Tiarapuri, Hubungan Antara Asupan Kalsium dan Status Amenore ....
Penyuluhan dan Praktik dengan Media Kemasan Makanan Ringan terhadap Pengetahuan tentang Label Pangan pada Anak Sekolah Dasar Riesi Nur Mindiawati1, Irianton Aritonang2, Idi Setyobroto3 1,2,3
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi No.3 Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta 55293 (Email :
[email protected])
ABSTRACT Backgound: Packaged foods without labels that circulate freely in Indonesia occurred due to weak supervision system of food and lack of consumers’knowledge in choosing safe foods. Objective: The purpose of this study was to prove that counseling and practice with packaging of snacks can improve the knowledge of primary school students. Method: This research was quasy experiment with pretest-posttest with control group design. The research sited in SD Muhammadiyah Semingin in June 2015. The subjects were all 3-5 grade students of SD Muhammadiyah Semingin as many as 47 students. At the beginning of the study respondents’ knowledge was measured through a questionnaire and given treatment in the form of counseling. The second day of the study, respondents did practice with packaged snacks media. The practice was implemented by dividing two groups: the treatment group (getting assistance) and control group (without assistance) then students’ knowledge was measured through a questionnaire. The data was analyzed using statistical test paired sample t-test and Independent sample test with a confidence level of 95%. Results: The provision of counseling could improve knowledge on average by 0.92 with T-test showed 4.06 (p = 0.0001). There was no significant difference between the practices of the group that received assistance (p = 0.28) and the group that did not get the assistance (p = 0.59). Conclusions: Although education can improve students’ knowledge scores, but there was no difference in scores of the practices between the treatment and control groups. Keyword: counseling, primary school, knowledge, practice
ABSTRAK Latar Belakang: Makanan kemasan tanpa label yang beredar secara bebas di Indonesia terjadi akibat lemahnya sistem pengawasan pangan dan kurangnya pengetahuan konsumen dalam memilih makanan yang aman. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan dan praktik dengan kemasan makanan ringan terhadap pengetahuan siswa sekolah dasar. Metode: Penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan pretes-postes dengan kontrol. Lokasi penelitian di SD Muhammadiyah Semingin, yang dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Subjek adalah semua siswa kelas 3-5 SD Muhammadiyah Semingin yang berjumlah 47 siswa. Variabel bebas adalah penyuluhan, tugas rumah dan praktik melalui pendampingan dan tanpa pendampingan. Variabel terikat adalah pengetahuan siswa tentang label kemasan. Pada awal penelitian pengetahuan responden diukur melalui kuesioner dan diberikan perlakuan berupa penyuluhan. Hari kedua penelitian, responden melakukan praktik dengan media kemasan makanan ringan. Praktik dilaksanakan dengan membagi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan pendampingan (perlakuan) dan kelompok tanpa pendampingan (kontrol), dan pengetahuan siswa diukur melalui kuesioner. Analisis data menggunakan uji t berpasangan dan uji t independen pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil: Pemberian penyuluhan mampu meningkatkan skor pengetahuan rata-rata sebesar 0,92 dengan t-hitung sebesar 4,06 (p=0,0001). Ada perbedaan yang tidak signifikan skor praktik antara kelompok yang mendapat pendampingan (p = 0,28) dan kelompok yang tidak mendapatkan pendampingan (p = 0,59). Kesimpulan: Meskipun penyuluhan mampu meningkatkan skor pengetahuan siswa, tetapi tidak ada perbedaan skor praktik antara kelompok perlakuan dan kontrol. Kata kunci : Penyuluhan, sekolah dasar, pengetahuan
47
Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 2, September 2015, halaman 47-52
PENDAHULUAN Pangan merupakan makanan, minuman dan bahan makanan yang perlu diperhatikan aspek keamanan, kesehatan, penampilan dan cita rasanya, sehingga sesuai dengan selera konsumen1. Pangan di Indonesia masih jauh dari keadaan aman dan sehat. Hal ini terlihat dari data Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) pada tahun 2014, makanan dan minuman yang telah mendapat ijin / registrasi hanya sebanyak 10816 (23,3 %). BPOM pada bulan Juli 2014 menemukan 3008 item (1.305.093 kemasan) pangan, yang diantaranya 105.074 kemasan (53%) pangan tidak memiliki ijin edar, 81.121 kemasan (40,9%) pangan kadaluarsa, makanan yang tidak mencantumkan label sebanyak 6298 kemasan (3,18%), pangan rusak 5713 kemasan (2,88%) dan 78 kemasan pangan dengan label tanpa bahasa Indonesia2. Informasi pada label pangan merupakan hal penting untuk menentukan pilihan yang tepat sebelum membeli atau mengkonsumsi produk pangan kemasan3. Anak sekolah merupakan kelompok yang mudah menerima perubahan dan pembaruan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus, sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaankebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat4. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan dan praktik dengan media kemasan makanan ringan terhadap pengetahuan tentang label pangan pada anak sekolah dasar kelas 3-5 di SD Muhammadiyah Semingin, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dan praktik dengan media kemasan makanan ringan terhadap pengetahuan siswa tentang label pangan. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan siswa SD tentang label pangan, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. METODE Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan rancangan Pretest-Posttest with Control Group Design. Penelitian dilaksanakan di SD Muhammadiyah Semingin, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2015. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (penyuluhan, tugas rumah dan praktik) melalui pendampingan dan tanpa pendampingan. Sedangkan variabel terikat (pengetahuan siswa tentang label kemasan). Subjek penelitian semua siswa kelas 3-5 SD Muhammadiyah Semingin yang berjumlah 47 siswa, yakni kelas 3 terdiri dari 15 siswa, kelas 4 terdiri dari 14 siswa dan kelas 5 terdiri dari 18 siswa. Pemilihan subjek didasarkan pada kriteria inklusi, yaitu bersedia menjadi responden penelitian dan hadir pada saat pengumpulan data. Kriteria ekslusi ialah siswa tidak hadir selama penelitian berlangsung.
48
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas siswa dan pengetahuan siswa tentang label pangan yang diperoleh melalui kuesioner pengetahuan dan form tugas rumah. Data sekunder meliputi jumlah siswa dan gambaran umum SD Muhammadiyah Semingin yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan SPSS yang meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk mengetahui deskripsi masing-masing variabel, terdiri dari karakteristik siswa (umur, jenis kelamin, kelas dan informasi tentang label kemasan) dan skor pengetahuan siswa. Analisis bivariat menggunakan uji statistik Paired Sample t-test dan Independent sample t-test dengan taraf signifikansi 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN SD Muhammadiyah Semingin merupakan sekolah swasta yang berlokasi di Semingin, Sumbersari, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini dibuka pada tahun 1968, kemudian pada tahun 1988 terbagi menjadi SD Muhammadiyah 1 dan SD Muhammadiyah 2. Penggabungan dua sekolah menjadi SD Muhammadiyah Semingin terjadi pada tahun 2003. SD Muhammadiyah Semingin memiliki luas bangunan 745 m² dengan status akreditasi B pada tahun 2012. Guru dan karyawan di SD Muhammadiyah Semingin berjumlah 12 orang yang terdiri dari sembilan orang guru lulusan S1, satu orang TU lulusan S1 dan dua orang karyawan lulusan SMA. Pada tahun 2014 SD Muhammadiyah Semingin memiliki murid sebanyak 100 orang yang terdiri dari 57 siswa dan 43 siswi. SD Muhammadiyah Semingin memiliki kegiatan ekstrakurikuler diantaranya Kepramukaan, Baca tulis Al-Quran dan Drum band. Kegiatan Kepramukaan dan Baca tulis Al-Quran diikuti oleh seluruh siswa, sedangkan kegiatan Drum band hanya diikuti siswa kelas 3-5. Selain banyaknya kegiatan ekstrakurikuler, SD Muhammadiyah Semingin memiliki banyak prestasi. Keseluruhan prestasi berada pada tingkat kecamatan, prestasi yang pernah diraih diantaranya: (1) Juara III lomba MHQ Putri pada tahun 2012, 2013 dan 2014; (2) Juara III lomba MTQ Putri pada tahun 2013 dan 2014; (3) Juara III lari Putra pada tahun 2013; dan (4) Juara II Sari Tilawah Al-Quran pada tahun 2014. Sekolah ini juga memiliki fasilitas penunjang yang dapat digunakan untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan ekstrakurikuler. Adapun jumlah fasilitas penunjang sekolah terdiri dari enam ruang kelas, dan masing-masing satu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang ibadah, gudang, ruang komputer dan satu laboratorium, serta tiga kamar mandi. Karakteristik siswa yang mencakup data kelas, umur, jenis kelamin dan informasi tentang label pangan dapat mempengaruhi pengetahuan siswa. Seluruh murid kelas 3-5 terdiri dari 51 siswa, diambil sebagai sampel sebanyak 47 siswa yang memenuhi kriteria inklusi. Siswa terbanyak
Penyuluhan dan Praktik dengan Media Kemasan Makanan Ringan ....
di kelas 5 dan paling sedikit di kelas 4. Siswa laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan siswa perempuan. Siswa yang telah mendapatkan informasi tentang label pangan sebelumnya sebanyak 36 siswa (77%), sedangkan yang belum memperoleh informasi sebanyak 11 siswa (23%). Jumlah siswa per kelas dan jenis kelamin tersebar secara merata pada kelompok kontrol dan perlakuan. Pembagian kelompok kontrol dan perlakuan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor jumlah siswa per kelas, jenis kelamin dan peringkat kelas. Pengelompokan umur terjadi secara tidak merata yang mana pada kelompok umur 9 dan 11 tahun jumlah siswa kelompok kontrol dan perlakuan berbeda. Peneliti tidak memperhatikan faktor umur dalam pembagian kelompok. Hal ini terjadi karena dalam satu kelas terdapat lebih dari dua kelompok umur. Siswa yang sudah mendapatkan informasi tentang label pangan sebelum penelitian sebesar 52,78% (kontrol) dan 47,22 % (perlakuan). Informasi tentang label pangan didapat melalui kemasan makanan, televisi dan internet. Informasi ini nantinya akan mempengaruhi siswa dalam memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap tentang label pangan. Distribusi siswa dirinci berdasarkan karakteristik dan kelompok (kontrol dan perlakuan) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi subjek menurut karakteristik kelompok Variabel
Karakteristik
Kelas
Jenis Kelamin Umur (Tahun)
Informasi Label Pangan
Kontrol
Perlakuan
n
%
n
%
3
7
46,67
8
53,33
4
7
50
7
50
5
9
50
9
50
Laki-Laki
13
50
13
50
Perempuan
10
47,62
11
52,38
8
1
50
1
50
9
3
37,50
5
62,50
10
8
50
8
50
11
9
75
3
25
12
2
50
2
50
Belum
4
36,36
7
63,64
Sudah
19
52,78
17
47,22
Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan tentang Label Pangan Rata-rata (mean) skor pretes kedua kelompok sebesar 8,26 dengan rasio skewness sebesar -0,40 dan rasio kurtosis sebesar -1,46 yang artinya berada diantara ±2. Demikian pula rata-rata skor postes sebesar 9,17 dengan rasio skewness sebesar -1,14 dan rasio kurtosis sebesar
-0,96 yang berada diantara ±2. Nilai mean sebelum dan sesudah penyuluhan menandakan adanya peningkatan pengetahuan siswa, sedangkan rasio skewness dan kurtosis menandakan bahwa data berdistribusi normal. Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan Untuk melihat perbedaan data secara signifikan maka dilakukan uji statistik dua rata-rata Independent sample t-test. Uji ini menggunakan nilai signifikansi dua sisi (2-tailed). Jika nilai signifikasi > 0,05 maka data tersebut dinyatakan tidak berbeda Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji independent sample t-test Pretes Postes ∆ Pretes-Postes StatisPerlaPerlaPerlatik Kontrol Kontrol Kontrol kuan kuan kuan t
-0,24
-0,23
p
0,81
0,82
Mean
8,17
8,33
9,09
9,25
0,92
0,92
Sd
2,27
2,22
2,52
2,35
0,25
0,13
Nilai p sebelum penyuluhan sebesar 0,81 (> 0,05) dan sesudah penyuluhan sebesar 0,82 (> 0,05), sehingga dapat dikatakan peningkatan pengetahuan kelompok kontrol dan perlakuan relatif sama. Selain itu, rata-rata skor sebelum dan sesudah penyuluhan pada kedua kelompok meningkat sebesar 0,92, maka penyuluhan berpengaruh terhadap peningkatan skor pengetahuan kelompok kontrol dan perlakuan. Pengaruh penyuluhan terhadap skor pengetahuan diketahui melalui perbandingan ratarata skor pengetahuan (Gambar 1).
Gambar 1. Grafik peningkatan pengetahuan pretes dan postes
49
Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 2, September 2015, halaman 47-52
Pengaruh penyuluhan pada kelompok kontrol dan perlakuan Uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan siswa dengan menggunakan uji paired sample t-test, yang mana bila nilai signifikansi p <0,05 maka dapat dikatakan bahwa penyuluhan mampu meningkatkan pengetahuan siswa. Nilai signifikansi (p) kelompok kontrol sebesar 0,004 (< 0,05) dan kelompok perlakuan sebesar 0,015 (<0,05), maka dapat dikatakan bahwa penyuluhan mampu meningkatkan pengetahuan responden secara signifikan. Artinya, penyuluhan yang diberikan berpengaruh terhadap peningkatan skor pengetahuan siswa kedua kelompok. Kajian lebih lanjut menunjukkan bahwa skor pengetahuan kelompok perlakuan meningkat dan ratarata skor pengetahuannya lebih baik dibanding kelompok kontrol5. Korelasi skor pengetahuan pretes dan postes Hubungan antara skor pengetahuan pretes dan postes dapat diketahui dengan uji korelasi bivariat, yang mana diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,78 (>0,5). Artinya terdapat korelasi kuat antara kedua rata-rata nilai pretes dan postes serta signifikansi secara statistik. Selanjutnya uji korelasi parsial dengan mengontrol varibel lain yang mungkin ikut mempengaruhi korelasi antara skor pengetahuan pretes dan postes. Hasil analisis antara korelasi bivariat dan korelasi parsial tidak jauh berbeda, yang mana korelasi parsial antara skor pengetahuan pretes dan postes tetap menunjukkan korelasi yang kuat ( r > 0,5 dan p < 0,0001). Artinya bahwa faktor kelas, jenis kelamin, umur dan informasi label pangan tidak mempengaruhi korelasi hasil skor pengetahuan pretes dan postes. Kategori skor pengetahuan siswa Skor pengetahuan siswa dikategorikan menjadi baik (skor > 75), cukup (skor 56-75) dan kurang (skor ≤ 55)6. Hasil pengkategorian pengetahuan responden pada pretes dan postes akan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil pengkategorian pengetahuan responden Kategori
Pretes
Postes
∆ Pretes-Postes
n
%
n
%
n
%
Kurang
18
38,30
12
25,53
6
33,33
Cukup
14
29,79
11
23,40
3
16,67
Baik
15
31,91
24
51,06
9
50
Jumlah
47
100
47
100
18
100
50
Ketiga kategori mengalami perubahan nilai dari pretes ke postes, yakni pada kategori baik sebesar 50%, kategori kurang sebesar 33,33%, kategori cukup sebesar 16,67%. Perubahan kategori yang terjadi dapat berupa peningkatan maupun penurunan skor. Perubahan pengetahuan responden terjadi secara fluktuatif yang mana terdapat peningkatan dan penurunan pada pretes dan postes pengetahuan hasil penyuluhan. Siswa yang memiliki pengetahuan baik dari pretes ke postes menempati jumlah skor terbanyak sebesar 27,66%. Akan tetapi, masih ada siswa yang memiliki pengetahuan yang tetap kurang sebesar 23,4% dan 2,13%. Tingkat pengetahuan tentang label makanan kemasan akan mempengaruhi responden dalam melakukan praktik pemilihan makanan kemasan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan responden, semakin baik pula praktik responden dalam pemilihan makanan kemasan7. Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah dipelajari masih melekat dalam ingatan siswa. Untuk mengetahui retensi siswa terhadap pengetahuan tentang label pangan, disajikan analisis retensi skor pengetahuan postes 1 dan postes 2 (Tabel 4). Tabel 4. Deskripsi skor pengetahuan postes 1 dan postes 2 Postes 1 Statistik
Postes 2
∆ (perubahan)
PerlaPerlaPerlaKontrol Kontrol Kontrol kuan kuan kuan
Skor Minimum Skor Maksimum
12
13
13
13
1
0
Mean
9,08
9,25
9,61
9,96
0,53
0,71
4
4
5
5
1
1
Diketahui bahwa skor maksimum kelompok perlakuan adalah sama, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat peningkatan. Silai minimum pada kelompok kontrol dan perlakuan terjadi peningkatan, demikian pula pada ratarata nilai meningkat sebesar 0,53 (kontrol) dan 0,71 (perlakuan). Peningkatan pengetahuan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa siswa kelompok perlakuan memiliki daya ingat atau daya serap yang baik terhadap materi tentang label pangan dibandingkan siswa kelompok kontrol. Apa yang diingat oleh individu berupa kejadian yang pernah dialami dan dimasukkan dalam alam kesadaran kemudian disimpan dan pada suatu ketika kejadian itu ditimbulkan kembali diatas kesadaran8. Hasil analisis rerata skor pengetahuan responden pada postes 1 dan postes 2 disajikan pada Gambar 2.
Penyuluhan dan Praktik dengan Media Kemasan Makanan Ringan ....
Gambar 2. Grafik peningkatan pengetahuan postes 1 dan postes 2 Salah satu faktor penyebab siswa memiliki daya ingat yang baik terhadap materi label pangan adalah tugas rumah yang telah diberikan. Tugas rumah diberikan pada hari pertama penelitian dan dikumpulkan pada hari kedua penelitian sebelum postes 2 dilaksanakan. Tugas rumah yang diberikan kepada siswa berjumlah tujuh item/soal, yang mana hasil dari 47 siswa sebanyak 17% kategori kurang, 29,8% kategori cukup dan 53,2% kategori baik. Artinya, lebih dari setengah dari jumlah subjek menjawab pertanyaan dengan baik. Beberapa siswa mengaku telah menggunakan teknologi internet untuk membantu pengerjaan tugas rumah. Kemajuan teknologi internet membuat para siswa lebih aktif untuk mencari informasi. Informasi yang didapatkan lebih lengkap sehingga mempengaruhi daya ingat siswa terhadap informasi tentang label pangan. Pengetahuan responden yang berumur muda lebih tinggi dibanding responden yang berumur umur > 30 tahun, yang mana responden telah menggunakan media elektronik sebagai salah satu sumber informasi9. Siswa diharapkan dapat menyimpan informasi yang diterima, mengingat dan menggunakannya, maka informasi yang disampaikan harus segera dipraktikkan10. Untuk itu, pada penelitian ini praktik dengan media kemasan makanan ringan dilakukan oleh kedua kelompok agar informasi yang telah diberikan melalui penyuluhan tetap melekat dalam ingatan siswa. Peningkatan pengetahuan responden diketahui setelah dilakukan praktik dengan kemasan makanan ringan. Deskripsi pengetahuan responden pada postes 2 dan postes 3 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Deskripsi skor pengetahuan postes 2 dan postes 3 Statistik
Minimum Maksimum Mean
Postes 2 Postes 3 ∆ (perubahan) PerlaPerlaPerlaKontrol Kontrol Kontrol kuan kuan kuan
5 13 9,61
5 13 9,96
6 13 9,61
7 13 10,25
1 0 0
2 0 0,29
Skor minimum pada kelompok kontrol dan perlakuan terjadi peningkatan dibandingkan skor postes 2. Ratarata skor pengetahuan kelompok kontrol tidak mengalami perubahan, sedangkan pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan sebesar 0,29. Hal ini terjadi karena kelompok perlakuan mendapatkan pendampingan. Media yang digunakan untuk praktik berupa media kemasan asli yaitu kemasan biskuit. Frekuensi makanan jajanan biskuit lebih sering dikonsumsi anak umur 9-12 tahun di perdesaan dibandingkan anak di perkotaan11. Siswa kelompok perlakuan turut aktif mengikuti praktik dengan menggunakan media kemasan biskuit. Selama praktik berlangsung, responden dapat menunjukkan label yang terdapat pada kemasan biskuit dengan benar sehingga dengan adanya pendampingan praktik menggunakan kemasan biskuit mampu meningkatkan pengetahuan siswa tentang label pangan. Perilaku membaca label informasi nilai gizi produk pangan kemasan dapat mempengaruhi pengetahuan responden12. Skor maksimum kedua kelompok pada postes 2 dan postes 3 adalah sama, tetapi nilai standar deviasi mengalami penurunan. Selisih skor pengetahuan kelompok perlakuan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa daya serap kelompok perlakuan terhadap praktik dengan kemasan biskuit lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan yang lebih signifikan pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa praktik dengan pendampingan menggunakan media biskuit dapat membantu siswa dalam memahami materi penyuluhan yang telah disampaikan. Benda asli memiliki intensitas yang paling tinggi dalam mempersepsikan bahan pengajaran13. Penelitian ini menggabungkan benda asli dan kata-kata, yang mana benda asli diwujudkan dalam praktik sedangkan katakata disampaikan dalam penyuluhan. Penggabungan tersebut mampu meningkatkan pengetahuan responden pada kelompok kontrol dan perlakuan. Analisis perbedaan pengetahuan pada skor postes 2 dan postes 3 diketahui bahwa ada perbedaan skor pengetahuan yang tidak signifikan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Salah satu faktor yang menyebabkan hasil analisis tidak berbeda ialah kebosanan. Siswa merasa bosan dalam mengerjakan kuesioner dengan pertanyaan yang sama berulangulang. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal yang mana akan diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam14. Kebosanan dapat menjadi pertanda bahwa minat siswa dalam mengerjakan kuesioner berkurang, sehingga antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak terdapat perbedaan skor pengetahuan.
51
Jurnal Nutrisia, Vol. 17 Nomor 2, September 2015, halaman 47-52
KESIMPULAN 1. Rata-rata skor pengetahuan siswa tentang label pangan sebelum dan sesudah penyuluhan masingmasing 8,26 dan 9,17. Penyuluhan berpengaruh terhadap peningkatan skor pengetahuan tentang label pangan sebesar 0,92. 2. Praktik dengan pendampingan berpengaruh terhadap peningkatan skor pengetahuan siswa tentang label pangan sebesar 0,29. Sedangkan praktik tanpa pendampingan berpengaruh tidak signifikan terhadap peningkatan pengetahuan siswa tentang label pangan. 3. Ada perbedaan pengetahuan yang tidak signifikan antara kelompok yang mendapat pendampingan dengan kelompok yang tidak mendapat pendampingan.
5.
6. 7.
8. SARAN 1. Intensitas dan jarak waktu pemberian penyuluhan dan praktik agar diperhatikan untuk mempertahankan pengetahuan jangka panjang. 2. Instrumen yang digunakan mengukur keberhasilan antara penyuluhan dan praktik agar berbeda untuk menghindari timbulnya kebosanan siswa. DAFTAR PUSTAKA 1. Kristiyanti,C . 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika. 2. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Intensifikasi Pengawasan Pangan Jelang dan Selama Bulan Ramadhan 1435 H. Diunduh tanggal 13 November 2014 pada www.bpom.go.id 3. Khomsan .2006. Solusi Makanan Sehat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 4. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
52
9. 10. 11. 12.
13. 14.
Ikada, Delina. 2010. Tingkat Penerimaan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya terhadap Pengetahuan Gizi Anak Sekolah Dasar. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia IPB. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Devi, V. 2013. Praktek Pemilihan Makanan Kemasan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Label Produk Makanan Kemasan, Jenis Kelamin dan Usia Konsumen di Pasar Swalayan ADA Setiabudi Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, 2(2). Diunduh tanggal 27 juli 2015 pada www.jurnal.unimus.ac.id . Baharudin. 2010. Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Karlina, E. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Konsumen tentang Label Kemasan. Skripsi Prodi DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Aritonang, I. 2013. Menilai Kadarzi. Yogyakarta: Leutikabooks. Sumedi, E. 2013. Pola Konsumsi Anak Umur 6 Bulan -12 Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi Indonesia, 36(2): 131-142. Jannah. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Membaca Label Infotmasi Nilai Gizi Produk Pangan Kemasan pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Skripsi. Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta. Mubarok. 2007. Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.