i
ANALISIS ISI LABEL PANGAN DAN KLAIM IKLAN TELEVISI PADA PRODUK KEMASAN MAKANAN KENTANG
RHENY ANNYSA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Isi Label Pangan Dan Klaim Iklan Televisi Pada Produk Kemasan Makanan Kentang” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Rheny Annysa NIM I24100046
ii
ABSTRAK RHENY ANNYSA. Analisis Isi Label Pangan Dan Klaim Iklan Televisi Pada Produk Kemasan Makanan Kentang. Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi label pangan dan klaim iklan televisi pada produk kemasan makanan kentang dengan metode analisis isi. Label pangan dianalisis dengan menggunakan PP Nomor 69 Tahun 1999 dan UndangUndang Perlindungan Konsumen. Iklan dianalisis dengan menggunakan UndangUndang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Etika Pariwara Indonesia (EPI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 produk makanan kentang berdasarkan ketentuan pelabelan pangan terdiri dari lima unsur. Rata-rata persentase kelima unsur tersebut adalah teknis pencantuman label (94.8%), tulisan pada label (91.7%), keterangan minimum label (95.3%), keterangan lain pada label (87.7%), dan keterangan yang dilarang (94.4%). Terdapat 15 iklan dari 20 iklan yang mencantumkan klaim pada iklan, dimana dua iklan mengandung klaim objektif dan 15 iklan mengandung klaim subjektif. Sembilan dari dua puluh iklan melanggar pasal 17 ayat 1c UUPK, berdasarkan analisis EPI terdapat sembilan iklan yang melanggar bagian isi iklan, dan dua iklan yang melanggar bagian pemeran iklan. Kata kunci: analisis isi, iklan televisi, klaim, label kemasan, produk makanan kentang
ABSTRACT RHENY ANNYSA. The Content Analysis Of Food Labels And Claims In Television Advertisements In Potato Food Package Product. Supervised by UJANG SUMARWAN. This research was aimed to analyze food labels and claims in television advertisements in potato food package product. This study used content analyze method. Food label was analyze based on government regulation number 69 on 1999 and Consumer Protection Laws for food label. Advertisement was analyze by used consumer Protection laws (UUPK) and Etika Pariwara Indonesia (EPI). The result showed from 60 potato food products based on food labeling consist of five unsure. The average of five unsure were the eligibility of labeling technical elements (94.8%), label writing (91.7%), label minimum information (95.3%), label other information (87.7%), and written prohibited information (94.4%). There were 15 advertisements from 20 advertisments which write the claim in their advertisement, include 15 advertisements subjective claim and two advertisements objective claim. There were nine of 20 advertisements unfulfilled article 17 paragraph 1c UUPK, and based on EPI analyze there were nine advertisements unfulfilled content advertisements and two advertisements unfulfilled advertisements actor. Keywords: content analysis, television advertisements claim, food labeling, potato food product
iv
ANALISIS ISI LABEL PANGAN DAN KLAIM IKLAN TELEVISI PADA PRODUK KEMASAN MAKANAN KENTANG
RHENY ANNYSA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
v
vii
viii
PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis isi label pangan dan klaim iklan televisi pada produk kemasan makanan kentang”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan dan tindak kekerasan yang dialami remaja terhadap perilaku tawuran remaja di Kota Bogor. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, motivasi, dan kerjasama dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc. sebagai dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Bapak Ir. MD. Djamaludin, MSc sebagai dosen pembimbing akademik. Terimakasih atas arahan dan bimbingan selama perkuliahan. 3. Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar. 4. Ibu Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si dan Ibu Dr. Ir. Diah K Pranadji, MS sebagai dosen penguji sidang skripsi. 5. Orang tua dan keluarga, yang terus memberikan dukungan baik moral maupun materil serta senantiasa mendidik penulis agar selalu dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. 6. Anggi Pangestika, Hayuningtyas Triwahyuni dan Susi Susanti sebagai teman satu bimbingan. Terimakasih atas kerjasama dan dukungan yang diberikan selama menyusun skripsi. 7. Herni Dwi Novita Wahyuni dan Afina Mutmainnah selaku pembahas seminar. 8. Carolina Lindawati, Yunia Rahmawati, Triyani Rachmawati, Rizky Sylvia Suistika, Khoerun Nisa, Winny Faramuli, Herni Dwi Novita Wahyuni, Andini Alpiani, Nenggi Okta P, Desi H Sihombing, dan semua mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 47. Terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama menyusun skripsi. 9. Aprillia Fitria W, Sri Rengganis dan teman-teman Pondok Ayubi atas kesediaanya mendengarkan keluh kesah selama penyusunan skripsi. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang terkait baik peneliti maupun pembaca. Bogor, Juli 2014 Rheny Annysa
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kentang
5
Pencarian Informasi Konsumen
5
Analisis Isi
5
Iklan
6
Iklan yang Mengelabui
6
Label Pangan
7
Perlindungan Konsumen
8
Penelitian Terdahulu
10
KERANGKA PEMIKIRAN
13
METODE PENELITIAN
15
Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian
15
Populasi dan Contoh Penelitian
15
Variabel Penelitian
15
Pengumpulan dan Analisis Data
17
Definisi Operasional
17
HASIL
18
Ragam Produk yang Berasal dari Kentang
18
Label Kemasan Produk Kentang
19
Pemenuhan unsur label berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan 21 Rata-rata Pemenuhan Syarat Unsur pada Label Kemasan Produk Kemasan Makanan Kentang
30
x
Tinjauan Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
31
Klaim Pada Iklan Televisi
32
PEMBAHASAN
36
SIMPULAN DAN SARAN
40
Simpulan
40
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
44
RIWAYAT HIDUP
62
xi
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan Unsur Label yang diamati pada kemasan produk makanan kentang kemasan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 sebaran produk makanan ringan berdasarkan kategori dan perusahaan (n=46) Sebaran produk makanan instan berdasarkan kategori perusahaan (n=14) Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan Kriteria pemenuhan syarat unsur daftar bahan Kriteria pemenuhan syarat unsur berat bersih/isi bersih Kriteria pemenuhan syarat unsur nama dan alamat produsen Kriteria pemenuhan syarat unsur tanggal kadarluarsa Perbandingan keterangan minimum label berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 dengan food labeling guide (FDA) Kriteria pemenuhan syarat unsur keterangan yang dilarang Kriteria pemenuhan syarat unsur keterangan tentang bahan tambahan pangan Rata-rata pemenuhan syarat unsur label pada produk kemasan makanan kentang sebaran iklan pada tahun 2011-2014 berdasarkan jumlah iklan dan merek Sebaran sifat klaim pada iklan makanan kentang (n=15) sebaran sifat klaim berdasarkan jenis produk (n=15) Contoh iklan dengan klaim objektif Contoh iklan dengan klaim subjektif
7 16 20 21 21 22 23 23 23 24 24 25 26 30 30 32 33 33 33 34
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran penelitian 2. Jumlah item/jenis produk makanan perusahaan yang diamati
14 kemasan
kentang
dari 19
DAFTAR LAMPIRAN 1. Dokumentasi pelabelan dan macam olahan turunan kentang 2. Pemenuhan syarat pada produk kemasan makanan kentang berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan 3. Klasifikasi merek makanan kentang berdasrkan jenis kode pendaftaran 4. Kategori snack makanan kentang, ukuran, bentuk, dan perusahaan
44
45 50 51
xii
5. Kategori makanan instant kentang,ukuran, bentuk, dan perusahaan 6. Karakteristik iklan produk dengan klaim
55 56
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang merupakan makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Kentang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Komoditas ini termasuk komoditas bernilai ekonomi tinggi karena banyak petani ataupun investor mulai menanamkan modal untuk membudidayakannya (Samadi 2007). Pada saat ini produk olahan kentang semakin dikenal karena penggunaannya yang makin bervariasi. Selain sebagai makanan pokok di beberapa negara di dunia, kentang juga dikonsumsi sebagai sayuran, makanan ringan (snack), dan diolah menjadi berbagai produk industri makanan (Romdhijati 2010). Kentang merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dalam rangka menunjang program diversifikasi pangan, meningkatkan pendapatan petani, komoditas ekspor non migas dan bahan baku industri olahan (Sinaga 1998). Konsumsi kentang sebagai bahan pangan meningkat terutama di Asia walaupun masih lebih kecil dari 20 kg/kapita/tahun. Hasil Susenas menunjukkan bahwa konsumsi kentang di Indonesia pada periode tahun 2002-2012 konsumsi rumah tangga meningkat sebesar (1.76 %) setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi di tahun 2007, konsumsi dalam rumah tangga untuk kentang naik sekitar (25%) dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya penurunan terbesar konsumsi dalam rumah tangga terjadi pada tahun 2009 sebesar (15.38%). Tahun 2012 konsumsi kentang turun sebesar (6.67 %) dibandingkan tahun 2011. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan, konsumen cenderung melakukan diversifikasi menu makanan dari dominasi serealia bergeser ke komposisi pangan yang mengandung lebih banyak sayuran, termasuk kentang. Pertumbuhan konsumsi kentang olahan juga membuka kesempatan perluasan produksi kentang (Buletin Konsumsi Pangan 2013). Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang ada di Indonesia, banyak produsen yang memproduksi makanan berbahan dasar kentang dalam bentuk kemasan dalam berbagai jenis dan merek. Konsumen sebagai seseorang yang membeli dan mengkonsumsi suatu produk akan melakukan proses pencarian informasi dalam pengambilan keputusan pembelian. Pencarian informasi mengenai produk dapat diketahui salah satunya dengan melihat kemasan produk dan iklan. Label berfungsi sebagai sumber informasi tentang isi produk dari produsen ke konsumen. Pelabelan pada produk juga dapat digunakan konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam membeli produk. Label pangan adalah setiap keterangan pangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dicetak, atau merupakan bagian dari kemasan (Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999). Pada tahun 2010, Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) menemukan 625 produk tanpa ijin edar, 214 item pangan kadaluarsa, 54 item pangan rusak dan 11 item pangan tidak memenuhi ketentuan label (BPOM 2010). Pada tahun 2013, BPOM juga menemukan 35 persen makanan olahan tak
2
layak edar diantaranya 1.844 produk kadarluarsa, produk kadaluarsa ini banyak beredar di daerah yang jauh dari sentra produksi dan distribusi seperti Aceh, Jayapura, Kupang, Palangkaraya, dan Kendari. Kemudian terdapat produk pangan olahan rusak juga banyak ditemukan di Batam, Kendari, Aceh, Jambi, dan Lampung. Produk rusak tersebut sebanyak 964 produk dengan jumlah kemasan 3.907 (BPOM 2013). Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi produk barang dan jasa adalah mendapatkan informasi yang benar pada produk yang dikonsumsinya. Dengan adanya informasi yang diberikan akan memudahkan konsumen dalam pemilihan dan pembelian produk. Iklan dan label pangan merupakan salah satu informasi bagi konsumen dalam membuat keputusan. Bagi konsumen, iklan menjadi salah satu sumber informasi mengenai suatu produk yang sangat penting bagi konsumem (Sumarwan 2006). Salah satu media yang digunakan dalam iklan adalah media televisi. Iklan televisi memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya, salah satunya adalah daya jangkau yang luas, karena daya jangkau yang luas tersebut dapat menjangkau audiensi dalam jumlah besar (Morrisan 2010). Penelitian yang terkait dengan label pangan kemasan dan klaim iklan pernah dilakukan sebelumnya. Moniharapon (1999) menganalisis klaim iklan yang terdapat dimajalah dan label pangan, menilai berdasarkan The Nutrition Labelling and Education Act (NLEA 1994), Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996, Pedoman Umum Label dan Periklanan Makanan (Dirjen POM No. 02240/B/SK/VII/91), serta Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Bredbenner, Rutgers, dan Grasso (2001) tentang klaim nutrisi dan klaim kesehatan pada iklan televisi, sebelum dan sesudah adanya kebijakan mengenai iklan pangan pada The Federal Trade Comission 1994, bedasarkan The Nutrition Labelling and Education Act. Dwiayusari (2013) melakukan perbandingan label yang tertera pada kemasan produk bumbu instan dan bumbu pelengkap dengan PP Nomor 69 Tahun 1999 dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Adanya praktik-praktik pemasangan label dan penyiaran iklan yang menyesatkan konsumen yang dilakukan oleh produsen, yang merupakan permasalahan sehingga dilakukan penelitian ini. Penelitian ini untuk melihat label dan klaim iklan pada produk pangan kemasan makanan kentang yang beredar di pasaran. Kemudian dilakukan evaluasi kelengkapan persyaratan pada pencantuman label pangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan menganalisis hak-hak konsumen yang dilanggar berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta penilaian iklan televisi menggunakan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia untuk melihat apakah iklan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Perumusan Masalah Banyaknya produk makanan kemasan khususnya makanan kemasan kentang yang beredar di pasaran dengan berbagai jenis, bentuk, ukuran dan merek menjadikan
3
individu sebagai konsumen harus lebih selektif dalam memilih produk. Cara agar konsumen tidak dirugikan adalah dengan cara membaca label yang tertera di dalam kemasan dan melihat iklan. Walaupun ada peraturan yang mengatur tentang periklanan dan pencantuman label pangan di Indonesia, tetapi dalam prakteknya Undang-undang tersebut seakan diabaikan oleh pemasar. Para pemasar terkadang membuat iklan dengan klaim yang menyesatkan bagi konsumen. Selama tahun 2003 menurut data dari BPOM mengawasi 5594 iklan rokok dan sekitar 4260 dari iklan tersebut tidak memenuhi peraturan yang berlaku (Sumarwan 2006). Pada label, konsumen kadang beranggapan bahwa informasi yang ada pada label adalah benar, dan jarang konsumen membaca atau memperhatikan label yang tertera pada kemasan produk pangan, atau bahkan konsumen mengabaikan label yang ada pada kemasan, padahal fungsi label itu sendiri adalah untuk memberi informasi tentang isi produk. Pada kenyataannya, masih banyak praktek pemberian label yang menyesatkan karena itu, perlu dibuat rambu-rambu dan peraturan yang jelas dari pemerintah, sehingga konsumen terlindungi dari kemungkinan label yang tidak benar, atau bahkan menyesatkan. Beberapa contoh penyimpangan terhadap PP Nomor 69 Tahun 1999 yang banyak ditemui pada label pangan yang ada di pasaran sekarang ini adalah penggunaan label tidak berbahasa Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor, label yang ditempel tidak menyatu dengan kemasan, tidak mencantumkan waktu kadaluarsa, tidak mencantumkan keterangan komposisi dan berat bersih, tidak ada kode barang MD, ML atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten, tidak mencantumkan alamat produsen/importir bagi produknya (BPKN 2009 dalam Mahardika 2012). Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk menilai iklan televisi berdasarkan Etika Pariwara Indonesia dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.Untuk label produk pangan, sebenarnya telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan yang mengatur persyaratan label yang berlaku di Indonesia dan menganalisis hak-hak konsumen yang dilanggar berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan di teliti di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kesesuaian pencantuman label pangan berdasarkan PP No. 69/1999? 2. Apakah terdapat pelanggaran pada pencantuman label berdasarkan PP No. 69/1999 dan UUPK No. 8/1999? 3. Bagaimana isi klaim yang terdapat pada iklan produk? 4. Apakah terdapat pelanggaran pada iklan televisi berdasarkan EPI dan UUPK No. 8/1999?
4
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis isi label pangan dan klaim iklan televisi pada produk kemasan makanan kentang. Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi ragam produk yang berasal dari kentang. 2. Menganalisis label pada kemasan produk olahan kentang dan kesesuaian dengan PP No. 69/1999 dan UUPK No. 8/1999. 3. Menganalisis klaim pada iklan produk kentang dan menganalisis isi iklan apakah sesuai dengan UUPK No. 8/1999 dan Etika Pariwara Indonesia.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah untuk dijadikan sebagai bahan acuan penentuan kebijakan tentang label di Indonesia dan juga dapat menjadi masukkan agar pemerintah dapat meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan iklan di Indonesia. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap label pangan dan memberikan informasi agar lebih cermat dalam memilih produk yang diiklankan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berawal dari konsep perilaku konsumen yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan kepuasan (Sumarwan 2011). Penelitian ini mengaji tentang label pada kemasan makanan kentang dan iklan produk kentang pada televisi yang merupakan media bagi konsumen dalam mencari informasi mengenai produk. Label pada kemasan akan dianalisis menggunakan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Penayangan iklan pada televisi akan dianalisis menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia. Hasil penelitian ini berfokus pada kesesuaian label pangan dan iklan televisi pada peraturan dan berfokus pada perlindungan konsumen atas hak mendapatkan informasi yang benar.
5
TINJAUAN PUSTAKA Kentang Kentang (Solanum Tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan (Buletin Konsumsi Pangan 2013). Pada umumnya di Indonesia kentang biasa di olah dan dapat digunakan sebagai pengganti nasi, seperti perkedel, sambal goreng kentang, keripik kuning, keripik (Sinaga 1977). Berbagai macam hasil olahan umbi kentang seperti keripik kentang, keripik kering, kentang beku, kentang olahan dalam kaleng merupakan produk olahan yang banyak diperdagangkan dipasaran. Menurut Siswosaputro (1985) dalam Hartuti dan Sinaga (1998) komoditas kentang merupakan salah satu makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Komposisi utama dari umbi kentang adalah air (80%), pati dan protein (2%). Mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang berukuran sedang maka seseorang telah memenuhi 1/3 bagian (33%) dari kebutuhan akan vitamin C dan sebagian besar vitamin B, serta zat besi. Nilai kalori yang ada pada sebuah umbi kentang berukuran sedang adalah sekitar 100 kalori, atau nilainya sama dengan sebuah apel atau pisang berukuran sedang atau jeruk berukuran besar.
Pencarian Informasi Konsumen Konsumen sebelum melakukan pembelian dan mengkonsumsi produk, konsumen terlebih dahulu melakukan pengenalan kebutuhan. Kebutuhan harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum sebelum ia bisa dikenali. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan yaitu, waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu, dan pengaruh pemasaran (Engel, Blackwell dan Miniard 1995). Sumarwan (2011) menyatakan bahwa pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa pencarian informasi merupakan kegiatan konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).
Analisis Isi Analisis isi dilakukan untuk menganalisis isi pesan dari suatu dokumen tertulis. Analisis isi juga digunakan untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan masyarakatnya, selain itu juga dengan menggunakan metode analisis isi dapat membandingkan antara satu buku dengan buku yang lainnya, dalam bidang yang sama tetapi berbeda waktu penulisan buku tersebut (Nawawi 2003). Salah satu tujuan menggunakan metode analisis isi untuk
6
menjelaskan karakteristik isi dari sebuah pesan. Hal itu dilakukan agar peneliti dapat menganalisis apakah pesan sudah memenuhi standar komunikasi yang ada atau belum (Berelson 1952 di dalam Prasad 2008). Analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks (Weber 1994 di dalam Eriyanto 2013). Penggunaan metode analisis isi dapat menjadi semikualitatif. Karena selain mencari makna, menguji teori, dan mendapatkan pemahaman mendalam, peneliti juga dapat menyajikan data hasil analisis dalam bentuk angka (Rahardjo 2010 dalam Pratiwi 2013). Penyajian data secara kuantitatif dapat dilakukan dengan mengkuantifikasi jumlah temuan yang identik dan menampilkan dalam bentuk persen dan tabulasi silang. (Cavanagh 1997 dalam Prasad 2008). Namun menurut Eriyanto (2013), analisis isi merupakan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah secara kuantitatif untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dari suatu pesan dan menarik kesimpulan dari isi tersebut.
Iklan Iklan merupakan pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentangsesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (EPI 2005). Iklan merupakan bentuk promosi yang dikenal orang, hal tersebut dikarenakan daya jangkau iklan yang luas. Menurut Kennedy & Soemanegara dalam Prakoso (2009) periklanan merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan bentuk komunikasi massa melalui media. Media-media tersebut antara lain : televisi, radio, surat kabar, majalah, brosur, banner, poster, dan lain-lain. Iklan di Indonesia tahun 2005 tercatat sekitar Rp 23 triliun rupiah dan televisi telah mendominasi 70 persen dari nilai belanja iklan, televisi memiliki posisi yang penting, karena televisi mampu menarik puluhan juta penonton, dibandingkan media yang lain (Morrisan 2010). Menurut Lee dan Johnson dalam Pratiwi (2012), iklan dapat diklasifikasikan kedalam sembilan kelompok, yaitu iklan produk, iklan eceran, iklan korporasi, iklan bisnis ke bisnis, iklan politik, iklan direktori, iklan respon tidak langsung, iklan layanan masyarakat, dan iklan advokasi. Iklan yang akan dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini adalah iklan produk.
Iklan yang Mengelabui Terdapat empat kategori iklan yang mengelabui (deceptive advertising), yaitu klaim objektif, klaim subjektif, klaim dua arti, dan klaim tidak rasional. Klaim objektif merupakan informasi mengenai kebenaran suatu produk yang dapat dibuktikan kebenarannya melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang sudah ada, klaim subjektif adalah klaim yang disampaikan oleh pemasar tanpa ada tanpa ada alasan dan bukti yang jelas sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, klaim dua arti adalah klaim yang memberikan informasi yang ambigu, dapat mengandung arti sebagian salah maupun sebagian benar, tidak dapat dibuktikan
7
secara ilmiah atau kurang jelas dengan tujuan menutupi kekurangan yang dimiliki dan membesar-besarkan kelebihan produk, kemudian ada klaim tidak rasional yang merupakan pernyataan yang tidak didukung oleh logika atau tidak masuk akal, dimana klaim disampaikan secara berlebihan (Sumarwan 2011).
Label Pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai pangan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan pangan atau minuman (BPOM 2006). Menurut Engel et al (1995), konsumen memberikan perhatian pada label kemasan dengan anggapan bahwa informasi yang tertera dalam label mungkin benar, namun informasi pada kemasan tersebut lebih banyak digunakan oleh konsumen dengan status sosioekonomi tinggi. Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian dari kemasan (PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan). Label memberikan informasi kepada konsumen mengenai isi produk yang akan di konsumsi tanpa harus membuka kemasan produk, dapat juga menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah produk. Menurut Wijaya (1997) dalam Mahardika (2012) label adalah tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun sehingga memberi kesan melekat pada kemasan atau wadah. Pelabelan pada kemasan pangan telah diatur tersendiri dan secara khusus pada setiap negara. Di Indonesia peraturan pelabelan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tersebut, ketentuan pelabelan tercantum pada bab II yang terdiri dari 15 bagian dan 42 pasal (2-43). Definisi label pangan tercantum pada pasal 1 ayat 3, sedangkan pengawasan dan tindakan administratif masing-masing tercantum pada bab III dan IV. Rincian bab II tentang Label Pangan dapat dilihat pada. Tabel 1 Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan Bagian 1 2 3 4 5 6 7
Perihal Umum Bagian Utama Label Tulisan pada Label Nama Produk Pangan Keterangan tentang Bahan yang digunakan Keterangan tentang Berat Bersih atau Isi Bersih Keterangan tentang Nama dan Alamat
Pasal (pasal 2-11) (pasal 12-14) (pasal 15-16) (pasal 17-18) (pasal 19-22) (pasal 23-25) (pasal 26)
8
Tabel 1 Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan Bagian 8 9 10 11 12 13 14 15
Perihal Tanggal Kadaluwarsa Nomor Pendaftaran Pangan Keterangan tentang Kode Produksi Pangan Keterangan tentang Kandungan Gizi Keterangan tentang Iradiasi Pangan dan Rekayasa Genetika Keterangan tentang Bahan Pangan yang Dibuat dari Bahan baku alamiah Keterangan lain pada label tentang pangan olahan tertentu Keterangan tentang bahan tambahan pangan
Pasal (pasal 27-29) (pasal 26) (pasal 31) (pasal 32-33) (pasal 34-35) (pasal 36-37) (pasal 38-42) (pasal 43)
Sumber : PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
Perlindungan Konsumen Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen (UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999). Di dalam UUPK juga dijelaskan tujuan dari perlindungan konsumen, yaitu : a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
a. b. c. d.
Pasal 4 UUPK menjelaskan mengenai hak-hak konsumen, yaitu : hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
9
e. f. g. h.
i.
hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Undang-undang Perlindungan Konsumen juga membahas mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yang ada di dalam pasal 8 ayat 1. Penjelasan dari pasal tersebut adalah sebagai berikut : (1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang: a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut; c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut; e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut; f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut; g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu; h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label; i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih ata netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat; j. tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
10
Penelitian Terdahulu Hasil Riset Mengenai Iklan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bush et al (1986) melakukan penelitian berjudul “Analisis Isi Iklan Animasi Televisi” Dalam penelitian tersebut mengunakan metode analisis isi, yaitu untuk menganalisis 2454 iklan yang beranimasi di televisi selama 7 hari yang menunjukkan bahwa dari semua iklan di televisi yang ada di saluran utama, sekitar 3 persen iklan yang ditayangkan menggunakan animasi, iklan televisi yang mengandung animasi pada seluruh atau sebagian iklan ada sekitar 20 persen dari semua iklan televisi. Animasi dalam iklan televisi tidak unik pada hari-hari tertentu dalam seminggu, kecuali program sabtu pagi. Iklan nasional cendeurung lebih kepada iklan lokal, tetapi masih ada unsur animasinya. Iklan dari institusi maupun iklan layanan masyarakat menggunakan animasi di dalam iklan yang memiliki persentasi yang besar. Penelitian serupa dilakukan oleh Pratiwi (2013) melakukan penelitian menggunakan analisis isi dengan mengggunakan media cetak yaitu surat kabar yang berjudul “Analisis Isi Iklan Produk Dengan Klaim Hijau Pada Surat Kabar”. Analisis dilakukan dengan membandingkan karakteristik klaim hijau yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia. Menunjukkan bahwa terdapat 3 iklan yang memennuhi UUPK, 77 iklan yang memenuhi EPI dan hanya dua iklan yang benar-benar memenuhi standar periklanan dari UUPK. Hasil analisis secara menyeluruh menunjukkan bahwa tidak ada iklan yang memenuhi UUPK dan EPI, bersifat objektif, dan memiliki klaim hijau sesuai dengan realitas. Kedua penelitian diatas memiliki kesamaan yaitu menggunakan metode analisis isi dalam analisis data, walaupun objek yang diteliti berbeda, dan variable yang diteliti berbeda. Hasil Riset Mengenai Label Pangan Metode analisis isi juga digunakan dalam menganalisis label pangan seperti pada penelitian Dwiayusari (2013) melakukan penelitian berjudul “Analisis Isi Label, Pangan dan Klaim Pada Kemasan Produk Bumbu Instan dan Bumbu Pelengkap”. Dengan menggunakan metode analisis isi, menunjukkan bahwa dari 96 merek bumbu instan dan bumbu pelengkap pemenuhan kriteria pada label berdasarkan PP No. 69/1999 masih ada yang belum sesuai. Ketidaksesuaian tersebut terdapat pada teknis pencantuman label (label mudah luntur dan rusak dan label tidak diletakkan pada tempat yang mudah terbaca), tulisan pada label (huruf dan angka tidak jelas/mudah terbaca), keterangan minimum label (tanggal kadaluarsa mulai luntur), keterangan lain pada label (terdapat produk yang tidak mencantumkan kandungan gizi,), dan keterangan meyesatkan masih dicantumkan pada label. Pelanggaran berdasarkan UUPK yaitu pelanggaran hak konsumen mendapatkan informasi yang jelas, benar, dan jujur mengenai konsdisi barang/produk, dan hak atas keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang/produk. Pada pencantuman klaim, terdapat 21 produk yang tidak mencantumkan klaim pada kemasan, 77 dari total produk yang memiliki klaim, 72 produk merupakan klaim subjektif, dan 5 produk merupakan klaim objektif.
11
Kemudian ada penelitian yang menggunakan metode analisis isi, seperti penelitian di atas, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mahardika (2012), dengan judul “Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Swalayan Di Kota Bobor” penelitian ini dilakukan menjadi dua bagian, yaitu penelitian utama dan penelitian tambahan. Untuk penelitian utama dilakukan analisis isi dengan membandingkan hasil pengamatan label minuman sari buah kemasan siap minum dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 sebagai peraturan yang mengatur mengenai cara pelabelan pangan. Data yang dianalisis pada penelitian utama berupa label minuman sari buah kemasan siap minum yang didapatkan dari peredaran produk tersebut di pasar swalayan kota Bogor dengan rincian dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Ramayana, Superindo, danYogya), dan empat minimarket (Alfamart, Al Amin, Circle K, dan Indomaret). Contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang dikumpulkan sebanyak 68 merek yang dihasilkan oleh 51 produsen. Analisis label pada 68 merek yang didapatkan menunjukkan hasil tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur keterangan minimum label 94.70 persen, tulisan pada label 88.24 persen, teknis pencantuman label 66.18 persen, keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label 90.68 persen, dan keterangan lain label 99.41 persen. Sebanyak 55 merek dari total 68 merek minuman yang dianalisis (80.88%) memenuhi ketentuan keterangan minimum yang harus dicantumkan pada label. Hanya sepuluh mere (14.70%) yang telah memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur label minuman sari buah. Sedangkan untuk penelitian tambahan yaitu mengamati tingkat kepedulian dan kesadaran konsumen dalam label minuman siap minum, yaitu dengan cara metode survey. Penelitian menggunakan analisis isi juga dilakukan oleh Gunanta (2007) yang berjudul “Pemenuhan Syarat Label Dari Beras Berlabel Di Beberapa Pasar Swalayan Jakarta”. Contoh yang dikumpulkan dari 42 merek beras berlabel terdapat 38 merek yang telah mencantumkan nama dan alamat produsen. Menurut hasil pengamatan bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok umur teknis pencantuman label, tulisan pada label, keterangan minimum label, keterangan lain label, dan keterangan yang dilarang (tidak diperbolehkan pada label) masing-masing sebesar 78.57 persen (33 merek); 47.62 persen (20 merek); 24.28 persen (10 merek); 91.67 persen (38 merek), dan 92.46 persen (38 merek). Dari 23 unsur yang diteliti, sebagian besar merek memenuhi 15 sampai dengan 18 unsur label pangan (85.72%). Ketiga penelitian mengenai label pangan di atas memiliki kesamaan yaitu menggunakan PP No. 69 Tahun 1999 sebagai dasar aturan yang digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis isi pada label pangan. Hasil Riset Mengenai Iklan dan Label pangan Terdapat penelitian mengenai klaim iklan dan label pangan yang dilakukan oleh Moniharapon et al (1999) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Klaim Iklan Dan Label Pangan Pada Produk Pangan”. Penelitian tersebut dilakukan pada 84 iklan produk yang ada di tiga majalah yaitu femina, kartini, dan ayahbunda yang terbit pada bulan Juni-November 1997 dan untuk mengambil sampel label pangan dilakukan di Naga Swalayan, Hero Supermarket di Bogor, dan Guardian di Jakarta dimana
12
penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat label produk pangan yang melanggar aturan pelabelan, yaitu SNM (bubur susu), Promina (bubur bayi), dan Prenagen (minuman ibu hamil dan menyusui). Kemudian untuk hasil analisis pada iklan majalah menunjukkan 69,0 persen merupakan klaim subjektif dan hanya 30,1 persen klaim bersifat objektif. Pada penelitian ini menggunakan metode analisis isi, kemudian peraturan yang digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi klaim dan label ada empat, yaitu : The Nutrition Labelling And Education Act, UU Pangan No. 7/1996, Pedoman Umum Label Dan Periklanan Makanan (Dirjen POM, No. 02240/B/SK/VII/91), dan Tata Karma Dan Tata Cara Periklanan Di Indonesia. Konsep dan Variabel Penelitian Pada penelitian Moniharapon et al (1999), variabel yang digunakan adalah : 1. Kategori iklan berdasarkan produk pangan; 2. Karakteristik iklan (ukuran iklan, intensitas warna, jenis iklan, posisi iklan dalam majalah, bentuk penyajian iklan, metode penguatan iklan, dan total frekuensi pemunculan berdasarkan merek produk pangan); 3. Pelanggaran iklan (isi klaim, kesaksian konsumen, dan penggunaan tenaga professional); 4. Karakteristik label (pernyataan klaim pada label, gambar pada label, informasi yang dicantumkan pada label : nama produk, komposisi, isi bersih, nama dan alamat pabrik/importer, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadarluarsa, petunjuk/cara, penyiapan/penggunaan, nilai gizi, dan tulisan/pernyataan khusus). Pada penelitian Pratiwi (2013) tentang iklan pada media cetak yaitu surat kabar konsep yang digunakan adalah pengolahan informasi konsumen melalui iklan pada surat kabar dan variabel yang digunakan : 1. Karakteristik produk yang diiklankan (jenis dan merek produk); 2. Karakteristik iklan surat kabar (frekuensi pengulangan, warna cetak, ukuran dalam satuan cm tokoh/model iklan, tanggal dan halaman dimuatnya iklan dan peletakkan klaim hijau pada bagian iklan); 3. Pendekatan pesan iklan (pendekatan emosional dan pendekatan informasi aktual); 4. Karakteristik klaim hijau Penelitian Mahardika, Gunanta, dan Dwiayusari pada penelitian mengenai label variabel-variabel disesuaikan dengan PP No 69 Tahun 1999, yaitu : 1. Teknis pencantuman label; 2. Tulisan pada label; 3. Keterangan minimum label (nama produk pangan, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat produsen, serta tanggal kadarluarsa); 4. Keterangan lain (manfaat pangan bagi kesehatan, pernyataan tentang halal, nomor pendaftaran pangan, keterangan tentang kode produksipangan, kandungan gizi, iradiasi pangan, pangan rekayasa genetika, pangan sintetis yang dibuat dari bahan baku alamiah, pangan olahan tertentu, dan bahan tambahan pangan); 5. Keterangan yang dilarang atau tidak boleh dicantumkan (keterangan tidak benar dan menyesatkan, pangan dapat berfungsi sebagai obat, mencantumkan nama dan
13
lembaga yang menganalisis produk pangan, keterangan pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain, keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah, dan keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau jadi). Pada penelitian yang dilakukan oleh Dwiayusari terdapat variabel yang ditambahkan kedalam penelitian yaitu variabel is klaim yang merupakan pernyataan pada label yang berhubungan dengan produk dan merek bumbu. Ringkasan Penelitian Terdahulu Iklan dan label makanan pada kemasan produk merupakan sumber informasi yang dibutuhkan bagi konsumen. Penelitian mengenai label dan iklan sudah dilakukan, tetapi penelitian-penelitian terdahulu masih jarang yang melihat dari sisi kepentingan konsumen yang berhubungan tentang hak konsumen dalam memperoleh informasi yang benar. Penelitian-penelitian yang telah dijelaskan, mengevaluasi dan menganalisis iklan dan klaim pangan serta label pangan dianalisis berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu masih terdapat ketidaksesuaian iklan dan label kemasan yang memenuhi standar pada peraturan yang ada. Klaim yang bersifat mengelabui juga masih ada, sehingga konsumen harus berhati-hati dalam mengolah informasi yang ada di iklan, dan konsumen juga harus jeli dalam memilih produk yang akan dibeli maupun dikonsumsi.
KERANGKA PEMIKIRAN Kentang merupakan salah satu makanan pokok yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang enak kentang juga dapat dijadikan berbagai macam olahan makanan, dari olahan rumah tangga seperti perkedel, sup kentang, kroket dan masih banyak lagi makanan yang dapat diolah, tidak hanya produk olahan rumah tangga, tetapi kentang juga telah dikembangkan kedalam industri pangan seperti keripik kentang, biskuit kentang dan lain-lain. Produk makanan kemasan kentang diminati oleh berbagai macam kalangan baik Banyak produsen makanan khususnya makanan ringan yang memproduksi makanan yang berbahan dasar kentang. Banyaknya merek dan produk yang dihasilkan oleh produsen dalam industri pangan, khususnya makanan berbahan kentang, sehingga produsen harus bersaing dalam penjualan produknya. Salah satu usaha produsen adalah dengan mengiklankan produknya tersebut. Masih sulit ditemukan penelitian yang mengedepankan sisi kepentingan konsumen akan haknya memperoleh informasi yang benar. Maraknya produk makanan kentang dalam kemasan yang beredar di pasaran, menjadikan konsumen harus jeli dalam mengambil keputusan pembelian. Salah satu yang harus dilakukan konsumen adalah proses pencarian informasi yaitu dengan cara membaca label pangan agar konsumen mengetahui mengenai informasi produk yang dijual.
14
Label dan iklan pangan merupakan alat bagi konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai produk yang akan dibeli. Didalam iklan terdapat klaim mengenai produk, dimana klaim merupakan pesan yang diberikan dari produsen kepada konsumen. Klaim iklan terdapat empat kategori yaitu klaim subjektif, klaim objektif, klaim dua arti, dan klaim tidak rasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Pasal 3 ayat 2, menyatakan mengenai keterangan label pangan yang harus dicantumkan pada kemasan sekurang-kurangnya, yaitu : nama produk, komposisi, berat bersih, nama dan alamat produsen, serta tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa. Dalam kemasan juga biasanya terdapat keterangan lain, misalnya keterangan halal, keterangan tentang bahan pangan tambahan, atau klaim produk. Namun dalam implementasinya tidak jarang klaim yang ada di iklan dan informasi yang tertera pada label bersifat mengelabui konsumen. Oleh karena itu penting dilakukan analisis mengenai kesesuaian klaim tersebut yang dianalisis dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia, untuk melihat apakah iklan produk yang ditampilkan telah memenuhi etika, dan juga ingin mengetahui apa saja yang dilanggar dalam undang-undang perlindungan konsumen serta analisis mengenai kesesuaian label pangan yang tertera pada kemasan makanan kentang berdasarkan PP No. 69/1999. Analisis isi iklan televisi pada produk yang diiklankan
Produk kemasan makanan kentang
Klaim iklan produk : 1. Klaim subjektif 2. Klaim objektif 3. Klaim dua arti 4. Klaim tidak rasional
Label pangan : - Nama produk - Komposisi - Berat bersih - Nama dan alamat produsen - Tanggal kadarluarsa - Keterangan halal - Nomor Pendaftaran
Pemenuhan standar : 1. UndangUndang Perlindungan Konsumen 2. Etika Pariwara Indonesia
Pemenuhan standar : 1. PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan 2. UndangUndang Perlindungan Konsumen
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Analisis isi label pangan dan klaim iklan televisi pada produk makanan kentang
15
METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksploratif dengan pendekatan semi-kualitatif, dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis) dalam menganalisis label kemasan pada produk makanan kentang yang ada di pasaran dan mengamati iklan produk di televisi kemudian menganalisis klaim yang ada di dalam iklan dan menyajikan data dalam bentuk frekuensi, diagram, dan persentase. Pengumpulan dan analisis data dilakukan pada bulan April – Juni 2014, untuk pengumpulan iklan televisi dengan cara mengunggah lewat internet maupun web tentang iklan produk kemasan kentang dan pengambilan sampel label kemasan berlokasi di berbagai pasar swalayan Kota Bogor yang menjual produk makanan kentang kemasan. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan memilih kota bogor dan pemilihan Giant Hypermarket Botani Square (Hypermarket), Yogya Bogor Junction (supermarket), dan Alfamidi Babakan Raya (minimarket) pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan karena pada prinsipnya, seluruh merek produk makanan kemasan kentang pada hypermarket, supermarket, dan minimarket yang dipilih akan diamati. Berbagai jenis pasar yang dipilih (hypermarket, supermarket, dan minimarket) bersifat saling melengkapi.
Populasi dan Contoh Penelitian Populasi penelitian merupakan produk dari berbagai merek yang ada di pasaran yang berbahan dasar kentang. Teknik pemilihan sampel dilakukan secara purposive dengan cara memilih produk pangan yang terbuat dari kentang. Produk-produk makanan kentang kemasan yang diteliti merupakan produk yang dijual di ketiga tempat yang telah ditentukan. Dari ketiga tempat itu didapat 60 sampel yang akan diamati. Populasi untuk iklan televisi adalah iklan yang telah dimuat ditelevisi pada tahun 2011-2014. Jumlah iklan yang didapat yang akan menjadi contoh di dalam penelitian ini adalah 20 iklan makanan kentang.
Variabel Penelitian Penelitian ini mengamati beberapa variabel yaitu variabel label kemasan dan iklan, pada iklan yaitu karakteristik klaim pada iklan yang mencakup sifat klaim pada iklan. Lalu variabel-variabel dari iklan tersebut akan dianalisis dengan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999 pada pasal 9 ayat 1, pasal 10, dan pasal 17 dan Etika Pariwara Indonesia (EPI). Aspek iklan yang diatur dalam EPI adalah isi iklan, pemeran iklan, dan ragam iklan. Untuk variabel yang akan diteliti dalam label kemasan pangan adalah informasi yang dicantumkan pada label. Pada penelitian ini, contoh label produk makanan kentang kemasan siap makan akan
16
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Unsur-unsur label dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Unsur Label yang diamati pada kemasan produk makanan kentang kemasan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 No
Unsur Label
Pasal dan Ayat
A
Teknis pencantuman label
2, 27 (1), 29 (a,b)
B
Tulisan pada label
13 , 15, 16
C
Keterangan Minimum Label
3 (2)
1. Nama produk pangan
17, 18
2. Daftar bahan
19, 20
3. Berat bersih atau Isi bersih
23, 24, 25
4. Nama dan alamat produsen
26
5. Tanggal kadaluwarsa
27, 28, 29
D
E
Keterangan lain 1. Manfaat pangan bagi kesehatan
6, 21, 33 (1)
2. Penyataan tentang halal
10, 11
3. Nomor pendaftaran pangan
30
4. Kode produksi
31
5. Keterangan tentang kandungan gizi
32, 33 (1)
6. Keterangan tentang iradiasi pangan
34
7. Keterangan tentang pangan rekayasa genetika
35
8. Keterangan tentang pangan sintesis yang dibuat dari bahan baku alamiah 9. Keterangan tentang pangan olahan tertentu
36, 37
10. Keterangan tentang bahan tambahan pangan
6, 21, 33 (1)
38, 39, 40, 41
Keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) 1. Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan
5
2. Pangan dapat berfungsi sebagai obat
7
3. Mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk 8 pangan 4. Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain 5. Keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah 6. Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi Sumber: PP No.69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan
33 (2) 37
41
17
Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data label kemasan dilakukan dengan cara menonton iklan produk kemasan kentang yang ada di web yaitu melalui youtube dan tvconair. Setiap iklan dianalisis yang mengandung klaim, satu persatu karakteristik iklan di uraikan beserta klaim kemudian dianalisis. Kemasan produk makanan kentang kemasan diamati di pasar swalayan dikumpulkan atau didapatkan melalui pencarian data di internet. Label pangan yang dicantumkan didalam kemasan diamati dan dianalisis berdasarkan petunjuk dari PP Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan. Analisis data dari hasil pengamatan terhadap label dan iklan produk kemasan makanan kentang dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis). Analisis isi yang membandingkan kesesuaian hasil informasi yang didapatkan dari data pengamatan dengan ketentuan (pasal-pasal) dari produk hukum yang berlaku, yang dikenal dengan nama Legal Analysis Research (Whitney 1951 dalam Mahardika 2011). Data disajikan menggunakan statistika deskriptif menggunakan tabulasi silang dan persentase serta analisis kualitatif menggunakan PP Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan untuk menganalisis label kemasan produk pangan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia untuk menganalisis iklan.
Definisi Operasional Makanan kemasan adalah makanan yang dibungkus atau dikemas dengan rapi, yang didalamnya terdapat label yang sekurang-kurangnya berisi nama produk, komposisi, isi netto, nama dan alamat produsen, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluarsa, label halal, dan cara penyajian. Iklan adalah salah satu metode yang digunakan oleh pemasar untuk mengkomunikasikan produknya kepada konsumen. Karakteristik produk adalah identitas dari produk yang diiklankan terkait merek dan jenisnya. Klaim adalah pesan yang disampaikan oleh pemasar, untuk mempengaruhi konsumen yang berkaitan dengan produk kemasan makanan kentang. Karakteristik klaim adalah sifat dari klaim (objektif, subejktif, dua arti, dan tidak rasional). Label pangan adalah informasi yang dicantumkan pada produk kemasan makanan kentang Nama produk adalah nama jenis produk yang menjelakan sifat atau keadaan sebenarnya dari prodk, misalnya keripik kentang, biskuit kentang. Komposisi adalah bahan-bahan yang digunakan produsen untuk membuat makanan yang terbuat dari kentang. Isi netto adalah berat bersih atau isi bersih di luar kemasan. Nama dan alamat produsen adalah keterangan mengenai produsen yang tercantum didalam kemasan seperti alamat lengkap produsen yang berupa nama, tempat pembuatan, dan nomor telepon atau email agar dapat dihubungi.
18
Nomor pendaftaran adalah kode atau nomor yang diberikan oleh BPOM yang menjelaskan bahwa produk kemasan makanan kentang yang dijual oleh produsen telah terdaftar. Kode produksi adalah berupa keterangan huruf atau angka atau perpaduannya yang menunjukkan riwayat makanan kentang yang telah diproduksi. Tanggal kadaluarsa adalah keterangan mengenai batas produk kemasan makanan kentang aman untuk dikonsumsi yaitu berupa tanggal, bulan, dan tahun. Label halal adalah keterangan mengenai produk kemasan makanan kentang yang dijual bisa dikonsumsi oleh umat muslim. Cara penyajian adalah cara untuk mengkonsumsi, menggunakan atau menyajikan makanan kentang. Analisis isi adalah metode analisis isi iklan dan label pangan dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia untuk menganalisis iklan, dan PP Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan untuk menganalisis label kemasan produk pangan
HASIL Ragam Produk yang Berasal dari Kentang Pada bagian ini akan membahas mengenai ragam produk olahan kentang untuk menjawab tujuan pertama. Kentang merupakan salah satu produk pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan turunannya. Secara umum, kentang biasanya diolah menjadi makanan seperti perkedel, sambal kentang, ataupun sup. Beberapa produk olahan kentang diantaranya adalah keripik, kerupuk, tepung, dan kentang goreng (Wibawa 2007). Di pasaran dunia produk olahan kentang yang umum diperdagangkan pati, tepung, kentang dalam kaleng, kentang kering, dan keripik kentang berupa chip dan stick. Bahkan di Negara maju pati kentang dipergunakan dalam berbagai industri seperti industri kertas, tekstil, perekat, sabun, pembuatan baterai, dan lain-lain (Romdhijati 2010). Kentang merupakan bahan makanan yang banyak disukai masyarakat. Kentang dapat diolah menjadi berbagai macam produk olah, beberapa diantaranya, chip kentang (keripik kentang), donat kentang, stick kentang dan kroket kentang (Litbang 2013). Di Indonesia umbi kentang umumnya diperdagangkan sebagai kentang segar atau sebagai olahan dan dikonsumsi sebagai pengganti nasi, disayur, dibuat perkedel, sambal goreng kering, keripik kuning dan keripik putih (Sinaga 1977). Berbagai macam hasil olahan umbi kentang secara berurutan dapat disebutkan bahwa keripik kentang, keripik kering, kentang beku, kentang olahan dalam kaleng merupakan produk olahan yang banyak diperdagangkan dipasaran (Siswoputranto 1985 dalam Sinaga 1998). Kentang selain dikonsumsi dalam keadaan segar, dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan baik dalam skala rumah tangga maupun industri besar dan modern. Di Indonesia umumnya kentang diperdagangkan dalam bentuk segar dan beberapa jenis olahan, seperti keripik kentang, bubur kentang, French fries, dan
19
aneka macam makanan ringan. Dalam indusri rumah tangga kentang dapat dibuat menjadi berbagai masakan baik diolah dengan cara dikukus atau direbus, digoreng maupun dipanggang. Beberapa makanan olahan dari kentang dengan cara digoreng adalah kroket kentang, bakwan kentang, omelet kentang, donat kentang, lumpia kentang, dan kentang gulung roti. Makanan olahan kentang yang dimasak dengan cara dikukus atau direbus adalah lapis kentang, salad kentang, sup kentang, gulai ayam kentang, pudding kentang, kentang kelapa muda, brownies kentang kukus. Makanan olahan kentang yang dimasak dengan cara dipanggang adalah cake kentang, cake siram cokelat, kentang isi ayam, pastel tutup, roti kentang tabor gula, perkedel kentang panggang, sus kentang, dan pai isi kentang (Romdhijati 2010).
Label Kemasan Produk Kentang Sebaran contoh produk makanan kemasan kentang yang diamati Total produk kemasan makanan kentang yang diperoleh dari hasil pengumpulan contoh pada penelitian ini adalah 60 merek yang berasal dari Giant hypermarket Botani Square, Yogya Bogor Junction Supermarket, dan Alfamidi minimarket yang semuanya berlokasi di Kota Bogor, Jawa Barat. Produk-produk yang diamati merupakan produk makanan dari 12 perusahaan, terdapat tiga perusahaan yang merupakan perusahaan asing yaitu Kilang Makanan Mamee SDN. BHD Malaysia, Super Food Technology SDN. BHD Malaysia, dan Mc Cain Foods Canada. Kemudian Sembilan produk lainnya merupakan perusahaan dari produk makanan kentang yang berasal dari Indonesia yaitu perusahaan PT Indofood Fritolay Makmur, PT Siantar Top Tbk, PT Garudafood Putra Putri Jaya, PT Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT Pacific Food Indonesia, PT URC Indonesia, PT Diamond Cold Storage, PT Charoen Pokhpand Indonesia Tbk, dan PT Balimuda Food. PT. Indofood Fritolay Makmur
16
PT. Garudafood Putra Putri Jaya
15
Kilang Makanan Mamee SDN. BHD Malaysia PT. URC Indonesia
14 12
PT. Siantar Top Tbk.
10
8
PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia
7
8 6
6 4
4
4
PT. Balimuda Food
4 3
4 2
PT. Pacific Food Indonesia
2 1
0 perusahaan
2
PT. Charoen Pokhpand Super Food Technology SDN. BHD Malaysia PT. Diamond Cold Storage McCain Foods Canada
Gambar 2 Jumlah item/jenis produk makanan kemasan kentang dari perusahaan yang diamati
20
Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah jenis produk kemasan makanan kentang terbanyak dimiliki oleh PT Indofood Fritolay Makmur dan yang paling sedikit adalah PT Kaldu Sari Nabati Indonesia. Kemasan makanan kentang yang diteliti paling banyak adalah makanan ringan yaitu keripik kentang dan biskuit kentang. Jumlah produk yang diproduksi oleh perusahaan asing adalah 16 produk, untuk perusahaan Kilang Makanan Namee SDN. BHD Malaysia memproduksi delapan produk, perusahaan Super Foods Technology SDN. BHD Malaysia memproduksi enam produk, dan perusahaan Mc Cain Foods Canada memproduksi dua produk. Pengambilan contoh bersifat saling melengkapi, yaitu jika pada tempat yang diamati sebelumnya sudah terdapat jenis produk yang sama, maka pada tempat selanjutnya tidak perlu diamati. Dari keseluruhan produk, 44 produk merupakan keripik kentang dan dua merupakan biskuit kentang. Semua merek yang ditemui mencantumkan produsen yang memproduksi nya. Tabel 3 Sebaran produk makanan ringan berdasarkan kategori dan perusahaan (n=46) Perusahaan
Kategori
PT
PT
Indofood Fritolay Makmur
Garudafood Putra Putri Jaya
Kilang Makanan Mamee SDN. BHD Malaysia
PT URC Indonesia
Super Food Technology SDN. BHD Malaysia
PT
PT
Siantar Top
Kaldu Sari Nabati
Tbk
Indonesia
PT Pacific Food Indonesia
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Keripik Kentang
15
32.6
4
8.7
8
17.4
4
8.7
6
13.0
3
6.5
0
0
4
8.7
44
95.6
Biskuit Kentang
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
1
2.2
1
2.2
0
0.0
2
4.4
Total
15
32.6
4
8.7
8
17.4
4
8.7
6
13.0
4
8.7
1
2.2
4
8.7
46
100.0
Produk makanan kemasan kentang pada kategori makanan ringan yaitu keripik kentang dan biskuit kentang. Berdasarkan Tabel 3 makanan ringan yang paling banyak di produksi adalah keripik kentang dengan total produk 44 dan biskuit kentang hanya 2 produk. Perusahaan yang memproduksi biskuit kentang hanya perusahaan PT Siantar Top Tbk dan PT Kaldu Sari Nabati Indonesia. Kemudian perusahaan yang paling banyak memproduksi keripik kentang adalah PT Indofood Fritolay Makmur yaitu sebanyak 15 produk.
21
Tabel 4 Sebaran produk makanan instan berdasarkan kategori perusahaan (n=14) Perusahaan Kategori
PT Diamond Cold Storage
Mc Cain Foods Canada
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Total
PT Balimuda Food
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Kentang Beku
7
50.0
2
14.3
2
14.3
0
0
11
78.6
Bubur Kentang
0
0.0
0
0.0
0
0.0
3
21.4
3
21.4
Total
7
50.0
2
14.3
2
14.3
3
21.4
14
100.0
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan hampir separuh produk merupakan kentang beku yang di produksi oleh PT Diamond Cold Storage (50%), sedangkan untuk bubur kentang hanya (21.4%) yang di produksi oleh PT Balimuda Food. Pemenuhan unsur label berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan Pada bagian ini akan membahas mengenai pemenuhan syarat unsur label berdasarkan PP No. 69/1999 yaitu untuk menjawab tujuan kedua. Teknis Pencantuman Label Teknis pencantuman label dijelaskan pada PP No. 69/1999 tentang iklan dan label pangan pasal 2, pasal 27 ayat 1, dan pasal 29 ayat a dan b. Label kemasan dapat mempermudah konsumen dalam mengetahui informasi produk yang akan dibeli. Tabel 5 Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label No 1 2 3 4 5 6 7
Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label
Produk yang memenuhi
%
Label dicantumkan pada, di dalam atau di kemasan pangan Label tidak mudah lepas dari kemasan Label tidak mudah luntur ataupun rusak Label terletak pada sisi kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca Tanggal kadarluarsa dicantumkan secara jelas Label pangan yang sudah diedarkan tidak diperbolehkan untuk dihapus, dicabut, ditutup, diganti, dan dilabel kembali Tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa pada pangan yang diedarkan tidak diperbolehkan untuk ditukar
60 58 50 60
100.0 96.7 83.3 100.0
50 60
83.3 100.0
60
100.0
Rata-rata
96.1
Secara keseluruhan semua produk hampir memenuhi teknis pencantuman label (94.8%). Namun terdapat 12 produk yang belum memenuhi kriteria pemenuhan unsur teknis pencantuman label. Terdapat 10 produk yang belum memenuhi kriteria pencantuman yang benar, karena tanggal kadarluarsa tidak dicantumkan secara jelas dan tanggal kadarluarsa yang mudah luntur dan rusak, sehingga tidak dapat dibaca oleh konsumen produk tersebut yaitu Chitato Rasa Sapi Panggang, Chitato Rasa
22
Ayam Bumbu, Chitato Rasa Asli, lays Rasa BBQ Fiesta, Brio Go! Potato, Golden Farm French Fries Cringkle Cut, Just Fry French Fries Shoestring. Hal tersebut dapat disebabkan oleh penyimpanan yang tidak baik sehingga tulisan tanggal kadarluarsa yang terdapat pada kemasan mulai luntur dan hilang. Kemudian terdapat dua produk yang belum memenuhi kriteria pencantuman label karena label yang mudah lepas dari kemasan yaitu produk Mc Cain Superfries dan Mc Cain Superspirals, kedua produk tersebut merupakan produk import dan penulisan labelnya masing menggunkan bahasa asing walaupun terdapat bahasa Indonesia yang ditempel dengan stiker diluar kemasan, sehingga label cepat rusak. Tulisan Pada Label Peraturan tentang tulisan pada label dijelaskan pada pasal 13 (ayat 1 dan 2) dan pasal 16. Secara keseluruhan hampir memenuhi kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label yaitu sebesar 91.7 persen. Tabel 6 Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label No 1 2
Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label
Produk yang memenuhi
%
Keterangan pada label ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf Latin Huruf dan angka harus jelas dan mudah dibaca
60
100.0
50
83.3
Rata-rata
91.7
Terdapat 10 produk yang belum memenuhi syarat tulisan pada label karena angka yang tidak jelas seperti tanggal kadaluarsa dan kode produksi yang sudah mulai luntur. Keterangan Minimum Label Peraturan mengenai keterangan minimum label yang terdapat pada PP No. 69/1999 yaitu nama produk pangan, daftar bahan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat produsen, serta tanggal kadaluarsa Nama Produk Pangan. Berdasarkan penjelasan PP No. 69/1999 pasal 3, nama produk dicantumkan secara jelas di seluruh merek dan nama yang ditampilkan menunjukkan sifat atau keadaan yang sebenarnya. Fungsi dari pemberian nama produk pangan untuk memudahkan pengenalan produk dan pembeda produk dengan produk lainnya (Wimala 2011). Nama produk merupakan deskripsi produk itu sendiri, misal keripik ketang, snack kentang, biskuit kentang. Secara keseluruhan semua produk telah mencantumkan nama produk di dalam kemasan makanan.
23
Tabel 7 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan No 1 2
Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Nama Produk Pangan
Produk yang Memenuhi
%
Harus dicantumkan pada bagian utama label Nama yang digunakan harus menunjukkan sifat atau keadaan yang sebenarnya
60 60
100.0 100.0
Rata-rata
100.0
Daftar Bahan. Pada unsur label daftar bahan, kriteria pencantuman daftar bahan terdapat pada pasal 17 dan 18 P No. 69/1999. Daftar bahan merupakan komposisi yang digunakan untuk membuat produk atau daftar dari bahan yang digunakan dalam pembuatan produk. Semua produk sudah mencantumkan daftar bahan dalam kemasannya. Tabel 8 Kriteria pemenuhan syarat unsur daftar bahan No 1
2 3
Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Daftar Bahan
Produk yang Memenuhi
%
Daftar bahan dicantumkan secara berurutan dimulai dari bagian dengan jumlah terbanyak (kecuali vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya) Nama bahan yang digunakan adalah nama yang lazim digunakan Air yang ditambahkan harus dicantumkan sebagai komposisi pangan, terkecuali air itu merupakan bagian dari bahan yang digunakan atau telah mengalami penguapan seluruhnya selama pengobatab
60
100.0
60 60
100.0 100.0
Rata-rata
100.0
Berat Bersih/Isi Bersih. Peraturan pencantuman berat bersih/isi bersih dijelaskan pada pasal 19 dan 20. Seluruh merek telah mencantumkan berat bersih pada bagian utama label dengan persentase (100 %) dimana di dalam label didahului “isi bersih” dan dicantumkan pada satuan metrik (g). Tabel 9 Kriteria pemenuhan syarat unsur berat bersih/isi bersih No 1 2 3
4
Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Berat Bersih/Isi Bersih
Produk yang Memenuhi
%
Harus dicantumkan pada bagian utama label Dicantumkan dalam satuan metric Ukuran ‘isi’ harus dicantumkan untuk makanan cair, ‘berat’ untuk makanan padat, dan ‘isi’ atau ‘berat’ untuk makanan semi padat atau kental Berat bersih atau isi bersih tiap takaran saji harus dimuat pada label yang memuat keterangan jumlah takaran saji
60 60 60
100.0 100.0 100.0
60
100.0
Rata-rata
100.0
24
Nama dan Alamat Produsen. Pencantuman peraturan mengenai nama dan alamat produsen terdapat pada PP No. 69 Tahun 1999 pasal 23, 24, dan 25. Nama dan alamat produsen ditampilkan pada bagian utama label. Tabel 10 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama dan alamat produsen No 1 2 3
Kriteria Pemenuhan Syarat Nama dan Alamat Produsen Harus dicantumkan pada bagian utama label. Harus dicantukan nama dan alamat pihak yang memproduksi Apabila pihak yang mengedarkan berbeda dengan pihak yang memasukan pangan ke wilayah Indonesia, nama dan alamat pihak yang memasukan dan mengedarkan pangan di wilayah Indonesia harus dicantumkan Rata-rata
Produk yang Memenuhi 60 60 60
% 100.0 100.0 100.0
100.0
Rata-rata pemenuhan syarat nama dan alamat produsen memiliki persentase (100 %) karena keseluruhan produk menampilkan nama dan alamat produsen secara jelas, tetapi tata cara pencantuman informasi alamat produsen sendiri tidak dijelaskan rinci pada PP Nomor 69 Tahun 1999 sehingga sehingga diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Pada produk yang diamati, jumlah perusahaan yang mengimpor produk dari perusahaan lain yaitu sebanyak 16 perusahaan. Fungsi dari pencantuman nama dan alamat produsen untuk memudahkan konsumen melakukan pengaduan jika terjadi sesuatu yang merugikan (Wimala 2011). Tanggal Kadaluarsa. Pencantuman peraturan mengenai tanggal kadarluarsa pada PP No. 96/1999 pasal 27,28, dan 29. Tanggal kadarluarsa berfungsi sebagai antisipasi kemanan dan keselamatan konsumen dalam mengonsumsi suatu produk. Berikut merupakan kriteria pemenuhan syarat unsur tanggal kadarluarsa Tabel 11 Kriteria pemenuhan syarat unsur tanggal kadarluarsa No 1 2
3 4
Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Tanggal Kadarluarsa
Produk yang Memenuhi
%
Harus dicantumkan secara jelas pada tabel Pencantuman tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa dilakukan setelah pencantuman tulisan “baik digunakan sebelum”, sesuai dengan jenis dan daya tahan pangan; produk dengan masa kadarluarsa lebih dari 3 bulan boleh hanya mencantumkan bulan dan tahun kadarluarsa Dilarang memeperdagangkan produk yang sudah kadarluarsa Dilarang menghapus, mencabut, menutup, mengganti label, melabel kembali pangan yang diedarkan; menukar tanggal, bulan dan than kadarluarsa yang diedarkan
50 56
83.3 93.3
60 60
100.0 100.0
Rata-rata
94.2
Seluruh merek sebenarnya telah mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label kemasan pangan, namun hanya 46 merek yang benar-benar telah memenuhi kriteria pemenuhan syarat keterangan minimum label pada tanggal kadarluarsa. Terdapat empat merek yang belum memenuhi syarat pemenuhan unsur yaitu tidak
25
mencantumkan tanggal kadaluarsa didahului keterangan “baik digunakan sebelum” tetapi masih mencantumkan tanggal kadarluarsa dengan menggunakan istilah asing seperti “expire date” atau “best before” sehingga hal tersebut dapat dianggap belum memenuhi pemenuhan unsur tanggal kadarluarsa, keempat produk tersebut merupakan produk impor yaitu mister potato crisps rasa original, mister potato crisps rasa hot & spicy, mister potato crisps rasa sour cream & onion, dan mister potato crisps rasa barbeque. Kemudian terdapat 10 merek yang belum mencantumkan tanggal kadarluarsa secara jelas hal tersebut diakibatkan karena tinta yang sudah mulai luntur dan rusak. Perbandingan Keterangan Minimum Label Berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dengan Food Drug Administration (FDA). Food labeling guide merupakan peraturan pelabelan yang berlaku di negara Amerika Serikat yang termasuk bagian dari food drug and admninistration. Peraturan tersebut digunakan untuk produk dalam negeri maupun produk asing yang diproduksi di Amerika. Produk seperti makanan, obat, kosmetik, dan peraturan mengenai tata cara pelabelan sudah diatur dalam FDA. Tabel 12 menunjukkan bahwa setiap food labeling guide mencantumkan empat keterangan minimum label sama seperti PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, yaitu mencantumkan nama produk, daftar bahan, berat bersih, dan nama dan alamat produsen. Pada food labeling guide mencantumkan informasi nilai gizi dan klaim didalam keterangan minimum label. Sedangkan pada PP No. 69/1999 keterangan mengenai informasi nilai gizi masuk pada keterangan lain pada label Tabel 12 Perbandingan keterangan minimum label berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 dengan food labeling guide PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan Nama produk pangan Daftar bahan Berat bersih atau isi bersih Nama dan alamat produsen Tanggal kadarluarsa
Food Labelling Guide Nama produk Daftar bahan Berat bersih Nama dan alamat produsen Informasi gizi Klaim
Keterangan Yang Dilarang (Tidak Boleh Dicantumkan) Peraturan pemerintah mengenai keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan pada label telah dicantumkan pada PP No. 69 Tahun 1999. Keterangan mengenai jumlah dan persentasi produk yang memenuhi keterangan yang dilarang dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa dari 6 unsur yang diamati empat unsur telah memenuhi persyaratan sesuai dengan PP No. 69 Tahun 1999, karena keempat unsur tersebut tidak mencantumkan keterangan yang dilarang dan memperoleh
26
persentase (100.0%). Kedua unsur yang tidak memenuhi persyaratan adalah unsur yaitu keterangan tidak benar dan menyesatkan yang masih dicantumkan pada 16 produk (26.7%), dan dapat disimpulkan bahwa 44 produk lainnya (73.3%) memenuhi unsur keterangan yang tidak boleh dicantumkan. Kemudian unsur kedua yang masih mencantumkan keterangan yang dilarang adalah unsur keterangan pangan terbuat dari bahan segar dicantumkan pada empat produk (6.7%), Dapat disimpulkan bahwa 56 produk lainnya (93.3%) telah memenuhi unsur. Tabel 13 Kriteria pemenuhan syarat unsur keterangan yang dilarang No
Unsur Label
Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur
Produk yang Memenuhi
%
1
Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan [pasal 5]
44
73.3
2
Pangan dapat berfungsi sebagai obat [pasal 7]
60
100.0
3
Mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk pangan [pasal 8] Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain [pasal 33 (2)] Keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah [pasal 37] Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi [pasal 41]
Pencantuman pernyataan atau keterangan dalam pangan yang diperdagangkan apabila keterangan tersebut tidak benar atau menyesatkan baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun lainnya. Dilarang menyantumkan pernyataan atau keterangan dalam bentuk apapun bahwa pangan dapat berfungsi sebagai obat (walaupun fakta ilmiah terbukti untuk kesehatan) Dilarang menyantumkan nama, logo, ataupun identitas lembaga yang menganalisis suatu pangan Dilarang menyantumkan pernyataan atau keterangan pada label bahwa pangan mengandung zat gizi yang lebih unggul daripada produk lainnya Dilarang menyantumkan keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah
60
100.0
60
100.0
60
100.0
Dilarang menyantumkan keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi
56
93.3
4
5
6
Rata-rata
94.4
Keterangan Lain Pada Label Pencantuman mengenai keterangan lain pada label dalam PP No. 69 Tahun 1999 mencangkup manfaat pangan bagi kesehatan, pernyataan tentang halal, nomor
27
pendaftaran pangan, keterangan tentang kode produksi pangan, keterangan tentang kandungan gizi, keterangan tentang iradiasi pangan, keterangan tentang rekayasa genetika, keterangan tentang pangan sintesis yang terbuat dari bahan baku alamiah, keterangan tentang pangan olahan tertentu, dan keterangan tentang bahan tambahan pangan. Keterangan Mengenai Manfaat Pangan bagi Kesehatan. Berdasarkan pada PP No. 69/1999 yang terdapat pada pasal 6, 21, 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa pencantuman pernyataan tentang mengenai manfaat pangan bagi kesehatan harus didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggunggjawabkan. Pencantuman pernyataan bahwa pangan telah ditambah, diperkaya, atau difortifikasi dengan vitamin, mineral, atau zat gizi lainnya diperkenankan sepanjang hal itu benar dilakukan. Klaim manfaat pangan bagi kesehatan membutuhkan pembuktian berupa dokumen dan hasil pemeriksaan yang dapat membuktikan kebenaran akan keterangan yang dicantumkan (Mahardika 2012). Keseluruhan produk makanan yang terbuat dari kentang tidak mencantumkan keterangan mengenai manfaat produk, karena makanan kentang bukan suatu obat yang dapat memberikan manfaat kesehatan bagi penggunanya. Pernyataan tentang Halal. Berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999, produk yang dicantumkan pernyataan tentang halal pada label wajib diperiksa terlebih dahulu pada lembaga pemeriksaan yang terakreditasi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Lembaga yang dipercaya dalam menangani kehalalan suatu produk adalah LPPOM-MUI. Namun dalam prakteknya masih banyak lambang halal lain yang dicantumkan. Logo halal hampir semua produk mencantumkan logo LPPOM-MUI namun ada 29 produk yang tidak mencantumkan logo tersebut karena ada beberapa produk merupakan produk import dan masih ada produk yang belum mencantumkan logo halal dalam kemasan. Indonesia merupakan jumlah masyarakat terbesar adalah beragama islam, dan secara khusus hak konsumen muslim perlu dilindungi dengan menerapkan sistem pencantuman label halal, namun di Indonesia pencantuman label halal masih belum diwajibkan. Nomor Pendaftaran Pangan. Dalam PP No. 69 Tahun 1999, Nomor pendaftaran pangan harus dicantumkan pada pangan olahan (produksi dalam negeri dan luar negeri) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keripik kentang, biskuit kentang, kentang beku, dan bubur kentang merupakan makanan olahan. Keterangan mengenai nomor pendaftaran pangan perusahaan yang masih dalam ruang lingkup produksi rumah tangga nomor pendaftaran pangan dari dinas kesehatan tingkat kabupaten yaitu P-IRT. Kemudian berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 00/05.1.2569 tentang Kriteria dan Tatalaksana Penilaian Produk Pangan, perusahaan dengan produksi skala besar mencantumkan nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh BPOM, yaitu MD untuk makanan dalam negeri, untuk keterangan lainnya yaitu ML merupakan tanda bahwa makanan tersebut merupakan produk luar negeri/produk impor. Terdapat 44 produk merupakan produk dalam negeri (MD) dan 16 produk yang merupakan produk impor (ML).
28
Kode Produksi. Berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999 pada pasal 31 yang menyatakan Kode produksi pada label ataupun kemasan pangan harus dicantumkan pada pangan olahan. Kode produksi sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai riwayat produksi pangan (waktu ataupun rangkaian produksi). Keseluruhan produk telah memenuhi persyaratan tersebut karena menampilkan kode produksi pada label kemasan. Keterangan tentang Kandungan Gizi. Peraturan pencantuman keterangan kandungan gizi pada PP No.69 Tahun 1999 pada pasal 32. Pada unsur kandungan gizi, terdapat enam produk (10.0%) yang tidak mencantumkan kandungan gizi pada label kemasan dan dua produk yang belum memenuhi syarat karena bahasa yang digunakan bahasa asing. Berdasarkan PP No. 69/1999 mengenai teknis pencantuman informasi nilai gizi dalam label, tidak semua label pangan wajib mencantumkan informasi nilai gizi pada label pangan yang: (a) disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan atau (b) dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya (karbohidrat, protein, lemak, dan komponen serta turunannya, termasuk energi. Pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan dilakukan dengan urutan (a) jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein, dan karbohidrat, dan (b) jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin, dan mineral. Sebanyak 54 produk sesuai dengan peraturan, yang memberikan keterangan tentang kandungan gizi sesuai urutan. Keterangan tentang Iradiasi Pangan. Pada PP Nomor 69 tahun 1999 pada pasal 34 menyatakan wajib mencantumkan tulisan ‘pangan iradiasi’, tujuan iradiasi, dan apabila tidak boleh diradiasi ulang wajib mencantumkan tulisan ‘tidak boleh diiradiasi ulang’, Selain itu harus mencantuman tulisan, pada label dapat dicantumkan logo khusus pangan iradiasi (logo radura), dan wajib mencantumkan nama dan alamat penyelenggara iradiasi, tanggal, bulan, dan tahun iradiasi, serta nama negara tempat iradiasi dilakukan. Peraturan mengenai pangan radiasi telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 701/MENKES/PER VIII/2009 dan peraturan mengenai pengawasan tentag pangan radiasi diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013. Pangan iradiasi adalah setiap pangan yang dengan sengaja dikenai radiasi pengion tanpa memandang sumber atau jangka waktu radiasi ataupun besar energi yang digunakan (Menkes 2009). Namun pada produk makanan kentang yang diamati keterangan mengenai iradiasi pangan tidak dicantumkan. Keterangan tentang Rekayasa Genetika. Berdasarkan PP No. 69/1999 pada pasal 35 menyatakan wajib dicantumkan tulisan ‘pangan rekayasa genetika’. Selain pencantuman tulisan, pada label dapat dicantumkan logo khusus hasil rekayasa
29
genetika. Rekayasa genetika adalah salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya (transgenik), tujuannya adalah menghasilkan tanaman/hewan/jasad renik yang memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan keuntungan bagi manusia (BPOM 2010). Keterangan tentang Pangan Sintesis yang Dibuat Dari Bahan Baku Alamiah. Pada PP No. 69 Tahun 1999 pasal 36 dan 37 bahwa wajib dicantumkan keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah jika bahan baku alamiah yang bersangkutan tidak kurang dari kadar minimal yang ditetapkan SNI dan wajib dicantumkan keterangan telah mengalami proses lanjutan harus apabila pangan yang dibuat dari bahan baku alamiah telah menjalani proses lanjutan. Namun dalam penelitian tidak ditemukan produk yang mencantumkan keterangan tersebut. Keterangan tentang Pangan Olahan Tertentu. Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh ekstrak tanaman mahkota dewa untuk diabetes melitus, susu rendah lemak untuk orang yang menjalankan diet rendah lemak, dan sebagainya (Saparinto 2006). Berdasarkan PP No. 69/1999, keterangan tentang pangan olahan tertentu wajib dicantumkan keterangan cara penggunaan, dampak pangan bagi kesehatan manusia, dan keterangan lain yang perlu diketahui untuk pangan olahan yang diperuntukkan oleh bayi, anak di bawah lima tahun, ibu hamil dan menyusui, orang yang menjalani diet khusus, dan orang lanjut usia. Produk kemasan makanan kentang tidak mencantumkan keterangan seperti yang telah dijelaskan. Keterangan tentang Bahan Tambahan Pangan. BTP adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya simpan. Selain itu, juga dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin (Widyaningsih dan Murtini 2006). Bahan tambahan pangan (BTP) di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM). Di Amerika, keduanya dilakukan oleh Food and Drug Administration. Pada PP No. 69/1999 pasal 22 dan 43 menjabarkan kriteria pemenuhan syarat pencantuman bahan tambahan pangan dalam label kemasan (Saparinto dan Hidayati 2006).
30
Tabel 14 No 1
Kriteria pemenuhan syarat unsur keterangan tentang bahan tambahan pangan
Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Keterangan Bahan Tambahan Pangan Wajib dicantumkan tulisan, nama golongan, serta nama dan kode internasional yang dimiliki bahan tambahan pangan jika digunakan Wajib dicantumkan indeks pewarna untuk bahan tambahan pangan berupa pewarna.
2
Produk yang Memenuhi
%
60
100.0
60
100.0
Rata-rata
100.0
Pada produk makanan kentang kemasan, seluruh produk sudah mencantumkan bahan tambahan pangan pada label yang dapat dilihat melalui komposisi atau daftar bahan. Menurut peraturan tentang bahan tambahan pangan yang yang dilarang oleh Departemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1168/Menkes/Per/X/1999 adalah Natrium Tetraborat (Boraks), Formalin (formaldehyde), Minyak Nabati yang Bromisasi, Kloramfenikol, Kalium Klorat (Pottasium Chlorate), Dietilpirokarbonat (diethylpyrocarbonate), Nitrofuranzon (Nitrofuranzone), P-Phenetilkarbamida, dan Asam Salisilat dan garamnya Rata-rata Pemenuhan Syarat Unsur pada Label Kemasan Produk Kemasan Makanan Kentang Pemenuhan persayaratan unsur label telah dijabarkan sebelumnya pada masing-masing unsur pada PP No.69 Tahun 1999, yaitu : teknis pencantuman label, tulisan pada label, keterangan minimum label, keterangan lain pada label, dan keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan). Tabel 15 Rata-rata pemenuhan syarat unsur label pada produk kemasan makanan kentang No 1 2 3
4
Unsur Label Teknis pencantuman label Tulisan pada label Keterangan minimum label 1. Nama produk pangan 2. Daftar bahan yang digunakan 3. Berat bersih/isi bersih 4. Tanggal kadaluarsa Keterangan lain pada label 1. Manfaat pangan bagi kesehatan 2. Pernyataan tentang halal 3. Nomor pendaftaran pangan 4. Keterangan tentang kode produksi pangan 5. Keterangan tentang kandungan gizi 6. Keterangan tentang iradiasi pangan
% 96.1 95.6
Rata-rata (%) 96.1 97.5 98.8
100.0 100.0 100.0 94.2 87.7 51.7 100.0 100.0 86.7 100.0
31
Tabel 15 Rata-rata pemenuhan syarat unsur label pada produk kemasan makanan kentang No
Unsur Label
%
Keterangan tentang pangan rekayasa genetika Keterangan tentang pangan sintesis yang dibuat dari bahan baku alamiah 9. Keterangan tentang pangan olahan tertentu 10. Keterangan tentang bahan tambahan pangan Keterangan yang dilarang 1. Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan 2. Pangan dapat berfungsi sebagai obat
-
7. 8.
5
3. 4.
5.
Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih ungggul dari produk pangan lain Keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau jadi
Rata-rata (%)
100.0 94.4 73.3 100.0 100.0 100.0
93.3
Berdasarkan Tabel 16 rata-rata terendah dalam pemenuhan unsur pada label dimiliki oleh keterangan lain pada label yaitu sebesar (87.7%), hal tersebut dikarenakan ada beberapa produk yang tidak mencantumkan label halal. Rata-rata terbesar dalam pemenuhan unsur pada label dimiliki oleh keterangan minimum label yaitu sebesar (98.8%). Pada keterangan lain yang tidak dicantumkan pada label adalah manfaat pangan bagi kesehatan, keterangan tentang radiasi pangan, pangan rekayasa genetika, pangan sintesis yang dibuat dari bahan baku alamiah, dan pangan olahan tertentu.
Tinjauan Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Bagian ini akan membahas kesesuaian label pangan ditinjau berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen untuk menjawab tujuan kedua. Konsumen merupakan bagian terkecil dari suatu masyarakat. Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Hak-hak konsumen dapat dipenuhi jika pelaku usaha, pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan konsumen sudah menjalankan kewajibannya masing-masing, dan konsumen sendiri juga harus memperjuangkan hak-hak konsumen dengan cara menjalankan kewajibannya sebagai konsumen (Sumarwan 2006). Hak-hak konsumen sendiri sudah diatur oleh pemerintah dan dilindungi oleh undang-undang, untuk melindungi konsumen dari praktik bisnis yang merugikan konsumen. Di Indonesia, hak dan kewajiban konsumen sudah dibuat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
32
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen (UUPK). Konsumen berhak untuk mendapatkan informasi yang jujur dan benar, sehingga konsumen dapat mendapatkan produk yang terbaik bagi dirinya. Berdasarkan hasil penelitian pemenuhan unsur syarat label, terdapat pelanggaran pada kemasan produk kentang. Berdasarkan UUPK, terjadi pelanggaran pada pasal 4 ayat c yaitu hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Pelaku usaha telah melanggar pasal 8 ayat 1a yaitu tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Klaim Pada Iklan Televisi Dalam penelitian terdapat 20 iklan produk makanan kentang yang diseleksi pada tahun 2011-2014, dan hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 15 iklan yang mencantumkan klaim mengenai produk nya didalam iklan. Tabel 16 Sebaran iklan pada tahun 2011-2014 berdasarkan jumlah iklan dan merek Jenis produk
Jumlah iklan
Nama merek
Keripik kentang
15
Chitato Asian Cuisine (okonomiyaki, bulgogy, dan kung satay), chitato rasa keju supreme, chitato rasa sapi bumbu bakar, chitato rasa ayam barbeque, chitatao rasa sapi panggang, chitato rasa asli, leo keripik kentang rasa 2in1 (mayonnaise dan rumput laut, leo keripik kentang rasa sapi panggang, leo keripik kentang rasa ayam original, leo keripik kentang rasa rumput laut, leanet keripik kentang, leante veetos, leanet potatos, French fries 2000, lays rasa rumput laut.
Biskuit kentang
2
Go!potato
Kraker kentang
2
Recheese delis
Stik kentang
1
Piattos hollo
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jenis produk dengan jumlah paling banyak adalah keripik kentang yaitu sebanyak 15 iklan, dan hanya satu iklan stik kentang. Karakteristik klaim pada iklan makanan kentang Bagian ini akan membahas mengenai karakteristik klaim pada iklan yaitu untuk menjawab tujuan ketiga. Sumarwan (2004) mengatakan bahwa ada empat kategori yang mengelabui (deceptive advertising) yaitu : klaim objektif, klaim subjektif, klaim dua arti, dan klaim tidak rasional. Klaim merupakan segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu suatu pangan yang berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya (BPOM 2011).
33
Tabel 17 Sebaran sifat klaim pada iklan makanan kentang (n=15) Sifat Klaim
Jumlah Iklan
Persentase (%)
Objektif Subjektif Dua arti Tidak rasional
2 15 0 0
20.0 100.0 0.0 0.0
Dua puluh dari total iklan makanan kentang yang diamati, sebanyak lima iklan (25.0%) yang tidak mencantumkan klaim pada iklan. Sehingga iklan yang diamati hanya sebanyak 15 iklan. Berdasarkan tabel 17 seluruh produk termasuk ke dalam klaim subjektif (100.0%), sedangkan klaim dua arti dan tidak rasional tidak dicantumkan pada semua iklan. Tabel 18 akan menjelaskan sebaran klaim pada iklan makanan kentang berdasarkan jenis produk. Tabel 18 sebaran sifat klaim berdasarkan jenis produk (n=15) Sifat Klaim Jenis Produk
Objektif
Subjektif
Tidak Rasional
Dua arti
n
%
n
%
n
%
n
%
Keripik kentang Biskuit kentang Kraker kentang Stik kentang
0 0 2 0
0.0 0.0 13.3 0.0
10 2 2 1
66.7 13.3 13.3 6.7
0 0 0 0
0.0 0.0 0.0 0.0
0 0 0 0
0.0 0.0 0.0 0.0
Total
2
13.3
15
100.0
0
0.0
0
0.0
Berdasarkan sebaran di atas, seluruh iklan memiliki klaim subjektif (100.0%), dan klaim objektif sebesar (13.3%). Keripik kentang memiliki persentase terbesar untuk iklan yang mengandung klaim subjektif yaitu sebesar (66.7%). Terdapat dua iklan yang mencantumkan dua klaim yaitu klaim objektif dan klaim subjektif. Produk yang mencantumkan dua klaim adalah kraker kentang. klaim tidak rasional dan klaim dua arti tidak terdapat dalam iklan. Tabel 19 akan menguraikan klaim digunakan dalam iklan produk makanan kentang. Tabel 19 Contoh iklan dengan klaim objektif Jenis Produk
Merek
Klaim Objektif
Kraker kentang
Recheese delis
Mengandung Vit A, B1, B6, dan B12
Klaim objektif merupakan informasi yang diberikan kepada konsumen tentang karakteristik suatu produk yang telah dibuktikan kebenarannya melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang ada (Sumarwan 2006). Contoh klaim objektif dalam iklan yang diamati “mengandung Vit A, B1, B6, dan B12. Pencantuman klaim mengandung vitamin di dalam iklan telah dibuktikan dengan, kandungan gizi yang terdapat dalam label kemasan, sehingga pencantuman klaim dalam iklan dapat dibuktikan. Klaim dapat dikatakan objektif jika produsen dapat
34
memberikan bukti yang dapat mendukung klaim. Klaim lain yang mengelabui konsumen adalah klaim subjektif, yang dapat dilihat pada Tabel 20 Contoh iklan dengan klaim subjektif. Tabel 20 Contoh iklan dengan klaim subjektif Jenis produk
Keripik kentang
Merek
Klaim Subjektif
lays
Dari kentang asli pilihan bikin lays nikmat tak tertahankan. Semua pasti ga tahan kalo ngeliat lays terbuat dari kentang pilihan alami dan potongan tipis yang crispy lays nikmat tak tertahankan Jingle iklan : “leo keripik kentang leo, leo enaknya leo, lebih banyak lebih puas Jingle iklan : “Leo keripik kentang asli, , keripik kentang paling enak, paling terasa kentangnya lebih banyak lebih puas” French fries 2000 rasanya bikin lupa segalanya Biskuit kentang go !potato dibuat dari kentang terbaik dipanggang lebih sehat lebih enak, papa, mama, tergila-gila apalagi kakak, biskuit kentang pertama di Indonesia. Siantar top rasanya pasti top
Leo kentang
keripik
Biskuit kentang
French fries 2000 Go!potato
Kraker kentang
Recheese delis
Stik kentang
Piattos hollo
Delis so delicious, delis kan kraker kentang pertama, beda dong dari yang lain. Krakers kentang keju dari recheese langsung di hap, delis delis tebel keju, celup delis, tumpuk delis, delis diapain aja delicious Piattos hollo garingnya poollll.
Klaim subjektif merupakan klaim yang pernyataannya subjektif, informasi yang sulit dibuktikan kebenarannya bukan dikarenakan kekurangan pengetahuan tetapi kriteria yang digunakan bersifat subjektif sehingga sulit diukur secara objektif (Sumarwan 2006). Tabel 20 menunjukkan klaim subjektif seperti dari kentang asli, nikmat tak tertahankan, terbuat dari kentang terbaik, lebih sehat, lebih enak, tergilagila, pasti top, beda dari yang lain. Klaim-klaim tersebut sulit dibuktikan kebenarannya dan dapat menyesatkan konsumen, karena konsumen akan bertindak sesuai dengan informasi yang diperolehnya, sehingga merugikan konsumen. konsumen tidak menyadari bahwa penggunaan kata “ter-“, paling, nomor satu, asli, top, dan sejenisnya tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Tinjauan Undang-Undang dan Etika Pariwara Indonesia Bagian ini akan membahas mengenai analisis isi iklan ditinjau berdsarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia yaitu untuk menjawab tujuan ketiga. Terdapat beberapa pasal dalam UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berkaitan dengan pengaturan periklanan yaitu pasal 9, pasal 10, pasal 12, pasal 13, dan pasal 17. Namun pasal yang akan dijadikan
35
bahan analisis adalah pasal 9 ayat 1, pasal 10, dan pasal 17 ayat 1. Pasal-pasal tersebut digunakan atas dasar pertimbangan untuk pasal 9 ayat 1 berhubungan dengan iklan barang dan jasa secara tidak benar, atau seolah-olah. Pasal 10 berkaitan dengan iklan yang tidak benar dan menyesatkan tentang harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa; kegunaan suatu barang dan/atau jasa; kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa; tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan; dan bahaya penggunaan barang dan/atau jasa. Kemudian pasal 17 ayat 1 berisi tentang larangan terhadap iklan yang mengelabui atau keliru, tidak memuat informasi resiko, mengeksploitasi kejadian dan melanggar etika atau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan. Selain undang-undang dan peraturan yang mengatur iklan, juga terdapat Etika Pariwara Indonesia, dimana didalam EPI terdapat tata krama dan tata cara periklanan. Bagian EPI yang dijadikan bahan analisis adalah Bab III A mengenai tata krama yang terdiri dari 4 subbab yaitu isi iklan, ragam iklan, pemeran iklan, dan wahana iklan. Subbab isi iklan mencakup penghormatan terhadap hak cipta, penggunaan bahasa, penggunaan tanda asteris (*), penggunaan kata “satu-satunya”, penggunaan kata “gratis”, pencantuman harga, garansi, janji pengembalian uang, rasa takut atau takhayul, kekerasan, keselamatan, perlindungan hak-hak pribadi, hiperbolisasi, waktu tenggang, penampilan pangan, penampilan uang, kesaksian konsumen, anjuran, perbandingan, perbandingan harga, merendahkan, peniruan, istilah ilmiah dan statistik, ketiadaan produk, ketaktersediaan hadiah, pornografi dan pornoaksi, serta penggunaan khalayak anak-anak. Selanjutnya pada aspek ragam iklan mencakup aturan dari setiap jenis produk diiklankan. Aspek selanjutnya terkait iklan di dalam EPI adalah pemeran atau tokoh iklan yang anak-anak, perempuan, gender tertentu, penyandang cacat, tenaga profesional, hewan, dan tokoh animasi. Pada aspek wahana iklan berisi tentang, pada iklan rokok dan iklan khusus dewasa hanya boleh disiarkan mulai pukul 21.30 hingga pukul 05.00 waktu setempat, materi iklan tidak boleh ditampilkan secara berulang-ulang atau lebih dari dua kali, aturan mengenai adegan dramatisasi, berbahaya, dan bimbingan orang tua, dan visualisasi tulisan harus kontras dan jelas. Berdasarkan analisis UUPK, sembilan dari dua puluh iklan melanggar pasal 17 ayat 1c UUPK, karena telah mengiklankan produk yang memuat memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa. Analisis berdasarkan EPI menunjukkan bahwa pada bagian isi iklan terdapat sembilan iklan yang melanggar EPI yaitu adanya iklan yang menggunakan kata superlatif seperti ‘paling’, ‘top’, dan ‘terbaik’,kata-kata superlatif tersebut dapat mengelabui konsumen kecuali harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik. Kemudian terdapat iklan yang menggunakan kata ‘asli’ tanpa pembuktian yang jelas. Selain itu ada juga iklan yang menampilkan penampilan pangan didalam iklan, dimana iklan menampilkan penyia-nyiaan terhadap makanan. Terdapat juga iklan yang menampilkan hiperbolisasi dimana ada seseorang lelaki yang memakan keripik kentang di pinggiran jalan, kemudian datanglah sebuah bis, saat bis itu berhenti, semua orang yang ada didalam bis melihat keluar jendela untuk melihat laki-laki tersebut menikmati keripik kentang yang dimakan. Terdapat iklan yang menampilkan adegan berbahaya yang mengabaikan segi-segi keselamatan.
36
Kemudian terdapat iklan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi, dimana dalam iklan tersebut seorang wanita yang menggunakan baju ketat yang memperlihatkan bentuk tubuhnya, sedang berjalan dengan memakan keripik kentang. Menurut Sumarwan (2006), mengatakan bahwa wanita adalah yang paling banyak dipakai sebagai bintang iklan untuk menampilkan kesan sensual atau seksual. Untuk bagian ragam iklan dalam EPI, semua iklan telah memenuhi syarat. Kemudian untuk pemeran iklan terdapat dua iklan yang menggunakan pemeran perempuan dalam iklan, dan perempuan tersebut berpakaian sexy dan ketat sehingga memberi kesan yang merendahkan kodrat, harkat, dan martabat mereka.
PEMBAHASAN
Berdasarkan ketentuan pelabelan pangan pada PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan yang mencangkup lima unsur, dimana rata-rata persentase kelima unsur tersebut dalam penelitian ini yaitu teknis pencantuman label (94.8%), tulisan pada label (91.7%), keterangan minimum label (98.8), keterangan lain pada label (87.7), dan keterangan yang dilarang (94.4%). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa masih ada produk yang melanggar ketentuan. Pada teknis pencantuman label, produk yang memenuhi kriteria teknis pencantuman label sebesar 94.8 persen. Terdapat 12 produk yang belum memenuhi kriteria pemenuhan unsur teknis pencantuman label. Terdapat 10 produk yang belum memenuhi kriteria pencantuman yang benar, karena tanggal kadarluarsa tidak dicantumkan secara jelas dan tanggal kadarluarsa yang mudah luntur dan rusak. Tanggal kadarluarsa memberikan informasi mengenai umur simpan suatu produk, sehingga penting dicermati konsumen sebelum membeli (Dwiayusari 2013). Dalam penelitian Susanto (2008), mengatakan bahwa keterangan label yang menjadi pertimbangan responden sebelum memutuskan untuk membeli makanan ringan adalah label halal, waktu kadaluarsa, merk, dan komposisi (ingredients). Kemudian terdapat dua produk yang belum memenuhi kriteria pencantuman label karena label yang mudah lepas dari kemasan, produk tersebut merupakan produk luar, dan label hanya ditempel dengan stiker sehingga stiker yang ditempel di kemasan mudah rusak atau hilang tulisannya. Persentase produk yang memenuhi kriteria tulisan pada label adalah 91.7 persen, terdapat 10 produk yang belum memenuhi syarat tulisan pada label karena angka yang tidak jelas seperti tanggal kadarluarsa dan kode produksi yang sudah mulai luntur. Dalam Surat Keputusan Kepala BPOM RI HK.00/05.1.2569 mengenai Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan, dituliskan bahwa besar huruf pada label minimal berukuran 1 mm. Pada PP No 69 Tahun 1999 belum terdapat aturan lengkap mengenai ukuran minimum angka atau huruf yang ditampilkan dalam label kemasan agar konsumen membaca nya dengan jelas. Pada produk-produk impor,
37
bahasa Indonesia hanya ditemui terbatas pada label berupa stiker yang ditempelkan pada kemasan yang dicetak oleh perusahaan importirnya saja. Pencantuman tulisan dengan bahasa Indonesia terbatas pada nama produk, perusahaan yang mendatangkan, dan komposisi. Sementara keterangan-keterangan lain pada umumnya masih dalam bahasa asing sesuai dengan negara asal produsen produk tersebut (Mahardika 2012). Keterangan minimum label mencakup keterangan mengenai nama produk pangan, daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat produsen, dan tanggal kadarluarsa. Persentase produk yang memenuhi kriteria pemenuhan unsur sebesar 98.8 persen. Seluruh produk telah mencantumkan nama produk pangan, daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat produsen di dalam label kemasan. Pada keterangan tanggal kadaluarsa hanya 46 produk yang telah memenuhi syarat unsur tanggal kadaluarsa, terdapat 14 produk yang belum memenuhi pemenuhan syarat unsur tanggal kadaluarsa, dimana empat produk tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa didahului keterangan “baik digunakan sebelum” tetapi masih mencantumkan tanggal kadaluarsa dengan menggunakan istilah asing seperti “expire date” atau “best before” sehingga hal tersebut dapat dianggap belum memenuhi pemenuhan unsur tanggal kadaluarsa, keempat produk tersebut merupakan produk impor. Dalam penelitiannya, Oksowela (2008), menyatakan bahwa responden tidak mengetahui bahwa perbedaan antara produk ”best before” dengan produk “best before end” terletak pada daya tahan masing-masing produk dan responden selalu memperhatikan info produk sebelum melakukan tindakan pembelian dan hal yang paling utama diperhatikan adalah tanggal kadaluarsa produk. Untuk pencantuman tanggal kadaluarsa di tingkat perdagangan internasional, digunakan Codex Standard for The Labeling of Prepacked Foods, tahun 1985 (CODEX STAN 1-1985) mengenai food labeling regulation yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC). Tata cara penulisan tanggal kadaluarsa dicantumkan setelah tulisan best before diikuti tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa, jika waktu kadaluarsa kurang dari tiga bulan, sedangkan bulan dan tahun kadaluarsa dicantumkan setelah kata best before end jika waktu kadaluarsa lebih dari tiga bulan diikuti bulan dan atau tahun kadarluarsa (jika bulan yang dimaksud adalah bulan desember, dapat dituliskan hanya tahun kadarluarsa) (Oksowela 2008). Keterangan selanjutnya yang dicantumkan dalam PP No 69/1999 adalah mengenai keterangan lain pada label. Terdapat 10 unsur dalam keterangan lain pada label dan hanya lima keterangan lain pada label yang dicantumkan dalam kemasan yaitu, pernyataan tentang halal, nomor pendaftaran pangan, keterangan tentang kode produksi pangan, kandungan gizi, dan bahan tambahan pangan. Untuk pencantuman lambang halal LPPOM-MUI yang dipercaya sebagai lembaga pengkaji halal untuk peredaran pangan di Indonesia. Logo halal hampir semua produk mencantumkan logo LPPOM-MUI namun ada 29 produk yang tidak mencantumkan logo tersebut karena ada beberapa produk merupakan produk import dan masih ada produk yang belum mencantumkan logo halal dalam kemasan, namun di Indonesia pencantuman label halal masih belum diwajibkan. Menurut Girindra (1997) dalam Mulyaningsih (2004), menyatakan bahwa pelaksanaan sertifikasi dan labelisasi halal dalam pada produk pangan terus dikembangkan sejalan dengan harapan sebagian besar masyarakat
38
(pemeluk agama islam) yang menghendaki adanya jaminan kepastian kehalalan setiap jenis pangan yang dikonsumsinya. Keterangan mengenai nomor pendaftaran pangan perusahaan yang masih dalam ruang lingkup produksi rumah tangga nomor pendaftaran pangan dari dinas kesehatan tingkat kabupaten yaitu P-IRT. Kemudian berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 00/05.1.2569 tentang Kriteria dan Tatalaksana Penilaian Produk Pangan, perusahaan dengan produksi skala besar mencantumkan nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh BPOM, yaitu MD untuk makanan dalam negeri, untuk keterangan lainnya yaitu ML merupakan tanda bahwa makanan tersebut merupakan produk luar negeri/produk impor. Terdapat 44 produk merupakan produk dalam negeri (MD) dan 16 produk yang merupakan produk impor (ML). Seluruh produk telah mencantumkan kode produksi hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dwiayusari (2013), seluruh produk bumbu instan dan bumbu pelengkap telah mencantumkan kode produksi yang dapat ditandai dengan tanggal produksi dan angka atau huruf lain yang mencirikan “batch” produksi. Pada unsur kandungan gizi, terdapat enam produk yang tidak mencantumkan kandungan gizi pada label kemasan dan dua produk yang belum memenuhi syarat karena bahasa yang digunakan bahasa asing. Menurut Cowburn dan Stockley (2004), kandungan gizi pada label kemasan memiliki kontribusi walaupun kecil dalam pembelian suatu produk, dengan adanya kandungan gizi konsumen dapat memilih produk yang lebih sehat. Menurut Vanderlee et al (2012), beberapa orang menggunakan label gizi untuk mengetahui besarnya kalori yang disajikan di dalam produk kemasan. Keterangan tentang rekayasa genetika, seluruh produk tidak mencantumkan keterangan rekayasa genetika di dalam label. Menurut Suswono (2011), perkembangan produk rekayasa genetika di Indonesia menimbulkan pro kontra, Bagi yang kontra, terutama kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM), menganggap produk hasil pemuliaan dengan bioteknologi membahayakan, seperti mengganggu kesehatan manusia, lingkungan, dan merugikan petani. Sedangkan yang pro menilai pengembangan bioteknologi pertanian menjadi salah satu cara mengatasi persoalan dalam peningkatan produksi. Teknologi rekayasa genetika tidak berbahaya bila dimanfaatkan dengan benar dan aman untuk di konsumsi manusia, serta telah diberi labelisasi rekayasa genetika di dalam produk agar konsumen mengetahui informasi akan produk yang dikonsumsi. Menurut Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (2013), pertumbuhan jumlah penduduk, penyempitan dan konversi lahan pertanian, perubahan iklim global menjadi masalah penting yang memengaruhi ketersediaan pangan bagi Indonesia. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar dapat mengoptimalkan lahan yang tersedia, salah satu upaya tersebut adalah pengaturan tanaman hasil rekayasa genetika. Walaupun terdapat pro dan kontra akan hasil rekayasa genetika, pemerintah Indonesia akhirnya membolehkan pemanfaatan produk hasil rekayasa genetik dengan syarat produk tersebut aman untuk pangan, pakan, lingkungan, dan kesehatan manusia. Juga tidak mengancam keanekaragaman hayati yang ada di sekitarnya berdasarkan hasil pengujian yang sahih dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
39
Tahun 1999, pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan dan Meneteri Negara Pangan Hortikultura, Nomor 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.A/KptsIX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/1999; 015ANmenegPHOR/09/1999, tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika (PPHRG atau PRG). Selain itu SKB juga mengatur tentang Tata Cara Pengkajian Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan PRG. Setiap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan PRG harus mengajukan permohonan pengkajian keamanan pangan secara tertulis, dengan formulir yang telah disiapkan, kepada keempat menteri, melalui Direktorat Jendral yang ditunjuk di keempat departemen, serta Pusat Karantina, dan Komisi Pestisida. Tahun 2004 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004. Tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan. Kemungkinan terdapat dampak negatif dari PRG, pemerintah kemudian mengeluarkan PP RI No.21 Tahun 2005 tentang keamanan hayati produk rekayasa genetika. Peraturan pemerintah ini lebih fokus terhadap PRG, mulai dari jenis, persyaratan, penelitian dan pengembangan (Litbang), pemasukan dari luar negeri, pengkajian pelepasan dan peredaran, pemanfaatan, sampai kelembagaan yang menangani PRG (Swastika dan Hardinsyah 2008). Namun belum ada penegakan hukum yang berarti, selama tidak ada sanksi yang jelas dan tegas bagi bagi pelaksana, importir, maupun distributor Produk Rekayasa Genetika (PRG), maka selama itu peraturan pemerintah tidak berarti. Produk pertanian hasil rekayasa genetika akan bebas masuk ke dalam negeri tanpa melalui uji keamanan pangan (Swastika dan Hardinsyah 2008). Keterangan selanjutnya adalah mengenai keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan). Namun masih ada unsur yang dicantumkan dalam kemasan yaitu keterangan tidak benar dan menyesatkan yang masih dicantumkan pada 16 produk (26.7%). Pernyataan tidak benar dan menyesatkan masih berhubungan dengan klaim produk hal tersebut dikarenakan produk-produk tersebut mengandung pernyataan mengenai klaim pada label yang masih dinilai masuk kedalam kategori klaim subjektif. Hal tersebut dapat merugikan konsumen karena label mengandung informasi yang tidak benar dan menyesatkan konsumen. Dalam penelitiannya, Mahardika (2012) mengatakan bahwa tingkat pemenuhan syarat unsur keterangan yang tidak benar dan menyesatkan adalah (45.58%). Artinya, hanya 31 produk yang memenuhi syarat dan sebanyak 37 produk masih belum memenuhi syarat. Kemudian unsur kedua yang masih mencantumkan keterangan yang dilarang adalah unsur keterangan pangan terbuat dari bahan segar dicantumkan pada empat produk (6.7%), keempat produk tersebut mencantumkan pernyataan bahwa produk terbuat dari bahan yang segar, dalam hal ini adalah kentang segar dan bahan baku yang fresh. Pencantuman keterangan pangan terbuat dari bahan segar dapat mengelabui konsumen, karena konsumen tidak mengetahui apakah produk tersebut dibuat dari bahan baku segar atau bahan setangah jadi atau bahan jadi. Berdasarkan hasil penelitian hampir semua iklan mencantumkan klaim subjektif di dalam iklan. Dari 20 iklan yang diamati hanya 15 iklan yang mencantumkan klaim pada iklan, hanya dua iklan yang mengandung klaim objektif sedangkan 15 iklan mengandung klaim subjektif. Hal ini sama seperti penelitian yang
40
dilakukan Moniharapon (1998) yang meneliti 570 iklan produk pangan yang dimuat di majalah, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 69% dari total contoh iklan menggunakan klaim subjektif. Klaim subjektif tersebut banyak digunakan oleh iklan susu dan hasil olahan, makanan bayi dan anak, makanan ibu hamil dan menyusui, tepung dan hasil olahan, dan produk pangan lainnya. Pada penelitian menurut tinjauan dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen pelaku usaha telah melanggar pasal 17 ayat 1c, karena telah mengiklankan produk yang memuat memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa. Kemudian terdapat beberapa pelanggaran terhadap ketentuan pada tata krama dan tata cara periklanan Indonesia berkenaan dengan isi iklan. Label pangan dan iklan merupakan sumber informasi yang memiliki peranan penting bagi perdagangan pangan maupun konsumen. Tanggung jawab mengenai label pangan dan iklan melibatkan konsumen, produsen, dan pemerintah. Produsen bertanggung jawab dalam memberikan informasi yang benar kepada konsumen serta kewajiban dan tanggung jawabnya dalam memenuhi peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi mengenai label dan iklan pangan, pengawasan juga harus dilakukan terhadap label pangan yang beredar di pasaran dan iklan di tayangkan. Pemberian sanksi yang tegas kepada produsen yang masih memproduksi label maupun iklan yang tidak sesuai juga perlu dilakukan. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kepedulian konsumen dan produsen terhadap label kemasan dan iklan. Berdasarkan hasil penelitian, hampir keseluruhan produsen telah mencantumkan label kemasan sesuai dengan aturan namun beberapa produsen masih saja belum memenuhinya. Keseluruhan iklan dalam penelitian mencantumkan klaim subjektif di dalam iklan, hal ini menunjukkan bahwa produsen hanya bertujuan untuk memasarkan produk tanpa memperdulikan hak-hak konsumen dalam mendapatkan informasi secara benar.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil analisis pada 60 produk kemasan makanan kentang berdasarkan ketentuan pelabelan pangan pada PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan yang mencakup lima unsur, dari 60 produk hanya 48 produk yang memenuhi teknis pencantuman label, 50 produk yang memenuhi tulisan pada label, 46 produk yang memenuhi keterangan minimum label, 29 produk yang memenuhi keterangan lain pada label, dan 44 produk yang memenuhi keterangan yang dilarang. Ketidaksesuaian pada label dengan PP No.69/1999 yaitu terdapat pada teknis pencantuman label (label mudah luntur dan rusak), tulisan pada label (huruf dan angka tidak jelas/mudah dibaca), keterangan minimum label (tanggal kadaluarsa mudah luntur), keterangan lain pada label (tidak mencantumkan label halal dan tidak mencantumkan kandungan gizi), dan keterangan menyesatkan masih dicantumkan pada label. Berdasarkan hasil
41
analisis menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen terjadi pelanggaran pada pasal 4 ayat c yaitu hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Pelaku usaha telah melanggar pasal 8 ayat 1a yaitu tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terdapat 15 iklan dari 20 iklan yang mencantumkan klaim pada iklan, dimana dua iklan mengandung klaim objektif dan 15 iklan mengandung klaim subjektif. Berdasarkan analisis Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), menunjukkan bahwa sembilan dari dua puluh iklan melanggar pasal 17 ayat 1c UUPK, karena telah mengiklankan produk yang memuat memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa. Kemudian berdasarkan analisis Etika Pariwara Indonesia (EPI) terdapat sembilan iklan yang melanggar bagian isi iklan, dan dua iklan yang melanggar bagian pemeran iklan. Saran Produsen dalam membuat label kemasan harus mengikuti peraturan dan juga harus memperhatikan hak-hak konsumen. Pemerintah seharusnya meningkatkan pengawasan terhadap produsen maupun agen periklanan yang menyampaikan iklan secara subjektif dan melanggar peraturan periklanan. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan karena adanya munculnya subjektivitas penulis dalam menganalisis dan keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penulis dalam menganalisis isi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai label pangan dan klaim pada iklan kemasan dari produk pangan maupun non pangan, namun dapat menggunakan peraturan lain, atau dapat menghubungkan antara peraturan satu dengan peraturan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Adiyoga W, Ali A, Sucherman R. 1999. Perilaku Konsumen Rumah Tangga dalam Membeli Produk Keripik Kentang. Journal Hortikulura. 9(3): 266-274. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.1.2569 tentang Kriteria dan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan. . 2010. Pangan Produk Rekayasa Genetika dan Pengkajian kemanannya di Indonesia. Info POM. 10(1):1-4 . 2010. Ratusan label makanan langgar Undang-Undang [Internet]. [diunduh 2014 jun 11]. Tersedia pada http://www.surabayapagi.com/ . 2013. BPOM temukan 35 persesn makanan tidak layak edar [Internet]. [diunduh 2014 jun 11]. Tersedia pada: http://www.tempo.co/read/news/2013/08/01/078501588/ Bredbenner BC, Rutgers, Grasso D. 2001. The effects of food advertising policy on televised nutrition content claims and health claims. Journal Family Economics and Nutrition Review. 13(1): 37-49.
42
Bush AJ, Hair JF, Bush PR. 1986. A content analysis of animation in television advertising. Journal of Advertising. 12(4): 20-41. Cowburn G, Stockley L. 2004. Consumer understanding and use of nutrition labeling: a systematic review. Journal Public Health Nutrition. 8(1): 21-28. [DPI] Dewan Periklanan Indonesia (ID). 2005. Etika Pariwara Indonesia. Jakarta (ID). Dwiayusari W. 2012. Analisis isi label pangan dan klaim pada kemasan produk bumbu instan dan bumbu pelengkap. [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Engel JF, Blackwell RD, & Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Budianto FX, penerjemah. Jakarta: Bina Aksara Putra. Terjemahan dari: Consumer Behavior. Engel JF, Blackwell RD, & Miniard PW. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Budianto FX, penerjemah. Jakarta: Bina Aksara Putra. Terjemahan dari: Consumer Behavior. Eriyanto. 2011. Analisis isi: Pengantar Metodelogi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Kencana. Food and Drug Administration. 2013. Food Labelling Guide, USA. Food and Drug Administration. Gunanta P. 2007. Mempelajari Pemenuhan Syarat Label dari Beras Berlabel di Beberapa Pasar Swalayan Jakarta. [Skripsi]. Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. [KEMENRISTEK] Kementerian Riset dan Teknologi. 2002. Teknologi Pangan dan Agroindustri. [Terhubung berkala]. http//www.warintek.ristek.go.id. [4 juli 2014]. [KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2013. Pusat data dan sistem informasi pertanian. Buletin konsumsi pangan. 4(1). Kementerian Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2013. Pemanfaatan produk rekayasa genetika di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 jul 4] http//balitkabi.litbang.deptan.go.id. Kementerian Pertanian. Balai Litbang Pertanian Jawa Tengah. 2013. Aneka olahan kentang. [Internet]. [diunduh 2014 jul 4] http//jateng.litbang.deptan.go.id./ Mahardika V. 2012. Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Menteri Sekretaris Negara. 1999. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Menteri Sekretaris Negara. Moniharapon E, Sumarwan U, Khomsan A. 2009. Analisis Klaim Iklan dan Label pada Produk Pangan. Journal Media Gizi dan Keluarga. 23(2): 36-45. Morrisan. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta (ID): Kencana. Mulyaningsih E. 2004. Legalitas Label Halal dan Tingkat Kepedulian Konsumen di Jakarta Terhadap Label Halal Produk Olahan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Nawawi H. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
43
Oksowela T. 2008. Persepsi Konsumen Terhadap Tanggal Kadarluarsa Berdasarkan Faktor Mutu dan Keamanan Pangan pada Label Kemasan Produk di Daerah Bogor dan Sekitarnya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pemerintah RI. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta. Prasad BD. 2008. Content analysis. A method in social sciences research. Gujarat(IN): University Campus Center for Cocial Studies. Pratiwi NF. 2012. Analisis Isi Iklan Produk dengan Klaim Hijau pada Surat Kabar. [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Romdhijati L. 2010. Olahan dari Kentang. Yogyakarta (ID): Kanisius Samadi B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius Saparinto C, Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Schifffman LG, Kanuk LL. 2008. Perilaku Konsumen. Kasip Z, penerjemah. Maharani R, editor. Jakarta (ID): PT. Indeks. Terjemahan dari: Consumer Behaviour. Sinaga RM, Hartuti N. 1998. Keripik Kentang Salah Satu Diversifikasi Produk [monograf]. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Sumarwan U. 2006. Peran Ilmu Konsumen. Dalam Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Hak Atas Informasi. Bogor (ID): IPB Pr. Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen.Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Susanto. 2008. Pengaruh label kemasan pangan terhadap keputusan siswa sekolah menengah atas dalam membeli makanan ringan di kota bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suswono. 2011. Produksi Pangan, Pemerintah Kembangkan Rekayasa Genetika [internet]. [diunduh 2014 juli 2]. Tersedia pada: http://www.tempo.co/read/news/2011/09/20/090357208/Dongkrak-ProduksiPangan-Pemerintah-Kembangkan-Rekayasa-Genetika. Swastika DKS, Hardiyansyah. 2008. Kebijakan Produksi dan Peredaran Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika (PRG) di Indonesia. 6(2): 103-113. Wibawa DS. 2007. Sistem penunjang keputusan pembangunan agroindustri skala kecil berbasis kentang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Widyaningsih TW, Murtini ES. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Surabaya (ID): Trubus Agirasana. Wijaya HN. 1997. Pelabelan Pangan. Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan bagi Staf Pengajar. Bogor: CFNS-IPB. Wimala WS. 2011. Studi kasus brenchmarking kompetitif produk susu UHT regular berperisa berdasarkan komposisi dan informasi nilai gizi pada label pangan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Vanderlee et al. 2012. Consumer understanding of calorie amounts and serving size: implication for nutrition labeling. Journal Public Health. 103.
44
LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi pelabelan dan macam olahan turunan kentang
Gambar 1 Informasi nilai gizi dalam label
Gambar 4 Logo halal
Gambar 2 Logo radura
Gambar 5 Contoh produk turunan kentang
Gambar 3 Keterangan minimum label
Gambar 6 Contoh produk turunan kentang
45
Lampiran 2 Pemenuhan syarat pada produk kemasan makanan kentang berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan KML
KD TBS
TTBA
KZGLU
PNLA
DBO
TBM
BTP
OT
SBBI
RG
IP
KG
KP
NPP
PH
MBPK
TK
NdA
TL
BB
TPL
DB
Merek
Npro
No
KLL
Chitato Asian Cuisine Rasa Spicy √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - Bulgogi 2 Chitato Asian Cuisine Rasa √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - Okonomiyaki 3 Chitato Asian Cuisine Rasa Kung √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - Satay 4 Chitato Rasa Sapi Panggang x x √ √ √ √ x - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 5 Chitato Rasa Bumbu Bakar √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 6 Chitato Rasa Ayam Bumbu x x √ √ √ √ x - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 7 Chitato Rasa Asli x x √ √ √ √ x - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 8 Chitato Rasa Ayam Barbeque √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 9 Chitato Rasa Keju Supreme √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 10 Lays Rasa Salmon Teriyaki √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 11 Lays Rasa Rumput Laut √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 12 Lays Rasa Asin Klasik √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 13 Lays Rasa Ayam Panggang Paprika √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 14 Lays Rasa Pizza √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 15 Lays Rasa BBQ Fiesta x x √ √ √ √ x - √ √ √ √ - - - - √ √ - - Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Ilmiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan. 1
46
Lampiran 2 Pemenuhan syarat pada produk kemasan makanan kentang berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan KML
KD TBS
TTBA
KZGLU
PNLA
DBO
TBM
BTP
OT
SBBI
RG
IP
KG
KP
NPP
PH
MBPK
TK
NdA
TL
BB
TPL
DB
Merek
Npro
No
KLL
Leo Snack Kentang Rasa Sapi √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - Panggang 17 Leo Snack Kentang Rasa Rumput √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - Laut 18 Leo Snack Kentang Rasa Ayam √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - Original 19 Leo Snack Kentang Rasa Sushi √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - 20 Mister Potato Rasa Barbekyu √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ x - - x 21 Mister Potato Rasa Tomat √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ x - - x 22 Mister Potato Rasa Asli √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ x - - x 23 Mister Potato Rasa Pedas √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ x - - x 24 Veetos Rasa Kentang Asli √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 25 Veetos Rasa Barbeku √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 26 Veetos Rasa Sapi Panggang √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 27 Veetos Rasa Keju √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - 28 Mister Potato Crisps Rasa Original √ √ √ √ √ √ x - - √ √ √ - - - - √ √ - - Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Ilmiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan. 16
47
Lampiran 2 Pemenuhan syarat pada produk kemasan makanan kentang berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan KML
KD TBS
TTBA
KZGLU
PNLA
DBO
TBM
BTP
OT
SBBI
RG
IP
KG
KP
NPP
PH
MBPK
TK
NdA
TL
BB
TPL
DB
Merek
Npro
No
KLL
Mister Potato Crisps Rasa Hot & √ √ √ √ √ √ x - - √ √ √ - - - - √ √ - - Spicy 30 Mister Potato Crisps Rasa Sour Cream √ √ √ √ √ √ x - - √ √ √ - - - - √ √ - - & Onion 31 Mister Potato Crisps Rasa Barbecue √ √ √ √ √ √ x - - √ √ √ - - - - √ √ - - 32 Piattos Snack Kentang Rasa Keju √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - 33 Piattos Snack Kentang Rasa Sapi √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - Panggang 34 Piattos Snack Kentang Rasa Barbeque √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - 35 Piattos Potato Chips Rasa Abon Sapi √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ x - - 36 French Fries 2000 ala Fried Chiken + √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - Sambel Bangkok 37 French Fries 2000 sambel tomat √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ x - - 38 Brio GO! Potato x x √ √ √ √ x - √ √ √ √ - - - - √ x - - 39 GO! Stick’O Kentang Lapis Bumbu √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ - - - - - √ x - - Rasa Sambal Balado 40 Recheese Delis Baked Potato √ √ √ √ √ √ √ - √ √ √ √ - - - - √ √ - - Crackers & Cheese 41 Fiesta French Fries Batter Coated √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ - - - - - √ √ - - Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Ilmiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan 29
48
Lampiran 2 Pemenuhan syarat pada produk kemasan makanan kentang berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan KML
KD TBS
TTBA
KZGLU
PNLA
DBO
TBM
BTP
OT
SBBI
RG
IP
KG
KP
NPP
PH
MBPK
TK
NdA
TL
BB
TPL
DB
Merek
Npro
No
KLL
Fiesta French Fries Shoestring √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ - - - - - √ √ - - Golden Farm French Fries Coated √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - Golden Farm French Fries Stright Cut √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - Golden Farm French FriesCringkle x x √ √ √ √ x - - √ √ √ - - - - √ √ - - Cut 46 Golden Farm French Fries Shoestring √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - 47 Golden Farm Potato Nuggets x x √ √ √ √ x - - √ √ - - - - - √ √ - - 48 Just Fry French Fries Berbumbu x x √ √ √ √ x - - √ √ - - - - - √ √ - - 49 Just Fry French Fries Shoestring x x √ √ √ √ x - - √ √ - - - - - √ √ - - 50 Mc Cain Superfries x x √ √ √ √ x - - √ √ - - - - - √ √ - - 51 Mc Cain Superspirals x √ √ √ √ √ √ - - √ √ x - - - - √ √ - - 52 Potayo Bubur Kentang Instan Rasa √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - Kari Ayam 53 Potayo Bubur Kentang Instan Rasa √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - Ayam Bawang Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Ilmiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan. 42 43 44 45
49
Lampiran 2 Pemenuhan syarat pada produk kemasan makanan kentang berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan KML
KD TBS
TTBA
KZGLU
PNLA
DBO
TBM
BTP
OT
SBBI
RG
IP
KG
KP
NPP
PH
MBPK
TK
NdA
TL
BB
TPL
DB
Merek
Npro
No
KLL
Potayo Bubur Kentang Instan Rasa √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - Keju 55 Pringles Rasa Cheesy Cheese √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - 56 Pringles Rasa Hot & Spicy √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - 57 Pringles Rasa Smoky BBQ √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - 58 Pringles Rasa Salt & Seaweed √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - 59 Pringles Rasa Original √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - 60 Pringles Rasa Sour & Cream Onion √ √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ - - - - √ √ - - Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Ilmiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan. 54
50
Lampiran 3 Klasifikasi merek makanan kentang berdasrkan jenis kode pendaftaran MD Chitato Asian Cuisine Rasa Spicy Bulgogi Chitato Asian Cuisine Rasa Okonomiyaki Chitato Asian Cuisine Rasa Kung Satay Chitato Rasa Sapi Panggang Chitato Rasa Bumbu Bakar Chitato Rasa Ayam Bumbu Chitato Rasa Asli Chitato Rasa Ayam Barbeque Chitato Rasa Keju Supreme Lays Rasa Salmon Teriyaki Lays Rasa Rumput Laut Lays Rasa Asin Klasik Lays Rasa Ayam Panggang Paprika Lays Rasa Pizza Lays Rasa BBQ Fiesta Leo Snack Kentang Rasa Sapi Panggang Leo Snack Kentang Rasa Rumput Laut Leo Snack Kentang Rasa Ayam Original Leo Snack Kentang Rasa Sushi Veetos Rasa Kentang Asli Veetos Rasa Barbeku Veetos Rasa Sapi Panggang Veetos Rasa Keju Piattos Snack Kentang Rasa Keju Piattos Snack Kentang Rasa Sapi Panggang Piattos Snack Kentang Rasa Barbeque Piattos Potato Chips Rasa Abon Sapi French Fries 2000 ala Fried Chiken + Sambel Bangkok French Fries 2000 sambel tomat Brio GO! Potato GO! Stick’O Kentang Lapis Bumbu Rasa Sambal Balado Recheese Delis Baked Potato Crackers & Cheese Fiesta French Fries Batter Coated Fiesta French Fries Shoestring Golden Farm French Fries Coated Golden Farm French Fries Stright Cut Golden Farm French FriesCringkle Cut Golden Farm French Fries Shoestring Golden Farm Potato Nuggets Just Fry French Fries Berbumbu Just Fry French Fries Shoestring Mc Cain Superfries Mc Cain Superspirals Potayo Bubur Kentang Instan Rasa Kari Ayam Potayo Bubur Kentang Instan Rasa Ayam Bawang Potayo Bubur Kentang Instan Rasa Keju
ML Mister Potato Rasa Barbekyu Mister Potato Rasa Tomat Mister Potato Rasa Asli Mister Potato Rasa Pedas Mister Potato Crisps Rasa Original Mister Potato Crisps Rasa Hot & Spicy Mister Potato Crisps Rasa Sour Cream & Onion Mister Potato Crisps Rasa Barbecue Pringles Rasa Cheesy Cheese Pringles Rasa Hot & Spicy Pringles Rasa Smoky BBQ Pringles Rasa Salt & Seaweed Pringles Rasa Original Pringles Rasa Sour & Cream Onion Mc Cain Superfries Mc Cain Superspirals
51
Lampiran 4 Kategori snack makanan kentang, ukuran, bentuk, dan perusahaan No
Ukuran
2
Merek Keripik Kentang Chitato Asian Cuisine Rasa Spicy Bulgogi Chitato Asian Cuisine Rasa Okonomiyaki
3
Chitato Asian Cuisine Rasa Kung Satay
85 gr
4
Chitato Rasa Sapi Panggang
40 gr
5
Chitato Rasa Bumbu Bakar
40 gr
6
Chitato Rasa Ayam Bumbu
40 gr
7
Chitato Rasa Asli
40 gr
8
Chitato Rasa Ayam Barbeque
40 gr
9
Chitato Rasa Keju Supreme
40 gr
10
Lays Rasa Salmon Teriyaki
40 gr
11
Lays Rasa Rumput Laut
40 gr
12
Lays Rasa Asin Klasik
40 gr
13
Lays Rasa Ayam Panggang Paprika
40 gr
14
Lays Rasa Pizza
40 gr
15
Lays Rasa BBQ Fiesta
40 gr
1
Bentuk
Perusahaan
Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik
PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia PT. Indofood Fritolay Tanggerang Indonesia
85 gr 85 gr
Keterangan Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur, Makmur,
52
Lampiran 4 Kategori snack makanan kentang, ukuran, bentuk, dan perusahaan No
Ukuran
Bentuk
Perusahaan
16
Merek Keripik Kentang Leo Snack Kentang Rasa Sapi Panggang
48 gr
17
Leo Snack Kentang Rasa Rumput Laut
80 gr
18
Leo Snack Kentang Rasa Ayam Original
50 gr
19
70 gr
20
Leo Snack Kentang Rasa 2 in 1 (mayonnaise dan rumput laut) Mister Potato Rasa Barbekyu
Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik
PT. Garudafood Putra Putri Jaya, Pati, Indonesia PT. Garudafood Putra Putri Jaya, Pati, Indonesia PT. Garudafood Putra Putri Jaya, Pati, Indonesia PT. Garudafood Putra Putri Jaya, Pati, Indonesia PT.Nirwana Lestari, Bekasi Indonesia
21
Mister Potato Rasa Tomat
60 gr
Kemasan plastik
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
22
Mister Potato Rasa Asli
60 gr
Kemasan plastik
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
23
Mister Potato Rasa Pedas
60 gr
Kemasan plastik
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
24
Veetos Rasa Kentang Asli
50 gr
Kemasan plastik
PT. Pacific Food Indonesia, Tanggerang
60 gr
Keterangan
Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Distribusi oleh Mamee-Double Decker Distribution (M) SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Distribusi oleh Mamee-Double Decker Distribution (M) SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Distribusi oleh Mamee-Double Decker Distribution (M) SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Distribusi oleh Mamee-Double Decker Distribution (M) SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari
53
Lampiran 4 Kategori snack makanan kentang, ukuran, bentuk, dan perusahaan No
Ukuran
Bentuk
Perusahaan
25
Merek Keripik Kentang Veetos Rasa Barbeku
50 gr
26
Veetos Rasa Sapi Panggang
50 gr
27
Veetos Rasa Keju
50 gr
28
Mister Potato Crisps Rasa Original
100 gr
Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Tabung
PT. Pacific Food Indonesia, Tanggerang PT. Pacific Food Indonesia, Tanggerang PT. Pacific Food Indonesia, Tanggerang PT.Nirwana Lestari, Bekasi Indonesia
29
Mister Potato Crisps Rasa Hot & Spicy
100 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
30
Mister Potato Crisps Rasa Sour Cream & Onion
100 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
31
Mister Potato Crisps Rasa Barbecue
100 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
32
Piattos Snack Kentang Rasa Keju
50 gr
Bekasi
50 gr
Indonesia,
Bekasi
34
Piattos Snack Kentang Rasa Sapi Panggang Piattos Snack Kentang Rasa Barbeque
Indonesia,
Bekasi
35
Piattos Potato Chips Rasa Abon Sapi
70 gr
Indonesia,
Bekasi
36
French Fries 2000 ala Fried Chiken + Sambel Bangkok French Fries 2000 sambel tomat
75 gr
PT. URC Indonesia PT. URC Indonesia PT. URC Indonesia PT. URC Indonesia PT. Siantar Indonesia PT. Siantar Indonesia
Indonesia,
33
Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik
37
50 gr
18 gr
Keterangan
Top, Tbk. Sidoarjo Top, Tbk. Sidoarjo
Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Kilang Makanan Mamee SDN. BHD, Malaysia. Di Impor oleh PT. Nirwana Lestari
54
Lampiran 4 Kategori snack makanan kentang, ukuran, bentuk, dan perusahaan No
Ukuran
Bentuk
Perusahaan
39
Merek Keripik Kentang Pringles Rasa Hot & Spicy
110 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
40
Pringles Rasa Smoky BBQ
110 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
41
Pringles Rasa Salt & Seaweed
110 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
42
Pringles Rasa Original
110 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
43
Pringles Rasa Sour & Cream Onion
110 gr
Tabung
PT.Nirwana Indonesia
Lestari,
Bekasi
44
GO! Stick’O Kentang Lapis Bumbu Rasa Sambal Balado Biskuit Kentang Brio GO! Potato
30 gr
Kemasan plastik
PT. Siantar Top, Tbk. Sidoarjo Indonesia
104 gr
Kemasan plastik Kemasan plastik
PT. Siantar Top, Tbk. Sidoarjo Indonesia
45 46
Recheese Delis Baked Potato Crackers & Cheese
Keterangan Di produksi oleh Super Food Technology, Sdn, Bhd. Malaysia. Di impor dan di distribusikan oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Super Food Technology, Sdn, Bhd. Malaysia. Di impor dan di distribusikan oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Super Food Technology, Sdn, Bhd. Malaysia. Di impor dan di distribusikan oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Super Food Technology, Sdn, Bhd. Malaysia. Di impor dan di distribusikan oleh PT. Nirwana Lestari Di produksi oleh Super Food Technology, Sdn, Bhd. Malaysia. Di impor dan di distribusikan oleh PT. Nirwana Lestari
55
Lampiran 5 Kategori makanan instant kentang,ukuran, bentuk, dan perusahaan No
Ukuran
Bentuk
Perusahaan
1
Merek Kentang Beku Fiesta French Fries Batter Coated
500 gr
2
Fiesta French Fries Shoestring
500 gr
3
Golden Farm French Fries Coated
500 gr
4
Golden Farm French Fries Stright Cut
500 gr
5
Golden Farm French FriesCringkle Cut
500 gr
6
Golden Farm French Fries Shoestring
500 gr
7
Golden Farm Potato Nuggets
750 gr
8
Just Fry French Fries Berbumbu
900 gr
9
Just Fry French Fries Shoestring
900 gr
10
Mc Cain Superfries
750 gr
Kemasan plastic Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik Kemasan plastik
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, serang Indonesia PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, serang Indonesia PT. Diamond Cold Storage, Serang Indonesia PT. Diamond Cold Storage, Serang Indonesia PT. Diamond Cold Storage, Serang Indonesia PT. Diamond Cold Storage, Serang Indonesia PT. Diamond Cold Storage, Serang Indonesia PT. Diamond Cold Storage, Serang Indonesia PT. Diamond Cold Storage, Serang Indonesia PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia
11
Mc Cain Superspirals
750 gr
Kemasan plastik
PT. Sukanda Indonesia
28.5 gr
streofoam
28.5 gr
streofoam
28. gr
streofoam
PT. Balimuda Food, Tanggerang Indonesia PT. Balimuda Food, Tanggerang Indonesia PT. Balimuda Food, Tanggerang Indonesia
12 13 14
Bubur Kentang Potayo Bubur Kentang Instan Rasa Kari Ayam Potayo Bubur Kentang Instan Rasa Ayam Bawang Potayo Bubur Kentang Instan Rasa Keju
5
Keterangan
Djaya,
Jakarta
Di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia Di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia Di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia Di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia Di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia Di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia Di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya, Jakarta Indonesia Di produksi oleh McCain Foods Canada, di impor dan di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya. Di produksi oleh McCain Foods Canada, di impor dan di distribusikan oleh PT. Sukanda Djaya.
56
Lampiran 6 Karakteristik iklan produk dengan klaim No
Kategori
1 2
3 4 5 6
Merek
Pasal 9 UUPK
Pasal 10 UUPK
Pasal 17 UUPK
Isi Iklan (EPI)
Ragam Iklan (EPI) Memenuhi
Pemeran Iklan (EPI) Memenuhi
Isi klaim
Klaim
Keripik kentang Keripik kentang
Chitato Asian Cuisine Chitato
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
-
-
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Keripik kentang Keripik kentang Keripik kentang Keripik kentang
Chitato (agnes monica) Chitato
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar aspek keselamatan, yaitu ada adegan dimana seorang remaja menggunkan sepeda, tetapi berbahaya. Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
-
-
Memenuhi
Memenuhi
-
-
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
-
-
Chitato go create 2011 Chitato
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
-
-
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Hari-hari yang gw jalanin kadang di atas kadang dibawah, but that’s life, just enjoy. Naek turunnya hidup lo itulah inspirasi kelezatan chitato life is never flat.
subjekti f
57
Lampiran 6 Tabel karakteristik iklan produk dengan klaim No
Kategori
Merek
Pasal 9 UUPK
Pasal 10 UUPK
Pasal 17 UUPK
Isi Iklan (EPI)
7
Ragam Iklan (EPI) Memen uhi
Pemeran Iklan (EPI) Memenuhi
Keripik kentang
Leo keripik kentang versi singa
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
8
Keripik kentang
Leo keripik kentang, taman safari
Memenuhi
Memenuhi
9
Keripik kentang
Leo 2in1
Memenuhi
Memenuhi
Memuat informasi yang mengelabui mengenai produk yaitu, dalam iklan terdapat kata-kata kentang ‘asli’, sedangkan dalam komposisi produk yang ada di label kemasan, tidak mencantumkan bahan kentang, tetapi tepung kentang Memenuhi
Menggunakan bahasa superlatif yaitu kata “paling” dan adanya penggunaan kata “asli” dalam iklan
Memen uhi
Memenuhi
Memenuhi
Memen uhi
Memenuhi
Isi klaim
Klaim
Leo keripik kentang leo,lebih enak leo, lebih banyak lebih puas Leo keripik kentang asli, keripik kentang paling enak,paling terasa kentangnya, lebih banyak lebih puas
subjektif
“pertama di Indonesia” Rasa mayonnaise dan rumput laut makan sekaligus jadi rasa sushi, sensasi dua rasa jadi satu. “berani asik”
subjektif
subjektif
58
Lampiran 6 Tabel karakteristik iklan produk dengan klaim No
Kategori
Merek
Pasal 9 UUPK
Pasal 10 UUPK
Pasal 17 UUPK
Isi Iklan (EPI)
10
Keripik kentang
French fries 2000
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa
Keripik kentang
French fries 2000
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa
Melanggar aturan pemakaian bahasa, yaitu penggunaan kata superlatif “top”, aturan pornoaksi dan pornografi, dan mengandung unsur hiperbola Menggunakan bahasa superlatif, yaitu penggunaan kata “top” dalam iklan, dan menggunakan daya tarik seks, yaitu perempuan sexy, yang menggunakan baju ketat dan mini, melanggar kriteria pornoaksi dan pornografi, dan hiperbola
11
Ragam Iklan (EPI) Memen uhi
Pemeran Iklan (EPI) Menggunak an pemeran perempua n, dan di dalam iklan memberi kesan yang merendahk an kodrat, harkat, dan martabat mereka.
memen uhi
Menggunak an pemeran perempuan dalam iklan, dan perempua n tersebut berpakaian sexy dan ketat sehingga memberi kesan yang merendahk an kodrat, harkat, dan martabat mereka.
Isi klaim
Klaim
French fries 2000 rasanya bikin lupa segalanya, dari siantar top, top rasanya rop enaknya
subjektif
French fries 2000 rasanya bikin lupa segalanya, dari siantar top, top rasanya rop enaknya
subjektif
59
Lampiran 6 Tabel karakteristik iklan produk dengan klaim No
Kategori
Merek
Pasal 9 UUPK
Pasal 10 UUPK
Pasal 17 UUPK
Isi Iklan (EPI)
12
Keripik kentang
Lays
Memenuhi
Memenuhi
13
Keripik kentang
Lays
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa
14
Biskuit kentang
Go!potato
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar aturan pemakaian bahasa yaitu “asli”, dan hiperbola dalam iklan Melanggar aturan pemakaian bahasa, yaitu di dalam iklan terdapat kata”kentang alami”,kemudi an menggunakan hiperbola di dalam iklan Menggunakan bahasa superlatif yaitu “Top”
15
Keripik kentang
Leanet
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa
Penggunaan bahasa, dimana terdapat katakata superlatif yaitu “top”
Ragam Iklan (EPI) Memen uhi
Pemeran Iklan (EPI) Memenuhi
Isi klaim
Klaim
Dari kentang asli pilihan bikin lays nikmat tak tertahankan
subjektif
Memen uhi
Memenuhi
Semua pasti ga tahan kalo ngeliat lays, terbuat dari kentang alami dan potongan tipis yang crispy, lays nikmat tak tertahankan
subjektif
Memen uhi
Memenuhi
Go!potato,perta ma dengan proses panggang di Indonesia, dari siantar top rasanya pasti top
Subjektif dan objektif
Memen uhi
Memenuhi
Leanet rasanya pasti top
Subjektif
60
Lampiran 6 Tabel karakteristik iklan produk dengan klaim No
Kategori
16 17
18
Merek
Pasal 9 UUPK
Pasal 10 UUPK
Pasal 17 UUPK
Keripik kentang Biskuit kentang
Piattos hollo Gi!potato
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa
Keripik kentang
lays
Memenuhi
Memenuhi
Melanggar pasal 17 ayat 1c memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau Jasa
Isi Iklan (EPI)
Memenuhi Menggunakan bahasa superlatif dalam iklan yaitu”terbaik, tergila-gila, dan top” dan melanggar aturan penampilan pangan, dimana di dalam iklan terdapat menampilkan penyia-nyiaan, pemborosan, atau perlakuan yang tidak pantas lain terhadap makanan atau minuman Menggunakan kata “asli” dalam iklan, dan melanggar aturan bahasa
Ragam Iklan (EPI) Memen uhi Memen uhi
Pemeran Iklan (EPI) Memenuhi
Memen uhi
Memenuhi
Memenuhi
Isi klaim
Klaim
Piattos hollo garingnya pool Go !potato dibuat dari kentang terbaik dipanggang lebih sehat lebih enak, papa, mama, tergilagila apalagi kakak, biskuit kentang pertama di Indonesia. Siantar top rasanya pasti top
Subjektif
Kentang asli pilihan bikin lays nikmat tak tertahankan
Subjektif
Subjektif
61
Lampiran 6 Tabel karakteristik iklan produk dengan klaim No
Kategori
Merek
Pasal 9 UUPK
Pasal 10 UUPK
Pasal 17 UUPK
Isi Iklan (EPI)
19
Kraker kentang
Recheese delis
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
20
Krakers kentang
Recheese delis
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Ragam Iklan (EPI) Memen uhi
Pemeran Iklan (EPI) Memenuhi
Memen uhi
Memenuhi
Isi klaim
Klaim
Delis so delicious, delis krakers kentang pertama, beda dong dari yang lain. Jingle :”delis delis dari kentang pilihan, lezatnya dipadu jadi delis”. Mengandung Vit A, B1, B6, dan B12 Jingle : “Krakers kentangkeju dari recheese langsung di hap, tebel keju, delis delis, celup delis, tumpuk delis, delis diapain aja delicious” Mengandung Vit A, B1, B6, dan B12
Subjektif dan objektif
Subjektif dan objektif
62
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta Utara pada tanggal 16 Juni 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Alm. H. Subari, SH, MSi dan Ibunda Sri Hartini. Penulis memulai pendidikan pertama di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 24 dari tahun 1997 hingga tahun 1998, kemudian dari tahun 1998 hingga tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 01 pagi Jakarta Utara. Kemudian pendidikan menengah pertama dari tahun 2004 hingga tahun 2007 di SMP Negeri 30 Jakarta Utara. Selanjutnya pendidikan menengah atas pada tahun 2007 hingga tahun 2010 di SMA Negeri 52 Jakarta Utara. Penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi Institut Pertanian Bogor (USMI), Penulis kuliah di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Minor Manajemen Fungsional. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kampus. Selama dua periode yaitu pada periode 2011-2012 dan periode 2012-2013 penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) IPB, divisi Entrepreneurship. Selama berkuliah di IPB penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan, yaitu Hari Keluarga sebagai Ketua divisi fundrising, family and consumer day (FnC) sebagai anggota divisi dokumentasi, desain, dan dekorasi (DDD), Masa pengenalan fakultas (MPF) sebagai Penanggung jawab kelompok (PAK), masa pengenalan departemen (MPD) sebagai DDD, IKK Bussines Challenge (IBC) sebagai DDD, Seminar Nasional Forum For Indonesia (FFI) sebagai anggota divisi HUMAS.