Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... ANALISIS KESEHATAN KINERJA KEUANGAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (BUMDes LKM) KABUPATEN LOMBOK UTARA TAHUN 2012
I Gde Mandra‡‡ Universitas Mataram
ABSTRACT
This study aims to determine the feasibility of BUMDes financial performance LKM in North Lombok when measured by analyzing the ratio of elements contained in the CAEL, such as: CAR, NPL, PPAP, ROA, ROA, LDR. In addition, to determine the health of the LKM’s financial performance during the year 2012 BUMDes using the method of CAMEL The research method is descriptive. Data analysing using ratio analysis Financial Management and the method of analysis methods CAEL. The results showed that, the financial performance of LKMs on BUMDes North Lombok, when measured by financial ratio analysis such as: CAR, Liquidity, Profitability including ROA can be said to have a decent performance, although aspects of the NPL and PPAP-WD not show decent results, but not too serious. Then based on the results of the analysis of CAEL, to 7 BUMDes MFI's in North Lombok 3 BUMDes attribute that LKMs have a pretty healthy performance BUMDes LKM is "new", BUMDes LKM "MALAKA", and BUMDes LKM "SUKADANA", while 4 BUMDes LKM the other has a healthy performance. Fourth BUMDes LKM's is BUMDes LKM "LOLOAN", BUMDes LKM "SENARU", BUMDes LKM "GONDANG", and BUMDes LKM "PEMENANG TIMUR". Key words: Capital Adequacy, Asset Quality, Earning Ability, Liquidity.
‡‡
Dosen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Mataram, Alamat : Jalan Majapahit No. 62 Mataram, Gedung FE UNRAM, Lantai 1 DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
1
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan kinerja keuangan BUMDes LKM di Kabupaten Lombok Utara bila diukur dengan analisa rasio unsur yang terdapat dalam CAEL , seperti : CAR, NPL, PPAP, ROA, BOPO, LDR. Juga, untuk mengetahui kesehatan kinerja keuangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metoda deskriptif. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis rasio Manajemen Keuangan Bank, dan metoda analisis metoda CAEL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja keuangan BUMDes LKM se Kabupaten Lombok Utara, bila diukur dengan analisis rasio keuangan seperti : CAR, Likuiditas, Profitabilitas termasuk BOPO dapat dikatakan memiliki kinerja yang layak, walaupun dari aspek NPL dan PPAP-WD belum menunjukkan hasil yang layak, namun tidak terlalu serius. Kemudian berdasarkan hasil analisis CAEL, ke 7 BUMDes LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara menujukan bahwa 3 BUMDes LKM memiliki kinerja yang cukup sehat yaitu BUMDes LKM “ANYAR” , BUMDes LKM “MALAKA” , dan BUMDes LKM “SUKADANA” , sedangkan 4 BUMDes LKM lainnya memiliki kinerja sehat. Ke Empat BUMDes LKM tersebut adalah BUMDes LKM “LOLOAN” , BUMDes LKM “SENARU” , BUMDes LKM “GONDANG”, dan BUMDes LKM “ PEMENANG TIMUR”. Kata Kunci : Kecukupan Modal , Kualitas Aset, Earning Ability, Liquidity.
JEL classifications : G21
2
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... PENDAHULUAN
Latar Belakang Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu agenda pembangunan nasional yang sedang digalakkan pemerintah Indonesia saat ini. Desa merupakan tolak ukur dari kemiskinan tidaknya suatu negara, karena sampai saat ini desa merupakan kantong kemiskinan yang paling besar (Eko, 2005). Sesuai dengan konteks sosial ekonomi boleh dibilang tipologi masyarakat pedesaan memiliki keseragaman dalam hal sebagian besar penghasilan mereka rendah, tergantung dari kegiatan pertanian, sempitnya lapangan kerja, jumlah pengangguran tinggi, serta kurangnya ketersediaan infrastruktur dan akses informasi. Namun demikian bukan berarti perekonomian di desa tidak memiliki potensi untuk bisa dikembangkan kearah yang lebih baik, karena itu perlu penciptaan system dan iklim yang sehat dan berkesinambungan bagi pelaku usaha di desa. Memang, kegiatan perekonomian di pedesaan sebagaimana adanya selama ini masih didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, pengrajin, buruh serta pengecer. Dalam kenyataannya, para pelaku usaha ini pada umumnya masih dihadapkan pada masalah-masalah yang sangat mendasar baik yang bersifat internal maupun eksternal , yang secara umum masalah-masalah tersebut terdiri antara lain (Sri Lestari, 2007) : 1) manajemen,
2) permodalan, 3) teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi dan pemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, 8) kemitraan. Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi usaha mikro, secara klasik nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kendala penting guna menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi. Keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas sektor pertanian dan pedesaan (Hamid, 1986). Dalam jangka panjang, kelangkaan modal bisa menjadi entry point terjadinya siklus rantai kemiskinan pada masyarakat pedesaan yang sulit untuk diputus. Di Nusa Tenggara Barat (Transform, 2010), terdapat 29 LKM yang berbentuk Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes yang tersebar di Empat Kabupaten : Lombok Barat (2 LKM), Lombok Utara (8 LKM) , Lombok Timur (9 LKM) , dan Sumbawa (10 LKM). Keberadaan BUMDes LKM umumnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat telah didukung seperangkat kebijakan dari tingkat nasional maupun lokal. Di tingkat nasional misalnya, terdapat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah khususnya pasal 213. Ada pula Peraturan Pemerintah (PP) 72 tahun 2005 tentang Desa dan Keputusan Bersama Menkeu, Mendagri, Menkop dan Gubenur BI pada bulan September 2009 tentang Strategi Pengembanan Lembaga Keuangan Mikro. Sementara di tingkat provinsi NTB, keberadaan BUMDes LKM menjadi salah satu visi yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2009-2013. Begitu pula di tingkat kabupaten telah disahkan regulasi tentang BUMDes LKM. Di Kabupaten
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
3
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Lombok Utara ada peraturan Nomor 29 Tahun 2009, di Kabupaten Lombok Barat termaktub dalam peraturan Nomor 25 Tahun 2009, di Kabupaten Lombok Timur tercantum dalam peraturan Nomor 22 Tahun 2009 dan di Kabupaten Sumbawa termuat dalam peraturan Nomor 22 Tahun 2009.
menghimpun dana masyarakat desa ,dan menyalurkan kembali dana-dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman untuk mendukung kegiatan usaha mikro di desa. Untuk lebih mendapatkan gambaran mengenai perkembangan BUMDes LKM yang terdapat di Kabupaten Lombok Utara dalam tabel berikut akan disuguhkan data keuangan BUMDes LKM sebagai berikut.
Adapun kegiatan inti dari BUMDes LKM pada umumnya adalah mengelola dana yang didapat dari
Tabel 1. Perkembangan Data Keuangan BUMDes LKM Kabupaten Lombok Utara Tahun 2010 – 2011 No.
BUMDDes LKM
Total Assets (Rp.)
Kredit Yang Disalurkan
Tabungan Masyarakat
Perolehan Laba
Tahun :
Tahun :
Tahun :
Tahun :
2010
2011
2010
1
Anyar
2
Gondang
95,100,000
177,342,255
66,800,000
3
Sukadana
286,000,000
238,463,168
4
Loloan
278,500,000
324,205,593
5
Santong
312,000,000
6
Senaru
610,000,000
7
Malaka
8
Pemenang Timur Jumlah Rata-rata
2011
1,649,000,000 2,000,653,320 1,265,000,000 1,500,448,175
2011 0
2010
1011
854,257,000 176,900,000 202,108,482
16,400,000
93,174,800
7,500,000
12,069,004
215,800,000
172,365,900 107,600,000
56,372,279
25,500,000
12,333,389
250,300,000
278,021,400
8,500,000
6,414,500
24,800,000
35,071,272
650,715,443
206,600,000
261,202,500
7,100,000
38,324,000
9,600,000
8,148,789
621,410,611
474,400,000
491,614,150 282,000,000
256,134,081
50,100,000
45,511,649
552,000,000 1,207,261,477
439,000,000
654,688,550 244,000,000
856,149,000
41,000,000
58,422,008
9,877,895
4,500,000
679,464
95,100,000
74,684,471
66,800,000
108,686,000
2010
70,121,700
4,400,000
3,877,700,000 5,294,736,338 2,984,700,000 3,537,148,375 670,000,000 2,170,703,555 339,900,000 374,344,057 484,712,500
529,473,634
248,725,000
353,714,838
55,833,333
217,070,356
28,325,000
37,434,406
Sumber : Data Skunder di olah (Transform : 2011)
Data dalam tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari aspek keuangan seperti total asset, kredit yang disalurkan (KYD), jumlah tabungan masyarakat, dan perolehan laba BUMDes LKM se Kab. Lombok Timur selama tahun 2010 – 2011 menunjukkan adanya perkembangan yang positif, baik dari total aset, KYD, tabungan, maupun perolehan laba. Hal ini berarti bahwa keberadaan BUMDes LKM di kabupaten ini memiliki prospek untuk berkembang lebih baik pada masa yang akan datang.
4
Tujuan penilaian tingkat kesehatan bagi manajemen BUMDes LKM adalah untuk menilai apakah pengelolaan BUMDes LKM selama ini telah sejalan dengan asasasas lembaga keuangan mikro yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berkaitan dengan penilaian tingkat kesehatan, banyak pihak yang berkepentingan terhadap kesehatan BUMDes LKM yaitu pemilik, pengawas, pengelola, masyarakat pengguna jasa BUMDes LKM maupun BAPPEDA Kabupaten selaku pembina dari BUMDes LKM. Sehubungan dengan itu kepada pihak-pihak yang berkepentingan
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... terhadap keberlanjutan BUMDes LKM sangat disarankan untuk memahami penilaian kesehatan BUMDes LKM.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan penelitian, tujuan penelitian adalah untuk :
LANDASAN TEORI
Definisi Lembaga Keuangan Mikro Dalam Draft RUU Nomor XXX tahun 2001 Tentang Keuangan Mikro dan Draft kedua Nomor XXX Tahun 2007 tentang Lembaga Keuangan Mikro didefinisikan sebagai “Badan Usaha Keuangan” yang menyediakan layanan “Jasa Keuangan Mikro”, tidak berbentuk bank, koperasi, serta bukan pegadaian tetapi termasuk Badan Kredit Desa (BKD) dan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LKPD) yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bank, selanjutnya disebut sebagai LKM Bukan Bank Bukan Koperasi (LKB B3K) atau selanjutnya disingkat LKM. Menurut definisi yang dipakai dalam Microcredit Summit (1997), kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya, “programmes extend small loans to very poor for sel-employment projects that generate income, alowing them to care for themselves and their family” (Kompas, 15 Maret 2005). Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia menurut Bank Pembangunan
1. Mengetahui kelayakan kinerja keuangan BUMDes LKM di Kabupaten Lombok Utara bila diukur dengan analisa rasio terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam CAEL. 2. Mengetahui kesehatan kinerja keuangan BUMDes LKM di Kabupaten Lombok Utara yang dianalisis dengan metoda CAEL. Asia dan Bank Dunia (Gunawan, 2007) memiliki ciri utama, yaitu: 1. Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan atau sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat 2. Melayani kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah 3. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan Pola-pola Keuangan Mikro di Indonesia: 1. Saving ledd microfinance, yaitu pola keuangan mikro yang berbasis anggota (membership based). Dalam pola ini, pendanaan atau pembiayaan yang beredar berasal dari pengusaha mikro. Contohnya: Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Credit Union, dan Koperasi Simpan Pinjam. 2. Credit Ledd Microfinance, yaitu pola keuangan mikro yang sumber keuangannya bukan dari usaha mikro tetapi dari sumber lain. Contohnya: Badan Kredit Desa, Lembaga Dana Kredit Pedesaan dan Grameen Bank. 3. Micro Banking, bank yang difungsikan untuk melayani keuangan mikro. Contohnya: BRI Unit Desa, Bank
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
5
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Perkreditan Rakyat dan Danamon Simpan Pinjam
Pola hubungan bank dan kelompok swadaya masyarakat Lembaga keuangan mikro memiliki kelebihan yang paling nyata, yaitu prosedurnya yang sederhana, tanpa agunan, hubungannya yang cair (personal relationship), dan waktu pengembalian kredit yang fleksibel (negotiable repayment). Karakteristik itu sangat sesuai dengan ciri pelaku ekonomi di perdesaan (khususnya di sektor pertanian) yang memiliki asset terbatas, tingkat pendidikan rendah dan siklus pendapatan yang tidak teratur (bergantung panen). Karakter perdesaaan seperti itulah yang ditangkap dengan baik oleh pelaku lembaga keuangan mikro, sehingga eksistensinya mudah diterima oleh masyarakat kecil. Tetapi kelemahan utama dari lembaga keuangan mikro, yakni tingkat bunga kredit yang sangat tinggi, harus diperbaiki sebab keberadaannya cenderung eksploitatif kepada masyarakat miskin. Pemerintah dapat mendesain regulasi dengan jalan membatasi tingkat suku bunga, atau memperluas akses masyarakat miskin kepada kredit formal sehingga dalam jangka panjang tingkat bunga lembaga keuangan mikro akan tertekan. Model inilah yang harus diadopsi agar kepentingan masyarakat kecil tidak dirugikan.
Metoda Penilaian Kesehatan Lembaga Keuangan Mikro dengan menggunakan analisis CAMEL. Penilaian kesehatan lembaga keuangan mikro seperti halnya dengan penilaian kesehatan keuangan perbankan
6
menggunakan analisis CAMEL, karena kegiatan operasional LKM BUMDes ini memang menjalankan kegiatan sebagai perantara keuangan di pedesaan, seperti menarik dana dari masyarakat dalam bentuk simpan : tabungan dan deposito, dan menyalurkan dana-dana kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit yang disalurkan. Menurut analisis metoda CAMEL, kesehatan lembaga keuangan dikategorikan menjadi empat tingkat yaitu : sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Berdasarkan Uniform Financial Rating System (UFRS) , ada 5 aspek penilaian CAMEL, (Sudarto, 2007:144) , yaitu : 1. Capital Adequacy, adalah modal yang cukup diperlukan sebagai penyangga untuk menutup besarnya kerugian yang mungkin timbul, juga dalam rangka menambah kepercayaan untuk para penabung dan deposan juga dalam meningkatkan usaha bank. Capital Adequacy dihitung dari besarnya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), dengan syarat minimum rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) adalah sebesar 8%. Untuk menentukan nilai kredit (credit point) dan nilai bobot aspek Capital ini, haruslah dikalikan dengan bobot aspek ini yaitu sebesar 30% (SK DIR.BI No.30/12/KEP/DIR/1997). 2. Asset Quality, yaitu kualitas aktiva produktif sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya yaitu apakah : lancar,
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... kurang lancar, diragukan, atau macet. Pembedaan tingkat kolektibiltas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup kemungkian kerugin yang terjadi. Penilaian tingkat kesehatan aktiva produktif didasarkan pada penilaian terhadap kualitas aktiva produktif yang dikuantifikasi dan didasarkan pada penilaian terhadap pada dua rasio yaitu : (1) perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasi terhadap jumlah seluruh aktiva produktif, dan (2) perbandingan cdangan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva yang diklasifikasi. 3. Management Quality (kualitas manajemen), menunjukkan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan strategis untuk mencapai target. Keberhasilan dari manajemen bank didasarkan pada penilaian kualitatif terhadap manajemen yang menyangkut beberapa komponen. Komponen tersebut terdiri dari manajemenpermodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajmen rentabilitas, dan manajemen likuiditas yang keseluruhannya meliputi 250 aspek. 4. Earning (Rentabilitas) menunjukkan tidak hanya jumlahkualitas dan trend earningtetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning. Keberhasilan bank didasarkan pada penilian kuantitatif terhadap rentabilitas bank yang diukur dengan dua rasio yang berbobot sama. Rasio tersebut terdiri dari : (1)
rasio perbandingan laba dalam 12 bulan terakhir terhadap volume usaha dalam periode yang sama ( Return on Assets atau ROA), dam (2) rasio biaya operasional terhadap pendapatan opersional dalam periode 12 bulan. Suatu bank dapat dimasukkan dalam klasifikasi sehat apabila : (1) rasio laba terhadap volume usaha mencapai sekurang-kurangnya 1,2% ; dan (2) rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi 93,5%. 5. Liquiduty (likuiditas) menunjukkan ketersediaan dana bank pada saat ini dan masa yang akan dating. Pengaturan likuiditas terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera di bayar. Berdasarkan analisis CAMEL , bank wajib memelihara likuiditasnya yang didasarkan pada dua rasio dengan bobot yang sama. Rasio tersebut adalah : (1) perbandingan jumlah kewajiban bersih terhadap aktiva lancar (kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia, dan suratsurat baerharga pasar uang dalam rupiah yang diendos oleh bank lain, (2) perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima dengan jangka waktu lebih 3 bulan. Likuiditas bank dapat diklasifikasi sehat apabila : (1) rasio lancar kurang dari 19%, dan (2) rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga kurang dari 89,8%.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif. Penelitian
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
7
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... diskriptif ini akan menjelaskan mengenai kesehatan kinerja keuangan BUMDes LKM yang ada di Kab. Lombok Utara dengan pendekatan metoda CAEL. Populasi dan sampel penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Desa Lembaga Keuangan Mikro (BUMDes LKM) yang ada di Kabupaten Lombok Utara yang hingga tahun 2011 adalah sebanyak 8 buah yang menyebar di 6 kecamatan. Nama ke 8 BUMDes LKM tersebut adalah : BUMDes LKM ”ANYAR” (Kec. Bayan) , BUMDes LKM ”GONDANG” (Kec. Gondang), BUMDes LKM ”SUKADANA” (Kec. Bayan), BUMDes LKM ”LOLAN” (Kec. Bayan), BUMDes LKM ”SANTONG” (Kec. Kayangan), BUMDes LKM ”SENARU” (Kec. Bayan), BUMDes LKM ”MALAKA” (Kec. Pemenang), dan BUMDes LKM ”PEMENG TIMUR” (Kec. Pemenang). Dari ke 8 BUMDes LKM tersebut dipilih sebagai sampel penelitian hanya 7 BUMDes LKM secara purposif sampling atau sampling bersayarat. Syarat dipilihnya ke 7 BUMDes LKM tersebut menurut pertimbangan peneliti adalah adalah memiliki laporan keuangan yang memenuhi standar akuntansi yang dianjurkan oleh lembaga pembina (TRANSFORM). Hanya satu BUMDes LKM yang belum menerapkan standar akuntansi yang dimaksud yaitu BUMDes LKM ”SANTONG”, sehingga BUMDes LKM ini tidak dimasukkan sebagai sampel penelitian. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan BUMdes LKM se Kabupaten Lombok Utara selama 10 bulan (Januari s.d Oktober) selama Tahun 2012. Laporan Keuangan yang dimaksud yaitu terdiri dari Laporan Neraca, Laporan Rugi Laba, dan data
8
pendukung lainnya yang relevan dengan alat analisis CAEL Adapun prosedur analisis data dalam penelitian kesehatan BUMDes LKM ditempuh langkah-langkah perhitungan sebagai berikut : I.
Untuk menganalisis masalah penelitian yang pertama (1), yaitu apakah kinerja keuangan BUMDes LKM di Kab. Lombok Utara yang diukur dengan analisa rasio terhadap unsur yang ada dalam CAEL memang layak ? Dalam hal ini, formula atau rumus maupun indikator yang digunakan sekaligus terdapat diprosedur analisis CAEL.
2. Untuk menganalisis penelitian yang ke dua (2), digunakan seperangkat prosedur analisis CAMEL sebagai berikut. A.
Penentuan bobot masing-masing komponen yang akan dinilai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Metoda CAMEL sebagai berikut. Perlu ditegaskan di sini bahwa dalam penelitian ini hanya fokus pada analisis yang bersifat kuantitatif saja seperti faktor-faktor : Kecukupan Permodalan (C), Mutu atau Kualitas Aktiva (A), Earning atau Profitabilitas (E), dan faktor Likuiditas (L). Sedangkan faktor Manajemen (M), karena bersifat kualitatif , maka faktor tersebut tidak di teliti dalam kesempatan ini. Selanjutnya untuk pemberian bobot dari ke empat faktor yang di analisis adalah mengikuti bobot yang ditetapkan oleh lembaga pembeina BUMDes LKM yaitu : CTZ ProFi , dan Transform (Buku Panduan Pelatihan) sebagai berikut.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha...
Tabel 2. Bobot masing-masing komponen dalam faktor yang dinilai dengan metoda CAEL. FAKTOR YANG DINILAI 1. Kecukupan Permodalan 2 .Mutu atau kualitas KYD
3. Manajemen (M) 3. Rentabilitas atau Earning atau Kemampuan menghasilkan laba 4. Likuiditas atau Kesanggupan membayar hutang jangka pendek
KOMPONEN Perbandingan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR ) 1) Perbandingan KYD dikelompokkan terhadap KYD 2) Perbandingan Penyisihan Penghapusan Akiva Produktif (PPAP) terhadap PPAP wajib dibentuk (PPAP WD) 1). Manajemen Umum 2). Manajemen Risiko 1) Perbandingan Laba terhadap total asset
BOBOT 20 %
2) Perbandingan biaya terhadap pendapatan
25% 5% 0% 0% 10 % 5%
1) Perbandingan alat likuid terhadap hutang lancar
5 10 %
2) Perbandingan Hutang Lancar terhadap Total Modal 25 %
Sumber : Modul Pelatihan Standarisasi Pengelolaan BUMDes LKM (ProFi , NTB)
B. Teknik Perhitungan Penilaian Kesehatan dengan metoda CAEL sebagai berikut . 1. Penilaian Kesehatan Faktor Kecukupan Permodalan (Capital) Untuk menilai kesehatan faktor kecukupan modal ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) , dengan rumus : Modal yang dimiliki BUMDes LKM Kecukupan Modal (CAR) = --------------------------------------------------------- x 100 % Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) (Profi, NTB : 2009)
Indikator : untuk BUMDes LKM ditetapkan sebesar minimal = 12% dikatakan sehat. b. Menghitung Nilai Kredit (credit point) Kecukupan Modal (CAR) . c. Menghitung Nilai Bobot CAR, dengan cara : Nilai x Bobot Kecukupan Modal
2. Penilaian Kesehatan Faktor Mutu atau Kualitas KYD (Asset Quality) Faktor Mutu atau Kualitas KYD memiliki 2 komponen perhitungan yaitu : 2.1. Penilaian terhadap Kredit yang disalurkan bermasalah, dengan formula Kredit Bermasalah =
KYD Dikelompokkan --------------------------------- x 100 % KYD
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
(Profi, NTB : 2009)
9
%
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Indikator : Besarnya hasil rasio yang dianggap sehat adalah (maksimal) = 0 - 5% b. Menghitung Nilai kredit perbandingan KYD Dikelompokkan terhadap KYD dengan ketentuan yang ada. c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan KYD Dikelompokkan terhadap KYD= = Nilai Kredit x Bobot
2.2. Penilaian terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib di Bentuk. Dengan langkah perhitungan : a. Menghitung rasio PPAP terhadap PPAP Wajib Dibentuk (PPAP -WD), dengan rumus : PPAP PPAP-WD = ---------------------------- x 100 % (Profi, NTB : 2009) PPAP WD Indikatornya : Rasio PPAP-WD seharusnya lebih besar dari angka 100%.
Menghitung Nilai Kredit yang dicapai terhadap PPAP WD.
Menghitung Nilai Bobot Perbandingan PPAP terhadap PPAP WD, dengan rumus :
Nilai Bobot Rasio PPAP terhadap PPAP -WD = Bobot b.
Nilai kredit x
Menggabungkan atau menambahkan Nilai Bobot komponen 1 (Perbandingan KYD Dikelompokkan terhadap KYD) dengan Nilai Bobot komponen 2 (Perbandingan PPAP terhadap PPAP WD).
3. Penilaian Kesehatan Faktor Kemampuan BUMDes LKM menghasilkan Laba (Earning). Faktor Kemampuan menghasilkan Laba atau Earning memiliki 2 komponen perhitungan yaitu :
3.1. Penilaian terhadap kemampuan mendapatkan Laba terhadap Total Asset (ROA). a.
10
Menghitung rasio kemampuan BUMDes LKM dalam mendapatkan Laba dari Total Asset (ROA), dengan formula :
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Laba sampai dengan bulan bersangkutan (sdbs) disetahunkan ROA = ------------------------------------------------------------------------------------------ x 100% Rata-rata total Asset
Indikatornya : Bila hasil ROA ini melebihi rata-rata inflasi atau dapat juga menggunakan rata-rata BI Rate pada bulan yang bersangkutan, dikatakan sehat. b. Menghitung Nilai kredit Rasio Laba terhadap Total Asset /ROA dengan ketentuan penilaian. c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Laba terhadap Total Asset = Nilai Kredit x Bobot
3.2.
Penilaian terhadap perbandingan Pendapatan Operasional (BOPO).
antara
Biaya
Operasional
terhadap
Penilaian terhadap komponen ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat efisiensi dalam mengelola BUMDes LKM. Dengan langkah perhitungannya adalah sebagai berikut. a. Menghitung Perbandingan Biaya terhadap Pendapatan, dengan rumus :
Biaya sdbs disetahunkan BOPO = ----------------------------------------- x 100% Pendapatan sdbs disetahunkan
(Profi, NTB : 2009)
Indikatornya : Agar dapat dikatakan BUMDes LKM memiliki tingkat efisiensi yang sehat , maka semestinya rasio ini lebih kecil dari 100%. b. Menghitung Nilai kredit . c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Biaya terhadap Pendapatan= Nilai kredit x Bobot d. Membuat gabungan dari 2 komponen Earning tersebut.
4. Penilaian Kesehatan Faktor Likuiditas (Liquidity) Penilaian faktor likuiditas memiliki 2 komponen perhitungan yaitu : 4.1. Penilaian terhadap unsur kemampuan membayar segera.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
11
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penilaian kesehatan faktor ini adalah : a. Menghitung rasio lancar /current ratio , dengan rumus sebagai berikut.
Kas + Tabungan di Bank Current Ratio = ---------------------------------------------------------------------------------- x 100% Kewajiban Segera + Tabungan Pihak Ketiga + Deposito Pihak Ketiga.
Indikatornya : pengalaman perbankan , perbandingan atau rasio lancar minimal yang diisyaratkan adalah sebesar 5%. b. Menghitung Nilai Kredit yang di peroleh dari rasio ini. c. Menghitung Nilai Bobot rasio lancar , dengan rumus : Nilai Kredit x Bobot 4.2.
Penilaian terhadap kemampuan BUMDes LKM dalam membayar kewajiban segera terhadap Modal yang dimiliki. Adapun langkah-langkah dalam penilaian kesehatan komponen ini , ditempuh melalui prosedur dibawah ini.
a. Menghitung rasio Hutang Lancar terhadap Total Modal, dengan rumus :
Kewajiban segera + Tabungan + Deposito HL/MODAL = ---------------------------------------------------------------------- x 100% Modal + Cadangan + Laba/Rugi tahun lalu + Laba/Rugi tahun berjalan
Indikator : Seharusnya rasio ini semakin kecil, lebih kecil dari angka 100%. b. Menghitung Nilai Kredit dari rasio Hutang Lancar terhadap Total Modal . c. Menghitung Nilai Bobot Perbandingan Hutang Lancar terhadap Total Modal Nilai Bobot Rasio HL terhadap Modal = Nilai Kredit x Bobot
5. Hasil Akhir Total Penilaian Kesehatan BUMDes LKM dengan metoda CAEL
6. Indikator Penilaian Kesehatan Keuangan BUMDes LKM dengan metoda CAEL :
12
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Tabel 3 : Indikator Penilaian Kesehatan BUMDes LKM Nilai Predikat 81 – 100 SEHAT 66 – 80 CUKUP SEHAT 51 – 65 KURANG SEHAT 0 - 50 TIDAK SEHAT Sumber : Peraturan Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR)
HASIL
5.1. Analisis Data dengan Metoda CAEL Peringkat kesehatan pengelolaan keuangan BUMdes LKM dapat diklasifikasi berdasarkan kriteria yang terdapat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4. Indikator Penilaian Kesehatan BUMDes LKM Nilai 81 – 100 66 – 80 51 – 65 0 - 50
Predikat SEHAT CUKUP SEHAT KURANG SEHAT TIDAK SEHAT
Sumber : Peraturan Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR)
Berdasarkan indikator nilai dan predikat kesehatan dalam tabel di atas , maka nantinya dapatlah disimpulkan pada peringkat mana BUMDes LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara tergolong sehat ataukah sebaliknya tidak sehat?. Adapun hasil perhitungan
berbagai langkah dalam analisis CAEL maka diperoleh angka-angka yang terdapat dalam tabel dibawah ini . Angka dalam tabel tersebut merupakan hasil Total Nilai Bobot masing-masing BUMDes LKM sebagai berikut.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
13
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Tabel 5 Hasil Perhitungan Nilai Tertimbang berdasarkan bobot terhadap Bulan
No
Nama BUMDes LKM
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ratarata
Ket
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1 ANYAR a. Rasio Kecukupan Modal ( C ) b. Mutu atau Kualitas KYD (A) c. Rentabilitas (E) d. Likuiditas (L) NILAI CAEL 2 MALAKA a. Rasio Kecukupan Modal ( C ) b. Mutu atau Kualitas KYD (A) c. Rentabilitas (E) d. Likuiditas (L) NILAI CAEL 3 SUKADANA a. Rasio Kecukupan Modal ( C ) b. Mutu atau Kualitas KYD (A) c. Rentabilitas (E) d. Likuiditas (L) NILAI CAEL 4 LOLOAN a. Rasio Kecukupan Modal ( C )
14
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
19.97
26.1
19.36
20.8
22.74
25.52
26.12
26.32
26.31
0
21.32
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
27.3
29.33
26
25.99
26.64
23.56
17.72
10
10
10
20.65
82.27
90.43
80.36
81.79
84.38
84.08
78.84
71.32
71.31
45
CUKUP 76.98 SEHAT
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
26.9
28.05
27.74
27.74
27.63
27.34
27.56
27.3
27.27
27.29
27.48
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
71.9
73.05
72.74
72.74
72.63
72.34
72.56
72.3
72.27
72.29
20
20
20
20
20
20
20
20
0
0
22.86
29.41
29.41
29.63
29.57
28.73
28.6
29.48
19.3
0
0
29.26
15
15
15
15
15
15
15
15
0
0
15
10
10
10
10
10
10
10
35
0
0
15
74.41
74.41
74.63
74.57
73.73
73.6
74.48
89.3
0
0
20
20
20
20
20
20
0
20
0
0
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
CUKUP 72.48 SEHAT
CUKUP 76.14 SEHAT
20
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... b. Mutu atau Kualitas KYD (A) c. Rentabilitas (E) d. Likuiditas (L) NILAI CAEL 5 SENARU a. Rasio Kecukupan Modal ( C ) b. Mutu atau Kualitas KYD (A) c. Rentabilitas (E) d. Likuiditas (L) NILAI CAEL 6 GONDANG a. Rasio Kecukupan Modal ( C ) b. Mutu atau Kualitas KYD (A) c. Rentabilitas (E) d. Likuiditas (L) NILAI CAEL PEMENANG 7 TIMUR a. Rasio Kecukupan Modal ( C ) b. Mutu atau Kualitas KYD (A) c. Rentabilitas (E) d. Likuiditas (L) NILAI CAEL
11.91
12.7
15.26
13.14
22.13
26,96
0
19.3
0
0
13.49
15
0
13.64
14.78
15
15
0
15
0
0
7.34
35
30
35
35
35
35
0
35
0
0
34,29
81.91
62.7
83.9
82.92
92.13
70
0
89.3
0
0
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
27.33
27.48
27.19
24.48
30
30
30
30
30
30
28.65
0
13.27
13.44
14.21
15
14.66
14.27
14.14
13.96
14.27
12.72
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
82.33
95.75
95.63
93.69
100
99.66
99.27
99.14
98.96
99.27
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
26.9
30
30
30
30
30
30
30
30
30
27
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
13.5
2,14
35
26.84
23.44
26.46
35
35
35
35
35
28.67
61.9
100
91.84
88.44
91.46
100
100
100
100
100
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
26.12
26.57
26.3
26.25
26.01
25.86
25.74
25.72
25.68
25.35
25.96
14.83
15
15
15
13.9
7.49
0
0
0
0
8.122
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
95.95
96.57
96.3
96.25
94.91
88.35
80.74
80.72
80.68
80.35 89.082 SEHAT
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
15
81 SEHAT
96.37 SEHAT
89.17 SEHAT
Sumber : Hasil Analisis Data
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Apabila kita menelaah data angka hasil analisis dengan metoda CAEL di atas, dapatlah diperoleh gambaran bahwa dari ke 7 BUMDes LKM yang sedang dinilai pada studi ini, ada 4 BUMDes LKM yang mencapai predikat SEHAT, karena memiliki nilai CAEL yang lebih besar atau sama dengan angka 81. Keempat BUMDess LKM berpredikat sehat tersebut adalah BUMDes LKM “LOLOAN”, (Nilai : 81), BUMDes LKM “SENARU”, (Nilai : 96,37), BUMDes LKM “GONDANG”, (Nilai : 89,17), dan BUMDes LKM “PEMENANG TIMUR”, (Nilai : 89,08). Sedangkan 3 BUMDes LKM lainnya berpredikat CUKUP SEHAT , karena nilai CAEL yang dicapai di bawah angka 81, tapi lebih besar dari angka 65. Ke 3 BUMDes LKM yang memiliki predikat CUKUP SEHAT tersebut adalah BUMDes LKM “ANYAR”, (Nilai : 76,98), BUMDes LKM “MALAKA”, (Nilai : 72,48), dan BUMDes LKM “SUKADANA”, (Nilai : 76,14).
4.3. Pembahasan Hasil Analisis Dari hasil analiisis dengan menggunakan metoda CAEL di atas dapat diperoleh jawaban bahwa pada dasarnya BUMDes LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara selama periode penilaian (Januari-Oktober) Tahun 2012 memiliki kinerja keuangan yang baik, karena predikat penilaiannya antara cukup sehat , dan sehat. Dengan kata lain tidak ada satupun BUMDes LKM yang memiliki predikat Kurang Sehat , dan bahkan Tidak Sehat.
CAEL di bawah angka 80 ? Jawabannya adalah : a. Dilihat dari rasio hutang lancar terhadap modal ke 4 BUMdes LKM tersebut memiliki rasio di bawah 100%. Rasio di bawah angka 100% berarti kepercayaan nasabah terhadap BUMDes LKM ini sungguh besar, karena kemampuan membayar kembali kewajiban segera sangat besar. Lebihlebih bobot rasio ini sebesar 25 %, sehingga menghasilkan angka kredit yang besar pula. Tidak demikian halnya dengan Tiga BUMDes LKM lainnya yang mendapatkan predikat CUKUP SEHAT, memiliki rasio hutang lancar terhadap modal sangatlah tinggi yaitu di atas 100%, sehingga kemungkinan akan menimbulkan insolvency risk yaitu risiko ketidakmampuan membayar jangka pendek sangat tinggi. Ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan nasabah. (Periksa Tabel 4.4.b). b. Dilihat dari rasio Kecukupan Permodalan, ke empat BUMDes LKM berpredikat sehat memiliki angka rasio di atas 50%, sementara 3 BUMDes LKM yang berpredikat cukup sehat memiliki angka rasio di bawah 50%. Artinya, kalau rasio ini di atas 50% , sesungguhnya BUMDes LKM memiliki cukup modal untuk menutupi aktiva yang berpeluang berisiko. Sedangkan kalau dibawah 50% kemampuan modalnya untuk menutupi asset yang berisiko semakin kecil. (Periksa Tabel 4.1).
Mengapa Ke Empat BUMDes LKM tersebut memiliki pedikat SEHAT dengan nilai CAEL sebesar 81 keatas, sedangkan Tiga BUMDes LKM lainnya memiliki predikat CUKUP SEHAT dengan nilai
16
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... KESIMPULAN
1.
Kinerja keuangan BUMDes LKM se Kabupaten Lombok Utara , bila diukur dengan analisis rasio keuangan seperti: CAR, Likuiditas, Profitabilitas termasuk BOPO dapat dikatakan memiliki kinerja yang layak, walaupun dari aspek NPL dan PPAPWD belum menunjukkan hasil yang layak, namun tidak terlalu serius. 2. Berdasarkan hasil analisis CAEL, ke 7 BUMDes LKM yang ada di Kabupaten Lombok Utara menujukan bahwa 3 BUMDes LKM memiliki kinerja yang cukup sehat yaitu BUMDes LKM “ANYAR”, BUMDes LKM “MALAKA”, dan BUMDes LKM “SUKADANA”, sedangkan 4 BUMDes LKM lainnya memiliki kinerja sehat. Ke Empat BUMDes LKM tersebut adalah BUMDes LKM “LOLOAN”, BUMDes LKM “SENARU”, BUMDes LKM “GONDANG”, dan BUMDes LKM “PEMENANG TIMUR”
DAFTAR PUSTAKA Ashari, 2006 , Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan Dan Kebijakan Pengembangannya, Artikel Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 4 No. 2 Juni 2006, Bogor. Bambang Ismawan, 2003, “ Peranan Lembaga keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah, Artikel
Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia , Vol 10 No 2 Januari 2012. http://www.bi.go.id/web/id/Statisti k/Statistik+Perbankan/Statistik+Per bankan+Indonesia/ Dahlan Siamat, 1999, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Eko,
Sutoro (ed). 2005. Manifesto Pembaharuan Desa. APMD Press: Yogyakarta.
Gatot Supramono, 1997, Perbankan Dan Masalah Kredit (Suatu Tinjauan Yuridis), Edisi Revisi, Penerbit Djambatan, Jakrta. Hamid,E.S, 1986, Rekaman dari Seminar, Dalam Kredit Pedesaan di Indonesia, Mubiyarto, dan Edy Suandi Hamid (EDS), BPFE , Togyakarta. Kasmir, 2000, Manajemen Perbankan, cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lincolin Arsyad, 2008, Lembaga Keuangan Mikro :Institusi, Kinerja, dan Sustanabilitas, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Lukman Dendawijaya, 2001, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, BPFE UGM, Yogyakarta. Riyadi Selamet, 2004, Banking Assets And Liability Management, Edisi Kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2
17
Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Badan Usaha... Sudarto, 2007, Manajemen Risiko Untuk BPR (Bank Perkreditan Rakyat), Cetakan 1, Penerbit PT.Palem Jaya Ariadne, Jakarta. Sinungan , Muchdarsyah, 1992, Manajemen Dana Bank, Edisi Kedua, Jakarta, Rineka Cipta.
18
Suyanto,dkk,Thomas, 2002, Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. -----------------, 2010, Pelatihan Standarisasi Manajer BUMDes LKM, Modul Pelatihan Tahap II, GTZ NTB,Mataram
DISTRIBUSI Edisi Ke XXXIII Tahun Ke XXII Desember 2013 Vol. 2