Program Kampanye Bangga
SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL Mutiara di Pantai Barat Aceh
Melestarikan Hutan Rawa Singkil Demi Masa Depan Anak Cucu Kita
Penyusun: Fransisca Ariantiningsih
Editor: Ni Putu Sarilani Wirawan Suherry Aprianto
Desain Grafis & Tata Letak: Ferdinand H Simatupang
Cetakan Pertama Januari 2008
Produksi : Program Kampanye Bangga
ii
PRAKATA KETUA YAYASAN EKOSISTEM LESTARI (YEL) Salam Lestari......!
A
ceh Singkil merupakan salah satu daerah di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang sangat kaya akan jenis-jenis binatang dan tumbuhan. Hal ini dikarenakan bentangan alamnya yang begitu beragam dan unik, mulai dari daerah pesisir dengan pantai dan terumbu karang bawah laut yang indah, rawa dan hutan yang menghijau hingga hutan perbukitan yang merupakan sumber penyedia air bagi kehidupan masyarakat Aceh Singkil. Suaka Margasatwa Rawa Singkil, merupakan salah satu kekayaan alam Aceh Singkil yang begitu unik dan bernilai penting bagi kehidupan makhluk hidup di sekitarnya termasuk manusia. Unik karena Suaka Margasatwa Rawa Singkil memiliki berbagai jenis ekosistem dalam satu kawasan. Hal ini sangat jarang ditemukan. Di seluruh dunia, mungkin hanya ada beberapa kawasan yang seperti Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Bernilai penting karena merupakan sumber air, pelindung dari bencana tsunami dan gelombang pasang serta menunjang sektor perikanan masyarakat Aceh Singkil. Karena nilai dan manfaatnya ini, maka Suaka Margasatwa Rawa Singkil perlu dilindungi dan dilestarikan. Untuk mencapai hasil yang optimal, upaya-upaya perlindungan dan pelestarian Suaka Margasatwa Rawa Singkil perlu juga disertai dengan peningkatan pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati yang ada dalam kawasan ini serta fungsi dan manfaatnya bagi keseimbangan alam dan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Buku flora fauna Suaka Margasatwa Rawa Singkil ini merupakan salah satu sarana untuk lebih mengenalkan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kekayaan alam yang ada di sekitarnya. Diharapkan melalui peningkatan pengetahuan ini akhirnya masyarakat dapat memahami dan menyadari manfaat dan fungsi kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dan pada akhirnya turut serta dalam upaya-upaya pelestariannya. “Mari kita lestarikan Suaka Margasatwa Rawa Singkil demi kehidupan kita dan masa depan anak cucu kita” Medan, Januari 2008.
dr. Sofyan Tan KetuaYayasan Ekosistem Lestari
SEKAPUR SIRIH TIM PENYUSUN
iii
Salam Lestari………….!
S
egala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam dan seisinya sebagai suatu karunia yang besar dan cantik. Dan menitipkannya pada manusia sebagai khalifahNya untuk memanfaatkan dan mengelolanya dengan baik sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang terletak di Kabupaten Aceh Singkil merupakan salah satu bukti keagungan dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa bagi umat manusia. Kawasan ini memiliki keindahan alam yang begitu memikat serta kekayaan jenis tumbuhan dan satwa yang begitu beragam. Selama puluhan bahkan mungkin ratusan tahun, daerah Rawa Singkil telah menjadi penopang kehidupan masyarakat Aceh Singkil yang tinggal di sekitarnya, sebagai sumber air, perikanan, sarana transportasi dan lain lain. Namun, kawasan yang begitu unik dan langka ini belum banyak dikenal keberadaan, manfaat dan nilai penting pelestariannya oleh masyarakat luas, termasuk masyarakat Aceh Singkil. Untuk itulah, kami mencoba untuk membagikan pengetahuan dan informasi mengenai kawasan ini yang dikemas dalam bentuk buku tentang flora fauna di Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Buku yang menyajikan berbagai informasi awal mengenai kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil dapat menjadi bahan bacaan dan literatur bagi masyarakat, pendidikan formal/non formal, swasta dan pemerintah. Sehingga diharapkan dapat mendorong ketertarikan dan kepedulian berbagai pihak terkait dan masyarakat terhadap keberadaan kawasan serta mendorong munculnya akitivitas kolaboarasi berbagai pihak di sekitar SM Rawa Singkil. Kami juga menyadari bahwa buku mengenai keanekaragaman hayati Suaka Margasatwa Rawa Singkil masih belum sempurna, Untuk itu masukan dan koreksi yang membangun sangat diharapkan dari pembaca untuk kesempurnaan selanjutnya. Akhir kata, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dari proses pengumpulan informasi hingga terwujudnya buku ini. Harapan kami semoga berbagai informasi yang ada dalam buku ini dapat mengingatkan kita semua akan kekayaan alam yang dititipkan Allah SWT kepada kita dan kewajiban kita untuk menjaganya. “Mari kita lestarikan Suaka Margasatwa Rawa Singkil demi kehidupan kita dan masa depan anak cucu kita”
Singkil, November 2007
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI PRAKATA, KETUA YAYASAN EKOSISTEM LESTARI
ii
SEKAPUR SIRIH, TIM PENYUSUN
iii
DAFTAR ISI
iv
APAKAH HUTAN RAWA ITU ?
1
HUTAN RAWA SINGKIL
4
EKOSISTEM YANG ADA DI SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
6
KEKKAYAAN FLORA DAN FAUNA
8
MANFAAT KAWASAN SUAKA MARGSATWA RAWA SINGKIL
27
KERUSAKAN HUTAN SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
29
BAGAIMANA MENJAGA KELESTARIAN SUKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
30
PERDAGANGAN KARBON (CARBON TRADE)
31
Lampiran 1 : SERBA SERBI MASAKAN
33
Lampiran 2 : DAFTAR ISTILAH SULIT
34
Lampiran 3 : DAFTAR PUSTAKA
35
Lampiran 4 : PETA KAWASAN SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
36
Lampiran 5 : PROFIL YAYASAN EKOSISTEM LESTARI (YEL)
37
Lampiran 6 : CATATAN PENTING
38
H
utan rawa merupakan lahan rawa yang sebagian besar vegetasinya berupa pohon-pohon yang tingginya lebih dari 5 meter dan mempunyai tajuk yang rapat. Hutan rawa mungkin terletak di pedalaman maupun di daerah pesisir. Berdasarkan keberadaan dan kondisi airnya, lahan rawa di Indonesia dibedakan menjadi rawa pasang surut dan rawa non pasang surut dan diperkirakan luas keduanya mencakup 3,4 juta hektar. Rawa pasang surut meliputi rawa-rawa pesisir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, termasuk rawa-rawa berair tawar namun dipengaruhi pergerakan pasang surut air laut. Rawa non pasang surut, meliputi rawa-rawa pedalaman (terletak di daratan atau dikelilingi daratan), yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga umumnya berair tawar. Sedangkan berdasarkan sistem tata guna lahan, yang termasuk hutan rawa adalah: hutan kerangas basah (kerapah), hutan sepanjang sungai (hutan ripari), hutan rawa gambut, dan hutan payau yang meliputi: hutan mangrove (bakau), hutan nipah dan hutan nibung. Ditinjau dari tipe tanahnya, rawa dapat dibedakan menjadi rawa gambut dan rawa non gambut. HUTAN RAWA GAMBUT Hutan rawa gambut merupakan hutan rawa yang tumbuh di atas tanah gambut dengan kedalaman gambut paling sedikit 50 cm. Hutan rawa gambut yang ada di Indonesia merupakan gabungan antara hutan gambut dan hutan hujan tropis. Hutan rawa gambut terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya terutama ditemukan di dekat pesisir pantai, di belakang hutan bakau, lembah sungai, sekitar meander dan di sekitar danau. Gambut dalam yang tebalnya lebih dari 2 meter terdapat di Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, Riau dan Jambi, di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Hutan rawa gambut sangatlah penting perannya sebagai daerah tangkapan air. Hutan gambut dan hutan Melaleuca (kayu putih, kayu gelam) yang luas dapat berperan sebagai tempat cadangan air alami yang dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah-daerah sekitarnya dan mengurangi resiko banjir. Hutan gambut juga merupakan sumber daya alam yang dapat bersifat berkelanjutan karena memiliki berbagai jenis kayu yang berharga misalnya ramin, meranti, jelutung dan bintangur. Selain itu hutan rawa gambut juga menghasilkan berbagai bahan jenis lain yang sangat penting bagi masyarakat lokal misalnya rotan, resin, kayu yang wangi (gaharu) dan juga berbagai buah-buahan termasuk durian. Disamping menyediakan berbagai hasil hutan dan berbagai jenis ikan, hutan rawa gambut juga menjadi habitat berbagai jenis satwa langka seperti Tapir (Tapirus indicus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrensis), dan lain lain. Lahan gambut memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makluk hidup lain yang berada di atas dan di sekitarnya. Lahan gambut tidak saja berfungsi sebagai pendukung kehidupan secara langsung (misalnya sebagai sumber ikan air tawar, habitat beraneka ragam makluk hidup) melainkan juga memiliki berbagai fungsi ekologis seperti pengendali banjir dan pengendali iklim global. Kawasan lahan gambut akan sangat sulit dipulihkan kondisinya bila mengalami kerusakan. Karena keasamannya yang sangat tinggi dan banyaknya permasalahan lain yang timbul pada saat melakukan pengeringan, maka lahan gambut (terutama yang tebal) kurang bermanfaat untuk lahan pertanian. Oleh karena itu hutan rawa gambut lebih sesuai dan berpotensi sebagai daerah konservasi dibandingkan dengan hutan rawa air tawar yang relatif lebih subur sehingga lebih sesuai untuk daerah pertanian.
HUTAN RAWA NON GAMBUT Hutan rawa non gambut meliputi rawa berhutan yang tergenang musiman dan tumbuh pada tanah inorganik. Tipe-tipe yang termasuk hutan rawa non gambut antara lain: hutan rawa air tawar, hutan ripari, hutan nipah dan hutan sagu. Hutan rawa air tawar merupakan hutan peralihan antara hutan gambut dan hutan dataran rendah. Perbedaannya dengan hutan gambut adalah bahwa lapisan tanah di bagian permukaan biasanya merupakan tanah mineral, kalaupun ada lapisan gambut, umumnya tidak tebal (kurang dari 50 cm). Tanah mineral ini lebih subur daripada tanah gambut. Karena tanahnya yang subur dan terdapat masukan air sungai yang membawa unsur-unsur hara maka keragaman jenis tumbuhan di hutan rawa air tawar umumnya lebih tinggi dibanding hutan rawa gambut. Kekayaan hutan rawa air tawar akan epifit sangat tinggi. Di hutan rawa air tawar dapat dijumpai berbagai jenis liana, rotan, pandan dan palem-paleman yang mendominasi. Hutan rawa air tawar yang paling luas di Indonesia terdapat di dataran rendah Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya, yang meliputi kurang lebih 95 % dari seluruh hutan rawa air tawar. Salah satu fungsi dari hutan rawa air tawar adalah sebagai daerah tangkapan hujan dan sumber air. Sumber air yang terdapat di hutan rawa air tawar berasal dari luapan air sungai dan air hujan. Adanya masukan air sungai ini juga membawa unsur-unsur hara dari daerah yang lebih tinggi, sehingga menambah kesuburan hutan rawa air tawar. Selain itu hutan rawa air tawar menghasilkan berbagai sumber daya hutan yang penting seperti kayu, rotan, getah, resin, tannin, kulit kayu, minyak, bahan obat-obatan dan berbagai jenis buahbuahan. Ekosistem hutan rawa air tawar juga merupakan rumah bagi berbagai hewan langka dan terancam punah misalnya harimau, tapir, gajah asia, badak sumatera, badak jawa, musang air, dan buaya senjulong serta ratusan jenis burung termasuk bangau, burung gosong dan rangkong. Untuk dapat mempertahankan kehidupan hewan-hewan ini dibutuhkan daerah yang tidak terganggu dan juga luas. HUTAN BAKAU Hutan bakau yang sering disebut hutan mangrove atau hutan payau merupakan hutan yang khas, didominasi oleh tumbuhan yang relatif toleran terhadap perubahan salinitas dan berada di tepi pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan bakau tumbuh di daerah tropis, pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Hutan bakau tidak tumbuh di pantai yang terjal atau berombak besar. Hutan bakau yang paling luas terdapat di Irian Jaya (58%), Sumatera (19%) dan Kalimantan (16%). Hutan bakau merupakan ekosistem yang sangat produktif dan berpotensi tinggi untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Di Indonesia dan juga banyak negara lain, setengah ikan tangkapan terdiri dari jenis-jenis yang kehidupannya bergantung pada muara dan hutan bakau. Selain penghasil ikan, kepiting dan udang, hutan bakau juga merupakan sumber berbagai barang yang lain misalnya kayu, bahan makanan, obat-obatan dan juga tannin, alcohol dan bahan pewarna. Untuk jenis floranya saja tercatat sekitar 189 jenis, 35 jenis diantaranya merupakan pohon dan selebihnya berupa terna, perdu, liana, epifit dan parasit. Lebih dari 100 jenis burung hidup di daerah hutan bakau seperti bluwok (Mycteria cinerea), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), dan burung paruh sendok (Platalea regia). Daerah dataran lumpur yang luas yang berbatasan dengan daerah hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai migrant, termasuk jenis burung langka blekok Asia (Limnodromus semipalmatus).
Karena berada di perbatasan antara daratan dan lautan maka kawasan hutan bakau merupakan ekosistem yang rumit, khas dan mempunyai kaitan, baik dengan ekosistem darat maupun dengan ekosistem lepas pantai. Pada saat ini telah semakin disadari bahwa kawasan bakau bukan sekedar penghasil sumberdaya hutan, tetapi berperan dalam menunjang sumberdaya perikanan di perairan lepas pantai. Di samping itu, dengan akar-akarnya yang kokoh, hutan bakau dapat meredam pengaruh gelombang air laut, dan akar-akar tersebut juga menahan aliran lumpur sehingga lahan bakau dapat semakin meluas membentuk daratan baru. Eksploitasi hutan bakau yang berlebihan akan merusak fungsi hutan bakau, dan mengganggu kelangsungan hidup berbagai jenis hewan laut dan darat yang hidupnya sangat tergantung pada hutan bakau, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya berbagai jenis burung, beberapa jenis primata, kucing bakau dll. Kerusakan dan hilangnya hutan bakau di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh penebangan kayu, pengubahan menjadi tambak atau lahan pertanian atau diurug untuk pemukiman. Ekosistem yang sangat erat hubungannya dengan bakau adalah nipah, nibung dan dataran lumpur tepi pantai.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
H
utan Rawa Singkil merupakan kawasan hutan rawa pantai yang terletak di daerah pantai barat Aceh. Kawasan ini memiliki bentuk seperti botol di mana lehernya berujung pada bagian utara. Bagian baratnya dibatasi oleh pantai pasir putih yang berbatasan dengan Laut Hindia yang merupakan tempat perlindungan penyu. Sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Sungai Alas, sementara di sebelah utara dibatasi oleh Sungai Trumon. Sampai beberapa waktu yang lalu, bagian leher b o t o l R a w a S i n g k i l menghubungkannya dengan kawasan hutan Kapur Sesak dan Bengkung dan membentuk lorong alami (koridor) sebagai tempat lintas migrasi satwa besar seperti rusa, beruang, harimau, orangutan, wau-wau dan sebagainya. Koridor ini dikenal dengan nama Koridor Singkil Bengkung (Leuser Development Programme, 1995). SEJARAH TERBENTUKNYA RAWA SINGKIL Rawa Singkil terbentuk setelah letusan Toba sekitar 75.000 tahun yang lalu. Abu letusan ini (mungkin merupakan letusan vulkanik terbesar di dunia yang pernah terjadi) membendung Sungai Alas yang menyebabkan terbentuknya sebuah danau di tengah Lembah Alas. Selanjutnya danau tersebut terbelah oleh Bukit Barisan di dekat Muara Setulen. Limpahan endapan menyapu daerah lainnya melalui aliran sungai baru yang berakhir di cekungan laut sebelah selatan yang sekarang merupakan jalan raya antara Gelombang dan Ladang Rimba. Selama lebih dari 15.000 tahun, hutan lebat tumbuh di atas endapan dan lapisan gambut yang tebal, yang bagian dasarnya merupakan tanah liat. Lapisan gambut di seluruh rawa ini ketebalannya bervariasi di mana sekitar 68% mempunyai kedalaman sedang (antara 0,5 2 meter) dan 32% yang benar-benar dalam, yaitu lebih dari 2 meter (Darul et al., 1989 dalam Leuser Development Programme, 1995). Karena struktur geomorfologinya, Rawa Singkil merupakan sebuah mosaik jenis-jenis vegetasi yang beragam. Kawasan ini memiliki kubah-kubah gambut dengan ketebalan yang bervariasi, tanggul-tanggul dan lembah-lembah alluvium, pantai bergelombang dan padang yang lembab, dataran berlumpur, serta dasar laut yang berteras-teras. Vegetasi tumbuhan yang ada merefleksikan mosaik ini dalam bentuk hutan air tawar, hutan rawa gambut, hutan rawa, hutan bakau dan hutan aliran sungai (Leuser Development Programme, 1995). STATUS KONSERVASI Kawasan hutan Rawa Singkil memiliki fungsi konservasi yang sangat penting. Hal ini karena kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang beragam dan bernilai tinggi. Satwa endemik sumatera seperti orangutan dan harimau sumatera terdapat dalam kawasan hutan Rawa Singkil. Karena fungsinya yang penting ini maka pada tanggal 26 Februari 1998, area hutan yang berada di Rawa Singkil ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa berdasarkan SK Menhut No. 166/Kpts II/1998, dengan luas kawasan 102.500 ha.
2 Selain itu, Rawa Singkil juga merupakan bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Keppres No. 33 tahun 1998. Dari aspek hidrologis, Rawa Singkil memiliki fungsi yang penting karena merupakan bagian dari DAS Alas yang menunjang kehidupan masyarakat lokal dalam hal ketersediaan air, irigasi, pertanian dan sumber protein (Unit Manajemen Leuser, 2002).
EKOSISTEM YANG ADA DI SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
B
erdasarkan karakteristik daerah, Rawa Singkil memiliki ciri yang sangat unik karena dalam satu kawasan terdapat empat ekosistem yang berbeda.
Berdasarkan tipe vegetasi, Rawa Singkil dapat dibedakan menjadi beberapa tipe ekosistem yaitu ekosistem pantai, ekosistem hutan rawa, ekosistem sungai dan ekosistem buatan.
EKOSISTEM PANTAI DAN TERUMBU KARANG Ekosistem ini terdapat di sepanjang sisi sebelah barat kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil, tepatnya di Kecamatan Kuala Baru. Karakteristik dari ekosistem ini adalah pantai berpasir yang relatif landai dengan vegetasi pes caprae dan cemara pantai (Casuarina equisetifolia) (Whitten et al., 2000). Ekosistem ini sangat penting karena merupakan tempat mencari ikan bagi masyarakat nelayan yang bermukim di sepanjang garis pantai, terutama masyarakat di kecamatan Singkil, Singkil Utara dan Kuala Baru. Selain penduduk lokal dari kabupaten Aceh Singkil, nelayan dari daerah lain seperti Sibolga maupun nelayan asing dari Thailand juga sering menangkap ikan di daerah perairan laut kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Keberadaan nelayannelayan dari luar Singkil dengan peralatan menangkap ikan yang modern dan cenderung merusak (misalnya pukat harimau ataupun bom dan racun potasium) mengancam keberadaan ekosistem ini dan pada akhirnya dapat mengancam keberlanjutan sumber ekonomi masyarakat nelayan di Singkil. EKOSISTEM HUTAN RAWA Untuk Suaka Margasatwa Rawa Singkil, tipe ekosistem ini dapat dijumpai di sepanjang sungai utama yang melintasi kawasan ini, yaitu Sungai Alas dan sungai-sungai kecil yang berhulu di sungai ini. Hutan rawa memiliki fungsi yang penting tidak hanya bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya namun juga bagi masyarakat Aceh Singkil pada umumnya. Beberapa jenis tumbuhan kayu dengan nilai ekonomi tinggi yang dapat ditemukan dalam ekosistem hutan rawa di kawasan Rawa Singkil antara lain kayu meranti, kayu kapur, keruing, damar laut, dan medang. Masyarakat lokal memanfaatkan hutan rawa untuk berbagai keperluan, kayunya untuk membuat perahu, rumah, dan kayu bakar, sebagai sumber tanaman obat dan lain lain. Hutan rawa juga berperan penting bagi hasil perikanan yang merupakan salah satu sumber perekonomian penting di Kabupaten Aceh Singkil. Selain sebagai penghasil ikan (seperti lele limbat dan lain lain), rawa juga merupakan tempat pemijahan berbagai jenis ikan dan hewan bercangkang seperti udang dan kepiting. Lapisan gambut dan tumbuhan yang terdapat dalam hutan rawa Singkil berperan dalam menyaring air rawa sebelum dialirkan ke laut.
EKOSISTEM YANG ADA DI SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
U
nsur-unsur hara yang penting dari rawa kemudian ikut terbawa ke laut dan menjadi sumber makanan penting bagi berbagai kehidupan laut, termasuk berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Manfaat lain dari hutan rawa Singkil antara lain : 1. Sebagai pengendali banjir dan kekeringan 2. Jalur transportasi (misalnya di kecamatan Kuala Baru dan Rundeng) 3. Pengaman garis pantai dari abrasi/erosi dan badai Permasalahan lingkungan yang saat ini sedang mengancam kelestarian hutan rawa Singkil antara lain permasalahan penebangan kayu liar dan konversi lahan terutama untuk perkebunan kelapa sawit. EKOSISTEM SUNGAI Ekosistem ini terdapat di semua kecamatan target (Kuala Baharu, Rundeng dan Singkil) dan berperan penting bagi kehidupan masyarakat. Hal ini karena sungai merupakan jalur transportasi, sumber air, sumber protein, sumber matapencaharian, untuk pengairan dan lain-lain.
EKOSISTEM BUATAN Ekosistem buatan yang terdapat dalam kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil terdiri dari ekosistem pertanian dan ekosistem perkebunan. Ekosistem pertanian yang dimaksud adalah ladang/kebun penduduk dan sawah. Sedangkan ekosistem perkebunan adalah perkebunan kelapa sawit baik yang dikelola oleh perusahaan dalam skala besar maupun perkebunan penduduk. Kecamatan Rundeng merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil ( http://www.kompas.com/kompascetak/0309/30/otonomi/591132.htm, 2006).
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
8
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
D
engan adanya 4 tipe ekosistem, Suaka Margasatwa Rawa Singkil memiliki kekayaan flora dan fauna cukup tinggi. Hasil survei yang pernah dilakukan memperlihatkan bahwa lahan basah dan hutan hujan dataran rendah yang terdapat di Rawa Singkil adalah habitat yang sangat penting bagi beragam jenis mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan dan serangga. Setidaknya tiga spesies satwa endemik sumatera endemik dan terancam punah dapat ditemukan di kawasan ini, yaitu orangutan sumatera (Pongo abelii), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) (Van Schaik, 1999) (Whitten et al., 2000). Selain itu terdapat juga buaya muara dan beberapa spesies ikan endemik (Rijksen et al., 1997). Primata lain yang dapat ditemui di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil antara lain: beruk (Macaca nemestrina), monyet ekor panjang (Macaca fasicularis), gibbon (Hylobates sp.) dan siamang (Symphalangus sp.). Sedangkan jenis mamalia lainnya yang juga dapat ditemui di kawasan hutan rawa antara lain rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), dan babi hutan (Sus scrofa). Beruang madu juga mungkin masih dapat ditemui di beberapa hutan rawa, meskipun mungkin populasinya tidak sepadat dulu lagi (van Schaik, 1999). Sementara itu hasil penelitian Wetland International Indonesia Program menunjukkan bahwa Rawa Singkil merupakan habitat bagi ± 40 spesies burung. Beberapa spesies burung tersebut memiliki nilai konservasi tinggi seperti sandanglawa (Ciconia stormi) yang tergolong satwa langka, itik sayap putih/ mentok rimba (Cairina scutulata) dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) yang tergolong satwa terancam punah menurut IUCN Red List (1994) Hutan Rawa Singkil juga memiliki kekayaan flora yang bernilai biologis dan ekonomis tinggi. Data Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh Singkil tahun 2004 menunjukkan bahwa jenis kayu meranti, damar laut/semantok, kapur, keruing, lesi-lesi/medang adalah jenis-jenis kayu yang bernilai ekonomis tinggi dan sebagian besar kayu-kayu ini berasal dari hutan di sekitar Rawa Singkil. FLORA 1. NIPAH Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Nipah : Nypa fruticans Wurmb : Nipah : Attap Palm (Singapura), Nipa Palm (Filipina), Nypa Palm
Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini diketahui sebagai satu-satunya anggota genus Nypa. Juga merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove. Fosil serbuk sari palma ini diketahui dari sekitar 70 juta tahun yang silam. Gambaran Fisik Daun majemuk khas palma, dengan helai-helai daun berbentuk pita. tegak, atau hampir tegak, menjulang hingga 9 m di atas tanah. Bunga majemuk di ketiak berumah satu dengan betina terkumpul di ujung serupa bola dan bunga jantan terkumpul dalam malai serupa untai, merah atau kuning pada cabang di bawahnya. Buah palma bersabut, oval gepeng, coklat kemerahan, terkumpul dalam kelompok rapat menyerupai bola berdiameter sekitar 25 cm.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
9 4
Buah yang masak gugur ke air dan mengapung mengikuti arus pasang surut atau aliran air hingga tersangkut di tempat tumbuhnya. Kerap kali buah telah berkecambah senyampang dihanyutkan arus ke tempat yang baru. Tempat Tumbuh Batang pohon nipah menjalar di tanah namun batang ini terendam oleh lumpur dan hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Palma ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih terpengaruh pasang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Nipah tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di dekat aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir. Di tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus di belakang lapisan hutan bakau, kurang lebih sejajar dengan garis pantai. Nipah mampu bertahan hidup di atas lahan yang agak kering atau kering sementara air surut.
Sumber Gambar YEL-OE
Distribusi Palma ini umum ditemukan di sepanjang garis pesisir Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik. Di kabupaten Aceh Singkil sendiri, nipah masih banyak ditemukan di sepanjang garis pantai dan daerah rawa pesisir di daerah ini. Manfaat dan Penggunaan Daun nipah yang dikeringkan dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan atap, dinding dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatera, pada masa silam daun nipah yang mudah dijadikan daun rokok, yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau, setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering dan dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Nipah dapat pula disadap niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari bunga yang belum mekar. Di Filipina, nira ini diperam untuk menghasilkan semacam tuak yang dinamakan (dalam bahasa setempat) tuba. Fermentasi lebih lanjut dari tuba akan menghasilkan cuka. Nira nipah dapat pula dijadikan menjadi gula dengan memasaknya untuk menghilangkan airnya, dan lalu mendinginkannya hingga mengeras. Pucuk nipah dan buah yang muda dapat dimakan. Biji buah nipah yang mudah mirip dengan kolang-kaling (buah atep), dan juga diberi nama attap chee (“chee” berarti “biji” menurut dialek China tertentu). Salah satu bentuk olahan dari buah nipah adalah kolak buah nipah dan merupakan salah satu masakan khas Aceh Singkil. Hutan nipah juga merupakan lingkungan hidup yang sangat baik bagi pemijahan (perkembanbiakan anakan) ikan kerapu air payau sehingga kerusakan/kehilangan hutan nipah dapat mempengaruhi ketersediaan bibit ikan kerapu yang pada akhirnya dapat mempengaruhi populasi ikan kerapu di alam.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
10
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA 2. MERANTI Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Meranti : Shorea spp : Meranti :-
Gambaran Fisik Shorea macrophylla atau Kayu Meranti adalah salah satu jenis pohon anggota famili Dipterocarpaceae. Kelompok dipterocarps merupakan salah satu famili kayu keras yang banyak terdapat di hutan hujan tropis. Pohon berukuran besar dengan ketinggian dapat mencapai 50 m, tinggi bebas cabang sampai 30 m dengan diameter sekitar 100 cm, mempunyai banir mencapai 3, 5 m.
Sumber foto : YEL-OE
Pohon meranti tertinggi yang pernah ditemukan terdapat di Sabah (Shorea faguetiana), dengan ketinggian 88,1 m. Kelompok Dipterocarps tergolong tanaman berbunga. Waktu berbunga tidak tetap dan terjadi dalam interval waktu 3-10 tahun. Sering kali terjadi di suatu kawasan hutan tropis, hampir semua dipterocarps dari berbagai spesies berbunga secara bersamaan. Tempat Tumbuh Meranti dan anggota kelompok Dipterocarps lainnya umum dijumpai di hutan hujan tropis. Jenis ini umumnya tumbuh pada tanah latosol, podsolik merah kuning, sampai ketinggian 1300 m dari permukaan laut, juga tumbuh pada dataran yang sering tergenang air pada musim hujan dan tepi-tepi sungai pada tanah alluvial. Distribusi Pusat persebaran famili Dipterocarps adalah Borneo (Brunei, Kalimantan, Sarawak dan Sabah), Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Dari daerah inilah anggota Dipterocarpaceae tersebar ke Filipina, daratan Asia, khususnya India (Shorea robusta) dan daerah lainnya. Manfaat dan Penggunaan Anggota dari famili Dipterocarpaceae mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, baik yang berupa kayu, buah maupun hasil dari metabolisme sekundernya. Kayu dari jenis-jenis dipterocarpa sangat terkenal, dan mempunyai nilai perdagangan yang cukup tinggi. Kayu meranti merah misalnya banyak digunakan untuk bangunan perumahan, perkapalan (perahu, kapal kecil dan bagian-bagian kapal) dan perabotan (meubel). Di samping kayu, hasil lainnya juga sangat terkenal misalnya buahnya, yang terkenal dengan nama buah tengkawang. Hasil dari metabolisma sekunder berupa damar, kapur, dan minyak keruing. Damar dihasilkan oleh beberapa jenis meranti, sebagai produk metabolisma sekunder. Damar adalah sekresi (getah) dari pohon Shorea sp, Vatica sp, Dryobalanops sp dan lain-lain dari suku meranti-merantian atau Dipterocarpaceae. Di dalamnya termasuk damar mata kucing dan damar gelap. Damar dimanfaatkan dalam pembuatan korek api. plastik, plester, vernis dan lak. Hasil metabolisme lainnya misalnya minyak yang dalam perdagangan dikenal dengan nama minyak guryam (minyak keruing hasil dari Dipterocarpus spp). Status Konservasi Karena kayu dari jenis-jenis meranti bernilai tinggi, sehingga sejak akhir tahun 60an banyak jenis dari meranti yang dieksploitasi. melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
11
Pada awal tahun 1980an eksploitasi kayu meranti menjadi lebih intensif (banyak) dan ekstensif (luas) (Soekotjo dan Moch. Na'iem, 2007). Akibatnya persebaran dipterocarpas mendekati kehancuran. Saat ini sebagian besar dipterocarps yang termasuk genus Shorea tercatat sebagai spesies terancam punah menurut Daftar IUCN. 3. NIBUNG Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal
Nama lain
: Nibung : Oncosperma tigillarium : Nibung (Batak), libung (Aceh), alibuk (Mentawai), hoya (Nias), hanibung (Lampung), kandibong (Sampit), erang, handiwung, liwung (Sunda), gendiwung (Jawa) : Nibong (Inggris)
Gambaran Fisik Nibung adalah anggota keluarga tanaman palem seperti halnya tanaman pinang. Pohon nibung tumbuh berumpun seperti bambu. Satu rumpun dapat memiliki 5 18 anakan. Pohon nibung dapat tumbuh hingga mencapai 30 m dengan garis tengah batang sekitar 20 cm. Daun pohon nibung mirip dengan daun kelapa, hanya saja ujungnya agak melengkung dan anak-anak daun menunduk sehingga tajuknya nampak indah. Bunga nibung seperti mayang kelapa yang menggantung dengan warna bulir kuning keunguan. Dalam setiap mayang ada 2 jenis bunga, bunga jantan dan bunga betina. Umumnya 1 bunga betina diapit oleh 2 bunga jantan. Seludang pembungkus bunga berduri. Buah nibung berbentuk bundar, berbiji satu dengan permukaan halus berwarna ungu gelap.
Sumber Gambar YEL-OE
Tempat Tumbuh Nibung tumbuh di dataran rendah yang beriklim basah. Penyebarannya terbatas umumnya dekat hutan pantai yang berair payau dengan kedalaman kurang dari 50 cm. Serta tumbuh baik pada ketinggian 0 - 150 m di atas permukaan laut. Distribusi Nibung tersebar di daerah Indo Cina, Thailand dan ke seluruh daerah Malesia kecuali Kepulauan Sunda Kecil. Sumatera merupakan salah satu tempat penyebaran tanaman nibung. Propinsi Riau dahulu dikenal sebagai salah satu tempat penyebaran pohon nibung, hingga nibung dijadikan lambang daerah. Namun saat ini, di beberapa tempat, tanaman nibung sudah semakin sulit ditemukan. Di kabupaten Aceh Singkil sendiri, pohon nibung masih dapat dijumpai di daerah-daerah tepi pantai seperti di Kecamatan Kuala Baru dan Singkil Utara. Manfaat Pemanfaatan nibung sangat beragam sebagai contoh, batang nibung dapat digunakan untuk bahan bangunan (lantai, pipa untuk saluran air dan sebagainya), dan tongkat. Daun untuk atap rumah dan anyaman keranjang. Perbungaannya dapat untuk mengharumkan beras. Umbut dan kuncup perbungaan dapat dibuat sayur serta buahnya dapat pula dipakai sebagai teman makan sirih pengganti pinang. Di daerah Aceh Singkil, umbut nibung seringkali diolah menjadi masakan Anyang Nibung dan merupakan salah satu makanan khas daerah ini. Duri Nibung yang disebut pating dipakai sebagai paku bangunan sesaji dalam upacara adat. melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
12
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA 4. SAGU Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Sagu : Metroxylon sagu : Sagu : Sagopalm (Inggris)
Gambaran Fisik Tanaman sagu tergolong tumbuhan monokotil dari famili Palmae. Nama Metroxylon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “metra” dan “xylon” Metra berarti isi batang atau empulur (pith) dan xylon berarti xylem. Tanaman sagu mempunyai batang yang besar, tegap, mencapai ketinggian antara 1012 meter, mempunyai isi yang lembut dan mengandung kandungan kanji yang tinggi. Pokok sagu mempunyai banyak pelepah berbentuk pinnate 6-8 meter panjang yang mula-mula tegak kemudian perlahan-lahan melengkung ke bawah. Tanaman sagu mengeluarkan jambak bunga yang menghasilkan banyak bunga jenis dwiseks dan kemudian akan mengeluarkan biji-biji sagu. Bunga adalah jenis 'protandrous' dimana bunga jantan akan menjadi matang dahulu daripada bunga betina. Maka dengan itu pendebungaan kacuk (cross pollination) akan berlaku. Pokok sagu hanya berbunga dan berbuah sekali lalu mati. Musim berbunga berlangsung selama dua tahun dimana selepas ini pokok sagu akan mati. Bunga-bunga akan menjadi buah yang berbentuk bulat dan bewarna kekuningan pucat. Pada umumnya jarang sekali pokok-pokok sagu dapat menghasilkan buah, kerana biasanya batang akan diambil untuk dijadikan tepung sagu sebelum waktu pokok sagu mulai berbunga. Tempat Tumbuh Sagu termasuk tanaman tahunan dan tumbuh di hutan rawa air tawar ataupun hutan tropis dataran rendah. Sagu tumbuh baik pada lahan marginal seperti gambut, rawa, payau atau lahan tergenang dimana tanaman lainnya tidak dapat tumbuh. Di Kabupaten Aceh Singkil, sagu banyak ditemukan di daerah rawa, pinggir sungai hingga dataran rendah (terutama di daerah Rundeng). Sumber Gambar YEL-OE Distribusi Sagu (Metroxylon sagu) banyak terdapat di Asia Tenggara, Pulau New Guinea (Irian Jaya/Papua dan Papua Nugini), dan pulau-pulau kecil di kawasan Micronesia dan Polynesia.
Manfaat Sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat paling produktif. Tanaman sagu dipanen pada umur 7 15 tahun, sesaat sebelum berbunga, karena pada saat itu kandungan pati dalam sagu mencapai titik tertinggi. Setelah pohon ditebang, empulur batang (isi batang) diolah untuk mendapatkan tepung (pati) sagu. Tepung sagu mengandung amilosa 27% dan amilopektin 73%. Kandungan kalori, karbohidrat, protein, dan lemak tepung sagu setara dengan tepung tanaman penghasil karbohidrat lainnya. Satu batang tanaman sagu dapat menghasilkan 150 300 kg starch. Pati sagu merupakan makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia, terutama penduduk Maluku dan Papua, kebanyakan yang berdiam di dataran rendah. Sagu juga merupakan bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Aceh Singkil di masa lalu. Biasanya sagu dimasak dengan nasi ataupun sendiri dan dimakan dengan gulai ikan (biasanya ikan sungai seperti lele, gabus dan lain lain). Selain itu sagu juga biasa dibuat kue (ingat kue tipis bundar) ataupun minuman yang sangat populer terutama untuk hidangan buka puasa, seperti minuman biji delima (mirip dengan cendol). melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
13
Manfaat lain dari sagu antara lain, daun sagu dapat dibuat menjadi atap rumah (seperti daun rumbia), kulit batang pohon dapat digunakan untuk dinding ataupun lantai rumah panggung (umum dijumpai di Papua), sedangkan seratnya dapat diolah menjadi tali. Di masa depan, tepung sagu akan banyak digunakan untuk keperluan industri antara lain sebagai bahan pembuatan roti, mie, kue, sirop berfruktosa tinggi, bahan perekat, dan plastik mudah terurai secara alami (biodegradable). Pati sagu juga digunakan dalam industri obatobatan, kosmetik, kertas, etanol dan tekstil. Sementara itu, limbah pengolahan sagu dapat digunakan sebagai pakan ternak. 5. TANAMAN OBAT Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sekitar 200 jenis tumbuhan di hutan rawa (gambut) 30% diantaranya dapat digunakan sebagai sumber pangan (bahan makanan), 6% sumber obatobatan, dan 2,7% sumber papan untuk bangunan. a. PINANG Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Pinang : Areca catechu : Penang, jambe, pineung, wohan (Jawa) :-
Gambaran Fisik Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi. Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu. Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Tempat Tumbuh Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di tamantaman atau dibudidayakan, kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain, dapat ditemukan dari 11.400 m dpl. Manfaat Umbutnya dimakan sebagai lalap atau acar, sedang buahnya merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun yang bahasa Sundanya disebut upih, digunakan untuk pembungkus makanan, bahan campuran untuk pembuatan topi, dan sebagainya.
Sumber Gambar YEL-OE
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
14
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Selain itu pinang juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang digunakan adalah biji, daun dan sabut. Jenis penyakit yang dapat diobati menggunakan ramuan berbahan dasar bagian tanaman pinang antara lain cacingan, perut kembung, luka, batuk berdahak, diare, kudis; koreng, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, difteri, tidak nafsu makan, sembelit, sakit pinggang, gigi dan gusi. b. TEBU Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal
Nama lain
: Tebu : Sacharum oficinarum : Tebu, Rosan (Jawa), Tiwu (Sunda), Tebhu (Madura), Tebu, Isepan, (Bali), Teubee (Aceh), Tewu (Nias, Flores), Atihu, (Ambon), Tebu (Lampung, Tepu (Timor) : Sugar cane (Inggris)
Gambaran Fisik Tebu termasuk keluarga Graminae atau rumputrumputan. Tebu termasuk tumbuhan berbiji tunggal. Tinggi turnbuhan tebu berkisar 2-4 meter. Batang pohon tebu terdiri dari banyak ruas yang setiap ruasnya dibatasi oleh buku-buku sebagai tempat duduknya daun. Bentuk daun tebu berwujud belaian dengan pelepah. Panjang daun dapat mencapai panjang 1-2 meter dan lebar 4-8 centimeter dengan permukaan kasar dan berbulu. Bunga tebu berupa bunga majemuk di puncak sebuah poros gelagah. Sedang akarnya berbentuk serabut. Sumber Gambar YEL-OE
Tempat Tumbuh Tebu dapat berkembang biak di daerah beriklim udara sedang sampai panas, mempunyai ketinggian tanah 1 sampai 1300 meter di atas permukaan laut.
yang
Manfaat Batang tumbuhan tebu dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan gula putih, gula merah dan juga bahan dasar penyedap rasa (monosodium glutamat). Selain itu, tebu juga memiliki manfaat lain sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang umum digunakan untuk pengobatan adalah akar dan batang. Penyakit yang dapat diobati menggunakan ramuan tebu antara lain sakit panas, batuk dan meredakan jantung berdebar. c. PANDAN WANGI Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal
Nama lain
: Pandan Wangi : Pandanus amaryllifolius : Pandan rampe, p. seungit, p. room, p. wangi (Jawa).; Seuke bangu, s. musang, pandan jau, p. bebau, p. harum,; pandan rempai, p. wangi, p. musang (Sumatera). pondang; pondan, ponda, pondago (Sulawesi), kelamoni, hao moni; keker moni, ormon foni, pondak, pondaki, pudaka (Maluku); Pandan arrum (Bali), bonak (Nusa Tenggara). :-
Gambaran Fisik Pandan wangi adalah tanaman perdu tahunan, tinggi 1-2 m. melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Batang bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Daun tunggal, duduk, dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang 40 - 80 cm, lebar 3 - 5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola, diameter 4 - 7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga.
15
Sumber Gambar YEL-OE
Tempat Tumbuh Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman atau di kebun. Pandan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang agak lembap, tumbuh subur dari daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 500 m dpl. Manfaat Pandan wangi selain sebagai rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-iris, sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan atau penganan. Irisan daun pandan muda dicampur bunga mawar, melati, cempaka dan kenanga, sering diselipkan di sanggul supaya rambut menjadi harum, atau diletakkan di antara pakaian dalam lemari. Daun pandan yang diiris kecil-kecil juga digunakan untuk campuran bunga rampai atau bunga tujuh rupa. Selain itu, pandan wangi dapat juga digunakan untuk mengobati rambut rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe; lemah saraf (neurastenia), tidak napsu makan, rematik, pegal linu, sakit disertai gelisah. Bagian tanaman pandan wangi yang biasa dimanfaatkan untuk pengobatan adalah daun. d. ALANG ALANG Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal
Nama lain
: Alang-alang atau ilalang : Imperata cylindrica : Naleueng lakoe (Aceh); Jih (Gayo); Rih, Ri (Batak); Oo (Nias); Alalang, Hilalang, Ilalang (Minang kabau); Lioh (Lampung); Halalang, Tingen, Padang, Tingan, Puang, Buhang, Belalang, Bolalang (Dayak); Eurih (Sunda); Alangalang kambengan (Jawa); Kebut, Lalang (Madura); Ambengan, Lalang (BaIi); Kii, Rii (FIores); Padengo, Padanga (Gorontalo); Deya (Bugis); Erer, Muis, Wen (Seram); Weli, Welia, Wed (Ambon). : Lalang
Gambaran Fisik Perawakan: herba, rumput, merayap, tinggi 30-180 cm. Batang: rimpang, merayap di bawah tanah, batang tegak membentuk satu perbungaan, padat, pada bukunya berambut jarang. Daun: tunggal, pangkal saling menutup, helaian; berbentuk pita, ujung runcing tajam, tegak, kasar, berambut jarang, ukuran 12-80 cm. x 35-18 cm. Bunga: susunan majemuk bulir majemuk, agak menguncup, panjang 6-28 cm, setiap cabang memiliki 2 bulir, cabang 2,5-5 cm, tangkai bunga 1-3 mm, gluma 1; ujung bersilia, 3-6 urat, Lemma 1 (sekam);
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
16
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA bulat telur melebar, silia pendek 1,5-2,5 mm. Lemma 2 (sekam); memanjang, runcing 0,5-2,5 mm. Palea (sekam); 0,75-2 mm. Benang sari: kepala sari 2,5-3,5 mm, putih kekuningan atau ungu. Putik: kepala putik berbentuk bulu ayam. Buah: tipe padi. Biji: berbentuk jorong, panjang 1 mm lebih. Waktu berbunga : Januari Desember. Tempat Tumbuh Pada daerah-daerah terbuka atau setengah tertutup; rawa-rawa; pada tanah dengan aerasi yang baik; pada daerah-daerah yang habis dibuka; di tepi sungai; ekstensif pada hutan sekunder; daerah bekas terbakar; sebagai gulma di perladangan; taman dan perkebunan. Sumber Gambar YEL-OE
Manfaat Rimpang: pelembut kulit; peluruh air seni, pembersih darah, penambah nafsu makan, penghenti perdarahan. di samping itu dapat digunakan pula dalam upaya pengobatan penyakit kelamin (kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan darah tinggi dan penyakit syaraf. Semua bagian tumbuhan digunakan sebagai pakan hewan,bahan kertas,dan untuk pengobatan kurap.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
17 4
FAUNA 1. BUAYA MUARA Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Buaya Muara : Crocodylus porosus : Buaya : Buaya Bekatak, saltwater crocodile (Australia)
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia, jauh lebih besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississipiensis). Selain terbesar dan terpanjang, buaya muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia. Gambaran Fisik Moncong buaya muara ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada tekuknya. Panjang tubuh termasuk ekor bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur. Tempat Hidup Buaya Muara adalah sejenis buaya yang terutama hidup di sungai-sungai dan di laut dekat muara. Daerah penyebarannya dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia.. Buaya muara menyukai air payau/ asin. Oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya 'buaya air asin'. Sumber Gambar YEL-OE
Makanan Buaya adalah pemakan hewan yang sudah mati (scavenger) maupun pemburu (hunter), karena buaya memiliki kemampuan berburu secara senyap (stealth) di air keruh dan menyergap secara tiba-tiba. Buaya tidak memiliki gigi pencabik sehingga ia sering terlihat menyeret, menenggelamkan, melempar dan berputar berguling-guling untuk memotong buruannya. Buaya tidak memiliki selera/pembau, sehingga mangsanya langsung ditelan bulat-bulat tanpa membedakan segar atau busuk. Buaya sangat telaten menunggui calon mangsanya dan sanggup mengintai dan tidak makan selama satu bulan. Buaya adalah salah satu survivor dari jaman Dinosaurus yang telah membuktikan keuletannya untuk bertahan, kecuali persaingannya dengan kegiatan manusia Perilaku & Perkembangbiakan Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertical mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Distribusi Penyebaran binatang ini juga “terluas” di dunia : buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia. Nilai Penting Sebagai pemangsa satwa yang lebih kecil sehingga tidak menimbulkan populasi yang berlebihan terhadap satu jenis satwa.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
18
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Ancaman Kerusakan ataupun semakin berkurangnya habitat serta perburuan Status Konservasi Buaya muara tercatat sebagai satwa yang hampir terancam punah berdasarkan IUCN Red List dan terdaftar dalam CITES Appendix 1. 2. ORANGUTAN SUMATERA Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Orangutan : Pongo abelii : Mawas, maweh : Orangutan
Gambaran Fisik Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia. Warna rambut orangutan sumatera coklat kekuningan dan umumnya rambut agak tebal atau panjang. Anak yang baru lahir memiliki kulit muka dan tubuh berwarna pucat, sedangkan rambutnya berwarna coklat muda. Warna rambut akan berubah sesuai dengan perkembangan umur. Jantan dewasa, ukuran tubuhnya dua kali lebih besar daripada betina. Berat tubuh jantan dewasa di alam berkisar 50 90 kg. Berat tubuh orangutan betina liar berkisar antara 30 50 kg. Orangutan jantan dewasa memiliki cheek pad (bantalan pipi) dan kantong suara yang berfungsi untuk mengeluarkan seruan panjang (long call). Sumber Gambar YEL-OE
Makanan Makanan utama orangutan (60%) terdiri dari buah-buahan (seperti buah ara, durian, rambutan dan lain lain). Untuk memenuhi kebutuhan protein, orangutan mengkonsumsi serangga dan madu. Selain itu orangutan juga mengkonsumsi pucuk daun muda dan kulit pohon. Sebagian besar kebutuhan minum orangutan terpenuhi dalam komposisi pakannya, dan sisanya berasal dari sumber lain. Perilaku dan Perkembangbiakan Orangutan hidup soliter atau menyendiri, hanya pada saat tertentu hidup bersama dengan individu lain. Misalnya saat berpasangan antara jantan dan betina, atau induk betina yang diikuti oleh satu atau dua anak yang belum dapat mandiri. Perkembangbiakan orangutan termasuk lambat. Orangutan jantan mencapai dewasa kelamin umur 11 15 tahun, yang ditandai dengan munculnya bantalan pipi dan berkembangnya kantong suara. Orangutan betina mencapai dewasa kelamin pada umur 10 tahun, dan baru bisa beranak untuk pertama kalinya pada umur 15 tahun. Anak orangutan kemudian diasuh oleh induknya selama 7 8 tahun, baru kemudian dilepas. Selama kurun waktu ini, induk orangutan biasanya tidak mau dikawini oleh pejantan. Siklus reproduksi yang panjang ini menyebabkan induk orangutan hanya bisa memiliki 4 5 ekor anak orangutan selama rentang hidupnya. Akibatnya populasi orangutan sangat rentan terhadap perburuan dan ancaman ancaman lainnya. Tempat Hidup Orangutan sumatera hidup pada hutan tropik dataran rendah, rawa-rawa, sampai hutan perbukitan dan mencapai ketinggian 1.500 dpl. melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
19 4
Saat ini penyebaran orangutan sumatera hanya mencakup propinsi Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam dengan komposisi 20% dan 80%. Suatu populasi kecil hasil pelepasliaran orangutan sitaan sedang dikembangkan di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Jambi dan merupakan program bersama YEL-SOCP (Sumatran Orangutan Conservation Program), FZS (Frankfurt Zoological Society), Pan Eco Swiss, dan PHKA. Distribusi Untuk Sumatera Utara dan NAD, penyebaran populasi orangutan terbanyak adalah di kawasan Tama Nasional Gunung Leuser, Kawasan Ekosistem Leuser dan hutan rawa di sepanjang pantai barat Aceh. Kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil termasuk salah satu habitat orangutan di pantai barat Aceh dengan perkiraan populasi terbanyak yaitu sekitar 1500 ekor (PHVA, 2003). Namun secara umum, populasi alami orangutan sumatera saat ini sedang mengalami penurunan sebagai akibat dari perburuan untuk hewan peliharaan dan kerusakan habitat (terutama akibat penebangan liar dan perluasan areal perkebunan kelapa sawit). Nilai Penting Membantu kestabilan ekosistem hutan tropis. Hal ini terkait dengan jenis makanan orangutan yang sebagian besar adalah buah-buahan, Saat mengkonsumsi buah-buahan kesukaannya seperti durian dan lain lain, orangutan turut membantu menyebarkan biji buah tersebut. Biji ini kemudian dapat tumbuh berkembang menjadi tumbuhan baru. Sehingga orangutan ibarat “petani hutan” yang membantu penyebaran tumbuhan di dalam hutan dan menjamin keberagaman dan keberlanjutan hidup beberapa spesies tumbuhan. Tanpa orangutanm keadaan hutan mungkin akan jauh berbeda, dan mungkin pula akan jauh lebih sedikit buahbuahan yang ada. Ancaman Ancaman terbesar bagi populasi orangutan di alam liar saat ini adalah kerusakan habitat dan perburuan untuk perdagangan satwa. Banyak habitat orangutan (yang juga adalah habitat dari banyak satwa lainnya) yang telah dibabat habis dan dialihfungsikan untuk keperluan lain seperti perkebunan kelapa sawit dan lain lain. Disisi lain banyak orang yang memperjualbelikan orangutan sebagai binatang peliharaan yang menyebabkan perburuan terhadap satwa ini. Status Konservasi Orangutan sumatera terdaftar “satwa sangat terancam punah” berdasarkan daftar IUCN. Sedangkan di dalam CITES, orangutan sumatera terdaftar dalam Appendix 1 (Rentan). 3. HARIMAU SUMATERA Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Harimau Sumatera : Panthera tigris sumatrae : Harimau : Sumatran Tiger
Harimau Sumatera merupakan satu-satunya dari tiga jenis harimau yang pernah dimiliki Indonesia yang masih bertahan hidup. Dua jenis lainnya, yakni Harimau Jawa dan Harimau Bali, yang baru saja punah. Gambaran Fisik Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) adalah spesies terkecil dari kelompoknya. Tinggi pundak 75 cm dan panjang tubuhnya 250 cm, serta berat tubuhnya bisa mencapai 99-139 kg. Tubuhnya tertutup mantel rambut, loreng-loreng melintang tubuh. Ini memungkinkan harimau dapat bersembunyi dengan mudah di antara semak belukar sehingga memudahkan untuk menangkap mangsanya. melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
20
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Harimau jantan mempunyai ciri bersurai di leher, yang merupakan rambut-rambut yang panjang. Tempat Hidup Dataran rendah sampai ketinggian 2300 m, Juga hidup di hutan-hutan sekunder dan bahkan di lahan-lahan pertanian yang berdekatan dengan hutan, tergantung pada keberadaan mangsanya. Harimau jantan dan betina hidup dalam daerah jelajah yang saling tumpang tindih. Jantan biasanya menduduki wilayah yang lebih luas, yang mencakup wilayah lebih dari satu harimau. Makanan Harimau biasanya memburu mangsa yang agak besar seperti rusa sambar, kijang, babi, kancil. Akan tetapi akan memburu hewan kecil seperti landak, sekiranya tidak ada mangsa.
Sumber Gambar Wikipidia
Perilaku dan Perkembangbiakan Harimau hidup menyendiri, meskipun mereka pergi berburu berdua, yang satu menghalau mangsa ke arah jebakan harimau lainnya. Daerah berburu harimau merupakan daerah teritorinya dan ditandai dengan air seni dan dinyatakan dengan raungan keras. Tempat berburu tidak permanen atau selalu berpindah-pindah. Satwa ini biasanya melakukan perburuan pada sore hari menjelang malam atau malam hari. Musim kawin harimau berlangsung setahun sekali, lama kehamilan 104 sampai 106 hari. Anak-anak yang dilahirkan mempunyai warna bulu seperti induknya hanya lebih gelap. Jumlah anak yang dilahirkan biasanya 3 sampai 5 ekor. Distribusi Berasal dari India, Indo China, Taiwan, Sumatera Ancaman Dua penyebab utama keterancamannya adalah hilangnya habitat dan maraknya perburuan untuk diambil bulunya, konsumsi dan obat-obatan tradisional di beberapa negara. Status Konservasi Meski termasuk jenis dilindungi dan masuk dalam lampiran I CITES, Harimau Sumatera kini dalam kondisi kritis alias nyaris punah. 4. RANGKONG BADAK Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Rangkong Badak : Buceros rhinoceros : Rangkong : Rhinoceros hornbill
Gambaran Fisik Nama burung ini diasosiasikan dengan bungkal atau tonjolan di kepala yang menyerupai cula badak. Tempat Hidup Rangkong merupakan burung penghuni puncak-puncak kanopi hutan
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Makanan Merupakan pemakan buah dan sangat menggemari buah Ara (Ficus sp.) Dimana buah ini merupakan pohon kunci bagi kelestarian satwa liar. Kelompok burung Rangkong (Bucerotidae) yang tergolong satwa pemakan buah, berperan dalam penyebaran biji di hutan. Biji-biji tersebar melalui kotorannya karena sistem pencernaan Rangkong tidak merusak biji buah. Selain itu, pergerakan Rangkong keluar dari pohon penghasil buah membantu menyebarkan biji dan meregenarasi hutan secara alamiah.
21 4
Sumber Gambar YEL-OE
Perilaku dan Perkembangbiakan Umumnya burung jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari burung betina. Jenis kelamin Rangkong yang telah dewasa dapat diketahui berdasarkan perbedaan warna balung atau cula, warna sayap, paruh dan mata.Kelompok burung Rangkong mempunyai ukuran panjang total antara 381 - 1600 mm. Distribusi Rangkong badak yang merupakan burung penetap dan dilindungi di Indonesia ini, cukup umum ditemukan di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Nilai Penting Terbang dari satu pohon buah ke pohon lain, rangkong ibarat “petani hutan” yang menebarkan biji-biji hutan yang sangat penting untuk regenerasi dan menjamin keberlanjutan ekosistem hutan. Ancaman Dua penyebab utama keterancamannya adalah hilangnya habitat dan maraknya perburuan untuk dijual atau dipelihara. Status Konservasi Rangkong Badak tercatat sebagai satwa yang hampir terancam punah berdasarkan IUCN Red List dan terdaftar dalam CITES Appendix 2. 5. RANGKONG PAPAN Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Rangkong Papan : Buceros bicornis : Rangkong : Great hornbill
Gambaran Fisik Burung ini adalah spesies terbesar dalam suku burung Bucerotidae. Burung dewasa berukuran sangat besar, dengan panjang mencapai 160cm. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, dan tanduk kuning-hitam diatas paruh besar berwarna kuning. Kulit mukanya berwarna hitam dengan bulu leher berwarna kuning kecoklatan. Bulu ekor berwarna putih dengan garis hitam tebal di tengah. Tanduk burung Rangkong Papan berongga dan tidak padat. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Jantan dan betina dapat dibedakan dengan mudah dari matanya. Mata burung betina berwarna biru, sedangkan burung jantan bermata merah.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
22
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Tempat Hidup Rangkong Papan bersarang di dalam lubang pohon. Makanan Pakan burung Rangkong Papan terdiri dari aneka buah-buahan, hewan berukuran kecil, burung, serangga dan reptil. Perilaku dan Perkembangbiakan Burung Rangkong bersifat monogami, hanya Sumber Gambar YEL-OE berpasangan dengan seekor lawan jenis. Pada waktu bertelur, burung betina mengurung diri di dalam lubang pohon yang hampir seluruhnya ditutup dengan lumpur, sampai anak burung mulai besar. Pada saat-saat ini, burung betina dan anak burung tergantung sepenuhnya pada burung jantan untuk memberikan makanan melalui celah kecil yang dibiarkan terbuka. Distribusi Populasi Rangkong Papan tersebar di hutan tropis di India, Republik Rakyat Tiongkok, Indocina, Nepal, Bhutan, Semenanjung Malaysia dan pulau Sumatera, Indonesia Nilai Penting Sama halnya dengan Rangkong Badak, burung ini juga menebarkan biji-biji hutan yang sangat penting untuk regenerasi dan menjamin keberlanjutan ekosistem hutan. Ancaman Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies ini. Status Konservasi Burung Rangkong Papan dievaluasikan sebagai hampir terancam di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I. 6. MENTOK RIMBA Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Mentok Rimba : Cairina scutulata : Serati, Mentok Hutan, Bebek Hutan atau Angsa Hutan : White-winged Wood Duck.
Gambaran Fisik Mentok Rimba adalah sejenis burung dari keluarga bebek (suku Anatidae). Burung satu ini adalah mentok paling langka di dunia, masih berkerabat dekat dengan jenis mentok yang sering dipelihara orang, hanya saja jenis ini tidak memiliki tonjolan kulit berwarna merah pada daerah sekitar matanya. Berbentuk mirip dengan mentok peliharaan (Cairina moschata), Mentok Rimba memiliki panjang tubuh (dari paruh hingga ke ujung ekor) sekitar 75 cm. Tubuh umumnya berwarna gelap atau kehitaman, dengan sisi bawah sayap (ketika terbang) berwarna putih. Kepala dan leher putih, terkadang dengan bintik-bintik kehitaman. Sumber Gambar Wikipidia
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
23 4
Paruh dan kaki kekuningan atau jingga kusam. Tidak seperti mentok peliharaan, tak ada lingkaran merah di sekeliling mata. Tempat Hidup Seperti namanya, Mentok Rimba terutama menghuni hutan-hutan rawa dengan kolam-kolam yang dangkal. Makanan Mentok Rimba adalah omnivora, memangsa aneka macam termasuk tumbuhan air seperti Hydrilla, siput, ikan-ikan kecil, cacing, serangga dan laba-laba air. Perilaku dan Perkembangbiakan Hidupnya di hutan dan jika sedang terbang warna bulu sayapnya yang putih akan terlihat jelas yang lantas menjadi nama burung ini dalam Bahasa Inggris, White-winged Duck. Distribusi Di Sumatera burung ini hidup di hutan-hutan dengan lahan basah (wetlands) seperti hutanhutan rawa dan hutan di sepanjang aliran sungai. Ancaman Pembabatan hutan dan pengeringan rawa menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup Mentok rimba. Akan tetapi selama rawa belum kering dan masih ada pohon-pohon besar dengan lubang yang cocok untuk bersarang, masih ada harapan bagi Mentok rimba untuk tetap hidup. Status Konservasi Spesies ini termasuk salah satu burung air yang paling langka dan terancam punah di dunia. 7. KEDIH Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama lain
: Kedih : Presbytis thomasi : Lutung rungka, kedih (Aceh Tenggara), Kek-kia : Thoma’s leaf monkey
Gambaran Fisik Kedih memiliki warna rambut kelabu tua keperakperakan pada bagian punggung sedangkan pada bagian dada dan perut berwarna putih. Terdapat jambul pada kepala yang berwarna hitam, letaknya agak ke belakang. Bagian pipi dan kening berwarna putih. Kaki dan tangan berwarna hitam dan ekor sisi dalam berwarna putih. Kedih muda yang baru lahir mepunyai warna putih disertai warna sedikit kelabu di bagian belakang telinga. Panjang tubuh jantan dan betina berkisar antara 50 55 cm, panjang ekor 70 73 cm. Kedih jantan dan betina dewasa memiliki berat antara 5,5-6,5 kg. Sumber Gambar UML Tempat Hidup Kedih hidup di hutan primer dan sekunder. Namun hewan ini kadang-kadang ditemukan di daerah perkebunan karet atau perkebunan buah-buahan milik masyarakat di pinggiran hutan.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
24
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Makanan Kedih menurut beberapa penelitian, mengkonsumsi lebih dari 20 jenis buah dan biji, 24 jenis daun dan 10 jenis bunga pada tumbuhan yang berbeda. Komposisi makanan lebih kurang 44% berupa daun, 36% buah, 3% bunga dan sisanya berbagai jenis bagian dari tumbuhan dan serangga. Perilaku dan Perkembangbiakan Hidupnya berkelompok dengan satu jantan sebagai pimpinan kelompok, serta beberapa betina dan anak-anak (jantan atau betina) sebagai anggota kelompok. Jumlah kelompok antara 7 10 ekor. Distribusi Kedih tersebar di bagian utara Sumatera, mulai dari Danau Toba, Tenggara Aceh. Populasi yang baik ditemui di daerah Bahorok dan Ketambe dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Di Kabupaten Aceh Singkil, kedih banyak dijumpai di hutan Rawa Singkil. Ancaman Ancaman terbesar bagi kedih adalah musnahnya tempat tinggal/ habitat satwa ini yaitu hutan tropis karena dikonversi untuk keperluan lain. Selain itu banyak kedih yang kemudian memasuki daerah pertanian/ perkebunan masyarakat sehingga dianggap hama dan dibunuh. Status Konservasi Kedih tergolong satwa dilindungi berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 dan UU No. 5 Tahun 1990. 8. LELE Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama Lain
: Lele (lembat) : Clarias nieuhofi CV : Ikan maut (Sumatera Utara dan Aceh), keling (Sulawesi Selatan), dan cepi (Bugis) : mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka), (Jepang) dan (Tiongkok). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
Gambaran Fisik Ikan lele atau ikan keli adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Tempat Hidup Ikan lele (Clarias spp.) merupakan ikan air tawar yang dapat hidup di tempat-tempat kritis, seperti rawa, sungai, sawah, kolam ikan yang subur, kolam ikan yang keruh, dan tempat berlumpur yang Sumber Gambar YEL-OE kekurangan oksigen. Hal ini dimungkinkan karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan, yakni arborecent. Ikan lele dapat pula dipelihara di tambak air payau asal kadar garamnya tidak terlalu tinggi. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA
25 4
Makanan Ikan lele bersifat nocturnal feeder, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Perilaku dan Perkembangbiakan Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Distribusi Penyebaran lele di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera, Bangka, Belitung, Kalimantan, Singkep, dan Sulawesi. Manfaat Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok dulu istilahnya sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dibersihkan pada air yang mengalir selama beberapa hari. Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk. Makanan yang mudah didapat dan murah ini, selain kaya zat gizi, juga membantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung karena rendah lemak. Ancaman Lele belum tergolong satwa dilindungi undang-undang karena resiko kepunahannya masih rendah. Selain itu juga sudah banyak jenis lele yang dibudidayakan. Namun untuk beberapa jenis lele lokal yang pemanenannya masih banyak diambil langsung dari alam, bila dieksploitasi berlebihan tanpa upaya budidaya dapat mengancam keberadaan populasi di alam. 9. KEPITING BAKAU Nama Jenis Nama Latin Nama Lokal Nama Lain
: Kepiting Bakau : Scylla sp. : Kepiting Bakau : Kepiting Rawa
Di dunia, kepiting bakau terdiri atas 4 spesies dan keempatnya ditemukan di Indonesia, yakni: kepiting bakau merah (Scylla olivacea) atau di dunia internasional dikenal dengan nama “red/orange mud crab”, kepiting bakau hijau (S.serrata) yang dikenal sebagai “giant mud crab” karena ukurannya yang dapat mencapai 2-3 kg per ekor, S. tranquebarica (Kepiting bakau ungu) juga dapat mencapai ukuran besar dan S. Paramamosain (kepiting bakau putih). Sumber Gambar YEL-OE
Gambaran Fisik Kepiting adalah binatang crustacean berkaki sepuluh dari infraorder Brachyura, yang biasanya mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah thorax. Kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari pea crab, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
26
KEKAYAAN FLORA DAN FAUNA Tempat Hidup Sesuai dengan namanya, kepiting bakau (mud crub) lebih banyak hidup di hutan bakau. Kepiting jenis ini bisa dijumpai dihampir seluruh perairan pantai Indonesia yang ada hutan mangrove. Kabupaten Aceh Singkil yang memiliki areal hutan bakau yang cukup luas juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kepiting. Namun sayangnya, pengambilan hasil kepiting ini umumnya masih berasal dari alam langsung dan belum dibudidayakan. Makanan Kepiting memakan segala jenis makanan, baik hewan-hewan bercangkang lainnya maupun ikan-ikan kecil. Di tempat budidaya, kepiting biasa diberi pakan antara lain ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dan kepiting-kepiting non ekonomis. Perilaku dan Perkembangbiakan Kebiasaan/perilaku kepiting bakau antara lain suka berendam dalam lumpur dan sangat peka terhadap kondisi air yang tercemar. Karenanya kepiting jenis ini sangat bergantung pada keberadaan hutan bakau yang sehat (masih utuh dan belum tercemar). Selain itu kepiting bakau terutama yang jantan dikenal memiliki sifat kanibalisme dan suka menyerang kepiting lain. Sebagaimana jenis kepiting lainnya, kepiting bakau berkembang biak dengan telur. Namun sayangnya, kepiting betina yang sedang bertelur (membawa telur ditubuhnya) adalah yang paling diburu karena dikenal memiliki rasa yang paling enak. Distribusi Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis. Manfaat KEPITING bakau (Scylla sp.) merupakan salah satu jenis makanan dari laut yang digemari masyarakat, baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Kepiting bakau disenangi masyarakat karena rasa dagingnya yang lezat dan nilai gizinya yang tinggi terutama pada betina bertelur (matang gonad). Dari referensi yang didiperoleh, daging kepiting mengandung protein 65,72% dan 0,88% lemak. Sementara ovarium kepiting mengandung 88,55% protein dan 8,16% lemak. Kulit kepiting dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagai bahan baku obat, kosmetik, pangan, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut memegang peran sebagai anti virus dan anti bakteri dan juga digunakan sebagai obat untuk meringankan dan mengobati luka bakar. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang murah dan aman. Ancaman Penurunan populasi kepiting bakau di alam diakibatkan oleh penangkapan yang berlebihan dan kerusakan habitat bakau (mangrove). Penangkapan yang berlebihan terjadi, karena adanya akses dari permintaan pasar yang terus meningkat. Bila aktivitas ini dibiarkan, akan mengancam kelestarian sumber daya alam ini. Sebagai komoditas andalan maka penangkapan dari alam saja tidaklah cukup. Bahkan penangkapan yang berlebihan dapat mengancam kelestarian hewan ini. Karena itu, budidaya adalah pilihan yang tepat.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
MANFAAT KAWASAN HUTAN SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
27
K
awasan ini penting untuk menunjang kehidupan kita diantaranya mengatur tata air yang melingkupi ketersediaan air, tata air untuk pertanian, transportasi dan perikanan.
1. Rawa Singkil Sebagai Pengatur Ketersediaan Air Saat musim hujan tiba, kawasan hutan rawa yang luas berperan sebagai tempat cadangan air alami yang dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah-daerah sekitarnya dan mengurangi resiko banjir. Kelebihan air ini disimpan sebagai air permukaan di rawa, danau maupun dalam tanah. Lapisan gambut yang terdapat dalam hutan rawa dapat menyimpan air sampai 80% dari volumenya. Sebagian air simpanan ini kemudian masuk ke sumur-sumur kita untuk kebutuhan minum, mandi, cuci dan masak. 2. Rawa Singkil Sebagai Penunjang Sektor Perikanan dan Pertanian. 0 0 Aceh Singkil berada pada 20 02'-30 0' Lintang Utara dan 970.04'-980.12' Bujur Timur. Berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Selatan membuat kabupaten ini memiliki potensi perikanan dan kelautan. Sektor perikanan merupakan salah satu sumber perekonomian penting bagi masyarakat Aceh Singkil. Potensi penangkapan ikan laut komersial paling sedikit mencapai 45.000 ton.
Sumber Gambar YEL-OE
Sumber Gambar YEL-OE
Populasi ikan yang berlimpah di pesisir pantai barat dan selatan Aceh sangat bergantung pada kelestarian Suaka Margasatwa Rawa Singkil, karena rawa merupakan tempat pemijahan bagi banyak ikan air tawar dan air laut serta jenis hewan bercangkang seperti udang. Selain itu, lapisan gambut dan tumbuhan yang terdapat dalam Rawa Singkil berperan dalam menyaring air rawa sebelum dialirkan ke laut. Unsur-unsur hara yang penting dari rawa kemudian ikut terbawa ke laut dan menjadi sumber makanan penting bagi berbagai kehidupan laut,termasuk berbagai jenis ikan dengan nilai ekonomi tinggi. Unsur-unsur hara yang disaring dan disimpan oleh hutan Rawa Singkil juga dapat meningkatkan kesuburan tanah pertanian yang berada di sekitarnya. 3. Rawa Singkil Sebagai Pelindung Dari Bencana. Tanaman bakau yang terdapat di kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil memiliki akar-akar yang kokoh yang dapat meredam pengaruh gelombang air laut dan tsunami. Akar-akar tersebut juga menahan aliran lumpur sehingga lahan bakau dapat semakin meluas membentuk daratan baru. Sumber Gambar YEL-OE
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
28
MANFAAT KAWASAN HUTAN SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
4. Rawa Singkil Sebagai Sumber Kekayaan Jenis Tumbuhan. Suaka Margasatwa Rawa Singkil menyimpan kekayaan jenis tumbuhan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Contohnya adalah berbagai jenis tanaman obat seperti kelapa (Cocos nucifera), pegagan (Cantella asiatica), pandan (Pandanus sp). Kelapa dapat mengobati keracunan, panas dalam dan demam. Pegagan manjur untuk mengobati hepatitis, campak dan migrain. Pandan berkhasiat untuk mengobati pegal linu dan rematik serta mengatasi ketombe dan rambut rontok. 5. Rawa Singkil Sebagai Sumber Kekayaan Jenis Satwa Langka Suaka Margasatwa Rawa Singkil adalah rumah bagi berbagai jenis satwa langka, yang hanya terdapat di pulau Sumatra seperti harimau, orangutan, dan wauwau tangan putih. Berbagai jenis burung juga dapat ditemui di Suaka Margasatwa Rawa Singkil, termasuk jenis-jenis burung langka seperti mentok rimba dan bangau.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
Sumber Gambar YEL-OE
Sumber Gambar Internet
KERUSAKAN HUTAN SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
29
M
anfaat Suaka Margasatwa bagi kita sangat berlimpah. Sayangnya, saat ini hutan kita terganggu keutuhannya. Beberapa kegiatan manusia yang dapat mengancam kelestarian hutan kita antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.
Menebang pohon di hutan rawa secara berlebihan Membuka dan mengeringkan rawa untuk dijadikan areal pertanian skala besarMembunuh dan/atau menangkap orangutan dan satwa liar lain untuk dipelihara atau dijual Membakar hutan untuk dijadikan areal pertanian Membuka hutan untuk kegiatan pembangunan tanpa mempertimbangkan dampak keseimbangan alam
Beberapa kegiatan yang dilarang karena dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan suaka margasatwa alam (Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam) adalah : 1. 2. 3. 4. 5.
Melakukan perburuan terhadap satwa yang berada di dalam kawasan Memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli ke dalam kawasan Memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan satwa dalam dan dari kawasan Menggali atau membuat lubang pada tanah yang mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa dalam kawasan, atau Mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu kehidupan tumbuhan
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
30
BAGAIMANA MENJAGA KELESTARIAN SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL ?
K
eputusan dan tindakan yang kita ambil sekarang akan mempengaruhi kehidupan generasi yang akan datang. Manfaat hutan Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang dapat dirasakan oleh anak cucu kita tergantung dari apa yang kita lakukan saat ini. Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian kawasan Suaka Margasatwa Rawa Singkil sehingga kehidupan anak cucu kita dapat terjamin antara lain: 1.
Bersama dengan lembaga adat, pemerintahan desa, pemerintah daerah dan BKSDA memulai upaya untuk pengelolaan kawasan secara bersama dan lestari. 2. Mendukung upaya-upaya penguatan kearifan tradisional mengenai pengelolaan kawasan. 3. Menceritakan dan mendiskusikan manfaat dan status Suaka Margasatwa Rawa Singkil kepada keluarga dan teman teman. 4. Menahan diri untuk tidak menebang pohon di hutan secara berlebihan. 5. Menahan diri untuk tidak membuka areal pertanian dalam kawasan hutan. 6. Membiarkan orangutan sumatera dan satwa lainnya hidup bebas di Suaka Margasatwa Rawa Singkil. 7. Ikut serta mendorong pelaksanaan kegiatan pembangunan yang menjamin kelestarian hutan Rawa Singkil.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
PERDAGANGAN KARBON (CARBON TRADE)
31
P
erubahan iklim merupakan fenomena global yang ditandai dengan berubahnya suhu dan distribusi curah hujan. Kontributor terbesar bagi terjadinya perubahan tersebut adalah gasgas di atmosfer yang sering disebut Gas Rumah Kaca (GRK) seperti karbondioksida (CO2), methana (CH4), dan Nitorus Oksida (N2O) yang konsentrasinya terus mengalami peningkatan (Daniel Murdiyarso dan Suryadiputra, 2004). Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang bersifat panas sehingga suhu bumi akan semakin panas jika jumlah gasgas tersebut meningkat di atmosfer. Meningkatnya suhu udara secara global akan merubah peta iklim dunia seperti perubahan curah hujan serta arah dan kecepatan angin. Kesemuanya itu akan berdampak langsung pada berbagai kehidupan di bumi seperti berkembangnya penyakit pada hewan, manusia maupun tanaman; perubahan produktivitas tanaman; kekeringan, banjir dan sebagainya. Gambut memiliki kandungan unsur karbon (C) yang sangat besar. Menurut berbagai studi, kandungan karbon yang terdapat dalam gambut di dunia sebesar 329-525 Gt atau 35% dari total karbon dunia. Sedangkan gambut di Indonesia memiliki cadangan karbon sebesar 46 GT (catatan 1 9 GT sama dengan 10 ton) atau 8 14% dari karbon yang terdapat dalam gambut di dunia. Dengan demikian, gambut memiliki peran yang cukup besar sebagai penjaga iklim gobal. Apabila gambut tersebut terbakar atau mengalami kerusakan, materi ini akan mengeluarkan gas terutama CO2, N2O, dan CH4 ke udara dan siap merubah iklim dunia. Karbon atau zat arang adalah salah satu unsur yang terdapat dalam bentuk padat maupun cair di dalam perut bumi, di dalam batang pohon atau dalam bentuk gas di udara (atmosfer). Karbon di udara mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses fotosintesis. Proses ini menyerap karbon dan menghasilkan gas oksigen yang sangat bermanfaat dan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Namun kelebihan karbon di udara dapat menimbulkan masalah. Sumber karbon di udara adalah dari pembakaran bahan bakar minyak dan gas dari kendaraan dan industri, pembakaran hutan, letusan atau asap yang keluar dari gunung berapi, kayu yang dibakar atau proses pelapukan. Karbon yang ada di antara gas-gas yang dikeluarkan ke udara. Pelepasan gas-gas ke udara (emisi) menyebabkan pencemaran udara (polusi) yang berakibat peningkatan suhu bumi (pemanasan global). Bersama gas pencemaran lain, gas karbon di udara membentuk lapisan yang menahan panas bumi. Akibatnya suhu udara makin panas. Hal ini kemudian mengakibatkan perubahan iklim dan pergeseran musim di seluruh bumi. Hutan-hutan memproses karbon, nitrogen dan oksigen dalam atmosfir yang juga vital untuk mempertahankan keseimbangan ekologis planet bumi. Sebatang pohon yang tumbuh sepenuhnya dapat mengunci antara 10 sampai 15 kg karbon dioksida dan satu hektar hutan dapat menyerap sampai 10 ton karbon dioksida setiap tahun. Melalui proses ini hutan-hutan bertindak sebagai peredam yang menyerap jutaan karbon dioksida yang sekarang sedang disemburkan ke atmosfir oleh kendaraan dan industri. Jelaslah bahwa kita harus menanam pohon lebih banyak dari jumlah yang ditebang atau menghentikan pengrusakan hutan sama sekali untuk menjaga siklus karbon tetap seimbang. Jumlah karbon yang ditimbun dalam tanaman seperti pohon-pohonan sangat tergantung pada jenis dan sifat pohon itu sendiri. Proses penimbunannya disebut sebagai proses sekuestrasi (carbon sequestration) yaitu proses penyimpanan karbon di dalam tanaman yang sedang tumbuh. Tanaman atau pohon di hutan dianggap berfungsi sebagai tempat penimbunan atau pengendapan karbon (rosot karbon atau carbon sink). melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
32
PERDAGANGAN KARBON (CARBON TRADE)
Dibandingkan dengan berbagai jenis tanaman umumnya pohon-pohon kayu merupakan penyerap karbon yang paling besar. Cadangan karbon di hutan alam akan berkurang jika hutan alam diubah menjadi ladang berpindah, perkebunan, pertanian, padang penggembalaan. Peristiwa pembakaran dan kebakaran hutan menyebabkan pelepasan karbon ke udara yang sangat besar. APAYANG DIMAKSUD DENGAN PERDAGANGAN KARBON ? Negara atau industri yang menggunakan bahan bakar minyak secara berlebihan menyebabkan kapasitas pohon yang bisa menyerap karbon sangat terbatas baik di negaranya sendiri maupun di negara lain. Karena karbon dari satu negara bisa menyebar ke negara lain maka akibatnya dirasakan di negara lain juga. Orang, industri atau negara yang menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih tinggi daripada jatah penyerapan karbon di negaranya sendiri disebut debitur karbon yang berutang karbon kepada kreditur karbon, yaitu negara miskin yang mempunyai lebih banyak hutan atau pohon namun lebih sedikit memanfaatkan jatah penyerapan karbon karena industri atau penggunaan bahan bakar minyak yang lebih sedikit
Sebuah studi di Harda, India menunjukkan bahwa sebuah desa di daerah kering dengan areal hutan campuran seluas 11.000 ha mempunyai potensi menyerap karbon sebanyak 3,4 ton tiap hektar. Jika harga karbon tiap ton adalah 10 dollar AS atau kurang lebih Rp 90.000 maka dari seluruh areal hutan tersebut ada potensi untuk memperoleh pendapatan sebesar 375.000 dollar AS atau kurang lebih Rp3,4 milliar rupiah. Tiga puluh persen pendapatan ini akan dikeluarkan untuk biaya-biaya negosiasi, pemerintah dan komite perlindungan hutan, badan musyawarah desa untuk pengelolaan hutan serta biaya pengumpulan data.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
LAMPIRAN 1 : SERBA SERBI MASAKAN
33
RESEP MASAKAN ANYANG NIBUNG Bahan : Bahan utama anyang nibung adalah umbut nibung. Umbut nibung dapat dibeli di pasar tradisional yang ada di Singkil dengan harga Rp 5000/umbut. Sedangkan bahan-bahan lainnya adalah: Kelapa parut, bawang merah, cabe merah, jeruk nipis, garam, penyedap rasa (bila diinginkan) Sumber Gambar YEL-OE
Cara membuat : Adapun cara membuat anyang nibung adalah sebagai berikut : Pertama-tama, kupas lapisan seludang nibung hingga diperoleh umbut yang putih dan lunak. Iris kecil nibung (seperti mengiris rebung), lalu rebus hingga lunak dan tiriskan. Sangrai kelapa parut hingga kering dan berwarna coklat kemerahan. Haluskan kelapa sangrai hingga lembut dan berminyak. Haluskan juga cabe merah. Bawang merah diiris halus. Langkah selanjutnya adalah mencampur semua bahan tadi (irisan nibung, kelapa sangrai halus dan irisan bawang merah). Tambahkan garam, penyedap rasa dan air perasan jeruk nipis. Aduk dengan sendok sambil sedikit ditekan-tekan hingga semua bahan tercampur rata. Masakan siap untuk disajikan. RESEP MASAKAN KOLAK NIPAH Bahan : Bahan utama kolak nipah adalah buah nipah. Buah nipah dapat dibeli di pasar tradisional yang ada di Singkil dengan harga Rp 50.000/bambu Sedangkan bahan-bahan lainnya adalah: Gula merah, gula putih, daun pandan, kayu manis, cengkeh dan air Sumber Gambar YEL-OE
Cara membuat : Buah nipah, kayu manis, cengkeh dan daun pandan direbus dengan air hingga mendidih. Setelah air mendidih, masukkan gula merah sambil diaduk-aduk. Setelah gula merah larut dengan sempurna, tambahkan gula pasir secukupnya sesuai dengan kadar manis yang diinginkan. Masak dan aduk terus hingga mengental. Kolak nipah siap untuk disajikan.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
34
LAMPIRAN 2 : DAFTAR ISTILAH SULIT
BKSDA CITES Ekologi
: Balai Konservasi Sumber Daya Alam : Convention on International Trade in Endangered Species : Ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya Ekosistem : Suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Eksploitasi : Pemakaian atau penggunaan secara berlebihan. Endemik : Merupakan spesies asli dari suatu tempat yang berupa wilayah geografis tertentu seperti pulau, kepulauan atau negara. Fauna : Segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau periode tertentu. Fermentasi : Proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Flora : Segala macam jenis tanaman atau tumbuhan. Fotosintesis : Suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Genus : Salah satu bentuk pengelompokan (marga) dalam klasifikasi makhluk hidup. Geomorfologi : Ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta menjabarkan bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya lahan tersebut, serta mencari hubungan antara proses-proses dalam susunan keruangan. Hidrologi : Ilmu mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air. Hutan Sekunder : Fase pertumbuhan hutan dari keadaan tapak gundul, karena alam ataupun antropogen, sampai menjadi klimaks kembali. Perubahan Iklim Global : Perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun. Interval : Jarak waktu, waktu jeda. IUCN : The World Conservation Union Konservasi : Pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumber daya terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Konversi : Perubahan fungsi kawasan atau hutan. PHKA : Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. PHVA : Population and Habitat Viability Assessment. Spesies : Suatu takson yang dipakai dalam taksonomi untuk menunjuk pada satu atau beberapa kelompok individu (populasi) yang serupa dan dapat saling membuahi satu sama lain di dalam kelompoknya (saling membagi gen) namun tidak dapat dengan anggota kelompok yang lain. Vegetasi : Sebutan untuk tumbuh-tumbuhan.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
LAMPIRAN 3 : DAFTAR PUSTAKA
35
Anon a, 2003. Perdagangan Karbon. Warta Kebijakan No. 8 Februari 2003. CIFOR Anon b. 2006. Kabupaten Aceh Singkil. Website: https://www.kompas.com/kompascetak/0309/30/otonomi/591132.htm. Diakses tanggal 20 Juni 2006 Davies, J., G. Claridge, Ch. Endah Nirarita, 1995. Manfaat Lahan Basah: Potensi Lahan Basah Dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Dirjen PHKA dan Asian Wetland Bureau Indonesia. Dirjen PHKA, 2004. Peraturan Perundang-undangan Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan, Jakarta. Leuser Development Programe, 1995. Rawa Singkil: Mutiara di Ekosistem Leuser. Yayasan Leuser Internasional. Meijaard, E., H.D. Rijksen, & S.N. Kartikasari, 2001. Di Ambang Kepunahan! Kondisi Orangutan Di Awal Abad Ke-21. The Gibbon Foundation dan TROPENBOS. Noor, M. 2004. Lahan Rawa: Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Pokja Pengelolaan Lahan Gambut Nasional, 2006. Strategi dan Rencana Tindak Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Depdagri. Rijksen, H.D., W.H. Diemont, & M. Griffith, 1997. The Singkil Swamp: The Kidneys of The Leuser Ecosystem in Aceh, Sumatra, Indonesia. In Tropical Peatlands, (Eds) J.O. Rieley & S.E. Page. Samara Publishing Limited, Cardigan. Schaik, C.P. 1999. Leuser: Biodiversity Values and Threats to Its Integrity. Dalam Berjuang Mempertahankan Hutan: Kearifan Tradisioanal Masyarakat Aceh Melestarikan Ekosistem Leuser. Madani Press. Schaik, C.P., K. Monk, J.M.Y. Robertson. 2001. Dramatic decline in orang-utan numbers in the Leuser Ecosystem, northern Sumatra. Oryx 35:14-25. Singleton, I., S.Wich, S.Husson, S.Stephens, S.Utami Atmoko, M.Leighton, N.Rosen, K.TraylorHolzer, R.Lacy and O.Byers (Eds). 2004. Orangutan Population and Viability Assesment Final Report. CBSG. Jakarta. Supriatna, J., & E.H. Wahyono, 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Whitten, T., S.J. Damanik, J. Anwar, N. Hisyam. 2000. The Ecology of Sumatra. Periplus, Singapore.
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
36
LAMPIRAN 4 : PETA KAWASA SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
LAMPIRAN 5 : PROFIL YAYASAN EKOSISTEM LESTARI (YEL)
37
Y
ayasan Ekosistem Lestari (YEL) didirikan pada awal 2000, merupakan lembaga yang peduli pada masalah pelestarian dan pengembangan masyarakat. Pendirian lembaga ini dilakukan sebagai respon terhadap munculnya berbagai permasalahan lingkungan hidup dan konservasi alam khususnya ancaman pencemaran serta punahnya sistem pendukung kehidupan penting bagi masyarakat dan isi dari ekosistem hutan itu sendiri. YEL merupakan organisasi non profit yang berkedudukan di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam, yang menyediakan dukungan teknis, skill dan melakukan aktifitas pendidikan secara langsung mengenai lingkungan hidup dan mendorong kesadaran masyarakat, program konservasi untuk spesies yang terancam punah, dan pengembangan masyarakat, melakukan tindakan pemulihan darurat dan bantuan kemanusiaan. Visi
: Melestarikan lingkungan dengan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat
Misi : Bekerja untuk kelestarian lingkungan hidup dengan manfaat berkelanjutan bagi seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan misi ini, YEL menggunakan pola pendekatan partisipatif, solusi berkelanjutan yang berdasarkan kepada ilmu pengetahuan dan kepentingan manusia. Alamat: Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Jl. KH. Wahid Hasyim No. 51/74 Medan 20154 Sumatera Utara Telp.: (061) 4514360, 4514363 Fax : (061) 4514749
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
38
LAMPIRAN 6 : CATATAN PENTING
melestarikan hutan rawa singkil demi anak cucu kita
Suaka Margasatwa Rawa Singkil merupakan salah satu warisan kekayaan alam Kabupaten Aceh Singkil yang sangat unik dan bernilai tinggi. Kawasan ini memiliki lingkungan pantai,
lingkungan bakau, lingkungan hutan rawa gambut (hutan rawa air tawar), lingkungan sungai hingga lingkungan buatan.
Terletak di Daerah Aliran Sungai Alas, Suaka Margasatwa Rawa Singkil telah menunjang kehidupan masyarakat yang berada di sekitarnya selama bertahun-tahun dengan
ketersediaan air untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian, sebagai jalur transportasi dan sumber perikanan.
Oleh karena nilai kekayaan alam yang tinggi dan fungsinya yang penting untuk menjaga
keseimbangan alam termasuk menjamin ketersediaan air, negara melindungi hutan Rawa
Singkil melalui Kpts SK Menhut No.166/Kpts-II/1998, dengan luasan kawasan 102.500 ha sebagai Suaka Margasatwa Rawa Singkil.
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi: Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) Jl. KH Wahid Hasyim No. 51/74 Medan 20154 Sumatera Utara Telp. (061) 4514363; 4514360
BKSDA Seksi Wilayah II Jl. Subulussalam - Singkil Ketapang Indah Aceh Singkil Nanggroe Aceh Darussalam
PEMKO SUBULUSSALAM