KELAYAKAN USAHADAN NILAI TAMBAH OLAHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI BEKASI
SARAH PUTRI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi”adalah benar karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Sarah Putri NRP. H34090104
ABSTRAK SARAH PUTRI. Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi.Dibimbing oleh RITA NURMALINA. Bekasi sebagai salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki jumlah produksi jamur terendah.Faktor iklim dan temperatur di Bekasi tidak mendukung untuk produksi jamur.Meskipun demikian, hal itu tidak membuat pengusaha jamur patah semangat dalam membudidayakan jamur tiram putih di Bekasi.Salah satu pengusaha jamur tiram putih di Bekasi adalah CV. Megah Makmur Sentosa.CV. Megah Makmur Sentosa berencana untuk mengembangkan usaha jamur tiram putih melalui pembangunan kumbung baru berkapasitas besar untuk memaksimalkan produksi di daerah Bekasi.Studi kelayakan bisnis diperlukan guna menganalisis rencana usaha jamur tiram putih.Aspek utama di dalam kelayakan adalah aspek non finansial dan aspek finansial.Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi, dan lingkungan.Analisis juga dilakukan pada perubahan yang terjadi di sekitar bisnis dengan menggunakan analisis switching value.Switching value digunakan untuk menganalisis perubahan maximum dari biaya dan manfaat. Lebih dari itu, analisis nilai tambah adalah alat analisis lain yang digunakan dalam menghitung produksi jamur tiram putih. Hasil analisis akan menunjukkan kelayakan investasi dalam pelaksanaan bisnis jamur tiram putih. Hasil analisis menunjukkan bahwa, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 170.590.527,00, nilai IRR sebesar 59,60 persen, Net B/C sebesar 2,50 dan DPP selama 4,44 tahun. Sedangkan pada analisis sensitivitas melalui metode switching value diperoleh batas maksimal penurunan jumlah output sebesar 15,85 persen penurunan harga jamur tiram sebesar 18,28 persen, dan kenaikan biaya gas LPG sebesar 589, 66 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih peka terhadap perubahan output dan harga jual jamur namun tidak peka terhadap perubahan biaya gas LPG. Analisis nilai tambah yang dilakukan pada kedua produk olahan jamur tiram menunjukkan bahwa pengolahan nugget jamur memiliki nilai tambah sebesar Rp 54.295,00 per kilogram sedangkan pengolahan jamur crispy memiliki nilai tambah sebesar Rp 25.545,00 per kilogram. Hal ini menunjukkan bahwa produk nugget jamur memiliki nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk jamur crispy. Kata kunci : jamur tiram putih, studi kelayakan, arus kas, switching value, nilai tambah.
ABSTRACT SARAH PUTRI. Feasibility Business and Value Added White Oyster Mushroom (Pleurotus ostreatus) in Bekasi.Supervised by RITA NURMALINA. Bekasi is one of the area in West Java which has the lowest producing mushroom. The weather and the temperatures factor in Bekasi did not support the mushroom production. Nevertheles, it did not discourage the mushroom preneur to passion the oyster mushroom cultivation in Bekasi. One of them is CV. Megah Makmur Sentosa. Therefore, CV. Megah Makmur Sentosa has a plan to develop the oyster mushroom bussines through build a newlarge capasity kumbung to
maximazing production capacity in a area in Bekasi. Feasibility study needs to analize a oyster mushroom bussiness. The main aspects in feasibility are nonfinancial aspect and financial aspect. Non-financial aspect are market, technical, management, legal, social, economy and enviromental. It’s also analyze many changes around bussiness using switching value. Switching value was used to analyze maximum changes in cost and benefit. More over, value added was another analysis tool that calculated the oyster mushroom product. The results will show feasible of investment to implement the oyster mushroom business. The results of the financial analysis showed, the NPV value is Rp 170.590.527, IRR value is 59,60 percent, Net B/C value is 2,50 and discounted payback periodfor 4,44 years. While the analysis of the sensitivity with using switching value method obtained the maximum limit of output reduction is 15,85 percent, maximum limit of oyster mushrooms price reduction is 18, 28 percent, and the increase ofgas LPG cost is 589, 66 percent. Results of analysis showed that business of white oyster mushrooms are sensitive in changes of output and price of white oyster mushroom but is not sensitive in changes of LPG gas cost. Valueadded analysis on these two products of process white oyster mushroom as nugget and crispy mushroom showed that the value addedof nugget is Rp 54.295 per kilogram while value added of crispy mushroom is Rp 25.545 per kilogram. This was showed that nugget product has a value added larger than crispy mushroom products. Keywords : white oyster mushroom, feasibility study, cash flow, switching value, value added.
KELAYAKAN USAHADAN NILAI TAMBAH OLAHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI BEKASI
SARAH PUTRI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi : Sarah Putri : H34090104
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina,MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis terutama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Olahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Di Bekasi”.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Ir Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan Ir Joko Purwono, MS selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan Departemen Agribisnis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji serta memberikan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu ProfDr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis FEM IPB. Penghargaan penulis sampaikan kepada Keluarga Bapak Paryanto selaku pemilik CV. Megah Makmur Sentosa, Bapak Marno, Bapak Elang, Bapak Anggit, dan Ibu Yekti, Ibu Egiz atas arahan dan bantuan yang telah diberikan selama penulis mengumpulkan data di lokasi penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Hartono Hadiwardojo dan Ibunda Yoel Fattah, ketiga saudara tersayang (Muhammad Irfan SKomdan Rizky Fajar SE serta adik Nailan Fadhly) atas kasih sayang, motivasi, semangat serta doanya demi kelancaran dan kesuksesan penulis. Akhmad Aksanul Takwin AMd sebagai motivator terbaik yang telah memberikan dukungan dan semangat selama proses penyusunan skripsi. Sahabat terbaik sejak TPB hingga sekarang yaitu Hanifatun Nufusia, Evi Astuti, Lita Hidayati, Fitri Agustina, Sara Aisya Safira, Arido Yugovelman, Karim Mustofa, Sobandi Wiguna, Dina Rosyidha atas kekeluargaan, keceriaan dan dukungan yang diberikan.Terimakasih dan tetap semangat kepada Teman-teman Agribisnis 46. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013
Sarah Putri
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Jamur di Indonesia Jamur Tiram Sarana Produksi jamur Tiram Budidaya Jamur Tiram Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Manfaat dan Biaya Studi Kelayakan Bisnis Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Analisis Sensitivitas Konsep Nilai Tambah Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Responden Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Definisi Operasional Asumsi Dasar yang Digunakan GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan Produksi Pemasaran Manajemen HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Non Finansial Aspek Pasar Potensi Pasar Pemasaran Perkiraan penjualan Hasil Analisis Aspek Pasar Aspek Teknis Lokasi Usaha
vi vii viii ix 1 5 7 8 8 8 8 9 10 12 13 17 17 17 18 19 23 23 24 27 27 27 27 28 32 34 34 34 36 37 38 39 39 39 40 42 45 46 47 47
Skala Usaha Penentuan Kapasitas Produksi Layout Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Proses Produksi Hasil Analisis Aspek teknis Aspek Manajemen Struktur Organisasi Manajemen Hasil Analisis Aspek Manajemen Aspek Hukum Bentuk Badan Usaha Izin Usaha Hasil Analisis Aspek Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Analisis Aspek Finansial Arus Penerimaan (Inflow) Arus Pengeluaran (Outflow) Biaya Investasi Biaya Reinvestasi Biaya Operasional Pajak Penghasilan Analisis Laba Rugi Analisis Kelayakan Finansial Analisis Switching Value Hasil Analisis Aspek Finansial Analisis Nilai Tambah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
48 49 50 54 55 59 59 59 60 61 61 61 62 62 62 63 63 63 67 67 72 72 80 81 82 83 85 85 89 89 90 90 93
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7
Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain (dalam persen) Kandungan asam amino esensial (gram per 100 gram protein) Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 Produksi jamur tahun 2007-2011 menurut kabupaten dan kota di Jawa Barat Prosedur analisis nilai tambah metode hayami Data jumlah penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restaurant di Kota Bekasi Tahun 2006-2007 Daftar permintaan pengepul dan pedagang terhadap produk jamur
1 2 3 4 32 40
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa per hari Perkembangan produksi jamur di Bekasi tahun 2007-2012 Perhitungan proyeksi perkembangan jamur di Bekasi Jumlah produksi dan nilai penjualan CV.Megah Makmur Sentosa Nilai sisa pembangunan kumbung baru CV.Megah Makmur Sentosa Biaya pembangunan kumbung ukuran 24x15 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Biaya pembangunan kumbung ukuran 8x10,5 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Biaya pembangunan tempat produksi ukuran 28x4 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Biaya pembangunan saung karyawan ukuran 5x5 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Biaya investasi usaha jamur tiram putih CV.Megah Makmur Sentosa Biaya reinvestasi CV. Megah Makmur Sentosa Rincian gaji karyawan CV. Megah Makmur Sentosa Biaya tetap usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa Biaya variabel CV.Megah Makmur Sentosa Pajak penghasilan CV.Megah Makmur Sentosa (dalam Rp) Laba bersih usaha jamur tiram putih CV.Megah Makmur Sentosa Rekapitulasi hasil analisis finansial CV.Megah Makmur Sentosa Hasil analisis switching value CV.Megah Makmur Sentosa Perhitungan nilai tambah pengolahan jamur crispy dan nugget jamurdalam satu kali proses produksi
41 45 46 66 67 67 68 68 69 71 72 73 74 80 81 81 82 83 87
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Proporsi kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB Nasional2009-2010 Alur kerangka pemikiran operasional kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih Hubungan antara NPV dan IRR Saluran pemasaran jamur CV.Megah Makmur Sentosa Alur distribusi langsung produk jamur tiram Alur distribusi langsung produk bibit dan baglog Alur distribusi tidak langsung CV. Megah Makmur Sentosa Rencana kondisi rak dan penaruhan baglog pada kumbung Rencana layout kumbung 30.000 baglog Rencana layout kumbung ukuran 8x10,5 meter Rencana layout bangunan produksi Rencana layout saung karyawan Alur produksi jamur CV. Megah Makmur Sentosa Struktur organisasi budidaya jamur CV. MMS
3 25 30 38 44 44 44 51 52 52 53 54 58 60
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa pada tahun 2012 Resume produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa pada tahun 2012 Hasil produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa pada tahun 2012 Layout lokasi usaha Siklus produksi jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa Produksi jamur menurut kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2007-2012 Laba rugi usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa Cashflow usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa Analisis switching value (penurunan jumlah output (jamur tiram, baglog, dan bibit) sebesar 15,85 %) Analisis switching value (penurunan harga output jamur tiram sebesar 18,28 %) Analisis switching value (kenaikan harga gas LPG 589,65 %)
93 94 94 95 96 101 102 103 104 105 106
1
PENDAHULUAN Latar belakang Sektor pertanian berperan penting dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa. Komoditas hortikultura merupakan salah satu produk yang berperan dalam menempati posisi penting untuk dikembangkan. Salah satu produk komoditas hortikultura ialah sayuran. Sayuran sebagai salah satu komoditas hortikultura yang unggul, kebutuhannya kini semakin meningkat hal itu seiring perkembangan jumlah penduduk dan teknologi yang juga semakin berkembang pesat. Pengetahuan yang semakin berkembang membawa penduduk untuk mengetahui lebih luas akan manfaat pemenuhan gizi yang seimbang. Hal itu juga berdampak pada sikap penduduk yang semakin selektif dalam memilah-milah makanan guna pemenuhan gizi yang seimbang. Jamur merupakan salah satu produk hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan mudah. Menurut H.M Kudrat Slamet, Ketua Umum Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI), jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), merupakan salah satu jenis jamur yang diminati konsumen, disamping jenis jamur lainnya seperti jamur merang, jamur kuping, champignon dan shiitake. Proses budidaya jamur tiram relatif mudah dilakukan, dimana proses budidaya sehingga menghasilkan jamur tiram segar hanya memerlukan kumbung dan bibit jamur yang tersedia dalam bentuk baglog. Ketika dalam proses budidaya, jamur tiram termasuk salah satu jamur dengan resiko gagal panen yang sangat kecil karena faktor hama penyakit. Selain itu, kandungan gizi jamur tiram lebih kaya dan lebih lengkap dibandingkan nutrisi komoditas sayuran yang lain (Tabel 1). Tabel 1 Perbandingan kandungan gizi jamur dengan bahan makanan lain (Dalam Persen)a Bahan makanan Protein Lemak Karbohidrat Jamur merang 1,8 0,3 4,0 Jamur tiram 27,0 1,6 58,0 Jamur kuping 8,4 0,5 82,8 Bayam 2,2 1,7 Kentang 2,0 20,9 Kubis 1,5 0,1 4,2 Seledri 1,3 0,2 Buncis 2,4 0,2 Daging sapi 21,0 5,5 0,5 a Sumber : Nurjayadi dan Martawijaya 2010 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jamur tiram memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang lebih tinggi ketika dibandingkan dengan komoditas sayuran lain seperti kentang dan kubis, dan jika dibandingkan dengan daging sapi, jamur tiram memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi namun memiliki kandungan lemak yang rendah. Begitupun jika dibandingkan dengan kandungan protein dari jamur merang dan jamur kuping, jamur tiram lebih unggul kandungan proteinnya.
2 Kandungan nutrisi jamur tiram yang lengkap dapat dilihat berdasarkan kandungan asam amino yang terdapat pada jamur tiram. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jamur tiram memiliki kandungan asam amino yang tinggi. Kandungan asam amino dari jamur tiram hampir setara dengan kandungan asam amino pada telur ayam. Pada dasarnya, asam amino merupakan senyawa penyusun protein, yang mana kandungan asam amino merupakan bahan dasar penyusun tubuh manusia dan hewan (Ardiasyah 2006). Dengan kandungan asam amino yang tinggi, jamur tiram dapat digunakan sebagai makanan dengan sumber protein nabati yang sangat dianjurkan. Tabel 2 Kandungan asam amino esensial (gram per 100 gram protein)a Asam amino Jenis Jamur Telur ayam Kancing Shiitake Tiram Putih Merang Leusin 7,5 7,9 7,5 4,5 8,8 Isoleusin 4,5 4,9 5,2 3,4 6,6 Valin 2,5 3,7 6,9 5,4 7,3 Triptopan 2 1,1 1,5 1,6 Lisin 9,1 3,9 9,9 7,1 6,4 Treonin 5,5 5,9 6,1 3,5 5,1 Fenilalanin 4,2 5,9 3,5 2,6 5,8 Metionin 0,9 1,9 3 1,1 3,1 Histiadin 2,7 1,9 2,8 3,8 2,4 Total 38,9 36 46 32,9 47,1 a Sumber : Nurjayadi dan Martawijaya 2010 Usaha budidaya jamur tergolong usaha industri kecil dan rumah tangga atau biasa disebut Usaha Kecil Menegah (UKM). Sebagai bagian dari agroindustri rumah tangga, budidaya jamur berperan penting dalam perekonomian negara. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Menengah berperan dalam meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong munculnya industri yang lain (Soekartawi 2000). Tabel 3 menunjukkan banyaknya usaha dan tenaga kerja yang terserap oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Tabel 3 menunjukkan bahwa UKM merupakan usaha yang cukup besar yang berkembang di Indonesia dengan perkembangan sebesar 3,43 persen dari tahun 2009 ke tahun 2010 yakni dengan jumlah usaha sebanyak 52.764.603 meningkat menjadi 53.823.732 pada tahun 2010. Selain itu, tenaga kerja yang terserap pada UKM juga merupakan tenaga kerja dengan jumlah yang besar, yakni sebesar 99.401.775 pekerja dengan peningkatan jumlah pekerja sebesar 3,32 persen dari tahun 2009 ke tahun 2010. Adapun jumlah pelaku UKM pada tahun 2012 diprediksi mencapai 4.479.132 unit. Estimasi pertumbuhan pelaku usaha tersebut mencerminkan bahwa setiap pertumbuhan 1 persen PDB akan menciptakan 42.797 pelaku usaha baru di Indonesia.1 Besarnya jumlah UKM di Indonesia membuat usaha ini berkontribusi cukup besar dalam menghasilkan
1
[Departemen Koperasi]. 2012. UKM di Indonesia berkontribusi dalam menghasilkan PDB Nasional [internet]. [diunduh 2012 Okt 11]. Jakarta (ID). Departemen Koperasi: Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view
3
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, Adapun besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional terlihat pada Gambar 1. Tabel 3 Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 a No.
1.
Skala Usaha
Usaha Mikro 2. Usaha Kecil 3. Usaha Menengah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 4. Usaha Besar JUMLAH a
Jumlah Pelaku Usaha (usaha) 2009 2010 52.176.795 53.207.500
(%)
1,98
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 2009 2010 90.012.694 93.014.759
(%)
3,34
546.675
573.601
4,93
3.521.073
3.627.164
3,01
41.133
42.631
3,64
2.677.565
2.759.852
3,07
52.764.603
53.823.732
2,01
96.211.332
99.401.775
3,32
4.677
4.838
3,43
2.674.671
2.839.711
6,17
52.769.280
53.828.569
2,01
98.886.003 102.241.486
3,39
Sumber : Departemen Koperasi 2010
Gambar 1 Proporsi kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB Nasional 2009-2010.2 Sumber : Departemen Koperasi, 2010 (Diolah)
Berdasarkan gambar 1 dapat dinyatakan bahwa terdapat kontribusi yang cukup besar dari sektor Usaha Kecil Menengah terhadap perekonomian negara 2
[Departemen Koperasi]. 2010. Proporsi Kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional 2009-2010. [Diunduh 2012 Okt 11]. Jakarta (ID): Departemen Koperasi: Tersedia pada: http://www.depkop.go.id//
4 khusunya peningkatan PDB Nasional. Dengan total persentase sebesar 56,53 persen pada tahun 2009 kemudian meningkat menjadi 57,12 persen di tahun 2010 yaitu dengan sumbangan sebesar Rp 3.466.393,3 milyar dari total PDB Nasional. Hal itu menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan yang penting dalam perekonomian nasional sekaligus memperkuat stabilitas nasional. Salah satu UKM di bidang pertanian yang kini perkembangannya mulai dirasakan manfaatnya adalah budidaya jamur. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra dan kawasan yang potensial untuk pengembangan dan produksi jamur. Beberapa daerah yang dikembangakan untuk budidaya jamur di Jawa Barat, antara lain Kabupaten Karawang, Bogor, Subang, Sukabumi, Bandung Barat, Indramayu, dan Bekasi (Tabel 4). Terlihat pada Tabel 4 bahwa Kabupaten Bekasi termasuk pada daerah penghasil jamur terendah bila dibandingkan daerah lain pada Provinsi Jawa Barat, yakni dengan produksi jamur pada tahun 2011 sebesar 91.365 kg per periode produksi. Namun, dengan memiliki rata-rata tingkat produksi jamur yang semakin meningkat, menunjukkan Kabupaten Bekasi masih tergolong potensial untuk pengembangan produksi jamur, hal itu juga dihubungkan dengan permintaan jamur di daerah Bekasi yang semakin meningkat. Tabel 4 Produksi jamur tahun 2007-2011 menurut kabupaten dan kota di Jawa Barata No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. a
Kabupaten/ Kota Bogor Sukabumi Karawang Bandung Barat Subang Indramayu Bekasi
2007 4.410 467 46.145 0 2.719 2.914 25.157
2008 638.969 1.566 3.811.559 390.401 348.100 27.775 35.239
Tahunb 2009 26.167 645 1.851.128 1.004.884 679.911 57.657 161.620
2010 696.483 473.787 7.304.916 4.418.284 4.663.867 57.413 122.624
2011 2.724.851 620.755 18.377.013 7.860.090 2.269.471 127.160 91.365
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2012 (Diolah) ; Satuan dalam Kilogram
b
Menurut pemaparan pengusaha jamur di Bekasi yaitu pemilik CV. Megah Makmur Sentosa, salah satu faktor penyebab kurangnya produksi jamur di Bekasi adalah iklim yang tidak mendukung untuk pertumbuhan jamur yang optimal. Meskipun demikian, dengan banyaknya permintaan jamur di Daerah Bekasi, usaha budidaya jamur tiram akan tetap memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Kecamatan Bantar Gebang merupakan salah satu kecamatan penghasil jamur di daerah Bekasi. Jamur yang diusahakan adalah jenis jamur tiram putih. Pasokan jamur tiram segar terbesar di Bekasi berasal dari budidaya yang di lakukan oleh para petani jamur di Kecamatan Bantar Gebang, salah satunya yaitu CV. Megah Makmur Sentosa yang merupakan salah satu produsen jamur tiram putih yang berada di Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.
Perumusan Masalah
5
CV. Megah Makmur Sentosa adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengusahaan jamur tiram putih. Pengusahaan jamur tiram putih berkisar pada kegiatan pengomposan, pembibitan, pengadukan, penanaman, pemeliharaan dan pengendalian OPT, pemanenan jamur tiram serta penjualan produk jamur tiram segar dan bibit jamur ke pengumpul pasar setempat dan konsumen langsung disekitar perusahaan. Menurut paparan pemilik, di Bekasi, prospek budidaya jamur tiram putih sangat baik, hal itu terlihat dari hasil produksi jamur tiram segar yang selalu habis terserap pasar. Bahkan, dalam perjalanan pendistribusian produk jamur tiram segar ke pengumpul pasar, produk jamur tiram cepat habis terjual kepada masyarakat sekitar. Hal itu menunjukkan produk jamur yang dihasilkan tidak dapat memenuhi seluruh permintaan jamur tiram dari hasil produksi yang dilakukan. Permintaan jamur tiram segar pada CV. Megah Makmur Sentosa saat ini berasal dari beberapa warung, pedagang dan pengumpul pasar di wilayah Bekasi. Permintaan jamur tiram putih masih relatif besar, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan permintaan dari pengepul, pedagang pasar, maupun rumah makan serta katering. Produk jamur yang didistribusikan kepada konsumen melalui pedagang pasar selalu habis terjual, begitupun permintaan dari penduduk sekitar yang menunjukkan minat yang tinggi terhadap produk jamur. Dengan kapasitas produksi saat ini adalah 5.500 kilogram per periode atau berkisar 30 kilogram per hari, sedangkan permintaan distributor mencapai 331 kilogram per hari, menunjukkan pemenuhan permintaan jamur hanya mampu dipenuhi sebesar 9,06 persen. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik perusahaan, terdapat rencana untuk meningkatkan jumlah produksi jamur untuk memenuhi permintaan pasar dengan cara pembuatan kumbung baru di Desa Nyosog, Bekasi. Pemilihan lokasi kumbung yang akan dibuat merupakan suatu alternatif yang harus dipilih secara matang. Perencanaan usaha yang akan dilakukan adalah dengan membangun sebuah bangunan kumbung baru dengan kapasitas kumbung sebesar 30.000 baglog. Hal itu diupayakan dapat memaksimalkan kapasitas jamur yang dihasilkan dari budidaya. Upaya peningkatan skala usaha yang dilakukan meliputi pembuatan kumbung baru sebagai tempat pemeliharaan jamur, tempat produksi dan pembelian peralatan serta perlengkapan usaha. Hal itu menuntut perusahaan memerlukan investasi berupa sewa lahan untuk pembuatan kumbung berukuran 24x15m2, ruang inkubasi baglog yang di upayakan untuk penjualan baglog, tempat produksi, serta saung sebagai tempat istirahat karyawan. Rencana pembuatan kumbung baru dengan kapasitas 30.000 baglog merupakan suatu perencanaan usaha atas dasar pengembangan dari usaha yang telah dilakukan. Upaya perluasan skala usaha yang akan dilakukan yang diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yang belum bisa terpenuhi. Menurut Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia (MAJI), dalam tiga tahun terakhir, minat masyarakat untuk mengonsumsi jamur terus meningkat. Salah satunya dapat dilihat dari kreativitas para pedagang, yang sebelumnya hanya menjajakan jamur segar, sekarang sudah merambah ke olahan, seperti memproduksi jamur crispy dan nugget jamur. Usaha pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy maupun nugget jamur merupakan salah satu cara
6 mendiversifikasi olahan produk, yang mana usaha pengolahan jamur tiram merupakan salah satu cara peningkatan nilai tambah yang akan diikuti dengan peningkatan pendapatan. Pengolahan jamur tiram yang biasa sering ditemukan diantaranya adalah pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy dan nugget jamur. Proses pengolahan jamur tiram tergolong mudah untuk dilakukan, yaitu dengan mencampurkan bumbu-bumbu dan adonan untuk kemudian digoreng atau dipanggang hingga menjadi crispy dan nugget. Input yang digunakan cukup berupa jamur tiram putih segar yang dihasilkan dari produksi oleh perusahaan. Usaha pengolahan jamur tiram ini cukup potensial untuk dikembangkan dengan pemasaran dapat dilakukan ke berbagai kalangan. Rencana pembangunan kumbung baru yang akan dilakukan tidak terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan serta membutuhkan analisis keuangan yang tepat. Kebutuhan pendanaan yang tidak sedikit membuat studi kelayakan sangat penting untuk dilakukan. Kelayakan usaha baik dari sisi finansial maupun non finansial akan membuka peluang bagi pemilik untuk memperluas jangkauan pemasarannya. Analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih dilakukan dari berbagai aspek yang akan di kaji, di antaranya aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan serta aspek pasar. Selanjutnya dilakukan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa. Pada berbagai situasi dan kondisi kehidupan, terdapat beberapa ketidakpastian, hal itu juga terjadi pada sektor pertanian. Ketidakpastian memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan usaha yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan analisis sensitivitas untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan usaha apabila terjadi perubahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Perubahan tersebut antara lain penurunan produksi jamur tiram, baglog dan bibit jamur, kenaikan harga gas LPG, serta penurunan harga jual jamur tiram. Penurunan jumlah produksi berkaitan dengan sejauh mana batas produksi yang masih dapat ditolerir sehingga perusahaan memperoleh manfaat dari usaha yang dilakukan. Penurunan harga produk jamur tiram berkaitan dengan struktur persaingan pasar sempurna yang mana tidak menutup kemungkinan bagi setiap pelaku usaha berkesempatan mengambil peluang untuk memasuki usaha ini. Penurunan harga jamur tiram akan terjadi ketika semakin banyak pesaing yang masuk. Gas LPG merupakan biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan dalam produksi. Harga gas LPG yang cenderung berubah-ubah dipengaruhi oleh penguasaan gas LPG oleh pemerintah sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Sehingga tidak menutup kemungkinan bagi pemerintah untuk menaikan harga gas LPG. Jamur tiram segar yang telah dipanen adalah salah satu bahan baku makanan yang dapat dijadikan makanan olahan. Pada dasarnya, Jamur tiram mempunyai kadar air yang cukup tinggi yaitu 86,60 persen (Djarijah, 2001). Jumlah kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi daya tahan bahan pangan terhadap serangan mikroorganisme yang dinyatakan dalam aktivitas air (Aw), yakni jumlah air bebas yang digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhan, dimana semakin tinggi kadar air bebas yang terkandung dalam bahan pangan, maka akan semakin cepat rusak karena aktivitas mikroorganisme (Achyadi dan Afiana,
7
2004). 3 Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah daya tahan jamur yang rendah terhadap kerusakan, maka perlu dilakukan pengolahan segera setelah dipanen. Analisis nilai tambah perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai tambah yang diperoleh pada produk olahan jamur tiram putih yakni jamur crispy dan nugget jamur. Dari beberapa masalah yang dihadapi oleh CV. Megah Makmur Sentosa sebagaimana penulis sampaikan sebelumnya, penulis melakukan penelitian untuk mencari jawaban atas masalah-masalah : 1. Bagaimana kelayakan usaha jamur tiram putih dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan aspek lingkungan ? 2. Bagaimana kelayakan finansial rencana usaha budidaya jamur tiram putih? 3. Bagaimana tingkat kepekaan usaha budidaya jamur tiram terhadap penurunan jumlah output (baglog, bibit, dan jamur tiram segar), penurunan harga produk jamur tiram putih dan kenaikan harga gas LPG ? 4. Seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy dan nugget jamur pada home industry pengolahan jamur?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa dilihat dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan). 2. Menganalisis kelayakan usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa dilihat dari aspek finansial. 3. Menganalisis sensitivitas usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya. 4. Menganalisis nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan jamur tiram putih menjadi jamur crispy dan nugget jamur.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi CV. Megah Makmur Sentosa untuk dijadikan bahan pertimbangan atau masukkan dalam membuat rencana usaha selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada investor yang berniat melakukan usaha budidaya jamur tiram putih dan dapat dimanfaatkan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian 3
Suprihana, Sumaryati E, dan Ekayanti R. 2009. Substitusi Jamur Tiram Putih Untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake Dari Maizena. [Diunduh 2013 Juni 04]. Malang (ID): Universitas Widyagama Malang: Tersedia pada: http://www.google.com/url?q=http://widyagama.ac.id/ejournal/index.php/agrika/article/download/77/65&sa=U&e i=fB3VUfejB4nSrQeOi4GICw&ved=0CCQQFjAD&usg=AFQjCNFgSO9JRsS0IPlP5ulm8bvnf8wqyQ
8
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji usaha produksi jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa. Analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan bisnis dan analisis nilai tambah (value added). Analisis kelayakan bisnis mengkaji dua aspek, yakni aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Selain itu, sensitivitas melalui pendekatan switching value terhadap penurunan harga produk jamur tiram segar dan kenaikan harga gas LPG. Analisis nilai tambah mengacu pada metode Hayami, yaitu terhadap hasil olahan jamur tiram menjadi jamur crispy dan nugget jamur yang akan diukur nilai tambah dari produk olahan yang dihasilkan.
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian dengan topik kelayakan usaha dan nilai tambah olahan serta penelitian yang membahas komoditi jamur bukanlah suatu hal yang baru. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan referensi dan pedoman dari beberapa sumber, salah satunya laporan penelitian terdahulu. Referensi yang digunakan berasal dari jurnal, artikel ilmiah laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Berdasarkan referensi yang telah dibahas maka akan diperoleh kesimpulan atas beberapa konsep yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini.
Gambaran Umum jamur di Indonesia Jamur adalah tumbuhan yang menghasilkan spora, selnya memiliki inti sejati, di dalam sel nya tidak terdapat klorofil. Tubuh jamur tersusun dari gabungan benang hifa. Kumpulan benang hifa berwarna putih disebut misselium dan kumpulan misselium yang menggumpal akan membentuk primordium yang merupakan awal dari pembentukkan badan buah jamur. Jamur tergolong ke dalam organisme heterotrof yang mana tidak mampu melakukan sintesis kebutuhan hidup sendiri layaknya tumbuhan berhijau daun. Oleh karena itu, kehidupan jamur bergantung pada organisme lain. Jamur juga digolongkan sebagai organisme saprofit yang hidup pada material organik yang telah mati. Tempat tumbuhnya di tanah ataupun pada kayu yang telah mulai lapuk. Sampai saat ini, jamur telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat (Tim Redaksi Agromedia, 2005). Selain itu, ada beberapa jamur yang beracun sehingga mengakibatkan keracunan sampai meninggal pada manusia. Pada dasarnya, dunia jamur terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu divisi Myxomycota, divisi Oomycota, dan divisi Eumycota. Anggota divisi Myxomycota mempunyai tubuh vegetatif yang berlendir dan merayap seperti amuba yang disebut plasmodium. Divisi Oomycotina terdiri dari jamur yang sebagian besar hifanya tidak bersekat, sel-sel tubuh jamur divisi ini mengandung inti banyak. Jamur-jamur dalam divisi ini tergolong penting karena beranggotakan
9
parasit tanaman utama, seperti Phytopthora infestans yang terdapat pada tanaman kentang, Sclerospora mayoris yang menyebabkan penyakit bulai pada tanaman jagung, serta penyakit ikan yang terdapat di kolam-kolam. Pada divisi Eumycotina, terdiri atas jamur-jamur sejati. Pengklasifikasian jamur ini dengan pembagian pada empat kelas utama, yakni kelas Chytridiomycetes contohnya Synchytrium psopocarpi yang menyerang daun dan buah kecapir. Kelas Zygomycetes contohnya jamur tempe Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae, kelas Ascomycetes contohnya jamur jelaga yang menyebabkan warna hitam pada daun puluhan jenis tanaman, kelas Basidiomycetes contohnya jamur kuping, jamur merang, dan jamur busut yang enak di malan (Rifai, 1989) Perkembangan Pembudidayaan Jamur di Indonesia Prospek pengusahaan jamur kayu di Indonesia cukup cerah, karena kondisi alam dan lingkungan Indonesia sangat cocok untuk budidaya jamur, susbstrat atau log tanam jamur kayu cukup berlimpah, dan bibit unggul jamur sudah tersedia. Tenaga terampil untuk budidaya juga dapat dilatih dalam waktu cepat serta pasar yang cukup luas. Banyak daerah yang potensial untuk bidang hortikultura juga berpotensi untuk agrobisnis penjamuran, khusunya jamur kayu seperti jamur tiram, jamur kuping, jamur shiitake, bahkan untuk jamur maitake dan jamur ling-zhi yang merupakan jamur berkhasiat obat. Suriawiria (2001) menyampaikan bahwa banyak alasan yang mendukung perkembangan jamur di Indonesia berlangsung pesat, diantaranya : (1) Lahan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur tidak luas, (2) Bahan baku yang digunakan untuk penanaman jamur biasanya sederhana dan murah yang mana dapat menekan biaya produksi, seperti serbuk gergajian kayu, bekatul, serpihan kayu. (3) Waktu antara tanam bibit hingga pemanenan yang singkat. (4) Harga jual jamur kayu sangat tinggi. (5) Jamur kayu memiliki nilai gizi tinggi untuk kesehatan dan kebugaran. Contohnya pada jamur shiitake untuk penurun gula dan kolesterol darah, pencegah kangker dan tumor, pada jamur kuping bermanfaat mencegah radang usus, radang tenggorok, dan penghancur racun. Serta pada jamur ling-zhi sebagai antikanker dan antikarsinogen. Pada awal tahun 1980, beberapa kawasan di Pulau Jawa mulai berdiri perusahaan penjamuran untuk jenis shiitake, jamur tiram, jamur kuping, dengan skala produksi menengah ke atas, yaitu produksi rata-rata 100-250 kg jamur segar per hari. Pada saat ini masih terdapat kendala yang harus dihadapi, seperti tenaga kerja yang masih kurang terlatih, bibit yang dihasilkan masih kurang baik, pengusahaan teknologi untuk budidaya masih terbatas, serta pangsa pasar. Menurut Tim Redaksi Trubus (2001) Jawa Barat termasuk sentra jamur terlengkap di Indonesia dan aneka jamur konsumsi dapat ditemukan disana.
Jamur Tiram Terdapat dua golongan besar jamur konsumsi berdasarkan tempat tumbuhnya, yaitu jamur kompos dan jamur kayu. Kedua jenis golongan tersebut banyak ditemukan di Indonesia. Masing-masing jamur memiliki ciri-ciri yang
10 berbeda dan kandungan gizi yang berbeda-beda pula sesuai jenisnya. Salah satu jamur yang dapat dimakan dan cukup dikenal di Indonesia adalah jamur tiram. Jamur tiram atau shimeji (Bahasa Jepang) memiliki warna tubuh putih, kecoklat-cokelatan, keabu-abuan, kekuning-kuningan, kemerah-merahan, dan sebagainya dimana namanya tergantung tubuh buah jamur tersebut. Bila sudah terlalu tua, jamur tiram akan liat atau alot. Biasanya jamur akan tumbuh alami dan banyak dicari pada kayu lunak, seperti karet, kapuk, dan kidamar. Kini, jamur tiram banyak dibudidayakan. Jamur dapat disayur juga diolah menjadi makanan lain seperti kerupuk, keripik atau menjadi tiram-chips. Menurut Suriawiria (2001) di belahan dunia Eropa dan Amerika, jamur banyak dikonsumsi langsung, di jadikan sayuran pada salad. Di Indonesia sendiri, jamur tiram sudah ditemui dalam olahan makanan untuk penyajian dalam ramuan gadogado, sup, bahkan pepes. Prospek Bisnis Jamur Tiram Menurut Wijoyo (2011), usaha budidaya jamur tiram memiliki prospek bisnis yang baik, hal ini dikarenakan jamur tiram merupakan salah satu jamur konsumsi yang banyak diminati pasar. Jamur tiram memiliki kandungan gizi dan berbagai macam vitamin yang mana sering dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan sehat dengan cita rasa yang nikmat. Bentuk tubuh buah yang menarik dan bersih merupakan daya tarik sendiri bagi konsumen, hal inilah yang membuat permintaan pasar jamur tiram semakin meningkat setiap harinya. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa memilih usaha jamur tiram : 1. Permintaan pasar terhadap produk jamur tidak tertutup oleh para petani yang ada. 2. Prospek ekonomi semakin naik karena produk makanan yang berbahan dasar jamur kerap bermunculan di masyarakat luas. 3. Bahan baku pembuatan media tanam mudah di dapat 4. Dapat menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat luas 5. Proses bertani lebih mudah, praktis dan dapat terkontrol dengan baik. Rahmat dan Nurhidayat (2011) juga menyampaikan bahwa permintaan terhadap jamur cenderung mengalami kenaikan setiap tahun. Permintaan dari pasar domestik untuk produk jamur tiram saat ini mengalami kenaikan sebesar 10 persen per tahun. Peningkatan permintaan produk jamur tiram terkait beberapa hal, diantaranya kesadaran masyarakat akan khasiat jamur dan kandungan gizi jamur tiram. Selain itu, Menurut catatan Tabloid Peluang Usaha (2009), kebutuhan jamur tiram untuk Jakarta mencapai 15 ton per hari dan Bandung mencapai 7-10 ton per hari. Jumlah ini belum ditambah dengan kebutuhan dari berbagai kota besar lainnya, seperti Surabaya, Semarang, dan Medan.
Sarana Produksi Jamur Tiram Sebelum melakukan proses budidaya, Usaha jamur tiram perlu melakukan persiapan sarana produksi. Hal tersebut dikarenakan, dengan adanya sarana produksi yang memadai maka proses budidaya akan dapat berjalan dengan baik. Sarana produksi tersebut mencakup pemilihan lokasi, rumah jamur, dan peralatan yang dibutuhkan.
11
Pemilihan Lokasi Budidaya Syarat awal untuk melakukan budidaya jamur adalah pemilihan lokasi. Menurut Widiastuti (2005), terdapat berbagai syarat yang diperlukan dalam pemilihan lokasi, sebagai berikut : (1) Lokasi perlu dipilih sesuai dengan syarat tumbuh jamur. Syarat utama tumbuhnya jamur adalah suhu lingkungan. Jamur tiram membutuhkan suhu kisaran 30-35 derajat Celcius yang mana sesuai dibudidayakan pada kawasan dataran rendah. (2) Lokasi pembudidayaan harus cukup bersih, jauh dari pabrik atau pembuangan limbah berbahaya. Hal ini berupaya untuk menghindari jamur dari hama, penyakit, serta kontaminasi senyawa yang berbahaya. (3) Tempat budidaya sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku dimana diupayakan dapat menghemat biaya produksi. (4) Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber air. Sumber air harus tersedia dalam keadaan cukup, bersih, dan tidak tercemar. Air sebagai kebutuhan terpenting yang nantinya digunakan pada saat proses pembuatan media dan masa pembentukkan tubuh buah. (5) Lokasi yang dipilih tergolong mudah dalam mendapatkan instalasi listrik. Usaha budidaya dalam skala besar membutuhkan listrik untuk menggerakkan mesin-mesin produksi, memompa air, membantu pengaturan sirkulasi udara, serta penerangan. Rumah Jamur Rumah jamur adalah tempat untuk melakukan budidaya jamur. Umumnya terdiri atas dua macam yaitu rumah jamur industri besar dan rumah jamur sederhana. Rumah jamur industri besar berbentuk seperti bangunan pabrik, yang dalam pembangunannya membutuhkan investasi yang mahal. Adapun rumah jamur sederhana berbentuk kumbung. Investasi kumbung untuk pertumbuhan jamur memerlukan biaya lebih rendah yangmana cocok digunakan untuk budidaya jamur skala kecil atau industri menengah. Pemilihan rumah jamur berbentuk kumbung juga memiliki banyak manfaat lain selain investasinya yang tergolong rendah. Manfaat tersebut antara lain : (1) Masa budidaya tidak tergantung pada musim, (2) Melindungi jamur dari kondisi luar yang tidak mendukung pertumbuhan jamur, seperti angin yang terlalu kencang, (3) Menghemat lahan, penyimpanan media tumbuh jamur menggunakan rak yang disusun bertingkat, (4) Mudah mengelola iklim mikro di dalam kumbung. Budidaya jamur tiram biasanya menggunakan kumbung sebagai rumah jamur dengan sistem semi permanen. Sistem semi permanen adalah penggunaan bahan-bahan yang sederhana dalam pembuatan kumbung, yang mana dimaksudkan supaya mudah dipindahkan dan daya tahannya tidak terlalu lama. Peralatan yang Dibutuhkan Kebutuhan peralatan biasanya disesuaikan dengan besarnya skala usaha. Apabila ditinjau dari jumlah produksi per hari serta kekuatan produksi, Sentra kegiatan usaha jamur terbagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) Pengusaha kecil, dengan jumlah produksi rata-rata 50 kg jamur segar per hari, (2) Pengusaha sedang, umumnya dalam usaha patungan terdiri atas 3-5 orang dengan produksi rata-rata 100 kg jamur per hari, (3) pengusaha menengah, dalam bentuk koperasi atau perorangan dengan produksi rata-rata sekitar 250-500 kg jamur segar per
12 hari, (4) pengusaha besar, umumnya milik kelompok pengusaha besar dengan produksi rata-rata lebih dari 1.000 kg jamur segar per hari. Budidaya jamur tiram yang umumnya dilakukan oleh pengusaha kecil memerlukan peralatan seperti : (1) Sekop, sekop garpu, terpal plastik dan parang untuk persiapan media, (2) Drum sebagai tempat air dan bahan bakar untuk sterilisasi, (3) Sprayer untuk penggabutan dalam pemeliharaan, (4) Keranjang dan pisau untuk menampung jamur dan pembersihan jamur saat pasca panen. Sedangkan, bagi pengusaha besar dengan modal kuat, peralatan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur tiram misalnya mesin-mesin untuk pembuatan substrat tanam, seperti pengumpul bahan baku, alat angkut, ban berjalan, alat pencampur, alat pengisi. Pada proses sterilisasi menggunakan boiler sebagi alat penghasil uap air panas, dan penggunaan lori untuk pengangkutan pasca panen.
Budidaya Jamur Tiram Dalam budidaya jamur tiram, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut beberapa faktor penentu, yaitu lokasi dengan ketinggian dan persyaratan lingkungan tertentu, sumber bahan baku untuk substrat tanam, dan substrat bibit (Suriawiria 2001). Langkah yang paling baik bagi pelaku usaha yang baru akan memulai kegiatan budidaya jamur, sebaiknya tidak membuat substrat atau log tanam sendiri namun membeli log atau substrat tanam yang sudah diberi bibit dalam jumlah terbatas sesuai dengan kemampuan pelaku usaha masing-masing. Log atau substrat tanam tersebut kemudian dipelihara sesuai ketentuan. Setelah itu, dilakukan analisis terhadap hasilnya. Menurut Suriawiria (2001) terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam budidaya jamur tiram adalah : Penyiapan Bangunan Bentuk dan ukuran bangunan disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya disesuaikan dengan jumlah log atau substrat tanam yang akan dipelihara. Untuk memelihara sekitar 500 – 1.000 buah log atau substrat tanam, diperlukan bangunan dengan ukuran (panjang, lebar, tinggi) 6 meter x 4 meter x 4 meter. Adapun bahan-bahan yang diperlukan seperti tiang, kaso, dan sebagainya yang terbuat dari bambu atau dari kayu yang sudah diawetkan. Atap maupun dinding bangunan sebaiknya terbuat dari bambu ataupun bahan lain yang tidak cepat dirusak oleh adanya pertumbuhan serat jamur. Bahkan kini, dinding bangunan dapat menggunakan lembaran plastik khusus berwarna gelap. Bahan-bahan yang diperlukan untuk rak atau tempat pemeliharaan susbstrat tanam sebaiknya terbuat dari bambu tua, hal itu dikarenakan ketika jamur tumbuh maka bambu tidak mudah rusak. Jumlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi ruangan pemeliharaan dan jumlah substrat tanam yang akan dipelihara. Pemeliharaan Pemeliharaan substrat tanam harus memperhatikan faktor lingkungan. Selama pertumbuhan bibit (serat atau miselia seperti benang kapas), temperatur
13
diatur antara 28 – 30 derajat Celcius. Sementara untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen, temperatur diatur antara 26-28 derajat Celcius. Selama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh buah, kelembaban juga harus diatur sekitar 90 persen. Ketika kelembaban kurang, misalnya 80 persen maka substrat tanam akan kering. Agar kelembaban terjamin, penyiraman lantai dengan air bersih dilakukan setiap hari pada pagi san sore hari. Pertumbuhan tubuh buah jamur pada awalnya umum ditandai dengan adanya bintik-bintik serat berwarna putih yang semakin lama semakin membesar dan selang beberapa hari akan tumbuh jamur kecil. Ketika terjadi kondisi seperti itu, tutup kapas dan leher pralon segera dilepaskan dari substrat tanam. Kehadiran jamur asing yang merugikan ditandai dengan tumbuhnya miselia berupa serat jamur berwarna, seperti hitam, biru, cokelat, kuning. Apabila hal itu terjadi, jamur segera dipisahkan. Pemanenan Setelah jamur dipanen, batang jamur bekas dibersihkan dari substrat tanam. Batang jamur yang tersisa dan dibiarkan akan membusuk dan merugikan. Setelah itu, lembar kantong plastik diturunkan ke bawah agar jamur tumbuh lagi.Pemanenan jamur dapat dilakukan 4-8 kali tergantung pada kandungan substrat tanam, bibit jamur, serta lingkungan selama pemeliharaan. Jumlah jamur yang dipanen per musim dapat mencapai 600 gram, dengan berat substrat tanam adalah 1 kg.
Penelitian Terdahulu Penelitian ini memerlukan suatu sumber informasi yang dapat digunakan sebagai referensi yaitu melalui penelitian terdahulu. Hal yang dikaji dalam penelitian terdahulu antara lain ialah produk yang diteliti, periode pembangunan investasi, alat analisis yang digunakan, tingkat diskonto yang digunakan, penetapan umur usaha, asumsi aspek finansial, dan indikator perubahan pada analisis sensitivitas. Penelitian mengenai kelayakan usaha pernah dilakukan untuk produk agribisnis yang sama, yaitu jamur tiram putih. Nur (2012) melakukan penelitian mengenai kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih pada PD Cahya Mandiri Mushroom di Desa Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, penelitian terdahulu mengenai jamur tiram putih pernah dilakukan oleh Putri. Putri (2010) melakukan penelitian mengenai kelayakan usahatani jamur tiram dengan menggunakan sistem kemitraan. Lokasi penelitian dilakukan di D’Lup Farm, Desa Sudajaya Girang, Kabupaten Sukabumi. Analisis kelayakan untuk produk agribisnis tidak hanya dilakukan pada produk sayuran berupa jamur. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat berbagai produk agribisnis dibidang perikanan yang telah di teliti kelayakan usahanya. Oom (2010) meneliti tentang Analisis kelayakan pengembangan usaha ikan hias air tawar. Lokasi penelitian bertempat pada Arifin Fish Farm di Desa Ciluar, Kota Bogor. Setiap perusahaan memiliki periode pembangunan investasi yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada lamanya waktu yang diperlukan untuk
14 membangun investasi sebelum pelaksanaan kegiatan operasional usaha tersebut. Nur (2012), menggunakan tahun ke-1 sebagai tahun pembangunan investasi. Penggunaan tahun pertama dikarenakan pengembangan usaha hanya membutuhkan waktu kurang dari satu tahun, sehingga dalam periode tahun pertama sudah dapat dilakukan panen jamur dan produksi baglog. Oom (2010) juga menggunakan tahun pertama sebagai periode pembangunan investasi, dimana pembangunan investasi dalam usaha ini tidak memerlukan periode terlalu lama. Namun, Putri (2010) menggunakan perhitungan umur usaha dari mulai tahun ke-0, dimana dijelaskan perlunya waktu kurang lebih selama satu tahun untuk melakukan persiapan sebelum usaha budidaya jamur tiram dilakukan. Pada penelitian mengenai kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa ini, peneliti menggunakan tahun pertama sebagai tahun pembangunan investasi usaha. Menurut pemilik CV. Megah Makmur Sentosa, pembangunan kumbung baru berkapasitas 30.000 baglog sebagai investasi terpenting yang digunakan dalam usaha ini tidak memerlukan periode yang lama untuk membangunnya. Oleh karena itu, pembangunan investasi dilakukan pada tahun pertama usaha. Mengenai alat analisis yang digunakan dalam penelitian studi kelayakan bisnis, alat analisis yang digunakan pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Alat analisis yang digunakan ialah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi pada penelitian ini menggunakan alat analisis yang sama. Namun, terdapat perbedaan pada salah satu kriteria investasi yang digunakan, yaitu payback period. Penelitian mengenai kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) pada CV. Megah Makmur Sentosa ini menggunakan metode yang berbeda yaitu discounted payback period untuk menentukan periode pengembalian investasi. Hal ini dikarenakan penggunaan metode ini untuk mengetahui perbandingan manfaat yang diperoleh atas usaha di masa mendatang dengan menggunakan nilai uang saat ini. Oleh karena itu, nilai manfaat bersih yang digunakan adalah manfaat bersih yang telah didiskonto. Tingkat diskonto yang digunakan dalam penelitian terdahulu memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini beracu pada sumber permodalan yang digunakan dalam pengembangan usaha. Nur (2012), menggunakan tingkat diskonto sebesar 6,7 persen sebelum dilakukan pengembangan. Nilai ini didasarkan pada rata-rata BI rate bulan Januari – Oktober 2011. Sedangkan discount rate yang digunakan sebesar 8,6 persen ketika dilakukan pengembangan dimana modal yang didapat berasal dari pinjaman ke Bank BRI. Berdasar penelitian yang dilakukan Oom (2010), tingkat diskonto yang digunakan sebesar 10,25 persen dalam lahan 800 m2. Nilai ini diperoleh melalui persentase tingkat suku bunga yang didapat merupakan rata-rata bunga pinjaman kepada Bank BRI sebesar 14 persen dengan suku bunga deposito sebesar 6,5 persen. Pada penelitian mengenai kelayakan usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa ini, tingkat diskonto yang digunakan adalah 5,00 persen. Nilai ini diperoleh berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri pada tahun 2013, dimana modal yang digunakan dalam melakukan usaha adalah modal sendiri. Penetapan umur bisnis dilakukan atas dasar yang berbeda-beda. Pada penelitian Nur (2009), umur bisnis yang digunakan ialah selama lima tahun
15
berdasarkan umur ekonomis peralatan yang digunakan perusahaan yaitu kumbung jamur. Umur bisnis pada penelitian Putri (2010) didasarkan pada usia bangunan kumbung yaitu selama lima tahun. Umur ekonomis bangunan digunakan sebagai dasar penetapan umur bisnis karena bangunan merupakan investasi yang memerlukan biaya terbesar setelah lahan. Pada penelitian Oom (2010), menggunakan umur bisnis selama sepuluh tahun. Hal ini didasarkan atas umur ekonomis yang paling lama yaitu bangunan akuarium dan bak semen. Dalam penelitian mengenai kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa ini, Umur ekonomis yang digunakan peneliti adalah lima tahun. Hal ini berdasarkan bangunan kumbung dimana kumbung terbuat dari bambu sebagai investasi terbesar dan paling krusial dalam usaha. Dalam penelitian yang dilakukan Nur (2012), dilakukan analisis kelayakan dari aspek non finansial dan finansial. Aspek non finansial yang terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Pada pengkajian aspek finansial, penelitian ini terdiri atas dua skenario usaha. Skenario pertama adalah mengkaji kelayakan finansial budidaya jamur sebelum dilakukan pengembangan, dan skenario kedua adalah ketika dilakukan pengembangan dengan melakukan perluasan kumbung. Oom (2010) melakukan analisis kelayakan secara non finansial dengan mengkaji aspek-aspek kelayakan non finansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan. Serta dilakukan analisis finansial terhadap rencana usaha produksi ikan hias dengan output ikan patin, ikan black ghost, serta ikan Ctenopoma acutirostre. Berdasar penelitian Putri (2010), peneliti menganalisis mengenai kelayakan usahatani jamur tiram dengan sistem kemitraan. Analisis dilakukan dari sisi finansial maupun non finansial. Analisis juga dilakukan pada kondisi risiko produksi secara finansial. Penelitian yang dilakukan adalah kelayakan usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa. Penelitian mengkaji aspek non finansial yang terdiri atas aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, serta lingkungan. Pengkajian aspek finansial melalui rencana usaha jamur tiram putih melalui pembangunan kumbung berkapasitas 30.000 baglog. Terdapat perbedaan alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu menggunakan metode payback period untuk menentukan periode pengembalian investasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode discounted payback period. Menurut Nurmalina et al (2009), analisis dengan menggunakan payback period memiliki kelemahan, yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback. Oleh karena itu, pemakaian metode discounted payback period dapat menjadi solusi untuk mengurangi kelemahan pertama. Berdasar hasil penelitian yang dilakukan Nur (2012) menunjukkan bahwa usaha pengembangan jamur tiram putih yang akan dilakukan layak untuk diusahakan baik dari segi NPV, Net B/C, IRR maupun discounted payback period. Selain itu, berdasar analisis sensitivitas yang dilakukan, menunjukkan jamur tiram peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi yaitu ketika terjadi penurunan harga jamur tiram, penurunan harga baglog serta kenaikan harga LPG.
16 Hasil analisis Oom (2010) menunjukkan bahwa rencana pengembangan usaha ikan hias air tawar layak untuk direalisasikan. Pada tingkat diskonto 10,25 persen untuk pembelian lahan dengan suku bunga deposito 6,5 persen, NPV yang didapat bernilai positif sebesar Rp 2.039.639.749,00. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya ikan hias air tawar yang dilakukan selama 5 tahun akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 434.591.902,00. Nilai B/C Ratio sebesar 4,08 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan senilai Rp 1 (nilai sekarang) pada usaha pengembangan ikan hias Arifin Fish Farm maka akan diperoleh manfaat Rp 4,08 (nilai sekarang). IRR yang didapat adalah lebih besar dari 50 persen. Maka dapat disimpulkan bahwa usaha pengembangan ikan hias air tawar yang direncanakan oleh Arifin Fish Farm layak untuk direalisasikan. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan Putri (2010) menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih D’Lup Farm dengan sistem kemitraan tanpa adanya perhitungan resiko layak dijalankan baik secara finansial maupun aspekaspek non finansial. Pada saat resiko produksi sebesar 33,3 persen, secara finansial usaha tidak layak utnuk dijalankan. Perhitungan risiko produksi mengacu pada nilai coef. Variation. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis usaha tani jamur tiram putih ketika terjadi penurunan harga jual jamur tiram putih dan peningkatan bahan baku. Hasil analisis berdasar analisis switching value diketahui bahwa maksimum penurunan harga jual jamur tiram dapat ditoleransi sebesar 3,59 persen dan maksimum peningkatan harga bahan baku sebesar 17,75 persen. Penelitian terdahulu mengenai analisis nilai tambah pernah dilakukan untuk produk agribisnis kayu jenis senggong gergajian. Munawar (2010) meneliti mengenai analisis nilai tambah dan pemasaran kayu senggon gergajian. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai tambah yang didapat dari hasil pengolahan kayu sengon gergajian. Subsistem pengolahan dalam suatu sistem agribisnis memiliki tujuan untuk menghasilkan produk yang memiliki bentuk yang lebih baik diantaranya produk yang yang layak digunakan. Pengolahan kayu gergajian yang dilakukan pada penelitian ini untuk menghasilkan produk berupa kaso ukuran 4 cm x 6 cm x 280 cm, balok ukuran 6 cm x 12cm dan papan ukuran 1,8 cm x 18 cm. Alat analisis yang digunakan untuk menghitung nilai tambah yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis nilai tambah dengan metode hayami. Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua sampel. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa melalui pengolahan kayu senggon gergajian akan mecapai nilai tambah dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) skala usaha kecil Rp 103.879,02 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00 persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) skala usaha menengah sebesar Rp 117.972,15 per m3 bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen dan nilai tambah terbesar pada Industri Penggergajian Kayu (IPK) skala usaha besar Rp 137.348,23 per m3 bahan baku dengan rasio nilai
17
tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar. Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala usaha yang dikategorikan. Analisis nilai tambah pada penelitian ini akan mengkaji dua output produk olahan jamur tiram putih, yakni jamur crispy dan nugget jamur. Adapun analisis yang terdapat dalam perhitungan analisis nilai tambah ini mencakup besarnya nilai tambah, nilai output, keuntungan, dan imbalan bagi tenaga kerja.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang tercantum di bawah ini merupakan suatu konsep yang menjelaskan tentang penalaran peneliti berdasar suatu acuan pengetahuan, teori dalil, dan proporsi yang berhubungan dengan penelitian kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di CV. Megah Makmur Sentosa, Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi. Berikut ini adalah beberapa teori yang mendasari kerangka pemikiran yang peneliti lakukan.
Teori Manfaat dan Biaya Kebutuhan biaya, adalah besarnya biaya yang akan dikeluarkan suatu perusahaan untuk menjalankan suatu bisnis, seperti biaya yang diperkirakan pada awal pelaksanaan suatu usaha. Tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya yang umumnya dimasukan dalam analisis proyek adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang pada umumya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, berupa pengeluaran untuk pembangunan, kendaraan operasional, pembelian mesin, peralatan dan biaya untuk menggantikannya yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode tahun yang akan datang. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan secara rutin dalam setiap tahun selama umur proyek (Gittinger 1986). Biaya (Cost) 1. Biaya proyek Biaya proyek adalah apa saja yang mengurai persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek, biaya yang dimasukan dalam perhitungan umumnya biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi. Biaya proyek terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek
18 dalam jumlah yang cukup besar sedangkan biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarakan setiap tahun pada umur proyek. 2. Biaya operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu, meliputi sewa, penyusutan, pajak dan sebagainya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya. Manfaat atau penerimaan (Benefit) Secara ekonomis, manfaat atau benefit diartikan sebagai hasil kali total kualitas output dari suatu proses produksi dengan harga yang dibentuk di pasar yang dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu .Manfaat proyek dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : Direct benefits, Indirect benefits, dan Intangible benefits. 1. Direct benefits Direct benefits berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang disebabkan diantaranya oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya. 2. Indirect benefits Indirect benefits adalah benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek. 3. Intangible benefits Intangible benefits yaitu benefit yang sulit dinilai dengan uang, diantaranya adalah seperti perbaikan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan,integrasi nasional dan pertahanan nasional.
Studi Kelayakan Bisnis Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahaptahap identifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan dan evaluasi. Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono). Evaluasi yang dihasilkan berdasar analisis tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha atau proyek dapat diteruskan (diterima) atau dihentikan (ditolak). Namun demikian, selain memiliki faktor kesamaan di
19
antara keduanya, terdapat faktor-faktor ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi, antara lain: (1) Studi kelayakan dilaksanakan pada waktu suatu gagasan usaha belum dilaksanakan, sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada waktu atau setelah selesainya suatu proyek. ; (b) Umumnya ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan pada kelayakan suatu gagasan usaha dilihat dari segi kacamata pengusaha sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek tidak hanya dilihat dari kacamata individu-individu yang terkena akibat langsung dari suatu proyek, tetapi juga dilihat dari kacamata masyarakat lebih luas yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek. ; (c) Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas, maka metode evaluasi yang digunakan umumnya lebih rumit dari metode evaluasi dalam studi kelyakan. Evaluasi dalam studi kelaykan menekankan aspek finansial, sedangkan pada evaluasi proyek menekankan aspek ekonomi, meskipun aspek finansial juga diperhatikan.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Dalam studi kelayakan bisnis, terdapat berbagai aspek yang harus diteliti, diukur, dan dinilai. Menurut Nurmalina et al (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua kelompok aspek yang perlu di perhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika salah satu aspek tidak dipenuhi makan perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir & Jakfar 2009). Aspek Pasar Analisa pada aspek pasar berperan dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan bisnis dan merupakan variabel utama untuk mendapatkan perhatian. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek bisnis ke depan juga menjadi tidak jelas, maka kegagalan bisnis menjadi besar. Analisis aspek pasar pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang di hasilkan (Umar 2003). Menurut Nurmalina et al (2009) menyebutkan bahwa aspek pasar dan pemasaran mencoba memperlajari tentang : 1. Permintaan dapat di amati secara total maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran yang diamati dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Bagaimana penawaran di masa lalu dan perkiraan untuk masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran seperti barang substitusi, kebijakan dari pemerintah, perubahan harga serta perubahan pola. 3. Harga penentuan harga dilakukan dengan membandingkan barang-barang impor dan barang hasil produksi dalam negeri. Apakah terdapat kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.
20 4.
Perkiraan penjualan yang dapat di capai perusahaan. Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara :
Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai di bangun (Nurmalina et al 2009). Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari beberapa faktor, yakni : 1. Penentuan Lokasi Bisnis Pada suatu bisnis, pemilihan lokasi bisnis mempertimbangkan beberapa hal, antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang di tuju, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan tenaga listrik dan air , fasilitas transportasi dan iklim serta keadaan tanah (agroekosistem) dari lokasi bisnis 2. Proses Produksi Pada proses produksi, diketahui bahwa ada tiga jenis proses, yaitu proses produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik di bandingkan dengan sistem terputus. Menurut Suriawiria (2001), sesuai dengan perhitungan dasar agrobisnis jamur kayu yang secara ekonomi dapat dikatakan layak harus mempunyai jumlah produksi antara 750-1250 kg per hari atau rata-rata 1000 kg per hari untuk 10000 baglog. 3. Layout Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout, yaitu : (1) Adanya konsistensi dengan teknologi produksi, (b) Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari suatu proses ke proses yang lain, (3) Penggunaan ruangan yang optimal, (4) Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun untuk ekspasnsi, (5) Meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja, (6) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment, (7) Kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Adapun kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan teknologi dan peralatan yaitu : ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) stempat dan kemungkinan pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing. 4. Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. Mesin dan peralatan meliputi yang bergerak dan tidak bergerak, yang secara umum digolongkan dalam mesin pabrik, mesin mekanik, peralatan elektronik, peralatan angkutan dan peralatan lainnya. Pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan dan perlu mempertimbangkan berbagai macam faktor non teknologis seperti : (1) keadaan
21
infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat pembongkaran pertama samapai ke lokasi bisnis, (2) Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin maupun peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, (3) Kemungkin memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan perlaatan tersebut. Aspek Manajemen dan Hukum Menurut Nurmalina et al (2009), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dana manajemen dalam masa operasi. Manajemen dalam masa pembangunan usaha diantaranya mencakup siapa pelaksana usaha, bagaimana jadwal penyelessaian usaha tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan usaha tersebut, sedangkan manajemen dalam operasi memepelajari bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masingmasing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa saja anggota direksi serta tenaga ahli. Aspek hukum mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Selain itu, aspek hukum diperlukan dalam mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat akan menjalin kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2009). Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Menurut Nurmalina et al (2009), yang akan di nilai dalam aspek ini adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal berikut merupakan penjelasan mengenai aspek sosial, ekonomi, dan budaya. 1. Aspek sosial Pada aspek sosial melihat adanya penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan di sekitar lokasi usaha, manfaat dan pengorbaanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi usaha. 2. Aspek ekonomi Pada aspek ekonomi melihat suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, peluang peningkatan pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan adanya penambahan aktivitas ekonomi. 3. Aspek lingkungan Pada aspek lingkungan melihat apakahbisnis tersebut berdampak baik atau buruk pada perusahaan, dampak kelestarian lingkungan sekitar khususnya dengan adanya kegiatan bisnis suatu perusahaan, serta dampak terhadap lingkungan pada kebanyakan usaha seperti limbah. Aspek Finansial Dalam aspek finansial dilakukan penelitian untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Aspek ini juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis akan dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2009). Pengkajian aspek finansial memperhitungkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan
22 mengoperasikan suatu bisnis, dari mana kemungkinan dana tersebut diperoleh, jumlah penghasilan yang akan diperoleh selama bisnis berjalan, dan peranan bisnis menyumbang pembangunan ekonomi, yang mana suatu analisis secara finansial berperan penting untuk mengetahui apakah suatu bisnis layak atau tidak layak untuk dijalankan. Terdapat beberapa alat yang digunakan untuk menentukan kelayakan aspek finansial, yaitu : Net Present Value (NPV) yakni suatu proyek menentukan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Perhitungan NPV berdasr pada penentuan tingkat suku bunga yang relevan. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari nol (NPV>0) yaitu dapat dikatakan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Sedangkan, nilai NPV lebih kecil dari nol (NPV<0) berarti bisnis tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol serta menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Gittinger (2008) menyatakan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat di bayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak untuk dijalankan. Net Benefit Cost ratio (Net B/C) merupakan rasio antara manfaat bersih yang bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Kelayakan suatu bisnis dilihat berdasarkan kriteria Net B/C adalah jika nilai Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika nilai Net B/C kurang dari satu. Discounted Payback Period(PP) atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu usaha yang mana digunakan untuk menetahui periode jangka waktu pengembalian atas modal yang ditanam dengan memperhitungkan nilai waktu uang. Bisnis yang baik akan menghasilkan pengembalian atas modal yang dipakai lebih cepat, atau dengan kata lain bisnis yang discounted payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Kriteria untuk mengukur kelayakan berdasar nilai DPP yang dihasilkan adalah jika nilai DPP kurang dari umur bisnis (DPP < umur bisnis). Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi perusahaan selama waktu tersebut. Laporan laba rugi ini menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu proyek yang dijalankan mendapat keuntungan ataukah mendapatkan kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul dalam memproduksi atau menjual barang dan jasa.
23
Proyeksi laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenisjenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama. Dari laporan ini dapat terlihat kondisi keuangan perusahaan apakah terdapat keuntungan atau kerugian dalam suatu periode (Kasmir dan Jakfar 2009).
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan usaha yang telah dilakukan. Adapun tujuannya untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Gittinger (2008), analisis sensitivitas digunakan untuk menarik perhatian pada masalah utama suatu bisnis dimana kegiatan bisnis selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diperkirakan. Pendekatan dilakukan dengan mencari perubahan maksimum yang masih dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Terdapat berbagai perubahan keadaaan dalam suatu bisnis. Bisnis di bidang pertanian , proyekproyek sensitif berubah akibat empat masalh utama, yakni : (a) perubahan harga jual, (b) keterlambatan pelaksanaan proyek, (c) kenaikan biaya, (d) perubahan volume produksi.
Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditi karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Definisi nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan (Hayami 1987). Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen. Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan pada input suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas terlihat dengan adanya perubahanperubahan pada komoditas tersebut seperti perubahan bentuk, tempat dan waktu. Analisis Nilai Tambah Metode Hayami Nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung (Hayami dalam sudiyono 2002). Sumber-sumber nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Alat analisis nilai tambah biasanya digunakan pada kegiatan subsistem pengolahan, Adapun kelebihan dari alat analisis ini menurut Hayami adalah sebagai berikut : a. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian
24 b.
Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya) c. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi d. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan Dengan melakukan analisis nilai tambah, maka dapat diketahui besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi. Analisis nilai tambah juga terdiri atas tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satuan-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satuan-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satuan-satuan input. Berdasar analisis nilai tambah, maka dapat dikaji faktor apa saja dari proses produksi yang dapat menghasilkan atau menaikkan nilai tambah dan sebaliknya. Adapun beberapa informasi yang dapat diperoleh melalui analisis nilai tambah Hayami antara lain : a. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp) b. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan persentase nilai tambah dari njilai produk c. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung d. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah e. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha f. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan persentase keuntunganh terhadap nilai tambah g. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi h. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) i. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%) j. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha di bidang pertanian memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, hal ini ditunjukkan dari data real pada jumlah perkembangan produksi hortikultura di Bekasi yang memiliki perkembangan yang positif. Peningkatan jumlah produksi hortikultura pada daerah Bekasi terjadi setiap tahunnya, hal itu memperlihatkan adanya kenaikan permintaan kebutuhan penduduk akan produk hortikultura, salah satunya jamur tiram. Peningkatan permintaan dapat dilihat dari data permintaan jamur tiram pada CV. Megah Makmur Sentosa yang cenderung meningkat setiap tahunnya, sehingga terdapat ketidak seimbangan antara permintaan yang semakin meningkat dengan produksi jamur tiram yang stabil. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas produksi dengan cara pembuatan kumbung baru yang nantinya diharapkan dapat memenuhi permintaan dan perolehan profit yang maksimal. Gambar 2 menunjukkan alur kerangka operasional pada penelitian ini.
25 1. 2. 3.
Permintaan jamur tiram yang terus meningkat Kemudahan teknis budidaya jamur tiram putih Kelebihan jamur tiram : panen dapat dilakukan setiap hari, harga jual stabil, pasar pasti, mengandung banyak manfaat
Usaha Budidaya Jamur Tiram CV. Megah Makmur Sentosa
Usaha Pengolahan Jamur Tiram
Kondisi existing : Kumbung kapasitas 10.000 baglog
Jamur crispy
Nugget Jamur
Identifikasi kondisi yang ada :
Analisis Nilai Tambah - Kekurangan supply jamur - Jamur sebagai alternatif pemenuhan makanan bergizi - Terdapat potensi lahan - Permintaan pasar lokal belum dapat dipenuhi
-Besarnya Nilai Tambah -Nilai Output -Keuntungan -Imbalan Tenaga Kerja
Rencana perusahaan ke depan : Pembangunan Kumbung Baru berkapasitas 30.000 baglog
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Non Finansial:
Aspek finansial :
Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial lingkungan.
NPV , Net B/C , IRR, DPP
Layak
Analisis Switching Value : Penurunan Jumlah output, Penurunan harga output, kenaikan biaya variabel
Tidak Layak
Dilaksanakan Rekomendasi
Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih
26 Budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh perusahaan relatif lebih mudah ditinjau dari aspek biologinya. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan dapat berlanjut sepanjang tahun. Selain itu, CV. Makmur Megah Sentosa merupakan salah satu produsen jamur tiram putih terbaik di Bekasi hal itu ditunjukkan dalam hasil produksi yang langsung habis terjual setiap harinya. CV. Megah Makmur Sentosa yang dimiliki Bapak Paryanto adalah usaha budidaya jamur tiram putih yang berlokasi di Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi. Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi kumbung hanya menampung 10.000 baglog. Jamur tiram putih yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan tujuh kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun kumbung barudengan kapasitas 30.000 baglog untuk memenuhi permintaan lokal. Berdasarkan hal itu, CV. Makmur Megah Sentosa berharap dapat meningkatkan profit usahanya dari rencanaan usaha yang akan dilakukan. Namun sebelumnya, diperlukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis dilakukan dengan mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Analisis non finansial terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan serta aspek finansial. Kriteria kelayakan yang digunakan untuk aspek pasar yaitu bahwa produk jamur tiram putih memiliki peluang pasar yang baik. Kriteria kelayakan pada aspek teknis ditunjukkan dengan adanya peningkatan produksi dan pemeliharaan jamur yang intensif. Hal itu nantinya akan menjadikan produk yang dihasilkan perusahaan tahan terhadap hama dan penyakit serta menghasilkan kualitas yang baik. Pada aspek sosial agar respon masyarakat sekitar baik dan tidak berkeluh kesah terhadap usaha yang dijalankan CV. Megah Makmur Sentosa. Untuk aspek manajemen dilihat menggunakan kriteria kelayakan supaya struktur pengelolaan dan pemeliharaan manajerial perusahaan baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Penilaian kelayakan berdasar aspek finansial menggunkan kriteria kelayakan investasi yaitu nilai NPV > 0, Net B/C > 1, serta IRR > tingkat discount rate yang ditetapkan. Ketika bisnis yang dijalankan menghasilkan NPV > 0 maka bisnis dinyatakan layak.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai kelayakan usaha jamur tiram dilakukan di CV. Megah Makmur Sentosa Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha jamur tiram putih yang dilakukan oleh CV. Megah Makmur Sentosa merupakan salah satu usaha budidaya jamur tiram di Bekasi yang mana pelaku usaha memiliki potensi besar dalam meningkatkan kapasitas produksi usaha budidaya jamurnya salah satunya adalah rencana perusahaan untuk membangun kumbung baru berkapasitas 30.000 log.
27
Penelitian mengenai nilai tambah pengolahan jamur tiram putih menjadi produk jamur crispy dan nugget jamur dilakukan di D’Jamur Lqiang dan Jogget’s Nugget. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha pengolahan jamur tiram menjadi produk jamur crispy dan nugget jamur telah dilakukan di kedua home industry ini yang bertempat di Bekasi. Kedua penelitian yang dilakukan, baik mengenai kelayakan usaha maupun nilai tambah dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan, para karyawan CV. Makmur Megah Sentosa, pedagang, pengumpul, plasma serta masyarakat sekitar. Adapun perihal wawancara langsung dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan mengenai penerimaan dan biaya sarana produksi usaha, termasuk biaya investasi, biaya operasional, biaya umum, jumlah produksi yang dihasilkan, tingkat harga, sumber permodalan, dan sebagainya. Data sekunder diperoleh dari laporan yang telah dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan yang bersumber dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan seperti Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan kehutanan kabupaten Bekasi, Perpustakaaan LSI IPB, penelitian terdahulu, media massa, jurnal, artikel, buku-buku, internet, serta literatur lain yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
Metode Penentuan Responden Dalam memperoleh data primer, responden ditentukan pada pihak internal maupun pihak eksternal. Kedua pihak, baik internal maupun eksternal, penentuan responden dilakukan menggunakan teknik purposive. Purposive merupakan metode penentuan responden dimana subyek dipilih berdasarkan tujuan peneliti yang disesuaikan dengan keahliannya dalam bidang yang diteliti. Responden yang terpilih dari pihak intenal perusahaan yakni pemilik sekaligus pengelola CV. Megah Makmur Sentosa, kepala produksi, karyawan bagian pemasaran, karyawan bagian keuangan, dan pekerja lainnya. Sedangkan untuk pihak eksternal adalah masyarakat sekitar dimana informasi yang didapatkan seputar pengaruh CV. Megah Makmur Sentosa terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan
Metode Pengolahan Data dan Analisa Data Data dan informasi yang didapatkan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan
28 untuk mengatur data dengan pengelompokkan dan pengklasifikasian data yang ada, selain itu untuk memudahkan dalam menganalisis data. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui gambaran usaha (keragaan usaha) jamur tiram putih di tempat penelitian dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen. Aspek pasar meliputi bentuk pasar yang diharapkan dan potensi pasar. Aspek teknis dan teknologi meliputi teknologi, kuantitas dan kualitas tenaga teknis serta faktor non ekonomis. Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang untuk mengkaji kelayakan usaha jamur tiram putih di CV. Megah Makmur Sentosa. Analisa kuantitatif dilakukan dengan bantuan kalkulator dan komputer program Microsoft Excel 2007. Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang yang diperoleh pada masa kini dan masa yang akan datang melalui analisis finansial dengan melihat nilai NPV, Net B/C Rasio, IRR serta tingkat pengembalian investasi (Discounted Payback Period). Selain itu dilakukan juga analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha produksi dalam menghadapi beberapa perubahan. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dalam usaha jamur CV. Megah Makmur Sentosa dilakukan berdasar perhitungan secara kuantitatif. Kegiatan yang dianalisis adalah yaitu rencana pembangunan kumbung baru dengan kapasitas 30.000 baglog. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha budidaya jamur pada CV. Megah Makmur Sentosa, digunakan alat ukur kelayakan finansial melalui pendekatan Net Present Value (NPV), Incremental Net Benefit, Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Discounted Payback Period (DPP). Analisis berdasar kriteria investasi tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha dilihat dari segi finansial pelaku usaha. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui dampak dari suatu perubahan dari suatu hasil analisis. Sedangkan ketika dilakukan analisis switching value, maka untuk mengetahui sejauh mana perubahan dapat ditoleransi dengan anggapan usaha tetap layak untuk berjalan. Net Present Value (NPV) Net Present Value dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (present value) dari jumlah pendapatan bersih yang diperoleh selama umur proyek. Suatu rencana investasi dikatakan layak jika menghasilkan NPV lebih besar dari nol. Cara perhitungan NPV adalah sebagai berikut:
∑
Keterangan : NPV = Net Present Value (Rp) Bt = Penerimaan (benefit) bruto pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Biaya (cost) bruto pada tahun ke-t (Rupiah) i = Suku bunga yang berlaku (%)
29
t
= Umur usaha (Tahun)
Terdapat tiga penilaian kriteria investasi, berdasarkan metode NPV. Jika NPV suatu bisnis lebih besar dari nol (NPV>0) berarti usaha tersebut layak dilakukan atau dilanjutkan, hal itu mengadung arti bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika NPV usaha kurang dari nol (NPV <0), maka usaha tersebut tidak layak dilakukan atau dilanjutkan, hal itu mengandung arti bahwa biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Apabila NPV sama dengan nol (NPV=0) maka manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan, dimana usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. Pada penelitian ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual. Namun, Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007. Internal Rate of return (IRR) Internal Rate of Return menunjukkan tingkat suku bunga yang berlaku ketika biaya yang dikeluarkan untuk usaha sama dengan manfaat yang diperoleh perusahaan. IRR merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0). Suatu usaha dianggap layak secara finansial ketika nilai IRR yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan discount rate yang berlaku. Apabila nilai IRR lebih kecil dari discount rate yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. IRR dihitung dengan metode IRR yang diformulasikan sebagai berikut:
Keterangan : IRR = Tingkat pengembalian internal (%) i1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif Kerangka keputusan berdasar IRR yang dihasilkan yaitu : Apabila IRR = tingkat diskonto maka usaha tidak mendapat keuntungan maupun kerugian. Apabila IRR < tingkat diskonto maka usaha tidak layak untuk dilakukan. Apabila IRR > tingkat diskonto maka usaha layak untuk dilakukan. Pada penelitian ini perhitungan IRR tidak dilakukan secara manual. Namun, Perhitungan IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007. Adapun hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 4.
30 NPV
NPV
0 NPV’ Gambar 3 Hubungan antara NPV dan IRRa a
Sumber : Nurmalina et al, 2009
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) menunjukkan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Jika net B/C>1, artinya manfaat yang diberikan oleh proyek lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan, sehinggga proyek layak dilaksanakan. Sedangkan Net B/C < 1, artinya usaha tidak layak dilaksanakan secara finansial. Rumus yang digunakan adalah : Bt-Ct > 0 ∑ ∑
Bt-Ct < 0
Keterangan : Bt = Benefit proyek pada tahun ke-t Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t t = Umur usaha (Tahun) i = Tingkat suku bunga (%) Discounted Payback Period (DPP) Discounted Payback period menunjukkan masa pengembalian investasi yang dikeluarkan oleh proyek setelah memperhitungkan nilai waktu uang, biasanya dinyatakan dalam satuan tahun, bulan dan hari. Nilainya dapat dicari dengan menggunakan nilai sekarang dari total manfaat bersih, sebagai berikut:
Keterangan : I = Jumlah modal investasi Ab discounted = Manfaat bersih rata-rata per tahun per periode Setelah mendapatkan nilai sekarang dari keuntungan bersih maka akan dapat ditentukan pada tahun ke berapa total biaya investasi dapat tertutupi oleh keuntungan. Masa pengembalian investasi ditunjukkan pada saat proyek mulai
31
mengalami nilai present value yang positif. Semakin kecil angka yang dihasilkan berarti semakin cepat tingkat pengembalian investasi suatu usaha, maka akan semakin baik jika usaha itu dilaksanakan (Tabel 8). Analisis Sensitivitas Cashflow merupakan hasil pengolahan yang bersifat statik. Informasi keuangan usaha jamur tiram yang dituangkan kedalam cashflow hanya berlaku untuk satu harga tertentu saja tanpa mempertimbangkan perubahan yang akan terjadi. Faktor perubahan harga input, perubahan harga output dan tingkat produksi seringkali menjadi variabel utama yang mempengaruhi perubahan dalam analisis kelayakan investasi pengusahaan jamur tiram ini. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap usaha jamur tiram guna mengatisipasi perubahan tersebut. Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut dicapai NPV=0, Net B/C=1 dan IRR=i, yaitu untuk mencari nilai maksimal peningkatan harga input ataupun nilai maksimal penurunan harga output yang nantinya akan menjadi batas minimal bagi perusahaan sehingga dapat dikatakan sebagai usaha yang layak. Cara mencari switching value yaitu dengan trial dan error. Laporan Laba Rugi Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha CV. Megah Makmur Sentosa terdiri dari pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan. Analisis Nilai Tambah Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya nilai tambah adalah Metode Hayami. Faktor konversi pada Tabel 5 menunjukkan banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. Pada variabel koefisien tenaga kerja menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu satuan input. Selanjutnya nilai output pada tabel merupakan nilai produk yang dihasilkan dari satu satuan input yang digunakan. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode hayami antara lain (Hayami 1987) : a. Membuat arus komoditi yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditi, lokasi, lama penyimpanan, dan berbagai perlakuan terhadap komoditi yang bersangkutan. b. Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan keuangan. c. Memilih dasar perhitungan, dimana dalam penenlitian ini didasarkan pada per satuan input utama atau bahan baku. Prosedur perhitungan nilai tambah metode hayami dapat dilihat pada Tabel 5.
32 Tabel 5 Prosedur analisis nilai tambah metode hayamia No. Variabel I. Output, Input dan harga 1. Output (Kg) 2. Bahan baku (Kg) 3. Tenaga kerja (HOK/bulan) 4. Faktor konversi 5. Koefisien tenaga kerja (HOK) 6. Harga output (Rp/Kg) 7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) II. Penerimaan dan keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/Kg) 9. Sumbangan input lain (Rp/Kg) 10. Nilai output (Rp/Kg) 11. a. Nilai tambah (Rp/Kg) b. Rasio nilai tambah (%) 12. a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) b. Pangsa tenaga kerja (%) 13. a. Keuntungan (Rp/Kg) b. Tingkat keuntungan III. Balas jasa dari masing-masing faktor produksi 14 Marjin (Rp/Kg) a. Pendapatan tenaga kerja(%) b. Sumbangan input lain (%) c. Keuntungan (%) a
Nilai A B C D = A/B E = C/B F G H I J=DxF K=J–I–H L% = (K/J) x 100% M=ExG N% = (M/K) x 100% O=K–M P% = (O/K) x 100% Q=J–H R% = (J-H) x 100% S% = (I-Q) x 100% T% = (O-Q) x 100%
Sumber : Hayami dalam Sudiyono (2002)
Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini, diantaranya : a. Baglog adalah media tanam jamur yang terdiri dari bahan-bahan seperti serbuk gergaji, tepung kanji, tepung jagung, kapur, dan lain-lain yang dibungkus plastik. b. Sterilisasi yaitu proses memanaskan baglog dalam alat pemanas, seperti steamer. c. Inokulasi yaitu proses penanaman bibit dengan memasukkan bibit spora ke dalam baglog lalu diratakan, kemudian disumbat dengan kapas atau koran dan diikat kembali dengan plastik atau karet d. Inkubasi yaitu proses pemutihan yang mana terjadi penyebaran bibit spora dari bagian atas baglog ke bagian bawahnya. e. Kumbung adalah ruang pertumbuhan jamur konstruksi bangunanya terbuat dari tiang-tiang bambu, biasanya dinding dan atapnya terbuat dari bilik bambu. Dalam kumbung terdapat rak-rak bambu sebagai tempat baglog jamur.
Asumsi Dasar yang Digunakan Perhitungan kelayakan usaha pada penelitian yang dilakukan pada CV. Megah Makmur Sentosa didasarkan pada asumsi berikut :
33
1.
Umur bisnis diasumsikan selama 5 tahun, hal ini didasarkan pada umur teknis bangunan kumbung (kumbung bambu) yang digunakan dalam kegiatan produksi jamur tiram putih di CV. Megah Makmur Sentosa. 2. Perhitungan umur usaha dilakukan mulai tahun ke-1, hal ini berdasarkan persiapan usaha hanya membutuhkan waktu kurang dari satu tahun sehingga dalam periode tahun pertama sudah bisa memanen jamur. Persiapan usaha dilakukan pada bulan 1-6, sehingga di bulan ke 7-12 sudah bisa berproduksi, Pada tahun pertama perusahaan berproduksi selama 6 bulan dan di tahun ke-2 berproduksi selama 12 bulan. 3. Sumber penerimaan berasal dari penjualan jamur tiram, baglog, dan bibit jamur. 4. Kumbung yang dibangun berkapasitas 30.000 baglog. Hal ini didasarkan kepada ukuran kumbung 24x15 meter berisi 60 buah rak setinggi 5 tingkat. Setiap tingkat mampu menampung 100 buah log. Sehingga satu rak mampu menampung sebanyak 500 media log. 5. Hasil panen diasumsikan 0,4476 kg/baglog. Hal ini didasarkan kepada produktivitas rata-rata yang dihasilkan per baglog jamur. Data ini diperoleh secara empirik berdasar keadaan saat turun lapang, yaitu saat panen jamur selama tahun 2012. 6. Tingkat kegagalan produksi jamur tiram diasumsikan sebesar 6,12 persen. Hal ini didasarkan pada kegagalan produksi yang di alami oleh CV. Megah Makmur Sentosa dalam melakukan budidaya jamur tiram putih yaitu selama proses inkubasi dan pemeliharaan jamur pada bulan Desember 2012. Data ini diperoleh saat penelitian berlangsung. 7. CV. Megah Makmur Sentosa menargetkan produksi jamur tiram putih sebanyak 12.606 kg/periode. Hal ini didasarkan pada produksi rata-rata yang mampu dicapai perusahaan dari pembangunan kumbung berkapasitas 30.000 baglog dengan produktivitas per baglog adalah 0,4476 kg dan tingkat kegagalan produksi sebesar 6,12 persen. Produksi jamur tiram diasumsikan tetap hingga akhir umur bisnis. 8. Harga jual jamur tiram putih yang ditetapkan adalah harga rata-rata berdasarkan persentase penjualan ke masing-masing konsumen CV. Megah Makmur Sentosa, yaitu sebesar Rp 9.605,50. Sementara Harga baglog jamur tiram yang berlaku di lokasi penelitian sebesar Rp 2.400,00 per baglog dan harga bibit jamur di lokasi penelitian sebesar Rp 4.500,00 per botol bibit. Harga yang ditetapkan adalah konstan sepanjang umur bisnis. 9. Satu periode diasumsikan selama 6 bulan. Hal ini didasarkan pada pola budidaya jamur yang biasa dilakukan CV. Megah Makmur Sentosa. Sehingga dalam waktu lima tahun dapat dilakukan 9 kali periode budidaya jamur. 10. Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri yaitu modal pemilik CV. Megah Makmur Sentosa, Bapak Paryanto. 11. Tingkat diskonto yang ditetapkan sebesar 5 persen. Nilai ini diperoleh berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Mandiri pada tahun 2013, dimana modal yang digunakan adalah modal sendiri. 12. Pajak penghasilan yang digunakan adalah sebesar 25 persen. Hal ini berdasarkan ketetapan Pajak Penghasilan Badan yang diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a. Pajak sudah berlaku sejak tahun pajak 2010.
34 13. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching value, dengan adanya perubahan pada penurunan jumlah produksi jamur tiram, baglog, dan bibit jamur. Analisis juga akan dilakukan terhadap penurunan harga jual output jamur tiram dan kenaikan biaya variabel berupa harga bahan bakar gas LPG.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan CV. Megah Makmur Sentosa (CV. MMS) adalah sebuah perusahaan agribisnis yang mengusahakan budidaya jamur tiram putih. Perusahaan ini terletak di Perumahan PU, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar gebang, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Pada mulanya usaha budidaya jamur mulai di rintis sekitar tahun 2008, dan mulai beroperasi pada tahun 2009. Lalu pada tahun 2010 kegiatan budidaya jamur berkembang dan pemilik menjadikan perusahaan dalam satu wadah perusahaan yang memiliki badan hukum yaitu CV. Megah Makmur Sentosa. Pada awalnya, ide pendirian usaha ini berawal dari keinginan Bapak Paryanto, ST sebagai pendiri untuk memiliki usaha sampingan, yang mana hasil dari usaha dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Selanjutnya, pemilik tertarik untuk berusaha di bidang agribisnis, menurutnya, berusaha dibidang agribisnis adalah usaha yang menjual dan tidak pernah ada habisnya. Dimana produk pertanian adalah produk yang digunakan sebagai panganan masyarakat dan salah satu produk pertanian yang mudah dibudidayakan adalah jamur. Namun kegiatan budidaya yang dilakukan tidak semata-mata bertujuan bisnis. Beliau berharap salah satu hal yang ingin dibangunnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat sekitar yang notabene sebagian besar adalah para orang tua pensiunan Pekerjaan Umum (PU). Bapak Paryanto berprofesi sebagai karyawan di PT. Bukaka Teknik Utama, yaitu sebuah perusahaan kontruksi baja. Dilihat dari pekerjaannya di bidang permesinan dan sebagai seorang lulusan teknik mesin, Bapak Paryanto termasuk tidak paham betul mengenai dunia agribisnis, apalagi tentang jamur. Namun, pengenalan yang begitu singkat di dunia agribisnis tidak mematahkan semangat pemilik untuk dapat berusaha di bidang agribisnis jamur. Bahkan hingga saat ini pemilik yakin untuk dapat memperbesar usaha agribisnis di bidang budidaya jamur. Pada awalnya, Usaha budidaya jamur dilakukan pada kumbung berkapasitas 2000 baglog. Pada saat itu pemilik menghadapi banyak kesulitan dalam membudidayakan jamur dimana proses budidaya baru dilakukan oleh tenaga kerjanya yang berjumlah 4 orang. Namun, Pengetahuan teknik budidaya yang sangat minim tidak membuat putus asa pengusaha jamur ini untuk tetap mencoba membudidayakan usaha ini. Beliau gigih mencari teknik budidaya yang tepat, hal itu dilakukannya dengan mempelajari teknik budidaya jamur dari berbagai macam referensi seperti buku-buku serta mengunjungi beberapa tempat penelitian tentang jamur di berbagai lokasi di sekitar Bandung dan Bogor.
35
Selanjutnya pada tahun 2010, usaha budidaya jamur berkembang dan pemilik mulai melegalkan usahanya dengan membuat badan hukum perusahaan. Berdasarkan Surat Keterangan Terdaftar No. PEM-0023786ER/WPJ.22/ KP.1203/2010, CV. Megah Makmur Sentosa sudah mendapatkan izin resmi dari pemerintah daerah setempat. Perusahaan memiliki visi yang diusung dalam mendirikan perusahaan agribisnis jamur ini. Visi perusahaan jamur ini adalah “ Menjadi perusahaan produksi jamur tingkat nasional”. Visi yang ditetapkan bukan tanpa dasar, dimana pemilik berharap bahwasannya produk jamur yang dihasilkan dapat menghasilkan keuntungan perusahaan lebih baik. Selanjutnya keuntungan itu yang nantinya menjadikan karyawan lebih sejahtera. Pak Paryanto sebagai pendiri juga selalu melakukan inovasi dan perbaikan-perbaikan dalam produksi yang dilakukan. Dulu, Perusahaan sempat memiliki beberapa plasma yang menginduk ke perusahaan jamur ini hingga kini memiliki beberapa mitra yang loyal dalam supply bahan baku budidaya jamur yang di produksi perusahaan seperti bibit dan baglog jamur tiram. Perusahaan juga memiliki kontiunitas bahan baku yang mudah didapatkan dalam budidaya jamur tiram putih, salah satu contohnya bahan baku utama berupa gergajian kayu yang mudah didapatkan dari beberapa perusahaan besar gergajian kayu yang berlokasi di sekitar tempat usaha. Kemudahan produksi yang dilakukan dari usaha budidaya jamur membuat Pak Paryanto berkeyakinan bahwa usaha budidaya jamur memiliki prospek yang menjanjikan. Adapun misi yang dilakukan Pak Paryanto ini sebagai pemilik CV. Megah Makmur Sentosa adalah : (1) Mengenalkan jamur ke kota-kota di seluruh Indonesia, (2) Menghasilkan jamur tiram putih dengan kualitas terbaik, dan (3) Menyerap tenaga kerja lebih banyak di lingkungan sekitar. Misi yang dirumuskan diwudjudkan dengan mengenalkan jamur kepada seluruh masyarakat Indonesia, yaitu dengan memiliki mitra berupa perusahaanperusahaan jamur di kota-kota di Indonesia. Seperti beberapa mitra yang pernah bekerja sama dalam supply baglog maupun bibit jamur tiram beberapa diantaranya berlokasi di wilayah sekitar Jakarta, Tangerang, Bekasi, serta Indramayu. Perusahaan juga selalu memperbaiki kualitas jamur yang dihasilkan yang dapat dilakukan melalui kegiatan budidaya dengan teknik budidaya yang tepat. Hal ini lebih dominan dipengaruhi oleh teknik pembibitan serta pengomposan yang sesuai standar. Selain itu, teknis budidaya jamur juga erat pengaruhnya dari kondisi suhu dan iklim. Kegiatan teknis yang dilakukan tidak terlepas dari pekerja teknis yang menggarapnya, yaitu tenaga kerja. Tenaga kerja jamur diharapkan dapat memberikan pengaruh positif bagi perusahaan dan lingkungan di sekitar.
Produksi CV. Megah Makmur Sentosa resmi berdiri pada bulan Oktober 2010. Kegiatan budidaya jamur pada mulanya dilakukan di samping rumah Bapak Marno, kepala bagian produksi jamur, yaitu di Perumahan PU Blok C Nomor 59 RT 01/06, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi. Bangunan produksi tersebut terdiri dari ruang pengadukan dan loging, sterilisasi, inokulasi,
36 serta ruang pembuatan bibit jamur. Sedangkan bangunan kumbung berada sekitar 30 meter dari tempat produksi. Pada awal berdirinya, CV. Megah Makmur Sentosa tidak memproduksi bibit jamur sendiri, namun membelinya dari perusahaan jamur di Bandung. Bibit jamur yang dibeli dari Bandung kemungkinan besar mempunyai proporsi bahan dasar yang berbeda dengan kecocokan tempat tumbuhnya di Bekasi. Kota Bandung adalah kota dengan suhu lebih rendah dari Kota Bekasi, sehingga pada produk jamur yang dihasilkan menjadi keriting. Untuk itu, berjalannya waktu digunakan perusahaan untuk belajar memproduksi bibit sendiri. Pada dasarnya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi bibit jamur tidak terlalu berbeda untuk menghasilkan output jamur yaitu bibit jamur merupakan bibit tipe F2, sedangkan baglog jamur yang menghasilkan output jamur tiram adalah media tanam yang disebut bibit tipe F3. Pada awal usahanya, di akhir tahun 2008, perusahaan berhasil menjual 2 sampai 5 kg jamur tiram per harinya. Proses budidaya yang dilakukan hanya seputar perbesaran jamur (growing) sedangkan baglog yang digunakan sebagai media tanamnya masih dibeli secara eceran. Pertumbuhan jamur pun dilakukan pada satu kumbung yang berkapasitas 5000 baglog dengan volume baglog pertumbuhan tidak mencapai 100 persen dari kapasitas kumbung. Kemudian, pada tahun 2009 perusahaan memperluas kumbung berukuran cukup besar yaitu untuk menampung 5.000 baglog jamur tambahan dan mampu menghasilkan produksi yang semakin meningkat yaitu sekitar 20 kilogram per harinya. Perusahaan mulai memproduksi baglog sendiri untuk produksi yang dilakukan dalam kumbung berkapasitas 10.000 baglog. Dari kumbung yang berkapasitas 10.000 baglog tersebut, produksi yang dilakukan masih belum optimal, dimana perusahaan baru mampu memproduksi 5000 baglog dan kekurangannya dibeli dari perusahaan jamur lain. Begitu pula dengan bibit yang digunakan, perusahaan masih membelinya dari penjual bibit jamur. Untuk proses produksi yang dilakukan, perusahaan memakan waktu cukup lama yaitu 9 bulan dari mulai pembuatan baglog tersebut hingga mencapai panen. Pada tahun 2010, usaha mulai berkembang, perusahaan mulai memproduksi bibit dan baglog secara mandiri. Produksi bibit, baglog dan jamur berlangsung hingga sekarang, bahkan kini usaha sudah merambah pada penjualan kedua produk tersebut, bibit serta jamur. Pemilik yakin, bahwa usaha ini akan terus berkembang, hal itu dilihat dari permintaan jamur yang semakin besar. Untuk itu, pemilik sekaligus pimpinan CV. Megah Makmur Sentosa, Pak Paryanto, berencana akan meningkatkan produksi jamurnya melalui pembangunan kumbung baru dengan kapasitas 30.000 baglog yang berlokasi di Desa Nyosog, Bekasi. Hal ini tentunya bertujuan supaya perusahaan dapat terus meningkatkan pendapatannya.
Pemasaran Promosi Kegiatan promosi yang dilakukan oleh CV. Megah Makmur Sentosa pada awal pendiriannya adalah dengan memberikan ionformasi langsung dari mulut ke mulut dengan mendatangi pasar-pasar, warung-warung dan kampungkampung di sekitar lokasi produksi, yaitu di sekitar wilayah Bantar Gebang
37
Bekasi. Dengan penjualan yang dilakukan masih tergolong kecil, perusahaan mampu menjual produk jamurnya di lokasi-lokasi tersebut namun tidak habis terjual. Sampai kemudian, promosi juga dilakukan menuju pedagang-pedagang pasar, hingga sampai informasi ke pengepul. Penjualan tidak dapat dilakukan secara rutin kepada pengepul pasar, hal itu dikarenakan kuantitas yang diminta oleh pengepul adalah dalam jumlah besar, sedangkan perusahaan belum mampu menghasilkan produksi yang stabil. Sehingga pemilik memilih menyalurkan jamurnya hanya ke pedagang pasar. Pada tahun 2011, Prospek perkembangan bisnis dalam bidang usaha jamur yang semakin baik membuat usaha jamur CV. Megah Makmur Sentosa diliput oleh media Jabar Kota Bekasi sebagai usaha yang memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Dimana perusahaan mampu memberdayakan para orang tua pensiunan PU yang notabene sudah tidak mampu bekerja secara maksimal. CV. Megah Makmur Sentosa sebagai salah satu UKM di Kota Bekasi yang mampu meraih kesuksesan dengan melahirkan inspirasi bagi pelaku usaha lainnya. Harga Menurut Kepala Bagian Produksi Perusahaan, Bapak Marno, produk jamur yang dihasilkan oleh perusahaan jauh lebih unggul kualitasnya dibandingkan produk jamur yang dijual di tempat atau lokasi budidaya lain. Sehingga harga yang ditetapkan termasuk cukup tinggi dipasaran. Terdapat variasi harga yang ditawarkan oleh perusahaan untuk masing-masing konsumen yang diantaranya para pedagang, dan pengepul jamur tiram putih dan masyarakat umum yaitu Rp 9.000,00 – Rp 10.000,00 per kilogram untuk pedagang dan masyarakat umum. Sedangkan harga yang ditawarkan kepada pengepul adalah sebesar Rp 8.500,00. Pemberian harga itu didasarkan pada kondisi produk jamur dan volume jamur tiram segar yang di pasarkan. Penjualan jamur tiram secara langsung ke pasar pada hari-hari tertentu mematok harga Rp 6.000,00. Pemberian harga itu sesuai dengan kondisi dimana pada hari tertentu terutama hari-hari besar seperti Idul Fitri, produk jamur tidak terlalu diminati bahkan digantikan dengan produk lain seperti daging. Produk Produk jamur yang dihasilkan oleh perusahaan adalah jamur super. Deskripsi mengenai jamur super ini adalah jamur yang memiliki kesegaran yang lama dan tidak mudah layu, serta tebal daging jamurnya. Saluran pemasaran Saluran pemasaran usaha jamur yang dilakukan perusahaan dapat dilakukan dalam beberapa produk yang dijualnya diantaranya bibit jamur tiram tahap F2, baglog jamur, dan jamur tiram putih segar. Penjualan yang dilakukan selain mendatangkan keuntungan juga mendapatkan pelanggan tetap, beberapa pelanggan tetap itu diantaranya beberapa pedagang pasar yang siap menjual produk jamurnya ke konsumen langsung, pengepul dan masyarakat umum selaku konsumen akhir. Penjualan yang dilakukan selalu habis setiap harinya. Dimana jumlah penjualan tidak tetap atau bergantung pada produksi yang dihasilkan.
38 Dalam mendistribusikan produk jamurnya, perusahaan menggunakan empat saluran pemasaran yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Pedagang
CV. MMS
Pengepul
Konsumen akhir
Gambar 4 Saluran pemasaran jamur CV.Megah Makmur Sentosa
Manajemen Kegiatan manajemen yang dilakukan oleh perusahaan pada mulanya memiliki struktur orgasnisasi yang sederhana. Pemilik perusahaan, sekaligus pimpinan yaitu Pak Paryanto memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan berkaitan dengan usahanya. Dalam kesehariannya, pemilik berperan dalam mengelola usaha nya untuk berjalan mencapai tujuan yang ingin dicapainya serta ikut mengevaluasi kinerja usaha budidaya jamur ini. Kepala bagian memiliki kewenangan untuk kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan. Kepala bagian juga bertugas membantu staff masing-masing divisi jika terjadi kesulitan, kepala bagian akan mengevaluasi dan mengawasi kegiatan usahanya untuk nanti dilaporkan kepada pimpinan. Dalam menjalankan tugas yang ada, kepala bagian membawahi beberapa pegawai yang bertugas pada kegiatan atau bagian yang digelutinya. Beberapa tenaga kerja tersebut antara lain bagian logistik, bibit, produksi, kumbung, pemasaran dan keuangan. Bagian logistik bertugas dalam mendapatkan dan membeli bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi jamur. Bagian bibit bertugas untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas sehingga akan menghasilkan jamur yang berkualitas juga. Bagian produksi berperan dalam beberapa proses pengadukan dan loging yang dilakukan, diantaranya pengadukan, inokulasi dan sterilisasi, bagian produksi akan dipantau dan dibantu oleh kepala bagian yang mana dalam kegiatannya mengawasi kegiatan produksi dari mulai penanaman hingga pemanenan. Selanjutnya, Bagian kumbung berperan dalam memelihara dan mengupayakan pertumbuhan produk jamur yang maksimal, hal itu dilkukan dengan beberapa proses yang harus dilakukan misalnya penyiraman serta penanggulanagan hama. Sedangkan Bagian pemasaran dan keuangan akan berperan dalam mendistribusikan pesanan jamur ke konsumen dan membukukan penjualan perharinya. CV.Megah Makmur Sentosa memiliki 10 orang tenaga kerja yaitu 6 tenaga kerja tetap serta 4 tenaga kerja borongan. 4 tenaga kerja borongan akan difungsikan sebagai tenaga kerja produksi yang akan diberikan upah sesuai dengan produksi yang dihasilkan. Satu orang pekerja diamanahkan sebagai kepala bagian dan secara ekslusif membantu bagian produksi, hal ini dikarenakan
39
kemampuan beliau di bidang produksi. Tenaga kerja bibit diupayakan dalam menghasilkan bibit berkualitas yang dilakukan oleh 1 orang pekerja. Selajutnya satu orang pekerja digunakan untuk membantu bagian logistik dan 4 tenaga kerja borongan adalah di bagian produksi. Tenaga kerja tersebut dalam proses produksi diupayakan tenaganya untuk dapat menghasilkan baglog dari beberapa proses yang harus dilakukan. Tenaga kerja kumbung terdiri dari dua orang yang bertugas mengurus kumbung, keluar masuknya baglog dan memantau perkembangan tumbuhnya produk jamur untuk pemeliharaan yang maksimal. Tenaga kerja pemasaran dan keuangan dilakukan oleh satu orang. Beberapa pembagian kerja yang ditetapkan mengharuskan seluruh pekerja untuk aktif dalam setiap kegiatan mulai dari pengadukan, loging, penanaman hingga panen. Sebagian besar pekerja yang bekerja di CV.Megah Makmur Sentosa berasal dari masyarakat sekitar lokasi, yaitu masyarakat perumahan PU, Bantar Gebang. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan warga sekitar serta yang notabene adalah para orangtua pensiunan Pekerja Umum (PU).
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Non Finansial Analisis kelayakan perencanaan pembangunan kumbung baru oleh CV. Megah Makmur Sentosa dikaji melalui aspek non finansial, yaitu terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Penilaian terhadap berbagai komponen tersebut akan memengaruhi layak atau tidaknya usaha pembangunan kumbung baru.
Aspek Pasar Salah satu aspek rencana bisnis yang perlu dikaji kelayakannya adalah aspek pasar. Aspek pasar menempati urutan pertama dalam studi kelayakan. Jika pasar yang akan dituju tidak jelas, prospek ke depan pun tidak jelas, maka resiko kegagalan bisnis menjadi besar. Dalam usaha jamur tiram putih, aspek pasar yang akan di analisis mencakup peluang pasar, permintaan, penawaran, dan bauran pemasaran produk. Potensi Pasar Peluang pasar terhadap jamur tiram putih didukung oleh berkembangnya pola hidup sehat masyarakat dimana masyarakat menginginkan keinginan hidup seimbang dengan konsumsi makanan sehat dan bergizi tinggi. Jamur tiram putih sebagai salah satu produk hortikultura bergizi baik dianggap sebagai makanan yang dapat dikonsumsi sebagai layaknya lauk. Aneka produk olahan jamur dapat dinikmati dengan beragam pilihan rasa yang menarik untuk dikonsumsi seharihari.
40 Peluang pasar bagi produk jamur juga didukung dengan banyaknya makanan khas yang menawarkan produk olahan jamur. Tabel 6 merupakan data penduduk yang bekerja di sektor perdagangan dan restoran di Bekasi pada tahun 2006-2007. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bekasi yang dihimpun dari penerimaan negara dalam bentuk Produk Dometik Bruto (PDB) menurut lapangan kerja di sektor perdagangan, hotel, dan restaurant memiliki peranan yang cukup besar terhadap PDB Indonesia, hal itu berarti sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang berkembang dan menjanjikan untuk dikembangkan dimana terdapat peluang pasar dari peningkatan jumlah produsen yang mengolah panganan berupa olahan jamur. Hal ini secara kuantitatif terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restaurant di Kota Bekasi. Banyaknya produk olahan jamur berupa makanan berat maupun makanan ringan seperti halnya kerupuk jamur, jamur crispy, nugget jamur, baso jamur, dan sebagainya. Kota Bekasi, merupakan kota yang berada dalam lingkup megapolitan di Jabodetabek dan menjadi kota besar ke empat di Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi kawasan sentra industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban. Untuk itu, merupakan daerah potensial untuk memenuhi permintaan penduduk berupa pangan. Pemenuhan produk berupa pangan menawarkan aneka potensi usaha di bidang kuliner, seperti restaurant, depot, dan katering. Tabel 6 Data jumlah penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel dan restaurant di Kota Bekasi Tahun 2006-2007a Tahun Jumlah penduduk di sektor perdagangan, Persentase hotel dan restoran 2006 172.121 23,53 2007 186.323 22,16 a Sumber : BPS Kota Bekasi, 2007 Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga ke tahun 2007. Angka jumlah penduduk pada tahun 2007 tersebut meningkat hampir 15 ribu tenaga kerja dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk pada sektor kuliner di Kota Bekasi dari tahun ke tahun memiliki prospek yang cerah dimana terdapat suatu peluang yang sangat baik yang dapat di manfaatkan dalam proses pemasaran produk jamur tiram putih. Permintaan masyarakat di wilayah Bekasi terhadap produk jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa sampai akhir tahun 2012 masih relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan permintaan dari pengepul, pedagang pasar, maupun rumah makan serta katering. produk jamur yang didistribusikan kepada konsumen melalui pedagang pasar selalu habis terjual, begitupun permintaan dari penduduk sekitar yang menunjukkan minat yang tinggi terhadap produk jamur. Dengan kapasitas produksi saat ini adalah 5.500 kilogram per periode atau berkisar 30 kilogram per hari, sedangkan permintaan distributor mencapai 331 kilogram per hari, menunjukkan pemenuhan permintaan jamur hanya mampu dipenuhi sebesar 9,06 persen. Terdapat gap antara permintaan dan
41
penawaran mengindikasikan potensi pasar yang masih besar dan sangat prospek untuk dicapai. Pada permintaan bibit serta baglog, diindikasikan jika masih terdapat gap yang besar dari permintaan bibit dan baglog jamur tiram yang belum mampu dipenuhi dari beberapa perusahaan budidaya jamur di daerah dan kotakota lain seperti daerah Nyosog, Tangerang dan Indramayu. Produk jamur tiram terus meningkat permintaannya dan memiliki prospek pasar yang besar dan menjanjikan. Adapun daftar permintaan jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa oleh pengepul dan pedagang dapat dilihat pada Tabel 7. Rencana pembangunan kumbung baru didasarkan pada minimnya produksi yang dihasilkan per periode produksi. Ketidakmampuan perusahaan memenuhi permintaan di beberapa lokasi yang potensial peningkatan permintaannya menyebabkan perusahaan lebih menyalurkan produknya ke beberapa pedagang di sekitar lokasi usaha. Rencana usaha budidaya jamur tiram dengan pembangunan kumbung baru berkapasitas 30.000 log di wilayah Desa Nyosog, Bekasi berlatar belakang keinginan pemilik untuk meningkatkan penjualan secara signifikan serta memenuhi permintaan yang masih belum dapat dipenuhi baik dari pedagang dan pengepul jamur, maupun mitra yang membeli produk bahan baku berupa bibit dan baglog jamur untuk kegiatan budidaya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan untuk kedepannya dan semakin memberdayakan masyarakat di lingkungan sekitar. Tabel 7 Daftar permintaan pengepul dan pedagang terhadap produk jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa per haria No. Pengepul/Pedagang Lokasi Jumlah Permintaanb 1. Daryono Bantar Gebang 35 2. Teguh Bantar Gebang 25 3. Makmur Setu 20 4. Miftah PU 50 5. Sunyo Pondok Gede 50 6. Fitrah Cileungsi 100 7. Encim Bantar gebang 5 8. Nanda Bantar Gebang 3 9. Rajiman Bantar Gebang 5 10. Pedurenan Bekasi 30 11. Kriuk Jamrud 8 a Sumber : CV. Megah Makmur Sentosa 2013 b
Satuan dalam Kilogram
Rencana pembangunan kumbung baru di wilayah Desa Nyosog turut mendorong terbukanya peluang pasar lebih luas. Rencana pembangunan kumbung baru sebagai tempat budidaya juga direspon positif oleh warga Desa Nyosog. Rencana budidaya yang akan dilakukan perusahaan mendorong pemasaran yang lebih luas dalam produk yang diusahakan yakni jamur tiram segar, bibit, dan baglog. Untuk permintaan produk jamur tiram, terdapat kejelasan pasar yaitu pedagang sekitar yang sempat bernegosiasi dengan pemilik untuk melakukan kerja sama memasarkan jamurnya, yaitu pedagang lokal dan pengepul yang berada sekitar lokasi desa dan beberapa pedagang di kawasan Bekasi. Selanjutnya, untuk produk bibit dan baglog yang diusahakan, permintaan yang besar didapat
42 dari beberapa mitra yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Apabila perusahaan membangun produksi jamur dan produk bibit serta baglog di wilayah ini, maka tidak akan menutup kemungkinan apabila terdapat kerjasama yang semakin baik dengan beberapa mitra perusahaan yang masih dalam satu kawasan Bekasi, khususnya mitra di Desa Nyosog. Informasi di atas sangat penting untuk melakukan perkiraan kapasitas produksi jamur yang akan diusahakan per periode produksi. Perhitungan kapasitas produksi yang akan diusahakan diupayakan mampu memenuhi permintaan jamur dari beberapa konsumen yang sebagian besar adalah pedagang. Berdasarkan potensi pasar jamur tiram putih baik dari pasar lokal maupun luar daerah. Pak Paryanto sangat yakin bahwa produk yang akan di produksi akan terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi pasar lokal maupun luar daerah. Pemasaran Pemasaran sebagai salah satu hal terpenting dari kegiatan bisnis yang harus di perhatikan dalam analisis kelayakannya. Bisnis yang diajalankan harus memiliki pasar yang mampu menyerap produk yang dihasilkan. Analisis pemasaran mencakup bauran pemsaran dan strategi pemasaran. Bauran Pemasaran Bauran pemsaran sebagai variabel inti dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Pengkajian bauran pemasaran meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bauran pemasaran perusahaan. 1. Produk Produk yang akan diusahakan produksinya adalah bibit jamur tipe F2, baglog jamur dan jamur tiram. Bibit jamur tahap F2 dan baglog jamur merupakan bahan dan media yang digunakan untuk menghasilkan output jamur tiram. Produk bibit jamur tahap F2 yang dihasilkan merupakan kualitas terbaik, hal itu dipastikan perusahaan karena dapat menghasilkan jamur tiram segar yang tidak layu dengan ukuran jamur yang besar serta tebal. Berbagai macam pilihan bahan dan media yang dihasilkan membuat konsumen terutama para investor maupun petani jamur dapat dengan mudah membeli bahan baku untuk produksinya melalui perusahaan. Selain itu, produk jamur yang dihasilkan terjamin kualitasnya sebagai jamur super. 2. Harga Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama untuk semua pembeli. Harga merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Penetapan harga jual berfungsi untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh, selain itu harga juga akan mempengaruhi keinginan konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan. Harga jual bibit F2 yang akan ditawarkan perusahaan adalah Rp 4.500,00 per botol bibit hal itu berdasarkan kualitas bibit yang super, sedangkan harga jual baglog ditetapkan sebesar Rp 2.400,00 per baglog. Harga penjualan jamur tiram segar berkisar Rp 6.000,00 hingga Rp 10.000,00 per kilogram jamur. Harga jual yang ditetapkan dalam perhitungan
43
penerimaan dari produk jamur tiram putih adalah harga rata-rata berdasarkan persentase penjualan ke masing-masing konsumen yaitu sebesar Rp 9.605,50. 3. Promosi Promosi merupakan komunikasi pemasaran suatu produk yang dihasilkan perusahaan. Tujuan promosi diharapkan dapat meningkatkan omzet penjualan produk. Pada rencana pembangunan kumbung baru, diperlukan sarana promosi yang efektif dalam mengenalkan usaha jamur kepada konsumen. Strategi promosi yang akan diterapkan oleh manajemen perusahaan adalah melalui social media antara lain facebook dan twitter. Manajemen dapat memberikan informasi mengenai kualitas jamur super yang dihasilkan dengan beragam kegiatan usaha budidaya jamur yang dilakukan perusahaan. Sehingga konsumen dapat secara langsung mengetahui proses pembudidayaan jamur di lokasi usaha. Hal ini tentunya akan merangsang minat masyarakat untuk berkecimpung dalam budidaya jamur bahkan berinvestasi dalam usaha budidaya jamur dengan mengetahui return yang dihasilkan. Kegiatan promosi yang akan dilakukan dalam memperkenalkan produknya dari budidaya jamur di kumbung yang akan dibangun juga dilakukan melalui pemanfaatan media internet melalui blog. Pembuatan blog diharapkan berperan efektif untuk memberitakan usaha yang dilakukan ini dalam produk jamur tiram, dimana hal itu diharapkan dapat merangsang sejumlah orang baik investor maupun orang umum untuk datang ke lokasi usaha untuk mengetahui secara langsung usaha jamur yang dilakukan CV. Megah Makmur Sentosa. Selain itu, promosi juga akan dilakukan secara langsung dari mulut ke mulut kepada beberapa pedagang pasar di Bekasi dengan mempromosikan produk yang dihasilkan dengan kualitas jamur super, serta mengefektifkan penyanggupan terhadap permintaan yang belum dapat dipenuhi. Kegiatan promosi tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan kontiyuitas permintaan. Perusahaan nantinya akan memperluas kegiatan promosi melalui promosi secara langsung ke restoran atau rumah makan yang menjual makanan berbahan baku jamur tiram. 4. Distribusi Distribusi adalah suatu proses penyaluran produk dari produsen ke tangan konsumen. Strategi distribusi sangat penting di terapkan untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen dalam hal ketepatan dan kecepatan penyaluran produk. Saluran pemasaran untuk produk yang dihasilkan meliputi produk bibit jamur tahap F2, baglog, serta jamur tiram. Distribusi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jalur pembelian secara langsung dapat dilakukan di tempat produksi. Konsumen dapat secara langsung mendatangi lokasi produksi jamur untuk melakukan pembelian beragam produk yang dihasilkan yaitu di wilayah Desa Nyosog, Bekasi. Sistem penjualan yang diterapkan pada produk bibit dan baglog jamur tiram adalah menerima retur produk baik bibit dan baglog jamur, dimana pembelian bibit dan baglog dengan tingkat risiko kegagalan kerusakan akan ditanggung oleh produsen. Penjualan dilakukan ketika bibit dan baglog jamur siap dipasarkan yaitu bibit dan baglog telah mencapai masa inkubasi, proses ini dapat terlihat ketika baglog telah dipenuhi oleh miselia. Penjualan bibit dan baglog dapat dilakukan setiap waktu berdasarkan kapasitas produksi yang dihasilkan
44 perusahaan. Sedangkan penjualan jamur tiram putih segar dapat dilakukan setiap hari, hal itu dikarenakan panen dilakukan setiap hari. Alur distribusi secara langsung produk jamur dapat dilihat pada Gambar 5. Produsen (CV. MMS)
Konsumen Akhir
Gambar 5 Alur distribusi langsung produk jamur tiram Pembelian produk melalui alur distribusi langsung pada produk bibit dan baglog akan dilakukan melalui beberapa mitra yang akan dijaring untuk bekerjasama membudidayakan produk jamur. Salah satu mitra tetap perusahaan diantaranya adalah mitra di Daerah Nyosog, yang mana memiliki kedekatan dengan kumbung yang akan di bangun oleh perusahaan. Alur produksi secara langsung bibit jamur tahap F2 dan baglog dapat dilihat pada Gambar 6. Produsen (CV. MMS)
Mitra
Gambar 6 Alur distribusi langsung produk bibit dan baglog Pada pembelian tidak langsung pada produk jamur tiram akan dilakukan melalui mitra penjualan yaitu pengepul dan pedagang pasar. Pedagang dan pengepul melakukan pembelian untuk disalurkan kepada konsumen melalui pasar sekitar. Alur distribusi tidak langsung dapat dilihat pada Gambar 7. Produsen (CV. MMS)
Mitra Penjualan (Pedagang pasar dan Pengepul)
Konsumen
Gambar 7 Alur distribusi tidak langsung CV. Megah Makmur Sentosa Strategi Pemasaran Strategi pemasaran terdiri dari penentuan segmentasi pasar, target pasar, dan posisi pasar. Berikut ini adalah penjelasan mengenai strategi pemasaran CV. Megah Makmur Sentosa. a. Segmentasi pasar (segmentation) Segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar menjadi kelompokkelompok tertentu dengan strategi pemasaran yang berbeda-beda. Pembangunan kumbung baru memiliki segmen pasar masing-masing untuk beberpa produk yang diusahakannya. Untuk produk bibit dan baglog, segmen yang akan dimasuki adalah perusahaan jamur yang belum mampu mengusahakan bibit dan baglognya secara mandiri di Kota-kota di Indonesia. Sedangkan untuk produk jamur tiram, segmen yang akan dimasuki adalah konsumen lokal baik berupa warung-warung, rumah-rumah, pedagang, pengepul pasar di wilayah Bekasi. b. Target pasar (targetting) Target pasar adalah suatu proses menentukan segmentasi pasar yang akan dimasuki perusahaan. Target pasar dipilih setelah mengidentifikasi segmentasi perusahaan. Menurut pemaparan pemilik usaha jamur tiram, target
45
pasar yang akan dibidik pada produk bibit dan baglog adalah beberapa perusahaan jamur di Bekasi sedangkan pada produk jamur tiram yaitu pedagang dan pengepul jamur di Bekasi. c. Posisi pasar (positioning) Posisi pasar adalah menetapkan posisi perusahaan agar mendapatkan tempat yang berbeda dalam benak konsumen sasarannya. Posisi pasar yang dilakukan perusahaan pada produk jamur tiramnya adalah sebagai produk jamur dengan kualitas super. Kualitas jamur super yang akan ditawarkan merujuk pada jamur hasil produksi yang berukuran besar dan tebal pada daging jamurnya. Perkiraan Penjualan Hal yang harus dilakukan perusahaan adalah peningkatan produksi jamur per periode produksi. Terdapat suatu peluang pasar yang masih terbuka lebar. Peluang pasar yang harus diraih sesuai dengan rencana perusahaan untuk mencapai peningkatan kapasitas produksi yaitu pembangunan kumbung baru. Untuk itu, harus dianalisis perkiraan penjualan berdasar data perkembangan penawaran jamur tiram putih di Bekasi. Hal ini dikarenakan terget pemasaran langsung mencakup wilayah Bekasi. Oleh karena itu, data perkembangan penawaran industri yang digunakan berdasar data penawaran jamur di Kota Bekasi. Adapun perkembangan penawaran jamur di Bekasi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perkembangan produksi jamur di Bekasi tahun 2007-2012a Tahun Produksib 2007 25.157 2008 35.239 2009 161.620 2010 122.624 2011 91.365 2012 48.910 Jumlah 484.915 a Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat (2011) b Satuan dalam Kilogram Proyeksi produksi pada tahun 2013 dapat diperoleh melalui analisis deret waktu berupa metode kuadrat terkecil dengan persamaan : Y = α + bX a
a
dimana,
dan
Sumber : Umar (2007)
Berdasarkan perhitungan proyeksi produksi jamur dengan metode analisis deret waktu, maka diperoleh persamaan Y= 80.819 + 5.161 X, sehingga proyeksi produksi pada tahun 2013 (X=7) sebesar 116.946 kg. Perolehan proyeksi penjualan tersebut dapat digunakan untuk menganalisis marketshare dari CV. Megah Makmur Sentosa ketika dilakukan pembangunan kumbung baru (Tabel 9).
46 Tabel 9 Perhitungan proyeksi perkembangan jamur di Bekasi Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah
X -3 -2 -1 1 2 3
Y 25.157 35.239 161.620 122.624 91.365 48.910 484.915
X2 9 4 1 1 4 9 28
XY -75.471 -70.478 -161.620 122.624 182.730 146.730 144.515
Nilai market share dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut : Market share :
x 100%
Market share yang dimiliki perusahaan saat dilakukan pembangunan kumbung baru kapasitas 30.000 baglog adalah : Market share Perhitungan market share yang diterima pada usaha jamur tiram putih adalah 21,56 persen. Hal ini didasarkan pada kemampuan produksi sebanyak 12.606 kilogram jamur tiram per periode produksi yaitu enam bulan atau sebanyak 25.212 kilogram jamur tiram per tahun. Perhitungan market share berdasarkan penjualan yang rutin akan dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar di Bekasi. Hasil Analisis Aspek Pasar Pemaparan diatas mengindikasikan bahwa usaha jamur tiram putih yang akan dilakukan sangat layak untuk direalisasikan. Hal ini terlihat dari sisi permintaan CV. Megah Makmur Sentosa yang memiliki potensi pasar yang cukup besar. Rencana ini diharapkan mampu menunjang sistem pemasaran langsung dalam produk bibit maupun baglog kepada para mitra yang merupakan perusahaan budidaya jamur tiram. Peluang pasar yang sangat potensial masih sangat terbuka akan menunjang terlaksananya rencana usaha jamur tiram putih dengan pembangunan kumbung berkapasitas besar.
Aspek Teknis Analisis kelayakan berdasarkan aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan layout serta kesiapan mesin-mesin yang akan digunakan (Kasmir dan Jakfar 2009). Analisis dalam aspek teknis usaha jamur tiram putih meliputi lokasi usaha, skala usaha, proses produksi, layout dan pemilihan jenis teknologi. Berikut ini hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
47
Lokasi Usaha Pemilihan lokasi usaha sebagai tempat pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasaran sangat penting dimana diupayakan agar kegiatan usaha dapat berjalan dengan efektif serta efisien. Lokasi tempat pembangunan kumbung baru sebagai tempat usaha budidaya jamur tiram putih ditetapkan berdasarkan pertimbangan yang mendalam. Lokasi kumbung yang akan dibangun berada pada Desa Nyosog, Bekasi. Hal itu ditetapkan berdasarkan pertimbangan aspek teknis yang lebih efektif dalam mendukung agroekosistem usaha jamur tiram. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pemilik, maka perusahaan akan membangun kumbung baru di Desa Nyosog, Bekasi. Bangunan di lokasi tersebut selain digunakan sebagai produksi bibit dan baglog juga terdapat kumbung sebagai tempat tumbuhnya jamur. Adapun layout lokasi dalam usaha jamur tiram putih dapat dilihat pada Lampiran 4. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah: 1. Ketersediaan bahan baku Proses produksi jamur tiram menggunakan bahan baku antara lain serbuk gergaji, kapur, bekatul, dan gypsum. Adapun bahan baku untuk pembuatan bibit jamur yang diusahakan terdiri atas serbuk gergaji, tepung jagung, kapur serta dedak. Semua bahan baku yang digunakan mengandung proporsinya masing-masing. Dedak yang digunakan dipilih atas dasar kualitas terbaik. Di lokasi yang akan dilakukan budidaya, ketersediaan bahan baku produksi jamur tiram sangat berlimpah. Bahan baku berupa serbuk gergaji dapat di temukan dengan mudah di sekitar desa yang mana terdapat banyak perusahaan gergajian di sekitar. Perusahaan dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan kayu disekitar wilayah desa untuk dapat memasok serbuk gergajian. Selain itu, bahan baku yang melimpah juga ditemui pada bahan baku bekatul, kapur dan gypsum dimana perusahaan sudah memiliki pemasok khusus dan dapat dibeli dengan harga murah di lokasi kumbung baru, di Nyosog, Bekasi. Bekatul yang digunakan dalam campuran bahan untuk produksi jamur akan dipilih dengan kualitas yang terbaik. Perusahaan dapat memperoleh bekatul khusus di tempat penjualan bahan makanan ternak. Sedangkan pembelian bahan baku kapur serta gypsum diperoleh di toko material di sekitar lokasi desa. 2. Tenaga listrik dan air Untuk kebutuhan listrik, Perusahaan dapat memperoleh secara mudah dan tercukupi. Desa Nyosog sudah dilengkapi dengan askes listrik dari pemerintah daerah yaitu berupa PLN. Maka, untuk mendapatkan tenaga listrik, CV. MMS dapat memperolehnya dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Instalasi listrik pun dapat dilakukan dengan mudah. Begitu pula dengan kondisi air di daerah lokasi yang akan dibangun kumbung baru, air yang tersedia merupakan aliran air tanah yang mana perlu di lakukan pantek sumur pompa untuk menghasilkan air yang tercukupi. 3. Supply tenaga kerja Perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam memenuhi tenaga kerja. Supply tenaga kerja dapat diperoleh dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Dimana kebanyakan tenaga kerja yang ada merupakan pengangguran dan orang tua yang sudah tidak bekerja lagi. Tenaga kerja sangat dibutuhkan
48
4.
5.
6.
7.
4
pada setiap proses budidaya yang dilakukan, antara lain pengadukan dan loging, pemeliharaan, pemasaran dan keuangan. Sementara itu, tenaga kerja dalam proses pembibitan diharuskan mempunyai keahlian dan pengetahuan yang mendalam mengenai pembibitan jamur. Rencana pembuatan kumbung baru di Desa Nyosog, Bekasi membutuhkan karyawan sejumlah sebelas orang. Untuk menghasilkan produksi yang efektif dan efisien, dengan kapasitas kumbung 30.000 baglog maka perusahaan membutuhkan beberapa karyawan. Karyawan akan direkrut kemudian ditugaskan berdasar pembagian tugas yang ditetapkan. Yaitu, kepala bagian, bagian pembibitan, bagian logistik, bagian produksi serta bagian pemasaran dan Tenaga kerja akan di rekrut dari masyarakat di sekitar lokasi usaha di Desa Nyosog, Bekasi. Fasilitas transportasi Usaha budidaya jamur tiram putih terletak di Desa Nyosog, Bekasi, kemudahan transportasi yang ada ditunjang dengan adanya kendaraan angkutan umum yang dapat mengantar konsumen untuk sampai ke lokasi Desa. Kondisi jalan di lokasi usaha cukup baik, sehingga tidak ada kendala dalam pengangkutan bahan baku ataupun hasil panen. Untuk menuju lokasi usaha juga dapat menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Iklim dan keadaan tanah Kondisi iklim di Desa Nyosog, Bekasi cukup mendukung untuk dilakukan usaha budidaya jamur tiram. Desa masih ditutupi oleh sebagian besar pepohonan yang membuat keadaan cuaca di sekitar lokasi cukup dingin dan sejuk yang mana cocok untuk pertumbuhan jamur. Desa Nyosog merupakan suatu desa yang terdapat di wilayah Kabupaten Bekasi tepatnya di Kecamatan Setu. Dengan kondisi desa yang terletak pada ketinggian 6- 115 m dpl, memiliki iklim tropis dengan curah hujan cukup tinggi, yaitu sebesar 1.501 mm/tahun, derajat temperatur harian berkisar antara 28 – 32° C, serta kelembapan sebesar 80 persen.4Lokasi usaha yang terletak di dataran yang cukup rendah, namun masih dapat diupayakan untuk pertumbuhan jamur yang optimal dengan melakukan sistem penyiraman secara intensif dan pola penyiraman yang teratur untuk dapat menghasilkan jamur yang tumbuh secara baik. Sikap dari masyarakat Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha budidaya jamur tiram ini. Hal ini terlihat dari sikap ketertarikan warga dalam budidaya jamur yang akan turut berperan aktif dalam usaha jamur. Kondisi penduduk di Desa Nyosog yang tergolong cukup banyak yang tidak bekerja atau pengangguran dapat diberdayakan sebagai tenaga kerja jamur. Hal itu juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerahnya. Rencana perluasan usaha Rencana pembangunan kumbung baru di lokasi Desa Nyosog, Bekasi akan dilakukan di tahun 2013. Lokasi yang dipilih pemilik CV. MMS untuk membangun kumbung baru adalah Desa Nyosog, Bekasi. Wilayah ini
Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Bekasi. [internet].[Diunduh 2012 Des 12]. 2012. Tersedia pada: http://penanamanmodalbekasikab.info/index.php?mod=konten &submenu_id=7
49
memiliki tempat dengan dataran yang cukup rendah dengan keadaan kampung yang sejuk dengan banyaknya pepohonan di sekitar kampung. Terdapat ketersediaan air bersih yang mencukupi. Begitupun dengan instalasi listrik yang sudah terjamin dengan baik. Berbagai pilihan akses angkutan untuk mobilisasi dapat dilakukan dengan baik dengan keadaan yang tidak terlalu jauh dari lokasi pusat pembudidayaan jamur. sehingga untuk keperluan bahan baku perusahaan sudah memiliki akses yang baik. Selain itu, perusahaan memiliki hubungan mitra dalam produk bibit dan baglog dengan salah satu perusahaan budidaya jamur di Desa Nyosog, Bekasi. Kebutuhan bibit dan baglog yang di minta dalam jumlah cukup besar. Lalu di lain hal, permintaan untuk produk jamur tiram segar yang tidak pernah habisnya baik oleh pedagang, pengepul maupun masyarakat umum di Wilayah Bekasi. Hal itu cukup menunjang perusahaan untuk dapat memproduksi jamur dengan kapasitas besar setiap periodenya. Dimana dapat dimanfaatkan untuk memenuhi permintaan jamur yang sangat besar yang sampai saat ini masih belum dapat dipenuhi oleh perusahaan. Rencana pembangunan kumbung baru akan menjadi sangat penting dijalankan. Skala Usaha Skala usaha CV. Megah Makmur Sentosa tergolong kecil, berdasar dari hasil produksi dengan kapasitas kumbung yang akan dibangun sebesar 30.000 baglog akan mampu menghasilkan produk jamur tiram sebanyak 12.606 kg per periode produksi yaitu selama enam bulan. Berdasarkan kriteria pengusaha kecil yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun1995 yaitu : (a) Memiliki kekayaan bersih banyak Rp 200.000.000,00; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar, (c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI), (d) Berdiri sendiri, tidak memiliki anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, dan (e) Berbentuk usaha perorangan, atau badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha berbadan hukum dalam bentuk koperasi. Penetuan Kapasitas Produksi Kapasitas produksi adalah jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu periode waktu tertentu. Misalnya satu hari, bulan, atau tahun. Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu perkiraan jumlah penjualan produk di masa yang akan datang, kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja inti serta tersedianya mesin dan peralatan di pasar. Kegiatan produksi jamur tiram putih dilakukan berdasar jumlah jamur tiram putih yang dihasilkan per periode produksi. Satu periode produksi budidaya jamur dilakukan selama enam bulan. Rencana pembangunan kumbung baru yang akan dilakukan CV. MMS bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang masih belum dipenuhi. CV. Megah Makmur Sentosa akan membangun kumbung berkapasitas 30.000 baglog. Upaya perluasan skala usaha yang akan dilakukan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi. Hal ini didasarkan pada ukuran kumbung sebesar 24x15 meter yang berisi 60 buah rak setinggi 5 tingkat. Setiap tingkat mampu menampung 100 buah log, sehingga satu rak
50 mampu menampung sebanyak 500 media log. Rata-rata produksi yang dihasilkan adalah 0,4476 kilogram per baglog jamur. Nilai ini diperoleh secara empirik pada saat turun lapang, yaitu pada saat panen jamur selama tahun 2012. Dengan tingkat kegagalan produksi diasumsikan sebesar 6,12 persen, hal ini didasarkan kepada persentase kegagalan produksi yang dialami perusahaan dalam melakukan budidaya jamur tiram putih yaitu selama proses inkubasi dan pemeliharaan jamur pada bulan Desember 2012 sebesar 126 baglog dari jumlah baglog yang ditanam yakni sebanyak 6.160 baglog selama masa produktif baglog yaitu 3 bulan. Sehingga kegagalan selama masa produktif sebesar 6,12 persen. Pada perencanaan budidaya jamur yang akan dilakukan di kumbung baru, Setiap karyawan akan bekerja selama 8 jam kerja per hari dari pukul 8.00 sampai pukul 17.00. Kegiatan produksi akan dilakukan setiap hari kecuali hari Minggu, namun panen jamur dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan berdasar pengalaman perusahaan dalam melakukan budidaya jamur. Dengan demikian, perusahaan dapat menghasilkan produksi per periode adalah sebesar 12.606 kilogram atau sebesar 25.212 kilogram per tahun dengan dua kali produksi yang dilakukan. Layout Layout merupakan gambaran penentuan letak dari berbagai macam teknologi dan peralatan yang dimiliki perusahaan yang disesuaikan dengan fungsi produksinya sehingga dapat berproduksi secara maksimal. Perusahaan akan menyewa lahan seluas 1000 m2 yang akan dibangun untuk difungsikan sebagai kumbung pertumbuhan, tempat produksi, dan saung karyawan. Adapun tempat produksi akan memuat berbagai ruang yaitu diantaranya ruang penyimpanan bahan baku dengan luas 3x4 m2 , ruang pengadukan I dengan luas 3x3 m2, ruang pengadukan II dengan luas 3x3 m2, ruang pengadukan III dengan luas 3x3 m2, ruang perebusan dengan luas 3x4 m2, ruang inokulasi dengan luas 3x4 m2, dan ruang pembibitan dengan luas 3x4 m2. Masing-masing ruang akan di sekat dengan menggunakan bata merah setinggi 1 meter, sedangkan sekeliling tempat produksi akan diselimuti dengan bilik bambu dengan pintu masuk dan keluar di masingmasing sisi kanan dan kiri tempat produksi. Struktur ruangan produksi ditata sesuai dengan alur proses produksi dengan lebar jalan dihadapan masing-masing ruang sebesar 1 meter. Sehingga luas untuk tempat produksi adalah sebesar 28x4 m2. Kemudian Perusahaan akan membangun saung karyawan yang berisi ruang kantor dan tempat sholat dengan luas 5x5 m2. Di saung karyawan tersebut terdapat teras yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran jamur bagi konsumen yang akan datang untuk mengambil produk jamur. Proses inkubasi akan dilakukan sekaligus didalam kumbung yang akan dibangun dengan masa inkubasi selama 2,5 bulan. Kumbung yang akan dibangun berkapasitas 30.000 baglog dengan ukuran kumbung 24x15 m2. Kebutuhan luas lahan total untuk melakukan budidaya jamur tiram putih yang mencakup pembangunan kumbung pertumbuhan, tempat produksi, dan saung karyawan adalah 581 m2. Harga sewa lahan yang di Desa Nyosog, Bekasi untuk menyewa lahan pembangunan seperti yang disebutkan tersebut adalah Rp. 15.000.000,00. Penetapan harga ini berdasarkan informasi dari beberapa penduduk dan pemilik lahan di Desa Nyosog, Bekasi.
51
Kumbung yang dibangun adalah kumbung yang terbuat dari bambu, kualitas bambu yang digunakan dalam keadaan kuat dimana penggunaan bambu tiang untuk menopang. Kapasitas kumbung yang dibangun adalah sebesar 30.000 baglog, kumbung akan dibuat sekat sebanyak 2 buah untuk setiap kapasitas 10.000 log. Sekat terbuat dari bilik biasa, pembuatan sekat kumbung adalah suatu tindakan preventif yang diupayakan dalam mengantisipasi penyebaran virus atau bakteri secara menyeluruh ketika terdapat virus maupun bakteri yang menyerang. Kumbung yang dibangun berkapasitas 30.000 baglog, dengan banyak rak jamur adalah 60 rak yaitu 10 rak berjejer ke belakang dan 6 rak berjejer ke samping, tingkatan rak sebanyak 5 tingkat. Setiap tingkatan rak mampu menampung 100 media log sehingga satu rak mampu menampung 500 media log. Gambaran rencana kondisi rak pada kumbung kapasitas 30.000 baglog dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Rencana kondisi rak dan penaruhan baglog pada kumbung di CV. Megah Makmur Sentosa Pembuatan jalan utama akan dilakukan dengan di cor selebar 1,4 meter, selebihnya jalan untuk menuju ke rak-rak pengisian baglog akan di buat sebesar 0,7 m dengan di cor. Kumbung yang dibangun setinggi 4 meter. Di samping kanan dan kiri kumbung akan di berikan ventilasi serta jendela yang dapat dibuka dan ditutup sewaktu-waktu hal ini diupayakan untuk kegiatan pemeliharaan jamur yang optimal. Selanjutnya pada bagian atap kumbung di lapisi karpet setelah bilik. Adapun gambaran layout kumbung 30.000 baglog dapat dilihat pada Gambar 9. Kumbung khusus penjualan baglog akan di bangun untuk menampung baglog yang akan dijual dengan ukuran 8x10,5 meter. Kumbung yang dibangun dibuat dari bambu dengan kualitas bambu dalam keadaan kuat yaitu bambu tiang untuk menopang. Kapasitas kumbung yang dibangun adalah 14.000 baglog, hal ini sesuai dengan volume target produksi baglog dimana mampu menampung penjualan media log per tahun. Banyak rak adalah 7 rak dimana 7 rak berjejer ke belakang dan 2 rak berjejer ke samping, dengan banyaknya tingkatan rak sebanyak 5 tingkat. Tinggi kumbung adalah 4 meter. Pada kumbung akan diaplikasikan ventilasi serta jendela yang dapat dibuka dan ditutup sewaktuwaktu. Bagian atap kumbung di lapisi karpet setelah bilik. Adapun gambaran layout kumbung khusus penjualan log dapat dilihat pada Gambar 10.
52
Gambar 9 Rencana Layout kumbung 30.000 baglog CV. Megah Makmur Sentosa di Desa Nyosog, Kabupaten Bekasi
Gambar 10 Rencana layout kumbung ukuran 8x10,5 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Tempat produksi memuat berbagai ruang untuk memproduksi bibit maupun baglog jamur. Ruang penyimpanan bahan baku adalah sebuah ruang yang dikhususkan untuk menaruh dan menempatkan bahan baku. Ruang penyimpanan bahan baku akan dibangun dengan luasan 3x4 m. Ruang pengadukan dan loging adalah ruang yang digunakan untuk mengaduk dan mencampurkan bahan baku produksi serta memproduksi baglog. Ruang pengadukan akan dibangun sebanyak 3 ruang yang sama ukuran dan fungsinya. Hal ini diupayakan untuk menghasilkan produksi loging yang kontinu dan tidak terkendala karena ruangan yang terpakai untuk proses pengadukan dan pendiaman adukan bahan baku log. Ruang pengadukan dan loging akan dibangun dengan ukuran 3x3 m. Setelah proses loging dilakukan, selanjutnya baglog akan disterilkan dengan memindahkannya menuju ruang perebusan. Ruang perebusan adalah sebuah ruang khusus yang dimanfaatkan untuk menghasilkan baglog yang steril dari berbagai macam kontaminan. Upaya menghasilkan baglog yang steril yaitu dengan merebusnya
53
dalam boiler yang akan dipanaskan selama beberapa jam. Ruang sterilisasi akan bangun dengan ukuran 3x4 m yang mana ruang tersebut mampu menampung alat boiler besar sebagai alat sterilisasi baglog maupun bibit. Baglog yang telah steril akan dipindahkan ke ruang inokulasi untuk di masukan bibit jamur ke dalam baglog tersebut. Ruang inokulasi akan dibangun dengan ukuran 3x4 m. Selanjutnya, baglog akan memasuki tahap inkubasi. Proses inkubasi akan dilakukan di sekaligus di dalam kumbung yang akan dibangun dengan ukuran 24x15 m. Proses inkubasi akan memakan waktu selama 2,5 bulan yang mana selama proses inkubasi baglog akan melakukan proses menjadi putih hingga selanjutnya akan dilakukan pemeliharaan selama 3 bulan di dalam kumbung tersebut, saat inilah baglog akan mengalami masa produktifnya yaitu dipanennya jamur tiram segar. Bangunan tempat produksi akan di bangun di sebelah kumbung dengan ukuran 28x4 meter dan tinggi bangunan 3 meter dan atap 4 meter. Bangunan dibangun dari tiang-tiang bambu, dengan pilihan bambu yang kuat dan baik yaitu bambu besar sebagai penopang. Bangunan dibangun atas ruang-ruang yang mana setiap ruang akan difungsikan untuk setiap kegiatan dalam produksi media baglog maupun bibit jamur. Terdapat sekat sebagai pembatas antar ruang, sekat akan dibuat dari bata dimana tinggi sekat 1 meter dan jalan dengan di cor. Adapun layout bangunan produksi dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Rencana layout bangunan produksi CV. Megah Makmur Sentosa di Desa Nyosog, Bekasi Bangunan saung karyawan akan dibangun tepat persis di samping bangunan produksi. Pembangunan saung karyawan diupayakan dapat dimanfaatkan sebagai ruang istirahat dan tempat sholat para karyawan sekaligus sebagai ruang kantor mini untuk kebutuhan pencatatan penjualan. Ukuran ruang tersebut adalah 5x5 m dengan konsep ruangan terbuka yang sejuk dengan bahan baku dari bambu pada halaman depan saung. Saung yang dibangun terbuat dari bambu. Saung diselimuti oleh bilik yang terbuat dari bilik kulit. Atap saung terbuat dari kirai. Terdapat tiga ruangan pada saung diantaranya ruang kantor berukuran 2x5 meter, ruang sholat karyawan berukuran 2x3 meter dan serambi yang dibuat dengan konsep ruang terbuka berukuran 3x3 meter. Saung dibangun setinggi 0,5 meter dari tanah, sehingga
54 dibuatkan tangga untuk menuju saung. Layout saung karyawan seperti ditunjukkan pada Gambar 12.
Gambar 12.Rencana layout saung karyawan usaha jamur tiram putih Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan Teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi jamur tiram putih masih tergolong sederhana. Dalam pembuatan bibit, alat yang akan digunakan untuk mencampur adukan dilakukan dengan cara manual yaitu mengaduk dengan menggunakan tangan dan untuk menghasilkan tepung jagung, perusahaan memiliki alat berupa mesin penggiling jagung. Pembelian alat ini diupayakan untuk menimalisir biaya bahan baku yang dikeluarkan. Sedangkan pada pembuatan baglog, alat yang akan digunakan untuk pengadukan media berupa pacul dan sekop. Cara ini dianggap masih sangat sederhana, melihat banyaknya produsen jamur yang membuat adukan untuk baglog dengan mesin pengaduk. Selanjutnya, untuk proses sterilisasi, perusahaan akan menggunakan alat berupa boiler berkapasitas 340 baglog. Boiler yang akan digunakan perusahaan adalah sejumlah 1 unit. Boiler ini akan dibeli dari toko supplier peralatan agribisnis. Selain itu, mesin yang akan digunakan dalam proses penyiraman adalah mesin pengabut yang mana dapat mengalirkan air berupa kabut. Beberapa alat-alat lain yang akan digunakan untuk proses pemanenan adalah cutter, dan gunting. Perawatan terhadap teknologi yang ada meliputi pengontrolan terhadap setiap teknologi sehingga dapat menimalisir risiko misalnya pada alat boiler dan mesin pengabut. Proses produksi juga dapat dilakukan secara lancar dengan melihat secara tanggap terhadap teknologi yang mengalami kerusakan untuk mendapat perbaikan atau pergantian secara langsung. Proses Produksi Proses produksi adalah suatu metode penciptaan produk melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Proses produksi jamur tiram dilakukan melalui berbagai tahapan mulai dari proses pembuatan bibit, proses loging (mencakup pengadukan, pengomposan, sterilisasi, inokulasi), proses inkubasi, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan kegiatan pasca panen.
55
Pembuatan Bibit Kebutuhan bibit yang diperlukan dalam produksi jamur dipenuhi oleh perusahan secara mandiri. Pembuatan bibit jamur dilakukan di ruang isolasi yang terdapat pada tempat produksi dengan melewati beberapa proses atau tahapan. Bibit yang diproduksi adalah bibit jamur tahap F2. Pembuatan bibit tahap F2 akan menghasilkan bibit yang bertujuan untuk memperbanyak miselium jamur. Media yang diperlukan dalam pembuatan bibit tahap F2 adalah jagung. Pembuatan bibit F2 akan memerlukan beberapa bahan dasar yang hampir sama dengan pembuatan baglog, antara lain adalah campuran berupa 5 kilogram serbuk gergaji, 1 kg tepung jagung, 0,3 kilogram kapur, 0,5 kilogram bekatul. Serta bahan dasar yang diperlukan dalam produksi bibit tahap F2 adalah bibit tahap F1. Selanjutnya bahan tersebut diaduk menjadi satu dan dicampur dengan tambahan air. Adukan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam botol bibit yang akan dipanaskan untuk disterilkan selama 5 sampai 7 jam. Setiap botol bibit F2 yang dihasilkan mampu menginokulasi 15 baglog. Pembuatan Baglog Tahapan yang pertama dilakukan pada pembuatan baglog adalah pengadukan bahan baku untuk dikomposkan. Dalam satu kali pengadukan, serbuk gergaji yang perlu disiapkan adalah sebanyak 10 karung serbuk gergaji. Bahan baku yang diperlukan selanjutnya adalah 20 kilogram bekatul, 2 kilogram kapur dan 1 kilogram gypsum. Proses pengadukan dimulai dengan mencampurkan semua bahan baku tersebut yang mana diaduk menjadi satu dengan bantuan alat yaitu cangkul dan sekop. Campuran bahan baku tersebut kemudian dibiarkan atau didiamkan selama 3 hingga 5 hari. Proses pendiaman bahan baku yang telah dicampur merupakan suatu tahapan yang dinamakan pengomposan. Proses pengomposan bertujuan supaya terjadi pelapukan. Setelah dibiarkan selama 3 hingga 5 hari, campuran ditambahkan air , tetes tebu dan pupuk NPK kemudian diaduk lagi secara merata. Bahan baku serbuk gergaji yang masih tidak seukuran atau terdapat ukuran besar maupun kecil dalam bahan baku yang diaduk dapat menyebabkan pertumbuhan jamur yang tidak baik. Untuk itu, perlu dilakukan penyaringan bahan baku yang telah dikomposkan tadi hingga menjadi adukan dengan bagian yang berukuran sama. Selanjutnya, campuran tersebut dapat dimasukan ke dalam plastik log berukuran 20x35 cm yang mampu memuat 1,4 kilogram media tanam baglog. Campuran bahan baku yang telah dimasukkan ke dalam plastik selanjutnya diikat dengan menggunakan tali rafia. Proses selanjutnya adalah tahap perebusan. Pengukusan baglog bertujuan untuk sterilisasi, biasanya tahapan ini disebut juga tahap sterilisasi. Pengukusan dilakukan menggunakan alat berupa boiler berkapasitas 320 log per satu kali proses pengukusan. Kemudian baglog yang telah dimasukkan ke dalam boiler ditutup rapat dan akan dipanaskan menggunakan kompor dengan lama pengukusan 6-7 jam. Pengukusan baglog akan menghabiskan lebih kurang 2 tabung gas LPG berukuran 3 kilogram. Ketika proses pengukusan sudah selesai, baglog jamur dapat didiamkan selama semalam.
56 Inokulasi Proses selanjutnya dinamakan Inokulasi. Baglog yang telah didiamkan selanjutnya diisi bibit F2. Baglog yang telah diikat tali rafia dibuka ikatannya kemudian diisikan bibit ke bagian atas baglog dan di tutup lagi dengan menggunakan pipa ring tepat diatas permukaan baglog, lalu menutupkan baglog dengan kertas koran yang telah disterilisasi menggunakan api. Inkubasi Proses inkubasi dimulai dengan pemasukan baglog ke dalam ruang inkubasi. Dalam hal ini, perusahaan melakukan proses inkubasi sekaligus didalam kumbung pertumbuhan jamur. Proses inkubasi dilakukan selama 70 hari dimana kedaaan baglog selama masa inkubasi akan dipenuhi miselium jamur berwarna putih. Pemeliharaan Jamur tiram akan tumbuh baik dengan kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai. Jamur tiram akan ditumbuhkan pada ruang pemeliharaan berupa kumbung. Suhu yang diperlukan untuk mencapai produksi yang optimal berkisar antara 16-22 oC. Pada Daerah yang akan dibangun kumbung baru, suhu dan kelembaban di dalam kumbung tidak mampu mencapai angka tersebut, maka akan dilakukan penyiraman. Proses penyiraman akan dilakukan berdasarkan kondisi cuaca yang ada. Jika pada suatu hari cuaca hujan, maka proses penyiraman hanya akan dilakukan satu kali. Sedangkan jika pada suatu hari cuaca panas, maka peoses penyiraman akan dilakukan dua kali. Kegiatan penyiraman akan dilakukan dengan menggunakan bebarapa alat yaitu diantaranya selang air dan alat pengabut. Selebihnya, pemeliharaan akan dilakukan dengan memisahkan antara baglog yang gagal dengan baglog yang mampu menghasilkan jamur dengan baik. Baglog yang gagal tidak akan menghasilkan miselium, untuk itu baglog akan ditempatkan pada satu tempat khusus untuk diolah kembali. Pengendalian Hama dan Penyakit Beberapa hal yang dapat ditemui pada budidaya jamur adalah munculnya gulma jamur. Gulma yang tumbuh pada media tanam jamur biasanya diperoleh karena kurang sempurnanya proses sterilisasi baglog maupun bibit jamur. Hal ini akan menimbulkan persaingan nutrisi sehingga jamur tidak mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Pencegahan hama penyakit akan dilakukan dengan melakukan proses sterilisasi yang tepat dimana dengan memperhatikan kebersihan para pekerja. Namun, ketika baglog maupun bibit jamur telah terserang oleh beberapa fungi, bakteri, maupun virus, maka baglog jamur akan langsung dipisahkan dan di bakar sehingga tidak akan mengkontaminasi baglog dan jamur lain. Panen Panen akan dilakukan setiap hari ketika ukuran tubuh buah jamur tumbuh sesuai dengan ukuran yang diminta pasar. Pemanenan dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan menggunakan alat berupa gunting dan cutter. Pemotongan tubuh buah jamur perlu dilakukan hingga ke bagian akarnya. Waktu
57
yang digunakan untuk memanen adalah pagi hari sebelum pukul 10.00 hal itu dipastikan dapat menghasilkan jamur yang segar. Panen jamur akan menghasilkan bobot jamur tiram segar dan agak basah, yangmana kedua bagian akan dipisahkan dengan menggunakan wadah yang berbeda. Jamur tiram yang segar akan dijual dan ditampung menjadi satu. Sedangkan jamur yang agak basah akan dikeringkan dahulu untuk kemudian dijual. Pemotongan akar dan bagian lain juga perlu dilakukan agar jamur terlihat bersih. Pasca Panen Hasil panen akan ditampung secara menyeluruh menggunakan wadah baskom ataupun ember. Selanjutnya akan dilakukan pengemasan hasil panen kedalam plastik kemas yang siap dipasarkan kepada para konsumen. Jamur tiram yang dipasarkan akan mampu bertahan selama 2 hari. Pengeluaran Baglog dan Sterilisasi Baglog yang sudah tidak produktif harus dikeluarkan dari kumbung dan digantikan dengan baglog yang baru di produksi. Proses pengeluaran baglog akan memakan waktu selama 1 minggu per 10.000 baglog yang di tanam. Hal ini sesuai dengan pemasukan baglog yang secara bertahap dengan produksi yang juga dilakukan secara bertahap. Proses sterilisasi baglog akan menjadikan kumbung siap untuk di tanamkan baglog baru, hal ini dilakukan dengan cara membersihkan rak-rak dari sisa media baglog yang telah afkir. Proses persiapan untuk dapat menghasilkan produk jamur memerlukan waktu selama satu bulan yaitu proses pembuatan media tanam jamur berupa baglog dan bibit jamur. Proses persiapan yang dilakukan antara lain pembuatan bibit tahap F2 dan baglog jamur. Pembuatan media F2 akan diawali dengan persiapan bahan baku untuk media F2 selama ½ hari, selanjutnya pengomposan media F2 yang akan memakan waktu selama ½ hari, proses pengadukan dan sterilisasi media akan dilakukan selama 1 hari, selanjutnya proses pengangkatan media dari mesin boiler dan didiamkan dilakukan selama 1 hari diikuti proses inokulasi F1 ke F2 selama 1 hari setelahnya. Lalu media F2 akan berinkubasi selama 3 minggu, 3 hari. Pada proses pembuatan baglog akan melewati beberapa proses diantaranya persiapan bahan baku selama 1 hari, dilanjutkan pengomposan media baglog selama 3 hari dan proses pengadukan dan didiamkan selama 2 hari, setelah itu media di masukan ke dalam plastik pembungkus untuk dilakukan pembungkusan selama 1 hari. sebelum di inokulasi dengan bibit F2, baglog di sterilisasi dan didiamkan selama 2 hari, setelahnya dilakukan inokulasi bibit F2 ke baglog. Jadi, proses pembuatan bibit dan baglog akan memakan waktu selama 1 bulan. Setelah melewati tahap persiapan, jamur tiram akan memasuki tahap produksi. Satu periode produksi jamur memerlukan waktu selama enam bulan. Satu periode produksi jamur tiram tersebut meliputi proses inkubasi baglog hingga masa produktif untuk setiap baglog yang ditanam mampu menghasilkan jamur tiram putih. Selanjutnya baglog akan dimasukan ke dalam kumbung untuk dilakukan proses inkubasi. Proses memasukan baglog ke dalam kumbung kapasitas 30.000 log akan dibagi menjadi 3 tahap, adapun tahap 1 adalah tahap pemenuhan kumbung bagian 1 yang berkapasitas 10.000 log, lalu tahap 2 adalah tahap pemenuhan kumbung bagian 2 yang berkapasitas 10.000 log setelah
58 kumbung bagian 1 terisi penuh oleh baglog, Serta tahap 3 adalah tahap pemenuhan kumbung bagian 3 yang berkapasitas 10.000 log setelah kumbung bagian terisi penuh oleh baglog. Proses pemasukan baglog akan memakan waktu selama 31,25 hari. Hal itu sesuai dengan tingkat produksi baglog yang di produksi yaitu sebanyak 320 baglog setiap hari produksi, sehingga untuk memenuhi kapasitas kumbung bagian 1 sebanyak 10.000 baglog diperlukan waktu selama 31,25 hari. Selanjutnya baglog akan melewati proses inkubasi dimana setiap baglog akan dipenuhi dengan miselium berwarna putih, proses inkubasi ini selama 70 hari. Setiap baglog yang sudah dipenuhi miselia selanjutnya dibukakan penutup baglognya yang berupa cincin paralon. Pembukaan penutup baglog akan memerlukan waktu selama 15-20 hari. Selanjutnya adalah tahap pemeliharaan hingga panen yang akan dilakukan selama masa produktif yaitu 3 bulan. Setelah baglog sudah tidak mampu berproduksi, maka baglog harus dikeluarkan dan digantikan dengan baglog baru yang siap untuk di tanam. Proses pengeluaran dan sterilisasi baglog afkir akan memakan waktu selama 3 minggu. Tahapan alur produksi jamur tiram putih pada pembangunan kumbung baru CV. Megah Makmur Sentosa kapasitas 30.000 log dapat dilihat pada Gambar 13.
Pembuatan Bibit F2
• Persiapan bahan baku • Pengomposan • Pengadukan dan sterilisasi • Diangkat dan pendiaman • inokulasi F1 ke F2 • Inkubasi F2
Pengeluaran baglog dan sterilisasi
Pembuatan baglog
• Persiapan bahan baku • Pengomposan • Pengadukan dan pendiaman • Pembungkusan • Sterilisasi dan pendiaman • Inokulasi F2 ke baglog
Panen dan pasca Panen
Pemasukan baglog
Inkubasi baglog
Pembukaan penutup baglog
Gambar 13 Alur produksi jamur tiram putih oleh CV. Megah Makmur Sentosa Hasil Analisis Aspek Teknis Pemaparan mengenai kriteria aspek teknis dalam melakukan budidaya jamur secara keseluruhan terdiri dari pemilihan lokasi usaha, skala usaha, proses produksi, layout, dan pemilihan teknologi. Seluruh kriteria pada aspek teknis turut mendukung untuk merealisasikan rencana perusahaan dalam melakukan pembangunan kumbung baru. Dengan demikian, usaha jamur tiram putih dapat dinyatakan layak untuk dijalankan apabila ditinjau dari aspek teknis.
59
Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar 2005). Analisis aspek manajemen meliputi wewenang dan tanggung jawab. Operasionaliasai suatu usaha ditangani dengan sistem manajemen yang terdiri dari orang dengan jabatan-jabatan tertentu yang dikoordinasikan melalui suatu kumpulan tugas dari bagian-bagian yang ada. Dalam suatu perusahaan, tugas pokok terdiri dari tugas teknis, administrasi umum, dan hubungan dengan masyarakat. Seluruh tugas tersebut akan membentuk struktur organisasi yang dijelaskan pada bahasan berikut. Struktur organisasi Dalam mengelola kegiatan operasional, setiap perusahaan memerlukan struktur organisasi yang menjadi acuan kegiatan perusahaan. Struktur organisasi dapat berupa penunjuk informasi mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dipegang oleh setiap karyawan. Dalam budidaya jamur tiram putih yang akan dilakukan, organisasi usaha perusahan terdiri atas pemilik, kepala bagian, bagian logistik, bagian bibit, bagian produksi, bagian kumbung, serta bagian pemasaran dan keuangan. Bagian produksi akan dikoordinasi pembagiannya berdasar kegiatannya, antara lain pengadukan, perebusan atau seterilisasi dan inokulasi. Struktur organisasi tersebut dibuat sebagi pedoman bagi setiap karyawan untuk dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Struktur organisasi yang dibuat perusahaan merupakan struktur organisasi bertipe fungsional dimana pembagian kerja yang terdapat dalam kegiatan operasional perusahaan. Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilaksanakan. Pimpinan akan mendelegasikan wewenang kepda kepala bagian yang mana selanjutnya kepala bagian akan meneruskan kepada pelaksananya untuk mengerjakan tugas tertentu berdasar spesialisasinya. Para pekerja yang merupakan pelaksana dari kegiatan operasional perusahaan akan bekerja sesuai dengan keahlian yang dimilikinya dan bertanggung jawab penuh terhadap tugasnya masing-masing. Struktur organisasi pada usaha jamur direncanakan terdiri atas kepala bagian, bagian logistik, bagian bibit, bagian produksi, bagian kumbung, bagian pemasaran dan keuangan. Adapun dari setiap bagian akan bertanggung jawab kepada kepala bagian. Kepala bagian nantinya akan bertanggung jawab kepada pemilik sekaligus pimpinan perusahaan. CV. Megah Makmur Sentsosa mengorganisir struktur organisasi dengan adanya spesialisasi kerja yang membantu berjalannya kegiatan operasional perusahaan secara lebih efektif dan efisien. Jika suatu bagian kerja membutuhkan bantuan tenaga kerja tambahan, maka masing-masing bagian akan membantu bagian lain. Hal itu juga menjalin hubungan dimana koordinasi antar karyawan semakin baik. Pembangunan kumbung baru dengan kapasitas 30.000 baglog menuntut karyawan untuk bekerja lebih optimal. Perencanaan spesialisasi kerja yang telah diatur, diharapkan mampu memberikan kinerja perusahaan yang lebih baik dalam peningkatan produksi dalam hal ini produksi jamur tiram putih, baglog, maupun bibit jamur tiram.
60 Rencana struktur organisasi CV. Megah Makmur Sentosa dapat dilihat pada Gambar 14. Pemilik sekaligus Pimpinan CV. MMS
Kepala Bagian
Logistik
Bibit
Produksi
Kumbung
Pengadukan
Perebusan
Inokulasi
Pemasaran dan Keuangan
Gambar 14. Struktur organisasi usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa Manajemen Kegiatan budidaya jamur yang akan dilakukan pada kumbung baru akan menggunakan sistem manajemen dengan pembagian kerja sebagai berikut : (1) Satu orang kepala bagian yang akan membawahi beberapa pegawai yang bertugas pada kegiatan atau bagian yang digelutinya. Beberapa tenaga kerja tersebut akan ditugaskan pada bagian logistik, bibit, produksi, kumbung, pemasaran dan keuangan. Tugas kepala bagian adalah bertanggung jawab memberikan laporan kepada pimpinan, memberikan pengarahan kepada setiap bagian mengenai tugas dan kewajibannya, dan mengelola kelancaran kegiatan operasional perusahaan. (2) Satu tenaga kerja di bagian logistik akan ditugaskan dalam mendapatkan dan membeli bahan baku yang dibutuhkan dalam produksi jamur. (3) Satu tenaga kerja di bagian bibit akan ditugaskan untuk menmproduksi bibit yang baik dan berkualitas. Produksi bibit yang baik akan dihasilkan dengan pekerja yang mampu bekerja secara terampil dan telaten. (4) Empat tenaga kerja di bagian produksi berperan dalam beberapa proses pembuatan baglog jamur, diantaranya pengadukan, inokulasi dan sterilisasi, tenaga kerja produksi akan diberikan upah sesuai dengan log yang dihasilkan. (5) Tiga tenaga kerja di bagian kumbung berperan dalam memelihara dan mengupayakan pertumbuhan produk jamur yang maksimal. Beberapa proses yang harus dilakukan antara lain penyiraman serta penanggulangan hama. (6) Satu tenaga kerja di bagian pemasaran dan keuangan. Tenaga kerja pemasaran akan merangkap menjadi tenaga kerja keuangan. Perannya di bagian pemasaran adalah mendistribusikan pesanan jamur ke konsumen, serta di bidang keuangan adalah membukukan penjualan perharinya, arus kas harian dan menyusun anggaran biaya perusahaan.
61
Hasil Analisis Aspek Manajemen CV. Megah Makmur Sentosa telah merencanakan struktur organisasi formal yang memperjelas cakupan pekerjaan dan tanggung jawab dari setiap karyawan untuk kegiatan yang akan dilakukan dalam produksi jamur tiram. Rencana pembangunan kumbung baru oleh perusahaan tidak memiliki kendala dari sisi manajemen sehingga layak untuk dijalankan.
Aspek Hukum Perusahaan yang telah mampu memenuhi berbagai administrasi hukum dapat diakui keberadaanya. Hal yang perlu diperhatikan pada penilaian aspek hukum adalah bentuk badan usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan. Bentuk Badan Usaha Bentuk badan usaha apabila ditinjau dari segi yuridisnya terdiri darii perusahaan perorangan, firma, Persekutuan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara, perusahaan pemerintah, koperasi dan yayasan. Perusahaan budidaya jamur tiram putih yang dipimpin oleh Bapak Paryanto memiliki badan usaha Persekutuan Komanditer (CV) dengan nama perusahaan Megah Makmur Sentosa. Modal yang dikumpulkan untuk usaha CV.Megah Makmur Sentosa ini berasal dari pemilik perusahaan yaitu Pak Paryanto serta beberapa rekan yang bergabung dalam memberikan modal. Badan usaha CV yang didirikan telah sah sejak tahun 2010 untuk usaha jamur yang sebelumnya telah diusahakan. Pada perusahaan CV ini, Pak Paryanto selaku pemilik modal turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan usaha, namun beberapa rekan hanya terlibat dalam pemberian modal saja. Rencana pembangunan kumbung baru akan dimasukkan ke dalam usaha perorangan dengan keuntungan penuh yang dapat dinikmati oleh pemilik modal, yaitu Pak Paryanto. Penggolongan usaha perorangan karena modal yang digunakan hanya berasal dari satu orang yang merupakan pemilik perusahaan. Terdapat salah satu kelemahan dalam perusahaan perorangan yaitu seluruh beban ataupun kerugian perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan. Izin Usaha Dalam menjalankan usahanya, CV. Megah Makmur Sentosa telah memenuhi izin usaha dimana perusahaan memiliki legalitas yang jelas dalam hukum, Antara lain SIUP, TDP. 1. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun usaha perdagangan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP. SIUP diterbitkan berdasarkan domisili usaha perusahaan yang berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. perusahaan telah memperoleh izin untuk melakukan usahanya, yakni dengan identitas SIUP bernomor 510/2245-BPPT/PM/XII/2010. 2. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah tanda daftar yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan di kota atau kabupaten setempatkepada
62 perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya. Pada tahun 2010, perusahaan telah mendaftarkan usahanya kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Bekasi. Perizinan yang diperoleh berupa TDP dengan nomor 102635108716. Kelengkapan perizinan yang telah dimiliki prusahaan dapat memberikan kepercayaan lebih kepada konsumen serta masyarakat dan pemerintah setempat, yang mana hal ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk dapat eksis dalam usaha yang digelutinya. Hasil Analisis Aspek Hukum Apabila ditinjau berdasarkan aspek hukum, perusahaan dapat dikatakan layak untuk merealisasikan rencana pembangunan kumbung baru. Hal ini dikarenakan, perusahaan telah memperoleh berbagai legalisasi yang mendukung kegiatan operasionalnya.
Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Usaha budidaya jamur tiram putih yang akan dilakukan sangat didukung oleh masyarakat sekitar desa. Usaha budidaya jamur tiram bukan saja sekedar keinginan dari perusahaan, namun berdasarkan wawancara terhadap penduduk sekitar desa yang menjadi lokasi tujuan pembangunan kumbung baru yaitu Desa Nyosog, Bekasi. Masyarakat sangat antusias dan berharap pembangunan kumbung baru tersebut dapat direalisasikan. Pembangunan kumbung baru berkapasitas 30.000 baglog diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar, diantaranya menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yaitu dengan terserapnya tenaga kerja sekitar desa khususnya Desa Nyosog yang mana masih banyak terdapat tenaga kerja pengangguran. Kegiatan produksi jamur tiram nantinya akan menghasilkan limbah dari hasil budidaya jamur yang dilakukan, diantaranya serbuk gergaji afkir dalam bentuk baglog afkir yaitu limbah baglog. Limbah baglog tersebut tidak mengandung unsur yang beracun sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar bahkan limbah yang dilhasilkan dapat dimanfaatkan sebagai media tanam. Limbah baglog dapat dijual ke pengumpul di sekitar desa. Limbah yang dihasilkan juga dalam bentuk limbah plastik baglog yang sebelumnya digunakan untuk menampung media tanam baglog. Penanggulangan terhadap limbah plastik akan dilakukan dengan menjual kepada penampung limbah plastik di sekitar lokasi usaha. Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, usaha budidaya jamur tiram CV. MMS diharapkan mampu memberdayakan masyarakat sekitar desa melalui sistem perekrutan tenaga kerja. Hal itu juga akan meningkatkan pendapatannya. Limbah yang akan dihasilkan dalam melakukan budidaya jamur tiram tidak merusak lingkungan dan membahayakan masyarakat sekitar. Dengan demikian, rencana perusahaan kedepan dalam pembangunan kumbung baru layak untuk dijalankan.
63
Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial rencana pembangunan kumbung baru perlu dilakukan untuk melihat apakah secara finansial rencana usaha ini layak atau tidak layak untuk direalisasikan. Berdasarkan aspek finansial, penilaian kelayakan dilakukan melalui kriteria investasi. Kriteria investasi yang dimaksud adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Discounted Payback Period (DPP). Informasi tentang besarnya manfaat yang diperoleh dan pengeluaran terhadap biaya yang dilakukan perusahaan akan digambarkan pada Cash flow. Analisis nilai pengganti atau switching value juga akan dilakukan untuk mengetahui batas maksimal perubahan yang dapat ditolerir pada perubahan arus tunai (manfaat dan biaya) agar perusahaan tetap layak untuk mengusahakan budidaya jamur tiram putih. Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini akan fokus pada kondisi rencana pembangunan kumbung baru yang akan dilakukan. Rencana pembangunan kumbung baru meliputi penyewaan lahan seluas 1000 m2 yang akan dibangun untuk difungsikan sebagai tempat produksi, dan saung karyawan serta pembangunan kumbung sebagai investasi paling penting yang harus dipenuhi dalam budidaya jamur tiram dimana proses inkubasi juga akan dilakukan pada kumbung yang akan dibangun. Rencana pembangunan kumbung baru bertujuan untuk menghasilkan kapasitas produksi jamur tiram yang mampu memenuhi permintaan pasar. Rencana usaha budidaya yang akan diusahakan di Desa Nyosog, Bekasi akan memerlukan investasi yang besar berupa pembangunan kumbung, tempat produksi serta saung karyawan dan alat-alat produksinya seperti boiler sebagai alat untuk melakukan sterilisasi baglog dan mesin pengabut sebagai alat pemeliharaan pertumbuhan jamur.
Arus Penerimaan (Inflow) Aliran kas masuk (inflow) sebagai komponen penerimaan CV. Megah Makmur Sentosa berasal dari penerimaan penjualan jamur tiram putih, penerimaan penjualan baglog, dan penerimaan penjualan bibit tahap F2. Arus penerimaan yang berasal dari penjualan jamur tiram putih ditetapkan berdasarkan harga rata-rata dari persentase penjualan jamur tiram ke masing-masing konsumen. Penetapan harga jual tersebut adalah Rp 9.605,50. Harga penjualan pertama jamur tiram putih ke pedagang di Bantar Gebang pada saat baru panen adalah Rp 10.000,00 dengan persentase penjualan sebesar 65,11 persen. Sedangkan harga penjualan kedua jamur tiram putih ke pedagang di Setu dilakukan pada sore hari adalah Rp 9.000,00 dengan persentase penjualan sebesar 26,09 persen. Selanjutnya pada malam hari penjualan jamur tiram putih tetap dilakukan untuk menghabiskan jamur tiram segar yang telah dipanen. Penjualan ketiga dilakukan ke pengepul jamur dengan harga jual sebesar Rp 8.500,00 dan persentase penjualan jamur sebesar 8,84 persen. Adapun sisanya sebesar 0,20 persen, penjualan jamur dilakukan dalam konsekuensinya ketika penjualan pertama hingga ketiga tidak menampung. Dalam hal ini, penjualan jamur ke empat biasanya terjadi pada saat hari-hari tertentu dimana permintaan jamur
64 menurun dan digantikan dengan komoditas lain. Harga jual tersebut adalah harga jual yang diterima pasar yaitu sebesar Rp 6.000,00. Perusahaan berencana membangun kumbung baru berlokasi di Wilayah Desa Nyosog, Bekasi. Kumbung yang akan dibangun untuk kapasitas 30.000 baglog. Pembangunan kumbung berkapasitas 30.000 baglog adalah kumbung dengan ukuran 24x15 meter yang berisi 60 buah rak setinggi 5 tingkatan. Setiap tingkat mampu menampung 100 buah log, sehingga satu rak mampu menampung sebanyak 500 media log. Pembangunan kumbung akan dilakukan untuk dapat menghasilkan jamur tiram segar sebanyak 12.606 kilogram per periode selama umur bisnis. Dimana setiap baglog yang ditanam memiliki produktivitas 0,4476 kilogram per baglog, dan tingkat kegagalan produksi jamur tiram adalah sebesar 6,12 persen. Tingkat kegagalan jamur sebesar 6,12 persen adalah persentase kegagalan produksi yang dialami perusahaan dalam melakukan budidaya jamur tiram putih yaitu selama proses inkubasi dan pemeliharaan jamur pada bulan Desember 2012 sebesar 126 baglog dari jumlah baglog yang ditanam yakni sebanyak 6.160 baglog selama masa produktif baglog yaitu 3 bulan. Sehingga kegagalan selama masa produktif sebesar 6,12 persen. Karyawan perusahaan akan bekerja selama 26 hari per bulan dengan ketentuan hari minggu adalah libur, namun panen akan dilakukan setiap hari dan kegiatan pasca panen tetap dilakukan setiap hari oleh karyawan di bagian pemasaran. Pembangunan kumbung baru akan memakan waktu selama dua bulan. Maka, perusahaan akan mulai beroperasi mulai bulan ke tiga pada tahun pertama usaha. Untuk itu, jamur tiram putih yang akan dihasilkan pada tahun pertama adalah produksi selama satu periode budidaya yaitu sebesar 12.606 kilogram jamur dimana masa produksi jamur hingga panen adalah selama enam bulan, sedangkan pada tahun berikutnya, yaitu tahun ke dua hingga ke lima, produksi jamur adalah 25.212 kilogram jamur pertahun. Berdasar ketetapan harga jamur tiram yang ditawarkan, yaitu Rp 9.605,50 per kilogram. Maka penerimaan penjualan yang akan diperoleh perusahaan pada tahun pertama usaha adalah sebesar Rp 121.086.933,00 dan pada tahun berikutnya mulai tahun ke 2 sampai ke 5 penerimaan penjualan adalah sebesar Rp 242.173.866,00. Selama setahun produksi. Perhitungan penerimaan yang dihasilkan diperoleh berdasar perhitungan jumlah produksi jamur yang ditargetkan perusahaan dalam melakukan pembangunan kumbung baru yaitu sebesar 12.606 kg per periode dikalikan harga yang ditetapkan per kilogram jamur tiram. Selain penjualan jamur tiram putih, perusahaan juga memperoleh penerimaan yang berasal dari penjualan baglog jamur. Baglog yang diproduksi digunakan sebagai media untuk menghasilkan jamur tiram segar serta untuk dijual kepada perusahaan jamur serta mitra yang memesannya. Penjualan baglog tergolong prospektif, dimana perusahaan yang melakukan budidaya jamur biasanya bermasalah dalam memproduksi baglog. Target penjualan baglog jamur ke perusahaan jamur dan mitra mencapai 13.935 baglog per tahun. Target penjualan yang ditetapkan berdasar kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan baglog di Bekasi, yaitu sebesar 5 persen keperluan baglog di Bekasi. Rincian pencapaian target penjualan baglog dapat hitung berdasarkan jumlah kebutuhan baglog di Bekasi yaitu berdasarkan pendekatan proyeksi produksi
65
jamur yang dihasilkan pada tahun 2013. Perkembangan produksi jamur di Bekasi tahun 2007-2012 dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan perhitungan proyeksi produksi jamur dengan metode analisis deret waktu, diperoleh persamaan Y= 80.819 + 5.161 X. Maka, proyeksi produksi pada tahun 2013 (X=7) sebesar 116.946 kg, maka dibulatkan menjadi 116.950 kg jamur. Untuk memproduksi per 116.950 kilogram jamur, diperlukan 278.700 media log. Hal itu berdasarkan panen bersih yang dihasilkan dimana panen total yang dihasilkan dikurangi kegagalan produksi. Kebutuhan baglog di Bekasi yang mencapai 278.700 media log per tahun dapat dikuasai perusahaan untuk pemenuhannya sebesar 5 persen yaitu sejumlah 13.935 baglog jamur tiram. Penjualan baglog jamur tiram dapat dilakukan ketika baglog sudah siap tanam atau dalam proses inkubasi yaitu baglog telah dipenuhi oleh miselia. Baglog yang akan dijual akan ditaruh dalam kumbung berukuran 10,5x8 meter yaitu kumbung khsusus penjualan baglog. Harga yang ditawarkan adalah harga yang berlaku di lokasi penelitian yaitu Rp 2.400,00 per baglog. Untuk itu, perusahaan dapat memperoleh penerimaan melalui penjualan baglog sebesar Rp 24.476.000,00 pada tahun pertama bisnis dan sebesar Rp 31.772.000 pada tahun kedua hingga kelima selama umur bisnis. Perhitungan penerimaan baglog jamur tiram adalah hasil pengurangan pendapatan dari penjualan baglog jamur terhadap retur penjualan. Penjualan baglog jamur memiliki resiko kerusakan baglog sebesar 5 persen, hal itu berdasarkan penggunaan alat berupa boiler jamur. Sumber penerimaan lain yang diperoleh perusahaan adalah dari penjualan bibit jamur tahap F2. Bibit jamur tahap F2 adalah bibit yang mampu menghasilkan 15 baglog jamur. Harga jual bibit di lokasi adalah sebesar Rp 4.500,00 per botol bibit. Ketetapan pemberian harga Rp 4.500,00 per botol bibit dilakukan atas dasar bibit yang diproduksi adalah bibit unggul yang nantinya dapat menghasilkan jamur dengan kualitas super. Target penjualan bibit jamur ditujukan kepada para pembudidaya jamur baik perusahaan maupun perorangan yang belum mampu memproduksi bibit sendiri. Perusahaan menargetkan penjualan bibit jamur tipe F2 hingga mencapai 3.716 botol bibit per tahun. Target penjualan yang ditetapkan berdasar kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan bibit di Bekasi, yaitu sebesar 20 persen keperluan bibit di Bekasi. Rincian pencapaian target penjualan bibit jamur dapat hitung berdasarkan jumlah kebutuhan bibit di Bekasi yaitu berdasarkan pendekatan proyeksi produksi jamur yang dihasilkan pada tahun 2013. Proyeksi produksi jamur pada tahun 2013 adalah 116.946 kilogram jamur (Tabel 9). Untuk memproduksi 116.950 kilogram jamur, maka diperlukan 278.700 media log. Hal itu berdasarkan panen bersih yang dihasilkan, dimana perhitungannya diperoleh dari panen total yang dihasilkan dikurangi kegagalan produksi. Untuk memproduksi 278.700 media log, diperlukan sebanyak 18.580 botol bibit, hal itu dikarenakan 1 botol bibit F2 mampu memproduksi 15 baglog jamur. Maka, perusahaan menargetkan sebanyak 20 persen kebutuhan bibit jamur di Bekasi atau sebanyak 3.716 botol bibit per tahun. Penjualan bibit jamur tiram dapat dilakukan ketika bibit sudah siap untuk di inokulasi ke media turunannya yaitu dalam hal ini adalah baglog jamur atau bibit dalam proses inkubasi yakni bibit yang telah dipenuhi oleh miselia.
66 Berikut adalah tabel penjualan produksi jamur tiram, bibit tahap F2, dan baglog jamur tiram selama umur bisnis. Tabel 10 Jumlah produksi dan nilai penjualan CV. Megah Makmur Sentosa No.
1.
Jenis Penerimaan
Penjualan Jamur Tiram Segar Penjualan Bibit Jamur F2 Penjualan Baglog
2. 3.
Harga Jual (Rp/Kg)
Jumlah Produksi (Kg) Tahun 1
Tahun 2-5
9.605,50
12.606
4.500,00 2.400,00
Nilai (Rp) Tahun 1
Tahun 2-5
25.212
121.086.933
242.173.866
3.097
3.716
13.238.250
15.885.900
11.613
13.935
Total Penerimaan
26.476.000
31.772.000
160.801.183
289.831.766
Harga yang ditawarkan perusahaan adalah harga yang berlaku di lokasi penelitian yaitu Rp 4.500,00 per botol bibit. Untuk itu, perusahaan dapat memperoleh penerimaan melalui penjualan baglog sebesar Rp 13.238.250,00 pada tahun pertama bisnis dan sebesar Rp 15.885.900,00 pada tahun kedua hingga kelima selama umur bisnis. Perhitungan penerimaan bibit jamur tiram adalah hasil pengurangan pendapatan dari penjualan bibit jamur terhadap retur penjualan. Penjualan bibit jamur memiliki resiko kerusakan bibit sebesar 5 persen, hal itu berdasarkan penggunaan alat berupa boiler jamur. Arus penerimaan yang diperoleh selain berasal dari penjualan hasil budidaya berupa jamur tiram, bibit serta baglog juga didapatkan dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang masih ada dan terdapat hingga akhir umur usaha. Nilai sisa tersebut dapat dimasukkan sebagai manfaat yang diperoleh perusahaan. Besarnya nilai sisa dihasilkan dari penyusutan pertahun dari komponen investasi dikali dengan sisa tahun yang belum terpakai selama umur bisnis. Biaya-biaya investasi yang akan dikeluarkan pada tahun pertama bisnis masih mempunyai nilai dimasa akhir umur usaha, diantaranya boiler, laptop, printer, mobil pickup, dan motor. Keseluruhan investasi tersebut memiliki nilai sisa sebesar Rp 8.946.330,00 pada akhir umur usaha. Adapun rincian nilai sisa biaya investasi pada usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai sisa pembangunan kumbung baru CV.Megah Makmur Sentosa No. 1.
Jenis Investasi Boiler
Nilai Beli (Rp) 3.800.000
Umur (tahun) 3
2.
Laptop
5.850.000
2
2.425.000
1.000.000
3.
Printer
395.000
2
157.500
80.000
4.
mobil pickup
38.000.000
6
5.744.445
3.533.330
5.
Motor
11.550.000
10
727.700
4.273.000
TOTAL
Penyusutan/Tahun (Rp) 1.246.667
Nilai Sisa (Rp) 60.000
8.946.330
67
Arus Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan aliran arus kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Rencana usaha jamur tiram putih menghasilkan sejumlah pengeluaran yang digambarkan melalui arus pengeluaran. Arus pengeluaran tersebut dikelompokkan menjadi beberapa komponen, diantaranya biaya investasi, biaya reinvestasi, biya operasional, dan pajak penghasilan. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya usaha yang akan dilakukan. Rencana investasi perusahaan terdiri dari: 1. Bangunan kumbung dengan kapasitas 30.000 baglog. Pembangunan kumbung baru akan memakan waktu selama 36 hari, dengan total biaya yang diperlukan dalam pembangunan sebesar Rp 36.259.500,00. Biaya yang dikeluarkan memiliki rincian yang tertera pada Tabel 12. Tabel 12 Biaya pembangunan kumbung baru ukuran 24x15 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Jenis
Satuan
Jumlah
Bambu tiang
batang
36
Harga per satuan (Rp) 20.000
Bambu sedang
batang
223
8.000
1.784.000
Bambu rusuk
batang
365
7.500
2.737.500
Bambu reng
batang
21
12.000
252.000
Bilik
lembar
81
30.000
2.430.000
Karpet
Rol
24
9.000
216.000
Paku
Kg
30
12.000
360.000
Rak
batang
580
10.000
5.800.000
3
600.000
1.800.000
36
560.000
20.160.000
Pembuatan jalan Tenaga kerja TOTAL
2.
3.
4.
Rp/hari
Nilai (Rp) 720.000
36.259.500
Bangunan kumbung ukuran 8x10,5 meter kapasitas 14.000 baglog. Pembangunan kumbung ukuran 8x10,5 meter akan difungsikan sebagai kumbung penaruhan baglog khusus untuk penjualan jamur. Pembangunan kumbung ini akan memakan waktu selama 11 hari, dengan total biaya yang diperlukan dalam pembangunan sebesar Rp 10.193.500,00. Biaya yang dikeluarkan memiliki rincian yang tertera pada Tabel 13. Bangunan produksi adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat produksi media yang akan digunakan dalam menghasilkan jamur tiram putih. Adapun media yang dimaksud adalah bibit dan baglog jamur. Pembangunan tempat produksi akan memakan waktu selama 9 hari, total biaya untuk pembangunan tempat produksi adalah sebesar Rp 12.354.500,00. Biaya yang dikeluarkan memiliki rincian yang tertera pada Tabel 14. Saung karyawan adalah sebuah bangunan yang difungsikan sebagai tempat istirahat karyawan. Pada rencana pembangunan saung karyawan, bangunan saung karyawan akan memuat kantor dan tempat sholat karyawan, bangunan
68 ini dibangun dengan ukuran 5x5 meter dengan lama pembangunan selama 4 hari. Total investasi untuk pembangunan saung karyawan sebesar Rp 6.730.000,00. Adapun biaya yang dikeluarkan memiliki rincian yang tertera pada Tabel 15. Tabel 13 Biaya pembangunan kumbung ukuran 8x10,5 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Jenis
Satuan
Jumlah
Bambu tiang
batang
9
Bambu sedang
batang
52
8.000
416.000
Bambu rusuk
batang
85
7.500
637.500
Bambu reng
batang
5
12.000
60.000
Bilik
lembar
19
30.000
570.000
Karpet
Rol
6
9.000
54.000
Paku
Kg
8
12.000
96.000
Rak
batang
152
10.000
1.520.000
1
500.000
500.000
11
560.000
6.160.000
Pembuatan jalan Biaya tukang
Rp/hari
Harga per satuan (Rp) 20.000
TOTAL
Nilai (Rp) 180.000
10.193.500
Tabel 14 Biaya pembangunan tempat produksi ukuran 28x4 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Jenis
Satuan
Bambu tiang
batang
Bambu sedang Bambu rusuk
30
Harga per satuan (Rp) 20000
batang
80
8000
640.000
batang
165
7500
1.237.500
Bambu reng
batang
80
12000
960.000
Bilik
lembar
45
30000
1.350.000
Karpet
rol
10
9000
90.000
Paku
Kg
15
12000
180.000
Rak
batang
46
10000
460.000
1
800000
800.000
Pembuatan jalan
Jumlah
Nilai (Rp) 600.000
Sekat : bata merah
buah
800
440
352.000
Semen
sack
9
55000
495.000
Pasir
mobil
1
150000
150.000
Biaya tukang
Rp/hari
9
560.000
5.040.000
TOTAL
12.354.400
69
Tabel 15 Biaya pembangunan saung karyawan ukuran 5x5 meter pada CV. Megah Makmur Sentosa Jenis
Satuan
Jumlah
Bambu tiang
batang
5
Harga per satuan (Rp) 20000
Bambu sedang
batang
55
8000
440.000
Bambu rusuk
batang
40
7500
300.000
Bilik
lembar
20
120000
2.400.000
Pelapuh bambu
lembar
35
15000
525.000
Atap kirai
lembar
490
2500
1.225.000
Biaya tukang
Rp/hari
4
560.000
2.240.000
TOTAL
Nilai (Rp) 100.000
6.730.000
Sewa lahan adalah investasi yang harus dikeluarkan untuk pembangunan kumbung baru, kumbung khusus penjualan log, bangunan produksi serta saung karyawan. Biaya sewa lahan yang harus dikeluarkan perhitungan 5 tahun dalam umur bisnis yang akan dijalankan adalah sebesar Rp 15.000.000,00. 6. Boiler sebagai alat untuk sterilisasi baglog maupun bibit jamur. Pembelian boiler akan membantu dalam proses perebusan yang akan dilakukan pembuatan media. Harga pembelian steam boiler adalah Rp 3.800.000,00 7. Pembelian troli diperlukan dalam proses pengangkutan baglog ke dalam kumbung. Kebutuhan troli untuk pengangkutan baglog adalah 1 unit. Troli yang akan dibeli seharga Rp 350.000,00. 8. Pembelian sekop diperlukan dalam proses pengadukan, sekop yang akan dibeli untuk investasi alat usaha sebanyak tiga buah dengan harga per unit Rp 25.000,00 9. Semawar adalah kompor yang akan digunakan untuk proses sterilisasi baglog. Pembelian semawar sebanyak 2 unit dengan harga satuan adalah Rp 85.000,00. 10. Bobot bibit akan digunakan sebagai wadah bibit yang akan dihasilkan. Botol bibit akan dibeli dari pedagang sekitar yang menjual botol bekas. Pembelian akan dilakukan sebanyak 4000 botol selama investasi awal. Dengan harga per botol Rp 350,00. 11. Ember diperlukan untuk wadah penampung air serta sebagai tempat menaruh hasil panen sementara. Keperluan akan ember adalah sebanyak delapan unit dengan harga ember Rp 8.500,00 per unit. 12. Mesin pengkabutan yang akan digunakan adalah mesin penyeprot berupa mist blower, harga total mesin pengkabutan adalah Rp 1.910.000. Mesin pengkabutan yang digunakan adalah mesin penyeprot berupa mist blower, harga mesin pengabut adlaah Rp 1.650.000,00. Mesin pengkabutan akan diaplikasikan penggunaanya menggunakan gerobak yang dapat didorong serta selang angin untuk penyeprotannya. Adapun biaya pembuatan gerobak adalah Rp 250.000,00 dengan Selang angin yang digunakan adalah selang
5.
70
13.
14.
15. 16.
17.
18.
19.
20. 21.
22.
23.
24.
compressor dengan harga Rp 11.000,00 per meter. Keperluan selang angin sepanjang 10 meter. Pompa merk Shimizu Jet-100 BIT, Pompa Semi Jet 125 watt. Daya hisap 11 meter, Kedalaman 15 meter. Keperluan untuk sumur pompa adalah sebanyak 2 buah yang mana sebuah sumur pompa akan di aplikasikan di dalam kumbung jamur yang kemudian di pararelkan untuk setiap sekatan kumbung, serta sebuah di tempat produksi. Adapun harga sebuah pompa semi jet adalah Rp. 580.000,00 Pantek sumur pompa adalah suatu investasi yang dikeluarkan dimana kondisi air yang berada pada Desa Nyosog adalah air tanah. Biaya pantek adalah Rp 800.000,00. Biaya pantek sumur pompa termasuk bahan-bahan yang diperlukan untuk pantek seperti paralon, dsb. Intalasi listrik Proses instalasi listrik pembangunan kumbung baru akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.000.000,00. Bunsen adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi botol dan penutup botol pada proses pembuatan bibit jamur. Harga bunsen adalah Rp 15.000 per unit. Kebutuhan jumlah bunsen sebanyak 2 buah. Penggiling jagung sebagai mesin untuk mengolah jagung mentah berukuran besar menjadi jagung dalam bentuk tepung atau serbuk yang akan digunakan dalm proses pembuatan bibit jamur. Pembelian mesin penggilingan jagung diupayakan dapat minimalisasi biaya variabel yang dikeluarkan. Sehingga perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya untuk pembelian tepung jagung yang jauh lebih mahal dari jagung mentah. Harga mesin jagung adalah Rp 120.000,00. Spatula sebagai alat untuk mengaduk jamur yang diperlukan dalam proses pembibitan. Pembelian sebagai investasi awal sebanyak tiga unit dengan harga Rp 8.000 per unit. Spatula dengan material stainless stell. Dengan ukuran panjang 150 mm dan lebar/diameter 6 mm. Pembelian spatula juga dapat dilakukan di toko perlengkapan dan alat labolatorium. Selang gas akan mengalirkan gas dari tabung gas LPG ke semawar. Pembelian selang gas adalah sebanyak 2 meter dengan harga per meter adalah Rp 20.000,00. Selang air diperlukan dalam proses penyiraman. Pembelian selang sepanjang 25 meter dengan harga Rp 8.000 per meter. Timbangan besar yang akan digunakan dibeli dari toko alat-alat rumah tangga dengan spesifikasi timbangan besar dengan merek Non Hoa – Vietnam dengan skala 10 kilogram. Harga timbangan besar adalah Rp 250.000,00 per unit. Keperluan jumlah timbangan besar adalah sebanyak 2 unit. Timbangan kecil dengan merek Tanita dengan skala 2 kilogram, harga timbangan adalah Rp 150.000. Keperluan jumlah timbangan kecil sebanyak 1 unit. Laptop akan digunakan dalam merangkum kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan akan direkap dalam pembukuan per harian, per priode, hingga per tahun selama umur usaha. Adapun harga pembelian laptop adalh Rp 5.850.000,00. Printer sebagai alat untuk mencetak tulisan dan gambar. Keperluan printer akan dibeli perusahaan dengan harga Rp 395.000,00
71
Tabel 16 Biaya investasi pembangunan kumbung baru CV.Megah Makmur Sentosa No.
Uraian
1
Set
36.259.500
1
36.259.500
5
Set
10.193.500
1
10.193.500
5
3
Bangunan Kumbung (24x15 m) Bangunan Kumbung (8x10,5 m) Tempat produksi
Set
12.354.500
1
12.354.500
5
4
Saung Karyawan
Set
6.730.000
1
6.730.000
5
5
Sewa dibayar dimuka
Tahun
3.000.000
5
15.000.000
5
6
Boiler
Unit
3.800.000
1
3.800.000
3
7
Troli
Unit
350.000
1
350.000
5
8
Sekop
Unit
25.000
3
75.000
2
2
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Jumlah
Nilai (Rp)
Umur (tahun)
9
Semawar
Unit
85.000
2
170.000
2
10
Botol bibit
Unit
350
4000
1.400.000
2
11
Ember
Unit
8.500
8
68.000
2
12
Mesin pengkabutan
Unit
1.910.000
1
1.910.000
2
13
Sumur pompa
unit
580.000
2
1.160.000
10
14
Pantek Sumur pompa
Set
800.000
2
1.600.000
5
15
Instalasi listrik
Set
1.000.000
1
1.000.000
10
16
Bunsen
Unit
15.000
2
30.000
2
17
Penggiling jagung
Unit
120.000
1
120.000
2
18
Spatula
Unit
8.000
3
24.000
2
19
Selang gas
Unit
20.000
2
40.000
2
20
Selang air
Meter
8.000
25
200.000
2
21
Timbangan besar
Unit
250.000
2
500.000
5
22
Timbangan kecil
Unit
150.000
1
150.000
5
23
Laptop
Unit
5.850.000
1
5.850.000
2
24
Printer
Unit
395.000
1
395.000
2
25
Mobil pickup
Unit
38.000.000
1
38.000.000
6
26
Motor
Unit
11.550.000
1
11.550.000
10
27
Meja
Unit
269.990
1
269.990
2
28
Kursi
Unit
329.990
1
329.990
2
TOTAL
149.529.480
25. Mobil pick up akan digunakan sebagai alat transportasi pengantaran berbagai produk yang dihasilkan. penjualan jamur dalam jumlah besar, baglog jamur serta bibit memerlukan mobil dalam memumendukung kemudahan distribusi. Serta pembelian bahan baku juga memerlukan mobil. Pembelian mobil pick up dilakukan secara second dengan merk Suzuki Carry Futura tahun 2004 dengan biaya pembelian adalah Rp 38.000.000,00. 26. Motor adalah alat transportasi yang akan digunakan dalam memudahkan pengambilan hasil produksi jamur dari kumbung, pembelian motor dilakukan dengan harga Rp 11.550.000,00.
72 27. Meja akan dibeli perusahaan untuk digunakan di kantor sebagai tempat untuk menaruh peralatan perusahaan. Sebuah buah meja yang akan dibelidengan harga pembelian adalah Rp 269.990,00. 28. Kursi akan digunakan sebagai tempat duduk pasangan meja besar. Harga pembelian kursi adalah sebear Rp 329.990,00. Rincian biaya investasi pembangunan kumbung baru oleh tertera pada Tabel 16. Biaya Reinvestasi Peralatan investasi yang telah habis masa ekonomisnya sebelum umur usaha berakhir harus diganti dengan membeli peralatan yang baru. Biaya yang harus dikeluarkan dalam membeli peralatan investasi tersebut dinamakan biaya reinvestasi. Biaya reinvestasi memiliki nilai yang berbeda-beda setiap tahunnya, bergantung pada banyaknya peralatan yang perlu diperbaharui (Tabel 17) Tabel 17 Biaya reinvestasi CV. Megah Makmur Sentosa Tahun ke3
4 5
Peralatan yang akan di ganti Sekop, semawar, botol bibit, ember, bunsen, penggiling jagung, spatula, selang gas, selang air, laptop, printer, meja, kursi Boiler Sekop, semawar, botol bibit, ember, bunsen, penggiling jagung, spatula, selang gas, selang air, laptop, printer, meja, kursi
Nilai reinvestasi (Rp) 8.971.980 3.800.000 8.971.980
Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan secara berkala selama usaha berjalan, dimana penggunaanya yang sangat penting dalam menunjang kegiatan operasional suatu usaha. Biaya operasional akan dikeluarkan setiap tahun selama umur usaha. Biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang memiliki nilai yang sama sepanjang umur usaha yang ditetapkan, biaya tetap besarnya tidak diperngaruhi oleh jumlah produksi. Rencana pembangunan kumbung baru akan mengeluarkan biaya tetap yang terdiri atas biaya sewa lahan, pembayaran gaji karyawan, uang makan kepala bagian dan karyawan, biaya komunikasi, biaya listrik, biaya pemeliharaan, dan pembelian peralatan produksi. Total biaya tetap yang harus dikeluarkan pada tahun pertama bisnis adalah sebesar Rp 70.608.200,00 sedangkan pada tahun kedua hingga kelima adalah sebesar Rp 84.432.200,00. Rincian biaya tetap yang akan dikeluarkan CV. MMS pada pembangunan kumbung dapat dilihat sebgaai berikut: 1. Biaya sewa lahan pada pembangunan kumbung baru yang akan dilakukan adalah sewa lahan yang akan digunakan untuk pembangunan tempat produksi, saung karyawan serta kumbung. Sewa akan dilakukan di lokasi
73
Desa Nyosog, Bekasi. Besar sewa lahan tersebut adalah Rp 3.000.000,00 per tahun. Tenaga kerja tetap yang akan terlibat dalam usaha budidaya jamur berjumlah 7 orang. Tenaga kerja tetap mencakup kepala bagian, tenaga kerja bagian logistik, bagian bibit, bagian kumbung, bagian pemasaran dan keuangan. Tenaga kerja ini tidak terpengaruh terhadap naik atau turunnya volume produksi, juga mendapatkan gaji yang tetap tiap bulan selama satu tahun. Tenaga kerja tetap yang akan mengeluarkan pembayaran untuk gaji tenaga kerja tetap berdasarkan jenis pekerjaan, jumlah dan gaji yang diberikan setiap bulan tertera pada Tabel 18. Tabel 18 Rincian gaji karyawan CV. Megah Makmur Sentosa Jenis Pekerjaan Kepala Bagian TK logistik TK Bibit TK Kumbung TK Pemasaran dan Keuangan Total gaji Karyawan per Bulan 2.
Jumlah (Orang) 1 1 1 3 1
Gaji Per Orang (Rp) 1.400.000 350.000 730.000 780.000 300.000
Gaji per Divisi (Rp) 1.400.000 350.000 730.000 2.340.000 300.000 5.120.000
Uang makan karyawan akan diberikan selama hari kerja, yaitu selama 26 hari selama sebulan dimana hari minggu adalah hari libur. Namun, untuk tenaga kerja di bagian pemasaran dan keuangan, uang makan akan diberikan selama sebulan penuh, hal ini dikarenakan pekerja akan tetap bekerja pada hari libur seperti hari minggu dimana panen tetap dilakukan maka pemasaran akan tetap dilakukan setiap hari. Pemberian uang makan karyawan diupayakan dapat memberikan kenyamanan bagi karyawan dalam melaksanakan kerjanya. Uang makan perhari untuk kepala bagian adalah sebesar Rp 10.000,00. Uang makan perhari bagi setiap karyawan adalah sama, adapun jumlah seluruh tenaga kerja tetap berjumlah 6 orang, dimana setiap pekerja akan mendapatkan uang makan sebesar Rp 7.000,00. Oleh karena itu, pengeluaran terhadap uang makan karyawan pada tahun pertama bisnis atau sepuluh bulan operasi adalah Rp 13.800.000,00. Sedangkan pada tahun kedua hingga kelima adalah Rp 16.560.000,00. 3. Biaya komunikasi yang akan dikeluarkan dalam kegiatan operasionalnya pada tahun pertama atau sepuluh bulan operasi adalah Rp 440.000,00 sedangkan pada tahun kedua hingga kelima bisnis adalah Rp. 528.000,00. hal ini berdasarkan asumsi pengeluaran komunikasi per bulan sebesar Rp 44.000,00. Pengeluaran biaya komunikasi yang dimaksud adalah biaya pembelian pulsa telepon, hal itu dimungkinkan untuk mempermudah koordinasi antar kepala bagian dengan karyawannya. 4. Biaya listrik yang akan dikeluarkan adalah sebesar Rp 15.000,00 per bulan. Pengeluaran biaya listrik pada tahun pertama operasi adalah Rp 150.000,00. Dengan demikian, pengeluaran listrik pada tahun kedua hingga kelima bisnis adalah sebesar Rp 180.000,Ringkasan biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan dalam pembangunan kumbung baru dapat dilihat pada Tabel 19.
74 Tabel 19 Biaya tetap usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa No.
Uraian
Satuan
1.
Biaya Sewa Lahan
Tahun
2.
Gaji: Gaji Kepala Bagian
1
Total (Tahun 1/10 Bulan) 3.000.000
3.000.000
1
1
14.000.000
16.800.000
730.000
1
1
7.300.000
8.760.000
Orang/bulan
780.000
3
3
23.400.000
28.080.000
Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan Gaji Staff logistik
Orang/bulan
300.000
1
1
3.000.000
3.600.000
Orang/bulan
350.000
1
1
3.500.000
4.200.000
Uang makan kepala bagian
Orang/bulan
10.000
1
1
2.600.000
3.120.000
Uang makan karyawan
Orang/bulan
7.000
6
6
11.200.000
13.440.000
4.
Biaya Komunikasi
Bulan
44.000
10
12
440.000
528.000
5.
Biaya Listrik
Bulan
15.000
10
12
150.000
180.000
6.
Biaya pemeliharaan Bulan
30.000
10
12
300.000
360.000
Bulan
30.000
0
12
0
360.000
Bulan
120.000
10
12
1.200.000
1.440.000
7.
Pembelian oli (untuk kumbung) Pembelian oli (untuk service motor) Pembelian oli (untuk service mobil) Biaya kebersihan
Bulan
24.000
10
12
240.000
288.000
8.
Peralatan Produksi: Masker
Buah
5.000
20
20
100.000
100.000
Saringan plastik
Buah
3.500
2
2
7.000
7.000
Saringan alumunium
Buah
25.000
2
2
50.000
50.000
Gunting
Buah
7.000
4
4
28.000
28.000
Cutter
Buah
3.800
4
4
15.200
15.200
Sapu lidi
Buah
12.000
2
2
24.000
24.000
Sapu Ijuk
Buah
27.000
2
2
54.000
54.000
70.608.200
84.434.200
3.
Volume (Tahun 2-5)
3.000.000
Volume (Tahun 1/10 Bulan) 1
Orang/bulan
1.400.000
Gaji TK Bibit
Orang/bulan
Gaji TK Kumbung
TOTAL BIAYA TETAP
5.
Harga (Rp)
Biaya pemeliharaan akan dikeluarkan untuk melakukan perawatan terhadap kumbung dan alat transportasi. Pemeliharaan terhadap kumbung bertujuan untuk menjaga kontuinuitas produksi. Pemeliharaan terhadap kumbung dilakukan dengan memberikan pelumas pada bambu, hal itu merupakan salah satu tindakan preventif dimana rayap mudah masuk pada bambu-bambu dan memakannya. Biaya pemeliharaan terhadap kumbung adalah sebesar Rp 30.000,00 selama sebulan dilakukan untuk membeli oli. Beberapa alat transportasi juga membutuhkan pemeliharaan setiap bulan. Pemeliharaan terhadap motor adalah untuk biaya pergantian oli motor sebesar 1 botol selama sebulan yaitu sebesar Rp 30.000,00. Biaya pemeliharaan terhadap motor akan dimulai pada tahun ke tiga, hal itu dikarenakan tahun pertama dan
Total (Tahun 2-5)
75
6.
7.
kedua motor mendapatkan biaya pemeliharaan gratis. Pemeliharaan terhadap mobil adalah untuk biaya pergantian oli mobil sebesar 4 botol selama sebulan yaitu sebesar Rp 120.000,00. Sehingga, pengeluaran untuk pemeliharaan yang akan dikeluarkan oleh CV. MMS pada tahun pertama operasi sebesar Rp 1.500.000,00, tahun kedua adalah Rp 1.800.000,00 dan tahun ketiga hingga kelima adalah Rp 2.160.000,00 Biaya kebersihan dialokasikan dalam menghasilkan peralatan produksi yang tetap terjaga dan awet. Biaya kebersihan yang akan dikeluarkan pembelian sunlight untuk mencuci botol bibit setelah digunakan dan peralatan lainnya yaitu sebesar Rp 24.000,00. Total biaya kebersihan pada tahun pertama operasi adalah Rp 240.000 dan pada tahun kedua hingga adalah Rp 288.000,00. Peralatan produksi yang diperlukan untuk melakukan proses produksi jamur tiram diantaranya saringan, masker, cutter, gunting, sapu ijuk, sapu lidi. Umur ekonomis peralatan produksi tersebut adalah satu tahun, maka dari itu dimasukkan ke dalam komponen biaya tetap. Sehingga, pengeluaran perusahaan untuk mendanai peralatan produksi adalah sebesar Rp 278.200,00 pertahun.
Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu usaha yang besarnya ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan. Terdapat beberapa komponen biaya variabel yang akan dikeluarkan perusahaan, meliputi biaya untuk bahan baku loging seperti serbuk gergaji, bekatul, kapur (CaCo3), gypsum, pupuk NPK, tetes tebu, bibit F2, plastik log. Biaya variabel lain adalah plastik kemas, gas LPG, upah tenaga kerja inokulasi, pengemasan dan bongkar pasang, biaya untuk bahan baku F2 meliputi serbuk gergaji, jagung, kapur (CaCO3), bekatul dan bibit F1, biaya pembelian botol bibit, alkohol, spirtus dan biaya transportasi. Berikut adalah rincian biaya variabel yang akan dikeluarkan perusahaan ketika membangun kumbung baru : 1. Bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi baglog jamur tiram adalah : a. Serbuk gergaji diperlukan sebanyak 10 karung untuk sekali pengadukan. Pengadukan dilakukan sebanyak 130 kali pada tahun pertama dan sebanyak 231 kali pada tahun kedua hingga kelima. Sehingga dibutuhkan sebanyak 1300 karung serbuk gergaji pada tahun pertama operasi dan sebanyak 2.310 karung serbuk gergaji. Harga per karung serbuk gergaji adalah Rp 3.000,00. Dengan demikian, total pengeluaran untuk serbuk gergaji pada tahun pertama operasi adalah Rp 3.900.000,00 dan pada tahun kedua hingga kelima adalah Rp 6.930.000,00. b. Bekatul yang diperlukan untuk sekali proses pengadukan adalah sebanyak 20 kilogram. Pengadukan dilakukan sebanyak 130 kali pada tahun pertama dan sebanyak 231 kali pada tahun kedua hingga kelima. Sehingga dibutuhkan sebanyak 2.600 kg bekatul pada tahun pertama operasi dan sebanyak 4.620 kg bekatul. Dengan harga bekatul Rp 3.000,00 per kilogram nya. Untuk itu, perusahan akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 7.800.000,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 13.860.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis.
76 c. Dalam proses pengadukan, juga diperlukan kapur (CaCO3). Sekali pengadukan akan membutuhkan 2 kilogram CaCO3. Pengadukan dilakukan sebanyak 130 kali pada tahun pertama dan sebanyak 231 kali pada tahun kedua hingga kelima. Sehingga dibutuhkan sebanyak 260 kg CaCO3 pada tahun pertama operasi dan sebanyak 462 kg CaCO3. Harga per kilogram CaCO3 adalah Rp 1.000,00. Dengan itu, pengeluaran perusahaan untuk bahan baku kapur sebesar Rp 260.000,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 462.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. d. Gypsum adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk proses pengadukan. Jumlah gypsum yang dibutuhkan adalah 1 kilogram per sekali adukan. Pengadukan dilakukan sebanyak 130 kali pada tahun pertama dan sebanyak 231 kali pada tahun kedua hingga kelima. Sehingga dibutuhkan sebanyak 130 kg gypsum pada tahun pertama operasi dan sebanyak 231 kg gypsum. Harga gypsum per kilogram yang ditawarkan adalah Rp 3.500,00. Oleh karena itu, pengadaan bahan baku gypsum membutuhkan biaya sebesar Rp 455.000,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 808.500,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. e. Pupuk NPK diperlukan dalam proses loging. Kebutuhan jumlah NPK dalam 1 kali pengadukan adalah sebanyak 100 gram. Pengadukan dilakukan sebanyak 130 kali pada tahun pertama dan sebanyak 231 kali pada tahun kedua hingga kelima. Sehingga dibutuhkan sebanyak 13 kg pupuk NPK pada tahun pertama operasi dan sebanyak 23,1 kg pupuk NPK pada tahun kedua hingga kelima . Harga per kilogram pupuk NPK adalah Rp 15.000,00. Maka, total biaya variabel untuk penggunaan pupuk NPK sebesar Rp 195.000,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 346.500,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. f. Tetes tebu dibutuhkan untuk proses loging. Jumlah kebutuhan tetes tebu adalah sebanyak 250 ml per sekali adukan. Pengadukan dilakukan sebanyak 130 kali pada tahun pertama dan sebanyak 231 kali pada tahun kedua hingga kelima. Sehingga dibutuhkan sebanyak 32,5 liter tetes tebu pada tahun pertama operasi dan sebanyak 57,75 liter pada tahun kedua hingga kelima. Harga tetes tebu per liter yang ditawarkan adalah Rp Rp 20.000,00. Oleh karena itu, pengadaan bahan baku berupa tetes tebu membutuhkan biaya sebesar Rp 650.000,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 1.155.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. g. Media log membutuhkan bibit F2 pada proses pembuatannya. Kebutuhan jumlah bibit F2 sesuai dengan jumlah turunan yang mampu dihasilkan untuk setiap botol bibit F2. Pada tahun pertama produksi, perusahaan akan memproduksi sebanyak 41.613 baglog sedangkan pada tahun kedua hingga kelima adalah sebanyak 73.935 baglog. Satu botol bibit F2 dapat digunakan untuk menghasilkan 15 botol bibit F2. Oleh karena itu, jumlah kebutuhan bibit pada tahun pertama adalah sebanyak 2.774 botol F2 dan sebanyak 4.929 botol F2 pada tahun kedua hingga kelima. Harga yang ditawarkan per botol bibit F1 adalah Rp 4.000. Maka, total pengeluaran dalam hal pembelian bibit F1 pada tahun pertama operasi adalah Rp 11.096.000,00 dan Rp 19.716.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis.
77
2.
3.
4.
5.
h. Plastik loging yang diperlukan dalam pembungkusan media baglog adalah sebanyak 208 kg pada tahun pertama operasi dan sebanyak 370 kg pada tahun kedua hingga kelima. Hal ini sesuai dengan jumlah kebutuhan produksi log yang akan dihasikan pada tahun pertama yaitu sebesar 41.613 log pada tahun pertama dan sebanyak 13.935 log pada tahun kedua hingga kelima. Satu kilogram plastik loging (PE 0,0002) terdiri atas 200 lembar. Dengan harga plastik Rp 23.000 per kilogram. Maka pengeluaran akan plastik adalah sebesar Rp 4.784.000,00 pada tahun pertama dan Rp 8.510.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Plastik kemas yang dibutuhkan untuk mengemas jamur tiram putih segar yang siap dipasarkan atau dibeli konsumen adalah sebanyak 18 lembar per hari. Kebutuhan jumlah plastik kemas sesuai dengan jumlah produksi jamur tiram putih segar yaitu sebanyak 12.606 kg per periode, dimana satu periode adalah selama enam bulan. Setiap lembar plastik kemas mampu menampung sebanyak 4 kg jamur tiram putih. Untuk itu keperluan jumlah plastik kemas pada tahun pertama produksi adalah sebanyak 81 kg dan sebanyak 162 kg pada tahun kedua hingga kelima. Adapun harga plastik kemas adalah Rp 23.000,00 per kilogram. Untuk itu, pengeluaran untuk plastik kemas sebesar Rp 1.863.000,00 kg pada tahun pertama operasi dan Rp 3.762.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Gas LPG yang diperlukan dalam produksi baglog jamur per hari produksi adalah 2 tabung gas. Untuk setahun, perusahaan akan membutuhkan 260 tabung. Dimana produksi sterilisasi akan dilakukan sebanyak pengadukan yang dilakukan yaitu sebanyak 130 kali pengadukan pada tahun pertama dan sebanyak 231 pengadukan pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Dengan harga gas Rp 16.000 per tabung LPG. Maka pengeluaran dalam pengadaan gas adalah Rp 4.160.000,00 serta Rp 7.392.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Tenaga kerja borongan yang diperlukan untuk proes pengadukan adalah sejumlah 4 orang. Tenaga kerja borongan akan dialokasikan untuk tiap-tiap pembangian kerja produksi, diantaranya tenaga kerja inokulasi, pengemasan, dan bongkar pasang. Tiap orang akan diberi upah sebesar Rp 80,00 per satu kali inokulasi media log, upah sebesar Rp 80,00 per satu kali pengemasan baglog, dan upah sebesar Rp 60,00 untuk satu kali bongkar-pasang baglog ke mesin sterilisasi. Banyaknya baglog yang akan diproduksi sesuai dengan jumlah baglog untuk pemenuhan jumlah kapasitas kumbung ditambah dengan jumlah baglog untuk dijual, yaitu sebanyak 41.613 log pada tahun pertama dan sebanyak 73.935 log untuk tahun kedua hingga kelima. Oleh karena itu, total pengeluaran pada tahun pertama dalam hal upah tenaga kerja inokulasi adalah Rp. 3.329.040,00, sebesar Rp 3.329.040,00 untuk upah tenaga kerja pengemasan, dan sebesar RP 2.496.780,00 untuk upah tenaga kerja bongkar pasang. Sedangkan total pengeluaran CV.MMS pada tahun pertama dalam hal upah tenaga kerja inokulasi adalah Rp. 5.914.800,00, sebesar Rp 5.914.800,00 untuk upah tenaga kerja pengemasan, dan sebesar RP 4.436.100,00 untuk upah tenaga kerja bongkar pasang. Terkait pembuatan bibit yang diusahakan perusahaan, maka diperlukan bahan baku seperti berikut :
78 a.
6.
Jagung adalah bahan baku utama dalam menghasilkan bibit tahap F2, kebutuhan bibit selama proses produksi akan memerlukan sebanyak 1 kilogram jagung setiap satu kali pengadukan. Dalam pembuatan bibit F2, perusahaan melakukan 44 kali pengadukan pada tahun pertama dan 58 kali pengadukan pada tahun kedua hingga kelima, hal itu berdasar jumlah produksi bibit yang akan digunakan untuk bahan baku media log ditambah bibit untuk penjualan. atau sebanyak 26 kilogram setiap bulan dan 312 kilogram dalam setahun. Dimana 1 kali pengadukan akan menghasilkan 150 botol bibit dengan kebutuhan jumlah bahan baku yang disesuaikan. Harga pembelian jagung perkilogram di pasar mencapai Rp 7.000,00. Hal ini berarti pengeluaran dalam pembelian jagung pada tahun pertama operasi adalah Rp 308.000,00 dan Rp 406.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. b. Kebutuhan jumlah serbuk gergaji pada pembuatan bibit F2 mencapai 5 kg per satu kali pengadukan. Dalam pembuatan bibit F2, perusahaan melakukan 44 kali pengadukan pada tahun pertama dan 58 kali pengadukan pada tahun kedua hingga kelima. Harga serbuk gergaji yang ditawarkan adalah Rp 3.000,00. Sehingga pengeluaran dalam hal serbuk gergaji sebesar Rp 660.000,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 870.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. c. Kapur (CaCO3) diperlukan untuk memproduksi bibit tahap F2. Kebutuhan jumlah CaCO3 per satu kali pengadukan sebanyak 0,3 kg. Dalam pembuatan bibit F2, perusahaan melakukan 44 kali pengadukan pada tahun pertama atau sebanyak 13,2 kg CaCO3 dan 58 kali pengadukan pada tahun kedua hingga kelima atau sebanyak 17,4 kg CaCO3. Harga perkilogram CaCO3 adalah RP 1.000,00. Sehingga total pengeluaran terkait penggunaan kapur (CaCO3) adalah Rp 13.200,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 17.400,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. d. Bekatul diperlukan untuk pembuatan bibit tahap F2. Kperluan jumlah bekatul untuk satu kali pengadukan adalah sebnayak 0,5 kg. Dalam pembuatan bibit F2, perusahaan melakukan 44 kali pengadukan pada tahun pertama atau sebanyak 22 kg bekatul dan 58 kali pengadukan pada tahun kedua hingga kelima atau sebanyak 29 kg bekatul. Oleh karena itu, total pengeluaran dalam pembelian bekatul adalah Rp 66.000,00 pada tahun pertama operasi dan Rp 87.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Media F2 membutuhkan bibit F1 pada proses pembuatannya. Kebutuhan jumlah bibit F1 sesuai dengan jumlah turunan yang mampu dihasilkan untuk setiap botol bibit F1. Pada tahun pertama produksi, perusahaan akan memproduksi sebanyak 6.940 botol bibit sedangkan pada tahun kedua hingga kelima adalah sebanyak 8.645 botol bibit. Satu botol bibit F1 dapat digunakan untuk menghasilkan 20 botol bibit F2. Oleh karena itu, jumlah kebutuhan bibit pada tahun pertama adalah sebanyak 325 botol F1 dan sebanyak 433 botol F1 pada tahun kedua hingga kelima. Harga yang ditawarkan per botol bibit F1 adalah Rp 23.000. Maka, total pengeluaran CV. MMS dalam hal pembelian bibit F1 pada tahun pertama operasi adalah Rp 7.475.000,00 dan Rp 9.959.000,00 pad atahun kedua hingga kelima bisnis. Botol bibit adalah
79
wadah yang diperlukan untuk menampung bibit yang dihasilkan. Perusahaan akan memerlukan sejumlah 3.097 botol pada tahun pertama dan sebnayak 3.716 botol bibit pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Kebutuhan jumlah botol bibit sesuai dengan produksi yang akan dihasilkan terkait target penjualan bibit pada setiap tahunnya. Harga pembelian botol adalah Rp 350,00 per botol bibit. Maka, perusahaan akan mengeluarkan sejumlah Rp 1.083.950,00 untuk pembelian botol bibit pada tahun pertama operasi dan sejumlah Rp 1.300.600,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Rincian mengenai biaya variabel yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam pembangunan kumbung baru dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20 Biaya variabel CV.Megah Makmur Sentosa No.
1.
Uraian
Bahan Baku Loging: Serbuk gergaji
Satuan
Harga (Rp)
Volume (Tahun1/ 10 Bulan)
Volume (Tahun 2-5)
Total Rp (Tahun 1/10 Bulan)
Total Rp (Tahun 2-5)
Karung
3000
1300
2310
3.900.000
6.930.000
Bekatul
Kg
3000
2600
4620
7.800.000
13.860.000
Kapur (CaCO3)
Kg
1000
260
462
260.000
462.000
Gypsum
Kg
3500
130
231
455.000
808.500
Pupuk NPK
Kg
15000
13
23,1
195.000
346.500
Tetes tebu
Liter
20000
32,5
57,75
650.000
1.155.000
Bibit F2
Botol
4000
2774
4929
11.096.000
19.716.000
Plastik Log
Kg
23000
208
370
4.784.000
8.510.000
2.
Plastik kemas
Kg
23000
81
162
1.863.000
3.726.000
3.
Gas LPG
Tabung
16000
260
462
4.160.000
7.392.000
4.
Upah TK inokulasi
Rp/baglog
80
41613
73935
3.329.040
5.914.800
Upah TK pengemasan Upah TK bongkarpasang Bahan Baku bibit F2: Serbuk gergaji
Rp/baglog
80
41613
73935
3.329.040
5.914.800
Rp/baglog
60
41613
73935
2.496.780
4.436.100
Kg
3000
220
290
660.000
870.000
Jagung menir
Kg
7000
44
58
308.000
406.000
Kapur (CaCO3)
Kg
1000
13,2
17,4
13.200
17.400
Bekatul
Kg
3000
22
29
66.000
87.000
Bibit F1
Botol
23000
325
433
7.475.000
9.959.000
6.
Botol bibit
Botol
350
3097
3716
1.083.950
1.300.600
7.
Alkohol
Liter
26000
11
12
286.000
312.000
8.
Spirtus
Liter
14000
33
36
462.000
504.000
9.
Biaya transportasi
Rp/liter
4500
990
1080
4.455.000
4.860.000
59.127.010
97.487.700
5.
TOTAL
7.
Alkohol adalah bahan baku yang diperlukan agar pembibitan dapat dilakukan secara steril dan tidak terkontaminasi dengan apapun. Kebutuhan alkohol
80
8.
9.
sebanyak 1 liter per bulan, yakni sejumlah 11 liter pada tahun pertama bisnis dan sejumlah 12 liter pada tahun kedua hingga kelima. Harga alkohol 70 persen adalah Rp 26.000,00 per liter. Sehingga total pengeluaran terkait alkohol selama tahun pertama operasi adalah Rp 286.000,00 pada tahun pertama dan Rp 312.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis. Spirtus yang diperlukan untuk menunjang proses sterilisasi adalah sejumlah 3 liter per bulan. Sehingga dalam setahun perusahaan akan memerlukan sebanyak 33 liter pada tahun pertama dan sebanyak 36 liter spirtus pada tahun kedua hingga kelima. Pengeluaran untuk spirtus per liter adalah Rp 14.000,00. Untuk itu, selama setahun pertama operasi, perusahaan akan mengeluarkan biaya sebesar Rp 462.000,00 dan sebesar Rp 504.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis untuk pembelian spirtus. Biaya transportasi yang akan dikeluarkan perusahaan adalah pembelian bensin. Terdapat dua alat angkut yang akan digunakan, yaitu mobil dan motor. Dengan biaya per liter bensin adalah Rp 4.500/liter. Pengeluaran dibudgetkan untuk membeli bensin motor sebesar 1 liter perhari, dan untuk bensin mobil sebesar 2 liter per hari. Total kebutuhan jumlah bensin pda tahun pertama mencapai 990 liter dan 1080 liter pda tahun kedua hingga kelima bisnis. Dengan demikian total pengeluaran perusahaan terkait dengan biaya transportasi adalah Rp 4.455.000,00 pad atahun pertama bisnis dan Rp 4.860.000,00 pada tahun kedua hingga kelima bisnis.
Pajak Penghasilan Pajak penghasilan adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan selama umur usaha dengan jumlah yang terhitung dari laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap tahun usaha. Berdasarkan ketetapan tentang pajak penghasilan yang terdapat pada Undang-Undang republik Indonesia No 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, atas perubahan ke empat pada Undang-Undang No 7 tahun 1983, bahwa : Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. Berdasarkan analisis laba rugi diperoleh bahwa pada tahun pertama usaha budidaya jamur perusahaan menghasilkan laba yang bernilai positif, sehingga pajak penghasilan sudah dikenakan mulai pada tahun pertama. Tabel 21 menunjukkan nilai pajak yang dikenakan kepada perusahaan selama umur usaha. Tabel 21 Pajak penghasilan CV. Megah Makmur Sentosa (dalam Rp) Tahun EBT Nilai Pajak 1 5.175.671 1.293.918 2 82.379.564 20.594.891 3 82.019.564 20.504.891 4 82.019.564 20.504.891 5 82.019.564 20.504.891
81
Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi diperlukan untuk mengetahui perkembangan usaha selama kurun waktu tertentu. Proyeksi laba rugi disusun oleh data-data pendapatan dan biaya. Dalam analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan dan nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh biaya tetap, biaya variabel, dan pajak penghasilan Umar (2007). Selanjutnya, perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya. Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba bersih sebelum pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Sehingga, akan diperoleh nilai penerimaan setelah pajak atau laba atau rugi usaha. Pada perhitungan laba rugi, perusahaan akan sudah memperoleh laba positif pada tahun pertama usaha hingga sepanjang umur bisnis. Tabel 22 menunjukkan rincian laba bersih yang diperoleh perusahaan selama umur usaha. Tabel 22 Laba bersih usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa (dalam Rp) Tahun Laba Bersih 1 3.881.753 2 61.784.673 3 61.514.673 4 61.514.673 5 61.514.673 Rata-rata 50.042.089 Berdasarkan laba bersih yang dihasilkan, maka perusahaan akan memperoleh laba bersih positif mulai tahun pertama bisnis. Perolehan laba adalah konstan mulai tahun ketiga hingga kelima yaitu sebesar Rp 61.514.673,00, dan menghasilkan laba pertahun dengan nilai rata-rata sebesar Rp 50.042.089,00
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial pada usaha jamur tiram putih menggunakan prinsip nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai uang di masa yang akan datang. Net benefit yang diperoleh adalah hasil diskonto tingkat discount rate yang ditetapkan, yaitu suku bunga deposito Bank Mandiri tahun 2013 sebesar 5 persen, penggunaan discount rate yang dimaksud berdasar dari modal yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pembangunan kumbung baru, yaitu modal sendiri, modal Pak Paryanto selaku pemilik CV. Megah Makmur Sentosa. Analisis finansial ini dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian investasi, yaitu Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C), dan Discounted Payback Period (DPP).
82 Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial berdasar kriteria penilaian investasi, NPV yang dihasilkan pada pembangunan kumbung baru adalah sebesar Rp 170.590.527,00. Hal ini berarti usaha yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam budidaya jamur tiram putih akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 170.590.527,00 selama periode lima tahun. Oleh karena itu, rencana pembangunan kumbung baru ini layak dijalankan karena memiliki nilai NPV lebih dari nol. Selanjutnya berdasarkan nilai IRR yang dalam mengusahakan pembangunan kumbung baru dalam usaha jamur tiram akan memperoleh IRR sebesar 59,60 persen. Hal itu menunjukkan bahwa rencana pembangunan kumbung baru layak untuk dijalankan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 59,60 persen. Nilai IRR yang dihasilkan juga lebih besar dari tingkat discount rate yang berlaku yaitu 5 persen. Perhitungan Net B/C yang didapat pada pembangunan kumbung baru adalah sebesar 2,496. Hal ini berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan selama umur usaha akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,496. Nilai Net B/C yang dihasilkan adalah lebih besar dari satu (Net B/C > 1), oleh karena itu rencana pembangunan kumbung baru layak untuk dijalankan. Lama pengembalian modal saat pembangunan kumbung baru dilakukan, ditunjukkan dari nilai discounted payback period. Nilai Discounted payback period yang diperoleh selama 4,44 tahun. Maka lama pengembalian modal setelah dilakukan pembangunan kumbung baru relatif singkat dari umur usaha yang ada. Dengan demikian, usaha ini dapat dikatakan layak untuk direalisasikan. Hasil perhitungan kriteria investasi terdapat di Tabel 23. Tabel 23 Rekapitulasi hasil analisis finansial CV. Megah Makmur Sentosa Kriteria Invetasi Net Present Value (Rp) Internal Rate of Return (%) Net Benefit and Cost Ratio Discounted Payback Period (Tahun)
Hasil 170.590.527,00 59,60 2,49 4,44
Analisis Switching Value Analisis nilai pengganti (Switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Pengujian switching value dilakukan dengan uji coba yang dapat menghasilkan keuntungan normal yaitu nilai Net Present Value (NPV) sama dengan nol, Internal rate of Return (IRR) mendekati suku bunga yang ditetapkan, dan Net Benefit Cost sama dengan satu. Usaha yang akan dilakukan perusahaan dalam pembangunan kumbung baru juga akan dilakukan analisis switching value terhadap penurunan jumlah output baik jamur tiram putih, baglog dan bibit jamur, penurunan harga output jamur tiram yang dijual dan kenaikan biaya variabel berupa biaya gas LPG. Usaha jamur tiram putih adalah usaha yang bergerak di bidang pangan, dimana kebutuhan pangan akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah
83
penduduk. Hal itu tentunya juga akan memacu pertambahan jumlah pedagang maupun produsen yang bergelut dalam usaha pangan ini, dimana terdapat kejelasan pasar yang mendekati pasar persaingan sempurna dan memiliki kesempatan dan peluang yang sama bagi setiap pelaku usaha untuk memasuki usaha ini. Persaingan usaha akan berdampak pada semakin banyaknya pelaku usaha yang bersaing untuk masuk kedalam usaha dan mereka saling berkompetisi untuk dapat menguasai pasar, salah satunya dengan pemberian strategi harga yang rendah, maupun dengan minimisasi biaya. Harga yang rendah dalam produk jamur tiram sangat diminati konsumen selain itu, pada hari-hari tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri, produk jamur akan tenggelam dalam penjualan dan tergantikan dengan komoditas lain seperti daging sapi. Harga gas LPG yang merupakan biaya variabel yang akan dikeluarkan dalam produksi. Sebagai bahan bakar alternatif yang dikuasai pemerintah, gas LPG tidak menutup kemungkinan akan mengalami kenaikan harga jika terjadi kelangkaan. Selain itu, pada kegiatan budidaya jamur tiram yang meliputi produksi baglog, bibit, dan jamur tiram segar, perusahaan tidak memungkiri terdapat kemungkinan kegagalan yang lebih besar dari pada tingkat kegagalan yang telah diperhitungkan. Untuk itu, analisis switching value akan dilakukan terhadap tiga perubahan diantaranya penurunan jumlah produksi baik jamur tiram, baglog dan bibit jamur tiram, penurunan harga output jamur tiram, serta kenaikan biaya variabel berupa gas LPG. Adapun hasil switching value pada usaha jamur CV.Megah Makmur Sentosa adalah sebagai berikut : Tabel 24 Hasil analisis switching value CV. Megah Makmur Sentosa Perubahan Penurunan Jumlah output (jamur tiram putih, baglog dan bibit jamur) Kenaikan Harga gas LPG Penurunan harga output jamur tiram
Persentase 15,85 589,66 18,28
Berdasarkan hasil analisis switching value usaha jamur, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa produksi dan harga jual merupakan dua hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Sementara, biaya gas yang harus dikeluarkan tidak memiliki pengaruh yang besar. Dalam hal ini, ketiga hal tersebut dapat mengubah besarnya persentase terhadap kelayakan usaha jamur tiram putih. Dimana jika terjadi perubahan yang melebihi batas tersebut maka usaha yang akan dilakukan menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan. Penurunan jumlah output produksi yang dijual sebesar 15,85 persen menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur masih layak apabila penurunan yang terjadi terhadap produksi tidak melebihi dari 15,85 persen. Biaya variabel yang harus dikeluarkan CV. Megah Makmur Sentosa dalam hal gas LPG yang masih mendatangkan manfaat bagi usaha budidaya jamur adalah 589,66 persen. Persentase kenaikan harga gas yang tinggi menunjukkan bahwa kenaikan biaya gas memiliki pengaruh yang relatif rendah terhadap kelangsungan usaha. Sementara itu, besarnya penurunan harga output pada jamur tiram putih sebesar 18,28 persen memperlihatkan bahwa usaha budidaya jamur masih layak jika terdapat penurunan yang terjadi terhadap harga jual jamur tidak lebih besar dari 18,28 persen.
84 Batas maksimum penurunan jumlah output pada jamur tiram putih, baglog dan bibit jamur adalah sebesar 15,85 persen. Apabila produksi jamur tiram, baglog dan bibit jamur mengalami kegagalan panen melebihi 15,85 persen maka usaha jamur tiram putih dapat dikatakan tidak layak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kegagalan panen lebih banyak disebabkan oleh proses sterilisasi dalam pembibitan dan inokulasi. Banyak hal yang kurang mendukung sterilisasi yang baik, salah satunya perusahaan masih menggunakan teknologi yang sederhana dalam hal peralatan proses sterilisasi. Untuk itu, petani perlu melakukan tindakan preventif dalam mengatasi penurunan jumlah produksi. Sterilisasi yang baik dapat didukung dengan melakukan pemeliharaan yang baik pada lingkungan di sekitar dimana kegiatan usaha tetap bersih, serta peralatan yang digunakan dalam produksi juga harus steril. Harga jual yang dianalisis tidak mencakup harga jual baglog dan bibit jamur, hal ini dikarenakan harga jual baglog dan bibit jamur ditentukan berdasarkan kesepakatan dari beberapa mitra yaitu perusahaan jamur yang belum mampu mengusahakan baglog dan bibit secara mandiri. Berdasarkan hasil analisis switching value diketahui batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual output jamur tiram putih adalah 18,28 persen. Apabila terjadi perubahan harga jual jamur melibihi 18,28 persen maka usaha jamur tiram putih dinyatakan tidak layak. Harga jual jamur tiram secara umum ditentukan oleh pasar, maka dari itu petani beresiko mengalami penurunan harga jual jamur sewaktu-waktu. Apabila terjadi kenaikan biaya variabel gas LPG, maka perubahan maksimal yang ditolerir adalah sebesar 589,66 persen. Jika kenaikan biaya variabel gas LPG melebihi 589,66 persen maka usaha jamur tiram putih dikatakan tidak layak. Terdapat beberapa alternatif yang harus dilakukan petani jika terjadi kenaikan biaya gas, diantaranya beralih ke bahan bakar alternatif lain yang ketersediannya di bumi masih berlimpah dan harganya relatif murah, misalnya briket batu bara. Namun, dalam hal ini, petani harus menyusun ulang peralatan yang digunakan sesuai desain penggunaan bahan bakarnya. Rencana pembangunan kumbung baru untuk usaha jamur tiram putih pada penelitian yang dilakukan menunjukkan informasi bahwa usaha jamur tiram putih sensitif terhadap perubahan jumlah output (jamur tiram, baglog dan bibit) dan perubahan harga output jamur tiram putih.
Hasil Analisis Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial rencana pembangunan kumbung baru meliputi pembangunan kumbung baru, tempat produksi, dan saung karyawan dengan melakukan sewa lahan selama umur usaha yaitu 5 tahun. Analisis kelayakan menghasilkan kriteria investasi sebagai berikut, yaitu NPV sebesar 170.590.527,00. Nilai IRR yang dihasilkan sebesar 59,60 persen, nilai Net B/C sebesar 2,49. Discounted payback period pada pembangunan kumbung baru adalah selama 4,44 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukkan bahwa rencana pembangunan kumbung baru layak untuk dijalankan secara finansial. Analisis switching value yang dilakukan pada rencana pembangunan kumbung baru meliputi batas maksimum penurunan jumlah output produksi jamur
85
tiram putih, baglog dan bibit jamur sebesar 15,85 persen, kenaikan harga maksimum pada biaya variabel berupa pembelian gas LPG sebesar 589,66 persen, dan penurunan harga jual output jamur tiram sebesar 18,28 persen.
Analisis Nilai Tambah Jamur crispy adalah makanan ringan yang biasa dimakan sebagai cemilan. Jamur crispy diproduksi oleh D’ Jamur L-Qiang, jenis jamur yang digunakan sebagai bahan baku utamanya adalah jamur tiram putih. Jamur tiram putih selanjutnya akan dilakukan pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan jamur tiram segar hingga menjadi jamur crispy menggunakan beberapa alat dalam proses pengolahannya, antara lain baskom, talenan, pisau, penggorengan, dan kompor gas. Sedangkan selanjutnya dalam proses penggorengan diperlukan bahan bakar gas LPG. Perhitungan nilai tambah jamur crispy tidak memperhitungkan biaya transportasi, hal itu dikarenakan pada umumnya pembeli akan mendatangi langsung untuk melakukan pembelian ke lokasi pengolahan jamur crispy di standstand penjualan. Proses pembuatannya sebagai berikut : (1) jamur dicuci hingga bersih, disuwir-suwir dan diperas hingga airnya keluar, (2) bumbu berupa bawang putih, ketumbar, dan garam di haluskan sedangkan bahan baku tepung adonan berupa tepung maizena dan tepung beras dicampurkan pada satu wadah, lalu di aduk rata, telur yang telah disiapkan dituang pada satu wadah dan dikocok untuk disatukan pada bumbu yang telah dihaluskan, ditambahkan air secukupnya dan diaduk sampai rata. Tambahkan campuran tepung dan aduk dengan tambahan air secukupnya. (3) Celupkan jamur kedalam adonan tepung (4) Goreng jamur kedalam penggorengan dengan api sedang. Proses menggoreng berlangsung selama 30 menit. (5) jamur crispy yang telah digoreng kemudian diangkat dan ditiriskan untuk kemudian dikemas kedalam plastik kemasan untuk siap dipasarkan. Nugget jamur adalah makanan berupa nugget yang biasa dimakan sebagai lauk ataupun cemilan. Produksi nugget jamur tiram di Bekasi dilakukan oleh Jogget’s Nugget. Proses pengolahan nugget jamur diawali dengan pencucian jamur tiram segar. Setelah jamur dicuci kemudian direbus dalam air mendidih. Selanjutnya jamur diangkat, ditiriskan dan dihilangkan kandungan air pada jamur tiram dengan cara diperas. Jamur yang telah diperas kemudian di giling dengan menggunakan blender untuk kemudian dicampurkan dengan bahan lain yaitu fillet daging ayam, tepung terigu, tepung maizena, dan telur serta tambahan air secukupnya. Bumbu-bumbu seperti bawang putih, merica, garam di haluskan hingga rata dan dimasukan kedalam adonan hingga tercampur rata. Adonan nugget jamur selanjutnya dikukus selama 25 menit. Lalu dicetak berdasar bentuk persegi panjang dan dimasukan kedalam telur dan celupkan ke dalam tepung roti. Proses selanjutnya adalah pemanggagan ke dalam oven yang telah disesuaikan suhunya. Proses pemanggangan dilakukan selama 40 menit. Nugget jamur yang telah jadi kemudian dikemas ke dalam plastik. Dasar perhitungan dalam analisis nilai tambah kegiatan produksi pengolahan menggunakan satuan kilogram yang mana merupakan jamur tiram yang dibutuhkan sebagai bahan baku utama memiliki nilai berat. Dalam produksi yang dilakukan pada produk jamur crispy dan nugget jamur, analisis nilai tambah
86 yang dilakukan digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah pengolahan bahan baku berupa jamur tiram segar hingga menjadi jamur crispy dan nugget jamur, serta untuk mengetahui besar distribusi marjin yang didapat dari hasil pengolahan tersebut kepada faktor-faktor produksi yang telah digunakan. Untuk itu, dalam analisis yang dilakukan terdapat komponen-komponen yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah, diantaranya output jamur crispy dan nugget jamur, bahan baku, tenaga kerja langsung, harga output yang ditawarkan, upah rata-rata tenaga kerja, serta sumbangan input lain. Analisis nilai tambah dilakukan pada periode produksi perhari dengan dasar perhitungan analisis nilai tambah menggunakan perhitungan per kilogram bahan baku pada satu kali proses produksi. Rata-rata bahan baku yang digunakan dalam satu kali proses produksi adalah 2,00 kg untuk produk jamur crispy dan nugget jamur. Produksi yang dihasilkan untuk masing-masing produk berupa jamur crispy dan nugget jamur adalah 2,41 kg dan 2,81 kg. Dari kedua produk masing-masing menghasilkan nilai konversi sebesar 1,20 kg untuk jamur crispy dan 1,41 kg untuk nugget jamur. Hal ini berarti setiap satu kilogram jamur tiram putih yang diolah menghasilkan 1,20 kilogram jamur crispy atau 1,41 kilogram nugget jamur. Jamur tiram putih yang digunakan pada pengolahan jamur crispy adalah jamur tiram putih segar dengan harga bahan baku senilai harga jual rata-rata jamur segar per kilogramnya di petani, Pasar Bantar Gebang, dan Pasar Setu, yaitu Rp 12.000,00. Sedangkan pada pengolahan produk nugget jamur, pengusaha membeli bahan baku berupa jamur tiram di pasar PUP yaitu pasar di dekat lokasi produksi. Harga jual jamur di pasar PUP berkisar Rp 14.000,00 per kilogramnya. Harga output adalah harga yang ditawarkan oleh home industry dalam produk jamur crispy dan nugget jamur. Nilai output yang diperoleh adalah hasil perkalian antara harga output dengan faktor konversi. Pada pengolahan jamur tiram menjadi dua produk baik jamur crispy dan nugget jamur, diperoleh nilai output sebesar Rp 60.175,00 dan Rp 84.375,00. Nilai sumbangan input lain merupakan pembagian total sumbangan input lain terhadap jumlah bahan baku yang digunakan. Sumbangan input lain terdiri dari komponen bahan penolong, yang mana jamur crispy ini membutuhkan beberapa input lain berupa bumbubumbu serta bahan baku yang digunakan untuk diolah bersama jamur tiram segar sehingga menjadi jamur crispy begitupun produk nugget jamur. Input lain tersebut diantaranya bawang putih, garam, tepung beras, tepung maizena, plastik pembungkus, serta minyak goreng untuk pengolahan jamur crispy. Dengan total sumbangan input lain sebesar Rp 22.630,00. Sedangkan komponen pendukung untuk pembuatan nugget jamur terdiri dari fillet daging ayam, tepung terigu, tepung maizena, telur ayam, bawang putih, garam, gula, merica, tepung roti dan plastik pembungkus dengan total nilai bahan penolong sebesar Rp 16.080,00. Upah rata-rata tenaga kerja adalah pembagian upah total tenaga kerja dengan jumlah jam orang bekerja per hari. Upah rata-rata tenaga kerja pada pengolahan jamur crispy sebesar Rp 59.428,00 per HOK. Sedangakan pada pengolahan nugget jamur upah rata-rata tenaga kerja adalah Rp 42.857,14 per HOK. Distribusi nilai tambah terhadap balas jasa atau pendapatan tenaga kerja diperoleh dari perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Balas jasa tenaga kerja menunjukkan jumlah pendapatan rata-rata yang diterima tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan per kilogram bahan baku. Pendapatan
87
tenaga kerja rata-rata pada pengolahan jamur crispy adalah Rp 9.285,63 per kilogram bahan baku serta pada pengolahan nugget jamur adalah Rp 12.075,00 per kilogram bahan baku. Hasil analisis nilai tambah pengolahan jamur crispy dan nugget jamur dalam satu kali proses produksi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Perhitungan nilai tambah pengolahan jamur crispy dan nugget jamur dalam satu kali proses produksi No
Variabel
Perhitungan
Nilai Jamur Crispy
Nugget Jamur
I. Output, Input dan harga 1.
Output (Kg/ proses produksi)
A
2,41
2,81
2.
Bahan baku (Kg/ proses produksi)
B
2,00
2,00
3.
Tenaga kerja (HOK/ proses produksi)
C
0,31
0,56
4.
Faktor konversi
D = A/B
1,20
1,41
5.
Koefisien tenaga kerja (HOK)
E = C/B
0,16
0,28
F
50.000,00
60.000,00
G
59.428,00
42.857,14
H
12.000,00
14.000,00
6.
Harga output (Rp/Kg) Upah rata-rata tenaga kerja 7. (Rp/HOK) II. Pendapatan dan Keuntungan 8.
Harga bahan baku (Rp/Kg)
9.
Sumbangan input lain (Rp/Kg) *
10.
Nilai output (Rp/Kg)
I
22.630,00
16.080,00
J=DXF
60.175,00
84.375,00
11.
a. Nilai tambah (Rp/Kg)
K=J-H-I
25.545,00
54.295,00
b. Rasio nilai tambah (%)
L = (K/J) X 100%
42,45
64,35
9.285,63
12.075,00
36,35
22,24
16.259,38
42.220,00
b. Tingkat keuntungan P = (O/K) X 100% III. Balas jasa dari masing-masing faktor produksi
63,65
77,76
48.175,00
70.375,00
19,27
17,16
46,97
22,85
33,75
59,99
12.
a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/Kg) b. Bagian tenaga kerja (%)
13.
14.
a. Keuntungan (Rp/Kg)
M=EXG N= (M/K) X 100% O=K–M
a.
Pendapatan tenaga kerja(%)
b.
Sumbangan input lain (%)
Q=J–H R = (M/Q) X 100% S = (I/Q) X 100%
c.
Keuntungan (%)
T = (O/Q) X 100%
Marjin (Rp/Kg)
Rasio tenaga kerja merupakan persentase dari pendapatan tenaga kerja terhadap nilai tambah. Rasio tenaga kerja yang diperoleh pada pengolahan menjadi jamur crispy adalah sebesar 36,35 persen. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 100,00 dari nilai tambah maka sebesar Rp 36,35 merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Sedangkan pada produk nugget jamur, rasio tenaga kerja yang diperoleh adalah sebesar Rp 22,24 persen. Nilai rasio sebesar 22,24 persen berarti untuk setiap Rp 100,00 dari nilai tambah maka sebesar Rp 22,24 merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja.
88 Keuntungan yang diperoleh home industry merupakan selisih antara nilai tambah dengan pendapatan tenaga kerja langsung. Dalam hal ini, keuntungan yang diterima oleh pengusaha jamur crispy yaitu Rp 16.259,38 per kilogram bahan baku. Sedangkan home industry nugget jamur menerima keuntungan sebesar Rp 42.220,00 dalam satu kilogram bahan baku yang digunakan. Berdasarkan keuntungan yang diterima, berarti pengolahan jamur crispy dan nugget jamur memperoleh tingkat keuntungan sebesar 63,65 persen dan 77,76 persen dari nilai produk. Nilai tambah merupakan selisih dari nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain. Nilai tambah yang dihasilkan pada pengolahan menjadi jamur crispy adalah nilai tambah kotor dimana nilai yang terdapat didalamnya masih mengandung bagian untuk pendapatan tenaga kerja langsung. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy adalah Rp 25.545,00 dengan rasio nilai tambah yang diperoleh sebesar 42,45 persen. Untuk pengolahan jamur tiram menjadi nugget jamur, nilai tambah yang diperoleh sebesar RP 54.295,00 dengan rasio nilai tambah sebesar 64,35 persen. Rasio nilai tambah merupakan persentase nilai tambah terhadap nilai output. Besarnya rasio nilai tambah yang dihasilkan pada pengolahan jamur crispy adalah 42,45 persen sedangkan pada pengolahan nugget jamur sebesar 64,35 persen. Angka rasio sebesar 42,45 persen menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 100,00 dari nilai output jamur crispy yang diperoleh terdapat nilai tambah sebesar Rp 42,45. Berdasarkan angka rasio nugget jamur sebesar 64,35 persen dapat dinyatakan bahwa untuk setiap Rp 100,00 dari nilai output nugget jamur yang diperoleh terdapat nilai tambah sebesar Rp 64,35. Balas jasa pemilik faktor produksi terdiri atas pendapatan untuk tenaga kerja, sumbangan input lain dan tingkat keuntungan. Marjin adalah selisih nilai output dengan harga bahan baku yang diperoleh yang mana merupakan total balas jasa pemilik terhadap pemilik faktor produksi. Marjin merupakan kontribusi faktor-faktor produksi dalam menghasilkan output selain bahan baku utama. Pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy akan menghasilkan nilai marjin dari hasil pengurangan nilai output jamur crispy dengan harga bahan baku utamanya. Marjin yang diperoleh pada pengolahan ini adalah sebesar Rp 48.175,00 terdiri dari 19,27 persen untuk pendapatan tenaga kerja, 46,97 persen untuk sumbangan input lain, dan 33,75 persen untuk keuntungan perusahaan. Sedangkan pada pengolahan jamur tiram menjadi nugget jamur akan menghasilkan nilai marjin dari hasil pengurangan nilai output nugget jamur dengan harga bahan baku utamanya. Marjin yang diperoleh pada pengolahan ini adalah sebesar Rp 70.375,00 terdiri dari 17,16 persen untuk pendapatan tenaga kerja, 22,85 persen untuk sumbangan input lain, dan 59,99 persen untuk keuntungan perusahaan. Distribusi marjin yang diperoleh menunjukkan distibusi marjin terbesar pada home industry pengolahan jamur crispy yaitu sumbangan input lain sedangkan pada pengolahan nugget jamur adalah tingkat keuntungan yang diterima perusahaan. Selanjutnya distribusi marjin terbesar kedua pada jamur crispy yaitu tingkat keuntungan perusahaan yang diterima perusahaan dalam hal ini pemilik D’Jamur L-Qiang sedangkan produk nugget jamur memiliki distribusi marjin terbesar kedua pada komponen pendapatan tenaga kerja. Distribusi marjin terkecil pada produk jamur crispy adalah pendapatan tenaga kerja. Pendistribusian nilai marjin terkecil pada pendapatan tenaga kerja dibandingkan keuntungan yang
89
diterima perusahaan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy merupakan kegiatan padat modal. Pada produk nugget jamur, distribusi marjin terkecil adalah sumbangan input lain. Pendistribusian nilai marjin terbesar pada keuntungan yang diterima perusahaan dibandingkan pendapatan tenaga kerja menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengolahan jamur tiram menjadi nugget jamur merupakan kegiatan padat modal.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di CV. Megah Makmur Sentosa, maka simpulan yang didapat antara lain : Berdasarkan analisis aspek non finansial, usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa layak untuk dijalankan. Beberapa aspek terkait nonfinansial yang dipergunakan antara lain pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi dan lingkungan. Berdasarkan aspek finansial, rencana usaha jamur tiram putih CV. Megah Makmur Sentosa melalui pembangunan kumbung baru layak dijalankan. Perhitungan kriteria kelayakan menunjukkan NPV yang dihasilkan sebesar Rp 170.590.527,00. IRR sebesar 59,60 persen. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 2,49, dan pengembalian investasi selama 4,44 tahun. Rencana pembangunan kumbung baru oleh CV.Megah Makmur Sentosa menunjukkan informasi bahwa batas maksimum penurunan jumlah output pada jamur tiram putih, baglog dan bibit jamur adalah sebesar 15,85 persen. Sedangkan batas maksimal kenaikan biaya gas LPG adalah sebesar 589,66 persen. Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual output jamur tiram putih adalah 18,28 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha jamur tiram putih peka terhadap perubahan jumlah output (jamur tiram, baglog dan bibit) dan perubahan harga output jamur tiram putih, namun tidak peka terhadap perubahan biaya variabel gas LPG. Nilai tambah yang dihasilkan pada produk jamur crispy dan nugget jamur adalah Rp 25.544,07 dan Rp 54.295,00. Hal ini menunjukkan bahwa produk nugget jamur memberikan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan jamur crispy. Pendistribusian nilai marjin terbesar pada keuntungan yang diterima perusahaan dibandingkan pendapatan tenaga kerja menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy dan nugget jamur merupakan kegiatan padat modal. Saran Berdasarkan hasil dari analisis penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat di jadikan rekomendasi bagi pelaku usaha, antara lain : 1. Bagi petani jamur tiram sebaiknya lebih memperhatikan penurunan output produksi (jamur tiram, baglog, dan bibit). Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan mengurangi besarnya kontaminan melalui perbaikan proses sterilisasi, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan khusus
90
2.
3.
pekerja di bagian pembibitan dan inokulasi serta menjaga kebersihan kumbung. Risiko harga output jamur tiram putih segar yang turun dapat diatasi dengan membuat jadwal produksi yang disesuaikan terhadap pemenuhan permintaan pasar yang akan dilayani. Apabila terjadi perubahan biaya gas oleh pemerintah, sebaiknya petani jamur tiram mencari bahan bakar alternatif lain yang lebih efisien dalam biaya. Bagi perusahaan sebaiknya melakukan kontrak kerjasama dengan mitra yaitu perusahaan jamur lain dalam supply bibit dan baglog. Hal ini bertujuan agar perusahaan dapat memaksimalisasi produksi bibit dan baglog sesuai jangka waktu dalam memenuhi kebutuhan masing-masing mitra. Bagi Home industry usaha pengolahan jamur tiram putih sebaiknya lebih memfokuskan untuk memproduksi olahan nugget jamur karena memiliki nilai tambah yang lebih besar yakni 64,35 persen dengan tingkat keuntungan sebesar 77,76 persen. Selain itu, home industry pengolahan jamur tiram putih sebaiknya mengusahakan peningkatan upah dan tunjangan yang lebih baik, karena imbalan tenaga kerja langsung yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Peningkatan upah dan tunjangan yang lebih baik ini diharapkan dapat memberikan insentif kepada tenaga kerja langsung dalam melakukan proses produksi secara maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
[Departemen Koperasi]. 2012. Perkembangan jumlah Pelaku Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2009-2010. Bekasi (ID): Departemen Koperasi [Departemen Koperasi]. 2012. UKM di Indonesia berkontribusi dalam menghasilkan PDB Nasional [internet]. [diunduh 2012 Okt 11]. Jakarta (ID). Departemen Koperasi: Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=487:bps-tambah-survei-ukm-mulai-2011&catid=50:bindberita&itemid=97. [Departemen Koperasi]. 2012. Proporsi Kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap PDB Nasional 2009-2010. [Diunduh 2012 Okt 11]. Jakarta (ID): Departemen Koperasi: Tersedia pada: http://www.depkop.go.id// Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Bekasi. 2012. [internet].[Diunduh 2012 Des 12]. Tersedia pada: http://penanamanmodalbekasikab.info/index.php?mod=konten&submenu _id=7 [Dinas Pertanian]. 2012. Produksi Sayuran Komoditi Jamur Tahun 2007-2011 Menurut Kabupaten dan Kota Di Jawa Barat. Bekasi (ID). Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat. [Dinas Pertanian]. 2012. Produksi Jamur Tahun 2007-2012 di Bekasi.Bekasi (ID): Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bekasi.
91
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). c2007. Statistik Penduduk yang Bekerja di Sektor Perdagangan dan Restaurant di Bekasi Tahun 2006-2007. Bekasi (ID): BPS. Achyadi, NS dan Afiana, H. 2004. Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengisi dan Konsentrasi SukrosaTerhadap Karakteristik Fruit Leather Cempedak (Actocarpus champedenlour). Bandung (ID): Fakultas Teknik Universitas Pasundan. Djarijah, NM dan Djarijah. 2001. Budidaya Agrika, Volume 4 No.1, November 2010. Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): Penerbit Universitas Indonesia Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi ke-2. Jakarta (ID): Prenada Media group. Martawijaya E, Nurjayadi M. 2010. Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri. Bogor (ID): IPB Press Munawar A. 2010. Analisis Nilai Tambah dan Pemasaran Kayu Sengon Gergajian (Studi kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nur L. 2012. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Kasus PD Cahya Mandiri Mushroom di Desa Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor. Nurjayadi dan Martawijaya. 2010. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur Dengan Bahan Makanan Lain. Jakarta (ID): PT. Agro Media Pustaka. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Oom R. 2010. Analisis kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor [SKRIPSI]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pasaribu T, Permana D, Alda E. 2002. Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar. Jakarta (ID): PT Grasindo. Putri SN. 2010. Analisis Kelayakan Usahatani Jamur Tiram Putih dengan Sistem Kemitraa (Studi kasus: D’Lup Farm, Desa Sudajaya, Girang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat) [SKRIPSI]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Rahmat S dan Nurhidayat. 2011. Untung Besar dari Bisnis Jamur Tiram. Jakarta (ID): PT. AgroMedia Pustaka Redaksi Trubus. 2001. Pengalaman pakar & Praktisi Budi Daya Jamur. Jakarta(ID): Penebar Swadaya. Rifai M. 1989. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta (ID): PT. Cipta Adi Pustaka. Soeharjo A. 1991. Profil Agroindustri. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Sudiyono A. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang.
92 Suharyanto E. 2010. Bertanam Jamur Tiram di Lahan Sempit. Jakarta (ID): PT AgroMedia Pustaka. Suriawiria U. 2010. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Tim Redaksi Agromedia. 2005. Budidaya Jamur Konsumsi (Shintake, Kuping, Tiram, Lingzhi, Merang) Cetakan kelima. Jakarta (ID): Penerbit Agro Media Pustaka. Umar H. 2000. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Widiastuti B. 2005. Budidaya Jamur Kompos. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Wijoyo. 2011. Cara Budi Daya Jamur Tiram Yang Menguntungkan. Jakarta (ID): Pustaka Agro Indonesia
Lampiran 1 Produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa pada tahun 2012 Bulan Hari kePanen (Kg)
1 40
2 33
3 34.75
4 29.5
5 28.5
6 21.4
7 27.5
8 24
9 28.4
10 18.5
11 29.5
12 30.8
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 40
2 33
3 37
4 32
5 22
6 29
7 27
8 34
9 18
10 32
11 28
12 34
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 19
2 15
3 16.3
4 21
5 14
6 23
7 20
8 24.3
9 21
10 28.8
11 31
12 33
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 22.3
2 20
3 21
4 33.5
5 41
6 38.5
7 42
8 39.5
9 34
10 26.5
11 27
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 22.5
2 18.5
3 16.5
4 18.5
5 20.5
6 24.5
7 27
8 45
9 38
10 37
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 44.5
2 50
3 47
4 55
5 47
6 37
7 43
8 58.5
9 51.5
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 21
2 19.5
3 32
4 28
5 40
6 46
7 45
8 29
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 22
2 24.5
3 28.3
4 32.3
5 37
6 41
7 37
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 21
2 18.5
3 27.5
4 35
5 39
6 40
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 37
2 35
3 30
4 32
5 38.75
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 17
2 18
3 17.5
4 20
Bulan Hari kePanen (Kg)
1 27.5
2 18.5
3 22.5
4 30.5
13 28.8
JANUARI 14 15 30.5 29.3
16 27
17 32.5
18 21
19 25
20 13
21 7.5
22 13.5
23 18.3
24 29.5
25 31
26 17.5
27 19
28 14
29 16
15 30.5
16 21
17 24.3
18 12
19 11
20 9
21 6
22 15
23 17
24 21.3
25 29
26 19
27 15.5
28 13
29 18
13 30.5
MARET 14 15 36 22
16 20
17 18.5
18 17
19 19
20 20.3
21 22
22 21
23 20.5
24 22.5
25 28
26 34
27 31.3
28 28
12 24.5
13 26
APRIL 14 15 29 25.5
16 19
17 20.5
18 26
19 27
20 27.5
21 29
22 31.3
23 24.75
24 29
25 23
26 24
27 21.5
11 34.5
12 31
13 31
14 49
15 69
16 64
17 41
18 35
19 34.5
20 38
21 43
22 52.5
23 56
24 55
25 60
26 61
10 52
11 43
12 38
13 36
JUNI 14 37
15 35
16 39
17 41
18 47
19 53
20 63.5
21 51
22 46.0
23 48
24 35
25 39.5
9 34.5
10 41.5
11 42.5
12 36
13 46
14 36
JULI 15 42
16 33.5
17 35.5
18 36
19 30.5
20 26
21 34
22 28.5
23 32
24 22
8 28
9 21
10 18
11 18
12 21.3
13 28
AGUSTUS 14 15 20 15
16 12
17 15
18 26.3
19 24
20 24.5
21 26
22 15
23 22.3
7 33.5
8 37
9 42
10 49
11 44.3
12 45.5
13 39.5
SEPTEMBER 14 15 16 48.5 43.5 38.5
17 37
18 37
19 45
20 44
21 43
22 38
6 35
7 28
8 27
9 23.5
10 35
11 37
12 48
13 35.5
16 34.5
17 36
18 25
19 22
20 26.5
21 21.5
5 15
6 20
7 19.5
8 25
9 23
10 26
11 30
12 32.5
13 35
NOVEMBER 14 15 32.5 25
16 20
17 17.5
18 14.5
19 18
20 20.3
5 42.3
6 35
7 40
8 34.5
9 32.5
10 25.5
11 28
12 25.8
13 28.5
DESEMBER 14 15 28.5 27
16 18
17 20
18 27
19 26
20 26
FEBRUARI 13 14 29 21
30 11.25
31 12
29 31
30 23.5
31 32
28 27
29 30
30 36.5
27 62.5
28 61.5
29 72
30 60.5
26 35.5
27 45
28 30
29 30
30 23
25 23
26 25
27 28.5
28 27
29 22
30 21
31 22
24 28
25 32
26 15.5
27 18
28 13
29 12.5
30 11.5
31 10
23 30
24 28
25 27
26 30.5
27 28.5
28 33
29 39.5
30 33
22 27
23 27
24 24
25 24.5
26 50
27 48
28 55
29 33.5
30 49.5
21 20
22 20.5
23 23
24 20.8
25 29
26 33
27 32.3
28 29.2
29 30.2
30 24.7
21 25
22 33
23 24.5
24 26
25 22
26 28
27 24
28 26
29 31.2
30 31
MEI
OKTOBER 14 15 40 36.5
31 51
31 22.5
31 27.5
Lampiran 2 Resume produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa pada tahun 2012 Bulan Produksi Total Produksi Periode I Total Produksi Periode II Total Produksi/Tahun Rata-rata/Bulan Rata-rata/Hari Rata-Rata Periode I Rata-Rata Periode II Rata-Rata/Tahun
1 742.5 5638.9 5393.9 11032.8 23.952 30.15367 939.81 898.98 919.40
2 676.0
3 743.5
4 846.4
5 1,330
6 1300.5
7 985.5
8 697.0
9 1095.8
10 1044.8
11 709.0
12 861.8
23.307
23.984
28.212
42.903
43.550
31.790
22.484
36.527
33.702
23.633
27.8
Lampiran 3 Hasil produksi jamur tiram segar CV. Megah Makmur Sentosa pada tahun 2012 1,400
1,330 1,301
1,200 1,096 1,000
986
1,045 862
846
800
743
744
676
600
709
697
Produksi
400 200
Bulan 00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Lampiran 4 Layout lokasi usaha
10,5 m
15 m 0,7 m 0,8 m 3,3 m 8m
0,7 m 0,8 m 3,3 m 8m
8m
1,4 m
8m
Layout kumbung khusus penjualan log (8x10,5 meter)
24 m
Layout kumbung 30.000 log (24x15 meter)
Layout bangunan produksi (28x4 meter) Jalan
Keterangan : : Rak Penyimpanan Baglog : Ruang Pembibitan : Ruang Inokulasi : Ruang Perebusan : Ruang Pengadukan I : Ruang Pengadukan II : Ruang Pengadukan III : Ruang Penyimpanan Bahan Baku
3x4 meter 3x4 meter 3x4 meter 3x3 meter 3x3 meter 3x3 meter 3x4 meter Layout saung karyawan (5x5 meter)
Lampiran 5 Siklus produksi jamur tiram putih CV.Megah Makmur Sentosa URAIAN
Persiapan bangunan kumbung Pembuatan bibit : Persiapan bahan baku untuk media F2 Pengomposan Pengadukan + Sterilisasi Diangkat + Didiamkan Inokulasi Inkubasi F2 Pembuatan baglog : Persiapan bahan baku Pengomposan Pengadukan + didiamkan Pembungkusan Sterilisasi + didiamkan Inokulasi Pemasukan baglog tahap 1 Inkubasi baglog tahap 1 Pembukaan penutup baglog tahap 1 Panen tahap 1 Pemasukan baglog tahap 2 Inkubasi baglog tahap 2 Pembukaan penutup baglog tahap 2 Panen tahap 2 Pemasukan baglog tahap 3 Inkubasi baglog tahap 3 Pembukaan penutup baglog tahap 3 Panen tahap 3 Pasca panen + penjualan Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 1) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 2) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 3)
Jumlah Hari
Bulan 1 1 2 3
4
Bulan 2 1 2 3
4
Bulan 3 1 2 3
4
Bulan 4 1 2 3
60 hari 1/2 hari 1/2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 3 minggu, 3 hari 1hari 3 hari 2 hari 1 hari 2 hari 1 hari 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 7 bulan 1 minggu 1 minggu 1 minggu
Keterangan :
: : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Persiapan pembangunan kumbung Persiapan bahan baku untuk media F2 Pengomposan bibit F2 Pengadukan + Sterilisasi bibit F2 Proses pengangkatan dan didiamkan untuk bibit tahap F2 Inokulasi F1 untuk bibit F2 Inkubasi F2 Persiapan bahan baku loging Pengomposan baglog Proses pengadukan dan didiamkan untuk baglog Pembungkusan baglog proses sterilisasi dan didiamkan untuk baglog Inokulasi baglog Pemasukan baglog ke kumbung Inkubasi baglog Pembukaan penutup baglog Panen Pasca panen dan penjualan jamur tiram putih Pengeluaran baglog dan sterilisasi baglog
4
Bulan 5 1 2 3
4
Siklus Produksi Tahun Pertama Bulan 6 Bulan 7 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Bulan 8 2 3
4
1
Bulan 9 2 3
4
1
Bulan 10 2 3
4
1
Bulan 11 2 3
4
1
Bulan 12 2 3
4
URAIAN
Persiapan bangunan kumbung Pembuatan bibit : Persiapan bahan baku untuk media F2 Pengomposan Pengadukan + Sterilisasi Diangkat + Didiamkan Inokulasi Inkubasi F2 Pembuatan baglog : Persiapan bahan baku Pengomposan Pengadukan + didiamkan Pembungkusan Sterilisasi + didiamkan Inokulasi Pemasukan baglog tahap 1 Inkubasi baglog tahap 1 Pembukaan penutup baglog tahap 1 Panen tahap 1 Pemasukan baglog tahap 2 Inkubasi baglog tahap 2 Pembukaan penutup baglog tahap 2 Panen tahap 2 Pemasukan baglog tahap 3 Inkubasi baglog tahap 3 Pembukaan penutup baglog tahap 3 Panen tahap 3 Pasca panen + penjualan Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 1) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 2) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 3)
Jumlah Hari
Bulan 1 1 2 3
4
Bulan 2 1 2 3
4
Bulan 3 1 2 3
60 hari 1/2 hari 1/2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 3 minggu, 3 hari 1hari 3 hari 2 hari 1 hari 2 hari 1 hari 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 5 bulan 1 minggu 1 minggu 1 minggu
Keterangan :
: : : : : :
Pemasukan baglog ke kumbung Inkubasi baglog Pembukaan penutup baglog Panen Pasca panen dan penjualan jamur tiram putih Pengeluaran baglog dan sterilisasi baglog
4
Bulan 4 1 2 3
4
Bulan 5 1 2 3
4
Siklus produksi Tahun ke 2 Bulan 6 Bulan 7 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Bulan 8 2 3
4
1
Bulan 9 2 3
4
1
Bulan 10 2 3
4
1
Bulan 11 2 3
4
1
Bulan 12 2 3
4
URAIAN
Persiapan bangunan kumbung Pembuatan bibit : Persiapan bahan baku untuk media F2 Pengomposan Pengadukan + Sterilisasi Diangkat + Didiamkan Inokulasi Inkubasi F2 Pembuatan baglog : Persiapan bahan baku Pengomposan Pengadukan + didiamkan Pembungkusan Sterilisasi + didiamkan Inokulasi Pemasukan baglog tahap 1 Inkubasi baglog tahap 1 Pembukaan penutup baglog tahap 1 Panen tahap 1 Pemasukan baglog tahap 2 Inkubasi baglog tahap 2 Pembukaan penutup baglog tahap 2 Panen tahap 2 Pemasukan baglog tahap 3 Inkubasi baglog tahap 3 Pembukaan penutup baglog tahap 3 Panen tahap 3 Pasca panen + penjualan Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 1) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 2) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 3)
Jumlah Hari
Bulan 1 1 2 3
4
Bulan 2 1 2 3
4
Bulan 3 1 2 3
60 hari 1/2 hari 1/2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 3 minggu, 3 hari 1hari 3 hari 2 hari 1 hari 2 hari 1 hari 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 5 bulan 1 minggu 1 minggu 1 minggu
Keterangan :
: : : : : :
Pemasukan baglog ke kumbung Inkubasi baglog Pembukaan penutup baglog Panen Pasca panen dan penjualan jamur tiram putih Pengeluaran baglog dan sterilisasi baglog
4
Bulan 4 1 2 3
4
Bulan 5 1 2 3
4
Siklus produksi Tahun ke 3 Bulan 6 Bulan 7 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Bulan 8 2 3
4
1
Bulan 9 2 3
4
1
Bulan 10 2 3
4
1
Bulan 11 2 3
4
1
Bulan 12 2 3
4
URAIAN
Persiapan bangunan kumbung Pembuatan bibit : Persiapan bahan baku untuk media F2 Pengomposan Pengadukan + Sterilisasi Diangkat + Didiamkan Inokulasi Inkubasi F2 Pembuatan baglog : Persiapan bahan baku Pengomposan Pengadukan + didiamkan Pembungkusan Sterilisasi + didiamkan Inokulasi Pemasukan baglog tahap 1 Inkubasi baglog tahap 1 Pembukaan penutup baglog tahap 1 Panen tahap 1 Pemasukan baglog tahap 2 Inkubasi baglog tahap 2 Pembukaan penutup baglog tahap 2 Panen tahap 2 Pemasukan baglog tahap 3 Inkubasi baglog tahap 3 Pembukaan penutup baglog tahap 3 Panen tahap 3 Pasca panen + penjualan Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 1) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 2) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 3)
Jumlah Hari
Bulan 1 1 2 3
4
Bulan 2 1 2 3
4
Bulan 3 1 2 3
60 hari 1/2 hari 1/2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 3 minggu, 3 hari 1hari 3 hari 2 hari 1 hari 2 hari 1 hari 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 5 bulan 1 minggu 1 minggu 1 minggu
Keterangan :
: : : : : :
Pemasukan baglog ke kumbung Inkubasi baglog Pembukaan penutup baglog Panen Pasca panen dan penjualan jamur tiram putih Pengeluaran baglog dan sterilisasi baglog
4
Bulan 4 1 2 3
4
Bulan 5 1 2 3
4
Siklus produksi Tahun ke 4 Bulan 6 Bulan 7 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Bulan 8 2 3
4
1
Bulan 9 2 3
4
1
Bulan 10 2 3
4
1
Bulan 11 2 3
4
1
Bulan 12 2 3
4
URAIAN
Persiapan bangunan kumbung Pembuatan bibit : Persiapan bahan baku untuk media F2 Pengomposan Pengadukan + Sterilisasi Diangkat + Didiamkan Inokulasi Inkubasi F2 Pembuatan baglog : Persiapan bahan baku Pengomposan Pengadukan + didiamkan Pembungkusan Sterilisasi + didiamkan Inokulasi Pemasukan baglog tahap 1 Inkubasi baglog tahap 1 Pembukaan penutup baglog tahap 1 Panen tahap 1 Pemasukan baglog tahap 2 Inkubasi baglog tahap 2 Pembukaan penutup baglog tahap 2 Panen tahap 2 Pemasukan baglog tahap 3 Inkubasi baglog tahap 3 Pembukaan penutup baglog tahap 3 Panen tahap 3 Pasca panen + penjualan Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 1) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 2) Pengeluaran baglog + sterilisasi (tahap 3)
Jumlah Hari
Bulan 1 1 2 3
4
Bulan 2 1 2 3
4
Bulan 3 1 2 3
60 hari 1/2 hari 1/2 hari 1 hari 1 hari 1 hari 3 minggu, 3 hari 1hari 3 hari 2 hari 1 hari 2 hari 1 hari 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 31,25 hari 70 hari 15-20 hari 3 bulan 5 bulan 1 minggu 1 minggu 1 minggu
Keterangan :
: : : : : :
Pemasukan baglog ke kumbung Inkubasi baglog Pembukaan penutup baglog Panen Pasca panen dan penjualan jamur tiram putih Pengeluaran baglog dan sterilisasi baglog
4
Bulan 4 1 2 3
4
Bulan 5 1 2 3
4
Siklus produksi Tahun ke 5 Bulan 6 Bulan 7 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Bulan 8 2 3
4
1
Bulan 9 2 3
4
1
Bulan 10 2 3
4
1
Bulan 11 2 3
4
1
Bulan 12 2 3
4
Lampiran 6 Produksi jamur menurut kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2007-2012a No.
Kabupaten/Kota
1 Bogor 2 Sukabumi 3 Cianjur 4 Bandung 5 Garut 6 Tasikmalaya 7 Ciamis 8 Kuningan 9 Cirebon 10 Majalengka 11 Sumedang 12 Indramayu 13 Subang 14 Purwakarta 15 Karawang 16 Bekasi 17 Bandung Barat 18 Kota Bogor 19 Kota Sukabumi 20 Kota Bandung 21 Kota Cirebon 22 Kota Bekasi 23 Kota Depok 24 Kota Cimahi 25 Kota Tasikmalaya 26 Kota Banjar Jumlah
2007 4,410 467 111,835 30,604 275 638 133 25 6,852 2,914 2,719 99 46,145 25,157 17,383 543 1,426 4,171 255,796
2008 638,969 1,566 24,143 54,535 18,586 2,122 3,823 7,145 133 12,527 27,775 348,100 372 3,811,559 35,239 390,401 2,171 110 46 40 35,056 1,675 5,416,093
Tahunb 2009 26,167 645 3,022,531 105,174 45,753 2,242 354 23,357 623 11,003 63,957 57,657 679,911 17 1,851,128 161,620 1,004,884 110,267 60 1,909 2,073 104,399 31,015 7,306,746
2010 696,483 473,787 905,145 276,471 10,800 9,886 40,089 66,820 80,413 62,641 11,371 57,413 4,663,867 75,388 7,304,916 122,624 4,418,284 24,975 17,340 306 112,750 153,401 37,996 19,623,166
a
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2012.
b
Satuan dalam Kilogram.
2011 2,724,851 620,755 967,527 120,007 95,820 44,605 14,138 119,712 52,942 20,300 82,169 127,160 2,269,471 8,435 18,377,013 91,365 7,860,090 16,975 14,310 500 6,750 118,800 59,151 33,756 33,846,602
Lampiran 7 Laba rugi usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa No. A
B 1. 2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
1.
6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13. C D E
Uraian PENERIMAAN 1. Penjualan jamur tiram putih 2. Penjualan baglog 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 TOTAL PENERIMAAN BIAYA OPERASIONAL BIAYA TETAP Biaya Sewa Gaji: Gaji Kepala Bagian Gaji TK Bibit Gaji TK Kumbung Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan Gaji staff logistik Uang makan kepala bagian Uang makan karyawan Biaya Komunikasi Biaya Listrik Biaya pemeliharaan : Pembelian oli (untuk kumbung) Pembelian oli (untuk service motor) Pembelian oli (untuk service mobil) Biaya kebersihan Peralatan Produksi: Masker Saringan plastik Saringan alumunium Gunting Cutter Sapu lidi Sapu Ijuk Biaya Penyusutan TOTAL BIAYA TETAP BIAYA VARIABEL Bahan Baku Loging: Serbuk gergaji Bekatul Kapur (CaCO3) Gypsum Pupuk NPK Tetes tebu Bibit F2 Plastik Log Plastik kemas Gas LPG Upah tenaga kerja inokulasi Upah tenaga kerja pengemasan Upah tenaga kerja bongkar-pasang Bahan Baku bibit F2: Serbuk gergaji Jagung menir Kapur (CaCO3) Bekatul Bibit F1 Botol bibit Alkohol Spirtus Biaya transportasi TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL BIAYA OPERASIONAL LABA SEBELUM BUNGA DAN PAJAK PAJAK 25% LABA BERSIH
1
2
Tahun 3
4
5
121,086,933 13,238,250 26,476,000 160,801,183
242,173,866 15,885,900 31,772,000 289,831,766
242,173,866 15,885,900 31,772,000 289,831,766
242,173,866 15,885,900 31,772,000 289,831,766
242,173,866 15,885,900 31,772,000 289,831,766
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
14,000,000 7,300,000 23,400,000 3,000,000 3,500,000 2,600,000 11,200,000 440,000 150,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
300,000 0 1,200,000 240,000
360,000 0 1,440,000 288,000
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 25,890,302 96,498,502
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 25,890,302 109,964,502
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 25,890,302 110,324,502
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 25,890,302 110,324,502
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 25,890,302 110,324,502
3,900,000 7,800,000 260,000 455,000 195,000 650,000 11,096,000 4,784,000 1,863,000 4,160,000 3,329,040 3,329,040 2,496,780
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
660,000 308,000 13,200 66,000 7,475,000 1,083,950 286,000 462,000 4,455,000 59,127,010 155,625,512 5,175,671 1,293,918 3,881,753
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 207,452,202 82,379,564 20,594,891 61,784,673
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 207,812,202 82,019,564 20,504,891 61,514,673
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 207,812,202 82,019,564 20,504,891 61,514,673
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 207,812,202 82,019,564 20,504,891 61,514,673
Lampiran 8 Cashflow usaha jamur tiram putih pada CV. Megah Makmur Sentosa No. A
B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
1. 2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
1.
6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13.
Uraian INFLOW 1. Penjualan jamur tiram putih 2. Penjualan baglog 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 4. Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Bangunan Kumbung (24x15 m) Bangunan kumbung (8x10,5 m) Tempat produksi Saung Karyawan Sewa dibayar dimuka Boiler Troli Sekop Semawar Botol bibit Ember Mesin pengkabutan Sumur pompa Pantek Sumur pompa Instalasi listrik Bunsen Penggiling jagung Spatula Selang gas Selang air Timbangan besar Timbangan kecil Laptop Printer Mobil pickup Motor Meja Kursi TOTAL BIAYA INVESTASI 2. BIAYA TETAP Biaya Sewa Gaji: Gaji Kepala Bagian Gaji TK Bibit Gaji TK Kumbung Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan Gaji staff logistik Uang makan kepala bagian Uang makan karyawan Biaya Komunikasi Biaya Listrik Biaya pemeliharaan : Pembelian oli (untuk kumbung) Pembelian oli (untuk service motor) Pembelian oli (untuk service mobil) Biaya kebersihan Peralatan Produksi: Masker Saringan plastik Saringan alumunium Gunting Cutter Sapu lidi Sapu Ijuk TOTAL BIAYA TETAP 3. BIAYA VARIABEL Bahan Baku Loging: Serbuk gergaji Bekatul Kapur (CaCO3) Gypsum Pupuk NPK Tetes tebu Bibit F2 Plastik Log Plastik kemas Gas LPG Upah tenaga kerja inokulasi Upah tenaga kerja pengemasan Upah tenaga kerja bongkar-pasang Bahan Baku bibit F2: Serbuk gergaji Jagung menir Kapur (CaCO3) Bekatul Bibit F1 Botol bibit Alkohol Spirtus Biaya transportasi TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL OUTFLOW net benefit Pajak 25% net benefit setelah pajak discount factor 5% PV/Tahun PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C DPP (tahun)
1
Tahun 3
2
4
121,086,933 13,238,250 26,476,000
242,173,866 15,885,900 31,772,000
242,173,866 15,885,900 31,772,000
242,173,866 15,885,900 31,772,000
160,801,183
289,831,766
289,831,766
289,831,766
36,259,500 10,193,500 12,354,500 6,730,000 15,000,000 3,800,000 350,000 75,000 170,000 1,400,000 68,000 1,910,000 1,160,000 1,600,000 1,000,000 30,000 120,000 24,000 40,000 200,000 500,000 150,000 5,850,000 395,000 38,000,000 11,550,000 269,990 329,990 149,529,480
5 242,173,866 15,885,900 31,772,000 8,946,330 298,778,096
3,800,000
0
75,000 170,000 1,400,000 68,000
75,000 170,000 1,400,000 68,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
5,850,000 395,000
5,850,000 395,000
269,990 329,990 8,971,980
3,800,000
269,990 329,990 8,971,980
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
14,000,000 7,300,000 23,400,000 3,000,000 3,500,000 2,600,000 11,200,000 440,000 150,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
300,000 0 1,200,000 240,000
360,000 0 1,440,000 288,000
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 70,608,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,074,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
3,900,000 7,800,000 260,000 455,000 195,000 650,000 11,096,000 4,784,000 1,863,000 4,160,000 3,329,040 3,329,040 2,496,780
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
660,000 308,000 13,200 66,000 7,475,000 1,083,950 286,000 462,000 4,455,000 59,127,010 279,264,690 (118,463,507) 1,293,918 (119,757,425) 0.952 (114,009,069) 284,599,595 (114,009,069) 170,590,527 59.60% 2.496 4.44
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 181,561,900 108,269,866 20,594,891 87,674,975 0.907 79,521,202
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 190,893,880 98,937,886 20,504,891 78,432,995 0.864 67,766,108
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 185,721,900 104,109,866 20,504,891 83,604,975 0.823 68,806,894
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 190,893,880 107,884,216 20,504,891 87,379,325 0.784 68,505,391
Lampiran 9 Analisis switching value (penurunan jumlah output (jamur tiram, baglog, dan bibit) sebesar 15,84653094%) No. A
B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
1. 2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
1.
6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13.
Uraian INFLOW 1. Penjualan jamur tiram putih 2. Penjualan baglog 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 4. Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Bangunan Kumbung (24x15 m) Bangunan kumbung (8x10,5 m) Tempat produksi Saung Karyawan Sewa dibayar dimuka Boiler Troli Sekop Semawar Botol bibit Ember Mesin pengkabutan Sumur pompa Pantek Sumur pompa Instalasi listrik Bunsen Penggiling jagung Spatula Selang gas Selang air Timbangan besar Timbangan kecil Laptop Printer Mobil pickup Motor Meja Kursi TOTAL BIAYA INVESTASI 2. BIAYA TETAP Biaya Sewa Gaji: Gaji Kepala Bagian Gaji TK Bibit Gaji TK Kumbung Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan Gaji staff logistik Uang makan kepala bagian Uang makan karyawan Biaya Komunikasi Biaya Listrik Biaya pemeliharaan : Pembelian oli (untuk kumbung) Pembelian oli (untuk service motor) Pembelian oli (untuk service mobil) Biaya kebersihan Peralatan Produksi: Masker Saringan plastik Saringan alumunium Gunting Cutter Sapu lidi Sapu Ijuk TOTAL BIAYA TETAP 3. BIAYA VARIABEL Bahan Baku Loging: Serbuk gergaji Bekatul Kapur (CaCO3) Gypsum Pupuk NPK Tetes tebu Bibit F2 Plastik Log Plastik kemas Gas LPG Upah tenaga kerja inokulasi Upah tenaga kerja pengemasan Upah tenaga kerja bongkar-pasang Bahan Baku bibit F2: Serbuk gergaji Jagung menir Kapur (CaCO3) Bekatul Bibit F1 Botol bibit Alkohol Spirtus Biaya transportasi TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL OUTFLOW net benefit Pajak 25% net benefit setelah pajak discount factor 5% PV/Tahun PV positif PV negatif PV comulativ NPV IRR Net B/C DPP (tahun)
1
Tahun 3
2
4
101,898,855 11,728,048 23,454,582
203,797,709 14,072,792 28,145,583
203,797,709 14,072,792 28,145,583
203,797,709 14,072,792 28,145,583
137,081,485
246,016,084
246,016,084
246,016,084
36,259,500 10,193,500 12,354,500 6,730,000 15,000,000 3,800,000 350,000 75,000 170,000 1,400,000 68,000 1,910,000 1,160,000 1,600,000 1,000,000 30,000 120,000 24,000 40,000 200,000 500,000 150,000 5,850,000 395,000 38,000,000 11,550,000 269,990 329,990 149,529,480
5 203,797,709 14,072,792 28,145,583 8,946,330 254,962,414
3,800,000
0
75,000 170,000 1,400,000 68,000
75,000 170,000 1,400,000 68,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
5,850,000 395,000
5,850,000 395,000
269,990 329,990 8,971,980
3,800,000
269,990 329,990 8,971,980
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
14,000,000 7,300,000 23,400,000 3,000,000 3,500,000 2,600,000 11,200,000 440,000 150,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
300,000 0 1,200,000 240,000
360,000 0 1,440,000 288,000
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 70,608,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,074,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
3,900,000 7,800,000 260,000 455,000 195,000 650,000 11,096,000 4,784,000 1,863,000 4,160,000 3,329,040 3,329,040 2,496,780
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
660,000 308,000 13,200 66,000 7,475,000 1,083,950 286,000 462,000 4,455,000 59,127,010 279,264,690 (142,183,205) 1,293,918 (143,477,123) 0.952 (136,590,221) 136,590,222 (136,590,221) (136,590,221) 0.091 5.0% 1.000 5.00
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 181,561,900 64,454,184 20,594,891 43,859,293 0.907 39,780,379
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 190,893,880 55,122,204 20,504,891 34,617,313 0.864 29,909,358
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 185,721,900 60,294,184 20,504,891 39,789,293 0.823 32,746,588
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 190,893,880 64,068,534 20,504,891 43,563,643 0.784 34,153,896
(96,809,843)
(66,900,484)
(34,153,896)
0
Lampiran 10 Analisis switching value (penurunan harga output jamur sebesar 18,27746345%) No. A
B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
1. 2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
1.
6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13.
Uraian INFLOW 1. Penjualan jamur tiram putih 2. Penjualan baglog 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 4. Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Bangunan Kumbung (24x15 m) Bangunan kumbung (8x10,5 m) Tempat produksi Saung Karyawan Sewa dibayar dimuka Boiler Troli Sekop Semawar Botol bibit Ember Mesin pengkabutan Sumur pompa Pantek Sumur pompa Instalasi listrik Bunsen Penggiling jagung Spatula Selang gas Selang air Timbangan besar Timbangan kecil Laptop Printer Mobil pickup Motor Meja Kursi TOTAL BIAYA INVESTASI 2. BIAYA TETAP Biaya Sewa Gaji: Gaji Kepala Bagian Gaji TK Bibit Gaji TK Kumbung Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan Gaji staff logistik Uang makan kepala bagian Uang makan karyawan Biaya Komunikasi Biaya Listrik Biaya pemeliharaan : Pembelian oli (untuk kumbung) Pembelian oli (untuk service motor) Pembelian oli (untuk service mobil) Biaya kebersihan Peralatan Produksi: Masker Saringan plastik Saringan alumunium Gunting Cutter Sapu lidi Sapu Ijuk TOTAL BIAYA TETAP 3. BIAYA VARIABEL Bahan Baku Loging: Serbuk gergaji Bekatul Kapur (CaCO3) Gypsum Pupuk NPK Tetes tebu Bibit F2 Plastik Log Plastik kemas Gas LPG Upah tenaga kerja inokulasi Upah tenaga kerja pengemasan Upah tenaga kerja bongkar-pasang Bahan Baku bibit F2: Serbuk gergaji Jagung menir Kapur (CaCO3) Bekatul Bibit F1 Botol bibit Alkohol Spirtus Biaya transportasi TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL OUTFLOW net benefit Pajak 25% net benefit setelah pajak discount factor 5% PV/Tahun PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C DPP (tahun)
1
Tahun 3
2
4
98,955,313 13,238,250 26,476,000
197,910,626 15,885,900 31,772,000
197,910,626 15,885,900 31,772,000
197,910,626 15,885,900 31,772,000
138,669,563
245,568,526
245,568,526
245,568,526
36,259,500 10,193,500 12,354,500 6,730,000 15,000,000 3,800,000 350,000 75,000 170,000 1,400,000 68,000 1,910,000 1,160,000 1,600,000 1,000,000 30,000 120,000 24,000 40,000 200,000 500,000 150,000 5,850,000 395,000 38,000,000 11,550,000 269,990 329,990 149,529,480
5 197,910,626 15,885,900 31,772,000 8,946,330 254,514,856
3,800,000
0
75,000 170,000 1,400,000 68,000
75,000 170,000 1,400,000 68,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
5,850,000 395,000
5,850,000 395,000
269,990 329,990 8,971,980
3,800,000
269,990 329,990 8,971,980
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
14,000,000 7,300,000 23,400,000 3,000,000 3,500,000 2,600,000 11,200,000 440,000 150,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
300,000 0 1,200,000 240,000
360,000 0 1,440,000 288,000
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 70,608,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,074,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
3,900,000 7,800,000 260,000 455,000 195,000 650,000 11,096,000 4,784,000 1,863,000 4,160,000 3,329,040 3,329,040 2,496,780
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 7,392,000 5,914,800 5,914,800 4,436,100
660,000 308,000 13,200 66,000 7,475,000 1,083,950 286,000 462,000 4,455,000 59,127,010 279,264,690 (140,595,127) 1,293,918 (141,889,045) 0.952 (135,078,371) 135,078,371 (135,078,371) 0.273 5.0% 1.000 5.0
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 181,561,900 64,006,626 20,594,891 43,411,735 0.907 39,374,444
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 190,893,880 54,674,646 20,504,891 34,169,755 0.864 29,522,668
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 185,721,900 59,846,626 20,504,891 39,341,735 0.823 32,378,248
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 97,487,700 190,893,880 63,620,976 20,504,891 43,116,085 0.784 33,803,011
Lampiran 11 Analisis switching value (kenaikan harga gas LPG 589,656418%) No. A
B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
1. 2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
1.
6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13.
Uraian INFLOW 1. Penjualan jamur tiram putih 2. Penjualan baglog 3. Penjualan bibit jamur tipe F2 4. Nilai sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW 1. BIAYA INVESTASI Bangunan Kumbung (24x15 m) Bangunan kumbung (8x10,5 m) Tempat produksi Saung Karyawan Sewa dibayar dimuka Boiler Troli Sekop Semawar Botol bibit Ember Mesin pengkabutan Sumur pompa Pantek Sumur pompa Instalasi listrik Bunsen Penggiling jagung Spatula Selang gas Selang air Timbangan besar Timbangan kecil Laptop Printer Mobil pickup Motor Meja Kursi TOTAL BIAYA INVESTASI 2. BIAYA TETAP Biaya Sewa Gaji: Gaji Kepala Bagian Gaji TK Bibit Gaji TK Kumbung Gaji Staff Pemasaran dan Keuangan Gaji staff logistik Uang makan kepala bagian Uang makan karyawan Biaya Komunikasi Biaya Listrik Biaya pemeliharaan : Pembelian oli (untuk kumbung) Pembelian oli (untuk service motor) Pembelian oli (untuk service mobil) Biaya kebersihan Peralatan Produksi: Masker Saringan plastik Saringan alumunium Gunting Cutter Sapu lidi Sapu Ijuk TOTAL BIAYA TETAP 3. BIAYA VARIABEL Bahan Baku Loging: Serbuk gergaji Bekatul Kapur (CaCO3) Gypsum Pupuk NPK Tetes tebu Bibit F2 Plastik Log Plastik kemas Gas LPG Upah tenaga kerja inokulasi Upah tenaga kerja pengemasan Upah tenaga kerja bongkar-pasang Bahan Baku bibit F2: Serbuk gergaji Jagung menir Kapur (CaCO3) Bekatul Bibit F1 Botol bibit Alkohol Spirtus Biaya transportasi TOTAL BIAYA VARIABEL TOTAL OUTFLOW net benefit Pajak 25% net benefit setelah pajak discount factor 5% PV/Tahun PV positif PV negatif NPV IRR Net B/C DPP (tahun)
1
Tahun 3
2
4
121,086,933 13,238,250 26,476,000
242,173,866 15,885,900 31,772,000
242,173,866 15,885,900 31,772,000
242,173,866 15,885,900 31,772,000
160,801,183
289,831,766
289,831,766
289,831,766
36,259,500 10,193,500 12,354,500 6,730,000 15,000,000 3,800,000 350,000 75,000 170,000 1,400,000 68,000 1,910,000 1,160,000 1,600,000 1,000,000 30,000 120,000 24,000 40,000 200,000 500,000 150,000 5,850,000 395,000 38,000,000 11,550,000 269,990 329,990 149,529,480
5 242,173,866 15,885,900 31,772,000 8,946,330 298,778,096
3,800,000
0
75,000 170,000 1,400,000 68,000
75,000 170,000 1,400,000 68,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
30,000 120,000 24,000 40,000 200,000
5,850,000 395,000
5,850,000 395,000
269,990 329,990 8,971,980
3,800,000
269,990 329,990 8,971,980
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
3,000,000
14,000,000 7,300,000 23,400,000 3,000,000 3,500,000 2,600,000 11,200,000 440,000 150,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
16,800,000 8,760,000 28,080,000 3,600,000 4,200,000 3,120,000 13,440,000 528,000 180,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
360,000 360,000 1,440,000 288,000
300,000 0 1,200,000 240,000
360,000 0 1,440,000 288,000
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 70,608,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,074,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
100,000 7,000 50,000 28,000 15,200 24,000 54,000 84,434,200
3,900,000 7,800,000 260,000 455,000 195,000 650,000 11,096,000 4,784,000 1,863,000 28,689,707 3,329,040 3,329,040 2,496,780
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 50,979,402 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 50,979,402 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 50,979,402 5,914,800 5,914,800 4,436,100
6,930,000 13,860,000 462,000 808,500 346,500 1,155,000 19,716,000 8,510,000 3,726,000 50,979,402 5,914,800 5,914,800 4,436,100
660,000 308,000 13,200 66,000 7,475,000 1,083,950 286,000 462,000 4,455,000 83,656,717 303,794,397 (142,993,214) 1,293,918 (144,287,132) 0.952 (137,361,350) 137,361,350 (137,361,350) 0.207 5.0% 1.000 5.0
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 141,075,102 225,149,302 64,682,464 20,594,891 44,087,573 0.907 39,987,428
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 141,075,102 234,481,282 55,350,484 20,504,891 34,845,593 0.864 30,106,592
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 141,075,102 229,309,302 60,522,464 20,504,891 40,017,573 0.823 32,934,462
870,000 406,000 17,400 87,000 9,959,000 1,300,600 312,000 504,000 4,860,000 141,075,102 234,481,282 64,296,814 20,504,891 43,791,923 0.784 34,332,867
Lampiran 12 Dokumentasi
Kumbung pertumbuhan baglog CV. Megah Makmur Sentosa
Rak penyimpanan baglog CV. Megah Makmur Sentosa
Pemasukan media tanam baglog setelah pengomposan
Pengangkutan baglog menuju kumbung oleh karyawan
Penyimpanan bahan baku usaha jamur tiram
Bibit F2 Produksi oleh CV. Megah Makmur Sentosa
Pengemasan jamur tiram putih oleh karyawan
Distribusi baglog afkir ke pengepul
Pembelian jamur tiram putih oleh distributor
Produksi nugget jamur oleh Joggets Nugget
Pengecekan kumbung oleh karyawan CV. Megah Makmur Sentosa
Penaruhan baglog pada rak
Produksi bibit
Peralatan budidaya jamur tiram CV. Megah Makmur Sentosa
Produksi jamur crispy oleh D'Jamur LQiang
107 Lampiran 13
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Sarah Putri, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Februari 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan suami istri ayahanda Hartono Hadiwardojo dan ibunda Yoel Fattah. Penulis menempuh pendidikan formal di SDN Percontohan Ujung Menteng 04 Pagi pada tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SMPN 193 Jakarta dan lulus pada tahun 2006 kemudian menamatkan pendidikan menengah atas pada SMAN 12 Jakarta pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UTMI (Ujian Talenta Mandiri) dengan Program Mayor Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis turut mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa dan kepanitiaan di kampus. Penulis tergabung sebagai Staff IT di UKM Century (Centre of Entrepreneurship Development of Youth) IPB pada tahun 2010. Penulis dipercaya sebagai Sekretaris Umum II di Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) pada tahun 2011. Penulis juga dipercaya memegang beberapa jabatan atas divisi pada beberapa kepanitiaan di UKM Century, himpunan profesi, dan internal kampus. Dalam mengaplikasikan ilmu bisnis, penulis bersama partner mendirikan sebuah usaha perdagangan dan jasa dengan nama Jual Beli M. Penulis adalah Owner di RUMAH PAYUNG dan IPUS Gift and Souvenir, serta Property Consultant di HARCOURTS Sinpasa, Summarecon Bekasi.