Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera
1
Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera)
2
Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan Penetapan (Ekosistem Penting) sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup di Pulau Sumatera
3 Penyelamatan Ekosistem Sumatera dalam RTR
Pulau Sumatera 2
Pendahuluan
12/12/2013
3
UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG 1. Perencanaan Tata Ruang
Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera, dioperasionalisasikan melalui:
RTR KSN DARI SUDUT KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP RTR PULAU SUMATERA SEBAGAI SATU KESATUAN EKOSISTEM PULAU
Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan Penetapan (Ekosistem Penting) sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup di Pulau Sumatera
12/12/2013
6
Kawasan strategis nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Sumber: UU 26/2007
PP 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Pasal 75 Penetapan KSN dilakukan berdasarkan kepentingan: a. pertahanan dan keamanan; b. pertumbuhan ekonomi; c. sosial dan budaya; d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
PP 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
Pasal 40 ayat (2) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional merupakan rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
KSN
STATUS
KAW. EKOSISTEM LEUSER
Penyusunan Materi Teknis RTR/Pembahasan BKPRN
KAW. TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
Penyusunan Materi Teknis RTR/Pembahasan BKPRN
KAW. HUTAN LINDUNG BUKIT BATABUH
Penyusunan Materi Teknis RTR/Pembahasan BKPRN
KAW. HUTAN LINDUNG MAHATO
Akan Disusun Matek Thn 2014
KAW. TAMAN NASIONAL BERBAK
Penyusunan Materi Teknis RTR/Pembahasan BKPRN
KAW. TAMAN NASIONAL BUKIT TIGA PULUH
Penyusunan Materi Teknis RTR/Pembahasan BKPRN
KAW. TAMAN NASIONAL BUKIT DUA BELAS
Penyusunan Materi Teknis RTR/Pembahasan BKPRN
KAW. DANAU TOBA DAN SEKITARNYA
Pengajuan Ke Presiden
Penyelamatan Ekosistem Sumatera
dalam RTR Pulau Sumatera
12/12/2013
10
BUKU 1
BUKU 2
BUKU 3
BAB I KETENTUAN UMUM BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG PULAU SUMATERA BAB III RENCANA STRUKTUR RUANG DAN RENCANA POLA RUANG PULAU SUMATERA BAB IV STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJU DAN STRUKTUR RUANG DAN POLA RUANG PULAU SUMATERA
Lampiran 1 Peta Struktur Ruang Lampiran 2 Peta Pola Ruang
BAB V ARAHAN PEMANFAATAN RUANG PULAU SUMATERA BAB VI ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PULAU SUMATERA BAB VII KOORDINASI DAN PENGAWASAN BAB VIII PERAN MASYARAKAT BAB IX KETENTUAN PERALIHAN BAB X KETENTUAN PENUTUP
Lamp. 3 SOP Sistem Perkotaan Nasional Lamp. 4 SOP Jar. Jalan Lamp. 5 SOP Jar. Jalur KA Lamp. 6 SOP Jar. Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan Lamp. 7 SOP Tatanan Kepelabuhanan Lamp. 8 SOP Tatanan Kebandarudaraan Lamp. 9 SOP Jar. Energi Nasional Lamp. 10 SOP Jar. SDA Lamp. 11 SOP Jar. Telekomunikasi Lamp. 12 SOP Kaw. Lindung Nasional Lamp. 13 SOP Kaw. Budidaya Lamp. 14 SOP Kaw. Andalan
LAMPIRAN 15 INDIKASI PROGRAM UTAMA
1. terwujudnya pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan secara seimbang di Bagian Barat dan Bagian Timur Pulau Sumatera; 2. terciptanya kemandirian energi dan lumbung energi; 3. terciptanya swasembada dan lumbung pangan nasional; 4. terwujudnya kawasan pariwisata berdaya saing internasional di wilayah Bagian Barat dan Bagian Timur Sumatera; 5. terwujudnya pusat industri pengolahan berbasis daya saing global; 6. terwujudnya kelestarian kawasan lindung dan kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan paling sedikit 40 (empat puluh) persen;
7. terwujudnya kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah; 8. terkendalinya perkembangan kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, dan kawasan rawan bencana; 9. terwujudnya kawasan perkotaan di pesisir Timur dan pesisir Barat Pulau Sumatera sebagai pusat pertumbuhan baru; 10. terwujudnya akses pelayanan infrastruktur antarkawasan perkotaan, pusat pertumbuhan dengan bandar udara dan pelabuhan laut, serta wilayah yang terisolasi dengan memperhatikan kawasan lindung dan kawasan rawan bencana alam; dan 11. terciptanya percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan negara India, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan (security) negara, kesejahteraan masyarakat (prosperity), dan kelestarian lingkungan hidup (sustainability).
I. Penyelamatan Ekosistem (penting) Sumatera Aspek yang diakomodasi dalam RTR Pulau Sumatera yaitu : 1.Ekologis (kawasan lindung), 2.Ekonomi (kawasan budidaya), 3.Sosial (permukiman), Melalui: (i) Penetapan kawasan berfungsi lindung paling sedikit 40% dari luasan pulau, baik berupa: a) Hutan konservasi (32,2%) maupun b) Hutan lindung sebagai bagian Jaringan ekosistem (7.8%),
keduanya sekaligus berfungsi sebagai habitat bagi ekosistem penting Sumatera (ekosistem gajah, harimau, orang utan, burung, badak,) keanekaragaman hayati kunci, daerah aliran sungai, lahan gambut. (ii) Prinsip pembangunan berkelanjutan : 1. Pengembangan kawasan budidaya yang berbasis sumberdaya alam (40,1%) 2. Penetapan koridor penghubung berfungsi lindung antar kawasan konservasi dengan fungsi untuk memberikan akses beraktifitas bagi ekosistem penting di atas, bagian dari jaringan ekosistem (19,5%).
III
Kawasan Hutan Sumatera + 51,5% 1.1. Kawasan konservasi 5.152.790 ha (± 5,1 juta ha) 11,63 % dr luas pulau, dgn kondisi: - Kawasan hutan konservasi yg bertutupan hutan: 3.725.188 ha (± 3,7 juta ha) 72,29 % dr luas kawasan konservasi - Kawasan hutan konservasi yg tidak bertutupan hutan: 1.427.607 ha (± 1,4 juta ha) 27,71 % dr luas kawasan konservasi 1.2. Kawasan hutan lindung 6.049.843 ha (± 6 juta ha) 13,65 % dr luas pulau, dgn kondisi: - Kawasan hutan lindung yg bertutupan hutan: 3.692.447 ha (± 3,7 juta ha) 61,03 % dr luas kawasan hutan lindung - Kawasan hutan lindung yg tidak bertutupan hutan: 2.357.396 ha (± 2,3 juta ha) 38,97 % dr luas kawasan hutan lindung
1.3. Kawasan hutan produksi: 11.638.588 ha (± 11 juta ha) 26,27 % luas pulau, dgn kondisi: - Kawasan hutan produksi yg bertutupan hutan: 5.541.314 ha (± 5,5 juta ha) 47,61 % dr luas kawasan hutan produksi - Kawasan hutan produksi yg tidak bertutupan hutan: 6.097.273 ha (± 6 juta ha) 52,39 % dr luas kawasan hutan produksi
Bukan Kawasan Hutan: 48,5% 2.1. Bukan kawasan hutan tapi bertutupan hutan: 2.656.953 ha (± 2,6 juta ha) 5,9 % dari luas Pulau Sumatera 2.2. Bukan kawasan hutan dan tdk bertutupan hutan: 42,6 % dari luas Pulau
>=40%
1. Mempertahankan Konservasi dan hutan lindung (25%) 2. Mengoptimalkan fungsi Kaw hutan produksi utk fungsi lindung dengan tutupan vegetasi hutan ~ forest management, PALING SEDIKIT MENJAGA 15% (dari total status hutan produksi 26,27%) 3. Mengoptimalkan fungsi lindung pada kaw bukan hutan, dgn tutupan vegetasi hutan ~ manajemen perkebunan, pertambangan, dll dg prinsip pembangunan berkelanjutan
MASUKAN RTR PULAU TERHADAP PETA JALAN EKOSISTEM SUMATERA
18 September 2008: “Kesepakatan 10 Gubernur se Sumatera tentang Penyelamatan Ekosistem Sumatera”
Peraturan Presiden no 13 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sumatera telah memuat arahan penyelamatan ekosistem tersebut RTR Pulau Sumatera Secara substansi telah disepakati oleh seluruh Gubernur sePulauSumatera.
TUJUAN 7: Terwujudnya Kelestarian Kawasan Keanekaragaman Hayati Hutan Tropis Basah KEBIJAKAN 2:
KEBIJAKAN 1: pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah
pengembangan penghubung antarkawasan berfungsi konservasi
STRATEGI:
STRATEGI:
1. 2.
melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman hayati hutan tropis basah; dan mengembangkan pusat penelitian keanekaragaman hayati hutan tropis basah dunia.
1. 2. 3. 4.
menetapkan koridor ekosistem kawasan suaka alam dan pelestarian alam; mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang dilintasi koridor ekosistem melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor ekosistem; mengembangkan infrastruktur hijau.
KORIDOR EKOSISTEM
Pengaturan spesifik dalam RTR Pulau Sumatera terhadap penghubung antar kawasan konservasi ini adalah sebagai berikut:
koridor
1. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya yang dilintasi koridor penghubung; 2. Melarang keberadaan dan pengembangan kawasan permukiman yang dilintasi koridor penghubung; 3. Mengembangkan infrastruktur hijau yang dilintasi koridor penghubung.
Kawasan Koridor Ekosistem Penting RIMBA (Riau-Jambi-Sumatera Barat) Pengelolaan kawasan koridor RIMBA : (Salah satu rencana aksi dari Rencana Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera) Koridor kawasan koridor RIMBA ini terdiri dari 1. kawasan hutan konservasi (TN Kerinci Seblat, TN Berbak, CA Maninjau Utara, CA Pangean, CA Bukit Bungkuk, CA Cempaka, SM Bukit Rimbang Baling, TWA Sungai Bengkal, TAHURA Taha Saiffudin), 2. Hutan lindung, dan 3. koridor penghubungnya (hutan lindung dan kawasan budidaya). Kawasan RIMBA ini meliputi : 1. 18 kabupaten/kota dalam 3 provinsi (Riau, Jambi, dan Sumatera Barat), dengan luas lebih dari 4 juta hektar. 2. Kawasan konservasi (suaka alam, cagar alam,dan taman nasional) = 1,2 jt hektar, Hutan lindung = 0,61 juta hektar Hutan produksi = 1,3 juta Budidaya lainnya = 0,85 juta hektar
Strategi Operasionalisasi Perwujudan kawasan Rimba: Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung lainnya pada Pasal 48 ayat 7 point b: • mempertahankan, melestarikan, dan meningkatkan fungsi koridor bagi jenis satwa yang dilindungi serta mengendalikan pengembangan kegiatan budi daya yang dilintasi koridor ekosistem antara lain:
Koridor RIMBA (Riau-Jambi-Sumatera Barat) yang menghubungkan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling, Cagar Alam Batang Pangean I-Cagar Alam Batang Pangean II, Taman Nasional Kerinci Seblat, Suaka Margasatwa Bukit Tiga Puluh, Taman Nasional Berbak, Cagar Alam Maninjau Utara, Cagar Alam Bukit Bungkuk, Cagar Alam Cempaka, Taman Wisata Alam Sungai Bengkal, dan Taman Hutan Raya Thaha Saifuddin sebagai koridor satwa Gajah, Harimau, dan Burung;
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pelestarian Kawasan Lindung Nasional No.
Nama Kawasan Lindung
Strategi Operasionalisasi
1. Suaka Margasatwa a. Melestarikan kawasan bagi habitat harimau Sumatera dan orang utan Bukit Rimbang- b. Mereboisasi secara bertahap seluruh kawasan yang rusak dengan Bukit Baling (Riau) vegetasi alaminya c. Merestorasi kawasan yang rusak sesuai dengan ekosistem aslinya d. Memberikan insentif-disinsentif bagi kegiatan budi daya komersial untuk merelokasi kegiatannya ke luar kawasan lindung e. Merelokasi dengan segera kegiatan-kegiatan budi daya komersial (Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan Besar) yang berlokasi pada lahan yang berkemiringan lebih besar atau sama dengan 40% (empat puluh persen) 2. Cagar Alam Batang a. Melestarikan kawasan bagi habitat Harimau Sumatera Pangean I b. Mengembangkan fasilitas pendukung kegiatan penelitian (Sumatera Barat) c. Mempertahankan bentuk bentang alam kawasan d. Mempertahankan luasan dan tutupan vegetasi e. Menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat/lokal yang berada di zone penyangga dengan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan f. Menetapkan kawasan-kawasan penyangga di sekitar kawasan cagar alam
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pelestarian Kawasan Lindung Nasional No. 3.
Nama Kawasan Lindung Taman Wisata Alam a. Sungai Bengkal b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Strategi Operasionalisasi Mempertahankan luasan kawasan taman wisata alam serta tutupan dan jenis vegetasi alami Merestorasi kawasan yang rusak sesuai dengan ekosistem aslinya Merelokasi dengan segera kegiatan-kegiatan budi daya komersial (Hutan Tanaman Industri dan Perkebunan Besar) yang berlokasi pada lahan yang berkemiringan lebih besar atau sama dengan 40% (empat puluh persen) Melestarikan habitat Harimau Sumatera Memelihara zona inti untuk menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami Memanfaatkan zona transisi untuk kegiatan pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan Mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya di sekitar ruas jalan Memanfaatkan zona pemanfaatan bagi kegiatan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, pendidikan dan atau kegiatan penunjang budidaya Memelihara zona rimba untuk melindungi area inti dari dampak negatif kegiatan masyarakat Menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat/lokal yang berada di zone penyangga dengan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan taman wisata alam Mengembangkan kawasan penyangga di sekitar kawasan taman wisata alam Mengembangkan fasilitas pendukung kegiatan pariwisata alam pada kawasankawasan penyangga
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Pelestarian Kawasan Lindung Nasional No. 4.
Nama Kawasan Strategi Operasionalisasi Lindung Taman Hutan Raya 1. Mempertahankan luasan kawasan taman hutan raya serta tutupan dan jenis Thaha Saifuddin vegetasi alami 2. Mengembalikan dan mempertahankan luasan tutupan dan jenis vegetasi (Jambi) alami 3. Merelokasi dengan segera kegiatan-kegiatan budi daya komersial (Hutan Tanaman Industri Dan Perkebunan Besar) yang berlokasi pada lahan yang berkemiringan lebih besar atau sama dengan 40% (empat puluh persen) 4. Memelihara zona inti untuk pelestarian habitat Harimau Sumatera 5. Memanfaatkan zona transisi untuk kegiatan pengelolaan sumber daya alam secara lestari dan model-model pembangunan berkelanjutan 6. Mengendalikan perkembangan kegiatan budidaya di sekitar ruas jalan 7. Memanfaatkan zona pemanfaatan bagi kegiatan pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, pendidikan dan atau kegiatan penunjang budidaya 8. Memelihara zona rimba untuk melindungi area inti dari dampak negatif kegiatan masyarakat 9. Mengembangkan lokasi-lokasi kegiatan pariwisata alam pada zona pemanfaatan secara terbatas 10. Menata kembali kawasan kampung beserta akses tradisional masyarakat adat/lokal yang berada di zone penyangga dengan tidak mengurangi fungsi lindung kawasan taman hutan raya 11. Merestorasi bagian kawasan taman hutan raya yang mengalami perubahan fungsi
INDIKASI PROGRAM UTAMA
SUMBER PENDANAAN (*)
INSTANSI PELAKSANA
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Bukit Rimbang-Bukit Baling Cagar Alam Pangean I Taman Wisata Alam Sungai Bengkal dan Taman Wisata Alam Bukit Kaba Taman Hutan Raya Thaha Saifuddin
Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan Kementerian Kehutanan
Kementerian Kehutanan
WAKTU PELAKSANAAN
I
II
III
IV
2010-2014
2015-2019
2020-2024
2025-2027
Implikasi Terhadap RTRW Prov/Kab/Kota Amanat UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Rencana Aksi Pengelolaan Kawasan Rimba: - Kehutanan; - Infrastruktur; - Ekonomi prinsip pembangunan berkelanjutan.
• penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera • penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera Penetapan ekosistem penting dalam RTR Pulau Sumatera tentunya menjadi suatu keharusan untuk diakomodasi dalam RTR provinsi dan kabupaten/kota.
Terima Kasih