&
UNIVERSITAS
RIAU
BLUE PRINT PERENCANAAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK SISTEM INFORMASI KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENGUBAH SISTEM INFORMASI MANUAL MENUJU SISTEM INFORMASI TERKOMPUTERISASI DALAM PENGEMBANGAN e-KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA
Dr. Hoga Saragih, MT (Universitas Bakrie) Benfano Soewito, M.Sc., Ph.D. (Universitas Bakrie) Manik Hapsara, Ph.D. (Universitas Bakrie) Dr. T. Ersti Yulika Sari (Universitas Riau)
BLUE PRINT PERENCANAAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK SISTEM INFORMASI KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENGUBAH SISTEM INFORMASI MANUAL MENUJU SISTEM INFORMASI TERKOMPUTERISASI DALAM PENGEMBANGAN e-KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA
USULAN PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011 – 2025 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025)
FOKUS/KORIDOR: KELAPA SAWIT / SUMATERA
Agenda 1. Analisis Sistem 2. Identifikasi kebutuhan 3. Analisis Kebutuhan Pelaku Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit 4. Formulasi Permasalahan 5. Identifikasi Sistem Secara Menyeluruh 6. Pengembangan Sistem 7. Foto Laporan Hasil Penelitian
1. Analisis Sistem • Kenyataan yang mendasar dari suatu permasalahan saat ini adalah kompleksitas yang melibatkan keragaman dari tiap unit yang terlibat di dalamnya. • Hal ini tidak mungkin dapat diselesaikan hanya dengan satu atau dua metode saja, untuk mendapatkan keterpaduan antar bagian sehingga memperoleh hasil yang diinginkan secara utuh sehingga diperlukan suatu pendekatan system yang melibatkan multidisiplin ilmu. • Eriyatno (1988) menyatakan bahwa sebagai suatu pedoman yang dinamakan pendekatan sistem adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannyaidentifikasi kebutuhan sehingga dapat menhasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif.
2. Identifikasi kebutuhan • Analisis sistem Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit dalam Rangka mengubah Sistem Informasi Manual menjadi Sistem Informasi Terkomputerisasi dalam pengembangan e-Koperasi Perkebunan Kelapa sawit di Pulau Sumatera melibatkan berbagai pelaku sebagai pemangku kepentingan. • Keberhasilan dari sistem yang dibangun adalah bila semua pemangku kepentingan memperoleh manfaat dari system yang dibangun. • Berdasarkan pemikiran tersebut, analisis sistem harus diarahkan untuk dapat merumuskan model yang mampu memenuhi kebutuhan dari masing-masing pelaku yang terlibat dalam sistem Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit dalam rangka mengubah Sistem Informasi Manual menjadi Sistem Informasi Terkomputerisasi dalam pengembangan e-Koperasi Perkebunan Kelapa sawit di Pulau Sumatera. • Dengan demikian identifikasi pelaku dan kebutuhan dari masing-masing pelaku perlu dilakukan untuk kepentingan dalam perumusan model.
3. Analisis Kebutuhan Pelaku Perkebunan Kelapa Sawit No 1
Pelaku Petani sawit
-
-
Kebutuhan Pendapatan maksimal yang memberikan kesejahteraan yang layak bagi petani dan keluarga Harga jual sawit yang paling menguntungkan Jaminan ketersediaan input produksi (bibit/benih, pestisida, lahan, tenaga kerja, alat dan mesin) dengan harga yang stabil Jaminan pemasaran hasil panen dengan harga yang menguntungkan Kemampuan untuk re-planting Ketersediaan insentive investasi Margin profit yang paling maksimal Jaminan pasokan produk penunjang yang kontinu dengan harga wajar dan mutu yang memenuhi syarat
3. Analisis Kebutuhan Pelaku Perkebunan Kelapa Sawit No 2
Pelaku Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, mencakup departemen atau lembaga: Pelaku utama: Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Pemerintah Provinsi Pelaku Penunjang: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BPPT dan lembaga pengambangan teknologi lainnya, Kementerian Koperasi, Lingkungan Hidup
-
Kebutuhan Perluasan lapangan kerja Peningkatan pendapatan daerah Peningkatan ekspor dan devisa Negara Pemanfaatan sumber-sumber daya alam secara optimal Peningkatan kesejahteraan rakyat Produksi kelapa sawit dapat memenuhi standar pasar Stabilitas produksi industry kelapa sawit Legalitas lahan dan kepatuhan terhadap tata ruang Menciptakan iklim usaha yang kondusif Menciptakan persaingan usaha yang adil Menjaga kestabilan harga dan pasokan bibit sawit Menumbuhkan industry turunan kelapa sawit
3. Analisis Kebutuhan Pelaku Perkebunan Kelapa Sawit No 3
Pelaku Industri Penunjang Perkebunan kelapa sawit (pupuk, pestisida, bibit/benih, alat dan mesin)
Kebutuhan -
Peningkatan permintaan akan produk yang mereka tawarkan Harga jual produk maksimal Kelancaran pembayaran barang/jasa Kesinambungan usaha
3. Analisis Kebutuhan Pelaku Perkebunan Kelapa Sawit No 4
Pelaku Koperasi
Kebutuhan -
-
Jaminan ketersediaan input produksi Mata rantai tata niaga yang efisien Iklim usaha yang kondusif Margin profit yang paling maksimal Jaminan pasokan produk penunjang yang kontinu dengan harga wajar dan mutu yang memenuhi syarat Jaminan pemasaran hasil panen dengan harga yang menguntungkan Kemudahan memperoleh dan bertukar informasi, baik tentang harga, jenis bibit unggul, financial dan sumber teknologi Tersedianya jejaring teknologi informasi
No 5
Pelaku Masyarakat di sekitar lokasi kebun sawit
Kebutuhan
-
Perluasan lapangan kerja Tingkat upah yang memadai untuk kesejahteraan yang layak Lingkungan hidup yang tetap terjaga baik
-
Kelancaran pembayaran jasa Kesinambungan usaha Kemudahan prosedur perizinan ekspor dan impor
-
mencapai
6
Perusahaan penunjang perkebunan sawit (transportasi dan distribusi)
7
Pedagang (baik pedagang pengumpul maupun pedagang pengolah) -
Keuntungan penjualan maksimal Kemudahan memperoleh sawit dan produk olahannya Jaminan mutu dan kontinuitas pasokan Tataniaga perdagangan yang baik dan terjamin
8
Lembaga keuangan
-
Lancarnya pengembalian kredit Keuntungannya besar Jaminan kelancaran usaha
9
Industry pengolah Kelapa Sawit
-
Keuntungan maksimal dan insentif investasi Ketersediaan pasar bagi hasil produksi Aksesabilitas sumber dana dan teknologi Kemudahan prosedur perizinan, investasi, perpajakan, ekspor dan inpor bahan penolong
4. Formulasi Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan system Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit dalam Rangka mengubah Sistem Informasi Manual menjadi Sistem Informasi Terkomputerisasi dalam pengembangan e-Koperasi Perkebunan Kelapa sawit di Pulau Sumatera dapat diformulasikan sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Pendapatan petani umumnya belum maksimal sehingga harus ada usaha untuk optimalisasi sistem Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit Keterbatasan kemampuan petani sawit dalam penerapan, penguasaan teknologi dan manajemen usaha untuk memproduksi sawit yang kualitasnya terjaga dan dalam waktu yang tepat. Benturan kepentingan petani, pengusaha Kelapa Sawit dan pemerintah dalam hal tata guna lahan sesuai dengan perencanaan tata ruang yang tepat serta pendayagunaan sumber daya alam secara bijaksana Keterbatasan para pengelola dan pemilik lahan dalam mengakses informasi yang akurat dan tepat waktu tentang kondisi real di lapangan
Oleh karena itu dari permasalahan yang ada, dari kebutuhan pelaku kelapa sawit maka kita melakukan review sistem secara keseluruhan
5. Identifikasi Sistem secara menyeluruh • Oleh karena itu, keterkaitan antar kebutuhan dan kepentingan dari tiap pelaku kelapa sawit teridentifikasi bahwa optimalisasi manajemen dalam system koperasi perkebunan kelapa sawit merupakan hal yang sangat penting. • Optimalisasi dari sumber daya tata kelola koperasi kelapa sawit di Pulau Sumatera dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi terkini. • Identifikasi system merupakan upaya pencarian hubungan antara kebutuhan dengan permasalahan yang harus dipecahkan. • Indentifikasi ini diperlukan untuk perancangan model yang akan dikembangkan dengan melihat gambar 1.
Gambar 1. Diagram Lingkar sebab akibat pengembangan system Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit dalam Rangka mengubah Sistem Informasi Manual menjadi Sistem Informasi Terkomputerisasi dalam pengembangan e-Koperasi Perkebunan Kelapa sawit di Pulau Sumatera
6. Pengembangan Sistem • Tujuan utama pengembangan system ini adalah untuk menjamin bagaimana petani/koperasi sawit dapat terjamin dalam mendapatkan informasi dengan cepat dan tepat. • Dengan demikian akurasi pendugaan variable-variabel output dan input yang mempengaruhi hasil akhir, adalah merupakan prasyarat bagi keberhasilan system yang dibangun. • Oleh karena itu, dalam Pengembangan system dilakukan dengan menggunakan diagram input-output sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2 bahwa output yang dikehendaki merupakan pemenuhan kebutuhan pada masing-masing pemangku kepentingan, sedangkan output yang tidak dikehendaki merupakan dampak yang ditimbulkan oleh system yang perlu dikelola untuk menjadi input yang terkendali melalui control manajemen.
Gambar 2. Diagram Input-Output pengembangan system Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit dalam Rangka mengubah Sistem Informasi Manual menjadi Sistem Informasi Terkomputerisasi dalam pengembangan e-Koperasi Perkebunan Kelapa sawit di Pulau Sumatera
6. Pengembangan Sistem Dengan melihat formulasi masalah dalam mencari jawaban permasalahan tersebut maka dikembangkan sistem informasi (e-koperasi) dengan mengelompokkan 3 unit usaha yaitu : 1. Unit Usaha Operasional 2. Unit Usaha Transportasi 3. Unit Usaha Simpan Pinjam
• Aplikasi Software dibuat site map / diagram setelah kita memikirkan kebutuhan sistem informasi koperasi untuk menjawab masalah yang ada
7. Foto Laporan Hasil Penelitian
Terima kasih Dr. Hoga Saragih, MT (Universitas Bakrie) Benfano Soewito, M.Sc., Ph.D. (Universitas Bakrie) Manik Hapsara, Ph.D. (Universitas Bakrie) Dr. T. Ersti Yulika Sari (Universitas Riau)
&
UNIVERSITAS
RIAU
BLUE PRINT PERENCANAAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK SISTEM INFORMASI KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM RANGKA MENGUBAH SISTEM INFORMASI MANUAL MENUJU SISTEM INFORMASI TERKOMPUTERISASI DALAM PENGEMBANGAN e-KOPERASI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA
Dr. Hoga Saragih, MT (Universitas Bakrie) Benfano Soewito, M.Sc., Ph.D. (Universitas Bakrie) Manik Hapsara, Ph.D. (Universitas Bakrie) Dr. T. Ersti Yulika Sari (Universitas Riau)