LIPUTAN KHUSUS Membuka Jendela Negara dari Nunukan 9
INFO BARU 2 Rekonstruksi Pasca Gempa di Kawasan Pusaka 16
WORLD EXPO SHANGHAI 2010 Indonesia Mengangkat Tema BioDiverCity
Edisi 05/Tahun VIII/2010
Mensukseskan Program 3R
Melalui Kampanye Best Practices
daftar isi MEI 2010
Berita Utama 4 Mensukseskan Program http://ciptakarya.pu.go.id
3R Melalui Kampanye Best Practices
7 Mengubah Mindset Pelindung Budi Yuwono P Penanggung Jawab Danny Sutjiono Dewan Redaksi Antonius Budiono, Tamin M. Zakaria Amin, Susmono, Guratno Hartono, Joessair Lubis, Budi Hidayat Pemimpin Redaksi Dwityo A. Soeranto, Sudarwanto Penyunting dan Penyelaras Naskah T.M. Hasan, Bukhori Bagian Produksi Djoko Karsono, Emah Sadjimah, Radja Mulana MP. Sibuea, Djati Waluyo Widodo, Aulia UI Fikri, Indah Raftiarty Bagian Administrasi & Distribusi Sri Murni Edi K, Ilham Muhargiady, Doddy Krispatmadi, A. Sihombing, Ahmad Gunawan, Didik Saukat Fuadi, Harni Widayanti, Deva Kurniawan, Mitha Aprini, Nurfhatiah Kontributor Panani Kesai, Rina Agustin Indriani, Nieke Nindyaputri, Hadi Sucahyono, Amiruddin, Handy B. Legowo, Endang Setyaningrum, Syamsul Hadi, Didiet. A. Akhdiat, Muhammad Abid, Siti Bellafolijani, Djoko Mursito, Ade Syaeful Rahman, Th. Srimulyatini Respati,Alex A.Chalik, Bambang Purwanto, Edward Abdurahman, Alfin B. Setiawan, Deddy Sumantri, M. Yasin Kurdi, Lini Tambajong Alamat Redaksi Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110 Telp/Fax. 021-72796578 Email
[email protected] Redaksi menerima artikel, berita, karikatur yang terkait bidang cipta karya dan disertai gambar/foto serta identitas penulis. Naskah ditulis maksimal 5 halaman A4, Arial 12. Naskah yang dimuat akan mendapat insentif.
Masyarakat Soal Sampah
8 Siti Hazanah Bu Lurah Peduli Sampah
Liputan Khusus
4
9 Membuka Jendela Negara dari Nunukan
Info Baru 13 Anggota IATPI Siap
Kontribusi Keahlian Bidang AMPL
16 Rekonstruksi Pasca Gempa di Kawasan Pusaka
20 WORLD EXPO SHANGHAI
9
2010 Indonesia Mengangkat Tema BioDiverCity
Inovasi 24 Pendataan Bangunan Gedung
27 Paperless Office Menuju Kantor Minim Kertas
Resensi 29 Menuju Permukiman yang
Layak Huni, Bebas Air Limbah, Bersih dari sampah Dan Bebas Genangan
24
editorial Kampanyekan Program 3R
Foto Cover : Program 3R selain perlu infrastruktur juga kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah dan lingkungannya.
Tiap hari produksi sampah sudah tak terhitung. Kota-kota besar dan metropolitan seolah sudah kehabisan akal dengan ratusan ton sampah per harinya. Jangan sesekali mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir Sampah untuk urusan ini. Karena sampah ibarat air, menangkalnya harus dari hulu. Karena itu penting untuk mendukung program pengurangan, penggunaan, dan pengolahan sampah atau yang lebih populer dikenal reduce, reuse, dan recycle (3R), karena program ini berandil besar dalam mengurangi timbunan sampah. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar program ini dapat berhasil. Penambahan anggaran, kebijakan baru, konsep baru sampai dengan kampanye 3R merupakan beberapa kebijakan yang telah dilaksanakan. Yang terakhir, nampaknya merupakan langkah yang efisien dalam mengoptimalkan program 3R. Program 3R merupakan pemberdayaan yang membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat setempat, dimana Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program 3R. Dari tahun 2007 sampai dengan 2009, program 3R telah menyasar 201 lokasi di Indonesia. Dimana setiap satu lokasi memerlukan anggaran sekitar Rp 300 juta. Dana tersebut untuk pembangunan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) serta sarana dan prasarana persampahan seperti alat pemilah sampah. Kita bisa mencontoh masyarakat Desa Sukunan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa ini merupakan desa wisata yang berhasil memberdayakan masyarakatnya dalam mengelola sampah. Desa dengan penduduk 890 jiwa tersebut menjadi inspirasi desa-desa lain dalam pengelolaan sampah secara wilayah. Dari pengelolaan sampah secara swadaya, desa tersebut dapat menghasilkan uang hampir Rp 4 juta / bulan. Sebagian dari penjualan kompos dan sebagian lagi dari kerajinan sampah plastik. Yang terbaru, desa tersebut juga telah memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal bantuan dari Pemerintah Jepang. Selain berita utama tersebut, Buletin Cipta Karya Edisi Mei 2010 ini menyajikan informasi hasil penelitian mahasiswa program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang menyorot disain kebijakan pembangunan permukiman di wilayah perbatasan, yaitu Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. Dari studi ini diketahui kabupaten ini memiliki potensi pertambangan, perkebunan, kehutanan, industri, dll yang mampu dijadikan modal utama pembangunan. Kondisi permukiman perbatasan Negara di Kabupaten Nunukan cenderung tidak tertata, terpencar, nomaden, kumuh, dan tidak berkelanjutan. Karena itu diperlukan kebijakan dan strategi yang pas untuk wilayah itu. Di Info Baru, kami juga melaporkan keikutsertaan Indonesia dalam ajang World Expo 2010 di Shanghai, China. Expo yang dibuka selama 6 bulan dimulai sejak 1 Mei 2010 dan akan berakhir 31 Oktober 2010 ini resmi dibuka oleh Presiden RRC, Hu Jintao dengan mengambil tema ”Better City, Better Life” (Kota yang Lebih Baik, Kehidupan yang Lebih Baik). Indonesia mengangkat tema BioDiverCity. Tema itu diambil dari rangkaian kata Bio (kehidupan) – Diverse (keanekaragaman) dan City (kota) yang menghadirkan keanekaragaman budaya Indonesia dengan menampilkan keharmonisan antar manusia dan lingkungannya. Selamat membaca dan berkarya!
.....Suara Anda
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Mohon dapat diinformasikan daerah mana ya yang sudah melaksa nakan SLF bangunan Gedung dan daerah mana yang sudah mensya ratkan Surat Ijin Bekerja Perencana (SIBP) untuk permohonan IMB ? Slamet Effendi Menanggapi pertanyaan saudara Slamet Effendi, berikut adalah jawabannya : 1. Istilah SLF(Sertifikat Laik Fungsi) Bangunan Gedung baru muncul setelah terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan pedoman teknis terkait SLF telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi. Maksud dari pemberlakuaan SLF adalah untuk menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung baik secara administratif maupun teknis, sebelum bangunan gedung tersebut dimanfaatkan.
Daerah yang sudah memberlakukan sertifikasi kelaikan fungsi bangunan gedung adalah DKI Jakarta, dengan menggunakan istilah Ijin Penggunaan Bangunan (IPB) yang sudah diberlakukan sebelum tahun 2002. Perbedaan antara IPB dengan SLF adalah: IPB bersifat perijinan dengan pungutan biaya, sedangkan SLF merupakan sertifikat tanpa pungutan biaya. 2. Daerah yang sudah mensyaratkan Surat Ijin Bekerja Perencana 1`(SIBP) untuk permohonan IMB, diantaranya adalah DKI Jakarta, Kota Surabaya, Kota Batam dan Kota Padang. Syarat untuk mendapatkan SIBP, terlebih dahulu harus mempunyai sertifikat keahlian pada bidangnya. Informasi lebih rinci dapat diakses pada website Ikatan Arsitek Indonesia di www.iai.or.id Demikian kami sampaikan, terima kasih.
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email
[email protected] atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
3
Berita Utama
Tempat sampah 3R yang berada di tiap sudut Desa Sukunan
Mensukseskan Program 3R
Melalui Kampanye
Best Practices
S
Salah satu kegiatan pokok pada program bidang persampahan di Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah kegiatan 3R (reduce, reuse, recycle). Program tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2007 lalu. Diakui bahwa kegiatan tersebut pada awalnya masih terbatas pada pemilahan sampah serta pengurangan sam pah melalui kegiatan pengomposan. Disam ping itu, kegiatan tersebut juga masih meng hadapi beberapa kendala seperti sarana dan prasarana persampahan dan masih dilakukan secara sporadis. Mengingat kegiatan tersebut banyak manfaatnya di masa datang, dimana tidak
4 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
hanya mengurangi timbunan sampah tapi juga untuk mengurangi efek rumah kaca melalui pengurangan gas methane (CH4) maka Ditjen Cipta Karya memandang kegiat an 3R sebagai salah satu program prioritas nya.
Penambahan anggaran, kebijakan baru, konsep baru sampai dengan kampanye 3R merupakan beberapa kebijakan yang telah dilaksanakan.
Dari tahun 2007 sampai dengan 2009, program 3R telah menyasar 201 lokasi di Indonesia. Dimana setiap satu lokasi memer lukan anggaran sekitar Rp 300 juta. Dana tersebut untuk pembangunan Tempat Pem buangan Sampah Terpadu (TPST) serta sarana dan prasarana persampahan seperti alat pe milah sampah. Meskipun demikian, masih terdapat 66 lokasi yang belum berfungsi dan berjalan dengan optimal. Ada beberapa hal yang menyebabkan kurang berfungsi dan berjalannya program 3R. Beberapa diantara nya adalah, kurangnya respon masyarakat, keterbatasan dana operasional serta ku rangnya dukungan pemerintah kabupaten maupun kota. Berbagai upaya telah dilakukan peme rintah agar program ini dapat berhasil. Pe nambahan anggaran, kebijakan baru, kon sep baru sampai dengan kampanye 3R
BERITAUTAMA
Foto Atas : Para KSM sedang mendapat penjelasan mengenai TPST di Sukunan Foto Bawah : Para pembicara kampanye penyegaran program 3R
merupakan beberapa kebijakan yang telah dilaksanakan. Yang terakhir, nampaknya me rupakan langkah yang efisien dalam meng optimalkan program 3R. Seperti kita ketahui, dari beberapa penga laman yang pernah ada di Indonesia, strategi sosialisasi melalui kampanye dan edukasi yang digunakan secara komprehensif akan mempercepat proses perubahan perilaku sanitasi yang lebih baik dan mendorong ke efektifan sarana dan prasarana yang sudah ada. Program 3R merupakan pemberdayaan yang membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat setempat, dimana Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) merupakan ujung tombak dalam keberhasilan program 3R. Dalam rangka mendorong peningkatan pemanfaatan sarana dan prasarana 3R ter sebut, maka Ditjen Cipta Karya melalui Di rektorat Pengembangan Lingkungan dan Permukiman akan dilaksanakan kegiatan Pe nyegaran Kampanye untuk Pejabat dan Ke lompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Yogya karta awal Mei 2010 lalu). Penyegaran ini akan difokuskan pada aspek-aspek kampanye dan
edukasi yang diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam bidang sanitasi pada umumnya dan 3R khususnya. Penyegaran Kampanye diikuti oleh para KSM yang belum berjalan dalam melaksana kan program 3R. Seperti kita ketahui, dari 201 daerah sasaran program 3R terdapat 66 daerah yang kurang berjalan. Menurut Direktur PLP Ditjen Cipta Karya Susmono, acara penyegaran ini merupakan ajang untuk saling berdiskusi dan berbagi pengalaman para KSM program 3R. Untuk itu, ia berharap para KSM dapat menyampaikan hambatan-hambatannya dalam melaksana kan program 3R. “Ini saatnya bagi para KSM untuk buka baju, kalau ada yang salah di birokrat atau pengurus katakan salahnya dimana. Selaku fasilitator masyarakat, para KSM prinsipnya harus terjun total jangan setengah-setengah,” katanya. Sementara itu, Kasubdit Pengelolaan dan Pengusahaan Dit. PPLP Endang Setyaningrum mengatakan, ada beberapa hal yang menye babkan kurang berfungsi dan berjalannya
program 3R. Beberapa diantaranya adalah, kurangnya respon masyarakat, keterbatasan dana operasional serta kurangnya dukungan pemerintah kabupaten maupun kota. “Program 3R untuk tahun ini masih akan ada 50 daerah sasaran lagi. Untuk propinsi yang gagal akan kita tarik bantuannya (dis insentif), sementara yang berjalan akan kita benahi. Salah satu untuk terus membenahi adalah melalui kampanye 3R ini,” katanya. Banyak sekali keuntungan dari Program 3R ini, tidak sekedar hanya nilai lingkungan tapi juga nilai ekonomi. Nilai lingkungan yaitu dapat meningkatan kualitas lingkungan, penghijauan & tanaman hias, meningkatan kualitas kesehatan masyarakat serta menekan perubahan iklim global. Sementara dari nilai ekonomi yaitu me ngurangi biaya angkutan, menghemat lahan dan proses di TPA (> Rp.100.000/ton sampah), nilai produk kompos dan daur ulang (kertas, plastik, logam dll) serta dapat menjual karbon (CO2) seharga US$ 7-12/ton CO2. Acara kampanye ini penting bagi keluaran yang dihasilkan dalam program 3R. Dalam Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
5
Kebijakan Program 3R Ditjen Cipta Karya Sampai 2014
Perjalanan Sampah Konsepsi Penanganan Sampah 3R acara ini diharapkan terjadi pemahaman yang sama antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan kampanye dan edukasi di tahun 2010. Selain itu, keluaran yang diharapkan adalah adanya gagasan yang kreatif dan teknik penggunaan media yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan 3R. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk mengubah perubahan perilaku sanitasi khususnya pe nyelenggaraan 3R oleh masyarakat. Dalam rangka mendapatkan gagasan yang kreatif dan pengkayaan pengalaman itulah, dalam acara kampanye tersebut menghadirkan beberapa kisah sukses prog ram 3R yaitu dari KSM Kota Samarinda dan Palembang. Selain itu, juga terdapat arahan tentang teknik pemberdayaan masyarakat dalam 3R oleh Kepala Pusdakota Surabaya Cahyo dan arahan dari Guru Besar UGM Djamaludin Ancok mengenai pengembangan perilaku positif. Dalam kesempatan tersebut para peserta juga berkesempatan mengun jungi Desa Wisata Sukunan Sleman Yogyakarta yang berhasil melakukan program 3R. Belajar Pengelolaan Sampah Desa Suku nan Para Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) program 3R (reduce, reuse, recycle) menga dakan studi lapangan ke Desa Wisata Ling kungan Sukunan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kunjungan lapangan tersebut merupakan rangkaian acara penyegaran kampanye untuk KSM 3R yang diselenggarakan oleh Ditjen Cipta Karya melalui Direktorat PLP, di Yogyakarta.
6 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
Kunjungan itu bertujuan agar para KSM dapat melihat langsung dan memperoleh ilmu dari keberhasilan Desa Sukunan dalam mengelola sampah dan melaksanakan program 3R. Seperti kita ketahui, Desa Sukunan me rupakan desa wisata yang berhasil mem berdayakan masyarakatnya dalam menge lola sampah. Desa dengan penduduk 890 jiwa tersebut menjadi inspirasi desa-desa lain dalam pengelolaan sampah secara wi layah. Dari pengelolaan sampah secara swa daya, desa tersebut dapat menghasilkan uang hampir Rp 4 juta / bulan. Sebagian dari penjualan kompos dan sebagian lagi dari kerajinan sampah plastik. Yang terbaru, desa tersebut juga telah memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) komunal ban tuan dari Pemerintah Jepang. Menurut Iswanto, salah satu pencetus pengelolaan sampah 3R Desa Sukunan, untuk membuat masyarakat peduli pada sampah memang harus dilakukan secara bertahap. Organisasi masyarakat harus jelas dan semua masyarakat harus ikut andil walau sekecil apapun. “Secara organisator pengelolaan sampah ada di bawah kendali Ketua RW. Tiap bulan ada laporan pendapatan dari pengurus. Di desa ini tidak 100% masyarakatnya menge lola sampah, untuk itu sosialisasi kepada masyarakat harus terus dilakukan, tentunya dengan metode atau strategi yang berbeda”, katanya seraya memandu para KSM me ngelilingi Desa Sukunan. Para KSM dari berbagai daerah di Indonesia tampak antusias dalam mengunjungi Desa
Sukunan. Ishak, Ketua KSM Daulasi asal Ternate Maluku Utara sangat takjub dengan pengelolaan sampah Desa Sukunan. “Saya jadi semangat melihat berbagai karya ke rajinan desa ini. Saya akan coba terapkan di daerah saya kalau pulang nanti,” katanya. KSM Daulasi Ternate masuk dalam daerah sasaran 3R tahun 2008. Namun KSM tersebut belum dapat berjalan karena kurangnya sosialisasi dalam operasional peralatan. Hal senada juga dikatakan oleh Paimin dari KSM Kalimantan Selatan. Ia sangat senang dapat mengunjungi Desa Wisata Sukunan ini. “Saya mendapat pengalaman banyak dari sini. Saya lihat partisipasi masyarakat disini sangat tinggi. Saya jadi ingin tahu bagaimana kiat atau strategi pemberdayaan masyarakat disini,” katanya. Setali tiga uang, Umbu Reku peserta asal Kabupaten Sumba NTT sangat tertarik dengan pemilhan sampah yang tidak menggunakan alat. “Saya sangat kagum dengan kesadaran masyarakat desa Sukunan soal sampah. Saya juga lihat, setiap rumah memiliki komposter sendiri-sendiri,” katanya. Sementara itu, Kasubdit Pengelolaan dan Pengusahaan, Dit. PPLP Endang Set yaningrum mengatakan, setelah kun jungan ini nantinya para KSM akan kami pandu dalam membuat rencana kerja tindak lanjut. Rencana tindak lanjut tersebut berisi rencana serta langkah-langkah KSM dalam melaksanakan program 3R di daerahnya. “Sehingga kunjungan ke Desa Sukunan ada hasilnya dan dapat diterapkan di daerahnya masing-masing,” katanya. (dvt)
BERITAUTAMA
Mengubah Mindset Masyarakat
Sarasehan yang dipandu oleh Kasubdit Pengelolaan dan Pengusahaan, Dit. PPLP, Endang Setyaningrum di pendopo Desa Sukunan
Soal Sampah
D
Dalam kegiatan kampanye ini para KSM juga mendapatkan arahan dari para pakar dan praktisi dalam mengubah pola pikir ma syarakat mengenai sampah. Menurut Direk tur Pusat Pemberdayaan Komunitas Per kotaan Universitas Surabaya (PUSDAKOTA UBAYA) Cahyo Suranto, perubahan para digma mengenai sampah sampai saat ini masih dipahami keliru oleh masyarakat. Sampah dianggap sebagai sumber masa lah, tidak bermanfaat, limbah dan sampah harus dikelola dengan teknologi canggih. Paradigma tersebut harus mulai diubah, ba gaimana sampah adalah sumber rupiah, dapat dimanfaatkan, sumber daya dan sam pah dapat dikelola dengan teknologi seder hana. Untuk itu perlu adanya strategi dalam mengubah paradigma tersebut khususnya untuk mengaktivasi program 3R. Ia menye butnya dengan nama “GERAKAN”. Gerakan merupakan kepanjangan dari, Gemakan spirit peduli lingkungan, Elaborasi potensi komunitas, Rumuskan visi bersama, Arahkan
menuju agenda aksi, Kemukakan keuntungan dan manfaatnya, Ajaklah semua pihak terlibat, Nilai semua pencapaian kinerja. Ia juga memberikan tips bagi para fasili tator dalam mensosialisasikan program 3R di masyarakat. Salah satunya fasilitator haruslah aktif dan inspiratif. “Janganlah membuat un dangan pertemuan warga dengan tema persampahan tapi gantilah dengan pem bangunan lingkungan atau yang lainnya. Dengan begitu masyarakat akan antusias,” katanya. Disisi lain, Djamaludin Ancok Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada melihat dari sisi sumber daya manusia (SDM). Terdapat dua faktor penyebab perilaku ma nusia yang pertama adalah, kondisi yang melekat pada diri individu seperti tata nilai, moralitas. Kedua, kondisi lingkungan yaitu sistem hukum baik hukum formal maupun hukum masyarakat. Menurutnya, sekolah menjadi peran pen ting dalam membentuk faktor perilaku baik atau buruknya dalam Pengelolaan Sampah
dan Air Limbah (PSAL). Pendidikan PSAL harus berfokus pada pengembangan tata-nilai dan moralitas pada individu. Namun, keberhasilan pendidikan PSAL akan sulit untuk menjadi kenyataan selama tidak ada kondisi yang memberikan reward dan punishment untuk menjaga terwujudnya hasil pendidikan. Hasil pendidikan baru muncul kalau faktor di luar diri individu/masyarakat yang berupa penegakan hukum dilaksanakan secara kon sisten. Alasan kenapa demikian karena ada level kepatuhan pada hukum (norma) yang salah satunya adalah kepatuhan karena takut dihukum. Ada dua faktor keberhasilan pendidikan pengelolaan sampah dan air limbah. Pertama, bila pendidikan bisa menimbulkan kesadaran pada kepatuhan pada level internalisasi. Kedua, adanya proses internalisasi yang baru akan muncul bila ada pemahaman dari fungsi sebuah norma bahwa itu baik untuk diri sendiri bukan dikarenakan takut pada hukum (takut dihukum atas perbuatan men cemari lingkungan). (dvt) Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
7
BERITAUTAMA
Siti Hazanah (berkerudung) sedang memberikan pengarahan kepada warganya
Siti Hazanah
Bu Lurah Peduli Sampah
M
Murah senyum, humanis dan bersahabat, itulah sosok Siti Hazanah. Lurah Karam Asam Ulu Kecamatan Sungai Kujang, Kota Samarinda, Kalimantan Selatan ini merupakan sosok yang peduli masalah lingkungan, ter utama sampah. Kepeduliannya soal sam pah khususnya sampah rumah tangga ti dak diragukan lagi. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, Kelurahan Karam Asam Ulu mendapat banyak penghargaan bidang ling kungan, termasuk dari Presiden SBY. Pengelolaan sampah di Karam Asam Ulu dimulai tahun 2006. Siti Hazanah bercerita, berawal dari kunjungannya ke Kelurahan Jambangan dan Kertajaya, Surabaya tahun 2006, disini ia diberi contoh pengolahan sampah menggunakan keranjang takakura. Berawal dari situ, kemudian ia menerapkan dan mensosialisasikan pengolahan sampah rumah tangga di lingkungan RT nya. Tahun 2006, ia memulai dulu dari 2 RT, lalu bertambah secara bertahap sampai 7 RT. “Saya coba dulu sosialisasikan di RT saya RT 19. Saya bagi dulu 50 keranjang takakura karena keterbatasan dana,” keluhnya. Memang tidak serta merta berhasil. Ada saja kendala-kendala teknis yang dihadapi, seperti kompos tidak jadi karena banyak belatung, salah dalam proses pemilahan dan
8 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
sebagainya. Namun dengan tekun dan sabar ia memonitoring kegiatan pengkomposan sampah warganya setiap dua hari hingga warga bisa mengolah kompos dengan sem purna. Usaha Siti Hazanah mensosialisasikan kompos ke warganya mulai membuahkan hasil. Awal 2007, sampah yang diolah mulai menghasilkan kompos. Dengan jumlah warga sekitar 50 Kepala Keluarga, setiap KK berhasil menghasilkan 5 kg kompos tiap bulannya. Dimana setiap satu kilo dijual denga harga Rp 5000. Hasil dari penjualan sebagian masuk ke kas warga. Lambat laun, pola pikir masyarakat Ka ram Asam Ulu mengenai sampah memang sudah berubah. Sampah sudah dianggap mempunyai nilai ekonomis. “Kita memiliki semboyan, bahwa sampah bukan musuh kami, tapi teman kami. Kami tidak takut sampah, karena mempunyai nilai ekonomis,” ujarnya. Selain sampah basah, warga Karam Asam Ulu juga mengolah sampah kering (plastik bekas, bungkus makanan) menjadi berbagai macam kerajinan seperti tas dan souvenir. Hasil kerajinan ini dijual antara 20 ribu sampai 50 ribu rupiah. Event-event seperti pameran dan lomba baik tingkat kabupaten maupun
provinsi menjadi ajang untuk menjual dan memamerkan hasil kerajinan tersebut. Tidak hanya itu, Siti Hazanah juga me nyarankan warga untuk menanam kunyit di pekarangannya dengan pupuk kompos hasil pengolahan sampah. Dari hasil menanam kunyit tersebut, warga Asam Ulu telah meng hasilkan jamu yang diberi nama kunyit mang ga. “Kunyit mangga ini memiliki khasiat dalam menyembuhkan penyakit kista. Produk kunyit mangga ini juga sudah dijual sampai ke Jawa,” katanya dengan bangga. Kunyit mangga ini dijual seharga Rp 10.000 tiap bungkusnya, tiap bungkus berisi 4 set. Kunyit ini dipanen setiap 8 bulan sekali. Sampai saat ini, gerakan pengolahan sam pah di Karam Desa Asam Ulu telah membawa dampak yang signifikan terhadap desa ter sebut. Dari sisi kuantitas sampah, gerakan itu telah membawa dampak signifikan terhadap volume sampah di TPS. Dari yang dulunya 13 TPS, sekarang tinggal 7 TPS saja. Dari sisi kesejahteraan warga, Siti meng klaim kesejahteraan warga semakin mening kat. Menurut data di kelurahannya, Tahun 2009 jumlah penduduk miskin berkurang menjadi 370 warga dari 625 di tahun 2006. “Mungkin pengelolaan sampah ini menjadi salah satu faktor menurunnya kemiskinan. Tapi berkat adanya program pengelolaan sampah ini, masyarakat desa lebih bergairah, bersemangat dan makin banyak kegiatankegiatan warga lainnya,” katanya. Soal prestasi, berbagai penghargaan telah didapat oleh Desa Karam Asam Ulu, beberapa diantaranya adalah Juara 1 Lomba Hijau Bersih Indah Tingkat Kelurahan Se Kota Samarinda, tahun 2008 dan 2009. Sementara untuk Siti Hazanah, ia pernah di undang ke Istana Negara dalam acara Peringatan Hari Ibu Ke 79 Tahun 2007. Prestasi lainnya, ia mendapat penghargaan lurah berprestasi dalam rangka hari jadi Provinsi Kaltim selain itu ia juga menjadi terbaik 1 pengelola program terpadu peningkatan peran wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera (P2WKSS) tingkat Provinsi Kaltim dan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Ketekunan Siti Hazanah dalam member dayakan lingkungan dapat kita jadikan pa nutan. Disamping itu, Siti Hazanah sebagai wanita tangguh dan tekun memiliki nilai sendiri dalam hal emansipasi wanita. Para Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) prog ram 3R diharapkan dapat terlecut motiva sinya dalam mensukseskan program 3R yang (dvt) digalakkan oleh Ditjen Cipta Karya.
Liputan Khusus
www.flickr.com
LIPUTANKHUSUS
Tugu Pusat Kabupaten Nunukan
Mendisain Kebijakan Pengembangan Kawasan Permukiman Berkelanjutan di Wilayah Perbatasan Negara
Membuka Jendela Negara dari Nunukan
K
Kabupaten Nunukan masih setia me ngusung motto Penekindidebaya yang ar tinya membangun daerah. Selain dengan kekayaan alamnya yang harus digali dan dikembangkan. Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur ini akan selalu dikenang oleh para pahlawan devisa negara karena kasus kemanusiaan pada tahun 2003 ketika para pekerja gelap asal Indonesia dideportasi besar-besaran dari Malaysia dan menewaskan 85 orang karena kelaparan itu. Sebuah penelitian mahasiswa doktoral
Budiyono*), Supiandi Sabiham**), Etty Riani***) dan Ruchyat Deni Dj****) Institut Pertanian Bogor (IPB) selama enam bulan, dimulai November 2008, menun jukkan ada potensi pertambangan untuk cluster I (Kecamatan Krayan dan Krayan Selatan) yang memiliki nilai MPE terbesar (197.161.384), perkebunan untuk cluster II (sub-distrik dan distrik Lumbis Sebuku), dan perikanan di cluster III (sub-distrik dan Kabupaten Nunukan Sebatik). Tiga sektor penting ini diketahui melalui analisis dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) untuk menggali potensi sumberdaya alam Kabupaten Nunukan.
Mereka menyimpulkan bahwa strukturi sasi kondisi permasalahan permukiman di wilayah perbatasan negara yang merupakan faktor-faktor penting dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan per mukiman berkelanjutan sebagai acuan pem bangunan bagi stakeholder terkait. Kebijakan dan strategi pengembangan permukiman berkelanjutan di wilayah per batasan negara di Kabupaten Nunukan, me nurut para peneliti, perlu memperhatikan pengembangan kawasan permukiman ber Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
9
Kebijakan dan strategi pengembangan permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara di Kabupaten Nunukan, perlu memperhatikan pengembangan kawasan permukiman berbasis potensi SDA sektor unggulan kawasan yang diikuti dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat. basis potensi SDA sektor unggulan kawasan yang diikuti dengan meningk atkan pem berdayaan masyarakat dalam kegiatan usahausaha yang berbasis potensi masyarakat dan kearifan lokal, meningkatkan pengembangan pembiayaan dengan dana alokasi khusus yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah serta mendorong iklim investasi untuk dapat menarik sumber dana pihak swasta, pengembangan kelembagaan melalui penguatan lembaga yang ada dan pembentukan lembaga-lembaga kerjasama untuk mengembangkan wilayah perbatasan. Metode Penelitian Metode Perbandingan Eksponensial me nyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perban dingan kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepen tingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap al ternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. Teknik pengambilan sampel dalam pe nelitian ini menggunakan metode expert survey dengan purposive sampling. Metode pengambilan sampel teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pemilihan responden ditentukan berdasarkan stratrified random sampling. Pengumpulan data dengan bantuan pakar bidang pengembangan ka wasan permukiman di wilayah perbatasan negara. Penelitian ini bertujuan; pertama, meng identifikasi dan menganalisis kondisi per mukiman yang ada (existing condition) di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan. Kedua, mengindentifikasi dan menganalisis potensi SDA yang terkait dan mendukung pengembangan permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara Kabupaten Nunukan. Ketiga, menganalisis dan merumus kan pengaruh dan kepentingan pelibatan stakeholders dalam penyusunan kebijakan dan strategi pengembangan permukiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara
10 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
Kabupaten Nunukan. Keempat, membuat Disain Kebijakan dan Strategi pengembangan permukiman berkelanjutan di wilayah per batasan negara Kabupaten Nunukan. Potensi Kabupaten Nunukan Pelaksanaan pembangunan permukiman di Kabupaten Nunukan di wilayah perba tasan, yang mengacu pada kebijakan me manfaatkan tiga faktor kunci di atas, akan menetapkan pembangunan berbasis sum ber daya potensial untuk cluster yang ada di kabupaten perbatasan tersebut. Kondisi ini akan mendorong peningkatan kese jahteraan sosial kota-kota perbatasan dan menjadikannya sebagai jendela negara yang enak dilihat. Untuk mencapai integrasi dalam pe ngembangan wilayah perbatasan khusus nya di sektor pemukiman, perlu untuk mem pertimbangkan profil, karakteristik, dan penyelesaian pembangunan kebutuhan. Ini penting untuk memahami tren pem bangunan yang meliputi aspek harmoni antara kota pusat pertumbuhan dengan kawasan lindungnya, dan peningkatan pola interaksi ekonomi yang berbasis sumber daya alam daerah. Pemahaman ini diperlukan untuk mempersiapkan perangkat kebijakan pembangunan untuk kawasan permukiman berkelanjutan di tingkat kabupaten di wila yah perbatasan secara lebih detail dan lebih operasional dengan menggunakan pende katan klaster. MPE menganalisis sektor utama regional di setiap cluster. Hasil sementara ISM adalah faktor leverage. Analisis AHP mengamati faktor kunci memahami kebijakan pemerintah dan pendanaan pembangunan menjadi pri oritas utama (Tingkat 2). Stakeholder (Tingkat 3) menunjukkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai peran utama dalam pengembangan kawasan per mukiman. Tujuan (Tingkat 4) menunjukkan bahwa pengembangan dan pengelolaan zona spasial serta peningkatan kesejahteraan menjadi prioritas utama. Sedangkan untuk target (Tingkat 5) prioritas utama adalah strategi pembangunan daerah dalam rangka mempercepat pembangunan pemukiman
daerah perbatasan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Nunukan (2005-2015) sektor-sektor unggulan yang potensial adalah perkebunan, pertambangan, pertanian, per ikanan, kehutanan, pariwisata dan indus tri. Kriteria yang menjadi pertimbangan di setiap sektor tersebut dalam analisis MPE ada delapan, yaitu kesesuaian lahan, produktivitas, lokasi strategis, jumlah tenaga kerja, nilai produk, jangkauan pasar, akses transportasi, dan akses komunikasi. Penilaian bobot masing-masing kriteria pada setiap sektor dirumuskan dalam analisis formulasi MPE. Sektor Pendukung Pembangunan Kluster I Kecamatan yang termasuk dalam kluster I meliputi Kecamatan Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan. Sektor pertambangan menjadi unggulan di kluster ini. Jumlah produksi minyak terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Produk batu bara pada kluster I juga merupakan produk unggulan. Berdasarkan data (BPS, 2007) menunjukkan jumlah produksi batu bara di Kabupaten Nunukan pada tahun 2007 sebesar 1.846.937.129 ton. Jumlah produksi bahan tambang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana tahun sebelumnya sebesar 1.165.287 ton. Selain itu, pada lokasi kluster I berdasarkan peta kesesuaian lahan merupakan pegu nungan dan perbukitan yang tidak teratur, serta mempunyai kelerengan lebih dari 40%. Berdasarkan peta kesesuaian lahan me nunjukkan, di atas 90% kawasan Kluster I sangat sesuai untuk pertambangan. Karena itu sektor tambang yang menjadi unggulan pada kluster I dan didukung juga oleh daya dukung sumberdaya alam yang ada pada kawasan kluster I. Pada urutan kedua adalah sektor per kebunan hal ini didukung oleh kesesuaian lahan serta jenis tanah yang mendukung kegiatan perkebunan, sehingga dapat men cegah erosi pada wilayah-wilayah yang ber lereng. Berdasarkan peta kesesuaian lahan untuk perkebunan (Lampiran 2) menunjuk kan kluster I diatas 60% cocok untuk lahan perkebunan. Sektor Pendukung Pembangunan Kluster II Kecamatan yang termasuk kluster II meliputi Kecamatan Lumbis dan Kecamatan Sebuku. Setelah dihitung dengan teknik MPE dapat disimpulkan bahwa sektor yang paling me
LIPUTANKHUSUS nentukan adalah sektor perkebunan dengan nilai 450.094.848 diikuti kemudian oleh sek tor pertanian, industri, pertambangan, ke hutanan, perikanan, dan pariwisata. Kluster II berdasarkan peta land sistem termasuk kelompok punggung gunung batuan meta morfik yang tidak teratur menyebabkan kluster II sangat cocok untuk perkebunan. Selain itu berdasarkan peta kesesuaian lahan untuk perkebunan hampir diatas 90%, kedua kecamatan tersebut sangat sesuai untuk tana man perkebunan. Jenis tanaman perkebunan menjadi sektor unggulan pada Kluster II adalah kakao dan kelapa. Berdasarkan data (BPS, 2007) menunjukkan produksi kakao di Kabupaten Nunukan pada tahun 2007 produksi kakao sebanyak 18.903,10 ton. Produksi kelapa sebanyak 7.686,71ton. Pro duksi kakao dan kelapa terus mengalami peningkatan dari 2002 sampai tahun 2007. Sektor Pendukung Pembangunan Kluster III Kecamatan yang termasuk dalam kluster III meliputi Kecamatan Nunukan, Nunukan Selatan, Sebatik, dan Kecamatan Sebatik Timur. Penilaian terhadap alternatif kegiatan penunjang pusat-pusat pertumbuhan yang ada di Kabupaten Nunukan berdasarkan sektor unggulan dengan pembagian kluster. Hasil perhitungan dengan analisis MPE maka terlihat urutan atau prioritas metoda pengembangan kawasan perbatasan yang potensial dalam rangka meningkatkan pusatpusat pertumbuhan. Dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan yang paling men dukung pusat pertumbuhan dalam peng embangan kawasan perbatasan adalah sektor perikanan dengan nilai 227.534.810. diikuti oleh sektor pertanian, perkebunan, industri, kehutanan, pariwisata, dan pertambangan. Alternatif pertama yang harus lebih di perhatikan dalam pengembangan kawasan perbatasan pada kluster III yang meliputi Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Sebatik adalah dengan peningkatan sektor perikanan dimana perikanan tangkap dan budidaya perikanan laut merupakan kegiatan yang paling potensial dan telah mendukung pen dapatan Kabupaten Nunukan selama ini. Pada Gambar menampilkan kondisi topografi pada kluster III yang didominasi oleh tingkat kelerengan 0-8% dan 15-25%. Dengan de mikian budidaya perikanan darat di kluster III tidak disarankan, karena kondisi topografi Kabupaten Nunukan yang berlereng-lereng seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 3, potensial menyebabkan longsor dan tidak
memungkinkan untuk adanya budidaya per ikanan darat. Struktur Permasalahan dan Indikator Keberhasilan Selain metode MPE, ada juga hasil analisis ISM yang merupakan kajian mendalam hasil wawancara dan kuesioner dari res ponden pendapat pakar. Pakar yang ter libat dalam proses ini adalah pakar dari kalangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, legislatif, perguruan tinggi, swasta dan masyarakat yang terpilih berdasarkan pengetahuan, pengalaman di bidang pe ngembangan kawasan permukiman di wila yah perbatasan. Pada disain kebijakan pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan di wila yah perbatasan negara, setiap tindakan untuk meningkatkan peranan dari sektorsektor independen, akan memperoleh ke berhasilan program menuju pengemba ngan kawasan permukiman berkelanjutan, sedangkan lemahnya perhatian terhadap sektor-sektor tersebut akan menyebabkan ketidakberhasilan program pengembangan kawasan. Sektor independen tersebut an tara lain kurangnya kesadaran masyarakat akan identitas nasional, rendahnya kesejah teraan masyarakat, terbatasnya alokasi dana khusus untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan permukiman per batasan, kesenjangan pembangunan eko nomi dan kemiskinan di wilayah perbatasan, terbatasnya fasum dan fasos, terbatasnya dana untuk pengembangan dan pengelolaan in frastruktur dan permukiman, aktivitas sosial ekonomi masyarakat lebih ke wilayah negara tetangga, kondisi sosial dan ekonomi lebih baik di negara tetangga, minimnya infrastruktur kawasan dan permukiman, terbatasnya pe layanan public, penegakan hukum dan pe raturan masih lemah, pemanfaatan dan pengelolaan dana pembangunan belum op timal. Tolok ukur prioritas yang mempengaruhi program pengembangan kawasan permu kiman berkelanjutan di wilayah perbatasan negara yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah, peng anggaran dana untuk pembangunan kawa san permukiman perbatasan, penataan dan pembukaan isolasi serta ketertinggalan wilayah perbatasan, pembangunan infra struktur, prasarana dan sarana, pendekatan pengelolaan kawasan perbatasan pada as pek keamanan, sosial ekonomi, budaya
dan lingkungan serta kesejahteraan secara seimbang, dan peningkatan kerjasama pem bangunan antar negara, antar pemerintahan, dan antar stakeholders di wilayah perbatasan. Tolok ukur tersebut juga merupakan perubah independent. Setiap tindakan untuk mening katkan peranan dari sektor-sektor tersebut akan mendorong keberhasilan program menuju sistem pengembangan kawasan permukiman berkelanjutan di wilayah per batasan negara, sedangkan lemahnya per hatian terhadap sektor-sektor tersebut akan menyebabkan kegagalan program pengem bangan kawasan. Kebijakan dan Strategi Ada dua skenario dalam menyimpulkan ke bijakan dan strategi dalam penelitian ini. Ske nario pertama dibangun atas dasar kondisi saat ini, yaitu kurangnya kesadaran masyarakat akan identitas nasional, rendahnya kesejah teraan masyarakat, kesenjangan pembangu nan ekonomi dan kemiskinan di wilayah perbatasan, terbatasnya fasum dan fasos, terbatasnya infrastruktur kawasan dan per mukiman, kondisi sosial dan ekonomi lebih baik di negara tetangga. Sebaliknya, skenario kedua dibangun atas kesadaran masyarakat terhadap identitas nasionalnya. Pengembangan Kawasan Untuk mendukung kebijakan pengembang an kawasan permukiman, maka direkomen dasikan upaya yang dapat dilakukan dengan mendorong percepatan pertumbuhan kawa san berbasis potensi SDA unggulan daerah seperti hal-hal sebagai berikut: (1) pembuatan kluster-kluster berbasis sektor unggulan daerah berikut akses-akses menuju dan keluar wilayah kluster (2) kemudahan akses informasi dan pasar, pembuatan informasi terpadu, promosi berkala untuk hasil-hasil sektor unggulan daerah (3) peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan usaha-usaha yang berbasis potensi masya rakat dan kearifan lokal (4) penguatan kerja sama antara lembaga terkait pengusaha/ investor, masyarakat, dan peningkatan kete rampilan masyarakat (5) pembuatan peta penggunaan lahan yang disepakati oleh semua stakeholder (6) pembangunan terpadu infrastruktur dengan kawasan permukiman (7) pembangunan pusat-pusat pertumbuhan dan pasar (8) pembangunan terminal-ter minal berbasis sektor unggulan daerah se bagai showroom yang dapat diakses secara mudah (9) pembangunan permukiman dan Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
11
LIPUTANKHUSUS kemudahan kepemilikan perumahannya (10) pembangunan fasos dan fasum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara ber tahap (11) Pemeliharaan fasos dan fasum oleh pemda dengan melibatkan masyarakat agar kondisinya dapat terpelihara dengan baik. Sedangkan skenario kedua merekomen dasikan hal-hal berikut: (1) pembuatan in formasi terpadu untuk promosi berkala hasilhasil sektor unggulan daerah, (2) penguatan kerjasama antara pemda, pengusaha/inves tor, masyarakat dan lembaga-lembaga pen didikan dalam peningkatan keterampilan masyarakat (3) pembangunan terminal-ter minal berbasis sektor unggulan daerah se bagai showroom yang dapat diakses secara mudah (4) pembangunan infrastruktur ka wasan dan permukiman (5) pemeliharaan fasum dan fasos oleh pemda dengan meli batkan masyarakat agar fasos dan fasum dapat terpelihara dengan baik. Pengembangan Pembiayaan Skenario ini dibangun berdasarkan keadaan dari faktor kunci dengan kondisi yaitu; ku rangnya alokasi dana khusus untuk pengem bangan dan pengelolaan kawasan permu kiman perbatasan; terbatasnya dana untuk pengembangan dan pengelolaan infrastruk tur kawasan dan permukiman; pemanfaatan dan pengelolaan dana pembangunan belum optimal. Untuk mendukung kebijakan pengem bangan pembiayaan direkomendasikan seper ti hal-hal berikut: (1) kemudahan pembiayaan usaha oleh lembaga-lembaga keuangan (2) menerapkan subsidi silang pada kegiatan usaha bersama masyarakat (3) kemudahan
12 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
kepemilikan rumah bekerjasama dengan lembaga keuangan dengan biaya terjangkau (4) pembuatan kebijakan penganggaran dana khusus untuk pembangunan wilayah perbatasan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang dievaluasi peng gunaannya setiap tahun. Sedangkan dalam skenario kedua di rekomendasikan seperti hal-hal berikut: (1) kemudahan pembiayaan usaha oleh lem baga-lembaga keuangan (2) evaluasi pe nganggaran dana alokasi khusus untuk pembangunan permukiman di wilayah per batasan baik untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Pengembangan Kelembagaan Skenario ini dibangun berdasarkan keadaan dari faktor kunci dengan kondisi yaitu; ter batasnya pelayanan publik (16); penegakan hukum dan peraturan masih lemah (20); dan rendahnya aktivitas sosial ekonomi masya rakat (5). Untuk mendukung kebijakan pengem bangan kelembagaan direkomendasikan seperti hal-hal berikut: (1) penguatan dan pembentukan lembaga, serta kelompokkelompok usaha bersama (2) pengawasan dan penegakan hukum (3) Pelatihan dan penyuluhan sumber daya masyarakat oleh pemda bekerjasama dengan lembaga-lem baga pendidikan untuk kebutuhan tenaga kerja (4) pembuatan plasma-plasma kegiatan usaha dibina oleh pemda, dan pengusaha/ investor (5) kemudahan birokrasi pembuatan sertifikasi legalitas lahan. Sementara skenario kedua direkomen dasikan seperti hal-hal berikut: (1) pengawasan
dan penegakan hukum (2) pelatihan dan penyuluhan sumber daya masyarakat oleh pemda bekerjasama dengan lembaga-lem baga diklat untuk kebutuhan tenaga kerja. Beberapa saran ingin peneliti uraikan dalam rangka mempertahankan keberlan jutan pengembangan kawasan permu kiman di wilayah perbatasan negara antara lain: pertama, pengembangan dan pena taan kawasan permukiman perlu dibuat pedoman yang mencakup kriteria lokasi dan rencana program sektoral sebagai alat pembinaan penataan dan pengembangan kepada pemerintah daerah dan pelaku pembangunan lainnya. Kedua, perlu menyiapkan kajian-kajian awal dan pra studi kelayakan sebagai acuan investasi dalam pembangun permukiman, infrastruktur, prasarana dan sarana lingkung an yang sifatnya jangka menengah dan panjang untuk mendorong percepatan pembangunan di wilayah perbatasan Kabu paten Nunukan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Ketiga, melakukan pem binaan teknis penyelenggaraan pembangun an permukiman perbatasan, seperti sosialisasi dan penyuluhan berbasis informasi program strategis pada momen hari-hari besar nasio nal. *)
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Penge lolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB.
**) Staf Pengajar Program studi PSL, Guru Besar IPB, Ketua Komisi Pembimbing. ***) Staf Pengajar Program Studi PSL, Guru Besar IPB, Anggota Komisi Pembimbing. ****) Staf Pengajar Program studi PSL, Dosen IPB, Anggota Komisi Pembimbing.
Info Baru 1
INFOBARU 1
K
Kepengurusan Ikatan Ahli Teknik Penye hatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) periode 2010 – 2014 telah dikukuhkan. Kepengurusan baru IATPI terdiri Budi Yuwono sebagai Ketua Umum, Nugroho Tri Utomo sebagai Ketua I, Dollaris Riauaty sebagai Ketua II dan Rudy Yuwono sebagai Sekretaris Jenderal. Selain pembenahan organisasi, IATPI kepengurusan ini akan lebih banyak menge rahkan anggotanya untuk turut mengkon tribusikan keahliannya pada isu-isu air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL). IATPI merupakan asosiasi profesi yang bergerak dalam bidang teknik penyehatan lingkungan seperti penyediaan air minum, pengelolaan limbah padat, pengelolaan lim bah cair, pengendalian pencemaran udara, pengendalian limbah bahan berbahaya dan beracun, pemulihan kerusakan lingkungan, manajemen lingkungan industri, drainase dan kajian lingkungan. Wadah ini menampung individu-individu yang kesehariannya ber gerak di bidang teknik penyehatan dan ling kungan seperti tersebut di atas. IATPI didirikan di Bandung pada 10 Ok tober 1977 oleh sekelompok alumni pertama Jurusan Teknik Penyehatan Institut Teknologi Bandung. Termasuk sebagai pelopor IATPI adalah Prof. Dr. Ir. Soepangat Soemarto, MSc, Dr. Ir. Benny Chatib, MSc, Ir. Hidayat Noto sugondo, dan Ir. Darmawan Saleh. IATPI saat
Pengurus IATPI berfoto bersama Ketua Umum IATPI terpilih, Budi Yuwono (duduk ke-7 dari kiri)
Anggota IATPI
Siap Kontribusi Keahlian Bidang AMPL ini beranggotakan lebih dari 1.000 alumni jurusan teknik penyehatan/teknik lingkungan dan ahli-ahli yang bekerja di bidang tersebut. Pembenahan organisasi merupakan sa lah satu prioritas yang akan dilakukan kepe ngurusan IATPI periode ini. Termasuk dian taranya pembenahan organisasi cabang dan perluasan anggota. IATPI juga saat ini tidak lagi membatasi keanggotaanya hanya bagi mereka yang berijasah S-1 jurusan Teknik Penyehatan atau Teknik Lingkungan. Asal terbukti berkecimpung dalam bidang yang tergolong penyehatan lingkungan, dia bisa diterima sebagai anggota IATPI, apapun jurusan dan sekolah tingginya. Hingga saat ini sebanyak 1.114 ahli teknik lingkungan dan penyehatan menjasi anggota IATPI. Mereka tersebar di tujuh cabang antara lain Cabang Bandung, Cabang Jawa Barat, Cabang Jawa Tengah, Cabang Jawa Timur, Cabang Yog yakarta, Cabang Padang, dan Cabang Jakarta Selatan. IATPI juga memiliki forum kemitraan yang dibentuk untuk mengkoordinasi pe ngembangan dan implementasi kegiatan kemitraan antara IATPI dengan organisasi lain, termasuk kegiatan komersial. Melalui kerjasama tersebut telah dihasilkan produk seperti Tangki Biofilter IATPI, Tangki Biofilter Individual, dan lainnya. Tantangan dalam penyehatan lingkung
an di Indonesia, menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI), Budi Yuwono cukup berat. Hal ini bisa dilihat dari degradasi lingkungan yang terjadi, masih kurangnya prasarana dasar dibidang sanitasi dan ter jadinya perubahan iklim. “Saat ini masih ada 70 juta jiwa penduduk Indonesia yang buang air besar sembarangan. Juga masih ada pemerintah kabupaten/kota yang tidak satu rupiah pun menganggarkan untuk program sanitasi. Oleh karenanya, dengan 1.600 orang anggota yang tersebar di berbagai wilayah dan bidang, kita akan tingkatkan kontribusi IATPI dalam berbagai kebijakan di berbagai tingkatan” kata Budi Yuwono pada malam pengukuhan pengurus baru IATPI, akhir April lalu di Jakarta. Budi Yuwono yang juga menjabat Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum terpilih secara aklamasi dalam Kongres IATPI VII 13 Maret 2010. Ia menggantikan Catur Sapto Hadi, yang juga sebagai anggota Komisi III DPR RI, yang telah menjabat Ketua IATPI pada kepengurusan 2004 – 2009. Ia mengatakan, pemerintah bersama stakeholder lainnya berusaha untuk mencapai target tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang BAB sembarangan pada tahun 2014. Budi Yuwono menyebut tiga isu yang menjadi tantangan anggota IATPI. Pertama, Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
13
degradasi lingkungan yang ditandai dengan perubahan iklim yang dahsyat yang terus menerus. Kedua, terbukanya perdagangan jasa yang melibatkan para arsitek di bidang penyehatan lingkungan. Dan ketiga, profesi di bidang teknik lingkungan dan penyehatan harus terus didorong untuk berkiprah lebih banyak untuk kemajuan bangsa ini. Pada kepengurusan kali ini IATPI me nunjuk 5 Dewan Pakar berisikan Budiman Arif, Rachmat Rani, Catur Sapto Hadi, Parwoto, dan Sri Bebasari. Sertifikasi Keahlian Sebagai asosiasi profesi, IATPI terus me
Total sertifikat yang sudah diterbitkan IATPI berjumlah 600 lembar. ningkatkan kompetensi anggotanya mela lui program pendidikan dan pelatihan dan sertifikasi. Ketua I IATPI Nugroho Tri Utomo menambahkan, dalam menjalankan program sertifikasi, sejak tahun ini IATPI diminta Ke menterian Lingkungan Hidup untuk me ngeluarkan sertifikasi Keahlian bidang Kons truksi Lingkungan. Pada awalnya sektor tradisional IATPI mengeluarkan sertifikat keahlian bidang penyehatan lingkungan. Program ini sekaligus memenuhi kewajiban ketenaga-ahlian jasa konstruksi sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 9 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kons
truksi. IATPI telah diakui oleh Lembaga Pe ngembangan Jasa Konstruksi (LPJK) untuk menerbitkan sertifikat keahlian bidang ini. Total sertifikat yang sudah diterbitkan IATPI berjumlah 600 lembar untuk tingkat Pratama, Madya, dan Utama. Sementara program ser tifikasi Manajer Pengendalian Pencemaran Air berjumlah 354 lembar. “Kita tidak akan asal mengeluarkan ser tifikasi, karena unit Diklat dan unit sertifikasi akan kita sinergikan,” jelasnya. Sampai saat ini IATPI telah mengeluarkan 600 lembar sertifikat keahlian konstruksi lingkungan,” (bcr) ujarnya.
www.jovan1234.webs.com
Tangki Biofilter IATPI
S
Salah satu produk IATPI yang sudah diluncurkan ke publik adalah tangki biofilter. Tangki Biofilter yang adalah unit Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga yang memanfaatkan bakteri pengurai anaerobic secara uplow filter yang ditanam pada media filter biologis. Proses penguraian zat pencemar, secara biologis dijamin menghasilkan efluen air limbah yang aman bagi perairan dengan efektifitas pengurangan zat pencemar hingga hampir 90%. Reaktor AFB didesain oleh para ahli dari Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia (IATPI) yang merupakan ahli-ahli terkemuka dari alumni universitas terkemuka di Indonesia. Hasil pengujian laboratorium terhadap efluen yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan standar baku mutu Menteri Lingkungan
14 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
Hidup Nomor 112 Tahun 2003. Ketentuannya adalah tidak melebihi beberapa parameter seperti biochemical oxygen demand (BOD) 100 mg per liter, total suspended solids (TSS) 100 mg per liter, pH antara 6 – 9, dan kandungan minyak 10 mg per liter. Reaktor Anaerob Fluidized Bed Biofilter (AFB) ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan kawasan permukiman dalam skala komunal dari 10 – 500 rumah. Produk ini juga telah melalui uji laboratorium biologi serta kelayakan teknis konstruksi oleh para ahli Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan dari IATPI. Garansi atas produk dan purna jual selama masa garansi oleh Forka IATPI. Beberapa keunggulan produk ini antara lain; pertama, tidak memerlukan lahan yang luas; kedua, terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama; ketiga, mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam pemasangan; keempat, langsung dapat dioperasikan dengan syarat; kelima, tersedia tenaga ahli untuk commissioning dan pelatihan; keenam, tersedianya bakteri starter untuk seeding (pembiakan) dan aklimatisasi optimal yang menjamin tumbuhnya bakteri secara maksimal, menjamin terjadinya proses penguraian secara anaerobic di tangki reaktor.; dan ketujuh, untuk kapasitas di atas 100 rumah berupa sistem knockdown. Tersedia berbagai ukuran skala rumah tangga hingga komunal, mudah dipasang, praktis dan kuat karena terbuat dari bahan fiberglass dengan sistem knockdown. Tangki Biofilter Individual Tangki ini digunakan untuk kebutuhan pengeolahan air limbah domestik tiap rumah tangga. Teknologi tepat guna ini merupakan solusi praktis untuk permukiman padat di wilayah pesisir pantai, daerah kumuh padat perkotaan dan daerah dengan permukaan air tanah yang tinggi. Produk ini terbuat dari bahan fiberglass yang kedap air dan tentu saja tahan lama. Menurut dalah satu pengurus IATPI, tangki biofilter individual ini telah dibeli USAID dalam program Environmental Services Program (ESP) sebanyak 200 unit untuk permukiman nelayan di Kota Medan. (bcr/berbagai sumber)
INFOBARU 1
Shahnaz Haque;
‘Gabung IATPI,
Serasa Balik ke Rumah’ entuk pengabdian pada bidang keilmuannya ditunjukkan oleh Shahnaz Haque dengan B menyanggupi tawaran Budi Yuwono untuk menjadi pengurus Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI).
A
Alumni Teknik Penyehatan dan Ling kungan Universitas Indonesia tahun 1990 ini awalnya diajak oleh mantan pembimbing skripsinya, Setyo Sarwanto Mursidi. “Kapan kembali lagi untuk menyumbangkan keil muannya setelah melanglang buana menger jakan banyak hal?”kata Setyo kepada Shahnaz. Akhirnya tanpa ragu ia menyanggupi tawaran untuk menjadi Humas dari Ketua IATPI Budi Yuwono yang juga sebagai Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum. IATPI bukanlah pengalaman pertama Shahnaz mengaplikasikan ilmunya di bidang teknik penyehatan dan lingkungan. Ia pernah membantu Menteri Lingkungan Hidup, Sar wono Kusumaatmaja, yang juga sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di era Pre siden Abdurrahman wahid. “Saya sejak dulu memang suka lingkung an, kuliah juga mengambil jurusan lingkungan. Kalau profesi yang dikenal masyarakat luas (sebagai artis, red) untuk mencari uang. Tapi kalau untuk menyeimbangkan otak agar ti dak tumpul-tumpul amat saya bergabung di IATPI,” tukas salah satu trio Haque bangga. Saat ditanya apa saja tantangan yang bakal dihadapi IATPI, Shahnaz mengingatkan untuk menjaga kualitas air bersih dan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, terutama bidang sanitasi, baik persampahan maupun air limbah. “Semakin lama air bersih sangat sulit didapatkan. Sebenarnya IATPI sudah me lakukan banyak hal, namun belum banyak dipublikasikan,” ucap isteri Gilang Ramadhan ini. Sumber daya alam, termasuk air, yang luar biasa dimiliki Indonesia menurut Shahnaz Haque membutuhkan edukasi kepada ma syarakat sebagai operator dan pengguna. “Kelemahan masyarakat Indonesia selama ini kan kalau dibangunkan sesuatu tidak bisa ma
intenance (merawatnya). Bikin WC bisa, tapi lama-lama kalau cari WC tidak pakai mata, tapi hidung,” ujarnya ketawa. Ia bangga bisa kembali lagi ke rumah nya. Rumah yang ia maksud adalah wadah tempat ilmu yang ia geluti sejak kuliah, yakni IATPI. Suaminya pun mendukung sepenuhnya pilihan Shahnaz. Dan pada bagian akhir ia menegaskan pentingnya edukasi disertakan dalam program IATPI ke (bcr) depan.
“Semakin lama air bersih sangat sulit didapatkan. Sebenarnya IATPI sudah me lakukan banyak hal, namun belum banyak dipublikasikan,” Shahnaz Haque.
Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
15
Info Baru 2
Pendekatan Partisipatif
Dalam Rekonstruksi Pasca Gempa di Kawasan Pusaka Ir. Adjar Prajudi *), Aswin G. Sukahar **), HR. Pudjo Koeswhoro Juliarso ***), Eki Arsita Rizki ****)
Karakteristik Kawasan Kotagede dimulai jembatan Sungai Gajahwong, koridor Jalan Tegalgendu-Mondorakan dengan deretan Omah Kalang, hingga signage komponen (ikon tugu dijembatan), deretan toko perak & souvenir shop dan beberapa Omah Joglo
16 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
INFOBARU 2
K
Foto Kiri & Kanan : Proses pendampingan dan penguatan komunitas dalam proses perencanaan serta pelatihan keterampilan pertukangan kayu untuk pelestari an Omah Joglo Bimbingan Teknis bersama BP3 DIY
Kejadian bencana gempa bumi di Dae rah Istimewa Yogyakarta tahun 2006 telah menggugah kesadaran masyarakat untuk mengubah tingkah laku, di samping menjadi lebih adaptif terhadap ancaman bencana alam juga telah menumbuhkan kesadaran baru tentang arti penting peran serta masya rakat dalam memulihkan kembali kondisi lingkungan permukiman pasca gempa. Dari pengalaman pendampingan bersa ma masyarakat melalui komunitas pelestari pusaka budaya (heritage-culture) dapat di pelajari pula bahwa kerusakan fisik dan lingkungan permukiman pada kawasan bersejarah yang terdapat obyek pusaka bu daya, terkait pula persoalan kerentanan sosial, ekonomi seperti menurunnya tingkat pendapatan usaha pengrajin batik, pengrajin perak dan usaha makanan jajanan-khas yang menjadi andalan kepariwisataan. Jelaslah bahwa penanganan rekonstruksi pasca gempa pada kawasan pusaka budaya sangat berkaitan langsung pada upaya pe mulihan perekonomian lokal yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Menurut hierarki nya sebagai efek setelah terjadinya bencana gempa bumi perlu didorong peran serta masyarakat untuk penguatan perekonomian lokal. Kajian risiko dan analisis kerentanan masyarakat diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan tentang pembangunan yang sensitif terhadap mitigasi bencana alam, sekaligus dapat ditemukenali pendekatan partisipatif masyarakat dalam pemulihan lingkungan permukiman yang adaptif dan berkelanjutan.
Pendekatan Partisipatif Paradigma “partisipatoris” dikembangkan dalam pembangunan di Indonesia sekitar tahun 1990-an. Munculnya paradigma partisi patoris mengindikasikan adanya dua pers pektif. (1) pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perencanaan dan pelak sanaan program atau proyek yang akan mewarnai hidup masyarakat, sehingga dengan demikian dapat dijamin bahwa per sepsi setempat, pola sikap dan pola pikir serta nilai-nilai dan pengetahuan lokal ikut dipertimbangkan secara penuh; (2) membuat umpan balik sebagai bagian yang tidak terlepaskan dari kegiatan pembangunan. Penggunaan konsep partisipasi men cangkup dua alternatif, antara lain: Alternatif pertama berkisar pada partisi pasi sebagai tujuan pada diri sendiri atau sebagai “alat untuk mengembangkan diri”. Sebagai sebuah tujuan, partisipasi meng hasilkan pemberdayaan (empowering), yakni setiap individu-pribadi berhak menyatakan pendapat dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupannya. Partisipasi adalah “alat” dalam memajukan ideologi atau tujuan-tujuan pembangunan yang normatif seperti keadilan sosial, persamaan dan de mokrasi. Alternatif kedua, partisipasi yang bersifat transformasional dan instrumental dalam suatu proyek pembangunan tertentu. Melalui partisipasi yang bersifat transformasional di tafsirkan sebagai alat untuk mencapai efi siensi dalam manajemen proyek yang di gunakan sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan. Dengan demikian par
tisipasi tidak mungkin dilepaskan dari “ke pentingan bersama” baik antara pemerintah dengan masyarakat maupun antara sesama warga masyarakat. Model pembangunan ini dilaksanakan melalui proses dari bawah (bottom up process). Sementara itu pembangunan bottom up mengandung keuntungan-ke untungan, sebagai berikut: (1) Data dikum pulkan, dikaji dan dicoba secara langsung oleh komunitas atau masyarakat, (2) Peme cahan masalah langsung dapat dicobakan selama berlangsung proses sendiri, (3) Ter jadi peningkatan penghargaan atas masalah yang dihadapi para pemangku kepentingan (stakeholder), sesuai dengan konteks kebu dayaan serta perubahan kondisi lokal setem pat, (4) Kelemahan dan kekuatan langsung dipahami oleh komunitas atau kelompok masyarakat yang terlibat dalam proses pe ngambilan keputusan, (5) Semakin mening kat proses motivasi masyarakat untuk ber partisipasi dalam mengambil keputusan, dikarenakan masyarakat semakin memahami masalah yang dihadapi. Pemberdayaan sebagai praktek partisipasi secara lebih rinci merujuk kepada prinsip dasar Participatory Rural Apraisal (PRA), yaitu memahami komunitas secara partisipatif. Prinsip dari PRA memiliki dua sisi yang ti dak dapat dipisahkan, sisi pertama adalah sekumpulan jiwa, etika, dan prinsip yang mendahulukan kepentingan masyarakat. Sisi kedua adalah sekumpulan alat atau teknik pemberdayaan masyarakat (penjajagan ke butuhan, perencanaan, pelaksanaan, peman tauan dan eveluasi) yang sederhana dan ber Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
17
Kejadian bencana gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006 telah menggugah kesadaran masyarakat untuk mengubah tingkah laku, di samping menjadi lebih adaptif terhadap ancaman bencana alam juga telah menumbuhkan kesadaran baru tentang arti penting peran serta masyarakat dalam memulihkan kembali kondisi lingkungan permukiman pasca gempa.
daya guna praktis untuk berbagai tingkatan kemampuan masyarakat. Sebagai sebuah pendekatan partisipatif masyarakat, PRA mempunyai beberapa pen dekatan-pendekatan untuk memajukan par
18 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
tisipasi masyarakat. Arah pendekatan partisi pasi yang perlu dituju ialah partisipasi atas permintaan setempat. Teknik-teknik PRA di selenggarakan sesuai dengan permintaan warga komunitas. Keinginan terfokus untuk
menjawab kebutuhan yang dinyatakan ma syarakat setempat, bukan kebutuhan yang dirancang dan disuarakan oleh fasilitator sebagai orang luar. Metode yang dipakai adalah memotivasi warga komunitas. Kawasan Pusaka-Budaya (Cultural-Heri tage District) Pusaka Budaya (Cultural Heritage) meliputi pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana. Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa dan karya. Perkembangan pemahaman pusaka yang awalnya bertumpu pada artefak tunggal, dalam dua dekade terakhir ini pusaka dapat berarti pula suatu “saujana budaya“ yang luas bahkan bisa lintas batas wilayah. Sebuah perkembangan yang menuntut gerakan masyarakat untuk melangkah progresif. Menjadikan isu pusaka (heritage) tidak bisa dipisahkan dari berbagai persoalan pengelolaan kota maupun wila
INFOBARU 2 Foto Kiri & : Kanan
Proses perencanaan berbasis komunitas oleh Timi Inti Perencanan (TIP), OPKP (organisasi Pelestari Kawasan Kotagede tiap Desa/ kelurahan, dan paparan Dokumen RPP/CSP memperoleh tanggapan ICOMOS dan The Wolrd Bank USA
dalam rumah-rumah tradisional mengalami kerusakan dan sebagian roboh. Artefak ber sejarah Pos Malang (dibangun saat Pakoe Boewono X) posisi melintang di tengah Gang Soka, Desa Jagalan mengalami kerusakan struktur. Saat ini telah direhabilitasi melalui Proyek Rekompak JRF, termasuk Monumen Ngejaman PB X. Proses perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan oleh komunitas dengan pendampingan DMC DI Yogyakarta serta memperoleh dukungan bimbingan teknis dari Balai Pelestarian Pe ninggalan Purbakala (BP3) DIY dan Tim NMC. Sepenuhnya melalui ”peran partisipasi dan pemberdayaan komunitas”, antara Tim Inti Pe rencana, Panitia Pembangunan berkolaborasi dengan OPKP.
yah (urban and regional management). Ter masuk bangunan, struktur, artefak pen ting/bersejarah, kawasan kota tua dan permukiman tradisional dan situs pra-sejarah Kawasan Pusaka Kotagede secara entitas dan catatan historis merupakan “kutha” yang dibangun pada era jaman Mataram Islam, sebelum dua kerajaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat didirikan, (pemisahan kekuasan dua wilayah ini akibat perjanjian Giyanti yang memisahkan wilayah Mataram Islam, dari Kotagede ke dua wilayah pamengku Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat tersebut). Hingga saat ini artefak yang masih menjadi andalan wisatawan asing maupun wisatawan nusantara adalah situs bekas kedathon, watu gilang dan watu cantheng termasuk kompleks makam raja Panembahan Seno pati, sendhang selirang, ringin sepuh dan pohon menthaok. Salah satu kehidupan
yang masih berlangsung Pasar Gede (Pasar Legi) Pasar tradisional dipandang sebagai media ruang interaksi sosial, ekonomi dan secara kultural dimanfaatkan masyarakat, dan pedagang terjadi adanya transaksibarter barang dan uang. Ikatan emosional segala lapisan masyarakat membaur dalam suasana kekerabatan saudagar. Masjid Ageng Kotagede masih terawat serta terjaga kelestariannya. Terdapat area-area situs bersejarah, seperti: jagang dan beteng baluwarti, cepuri. Sedangkan alun-alun sudah digunakan tempat bermukim oleh penduduk. Seting bentang alam lansekap Kotagede masih terjaga, seperti: Sungai Gajah Wong dan kompleks makam Panembahan Senopati dan sendang dengan ringin sepuh di Alas mentaok masih lestari. Karakter lingkungan permukiman yang padat dengan pagar tembok tinggi pada gang-lorong sempit, saat gempa bumi tahun 2006 tembok pagar keliling dan bagian
Keberlanjutan Program (sustainability) Sasaran program heritage berikut melakukan rehabilitasi struktur rumah tradisional pada rumah-rumah privat dan rumah Joglo untuk keperluan publik, atau kegiatan sosial-kemasyarakatan, misal: pelatihan pe nguatan kapasitas Organisasi Pelestarian Kawasan Pusaka Kotagede, termasuk upaya meningkatkan kegiatan untuk mendorong pelestarian pusaka budaya intangible, seperti: latihan seni dan budaya, serta mendorong kehidupan masyarakat lokal untuk mening katkan kegiatan ekonomi lokal. Lingkungan rumah yang digunakan untuk kegiatan pengrajin biasanya berada ditengah lingkungan perumahan. Kendala akses menuju rumah-rumah pengrajin me lewati lorong, gang yang berada dibagian dalam lingkungan perumahan yang padat. Ini memerlukan perencanaan jalur-pusaka (heritage-trail) dalam kesatuan dengan setingkarakter rumah pusaka dalam kesatuan Cluster. Untuk mempertegasnya melalui pena taan elemen street-furniture, rambu-rambu penanda untuk skala desa ataupun skala jejalur kesatuan Kawasan Pusaka Kotagede. *) Kepala PMU REKOMPAK-JRF **) Kepala Satker Rehabilitasi dan Rekonstruksi Rumah Pasca Gempa Bumi DIY dan Jawa Tengah ***) Heritage Conservation Expert DMC DIY ****) Assisten Pelaksanaan Satker RR Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
19
Info Baru 3
WORLD EXPO SHANGHAI 2010
Indonesia Mengangkat Tema
BioDiverCity
20 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
I
Indonesia berpartisipasi dalam ajang World Expo 2010 di Shanghai, China. Expo yang dibuka selama 6 bulan dimulai sejak 1 Mei 2010 dan akan berakhir 31 Oktober 2010 ini resmi dibuka oleh Presiden RRC, Hu Jintao dengan mengambil tema ”Better City, Better Life” (Kota yang Lebih Baik, Kehidupan yang Lebih Baik). Dalam acara pembukaan Paviliun Indo nesia, Menko Perekonomian, Hatta Rajasa didampingi Menko Perdagangan, Mari Eka Pangestu, mengatakan paviliun Indonesia menampillkan Trade Tourism Invesment (TTI) yang dimiliki Indonesia yang menjadi ke banggaan Bangsa Indonesia. Selain itu, Hatta juga mengatakan, dengan hadirnya paviliun Indonesia ini mem perlihatkan bahwa Indonesia sedang ber gerak maju sebagai bagian dari dunia untuk membangun peradaban dunia. Selain itu, tujuan paviliun Indonesia dalam World Expo
INFOBARU 3 ini, sebagai ajang promosi kepada dunia luar yang memperlihatkan kekhasan yang ada di Indonesia. Sebelum pembukaan, dalam jumpa pers dengan wartawan, Mari Eka Pangestu mengatakan Paviliun Indonesia seluas 4000 m2 dengan bangunan 2400 m2, mempunyai tema BioDiverCity. Tema itu diambil dari rangkaian kata Bio (kehidupan) – Diverse (keanekaragaman) dan City (kota) yang menghadirkan keanekaragaman budaya In donesia dengan menampilkan keharmonisan antar manusia dan lingkungannya. “Paviliun Indonesia merupakan program pencitraan (national branding) Indonesia sebagai satu negara,” kata Mari. Karenanya dia berharap keikutsertaan Indonesia dalam Expo Dunia di Shanghai ini promosi sebagai negara yang perkembangannya sering tidak diketahui oleh dunia. Mari menambahkan, paviliun Indonesia menampilkan kehidupan lautan dan hutan Indonesia, peralatan budaya Indonesia, hasil bumi, tampilan kain, alat musik, makanan, termasuk juga menampilkan warisan budaya
Borobudur serta hubungan dengan China yang sudah terjalin lama yakni sejak masuknya Cheng Ho ke Indonesia 600 tahun yang lalu. Dalam pameran itu Indonesia memamer kan potensi sumber daya alam Indonesia, industri kreatif dan kebudayaan, investasi, perdagangan dan pariwisata. Sejumlah ins tansi yang akan berpartisipasi antara lain Kementerian Pekerjaan Umum, Kemendag, Kemenkeu, Kemendagri, Kemenlu, Kemen terian ESDM, Kemenhut, Kementerian Te naga Kerja dan Transmigrasi, Kemenko minfo, Kemenkop dan UKM, Kementerian BUMN, serta BKPM. Kementerian PU sendiri menampilkan video yang ditampilkan di theater dalam paviliun Indonesia berisi in vestasi dan promosi infrastruktur PU di Indonesia. Dalam hal ini Ditjen Cipta Karya me nampilkan lima video interaksi multimedia atau video singkat yang berisi mekanisme pembangunan bersih atau Clean Deve lopment Mechanism (CDM) salah satunya adalah Program CDM di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sumur Batu di Bekasi, instalasi pengolahan air limbah di Denpasar, Bali (Denpasar Sewerage Development Project), pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dengan teknologi precast (pra tegang), rehabilitasi dan rekonstruksi gempa bumi Yogyakarta dan Program Pe nyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat atau dikenal PAMSIMAS. Indonesia menangkap arti penting World
Expo Shanghai ini, dengan menarik sebanyak mungkin orang untuk mendatangi paviliun Indonesia, melalui pertunjukan kesenian dan kebudayaan, semakin banyak orang yang mengetahui potensi dan sekaligus kemam puan yang dimiliki oleh Indonesia. Selain menjadi pusat kesenian dan ke budayaan, paviliun Indonesia juga harus dikembangkan menjadi pusat informasi ten tang potensi dan kemampuan yang dimiliki Indonesia dalam bidang ekonomi atau ten tang tawaran apa yang diajukan Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Dalam kai tan itulah, Menko Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa dan Menteri Perdagangan, Mari Eka Pangestu hadir dalam acara pembukaan World Expo Shanghai 2010. Paviliun Indonesia Hari pertama World Expo Shanghai China 2010 sekitar dua ratus ribu pengunjung me luber ke seluruh areal Expo 2010. Paviliun Indonesia membuktikan diri sebagai salah satu primadona di antara 50-an paviliun ne gara lainnya dengan berhasil disambangi 17.000 pengunjung. Hal ini disampaikan Violet Shen, Humas Paviliun Indonesia, kepada Analisa di lokasi pameran. “Paviliun Indonesia baru dibuka mulai pukul 12 siang setelah acara pem bukaan oleh Menko Perekonomian dan Men teri Perdagangan. Akan dibuka lagi mulai pukul 9 pagi hingga 9 malam “ katanya. Indonesia yang juga pernah berpartisipasi
Foto Kiri : Paviliun Indonesia di Shanghai Expo 2010 yang berarsitekturkan bambu Foto Kanan : Salah satu sudut World Expo 2010 Shanghai, China
Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
21
Foto Kiri : Menko Perekonomian Hatta Rajasa (kiri) didampingi Menteri Perdagangan Mari Eka Pangestu (ke-2 dari kiri) saat mengunjungi Paviliun Indonesia Foto Kanan : Sudut kota shanghai, dalam satu dasawarsa terakhir kota shanghai berkembang pesat. Shanghai merupakan salah satu kota besar yang berhasil dalam penataan kota dan permukiman
di World Expo 2005, Aichi, Jepang, kali ini menonjolkan sejumlah keunggulan. Bebe rapa di antaranya adalah menggunakan hampir 60 persen bambu sebagai material terbesar bangunan, konsep paviliun yang serba terbuka (tidak menyediakan pintu masuk), dan mengedepankan benda-benda budaya dan alam khas Nusantara. “Expo 2010 akan mengangkat Indonesia ke kancah dunia Internasional. Banyak yang tidak diketahui masyarakat dunia mengenai Indonesia. Expo 2010, kita bisa memberi tahukan seluruh kekayaan Indonesia,” ungkap Mari Eka Pangestu. Paviliun Indonesia yang dibangun di atas tanah seluas 4.000 meter persegi dengan ketinggian 20 meter dibangun dengan biaya Rp100 miliar yang berasal dari anggaran Pemerintah Indonesia dan sponsor dari ka langan swasta, (sejumlah perusahaan besar di Indonesia). Selain itu, biaya operasional selama 6 bulan penyelenggaraan Expo 2010 juga bakal memakan biaya sebesar Rp100 miliar. “Dengan paviliun ini, akan terbangun national branding Indonesia yang lebih baik di mata internasional. Di sini, ditunjukkan
22 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
kelebihan bangsa Indonesia, yaitu warisan budaya yang menjadi dasar kreativitas bang sa. Dengan demikian, kita bisa membangun Indonesia yang berdaya saing tinggi. Kita menargetkan 3 juta pengunjung hingga akhir Expo 2010,” kata Mari Pangestu yang didampingi Dea Sudarman, Staf Khusus Men teri Perdagangan. Paviliun Indonesia berada zona B Expo 2010 dan berbaris mengular hingga 20 meter. Setiap pengunjung paling tidak mesti mengantri selama 15 menit untuk masuk. Walau cuaca cukup terik, pengunjung tetap antusias. Di depan paviliun, pengunjung dapat menikmati cuplikan foto-foto tentang budaya Indonesia di layar vertikal LED raksasa dengan ketinggian setidaknya 15 meter. Paviliun Indonesia mengambil tema Indo nesia is Biodiverse City. Tema ini menekankan pada keanekaragaman budaya, seni dan alam kebanggaan Indonesia. Maka, begitu masuk, para pengunjung pun langsung disambut oleh seni tradisional, seperti Tari Kecak khas Bali dan pertunjukan gamelan. Bagi yang tertarik, bisa duduk di bangku amphiteather yang telah tersedia. Selanjutnya, pengunjung bisa menuju bagian lainnya melalui ramp (jalan menanjak) dan bisa melihat puluhan topeng khas tiap-tiap daerah di Indonesia yang sengaja ditempel di dinding hingga membentuk mosaik tersendiri. Pada dinding di samping ramp, juga terpampang peta Indonesia dan negara lainnya. “Sengaja dibuat peta negara lain juga biar pengunjung tahu di mana lokasi Indonesia berada. Jangan hanya tahu Bali,” kata Budi Lim, desainer sekaligus konseptor Paviliun Indonesia. Uniknya lagi, terdapat air
terjun yang mengaliri peta dinding tersebut hingga terasa suasana asri khas Indonesia. Pengunjung kemudian dapat memasuki terowongan yang didekorasi sedemikian rupa hingga dapat disaksikan potret raksasa hutan lebat dan keindahan bahari negeri ini. Secara khusus, terdapat juga monitor tempat para pengunjung bisa memberikan vote (dengan cara memberikan tanda tangan) sebagai du kungan untuk Komodo agar bisa masuk se bagai World Heritage Site yang kelestariannya dilindungi oleh dunia. Dan, ternyata banyak pengunjung yang memberikan dukungan tersebut. Di bagian berikutnya, tersaji aneka barang kerajinan tradisional, peninggalan sejarah, alat musik, mulai dari keranjang rotan, keris, hingga suling dan tambur. Secara spesial, ditata pula seperangkat gamelan lengkap yang mengkilap. Sementara pengunjung ber keliling, mereka juga merasakan semilir angin yang teduh dari antara daun jendela-jendela bambu yang bisa dibuka-tutup hingga juga bisa berfungsi sebagai dinding. Paviliun ini juga menghadirkan sesosok patung Laksamana Cheng Ho yang memberi
INFOBARU 3
kan banyak andil dalam sejarah Indonesia. Tak lupa, warisan nenek moyang Indonesia juga disajikan secara kreatif, yaitu replika relief Candi Borobudur yang terbuat dari batu. Sedikit menggelitik, dijejer pula aneka jenis becak dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari becak Medan (di urutan pertama), becak Jakarta, hingga becak Yogyakarta. Menjelang akhir perjalanan menyusuri keanekaragaman hayati, pengunjung bisa membeli sejumlah barang khas Indonesia di Alun-alun Indonesia, seperti kain dan baju Batik, mie instan olahan perusahaan Indonesia, dan minuman teh dalam botol. Selain itu, terdapat pula merchandise kam panye Paviliun Indonesia berbentuk kaos, payung, atau pun termos. Sejarah World Expo World Expo, pertama kali diadakan pada tahun 1851, merupakan ajang berkumpulnya masyarakat dunia untuk berbagi pengalaman dan keberhasilan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Expo yang diadakan setiap lima tahun sekali itu bertujuan mem promosikan ide dan perkembangan eko
Tema Paviliun Indonesia menekankan pada keanekaragaman budaya, seni dan alam kebanggaan Indonesia. nomi, budaya dan ilmu pengetahuan, tek nologi dan sekaligus mempererat hubungan International antar bangsa. Pameran ini meli batkan partipasi negara-negara di seluruh dunia. Luas area expo seluruhnya 5,28 km2, terletak di tengah kota dan di tepi sungai Huang Pu, di antara jembatan Nan Pu dan jembatan Lu Pu. Kurang lebih 200 negara dan 47 organisasi International akan mengikuti World Expo ini. Tema expo kali ini adalah Better City, Better Life yang mempunyai arti kota membuat kehidupan yang semakin membaik. Tema pavilion dalam World Expo ini terbagi 5 (lima) yakni Urban Footprints, Urban Planet, Urban Dwellers, Urban Beings, and Urban Dreams. World Expo Shanghai 2010 yang ber langsung selama enam bulan itu diharapkan akan dikunjungi oleh 70 juta pengunjung, termasuk 5 juta pengunjung dari luar negeri.
Perkiraan pengunjung sebanyak 70 juta orang itu didasarkan pada perhitungan bahwa setiap hari sebanyak 400.000- 600.000 orang akan datang ke World Expo Shanghai 2010. Tiket masuk akan dijual dengan dua versi harga, yakni 160 yuan (Rp 212.800) pada hari biasa dan 200 yuan (Rp 266.000) pada akhir pekan atau pada saat pengunjung sangat padat. Sampai awal Maret, lebih dari 22 juta tiket masuk telah terjual. Dalam kaitan itulah, pada World Expo Shanghai 2010, sedikitnya 70.000 tenaga sukarela akan membantu di dalam arena Expo dan 100.000 tenaga sukarela lainnya akan bekerja di lebih dari 1.000 pusat layanan di berbagai bagian kota Shanghai. Total biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan World Expo Shanghai 2010 itu 28,6 miliar yuan (Rp 38 triliun) yang ditanggung Pemerintah China dan pihak sponsor. (berbagai sumber)
Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
23
Inovasi 1
S Rim of Fire
Seperti susunan tulang pada manusia yang melindungi organ tubuh vital di dalamnya, bangunan gedung tidak terpisahkan dari ke hidupan manusia untuk melindungi aktivi tasnya. Seringkali, pertumbuhan bangunan gedung juga diidentikkan sebagai indikator kemajuan dalam ekonomi suatu wilayah, ko ta, bahkan suatu negara. Namun di balik itu kegagalan bangunan gedung dapat sebagai indikasi lemahnya ekonomi, law enforcement, peraturan, dan juga budaya disiplin dimasya rakat maupun pemerintahnya. Keandalan bangunan gedung ini dapat dicapai salah satunya dengan kesadaran ma syarakat dalam penyelenggaraan bangun an yang baik. Aspek penyelenggaraan ba ngunan gedung ini harus memenuhi secara adminitratif dan teknis yang dibuktikan dengan dikeluarkannya Izin Mendirikan Ba ngunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) suatu bangunan gedung. Sesuai yang diamanatkan UU No.28/2002 tentang Bangunan Gedung dan PP No.36/2005 tentang Pelaksanaan UU No.28/2002 Tentang Bangunan Gedung, semestinya pada tahun
24 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
www.wikipedia.org
INOVASI 1
Pendataan Bangunan Gedung Budi Prastowo*)
2003 UU ini telah efektif berlaku, dan di tahun 2010 ini mulai di berlakukan SLF di kota-kota Metro/Besar. Indonesia berada di dalam garis Rim of Fire atau daerah gunung api aktif yang dapat dibuktikan melalui sejarah geologi maupun bencana alam gempa dan letusan gunung berapi. Kenyataan ini seharusnya dapat menyadarkan masyarakat Indonesia untuk mewujudkan keandalan bangunan gedung yang dihuninya. Filosofi IMB dan SLF sebagai alat peng endali dalam penyelenggaraan bangunan gedung juga sekaligus sebagai instrumen bagi pemerintah daerah dalam penataan kota. Namun ini seringkali masih jauh api dengan panggangnya. Sejauh ini masih dite mukannya paradigma lama IMB lebih sebagai alat penarik bagi pemasukan APBD karena Perda Bangunan Gedung-nya berisi masalah restribusi di bandingkan dengan keandalan bangunan gedungnya. Dalam proses IMB dan SLF, tidak kalah penting yaitu proses Pendataan Bangunan Gedung, dimana proses ini dilakukan sejak bangunan mulai diajukan hingga bangun an dihapuskan atau didemolisi baik oleh sendiri atau akibat alam. Perlunya pendataan
bangunan gedung ini tentunya dilandasi dengan UU No.28/2002 tentang Bangunan Gedung seperti pada pasal 7, “…setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung” dan Pasal 8 ayat (3) “.. bahwa Pemerintah Daerah Wajib mendata Bangunan Gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan”. Dari pasal-pasal tersebut di atas mengisyaratkan bahwa pendataan ini sangat penting bagi masyarakat maupun pemerintah daerah untuk memberikan kepastian hukum dengan tercatatnya riwayat suatu bangunan gedung baik kepemilikan, umur, kekuatan, maupun fungsi bangunan itu sendiri. Dengan kejelasan riwayat bangunan gedung ini tentunya juga akan memberikan manfaat bagi pihak ketiga misalnya asuransi ataupun bank, sehingga banguan gedung akan menjadi suatu asset yang sangat baik bagi pemiliknya. Pendataan bangunan gedung selain manfaatnya ada di masyarakat, juga di pemerintah daerah. Manfaat bagi pemerintah daerah antara lain dalam upaya pengendalian pertumbuhan kota, ataupun kejelasan pemerintah dalam memberikan pelayanan masyarakat khususnya masalah keselamatan jika terjadi bencana alam maupun kebakaran. Dengan pendataan ba ngunan gedung ini secara tidak langsung dapat mendorong kesadaran masyarakat terhadap perlunya keandalan rumah, kantor, pasar, dsb. Untuk mewujudkan apa yang diamanatkan oleh UU No.28/2002 tentang Bangunan Gedung, Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan telah menyusun Rapermen Pendataan Bangunan Gedung dan Software pendukungnya. Dalam Rapermen ini diatur tata cara dan data-data yang diperlukan sebagai bagian dalam pendataan bangunan gedung. Dalam pendataan ini di kenal dengan adanya Pendataan dan Pendaftaran. Pendataan dilakukan oleh pemerintah daerah yang secara aktif mendata kembali data-data yang telah ada (existing) sebagai bagian dalam tertib administrasi dan pengendalian dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Sedangkan yang dimaksud dengan Pendaftaran Bangunan Gedung ini adalah pemerintah pada posisi pasif dan masyarakatnya yang aktif mendaftarkan yang dalam hal ini masyarakat mengajukan IMB, SLF, atau pembongkaran. Data-data yang di perlukan ini harus sesuai dengan tuntutan keandalan bangunan gedung seperti yang tercantum didalam isi UU No.28/2002 dan PP No.36/2005, yaitu: Data Umum
Data Tanah
Data Teknis
• Nomor daftar bangunan (bukti ke pemilikan); • Fungsi bangunan gedung (hunian/ keagamaan/sosial budaya/usaha/ khusus); • Jenis Bangunan (rincian fungsi BG); • Nama bangunan gedung (kantor/ sekolah/rumah sakit/rumah tinggal/ masjid/hotel/reaktor nuklirdll); • Lokasi/Alamat (Jalan/ Nomor/ RT/ RW/ Kelurahan/ Kecamatan/ Kode Pos); • Penggunaan bangunan; • Status Bangunan Gedung (diles tarikan/riwayat bangunan/perubah an fungsi); • Harga bangunan; • Pemilik, pengguna/pengelola;
• Pemilik, pengguna/pengelola; • Nomor kepemilikan Tanah; • Hak / bukti kepemilikan/ perjanjian penggunaan tanah; • Luas Tanah; • Tahun Perolehan Tanah; • Riwayat penggunaan tanah/pe runtukan; • Lokasi (termasuk peta);
• Tata Bangunan dan Lingkungan; • Data Bangunan (Arsitektur/struktur/ utilitas); • Konstruksi (permanensi); • Jumlah Lantai; • Luas Bangunan; • Tahun didirikan/diperoleh/dibeli; • Nomor dan tanggal IMB; • Nomor sertifikat laik fungsi dan jatuh tempo; • Struktur; • Arsitektur; • Utilitas; • Sarana dan Prasarana Bangunan Gedung;
Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
25
www.anjinge-jobsaiful.files.wordpress.com
INOVASI 1
Gedung Pencakar Langit di Jakarta. Aspek penyelenggaraan bangunan gedung ini harus memenuhi secara adminitratif dan teknis yang dibuktikan dengan dikeluarkannya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) suatu bangunan gedung.
Data administrasi dan teknis yang di perlukan merupakan data standar yang harus dicatat atau dimasukan dalam sistem data base bangunan gedung. Rapermen Pendataan Bangunan Gedung ini selain me ngatur masalah teknis juga administratif dalam hal ini kelembagaan yang akan me ngelola proses penyelenggaraan bangun an gedung. Pendataan ini berlaku untuk bangunan gedung baru maupun existing/ bangunan gedung lama, baik berdasarkan klasifikasi maupun fungsinya. Proses pendataan bangunan gedung dapat menjadi alat monitoring atau penga wasan selama penyelenggaran bangunan gedung berlangsung. Sehingga setiap per kembangan baru dalam penyelenggaraan bangunan gedung akan selalu terlihat dalam hasil pendataan bangunan gedung. Data yang diperoleh dari proses ini dijadikan se bagai informasi lanjutan atau acuan untuk pengambilan keputusan baik secara khusus kepada bangunan gedung terkait ataupun secara umum terhadap bangunan gedung sekitarnya. Hal tersebut diatas mempunyai arti pe
26 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
Sejauh ini masih sering ditemukan paradigma lama dimana IMB lebih difungsikan sebagai alat penarik bagi pemasukan APBD karena Perda Bangunan Gedung-nya lebih menonjolkan masalah restribusi di bandingkan dengan keandalan bangunan gedungnya. rubahan fungsi dari bangunan gedung yang akan menuntut persyaratan sesuai dengan fungsinya. Hal itu juga berakibat terjadinya Re-IMB, dan bangunan tersebut harus mengu rus kembali SLF-nya dan akan terekam terus hingga bangunan di demolisi atau di hapus. Untuk menindaklanjuti pendataan ba ngunan gedung di daerah, hendaknya se gera diwujudkan Perda tentang Bangunan Gedung sebagai payung hukum di kabu paten/kota sebagai landasan dalam tertib penyelenggaraan bangunan gedung. Perda tersebut mencakup aspek administratif dan teknis serta memuat karakter kedaerahan yang unik satu dengan yang lainnya. Karena basis dari pendataan ini juga tidak mengu
rangi keunikan dari lokasi yang tersirat antara lain dalam RTBL, KDB, KLB, serta ketentuan pemakaian bahan bangunannya. Selanjutnya pemerintah daerah untuk dapat melakukan hal-hal berikut ini; pertama, menyiapkan kelembagaan bangunan gedung yang menangani kegiatan pendataan di kabu paten/kota; kedua, menyusun atau menyem purnakan Program Komputer untuk Sistem Informasi BG, beserta SDM nya; ketiga, me lakukan pendataan BG di wilayahnya dalam memenuhi ketentuan UUBG; dan keempat, melakukan sosialisasi dan pemberdayaan pendataan BG kepada masyarakat luas. *) Staf Subdit Bangunan Gedung, Dit. Penataan Bangunan dan Lingkungan Ditjen Cipta Karya
Inovasi 2
www.flickr.com
INOVASI 2
Konsep paperless adalah mengurangi pemakaian kertas bukan meniadakan pemakaian kertas.
Paperless Office
Menuju Kantor
Minim Kertas
M Wayan Lindu Suwara *)
Memasuki abad 21, administrasi publik mengalami perubahan. Administrasi publik bukan sekadar instrumen birokrasi negara, namun fungsinya lebih dari itu dan harus dipandang sebagai instrumen kolektif. Selain itu administrasi publik juga sebagai sarana publik untuk menyelenggarakan tata kelola kepentingan bersama dalam jaringan kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan publik yang telah disepakati. Konsep ini berkembang dengan apa yang dikenal sebagai Good Governance yang salah satu prinsipnya adalah efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaannya. Paperless Office yang merupakan salah satu bagian dalam pelaksanaan e-Government sesungguhnya sangat relevan bila dikatakan
dapat menunjang pelaksanaan Good Gover nance ini. Paperless merupakan suatu sistem yang diciptakan untuk mengelola sistem admi nistrasi. Ide Paperless Office mulai mencuat pada akhir tahun 90-an. Filosofinya adalah menggunakan sesedikit mungkin kertas dan digitalisasi dokumen. Manfaatnya adalah meningkatkan produktivitas, hemat biaya, efisien tempat dan mengurangi dampak ling kungan. Dengan Paperless Office manusia mendapatkan alternatif lain dalam mengolah dan membaca berbagai dokumen. Ini juga merupakan cita-cita untuk membiasakan diri mengolah dan membaca dokumen dalam bentuk digital, dengan kata lain mengurangi
pemakaian kertas sebagai bahan pokok pe nulisan dokumen seperti saat ini. Konsep paperless adalah mengurangi pemakaian kertas bukan meniadakan pema kaian kertas. Jadi diharapkan Paperless Office tidak diterjemahkan sebagai “Bebas Kertas”. Karena, hampir tidak mungkin bagi sebuah kantor untuk tidak menggunakan kertas dalam menjalankan tugas administrasi per kantorannya. Konsep ini merupakan hasil pemikiran yang muncul selain sebagai akibat berkembangnya teknologi informasi dan komputer juga merupakan sebuah solusi untuk mengurangi penggunaan filling cabi net sebagai tempat penyimpanan arsip dan merupakan pekerjaan yang memakan waktu terlalu lama. Kemajuan teknologi dan tuntutan masya rakat terhadap pemerintah dalam penye lenggaraan pelayanan publik yang bermutu, penggunaan Paperless Office tentu sangat dibutuhkan. Namun disadari pula ada banyak Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
27
www.flickr.com
INOVASI 2
Cara sederhana yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan kertas di kantor antara lain melalui Informasi di Intranet.
kendala yang mungkin dihadapi antara lain: kendala Sumber Daya Manusia (SDM) karena proses digitalisasi membutuhkan skill, penggunaan kertas sebagai media tulis lebih praktis dan dalam jumlah kecil hemat biaya, selain itu tingkat kepercayaan publik kepada dokumen kertas lebih besar. Bagi pemerintah pusat dan daerah yang SDM-nya mampu untuk mengoperasikan teknologi mungkin dapat menggunakan Paperless Office. Karena itu masih dibutuhkan berbagai infrastruktur pendukung dan pengembangan SDM dalam penggunaan teknologi. Disam ping itu pelaksanaan Paperless Office di instansi pemerintah dan mungkin secara umum, adalah faktor “Kemauan”. Untuk menumbuhkan kemauan ini kuncinya se benarnya adalah pada level pengambil ke putusan instansi yang diperlukan sebagai sosok untuk “pull the trigger”, menarik pemicu untuk berkata : “ya, kita harus melaksanakan paperless office”. Sayangnya, kemauan adalah langkah pertama yang terberat, apabila itu sudah dilakukan maka “cara” bisa diciptakan, untuk selanjutnya mencapai tujuan yang diinginkan. Pada dasarnya Paperless Office memiliki banyak manfaat diantaranya: mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan kertas yang berlebihan, bisa hemat biaya, hemat waktu, efisiensi tempat dan meningkatkan produktivitas. Ditambah lagi dengan format digital, penyebaran informasi menjadi lebih mudah dan cepat. Terdapat beberapa keuntungan dalam penerapan Paperless Office di perkantoran ini antara lain : 1. Data dan Informasi dapat tersampaikan dengan lebih cepat. 2. Mendukung terjadinya keputusan yang lebih baik. 3. Efisiensi biaya karena mengurangi jumlah
28 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
4.
5.
6.
7.
pemakaian kertas dan juga pengadaan fil ling cabinet ataupun tempat penyimpan an dokumen lainnya. Efisiensi waktu dan tenaga dalam distri busi maupun pencarian dokumen yang diperlukan. Berkurangnya tumpukan kertas yang dapat mengganggu kerapian ruangan sebuah kantor dan mengganggu kenya manan bekerja. Menjamin keamanan dokumen, karena sebuah dokumen hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu saja sesuai opsi yang ditentukan oleh distributor data. Mendorong kreativitas bahkan mungkin meningkatkan gairah bekerja pegawai dengan membuat kegiatan Paperless Of fice menjadi semenarik jaringan perte manan “facebook” atau “twitter”.
Dalam mengaplikasikan “Paperless Office System” ini perlu memperhatikan hal-hal se bagai berikut: 1. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) se bagai pengguna, tahap awal yang perlu dirintis yakni pada level paling atas, di ikuti level lebih bawah dan seterusnya. Jika dalam organisasi pada level atas masih sulit, perlu diujicoba pada bagian tertentu yang sudah familiar dengan Tek noIogi informasi. 2. Aspek Dokumen, tahap ini dimulai pada pengelompokan jenis dokumen yang ti dak sering didistribusikan, dan dibuat sis tem dobel yakni offline dan online, misal tentang Surat Keputusan, Dokumen Hasil rapat, Dokumen petunjuk pelaksanaan, Dokumen Job Diskripsi, dll. 3. Sistem Online akan secara penuh diber lakukan setelah dipastikan setiap individu pada level tertentu sudah dapat membuka dan membaca dokumen online.
4. Aspek Sistem Aplikasi, dokumen online disimpan dalam aplikasi yang terproteksi dan berjenjang hak aksesnya. Tentang ap likasi menitik beratkan pada keamanan data dan kemudahan pemakaian. 5. Aspek Sosialisasi, pegawai/individu yang memiliki hak akses tertentu dilatih untuk mengakses sistem agar dapat melakukan berbagai aktifitas sesuai fasilitas dalam sistem. Perubahan kebiasaan perilaku perlu diwujudkan untuk disesuaikan de ngan Paperless Office System, dengan memperkenalkan dan mensosialisasikan sistem yang akan dipakai. 6. Aspek Prasarana dan Sarana, ketersedia an sarana yang diperlukan untuk mewu judkan Paperless Office System perlu disediakan secukupnya, antara lain, Kebi jakan, Hardware, Software, Infrastruktur Jaringan, SDM pendukung, dana, dan Forum komunikasi. 7. Aspek Komunikasi. Hal ini memerlukan seorang visioner untuk dapat menjelas kan kenapa Paperless Office System diber lakukan. Pembicaraan diawal sebelum Paperless Office System diluncurkan perlu adanya forum untuk penyampaian dan mewujudkan persamaan persepsi dan tujuan. Hingga saat ini kantor masih tetap ber juang untuk mengurangi konsumsi kertas yang dipakai. Tujuannya jelas, untuk efi siensi biaya, waktu, ruang, tenaga dan pro duktivitas. Menuju kantor dengan informasi yang digitalisasi dan minim kertas, Paperless Office. Cara sederhana yang dapat digunakan untuk mengurangi penggunaan kertas di kantor adalah melalui antara lain Informasi di Intranet. Pengumuman informasi kegiatan internal organisasi, bisa ditampung dalam web Intranet atau organisasi. Intranet tersebut bisa berupa situs web biasa. Sebuah kantor akan memiliki prestise tersendiri jika berhasil dalam menerapkan Paperless Office. Perubahan merupakan se suatu yang sulit diterapkan setelah terbiasa dengan budaya kerja sehari-hari. Gerakan ini harus melibatkan semua pegawai di kantor dan diperlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu jadikanlah ini sebagai sebuah budaya kerja sehat dan Paperless Office akan menjadi kenyataan. Semoga… *) Asisten Monev Satker Pembinaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Direktorat Bina Program Ditjen Cipta Karya
Resensi
RESENSI
M
Jumlah Halaman : 74 Halaman
Memperhatikan kondisi saat ini serta tantangan yang dihadapi di masa depan, disadari bahwa pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang meliputi pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan penanganan drainase tidak dapat dilakukan hanya oleh satu institusi. Diperlukan suatu kerjasama multi pihak yang bersifat sinergis dari segenap stakeholder baik yang ada di pusat maupun di daerah meliputi pemerintah, perguruan tinggi/akademisi, lembaga profesi, LSM, masyarakat dan swasta. Buku ini merupakan rangkuman dari isu permasalahan, tantangan, kebijakan dan strategi, visi dan misi, kebijakan program, sasaran dan kegiatan pembangunan Bidang PLP. Gambaran hasil-hasil pem bangunan meliputi deskripsi program/kegiatan, output serta outcome mencakup masing-masing program/kegiatan tiap tahun sejak 20052009. Buku setebal 74 halaman ini berisi empat bab. Bab I berisi isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pe ngelolaan air limbah permukiman, persampahan dan drainase per kotaan. Isu tersebut antara lain; akses masyarakat terhadap pelayanan pengelola air limbah permukiman, rendahnya kesadaran masyarakat, peraturan perundang-undangan yang belum memadai, lemahnya kelembagaan dan lemahnya pendanaan. Disisi teknis, makin besarnya timbunan sampah serta keterbatasan lahan TPA. Di Bab II berisi, kebijakan dan strategi pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman, persampahan dan drainase perkotaan. Kebijakan tersebut antara lain peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan
Menuju Permukiman yang Layak Huni, Bebas Air Limbah, Bersih dari sampah
Dan Bebas Genangan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat. Disamping itu perlu adanya penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas personil pengelolaan air limbah permukiman. Bab III berisi program dan kegiatan bidang PLP tahun 20052009. Tahun 2005, di bidang air limbah seperti pembangunan IPAL dan rehab/optimalisasi IPLT sebanyak 12 unit dilakukan di 9 provinsi dengan 8.950 jiwa terlayani. Tahun 2006, pembangunan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) di Provinsi Bali yang melayani 164.438 jiwa. Untuk tahun 2007, pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) dilakukan di 27 propinsi dengan 92.500 jiwa terlayani. Tahun 2008 seperti, pembangunan sewerage /IPAL terpusat sebanyak 27 paket dilakukan di 7 provinsi dengan 142.057 jiwa terlayani. Buku ini ditutup dengan rangkuman hasil dan beberapa per masalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan pada tahun 2005-2009 serta hal-hal yang memerlukan perhatian untuk peningkatan kinerja di waktu mendatang. (dvt) Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
29
Seputar Kita
SEPUTARKITA Ditjen Cipta Karya Targetkan 207 Daerah Miliki SPPIP
www.flickr.com
Melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya akan melakukan pendampingan pada 207 kota/ kabupaten selama kurun waktu lima tahun ke depan (2010-2014) dalam penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). Di tahun 2010 ini , Ditjen Cipta Karya akan melakukan pendampingan terhadap
49 daerah dalam penyusunan SPPIP dan 29 daerah dalam menyusun Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP). SPPIP merupakan strategi yang sifatnya sektoral, dimana SPPIP merupakan turunan dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota/ kabupaten. Strategi tersebut memuat visi, misi dan arah pembangunan permukiman suatu kota. Dimana nantinya program-program prioritas dalam SPPIP ini akan dituangkan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Ditjen Cipta Karya untuk mendapatkan pendanaan atau investasi. “SPPIP ini terletak diantara Rencana Tata Ruang dan RPIJM. Ber dasarkan pengalaman, seringkali RPIJM kita tidak diawali dengan strategi perencanaan yang baik sehingga pembangunan yang dilaksanakan tidak jelas. Oleh karena Untuk SPPIP ini akan berfungsi untuk menjembatani hal tersebut,” kata Dirjen Cipta Karya Budi Yuwono saat memberikan arahan dalam acara “Kolokium SPPIP dan RPKPP Tahun Anggaran 2010” di Jakarta, Senin (17/5).
Pemerintah Luncurkan UWSSP untuk Tiga Kota 2010, Tahun Percepatan Perda Bangunan Gedung Direktorat Jenderal Cipta Karya sudah memfasilitasi 266 kabupaten/ kota dalam menyusun Peraturan Daerah (Perda) Bangunan Gedung. Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung hingga sekarang baru ada 36 kabupaten/kota dan 4 propinsi yang telah menurunkannya menjadi Perda. Sisanya masih bersifat pengaturan mengenai aspek administratif seperti perizinan (Izin Mendirikan Bangunan), kurang mengatur masalah teknis. Demikian disampaikan dalam sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya yang disampaikan oleh Staf Ahli Menteri PU (SAMPU) Bidang Keterpaduan Pembangunan, Ismanto pada pembukaan “Diseminasi Peraturan Perundang-Undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan Wilayah I” di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (27/4). Diseminasi menghadirkan wakil pemerintah propinsi se - Jawa dan Sumatera, perawakilan DPRD masing-masing propinsi, dan unsur Kementerian Dalam Negeri agar tahun 2010 ini menjadi tahun percepatan terbitnya Perda Bangunan Gedung di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
30 Buletin Cipta Karya - 05/Tahun VIII/2010
Kementerian Pekerjaan Umum melucurkan program Urban Water Supply and Sanitation Project (UWSSP) yang dibiayai dari pinjaman Bank Dunia senilai Rp. 221 miliar, APBN Rp. 19,4 miliar, dan APBD Rp. 71,5 miliar, di Jakarta, kamis (6/5). Program ini akan dilaksanakan di Kota Bogor, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Muara Enim dan akan mengalirkan air minum ke 62 ribu Sambungan Rumah (SR) atau setara dengan 310 ribu jiwa di tiga kota tersebut. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya juga akan memberikan support untuk Kabupaten Kapuas berupa sistem air baku Palingkau sekitar Rp. 100 miliar. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, Budi Yuwono, menegaskan bahwa peluncuran UWSSP diharapkan menandai dimulainya kinerja PDAM yang lebih profesional. Selama tiga tahun terakhir menurutnya Ditjen Cipta Karya baru kali ini meluncurkan lagi program pinjaman Bank Dunia, hal itu karena pengalaman pinjaman sebelumnya yang membebani Pemda. “Pinjaman tidak perlu dihindari. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) sudah menjadi tugas pemerintah daerah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM. Pemerintah pusat hanya melakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan. Meskipun nilai pinjamannya kecil, namun saya harapkan menjadi pendorong pengembangan SPAM bagi Pemerintah Daerah yang kemampuan pendanaannya terbatas,” ujar Budi Yuwono.
Iuran diperlukan untuk menjamin kesinambungan pelayanan dan pengembangan sarana Air Minum dan Sanitasi
Segenap Pimpinan dan Staf Direktorat Jenderal Cipta Karya Mengucapkan
Selamat Hari Raya Waisak Tahun 2554