Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
PERAN HUMAN ENGINEERING DALAM PENINGKATAN KESELAMATAN Arifin M. Susanto*, Suharyo Widagdo** *Pusat Pengkajian Sistem Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir – BAPETEN *Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Abstrak PERAN HUMAN ENGINEERING DALAM PENINGKATAN KESELAMATAN. Dalam rangka meningkatkan keandalan dan keamanan instalasi serta keselamatan kerja, tidaklah cukup bila hanya mempercanggih sistem mekanis maupun sistem instrumentasinya saja. Faktorfaktor manusia serta penyebab dan mekanisme terjadinya kesalahan manusia harus diungkapkan untuk ikut dipertimbangkan dalam rangka pengembangan suatu teknik/langkahlangkah yang sejauh mungkin dapat mengurangi terjadinya kesalahan. Faktor manusia memegang peranan penting pada masalah keselamatan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sekitar 70% kesalahan kerja mempengaruhi kinerja instalasi dan kesalahan kerja yang terbanyak terjadi pada saat dilakukannya kegiatan perawatan dan umumnya kesalahankesalahan yang terjadi selama kegiatan perawatan ini tidak diketahui sampai komponen/peralatan tersebut dioperasikan. Makalah ini akan membicarakan keterkaitan kesalahan manusia dengan kegagalan yang terjadi, faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan manusia serta usahausaha memperkecil terjadinya kesalahan manusia. Dibicarakan juga rekomendasi Department Pertahanan AS mengenai standar maintenance clearance stasiun kerja. Standar ini dibuat berdasarkan ukuran tubuh manusia dewasa A.S. Dengan mengambil asumsi bahwa ukuran tubuh manusia dewasa Indonesia lebih rendah dari ukuran tubuh manusia dewasa A.S., dapat diambil kesimpulan bahwa rekomendasi Department Pertahanan AS dapat diterapkan di Indonesia dengan mengadakan modifikasi. Abstract THE ROLES OF HUMAN ENGINEERING IN SAFETY IMPROVEMENT. In order to develop installation reliability and security as well as work safety, that is not enough only enhancing of instrumentation and mechanical system. Human factors as well as initiator and the mechanism of human error must be revealed as consideration in order to developed procedures/ practices to reduced possibility of error. Human factors have an important role in safety issues. Experiments resulted that almost 70 % work errors affected in the installation performances and the most error happened in maintenance stage and usually still unknown until the component or device is being operated. This paper explains the correlation between the human errors and failures, the causing factors of human errors and the effort to reduced possibility of human errors. Its also described the Department of Defense USA recommendation about work station maintenance clearance. This standard is made belong to an American adult human body size. By taking an assumption that Indonesian adult human body size is lower than the American, so it could be assumed that the Department of Defense recommendation could be applied in Indonesia with any modification.
198
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
BAB I
operatornya yang bodoh tetapi rancangan
PENDAHULUAN.
radarnya yang bukan saja memberi peluang bagi operator melakukan kesalahankesalahan tetapi juga semacam
Adanya ungkapan the man
“mengarahkan” operator untuk berbuat
behind the gun yang menyatakan bahwa berbahaya tidaknya senjata sangat bergantung pada orang yang mengawakinya menunjukkan arti pentingnya penyertaan faktor manusia pada proses pendisainan.
salah. Kesalahankesalahan yang kemungkinan terjadi bila berada pada suatu fasilitas yang berbahaya maka dapat saja mempengaruhi keselamatan dan keamanan pekerja, masyarakat dan
Dengan
semakin meningkatnya perkembangan
lingkungan. Salah satu penyebab terjadinya
teknologi dan ilmu pengetahuan, dan
kesalahan kerja diakibatkan ketidak
dibarengi juga dengan masa industrialisasi
maka
diperlukan
produktifitas manusia yang lebih baik, namun ada kalanya manusia mempunyai keterbatasanketerbatasn kemampuan inventorinventor dan para desainer
keterbatasan manusia tersebut. Pada PD II pihak sekutu berhadapan dengan kenyataankenyataan pahit tidak efektifnya pengoperasian radarradar mereka kendati secara teknis peralatannya sudah baik bahkan canggih
kata lain juga dengan mempertimbangkan Human Engineering
dalam
Salah satu karakteristik manusia yang perlu diperhatikan adalah data antropometri yang harus sesuai dengan rancangan pekerjaan. Dengan itu sudah saatnya bagi Indonesia sebagai negara yang banyak mendatangkan produk produk teknologi dari luar untuk
untuk teknologi di masanya.
ini perlu diperhatikan karakteristik
merencanakan suatu perancangan kerja.
alat/mesin dalam rangka mengeliminir
terletak
manusia yang mengawakinya dalam hal
peran
banyak menciptakan dan membuat
dengan kata lain tidak kompatibel dengan
manusia dengan pekerjaanya atau dengan
dalam melaksanakan pekerjaanya, maka
Permasalahannya
beresan pada perancangan disainnya atau
pada
menyesuaikan ukuran antropometrinya dengan manusia Indonesia.
ketidaksinambungan antara radar dan operator sehingga kesalahankesalahan kerja kerap timbul. Jadi bukan 199
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
Sehingga dalam menjamin
BAB II
keamanannya,
TEORI
fasilitas
industri
hendaknya membuat disain, fabrikasi dan konstruksi yang menyertakan teknologi
Dalam melakukan perancangan
tinggi dan yang terpenting yaitu
kerja ada tiga komponen yang harus
managemen operasi yang andal yang
dipertimbangkan
dapat dicapai dengan adanya operator
dalam
rangka
meningkatkan kinerja manusia yaitu: 1.
operator yang ahli dan berkualitas tinggi.
Siapa (who) yang akan melaksanakan
ahli dan berkualitas tinggi ini disebabkan
kegiatan/kerja didalamnya
kualifikasi
tersebut,
adanya fakta bahwa kesalahan manusia
mencakup
merupakan penyebab utama terjadinya
teknis,
kecelakaan di instalasi industri. Manusia,
dan
dengan segala kemampuan dan
pengalaman, 2.
pengetahuan yang memadai
keterbatasannya, merupakan faktor kunci
Bagaimana (how) kegiatan/
dalam masalah keselamatan. Manusia itu
kerja tersebut akan
fleksibel tapi mudah berbuat salah.
diselesaikan,
meliputi
Musibah yang menimpa reaktor TMI2
metode kerja, prosedur yang
(Maret 1979) menjadi tonggak awal yang
akan dilakukan dan
mengingatkan tentang pentingnya ilmu
langkahlangkahnya dan
rekayasa manusia pada tahaptahap
bagaimana fasilitas kerjanya
pembangunan fasilitas industri.
apakah dapat menyelesaikan pekerjaan dengan efesien dan efektif atau tidak. 3.
Perlunya tenaga operator yang
Dimana
2.1. Manusia dan sistem yang diawakinya.
(where)
2.1.1 Sumbangan kesalahan manusia pada kegagalan reaktor nuklir.
kegiatan/kerja
tersebut
dilaksanakan,
meliputi
lingkungan kerja yang nyaman, lokasi kerja yang
Berdasar datadata mengenai frekuensi kegagalan yang menimpa reaktorreaktor nuklir di Jepang,
mendukung.
termasuk frekuensifrekuensi kegagalan yang disebabkan oleh faktor manusia,
200
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
yang terjadi sebelum musibah yang
desainnya tidak terlalu canggih dapat
menimpa reaktor TMI2, dapat diketahui
beroperasi dengan tingkat keselamatan
bahwa sumbangan kesalahan manusia
yang tinggi bila manusia yang
pada terjadinya kegagalan adalah kecil.
mengoperasikannya terlatih baik serta
Namun pada rentang waktu yang
berdedikasi tinggi.
sama dengan kegagalan reaktor akibat
Musibah yang menimpa reaktor
kesalahan sistem mekanis atau
Chernobyl maupun TMI2 dan JCO
mekaniknya, frekuensi kegagalan akibat
Jepang telah memberi pelajaran bahwa
faktor manusia tidak mengalami
untuk meningkatkan keandalan dan
perubahan berarti (tetap pada rentang 0
keamanan reaktor nuklir, faktorfaktor
0,5). Hal ini menunjukan bahwa faktor
manusia serta penyebab dan mekanisme
faktor manusia pada pembangunan /
timbulnya kesalahan harus dipelajari
pengoperasian reaktor nuklir masih
secara mendalam dan sistematis untuk
sering diabaikan. Mengutip hasil
dapat mengungkapkan penyebab
investigasi K. Aisaka (Ref. 1), meskipun
timbulnya kesalahan manusia serta
sumbangan kesalahan manusia pada
mekanismenya dan akibat yang
terjadinya kegagalan adalah kecil, namun
ditimbulkannya serta menjadi dasar
kesalahan manusia merupakan faktor
pertimbangan dalam pengembangan
yang harus diperhatikan karena
teknik/langkah–langkah yang sejauh
kegagalan operasional tidak dapat
mungkin dapat mengurangi terjadinya
dihindarkan hanya dengan memperbaiki
kesalahan manusia. Tabel berikut
desain teknisnya saja. Instalasi dengan
menunjukkan berapa kemungkinan kasus
desain paling canggih dapat beroperasi
kecelakaan yang terjadi akibat ulah
secara tidak aman, namun instalasi yang
manusia pada berbagai bidang:
Tabel. 1 Prosentase Kesalahan Manusia Bidang Penerbangan Air Traffic Control Pelayaran Kendali Proses PLTN Transportasi Darat
Prosentase Kesalahan Manusia 7080% 90% 80% 80% 70% 85%
Sumber: Alabama & Northwest Florida Flight Standards District Office
201
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
2.1.2. Jenis kesalahan manusia pada
mengakibatkan kelelahan sehingga pada
pengoperasian instalasi .
akhirnya akan mempengaruhi unjuk kerja pelaksana kegiatan perawatan dan juga
Data menyebutkan bahwa kasus
hasil kerjanya.
kecelakaan akibat perawatan banyak terjadi di berbagai bidang diantaranya terdapat di penerbangan sipil, pembangkit
2.2 Human Engineering
listrik tenaga uap, dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Human Engineering atau biasa disebut Ergonomi adalah suatu cabang
Dari hasil penelitian INPO
keilmuan yang mempelajari kemampuan
(Institute of Nuclear Power Operation)
manusia berinteraksi dengan lingkungan
diketahui bahwa frekuensi kesalahan
fisik di tempat kerjanya, atau dapat juga
manusia pada masa hidup instalasi nuklir
didefinisikan sebagai suatu ilmu yang
yang terbesar adalah selama kegiatan
diperlukan untuk melakukan pengaturan
perawatan, yaitu 68 % dan umumnya
terhadap
kesalahankesalahan yang terjadi selama
peralatan/perlengkapan kerja serta
kegiatan perawatan ini tidak diketahui
lingkungan fisik. Disiplin ini akan
sampai komponen/peralatan tersebut
mencoba membawa ke arah perancangan
dioperasikan. Sebagian besar kesalahan
mesin/alat yang tidak saja memiliki
ini
tidak
kemampuan produksi yang lebih baik,
diperhitungkannya komponenkomponen
melainkan juga memperhatikan aspek
perancangan kerja, pekerjaan yang
aspek yang berkaitan dengan kemampuan
berulang terus menerus, atau pekerjaan
dan keterbatasan manusia yang
yang melakukan kontak fisik dengan alat/
mengoperasikan mesin/alat tersebut.
mesin maupun kurangnya ruang untuk
Human engineering mempunyai tempat
melaksanakan
maupun
yang luas dalam penerapannya, mulai
penempatan peralatan dan juga kondisi
dari kantor direktur sampai ke ruang
lingkungan kerjanya yang sama sekali
kerja staf, mulai dari ruang kendali utama
tidak mempertimbangkan faktor manusia
sampai ke ruang generator.
timbul
karena
kegiatan
pekerja,
bahan,
sehingga pelaksana kegiatan perawatan
Dalam mengembangkan Human
tidak merasa nyaman dalam
engineering memerlukan dukungan dari
melaksanakan tugasnya dan dapat
berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran
202
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
(faal/anatomi), psikologi, antropologi,
sebagai obyek fisik seperti mesin,
biologi (biomekanika) dan banyak ilmu
perlengkapan, peralatan dan fasilitas
pendukung lain yang digunakan dalam
kerja lainnya, juga diartikan sebagai
rangka merencanakan suatu perancangan
prosedur, metodemetode kerja, petunjuk
kerja.
informasi dan lingkungan. Dalam Interaksiinteraksi yang terjadi
interaksi manusia dengan pekerjaanya
antara manusia dengan pekerjaannya
yang dalam hal ini dalam berhadapan
pada tempattempat tersebut memiliki
dengan mesin/peralatan gambar berikut
karakteristik yang yang berbedabeda,
menggambarkan urutan dari siklus
interaksi ini terjadi antara manusia dan
interaksi manusia mesin:
'mesin'. Mesin secara luas dapat diartikan
Gambar 1. Diagram interaksi manusia dengan pekerjaannya Adapun penjelasan dari gambar 1 di atas
2.
adalah : 1.
Isyarat diterima inderaindera pekerja yang relevan
Mesin menyampaikan isyarat
3.
Isyarat dikirim ke pusat syaraf.
kepada manusia tentang
4.
Oleh pusat syaraf isyarat
kondisi pekerjaan pada suatu
tersebut ditafsirkan artinya.
saat.
203
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
5. 6.
7.
Keputusan yang dianggap tepat
keselamatan kerja. Namun pembicaraan
diambil.
pada makalah ini hanya akan dibatasi
Otototot yang relevan
pada masalah tata letak ruang kerja saja.
digerakkan
untuk
Kesalahan kerja sangat besar
mengejawantahkan keputusan
pengaruhnya pada efektivitas desain dan
dalam bentuk gerakan.
pada keselamatan kerja. Kesalahan kerja
Tindakan berefek pada
adalah salah satu pusat perhatian Human
pekerjaan yang mengakibatkan
Engineering.
perubahan. Maksud dari penangkapan isyarat sampai diambilnya tindakan oleh manusia tidak lain untuk mengatur, memelihara dan mengendalikan pekerjaan sehingga berada pada keadaan yang diharapkan sesuai dengan misi pekerjaan yang bersangkutan.
2.3. Kesalahan kerja dalam Human Engineering Kesalahan kerja hanyalah suatu yang tampil ke permukaan sebagai akibat dari tidak sempurnanya proses berputar penyampaian isyarat, penerimaan dan penafsirannya
Apa yang mampu dilakukan
lalu
pengambilan
keputusan dan tindakan dalam model
manusia dalam menghadapi pekerjaannya banyak dipengaruhi tata letak dan desain ruang kerjanya serta kondisi lingkungan kerjanya seperti suhu tempat kerjanya, kelembaban, pencahayaan, getaran, kebisingan, kebersihan udara dll. Suatu kenyataan penting bahwa manusia tidak lepas dari kelemahankelemahannya dalam menerima isyarat, memrosesnya
yang ditunjukkan pada Gambar 1. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa letak kesalahan terjadi pada proses masukan, proses pengolahan dan/atau proses keluaran {dikenal sebagai rantai M.O.K. (Masukan, Olahan, Keluaran)}. Artinya kesalahan dapat timbul sejak penginderaan, pada pengolahannya atau pada pengambilan tindakannya. Adapun
dan dalam tindakantindakannya serta sangat peka terhadap keadaan lingkungannya. Keadaan ini terwujud dalam apa yang disebut Human error atau kesalahan kerja yang sangat besar pengaruhnya pada efektivitas dan
204
penyebab gagalnya rantai M.O.K. dapat dikelompokkan pada dua sumber : 1.
Kesalahan manusianya
2.
Kesalahan pada rancangan pekerjaannya.
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
Kesalahan pada rancangan (desain)
memanfaatkannya untuk merancang
pekerjaannya terdiri atas dua macam :
sistem kerja yang mampu menjalankan
1.
Bersifat sosial keorganisasian
misinya dengan aman, nyaman, efektif
seperti
motivasi,
dan efisien. Adanya kesalahan kerja jelas
kerja,
merupakan penghalang terwujudnya
pengorganisasian
kejelasan prosedur dan petunjuk kerja, pengawasan dll. 2.
motivasi menyebutkan pentingnya tata
mesin dan peralatannya serta
letak ruang kerja karena tata letak kantor
kondisi tempat kerja
merupakan salah satu faktor higiene dari
Tujuan Human Engineering yaitu untuk memperoleh pengetahuan tentang manusia dan interaksinya dengan
dengan
2.4. Ruang kerja. Frederick Herzberg dalam teori
Bersifat fisik seperti rancangan
pekerjaannya
sistem kerja yang demikian.
maksud
kebutuhan dasar dalam bekerja yang harus dipenuhi. Hal ini dapat dilihat pada tabel.berikut :
Tabel 2. Kebutuhan dasar dalam bekerja Faktor Higiene Gaji dan fasilitas Kondisi kerja Status
Definisi Mencakup gaji dasar, tunjangantunjangan, bonus, cuti, kenddaraan dan sejenisnya Meliputi tata letak kantor, fasilitas kerja, perlengkapan kerja, Status ditentukan pangkat, wewenang dan peran seseorang sebagai cerminan tingkat penerimaan
Suasana kantor
Maksudnya adalah tingkat dan bentuk hubungan antar pribadi dalam lingkungan kerja
Kehidupan pribadi
Waktu yang dihabiskan untuk keluarga, teman dan hobi seseorang
Minat kerja
Pekerjaan yang memberi kepuasan bagi seseorang maupun kelompok lebih memotivasi dibanding pekerjaan yang tidak menarik
Peningkatan
Promosi, kemajuan dan peningkatan
Di sini yang dimaksud dengan
lain tempat melakukan pekerjaan.
ruang kerja bukan saja ruang
Misalnya saja bengkel, laboratorium,
perkantoran, melainkan juga ruangruang
ruang kendali dll. Ruang kerja harus
205
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
dapat memberi kenyamanan pada para
bahaya akibat terjadinya kesalahan kerja
pekerjanya. Hal ini dapat dicapai antara
akibat adanya kesalahan disain (design
lain dengan memperhatikan tata letak
induced error).
ruang kerja tersebut karena dalam
Dalam melaksanakan tugasnya,
melaksanakan tugasnya, seorang pekerja
posisi kerja seorang petugas perawatan
akan melakukan gerakan yang beragam
akan sering berubah sesuai kebutuhan.
sesuai dengan tuntutan dan gerakan ini
Karena itulah harus disediakan ruang
sangat dipengaruhi tata letak ruang
kerja yang cukup bagi petugas perawatan
kerjanya. Misalnya penempatan meja
untuk melakukan tugasnya dan ruang
kerja yang terlalu dekat dengan dinding
kerja ini haruslah tetap memberi peluang
dapat menjadi sumber potensi ketidak
bagi petugas itu untuk merubah posisi
nyamanan pekerja dan akhirnya
kerjanya.
mempengaruhi produktivitas kerjanya
Kurangnya ruang pandang
bahkan berujung pada keselamatan
maupun ruang gerak petugas perawatan
kerjanya.
dapat berakibat pada tidak beresnya pekerjaan perawatan dan hal ini sangat berpengaruh pada keselamatan operasi
2.4.1. Antropometri Antropometri, yang merupakan
instalasi itu. Peralatan/komponen yang
Engineering,
terletak pada bagian yang sulit dijangkau
membicarakan masalah ukuran tubuh
cenderung untuk diabaikan pada inspeksi
manusia. Dalam merancang tata letak
rutin. Kegiatan penservisan (servicing),
ruang kerja maupun pendisainan
misalnya saat akan memberi pelumas,
peralatan kerja yang akan dipakai,
menjadi sulit dilakukan dan menyita
pengetahuan tentang data antropometri
waktu yang banyak. Pada saat petugas
sangatlah penting diketahui agar pekerja
perawatan harus menjangkau komponen
(terutama petugas perawatan) merasa
itu misalnya karena akan mengganti, ia
nyaman dalam melakukan tugasnya.
mungkin terpaksa harus bertumpu pada
Rancangan tata letak ruang kerja maupun
komponen lain dan hal ini dapat merusak
peralatan
yang
komponen tempat ia bertumpu. Pada saat
mempunyai kompatibilitas tinggi dengan
lain ia mungkin harus mereparasi suatu
manusia yang memakainya sangat
alat tetapi ia harus melakukannya dari
penting untuk mengurangi timbulnya
posisi maupun kondisi lingkungan yang
cabang
Human
pendukungnya
206
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
tidak nyaman. Halhal itu jelas
perawatan dapat melaksanakan tugasnya
mempengaruhi unjuk kerjanya serta hasil
dengan baik. Tabel 3. menunjukkan data
kerjanya. Oleh sebab itulah perlu
anthropometri dari beberapa posisi kerja
dirancang suatu ruang kerja yang
yang biasa dilakukan.
ergonomis sehingga baik pelaksana
merupakan data Departemen Pertahanan
operasi maupun pelaksana kegiatan
A.S.
Data ini
Tabel 3. Data Anthropometri dari beberapa posisi kerja. (dalam satuan inch) Pria
Wanita
A.
Berat badan (lb)
198,8
164,5
B.
Tinggi badan
74,4
70,3
C.
Jangkauan ( posisi biasa )
34
31,1
D.
Jangkauan ( diperpanjang )
39,8
36,5
E.
Tinggi badan ( dalam posisi merentangkan kedua tangan ke atas kepala )
90,8
84,7
F.
Jarak 2 bahu ( dalam posisi merentangkan kedua tangan ke atas kepala )
16,5
14,9
G.
Tinggi badan (dalam posisi membungkuk )
59
54,6
H.
Jarak 2 bahu (dalam posisi membungkuk )
19
17,1
I.
Jarak jangkau ke atas kepala (dalam posisi duduk )
57,9
54,9
J.
Selonjor
50,3
46,7
K.
Tinggi badan ( posisi berlutut )
53,9
51,3
L.
Panjang tungkai kaki
29,7
27,8
M.
Tinggi kaki ( dalam posisi telentang dengan satu kaki di tekuk ke atas )
21,1
19,5
N.
Panjang horizontal (dalam posisi telentang dengan satu kaki ditekuk ke atas )
68,1
64,5
Sumber : Departemen Pertahanan A.S.
207
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
1.
BAB III
the ManMachine Interface in Japan,
KESIMPULAN
Proceeding of the Conference on ManMachine Interface in the Nuclear Industry, Tokyo, 1519
Kesalahan pada rancangan (design
February 1999
induced error) adalah salah satu
2. R.V.
sebab penting terjadinya kesalahan kerja. Karenanya rancangan yang baik hendaknya juga berarti mempunyai kompatibilitas tinggi dengan manusia 2.
BADALAMENTE,
Recommendation to the NRC on Human Engineering Guidelines for Nuclear
Power
Plant
Maintainability, NUREG/CR3517, March 1996.
Human Engineering perlu mendapat
3. K.A.
tempat baik dalam tahap perancangan, pemakaian maupun perawatan untuk memperkecil bahayabahaya yang timbul akibat kesalahan kerja.
SCHULTZ,
Human
Engineering Guide for Enhancing Nuclear Control Room,EPRI,NP 2411, May 1990 4. Brown, S.C., Wyckham, 2001, “Human Aspects of Man Made Systems”.
DAFTAR PUSTAKA
5. Robert Heller, Dorling Kindersley Ltd., 2003, “Motivating People”
1.
K. AISAKA, Agency of Natural
6. W. Sritomo, Ergonomi Studi Gerak
Resources and Energy, Current
dan Waktu, Teknik Analisis uNtuk
Status of and Future Prospects for
Peningkatan Produktivitas Kerja, Jakarta 1995
208