ANALISIS ISI LABEL DAN KLAIM PADA KEMASAN SERTA IKLAN TELEVISI PRODUK OLAHAN BERAS
ANGGIE PANGESTIKA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Isi Label dan Klaim pada Kemasan serta Iklan Televisi Produk Olahan Beras adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Anggie Pangestika NIM I24100067
ABSTRAK ANGGIE PANGESTIKA. Analisis Isi Label dan Klaim pada Kemasan serta Iklan Televisi Produk Olahan Beras. Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis label pangan dan klaim pada kemasan dan iklan produk olahan beras. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Contoh yang digunakan adalah produk olahan beras yang terdapat di tiga pasar swalayan kota Bogor serta iklan yang tayang di televisi nasional pada tahun 2013-2014. Label pangan dan iklan dievaluasi kesesuaiannya berdasarkan: a) Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999, b) Etika Pariwara Indonesia (EPI) dan c) Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa keseluruhan contoh telah memenuhi 97.9 persen kriteria teknis pencantuman label, 85.3 persen kriteria tulisan label, 86.1 persen kriteria keterangan minimum label, 86.1 persen keterangan lain pada label dan 88.2 persen kriteria keterangan yang dilarang. Selain itu, 55 dari 95 label pangan serta 7 dari 10 iklan produk olahan beras mengandung klaim yang mengelabui konsumen. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan implikasi untuk memperbaiki peraturan label dan iklan pangan yang lebih baik lagi ke depannya. Kata kunci : analisis isi, klaim, label pangan, iklan televisi, produk olahan beras
ABSTRACT ANGGIE PANGESTIKA. A Content Analysis of Food Label and Claim on Rice Based Food Product’s Packaging and Advertising. Supervised by UJANG SUMARWAN The objective of this research was to analyze the content of food label and claim on packaging and advertisement of rice based food product. Content analysis was used as a method of the study. The product were found from three supermarket in Bogor and the advertisement were aired in 2013-2014. Food label and claim evaluation was referred to: a) Goverment Regulation Number 69 of 1999 concerning Food Label and Claim, b) The Ethic of Indonesian Advertisement, and c) Act Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection. An evaluation of 95 food label showed that 97.9 percent fullfilled the criteria of the technical element of labelling, 85.3 percent fullfilled the criteria of label wording, 86.1 percent fullfilled the criteria of minimum food labelling requirements, and 88.2 percent fullfilled the criteria of the prohibition against in labelling. Beside of it, there were found that 55 of 95 food labels and 7 of 10 advertisement gave a misleading information. The findings of the study are of great value to food labelling regulators and manufacturers with regard to the suggestions that have been made for improving food labelling and food advertisement Keywords : content analysis, claim, food label, televisison advertisement, rice based food product
ANALISIS ISI LABEL DAN KLAIM PADA KEMASAN SERTA IKLAN TELEVISI PRODUK OLAHAN BERAS
ANGGIE PANGESTIKA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul “Analisis Isi Label Pangan dan Klaim pada Kemasan serta Iklan Produk Olahan Beras”. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi 2. Ir Retnaningsih, MSi selaku penguji utama dan Neti Hernawati, SP, MSi selaku dosen pemandu sidang. Terima kasih atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk perbaikan penelitian ini 3. Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA sebagai dosen pemandu seminar yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis 4. Ir Retnaningsih, MSi sebagai dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung 5. Orang tua, Bapak Asep Sapari dan Ibu Maya Dwi Swarni, kedua adik-adik penulis, Gilang F. Pangestu dan Riza Shafira, dan keluarga besar, yang terus memberikan dukungan baik moral maupun materil serta senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis 6. Hayuningtyas Triwahyuni, Rheny Annysa, dan Susi Susanti, sebagai teman satu bimbingan penelitian. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan semangat selama masa penelitian ini dilakukan 7. Zervina Rubyn DS, M. Mardi Dewantara, Yunita Tri Lestari, Tri Susandari, Lisa’adah Arisna Dewi, Rizqi Perdana Putra, Bella Ananda, Rafika Zhaki, mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 47, teman-teman B.16, PASOPATI Angkatan 17, Farah Bilqistiputri dan Rahma Cita Halida. Terima kasih karena selalu memberikan dukungan dan semangat yang tak hentihentinya kepada penulis 8. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini
Bogor, September 2014 Anggie Pangestika
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Label Pangan Iklan sebagai Sumber Informasi bagi Konsumen Informasi yang Mengelabui Produk Olahan Beras Perlindungan Konsumen Analisis Isi Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Metode Pengambilan Contoh Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 4 4 5 5 5 6 6 7 9 9 12 14 14 14 14 15 16 17 17 30 33 33 34 34 38 58
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Unsur label yang diamati pada kemasan produk olahan beras Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label Pemenuhan syarat unsur keterangan minimum label Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan Kriteria pemenuhan syarat unsur daftar bahan Kriteria pemenuhan syarat unsur berat/isi bersih Kriteria pemenuhan syarat unsur nama dan alamat produsen Kriteria syarat pemenuhan unsur tanggal kadaluarsa Perbandingan keterangan minimum label berdasarkan PP Nomor Jumlah produk dan persentase yang memenuhi syarat unsur keterangan Jumlah produk dan persentase yang memenuhi syarat unsur keterangan Sebaran label yang mencantumkan klaim yang mengelabui pada Sebaran iklan produk pangan kemasan olahan beras selama Sebaran sifat klaim pada label produk pangan kemasan olahan Sebaran sifat klaim pada iklan berdasarkan jenis produk (n=7) Contoh klaim objektif pada label dan iklan produk olahan beras Contoh klaim subjektif pada label dan iklan produk olahan beras
15 19 20 20 20 21 21 22 22 23 24 27 28 28 29 29 30 30
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pemikiran penelitian 2. Sebaran contoh produk olahan beras
13 18
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5.
Dokumentasi pelabelan dan macam olahan beras Pemenuhan syarat label pada produk olahan beras berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 Kategori produk olahan beras berdasarkan merek, ukuran, bentuk, dan perusahaan Kategori klaim pada label kemasan produk olahan beras Kategori klaim pada iklan produk olahan beras
38 39 47 52 55
PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) telah menjadi makanan pokok lebih dari separuh penduduk dunia atau dua pertiga populasi dunia (Singha 2013). Padi menghasilkan gabah (50%) dan jerami (50%). Selanjutnya, dari gabah dapat dihasilkan beras pecah kulit yang nantinya dapat diperoleh beras. Semakin berkembangnya zaman dan industri pangan, beras tidak hanya diolah sebagai makanan pokok atau makanan tradisional saja. Beras dapat diolah kembali sehingga bisa menghasilkan produk pangan pokok, pangan fungsional, panganan seperti kue basah dan kue kering, dan bahan baku industri (RPJMN 2014). Beras diolah ke dalam berbagai bentuk olahan sebagai upaya peningkatan nilai tambah pada produk beras. Bentuk pengolahannya pun beragam dan menurut Wilkinson dan Champagne (2004) beras memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu produk dengan tekstur yang baik dan hal tersebutlah yang membuat permintaan akan produk olahan beras terus meningkat di industri pangan. Produk olahan beras sendiri menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti di Indonesia dikarenakan beras merupakan salah satu makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan konsumsi beras yang masih tinggi jika dibandingkan dengan sumber karbohidrat lainnya. Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa dalam konsumsi rumah tangga sektor makanan, padi-padian (serealia) menduduki peringkat teratas (BPS 2013). Konsumen sebagai seseorang yang membeli dan menggunakan atau mengonsumsi suatu produk akan melakukan pencarian informasi sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan pembelian (Dwiayusari 2013). Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa pencarian informasi merupakan kegiatan konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Jika konsumen merasa bahwa pencarian internal tidak cukup memenuhi apa yang diinginkannya, maka akan berlanjut kepada tahap pencarian eksternal. Beberapa pencarian eksternal yang dilakukan oleh konsumen adalah dengan membaca kemasan dan mendengar atau melihat berbagai iklan produk (Sumarwan 2011). Kemasan adalah sebuah fitur yang mampu menjelaskan keunikan dan keaslian suatu produk. Salah satu fungsi kemasan adalah untuk mengkomunikasikan informasi produk yang dapat membantu konsumen dalam membuat keputusan secara hati-hati. Contoh informasi penting tersebut adalah label makanan. Tren mengenai konsumsi makanan sehat telah menjadi isu penting dalam pelabelan, yang memungkinkan konsumen memiliki kesempatan untuk berhati-hati dalam mempertimbangkan suatu alternatif dan membuat pilihan makanan (Silayoi dan Speece 2005). Selain itu, iklan produk juga menjadi salah satu cara yang sering digunakan oleh produsen dalam memperkenalkan produk ke masyarakat. Saat ini, iklan telah menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh cukup besar dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat sebagai khalayak mendapatkan banyak penawaran produk melalui iklan-iklan yang mereka lihat. Melalui iklan produk tersebut masyarakat akan menentukan
2 keputusan mengenai produk mana yang akan mereka konsumsi (Chrisnugroho 2011). Iklan pada media massa dan label pada produk adalah sarana yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai atribut makanan dan minuman. Label dan iklan sering kali dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi yang mengelabui (Sumarwan 2011). Penelitian yang berkaitan dengan label pangan kemasan dan klaim serta kesesuaian iklan pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Kesuma (2012) menunjukkan bahwa dari 457 iklan pangan yang diamati, hanya 139 iklan diantaranya memenuhi peraturan perundang-undangan dan Dwiayusari (2013) meneliti tentang Analisis Isi Label Pangan dan Klaim pada Kemasan Produk Bumbu Instan dan Bumbu Pelengkap. Penelitian ini dilaksanakan di beberapa pasar swalayan yang dipilih secara purposive dengan jumlah produk yang diamati sebanyak 96 produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaksesuaian label dengan PP No. 69 Tahun 1999 seperti ditemukannya label yang mudah luntur dan tidak diletakkan pada tempat yang mudah terbaca), huruf dan angka yang tidak jelas/mudah terbaca, tanggal kadaluarsa yang mudah luntur), tidak mencantumkan kandungan gizi,dan keterangan menyesatkan yang masih dicantumkan pada label. Selain itu, dari 77 produk yang diamati, 72 produk diantaranya merupakan klaim subjektif dan 5 produk termasuk klaim objektif. Selain itu, P3I atau Pusat Perusahaan Periklanan Indonesia menyajikan sebuah laporan yang menyatakan bahwa terdapat 413 iklan yang melanggar Etika Pariwara Indonesia dan beberapa iklan tersebut mengandung klaim yang menyesatkan konsumen selama tahun 2009-2013. Banyaknya iklan serta label produk yang memberikan informasi serta adanya klaim yang mengelabui dan merugikan konsumen tersebut merupakan alasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini ditunjukan untuk menganalisis kesesuaian label pangan pada kemasan serta klaim pada label dan iklan televisi produk olahan beras yang beredar di pasaran. Selanjutnya, akan dilakukan evaluasi kelengkapan persyaratan pada pencantuman label pangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pelanggaran dalam iklan yang sesuai dengan Etika Pariwara Indonesia. Perumusan Masalah Pada era ini, beras tidak hanya diolah menjadi nasi saja melainkan dimanfaatkan dan dikembangkan sehingga menghasilkan produk olahan yang diminati konsumen. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, produk olahan beras hadir dengan berbagai macam jenis dan merek. Menurut Tepongsathon et al. (2006) yang melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap produk olahan beras di Thailand dan Australia, banyaknya produk olahan beras yang ditemui di Thailand disebabkan sumber karbohidrat utama pada negara tersebut adalah beras. Sama halnya seperti Thailand, sebagian besar konsumen Indonesia menganggap beras sebagai sumber karbohidrat utama mereka. Banyaknya produk olahan beras yang beredar di pasaran Indonesia tidak lepas dari permasalahan label serta klaim produk yang menyesatkan konsumen. Permasalahan mengenai ketidaksesuaian label yang beredar di pasaran serta adanya iklan yang memuat klaim yang menyesatkan dapat dilihat dengan
3 munculnya laporan yang disampaikan oleh Badan POM. Sesuai dengan laporan triwulan II tahun 2013, BPOM menyebutkan bahwa dari 1.181 label produk pangan, dengan hasil 212 (17,95%) label pangan yang Tidak Memenuhi Ketentuan (TMK). Selain itu, terdapat 1.580 iklan pangan, dengan hasil 731 (46,27%) iklan TMK. Pelanggaran lainnya juga dijelaskan oleh BPKN (2009) dalam Maradhika (2012) yang menyebutkan bahwa beberapa contoh penyimpangan terhadap PP Nomor 69 Tahun 1999 banyak ditemui pada label pangan yang ada di pasaran saat ini adalah penggunaan label tidak berbahasa Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor, label yang tidak ditempel tidak menyatu dengan kemasan, tidak mencantumkan waktu kadaluarsa, tidak mencantumkan keterangan komposisi dan berat bersih, tidak ada kode barang MD atau ML, atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten, dan tidak mencantumkan alamat produsen atau importir bagi produknya. Hasil penelitian mengenai ketidaksesuaian iklan dengan peraturan dan adanya klaim yang tidak sesuai dengan ketentuan juga disampaikan oleh peneliti lainnya. Kurniawan (2008) menyebutkan bahwa dari keseluruhan iklan yang diamatinya hanya 16.4 persen iklan yang benar-benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan adanya klaim pangan fungsional yang tidak sesuai ketentuan sebanyak 6.4 persen. Hasil beberapa penelitian tersebut menandakan bahwa masih belum terpenuhinya hak konsumen, seperti hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Oleh sebab itu, perlu dikaji mengenai pemenuhan persyaratan label pada kemasan produk pangan serta klaim yang terdapat pada label dan iklan televisi berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kesesuaian pencantuman label pangan tersebut dengan peraturan yang berlaku? 2. Apakah terdapat pelanggaran yang terjadi pada pencantuman label tersebut berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999 dan UU Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999? 3. Bagaimana isi klaim yang terkandung dalam label dan iklan produk? 4. Apakah isi iklan klaim pada label dan iklan televisi sudah memenuhi standar yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia?
4 Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi dan klaim yang terdapat pada label dan iklan televisi produk olahan beras. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi berbagai jenis produk pangan olahan beras 2. Menganalisis label makanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan 3. Menganalisis klaim yang terdapat pada label dan iklan televisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia (EPI) 4. Menganalisis hak-hak konsumen yang dilanggar oleh ketidaksesuaian pencantuman label serta klaim berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah penelitian di bidang perilaku konsumen guna dijadikan referensi untuk penelitian yang berkaitan dengan pendidikan konsumen. Bagi konsumen, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat guna meningkatkan kesadaran konsumen dan nantinya mampu memilih produk pangan dengan memerhatikan keseluruhan informasi yang berada di dalam label. Bagi produsen, diharapkan penelitian ini mampu menjadikan bahan pertimbahan untuk memperbaiki penyimpangan ketidaksesuaian label sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, bagi pemerintah, penelitian ini mampu dijadikan sebagai bahan acuan lebih lanjut akan penentuan kebijakan tentang label dan klaim pangan di Indonesia. Pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi lebih gencar lagi akan sosialisasi perlindungan konsumen, salah satunya sosialisasi hak dan kewajiban konsumen agar konsumen lebih teliti dan cerdas dalam bertindak.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berangkat dari konsep perilaku konsumen yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan kepuasan (Sumarwan 2011). Namun, fokus pada penelitian ini adalah pencarian informasi yang bersumber pada label dan iklan pangan. Adapun label dan iklan merupakan sumber informasi yang paling penting dan sering dimanfaatkan konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian (Ismail 2011). Penelitian ini mengaji kesesuaian unsur label dan iklan televisi. Label pangan dan iklan televisi dievaluasi menggunakan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999, Etika Pariwara Indonesia, dan Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999. Hasil penelitian ini berfokus pada perlindungan konsumen atas hak untuk memperoleh informasi yang benar.
5
TINJAUAN PUSTAKA Label Pangan Label pangan, dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 69 Tahun 1999 didefinisikan sebagai setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, yang selanjutnya dalam PP ini disebut label. Pemberian label pada produk pangan merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh diremehkan. Label merupakan hal pertama yang menghubungkan konsumen dan produsen. Selain itu, tujuan dari adanya label adalah untuk mengenali suatu produk dari produk lainnya dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan pembelian suatu produk (Anonim 2008). Gbettor, Avorgah, dan Adigbo (2013) juga menyebutkan bahwa tujuan pencantuman label adalah untuk menjamin akses konsumen terhadap pencarian konsumen atas isi dan komposisi bahan produk, membantu mereka dalam membuat keputusan yang tepat, dan menjaga kesehatan dan keselamatan mereka. Dalam PP No. 69 Tahun 1999 dijelaskan mengenai keterangan pangan yang harus terdapat pada label, yaitu harus memuat tentang nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukka pangan ke dalam wilayah Indonesia, dan yang terakhir adalah tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa. Setiap negara memiliki peraturan atau perundang-undangan yang sudah ditetapkan secara khusus mengenai pelabelan pada kemasan pangan. Di Indonesia sendiri, peraturan pelabelan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tersebut, ketentuan pelabelan tercantum pada bab II yang terdiri dari 15 bagian dan 42 pasal (2-43). Definisi label pangan tercantum pada pasal 1 ayat 3, sedangkan pengawasan dan tindakan administratif masing-masingtercantum pada bab III dan IV.
Iklan sebagai Sumber Informasi bagi Konsumen Kata iklan (advertisement) berasal dari bahasa Latin, yang artinya adalah ”menggiring orang pada gagasan”. Dengan demikian, iklan merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau mengiring orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan (Goddard 1998). Dilihat dari kategorisasi pemilihan media iklan, maka iklan terdiri dari iklan cetak tulis, iklan radio, dan iklan televisi. Iklan cetak tulis terdiri dari iklan papan dan spanduk, iklan brosur, iklan media massa cetak, dan semacamnya. Sedangkan iklan radio adalah iklan yang disiarkan melalui radio. Demikian pula iklan televisi, yaitu iklan yang disiarkan melalui televisi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka iklan televisi adalah sebuah wujud dari sebuah produk komersial tertentu yang disebarluaskan ke masyarakat sehingga masyarakat mendapat informasi tentang produk tersebut, dengan maksud agar
6 masyarakat yang sudah memperoleh informasi itu akan memngonsumsi produk yang telah diiklankan tersebut.Iklan televisi tidak saja mampu menampilkan citra produk yang artistik dan rasional, namun juga mampu mengkonstruksi image produk yang diiklankan itu secara objektif. Meski televisi sendiri bukan satusatunya media iklan yang sangat menentukan, tetapi televisi memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh media massa manapun karena didukung oleh kekuatan audiovisual yang dimilikinya (Bungin 2011).
Informasi yang Mengelabui Iklan pada media massa serta label pada produk merupakan sarana yang digunakan produsen dalam menyampaikan informasi mengenai atribut makanan dan minuman pada konsumen. Konsumen sering kali lebih tertarik untuk memperhatikan iklan suatu produk dibanding dengan membaca label yang ada pada kemasan produk. Namun, tidak semua informasi pada iklan atau label benar. Iklan dan label sering digunakan untuk menyampaikan informasi yang mengelabui. Pada mulanya informasi ini terasa benar, namun jika diamati lebih teliti akan terlihat bahwa informasi tersebut sering kali tidak benar, tidak logis, dan tanpa mendasar. Ada empat jenis informasi yang mengelabui, yaitu: klaim subjektif, klaim objektif, klaim dua arti, dan klaim tidak rasional (Sumarwan 2011).
Produk Olahan Beras Beras merupakan bahan pangan yang berasal dari padi yang sudah tidak memiliki kulit ari dan sekam. Beras tergolong dalam tanaman Graminae yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Spesies Oryza Linn merupakan jenis spesies beras yang banyak ditanam di berbagai belahan dunia (Grist 1959 dalam Gunanta 2007). Selain itu, beras juga memiliki berbagai macam tipe beras yang bisa diolah dengan berbagai cara yang khas serta karakteristik tekstur dan aroma yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya (Wilkinson dan Champagne 2004). Tipe-tipe beras tersebut diantaranya adalah beras merah, beras putih biasa, beras ketan, beras aromatic, dan beras Arborio. Beras merah ini berasal dari kulit terluar padi (sekam) yang sudah dipisahkan dari bentuk asalnya. Beras merah merupakan beras yang memiliki kandungan gizi paling baik dan saat dimasak memiliki tekstur yang sedikit kenyal serta rasa yang sedikit menyerupai kacang (Kuntz 1997; Wilkinson dan Champagne 2004). Beras putih biasa berasal dari sekam dan lapisan kulit padi yang telah dipisahkan dari biji padi. Di Amerika Serikat, beras ini diklasifikasikan menjadi tiga jenis beras yaitu butir padi yang panjang, sedang, dan pendek. Hal ini didasarkan atas rasio panjang atau lebar dari beras itu sendiri (USDA 2001; Wilkinson dan Champagne 2004). Beras dengan butiran yang panjang memiliki biji yang tipis dan tiga sampai lima kali lebih panjang dibanding dengan lebarnya. Varietas beras dengan butiran yang panjang ini utamanya dipasarkan untuk digiling, setengah matang, dan beras yang dimasak
7 secara cepat serta beras campur kemasan (Webb 1991; Wilkinson dan Champagne 2004). Selanjutnya, beras dengan butiran padi yang sedang dan pendek memiliki ukuran yang lebih pendek serta lebar dibanding dengan varietas beras dengan butiran yang panjang. Beras dengan jenis ini merupakan beras yang bisa diolah untuk produk yang siap santap, sereal untuk sarapan, makanan bayi, dan difermentasikan (Kelly 1985; Wilkinson dan Champagne 2004). Tipe beras yang ketiga adalah beras ketan. Beras ketas merupakan varietas padi yang dicirkan oleh endosperms yang buram, dimana semua komponen patinya adalah amilopektin. Saat diolah, beras ketan akan berubah bentuk dan sangat lengket (Webb 1991; Wilkinson dan Champagne 2004). Selanjutnya, beras aromatik, yaitu beras yang memiliki rasa dan aroma yang menyerupai kacang panggang atau popcorn (Juttlestad 1999; Wilkinson dan Champagne 2004) dan yang terakhir adalah beras arborio. Beras dengan tipe ini memiliki biji yang yang besar dan tebal dengan karakteristik bagian tengahnya yang pucat. Berdasarkan rasio panjang/lebarnya dan kelekatannya, beras ini diklasifikasikan sebagai beras dengan jenis butiran sedang. Beras dengan tipe ini digunakan untuk pembuatan Risoto, dengan tekstur yang lembut, kenyal, dan memiliki kemampuan penyerapan rasa yang baik. Beras diolah ke dalam berbagai bentuk olahan sebagai upaya dalam meningkatkan nilai tambah pada produk beras. Bentuk pengolahannya pun beragam, contohnya adalah nasi yang hanya dimasak setengah matang (parboiled rice), nasi yang saat pengolahannya mampu memangkas waktu pengolahannya atau biasa disebut quick-cooking rice, sebagian produk dapat diolah dengan proses yang cepat, pengolahan dengan teknis yang sangat keras, atau memberikan tekstur atau rasa untuk sebuah produk akhir, seperti crisped rice pada sereal untuk sarapan (Deis 1997 dan Burrington 2001). Puffed dan Crisped Rice merupakan biji beras yang dapat diolah dalam berbagai cara untuk membuat suatu produk dengan tekstur yang diinginkan untuk sereal, permen, dan wafer. Selain itu, menurut Pusat Studi Keanekaragaman Pangan dan Gizi IPB dalam Buletin Konsumsi Pangan (2013) berbagai jenis pangan tersebut adalah beras ketan, tepung beras, bihun, bubur bayi kemasan, kue basah, nasi campur/rames, nasi goreng, nasi putih, lontong, dan lain-lain.
Perlindungan Konsumen Pergerakan hak-hak konsumen dilakukan pertama kali dengan dikemukakannya hak-hak konsumen di Kongres Amerika pada tahun 1962 oleh John F. Kennedy. Hak-hak konsumen menurut John F. Kennedy adalah hak untuk memperoleh keamanan (the right to be safety), hak memperoleh informasi (the right to be informed), hak untuk didengarkan (the right to be heard), dan hak untuk memilih (the right to choose). Di Indonesia, hak-hak konsumen ini tersedia secara terperinci dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) No. 8 Tahun 1992 (Sumarwan 2006). Berdasarkan definisi yang tercantum UUPK, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk member perlindungan kepada konsumen UUPK menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan konsumen dan produsen. Hak-hak konsumen dijelaskan dalam UUPK bab III Pasal 4 UUPK,
8 yang diantaranya adalah: a) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa; b) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; d) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; e) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; i) dan yang terakhir adalah hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Selain menjelaskan mengenai hak-hak konsumen, UUPK juga menjelaskan mengenai kewajiban-kewajiban yang perlu dijalankan oleh para konsumen di Indonesia. Kewajiban konsumen dalam UUPK dijelaskan pada pasal 5, diantaranya adalah: a) membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/jasa, demi keamanan dan keselamatan; b) beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/jasa; c) membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; dan d) mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Undang-undang Perlindungan Konsumen juga membahas mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yang ada di dalam pasal 8 ayat 1. Penjelasan dari pasal tersebut adalah pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang: a) tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan; b) tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut; c) tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; d) tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut; e) tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut; f) tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan ataupromosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut; g) tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu; h) tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label; i) tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat; dan poin terakhir adalah j) tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
9 Analisis Isi Analisis isi memiliki sejarah yang panjang dalam penelitian yang berhubungan dengan komunikasi, jurnalisme, sosiologi, psikologi, dan bisnis. Dalam The Journal of Consumer Marketing, “Content Analysis as a Tool for Consumer Research” dijelaskan bahwa analisis isi adalah metode analisis pesan komunikasi dengan menggunakan sistem sistematis untuk memperhitungkan item dalam kategori yang sudah ditetapkan. Sebagai salah satu teknis dalam menganalisis isi pesan dan penyampaian pesan, analisis isi merupakan sebuah alat yang ideal dalam mengamati dan menganalisis. Metode analisis isi ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif atau kombinasi dari keduanya. Analisis isi kuantitatif menurut Eriyanto (2013) adalah analisis yang dipakai untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari isi yang dilakukan secara kuantitatif.Analisis kuantitatif mengutamakan ketepatan dalam mengidentifikasi isi pernyataan, seperti perhitungan, penyebutan yang berulang-ulang dari kata-kata tertentu sedangkan analisis isi kualitatif meneliti hubungan antara suatu teks dengan apa yang ditangkap para pembacanya. Analisis isi kualitatif memfokuskan kepada pembaca, media, dan faktor konstekstual yang tidak hanya sebuah teks (Macnamara 2005).
Penelitian Terdahulu Label Pangan Label pangan merupakan keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Keberadaan label pangan pada kemasan membuat label memiliki fungsi penting baik bagi konsumen maupun bagi produsen. Penelitian mengenai pangan pun dilakukan oleh beberapa peneliti. Susanto (2008) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Label Kemasan Pangan terhadap Keputusan Siswa Menegah Atas dalam Membeli Makanan Ringan di Kota Bogor”. Berdasarkan hasil penelitian, responden mendapatkan informasi mengenai label pangan dari media elektronik dan lebih dari sebagian responden memperhatikan label pangan sebelum melakukan pembelian makanan. Label pangan yang diperhatikan adalah label halal (36,5%), waktu kadaluarsa (34,9%), nama produk (20,6%), dan komposisi makanan (7,9%). Sebanyak 88,9% responden memutuskan untuk tidak jadi membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya dan hanya 11,1% yang tetap membeli makanan walaupun tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya. Keputusan responden untuk tidak atau tetap membeli makanan jika tidak menemukan label kemasan pangan yang dicarinya tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini. Moniharapon et al. (1999) melakukan penelitian mengenai klaim iklan dan label pangan. Penelitian tersebut berkaitan dengan yang dilakukan terhadap 84 iklan produk pangan yang dimuat di tiga majalah yang terbit dari bulan Juni – November 1997. Data penelitian diangkat dari iklan yang yang dimuat kemudia
10 dianalisis secara deskriptif dengan metode analisis isi dan peraturan yang berkaitan dengan iklan, pangan, dan perlindungan konsumen, yaitu Undangundang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Pedoman Umum Label dan Periklanan Makanan, Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, dan The Nutrition Labelling and Education Act (1994). Selanjutnya, data hasil analisis disajikan dalam bentuk tabulasi silang. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 30,1 persen klaim bersifat objektif sehingga pengawasan dan tindak tegas dari pemerintah diperlukan untuk mengurangi tingkat pengelabuan terhadap iklan. Maradhika (2012) melakukan penelitian mengenai Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemenuhan syarat label minuman sari buah. Pada penelitian ini, terdapat 68 merek produk yang dihasilkan oleh 51 produsen. Sebanyak 55 dari 68 merek minuman yang dianalisis memenui ketentuan keterangan yang harus dicantumkan dalam label dan hanya sepuluh merek yang benar-benar telah memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur label minuman sari buah. Dwiayusari (2013) melakukan penelitian mengenai Analisis Isi Label Pangan dan Klaim pada Kemasan Produk Bumbu Instan dan Bumbu Pelengkap. Penelitian ini dilaksanakan di beberapa pasar swalayan yang dipilih secara purposive dengan jumlah produk yang diamati sebanyak 96 produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan kriteria berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999 pada unsur teknis pencantuman label, tulisan pada label, keterangan minimum label, keterangan lain pada tabel, dan keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label masih ada yang belum sesuai. Ketidaksesuaian label dengan PP No. 69 Tahun 1999 tersebut terdapat pada teknis pencantuman label(label yang mudah luntur dan tidak diletakkan pada tempat yang mudah terbaca), tulisan pada label (huruf dan angka yang tidak jelas/mudah terbaca), keterangan minimum label (tanggal kadaluarsa yangmudah luntur), keterangan lain pada tabel (tidak mencantumkan kandungan gizi),dan keterangan menyesatkan yang masih dicantumkan pada label (berdasarkan klaim). Pada pencantuman klaim, terdapat 21 produk yang tidak mencantumkan klaim pada label kemasan. Klaim tersebut merupakan klaim cita rasa, aroma, dan bahan pembuatannya. Total produk yang memiliki klaim secara keseluruhan adalah 77 produk, diantaranya 72 produk merupakan klaim subjektif dan 5 produk termasuk klaim objektif. Iklan dan Klaim Riset iklan menggunakan metode analisis isi pernah dilakukan oleh Resnik dan Stern (1977). Penelitian ini merupakan sebuah analisis terhadap konten informasi yang terdapat di dalam iklan televisi. Penelitian ini dilakukan terhadap 378 iklan yang disiarkan oleh tiga jaringan utama, yaitu ABC, CBS, dan NBC, dengan menggunakan multi-stage random sampling untuk memilih iklan, jadwal siaran menurut hari, waktu, dan sebagainya. Observasi dilakukan pada April tahun 1975 dengan periode waktu tertentu, saat hari kerja dilakukan pada jam 9-12 siang, 12-4 sore, dan 7-11 malam, dan saat akhir pekan observasi dilakukan dari pukul 812 siang, 12-4 sore, dan jam 7-11 malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 89 iklan yang dikategorisasi sebagai iklan yang informatif sedangkan
11 sisanya, sebanyak 289 iklan merupakan iklan dengan klasifikasi produk yang noninformatif Pada tahun 2007, Kurniawan (2008) melakukan penelitian mengenai Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Massa terhadap Peraturan Perundang-undangan: studi kasus pada harian Kompas, Republika, Koran Tempo, Pikiran Rakyat, dan Radar Bogor periode Agustus - Nopember 2007. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 373 iklan yang didominasi oleh iklan produk minuman serta produk suplemen makanan dan vitamin. Dari keseluruhan iklan, 312 iklan diantaranya melanggar peraturan perundang-undangan dan hanya 61 iklan yang benar-benar sesuai dengan peraturan perundangan-undangan. Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah jenis iklan yang menyesatkan, berjumlah 126 kasus. Klaim pangan fungsional yang tidak sesuai ketentuan sebanyak 37 kasus, dimana pelanggaran yang terjadi dikarenakan klaim-klaim tersebut belum terdaftar, tidak sesuai dengan yang digariskan, dan komponen pangan fungsional tersebut tidak diperkenankan untuk mencantumkan klaim fungsi gizi atau klaim manfaat terhadap kesehatan. Lima tahun kemudian, Kesuma (2012) juga melakukan penelitian mengenai Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku: studi kasus pada tabloid NOVA, Majalah Kartini, dan Majalah Ayah Bunda periode penerbitan April–September 2012. Penelitian ini bertujuan membangun decision tree sebagai alat evaluasi iklan berdasarkan beberapa peraturan perundang-undangan tentang iklan, mengevaluasi kesesuaian iklan pangan pada media cetak dengan peraturan pangan yang berlaku menggunakan decision tree yang telah dibangun, dan mengevaluasi variasi jenis pelanggaran pada iklan di media cetak yang dievaluasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengevaluasi secara post-market iklan-iklan pangan yang terdapat pada tiga jenis media massa yang dipilih. Evaluasi iklan pangan pada tiga media cetak, yaitu Tabloid NOVA, Majalah Kartini, dan Majalah Ayahbunda selama periode April – September 2012 menghasilkan level kesesuaian iklan untuk setiap kelompok pelanggaran dan level kesesuaian iklan secara keseluruhan. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 457 iklan pangan, diperoleh hasil 139 iklan (30,42%) 100% memenuhi peraturan perundang-undangan dan 318 iklan (69,58%) tidak 100% memenuhi peraturan perundang undangan. Chrisnugroho (2011) melakukan studi komparatif menggunakan analisis isi terhadap iklan dengan topik klaim iklan “paling murah” dalam TVC Indosat M3 dan XL periode Januari-Maret 2010. Penelitian ini meneliti mengenai penggunaan bahasa klaim dalam iklan televisi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan ciri-ciri bahasa klaim tekstual dan verbal antara iklan M3 dan XL. Contohnya adalah pada klaim tekstualyang menunjukkan ciri dan kesan yang khas tentang produk dan memuat pernyataan tentang fakta dari produk tersebut, walaupun terdapat perbedaan pada iklan XL yang tayang pada bulan Februari yang membandingkan produknya dengan produk pesaing. Pada ciri-ciri verbal antara iklan Indosat M3 dan XL juga terdapat banyak persamaan yaitu model yang menjelaskan tarif murah kepada konsumen, announcer yang menjelaskan tarif murah dan kelebihan produk, namun pada dua versi iklan dari XL terdapat
12 perbedaan dengan iklan Indosat M3, dimana pada iklan XL terdapat percakapan tentang produk yang dilakukan oleh model. Marhaeni (2012) melakukan penelitian dengan mencoba menggali iklan produk makanan dan minuman bagi anak yang ditayangkan di televisi dilihat dari perspektif etika media. Penelitian ini menggunakan Jaksa and Pritchard teori 1993 yang menilai bahwa etika media yang baik adalah etika yang dibangun dalam komunikasi media dengan mengembangkan keadilan, akurasi, dan objektivitas. Tipe penelitian analisis ini yang digunakan adalah Pragmatical Content, yaitu prosedur yang mengklasifikasikan tanda-tanda dan rancangan yang digunakan adalah Text Driven Content Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tayangan iklan produk makanan dan minuman untuk anak-anak masih mengabaikan etika karena tidak adil, tidak akurat, dan tidak objektif. Dari semua sampel yang ada, hanya sebesar 27.7 persen iklan yang memiliki unsur accuracy,yang artinya iklan belum mampu memberi informasi yang secara signifikan akurat kepada masyarakat. Pratiwi (2013) melakukan penelitian mengenai Analisis Isi Iklan Produk dengan Klaim Hijau pada Surat Kabar. Pada penelitian ini terdapat 6367 iklan yang diseleksi secara kualitatif untuk mendapatkan iklan yang menggunakan klaim hijau. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya ada 190 iklan di Harian Kompas yang menggunakan klaim hijau di dalam bagian struktur iklannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh jumlah iklan (62.1%) memiliki klaim hijau yang berkaitan dengan penggunaan produk dan hanya 3.7% klaim hijau yang sesuai dengan realitas. Berdasarkan hasil analisis, terdapat 3 iklan yang memenuhi UUPK, 77 iklan yang memenuhi EPI, dan hanya ada 2 iklan yang benar-benar memenuhi standar periklanan dari UUPK dan EPI.
KERANGKA PEMIKIRAN Pencarian informasi merupakan salah satu proses yang harus dilakukan oleh konsumen sebelum mengambil keputusan pembelian. Engel, Blackwell dan Miniard (1994) menyatakan bahwa pencarian informasi merupakan kegiatan konsumen dalam mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan yang didapatkan dari lingkungan (pencarian eksternal). Label dan iklan adalah sumber informasi yang sangat penting bagi konsumen, terutama jika itu berkaitan dengan pangan. Sebagian besar konsumen akan bergantung pada kedua sumber informasi ini untuk mempelajari lebih lanjut makanan yang akan mereka beli (Ismail 2011). Label pangan akan menjelaskan komposisi makanan, yang didalamnya terdapat bahan-bahan dan zat aditif yang digunakan atau memperllihatkan seberapa aman produknya tersebut untuk dikonsumsi, yang dipandang dari sudut pandang kesehatan (Wandel 1997; Dickson-Spillman et all 2011; Grujic, Petrovic, Gajic 2013). Cowburn dan Stockley (2004) juga menjelaskan bahwa ketentuan penempelan informasi nutrisi merupakan elemen yang penting dalam perlindungan konsumen. Hal tersebut dikarenakan konsumen memiliki hak untuk mengetahui kandungan nutrisi yang terdapat pada makanan yang dikonsumsinya. Selain label, Iklan dianggap sebagai media yang paling efektif untuk membujuk
13 para konsumen. Ketika konsumen memutuskan untuk membeli beberapa produk makanan, tidak jarang keputusan mereka didasari oleh nilai produk, penampilan produk, penyajian produk atau iklan dari produk itu sendiri. Semakin berkembangnya industri makanan, sumber informasi pada label dan iklan banyak disalahgunakan oleh para produsen. Adanya penyimpangan ditandai dengan munculnya klaim pada label dan iklan yang menyesatkan sehingga memberikan dampak negatif pada konsumen. Klaim yang terdapat pada iklan mampu dengan mudahnya mempengaruhi konsumen sehingga mereka mendapatkan informasi yang menyesatkan dan membentuk persepsi yang salah terhadap suatu produk (Xie-xie dan Boush 2011). Ismail (2011) menyatakan bahwa label seharusnya memberikan perlindungan bagi konsumen dari konsumsi makanan yang membahayakan kesehatan mereka dan tujuan utama dari sebuah iklan adalah memberi informasi kepada konsumen. Namun, dalam penerapannya tidak jarang informasi yang tertera pada label serta klaim yang ada di label dan iklan bersifat mengelabui konsumen. Oleh karena itu, penting untuk dilakukannya analisis mengenai kesesuaian label pangan dan klaim yang merujuk peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Peraturan tersebut diantaranya Etika Pariwara Indonesia dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun. Kerangka pemikiran yang dapat lebih menjelaskan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pemenuhan standar : 1. PP No. 69 Tahun 1999 2. Etika Pariwara Indonesia (EPI) 3. UU No. 8 Tahun 1999
Analisis Isi
Pencarian informasi
Label
Iklan
Klaim
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Keterangan: : :
Aspek yang tidak diteliti Aspek yang diteliti
Presentase pemenuhan unsur label dan klaim iklan
14
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian adalah pendekatan kualitatif berbentuk sebuah analisis isi. Penelitian ini menggunakan content analysis untuk mengamati isi iklan serta klaim yang terkandung didalamnya dan label kemasan pada produk olahan beras. Analisis isi tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis karena hanya ditujukkan untuk menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik dari suatu pesan. Pesan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah apa yang disampaikan pengirim (produsen) kepada khalayak (konsumen), yaitu label pada kemasan dan iklan produk olahan beras. Penelitian ini dilakukan pada bulan April–Juni 2014 bertempat di tiga supermarket di kota Bogor, yaitu Lotte Mart Wholesale, Toserba Yogya Plasa Indah Bogor, dan Giant Botani Square. Pemilihan tempat ini dipilih secara purposive.
Metode Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini jumlah belum diketahu secara pasti sehingga pengambilan contoh dilakukan secara accidental sampling. Contoh merupakan produk olahan beras yang diambil pada tiga super market yang ada di kota Bogor, yaitu Lotte Mart Wholesale, Toserba Yogya Plasa Indah Bogor, dan Giant Botani Square. Untuk contoh iklan merupakan iklan produk olahan beras yang tayang selama tahun 2013-2014. Jumlah contoh yang digunakan sebanyak 95 produk olahan beras dan 10 iklan. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian inni adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari hasil pencarian contoh di tiga supermarket di kota Bogor dan contoh iklan yang diambil di website www.tvconair.com. Penelitian ini mengamati beberapa variabel, yaitu label pada kemasan produk olahan beras dan isi klaim yang terdapat label dan iklan produk olahan beras. Untuk analisis isi, pengumpulan data dimulai dengan membaca label, kemudian diperiksa apakah sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999, check list, lalu dilakukan evaluasi terhadap kelengkapan unsur label tersebut. Untuk iklan, pengumpulan data dimulai dengan mencari contoh di website tvconair.com sesuai dengan keyword yang kami masukkan. Setelah itu, contoh iklan diamati dan dilihat isi klaim dan juga dievaluasi berdasarkan Etika Pariwara Indonesia. Aspek iklan yang diatur dalam EPI adalah isi iklan, ragam iklan, pemeran iklan, dan ragam iklan.
15 Label pada kemasan produk olahan beras akan dievaluasi dengan menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Unsur-unsur label dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Unsur label yang diamati pada kemasan produk olahan beras berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 No.
Unsur Label 1 2 3
4
5
Sumber
Teknis pencantuman label Tulisan pada label Keterangan minimum label a. Nama produk pangan b. Daftar bahan yang digunakan c. Berat bersih dan isi bersih d. Nama dan alamat produsen e. Tanggal kadaluarsa Keterangan lain a. Manfaat pangan bagi kesehatan b. Pernyataan tentang halal c. Nomor pendaftaran pangan d. Keterangan tentang produksi pangan e. Keterangan tentang kandungan gizi f. Keterangan tentang iradiasi pangan g. Keterangan tentang rekayasan genetika h. Keterangan tentang pangan sintesis yang dibuat dari bahan baku alamiah i. Keterangan tentang pangan olahan tertentu j. Keterangan tentang bahan tambahan pangan Keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) a. Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan b. Pangan dapat berfungsi sebagai obat c. Mencantumkan nama dan menganalisis produk pangan d. Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain e. Keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah f. Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengahjadi atau bahan jadi : PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan
Pengolahan dan Analisis Data Dalam pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan langkahlangkah sebagai berikut: 1) Menampilkan kelengkapan unsur label, seperti Teknis Pencantuman Label (TPL), Tulisan Label (TL), Keterangan Minimum Label (KML), Keterangan Lain pada Label (KLL), dan Keterangan yang Dilarang/tidak boleh dicantumkan (KDD); 2) Check list mengenai ada tidaknya komponen yang akan dibahas dengan analisis isi; 3) Untuk iklan, menonton keseluruhan tayangan; 4) Amati tiap klaim atau pernyataan yang ada di dalam tayangan iklan; 5) Mengelompokkan klaim sesuai dengan yang sudah ditentukan sebelumnya; 6) Memindahkan database unsur label dan iklan ke dalam Microsoft excel; 7) Hasil yang sudah diolah disajikan disajikan menggunakan statistika deskriptif dalam bentuk tabel, presentase, dan diagram.
16 Definisi Operasional Produk olahan beras adalah berbagai jenis pangan yang sudah diolah dari bentuk asalnya, yaitu beras Label pangan adalah keterangan yang memuat sejumlah informasi dari suatu produk yang dikonsumsi oleh responden yang dapat berbentuk gambar, tulisan maupun keduanya Analisis isi adalah analisis yang digunakan untuk melihat kesesuaian aspek serta karakteristik dari label pangan dan iklan berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999, Etika Pariwara Indonesia (EPI), dan UU No. 8 Tahun 1999 Teknis pencantuman label adalah keterangan mengenai tata cara pencantuman label secara benar pada label produk olahan beras Tulisan label adalah keterangan pada label yang ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka arab, dan huruf latin Nama produk pangan adalah penggunaan nama produk pada pangan yang menunjukkan sifat dan atau keadaan sebenarnya Daftar bahan adalah keterangan mengenai bahan yang digunakan dalam proses produksi pangan, yang dicantumkan dalam label Berat/isi bersih adalah keterangan yang menjelaskan mengenai Nama dan alamat produsen adalah keterangan yang memuat nama dan alamat pihak yang memproduksi pangan Tanggal kadaluarsa adalah keterangan mengenai tanggal, bulan, dan tahun yang menggambarkan batas aman konsumsi produk olahan beras Keterangan lain label adalah keterangan tambahan yang berisikan informasi tambahan yang dimuat pada label produk olahan beras Bahan tambahan pangan adalah bahan pewarna yang digunakan sebagai bahan baku pada produk olahan beras Keterangan yang dilarang adalah keterangan yang memuat beberapa hal yang tidak boleh dicantumkan pada label produk olahan beras Klaim adalah pesan yang disampaikan oleh pemasar, untuk mempengaruhi konsumen yang berkaitan dengan produk olahan beras Klaim menyesatkan adalah pesan yang disampaikan secara keliru oleh produsen terkait dengan produk olahan beras Klaim objektif adalah informasi mengenai produk olahan beras, yang kebenarannya harus dibuktikan melalui pengujian tertentu Klaim subjektif adalah informasi mengenai produk olahan beras yang sulit dibuktikan kebenarannya Iklan adalah komunikasi pemasaran terkait suatu produk yang ditujukkan untuk konsumen akhir Etika Pariwara Indonesia (EPI) adalah ketentuan-ketentuan normatif mengenai penyelenggaraan periklanan di Indonesia yang dibuat oleh Dewan Periklanan Indonesia
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Beras merupakan bahan pangan yang berasal dari padi yang sudah tidak memiliki kulit ari dan sekam. Beras tergolong dalm tanaman Graminae yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Spesies Oryza Linn merupakan jenis spesies beras yang banyak ditanam di berbagai belahan dunia (Gunanta 2007). Wilkinson dan Champagne (2004) menyebutkan bahwa beras terdiri dari berbagi tipe, yaitu beras merah, beras putih biasa, beras ketan, beras aromatic, dan beras arborio. Beras diolah ke dalam berbagai bentuk olahan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah pada produk beras. Pusat Studi Keanekaragaman Pangan dan Gizi IPB dalam Buletin Konsumsi Pangan (2013) menyebutkan bahwa berbagai jenis pangan tersebut adalah beras ketan, tepung beras, bihun, bubur bayi kemasan, kue basah, nasi campur/rames, nasi goreng, nasi putih, lontong, dan lain-lain.
Sebaran Contoh Produk yang Diamati Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis label dan klaim yang berasa dalam kemasan maupun iklan pangan produk olahan beras dengan menggunakan metode analisis isi. Contoh penelitian ini adalah sebanyak 95 produk olahan beras yang diambil di tiga super market kota Bogor dan 10 tayangan iklan produk olahan beras selama tahun 2013-2014 yang diambil dari website www.tvconair.com. Pada bagian ini akan dibahas mengenai ragam produk olahan beras untuk menjawab tujuan pertama pada penelitian ini. Produk olahan beras yang dijadikan contoh penelitian terbagi atas sembilan jenis produk makanan. Sembilan jenis makanan tersebut terdiri atas produk bihun, bubur instan, kwetiauw, makanan bayi, minuman kesehatan, sup, snacks, sereal dan tepung beras dan ketan. Gambar 2 menyajikan sebaran serta jumlah produk olahan beras yang ditemukan di pasaran. Berdasarkan hal tersebut, sebagian besar contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk makanan bayi (41.1%) serta produk sup, sereal, dan minuman kesehatan merupakan produk dengan jumlah yang paling sedikit dalam penelitian ini. Produk yang dijadikan contoh dalam penelitian tidak hanya berasal dari dalam negeri saja, tetapi beberapa ada yang berasal dari luar negeri. Sebanyak 70 produk merupakan produk dalam negeri, baik produk makanan dalam (MD) dan produk industri rumah tangga (P-IRT) dan sisanya sebanyak 25 produk merupakan produk pangan yang terdaftar sebagai produk makanan luar (ML). Kemasan produk yang diamati juga terdiri dari berbagai macam bentuk dan ukuran yang berbeda, seperti sachet, cup, kardus, bungkus, dan kemasan karton siap minum. Harga produk olahan beras berkisar antara Rp 1.500,00 sampai dengan Rp 30.000,-.
18 Produk Olahan Beras 1
5
11
Makanan bayi
4
Bihun Snacks
6 42
Bubur instan Tepung
16
Kwetiauw Minuman kesehatan 19
Sereal Sup
Gambar 2 Sebaran contoh produk olahan beras Pemenuhan Unsur Label berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
Bagian ini akan membahas hasil pemenuhan unsur label berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999. Hasil ini merupakan jawaban tujuan kedua, yaitu menganalisis label pangan pada kemasan produk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Unsur-unsur yang harus ada di label ada teknis pencantuman label, tulisan label, keterangan minimum label, keterangan lain label, dan keterangan yang dilarang atau tidak boleh dicantumkan pada label. Pemenuhan unsur label pada keseluruhan produk dilampirkan pada lampiran 2.
Teknis Pencantuman Label Teknis pencantuman label (TPL) dijelaskan pada PP No. 69/1999 tentang label dan iklan pangan pasal 2, pasal 27 ayat 1, dan pasal 29 ayat a dan b. Terdapat tujuh kriteria dalam teknis pencantuman label yang akan dijelaskan dalam Tabel 2. Hasil akhir menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (97.9%) sudah memenuhi syarat unsur teknis pencantuman label. Namun, sisanya tidak memenuhi dua dari tujuh kriteria yang telah ditentukan.
19 Tabel 2 Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label No
Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label
1 2 3 4
Label dicantumkan pada, di dalam atau di kemasan pangan Label tidak mudah lepas dari kemasan Label tidak mudah luntur ataupun rusak Label terletak pada sisi kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca Tanggal kadarluarsa dicantumkan secara jelas Label pangan yang sudah diedarkan tidak diperbolehkan untuk dihapus, dicabut, ditutup, diganti, dan dilabel kembali Tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa pada pangan yang diedarkan tidak diperbolehkan untuk ditukar
5 6 7
Rata-rata
Merek yang memenuhi
%
95 90 86 95
100.0 94.7 90.5 100.0
95 95
100.0 100.0
95
100.0 97.9
Produk yang tidak mampu memenuhi kriteria teknis pencantuman label dikarenakan ada beberapa label produk impor (ML) yang memakai label tambahan dari pihak importir/distributor, yaitu berupa stiker, sehingga membuat label mudah lepas dari kemasan. Selain itu, label yang terdapat pada sembilan produk (tepung, bihun, bihun instan, dan kwetiauw) terlihat luntur ataupun rusak. Menurut Dwiayusari (2013), penulisan label yang tidak jelas dan mudah rusak atau luntur dikarenakan penggunaan tinta yang kurang tepat dalam label tersebut. Hal ini membuat beberapa informasi dalam label, salah satunya tanggal kadaluarsa menjadi terlihat tidak jelas.
Tulisan pada Label Peraturan mengenai tulisan pada label terdapat pada pasal 13 (ayat 1 dan 2) dan pasal 16. Sebagian besar contoh mampu memenuhi dua kriteria pemenuhan syarat tulisan pada label. Hasil menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh mampu memenuhi kriteria yang telah ditentukan, sehingga didapatkan skor ratarata untuk pemenuhan syarat sebesar 82.1 persen. Contoh yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari berbagai produk yang berasal dari dalam negeri, luar negeri, dan industri rumah tangga. Hal ini menyebabkan beberapa produk yang berasal dari luar negeri tidak dilengkapi dengan keterangan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf Latin. Selain itu, huruf dan angka pada label terlihat tidak jelas dan sulit untuk dibaca karena menggunakan bahasa selain Indonesia, sehingga mempersulit konsumen untuk memahaminya. Produk impor tersebut berasal dari negeri China, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Menurut Fadil (2014) banyaknya pesan informasi produk makanan impor yang tidak sampai ke konsumen akibat permasalaan bahasa yang tidak dipahami konsumen akan menimbulkan kerugian pada konsumen itu sendiri. Permasalahan yang ditimbulkan bisa mengancam kesehatan serta keselamatan diri konsumen, sehingga penting bagi pemerintah untuk terus memantau peredaran produk dengan penggunaan label berbahasa Indonesia.
20 Tabel 3 Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label No
Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label
1
Keterangan pada label ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf Latin Huruf dan angka harus jelas dan mudah dibaca Rata-rata
2
Merek yang memenuhi 78 84
% 82.1 88.4 85.3
Keterangan Minimum Label PP No. 69/1999 menjelaskan bahwa dalam keterangan minimum label harus memuat lima unsur label, yaitu nama produk pangan, daftar bahan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat produsen, dan yang terakhir adalah tanggal kadaluarsa. Tabel 4 Pemenuhan syarat unsur keterangan minimum label No. 1 2 3 4 5
Unsur label Nama produk pangan Daftar bahan Berat bersih/isi bersih Nama dan alamat produsen Tanggal kadaluarsa Rata-rata
Merek yang memenuhi 95 95 69 93 57
% 100.0 100.0 72.6 97.9 60.0 86.1
Nama Produk Pangan. Berdasarkan penjelasan PP No. 69/1999 pasal 17 dan 18 mengenai unsur nama produk pangan, keseluruhan contoh sudah mencantumkan nama produk mereka secara jelas di seluruh merek. Nama yang ditampilkan juga sudah menunjukkan sifat atau keadaan yang sebenarnya dari produk tersebut. Kriteria yang harus dipenuhi oleh contoh dalam unsur nama produk pangan akan dijelaskan dalam tabel 5. Tabel 5 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan No 1 2
Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan Harus dicantumkan pada bagian utama label Nama yang digunakan harus menunjukkan sifat atau keadaan yang sebenarnya
Merek yang memenuhi 95 95
% 100.0 100.0
Daftar Bahan. Selanjutnya, pasal 19 ayat (1), (2), dan (3) serta pasal 20 ayat (1) dan (2) dalam PP No. 69/1999 menjelaskan mengenai keterangan tentang bahan yang digunakan dalam kegiatan produksi pangan. Keseluruhan contoh sudah mencantumkan daftar bahan sesuai dengan yang sudah diatur pada PP No. 69 Tahun 1999. Tabel 6 menunjukkan kriteria pada daftar bahan yang harus dipenuhi oleh contoh. Terdapat tiga kriteria dan keseluruhan contoh memenuhi kriteria tersebut.
21 Tabel 6 Kriteria pemenuhan syarat unsur daftar bahan No
Kriteria pemenuhan syarat unsur daftar bahan
. 1
2 3
Daftar bahan dicantumkan secara berurutan dimulai dari bagian dengan jumlah terbanyak (kecuali vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya) Nama bahan yang digunakan adalah nama yang lazim digunakan Air yang ditambahkan harus dicantumkan sebagai komposisi pangan, terkecuali air itu merupakan bagian dari bahan yang digunakan atau telah mengalami penguapan seluruhnya selama pengolahan
Merek yang memenuhi
%
95
100.0
95
100.0
95
100.0
Berat/Isi Bersih. Penjelasan mengenai kriteria penulisan berat/isi bersih dituangkan dalam pasal 19 dan 20 pada Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi tertuang dalam tabel 7. Kriteria keempat merupakan kriteria yang sulit dipenuhi oleh beberapa produk. Satu per lima dari keseluruhan contoh tidak menuliskan keterangan jumlah takaran saji untuk setiap produknya. Keterangan takaran saji merupakan informasi gizi yang wajib dicantumkan. Hal ini dimaksudkan agar informasi nilai gizi bermanfaat bagi konsumen dan konsumen dengan kondisi medis tertentu mengetahui apa yang dikonsumsinya dan diharapkan dapat mengendalikan asupan zat gizi yang dikonsumsinya (BPOM 2009). Tabel 7 Kriteria pemenuhan syarat unsur berat/isi bersih No.
Kriteria pemenuhan syarat unsur berat/isi bersih
1 2 3
Harus dicantumkan pada bagian utama label Dicantumkan dalam satuan metric Ukuran ‘isi’ harus dicantumkan untuk makanan cair, ‘berat’ untuk makanan padat, dan ‘isi’ atau ‘berat’ untuk makanan semi padat atau kental Berat bersih atau isi bersih tiap takaran saji harus dimuat pada label yang memuat keterangan jumlah takaran saji
4
Merek yang memenuhi
% 94 94 85
98.9 98.9 89.5
75
78.9
Nama dan Alamat Produsen. Pasal 26 dalam PP No. 69 Tahun 1999 menjelaskan aturan pencantuman nama dan alamat produsen yang harus dicantumkan pada label. Berdasarkan tabel 8, hampir secara keseluruhan contoh mencantumkan nama dan alamat produsen pada bagian utama label yang bisa dilihat secara langsung oleh konsumen.Sementara itu, tidak semua pihak yang mengedarkan sama dengan pihak yang memproduksi produk pangan tersebut, Hmapir satu pertiga contoh memiliki pihak yang berbeda antara yang mengedarkan dengan yang memproduksi. Hal ini dikarenakan bahwa produk tersebut merupakan produk impor yang memiliki distributor khusus dan pihak tersebut bertanggung jawab atas peredaran produk tersebut di Indonesia.
22 Tabel 8 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama dan alamat produsen No. 1 2 3
Kriteria pemenuhan syaratunsur nama dan alamat produsen Harus dicantumkan pada bagian utama label. Harus dicantukan nama dan alamat pihak yang memproduksi Apabila pihak yang mengedarkan berbeda dengan pihak yang memasukan pangan ke wilayah Indonesia, nama dan alamat pihak yang memasukan dan mengedarkan pangan di wilayah Indonesia harus dicantumkan
Merek yang memenuhi 94 93 28
% 98.9 97.9 29.5
Tanggal Kadaluarsa. Pencantuman peraturan mengenai tanggal kadarluarsa pada PP No. 96/1999 pasal 27, 28, dan 29. Seluruh merek sebenarnya telah mencantumkan tanggal kadaluarsa pada label kemasan pangan, namun hanya 57 merek yang telah memenuhi kriteria pemenuhan syarat keterangan minimum label tanggal kadarluarsa. Terdapat delapan merek yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa secara jelas pada label. Mensah, Lawer, dan Aido (2012) menyatakan bahwa label kadaluarsa merupakan salah satu informasi yang paling dicari konsumen ketika berbelanja, sehingga penting bagi produsen untuk mem-perhatikan penulisan tanggal kadaluarsa secara jelas agar tidak menimbulkan kerugian pada konsumen. Selain itu, sebanyak 41 produk masih mencantumkan tanggal kadarluarsa dengan menggunakan istilah asing seperti “expire date” atau “best before” serta tidak menempatkan tanggal kadaluarsa setelah kalimat “baik digunakan sebelum”. Hal ini dianggap belum memenuhi pemenuhan syarat unsur tanggal kadaluarsa, sebab tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Tabel 9 Kriteria syarat pemenuhan unsur tanggal kadaluarsa No. 1 2
3 4
Kriteria syarat unsur pemenuhan tanggal kadaluarsa Harus dicantumkan secara jelas pada tabel Pencantuman tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa dilakukan setelah pencantuman tulisan “baik digunakan sebelum”, sesuai dengan jenis dan daya tahan pangan; produk dengan masa kadarluarsa lebih dari 3 bulan boleh hanya mencantumkan bulan dan tahun kadarluarsa Dilarang memeperdagangkan produk yang sudah kadarluarsa Dilarang menghapus, mencabut, menutup, mengganti label, melabel kembali pangan yang diedarkan; menukar tanggal, bulan dan than kadarluarsa yang diedarkan
Merek yang memenuhi
%
87 54
91.6 56.8
95 95
100.0 100.0
Perbandingan Keterangan Minimum Label antara PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, UU No. 18 Tahun 2002 tentang Pangan, dan Food Labelling Guide (FDA) Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 merupakan peraturan lebih lanjut mengenai label dan pangan dari Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 1996 yang kini telah direvisi dan menjadi UU Pangan No. 18 Tahun 2012. UU Pangan No. 18 Tahun 18 2012 menjelaskan bahwa ada enam poin yang harus dipenuhi dalam keterangan minimum label, sedangkan pada PP No. 69 Tahun 1999 hanya terdapat lima poin. Perbedaannya terletak pada ketentuan halal pada label dan kode
23 produksi. Selain itu, peraturan pangan yang menjadi perbandingan pada penelitian kali ini adalah Food Labelling Guide (FDA) yang dikeluarkan oleh U.S. Department of Health and Human Services dan berlaku di Amerika Serikat. Yang berbeda dari peraturan yang dikeluarkan oleh FDA adalah disertakannya informasi gizi dan unsur klaim pada keterangan minimum label Tabel 10 Perbandingan keterangan minimum label berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999, UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Food Labelling Guide (FDA) PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan 1. Teknis pencantuman label 2. Tulisan label 3. Keterangan minimum label a. Nama produk pangan
UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan 1. 2. 3.
b.
Daftar bahan
4.
c.
Berat bersih atau isi bersih Nama dan alamat produsen Tanggal kadarluarsa
7.
d. e.
8. 7.
Nama produk Daftar bahan yang digunakan Berat bersih atau isi bersih Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor Halal bagi yang dipersyaratkan Tanggal dan kode produksi Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
Food Labelling Guide (FDA) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama produk Daftar bahan Berat bersih Nama dan alamat produsen Informasi gizi Klaim
4. Keterangan lain label 5. Keterangan yang dilarang
Keterangan Lain pada Label Pencantuman mengenai keterangan lain pada label dalam PP No. 69 Tahun 1999 mencangkup manfaat pangan bagi kesehatan, pernyataan tentang halal, nomor pendaftaran pangan, keterangan tentang kode produksi pangan, keterangan tentang kandungan gizi, keterangan tentang iradiasi pangan, keterangan tentang rekayasa genetika, keterangan tentang pangan sintesis yang terbuat dari bahan baku alamiah, keterangan tentang pangan olahan tertentu, dan keterangan tentang bahan tambahan pangan. Berdasarkan tabel 6, didapatkan hasil rata-rata pemenuhan unsur keterangan lain pada label produk olahan beras adalah sebesar 80.2 persen. Jumlah produk paling sedikit yang memenuhi kriteria unsur label adalah manfaat pangan bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan hanya produk olahan tertentu saja, seperti makanan bayi, yang mencantumkan keterangan tersebut.
24 Tabel 11 Jumlah produk dan persentase yang memenuhi syarat unsur keterangan lain pada label No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unsur Label
Jumlah Produk yang Memenuhi
%
Manfaat pangan bagi kesehatan Pernyataan tentang halal Nomor pendaftaran pangan Keterangan tentang kode produksi pangan Keterangan tentang kandungan gizi Keterangan tentang iradiasi pangan Keterangan tentang rekayasa genetika Keterangan tentang pangan sintesis yang dibuat dari bahan baku alamiah Keterangan tentang pangan olahan tertentu Keterangan tentang bahan tambahan pangan
52 67 94 85 72 95 95 95
54.7 70.5 98.9 89.5 75.8 100.0 100.0 100.0
73 71
97.3 74.7
Rata-rata
86.1
Keterangan Mengenai Manfaat Pangan bagi Kesehatan. Sebagaimana diuraikan dalam PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, bahwa pencantuman pernyataan manfaat pangan bagi kesehatan dapat diizinkan apabila didukung oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka pengawasan produk pangan olahan, Badan POM telah menetapkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.11.11.09909 Tahun 2011 tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan yang memuat klaim gizi dan kesehatan pada produk pangan olahan. Sebanyak 52 produk mencantumkan keterangan mengenai manfaat pangan bagi kesehatan. Produk tersebut didominasi oleh produk pangan yang ditujukkan sebagai makanan bayi. Pernyataan tentang Halal. Berdasarkan PP No. 69 Tahun 1999, produk yang dicantumkan pernyataan tentang halal pada label wajib diperiksa terlebih dahulu pada lembaga pemeriksaan yang terakreditasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di Indonesia, praktik penentuan standar proses sertifikasi ditentukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau yang disingkat LPPOM-MUI. Tabel 9 memperlihatkan bahwa hampir satu per tiga contoh tidak memenuhi pernyataan halal sesuai dengan yang dikeluarkan LPPOM-MUI. Hal ini diakibatkan adanya produk industri rumah tangga yang menggunakan logo halal yang berbeda serta produk makanan luar negeri yang memakai logo halal sesuai dengan tempat produksi produk tersebut. Nomor Pendaftaran Pangan. Dalam PP No. 69 Tahun 1999, Nomor pendaftaran pangan harus dicantumkan pada pangan olahan (produksi dalam negeri dan luar negeri) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keterangan mengenai nomor pendaftaran pangan perusahaan yang masih dalam ruang lingkup produksi rumah tangga nomor pendaftaran pangan dari dinas kesehatan tingkat kabupaten yaitu P-IRT. Kemudian berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 00/05.1.2569 tentang Kriteria dan Tatalaksana Penilaian Produk Pangan, perusahaan dengan produksi skala besar mencantumkan nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh BPOM, yaitu MD untuk makanan dalam negeri, untuk keterangan lainnya yaitu ML merupakan tanda bahwa makanan tersebut merupakan produk luar negeri/produk impor. Contoh terdiri atas
25 67 produk dalam negeri (MD), 25 produk impor (ML), dan tiga produk industri rumah tangga (P-IRT). Namun, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 2012 menyebutkan bahwa informasi terkait nomor registrasi produk atau nomor pendaftaran pangan memiliki nilai terkecil sebagai informasi yang sering dibaca pada kemasan label. Walau demikian, pada kasus produk olahan beras, hanya terdapat satu buah produk yang tak mencantumkan nomor pendaftaran pangan, yaitu produk minuman kesehatan merek Mustika Ratu Beras Kencur. Padahal, nomor pendaftaran merupakan informasi penting yang menyatakan bahwa produk tersebut merupakan legal, terdaftar di Badan POM atau Dinas Kesehatan terkait. Selain itu, dengan adanya nomor registrasi atau nomor pendaftaran pangan, tanggungjawab produsen terlihat lebih jelas (YLKI 2012). Kode Produksi. Pasal 31 dalam PP No. 69 Tahun 1999 menyatakan bahwa kode produksi pada label atau kemasan pangan harus dicantumkan pada pangan olahan. Kode produksi sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai riwayat produksi pangan (waktu ataupun rangkaian produksi). Keseluruhan contoh mencantumkan keterangan kode produksi pada setiap kemasannya. Keterangan tentang Kandungan Gizi. PP No. 69/1999 menjelaskan mengenai teknis pencantuman informasi nilai gizi dalam label, bahwa tidak semua label pangan wajib mencantumkan informasi nilai gizi pada label pangan yang: (a) disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan atau (b) dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya (karbohidrat, protein, lemak, dan komponen serta turunannya, termasuk energi. Pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan dilakukan dengan urutan (a) jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein, dan karbohidrat, dan (b) jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin, dan mineral. Keterangan tentang Iradiasi Pangan. Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan iradiasi adalah suatu proses fisika yang dapat digunakan untuk mengawetkan dan meningkatkan keamanan bahan pangan. Jenis radiasi yang digunakan adalah radiasi berenergi tinggi yang disebut radiasi pengion, karena menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya. Pada PP Nomor 69 tahun 1999 pada pasal 34 menyatakan bahwa label wajib mencantumkan tulisan ‘pangan iradiasi’, tujuan iradiasi, dan tulisan ‘tidak boleh diiradiasi ulang’ apabila prooduk tersebut tidak boleh diiradiasi ulang, Selain itu, nama dan alamat penyelenggara iradiasi, tanggal iradiasi dalam bulan dan tahun, nama negara tempat iradiasi dilakukan, serta logo radura (radiation durable) juga perlu dicantumkan pada label. Komersialisasi bahan pangan iradiasi dilakukan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 701/MENKES/PER VIII/2009, peraturan mengenai pengawasan tentang pangan radiasi diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun, dan peraturan standar internasional yaitu Codex General Standard for Irradiated Foods (Codex stan 106-1983 Rev. 2003). Tahun 2010, BATAN telah melakukan iradiasi pangan pada beberapa produk, yaitu produk beku, makanan siap saji, kemasan makanan, madu, kokoa, sayuran
26 kering, rumput laut kering, rempah-rempah, dan lain-lainnya. Selain itu, jenis pangan yang mendapat perlakuan iradiasi pangan menurut PERMENKES No. 701/MENKES/PER VIII/2009 yaitu umbi lapis dan umbi akar, sayur dan buah segar, produk olahan sayur dan buah, mangga, manggis, serealia, kacang-kacang, biji-bijian, buah kering, produk olahan ikan dan pangan laut, daging dan unggas serta hasil olahannya, sayuran kering, bumbu, rempah-rempah kering, herbal tea, pangan dari hewan yang dikeringkan, dan pangan olahan siap saji berbasis hewan. Keterangan tentang Rekayasa Genetika. Hasil teknologi rekayasa genetika diatur dalam PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang menyatakan bahwa pada label untuk pangan hasil rekayasa genetika wajib dicantumkan tulisan pangan rekayasa genetika. Selain pencantuman tulisan tersebut, pada label dapat dicantumkan logo khusus pangan hasil rekayasa genetika. BPOM (2010) menyatakan bahwa pangan hasil rekayasa genetika merupakan pangan yang diturunkan dari makhluk hidup hasil rekayasa genetika. Pangan produk rekayasa genetika meliputi pangan segar, pangan olahan, bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan untuk produksi pangan. Keterangan tentang Pangan Sintesis yang Dibuat Dari Bahan Baku Alamiah. Pada PP No. 69 Tahun 1999 pasal 36 dan 37 bahwa wajib dicantumkan keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah jika bahan baku alamiah yang bersangkutan tidak kurang dari kadar minimal yang ditetapkan SNI dan wajib dicantumkan keterangan telah mengalami proses lanjutan harus apabila pangan yang dibuat dari bahan baku alamiah telah menjalani proses lanjutan. Namun dalam penelitian tidak ditemukan produk yang mencantumkan keterangan tersebut. Keterangan tentang Pangan Olahan Tertentu. Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatanBerdasarkan PP No. 69/1999, keterangan tentang pangan olahan tertentu wajib dicantumkan keterangan cara penggunaan, dampak pangan bagi kesehatan manusia, dan keterangan lain yang perlu diketahui untuk pangan olahan yang diperuntukkan oleh bayi, anak di bawah lima tahun, ibu hamil dan menyusui, orang yang menjalani diet khusus, dan orang lanjut usia. Keterangan tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). BTP adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur dan memperpanjang daya simpan. Bahan tambahan pangan (BTP) di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasanya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM). Di Amerika, keduanya dilakukan oleh Food and Drug Administration. Pada PP No. 69/1999 pasal 22 dan 43 menjabarkan kriteria pemenuhan syarat pencantuman bahan tambahan pangan dalam label kemasan.
Keterangan yang Dilarang (tidak boleh dicantumkan) Terdapat enam keterangan yang dilarang/tidak boleh dicantumkan dalam suatu label produk pangan. Berdasarkan tabel 12, hampir semua produk mampu memenuhi lima dari enam unsur yang diamati. Hal ini dikarenakan pada produk tersebu tidak mencantumkan keterangan yang dilarang. Namun, lebih dari separuh
27 contoh produk tidak memenuhi persyaratan pada unsur pertama, yaitu keterangan yang tidak benar dan menyesatkan. Hal ini dikarenakan label memuat klaim yang bisa mengelabui konsumen. Tabel 12 Jumlah produk dan persentase yang memenuhi syarat unsur keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) No 1 2 3 4 5
6
Unsur Label Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan Pangan dapat berfungsi sebagai obat Mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk pangan Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain Keterangan pangan terbuat dengan tanpa (sebagian) bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakna bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila terbuat dari bahan setengah jadi Rata-rata
Jumlah Produk yang Memenuhi
%
40
42.1
95
100.0
95
100.0
95
100.0
94
98.9 88.2
Klaim pada Label dan Iklan Produk Olahan Beras Label dan iklan pada produk adalah sarana yang paling sering digunakan produsen untuk menyampaikan informasi mengenai atribut makanan dan minuman kepada konsumen (Sumarwan 2011). Namun, sering kali penyampaian informasi pada iklan dan label dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi yang dapat mengelabui konsumen. BPOM (2011) menjelaskan bahwa klaim adalah segala bentuk uraian yang menyatakan, menyarankan, atau secara tidak langsung menyatakan perihal karakteristik tertentu suatu pangan yang berkenaan dengan asal usul, kandungan gizi, sifat, produksi, pengolahan, komposisi atau faktor mutu lainnya. Menurut Sumarwan (2011) terdapat empat jenis informasi yang mengelabui, yaitu klaim objektif, klaim subjektif, klaim dua arti, dan klaim tidak rasional. Sebagian besar klaim yang dimuat dalam label dan iklan adalah klaim subjektif. Klaim subjektif merupakan klaim yang sulit dibuktikan kebenarannya, karena kriteria yang digunakan sulit diukur secara objektif. Tabel 13 menunjukkan klaim yang dianggap mengelabui, yang terdapat di label produk olahan beras. Secara keseluruhan, lebih dari setengah contoh mengandung klaim yang mengelabui konsumen.
28 Tabel 13 Sebaran label yang mencantumkan klaim yang mengelabui pada produk olahan beras Jenis produk Bihun Bubur instan Kwetiauw Makanan bayi Minuman kesehatan Sereal Snacks Sup Tepung Total
Merek yang memenuhi 7 3 1 14 0 0 11 1 3 40
Merek yang tidak memenuhi 12 3 3 28 1 1 5 0 2 55
Tabel 14 menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh iklan mengandung klaim yang mengelabui konsumen. Produk makanan bayi merupakan produk yang paling banyak mengandung klaim mengelabui, salah satunya adalah klaim subjektif. Tabel 14 Sebaran iklan produk pangan kemasan olahan beras selama tahun 2013-2014 Jenis produk
Merek yang memenuhi
Merek yang tidak memenuhi
Snacks Makanan bayi Tepung
1 0 2
2 5 0
Total
3
7
Karakteristik Klaim pada Label dan Iklan Produk Olahan Beras Sebagian besar klaim yang terdapat pada label adalah klaim subjektif sedangkan klaim dua arti adalah klaim dengan jumlah yang paling sedikit. Klaim dua arti adalah pernyataan yang mengandung dua arti, dimana isinya sebagian benar dan sebagian salah (Sumarwan 2006). Contoh klaim ini terdapat pada produk makanan bayi, yaitu bubur bayi Milna varian ayam manis teriyaki. Isi klaim menyatakan bahwa produk yang bersangkutan merupakan bubur bayi penambah berat badan. Pernyataan ini dianggap mengelabui. Bubur bayi bisa saja dianggap benar dalam hal meningkatkan berat badan pada bayi, namun hal tersebut tidak berlaku pada semua bayi. Anggraeni (2007) juga menyebutkan bahwa pengaruh pemberian bubur instan pada berat badan bayi itu bergantung pada kandungan gizi yang cocok dan proporsional dengan kebutuhan tubuh masing-masing bayi. Tabel 15 menunjukkan sebaran sifat klaim yang terdapat pada label produk olahan beras.
29 Tabel 15 Sebaran sifat klaim pada label produk pangan kemasan olahan beras berdasarkan jenis produk (n=55) Jenis Produk Tepung Bihun Kwetiauw Bubur instan Snack Sereal Makanan bayi Minuman kesehatan
Objektif n 2 2 3 0 0 0 0 0
Total
5
% 3.6 3.6 5.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Subjektif n 0 10 0 3 5 1 27 1
12.7
47
Sifat Klaim Tidak Rasional % n % 0.0 0 0.0 18.2 0 0.0 0.0 0 0.0 5.5 0 0.0 9.1 0 0.0 1.8 0 0.0 49.1 0 0.0 1.8 0 0.0 85.5
0
Dua arti n 0 0 0 0 0 0 1 0
0.0
% 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.8 0.0
1
1.8
Sama halnya seperti klaim pada label pangan, klaim yang terdapat pada iklan televisi sebagian besar didukung oleh klaim subjektif. Chakraborty dan Harbaugh (2014) menjelaskan bahwa sebagian besar iklan mengandung klaim subjektif dan diantara iklan tersebut tidak mengandung fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya. Produsen menggunakan klaim subjektif agar bisa membantu peningkatan akan posisi produk yang mereka tawarkan kepada konsumen. Tabel 16 Sebaran sifat klaim pada iklan berdasarkan jenis produk (n=7) Sifat Klaim Jeis Produk
Objektif N
Tepung Snack Makanan bayi Total
0 0 1 1
% 0.0 0.0 14.3 14.3
Subjektif n 0 2 4 6
% 0.0 28.6 57.1 85.7
Tidak Rasional n 0 0 0 0
% 0.0 0.0 0.0 0.0
Dua arti n 0 0 0 0
% 0.0 0.0 0.0 0.0
Tabel 12 menggambarkan beberapa contoh dari klaim objektif yang terdapat pada label dan iklan produk olahan beras. Sumarwan (2011) menjelaskan bahwa klaim objektif adalah pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang sudah ada. Salah satu contohnya adalah klaim yang terdapat pada iklan Promina biskuit bayi. Pada iklan tersebut disebutkan bahwa tekstur produk lembut berpori sehingga memudahkan produk cepat larut. Hal ini dijelaskan melalui perbandingan antara produk Promina dengan produk pesaing, sehingga informasi ini terbukti benar dan tidak mengelabui konsumen.
30 Tabel 17 Contoh klaim objektif pada label dan iklan produk olahan beras Jenis produk
Merek
Makanan bayi
Promina biskuit bayi
Tepung
Tepung Beras Putih Asli Rose Brand Tepung Ketan Putih Asli Rose Brand Pop Bihun Spesial Rasa Soto Ayam Pop Bihun Spesial Goreng MAMA Pad Thai PaPa Instant Rice Noodles Clear Soup Flavour
Bihun
Kwetiauw
Isi klaim Tekstur lembur berpori memudahkannya larut Tepung beras asli dan murni Tepung Ketan asli dan murni Terbuat dari beras Terbuat dari beras Simply ready in minute Gluten free, low fat
Tabel 13 memperlihatkan beberapa contoh klaim subjektif yang terdapat pada label dan iklan produk olahan beras. Klaim subjektif ini dibuktikan dengan adanya pilihan kata-kata berlebihan seperti berkualitas super, bahan yang bermutu, dan lain sebagainya. Hal ini sukar dibuktikan, sehingga dianggap sebagai klaim yang menyesatkan. Tabel 18 Contoh klaim subjektif pada label dan iklan produk olahan beras Jenis Produk Bihun
Merek BERSAMA BIEHUN
Super Bihun Goreng Snack
Monde Serena Snack
Smax Rice Stick Sereal Makanan bayi
Kellogg's Rice Krispies (Toasted Rice Cereal) SUN Bubur Bayi
Minuman kesehatan
Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Semur Ayam Mustika Ratu Beras Kencur
Isi klaim Bahan beras pilihan berkualitas super dan diolah dengan metode modern Instant bihun lezat, rasanya enak Tekstur yang lembut dan aroma yang lezat dapat dinikmati oleh semua kalangan Terbuat dari butir-butir beras bermutu Made from real grain Rasa lebih enak, tekstur lebih halus, gizi seimbang Ahlinya makanan bayi Minuman sehat segar berkhasiat, 100% dari alam
Pembahasan
Ketentuan pencantuman label menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (PP No. 69 Tahun 1999) terdiri atas lima unsur, yaitu teknis pencantuman label (TPL), tulisan pada label (TL), keterangan minimum label (KML), keterangan lain pada label (KLL), dan keterangan yang dilarang untuk dicantumkan (KDD). Rata-rata presentase kelima
31 unsur tersebut diantaranya adalah TPL sebesar 97.9 persen, TL 85.3 persen, KML 86.1 persen, KLL 86.1 persen, dan KLL adalah 88.2 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh unsur label pada produk olahan beras masih ditemukan ketidaksesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil penelitian ini juga mengelompokkan contoh ke dalam sembilan jenis produk pangan yaitu produk bihun, bubur instan, kwetiauw, makanan bayi, minuman kesehatan, snacks, sup, sereal dan tepung. Presentase kelengkapan unsur teknis pencantuman label (TPL) pada keseluruhan contoh hampir mendekati sempurna. Beberapa jenis produk yang tidak dapat memenuhi kriteria pemenuhan kelengkapan unsur TPL adalah produk bihun dan tepung yang berasal dari luar negeri atau produk impor. Hal ini dikarenakan produk impor tersebut menggunakan label tambahan seperti stiker, yang membuat tinta pada cetakan label mudah luntur. Dwiayusari (2013) juga menyatakan bahwa label yang tidak jelas dan mudah rusak atau luntur dikarenakan penggunaan tinta yang kurang tepat dalam label tersebut. Pencantuman tinta label yang tidak mudah luntur harus diperhatikan oleh para produsen. Hal ini dimaksudkan agar kondisi label tetap terjaga sehingga konsumen tidak mengalami kesulitan saat membacanya. Tulisan pada label memiliki rata-rata presentase pemenuhan syarat unsur yang sedikit lebih rendah dibanding unsur TPL. Hal ini dikarenakan dari contoh yang diamati terdiri dari produk yang berasal luar negeri sehingga masih ada produk yang tidak mencantumkan label berbahasa Indonesia, Arab, dan Latin. Bahasa yang digunakan diantaranya bahasa Vietnam, Thailand, Mandarin, dan Inggris. Selain huruf dan angka latin, banyak produk juga yang menggunakan huruf kanji. Fadil (2014) menyatakan bahwa banyaknya produk yang tidak sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia disebabkan banyaknya produk impor yang masuk secara ilegal. Penulisan bahasa pada label perlu diperhaikan oleh produsen, karena berkaitan dengan pesan informasi yang akan diterima oleh konsumen. Ketika konsumen tidak memahami informasi mengenai produk yang akan dikonsumsinya maka hal tersebut sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan mereka. Keterangan minimum label adalah keterangan yang minimal harus dicantumkan pada label pangan yang terdiri dari, nama produk, bahan makanan, berat bersih, nama dan alamat produsen, dan tanggal kadarluarsa. Sebagian besar contoh telah memenuhi syarat unsur minimum pada label. Semua produk telah mencantumkan nama produk, namun tidak semuanya mencantumkan keterangan minimum yang lainnya. Keterangan yang paling banyak dilanggar adalah pencantuman tanggal kadarluarsa. Hal ini dikarenakan peletakkan tanggal kadaluarsa yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tulisan tanggal kadaluarsa yang tidak dapat terbaca secara jelas. Padahal tanggal kadarluarsa merupakan salah satu unsur yang paling sering diamati terlebih dahulu oleh konsumen untuk mendapatkan informasi sampai kapan produk tersebut dapat digunakan dalam kondisi yang layak. Hal itu sesuai dengan salah satu penelitian tentang pencarian informasi dari label pangan yang dilakukan oleh Gbettor, Avorgah, dan Adigbo (2013). Keterangan lain pada label (KLL) merupakan keterangan yang boleh tetapi tidak wajib dicantumkan pada label. Terdapat sepuluh unsur dalam keterangan ini, namun tiga unsur tidak terdapat pada contoh, yaitu keterangan tentang iradiasi
32 pangan dan rekayasa genetika. Yang menarik pada bagian ini adalah unsur label halal. Meski lebih dari setengah contoh telah mencantumkan label halal di label kemasan produknya, masih ada beberapa produk yang belum mencantumkan ketentuan label halal. Label halal sendiri di Indonesia diawasi oleh LPPOM-MUI atau Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia. LPPOM-MUI merupakan wujud langkah nyata pemerintah dalam membentuk suatu badan khusus yang mengurusi label halal. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim mencapai 200 juta jiwa, Indonesia sudah seharusnya melakukan langkah-langkah proaktif dalam mengoptimalkan posisi Indonesia sebagai pasar sekaligus penyedia produk halal bagi konsumen. Mulyaningsih (2004) menyatakan bahwa label halal adalah informasi pertama yang dilihat pada kemasan produk, sehingga label halal perlu diperhatikan oleh para produsen dan konsumen pada khususnya. Keterangan yang juga dicantumkan pada PP No. 69 Tahun 1999 adalah mengenai keterangan yang tidak boleh dicantumkan pada label. Pada unsur label ini, produk yang tidak memenuhi pemenuhan syarat unsur berasal dari produk yang masih memuat keterangan yang tidak benar dan menyesatkan. Keterangan tersebut memuat klaim atau pernyataan yang berkaitan dengan produk. Klaim adalah segala bentuk uraian yang menyesatkan, menyarankan, atau secara tidak langsung menyatakan karakteristik suatu pangan (BPOM 2011). Dari 95 produk dan delapan buah iklan televisi, terdapat 55 produk dan delapan buah iklan memuat berbagai klaim yang menyesatkan. Klaim tersebut diantaranya adalah klaim objketif, klaim subjektif, klaim dua arti, dan klaim tidak rasional. BPOM (2004) menyatakan bahwa informasi yang terkandung pada klaim harus bersifat objektif, tetapi tidak berlebihan sehingga konsumen dapat memilih produk yang dikonsumsinya secara tepat. Klaim juga harus melampirkan data ilmiah atau referensi yang akurat. Selain adanya klaim yang menyesatkan pada label, tujuh dari sepuluh iklan yang diamati dalam penelitian ini juga mengandung klaim yang mengelabui dan menyesatkan konsumen. Sama halnya seperti klaim yang terdapat dalam label pangan, klaim pada iklan juga didominasi oleh klaim subjektif. Menurut Chakraborty dan Harbaugh (2014), klaim subjektif ini didefinisikan sebagai pujipujian yang berlebihan terhadap suatu produk. Pujian yang terlalu berlebihan ini dianggap membahayakan konsumen sebab akan memberikan informasi yang mengelabui.Sementara itu, penentuan iklan yang menyesatkan atau mengelabui bukanlah hal yang mudah. Iklan pangan yang beredar pada media diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya memuat ketentuan bahwa iklan pangan tersebut dilarang memberikan keterangan atau pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan. EPI memuat tata krama dan tata cara periklanan. Bagian EPI yang dijadikan bahan analisis adalah Bab III A mengenai tata krama yang terdiri dari 4 subbab yaitu isi iklan, ragam iklan, pemeran iklan, dan wahana iklan. Iklan Promina Bubur Tim telah melanggar ketentuan tata krama isi iklan dengan menggunakan kalimat “satu-satunya bubur tim praktis saji”. Hal ini sulit dibuktikan dan dipertanggungjawabkan karena masih ada beberapa produk bubur tim cepat saji merek lain yang berada di pasaran. Lima iklan produk pangan yang diperuntukkan bagi bayi dimuat di media massa (televisi), yaitu produk Promina
33 Bubur Bayi extra susu, Promina Biskuit Bayi, Promina Bubur Tim, Milna Bubur Bayi Beras Merah Salmon, dan SUN Bubur Bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan unsur syarat label dan klaim yang terdapat pada kemasan dan iklan televisi masih belum terpenuhi secara sempurna. Masih terdapat penyimpangan, yang ditunjukkan dengan adanya pelanggaran akan ketidaksesuaian label dan klaim pada kemasan serta iklan televisi dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pada kasus iklan, didapatkan hasil bahwa beberapa produk yang melanggar dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contohnya adalah iklan pada produk Milna biskuit bayi yang melanggar pasal 9 ayat 1 poin i UUPK yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain. Menurut Kesuma (2012) larangan mendiskreditkan produk lain bertujuan agar konsumen mempunyai kebebasan memilih berdasarkan pengetahuannya sendiri terhadap produk pangan tanpa dipengaruhi oleh iklan yang bersifat mendiskreditkan produk lain yang sejenis. Namun, menurut tata krama isi iklan EPI, perbandingan langsung pada iklan dapat dilakukan, namun hanya terhadap aspek-aspek teknis produk (yang terlihat) dan dengan kriteria yang cukup sama. Adanya bukti-bukti pelanggaran pada label dan iklan menunjukkan bahwa pelaku usaha telah melanggar pasal 8 ayat 1 poin a dan i serta pasal 17 ayat 1 poin a dan f. Tujuh dari sepuluh iklan yang diamati juga telah melanggar pasal 17 ayat 1 poin c karena telah mengiklankan produk yang memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang dan/atau jasa. Selain itu juga telah melanggar tata krama dan tata cara periklanan Indonesia berkenaan dengan isi iklan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pelanggaran tersebut telah mencederai hak konsumen, seperti yang tercantum pada pasal 4 ayat c yaitu hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menjadikan produk olahan beras sebagai objek penelitiannya. Produk olahan beras yang ditemukan di pasaran terdiri atas beberapa jenis makanan dan minuman, seperti tepung beras dan ketan, bihun, kwetiauw, sup, makanan bayi, snacks atau makanan ringan, dan minuman kesehatan. Secara keseluruhan, sebagian besar label pangan pada kemasan produkproduk olahan beras yang diamati sudah sesuai dengan PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa keseluruhan contoh telah memenuhi 97.9 persen kriteria teknis pencantuman label, 85.3 persen kriteria tulisan label, 86.1 persen kriteria keterangan minimum label, 86.1 persen keterangan lain pada label dan 88.2 persen kriteria keterangan yang dilarang. Salah satu pelanggaran yang terjadi adalah adanya klaim yang mengelabui konsumen. 55 dari 95 label pangan serta 7 dari 10 iklan produk olahan beras mengandung klaim yang mengelabui konsumen. Produk yang paling banyak
34 melanggaradalah produk makanan bayi. Klaim yang mengelabui konsumen terbagi atas empat, yaitu objektif, subjektif, dua arti dan irasional. Pada penelitian ini, klaim yang paling banyak ditemukan dan dianggap mengelabui konsumen adalah klaim subjektif. Adanya penyimpangan atas ketidaksesuaian unsur label dan klaim yang mengelabui menandakan bahwa hal tersebut telah mencederai hak-hak konsumen seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), khususnya hak konsumen atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan serta hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur.
Saran Melihat hasil penelitian yang menunjukkan masih adanya label produk serta iklan yang tidak memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku maka disarankan kepada pemerintah untuk melakukan sistem pengawasan yang lebih baik lagi. Meski sudah ada BPOM yang mengawasi peredaran makanan dan minuman, tetapi hal tersebut belum cukup. Pemerintah perlu membentuk atau mendirikan sebuah badan khusus yang menangani permasalahan label dan iklan pangan. Selain itu, pemerintah disarankan lebih gencar dalam menggiatkan sosialisasi peraturan label dan iklan pangan kepada para produsen agar mereka menaati peraturan yang berlaku sehingga nantinya tidak mencederai hak-hak konsumen. Konsumen juga disarankan lebih berhati-hati dan memperhatikan kewajiban mereka, yaitu untuk membaca label pada kemasan makanan terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian. Penelitian ini memiliki tingkat subjektifitas yang tinggi sehingga peran tenaga ahli sangat dibutuhkan dalam penelitian seperti ini. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memakai bantuan dari para ahli agar diperoleh data yang bisa dipercaya.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni A. 2007. Analisis Statistik tentang Tingkat Keekenomisan dan Kadar Gizi dari Beberapa Merek Bubur Susu Instan (Studi Kasus Pertambahan Berat Badan Bayi Berdasarkan Bubur Susu Instan Ekonomis) [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember [BALITBANGTAN] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis 2005. Departemen Pertanian [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.1.2569. tentang Kriteriadan Tata Laksana Penilaian Produk Pangan. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Informasi Nilai Gizi Produk Pangan. Info POM 10(5): 1-12. ISSN 1829-9334 [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2010. Pangan Produk Rekayasa Genetika dan Pengkajian Keamanannya di Indonesia. Info POM 11(1): 1-12.
35 [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Laporan Kinerja Triwulan III Tahun 2013. [internet]. [diunduh pada 26 April 2014]. Tersedia pada: http://www.pom.go.id/ppid/rar/R2TN-TW2-2013.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Rata-rata Konsumsi Kalori (KKal) per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan 1999, 2002-2013. [internet]. [diakses pada 5 Juli 2014]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?ka t=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=05¬ab=5 Bungin B. 2011. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta (ID): Kencana. Chakraborty A, Harbaugh R. 2014. Persuasive Puffery. Marketing Science. 33(3): 382-400. ISSN: 0732-2399 Cowburn G, Stockley L. 2004. Consumer understanding and use of nutrition labeling: a systematic review. Journal Public Health Nutrition. 8(1): 21-28. [DPI] Dewan Periklanan Indonesia (ID). 2005. Etika Pariwara Indonesia. Jakarta (ID). Dwiayusari W. 2013. Analisi Isi Label Pangan dan Klaim pada Kemasan roduk Bumbu Instan dan Bumbu Pelengkap [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1 Edisi 6. Jakarta (ID): Binarupa Aksara Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Kencana Fadil A. 2014. Perlindungan Konsumen terhadap Produk Makanan Impor yang Tidak Mencantumkan Label Bahasa Indonesia Dikaitkan dengan Undangundang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen [skripsi]. Bandung ID: Universitas Padjajaran Gbettor EMA, Avorgah SMK, Adigbo ED. 2013. Exploring Consumer Knowledge and Usage of Label Information In Ho Municipality of Ghana. European Scientific Journal 9(28): 297-311 Goddard A. 1998. The Language of Advertising. New York (NY): Routledge Gunanta P. 2007. Mempelajari Pemenuhan Syarat Label dari Beras Berlabel di Beberapa Pasar Swalayan Jakarta [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor Ismail R. 2011. Food and Consumer Protection: A Study on Food Legislation of Selected Countries. ASLI Working Paper Series No. 017. Singapore Kesuma NE. 2012. Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku: studi kasus pada tabloid NOVA, Majalah Kartini, dan Majalah Ayah Bunda periode penerbitan April – September 2012 [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor Kurniati Y. 2004. Tanggung jawab pelaku usaha pangan olahan dihubungkan dengan sertifikasi dan labelisasi halal dalam rangka perlindungan konsumen [tesis]. Bandung ID: Universitas Padjajaran Kurniawan HSA. 2008. Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Massa terhadap Peraturan Perundang-undangan: Studi Kasus pada Harian Kompas,
36 Republika, Koran Tempo, Pikiran Rakyat, dan Radar Bogor Periode Agustus-Nopember 2007 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Macnamara J. 2005. Media content analysis: Its uses, benefits and Best Practice Methodology. Asia Pacific Public Relation Journal 6 (1): 1-34 Maradhika V. 2012. Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor Marhaeni D. 2012. Iklan Anak-anak dan Etika Media pada Tayangan Iklan Produk Makanan dan Minuman di Televisi. Acta diurnA. 8(2): 8-13 Mensah O, Rose LD, Aidoo R. 2012. Consumer’s use and understanding of food label information and efeect on their purchasing decision in Ghana: a case study of kumasih metropolis. Asian Journal of Agriculture and Rural Development. 2(3): 351-365 Menteri Sekretaris Negara. 1999. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Menteri Sekretaris Negara. Moniharapon E, Sumarwan U, Khomsan A. 2009. Analisis Klaim Iklan dan Label pada Produk Pangan. Journal Media Gizi dan Keluarga. 23(2): 36-45 Mulyaningsih E. 2004. Legalitas Label Halal dan Tingkat Kepedulian Konsumen di Jakarta terhadap Label Halal Produk Olahan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Nielsen. 2014. Pertumbuhan Belanja Iklan. [internet] [diakses pada 5 Juli 2014]. Tersedia pada: http://www.nielsen.com/content/corporate/id/en/pressroom /2014/nielsen-pertumbuhan-belanja-iklan-berjalan-perlahan.html Pratiwi NF. 2013. Analisis Isi Iklan Produk dengan Klaim Hijau pada Surat Kabar[skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor Peterson RT. 1998. The Portrayal of Children’s Activities in Television Commercial: A Content Analysis. Journal of Business Ethics 14(1): 15411549 Resnik A, Stern BL. 1977. An Analysis of Information Content in Television Advertising. Journal of Marketing (pre-1986). 41(1): 50-53 [SETJEN-PERTANIAN] Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan. 4(2): 8-18 Sayre S. 1992. Content Analysis as a Tool for Consumer Research. Journal of Consumer Marketing 9 (1):15-25 Silayoi P, Speece M. 2005. The Importance of packaging attributes: a conjoint analysis approach. European Journal of Marketing 41(11/12): 1495-1517. DOI: 10.1108/03090560710821279 Singha K. 2013. Paddy Processing Mills in India: An Analysis. Journal of Rice Research 1 (2): 115-119. doi: 10.4172/jrr.1000115 Sumarwan U. Peran Ilmu Konsumen dalam Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Hak atas Informasi. Orasi Ilmiah Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor; 2006 Juni 24; Bogor, Indonesia. Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Edisi ke-2. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Susanto. 2008. Pengaruh Label Kemasan Pangan terhadap Keputusan Siswa Menengah Atas dalam Membeli Makanan Ringan di Kota Bogor [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor
37 Tengposathon K, Nanthaicahi K, Mason R, Rimkeeree H. 2006. Consumer preference of rice-based products: cross cultural study between Thailand and Australia. Journal of Agricultural Technology 2 (2): 137-153 Wilkinson HC, Champagne ET. 2004. Value-Added Rice Product in Today’s Market. ProQuest Agriculture Journals 49 (3): 134-138 Xie-xie G, Boush DM. 2011. How Susceptible are Consumer to Deceptive Advertising Claims? A Retrospective Look at The Experimental Research. The Marketing Review 11(3): 293-314. ISSN 469-347X [YLKI] Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. 2012. Survey: Sudah seimbangkah pola makan keluarga anda?. [internet] [diakses pada 5 Juli 2014] Tersedia pada: http://www.ylki.or.id/seimbangkah-pola-makankeluarga-anda/
38
LAMPIRAN Lampiran 1 Dokumentasi pelabelan dan macam olahan beras
39
Lampiran 2 Pemenuhan syarat label pada produk olahan beras berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan KML
KLL
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√ √ √ √ -
√ -
√ -
√ √
-
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √ -
√
-
-
-
TBS
X
√ √ √ √ - √ - √ - √ - √ - √ - √ √ √ - √ - √ √ √ - √ - √ √ √
TTB A KZG LU PNL
√ √
√ √ √
DBO
X X X
X
A
√
√ √ √ √ √ √ √ √
TBM
√ √ √ √ √ √ √ √
X X
BTP
√
X X X X X
OT
-
SBBI
√ √
X X √ √ X √ X √ √
RG
√ √ √ √
√ √ √ √ √
IP
X √
X X
KG
√ √ √ √ √
√ √
KP
X
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
PH
√ √
MBP
X X √
TK
√ √
NPP
K
√ √ X X X √ √ √ √ X √ √ √ X √
NdA
TL
BB
Tepung Beras Putih Asli Rosebrand Tepung Ketan Putih Asli Rose Brand Bộť Nểp Lộc Glutinous Rice Starch BộT GẠO LỌC Rice Starch Giant Tepung Ketan BERSAMA BIEHUN KAF A1 BIHUN BERAS Super Bihun AAA Lima Saudara Super Bihun Cap Burung Hong Super Bihun Cap Putri Salju Bihun Super SEGI TIGA Super Bihun Cap Dua Bebek MAMA Rice Vermicelli Bihun Naga Burung
TPL
DB
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Merek
Npro
No
KD
-
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan
40
KML
SBBI
OT
BTP
TBM
DBO
PNLA
KZGLU
TTBA
TBS
√ √
RG
√ √
IP
X X √
KG
X X √
KP
√
NPP
X
√ √ √ √ √ -
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
-
-
-
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
X X X
-
-
√ √ √
√ √ √ √ √ √
-
-
-
√ √ √
-
-
-
-
-
-
-
X X
-
-
√ √ √
√ √ √ √
-
-
-
√ √
√ √ -
-
-
-
-
-
√ √ √ √ √ √
X X X X X X
X X
√ √ √ √ √ √ √ √
√
X
√ √ √
√ √ √
√
√ √
√ √
√ √
-
√
√
√
√ √ √
√ √
√ √
X
KD
PH
28 29
X
√ √ √ √ √ √
MBPK
25 26 27
√ √ √ √ √ √ √ √
X X √ √ √ √ X X
TK
24
X X
√ √ √ √ √ √ √ √
TL
NdA
Pop Bihun Spesial Rasa Soto Ayam Pop Bihun Spesial Goreng Super Bihun Goreng Super Bihun Rasa Baso Sapi Super Bihun Kuah PaPa Rice Vermicelli Thai Tom Yum MYOJO Segera Bi Hun Soto MYOJO Instant Bee Hoon Thai Thom Yam Flavour MYOJO Instant Bee Hoon ChickenFlavour Wai Wai Rice Stick MAMA Pad Thai PaPa Instant Rice Noodles Clear Soup Flavour PaPa Instant Rice Noodles Chicken Super Bubur Original
TPL
BB
16 17 18 19 20 21 22 23
DB
Merek
Npro
No
KLL
√
√
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Ketxerangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan
41
KML
√
X
√
X
-
-
TBS
-
-
-
-
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√ √
-
-
√ √ √ √ √
-
-
-
-
-
-
√
√ √
-
-
-
-
√ -
-
-
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
KP
-
√ √
NPP
√
TTBA
√
√
KZGLU
X
√
PNLA
√
√
DBO
√
√ √
TBM
X
-
X X X
-
-
BTP
√
√ √
X X
√ √ √ √ √
X X X
OT
√ √ √ √ √
√ √
SBBI
√ √ √
√ √ √ √ √
X
√ X X X
X X X X X
RG
X
√
√ √ √ √ √
IP
√
√ √
KD
KG
√ √ √ √ √
PH
41
√ √ √ √ √
MBPK
40
√
√ √ √ √ √
TK
35 36 37 38 39
√ √ √ √
NdA
Super Bubur Rasa Abon Sapi Super Bubur Rasa Soto Ayam Risotto Bubur Instan Rasa Soto Risotto Bubur Instan Rasa Baso Sapi Risotto Bubur Instan Rasa Ayam Bawang PaPa Instan Kua Chap Tom Kha Kai Monde Serena Snack Want & Want Shelly Senbei Bin Bin Snow Rice Crackers Bin Bin Rice Crackers Seaweed Flavour Bin Bin Rice Crackers Original Flavour PEITIEN Crackers Beras Rumput Laut
TL
BB
30 31 32 33 34
TPL
DB
Merek
Npro
No
KLL
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ - √ - √ - √
√ √ √ √ √
-
-
√ -
-
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan.
42
KML
KLL
KD
DB
BB
NdA
TK
MBPK
PH
NPP
KG
IP
RG
SBBI
OT
BTP
TBM
DBO
PNLA
KZGLU
TTBA
TBS
PEITIEN Crackers Kuning Telur
Krim
√
X
√
√
X
√
X
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Fitbar (Fruits Fitbar) Fitbar (Fruits Fitbar) Fitbar (Nuts Fitbar) Nyam Nyam Bubble Puff Strawberry Nyam Nyam Bubble Puff Blueberry Nyam Nyam Bubble Puff Choco Smax Rice Stick Gery Krekers Beras Asin Gery Krekers Beras Rasa Keju Kellogg's Rice Krispies (Toasted Rice Cereal) Nestle Cerelac Bubur Sereal Beras Putih Nestle Cerelac Bubur Sereal Wortel, Bayam, dan Labu Nestle Cerelac Bubur Sereal Apel, Jeruk, dan Pisang
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √
-
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
-
-
-
√
-
-
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
X X X X X X
X
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
53 54 55
Merek Beras
TPL
TL
X X X
-
KP
Npro
42
No
√ √ √ -
√ √ √
√ √ √ √ √
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan.
43
KML
KP
KG
IP
RG
SBBI
OT
BTP
TBM
DBO
PNLA
KZGLU
TTBA
TBS
68
-
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
-
-
-
-
-
-
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
-
-
-
√ √ √ √
√ √ √ √
-
-
-
-
-
-
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
NPP
67
-
PH
66
-
MBPK
62 63 64 65
√ √ √ √ √
TK
61
KD
√ √ √ √ √
NdA
Nestle Cerelac Beras Merah Nestle Cerelac Kacang Hijau Nestle Cerelac Ayam dan Bawang Promina Bubur Bayi Beras Merah Promina Bubur Bayi Beras Merah dan Daging Ayam Promina Bubur Bayi Kacang Hijau Extra Susu Promina Bubur Bayi Ayam dan Sayur Promina Bubur Bayi Pisang Promina Bubur Bayi Sari Buah Promina Bubur Tim Beras Merah Salmon Saus Jeruk Promina Bubur Tim Ayam dan Brokoli Promina Bubur Tim Beras Merah, Pasta Ayam, dan Bayam Promina Bubur Tim Ikan Bilis dan Sayuran
TL
BB
56 57 58 59 60
TPL
DB
Merek
Npro
No
KLL
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √ √
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan.
44
KML
RG
SBBI
OT
TBM
DBO
PNLA
KZGLU
TTBA
TBS
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ X
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
-
-
-
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
X
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
X
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
X
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
X
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√ √ √ √ √
BTP
IP
80
KG
79
√
KP
78
√
NPP
77
√
PH
76
MBPK
75
TK
70 71 72 73 74
NdA
Promina Sereal Coklat Pisang dan Susu Promina Sereal Strawberry dan Jeruk Promina Nasi Tim Promina Biskuit Bayi Beras Merah Milna Biskuit Bayi Beras Merah Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Pisang Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Ayam Milna Goodmil Bubur Bayi Peach Stroberi Jeruk Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Semur Ayam Milna Bubur Bayi Ayam Manis Teriyaki Milna Bubur Bayi Sup Ayam Wortel Labu
TL
BB
69
TPL
DB
Merek
KD
Npro
No
KLL
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan.
45
KML
IP
RG
SBBI
OT
TBM
DBO
PNLA
KZGLU
TTBA
TBS
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ X √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
-
-
-
√ √ √ √
√ √ √ √
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√ √
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
√ √ √ √
BTP
KG
√
KP
√
NPP
90
√
PH
89
MBPK
88
TK
87
NdA
83 84 85 86
TL
BB
82
Milna Bubur Bayi Sup Ayam Jagung Manis Milna Bubur Bayi Tim Hati Ayam Bayam Milna Bubur Bayi Ayam Bayam SUN Bubur Sereal Susu Beras Merah SUN Bubur Sereal Susu Pisang Susu SUN Bubur Sereal Susu Brokoli dan Wortel SUN Bubur Sereal Susu Jeruk, Apel, dan Pisang SUN Bubur Sereal Susu Ayam Kampung dan Bayam SUN Bubur Lanjutan Instan Stroberi dan Apel SUN Bubur Lanjutan Instan Coklat dan Susu
TPL
DB
81
Merek
KD
Npro
No
KLL
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradi nasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan.
46
KML
SBBI
TBM
DBO
PNLA
KZGLU
TTBA
TBS
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
-
-
-
√ √ √ √
√ √ √ √
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√ -
-
√
-
-
-
√
√ -
-
-
-
-
-
BTP
RG
√ √ √ √
OT
IP
√ √ √ √
KG
√ √ √ √
KP
√ √ √ √
NPP
√ √ √ √
PH
TK
√ √ √ √
TL
MBPK
NdA
SUN Tim Instan Beras Merah √ SUN Tim Instan Ayam dan Sayur √ SUN Tim Instan Ati Ayam √ SUN Tim Instan Tomat, Wortel, dan √ Ayam Mustika Ratu Beras Kencur √
BB
95
TPL
DB
91 92 93 94
Merek
KD
Npro
No
KLL
Keterangan : TPL: Teknis Pencantuman label; TL : Tulisan pada Label; KML : Keterangan Minimum Label; Npro: Nama Produk; DB: Daftar Bahan; BB: Berat Bersih; NdA: Nama dan Alamat Produsen; TK: Tanggal Kadarluarsa; KLL: Keterangan Lain pada Label; MPBK: Manfaat Pangan Bagi Kesehatan; PH: Pernyataan Tentang Halal; NPP: Nomor Pendaftaran Pangan; KP: Kode Produksi; KG: Kandungan Gizi; IP: Iradiasi Pangan; RG: Rekayasa Genetika; SBBI: Sintesis dari Bahan Baku Ilmiah; OT: Olahan Tertentu; BTP: Bahan Tambahan Pangan; KD: Keterangan yang Dilarang; TBM: Tidak Benar dan Menyesatkan; DBO: Dapat Berfungsi Sebagai Obat; KZGLU: Kandungan Zat Gizi Lebih Unggul dari Produk Lain; TTBA: Terbuat dengan Tanpa (sebagian) Bahan Alamiah; PNLA: Pencantuman Nama dan Lembaga Analisis; TBS: Terbuat dari Bahan Segar Apabila Terbuat dari Bahan Setengah Jadi; (√) : Memenuhi; (x): Belum Memenuhi; (-): Tidak Dicantumkan.
47
Lampiran 3 Kategori produk olahan beras berdasarkan merek, ukuran, bentuk, dan perusahaan Merek
No.
Ukuran
Bentuk
Produsen
Distributor
1
Tepung Tepung Beras Putih Asli Rose Brand
500 g
Kemasan plastik
PT Budi Makmur Perkasa
-
2
Tepung Ketan Putih Asli Rose Brand
500 g
Kemasan plastik
PT Budi Makmur Perkasa
-
3
Bộť Nểp Lộc Glutinous Rice Starch
400 g
Kemasan plastik
Bich - Chi Food Co.
IKAD
4
BộT GẠO LỌC Rice Starch
400 g
Kemasan plastik
Bich - Chi Food Co.
IKAD
5
Giant Tepung Ketan
500 g
Kemasan plastik
Harum Sari Perkasa
PT Hero Supermarket Tbk
6
Bihun BERSAMA BIEHUN
-
Kemasan plastik
-
-
7
KAF
200 g
Kemasan plastik
PT Kafindo Citra Rasa
-
8
A1 BIHUN BERAS
500 g
Kemasan plastik
PT Anugrah Indo Mandiri
-
9
Super Bihun AAA Lima Saudara
450 g
Kemasan plastik
PT Arta Anugrah Alam
-
10
Super Bihun Cap Burung Hong
450 g
Kemasan plastik
Sumber Alam
-
11
Super Bihun Cap Putri Salju
150 g
Kemasan plastik
-
-
12
Bihun Super SEGI TIGA
-
Kemasan plastik
-
-
13
Super Bihun Cap Dua Bebek
250 g
Kemasan plastik
Harum Sari
-
14
MAMA Rice Vermicelli
400 g
Kemasan plastik
15
Bihun Naga Burung
500 g
Kemasan plastik
President Rice Products Public Company Limited PT Harum Sari Prima Food Industries
16
Bihun Instan Pop Bihun Spesial Rasa Soto Ayam
63 g
Kemasan plastik
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
17
Pop Bihun Spesial Goreng
77 g
Kemasan plastik
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
18
Super Bihun Goreng
65 g
Kemasan plastik
PT Kuala Pangan
-
19
Super Bihun Rasa Baso Sapi
51 g
Kemasan plastik
PT Kuala Pangan
-
Induk Koperasi TNI Angkatan Darat Jakarta
48
Merek
No.
Ukuran
Bentuk
Produsen
Distributor
20
Super Bihun Kuah
51 g
Kemasan plastik
PT Kuala Pangan
21
PaPa Rice Vermicelli Thai Tom Yum
55 g
Kemasan plastik
CV Berkah Maju Jaya
22
MYOJO Segera Bihun Soto
55 g
Kemasan plastik
President Rice Products Public Company Limited Nissin Foods Pte Ltd
23
55 g
Kemasan plastik
Nissin Foods Pte Ltd
PT KartikaWira Adisukses
24
MYOJO Instant Bee Hoon Thai Thom Yam Flavour MYOJO Instant Bee Hoon ChickenFlavour
55 g
Kemasan plastik
Nissin Foods Pte Ltd
PD Aneka Jaya
25
Kwetiauw Wai Wai Rice Stick
375 g
Kemasan plastik
PT Kafindo Citra Rasa
26
MAMA Pad Thai
150 g
Kemasan plastik
President Rice Products Public Company Limited
Induk Koperasi TNI Angkatan Darat Jakarta
27
55 g
Kemasan plastik
55 g
Kemasan plastik
President Rice Products Public Company Limited President Rice Products Public Company Limited
CV Berkah Maju Jaya
28
Kwetiauw Instan PaPa Instant Rice Noodles Clear Soup Flavour PaPa Instant Rice Noodles Chicken Flavour
29
Bubur Instan Super Bubur Original
45 g
Kemasan plastik
PT Dellifood Sentosa Corpindo
-
30
Super Bubur Rasa Abon Sapi
49 g
Kemasan plastik
PT Dellifood Sentosa Corpindo
-
31
Super Bubur Rasa Soto Ayam
48 g
Kemasan plastik
PT Dellifood Sentosa Corpindo
-
32
Risotto Bubur Instan Rasa Soto
39.5 g
Cup
PT Simba Indosnack Makmur
-
33
Risotto Bubur Instan Rasa Baso Sapi
39.5 g
Cup
PT Simba Indosnack Makmur
-
34
Risotto Bubur Instan Rasa Ayam Bawang
39.5 g
Cup
PT Simba Indosnack Makmur
-
35
Sup PaPa Instan Kua Chap Tom Kha Kai
Kemasan plastik
President Rice Products Public Company Limited
50 g
PD Aneka Jaya
-
CV Berkah Maju Jaya
CV Berkah Maju Jaya
49
No.
Merek
Ukuran
Bentuk
50 g
Kemasan plastik
Produsen
Distributor
36
Snack Monde Serena Snack
37
Want & Want Shelly Senbei
38
Bin Bin Snow Rice Crackers
150 g
Kemasan plastik
Namchow LTD.
PT Dinamik Multi Sukses
39
Bin Bin Rice Crackers Seaweed Flavour
160 g
Kemasan plastik
Namchow LTD.
PT Dinamik Multi Sukses
40
Bin Bin Rice Crackers Original Flavour
100 g
Kemasan plastik
Namchow LTD.
PT Dinamik Multi Sukses
41
PEITIEN Crackers Beras Rumput Laut
130 g
Kemasan plastik
Pei Tien Food Co., LTD.
PT Aji Ichiban Indonesia
42
130 g
Kemasan plastik
Pei Tien Food Co., LTD.
PT Aji Ichiban Indonesia
43
PEITIEN Crackers Beras Krim Kuning Telur Fitbar (Fruits Fitbar)
25 g
Bar
PT Tata Nutrisana
PT Sanghiang Perkasa
44
Fitbar (Chocolate Fitbar)
25 g
Bar
PT Tata Nutrisana
PT Sanghiang Perkasa
45
Fitbar (Nuts Fitbar)
25 g
Bar
PT Tata Nutrisana
-
46
Nyam Nyam Bubble Puff Strawberry
18 g
Cup
PT ARNOTT'S INDONESIA
-
47
Nyam Nyam Bubble Puff Blueberry
18 g
Cup
PT ARNOTT'S INDONESIA
-
48
Nyam Nyam Bubble Puff Choco
18 g
Cup
PT ARNOTT'S INDONESIA
-
49
Smax Rice Stick
50 g
Kemasan plastik
PT Pacific Food Indonesia
-
50
Gery Krekers Beras Asin
6g
Kemasan plastik
Want Want Foods Ltd.
51
Gery Krekers Beras Rasa Keju
6g
Kemasan plastik
Want Want Food Ltd.
130 g
Karton
PT Sukanda Djaya
120 g
Karton
Nestle Manufacturing (Malaysia) Sdn. Bhd.
PT Nestle Indonesia
120 g
Karton
Nestle Manufacturing (Malaysia) Sdn. Bhd.
PT Nestle Indonesia
52
53 54
Sereal
-
Sereal Kellogg's Rice Krispies (Toasted Rice Cereal) Makanan Bayi Nestle Cerelac Beras Putih Nestle Cerelac Bubur Bayam, dan Labu
PT Nissin Biscuit Indonesia
Wortel,
PT Garudafood Putra Putri Jaya PT Garudafood Putra Putri Jaya -
50
No. 55
Merek
Ukuran
Bentuk
Produsen
Distributor
Karton
Nestle Manufacturing (Malaysia) Sdn. Bhd.
56
Nestle Cerelac Bubur Sereal Apel, Jeruk, 120 g dan Pisang Nestle Cerelac Beras Merah 20 g
Karton
PT Nestle Indonesia
-
57
Nestle Cerelac Kacang Hijau
20 g
Karton
PT Nestle Indonesia
-
58
Promina Bubur Bayi Beras Merah
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
59
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
61
Promina Bubur Bayi Beras Merah dan 120 g Daging Ayam Promina Bubur Bayi Kacang Hijau Extra 120 g Susu Promina Bubur Bayi Ayam dan Sayur 120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
62
Promina Bubur Bayi Pisang
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
60
Promina Bubur Bayi Sari Buah
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
61
Promina Bubur Tim Beras Merah Salmon 100 g Saus Jeruk Promina Bubur Tim Ayam dan Brokoli 100 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
64
Promina Bubur Tim Beras Merah, Pasta 100 g Ayam, dan Bayam Promina Bubur Tim Ikan Bilis dan Sayuran 100 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
65
Promina Sereal Coklat Pisang dan Susu
100 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
66
Promina Sereal Strawberry dan Jeruk
100 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
67
Promina Nasi Tim
100 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
68
Promina Biskuit Bayi Beras Merah
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
69
Milna Biskuit Bayi Beras Merah
130 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
70
Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
60
62 63
PT Nestle Indonesia
51
No.
Merek
Ukuran
71
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
74
Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Pisang Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Ayam Milna Goodmil Bubur Bayi Peach Stroberi Jeruk Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Semur Ayam Milna Bubur Bayi Ayam Manis Teriyaki
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
75
Milna Bubur Bayi Sup Ayam Wortel Labu
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
Milna Bubur Bayi Sup Ayam Jagung Manis
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
76
Milna Bubur Bayi Tim Hati Ayam Bayam
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
77
Milna Bubur Bayi Ayam Bayam
120 g
Karton
PT Sanghiang Perkasa
-
78
SUN Bubur Sereal Susu Beras Merah
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
79
SUN Bubur Sereal Susu Pisang Susu
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
80
SUN Bubur Sereal Susu Brokoli dan Wortel
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
81
SUN Bubur Sereal Susu Jeruk, Apel, dan Pisang SUN Bubur Sereal Susu Ayam Kampung dan Bayam SUN Bubur Lanjutan Instan Stroberi dan Apel SUN Bubur Lanjutan Instan Coklat dan Susu SUN Tim Instan Beras Merah
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
72 73
82 83 84 85
Bentuk
Produsen
Distributor
52
No.
Merek
Ukuran
Bentuk
Produsen
Distributor
86 87
SUN Tim Instan Ayam dan Sayur SUN Tim Instan Ati Ayam
120 g 120 g
Karton Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
88
SUN Tim Instan Tomat, Wortel, dan Ayam
120 g
Karton
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
-
95
Minuman Kesehatan Mustika Ratu Beras Kencur
200 ml
Karton
PT Mustika Ratu Tbk
-
Lampiran 4 Kategori klaim pada label kemasan produk olahan beras No.
Merek
Tepung 1 Tepung Beras Putih Asli Rose Brand 2
Tepung Ketan Putih Asli Rose Brand
Bihun 3 BERSAMA BIEHUN
Klaim
Isi klaim
Sifat klaim
Tepung beras asli dan murni
Bahan pembuat
Objektif
Tepung Ketan asli dan murni
Bahan pembuat
Objektif
Bahan beras pilihan berkualitas super dan diolah dengan metode Bihun yang sangat lezat dan bergizi, terbuat dari beras pilihan terbaik, diproses dengan cara higienis, tidak mengandung bahan kimia, pewarna atau pengawet. Mutu dan kebersihan terjamin dengan baik Beras pilihan
Bahan pembuat
Subjektif
Bahan pembuat
Subjektif
Bahan pembuat
Subjektif
Bahan pembuat
4
Super Bihun Cap Burung Hong
5
Bihun Super SEGI TIGA
6
Super Bihun Cap Dua Bebek
7
MAMA Rice Vermicelli
Beras pilihan terbaik, tidak mengandung bahan kimia, pewarna atau pengawet. Gluten free
8
Bihun Naga Burung
Kualitas pilihan, beras pilihan
Bahan pembuat cara pembuatan
dan
Subjektif
Subjektif Subjektif
53
No.
Merek
Klaim
Isi klaim
Sifat klaim Objektif
Pop Bihun Spesial Rasa Soto Ayam
Terbuat dari beras
10
Pop Bihun Spesial Goreng
Terbuat dari beras
11
Super Bihun Goreng
Instant bihun lezat, rasanya enak; mudah sekali memasaknya
12
Super Bihun Rasa Baso Sapi
13
Super Bihun Kuah
14
PaPa Rice Vermicelli Thai Tom Yum
Rasanya enak; mudah sekali memasaknya Made from 100% rice
15
Kwetiauw MAMA Pad Thai
Simply ready in minute
Cara penyajian
Objektif
16
PaPa Instant Rice Noodles Clear Soup Flavour
Gluten free, low fat
Isi kandungan
Subjektif
17
PaPa Instant Rice Noodles Chicken Flavour
Gluten free, low fat
Isi kandungan
Subjektif
18
Bubur Instan Super Bubur Original
Bubur instan bergizi
Bahan pembuat
Subjektif
19
Super Bubur Rasa Abon Sapi
Bubur instan bergizi
bahan pembuat
Subjektif
20
Super Bubur Rasa Soto Ayam
Bubur instan bergizi
bahan pembuat
subjektif
Bahan pembuat dan cita rasa Bahan pembuat
Subjektif
9
Rasanya enak; mudah sekali memasaknya
Bahan pembuat, Bahan pembuat Bahan pembuat, cita rasa, dan cara pembuatan Cita rasa dan cara pembuatan Cita rasa dan cara pembuatan Bahan pembuat
Objektif Subjektif
Subjektif Subjektif Subjektif
Snack 21
Monde Serena Snack
Tekstur yang lembut dan aroma yang lezat dapat dinikmati oleh semua kalangan
22
Fitbar (Fruits Fitbar)
Source of fiber (110 KAL)
23
Fitbar (Chocolate Fitbar)
Bahan pembuat
Subjektif
24
Fitbar (Nuts Fitbar)
Source of fiber (90 KAL) Source of fiber (110 KAL)
Bahan pembuat
Subjektif
Smax Rice Stick
Terbuat dari butir-butir beras bermutu
Bahan pembuat
Subjektif
25
Subjektif
54
No.
Merek
Klaim
Isi klaim
Sifat klaim
26
Sereal Kellogg's Rice Krispies (Toasted Rice Cereal)
Made from real grain
Bahan pembuat
Subjektif
27
Makanan Bayi Promina Bubur Bayi Beras Merah
Bubur bayi bergizi
Kandungan gizi
Subjektif
28
Promina Bubur Bayi Beras Merah dan Daging Ayam
Bubur bayi bergizi
Kandungan gizi
Subjektif Subjektif
Promina Bubur Bayi Ayam dan Sayur
Bubur bayi bergizi dan kandungan susu yang lebih banyak Bubur bayi bergizi
Kandungan gizi
Promina Bubur Bayi Kacang Hijau Extra Susu
Kandungan gizi
Subjektif
31
Promina Bubur Bayi Pisang
Bubur bayi bergizi
Kandungan gizi
Subjektif
32
Promina Bubur Bayi Sari Buah
Bubur bayi bergizi
Kandungan gizi
Subjektif
33
Milna Biskuit Bayi Beras Merah
Ahlinya makanan bayi
Milna Bubur Bayi Beras Merah
29 30
Subjektif
35
Milna Bubur Bayi Beras Merah Pisang
Nutrisi lengkap dan seimbang, ahlinya makanan bayi Ahlinya makanan bayi
36
Milna Bubur Bayi Beras Merah Ayam
Ahlinya makanan bayi
Subjektif
37
Milna Bubur Bayi Peach Stroberi Jeruk
Ahlinya makanan bayi
Subjektif
38
Milna Goodmil Bubur Bayi Beras Merah Semur Ayam
Ahlinya makanan bayi
39
Milna Bubur Bayi Ayam Manis Teriyaki
Bubur bayi penambah berat makanan
40
Milna Bubur Bayi Sup Ayam Wortel Labu
Ahlinya makanan bayi
Subjektif
41
Milna Bubur Bayi Sup Ayam Jagung Manis
Ahlinya makanan bayi
Subjektif
42
Milna Bubur Bayi Tim Hati Ayam Bayam
Ahlinya makanan bayi
Subjektif
43
Milna Bubur Bayi Ayam Bayam
Ahlinya makanan bayi
Subjektif
44
SUN Bubur Sereal Susu Beras Merah
Lebih enak
Rasa
Subjektif
45
SUN Bubur Sereal Susu Pisang Susu
Lebih enak
Rasa
Subjektif
46
SUN Bubur Sereal Susu Brokoli dan Wortel
Lebih enak
Rasa
Subjektif
34
Kandungan gizi
Subjektif Subjektif
Subjektif Manfaat
Dua arti
55
No.
Merek
Klaim Rasa
Isi klaim
Sifat klaim Subjektif
47
SUN Bubur Sereal Susu Jeruk, Apel, dan Pisang
Lebih enak
48
SUN Bubur Sereal Susu Ayam Kampung dan Bayam
Lebih enak
Rasa
Subjektif
49
SUN Bubur Lanjutan Instan Stroberi dan Apel
Lebih enak
Rasa
Subjektif
50
SUN Bubur Lanjutan Instan Coklat dan Susu
Lebih enak
Rasa
Subjektif
51
SUN Tim Instan Beras Merah
Lebih enak
Rasa
Subjektif
52
SUN Tim Instan Ayam dan Sayur
Lebih enak
Rasa
Subjektif
53
SUN Tim Instan Ati Ayam
Lebih enak
Rasa
Subjektif
SUN Tim Instan Tomat, Wortel, dan Ayam
Lebih enak
Rasa
Subjektif
Minuman sehat segar berkhasiat, 100% dari alam
Bahan pembuat
Subjektif
54 55
Minuman Kesehatan Mustika Ratu Beras Kencur
Lampiran 5 Kategori klaim pada iklan produk olahan beras No.
Merek
1 2
Fitbar Chocolate Promina Bubur Tim
3
SUN Bubur Bayi
4
Fitbar Fruits and Nuts
5 6
Promina extra susu Promina beras merah salmon Promina biskuit bayi
7
Klaim
Sifat klaim
Cuma 90 kalori, kalori terjaga, 0 kolestrol, kaya serat, nikmat (100% tasty) Promina, satu-satunya bubur tim praktis saji, nutrisi dan tekstur yang tepat untuk bayi 8 bulan ke atas Rasa lebih enak, tekstur lebih halus, gizi seimbang, d ukung pertumbuhan bayi Indonesia Sejak ada Fitbar, gak perlu worry lagi. Kalori terjaga, 0 kolestrol, enak lagi. Ganti cemilanmu dengan Fitbar, snacking with no worry Rasanya , banyak nutrisnya, untuk tumbuh optimal Terbuat dari beras merah pilihan
Subjektif Subjektif
Tekstur lembur berpori memudahkannya larut, bayi pun tidak akan tersedak
Objektif
Subjektif Subjektif Subjektif Subjektif
56
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Oktober 1992 dari pasangan Bapak Asep Sapari dan Ibu Maya Dwi Swarni. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kampus. Pada periode 2011-2012, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen dan menjabat sebagai sekretaris divisi Consumer Club. Periode selanjutnya, yaitu 2012-2013, penulis kembali aktif dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) divisi Consumer Club. Selain keorganisasian, penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan. Berbagai kepanitiaan yang pernah diikuti oleh penulis diantaranya adalah Family and Consumer Day 2012 sebagai anggota divisi Publikasi, Dekorasi dan Dokumentasi, Masa Pengenalan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen serta Fakultas Ekologi Manusia 2012 sebagai PAK, Hari Keluarga 2012 sebagai anggota Divisi Konsumsi, Ecology Sport and Entertainment 2012 sebagai anggota Divisi Keamanan, Hari Keluarga 2013 sebagai Sekretaris 2, dan Family and Consumer Day 2013 sebagai anggota Divisi Logistik dan Transportasi.