SKRIPSI
PENGARUH LABEL KEMASAN PANGAN TERHADAP KEPUTUSAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MEMBELI MAKANAN RINGAN DI KOTA BOGOR
Oleh : SUSANTO F24103134
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Susanto. F24103134. Pengaruh Label Kemasan Pangan Terhadap Keputusan Siswa Menengah Atas dalam Membeli Makanan Ringan di Kota Bogor. Di bawah Bimbingan: Prof. Dr. Ir. H. Dedi Fardiaz, MSc
Ringkasan Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Keberadaan label pangan pada kemasan membuat label memiliki fungsi penting baik bagi konsumen maupun bagi produsen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan kuesioner sebagai instrumen yang digunakan untuk pengambilan data. Populasi yang digunakan sebagai sampel adalah siswa SMA di Kota Bogor yang berjumlah 22.653 orang. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah penentuan sekolah dan tahap kedua adalah penentuan siswa yang akan dijadikan responden. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin. Sekolah yang terpilih adalah SMA N 1 Bogor dan SMA Pembangunan 1. Jumlah minimal sampel yang harus diambil adalah 100 orang (hasil pembulatan). Kuesioner yang disebar sebanyak 130 kuesioner, tetapi hanya 103 responden yang mengisi dengan benar. Sebanyak 51,5% reponden berasal dari SMA Pembangunan 1 dan sisanya, yaitu sebanyak 48,5% berasal dari SMA N 1 Bogor. Responden lakilaki berjumlah 49,5% dan responden wanita berjumlah 50,5%. Usia siswa yang dijadikan sampel penelitian antara 1419 tahun. Responden yang beragama Islam sebanyak 96,1% dan Kristen sebanyak 3,9%. Sebanyak 64,1% responden memiliki tingkat pengeluaran per bulan antara Rp. 300.000 – Rp. 500.000, sedangkan 30,1% memiliki pengeluaran
Rp. 500.000. Pengetahuan responden tentang label kemasan pangan tergolong cukup baik. Hanya 2,9% responden saja yang memiliki pengetahuan mengenai label kemasan pangan kurang baik. Kebanyakan responden mendapatkan informasi mengenai label kemasan pangan dari media elektronik (42, 7%) dan keluarga (36,9%). Responden yang memperhatikan label kemasan pangan sebelum membeli makanan berjumlah 61,2%. Faktor yang mempengaruhi perhatian responden terhadap label kemasan pangan adalah sumber informasi dengan nilai asymp.sig 0,01 (< α = 0,05), sedangkan faktorfaktor lainnya (jenis kelamin, asal sekolah, usia, agama, tingkat pengetahuan, dan tingkat pengeluaran) tidak berpengaruh terhadap responden. Label kemasan pangan yang paling diperhatikan responden adalah label halal (36,5%), waktu kadaluarsa (34,9%), nama produk (20,6%), dan komposisi makanan (7,9%). Sebanyak 88,9% responden memutuskan untuk tidak jadi membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya dan hanya 11,1% yang tetap membeli makanan walaupun tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya. Keputusan responden untuk tidak atau tetap
i
membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor yang diteliti pada penelitian ini.
ii
PENGARUH LABEL KEMASAN PANGAN TERHADAP KEPUTUSAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MEMBELI MAKANAN RINGAN DI KOTA BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh : SUSANTO F24103134
2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
iii
PENGARUH LABEL KEMASAN PANGAN TERHADAP KEPUTUSAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MEMBELI MAKANAN RINGAN DI KOTA BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh : SUSANTO F24103134 Dilahirkan pada tanggal 04 Januari 1983 Di Bogor Tanggal Lulus : Menyetujui, Bogor, Mei 2008
Prof. Dr. Ir. H. Dedi Fardiaz, MSc. Pembimbing
Mengetahui, Bogor, Mei 2008
Dr. Ir. Dahrul Syah Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 04 Januari 1983. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara, pasangan Darmo dan Rimah. Jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN Sukamaju 3 (19901996), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Depok (19961999), dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Depok (1999 2002). Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Isntitut Pertanian Bogor pada tahun 2003, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitian kegiatan di dalam kampus, diantaranya Kongres Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan (HMPPI) I (2005), Masa Perkenalan Fakultas (TechnoF) (2006), Masa Perkenalan Departemen Ilmu dan teknologi Pangan (BAUR) (2006). Selain itu, penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian (2004 2006). Penulis pernah menjadi utusan BEM Fakultas Teknologi Pertanian untuk mengikuti PIMNAS XVII di Padang. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006. Penulis melakukan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian dengan judul PENGARUH LABEL KEMASAN PANGAN TERHADAP KEPUTUSAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MEMBELI MAKANAN RINGAN DI KOTA BOGOR di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim. Puji dan syukur penulis ucapkan atas segala nikmat, kemudahan, petunjuk, dan berbagai hal yang telah ALLAH SWT limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Label Kemasan Pangan Terhadap Keputusan Siswa Menengah Atas dalam Membeli Makanan Ringan di Kota Bogor. Skripsi ini penulis susun dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz Muchtadi, MSc. Ucapan terima kasih ingin penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu : 1. Bapak, Mami, Bang Ndi, Bang Yono, dan Bang Icham atas segala kasih sayang, perhatian, dan do’a tiada henti kepada penulis selama ini. 2. Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz Muchtadi, MSc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan saran kepada penulis dalam meyusun skripsi ini. 3. Dosendosen dan staf ITP atas ilmu dan bantuannya selama penulis kuliah. 4. Bu Marlen (SMA N 1 Bogor) dan Pak Sugeng (SMA Pembangunan 1) atas bantuannya dalam pengambilan data. 5. Siswasiswa SMA N 1 Bogor dan SMA Pembangunan 1 yang bersedia menjadi responden. 6. Temanteman lamaku Dio, Galih, Oho, OQ, Koko, Yogi, dan Uci atas semua kelucuan, nasehat, dan dukungannya. 7. Kwintanto Sambodo, Chaerul Umam, M. Ihsanur, dan Bot Pranadi atas semua nasehatnya kepada penulis. 8. Temanteman satu bimbingan, Titin, Fanny, dan Gading atas semua kebersamaannya. 9. Temanteman satu Kost, Aliy, Ramdhan, Mamo, dan Mas Duta. 10. Temanteman Fateta, Redy, Agung, Kukuh, Isti, Bubun, Mas Hanif, Ikhlas, Tarwin. 11. Temanteman Asrama, Steph, Cholil, Susfa, Sony, Slamet, Sudar, Potel, dll. 12. M. Fachrial Thalib, atas semua cerita dan usulnya.
vi
13. Temanteman golongan praktikum D, Andal, Teddy, Sarwo, Eko, Usman, Andreas, Agus, Arga, Dion, Ratna, Pauline, Andrea, Rucit, Annis, Ika, Dini, Dea, Intan, Adisti, Mardi, Angel, Eka, Prima, Mae, Gading, Lasty, Maya. 14. Temanteman TPG ’40, Aan, Aca, Iin, Indach, Oboth, Meiko, Rahmat, Mitool, Lala, Ozan, Arie, Helmy, dan lainlain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, atas semua bantuannya kepada penulis selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2008
Penulis
vii
DAFTAR ISI RINGKASAN...........................................................................................................i RIWAYAT HIDUP.................................................................................................iv KATA PENGANTAR.............................................................................................v DAFTAR ISI..........................................................................................................vii DAFTAR TABEL...................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
I.PENDAHULUAN.................................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 B. Perumusan Masalah.....................................................................................3 C. Tujuan..........................................................................................................3 D. Kegunaan Penelitian.....................................................................................3 II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5 A. Pangan...........................................................................................................5 B. Label Kemasan Pangan.................................................................................7 C. Perilaku Konsumen.....................................................................................11 1. Faktor individu konsumen......................................................................12 2. Faktor lingkungan...................................................................................13 D. Remaja…………………………………………………………………….14 E. Makanan Ringan…………………………………………………………15 III. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................17 A. Kerangka Pemikiran....................................................................................17 B. Desain Penelitian.........................................................................................19 C. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................19 D. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................20 E. Pengumpulan Data.......................................................................................21 F. Instrumentasi................................................................................................22 G. Pengujian kuesioner....................................................................................22 I. Metode Analisis Data...................................................................................24 DEFINISI OPERASIONAL...........................................................................26
viii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................27 4.1 Gambaran Umum Responden....................................................................27 4.1.1 Karakteristik individu responden......................................................27 4.1.2 Pengetahuan responden tentang label kemasan pangan....................29 4.1.3 Sumber informasi responden.............................................................32 4.1.4. Perilaku responden......................................................................................33
4.1.4.1. Atribut produk utama yang paling diperhatikan responden......33 4.1.4.2. Perhatian responden terhadap label kemasan pangan.........................34
4.2.Karakteristik Responden dan Perhatian Terhadap Label Kemasan Pangan.......................................................................................................35 4.2.1 Asal Sekolah dan perhatian terhadap label kemasan pangan............35 4.2.2 Jenis Kelamin dan perhatian terhadap label kemasan pangan..........36 4.2.3 Usia dan perhatian terhadap label kemasan pangan..........................38 4.2.4 Agama dan perhatian terhadap label kemasan Pangan................................................................................................39 4.2.5. Tingkat pengeluaran tentang label kemasan pangan dan perhatian konsumen terhadap label kemasan pangan........................39 4.2.6 Tingkat pengetahuan responden dan perhatian terhadap label kemasan pangan.......................................................................41 4.2.7 Sumber informasi responden dan perhatian terhadap label kemasan pangan................................................................................42 4.3 Pengaruh Label Kemasan Pangan terhadap Keputusan Responden..........43 4.3.1. Label kemasan yang paling diperhatikan responden........................43 4.3.2. Pengaruh label kemasan pangan terhadap keputusan responden...............44
4.3.3. Label kemasan pangan dan keputusan responden............................45 V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................50 A. Kesimpulan....................................................................................................50 B. Saran..............................................................................................................51 VI. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................52 LAMPIRAN...........................................................................................................56
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Sebaran konsumen berdasarkan jenis kelamin....................................................27 Tabel 2. Sebaran konsumen berdasarkan asal sekolah..........................................27 Tabel 3. Sebaran konsumen berdasarkan usia...................................................................28 Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan agama...............................................................28 Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengeluaran..........................................29 Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan pengetahuan terhadap label..............................30 Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan sumber informasi.............................................33 Tabel 8. Sebaran konsumen berdasarkan atribut produk yang paling diperhatikan..........34 Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan perhatiannya terhadap label kemasan pangan..35 Tabel 10.Tabulasi silang antara asal sekolah responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan.........................................................................................36 Tabel 11. Tabulasi silang antara jenis kelamin responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan.......................................................................................37 Tabel 12. Tabulasi silang antara usia responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan................................................................................................38 Tabel 13. Tabulasi silang antara agama dan perhatian terhadap label kemasan pangan........................................................................................39
Tabel 14. Tabulasi silang antara tingkat pengeluaran dan perhatian terhadap label kemasan pangan.......................................................................................40
Tabel 15. Tabulasi silang antara pengetahuan dan perhatian................................41 Tabel 16. Tabulasi silang antara sumber informasi dan perhatian responden terhadap label kemasan pangan........................................................................42 Tabel 17. Sebaran responden berdasarkan label kemasan pangan yang paling diperhatikan...........................................................................................44 Tabel 18. Sebaran konsumen berdasarkan keputusannya.................................................44 Tabel 19. Tabulasi silang antara label kemasan pangan yang diperhatikan dan keputusan responden........................................................................................45
Tabel 20.Alasan responden tetap membeli makanan dihubungkan dengan atribut yang diperhatikan dan pengeluaran responden...........................48 Tabel 21. Tabulasi silang antara sumber informasi responden dan responden................50
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur kerangka pemikiran penelitian...................................................18
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar SMA yang ada di Kota Bogor...............................................56 Lampiran 2. Daftar siswa yang menjadi responen pada penelitian ini.................58 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian yang digunakan untuk mengambil data.........65 Lampiran 4. Perhitungan reliabilitas....................................................................71 Lampiran 5. Data responden berdasarkan jawaban yang benar pada setiap pertanyaan mengenai pengetahuan tentang label kemasan pangan.73 Lampiran 6. Uji chi square antara asal sekolah dan perhatian.............................74 Lampiran 7. Uji Chi Square antara jenis kelamin dengan perhatian ...................75 Lampiran 8. Uji chi square antara usia dan perhatian .........................................76 Lampiran 9. Uji chi square antara pengeluaran dan perhatian.............................77 Lampiran 10. Uji Chi square antara tingkat pengetahuan dan perhatian.............78 Lampiran 11. Uji Chi square antara sumber informasi dan perhatian..................79 Lampiran 12. Uji chi square antara label kemasan pangan yang diperhatikan dengan keputusan responden.....................................80 Lampiran 13. Uji chi square antara sumber informasi dengan keputusan responden......................................................................81 Lampiran 14. Hasil uji chi square antara agama responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan...............................................82
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan bahan pengemas pangan berlangsung sejalan dengan upaya produsen pangan untuk mempertahankan mutu dan keamanan pangan selama mungkin. Mutu pangan yang terjaga dalam waktu yang lama akan memudahkan produsen dalam mendistribusikan produknya kepada konsumen yang letaknya sangat jauh sekalipun. Selain berfungsi menjaga mutu, kemasan pangan
juga
bisa dimanfaatkan oleh produsen untuk
memperkenalkan produknya kepada konsumen termasuk di dalamnya adalah memberikan informasiinformasi yang lebih detail mengenai produk tersebut, seperti komposisi bahan, nilai gizi dan lainlain. Selain informasi mengenai produk tersebut, produsen juga boleh mencantumkan klaimklaim yang dapat memikat konsumen, namun informasi dan klaim yang dicantumkan harus benar, jelas, dan jujur, sesuai dengan ketentuan pasal 4 undangundang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Informasi yang jelas dan benar yang terdapat pada label kemasan pangan akan memudahkan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli atau tidak jadi membeli suatu produk pangan. Jika produsen sudah secara benar mencantumkan label kemasan pangan maka yang harus dicermati adalah kesadaran konsumen dalam memanfaatkan sarana tersebut. Walaupun produk pangan semakin beragam dewasa ini, tetapi hal itu tidak akan menyulitkan konsumen dalam memilih jika mereka mau memperhatikan label kemasan pangan dari produkproduk yang ada di pasaran. Label kemasan pangan adalah sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk makanan karena konsumen tidak bisa bertemu langsung dengan produsennya. Oleh karena itu label dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Masyarakat di negara maju sudah terbiasa membaca label kemasan pangan dengan cermat dan teliti serta membandingkan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih, serta harganya sebelum mereka membeli.
1
Menurut Moniharapon (1998), tujuan pemberian label kemasan pangan adalah agar masyarakat yang membeli dan mengkonsumsinya memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan, sebelum memutuskan akan membeli atau mengkonsumsi produk pangan tersebut. Label kemasan pangan memiliki banyak manfaat bagi konsumen, namun seringkali isinya tidak dimengerti oleh konsumen dan bisa jadi justru mengelabui konsumen. Oleh karena itu pemerintah mengatur ketentuan pencantuman label dalam undangundang no 7 tahun 1996 tentang pangan dan juga dalam Peraturan Pemerintah no 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan dengan maksud untuk melindungi konsumen. Walaupun sudah ada peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur pencantuman label kemasan pangan, tetapi kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak informasi yang tertera dalam label kemasan pangan belum tentu sesuai dengan kandungan dalam makanan tersebut. Beberapa penelitianYayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang dilakukan pada tahun 2004 mengungkapkan banyak fakta ketidaksesuaian antara label dengan isi dalam kemasan. Seringkali ditemukan label yang kurang informatif dan bahkan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, sayangnya hanya sedikit konsumen yang peduli. Salah satu contoh penyimpangan yang dikemukakan oleh YLKI adalah pencantuman gambar, misalnya pada kemasan mie instan dicantumkan gambar mie instan dengan telur dan ayam yang menggugah selera. Gambar ini menyesatkan karena di dalam produk tersebut tidak terdapat telur dan ayam. Kenyataankenyataan di atas tentunya sangat memprihatinkan, tetapi di sisi lain hal itu justru menggambarkan pentingnya label kemasan pangan bagi produsen untuk menarik perhatian konsumen. Sampaisampai ada produsen makanan yang rela melakukan kebohongan lewat label kemasan pangan yang dicantumkannya. Dari sisi konsumen, kebohongan tersebut tentunya sangat merugikan, tetapi hal ini hanya berlaku bagi mereka yang memperhatikan label kemasan pangan. Karena itulah, peneliti ingin mengetahui perhatian
2
konsumen terhadap label kemasan pangan dan pengaruh label tersebut dalam keputusan konsumen.
B. Perumusan Masalah Pemberian label pada kemasan pangan ditujukan untuk mempermudah konsumen memilih produk pangan yang sesuai dengan keinginannya, termasuk aspek keamanan dari produk pangan tersebut. Sayangnya belum semua konsumen memanfaatkan keberadaan label secara tepat. Oleh karena itu, dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Dari sisi apa konsumen memutuskan membeli makanan? 2. Bagaimanakah hubungan antara faktor internal (karakteristik individu dan pengetahuan konsumen tentang label kemasan pangan) dan faktor eksternal dengan perilaku konsumen (perhatian konsumen pelajar terhadap label kemasan pangan)? 3. Bagaimanakah hubungan antara perhatian terhadap label kemasan pangan dengan keputusan pembelian konsumen?
C. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui urutan atribut produk dan keterangan label kemasan pangan yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli makanan ringan. 2. Untuk mengetahui hubungan antara faktor internal (karakteristik individu konsumen dan pengetahuan konsumen tentang label kemasan pangan) dan faktor eksternal dengan perilaku konsumen (perhatian konsumen terhadap label kemasan pangan). 3. Untuk mengetahui hubungan antara perhatian konsumen terhadap label kemasan pangan dengan keputusan pembelian konsumen.
D. Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku konsumen dalam memanfaatkan label kemasan pangan.
3
2. Penelitian ini juga bisa menjadi bahan pelajaran bagi konsumen tentang pentingnya membaca label kemasan sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk pangan. 3. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi masukan bagi pihakpihak terkait untuk lebih mensosialisasikan kegunaan label kemasan pangan kepada konsumen dan juga produsen.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki dan pemenuhan akan kebutuhan pangan merupakan hak asasi setiap orang, dengan demikian, pangan bagi penduduk harus tersedia setiap saat dimana saja penduduk membutuhkannya (Fardiaz dan Fardiaz, 2003). Hal serupa juga dinyatakan oleh Wirakartakusumah (2001) bahwa pangan adalah kebutuhan dasar bagi manusia dan pemenuhannya merupakan hak asasi setiap warga masyarakat, sehingga pangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu, bergizi, beragam dengan harga yang terjangkau oleh kemampuan daya beli masyarakat. Pangan yang tersedia bagi konsumen harus bermutu dan aman berdasarkan suatu standar, sehingga tidak membahayakan dan merugikan kesehatan konsumen. Penyelenggaraan pangan juga harus dilakukan dengan jujur dan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu mewujudkan sumberdaya yang berkualitas. Pangan memiliki pengertian yang luas, mulai dari pangan esensial bagi kehidupan manusia yang sehat dan produktif (keseimbangan kalori, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serat, dan zat esensial lain) serta pangan yang dikonsumsi atas kepentingan sosial dan budaya seperti untuk kesenangan, kebugaran, kecantikan dan sebagainya. Jadi pangan tidak hanya berarti pangan pokok dan jelas tidak hanya berarti beras, melainkan pangan yang terkait dengan berbagai hal lain (Krisnamurti, 2003). Harper, Deaton dan Driskel (1986) mengemukakan bahwa pangan adalah bahanbahan yang dimakan seharihari yang berguna untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Pangan menyediakan unsurunsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Zat gizi tersebut berfungsi menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh, dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Menurut Susanto (1989), pangan memiliki enam unsur fungsi sosial, yaitu:
5
1. Fungsi gastronomik Makanan dikonsumsi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan perut yang lapar. Selain itu makanan yang dicari umumnya yang memenuhi selera dan kesenangan orang yang mengkonsumsi. Pada umumnya kesenangan seseorang akan makanan berlandaskan pada dasar dasar psikologis, budaya, dan golongan etnik. 2. Bagian dari sistem budaya. Makanan dapat memberikan identitas pada individu, kelompok individu atau masyarakat yang mengkonsumsi makanan tersebut. 3. Fungsi religi dan magis. Pada masyarakat tertentu terdapat banyak sekali simbol religi dan magis yang dicerminkan melalui makanan tertentu dalam berbagai bentuk, rasa, dan warna, misalnya nasi kuning, nasi tumpeng, bubur merah dan putih, ketan kuning yang biasa disajikan dalam acara selametan. 4. Fungsi komunikasi. Komunikasi nonverbal dapat dicerminkan dalam bentuk makanan sebagai simbol keramahtamahan. 5. Fungsi status sosial ekonomi. Hampir semua budaya masyarakat memiliki jenis makanan tertentu yang mencirikan simbol status sosialekonomi. Roti putih dipandang memberi status sosial ekonomi lebih tinggi kepada konsumennya dibandingkan roti berwarna kecoklatan di Eropa atau di Indonesia beras berwarna lebih putih mencirikan konsumennya termasuk golongan berstatus sosialekonomi lebih tinggi. 6. Simbol kekuasaan/kekuatan. Negara besar yang biasanya memberikan bantuan kepada negara miskin yang kekurangan pangan, sewaktuwaktu dapat memberhentikan subsidi pangannya, hal ini terjadi karena negara yang dibantu tidak mendukung politik luar negeri negara tersebut.
6
B. Label Kemasan Pangan Informasi tentang produk pada umumnya tertera pada label. Label dapat didefinisikan sebagai tulisan, tag, gambar atau pengertian lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias atau dicantumkan dengan cara apapun, pemberi kesan yang terdapat pada suatu wadah atau pengemas (Wijaya, 2001). Masih menurut Wijaya (2001), secara garis besar, tujuan pelabelan adalah sebagai berikut: 1. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi kemasan tanpa harus membuka kemasan. 2. Memberi petunjuk yang tepat bagi konsumen sehingga diperoleh fungsi produk yang optimum. 3. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang halhal yang perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama halhal yang tak dapat diketahui secara fisik. 4. Sarana periklanan bagi produsen. 5. Memberi “rasa aman” pada konsumen. Berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan pasal 30 ayat 1, “Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.” Pada pasal yang sama ayat 2, “Label memuat sekurang kurangnya keterangan mengenai nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia; keterangan tentang halal; tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa”. Menurut Wijaya (2001) kriteria penulisan label mencakup (a) tulisan menggunakan huruf latin atau arab; (b) ditulis dengan bahasa Indonesia dengan huruf latin; (c) ditulis jelas, lengkap, mudah dibaca (ukuran minimal 0,75 mm dan warna kontras); (d) tidak boleh mencantumkan segala hal baik kata, tanda, atau gambar yang menyesatkan; (e) tidak boleh mencantumkan nasihat, referensi, pernyataan dari siapapun dengan tujuan menaikkan penjualan. Adapun isi label mencakup (a) informasi yang harus dicantumkan
7
pada label yaitu nama makanan/produk, komposisi atau daftar ingredient, isi netto, nama dan alamat pabrik/importir, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluarsa, petunjuk atau cara penggunaan, nilai gizi, tulisan atau pernyataan khusus; (b) pernyataan (claim) pada label dan periklanan yaitu pernyataan tentang gizi dan pernyataan tentang kondisi dan penyakit tertentu (theurapetic claim); dan (c) gambar pada label atau iklan. “Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.” Label makanan seharusnya mencantumkan nama makanan atau nama produk, komposisi atau daftar ingredient, isi netto, nama dan alamat pabrik atau importir, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluarsa, petunjuk atau cara penyimpanan, petunjuk atau cara penggunaan, nilai gizi, tulisan atau pernyataan khusus. Nama makanan memberikan informasi mengenai sifat atau keadaan makanan yang sebenarnya. Nama makanan untuk produk dalam negeri ditulis menggunakan bahasa Indonesia dan dapat ditambah dengan bahasa Inggris. Begitu pula nama makanan bagi produk impor, menggunakan nama Indonesia atau nama Inggris. Tanggal kadaluarsa memberikan informasi mengenai waktu atau tanggal yang menunjukkan suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi. Komposisi makanan memberikan informasi daftar lengkap ingredient penyusun makanan termasuk bahan tambahan makanan dengan urutan menurun mulai dari bagian yang terbanyak, kecuali vitamin dan mineral. Bahan tambahan makanan harus mencantumkan nama golongan, misalnya pemanis buatan, antioksidan, anti kempal, pengukur keasaman dan lainlain. Khusus untuk pewarna disebutkan nomor indeksnya. Penyedap rasa alamiah identik dan sintetik harus ditulis berbeda. Nilai gizi yang harus dicantumkan pada label makanan yaitu nilai gizi makanan yang diperkaya, nilai gizi makanan diet, dan makanan lain yang ditentukan Menteri Kesehatan, mencakup jumlah energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan
8
mineral atau kadar komponen tertentu. Petunjuk atau cara penyimpanan memberikan informasi mengenai hal yang mungkin mempengaruhi sifat dan mutu dari produk makanan, seperti produk susu, daging, dan lainlain (POM, 2004). Menurut Engel et. Al., (1995), konsumen memberikan perhatian pada label kemasan dengan anggapan bahwa informasi yang tertera dalam label mungkin benar, namun informasi pada kemasan tersebut lebih banyak digunakan oleh konsumen dengan status sosioekonomi tinggi. Status sosioekonomi diantaranya ditunjukkan dari pendidikan, pekerjaan dan pendapatan yang dimiliki konsumen. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih tinggi biasanya lebih terbuka menerima informasi yang baru dalam hal ini konsumen akan memiliki perhatian yang lebih terhadap label. Disamping itu konsumen, konsumen akan memiliki kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih layak dan penghasilan lebih baik. Namun demikian, label biasanya tidak digunakan setuntas mungkin oleh konsumen, sehingga tidak jarang informasi pada label dipandang secara keliru, digunakan sebagian atau di abaikan sama sekali. Peranan label pada suatu produk sangat penting untuk memperoleh produk yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Label produk yang dijamin kebenarannya akan memudahkan konsumen dalam menentukan beragam produk dan subtitusi di pasaran. Selain sebagai sarana pendidikan pada masyrakat, label juga dapat memberikan nilai tambah bagi produk. Kompetitor produk di pasaran yang semakin bertambah dapat menjadikan label sebagai strategi yang menarik dalam pemasaran. Meskipun dengan label pula, pihak produsen dapat secara sadar atau tidak sadar mengelabui atau bahkan mengorbankan konsumen.
1. UndangUndang (UU) Republik Indonesia (RI) dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Label Pangan Undangundang RI no 7 tahun 1996 tentang pangan pasal 30 ayat 1: Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia pangan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib
9
mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.” Penjelasan pasal 30 ayat 1 menyatakan bahwa tujuan pemberian label pada pangan dikemas adalah agar masyarakat yang membeli atau mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli atau mengkonsumsi pangan. Undangundang RI no 7 tahun 1996 tentang pangan pasal 30 ayat 1 menyatakan bahwa label memuat sekurangkurangnya keterangan mengenai nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke wilayah Indonesia; keterangan tentang halal; tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa. Peraturan Pemerintah no 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan menyatakan bahwa label pada produk pangan merupakan keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, baik yang berupa makanan maupun minimum hasil dari cara dan metode produksi tertentu. Peraturan ini juga menyatakan bahwa tujuan pencantuman label adalah sebagai berikut: (1) terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab, (2) label dan iklan merupakan sarana yang penting, sehingga perlu diatur agar informasinya benar dan tidak menyesatkan, (3) masyarakat berhak mendapatkan informasi yang benar dan tidak menyesatkan mengenai pangan yang akan dikonsumsinya, khususnya yang disampaikan melalui label dan iklan pangan. Peraturan Pemerintah no 69 tahun 1999 bab II mengenai label pangan pada pasal 2 menyebutkan bahwa produsen atau importir wajib mencantumkan label dan label harus tidak mudah lepas, luntur atau rusak dan terletak pada bagian kemasan yang mudah dilihat dan dibaca. Pasal 3 menyebutkan bahwa: (1) label berisi tentang keterangan pangan, (2) syarat
10
minimum keterangan mencakup nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat produsen/importir, tanggalbulantahun kadaluwarsa.
C. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Engel et. al, 1995). Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Menurut Engel et. al. (1995) sikap yang positif akan menimbulkan perilaku yang positif dan sikap yang negatif akan menimbulkan perilaku yang negatif. Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara individu dan lingkungannya. Sehingga perilaku juga bisa dikatakan sebagai reaksi yang terjadi karena adanya stimulus atau interaksi antara individu dengan lingkungannya dan benarbenar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan. Menurut Hersey dan Blanchard (1991) perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, dengan kata lain perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. Satuan perilaku yang utama adalah aktivitas. Nyatanya semua perilaku merupakan suatu rangkaian aktivitas. Perilaku diarahkan untuk mencapai tujuan dan di dalamnya mencakup caracara bagaimana mencapai tujuan tersebut. Menurut Engel et. al. (1995) tahapan ini meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan terakhir yaitu hasil penilaian konsumen terhadap produk yang telah dibeli. Tahapantahapan ini tidak selalu dilakukan oleh konsumen, kecuali untuk produkproduk yang relatif baru di pasaran, sedangkan untuk produkproduk yang sudah biasa dikonsumsi oleh konsumen biasanya ada proses yang tidak dilakukan, seperti pencarian informasi. Perilaku konsumen dalam memilih produk selalu berbedabeda, jika dicermati, perilaku konsumen dipusatpusat perbelanjaan modern atau tempat lainnya, akan didapatkan setidaknya tiga kelompok. Pertama, konsumen yang hanya mempertimbangkan faktor harga (murah atau tidak).
11
Kedua, konsumen yang hatihati dalam memilih produk karena dorongan agama. Ketiga, konsumen yang membeli karena faktor kesehatan, atau karena kualitas dan lebih tertarik pada tabel komposisi bahan yang tertera pada kemasan produk (AlAsyhar, 2002). Tindakan membeli yang dilakukan oleh konsumen berwujud pada pilihanpilihan konsumen terhadap merk, jumlah produk, tempat, waktu dan frekuensi pembelian. Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu tahapan tertentu seperti telah dijelaskan di atas. Selain itu keputusan pembelian oleh konsumen juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Setidaknya ada dua faktor yang menentukan, yaitu pengaruh lingkungan dan perbedaan individu (Engel et. al., 1995). Konsumen yang berasal dari golongan pelajar umumnya bisa dilihat perbedaannya dari segi usia, jenis kelamin, pengetahuan, dan tingkat ekonomi (pengeluaran ataupun pendapatan pada rentang waktu tertentu). 1. Faktor individu konsumen Faktor individu (karakteristik demografi konsumen) terdiri dari jenis kelamin usia, pengeluaran, dan pengetahuan konsumen. Karakteristik demografi konsumen akan menggambarkan adanya pertukaran nilai, kebutuhan, kebiasaan maupun perilaku yang berbeda antara suatu kelompok konsumen dengan lainnya (Mowen dan Minor, 2002). Jenis kelamin. Jenis kelamin mempunyai pengaruh dalam keputusan pembelian oleh konsumen. Konsumen wanita umumnya memiliki lebih banyak kriteria dalam membeli suatu produk. Usia. Konsumen melakukan pembelian sepanjang hidupnya dan setiap tahapan kehidupan dari mulai bayi hingga dewasa akan membeli barang atau jasa sesuai dengan adanya perbedaan kebutuhan. Pemilihan dan selera terhadap pangan dan barang lainnya dipengaruhi oleh faktor usia (Kotler, 2002). Pengeluaran. Keputusan dalam membeli suatu produk dan merk sangat dipengaruhi oleh sumberdaya ekonomi yang dimiliki sekarang atau pada masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut, keadaan
12
sosial ekonomi merupakan variabel pertama yang dianalisis di dalam studi perilaku konsumen (Engel et al., 1995). Pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki konsumen dapat meningkatkan kemampuan konsumen untuk mengerti suatu pesan, membantu mengamati logika yang salah, dan dapat menghindari penafsiaran yang tidak benar (Engel et al., 1995). Menurut Setiadi (2003), pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan unsur dari kepribadiannya. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki seseorang maka akan semakin mantap serta lebih berhatihati dalam menentukan keputusan.
2. Faktor lingkungan Pengaruh lingkungan merupakan faktor diluar individu yang akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Berbagai rangsangan ataupun stimulus diluar individu tersebut dapat berupa iklan ataupun promosi yang dapat dijadikan sumber informasi bagi konsumen (Kotler, 2002). Sumber informasi. Sumber informasi diartikan sebagai subjek ataupun karakter penyampai pesan. Keahlian dan validitas sumber informasi sangat mempengaruhi konsumen. Semakin ahli dan terpercaya sumber informasi maka konsumen akan semakin percaya (Mowen dan Minor, 2002). Menurut Kotler (2002), sumber informasi dapat dikelompokkan menjadi empat: 1. Sumber pribadi, yaitu informasi yang berasal dari keluarga, teman, tetangga maupun kenalan. 2. Sumber komersial, yaitu informasi yang berasal dari iklan, wiraniaga, distributor, kemasan maupun model produk yang dipajang. 3. Sumber publik, yaitu media massa maupun organisasi. 4. Sumber pengalaman, yaitu evaluasi dan pemakaian produk. Karakteristik konsumen dan produk akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sumber informasi yang digunakan. Sebagian besar konsumen memperoleh informasi dari sumber komersial. Akan tetapi
13
sumber informasi yang efektif berasal dari sumber pribadi. Sumber komersial umumnya berperan sebagai pemberi informasi, sedangkan sumber pribadi berperan sebagai evaluator. Pada kondisi tertentu, konsumen mencari informasi secara aktif yaitu dengan mencari bahan bacaan, menelpon teman, maupun mengevaluasi produk dengan berkunjung ke toko (Kotler, 2002)
D. Remaja Secara psikologis remaja adalah tahaptahap umur yang datang setelah masa kanakkanak berakhir, ditandai oleh perubahan fisik yang cepat (Daradjat, 1995). Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja membawa akibat yang tidak sedikit terhadap perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Hal inilah yang menyebabkan para pakar pendidikan dan psikologi menyebut remaja sebagai tahap peralihan dari anakanak, serta persiapan memasuki usia dewasa yang mempunyai ciriciri tersendiri. Sarwono (1993) membagi perkembangan remaja dibagi atas dua tahap yaitu tahap remaja awal (umur 1417 tahun untuk anak lakilaki dan umur 1317 tahun untuk anak perempuan) dan tahap remaja akhir (umur 1821 tahun). Ciriciri remaja menurut Soekanto (1991) adalah sebagai berikut : 1. Perkembangan fisik yang cepat 2. Keinginan yang kuat untuk berinteraksi sosial dengan kalangan yang lebih matang kepribadiannya 3. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa. 4. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri 5. Adanya perkembangan intelekualitas untuk mendapatkan identitas diri 6. Menginginkan sistem kaidah nilai yang serasi dengan kebutuhan atau keinginan yang tidak selalu sama dengan orang dewasa. Daradjat (1995) menambahkan bahwa para remaja mengalami perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial, dan tanggung jawab. Satu hal penting akibat dari perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan terhadap pola makan. Makanan yang dikonsumsi tidak hanya bergantung dari
14
pengaruh pola makan keluarga, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk image diri, teman sebaya, media, budaya, dan harapan sosial dalam hubungannya dengan bentuk dan ukuran tubuh. Pada masa remaja berhubungan dengan teman sebaya menjadi sangat penting dan lingkungan sosial dimana para remaja berada sangat mempengaruhinya. Menurut Soemardjan (1991), pengaruh modernisasi dapat mengubah pribadi remaja dengan terbukanya kerterasingan fisik dan budaya masyarakat karena datangnya ajaranajaran modern melalui pendidikan sekolah. Tiga sumber kekuatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi jiwa remaja adalah kekuatan keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial yang mengelilinginya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak perubahan yang terjadi pada masa remaja dan akan menjadi konstan setelah dewasa. Remaja mempunyai kebutuhan yang tidak jauh beda dengan teman sebayanya. Remaja akan menyesuaikan diri dengan teman sebayanya, hal ini sangat kuat tercermin pada pemilihan makanan baik di sekolah maupun di lingkungan sosial (Barasi & Mottram, 1987). Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja yang sedang tumbuh menuju kedewasaan, antara lain perkembangan teknologi, termasuk teknologi komunikasi massa, stress atau emosional, situasi ekonomi, gaya hidup, mobilitas geografis, dan kehidupan keluarga. Hal demikian secara tidak langsung akan mempengaruhi orang tua dalam membesarkan dan memperlakukan remajanya (Adelas, 1995).
E. Makanan Ringan Makanan ringan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan yang dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari. Oleh karena itu, makanan ini biasa juga disebut snack yang berarti sesuatu yang dapat mengobati kelaparan dan memberikan suplai energi yang cukup untuk tubuh (Anonim, 2007). Dewasa ini makanan ringan sudah menjadi bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan seharihari, terutama pada kalangan anakanak dan remaja. Muchtadi et. al., (1988) menyatakan bahwa snack
15
merupakan makanan ringan yang dikonsumsi dalam waktu antara ketiga makanan utama dalam sehari. Jenis makanan ringan sangat beragam dilihat dari segi bentuk maupun cara pengolahan dan penyajiannya. Selain itu makanan ringan juga bisa dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan baku yang digunakannya. Kelompok pertama yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan satu bahan baku utama seperti jagung dan beras yang hanya ditambahkan bahan pecita rasa seperti garam, gula, dan bumbu laiinnya. Kelompok kedua yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan bahan baku dan bahan tambahan lain yang dicampur untuk memperoleh produk yang mempunyai nilai gizi yang baik, daya cerna dan mutu fisik atau organoleptik yang lebih tinggi. campuran dari beberapa sumber pati seperti gandum, jagung dan beras, bahkan dicampur pula dengan kacangkacangan seperti kedelai dan lainnya. Matz (1984) menambahkan makanan ringan dapat pula ditambah dengan kalsium dan fosfor untuk meningkatkan kandungan gizi, biasanya yang sering ditambahkan adalah trikalsium fosfat. Menurut Harper (1981) makanan ringan dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah makanan ringan konvensional seperti keripik kentang, keripik singkong, dan crackers. Kelompok kedua dibuat lewat ekstrusi saja, dengan berbagai bentuk sederhana dan tambahan flavor, contohnya cheese ball. Kelompok ketiga adalah makanan ringan yang setelah mengalami proses ekstrusi masih butuh pengolahan lanjutan, contohnya onion ring.
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran Perhatian terhadap label kemasan pangan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal konsumen. Faktor internal konsumen pelajar terdiri dari jenis kelamin, usia, dan pendapatan serta pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksudkan di sini adalah pengetahuan tentang label kemasan pangan. Keterangan label yang dipakai adalah nama produk, tanggal kadaluarsa, ingredients, berat bersih, nama dan alamat produsen, label halal dan informasi nilai gizi. Sumber informasi adalah subjek yang menyampaikan informasi kepada konsumen. Informasi mengenai label kemasan pangan bisa bersumber dari keluarga, teman, media cetak (koran, majalah, dsb.), media elektronik (televisi, radio, internet, dsb), dan lainlain. Sumber informasi akan membentuk pengetahuan konsumen mengenai label kemasan pangan yang nantinya bisa mempengaruhi konsumen untuk memperhatikan label kemasan pangan. Setelah itu konsumen sendirilah yang akan menentukan apakah akan menggunakan informasiinformasi yang telah didapatnya atau tidak. Alur kerangka pemikiran penelitian ini terdapat pada gambar 1 .
17
Faktor Internal 1. Karakteristik konsumen: Ø Usia Ø Pendapatan Ø Jenis kelamin 2. Pengetahuan tentang label kemasan pangan Keterangan label kemasan pangan: 1. Nama produk
5. Nama dan alamat produsen
2. Tanggal kadaluarsa 6. Label halal 3. Ingredients
7. Informasi Gizi
4. Netto
Perhatian terhadap label
Keputusan pembelian
kemasan pangan
Faktor eksternal 1. Sumber informasi
Gambar 1. Alur kerangka pemikiran penelitian Ada dua hipotesa yang bisa diambil berdasarkan kerangka pemikiran di atas, yaitu : 1. Terdapat hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perhatian terhadap label kemasan pangan. 2. Terdapat hubungan antara perhatian terhadap label kemasan pangan dengan keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen.
18
B. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995). Menurut Umar (2002), survei digunakan untuk mengukur gejalagejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejalagejala tersebut ada dan merupakan salah satu metode deskriptif. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional survey, yaitu pengambilan data yang dilakukan dalam satu kurun waktu saja (Umar, 2002). Variabel yang diteliti terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Faktor internal yang meliputi : karakteristik individu responden (jenis kelamin, usia, dan pengeluaran per bulan) dan pengetahuan responden tentang label kemasan pangan (nama produk, waktu kadaluarsa, daftar bahan penyusun makanan, berat bersih, nama dan alamat produsen, informasi nilai gizi, dan label halal) 2. Faktor eksternal yang meliputi : sumber informasi konsumen. 3. Perilaku responden. Perilaku yang ingin diketahui adalah perhatian responden terhadap label kemasan pangan dan keputusan yang diambil oleh responden jika label yang dicarinya tidak ditemukan pada produk pangan ingin dibeli. Faktor internal dan faktor eksternal merupakan variabel bebas, sedangkan perilaku konsumen merupakan variabel terikat.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, tepatnya di Sekolah Menengah Atas yang berada di kota tersebut. SMA yang terpilih sebagai sampel adalah SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Pembangunan 1. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai Januari 2008.
19
D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang dipakai pada penelitian ini adalah siswasiswa Sekolah Menengah Atas di kota Bogor. Pemilihan sampel dilakukan secara multistage sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan lebih dari satu tahap. Tahap pertama adalah pemilihan sekolah. Pemilihan sekolah dilakukan secara simple random sampling, yaitu sebuah sampel diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Simple random sampling merupakan probability sampling, sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara obyektif (Singarimbun dan Effendi, 1995). Sebelum itu sekolahsekolah yang ada dibagi dalam dua subpopulasi, yaitu SMA unggulan dan SMA non unggulan. Hal ini dilakukan agar sampel yang terpilih bisa mewakili populasi siswa SMA kota Bogor. Daftar sekolah yang ada di Kota Bogor terdapat pada lampiran 1. Tahap kedua adalah pemilihan siswa yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini. Pemilihan siswa menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja atas dasar pertimbangan tertentu (Umar, 2002). Pertimbangan yang diambil adalah kegiatan pengambilan data (pengisian kuesioner oleh responden) tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa yang bersangkutan. Atas dasar ini maka peneliti memilih siswasiswa yang yang sedang belajar Bimbingan Konseling (BK). Oleh karena itu siswa yang terpilih sebagai responden berasal dari kelas yang sama. Kelas yang terpilih di SMAN 1 Bogor adalah kelas X8 dan X6, sedangkan di SMA Pembangunan 1 adalah kelas XIIIPA dan X IPS1. Daftar nama, asal sekolah dan kelas siswa yang dipilih sebagai sampel penelitian terdapat pada lampiran 2. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada pendapat slovin dalam Umar (2002), yaitu dengan menggunakan rumus:
n = N 1 + N e 2
20
dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas Pendidikan Kota Bogor jumlah siswa SMA di kota Bogor untuk tahun pelajaran 2007/2008 adalah 22.653 orang. Persentase kelonggaran yang digunakan adalah 10%, sehingga diperoleh jumlah sampel minimal sebanyak: n = 22653/1 + (22653x0,1 2 ) n = 99,56 sampel (dibulatkan menjadi 100 sampel) Dalam pelaksanaannya, peneliti membagikan kuesioner kepada 130 orang responden sebagai antisipasi jika ada kesalahan dalam pengisian. Kuesioner yang diisi secara benar berjumlah 103 buah.
E. Pengumpulan Data Jenis data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi : 1. Faktor internal, yaitu karakteristik responden dan pengetahuan tentang label kemasan pangan. Karakteristik responden yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, dan pendapatan. Pengetahuan tentang label kemasan pangan meliputi label yang wajib dicantumkan menurut Peraturan Pemerintah no 69 tahun 1999, yaitu nama produk, daftar bahan penyusun makanan, berat bersih, waktu kadaluarsa, nama dan alamat produsen. Selain itu ditambahkan juga label nilai gizi dan halal. 2. Faktor eksternal, yaitu sumber informasi. 3. Perilaku responden. Datadata primer tersebut diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder yang dipakai adalah data jumlah siswa di kota Bogor dari dinas pendidikan kota Bogor.
21
F. Instrumentasi Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk keperluan pengumpulan data. Kuesioner yang digunakan terdiri atas dua bagian, yaitu : 1. Bagian pertama berisi pertanyaan mengenai karakteristik, perilaku, dan sumber informasi responden. 2. Bagian kedua berisi pertanyaan mengenai pengetahuan responden tentang label kemasan pangan. Tingkat pengetahuan diukur berdasarkan kemampuan responden menjawab pertanyaan pada bagian dua. Jawbaan benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Kemudian jawaban tersebut ditotal dan dibuat persentasenya lalu digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu baik (>80%), cukup (60%80%), dan kurang (<60%) (Khomsan, 2000).
G. Pengujian kuesioner Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini sebelumnya diuji terlebih dahulu. Uji yang dilakukan meliputi uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kelebihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid bila mampu mengukur apa yang ingin diukur atau dengan kata lain mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti apabila penyusunan pertanyaan telah sesuai dengan prosedur maka kuesioner telah memenuhi validitas logis. Validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah penelitian, mengembangkan variabel, dan menyusun kuesioner. Akan tetapi, validitas logis belum memiliki bukti yang kuat (Singarimbun dan Effendi, 1995). Oleh karena itu, untuk mendapatkan bukti kevalidan yang lebih kuat peneliti melakukan uji coba dengan menyebarkan kuesioner kepada responden dengan jumlah terbatas terlebih dahulu. Uji validitas dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden tentang pertanyaan yang kurang dimengerti atau yang menimbulkan bias, sehingga dapat diperbaiki
22
berdasarkan saran dari responden tersebut. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dua kali. Contoh kuesioner yang telah diperbaiki berdasarkan kedua uji validitas dan merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengambil data pada penelitian ini terdapat pada lampiran 3. Uji validitas pertama dilakukan terhadap 15 murid SMA di sekitar kampus. Berdasarkan hasil uji ini, peneliti perlu melakukan beberapa perbaikan. Perbaikan yang dilakukan antara lain: 1. Menambahkan petunjuk pengisian setelah pertanyaan nomor 6 bagian I dengan kalimat “jika tidak terdapat kemasan pangan pada jawaban anda maka langsung ke no 11.” 2. Menambahkan petunjuk pengisian pada pertanyaan nomor 9 bagian I dengan kalimat “urutkan hanya jika jawaban anda lebih dari satu” 3. Memperbaiki kalimat pertanyaan nomor 7 bagian II 4. Memperbaiki kalimat pertanyaan nomor 9 bagian II. 5. Menambahkan kata “(tanggal, bulan, dan tahun)” pada pertanyaan nomor 13. Uji validitas kedua dilakukan pada siswasiswa yang mengikuti bimbingan belajar karena pada saat itu sedang masa libur sekolah. Jumlah siswa yang diambil sebagai responden 15 orang. Berdasarkan uji validitas kedua, peneliti hanya perlu melakukan sedikit perbaikan, seperti memperbaiki kesalahan pengetikan pada beberapa pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas pada kuesioner penelitian, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau handal. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun dan Effendi, 1995). Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik testretest (pengukuran ulang). Teknik ini dilakukan dengan cara meminta responden yang sama menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner sebanyak dua kali dalam suatu rentang waktu. Selang waktu yang digunakan adalah 15 hari (Singarimbun dan Effendi, 1995).
23
Hasil pengukuran pertama dan kedua dikorelasikan menggunakan teknik korelasi product moment. Nilai korelasi (r) yang diperoleh akan dibandingkan dengan angka kritis dalam tabel nilai “r”. Bila nilai korelasi (r) yang diperoleh lebih besar dari angka kritis, maka korelasi tersebut signifikan. Hal tersebut berarti hasil pengukuran pertama dan kedua relatif konsisten atau reliabel. Adapun rumus teknik korelasi product moment yang digunakan adalah: N (ΣXY) – (ΣX.ΣY) r = √[NΣX 2 – (ΣX) 2 ] [NΣY 2 – (ΣY) 2 ] Keterangan : X = skor total pengukuran pertama Y = skor total pengukuran kedua N = jumlah pengamatan r = koefisien korelasi Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), sangat disarankan agar jumlah responden untuk reliabilitas kuesioner adalah minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang responden tersebut maka distribusi skor akan mendekati kurva normal. Asumsi kurva normal ini sangat diperlukan di dalam perhitungan statistik. Nilai koefisien korelasi (r) yang didapat untuk kuesioner ini adalah 0,840. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan nilai r tabel pada selang kepercayaan 5% untuk n2 (0,361). Karena itu kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi atau disebut reliabel. Contoh perhitungan reliabilitas terdapat pada lampiran 4.
I. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pada umumnya, analisis data menggunakan metode statistik. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi
24
informasi yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, metode statistik memungkinkan peneliti dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi secara kebetulan, sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang diamati memang betul terjadi karena adanya hubungan sistematis antara variabelvariabel yang diteliti atau hanya terjadi secara kebetulan (Singarimbun dan Effendi, 1995). Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi yang bertujuan untuk menganalisa frekuensi setiap variabel yang diteliti dan disusun secara tersendiri. Setelah itu data disajikan dalam bentuk tabulasi silang, yaitu metode analisa yang paling sederhana, tetapi cukup kuat untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Selain itu, untuk memperkuat kesimpulan suatu tabel silang peneliti juga melakukan pengolahan data secara statistik menggunakan program SPSS for windows 13.0, dengan model uji chi square. Uji chi square adalah uji yang dapat digunakan untuk memeriksa ketidaktergantungan dan homogenitas. Pada kedua hal tersebut di atas, prosedur uji chi square selalu melakukan perbandingan antara frekuensi frekuensi yang diamati dan frekuensi yang diharapkan dengan hipotesis awal (Sulaiman, 2003).
25
DEFINISI OPERASIONAL
Atribut produk adalah unsurunsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk tersebut meliputi merk, harga, kemasan, pelayanan, dan sebagainya. Berat bersih adalah berat produk tanpa kemasan. Daftar bahan yang digunakan adalah susunan bahan yang dipakai untuk membuat suatu produk pangan. Informasi nilai gizi adalah keterangan yang memuat kandungan energi yang terdapat pada produk pangan tersebut. Keterangan label adalah informasi yang dicantumkan pada label, seperti waktu kadaluarsa, nama produk, dan sebagainya. Label halal adalah keterangan yang menyatakan tentang kehalalan suatu produk berdasarkan ajaran Islam. Label kemasan pangan adalah tulisan, tag, gambar atau pengertian lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias atau dicantumkan dengan cara apapun, pemberi kesan yang terdapat pada suatu wadah atau pengemas. Nama dan alamat produsen adalah nama dan alamat lengkap pihak yang memproduksi suatu produk pangan. Nama Produk adalah tanda yang dipakai untuk membedakan produk pangan yang diperjualbelikan. Pengetahuan mengenai label kemasan pangan adalah pengertian responden mengenai label kemasan pangan yang diukur berdasarkan pertanyaan pertanyaan yang telah disusun. Responden penelitian adalah remaja lakilaki dan perempuan yang berstatus sebagai pelajar Sekolah Menengah Atas di Kotamadya Bogor. Sumber informasi adalah media penyampai pesan yang akan meningkatkan pengetahuan konsumen terhadap label kemasan pangan. Waktu kadaluarsa adalah tanggal yang menunjukkan batas akhir suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi sepanjang penyimpanannya benar.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Responden 4.1.1 Karakteristik individu responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 103 orang dengan 49,5% responden (51 orang) diantaranya berjenis kelamin lakilaki dan 50,5% responden (52 orang) berjenis kelamin perempuan. Data sebaran responden berdasarkan jenis kelamin terdapat pada tabel 1. Tabel 1. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin No
Jenis kelamin
n
%
1
lakilaki
51
49,5
2
wanita
52
50,5
103
100,0
TOTAL
103 orang responden penelitian ini berasal dari 2 sekolah, yaitu SMA N I Bogor dan SMA Pembangunan I. Responden yang berasal dari SMA N I Bogor berjumlah 50 orang, sedangkan responden yang berasal dari SMA Pembangunan I Bogor sebanyak 53 orang. Data sebaran responden berdasarkan asal sekolah terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan asal sekolah No
Sekolah
n
%
1
SMA I Bogor
50
48,5
2
SMA Pembangunan I
53
51,5
103
100,0
TOTAL
Rentang usia responden antara 1419 tahun. Responden diambil dari kelas X dan kelas XII. Responden yang berusia 17 tahun merupakan responden terbanyak dengan jumlah 38,8% responden, disusul oleh responden yang berusia 15 tahun sebanyak 35,9%, responden yang berusia 16 tahun sebanyak 12,6%, dan responden yang berusia 18 tahun sebanyak 8,7%. Responden dengan usia 14 dan 19
27
tahun masingmasing sebanyak 1,9% responden. Berdasarkan usianya responden yang dijadikan obyek penelitian ini berada pada fase remaja. Definisi remaja menurut Daradjat (1995) adalah masa dalam kehidupan manusia yang datang setelah masa kanakkanak dan ditandai dengan perubahan fisik yang cepat. Kisaran usia remaja adalah 1421 tahun (Sarwono, 1993). Data sebaran responden berdasarkan usia terdapat pada tabel 3. Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan usia No
Usia
n
%
1
14 tahun
2
1,9
2
15 tahun
37
35,9
3
16 tahun
13
12,6
4
17 tahun
40
38,8
5
18 tahun
9
8,7
6
19 tahun
2
1,9
103
100,0
TOTAL
Berdasarkan agamanya responden terbagi menjadi dua kelompok, yaitu responden beragama Islam dan responden beragama Kristen. Responden yang beragama Kristen hanya terdapat di SMA Negeri 1 Bogor, sedangkan di SMA Pembangunan 1 secara total jumlah pemeluk agama selain Islam hanya 3 orang. Data sebaran responden berdasarkan agama terdapat pada tabel 4.
Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan agama no
Agama
1 Islam 2 Kristen TOTAL
n
% 99
96,12
4
3,88
103
100
Karakteristik responden lainnya yang juga ingin diketahui pada penelitian ini adalah tingkat pengeluaran. Tingkat pengeluaran
28
merupakan salah satu variabel yang bisa mencirikan kondisi ekonomi responden. Berdasarkan hasil penelitian, 64,1% dari total responden berada pada tingkat pengeluaran antara Rp. 300000–Rp. 500000 per bulan. Sebanyak 30,1% responden lainnya memiliki tingkat pengeluaran < Rp 300000 per bulan dan sisanya, yaitu 5,8% responden memiliki pengeluaran > Rp. 500000 per bulan. Data sebaran responden berdasarkan tingkat pengeluaran terdapat pada tabel 5. Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengeluaran No
Tingkat pengeluaran per bulan
n
%
1
<300000
31
30,1
2
300000500000
66
64,1
3
>500000
6
5,8
103
100
TOTAL
4.1.2 Pengetahuan responden tentang label kemasan pangan Keterangan label kemasan pangan yang diteliti pada penelitian ini adalah label yang disyaratkan sebagai label minimun yang harus ada pada kemasan pangan oleh Peraturan Pemerintah no 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan. Bab II pasal 3 peraturan tersebut menyebutkan bahwa syarat minimum keterangan (label) yang ada pada kemasan pangan adalah nama produk, daftar bahan penyusun makanan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat produsen/importir, dan tanggalbulantahun kadaluwarsa. Selain itu peneliti, juga menambahkan pertanyaan mengenai pengetahuan tentang label kemasan pangan secara umum, informasi nilai gizi, dan label halal. Pertanyaan mengenai pengetahuan tentang label kemasan pangan, nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat produsen/importir, dan tanggalbulantahun kadaluwarsa masingmasing terdiri dari 3 pertanyaan, sedangkan pertanyaan mengenai informasi nilai gizi dan label halal masingmasing terdiri dari satu pertanyaan. Pertanyaan
29
pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden terhadap label kemasan pangan terdapat pada lampiran 3 (contoh kuesioner). Berdasarkan tingkat pengetahuannya tentang label kemasan pangan,
responden
dapat
dibagi
menjadi
tiga
kelompok.
Pengelompokkan ini didasarkan pada jumlah jawaban benar (dalam bentuk persentase) yang didapat responden ketika mengisi kuesioner bagian II. Responden dengan pengetahuan kurang adalah responden yang persentase jawaban benarnya <60%, responden dengan tingkat pengetahuan cukup adalah responden yang persentase jawaban benarnya antara 60% 80%, dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah responden yang persentase jawaban benarnya >80% (Khomsan, 2000). Data mengenai tingkat pengetahuan responden terdapat pada tabel 6. Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang label kemasan pangan No
Tingkat pengetahuan
n
%
1
Baik
2
1,9
2
Cukup
98
95,1
3
Kurang
3
2,9
103
100
TOTAL
Berdasarkan tabel 6, sebanyak 95,1% responden memiliki tingkat pengetahuan tentang label kemasan pangan yang cukup. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik hanya 1,9%. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu 2,9%. Jika ditelusuri lebih lanjut, ada beberapa pertanyaan dimana responden yang menjawab benar kurang dari 60%. Pertanyaan pertanyaan tersebut adalah pertanyaan nomor 7 (satuan berat bersih yang ditulis pada kemasan), nomor 10 (pengertian daftar bahan penyusun makanan), nomor 13 (kelengkapan penulisan waktu
30
kadaluarsa), nomor 19 (kewajiban pencantuman informasi nilai gizi), dan nomor 20 (kewajiban pencantuman label halal). Pertanyaan nomor 7 berbunyi “berat bersih suatu produk pangan pada kemasan dinyatakan dalam satuan berat (gram) dan volume (mililiter) sekaligus”. Hanya 37,9% responden yang menjawab benar pertanyaan ini. Menurut PP 69 tahun 1999, berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik dengan ukuran isi untuk makanan cair, ukuran berat untuk makanan padat, ukuran isi atau berat untuk makanan semi padat. Jadi ukuran berat bersih yang tercantum pada kemasan pangan hanya satu saja. Hal ini bisa terjadi karena responden kurang memperhatikan masalah berat produk yang dibelinya. Pertanyaan nomor 10 berbunyi “daftar bahan yang digunakan untuk menyusun makanan adalah semua komponen yang digunakan untuk membuat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, dan sebagainya”. Responden yang menjawab benar pertanyaan ini sebanyak 16,5%. Makanan memang tersusun dari zatzat seperti karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi yang dimaksud dengan bahan yang digunakan untuk menyusun makanan adalah bahanbahan yang digunakan untuk membuat makanan tersebut, seperti jagung, BTP, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah kekurangtelitian responden dalam membaca soal ini sehingga responden mengira yang dipertanyakan adalah zatzat penyusun makanan dan bisa juga karena responden jarang membaca label mengenai daftar penyusun makanan (ingredients/komposisi). Pertanyaan nomor 13 berbunyi “waktu kadaluarsa harus dituliskan secara lengkap (tanggal, bulan, dan tahun)”. Menurut PP no 69 tahun 1999 makanan dengan waktu kadaluarsa lebih dari 3 bulan boleh mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa saja. Responden yang menjawab benar pertanyaan ini hanya 1,9%. Rendahnya persentase responden yang menjawab pertanyaan ini dengan benar bisa jadi karena variasi produk pangan yang dilihat tanggal kadaluarsanya kurang variatif.
31
Pertanyaan nomor 19 berbunyi “informasi nilai gizi tidak harus dicantumkan pada kemasan pangan”. Responden yang menjawab benar pertanyaan ini sebanyak 12,6%. Menurut PP no 69 tahun 1999, pencantuman label informasi nilai gizi baru bersifat wajib jika: Ø disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan ;atau Ø dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya. Rendahnya persentase responden yang menjawab dengan benar pertanyaan ini bisa jadi karena memang sangat banyak sekali makanan dalam kemasan yang mencantumkan keterangan ini sehingga responden berpikir pencantuman informasi nilai gizi adalah suatu keharusan. Pertanyaan nomor 20 berbunyi “label halal wajib dicantumkan pada kemasan pangan”. Responden yang menjawab benar pertanyaan ini sebanyak 7,8% responden. Label halal menurut UndangUndang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan adalah salah satu label yang disyaratkan harus ada pada kemasan pangan, tetapi berdasarkan PP 69 tahun 1999 yang merupakan peraturan pelaksana dari UU no 7 tahun 1996, label halal tidak lagi menjadi label yang disyaratkan harus ada pada kemasan pangan. Jadi berdasarkan PP 69 pencantuman label halal bersifat sukarela. Data mengenai jumlah responden yang menjawab benar pada setiap pertanyaan terdapat pada lampiran 5.
4.1.3 Sumber informasi responden Informasi merupakan sesuatu yang dipertukarkan antara lingkungan dengan faktor internal individu (Mowen dan Minor, 2002). Sumber informasi sendiri bisa diartikan sebagai penyampai informasi. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 42,7% responden memperoleh informasi mengenai label kemasan pangan dari media
32
eletronik (televisi, radio, dan internet). Sumber informasi lainnya yang juga cukup signifikan adalah keluarga, yaitu sebesar 36,9% responden mendapatkan informasi mengenai label kemasan pangan melalui keluarga. Menurut Kotler (2002), keluarga merupakan salah satu kelompok acuan pertama yang paling mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan
membeli. Sumber
informasi
lainnya
mempengaruhi responden dengan persentase yang tidak jauh berbeda, yaitu teman (8,7%), media cetak (5,8%), dan pengajar (5,8%). Data mengenai sumber informasi responden terdapat pada tabel 7. Tabel 7. Sebaran responden berdasarkan sumber informasi No
Sumber informasi
n
%
1
Keluarga
38
36,9
2
Media Cetak
6
5,8
3
Media elektronik
44
42,7
4
Teman
9
8,7
5
Pengajar
6
5,8
103
100,0
TOTAL
4.1.4. Perilaku responden
4.1.4.1. Atribut produk utama yang paling diperhatikan responden Atribut produk utama yang menjadi pertimbangan responden dalam membeli suatu produk pangan adalah harga, merk, kemasan, ukuran, dan lainnya seperti rasa dan produsennya. Hasil penelitian menyatakan bahwa harga adalah pilihan terbanyak untuk faktor pertama yang diperhatikan sebelum membeli suatu produk pangan, tercatat 44,7% responden memilihnya. Atribut kedua terbanyak adalah lainnya sebanyak 29,1% responden, diikuti kemasan sebanyak 16,5% responden, lalu merk sebanyak 5,8% responden, dan terakhir ukuran produk sebanyak 3,9% responden. Pilihan atribut lainnya yang paling banyak diisi oleh responden adalah rasa dan produsen. Pemilihan atribut rasa biasanya didasarkan pada
33
pengalaman responden, sedangkan responden yang memilih produsen biasanya karena keloyalan terhadap produsen tersebut yang terbentuk pada diri responden. Data mengenai atribut produk yang paling diperhatikan responden terdapat pada tabel 8. Tabel 8. Sebaran responden berdasarkan atribut produk yang paling diperhatikan No
Prioritas atribut
n
%
1
Ukuran
4
3,9
2
Harga
46
44,7
3
Merk
6
5,8
4
Kemasan
17
16,5
5
Lainnya
30
29,1
103
100,0
TOTAL
4.1.4.2. Perhatian responden terhadap label kemasan pangan Memperhatikan label kemasan pangan merupakan salah satu cara konsumen untuk mengetahui keamanan makanan yang dibelinya. Hal ini kadang tidak berlaku bagi mereka yang mengutamakan harga dalam membeli suatu produk pangan. Harga seringkali menjadi pembatas yang efektif terutama bagi mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan data yang diperoleh, masih ada sebanyak 38,8% responden yang tidak memperhatikan label kemasan pangan ketika akan membeli makanan. Hal itu terjadi karena mereka lebih melihat harga, rasa, dan merk. Ada juga responden yang memperhatikan kemasan, tapi bukan label kemasan pangan yang mempengaruhi keputusan membelinya melainkan warna dan bentuk kemasannya itu sendiri. Responden yang memperhatikan label kemasan pangan sebelum membeli makanan berjumlah 61,2%. Data
mengenai perhatian responden terhadap label kemasan pangan dapat dilihat pada tabel 9.
34
Tabel 9. Sebaran responden berdasarkan perhatiannya terhadap label kemasan pangan No
Perhatian terhadap label
n
%
1
Memperhatikan
63
61,2
2
Tidak memperhatikan
40
38,8
103
100,0
TOTAL
Berdasarkan data ini, peneliti membagi kelompok responden menjadi dua bagian, yaitu kelompok responden yang memperhatikan label kemasan pangan sebelum membeli makanan dan kelompok yang tidak memperhatikan label kemasan pangan. Pembagian ini nantinya akan digunakan untuk menganalisa keterangan label yang paling diperhatikan responden, keputusan responden dan hubungan antara label yang paling diperhatikan dengan keputusan responden.
4.2.Karakteristik Responden dan Perhatian Terhadap Label Kemasan Pangan 4.2.1 Asal Sekolah dan perhatian terhadap label kemasan pangan Hubungan antara asal sekolah dan perhatian terhadap label kemasan pangan dianalisis menggunakan metode chi square pada taraf signifikansi (α) 0,05. hipotesis yang digunakan adalah: H0 = Asal sekolah dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas H1 = Asal sekolah dan perhatian terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas Data mengenai hubungan antara asal sekolah dan perhatian terhadap lebel kemasan pangan terdapat pada tabel 10, sedangkan hasil uji chi square terdapat pada lampiran 6.
35
Tabel 10. Tabulasi silang antara asal sekolah responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan Perhatian terhadap Label TOTAL
Tidak
Asal sekolah
memperhatikan
Memperhatikan
n
%
n
%
19
18,4
31
30,1
50
48,5
Pembangunan I
21
20,4
32
31,1
53
51,5
TOTAL
40
38,8
63
61,2
SMAN I Bogor
n
%
SMA
103 100,0
Kesimpulan yang diambil berdasarkan uji chi square adalah hubungan antara asal sekolah dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas. Artinya asal sekolah tidak mempengaruhi responden untuk memperhatikan label kemasan pangan. Kesimpulan ini di dapat dengan cara memperhatikan nilai kolom Asymp. Sig pada baris pearson chi square. Jika nilainya lebih besar dari taraf signifikansi (0,05) maka H0 diterima dan begitu juga sebaliknya. Nilai Asymp. Sig yang didapat dari uji chi square adalah 0,866. Kebanyakan orang tua ingin menyekolahkan anaknya di sekolahsekolah unggulan. Para orang tua beranggapan bahwa bersekolah di sekolah unggulan dapat meningkatkan wawasan ilmu anakanaknya. Namun bersekolah di sekolah unggulan ataupun non uggulan ternyata tidak mempengaruhi kebiasan siswa dalam memperhatikan makanan apa yang dimakannya.
4.2.2 Jenis Kelamin dan perhatian terhadap label kemasan pangan Hubungan antara jenis kelamin dan perhatian terhadap label kemasan pangan dianalisis menggunakan metode chi square pada taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 = Jenis kelamin dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas
36
H1 = Jenis kelamin dan perhatian terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas Data mengenai hubungan antara jenis kelamin dan perhatian terhadap label kemasan pangan terdapat pada tabel 11, sedangkan hasil uji chi square terdapat pada lampiran 7. Tabel 11. Tabulasi silang antara jenis kelamin responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan Perhatian terhadap Label Jenis
Tidak
Kelamin
memperhatikan
TOTAL Memperhatikan
n
%
n
%
Lakilaki
21
20,4
30
29,1
51
49,5
Perempuan
19
18,4
33
32,1
52
50,5
TOTAL
40
38,8
63
61,2
103
100,0
n
%
Kesimpulan yang diambil berdasarkan uji chi square adalah hubungan antara jenis kelamin dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas. Artinya jenis kelamin tidak mempengaruhi responden untuk memperhatikan label kemasan pangan. Kesimpulan ini di dapat dengan cara memperhatikan nilai kolom Asymp. Sig pada baris pearson chi square. Jika nilainya lebih besar dari taraf signifikansi (0,05) maka H0 diterima dan begitu juga sebaliknya. Nilai Asymp. Sig yang didapat dari uji chi square adalah 0,629.
4.2.3 Usia dan perhatian terhadap label kemasan pangan Bertambahnya usia seringkali seiring dengan bertambahnya kehatihatian termasuk dalam hal memilih makanan. Perhatian terhadap label kemasan pangan adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk memilahmilah makanan yang baik untuk kita. Data mengenai hubungan antara usia dan perhatian terhadap label kemasan pangan ditampilkan dalam bentuk tabulasi silang pada tabel 12.
37
Tabel 12. Tabulasi silang antara usia responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan Perhatian terhadap Label Tidak
Usia
memperhatikan
Memperhatikan
TOTAL
n
%
n
%
n
%
14 tahun
1
1,0
1
1,0
2
1,9
15 tahun
14
13,6
23
22,3
37
35,9
16 tahun
4
3,9
9
8,7
13
12,6
17 tahun
19
18,4
21
20,4
40
38,8
18 tahun
2
1,9
7
6,8
9
8,7
19 tahun
0
0,0
2
1,9
2
1,9
TOTAL
40
38,8
63
61,2
103 100,0
Hubungan antara usia responden dan perhatiannya terhadap label kemasasan pangan diuji dengan metode chi square (lampiran 8). Hipotesis yang diajukan pada taraf nyata α = 0,05 adalah: H0 = Usia dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas H1 = Usia dan perhatian terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas Hasil uji chi square menunjukkan nilai asymp. Sig > taraf nyata (α = 0,05), maka H0 diterima atau dengan kata lain perhatian responden terhadap label kemasan pangan tidak dipengaruhi oleh tingkat usianya. Hasil uji chi square terdapat pada lampiran 8. Hal ini berarti bertambahnya usia tidak membuat responden lebih berhatihati dalam memilih sesuatu yang akan dikonsumsinya. Menurut Daradjat (1995), para remaja mengalami perubahan pada karakteristik fisik, psikis, aturan sosial, dan tanggung jawab. Satu hal penting akibat dari perubahan tersebut adalah kontrol yang berlebihan terhadap pola makan. Makanan yang dikonsumsi tidak hanya bergantung dari pengaruh pola makan keluarga, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk image
38
diri, teman sebaya, media, budaya, dan harapan sosial dalam hubungannya dengan bentuk dan ukuran tubuh.
4.2.4 Agama dan perhatian terhadap label kemasan pangan Tabel 13. menyajikan hubungan antara agama responden dan perhatiannya terhadap label kemasan pangan.
Tabel 13. Tabulasi silang antara agama dan perhatian terhadap label kemasan pangan. Perhatian terhadap Label Agama
Tidak memperhatikan
TOTAL
Memperhatikan
n
%
n
%
Islam
39
37,9
60
58,3
99
96,1
Kristen
1
1,0
3
2,9
4
3,9
TOTAL
40
38,8
63
61,2
103
n
%
100,0
Untuk memperkuat kesimpulan tabulasi silang ini maka dilakukan uji chi square. Hipotesis yang diajukan pada taraf nyata α = 0,05 adalah: H0 = agama dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas H1 = agama dan perhatian terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas Hasil uji chi square terdapat pada lampiran 14. Berdasarkan uji tersebut didapat nilai Asymp. Sig sebesar 0,563. Nilai ini lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (0,05) sehingga bisa disimpulkan tidak ada hubungan antara agama dan perhatiannya terhadap label kemasan pangan.
4.2.5. Tingkat Pengeluaran dan Perhatian terhadap label kemasan Pangan Tabel 14. menyajikan hubungan antara tingkat pengeluaran dengan perhatian responden terhadap label kemasan pangan.
39
Tabel 14. Tabulasi silang antara tingkat pengeluaran dan perhatian terhadap label kemasan pangan Perhatian terhadap Label Tingkat
Tidak
Pengeluaran (Rp)
memperhatikan
TOTAL
Memperhatikan
n
%
n
%
n
%
<300000
15
14,6
16
15,5
31
30,1
300000500000
22
21,4
44
42,7
66
64,1
>500000
3
2,9
3
2,9
6
5,8
40
38,8
63
61,2
103
100,0
TOTAL
Hubungan antara tingkat pengeluaran dan perhatian terhadap label kemasan pangan dianalisis menggunakan metode chi square. Hipotesis yang diajukan pada taraf nyata α = 0,05 adalah: H0 = Tingkat pengeluaran dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas H1 = Tingkat pengeluaran dan perhatian terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas Hasil uji chi square terdapat lampiran 9. Berdasarkan uji tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa kedua variabel tidak saling berhubungan (terima H0) karena nilai Asymp. Sig. (0,309) > taraf nyata (α = 0,05). Artinya perhatian responden terhadap label kemasan pangan tidak tergantung dari tingkat pengeluarannya. Hal ini terjadi mungkin disebakan responden mengkonsumsi suatu makanan karena terpengaruh oleh lingkungannya. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, responden pada penelitian ini adalah remaja (pelajar SMA) dimana masa remaja merupakan masa pencarian jati diri sehingga sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Remaja yang terpengaruhi oleh lingkungannya (hanya sekedar ikut) biasanya melakukan hal ini karena ingin diterima pada lingkungan tersebut (Soemardjan, 1991).
40
4.2.6. Tingkat pengetahuan tentang label kemasan pangan dan perhatian konsumen terhadap label kemasan pangan Tabel 15. menyajikan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang label kemasan pangan dengan perhatian responden terhadap label kemasan pangan. Hubungan antara kedua variabel juga diuji dengan metode chi square. Hipotesis yang diajukan pada taraf nyata α = 0,05 adalah: H0 = Tingkat pengetahuan tentang label kemasan pangan dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas H1 = Tingkat pengetahuan tentang label kemasan pangan dan perhatian terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas
Tabel 15. Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dan perhatian terhadap label kemasan pangan Perhatian terhadap Label Tingkat Pengetahuan
Tidak memperhatikan
Memperhatikan
TOTAL
n
%
n
%
n
%
Baik
0
0,0
2
1,9
2
1,9
Cukup
40
38,8
58
56,3
98
95,1
Kurang
0
0,0
3
2,9
3
2,9
40
38,8
63
61,2
103
100,0
TOTAL
Hasil uji chi square ditampilkan pada lampiran 10. Nilai asymp. Sig. (2sided) yang diperoleh dari uji tersebut adalah 0,189. Nilai ini lebih besar dari tarif nyata yang digunakan yaitu α = 0,05 sehingga H0 diterima atau perhatian terhadap label kemasan pangan dan tingkat pengetahuan saling bebas (tidak berpengaruh). Hasil uji ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Setiadi (2003) yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang merupakan unsur dari kepribadiannya dan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka dia akan lebih berhatihati dalam menentukan keputusan. Kehatihatian
41
dalam masalah makanan salah satunya adalah dengan memperhatikan label kemasan pangan. Sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan yang cukup tentang label kemasan pangan, tetapi ternyata tidak memiliki pengaruh untuk membuat responden memperhatikan label kemasan pangan.
4.2.7. Sumber informasi responden dan perhatian konsumen terhadap label kemasan pangan. Tabel 16. menyajikan hubungan antara sumber informasi responden tentang label kemasan pangan dengan perhatian terhadap label kemasan pangan. Hubungan antara kedua variabel juga diuji dengan metode chi square. Hipotesis yang diajukan pada taraf nyata α = 0,05 adalah: H0 = Sumber informasi dan perhatian terhadap label kemasan pangan saling bebas H1 = Sumber informasi dan perhatian terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas Tabel 16. Tabulasi silang antara sumber informasi dan perhatian responden terhadap label kemasan pangan Perhatian terhadap Label Sumber
Tidak
Informasi
memperhatikan
TOTAL Memperhatikan
n
%
n
%
n
%
Keluarga
10
9,7
28
27,2
38
36,9
Media Cetak
1
1,0
5
4,9
6
5,8
Media Elektronik
24
23,3
20
19,4
44
42,7
Teman
5
4,9
4
3,9
9
8,7
Pengajar
0
0,0
6
5,8
6
5,8
40
38,8
63
61,2
103
100,0
TOTAL
Hasil uji chi square untuk mengetahui hubungan antara sumber informasi dan perhatian responden terhadap label kemasan pangan
42
terdapat pada lampiran 11. Nilai asymp. Sig. (2sided) yang diperoleh adalah 0,01. Nilai ini lebih kecil dari nilai taraf nyata yang digunakan, yaitu α = 0,05 sehingga peneliti bisa menolahk H0 yang artinya sumber informasi dan perhatian responden terhadap label kemasan pangan tidak saling bebas atau memiliki hubungan. Akses informasi yang semakin mudah membuat penyebaran opini dan semacamnya bisa berjalan sangat cepat, termasuk masalahmasalah yang berhubungan dengan label kemasan pangan, contohnya ketika banyak makanan kadaluarsa yang tetap beredar dipasaran yang akhirnya ditindak oleh badan POM dan hal ini sempat menjadi perhatian di media massa. Peristiwa peristiwa semacam ini dapat menjadi pengingat yang baik bagi konsumen untuk selalu memperhatikan label kemasan pangan sebelum membeli. Menurut Setiadi (2003), informasi terbanyak tentang suatu produk yang diterima konsumen secara umum berasal dari sumber sumber yang didominasi pemasar, sedangkan informasi yang efektif justru berasal dari sumbersumber pribadi. Informasi komersial secara umum melaksanakan fungsi memberitahu, sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi dan atau evaluasi.
4.3 Pengaruh Label Kemasan Pangan terhadap Keputusan Responden Responden yang dilibatkan kali ini hanyalah mereka yang memperhatikan label kemasan pangan sebelum membeli makanan (kelompok satu). Jumlah responden kelompok ini adalah 63 orang atau sekitar 61,2% (tabel 9). 4.3.1. Label kemasan yang paling diperhatikan responden.
Urutan keterangan label kemasan pangan berdasarkan banyaknya jumlah responden yang menempatkan label kemasan tersebut sebagai label yang diperhatikan pertama kali sebelum membeli makanan adalah: (1) label halal (36,5% = 23 orang), (2) waktu kadaluarsa (34,9% = 22 orang), (3) merk (20,6% = 13 orang), dan (4) daftar bahan penyusun makanan (7,9% = 5 orang). Hal ini
43
menggambarkan bahwa produk yang mencantumkan waktu kadaluarsa dan label halal dapat menarik perhatian konsumen dengan cukup signifikan. Data mengenai label kemasan pangan yang paling diperhatikan oleh responden terdapat pada tabel 17.
Tabel 17. Sebaran responden berdasarkan label kemasan pangan yang paling diperhatikan No
Prioritas label
n
%
1
Label Halal
23
36,5
2
Waktu kadaluarsa
22
34,9
3
Merk
13
20,6
4
Ingredients
5
7,9
63
100,0
TOTAL
4.3.2. Pengaruh label kemasan pangan terhadap keputusan responden
Keputusan responden ketika label/keterangan yang dicarinya tidak ada pada kemasan suatu produk pangan terbagi menjadi dua, yaitu tidak jadi membeli dan tetap membeli. Responden yang tetap membeli produk pangan meskipun label yang dicarinya tidak ada berjumlah 11,1% (7 orang), sedangkan responden yang tidak jadi membeli karena tidak menemukan label yang dicarinya sebanyak 88,9% (56 orang). Data mengenai keputusan responden jika tidak menemukan label kemasan yang dicarinya dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Sebaran responden berdasarkan keputusannya. No
Jika tidak ada label
n
%
1
Tidak jadi membeli
56
88,9
2
Tetap membeli
7
11,1
TOTAL
63
100,0
4.3.3. Label kemasan pangan dan keputusan responden
44
Data mengenai hubungan label kemasan pangan yang diperhatikan oleh responden dengan keputusan responden disajikan dalam bentuk tabulasi silang seperti pada tabel 19. Tabel 19. Tabulasi silang antara label kemasan pangan yang diperhatikan dan keputusan responden Label kemasan pangan
Keputusan Responden Tetap membeli
Tidak membeli
TOTAL
n
%
n
%
n
%
Label Halal
2
3,2
21
33,3
23
36,5
Waktu Kadaluarsa
0
0,0
22
34,9
22
34,9
Nama produk
2
3,2
11
17,5
13
20,6
Ingredients
3
4,8
2
3,2
5
7,9
7
11,1
56
88,9
63
100,0
TOTAL
Hubungan antara label kemasan pangan yang diperhatikan dengan keputusan responden dianalisa lebih lanjut menggunakan uji chi square dengan program SPSS 13. Hasil uji chi square untuk mengetahui hubungan antara label kemasan pangan yang diperhatikan dan keputusan konsumen terdapat pada lampiran 12. Hipotesis yang diajukan pada taraf signifikansi α = 0,05 adalah: H0 = Label yang diperhatikan responden dan keputusan saling bebas. H1 = Label yang diperhatikan responden dan keputusan tidak saling bebas. Karena nilai Asymp. Sig. < signifikansi (α = 0,05), maka kita dapat menolak H0, artinya label kemasan pangan yang diperhatikan dan keputusan responden tidak saling bebas atau dengan kata lain keduanya berhubungan. Keputusan merupakan bagian dari tindakan yang dilakukan konsumen. Ahmadi (1991) mendefinisikan tindakan sebagai tahapan dimana pengetahuan atau informasi mulai dilaksanakan oleh seseorang dalam suatu tingkah laku yang disesuaikan dengan kebutuhan dan motivasinya. Kebutuhan akan makanan yang aman mampu membuat responden mengambil pilihan
45
untuk tidak membeli suatu produk pangan jika mereka tidak menemukan label/keterangan yang dicari. Berdasarkan tabel 19. semua responden yang memperhatikan label kadaluarsa sebelum membeli makanan (34,9% = 22 orang) memutuskan untuk tidak jadi membeli makanan tersebut jika tidak menemukan label kadaluarsa pada kemasannya. Hal ini bisa terjadi karena konsumen sudah paham tentang fungsi waktu kadaluarsa, yaitu sebagai waktu pembatas kualitas makanan. Jadi jika waktu kadaluarsa sudah terlewati maka makanan tersebut sudah tidak layak dikonsumsi. Responden yang memperhatikan label selain waktu kadaluarsa, masih ada yang merasa aman untuk membeli makanan walaupun tidak menemukan label yang dicarinya itu. Meskipun begitu, jumlah responden yang tetap membeli tergolong sedikit. Secara umum alasan yang dikemukakan responden yang memutuskan untuk tidak jadi membeli adalah karena faktor keamanan terutama dari segi mutu maupun agama. Berdasarkan hal tersebut maka keterangan mengenai waktu kadaluarsa dan juga kehalalan produk merupakan penentu keputusan apakah responden jadi membeli produk pangan tersebut atau tidak. Jika ditotal responden yang memilih waktu kadaluarsa dan label halal sebagai prioritas pertama label kemasan yang diperhatikan berjumlah 71% responden (45 orang), tetapi secara keseluruhan semua responden (63 orang) menempatkan keduanya dalam prioritas mereka walaupun bukan pada urutan yang utama. Hal ini bisa jadi karena keduanya memang menentukan dalam hal keamanan makanan. Pemberitaan di media massa beberapa waktu lalu mengenai banyaknya makanan kadaluarsa yang masih beredar di pasaran juga dapat menyebabkan meningkatnya kecenderungan responden untuk lebih berhatihati dalam membeli makanan terutama dengan memperhatikan waktu kadaluarsa makanan tersebut. Alasan responden tetap membeli makanan yang tidak mencantumkan label kemasan pangan yang dicarinya adalah karena responden ingin mencoba makanan tersebut dan ada juga yang
46
disebabkan pedagang/penjualnya mengatakan makanan tersebut baru/aman. Peneliti mencoba menghubungkan keputusan responden untuk tetap membeli walaupun tidak ada label pada kemasan makanan yang dicarinya dengan atribut produk yang diperhatikan ketika akan membeli makanan dan juga tingkat ekonomi responden. Data mengenai hubungan ini terdapat pada tabel 20.
Tabel 20. Alasan
responden
tetap
membeli
makanan
dihubungkan dengan atribut yang diperhatikan dan pengeluaran responden. No
Alasan
Atribut produk yang diperhatikan
Pengeluaran
1 Ingin mencoba
Ukuran
300000500000
2 Ingin mencoba
Ukuran
300000500000
3 Ingin mencoba
Ukuran
300000500000
4 Ingin mencoba
Harga
300000500000
5 Ingin mencoba
Kemasan
300000500000
6 Percaya pada penjual
Nama Produk
>500000
7 Percaya pada penjual
Lainnya, rasa
300000500000
Peneliti beranggapan bahwa atribut produk yang pertama kali diperhatikan ketika akan membeli produk pangan akan berpengaruh pada keputusan konsumen untuk tetap membeli produk tersebut walaupun tidak terdapat label kemasan pangan yang dicarinya. Sebagai contoh, konsumen yang memperhatikan nama produk pangan biasanya akan sulit beralih ke produk pangan lainnya yang sejenis. Kepercayan terhadap suatu produk bisa terbentuk karena kebiasaan di dalam keluarga yang menggunakan produk tersebut. Lain lagi dengan responden yang memperhatikan harga sebelum membeli produk pangan. Akan sulit bagi responden seperti ini jika produk pangan yang tidak berlabel memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan produk yang berlabel. Akhirnya responden tetap akan membeli produk pangan tersebut walaupun tidak berlabel karena harganya lebih murah.
47
Tingkat pengeluaran yang rendah (tingkat pengeluaran yang rendah mengindikasikan tingkat ekonomi juga rendah) dapat membatasi pilihan responden pada barangbarang yang berharga murah saja, sedangkan responden yang memiliki tingkat pengeluaran lebih tinggi tentunya tidak terbatasi dengan harga makanan. Sumber informasi responden merupakan satusatunya variabel yang berhubungan dengan perhatian responden terhadap label kemasan pangan. Oleh sebab itu, peneliti juga mencoba mencari tahu apakah variabel ini juga berhubungan dengan keputusan responden. Hubungan ini akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi silang dan untuk memperkuat hasil tabulasi silang, maka hubungan ini selanjutnya akan dianalisa dengan uji chi square. Tabulasi silang antara sumber informasi responden dan keputusan responden terdapat pada tabel 21, sedangkan hasil uji chi square antara keduanya terdapat pada lampiran 13. Hipotesis yang diajukan pada taraf signifikansi α = 0,05 adalah: H0 = Sumber informasi responden dan keputusan responden saling bebas. H1 = Sumber informasi responden dan keputusan responden tidak saling bebas.
48
Tabel 21. Tabulasi silang antara sumber informasi responden dan responden Perilaku Responden Sumber Informasi
Tetap
Tidak
membeli
membeli
TOTAL
n
%
n
%
n
%
Keluarga
3
4,8
25
39,7
28
44,4
Media cetak
1
1,6
4
6,3
5
7,9
Media elektronik
3
4,8
19
30,2
22
34,9
Teman
0
0,0
4
6,3
4
6,3
Pengajar
0
0,0
4
6,3
4
6,3
TOTAL
7
11,1
56
88,9
63
100,0
Nilai asymp. Sig yang diperoleh melalui uji chi square (lampiran 13) adalah sebesar 0,818. Karena nilai asymp. Sig yang didapat lebih besar dari taraf signifiukansi yang digunakan (0,05) maka H0 diterima atau hubungan antara sumber informasi dan keputusan membeli yang dilakukan responden saling bebas (tidak berhubungan). Sumber informasi responden mengenai label kemasan pangan dapat mempengaruhi responden untuk memperhatikan label kemasan pangan sebelum membeli suatu makanan, tetapi informasi yang didapatkan dari sumber informasi tersebut tidak lagi dijadikan acuan oleh responden ketika mereka memutuskan untuk membeli ataupun tidak jadi membeli makanan tersebut. Itu berarti ada faktor lain yang yang mempengaruhi keputusan responden. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Urutan atribut produk yang mempengaruhi keputusan responden dalam membeli makanan ringan adalah (1) harga (44,7%), (2) lainnya (29,1%), (3) kemasan (16,5%), (4) merk (5,8%), (5) ukuran produk (3,9%). Keterangan label yang menjadi pertimbangan responden sebelum memutuskan untuk membeli makanan ringan adalah: (1) label halal (36,5%), (2) waktu kadaluarsa (34,9%), (3) merk (20,6%), (4) ingredients (7,9%). Berdasarkan uji chi square yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara perhatian responden terhadap label kemasan pangan sebelum membeli makanan ringan dengan faktor internal dan eksternal responden ternyata hasilnya hanya faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perhatian responden dengan nilai asymp. Sig. 0,01 (< α = 0,05). Sementara faktor internal yang terdiri dari usia, agama, tingkat pengeluaran, dan pengetahuan responden tentang label kemasan pangan tidak berpengaruh dengan perhatian konsumen terhadap label kemasan pangan karena nilai asymp. Sig masing masing faktor tersebut lebih besar dari taraf nyata yang digunakan. Faktor sekolah (unggulan ataupun non unggulan) juga tidak berpengaruh terhadap perhatian konsumen. Perhatian responden terhadap label kemasan pangan ternyata berpengaruh terhadap keputusan responden. Hal ini didapat setelah dilakukan uji chi square terhadap dua variabel tersebut. Nilai asymp. Sig yang didapat adalah 0,002. nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan oleh peneliti yaitu sebesar 0,05. Perhatian responden terhadap label kemasan pangan dipengaruhi oleh sumber informasi responden seperti yang telah diuraikan di atas. Namun sumber informasi responden ternyata tidak mempengaruhi responden untuk membeli atau tidak jadi membeli suatu produk pangan. Hal ini ditunjukkan dengan uji chi square yang menghasilkan nilai asymp. Sig sebesar 0,818. Itu artinya ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan
50
responden dan untuk mengetahuinya hal tersebut dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
B. Saran 1. Perlu adanya sosialisasi mengenai fungsi dan kegunaan label kemasan pangan terutama pada konsumen pelajar. Hal ini dilakukan agar para pelajar bisa mandiri dalam menentukan makanan apa yang hendak dikonsumsinya dan tidak sekedar ikutikutan. Selain itu, hal ini juga dilakukan agar perhatian konsumen pelajar tidak hanya berpusat pada label waktu kadaluarsa dan label halal saja. Sosialisasi bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan jam pelajaran Bimbingan Konseling. Itu artinya Badan POM atau lembaga lain yang terkait dengan permasalahan pelabelan makanan harus bekerja sama dengan Departemen Pendidikan. Bentuk kerjasamanya dapat berupa seminar mengenai keamanan pangan dengan pembicara dari pihak badan POM atau lembaga lain yang terkait dan pesertanya adalah para guru Bimbingan Konseling. 2. Perlu adanya pemeriksaan berkala terhadap label kemasan yang dicantumkan oleh produsen pangan untuk menghindari terjadinya label palsu ataupun label yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga konsumen yang menjadikan label kemasan pangan sebagai acuan untuk membeli produk pangan bisa mendapatkan manfaat dari pilihanpilihan yang telah dibuatnya. 3. Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui label manakah yang paling berpengaruh dalam keputusan konsumen pelajar dalam membeli atau tidak jadi membeli suatu makanan dan faktor apakah yang mempengaruhi keputusan tersebut.
51
DAFTAR PUSTAKA Adelas, S. B. 1995. Kajian Aspek Psikososial Remaja masa kini dan Masa Mendatang. Makalah pada Seminar Sehari Profil Remaja Indonesia di Masa Depan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.
Ahmadi, A. 1991. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.
Anonim. 2007. Snack Food. http://wikipedia.org. [15 Januari 2008]
AlAsyhar, T. 2002. Bahaya Makanan haram Bagi Kesehatan Jasmabi dan Kesucian Rohani. PT AlMawardi Prima, Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). 2004. http://www.pom.go.id. [10 April 2007] Barasi, M.E. dan R. F. Mottram. 1987. Human Nutirtion (4 th ed). Edward Arnold. Maryland, USA.
Daradjat, Z. 1995. Remaja Harapan dan Tantangan. Ruhama. Jakarta.
Engel, J. F., Blackwell, R. D. Dan Miniard, P. W. 1995. Perilaku Konsumen jilid 1 (6 th ed.). Binarupa Aksara. Jakarta.
Fardiaz, D dan Fardiaz, S. 2003. Keamanan Pangan dan Pengawasannya. Di dalam: Efrina Ginting. Persepsi Ibu tentang Label Makanan Kemasan Anak Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Harper, J. M. 1981. Extrution of Food. CRC press, Inc. Florida.
52
Harper, L. J., Deaton, B. J. Dan Driskel, J. A. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press. Jakarta.
Hersey, P dan K. H. Blanchard. 1990. Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia edisi ke empat. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Irawan dan Wijaya, F. 1996. Pemasaran 2000. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Di dalam: Efrina Ginting. Persepsi Ibu tentang Label Makanan Kemasan Anak Sekolah Dasar. Skripsi Sarjana Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran jilid 1. Prehallindo. Jakarta.
Krisnamurti, B. 2003. Kebijakan Pangan Indonesia: Isu dan Agenda. Majalah Pangan 12(40):1213.
Matz, S. A. 1984. Snack Food Technology. AVI Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut. Mowen, J. C. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen jilid 1 (5 th ed.). Erlangga. Jakarta.
Moniharapon, E. 1998. Analisis klaim iklan dan label pada produk pangan. Tesis Pasca Sarjana. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Muchtadi, T. R., Purwiyatno, dan A. B. Ahza. 1988. Teknologi Pemasakan Ekstrusi. PAU Pangan dan Gizi. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
53
Myers, J. H. dan W. H., Reynolds. 1967. Consumer Behavior dan Marketing Management. Boston Houghton Mifflin Company. California.
Sarwono, S. W. 1993. Remaja: Seks dan Disiplin dalam Menorot dan Memahami Masalah Remaja. Pustaka Antara. Jakarta.
Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen. Prenada Media. Jakarta.
Singarimbun, M. Dan S. Effendi. 1995. Panduan Penelitian Survei. Cetakan Kedua. PT Pustaka LP3ES, Jakarta.
Soekanto, S. 1991. Remaja dan Masalahmasalahnya. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Soemardjan, S. 1991. Remaja Desa dan Kota dengan Lingkungannya. Di dalam Sanusi, Badri, dan Syafrudin (eds). Mengenal dan Memahami Masalah Remaja. Pustaka Antara. Jakarta.
Sulaiman, W. 2003. Statistik NonParametrik: Contoh Kasus dan Penyelesaiannya dengan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Susanto, D. 1989. Ragam Konsumsi dan Fungsi Sosial Pangan. Berita Pergizi Pangan 6(2):79.
Umar, H. 2002. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wirakartakusumah. 2001. Pelabelan Pangan. Di dalam: Hardiansyah, Atmojo SM, editor. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta:
54
Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia, Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) dan Institut Pertanian Bogor, bekerjasama dengan Proyek CHN3, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. hlm 190.
Wijaya, H. 2001. Pelabelan Pangan. Di dalam: Hardiansyah, Atmojo SM, editor. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta: Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia, Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) dan Institut Pertanian Bogor, bekerjasama dengan Proyek CHN3, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. hlm 190.
YLKI. 2004. Kumpulan Warta Konsumen. http://www.ylki.or.id. Di dalam: Firman Hamonangan. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Orang Tua Murid TK AlChasanah Dalam Pemanfaatan Label Kemasan Susu Bubuk. Skripsi Sarjana Jurusan Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
55
Lampiran 1. Daftar SMA yang ada di Kota Bogor DAFTAR REKAPITULASI JUMLAH SISWA SMA TAHUN PELAJARAN 2007/2008
56
57
Lampiran 2. Daftar siswa yang menjadi responen pada penelitian ini. Kelas
Usia
Uang saku
tetap beli
informasi
urutan Penentu beli
urutan label
memperhatikan label
smansa
X‐8
15
2
1
keluarga
merk
tanggal kadaluarsa
1
1
smansa
X‐8
14
2
Teman
lainnya, manfaat
Alhan Rao
1
smansa
X‐8
16
2
1
4 5
Axel Yahya Ihsan
1 1
smansa smansa
X‐8 X‐8
15 15
2 2
1 1
6
Bobby Dwi Firdaus
1
smansa
X‐8
16
2
1
7 8
Miftah Rijal Farhani Reinaldo Zakaria
1 1
smansa smansa
X‐8 X‐8
15 15
2 2
9
M. Rezanda
1
smansa
X‐8
15
2
1
10 11 12 13 14
Annisa Rahayu Agastya Nada Safira Nisrina Adisti Karina Galishia Putry Ananda Putri W
0 0 0 0 0
smansa smansa smansa smansa smansa
X‐8 X‐8 X‐8 X‐8 X‐8
15 15 15 15 15
2 2 2 2 2
1 1
1
Media elektronik Teman Keluarga Media elektronik Keluarga Teman Media elektronik keluarga keluarga Keluarga Keluarga keluarga
15
Galalea
0
smansa
X‐8
15
2
1
Keluarga
kemasan
16 17 18 19
Rizka Desy Astari Putra Arfiana Edo Rissandi Muthia Maulizar
0 1 1 0
smansa smansa smansa smansa
X‐8 X‐8 X‐8 X‐8
15 15 15 16
2 2 3 2
Lainnya, rasa ukuran kemasan Lainnya, rasa
20
Setyo Adi Harnandito
1
smansa
X‐8
16
2
Teman keluarga Pengajar Teman Media elektronik
no
nama
P/L Sekolah
1
T. Suprayitna
1
2
Iqbal Maesa Febriawan
3
0
1
0
lainnya, rasa
halal
1
Lainnya, rasa harga
halal halal
1 1
Lainnya, rasa
merk
1
Lainnya, rasa lainnya, rasa lainnya, selera harga Lainnya, rasa Lainnya, rasa Lainnya, rasa merk
Lainnya, rasa
0 0 tanggal kadaluarsa halal halal
merk tanggal kadaluarsa ingredients
halal
1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1
58
15 16 15
Uang saku 2 3 2
tetap beli 1 1 1
X‐8
15
2
smansa
X‐8
15
0
smansa
X‐8
0
smansa
0
no
nama
21 22 23
Hans Abdiel Keynes Praditio Aditya Ghassan
1 1 1
24
Athia Prividyani
25 26
Teman Teman Keluarga
urutan Penentu beli Lainnya, rasa Lainnya, rasa Lainnya, rasa
1
Keluarga
kemasan
2
1
Media elektronik
harga
halal
1
15
2
1
Keluarga
lainnya, rasa
tanggal kadaluarsa
1
X‐8
16
2
1
pengajar
kemasan
halal
1
smansa
X‐8
15
2
1
kemasan
halal
1
kemasan
merk
1
halal
1
P/L Sekolah
Kelas
Usia
smansa smansa smansa
X‐8 X‐8 X‐8
0
smansa
Devitha Amelia
0
Rd Rubani Firly
informasi
28
Siti Khadijah Parinduri Lulu Maknun
29
Patriavi Nuansari
0
smansa
X‐8
15
2
30
0
smansa
X‐8
16
2
1
0
smansa
X‐8
16
2
1
Keluarga
Lainnya, rasa
32 33 34 35 36
Alif Jannata Hikariza Ancilita Purnamaningsih Kania Novita Hafidhu Nalendra Agitya Fajar Arini Ashariati Dwi Septiana
pengajar Media elektronik Media Cetak
0 1 1 0 0
smansa smansa smansa smansa smansa
X‐8 X‐6 X‐6 X‐6 X‐6
16 15 15 15 15
2 2 2 2 2
harga harga Lainnya, rasa kemasan harga
37
Dania Putri A
0
smansa
X‐6
15
3
38 39
Luthfi Anzani Wildan Nugraha
0 1
smansa smansa
X‐6 X‐6
16 16
3 2
pengajar Keluarga Keluarga Keluarga Media Cetak Media elektronik Keluarga Keluarga
40
Tania
0
smansa
X‐6
15
2
pengajar
harga
27
31
1 1 0
1
urutan label halal halal halal tanggal kadaluarsa
harga
memperhatikan label 1 1 1 1
0
halal halal ingredients
0 1 1 0 1
lainnya, rasa
0
kemasan harga
0 0 tanggal kadaluarsa
1
59
Kelas
Usia
Uang saku
tetap beli
informasi
urutan Penentu beli
urutan label
memperhatikan label
smansa
X‐6
15
2
1
Keluarga
Lainnya, rasa
tanggal kadaluarsa
1
1
smansa
X‐6
14
2
1
harga
merk
1
Arif Kuncoro Adi Angga Triyudha
1 1
smansa smansa
X‐6 X‐6
15 15
2 2
Nida Aslama Zahra
0
smansa
X‐6
15
2
0
smansa
X‐6
15
2
0
smansa
X‐6
15
2
no
nama
P/L Sekolah
41
S. Habibah Wardah
0
42
Ermistmar
43 44 45
47
Evi Sabrina Napitupulu Ulfah Izdihar
48
Harish M Nazief
1
smansa
X‐6
15
2
49 50
Ainun Khairiyah Septi
0 0
smansa smansa
15 15
2 3
1 1
51
Qori Mulyaningsih
0
Pesat
17
2
1
Keluarga
harga
52
Indrianti
0
Pesat
18
2
1
Media elektronik
53
M. Sidik
1
Pesat
18
2
1
54
Wulandari
0
Pesat
16
2
55
Hartanti
0
Pesat
17
56
Anton F.
1
Pesat
57
wawan irawan
1
Pesat
X‐6 X‐6 XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA
Media elektronik Keluarga Keluarga Media elektronik Media elektronik Keluarga Media elektronik Keluarga Keluarga
46
1
harga harga
0 0
Lainnya, rasa
0
harga
0
kemasan
ingredients
harga kemasan Lainnya, rasa
1 0
ingredients halal tanggal kadaluarsa
1 1
harga
ingredients
1
Keluarga
Lainnya, rasa
halal
1
0
Media elektronik
Lainnya, rasa
halal
1
1
1
Keluarga
kemasan
ingredients
1
17
1
1
pengajar
harga
merk
1
18
1
Media elektronik
merk
1
0
60
no
nama
P/L Sekolah
58
Bilqis Sanadayani
0
Pesat
59
Ratih Sukmadewi
0
Pesat
60
Delis Ariyani
0
Pesat
61
Yuyus
0
Pesat
62
Rena Rahmatun Nisa
0
Pesat
63
Hilmi Fauzan
1
Pesat
64
Mochtar Triswanto
1
Pesat
65
Hermawan
1
Pesat
66
Yudhi rwanto
1
Pesat
67
Prana Yoga
1
Pesat
68
Enti Sugiarti
0
Pesat
69
Dede Sri Deviana
0
Pesat
70
Andini Nur R.
0
Pesat
71
Liliek Sudarwati
0
Pesat
72
Desti N
0
Pesat
Kelas XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA
Usia
Uang saku
tetap beli
17
2
17
1
17
2
0
keluarga
ukuran
merk
1
17
2
0
keluarga
ukuran
ingredients
1
17
2
1
keluarga
kemasan
halal
1
17
1
Media elektronik
harga
0
17
1
keluarga
lainnya, rasa
0
17
1
harga
0
17
2
harga
0
18
2
17
2
17
2
17
1
17
2
1
17
2
1
informasi Media elektronik Media elektronik
1
Media elektronik Media elektronik Media elektronik Media elektronik media elektronik media elektronik Media elektronik keluarga
urutan Penentu beli
urutan label
memperhatikan label
merk
0
harga
0
harga
tanggal kadaluarsa
1
harga
0
harga
0
harga
0
merk harga
tanggal kadaluarsa tanggal kadaluarsa
1 1
61
no
nama
P/L Sekolah
73
Linda Yohanda
0
Pesat
74
Irma fatimah
0
Pesat
75
Ika Putri
0
Pesat
76
Reza A.
1
Pesat
77
Aida
0
Pesat
78
Endah K
0
Pesat
79
Imam M
1
Pesat
80
Jeki Riswanto
1
Pesat
81
Luliandri
1
Pesat
82
Tedi Permana
1
Pesat
83
Hadi
1
Pesat
84
Dede Riskandar
1
Pesat
85
Lukman
1
Pesat
86
M. Sanur
1
Pesat
87
Haryadiansyah
1
Pesat
Kelas XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA XII‐ IPA
Usia
Uang saku
tetap beli
17
1
1
17
1
1
17
1
1
keluarga
harga
17
2
1
Media elektronik
kemasan
17
2
Teman
harga
17
2
Teman
harga
17
1
18
1
18
1
1
17
1
0
17
1
17
1
17
1
1
18
1
1
17
1
1
informasi Media elektronik Media elektronik
Media elektronik Media elektronik keluarga Media elektronik Media elektronik Media elektronik Media elektronik
urutan Penentu beli
urutan label
memperhatikan label
harga
merk
1
kemasan
tanggal kadaluarsa tanggal kadaluarsa halal
1 1 1 0
tanggal kadaluarsa
1
lainnya, rasa
0
lainnya, rasa
0
harga
halal
1
kemasan
merk
1
harga
0
harga
0
harga
tanggal kadaluarsa
1
media cetak
harga
merk
1
media cetak
ukuran
0
62
no
nama
P/L Sekolah
88
Dian
1
Pesat
89
Indra Wulansari
0
Pesat
90
Reyola Dwi
0
Pesat
91
Gristika
0
Pesat
92
Siti R
0
Pesat
93
Fitri L
0
Pesat
94
Ridwan Munandar
1
Pesat
95
M Ferdiana
1
Pesat
96
Asep K
1
Pesat
97
Aditya R
1
Pesat
98
Endi
1
Pesat
99
Ano
1
Pesat
100
Abdul Rohman
1
Pesat
101
Mumuh
1
Pesat
102
M. Faisyal
1
Pesat
Kelas XII‐ IPA XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1 XII‐ IPS1
Usia
Uang saku
tetap beli
17
1
1
17
2
1
16
1
18
3
17
1
17
2
17
1
17
1
17
2
17
1
1
17
1
1
19
2
1
19
1
1
18
1
17
1
0
1
informasi Media elektronik Media elektronik Media elektronik Media elektronik
urutan Penentu beli
urutan label
memperhatikan label
harga
merk
1
harga
tanggal kadaluarsa
1
harga merk
keluarga
harga
media cetak
harga
media elektronik media elektronik media elektronik media elektronik media elektronik media elektronik
0 halal
1 0
tanggal kadaluarsa
1
harga
0
lainnya, rasanya
0
harga
0
harga lainnya, rasanya
tanggal kadaluarsa tanggal kadaluarsa
1 1
harga
merk
1
media cetak
kemasan
merk
1
1
media elektronik
harga
merk
1
1
Keluarga
harga
tanggal kadaluarsa
1
63
no
nama
103
Herdi
P/L Sekolah 1
Pesat
Kelas
Usia
Uang saku
tetap beli
informasi
urutan Penentu beli
urutan label
memperhatikan label
XII‐ IPS1
17
1
1
Keluarga
kemasan
halal
1
Keterangan: Jenis kelamin: L = 1 P = 0 Sekolah: Smansa
= SMA N I Bogor
Pesat
= SMA Pembangunan I
Uang saku: 1
= < Rp 300.000
2
= Rp. 300.000 – Rp. 500.000
3
= > Rp. 500.000
Tetap beli: 0
= tetap membeli
1
= tidak jadi membeli
Tidak diisi
= tidak memperhatikan label kemasan pangan
Memperhatikan label: 1
= memperhatikan label kemasan pangan
0
=
tidak
memperhatikan
label
kemasan
pangan
64
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian yang digunakan untuk mengambil data.
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LABEL KEMASAN PANGAN TERHADAP KEPUTUSAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MEMBELI MAKANAN RINGAN DI KOTA BOGOR
Oleh: Susanto (F24103134) Mahasiswa Semester akhir di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor No. Responden
: ……….....
Nama
: ......…………………………………………….
Sekolah
: …………………………………………………
Kelas
: ……………………………............................... ……………………………………...................
No. Telepon/HP
: …………………………………………………
*Nama dan Nomor Telepon Hanya Digunakan Untuk Kepentingan Penelitian*
65
Petunjuk pengisian : 1. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan jawaban anda atau tuliskan jawaban anda pada tempat yang telah disediakan. 2. Mohon diisi dengan sebenarnya
I. KARAKTERISTIK, PERILAKU, DAN SUMBER INFORMASI KONSUMEN
1. Jenis kelamin? a. lakilaki
b. Perempuan
2. Usia anda saat ini adalah ............. tahun
3. Besarnya pengeluaran anda per bulan a. Kurang dari Rp. 300.000,
c. Lebih dari Rp. 500.000,
b. Rp. 300.000, s/d Rp. 500.000,
4. Makanan ringan apa yang biasanya anda konsumsi? (jawaban boleh lebih dari satu dan silakan sebutkan merknya) ......................................................................................................................................... ...................................................................................................
5. Dari faktorfaktor di bawah ini, faktor apakah yang mempengaruhi Anda dalam membeli suatu produk pangan? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Ukuran (berat produk) b. Harga c. Merk d. Kemasan produk (label/warna/gambar pada kemasan) e. Lainnya, sebutkan .......................
66
6. Jika jawaban anda pada pertanyaan nomor 5 lebih dari satu, tolong urutkan dari yang paling utama? Urutan
Faktor yang mempengaruhi
1. 2. 3. 4. 5.
UNTUK JAWABAN NO 6: Jika tidak terdapat kemasan pangan pada jawaban anda maka langsung ke no 11. 7. Jika salah satu jawaban anda adalah kemasan produk, maka apakah yang anda perhatikan pada kemasan tersebut? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Bentuk kemasan
c. Label kemasan
b. Warna kemasan
Jika jawaban anda pada pertanyaan no 7 adalah: Ø poin C maka lanjutkan ke no 8 Ø poin A dan B maka lanjutkan ke no 11. 8. Label apakah yang anda perhatikan pada kemasan pangan yang akan anda beli? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Nama produk
g. Petunjuk penggunaan
b. Komposisi bahan (ingredients)
h. Petunjuk penyimpanan
c. Berat bersih (netto)
i. Informasi gizi
d. Nama dan alamat pabrik
j. Kode produksi
e. Nomor pendaftaran
k. Label halal
f. Tanggal kadaluarsa
67
9. Jika jawaban anda pada pertanyaan nomor 8 lebih dari satu, tolong urutkan dari yang paling utama? Urutan
Informasi yang diperhatikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
10. Jika pada kemasan makanan yang anda ingin beli tidak terdapat label yang diinginkan, apakah yang anda lakukan? a. Tetap membelinya, alasan ........................................................................... ..................................................................................................................... b. Tidak jadi membelinya, alasan .................................................................... .....................................................................................................................
11. Dari mana anda mendapatkan informasi mengenai label kemasan pangan? a. Keluarga b. Media cetak (koran, majalah, dll.) c. Media eletronik (TV, radio, internet dll.) d. Teman e. Pengajar (guru di sekolah, guru di bibingan belajar, dll.) f. Lainnya, sebutkan...........................
68
Petunjuk pengisian : 1. Berikalah tanda (X) pada kolom yang tersedia. Pilihlah B (benar) jika pernyataan tersebut benar dan S (salah) jika salah. 2. Mohon diisi dengan sebenarnya
II. PENGETAHUAN TENTANG LABEL
No
Pertanyaan
Jawaban B
1.
S
label kemasan pangan adalah semua keterangan yang tertera pada kemasan pangan termasuk gambar dan tabel.
2.
Salah satu tujuan pemberian label kemasan pangan adalah memberi informasi tentang produk pangan yang ingin dibeli.
3.
Setiap orang yang memproduksi atau menyalurkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia wajib mencantumkan Label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.
4.
Nama produk pangan (merk) yang dicantumkan pada label harus menunjukkan keadaan yang sebenarnya dari pangan tersebut.
5.
Nama produk (merk) untuk pangan yang dimpor dari luar negeri harus menggunakan bahasa Indonesia.
6.
Nama produk (merk) berfungsi untuk memudahkan pengenalan produk
7.
Berat bersih suatu produk pangan pada kemasan dinyatakan dalam satuan berat (gram) dan volume (mililiter) sekaligus
8.
Berat bersih boleh ditulis dengan kata netto
9.
Yang dimaksud berat bersih adalah berat produk ditambah berat kemasannya.
10. daftar bahan yang digunakan untuk meyusun makanan adalah semua
komponen yang digunakan untuk membuat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, dan sebagainya. 11. Daftar bahan yang digunakan untuk meyusun makanan ditulis berurutan dari yang terbanyak sampai yang terendah, kecuali vitamin dan mineral. 12. Daftar bahan yang digunakan untuk meyusun makanan biasanya ditulis dengan kata ingredients atau komposisi.
69
13
Waktu kadaluarsa harus dituliskan secara lengkap (tanggal, bulan, dan tahun)
14. Waktu kadaluarsa adalah tanggal yang menunjukkan batas akhir suatu produk makanan masih memenuhi syarat mutu dan keamanan untuk dikonsumsi sepanjang penyimpanannya benar. 15. waktu kadaluarsa bisa ditulis dengan kalimat “gunakan sebelum” 16. Nama pihak yang memproduksi produk pangan (produsen) harus dicantumkan dalam kemasan 17
Alamat pihak yang memproduksi produk pangan (produsen) tidak harus dicantumkan dalam kemasan
18
Nama dan alamat pihak yang memproduksi harus diletakkan pada bagian yang mudah terlihat
19. Informasi gizi tidak harus dicantumkan pada kemasan pangan 20. Label halal wajib dicantumkan pada kemasan pangan.
70
Lampiran 4. Perhitungan reliabilitas. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Σ
X 14 14 15 15 17 14 14 11 14 15 16 12 14 15 13 15 13 14 10 13 12 14 15 13 17 16 12 12 14 16
Y 16 15 18 17 18 16 15 14 15 16 17 14 14 17 15 15 16 18 12 14 12 15 15 15 18 17 13 13 15 18
XY 224 210 270 255 306 224 210 154 210 240 272 168 196 255 195 225 208 252 120 182 144 210 225 195 306 272 156 156 210 288
X 2 196 196 225 225 289 196 196 121 196 225 256 144 196 225 169 225 169 196 100 169 144 196 225 169 289 256 144 144 196 256
Y 2 256 225 324 289 324 256 225 196 225 256 289 196 196 289 225 225 256 324 144 196 144 225 225 225 324 289 169 169 225 324
419
463
6538
5933
7235
Keterangan: X = skor total pengukuran pertama Y = skor total pengukuran kedua
ΣX ΣY = 193997
71
Σ X 2 = 175561 Σ Y 2 = 214369
Perhitungan reliabilitas : r = N (ΣXY) – (ΣX.ΣY) / √ [NΣX 2 – (ΣX) 2 ] [NΣY 2 – (ΣY) 2 ] r = 30 x 6538 – 193997 / √ (30 x 5933 – 175561) (30 x 7235 – 214369) r = 0,840
r tabel = 0,361
r hitung > r tabel, maka kuesioner ini reliabel.
72
Lampiran 5. Sebaran responden berdasarkan jawaban yang benar pada setiap pertanyaan mengenai pengetahuan tentang label kemasan pangan. No
Label kemasan pangan
soal
Jawaban benar
kriteria skor
n
%
1 Pengertian label Kemasan pangan
91
88,3
baik
2 Tujuan label kemasan pangan
101
98,1
baik
3 Kewajiban pemberian label kemasan pangan
94
91,3
baik
Nama produk (merk)
Jawaban benar
kriteria skor
n
%
4 Nama produk yang dicantumkan
96
93,2
baik
5 Bahasa yang digunakan untuk nama produk
75
72,8
cukup
6 Tujuan nama produk
98
95,1
baik
Berat bersih
Jawaban benar
kriteria skor
n
%
7 Satuan berat bersih pada kemasan
39
37,9
kurang
8 Penulisan berat bersih pada kemasan
101
98,1
baik
9 Pengertian berat bersih
66
64,1
cukup
Daftar penyusun makanan 10 Pengertian daftar bahan penyusun makanan Cara penulisan daftar bahan penyusun 11 makanan 12 Penulisan pada kemasan Waktu kadaluarsa
Jawaban benar
kriteria skor
n
%
17
16,5
kurang
63
61,2
cukup
102
99,0
baik
Jawaban benar
kriteria skor
n
%
13 Kelengkapan penulisan waktu kadaluarsa
2
1,9
kurang
14 Pengertian waktu kadaluarsa
97
94,2
baik
15 Penulisan waktu kadaluarsa pada kemasan
103
100,0
baik
Nama dan alamat produsen
Jawaban benar
kriteria skor
n
%
16 Kewajiban pencantuman nama produsen
98
95,1
baik
17 Kewajiban pencantuman alamat produsen
81
78,6
cukup
18 Letak label nama dan alamat produsen
83
80,6
baik
Informasi nilai gizi dan label halal
Jawaban benar
kriteria skor
n
%
19 Informasi nilai gizi tidak harus dicantumkan
13
12,6
kurang
20 Kewajiban label halal
8
7,8
kurang
73
Lampiran 6. Hasil uji Chi Square antara asal sekolah responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan Value Pearson ChiSquare
df
Asymp. Sig. (2sided)
,029(b)
1
,866
Continuity Correction(a)
,000
1
1,000
Likelihood Ratio
,029
1
,866
,028
1
,867
Fisher's Exact Test LinearbyLinear Association N of Valid Cases
103
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,42.
74
Lampiran 7. Hasil uji Chi Square antara jenis kelamin responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan Asymp. Sig. (2 sided Value Pearson ChiSquare
df
)
,233(b)
1
,629
Continuity Correction(a)
,079
1
,779
Likelihood Ratio
,233
1
,629
LinearbyLinear Association
,231
1
,631
N of Valid Cases
103
Fisher's Exact Test
a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,81.
75
Lampiran 8. Hasil uji chi square antara usia dan perhatian terhadap label kemasan pangan
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio LinearbyLinear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig.
Value
df
4,056(a)
5
,541
4,820
5
,438
,116
1
,733
(2sided)
103
a 5 cells (41,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,78.
76
Lampiran 9. Hasil uji chi square antara tingkat pengeluaran dan perhatian terhadap label kemasan pangan
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio LinearbyLinear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2
Value
df
2,347(a)
2
,309
2,328
2
,312
,708
1
,400
sided)
103
a 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
77
Lampiran 10. Hasil uji Chi square antara tingkat pengetahuan tentang label kemasan pangan dan perhatian terhadap label kemasan pangan.
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio LinearbyLinear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. (2
Value
df
3,337(a)
2
,189
5,077
2
,079
,126
1
,723
sided)
103
a 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,78.
78
Lampiran 11. Hasil uji Chi square antara sumber informasi dan perhatian terhadap label kemasan pangan. Asymp. Sig.
Pearson ChiSquare Likelihood Ratio LinearbyLinear Association N of Valid Cases
Value
df
(2sided)
13,189(a)
4
,010
15,403
4
,004
1,592
1
,207
103
a 5 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,33.
79
Lampiran 12. Hasil uji chi square terhadap hubungan antara label kemasan pangan yang diperhatikan dengan keputusan responden. Asymp. Sig.
Value
df
15,226(a)
3
,002
Likelihood Ratio
12,470
3
,006
LinearbyLinear Association
6,406
1
,011
Pearson ChiSquare
N of Valid Cases
(2sided)
63
a 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,56.
80
Lampiran 13. Hasil uji chi square terhadap hubungan antara sumber informasi responden dengan keputusan responden. Asymp. Sig. Value Pearson ChiSquare Likelihood Ratio LinearbyLinear Association N of Valid Cases
df
(2sided)
1,547(a)
4
,818
2,355
4
,671
,244
1
,621
63
a 8 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44.
81
Lampiran 14. Hasil uji chi square antara agama responden dengan perhatian terhadap label kemasan pangan. Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Value Pearson ChiSquare Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
df
(2sided)
,335(b)
1
,563
,003
1
,955
,356
1
,551
(2sided)
Fisher's Exact Test LinearbyLinear Association N of Valid Cases
1,000 ,332
1
(1sided)
,494
,564
103
a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,55.
82