Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
PERAN MEDIA MASSA DALAM MENDORONG PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT Oleh: Rini Staf Pengajar Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya
ABSTRACT Social change is a concept of development. The mass media is one of the factors that affect social change. The mass media are agents of change that institutions have a role as change the mindset, attitudes and cultural patterns in the material aspects of social change. Changes in society are always related to the diffusion of innovation, where the changes spurred by the spread of new knowledge in the community. There are four elements that are always present in the diffusion of innovations, namely: 1) innovation, 2) communication channels, 3) time and 4) social systems. Diffusion of innovation is thought to see that the mass media contribute to the whole reform and innovation that developed in society. The role of mass media in education to make a change in the mindset and mentality of the nation. The role of mass media in shaping attitudes informsi deployment of community. The role of mass media in the entertainment community produces cultural material. In performing all these roles the mass media have a positive impact or negative according to the readiness of people to accept something new and policy masssa media owners to carry out its role in society. Keywords: Mass Media, The Role of Mass Media, and Social Change
PENDAHULUAN Perubahan sosial merupakan salah salah konsep pembangunan. Perubahan sosial diarikan sebagai perubahan yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai sosial, sikap dan pola prilaku kelompok (Selosumarjan dikutip Sriati, 2005:4). Perubahan sosial terjadi karena adanya kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial yang lama dan mulai beralih menggunakan unsur-unsur budaya dan system sosial yang baru. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat di dorong oleh empat faktor yaitu: 1) Urbanisasi, 2) Kemampuan membaca dan menulis, 3) Empati, kemampuan untuk melihat diri-sendiri di dalam situasi orang lain, 4) Partisipasi media dalam perubahan sosial (Daniel Lerner dikutip Sriati, 2005:4). Keempat faktor ini sekaligus sebagai indikator modernitas masyarakat yang bersangkutan. Dari empat faktor ini, tiga faktor (urbanisasi, kemampuan membaca dan menulis dan empati) 46
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Sedangkan faktor yang keempat yaitu partisipasi media berasal dari luar diri masyarakat sebagai lembaga dan butuh peran serta media secara nyata. Eksistensi atau keberadaan media di tengah-tengah masyarakat mempunyai peran yang penting. Hal ini dilaksanakan atau dimanifestasikan melalui tulisan atau berita yang berasal dari wartawan, reporter, redaktur, kolumnis, pengamat, kritikus, sastrawan dan penulis lainnya. Karya-karya dalam media menyoroti berbagai masalah yang menghiasi halaman demi halaman surat kabar, majalah, atau tabloid dalam setiap edisi atau yang disiarkan radio dan televisi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Ataupun media komunikasi yang dapat di akses langsung oleh individu melalui teknologi internet sebagai informasi online. Media massa sebagai sarana komunikasi dan informasi dapat melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat di akses oleh semua masyarakat secara massal pula. Informasi yang diberikan oleh media akan secara langsung akan mempengaruhi perubahan pola pikir dan prilaku masyarakat dalam menterjemahkan sistem sosial dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena media adalah institusi pelopor perubahan dalam penyebaran informasi. Informasi yang salah dapat menyebabkan perubahan sosial yang tidak baik dalam masyarakat begitu juga sebaliknya. Melalui tulisan ini saya akan membahas mengenai peran-peran media dalam mendorong perubahan sosial dalam masyarakat itu sendiri. Adapun permasalahan dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimana peran media massa dalam mendorong perubahan sosial masyarakat? 2. Apa dampak dari peran media massa dalam mendorong perubahan sosial masyarakat. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui peran-peran media massa dalam mendorong perubahan sosial masyarakat. 2. Untuk mengetahui dampak dari peran media massa dalam mendorong perubahan sosial.
Peran Media Massa Media massa adalah institusi atau lembaga yang berperan sebagai agen of change yaitu sebagai lembaga pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya media massa berperan sebagai: 1. Institusi pencerahan masyarakat, yaitu perannya sebagai media edukasi. Media menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju. 47
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
2. Media informasi, yaitu media yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Informasi yang banyak dimiliki oleh masyarakat menjadikan masyarakat sebagai masyarakat dunia yang dapat berpatisipasi dengan berbagai kemampuannya. 3. Media hiburan. Sebagai pelopor perubahan media juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Agar perkembangan budaya bermanfaat bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah sehingga media berperan untuk mencegah berkembangnya budayabudaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya (Bungin, 2009:85-86). Dampak Media Massa Dampak penyalahgunaan kebebasan berbicara dan menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui media dapat dampak luas dalam kehidupan masyarakat bangsa dan negara. Bagi Kepentingan Pribadi, Media dapat meningkatkan citra positif seseorang atau malah bisa juga sebaliknya menghancurkan reputasi seseorang. Jadi nama baik seseorang dapat dirugikan apabila terjadi penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan penyampaian informasi. Bagi Kepentingan Masyarakat, Media dapat membantu masyarakat untuk menjelaskan fakta yang ada tanpa harus ditutup-tutupi. Masyarakat dapat tertipu karena mendapatkan informasi yang tidak benar. Pemberitaan media dapat menggerakkan masyarakat dalam menggalang dana kemanusiaan. Bagi Kepentingan Negara, Penyalahgunaan kebebasan berbicara dan penyampaian informasi akan memberikan dampak terhadap kepentingan negara yaitu: 1) tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah berkurang karena tidak perrcaya pada pemerintah. Masyarakat bersikap acuh tak acuh pada program pemerintah, 2) kepercayaan luar negeri luntur, dampaknya adalah tingkat kepercayaan luar negeri pada Indonesia berkurang (Simorangkir dikutip Suprapto dkk, 2003:79-80).
Perubahan Sosial Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial. Perubahan sosial menyangkut pada 3 (tiga) aspek menurut Bungin (2009:91-92) yaitu: 1. Perubahan pola pikir masyarakat, perubahan pola pikir dan sikap masyarakat menyangkut sikap masyarakat terhadap berbagai persoalan sosial dan budaya di sekitarnya yang berakibat terhadap pemerataan pola-pola pikir baru masyarakat sebagai sebuah sikap yang modern. Contohnya sikap terhadap pekerjaan. Konsep pola pikir lama bekerja itu hanya pada sektor formal yaitu menjadi Pegawai 48
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
Negeri Sipil. Konsep lama ini telah berubah bekerja tidak harus di sektor formal akan tetapi dimana saja yang penting menghasilan uang yang maksimal. 2. Perubahan perilaku masyarakat, menyangkut persoalan-persoalan sistem-sistem sosial, di mana masyarakat meninggalkan sistem sosial lama dan menjalankan sistem sosial baru. Adanya peurbahan dalam pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi dengan tidak hanya menggunakan pengukuran output saja, tapi dimana output dan proses yang dicapai melalui standar sertifikasi seperti BAN-PT pada perguruan tinggi. 3. Perubahan budaya materi, menyangkut perubahan artefak budaya yang digunakan oleh masyarakat seperti model pakaian, karya fotografi, karya film tekonologi dan sebagainya yang terus berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Presfektif Perubahan Sosial Pengelompokkan teori perubahan sosial telah dilakukan oleh Strasser dan Randall. Perubahan sosial dapat dilihat dari empat teori, yaitu teori kemunculan diktator dan demokrasi, teori perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai subsistem sosial.
Perspektif
Tabel, Perspektif perubahan sosial Penjelasan Tentang Perubahan
Barrington Moore, teori kemunculan diktator dan demokrasi Teori perilaku kolektif
Teori inkonsistensi status
Teori ini didasarkan pada pengamatan panjang tentang sejarah pada beberapa negara yang telah mengalami transformasi dari basis ekonomi agraria menuju basis ekonomi industri. Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih menekankan pada proses perubahan daripada sumber perubahan sosial. Teori perilaku kolektif mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi sosial. Aksi sosial merupakan sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan untuk merubah norma dan nilai dalam jangka waktu yang panjang. Pada sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam sistem atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai hasil dari diferensiasi struktur sosial yang ada. Teori ini melihat ketegangan sebagai variabel antara yang menghubungkan antara hubungan antar individu seperti peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial. Perubahan pola hubungan antar individu menyebabkan adanya ketegangan sosial yang dapat berupa kompetisi atau konflik bahkan konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau konflik inilah yang mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma dan nilai. Teori ini merupakan representasi dari teori psikologi sosial. Pada teori ini, individu dipandang sebagai
49
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
suatu bentuk ketidakkonsistenan antara status individu dan grop dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan pada perubahan. Analisis organisasi Alasan kemunculan teori ini adalah anggapan bahwa sebagai subsistem sosial organisasi terutama birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang kompleks dipandang sebagai hasil transformasi sosial yang muncul pada masyarakat modern. Pada sisi lain, organisasi meningkatkan hambatan antara sistem sosial dan sistem interaksi. Sumber: (http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahansosial-perubahan-stratifikasi-dan-struktur-sosial/ diakses 15 Oktober 2010).
Media dan Perubahan Sosial Perubahan-perubahan sosial selalu dipengaruhi oleh hal-hal baru di masyarakat yang menciptakan suatu keadaan yang berbeda dengan keadaaan sebelumnya dalam sistem sosial. Suatu yang baru menyebabkan perubahan dalam masyarakat selalu berhubungan dengan difusi inovasi, dimana perubahan dipacu oleh penyebaran ilmu pengetahuan baru di masyarakat. Menurut Rogers yang dikutip Bungin (2009:152) mengatakan bahwa ada 4 unsur yang selalu ada dalam difusi inovasi yaitu: 1. Inovasi 2. Saluran komunikasi 3. Waktu dan 4. Sistem sosial. Keeempat unsur ini berlangsung dalam sistem yang simultan, di mana masing-masing sistem itu berhubungan satu dengan yang lainnya selama proses difusi inovasi berlangsung. Difusi inovasi adalah pemikiran yang melihat bahwa media massa berkontribusi atas seluruh pembaharuan dan inovasi yang berkembang dalam masyarakat. Difusi inovasi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat memahami dan menyadari masalah kemajuan dalam masyarakat itu sendiri. Inovasi berkaitan dengan gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang dan masyarakat. Konsep baru ini terbentang dalam konsep pengenalan, persuasi dan keputusan menggunakan (adopsi). Jadi, inovasi berkaitan dengan teknologi komunikasi yang digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang baru di masyarakat. Teknologi komunikasi ini berkaitan dengan medianya dan juga pendekatan komunikasi yang digunakan. Media merupakan perangkat keras untuk mengkomunikasikan inovasi tersebut kepada masyarakat. Media menyampaikan inovasi dengan pendekatan komunikasi dimana dalam tayangannya ada tokoh masyarakat. Difusi Inovasi ini berlangsung pada sistem sosial sudah mulai terbuka terhadap ide-ide baru paling tidak ditandai dengan perubahan wawasan, pandangan, sikap, dan baru masuk pada perubahan prilaku. 50
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
Difusi inovasi melalui media amat dekat dengan perubahan sosial, sedangkan perubahan sosial berkaitan dengan sistem sosial masyarakatnya.
PEMBAHASAN Media massa memiliki peran yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sudah tidak diragukan lagi baik yang berdampak positif maupun negatif, walau kerap dipandang secara berbeda namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Media massa memiliki peran dalam terjadinya perubahan sosial pada tiga aspek perubahan sosial 1) Perubahan pola pikir masyarakat, 2) Perubahan sikap masyarakat dan 3) Perubahan budaya materi. Berikut tulisan mengenai peran media massa: Peran Media Massa dalam Mendorong Perubahan Pola Pikir Masyarakat Peran media sebagai pencerah masyarakat atau sebagai media pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan sosial dari aspek perubahan pola pikir masyarakat. Perubahan sosial dari aspek perubahan pola pikir ditandai dengan adanya pola pikir baru dari masyarakat tersebut. Perubahan sikap diawali dari perubahan pola pikir masyarakat. Media sebagai pendidik dalam penyampaian informasinya menyesuaikan dengan khalayak yang heterogen dan berbagai sosio ekonomi, kultural dan lainnya agar penyampaian informasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Perubahan pola pikir ini sebagai proses pembangunan bangsa dan karakter bangsa Indonesia yang diharapkan pada masa depan. Para profesional dan guru-guru besar Institut Teknologi Bandung memberikan pandangan-pandangan baru mengenai peran media dalam pendidikan bangsa. Peran media ini adalah acara awal untuk mengusung sebuah proses pembaharuan media. Proses untuk mengubah media yang selalu mengacu pada profit menjadi media yang edukatif dan entertaining dalam mendidik masyaraka. Pengaruh media massa terutama televisi di Indonesia saat ini sangat besar. Media merupakan sarana informasi dan pembentuk mental bangsa. Menurut Peter F. Gontha, dalam sebuah penelitian menemukan bahwa penduduk Indonesia menonton televisi 50 jam per minggu, anak-anak Indonesia menonton televisi selama 20 (dua puluh) jam per minggu (http://www.itb.ac.id/news/1001.xhtml diakses 15 Oktober 2010). Bisa dibayangkan bagaimana tayangan televisi berpengaruh pada pemikiran dan mentalitas masyarakat Indonesia. Padahal tayangan televisi Indonesia saat ini bisa dibilang hampur 70 % hanya berupa drama, bukan tayangan yang mendidik. Tayangan drama yang ditampilkan sepuluh televisi nasional juga hanya melulu pada tema kekerasan, kejahatan, mistik, materialistis dan pelecehan (seksual 51
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
maupun profesi). Jika tayangan televisi Indonesia terus minim kualitas pendidikan seperti saat ini, akal dan mental bangsa pun ikut minim. Oleh karena itu, media perlu “pagar” atau frame yang mengatur kebebasan media yang seringkali kebablasan tanpa batasan yang jelas. Bangsa Indonesia saat ini butuh pencerahan untuk bangkit dan maju. Salah satu cara yang efektif untuk pencerahan ialah kontribusi media dalam pendidikan dan pencerdasan bangsa. Pihak media terdiri atas dua yaitu pihak yang memiliki idealisme dan pihak bisnis yang selalu memikirkan keuntungan (profit). Keseimbangan antara dua pihak ini dapat menjadi kunci bagi kemajuan bangsa. Selain itu pihak akademisi dan media harus berada dalam satu langkah bersama mencerdaskan anak bangsa demi masa depan bangsa yang lebih baik. Akan tetapi langkah ini harus didukung bersama, karena pembangunan bangsa tidak semata tanggung jawab media (http://www.itb.ac.id/news/1001.xhtml diakses 15 Oktober 2010).
Peran Media Massa dalam Mendorong Perubahan Sikap Masyarakat Peran media dalam sebagai pemberi informasi berkaitan dengan adanya perubahan sikap masyarakat. Media dapat menciptakan perubahan sikap yang diinginkan dari penyebarluasan informasi. Media menghasilkan opini masyarakat yang terimbas melalui sikap masyarakat itu sendiri. Perubahan sikap yang lebih baik atau lebih tidak baik ditentukan oleh media sendiri. Media dapat menghapus kekerasan dan diskriminasi atau malah menumbuhsuburkan sikap tersebut dalam masyarakat. Peran media sebagai pendorong perubahan masyarakat ini menjadi sangat penting sejak Thomas Jefferson mengatakan "Saya memilih memiliki pers tanpa negara daripada negara tanpa pers" Napoleon juga pernah mengatakan, "Saya lebih takut pada sebuah pena daripada seratus meriam" Dan Churchill mengatakan, "Pena lebih tajam daripada pedang" Sesungguhnya, media bisa menjadi pedang pembunuh dan meriam pembantai, atau di lain pihak, menjadi merpati yang menyampaikan pesan perdamaian. Media bisa memilih. Namun, para pengelola media senantiasa berkilah bahwa media massa hanya memotret, melaporkan apa adanya, menyampaikan fakta. Padahal, ada begitu banyak fakta, begitu banyak sisi atau sudut pandang, maka media pasti memilih. Media pasti memilih: melaporkan pembantaian ratusan orang Madura oleh suku Dayak di Kalimantan, atau memberitakan upaya-upaya pertolongan antar kedua suku (menurut saya "big news", bila dalam pertempuran hebat Dayak Madura, masih ada suku Dayak Madura yang saling menolong). Beberapa peristiwa dapat menjadi contoh bahwa media memiliki peran dalam memicu sikap konflik, kekerasan, dan diskriminasi; atau sebaliknya, menjadi merpati
52
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
perdamaian, menyuarakan keadilan, mendorong demokrasi, menghapuskan kekerasan dan diskriminasi. Berikut adalah perubahan yang terjadi karena informasi media yang mendorong perubahan sikap masyarakat di Indonesia. Informasi yang dimuat media Time mengenai foto penyembelihan seorang preman di kampung Ketapang, Jakarta, oleh pemuda kampung, adalah titik awal terjadinya konflik Maluku yang tak berkesudahan. Ini adalah peristiwa kerusuhan antara pemuda kampung dan para preman penjaga kompleks hiburan malam. Foto sadistis ini dimuat Time, Desember 1998, secara vulgar. Tak ketinggalan, penyebutan korban sebagai Ambon Kristen dan pelaku pembunuhan yang Muslim. Dua bulan kemudian, pada awal Februari 1999, umat Muslim yang sedang Sholat ld di Ambon dibantai oleh umat Kristen. Perjalanan kekerasan ini dimulai dari Jakarta (1998), Ambon (19992000), Maluku Utara dan Poso (2000-2001), belum berakhir hingga sekarang. Bagaimana peran Time dalam hal ini? Belum terbukti kaitannya. Seandainya majalah Time ini dibaca oleh orang-orang Ambon di Belanda dan tempat-tempat lain di seluruh dunia ..." Tahun 2000-an, muncul dalam pemberitaan, ada bantuan persenjataan melalui kapal asing yang masuk perairan Maluku kepada umat Kristen, dan gencarnya dukungan memerdekakan Maluku Selatan. Media di Indonesia lebih santun. Kekerasan di Indonesia yang terbesar sejak 1966 adalah Konflik Maluku (Utara dan Selatan), Kalimantan (Dayak, Madura, Melayu), Poso, Ti-mor Timur, Aceh. Bagaimana media melaporkan konflik-konflik tersebut? Dalam pengamatan lembaga Konsumen Media (Media Watch), khususnya hasil riset tentang berita konflik tahun 2000, tampak media massa di Indonesia cukup berhati-hati. Tidak ada gambar mayat tanpa kepala, atau kepala tanpa badan, di media Indonesia, meskipun fakta secara magnitude (salah satu kriteria berita) luar biasa besar. Justru di media asing fakta itu terlihat, rakyat Indonesia menontonnya melalui parabola atau internet. Peran media sebagai perubah sikap masyarakat tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Berikut adalah contohnya: 1. Pada tahun 2003, dua ratus orang tewas dan puluhan rumah dan bangunan hancur di Nigeria, karena media yang tidak sensitif. Mayoritas penduduk Nigeria yang beragama Islam telah menolak rencana penyelenggaraan Miss World, yang di antara kegiatannya adalah parade perempuan cantik dalam pakaian renang. Toh pemerintah setuju, demi tujuan pariwisata. Sebetulnya ketidaksetujuan umat Islam telah dikalahkan oleh keputusan pemerintah dengan tetap diselenggarakannya Miss World di Nigeria. Namun seorang penulis menulis artikel di Harian Today yang isinya mengkritik protes umat Islam itu. Antara lain dituliskan: Seandainya Muhammad masih hidup, mungkin dia akan memilih salah satu atau 53
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
beberapa kontestan untuk dijadikan istrinya" Umat Islam marah, terjadilah aksi kekerasan, puluhan bangunan hancur dan ratusan orang tewas. 2. Sepuluh tahun sebelumnya, tahun 1993, Los Angeles dibumi hanguskan oleh penduduk kulit hitam. Kekacauan ini disebabkan tindak kekerasan yang dilakukan oleh polisi LA terhadap Rodney King (berkulit hitam), dan adegan kekerasan ini ditayangkan oleh televisi lokal terus menerus sepanjang minggu. Ini memicu kekerasan yang berujung pada penghancuran kota LA. Siaran adegan kekerasan ini memupuk rasa kebencian dan sentimen rasial. 3. Tahun 1994 di Rwanda, seorang penyiar radio memprovokasi rakyat dan memicu kebencian antar ras. Pada tahun itu, lebih dari sejuta orang tewas karena perang antar suku Huttu dan Tutsi. Penyiar radio itu baru saja divonis bersalah dan dihukum oleh Mahkamah Internasional tahun 2004 lalu. Media massa juga memiliki peran positif dalam merubah sikap masyarakat. Media mempromosikan demokrasi dan anti diskriminasi. Peristiwa Tianamen di China tak akan diketahui dunia tanpa kehadiran kamera televisi. Pemberontakan mahasiswa dan kaum intelektual China ini tersebar di seluruh dunia, ditonton juga oleh rakyat China melalui layar televisi, sehingga menumbuhkan gerakan keterbukaan dan iklim demokrasi hingga sekarang. Demikian juga praktik Apartheid (diskriminasi rasial) di Afrika Selatan mungkin tak akan berakhir tanpa desakan internasional, yang memperoleh informasinya dari media massa. Bagaimana peran media menghapuskan atau mengurangi kekerasan? Di antaranya melalui penggunaan bahasa yang tepat, menghindari labelling, stereotyping, kata sifat. Ketika bangsa Palestina dijuluki "two-legged beast" atau "lice", mereka membunuh menteri Israel yang mengatakan hal itu. Seorang perempuan yang membunuh calon pemerkosanya, tidak boleh ditulis sebagai "pembunuh sadis". Seringkali insan pers tidak memahami arti kata "sadis" dan menggunakannya secara tidak tepat. Demikian pula pilihan kata "pembunuhan" atau "pembantaian" Dua orang sopir angkot bertengkar di terminal Ambon dan salah seorang terbunuh, diberi judul "pembantaian Kristen oleh Islam". Bahkan ada yang menyebut "pemusnahan" (ethnic cleansing). Di media internasional, kasus Ambon terbaca sebagai "pemusnahan minoritas Kristen oleh mayoritas Islam di Indonesia", dan ini menimbulkan sentimen besar. Salah satu cara yang dapat dilakukan media untuk menghapus kekerasan adalah diterapkannya prinsip-prinsip Peace Journalism dalam mengcover konflik, kekerasan, dan diskriminasi. Di antaranya, media harus memberikan kesempatan berbicara pada rakyat kecil yang terlibat langsung (tak perlu wawancara tokoh politik atau Kyai terkenal di Jakarta untuk sebuah pertengkaran di sebuah kampung di Ambon). Halhal kecil misalnya seorang biarawati yang menjadi sukarelawan di 54
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
masjid-masjid Ambon yang dipenuhi pengungsi mesti mendapat tempat. Kabarkan berita baik. Laporkan proses dan latar belakang, bukan hanya angka dan skala kerusakan. Liputan mesti dilakukan dari berbagai sudut pandang. Cover both sides hanya akan menciptakan polarisasi: dua kubu yang berseberangan, yang memperuncing pertikaian. Rasa keadilan mesti lebih dihargai daripada sekadar obyektivitas. (http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/ articleType/ArticleView/articleId/71/Default.asp diakses 15 Oktober 2010). Peran Media Massa dalam Mendorong Perubahan Budaya Materi Masyarakat Media massa mendorong kebudayaan. Peran media media sebagai hiburan yang memberikan perubahan budaya materi. Budaya materi akan berubah wujudnya. Ada tiga wujud budaya yang akan berubah dengan adanya media. Ada tiga wujud dari budaya yaitu: Wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, dan lokasinya berada dalam alam pikiran warga masyarakat, tempat kebudayaan itu hidup. Wujud ideal kebudayaan, disebut juga adat atau adat istiadat. Wujud sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusiamanusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dari hari ke hari menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diobservasi, difoto dan didokumentasi. Wujud kebudayaan fisik berupa benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan di foto media massa juga menerapkan segmentasi hiburan yang khusus untuk masyarakat menurut koentjoroninggrat di kutip Nuriyati Samatan (http:education center1.blogspot.com diakses 16 Oktober 2010). Ketiga wujud budaya ini akan bergeser mengikuti perkembangan zaman melalui peran media sebagai pelopor perubahan yang didalamnya ada pola pikir, sikap dan menjadi kebiasaan yang dianggap wajar oleh masyarakat. Peran media massa dalam perubahan budaya, dikemukakan oleh Lull dikutip oleh Nuriyati Samatan, (http:education center1.blogspot.com diakses 16 Oktober 2010) sebagai peran transkulturasi, hibridasi dan pribumisasi. 1. Transkulturasi, mengacu pada sebuah proses ketika bentuk-bentuk budaya secara harfiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk-bentuk budaya baru. Proses transkulturasi dihasilkan oleh proses perpindaham fisik orang-orang dari satu lokasi 55
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
geografis ke lokasi geografis lainya. Tetapi kini, pelintasan budaya lebih banyak dimungkinkan oleh media massa dan industri kebudayaan. Teknologi modern membangun kembali pemotong jarak budaya yang esensial, yakni ruang dan waktu. Dengan teknologi informasi, transmisi, penerimaan informasi dan hiburan dari satu bagian dunia ke bagian dunia lain menghasilkan sintetis-sintetis budaya baru. Peredaran media hiburan yang bersifat pornografi. Meskipun Undang-undang Pornografi dan Pornoaksi sudah disahkan beberapa waktu yang lalu, namun sampai sekarang masih saja kita temukan tayangan media hiburan seperti televisi dan film yang berbau pornografi dan pornoaksi, termasuk di dalam media internet, di mana sejumlah artis ibukota terjerat. 2. Transkulturasi menghasilkan hibrida budaya, yakni penyatuan (fusi) bentuk-bentuk budaya. Bentuk-bentuk dan genre-genre hibrida menurut definisi dapat dikatakan Budaya Populer. Budaya Populer adalah budaya yang dengannya kita berpedoman terhadap busana, mode, dan seluruh kegiatan yang kita lakukan. 3. Pribumisasi, merupakan bagian dari hibridasi. Pribumisasi berarti bahwa bentuk-bentuk budaya impor menerima unsur-unsur lokal yang menonjol. Ini dapat terlihat misalnya pada jenis musik tertentu yang masuk ke Indonesia dan tampil sebagai musik jenis baru. Misalnya musik rap, yang liriknya sudah mengacu pada kepribadian, kondisi dan situasi lokal Indonesia.
Dampak Peran Media Massa dalam Mendorong Perubahan Sosial Masyarakat Media massa berperan aktif dan efektif di dalam menyebarluaskan informasi dari suatu kelompok ke kelompok lain, apapun alasan dan kepentingannya. Oleh sebab itu, peranan media massa dalam membawa arah bagi perubahan masyarakat tidak bisa diabaikan. Apakah perubahan sosial masyarakat itu diharapkan atau tidak, cepat atau lambatkah perubahan tersebut, bergantung pada spirit yang dipegang oleh masyarakatnya, leader (pimpinan) yang hadir ditengah-tengah masyarakat tersebut, serta sarana yang digunakan di dalam prosesnya. Dampak yang terjadi akibat dari peran media ini adalah: 1. Peranan media massa saat ini mengalami perkembangan yang sangat cepat melampaui perkembangan mentalitas sebagian masyarakat, sehingga tidaklah mengherankan bila ada suatu komunitas masyarakat yang kurang siap meghadapi hadapi perkembangan tersebut dan mengakibatkan terjadinya krisis nilai dan norma di dalam masyarakat tersebut. Dan masyarakat menganggap perkembangan itu adalah modernisasi yang harus diikuti. 2. Efektifitas media massa dalam proses perubahan sosial, meskipun perubahan tersebut tidak diinginkan suatu kelompok masyarakat, mampu menembus ruang dan sekat-sekat yang dibangun oleh 56
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
masyarakat tadi terutama di era globalisasi ini. Media massa bagaikan mahluk ghaib yang tidak bisa dikerangkeng oleh ruang dan waktu, sehingga bisa bergerak leluasa untuk menginformasikan berbagai hal yang pada akhirnya mampu membuat mentalitas (idea) dan perilaku masyarakat terpengaruh, dan ujung-ujungnya perubahan sosial tidak bisa dielakkan lagi. Semoga saja mahluk yang namanya media massa ini berada ditangan-tangan orang-orang suci yang akan mampu membawa perubahan ke arah lebih baik sesuai dengan ajaran agama. (http://adzelgar.wordpress.com/2009/03/08/pengaruh-media-massaterhadap-perubahan-sosial di akses 16 Oktober 2010) Kedua akibat ini akan berdampak negatif apabila masyarakat tidak siap terhadap perkembangan media massa yang bisa memberikan opini kepada setiap orang untuk menilai orang lain sehingga ada yang namanya pembunuhan karakter seseorang. Perubahan sikap yang dapat menggalang persatuan dan kemanusiaan tertapi juga perubahan sikap sebaliknya. Perubahan budaya materi juga akan kearah melupakan adat istiadat ataupun lebih menghargai budaya populer yang ada dari pada budaya masyarakat itu sendiri. Dan yang lebih global lagi menurunnya tingkat kepercayaan kepada negara dan pemerintah sendiri. Namun apapun dampak dari peran media massa, keberadaan media komunikasi ini menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari manusia. Media massa merupakan salah satu bentuk sarana komunikasi yang paling efektif dewasa ini di dalam mensosialisasikan dan mendesiminasikan berbagai informasi ke masyarakat luas. Media massa cetak dan elektronik menjadi salah satu ujung tombak bagi percepatan penyebaran informasi bagi masyarakat, apalagi pada era globalisasi sekarang ini, ketika batasan-batasan dan hambatan-hambatan geografis, iklim/cuaca, dan lain-lain tidak menjadi penghalang berarti bagi tersebarnya informasi ke khalayak ramai (masyarakat). Efektifitas serta peranannya yang begitu hebat menjadikan media massa menjadi salah satu komponen penting bagi pembentukan kepribadian masyarakat, serta perilaku dan pengalaman kesadaran masyarakat. Oleh karena itu pulalah banyak kelompok masyarakat yang berupaya menjadikan media massa sebagai sarana propaganda ide, citacita, nilai dan norma yang mereka ingin bentuk/ciptakan. Tinggal bagaimana pemilik media massa untuk lebih bijaksana dalam menjalankan peran media massa secara nyata.
PENUTUP Media massa memiliki 3 (tiga) peran sebagai pelopor perubahan. Peran media dalam mendorong perubahan sosial masyarakat sebagai perubah pola pikir masyarakat, sebagai perubah sikap masyarakat dan sebagai perubah budaya materi masyarakat. Ketiga aspek perubahan 57
Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis – ISSN: 2085-1375 Edisi Ke-VI, November 2011
sosial ini akan kearah yang baik apabila masyarakat sudah siap mental dan menerima perubahan tersebut sebagai pencerahan pengetahuan dan kemajuan hidup tanpa kehilangan norma dan moral. Apabila tidak maka akan menimbulkan krisis moral dalam masyarakat. Namun apapun peran dan dampaknya, media massa merupakan ujung tombak adanya perubahan khususnya perubahan sosial dalam masyarakat. Peran media massa sangat berpengaruh dalam pembentukan pertumbuhan kepribadian manusia akan juga berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian masyarakat itu sendiri. Perilaku dan pengalaman kesadaran manusia sebagai individu-individu yang dibangun di atas pondasi komunikasi, tentunya juga akan serta merta mempengaruhi perilaku dan kesadaran manusia sebagai warga masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Berita Institut Teknologi Bandung. 2006. Seminar Peran Media dalam Proses Pembangunan Bangsa dan KarakterBangsa Sebuah Pencerahan Bangsa, (Online), ( www.itb.ac.id, diakses 15 Oktober 2010). Kurniawan, Hadi. 2006. Peran Media dalam Mengahapus Kekerasan (Disampaikan di Seminar HUT Dasawarsa Pusham Ubaya, (Online), (http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/1 25/articleType/ArticleView/articleId/71/Default.asp, diakses 15 Oktober 2010).
Samatan, Nuriyati. Media Massa dan Perubahan Budaya, (Online), (http:education center1.blogspot. com diakses 16 Oktober 2010). Suprapto, dkk. 2003. Kewarganegaraan 1 untuk SMU Kelas 1. Jakarta. Bumi Aksara. Sosial Politik. 2009. Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Sosial, (Online), (http://adzelgar.wordpress.com, diakses 10 Oktober 2010). Sriati. 2005. Modul Kuliah Konsep dan Isu Pembangunan. Magister Administrasi PublikProgram Pasca Sarjana (Tidak Dipublikasikan). Widodo, Slamet. 2008. Perubahan Sosial dan Struktur Sosial, (Online), (www. Learning of Slamet Widodo.com diakses 15 Oktober 2010).
58