PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ANTARA PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PEMBELAJARAN PQ4R Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Bandarlampung Tahun Ajaran 2015/2016
Oleh YUNI PURWANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ANTARA PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PEMBELAJARAN PQ4R Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Bandarlampung Tahun Ajaran 2015/2016
Oleh YUNI PURWANTI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep matematis siswa antara PBL dan PQ4R. Desain penelitian ini adalah posttest only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/ 2016. Sampel penelitian adalah siswa kelas X IPS 3 dan X IPS 4 yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tesberupa tes uraian. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon Rank Sum Test, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemahaman konsep matematis antara pembelajaran PBL dan PQ4R.
Kata kunci: PBL, pemahaman konsep, PQ4R
PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ANTARA PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PEMBELAJARAN PQ4R Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Bandarlampung Tahun Ajaran 2015/2016
Oleh
YUNI PURWANTI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Kotanegara, kabupaten Lampung Utara, pada tanggal 16 Juni 1993. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tarmudi dan Ibu Sarinah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Kotanegara pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 3 Sungkai Utara pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Kotabumi pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2012 pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Tanjung Betuah, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus dan praktek mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus.
Motto Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Mujadalah: 11)
“Jangan mengejar kesuksesan. Jadilah insinyur hebat, dan kesuksesan akan menghampirimu” (Film 3 Idiots)
Jadilah senyum bahagia bagi orang lain
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna Shalawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Nabi Muhammad SAW Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada: Ibu (Sarinah) dan bapak (Tarmudi) tercinta, yang memberikan semangat dan mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan penulis Sehingga putrimu ini yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Saudari-saudariku (Mbak Fitri dan adek Fia) serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya kepadaku. Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran, semoga ilmu yang telah diberikan menjadi jariah yang mengalir deras Semua Sahabat terbaikku yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti upersahabatan. Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah atas Nabi Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul “Perbandingan Pemahaman Konsep Matematis Siswa antara Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pembelajaran PQ4R. (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Bandarlampung Tahun Ajaran 2015/2016)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Kedua orang tuaku, Bapak Tarmudi dan ibu Sarinah atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik. 2. Saudaraku, mbak Fitriyani April Ningsih dan Adek Tri Oktaviani. Terima Kasih selalu memberikan senyuman, dukungan, semangat, dan doa.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I dan selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan perhatian, dan memotivasi selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, dan saran demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan motivasi, kritik, dan saran. 6. Ibu Widyastuti, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat dan motivasi. 7. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya. 8. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA. 9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 10. Bapak Hi. Kiagus Suprianto, S.Pd., selaku guru mitra di SMA Negeri 1 Bandarlampung yang telah memberikan arahan dan kemudahan selama penelitian. 11. Siswa/siswi kelas X SMA Negeri 1 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016, atas partisipasi dan kerjasama yang telah terjalin. 12. Sahabat seperjuangan skripsi Mega Fitri Widyo Wati. 13. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2012 Pendidikan Matematika: Hana, Wayan budi, Arum, Erma, Lusi, Zul, Mb Rita atas
kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah. 14. Teman-teman pendidikan Matematika angkatan 2012 kelas A dan B. 15. Kakak-kakak tingkatku angkatan 2009, 2010, dan 2011 serta adik-adik tingkatku angkatan 2013, 2014, dan 2015 terima kasih atas kebersamaannya dan doanya. 16. Ummi dan Sahabat-sahabat di peri peradapan terima kasih atas dukungan, perhatian, motivasi, dan doa yang telah diberikan. 17. Teman-teman alumni SMAN 2 Kotabumi yang selalu mendoakan dan memberi semangat, Atika, Mb Hasna, Arifatul, Ryama, Laras, Hasna, Endah, Neng, Yuana, Suci. 18. Saudari- saudariku di FPPI, pimpinan bbi 1516 tercinta Rina, oktari, Tika, Linda, Mb Isti, Sun, Kiki, Rena, Wida, Farida, Dewi, Jeje, Rani, eka, Mae, Devi, teh Yun. 19. Keluarga KKN dan PPL Tanjung Betuah keluarga Bapak Lurah dan saudarasaudaraku Desi, Wiwin, Krisna, Angga, Wulan, Dian, Desty, Baidowi, dan Yona atas persaudaraan dan semangat motivasi yang luar biasa. 20. Teman-teman kosan mb Meta, Resti, Mb nidar, Mb Mumun, Mb, desi, mimi, Mb Ulfa, yani, Mb santi, Mb cici, Mb dewi, Ayu, Ama, Sari terimakasih sudah jadi teman kosan yang selalu memberikan semangat. 21. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuannya selama ini. 22. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku. 23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. .
Bandarlampung, September 2016 Penulis
Yuni Purwanti NPM 1213021078
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix I.
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................
5
E. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR..............................
7
A. Tinjauan Pustaka ..................................................... ..............................
7
1. Kemampuan Pemahaman konsep Matematis .....................................
7
2. Problem Based Learning ....................................................................
9
3. PQ4R ................................................................................................... 13 B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 17 C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 19 D. Hipotesis.................................................................................................. 19
vi
II. METODE PENELITIAN ............................................................................ 20 A.Populasi dan Sampel................................................................................ 20 B.Desain Penelitian .................................................................................... 20 C. Prosedur Penelitian ................................................................................ 21 D Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 22 E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 22 1. Validitas Instrumen ............................................................................. 23 2. Reliabilitas ......................................................................................... 23 3. Daya Pembeda .................................................................................... 25 4. Tingkat Kesukaran ............................................................................. 26 F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................................... 28 a. Uji Normalitas .................................................................................... 28 b. Uji Hipotesis ...................................................................................... 29 IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 32 A. Hasil Penelitian....................................................................................... 32 B. Analisis Data ........................................................................................... 32 C. Pembahasan ............................................................................................ 35
V.
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 41 A. Simpulan ................................................................................................. 41 B. Saran ...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tahap-tahap Pelaksanaan PBL......................................................... 12 Tabel 2.2 Langkah-langkah Pemodelan Pembelajaran dengan Penerapan Metode PQ4R................................................................................... 16 Tabel 3.1 Desain Penelitian.............................................................................. 21 Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas .......................................................................... 24 Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 25 Tabel 3.4 Daya Pembeda Soal.......................................................................... 26 Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 27 Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Soal ................................................................... 27 Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ................................................................. 29 Tabel 4.1 Data kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa................ 33 Tabel 4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa .............................................................................. 34 Tabel 4.3 Hasil Uji Non Parametrik Wilcoxon Rank Sum Test Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ....................... 35
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A A.1 Silabus Pembelajaran ............................................................................ 47 A.2 RPP Problem Based Learning .............................................................. 53 A.3 RPP PQ4R ............................................................................................ 83 A.4 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) .................................................. 118 LAMPIRAN B B.1 Kisi-Kisi................................................................................................ 134 B.2 Pedoman Penskoran .............................................................................. 135 B.3 Soal Posttest.......................................................................................... 136 B.4 Pedoman Jawab Soal-soal Posttest ....................................................... 137 B.5 Validitas Instrumen dan Butir Item Penilaian ...................................... 140 LAMPIRAN C C.1 Analisis Reliabilitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..................................................................................................... 142 C.2 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ........................... 143 C.3 Skor Total Nilai Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa pada Kelas PBL ......................................................... 145
ix
C.4 Skor Total Nilai Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswapada Kelas PQ4R....................................................... 147 C.5 Uji Normalitas....................................................................................... 149 C.6 Uji Wilcoxon Rank Sum Test................................................................. 157 C.7 Hasil Analisis Per Btir Soal Sor Tes di Kelas PBL............................... 161 C.8 Hasil Analisis Per Btir Soal Sor Tes di Kelas PQ4R ............................ 163 LAMPIRAN D D.1 Izin Penelitian........................................................................................ 165 D.2 Surat telah Melakukan Penelitian........................................................... 166
x
1
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan terhadap kehidupan manusia, salah satunya dunia pendidikan. Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, dunia pendidikan menjadi landasan dasar berpikir dalam membekali manusia menuju kehidupan yang maju dan berorientasi modern.
Sejalan dengan berkembanganya zaman, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar terwujudnya sumber daya manusia yang unggul, berkualitas, serta mampu menghadapi tantangan perkembangan zaman diperlukannnya proses pendidikan. Salah satu proses dalam pendidikan adalah pembelajaran. Pembelajaran dalam hal ini dapat dilakukan pada pendidikan formal (di sekolah) maupun pendidikan informal (di luar sekolah).
Pembelajaran yang diberikan di sekolah salah satunya yaitu tentang pembelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu yang menjelaskan konsep mulai dari yang abstrak, hingga yang terdefinisi dengan jelas. Hal ini karena matematika bukan berasal dari pengamatan, melainkan dari ide-ide, proses, dan pembuktian
2 deduktif (Russefendi ET, 1980: 148). Oleh karena itu, banyak kemampuan berpikir yang dapat dikembangkan saat mempelajari matematika.
Mempelajari matematika siswa diharapkan mampu menyerap informasi secara lebih rasional dan berpikir secara logis dalam menghadapi situasi di masyarakat. Namun saat ini masih banyak siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang kurang menyenangkan sehingga menyebabkan kualitas kemampuan matematis siswa rendah. Hal ini dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh The Trend International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 yang dilansir Napitupulu (2012), Indonesia memperoleh skor 386 sedangkan skor maksimal adalah 800. Demikian pula pada hasil survei Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 yang dilansir oleh OECD (2013) dengan peserta 65 negara, Indonesia berada di peringkat 64 dengan skor 375 yang berada jauh dibawah rata-rata yaitu 467.
Hasil-hasil survei tersebut sesuai dengan hasil wawancara kepada guru matematika kelas X di SMA Negeri 1 Bandarlampung pada tahun ajaran 2015 /2016, diperoleh informasi bahwa siswa sering mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal cerita atau soal yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan siswa hanya hafal dengan rumus tanpa memahami konsep-konsepnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2006: 156) bahwa terdapat banyak siswa yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami
3 secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003: 7) bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Tujuan pembelajaran matematika dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 ialah siswa diharapkan mampu memahami konsep matematika yang diberikan dan menjelaskan keterkaitan antar konsep yang ada serta mampu mengaplikasikannya ke dalam pemecahan masalah secara tepat dan efisien sehingga terjadilah pembelajaran yang bermakna.
Menurut sanjaya (2009: 77) bahwa guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar siswa di kelas. Hal ini ditentukan dengan kerelevansian penggunaaan model, tipe yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan tentunya karakteristik siswa. Maka situasi tersebut perlu dikembangkan berbagai tipe/metode pembelajaran secara optimal dalam pembelajaran yang aktif.
PBL merupakan model pembelajaran dengan masalah yang menjadi basisnya, artinya pembelajaran dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan. Masalah dimunculkan sedemikian hingga siswa perlu menginterpretasi masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi alternatif solusi, dan mempresentasikan solusinya. Dengan menyelesaikan masalah tersebut siswa membangun konsep matematika. Menurut Atends (dalam Trianto, 2007:147) PQ4R merupakan salah satu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca. Jadi metode PQ4R yaitu
4 suatu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa berpikir kritis dan memanfaatkan daya ingat siswa yang dapat membantu siswa memahami suatu bacaan. PBL maupun PQ4R memiliki langkah-langkah pembelajaran dan memiliki karakteristik yang hampir sama.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian eksperimen mengenai perbandingan pemahaman konsep matematis siswa antara pembelajaran PBL dengan pembelajaran PQ4R.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan siswa yang mengikuti pembelajaran PQ4R. 2. Manakah pembelajaran yang lebih baik antara model pembelajaran PBL dan metode PQ4R ditinjau dari kemampuan pemahan konsep matematis siswa.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini membahas tentang 1. Mengidentifikasi adanya ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan siswa yang mengikuti pembelajaran PQ4R. 2. Mengetahui manakah pembelajaran yang lebih baik antara PBL dan PQ4R ditinjau dari kemampuan pemahan konsep matematis siswa.
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika berkaitan dengan pembelajaran PBL dan PQ4R. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi saran untuk praktisi pendidikan dalam memilih pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan pemahaman konsep matematis ialah kemampuan siswa menjelaskan dan memahami suatu materi dalam setiap pembelajaran. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. 2. Problem based learning adalah pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa untuk dipecahkan (diselesaikan) berdasarkan penge-
6 tahuan yang dimilikinya. Ada 5 fase dalam tahapan pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, yaitu (1) orientasi siswa pada masalah, (2) guru mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasilkarnya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3. PQ4R merupakan salah satu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca. Terdiri dari 6 tahap saling berkesinambungan sesuai dengan bahan atau materi untuk belajar. Tahap-tahap tersebut yang dimaksud terdiri dari Preview (meninjau), Quetion (pertanyaan), Read (membaca), Reflect (refleksi), Recite (merenungkan), dan Review (memeriksa). 4. Pada materi trigonometri kelas X Bab 8 semester genap.
7
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. Pemahaman menurut Sadiman (1946: 109) adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Sedangkan Staton (Sardiman, 2007:42) mengemukakan bahwa pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Pemahaman tidak sebatas sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahanbahan yang telah dipahami. Pemahaman bersifat dinamis sehingga pemahaman diharapkan akan bersifat kreatif. Apabila siswa benar-benar memahami sesuatu, maka akan siap memberikan jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar.
Menurut Soedjadi (2000:14), konsep adalah ide abstrak yang dapat dipergunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi, gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan, sehingga semakin
8 jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu. Menurut Uno (2006:124) matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat hierarkis yaitu suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Oleh karena itu, pemahaman suatu konsep matematika menjadi hal yang sangat diperlukan siswa agar dapat memahami konsep pada materi ajar berikutnya.
Depdiknas dalam Kesumawati (2008) mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol - simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsep-konsep. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis ialah kemampuan siswa menjelaskan dan memahami suatu materi dalam setiap pembelajaran.
9 Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 dalam Zulaiha (2006) tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :
(1) Mampu menyatakan ulang sebuah konsep; (2) Mampu mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; (3) Mampu memberi contoh dan non contoh dari konsep; (4) Mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (5) Mampu mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep; (6) Mampu menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (7) Mampu mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
2. Problem Based Learning a. Pengertian Problem Based Learning (PBL) Pembelajaran saat ini menggunakan prinsip student-centered learning, yang artinya pembelajaran berpusat kepada siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, siswa secara aktif melakukan interaksi dengan temannya untuk memecahkan masalah sehingga kemampuan matematis siswa akan meningkat (Herman, 2007: 53). Salah satu pembelajaran yang menerapkan prinsip student-centered learning adalah PBL. Menurut Arends (2004) masalah yang digunakan pada problem based learning adalah masalah yang masalah nyata, bermakna, menarik, terbuka, terstruktur, dapat menuntun siswa dalam penyelidikan serta dapat merangsang siswa untuk menyelesaikannya.
10 Barrow (Barret: 2005) mendefinisikan PBM sebagai “The learning that results from the process of working towards the understanding of a resolution of a problem. The problem is encountered first in the learning process.” Sementara Cunningham et.al.(2000, Chasman er.al., 2003) mendefiniskan PBM sebagai “…Problem-based learning (PBL) has been defined as a teaching strategy that “simultaneously develops problem-solving strategies, disciplinary knowledge, and skills by placing students in the active role as problemsolvers confronted with a structured problem which mirrors real-world problems".
PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kriris, kreatif dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Herman (2007: 45) yang mengatakan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan yang diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah dan siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan pengetahuan yang dimilikinya, masalah yang disajikan kaya akan konsep matematika.
Menurut Trianto (2010: 89) PBL dapat diterapkan sebagai model pembelajaran karena konsep sesuai kebutuhan siswa, realisitik dengan kebutuhan siswa, pemahaman akan suatu konsep menjadi kuat, dan memupuk kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan kesulitan yang dihadapi dalam penerapan model PBL diantaranya sulit mencari masalah yang relevan, persiapan pembelajaran (masalah dan konsep) yang relevan dan dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan. Trianto (2010: 80) menyatakan bahwa model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.
11 b. Karakteristik PBL
Menurut Herman (2007: 49) pembelajaran berbasis masalah mempunyai 5 karakteristik antara lain : a. Memposisikan siswa sebagai self-directed problem solver (pemecah masalah) melalui kegiatan kolaboratif. b. Mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan mengelaborasinya dengan mengajukan dugaan-dugaan dan merencanakan penyelesaian c. Memfasilitasi siswa untuk mengekspolarasi berbagai alternatif penyelesaian dan implikasinya serta mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. d. Melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan e. Membiasakan siswa untuk merefleksikan tentang efektivitas cara berpikir mereka dan menyelesaikan masalah. c. Langkah- langkah Pembelajaran PBL
Adapun tahap-tahap pelaksanan pembelajaran seperti yang tertera pada Tabel 2.1 terdiri dari lima fase yang dikemukan oleh Darmawan (2010: 110). Setiap fase mencirikan proses berpikir yang terpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.
d. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL Menurut Sanjaya (2009: 220) keunggulan dari PBL adalah sebagai berikut: 1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran. 2. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 4. Dapat membantu siswa untuk bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 6. Dapat mengetahui cara berpikir siswa dalam menerima pelajaran dengan menggunakan model problem based learning. 7. Problem based learning dianggap menyenangkan dan disukai siswa. 8. Dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 9. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Dapat mengembangkan minat
12 siswa untuk secara terus-menerus belajar sekaligus belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Menurut Dincer dkk. sebagaimana dikutip oleh Akinoglu dan Tandongan (2007) kekurangan dari PBL adalah sebagai berikut: 1. Guru kesulitan dalam merubah gaya mengajar. 2. Memerlukan lebih banyak waktu untuk siswa dalam memecahkan masalah, jika model tersebut baru diperkenalkan dikelas. 3. Setiap kelompok boleh menyelesaikan tugas sebelum atau sesudahnya 4. PBL membutuhkan bahan dan penelitian yang banyak. 5. Sukar menerapkan PBL dalam semua kelas. 6. Kesulitan dalam menilai pelajaran.
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pelaksanan Pembelajaran PBL Fase 1
Indikator Orientasi siswa pada masalah
Perilaku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
3
Membimbing penyelidikan Guru mendorong siswa untuk mengumindividual maupun kepulkan informasi yang sesuai, lompok melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan uraian di atas, PBL merupakan pembelajaran dengan masalah yang menjadi basisnya, masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
13 untuk belajar tentang cara berpikir kriris, kreatif dan keterampilan pemecahan masalah sehingga terjadinya pembelajaran bermakna. 3. Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, and Review) Menurut Arends (dalam Trianto, 2007:147) menyatakan bahwa metode PQ4R merupakan salah satu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca. sehingga metode PQ4R yaitu suatu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa berpikir kritis dan memanfaatkan daya ingat siswa yang dapat membantu siswa memahami suatu bacaan. Metode PQ4R menurut Thomas, E.L., & Robinson, H.A (1972). “The PQ4R method gets its name from the six overlapping stages for studying material such as a textbook chapter-preview, question, read, reflect, recite, and review”. Hal ini berarti, metode PQ4R merupakan metode pembelajaran yang terdiri dari 6 tahap saling berkesinambungan sesuai dengan bahan atau materi untuk belajar. Tahap-tahap tersebut yang dimaksud terdiri dari Preview (meninjau), Question (pertanyaan), Read (membaca), Reflect (refleksi), Recite (merenungkan), dan Review (memeriksa).
Sedangkan menurut Trianto (2010: 150) metode pembelajaran PQ4R adalah salah satu bagian dari strategi elaborasi. Suprijono (2009: 103-104) menyatakan langkah-langkah metode pembelajaran PQ4R yang sesuai dengan singkatannya meliputi Preview (meninjau), Question (pertanyaan), Read (membaca), Reflect (refleksi), Recite (merenungkan), dan Review (memeriksa). langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Preview
Dalam hal ini,
14 Langkah pertama, siswa membaca selintas dengan cepat bahan bacaan. Fokus preview adalah menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan. Bagian-bagian yang bisa dibaca misalkan bab pengantar, daftar isi, topic, judul, sub judul atau ringkasan akhir pada bab. Melalui preview peserta didik mempunyai gambaran mengenai hal yang dipelajarinya. 2. Question Langkah kedua, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri dengan menggunakan kata 5W + H (what, where, who, when, why, and how). Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka akan membuat dia membaca lebih hatihati serta seksama agar dapat mengingat apa yang dibaca dengan baik. 3. Read Langkah ketiga, siswa membaca secara detail bahan bacaan yang dipelajari. Pada tahap ini siswa diharapkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskan. 4. Reflect Langkah keempat, pada langkah ini siswa menghubungkan informasi pada langkah sebelumnya dengan hal-hal yang telah diketahui, mengaitkan sub topic didalam teks dengan konsep-konsep atau prnsip-prinsip utama, memcoba untuk memecahkan kontradiksi didalam informasi yang disajikan, dan mencoba untk menggunakan materi untuk memecahkan masalah. 5. Recite Langkah kelima, pada tahap ini siswa diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Siswa dapat melihat kembali catatan yang mere-
15 ka buat. Siswa diminta untuk membuat inti sari dari materi bacaan dengan redaksinya sendiri. Akan lebih baik jika siswa tidak menyampaikan secara lisan, namun secara tulisan. 6. Review Langkah terakhir, siswa diminta membuat rangkuman atau merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibacanya. Siswa mampu merumuskan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
Dari langkah-langkah pembelajaran metode pembelajaran ini dapat membantu siswa memahami materi pelajaran, terutama terhadap materi-materi yang lebih sulit dan menolong siswa untuk berpikir serta berkonsentrasi lebih lama dalam memahami konsep. Sehingga informasi yang diperoleh siswa diharapkan akan lebih lama untuk diingat dalam waktu jangka yang panjang (Yulianti et al, 2013: 5).
Pelaksanaan sebuah metode dalam proses pembelajaran tentunya terdapat kelebihan maupun kekurangan dari metode tersebut. Dalam hal ini, menurut Trianto (2007:156) menyatakan bahwa keunggulan dari metode PQ4R adalah, (a) PQ4R dapat mengaktifkan pengetahuan awal siswa dan mengawali proses pembuatan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui sebelumnya, (b) PQ4R membantu siswa mengingat apa yang telah dibaca/efektif membantu siswa menghafal informasi dari bacaan, (c) PQ4R membantu siswa memahami suatu bacaan, (d) PQ4R memotivasi siswa untuk belajar sendiri, (e) PQ4R membantu siswa berpikir kritis, dan (f) PQ4R meningkatkan konsentrasi siswa terhadap isi bacaan. Sedangkan kelemahan dari PQ4R adalah (a) Tidak tetap diterapkan pengajaran pengetahuan yang bersifat prosedural seperti penge-tahuan keterampilan, (b) Sangat sulit dilaksanakan jika saran seperti buku siswa (buku paket) tidak tersedia di sekolah, dan (d) Tidak efektif dilaksanakan pada kelas dengan jumlah siswa yang terlalu besar karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam merumuskan pertanyaan.
16
Dengan demikian penyampaian pada pembelajaran dengan metode ini harus memperhatikan beberapa hal yang telah dianggap sebagai kekurangan, untuk memaksimalkan sebuah penyampaian pembelajaran sehingga metode ini efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran Tabel 2.2 Langkah-langkah pemodelan pembelajaran dengan penerapan metode PQ4R LangkahAktivitas Guru langkah Langkah a. memberikan bahan bacaan kepada siswa 1 untuk dibaca. b. Menginformasikan kepada siswa bagaimana menemukan ide pokok tujuan Preview pembelajaran yang hendak dicapai. Lankah 2 a. Menginformasikan kepada siswa agar memperhatikan makna bacaan. b. Memberi tugas pada siswa untuk membuat Question pertanyaan dari ide pokok yang ditemukan dengan menggunakan kata-kata apa, mengapa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana. Langkah a. Memberikan tugas kepada siswa untuk 3 membaca. b. Menanggapi/menjawab pertanyaan yang telah disusun. Read Langkah 4
Menginformasikan materi yang ada pada bahan bacaan.
Reflect
Langkah 5 Recite
Meminta siswa untuk membuat inti sari dari seluruh pembahasan pelajaran yang telah dipelajari.
Langkah
a. Menugaskan siswa membaca inti sari yang
Aktivitas Siswa Membaca selintas dengan cepat untuk menemukan ide pokok/tujan pembelajaran yang hendak dicapai Memperhatikan penjelasan guru dan membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi.
Membaca secara aktif sambil memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibaca dan menjawab pertanyaan yang dibuatnya. Bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat materi pelajaran tetapi mencoba memecahkan masalah dari informasi yang diberikan oleh guru dengan pengetahuan yang telah diketahui melalui bahan bacaan. a. Menanyakan dan menjawab pertanyaanpertanyaan. b. Melihat catatan/ inti sari yang telah dibuat. c. Membuat inti sari dari seluruh bahasan. a. Membaca inti sari
17 6
Review
dibuat dari rincian ide pokok yang ada dalam benaknya. b. Meminta siswa membaca kembali bahan bacaan, jika masih belum yakin dengan jawabannya.
yang telah dibuat. b. Membaca kembali bahan bacaan siswa jikan masih belum yakin akan jawaban yang telah dibuatnya.
B. Kerangka Pikir Penelitian tentang perbandingan pemahaman konsep matematis siswa antara pembelajaran PBL dengan pembelajaran PQ4R terdiri dari suatu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
PBL merupakan model pembelajaran dengan masalah yang menjadi basisnya, artinya pembelajaran dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan. Masalah dimunculkan sedemikian hingga siswa perlu menginterpretasi masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi alternatif solusi, dan mempresentasikan solusinya. Dengan menyelesaikan masalah tersebut siswa akan membangun konsep matematika.
PBL diawali dengan pemberian masalah atau situasi masalah kepada siswa. Masalah yang disajikan adalah masalah kontekstual yang bermakna. Ketika siswa memperoleh ide atau gagasan tentang solusi masalah yang diharapkan, maka siswa diharapkan dapat menyatakan ulang suatu konsep dan mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya.
Tahap selanjutnya dalam PBL adalah mengorganisasi siswa untuk belajar dan membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Pada fase ini, siswa dikelompokkan secara heterogen. Dalam kelompok tersebut siswa mendiskusikan
18 masalah yang diberikan dan saling menyampaikan pendapat. Pada tahap ini, siswa diharapkan menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu dalam menyelesaikan masalah. Setelah diskusi kelompok selesai, beberapa kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan dan kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapinya. Pada fase ini, siswa diharapkan dapat menyatakan ulang suatu konsep serta mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Fase terakhir pembelajaran PBL adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Siswa dan guru melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Pada fase ini, siswa diharapkan dapat menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsepnya. serta mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
Sedangkan PQ4R merupakan salah satu metode membaca yang digunakan untuk membantu siswa memahami dan mengingatkan materi yang mereka baca. Terdiri dari 6 tahap saling berkesinambungan sesuai dengan bahan atau materi untuk belajar. Tahap-tahap tersebut yang dimaksud terdiri dari preview (meninjau), question (pertanyaan), read (membaca), reflect (refleksi), recite (merenungkan), dan review (memeriksa).
Pada tahapan preview (meninjau), quetion (pertanyaan), read (membaca) diharapkan siswa dapat menyatakan ulang suatu konsep dan mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya. Tahap reflect (refleksi), recite (merenungkan),
19 dan review (memeriksa) diharapkan siswa dapat menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran PBL dan PQ4R berpengaruh ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa.
C. Anggapan Dasar Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut: 1. Semua siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Bandarlampung tahun ajaran 2015-2016 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. 2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang sangat kecil dan dapat diabaikan.
D. Hipotesis 1.
Ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan siswa yang mengikuti pembelajaran PQ4R.
2.
Pembelajaran PBL lebih baik daripada pembelajaran PQ4R ditinjau dari kemampuan pemahan konsep matematis siswa.
20
III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandarlampung yang terletak di Jl. Jend. Sudirman 41, Kota Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandarlampung tahun ajaran 2015/2016 yang terdistribusi dalam sembilan kelas. Dari sembilan kelas tersebut, dipilih dua kelas sebagai sampel, dengan salah satu kelas menjadi kelas PBL dan kelas yang lain menjadi kelas PQ4R.
Pengambilan kelas sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan bahwa sampel yang dipilih diajar oleh guru yang sama, sehingga sebelum diberikan perlakuan model dan metode, siswa memperoleh perlakuan yang sama dari guru. Setelah berdiskusi dengan guru mitra, terpilih kelas X IPS/4 sebagai kelas PBL dengan jumlah 32 siswa, dan kelas X IPS/3 sebagai kelas PQ4R dengan jumlah 32 siswa.
B. Desain Penellitian Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment. Desain yang digunakan adalah postest only control design. Posttest only control group design merupakan desain penelitian dengan pemberian tes di akhir pembelajaran pada kelas PBL dan
21 kelas PQ4R (Sukardi,2008). Kelas yang diberi perlakuan berupa penerapan pembelajaran problem based learning disebut kelas PBL dan kelas yang diberi perlakuan penerapan pembelajaran PQ4R disebut kelas PQ4R. Garis besar pelaksanaan penelitian digambarkan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas K1 K2
Pembelajaran X1 X2,
Posttest Y1 Y2
Keterangan: K1 = Kelas PBL K2 = Kelas PQ4R X1 = pembelajaran matematika menggunakan PBL X2 = pembelajaran matematika menggunakan PQ4R Y1 = Skor posttest pada kelas PBL Y2 = Skor posttest pada kelas PQ4R
C. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan a. Pemilihan populasi penelitian yang dapat mewakili kondisi kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMA di Provinsi Lampung, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bandarlampung tahun ajaran 2015/2016. b. Menyusun proposal penelitian. c. Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen digunakan dalam penelitian. d. Mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen dengan dosen pembimbing. e. Melakukan uji coba instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan a.
Melaksanakan pembelajaran matematika dengan model PBL pada kelas PBL dan metode PQ4R pada kelas PQ4R.
22 b.
Memberikan postest pada kelas PBL maupun PQ4R.
3. Tahap Pengolahan Data a.
Mengumpulkan data dari masing-masing kelas
b.
Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari masing-masing kelas.
c.
Membuat kesimpulan.
4. Tahap Laporan a. Melaporkan hasil penelitian pada dosen pembimbing b. Menyusun laporan akhir
D. Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa tes tertulis, yang dilakukan di akhir pembelajaran. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan instrument tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di akhir pembelajaran yang berupa sebuah data kuantitatif. Tes ini diberikan kepada siswa secara individual, pemberiannya ditujukan untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis. Tes yang digunakan adalah tes uraian yang terdiri dari 4 butir soal.
23 a. Validitas Instrumen
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi dari tes pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan cara menilai kesesuaian isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.
Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas X. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Negeri 1 Bandarlampung mengetahui dengan benar kurikulum SMA, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra dan terdapat kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa. Validitas isi ini diukur dengan menggunakan daftar cek list yang diisi oleh guru mitra. Berdasarkan penilaian guru mitra ternyata instrumen tes dalam penelitian ini dinyatakan valid, sehingga dapat digunakan (Lampiran B.5 hal. 140).
b. Reliabilitas Tes Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha dalam Arikunto (2011: 109) sebagai berikut.
Keterangan: = Koefisien reliabilitas = Banyaknya soal
=
−1
1−
∑
24 ∑
= Jumlah varians skor tiap butir soal = Varians skor total
varians skor tiap butir soal dihitung mengikuti Arikunto (2010: 109) yakni sebagai berikut. =
∑
− (∑
)
Keterangan: = varians butir soal nomor i = skor butir soal nomor i n = banyaknya siswa peserta tes Interpretasi terhadap nilai reliabilitas tes ( bagai berikut.
) menurut Arikunto (2010: 75) se-
Tabel 3.2 Interprestasi Reliabilitas Koefisien relibilitas (r11) 0,80 < r11≤ 1,00 0,60 < r11 ≤ 0,80 0,40 < r11≤ 0,60 0,20 < r11≤ 0,40 0,00 < r11≤ 0,20
Kriteria Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Tes ini dapat digunakan apabila derajat reliabilitasnya minimal sedang. Setelah soal tes diujicobakan dan dihitung koefisien reliabilitasnya dengan bantuan software Microsoft Excel diperoleh koefisien reliabilitas soal tes ini adalah 0,96 Dengan demikian derajat reliabilitas soal tes mempunyai kategori sangat tinggi, sehingga soal tes ini reliabel untuk mengumpulkan data pemahaman konsep matematis siswa. (Lampiran C.1 hal. 142).
25 c. Daya Pembeda Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir tes untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda.
Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memeperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Karno To dalam Noer (2010) menungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus: =
−
Keterangan : DP : indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Tabel 3. 3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Negatif ≤ DP ≤ 0,10 0,10 ≤ DP ≤ 0,19 0,20 ≤ DP ≤ 0,29 0,30 ≤ DP ≤ 0,49 DP ≥ 0,50
Interpretasi Sangat Buruk Buruk sedang Baik Sangat Baik
26 Dalam penelitian ini Soal yang digunakan adalah soal yang memiliki nilai daya pembeda minimal sedang. Dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel maka diperoleh nilai daya pembeda untuk setiap butir soal sebagai berikut.
Tabel 3.4 Daya Pembeda Soal No Soal 1a 1b 2 3 4
Daya Pembeda 0,49 0,49 0,54 0,25 0,57
Interpretasi baik baik sangat baik sedang sangat baik
Berdasarkan Tabel 3.4 maka setiap butir soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep matematis siswa. (Lampiran C.2 hal. 144)
d. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Sudijono (2001: 372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut. =
Keterangan: TK : tingkat kesukaran suatu butir soal JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal. Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2001: 372) seperti terlihat pada Tabel 3.5.
27 Kriteria tingkat butir soal yang akan digunakan bervariasi mulai dari soal sukar, sedang, maupun mudah dan membuang sangat mudah atau sangat sukar. Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Nilai 0.00 ≤ TK ≤ 0.15 0.16 ≤ TK ≤ 0.30 0.31 ≤ TK ≤ 0.70 0.71 ≤ TK ≤ 0.85 0.86 ≤ TK ≤ 1.00
Interpretasi Sangat Sukar Sukar Sedang Mudah Sangat Mudah
Setelah uji coba soal dilakukan maka diperoleh data nilai tingkat kesukaran untuk setiap butir soal sebagai berikut: Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal No Soal 1a 1b 2 3 4
Tingkat Kesukaran 0,39 0,40 0,61 0,28 0,34
Interpretasi Sedang Sedang Sedang Sukar Sedang
Soal yang termasuk kategori mudah, sukar dan sangat mudah dalam penelitian ini masih dapat digunakan dengan pertimbangan butir soal tersebut memiliki nilai daya pembeda soal yang bagus. (Lampiran C.2 hal. 143)
Berdasarkan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang telah dilakukan, setiap butir soal sudah memenuhi syarat yang ditentukan, hasil uji coba menunjukkan setiap butir soal dapat digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep matematis siswa.
28 F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh setelah memberi perlakuan pada sampel adalah data kuantitatif yang terdiri dari nilai tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas PBL dan kelas PQ4R.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap data skor kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, maka dilakukan uji prasyarat terhadap data kuantitatif dari kelas PBL dan kelas PQ4R. Pengujian prasyarat ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data kemampuan pemahaman konsep matematis berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut. Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Statistik yang digunakan untuk uji Chi-Kuadrat:
Keterangan: = frekuensi harapan = frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan
=
(
−
)
29 Dengan kriteria pengujian adalah terima terima H0 jika χ
(
∝)(
)
dan taraf nyata 5%.
≤
, dengan
Rekapitulasi uji normalitas data kemampuan pemahaman konsep matematis disajikan pada Tabel 3.5. Perhitungan selengkapnnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 hal. 150 dan C.6 hal. 158.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan pemahaman konsep Matematis Pembelajaran
X2hitung
PBL
6,92
PQ4R
26,54
X2 tabel
Keputusan H0
7,81
diterima
7,81
ditolak
Keputusan Uji Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa salah satu data kemampuan pemecahan konsep matematis siswa berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, sehingga langkah selanjutnya tidak perlu dilakukan uji homogenitas karena data sampel tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Hipotesis Setelah melakukan uji normalitas, diperoleh bahwa salah satu data berasal dari sampel yang populasinya tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji non parametrik. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui uji Wilcoxon Rank Sum Test .
30 Uji Wilcoxon Rank Sum Test menurut Berenson (2012: 494) sebagai berikut: a. Hipotesis H : θ1 = θ2, (tidak ada perbedaan data kemampuan pemahaman konsep matema
tis siswa yang menggunakan pembelajaran PBL dengan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran PQ4R).
H : θ1 > θ2, (data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang meng
gunakan pembelajaran PBL lebih tinggi daripada data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran PQ4R).
b. Taraf signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji :
=
Keterangan: T1 = jumlah peringkat yang diberikan pada n1 sampel yang lebih kecil = rata-rata = standar deviasi Dengan
=
(
)
dan
=
(
)
Keterangan: n1 dan n2 = banyak siswa, dengan n1 < n2 n = n1 + n2 d. Kriteria uji : terima H0 jika nilai Zhitung < Z0,5-α Apabila H0 diterima, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran PBL dengan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan
31 pembelajaran PQ4R. H0 ditolak yang berarti data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran PBL lebih tinggi daripada data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran PQ4R.
V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan dalam bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak ada perbedaan antara data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran PQ4R. 2. Penggunaan pembelajaran PQ4R lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari proses belajar dan pencapaian indikator
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada guru dihimbau untuk menvariasikan model pembelajaran dalam mengajar sehingga siswa tidak bosan dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar. 2. Kepada guru khususnya sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 tidak hanya menggunakan pembelajaran PBL yang dicontohkan dalam kurikulum
42 akan tetapi bisa menggunakan model pembelajaran yang lain yairu pembelajaran PQ4R. 3. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan hendaknya melakukan pengkajian lebih mendalam, seperti pengelolahan waktu sebaik mungkin, pengolahan kelas supaya tetap kondusif, agar siswa dapat secara optimal dalam menerima pembelajaran dan mendapatkan hasil yang baik dalam belajar.
43
DAFTAR PUSTAKA
Akinoglu, O. dan R.O. Tandogan. 2007. The Effect of Problem Based Active Learning of Student’s Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Euasia Journal of Mathemathics, science & Technology Education, 3 (1): 71-81. Arends, R. I. 2004. Learning to teach. Seven edition. New York: McGraw-Hill Companies Inc. Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Berenson, Mark El, David M. Levine, Timotyhy C. Krehbiel. 2012. Basic Business Statistics Concept and Applications twelfth edition. Prencite Hall: Pearson. Barret, Terry (2005). Understanding Problem Based Learning. [online].Tersedia http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf. 25 November 2015 BSNP. 2006. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Darmawan. 2010. Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran IPS di MI Darussaadah Pandeglang. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 11 No. 2. [online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/3_darmawan.pdf. 5 November 2015 Fraenkel, Jack R. and Wallen, Norman E.. 2010. How To Design And Evaluate Research In Education. New York: McGraw Himm Inc. Herdian. 2010. Kemampuan pemahaman matematika [online]. Tersedia: https:// herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. 3 Desember 2015 Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Dalam Educationist Vol. 01 No.01. [online]. Tersedia: http://103. 23.244.11/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._I_No._1 Januari_2007/6._Tatang_Herman.pdf. 14 Desember 2015.
44 Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Palembang : Universitas PGRI Palembang. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Matematika Studi Pengajaran. Politeknik Negeri Media Kreatif:jakarta. Muiz, Abdul. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Napitupulu, Ester L. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Harian Kompas. 14 Desember 2012. [Online]. http://edukasi.kompas.com. 31 oktober 2015. Noer, Sri Hastuti.2009. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila OECD. 2013. PISA 2012 Results in Focus What 15- year-olds know and they can do with what they know. [online]. Tersedia: http://www.oced.org/pisa/keyfinding /pisa2012-results-overview.pdf. 12 Maret 2016. Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. . 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Ryberg, T, Glud L N, Buus Lillian, Georgsen Marianne. 2010. Identifying Difference in Understandings of PBL, Theory and Interactional Interdependencies. Inter national Conference on Networked Learning, 7: 943-951. Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta:Mediayatama Sarana Perkasa. Sanjaya , Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidik an. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. . 2009. Strategi Pembelajaran Pendidikan. Jakarta: Prenada.
Berorientasi
Standar
Proses
Siswono. YTE. 2008. Model pembelajaran matematika berbasis pengajuan dan pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional.
45 Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suprijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. Tarsito Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah. Suherman, Turmudi, Suryadi D, Herman T, Suhendra, Prabawanto S, Nurjanah, Rohayati A. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara. Suparmin,dkk.2013.Matematika untuk SMA dan MA Kelas X (Peminatan IPA). Sura karta: Mediatama. Thomas, E. L., & Robinson, H. A. 1972. Improving memory in every class: A source book for teachers. Boston: Allyn and Bacon. [Online]. Tersedia:http://carmine .se.edu/cvonbergen/How_to_study.html. 2 Maret 2016. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientas Konstruktivistitik. Jakarta : Prestasi Pustaka. . 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step SPSS 17.0 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2013. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 sNomor 4301. Jakarta. Yadav. 2011. Problem Basede Learning: Influence on Students’ Learning in an Electical Engineering Course. Journal of Engineering Education, 100(2) : 253280. .[online]. http://www .amanyadav.org. 25 Agustus 2016. Yulianti, L. E, Wirya N, Arini W. (2013). Penerapan Metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review ) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sd. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
46 Zulaiha, 2006. Pemahaman Konsep [Online]. [http://ahli-definisi.blogspot. co.id/2011/03/definisi-pemahaman-konsep.html. 12 Maret 2016. Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). (makalah : paper disampaikan pada Semiloka Nasional 20-21 Agustus 2003). Universitas Sriwijaya. Palembang.