PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN UPAYA PENANGGULANGGNYA Oleh : I Made Kastama* Abstrak Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dengan berbagai implikasi dan dampak negatifnya merupakan suatu masalah yang dapat merusak dan mengancam kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah Nasional yang sangat kompleks yang menyangkut banyak aspek tidak hanya masalah kesehatan dan pidana semata-mata, tetapi menyangkut pula masalah sosial, politik, budaya dalam arti luas, termasuk didalamnya masalah kehidupan beragama yang menuntut kesadaran kita untuk bersama-sama menanggulanginya. Manusia terutama generasi muda sangat lemah terhadap pengaruh hawa nafsu yang bersifat destruktif baik itu dari dirinya maupun lingkungannya. Sifat lemah itu muncul ketika seseorang mengaktualisasikan diri dalam membina hubungan dengan sesama manusia dalam rangka pemenuhan hasrat kemanusiaannya. Generasi muda bisa salah arah dan terjerumus dalam kenakalan remaja, terutama dalam pergaulan ikut penyalahgunaan narkotika yang membahayakan, karena disamping akan membawa pengaruh terhadap diri pribadi pemakai, berupa kecanduan dan hidupnya tergantung kepada zat-zat narkotika, yang bila tidak dicegah akan semakin parah, bahkan akan bisa berbuat apa saja asal ketagihannya bisa terpenuhi, maka akibatnya akan meluas, tidak saja terhadap dirinya juga terhadap masyarakat, mereka akan berusaha dengan berbagai cara, yang tidak mustahil dapat melakukan tindakan-tindakan tersesat yang termasuk kejahatan. Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dengan pembinaanpembinaan terhadap generasi muda tentang iman dan taqwa yang tetap berada di jalur keyakinannya dengan iman yang kuat. Umat beragama dituntut kesadaran dan kewaspadaanya terhadap bahaya narkotika yang begitu rawan dan rentan. Harus memandang bahwa perbuatan atau tindakan yang berkaitan dengan narkotika sebagai suatu kejahatan (kriminal). Kata kunci : Penyalahgunaan Narkotika, akibat dan penanggulangan.
*Dosen Prodi Magister Ilmu Hukum Agama Hindu STAHN-TP Palangka Raya
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
15
I.
Pendahuluan Pembangunan hukum dan perundang-undangan telah menciptakan sistem hukum serta produk hukum yang mengayomi dan memberikan landasan hukum bagi kegiatan masyarakat dan pembangunan. Kesadaran hukum yang semakin meningkat serta makin lajunya pembangunan sebagai harapan bangsa, menuntut terbentuknya sistem hukum Nasional yang mendukung dan berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Pembangunan hukum selanjutnya masih perlu memperhatikan peningkatan pemasyarakatan hukum, peningkatan pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten dan konskuen. Bangsa Indonesia masih dituntut dalam usaha pembinaan terhadap warga masyarakatnya terutama generasi muda untuk mencapai manusia Indonesia seutuhnya, dewasa ini di kalangan remaja/generasi muda dari tahun ke tahun bertambah terus yang terlibat dalam kenakalan remaja, khususnya terlibat dalam kasus narkoba baik sebagai pecandu maupun sebagai penyimpan atau pengedar narkotika. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dengan berbagai implikasi dan dampak negatifnya merupakan suatu masalah Nasional yang sangat kompleks yang dapat merusak dan mengancam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara serta dapat melemahkan Ketahanan Nasional yang dapat menghambat jalannya pembangunan. Masalah ini merupakan masalah Nasional yang sangat kompleks yang menyangkut banyak aspek tidak hanya masalah kesehatan dan pidana semata-mata, tetapi menyangkut pula masalah sosial, politik, budaya dalam arti luas, termasuk didalamnya masalah kehidupan beragama yang menuntut kesadaran kita untuk bersama-sama menanggulanginya. Oleh karena itu pemerintah Indonesia harus bertekad bulat bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (narkoba) merupakan bahaya yang harus ditangani secara dini dengan melibatkan seluruh potensi yang ada baik oleh pemerintah, masyarakat, LSM dan pihak-pihak lain yang terkait. Mengingat para korban kecanduan narkotika sebagian besar adalah kaum remaja, maka masalah narkotika sebenarnya adalah pula masalah remaja (termasuk kenakalan remaja). Pemberantasan penyalahgunaan narkotika adalah bagian dari upaya untuk melindungi dan menyelamatkan para remaja. Mengingat pula masalah yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkotika merupakan ancaman terhadap generasi yang akan datang, maka sedini mungkin kita harus waspada terhadap anak-anak muda kita, agar jangan sampai terlanjur terjerumus dalam bahaya narkotika yang tidak sedikit pula mengakibatkan kematian. Hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia telah menyadari betapa bahayanya tentang penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) baik terhadap kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani, oleh karena itu kita wajib untuk menanggulangi terhadap penyalahgunaan narkotika. Bertitik tolak dari uraian tersebut
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
16
di atas maka akan dibahas apakah Faktor-Faktor Penyalahgunaan Narkotika Dan Upaya Penanggulangannya.
Yang
Mempengaruhi
II. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Narkotika Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris “Narcotics” yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata “Narcosis” dalam bahasa Yunani yang berarti menidurkan. Pengertian narkotika adalah “Suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan/penglihatan” . Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri ( 2001 : 3 ). Jadi Narkotika ini adalah zat yang berkhasiat dan sangat dibutuhkan bagi kepentingan umat manusia terutama dari sudut medis. Namun di sisi lain, justru sifat dan khasiatnya yang sangat berharga dalam dunia pengobatan, membawa efek lain yang bisa “memaksa” orang untuk memakainya secara terus menerus dan diluar ketentuan Undang-Undang, karena zat yang ada dalam narkotika tersebut mempengaruhi susunan syaraf pusat yang menyebabkan orang hilang kesadarannya. Kita harus menyadari bahwa penyalahgunaan narkotika pada umumnya menimbulkan korban di kalangan remaja sebagai generasi muda penerus bangsa. Generasi muda harus diselamatkan, dibimbing, dibina dan dipersiapkan untuk menerima pewarisan nilai-nilai luhur bangsa untuk mensukseskan cita-cita dan aspirasi bangsa sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam tujuan Negara. Dalam rangka menjaga generasi muda sebagai generasi penerus adalah merupakan sumber daya yang potensial buat merebut masa depan, mereka harus dapat meningkatkan kualitas diri. Namun kita sebagai manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan yang bila tidak bisa kita antisipasi bisa terpengaruh oleh hawa nafsu. Manusia sangat lemah terhadap pengaruh hawa nafsu yang bersifat destruktif baik itu dari dirinya maupun lingkungannya. Sifat lemah itu muncul ketika seseorang mengaktualisasikan diri dalam membina hubungan dengan sesama manusia dalam rangka pemenuhan hasrat kemanusiaannya, baik itu dalam pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial maupun kebutuhan akan ketenangan hidup, kebutuhan akan penghormatan harga diri maupun aktualisasi diri. Untuk mencari identitas diri inilah remaja/ generasi muda bisa salah arah dan terjerumus dalam kenakalan remaja, terutama dalam pergaulan ikut penyalahgunaan narkotika yang membahayakan, karena disamping akan membawa pengaruh terhadap diri pribadi pemakai, berupa kecanduan dan hidupnya tergantung kepada zat-zat narkotika, yang bila tidak dicegah akan semakin parah, bahkan akan bisa berbuat apa saja asal ketagihannya bisa terpenuhi. Kalau kebetulan ia cukup uangnya, mungkin tidak akan membawa efek lain bahkan si pecandu bisa bersembunyi menggunakan obat terlarang itu, tetapi apabila pecandu-pecandu itu tidak memiliki uang yang cukup untuk memenuhi ketagihannya secara terus menerus, maka akibatnya akan meluas,
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
17
tidak saja terhadap dirinya juga terhadap masyarakat yang akan berusaha dengan berbagai cara, yang tidak mustahil dapat melakukan tindakan-tindakan tersesat yang termasuk kejahatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyalahgunaan narkotika banyak sekali. Terjadinya penyalahgunaan narkotika salah satunya adanya peningkatan ketegangan di dalam keluarga ( tekanan ekonomi, perceraian) membuat remaja tergantung teman sebaya untuk dukungan emosi. Teman sebaya secara tipikal menggantikan peran keluarga sebagai hal utama untuk sosialisasi dan aktivitas waktu luang. Faktor resiko teman sebaya yang sangat membahayakan bila teman sebaya itu menggunakan obat-obatan terlarang ia memiliki kecendrungan yang besar juga ikut menggunakan obat terlarang tersebut. Disamping itu ada juga faktor masa perkembangan remaja. Masa perkembangan remaja merupakan masa topan dan badai. Pada masa ini terjadi perkembangan yang pesat pada remaja dari aspek fisik, kognitif, kematangan seksual nilai-nilai sosial dan emosional. Disamping itu faktor kemasyarakatan juga berpengaruh terhadap perkembangan remaja, perubahan teknologi dan social, urbanisasi, materialisme dan kemiskinan, komunikasi massa dan stress pada kehidupan sehari-hari. Disamping itu ada beberapa variable yang berpengaruh : a.
b.
c.
d.
Variabel Intra-individual (dalam diri sendiri): agresifitas, pemberontak, kurang percaya diri merupakan predictor yang dapat meramalkan penggunaan obat-obatan. Satu studi menunjukkan bahwa agresi pada anak kelas 1 sekolah dasar terlibat penggunaan obat-obatan setelah 10 tahun kemudian. Variabel Keluarga : Orang tua sebagai model yang penting berperan dalam penggunaan obat-obatan. Anggota keluarga atau orang tua yang menggunakan obat-obatan maka anaknya memiliki kecendrungan untuk bertingkah laku yang sama. Variabel Sekolah : Data yang terkait sekolah bercampur baur. Prestasi yang rendah di sekolah dasar berhubungan dengan nantinya sebagai pengguna obat-obatan, tetapi tidak jelas apakah pengaruhnya langsung atau berkaitan dengan tindakan antisocial di sekolah. Variabel hubungan Teman sebaya : pada anak sekolah dasar belum diteliti lebih mendalam pengaruhnya kelak sebagai pengguna obat-obatan” Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri ( 2001 : 36 ).
Disamping itu ada juga faktor resiko dalam keluarga yaitu adaptasi pada perceraian, menikah kembali atau hubungan keluarga buruk dimana remaja yang mengalami transisi keluarga tersebut sering mengalami kesulitan psikologis temporer yang diasosiasikan dengan peningkatan penggunaan narkotika apalagi komunikasi
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
18
pada anak kurang baik termasuk pengawasan orang tua yang buruk hal ini merupakan predictor yang kuat dalam menggunakan narkoba/narkotika. III. Peranan Orang Tua Dan Tokoh Agama Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Hal baru yang dirasakan dewasa ini adalah meluasnya penebaran narkotika yang sewaktu-waktu dapat segera digunakan dan jumlah anak-anak muda pemakainya yang semakin meningkat. Pernah kita berpikir bahwa penyalahgunaan narkotika oleh mereka hampir selalu akibat dari pada kemiskinan, kekecewaan dan sebagainya, tetapi kenyataan sekarang adalah bahwa gejala tersebut dapat terjadi pada setiap anak muda (remaja), laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin serta dapat menimpa bangsa manapun. Penyalahgunaan narkotika bukanlah masalah yang sederhana dan mudah diatasi, lebih-lebih pengaruhnya terhadap anak-anak muda menimbulkan problema tersebut menjadi semaki rumit, untuk memulai memeranginya, orang tua harus terlebih dahulu mengerti mendalami narkotika dan masalahnya. Jelas hal ini tidak mudah karena dalam banyak hal penggunaan narkotika berhubungan dengan keadaan masyarakat kita yang tidak semua orang mengerti dan memahaminya. Orang tua sebagai bagian dari masyarakat sangat banyak memiliki peran dalam mendukung pembangunan nasional, termasuk peran dalam upaya pemberantasan ancaman terhadap generasi muda dari bahaya narkotika. Sebagai langkah proaktif dapat dilaksanakan melalui lingkungan keluarga yaitu sejak anak dalam kandungan (hamil) agar dihindari penggunaan obat tanpa resep dokter apalagi penggunaan narkotika dan bahan-bahan yang berbahaya. Jalin hubungan kasih sayang dan komunikasi yang baik dengan anak-anak, berikan informasi tentang bahaya narkoba sejak anak masih kecil dan hindari untuk menyekolahkan anak pada sekolah-sekolah yang terkenal telah termasuk dalam rawan narkoba. Sedangkan peran tokoh agama dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika pada kehidupan masyarakat khususnya generasi muda harus terpanggil untuk tampil ke depan dengan menggunakan pendekatan agama sebagai tanggung jawab besar dalam pembangunan umat. Melalui pendekatan rohaniah yang lebih banyak menuntut peranan para pemuka agama, guru agama dan penyuluh agama yang lebih menitikberatkan pada aspek pendidikan ke arah keseimbangan rohani dan jasmani, “Moksarttam jagathita yaca iti Dharma” memberikan bimbingan, penyuluhan dan motivasi melalui pendekatan bahasa agama tentang bahaya narkotika sebagaimana di dalam Saracamuscaya di nyatakan sebagai berikut :
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
19
“Lawan haywa angalap yan tan payupoghayan, haywa tanginum madya, haywa amati-amati, haywa mithya ring wacana, haywa angangenangen paradara, yan ahyun mantuka ring swarga” Artinya : “Dan lagi jangan hendaknya mengambil milik seseorang, jika belum ada perjanjian, jangan meminum minuman keras, jangan melakukan pembunuhan, jangan berdusta dalam kata-kata, jangan menginginkan istri orang lain, jika berkehendak akan pulang ke alam surga” ( Saracamuscaya ayat 256 ) Oleh karena itu dalam ajaran agama telah mengajarkan kepada umatnya untuk menjauhi segala bentuk yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain, jangan mencoba meminum minuman keras termasuk juga narkotika yang memang dilarang oleh ajaran agama yang telah dituangkan dalam kitab suci. Narkotika akan mempunyai manfaat yang besar sekali bila digunakan untuk pengobatan maupun penelitian ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya apabila disalahgunakan khususnya oleh kaum generasi muda akan berbahaya sekali bagi umat manusia, bangsa dan negara. Penyalahgunaan narkotika sangat berdampak buruk terhadap penggunanya dan sangat merusak masa depan yang bersangkutan. Dampak yang diakibatkan adalah gangguan terhadap kesehatan dan mental yang sering diteruskan dengan kematian bila pemakainya overdosis. “Gangguan kesehatan yang bersifat kompleks karena dapat mengganggu dan merusak organ tubuh seperti jantung, ginjal, susunan saraf pusat, paru-paru dan lain-lain” ( Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri : 12 ). Sedangkan penggunaan narkotika dengan dosis yang diatur oleh seorang dokter untuk kepentingan pengobatan, tidak membawa akibat sampingan yang membahayakan bagi tubuh yang bersangkutan. Maka dapat dibayangkan bahwa bahaya narkotika tidak saja terhadap pribadi si pemakai melainkan pula gangguan terhadap masyarakat yang akan membawa akibat timbulnya berbagai ketidaktentraman. Narkotika juga mampu merubah kepribadian si korban secara drastis seperti berubah menjadi pemarah, pemurung bahkan melawan terhadap siapapun, menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan sekolah, rumah, pakaian dan lain sebagainya. Paling ditakutkan lagi yang terjadi yaitu mengadakan hubungan seks secara bebas, mencuri untuk mendapatkan uang guna membeli narkotika hal ini karena pandangannya terhadap norma-norma masyarakat, hukum bahkan agama sudah demikian kendor. Segala usaha akan dilakukan demi mendapatkan narkotika. Pada tingkat permulaan pemakai narkotika akan menghabiskan apa yang ia miliki, kemudian meningkat kepada milik keluarga dan akhirnya milik orang lain atau masyarakat dengan cara yang paling gampang untuk mendapatkan uang yaitu dengan melakukan tindak kriminal seperti mencuri, memeras, membunuh, menodong, merampok
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
20
melacur dan sebagainya. Segala tindakan dan perbuatnnya sudak tidak dapat dikontrol lagi karena kehilangan perasaan sebagai pengontrol nafsu, sehingga berakibat mudah marah, emosional, bahkan mudah tersinggung serta berani melawan setiap orang yang disangka memusuhinya. Semaraknya perkembangan tindak pidana narkotika (narkoba) sangat didukung oleh beberapa faktor seperti : 1. Sebagai dampak kemajuan komunikasi dan transportasi yang mengglobal sehingga adanya perubahan sikap budaya dari kalangan remaja untuk meniru kehidupan gaya barat yang tidak lepas dari penggunaan narkotika. 2. Kejahatan narkotika suatu kegiatan bisnis yang menggiurkan karena keuntungannya sangat besar dan dapat diperoleh dalam waktu yang sangat singkat. 3. Penggunaan narkotika dianggap dapat dijadikan sebagai pelarian atau jalan pintas dalam melepaskan permasalahan hidup yang dihadapi seseorang. 4. Negara mengalami tekanan ekonomi sangat buruk dan berkepanjangan banyak menimbulkan PHK serta bertambahnya jumlah pengangguran, putus sekolah, sehingga bisnis narkoba menjadi bisnis yang menjanjikan keuntungan yang besar. Para pelaku yang melibatkan diri dalam penyalahgunaan narkotika baik dari pihak pengguna sampai dengan tingkat yang lebih tinggi, disamping dirinya sebagai korban namun juga menjadi objek dari hukum, bahwa walaupun pelaku yang menderita dari akibat buruk penyalahgunaan narkotika maka yang bersangkutan juga diancam oleh hukuman sebagaimana ketentuan perundang-undangan.Untuk pelaku penyalahgunaan narkotika dapat dikenakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, hal ini dapat dikalsifikasikan sebagai berikut : (1). Sebagai pengguna Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 78 dan 79 Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 4 tahun. (2). Sebagai pengedar Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 81 dan 82 Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 20 tahun/seumur hidup/mati+denda (3). Sebagai produsen Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 80 Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 20 tahun/seumur hidup/mati+denda. Subyek tindak pidana (yang dapat dipidana) menurut Undang-Undang Narkoba dapat berupa orang perorangan maupun korporasi. Namun disamping itu,
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
21
ada pula subyek yang bersifat khusus, yaitu pimpinan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan, apotek, dokter, pimpinan lembaga ilmu pengetahuan, pimpinan pabrik obat dan pimpinan pedagang besar farmasi (pasal 99 Undang-undang Narkotika; pasal 14 jo. Pasal 60 ayat 4 dan ayat 5 Undang-undang Psikotropika. Barda Nawawi Arief (2001 : 196). IV. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Generasi muda harus diselamatkan, dibimbing, dibina dan dipersiapkan untuk menerima dan melanjutkan nilai-nilai luhur bangsa. Generasi muda harapan bangsa yang sangat perlu dibina. Mengingat masalah yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkotika merupakan ancaman terhadap generasi yang akan datang, maka sedini mungkin kita harus waspada terhadap anak-anak muda kita, agar jangan sampai terlanjur terjerumus dalam bahaya narkotika yang tidak sedikit pula mengakibatkan kematian. Dalam hal penanggulangan peredaran gelap narkotika unsur masyarakat juga dilibatkan, seperti tercantum dalam pasal 54 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan pasal 57 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika, dengan jelas disebutkan bahwa : - Peran serta masyarakat dimana diberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika - Masyarakat wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang bila ada penyalahgunaan narkotika dan psikotropika - Pelapor mendapatkan jaminan keamanan dan perlindungan dari pihak yang berwenang. Agar masalah penyalahgunaan narkotika dengan segala macam akibatnya yang bersifat negative ini tidak menjalar semakin luas, maka selain diadakan tindakan yang bersifat curative (penyembuhan), perlu juga diadakan usaha-usaha yang bersifat preventif (penyegahan). Hal ini perlu dilakukan sebagai tindakan pengamanan. B. Bosu ( 1982 : 90). Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Polri diberi tugas sebagai alat negara penegak hukum, pelindung dan pelayan masyarakat beserta dengan komponen bangsa lainnya sangat berkewajiban dalam usaha pencegahan dan penanggulangan masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Polri sebagai unsur terdepan dalam penanggulangan terhadap setiap ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika melakukan langkah-langkah upaya penanggulangan seperti : 1. Pre-emptif. Seperti juga dalam penanganan setiap gangguan kamtibmas, maka penanggulangan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika apabila dilakukan lebih dini di hulu lebih baik daripada di muara. Upaya pre-emptif yang dilakukan adalah berupa kegiatan-kegiatan edukatif dengan sasaran mempengaruhi faktor-faktor penyebab pendorong dan faktor peluang yang biasa
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
22
disebut faktor korelatif kriminogen dari kejahatan narkoba, sehingga tercipta suatu kesadaran, kewaspadaan, daya tangkal serta terbina dan terciptanya kondisi prilaku/norma hidup bebas narkoba. 2. Preventif. Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kejahatan narkotika melalui pengendalian dan pengawasan jalur resmi serta pengawasan langsung terhadap jalur-jalur peredaran gelap dengan tujuan agar Police Hazard tidak berkembang, menjadi ancaman factual antara lain dengan tindakan : a) Mencegah agar jumlah dan jenis yang tersedia hanya untuk dunia pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. b) Menjaga ketepatan pemakaian sehingga tidak mengakibatkan ketergantungan c) Mencegah agar kondisi geografi Indonesia tidak dimanfaatkan sebagai jalur gelap dengan mengawasi pantai serta pulau-pulau masuk di Indonesia. d) Mencegah secara langsung peredaran gelap narkoba di dalam negeri disamping mencegah agar Indonesia tidak dimanfaatkan sebagai mata rantai perdagangan gelap baik tingkat nasional, regional maupun Internasional. Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri (2000 : 23) 3. Represif. Merupakan upaya penindakan dan penegakan hukum terhadap ancaman faktual dengan sanksi yang tegas dan konsisten sehingga dapat membuat jera para pelaku penyalahguna dan pengedar narkotika. 4. Rehabilitas. Dilaksanakan oleh Departemen Sosial dan Departemen Kesehatan . Disamping itu yang tidak kalah pentingnya yaitu upaya penanggulangan melalui jalur agama dengan pembinaan-pembinaan terhadap generasi muda tentang iman dan taqwa yang tetap berada di jalur keyakinannya dengan iman yang kuat. Umat beragama dituntut kesadaran dan kewaspadaanya terhadap bahaya narkotika yang begitu rawan dan rentan. Untuk itu tindakan-tindakan preempetif yang harus dilakukan berdasarkan tinjauan dari segi agama dalam penanggulangan narkotika antara lain : - Sudah seharusnya masalah narkotika harus dianggap sebagai masalah moral, bukan hanya penyakit secara medis, karena efek pengaruh negatifnya sangat berkaitan erat dengan mental kepribadian dan prilaku seseorang. - Harus memandang bahwa perbuatan atau tindakan yang berkaitan dengan narkotika sebagai suatu kejahatan (kriminal) yang dikutuk oleh Tuhan Yang Maha Esa. - Kita hendaknya bersikap keras dan tegas serta tidak mau mengikuti ajakan maupun tawaran untuk mencoba menggunakan barang haram narkotika tersebut.
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
23
-
Mengadakan ceramah/ seminar/ diskusi yang memungkinkan baik bagi pengguna maupun bukan pengguna untuk mengerti dan memahami tentang apa itu narkotika dan bahayanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Saracamuscaya yang berbunyi sebagai berikut : “Lawan yama ikang prihen nityaca gawayakena, kuneng, ikang niyama, wenang ika tan langgengen gawayakena, apan ika sang maneket gumawayaken ikang niyama,tatan, yatna ri kagawayaning yama, tiba sira ring nirayaloka”. Artinya : “Dan yama (pengekangan diri) haruslah diusahakan, senantiasa dilaksanakan; adapun niyama (janji diri) dapat tidak secara tetap dilaksanakan; sebab orang yang yakin melaksanakan niyama, sedangkan “yama” diabaikan, orang yang demikian akan jatuh di narakaloka” (Saracamuscaya pasal 258) Hal paling penting, generasi muda jangan sampai mau mengikuti ajakan maupun tawaran orang lain untuk mencoba menggunakan barang-barang haram yang dilarang oleh ajaran agama, pengekangan diri dari hawa nafsu untuk mencoba barang haram merupakan langkah awal penyelamatan diri dari terjerumusnya kepada perbuatan yang tidak baik apalagi pelanggaran terhadap hukum. V. Penutup Pengaruh narkotika sangat membahayakan apabila digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, faktor-faktor yang mempengaruhi penyalagunaan Narkotika antara lain peningkatan ketegangan di dalam keluarga ( tekanan ekonomi, perceraian) membuat remaja tergantung teman sebaya untuk dukungan emosi. Faktor kemasyarakatan juga berpengaruh terhadap perkembangan remaja, perubahan teknologi dan sosial , urbanisasi, materialisme dan kemiskinan, komunikasi massa dan stress pada kehidupan sehari-hari. Peran orang tua yaitu sejak anak dalam kandungan (hamil) agar dihindari penggunaan obat tanpa resep dokter apalagi penggunaan narkotika dan bahan-bahan yang berbahaya, jalin hubungan kasih sayang dan komunikasi yang baik dengan anak-anak., berikan informasi tentang bahaya narkoba sejak anak masih kecil dan hindari untuk menyekolahkan anak pada sekolah-sekolah yang terkenal telah termasuk dalam rawan narkoba. Sedangkan peran tokoh agama dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika pada kehidupan masyarakat khususnya generasi muda harus terpanggil untuk tampil ke depan dengan menggunakan pendekatan agama sebagai tanggung jawab besar dalam pembangunan umat.
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
24
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dengan pembinaanpembinaan terhadap generasi muda tentang iman dan taqwa yang tetap berada di jalur keyakinannya dengan iman yang kuat. Umat beragama dituntut kesadaran dan kewaspadaanya terhadap bahaya narkotika yang begitu rawan dan rentan. Harus memandang bahwa perbuatan atau tindakan yang berkaitan dengan narkotika sebagai suatu kejahatan (kriminal) yang dikutuk oleh Tuhan Yang Maha Esa.Mengadakan ceramah/ seminar/ diskusi yang memungkinkan baik bagi pengguna maupun bukan pengguna untuk mengerti dan memahami tentang apa itu narkotika dan bahayanya. Daftar Pustaka Barda Nawawi Arief, 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Citra Aditya Bakti: Bandung. Bosu B.1982. Sendi-Sendi Kriminologi, Usaha Nasional. Surabaya. Kajeng, I Nyoman. 2005. Sarasamuccaya. Paramita: Surabaya. Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri, 2001. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta. Surya W.P. Usaha Penanggulangan Narkotika Melalui Pembinaan Agama Hindu. PT. Daya Praza Press. Zainul Ittihad Amin. Pendidikan Kewiraan. Universitas Terbuka, 1999.
Satya Dharma Volume I No. 1 Oktober 2014
25