ANALISA TINDAK PIDANA PERKOSAAN DARI MEDIA MASA Oleh : I Made Kastama* Abstrak Bentuk kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan kekerasan dalam bentuk Emotional violence and Instrumental violence, bisa juga beberapa berbentuk Random or Individual violence. Akhir-akhir ini kejahatan dengan kekerasan memang menjadi sebuah topik yang mendapat pembahasan di kalangan praktisi maupun teoritisi, karena sifat kejahatan yang dilakukan dengan kekerasan menyebabkan korban menderita tidak hanya secara lahiriah juga secara batiniah dan psikis. Kejahatan dengan kekerasan seperti perkosaan sebagai perbuatan yang tidak terpuji karena memiliki motif pemuasan nafsu seksual. Tindak kekerasan terhadap perempuan, termasuk tindak pemerkosaan dapat mengancam setiap perempuan, tidak mengenal batas usia, anak perempuan remaja, anak-anak, ibu rumah tangga bahkan perempuan yang sedang hamilpun pernah menjadi korban perkosaan. Dari berita-berita tindak pidana perkosaan yang dimuat dalam surat kabar yang sebagian telah dicuplik, terungkap bahwa perempuan yang menjadi korban perkosaan dilihat dari hubungan sosial antara korban dengan pelaku ada yang saling kenal, bahkan ada yang mempunyai hubungan darah. Akibat yang ditimbulkan dari perbuatan jahat si pelaku terhadap korban yaitu menimbulkan akibat penderitaan. Akibat penderitaan pisik yang ditimbulkan oleh tindak perkosaan seperti robeknya keperawanan, luka dan sakit parah di sekitar kemaluan, pingsan maupun luka pada bagian tubuh lain yang disebabkan korban melakukan perlawanan dan dilukai oleh si pelaku. Sedangkan penderitaan psikis yang paling berat dialami oleh para korban perkosaan umumnya berkisar pada tekanan kejiwaan yang berat sehingga berakibat munculnya rasa takut, trauma, goncangan bathin, perubahan sikap menjadi pemurung, ataupun rendah diri yang berkepanjangan. Kata Kunci : Tindak Pidana, Perkosaan, Akibat Hukum
*Dosen Prodi Magister Ilmu Hukum Agama Hindu STAHN-TP Palangka Raya Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
89
I.
PENDAHULUAN Kejahatan dengan kekerasan selalu ada dan berkembang mengikuti perkembangan jaman dan perkembangan masyarakat. Kejahatan tidak dikehendaki masyarakat, tetapi ia selalu ada dan dilakukan oleh warga masyarakat, karena kejahatan sebagai suatu fenomena sosial yang tidak bisa lepas dalam masyarakat dan penanggulangannya tidak bisa hanya mengandalkan mekanisme hukum saja tetapi diperlukan mekanisme lain termasuk juga pelaksanaan pembinaan terhadap masyarakat. Kejahatan sebagai suatu fenomena yang ada dalam masyarakat merupakan kejahatan tradisional yang telah ada sejak jaman dahulu. Namun sekarang telah mengalami perkembangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas perkembangan kejahatan bisa dilakukan dengan kekerasan dalam modus operandinya, sedangkan secara kuantitas kejahatan mengalami peningkatan. Kejahatan yang dilakukan oleh pelaku tidak memandang usia, jenis kelamin, tempat ataupun keadaan si korban. Media masa hampir setiap hari menyajikan berita-berita berkaitan dengan kejahatan seperti perkosaan, penganiayaan, pembunuhan, pencurian dengan pelaku dan korban yang bervariasi. Kejahatan-kejahatan perorangan seperti pembunuhan, perkosaan dan penganiayaan merupakan pelanggaran-pelanggaran hukum yang paling menakutkan. Mulyana W. Kusumah (1990 : 28). Kejahatan dengan kekerasan lebih sering yang menjadi korban adalah pihak perempuan. Tindak pidana kekerasan terhadap perempuan tampaknya terus akan terjadi dimana-mana, tetapi jarang dapat diselesaikan secara tuntas. Salah satu penyebabnya adalah perempuan yang menjadi korban kekerasan tidak selalu memilih penanganan hukum atau melapor ke pihak berwajib (Kepolisian). Ancaman tindak kekerasan terhadap perempuan secara fisik dan psikologi yang terjadi dalam masyarakat luas, bukan merupakan persoalan bagi segelintir atau sekelompok perempuan tertentu saja, melainkan secara potensial merupakan masalah bagi setiap perempuan. Ancaman tindak kekerasan akan dirasakan oleh perempuan secara umum, siapapun dia dan dimanapun dia, tidak mengenal tempat maupun keadaan korban. Bentuk ancaman tindak kekerasan sering dialami oleh perempuan dapat terjadi di jalanan, sekolah, pasar, lingkungan pergaulan bahkan dalam keluarga sendiri, seperti salah satu contoh pelecehan dan pemerkosaan. Tindak kekerasan terhadap perempuan, termasuk tindak pemerkosaan dapat mengancam setiap perempuan, tidak mengenal batas usia, anak perempuan remaja, anak-anak, ibu rumah tangga bahkan perempuan yang sedang hamilpun pernah menjadi korban perkosaan. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia, ( 2014 : 50). Kekerasan seksual yang terjadi dalam keluarga maupun di jalanan, yang terjadi di Indonesia dan di luar negeri mempunyai pola yang sama, yakni bahwa orang-orang
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
90
yang terlibat dalam tindak kejahatan/kekerasan itu baik pelaku maupun korbannya adalah orang-orang dengan latar belakang sosial ekonomi tertentu, yakni mereka yang tergolong dalam kelompok kelas menengah ke bawah. Ini tidak berarti bahwa kekerasan seksual terhadap perempuan tidak terjadi di kelompok elite sosial suatu masyarakat. Kekerasan seksual yang terjadi dalam kelompok elite sosial sering terjadi dalam bentuk lain yang lebih canggih, dalam arti si korban tidak kehilangan nyawa secara sadistis, tetapi harus menderita secara psikologis. Loekman Soetrisno, 1999 : 118) II. KASUS POSISI DAN PELAKU PERKOSAAN Usia pelaku tindak kekerasan terhadap perempuan khususnya tindak perkosaan ternyata bervariasi dari masih belia sampai yang tua. Salah satu kasus perkosaan yang dilakukan seorang bapak terhadap anak kandung seperti diberitakan dalam Majalah Sejuta Kisah edisi 69 tanggal 3 s/d 16 Maret 2005 sebagaimana cuplikan berita sebagai berikut: BAPAK MEMPERKOSA ANAK KANDUNG Hari Rabu tanggal 2 Pebruari 2005 Sejuta Kisah menemui Melati (nama samaran) di rumahnya Gerjen RT 01/RW III Pucangan, Kertosuro Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Saat itu gadis malang ini didampingi Ny. Samsyiar, ibu kandungnya. Wajahnya nampak menyiratkan duka mendalam akibat peristiwa kelam itu. Apalagi kini, diperutnya telah bersemayam janin yang justru benih bapaknya sendiri. “Entahlah, mungkin ini sudah nasib saya. Saya pasrahkan saja semuanya pada hukum” tukas Melati lirih. Peristiwa tragis yang menimpa Melati, putri sulung dari dua bersaudara ini bermula kecurigaan Ny. Samsyiar dengan perut anak gadisnya itu, yang kian hari kian membuncit. Apalagi keadaan anak gadisnya yang seperti orang hamil muda, dia sering terlihat muntah-muntah. Karena curiga jika Melati tengah mengandung, Ny. Samsyiar pun akhirnya mencoba bertanya dan mendengar penuturan anaknya betapa kagetnya sang ibu, ketika pertanyaan itu dijawab polos oleh anak gadisnya dan mengaku sudah dua bulan ia tidak menstruasi. Ia diperkosa oleh Bapak kandungnya ( Heru Munawan ). Sebagai ibu pernyataan anak gadisnya itu tentu membuatnya terkejut dan ia pingsan. Selanjutnya beberapa saat setelah berhasil tersadar dari pingsannya Ny. Samsyiar pun langsung mengajak Melati mendatangi Mapolsek Kertasura untuk melaporkan kebejatan Heru, suaminya. Dihadapan petugas, ibu dan anak ini menuntut agar laki-laki bejat itu dihukum seberat-beratnya. Mendapatkan laporan tersebut, polisi langsung bertindak cepat menangkap Heru yang saat itu sedang mencari penumpang di sekitar pasar Kertasura. Pada hari Rabu tanggal 2 Pebruari 2005 siang si bapak bejat hari itu juga langsung dijebloskan ke tahanan Mapolsek untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
91
Sementara itu, menurut Kasat Reskrim Polres Sukoharjo, AKP M. Ngajib kepada Sejuta Kisah yang menemui di ruang kerjanya mengatakan, masih terus melakukan penyelidikan atas kasus perkosaan ini. Di samping contoh kasus di atas, dijumpai pula kasus lainnya yang dilakukan oleh para pemuda sebagaimana disajikan di bawah ini sebagai berikut : ANAK GADIS DIGILIR 4 PEMUDA Tak ada kata yang pantas diucapkan selain kata bangsat, untuk mengganjar perbuatan empat pemuda pemerkosa itu. Mereka adalah Samper (20) asal Desa Jatisari Kecamatan Kuripan, Fathurrosi (18), Hasan (23) dan Pipit Hariyanto (21) ketiganya berasal dari kelurahan Jrebeng Lor, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jawa Timur. Brandalan kampung itu diringkus petugas Polsek Wonoasih, hari Senin tanggal 14 Pebruari 2005, karena tuduhan perkosaan dan penyekapan terhadap Bunga (18) nama samaran, seorang pelayan toko, warga kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih. Terungkapnya kasus perkosaan ini setelah Bunga tidak pulang ke rumahnya selama satu pekan lamanya. Terhitung sejak tanggal 1 sampai 8 Pebruari 2005, gadis itu tak juga memberikan kabar ke pihak keluarganya. Tidak pulangnya gadis itu ternyata disekap oleh Samper di rumah bibinya Maisya di desa Jatisari, Kecamatan Kuripan. Selama dalam penyekapan itu, gadis tersebut ternyata juga dijadikan budak nafsu seks keempat berandalan tersebut secara bergiliran. Biadabnya lagi, seusai memperkosa dan menyekap Bunga, keempat lelaki bejat itu justru meminta tebusan sebesar Rp. 500 ribu terhadap orang tua gadis tersebut, Agus Sugianto dan Ny. Juhairiyah. Mendengar tentang keberadaan anaknya, setelah seminggu menghilang, spontan orang tua Bunga kaget. Dengan kondisi panik, orang tua Bunga akhirnya melaporkan kejadian tersebut kepada petugas Polsek Wonoasih. Kapolsek Wonoasih menjelaskan setelah mendapatkan laporan itu, pihaknya kemudian langsung bergerak cepat dan meringkus tersangka Samper di rumah bibinya, Maisya. Dari hasil pemeriksaan petugas, sebelum Bunga disekap ia dengan biadab telah diperkosa lebih dulu oleh tiga pemuda lainnya, Fathurrosi, Hasan dan Pipit Hariyanto. Bahkan sebelum diperkosa bergiliran gadis ini juga dipaksa meminum minuman keras hingga mabuk berat. Keempat tersangka berhasil ditangkap oleh Polsek Wonoasih. Kenakalan dan kejahatan yang dilakukan para pemuda dengan meminum pil koplo tidak diketahui akibat buruk yang bisa ditimbulkan sebagai mana sajian kasus di bawah ini : KORBAN DIPERKOSA EMPAT PEMUDA BERANDALAN Sampit, betapa jahatnya pengaruh pil koplo, benda laknat itulah yang mempengaruhi sehingga terjadinya kasus perkosaan yang terjadi di Jalan HM.
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
92
Arsyad Km 21 atau jalan Sampit Samuda. Korban berinisial AE (17) diperkosa empat pemuda berandalan setempat yaitu Syarifuddin, Yudi, Bali dan Syaiful. Korban yang pulang dari menonton pertunjukkan dangdut dari sebuah acara perkawinan diajak oleh pelaku untuk jalan-jalan, serta menikmati pil koplo. Dalam kondisi mabuk berat itulah korban dikerjai oleh para pelaku. Lebih sadis lagi para pemuda begitu teganya tanpa mengenal ampun memperkosa beramai-ramai anak perempuan sampai pingsan sebagaimana sajian kasus di bawah ini : HABIS DIPERKOSA 8 (DELAPAN) PRIA SEKALIGUS DIA MALAH MAU DIBUNUH BAPAKNYA Duka seperti tak pernah habis dirasakan gadis sebut saja Ayu (14) tinggal di Dusun Krenceng RT 04/RW 02, Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri Jawa Timur. Setelah harus menderita usai diperkosa delapan berandalan, ia justru mau dibunuh bapaknya sendiri karena dianggap menyebar aib. Tak pernah terlintas dibenak Ayu jika hari itu 6 Pebruari 2005 malam, dia harus menuai derita. Bayangkan saja, dia diperkosa delapan berandal yang baru dikenalnya, di sebuah areal permandian air sumber di Dusun Ketangi, Desa Bringin, Kecamatan Pare, yang juga di Kabupaten Kediri. Saat ditemui Sejuta Kisah di rumahnya hari Rabu tanggal 16 Pebruari 2005, Ayu yang sehari-harinya tinggal hanya berdua bersama neneknya, Mbok Tinah (70), nampak murung di ruang tamu rumahnya. Ayu adalah gadis bungsu dari tiga bersaudara anak pasangan Mulyono (45) dan Ny. Sriyati (almarhum), malangnya sejak berumur lima tahun, ibu kandungnya telah tiada lantaran penyakit kanker rahim yang akut. Sepeninggal ibunya, Ayu terpaksa tinggal bersama Mbok Tinah, neneknya. Ini lantaran bapaknya menikah lagi dengan perempuan lain dan tinggal di Desa Tretek Kecamatan Pare. Seperti remaja pada umumnya yang ingin menikmati keramaian malam di taman alun-alun Ringin Budho yang berada di Kelurahan Pare. Dengan berkendaraan sepeda mini ia berangkat pukul 19.00. Ayu tanpa sengaja berkenalan dengan Roni yang mengajaknya berkenalan selanjutnya jalan-jalan, saat itu Ayu bilang sakit kepala bak seorang pahlawan Roni menyodorkan obat yang katanya obat sakit kepala. Tanpa rasa curiga Ayu mau meminum obat tersebut sekaligus tiga butir sebagaimana dianjurkan oleh Roni. Ayu selanjutnya diajak berkenalan dengan 7 pemuda lainnya di bawah pohon beringin yang sedang meminum minuman keras. Ayu diajak keliling kota dengan mengendarai motor oleh Roni dan ke tujuh kawannya. Dalam keadaan mabuk akibat pengaruh obat tersebut akhirnya Ayu tak kuasa melawan kebejatan kedelapan lelaki tersebut yang menjadi bulan-bulan nafsu para pemuda itu. Dia diperkosa secara bergiliran hingga menjelang pagi yang saat itu Ayu sudah tak sadarkan diri. Pagi itu setelah ayu diperkosa ia menceritakan apa yang dialaminya pada Widodo kakaknya. Yang selanjutnya melaporkan ke Polres Kediri. Petugas yang Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
93
menerima laporan dari Ayu saat itu juga segera melakukan penyelidikan. Sedangkan gadis itu dimintakan visum ke RSUD Pare untuk melengkapi berkas laporannya. Ironisnya, sejak mengetahui Ayu melaporkan perkosaan yang dialaminya, ayahnya Mulyono justru marah besar, dia bukan marah kepada si pemerkosa anaknya, melainkan justru marah kepada anaknya yang dianggap membuat aib karena telah melaporkan apa yang dialami Ayu kepada pihak berwajib dengan mengancam akan dibunuhnya. Petugas dapat menangkap tiga pelaku pemerkosaan, Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Sudarto, ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya menyatakan, masih terus melakukan penyelidikan dan pelacakan kelima pelaku perkosaan lainnya. “ Saya menghimbau pada kelima pelaku perkosaan lainnya agar segera menyerahkan diri secara baik-baik, sebelum pihak kepolisian bertindak tegas”. (Majalah Sejuta Kisah). Kejahatan perkosaan tidak pernah henti-hentinya dilakukan oleh para pelaku, kalau kita analisa kejahatan tersebut pada tahun terkahir ini yaitu tahun 2015 dapat kita paparkan dari berita media masa sebagaimana berita dalam Koran Metro, Senin 10 Agustus 2015. PENJAHAT KELAMIN PERKOSA KEMBANG DESA Gadis belia berinisial RO, umur 17 tahun warga desa Pematang Panjang Kecamatan Seruyan Hilir Timur, baru-baru ini menjadi korban dari “penjahat kelamin”. ABG ini diperkosa Agus Bambang dibantu Anang sesama dari desa Sungai Mitak setelah memergoki korban sedang pacaran di sekitar Jalan Simpang Trans. Akibat perbuatan bejatnya kini Agus dan Anang mendekam di tahanan Polres Seruyan. Meskipun tidak ikut menikmati tubuh korban, Anang tetap dijadikan tersangka karena ikut membantu. Kasat Reskrim Polres Seruyan AKP Triyo Sugiyono menjelaskan bahwa kasus perkosaan itu berawal saat korban RO bersama dengan pacarnya YO. “malam itu suasana sedang sepi, tiba-tiba Agus dan Anang datang memergoki korban bersama pacarnya. Tersangka mengancam akan membawa keduanya ke RT setempat” kata Kasat. Sambung Triyo, kedua anak usia sekolah ini kemudian dibawa oleh kedua tersangka menggunakan sepeda motor, di tengah perjalanan RO dan YO dipisah, bukanya ke rumah RT, korban malah dibawa ke tempat yang jaraknya empat kilometer dari tempatnya berpacaran, yaitu ke sebuah pondok kebun kelapa sawit. Di tempat itulah Agus memperkosa RO dibantu oleh Anang memegangi korban, setelah diperkosa RO ditinggal begitu saja oleh pelaku. Kejahatan bisa terjadi bukan saja bukan saja karena ada niat si pelaku, tetapi bisa terjadi karena ada kesempatan. Hal ini dapat kita lihat dari kasus yang diberitakan dalam Palangka Ekspres tertanggal hari Rabu 5 Agustus 2015.
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
94
EDAN, PERKOSA ADIK TEMAN Pelaku berinisial A (19 tahun) warga Desa Suryakanta, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Batola, diduga karena tidak bisa menahan hawa nafsu, ABG yang niat hati ingin mengambil kartu seluler yang tertinggal di rumah temannya di kawasan kecamatan Anjir Pasar, malah memperkosa adik perempuan temannya berinisial R (14 Tahun) saat rumah dalam keadaan kosong. Namum untungnya dua hari kemudian pasca kejadian setelah dilaporkan pihak keluarga A berhasil ditangkap aparat Polsek Anjir Pasar. Kepada Polisi A mengaku telah menyetubuhi adik temannya sendiri karena tidak bisa menahanhawa nafsu saat melihat R sendiri di rumah “ satu kali saja saya menyetubuhinya, setelah itu saya kabur lewat pintu belakang, ujarnya. Lain halnya dengan kasus yang disajikan di bawah ini, masyarakat untuk mendapatkan perlindungan pasti yang diharapkan adalah para penegak hukum seperti Polisi yang memiliki tugas untuk melindungi dan mengayomi warga masyarakat. Namum kenyataannya nasib yang kurang baik dihadapi oleh warga masyarakat, justru mendapatkan pelecehan dari aparat penegak hukum sebagaimana kasus yang dapat kami sajikan dari berita Kalteng Post tertanggal, Sabtu, 1 Agustus 2015 sebagai berikut : ABG MENGAKU DILECEHKAN OKNUM POLISI Seorang remaja putri berinisial MA (14 Tahun) mengaku mendapat perbuatan pelecahan seksual dari seorang oknum anggota Polda kalteng. Ini terjadi saat bersama rekannya FI (15 tahun) masuk dalam lingkaran dugaan under cover buy (penjebakan) oleh anggota Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Kalteng dalam dugaan Human Trafficking di Kapuas, belum lama ini. “Ia dalam kamar itu sekitar 30 menit payudara saya diremas oleh dia (oknum polisi)”. Ungkap ABG ini, saat dibincangi awak media di area PN Palangka Raya. Lanjut MA selama dua hari menjalani pemeriksaan di Polda Kalteng, mereka juga sama sekali tidak berganti pakaian. Parahnya lagi, pada hari ketiga saat diperbolehkan pulang, mereka disuruh menanggalkan pakaian dalam.”tidak ada mandi juga, HP, Bra celana dan baju saya juga disuruh ditinggal, kata mereka (penyidik) untuk alat bukti” ucapnya. Menyikapi insiden tersebut pengacara Wanas Unan Sawang berencana melaporkannya ke Komnas HAM RI, Kapolri dan pihak yang berwenang lainnya di Jakarta. Secara tegas Wanas menyebutkan perbuatan oknum polisi itu jelas merupakan pelecehan seksual terhadap anak. III. ANALISA 3.1. Analisa Kasus Dalam berita Kalteng Pos hari Rabu tanggal 29 Desember 2004 dari berbagai kasus kekerasan terhadap wanita di palangka Raya tindak pemerkosaan mendominasi kasus kekerasan terhadap perempuan di Kalimantan Tengah. Menurut Kanit I Sat
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
95
Husni M., SH. “Perkosaan menempati urutan pertama 28 kasus dari 58 kasus kekerasan terhadap perempuan”.(Kalteng Pos). Sekarang kalau kita perhatikan contoh kasus di atas maka sebuas-buasnya harimau, tentu tak akan rela memangsa anak-anaknya sendiri. Peribahasa ini sepertinya tidak berlaku bagi lelaki bernama Heru Munawan warga Gerjen RT 01/RW III Pucangan, Kertosuro Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Bagaimana tidak, dengan teganya dia justru memperkosa anak kandungnya sendiri. Si pelaku dia kenal yang diharapkan sebagai pelindung masa depan. Bagaimana lagi dia sebagai seorang perempuan bisa mempertahankan martabat dan kesuciannya. Karena yang diharapkan seorang perempuan adalah terjaga kesuciannya sebab kesucian seorang perempuan adalah standar yang dipakai masyarakat untuk mengukur seorang perempuan apakah dia seorang perempuan yang baik atau tidak. Dari berita-berita tindak perkosaan yang dimuat dalam surat kabar yang sebagian telah dicuplik, terungkap bahwa perempuan yang menjadi korban perkosaan dilihat dari hubungan sosial antara korban dengan pelaku telah saling kenal, bahkan ada yang mempunyai hubungan darah. Akibat yang ditimbulkan dari perbuatan jahat si pelaku terhadap korban yaitu menimbulkan akibat penderitaan, baik berupa penderitaan pisik maupun penderitaan non pisik (psikis). Akibat penderitaan pisik yang ditimbulkan oleh tindak perkosaan seperti robeknya keperawanan, luka dan sakit parah di sekitar kemaluan, pingsan maupun luka pada bagian tubuh lain yang disebabkan korban melakukan perlawanan dan dilukai oleh si pelaku. Sedangkan penderitaan psikis yang paling berat dialami oleh para korban perkosaan umumnya berkisar pada tekanan kejiwaan yang berat sehingga berakibat munculnya rasa takut, trauma, goncangan bathin, perubahan sikap menjadi pemurung, ataupun rendah diri yang berkepanjangan. Meskipun tindak perkosaan merupakan tindak kejahatan yang dapat ditindaklanjuti untuk diproses secara hukum, akan tetapi karena berbagai alasan dan pertimbangan tertentu sehingga tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib seperti: a. Korban merasa malu, karena peristiwa perkosaan tersebut telah mencemarkan dirinya baik secara fisik, psikologis maupun sosiologis. b. Korban merasa berkewajiban melindungi nama baik keluarganya terutama jika pelaku adalah anggota keluarga sendiri; c. Korban merasa bahwa proses peradilan pidana terhadap kasus itu belum tentu dapat membuat si pelaku dipidana; d. Korban khawatir bahwa diprosesnya kasus ini akan membawa cemar yang lebih tinggi lagi pada dirinya, misalnya melalui publikasi lewat media masa atau pemeriksaan yang dilakukan oleh Dokter untuk membuat Visum Et Revertum yang merasa terluka lagi. e. Korban khawatir akan terjadi pembalasan dari pelaku. f. Lokasi kantor Polisi yang terletak jauh dari rumah si korban sehingga merasa enggan untuk melapor.
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
96
3.2.
Akibat Hukum Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XIV mengatur tentang kejahatan terhadap kesusilaan yang didalamnya tercakup kejahatan seksual. Dari 25 buah pasal dalam bab ini, 15 buah pasal mengatur tentang kejahatan seksual diantaranya : pasal 285 KUHP yang menyatakan “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun. Pasal 286 KUHP menyatakan “Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya, bahwa perempuan itu pingsan atau tidak berdaya, dihukum penjara selama-lamanya sembilan tahun” dan pasal 287 KUHP yang menyatakan “Barangsiapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya atau harus patut disangkanya, bahwa umur perempuan itu belum cukup 15 tahun kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa perempuan itu belum masanya untuk kawin, dihukum penjara selama-lamanya sembilan tahun.dengan tuduhan melakukan tindak pidana bersetubuh dengan perempuan lain yang bukan istrinya. Timbulnya banyak kejahatan seksual merupakan efek samping (side Effect) dari perubahan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri/Modern seperti yang kita alami sekarang. Sebagian besar kejahatan seksual ini memerlukan pemeriksaan dokter dengan visum et repertum terhadap si korban untuk membantu menerangkan perkaranya, yaitu dimana telah terjadi persetubuhan (sexual intercourse). Yang perlu diperiksa oleh dokter terhadap si wanita yaitu : - adanya persetubuhan - adanya tanda-tanda kekerasan - adanya bekas pingsan atau tidak berdaya. Jadi perkosaan yang dimaksud disini adalah, “Persetubuhan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap wanita diluar pernikahan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan”. (Agus Purwadianto Budi Sampurna Herkutanto, 1981 : 57) perkosaan yang dilakukan tersebut dapat dijerat dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Visum et repertum yang dimaksud yaitu laporan tertulis dari seorang dokter atas sumpah jabatannya dengan permintaan tertulis dari pihak yang berwenang, mengenai apa yang dilihat dan atau ditemukan pada barang bukti baik orang hidup atau mati untuk kepentingan peradilan.(Markas Besar Kepolisian RI, 1984 : 14). Selanjutnya dalam kitab Hukum Hindu yaitu Manawadharmasastra dalam Bab VIII pasal 364 disebutkan bahwa : Ia yang memperkosa wanita yang tidak mau, dihukum jasmani langsung, tetapi sesorang yang menikmati dengan kemauan wanita itu, tidak diancam hukuman jasmani bila dilakukan dengan wanita segolongan.
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
97
Kejahatan perkosaan yang dilakukan oleh pelaku dari sudut pandang Hukum Agama Hindu sebagai perbuatan yang mengakibatkan adanya lingkungan yang kotor/tidak suci, pihak korban menjadi tercemar nama baiknya, sehingga diperlukan adanya upacara penyeimbangan dunia skala dan niskala, apalagi perbuatan tersebut dilakukan disekitar tempat sakral/tempat suci. Kalau kita perhatikan dalam Manava Dharmasastra pasal 34 Buku III dinyatakan bahwa : Kalau seorang laki-laki dengan cara mencuri-curi memperkosa seorang wanita yang sedang tidur, sedang mabuk atau bingung, cara demikian adalah perkawinan Paisaca yang amat rendah dan penuh dosa. Dalam pelaku perkosaan mengakui perbuatan tersebut dan juga siap untuk bertanggung jawab penyelesaiannaya tergantung pada pihak korban apakah mau menerima sebagai suaminya atau tetap menuntut hukum yang setimpal dengan perbuatan si pelaku. Strategi pencegahan dapat dilakukan melalui empat pendekatan umum, yaitu: 1. Pembangunan program-program perubahan perilaku. 2. Pengembangan pelayanan-pelayanan melembaga bagi pelanggar hukum. 3. Penciptaan pelayanan-pelayanan baru, baik bagi pelanggar-pelanggar hukum, maupun mereka yang dipandang potensial menjadi pelanggar hukum. 4. Pembangunan program-program untuk melawan pengaruh kejahatan dan delinkuensi. Mulyana W. Kusumah, (1990 : 39). Dengan demikian diharapkan kepada setiap orang agar menghormati wanitawanita yang ada dalam keluarga. Peranan wanita dalam keluarga sangat penting, kita sulit membayangkan bila dalam masyarakat tidak terdapat seorang wanita. Oleh karena itu Manava Dharmasastra Pasal 55 dan Pasal 56 Buku III perlu dicermati dengan baik yaitu : Pasal 55 : “Wanita harus dihormati dan disayangi oleh ayah-ayahnya, kakakkakanya suami dan ipar-iparnya yang menghendaki kesejahteraan sendiri.” Pasal 56 : “Dimana wanita dihormati, disanalah para dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati, tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala.” Dengan memahami dan mengkaji tindak kekerasan khususnya tindak pidana perkosaan terhadap perempuan diharapkan di masa yang akan datang tindak pidana ini dapat dicegah, paling tidak dapat dikurangi. IV. PENUTUP Adanya tindak pidana perkosaan menimbulkan akibat yang sangat buruk terhadap si korban yang menimbulkan penderitaan sepanjang masa baik penderitaan secara fisik seperti robeknya keperawanan, luka dan sakit parah di sekitar kemaluan, pingsan maupun luka pada bagian tubuh lain yang disebabkan korban melakukan perlawanan dan dilukai oleh si pelaku maupun penderitaan psikis seperti dialami oleh para korban perkosaan umumnya berkisar pada tekanan kejiwaan yang berat
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
98
sehingga berakibat munculnya rasa takut, trauma, goncangan bathin, perubahan sikap menjadi pemurung, ataupun rendah diri yang berkepanjangan tentu saja akan berakibat pula pada masa depan para korban dalam membina rumah tangga. Dengan mencermati beberapa kasus perkosaan yang dimuat dalam surat kabar disimpulkan bahwa pelaku tindak perkosaan tidak mengenal batas usia dan pekerjaan, perempuan yang menjadi korban pemerkosaan juga tidak mengenal usia, korban pada umumnya telah mengenal bahkan sebagian besar mempunyai hubungan sosial dengan pelaku. Selanjutnya dalam kesempatan ini dapat disarankan sebagai berikut bagi orang tua yang memiliki anak perempuan agar selalu memberikan nasehat serta diadakan pengawasan terhadap anak perempuannya agar hati-hati dan tidak tergoda terhadap laki-laki yang baru dikenalnya selanjutnya kepada para perempuan dimanapun berada agar hati-hati dan tidak terhanyut oleh godaan dan rayuan serta iming-iming yang menjanjikan meskipun oleh laki-laki yang sudah lama dikenal. Yang paling penting tingkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan apalagi pergaulan bebas termasuk pengaruh minuman yang memabukkan. DAFTAR PUSTAKA Kalteng Pos hari Rabu tanggal 29 Desember 2004 Majalah Sejuta Kisah edisi 69 tanggal 3 s/d 16 Maret 2005 Kalteng Pos hari Sabtu, 1 Agustus 2015 Koran Metro, Senin 10 Agustus 2015 Mulyana W. Kusumah,1990. Analisa Kriminologi Tentang Kejahatan-Kejahatan Kekerasan, Ghalia Indonesia. Pudja G. Dan Rai Sudarta Tjokorda 2010. Manava Dharmasastra (Manu Dharmasastra) atau Veda Smrti Compendium Hukum Hindu. Paramita :Surabaya. Agus Purwadianto Budi Sampurna Herkutanto 1981. Ilmu Kedokteran Forensik, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia. Jakarta. R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor. Soetrino Loekman, 1999. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan, Kanisius Yogyakarta. Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia, Pedoman Anda Memahami Dan Menyelesaikan Masalah Hukum, Australian AID, Indonesia.
Satya Dharma Volume II No. 1 April 2015
99