0
PENGARUH AIR BUAH KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
OLEH
SUTONO 1010005301006
JURNAL
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TAMAN SISWA PADANG 2015
1
PENGARUH AIR BUAH KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Sutono1Dra. Yusmanidar Arifin, M.Si.2Ir. Fatimah, MP.3 Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas TamansiswaPadang
ABSTRAK Penelitian tentang pengaruh air kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)telah dilaksanakan di Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat di Bandar Buat Padang, pada bulan Februari sampai Mei 2014.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda (muda, sedang dan tua) pada media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan dan 4 ulangan yaitu sebagai berikut : media tanam jamur tiram dengan air biasa (A0), media tanam ditambah air buah kelapa muda (A1), media tanam ditambah air buah kelapa sedang (A2) dan media tanam ditambah air buahkelapa tua (A3).Hasil pemberian air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda pada media tanam berpengaruh nyata terhadap muncul tubuh buah pertama, umur panen dan interval panen jamur tiram namun berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tubuh buah per rumpun, diameter tudung buah, panjang tangkai tudung buah, bobot tubuh buah dan bobot tubuh buah/baglog jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Disimpulkan pemberian air kelapa tua pada media tanam merupakan cara yang paling tepat untuk pertumbuhan jamur tiram dengan muncul tubuh buah pertama tercepat yaitu 62,38 hari. Kata Kunci : Jamur Tiram, Air Buah Kelapa.
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan AgroteknologiUniversitas Tamansiswa Angkatan 2010 Pembimbing I dan Dosen Universitas Tamansiswa Padang 3 Pembimbing II dan Dosen Universitas Tamansiswa Padang 2
2
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Jamur sudah lama dikenal sebagai bahan makanan. Dalam sejarah masyarakat Cina, pemanfaatan jamur sudah dimulai sejak ribuan tahun silam. Jamur yang sering dijadikan bahan makanan seperti jamur merang, jamur tiram, jamur kancing, jamur shiitake dan sebagainya. Bahkan bagi masyarakat Jepang selalu melengkapi menu hariannya dengan jamur. Tidak hanya sedap, jamur juga memiliki kualitas gizi yang baik (Widodo, 2007). Jamur tiram memiliki sifat yang dapat menetralkan racun dan zat-zat radio aktif dalam tubuh, menghentikan pendarahan, mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, serta mencegah penyakit tumor atau kanker, kelenjar gondok, influenza, sekaligus memperlancar buang air besar.Kandungan gizi di dalam jamur boleh dikatakan cukup tinggi, dimana didalamnya mencakup protein, lemak tidak jenuh, serat, asam amino esensial, mineral, hormon, enzim, vitamin, dan lainnya (Lindung, 2012). Jamur tiram (Pleurotus sp) merupakan bagian dari kelompok sayuran yang perlu mendapatkan perhatian pengembangannya. Potensi produksi pasar dan permintaan komoditas ini sangat besar, karena itu perlu dimanfaatkan dan dikelola secara baik dan ramah lingkungan (Anonimus, 2009) Masalah yang dihadapi dalam budidaya jamur tiram adalah pertumbuhan misellium jamur yang masih relatif lama. Pertumbuhan miselium jamur antara 45-60 hari, pemanenan tubuh buah dapat dilakukan dengan selang waktu antara masing-masing panen adalah 1-2 minggu (Parlindungan, 2003). Mengingat besarnya manfaat jamur bagi kesehatan tubuh, tentunya akan lebih baik apabila jamur tiram yang dihasilkan waktu penumbuhan miselium kurang dari 45 hari dan munculnya misellium kurang dari satu minggu. Menurut Suriawiria (2004), tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergajian
kayu sebagai media tanamnya.Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergajian kayu sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul kapur dan gipsun. Selain itu untuk memacu pertumbuhan miselium jamur tiram dapat diatasi bila jamur tiram putih mendapat perlakuan hormon tumbuh, yaitu dengan cara menambahkan hormon pertumbuhan pada media tanam jamur tiram putih. Dari hasil pra penelitian Ir. Mayeti di Balai Diklat Pertanian Bandar buat Padang yang telah dilakukan ternyata air kelapa dapat mempercepat pertumbuhan jamur tiram kurang dari 45 hari,hal tersebut sesuai dengan pendapat Ramda (2008), dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh air kelapa dengan tingkat kemasakan buah kelapa yang berbeda terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Hasil penelitian Supartono (2003) bahwa ada perbedaan kecepatan pertumbuhan jamur Tiram dengan penambahan bekatul, ampas tahu, ampas tapioka pada media tanam jamur dan penambahan media tanam dengan ampas tahu mampu mempercepat umur panen jamur tiram yaitu 29,22 hari. Menurut Azwar (2008) air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan kalium (K) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S).Selainkaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis telah melakukan penelitian tentang “Pengaruh Air Buah Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)” B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda (muda, sedang dan tua) pada media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).
3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksankan di Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat di Bandar Buat Padang, pada bulan Februari sampai Mei 2014. (Lampiran 1). B. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Jamur Tiram, air kelapa dengan tiga tingkat kematangan, plastik 15x27 cm, serbuk gergajian kayu,kapur dolomit, gipsum, dedak halus dan air sumur. Sedangkan alat yang dipakai adalah, timbangan, ayakan, cangkul, sekop, ember dan alat tulis. C. Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan AcakLengkap (RAL) dengan 4 taraf perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah pemberian air kelapa pada media tanam dengan tingkat kematangan yang berbeda, yaitu media tanam jamur tiram dengan air biasa (A0), media tanam ditambah air buah kelapa muda (A1), media tanam ditambah air buah kelapa sedang (A2) dan media tanam ditambah air buahkelapa tua (A3). Hasil pengamatan disidik ragam dengan uji F, jika F hitung lebih besar dibandingkan dengan F tabel dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Sanitasi Ruang Inkubasi Sanitasi ruangan yang digunakan untuk pertumbuhan miselium dan tubuh buah jamur tiram dilakukan dengan membersihkan seluruh bagian ruangan yang digunakan untuk penanaman jamur, mulai dari dalam, sampai keluar ruangan . Bagian dalam rumah jamur dibersihkan dengan menggunakan sapu. Sampah-sampah yang berada di sekitar ruangan dibersihkan dan disemprot dengan alkohol 70%, agar tidak menjadi sumber kontaminasi bagi pertumbuhan jamur. 2. Persiapan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media tanam adalah serbuk gergajian kayu 40 kg, dedak halus 9 kg, kalsium karbonat (CaCO3) 800 gram, gypsum 400 gram, air kelapa muda 13,5 liter, air kelapa sedang 13,5 liter, air kelapa tua 13,5 liter. Serbuk gergajian kayu dan dedak diayak sehingga didapat serbuk gergajian kayu dan dedak yang halus.
3.
Pembuatan Media Tanam dan Aplikasi Perlakuan Serbuk gergajian kayu yang sudah diayak dicampurkan dengan dedak halus dan bahan yang lain sampai homogen, kemudian ditambahkan dengan air kelapa sebanyak 13,5 liter setiap perlakuan dengan tingkat kematangan buah yang berbeda sampai media jika dikepal dengan tangan tidak mengeluarkan air dan jika dilepas akan berderai.Selanjutnya bahan media jamur tiram diinkubasi selama 48 jam. Kemudian dimasukkan ke dalam baglog sebanyak 700 gram per baglog, dipadatkan menggunakan potongan kayu, kemudian ujung plastik disatukan dan dipasang cincin yang terbuat dari pipa paralon pada bagian leher plastik sehingga kantong plastik akan menyerupai botol, ujung paralon disumbat dengan kapas, kantong plastik diketatkan dan ditutup dengan kertas, diikat dengan karet. Selanjutnya disterilisasi 6 jam, kemudian media dibiarkan dingin minimal dengan suhu 300C selama 24 jam sebelum penanaman bibit. 4. Penanaman bibit atau Inokulasi Penanaman bibit atau inokulasi merupakan suatu kegiatan penanaman bibit jamur ke dalam media tanam yang sudah disiapkan. Inokulasi dilakukan dengan cara menaburkan bibit jamur ke dalam media tanam secara langsung sebanyak1 sendok makan per baglog. Media yang telah berisi bibit jamur selanjutnya ditutup menggunakan kapas. Penutupan media bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan miselium jamur, karena miselium jamur tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen. Inkubasi atau proses menumbuhkan miselium jamur dilakukan dengan cara menyimpan bag log di ruang inkubasi pada suhu 22oC– 28oC. Selama 45 hari,sampai semua media ditumbuhi miselia jamur atau media berubah warna menjadi putih. Selanjutnya baglog yang telah ditumbuhi miselium tersebut dipindahkan ke dalam kumbung (ruang Produksi) 5. Penumbuhan dan Pemeliharaan Pada tahap ini dilakukan pembukaan tutup media untuk memberikan suplai oksigen guna melakukan pembentukan pinhead yang nantinya akan menjadi tubuh buah atau jamur. Selain itu, perlu adanya tindakan pengawasan terhadap suhu (maksimal 25o) dan kelembaban untuk mencegah kerusakan jamur.
4
6.
Panen Panen pertama jamur dapat dilakukan pada umur 6 minggu setelah inokulasi. Kriteria panen jamur tiram putih antara lain : diameter cangkang atau tudung jamur tiram putih warnanya telah putih terang. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara mencabut jamur hingga ke pangkal tangkai tubuh buah agar tidak menjadi kering dan menghalangi tumbuhnya pinhead berikutnya. Pemanenan jamur tiram putih dilakukan sebanyak empat kali. E. Pengamatan a. Umur Muncul Tubuh Buah Pertama (hari) Muncul tubuh buah pertama diamati mulai dari penanaman bibit pada baglog sampai muncul calon tubuh buah jamur pada baglog b. Umur Panen (hari) Umur panen dihitung setelah jamur siap panen dengan ciri-ciri tudung tubuh buah telah membuka sempurna. Umur panen dihitung sejak inokulasi sampai panen. c. Jumlah Tubuh Buah per Rumpun (buah) Jumlah tubuh buah perrumpun dihitung dengan cara menjumlahkan semua tubuh buah pada baglog sampel dari panen pertama sampai panen ke 3 dan di bagi jumlah baglog sampel.
Diameter Tudung Buah (cm) Diameter tudung buah diukur menggunakan penggaris dengan mengukur tudung tubuh buah jamur yang paling besar yang sudah dipanen setiap kali panen kemudian dijumlahkan dan dibagi 3 kali panen. e. Panjang Tangkai Tudung Buah (cm) Panjang tangkai tudung buah diukur dengan menggunakan mistar, diukur mulai dari pangkal tangkai hingga ujung tangkai. Panjang tangkai tubuh buah yang diukur adalah tangkai tudung tubuh buah yang paling besar. f. Interval Panen (hari) Interval panen dihitung dengan membandingkan panen yang pertama dengan yang kedua, kemudian panen yang kedua dengan panen yang ketiga, dan seterusnya. g. Bobot Segar Tubuh Buah/Panen(g) Untuk mengetahui bobot segar tubuh buah jamur tiram adalah dengan cara menimbang berat segar jamur pada setiap baglog sampel, dilakukan setelah panen dan hitung rata-ratanya. h. Bobot Segar Tubuh Buah/Baglog (g) Bobot segar tubuh buah jamur tiram per baglog dihitung dengan cara menjumlahkan rata-rata bobot jamur tiram setiap panen per baglog sampai panen terakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan berbeda menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 4a).Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 3.
A. Umur Muncul Tubuh Buah Pertama (hari) Sidik ragam terhadap umur muncul tubuh buah pertama jamur tiram pada
d.
Tabel 3.Umur muncul tubuh buah pertama jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda. Pemberian air kelapa dengan tingkat Muncul tubuh buah pertama kematangan yang berbeda (hari) Dengan air biasa 70,25 a Kelapa Muda
65,19 ab
Kelapa Sedang
64,88 ab
Kelapa Tua
62,38 b
KK 4,96 % Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %. Tabel 3 memperlihatkan, pemberian air buah kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda menghasilkan umur muncul
tubuh buah pertama berkisar antara 62,38 – 70,25 hari. Pemberian air kelapa tua pada media jamur tiram menghasilkan umur
5
muncul tubuh buah pertama tercepat yaitu 62,38hari berbeda dengan tanpa pemberian air buah kelapa pada media tanam jamur tiram yaitu 70,25 hari. Hal ini dikarenakan air kelapa tua mengandung karbohidrat lebih besar yaitu 4,60% dibandingkan dengan kelapa muda yang hanya 3,80% (Tabel 1). Fungsi karbohidrat sebagai sumber energi untuk pertumbuhan misellium sampai terbentuknya primordia dan mendukung nutrisi untuk pertumbuhan tubuh buah sampai tubuh buah jamur mencapai pertumbuhan maksimal. Disamping itu air kelapa juga mengandung hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tubuh jamur, hal ini sesuai dengan pendapat Yusnida (2006), air kelapa adalah salah satu bahan alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Penggunaan air kelapa dalam media kultur anggrek telah banyak dilakukan.Hasil penelitian Katuuk (2000) menyatakan bahwa pemberian 250ml/l air kelapa menunjukkan
waktu yang paling cepat dalam perkecambahan biji anggrek macan (Grammatohyllum scriptum). Azwar (2008) juga menambahkan bahwa, penelitian di National Institute of Molecular Biology and Biotechnology (BIOTECH) di UP Los Banos mengungkapkan bahwa, dari air kelapa dapat diambil hormon yang kemudian dibuat suatu produk suplemen yang disebut cocogro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk hormon dari air kelapa ini mampu meningkatkan hasil kedelai hingga 64%, kacang tanah hingga 15% dan sayuran hingga 20-30%. Dengan kandungan unsur kalium yang cukup tinggi, air kelapa juga dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti dendrobium dan phalaenopsis. B. Umur Panen (hari) Sidik ragam terhadap umur panen jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan berbeda menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 4b).Hasil uji lanjut jamur tiram disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Umur panen jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda. Pemberian air kelapa dengan tingkat kematangan Umur panen yang berbeda (hari) Dengan air biasa 73,88 a Kelapa Muda
68,38 ab
Kelapa Sedang
67,88 ab
Kelapa Tua
64,76
c
KK 8,46 % Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %. Tabel 4 memperlihatkan,pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda menghasilkan umur panen yang berbeda berkisar antara 64,76 – 73,88 hari sejak inokulasi. Pemberian air buah kelapa tua pada media tanam jamur tiram menghasilkan umur panen jamur tiram tercepat yaitu 64,76hari berbeda dengan tanpa pemberian air buah kelapa pada media tanam jamur tiram yaitu 73,88 hari. Cepatnya umur panen pada pemberian air kelapa tua dalam media tanam diduga karena muncul tubuh buah pertama jamur tiram perlakuan pemberian air kelapa tua yang cepat pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusnida (2006),
air kelapa adalah salah satu bahan alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin, auksin dan giberelin serta senyawa lain yang dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman. C. Jumlah Tubuh Buah per Rumpun (buah) Sidik ragam jumlah tubuh buah per rumpun jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan berbeda menunjukkan pengaruh tidak nyata (Lampiran 4c).Rata-rata jumlah tubuh buah per rumpun jamur tiram disajikan pada Tabel 5.
6
Tabel 5. Jumlah tubuh buah per rumpun jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda. Jumlah tubuh buah per Pemberian air kelapa dengan tingkat rumpun kematangan yang berbeda (buah) Dengan air biasa 18,50 Kelapa Muda
19,50
Kelapa Sedang
19,50
Kelapa Tua
19,56
KK 3,01 % Angka-angka pada lajur jumlah tubuh buah per rumpun berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5%. Tabel 5 memperlihatkan,pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda menghasilkan jumlah tubuh buah per rumpun yang berkisar antara 18,50 – 19,56 buah. Pemberian air buah kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda pada media tanam jamur tiram menghasilkan jumlah tubuh buah per rumpun yang relatif sama, hal ini diduga air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda belum mampu meningkatkan jumlah tubuh buah per rumpun jamur tiram.Kandungan unsur hara dalam air kelapa bukan hanya unsur makro akan tetapi juga unsur mikro, misalnya unsur karbon yang terdapat dalam air kelapa berupa senyawa karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, fruktosa. Sedang unsur Nitrogen terdapat pada senyawa asam-asam amino seperti arginin, alanin, sistin, dan serin (Moniqui, 2007). Selain itu jumlah tubuh buah per rumpun juga dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat pada media tanam jamur tiram. Kandungan karbohidrat pada perlakuan, baik A0,A1, A2 dan A3diduga sama, karena pemberian dedak pada semua media adalah sama, masingmasingnya adalah 2,25 kg.
Dedak merupakan sumber karbohidrat, sebagai energi untuk pertumbuhan jamur tiram, sebagaimana yang dinyatakan oleh Gandjar (2006) bahwa, karbohidrat berpengaruh terhadap jumlah tubuh buah, karbohidrat merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tudung jamur sampai pertumbuhan tudung jamur maksimal, pertumbuhan jamur bergantung pada karbohidrat kompleks sumber nutrien. Karbohidrat kompleks tersebut diuraikan lebih dahulu menjadi bentuk monosakarida dengan enzim ekstraselular, kemudian baru diserap jamur untuk selanjutnya diasimilasi. Glukosa tersebut akan dimanfaatkan untuk perkembangan jamur tiram.
D. Diameter Tudung Buah (cm) Sidik ragam diameter tudung buah jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan berbeda menunjukkan pengaruh tidak nyata (Lampiran 4d).Rata-rata diameter tudung buah jamur tiram disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Diameter tudung buah jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda. Pemberian air kelapa dengan tingkat Diameter tudung buah kematangan yang berbeda (cm) Dengan air biasa 6,85 Kelapa Muda
7,19
Kelapa Sedang
6,93
Kelapa Tua
7,08
KK 8,76 % Angka-angka pada lajur diameter tudung buah berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5%.
7
Tabel 6 memperlihatkan,pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda menghasilkan diameter tudung buah yang relatif sama berkisar antara 6,85 – 7,19cm. Pemberian air buah kelapa muda pada media tanam jamur tiram menghasilkan diameter tudung buah jamur tiram yang relatif samahal ini diduga air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda belum mampu meningkatkan diameter tudung buah jamur tiram. Pada parameter diameter tudung buah berpengaruh tidak nyata, hal ini diduga karena jumlah tubuh buah per rumpun yang terbentuk juga berpengaruh tidak nyata. Pada pertumbuhan jumlah tubuh buah yang sedikit,
pada perkembanganya akan menghasilkan diameter tudung jamur terlebar, karena dalam pertumbuhan tudung jamur tidak saling berdesakan. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Rohmah (2006) bahwa semakin sedikit jumlah tubuh buah yang tumbuh maka diameter tudung jamur yangterbentuk semakin besar (lebar). E. Panjang Tangkai Tudung Buah (cm) Sidik ragam panjang tangkai tudung buah jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan berbeda menunjukkan pengaruh tidak nyata (Lampiran 4e).Rata-rata panjang tangkai tudung buah jamur tiram disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7.
Panjang tangkai tudung buah jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengantingkat kematangan yang berbeda. Pemberian air kelapa dengan tingkat Panjang tangkai tudung buah kematangan yang berbeda (cm) Dengan air biasa 5,86 Kelapa Muda
6,03
Kelapa Sedang
6,18
Kelapa Tua
6,47
KK 16,65 % Angka-angka pada lajur panjang tangkai tudung buah berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5%. Tabel 7 memperlihatkan,pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda menghasilkan panjang tangkai tudung buah yang berkisar antara 5,86 – 6,47cm. Pemberian air buah kelapa tua pada media tanam jamur tiram menghasilkan panjang tangkai tudung buah jamur tiram yang relatif sama, hal ini diduga air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda belum mampu meningkatkan panjang tangkai tudung buah jamur tiram. Air kelapa mengandung vitamin, asam amino, asam nukleat fosfor, zat tumbuh auksin dan asam giberelat, yang berfungsi sebagai penstimulir proses proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan proses respirasi (Tulecke et.al, 2012). Pertumbuhan, perkembangan dan hasil suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang
cukup di dalam media. Hasil ini sesuai dengan pendapat Lingga (2005), yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan tanaman akan maksimum jika unsur hara yang tersedia dalam keadaan berimbang. Karbohidrat merupakan sumber energi untuk pertumbuhan miselium sampai terbentuknya pinhead (primordia) dan mendukung nutrisi untuk pertumbuhan tudung jamur sampai pertumbuhan tudung jamur maksimal, hal ini diperkuat dengan pendapat Gandjar (2006) pertumbuhan jamur bergantung pada karbohidrat kompleks sumber nutrien. F. Interval Panen (hari) Sidik ragam interval panen jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan berbeda menunjukkan pengaruh nyata (Lampiran 4f).Hasil uji lanjut jamur tiram disajikan pada Tabel 8.
8
Tabel 8.
Interval panen jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda. Pemberian air kelapa dengan tingkat Interval Panen kematangan yang berbeda (hari) Dengan air biasa 13,56 a Kelapa Muda
11,86 b
Kelapa Sedang
11,81 b
Kelapa Tua
11,00 b
KK 4,73 % Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %. Tabel 8 memperlihatkan,pemberian untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal air kelapa dari buah dengan tingkat adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah kematangan yang berbeda menghasilkan yang cukup di dalam media. Hasil ini sesuai interval panen yang berkisar antara 11,00 – dengan pendapat Lingga (2005), yang 13,56 hari. Pemberian air buah kelapa tua menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil pada media tanam jamur tiram menghasilkan tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara interval panen jamur tiram tercepat yaitu yang tersedia. Pertumbuhan tanaman akan 11,00 hari sedangkan tanpa pemberian air maksimum jika unsur hara yang tersedia buah kelapa pada media tanam jamur tiram dalam keadaan berimbang. menghasilkan interval panen yang terlama G. Bobot Segar Tubuh Buah/Panen yaitu 13,56 hari. (gram/baglog) Interval panen pada perlakuan Sidik ragam bobot segar tubuh buah berbeda karena pada muncul tubuh buah jamur tiram pada pemberian air kelapa dari pertama jamur tiram juga berbeda. buah dengan tingkat kematangan berbeda Pertumbuhan, perkembangan dan hasil suatu menunjukkan pengaruh tidak nyata tanaman ditentukan oleh dua faktor utama (Lampiran 4g).Rata-rata bobot segar tubuh yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. buah jamur tiram disajikan pada Tabel 9. Salah satu faktor yang menunjang tanaman
Tabel 9. Bobot segar tubuh buah jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda. Pemberian air kelapa dengan tingkat Bobot Segar Tubuh Buah kemtangan yang berbeda (g/baglog) Dengan air biasa 238,25 Kelapa Muda
239,24
Kelapa Sedang
238,20
Kelapa Tua
239,30
KK 2,01 % Angka-angka pada lajur bobot segar tubuh buah berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5%. Tabel 9 memperlihatkan,pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda menghasilkan bobot segar tubuh buah yang hampir sama yaitu antara 238,20 – 239,30 gram. Pemberian air buah kelapa tua pada media tanam jamur tiram menghasilkan bobot segar tubuh buah jamur tiram relatif sama, hal ini diduga air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda belum mampu meningkatkan bobot segar tubuh buah jamur tiram.
Tidak adanya pengaruh pemberian air kelapa dari tingkat kematangan yang berbeda terhadap bobot segar tubuh buah per rumpun diduga karena kandungan karbohidrat pada media tanam semua perlakuan adalah sama. Karbohidrat merupakan sumber energi untuk pertumbuhan miselium sampai terbentuknya pinhead (primordia) dan mendukung nutrisi untuk pertumbuhan tudung jamur sampai pertumbuhan tudung jamur maksimal, hal ini
9
diperkuat dengan pendapat Gandjar (2006) pertumbuhan jamur bergantung pada karbohidrat kompleks sumber nutrien. Menurut Cahyana (2004) media tanam merupakan salah satu aspek penting yang menentukan tingkat keberhasilan budidaya jamur. Media jamur tiram putih yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi diantaranya yaitu lignin, karbohidrat (selulosa dan glukosa), protein, nitrogen, serat, dan vitamin. Senyawa ini dapat diperoleh dari serbuk gergaji kayu, bekatul,
jerami, sekam, dan tepung beras. Kandungan nutrisi didalam bahan-bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan miselium. H. Bobot Segar Tubuh Buah/Baglog (gram) Sidik ragam segar bobot tubuh buah/baglog jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan berbeda menunjukkan pengaruh tidak nyata (Lampiran 4h). Rata-rata bobot segar tubuh buah/baglog jamur tiram disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Bobot segar tubuh buah/baglog jamur tiram pada pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda. Pemberian air kelapa dengan tingkat Bobot Tubuh Buah/Baglog kematangan yang berbeda (g) Dengan air biasa 953,00 Kelapa Muda
956,94
Kelapa Sedang
952,81
Kelapa Tua
957,19
KK 2,01 % Angka-angka pada lajur bobot segar tubuh buah/baglog berbeda tidak nyata pada uji F pada taraf 5%. Tabel 10 memperlihatkan,pemberian air kelapa dari buah dengan tingkat kematangan yang berbeda menghasilkan bobot segar tubuh buah/baglog yang berkisar antara 952,81 – 957,19 gram. Pemberian air buah kelapa tua pada media tanam jamur tiram menghasilkan bobot segar tubuh buah/baglog jamur tiram yang relatif sama hal ini dapat dihubungkan dengan bobot segar tubuh buah (Tabel 9) yang sama, sehingga menghasilkan bobot segar tubuh buah per baglog yang sama pula. Tidak adanya pengaruh pemberian air kelapa dari tingkat kematangan yang berbeda belum mampu meningkatkan bobot segar tubuh buah jamur tiram/baglog terhadap bobot segar tubuh buah/baglog diduga karena kandungan karbohidrat pada media tanam semua perlakuan adalah sama. Karbohidrat merupakan sumber energi untuk pertumbuhan miselium sampai terbentuknya pinhead (primordia) dan mendukung nutrisi untuk pertumbuhan tudung jamur sampai pertumbuhan tudung jamur maksimal, hal ini diperkuat dengan pendapat Gandjar (2006) pertumbuhan jamur bergantung pada karbohidrat kompleks sumber nutrien. Pertumbuhan, perkembangan dan hasil suatu tanaman ditentukan oleh dua
faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam media. Hasil ini sesuai dengan pendapat Lingga (2005), yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan hasil tanaman sangat dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia. Pertumbuhan tanaman akan maksimum jika unsur hara yang tersedia dalam keadaan berimbang. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : 1.
Pemberian air kelapa dengan tingkat kematangan yang berbeda pada media tanam berpengaruh nyata terhadap muncul tubuh buah pertama, umur panen dan interval panen jamur tiram namun berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tubuh buah per rumpun, diameter tudung buah, panjang tangkai tudung buah, bobot tubuh buah dan bobot tubuh
10
buah/baglog jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). 2. Pemberian air kelapa tua pada media tanam merupakan cara yang paling tepat untuk pertumbuhan jamur tiram dengan muncul tubuh buah pertama tercepat yaitu 62,38 hari. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil jamur tiram disarankan untuk menggunakan air buah kelapa tua pada media tanaman jamur tiram.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009 Tanaman Perkebunan. Jakarta : Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. http://www.ristek.go.id. Akses 10 Januari 2014. Azwar. 2008. Air KelapaPemacu Pertumbuhan Anggrek. http://www.azwar. web.ugm.ac.id. Akses : 14 Januari 2014. Cahyana Y. 2004. JamurTiram. PenebarSwadaya, Jakarta. 48Hal. Gandjar. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta. 79 Hal. Lindung. 2012. Modul Budidaya dan Analisis Jamur Tiram. Balai Pelatihan Pertanian. Jambi. Lingga. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Monique, V. Y. 2007. Pengaruh berbagai konsentrasi air kelapa terhadap pembentukan bunga dan akar stek batang Mi hong(Aglaia odorata Lout). Primordia. Vol 3, NO 1.
Parlindungan. A. K. 2003. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus) dan Jamur Tiram Kelabu (Pleurotussajor caju) pada Baglog Alang-alang. Riau. Jurusan Budidaya pertanian, Faperta, Universitas Riau, Pekanbaru. Rohmah. 2006. Pengaruh Penambahan Blotong dan Lama Pengomposan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih. Skripsi. Malang. Fakultas Sains dan Teknologi Malang Supartono. 2003. Kecepatan Pertumbuhan Jamur Tiram (Pleurotus Spp) Terhadap Penambahan Bekatul, Ampas Tahu, Ampas Tapioka Pada Sampah Organik. Skripsi. FKM UNDIP. Semarang. Suriawiria, U. 2004. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Penebar Swadaya, Jakarta Tulecke, W., H. Leonard, W. A. Rutner dan H. J. Laurencot Jr. 2012. The biochemical composition of coconut water (coconut milk) as a related to its use in plant tissue culture. Contribution of Boyce Thompson Institute 21: 115-128.Suriawira, U. 2004. Sukses Beragrobisnis Jamur Kayu. Penebar Swadaya, Jakarta. Widodo,N.2007.Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid yang Terkandung Dalam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Semarang: Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Yusnida, B. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin (GA3) dan Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Bahan Biji Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis bl) secara in Vitro.Hayati 2(2): 41-46