II 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan
perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal. Selain itu berkembangnya LKM juga tidak terlepas dari karakterisitik LKM yang memberikan kemudahan kepada pelaku UKM dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan (Wijono 2005) Menurut Wijono (2005), pada dasarnya potensi pengembangan LKM masih cukup luas karena : 1.
Usaha mikro dan kecil belum seluruhnya dapat dilayani atau dijangkau oleh LKM yang ada.
2.
LKM berada di tengah masyarakat
3.
Ada potensi menabung oleh masyarakat karena rendahnya penyerapan investasi didaerah, terutama di perdesaan.
4.
Dukungan dari lembaga dalam negeri dan internasional yang cukup kuat. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan lembaga yang memiliki
potensi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sangat besar khususnya ekonomi di pedesaan. Menurut Ashari (2006) terdapat lima alasan yang mendukung pernyataan tersebut. Pertama, LKM berada di pedesaan yang dekat dengan petani/pelaku ekonomi sehingga petani/pelaku ekonomi tersebut dapat mengakses LKM dengan mudah. Kedua, petani/pelaku ekonomi di desa lebih menyukai proses yang singkat dan tidak melalui banyak prosedur. Ketiga, karakteristik usahatani pada umumnya tidak membutuhkan platfond peminjaman yang tinggi, sehingga sesuai dengan kemampuan LKM. Keempat, dekatnya lokasi LKM dan petani memungkinkan pengelola LKM memahami betul karakteristik usahatani sehingga dapat mengucurkan dana secara tepat baik dari segi waktu maupun jumlah. Kelima, terdapat keterkaitan socio-kultural serta adanya hubungan personal-emosional yang dapat mengurangi sifat moral hazard dalam pengembalian kredit. Walaupun biaya atas dana pinjaman dari LKM lebih tinggi sedikit dari tingkat bunga perbankan, LKM memberikan kelebihan misalnya berupa tiadanya
23
jaminan/agunan seperti yang dipersyaratkan oleh perbankan bahkan dalam beberapa jenis LKM pinjaman didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjam beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh LKM, kemudahan yang lain adalah pencairan dan pengembalian pinjaman yang fleksibel yang juga sering disesuaikan dengan cash flow peminjam. Jenis LKM lebih banyak didominasi oleh Unit Simpan Pinjam (USP), namun dari aspek besarnya perputaran pinjaman lebih didominasi oleh perbankan yaitu BRI Unit dan BPR. Hal ini terjadi karena skim kredit yang ditawarkan oleh BRI Unit dan BPR lebih besar daripada USP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Peta Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Tahun 2002 Jenis LKM BPR BRI Unit Badan Kredit Desa KSP USP LDKP Pegadaian BMT Credit Union & NGO Total
2,148 3.916
Simpanan (Rpmiliar) 9,254.00 27,429.00
5,345
0.38
0.48
0,20
0.40
0.00
1,097 35,218 2,272 264 3,038
85.00 1,157.00 334.00 209.00
n.a. n.a. n.a. n.a.
531.00 3,629.00 358.00 157.70 157.00
0.67 n.a. 1.30 0.02 1.20
0.79 n.a. 0.27 9.34 0.13
1,146
188.01
0,29
505.73
0.40
1.27
54,444
38,656.39
36,25
28,951.00
9.48
3.05
Jumlah (Unit)
5.61 29.87
Pinjaman (Rp – miliar) 9,431.00 14,182.00
Jumlah Peminjam (juta rek) 2.40 3.10
Rata-rata Pinjaman (Rp juta) 3.93 4.57
Penyimpan (juta rek)
Sumber : Ismawan, B (2003) Dilihat dari besarnya kredit yang disalurkan maka dua jenis LKM yang memiliki penyelenggara kredit mikro adalah BRI-unit dan BPR yang masingmasing menyumbang sebesar 49 % dan 33 % terhadap total kredit mikro. Jika diamati lebih lanjut segmen kredit mikro papan atas memang sebagian terbesar ditangani BRI meskipun rata-rata peminjamnya hanya Rp. 4.570.000,- jauh dibawah batas maksimum Rp. 50 Juta. Sementara BPR masih merupakan lembaga yang meminjamkan dananya dibawah BRI. Koperasi dan perkreditan lain nampaknya benar-benar melayani lapisan paling bawah dari pelaku kegiatan produktif karena secara rata-rata menangani peminjam dibawah Rp. 1 Juta.
24
Menurut Wijono (2005), permasalahan yang dihadapi oleh LKM terutama LKM bukan bank pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam hal-hal yang bersifat internal dan eksternal. Yang bersifat internal meliputi keterbatasan sumberdaya manusia, manajemen yang belum efektif sehingga kurang efisien serta keterbatasan modal. Sementara faktor yang bersifat eksternal meliputi kemampuan monitoring yang belum efektif, pengalaman yang lemah serta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah yang mengakibatkan jangkauan pelayanan LKM terhadap usaha mikro masih belum mampu menjangkau secara luas, sehingga pengembangan LKM yang luas akan sangat penting perannya dalam membantu investasi bagi usaha mikro dan kecil. Dalam memperkuat USP/KSP ke depan paling tidak ada tiga langka yang harus dilakukan : Pertama, harus dilakukan pemisahan koperasi simpan pinjam dan tidak boleh dicampur/dilaksanakan sebagai bagian dari koperasi serba usaha, terutama bila USP sudah menjadi besar dan sangat dominan; Kedua, harus segera diorganisir
kedalam
kelompok-kelompok
KSP
sejenis
untuk
melaksanakan integrasi secara utuh, sehingga peminjaman dan penyaluran dana antar KSP dapat terjadi dan berjalan efektif; Ketiga, perlu dikembangkan sistem asuransi tabungan anggota, asuransi resiko kredit serta lembaga keuangan pendukung lainnya. Disamping itu mekanisme pengawasan yang baik dan efektif akan menjamin bekerjanya mekanisme mobilisasi dana dan pemanfaatannya secara efektif. Arah Lembaga Keuangan Mikro ke depannya adalah sebagai berikut: 1.
Mengatasi legal status agar jelas, diarahkan menjadi Bank, Koperasi atau LKM yang saat ini sedang disiapkan RUU LKM;
2.
Pengawasan lebih intensif untuk melindungi pihak ketiga (penabung);
3.
Pengembangan
jaringan
melalui
penumbuhan
lembaga
keuangan
sekunder, jaringan on line untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat lokal. 2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
yang dilakukan oleh Pamungkas (2009) melakukan penelitian tentang kinerja keuangan dan penilaian nasabah terhadap mutu pelayanan pada BPR Rama Ganda 25
Bogor. Kinerja keuangan
dianalisis menggunakan
analisis rasio (likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas) serta menggunakan indeks kepuasan konsumen dalam menentukan mutu pelayanan BPR. Hasil analisis terhadap kinerja keuangan BPR Rama Ganda secara keseluruhan masih berada pada batas aman menurut Bank Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa BPR Rama Ganda dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tidak hanya memperhatikan likuiditas saja, tetapi juga memperhatikan solvabilitas dan rentabilitas. Hasil dari indeks kepuasan konsumen menunjukkan bahwa nilai CSI BPR Rama Ganda terletak rentang skala 0,66 – 0,80. Hal ini menunjukkan secara umum indeks kepuasan nasabah BPR Rama Ganda berada pada kriteria “puas”. Nasabah merasa puas karena nasabah merasa bahwa BPR Rama Ganda dapat membantu kelangsungan dari usaha yang dijalankan. Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Lismawati (2009) mengenai kinerja keuangan dan pelayanan KUD Sumber Alam yang menggunakan analisis Trend, analisis Persentase Per Komponen, analisis Rasio (likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas usaha) sebagai alat analisis untuk kinerja keuangan serta menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan atribut-atribut tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend pada pos aktiva lancar cenderung meningkat dan hal ini menggambarkan kondisi yang baik karena pengurus dinilai cukup efektif dalam menempatkan investasi pada aktiva lancar sehingga akan mempermudah KUD dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Sementara pos aktiva tetap cenderung menurun. Hal ini dikarenakan sebagian dari aktiva tetap dimanfaatkan untuk memenuhi hutang KUD yang telah jatuh tempo. Trend pada pos kewajiban lancar dan jangka panjang juga mengalami penurunan karena seiring dengan penurunan aktiva tetap yang sebagian besar digunakan untuk melunasi hutang-hutang KUD. Sama halnya dengan trend pos penjualan yang mengalami penurunan tiap tahunnya. Hal ini berdampak pada trend SHU KUD yang juga mengalami penurunan. Hasil presentase per komponen menunjukkan aktiva lancar memberikan sumbangan aset terbesar dibandingkan asset lainnya. Sedangkan hasil rasio likuiditas menunjukkan bahwa keadaan yang kurang baik karena hasil perhitungannya selalu berada di bawah
26
standar. Perhitungan rasio solvabilitas menunjukkan keadaan yang cukup baik karena cenderung memenuhi standar. Hasil perhitungan rasio rentabilitas dan aktivitas usaha menunjukkan keadaan yang tidak baik karena nilai penjualan yang terus menurun menyebabkan SHU yang diperoleh KUD pun mengalami penurunan. Sementara hasil CSI menunjukkan tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan KUD Sumber Alam masih berada pada tingkatan cukup puas. Hal ini dikarenakan anggota menemui kesulitan dalam cara pembayaran baik saprotan, maupun cara pembayaran pakan ikan melalui KUD yang ditandai dengan nilai Weight Score rendah. Penelitian terdahulu lainnya adalah menurut Sulistyo (2010), yang melakukan penelitian mengenai analisis kinerja keuangan dan strategi pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis kinerja keuangan yang terdiri dari analisis rasio (likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan analisis trend untuk mengetahui keadaan keuangan koperasi selama ini, analisis untuk merumuskan strategi digunakan analisis matriks SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) dengan terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Hasil penelitian terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis rasio, untuk rasio likuiditas (rasio lancar) rata-rata adalah 3,2. Dengan menggunakan standar sebesar 2, maka kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat menjamin hutangnya dengan aktiva lancar yang dimiliki koperasi perikanan. Rata-rata rasio solvabilitas untuk total hutang dengan total harta adalah 0,66. artinya kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam membiayai seluruh kewajibannya sudah cukup bagus (standar yaitu 0,5). Rasio solvabilitas total hutang dengan modal sendiri rata-rata adalah 3,41. Standart maksimumnya adalah 1,00. Nilai rasio rentabilitas untuk Return on Investment (ROI) rata-rata sebesar 6,01 persen, dimana Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis akan memperoleh laba bersih setelah memperoleh SHU sebesar Rp 601 dari Rp 10.000 total aktivanya. Rata-rata rentabilitas modal sendiri sebesar 16,04 persen menandakan koperasi mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 16,04 dari modal sendiri sebesar Rp 100,00. Kondisi ini terbilang cukup baik dengan standard yang dipakai adalah >15 persen.
27
Hasil analisis trend pada neraca menunjukkan bahwa hampir setiap pos mengalami kenaikan kecuali pada pos kekayaan bersih. Trend pada rugi laba beberapa pendapatan mengalami penurunan meskipun pendapatan secara keseluruhan mengalami kenaikan terutama dari pendapatan simpan pinjam. Sementara hasil strategi melalui analisis SWOT menghasilkan alternatif strategi adalah sebagai berikut : 1) meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota; 2) peningkatan produktivitas pengurus dan karyawan; 3) kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan daerah wisata; 4) peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan; 5) memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI; 6) meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan; 7) perbaikan program evaluasi; 8) mengupayakan penerapan teknologi pasca panen. Penelitian lainnya mengenai analisis kinerja keuangan dan aktivitas usaha KUD Sumber Alam dan Primkopti Kabupaten dan Kota Bogor oleh Akbar (2009) yang berlatar belakang adanya kepengurusan baru pada KUD Sumber Alam dan adanya penghentian unit usaha kacang kedelai pada Primkopti. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis trend dan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Hasil dari analisis trend KUD Sumber Alam pada pos aktiva lancar memperlihatkan trend yang cenderung meningkat. Pada pos aktiva tetap memperlihatkan trend yang meningkat sehingga mengakibatkan trend dari total aktiva tetap mengalami peningkatan. Trend kewajiban lancar pada tahun 2005 – 2007 menunjukkan penurunan. Pada pos penjualan barang dan jasa menunjukkan trend yang menurun. Pada Primkopti pos pada aktiva lancar memperlihatkan trend yang menurun. Pada pos aktiva tetap memperlihatkan trend yang menurun sehingga mengakibatkan trend dari total aktiva tetap mengalami penurunan. Trend kewajiban lancar pada tahun 2005 – 2007 menunjukkan peningkatan, sedangkan pada pos penjualan barang dan jasa menunjukkan trend yang menurun. Hasil dari kinerja keuangan yang dapat dilihat dari analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa :
28
Tabel 4. Hasil analisis Rasio Likuiditas KUD Sumber Alam dan Primkopti Hasil No Jenis Rasio KUD Sumber Alam Primkopti 1 Rasio Lancar Tidak memenuhi Telah memenuhi standar (Current Ratio) standar karena berada karena rata-rata nilainya di di bawah 2 (standar atas 2, yaitu 2,76) minimum) 2 Rasio Cepat (Quick Nilai rata-rata rasio Nilai rata-rata rasio cepat Ratio) cepat adalah 1,16 dan sangat signifikan diatas berada dibawah standar standar minimum yaitu minimum yaitu 1,5. 3,00. Sumber : Akbar , 2009 (diolah) Rasio solvabilitas yang terdiri dari Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio), Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap (Equity To Fixed Asset Ratio), Rasio Aktiva Tetap Dengan Hutang Tetap (Fixed Asset To Long Term Ratio), Rasio Total Hutang Dengan Total Modal Sendiri (Debt Equity Ratio) dan Rasio Hutang Dengan Total Aktiva (Debt Ratio) menunjukkan bahwa KUD Sumber Alam dan Primkopti memiliki kinerja yang buruk karena memiliki nilai yang berada di bawah standar minimum. Demikian pula dengan Rasio Rentabilitas. Sehingga kesimpulannya kinerja keuangan KUD Sumber Alam dilihat dari sisi analisis trend dan analisis rasio keuangan menunjukkan hasil yang kurang baik karena hasil perhitungan secara keseluruhan berada di bawah standar minimum. Dan untuk kinerja keuangan Primkopti secara keseluruhan sangat kurang baik. Penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah analisis kepuasan nasabah terhadap mutu pelayanan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Bogor oleh Yuda (2009). Terlihat dari judulnya, penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui kinerja pelayanan. BTN Cabang Bogor. Metode yang digunakan adalah IPA (Importance Performance Analysis) dan CSI (Customer Satisfaction Index). Peneliti mencantumkan 18 atribut pelayanan pada penelitian ini. Atribut mutu pelayanan yang berada pada skala sangat penting dalam menentukan kepuasan nasabah sebanyak 14 atribut, dan yang berada pada skala penting yaitu 4 atribut. Tingkat kinerja terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh BYN Cabang Bogor menunjukkan bahwa mayoritas nasabah merasa puas terhadap mutu pelayanan yang diberikan BTN
29
Cabang Bogor, karena 13 atribut pada skala puas, 3 atribut berada pada skala cukup puas dan 2 atribut lainnya berada pada skala sangat puas. Berdasarkan metode IPA, tidak terdapat atribut pada Kuadran A, dan pada Kuadran B terdapat 8 atribut yang menunjukkan atribut-atribut tersebut memiliki tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang tinggi atau diatas nilai rataan. Terdapat 7 atribut pada Kuadran C yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang dianggap kurang penting oleh nasabah dan tingkat kinerja yang dilaksanakan rendah. Sedangkan pada Kuadran D terdapat 3 atribut yang menunjukkan kinerja yang diberikan terlalu berlebihan. Berdasarkan perhitungan CSI diperoleh indeks kepuasan 78,87 persen, artinya secara keseluruhan nasabah menyatakan puas terhadap mutu pelayanan yang telah diberikan oleh BTN Cabang Bogor. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis kinerja suatu perusahaan/organisasi menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan yang terdiri dari dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, trend dan aktivitas usaha, serta menggunakan tingkat kepuasan konsumen untuk mengetahui kualitas pelayanan suatu organisasi. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini menggunakan analisis rasio (likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas) untuk mengetahui kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani, serta Important Satisfaction Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Indeks (CSI) untuk mengetahui kepuasan konsumen pada pelayanan LKM-A Rukun Tani. Rasio trend dan aktivitas usaha tidak digunakan dalam penelitian ini karena lama berdirinya LKM-A Rukun Tani belum mencukupi jika dilakukan analisis tersebut. Rasio ini dapat digunakan ketika umur organisasi lebih dari 2 tahun. Pada Tabel 5 dijelaskan mengenai judul-judul dan alat analisis yang digunakan pada penelitian terdahulu yang dapat menjadi referensi bagi penyusunan penelitian ini. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada lokasi dan tujuan secara detail dari penelitian yang sekaligus menjadi keunggulan dari penelitian ini karena meneliti lembaga keuangan mikro yang khusus menangani nasabah dalam bidang agribisnis.
30
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Penelitian Nama Judul Alat Analisis Pamungkas Kinerja Keuangan dan Penilaian • Analisis kinerja (2009) Nasabah Terhadap Mutu keuangan (analisis Pelayanan BPR Rama Ganda rasio likuiditas, Bogor (Kasus : Pelaku Sektor solvabilitas, dan Perdagangan Pertanian dan rentabilitas) Pengusaha Katering) • Customer Satisfaction Index (CSI) Lismawati Analisis Kinerja Keuangan dan • Analisis Trend (2009) Pelayanan KUD Sumber Alam • Analisis persentase (Studi Kasus: KUD Sumber Alam per komponen Desa Dramaga, Kecamatan • Analisis rasio Dramaga, Kabupaten Bogor, (likuiditas, Provinsi Jawa Barat) solvabilitas, rentabilitas, aktivitas usaha) • Customer Satisfaction Index (CSI) Sulistyo Analisis Kinerja Keuangan dan • Analisis rasio (2010) Strategi Pengembangan Koperasi (likuiditas, Perikanan Mina Usaha (Studi solvabilitas, dan Kasus : Koperasi Perikanan Mina rentabilitas) Usaha Desa Jetis, Kecamatan • Analisis Trend Nusawungu,Kabupaten Cilacap, • Analisis Matriks Provinsi Jawa Tengah) SWOT (StrenghtWeaknessOpportunitiesThreats) Akbar Analisis Kinerja Keuangan dan • Analisis Trend (2009) Aktivitas Usaha KUD Sumber • Analisis Rasio Alam dan Primkopti (Studi Kasus (likuiditas, : KUD Sumber Alam dan solvabilitas, Primkopti Kabupaten dan Kota rentabilitas, dan Bogor Provinsi Jawa Barat) aktivitas usaha) Yuda Analisis Kepuasan Nasabah • Importance (2009) Terhadap Mutu Pelayanan Pada Performance PT. Bank Tabungan Negara Analysis (IPA) (Persero) Cabang Bogor • Customer Satisfaction Index (CSI)
31