PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN COOPERATIVE LEARNING
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: SULAEMAN NIM 105016300617
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2011 M
ABSTRAK
SULAEMAN 105016300617 Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Fisika Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Cooperative Learning. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Terdapat sebuah paradigma yang berkembang di masyarakat yang cenderung mengatakan bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Dalam usaha mengubah paradigma tersebut, dilakukanlah penelitian ini yang menerapkan Problem Based Learning dan Cooperative Learning . Diharapkan pada akhir penelitian ini, siswa tidak lagi menganggap fisika itu sulit dan membosankan serta dapat meningkatkan hasil belajar mereka pada materi yang bersangkutan. Penelitian ini dilakukan di Kelas VIII 1 menggunakan Problem Based Learning dan Kelas VIII 2 menggunakan Cooperative Learning MTs Daarul Hikmah pada materi Getaran dan Gelombang. Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan teknik purpossive sampling dan pengujian kehomogenan kedua kelas. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda dan instrumen nontes. Data hasil instrumen tes, dianalisis dengan uji analisis statistik berupa uji perbandingan nilai posttest kedua kelas, sedangkan data hasil instrumen nontes dianalisis secara kualitatif dan digunakan untuk mendeskripsikan tingkat ketercapaian proses pembelajaran. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh bahwa perbedaan hasil belajar kedua kelas tidak signifikan. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai posttest. Hasilnya adalah nilai thitung = 2,3176 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 1,9973. Terlihat bahwa nilai thitung > ttabel pada taraf signifikansi 5%. Salah satu hal yang diduga menyebabkan temuan ini adalah bahwa masing-masing model mempunyai keunggulan yaitu pada Problem Based Learning unggul dalam hal pengajaran keterampilan pemecahan masalah sedangkan pada Cooperative Learning unggul dalam hal sistematika proses pembelajaran. Kata kunci : Model Problem Based learning, Model Cooperative learning, Fisika, Hasil belajar.
ABSTRACT
SULAEMAN 105016300617. Comparison between Achievements of Physics Subject that uses Problem Based Learning (PBL) and Cooperative Learning (CL). S1 Thesis of Physics Education Departement, Faculty of Tarbiya and Teaching Training State Islamic University of Syarif Hidayatullah jakarta, 2011. There is a paradigm in our society that says physics subject is the difficult subject and boring. In part of the effort to change the paradigm, a research was done that applied learning model Problem Based Learning (PBL) and Cooperative Learning (CL). In the end of the research, that was hoped that students not more again say that physics is difficult and boring, so we can develop achievement significantly in corresponding lesson. The research was done in VIII 1 class (that used PBL) and VIII 2 class (that used CL) of State Islamic Junior High School (MTs) Daarul Hikmah of Vibration and Wave material lesson. Defining these two classes as sample of research based on purposive sampling technique and homogeneity test of these two classes. Instrument these were used in the research are test instrument that is multiple choices achievement test and non-test instrument. Data that is got from test instrument will be analyzed by comparison statistical test, that is comparison between posttest result both of classes, in other side data that is got from observational sheet will be analyzed qualitatively and be used to explain degree of learning process filling. Based on result of the analysis, we get conclusion that difference between both of posttest result of classes, is not significant. The conclusion is based on result of statistical test of hypothesis that used t test in both of result form classes. The result is, thitung = 2,3176, in other side ttable price in degree of significance 5% is 1,9973. Can be seen that thitung > ttabel in degree of significance 5%. Some things that estimate motive this result are each model have advantage, Problem Based Learning teach problem solving skill and Cooperative Learning systematical learning processes. Key word : Model Problem Based Learning, Model Cooperative Learning, Physics, Result of the analysis.
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT yang telah mengajarkan manusia dengan qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya. Selawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya. Pemilihan judul skripsi ini didasarkan pada asumsi bahwa belum terdapat penelitian yang membandingkan Problem Based Learning dan Cooperative Learning sekaligus, setidaknya itulah yang diketahui peneliti. Dengan asumsi tersebut, maka dengan tekad yang kuat, terlaksanalah penelitian ini, walaupun dengan segala keterbatasan dan kekurangannya. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Nengsih Juaeningsih, M. Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Iwan Permana Suwarna M. Pd, Ketua Program studi Fisika. 5. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M. Pd, dan Ibu Diah Mulhayatiah, S. Si M. Pd, Dosen pembimbing I dan II, terima kasih atas bimbingannya, saran, dan pengarahan yang diberikan. 6. Ayahanda H. Sukardi dan Hj. Uun Unaijah, yang kasih sayangnya kepada peneliti tak terbatas, semoga Allah selalu menyayangi engkau berdua sebagaimana engkau berdua menyayangi peneliti.
i
7. Kakak dan Adik tercinta: H. Irot dan H. Juher, Siti Nurhayati dan Siti Sofiah dan Hayati Nufus, dan si Bungsu Siti Sukarnih, tempat berkeluh kesah dan sumber inspirasi serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan. 8. Pujaan Hati Ammie Akmalia Syahman yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, trima kasih atas gebrakannya dan doanya. 9. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Fisika Angkatan 2005, yang menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khusus kepada Khaerul Anwar terima kasih dukungan ekonominya, Amrizaldi, Arip Rahman F, Ferdi terima kasih dukungan kebersamaannya, Ade Yusman terima kasih yang telah memberikan Ilmunya, Samsul Bahri terima kasih atas tumpangan kosannya, Muammar dan Kasim. 10. Teman-teman satu kelompok Dian, Dini, Sunarto, yang telah mendoktrin perjuangan saya. 11. Siswa –siswi di MTs Daarul Hikmah pekayon Tangerang (khususnya kelas VII-1 dan VII-2) yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi. 12. Bapak H. Abdul Khaer Nawawi, Lc, Kepala MTs Daarul Hikmah Pekayon Tangerang, yang telah memberikan izin penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen, dan seluruh aktivitas akademik MTs Daarul Hikmah Pekayon Tangerang.
Penelitian ini masih memerlukan perbaikan. Karenanya. Diharapkan para semua pihak dapat memberikan saran konstruktif demi perbaikan itu. Atas hal itu, semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih baik, jazákum ahsan aljazâ’.
Ciputat,
Januari 2011 M
SULAEMAN
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAKS KATA PENGANTAR .........................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................
iii
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR
.......................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................
1
B. Identifikasi Masalah ........................................................
3
C. Batasan Masalah
...........................................................
4
........................................................
4
E. Tujuan Penelitian ..........................................................
4
F. Manfaat Penelitian .........................................................
5
D. Rumusan Masalah
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS .............................................................
6
A. Kajian Teoretis
.............................................................
6
1. Proses Belajar Mengajar ............................................
6
a.
Pengertian Belajar .............................................
b.
Pendekatan, strategi, metode, teknik dan model
6
pembelajaran ......................................................
6
2. Pembelajaran Kontekstual (CTL) ...............................
7
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning, PBL) ..............................
12
4. Model Pengajaran Kooperatif .....................................
19
a.
Definisi dan Landasan Teori ..............................
19
b.
Pendekatan Pembelajaran Kooperatif ..................
21
iii
a) Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kooperatif …………………………………….. 21 b) Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kooperatif……………………………………... 23
BAB III
c.
Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif ................
25
d.
Macam-macam pembelajaran Kooperatif .............
29
5. Hasil Belajar Fisika ..................................................
31
6. Getaran dan Gelombang .............................................
34
a.
Getaran ...............................................................
34
b.
Gelombang .........................................................
35
c.
Periode dan Frekuensi Gelombang ......................
36
d.
Cepat Rambat Gelombang ..................................
36
B. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................
37
C. Kerangka Pikir ..............................................................
39
D. Hipotesis .......................................................................
41
METODOLOGI PENELITIAN .......................................
42
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................
42
B. Metode Penelitian ..........................................................
42
C. Desain Penelitian ...........................................................
42
D. Variabel Penelitian ........................................................
43
E. Populasi dan Sampel .....................................................
44
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................
44
1. Variabel Bebas ...........................................................
44
2. Variabel Terikat .........................................................
44
G. Instrumen Penelitian ......................................................
45
1. Instrumen Tes ..........................................................
45
2. Uji Validitas .............................................................
45
3. Perhitungan Reliabilitas ...........................................
46
4. Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda ........................
48
H. Teknik Analisis Data .....................................................
50
iv
1. Teknik Analisis Data Hasil Belajar
BAB IV
.........................
50
a. Signifikansi Hasil Belajar .................................
50
b. Pengujian Hipotesis ..........................................
51
1) Uji Normalitas ...........................................................
51
2) Uji Homogenitas...........................................................
52
3) Uji Hipotesis ................................................................
52
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................
56
A. Hasil Pretest Kelas PBL dan Kelas CL
.........................
56
B. Hasil Posttest Kelas PBL dan Kelas CL ...........................
57
C. Rekapitulasi ....................................................................
59
D. Nilai Normal Gain (N-Gain) ............................................
59
E. Analisis Data ...................................................................
60
1. Uji Prasyarat Analisis Statistik .................................
60
a.
Uji Normalitas ..................................................
60
b.
Uji Homogenitas ...............................................
61
2. Uji Hipotesis ............................................................
62
F. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................
63
PENUTUP .........................................................................
66
A. Kesimpulan ...................................................................
66
B. Saran .............................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
67
BAB V
v
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1A Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Kelas PBL ........ 71 Lampiran 1B Lembar Kerja Siswa Kelas PBL .......................................... 85 Lampiran 1C Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas CL .......... 90 Lampiran 1D Lembar Kerja Siswa Kelas CL ............................................ 104 Lampiran 2A Kisi-kisi Instrumen Tes ....................................................... 115 Lampiran 2B Bentuk Soal, Kunci Jawaban, dan Aspek Kognitif yang diukur ......................................................................... 117 Lampiran 3A Uji Validitas ........................................................................ 128 Lampiran 3B Perhitungan Reliabilitas ..................................................... 131 Lampiran 3C Perhitungan Derajat Kesukaran .......................................... 132 Lampiran 3D Daya Beda ......................................................................... 135 Lampiran 3E Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes ......................... 137 Lampiran 3F Analisis Butir Soal Instrumen Tes Validitas ......................... 138 Lampiran 3G Analisis Butir Soal Instrumen Tes Reliabilitas ..................... 139 Lampiran 3H Analisis Butir Soal Instrumen Tes Taraf Kesukaran ............. 140 Lampiran 3I
Analisis Butir Soal Instrumen Tes Daya Pembeda ................ 141
Lampiran 3J Rakapitulasi Uji Coba Instrumen Tes .................................. 142 Lampiran 4
Hasil Pretest Kelas PBL ...................................................... 143
Lampiran 5
Hasil Pretest Kelas CL ........................................................ 147
Lampiran 6
Hasil Posttest Kelas PBL .................................................... 151
Lampiran 7
Hasil Posttest Kelas CL ...................................................... 155
Lampiran 8
Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas PBL .............................. 159
Lampiran 9
Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas CL ................................ 160
Lampiran 10 Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest) ............................... 162 Lampiran 11 Uji Homogenitas Hasil Belajar (Posttest) ............................ 166 Lampiran 12 Uji Hipotesis ....................................................................... 169 Lampiran 13A Tabel Chi Square ................................................................ 171 Lampiran 13B Tabel Uji F .......................................................................... 172 Lampiran 13C Tabel Uji t ........................................................................... 174 vi
Lampiran 13D Tabel Uji Normalitas ........................................................... 175
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Model Pembelajaran ..................................................
7
Gambar 2.2 Model Belajar Menurut bandura (Teori Belajar Sosial) ......... 21 Gambar 2.3 Kerangka Pikir ...................................................................... 40 Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas PBL dan CL .... 56 Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Posttest) Kelas PBL dan CL ... 57 Gambar 4.3 Diagram Batang N-Gain Kelas PBL dan CL ......................... 60
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ...........................
18
Tabel 2.2
Tahapan pembelajaran Kooperatif .....................................
26
Tabel 2.3
Kriteria Penilaian Pembelajaran Kooperatif ........................
25
Tabel 3.1
Desain Penelitian ...............................................................
43
Tabel 3.2
Kategori Reliabilitas ..........................................................
47
Tabel 3.3
Kategori Derajat Kesukaran ...............................................
49
Tabel 3.4
Kategori Daya Beda ..........................................................
50
Tabel 4.1
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ......................................
59
Tabel 4.2
N-Gain kelas VIII Kelompok PBL dan CL .........................
59
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat ..................
61
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ..................................
61
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Ilmu fisika juga merupakan bagian ilmu pengetahuan yang bersinggungan dengan biologi dan kimia. Oleh karena itulah ilmu fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Akan tetapi sampai saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. 1 Setidaknya ada beberapa hal yang menyebabkan anggapan bahwa fisika itu sulit dan membosankan. Pertama, guru mata pelajaran fisika cenderung menggunakan metode ceramah. Dimana guru sibuk menjelaskan rumus-rumus tanpa memperhatikan kondisi siswa.
2
Kedua, guru jarang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada teman sebaya mengenai hal yang tidak dimengerti. Ketiga, sebagian besar guru fisika hanya menjelaskan rumus tanpa teori pendukungnya. Keempat, guru jarang memperhatikan proses dari penyelesaian soal, baginya hal terpenting adalah jawaban yang benar. 3 Untuk mengatasi hal diatas diperlukan adanya suatu model yang dapat menarik minat siswa untuk mempelajari ilmu fisika. Model yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis materi yang diajarkan. Kurang tepatnya menggunakan model pembelajaran, dapat menimbulkan kebosanan, monoton, atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Kurang tepatnya menggunakan model pelajaran, dapat menimbulkan kebosanan, monoton, atau bahkan siswa memahami konsep-konsep fisika khususnya pa 1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), h. 137 I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Aktif dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 BandarLampung, artikel diakses pada tanggal 8 September 2009 dari http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/modelpembelajaran-Aktif-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsidan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung/ 3 Nyoman Subratha, “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri Sukasada”, (Jurnal Penelitian dan Pengembangan, Lembaga Penelitian Undiksha, 2007), h.137 2
1
2
konsep getaran dan gelombang ini, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar siswa. Model pembelajaran tersebut mempunyai adil yang cukup besar dala, kegiatan belajar mengajar. Saat ini banyak sekali model-model pembelajaran yang bermunculan. Model-model tersebut mengharuskan adanya suatu perubahan lingkungan belajar. Suatu variasi dimana siswa belajar, bekerja, dan berinteraksi di dalam kelompokkelompok kecil sehingga siswa dapat saling bekerja sama, saling membantu berdiskusi dalam memahami materi pelajaran maupun mengerjakan tugas kelompok. Diantara model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dalam menyajikan pelajaran kepada siswa adalah seperti model Direct Instruction, model Problem Based Learning,
model Cooperative Learning, model Sains
Teknologi Masyarakat, model pembelajaran terpadu dan lain-lain. Masing-masing model tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian akan dilakukan dua jenis model pembelajaran, yaitu model pembelajaran berbasis
masalah
(Problem Based Learning) dan
model
pembelajaran (Cooperative Learning). Kedua model pembelajaran ini dianggap akan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan diuraikan pada penjelasan di atas. Pada model pembelajaran Problem Based Learning, siswa disarankan untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan, PBL memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Pada tahun 1997, The Cognition and Technology Group at Vanderbilt mengembangkan sebuah program tentang pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) yang dinamai The Jasper Project. Program ini menyediakan beberapa kaset cakram padat (videodisc) berbasis masalah yang didesain untuk mengembangkan kemampuan fisika siswa kelas lima ke atas. Tetapi ternyata hal ini sekaligus membantu siswa untuk menghubungkannya dengan konsep-konsep pelajaran lain.4
4
John W Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, diterjemahkan oleh Tri Wibowo, (Jakarta : Kencana, 2010) Cet ke-3, h. 375
3
Dalam hal ini, siswa lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru. Sedangkan pada model pembelajaran Cooperative learning, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Model ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL yaitu learning community. Dimana lingkungan pembelajarannya dicirikan oleh proses demokratis dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. Berdasarkan karakteristik Problem Based Learning dengan Cooperative Learning yang telah disebutkan di atas, maka konsep fisika yang sesuai dengan karakteristik tersebut adalah konsep getaran dan gelombang akan lebih mudah dipahami dengan pengamatan terhadap masalah dan pembelajaran aktif.
Oleh karna itu
permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Fisika Antara Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Cooperative Learning.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut 1. Model pengajaran yang digunakan guru umumnya hanya ceramah, jarang sekali menggunakan model yang bervariasi. 2. Model bervariasi yang dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam pembelajaran fisika belum banyak digunakan. 3. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa bosan dalam belajar fisika.
4
C. Batasan Masalah Semua permasalahan yang diuraikan di atas tidak mungkin untuk diteliti semua karena keterbatasan penelitian ini. Disamping itu, semua variabel dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk dikontrol semua. Oleh karena itu, dalam penelitian perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Perbandingan antara kedua model yang digunakan dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini hanya merupakan hasil tes kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Madaus, dkk.5 Ranah kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah dari mulai C1 sampai dengan C6 (menurut Bloom) atau dari C1 sampai dengan C5 (menurut Madaus, dkk). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan model PBL dan Active Learning. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar hanya dijadikan sebagai acuan pengambilan kesimpulan saja. 3. Konsep yang diberikan kepada masing-masing kelompok selama eksperimen adalah konsep getaran dan gelombang yang diajarkan di kelas VIII.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan model problem based learning dengan cooperative learning ?” E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan hasil belajar fisika antara yang menggunakan Problem Based Learning dengan yang menggunakan Cooperative Learning. 5
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121.
5
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang terlibat langsung terhadap penelitian ini. 1. Memberikan informasi mengenai model-model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. 2. Memberikan informasi mengenai model yang dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis 1. Proses Belajar Mengajar a. Pengertian belajar Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Beberapa definisi belajar menurut ahli adalah sebagai berikut: 1) Hilgard mengungkapkan, belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.1 2) Gagne (1984), belajar adalah suatu proses di mana suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.2 3) Dimyati dan Mudjiono menyatakan jika seseorang melakukan proses belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri seseorang.3 b. Pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna. Istilah-istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran. 1)
Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum.4
1
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2008), Cet ke-4, h.89 2 Kinkin Suartini, Slide Perkuliahan Strategi Pembelajaran , h.7 3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 5 4 Kinkin Suartini, Op cit, h.1
6
7
2)
Strategi pembelajaran adalah sebuah perencanaan yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran.5
3)
Metode pembelajaran adalah proses atau prosedur yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.6
4)
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir dan disajikan secarakas oleh guru.7 Untuk lebih jelasnya, istilah-istilah di atas dapat divisualisasikan sebagai
berikut :
Gambar 2.1Bagan Model Pembelajaran 2. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) Pembelajaran konvensional yang berorientasi pada penguasaaan materi dianggap gagal menghasilkan siswa yang aktif, kreatif, dan inovatif. Umumnya
siswa
yang
diajar
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional hanya dapat mengingat pelajaran yang mereka terima dalam 5
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2006), Cet ke-5, h. 126 Ibid, h. 126 7 Kinkin Suartini, Op cit, h.4 6
8
jangka pendek saja. Pembelajaran konvensional gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, belakangan ini para
pakar
pendidikan
mulai
berpikir
untuk
menggantikan
model
pembelajaran konvensional yang dianggap sudah tidak efektif lagi. Mulailah para pakar pendidikan mengembangkan model-model pembelajaran yang lebih memanusiakan siswa yang tidak lagi menganggap mereka hanya sebagai objek belaka melainkan juga sekaligus dianggap sebagai pelaku pembelajaran atau subjek. Diantara model yang paling populer adalah model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).8 Dasar pemikiran dari pendekatan pembelajaran kontekstual ini adalah fakta yang menunjukkan kecenderungan bahwa siswa akan belajar secara lebih baik jika lingkungan belajarnya diciptakan secara alami. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami sendiri hal yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Untuk menciptakan kondisi alami tersebut, maka model pembelajaran yang diterapkan harus sesuai dengan karakter pelajarannya. CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang digagas oleh Mark Baldwin dan dikembangkan oleh Jean Piaget. Menurut filsafat konstruktivis, hakikat pengetahuan bukanlah hasil pemberian orang lain seperti guru, melainkan hasil dari proses mengonstruksi yang dilakukan setiap individu. Oleh karena itu, belajar tidak hanya menghafal, melainkan juga proses konstruksi pengetahuan dari pengamalan. Jadi, CTL memandang bahwa pengetahuan itu akan bermakna ketika ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan hasil dari pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.9 Sebagaimana model pembelajaran lain, pembelajaran kontekstual mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran lain. Adapun karakteristik pembelajaran kontekstual adalah kerjasama, saling 8
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), Edisi Revisi, h.293 9 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Kencana, 2008), Cet ke-4, h.111-113
9
menunjang, menyenangkan dan tidak membosankan, belajar dengan bergairah, integratif, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif, dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, dan laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa, dan lain-lain10 Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru menghubungkan materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong mereka untuk membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama
pembelajaran
efektif,
yakni:
konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar
(learning
community),
pemodelan (modeling),
dan penilaian
sebenarnya (authenticassessment).11 Dalam pengertian lain, pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong mereka untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan
penerapannya
dalam
kehidupan
mereka
sehari-
12
hari. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan
dan
ditransfer
dari
satu
permasalahan
ke
permasalahanlainnya atau dari satu konteks ke konteks lainnya.
10
Akhmad Sudrajat, “Model Pembelajaran Kontekstual”, artikel diakses pada tanggal 26 Oktober 2008 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajaran-kontekstual/, h.7 11 Ibid, h.5-7 12 Kunandar, Op cit, h. 296
10
Ketujuh komponen CTL seperti yang disebutkan oleh Sudrajat di atas, dijelaskan secara mendetail kembali, sebagai berikut :13 a. Konstruktivisme. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Konsep yang melandasi definisi ini adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Piaget tentang pengetahuan. Piaget menyatakan bahwa: 1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pangalaman-pengalaman seseorang. b. Inkuiri, yang meliputi proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. c. Questioning (bertanya). Asas ini ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut. 1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. 2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri. d. Learning Community (Masyarakat Belajar). Dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Penerapan asas ini dapat dilakukan dengan cara : 1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. 2) Guru mengundang orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus seperti petani, dokter, tukang reparasi radio, dan sebagainya. 13
Wina Sanjaya, Op. cit., h.118 - 123
11
3) Saling bertukar pengalaman, informasi, saling membelajarkan. e. Modeling (Permodelan). Kegiatan ini meliputi: 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. 2) Mengerjakan kegiatan yang diinginkan oleh guru agar siswa mengerjakannya. f. Reflection (Refleksi), yaitu kegiatan-kegiatan yang meliputi tahap-tahap sebagai berikut. 1) Berpikir tentang kegiatan yang telah dipelajari. 2) Mencatat hal-hal yang telah dipelajari. 3) Membuat jurnal, karya seni, dan diskusi kelompok. g. Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya). Asas ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut. 1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa. 2) Penilaian produk (kinerja). 3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual. Pendekatan pembelajaran konstekstual dapat dijabarkan dalam beberapa model pembelajaran. Diantara model-model pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan Cooperative Learning, pembelajaran kooperatif. Kedua model pembelajaran tersebut merupakan model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, sesuai amanat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)14. Disamping itu, dalam salah satu artikelnya, Suherman menyatakan bahwa Problem Based Learning dan Cooperative Learnig merupakan model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran berjalan lebih efektif.15
14 15
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), Cet ke-1, h.6 Erman Suherman, “Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa,” artikel diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari http://educare.e-fkipunla.net/, h.7-8
12
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning, PBL) Salah satu model pembelajaran yang termasuk kedalam pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Tidak seperti pada pembelajaran konvensional yang memusatkan perhatian pada masalah setelah pemberian instruksi-instruksi dasar pada fakta dan keterampilan, Problem Based Learning dimulai dengan pengamatan terhadap sebuah masalah, selanjutnya proses pembelajaran dilakukan berkaitan dengan fakta dan keterampilan dalam konteks yang relevan diberikan. Problem Based Learning memiliki ciri-ciri pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, pemelajar
secara
berkelompok
aktif
merumuskan
masalah
dan
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah.16 Problem Based Learning menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Problem Based Learning memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit
bimbingan
atau
arahan
guru
sementara
pada
pembelajaran
konvensional, siswa lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru. Model pembelajaran berbasis masalah membuat siswa bertanggung jawab pada pembelajaran mereka melalui penyelesaian masalah dan melakukan kegiatan
inkuiri
dalam
rangka
mengembangkan
proses
penalaran.
Pembelajaran berbasis masalah lebih menempatkan guru sebagai fasilitator dari pada sebagai sumber. Pembelajaran Berbasis Masalah juga mendukung siswa untuk memperoleh struktur pengetahuan yang terintegrasi dalam
16
M Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta : Kencana, 2009), Cet ke-1, h.12
13
masalah dunia nyata, masalah yang akan dihadapi siswa dalam dunia kerja atau profesi, komunitas, dan kehidupan pribadi.17 PBLadalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap model ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Secara lebih lanjut bahwa PBLadalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa) dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam belajar.18 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan suatu permasalahan yang selanjutnya akan dicarikan solusinya. Sebagaimana umumnya model-model pembelajaran lain, Problem Based Learning memiliki beberapa landasan teori khusus yang membedakannya dengan model pembelajaran lain. Beberapa teori yang melandasi Problem Based Learning itu adalah sebagai berikut. a. Dewey dan Kelas Demokratis Dewey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan agar sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan yang nyata.Dewey juga menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual sosial.19 Pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang menarik dan pilihan 17
Suchaini, “Pembelajaran Berbasis Masalah,” artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/pembelajaran-berbasis-masalah/ 18 I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses pada tanggal 12 Juni 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasismasalah/ 19 Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar Mahasiswa) (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001), h. 16.
14
mereka sendiri.Visi pembelajaran yang berdaya guna atau berpusat pada masalah digerakkan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermaknasecara jelas menghubungkan PBL kontemporer dengan filosofi pendidikan dan pedagogi Dewey. b. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme Jean Piaget (1886-1980) menyatakan bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di sekitarnya.Rasa ingin tahu ini, memotivasi mereka secara aktif untuk membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati.20 Pada semua tahap perkembangan, setiap anak perlu memahami lingkungan mereka. Tugas pendidikan yang berkaitan dengan hal itu adalah memotivasi mereka untuk menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu. Siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa mendapat pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Lev Vygotsky (1896-1943) juga mengemukakan pendapat yang sama dengan Piaget yaitu perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini. Siswa mempunyai dua tingkat perkembangan, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Konsep ini disebut dengan zone of proximal development.21 Tingkat perkembangan aktual didefinisikan sebagai penggunaan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk belajar sesuatu yang khusus atas kemampuannya sendiri. Sedangkan tingkat perkembangan 20 21
Ibid, h.17. Ibid, h.18.
15
potensial didefinisikan sebagai tingkat ketika seorang individu dapat memfungsikan atau mencapai tingkat itu dengan bantuan orang lain, seperti guru, orang tua, atau teman sejawat yang kemampuannya lebih tinggi. c. Bruner dan Pembelajaran Penemuannya Jerome Bruner mengajukan sebuah model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Hal ini akan menuntut siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner, yaitu scaffolding. Bruner memerikan scaffolding sebagai suatu proses ketika seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari seorang guru atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.22 PBL juga memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan model
pembelajaran
lain.
Muslimin
Ibrahimmenyebutkan
bahwa
23
karakteristik PBL adalah sebagai berikut. 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
22 23
Ibid, h.20. Ibid, h. 5 – 6.
16
2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata. Hal itu dimaksudkan agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. 3) Penyelidikan autentik Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.Mereka harus menganalsis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan
hipotesis
dan
membuat
ramalan,
mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. 4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang hal yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif terhadap laporan tradisional atau makalah. 5) Kerjasama Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain. Bentuk kerja sama ini dilakukan paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugastugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog
dan
untuk
keterampilan berpikir.
mengembangkan
keterampilan
sosial
dan
17
Sedangkan Warmada mengungkapkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PBL. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam PBL.24 a. Permasalahan atau tugas (triggering problem/question). Permasalahan yang disajikan sebaiknya memenuhi karakteritik sebagai berikut. 1) Tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga siswa terdorong untuk membuat sejumlah hipotesis dan mengkaji berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Permasalahan yang kurang berstruktur ini sebaiknya
dirancang
oleh
guru,
agar
siswa
termotivasi
dan
berkesempatan untuk secara bebas mencari informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber. 2) Cukup kompleks dan ambigu sehingga siswa terdorong untuk menggunakan strategi-strategi penyelesaian masalah dan keterampilan berpikir yang tinggi seperti melakukan analisis dan sintesis, evaluasi, dan pembentukan pengetahuan dan pemahaman baru. 3) Bermakna dan berhubungan dengan kehidupan nyata siswa, sehingga mereka termotivasi untuk mengarahkan dirinya sendiri dan menguji pengetahuan dan pemahaman lama mereka dalam menyelesaikan tugas tersebut. b. Karakteristik kelompok. Pembagian kelompok dilakukan dengan acak antara 5 sampai 8 orang. Pembagian kelompok ini juga harus mempertimbangkan heterogenitas. Kelompok yang baik adalah kelompok yang cukup heterogen. c. Sumber belajar, yaitu bahan bacaan atau informasi dari narasumber yang dapat dijadikan acuan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan. Karena bentuk tugas akan memancing beragam pemikiran,
24
I Wayan Warmada, “Problem Based Learning (PBL) Berbasis Teknologi Informasi (ICT): prosidingSeminar “Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan-Based Learning Berbasis ICT (Information and Communication Technology)”, 15 Mei 2004 dan CAFEO21 (21st Conference of The Asian Federation of Enggineering Organization), 22-23 Oktober 2003, h.2-3.
18
maka sumber belajar yang tersedia juga diharapkan cukup bervariasi dan dalam jumlah yang memadai. d. Waktu kegiatan. Disesuaikan dengan beban kurikulum yang hendak dicapai. Berkaitan dengan hal ini, setiap guru memiliki kebijakan sendiri dalam menyusun waktu kegiatan yang akan dilaksanakan. Tahapan-tahapan yang harus dilakukan pada Problem Based Learning ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut ini.25 Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa pada
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
masalah
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Siswa Siswa memahaminya dan menerapkan materi yang sedang di jelaskan oleh guru dan menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi yang sedang dijelaskan kemudian menyimaknya dan mencatat.
Guru membantu siswa mendefinisikan
Memberikan respon terhadap
Mengorganisasikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang
stimulus yang diberikan guru
siswa untuk belajar
berhubungan dengan masalah tersebut.
dengan menjawab pertanyaan-
Tahap 2
pertanyaannya. Tahap 3 Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
Menyimak penjelasan guru
mengumpulkan informasi yang sesuai,
tentang cara pemecahan masalah
melaksanakan eksperimen untuk
yang disarankan dan
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
membandingkannya dengan
masalah.
pemecahan masalah yang dilakukan kelompoknya.
Tahap 4
Guru membantu siswa dalam
Mengembangkan dan
merencanakan dan menyiapkan karya
menyajikan hasil karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
25
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Op-cit, h. 13.
Mengumpulkan pekerjaan rumahnya dan menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan hal itu. Melaporkan perkembangan penyelidikannya dan menanyakan kesulitan yang dite-mukan.
19
Tahap
Tingkah Laku Guru
Siswa
Guru membantu siswa untuk melakukan
Mempresentasikan hasil
refleksi atau evaluasi terhadap
pemecahan masalah yang
mengevaluasi proses
penyelidikan mereka dan proses-proses
dilakukan kelompoknya di depan
pemecahan masalah
yang mereka gunakan.
kelas.
Tahap 5 Menganalisis dan
4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Definisi dan Landasan Teori Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Model ini sejalan dengan salah satu prinsip CTL yaitu learning community. Dimana lingkungan pembelajarannya dicirikan oleh proses demokratis dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya.26 Melalui pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan dan menerapkan konsep yang telah ia pelajari sebelumnya. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh). Ketika kegiatan belajar bersifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.27 Pembelajaran kooperatif menghasilkan komunikasi dan kemampuan interaksi kelompok. Aspek yang membedakan pembelajaran kooperatif
26
Haviluddin, Active Learning berbasis Teknologi Informasi (ICT), (Jurnal Informatika Mulawarman : September 2010), h. 2 27 Melvin L Silberma. Active Learning, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Musamedia dan Nuansa, 2009), edisi Revisi, Cet ke-3, h. 27- 28
20
dengan pembelajaran lain yaitu terciptanya interaksi antara siswa dengan siswa. 28 Pembentukan
kelompok
dalam
pembelajaran
kooperatif
harus
menyesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Jika tujuannya untuk memaksimalkan nilai, maka siswa dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Ketika guru menempatkan siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah dalam satu kelompok, tujuan pembelajaran yaitu meningkatkan prestasi akademik. Tujuan lain dalam pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan kemampuan sosial, memperluas persahabatan, dan meningkatkan pemahaman lintas ras.29 Pembelajaran kooperatif dilandasi oleh pandangan John Dewey dan Herbert Thelan, yang menyatakan bahwa pendidikan dalam masyarakat demokratis seharursnya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Karena proses demokrasi dan peran aktif siswa merupakan ciri dari pembelajaran kooperatif.30 Berbeda dengan teori belajar behavioris yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagai refleks otomatis dari stimulus yang diberikan, teori belajar sosial menyatakan bahwa disamping sebagai hasil dari stimulus yang diberikan, tingkah laku manusia juga dipengaruhi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya. Ilustrasi yang menggambarkan hubungan faktor kognitif, sosial (lingkungan), dan tingkah laku ini diperlihatkan pada Gambar 2.1 berikut ini.
28
Richard I. Arends, dkk., Exploring Teaching: an Introduction to Education 2nd Education (New York: McGraw Hill Companies Inc., 2001), h. 196 29 Ibid, h.197 30 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta ; Prestasi Pustaka, 2007), h. 45
21
B
P/C
(Behavioer) Tingkah laku
Personal dan Faktor kognitif
E (Environment) Lingkungan
Gambar 2.2 Model Belajar Menurut Bandura (Teori Belajar Sosial)
Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan akan mempengaruhi tingkah laku, faktor tingkah laku akan mempengaruhi lingkungan, dan faktor kognitif akan mempengaruhi tingkah laku. Begitu pun seterusnya. Bandura menggunakan istilah person (pribadi), sedangkan istilah tambahan kognitif (cognitive) ini merupakan usul dari Santrock karena menurutnya terdapat banyak faktor person yang merupakan faktor kognitif juga.
b. PendekatanPembelajaran Kooperatif a) Pengertian pendekatan pembelajaran kooperatif Pendekatan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran aktif. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Dan kemungkinan besar yang akan terjadi adalah kepasifan siswa akan terus melekat
seperti
semen
yang
membutuhkan
waktu
lama
untuk
mengeringkannya. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan
22
menjadikan proses belajar lebih efektif.31 Sementara belajar yang hanya mengandalkan
indera
pendengaran
mempunyai
beberapa
kelemahan,
seharusnya hasil belajar dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pernyataan sederhana ini berbicara banyak tentang perlunya cara belajar aktif oleh Melvin L. Silberman menjadi apa yang disebut paham belajar aktif. Menurutnya, kebanyakan orang mudah lupa ketika ia hanya mendengarkan saja. Namun ia sedikit ingat ketika mendengar dan melihat. Mereka mulai memahami saat mendengar, melihat, mendiskusikan dengan orang lain.32 Ungkapan itu sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran. Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan metode yang tepat, sehingga peserta didik tertarik untuk belajar dan dapat menciptakan ide-ide atau gagasan baru dalam menyelesaikan suatu masalah dalam belajar. Kemudian yang perlu diingat bahwa belajar tidaklah cukup hanya dengan mendengarkan atau melihat sesuatu. Senada dengan Melvin, Bobbi DePoter mengatakn bahwa kita belajar hanya 10% dari yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat dan 90% dari apa yang kita katakana dan lakukan.33 Pernyataan tersebut menjelaskan dan memberikan suatu gambaran bagaimana belajar aktif itu akan lebih menyenangkan dan mudah dipahami ketika peserta didik mengalami sendiri apa yang sedang dipelajari dan diamati, sehingga siswa mampu belajar secara efektif dan efisien dengan tidak mengesampingkan potensi yang dimiliki siswa untuk dikembangkan secara optimal baik dari segi emosional, mental, intelektual, maupun psikomotor siswa. Sebagian besar guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah, semester, atau bidang studi. Mereka mungkin beranggapan bahwa pada saat akhir mereka dapat menjejalkan lebih banyak informasi dan menyelesaikan topik 31
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), Cet ke-1, h.7 Melvin L Silberma, Op cit, h. 23 33 Bobbi DePoter, Quantum Teaching, diterjemahkan oleh Ary Nilandari (Bandung : Kaifa, 2001), Cet ke-4, h. 57 32
23
juga materi yang masih dalam agenda mereka. Memaksakan diri untuk mengajar hingga batas akhir seringkali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak tertata, ada yang terlewatkan, atau ada yang masih belum jelas.34Jika pembelajaran dilaksanakan dengan model kooperatif, maka siswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan. Kegiatan demikian memungkinkan para siswa untuk berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan pengetahuannya. Pendekatan konstruvistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuan secara bersamasama dalam kelompok. Siswa menafsirkan bersama-sama apa yang mereka temukan. Dengan cara demikian materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai transfer dari guru. Ini berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap fenomena yang sedang dipelajari meningkat. Hal ini merupakan realisasi dari hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran.35 Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning.
b) Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui kegiatan kelompok. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.36
34
Melvin L Silberma. Op cit, h. 247 http://www.ditnaga-dikti.orgditnagafilesPIPkooperatif, h.2 36 Ibid, h.1 35
24
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut :37 a). Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab sama terhadap segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b). Setiap anggota kelompok memiliki tujuan yang sama. c). Setiap anggota kelompok membagi tugas yang sama di antara anggota kelompoknya. d). Setiap anggota kelompok akan melakukan evaluasi. e). Setiap
anggota
kelompok
berhak
menjadi
pemimpin
dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. f). Setiap anggota kelompok akan diminta pertanggungjawaban secara individu terhadap materi yang ditanganai kelompoknya. Kunci pembelajaran kooperatif yaitu semua untuk satu dan satu untuk semua.38 Berikut beberapa alasan yang menyebabkan pembelajaran kooperatif dapat menaikkan kemampuan akademik siswa : a). Pembelajaran kooperatif menaikkan kemampuan sosial dan emosional siswa, bersamaan dengan intelektual siswa. Pertumbuhan itu diciptakan dengan berbagi, menerima, menanggapi, dan mendukung antar sesama.39 b). Dengan pembentukan kelompok maka setiap anggota akan memiliki persamaan tujuan.40 c). Membantu perkembangan karena siswa dengan kemampuan rendah akan mengubah kemampuan akademik.41 Sesuai dengan pengertian mengajar, yaitu menciptakan susana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa, maka sikap guru yaitu : a). Mendengarkan pendapat siswa. b). Menghargai siswa. 37
Th Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, (Yogyakarta : Depatemen Pendidikan Nasional, 2006), h.4 38 Donald R Cruickshank, The Act of Teaching, (New York : Mc Graw Hill, 2006), h. 238 39 Ibid, h. 83 40 Ibid, h.239 41 Ibid, h.239
25
c). Mengembangkan rasa percaya diri siswa. d). Memberikan tantangan. e). Menciptakan rasa tidak takut salah. 42 Keadaan kelas sangat penting peranannya untuk menunjang keberhasilan belajar aktif. Diantara hal-hal yang menunjang tersebut antara lain adalah; a). berisi banyak sumber belajar, seperti buku dan benda nyata. b). berisi banyak alat bantu belajar, seperti batu, lidi, tanaman dan alat peraga. c). berisi banyak hasil kerja siswa, seperti lukisan, hasil/laporan percobaan/karya.43 c. Tahap-tahap Pembelajaran Kooperatif Pada pembelajaran kooperatifterdapat lima tahap pembelajaran yang sangat penting. Pembelajaran diawali dengan penjelasan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta latar belakang pembelajarannya. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran kooperatif.44
42
Artikel diakses pada 26 oktober 2009 dari http://file.upi.edu/Direktori/AFIP/JUR.PEND.LUAR.BIASA/196010151987101-ZULKIFLI.SIDIQ/belajar_aktif-Puskur. h.33 43 Ibid. 36 44 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif(Buku Ajar Mahasiswa), (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2000), h. 10
26
Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tahap-tahap Tahap 1 Menyampaikan
Tingkah Laku Guru
Siswa
Guru
menyampaikan Menyimak dan mencatat yang diperlukan. tujuan pembelajaran dan
tujuandan memotivasi. mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan
dicapai
serta
memotivasi siswa. Tahap 2
Guru
menyajikan Menyimak dan mencatat yang diperlukan. Menyajikan informasi. informasi kepada siswa. Tahap 3
Guru menginformasikan Menyimak penjelasan guru
Mengorganisasikan
pengelompokan siswa.
siswa ke dalam
kelompok
kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar.
dan
mulai
berkumpul dengan anggota
belajar. Tahap 4
tentang cara pembagian
kelompok yang lain. Guru memotivasi serta Melakukan
kerja
memfasilitasi kerja siswa kelompok dalam bentuk dalam
kelompok- memecahkan
kelompok belajar.
atau
masalah,
memahami
dan
menerapkan konsep yang dipelajari. Tahap 5 Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya. belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Tahap 6
Guru
memberi Menyimak informasi yang
Memberikan
penghargaan
penghargaan.
belajar individual dan kelompok.
hasil disampaikan.
27
Penjelasan dari tiap-tiap tahap pembelajaran kooperatif diuraikan berikut ini. a.
Tahap penyampaian tujuan dan memotivasi siswa Rickey (2001) mengungkapkan definisi kompetensi sebagai berikut.
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas secara efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.45 Oleh karena itu, siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa mereka perlu berperan serta dalam pembelajaran dan mereka juga perlu mengetahui tentang apa yang akan mereka dapat setelah pembelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran dapat dilakukan melalui rangkuman rencana pembelajaran
dengan
cara
menuliskannya
di
papan
tulis
atau
menempelkannya pada papan buletin atau sejenisnya yang berisi tahaptahap pembelajaran dan alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, selanjutnya guru dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Motivasi merupakan aspek penting dalam pengajaran dan pembelajaran.46 Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menarik perhatian siswa, memusatkannya pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali mereka pada materi pelajaran yang telah mereka terima yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan pada waktu itu. b. Tahap menyajikan informasi Pada tahap ini guru memberikan informasi sebagai pedoman kegiatan. Informasi berupacara kerja kelompok dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, serta hasil akhir yang akan dicapai. 47 c. Tahap mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok.
45
Benny A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Dian Rakyat, 2009), Cet ke-1. h. 12 46 John W Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua . diterjemahkan oleh Tri Wibowo(Jakarta : Kencana, 2010), Cet ke-3, h. 519 47 Artikel di akses pada Desember 2010 di http://www.ditnagadikti.orgditnagafilesPIPkooperatif.pdf, h. 5
28
Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam mebentuk kelompok. Anggota kelompok terdiri atas siswa tingkat kemampuan yang berbeda, atau satu kelompok dibuat dengan anggota yang heterogen. d. Tahap kerja kelompok Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok yang merupakan inti dari kegiatan pembelajaran kooperatif. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Agar kegitan kelompok terarah, perlu diberikan panduan sebagai pedoman kegitan. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masingmasing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan keterampilan kerjasama, dan memberikan bantuan kepada siswa. e. Tahap evaluasi Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep yang dikaji bersama. Kemudian masing-masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep yang dikaji. Oleh karena itu guru harus melakukan evaluasi selama proses pembelajaran
berlangsung.
Evaluasi
dengan
mengamati
sikap,
keterampilan dan kemampuan berpikir serta berkomunikasi siswa. Kesungguhan mengerjakan tugas, kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan pandangan atau argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama, berikut adalah prosedur evaluasi : 1) Penilaian individu adalah evaluasi terhadap tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dikaji,
meliputi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. 2) Penilaian
kelompok
meliputi
berbagai
indikator
keberhasilan
kelompok seperti, kerjasama, dan pengambilan keputusan.
29
f. Tahap memberikan penghargaan Tahap ini dimaksudkan untuk memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh skor tertinggi. Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rata-rata skor kelompok. Berikut adalah kriteria penghargaan kelompok48
Tabel 2.3 Kriteria Pembelajaran Kooperatif Rata-rata Kelompok
Predikat
30 sampai 39
Tim kurang baik
40 sampai 44
Tim baik
45 sampai 49
Tim baik sekali
50 ke atas
Tim istimewa
d. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif Beberapa ahli mengemukakan beberapa tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut : 1)
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Pembelajaran koperatif tipe jigsaw ini pertama kali dikembangkan oleh
Elliot Aronson. Kegiatan dalam tipe jigsaw adalah sebagai berikut :49 a) Guru membagi satu kelas menjadi beberapa kelompok, jumlah
anggota kelompok sesuai dengan jumlah materi pelajaran yang akan disampaikan.Kelompok ini disebut kelompok asal. Setiap siswa diberi tugas untuk mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama berkumpul dan membentuk kelompok ahli. Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pelajaran yang sama.
48
Nopiyanti dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK”. (Kumpulan Skripsi Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia 2010), h. 23 49 Th Widyantini, Op cit, h. 5-7
30
b) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maka siswa kembali ke kelompok asal dan menyampaikan pada anggota kelompok yang lain. c) Selanjutnya dilakukan presentasi dengan cara pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. 2)
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen
(1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan dan pemahaman pembelajaran. Kegiatan dalam tipe NHT, sebagai berikut :50 a) Guru menyampaikan materi pembelajaran.
b) Guru memberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor awal. c) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap anggota kelompok diberi nomor. d) Guru mengajukkan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok. e) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor anggota untuk menjawab. Jawaban tersebut merupakan wakil jawaban dari kelompok. 3)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
50
Ibid, h. 7-8
31
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin. Menurut Slavin (1995) tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi. Kegiatan dalam tipe STAD, sebagai berikut :51 a) Guru menyampaikan materi pembelajaran.
b) Guru memberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor awal. c) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok. d) Bahan materi yang telah dipersiapkan oleh guru didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. 4)
Pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated (TAI) Pembelajaran kooperatif tipe ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini
mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. TAI dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Ciri khas tipe TAI adalah setiap siswa secara individual mempelajari materi yang diberikan oleh guru. Hasil belajar individu dibawa ke kelompok-kelompok
untuk
didiskusikan,
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban.
semua
anggota
kelompok
52
5. Hasil Belajar Fisika Dalam melakukan kegiatan belajar, terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatanmental, terjadi penyusunan hubungan informasi –informasi yang diterima materi yang diberikan. Pemahaman dan penguasaan ini disebut sebagai hasil belajar. Pada hakikatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan pada diri siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut nama sudjana, ”hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.53 51
Ibid, h. 8 Ibid, h. 8-9 53 Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-5, 1995 h.22
52
32
Menurut Benyamin dkk. Secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.54 Ranah kogitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual seperti pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisa, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang berupa kehadiran, keaktifan belajar, pengumpulan tugas, dan lain-lain. Sedangkan ranahpsikomotoris berkenaan daengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak siswa sehari-hari.Belajar melibatkan tahap masukan, proses, dan keluaran. Belajar juga merupakan proses yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan hasil belajar, yaitu perubahan perilaku yang menyatakan perbedaan dari masukan dan keluaran. Karena hasil belajar merupakan produk belajar, maka pengertian hasil belajar dapat dijelaskan dari pengertian belajar. Santrockmenyatakan bahwa “learning is a relatively permanent influence on behaviour, knowledge, and thinking skills that comes about through experience.”55 Senada dengan itu, Sabri menyebutkan beberapa definisi berkaitan dengan belajar. Sabri menyebutkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut terjadi melalui usaha mendengarkan,
membaca,
mengikuti
petunjuk,
mengamati,
memikirkan,
menghayati, meniru, melatih, dan mencoba sendiri atau dengan pengalaman atau latihan.56 Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap, bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah perubahan yang relatif permanen berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan keterampilan setelah melakukan proses belajar.
54
Ibid, h. 22 John W Santrock, Op cit, h. 266. 56 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke-2, h. 55 – 56. 55
33
Hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental” yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra-belajar. “Tingkat perkembangan mental” tersebut terkaitdengan bahan pelajaran.Tingkat perkembangan mental terwujud pada jenisjenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.57 Pada kurikulum sebelum KTSP, kebanyakan para guru hanya mengukur hasil belajar dari aspek kognitif saja karena memang aspek kognitiflah yang paling mudah diukur karena berkaitan langsung dengan penguasaan isi bahan pelajaran. Namun pada KTSP, pengukuran hasil belajar tidak lagi hanya terbatas pada aspek kognitif saja, namun juga pada aspek afektif dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.58 Serupa dengan definisi tersebut, Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar, kemampuan itu meliputi 5 kategori kapabilitas hasil belajar yaitu keterampilan intelektual (intelectual skills), strategi kognitif (cognitive strategies), informasi verbal (verbal informations), keterampilan motorik (motor skills), dan sikap (attitudes).59 Pengukuran hasil belajar sering disebut dengan penilaian. Oleh karena pengukuran hasil belajar tidak lagi hanya pada aspek kognitif melainkan juga pada aspek afektif dan psikomotor, maka banyak diciptakan sistem-sistem penilaian yang baru yang bisa mengukur hasil belajar secara integratif dan komprehensif. Pada fisika, penilaian hasil belajar diukur melalui ulangan, penugasan, penilaian kinerja (performance assesment), penilaian hasil karya (product assesment), atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.60 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar fisika adalah hasil penilaian setelah siswa melakukan pembelajaran. Namun, berdasarkan pembatasan masalah seperti yang diuraikan di
57
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. Ke-4, h.251. 58 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), Cet ke3, h. 22. 59 Ibid, h. 22 60 Diakses pada tanggal 26 oktober dari ahmad sudrajat, files.wordprees.com//18 rancangan penilaian hasil belajar.ppt.
34
Bab I, maka hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini hanya terbatas pada hasil penilaian ranah kogitif saja. 6. Getaran dan Gelombang a.
Getaran Disekitar kita banyak benda-benda yang dapat bergetar misalnya, peganglah
beduk setelah dipukul. Apakah yang anda rasakan? Ternyata, permukaan beduk itu bergetat. 1) Getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik keseimbangan secara periodik 2) Simpangan getaran adalah posisi partikel yang bergetar terhadap titik keseimbangan. 3) Amplitudo getaran adalah simpangan maksimum suatu getaran. 4) Gambar bandul : 5) B-C-A-D-E-D-A-C-B = 1 kali getaran 6) BC = CA = AD = DE = simpangan 7) AB = AE = amplitudo 8) Periode getaran adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu kali getaran. 9) Frekuensi getaran adalah banyaknya getaran tiap satuan waktu. Dengan T
=
periode (s)
f
=
frekuensi (Hz)
t
=
waktu
yang
Rumus : diperlukan
untuk melakukan sejumlah getaran (s) n
=
jumlah
getaran
waktu t sekon
dalam
35
b. Gelombang Gelombang
adalah
getaran
yang
merambat.
Dalam
perambatannya
gelombang memindahkan energi dari satu tempat ke tempat yang lain, sedangkan medium yang dilaluinya tidak ikut merambat. Amplitudo gelombang adalah jarak maksimum yang di tempuh setiap bagian yang bergetar dari titik keseimbangan amplitudo diberi lambang A dan satuannya meter.
Menggambarkan panjang gelombang yang merambat dari titik A sampe E, arahnya horizontal. Jarak yang ditempuh satu gelombang disebut panjang gelombang. Panjang gelombang di beri lambang λ (lamda). Satu panjang gelombang adalah meter. Gelombang merambat lurus memerlukan waktu dalam perambatannya. Waktu yang ditempuh satu gelombang melalui satu titik disebut periode gelombang. Periode gelombang diberi lambang T dan satuannya sekon. Banyaknya gelombang yang terjadi setiap detik disebut frekuensi gelombang. Satuan frekuensi gelombang adalah hertz. Jika frekuensi gelombang 10 Hz berarti gelombang yang terjadi berjumlah 10 gelombang setiap detik. Periodenya sama dengan 0,1 s. Hubungan antara f dan T dituliskan sebagai berikut.
kita telah mengetahui bahwa gelombang merambat dari satu titik lainnya. Jadi, gelombang memiliki besaran cepat dengan lambang v. Cepat rambat gelombang ditentukan oleh panjang gelombangdan frekuensinya. Hubungan antara cepat rambat, panjang gelombang, dan frekuensi dapat dituliskan sebagai berikut. Atau
v = λ.f v = λ/T
36
Berdasarkan arah getarnya gelombang dibedakan menjadi : a. Gelombang transversal; gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatnya. Contoh : gelombang riak air, gelombang tali. Gelombang Transvesal a)
a–b–c
= bukit gelombang
b) c – d – e
= lembah gelombang
c)
= amplitudo gelombang
b – b1
d) a – e
= panjang gelombang
e)
= puncak gelombang
b
b. Gelombang longitudinal; gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya. Contoh : gelombang pada slinki. c.
Periode dan Frekuensi Gelombang
1) Periode gelombang adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu panjang gelombang. 2) Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi setiap detik. 3) Hubungan frekuensi dengan periode gelombang : Dengan : T = periode (s) f = frekuensi (Hz) d. Cepat Rambat Gelombang Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang setiap satuan waktu. Hubungan panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat adalah :
Berdasarkan mediumnya gelombang dibedakan menjadi : a. Gelombang Mekanik; gelombang yang dalam perambatannya memerlukan medium perantara. Contoh : gelombang bunyi, gelombang pada tali yang digetarkan.
37
b. Gelombang Elektromagnetik; gelombang yang dapat merambat tanpa medium. Contoh : cahaya, gelombang radio. B. Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model Problem Based Learning dan model pembelajaran Cooperative antara lain adalah sebagai berikut. Riyanto menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada hasil belajar pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Peningkatan rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah adalah dari 16,36 menjadi 64,20 sedangkan pada kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional hanya mengalami peningkatan dari 13,56 menjadi 55,32.61 Suherman menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Disamping itu, Suherman juga menyatakan bahwa proses pembelajaran
berjalan
lebih
efektif dibandingkan
dengan
pembelajaran
konvensional. Hasil temuannya menunjukkan bahwa hasil pretest siswa adalah 49,29 meningkat menjadi 73,5 pada siklus pertama setelah diterapkan Problem Based Learning. Disamping itu, Suherman juga menemukan bahwa siswa lebih merasa nyaman belajar dengan menggunakan Problem Based Learning. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan skor tentang pandangan siswa terhadap Problem Based Learning yang sedang diterapkan. Presentase siswa yang memberikan pandangan positif terhadap Problem Based Learning adalah 78,4 % sedangkan
61
Dwi Riyanto, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Eksperimen di SMP Muhammadiyah 19 Sawangan Depok),” (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 48 – 50.
38
siswa yang berpandangan negatif terhadap Problem Based Learning hanya mencapai 21,6 %.62 Aeni, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang menerapkan PBL di MAN 8 Cakung Jakarta Timur menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada siklus kedua dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus pertama . Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus pertama sebesar 70,74 menjadi 80,00 pada siklus kedua. Disamping itu, pada siklus kedua, tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65.63 Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bahwarata-rata nilai, nilai terbesar, dan nilai terkecil kelas lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvesional. Nilai rata-rata kelas pembelajaran kooperatif adalah 78,7 sementara kelas konvesional 66,8. Nilai tertinggi kelas pembelajaran kooperatif 90 sementara kelas konvesional 83. Dan nilai terendah kelas pembelajarn kooperatif 68 sementara konvesional 50.64 Angella, berdasarkan hasil penelitian yang menerapkan pembelajaran kooperatif di SMA Negeri I Grobogan menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan kooperatif lebih baik daripada menggunakan model konvesional. Rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif mencapai 7,80 sedangkan pada kelas menggunakan model konvesional sebesar 7,02.65 62
Suherman, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 71. 63 Titin Khurotul Aeni, “Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Laju Reaksi (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta Timur),” (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 81. 64 Nopiyanti dkk, Op. cit, h. 24 65 Angella Puspita Veranica, “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Laporan Keuangan pada Siswa Kelas X SMA Negeri I Grobogan”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2005), h. 59
39
C. Kerangka Pikir Belajar merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa manusia adalah makhluk unik yang membedakannya dengan makhluk lain. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Proses belajar setidaknya meliputi tiga tahapan, yaitu tahapan input, proses, dan output. Ketiga faktor ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar belajar, disamping kualitas inputnya, adalah proses pembelajaran itu sendiri. Sebagai ilmu pengetahuan empiris, perkembangan fisika selalu diawali dari sebuah permasalahan. Berawal dari permasalahan tersebut, seseorang akan melakukan observasi yang kemudian akan dilanjutkan oleh kegiatan-kegiatan yang lain sehingga menghasilkan sebuah teori baru. Berdasarkan kenyataan itu, maka para pakar pendidikan mulai merumuskan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik fisika ini. Pengembangan model pemebelajaran ini didasarkan pada kegagalan model pembelajaran konvensional yang hanya dapat membantu
siswa
memiliki
hapalan
jangka
pendek
saja.
Pembelajaran
konvensional membuat siswa tidak bisa menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan pemecahan masalah yang dihadapi siswa pada kehidupan sehari-hari mereka Maka lahirlah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sebagai sebuah solusi terhadap permasalahan tersebut. Disamping itu, setiap proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga
sesuai
dengan
karakteristik
materi
yang
dipelajari.
Karena
ketidaksesuaian pembelajaran yang dilakukan, berkembanglah persepsi pada siswa bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk mengatasi ini,
pembelajarankooperatifberupaya memberikan solusi untuk
mengatasi masalah ini. Cooperative Learning menjamin keterlibatan siswa dalam
40
pembelajaran sehingga diharapkan pembelajaran akan berjalan lebih mudah dan menyenangkan. Diduga terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara yang menggunakan model Problem Based Learning dengan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar diagram alir berikut
Manusia
Belajar
Input
Proses
Output
Hasil Belajar
Kualitas Peroses Pembelajaran
Teori Belajar Sosial Bandura
Cooperative Learning
Peroblem Based Learning Mengajarkan keterampilan
Pembelajaran Kooperatif
Masalah
Konstruktivisme Sosial Vygotsky
Konstruktivisme kognitif Piaget dan Sosial Vygotsky
Teori Belajar Konstruktivisme
Gambar 2.3 Kerangka Pikir
Teori belajar penemuan Beruner Kelas demokratis Dewey
41
D. Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut. H0
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika yang menggunakan model PBL dengan yang menggunakan model Cooperative Learning pada konsep getaran dan gelombang.
Ha
: Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika yang menggunakan model PBL dengan yang menggunakan model Cooperative Learning pada konsep getaran dan gelombang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009-2010. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2010. Adapun tempat penelitiannya direncanakan akan dilaksanakan di SMP Nusantara Unggul Pekayon Tangerang Banten.
B. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan pada Bab I, maka metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment).1 Pemilihan metode penelitian ini dikarenakan kelas yang dijadikan objek penelitian tidak memungkinkan pengontrolan secara ketat. Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
C. Desain Penelitian Penelitian ini membandingkan dua kelompok hasil belajar fisika antara yang menggunakan model PBL dan Cooperative Learning. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kausal komparatif.2 Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dasar siswa pada konsep yang bersangkutan yaitu konsep getaran dan gelombang. Kemudian keduanya diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok yang satu diberlakukan model PBI sedangkan kelompok yang lain diberlakukan model Cooperative Learning. Setelah diberikan perlakuan, pada kedua kelompok dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh mana
1 2
Moh. Nazir, Metode Penelitian Cet. 7 (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 72 – 73. M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 92.
42
43
penguasaan siswa terhadap konsep yang bersangkutan. Desain penelitiannya dapat digambarkan pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok
Pretest
Perlakuan
Posttest
A
T1
XA
T2
B
T1
XB
T2
Keterangan: A
: Kelas eksperimen
B
: Kelas control
XA
: Perlakuan yang dilakukan pada kelompok yang menggunakan (Problem Based Learning)
XB
: Perlakuan yang diberikan pada kelompok yang menggunakan (Cooperative Learning)
T1
: Pretest
T2
: Posttest
D. Variabel Penelitian Penelitian ini bersifat komparasional karena membandingkan dua kelompok hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran yang berbeda. oleh karena itu, maka pada penelitian ini terdapat dua buah variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pada peneltian ini adalah model PBL yang diterapkan pada kelompok A dan model Cooperative Learning yang diterapkan pada kelompok B. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika pada konsep getaran dan gelombang.
44
E. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Nusantara Unggul Pekayon Tangerang Banten dengan populasi sasarannya adalah seluruh siswa kelas VIII di sekolah yang sama. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purpossive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian.3 Berdasarkan teknik sampeling tersebut, diperoleh bahwa sampel penelitian ini adalah kelas VIII 1 dan kelas VIII 2, dan kelas VIII 1 ditetapkan sebagai kelompok A yang akan menggunakan model Problem Based Learning sedangkan kelas VIII 2 ditetapkan sebagai kelompok B yang akan menggunakan model Cooperative Learning. Sebelum
melakukan
penelitian
lebih
lanjut,
kedua
kelas
diuji
kehomogenannya dan cara membandingkan nilai Pretest kedua kelas tersebut dengan menggunakan analisis statistik perbandingan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut tidak berbeda secara signifikan sehingga pengambilan kedua kelas ini sebagai sampel penelitian ini adalah layak. Perhitungan analisis statistik perbandingan Pretest ini terdapat pada lampiran.
F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan Variabel terikat. 1. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengajaran yang menggunakan model Problem Based Learning dan model Cooperative Learning. 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika Maka dari penelitian ini akan diperoleh data berupa skor hasil belajar fisika siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar fisika berupa pretest dan posttest.
3
S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. Ke-4 (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 128.
45
G. Instrumen Penelitian Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif dalam bentuk pretest dan posttest. Disamping itu, untuk mendapatkan data penunjang kesimpulan yang diharapkan di akhir penelitian ini, digunakan instrumen nontes berupa lembar observasi sebagai panduan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 1.
Instrumen Tes Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda. Instrumen tes ini harus memiliki empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian dan perhitungan. Berikut ini adalah pengujian dan perhitungan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian.
2. Uji Validitas Setiap instrumen penelitian harus valid atau sahih. Validitas ini berhubungan dengan isi dan kegunaan instrumen4 Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Hal itu seperti yang dinyatakan oleh Anderson seperti yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa, “a test is valid if it measures what
a purpose to
measure.” 5 Oleh karena itu, validitas instrumen dalam penelitian ini adalah validitas setiap butir soal tes. Perhitungan validitas tiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan teknik analisis point biserial yang dinyatakan secara matematis sebagai berikut.6 r pbi 4
Mp Mt SD t
p q
S Margono, Op cit, h. 186. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 65. 6 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 245 – 246.
5
46
Keterangan simbol yang terdapat pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut. rpbi
= indeks point biserial
Mp
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Mt
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total. p
= proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.
q
= proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya. Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran 3A. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 33 soal yang dinyatakan valid. Diantara 33 soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini. 3. Perhitungan Reliabilitas Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasilhasil yang mantap. Reliabilitas dapat lebih mudah dipahami dengan memperhatikan tiga aspek dari sebuah instrumen tes, yaitu: kemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Suatu instrumen tes dapat dikatakan mantap apabila instrumen tes tersebut digunakan berulangkali, dengan syarat saat pengukuran tidak berubah, instrumen tes tersebut memberikan hasil yang sama.7 Setelah dilakukan pengujian validitas semua instrumen, maka butirbutir soal yang valid dihitung koefisien reliabilitasnya.seperti yang diuraikan 7
S Margono, Op. Cit. h. 181.
47
pada bagian Uji validitas, didapat bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 33 soal yang dinyatakan valid. Oleh karna itu, yang dihitung koefisien reliabilitasnya adalah 33 soal tersebut. Salah satu cara yang didapat digunakan untuk menunjukan reliabilitas suatu instrumen tes adalah rumus KR- 20 yang ditunjukan dengan rumus sebagai berikut.8
rn
N r12 1 N 1 r 1 2
dimana: r11 : nilai koefiesien instrumen KR- 20 k : jumlah testee p :proposi jumlah testee yang menjawab betul q : proposi jumlah testee yang menjawab salah SD : nilai deviasi setandar Tabel 3.2 kategori reriabilitas Rentang nilai rn
Kategori
0,70≤ rn ≤ 1,00
Tinggi
0,50≤ rn < 0,70
Sedang
0,00≤ rn < 0,50
Rendah
Perhitungan nilai reliabilitas ini terdapat pada Lampiran 3B bersama dengan uji validitas. Metode yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas ini adalah metode ganjil-genap. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,820. Nilai ini termasuk kategori cukup. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 186
48
4. Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran suatu tes dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.9
DK
WL WH 100 % nL nH
Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut. DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty) WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH= jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu nL = jumlah kelompok bawah nH = jumlah kelompok atas Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penentuan kelompok atas (WH) dan kelompok bawah (WL). a. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar (disimpan paling atas) sampai yang terkecil (disimpan paling bawah). b. Mengambil 27 % dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok atas. c. Mengambil 27 % dari bawah susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok bawah. d. Sisanya yakni bagian yang 46 % disisihkan, karena tidak perlu diikutkan dalam analisis.
9
Ibid, h.135 – 136.
49
Menurut ketentuan yang saling diikuti, taraf kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.3 kategori Derajat Kesukaran Rentang nilai DK
Kategori
0,00≤DB<0,30
Sukar
0,00≤DB<0,70
Sedang
0,020≤DB<1,00
Mudah
Disamping itu, tes yang baik juga adalah tes yang bisa memisahkan dua kelompok peserta tes atau siswa. Kedua kelompok itu adalah siswa yang betul-betul mempelajari materi pelajaran dan siswa yang tidak mempelajari materi pelajaran. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus:10 DB
WL WH n
Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut. DB
= Daya Beda (discriminating power, DP)
WL
= jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH
= jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
n
= jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penelitian kelompok atas (WH) dan kelompok bawah (WL). a. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar (disamping paling atas) sampai yang terkecil (disamping paling bawah). b. Mengambil 27% dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok atas 10
Ibid, h. 136.
50
c. Mengambil 27% dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok atas d. Sisanya yakni bagian 46% disisihkan, karna tidak perlu diikutkan dalam analisis. Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada keterian berikut ini. Tabel 3.4 kategori Daya Beda Rentang nilai DB
Kategori
<0,00
drop
0,00≤DB<0,20
Baik
0,020≤DB<0,40
Cukup
0,40≤DB<0,70
Baik
0,70≤DB<1,00
Baik sekali
H. Teknik Analisis Data Karena terdapat dua buah data yang berbeda yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes dan data dari instrumen nontes, maka terdapat pula dua buah teknik analisis data. Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan dianalisis untuk mengukur signifikansi peningkatan hasil belajar dan menguji hipotesis. Data yang dihasilkan dari hasil observasi akan dianalisis untuk mengukur kualitas pembelajaran selama diberi perlakukan berupa penerapan PBL dan Cooperative Learning pada masing-masing kelompok eksperimen. 1. Teknik Analisis Data Hasil Belajar a.
Signifikansi Hasil Belajar Untuk mengetahui signifikansi peningkatan hasil belajar siswa, maka
diperlukan sebuah analisis kuantitatif yang disebut dengan uji normal gain. Gain adalah selisih antara nilai pretest dan nilai posttest. Disamping itu, gain juga menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa
51
setelah pembelajaran dilakukan. Uji normal gain dilakukan dengan menggunakan rumus normal-gain yang dinyatakan sebagai berikut.11
Normal Gain (G)
nilai posttest - nilai pretest nilai maksimum - nilai posttest
dengan kategorisasi perolehan berikut ini.
b.
a. g-tinggi
: nilai G ≥ 0,70
b. g-sedang
: nilai 0,70 > G ≥ 0,30
c. g-rendah
: nilai G < 0,30
Pengujian Hipoteis Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dalam beberapa
tahap. Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan beberapa uji prasyarat statistik untuk menentukan rumus statistik yang akan digunakan dalam uji hipotesis tersebut. 1) Uji Normalitas Uji normalitas seperti yang disyaratkan oleh uji t yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus chi square (uji kai kuadrat), yaitu:12
Simbol f0 pada persamaan tersebut menunjukkan frekuensi observasi sedankan simbol ft menunjukkan frekuensi ekspektasi (harapan). Kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah sebagai berikut. a. jika X2hitung > X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data terdistribusi normal). b. jika X2hitung < X2tabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data tidak terdistribusi normal).
11
David E Meltzer, “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible ‘‘Hidden Variable’’ in Diagnostic Pretest Scores,”artikel diakses pada tanggal 9 Agustus 2009 dari http://ojps.aip.org/ajp/ 12 Anas Sudjiono, Op cit , h. 379
52
2) Uji Homogenitas Sedangkan uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji F, yaitu:13 2
V SD E F 1 V2 SD K 2
Maksud dari setiap simbol pada persamaan uji F tersebut dijelaskan sebagai berikut ini. V1
=
varians besar atau nilai kuadrat standar deviasi data kelompok A
V2
=
varians kecil atau nilai kuadrat standar deviasi data kelompok B
SDE
=
standar deviasi data kelompok A
SDK
=
standar deviasi data kelompok B
Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut. a. jika Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data dinyatakan homogen). b. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data dinyatakan tidak homogen) 3) Uji Hipotesis Karena penelitian ini bersifat komparasional, yaitu membandingkan antara hasil belajar fisika antara yang menggunakan model PBL dan model pembelajaran problem solving strategi heuristik. Uji t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan dua kondisi atau perlakuan pada dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok atau perlakukan itu. Uji t harus diawali dengan serangkaian pengujian yang lain seperti:14
13 14
a.
Merumuskan hipotesis nol (terarah atau tidak terarah)
b.
Menentukan sampel representatif (termasuk ukuran sampelnya)
c.
Menguji normalitas sebaran data setiap kelompok penelitian
Ibid, h. 171. Subana, dkk. Statistik Pendidikan Cet. II (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.167 – 174.
53
d.
Jika kedua kelompok sebaran datanya normal, dilanjutkan dengan pengetesan homogenitas varians.
e.
Jika kedua varians kelompok data itu homogen, baru dilanjutkan dengan uji t.
f.
Jika salah satu atau kedua kelompok penelitian mempunyai sebaran data yang tidak norma, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis tes statistik nonparametrik.
g.
Jika ternyata sebaran datanya normal, tetapi varians datanya tidak homogen, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis uji t.
Secara matematis, uji t dirumuskan dalam persamaan berikut ini. X1 X 2
t
dsg
1 1 n1 n 2
Keterangan simbol-simbol persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
X1
= rata-rata data kelompok A
X2
= rata-rata data kelompok B
dsg
= nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B
n1
= jumlah data kelompok A
n2
= jumlah data kelompok B
Jika data salah satu kelompok atau dua-duanya tidak homogen, seperti yang dinyatakan pada langkah pengujian ke-g, maka rumus uji t yang dipakai adalah:
t
X1 X 2 V1 V2 n1 n 2
dimana V1 dan V2 adalah varians data kelompok A dan kelompok B. Sedangkan yang dimaksud dengan varians adalah nilai kuadrat dari standar
54
deviasi. Jadi dapat dituliskan V1 = (SDA)2 dan V2 = (SDB)2. Dimana SD A adalah standar deviasi data kelompok A dan SDB adalah standar deviasi data kelompok B.
Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut. a. jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak b. jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika data salah satu kelompok atau keduanya tidak berdistribusi normal seperti yang dinyatakan pada langkah langkah keenam uji t, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney.15 Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari dua himpunan data yang berasal dari dua independen. Kelebihan uji Mann-Whitney ini dibandingkan dengan uji t adalah uji Mann-Whitney ini dapat digunakan pada data ordinal atau data peringkat. Uji ini sering disebut sebagai uji U, karena statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis nolnya disebut U. Uji U menggunakan persamaanpersamaan berikut ini. a. U 1 n1 n2
n1 n1 1 R1 2
b. U 2 n1 n 2
n 2 n 2 1 R2 2
Keterangan simbol-simbol persamaan tersebut adalah sebagai berikut. U1, U2
= nilai Uhitung
n1
= jumlah data pada kelompok kesatu
n2
= jumlah data pada kelompok kedua
R1
= jumlah peringkat kelompok kesatu
R2
= jumlah peringkat kelompok kedua
Karena hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis dua arah, maka nilai Uhitung yang diambil adalah nilai U yang terkecil diantara U1 15
Harinaldi, Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 233 – 238.
55
dan U2. Sedangkan pengambilan keputusan tentang pengujian hipotesisnya didasarkan pada aturan berikut ini. a.
Jika nilai Uhitung ≤ nilai Ucr, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
b.
Jika nilai Uhitung > nilai Ucr, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pretest Kelas Problem Based Learning dan Kelas Cooperative Learning Berdasarkan hasil analisis data pretest diperoleh histogram seperti gambar 4.1. Problem Based Learning cooperative Learning
12
Jumlah Siswa
10 8 6 4 2 0 15 - 21
22 - 28
29 - 35 36 - 42 Interval Nilai Siswa
43 - 49
50 - 56
Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas Problem Based Learning dan Kelas Cooperative Learning Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas Problem Based Learning terdapat 7 orang siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-21, begitujuga pada kelas Cooperative Learning sebanyak 7 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 10 orang mendapatkan nilai pada interval 22-28, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 9 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 4 orang mendapat nilai pada interval 29-35 pada kelas Cooperative Learning sebanyak 5 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 7 orang mendapatkan nilai pada interval 36-42, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 3 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 3 orang
56
57
mendapatkan nilai pada interval 43-49, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 5 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 50-56, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 6 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai terendah pada kelas Problem Based Learning maupun Cooperative Learning adalah 15. Nilai tertinggi pada kelas Problem Based Learning dan kelas Cooperative Learning sama yaitu pada intertval 55. Nilai ratarata yang diperoleh oleh kelas Problem Based Learning sebesar 35,87, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 40%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 60%. Pada kelas Cooperative Learning nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 34,67, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 40%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 60%.
B. Hasil Posttest Kelas Problem Based Learning dan Kelas Cooperative Learning Berdasarkan hasil analisis data posttest diperoleh histogram seperti gambar 4.2. Problem Based Learning Cooperative Learning
12
Jumlah Siswa
10 8 6 4 2 0 30 - 39
40 - 49
50 - 59 60 - 69 Interval Nilai Siswa
70 - 79
80 - 89
Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Posttest) Kelas Problem Based Learning dan Kelas Cooperative Learning
58
Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas Problem Based Learning sebanyak 2 orang yang mendapatkan nilai pada interval 30-39, sedangkan pada kelas Cooperative Learning sebanyak 5 orang yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 40-49, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 3 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 7 orang mendapat nilai pada interval 50-59, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 6 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 9 orang mendapatkan nilai pada interval 60-69, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 10 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 70-79, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 4 orang. Pada kelas Problem Based Learning sebanyak 5 orang mendapatkan nilai pada interval 80-89, pada kelas Cooperative Learning sebanyak 2 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai terendah pada kelas Problem Based Learning adalah 40, sedangkan pada kelas eksperimen B 30. Nilai tertinggi pada kelas Problem Based Learning 80 dan pada kelas Cooperative Learning 80. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas Problem Based Learning sebesar 64, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 31,43%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 68,57%. Pada kelas Cooperative Learning nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 57,14, siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 25,72%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 74,28%. Gambar 4.1 dan 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kedua kelas mengalami peningkatan. Tetapi kelas Problem Based Learning mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas Cooperative Learning.
59
C. Rekapitulasi Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian. Tabel 4. 1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Pretest Posttest Eksperimen A Eksperimen B Eksperimen A Eksperimen B Skor Max 55 55 80 80 Data
Skor Min Rata-rata Median Modus SD
15 35,87 32,5 27,5 10,89
15 34,67 31,8 27,05 9,92
40 64 65,05 64,70 11,39
30 57,14 56,60 59,11 13,33
D. Nilai Normal Gain (N-Gain) Nilai peroleh N-Gain dari Kelas VIII dijelaskan secara rinci pada lampiran . berikut ini adalah tabel distribusi frekuensinya. Tabel 4.2 N-Gain Kelas VIII Kelompok Problem Based Learning dan Cooperative Learning N-Gain
Eksperimen A
Eksperimen B
Rata-rata
0,42
0,34
Kategori
Sedang
Sedang
Nilai perolehan N-Gain dari kelas Problem Based Learning dan Cooperative Learning dijelaskan secara rinci pada Lampiran 8 dan 9. Berikut ini adalah diagram nilai rata-rata gain kedua kelas.
60
sedang, 1, 0 .42
sedang, 2, 0 .34
Gambar 4.3 Diagram Batang N-Gain Kelas Problem Based Learning dan Cooperative Learning
E. Analisis Data Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yang dianalisis adalah perbedaan hasil belajar. Oleh karna itu, yang dianalisis untuk keperluan penguji hipotesis hannya nilai Posttest yang diperoleh oleh kedua kelas. Berikut ini adalah analisis data yang meliputi ui prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya. 1. Uji prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai Posttest Kelas VIII 1 sebagai Problem Based Learning dan data nilai Posttest kelas VIII 2 sebagai Cooperative Learning. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus uji kai kuadrat (Chi Squaretest). Perhitungan uji normaitas ini disajikan pada lampiran 10. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut.
61
Tabel 4.3 Hasil perhitungan Uji Normalitas kai kuadrat Nilai
Nilai
No
Data
1
Nilai Posttest kelas VIII 1 (kelompok A)
7,8067
11,34
Data berdistribusi normal
2
Nilai Posttest kelas VIII 2 (kelompok B)
4,1126
11,34
Data berdistribusi normal
Nilai
Keputusan
灮
diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf
signifikan 5% kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan penguji hipotesis ≤
normalitas yaitu jika >
Sebaliknya jika
maka dinyatakan data berdistribusi normal. maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai
kedua data lebih kecil dari nilai
sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas tidak jauh berbeda dengan uji normalitas, uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik terhadap kedua data nilai Posttest. Uji homogenitas terhadap kedua data menggunakan uji F yang disajikan pada lampiran 11. Berikut ini adalah hasilnya. Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Nilai Varian
No
Data
1
Nilai Posttest kelas VIII 1
11,39
Nilai Posttest kelas VIII 2
13.33
2
Nilai Fhitung
Nilai Ftabel
1,370
1,8004
Keputusan
Kedua data Homogen
62
Begitu juga cara penentuan keputusan tidak jauh berbeda pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis yaitu jika nilai ≤
maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki variasi yang homogen,
sebaliknya jika nilai
>
maka dinyatakan bahwa kedua data tidak
memiliki varians yang homogen. Tampak bahwa hasil perhitungan tersebut nilai <
sehngga dinyatakan bahwa kedua data memiliki variasi yang
homogen. 2. Uji Hipotesis Dari data-data di atas uji persyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh itu, uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji t. untuk menentukan thitung digunakan rumus berikut ini.
=
Perhitungan untuk menentukan nilai thitung disajikan pada lampiran 12. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai t hitung adalah 2,3176 dan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 1,9973 Berdasarkan nilai perolehan tersebut, tampak nilai t
> t
. Ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan Problem Based Learning dan siswa yang diajar dengan menggunakan Cooperative Learning. Oleh karna itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning lebih baik dari pada yang menggunakan Cooperative Learning.
63
F. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata posttest diketahui bahwa hasil belajar fisika siswa kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-rata kelas Problem Based Learning lebih besar dibandingkan ratarata kelas Cooperative Learning. Nilai rata-rata kelas Problem Based Learning sebesar 64 dan kelas Cooperative Learning sebesar 57,14. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung > ttabel, yaitu nilai thitung adalah 2,3176. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% (α =0,05) adalah 1,9973. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning dengan yang menggunakan Cooperative Learning. Keadaan ini menggambarkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep getaran dan gelombang lebih baik dengan pembelajaran Problem Based learning, karena menunjukkan
peningkatan
dibandingkan
dengan
yang
tidak
menerapkan
pembelajaran Cooperative Learning. kelas Problem Based Learning lebih baik dalam hal perolehan rata-rata nilai posttest dan rata-rata nilai N-Gain. Problem Based Learning dan Cooperative Learning dianggap sebagai model pembelajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu. Hal ini yang diduga menjadi salah satu penyebab bahwa hasil uji hipotesis menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kedua kelas yang tidak terlalu signifikan. Problem Based Learning unggul dalam hal pengajaran keterampilan pemecahan masalah sedangkan Cooperative Learning unggul dalam hal sistematika selama proses pembelajaran. Menurut Dasna dan Sutrisno,1 Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap model ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Berhubungan dengan Cooperative Learning, Muijs dan Reynolds secara eksplisit menyatakan bahwa Cooperative Learning merupakan 1
I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-masalah/
64
pembelajaran yang sistematis. Pada Cooperative Learning, materi pelajaran terstruktur dengan jelas, penyampaian presentasi yang jelas dan teratur, serta langkahlangkah pembelajaran dilaksanakan secara sistematis. 2 Temuan yang diperoleh selama penelitian, bahwa hasil belajar siswa pada kelas Problem Based Learning dinyatakan kurang berhasil, walaupun hasil uji hipotesis menunjukan bahwa terdapat perbedaan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Cooprative Learning. Indikasi ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai posttest yang tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 64. Hal ini memberikan informasi bahwa Problem Based Learning sebagai model pembelajaran memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Diduga hal ini menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa kurang berhasil. Faktor tersebut disebabkan oleh keterbatasan waktu sehingga pembelajaran kurang maksimal, karakter siswa yang cenderung terbiasa dengan penggunaan model pembelajaran sederhana dan sebagainya. Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan (The Law of Exercise) yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu konsep yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin sering sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi-asosiasi yang mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin jarang digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah. Berdasarkan analogi ini, maka dapat dikatakan jika sebuah model pembelajaran baru terus dibiasakan maka siswa juga pada akhirnya terbiasa dan merasa nyaman dengan model tersebut.3 Karena pembiasaan ini akan memperkuat asosiasi-asosiasi yang mendasari perilaku siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dari model yang baru tersebut dengan cara memberikan respons yang sesuai dengan yang diharapkan. Disamping itu, hal lain yang diduga menjadi penyebab temuan-temuan tersebut adalah penempatan jadwal pelajaran fisika di kelas Cooperative Learning 2
3
Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching: Evidence and Practice, 2nd Edition (London: SAGE Publications, 2006),. h. 30 – 32. Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-psikologibelajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/
65
yang selalu ditempatkan pada jam terakhir sedangkan kelas Problem Based Learning di jam kedua. Pengaruh waktu ini diduga menjadi salah satu penyebab pembelajaran di kelas Cooperative Learning berjalan kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran di kelas Problem Based Learning. Bahkan, jadwal pelajaran fisika kelas Cooperative Learning ditempatkan setelah pelajaran eksakta lainnya, yaitu matematika, kimia, dan biologi. Pada umumnya pembelajaran di siang hari pada jam terakhir pelajaran merupakan suasana yang membosankan sehingga proses pembelajaran berjalan tidak efektif lagi. Pada jam terakhir ini secara fisik siswa mulai letih karena pengaruh tubuh yang mulai merasakan lapar dan lemahnya otot-otot yang disebabkan karena kekurangan energi. Disamping dari sisi fisik, ternyata dari sisi psikologis juga para siswa mulai menurun. Semangat untuk memperhatikan, mencatat, mendengarkan, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru tidak sehebat pada jam pelajaran kesatu, kedua, atau ketiga yang tentunya masih dihiasi suasana segar dan normalnya semua sistem kerja syaraf.4 Implikasinya adalah pembelajaran fisika di kelas Cooperative Learning hampir selalu berjalan kurang efektif. Bahkan kadang-kadang, waktu pembelajaran di jam terakhir hanya dapat berjalan selama setengahnya saja. Sehingga ketercapaian proses pembelajaran juga menurun. Namun demikian, rendahnya tingkat ketercapaian proses pembelajaran bukan berarti siswanya tidak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memenuhi ketercapaian tersebut, melainkan tidak adanya kesempatan bagi mereka untuk memenuhi ketercapaian tersebut karena waktu proses pembelajaran yang berjalan tidak maksimal.
4
PBM Jam Terakhir Menjemukan, artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2009 dari http://smknpakong.sch.id/index.php?view=article;&catid=1:latest-news&id=86:pbm-jam-terakhirmenjemukan&format=pdf
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning dapat terlihat dari jumlah gain yang di proleh yaitu 0,42 dengan meanya 64 sedangkan kelompok yang di ajarkan dengan model Cooperative Learning jumlah gain yang diperoleh yaitu 0,34 dengan meannya 57,14 2. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan menggunakan model
Problem
Based
Learning
dengan
siswa
yang
diajarkan
menggunakan model Cooperative Learning. 3. Model pembelajaran Problem Based Learning dengan Cooperative Learning merupakan yang dapat memberi rangsangan kepada siswa untuk aktif secara langsung dalam belajar. B. Saran Berdasarkan kesimpulan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang. 1. Setiap model mempunyai kelebihan dan kelemahan, oleh itu pendidikan hendaknya tidak menggunakan satu model saja, tetapi harus menggunakan model yang bervariasi. 2. Guru diharapkan dapat menggunakan model Problem Based Learning untuk konsep fisika. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah model Problem Based Learning dan Cooperative Learning dapat memberikan hasil belajar yang baik pada materi pelajaran fisika pada konsep yang berbeda.
66
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, Titin, Khurotul. Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Laju Reaksi. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri, 2008 Arends, Richard. dkk. Exploring Teaching: an Introduction to Education 2nd Education. New York: McGraw Hill Companies Inc, 2001. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2005. Cruickshank, R Donald. The Act of Teaching. New York : Mc Graw Hill, 2006.
Dasna, I, Wayan dan Sutrisno. Pembelajaran Berbasis Masalah. artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasismasalah/ Depdiknas. Slide presentasi yang diterbitkan dalam rangka sosialisasi KTSP. DePorter, Bobby. Quantum Teaching. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung : Kaifa, 2001. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Distrik, I, Wayan. Model Pembelajaran Aktif dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 BandarLampung, artikel diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model-pembelajaran-Aktifdengan-pendekatan-kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsidan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13-bandar-lampung/ Harinaldi. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains . Jakarta: Erlangga, 2005. Haviluddin. Jurnal Informatika Mulawarman. Active Learning berbasis Teknologi Informasi (ICT). 2010
67
68
Ibrahim, Muslimin dan Mohamad Nur. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar Mahasiswa). Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001. Ibrahim, Nurdin. Pemanfaatan Tutorial Audio untuk Perataan Kualitas Hasil Belajar artikel diakses dari htttp://www.depdiknas.go.id/jurnal/44/nurdin.htm. Kunandar. Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Meltzer, David. The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible ‘‘Hidden Variable’’ in Diagnostic Pretest Scores, artikel diakses pada tanggal 9 Agustus 2009 dari http://ojps.aip.org/ajp/ Muhammad, Geis. Mengoptimalisasi Proses Belajar-mengajar Pendekatan Belajar Aktif. Jakarta: Makalah, Al-Shoffa 2003.
melalui
Muijs, Daniel dan David Reynolds. Effective Teaching: Evidence and Practice 2nd Edition. London: SAGE Publications, 2006. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Nopiyanti, dkk. Kumpulan Skripsi Pendidikan Ilmu Komputer. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2010. Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1986. Pribadi, Benny. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat, 2009. Puspita, Angella, Veranica. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Laporan Keuangan pada Siswa Kelas X SMAN 1 Grobogan. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang, 2005.
69
Riyanto, Dwi. Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri, 2007. Sabri, M, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, 2008. Santrock, John. Psikologi Pendidikan. Diterjemahkan oleh Tri Wibowo. Jakarta : Kencana, 2010. Silberma, Melvin. Active Learning. Diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien. Bandung: Musamedia dan Nuansa, 2004. Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2001. Subana. dkk. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Subratha, Nyoman . Jurnal Penelitian dan Pengembangan, Lembaga Penelitian Undiksha. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dan Strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP Negeri Sukasada. 2007 Suchaini. Pembelajaran Berbasis Masalah, artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/pembelajaranberbasis-masalah/ Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991. Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Sudrajat, Akhmad. Model Pembelajaran Kontekstual, artikel diakses pada tanggal 26 Oktober 2008 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/29/pembelajarankontekstual/
70
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2009.
Suherman, Erman. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa, artikel diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari http://educare.efkipunla.net/ Suherman. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian Tindakan Kelas. Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri, 2008. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Syah, Muhibbin. Psikolgi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996. Taufik, M Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana, 2009. Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara, 2010.
Warmada, Wayan, I. Problem Based Learning (PBL) Berbasis Teknologi Informasi (ICT): prosiding Seminar “Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan-Based Learning Berbasis ICT (Information and Communication Technology)”, 15 Mei 2004 dan CAFEO-21 (21st Conference of The Asian Federation of Enggineering Organization), 22-23 Oktober 2003. Widyantini, Th. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional, 2006.
71 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS PROBLEM BASED LEARNING
Sekolah
: SMP Nusantara Unggul
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas/ Semester
: VIII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya.
C. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari.
2.
Mengukur periode dan frekuensi suatu getaran.
D. Indikator Peserta didik dapat: 1.
Menjelaskan pengertian getaran.
2.
Menyebutkan contoh getaran dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Membedakan antara simpangan dan amplitudo.
4.
Menjelaskan pengertian periode suatu getaran.
5.
Menentukan periode getaran.
6.
Menjelaskan pengertian frekuensi suatu getaran.
7.
Menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi suatu getaran.
E. Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang
F. Model Pembelajaran Problem Based Learning
72 Metode Pembelajaran 1.
Diskusi kelompok
2.
Eksperimen
3.
Ceramah
4.
Tanya jawab
73 G. Langkah-langkah Pembelajaran KEGIATAN
TAHAP
GURU
Pendahuluan
SISWA
Guru mengucapkan salam pembukaan.
Orientasi
ALOKASI WAKTU 2 menit
Siswa menjawab salam.
siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
kepada masalah
METODE
Siswa menyimak.
Guru memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu model Problem Based Learning (PBL).
Siswa
menyimak
mencatat
hal-hal
dan
Ceramah
5 menit
Tanya Jawab
10 menit
yang
penting. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru
meminta
siswa
mengungkapkan
pendapatnya tentang getaran melalui beberapa
Siswa menyimak pertanyaan guru dan menjawab.
pertanyaan, seperti : a) Pernahkan kalian mendengar kata getaran ? b) Sebutkan contoh getaran ! c) Apa yang dimaksud dengan getaran ? Membimbing penyelidikan individu kelompok
maupun
Guru
beberapa
Siswa menyimak dan mulai
kelompok, setiap kelompok beranggota 5-6
berkumpul dengan anggota
siswa.
kelompoknya.
membagi
kelas
dalam
Guru membagikan setiap siswa LKS berisi langkah-langkah eksperimen yang
harus
dikerjakan siswa untuk memecahkan masalah.
Siswa
bersama
kelompoknya eksperimen
Ceramah 40 menit
anggota melakukan untuk
memecahkan permasalahan bersama.
5 menit
Eksperimen dan Diskusi
74 Mengembangkan
Guru meminta siswa untuk membuat laporan
Siswa
dengan
anggota
dan menyajikan hasil
sementara berdasarkan hasil eksperimen yang
kelompoknya
karya
telah
laporan
sementara
dan
laporan
akhir
hasil
menyimak
dan
Ceramah
6 menit
mengerjakan
tes
Penugasan
10 menit
dilakukannya
dan
laporan
akhir
dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
membuat
Diskusi dan Penugasan
10 menit
eksperimen. Menganalisis
dan Guru
mengevaluasi
menyampaikan
kesimpulan
dari
pembelajaran hari ini. Guru memberikan tes bersifat individu.
Siswa mencatat. Siswa
dengan sungguh-sungguh. Penutup
Guru mengucapkan salam penutup.
Siswa menjawab salam.
H. Sumber Belajar 1.
Buku Fisika : a. Pujiarti, Eka IPA terpadu, Sutanto, Agus, Jilid 2 kelas VIII SMP. Erlangga b. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMP Kelas Semester kedua 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007. c. Falfatah, Arif .Bahas tuntas 1001 soal Fisika SMP/-cat. 1 Yogyakarta: penerbit Pustaka Widyatamam, 2009. d. Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMP Kelas 2A. Jakarta: Erlangga. e. TIM IPA. 2007. IPA Terpadu SMP 2B. Bandung: Yudhistira.
2.
LKS
2 menit
75
I. Alat Pembelajaran 1. Tali. 2. Kerikil kecil 3. Stopwatch.
J. Penilaian 1.
Apa yang dimaksud dengan getaran ? .... Jawab : Gerak bolak-balik melalui titik keseimbangan.
2.
Sebuah beban digantung di ujung sebuah pegas dan ujung lainnya digantung pada statif. Beban ditarik ke bawah dari titik seimbangnya. Begitu beban tersebut dilepaskan, beban bergerak bolak-balik di antara titik terendah dan titik tertinggi yang terpisah sejauh 14 cm. Setelah 8 sekon jumlah getaran yang dihasilkan adalah 10 getaran. Tentukan amplitudo, periode, dan frekuensi, getaran beban pada pegas ! .... Jawab : Amplitudo = 14 : 2 = 7 cm Periode ( ) = Frekuensi ( ) =
=
= 0,8 =
,
= 1,25
Tangerang, ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
_______________
_______________
NIP
NIP
76 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS PROBLEM BASED LEARNING
Sekolah
: SMP Nusantara Unggul
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas/ Semester
: VIII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya.
C. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
2.
Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
D. Indikator Peserta didik dapat: 1.
Menjelaskan pengertian gelombang.
2.
Menjelaskan gelombang membawa energi selama perambatannya.
3.
Membedakan antara gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.
4.
Menjelaskan pengertian gelombang transversal.
5.
Menyebutkan contoh gelombang transversal.
6.
Menjelaskan pengertian gelombang longitudinal.
7.
Menyebutkan contoh gelombang longitudinal.
8.
Menjelaskan pengertian kecepatan rambat gelombang.
9.
Menjelaskan pengertian panjang gelombang.
10. Menjelaskan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
77 E. Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang
F. Model Pembelajaran Problem Based Learning G. Metode Pembelajaran 1.
Diskusi kelompok
2.
Ceramah
3.
Tanya jawab
78 H. Langkah-langkah Pembelajaran TAHAP Pendahuluan Orientasi siswa kepada masalah
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
KEGIATAN GURU Guru mengucapkan salam pembuka. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu model Problem Based Learning (PBL). Guru meminta siswa mengungkapkan pendapatnya tentang gelombang melalui beberapa pertanyaan, seperti : a) Pernahkan kalian mendengar kata gelombang ? b) Sebutkan contoh gelombang ! c) Apa yang dimaksud dengan gelombang ? Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggota 5-6 siswa. Guru membagikan setiap siswa LKS yang berisi masalah dan harus dipecahkan oleh siswa.
SISWA
METODE
Siswa pertanyaan menjawab.
WAKTU 2 menit
Siswa menjawab salam. Siswa menyimak. Siswa menyimak dan mencatat hal-hal yang penting.
ALOKASI
Ceramah
5 menit
Tanya Jawab
10 menit
Ceramah
5 menit
Diskusi
40 menit
menyimak guru dan
Siswa menyimak dan mulai berkumpul dengan anggota kelompoknya. Siswa bersama anggota kelompoknya memecahkan permasalahan bersama.
79 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Menganalisis dan mengevaluasi
Penutup I. Sumber Belajar 1.
Guru meminta siswa untuk membuat laporan sementara berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukannya dan laporan akhir dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran hari ini. Guru memberikan tes bersifat individu. Guru mengucapkan salam penutup.
Siswa dengan anggota kelompoknya membuat laporan sementara dan laporan akhir hasil eksperimen. Siswa menyimak dan mencatat. Siswa mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh. Siswa menjawab salam.
Diskusi dan Penugasan
10 menit
Ceramah
6 menit
Penugasan
10 menit
Buku Fisika : a. Pujiarti, Eka IPA terpadu, Sutanto, Agus, Jilid 2 kelas VIII SMP. Erlangga b. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMP Kelas Semester kedua 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007. c. Falfatah, Arif .Bahas tuntas 1001 soal Fisika SMP/-cat. 1 Yogyakarta: penerbit Pustaka Widyatamam, 2009. d. Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMP Kelas 2A. Jakarta: Erlangga. e. TIM IPA. 2007. IPA Terpadu SMP 2B. Bandung: Yudhistira.
2.
LKS
2 menit
80 J. Penilaian 1.
Apa yang dimaksud dengan gelombang ? .... Jawab : Getaran yang merambat.
2.
Dalam selang waktu 1,2 s terjadi gelombang transversal seperti gambar berikut.
Tentukan panjang gelombang, periode gelombang, dan cepat rambat gelombang ! .... Jawab : = 2 × 10 = 20 m
Panjang gelombang Periode ( ) =
, ,
= 0,8
Cepat rambat ( ) =
=
,
= 25 m/s
Tangerang, ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
_______________
__________________
NIP
NIP
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS PROBLEM BASED LEARNING
Sekolah
: SMP Nusantara Unggul
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas/ Semester
: VIII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. C. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Mengidentifikasi pemantulan gelombang.
2.
Menerapkan konsep gelombang dalam kehidupan sehari-hari.
D. Indikator Peserta didik dapat: 1.
Menjelaskan pemantulan gelombang.
2.
Mengaitkan konsep gelombang dengan kehidupan sehari-hari.
E. Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang F. Model Pembelajaran Problem Based Learning G. Metode Pembelajaran 1.
Diskusi kelompok
2.
Eksperimen
3.
Ceramah
4.
Tanya jawab
82 H. Langkah-langkah Pembelajaran KEGIATAN GURU Pendahuluan Orientasi siswa kepada masalah
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mengucapkan salam pembukaan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu model Problem Based Learning (PBL). Guru meminta siswa mengungkapkan pendapatnya tentang aplikasi gelombang melalui beberapa pertanyaan, seperti : a) Apakah gelombang dapat dipantulkan ? b) Berikan contoh pemantulan gelombang ! c) Apa manfaat dari gelombang dalam kehidupan sehari-hari ? Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggota 5-6 siswa. Guru membagikan setiap siswa LKS berisi langkah-langkah eksperimen yang harus dikerjakan siswa untuk memecahkan masalah.
METODE
WAKTU
SISWA
2 menit
Siswa menjawab salam. Siswa menyimak. Siswa menyimak dan mencatat hal-hal yang penting. Siswa pertanyaan menjawab.
ALOKASI
Ceramah
5 menit
Tanya Jawab
10 menit
menyimak guru dan
Siswa menyimak dan Ceramah mulai berkumpul dengan anggota kelompoknya. Siswa bersama anggota Eksperimen kelompoknya melakukan dan Diskusi eksperimen untuk memecahkan
5 menit
40 menit
83
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Menganalisis dan mengevaluasi
Penutup
Guru meminta siswa untuk membuat laporan sementara berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukannya dan laporan akhir dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran hari ini. Guru memberikan tes bersifat individu.
Guru mengucapkan salam penutup.
permasalahan bersama. Siswa dengan anggota kelompoknya membuat laporan sementara dan laporan akhir hasil eksperimen. Siswa menyimak dan mencatat. Siswa mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh. Siswa menjawab salam.
Diskusi dan Penugasan
10 menit
Ceramah
6 menit
Penugasan
10 menit
I. Sumber Belajar 1.
Buku Fisika : a. Pujiarti, Eka IPA terpadu, Sutanto, Agus, Jilid 2 kelas VIII SMP. Erlangga b. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMP Kelas Semester kedua 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007. c. Falfatah, Arif .Bahas tuntas 1001 soal Fisika SMP/-cat. 1 Yogyakarta: penerbit Pustaka Widyatamam, 2009. d. Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMP Kelas 2A. Jakarta: Erlangga. e. TIM IPA. 2007. IPA Terpadu SMP 2B. Bandung: Yudhistira.
2.
LKS
2 menit
84 J. Alat Pembelajaran Tali. K. Penilaian 1.
Apakah bunyi termasuk gelombang ? .... Jawab : Ya
2.
Sebutkan manfaat dari gelombang ! .... Jawab : Gelombang elektromagnetik berupa cahaya matahari dapat menerangi Bumi. Dengan gelombang kita dapat mendengarkan suara-suara. Gelombang radio dapat membantu komunikasi kita.
3.
Sebutkan peristiwa alam yang berkaitan dengan gelombang ! .... Jawab : Kilat dan guntur Gelombang laut dan tsunami.
Tangerang, ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
_______________
__________________
NIP
NIP
85 Pertemuan Ke-2
LEMBAR KERJA SISWA (Problem Based Learning 01)
Getaran Kelompok ____ Anggota
1. 2. 3. 4. 5.
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari.
2.
Mengukur periode dan frekuensi suatu getaran.
B. Alat dan Bahan 1. Tali 2. Kerikil kecil 3. Stopwatch C. Langkah Kerja 1. Buatlah sebuah ayunan sederhana dengan mengikat sebuah beban ringan pada seutas tali (benang), kemudian gantungkan tali secara vertical. 2. Dari kedudukan seimbang , tariklah beban ke beban dan catat hasilnya !
85
, kemudian lepaskan. Amati gerakan
86
3. Hitunglah jumlah getaran yang terjadi dalam waktu 1 menit ! D. Pertanyaan 1. Menurutmu apa yang dimaksud getaran ?... 2. Berikan 3 contoh getaran !... 3. Apakah gerak beban tergolong sebagai getaran ? Berikan alasanmu !... 4. Jika rumus frekuensi ( ) =
( ) ( )
, berapakah frekuensi gerak kerikil
tersebut ?... 5. Jika rumus periode ( ) = 6. Berikan kesimpulanmu ! …
, berapakah periodenya ?...
87 Pertemuan Ke-3
LEMBAR KERJA SISWA (Problem Based Learning 02)
Gelombang Kelompok ____ Anggota
1. 2. 3. 4. 5.
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
2.
Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
B. Perhatikan Beberapa Gambar Berikut dan Jawab Pertanyaan dengan Benar ! 1.
Manakah yang disebut : a. Amplitudo gelombang ? b. Bukit gelombang ? c. Puncak gelombang ? d. Lembah gelombang ? e. Dasar gelombang ?
88
2. Manakah yang disebut : a. Rapatan ? b. Regangan ? c. Jarak satu gelombang ? 3.
Jika
rumus
cepat
rambat
gelombang
( )=
( ) ×
( ) . Tentukan : Sebuah slinki mempunyai frekuensi 40 Hz, menghasilkan gelombang longitudinal seperti gambar di bawah ini.
Berapakah cepat rambat gelombang tersebut ? … 4.
Berikan kesimpulanmu ! …
89 Pertemuan Ke-3
LEMBAR KERJA SISWA (Problem Based Learning 03)
Pemantulan, Masalah, dan Manfaat Gelombang Kelompok ____ Anggota
1. 2. 3. 4. 5.
A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Mengidentifikasi pemantulan gelombang.
2.
Menerapkan konsep gelombang dalam kehidupan sehari-hari.
B. Alat dan Bahan 1.
Tali
2.
Kerikil kecil
3.
Stopwatch
C. Langkah Kerja 1.
Ikat salah satu ujung tali pada tiang sehingga tali tidak dapat bergerak.
2.
Getarkan ujung tali lainnya. Amati dengan seksama pemantulan tali tersebut !
D. Pertanyaan 1.
Bagaimana bentuk pantulan gelombang pada tali tersebut ? ...
2.
Berikan kesimpulanmu ! ...
3.
Gelombang laut dapat menimbulkan keindahan, dapat menyenangkan, dapat dimanfaatkan, tetapi juga dapat menimbulkan bencana. Berikan komentarmu secara singkat terhadap penyataan ini ! …
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS COOPERATIVE
Sekolah
: SMP Nusantara Unggul
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas/ Semester
: VIII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. C. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Mengidentifikasi getaran pada kehidupan sehari-hari.
2.
Mengukur periode dan frekuensi suatu getaran.
D. Indikator Peserta didik dapat: 1.
Menjelaskan pengertian getaran.
2.
Menyebutkan contoh getaran dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Membedakan antara simpangan dan amplitudo.
4.
Menjelaskan pengertian periode suatu getaran.
5.
Menentukan periode getaran.
6.
Menjelaskan pengertian frekuensi suatu getaran.
7.
Menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi suatu getaran.
E. Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang F. Model Pembelajaran Cooperative Learning
90
91 G. Metode Pembelajaran 1.
Diskusi kelompok
2.
Demonstrasi
3.
Ceramah
4.
Tanya jawab
92 H. Langkah-langkah Pembelajaran KEGIATAN GURU Pendahuluan
Inti
Guru mengucapkan salam pembuka. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru meminta siswa mengungkapkan pendapatnya tentang getaran melalui beberapa pertanyaan, seperti : a) Pernahkan kalian mendengar kata getaran ? b) Sebutkan contoh getaran ! c) Apa yang dimaksud dengan getaran ? Guru meletakkan sebuah mistar plastik di atas sebuah meja. Salah satu ujung penggaris tersebut di tarik, sedangkan ujung lainnya di tahan di atas meja. Kemudian, guru melepaskan ujung penggaris yang di tarik. Guru memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NGT). Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggota 4-5 siswa, dan setiap anggota kelompok diberi nomor yang berbeda. Guru membagikan setiap siswa LKS yang berisi masalah dan harus dipecahkan oleh siswa.
METODE
WAKTU
SISWA Siswa menjawab salam. Siswa menyimak. Siswa pertanyaan menjawab.
ALOKASI
2 menit
menyimak Tanya Jawab guru dan
5 menit
Demonstrasi
3 menit
Ceramah
2 menit
Ceramah
5 menit
Diskusi
40 menit
Siswa menyimak.
Siswa menyimak dan mencatat hal-hal yang penting. Siswa menyimak dan mulai berkumpul dengan anggota kelompoknya. Siswa bersama anggota kelompoknya memecahkan permasalahan bersama.
93 Guru membahas hasil diskusi dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. (Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk merupakan wakil jawaban kelompok). Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran hari ini. Guru memberikan tes bersifat individu. Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. Guru mengucapkan salam penutup.
Siswa yang disebutkan nomornya berdiri dan menjelaskan hasil diskusinya. Siswa lain menyimak. Siswa menyimak dan mencatat. Siswa mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh. Kelompok terbaik maju dan menerima penghargaan. Siswa menjawab salam.
Diskusi
10 menit
Ceramah
5 menit
Penugasan
10 menit
I. Sumber Belajar 1. Buku Fisika : a. Pujiarti, Eka IPA terpadu, Sutanto, Agus, Jilid 2 kelas VIII SMP. Erlangga b. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMP Kelas Semester kedua 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007. c. Falfatah, Arif .Bahas tuntas 1001 soal Fisika SMP/-cat. 1 Yogyakarta: penerbit Pustaka Widyatamam, 2009. d. Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMP Kelas 2A. Jakarta: Erlangga. e. TIM IPA. 2007. IPA Terpadu SMP 2B. Bandung: Yudhistira. 2. LKS
8 menit
94 J. Alat Pembelajaran Mistar plastik. K. Penilaian 1.
Apa yang dimaksud dengan getaran ? .... Jawab : Gerak bolak-balik melalui titik keseimbangan.
2.
Sebuah beban digantung di ujung sebuah pegas dan ujung lainnya digantung pada statif. Beban ditarik ke bawah dari titik seimbangnya. Begitu beban tersebut dilepaskan, beban bergerak bolak-balik di antara titik terendah dan titik tertinggi yang terpisah sejauh 14 cm. Setelah 8 sekon jumlah getaran yang dihasilkan adalah 10 getaran. Tentukan amplitudo, periode, dan frekuensi, getaran beban pada pegas ! .... Jawab : Amplitudo = 14 : 2 = 7 cm Periode ( ) = Frekuensi ( ) =
=
= 0,8 =
,
= 1,25
Tangerang, ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
_______________
__________________
NIP
NIP
95 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS COOPERATIVE
Sekolah
: SMP Nusantara Unggul
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas/ Semester
: VIII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. C. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Membedakan karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
2.
Mendeskripsikan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
D. Indikator Peserta didik dapat: 1.
Menjelaskan pengertian gelombang.
2.
Menjelaskan gelombang membawa energi selama perambatannya.
3.
Membedakan antara gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.
4.
Menjelaskan pengertian gelombang transversal.
5.
Menyebutkan contoh gelombang transversal.
6.
Menjelaskan pengertian gelombang longitudinal.
7.
Menyebutkan contoh gelombang longitudinal.
8.
Menjelaskan pengertian kecepatan rambat gelombang.
9.
Menjelaskan pengertian panjang gelombang.
10. Menjelaskan hubungan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.
96
E. Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang F. Model Pembelajaran Cooperative Learning G. Metode Pembelajaran 1.
Diskusi kelompok
2.
Demonstrasi
3.
Ceramah
4.
Tanya jawab
97 H. Langkah-langkah Pembelajaran KEGIATAN GURU Pendahuluan
Inti
Guru mengucapkan salam pembuka. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru meminta siswa mengungkapkan pendapatnya tentang gelombang melalui beberapa pertanyaan, seperti : a) Pernahkan kalian mendengar kata gelombang ? b) Sebutkan contoh gelombang ! c) Apa yang dimaksud dengan gelombang ? Guru meletakkan sebuah bejana yang berisi air di atas meja. Kemudian sebuah batu kecil di lemparkan ke dalam bejana tersebut. Guru memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu model kooperatif tipe Jigsaw. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggota 3 siswa (kelompok asal). Guru membagikan setiap siswa LKS , di mana setiap siswa dalam sau kelompok mendapatkan LKS yang berbeda. Guru meminta untuk setiap siswa berkumpul dengan siswa di kelompok lain dengan LKS yang sama (kelompok
METODE
WAKTU
SISWA Siswa menjawab salam. Siswa menyimak. Siswa pertanyaan menjawab.
ALOKASI
2 menit
menyimak Tanya Jawab guru dan
5 menit
Demonstrasi
2 menit
Siswa menyimak.
Siswa menyimak dan Ceramah mencatat hal-hal yang penting. Siswa menyimak dan bergabung dengan kelompoknya. Siswa membaca dan memahami LKS yang diberikan. Siswa menyimak dan bergabung dengan kelompoknya.
Ceramah
3 menit
10 menit
98 ahli). Guru meminta siswa untuk membahas LKS dengan anggota kelompoknya. Guru meminta siswa untuk kembali ke kelompok asal. Dan setiap anggota kelompok saling berbagi pengetahuan yang didapatkan. Guru membahas hasil diskusi dengan mengundi nomor kelompok yang akan menyampaikan seluruh materi hasil diskusi. Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran hari ini. Guru memberikan tes bersifat individu. Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. Guru mengucapkan salam penutup.
Siswa mendiskusikan LKS yang diberikan. Siswa kembali ke kelompok asal dan saling berbagi pengetahuan. Kelompok
mempresentasikan diskusi. Siswa menyimak. Siswa menyimak. Siswa
Diskusi
45 menit
Ceramah
5 menit
Penugasan
10 menit
terpilih hasil lain
mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh. Kelompok terbaik maju dan menerima penghargaan. Siswa menjawab salam.
I. Sumber Belajar 1. Buku Fisika : f. Pujiarti, Eka IPA terpadu, Sutanto, Agus, Jilid 2 kelas VIII SMP. Erlangga g. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMP Kelas Semester kedua 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007. h. Falfatah, Arif .Bahas tuntas 1001 soal Fisika SMP/-cat. 1 Yogyakarta: penerbit Pustaka Widyatamam, 2009. i. Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMP Kelas 2A. Jakarta: Erlangga. j. TIM IPA. 2007. IPA Terpadu SMP 2B. Bandung: Yudhistira. 2. LKS
5 menit
99 J. Alat Pembelajaran 1.
Bejana
2.
Batu kecil.
K. Penilaian 1.
Apa yang dimaksud dengan gelombang ? .... Jawab : Getaran yang merambat.
2.
Dalam selang waktu 1,2 s terjadi gelombang transversal seperti gambar berikut.
Tentukan panjang gelombang, periode gelombang, dan cepat rambat gelombang ! .... Jawab : = 2 × 10 = 20 m
Panjang gelombang Periode ( ) =
, ,
= 0,8
Cepat rambat ( ) =
=
,
= 25 m/s
Tangerang, ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
_______________
__________________
NIP
NIP
100 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) KELAS COOPERATIVE Sekolah
: SMP Nusantara Unggul
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas/ Semester
: VIII/ 2
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. C. Tujuan Pembelajaran Peserta didik dapat: 1.
Mengidentifikasi pemantulan gelombang.
2.
Menerapkan konsep gelombang dalam kehidupan sehari-hari.
D. Indikator Peserta didik dapat: 1.
Menjelaskan pemantulan gelombang.
2.
Mengaitkan konsep gelombang dengan kehidupan sehari-hari.
E. Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang F. Model Pembelajaran Cooperative Learning G. Metode Pembelajaran 1.
Diskusi kelompok
2.
Demonstrasi
3.
Ceramah
4.
Tanya jawab
101 H. Langkah-langkah Pembelajaran KEGIATAN GURU Pendahuluan
Inti
Guru mengucapkan salam pembuka. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru meminta siswa mengungkapkan pendapatnya tentang aplikasi gelombang melalui beberapa pertanyaan, seperti : a) Apakah gelombang dapat dipantulkan ? b) Berikan contoh pemantulan gelombang ! c) Apa manfaat dari gelombang dalam kehidupan sehari-hari ? Guru mengikat salah satu ujung tali di kaki meja, ujung tali lainnya di tarik. Kemudian tali tersebut dihentakkan sehingga terbentuk gelombang. Guru memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu model kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggota 4-5 siswa, dan setiap anggota kelompok diberi nomor yang berbeda. Guru membagikan setiap siswa LKS yang berisi masalah dan harus dipecahkan oleh siswa.
METODE
ALOKASI WAKTU
SISWA Siswa menjawab salam. Siswa menyimak.
2 menit
Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan.
Tanya Jawab
5 menit
Siswa pertanyaan menjawab.
Demonstrasi
2 menit
Siswa menyimak.
Ceramah
3 menit
Siswa menyimak dan mulai berkumpul dengan anggota kelompoknya.
Ceramah
5 menit
menyimak guru dan
Siswa bersama anggota Diskusi kelompoknya memecahkan permasalahan bersama.
40 menit
102 Guru membahas hasil diskusi dengan menyebut salah satu nomor anggota kelompok untuk menjawab. (Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk merupakan wakil jawaban kelompok). Guru menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran hari ini. Guru memberikan tes bersifat individu. Penutup
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik. Guru mengucapkan salam penutup.
Siswa yang disebutkan nomornya berdiri dan menjelaskan hasil diskusinya. Siswa lain menyimak. Siswa menyimak dan mencatat. Siswa mengerjakan tes dengan sungguh-sungguh. Kelompok terbaik maju dan menerima penghargaan. Siswa menjawab salam.
Diskusi
10 menit
Ceramah
5 menit
Penugasan
10 menit
I. Sumber Belajar 1. Buku Fisika : a. Pujiarti, Eka IPA terpadu, Sutanto, Agus, Jilid 2 kelas VIII SMP. Erlangga b. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMP Kelas Semester kedua 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007. c. Falfatah, Arif .Bahas tuntas 1001 soal Fisika SMP/-cat. 1 Yogyakarta: penerbit Pustaka Widyatamam, 2009. d. Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMP Kelas 2A. Jakarta: Erlangga. e. TIM IPA. 2007. IPA Terpadu SMP 2B. Bandung: Yudhistira. 2. LKS
5 menit
103 J. Alat Pembelajaran Tali. K. Penilaian 1.
Apakah bunyi termasuk gelombang ? .... Jawab : Ya
2.
Sebutkan manfaat dari gelombang ! .... Jawab : Gelombang elektromagnetik berupa cahaya matahari dapat menerangi Bumi. Dengan gelombang kita dapat mendengarkan suara-suara. Gelombang radio dapat membantu komunikasi kita.
3.
Sebutkan peristiwa alam yang berkaitan dengan gelombang ! .... Jawab : Kilat dan guntur Gelombang laut dan tsunami.
Tangerang, ............................. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
_______________
__________________
NIP
NIP
104
Pertemuan Ke-2
LEMBAR KERJA SISWA (Cooperative learning 01)
Getaran Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan
konsep
getaran
dan
gelombang
serta
parameter-
parameternya.
RI NGK ASAN MATERI
Getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik keseimbangan secara periodik.
Simpangan getaran adalah posisi partikel yang bergetar terhadap titik keseimbangan.
Amplitudo getaran adalah simpangan maksimum suatu getaran.
Gambar bandul :
B-C-A-D-E-D-A-C-B = 1 kali getaran BC = CA = AD = DE = simpangan AB = AE = amplitude
Periode getaran adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu kali getaran.
Frekuensi getaran adalah banyaknya getaran tiap satuan waktu.
104
105
Rumus : Dengan
T = periode (s) f
= frekuensi (Hz)
t
= waktu yang diperlukan untuk melakukan sejumlah getaran (s)
n
= jumlah getaran dalam waktu t sekon
Tugas Siswa 1. Berikan beberapa contoh perisiwa getaran yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari ! … 2. Perbandingan periode getar A dan B adalah 2 : 3. Bila frekuensi benda A 60 get/sekon maka berapakah frekuensi B ? … 3. Waktu untuk melakukan 10 getaran adalah 5 detik, berapakah waktu yang diperlukan untuk melakukan 15 getaran ? … 4. Sebuah beban pada ayunan yang bertali panjang diberi simpangan dari kedudukan seimbangnya. Begitu beban tersebut dilepaskan, beban bergerak bolak-balik di antara dua titik yang terpisah sejauh 7 cm. Beban itu memerlukan waktu satu menit untuk melakukan 100 kali ayunan melalui titik pertama kali beban dilepaskan. Tentukan amplitudo, periode, dan frekuensi getaran tersebut ! …
106 Pertemuan Ke-3
LEMBAR KERJA SISWA (Cooperative learning 02)
Kelompok Anggota
Sifat Umum Gelombang 1. 2. 3. 4. 5.
RINGK ASAN M ATERI A. Pengertian Gelombang adalah getaran yang merambat. Dalam perambatannya gelombang memindahkan energi dari satu tempat ke tempat yang lain, sedangkan medium yang dilaluinya tidak ikut merambat. B. Klasifikasi Gelombang Berdasarkan arah getarnya gelombang dibedakan menjadi : a. Gelombang transversal; gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatnya. Contoh : gelombang riak air, gelombang tali. b. Gelombang longitudinal; gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya. Contoh : gelombang pada slinki. Berdasarkan mediumnya gelombang dibedakan menjadi : a. Gelombang Mekanik; gelombang yang dalam perambatannya memerlukan medium perantara. Contoh : gelombang bunyi, gelombang pada tali yang digetarkan. b. Gelombang Elektromagnetik; gelombang yang dapat merambat tanpa medium. Contoh : cahaya, gelombang radio.
107
Tugas Siswa 1. Sebutkan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membuktikan bahwa gelombang memindahkan energi ! … 2. Cahaya matahari merupakan contoh dari gelombang elektromagnetik, berikan pendapatmu mengenai hal tersebut ! …
108 Pertemuan Ke-3
LEMBAR KERJA SISWA (Cooperative learning 03)
Kelompok
Bentuk Gelombang 1. 2. 3. 4. 5.
Anggota
RINGK ASAN M ATERI A. Gelombang Transvesal
a–b–c
= bukit gelombang
c–d–e
= lembah gelombang
b – b1
= amplitudo gelombang
a–e
= panjang gelombang
b
= puncak gelombang
B. Gelombang Longitudinal
109 Tugas Siswa 1.
Gambarkan : a. Satu gelombang transversal penuh ! b. Satu gelombang longitudinal penuh !
2.
Perhatikan gambar berikut :
Manakah yang disebut a. Amplitudo gelombang b. Bukit gelombang c. Puncak gelombang d. Lembah gelombang e. Dasar gelombang
110 Pertemuan Ke-3
LEMBAR KERJA SISWA (Cooperative learning 04)
Kelompok
Besaran Gelombang 1. 2. 3. 4. 5.
Anggota
RI NGK ASAN MATERI A. Periode dan Frekuensi Gelombang Periode gelombang adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu panjang gelombang. Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi setiap detik. Hubungan frekuensi dengan periode gelombang : Dengan : T = periode (s) f = frekuensi (Hz) B. Cepat Rambat Gelombang Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang setiap satuan waktu.
Hubungan panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat adalah :
111 TUGAS SISWA 1.
Gunakan rumus dasar gelombang untuk menghitung besaran-besaran yang belum diketahui pada tabel berikut : Jenis
v (m/s)
F (Hz)
Gel. Laut
…
0,2
5m
Gel. Tali
…
1
3m
Gel. Air
0,1
…
5 cm
Gel. Bunyi
330
30
…
Gelombang
2.
Sebuah slinki mempunyai frekuensi 40 Hz, menghasilkan gelombang longitudinal seperti gambar di bawah ini.
Berapakah cepat rambat gelombang tersebut ? …
112 Pertemuan Ke-4
LEMBAR KERJA SISWA (Cooperative learning 05)
Pemantulan, Masalah dan Pemanfaatan Gelombang Standar Kompetensi : Memahami konsep dan penerapan getaran dan gelombang dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan
konsep
getaran
dan
gelombang
serta
parameter-
parameternya.
Ringkasan Materi 1. Gelombang Mengenai Dinding Penghalang a. Gelombang Tali Ujung Terikat
Pada tali ujung terikat, gelombang dipantulkan dengan fase yang berlawanan terhadap gelombang datang.
113 b. Gelombang Tali Ujung Bebas
Pada tali ujung bebas, gelombang dipantulkan sefase dengan gelombang datang.
2. Kaitan Gelombang & Peristiwa Alam a. Peristiwa Kilat dan Guntur. Kilat dan Guntur terjadi pada saat bersamaan di awan. Kilat dari awan disalurkan ke tanah atau awan lainnya oleh gelombang cahaya. Sedangkan Guntur dari awan disalurkan ke tanah melalui gelombang bunyi. b. Gelombang Laut. Tsunami merupakan bencana yang diakibatkan oleh gelombang laut. Tsunami pada umumnya disebabkan oleh gempa Bumi di bawah laut dengan kekuatan 6,0 atau lebih skala richter.
3. Pemanfaatan Gelombang a. Gelombang Elektromagnetik. Radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh sinar Matahari ini telah dimanfaatkan dalam panel surya, yang mengonversi energi surya menjadi kalor untuk memanaskan air. Sedangkan radiasi gelombang elektromagnetik yang dikenal sebagai gelombang mikro dimanfaatkan untuk memasak pada microwave. b. Gelombang Bunyi. Paling banyak dimanfaatkan dalam teknologi adalah gelombang ultrasonik. Di antaranya yaitu pada peralatan USG (ultrasonografi) untuk memeriksa kanker hati dan melihat janin.
114 Tugas Siswa
1. Gelombang
laut
dapat
menimbulkan
keindahan,
dapat
menyenangkan,
dapat
dimanfaatkan, tetapi juga dapat menimbulkan bencana. Berikan komentarmu secara singkat terhadap penyataan ini ! ….
Lampiran 2A INSTRUMEN TES Kompetensi Dasar Materi Pokok Kelas Jenis Tes Jumlah Soal
: Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. : Getaran dan Gelombang : VIII IPA : Pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban : 40 soal
A. Kisi-kisi Instrumen Tes No
Indikator
Materi
1
Menjelaskan pengertian getaran
2
Mengamati getaran
3
Menjelaskan pengertian amplitudo
4
Menjelaskan dan menghitung frekuensi suatu getaran
5
Menjelaskan dan menghitung periode suatu getaran Menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi suatu
6
8
Getaran
1*
Amplitudo getaran
4*
Frekuensi dan periode getaran
Aspek Kognitif C2 C3 C4 2*, 3*
gelombang
membawa
energi
Jumlah 3 1
5*
getaran Menjelaskan
7
C1
6*, 7, 8*, 10, 13*
9*, 11* , 12*, 14, 15
11
selama
perambatan
Gelombang
Membedakan macam-macam gelombang
115
16*, 17*
18, 19*
4
116
9
Menyebutkan contoh gelombang transversal
10
Menjelaskan bagian-bagian gelombang transversal Menjelaskan hubungan antara frekuensi dan panjang
11
gelombang transversal
Hubungan antara frekuensi dan panjang geombang 12
longitudinal
Gelombang transversal
20*, 21
Gelombang longitudinal
25*, 26
Cepat rambat gelombang
27, 28*, 29, 30, 32, 35*, 36, 37
Menjelaskan hubungan antara cepat rambat, frekuensi, 13
periode, dan panjang gelombang
14
Menjelaskan pemantulan gelombang
15
Menjelaskan kaitan gelombang dengan peristiwa alam Jumlah
22, 24
34
Pemantulan gelombang Penerapan konsep gelombang dalam peristiwa alam 4
8
23*
5
2
31, 33, 38
12
39
1
40*
1
19
9
40
117
Lampiran 2B B. Bentuk Soal, Kunci Jawaban, dan Aspek Kognitif yang Diukur Indikator
Submateri
Butir Soal
1. Benda dikatakan bergetar apabila benda itu bergerak …. a. bolak balik berkala melalui titik keseimbangan b. bolak balik secara terus menerus c. bolak balik tidak berkala
Menjelaskan pengertian getaran
Kunci Jawaban
Aspek Kognitif
A
C1
D
C2
A
C2
d. bolak balik tidak berkala melalui titik keseimbangan
2. Perhatikan gambar berikut Satu getaran dinyatakan dengan …. a. A-B-C b. A-B-A Getaran Mengamati getaran
c. B-A-C-A
C
B
d. B-A-C-A-B
3. Perhatikan gambar !
A
Satu getaran adalah .... a. B-A-C-A-B b. C-B-A-B-C c. A-C-B-C-A d. A-B-C-B-A
118
Menjelaskan pengertian amplitudo
Amplitudo getaran
4. Yang dimaksud amplitudo sebuah getaran adalah …. a. simpangan total gerak benda b. simpangan maksimum benda terhadap titik keseimbangannya c. simpangan minimum benda terhadap titik keseimbangannya d. jumlah getaran dalam satu sekon 5. Bila ujung kawat kita getarkan, kawat bergerak bolak-balik dari A-B-AC-A dan seterusnya. Jumlah getaran yang terjadi dalam satu detik disebut ….
B
C1
B
C2
C
C3
A B
Menjelaskan dan menghitung frekuensi suatu getaran
C
Frekuensi dan periode getaran
a. periode c. amplitudo b. frekuensi d. timbre 6. Sebuah partikel bergetar 600 kali dalam 1 menit, frekuensi getaran tersebut adalah …. a. 60 Hz c. 10 Hz b. 30 Hz d. 5 Hz
119
Menjelaskan dan menghitung periode suatu getaran
7. Ayunan di sekolah Dicky bergetar seperti halnya bandul sederhana sebanyak 50 kali dalam waktu 2,5 sekon. Frekuensi ayunan itu adalah …. a. 0,05 Hz c. 10 Hz b. 0,50 Hz d. 20 Hz 8. Seekor capung mengipaskan sayapnya sebanyak 360 kali dalam waktu 2 menit. Frekuensi gerakan sayap lebah tersebut adalah …. a. 3 Hz c. 30 Hz b. 18 Hz d. 180 Hz 9. Periode getaran pada ayunan sederhana bergantung pada …. a. amplitudo dan massa beban c. massa beban dan panjang tali b. amplitudo dan panjang tali d. panjang tali saja 10. Ghina menggetarkan osilator yang menghasilkan getaran-getaran dengan frekuensi 0,25 kHz, besar periode adalah …. a. 250 sekon c. 0,25 sekon b. 40 sekon d. 0,004 sekon 11. Perhatikan tabel berikut ! Pegas
Jumlah getaran
Waktu
I
12
6
II
6
12
III
14
7
IV 20 5 Pegas yang mempunyai periode sama ditunjukkan pegas nomor …. a. I dan III c. II dan III b. I dan III d. III
D
C3
A
C3
D
C4
D
C3
B
C4
120
12. Bandul ayunan sesuai gambar bergerak dari A ke C memerlukan waktu 0,025 sekon. Periode ayunan ini adalah ….
Menjelaskan hubungan antara periode dan frekuensi suatu getaran
a. 20 sekon c. 0,05 sekon b. 10 sekon d. 0,02 sekon 13. Dalam waktu 5 detik, sebuah bandul ayunan menghasilkan 100 getaran. Frekuensi dan periode bandul itu adalah … a. 20 Hz dan 0,05 sekon b. 20 Hz dan 50 sekon c. 50 Hz dan 20 sekon d. 2 Hz dan 0,05 sekon 14. Perbandingan periode getar A dan B adalah 2 : 3. Bila frekuensi benda A 60 Hz, maka frekuensi benda B adalah …. a. 150 Hz c. 40 Hz b. 90 Hz d. 15 Hz 15. Empat benda melakukan getaran dengan periode masing-masing, benda A 0,20 sekon, benda B 0,25 sekon, benda P 0,40 sekon, dan benda Q 0,50 sekon. Perbandingan frekuensi benda yang benar sesuai pernyataan di atas adalah …. a. A : B adalah 4 : 5 c. A : P adalah 25 : 50 b. B : P adalah 40 : 25 d. B : Q adalah 1 : 2
C
C4
A
C3
C
C4
D
C4
121
Menjelaskan gelombang membawa energi selama perambatan
Membedakan macammacam gelombang
Menyebutkan contoh gelombang transversal
16. Dari satu tempat ke tempat lainnya gelombang memindahkan …. a. massa c. panjang gelombang b. amplitudo d. energi 17. Gelombang yang memerlukan medium dalam proses perambatannya disebut gelombang …. a. elektromagnetik c. transversal b. mekanik d. longitudinal 18. Perbedaan gelombang transversal dan longitudinal terdapat pada … Gelombang a. arah getarannya b. periodinya c. amplitudonya d. mediumnya 19. Gelombang yang merambat tegak lurus arah getaran dinamakan gelombang .... a. transparan b. longitudinal c. transversal d. amplitudo 20. Di bawah ini yang bukan termasuk gelombang transversal adalah …. a. gelombang bunyi b. gelombang tali Gelombang c. gelombang cahaya transversal d. gelombang air
D
C1
B
C1
A
C2
C
C2
A
C2
122
Menjelaskan bagianbagian gelombang transversal
21. Dari gambar berikut ini, manakah puncak dan lembah gelombang ? a. b dan d b. b dan c-d-e c. a-b-c dan d d. a-b-c dan c-d-e
B
C2
B
C3
A
C4
22. Gambar di bawah ini menunjukkan bentuk gelombang transversal yang dihasilkan oleh suatu sumber getaran. Panjang gelombang adalah ….
Menjelaskan hubungan antara frekuensi dan panjang geombang transversal
a. 3 cm b. 2 cm 23. Perhatikan gambar !
c. 1,5 cm d. 1 cm
Frekuensi gelombang tersebut adalah …. a. 0,5 Hz c. 1,5 Hz b. 1 Hz d. 2 Hz
123
24. Sebuah tali digetarkan dengan frekuensi 3 Hz. Jika cepat rambat gelombang pada tali tersebut 12 m/s, maka banyaknya gelombang pada tali sepanjang 24 m adalah …. a. 4 c. 6 b. 5 d. 8 25. Gambar di bawah ini menunjukkan gelombang longitudinal pada pegas. Frekuensi gelombangnya adalah ….
Hubungan antara frekuensi dan panjang geombang longitudinal
Menjelaskan hubungan antara cepat rambat, frekuensi,
C
C3
B
C3
D
C3
D
C3
a. 0,5 Hz c. 1,5 Hz Gelombang b. 1 Hz d. 2 Hz longitudinal 26. Sebuah slinki mempunyai frekuensi 4 Hz, menghasilkan gelombang longitudinal seperti gambar di bawah ini. Cepat rambat gelombang itu adalah ….
a. 10 m/s c. 30 m/s b. 20 m/s d. 40 m/s 27. Bila frekuensi sebuah gelombang 400 Hz dan panjang gelombangnya 25 Cepat cm, cepat rambat gelombang tersebut adalah …. rambat a. 1600 m/s c. 400 m/s gelombang b. 1000 m/s d. 100 m/s
124
periode, dan panjang gelombang
28. Suatu sumber getar berfrekuensi 300 Hz, gelombangnya merambat dalam zat cair dengan kecepatan 1500 m/s. panjang gelombang bunyi tersebut adalah …. a. 0,2 m c. 20 m b. 5 m d. 50 m 29. Jika frekuensi suatu getaran 440 Hz dan panjang gelombangnya 75 cm, kecepatan gelombang itu adalah …. a. 330 m/s c. 33 000 m/s b. 3300 m/s d. 330 000 m/s 30. Suatu gelombang dengan panjang 0,75 m dan memiliki cepat rambat 150 m/s, frekuensi gelombang tersebut adalah …. a. 20 Hz c. 200 Hz b. 50 Hz d. 500 Hz 31. Dua gelombang merambat dengan kecepatan yang sama. Frekuensi gelombang pertama dua kali frekuensi gelombang kedua. Perbandingan panjang gelombang pertama dan kedua adalah …. a. 2 : 3 c. 2 : 1 b. 3 : 2 d. 1 : 2 32. Dua puluh gelombang dihasilkan pada tali dalam waktu 5 sekon. Jika cepat rambat gelombang 20 m/s maka panjang gelombang adalah …. a. 4 m c. 8 m b. 5 m d. 10 m
B
C3
A
C3
C
C3
D
C4
A
C3
125
Untuk soal nomor 30 dan 31, perhatikan gambar berikut !
33. Jika frekuensi gelombang adalah 0,4 Hz, maka cepat rambat gelombang adalah …. a. 0, 4 m/s c. 0, 2 m/s b. 0, 3 m/s d. 0, 1 m/s 34. Amplitudo adalah …. a. 0, 25 m c. 0, 75 m b. 0, 5 m d. 1, 5 m 35. Perhatikan gambar berikut !
Jika panjang AB 20 cm dan periode gelombang 4 sekon, cepat rambat gelombang tersebut adalah …. a. 80 c m/s c. 10 c m/s b. 40 c m/s d. 5 c m/s
C
C4
A
C2
D
C3
126
36. Perhatikan gambar !
C
C3
B
C3
D
C4
Apabila periode gelombang 0,2 sekon maka cepat rambat gelombang adalah …. a. 1, 6 m/s c. 40 m/s b. 8 m/s d. 80 m/s 37. Perhatikan gambar gelombang transversal berikut !
Jika gelombang merambat dengan kecepatan 20 m/s, frekuensi gelombangnya adalah …. a. 275 Hz c. 175 Hz b. 250 Hz d. 150 Hz 38. Jika suatu sumber dengan frekuensi 50 Hz memancarkan gelombang dengan panjang 0,2 m, waktu yang diperlukan gelombang untuk menempuh jarak 400 m adalah …. a. 2 sekon c. 20 sekon b. 4 sekon d. 40 sekon
127
Menjelaskan pemantulan gelombang Menjelaskan kaitan gelombang dengan peristiwa alam
39. Salah satu peristiwa yang menunjukkan bahwa gelombang dapat dipantulkan adalah …. Pemantulan a. terjadinya gempa bumi gelombang b. siaran radio diterima di mana-mana c. terjadinya ombak di laut d. penyerapan cahaya matahari oleh atmosfer Penerapan 40. Berikut ini adalah beberapa peristiwa alam yang berkaitan dengan konsep gelombang, kecuali …. gelombang a. angin putting beliung dalam b. kilat dan guntur peristiwa c. tsunami alam d. gempa bumi
B
C3
A
C3
Keterangan: (Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121) *= Soal yang digunakan untuk Posttest C1
= ingatan (recalling)
C2
= pemahaman (comprehension)
C3
= penerapan (application)
C4
= analisis (analysis) atau sintesis (syntesis)
128
Lampiran 3A UJI VALIDITAS Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point biserial berdasarkan rumus berikut ini. r pbi
Mp Mt SD t
p q
Dimana: rpbi
= indeks point biserial
Mp
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Mt
= Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
SDt
= Deviasi standar skor total.
p
= proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.
q
= proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan untuk menguji validitas instrumen.
129
Tabel Perhitungan Uji Validitas No A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE
1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
2 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0
4 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
5 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0
6 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0
7 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1
8 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
9 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1
10 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
11 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0
12 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
13 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0
14 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
15 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0
16 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
17 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0
Skor untuk item no 18 19 20 21 22 23 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
24 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
25 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0
26 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
27 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0
28 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
29 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
30 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
31 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1
32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0
33 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1
34 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
35 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0
36 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
38 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 40 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
Skor Total (Xt) 12 10 11 13 18 19 11 18 21 19 15 26 19 18 19 28 14 23 17 19 17 17 20 21 21 15 17 18 21 10
(Xt)2 144 100 121 169 324 361 121 324 441 361 225 676 361 324 361 784 196 529 289 361 289 289 400 441 441 225 289 324 441 100
130
p
0,33 0,27 0,10 0,37 0,40 0,23 0,40 0,40 0,33 0,63 0,27 0,33 0,33 0,60 0,50 0,23 0,63 0,60 0,47 0,40 0,23 0,40 0,47 0,57 0,43 0,43 0,70 0,37 0,40 0,40 0,57 0,37 0,60 0,50 0,47 0,53 0,70 0,75 0,60
0,43
q
0.40
0.50 0.53 0.47 0.30 0.43
0.60 0.60 0.43 0.63 0.40
0.43 0.57 0.57 0.30 0.63
0.53 0.60 0.77 0.60 0.53
0.40 0.50 0.77 0.37 0.40
0.67 0.37 0.73 0.67 0.67
0.63 0.60 0.77 0.60 0.60
0.67 0.73 0.90
0.57
Mp
17.72
20.47 19.14 17.88 18.24 18.47
20.25 16.58 18.35 19.45 18.17
18.12 19.46 19.77 18.10 17.09
19.00 19.08 18.00 19.08 19.71
18.83 17.73 17.71 19.05 17.89
15.30 18.63 17.38 19.30 20.70
18.36 18.17 21.43 18.50 20.50
18.40 17.25 21.67
18.69
rpbi
0.66
0.86 0.66 0.59 0.91 0.72
0.68 0.33 0.70 0.56 0.72
0.67 0.65 0.68 0.89 0.35
0.64 0.57 0.31 0.57 0.72
0.82 0.54 0.30 0.91 0.68
0.18 0.85 0.30 0.51 0.63
0.47 0.48 0.54 0.51 0.71
0.44 0.29 0.33
0.57
Uji Hipotesis
Valid
Valid Valid Valid Valid Valid
Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
Valid Valid Valid Valid Valid
Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Valid Valid Valid Valid Valid
Valid Tidak Valid Tidak Valid
Valid
rtabel 0,339 SD 8,4673 Mt 13,175
9811 18 17 21 16 14 15 18 11 17 12 12 11 21 13 13 17 14 12 7 12 14 18 19 7 15 18 10 10 8 19 10 12 12 7 12 11 3 8 10 13
527 Σ
131
Lampiran 3B Perhitungan Reliabilitas Untuk keperluan perhitungan reliabilitas instrumen tes ini, digunakan rumus N r 12 Spearman-Brown berikut ini. r n 1 N 1 r 1 2 dimana: rn = koefisien korelasi seluruh tes N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang dikorelasikan r½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnya Tabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas instrumen. Tabel Perhitungan Reliabilitas Metode Ganjil-Genap Korelasi Product Moment Subjek
X
Y
XY
X2
Y2
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y Z AA AB AC AD AE
7 5 6 7 9 10 6 10 11 9 8 13 10 10 9 14 4 10 11 9 9 8 10 10 11 8 9 10 10 5
5 5 5 6 9 9 5 8 10 10 7 13 9 8 10 14 10 13 6 10 8 9 10 11 10 7 8 8 11 5
35 25 30 42 81 90 30 80 110 90 56 169 90 80 90 196 40 130 66 90 72 72 100 110 110 56 72 80 110 25
49 25 36 49 81 100 36 100 121 81 64 169 100 100 81 196 16 100 121 81 81 64 100 100 121 64 81 100 100 25
25 25 25 36 81 81 25 64 100 100 49 169 81 64 100 196 100 169 36 100 64 81 100 121 100 49 64 64 121 25
Σ
268
259
2427
2542
2415
r1/2
0,70
rn
0,82095
Dimana: X : skor total subjek pada item bernomor ganjil Y : skor total subjek pada item bernomor genap Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen ini adalah 0,70. Nilai ini termasuk kategori cukup. (Perhitungan ini dengan menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Office Excel 2007)
132
Lampiran 3C Perhitungan Derajat Kesukaran Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini. W WH DK L 100 % nL nH dimana: DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty) WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu nL = jumlah kelompok bawah nH = jumlah kelompok atas Kategorisasi derajat kesukaran berdasarkan ketentuan berikut ini. Mudah
: DK ≥ 0,70
Sedang
: 0,30 < DK < 0,70
Sukar
: DK ≤ 0,30
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan derajat kesukarannya.
133 Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran
A B C D E F G H I J K L M N O P R S T U V W X Y
Skor Total 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt) 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 12 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 10 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 13 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 18 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 19 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 11 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 19 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 26 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 19 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 18 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 19 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 28 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 14 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 23 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 17 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 19 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 17 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 17 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 20 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 21 Skor untuk item no
No 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1
2 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0
3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
4 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
5 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1
6 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1
7 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
8 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0
9 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
10 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0
12 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
13 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1
14 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
15 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1
134 Z AA AB AC AD AE Σ
0 1 1 0 1 1 18
Indeks TK
0.38 0.29 0.24 0.09 0.32 0.35 0.21 0.35 0.35 0.29 0.56 0.24 0.29 0.29 0.53 0.44 0.21 0.56 0.53 0.41 0.35 0.21 0.35 0.41 0.50 0.38 0.38 0.62 0.32 0.35 0.35 0.50 0.32 0.53 0.44 0.41 0.47 0.62 0.50 0.53
Keputusan
Sdg Skr Skr Skr Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr Sdg Skr Skr Skr Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg
1 0 1 1 1 0 17
1 0 1 0 1 0 21
0 1 0 1 1 0 16
1 1 1 0 1 0 14
1 0 0 1 0 0 15
0 0 1 1 1 1 18
0 1 0 0 1 0 11
0 1 1 0 1 1 17
1 1 0 0 1 0 12
1 0 0 1 1 0 12
0 1 0 0 0 1 11
1 1 0 1 1 0 21
1 0 1 1 1 1 13
0 1 0 1 0 0 13
0 0 0 0 1 1 17
1 0 0 0 0 0 14
0 1 0 0 0 0 12
0 0 0 0 0 0 7
0 0 0 1 1 0 12
0 0 0 1 1 0 14
0 1 1 1 1 0 18
1 1 0 1 1 0 19
0 0 0 0 0 0 7
0 1 1 0 0 0 15
1 0 1 1 1 1 18
1 0 1 1 0 0 10
1 0 0 0 1 0 10
1 0 0 0 1 0 8
1 1 1 1 0 1 19
1 0 0 0 0 1 10
1 0 1 0 0 0 12
1 0 1 1 0 1 12
1 0 1 0 0 0 7
0 1 1 1 0 0 12
1 0 0 0 0 0 11
0 0 0 1 0 0 3
0 0 0 0 0 0 8
1 0 0 0 0 0 10
0 0 1 0 1 0 13
21 15 17 18 21 10 527
135 Lampiran 3D Daya Beda Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini. W WH DB L n Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut. DB = Daya Beda (discriminating power, DP) WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah Kategorisasi Daya Beda: Drop : DB < 0 Buruk : 0 ≤ DB < 0,20 Cukup : 0,20 ≤ DB < 0,40
: 0,40 ≤ DB < 0,70 : 0,70 ≤ DB < 1,00
Baik Baik Sekali
Tabel Perhitungan Daya Beda No
Skor untuk item no Σ 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
L P S X Y U Z I
0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 1 1 0 1 1 0
0 0 1 1 1 1 0 1
0 0 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 1
0 1 0 1 0 0 1 0
1 0 1 1 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 1 0
0 1 1 0 1 0 0 0
1 0 1 1 0 1 0 1
0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0
0 1 1 0 0 1 1 0
0 0 1 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 1 1
0 0 1 0 1 0 0 1
0 0 0 1 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 1 1
1 0 0 0 1 0 1 0
0 0 0 0 1 1 0 0
1 0 0 0 0 1 0 1
1 0 1 1 0 1 0 0
1 1 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 1
0 0 1 1 0 0 0 1
0 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 1 1
Kelompok Atas
Subjek
10 10 11 11 12 13 14 15
136
0.11
0.67
0.56
0.44
0.11
buruk
baik
baik
baik
buruk
0.44
0.00 buruk
baik
0.44 baik
0.33
0.33 cukup
cukup
0.44 baik
0.00
0.44 baik
buruk
0.00 buruk
0.11
0.44 baik
0.22
0.67 baik
buruk
0.44 baik
cukup
0.56 baik
0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 5
0.33
0.67 baik
0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 4
cukup
0.33 cukup
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 2
0.56
-0.11 drop
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
baik
0.67 baik
0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 2 4
0.33
0.00 buruk
1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 2 5
cukup
0.44 baik
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 5
0.67
0.44 baik
0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 4
baik
0.33
baik baik sekali cukup
0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6
0.44
0.67
baik
0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4 2 -0.22
0.44
Keput u-san
0.89
Indek s DB
0.44
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 2 6
baik
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 2 3
0.44
0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 5
0.22
0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 5
baik
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 2 4 2 6 2 5 8
cukup
Kelompok Bawah
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 2 1 0 2 2 5 4 5
baik
Tidak dimasukkan dalam perhitungan
AC F H J T V AB AG E N W M O K AA R AH D G A AF WH WL
1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 3 3 4 2 0 0 3 1 2 3 0 3 4 1 1 3 1 0 5 7 8 6 6 8 6 5 6 3 6 2 7 7 6 7 7 4
drop
AD
15 17 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 19 19 20 21 21 21 21 23 26 28
137
Lampiran 3E Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Item No
Validitas
Derajat Kesukaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid
Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr Skr Skr Sdg Skr Sdg Sdg Skr Sdg Sdg Skr Skr Skr Sdg
Daya Pembeda drop baik cukup cukup baik baik cukup cukup cukup buruk baik drop cukup baik cukup cukup baik baik buruk cukup baik buruk baik buruk drop baik baik cukup buruk baik drop baik baik cukup cukup cukup cukup buruk cukup baik
Keputusan cukup baik baik baik baik baik sekali cukup baik baik buruk baik drop cukup baik baik baik baik baik buruk baik baik cukup baik buruk buruk baik baik baik buruk baik drop baik cukup baik cukup cukup buruk buruk cukup baik
Penetapan keputusan disamping didasarkan pada kriteria-kriteria tersebut juga didasarkan pada keterpenuhan indikator. Artinya, setiap indikator diwakili oleh satu atau lebih soal.
143
Lampiran 4 Hasil Pretest Kelas VIII - 1 Hasil pretest dari kelas VIII- 1 adalah sebagai berikut. 20.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
30.00
20.00
20.00
25.00
30.00
35.00
30.00
45.00
25.00
30.00
30.00
45.00
55.00
55.00
30.00
45.00
35.00
55.00
55.00
30.00
55.00
40.00
30.00
45.00
45.00
35.00
40.00
35.00
55.00
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 55 dan nilai minimum (Xmin) adalah 20. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R)
R
X max X min
c. Panjang Kelas (P) P
55 20 35 b. Banyaknya Kelas (K) K
1 3,3 log n 1 3,3 log 35 1 3,3 1,54 1 5,09 6,09 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
R K 35 6 5,83 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6
144
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas
Nilai
Frekuensi
Kelas
Tengah (xi)
(fi)
fi . xi
fi . xi2
20
-
25
19.5
22.5
7
157.5
3543.75
26
-
31
25.5
28.5
9
256.5
7310.25
32
-
37
31.5
34.5
5
172.5
5951.25
38
-
43
37.5
40.5
3
121.5
4920.75
44
-
49
43.5
46.5
5
232.5
10811.3
50
-
55
49.5
52.5
6
315
16537.5
Jumlah (∑)
207
225
35
1255.5
49074.8
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
1255,5 35 35,87
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 25,5
P = panjang kelas
= 6
n = banyaknya data
= 35
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 7 f = nilai frekuensi kelas median
= 9
145
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .35 7 25,5 6 2 9 25,5 6 1,17 25,5 7 32,5
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
b1 b P b1 b 2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 25,5
P = panjang kelas
= 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 9–7=2
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 9–5=4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
2 25,5 6 2 4 25,5 6 0,33 25,5 2 27,5
146
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 1255,5 49074
35
35 1 49074
1576280,25 35 34
49074 45036,58 34
4037,42 34
118,75 10,89
147
Lampiran 5 Hasil Pretest VIII - 2 Hasil pretest dari kelas VIII - 2 adalah sebagai berikut. 20.00
30.00
25.00
40.00
30.00
45.00
30.00
20.00
50.00
20.00
40.00
30.00
40.00
55.00
30.00
40.00
45.00
20.00
25.00
50.00
30.00
35.00
30.00
35.00
35.00
50.00
20.00
40.00
30.00
35.00
30.00
40.00
45.00
40.00
30.00
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 55 dan nilai minimum (Xmin) adalah 20. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R)
R
X max X min
c. Panjang Kelas (P) P
55 20 35 b. Banyaknya Kelas (K) K
1 3,3 log n 1 3,3 log 35 1 3,3 1,54 1 5,09 6,09 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
R K 35 6 5,84 6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
148
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas
Nilai
Frekuensi
Kelas
Tengah (xi)
(fi)
fi . xi
fi . xi2
20
-
25
19.5
22.5
7
157.5
3543.75
26
-
31
25.5
28.5
10
285
8122.5
32
-
37
31.5
34.5
4
138
4761
38
-
43
37.5
40.5
7
283.5
11481.8
44
-
49
43.5
46.5
3
139.5
6486.75
50
-
55
49.5
52.5
4
210
11025
Jumlah (∑)
207
225
35
1213.5
45420.8
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
1213,5 35 34,67
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 25,5
P = panjang kelas
= 6
n = banyaknya data
= 35
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 7 f = nilai frekuensi kelas median
= 10
149
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .35 7 25,5 6 2 10 25,5 6 1,05 25,5 6,3 31,8
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
b1 b P b1 b 2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 25,5
P = panjang kelas
= 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 10 – 7 = 3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 10 – 4 = 6
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
3 25,5 6 3 6 25,5 6 0,33 25,5 2 27,5
150
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 1213,5 45420,8
35
35 1 45420,8
1472582,25 35 34
45420,8 42073,78 34
3347,02 34
98,44 9,92
151
Lampiran 6 Hasil Posttest Kelas VIII - 1 Hasil pretest dari kelas VIII - 1 adalah sebagai berikut. 45.00
40.00
50.00
70.00
60.00
50.00
65.00
50.00
55.00
40.00
65.00
55.00
60.00
65.00
75.00
40.00
65.00
70.00
65.00
70.00
70.00
65.00
80.00
70.00
65.00
75.00
65.00
75.00
75.00
65.00
80.00
65.00
75.00
70.00
80.00
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 80 dan nilai minimum (Xmin) adalah 30. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R)
R
X max X min
c. Panjang Kelas (P) P
80 40 40 b. Banyaknya Kelas (K) K
1 3,3 log n 1 3,3 log 35 1 3,3 1,54 1 5,09 6,09 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
R K 40 6 6,67 7
Sehingga panjang kelasnya adalah 7.
152
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas
Nilai
Frekuensi
Kelas
Tengah (xi)
(fi)
fi . xi
fi . xi2
40
-
46
39.5
43
4
172
7396
47
-
53
46.5
50
3
150
7500
54
-
60
53.5
57
4
228
12996
61
-
67
60.5
64
10
640
40960
68
-
74
67.5
71
6
426
30246
75
-
81
74.5
78
8
624
48672
Jumlah (∑)
342
363
35
2240
147770
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
2240 35 64
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 60,5
P = panjang kelas
= 7
n = banyaknya data
= 35
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 + 4 = 11 f = nilai frekuensi kelas median
= 10
153
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .35 11 60,5 7 2 10 60,5 7 0,65 60,5 4,55 65,05
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
b1 b P b1 b 2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 60,5
P = panjang kelas
= 7
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 10 – 4 = 6
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 10 – 6 = 4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
6 60,5 7 6 4 60,5 7 0,6 60,5 4,2 64,7
154
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 2240 147770
35
35 1 5017600 35 34
147770
147770 143360 34
4410 34
129,706 `11,39
155
Lampiran 7 Hasil Posttest Kelas VIII - 2 Hasil pretest dari kelas VIII - 2 adalah sebagai berikut. 30.00
70.00
40.00
50.00
45.00
80.00
65.00
50.00
45.00
30.00
70.00
60.00
65.00
75.00
65.00
40.00
65.00
40.00
75.00
50.00
80.00
70.00
45.00
75.00
40.00
65.00
70.00
55.00
55.00
60.00
55.00
60.00
40.00
55.00
60.00
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmax) adalah 85 dan nilai minimum (Xmin) adalah 30. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. a. Rentang (R)
R
X max X min
c. Panjang Kelas (P) P
80 30 50 b. Banyaknya Kelas (K) K
1 3,3 log n 1 3,3 log 35 1 3,3 1,54 1 5,09 6,09 6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
R K 50 6 8,33 9
Sehingga panjang kelasnya adalah 9.
156
Tabel distribusinya adalah sebagai berikut. Kelas
Batas
Nilai
Frekuensi
Kelas
Tengah (xi)
(fi)
fi . xi
fi . xi2
30
-
38
29.5
34
2
68.00
2312.00
39
-
47
38.5
43
8
344.00
14792.00
48
-
56
47.5
52
7
364.00
18928.00
57
-
65
56.5
61
9
549.00
33489.00
66
-
74
65.5
70
4
280.00
19600.00
75
-
83
74.5
79
5
395.00
31205.00
Jumlah (∑)
312
339
35
2000.00 120326.00
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai ratarata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini. Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut. a. Rata-rata ( X ) X
f x f i
i
i
2000 35 57,14
b. Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me
1 nF b P 2 f
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 56.5
P = panjang kelas
= 9
n = banyaknya data
= 35
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 2 + 8 + 7 = 17 f = nilai frekuensi kelas median
= 9
157
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.
Me
1 .35 17 56,5 9 2 9 56,5 9 0,1 56,5 0,1 56,6
c. Modus (Mo) Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo
b1 b P b1 b 2
Dimana: b = batas bawah kelas median
= 56,5
P = panjang kelas
= 9
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
= 9–7=2
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 9–4=5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. Mo
2 56,5 9 2 5 56,5 9 0,29 56,5 2,61 59,11
158
d. Deviasi Standar (S) Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
f .x f . x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
120326
20002 35
35 1 4000000 35 34
120326
120326 114285,71 34
6040,29 34
177,66 `13,33
159
Lampiran 8 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas VIII 1 Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini. nilai posttest - nilai pretest N - gain nilai maksimum - nilai pretest sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut. a. g-tinggi : nilai G ≥ 0,70 b. g-sedang : nilai 0,30 ≤ G > 0,70 c. g-rendah : nilai G < 0,30 Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas VIII 1 sebagai kelompok A disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel Nilai N-Gain Kelas VIII 1 Nilai Subj ek
Nilai NGain
Kate-gori
65.00
0.22
Rendah
35.00
65.00
0.46
Sedang
T
35.00
60.00
0.38
Sedang
Sedang
U
35.00
55.00
0.31
Sedang
0.64
Sedang
V
55.00
65.00
0.22
Rendah
40.00
0.25
Rendah
W
30.00
75.00
0.64
Sedang
20.00
55.00
0.44
Sedang
X
40.00
75.00
0.58
Sedang
H
30.00
40.00
0.14
Rendah
Y
40.00
50.00
0.17
Rendah
I
35.00
80.00
0.69
Sedang
Z
30.00
60.00
0.43
Sedang
J
45.00
65.00
0.36
Sedang
AA
55.00
70.00
0.33
Sedang
K
25.00
50.00
0.33
Sedang
BB
55.00
65.00
0.22
Rendah
L
25.00
40.00
0.20
Rendah
CC
35.00
70.00
0.54
Sedang
M
30.00
65.00
0.50
Sedang
DD
30.00
65.00
0.50
Sedang
N
55.00
70.00
0.33
Sedang
EE
45.00
65.00
0.36
Sedang
O
45.00
80.00
0.64
Sedang
FF
30.00
70.00
0.57
Sedang
P
30.00
70.00
0.57
Sedang
GG
40.00
75.00
0.58
Sedang
Q
30.00
65.00
0.50
Sedang
HH
0.56
Sedang
R
45.00
70.00
0.45
Sedang
55.00 80.00 Rata-Rata
0,42
Sedang
Pretest
Posttest
N-Gain
Kate-gori
A
20.00
45.00
0.31
Sedang
B
20.00
50.00
0.38
C
25.00
75.00
D
45.00
E
Subj ek
Pretest
Posttest
R
55.00
Sedang
S
0.67
Sedang
65.00
0.36
30.00
75.00
F
20.00
G
160
Lampiran 9 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas VIII 2 Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini. nilai posttest - nilai pretest N - gain nilai maksimum - nilai pretest sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut. a. g-tinggi : nilai G ≥ 0,70 b. g-sedang : nilai 0,30 ≤ G > 0,70 c. g-rendah : nilai G < 0,30 Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas VIII 1 sebagai kelompok A disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel Nilai N-Gain Kelas VIII 2 Nilai
Nilai
Subj
N-Gain
Kate-
Subj
gori
ek
N-Gain
Kate-gori
40.00
0.076923
rendah
40.00
60.00
0.333333
Sedang
U
30.00
45.00
0.214286
rendah
Sedang
V
30.00
60.00
0.428571
Sedang
0.357143
Sedang
W
25.00
75.00
0.666667
Sedang
70.00
0.571429
Sedang
X
50.00
65.00
0.3
Sedang
50.00
45.00
-0.1
rendah
Y
45.00
40.00
-0.09091
rendah
H
40.00
40.00
0
rendah
Z
45.00
80.00
0.636364
Sedang
I
30.00
45.00
0.214286
rendah
AA
40.00
65.00
0.416667
Sedang
J
35.00
60.00
0.384615
Sedang
BB
50.00
50.00
0
rendah
K
25.00
40.00
0.2
rendah
CC
20.00
70.00
0.625
Sedang
L
20.00
30.00
0.125
rendah
DD
40.00
55.00
0.25
rendah
M
45.00
65.00
0.363636
Sedang
EE
30.00
65.00
0.5
Sedang
N
35.00
75.00
0.615385
Sedang
FF
55.00
75.00
0.444444
Sedang
O
30.00
55.00
0.357143
Sedang
GG
30.00
80.00
0.714286
Tinggi
P
40.00
50.00
0.166667
rendah
HH
40.00
55.00
0.25
Pre-
Post-
test
test
A
20.00
30.00
0.125
rendah
S
35.00
B
20.00
50.00
0.375
Sedang
T
C
30.00
65.00
0.5
Sedang
D
35.00
70.00
0.538462
E
30.00
55.00
F
30.00
G
ek
Pretest
Pos-ttest
rendah
161
Q
40.00
70.00
0.5
Sedang
R
20.00
40.00
0.25
rendah
II
30.00 Rata-rata
60.00
0.428571 0.335371
Sedang Sedang
162
Lampiran 10 Uji Normalitas Hasil Belajar (Posttest) Uji normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (chi square), yaitu: 2
X
Dimana:
Oi Ei
: :
Oi
E1 Ei
2
frekuensi observasi frekuensi ekspektasi (harapan)
Kriteria pengujian nilai kai kuadrat didasarkan pada ketentuan berikut ini. a. jika X2 hitung ≤ X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (Data berdistribusi normal) b. jika X2hitung > X2tabel,, maka Ho diterima dan Ha ditolak (data tidak berdistribusi normal) A. Kelas VIII 1 Perolehan Nilai Posttest Kelas VIII 1 45.00 50.00 75.00 65.00 75.00
40.00 55.00 40.00 80.00 65.00
50.00 40.00 65.00 70.00 80.00
70.00 65.00 70.00 65.00 65.00
60.00 55.00 65.00 75.00 75.00
50.00 60.00 70.00 65.00 70.00
65.00 65.00 70.00 75.00 80.00
Tabel Bantu Kai Kuadrat Kelas VIII 1 Kelas
fi.xi
xi
fi. Xi2
batas kelas
Z batas kelas
luas Z tabel
Ei
Oi
(Oi Ei)^2/Ei
1.6030
4
3.5843
3
0.2961
40
-
46
172
43
7396
39.5
-2.15
0.0458
47
-
53
150
50
7500
46.5
-1.54
0.1172
54
-
60
228
57
12996
53.5
-0.92
0.1995
6.9825
4
1.2739
61
-
67
640
64
40960
60.5
-0.31
0.2434
8.5190
10
0.2575
68
-
74
426
71
30246
67.5
0.31
0.1995
6.9825
6
0.1382
75
-
81
624
78
48672
74.5
0.92
0.1352
4.7320
8
2.2569
83.5
1.71
Jumlah
2240
363
147770
X2
4.1020
7.8069
163
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut. 1. Membuat tabel distribusi frekuensi. 2. Menentukan z batas kelas dengan rumus: Batas Kelas - X z S Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar. 3. Menentukan luas z tabel. 2,15 1,54 0,92 0,31 0,31 0,92 1,71 z batas kelas Luas z tabel 0,4842 0,4384 0,3212 0,1217 0,1217 0,3212 0,4564 Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 40 – 46 z 0,4842 0,4384 0,0458 b. Kelas 47-53 z = 0,4384 – 0,3212 = 0,1172 c. Kelas 54 – 60 z = 0,3212 – 0,1217 = 0,1995 d. Kelas 61 - 67 z = 0,1217 + 0,1217 = 0,2434 e. Kelas 68 - 74 z = 0,3212 – 0,1217 = 0,1995 f. Kelas 75 -81 z = 0,4564 – 0,3212 = 0,1352 4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus: E i f i luas z tabel 5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini. Oi Ei 2 2 X Ei 6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas. 7. Menguji hipotesis normalitas. Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung < X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal). B. Kelas VIII 2 Perolehan Nilai Posttest Kelas VIII 2 30.00 50.00 65.00 70.00 55.00
70.00 45.00 40.00 45.00 60.00
40.00 30.00 65.00 75.00 55.00
50.00 70.00 40.00 40.00 60.00
45.00 60.00 75.00 65.00 40.00
80.00 65.00 50.00 70.00 55.00
65.00 75.00 80.00 55.00 60.00
164
Tabel Bantu Kai Kuadrat Kelas VIII 2 Kelas
fi.xi
xi
fi. Xi2
batas kelas
Z batas kelas
luas Z tabel
Ei
Oi
(Oi Ei)^2/Ei
30
-
38
68
34
2312
29.5
-2.07
0.0616
2.1560
2
0.0113
39
-
47
344
43
14792
38.5
-1.40
0.155
5.4250
8
1.2222
48
-
56
364
52
18928
47.5
-0.72
0.2443
8.5505
7
0.2812
57
-
65
549
61
33489
56.5
-0.05
0.2556
8.9460
9
0.0003
66
-
74
280
70
19600
65.5
0.63
0.1675
5.8625
4
0.5917
75
-
83
395
79
31205
74.5 84.5
1.30
0.0766
2.6810
5
2.0059
85
-
93
Jumlah
2000
339
120326
2.05 X2
4.1126
Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut. 1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran 4, 5, 6, dan 7. 2. Menentukan z batas kelas dengan rumus: Batas Kelas - X z S Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar. 3. Menentukan luas z tabel. 2,07 1,40 0,72 0,05 0,63 0,30 1,05 z batas kelas Luas z tabel 0,4808 0,4192 0,2642 0,0199 0,2357 0,4032 0,4798 Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut. a. Kelas 30 – 38 z = 0,4808 – 0, 4192= 0,0648 b. Kelas 39 – 497 z = 0, 4192– 0, 2642= 0,9339 c. Kelas 48 – 56 z = 0, 2642– 0, 0199= 0,2443 d. Kelas 57 – 65 z = 0, 0199+ 0, 2357= 0,4347 e. Kelas 66 – 74 z = 0, 4032– 0, 2357= 0,1675 f. Kelas 75 – 83 z = 0, 4798– 0, 4032= 0,0766
165
4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus: E i f i luas z tabel 5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus: O Ei 2 X2 i Ei 6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas. 7. Menguji hipotesis normalitas. Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung < X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
166
Lampiran 11
Uji Homogenitas Hasil Belajar (Posttest) Untuk menguji homogenitas varians kedua data hasil posttest digunakan uji F berdasarkan rumus berikut ini. V F 1 V2 dimana: V1 : varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang mempunyai deviasi standar terbesar. V2 : varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang mempuyai deviasi standar terkecil. Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini. a. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians yang homogen) b. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians yang tidak homogen). A. Tabel Bantu Uji F Tabel Bantu Uji F Kelas VIII 1 Batas Nilai Tengah Frekuensi Kelas fi . xi fi . xi2 Kelas (xi) (fi) 40 - 46 47 - 53 54 - 60 61 - 67 68 - 74 75 - 81 Jumlah (∑)
Kelas 30 - 38 39 - 47 48 - 56 57 - 65 66 - 74 75 - 83 Jumlah (∑)
39.5 46.5 53.5 60.5 67.5 74.5 342
43 50 57 64 71 78 363
4 3 4 10 6 8 35
172 150 228 640 426 624 2240
Tabel Bantu Uji F Kelas VIII 2 Batas Nilai Tengah Frekuensi fi . xi Kelas (xi) (fi) 29.5 38.5 47.5 56.5 65.5 74.5 312
34 43 52 61 70 79 339
2 8 7 9 4 5 35
166
68.00 344.00 364.00 549.00 280.00 395.00 2000.00
7396 7500 12996 40960 30246 48672 147770
fi . xi2 2312.00 14792.00 18928.00 33489.00 19600.00 31205.00 120326.00
167
B. Perhitungan Nilai Deviasi Standar 1. Kelas VIII 1
f .x f .x f f 1
2
i
S
i
2 ii
i
i
i
2 2240 147770
35
35 1 5017600 35 34
147770
147770 143360 34
4410 34
129,706 `11,39
2. Kelas VIII 2
f .x f .x f f 1
2
i
S1
i
2 ii
i
i
i
120326
20002 35
35 1 4000000 35 34
120326
120326 114285,71 34
6040,29 34
177,66 `13,33
168
C. Menentukan Nilai Fhitung dan Menguji Hipotesis Homogenitas Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data, maka nilai Fhitung-nya adalah: V S 1 1 2 V 2 S 2 2
Fhitung
13,33 2 11,39 2 177,689 129,732 1,370 Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (34;34), sehingga nilai Ftabel = 1,8004. Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (kedua data memiliki varians yang homogen).
169
Lampiran 12 Uji Hipotesis
Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat normal dan homogen (Lampiran 10 dan 11), maka rumus uji t yang digunakan adalah: X1 X 2 t 1 1 dsg n1 n 2 dimana: X 1 = rata-rata data kelompok A X 2 = rata-rata data kelompok B dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B n1 = jumlah data kelompok A n2 = jumlah data kelompok B Kriteria penentuan keputusan uji t adalah: a. jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak b. jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut. 1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui. Dari nilai posttest diperoleh: X 1 = 64 X 2 = 57,14 V1 = S12 = (13,33)2 = 177,689 V2 = S22 = (11,39)2 = 129,732
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
dsg
n1 1V1 n2 1V2 n1 n2 2
35 1177,689 35 1129,732 35 35 2
6041,426 4410,888 68
10452,314 68
153,711 12,398
170
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh. X1 X2 t hitung 1 1 dsg n1 n 2
64 57,14 12,398
1 1 35 35 6,86
12,398 0,0286 0,0286 6,86 12,398 0,239 6,86 2,96 2,3176 4. Menentukan nilai ttabel Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah: dk = n1 + n2 – 2 = 35 + 35 – 2 = 68 pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi. t(0,95)(60) = 2,000 t(0,95)(120) = 1,980 dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=68 sebagai berikut. 8 t 0,95 68 2,000 (2,00 1,980) 60 2,000 0,0027 1,9973 Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah: t(0,99)(60) = 2,660 t(0,95)(120) = 2,617 jadi nilai ttabel dengan dk = 67 diperoleh 8 t 0,95 68 2,660 (2,660 2,617) 60 2,660 0,0057 2,654 5. Menguji Hipotesis Karena baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5% nilai thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. 6. Memberikan interpretasi Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 5% dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan PBI dengan yang menggunakan Cooperative learning.