Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
PENGEMBANGAN JAMUR TIRAM DI PAGUYUBAN BUDIDAYA JAMUR DI DESA MILIR KECAMATAN GUBUK KABUPATEN GROBOGAN Fuad Abdillah1), Ngubaidi Achmad 2) Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang email:
[email protected] Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang email:
[email protected] Abstrak Keberadaan komoditas jamur di pasar masih langka, kelangkaan jamur dikarenakan sedikitnya produsen budidaya jamur dan aktivitas produksi jamur belum optimal. Faktanya lapangan menunjukan belum dapat memenuhi permintaan jamur. Sumber ini didapat dari observasi dan kunjungan lapangan pada paguyuban budidaya jamur di desa Milir Kecamatan Gubug kabupaten Grobogan. Permasalahan paguyuban budidaya jamur di desa Milir meliputi kebutuhan baglog jamur tiram masih kurang dan pemeliharaan jamur tidak optimal, Alat sterilisasi masih konvensional, pengontrolan Kondisi lingkungan jamur masih konvensional dengan penyiraman 3 x sehari oleh karyawan, berlimpahnya limbah baglog sebagai sarang pembiakan nyamuk dan ulat, Pengelolaan usaha masih sederhana dan manejemen keuangan masih manual, Standar operasional prosedur (SOP) belum dipakai dan safety diabaikan. Melalui Pengabdian Masyarakat Progam Iptek Bagi Masyarakat (IbM) dan menerapkan riset-riset yang pernah dilakukan dosen di IKIP Veteran Semarang yang ada hubunganya dengan solusi mengatasi permasalahan Kelompok budidaya jamur di kecamatan Gubuk. Metode pendekatan yang ditawarkan yaitu penyuluhan dan pelatihan pembuatan alat sterilisasi penguapan secara massal, pembuatan sistem kontrol lingkungan pada kubung jamur, Penyuluhan perkembangan usaha dan cara mendapkatkan tambahan modal usaha. Hasilnya mesin sterilisasi baglog jamur dapat meningkatkan kapasitas sterilisasi baglog jamur, yang dulunya kapasitas 15-20 baglog sekarang 1000-1100 baglog. Meningkat sekitar 50-55 kali lipat dari penggunaan yang konvensional, alat penyiram otomatis untuk baglog jamur tiram dapat mengurangi tenaga pekerja, menurunkan ongkos produksi, dan hasil panen jamur tiram meningkat, Pembuatan briket dari limbah baglog dapat menghemat ongkos produksi dan mengurangi pembelian kayu bakar dan kompetensi manajemen usaha dan strategi pemasaran produk para peserta. Keywords : Budidaya, jamur, gubuk, sterilisasi, tiram.
1. PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Keberadaan komoditas jamur di pasar masih langka, kelangkaan jamur dikarenakan sedikitnya produsen budidaya jamur dan aktivitas produksi jamur belum optimal (Hermanto, 2007). Faktanya lapangan menunjukan bahwa belum dapat memenuhi permintaan jamur. Sumber ini didapat dari observasi dan kunjungan lapangan pada paguyuban budi daya jamur di desa Milir Kecamatan Gubug kabupaten Grobogan. Jamur Milir Bangkit dan Tiram Bangun Karya merupakan paguyuban budi daya jamur tiram yang dikunjungi. Jamur Milir Bangkit mulai produksi tahun 1997, sedangkan Tiram Bangun Karya tahun 2003 (Hasil wawancara, 2014). Paguyuban budidaya Jamur Milir Bangkit memiliki anggota binaan sebanyak 6 kelompok, tiap kelompok memiliki tenaga kerja 4-5 orang. Pendapatan rata-rata Rp 400.000 per hari setara 31 Kg jamur (Hasil wawancara, 2013). Untuk paguyuban budidaya Tiram Bangun Karya lebih sedikit binaanya, hanya 4 kelompok dan tenaga 3-4 orang dengan rataMAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
34
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
rata penghasilan per hari Rp.250.000. Selama ini paguyuban budidaya jamur tiram desa Milir baru memenuhi pasar lokal Kecamatan Gubuk dan sebagian Kota Semarang dengan harga Rp. 9.750 per kg. Secara statistik kebutuhan jamur untuk Kecamatan Gubuk sudah terpenuhi dengan kapasitas 250 kg per hari, tetapi untuk memenuhi pedagang Kota Semarang kapasitas 500 kg sulit dicapai, karena jumlah bibit jamur yang ditanam sedikit dan produksi jamur belum optimal. Mlonggo sebanyak 754 buah dan kendaraan roda dua 6.784buah yang (BPS Kabupaten Jepara, 2013). Dengan spefikasi, untuk bengkel mobil 103 buah dan bengkel sepeda motor 162 buah. Jumlah bibit jamur menggunakan media pembiakan baglog yang ditunjukan pada Gambar 1. Jamur Milir Bangkit memproduksi rata-rata 60 baglog per hari dengan waktu produktif jamur setelah 40 hari. Waktu panen adalah umur 4-5 hari terhitung sejak pembentukan calon buah (pin head) dan beratnya telah mencapai 50-70 gr dengan efesiensi masa panen 10-12 kali (Hasil wawancara, 2014). Pembuatan Media pembiakan jamur tiram atau baglog memerlukan tahap yang panjang karena perlu sterilisasi pada suhu 90-95oC selama 5-10 jam.
Gambar 1. Media pembiakan jamur tiram atau baglog Jamur Milir Bangkit dan Tiram Bangun Karya masih menggunakan alat sterilisasi konvensional yaitu berupa drum yang dipotong untuk dibuat panci rebus dengan kapasitas 25 baglog per rebus yang ditunjukan pada Gambar 2a. Performa alat ini tidak maksimal dan menghabiskan kayu bakar ke dalam dapur. dalam1 hari menghasil 3 kali sterilisasi atau 3 operasional x 25 baglog atau 75 baglog per hari. Masalah bahan baglog untuk media jamur tiram masih melimpah dari tempat penggergajian. Tetapi bibit jamur belum buat sendiri, masih beli dari Semarang karena sulit pembuatanya dan alat-alatnya mahal. Tidak itu saja, perawatan kehidupan jamur perlu kontrol yang sesuai dari kondisi keasaman (PH), air, kelembapan, suhu udara dan ketersediaan sumber nutrisi. Pengontrolan yang dilakukan juga konvensional dengan menyiram lantai bawah ruangan dengan air setiap 3-5 jam oleh petugas yang menjaga, bagaimana Gambar 2a. Disamping itu, limbah baglog yang sudah mati dibuang perkarangan menjadikan sarang pembiakan nyamuk dan ulat. Masalah manajemen paguyuban budidaya jamur tiram di desa milir masih manajemen konvensional dan belum MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
35
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
melakukan manajemen usaha. Seperti tidak melaporkan kegiataan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Dari pengaturan pekerjaan karyawan tidak ada job deskripsi yang jelas dan safety tidak dijalankan.
(a)
(b)
Gambar 2. a) alat sterilisasi baglog konvensional dan, b) penyiraman manual 1.2. Permasalahan Mitra Permasalahan yang dihadapi mitra sebagai berikut: a. Kebutuhan baglog sebagai media pembiakan jamur tiram masih kurang dan pemeliharaan jamur tidak optimal. b. Alat sterilisasi masih konvensional dan produksi baglog masih rendah yaitu 75 per hari. c. Pengontrolan Kondisi lingkungan jamur masih konvensional dengan penyiraman 3 x sehari oleh karyawan. d. Berlimpahnya limbah baglog yang menumpuk diperkarangan menjadi sarang pembiakan nyamuk dan ulat. e. Pengelolaan usaha masih sederhana dan manejemen keuangan masih manual. 1.3 Justifikasi permasalahan prioritas mitra yang harus ditangani Permasalahan yang menjadi prioritas utama mitra dan disepakati untuk diselesaikan selama pelaksanaan program IbM. a. Pembuatan alat sterilisasi baglog secara masaal kapasitas 500 baglog. b. Pembuatan sistem kontrol lingkungan hidup jamur tiram secara otomatis. c. Pemanfaatan limbah baglog sebagai briket. d. Managemen usaha, pengelolaan keuangan dan modal usaha 1.4 Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan Program Iptek bagi Masyarakat (IbM). a. Pembuatan alat sterilisasi boglog. b. Pembuatan kontrol otomotis untuk penyiraman jamur tiram. c. Membuat alat pembuat briket dari limbah baglog sebagai bahan bakar alat sterilisasi. d. Pelatihan manajemen usaha, strategi pemasaran, dan mengakses modal usaha.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
36
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
2. METODE Motode rencana kegiatan pengabdian masyarakat dan tujuan yang dicapai pada Program IbM pada Tabel 1. Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Tujuan yang akan dicapai
2.1 Pembuatan Alat Sterilisasi Baglog Langkah-langkah pembuatan alat sterilisasi sebagai berikut; a. Persiapan Alat Sterilisasi menggunakan metode ketel uap pipa-pipa api b. Ketel uap pipa-pipa api dibuat dari tangki bekas minyak yang dimodifikasi berbentuk dapur pemanas air. c. Bagian utama ketel uap yaitu tabung ketel, kontrol air, sistem pengaman, dan cerobong asap. d. Tabung ketel dirancang dengan diameter 100 cm dan tinggi 140 cm. e. Bagian tengah tabung diberi pipa api vertikal (Ø 4 in) yang diletakan menyebar berjumlah 9 buah. f. Ruang pembakaran 80 x 30 x 30 cm dengan penutup dapur secara mekanik. g. Bagian bawah dapur pembakaran diberi ruangan penampung abu sehingga abu langsung jatuh ke bawah dan mempermudah pengambilan abu. h. Pipa-pipa api dihubungkan langsung ke cerobong asap yang dirancang dengan ketinggian cerobong 3 meter. i. Ketel uap kecil ini juga dilengkapi dengan pengaman yang terdiri atas kaca penunjuk level air, prop timah, dan pengatur tekanan otomatis. j. Pembuatan ketel ini dilakukan dengan serangkaian kegiatan perbengkelan seperti pemotongan, pengerolan, pengelasan, pembubutan, pengeboran, dan sebagainya. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
37
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
k. Pembuatan tabung ketel disusul pembuatan bagian yang lain, kemudian disatukan menjadi ketel. Bagian akhir kegiatan berupa pengesetan komponen kontrol dan pengecatan. l. Saluran uap dari ketel uap di salurkan ke ruangan sterilisasi boglog yang terbuat dari bekas bok mobil yang diisolasi oleh tembok dari batu bata supaya panas tidak mudah hilang. m. Pintu bok dimodifikasi yang dulunya dua pintu dibuat satu pintu dengan ukuran lebar 50 cm x tinggi 80 cm. n. Ukuran ruangan sterilisasi boglog yaitu panjang 250 cm x lebar 20 cm x tinggi 200 cm dengan kapasitas 1000-1100 boglog setiap sterilisasi. 2.2 Alat Penyiraman Otomatis Langkah-langkah pembuatanya; a. Pembuatan kontrol otomatis digunakan untuk mengatur kelembapan, suhu udara, keasaman (pH) dan air secara otomatis. b. Suhu lingkungan hidup jamur sekitar 16-28oC dan kelembapan 80-90%. c. Alat yang digunakan menjaga suhu kubung atau ruangan jamur yaitu menggunakan blower sedangkan menjaga kelembapan kubung menggunakan sprayer supaya penyiraman merata. d. Pengaturan suhu dan kelembapan menggunakan sensor SHT 10 yang ditempatkan diseluruh bagian kubung. e. Tegangan masuk dikontrol menggunakan pulse width modulation (PWM) dari mikrokontroler, sehingga sprayer dan blower dapat bekerja menjaga suhu dan kelembapan kubung jamur. f. Untuk mendapatkan gelombang keluaran tegangan dari penyearah dan basic swithing digunakan simulasi dengan software PSIM. 2.3 Pembuatan Briket Langkah-langkah pembuatan briket dari limbah baglog sebagai berikut: a. Limbah baglog yang tidak terpakai dilepas plastiknya untuk diambil bubuknya. b. Bubuk baglog yang masih basah dijemur langsung sinar matahari untuk meningkatkan nilai kalori. c. Bubuk baglog yang sudah kering dibakar untuk mendatkan arangnya d. Arang bubuk yang masih kasir diayak untuk mendapatkan arang halus untuk dibuat briket. e. Bubuk arang baglog ditambahkan bubuk arang dari kayu kemlande. Proses pencampuran prosesntase 80% : 20% f. Pembuatan perekat atau lem dari pati ketela sebagai pengikat briket. g. Pencampuran arang dengan lem. Komposisi lem maksimal 5 % dari berat arang h. Pembuatan briket dengan mesin pencetak briket mekanik i. Hasil pembuatan briket berdimensi panjang 12 cm dan berdiameter 3 cm
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
38
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
2.4 Manajemen Usaha dan Strategi Pemasaran Produk Pelatihan manajemen usaha dan strategi pemasaran produk mliputi; a. Manjemen produksi b. Pelatihan dan menghitung harga pokok, pembukuan atau akutansi UKM dan pembuatan cash flow c. Ceramah dan pelatihan metode atau strategi pemasaran. d. Ceramah perkembangan usaha dan cara mengakses tambahan modal usaha untuk pengembangan. 2.5 Analisa Data Analisa data dengan Metode deskriptif analisis untuk pengambilan data. Langkahlangkah pengambilan data dari spefikasi alat sterilisasi baglog, penyiraman otomatis, kandungan kalori briket, manajemen usaha dan strategi pemasaran produk. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang dicapai kegiatan pengabdian masyarakat program Iptek Bagi masyarakat (IbM) Pengembangan Jamur Tiram Di Paguyuban Budidaya Jamur Di Desa Milir Kecamatan Gubuk Kabupaten Grobogan. 3.1 Alat Sterilisasi Baglog Jamur Tiram Spefikasi alat sterilisasi baglog jamur tiram sebagai berikut; a. Kapasitas ruangan sterilisasi antara 400-500 boglog (Gambar 3). b. Kapasitas ketel uap pipa-pipa api 2 ton/jam dengan tekanan 7 atm c. Hasil yang didapatkan dari ketel uap adalah uap jenuh. d. Dilengkapi peralatan pengaman dari prop timah dan peluit bahaya. e. Peralatan pengukur gelas penduga, termokopel, monometer dan garis api. f. Peralatan pengatur dari kran isian air, kran uap dan kran buang. g. Dimensi ketel uap diameter 100 cm dan tinggi 140 cm h. Ruang bakar 80 x 30 x 30 cm. i. Ruang sterilisasi 215 cm x lebar 150 cm x tinggi 120 cm. j. Media uap menggunakan air.
(b (a Gambar 3. a) Ruangan ) uap pipa-pipa api ) sterilisasi boglog b) ketel MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
39
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
3.2 Alat Penyiram Otomatis Spefikasi Alat Penyiram Otomatis sebagai berikut; a. Kontrol suhu 16-28oC dan kelembapan 80-90%. b. Kran sprinkler diterapkan 6 titik pada Gambar 4, dan blower 5 titik. c. Sensor SHT 10 ditempatkan di 6 titik kubung jamur. d. Dikontrol menggunakan Pulse Width Modulation (PWM) dari mikrokontoler. e. Softwere PSIM. f. Tegangan 220 volt dan penyearah 12 volt. g. Menggunakan LCD sebagai display tampilan suhu dan kelembapan. h. Interface menggunakan push button.
Gambar 4. Kran sprinkler sebagai media penyiram baglog 3.3 Alat Cetak Briket Mekanik Spefikasi Alat cetak briket mekanik sebagai berikut; a. Alat ini digunakan untuk mencetak briket dari bahan baku serbuk arang, batubara dan kayu. b. Dimensi: panjang rangka: 80 cm, panjang lengan 55 cm, lebar: 20 cm, dan tinggi : 20 cm, bagaimana diperlihatkan pada Gambar 5. c. Rangka kokoh dengan besi UNP 5 d. Daya tekan manual e. 1 kali cetak menghasilkan 3 briket f. Hasil cetakan briket berbentuk lingkaran berdiameter 3 cm dan panjang 12 cm.
Gambar 5. Alat cetak briket mekanik
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
40
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
3.4 Proses Sterilisasi Baglog Jamur Proses sterilisasi baglog jamur menggunakan alat sterilisasi ketel uap pipa api. Kapasitas sterilisasi 500 baglog dengan ruangan 215 cm x lebar 150 cm x tinggi 120 cm. Proses pengisian baglog pada ruang sterilisasi diperlihatkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Proses pengisian baglog pada ruang sterilisasi Sebelum menggunakan alat sterilisasi menggunakan drum yang dimodifikasi untuk sterilisasi dengan kapasitas 20-25 baglog. Dengan menggunakan alat ini kapasitas naik 20 kali dengan bahan bakar briket limbah. Baglog disterilisasi pada suhu 100oC pada tekanan 50 psi. Waktu sterilisasi 2 jam dengan bahan bakar 25 briket. Proses ini membutuhkan dana Rp 325.000. 3.5 Proses Penyiraman Otomatis Penyiraman otomatis mengurangi biaya karyawan 1 orang dengan memaksimalkan lingkungan hidup jamur tiram. Suhu kubung jamur dikontrol pada suhu 24oC dan Ph 6, sehingga pertumbuhan jamur maksimal. Secara statistik alat penyiram otomatis melakukan kerja pada jam 10.30, 12.14, dan 15.40. Sistem kerja penyiram otomatis diperlihatkan pada Gambar 7 dengan menggunakan kran sprinkler yang bekerja berputar.
Gambar 7. Penyiraman otomatis 3.6 Proses Pembuatan Briket Limbah baglog yang tidak terpakai dilepas plastiknya untuk diambil bubuknya untuk dibuat briket. Komposisi briket untuk sterilisasi baglog terdiri dari 78% bubuk baglog, 20% bubuk arang kayu kemlande, dan 2% lem dari pati ketela. Tekanan mekanik untuk cetak briket kurang lebih 30 Mpa. Tekanan berpengaruh terhadap kepadatan briket untuk mendapatkan
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
41
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
yang briket yang ideal dan tidak getas. Dimensi briket panjang 12 cm dan berdiameter 3 cm (Gambar 8).
Gambar 8. Briket dari limbah baglog Kandungan dalam briket limbah baglog diuji labaratorium memiliki nilai kalori 5765,75 kal/gr, kadar air 5,48%, kadar abu 21,41%, kadar volatile 14,28%, ketangguhan 0,43 kg/cm2 dan kerapatan 0,65 g/cm2, hasil ini diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan briket limbah baglog No 1 2 3 4 5 6 7
Parameter Kadar air (%) Kadar abu (%) Kadar volatile (%) Kadar karbon terikat (%) Kerapatan (g/cm2) Ketangguhan (kg/cm2) Nilai kalori (kal/gr)
Hasil Pengujian 5,48 21.41 14,28 67,42 0,65 0,43 5765,75
3.7 Manajemen Usaha dan Strategi Pemasaran Produk Pelatihan manajemen dilakukan oleh Ngubaidi Achmad dan Fuad Abdillah. Pelatihan melibatkan 4 (empat) peserta yaitu 2 dari Kelompok Budidaya Tiram Bangun Karya dan Jamur Mlilir Bangkit desa Milir kecamatan Gubuk. Untuk pelatihan manajemen usaha dan strategi pemasaran produk dilakukan di mitra Tiram Bangun Karya,. Berikut ini materi yang diajarkan; 1. Manjemen produksi 2. Pelatihan dan menghitung harga pokok, pembukuan atau akutansi UKM dan pembuatan cash flow 3. Ceramah dan pelatihan metode atau strategi pemasaran. 4. Ceramah perkembangan usaha dan cara mengakses tambahan modal usaha untuk pengembangan. Selama ini mitra masih menggunakan manajemen usaha tradisional dan pembukaan belum ada, tetapi sekarang setelah pelatihan mitra sudah melakukan pembukuan, dan bisa MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
42
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
menghitung untung-ruginya usaha bengkel. Toeri pelatihan keuangan sudah menguasai, peserta dilatih praktek untuk pembukuan keuangan. Laporan keuangan yang dipraktekan mulai laporan keuangan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. 4. KESIMPULAN 1. Mesin sterilisasi baglog jamur dapat meningkatkan kapasitas sterilisasi baglog jamur, yang dulunya kapasitas 15-20 baglog sekarang 1000-1100 baglog. Meningkat sekitar 50-55 kali lipat dari penggunaan yang konvensional. 2. Alat penyiram otomatis untuk baglog jamur tiram dapat mengurangi tenaga pekerja, menurunkan ongkos produksi, dan hasil panen jamur tiram meningkat. 3. Pembuatan briket dari limbah baglog dapat menghemat ongkos produksi dan mengurangi pembelian kayu bakar. 4. Kompetensi manajemen usaha dan strategi pemasaran produk para peserta membuat keuangan dapat diperdiksi dan diaudit sendiri. Selain itu meningkatkan penjualan jarum tiram. 5. DAFTAR PUSTAKA Ngubaidi Acmad dan Muhammad Toni Prasetyo, (2013), Sistem Pengendali suhu dan kelembapan udara pada rumah kaca menggunakan mikrokontoler AT89C51, Elektrica. Universitas Muhammadiyah Semarang, Vol.1. No.2 Cahyana, Muchrodji dan Bakrun, 1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Analisis Usaha Budidaya Jamur Tiram, Penebar Swadaya, Jakarta. Hermanto R.,2007., Rancangan kelembagaan tani dalam implementasi Prima Tani di Sumatera Selatan., Rancangan Kelembagaan Tani Dalam Implentasi., Volume 5 No. 2, Juni 2007 : 110-125. Balai Pengkajian Teknobaglogi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan. Fuad Abdillah dan Solechan, (2012), Pemanfaatan bubuk kayu Sengon untuk briket berkalori tinggi, Traksi, Teknik mesin Unimus Vol.05. Nunung marlina djarijah, abbas siregar djarijah, 2001., Budi daya jamur tiram., ISBN 979-672909-1, Kanisus Yogyakarta. Fuad Abdillah dan Rubijanto JP, (2010) “Desain Boiler Pipa-Pipa Api untuk Pengering Kayu dengan Kapasitas 5 Ton/Jam, Temperatur 350oC, dan Tekanan 8 Atm” Gardan, Pendidikan Teknik Mesin IKIP Veteran Semarang, ISSN-234-45 Vol.02. No.2 Tintin sarianti, Hendro sasongko, Anny ratnawati, 2008., Aplikasi NPV Risk dalam analisa kelayakan finansial budi daya jamur tiram putih di Kabupaten Bogor Jawa Barat., jurnal manajemen dan agribisnis, Vol. 5 No.2 Oktober 2008., IPB Bogor. www. Upfmacampurdarat. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
43
Vol : XXII, No : 3, OKTOBER 2015
6. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesian yang telah memberikan dana untuk pengabma program IbM tahun anggaran 2014-2015.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
44