JURNAL TEKNIK POMITS
1
Perbaikan Proses Bisnis Skala Mikro Usaha Budidaya Jamur Tiram “Win Jamur” di Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang Zulvah , Trisunarno, L. , Syarudin, B. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] ;
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak— Ketidakberdayaan industri jamur nasional disebabkan oleh keterbatasan pengelolaan usaha baik aspek teknis maupun non teknis. “Win Jamur” merupakan sebuah UMKM budidaya jamur tiram rumahan milik Bapak Dwi Winarto yang dimulai sejak tahun 2012. Produksi “Win Jamur” selama tahun 2012-2013 sangat fluktuatif dan cenderung menurun di akhir tahun 2013. Minimnya pengetahuan pemilik UMKM dalam mengelola proses bisnis usaha budidaya jamur tiram menyebabkan pengelolaan usaha “Win Jamur” masih sangat tradisional dan tidak sistematis. Sehingga sering terjadi kendala selama menjalankan usaha tersebut. Penelitian ini akan mencoba memperbaiki proses bisnis melalui pemetaan proses bisnis yang komprehensif dan akurat. Penelitian ini menggunakan metode IDEF0 untuk melakukan pemetaan proses bisnis sedangkan untuk identifikasi urutan proses bisnis kritis, penyebab kegagalan, dan identifikasi durasi waktu produksi menggunakan FMEA, RCA, dan, CPM. Selain itu juga dilakukan penyusunan rekomendasi perbaikan serta implementasi yang disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan “Win Jamur”. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa urutan proses bisnis produksi kritis terletak pada proses pengukusan, pengecekan bahan baku, dan proses inkubasi. Penyebab kritis dikelompokkan ke dalam 5 aspek yaitu man, machine, material, method, dan environment. Rekomendasi perbaikan yang diberikan meliputi adanya, penambahan jumlah tenaga kerja, pemasangan alat pengatur suhu, penyusunan SOP, dan perancangan layout baru. Kata Kunci— Proses Bisnis, Budidaya Jamur Tiram, IDEF0, Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Root Cause Analysis (RCA), Critical Path Method (CPM)
permintaan pasar luar negeri (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI), 2007). Ketidakberdayaan industri jamur nasional disebabkan baik hal teknis seperti ketersediaan benih, aplikasi teknologi, metode pengolahan dan hal nok teknis seperti permodalan. Karena itu, produksi jamur Indonesia memerlukan penataan dari mulai rantai pemasok hingga ke gerai domestik dan luar negeri, peningkatan kerjasama, peningkatan ketrampilan SDM, penelitian dan transfer teknologi, memfasilitasi kemitraan petani dan pengusaha sampai eksportir, hingga permodalan (Dimyati, 2011). Menurut Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2013), Jawa Timur merupakan salah satu daerah sentra penghasil jamur terbanyak di Indonesia yakni menghasilkan lebih dari 50% produksi jamur nasional. Namun produksi jamur di Jawa Timur bersifat fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan di tahun-tahun terakhir. Kabupaten Malang merupakan salah satu wilayah penghasil jamur tiram putih di provinsi Jawa Timur. Petani jamur tiram putih di wilayah Malang tersebar di beberapa kecamatan. Salah satu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) jamur tiram putih yang terletak di Kecamatan Lawang adalah usaha budidaya jamur tiram rumahan “Win Jamur”. Usaha budidaya jamur tiram rumahan “Win Jamur” ini adalah milik Bapak Dwi Winarto yang dimulai sejak tahun 2012 di desa Turirejo Kecamatan Lawang Kabupaten Lawang. Usaha budidaya jamur tiram saat ini merupakan salah satu kegiatan usaha yang bisa dijadikan pilihan alternatif pekerjaan untuk dikembangkan dalam skala rumah tangga. Berikut ini adalah hasil produksi “Win Jamur” selama 2 tahun.
I. PENDAHULUAN Jamur adalah sayuran yang dapat dikonsumsi sebagai makanan atau sebagai obat-obatan. Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi jamur berpengaruh positif terhadap permintaan jamur itu sendiri. Menurut N. S. Adiyuwono (2007) permintaan jamur terus meningkat sekitar 20% – 25% per tahun. Potensi jamur dapat juga dilihat dari besarnya permintaan pasar luar negeri. Namun, saat ini tingginya permintaan jamur tidak dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Produksi jamur Indonesia hanya mampu memenuhi 50% dari permintaan pasar dalam negeri.dan belum termasuk
Gambar 1. Produksi “Win Jamur” 2012-2013
JURNAL TEKNIK POMITS Berdasarkan gambar 1.1 menunjukkan bahwa produksi “Win Jamur” sangat fluktuatif dan cenderung menurun beberapa bulan terakhir di tahun 2013. Rata–rata produksi “Win Jamur” adalah 60 kg–190 kg/bulan. Pengelolaan proses produksi “Win Jamur” masih sangat tradisional. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan pemilik UMKM dalam mengelola proses bisnis produksi dalam budidaya jamur tiram. Sehingga sering terjadi kendala selama menjalankan usaha tersebut, seperti permasalahan dalam proses penjadwalan produksi, proses pengadaan material, perancangan layout, dan proses produksi lainnya. Padahal harga jual jamur hasil produksi “Win Jamur” berada di atas rata-rata harga jual jamur tiram di pasar Lawang yaitu Rp 11.000,00/kg, sedangkan harga di pasaran berkisar Rp 9.000,00 – Rp 10.000,00/kg. Dalam sehari “Win Jamur” dapat melakukan panen satu hingga dua kali. Saat ini “Win Jamur” hanya bisa memenuhi kebutuhan pasar di Lawang dan sekitarnya karena keterbatasan kapasitas produksi. Walaupun sebenarnya sudah ada permintaan yang datang dari daerah Malang hingga Surabaya (Winarto, 2013). Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan sebuah perbaikan proses bisnis produksi untuk meningkatkan performansi usaha melalui pemetaan proses bisnis yang komprehensif dan akurat. Dengan melakukan pemetaan proses bisnis dapat diketahui hal – hal kritis yang terjadi dalam usaha ”Win Jamur” dan mitigasinya, serta dapat menjadi role model pengembangan bisnis usaha budidaya jamur rumahan di desa Turirejo. Pemetaan proses bisnis merupakan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membantu memahami proses yang sedang berlangsung. Pemahaman ini digunakan untuk menilai apakah kinerja dari proses-proses tersebut berlangsung dengan baik untuk dipertahankan atau kurang baik untuk selanjutnya diperbaiki. Pemetaan proses bisnis produksi dilakukan dengan menggunakan metode Integration DEFinition Language 0 (IDEF0). IDEF0 didesain untuk memungkinkan suatu pengembangan yang fleksibel dari deskripsi fungsi-fungsi sistem sampai pada proses dekomposisi fungsi dan pengkategorian hubungan-hubungan antara fungsifungsi (Mayer, 1992). Untuk mengetahui proses kritis dari proses yang telah dipetakan, digunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA merupakan sebuah prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) serta kemudian dilakukan pembobotan untuk mendapatkan prioritas terhadap potensi kegagalan yang harus diperbaiki. Setelah melakukan identifikasi proses bisnis produksi dan menemukan urutan proses bisnis produksi kritis, langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi penyebab kritis/kegagalan dari masing – masing proses bisnis produksi tersebut dengan menggunakan pendekatan Root Cause Analysis (RCA). Pendekatan ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab kegagalan dari proses bisnis produksi sehingga perbaikan yang dilakukan sesuai sesuai dengan kebutuhan setiap proses. Setelah dilakukan identifikasi urutan proses bisnis kritis beserta penyebabnya, juga dilakukan identifikasi lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi menggunakan metode Critical Path Method (CPM). CPM
2 merupakan suatu metode yang digunakan untuk memprediksi waktu yang dibutuhkan dan mengidentifikasi jalur atau item pekerjaan yang kritis (Suanda, 2011). Jika memungkinkan perbaikan proses bisnis produksi tersebut akan diimplementasikan pada usaha “Win Jamur”. Proses impelementasi perbaikan akan disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan dari “Win Jamur”. Di akhir penelitian juga akan dilakukan pemodelan proses bisnis yang telah diperbaiki dengan menggunakan IDEF0. Pada penelitian ini, parameter dalam identifikasi urutan proses bisnis kritis adalah risiko, waktu dan kualitas hasil produksi yakni berupa jamur tiram. Sehingga dapat diketahui proses yang berpotensi menyebabkan keterlambatan dan penurunan kualitas dalam usaha “Win Jamur”. Dengan pendekatan tersebut diharapkan mampu memperbaiki proses bisnis usaha “Win Jamur” dan meningkatkan performansi usaha.
II. URAIAN PENELITIAN A. Tahapan Identifikasi dan Perumusan Masalah Pada tahap ini diawali dengan melakukan studi lapangan berupa observasi dan wawancara langsung kepada pemilik “Win Jamur”. Pada tahapan ini akan dilakukan identifikasi permasalahan yang terjadi sehingga dapat ditentukan tujuan apa yang akan dicapai dalam penelitian ini. Selain itu juga akan dilakukan studi literatur untuk memperkuat pemahaman dan pendalaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan. B. Tahapan Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting UMKM “Win Jamur”. Data-data tersebut berasal dari proses bisnis “Win Jamur” seperti, data produksi, alur proses bisnis produksi dan durasi waktu masing-masing proses bisnis produksi, dll. C. Tahapan Pengolahan Data Pada tahap ini, data yang telah didapatkan pada tahap sebelumnya diolah untuk mencapai tujuan penelitian. Tahap pengolahan data terbagi menjadi 5 tahap yaitu : Identifikasi proses bisnis dilakukan dengan menggunakan Integration DEFinition Language 0 (IDEF0) untuk memetakan proses bisnis Identifikasi urutan proses bisnis kritis dilakukan dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Identifikasi penyebab kritis/kegagalan pada proses bisnis produksi “Win Jamur” dilakukan dengan menggunakan RCA (Root Cause Analysis) Identifikasi lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi dilakukan dengan menggunakan CPM (Critical Path Method) Penyusunan rekomendasi perbaikan kepada “Win Jamur” D. Tahapan Analisis dan Interpretasi Data Pada tahapan ini dilakukan analisis dan interpretasi terkait berbagai data yang dihasilkan melalui tahapan pengolahan data. Tahapan ini berisi mengenai analisis dan
JURNAL TEKNIK POMITS interpretasi data terkait pemetaan proses bisnis dan analisis faktor penyebab terjadinya proses bisnis kritis, serta implementasi rekomendasi perbaikan yang telah dirancang oleh penulis. Analisis Pemetaan Proses Bisnis Analisis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Analisis Faktor Penyebab Kegagalan Analisis Waktu Siklus Produksi Analisis Rekomendasi Perbaikan E. Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini, akan disusun kesimpulan dan saran, dimana kesimpulan dan saran diberikan terhadap hasil analisa dan interpretasi yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya diawal penelitian. Saran yang diberikan dibagi menjadi dua, yaitu saran untuk penelitian selanjutnya dan obyek amatan.
3 rekomendasi perbaikan diimplementasikan pada proses bisnis produksi “Win Jamur” dan mampu mengurangi waktu produksi, risiko, dan meningkatkan kualitas. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali siklus produksi dengan kapasitas 5000 baglog adalah 103 hari, namun setelah perbaikan waktu produksi menjadi 98 hari dan tingkat defect sebesar 7% dari kondisi awal 10%. Keuntungan penjualan juga mengalami peningatan sebesar 16,1%. Jika rekomendasi perbaikan diimplementasikan secara keseluruhan maka akan terjadi penurunan waktu produksi hingga 55 hari.
LAMPIRAN USED AT:
AUTHOR: Zulvah
DATE: 4/11/2014
WORKING
PROJECT: PROSES PRODUKSI WIN JAMUR
REV:
DRAFT
4/25/2014
READER
DATE
CONTEXT:
TOP
RECOMMENDED NOTES: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PUBLICATION Kebij akan "Win Jam ur"
Bahan Baku Baglog
III. KESIMPULAN/RINGKASAN
Jamur Ti ram
Proses Produks i "Win Jam ur"
Bahan Baku Pendukung
Li mbah Produksi Jam ur Tiram Bi bit Jam ur
Melalui penelitian ini diperoleh proses bisnis produksi jamur tiram “Win Jamur” yang telah dipetakan dengan menggunakan Integration DEFinition Language 0 (IDEF0). Proses bisnis produksi “Win Jamur” yang telah dikonversi dalam bentuk IDEF0 memiliki total 5 diagram, dengan masing – masing 1 diagram level 0, 1 diagram untuk level 1 yang terdiri dari proses pengecekan bahan baku, proses pembuatan media tanam, proses inokulasi, proses inkubasi, proses pemeliharaan, proses pemanenan dan pengemasan. Pada level 2 terdapat 3 diagram yang merupakan dekomposisi dari proses pembuatan media tanam, pemeliharaan, pemanenan dan pengemasan. Setiap proses bisnis yang dipetakan dilengkapi dengan input, output, kontrol, dan mekanisme. Perbaikan proses bisnis didasarkan pada hasil Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause Analysis (RCA). Proses bisnis produksi dengan nilai RPN paling tinggi terletak pada node A26, yaitu proses pengukusan sebesar 197. Proses lain yang memperoleh nilai RPN tinggi yaitu proses pengecekan bahan baku sebesar 184, proses inkubasi sebesar 175, proses inokulasi sebesar 112, dan proses penyiraman sebesar 90. Rekomendasi perbaikan proses bisnis dilakukan pada aspek man, machine, material, method, dan environment, yaitu penyusunan SOP, form pengecekan bahan baku, pemasangan alat pengatur suhu ruangan, penambahan 1 orang tenaga kerja dan perancangan layout. SOP “Win Jamur” yang telah disusun terdiri dari 1 SOP pengecekan bahan baku, 5 SOP pembuatan media tanam, 1 SOP proses inokulasi, 1 SOP proses inkubasi, 2 SOP proses pemeliharaan, 1 SOP pemanenan dan pengemasan. Perancangan layout dilakukan dengan melakukan perubahan penggunaan fasilitas dan penambahan fasilitas produk serta memanfaatan lahan kosong digunakan untuk pembuatan fasilitas seperti proses inkubasi, proses inokulasi, dan proses pembuatan media tanam. Beberapa
$0
0
Tenaga Kerja NODE:
TITLE:
Tempat Pendingi nan
Mesin dan Peral atan
Rumah Kumbung
Ruang Inkubasi
NUMBER:
Proses Produksi "Win Jamur"
A-0
Gambar 2. Proses Bisnis Produksi “Win Jamur” Level 0 USED AT:
AUTHOR: Zulvah
DATE: 4/11/2014
WORKING
PROJECT: PROSES PRODUKSI WIN JAMUR
REV:
DRAFT
6/15/2014
READER
DATE
CONTEXT:
RECOMMENDED NOTES: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PUBLICATION
A-0 Kebij akan "Win Jam ur"
Bahan Baku Baglog Pengecekan Bahan Baku
Bi bit Jam ur
$0 Bahan Baku Pendukung
Bahan Baku Baglog Tersedia
1
Bahan Baku Pendukung Tersedia
Bi bit Jamur Tersedia
Pembuatan Media Tanam $0
2 Baglog Tanpa Bi bit
Proses Inokulas i $0
Baglog Gagal
3
Baglog Dengan Bi bit
Bahan Inokulas i $0
Perlengkapan Rumah Baglog
Baglog Setel ah Inkubasi
Proses Inkubasi 4
Li mbah Produksi Jamur Ti ram Proses Pemeliharaan
Spatula Mesin dan Peral atan Pembuatan Media Tanam
Kantong Pl astik
Lampu Teplok
$0
Ruang Inkubasi
Al at Kebersihan
Jamur Ti ram Si ap Panen
5
Penyemprot Ai r
Pemanenan dan Pengem asan $0 6
Jamur Ti ram
Peral atan Pemanenan Tenaga Kerja
Tempat Pem buatan Media Tanam
NODE:
Rumah Kum bung
Mesin dan Peralatan
TITLE:
NUMBER:
Proses Produksi "Win Jamur"
A1
A0
Gambar 3. Proses Bisnis Produksi “Win Jamur” Level 1 USED AT:
AUTHOR: Zulvah
DATE: 4/11/2014
WORKING
PROJECT: PROSES PRODUKSI WIN JAMUR
REV:
DRAFT
6/29/2014
READER
DATE
CONTEXT:
TOP
RECOMMENDED NOTES: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PUBLICATION SOP Produksi "Win Jam ur"
Bahan Baku Baglog
Jamur Ti ram
Proses Produks i "Win Jam ur"
Bahan Baku Pendukung
Li mbah Produksi Jam ur Tiram Bi bit Jam ur $0
Tenaga Kerja NODE:
TITLE:
0
Mesin dan Peral atan
Gudang
Tempat Pembuatan Media Tanam
Ruang Inkubasi
Proses Produksi "Win Jamur"
Rumah Kumbung NUMBER:
A-0
Gambar 4. Proses Bisnis Produksi “Win Jamur” Level 0 Setelah Perbaikan
JURNAL TEKNIK POMITS
USED AT:
4
AUTHOR: Zulvah
DATE: 4/11/2014
WORKING
PROJECT: PROSES PRODUKSI WIN JAMUR
REV:
DRAFT
6/29/2014
READER
DATE
CONTEXT:
RECOMMENDED PUBLICATION
NOTES: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SOP Pengecekan Bahan Baku Bahan Baku Baglog
SOP Proses Inokulas i
Pengecekan Bahan Baku
Bi bit Jam ur
$0
1
Bahan Baku Pendukung
SOP Proses Inkubasi
SOP Pem anenan dan Pengem as an
2 Baglog Tanpa Bi bit
Proses Inokulas i $0
Baglog Gagal
3
Baglog Dengan Bi bit
Bahan Inokulas i
Baglog Setel ah Inkubasi
Proses Inkubasi $0
Perlengkapan Rumah Baglog
4
Li mbah Produksi Jamur Ti ram Proses Pemeliharaan
Spatula Mesin dan Peral atan Pembuatan Media Tanam
Kantong Pl astik
Lampu Teplok
Tempat Pem buatan Media Tanam TITLE:
$0
Ruang Inkubasi
Al at Kebersihan Pengatur Suhu
NODE:
SOP Proses Pemeliharaan
Pembuatan Media Tanam $0
Form Pengecekan Bahan Baku
Tenaga Kerja
SOP Produksi "Win Jam ur"
Bi bit Jamur Tersedia
Bahan Baku Baglog Tersedia
Bahan Baku Pendukung Tersedia
Gudang
A-0
SOP Pem buatan Medi a Tanam
5
Penyemprot Ai r
Pengatur Suhu
Mesin dan Peralatan
Jamur Ti ram Si ap Panen Pemanenan dan Pengem asan $0 6
Jamur Ti ram
Peral atan Pemanenan Rumah Kum bung
Proses Produksi "Win Jamur"
A0
NUMBER:
A1
Gambar 5. Proses Bisnis Produksi “Win Jamur” Level 1 Setelah Perbaikan
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan dosen pembimbing, serta teman-teman tercinta.
DAFTAR PUSTAKA [1] Administrasi Desa Turirejo. (2011). Manajemen Administrasi Desa. Malang. [2] Aguilar-Saven, R. S. (2003). Business process modelling: Review . International Journal Production , 129-149. [3] Aldi, B. E. (2005). Menjadikan Manajemen Pengetahuan sebagai Keunggulan Kompetitif Perusahaan melalui Startegi Berbasis Pengetahuan. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. [4] Alexoupoulus, C. J., Mims, C. W., & Blackwell, M. (1996). Introductory Mycology (Fourth Edition ed.). New York: John Wiley & Sons. [5] Andersen, B. (1999). Business Process Improvement Toolbox. Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press. [6] Anupindi, R., Chopra, S., Deshmukh, S. D., Mieghem, J. A., & Zemel, E. (2011). Managing Business Process Flows. New Jersey: Prentice Hall. [7] Aryantha. (1998). Pegangan Dasar Pelatihan Budidaya Jamur. Bogor: PPAU-Ilmu Hayati IPB. [8] Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura. (2013). Data Subsektor Hortikultura. Retrieved from Kementrian Pertanian Republik Indonesia: http://www.pertanian.go.id/infoeksekutif/horti/isi_dt5 thn_horti.php [9] Bano, Z., & Rajarathnam, S. (1982). Pleurotus Mushroom as a Nutritious Food. In S. T. Chang, & T. H. Quimio, Tropical Mushroom : Biological Nature and Cultivation Methods (pp. 363-380). Hong Kong: The Chinese University Press. [10] Buchanan, P. K. (1993). Identification, Names and Nomenclature of Common Edible Mushrooms. In S. T. Chang, J. A. Buswell, & S. W. Chiu, Mushroom
Biology and Mushroom Products (pp. 21-32). Hong Kong: The Chinese University Press. [11] Cahyana, Y. A. (1997). Pembibitan dan Budidaya Jamur Tiram Putih. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. [12] Cahyana, Y. A., Muchrodji, & Bakrun, M. (1999). Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya. [13] Chase, R. J., Jacobs, F. R., & Aquilano, N. J. (2006). Operation Management. New York: The McGrawHill Companies, Inc. [14] Darijah, N. M., & Djarijah, A. S. (2001). Budidaya Jamur Tiram Putih. Yogyakarta: Kanisius. [15] Davis, J. P. (1995). Introduction to IDEF0 Modelling. EDA&T Conference. [16] Dermott, R. M., Mikulak, R. J., & Beauregard, M. (1996). The Basics of FMEA. Portland: Productivity Inc. [17] Dimyati, A. (2011). Peluang Bisnis Jamur. Retrieved from http://www.naturindonesia.com [18] Doggett, M. A. (2005). Root Cause Analysis: A Framework for Tool Selection. Quality Management Journal. . [19] Fitzsimmons, J. A., & Fitzsimmons, M. J. (2006). Service management: Operations, Strategy, and Information Technology. New York: The McGrawHill Companies, Inc. [20] Garcha, H. S., Khanna, P. K., & Soni, G. L. (1993). Nutritional Importance of Mushrooms. In S. T. Chang, J. A. Buswell, & S. W. Chiu, Mushroom Biology and Mushroom Products (pp. 227-236). Hong Kong: The Chinese University Press. [21] Gaspers, V. (2002). Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA dan HACCP . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [22] Gitosudarmo, I. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. [23] Herliyana, E. N., Pranoto, A., Yulisman, D., Mutakin, J., Forlendiana, L., Novianty, L. A., & Agustian, F. R. (2005, September 8). Budidaya Jamur Tiram. [24] Jing, G. G. (2008). Digging for the Root Cause. ASQ Six Sigma Forum Magazine. ASQ Six Sigma Forum Magazine, 19-24. [25] Kementrian Koperasi Republik Indonesia. (2011). Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2009-2010. Retrieved from Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia: http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_pho cadownload&view=sections&Itemid=93> [26] Latino, R. J., Latino, K. C., & Latino, M. A. (2006). Root Cause Analysis : Improving Performance for Bottom – Line Results. Florida: CRC Press. [27] Lawalata, V. O. (2010). Integrasi IDEF0 dan IDEF1 dalam CIMOSA. ARIKA, 109-122. [28] Leitch, R. D. (1995). Reliability Analysis for Engineers. Oxford: Oxford University Press. [29] Leong, P. C. (1982). Cultivation of Pleurotus Mushrooms on Cotton Waste in Singapore. In S. T. Chang, & T. H. Quimio, Tropical Mushroom :
JURNAL TEKNIK POMITS Biological Nature and Cultivation Methods (pp. 349363). Hong Kong: The Chinese University Press. [30] Manggala, D. (2005). Retrieved from Mengenal Six Sigma Secara Sederhana.: http://gedemanggala.com/wpcontent/uploads/2010/08/six-sigma-sederhana.pdf [31] Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI). (2007, September 8). Bisnis Jamur Bikin Tergiur. Retrieved from Agrina: http://www.agrina-online.com [32] Mayer, R. J. (1992). IDEF1 Information Modeling: A Reconstruction Of The Original Air Force Wright Aeronautical Laboratory Technical Report AFWALTR-81-4023. Texas: University Drive East, College Station, Knowledge Based Systems, Inc. [33] Novina, L. (2008). Analisa Kegagalan pada Proses Produksi Susu Cair Indomilk (SCI) dengan Root Cause Analysis (RCA) dan Grey FMEA. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [34] Pydek, T., & Keller, P. (2010). PYZDEK, T. & KELLER, P. A. 2010. The Six Sigma Handbook. A Complete Guide for Green Belts, Black Belts, and Managers at All Levels. New York: Mc. Graw Hill. Inc. [35] Reiter, S., Stewart, G., Bruce, C. S., Bandara, W., & Rosemann, M. (2010). The phenomenon of business process management : practitioners’ emphasis. 18th European Conference on Information Systems. Pretoria, South Africa. [36] Saxena, S., & Rai, R. D. (1994). Environmental Aspects of Crop Management in Mushrooms. In M. C. Nair, Advances in Mushroom Biotechnology (pp. 40-51). India: Scientific Publ. [37] Sivaprakasam, S., Doraisamy, & Seetharaman, K. (1994). Factors Influencing The Sporophore Production in Oyster Mushroom with Special Reference to Plerotus Sajor-Caju. In M. C. Nair, Advances in Mushroom Biotechnology (pp. 134-138). India: Scientific Publ. [38] Soeharto, I. (1995). Manajemen Proyek - dari konseptual sampai operasional. Jakarta: Erlangga. [39] Stamets, P., & Chilton, J. S. (1983). The Mushrooms Cultivator, A Practical Guide to Growing Mushroom at Home. Washington: Agaricon Press. [40] Strnadl, G. F. (2005). Aligning Business and IT: The Process-Driven Architecture Model. Computer as a Tool, 2005. EUROCON 2005.The International Conference on, 1048-1051. [41] Suanda, B. (2011). Teknik Evaluasi Proyek EVM Manajemen Proyek Indonesia. Retrieved from www.manajemenproyekindonesia.com [42] Suriawiria, U. (2002). Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius. [43] Winarto, D. (2013, Nopember 29). Usaha "Win Jamur". (Zulvah, Interviewer) [44] Zoraya, A. A. (2012). Perbaikan Proses Bisnis Pelayanan Penanganan Gangguan Melalui Pendekatan IDEF0-FMEA dan Toot Cause Analysis
5 (Studi Kasus : PT. X). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.