PENGARUH TAKARAN SUKROSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Lisma Maelani 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Amir Amilin 2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Yaya Sunarya 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
ABSTRAK The objective of this experiment was to find out the sucrose dosage that giving good effect on the growth and yield of white oyster mushroom. This experiment was conducted in Cikapas, Baregbeg, Ciamis in July to November 2013. The study was located at an altitude of ± 300 meters above sea level (asl) with temperature between 23 and 300C. The method used in this experiment was the experimental method with the experimental design used was a Randomized Block Design, consisted of four treatments and six replications. The treatments were : A (0 g sucrose); B (500 g sucrose) ; C (1000 g sucrose) and D (1500 g sucrose). Based on the research result, sucrose dosage gave significant effect on the length of pseudo stem and number of fruit body, but did not give significant effect on the day number of fully- colonized mycelium, diameter of umbrella, and yield of white oyster mushroom per baglog. Dosage of sucrose 1500 g per 100 kg sawdust gave good effect on the length of pseudo stem and number of fruit body of white oyster mushroom. Keyword : white oyster mushroom, sucrose dosage ABSTARK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh takaran sukrosa dan mendapatkan takaran sukrosa yang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Percobaan dilaksanakan di Cikapas, Desa Sukamulya, Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis pada bulan Juli 2013 sampai November 2013 dengan ketinggian ± 300 meter di atas permukaan laut, dan suhu antara 23 sampai 300C. Percobaan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari empat perlakuan yang diulang enam kali. Perlakuan tersebut adalah takaran sukrosa yang terdiri dari : A (0 g sucrose ), B (500 g), C (1000 g), dan D (1500 g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa takaran sukrosa berpengaruh terhadap tinggi batang semu dan jumlah tubuh buah jamur tiram putih tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah hari miselium penuh, diameter tudung buah, dan hasil jamur tiram putih per baglog. Pemberian takaran sukrosa 1500 g per 100 kg serbuk kayu memberikan pengaruh yang baik terhadap tinggi batang semu dan jumlah batang semu jamur tiram putih. Kata kunci :jamur tiram putih, takran sukrosa
PENDAHULUAN Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) termasuk dalam kategori jamur yang banyak dikonsumsi di antara berbagai jenis jamur lainnya, karena merupakan sumber pangan yang mengandung gizi tinggi. Hal ini membuat kebutuhan pasar terhadap jamur tiram menjadi luas dan permintaan produk jamur tiram terus meningkat (Chazali dan Putri, 2009). Untuk pertumbuhan dan perkembangannya, jamur memerlukan nutrisi yang berasal dari media tanamnya. Salah satu unsur terpenting yang dibutuhkan adalah karbohidrat, karena separuh dari berat kering sel jamur mengandung unsur karbon sehingga diperlukan adanya penambahan nutrisi dari luar yang digunakan sebagai bahan campuran selama pembuatan substrat tanam. Menurut Kurniawan dan Iwan (2010) penambahan sukrosa pada media tanam menunjukkan kecepatan pertumbuhan miselium dari kultur “ submerged”
lebih cepat
dibandingkan dengan cara konvensional biasa. Selanjutnya Agustiawati (2010) menyatakan bahwa sukrosa memiliki kemampuan dalam meningkatkan daya kecambah konidia dan pertumbuhan jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Vuillemin. Gula merupakan sumber karbohidrat utama karena termasuk dalam golongan disakarida (glukosa dan fruktosa), yang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bahan bakar (pembangun) dan bahan dasar penyusun struktur sel (Susiana, 2010). Penambahan gula pasir sebagai sumber karbon didasari pemikiran bahwa sukrosa dengan rumus molekul C12H22011 tersusun dari gabungan dua gula sederhana diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram, karena gula akan cepat diuraikan oleh enzim yang dihasilkan hifa.
Hasil penguraian gula dapat segera menyediakan energi untuk
kebutuhan metabolisme jamur tiram putih.
METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan di Cikapas, Desa Sukamulya, Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis dengan ketinggian tempat ± 300 meter di atas permukaan laut, suhu antara 23 sampai 300C dan dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai November 2013. Metode Percobaan yang digunakan adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan yang diulang sebanyak enam kali. Perlakuan yang dicoba adalah takaran sukrosa per 100 kg yaitu :A (0 g), B (500 g), C (1000 g), dan D (1500 g). Pelaksanaan percobaan dimulai dengan mengayak serbuk gergaji agar dipeoleh ukuran yang seragam dan dibagi empat sesuai dengan banyaknya perlakuan lalu ditambahkan dedak, kapur, dan gula putih (sukrosa) yang telah dicairkan dan dicampurkan dengan air untuk menyiram media. Serbuk kayu yang telah rata ditutup dengan plastik selama 2 hari untuk proses pengomposan. Media serbuk kayu dibuka dan masukkan ke dalam kantong plastik baglog ukuran 17cm x 35 cm, padatkan dan timbang seberat 1000 g. Selanjutnya dilakukan proses sterilisasi selama 8 jam dan didinginkan selama 2 hari.
Bibit jamur tiram
diinokulasikan ke dalam media dalam keadaan dan ruangan steril dan diinkubasi hingga miselium memenuhi baglog. Data yang diperoleh diuji secara statistik menggunakan uji Fisher pada taraf 5% dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis statistik, takaran sukrosa berpengaruh terhadap tinggi batang semu dan jumlah tubuh buah jamur, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah hari miselim penuh, diameter tudung buah, dan hasil jamur per baglog.
Tabel 1. Pengaruh takaran sukrosa terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
Kode
Takaran sukrosa (g)
A B C D
0 500 1000 1500
Jumlah hari miselium penuh (hsi) 25 a 25 a 25 a 25 a
Parameter pertumbuhan (rata-rata) Tinggi Diameter Jumlah batang tudung tubuh semu buah buah (cm) (cm) 5,79 a 7,92 a 24,06 ab 5,95 a 7,87 a 22,81 a 6,04 a 8,27 a 23,50 a 6,55 b 8,30 a 28,15 b
Hasil jamur per baglog (g) 234,00 a 214,83 a 235,30 a 267,96 a
Keterangan :Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5 % hsi : hari setelah inokulasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa takaran sukrosa tidak berpengaruh terhadap jumlah hari miselium penuh yaitu rata-rata 25 hari. Ketiga perlakuan tersebut memang merupakan suatu media yang dibutuhkan jamur karena mengandung nutrisi dari penambahan sukrosa. Namun takaran sukrosa sebanyak 500 g, 1000 g, dan 1500 g belum mampu menyediakan sejumlah karbon bagi hifa untuk menembus dan menyebar secara cepat karena pada masa awal pertumbuhan, sejumlah nutrisi terutama karbon belum terurai secara sempurna sehingga penyebaran miselium membutuhkan waktu yang sama dengan perlakuan tanpa sukrosa. Pengaruh sukrosa baru akan terlihat setelah melewati masa fully–colonized yaitu pada masa pertumbuhan dan perkembangan organ-organ jamur.
Hal ini sesuai dengan penelitian
Steviani (2011) pemberian molase 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml yang merupakan limbah pabrik gula juga sama-sama mengandung karbohidrat, tidak berpengaruh terhadap lama penyebaran miselium namun dipengaruhi oleh perlakuan macam media yang dikombinasikan dengan penambahan molase. Hasil analisis statistik pada Tabel 3 menunjukkan bahwa takaran sukrosa berpengaruh terhadap tinggi batang semu jamur tiram putih. Perlakuan sukrosa 1500 g menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Hal ini diduga takaran sukrosa 1500 g
menghasilkan sejumlah energi yang cukup dalam bentuk carbon serta mineral lainnya untuk digunakan miselium dalam pembentukan tubuh buah khususnya batang.
Menurut
Tjokrokusumo, Netty, dan Henky (2005) dari hasil analisa jamur shiitake, pada bagian tudung diperoleh karbohidrat 15,90% b/b sedangkan pada bagian batang mengandung karbohidrat 19,46% b/b. Hasil tersebut diduga terjadi pada jamur tiram putih. Unsur karbon sebagai penyusun utama karbohidrat pada media lebih banyak digunakan untuk pembentukan batang yaitu salah satunya tinggi batang.
Dengan kata lain, semakin tinggi senyawa
karbohidrat yang ditambahkan pada media maka pertumbuhan tinggi batang akan mencapai titik optimal. Sedangkan perlakuan sukrosa 0 g, 500 g, dan 1000 g menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan perlakuan tanpa sukrosa memiliki cadangan nutrisi paling sedikit sedangkan perlakuan sukrosa 500 g dan 1000 g menghasilkan sejumlah karbon yang belum cukup tersedia untuk pertumbuhan tinggi batang karena sebagian karbon telah digunakan oleh miselium primer dalam pembentukan miselium sekunder. Hasil analisis statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa takaran sukrosa tidak berpengaruh terhadap diameter tudung jamur tiram putih.
Menurut Tjokrokusumo dkk.
(2005) pada jamur shiitake diperoleh protein 31,07% b/b sedangkan pada bagian batang 10,30% b/b. Hal ini diduga terjadi pada jamur tiram putih. Seperti pada tumbuhan lainnya, protein lebih banyak dibutuhkan untuk pembentukan daun. Oleh karena itu jamur tiram putih sebagai tumbuhan tingkat rendah memerlukan protein untuk pembentukan tudung buah. Menurut Darliana Elly dan Darliana Ina (2008) protein merupakan sumber nitrogen yang dibutuhkan sebagai penyusun jaringan yang sedang aktif tumbuh sehingga mempengaruhi diameter tudung jamur. Ketersediaan asam amino sebagai penyusun protein pada media diduga memiliki kandungan yang sama karena dedak dan serbuk kayu yang digunakan berada pada takaran yang sama untuk semua perlakuan.
Hasil analisis statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa takaran sukrosa berpengaruh terhadap jumlah tubuh buah jamur tiram putih. Takaran sukrosa 1500 g menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan takaran sukrosa 500 g, dan 1000 g, tetapi tidak berbeda nyata dengan takaran sukrosa 0 g. Hal ini diduga takaran sukrosa 1500 g menyediakan sejumlah nutrisi terutama carbon cukup tinggi yang menyebabkan ratio C/N menurun sehingga medium terdekomposisi lebih cepat. Proses dekomposisi tersebut menghasilkan nutrisi yang telah terurai dan akan digunakan oleh miselium sekunder untuk pembentukan primordial yang membentuk badan buah. Sesuai dengan pendapat Suriawiria (2002) dalam Simatupang, Murniati dan Sukemi (2012) jamur akan tumbuh subur pada tempat yang mengandung karbohidrat tinggi baik dalam bentuk terurai maupun dalam bentuk selulosa. Sedangkan perlakuan sukrosa 0 g, 500 g dan 1000 g menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini diduga sebagian karbon pada media telah digunakan untuk pembentukan miselium sehingga jumlah karbon yang tersebar pada media jumlahnya relative sedikit sehingga pembentukan primordial yang membentuk tubuh buah pun sedikit. Hasil analisis statistik pada Tabel 1 menunjukkan bahwa takaran sukrosa tidak berpengaruh terhadap hasil jamur tiram putih. Seswati, Nurmiati dan Periadnadi (2013) menyatakan bahwa hasil jamur berhubungan dengan diameter tudung buah yang dihasilkan. Hubungan tersebut berbanding lurus, di mana semakin besar tudung buah yang dihasilkan maka hasil jamur per baglog akan bertambah berat pula. Hal ini diduga terjadi pada jamur tiram putih. Tudung buah memberikan bobot terbesar terhadap hasil jamur tiram putih. Pada tudung buah terjadi akumulasi senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen sebagai bahan dasar pembentukan asam amino dan degradasi lignin hasil produk sampingan. Akumulasi senyawa-senyawa tersebut terjadi pada saat metabolisme yang menyebabkan kadar isi sel pada tudung buah meningkat.
Nurilla, Lilik, dan Ellis (2013) menyatakan jumlah badan buah dalam satu rumpun pada setiap media tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot segar jamur kuping atau tidak berbanding lurus antara keduanya. Pernyataan tersebut diduga terjadi pada jamur tiram putih. Kandungan karbohidrat yang terdapat pada batang tidak berpengaruh terhadap hasil jamur per baglog.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Takaran sukrosa berpengaruh terhadap tinggi batang semu dan jumlah tubuh buah jamur tiram putih tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah hari miselium penuh, diameter tudung buah, dan hasil jamur tiram putih per baglog. 2. Pemberian sukrosa 1500 g per 100 kg serbuk kayu memberikan pengaruh paling baik terhadap tinggi batang semu dan jumlah batang semu jamur tiram putih. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan takaran sukrosa yang lebih tinggi untuk mendapat informasi yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiawati. 2010. Pengaruh Gula Pasir atau Sukrosa terhadap Daya Kecambah Konidia dan Pertumbuhan Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana Vuillemin (Deuteromycotina:Hyphomycetes). http://elibrary.ub.ac.id/handle/123456789/307 13. Diakses 18 Juni 2013. Chazali, S. dan Putri, S. P. 2012. Usaha Jamur Tiram Skala Rumah Tangga. Jakarta: Penebar Swadaya. Darliana Ina. 2013. Pengaruh Penambahan Bekatul dan Limbah Cair Tahu untuk Media Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus).
Kurniawan dan Iwan. 2011. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Sukrosa pada Pertumbuhan Miselium Jamur Tiram Putih (Plurotus ostreatus) dengan metode kultur “SUBMERGED”. http://pilnas.ristek.go.id/karya/index.php/ record/view/85006. Diakses 18 Juni 2013. Nurlila, N., Lilik, S., dan Ellis. N. 2013. Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Kuping (Auricularia auricula) pada Substrat Serbuk Gergaji Kayu dan Serbuk Sabut Kelapa. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Diakses 10 Juni 2013. Poedjiadi, A. dan Titin, S. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia. Seswati, R., Nurmiati dan Periadnadi. 2013. Pengaruh Pengatur Keasaman Media Serbuk Gergaji terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Cokelat (Pleurotus cystidiosus O.K. Miller.). Jurnal Biologi Universitas Andalas 2(1)- Maret 2013: 31-36. Diakses 27 Januari 2014. Simatupang, E., Murniati, dan Sukemi, I.S. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Bekatul pada Medium Serbuk Gergaji terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Skripsi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Diakses 27 Mei 2013. Steviani Susi, 2011. Pengaruh Penambahan Molase dalam Berbagai Media pada Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Skripsi fakultas pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Eprints. Uns.ac.id/6319/21342111201108371.pdf. Diakses 14 Januari 2013. Susiana. 2010. Pengaruh Penambahan Gula (Sukrosa) terhadap Pertumbuhan Miselium Jamur Tiram Merah (Plerotus flabellatus). Skripsi Biologi UIN. Malang:http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=skripsisusiana2010&source=we&cd =3&ved=0CDMQFJAC&url=http%3A. Diakses 25 Mei2013.
Tjokrokusumo, D., Netty W., dan Henky I. 2005. Perbandingan Kandungan Nutrisi Tudung dan Batang Jamur Shiitake pada Perkebunan Jamur di Cibodas, Indonesia. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 3 No. 1, April 2005, hal 47-49. Diakses 27 Januari 2010.