IbM Pengembangan Jamur Tiram Di Paguyuban Budidaya Jamur Di Desa Milir Kecamatan Gubuk Kabupaten Grobogan Fuad Abdillah Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang Email:
[email protected]
Abstrak Jamur merupakan salah satu makanan alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan. Keberadaan jamur di pasar masih langka karena sedikitnya produsen budidaya jamur dan sulitnya memproduksi. Kelompok budidaya Jamur Mlilir bangkit dan Tiram Bangun Karya di kecamatan Gubuk Kabupaten Grobogan memiliki banyak permasalah dari proses pembuatan media pertumbuhan jamur, pemeliharaan jamur, manajemen keuangan, dan kurang efesien kerja pegawai. Metode Pengabdian Masyarakat Progam Iptek Bagi Masyarakat (IbM) dengan menerapkan riset-riset yang pernah dilakukan di IKIP Veteran Semarang untuk mengatasi permasalahan Kelompok budidaya jamur. Mulai dari memaksimalkan alat sterilisasi skala makro dengan ketel uap pipa-pipa api untuk penguapan baglog. Langkah kedua membuat sistem kontrol penyiraman otomatis dengan menggunakan mikrokontroler. Langkah ketiga membuat bahan bakar briket, dan langkah keempat pelatihan manajemen usaha. Hasil sebelum menggunakan mesin sterilisasi kapasitas baglog 20 buah, setelah menggunakan 1000-1100 baglog. Untuk penyiran otomatis mengurangi satu tenaga kerja dan hasil jamur maksimal. Bahan bakar briket mengurangi ongkos produksi dan limbah. Pelatihan manajemen usaha menjadikan kelompok budidaya jamur dapat mengkalkulasi biaya produksi dan laba. Implikasi hasil pengabdian masyrakat meningkatkan kesejahteraan kelompok budidaya jamur, peningkatan produksi, penekann biaya dan mampu menerapkan teknologi yang baru untuk budidaya jamur. Keywords : budidaya, baglog, jamur tiram, sterilisasi, usaha.
1. PENDAHULUAN Keberadaan komoditas jamur di pasar masih langka, kelangkaan jamur dikarenakan sedikitnya produsen budidaya jamur dan aktivitas produksi jamur belum optimal (Hermanto, 2007). Faktanya lapangan menunjukan bahwa belum dapat memenuhi permintaan jamur. Sumber ini didapat dari observasi dan kunjungan lapangan pada paguyuban budi daya jamur di desa Milir Kecamatan Gubug kabupaten Grobogan. Jamur Milir Bangkit dan Tiram Bangun Karya merupakan paguyuban budi daya jamur tiram yang dikunjungi. Jamur Milir Bangkit mulai produksi tahun 1997, sedangkan Tiram Bangun Karya tahun 2003 (Hasil wawancara, 2014). Paguyuban budidaya Jamur Milir Bangkit memiliki anggota binaan sebanyak 6 kelompok, tiap kelompok memiliki tenaga kerja 4-5 orang. Pendapatan rata-rata Rp 400.000 per hari setara 31 Kg jamur (Hasil wawancara, 2013). Untuk paguyuban budidaya Tiram Bangun Karya lebih sedikit binaanya, hanya 4 kelompok dan tenaga 3-4 orang dengan rata-rata penghasilan per hari Rp.250.000. Selama ini paguyuban budidaya jamur tiram desa Milir baru memenuhi pasar lokal Kecamatan Gubuk dan sebagian Kota Semarang dengan harga Rp. 9.750 per kg. Secara statistik kebutuhan jamur untuk Kecamatan Gubuk sudah terpenuhi dengan kapasitas 250 kg per hari, tetapi untuk memenuhi
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
132
pedagang Kota Semarang kapasitas 500 kg sulit dicapai, karena jumlah bibit jamur yang ditanam sedikit dan produksi jamur belum optimal.
Gambar 1. Media pembiakan jamur tiram atau baglog Jumlah bibit jamur menggunakan media pembiakan baglog yang ditunjukan pada Gambar 1. Jamur Milir Bangkit memproduksi rata-rata 60 baglog per hari dengan waktu produktif jamur setelah 40 hari. Waktu panen adalah umur 4-5 hari terhitung sejak pembentukan calon buah (pin head) dan beratnya telah mencapai 50-70 gr dengan efesiensi masa panen 10-12 kali (Hasil wawancara, 2014). Pembuatan Media pembiakan jamur tiram atau baglog memerlukan tahap yang panjang karena perlu sterilisasi pada suhu 90-95 oC selama 5-10 jam. Jamur Milir Bangkit dan Tiram Bangun Karya masih menggunakan alat sterilisasi konvensional yaitu berupa drum yang dipotong untuk dibuat panci rebus dengan kapasitas 25 baglog per rebus yang ditunjukan pada Gambar 2. Performa alat ini tidak maksimal dan menghabiskan kayu bakar ke dalam dapur. dalam1 hari menghasil 3 kali sterilisasi atau 3 operasional x 25 baglog atau 75 baglog per hari.
(a)
(b)
Gambar 2. a) Alat sterilisasi b) baglog media pembiakan jamur tiram Masalah bahan baglog untuk media jamur tiram masih melimpah dari tempat penggergajian. Tetapi bibit jamur belum buat sendiri, masih beli dari Semarang karena sulit pembuatanya dan alatalatnya mahal. Tidak itu saja, perawatan kehidupan jamur perlu kontrol yang sesuai dari kondisi keasaman (pH), air, kelembapan, suhu udara dan ketersediaan sumber nutrisi. Pengontrolan yang dilakukan juga konvensional dengan menyiram lantai bawah ruangan dengan air setiap 3-5 jam oleh petugas yang menjaga, bagaimana Gambar 3. Disamping itu, limbah baglog yang sudah mati Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
133
dibuang perkarangan menjadikan sarang pembiakan nyamuk dan ulat. Masalah manajemen paguyuban budidaya jamur tiram di desa milir masih manajemen konvensional dan belum melakukan manajemen usaha. Seperti tidak melaporkan kegiataan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Dari pengaturan pekerjaan karyawan tidak ada job deskripsi yang jelas dan safety tidak dijalankan.
Gambar 3. Penyiraman baglog jamur tiram di paguyuban Jamur Milir Bangkit a. Permasalahan Mitra Dari analisa situasi, maka permasalahan dan kendala yang dihadapi mitra ditunjukan sebagai berikut: 1. Kebutuhan baglog sebagai media pembiakan jamur tiram masih kurang dan pemeliharaan jamur tidak optimal. 2. Alat sterilisasi masih konvensional dan produksi baglog masih rendah yaitu 75 per hari. 3. Pengontrolan Kondisi lingkungan jamur masih konvensional dengan penyiraman 3 x sehari oleh karyawan. 4. Berlimpahnya limbah baglog yang menumpuk diperkarangan menjadi sarang pembiakan nyamuk dan ulat. 5. Pengelolaan usaha masih sederhana dan manejemen keuangan masih manual. 6. Standar operasional prosedur (SOP) belum dipakai dan safety diabaikan
b. Solusi yang ditawarkan Untuk mengatasi permasalahan diperlukan pembuatan alat sterilisasi dan alat kontrol lingkungan hidup jamur tiram yang tunjukan pada Tabel 1.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
134
Tabel 1. Permasalahan mitra dan metode pendekatan yang ditawarkan
c. Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di Kelompok Budidaya Jamur kecamatan Gubuk kabupaten Grobogan. 1. Pembuatan alat sterilisasi untuk meningkatkan pembuatan baglog 2. Penerapan sistem kontrol lingkungan kubung jamur tiram untuk penyiraman yang otomatis. 3. Pemanfaatan limbah baglog untuk briket sebagai bahan bakar alat sterilisasi 4. Menerapkan manajemen usaha dan produksi untuk budidaya jamur tiram 5. Pelatihan SOP alat-alat yang dibuat serta pelatihan keselamatan kerja karyawan atau K3. 2. METODE Rancangan kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) di Mitra Ladang Jamur Yaya di desa Milir dan Tiram Raya di desa Jeketro kecamatan Gubuk Kabupaten Grobogan dijelaskan pada Tabel 2. dalam rancangan target dan luaran.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
135
Tabel 2. Target dan Luaran Program Iptek bagi Masyarakat (IbM) No 1
Permasalahan Mitra
Metode Pendekatan Yang Ditawarkan
Kebutuhan baglog jamur tiram masih Melatih mitra dari Paguyuban budidaya jamur kurang dan pemeliharaan jamur tidak tiram untuk pembuatan baglog jamur tiram optimal
yang efesien (tiap kelompok mengirimkan wakilnya 2-3 orang)
2
Alat sterilisasi masih konvensional Penyuluhan dan pelatihan penerapan Iptek alat dan produksi baglog masih rendah sterilisasi sistem ketel uap pipa-pipa api yang yaitu 75 per hari
digunakan untuk penguapan baglog atau sterilisasi.
3
Pengontrolan
Kondisi
lingkungan
Ceramah dan pendampingan perancangan dan
jamur masih konvensional dengan pembuatan sistem kontrol lingkungan hidup penyiraman 3 x sehari oleh karyawan
jamur tiram menggunakan sensor temperatur, kelembapan
dan
lingkungan
tetap
pH
untuk
konstan
mengatur
sesuai
yang
diinginkan 4
Berlimpahnya limbah baglog yang Pelatihan pemanfaatan limbah baglog dibuat menumpuk diperkarangan menjadi briket
5
sebagai
media
bahan
bakar
alat
sarang pembiakan nyamuk dan ulat.
sterilisasi yang memiliki kalori tinggi.
Kurangnya
pengetahuan
dari
a. Memberikan ceramah kewirausahaan
managemen
usaha
dan
b. Pelatihan dan mengitung untung rugi,
menengah, keuangan, pemasaran dan
pembukuan, atau akutansi UKM dan cash
pengembangan modal usaha
flow
kecil
c. Ceramah dan pelatihan metode atau strategi dalam praktek pemasaran. d. Penyuluhan perkembangan usaha dan cara mendapkatkan tambahan modal usaha
6
Pelatihan SOP alat dan keselamatan Pendampingan dan pelatihan tentang SOP kerja karyawan
penggunaan alat dan cara perawatan alat. Selain itu memberi penyuluhan pentingnya keselamatam
kerja
dalam
bekerja
untuk
menghindari kecelakaan.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
136
a. Perancangan dan Pembuatan Alat Sterilisasi 1)
Alat Sterilisasi menggunakan metode ketel uap pipa-pipa api.
2)
Ketel uap pipa-pipa api dibuat dari tangki bekas minyak yang dimodifikasi berbentuk dapur pemanas air.
3)
Bagian utama ketel uap yaitu tabung ketel, kontrol air, sistem pengaman, dan cerobong asap.
4)
Tabung ketel dirancang dengan diameter 100 cm dan tinggi 140 cm.
5)
Bagian tengah tabung diberi pipa api vertikal (Ø 4 in) yang diletakan menyebar berjumlah 9 buah.
6)
Ruang pembakaran 80 x 30 x 30 cm dengan penutup dapur secara mekanik.
7)
Bagian bawah dapur pembakaran diberi ruangan penampung abu sehingga abu langsung jatuh ke bawah dan mempermudah pengambilan abu.
8)
Pipa-pipa api dihubungkan langsung ke cerobong asap yang dirancang dengan ketinggian cerobong 3 meter.
9)
Ketel uap kecil ini juga dilengkapi dengan pengaman yang terdiri atas kaca penunjuk level air, prop timah, dan pengatur tekanan otomatis.
10) Pembuatan ketel ini dilakukan dengan serangkaian kegiatan perbengkelan seperti pemotongan, pengerolan, pengelasan, pembubutan, pengeboran, dan sebagainya. 11) Saluran uap dari ketel uap di salurkan ke ruangan sterilisasi boglog yang terbuat dari bekas bok mobil yang diisolasi oleh tembok dari batu bata supaya panas tidak mudah hilang. 12) Pintu bok dimodifikasi yang dulunya dua pintu dibuat satu pintu dengan ukuran lebar 50 cm x tinggi 80 cm. 13) Ukuran ruangan sterilisasi boglog yaitu panjang 215 cm x lebar 150 cm x tinggi 120 cm dengan kapasitas 300-400 boglog setiap sterilisasi. Alat sterilasi ditampilkan pada Gambar 4 dari ketel uap dan ruang sterilisai baglog media tumbuh jamur.
Gambar 4. Bok sterilisas dan ketel uap b. Pembuatan kontrol otomatis untuk lingkungan hidup jamur tiram 1)
Pembuatan kontrol otomatis digunakan untuk mengatur kelembapan, suhu udara, keasaman (pH) dan air secara otomatis.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
137
2)
Suhu lingkungan hidup jamur sekitar 16-28oC dan kelembapan 80-90%.
3)
Alat yang digunakan menjaga suhu kubung atau ruangan jamur yaitu menggunakan blower sedangkan menjaga kelembapan kubung menggunakan sprayer supaya penyiraman merata.
4)
Pengaturan suhu dan kelembapan menggunakan sensor SHT 10 yang ditempatkan diseluruh bagian kubung.
5)
Tegangan
masuk
dikontrol
menggunakan
pulse
width
modulation
(PWM)
dari
mikrokontroler, sehingga sprayer dan blower dapat bekerja menjaga suhu dan kelembapan kubung jamur.
Gambar 5. Blok diagram system untuk kubung jamur 6)
Untuk mendapatkan gelombang keluaran tegangan dari penyearah dan basic swithing digunakan simulasi dengan software PSIM. Gambar 5 merupakan diagram simulasi dari penyearah dan basic switching.
c. Mesin Press Hidrolik Briket Mesin press hidrolik untuk pencetak briket dibuat dilaboratorium produksi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Semarang. Menggunakan sistem press hidrolik otomatis, maka alat yang digunakan untuk pengembali tekanan memakai pegas kaku, dimana bisa dilihat
pada
Gambar 6.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
138
Gambar 6. Mesin press hidrolik d. Pelatihan Manajemen Usaha Pelatihan manajemen usaha dikelompok budidaya jamur tiram meliputi; 1. Pelatihan efesiensi waktu produksi sesingkat mungkin. 2. Pelatihan mengelola keuangan, pembukuan atau akutansi UKM dan cash flow. 3. Peserta memasarkan hasil panen sendiri 4. Memahami dan mengetahui cara mengakses tambahan modal usaha untuk mengembangkan usahanya. 5. Pelatiahan SOP pemakaian alat sehingga kerusakan dan kesalahan dapat dikurangi.
e. Analisa Data Metode deskriptif analisis untuk pengambilan data. Langkah-langkah pengambilan data dari efesiensi kerja, kapasitas baglog per satuan waktu, temperatur, dan nilai kalor bahan bakar.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang dicapai meliputi: pembuatan ketel Uap, bok sterlisasi baglog jamur, sistem kontrol otomatis, material press hidrolik briket, mesin ketel uap, alat kontrol penyiraman otomatis, alat press hidrolik pembuatan briket, dan pelatihan manajemen usaha bengkel Berikut ini tahapan kegiatan pengabdian masyarakat program Iptek Bagi masyarakat (IbM) kelompok budi daya. jamur tiram di Ladang jamur yaya di desa milir dan Tiram raya di desa Jeketro Kecamata Gubuk Kabupaten Purwodadi. a. Sterilisasi Baglog Jamur Alat ini dibagi dua, yaitu ketel uap dan bok sterlisasi. Alat sterilisasi baglog jamur ditampilkan pada Gambar 7
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
139
(a)
(b)
Gambar 7. a. Bok Sterilisasi, dan b. Ketel uap Pipa Api Pengecatan ketel uap dan bok sterlisasi di tampilkan pada Gambar 8. Pembuatan pintu bok sterilisas dan pemasangan ditunjukan pada Gambar 9.
Gambar 8. pengecatan bok Sterilisasi, dan ketel uap pipa api
Gambar 9. Pembuatan pintu bok sterilisas dan pemasangan
b. Alat Penyiram Baglog Otomatis Pembuatan alat penyiram baglog otomatis ditampilkan pada Gambar 10. ini akan mengurangi tenaga pekerja dan mengemat biaya produksi
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
140
Gambar 10. Instalasi alat penyiram Baglog jamur Otomatis Pemasangan pompa digunakan untuk mendorong sprayer supaya terbuka yang ditampilkan pada Gambar 11a dan alat pengontrol suhu yang digunakan sebagai pengkondisian ruang menggunakan termokontrol yang bisa dilihat pada Gambar 11b.
(a)
(b)
Gambar 11.a). Pemasangan pompa air, b). Termokontrol untuk mengatur suhu ruangan
Posisi kran sprayer dibuat menggantung, memungkinkan semprotan mencapai titik yang terjauh supaya mengenai baglog jamur. Posisi kran sprayer ditampilkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Posisi kran sprayer c. Mesin Press Hidrolik Briket Mesin press hidrolik untuk membuat briket dari limbah baglog. Briket digunakan sebagai bahan bakar ketel uauntuk sterilisasi baglog jamur tiram. Pelatihan dilakukan di mitra Tiram Raya Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
141
Limbag baglog yang tidak terpakai, bagaimana Gambar 13 dilepas plastiknya untuk diambil bubuknya.
Gambar 13. Limbah Baglog Mesin press hidrolik untuk pencetak briket dibuat dilaboratorium produksi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Semarang. Menggunakan sistem press hidrolik otomatis, maka alat yang digunakan untuk pengembali tekanan memakai pegas kaku, dimana bisa dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Mesin press hidrolik Briket dibuat dari campuran bubuk baglog ditambah arang dari kayu mahoni yang sudah serbukan. Komposisi campuran 70 : 30, yaitu 70% bubuk dari baglog, dan 30% serbuk arang kayu mahoni. Untuk prsoses cetak briuket menggunakan tekanan 57 Mpa. Tekanan memiliki kepadatan briket yang ideal dan tridak getas. Bentuk dari briket ditampilkan pada Gambar Gambar 15.
Gambar 15. Briket untuk bahan bakar ketel uap
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
142
d. Pelatihan Manajemen Usaha Untuk materi manajemen Budidaya Jamur Tiram terdiri dari teori dan praktek. Berikut ini materi yang diajarkan; 1. Manjemen produksi 2. Pelatihan dan menghitung harga pokok, pembukuan atau akutansi UKM dan pembuatan cash flow 3. Ceramah dan pelatihan metode atau strategi pemasaran. 4. Ceramah perkembangan usaha dan cara mengakses tambahan modal usaha untuk pengembangan. Hasil pembuatan alat dan pelatihan manajemen untuk program iptek bagi masyarakat mampu meningkatkan kinerja, efesiensi, optimalisasi produksi, dan mampu menerapkan usaha dengan manajemen yang baik.
4. KESIMPULAN Dari kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan maka bisa diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Mesin sterilisasi baglog jamur dapat meningkatkan kapasitas sterilisasi baglog jamur, yang dulunya kapasitas 20 baglog sekarang 1000-1100 baglog. Meningkat sekitar 50-55 kali lipat dari sebelumnya. 2. Mesin penyiram baglog jamur tiram otomatis dapat mengurangi tenaga pekerja, ongkos produksi, dan yang paling penting meningkatkan hasil panen jamur tiram. 3. Memanfaatkan limbah baglog jamur dapat menghemat ongkos produksi khusunya bahan bakar untuk sterilisasi, otomatis mengurangi pengeluaran biaya. 4. Menerapkan manajemen usaha menjadikan keuangan dapat diaudit sendiri dan menghitung keuntunganya setiap bulan dan tahun.
5.
REFERENSI
[1]. Agung Budi Santoso dkk, (2010), Rancang bangun sistem pengendali suhu dan kelembapan udara pada rumah kaca menggunakan mikrokontoler AT89C51, Elektro, Teknik Elektro Unimus. Vol.5. [2]. Cahyana, Muchrodji dan Bakrun, 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisis Usaha Budidaya Jamur Tiram, Penebar Swadaya, Jakarta. [3].Hermanto R.,2007., Rancangan kelembagaan tani dalam implementasi Prima Tani di Sumatera Selatan., Rancangan Kelembagaan Tani Dalam Implentasi., Volume 5 No. 2, Juni 2007 : 110125. Balai Pengkajian Teknobaglogi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan. [4].Muhammad Subri dan Samsudi raharjo, (2010), Pemanfaatan bubuk kayu Sengon untuk briket berkalori tinggi, Traksi, Teknik mesin Unimus Vol.05.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
143
[5].Nunung marlina djarijah, abbas siregar djarijah, 2001., Budi daya jamur tiram., ISBN 979-672909-1, Kanisus Yogyakarta. [6]. Rubijanto JP dan Solechan, (2010) “ Perencanaan Ketel Uap Pipa-Pipa Api dengan Kapasitas 0,3 Ton/Jam den Tekanan 6 Atm untuk Pengering Kapuk” Traksi, Teknik mesin Unimus Vol.09. [7].Tintin sarianti, Hendro sasongko, Anny ratnawati, 2008., Aplikasi NPV Risk dalam analisa kelayakan finansial budi daya jamur tiram putih di Kabupaten Bogor Jawa Barat., jurnal manajemen dan agribisnis, Vol. 5 No.2 Oktober 2008., IPB Bogor. [8]. www. Upfmacampurdarat
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
144