PERANAN PENYADARAN DAN PENDIDIKAN KONSERVASI UNTUK PENYELAMATAN KAWASAN LINDUNG CAGAR ALAM MOROWALI-SULAWESI TENGAH
LAPORAN AKHIR KAMPANYE BANGGA
Dokumen laporan akhir ini disusun oleh: In’am Fathoni Burhanuddin/Manajer Kampanye The Nature Conservancy – Palu Office Sulawesi Tengah
Bogor Agustus 2009
Gambar Sampul: Program panggung Boneka Merupakan salah satu Media Yang Digunakan Dalam Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat utamanya anak-anak dan pelajar sebagai generasi muda Tentang Pentingnya Cagar Alam Morowali Bagi kehidupan.
LAPORAN AKHIR KAMPANYE BANGGA
Judul: Laporan Akhir Kampanye Bangga: Peranan Pendidikan Konservasi Dalam Penyelamatan Hutan di Kawasan Cagar Alam Morowali – Sulawesi Tengah
Lembaga Pelaksana: The Nature Conservancy- Palu Office Tanggal Publikasi: Agustus 2009
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL & DIAGRAM
DAFTAR FOTO
RINGKASAN EKSEKUTIF The Nature Conservancy (TNC) memulai program konservasi di kawasan Konservasi Cagar Alam Morowali sejak bulan Juni 2007 sebagai bagian dari pencapaian “Goal 2015” program kerja konservasi di daratan Sulawesi. Sebagai bagian dari pijakan awal, program konservasi di
Morowali ini, TNC bekerjasama dengan RARE melakukan program pendidikan dan penyadaran melalui Kampanya Bangga atau dikenal dengan Pride Campaign. Program kampanye bangga ini dilkasanakan selama dua tahun sejak September 2007-Juni 2009. Hutan di Kawasan Cagar Alam Morowali menjadi fokus TNC selain karena mempunyai tipe hutan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi yang juga merupakan habitat bagi spesies yang terancam punah seperti 52 burung endemik termasuk Maleo, Mamalia endemik Sulawesi seperti Anoa, Babirusa, dan Musang Coklat Sulawesi. Selain nilai keanekaragaman hayatinya, masyarakat di sekitar kawasan sangat tergantung dari hasil hutan dan merasakan dampak dari degradasi hutan seperti masyarakat di 5 Desa di Kecamatan Soyojaya yang terkena dampak banjir. Program kampanye ini menggunakan metodologi kerja yang dikembangkan oleh RARE yang dikenal dengan Kampanye Bangga Melestarikan Alam (Kampanye Bangga atau Kampanye Pride) dimana isu-isu sosial seperti isu konservasi disampaikan dengan mengadopsi teknik pemasaran sosial (social marketing). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di Kawasan Cagar Alam Morowali melalui perbaikan pengetahuan, sikap dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kampanye difokuskan di tiga kecamatan di Morowali yaitu Kecamatan Petasia, kecamatan Soyojaya dan Kecamatan Bungku Utara. Program ini terdiri atas 3 tahapan yaitu 1). Tahapan Perencanaan yang meliputi proses pengumpulan informasi melalui studi literatur, pertemuan dengan pemangku kepentingan, diskusi kelompok terfokus dan survei pra kampanye, 2). Tahapan Pelaksanaan selama 1 tahun dengan melaksanakan berbagai kegiatan penjangkauan dan menggunakan beberapa media komunikasi melalui saluran komunikasi terpercaya, 3). Tahapan Evaluasi dan Monitoring utuk menilai pelaksanaan program. Burung Maleo (Macrocephalon maleo) sebagai maskot kampanye ini dan “Hutan Milik Kita, Lestarikan Bersama” sebagai slogannya merupakan pilihan dari masyarakat di kawasan kerja. Maskot dan slogan ini muncul di semua materi dan kegiatan kampanye yang berlangsung selama 1 tahun periode kampanye. Dengan berbagai pendekatan yang dilakukan pada masyarakat target, Kampanye Bangga dengan metode sosial marketing telah berhasil mendorong perubahan prilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Capaian yang diperoleh selama periode akhir 2007 –pertengahan 2009 dari program Kampanye Bangga adalah: 1. Pada akhir program telah terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang status kawasan Cagar Alam Morowali dari 57% menjadi 72 % di kawasan target. 2. Pada Akhir program, masyarakat Desa Matube secara swadaya telah membuat program agroforsetry pembibitan dan penanaman damar (Agathis philippense) sebanyak 500 pohon di lahan kosong yang berbatasan dengan batas Cagar Alam. 3. Pada Akhir program, untuk memonitor keanekaragaman hayati telah terbangun 3 unit kandang penetasan semi alami yang dikelola oleh kelompok lokal sepengetahuan desa di Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Soyojaya.
1. LATAR BELAKANG KAWASAN Masalah konservasi di kawasan lindung (Protected Area) tidak bisa dilepaskan dari masalah sosial budaya masyarakat yang hidup disekitarnya. Dinamika pendekatan konservasi yang dulunya berkutat pada bagaimana melindungi kawasan bahkan dengan kekuatan senjata ala militer, kini beralih menjadi pendekatan yang lebih humanis dan berdimensi sosial. Berpijak dari berbagai pengalaman di berbagai belahan dunia, pada akhirnya disadari konservasi hutan tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya memperbaiki kehidupan manusia didekatnya. Dalam kenyataannya mencipatakan harmoni antara kelestarian alam dan kesejahteraan manusia yang hidup di dekat atau di dalam kaswasan lindung bukanlah perkara yang mudah. Pengetahuan yang baik tentang konservasi sendiri mutlak dimiliki oleh masyarakat. Namun tidak hanya itu kapasitas masyarakat yang baik dan rasa memiliki adalah modal dasar yang dapat memberikan pengaruh positif pada lingkungan. Sehingga Pendidikan konservasi dan peningkatan kapasitas lokal menjadi sebuah kebutuhan di dalam upaya-upaya penyelamatan ekosistem. Melalui program kampanye bangga di Cagar Alam Morowali, The Nature Conservancy berupaya ikut memberikan sumbangan terhadap upaya pelestarian khususnya pada kawasan lindung di Indonesia. Program pendidikan dan kampanye ini menggunakan pendekatan pemasaran sosial (social marketing) yang disebut dengan Kampanye Bangga Melestarikan Alam (Kampanye Bangga atau Pride Campaign) selama periode 28 September 2007 – 30 Juni 2009.
Gambar 1. Peta Cagar Alam Morowali Sulawesi Tengah
1.1.
Profil Kawasan Cagar Alam Morowali
Cagar Alam (CA) Morowali merupakan salah satu kawasan konservasi alam yang cukup luas di Sulawesi Tengah. Ditetapkan pada Tanggal 24 November 1986 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.374/kpts-VII/1986, Cagar Alam ini memiliki areal seluas 225.000 ha. Pada Tanggal 27 April 1999 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.237/kpts-II/1999 luas areal berubah menjadi 209.400 ha (The Nature Conservancy, 2007). Secara geografis, CA. Morowali berada pada daerah 10 20 ’- 10 5725’ LS dan 1210 15’ – 1210 46’ BT. Pengelolaan kawasan CA. Morowali berada di bawah Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah selaku Unit Pengelola Teknis (UPT) Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Kehutanan. Secara administratif pemerintahan, kawasan Cagar Alam Morowali termasuk dalam wilayah Kabupaten Morowali, meliputi bagian wilayah Kecamatan Soyo Jaya, Bungku Utara dan Mamosalato, serta termasuk wilayah Kabupaten Tojo Una-Una, meliputi bagian wilayah Kecamatan Ulubongka (TNC,2007).
Gambar.2 Cagar Alam Morowali Bagian Timur Berdasarkan wilayah administratif, cagar Alam Morowali Terletak di 2 kabupaten Yaitu Kabupaten Morowali dan kabupaten Tojo Una-una di sebelah utara. Tabel 1. Kawasan Cagar Alam MOROWALI dan sekitarnya yang Dipetakan, Dirinci Menurut Wilayah Administrasi Pemerintahan
Areal Pemetaan
Administrasi Pemerintahan
Jumlah
Danau
Sungai
Lahan
(Ha)
(Ha)
(Ha)
Ha
%
Kab. Morowali : Kec. Bungku Utara Kawasan Cagar Alam
Kec. Mamosalato
634
663
149.628
150.925
50,25
-
84
14.426
14.510
4,83
-
152
36.344
36.496
12,15
634
899
200.398
201.931
67,23
-
45
7.424
.469
2,49
634
944
207.822
209.400
69,72
Kec. Bungku Utara
-
266
28.522
28.788
9,58
Kec. Mamosalato
-
16
8.738
8.755
2,91
Kec. Soyo Jaya Jumlah Kab. Tojo Una-Una: - Kec. Ulubongka
Jumlah Kawasan Cagar Alam Kab. Morowali : Kawasan Sekitar Cagar
Alam
Kec. Soyo Jaya
163
18.861
19.024
6,33
445
56.122
56.567
18,83
-
132
34.266
34.398
11,45
-
577
90.388
90.965
30,28
634
1.521
298.210
300.365
100,00
-
Jumlah Kab. Tojo Una-Una: - Kec. Ulubongka Jumlah Kawasan Sekitar Cagar Alam TOTAL AREAL PEMETAAN
Sumber : Hasil Perhitungan Komputer dari Peta Kerja Skala 1 : 25 000. The Nature Conservancy 2007.
1.2.
Batasan Lokasi
Cagar Alam (CA) Morowali secara administratif termasuk dalam Kabupaten Morowali yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Poso. Kawasan CA.Morowali umumnya landai sampai berbukit dengan ketinggian 0 – 2.600 m, yang jika diklasifikasi menurut Whitten et al (1987) termasuk ke dalam hutan dataran rendah (0 –1500) dan hutan pegunungan bawah (1500 – 2400). Sedangkan dengan adanya pengaruh laut maka beberapa bagian dari kawasan ini dalam klasifikasi habitat menurut Coates et al (2000) terdiri dari beragam habitat, yaitu pantai, mangrove, hutan sekunder dan daerah pinggiran hutan, serta hutan pamah dan dataran rendah.
Gambaran Topografi Topografi dikawasan ini terbagi dalam dua bagian di daerah landai dan daerah pegunungan. Dataran yang landai yang luas di daerah dekat pantai masuk kedalam kawasan yang juga merupakan hutan dataran rendah sulawesi yang masih tersisa dan bagus kondisinya. Daerah pegunungan mempunyai kelerengan yang cukup terjal, puncak hingga lebih dari 2.600 meter, dengan puncak tertinggi Gunung Tokala (2.630 meter), Gunung Tambusisi (2.422 meter) dan Gunung Morowali (2.280 nmeter). Keadaan lapangan pada umumnya berupa tanah kering, dengan bentuk lapangan datar sampai bergunung. Sebagian besar berupa daerah sangat curam dengan kemiringan lereng lebih dari 40%, tersebar hampir di semua pegunungan dalam kawasan cagar alam. Areal dengan keadaan lapangan datar terdapat hanya pada sebagian kecil kawasan di sepanjang pantai batas kawasan di sebelah Selatan. Kawasan Cagar Alam Morowali didominasi oleh kelompok lahan yang secara fisiografi berbukit dan bergunung, dengan topografi sebagian besar curam dan sangat curam (kelas lereng lebih dari 25%), tersebar pada bagian Barat, Utara dan Timur kawasan. Sedangkan bagian kawasan dengan topografi datar, landai hingga agak curam tersebar di selatan dan tenggara kawasan hingga ke batas pantai.
Kondisi Geologis Secara umum, di daerah Sulawesi dikenal tiga propinsi geologi, yaitu: (1) propinsi Sulawesi Timur, (2) propinsi Sulawesi Barat, dan (3) propinsi Kepulauan Banggai, Sula dan Buton. Kawasan Cagar Alam Morowali dan sekitarnya yang dipetakan termasuk ke dalam propinsi Sulawesi Timur (WWF, 1980). Berdasarkan Peta Geologi Sulawesi (van Bemmelen, 1949 dan Direktorat Geologi, 1975 dalam WWF,1992), Mendala Sulawesi Timur yang menyusun daerah yang dipetakan merupakan bagian dari “Zone Kolonodale”. Zone Kolonodale yang meliputi daerah yang dipetakan sebagian
besar terdiri dari batuan beku ultra basik dan basik, serta batuan endapan tak terpisahkan (diinterpretasi sebagai batu kapur). Di bagian tertentu terdapat formasi kuarter yang terdiri dari endapan aluvium dari batuan ultra basik, dan endapan permukaan seperti endapan sungai dan pantai (WWF,1980). Berdasarkan peta Land System and Land Suitability (RePProT, 1988), sebagian besar areal kerja pemetaan merupakan daerah pegunungan (mountainous) dan terdiri dari fisiografi LNG dan PDH, yakni punggung cembung di atas batuan ultra basik serta punggung tertoreh melebar. Formasi kapur (karstik) dijumpai di daerah sekitar Bukit Rapan Suleimanu (system OKI). Daerah lainnya berupa kipas aluvium dari bahan ultra basik di daerah S. Morowali ke arah Timur (system MKO). Informasi lebih jauh yakni terdapat kawasan rawa bergambut dangkal (system MDW) di daerah bagian Selatan S. Tiwara. Bahan induk lainnya berupa endapan sungai (bahan mineral dan organik) dan endapan marin/pantai berupa pasir dan lumpur.
Iklim dan Cuaca Karena berbatasan langsung dengan laut di sebelah Selatan, iklim kawasan Cagar Alam Morowali cukup terpengaruh oleh angin laut. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim kawasan cagar alam dan sekitarnya termasuk type A, atau merupakan daerah basah dengan nilai Q antara 0 - 14,3%. Berdasarkan Peta Curah Hujan Pulau Sulawesi sebagaimana Lampiran Peta 7, hampir seluruh kawasan cagar alam dan sekitarnya yang dipetakan mempunyai curah hujan di atas 2.500 mm pertahun, kecuali pada sebagian kecil bagian kawasan sebelah Utara, dengan curah hujan antara 2.000 mm - 2.500 mm pertahun. Berdasarkan data rata-rata lima tahun terakhir dari dua stasiun pengukur di sekitar cagar alam, yaitu Stasiun Balai Penyuluh Pertanian Kolonodale (sebelah Barat Daya kawasan) dan Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Kasiguncu (sebelah Barat Laut kawasan), curah hujan berkisar antara sekitar 2.000 mm-3.500 mm pertahun, dengan 135 dan 187 hari hujan pertahun, serta tanpa bulan kering (The Nature conservancy,2007).
Karakteristik Ekosistem Hutan mangrove/ bakau; Tersebar di sepanjang pantai selatan yang berlumpur dari muara Sungai Salato dengan lebar garis pantai kurang lebih 1 km. Hutan rawa; Tersebar di sekitar Danau Ranu Besar dan Blok Hutan Ranu dan sepanjang Sungai Morowali. Hutan alluvial dataran rendah; Daerah ini berada di bagian dataran rendah Morowali dan pada musim hujan kadang-kadang terendam air. Hutan perbukitan dan pegunungan; Kawasan ini berada di bagian Tengah dan Utara kawasan cagar alam dan kondisinya hampir 70 % dinilai masih utuh. Hutan lumut (Sub alpin); Tipe hutan ini memiliki ketinggian di atas 1.600 meter dari permukaan laut ditandai dengan tumbuhan lumut yang menutup/ membalut tegakan yang ada terutama dari jenis Vaccinium sp. Hutan Sekunder; Daerah ini relatif sangat sempit dan merupakan lahan bekas perladangan yang sudah ditinggalkan . Jenis tumbuhannya terutama berupa rumput alang-alang dan lokasi berada di sekitar Sungai Morowali (perjalanan antara Morowali dan Kayu Poly).
Keanekaragaman hayati Flora Keanekaragaman tipe ekosistem hutan yang ada di kawasan cagar alam merupakan kekayaan alam khas dengan dicirikan berupa berbagai kekayaan jenis flora yang tumbuh secara alami/asli pada tipe ekosistem yang bersangkutan. Hutan mangrove dicirikan oleh; bakau (Rhizophora mucronata, R. apiculata, dan R. alba), Bruguiera sp, Lumitzera sp, Ceriops sp, coropa sp, dan beberapa jenis lain seperti paku gajah (Acrostichum sp), pandan (Pandanus sp), beringin (Ficus sp), dan Cemara Laut (Casuarina equisetifolia). Hutan Rawa; Palqium sp, Ponteria sp, Manilkara sp, Mimusop sp, Calophyllum soulatri, Panirani corymbosa, Haplolobus celebicus, Pinang (Pinanga sp), dan Rotan (Calamus sp). Hutan alluvial dataran rendah : Pandan (Pandanus sp), Alstoria scholaris, Callophyllum soulatri, Gonystylus macrophyllus, Palaqium sp, dan Bambu (Bambussa sp). Hutan perbukitan dan pegunungan; Ponteria firma. Litsea sp, Mimusops elengi, Manilkara sp, Kjellbergirdendron celebicum, Haplolobus celebicus, Tonna sureni, Pometia pinnata, Terminalia sp, Agathis philippinensis, Podocarpus neriifolius, Alstonia scholaris, Dracontomeles mangiferum dan Parinari corymbosa. Hutan lumut; Dicirikan dengan jenis flora yang pertumbuhannya kerdil dan batang berukuran kecil sampai sedang, seperti Lithecarpus sp, Pasang (Quercus sp), Trestania sp, dan Pandanus sp. Pada pohon-pohon tersebut batang, cabang dan rantingnya ditutupi lumut yang tebal. Fauna Berbagai jenis fauna yang hidup disini cukup bervariasi sebagai perwakilan di ekosistem hutan dataran rendah sampai pegunungan di Sulawesi, mulai dari kelas mammalia, reptilia, burung sampai kelas serangga. Beberapa mammalia endemik yang terdapat disini, yaitu: Babirusa (Babyrousa babirussa), Anoa (Bubalus quarlesi), Kera hitam Sulawesi (Macaca tonkeana), Musang coklat Sulawesi (Macrogalidia musschebroeki), Kuskus (Phalanger celebensis dan P. ursinus) yang perlu dipertahankan kelestariannya. Mammalia jenis lainnya, seperti: rusa (Cervus timorensis), musang (dan Bambu (Bambussa sp). Musang (Vivera tangalanga), babi hutan (Sus sp), Tikus (Rattus sp) dan beberapa jenis dari keluarga kelelawar dan kalong. Berdasarkan laporan survey Operation Drake tahun 1980 di kawasan ini terdapat 225 jenis burung, dari sejumlah jenis tersebut 52 diantaranya merupakan jenis endemik dan 3 jenis berdasarkan ICBP sudah termasuk kategori terancam, yaitu jenis Accipiter nanus, Macrocephalon maleo, dan Scolopax celebensis. Berdasarkan habitatnya, burung-burung tersebut dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu : Jenis burung air/laut: elang laut (Heliaeetus leucogaster), itik pohon (Dendrocygna sp), itik liar (Anas gibberfrons), pecuk ular (Anhinga melanogaster), cangak merah (Ardea pupurea), dan lain-lain. Jenis burung darat: burung butbut (Centropus celebensis), raja udang (Pelargopsis melanorhyncha), rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong sulawesi (Rhyticus cassidic), yove (Ducula forsteni), buta (Ducula luctuosa), Ptilinopus sp, burung hantu (tyto rosenbergii, Nynox sp), Jiokaka (Malia grata), katio (Trichastoma celebensis), keli (prionturus platurus), vae (Trichoglossus ornatus), sipili (T. flavoviridis), pinski (Loriculus stignatus), maleo (Macrocephalon maleo), burung gosong (Megapodius freycinet). Informasi terhadap keanekaragaman jenis burung dan persebarannya di Cagar Alam Morowali masih sedikit diketahui. Walaupun kenyaataannya di Cagar Alam Morowali relatif sedikit jenis burung yang hidup, tetapi dari sudut konservasi burung, kawasan ini cukup penting, karena pada kawasan ini ditemukan beberapa jenis burung yang sudah
jarang ditemukan di tempat lain akibat populasi mereka semakin merosot, seperti Ciconia episcopus, Macrocephalon maleo, Megapodius cumingii, beberapa pergam endemik (Ducula spp.), katik endemik sulawesi (Ptilinopus spp.), Loriculus spp., Basilornis celebensis, Prioniturus, serta tak kalah pentingnya beberapa jenis burung pantai dan laut yang setiap tahun mengunjungi beberapa tempat di cagar alam ini pada saat musim migran burung dari utara. Sangat disayangkan kehidupan burung di kawasan ini sangat jarang diketahui; akibat jarang dilakukan penelitian di tempat ini. Kegiatan yang selama ini dilakukan berupa pengamatan dan penelitian terhadap jenis burung, yang dilakukan baik secara perorangan seperti DEREK HOLMES tahun 1979 dan W. H. TIMMIS pada Tahun 1980 dan beberapa lembaga konservasi seperti WWF tahun 1980 dan Wildlife Conservation Society (WCS) 2002. Reptil yang sering dijumpai di kawasan ini, yaitu soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), biawak (Varanus celebensis), ular phyton (Phyton sp), Natryx sp, Psamoradinaster sp, dan Tromersurus wagleri). (Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah,1994)
1.3.
Gambaran Umum Masyarakat
Demografi dan Populasi Sebagai kawasan pelestarian alam penting, CA. Morowali tidak terlepas dari keberadaan masyarakat di sekitar dan di dalamnya. Masyarakat di sekitar dan dalam CA. Morowali memiliki interaksi yang tinggi dengan sumberdaya kawasan, berupa pemanfaatan kayu dan hasil hutan lainnya termasuk pembukaan kawasan untuk lahan pertanian. Hasil identifikasi cepat di sekitar dan dalam kawasan CA. Morowali terdapat 21 Desa yang berbatasan dan di dalam kawasan dengan jumlah penduduk sekitar 3.206 KK atau 14.454 jiwa dan terdapat delapan pemukiman kelompok suku wana yang berinduk pada desa-desa di sekitarnya. Secara lebih terperinci, distribusi desa-desa di sekitar CA Morowali, jumlah penduduk dan luasannya, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Data kependudukan di kecamatan lokasi target kampanye Jumlah Penduduk Kecamatan
Desa
(KK)
Jiwa
Soyo Jaya
Lembah Sumara
128
613
Sumara Jaya
145
478
Tambayoli
118
528
Tandoyondo
66
435
Tamainusi
84
341
Tokonanaka
79
408
Matube
127
575
Uewaju
136
625
Bungku Utara
Tokala Atas
89
376
Posangke
88
389
Taronggo
70
791
Tambarobone
198
792
Petasia
Total Populasi
Tirongan Atas
78
524
Lemo
152
649
Salubiro
205
1260
Bahoue
237
960
Ganda-ganda
250
1230
Kolonodale
720
3283
2970
14257
Sumber : Kecamatan Dalam Angka BPS 2005
Ekonomi Penduduk di desa-desa sekitar kawasan cagar alam pada umumnya menggantungkan hidup pada mata pencaharian di sektor pertanian, peternakan dan hasil hutan non kayu seperti damar dan rotan, serta sebagian kecil bergantung pada hasil laut. Pertanian yang dilakukan umumnya adalah pertanian sawah dengan irigasi semi permanen seperti di kecamatan Soyojaya, dan sebagian desa di Kecamatan bungku Utara. Sebagian masyarakat mengandalkan hasil kebun seperti coklat dan kopra untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Minimnya lapangan kerja dan seringnya bencana banjir yang terjadi menyebabkan masyarakat mencari alternatif untuk kebutuhan hidup. Sementara itu kawasan cagar alam menyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat dengan banyaknya tanaman damar dan rotan didalamnya. Di setiap desa setidaknya terdapat 1-3 pedagang pengepul damar dan sekitar 20 orang pencari damar. Sementara produksi dari satu desa bisa mencapai 5 ton setiap tiga bulan. Hasil damar ini kemudian di kirim ke Kolonodale dan ditampung oleh pedagang besar di Kolonodale dan dikirim ke Makasar atau palu. Secara umum, sumber mata pencaharian penduduk dimaksud dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) jenis : Bersawah (tadah hujan dan irigasi) Berladang/kebun, dengan tanaman utama: jagung, kedelai, kacang tanah, buahbuahan, kopi, kakao, rempah-rempah. Menggembala ternak sapi, kambing, kerbau, peternakan ayam dan bebek, budidaya ikan. Produk kerajinan tangan, berupa pisau, keranjang rotan dan bambu. Produk hasil hutan kayu dan non kayu seperti rotan, madu, damar, dan sebagainya. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan non kayu ini, terutama damar, cukup marak terjadi di Morowali karena damar menjadi salah satu komoditi hutan non kayu andalan Kabupaten Morowali. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan CA Morowali juga cukup intensif memanfaatkan hutan di dalam kawasan untuk menyadap damar alam. Tenaga kerja musiman (buruh), umumnya di bidang pertanian, bangunan dan angkutan.
Budaya Di sekitar kawasan terdapat berbagai macam suku dan budaya seperti Bugis, Ta’a/Wana, Mori, Bungku, Jawa, Besoa, Bali dan Bajo. Suku bugis merupakan suku terbesar dan mendominasi di sekitar kawasan. Didalam cagar alam sendiri hidup masyarakat suku terasing Suku Wana yang secara tradisional sangat bergantung pada sumberdaya hutan. Mereka hidup secara berpindah-
pindah di dalam kawasan terutama di daerah pegunungan dalam kelompok kelompok yang terpisah. Gambar 3. Satu keluarga Suku Wana yang hidup di CA Morowali
Sejauh ini keberadaan mereka di dalam kawasan ’dibiarkan’ dan tidak dianggap sebagai ancaman. Meskipun mereka memiliki kebiasaan hidup berpindah, akan tetapi mereka masih menganut banyak kearifan tradisional termasuk diantaranya adalah kearifan untuk melindungi sumber mata air dan aturan adat untuk melindungi kawasan hutan mereka. Dari sejarahnya, seperti disarikan oleh Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM), sebelum kemerdekaan, suku Wana tundak kepada kekuasaan Kerajaan Ternate, yang secara berkala mereka harus mengirimkan upeti. Melemahnya pengaruh Ternate kepada suku Wana diperkirakan karena semakin menguatnya kerajaan-kerajaan kecil yang berkuasa di pantai Sulawesi. Akhirnya suku Wana tunduk kepada kekuasaan kerajaan Bungku di pantai Selatan, kepada Raja banggai di pantai Timur, kepada kerajaan Tojo di sebelah utara, dan sebelah barat tunduk kepada kerajaan Mori. Belanda masuk ke Sulawesi dengan cara menaklukkan kerajaankerajaan kecil lokal di pesisir Sulawesi. To Wana adalah suku yang tidak mau tunduk dengan segala macam aturan pajak yang dikenakan wajib oleh Belanda kepada daerah taklukannya. Sampai sekarang ini To Wana tidak memiliki pemerintahan resmi sesuai aturan negara Indonesia, mereka tidak memiliki KTP, tidak memiliki pemerintahan desa. Tetapi mereka memiliki aturan-aturan adat yang sangat mereka patuhi. Hubungan antar masyarakat dan hubungan dengan hutan serta sumberdaya alam lainya diatur sesuai dengan aturan-aturan adat di antara To Wana sendiri. To Wana yang ada di pesisir sudah mengenal sistem pemerintahan, dan To Wana yang berada dalam kawasan hutan Cagar Alam Morowali masih sesuai dengan aslinya: merdeka dari tekanan siapapun. Jumlah penduduk To Wana sekitar 1.700 jiwa, berada di dalam kawasan Cagar Alam Morowali. Mereka hidup terpencar satu sama lain, tidak terkonsentrasi pemukimannya. Kehidupan mereka mengandalkan dari pertanian berladang gilir balik. Orang Wana menebang dan membakar sedikit areal hutan yang kemudian digarap untuk berladang selama 1-2 tahun, dan kemudian ditinggalkan dengan maksud mengembalikan kesuburan tanahnya (falllow period). Makanan pokok suku Wana adalah ubi kayu, dan diselingi oleh bahan pangan beras jika mungkin. Selain berladang mereka juga berburu binatang babi, tikus hutan, burung dan lain-lain. Suku Wana juga menyadap dan mengumpulkan getah damar untuk kemudian dijual. Biasanya setiap minggu mereka pergi ke tempat penjualan getah damar (6-7 jam perjalanan) dari dalam hutan. Pohon damar tidak ditebang oleh orang Wana karena menghasilkan uang secara berkelanjutan.
Dengan ditetapkannya kawasan CA Morowali, keberadaan dan keberlangsungan kehidupan masyarakat suku Wana mengalami tekanan. Terutama kalau melihat kepada status sebagai CA yang tidak membenarkan adanya pemukiman dan kegiatan produksi di dalamnya. Perubahan status menjadi Taman Nasional, oleh karenanya kerap dilihat sebagai satu pemecahan masalah agar hak hidup suku Wana dapat diakui. Harapannya adalah dengan sistem Taman Nasional kelak akan ditetapkan sistem zonasi, khususnya zonasi pemanfaatan tradisional, sehingga suku (masyarakat adapt) Wana masih mungkin hidup dan tetap tinggal di dalam hutan tersebut. Pemikiran perubahan status ini juga diilhami oleh keberadaan masyarakat adat Katu di dalam TN Lore Lindu.
Situasi Politik Pada saat ini situasi politik di kabupaten morowali masih sangat kondusif, dan tidak ada gejolak sosial politik yang dapat mengganggu pembangunan didaerah ini. Meski berbatasan dengan kabupaten Poso dan penduduk yang multi etnis, keadaan di kabupaten morowali masih bisa dikatakan kondusif. Perpindahan Ibukota Kabupaten dari Kolonodale ke Bungku, sempat memunculkan kecemburuan pada masyarakat di Kolonodale, karena memicu keterpurukan perekonomian di Kolonodale. Adanya rasa ketidakpuasan pada etnis Bungku di etnis Mori membuat mereka membuat inisiasi pemekaran menjadi Kabupaten Morowali Utara dengan kolonodale sebagai ibukota kabupaten. Rencana pemekaran ini sempat disetujui oleh DPR pusat pada tahun 2008, namun dibatalkan oleh pemerintah pusat. Kota pelabuhan Kolonodale ini menjadi penghubung yang penting ke daerah disekitarnya seperti Matube, Baturube, Kolo dan untuk angkutan ke Bitung di Sulawesi Utara dan kendari Sulawesi Tenggara yang dilayani dengan armada fery setiap dua minggu sekali.
1.4.
Sejarah Pengelolaan Kawasan
Cagar Alam (CA) Morowali merupakan salah satu kawasan konservasi alam besar di Sulawesi Tengah, yang ditetapkan pada Tanggal 24 November 1986 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.374/kpts-VII/1986 dengan luas areal 225.000 ha. Perubahan luas kawasan melalui SK Menhut No. 5 Tahun 1999 menetapkan luasan kawasan menjadi 209.000 ha. Alasan penetapan kawasan adalah: keunikan ekosistem yang ada dari ekosistem pantai sampai ekosistem pegunungan. Disamping itu potensi keanekaragaman hayati juga cukup unik terutama di gunung tambusisinya. Kawasan ini diusulkan menjadi kawasan Taman Nasional, dan saat ini sedang dilakukan studi kelayakan untuk menjadi kawasan Taman Nasional oleh Direktorat Jenderal PHKA.
1.5.
Permalahan Konservasi
Potensi hasil hutan non kayu terutama damar (Agathis philippense) yang cukup berlimpah membuat kegiatan penyadapan damar cukup marak di sini. Setidaknya jumlah anggota masyarakat yang memasuki kawasan CA Morowali untuk menyadap damar cukup banyak. Sayangnya, tingginya permintaan akan getah damar ini, apalagi perannya dalam menopang perekonomian masyarakat yang, tidak dibarengi dengan upaya untuk mengelola sumberdaya alam yang baik. Disamping itu, masyarakat belum memiliki kemampuan untuk mengelola lahan desa untuk
budidaya damar. Akibatnya, mereka benar-benar bergantung kepada damar alam dan memanfaatkan damar yang ada di dalam kawasan. Kegiatan ini tidak saja mengancam keutuhan kawasan Cagar Alam Morowali, yang secara hukum memang memberi sedikit sekali peluang pemanfaatan, akan tetapi juga memberi ancaman tambahan akibat dari kegiatan ikutan penyadapan damar alam ini. Misalnya, perburuan satwa sebagai lauk para penyadap damar yang umumnya memasuki kawasan untuk menyadap damar dengan perbekalan seadanya dan kebakaran hutan dapat sering terjadi.
1.6. Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lembaga Lain yang Terlibat Program konservasi yang dilakukan oleh lembaga lokal dilakukan oleh Yayasan Sahabat Morowali yang dilakukan untuk pendidikan lingkungan pada Masyarakat terasing Suku Wana. Namun pada saat ini keberadaan LSM Sahabat Morowali tidak lagi aktif bererak di kawasan cagar alam ini. Setelah bencana alam banjir dan tanah longsor tahun 2007 lalu, organisasi internasional CWS aktif melakukan kegiatan di kecamatan Bungku Utara. CWS bergerak dalam bidang pendidikan lingkungan dan bantuan pertanian. Kelompok Anak Alam Morowali merupakan kelompok baru yang terbentuk pada tahun 2007. Kelompok ini sebagian anggotanya merupakan anggota Yayasan Sahabat Morowali. Dalam kegiatannya kelompok ini lebih banyak bergerak pada pendidikan lingkungan dan kepecintalaman.
2. Penilaian Lokasi 2.1.
Matriks Stakeholder
Keterlibatan aktif para pemangku kepentingan di kawasan target merupakan suatu syarat mutlak agar muncul kepemilikan dan dukungan bagi setiap kegiatan konservasi termasuk program Kampanye Pride yang akan dilakukan di CA Morowali. Selain itu, dengan melibatkan para pemangku kepentingan, diharapkan mereka dapat terlibat untuk mencari pemecahan permasalahan yang ada di kawasannya. Tentunya tidaklah mudah memilih figur yang ada di masyarakat yang dapat mewakili kepentingan dan suara seluruh masyarakat. Apalagi jika ternyata bukan hanya kepentingan ekologi yang muncul akan tetapi kepentingan politik, budaya dan ekonomi juga muncul. Karenanya, diperlukan satu langkah sederhana untuk dapat mengidentifikasi figur stakeholder kunci atau tokoh kunci berdasarkan beberapa faktor, minat dan motif, potensi kontribusi dan konsekuensi yang muncul dari ketidakterlibatannya. Dengan ketiga faktor ini diharapkan kepentingan-kepentingan yang ada dapat terwakili dan bentuk keterlibatannya juga dapat diidentifikasikan di awal.
Tabel 3. Daftar stakeholder kunci kawasan target Kampanye Pride di CA Morowali No
Peserta/
Nama
Issu Kunci
Minat/motif
Potensi kontribusi
Konsekuensi
Stakeholder
Camat 1 Soyojaya, Camat Petasia
Kepala Desa Tambayoli, Ganda-ganda 3 Lembah Sumara, sumara jaya, Tamainusi.
4 BKSDA
(kepentingan apa yang akan disuarakan oleh Issue apa yang akan (apa yang dapat stakeholder? dibawa oleh diberikan oleh pertemuan Mengapa kepada stakeholder?) stakeholder? stakeholder berminat untuk datang?)
Otonomi daerah, konflik resolusi, Mohamad. Asif dukungan pemerintah setempat
Berpotensi untuk dukungan pemerintah, pengetahuan mengenai isu structural di pemerintah potential for buy, anggaran daerah
Terdapat pandangan dan perspektif pemerintah, Ide-ide untuk pengembangan proposal menjamin dukungan dan keterlibatan oleh pemerintah pemerintahan setempat
Selamet dkk
Sumber pendapatan untuk desa, pembangunan desa.
Ada sesuatu yang ditawarkan dan Menggali apakah Bantuan promosi pada bermanfaat untuk ada manfaat untuk masyarakat desa dan kepentingan desa desa dan pelibatan masyarakat baik berupa materiil masyarakat maupun non materiil.
Samsi
Konservasi kawasan konservasi, Perubahan status kawasan menjadi Taman Nasional
Pengembangan program, batuan teknis, laporan kegiatan.
Aspek legalitas dan dukungan.
Tidak ada bantuan personal, dan kekurangan dana.
Dinas 5 kehutanan kab. morowali
Dikjar Kecamatan 5 soyojaya, Petasia
Bantuan Pengembangan pendidikan untuk pendidikan formal sekolah.
Aplikasi Mulok dan kegiatan konservasi di leingkungan sekolah
Tidak akan terlibat banyak dan diserahkan pada Para PLS, Pada musim ujian tidak bisa diganggu.
6 PKK
Kesehatan keluarga, peningkatan kapasitas masyarakat desa.
Dilibatkan dalam kampanye untuk mempengaruhi kelompok ibu-ibu.
Kurangnya keterampilan
7 Kelompok tani Nurohman, Misdi Pertanian
Kegiatan desa untuk keluarga, Lomba Masak
Waktu terlibat Peningkatan usaha Simpul yang cukup solid dalam kegiatan lebih pertanian, irigasi, dan dapat berkontribusi banyak pada malam air, pada masyarakat luas. hari
Issu Kunci
No
8
Peserta/ Stakeholder
Anak Alam morowali
Nama
Minat/motif
Potensi kontribusi
(kepentingan apa yang akan disuarakan oleh Issue apa yang akan (apa yang dapat stakeholder? dibawa oleh diberikan oleh pertemuan Mengapa stakeholder? kepada stakeholder?) stakeholder berminat untuk datang?)
Kebersihan Dody, Ali, Link, lingkungan, Jasmin Kesehatan, Lingkungan
Konsekuensi
Penghargaan,
Merupakan kader yang dibentuk oleh. Potensi kontribusi secara sukarela mereka mau terlibat dalam kampanye
Dukungan dari bapedalda mungkin kurang untuk kadernya baik bersifat pembinaan maupun insentif.
Kesehatan anak
Memeiliki kegiatan pertemuan rutin. Pemahaman pada Dapat menggunakan konservasi kurang. kegiatan mereka untuk kampanye konservasi.
Bidan Desa dan Kader 9 Kesehatan (Posyandu)
Anak-anak, ibu menyusui, balita.
10 Guru SD
Mencari bentuan Pendidikan anak, untuk program perbaikan fasilitas pendidikan di sekolah sekolah
Dipercaya oleh masyarakat, mitra penting dalam kampanye di sekolah.
Waktu yang bisa digunakan sore hari atau hari libur
Dakwah dan penguatan moral masyarakat
Potensial untuk mempengaruhi masyarakat.
Kurang mengerti pada konservasi alam. Atau pemahaman pada konservasi kurang.
11 Tokoh agama
Irwan, Novi
M. Ali
Ingin menyampaikan dakwah, ibadah.
Focus Group Discussion Proses FGD Focus group discussion (FGD) merupakan proses pengumpulan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Dalam kaitannya dengan program kampanye bangga ini, FGD lebih ditekankan beberapa permasalahan yang spesifik yang didapatkan dari konsep model yaitu: 1. Pengelolaan hasil hutan nonkayu khususnya damar dan rotan, 2. Lahan masyarakat dalam kawasan dan 3. Perburuan satwa liar (maleo) Selain untuk mengetahui permasalahan diatas FGD ini juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan cara pandang masyarakat terhadap kawasan cagar alam morowali.
2.2.
Hasil FGD1
Pengelolaan Hasil Hutan Non Kayu Diskusi dengan kelompok masyarakat pengolah damar dan rotan dilakukan di Desa Tandoyondo. Secara geografisDesa ini berbatasan dengan area Cagar alam morowali di areal mangrove. Etnisitas masyarakat kebanyakan dari suku bugis dan bahasa sehari-hari adalah bahasa bugis. Desa ini bersama dengan desa Tambayoli dan Taminusi termasuk sebagai desa tua di kecamatan Soyojaya dan walaupun sebenarnya termasuk pendatang sudah dianggap penduduk pribumi. a. Pola Pengambilan Frekwensi pengambilan atau pengolahan damar dilakukan setiap hari kecuali hari jum’at saja. Jadi dalam satu minggu ada 6 hari secara terus menerus masyarakat mengolah damar di dalam kawasan. Pada umumnya para pengolah damar ini adalah petani, yang pada saat senggang setelah masa tanam padi mereka mencari damar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat biasa berangkat pada subuh dengan menggunakan perahu dengan dayung ke dalam kawasan cagar alam, dan sore hari sekitar jam 3 sudah pulang lagi kerumah. Hasil yang diperoleh sekitar 7-8 kg perhari dengan harga di tingkat pengolah Rp. 3700/kg atau sekitar 30.000/hari. b. Daerah kelola Tidak ada pembagian batas daerah dalam mengolah damar, masyarakat bebas menlakukan pengolahan di cagar alam. Kalau bertemu pendamar dari desa lain biasanya mereka cuma berbagi rokok saja. Logikanya karena sama-sama mencari siapa cepat siapa dapat, begitu kata mereka. Secara khusus masyarakat pengolah damar di desa Tandoyondo ini mencari damar di daerah Budong-budong di dalam kawasan cagar alam Morowali. Selain itu lokasi pengolahan yang potensial di daerah perbukitan yang termasuk hutan HPH dan hutan lindung di sebelah barat desa. Berdasarkan informasi dari masyarakat Tambayoli, sebenarnya daerah budong-budong ini masuk wilayah desa Tambayoli, dan Kades Tambayoli mendapat sorotan dari masyarakat mengenai lokasi damar yang “diserobot” oleh warga Tandoyondo. c. Tata cara Cara pengambilan damar yang dilakukan termasuk sudah baik, dimana hasil yang didapatkan bersih dan tidak bercampur tanah atau lumut. Secara tradisional masyarakat 1
Rincian lengkap hasil FGD ini dilampirkan sebagai lampiran di dokumen ini
mempunyai pengetahuan teknik menyadap yang sangat baik dan tidak merusak. Pohon yang disadap dapat berumur lama dan pohon yang disadap harus seukuran batang kelapa. Batas ketinggian untuk dapat disadap adalah 3 meter. d. Cara pandang terhadap cagar alam Masyarakat berpandangan hutan yang dilindungi dalam hal ini cagar alam morowali masih sangat dibutuhkan keberadaannya. Beberapa kebutuhan untuk masyarakat diambil dari cagar alam seperti daun nipah yang sangat berguna untuk atap rumah. Satu persoalan yang ada di sini adalah masalah lahan masyarakat yang masuk di dalam kawasan milik 7 orang warga. Gambar 4. FGD di Tandoyondo
f. Inisiatif Lokal Inisiatif masyarakat di desa Tandoyondo untuk pengembangan tanaman damar masih kurang. Mereka masih secara instan mengolah dan memanfaatkan apa yang sudah ada di dalam hutan. Mereka berpendapat damar tidak bisa ditanam di kebun dalam desa mereka. Inisiatif masyarakat dalam pengelolaan damar di dapatkan di desa Sumara Jaya. Yang sebenarnya arah diskusi dilakukan untuk perburuan satwa khususnya Maleo. Diskusi yang disusun secara non formal ini kemudian mengarah pada damar setelah adanya pernyataan sekdes yang telah menyediakan lahan untuk kelapa sawit di lahan sekitar 400 ha. Beberapa pernyataan masyarakat di Sumara Jaya untuk pengelolaan damar diluar kawasan melalui FGD antara lain: Mahda Ali (Ketua BPD): “Kalau ada positif akan dikembangkan penanaman damar di Sumara jaya jangan kelapa sawit. Itu saja ada pemiliknya bersertifikat. Karena perawatan sangat mudah beda kelapa sawit dipupuk diapa. Satu ha kalau kayunya sudah begini pokoknya sudah berapa. Kalau sawit diremajakan 25 tahun keatas kembali lagi hambur uang untuk peremajaan. Kalau damar perbulannya miliaran kalau lahan 400 ha penuh damar di lahan transmigrasi bersertifikat ini.” Slamet (Sekdes): “Apalagi diwilayah pinggir kali untuk jalur hijau. Saya rasa kalau dinas bisa, Cuma kalau kitakan cara pembibitannya belum tahu.” Mahda Ali: “Tidak disuruh pak tidak pakai biaya kalau memang ada pembibitannnya.”
Inisiatif lokal ini sejalan dengan target kampanye bangga sendiri untuk membuat sebuah kegiatan yang bersifat trade off (pertukaran) antara kampanye yang sifatnya awareness dan pengganti biaya sosial ketika masyarakat berubah perilakunya dimana tingkat intervensi bisa dilakukan dalam skala komunitas pada suatu bentang lahan. Pertukaran yang diharapkan terjadi adalah perubahan perilaku dari berburu terutama maleo dan satwa lain serta terjadinya pengurangan intensitas masyarakat masuk dalam kawasan. Sehingga sangat penting juga untuk mengetahui populasi awal maleo di daerah sumara jaya ini sebagai alat ukur keberhasilan program.
Lahan masyarakat dalam kawasan. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang lahan di dalam kawasan dilakukan di desa Tamainusi. Sama dengan desa tandoyondo kultur masyarakat merupakan kultur bugis. Pada saat kerusuhan Poso, desa ini dulu pernah menjadi daerah latihan perang para Laskar Fundamentalis Islam yang pernah membuat kerusuhan di daerah Beteleme. Namun demikian masyarakat tidak ada yang terlibat dalam aksi tersebut karena takut dibawah ancaman senjata sehingga mereka tidak bisa berbuat banyak. a. Pal batas kawasan CA Klaim terhadap lahan masyarakat terjadi pada tahun 1980an pada saat penetapan batas kawasan oleh petugas kehutanan. Kondisi sosial pada saat itu masyarakat takut dengan petugas dan percaya saja ketika petugas menyatakan bahwa patok yang dipasang merupakan patok sementara saja. Lahan yang masuk dalam kawasan ini adalah lahan persawahan yang berbatasan dengan hutan mangrove. Dari diskusi diketahui ada 10 orang yang memiliki lahan sawah dalam kawasan dengan total luasan 20an hektar. Mengenai penetapan pal batas, mayarakat menyatakan, seperti yang dinyatakan oleh ….. : “Bahwasanya saat pemasangan pal tidak ada keterbukaan, pihak pelaksana ingin cepat saja. Manakala dilokasi ada masyarakat mereka bilang tidak ada apa2 ini. Kenyataan di kemudian hari tidak bisa kami mengolah lagi. Mestinya kan kalau seperti sekarang tidak boleh seperti itu. Sebelum diadakannya tata batas ya. Kongko-kongko dululah dengan masyarakat.” Didesa ini praktis tidak ada lahan sawah dan rapat Musbangdes desa Tamainusi menginginkan adanya pencetakan sawah baru, dan menurut keterangan kades sudah dianggarkan tahun 2008 ini. Sawah baru yang dimaksud adalah areal sawah masyarakat yang ada di dalam kawasan. b. Cara pandang masyarakat terhadap kawasan Masyarakat berpandangan ada sisi manfaat dari kawasan seperti adanya damar dan kepiting bakau yang punya nilai ekonomis tinggi. Ada keinginan kuat untuk memfungsikan kembali lahan sawah yang ada di dalam kawasan cagar alam dan usaha membuat empang atau tambak dengan mengalihfungsikan daerah mangrove cagar alam. Gambar 5. FGD di Tamainusi
Perburuan Satwa (Maleo) Lokasi FGD dilakukan di desa Sumara Jaya yang langsung berbatasan dengan kawasan cagar alam. Desa ini merupakan habitat bertelur bagi burung maleo. Warga yang mendiami desa ini merupakan akulturasi suku bugis dan suku jawa dengan perbandingan 50-50%. Desa termasuk desa baru bersama desa Lembah Sumara yang merupakan kawasan transmigrasi yang dimulai pada tahun 1991. Akibat bencana alam dan beberapa kali gagal panen padi, 75 % warga mengandalkan hasil hutan dari cagar alam seperti damar dan telur maleo untuk kebutuhan seharihari. Beberapa point penting dari diskusi adalah: a. Populasi burung maleo di tempat ini mulai berkurang drastis, seperti penuturan slamet, “1992-1993 boleh dikata maleo tidak masuk dirumah saja bahkan didekat bendungan sini saja itu ratusan ekor. Kalau sekarang saya tidak melihat itu burung pak, tapi masih banyak juga kalau pagi”. Pengambilan telur biasa digunakan untuk kebutuhan konsumsi dan tidak dijual. b. Petugas dari BKSDA kurang kesejahteraannya “Sebenarnya dari pemerintah sudah ada pengembangan tapi setengah-setengah, karena ia sudah kasih dana untuk kandang. Tapi masalahnya pak petugas ini juga mengambil telur maleo itu. Saya tanya kenapa dia bilang masalah kesejahteraan kurang. Padahal dia sudah ahli kasih menetas itu telur. Tapi balik lagi pada kesejehteraan biar ditelpun juga tidak ada.” c. Kebutuhan surat tugas dari lembaga pemerintah “ Kalau desa bisa dikasih surat dari atasan itu ada surat tentang pengamanan, supaya desa bisa punya kekuatan. Karena petugas juga kadang pagar makan tanaman. Jadi kalau ada kewenangan dari desa akan bisa melakukan teguran pada petugas”.
Gambar 6. FGD di Sumara Jaya.
2.3.
Survei Masyarakat
Proses Survey Pra-kampanye Survei masyarakat pada Kampanye Bangga Konservasi terbagi dalam 2 tahap, yaitu pada awal kegiatan kampanye (pre-suvey) dan pada akhir kegiatan kampanye (post survey). Survei awal kegiatan kampanye ini merupakan survei kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai kawasan dan kegiatan konservasi di kawasan. Hasil pra-survei yang dilaksanakan di 15 desa target di sekitar Kawasan Cagar Alam Morowali ini akan menjadi baseline atau data awal yang berguna untuk mengukur keberhasilan kampanye Pride. Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur, dimana kuisioner dibacakan oleh enumerator kepada responden. Lembar kuisioner dibuat dengan SurveyPro 3.0, dengan jumlah pertanyaan 33 point. Adapun pertanyaannya meliputi data demografi, sumber informasi, pengetahuan tentang lingkungan, sikap dan praktek yang berhubungan dengan lingkungan sekitar kawasan. Dalam survei ini, 20 orang enumerator yang dibagi ke dalam 3 wilayah utama berdasarkan kecamatan. Para enumerator dilatih sebelum memulai survey. Enumerator berasal dari desa setempat dari beragam profesi. Jumlah kuesioner yang disebarkan di tiga kecamatan (Kecamatan Petasia, Soyojaya dan Bungku Utara) sebanyak 315 eksemplar.
Proses Survei Pasca Kampanye Proses survei pasca kampanye yang dilakukan persis sama dengan proses survei pra kampanye namun kebanyakan menggunakan enumerator yang sebagian besar tidak sama. Survei ini menggunakan daftar pertanyaan yang sama dengan tujuan untuk melihat tingkat perubahan yang ada di masyarakat target ditambah beberapa pertanyaan tambahan. Jumlah distribusi kuesioner di tiga kecamatan target juga sama yaitu 315 buah. Survei ini dibantu oleh 20 orang enumerator dari desa yang disurvey. Sebelum pelaksanaan survei pasca kampanye dilakukan juga pelatihan pada tiap enumerator. Survei Pasca Kampanye dilaksanakan pada tanggal 5 – 16 Juni 2009 di 15 desa target.
2.4.
MODEL KONSEP
Melalui serangkaian proses atas hasil pertemuan stakeholder, focus group discussion dan survey masyarakat, maka diperoleh sebuah model konsep mengenai kawasan kerja kampanye Pride. Model konsep ini merupakan suatu peta konseptual mengenai keterkaitan berbagai faktor langsung dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi ekosistem hutan Cagar Alam Morowali Kebutuhan untuk hidup (subsistence) dan kebutuhan ekonomi (mendapatkan keuntungan ekonomi) melatarbelakangi terjadinya kegiatan yang merusak dalam kawasan, disamping lemahnya penegakkan hukum dan kurangnya kesadaran konservasi masyarakat yang hidup di sini. Tidak ditegakkannya peraturan, kebijakan pembangunan yang tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat dan terbatasnya sumberdaya (dana maupun manusia) menjadi faktor lainnya yang menyebabkan maraknya kegiatan-kegiatan yang mengancam CA Morowali. Selain itu ada faktor sosial seperti pertumbuhan penduduk yang mendorong kepada peningkatan kebutuhan dasar manusia, faktor alam seperti akses yang mudah ke kawasan dari laut dan faktor internal seperti moral yang juga turut mempengaruhi terjadinya faktor langsung-faktor langsung di atas. Permasalahan tata batas; ketidakjelasan tata batas, pengakuan hak masyarakat dan sosialisasi tata batas juga menjadi faktor yang diangkat oleh stakeholder kunci. Hal ini sepertinya berkenaan dengan masih adanya klaim terhadap lahan di kawasan CA Morowali yang diakui oleh masyarakat merupakan lahan mereka. Dari sekian banyak faktor langsung yang telah diidentifikasikan, masyarakat kemudian menyusun skala prioritas faktor langsung berdasarkan tingkat frekwensi kejadian, intensitas dampak, skala luasan dan jumlah pelaku. Dari empat faktor ini, penyadapan damar dan pengambilan rotan menempati skala tertinggi, diikuti berturut-turut dengan dengan alih fungsi lahan, perburuan liar, pengambilan telur burung maleo dan illegal logging. Kurangnya kesadaran masyarakat pada manfaat kawasan cagar alam dapat dilihat dari masih banyaknya kecenderungan masyarakat yang membolehkan pembukaan jalan di dalam kawasan cagar alam. Tidak adanya model pengawasan dan partsipasi masyarakat menjadi salah satu penyebab masih adanya kegiatan yang merusak di dalam kawasan cagar alam. Berdasarkan hasil kajian Focus Group Discussion (FGD) dan survei masyarakat serta observasi langsung ke kawasan berikut ini adalah gambaran konsep model yang dihasilkan dan sudah direvisi:
Pemukiman
Kebutuhan bahan baku kayu
Penyuluhan/ program pendidikan
Rendahnya kesadaran/ pengetahuan pengelolaan SDA
Kebutuhan ekonomi Logging
Budidaya damar
Pengambilan damar dan rotan
Kurangnya jumlah SDM sebagai pengawas kawasan
Perburuan satwa liar
Patroli/sistem penjagaan tidak berjalan
Sistem pengawasan kawasan lemah
Penegakan hukum
Sikap mental masyarakat & petugas
Subsisten
Pengambilan telur maleo Pertumbuhan penduduk
FAKTOR LANGSUNG FAKTOR TIDAK LANGSUNG
Penggunaan lahan fungsi lain Pengakuan hak ulayat
FAKTOR KONTRIBUTOR
Gambar 7. Skema Konsep Model Kawasan Cagar Alam Morowali
CAGAR ALAM MOROWALI
3. Species Flagship: Burung maleo Burung Maleo hanya dapat ditemukan di Sulawesi merupakan burung simbol alam dan budaya sulawesi yang unik. Maleo telah menjadi mascot fauna daerah untuk provinsi Sulawesi Tengah. Hubungan manusia dan burung Maleo telah terjalin sejak masa silam. Dikabarkan pengelolaan telur burung maleo pada masa lalu hanya di kuasai oleh golongan bangsawan saja. Dan rakyat kebanyakan tidak diperbolehkan memanen telur maleo yang volumenya sama dengan 5 buah telur ayam kampung ini.
3.1.
Klasifikasi
Maleo diklasifikasikan dalam megapoda yang artinya burung berkaki besar. Burung ini mengalami keterancaman karena perburuan terutama telornya yang berukuran besar dan hilangnya habitat alami.
Gambar 9. Burung Maleo
Klasifikasi taksonomi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves (burung) Ordo : Galliformes Familia : Megapodidae Genus : Macrocephalon Species : Macrocephalon maleo Muller,1846
3.2.
Karakteristik morfologis
Ukuran besar 55-60 cm, warna tubuh didominasi hitam dan perut putih kemerahanjambuan, dengan panjang ekor sedang sampai panjang. Muka kuning gundul; tungkai abu-abu. Mahkota abu-abu kekuningan tua tidak bertanduk.
3.3.
Distribusi
Maleo terdistribusi sepanjang sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah dengan sedikit daerah bersarang di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, dan tidak diketemukan di daerah yang terdeforestasi secara luas di semenanjung barat daya Sulawesi (Dekker,1990, dalam Butchard and Baker, 2000).
Gambar 10. Penyebaran burung maleo di Sulawesi
3.4.
Perilaku
Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi. Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Anak Maleo ini sudah dapat terbang, dan harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.
3.5.
Reproduksi
Berbiak dengan bertelur secara komunal pada suatu area peneluran, dimana telur akan menetas tanpa bantuan induknya. Sarang terletak di pantai atau dekat sumber mata air panas geothermal. Pasangan Maleo bersama-sama mendekati lokasi bertelur (bertengger di pohon terdekat), dan pada awal paginya mereka membuat lubang percobaan sebelum bersungguhsungguh menggali. Salah seekor maleo bertugas menggali sedangkan pasangannya beraksi sebagai penjaga. (MacKinnon 1978, D. N. Jones et al. 1995).
3.6.
Makanan
Maleo Senkawor adalah monogami spesies. Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.
3.7.
Status Konservasi
Melalui PP No. 7 tahun 1999, Pemerintah Indonesia menetapkan maleo menjadi satwa dilindungi sejak tahun 1972. Survey lokasi peneluran dari tahun 1990 sampai 2000 lebih dari 50% berada didalam kawasan lindung penting di TN. Lore lindu, CA. Morowali dan TN. Bogani Nani Warta bone dan SM Tanjung Matop. IUCN RedList 2007 menetapkan statusnya sebagai endangered (terancam) dan dalam CITES masuk kategori Appendix I.
4. Materi dan Saluran Komunikasi Berdasarkan hasil analisa informasi yang dikumpulkan melalui penelitian awal, kemudian digunakan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan selama kampanye berjalan. Pembuatan materi kampanye terlebih dahulu diawali dengan pengembangan pesan kunci kampanye. Informasi yang disampaikan melalui materi kampanye selalu berisikan tentang pesan-pesan kunci kampanye dan diulang. Tabel 1. Ringkasan Materi Kampanye yang telah diproduksi
Materi
Jumlah Produksi
Deskripsi lain
Poster
1000 eksemplar
Ukuran 50x80cm, glossy,berwarna. Ditujukan bagi kelompok masyarakat umum
Panggung Boneka
1 set, terdiri dari 1 panggung bongkar pasang & 8 tokoh boneka
Digunakan dalam sandiwara panggung boneka Ditujukan untuk anak-anak
Baliho
1 Buah
Ukuran 4x6 meter, Ditujukan untuk kalangan umum
Papan Pengumuman
2 buah
Ukuran 110x160 cm, Ditujukan untuk kalangan umum
1 buah
Ditujukan untuk kalangan umum
1
Ditujukan untuk kalangan umum
Iklan Layanan masyarakat Radio Talkshow
1. Poster Proses desain poster dilakukan pada periode awal kampanye. Poster dengan gambar Burung Maleo sebagai maskot Kampanye Bangga Melestarikan Alam di Kawasan Hutan Cagar Alam Morowali merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan kunci kampanye. Pesan yang disampaikan adalah mengenai kebersamaan melestarikan hutan terkait fungsi hutan sebagai penjamin ketersediaan air bersih. Poster ini disebarkan dan ditempelkan di tempat-tempat umum seperti hotel, warung kopi, sekolah, warung-warung di kampung, sekolah,dan rumah warga. Penyebaran media informasi poster ini dilakukan bekerjasama dengan lembaga lokal Anak Alam Morowali.
Gbr. 11 Media Poster kampanye Bangga Cagar Alam Morowali
2. Iklan Layanan Masyarakat di Radio Program Bekerja sama dengan RRI Palu, Durasi Iklan Layanan ini sampai 2 menit berupa cerita pendek untuk menanam dammar diluar kawasan cagar Alam Morowali. Iklan ini ditayangkan secara kontinu 4 kali sehari dan bonus satu kali secara acak. Siaran ini dimulai bulan Maret -Juni 2009 pada jam-jam : 5.10 ; 9.15 ; 12.10 ; 1715 ; WITA. Narasi Iklan Layanan Masyarakat
Percakapan dua orang pencari damar di dalam hutan Morowali. A: Kalau dulu..tidak susah begini rasanya kita mencari damar di hutan. B: Sepertinya sekarang sudah terlalu banyak orang badamar. Sedangkan pohonnya sudah semakin sedikit. A: baru semakin jauh saja masuk hutan kita rasanya.. B: kalau masih dekat dulu tidak susah juga kita A: Bagaimana kalau kita tanam damar di dekat rumah saja B: Sebenarnya bagus juga tapi saya tidak tau caranya, nah ini ada anakannya coba kita bawa pulang beberapa saja. Ditengah perjalanan Aco bertemu dengan petugas lapangan pertanian: C : bawa apa itu pak? A: ini saya bawa bibit damar mau coba-coba tanam di kebun. C: Bisa saya lihat pak… oo bapak harusnya bawa yang baru 4 daun bukan yang agak besar begini. Kalo yangmasih kecil daya hidupnya lebih baik dan lebih bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. B: Ooo begitu ya pak nanti saya coba cari lagii….. Iya pak… kalo bisa kita tanam sendiri ngapain harus jauh-jauh masuk ke hutan.. yang hasilnya pun belum tentu seimbang dengan keringat yang kita keluarkan… Ajakan: Mari Lestarikan cagar Alam Morowali kebanggaan Kita. Slogan : Hutan Milik Kita Lestarikan Bersama!
3. Billboard Billboard adalah papan iklan ukuran besar yang berfungsi untuk mengingatkan target audience terhadap pesan konservasi dan kegiatan sederhana yang dapat dilakukan. Billboard yang dipasang menjadi pengingat bagi masyarakat untuk terus menjalankan aksi konservasi bagi penyelamatan lingkungan hidupnya. Satu buah Billboard berukuran 4x6 m (1 buah ) dan telah dipasang di pelabuhan Kolonodale yang menjadi jalur utama masyarakat di sekitar kawasan untuk keluar masuk desa mereka. Dengan ijin dari Syahbandar Pelabuhan pemasangan billboard ini tidak memerlukan biaya pemasangan iklan.
Gambar 12... Billboard di Pelabuhan Kolonoldale 4. Papan Pengumuman Pelestarian Maleo Ukuran papan di kandang penetasan dibuat sebanyak 2 buah, satu diletakkan di desa Sumara Jaya, dan Satu di desa Matube kecamatan Bungku Utara. Papan ini dibuat untuk memberikan penegertian bagi masyarakat bahwa Buurng Maleo adalah satwa yang dilindungi dan wajib dilestarikan karena menjadi kebanggaan masyarakat.
Gambar 13.... Papan Pengumuman nesting Ground Maleo 5. Panggung Boneka Media panggung boneka adalah media komunikasi yang sangat menarik dan bisa ineraktif. Karakter dan Naskah sandiwara panggung boneka dibuat oleh para guru sekolah dasar melalui kegiatan Workshop Guru yang difasilitasi oleh Manajer Kampanye Bangga Melestarikan Alam. Melalui kesempatan pembuatan naskah panggung boneka para guru diajak mendiskusikan potensi dan ancaman hutan di sekitar mereka. Disamping itu guru lebih memahami cara berpikir dan gaya
bahasa yang mudah dimengerti oleh anak didik mereka. Sandiwara panggung boneka dimainkan sendiri oleh murid-murid SD dan dilatih sendiri oleh guru-guru mereka seminggu sebelum pementasan. Kegiatan dapat menjadi ajang untuk mengembangkan bakat seni anak-anak murid SD. Pemain dan penonton dapat menerima pesan-pesan kampanye dalam suasana menghibur dan menyenangkan. Tabel. Jadwal Kegiatan Pangung Boneka Waktu Kegiatan 21 nov 2008 28 Nov 2008 2 Des 2008
Audience SDN 2 Kolonodale SDN 1 Inpres Kolonodale SDN 1 Bahontula
Jumlah peserta 198 siswa 112 siswa 177 siswa
5 Des 2008
SDN Inpres Bahoue
110
12 Des 2008
SD Alkhairaat
128
Des 2008
SDN Inpres Ganda-Ganda
98
Gambar . Proses panggung Boneka
Keterangan Difasilitasi oleh Anak Alam Morowali Difasilitasi oleh Anak Alam Morowali Difasilitasi oleh Anak Alam Morowali Difasilitasi oleh Anak Alam Morowali
6. Talk Show Radio Kegiatan talk show ini bekerjasama dengan RRI Palu, dengan tema Melestarikan Cagar Alam Morowali. RRI Pro 1 FM Sulawesi Tengah menyiarkan program talkshow pada hari Sabtu, 29 November 2008. Kegiatan ini merupakan rangkaian Program Kampanye Bangga melestarikan Cagar Alam Morowali melalui media radio. Narasumber dari kegiatan ini adalah Harianto (Morowali PAM Coordinator) dan In’am F. Burhanuddin sebagai penanggung jawab program Kampanye Bangga di Morowali. Tujuan kegiatan ini adalah mensosialisasikan kepada masyarakat luas terutama masyarakat yang hidup di sekitar Cagar Alam Morowali tentang pentingnya menjaga kelestarian Cagar Alam Morowali sebagai salah satu hutan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi serta fungsi pentingnya sebagai penyangga kehidupan. Sesuai hasil survey diketahui bahwa sebagian besar masyarakat di sekitar Cagar Alam Morowali menjadikan radio terutama saluran RRI sebagai media informasi.
Gambar. Talk show radio 7. Penguatan kelompok lokal Sahabat Alam Morowali Kelompok KPA ini ada di Desa Lapangga dan masih mempunyai hubungan historis dengan Yayasan Sahabat Morowali. Penguatan kelompok lokal ini dimaksudkan untuk memberikan dampak kampanye pada masyarakat yang lebih luas lagi. Kelompok lokal yang menjadi target utama adalah kelompok di desa lapangga yang terletak di Kecamatan Bungku Utara. Tabel Kegiatan konservasi yang dilakukan oleh KPA Sahabat Alam Morowali Desa Lapangga Tanggal
Kegiatan
Tempat
Hasil/Keluaran
Personel
Stakeholder yang terlibat
11 Februari 2009
Ke Kantor Camat Bungku Utara, pembagian poster kampanye Ke Sekolah SDN Matube
Baturube
Membicarakan tentang perlindungan Burung maleo
Sahardin KPA Sahabat Alam Morowali
Pegawai Kecamatan
Matube / Lapangga
Mencari bibit/anakan pohon damar
CA.Morowali
- Sahardin, - Acong - KPA Sahabat Alam Morowali Sahardin KPA Sahabat Alam Morowali
Guru & Murid SDN Matube
22 – 23 Februari 09
8 Maret 2009
Pembersihan di lokasi peneluran maleo
Sungai Morowali
18 April 2009
Kunjungan dan dialog dengan guru SDN Matube
Matube / Lapangga
Pengenalan tentang Burung maleo, Penyebaran poster kampanye Mencari bibit pohon damar untuk disemaikan dan ditanam di lahan kritis disekitar desa. -Melakukan pembersihan di lokasi peneluran maleo di sungai morowali. -Monitoring habitat - Membicarakan tentang pentingnya pengenalan lingkungan dan burung maleo pada murid SDN – SMP Satu Atap Matube serta rencana pembentukan KPA di sekolah. Pembagian Poster kampanye di sekolah SDN Lapangga
Menanam pohon damar
Matube / Lapangga
Melakukan penanaman pohon damar sebanyak 256 pohon. Disekitar hutan desa Matube/Lapangga.
Sahardin KPA Sahabat Alam Morowali
22 – 23 April 09
Pembersihan sekitar kandang penetasan
Sungai Morowali
Sahardin KPA Sahabat Alam Morowali
25 April 2009
Dialog dengan
Tokonanaka
Melakukan pembersihan disekitar lokasi kandang penetasan dan bersih-bersih sampah plastik yang ada di sekitar sungai Morowali. Dialog tentang usaha perlindungan
18 Februari 2009
Sahardin KPA Sahabat Alam Morowali
Sahardin
Sahardin
Guru SDN Matube
Sekdes Tokonanaka
28 April 2009
SekDes Tokonanaka Dialog dengan anggota POLSEK Soyojaya dan pegawai P dan P kecamatan Soyojaya
Lembah Sumara
burung maleo Poster kampanye -Membicarakan tentang perlindungan burung maleo - Pembagian poster kampanye
Sahardin KPA Sahabat Alam Morowali
POLSEK Soyojaya Pegawai P dan P Soyojaya
Gbr. Anggota kelompok KPA Sahabat Alam Morowali Desa Lapangga
5. HASIL 5.1. Hasil Yang Berorientasi Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Hasil survei akhir menunjukkan adanya perubahan pengetahuan di masyarakat sasaran program. Dari gmabar diagram dibawah ini dapat dilihat bahwa secara umum masyarakat sasaran pada umumnya mengalami perbaikan pengetahuan tentang status hutan dilindungi terutama Cagar Alam Morowali.
Gbr 1. pengetahuan status hutan Sesudah masa kampanye Gbr 2. pengetahuan status hutan Sebelum masa kampanye Dari hasil survey ini didapatkan secara umum terdapat peningkatan pengetahuan untuk status hutan yang dilindungi sampai 72.61%. Jika ditelusur lebih jauh tentang pengetahuan yang sebenarnya tentang status kawasan menunjukkan 35,5% yang benar-benar tahu adanya tingkat status dari hutan dilindungi dan ada keinginan untuk perubahan status yang memungkinkan adanya hak masyarakat untuk mengelola hasil hutan Morowali. Dari responden yang menjawab tetap cagar alam sebanyak 54.98 % menunjukkan bahwa pengetahuan mereka mungkin hanya sebatas bahwa hutan morowali adalah sebuah cagar alam yang tidak boleh diganggu.
Gbr 3. pengetahuan status hutan Sebelum masa kampanye Untuk pengetahuan tentang konservasi satwa maleo yang juga menjadi maslot kampanye secara umum menunjukkan peningkatan pengetahuan sebesar 16,2%. Sebelum adanya kampanye bangga, masyarakat secara tidak terkontrol mempunyai kebiasaan mengambil telur maleo dari dalam kawasan. Hasil dari post survey menunjukkan 61,3% responden menyatakan tidak boleh mengambil telur maleo, sedangkan dari data pre survey hanya 45,1% yang menyatakan tidak boleh mengambil telur maleo didalam kawasan.
5.2 Hasil Yang Berorientasi Pada Perubahan Perilaku Pada akhir kampanye terbentuk masing-masing 1 demplot kebun damar yang dikelola masyarakat di 3 desa target Kebun damar ini dibuat sebagai sarana pertukaran perilaku dari mencari damar di dalam kawasan menjadi kegiatan yang dilakukan di dalam wilayah desa yang berada diluar kawasan Cagar Alam Morowali. Kegiatan ini rencananya berada di wilayah desa Sumara Jaya kecamatan Soyojaya, Lapangga dan Taronggo di Kecamatan Bungku Utara. Dari perubahan perilaku dapat dilihat bahwa ada penurunan perilaku dari belum pernah membicarakan soal penanaman pohon seperti damar sebanyak 12%, dari masa awal kampanye sebanyak 84,10% dan setelah kampanye menjadi 72,10%.
Belum Membicarakan Penanaman Damar Dengan Siapa Pun 86.00%
84.10%
84.00% 82.00% 80.00% 78.00% 76.00% 74.00%
72.10%
72.00% 70.00% 68.00% 66.00% Pre survey
Post Survey
Pada saat berjalannya program, demplot kebun damar baru terbangun pada satu desa saja yaitu di desa Lapangga antara lain karena sulitnya mendapatkan bibit dalam jumlah banyak. Kebutuhan bibit damar didapatkan dari dalam kawasan agar sesuai dengan iklim dan kondisi tanah. Program ini didukung penuh oleh KPA Lapangga yang secara swadaya telah mencari dan menanam bibit damar sebanyak 500 anakan di dalam desa. Upaya ini tidak terhenti begitu saja dan terus diupayakan hingga saat ini.
Gambar... Bibit damar yang dikumpulkan oleh KPA Lapangga dari dalam Cagar Alam Morowali.
Pada akhir kampanye terbangun system dan mekanisme pemantauan monitoring kehati untuk 3 desa target. Karena adanya pemotongan anggaran karena krisis global yang juga dihadapi oleh TNC, obyektif untuk membangun sistem pamantauan kehati harus diintegrasikan penuh ke dalam program. Dimana pembangunan sistem mekanisme pemantuan hayati terintegrasi dalam program konservasi burung maleo. Pada saat sebelum masa kampanye belum ada program untuk konservasi burung maleo yang dilakukan di Cagar Alam Morowali. Untuk membangun rasa kepemilikan, program ini melibatkan kelompok masyarakat di dua desa yaitu Desa Lapangga dan Desa Sumara Jaya. Didalam proses pembuatan kandang penetasan maleo ini melibatkan pemuka desa, tokoh masyarakat dan kelompok pemuda. Pengelolaan dan tanggung jawab untuk pengamanan habitat dan proteksi telur di lakukan oleh masyarakat lokal. Untuk di desa lapangga pengelolaan diserahkan kepada KPA Lapangga yang dikoordinasikan oleh ketua kelompok yaitu Sahardin. Sedangkan di desa Sumara jaya pengelolaan diserahkan kepada kelompok Pelestari Maleo Desa Sumara Jaya yang diketuai oleh Hadi.
Gambar... Lokasi Peneloran Burung Maleo Di Desa Sumara Jaya Hasil dari monitoring burung maleo ini, sebanyak 270 butir telur maleo ditemukan dari bulan september 2008 – April 2009, hal ini menunjukkan ada sekitar 30 pasang maleo atau 60 ekor maleo yang menggunakan lokasi peneluran ini yaitu (Busanga; Kilo dua & sepanjang pantai Matube – Tanjung peo) Burung maleo yang telah dilepas ke alam sampai dengan bulan Mei 2009Sumber Daya Manusia yang belum terlatih dalam penanganan penetasan semi alami telur maleo, menyebabkan telur yang ditanam kurang berhasil.
Tingginya tekanan terhadap telur dan burung maleo oleh predator dan manusia, baik itu peduduk asli (suku wana) maupun penduduk desa sekitar, menyebabkan masih banyak telur yang tidak terdata, dimakan predator atau diambil oleh orang lain. Tidak adanya alat transportasi untuk digunakan pada waktu pengumpulan telur terutama di lokasi pantai Matube – Tanjung peo dan sungai morowali, menyebabkan telur banyak diambil orang.
6. Tinjauan Kritis Kegiatan Kampanye Bangga 6.1.
Bentuk Pendekatan Yang Efektif
Kampanye Bangga Melestarikan Alam merupakan perpaduan antara pemasaran sosial dan pengelolaan adaptif sehingga memiliki tujuan untuk memberikan perubahan dalam prilaku dan memiliki tujuan konservasi (Kushardanto, 2008). Kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dalam tahap awal kampanye harus dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Menurut Kushardanto (2008) dalam memantau efektivitas kegiatan maka ada setidaknya 3 elemen penting yang harus ditinjau yaitu Process Monitoring, Performance, dan Outcome Monitoring. Berdasarkan hal ini maka Kampanye Bangga Melestarikan Alam yang dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Morowali menilai ada beberapa kegiatan yang dianggap efektif dalam menjangkau masyarakat sasaran seperti Program Radio, Baliho, Poster,. Berikut penjelasan untuk beberapa kegiatan yang dinilai efektif tersebut: 1. PSA Radio Program PSA radio ini mampu meningkatkan pengetahuan target audience yang cukup banyak di sekitar kawasan. Dari hasil survey menunjukkan bahwa target audience mendapatkan informasi dari radio sebanyak 24.76 % (n=315).
Gambar ... Saluran informasi Yang digunakan audience untuk mendapatkan informasi tentang Cagar Alam Morowali. 2. Baliho dan poster Baliho yang dipasang di tempat strategis juga mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat di kawasan target.
Poster yang mudah dibagikan dan banyak dalam segi kuantitas dan isi yang cukup singkat dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat yang tidak punya kebiasaan membaca. Hal ini nampak pada hasil survey akhir dimana informasi yang diperoleh dari media baliho mencapai 32.7 % dan poster mencapai 21,59 % (n=315). 3.Peningkatan kapasitas konservasi kelompok lokal Dengan bekerjasama dengan kelompok lokal jangkauan dari program kampanye menjadi lebih luas. Dari sisi pamasaran sosial dengan adanya kelompok lokal yang terlibat aktif dalam kampanye dan memasrkan gagasan kepada kelompok lokal yang lain ini terdapat prinsip yang nyata dalam komunikasi antara dua orang atau kelompok yang memiliki kesamaan, atau homofilus (homophilous). Pengertian Homofili sendiri adalah tingkat kesamaan atribut (keyakinan, pendidikan, status sosial, dsb.) dua orang atau lebih yang saling berinteraksi. Komunikasi juga lebih efektif, sehingga kemungkinan keberhasilan akan lebih nyata. Rogers dan Shoemaker (dalam Sitompul, 2002) mengatakan bahwa saluran interpersonal masih memegang peranan penting dibanding dengan media massa, terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju di mana kurang tersedianya media massa yang dapat menjangkau khalayak terutama warga pedesaan, tingginya tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan yang disampaikan dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Rogers dan Schoemaker (dalam Sitompul,2002) mereka ini bisa dikelompokkan sebagai Inovator, yaitu mereka yang pada dasarnya sudah menyenangi hal-hal yang baru dan sering melakukan percobaan. Dengan bekerjasama dengan kelompok lokal ini secara programatik dapat menjadi jembatan bagi keberlanjutan program kampanye bangga yang telah dilakukan, meskipun secara de jure TNC tidak lagi mengerjakan program di Cagar Alam Morowali .
a. Bentuk Pendekatan Yang Tidak Efektif Talkshow radio menjadi tidak efektif karena disiarkan tidak secara kontinu dan pesan tidak berulang seperti halnya iklan layanan yang disiarkan setiap hari. Dari umpan balik yang didapatkan pada saat tanya jawab dengan pendengar, semua penelpon tidak ada yang dari kawasan cagar alam, meskipun ada yang berasal dari kecamatan Petasia kabupaten Morowali. Kegiatan di sekolah berdasarkan hasil survey juga paling sedikit didengar oleh masyarakat. Hal ini karena hanya dilakukan di satu kecamatan saja. Tidak sampai ke desa-desa di kecamatan lain. Hal ini dikarenakan kegiatan di sekolah dengan panggung boneka hanya terbatas di satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Petasia. Penyediaan damar yang mengandalakan bibit dari hutan tidak efektif untuk memenuhi animo masyarakat yang sebenarnya cukup besar untuk menanam damar di desa. Penguasaan teknologi pembibitan damar yang masih dalam tahap try and error ini menyebabkan banyak bibit yang mati di area pembibitan meskipun yang diambil dari dalam hutan banyak. Adanya masalah pendanaan juga menyebabkan kegiatan pelatihan budidaya damar jenis Agathis ini tidak dapat dilangsungkan.
7. Rekomendasi Melihat dari hasil yang telah dicapai dan kemungkinan keberlanjutan dari program di Cagar Alam Morowali didapatkan beberapa rekomendasi yang cukup logis untuk dijalankan. Rekomendasi ini didapatkan dari beberapa masukan pada saat lokakarya adalah: 1. Melanjutkan komunikasi dan hubungan dengan kelompok lokal dan tokoh masyarakat yang sudah telah mendukung program kampanye. Hal ini menjadi prioritas karena secara kelembagaan TNC sudah tidak lagi bekerja di Cagar Alam Morowali. Berbagai hal positif yang sudah dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat di sekitar kawasan harus cukup mendapatkan apresiasi dan dukungan. 2. Transfer Kepemimpinan konservasi kepada kelompok kumunitas lokal atau tokoh lokal. Untuk dapat memmunculkan kepemimpinan konservasi di masyarakat harus ada peningkatan kapasitas konservasi. Upaya ini sebaiknya dengan meningkatkan kapasitas pada kelompok konservasi lokal dengan pelatihan-pelatihan. 3. Melanjutkan kampanye dengan saluran informasi radio agar upaya penyadaran tidak terputus. Upaya ini sebaiknya dengan media elektronik radio yang menjangkau sasaran dengan cakuoan area yang cukup luas dan tidak terlalu terpengaruh oleh batasan geografis. Atau dengan menggunakan media radio komunitas untuk tetap melanjutkan pesan-pesan kampanye di tingkat lokal.
Ucapan Terimakasih Pertama-tama sujud syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan kesempatan bagi saya untuk ikut dalam program kampanye bangga yang sangat kaya dengan inspirasi, mengesankan dan banyak memberikan pengaruh bagi kehidupan saya. Penghargaan yang setinggi-tingginya saya tujukan kepada Keluarga Besar Rare International (khususnya untuk Mas Hari Kushardanto dan Mbak Sari Putu serta Galuh, Asti, Mbak Nita) yang terus melakukan pendampingan penuh demi sebuah peningkatan kapasitas untuk mendukung upaya-upaya konservasi di Indonesia. Keep rockin’ guys..I admire you all.. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Institut Pertanian Bogor melalui Tim Dosen yang saya banggakan yaitu Ibu Prof.Dr.Ir E.K.S Harini Muntasib,M.S, Bapak Dr.Ir. Rinekso Soekmadi,MSc.F, Ibu Dr.Ir Yeni A.Mulyani, M.Sc, Ibu Ir. Arzyana Sunkar, Bapak Ir. Dones Rinaldi,MSc.F atas semua yang telah diberikan dan semangatnya. Teman-teman Cohort 2 : Agustina Tandi Bunna, Edy Sutrisno, La Ode Saleh hanan, Magiyanto, Sri Ullie Rahmawaty, Jhon Piter Manalu yang telah berbagi suka dan duka selama kuliah dan pelatihan di IPB Bogor , semoga semakin bersinar di masa akan datang, dan memeberikan kemampuan terbaiknya bagi konservasi di Indonesia. Teman-teman seperjuangan di TNC-Palu Office baik yang masih aktif maupun yang sudah berkarya di tempat lain: DR. Ahmad Rizal,DR. Ismet Khaeruddin, Harianto, Robby E Tungka,Nikmah Utami Dewi, Linda Biki, Sulastri, Aminuddin, Christophorus Merung, Noval Zainuddin, Iben Suyanto. Terima kasih buat Jabar Lahadji, Anak Alam Morowali, KPA sahabat Alam Morowali desa Lapangga dan seluruh masyarakat kawasan Morowali yang telah memberikan semangat dan kepercayaan selama kampanye ini berjalan. Semoga yang telah kami lakukan membawa manfaat bagi perbaikan dan pelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi di bumi nusantara..
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Morowali. Kecamatan Soyojaya dalam angka 2005. Harini, E.K.S, Burhanuddin,M. 2000. Konservasi Sumber Daya Alam. Universitas Terbuka.Jakarta Kushardanto, Hari.2008. Social Marketing. Modul. IPB, Bogor. Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah. 1994. Mengenal Beberapa Kawasan Konservasi Di Propinsi Sulawesi Tengah. The Nature Conservancy. 2007. Laporan Keanekaragaman Hayati (Vegetasi, Avifauna dan Mamalia) Di Cagar Alam Morowali, Sulawesi Tengah. The Nature Conservancy Report. The Nature Conservancy. 2006. Laporan Studi Pembalakan Liar di Sulawesi Tengah (Global Development Alliance). The Nature Conservancy Report. The Nature Conservancy. 1992. Sulawesi Parks Program land Use and Socio-economic Survey Lore Lindu national Park and Morowali nature Reserve. The Nature Conservancy Report Primarck,R.B, Jatna S, M.Indrawan, Padumi K.1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia RePPProT. 1998. Review of Phase I Results, sulawesi, From Regional Physical Planning Programme for Transmigration (RePPProT). Land Resources Department Overseas Development Natural Resourcwes Instutute, Overseas Development dministration, London, united kingdom; and Direktorat Bina Program, Direktorat Jendral Penyiapan pemukiman, Departemen Transmigrasi, Indonesia. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial. Balai Pustaka, Jakarta. Sitompul, Mukti.2002. KONSEP – KONSEP KOMUNIKASI PEMBANGUNAN. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. USU digital library,Medan. Operation Drake.nd. Indonesia Report. Part I. II and III- Sulawesi. The Scientific exploration Society, Home Farm, Mildenhall, Malborough, Wiltshire, England. Whitten, A.J., Mustafa, M. and Henderson, G., 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
World Wildlife Fund.1980. Morowali Nature Reserve, A Plan for Conservation. A World Wildlife Fund Report.
LAMPIRAN A: LEMBAR KUESIONER POST SURVEI KAMPANYE BANGGA MELESTARIKAN ALAM CAGAR ALAM MOROWALI INFORMASI LATAR BELAKANG WAWANCARA (INFORMASI BERIKUT INI DIISI LANGSUNG OLEH ENUMERATOR SEBELUM PERKENALAN DAN WAWANCARA DIMULAI) (1) Nomor Kuesioner: ________________ (2) Nama Pewawancara ________________ (3) Kode Wilayah Pencatatan: [ ] Soyojaya [ ] Petasia
[ ] Bungku Utara
Assalamualaikum Bapak/Ibu/Sdr. Perkenalkan, nama saya..........................Saya sedang membantu sebuah organisasi lingkungan untuk melakukan sebuah survei mengenai masyarakat dan hubungannya dengan alam. Tujuan pengumpulan pendapat ini adalah untuk evaluasi program pelestarian alam di daerah sekitar Cagar Alam Morowali. Kami sangat berterimakasih jika Anda meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai lingkungan. Informasi apapun yang Anda berikan akan sangat dirahasiakan dan tidak akan diperlihatkan atau dibagikan kepada pihak-pihak lain selain untuk kepentingan evaluasi program. Jawaban Anda akan membantu kami merancang kegiatan-kegiatan untuk program Kampanye Bangga Melestarikan Alam di Morowali. Pendapat Anda Pribadi penting bagi kami dan saya harap Anda bersedia berpartisipasi. Bolehkah saya memulai wawancara ini sekarang ?
DEMOGRAFI Untuk memulai, saya ingin menanyakan kepada Bapak/Ibu/Saudara beberapa pertanyaan mengenai diri Anda sendiri. (4) Nama Desa (Langsung di isi oleh surveyor) [ ] Tambayoli [ ] Tamainusi [ ] Tandoyondo [ ] Lembah Sumara [ ] Sumara Jaya [ ] Ganda-ganda [ ] Bahoue [ ] Kolonodale [ ] Matube/Lapangga [ ] Uewaju [ ] Tokala Atas [ ] Tambarobone [ ] Posangke [ ] Taronggo [ ] Baturube [ ] Lainnya sebutkan (5) Jenis Kelamin (Langsung diisi oleh surveyor)
[ ] Laki-laki
[ ] Perempuan
(6) Berapa umur Bapak/Ibu/Saudara sekarang (HANYA 1 JAWABAN) [ ] 15-19 TAHUN [ ] 20-24 TAHUN [ ] 25-29 TAHUN [ ] 30-34 TAHUN [ ] 35-39 TAHUN [ ] 40-44 TAHUN [ ] 45-49 TAHUN [ ] 50-54 TAHUN [ ] 55-59 TAHUN [ ] 60-64 TAHUN [ ] ÿÃFF0000> 64 TAHUN (7) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu/Saudara ? (HANYA 1 JAWABAN) [ ] Tidak Sekolah [ ] Tidak Tamat SD [ ] Tamat SD [ ] Tidak Tamat SMP/MTs [ ] Tamat SMP/MTs [ ] Tidak Tamat SMA [ ] Tamat SMA [ ] Perguruan Tinggi/Diploma [ ] Lainnya sebutkan......... ________________
Supir
(8) Apakah pekerjaan utama Bapak/Ibu/Saudara? (HANYA 1 JAWABAN) [ ] Petani [ ] Buruh tani [ ] Pencari damar/rotan [ ] Pengepul hasil hutan [ ] Pegawai swasta [ ] Nelayan [ ] Pedagang [ ] Dokter [ ] Pengrajin [ ] [ ] Guru [ ] Ibu Rumah Tangga [ ] Sekarang Tidak Bekerja [ ] Perawat/Bidan [ ] Pegawai negeri [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ PREFERENSI MEDIA
(9) Orang mendengar informasi tentang lingkungan dari berbagai sumber berbeda. Saya akan membacakan sebuah daftar sumber yang mungkin memberikan informasi tentang lingkungan. Mohon Bapak/Ibu/Sdr dapat memberitahukan pendapat Anda mengenai sumbersumber tersebut, apakah "PALING DAPAT DIPERCAYA", "DAPAT DIPERCAYA", 'AGAK DAPAT DIPERCAYA", "AGAK TIDAK DAPAT DIPERCAYA", "TIDAK DAPAT DIPERCAYA" atau "TIDAK YAKIN/TIDAK TAHU". (HANYA 1 RESPONS UNTUK SETIAP PERNYATAAN) Informasi dari radio [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Informasi di televisi [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Informasi di koran [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Petugas penegak hukum [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Tokoh masyarakat lokal
[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Kepala desa [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Petugas Pemerintah [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Tokoh Agama [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Teman-teman [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Anggota keluarga [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
Guru-guru [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
LSM [ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya Tidak yakin/Tidak tahu
[ ] Agak dapat dipercaya [] [ ] Paling tidak dapat dipercaya[ ]
(10) Adakah sumber dari informasi lain yang dapat Bapak/Ibu/Sdr percayai jika mereka memberi tahu Anda sesuatu tentang lingkungan ? Silakan sebutkan sumber informasi tersebut ________________ (11) Apakah Bapak/Ibu/Saudara menonton televisi lokal TVRI Sulteng? [ ] Tidak pernah (TERUSKAN KE PERTANYAAN NO.12) [ ] Ya (TERUSKAN KE PERTANYAAN A)
(A) Jika Anda menjawab "YA" berapa kali dalam seminggu Anda menonton televisi lokal (TVRI SULTENG)? (HANYA 1 JAWABAN): [ ] Hingga 3 hari dalam seminggu [ ] 4 hingga 6 hari dalam seminggu [ ] 7 hari dalam seminggu [ ] tidak tentu waktunya [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (12) Apakah Bapak/Ibu/Saudara membaca koran ? [ ] Tidak (LANJUT KE PERTANYAAN NO. 13)
[ ] Ya (LANJUT KE PERTANYAAN
A-C) (A) Jika YA, berapa kali dalam seminggu Bapak/Ibu/Saudara membaca koran ? (HANYA 1 JAWABAN) [ ] Hingga 3 hari dalam seminggu [ ] 4 hingga 6 hari dalam seminggu [ ] 7 hari dalam seminggu [ ] tidak tentu waktunya [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (B) Koran mana yang biasanya Bapak/Ibu/Saudara baca? Silakan sebutkan paling banyak 3 koran yang sering dibaca: (PALING BANYAK 3 JAWABAN) [ ] Radar sulteng [ ] Mercusuar [ ] Nuansa Pos [ ] Suara Sulteng [ ] Republika [ ] Kompas [ ] Media Indonesia [ ] Info Baru [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (C) Topik apa yang PALING SERING Anda baca? (BOLEH 3 PILIHAN JAWABAN) [ ] Kriminalitas[ ] Hiburan [ ] Lingkungan [ ] Gosip [ ] Hukum [ ] Ekonomi [ ] Politik [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (13) Apakah Bapak/Ibu/Saudara mendengarkan radio? [ ] Tidak (TERUSKAN KE PERTANYAN NO. 14) [ ] Ya (LANJUT KE PERTANYAAN A-C ) (A) Stasiun radio manakah yang PALING SERING Bapak/Ibu/Saudara dengarkan? Silakan pilih 3 stasiun radio yang PALING SERING didengarkan (PILIH SAMPAI 3 JAWABAN) [ ] RRI jakarta [ ] RRI Palu [ ] RRI Makasar [ ] Balasika [ ] SAN FM [] Tidak Mendengarkan Radio [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (B) Jenis program radio apakah yang PALING Bapak/Ibu/Saudara sukai? Silakan pilih 2 jenis program radio yang disukai (PILIH 2 JAWABAN) [ ] Musik Lokal (musik dero) [ ] Musik [ ] Berita [ ] Olahraga [ ] Bincangbincang [ ] Ceramah Agama [ ] Kesenian Tradisional [ ] Drama Radio (SebutkanJudulnya) [ ] Tidak ada yang disukai [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (C) Jam berapa biasanya Anda mendengarkan radio?(PILIH 2 JAWABAN) [ ] Sebelum pukul 6 pagi [ ] Antara pukul 6 pagi - 10 pagi [ ] Antara pukul 10 pagi - pukul 2 siang [ ] Antara pukul 2 siang - pukul 6 sore [ ] Tidak tentu waktunya setiap hari [ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (14) Kalau Anda melihat pertunjukan seni, pertunjukan seni apa yang Anda sukai? (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)
[ ] Sandiwara [ ] hiburan musik dangdut [ ] Hiburan musik pop [ ] Konser musik daerah [ ] Lawak [ ] Pantomin [ ] Pentas Tari [ ] Tidak suka pertunjukan seni [] Lainnya sebutkan......... ________________ Sekarang, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hutan di sekitar tempat kita tinggal PENGETAHUAN (15) Menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara, apakah anda mengetahui kondisi bagaimana kondisi hutan cagar alam Morowali di sekitar anda saat ini ? [ ] Ya Tahu (LANJUT KE PERTANYAAN A) [ ] Tidak Tahu (LANJUT KE PERTANYAAN 16) (A) Jika anda tahu bagaimana kondisinya sekarang bila dibanding dengan 5 tahun yang lalu? (PILIH HANYA 1 JAWABAN) [ ] Masih Baik [ ] Agak baik [ ] Kurang baik [ ] Tidak Baik/Rusak [ ] Tidak tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (16) Apakah boleh menebang kayu di dalam kawasan hutan yang dilindungi? [ ] boleh (Lanjut ke pertanyaan A) [ ] tidak boleh (Lanjut Ke Pertanyaan 17) (A) Apakah alasannya Bapak/Ibu/Saudara mengatakan "boleh menebang pohon di dalam kawasan hutan yang dilindungi di Morowali"? (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Hutan milik Tuhan [ ] Tidak pernah tahu larangan menebang pohon [ ] Pohon di Hutan morowali masih sangat banyak [ ] Penebangan sudah dan masih berlangsung sampai sekarang [ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (17) Saya akan membacakan beberapa hasil hutan non kayu, menurut pendapat Bpk/Ibu/Sdr apakah pemanfaatan tersebut "boleh", "boleh jika ada ijin", "tidak boleh", atau "tidak yakin/tidak tahu" (HANYA 1 JAWABAN UNTUK SETIAP HASIL HUTAN NON KAYU) Tumbuhan Obat [ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu Madu [ ] Boleh
[ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu
Rotan [ ] Boleh
[ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu
Hewan liar [ ] Boleh
[ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu
Damar [ ] Boleh
[ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu
Telur maleo [ ] Boleh
[ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu
Sagu [ ] Boleh
[ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu
Ladang/kebun [ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu (18) Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa saja dampak yg terjadi dari rusaknya hutan? (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Hilangnya sejumlah mata pencaharian bagi masyarakat [ ] Meningkatnya jumlah hama pertanian [ ] Tidak ada dampaknya terhadap kehidupan manusia [ ] Tanah longsor [ ] Rumput mudah tumbuh [ ] Tidak tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (19) Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah hubungan hutan yang sehat dengan tersedianya sumber air bersih di desa Anda? (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Banyak akar pohon yang dapat menyerap air hujan [ ] Banyak pohon menyebabkan tanah tidak mudah terkikis air hujan sehingga air sungai tidak keruh [ ] Kalau ada hutan masih ada air di sungai [ ] Tidak tahu hubungannya [ ] Pohon memiliki peran penting dalam siklus air [ ] Akar pohon menyimpan air tanah [ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (20) Apakah anda tahu adanya bermacam status untuk hutan yang dilindungi ? [ ] Ya tahu (lanjut ke pertanyaan A) [ ] Tidak tahu anda?
(A) Jika tahu, status apa yang menurut anda paling layak diterapkan di hutan daerah [ ] Taman nasional [ ] Tetap cagar Alam [ ] Cagar Biosfer [ ] Suaka Margasatwa [ ] tidak tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ SIKAP (21) Saya akan membacakan serangkaian pernyataan mengenai pengelolaan hutan. Mohon Bapak/Ibu/Sdr menyebutkan "sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju , sangat tidak setuju atau tidak punya pendapat" dengan pernyataan tersebut (HANYA 1 JAWABAN UNTUK SETIAP PERNYATAAN) ÿƒ090Untuk menjaga hutan ÿƒ089agar ÿƒ090dapat dimanfaatkan terus-menerus perlu Kesepakatan Masyarakat ÿƒ100 [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat ÿƒ090Membakar hutan untuk tujuan membuka lahan pertanian boleh dilakukanÿƒ100 [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat ÿƒ090Hukum harus dikuatkan untuk mengurangi kegiatan penebangan hutan ÿƒ100 [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat
ÿƒ090Untuk mengurangi perburuan perlu ada peraturan desa yang lebih baikÿƒ100 [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat ÿƒ090Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutan Morowaliÿƒ100 [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat ÿƒ090Masyarakat menanam pohon untuk kebutuhan membangun rumah perlu dikembangkanÿƒ100 [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat Masyarakat lokal diperbolehkan mengambil hasil hutan damar dan rotan [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat Pembukaan jalan melewati kawasan hutan akan berpengaruh pada hutan [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat Tambang di kawasan Cagar Alam boleh dibuka [ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat
[ ] ÿƒ095Tidak
(22) Saya akan membacakan sejumlah pernyataan mengenai kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat di sini. Mohon Bapak/Ibu/Sdr menilai apakah kegiatan tersebut "penting", "tidak penting", atau "tidak yakin/tidak tahu" (HANYA 1 RESPONS UNTUK SETIAP PERNYATAAN) Menghentikan perburuan agar hewan khas hutan Morowali tidak punah [ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu Menjaga hutan agar masyarakat dapat terus menikmati sumber air bersih. [ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu Mengupayakan agar masyarakat yang bergantung pada hasil hutan mendapat pemberdayaan ekonomi [ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu Menghentikan kegiatan menebang kayu di dalam kawasan hutan [ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu Mengupayakan pemanfaatan hasil hutan selain kayu sebagai penambah penghasilan [ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu TINDAKAN
(23) Saya akan membacakan sejumlah kegiatan, dan saya minta Bapak/Ibu/Sdr menanggapi apakah "mudah" , "sulit", atau "tidak yakin" Anda untuk melakukan kegiatan itu . Bapak/Ibu/Sdr juga dapat "tidak menjawab' pernyataan tersebut (HANYA 1 RESPONS UNTUK SETIAP PERNYATAAN) Memberikan peringatan jika bertemu dengan orang yang menebang kayu didalam kawasan Hutan [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab Melaporkan kepada pihak berwajib jika melihat adanya penebangan kayu secara tidak sah [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab Menyarankan orang agar tidak memburu satwa liar di kawasan hutan Morowali [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab Memanfaatkan hasil hutan selain kayu untuk menambah penghasilan keluarga. [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab Menjaga kelestarian hutan untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi masyarakat. [ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab (24) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah membicarakan dengan orang lain mengenai pengambilan hasil hutan selain kayu - contohnya damar dari dalam hutan? Jika pernah, silakan beritahu saya dengan siapa saja Anda membicarakannya. (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Belum membicarakannya dengan siapa pun[ ] Membicarakannya dengan suami (istri)/pasangan [ ] Membicarakannya dengan keluarga langsung (orang tua, anak-anak, mertua/ipar) [ ] Membicarakannya dengan kawan/tetangga [ ] Membicarakannya dengan pemuka desa atau pengusaha setempat [ ] Membicarakannya dengan petugas pemerintah atau pakar yang bukan orang lokal [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (25) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah membicarakan dengan orang lain mengenai upaya penanaman pohon misalnya damar di lahan desa diluar kawasan Cagar Alam Morowali? Jika pernah, silakan beritahu saya dengan siapa saja Anda membicarakannya. (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Belum membicarakannya dengan siapa pun[ ] Membicarakannya dengan suami (istri)/pasangan [ ] Membicarakannya dengan keluarga langsung (orang tua, anak-anak, mertua/ipar) [ ] Membicarakannya dengan kawan/tetangga [ ] Membicarakannya dengan pemuka desa atau pengusaha setempat [ ] Membicarakannya dengan petugas pemerintah atau pakar yang bukan orang lokal [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (26) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah membicarakan dengan orang lain mengenai bagaimana mengatasi bencana banjir yang sering terjadi di Morowali ? Jika pernah, silakan beritahu saya dengan siapa saja Anda membicarakannya .(BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Belum membicarakannya dengan siapa pun[ ] Membicarakannya dengan suami (istri)/pasangan [ ] Membicarakannya dengan keluarga langsung (orang tua,anak-anak,mertua/ipar) [ ] Membicarakannya dengan kawan/tetangga [ ] Membicarakannya dengan pemuka desa
atau pengusaha setempat [ ] Membicarakannya dengan petugas pemerintah atau pakar bukan orang lokal [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (27) Dalam bulan lalu, adakah orang di desa Anda ditahan karena menebang pohon di kawasan hutan yang dilindungi ? [ ] Ya [ ] Tidak pasti [ ] Tidak [ ] Tidak menjawab (28) Dalam bulan lalu, adakah orang di desa Anda yang menerima hadiah karena melaporkan kegiatan penebangan di dalam kawasan hutan yang dilindungi? [ ] Ya [ ] Tidak pasti [ ] Tidak [ ] Tidak menjawab (29) Mengenai orang di desa Bapak/Ibu/Saudara yang menebang pohon di hutan yang dilindungi, menurut pendapat Anda , apakah alasan mereka melakukan kegiatan itu? Mohon sebutkan semua alasan yang Anda ketahui! (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Perputaran uangnya cepat [ ] Bisa mendapatkan upah sebelum menebang pohon [ ] Bisa mendapatkan pinjaman dari toke kayu [ ] Tidak membutuhkan modal besar [ ] Tidak ada pekerjaan lain [ ] Tidak tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (30) Menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara mengapa banyak hewan liar yang sudah jarang ditemukan lagi di dalam hutan? Mohon sebutkan semua alasan yang Anda ketahui! (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Karena hutan sekarang sudah rusak [ ] Karena hewan kekurangan makanan di dalam hutan [ ] Karena di desa banyak hewan ternak seperti sapi, ayam yang dapat dimakan [ ] Karena jumlah hewan liar di hutan semakin sedikit [ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (31) Hutan harus tetap ada agar sumber air bersih bisa kita nikmati dan bahaya banjir bisa dikurangi. [ ] Sangat Setuju [ ] Setuju [ ] Netral [ ] Tidak Setuju [ ] Tidak tahu (32) Dalam 6 Bulan terakhir dari media apa Bapak/Ibu mendapatkan Informasi tentang Cagar Alam Morowali?(BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN) [ ] Radio [ ] Acara Bincang-Bincang di Radio [ ] Diskusi Tatap Muka [ ] Poster [ ] Baliho [ ] Kegiatan di Sekolah [ ] Teman di Kampung [ ] Tidak Mendapatkan Informasi (PERTANYAAN SELESAI) [ ] Lainnya sebutkan......... ________________ (33) Dari Media Yang Anda Pilih Tadi, manakah menurut Anda Yang paling efektif dalam menyampaikan informasi tentang Cagar Alam Morowali ke Masyarakat?(TULISKAN JAWABAN ANDA) ________________ (34) Mengapa media tersebut Anda Anggap Paling efektif? ________________ KAMI MENGUCAPKAN TERIMAKASIH KEPADA BAPAK/IBU/SAUDARA UNTUK SEMUA JAWABAN YANG TELAH DIBERIKAN. SEMOGA SUMBANGAN INFORMASI INI BERMANFAAT BAGI PELESTARIAN HUTAN KITA DI MASA MENDATANG.
LAMPIRAN B: SKENARIO PANGGUNG BONEKA Berikut ini naskah Panggung Boneka, yang dibuat oleh guru-guru di SDN 2 Kolonodale dan dimainkan oleh siswa-siswanya. Aco: “Selamat Pagi Le!” Ele: “ Selamat Pagi Co!” “ Mari silahkan masuk” Aco: “ bagaimana dengan tugas yang diberikan oleh Ibu Guru” Ele: ” Tugas apa Co??” Aco: ” Itu tugas kita mengenai mengenai mencatat jenis-jenis hewan langka” Ele: O…iya ya hampir lupa , untung aja kau datang” ” bagaimana kalau kita bahas bersama?” Aco: ” Ayo! Bagaimana kalau di antara hewan-hewan langka itu kita bicarakan tentang burung maleo? Karena burung maleo adalah salah satu satwa langka dan harus dilindungi yang ada di daerah kita Morowali ini” Ele: ”Oh ya betul sekali Co” (Sambil mengangguk-angguk) ”Bagaimana kalau sekarang kita langsung ke tempat burung maleo?” Aco dan Ele: (Mereka berdua menuju ke tempat maleo dengan cara terpisah, keluar panggung) Ale: (Ale masuk ke panggung) “Wah, cerah sekali hari ini” Aco: (Aco masuk ke panggung) ”Bukankah kamu burung Maleo? Namaku Aco, siapa namamu?” Ale: ”Orang tuaku memberi nama aku Ale, tapi mereka berdua sudah mati ditangkap penjahat Si Brewok” Si Brewok: (Si Brewok masuk ke panggung dan ketawa) ”Huahahahahaha…rupanya kamu di sini. Saya tangkap kamu Ale!” (Si Brewok menangkap Ale) Aco: ”Aleeeeeee…Aleeeeee…Lepaskan dia penjahat!” Si Brewok: ”Mau apa kamu? Sekarang si Ale sudah berada di dalam genggamanku” Ale: “Lepaskan aku…lepaskan aku…” Si Brewok: ”Hai bocah kecil mau apa kau ke tempat ini?” Aco: (Sambil ketakutan menjawab) “Saya ke sini untuk melihat langsung burung Maleo” Si Brewok: “ Burung maleo di sini sudah saya tangkap dan habisi semua” Aco: “Apa katamu? Apa kau tidak tahu bahwa burung Maleo dilindungi pemerintah karena sudah hampir punah?” Si Brewok: “Saya tidak peduli! Kamu saya tangkap” (Sambil menangkap Aco) Aco: (Sambil menangis berteriak minta tolong) “ Tolooooooooooong…..tolooooooooong” Ele: (Ele masuk ke panggung) “Lepaskan itu adalah temanku” Brewok: ”Kamu temannya? Saya tangkap kamu juga!” Polsus (Pak Sau): ”Apa yang kamu lakukan terhadap kedua anak ini dan burung Maleo?” Si Brewok: ”Mereka telah mengganggu kesenanganku mengambil telur dan burung maleo” Polsus (Pak Sau): ”Kamu saya tangkap? Karena telah melanggar aturan tentang pelestarian tentang satwa langka. Maleo adalah burung yang hanya ditemukan di Pulau Sulawesi. Burung maleo adalah burung yang istimewa, telurnya seberat lima kali telur ayam. Saya bawa kamu ke kantor” (semua keluar panggung) (Si Brewok dan Polsus masuk kemudian Pak Rt masuk dari arah yang berlawanan) Pak RT: “Apa yang telah terjadi?”
Polsus (Pak Sau): “Begini Pak RT, Si Brewok saya temukan di hutan dan sedang menyandera anak-anak serta menangkap dan mencuri burung Maleo” Pak RT: “Brewok, mulai sekarang kamu tidak boleh seperti itu lagi karena burung Maleo salah satu satwa langka yang ada di kabupaten kita dan harus kita jaga kelestariannya” Si Brewok: “Iya Pak…saya berjanji tidak akan mengulangi pekerjaan ini” Polsus (Pak Sau): “Brewok, kamu sekarang akan diproses hukum” (Pak RT, Polsus dan Si Brewok keluar panggung) (Aco, Ele dan Ale masuk ke panggung) Ele: “Teman-teman, kita harus ikut serta dalam menjaga kelestarian burung Maleo” Aco: ”Apabila ada yang mengetahui pencurian burung maleo dan telurnya sepaya melaporkan kepada pihak yang berwajib” Ale: ”Hutan adalah rumahku. Jangan rusak hutan kita karena selain buatku hutan juga bermanfaat bagi kalian” (Semua pemain masuk ke dalam panggung kemudian hormat kepada penonton dan berkata) ”Sampai jumpa…” ###