113
Unmas Denpasar
UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI dan KUALITAS BUDIDAYA SERTA OLAHAN JAMUR TIRAM PUTIH di KABUPATEN BELU NTT MM.Endah Mulat Satmalawati,1. Nikolas Nik2 Sirilus Nafanu3 Agroteknologi,Fakultas Pertanian, 3Manajemen, Fakultas Ekonomi,
[email protected]
1, 2
ABSTRAK Usaha budidaya jamur tiram putih di Mutabuik dengan nama UD “Jamur Tiram Atambua”merupakan satu-satunya usaha budidaya jamur di wilayah Kabupaten Belu (Atambua) Nusa Tenggara Timur, dan masih jarang ditemui di daratan Timor (Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten/Kota Kupang). UD “Jamur Tiram Atambua” mampu membudidayakan 4.000 media dalam setiap periode tanam, dengan kondisi proses budidaya yang masih terbatas seperti alat sterilisasi, ruang inokulasi dan inkubasi yang berkapasitas terbatas dan belum memenuhi kondisi yang diharapkan untuk menunjang keberhasilan budidaya jamur tiram ini. Dengan makin besarnya permintaan pasar maka kapasitas budidaya jamur tiram ini maka diperlukan peningkatan kapasitas produksi dengan memperbaiki kondisi proses budidaya jamur. Kegiatan pengabdian masyarakat penerapan Ipteks yang telah dilakukan dapat meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah kemampuan kapasitas alat dan prasarana yang dibutuhkan, seperti alat sterilisasi, ruang inokulasi dan inkubasi yang semula berkapasitas 200 media dapat ditingkatkan menjadi 600 media. Dengan perbaikan teknik budidaya jamur tiram juga dapat meningkatkan kualitas hasil jamur tiram seperti massa tudung jamur tiram per media yang meningkat dan tudung jamur yang makin tebal dan putih. Meningkatnya kapasitas jamur tiram hasil budidaya berdampak pada peningkatan kapasitas kripik jamur tiram sebagai bentuk olahannya. Kapasitas produksi kripik jamur yang semula memiliki kapasitas per hari menghasilkan 5 kg kripik atau 30 kg per minggu, setelah dilakukannya kegiatan pengabdian kapasitas dapat ditingkatkan menjadi 2 x semula yaitu 10 kg per hari atau 60 kg per minggu. Selain itu kualitas kripik dapat ditingkatkan dengan adanya alat spinner (peniris minyak) yang membuat kripik jamur lebih kering dan lebih tahan pada saat disimpan pada kemasan. Metode yang diterapkan pada kegiatan pengabdian ini adalah berupa transfer Ipteks perbaikan proses budidaya jamur tiram yaitu desain alat sterilisasi, ruang inokulasi dan ruang inkubasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi jamur tiram dan juga perbaikan proses pembuatan kripik jamur untuk meningkatkan kualitas produk. Selain itu juga membantu memperbesar pangsa pasar dengan membuat sarana promosi seperti leaflet usaha sehingga dapat dikenal lebih luas masyarakat. Kata kunci: Jamur Tiram, UD “Jamur Tiram Atambua”, Peningkatan kapasitas produksi
ABSTRACT Pleurotus ostreatus cultivation in Motabuik Atambua is the only mushroom cultivation in the district of Belu Nusa Tenggara Timur, and still rare in mainland East (North Central Timor, South Central Timor and District City Kupang). Currently UD "Jamur Tiram Atambua" is able to cultivated 4,000 baglog in each planting period, the conditions of Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
114
Unmas Denpasar
cultivation process is still limited as sterilizer, space of inoculation and incubation capacity limited and does not meet the conditions that are expected to support the success of the Pleurotus ostreatus cultivation. With the growing market demand, the capacity of oyster mushroom cultivation is then necessary to increase production capacity by improving the condition of the mushroom cultivation process. The application of science and technology community service activities that have been carried out could increase production capacity by increasing the capacity of the tools and infrastructure required, such as instrument sterilization, inoculation and incubation space which was originally a capacity of 200 media can be increased to 600 media. With the improvement of Pleurotus ostreatus cultivation techniques can also improve the quality of Pleurotus ostreatus such as the rise and hood mushroom growing thick and white. Increased capacity of Pleurotus ostreatus cultivation results have an impact on increasing the capacity of Pleurotus ostreatus chips as a form of processed products. Besides the quality of the chips can be enhanced by the presence spinner tool which makes chips mushroom drier and more resistant when stored on the packaging. The method applied in service activities, and transfer of science and technology are the Pleurotus ostreatus cultivation process improvement is the design tool sterilization, inoculation and incubation room space which can increase the production capacity of Pleurotus ostreatus and chips manufacturing process improvements to improve product quality. It also helps to increase the market share by making a promotional tool such as leaflets effort so that the public can be more widely known. Keyword: Pleurotus ostreatus , UD “Jamur Tiram Atambua”, increasing capacity of product
PENDAHULUAN Usaha budidaya jamur tiram di Mutabuik merupakan satu-satunya usaha budidaya jamur di wilayah Kabupaten Belu (Atambua), dan masih jarang ditemui di daratan Timor (Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten/Kota Kupang). Budidaya jamur tiram putih ini telah dilakukan sejak tahun 2007 (9 tahun yang lalu) oleh keluarga muda bernama Bapak Johanes Santosa, seorang perantau dari Kediri Jawa Timur yang sudah tinggal di Atambua sejak tahun 1999. Dengan bermodalkan ketekunan dan keseriusan akhirnya ditemukan formulasi yang tepat untuk media jamur tiram putih berbahan dasar serbuk kayu jati, dengan hasil jamur tiram putih yang lebih tebal, warna lebih bersih dan lebih awet saat disimpan. UD “Jamur Tiram Atambua” dikerjakan sendiri oleh pemiliknya (Pak Santosa) yang dibantu oleh tiga (3) orang tenaga pria semuanya dengan ratarata pendidikan tamatan SMP yang menangani pencampuran media, pengisian media pada baglog, sterilisasi media, inokulasi hingga pemanenan jamur. Semua tahapan proses selalu dipantau sendiri oleh pemilik untuk dapat menjamin kualitas jamur tiram putih yang dihasilkan. Saat ini UD “Jamur Tiram Atambua” telah mampu membuat bibit awal (F-0) sendiri, yang sebelumnya selalu didatangkan dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun dengan ketekunan yang dimiliki UD “Jamur Tiram Atambua” telah berhasil membuat bibit awal yang telah diujikan di IPB sehingga menjamin kualitas bibit yang akan ditanam. UD “Jamur Tiram Atambua” mampu membudidayakan 4.000 media dalam setiap periode tanam. Selama 1 tahun dapat dilakukan budidaya sebanyak dua kali, dengan siklus
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
115
Unmas Denpasar
budidaya selama 3 bulan dan panen selama 4-5 minggu (1,5 bulan), dan dilakukan terus menerus setiap hari tergantung dari jamur tiram yang dihasilkan. Mengingat begitu banyak manfaat dan khasiat dari jamur tiram ini, maka pengembangan jamur tiram putih perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil. Prospek budidaya jamur tiram ini sangat bagus, terbukti permintaan terus meningkat dari waktu-ke waktu. Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai gizi dari produk bahan pangan membuat permintaan pasar pada jamur tiram ini semakin meningkat. Selain dipasarkan dalam bentuk segar jamur tiram putih ini dapat dibuat olahan makanan ringan yang menarik seperti kripik jamur yang crispi dan renyah. Pengerjaan dilakukan oleh UD “Berdikari” yang sudah bermitra lama dengan UD “Jamur Tiram Atambua” Usaha pembuatan kripik jamur ini bermula hanya sekedar coba-coba dan untuk konsumsi sendiri, namun setelah dicoba dipasarkan dan dikenal sebagian orang akhirnya dikembangkan menjadi olahan yang dijual dipasaran. Bahan dasar kripik jamur ini adalah tudung jamur tiram yang bentuk dan penampakannya kurang bagus, jika dipasarkan dalam bentuk segar konsumen kurang menyukainya, sehingga dibuat terobosan diolah menjadi kripik jamur. Pengolahan jamur tiram menjadi kripik dikerjakan oleh 3 orang tenaga wanita. Formula untuk menjadikan kripik jamur ini renyah (crispy) sesuai dengan kesukaan konsumen telah dimiliki oleh UD “Berdikari” sehingga keberadaan produk kripik jamur ini selalu dinantikan oleh konsumen. Stok dipasaran selalu cepat habis dan UD “Berdikari” belum memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Terdapat tiga permasalahan yang dihadapi oleh UD “Jamur Tiram Atambua” yaitu 1) sterilisasi media, 2) tahapan inokulasi dan 3) tahapan inkubasi. METODE PELAKSANAAN Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah dengan pendekatan partisipatif dengan melibatkan peran aktif mitra dalam menentukan desain alat-alat terutama yang dibutuhkan dalam perbaikan proses budidaya jamur tiram putih. Selain itu dilakukan juga pelatihan terkait dengan penggunaan alat yang baru.
Gambar 10. Diskusi dengan mitra untuk menyamakan persepsi desain alat yang akan dibuat untuk perbaikan proses budidaya jamur tiram
Metode juga dilakukan berupa perbaikan teknis budidaya jamur utamanya pada proses sterilisasi dengan metode baru yaitu sterilisasi uap dan juga perbaikan waktu sterilisasi dari Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
116
Unmas Denpasar
10 jam menjadi 8 jam. Perbaikan juga dilakukan pada proses inokulasi jamur yang membutuhkan ketelitian agar tidak terjadi kontaminasi. Demikian juga dengan ruang inkubasi yang membutuhkan suhu ideal 30-350C diperlukan ruang yang kondusif agar suhu dapat terjaga dengan baik. Pada pelatihan melibatkan juga mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Timor. Keterlibatan mahasiswa diharapkan membuka wawasan dan dapat memupuk jiwa wirausaha bagi mahasiswa setelah lulus nanti.
Gambar 11. Pelatihan inokulasi jamur pada ruang yang baru dan alat sterilisasi uap yang melibatkan mahasiswa program studi Agroteknologi Unimor
HASIL dan PEMBAHASAN Peningkatan Kapasitas Produksi Kegiatan pengabdian masyarakat IbM yang dilakukan salah satunya tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan memperbaiki peralatan ataupun sarana yang digunakan sebelumnya untuk budidaya jamur tiram putih. Perbaikan teknik budidaya jamur tiram putih yang meliputi proses sterilisasi, proses inokulasi dan inkubasi pada kegiatan IbM ini secara signifikan meningkatkan kapasitas produksi jamur tiram putih yang dikelola oleh UD “Jamur Tiram Atambua”. Alat Sterilisasi Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikendaki. Sterilisasi pada suhu 121°C dengan cara direbus membutuhkan waktu selama 4 jam (Susilawati dan Budiraharjo, 2010).
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
117
Unmas Denpasar
Gambar 1. Sterilisasi sederhana secara langsung (model pengkusan) kapasitas 200 media
Proses sterilisasi yang dilakukan di UD “Jamur Tiram Atambua“ menggunakan drum dengan model pengukusan langsung dengan kapasitas 200 baglog untuk sekali proses sterilisasi, dengan lama waktu 10 jam. Proses sterilisasi selain digunakan untuk menghilangkan mikroba patogen, juga berfungsi untuk mempercepat pelapukan serbuk kayu jati yang memiliki karakteristik cenderung lama terurainya (lama proses sterilisasi ini merupakan hasil trial and error Pak Santosa sehingga diperoleh media berbahan dasar serbuk kayu jati yang baik bagi pertumbuhan jamur tiram). Sehingga untuk mensterilkan jumlah baglog yang akan ditanam bibitsejumlah 4.000 memerlukan periode waktu yang sangat lama yaitu 20 hari, karena dalam sehari hanya dapat dilakukan sterilisasi sekali proses saja (kapasitas 200 baglog) dimulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 18.00 (selama 10 jam) dan dilanjutkan dengan pendinginan dengan cara membuka penutup drum dan dibiarkan 3-4 jam, proses sterilisasi sampai pendinginan berakhir pada jam 21.00, oleh karena itu untuk proses selanjutnya dilakukan pada keesokan harinya. Kegiatan pengabdian masyarakat berupa penerapan Ipteks ini menyempurnakan desain alat sterilisasi yang berkapasitas lebih besar sehingga dapat lebih menghemat waktu. Kapasitas baru alat sterilisasi adalah 600 baglog ( 3 x lebih besar dari kapasitas alat sterilisasi yang lama) dapat memperpendek waktu penyelesaian proses sterilisasi yang semula untuk 4.000 baglog per proses produksi diperlukan waktu 20 hari, maka dengan kapasitas alat yang baru dan model sterilisasi uap ini proses sterilisasi 4.000 baglog dapat diselesaikan dalam waktu maksimal 7 hari. Waktu sterilisisasi juga diperbaiki sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desna, dkk (2010), tentang Kajian Proses Sterilisasi edia Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan, ternyata waktu sterilisasi selama 8 jam jauh lebih efektif dibandingkan dengan lama sterilisasi selama 10 jam. Sterilisasi media selama 8 jam menghasilkan massa jamur tiram lebih berat dibandingan dengan lama waktu sterilisasi 10 jam. Sehingga pada tahapan sterilisasi ini telah ada transfer Ipteks dari hasil penelitian yang menunjang peningkatan kualitas proses yang dilakukan.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
118
Unmas Denpasar
Gambar 2. Penyempurnaan alat Sterilisasi : sterilisasi uap berkapasitas 600 media
Kapasitas produksi jamur tiram dapat ditingkatkan dengan peralatan sterilisasi yang baru, dari 4.000 baglog per siklus produksi menjadi 6.000 baglog per produksi dengan penyelesaian waktu 10 hari, sehingga masih menghemat waktu 50% dari penggunaan peralatan sterilisasi yang lama. Alat /ruang inokulasi Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga menghasilkan jamur yang siap panen (Suriawiria, 2002). Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit yang dilakukan di UD”Jamur Tiram Atambua adalah sebagai berikut: tenaga kerja yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci tangan dengan alkohol, dan menggunakan pakaian bersih. Selanjutnya spatula disterilkan dengan menggunakan alkohol 70% dan dibakar dan diteruskan dengan membuka sumbatan kapas baglog, diambil bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok teh dan diletakkan ke dalam baglog. Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas kembali. Media baglog yang telah dinokulasi dikondisikan bersuhu 22 - 28º C untk mempercepat pertumbuhan miselium.
Gambar 3. Ruang inokulasi yang kurang higienis berkapasitas 200 media
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
119
Unmas Denpasar
Kondisi ruang inokulasi yang baru setelah kegiatan pengabdian masyarakat IbM dengan luasan ruang yang memadai untuk 600 baglog dan bersih akan mendukung budidaya jamur tiram dengan lebih higienis. Ruangan inokulasi yang baru juga sangat mudah dibersihkan karena berlantaikan porselin. Dengan kapasitas yang baru yaitu untuk 600 baglog per proses inokulasi dapat meningkatkan kapasitas produksi jamur tiram.
Gambar 4. Ruang inokulasi yang bersih dan higienis Setelah Kegiatan IbM berkapasitas 600 media
Proses inokulasi yang semula berkapasitas 200 media sekarang dengan ruang inokulasi yang baru yaitu 2, 5 m x 3 m x 2,5 m yang mampu menampung 600 media secara signifikan mempersingkat waktu proses. Dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan UD “Jamur Tiram Atambua” sebagai mitra-1 dapat meningkatkan kapasitas produksinya ke depan. Proses yang semula memerlukan waktu 90 hari (3 bulan) dari sterilisasi, inokulasi, inkubasi hingga pertumbuhan, pemeliharaan dan panen, maka dengan perbaikan proses waktu yang diperlukan untuk sekali siklus produksi (4.000 baglog) dari sterilisasi hingga pemanenan diperlukan waktu 75 hari, sehingga menghemat waktu 15 hari. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi UD “Jamur Tiram Atambua” untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi dengan melihat makin luasnya permintaan pasar akan jamur tiram putih. Ruang inkubasi Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkan media tanam yang telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh. Tujuanya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan miselia. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap inkubasi ini adalah: suhu ruang pertumbuhan miselia jamur antara 28–35ºC untuk mempercepat pertumbuhan miselium, media baglog yang telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang inkubasi. Proses inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam baglog berwarna putih merata setelah 20-30 hari, perlu pengendalian suhu ruang mencapai 25 – 33oC (Susilawati dan Budi Raharjo, 2010) Keadaan ruang inkubasi yang kurang ideal menyebabkan suhu ruang sesuai dengan persyaratan pertumbuhan jamur tiram kurang konsisten terpenuhi. Hal ini dapat mempengaruhi hasil jamur tiram yang dibudidayakan. Inkubasi merupakan tahapan sebelum jamur tiram dipindahkan di ruang budidaya. Keberhasilan pembentukan miselium pada tahap inkubasi akan sangat menunjang hasil dari jamur tiram yang dibudidayakan.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
120
Unmas Denpasar
Ruang inkubasi lama terkesan kurang ideal karena berbahan plastik yang mudah rusak.
Gambar 5. Ruang inkubasi UD”Jamur Tiram Atambua
Sedangkan pada ruang inkubasi yang baru dengan ukuran ruangan lebih besar yaitu 8 m x 2,5 m x 2,5 m juga terdapat perbaikan bahan seperti rak yang terbuat dari rangka besi dan dibuatkan kubung (penutup ruang inkubasi) dengan bahan lebih tebal sehingga dapat memenuhi suhu ideal ruang inkubasi yang memerlukan suhu lebih tinggi dari suhu ruang untuk dapat memacu pertumbuhan miselium jamur. Tahap inkubasi dilakukan selama 30-35 hari sebelum dipindahkan ke ruang pertumbuhan sampai dengan panen.
Gambar 6. Ruang inkubasi UD”Jamur Tiram Atambua SETELAH kegiatan IbM
Peningkatan kualitas Produksi Peningkatan kualitas produksi jamur tiram ditunjukkan dengan hasil penen yang diperoleh. Dengan peralatan dan sarana yang lama masa jamur tiram per baglog yang dipanen adalah 50 g sedangkan dengan peralatan dan sarana yang baru hasil panen meningkat menjadi 100 g per baglog dengan tudung jamur tiram lebih tebal dan kenampakan lebih putih bersih.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
121
Unmas Denpasar
Gambar 12. Hasil panen jamur tiram dengan tudung yang lebih putih dan massa tudung per baglog meningkat
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desna, dkk (2010), tentang Kajian Proses Sterilisasi edia Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan, ternyata waktu sterilisasi selama 8 jam jauh lebih efektif dibandingkan dengan lama sterilisasi selama 10 jam yang menghasilkan jamur tiram putih dengan masa lebih besar per baglog. Tabel 1. Perbandingan waktu proses dalam skala satukali produksi (4000 media)
Item pengamatan
Peralatan /sarana SEBELUM kegiatan IbM
Peralatan/sarana SETELAH kegiatan IbM
Proses sterilisasi
Kapasitas 200 media lama proses 10 jam memerlukan waktu 20 hari untuk penyelesaian proses sterilisasi dalam satu kali siklus produksi
Kapasitas 600 media lama proses 8 jam memerlukan waktu 6-7 hari untuk penyelesaian proses sterilisasi dalam satu kali siklus produksi (proses 3x lebih cepat dari proses yang lama)
Proses Inokulasi jamur
Ruang inokulasi berkapasitas 200 media
Ruang inokulasi berkapasitas 600 media (kapasitas 3 x ruang inokulasi lama)
Proses Inkubasi Jamur
Suhu ruang kurang ideal
Suhu ruang ideal untuk inkubasi jamur dapat terjaga dengan baik (30-350C)
Proses panen
Masa jamur tiram per baglog 50 g
Masa jamur tiram per baglog 100 g dengan kenampakan tudung jamur tiram lebih tebal dan warnanya lebih putih
Proses penirisan minyak untuk kripik jamur
Ditiriskan secara manual masih ada minyak yang tersisa
Ditiriskan dengan alat spinner sehingga kripik jamur yang dihasilkan lebih garing
Peningkatan kepercayaan konsumen Peningkatan kapasitas produksi harus diimbangi dengan perluasan pangsa pasar. Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan juga peningkatan promosi produk pembuatan leaflet usaha, sehingga masyarakat makin mengetahui keberadaan jamur tiram putih ini. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
122
Unmas Denpasar
Sarana promosi ini diharapkan akan semakin mengenalkan manfaat jamur tiram yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai olahan. Leaflet usaha tentang budidaya jamur tiram yang diproduksi oleh UD Jamur tiram Atambua dibuat dengan tujuan makin mengenalkan jamur tiram ini pada masyarakat luas dengan aneka manfaatnya. Karena ada beberapa kalangan masyarakat yang masih takut mengkonsumsi jamur dengan alasan beracun. Dengan adanya leflet usaha yang menggambarkan proses budidaya jamur tiram putih yang dilakukan dengan bersih, steril dan higienis akan memberikan pencerahan bagi masyarakat bahwa mengkonsumsi jamur tiram putih hasil budidaya dari UD “Jamur Tiram Atambua” adalah aman.
Gambar 8. Leaflet usaha untuk sarana promosi jamur tiram
Meskipun di wilayah Atambua keberadaan jamur tiram sudah cukup dikenal, namun perluasan pangsa pasar (selain di Atambua seperti TTU sebagai Kabupaten terdekat dengan Belu) harus dilakukan karena adanya peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan dengan perbaikan-perbaikan peralatan penunjang peningkatan produksi jamur tiram ini. Perbaikan Proses Pembuatan Kripik Jamur Pengolahan kripik jamur tiram yang dilakukan oleh UD “Berdikari” memiliki permasalahan yaitu pemenuhan kapasitas produksi. Hasil olahan kripik jamur tergantung pada bahan dasar yang tersedia. Hal ini bergantung dari mitra pertama yaitu UD “Jamur Tiram Atambua” sebagai pemasok bahan dasarnya. Selain memiliki permasalahan kuantitas produksi, pengolahan jamur kripik jamur juga terkendala masalah kualitas. Hasil kripik yang dibuat cenderung masih berminyak dan kurang awet dalam kemasan. Keberadaan minyak pada kripik jamur tiram akan membuat produk cepat rusak (kecenderungan cepat tengik karena proses oksidasi minyak) sehingga akan berdampak pada daya tarik konsumen. Sampai dengan saat ini kripik jamur dibuat dengan peralatan yang sederhana, penirisan minyak setelah digoreng tidak begitu maksimal. Untuk itu pada kegiatan pengabdian masyarakat IbM diadakan alat peniris minyak (spinner) berkapasitas 3 kg. Alat spinner dapat meminimalkan minyak dalam produk yang digoreng, sehingga produk menjadi kering dan lebih awet. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
123
Unmas Denpasar
Gambar 7. Alat spinner (peniris minyak) pasca penggorengan kripik jamur
KESIMPULAN 1. Perbaikan proses budidaya jamur tiram dapat meningkatkan kapasitas produksi 2. Perbaikan proses budidaya jamur tiram dapat memperbaiki kualitas jamur tiram hasil panen 3. Perbaikan proses pembuatan kripik jamur tiram dapat meningkatkan keawetan produk selama disimpan dalam kemasan 4. Kepercayaan konsumen dapat ditingkatkan melalui sarana promosi DAFTAR PUSTAKA Desna. 2010. Kajian Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan. IPB. Suriawiria U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Susilawati dan Budi Raharjo, 2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleourotus ostreatus var florida) yang Ramah Lingkungan. Materi Pelatihan Agribisnis. BPTP Sumatera Selatan
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016