 81 Lampiran 3. Klasifikasi Business Model menurut Johnson .................................. 84 Lampiran 4. Diagram Business Model Canvas untuk produk Creative Suite....... 86 Lampiran 5. Diagram Business Model Canvas untuk Produk Creative Cloud ..... 87 Lampiran 6. Perbandingan 9 Building Blocks ...................................................... 88 Lampiran 7. Diagram Kombinasi Business Model Canvas CS dan CC ............... 90
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi digital yang semakin pesat telah merevolusi industriindustri untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Salah satu industri yang sedang dalam masa perkembangan adalah industri kreatif. Pengaruh dari perkembangan teknologi digital ini menuntut industri kreatif menciptakan karyakarya yang dapat membantu orang meningkatkan produktivitas dan menciptakan konten digital yang istimewa. Selain itu, perkembangan teknologi digital ini tidak terlepas dari peran internet yang selalu tumbuh setiap tahunnya. Mulai dari peningkatan pengguna internet, adanya social media, hingga mulai munculnya istilah baru yaitu web 2.0, dll. Salah satu perusahaan yang terkena dampak dari perkembangan digital ini adalah Adobe Systems Inc. Adobe Systems Adobe Systems Incorporated (Adobe Inc.) adalah sebuah perusahaan yang berfokus pada bidang software. Adobe menyediakan lini bisnis berupa software dan jasa yang digunakan oleh berbagai konsumen mulai dari professional, designer, developer, mitra OEM, dan enterprise untuk membantu membuat, mengelola, dan menyampaikan konten serta pengalaman di berbagai sistem operasi, perangkat, dan media. Adobe mendistribusikan produknya melalui sebuah jaringan distributor, dealer, reseller, sistem integrator, vendor software independen, Original Equipment Manufacturer (OEM) dan dapat diunduh langsung melalui website Adobe. Salah satu produk unggulan dari Adobe adalah Creative Suite. Adobe Creative Suite (CS) Creative Suite merupakan kumpulan beberapa software untuk desain grafis, manipulasi video, dan pengembangan web yang dibuat dan sebagian lainnya diakuisisi oleh Adobe System. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2013 sudah banyak
1
Universitas Bakrie
perkembangan yang terjadi pada Creative Suite. Sudah terdapat 6 versi Creative Suite mulai dari CS1 hingga CS6. Aplikasi Creative Suite dapat dibeli melalui vendor software, dealer, reseller, maupun diunduh langsung dari website Adobe. Jika dibeli di vendor software, dealer maupun reseller, maka customer dapat membayar dengan menggunakan cash dan langsung mendapatkan box CD yang berisi software asli Creative Suite beserta dengan kode lisensi. Namun jika dibeli melalui website, maka customer perlu mengunduh kemudian menginstal dan memasukkan kode lisensi yang dikirim melalui email. Harga dari aplikasi Creative Suite bergantung pada versi dan edisi. Hingga saat ini Adobe sudah mengembangkan Creative Suite hingga versi 6 (CS6). Di setiap versi memiliki edisi tertentu. Untuk CS6 terdapat 4 jenis edisi, yaitu CS6 Edisi Design Standard, CS6 Edisi Design & Web Premium, CS6 Production Premium, dan CS6 Master Collection. Harga aplikasi Creative Suite 6 Design Standard adalah $1,299 atau sebesar Rp13.200.000. Sedangkan untuk yang Creative Suite 6 Master Collection adalah $2,599 atau sebesar Rp26.200.000. Adobe juga menawarkan update untuk melakukan upgrade dari versi Creative Suite sebelumnya sehingga customer tidak perlu membeli ulang software terbaru. Harga untuk upgrade berkisar dari $99 hingga $389. Harga yang sangat tinggi membuat sebagian besar orang mengurungkan niat untuk membeli software CS6 khususnya untuk penggunaan personal. Hanya customer pada tingkat enterprise yang memiliki kemampuan daya beli sedangkan untuk freelancer tingkat kemampuan daya beli sangat jauh berbeda. Hal ini menyebabkan banyak terjadinya pelanggaran-pelanggaran lisensi penggunaan software Creative Suite ini. Salah satu pelanggaran adalah pembajakan software Creative Suite yang menyebabkan kerugian pada Adobe. Pada saat CS6 diumumkan, secara bersamaan diluncurkan juga inovasi baru dari Adobe yaitu Adobe Creative Cloud.
2
Universitas Bakrie
Adobe Creative Cloud (CC) Pada Oktober 2011 tepatnya di Adobe MAX Conference 2011, David Wadhwani yang menjabat sebagai Senior Vice President dan General Manager Adobe mengumumkan Creative Cloud merupakan sebuah inovasi besar yang akan segera dikembangkan oleh Adobe. MAX Conference merupakan konferensi tahunan yang diadakan oleh Adobe untuk mengumumkan produk baru maupun menyampaikan visi dan misi Adobe di masa mendatang.. David Wadhwani menjelaskan, Creative Cloud adalah sebuah platform yang mengintegrasikan konsep digital kreatif mulai dari creative process, pengelolaan aset, kolaborasi, komunitas, pengelolaan reputasi dan portofolio, dan publishing. Latar belakang mengapa dibuatkannya Creative Cloud ini adalah dorongan dari perkembangan dunia teknologi yang begitu pesat sehingga memunculkan adanya permintaan baru salah satunya adalah permintaan atas kemudahan mencari komunitas untuk dapat memamerkan hasil karya digital, selain itu adanya permintaan untuk mengelola aset menggunakan teknologi cloud computing sehingga selain digunakan untuk mengamankan aset, hasil karya tersebut dapat dikolaborasikan bersama kolega dan dapat dipamerkan kepada komunitas. Konsep
Gambar 1. Value Added Adobe Creative Cloud Sumber: Adobe MAX Financial Analyst Briefing (http://wwwimages.adobe.com/www.adobe.com/content/dam/Adobe/en/investorrelations/PDFs/AdobeMAXFABriefingSlides6May2013.pdf)
3
Universitas Bakrie
baru yang ditawarkan pada Creative Cloud dijelaskan pada gambar 1. Pada tanggal 6 Mei 2013, Adobe mengadakan MAX Conference di Los Angeles. Inti dari conference tersebut adalah mengumumkan perkembangan Creative Cloud selama 18 bulan sejak diumumkannya pada Oktober 2011. Salah satu berita yang menggembirakan bagi para customer Adobe adalah peluncuran keluarga software baru antara lain adalah Photoshop CC, Illustrator CC, dan After Effects CC. Photoshop CC merupakan perkembangan dari Photoshop CS6. David Wadhwani dalam MAX Conference 2013 menyatakan bahwa semua software creative suite (CS) akan di-rebranding menjadi software Creative Cloud. Pada conference tersebut diumumkan sekaligus didemonstrasikan keunggulan-keunggulan dan fitur baru dari software Creative Cloud. Namun pada akhir sesi demonstrasi aplikasi Creative Cloud terbaru, David Wadhwani menyatakan bahwa update tersebut hanya akan diimplementasikan untuk software Creative Cloud selain itu, Adobe Creative Suite CS6 tidak akan diperbaharui lebih lanjut, dengan kata lain Adobe menginginkan semua customer mereka berpindah dari Creative Suite menjadi Creative Cloud. Creative Suite vs. Creative Cloud Semenjak diumumkannya Creative Cloud dan sekaligus akhir dari Creative Suite, banyak kontroversi yang terjadi mulai dari pengguna Adobe Creative Suite yang memrotes atas keputusan Adobe yang tidak akan memperbaharui Adobe Creative Suite. Selain itu kontroversi lainnya adalah proses pembayaran yang hanya bisa menggunakan kartu kredit hal ini dikarenakan Creative Cloud menggunakan model Subscription dalam proses pembayaran oleh customer. Sisanya adalah customer yang bingung apakah harus melakukan upgrade dari Creative Suite ke Creative Cloud karena tidak mengerti cara mengidentifikasi manfaat dan biaya yang diperoleh ketika berpindah ke Creative Cloud. Secara singkat perbedaan mendasar yang terdapat pada Creative Cloud dan tidak terdapat pada Creative Suite adalah integrasi dan value added yang dimiliki oleh Creative Cloud. Pada Creative Suite, customer umumnya mencari layananlayanan
secara terpisah dalam hal pencarian komunitas, berkolaborasi, dan
4
Universitas Bakrie
membuat portofolio. Namun Creative Cloud mempermudah hal tersebut dengan cara mengintegrasikan layanan-layanan yang diperlukan oleh customer. Selain itu, David Wadhwani menjelaskan bahwa lisensi akan terikat pada user, bukan pada device. Hal ini memberikan kemudahan untuk customer jika ingin menggunakan software tersebut di device lain. Alasan Pemilihan Judul Inovasi Creative Cloud yang telah dilakukan Adobe ini akan berdampak langsung terhadap industri kreatif. Salah satu faktor yang dimiliki Adobe dalam mempengaruhi industri secara signifikan adalah jumlah market share yang sangat tinggi. Selain itu kemampuan menggunakan software dari Adobe menjadi salah satu persyaratan melamar pekerjaan di dunia digital kreatif. Dan yang lebih heboh lagi adalah fenomena kata „Photoshop’ yang menjadi kata kerja untuk suatu gambar yang telah dimanipulasi. Inovasi ini pastinya tidak lepas dari adanya pengaruh lingkungan dan perkembangan teknologi. Ditambah lagi dengan adanya tekanan dari internal untuk mencoba mengubah bisnis model yang dahulu dirugikan karena adanya resiko pembajakan dan sebagainya. Selain itu strategi penyampaian yang tepat kepada customer merupakan hal yang patut diperhatikan oleh Adobe yang merupakan salah satu Key Success Factor dalam adanya inovasi produk. Alasan Pemilihan Metodologi Business Model Canvas (BMC) merupakan alat yang membantu analis dalam menganalisis Business Model. BMC ini mulai dipublikasikan pada tahun 2010 dan mendapatkan popularitas dari komunitas konsultan dan akademisi. Penulis memilih metodologi ini karena selain baru, metodologi ini juga bersifat sederhana namun efektif dalam menjelaskan, menganalisis, dan memvisualisasikan Business Model.
1.2. Tujuan dan Lingkup Penelitian Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah mendapatkan hasil analisis tentang perbedaan Business Model pada Adobe Creative Suite dengan Adobe Creative Cloud.
5
Universitas Bakrie
Penelitian ini difokuskan pada penggunaan framework Business Model Canvas dengan objek penelitian Business Model Creative Suite dan Business Model Creative Cloud. Analisis dibatasi hanya sampai menemukan perbedaan elemen dan pola Business Model.
1.3. Rumusan Masalah Rumusan Masalah yang akan dibahas pada tugas akhir ini adalah: Apa saja perbedaan yang terdapat pada Business Model Adobe Creative Suite dengan Business Model Adobe Creative Cloud?
1.4. Manfaat Manfaat yang diperoleh setelah membaca tugas akhir ini antara lain: Sisi Akademis o Mengenal tools Business Model Canvas (BMC) sebagai salah satu metodologi menganalisis Business Model Sisi Praktis o Mengenal lebih dalam tentang Business Model dari Adobe Creative Suite dan Adobe Creative Cloud o Mendapatkan pengayaan tentang isu dibalik inovasi Adobe Creative Cloud
1.5. Struktur Tugas Akhir Tugas akhir ini dikategorikan sebagai studi kasus dimana struktur studi kasus sesuai dengan ketentuan penulisan tugas akhir Universitas Bakrie yaitu: (1) Bab I berisi tentang pengenalan, latar belakang, dan rumusan masalah tugas akhir, (2) Bab II berisi tentang studi literatur tentang teori, metodologi, dan beberapa teori yang menyangkut dengan objek penelitian, (3) Bab III berisi tentang penjelasan metodologi penelitian, (4) Bab IV berisi tentang pembahasan dan analisis dari rumusan masalah, (5) Bab V berupa kesimpulan, saran, dan yang terakhir (6) Bab VI berisi implikasi manajemen dari tugas akhir.
6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Business Model Definisi Business Model Business Model berasal dari dua kata yaitu „Business‟ dan „Model‟, berdasarkan WordNet 3.1 makna dari kedua kata tersebut adalah: Business: Kegiatan penyediaan barang dan jasa yang melibatkan aspek keuangan, perdagangan dan industri. Model: deskripsi hipotesis dari entitas atau proses yang kompleks. Dengan merujuk hipotesis sebagai sebuah representasi konseptual (Osterwalder, Pigneur, & Tucci, 2005), maka Business Model harus mengarah kepada konsep seperti berikut: “Business Model adalah sebuah alat konseptual yang berisikan beberapa objek dan konsep yang saling berhubungan untuk mendeskripsikan logika bisnis dari perusahaan secara spesifik. Perusahaan harus mempertimbangkan konsep dan hubungan yang dapat mendeskripsikan tentang Value apa yang disediakan untuk Customer, bagaimana Value tersebut disampaikan, dan akibatnya terhadap keuangan.” Chesbrough (2006), mendefinisikan Business Model sebagai: “Pada intinya, sebuah Business Model menjalankan dua fungsi penting: Value Creation dan Value Capture. Pertama, Business Model mendefinisikan beberapa kegiatan yang menghasilkan produk atau jasa baru yang membentuk Net Value dari setiap melalui kegiatan tersebut. Kedua, Business Model menangkap Value dari beberapa kegiatan tersebut yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mengembangkan Model tersebut.” Mark W. Johnson (2010), mendefinisikan Business Model sebagai sebuah blueprint yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan menyampaikan
7
Universitas Bakrie
value kepada customer untuk mendapatkan profit. Setiap perusahaan yang sukses telah memenuhi kebutuhan customer dengan Business Model yang efektif walaupun secara eksplisit perusahaan tersebut telah memahaminya atau tidak. Sedangkan Alexander Osterwalder & Pigneur (2010) mendefinisikan Business Model sebagai dasar rasional bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap Value. Business Model vs Business Process Modeling Business Process adalah kumpulan aktivitas secara terstruktur dan berhubungan yang menghasilkan suatu tujuan (dalam hal ini produk/jasa) kepada pelanggan. Terdapat tiga tipe utama Business Process antara lain: (1) Management Processes, (2) Operational Processes, (3) Supporting Processes. Sedangkan Business Process Modelling adalah aktivitas yang menggambarkan sejumlah proses yang terdapat pada perusahaan, sehingga proses yang telah tergambarkan tersebut dapat dianalisis dan ditingkatkan guna mencapai efisiensi dan efektivitas. Business Model berbeda dengan istilah business process modelling yang pada umumnya dikaitkan dengan istilah business process. Business Process Modelling bertujuan untuk membuat sebuah skema visual dari business process yang mempermudah bagi orang lain untuk memahami, mencari kekurangan, dan mengoptimalkan proses tersebut. Selain itu perbedaan lainnya yaitu Business Model mendefinisikan skema bisnis pada tingkat konseptual sedangkan business process modeling menjelaskan skema proses pada tingkat teknis. Business Model vs Strategic Analysis Menurut Chesbrough dan Rosenbloom (2002), konsep Business Model dengan Strategy dapat diidentifikasi dari tiga hal yaitu: 1. Penciptaan Value dan Menangkap Value – Business Model berfokus dalam hal penciptaan value. Sedangkan strategy lebih menekankan pada membentuk competitive advantage. 2. Business Value vs. Shareholder Value – Business Model adalah sebuah arsitektur yang mengubah inovasi menjadi Economic Value. Namun Business Model tidak fokus dalam menyampaikan Business Value kepada
8
Universitas Bakrie
shareholder. Contohnya, Metode financing tidak termasuk dalam Business Model tapi tetap mempengaruhi Shareholder Value. 3. Tingkat Asumsi – asumsi-asumsi yang terdapat pada Business Model terbatas pada pengetahuan di lingkup bisnis tersebut. Sedangkan Strategy bergantung pada analisis yang lebih kompleks dan membutuhkan kepastian dari pengetahuan pada lingkup bisnis tersebut. Bill Martin (2013), seorang senior marketing executive di industri digital marketing menjelaskan perbedaan Business Model dengan Competitive Strategy dalam beberapa poin yaitu: 1. Business Model dideskripsikan sebagai sebuah sistem bagaimana beberapa elemen-elemen dalam bisnis berhubungan satu sama lain. Namun mereka tidak memasukkan faktor kritis dalam dimensi kinerja bisnis yaitu kompetisi. Cepat atau lambat setiap perusahaan akan mengalami kompetisi dan strategi adalah senjata untuk menangani hal tersebut. 2. Competitive Strategy menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan akan melakukan pekerjaan lebih baik daripada kompetitor. Dalam hal ini melakukan diferensiasi. Organisasi akan mencapai performa terbaik ketika mereka berbeda dari kompetitor lain, ketika hal yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat dilakukan oleh perusahaan lain. Stan Abraham (2013), menjelaskan perbedaan Business Model dengan Strategic Analysis: “Business Model menjelaskan siapa pelanggan dan bagaimana perencanaan dari sebuah bisnis dalam menghasilkan pendapatan dengan menyediakan value; Strategy mengidentifikasi bagainaman sebuah bisnis dapat mengalahkan kompetitor dengan melakukan diferensiasi.” Selain itu, beliau juga menambahkan: “Sebuah pendekatan Business Model memiliki keterbatasan. Dia tidak dapat membantu organisasi mengembangkan competitive advantage,
9
Universitas Bakrie
memenangkan kompetisi, mengakuisisi dan bergabung dengan organisasi lain, atau melakukan diversifikasi.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Business Model berbeda dengan Strategic Analysis. Business Model hanya menjelaskan bagaimana sebuah bisnis beroperasi tanpa memasukkan unsur kompetisi dan competitive advantage dalam proses analisis.
2.2. Business Model Framework Business Model Framework adalah istilah untuk alat dan kerangka berpikir apa saja yang digunakan dalam melakukan analisis Business Model. Terdapat tujuh framework Business Model yang terkenal (Fielt, 2011): Business Model Canvas Four-Box Business Model STOF Model Business Model Schematics Technology/Market Mediation Entrepreneur’s Business Model E3-Value
2.2.1. Business Model Canvas Business Model Canvas merupakan framework yang dikenalkan oleh Alexander Osterwalder pada Bukunya yang berjudul Business Model Generation. Framework ini menggunakan pendekatan berdasarkan disertasi dari Alexander Osterwalder (2004).
Business Model Canvas berfungsi sebagai
model
representatif untuk mendeskripsikan, memvisualisasikan, mengevaluasi, dan mengembangkan Business Model. Business Model Canvas terdiri dari sembilan konsep yang disebut dengan nine building blocks: 1. Sebuah organisasi melayani satu atau lebih Customer Segments 2. BMC menyelesaikan masalah customer/memenuhi kebutuhan customer dengan Value Propositions 3. Value Propositions tersebut disampaikan kepada Customer melalui komunikasi, distribusi, dan Channel penjualan.
10
Universitas Bakrie
4. Customer Relationship dibangun dan dikelola untuk setiap Customer Segments. 5. Revenue Stream merupakan hasil dari penyampaian Value Proposition yang berhasil sampai pada Customer Segment 6. Key Resources merupakan aset yang dibutuhkan dalam menawarkan dan menyampaikan Value Proposition 7. Dengan melakukan Key Activities 8. Selain itu beberapa kegiatan di-outsource dan beberapa aset didapatkan di luar perusahaan melalui Key Partnerships 9. Elemen-elemen tersebut membentuk Cost Structure Elemen-elemen tersebut membentuk sebuah hubungan yang saling berinteraksi dan digambarkan dalam sebuah kanvas seperti yang terdapat pada gambar 2. Pada kanvas ini Osterwalder dan Pigneur menyarankan untuk mendesain Business Model dengan cara Visual Thinking, yaitu menggunakan visual tools seperti sketsa, diagram, gambar, dan Post-it™ notes dalam proses menggambar Business Model kemudian mendiskusikannya.
Gambar 2. Diagram Business Model Canvas Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010)
11
Universitas Bakrie
2.2.2. Four-Box Business Model Johnson (2010), mengenalkan Four-Box Business Framework melalui bukunya yang berjudul Seizing The White Space. Pendekatan yang digunakan oleh Johnson dalam framework ini adalah berfokus pada inovasi bisnis yang bertujuan untuk memasuki wilayah White Space dimana di wilayah tersebut dideskripsikan sebagai: “Sejumlah Potential Opportunity yang belum dimaksimalkan oleh Business Model perusahaan sekarang: yaitu Opportunity yang berada di luar bisnis inti dan jauh dari Adjacencies yang membutuhkan Business Model yang berbeda.” Four Box Business Model terdiri dari: 1. Customer Value Proposition adalah penawaran yang membantu Customer secara efektif, reliable, nyaman, atau murah dalam menyelesaikan masalah atau memuaskan permintaan pada tingkat harga tertentu. 2. Profit Formula adalah formula ekonomi yang mendefinisikan bagaimana perusahaan membuat sebuah Value untuk perusahaan dan shareholder. Profit Formula menjelaskan aset dan struktur biaya serta margin dan cashflow yang dibutuhkan untuk menutupi biaya tersebut. 3. Key Resources merupakan aset berupa manusia, teknologi, produk, fasilitas, perlengkapan, keuangan, dan brand yang dibutuhkan untuk menyampaikan Value Proposition kepada Customer. 4. Key Processes merupakan cara perusahaan menyampaikan Customer Value Proposition dengan se-efisien mungkin. Selain itu Johnson memasukkan Business Rules, Behavioral Norms dan Success Metrics sebagai bagian dari Four-Box Model. Komponen tersebut memastikan bahwa Customer Value Proposition dapat disampaikan secara berulang-ulang dan terprediksi. Hal ini disesuaikan untuk dapat beradaptasi dengan kegiatan harian perusahaan. Konsep Four Box Business Model dapat digambarkan sesuai dengan gambar 3.
12
Universitas Bakrie
Gambar 3. Four Box Business Model Sumber: Seizing the White Space - Interactive Models (http://www.seizingthewhitespace.com/tools-resources/interactive-models)
2.2.3. STOF Model Bouwman, De Vos dan Haaker (2008) mendeskripsikan STOF Model sebagai Service, Technology, Organization, dan Finance. Pendekatan yang digunakan pada STOF Model ini berfokus kepada inovasi Mobile Service Industry. Beberapa contoh penggunaan dari STOF Model diantaranya adalah Mobile Payment, Digital Music Vending, Mobile Ticketing, dll. Konsep STOF Model digambarkan sesuai dengan gambar 4. STOF Model terdiri dari beberapa konsep yang disebut dengan domains (Bouwman, Faber, Fielt, Haaker, & De Reuver, 2008) antara lain: 1. Service Domain: Masalah utama dalam mendesain jasa adalah Value, penyedia bermaksud untuk menyampaikan Value Proposition kepada
13
Universitas Bakrie
Customer dan Customer dalam hal ini End User berharap untuk mendapatkan Customer Value. 2. Technology Domain: Pada konteks Mobile Service, yang dimaksud dengan teknologi di sini adalah arsitektur, fungsionalitas, infrastruktur, akses jaringan, platform layanan, device, aplikasi, dan data. 3. Organization Domain: Masalah yang terdapat pada domain organisasi berkisar pada sumber daya dan kapabilitas, terutama terkait dengan teknologi, pemasaran dan keuangan yang harus tersedia guna dapat melancarkan kegiatan operasional. 4. Finance Domain: Sumber daya keuangan merupakan salah satu sumber daya yang paling penting untuk dikelola. Terdapat dua isu penting dalam domain keuangan ini yaitu, keputusan investasi dan Revenue Model.
Gambar 4. STOF Model Sumber: (Fielt, 2011)
2.2.4. Business Model Schematics Weill & Vitale (2001), memperkenalkan Business Model Schematics melalui buku karangannya Place to Space. Pendekatan yang digunakan pada framework ini berfokus pada e-business dengan contohnya direpresentasikan pada gambar 5.
14
Universitas Bakrie
Hal yang disorot pada framework ini adalah elemen-elemen penting khususnya dalam e-business yaitu: 1. Roles dan Relationship seperti Customer. Supplier, dan Partner 2. Alur produk, informasi, dan uang 3. Pendapatan dan manfaat lainnya untuk setiap entity
Gambar 5. Contoh Business Model e-brokering menggunakan framework Business Model Schematics Sumber: (Fielt, 2011)
Selain itu Weill dan Vitale menjelaskan dalam menganalisis Business Model perlu mempertimbangkan isu penting seperti: Sumber pendapatan Kepemilikan data dari hubungan dengan pelanggan Keintiman hubungan dengan pelanggan Kepemilikan dari transaksi pelanggan Kepemilikan dari data pelanggan Jenis informasi yang dibutuhkan
15
Universitas Bakrie
2.2.5. Technology/Market Mediation Chesbrough & Rosenbloom (2002), memposisikan Business Model sebagai alat untuk melihat logika antara pengembangan teknologi dan penciptaan Economic Value. Mereka menjelaskan: “Business Model menyediakan kerangka berpikir yang memasukkan karakteristik dan potensi dari teknologi sebagai input, dan mengubahnya melalui pelanggan dan pasar sebagai Economic Output.” Beberapa fungsi yang disebutkan dalam framework Technology/Market Mediation yaitu: 1. Mengkomunikasikan Value Proposition 2. Mengidentifikasi segmen pasar 3. Mendefinisikan struktur value chain pada perusahaan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan dan pendistribusian penawaran. 4. Memperkirakan struktur biaya dan potensi keuntungan dari penjualan produk/jasa 5. Mendeskripsikan posisi perusahaan dalam jaringan yang menghubungkan supplier dan customer 6. Memformulasikan competitive strategy dimana perusahaan yang berinovasi akan mendapatkan keuntungan dari perusahaan saingan
2.2.6. Entrepreneur‟s Business Model Morris, Schindehutte dan Allen (2005), menciptakan framework Business Model dari perspektif entrepreneurship dan berfokus pada wilayah strategi, arsitektur, dan ekonomi usaha. Terdapat tiga tingkatan penggunaan framework berdasarkan tujuan manajerial: 1. Foundation Level: Pada tingkatan ini, tujuan manajerial dari framework adalah membuat keputusan umum yang bersangkutan dengan bisnis serta memastikan setiap keputusan yang dibuat akan konsisten.
16
Universitas Bakrie
2. Proprietary Level: Pada tingkatan ini, tujuan manajerial dari framework adalah untuk menciptakan keuntungan market dari kombinasi beberapa variabel keputusan. 3. Rules Level: Pada tingkatan ini, framework berisikan menyediakan arahan dan tata cara menjalankan keputusan yang telah akan dilaksanakan dari tingkatan sebelumnya. Pada tingkat foundation, Mereka menjelaskan sebuah Business Model harus mampu menjawab enam pertanyaan kunci yaitu: Bagaimana cara perusahaan menciptakan Value? Untuk siapa Value diciptakan? Apa sumber kompetensi perusahaan? Bagaimana perusahaan memposisikan dirinya secara kompetitif? Bagaimana menghasilkan pendapatan? Model apa yang mempengaruhi waktu, ruang lingkup, dan ukuran ambisi bisnis?
2.2.7. e3-Value Gordjin (2002), mendefinisikan e3-Value sebagai pendekatan e-business yang mengkombinasikan perspektif nilai ekonomi dari sisi ilmu bisnis dengan pendekatan system analysis dari sisi ilmu komputer. Elemen-elemen yang terdapat pada e3-value modelling antara lain (Gordjin, Yu, & Van der Raadt, 2006): Actor: adalah sebuah entitas yang dianggap independen secara ekonomi oleh lingkungannya Value Object: Actor saling menukar Value Objects. Value object didefinisikan sebagai jasa, barang, pengalaman, atau uang yang dimiliki oleh Actor. Value Port: Actor menggunakan Value Port untuk menyediakan atau meminta Value Object dari atau untuk Actor lainnya.
17
Universitas Bakrie
Value Interface: Actor memiliki satu atau lebih Value Interface, dimana Value Interface merupakan pengelompokkan dari Value Port untuk menunjukkan timbal balik ekonomi. Value Exchange: Value Exchange menghubungkan dua Value Ports yang merupakan representasi dari satu atau lebih potensi pertukaran Value Objects. Market Segment: Market Segment memecah Actor menjadi beberapa segmen Actor yang menetapkan nilai ekonomi ke Value Object secara sama rata. Value Activity: Actor melakukan satu atau lebih Value Activity, yang diasumsikan memberi nilai tambah. Dependency Path: Merupakan gambaran yang merepresentasikan jumlah Value Exchange di Business Model. Dependency Path terdiri dari kebutuhan consumer, hubungan, elemen dependensi, dan batasan dependensi. Ketujuh framework Business Model tersebut memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda. Perbedaan tersebut disimpulkan dalam pada lampiran 1. Berdasarkan judul penelitian, penulis akan menjelaskan lebih dalam tentang framework Business Model Canvas dan elemen yang terdapat di dalamnya yaitu Nine Building Blocks.
2.3. Nine Building Blocks Business Model Canvas Terdapat sembilan konsep dalam Business Model canvas yang saling berhubungan sehingga dapat menggambarkan bagaimana perusahaan mampu menciptakan value added bagi stakeholder. Sembilan konsep tersebut antara lain: (1) Customer Segments, (2) Value Propositions, (3) Channels, (4) Customer Relationships, (5) Revenue Streams, (6) Key Resources, (7) Key Activities, (8) Key Partnerships, dan (9) Cost Structures. Pada sub-subbab berikutnya akan dijelaskan lebih detil tentang sembilan building block pada framework Business Model generation.
2.3.1. Customer Segments (CS) Customer merupakan alasan mengapa sebuah perusahaan beroperasi. Perusahaan tidak akan bertahan lama apabila tidak ada customer yang membayar produk/jasa
18
Universitas Bakrie
dari mereka. Namun ada beberapa perusahaan yang tidak hanya melayani customer yang membayar ada juga perusahaan yang menyediakan layanan gratis sehingga customer tidak perlu membayar untuk menggunakan layanan tersebut. Contohnya adalah Facebook yang membebaskan siapapun untuk mendaftar ke layanan tersebut tanpa memungut biaya sepeserpun dari customer. Sehingga tidak hanya customer yang membayar saja yang dimasukkan ke dalam segmentasi customer, customer yang tidak membayar pun perlu dipertimbangkan dalam pengembangan sebuah bisnis model. Menurut Osterwalder (2010), Customer segments didefinisikan sebagai kelompok orang atau organisasi yang menjadi tujuan perusahaan untuk dijangkau dan dilayani. Dalam Business Model, customer merupakan target utama dalam penyampaian value. Karena tiap customer memiliki atribut dan latar belakang yang berbeda, maka perlu adanya upaya segmentasi untuk dapat memuaskan customer agar lebih efektif. Langkah segmentasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengelompokkan customer dengan kebutuhan yang sama, perilaku yang sama, atau dengan atribut lain yang memiliki kesamaan. Sebuah Business Model dapat mendefinisikan satu atau lebih customer segment dalam skala kecil maupun besar. Perusahaan perlu untuk memilih segmen customer mana yang perlu difokuskan dan segmen customer mana yang tidak perlu. Setelah keputusan tentang customer segment telah ditentukan, maka tujuan pembuatan Business Model dapat mulai dimengerti lebih jelas. Menurut Osterwalder (2010), customer dapat dikelompokkan menjadi beberapa segmen jika: Kebutuhan mereka memerlukan perlakuan yang beda seperti yang terdapat pada penumpang kelas eksekutif dan ekonomi. Walaupun tujuannya sama, namun kedua kelas penumpang tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda. Mereka membutuhkan channel distribusi yang berbeda. Seperti contoh untuk customer yang memiliki waktu banyak untuk melihat-lihat produk, mereka dapat membeli barang di toko secara langsung. Namun untuk
19
Universitas Bakrie
customer yang tidak memiliki waktu banyak, mereka membutuhkan channel distribusi lainnya seperti toko online. Mereka membutuhkan berbagai jenis customer relationships. Sebagian perusahaan membuat komunitas produk untuk mempertahankan Customer Retention. Selain itu banyak juga perusahaan IT memiliki tim IT Helpdesk yang membantu customer mereka dalam memasang, mengkonfigurasi, atau memecahkan masalah yang terdapat pada produk/jasa yang digunakan. Mereka memiliki tingkat keuntungan yang berbeda secara substansial. Contohnya adalah penumpang kereta api yang dibedakan berdasarkan jenis tiket yang dibeli. Bagi PT KAI, setiap tiket yang dibeli memiliki tingkat keuntungan yang berbeda berdasarkan kelas. Kelas eksekutif memiliki margin lebih besar ketimbang kelas bisnis maupun ekonomi. Mereka bersedia membayar lebih untuk mendapatkan penawaran yang berbeda. Sebagian besar software yang beredar di Internet yang menggunakan Business Model freemium memberikan penawaran berbeda dari akun trial. Customer yang ingin mendapatkan fitur-fitur lebih dapat akan bersedia membayar lebih agar dapat memaksimalkan penggunaan software tersebut. Beberapa contoh tipe Customer Segments antara lain: Mass Market Business Model yang berfokus pada mass market tidak membedakan antara customer segments
yang berbeda. Selain itu Value propositions,
Distribution Channels, dan Customer Relationships semua berfokus pada kelompok customer dalam jumlah yang besar dan memiliki masalah dan
Gambar 6. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Mass Market
20
Universitas Bakrie
kebutuhan secara luas. Salah satu contoh segmen customer ini dapat ditemukan
pada
sektor
barang
elektronik
dimana
semua
orang
membutuhkan barang tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari dari hal yang personal maupun hal yang bersifat bisnis. Segmen tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar 6. Niche Market Berbeda dengan Mass Market, Niche Market khusus menargetkan customer yang sangat spesifik. Value proposition, Distribution Channel, dan Customer Relationships semuanya secara spesifik dicocokkan dengan persyaratan dan kebutuhan dari Niche Market. Hal ini sering ditemukan pada hubungan supplier-buyer. Contohnya pada perusahaan manufaktur sparepart mobil yang sangat bergantung pada perusahaan manufaktur dan
Gambar 7. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Niche Market
perakitan mobil. Segmented Market Beberapa perusahaan melakukan segmentasi market dengan sedikit perbedaan pada masalah dan kebutuhan. Salah satu contoh adalah bank komersil yang membedakan customer mereka berdasarkan pada jumlah uang yang didepositokan. Kedua segmen memiliki kebutuhan dan masalah yang sama namun sedikit bervariasi.
21
Universitas Bakrie
Dampak dari segmented market tersebut menghasilkan Value proposition, Distribution Channels, Customer Relationship dan Revenue Stream dari setiap segmen.
Gambar 8. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Segmented Market
Diversified Market Sebuah organisasi dengan Business Model yang terdiversifikasi melayani dua customer segments yang tidak berhubungan satu dengan lainnya dengan masalah dan kebutuhan yang berbeda. Seperti contoh pada tahun 2006, Amazon.com memutuskan untuk mendiversifikasi bisnis mereka dengan menjual jasa “cloud computing”; beberapa diantaranya adalah jasa online storage dan jasa penggunaan server on-demand. Sehingga hal tersebut membentuk segmentasi customer baru dengan value proposition berbeda.
Gambar 9. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Diversified Market
22
Universitas Bakrie
Multi-sided Markets Beberapa organisasi melayani dua atau lebih Customer Segment yang saling bergantungan. Seperti contoh, sebuah perusahaan kartu kredit membutuhkan pengguna kartu kredit dalam jumlah besar. selain itu mereka juga membutuhkan merchant yang menerima pembayaran menggunakan kartu kredit tersebut. Dengan kata lain, kedua segmen tersebut dibutuhkan untuk bisa membuat Business Model bekerja.
Gambar 10. Ilustrasi Market dan Target Market pada Segmen Multi-sided Market
Dari pembahasan pada poin 2.3.1. dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan segmentasi customer, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah: setiap segmen customer yang berbeda membutuhkan Value, Channel, dan Relationship yang berbeda juga tidak semua customer membayar, ada juga customer yang tidak membayar sehingga kedua jenis customer tersebut perlu dimasukkan ke dalam Business Model perusahaan terkadang mendapatkan keuntungan lebih besar dari suatu customer group dibandingkan dengan customer group lainnya
2.3.2. Value Proposition (VP) Value proposition adalah sekelompok produk dan jasa yang memberikan nilai tertentu bagi segmen konsumen tertentu. Value proposition adalah alasan
23
Universitas Bakrie
mengapa konsumen lebih memilih satu produsen produk / jasa ketimbang produsen lain dalam menyelesaikan masalah atau memenuhi kebutuhan mereka. Setiap value proposition terdiri dari sekelompok produk dan / atau jasa yang memenuhi persyaratan bagi segmen konsumen tertentu. Dalam hal ini, value preposition adalah total keuntungan yang ditawarkan produsen kepada konsumennya. Value proposition dapat bersifat inovatif dan memberikan penawaran yang baru atau sebaliknya, hanya menawarkan sesuatu yang telah ada dengan penambahan fitur dan atribut. Value proposition menciptakan nilai bagi suatu segmen konsumen melalui bauran elemen yang berbeda yang dibutuhkan oleh segmen tersebut. Nilai dapat berupa nilai kuantitatif (contoh: harga, kecepatan pelayanan) atau kualitatif (contoh: desain, pengalaman pelanggan). Beberapa contoh berikut dapat berperan dalam penciptaan nilai bagi konsumen: Hal baru Beberapa value proposition memenuhi kebutuhan yang sepenuhnya baru yang tadinya tidak disadari oleh konsumen karena tidak ada penawaran serupa. Hal ini sering terjadi, namun tidak selalu, terkait dengan teknologi. Telepon genggam misalnya, berhasil menciptakan sebuah industri baru terkait telekomunikasi seluler. Di sisi lain, produk seperti dana investasi yang etis tidak terlalu terkait dengan teknologi baru. Kinerja Meningkatkan kinerja produk / jasa telah menjadi suatu cara yang jamak untuk menciptakan nilai. Industri PC telah lama mengandalkan hal ini dengan jalan menawarkan PC yang lebih bertenaga kepada konsumennya. Namun demikian, peningkatan kinerja memiliki batas tertentu. Sebagai contoh, baru - baru ini, PC yang menawarkan kinerja yang lebih cepat, penyimpanan data yang lebih besar, dan grafis yang lebih baik tidak berhasil meningkatkan permintaan konsumen. Kesesuaian
24
Universitas Bakrie
Menciptakan produk yang sangat sesuai dengan kebutuhan spesifik suatu segmen konsumen dapat menjadi satu cara untuk menciptakan nilai. Baru baru ini, konsep kesesuaian massal dan penciptaan bersama konsumen dirasa penting. Pendekatan ini memungkinkan produsen untuk melakukan penyesuaian pada produk dan jasanya dengan tetap mempertahankan skala ekonomi. Kemampuan menyelesaikan pekerjaan Nilai dapat diciptakan dengan cara membantu konsumen menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Rolls-Royce sangat mengerti hal ini. Maskapai penerbangan yang menjadi konsumennya bergantung sepenuhnya pada Rolls-Royce untuk memproduksi dan merawat mesin jet mereka. Skema seperti ini memungkinkan konsumen untuk fokus menjalankan bisnis penerbangan. Mereka hanya perlu membayar Rolls-Royce per jam mesin bekerja. Design Desain adalah elemen yang penting namun sulit diukur. Sebuah produk dapat terlihat menonjol karena desainnya yang superior. Dalam industri fashion dan produk elektronik rumah tangga, desain dapat menjadi suatu bagian penting dari value proposition. Merk / Status Konsumen dapat merasakan nilai suatu produk / jasa dengan cara menggunakan dan memperlihatkan merknya, contoh: menggunakan jam tangan Rolex menandakan status ekonomi tinggi. Harga Menawarkan produk / jasa yang memiliki nilai yang sama dengan harga yang lebih rendah adalah salah satu cara yang jamak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada segmen yang memiliki sensitivitas harga yang tinggi. Namun, value proposition yang menekankan pada harga yang rendah memiliki implikasi yang penting pada model bisnis yang dijalankan.
25
Universitas Bakrie
Maskapai berbiaya rendah seperti Southwest, Easy Jet, dan Ryanair telah mendesain seluruh model bisnisnya dengan tujuan utama menyediakan penerbangan murah. Contoh lain dari value proposition yang berdasar pada harga adalah Nano, sebuah mobil yang didesain dan diproduksi oleh perusahaan India, Tata. Harganya yang luar biasa murah membuat mobil menjadi produk yang dapat dijangkau oleh seluruh segmen konsumen di negara tersebut. Saat ini, penawaran gratis mulai dikenal di berbagai industri, mulai dari surat kabar gratis, e-mail gratis, jasa telepon seluler gratis, dan masih banyak lagi. Pengurangan Biaya Membantu konsumen mengurangi biaya - biaya yang sebenarnya tidak diperlukan adalah salah satu cara yang penting dalam penciptaan nilai. Salesforce.com
contohnya,
menyediakan
aplikasi
CRM
(Customer
Relationship Management) dipasang pada server mereka. Hal ini mengurangi biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk membeli, menginstal, dan mengelola perangkat lunak CRM. Mengurangi risiko Pelanggan berusaha untuk mengurangi risiko yang berpotensi terjadi ketika membeli produk / jasa. Bagi pembeli mobil bekas, garansi perawatan satu tahun dapat mengurangi risiko kerusakan yang mungkin terjadi setelah pembelian. Contoh lainnya adalah garansi service level tertentu yang diberikan oleh penyedia jasa IT dapat mengurangi sebagian risiko yang ditanggung pengguna jasa. Kemudahan akses Menyediakan produk / jasa bagi konsumen yang sebelumnya tidak / kurang memiliki akses terhadapnya adalah salah satu cara menciptakan nilai. Inovasi model bisnis, teknologi baru, atau perpaduan keduanya bisa mewujudkan kemudahan akses bagi konsumen. NetJets contohnya, mempopulerkan konsep kepemilikan sebagian atas jet pribadi. Dengan menggunakan model bisnis yang inovatif, NetJets menawarkan calon
26
Universitas Bakrie
konsumen, baik individu maupun korporasi, untuk dapat memiliki akses terhadap jet pribadi. Ini adalah salah satu inovasi menghadirkan jasa yang sebelumnya tidak terjangkau bagi sebagian besar konsumen. Contoh lainnya adalah reksadana yang memungkinkan sebagian orang memiliki akses terhadap pasar keuangan dan membangun portofolio investasi yang beragam. Kenyamanan / kemudahan Memberikan kenyamanan lebih atau kemudahan bagi konsumen dapat menciptakan nilai yang substansial. Apple dengan berbagai produknya seperti: iPod dan iTunes, menawarkan kemudahan untuk mencari, membeli, mengunduh, dan mendengarkan musik digital hingga berhasil mendominasi pasar.
2.3.3. Channels (CH) Channels dideskripsikan sebagai cara sebuah perusahaan berkomunikasi dan menjangkau segmen konsumennya untuk menyampaikan nilai produk / jasanya. Komunikasi, distribusi, dan channel penjualan adalah beberapa bentuk perjumpaan produsen dengan konsumen. Channels adalah titik temu yang memiliki peran penting dalam memberikan pengalaman pada konsumen. Beberapa fungsi channels adalah: Meningkatkan kesadaran konsumen tentang produk / jasa dari suatu produsen Membantu konsumen mengevaluasi nilai yang ditawarkan produsen Memungkinkan konsumen untuk membeli produk / jasa tertentu Menyampaikan nilai produk / jasa kepada konsumen Menyediakan layanan purna jual kepada konsumen. Channel distribusi memiliki lima fase yang berbeda. Setiap channel dapat mencakup beberapa atau semua fase ini. Channel distribusi dibedakan menjadi channel distribusi langsung dan tak langsung serta channel distribusi milik sendiri dan milik aliansi.
27
Universitas Bakrie
Menemukan bauran channel distribusi yang tepat untuk memenuhi cara penyampaian yang diinginkan konsumen adalah suatu hal yang penting untuk dapat menyampaikan nilai produk /
jasa kepada konsumen. Produsen dapat
memilih untuk menjangkau konsumennya melalui channel distribusi milik sendiri, milik aliansi, atau campuran keduanya. Channel distribusi yang dimiliki sendiri dapat berupa channel langsung seperti: tenaga penjualan internal dan website, atau dapat juga berupa channel tidak langsung seperti: toko ritel yang dimiliki atau dioperasikan oleh produsen. Channel distribusi milik aliansi bersifat channel tidak langsung dan memiliki berbagai macam bentuk seperti: wholesale distributor, toko - toko ritel, atau website milik aliansi. Channel distribusi milik aliansi dapat berimbas pada margin yang lebih rendah, tetapi memungkinkan produsen untuk menambah jangkauannya dan mengambil keuntungan dari kekuatan aliansi. Channel distribusi milik sendiri, khususnya yang berupa channel langsung, memungkinkan produsen untuk memperoleh margin yang lebih tinggi namun juga membutuhkan biaya tinggi untuk mendirikan dan mengoperasikannya. Hal yang dapat dilakukan adalah memformulasikan bauran channel distribusi yang tepat dan mengintegrasikannya untuk mencapai tingkat pengalaman konsumen yang luar biasa sehingga memaksimalkan pendapatan. Tabel 1 menjelaskan hubungan tipe channel dan fase channel yang terdapat pada kegiatan operasional perusahaan khususnya di bagian penjualan.
2.3.4. Customer Relationships (CR)
28
Universitas Bakrie
Tabel 1. Hubungan Tipe Channel dan Fase Channel
Own
Direct
Channel Types Salesforce Web sales
Partner
Indirect
Own stores Partner stores
Channel Phases Awareness Bagaimana cara meningkatkan kesadaran tentang produk dan jasa perusahaan?
Evaluation Bagaimana cara membantu pelanggan mengevaluasi Value Proposition organisasi?
Purchase Bagaimana cara mengijinkan pelanggan untuk membeli produk dan layanan tertentu?
Delivery Bagaimana cara menyampaikan Value Proposition kepada pelanggan?
After Sales Bagaimana cara mendukung pelanggan setelah pembelian?
Wholeseller
Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010)
Customer relationships mendeskripsikan tipe - tipe hubungan yang dibuat oleh produsen dengan segmen konsumen tertentu. Produsen harus memberikan kejelasan tentang tipe hubungan yang akan dijalin dengan setiap segmen konsumennya. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan yang bersifat personal ataupun hubungan yang bersifat otomatis. Customer relationships dapat dilakukan berdasarkan motivasi - motivasi berikut:
Strategi mendapatkan konsumen
Strategi mempertahankan konsumen
Strategi menaikkan penjualan
Di masa lalu, operator telepon seluler menciptakan hubungan konsumen yang didasarkan pada strategi agresif dalam
memperoleh konsumen hingga
memberikan telepon seluler secara cuma - cuma. Ketika pasaran sudah mulai jenuh, operator berpindah strategi untuk lebih fokus pada mempertahankan konsumen yang telah ada dan meningkatkan rata - rata pendapatan per konsumen. Customer relationships berdasarkan model bisnis sangat mempengaruhi pengalaman konsumen secara keseluruhan. Kita dapat membedakan hubungan konsumen menjadi beberapa kategori yang mungkin diterapkan perusahaan kepada segmen konsumen tertentu:: Bantuan personal
29
Universitas Bakrie
Hubungan ini didasarkan pada interaksi manusia. Konsumen dapat berkomunikasi dengan wakil perusahaan saat / setelah terjadinya penjualan. Hal ini dapat terjadi secara langsung di tempat penjualan, melalui pusat bantuan, email, dan cara lainnya. Bantuan personal khusus Hubungan ini melibatkan wakil perusahaan yang didedikasikan khusus untuk konsumen tertentu. Kondisi ini mewakili tipe hubungan yang paling dalam dan akrab yang terjalin dalam kurun waktu yang cukup lama. Dalam industri jasa perbankan privat, bank menugaskan karyawannya yang didedikasikan khusus untuk mengelola nasabah dengan dana besar. Hubungan serupa dapat ditemukan juga pada bisnis lain yang menugaskan manajer pelanggan kunci yang menjalin hubungan personal dengan pelanggan - pelanggan penting. Self-service Dalam tipe ini, produsen tidak menjalin hubungan langsung dengan konsumennya, melainkan hanya menyediakan media yang dibutuhkan oleh konsumen untuk bisa bertindak sendiri. Layanan Otomatis Tipe hubungan ini menggabungkan antara bentuk yang lebih canggih dari swalayan dan proses yang diotomatisasi. Sebagai contoh, profil personal online memberikan akses bagi konsumen untuk mendapatkan jasa yang sesuai. Layanan otomatis dapat mengetahui konsumen dan karakteristiknya serta memberikan informasi terkait dengan transaksi. Selebihnya, layanan otomatis dapat menyerupai hubungan personal (misal: menawarkan rekomendasi buku / film). Komunitas Pemanfaatan komunitas pengguna produk / jasa untuk mendekatkan diri pada konsumen / calon konsumen menjadi sangat populer akhir - akhir ini. Beberapa perusahaan memiliki komunitas online yang memungkinkan
30
Universitas Bakrie
pertukaran informasi antar pengguna dan membuat mereka saling membantu dalam menyelesaikan masalah / hambatan terkait produk / jasa tersebut. Adanya komunitas juga dapat membantu produsen untuk memahami konsumen mereka dengan lebih baik. Perusahaan farmasi raksasa, GlaxoSmithKline
meluncurkan
komunitas
online
bersaman
dengan
peluncuran produk barunya, „alli‟. „Alli‟ adalah produk penurun berat badan yang dijual bebas. GlaxoSmithKline ingin meningkatkan pemahamannya tentang tantangan tantangan yang dihadapi oleh orang - orang usia dewasa yang mengalami kelebihan berat badan. Dengan demikian, ia akan lebih baik dalam mengelola harapan konsumen. Penciptaan Bersama Saat ini, para produsen berlomba - lomba untuk keluar dari cara tradisional dalam hubungan produsen - konsumen dengan cara menciptakan nilai produk / jasa bersama konsumen. Amazon.com mengundang konsumen untuk menulis ulasan sehingga menciptakan nilai lebih bagi pecinta buku lainnya. Beberapa produsen melibatkan konsumen dalam mendesain produk baru dan inovatif. Contoh lainnya, YouTube.com, mengajak konsumennya untuk membuat konten yang dapat dikonsumsi publik.
2.3.5. Revenue Streams (R$) Revenue stream dideskripsikan sebagai pendapatan yang dapat diperoleh dari tiap - tiap segmen konsumen. Apabila konsumen adalah jantung dari model bisnis, maka revenue stream adalah arterinya. Produsen harus dapat menjawab pertanyaan,‟ Nilai apa yang akan diperoleh setiap segmen konsumen untuk harga yang mereka bayar?‟ Apabila produsen berhasil menjawab pertanyaan tersebut, ia akan lebih mudah untuk mendapatkan satu / lebih revenue stream dari setiap segmen konsumen. Setiap revenue stream dapat memiliki mekanisme harga yang berbeda seperti: harga tetap, harga boleh ditawar, lelang, harga pasar, harga berdasarkan volume, atau manajemen laba.
31
Universitas Bakrie
Suatu model bisnis dapat memiliki dua tipe revenue stream yang berbeda: Pendapatan dari transaksi satu kali pembayaran Pendapatan rutin dari pembayaran rutin dengan tujuan memberikan nilai untuk konsumen atau memberikan layanan purna jual. Ada beberapa cara untuk memperoleh revenue stream: Penjualan aset Revenue stream
yang paling jamak dimengerti adalah penjualan
kepemilikan terhadap produk fisik. Amazon.com menjual buku, musik, alat elektronik, dan banyak lagi secara online. Fiat menjual produk otomotif kepada konsumen. Kesemuanya adalah perpindahan kepemilikan produk dari produsen kepada konsumen sehingga konsumen berhak untuk menggunakan, menjual kembali, atau bahkan menghancurkan produk tersebut. Biaya Penggunaan Revenue stream juga bisa dihasilkan dari biaya untuk penggunaan jasa tertentu. Semakin banyak jasa tersebut digunakan, semakin banyak konsumen
harus
membayar.
Operator
telepon
menetapkan
biaya
berdasarkan lama waktu telepon. Hotel membebankan biaya berdasarkan lama waktu pemakaian kamar / ruangan. Jasa kurir membebankan biaya pengiriman berdasarkan jarak lokasi pengiriman. Biaya Langganan Revenue stream ini dihasilkan dengan menjual jasa tertentu secara berkesinambungan. Pusat kebugaran menjual paket langganan bulanan atau tahunan kepada anggotanya agar mereka dapat menggunakan fasilitas latihannya. World of Warcraft Online, permainan berbasis online, dapat dimainkan setelah pengguna membayar biasa langganan bulanan. Comes, sebuah layanan dari Nokia, memberikan akses terhadap berbagai jenis musik bagi pengguna yang berlangganan. Peminjaman / Penyewaan Murni / Sewa Guna Usaha
32
Universitas Bakrie
Arus pendapatan ini didapatkan dengan cara memberikan sementara hak kepada orang lain untuk menggunakan suatu aset tertentu untuk periode yang telah ditentukan dengan membayar biaya. Bagi pemberi sewa, sistem ini memberikan keuntungan dengan adanya pendapatan berulang. Penyewa, di sisi lain, hanya menanggung biaya untuk periode waktu tertentu, bukan menanggung biaya penuh untuk kepemilikan. Zipcar.com dapat menjadi contoh untuk skema sewa menyewa. Dengan menyediakan sewa mobil berbasis jam penggunaan di kota - kota di Amerika Utara, Zipcar.com telah mengubah keputusan banyak orang untuk menyewa mobil daripada membelinya. Lisensi Revenue stream ini didapatkan dengan memberikan izin kepada konsumen untuk menggunakan hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi dengan membayar biaya lisensi tertentu. Lisensi memungkinkan pemegang hak untuk mendapatkan pendapatan dari kekayaan intelektualnya tanpa adanya keharusan untuk memproduksi produk atau menyediakan jasa. Lisensi adalah hal yang jamak di industri media, dimana pemilik konten tetap memegang haknya dan menjual lisensi penggunaan kepada pihak ketiga. Hal yang sama juga terjadi di sektor energi dimana pemegang paten menjual lisensi kepada perusahaan lain untuk menggunakan teknologinya. Biaya Pemakelaran Revenue stream ini diperoleh dari jasa intermediasi untuk dua pihak atau lebih. Penyedia kartu kredit misalnya, memperoleh pendapatan dengan cara mengambil persentase tertentu dari setiap nilai transaksi yang dilakukan. Makelar dan agen perumahan mendapatkan komisi setiap kali mereka berhasil mempertemukan pembeli dan penjual yang cocok. Periklanan Biaya mengiklankan produk / jasa / merk tertentu dapat menghasilkan revenue stream tertentu. Cara tradisional yang ditempuh industri media dan EO
untuk
memperoleh
pendapatan
adalah
dengan
mengandalkan
33
Universitas Bakrie
pendapatan iklan. Baru - baru ini, cara ini mulai dilirik sektor perangkat lunak dan jasa dengan menyediakan ruang untuk beriklan di produk mereka. Setiap revenue stream dapat memiliki mekanisme harga yang berbeda. Tipe mekanisme harga yang dipilih dapat menimbulkan perbedaan yang berarti dalam hal besarnya pendapatan yang diperoleh. Terdapat dua tipe yang umum digunakan dalam mekanisme harga: harga tetap dan harga dinamis.
Tabel 2. Mekanisme Pricing
Fixed Menu Pricing
Dynamic Pricing
Harga standar berdasarkan variabel statis
Harga berubah berdasarkan kondisi pasar
List Price Harga tetap untuk setiap produk, layanan, dan Value Proposition lain
Negotiation Harga dinegosi(bargaining) asikan antara dua atau lebih pihak tergantung pada kekuatan atau kemampuan negosiasi
Product feature Harga tergantung dependent pada jumlah atau kualitas fitur Value Proposition
Yield Harga tergantung management pada persediaan dan waktu pembelian.
Customer Harga tergantung segment pada jenis dan dependent karakteristik dari segmen pelanggan
Volume Harga sebagai dependent fungsi dari kuantitas yang dibeli
Real-time market Harga dibentuk secara dinamis berdasarkan penawaran dan permintaan
Auctions Harga ditentukan oleh hasil dari penawaran kompetitif
Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010)
34
Universitas Bakrie
2.3.6. Key Resources (KR) Key resources dideskripsikan sebagai aset -- aset yang paling diperlukan untuk dapat menjalankan model bisnis. Setiap model bisnis memerlukan key resources. Sumber daya ini memungkinkan produsen untuk menciptakan dan menawarkan nilai produk / jasa, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan segmen konsumen, dan memperoleh pendapatan. Model bisnis yang berbeda memerlukan key resources yang berbeda pula. Suatu produsen microchip memerlukan fasilitas produksi padat modal sedangkan desainer microchip akan lebih fokus pada sumber daya manusia. Key resources dapat berwujud aset fisik, keuangan, intelektual, ataupun manusia. Key resources dapat dimiliki atau disewa oleh produsen, atau didapatkan dari key partnerships. Key resources dapat dikelompokkan sebagai berikut: Fisik Aset fisik seperti fasilitas produksi, bangunan, kendaraan, mesin, sistem, sistem penjualan, dan jaringan distribusi termasuk dalam kategori ini. Retailer seperti Wal-Mart dan Amazon.com sangat tergantung pada sumber daya fisik, yang biasanya padat modal. Wal-Mart memiliki jaringan toko global
yang berukuran raksasa dan
infrastruktur logistik
terkait.
Amazone.com memiliki infrastruktur IT, pergudangan, dan logistik yang siap menunjang operasi bisnisnya di seluruh dunia. Intelektual Sumber daya intelektual seperti merk, pengetahuan khusus, paten dan hak atas kekayaan, aliansi dagang, dan database konsumen adalah hal - hal yang semakin dipandang sebagai komponen penting dalam menciptakan model bisnis yang kuat.
Sumber daya intelektual sulit untuk dikembangkan,
namun ketika berhasil ia akan membawa nilai yang substansial bagi produsen. Produsen barang - barang konsumen seperti Sony dan Nike sangat bergantung pada merk sebagai key resources mereka. Microsoft dan SAP bergantung pada perangkat lunak dan properti intelektual terkait yang telah
35
Universitas Bakrie
dikembangkan bertahun - tahun. Qualcomm, desainer dan pemasok chipset untuk perangkat broadband berjalan, membangun model bisnisnya menggunakan
desain
microchip
yang
telah
dipatenkan
sehingga
menghasilkan imbalan lisensi bagi perusahaan. Sumber Daya Manusia Setiap perusahaan memerlukan sumber daya manusia, namun sumber daya manusia dapat menjadi kekuatan kunci di model bisnis tertentu seperti pada industri padat ilmu pengetahuan dan industri kreatif. Perusahaan farmasi seperti Novartis sangat bergantung pada sumber daya manusia. Model bisnis Novartis diprediksi oleh sekelompok ilmuwan berpengalaman serta tenaga penjualan yang berjumlah besar dan memiliki ketrampilan yang diperlukan. Keuangan Beberapa model bisnis memerlukan sumber daya keuangan dan / atau jaminan keuangan seperti: uang tunai, LC, atau pembagian saham untuk mempekerjakan pekerja kunci. Ericsson, manufaktur alat telekomunikasi, dapat menjadi contoh financial leverage dalam suatu model bisnis. Ericsson dapat memilih untuk meminjam dana dari bank dan pasar modal, kemudian menggunakan sebagiannya untuk menyediakan pembiayaan vendor kepada konsumennya sehingga konsumen lebih memilih untuk membeli dari Ericsson ketimbang dari vendor lainnya.
2.3.7. Key Activities (KA) Key activities dideskripsikan sebagai hal - hal paling penting yang harus dilakukan produsen untuk menjalankan model bisnisnya. Setiap model bisnis memiliki beberapa key activities yang harus dilakukan untuk dapat mencapai kesuksesan. Key activities sama pentingnya dengan key resources dalam menciptakan dan menawarkan nilai, menjangkau pasar, menjaga customer relationships, dan memperoleh pendapatan. Key activities dapat berbeda tergantung pada model bisnis yang digunakan. Produsen perangkat lunak Microsoft misalnya, memiliki key activities mengembangan perangkat lunak. Contoh lainnya, produsen PC Dell
36
Universitas Bakrie
memiliki key activities pada manajemen rantai pasok. Konsultan McKinsey, memiliki key activities berupa pemecahan masalah. Key activities dapat dikategorikan sebagai berikut: Produksi Aktivitas terkait dengan mendesain, membuat, dan mengantarkan produk dalam kuantitas tertentu dan / atau kualitas tertentu. Aktivitas produksi sangat mendominasi model bisnis pada perusahaan - perusahaan manufaktur. Pemecahan Masalah Key activities ini terkait dengan penciptaan solusi baru untuk masalah yang dihadapi konsumen. Kegiatan pada perusahaan konsultan, rumah sakit, dan perusahaan jasa lainnya biasanya didominasi oleh aktivitas pemecahan masalah. Model bisnis perusahaan jasa semacam ini melibatkan banyak aktivitas seperti manajemen ilmu dan pelatihan yang terus - menerus. Platform/Jaringan Model bisnis yang didesain dengan platform sebagai sumber daya utama meliki key activities yang terkait dengan platform atau aktivitas lain yang terkait dengan jaringan. Jaringan, platform yang saling mencocokkan, perangkat lunak, dan bahkan merk dapat berfungsi sebagai platform. Model bisnis eBay‟s mengharuskannya untuk senantiasa mengambangkan dan merawat platformnya: website eBay.com. Model bisnis Visa membutuhkan aktivitas terkait dengan platform transaksi kartu kredit Visa® untuk merchants, konsumen, dan bank. Model bisnis Microsoft mengharuskannya untuk mengelola tampilan antara perangkat lunak dari vendor lain dan platform sistem operasi Windows®. Key activities pada kategori ini terkait dengan manajemen platform, penyediaan jasa dan promosi platform.
2.3.8. Key Partnerships (KP) Key partnerships mendeskripsikan jaringan pemasok dan aliansi yang ikut menggerakkan model bisnis. Produsen membangun aliansi untuk berbagai alasan.
37
Universitas Bakrie
Aliansi menjadi pondasi dari berbagai model bisnis. Produsen menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnisnya, mengurangi risiko, atau memperoleh sumber daya. Terdapat empat tipe aliansi: Strategic Alliance antara perusahaan non-pesaing Cooperation: kerjasama stratejik antara pesaing Joint Ventures: Usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru Buyer-supplier relationships untuk memastikan pasokan yang dapat diandalkan. Sedangkan tiga motivasi dalam menciptakan aliansi adalah: Optimasi skala ekonomi Bentuk paling dasar dari aliansi atau hubungan pembeli - penjual didesain untuk mengoptimalkan sumber daya dan aktivitas. Produsen tidak mungkin memiliki semua sumber daya atau melakukan setiap aktivitasnya sendiri. Optimasi dan aliansi skala ekonomi biasanya dibentuk untuk mengurangi biaya dan seringkali melibatkan outsourcing atau berbagi infrastruktur. Mengurangi Risiko dan Ketidakpastian Aliansi dapat membantu mengurangi risiko dalam lingkungan kompetitif yang ditandai dengan adanya ketidakpastian. Suatu perusahaan dapat bekerjasama dengan pesaingnya di satu area dan tetap bersaing di area lainnya. Blu-ray contohnya, adalah suatu format optical disc format yang dikembangkan bersama oleh sebuah grup yang terdiri atas produsen alat elektronik terkemuka, PC, dan manufaktur media. Grup tersebut bekerja sama untuk membawa teknologi Blu-ray kepada masyarakat akan tetapi, setiap anggota dalam grup tersebut bersaing dalam menjual produk Blu-ray mereka masing - masing. Akuisisi Sumber Daya / Aktivitas Tertentu Tidak banyak produsen yang memiliki semua sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas yang dibutuhkan pada model bisnis. Namun
38
Universitas Bakrie
demikian, mereka meningkatkan kemampuan mereka dengan cara mengandalkan pihak lain untuk menyediakan sumber daya tertentu atau melakukan aktivitas tertentu. Kerja sama seperti itu dapat didasari oleh berbagai motivasi seperti: kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan, lisensi, atau akses kepada konsumen. Suatu manufaktur telepon seluler misalnya, dapat membeli lisensi sistem operasi untuk produksi ketimbang harus
mengembangkannya
sendiri.
Perusahaan
asuransi
dapat
mengandalkan agen independen untuk menjual polisnya ketimbang mengembangkan agen penjualan sendiri.
2.3.9. Cost Structure (C$) Cost structure dideskripsikan sebagai seluruh biaya yang terjadi untuk dapat menjalankan model bisnis. Yang harus diperhatikan adalah biaya - biaya yang paling penting saat menjalankan suatu model bisnis tertentu. Produsen akan mengeluarkan biaya - biaya untuk menciptakan dan menawarkan nilai, menjaga hubungan dengan konsumen, dan memperoleh pendapatan. Biaya - biaya tersebut dapat diperhitungkan dengan relatif mudah setelah mendapat deskripsi yang jelas mengenai sumber daya, aktivitas, dan aliansi kunci. Beberapa model bisnis lebih menitikberatkan pada biaya ketimbang model bisnis lainnya. Maskapai berbiaya murah misalnya, telah membangun model bisnis seluruhnya berdasar pada cost structure yang rendah. Secara alamiah, biaya harus diminimalkan pada setiap model bisnis apapun. Namun, cost structure yang rendah menjadi lebih penting bagi beberapa model bisnis ketimbang model bisnis lainnya. Oleh karena itu, terdapat dua kategori umum mengenai cost structure pada model bisnis: Cost-Driven Model bisnis ini berfokus pada meminimalkan biaya serendah mungkin di ara manapun yang memungkinkan. Tujuan model bisnis ini adalah menciptakan dan mempertahankan cost structure seefisien mungkin dengan memaksimalkan otomatisasi dan outsourcing dengan tujuan dapat menawarkan harga rendah kepada konsumen. Maskapai berbiaya rendah seperti Southwest, easyJet, dan Ryanair adalah tipikal model bisnis ini.
39
Universitas Bakrie
Value-Driven Beberapa produsen tidak terlalu menaruh perhatian pada biaya dalam menjalankan model bisnisnya dan lebih fokus pada penciptaan nilai. Nilai produk yang premiun dan pelayanan yang sangat personal biasanya menjadi karakter bisnis model ini. Hotel - hotel mewah dengan fasilitas bintang lima dan pelayanan eksklusif berada pada kategori ini. Cost structure dapat memiliki karakteristik berikut: Biaya Tetap Adalah biaya yang tetap sama berapapun produk / jasa yang diproduksi, contoh: gaji, sewa, dan fasilitas manufaktur berbentuk fisik. Beberapa bisnis seperti produsen manufaktur memiliki karakter proporsi biaya tetap yang tinggi. Biaya Variabel Adalah biaya yang berubah secara proporsional terhadap kuantitas produk / jasa yang diproduksi. Beberapa bisnis seperti festival musik memiliki karakter proporsi biaya variabel yang tinggi. Skala Ekonomi Adalah keuntungan biaya yang dinikmati seiring dengan meningkatkan hasil produksi. Produsen besar contohnya, mendapat keuntungan dari harga yang lebih murah dari pembelian jumlah besar. Hal ini dan faktor lain dapat menurunkan biaya rata - rata per unit setiap terjadi kenaikan hasil produksi. Ragam Ekonomi Adalah keuntungan biaya yang dinikmati akibat ragam operasi bisnis yang lebih banyak. Perusahaan besar contohnya, aktivitas pemasaran atau channel distribusi yang sama dapat menjangkau kebutuhan pemasaran berbagai produknya.
40
Universitas Bakrie
2.4. Klasifikasi Business Model Penelitian Business Model mengidentifikasi adanya tipe Business Model yang telah terbentuk dan perkembangannya terhadap inovasi Business Model yang baru. Tipe dan klasifikasi Business Model disebut juga dengan Business Model Archetypes (Hedman & Kalling, 2003) (Osterwalder, Pigneur, & Tucci, 2005) (Pateli & Giaglis, 2004). Sebuah Business Model Archetype dapat dikelompokkan ke dalam Business Model secara kompleks seperti Low Cost Carrier milik AirAsia maupun sederhana seperti istilah Freemium Model pada berbagai software aplikasi smartphone. Penulis akan membahas klasifikasi Business Model menurut Johnson (2010) dan Osterwalder (2010).
2.4.1. Klasifikasi Business Model menurut Osterwalder (2010) Osterwalder dan Pigneur (2010), menjelaskan di dalam bukunya istilah klasifikasi Business Model dengan sebutan Business Model Patterns. Mereka mendefinisikan Business Model Patterns sebagai kesamaan karakteristik, susunan dari building blocks, dan perilaku dari beberapa Business Model. Selain itu di dalam bukunya tersebut mereka menyebutkan lima Business Model Patterns antara lain: 1. Unbundling Business Model Konsep unbundling menjelaskan bahwa di dalam sebuah perusahaan terdapat tiga jenis bisnis secara fundamental yaitu: Customer Relationship Business, Product Innovation Business, dan Infrastructure Business. Setiap bisnis memiliki karakteristik ekonomi, kompetensi, dan budaya yang berbeda. Dan menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), ketiga bisnis tersebut dapat muncul secara bersamaan dalam sebuah perusahaan, namun sebaiknya dipisahkan untuk menghindarkan konflik. 2. The Long Tail Long Tail Business Model fokus dalam menyediakan produk dalam jumlah banyak dengan target market yang niche. Sehingga volume penjualannya rendah. Long Tail Business Model memerlukan biaya inventori yang rendah dan memerlukan channel khusus sebagai wadah untuk mengumpulkan calon pembeli.
41
Universitas Bakrie
3. Multi-Sided Platforms Multi-Sided Platforms menggabungkan dua atau lebih customer yang berbeda namun saling membutuhkan. Dengan kata lain sebuah platform akan memiliki value apabila terdapat customer lain di dalamnya. Platform tersebut menciptakan value dengan memfasilitasi interaksi antar grup customer yang berbeda. Semakin banyak user di dalam platform tersebut, maka akan semakin menambah value dari platform tersebut. 4. FREE as Business Model Di dalam Free Business Model, setidaknya terdapat satu customer segment yang mendapatkan keuntungan secara terus menerus dari produk yang gratis. Tidak menutup kemungkinan terdapat juga customer yang berbayar dalam pola Business Model ini, pada umumnya disebut juga premium customer. 5. Open Business Model Open Business Model digunakan oleh perusahaan dalam membuat dan menangkap value dengan berkolaborasi dengan secara partnership. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil ide dari luar atau menawarkan partner sebuah ide dari dalam perusahaan.
2.4.2. Klasifikasi Business Model menurut Johnson (2010) Johnson (2010), menyebut istilah klasifikasi Business Model tersebut dengan sebutan Business Model analogies. Dalam bukunya, beliau menyebutkan 20 jenis klasifikasi Business Model yang berbeda. Penjelasannya dapat dilihat pada lampiran 3.
2.5. Four Actions Framework Four Actions Framework adalah alat untuk menganalisis yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis perbedaan yang terdapat pada 9 Building Blocks Business Model Canvas. Four Actions Framework ini merupakan cara untuk menentukan value innovation yang terdapat pada sebuah Business Model. Four Actions Framework dan Value Innovations merupakan salah satu dari berbagai framework yang terdapat pada Blue Ocean Strategy. Dalam buku
42
Universitas Bakrie
tersebut dijelaskan bahwa Value Innovations merupakan upaya untuk melakukan diferensiasi (menawarkan value yang unik / baru) sekaligus mengurangi biaya yang dikeluarkan secara simultan. Hal ini bertentangan dengan teori value-cost tradeoff yang menyebutkan bahwa perusahaan hanya dapat menciptakan value yang tinggi dengan harga tinggi atau menciptakan value yang biasa dengan harga yang rendah. Untuk mencapai Value Innovation digunakanlah Four Actions Framework. Framework tersebut berisi dengan pertanyaan-pertanyaan penting untuk merekonstruksi faktor-faktor yang mempengaruhi Business Model saat ini. Value Innovation dan Four Actions Framework secara ringkas dapat dijelaskan pada gambar 11.
Gambar 11. Value Innovation dan Four Actions Framework Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010)
Framework ini nantinya akan digunakan dalam melakukan analisis sehingga dapat menghasilkan temuan berupa klasifikasi elemen 9 building blocks apa saja yang berubah dalam kedua Business Model.
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Studi Kasus Perbandingan Business Model Framework Berdasarkan tabel perbandingan Business Model Framework pada lampiran 1, penulis akhirnya memilih menggunakan Business Model Canvas dalam menganalisis objek studi pada tugas akhir ini. Business Model Canvas (Comparative Research) Pada penelitian ini, penulis menggunakan Business Model canvas untuk melakukan comparative research. Comparative research adalah metodologi riset yang bertujuan untuk membuat perbandingan antar objek penelitian. Dengan kata lain yang harus dilakukan oleh peneliti pertama kali adalah mendefinisikan apa yang akan diteliti kemudian mengidentifikasi objek penelitian, setelah itu menganalisisnya menggunakan Business Model canvas. Langkah akhir yang dilakukan adalah menganalisis hasil tersebut kemudian membandingkan dan menginterpretasi. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menggambarkan perbedaan antar objek penelitian secara komprehensif. Flowchart comparative research dapat dilihat pada gambar 12. Tahapan penelitian Terdapat 3 tahapan dalam penelitian tugas akhir ini. Tahap tersebut antara lain: (1) tahap Persiapan, (2) tahap Analisis, (3) dan tahap Dokumentasi. Pada tahap Persiapan, penulis mengumpulkan data dan fakta seputar informasi produk Creative Suite dan Creative Cloud. Data tersebut berupa data sekunder yang diperoleh dari website resmi Adobe dan website berita teknologi. Selain data produk, data-data pendukung dan opini dan review tentang perubahan produk dan Business Model juga akan dimasukkan ke dalam proses pengumpulan data. Kedua adalah tahap Analisis. Dalam tahapan ini penulis menggunakan metodologi Business Model Canvas (BMC) yang akan memetakan sebuah Business Model berdasarkan kriteria 9 Building Blocks.
44
Universitas Bakrie
Ketiga adalah tahap Dokumentasi. Dalam tahapan ini penulis mencatat, membandingkan, dan menyimpulkan hasil analisis untuk menjawab pertanyaan pada poin rumusan masalah.
3.2. Objek Penelitian Penelitian ini akan membandingkan Business Model antara produk Creative Suite dengan produk Creative Cloud kemudian menganalisisnya. Hal yang akan diteliti
Gambar 12. Flowchart Comparative Research menggunakan BMC
45
Universitas Bakrie
pada objek penelitian ini adalah sembilan elemen dalam metodologi Business Model Canvas yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya.
3.3. Sumber Data Jenis sumber data yang akan diperoleh merupakan data sekunder. Sumber data diperoleh dari situs resmi Adobe. Data yang penting untuk diperoleh dalam penelitian ini adalah data terkait dengan produk Creative Suite dan produk Creative Cloud. Data tersebut dapat diperoleh pada halaman spesifik pada website Adobe yaitu: Press Release Adobe (http://www.adobe.com/news-room/news.html) Dokumentasi Keynote Adobe MAX (http://max.adobe.com/sessions/online.html) Halaman Frequently Asked Question (FAQ) (https://www.adobe.com/products/cs6/faq.html) (https://www.adobe.com/products/creativecloud/faq.html) Halaman khusus produk Adobe Creative Suite (https://www.adobe.com/products/creativesuite) Halaman khusus produk Adobe Creative Cloud (https://www.adobe.com/products/creativecloud.html) Video Official dari Adobe (https://tv.adobe.com/) Website Adobe di masa lalu (diakses menggunakan Wayback Archive) Selain itu untuk mempertahankan objektivitas dari penelitian, penelitian ini juga mengambil dari website berita teknologi dan bisnis internasional serta beberapa artikel dari professional yang memberikan pendapat tentang review produk Creative Suite dan Creative Cloud.
3.4. Teknik Analisis Data 1. Membandingkan produk untuk mendapatkan data dan fakta dari tiap objek penelitian. 2. Mengklasifikasikan data dan fakta ke dalam 9 Building Blocks. 3. Membuat Business Model Canvas untuk masing-masing objek penelitian.
46
Universitas Bakrie
4. Membuat Business Model Canvas gabungan untuk dapat melihat perbedaan 9 Building Blocks antar objek. 5. Mengklasifikasikan perbedaan elemen tersebut menggunakan 4 actions framework. 6. Mendokumentasikan hasil perbedaan tersebut.
47
Universitas Bakrie
3.5. Diagram Penelitian
Gambar 13. Flowchart Penelitan
48
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perbandingan Produk 4.1.1. Creative Suite Overview Creative Suite seperti yang dijelaskan pada Bab I merupakan kumpulan software buatan maupun hasil akuisisi dari Adobe yang membantu customer yaitu designer dan developer dalam menciptakan konten digital. Creative Suite dijual dalam berbagai edisi seperti Creative Suite 6 Design Standard, Creative Suite 6 Design & Web Premium, Creative Suite 6 Production Premium, dan Creative Suite 6 Master Collection. Selain dijual dalam bentuk bundling, software-software yang terdapat pada Creative Suite juga dapat dijual secara terpisah. Delivery Untuk mendapatkannya, software tersebut dapat diunduh langsung melalui website Adobe dengan trial 30 hari. Selain itu, Adobe juga mendistribusikan Creative Suite melalui retailer-retailer yang resmi. Untuk mengaktifkannya secara permanen, diperlukan lisensi yang didapat dari box CD Creative Suite, maupun dikirimkan melalui email jika pembelian dilakukan secara online. Payments Untuk transaksi pembayaran, customer yang membeli secara online dapat melakukan pembayaran secara melalui kartu kredit. Sedangkan untuk penjualan secara box, dilakukan sesuai dengan prosedur pembelian di retailer. Dengan kata lain pembayaran dapat dilakukan secara online melalui kartu kredit maupun cash di retailer. Pricing Adobe sampai saat ini sudah merilis Creative Suite hingga versi 6 (CS6). Terdapat dua jenis pelanggan yaitu customer baru yang tidak memiliki Creative Suite versi sebelumnya dan customer lama yang telah memiliki Creative Suite versi sebelumnya. Dalam hal ini Adobe menawarkan upgrade untuk customer lama
49
Universitas Bakrie
dengan harga yang lebih murah ketimbang pembelian baru. Harga dari pembelian dan upgrade untuk setiap versi dan edisi Creative Suite dijelaskan selengkapnya
Tabel 3. Perbandingan harga beli dan upgrade untuk CS 6 Design Standard & CS6 Master Collection
Tipe
Dari Versi
Ke Versi
Harga (USD)
Beli
-
CS6 Design Standard
1,299.00
Beli
-
CS6 Master Collection
2,599.00
Upgrade
CS5.5
CS6 Design Standard
275.00
Upgrade
CS5.5
CS6 Master Collection
525.00
Upgrade
CS5
CS6 Design Standard
549.00
Upgrade
CS5
CS6 Master Collection
1,049.00
Sumber: Creative Suite Products (https://www.adobe.com/products/catalog/cs6._sl_idcontentfilter_sl_catalog_sl_software_sl_creativesuite6.html)
pada tabel 3. Teknis Adobe Creative Suite dapat diinstal secara offline tanpa membutuhkan koneksi internet. Hanya pada proses aktivasi saja yang membutuhkan koneksi internet. Jenis license yang digunakan adalah perpetual license ini berarti pengguna dapat menggunakan software dengan versi dan edisi yang telah disebutkan di End User License Agreement selamanya. Ketika user ingin melakukan upgrade atau pembelian software versi terbaru, maka user perlu memperbaharui license dengan membeli software / melakukan upgrade sesuai dengan prosedur. Akun yang didaftarkan pada website Adobe (http://adobe.com) merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan license jika pembelian dilakukan secara online melalui website Adobe. Selain itu akun juga digunakan untuk dapat mengakses forum dan mengontak customer support.
50
Universitas Bakrie
4.1.2. Creative Cloud Overview Berbeda dengan Creative Suite, Creative Cloud merupakan pengembangan dari software Creative Suite dengan tambahan beberapa aplikasi, cloud storage, dan aplikasi pihak ketiga yang telah diakuisisi oleh Adobe seperti Behance dan Typekit. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I, Adobe ingin mengubah konsep Creative Suite yang dulunya hanyalah sebuah kumpulan software menjadi sebuah platform dimana user dapat menciptakan konten, berkolaborasi, mendapatkan feedback dari komunitas, mengelola portofolio, dan memamerkan hasil karya. Delivery Aplikasi-aplikasi Creative Cloud dapat diunduh melalui website Adobe.com dengan cara mendaftarkan diri untuk mendapatkan Adobe ID, kemudian user dapat mengunduh aplikasi-aplikasi trial tersebut pada portal Creative Cloud Adobe (https://creative.adobe.com). Adobe sudah tidak lagi menawarkan software Creative Cloud dalam bentuk box CD. Untuk mengaktifkan trial tersebut, diperlukan koneksi internet dan Adobe ID yang sudah terdaftar serta berlangganan Creative Cloud. Fitur tambahan dari Creative Cloud antara lain: Sinkronisasi Setting Creative Cloud Storage + Collaboration Typekit Service Behance Portfolio Payments Pembayaran dilakukan di portal Creative Cloud ketika melakukan upgrade dari free tier. Adobe hanya menerima pembayaran melalui kartu kredit. Tidak ada jalur pembayaran lain yang ditawarkan (seperti paypal/payza) selain dengan kartu kredit, bahkan pembelian melalui pihak ketiga seperti di Amazon.com juga memerlukan kartu kredit dalam proses pembiayaan. Pricing
51
Universitas Bakrie
Terdapat tiga jenis plans pada Creative Cloud yaitu Individual, Team & Business, dan Education. Ketiga jenis plans tersebut memiliki pricing yang berbeda. Sama seperti yang dilakukan pada Creative Suite, Adobe menyediakan potongan harga selama satu tahun apabila customer sebelumnya memiliki produk Creative Suite. Tabel 4 menjelaskan ringkasan harga subscription untuk masing-masing plans
Tabel 4. Harga Creative Cloud subscription (USD/bulan)
Tipe Individual Business & Team Student & Teacher Education Institution
Daftar baru
CS Customer
Single App
49.99
29.99
19.99
69.99/user
39.99/user
-
19.99
-
-
39.99/user
-
-
Sumber: Adobe Creative Cloud Plans (https://creative.adobe.com/plans)
Creative Cloud. Teknis Aplikasi dalam Creative Cloud tidak dapat diunduh secara langsung, melainkan diperlukan software Creative Cloud yang menjadi platform untuk mengakses aplikasi dan service lainnya. Proses instalasi aplikasi membutuhkan koneksi internet, dengan kata lain instalasi dan pengunduhan dilakukan secara simultan. Setelah selesai instalasi, maka aplikasi masuk pada masa trial dan untuk mengaktifkannya diperlukan Adobe ID yang telah terdaftar pada Creative Cloud Subscription. Selesai mengaktivasi, maka aplikasi akan berjalan normal selama 1 bulan kemudian akan muncul lagi untuk mengaktivasi ulang. Apabila customer tidak mampu membayar Creative Cloud Subscription pada bulan tersebut, maka mereka akan mendapatkan status grace period dimana mereka kembali menjadi free tier customer, tidak dapat mengakses aplikasi Creative Cloud dan diberi kesempatan untuk mengekspor file mereka dari Creative Cloud Storage hingga kapasitas cloud storage tersebut kurang dari 2GB.
52
Universitas Bakrie
Secara periodik, Adobe juga melakukan upgrade pada aplikasi Creative Cloud. Namun skema upgrade berbeda dengan Creative Suite. Pada Creative Cloud, user akan mendapatkan notifikasi bahwa sebuah aplikasi mendapatkan upgrade. Namun user-lah yang memutuskan apakah perlu melakukan upgrade atau tidak.
4.1.3. Hasil Analisis Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada inovasi Adobe untuk Creative Cloud. Perbedaan tersebut dapat dirangkum seperti pada tabel 5.
4.2. Identifikasi Nine Building Blocks 4.2.1. Creative Suite 9 Building blocks Business Model untuk Creative Suite secara singkat digambarkan seperti pada lampiran 4. Berikut penjelasan detil dari hasil pemetaan 9 Building Blocks untuk Creative Suite. 1. Customer Segment Creative Suite ditargetkan untuk kalangan desainer, fotografer, pemusik, developer, dll. Target customer tersebut dikelompokkan dalam bidang industri kreatif. Dalam industri kreatif tersebut customer tersebut dikelompokkan lagi menjadi individu maupun team. Namun ada segmen khusus dimana Adobe mendedikasikan untuk membantu mengedukasi pelajar untuk masuk ke dunia industri digital kreatif. Dengan kata lain Customer Segmen Creative Suite antara lain: Individual (Personal / Professional) Team (Agency / Enterprise) Student / Education Government / Non Profit 2. Value Proposition Adobe mendeskripsikan Creative Suite dalam websitenya seperti berikut: Creative Suite 4:
53
Universitas Bakrie
“Adobe® Creative Suite® 4 delivers tightly integrated software and services that measurably improve productivity and enable you to
54
Universitas Bakrie
produce richly expressive work in print, web, interactive, video, audio, and mobile”.
Tabel 5. Perbedaan Creative Suite dengan Creative Cloud
Kriteria
Creative Suite (CS6)
Creative Cloud (CC)
Delivery
Box CD, Downloadable File
Downloadable File
License
Perpetual License
Subscription License
Payments Kartu kredit, Cash (Retailer) Upgrade
Adobe merilis upgrade versi baru dengan siklus setiap 1 tahun. Untuk melakukan upgrade, user perlu memperbaharui license dengan membeli upgrade tersebut.
Kartu Kredit Adobe dapat merilis upgrade kapan saja. User mendapatkan notifikasi tentang update software, namun hanya user yang memutuskan untuk upgrade atau tidak. Upgrade tersebut tidak dikenakan biaya sama sekali.
Produk
Aplikasi Creative Suite tergantung edisi bundling.
Semua aplikasi Creative Suite. Typekit dan Behance service. Cloud Storage.
Aktivasi Produk
Hanya sekali ketika menginstalasi software dengan cara memasukkan serial key secara online.
Dengan cara sign in ke dalam aplikasi menggunakan Adobe ID dengan Creative Cloud subscription yang valid. Setiap 30 hari sekali Adobe meminta aktivasi secara online.
55
Universitas Bakrie
Creative Suite 5: “Discover breakthrough interactive design tools that enable you to create, deliver, and optimize beautiful, high-impact digital experiences across media and devices. Create once and deliver that same experience virtually everywhere, thanks to the highly anticipated releases of the Adobe® Flash® Player 10.1 and Adobe AIR® 2 runtimes. Maximize the impact of what you've created through integration of signature Omniture® technologies”. Creative Suite 5.5: “Adobe® Creative Suite® 5.5 software keeps you ahead of the rapid proliferation of mobile devices. Develop rich interactive apps for Android™, BlackBerry®, and iOS. Design engaging browser content in HTML5, and create immersive digital magazines. Mobilize your creative vision with the suite edition that's right for you.” Creative Suite 6: “Adobe® Creative Suite® 6 software delivers a whole new experience for digital media creation, enabling you to work lightning fast and reach audiences wherever they may be. Now, for the first time, CS applications are also available through Adobe Creative Cloud™, giving you the flexibility to download and install them at any time. Plus, access additional applications, publishing services, and new products and features as they are released” Dengan demikian dapat disimpulkan secara umum value proposition yang ditawarkan oleh Creative Suite antara lain: Produktivitas Menciptakan hasil karya yang kaya dengan konten Konsistensi dan aksesibilitas karya
56
Universitas Bakrie
3. Channels Adobe menawarkan Value Proposition melalui beberapa channel. Karena produk Creative Suite dikemas dalam bentuk file dan box CD, maka terdapat dua jenis channel secara umum yaitu online, dan offline. Umumnya Adobe menggunakan website untuk memberikan informasi produk dan sekaligus menjadi tempat transaksi secara online. Selain itu ada program affiliate retailer yaitu program yang akan membantu Adobe dalam penjualan software Creative Suite. Mekanismenya adalah retailer mendaftarkan diri sebagai affiliate kemudian Adobe akan memberikan reward kepada retailer yaitu potongan harga yang sangat tinggi sehingga retailer tersebut mendapatkan margin yang lebih tinggi dalam penjualan Creative Suite. Jenis transaksi penjualan (secara online maupun offline) bergantung dari keputusan retailer tersebut. Untuk Call to Purchase, biasanya dilakukan oleh segment customer student / enterprise / government. Call to Purchase mendorong customer untuk mengontak Adobe secara langsung untuk mendapatkan pelayanan dari tim sales sekaligus melayani pertanyaan-pertanyaan seputar produk Creative Suite. Secara ringkas channels yang terdapat pada Creative Suite antara lain: Website Affiliate Program Call to Purchase 4. Customer Relationships Salah satu cara yang dilakukan oleh Adobe untuk meningkatkan customer retention dan mendapatkan customer baru adalah dengan cara memberikan bantuan dalam menggunakan software Creative Suite. Adobe sudah menciptakan portal khusus yang berisi tentang panduan penggunaan dasar software dan beberapa poin frequently asked question (FAQ) untuk para user. Selain itu Adobe menyediakan community forum untuk dapat berkomunikasi dua arah antara official dan sesama user. Terakhir adalah dedicated support, ini adalah support eksklusif yang khusus diberikan bagi segmen customer enterprise dan
57
Universitas Bakrie
government. Dedicated support ini merupakan jenis customer support yang selalu tersedia khusus untuk user tertentu. Selain membantu customer, Adobe juga memberikan newsletter melalui email yang biasanya ditawarkan ketika proses pembuatan akun Adobe. Newsletter tersebut berisikan info-info tentang produk Adobe secara keseluruhan dan juga terdapat penawaran diskon sewaktu-waktu. Dengan kata lain Customer Relationship yang terdapat pada Creative Suite adalah: Help Center dan Training Community Forum Dedicated Support Newsletter 5. Revenue Stream Sumber pendapatan Adobe yang utama berasal dari penjualan license software Creative Suite. Selain itu Adobe menawarkan Certification Program untuk menjadi salah satu Adobe Certified Professsional (ACP). Dengan kata lain: Perpetual License Certification Program 6. Key Resources Key Resources yang dimiliki Adobe dalam pengembangan Creative Suite yaitu, brand, karyawan terutama software developer dan marketing team. Key resources ini merupakan kunci pengembangan dan kesuksesan Creative Suite yang terbukti hingga tujuh generasi Creative Suite diluncurkan telah menjadi alat dalam membuat konten digital berstandar industri. Key Resources Adobe secara singkat: Brand Software Developer Marketing Staff
58
Universitas Bakrie
7. Key Activities Key Activities yang dilakukan oleh Adobe antara lain adalah mengembangkan software Creative Suite, melakukan Research & Development terutama untuk menciptakan inovasi dan paten. Selain itu kegiatan operasional harian yang merupakan aktivitas kunci dalam Business Model Creative Suite adalah Customer Support dan mengadakan Sertifikasi / Training. Dengan kata lain: Software Development Research & Development Customer Support Training & Certification 8. Key Partnerships Adobe tidak dapat menjalankan Business Model tersebut sendirian. Diperlukan hubungan partnership antara pihak lainnya terutama dalam pengelolaan server untuk menyediakan produk Creative Suite yang dapat diunduh kapan saja dan juga sebagai website official. Selain server yang mendistribusikan Creative Suite secara online, diperlukan juga distribusi dalam bentuk box CD. Maka dari itu Adobe membutuhkan distributor dan packaging service untuk dapat mengirimkan barang ke seluruh dunia. Tidak sebatas server dan distributor, Adobe memberikan kesempatan retailer untuk menjadi authorized reseller yang akan membantu Adobe menjual Creative Suite. Tidak hanya sebatas partnership dengan perusahaan besar, Adobe juga membuka affiliate program kepada blogger / webmaster yang ingin membantu Adobe dalam penjualan produk dengan mereferensikan produk Adobe kepada visitor web mereka. Dengan demikian Key Partnership dalam Creative Suite antara lain: Server Distributor & Packaging Authorized Reseller
59
Universitas Bakrie
Affiliate Program 9. Cost Structure Struktur biaya Creative Suite dapat dianalisis berdasarkan key resources dan key activities. Cost Structure Creative Suite antara lain adalah software development beserta dan inovasinya. Server dan distribution ini berdasarkan biaya partnership. Kemudian biaya operasional seperti gaji karyawan umum dan promosi produk. Secara ringkas Cost Structure Creative Suite antara lain: Software Development Server (Online Distribution) Distribution (Offline Distribution) Promotion General Staff
4.2.2. Creative Cloud 9 Building blocks Business Model untuk Creative Cloud secara singkat digambarkan seperti pada lampiran 5. Berikut penjelasan detil dari hasil pemetaan 9 Building Blocks untuk Creative Cloud. 1. Customer Segment Customer Segment yang terdapat pada Creative Cloud sama dengan yang terdapat pada Creative Suite. Walaupun Adobe mengembangkan inovasi menjadi Creative Cloud, Adobe tetap konsisten dalam memilih Customer Segment yaitu: Individual (Personal / Professional) Team (Agency / Enterprise) Student / Education Government / Non Profit 2. Value Proposition Sebagai pengemnbangan dari Creative Suite, Creative Cloud memberikan value proposition yang lebih. Fitur tambahan antara lain adalah mendapatkan akses seluruh aplikasi Creative Suite (sama dengan memiliki license Creative Suite Master Collection) ditambah dengan aplikasi Edge Tools eksklusif, Cloud Storage
60
Universitas Bakrie
sebesar 20GB (100GB untuk tim / enterprise). Selain itu mendapatkan Online Service seperti Typekit dan Behance. Namun sistem pembayaran bukan lagi dengan perpetual license, melainkan dengan subscription license yang mengurangi upfront cost secara signifikan. Dari fitur tersebut dapat disimpulkan Value Proposition dari Creative Cloud adalah: Produktivitas Hasil karya yang istimewa Konsistensi dan aksesibilitas hasil karya Fleksibilitas Cost Reduction Creative Environment 3. Channels Pada Creative Cloud. Penjualan hanya bisa dilakukan secara online. Adobe telah menghentikan penjualan dalam bentuk box CD. Ini merupakan salah satu inisiatif Adobe untuk mengurangi biaya distribusi dan mengoptimalkan teknologi yang sudah ada yaitu internet dan cloud storage. Kesimpulannya, channel yang digunakan Adobe adalah: Website Call to Purchase 4. Customer Relationships Seperti yang telah dilakukan pada Creative Suite, Creative Cloud menyediakan sistem customer relationship. Namun di Creative Cloud, Adobe berinovasi dengan menciptakan Adobe ID yang akan digunakan sebagai identitas user untuk dapat menggunakan seluruh fasilitas yang disediakan oleh Adobe seperti Creative Cloud, Behance, Typekit, Kuler, Forum, Training, dsb. Customer Relationship yang terdapat pada Creative Cloud adalah: Adobe ID Community Forum
61
Universitas Bakrie
Help Center & Training (Adobe TV) Dedicated Support Newsletter 5. Revenue Stream Creative Cloud menyediakan sistem license yang baru yaitu subscription license. Subscription license didapat dengan cara mendaftarkan diri di Creative Cloud kemudian mengaktifkan license tersebut dengan biaya per bulan. Adobe mengubah pricing harga yang dulu menggunakan perpetual license dengan sistem pembayaran yang fix dengan upfront cost yang sangat tinggi menjadi subscription dimana user dapat menggunakan software tersebut tanpa harus mengeluarkan beban di awal yang cukup besar. Manfaat bagi Adobe dengan sistem ini adalah dapat meningkatkan jumlah customer terutama yang terdapat pada segmen freelancer. Upfront cost yang tinggi memang menjadi penghalang segmen customer freelancer untuk dapat membeli license Creative Suite. Namun Adobe memberikan kesempatan bagi semua user dengan menambahkan free tier dalam produk Adobe Creative Cloud. Dengan free tier tersebut, user dapat mencoba aplikasi-aplikasi yang ada pada Creative Cloud, mendapatkan layanan basic behance dan typekit, dan Cloud Storage sebesar 2GB. Elemen yang terdapat pada Revenue Stream Creative Cloud antara lain: Subscription License Certification Program Free Tier 6. Key Resources Tidak ada perubahan pada Key Resources yang terdapat pada Creative Cloud. Sehingga Key Resources yang terdapat pada Creative Cloud antara lain: Brand Software Developer Marketing Staff
62
Universitas Bakrie
7. Key Activities Tidak ada perubahan pada Key Activities yang terdapat pada Creative Cloud. Key Activities Creative Cloud adalah sebagai berikut: Software Development Research & Development Customer Support Training & Certification 8. Key Partnerships Adobe membangun kerjasama yang sangat erat dengan Amazon. Amazon AWS merupakan Cloud Computing Platform (IaaS dan PaaS). Beberapa fungsi yang digunakan Adobe dalam jasa ini adalah sebagai load balancing, content delivery network, dan software deployment. Selain itu Adobe tetap menggunakan affiliate partner untuk memperluas market Creative Cloud. Server (Amazon AWS) Affiliate Partner 9. Cost Structure Karena Adobe sudah tidak menggunakan box CD dalam pendistribusian software, Adobe telah berhasil memotong biaya pendistribusian yaitu pencetakan label, pembelian DVD, dan transportasi (bahan bakar, dll). Cost Structure Adobe Creative Cloud antara lain: Software Development Server (Online Distribution) Promotion General Staff
4.2.3. Ringkasan perbandingan 9 Building Blocks Setelah mengidentifikasi 9 building blocks antara Business Model Creative Suite dengan Business Model Creative Cloud, hasil perbandingan antara Business Model kedua produk dirangkum pada lampiran 6.
63
Universitas Bakrie
4.3. Analisis Perbedaan Nine Building Blocks Business Model Canvas antara kedua objek penelitian digabungkan untuk dapat mengetahui elemen apa saja yang berbeda. Hasil penggabungan tersebut digambarkan pada lampiran 7. Setelah penggabungan Business Model Canvas, kemudian dapat diidentifikasi elemen tersebut menggunakan four actions framework dan hasil analisisnya
Tabel 6. Four Actions Framework Analysis
Building Blocks
Create
Customer Segment Value Proposition
Raise
Reduce
Eliminate
Individual Fleksibilitas
Produktivitas
Cost Reduction
Channels
Authorized Reseller
Customer Relationships
Adobe ID
Revenue Stream
Subscription License
Perpetual License Free Tier
Key Resources Key Activities Key Partnerships
Data Security & Privacy Server
Authorized Reseller Distributor
Cost Structure
Online Distribution
Offline Distribution
64
Universitas Bakrie
adalah seperti pada tabel 6. Pada tabel 6 sudah dapat terlihat elemen apa saja yang berbeda antara kedua 9 Building Blocks. Gambaran alternatif dalam bentuk Business Model Canvas terdapat pada lampiran 7. Selanjutnya akan dilakukan analisis pola Business Model.
4.4. Interpretasi Hasil Perbedaan Nine Building Blocks Ditutupnya pengembangan Creative Suite Langkah Adobe Menutup Creative Suite merupakan salah satu cara untuk fokus dalam pengembangan produk. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi biaya pembuatan software. Jika dipaksakan untuk membuat dua platform lainnya maka akan mempengaruhi kinerja pengembangan software lainnya yang berdampak pada kecepatan update software. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Adobe menerapkan sistem lisensi yang menempel pada user, bukan pada mesin. Hal ini akan mempengaruhi Indikator penjualan software mereka, yaitu seberapa banyak user yang dimiliki Adobe sebenarnya bukan seberapa banyak jumlah software yang terjual. Yang terakhir dapat juga disimpulkan bahwa keputusan Adobe menutup Creative Suite ini karena Creative Suite rentan dalam pembajakan. Hal ini dikarenakan tidak ada ID khusus kepemilikan software. Pada Adobe Creative Cloud, user diharuskan untuk login dan mengaktivasinya secara online. Celah yang terdapat pada Creative Suite ini membuat software tersebut dapat dibajak seperti penyebaran kode serial number, atau repackage software dengan injeksi serial kode. Integrasi Service (Behance) Menurut pemberitaan media, Behance diakuisisi oleh Adobe sebesar $100 - $150 juta US Dollar. (Dillet, 2012) Adobe telah mengeluarkan dokumen press release tentang tujuan utama akuisisi Behance terhadap perkembangan perusahaan Adobe serta manfaatnya dalam pengembangan Adobe Creative Cloud. (Adobe Systems, Inc., 2012) Beberapa poin penting diantaranya adalah:
65
Universitas Bakrie
1. Mempercepat upaya Adobe dalam mengembangkan komunitas kreatif yang terbuka dan kolaboratif 2. Mengintegrasikan kemampuan yang pada awalnya hanya sekedar platform untuk membuat hasil karya kreatif menjadi sebuah platform yang memiliki kemampuan untuk terhubung dan berkolaborasi dengan komunitas kreatif 3. Meningkatkan aksesibilitas hasil karya dengan memudahkan customer untuk memamerkan dan mendistribusikan hasil karya sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan inspirasi serta feedback terhadap hasil karya yang telah dibuatnya Dampak yang dirasakan oleh Adobe dalam akuisisi Behance dijelaskan pada laporan kuartal pertama tahun 2012 yang meningkatkan jumlah aset sebesar hampir 2% dari kuartal sebelumnya. (Adobe Systems Inc., 2013) Adobe ID, Data Security & Privacy Adobe ID merupakan sebuah akun yang dibuat atas kesadaran customer untuk dapat mengakses berbagai produk dan jasa yang ditawarkan oleh Adobe. Pada masa Adobe Creative Suite, customer memberikan alamat email hanya untuk mendapatkan update dan berita terbaru dari produk-produk Adobe. Namun pada masa Adobe Creative Cloud, customer diharuskan memiliki Adobe ID untuk dapat mencoba produk trial, mendapatkan bantuan dan dukungan dari forum Adobe. Selain itu setelah adanya akuisisi Behance dan TypeKit, customer dapat menggunakan Adobe ID sebagai alternatif pilihan mendaftar layanan Behance dan Typekit. Adobe ID ini merupakan pendekatan yang telah digunakan oleh perusahaan - perusahaan besar seperti Google, Microsoft, dan Apple. Manfaat yang didapat oleh customer dengan adanya Adobe ID adalah kemudahan dan fleksibilitas dalam mengelola akun berbagai layanan dari Adobe. Bagi Adobe hal ini bermanfaat mengumpulkan
dalam memudahkan
feedback
dalam
berinteraksi dengan
mengembangkan
software,
customer, membentuk
komunitas kreatif yang akan membantu Adobe dalam meningkatkan stakeholder value. Hal lain yang berkaitan dengan Adobe ID adalah pengelolaannya. Adobe ID menyimpan segala data-data yang dibutuhkan oleh Adobe seperti nama lengkap, alamat e-mail, alamat fisik, data kartu kredit, dan meta-data seperti
66
Universitas Bakrie
tanggal akses, IP address, lokasi akses internet, dll. Data tersebut merupakan data vital yang tidak boleh disalahgunakan oleh Adobe. Kewajiban dari pihak Adobe sendiri yang menjaga data tersebut dari serangan retasan hacker. Hal tersebut telah dituliskan Adobe dalam dokumen Privacy Policy Adobe sebagai kewajiban Adobe sebagai penyimpan data. (Adobe Systems, Inc., 2013) Value Added, Subscription License & Pembajakan Dari sisi Value Proposition dan Revenue Stream, Adobe telah berupaya sebaik mungkin meningkatkan value dengan cara menambahkan fitur-fitur khusus pada Creative Cloud. Fitur-fitur baru ini hanya diaplikasikan untuk Creative Cloud agar Adobe dapat lebih fokus mengembangkan produknya secara tepat waktu. Penerapan Subscription License dalam Creative Cloud merupakan langkah yang dipilih Adobe untuk meningkatkan penjualan pada segmen customer individual. Harga yang tinggi pada perpetual license yang diterapkan pada Creative Suite memang tidak begitu tepat untuk segmen customer individual. Perpetual License menerapkan harga yang sangat tinggi di awal, namun tidak ada batasan waktu pemakaian software hingga muncul update major yang membutuhkan customer untuk memperbaharui license tersebut. Lain halnya dengan subscription license. Subscription license merupakan jenis license yang bersifat membership. License ini memberikan customer fleksibilitas dalam penggunaan software. Customer dapat kapan saja mendaftar dan membatalkan membership. Selain itu sistem pembayaran dilakukan secara kontrak periodik bulanan/tahunan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan perpetual license. Selain fleksibilitas pembayaran, customer juga dapat mengakses seluruh software yang Adobe tawarkan dalam Creative Cloud tanpa batasan edisi. Bagi Adobe, Subscription license berpengaruh pada sisi keuangan mereka. Secara teknis hal yang menguntungkan Adobe dalam implementasi subscription license adalah kestabilan cashflow. Dengan adanya kestabilan cashflow ini, maka memudahkan Adobe untuk melakukan financial planning untuk kedepannya. Selain itu, harga yang rendah juga mendorong customer untuk tidak mengunduh software bajakan dan mengurangi tingkat pembajakan. Harga yang tinggi memang
67
Universitas Bakrie
menjadi halangan bagi user untuk membeli software asli. Diharapkan dengan pergantian license tersebut, customer dapat membeli software asli dan mencegah mereka dari tindakan pembajakan dan ancaman virus/malware yang tersebar pada software bajakan. Online Distribution, Cloud Computing, SaaS, Channel Seiring dengan perkembangan aksesibilitas internet dan kecepatan global bandwith, (Akamai Technologies, Inc., 2013) Adobe melakukan inovasi untuk tidak melanjutkan distribusi software menggunakan cara tradisional yaitu box CD. Cara tersebut digunakan oleh Adobe karena ukuran softwarenya cukup besar yaitu sekitar 1 GB. Adobe menerapkan sistem distribusi software secara online sepenuhnya untuk Adobe Creative Cloud. Hal ini menguntungkan Adobe karena dapat memotong biaya distribusi secara signifikan, mulai dari packaging, logistik, dan administrasi. Selain itu Adobe tidak akan mengalami stockout karena sistem distribusi online software tidak ada unsur inventory melainkan tingkat promise yang dihitung dari uptime server. Terkait dengan Adobe ID, Adobe dapat menghitung dan mengetahui siapa saja dan berapa kali mengunduh software tersebut. Data tersebut dapat secara mudah diambil oleh Adobe ketimbang data pendistribusian secara offline. Dalam hal ini Adobe tidak bekerja secara sendirian, Adobe menggunakan jasa Amazon Web Service (AWS) dari Amazon. AWS merupakan platform infrastruktur yang digunakan untuk mengelola server dan jaringan cloud computing. Dengan jasa ini Adobe dapat mengoptimalkan server mereka dan mampu melayani pengunduhan software di berbagai negara dengan volume besar dalam waktu yang sama. Pada akhirnya Adobe akan menutup seluruh channel penjualan yang menggunakan box CD dan mengganti menjadi online yang khusus diunduh melalui portal Adobe. Channel yang ditutup oleh Adobe adalah penjualan retail dalam box CD. Selain itu channel penjualan lainnya hanya sebatas afiliasi dimana seseorang ikut menawarkan produk Adobe dengan mengarahkan calon pembeli untuk bergabung ke Creative Cloud atau membeli Creative Suite. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah phishing dan malware.
68
Universitas Bakrie
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sesuai dengan poin di rumusan masalah yaitu, apa saja perbedaan Business Model Creative Suite dengan Business Model Creative Cloud? Maka dengan hasil analisis pada bab sebelumnya dapat disimpulkan perbedaan mendasar pada Adobe Creative Suite dengan Creative Cloud adalah model lisensi yang digunakan yaitu dari Perpetual License menjadi Subscription License. Dari hal tersebut akan mempengaruhi seluruh ekosistem dari Business Model produk Creative Cloud. Mulai dari penggunaan Adobe ID sebagai sistem membership kemudian mempengaruhi value proposition apa saja yang perlu ditambah. Ini yang menyebabkan Adobe mengakuisisi Behance dan Typekit sebagai bagian dari ekosistem Creative Cloud. Sistem ini memudahkan Adobe untuk dapat mengetahui siapa sebenarnya user dari Adobe Creative Cloud. Jika Adobe telah mengetahui siapa user dari Creative Cloud sebenarnya, maka hal tersebut memudahkan Adobe untuk melihat Market Share sebenarnya. Selain itu Adobe juga dapat menumbuhkan komunitas dan mengerti apa saja yang dibutuhkan dari user Adobe dalam pengembangan produk selanjutnya. Sistem ini juga memudahkan user untuk melakukan personalisasi di setiap software yang telah digunakan. Selain itu membuka kesempatan mereka untuk tergabung dalam komunitas Adobe dan dapat memberikan feedback dalam membangun produk Creative Cloud dan juga memudahkan mereka untuk mengakses service lain dari Adobe tanpa perlu mendaftarkan diri lagi. Selain itu, dampaknya pada sisi cost dirasakan semenjak sistem delivery software yang awal mulanya adalah menggunakan box CD kini sudah berganti menjadi cloud-based. Tren box CD mulai berkurang seiring dengan tingkat kecepatan bandwith internet yang meningkat secara global. Hal tersebut memungkinkan
70
Universitas Bakrie
Adobe untuk menggunakan portal di website (creative.adobe.com) sebagai tempat mengunduh software Creative Cloud.
5.2. Saran Untuk Adobe Creative Cloud merupakan langkah tepat yang dilakukan oleh Adobe untuk mendapatkan customer yang lebih banyak. Upfront cost yang tinggi merupakan penghalang utama mengapa banyak customer tidak membeli Creative Suite dan pengguna Creative Suite tidak melakukan upgrade. Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan lagi, yaitu: Keputusan Adobe yang secara penuh untuk tidak mendistribusikan lagi softwarenya dalam bentuk box CD membuat customer yang tinggal di daerah dengan tingkat kecepatan bandwith rendah kesulitan untuk mengunduh. Sarannya adalah tetap membuka authorized reseller, namun authorized reseller di sini tidak menjual box CD melainkan sebagai tempat pendaftaran membership dan instalasi software tersebut. Creative Cloud menggunakan Adobe ID sebagai identifikasi customer dalam hal ini customer harus dilindungi privasi dan data-datanya. Namun dengan hal ini Adobe menambah pekerjaannya. Sarannya adalah bekerjasama dengan pihak ketiga untuk mengurus data security. Untuk Pembaca Business Model Canvas merupakan alat bantu yang tepat dalam menganalisis Business Model. Namun seiring dengan popularitas Business Model Canvas, banyak orang yang menyalahgunakan fungsi BMC tersebut. Sehingga tidak banyak dari mereka yang mendapatkan hasil yang tidak optimal. Mari kita tinjau lagi bahwa Business Model canvas adalah alat untuk memvisualisasikan Business Model ke dalam nine building blocks. Namun kelemahan BMC ini selain tidak menjelaskan konsep strategi bisnis dan competitive advantage, BMC juga tidak memasukkan environmental analysis. Sehingga penulis menyarankan untuk melakukan analisis tambahan agar dapat
71
Universitas Bakrie
membantu mengidentifikasi elemen yang merupakan competitive advantage dari bisnis tersebut seperti SWOT Analysis / Porter’s Five Force Industry Analysis.
72
BAB VI IMPLIKASI MANAJEMEN Terdapat lima isu yang dapat diambil pelajarannya dari tugas akhir ini yaitu: 1. Subscription Model Subscription model sebagian besar digunakan oleh startup-startup berbasis web. Kelebihan dari model ini adalah perusahaan dapat memaksimalkan profit dalam jangka panjang, mengurangi resiko reinvestment karena ketidakstabilan cashflow, dan yang terakhir memberikan kemudahan bagi customer karena upfront cost yang rendah.
2. Adobe ID Adobe ID sama halnya dengan Google Accounts dan Microsoft ID, merupakan sebuah ID yang digunakan untuk mengidentifikasi customer untuk Adobe. Hal ini memudahkan Adobe untuk mengukur jumlah market share, mengintegrasikan service-service lainnya dengan mudah, dan menyederhanakan proses registrasi service lain untuk customer.
3. Cloud Computing Teknologi yang berkembang saat ini sudah pada tahap dimana sebuah perusahaan tidak lagi
memerlukan
datacenter sendiri melainkan
mmebentuk kerjasama dengan perusahaan yang spesialis dalam teknologi cloud computing. Adobe menyewa datacenter menggunakan layanan Amazon AWS. Amazon AWS merupakan layanan Infrastructure as a Service (IaaS) dan Platform as a Service (PaaS) yang menyederhanakan proses jaringan dan infrastruktur serta mengurangi biaya perawatan sehingga Adobe dapat fokus kepada pembuatan software.
Efek samping dari cloud computing adalah security dan vendor lock-in, dengan kata lain sangat sulit untuk berpindah dari satu vendor cloud computing ke vendor cloud computing lainnya. (Kambil, 2009)
73
Universitas Bakrie
4. Privacy & Security Isu ini perlu diperhatikan semenjak penggunaan Adobe ID. Adobe ID memerlukan identitas asli dari customer yaitu nama asli, alamat, nomor telepon, tanggal lahir, dll. Identitas customer tersebut perlu dijaga dan harus dipertanggungjawabkan penggunaan identitas tersebut. Adobe sudah menjelaskan penggunaan identitas tersebut dalam Privacy Policy. Selain itu Security dari data tersebut juga perlu diperhatikan karena jika sampai terjadi data-breaching maka pihak Adobe yang harus bertanggung jawab.
5. Piracy Pembajakan merupakan masalah yang paling sering dihadapi oleh perusahaan-perusahaan software. Memerangi pembajakan sudah dilakukan dengan cara melaporkan kepada Digital Millenium Copyright Act (DMCA) untuk melakukan takedown. Namun hal tersebut masih belum efektif karena sangat banyak sekali cara untuk melakukan pembajakan. Diharapkan dengan adanya Creative Cloud, Adobe dapat mengurangi tingkat pembajakan software mereka.
74
DAFTAR PUSTAKA Abraham, S. (2013). Will Business Model Innovation Replace Strategic Analysis? Strategy and Leadership, 41(2), 31-38. doi:10.1108/10878571311318222 Adobe Systems Inc. (2013). Condensed Consolidated Balance Sheet for Q1. United States: Adobe Systems Inc. Adobe Systems, Inc. (2012, December 20). Adobe Acquires Behance to Drive New Community Capabilities in Creative Cloud. Diambil kembali dari Adobe: http://www.adobe.com/aboutadobe/pressroom/pressreleases/201212/12201 2AdobeAcquiresBehance.html Adobe Systems, Inc. (2012). Behance Acquisition FAQ. United States: Adobe Systems Inc. Adobe Systems, Inc. (2013). Adobe Privacy Center. Diambil kembali dari Adobe: http://www.adobe.com/sea/privacy/policy.html Akamai Technologies, Inc. (2013, September 9). State of the Internet. 2nd Quarter 2013 Report, 6(2), hal. 13-14. Bouwman, H., & Fielt, E. (2008). Service Innovation and Business Models. Dalam H. Bouwman, H. de Vos, & T. Haaker, Mobile Service Innovation and Business Models (hal. 9-30). Heidelberg, Germany: Springer. Bouwman, H., Faber, E., Fielt, E., Haaker, T., & De Reuver, M. (2008). STOF model: Critical design. Dalam H. Bouwman, H. De Vos, & T. Haaker, Mobile Service Innovation and Business Models (hal. 71-88). Heidelberg, Germany: Springer. Chesbrough, H. W. (2005). Open Innovation: The New Imperative for Creating and Profiting from Technology. Harvard Business Review Press. Chesbrough, H. W. (2006). Open business models: How to thrive in the new innovation landscape. Boston, MA: Harvard Business School Press. Chesbrough, H. W., & Rosenbloom, R. S. (2002). The role of the business model in capturing value from innovation: evidence from Xerox Corporation's technology spin‐off companies. Industrial and Corporate Change, 11(3), 529-555. Clark, T., Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2012). Business Model YOU: A OnePage Method for Reinventing Your Career. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
75
Universitas Bakrie
Dillet, R. (2012, December 21). Adobe Acquired Portfolio Service Behance For More Than $150 Million In Cash And Stock. Diambil kembali dari TechCrunch: http://techcrunch.com/2012/12/21/adobe-acquired-portfolioservice-behance-for-more-than-150-million-in-cash-and-stock/ Fielt, E. (2011). Understanding Business Model. Eveleigh NSW, Australia: Smart Services CRC Pty Ltd . Diambil kembali dari http://eprints.qut.edu.au/41609/1/Business_Service_Management_Volume _3_Mar2011_Understanding_Business_Models_Final.pdf Gordjin, J. (2002). Value based requirements engineering: Exploring innovative e-commerce ideas. Amsterdam, the Netherlands. Gordjin, J., Yu, E., & Van der Raadt, B. (2006). E-service design using i* and e3 value modeling. IEEE Software, 23(3), 26-33. Hedman, J., & Kalling, T. (2003). The business model concept: Theoretical underpinnings and empirical illustrations. European Journal of Information Systems, 12(1), 49-59. Investopedia. (2013, February). Business Model Definition. Diambil kembali dari Investopedia: http://www.investopedia.com/terms/b/businessmodel.asp Johnson, M. W. (2010). Glossary - Business Model. Diambil kembali dari Seizing The Whitespace: http://www.seizingthewhitespace.com/glossary/terms/13 Johnson, M. W. (2010). Glossary - White Space. Diambil kembali dari Seizing The Whitespace: http://www.seizingthewhitespace.com/glossary/terms/18 Johnson, M. W. (2010). Seizing the White Space: Business Model Innovation for Growth and Renewal. Harvard Business Press. Johnson, M. W., Christensen, C. M., & Kagermann, H. (2011). Reinventing Your Business Model. Harvard Business Review on Rebuilding Your Business Model, 39-65. Kambil, A. (2009). A head in the clouds. Journal of Business Strategy, 30(4), 5859. doi:10.1108/02756660910972677 Malik, O. (2012, December 20). How much did Adobe pay for Behance? Diambil kembali dari GigaOM: http://gigaom.com/2012/12/20/how-much-adobepay-for-behance/ Martin, B. (2013, September 9). Why Business Models Matter Redux. Diambil kembali dari Nonlinear Thinking: An Exploration of Technology and its Impact on Strategy, Marketing, Innovation and the Structure of the Firm: http://www.nonlinearthinkingblog.com/nonlinear_thinking/2013/09/whybusiness-models-matter-redux.html
76
Universitas Bakrie
Morris, M., Schindehutte, M., & Allen, J. (2005). The Entrepreneur's Business Model: Toward a Unified Perspective. Journal of Business Research, 58(6), 726-735. nononxense. (2013, May 8). Is there a difference between Creative Suite CS6 & Creative Cloud? Diambil kembali dari Adobe Community: http://forums.adobe.com/thread/1207764 Osterwalder, A. (2004). The Business Model Ontology - a proposition in a design science approach. Switzerland: Universite de Lausanne. Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation: A handbook for visionaries, game changers, and challengers. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Osterwalder, A., Pigneur, Y., & Tucci, C. L. (2005). Clarifying Business Models: Origins, Present, and Future of the Concept. Communications of the Association for Information Systems, 16, 1-40. Pateli, A. G., & Giaglis, G. M. (2004). A research framework for analysing eBusiness models. European Journal of Information Systems, 13(4), 302314. ProDesignTools. (2013, January 29). Adobe Buying Guide: Creative Cloud (CC) vs. CS6 – Which Is Best? Diambil kembali dari ProDesignTools: Adobe Development in Focus: http://prodesigntools.com/adobe-creative-cloudvs-cs6-comparison-which-to-buy.html ProDesignTools. (2013, September 10). Adobe Creative Cloud (CC) vs. Creative Suite (CS6): The Pros & Cons. Diambil kembali dari ProDesignTools: Adobe Development in Focus: http://prodesigntools.com/adobe-cc-vs-cs6comparison-chart.html ProDesignTools. (2013, April 15). The 10 Most Common Myths About Adobe’s Creative Cloud. Diambil kembali dari ProDesignTools: Adobe Development in Focus: http://prodesigntools.com/adobe-creative-cloudmyths.html Tim PPM Manajemen. (2012). Business Model Canvas: Penerapan di Indonesia. Jakarta Pusat: Penerbit PPM. Weill, P., & Vitale, M. R. (2001). Place to space: Migrating to eBusiness Models. Boston, MA: Harvard Business School Press.
77
Universitas Bakrie
LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Perbandingan Business Model Frameworks No
1
Nama Framework
Business Model Canvas
Penemu
Osterwalder & Pigneur
Tahun Penemuan
2010
Kelebihan Menggunakan metode visual thinking & visual communication dalam menggunakan framework yang memudahkan pemahaman. Adanya template yang membantu dalam memvisualisasikan Business Model. Tidak memasukkan customer sebagai salah satu pilar Business Model melainkan menjadi satu dalam Value Proposition.
2
Four Box Model
Johnson
2010
Key Partnership dimasukkan ke dalam Key Resources. Profit Box mendefinisikan Revenue Model dan Cost Structure. Tidak ada template khusus sehingga
78
Universitas Bakrie
kurang membantu dalam memvisualisasikan Business Model. Fokus kepada bisnis jasa elektronik. Perspektif yang digunakan adalah Service dan Business Networks 3
STOF Model
Bouwman, De Vos & Haaker
2008
Adanya role of technology membantu dalam hal mendesain dan mengevaluasi Business Model. Adanya relation with other domains menggambarkan secara deskriptif dan Lebih menjelaskan peran IT ketimbang Business Model lainnya.
4
Business Model Schematics
Weill & Vitale
2001
Menerapkan konsep atomic e-Business Model. Sama dengan STOF model yang fokus kepada sektor IT.
5
Technology/Market Mediation
Chesbourgh & Rosenbloom
2002
Satu-satunya Business Model yang memasukkan Competitive Strategy sebagai salah satu elemen Business
79
Universitas Bakrie
Model. Fokus kepada sektor IT.
6
Entrepreneur‟s Business Model Morris, Schindehutte & Allen
2005
Memasukkan faktor entrepreneur/investor ke dalam Business Model dengan istilah investment model. Menggunakan tingkatan yang berbeda dalam penggunaan framework Business Model. Fokus kepada economic value exchange dengan menjelaskan tingkatan dari value constellations.
7
E3- Value
Gordjin & Akkerman
2005
Framework yang mendukung evaluasi dan integrasi pada sektor system development. Untuk industri pada sektor IT.
Sumber: (Fielt, 2011)
80
Universitas Bakrie
Lampiran 2. Tabel Ringkasan Klasifikasi Business Model Penulis
Klasifikasi
Timmers (1998)
e-shop
Virtual communities
Internet business models
e-procurement
Value chain integrator
e-auction
Information brokers
3rd party marketplace
Value chain service provider
e-mall
Collaboration platforms
Rappa (2000)
Brokerage model
Affiliate Model
Business models on the web
Advertising Model
Community Model
Infomediary Model
Subscription Model
Merchant Model
Utility Model
Manufacturer Model Weill dan Vitale (2001)
Content Provider
Shared Infrastructure
Atomic (e-)business models
Direct to Consumer
Value net integrator
Full Service Provider
Virtual Community
Intermediary
Whole of Enterprise/Government
81
Universitas Bakrie
Afuah dan Tucci (2003)
Commission
Referral
(Internet) Business models (based on dominant revenue models)
Advertising
Subscription
Mark-up
Fee-for-service
Production Chesbrough (2006)
Undifferentiated
Externally aware
Six types of business models
Differentiated
Integrated
Segmented
Adaptive
Osterwalder dan Pigneur (2010)
Unbundling
Free (Freemium, Bait & Hook)
Business model patterns
Long tail
Open
Multi-sided platforms Johnson (2010)
Affinity club
Low touch
Business model analogies
Brokerage
Negative operating cycle
Bundling
Pay-as-you-go
Cell phone
Razors-and-blades
Crowdsourcing
Reverse auction
Disintermediation
Reverse razors-and-blades
82
Universitas Bakrie
Fractionalization
Product-to-service
Freemium
Standardization
Leasing
Subscription club User community
Sumber: (Fielt, 2011)
83
Universitas Bakrie
Lampiran 3. Klasifikasi Business Model menurut Johnson Tipe
Deskripsi
Auction
Customer menentukan sendiri harga produk yang dijual. Produk yang tidak diinginkan dijual ke customer lainnya.
Alter The Usual Formula
Amazon menciptakan keuntungan yang besar karena inventori yang sedikit dan memiliki payable yang cukup panjang.
Bricks + Clicks
Menggabungkan online dan offline dalam proses transaksi produk.
Bundle Elements Together
Memudahkan dan melengkapkan pembelian dengan menggabungkan produk yang saling terkait.
Create User Communities
Memberikan akses informasi yang berkualitas tentang suatu barang dan jasa, pendapatan didapat melalui pendaftaran anggota dan iklan.
Cell Phone
Memberikan harga sangat murah pada telepon namun mendapatkan margin yang tinggi dari penjualan pulsa telepon.
Dial Down Features
Menarget konsumen yang memiliki demand sedikit. Namun cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan cara sederhana.
Do More to Address the Job
Melihat lebih jauh dari penawaran yang sudah ada dan menyelesaikan pekerjaan yang pelanggan akan lakukan.
Disintermediation Mengirimkan produk atau jasa umum kepada customer melalui channel yang tidak umum. Freemium
Menawarkan jasa dasar secara gratis, namun untuk mendapatkan fitur tambahan diperlukan biaya.
Lease Instead of Sell
Memberikan customer kesempatan untuk membayar berdasarkan kinerja aset.
Leverage New Influencers
Mengidentifikasi pengaruh baru yang membuat penyampaian dari penawaran lebih mudah, nyaman, dan murah.
84
Universitas Bakrie
Low-Touch Approach
Menawarkan produk standar dengan harga rendah yang dapat dimodifikasi dengan hargai yang tinggi,
Multi-Level Marketing
Memasarkan dan menjual produk atau jasa secara langsung kepada customer di luar retail.
Own The Undesirable
Mencari segmen pasar yang tidak terlihat atraktif secara langsung.
Razors/Blades
Memurahkan “gagang silet” namun mendapatkan keuntungan dengan menjual “mata silet” dengan harga yang tinggi.
Reverse Razors/Blades
Lawan dari Razor/Blades seperti memurahkan konten iTunes, dengan cara menjual iPod dengan harga tinggi.
Servitzation of Products
Menyediakan tidak hanya satu produk penawaran namun juga menawarkan jasa secara terus menerus pada produk yang dijual.
Subscription
Konsumen membayar harga langganan untuk mendapatkan akses kepada produk/jasa.
Sumber: http://seizingthewhitespace.com/sites/default/files/STWS_Business_Model_Archetypes.pdf
85
Universitas Bakrie
Lampiran 4. Diagram Business Model Canvas untuk produk Creative Suite Individual Segment
Corporate Segment
Value Proposition
Cost Factor
Sumber: https://bmfiddle.com/f/#/y6Tx6
86
Universitas Bakrie
Lampiran 5. Diagram Business Model Canvas untuk Produk Creative Cloud Individual Segment
Corporate Segment
Value Proposition
Cost Factor
Sumber: https://bmfiddle.com/f/#/JY2Z9
87
Universitas Bakrie
Lampiran 6. Perbandingan 9 Building Blocks Building Blocks Customer Segment
Value Proposition
Creative Suite
Creative Cloud
Individual (Personal / Professional)
Individual (Personal / Professional)
Team (Agency / Enterprise)
Team (Agency / Enterprise)
Student / Education
Student / Education
Government / Non Profit
Government / Non Profit
Produktivitas
Produktivitas
Hasil karya yang istimewa
Hasil karya yang istimewa
Konsistensi dan aksesibilitas karya
Konsistensi dan aksesibilitas hasil karya Fleksibilitas Cost Reduction Creative Environment
Channels
Website
Website
Authorized Reseller
Call to Purchase
Call to Purchase Customer Relationships
Help Center dan Training
Adobe ID
Community Forum
Help Center & Training (Adobe TV)
Dedicated Support
Community Forum
Newsletter
Dedicated Support Newsletter
Revenue Stream
Perpetual License
Subscription License
Certification Program
Certification Program
88
Universitas Bakrie
Free Tier Key Resources
Key Activities
Key Partnerships
Brand
Brand
Software Developer
Software Developer
Marketing Staff
Marketing Staff
Software Development
Software Development
Research & Development
Research & Development
Customer Support
Customer Support
Training & Certification
Training & Certification
Server
Server (Amazon AWS)
Distributor Authorized Reseller
Affiliate Program
Affiliate Program Cost Structure
Software Development
Software Development
Server (Online Distribution)
Server (Online Distribution)
Distribution (Offline Distribution)
Promotion General Staff
Promotion General Staff
89
Universitas Bakrie
Lampiran 7. Diagram Kombinasi Business Model Canvas CS dan CC Tidak Berubah
Created
Raised
Eliminated
Sumber: https://bmfiddle.com/f/#/cP2x5
90