PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING(PBL) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-E SMP NEGERI 3 MALINAU BARAT PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN
ARTIKEL
Oleh: Roy Sepdoni NIM 608311454736
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JULI 2013
Pembelajaran Problem Based Learning(PBL) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 3 Malinau Barat Pada Materi Garis Singgung Lingkaran Roy Sepdoni Universitas Negeri Malang Pembimbing (I), Dr. Sisworo, M.Si Pembimbing (II), Drs. Slamet, M.Si E-mail:
[email protected] Abstrak: Di SMP Negeri 3 Malinau Barat, guru matematikanya masih menerapkan metode pembelajaran konvensional untuk materi garis singgung lingkaran sehingga mengakibatkan siswa sering keliru dalam menerapkan rumus tanpa mengetahui maknanya. Hal ini berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah. Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah yang dialami siswa adalah menggunakan pembelajaran PBL. Dalam PBL pembelajaran dipusatkan pada siswa dengan melalui pemberian masalah di awal pembelajaran yang nantinya mampu membawa siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan mempunyai keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan PBL untuk melihat prestasi belajar siswa kelas VIII-E SMP Negeri 3 Malinau Barat pada materi garis singgung lingkaran. Proses pelaksanaan pembelajaran di awali dengan orientasi siswa kepada masalah, selanjutnya guru mengorganisasi siswa untuk belajar dan membimbingnya dalam penyelidikan individual maupun kelompok kemudian diakhiri dengan penyajian hasil karya dan evaluasi. Dari hasil tes akhir pembelajaran dalam penelitian ini menunjukkan bahwa presentase banyaknya siswa yang tuntas belajar pada materi garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah 97,4%. Sesuai dengan KKM yang ditetapkan SMP Negeri 3 Malinau Barat, bahwa pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila ≥75% dari siswa mendapat nilai minimal 65 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PBL dalam penelitian ini berhasil. Kata kunci: Pembelajaran, PBL, Garis Singgung, Lingkaran, Prestasi belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis saat melakukan praktek pembelajaran lapangan(PPL) dan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 9 Malang serta hasil pengamatan penulis saat melakukan observasi di SMP Negeri 3 Malinau Barat, sebagian besar menyatakan bahwa pembelajaran terutama untuk meteri garis singgung lingkaran masih menggunakan metode konvensional yang pada umumnya berakibat siswa hanya menghafal rumus-rumus. Siswa sering terjebak dalam penggunaan rumus karena kebanyakan siswa menerapkan rumus itu tanpa mengetahui makna dari rumus tersebut, terlebih lagi mereka mengabaikan sifat ketegaklurusan garis singgung lingkaran terhadap diameter atau jari-jari lingkaran yang melalui titik singgung lingkaran. Pada akhirnya mereka juga mengalami kesalahan dalam penerapan teorema pythagoras dalam menentukan panjang garis singgung lingkaran. Sehingga nilai ulangan matematika siswa masih banyak yang tidak memenuhi nilai standar batas tuntas, yaitu mencapai 65% siswa yang tidak tuntas belajar.
Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar yang akan dicapai siswanya. Dalam hal ini penguasaan materi dan cara pemilihan pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai akan menentukan tercapainya tujuan pengajaran. Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai. (Sanjaya, 2005 : 99). Ellis dan Foults (2000:2) mengemukakan bahwa pembelajaran kelompok dapat meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan model-model tertentu dalam pembentukannya. Sehingga tercipta pola interaksi tertentu diantara anggota kelompok. Salah satunya dengan Problem Based Learning. Sesuai yang diungkapkan Moedjiono dan Dimyati (1992) tentang strategi belajar mengajar pembelajaran yang dapat dikatakan optimal adalah pembelajaran dimana guru tidak hanya menjelaskan saja tetapi siswa yang harus lebih aktif untuk mencari tahu dan membangun sendiri pengetahuannya dan peran guru sebagai fasilitator dan motivator, hal tersebut bertujuan agar siswa menjadi lebih mandiri/terampil dan aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Penanganan permasalahan seperti diuraikan di atas memerlukan suatu upaya praktis yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Joyce (2007:5) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Boud & Felleti (1991) menyatakan bahwa Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan model-model pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning). Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Prolem Based Learning. Model pembelajaran Prolem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran yang sangat ideal diterapkan dalam pembelajaran IPA khusus nya bidang studi matematika karena problem based learning adalah pembelajaran pembelajaran yang mengutamakan model kerjasama antara siswa dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang akan dibimbing oleh guru atau dengan kata lain guru hanya berperan sebagai fasilator. Gallagher, Shelagh A & Stepien, William J. (1995). Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Problem Based Learning(PBL) Untuk Meningkatkan prestasi Belajar Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 3 Malinau Barat Pada Materi Garis Singgung Lingkaran”. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan pendekatan kualitatif yang terdiri dari beberapa siklus. Masingmasing pertemuan terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi (Kemmis dan Mc. Taggart, 1998). Kehadiran peneliti di lapangan adalah wajib sifatnya. Pada penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong 2007: 9). Peneliti berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2007: 9). Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Malinau Barat yang beralamatkan di bertempat di Jalan Cipta Utama Kuala Lapang, RT,VI. Kec. Malinau Barat. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII-E yang terdiri dari 39 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei semester genap tahun ajaran 2012/20013. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa (1) hasil observasi selama proses pembelajaran yang berpedoman pada lembar observasi, (2) hasil catatan lapangan, (3) hasil tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan, (4) dokumentasi berupa foto-foto aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perangkat pembelajaran yang digunakan adalah RPP dan Lembar kerja siswa. Hasil observasi yang dilakukan akan dianalisis dengan memberikan skor untuk penentuan kategori. Persentase keberhasilan =
Deskriptor yang muncul X 100% Deskriptor maksimal
(Sumber: diadaptasi dari Suharsimi Arikunto, dalam, Eva Widiyana. 2009)
Kemudian hasil perhitungan persentase keberhasilan tindakan pada masingmasing tahapan pembelajaran selama pembelajaran problem based learning yang diperoleh akan dibandingkan dengan penentuan skor klasifikasi pada tabel berikut ini. Penentuan Skor Klasifikasi Observasi aktifitas Guru Persentase Keberhasilan Taraf Tindakan Keberhasilan 85%-100% 70%-85% 65%-70% 50%-65% 0%-50%
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang
Catatan lapangan merupakan catatan lain di luar data hasil tindakan yang terjadi selama proses pembelajaran. Lembar catatan lapangan berupa form untuk mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama pembelajaran berlangsung sehingga tidak ada data yang terlewatkan. Menurut bogdan dan bikhen (dalam Moleong, 2002:153) catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan diaplikasikan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan ini memuat hal-hal penting saat proses pembelajaran berlangsung yang tidak tercantum dalam lembar observasi. Data hasil tes siswa dianalisis dengan membandingkan persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada pembelajaran Problem Based learning tiap
pertemuan. Sedangkan persentase ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan cara membandingkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dengan jumlah siswa secara keseluruhan (siswa maksimal) kemudian dikalikan 100%. Siswa yang tuntas X 100% Persentase ketuntasan belajar klasikal = Siswa maksimal Data hasis dokumentasi yang diperoleh berupa foto-foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dokumentasi foto ini digunakan sebagai gambaran konkret aktifitas-aktifitas pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Hasil Penelitian Hasil penelitian utama yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi, LKS, dan data hasil tes. Yang pertama hasil observasi aktifitas guru seperti yang tersaji pada tabel berikut. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Observer Observasi Aktivitas Guru Pertemuan KeSkor Kategori I 51 Sangat baik 1 II 42 Baik I 52 Sangat baik 2 II 51 Sangat baik I 52 Sangat baik 3 II 52 Sangat baik Rata-rata 50,00 Sangat baik
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas peneliti dalam melaksanakan pendekatan PBL selama proses pembelajaran berlangsung menghasilkan skor rata-rata 50,00. Hal ini berarti bahwa taraf keberhasilan pelaksanaan aktivitas peneliti dalam melaksanakan pendekatan PBL termasuk dalam kategori “sangat baik”. Maka dalam penelitian ini hasil observasi pelaksanaan pendekatan PBL oleh peneliti dikatakan dapat mendukung keberhasilan pembelajaran matematika. Yang kedua data hasil observasi aktifitas siswa yang sudah dianalisis tersaji pada tabel berikut. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Observer Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan KeSkor Kategori I 40 SangatBaik 1 II 39 Baik I 43 Sangat baik 2 II 40 Sangat baik I 45 Sangat baik 3 II 44 Sangat baik Rata-rata 41,33 Sangat baik
Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung menghasilkan skor rata-rata 41,33. Hal ini berarti taraf
keberhasilan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori “Sangat baik”. Yang ketiga data laporan lembar kerja siswa selama pembelajaran tersaji pada tabel berikut. Tabel Hasil lembar kegiatan tiap pertemuan. Pertemuan Lembar Kegiatan Siswa keA 1 28 I 2 25 1 27 II 2 25 1 27 III 2 27 Jumlah 159 Persentase (%) 67,95
Perolehan nilai siswa A B+ B B9 0 0 2 10 2 2 0 12 0 0 0 9 3 2 0 12 0 0 0 7 3 2 0 59 8 6 2 25,21 3,41 2,56 0,85 -
C+ 0 0 0 0 0 0 0 0
C 0 0 0 0 0 0 0 0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa mendapat nilai A, hal ini dilihat dari persentase banyaknya siswa yang mendapat nilai A adalah sebanyak 67,95 %. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa siswa sebagian besar memahami konsep yang dibahas selama pembelajaran dengan pendekatan PBL. Yang keempat data ketuntasan belajar siswa selama pembelajaran tersaji pada tabel berikut. Tabel Hasil Tes Tes 1 Siswa yang tuntas (nilai minimal 65) Siswa yang tidak tuntas (nilai di bawah 65)
Banyak Siswa 38 1
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase banyaknya siswa yang tuntas dalam mengerjakan soal tes adalah sebanyak 97,44% sedangkan persentase banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam mengerjakan soal tes adalah sebanyak 2,56%. Hal ini berarti siswa memahami materi yang dibahas pada pembelajaran PBL mulai pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Pembahasan Pembentukan kelompok pada pembelajaran PBL diatur agar siswa berpasangan secara heterogen, dalam artian pegelompokan ini tidak mebedakan status sosial siswa. Hal ini dilakukan agar terjadi pemerataan dalam hasil belajar, sehingga siswa yang berkemampuan kurang akan dibantu oleh siswa yang berkemampuan sedang atau tinggi. Karena dalam bekerja kelompok, siswa bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Kemudian dari kelompok dan pasangan siswa yang terbentuk tersebut akan saling membantu satu sama lain sebagai kelompok dan siswa akan dihadapkan dengan masalah-masalah nyata yang memberi rangsangan untuk belajar sesuai dengan tahapan pembelaran PBL. Dalam hal ini siswa diberikan masalah yang struktur sebelum mereka diberikan materi pelajaran agar siswa mampu menemukan sendiri konsep.
Pembelajaran PBL memberikan pada siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Ada kecenderungan bahwa siswa akan lebih mudah menerima dan memahami informasi sendiri daripada penjelasan dari guru. Pada saat pembelajaran PBL berlangsung guru berperan sebagai fasilitator membimbing siswa jika mengalami kesulitan, dan di akhir pembelajaran guru mengarahkan siswa untuk menemukan kesimpulan sendiri tentang apa yang telah dipelajari. Dengan pembelajaran PBL, prestasi belajar siswa akan meningkat karena siswa dilatih untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri serta mendorong siswa dapat berfikir kreatif, imajinatif, refleksi, tentang model dan teori, mengenalkan gagasan- gagasan pada saat yang tepat, mencoba gagasan baru, mendorong siswa untuk memperoleh kepercayaan diri serta bersoasialisasi dengan sesama sehingga konsep akan dipahami siswa secara lebih mendalam dan lebih tahan lama. Berdasarkan hasil refleksi dari tiap pertemuan ditemukan kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran dan akan dilakukan perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Pada kegiatan perencanaan tindakan, peneliti memperbaiki tahapan-tahapan dari pertemuan sebelumnya, yaitu peneliti lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk beragumen dan bertanya, peneliti menekankan pada pembuatan dan penulisan kesimpulan, peneliti memotivasi siswa agar lebih aktif berdiskusi dan semangat mengikuti pembelajaran matematika, dan peneliti memberikan pendalaman materi secara singkat kepada siswa. Hasil tes pembelajaran matematika dengan menggunakan Problem Based Learning menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa dari semua aspek (pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah) adalah 97,4 % (38 siswa dari 39 siswa) tuntas belajar dengan rincian untuk aspek pemahaman konsep 93% siswa tuntas belajar, untuk aspek penalaran dan komunikasi 90% siswa tuntas belajar dan untuk aspek pemecahan masalah 79,5% (31 siswa dari 39 siswa) tuntas belajar. Jika dilihat dari kriteria ketuntasan minimal(KKM) suatu pembelajaran yang ditetapkan SMP Negeri 3 Malinau Barat, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan PBL dalam penelitian ini dikatakan telah berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa karena berdasarkan rata-rata nilai siswa dari semua aspek pada soal tes akhir, siswa yang tuntas sudah melebihi angka 75% dari keseluruhan jumlah siswa kelas VIII E, serta persentase nilai LKS dan hasil observasi aktivitas yang didapat siswa tiap pertemuan mengalami peningkatan. Sardiman (1990:87) menyatakan bahwa melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetisi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini akan menjadi salah satu keinginan setiap individu. Pada proses kegiatan pembelajaran dapat diciptakan suasana kompetisi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi. Menurut Sardiman (1990:92) saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai motivasi untuk mendorong belajar siswa. Dengan adanya peningkatan prestasi belajar dan ketuntasan belajar yang didapat oleh siswa maka dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti pembelajaran PBL mengalami peningkatan. Begitu pula dengan jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Langkah-langkah inti pembelajaran PBL yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-E SMP Negeri Malinau Barat pada materi garis singgung lingkaran adalah sebagai berikut. i.
ii.
iii.
iv.
v.
Fase orientasi siswa kepada masalah dalam fase ini peneliti(guru) menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut, peneliti menjelaskan bahan yang diperlukan dan peneliti melakukan tindakan memberi penjelasan lisan klasikal setelah selesai memberi penjelasan lisan klasikal peneliti memberi intruksi lisan klasikal dengan meminta siswa menjawab beberapa soal yang dituliskan di papan tulis. Sehingga siswa dapat lebih termotivasi, aktif berdiskusi dalam kelompok, dan siswa memiliki semangat mengikuti pembelajaran. Fase mengorganisasikan siswa untuk belajar dalam fase ini membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa kelompok secara heterogenitas, serta membagi LKS, dan guru membimbing siswa memecahkan masalah yang belum dapat dipecahkan oleh siswa serta mengorganisasikan tugas belajar serta memberi intruksi/perintah lisan klasikal setelah selesai memberi intruksi/perintah peneliti memberikan penjelasan lisan klasikal, sehingga siswa terarahkan pada awal diskusi kelompok. Fase membimbing penyelidikan idividu maupun kelompok dalam fase ini pada saat diskusi, peneliti berperan sebagai fasilitator mengontrol dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan, peneliti mendorong siswa untuk mengumpulkan ninformasi yang sesuai permasalahan dan mendorong siswa melaksanakan diskusi kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah dan peneliti melakukan tindakan memberi penjelasan lisan yang diikuti dengan demontrasi secara individu setelah selesai memberi penjelasan lisan yang di ikuti dengan demontrasi secara individu peneliti memberi memberi intruksi/perintah lisan individu yang diikuti dengan demonstrasi secara individu dengan memberikan banyak kesempatan kepada siswa. Sehingga siswa dapat lebih berani untuk berargumen dan bertanya untuk memahami materi yang dipelajari. Fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya dalam fase ini peneliti memilih secara acak perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan memberi kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi. Pada fase ini peneliti melakukan tindakan memberi intruksi lisan individu setelah memberi intruksi lisan individu peneliti memberi penjelasan klasikal yang diikuti demostrasi secara klasikal. Sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang dipelajari serta merencanakan dan menyiapkan karya seperti laporan, model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah pada fase ini peneliti membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, peneliti membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses.Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan memberi penjelasan lisan individu setelah memberi penjelasan lisan individu peneliti memberik
intruksi/perintah secara klasikal menuliskan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Sehingga siswa dapat mencapai indikator prestasi belajar siswa. 2) Dari hasil tes akhir pembelajaran dalam penelitian ini menunjukkan bahwa presentase banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 97,4%. Sesuai dengan KKM yang ditetapkan SMP Negeri 3 Malinau Barat, pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila ≥75% dari siswa mendapat nilai minimal 65 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PBL dalam penelitian ini berhasil. 3) Dari tiap pertemuan, hasil observasi aktivitas siswa masuk dalam kategori “Sangat Baik” dan hasil observasi aktivitas guru masuk dalam kategori “Sangat Baik” Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan terhadap penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat diajukan peneliti, sebagai berikut. 1) Penelitian ini hanya dilaksanakan pada materi garis singgung lingkaran. Bagi peniliti yang menginginkan untuk meneliti lebih lanjut diharapkan untuk dikembangkan dan diterapkan pada pokok bahasan lain yang memungkinkan diterapkannya pembelajaran PBL. 2) Pembelajaran PBL dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran di kelas karena terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Guru sebaiknya menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang baru, seperti pembelajaran PBL karena strategi ini terdiri dari langkah-langkah pembelajaran yang sederhana sehingga sangat mudah diterapkan.
DAFTAR RUJUKAN
Kemmis, S., &Mc Taggart, R. 1998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press. Koes, Supriyono. 2000. Kajian Pola Interaksi Kelompok Teman Sebaya dan Dampaknya. Penelitian tidak di terbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Gallagher, Shelagh A & Stepien, William J. 1995. Implementing Problem-Based Learning in Science Classroom. School Science and Mathematics. 0nline.(www.interscience.wiley.com). Boud, D dan Felleti. 1997. The Challenge of Problem-Based Learning. London:Kogapage Limited, online. (www.interscience.wiley.com). Sadirman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : CV. Rajawali. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media. Usman, S. 2004. Pengaruh PBL Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas V SDN Kiduldalem I Kecamatan Klojen Kota Malang. Skripsi. Malang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi pustaka. Wardani, IGAK dan Wihardit, Kuswaya. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.