PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PUBLIKASI BHARATAYUDA Jan Christian Dwiputra Binus University Jl. K H. Syahdan No. 9, Kemanggisan – Palmerah, Jakarta Barat 11480 +62 21 5345830
[email protected] Dosen Pembimbing: Drs. Merdy Kanto Batangtaris D1941
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah membuat buku ilustrasi tentang cerita Baratayudha dan memperkenalkan kembali tokoh-tokoh Baratayudha kepada generasi muda. Sehingga mengembalikan semangat kebangsaan generasi muda untuk lebih menghargai dan melestarikan budaya sendiri. Metode penelitian dengan menggunakan pencarian data melalui buku referensi, survei dan kuisioner via internet. Hasil yang dicapai mengenal kembali cerita maupun tokoh-tokoh baratayuda kepada masyarakat dan menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kisah Baratayudha. Kesimpulan yang di dapat adalah dengan adanya buku ini diharapkan dapat meningkatkan semangat anak muda untuk mendukung dan melestarikan beragam budaya yang ada di Indonesia. Juga memberikan semangat, bahwa karya-karya anak bangsa tidak kalah dibanding karya asing yang laris di pasaran, tetapi mampu bersaing dengan buku ilustrasi import. Kata kunci: Budaya, Ekspresif, Fantasi
ABSTRACT The purpose of this study is to make a publication of the book illustrations of Baratayudha and reintroduce Baratayudha character and story to the young generation. and provide new visualization of illustration to the community. So can restoring the national spirit for the young generation to appreciate and preserve their own culture.Research methods with a data search through reference books, interviews, survey and searching data through questionnaires. The result achieved is to know the story and the characters Baratayuda to people, the young generation and add insight and knowledge about Baratayudha story. The conclusion is with this book, the young generation expected to raise the spirits to support and preserve cultures in Indonesia. Keyword: Culture, Expressive, Fantasy
PENDAHULUAN Indonesia negeri yang sangat kaya akan budaya, fakta ini tidak bisa disangkal lagi oleh siapapun. Ada lebih dari seratus suku bangsa dan bahasa yang mendiami wilayah nusantara dengan ribuan budaya yang beraneka ragam. Namun dibalik kekayaan tersebut justru Pemerintah dan bangsa Indonesia sangat lemah mematenkan apa yang seharusnya menjadi hak bangsa Indonesia. Akibatnya negaranegara lain mengklaim dirinya sebagai pemilik sah budaya tersebut. Di setiap tempat di Indonesia menyimpan banyak kisah dan cerita yang unik tersendiri, salah satunya tentang kisah Baratayuda. Baratayuda adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurukshetra antara keluarga Pandawa melawan Kurawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah wiracarita terkenal dari India. Perang selama 18 hari dengan jutaan korban jiwa. Istilah Baratayuda berasal dari kata Bharatayuddha, yaitu judul sebuah naskah kakawin berbahasa Jawa Kuna yang ditulis pada tahun 1157 oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabaya, raja Kerajaan Kediri. Di Indonesia, sudah banyak serial tv, film, buku ilustrasi dan komik lokal yang mengangkat cerita perwayangan seperti kisah Bharatayuddha. Namun masih banyak kalangan yang menganggap bahwa kisah tersebut sudah ketinggalan jaman. Dulu waktu budaya kita seperti batik, reog ponorogo, lagu daerah, dan lainnya diklaim milik Negara lain, banyak masyarakat kita yang marah dan kesal, tetapi saat ditanya tentang budaya Indonesia seperti cerita wayang mereka tidak bisa jawab. Masyarakat muda jaman sekarang masih kurang pemahamannya akan dunia wayang dan ceritanya, ada beberapa yang tahu mengenai cerita perwayangan tapi masih banyak pula yang tidak tahu sama sekali. Tetapi anehnya dari mereka yang tidak tahu adalah mereka marah saat ada negara tetangga yang mengklaim beberapa budaya kita, padahal saat ditanya tentang budayanya sendiri mereka tidak bisa jawab. Aneh bukan? Maka dari itu penulis akan membuat buku ilustrasi yang mengangkat tema kisah Baratayuda. Untuk mengembalikan semangat generasi muda untuk melestarikan budaya kita.
METODE PENELITIAN Menggunakan pencarian data melalui buku referensi, survey, dan mencari data melalui menyebar kuesioner menggunakan via internet. Menentukan bagian cerita dari Baratayuda yang akan diangkat. Kemudian menentukan gaya ilustrasi yang akan digunakan sesuai data-data yang diperoleh.
HASIL DAN BAHASAN Baratayudha Baratayuda, adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di Kurukshetra antara keluarga Pandawamelawan Korawa. Perang ini merupakan klimaks dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah wiracarita terkenal dari India. Istilah Baratayuda berasal dari kata Bharatayuddha (Perang Bharata), yaitu judul sebuah naskah kakawin berbahasa Jawa Kuna yang ditulis pada tahun 1157 oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabhaya, raja Kerajaan Kadiri. Sebenarnya kitab baratayuda yang ditulis pada masa Kediri itu untuk simbolisme keadaan perang saudara antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sama sama keturunan Raja Erlangga . Keadaan perang saudara itu digambarkan seolah-olah seperti yang tertulis dalam Kitab Mahabarata karya Vyasa yaitu perang antara Pandawa dan Kurawa yang sebenarnya juga keturunan Vyasa sang penulis Kisah Kakawin Bharatayuddha kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Jawa Baru dengan judul Serat Bratayuda oleh pujangga Yasadipura I pada zaman Kasunanan Surakarta. Di Yogyakarta, cerita Baratayuda ditulis ulang dengan judul Serat Purwakandha pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana V. Penulisannya dimulai pada 29 Oktober 1847 hingga 30 Juli 1848.
Sebab Perang Sama halnya dengan versi aslinya, yaitu versi Mahabharata, perang Baratayuda merupakan puncak perselisihan antara keluarga Pandawa yang dipimpin olehPuntadewa (atau Yudistira) melawan sepupu mereka, yaitu para Korawa yang dipimpin oleh Duryudana. Akan tetapi versi pewayangan menyebut perang Baratayuda sebagai peristiwa yang sudah ditetapkan kejadiannya oleh dewata. Konon, sebelum Pandawa dan Korawa dilahirkan, perang ini sudah ditetapkan akan terjadi. Selain itu, Padang Kurusetra sebagai medan pertempuran menurut pewayangan bukan berlokasi di India, melainkan berada di Jawa, tepatnya di dataran tinggi Dieng. Dengan kata lain, kisah Mahabharata menurut tradisi Jawa dianggap terjadi di Pulau Jawa. Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua mereka masih samasama muda. Pandu, ayah para Pandawa suatu hari membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama Kunti, Gendari, dan Madrim. Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada Dretarastra, kakaknya yang buta. Dretarastra memutuskan untuk memilih Gendari, kenapa yang dipilih Gendari? Karena sekali lagi Dretarastra buta, ia tidak dapat melihat apapun, jadi ketika ia memilih ketiga putri itu yang dengan cara mengangkat satu per satu, terpilih lah Gendari yang mempunyai bobot paling berat, sehingga Dretarastra berpikir bahwa kelak Gendari akan mempunyai banyak anak, sama seperti impian Dretarastra. Hal ini membuat putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati. Gendari merasa ia tak lebih dari piala bergilir. Ia pun bersumpah keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu. Gendari dan adiknya, bernama Sengkuni, mendidik anak-anaknya yang berjumlah seratus orang untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu. Ketika Pandu meninggal, anak-anaknya semakin menderita. nyawa mereka selalu diincar oleh sepupu mereka, yaitu para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi Mahabharata, antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar, sampai perebutan Kerajaan Amarta melalui permainan dadu. Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus menjalani hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, ditambah dengan setahun menyamar sebagai orang rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Namun setelah masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para Pandawa. Sebenarnya Yudhistira (Saudara sulung dari Pandhawa), hanya menginginkan 5 desa saja untuk dikembalikan ke pandhawa. Tidak utuh satu Amarta yang dituntut. tetapi Korawa pun tidak sudi memberikan satu jengkal tanah pun ke pandhawa. Akhirnya keputusan diambil lewat perang Baratayuda yang tidak dapat dihindari lagi.
Strategi Kreatif Membuat Membuat buku tentang cuplikan cerita Baratayudha dalam bentuk buku ilustrasi.
Tujuan Desain 1. Memperkenalkan kembali tokoh dan menceritakan kisah Baratayudha kepada generasi muda. 2. Memberi alternatif visual baru kepada tokoh dalam kisah Bharatayudha tanpa menghilangkan unsur etnik yang sudah melekat. 3. Mengembalikan semangat kebangsaan generasi muda untuk lebih menghargai dan melestarikan budaya sendiri. Target Market Targer Primer Demografi • Pria & wanita • Umur 18-25 tahun • Status sosial pelajar, mahasiswa, bekerja Psikografi • Hobi membaca, menonton film • Senang bersosialisasi, tertarik dengan kebudayaan lokal • Peduli kebudayaan sendiri Geografi • Perkotaan • Kelas A & B Target Sekunder Target sekunder dalam buku ilustrasi pengenalan tokoh dalam kisah Bharatayuddha ini adalah Art Student ( pelajar/mahasiswa yang bersekolah/kuliah di sekolah/institut seni ) usia 18 hingga 25 tahun dengan kelas sosial A dan B, baik pria dan wanita, menyukai ilustrasi dan budaya lokal. Tone & Manner • Tradisional, Lokal • Emosi, Serius • Mitologi, Legenda Strategi Visual • • • •
Buku ini akan dominan dengan ilustrasi. Karakter akan dibuat baru tanpa meninggalkan unsur-unsur lama/tradisional. Warna yang digunakan warna natural tetapi juga ekspresif sesuai targetnya anak muda yang berani berekspresi. Tipografi yang digunakan antara lain jenis tipografi script yang memberikan kesan tradisional dan serif karena nyaman untuk dibaca (hierarkinya baik).
Teori yang digunakan Teori Ilustrasi Ilustrasi menurut Alan Male dalam bukunya yang berjudul Illustration :A Theoretical & Contextual Perspective mengatakan Ilustrasi adalah tentang seni yang mengkomunikasikan suatu konteks/pesan kepada penonton/target audience secara visual. Ilustrasi bisa berupa gambar realis, hyperrealis, metaphor, Sequential Imagery. Sequential Imagery adalah Serangkaian gambar yang tersusun menjadi suatu jalinan cerita, yang
menceritakan suatu pesan yang ingin disampaikan sesuai konteks. Ilustrasi adalah satu-satunya disiplin ilmu dalam bidang seni visual dan komunikasi yang menjelaskan atau memaparkan suatu informasi. Esensi utama mengenai ilustrasi cerita dibuktikan dengan keseimbangan yang tepat dari teks dan gambar. Secara umum, ilustrasi adalah media instruksional yang hebat. Karena Informasi dapat dicerna lebih mudah ketika disampaikan secara visual. Teori Warna Menurut buku Color Basic, oleh Anne Dameria, warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek dan observer ( dapat berupa mata kita ataupun alat ukur). Di dalam ruang yang gelap, kita tidak dapat mengenali warna. Begitu juga apabila tidak ada objek yang kita lihat maka kitapun tidak bisa mengenali warna. Lebih lanjut lagi, menurut beliau, sebuah warna sangat berkaitan dengan sisi psikologis. Contohnya warna biru yang melambangkan kedamaian dan warna hitam yang berpotensi kuat untuk menimbulkan kesan magis. Teori Layout Menurut Gavin Ambrose dan Paul Harris dalam bukunya The Layout Book, layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan ke dalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan. Teori Gestur Menurut Scott Mccloud dalam bukunya Membuat Komik, Kedramatisan cerita dapat ditingkatkan hanya dengan menggambarkan gesture setiap figure. Gestur memiliki alur dan ritme yang telah mengilhami seniman sejak dulu. Para maestro menggunakan pengetahuan anatomi untuk menggambar gesture yang tepat dan jelas. Seniman yang mengutamakan ketepatan anatomi namun melupakan gesture, mungkin “benar” secara teknis, tetapi hasilnya kurang hidup. Sebaliknya, seniman yang secara teknis “tidak benar” namun memiliki kesan gestur yang kuat akan menghasilkan karya yang Nampak nyata dan hidup.
Tampilan Buku Tipografi Judul buku menggunakan jenis huruf Levi Brush yang ekspresif. Dan Trajan Pro digunakan untuk sub judul. Untuk bodycopy typeface yang dipakai adalah Perpetua memberikan kesan tradisional/etnik, yang juga memiliki keterbacaan yang baik. Levi Brush
Trajan Pro
Perpetua
ABCDEFGHIJ K L M N O P Q R ST UVW XY Z abcdef ghij klmnopqrst uvwxyz Judul buku ini adalah Arang, Pertarungan Karna dan Arjuna. Diambil dari sebuah ungkapan yaitu kalah jadi abu, menang jadi arang, yang menggambarkan situasi dalam cerita tersebut.
Gambar 1 Logo Judul Buku Visual menggunakan media digital dengan pewarnaan yang ekspresif colorful, sesuai dengan target audience kaum muda. Alur Cerita Cerita berdasarkan salah satu bagian dari kekawin Mahabarata karya Empu Sendah. Yaitu tentang pertarungan Karna dan Arjuna (Karna Tanding). Selain itu, buku ini juga menceritakan tentang Karna melawan Gatotkaca hingga akhirnya berhadapan dengan Arjuna.
Pe r t a r u n g a n Ka r n a d a n Ar ju n a
Berdasarkan cerita Baratayudha karya Empu Sendah
Gambar 2 Cover depan Cover depan, menggunakan sosok Arjuna yang menghadap ke arah background. Background juga membentuk siluet dari Karna.
Gambar 3 Cover belakang buku Cover Belakang, menggunakan siluet dari pandawa lima, dengan gambar prajurit yang meniup sangkala di atasnya.
Layout Buku Layout halaman dibuat variatif dan menarik. Contoh halaman 6-7 berikut, menampilkan adegan gatotkaca yang memasuki arena peperangan. Gambar gatotkaca yang sedang terbang dibuat seolah keluar dari panel 2 ke panel 3.
Gambar 4 Halaman 6-7
Halaman Spread Dalam buku ini juga terdapat beberapa halaman spread, contohnya halaman 10-11 berikut. Halaman spread disini berguna untuk memberi kesan jelas dan luas.
Gambar 5 Halaman Spread (halaman 10-11)
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dan dengan adanya buku ini diharapkan dapat meningkatkan semangat anak muda untuk mendukung dan melestarikan beragam budaya yang ada di Indonesia. Juga memberikan semangat, bahwa karya-karya anak bangsa tidak kalah dibanding karya asing yang laris di pasaran, tetapi mampu bersaing dengan buku ilustrasi import.
Saran Promosi dan distribusi terhadap karya illustrator maupun komikus Indonesia harus lebih ditingkatkan, bukan sekadar promosi di negara sendiri tapi juga di pasar internasional, agar masyrakat menjadi lebih inovatif dan berkreasi dalam mengembangkan budaya lokal. Untuk anak muda Indonesia, para penggemar komik dan ilustrasi terutama, cobalah untuk lebih menghargai karya-karya anak bangsa, dan meningkatkan ketertarikan terhadap karya-karya anak bangsa sehingga memberikan semangat tersendiri kepada illustrator maupun komikus tanah air dalam menghasilkan karya-karya yang baru.
REFERENSI •
Dameria, Anne. (2007).Color Basic. Link Match Grafik. Jakarta
•
Kosasih, R.A. (2001). Mahabharata. PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
•
Male, Alan. (2007).Illustration :A Theoretical & Contextual Perspective, AVA Book Production Pte. Ltd., Singapore
•
McCloud, Scott. (2007). Membuat Komik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
•
Pedit, Nyoman.. (2003). Mahabharata, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
•
Rajagopalachari, C. (2008). Mahabharata dan Ramayana. IRCiSoD, Jogjakarta.
•
Santosa, Teguh. (2009). Mahabharata. PLUZ+, Jakarta.
•
Santosa, Teguh. (2009). Bharatayudha. PLUZ+, Jakarta.
•
Santosa, Teguh. (2009). Mahabharata. PLUZ+, Jakarta.
RIWAYAT PENULIS Jan Christian Dwiputra lahir di kota Jakarta, tanggal 2 Mei 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara, jurusan Desain Komunikasi Visual peminatan New Media pada tahun 2014.