PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) TERHADAP KINERJA EKONOMI KABUPATEN JOMBANG Oleh: Atut Frida Agustin Mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang E-mail/No. Hp:
[email protected]/-
Abstract The objective of this study were: 1) To know the potential of Microfinance Institution (LKM) in Jombang Regency, 2) To know the role of Microfinance Institution (LKM) towards economic performance in Jombang Regency, 3)To know the needs of Microfinance Institution (LKM) Development in increasing LKM roles on the Jombang Regency economy. The results showed: First, the overall number of Microfinance Institutions (MFIs) in as many as 425 Jombang spread in 21 regencies. The regency which had LKM at most in Jombang regency for 154, the second was Ngusikan Regency. Second,The results of Econometric analysis were able to concluded that the amount of LKM, LKM capital, and the volume of bussiness impacted to the variable of economic growth in Jombang Regncy. Third, easy and soft loan had a degree of interest by 87% whereas direct aid only had a degree of interest of 13%. Meanwhile, institutions which was more effective to provide capital loans on LKM development was institutional in rural areas, for example, through another microfinance. Keywords: microfinance institution (lkm), economic performance Abstrak Tujuan yang akan dicapai dari hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) Mengetahui potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Kabupaten Jombang. (2) Mengetahui peran Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terhadap kinerja ekonomi di Kabupaten Jombang. (3)Mengetahui kebutuhan pengembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam upaya peningkatan peran LKM terhadap ekonomi Kabupaten Jombang. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, secara keseluruhan jumlah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada di Kabupaten Jombang sebanyak 425 yang tersebar di 21 kecamatan. Kecamatan yang mepunyai LKM paling banyak adalah Kecamatan Jombang yaitu sebesar 154, yang kedua adalah Kecamatan Ngusikan sebanyak 39 LKM. Kedua, hasil analisis ekonometri dapat disimpulkan bahwa jumlah LKM, modal LKM dan Volume Usaha berpengaruh positif terhadap variabel pertumbuhan ekonomi di kabupaten Jombang. Ketiga, bantuan pinjaman lunak dan mudah mempunyai nilai derajat kepentingan sebesar 87% sedangkan bantuan langsung hanya mempunyai nilai derajat kepentingan sebesar 13%. Sementara kelembagaan yang lebih efektif untuk bisa menyediakan pinjaman modal terhadap pengembangan LKM adalah kelembagaan di wilayah desa, misalnya melalui microfinance yang lain. Kata Kunci: lembaga keuangan mikro (lkm), kinerja ekonomi
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
pondasi yang kokoh dalam rangka
PENDAHULUAN Pada
Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jombang
tahun
–
2009
2013
memantapkan struktur perekonomian daerah
yang
bermuara
pada pada
kemandirian
pembangunan
perekonomian daerah.
untuk
meningkatkan tingkat perekonomian
dan
Untuk
akan
meningkatnya
diamanatkan adanya upaya percepatan perdesaan
akhirnya
daya
menjawab
saing
tantangan
wilayah perdesaan yang selanjutnya
percepatan pembangunan perdesaan,
diharapkan
mendorong
khususnya yang terkait dengan aspek
peningkatan peran aktif masyarakat di
peningkatan perekonomian di wilayah
dalam
di
perdesaan, optimalisasi potensi dan
itu
fungsi
dapat
proses
Kabupaten
pembangunan
Jombang.
percepatan
Selain
pembangunan
perdesaan
peran
Lembaga
Keuangan
Mikro (LKM) yang telah banyak
juga dimaksudkan untuk mempercepat
tumbuh
perwujudan
daerah
masyarakat perdesaan tentunya harus
yang mandiri dan andal sebagai usaha
dikedepankan. Hal ini perlu dilakukan
bersama
kekeluargaan,
untuk mengeliminir permasalahan yang
sehingga diperlukan upaya-upaya yang
terkait dengan adanya keterbatasan
lebih nyata untuk menciptakan iklim
modal
yang
pemerintah daerah yang cenderung
perekonomian
atas
asas
mampu
terselenggaranya
merangsang
aktivitas
ekonomi
kerakyatan yang sehat. Pada
dan
serta
mengakar
kemampuan
dalam
fiskal
rendah. Selain itu secara spesifik dalam
hakekatnya
inti
dari
konteks
percepatan
pembangunan
konsepsi ekonomi kerakyatan adalah
ekonomi perdesaan potensi yang dapat
adanya kemitraan usaha yang kokoh
diperankan
diantara
kehidupan
pertumbuhan ekonomi sangat besar.
ekonomi berdasarkan prinsip saling
Setidaknya ada lima alasan untuk
menguntungkan. Dengan terwujudnya
mendukung
kemitraan usaha yang kokoh tersebut
Pertama, LKM umumnya berada atau
diharapkan
minimal
semua
pelaku
aktivitas
perekonomian,
LKM
dalam
argumen
dekat
memacu
tersebut.
dengan
kawasan
khususnya di wilayah perdesaan dapat
pedesaan
sehingga dapat dengan
tumbuh dan berkembang semakin kuat,
mudah
yang pada gilirannya dapat menjadi
ekonomi di desa. Kedua, masyarakat
diakses oleh
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
para pelaku
226
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
desa lebih menyukai proses yang
telah berorientasi pasar untuk tujuan
singkat dan tanpa banyak
bisnis.
prosedur.
Ketiga, karakteristik usaha masyarakat di
perdesaan
Siu
umumnya
plafond
kredit yang
keuangan mikro adalah lembaga yang
terlalu besar sehingga sesuai
menyediakan jasa keuangan kepada
dengan kemampuan
finansial LKM.
mendefinisikan
(2001)
pada
membutuhkan tidak
Menurut
masyarakat
bahwa
miskin
dan
lembaga
keluarga
Keempat, dekatnya lokasi LKM dan
berpendapatan rendah (serta kegiatan
pelaku
usaha
usaha
memungkinkan memahami
di
perdesaan
pengelola
LKM
skala
mikro
mereka),
memungkinkan
mereka
mengelola
betul karakteristik usaha
dengan lebih baik resikonya, mencapai
mikro dan kecil yang ada sehingga
pola konsumsi yang konsisten, serta
dapat mengucurkan kredit secara tepat
mengembangkan basis ekonominya.
waktu dan jumlah. Dan Kelima, adalah
Bagaimanapun, segmen
hubungan
bersentuhan dengan masyarakat yang
bersifat
personal-
emosional yang diharapkan
dapat
relatif
miskin
finance
atau
adanya keterkaitan sosial budaya serta yang
micro
target
atau
senantiasa
berpenghasilan
mengurangi sifat moral hazard dalam
rendah Program P4K yang ditangani di
pengembalian kredit. Selain itu dalam
BRI mendefinisikan masyarakat miskin
skala yang
lebih makro, keberadaan
sebagai mereka petani, nelayan kecil
LKM di pedesaan dapat menjadi faktor
(PNK) dan penduduk pedesaan lainnya
kritikal dalam usaha penanggulangan
yang hidup dibawah garis kemiskinan,
kemiskinan yang efektif
dengan
di wilayah
perdesaan. Lembaga
pendapatannya
maksimum setara dengan 320 kg beras Keuangan
Mikro
(LKM) atau Micro Finance Institution (MFI)
kriteria
merupakan
Banyaknya
jenis
lembaga
yang
keuangan mikro yang tumbuh dan
melakukan kegiatan penyediaan jasa
berkembang di Indonesia menunjukkan
keuangan kepada pengusaha kecil dan
bahwa lembaga keuangan mikro sangat
mikro serta masyarakat berpenghasilan
dibutuhkan oleh masyarakat, terutama
rendah
oleh
kelompok masyarakat berpenghasilan
Lembaga Keuangan formal dan yang
rendah, pengusaha kecil dan mikro
yang
tidak
lembaga
per kapita per tahun.
terlayani
yang selama ini belum terjangkau oleh Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
227
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
jasa pelayanan keuangan perbankan
pinjaman
yang
khususnya bank umum.
pengguna, tetapi tanpa mereplikasi
Pada lembaga keuangan mikro
sistem
dapat
masyarakatnya
ini
menumbuhkan
minat
dilakukan
peningkatan
kepada
kesejahteraan
yang
berupa
masyarakat di pedesaan untuk berusaha
penyediaan layanan simpanan kecil dan
atau
pengusaha-
penyediaan jaminan sosial. Padahal
pengusaha kecil di pedesaan. Pada
kesejahteraan masyarakat dalam arti
akhirnya peran LKM dapat membantu
sesungguhnya terletak pada pemilikan
program
untuk
tabungan dan jaminan sosial di masa
usaha
mendatang.
menumbuhkan
pemerintah
meningkatkan masyarakat
produktivitas kecil
di
pedesaan,
Keberhasilan
pola
GB
di
meningkatkan pendapatan penduduk
Indonesia mulai dilakukan pada tahun
desa, menciptakan lapangan kerja baru
1989
di
Sosek
pedesaan,
memperkecil
sehingga
keinginan
dapat
masyarakat
yang
diprakarsai
Pertanian
Puslitbang
Badan
Litbang
Pertanian yang pengelolaan selanjutnya
pedesaan melakukan urbanisasi, dan
dilakukan
menunjang program pemerintah dalam
Usaha Mandiri (YPKUM) berlokasi di
mengupayakan pemerataan pendapatan
Nanggung Jawa Barat. Berikutnya
penduduk desa dan upaya pengentasan
dilakukan di beberapa daerah lain
kemiskinan.
seperti Tanggerang, di wilayah pasang
Perkembangan
lembaga
surut
Yayasan
Sumatera
Pengembangan
Selatan,
Sulawesi
keuangan mikro di Indonesia diilhami
Selatan, Jawa Timur dan tempat lain
oleh keberhasilan Muhammad Yunus
yang belum teridentifikasi.
dalam
mengembangkan
Banglades
yang
LKM
terkenal
di
Bagi Indonesia, keuangan mikro
dengan
bukan hal baru. Pengelolaannya oleh
Grameen Bank (GB). Banyak orang
Lembaga
melihat model GB sebagai suatu model
berkembang sejak lama dan telah
pendekatan
menjadi topik pembicaraan para pakar
yang
pengentasan
sukses
dalam
kemiskinan
dan
peningkatan peran perempuan. Melihat kesuksesan GB, banyak
dan
Keuangan
praktisi
ekonomi
Sumodiningrat
(2003),
(2003),
Syukur
terutama
(2005)
dan
metode
penyaluran
sudah
kerakyatan
seperti antara lain Martowijoyo (2002),
pihak yang mereplikasi metode GB pada
Mikro
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
(2002),
lain-lain.
Budiantoro Ismawan Momentum 228
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
pembahasan LKM senantiasa terkait dengan
upaya
kemiskinan, belum sebagai
Menurut Martowijoyo (2002) dan
penanggulangan
Syukur (2006) gaung peranan kredit
secara spesifik
mikro untuk penciptaan lapangan kerja
pembiayaan
mandiri guna mengurangi kemiskinan
fasilitasi
usahatani.
ini mulai berkembang luas di dunia
Menurut Wijono (2005), LKM di masyarakat sudah banyak dibentuk dan
sejak ikrar Microcredit Summit di Washington DC, 1997.
tersebar mulai dari perkotaan sampai
Berkembangnya berbagai skema
perdesaan, atas prakarsa pemerintah,
keuangan mikro dan semakin tingginya
swasta
lembaga
kebutuhan
swadaya masyarakat dalam bentuknya
pelayanan
yang formal, non formal, sampai
masyarakat
informal
terbentuknya forum Gerakan Bersama
maupun
kalangan
dengan
karakteristiknya
akan jasa
pengembangan keuangan
miskin
bagi
mendorong
masing-masing. Namun LKM tersebut
Pengembangan
memiliki fungsi yang sama sebagai
(Gema PKM) untuk mengembangkan
intermediasi
keuangan mikro sebagai industri agar
dalam
aktivitas
suatu
perekonomian.
Keuangan
Mikro
menjangkau masyarakat miskin secara
Banyak pihak meyakini LKM
lebih luas. Gema PKM disahkan
sebagai suatu alat pembangunan yang
presiden
efektif
beranggotakan
untuk
mengentaskan
pada
tahun tujuh
2000, pemangku
kemiskinan karena layanan keuangan
kepentingan yaitu pihak pemerintah,
memungkinkan orang kecil dan rumah
lembaga keuangan, LSM, pihak swasta,
tangga berpenghasilan rendah untuk
akademisi atau peneliti, organisasi
memanfaatkan
massa,
peluang
membangun
aset
dan
kerentanan
terhadap
ekonomi,
serta
mengurangi
(Anonim, 2007).
goncangan
Walaupun
lembaga
pendanaan
di
lingkungan
eksternal. LKM menjadi alat yang
masyarakat telah banyak tumbuh dan
cukup
mewujudkan
berkembang lembaga keuangan yang
pembangunan dalam tiga hal sekaligus,
terlibat di dalam pembiayaan usaha
yaitu: 1) menciptakan lapangan kerja,
mikro dengan beragam bentuk seperti
2)
pendapatan
bank umum atau Bank Perkreditan
mengentaskan
Rakyat (BPR), modal ventura, program
penting
untuk
meningkatkan
masyarakat,
dan
3)
kemiskinan (Anonim, 2007).
Pengembangan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
Usaha
Kecil
dan 229
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
Koperasi
(PUKK),
pegadaian
dan
pengembangan
Lembaga
(LKM)
Keuangan
sebagainya (Retnadi, 2003), namun
Mikro
kesenjangan antara permintaan dan
peningkatan
penawaran layanan keuangan mikro
ekonomi Kabupaten Jombang.
peran
dalam
upaya
LKM
terhadap
masih tetap ada. Di sektor pertanian, maraknya LKM di masyarakat itu belum
serta
pemenuhan bagi
merta
diikuti
kebutuhan
petani.
oleh
permodalan
Faktanya,
METODE PENELITIAN Secara dilakukan
umum di
penelitian
wilayah
ini
perdesaan
kebutuhan
maupun perkotaan, khususnya yang
permodalan petani untuk pembiayaan
terdapat Lembaga Keuangan Mikro
usahatani selalu menjadi persoalan.
serta wilayah cakupan pelayanannya.
Lembaga jasa finansial berupa
Ruang
lingkup
lokasi
studi
di
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Kabupaten Jombang yang meliputi
pada dasarnya sangat diperlukan untuk
seluruh
mendukung
pembangunan
kecamatan. Secara umum unit analisis
ekonomi pedesaan utamanya sebagai
meliputi Kabupaten Jombang dengan
lembaga fasilitasi jasa pembiayaan
unit terkecil tingkat kecamatan.
kegiatan
usahatani. Hal itu didasarkan fakta hampir
sebagian
wilayah
sebanyak
21
Kegiatan penelitian ini, meliputi
besar
petani
sebagai berikut: 1) Melakukan survei
permasalahan
adopsi
awal; 2) Melakukan pengumpulan data
dalam
ekonomi daerah Kabupaten Jombang;
permodalan. Di sisi lain lembaga
3) Mengidentifikasi seluruh sumber
perbankan sering tidak bisa diakses
daya yang terkait dengan LKM di
oleh petani karena berbagai faktor.
Kabupaten Jombang; 4) Melakukan
menghadapi teknologi
karena
lemah
Berdasarkan uraian diatas, maka
analisis
jenis,
kapasitas
dan
tujuan yang akan dicapai dari hasil
perkembangan perekonomian wilayah
penelitian ini adalah untuk mengetahui
di Kabupaten Jombang; 5) Melakukan
potensi
analisis
Lembaga Keuangan Mikro
terhadap
kebijakan
(LKM) di Kabupaten Jombang, untuk
pembangunan sektoral maupun spasial
mengetahui peran Lembaga Keuangan
di Kabupaten Jombang; 6) Melakukan
Mikro
kinerja
analisis LKM terkait kegiatan ekonomi
ekonomi di Kabupaten Jombang, dan
di Kabupaten Jombang; 7) Menyusun
untuk
informasi tentang LKM di Kabupaten
(LKM)
terhadap
mengetahui
kebutuhan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
230
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
Jombang; dan 8) Menyusun arahan
tersebut masing-masing mempunyai 6
kebijakan
(enam) Lembaga Keuangan Mikro
pengembangan
LKM
di
Kabupaten Jombang.
(LKM). Secara terperinci dapat diuraikan yaitu: Kecamatan Jombang memiliki
PEMBAHASAN Lembaga keuangan mikro formal
154
LKM,
Kecamatan
Ngusikan
yang ada di Kabupaten Jombang
memiliki 39 LKM, Kecamatan Diwek
hampir seluruhnya berbentuk badan
memiliki
koperasi. Sampai saat ini kurang lebih
Mojoagung
ada 17 (tujuh belas) jenis koperasi yang
Kecamatan Peterongan memiliki 24
masih aktif di Kabupaten Jombang,
LKM, Kecamatan Gudo memiliki 14
yaitu: Koperasi Unit Desa (KUD);
LKM, Kecamatan Ngoro memiliki 13
Kopontren; Kopinkra; Koptan; KPTR;
LKM, Kecamatan Bareng memiliki 13
KPRI;
LKM,
Koperasi
Angkatan
Darat;
Koperasi Kepolisian; Koperasi Serba
memiliki
Usaha;
Sumobito
Koperasi
Pasar;
Koperasi
25
LKM,
Kecamatan
memiliki
24
Kecamatan 13
LKM,
Mojowarno
LKM,
Kecamatan
memiliki
12
LKM,
Simpan Pinjam; Koperasi Angkutan
Kecamatan Perak memiliki 11 LKM,
Darat;
Koperasi
Kecamatan Tembelang memiliki 10
Mahasiswa,
LKM, Kecamatan Megaluh memiliki
Koperasi
Wredatama;
Wanita;
Koperasi
Koperasi Pemuda; Koperasi Lingmas;
10 LKM. Kecamatan
dan Koperasi lain-lain.
Ploso
9
LKM,
jumlah
Kecamatan Kudu memiliki 9 LKM,
Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Kecamatan Wonosalam memiliki 9
yang ada di Kabupaten Jombang
LKM, Kecamatan Plandaan memiliki 8
sebanyak 424 yang tersebar di 21
LKM, Kecamatan Kesamben memiliki
Kecamatan. Kecamatan yang mepunyai
8 LKM, Kecamatan Kabuh memiliki 7
LKM paling banyak adalah Kecamatan
LKM, Kecamatan Jogoroto memiliki 6
Jombang yaitu sebesar 154, yang kedua
LKM dan Kecamatan Bandar Kedung
adalah Kecamatan Ngusikan sebanyak
Mulyo memiliki 6 LKM.
Secara
keseluruhan
39 LKM. Sedangkan Kecamatan yang
Adapun jumlah karyawan yang
mempunyai LKM paling sedikit adalah
bekerja
Kecamatan
Jombang
Jogoroto
dan
Bandar
Kedung Mulyo, kedua Kecamatan
dengan
pada
LKM
berjumlah jumlah
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
di
kabupaten
2.524
anggota
orang
sebanyak 231
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
122.016 orang. Adapun total Aset
123.256.939.000,-. Kemudian posisi
LKM di kabupaten Jombang yaitu
kedua yaitu Kecamatan Mojoagung
sebesar Rp. 243.666.251.000,-.
sebesar Rp. 20.802.858.000,-.
Jumlah
karyawan
terbesar
Sedangkan dari aspek modal
terdapat pada Kecamatan Jombang,
LKM di Kabupaten Jombang terdiri
yaitu sebanyak 1.041 orang, hal ini
dari modal sendiri dan modal luar.
berarti LKM di Kecamatan Jombang
Untuk modal sendiri total di Kabupaten
mampu
Jombang
menyerap
dibandingkan
tenaga
dengan
kerja
yaitu
sebesar
Rp.
Kecamatan
90.083.529.000,-, modal luar sebesar
lainnya. Begitu pula dengan jumlah
Rp. 154.564.632.000,- yang bila ditotal
anggota dan aset terbesar berada pada
yaitu sebesar Rp. 244.648.161.000,-.
Kecamatan
Jombang
hal ini berarti komposisi modal luar di
anggota
dan
yaitu
28.366
asetnya
Rp.
123.256.939.000,-. Jumlah karyawan paling sedikit berada pada Kecamatan Jogoroto,
yaitu
Sedangkan
hanya
jumlah
Kabupaten
Jombang
lebih
besar
dibandigkan modal sendiri. Modal sendiri dan modal luar
22
orang.
terbesar
berada
anggota
paling
Jombang yaitu untuk modal sendiri
Kecamatan
sedikit pada Kecamatan Ploso yaitu
sebesar
hanya 1.250 orang. Untuk aset yang
sebesar Rp. 71.270.017.000,- untuk
paling sedikit berada pada Kecamatan
modal luar. Modal sendiri paling
Megaluh
sedikit
yaitu
sebesar
Rp.
348.168.000,-. Jumlah
Rp.
pada
berada
Jogoroto karyawan
LKM
52.025.093.000,-
yaitu
pada
dan
Kecamatan
sebesar
Rp.
di
119.795.000,-. Sedangkan untuk modal
Kecamatan Jombang jauh lebih banyak
luar dan total modal paling sedikit
dibandingkan Kecamatan lainnya yaitu
berada pada Kecamatan Megaluh, yaitu
sebanyak 1.041 orang dengan jumlah
modal
anggota 28.366 orang.
204.288.000,- dan Total Modal sebesar
Kecamatan
sendiri
yang kedua terbanyak yaitu Kecamatan
Rp. 350.238.000,-.
Ngusikan sebanyak 320 orang dengan
Secara
jumlah anggota 4.208 orang. Sedangkan
LKM
keseluruhan
Rp.
Volume
Usaha LKM di kabupaten Jombang yang
yaitu sebesar Rp. 232.954.697.000,-,
paling besar berada pada Kecamatan
dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) yaitu
Jombang
sebesar Rp. 9.407.807.000,-. Volume
yaitu
aset
sebesar
sebesar
Rp.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
232
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
Usaha dan SHU terbesar berada pada
ada pengaruh positif antara Jumlah
Kecamatan
Jombang
yaitu
untuk
LKM Formal terhadap PDRB sebesar
sebesar
Rp.
0,559%. Apabila Jumlah LKM Formal
119.902.532.000,- dan sebesar Rp.
(Log X1) naik sebesar 1% maka PDRB
5.024.483.000,- untuk SHU.
(LogY) juga akan mengalami kenaikan
Volume
Usaha
Volume usaha paling sedikit
sebesar
0,559%. Sebaliknya apabila
dimiliki Kecamatan Megaluh yaitu
Jumlah LKM Formal (Log X1) turun
sebesar Rp. 110.977.000,-. Sedangkan
sebesar 1% maka PDRB (LogY) juga
SHU yang paling sedikit dimiliki
akan turun sebesar 0,559%.
Kecamatan Perak yaitu sebesar Rp. 3.582.000,-. Agar
β2
Nilai
yang
merupakan
koefisien regresi variabel Modal LKM mengetahui
besarnya
Formal (Log X2) sebesar 0,053 berarti
pengaruh Jumlah LKM Formal (X1),
ada pengaruh positif Modal LKM
Modal LKM Formal (X2) dan Volume
Formal
Usaha (X3) terhadap Produk Domestik
0.053%. Apabila Modal LKM Formal
Regional
di
(Log X2) naik sebesar 1% maka PDRB
Kabupaten Jombang dilakukan dengan
(Log Y) akan mengalami kenaikan
alat regresi linier berganda, adapun
sebesar 0,053%. Sebaliknya apabila
model
Modal LKM Formal (Log X2) turun
Bruto
PDRB
hasil
(Y)
analisis
dapat
terhadap
PDRB
sebesar
diinterpretasinya sebagi berikut :
sebesar 1% maka PDRB (Log Y) akan
LogY 0 1 log X 1 2 log X 2 3 log X 3
turun sebesar 0.053 %. β3
Nilai LogY 11,729 0,559 log X 1 0,053 log X 2 0,027 log X 3
Nilai β0 sebesar 11,729 berarti nilai PDRB (Log Y) sebesar 11,73% pada
saat
Jumlah
LKM
Formal
(LogX1), Modal LKM Formal (LogX2), dan Volume Usaha (LogX3) sama dengan atau dianggap nol (konstan). Nilai
β1
yang
merupakan
koefisien regresi variabel Jumlah LKM Formal (Log X1) sebesar 0,559 berarti
koefisien
regresi
yang
merupakan
variabel
Volume
Usaha (Log X3) sebesar 0,027 berarti ada pengaruh positif Volume Usaha terhadap
PDRB
sebesar
0,027%.
Apabila Volume Usaha (Log X3) naik sebesar 1% maka PDRB (Log Y) juga akan
mengalami
kenaikan
sebesar
0.027%. Sebaliknya apabila Volume Usaha (Log X2) turun sebesar 1% maka PDRB (Log Y) juga akan turun sebesar 0,027%.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
233
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
Dari hasil regresi berganda diatas
Kabupaten Jombang juga dilakukan
dapat disimpulkan bahwa Jumlah LKM
dengan alat regresi linier berganda,
Formal, Modal LKM Formal dan
pemilihan
Volume Usaha berpengaruh positif
mengikutsertakan
terhadap variabel terkait (PDRB).
sebagaimana
Adapun
koefisien
variabel
bebas
tidak
Volume
Usaha
LKM
Formal
pada
determinasi
dikarenakan dalam LKM Non Formal
digunakan untuk melihat kontribusi
nilai Volume Usaha relative sama,
variabel
adapun model hasil analisis dapat
bebas
terhadap
variabel
terikat. Koefisien determinasi (R2)
diinterpretasinya sebagi berikut :
maupun koefisien determinasi yang
LogY 0 1 log X 1 2 log X 2
disesuaikan
penjelas dalam menjelaskan variasi
LogY 0,816 0,003 log X 1 0,0442 log X 2 Nilai β0 sebesar 0,816 berarti
variabel terikat. Jika nilai R2 semakin
nilai pertumbuhan ekonomi (Log Y)
mendekati 1 maka dapat dinyatakan
sebesar 0,816% pada saat Jumlah LKM
model semakin baik dengan asumsi
Non Formal (LogX1), Modal LKM
tidak terjadi regresi lancung. Dari
Non Formal (LogX2) sama dengan atau
menunjukkan
variabel
analisa perhitungan diperoleh nilai R
2
dianggap nol (konstan).
(R-squared) seperti dalam tabel berikut. Berdasarkan
hasil
Nilai
β1
yang
merupakan
analisis
koefisien regresi variabel Jumlah LKM
didapatkan koefisien determinasi R2
Non Formal (Log X1) sebesar 0,003
sebesar 0,501 Artinya bahwa 50,1 %
berarti ada pengaruh positif antara
variabel PDRB akan dijelaskan oleh
Jumlah LKM Non Formal terhadap
variabel bebasnya, yaitu Jumlah LKM
Pertumbuhan
Formal, Modal LKM Formal, dan
0,003%. Apabila Jumlah LKM Non
Volume Usaha. Sedangkan sisanya
Formal (Log X1) naik sebesar 1% maka
sebesar 49,9% variabel PDRB akan
Pertumbuhan Ekonomi (LogY) juga
dijelaskan oleh variabel-variabel yang
akan
lain yang tidak dibahas dalam kajian
0,003%. Sebaliknya apabila Jumlah
ini.
LKM Non Formal (Log X1) turun Sedangkan besarnya pengaruh
Ekonomi
mengalami
sebesar
1%
kenaikan
maka
sebesar
sebesar
Pertumbuhan
Jumlah LKM Non Formal (X1) dan
Ekonomi (LogY) juga akan turun
Modal LKM Non Formal (X2) terhadap
sebesar 0,003%.
Pertumbuhan
Ekonomi
(Y)
di
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
234
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
β2
Nilai
yang
merupakan
sebesar 0,174 Artinya bahwa 17,4 %
koefisien regresi variabel Modal LKM
variabel Pertumbuhan Ekonomi akan
Non Formal (Log X2) sebesar 0,0442
dijelaskan oleh variabel
berarti ada pengaruh positif Modal
yaitu Jumlah LKM Non Formal dan
LKM
Modal LKM Non Formal. Sedangkan
Non
Pertumbuhan
Formal
terhadap
Ekonomi
sebesar
sisanya
sebesar
bebasnya,
82,6%
variabel
0,0442%. Apabila Modal LKM Non
Pertumbuhan Ekonomi akan dijelaskan
Formal (Log X2) naik sebesar 1% maka
oleh variabel-variabel yang lain yang
Pertumbuhan Ekonomi (Log Y) akan
tidak dibahas dalam kajian ini.
mengalami kenaikan sebesar 0,0442%.
Dalam
upaya
mengetahui
Sebaliknya apabila Modal LKM Non
pengetahuan pengembangan LKM di
Formal (Log X2) turun sebesar 1%
Kabupaten Jombang dilakukan dengan
maka Pertumbuhan Ekonomi (Log Y)
Analisis Hierarki Proses (AHP). AHP
akan turun sebesar 0.0442 %.
merupakan
Dari hasil regresi berganda diatas
suatu
metoda
yang
menstruktur masalah, dalam bentuk
dapat disimpulkan bahwa Jumlah LKM
hierarki
Non Formal dan Modal LKM Non
pertimbangan-pertimbangan
Formal berpengaruh positif terhadap
menghasilkan skala prioritas relatif.
variabel
Analisis Hierarki Proses juga dapat
terkait
(Pertumbuhan
Ekonomi).
dan
memasukkan untuk
memecahkan persoalan dengan prinsip
Adapun
koefisien
determinasi
menyusun hierarki, prinsip menetapkan
digunakan untuk melihat kontribusi
prioritas, dan prinsip konsistensi logis
variabel
dalam pengambilan suatu keputusan.
bebas
terhadap
variabel
terikat. Koefisien determinasi (R2)
Struktur yang dibangun untuk
maupun koefisien determinasi yang
mementukan
disesuaikan
pengembangan
menunjukkan
variabel
penjelas dalam menjelaskan variasi 2
variabel terikat. Jika nilai R semakin
model
perencanaan
Lembaga
Keuangan
Mikro (LKM) di Kabupaten Jombang dapat dilihat pada gambar 1.
mendekati 1 maka dapat dinyatakan
Hasil perhitungan faktor penentu
model semakin baik dengan asumsi
yang
tidak terjadi regresi lancung.
strategis dalam upaya meningkatkan
Berdasarkan
hasil
analisis
didapatkan koefisien determinasi R
2
peran
digunakan
LKM
ekonomi
untuk
kebijakan
dalam
pertumbuhan
masyarakat
berdasarkan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
235
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
Analisis
Hiraki
(AHP),
atau dinginkan adalah kesejahteraan.
menunjukkan bahwa dari aspek akses
Dengan kata lain kesejahteraan lebih
pasar
mutlak
berpengaruh secara signifikan dalam
diperlukan adalah infrastruktur gedung
kualitas pelayanan dibanding pelatihan.
terutama di tingkat desa.
Berikut ini gambaran hirarki strategi
kebutuhan
Proses
yang
Dari aspek operasional, faktor
kebijakan dari aspek operasional.
yang sangat dominan mempengaruhi Gambar 1. Struktur Hirarki Kebijakan Dengan Model AHP Reorientasi Kebijakan Kapasitas Kelembagaan Dalam Upaya Meningkatkan Peran LKM Dalam Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
Operasional
Pasar
Infrastruktur
Pelatihan
Pusat
Propinsi
Modal
Pekerjaan
Bantuan Lsg.
Kabupaten/kota
Pinj. Modal
Desa
Sumber : Data diolah
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
236
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
Gambar 2. Struktur Hirarki Kebijakan Dari Aspek Akses Produksi Oprasional
Pelatihan (0.125)
Pusat (0.033)
Kesejahteraan (0.875)
Propinsi ((0.069)
Kabupaten/kota (0.214)
Desa (0.685)
Sumber : Data diolah Gambar 3. Struktur Hirarki Kebijakan Dari Aspek Akses Produksi Untuk Variabel Pelatihan Operasional
Pelatihan (0.125)
Pusat (0.600)
kesejahteraan (0.875)
Propinsi (0.234)
Kabupaten/kota (0.121)
Desa (0.038)
Sumber : Data diolah Dari gambar di atas terlihat
nilai
derajat
kepentingan
sebesar
bahwa faktor kesejahteraan mempunyai
12.5%. Sementara kelembagaan yang
nilai derajat kepentingan sebesar 87.5%
lebih efektif untuk bisa meningkatkan
sedangkan pelatihan hanya mempunyai
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
237
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
kesejahteraan pengelola LKM adalah
kemudian disusul oleh kelembagaan di
kelembagaan di wilayah desa.
tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
Berdasarkan
hasil
menunjukkan
bahwa
analisis
Sedangkan kelembagaan di tingkat
derajat
desa
mempunyai
nilai
derajat
kepentingan kelembagaan di tingkat
kepentingan paling rendah yaitu hanya
desa
sebesar
mempunyai
nilai
68.5%,
0.38%.
Kondisi
ini
kemudian disusul oleh kelembagaan di
menggambarkan bahwa kelembagaan
tingkat kabupaten/kota dan propinsi.
di tingkat pusat dianggap lebih baik
Sedangkan kelembagaan di tingkat
dari pada kelembagaan ditingkat lokal
pusat
dalam
mempunyai
nilai
derajat
hal
memberikan
pelatihan
kepentingan paling rendah yaitu hanya
terhadap petugas LKM. Hal tersebut
sebesar
disebabkan
0.33%.
Kondisi
ini
karena
alasan
bahwa
menggambarkan bahwa kelembagaan
biasanya program-program pelatihan
di tingkat lokal yang paling kecil lebih
ditingkat
efektif
menggunakan teknologi yang tepat
dalam
kesejahteraan dibanding
meningkatkan
pengelola
kelembagaan
di
pusat
lebih
baik
dan
LKM
guna untuk kebutuhan pengelola LKM.
tingkat
Dari aspek modal, faktor yang
pusat.
sangat dominan mempengaruhi atau
Sedangkan memang
apabila
pelatihan
dinginkan adalah berupa bantuan atau
dibutuhkan
untuk
pinjaman modal yang bersifat lunak.
dan
Dengan kata lain pinjaman modal atau
meningkatkan
kemampuan
keterampilan pengelola LKM, maka
bantuan
dari hasil analisis menunjukkan bahwa
secara signifikan dalam meningkatkan
kelembagaan pemerintah pusat lebih
peran
efektif dalam membuat program dan
ekonomi
bentuk
bantuan
pelatihannya.
gambaran
Berikut
derajat
ini
kepentingan
kelembagaan di tingkat desa sampai pusat, dalam memberikan pelatihan. Berdasarkan menunjukkan
hasil bahwa
modal
LKM
terhadap
peningkatan
masyarakat
dibanding
langsung.
Berikut
ini
dari aspek akses modal. Dari gambar 4 terlihat bahwa
analisis
bantuan pinjaman lunak dan mudah
derajat
mempunyai nilai derajat kepentingan sebesar
pusat
langsung
nilai
berpengaruh
gambaran hirarki strategi kebijakan
kepentingan kelembagaan di tingkat mempunyai
lebih
60.0%,
87% hanya
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
sedangkan
bantuan
mempunyai
nilai 238
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
derajat
kepentingan
sebesar
13%.
pengembangan
LKM
adalah
Sementara kelembagaan yang lebih
kelembagaan di wilayah desa, misalnya
efektif
melalui micro finance yang lain.
untuk
pinjaman
bisa
menyediakan
modal
terhadap
Gambar 4. Struktur Hirarki Kebijakan Dari Aspek Akses Modal Akses Modal
BLT (0.130)
Pinj. Modal (0.870)
Pusat
Propinsi
Kabupaten/kota
(0.038)
((0.073)
(0.204)
analisis
Adapun hasil analisis SWOT
derajat
terhadap Lembaga Keuangan Mikro
Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil menunjukkan
bahwa
kepentingan kelembagaan di tingkat
(LKM)
desa
menjelaskan
mempunyai
nilai
68.5%,
di
Desa (0.685)
Kabupaten kondisi
Jombang
LKM
secara
kemudian disusul oleh kelembagaan di
umum di Kabupaten Jombang, dimana
tingkat kabupaten/kota dan propinsi.
faktor
Sedangkan kelembagaan di tingkat
diidentifikasikan bahwa kekuatan LKM
pusat
lebih banyak daripada kelemahannya.
mempunyai
nilai
derajat
kepentingan paling rendah yaitu hanya sebesar
Kondisi
LKM
dapat
Pada aspek sumber daya manusia
ini
atau tenaga kerja terdapat kemudahan
menggambarkan bahwa kelembagaan
dalam tenaga kerja, yaitu tenaga kerja
keuangan di tigkat lokal (terutama
didapatkan
desa) yang paling kecil lebih efektif
setempat/lokal.
dalam menyediakan akses modal kerja
keberadaan
dibanding
mengurangi jumlah pengangguran yang
pusat.
0.38%.
internal
kelembagaan
di
tingkat
dari
penduduk
Dengan dari
LKM
begitu turut
ada di Kabupaten Jombang. Kekuatan
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
239
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
lain pada faktor sumber daya manusia
Lokasi yang strategis yaitu mendekati
yang ada pada sektor LKM adalah
masyarakat merupakan kekuatan yang
cukup
dimiliki LKM yang ada di Kabupaten
tingginya
rata-rata
tingkat
pendidikan responden, yaitu 56% ada
Jombang.
SMA, 27% lulusan perguruan tinggi, 11% lulusan SLTP dan 6% lulusan SD. Analisis keuangan,
kekuatan
secara
umum
KeIemahan operasional
dan
dari
aspek
pemasaran
adalah
aspek
meskipun memiliki banyak pemasok,
dapat
ternyata
masih
sering
menerima
dijelaskan bahwa untuk modal kerja
keluhan dari pelanggan seputar produk
tidak
dan
mengalami
banyak
kendala,
dalam artian untuk LKM jenis koperasi
pelayanan
dibandingkan
pada
institusi lain.
komposisi permodalan banyak berasal
Pada aspek perijinan mereka
dari simpanan wajib anggota sendiri.
rasakan
Koperasi juga menggunakan hutang /
perijinan LKM tidak terlalu susah atau
pinjaman untuk membiayai usahanya,
wajar. Sehingga pada aspek ini cukup
sehingga
untuk
dipertahankan atau jika bisa lebih
mengembangkan usaha Iebih luas dan
ditingkatkan untuk di masa mendatang.
kesempatan
lebih terbuka.
Berdasarkan
Analisis kelemahan dari aspek keuangan
bahwa
yaltu
dengan
adanya
proses
mengurus
External
Factor
Evaluation dapat dihasilkan peluang yang
dimiliki
LKM
Kabupaten
pinjaman / hutang untuk biayai usaha
Jombang yakni masih terbuka luasnya
mereka menyebabkan adanya hutang
pasar dalam negeri dan luar negeri
yang
untuk
harus
diperhitungkan
pengembaliannya
sehingga
tidak
membebani usaha mereka.
dan
produk-produk
LKM. Adanya dukungan sepenuhnya dari pemerintah dan instansi swasta
Analisis kekuatan dari aspek operasional
memasarkan
pemasaran
terhadap pegembangan LKM. Banyak
LKM
tersedianya lembaga keuangan yang
adalah sangat besar di mana produk di
akan membantu permodalan LKM juga
dapat dari daerah sekitar/lokal maupun
menjadi
maupun dari luar daerah dengan tingkat
pengembangan LKM. Peluang lainnya
kualitas produk yang baik. Banyaknya
adalah muncul teknologi baru di bidang
pemasok
informasi dan komunikasi yang sangat
sektor
pedagangan
salah
satu
peluang
bagi
merupakan salah satu kekuatan lain. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
240
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
menunjang kegiatan LKM, termasuk
LKM akan semakin berjalan dengan
mengakses pasar dengan cepat.
baik.
Ancaman yang dihadapi oleh LKM
adalah
semakin
Begitupula
dengan
pemasaran
tajamnya
merupakan aspek yang menjadi penting
persaingan produk-produk dari instansi
dalam pengembangan LKM, LKM
lain atau import yang sebagai akibat
harus mampu menjangkau pasar yang
dibukanya
perdagangan
luas. Sehingga semakin baik dalam
bebas. Masih lemahnya pengaturan dan
pemasaran maka pengembangan LKM
penegakan
akan dapat terwujud dengan baik.
lalu
lintas
hukum
menjadi
ancaman
bagi
LKM.
tingkat
kepercayaan
salah
Rendahnya
Modal juga merupakan salah satu
masyarakat
indikator dalam pengembangan LKM,
terhadap kualitas produk LKM turut
dengan modal yang memadai akan
menjadi
dapat membantu pengembangan LKM
ancaman
pengembangan
LKM.
dan juga meningkatkan produktivitas kinerja
Secara konseptual pengembangan Kabupaten
memperlihatkan mendasarinya, meliputi:
a)
Dengan
demikian,
semakin meningkatnya modal maka
PENUTUP
LKM
LKM.
Jombang indikator
indikator Aspek
perlu
tercapai
yang
masyarakat
tersebut,
sumber
pengembangan
daya
LKM
untuk
akan
dapat
memberdayakan
dalam
penanggulangan
kemiskinan. Selain
itu,
aspek
perijinan
salah
satu
indikator
manusia; b) Aspek pemasaran; c)
merupakan
Aspek permodalan dan investasi; d)
pengembangan LKM. Perijinan yang
Aspek perijinan.
mudah akan dapat membantu dalam
Sebagaimana ditunjukkan pada pembahasan
sebelumnya
bahwa
sumber daya manusia merupakan aspek
efisiensi pengembangan LKM. Dengan demikian, diharapkan dalam perijinan akan semakin baik.
yang menjadi indikator pengembangan LKM, aspek SDM meliputi: tingkat pendidikan pegawai dan pengetahuan pengelolaan LKM. Sehingga semakin baik tingkat SDM maka pengembangan
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1993) Ensiklopedi Islam: 4 Nah-Sya. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. Fisher, Ronald C. (1996) State and Local Public Finance. Second Edition.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
241
Peran Lembaga Keuangan .… (Atut Frida Agustin)
Irwin, A Times Mirror Higher Education Group Inc. Company.
Ghootaert, C.1998. Social Capital, Household Welfare and Poverty in Indonesia, Local Level Institutions. Working Paper. The World Bank Social Development Family Environmentally and Socially Sustainable Development Network Ghootaert, C.1999. Social Capital, Household Walfare and Poverty in Indonesia. Local Level Institutions Working Paper No 6. World Bank. Ismawan, B. 2005. Micro-finance, Poverty, and Social Capital : A Case Study on Impact of Economics Intervention. Paper to be Presentated at The Asian Regional Conference jointly organized by INASIA and CDF on “The Potential and Limitations of Economic Initiatives in Grassroots Development –Current Issues
and Asian Experiences” from 27th - 30th November 2000 at the BRAC Centre for Development Management (BCDM). Rajendrapur. Bangladesh. Sharma, M. and M. Zeller. 1997. “Repayment Performance in Group-based Credit Programs in Bangladesh: An Empirical Analysis. World Development 25(10): 1731-1742. Widyaningrum, Nurul. (2002) Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya Bagi Pengusaha Kecil, Studi Kasus BMT Dampingan Yayasan Peramu Bogor. Yayasan Akatiga, Bandung.
Wijono, W. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisi Khusus November 2005.
Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9 No. 2 Desember 2011
242