PENINGKATAN PERAN KELEMBAGAAN PEMUDA DALAM MENGATASI MASALAH EKONOMI KELUARGA ( Studi Kasus di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat)
NUR ENDAH KURNIATI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ii
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda Dalam Mengatasi Masalah Ekonomi Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat) adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Kajian ini.
Bogor, April 2008
Nur Endah Kurniati NRP. I 1354060135
iii
ABSTRACT NUR ENDAH KURNIATI. The Increase of Youth Institution Economic Role in Overcoming the Household Problem of Economy (An Case Study in Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Propinsi Jawa Barat). Advisor Team WINATI WIGNA as the Chairman, and ADI FAHRUDIN as the Member of Advisor Commission. The global economic circumstances has makes our nation to enter a very big economic chalange and an overwhelming financial difficulty. Shortage of economic resources are considered as a major constraint for social welfare. Many people are unemployed, living in poverty and do not know the way to get an economic breaktrough. And the young people, namely, the fresh graduate, unprepared, unexperienced, and in many case, uneducated youth suffering enormous (immense) effect of this condition. Nonetheless, it’s forced us to find out several strategy to optimalize our extraordinary large quantity of natural and human resourches. There are several factors faced by young people in playing their economic rules. But through local youth institutional utilization and optimalization of the social capital, there is such a great hope in overcoming their economic constrains, that is, the lack of experience, the limited financial access, and their poor entrepreneurship skills. The objectives of this study is to identify the condition of the several youth institution in Kelurahan Cibabat, Kotamadya Cimahi, the constraining and and the supporting factor, and to design and formulate the appropriate strategy and program in optimizing their economic rules, based on participatory approach. This study uses a qualitative method with participation observation, indepth interviews, documents, and focus group discussion as data collection techniques. There are three stage involved in this study, that is social mapping, program evaluation, and field study focused on designing strategy and program that could be offering solution in increasing and empowering local economic role, especially entrepreneurship role in youth institution. The program was designate in participatory approach including several stages: (1) data collecting to identify problems and opportunities (2)discussing and analyzing identified information with the participant (3) fasilitating the youth institution involved to generate a condusive circumstace that makes the effort to design and formulate strategy and program is possible. The empowerment strategy and programs will not only improve the advancement of the economic roles through improving entrepreneurial skills, but also can be used to stimulate the social network. While government can provide the economic resources and bussiness access as a subtitution of the charity programs, the youth organization and other strategic alliance can work together to initiate and develop a mutual relationship. After all, the plans to establish youth organization forum concerned on specific economical problems, and a business corporate constituted by them, might best be supported by appropriate government policies. Recognizing this importance, it suggest that not only should the policies be sensitive to the actual problems, but also be participative in making.
iv
RINGKASAN NUR ENDAH KURNIATI. Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi Keluarga. (Studi Kasus Pemberdayaan Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh WINATI WIGNA dan ADI FAHRUDIN. Situasi perekonomian global telah memaksa Bangsa kita menghadapi tantangan ekonomi yang sangat besar serta kesulitan finansial yang berat. Terbatasnya sumber-sumber ekonomi menjadi penghalang yang besar bagi kesejahteraan sosial. Begitu banyak orang yang tak memiliki pekerjaan, hidup dalam kemiskinan dan tidak pernah tahu bagaimana memperoleh kemajuan secara ekonomi. Dan para pemuda, terutama lulusan tanpa pengalaman kerja, yang tidak memiliki persiapan, tanpa pengalaman, dan bahkan dalam banyak kasus, kurang berpendidikan, merasakan pengaruh yang amat besar. Meski demikian, kondisi ini justru memaksa kita untuk mencari sejumlah strategi demi mengoptimalkan kekayaan alam dan sumber daya manusia yang amat kaya. Dalam memainkan peran ekonominya, para pemuda terkendala oleh sejumlah faktor. Namun, melalui kelembagaan pemuda lokal dan optimalisasi kapital sosial, terdapat harapan yang sangat besar dalam mengatasi keterbatasan ekonomi seperti kurangnya pengalaman, keterbatasan akses finansial, serta ketrampilan kewirausahaan yang masih minim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi dari sejumlah kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, Kotamadya Cimahi, potensi dan penghalang, serta menyusun dan memformulasikan strategi serta program yang tepat dalam meningkatkan peran ekonomi kelembagaan pemuda, berlandaskan pendekatan partisipatif. Penyusunan program dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang meliputi tiga tahapan: (1) pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah dan peluang (2) mendiskusikan serta menganalisis informasi yang telah diperoleh bersama para partisipan (3) memfasilitasi sejumlah kelembagaan pemuda untuk terlibat demi membangun atmosfir yang kondusif sehingga memungkinkan upaya penyusunan dan formulasi program dan strategi. Strategi dan program pemberdayaan tidak hanya akan meningkatkan peran ekonomi melalui pengayaan ketrampilan kewirausahaan, namun juga dapat digunakan untuk memperkuat jejaring sosial. Dalam hal ini, sebagai substitusi dari berbagai program yang bersifat karitatif semata, Pemerintah justru dapat berperan sebagai penyedia sumber-sumber ekonomi serta akses bisnis, sementara lembaga kepemudaan serta berbagai aliansi strategis lainnya dapat menjalin kerjasama untuk memulai serta mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan. Dan untuk itu, rencana pendirian forum lembaga-lembaga pemuda yang menghususkan diri dalam problem-problem ekonomi secara spesifik, serta perusahaan yang akan didirikan oleh forum ini, sebaiknya didukung oleh kebijakan pemerintah yang tepat. Dengan menyadari arti penting hal tersebut, disarankan agar kebijakan pemerintah bukan hanya diharapkan lebih sensitif terhadap permasalahan aktual, namun juga lebih bersifat partisipatif dalam penyusunannya.
v
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin dari IPB.
vi
PENINGKATAN PERAN KELEMBAGAAN PEMUDA DALAM MENGATASI MASALAH EKONOMI KELUARGA ( Studi Kasus di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat)
NUR ENDAH KURNIATI
Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
vii
Judul tugas akhir
: Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi Keluarga (Studi Kasus di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat) : Nur Endah Kurniati : I.1354060135
Nama NRP.
Disetujui : Komisi Pembimbing
Dra. Winati Wigna, MDS Ketua
Adi Fahrudin, Ph.D Anggota
Diketahui :
Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS
Tanggal Ujian : 28 April 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro MS.
Tanggal Lulus :
viii
PRAKATA Puji
dan
syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga Kajian Pengembangan Masyarakat ini dapat diselesaikan. Dengan menyampaikan
segala
penghargaan
kerendahan
dan ketulusan
hati , penulis
dan ucapan terimakasih terutama kepada Yang
Terhormat: 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11.
11.
Ibunda Dra. Winati Wigna, MDS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran dalam penyusunan kajian ini; Bapak Adi Fahrudin,PhD selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyelesaian kajian ini; Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS atas kesediaannya menjadi Dosen Penguji Luar Komisi Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bapak dan Ibu Dosen Program studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana IPB. Departemen Sosial Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah Kota Cimahi yang telah memberikan bantuan dana beasiswa. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. Bapak Walikota Cimahi, Bapak H. Itoc Tochija, MM. yang telah memberikan ijin dan kesempatan bagi penulis untuk belajar pada program ini. Lurah Cibabat beserta segenap jajarannya, serta masyarakat Kelurahan Cibabat yang telah membantu penulis melaksanakan kajian ini. Kanjengmas Dody Salman Suamiku tersayang, Ayahnda, Ibunda, juga Mama dan Papa dan adik-adik tersayang, terima kasih atas segala bantuan dan doanya selama ini. Seluruh sahabat-sahabat rekan mahasiswa MPM Angkatan IV, yang telah memberikan motivasi dan bantuan yang tak akan pernah dapat dilupakan. Hanya Allah yang akan membalas dengan yang lebih mulia atas segala kebaikan sahabat selama ini. Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, namun besar harapan semoga kajian ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, April 2008. .
Nur Endah Kurniati
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kutoarjo, Purworejo pada tanggal 5 Desember 1973, sebagai anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan R.Dalhar Sumantri dan Handri Ati Effendi. Pendidikan yang pernah diselesaikan adalah SDN I Kutoarjo lulus tahun 1986, SMPN I Kutoarjo lulus tahun 1989, SMAN I Purworejo lulus pada tahun 1992, Diploma IV Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung lulus tahun 1997. Pada tahun 2006 penulis mendapat kesempatan belajar pada Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana IPB dengan beasiswa dari Departemen Sosial RI dan juga Pemerintah Daerah Kota Cimahi. Penulis diangkat menjadi PNS mahasiswa ikatan dinas Departemen Sosial pada tahun 1994, selanjutnya mengabdi di pemerintah daerah Kota Cimahi sejak tahun 2002 hingga sekarang. Penulis menikah pada tanggal 28 Januari 1998 dengan Dody Salman.
x
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv DAFTAR MATRIKS ....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii PENDAHULUAN Latar Belakang ...........……………………………………........................... Perumusan Masalah…………………………………………........................ Tujuan kajian..…………………………………………................................ kegunaan kajian..............................................................................................
1 5 6 7
KAJIAN TEORITIS Kemiskinan dan Pengangguran………………………….…………............. 8 Pengembangan Masyarakat............................................………………......... 9 Kelembagaan dan Strategi pengembangan kelembagaan.…………………….................................................……............ 10 Karakteristik Kelembagaan pemuda bentukan dari masyarakat...........................................………….......................................... 13 Analisis Diagram Venn ......... ……………………………………….......... 16 Pemberdayaan .............................................................................................. 16 Pemuda ......................................................................................................... 18 Potensi SD Komunitas ................................................................................... 19 Kapitas sosial dan jaringan sosial ........................................................................ 21 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga dan Peran ekonomi kelembagaan pemuda ---- 24 Peran produksi dalam kegiatan ekonomi ....................................................... 26 Peran konsumsi dalam kegiatan ekonomi .................................................... 27 Peran distribusi dalam kegiatan ekonomi ...................................................... 27 Kerangka Teoritis ................................................................................................ 28 Kerangka pemikiran ............................................................................................ 30 METODOLOGI KAJIAN Metode dan Strategi Kajian………………………………………….............. Lokasi dan komunitas Subyek Kajian .......................……………………..... Pemilihan kasus kajian...........................……………………….................... Sumber data Kajian ....................……………………………...................... Metode Teknik Pengumpulan data ...........………..... ……………….........
31 31 32 33 33
PETA SOSIAL KELURAHAN CIBABAT KeadaanUmum Lokasi.................................................................................... Kondisi Geografis...........................................................................................
40 41
xi
Kependudukan ................................................................................................. Sistem ekonomi dan Mata pencaharian............................................................. Kepemimpinan Lokal ...................................................................................... Sumberdaya Lokal ........................................................................................... Kesejahteraan soisal ......................................................................................
43 47 49 51 54
EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Program Pemberdayaan Kelembagaan Pemuda Karang Taruna Kelurahan Cibabat..... 55 Penyelenggara dan Sumber dana progam pemberdayaan Karang Taruna 60 KELEMBAGAAN PEMUDA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA Permasalahan ekonomi keluarga yang sedang dihadapi oleh anggota Kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat ........................................................................ 64 Keragaan Kelembagaan Pemuda bentukan dari atas (Karang Taruna)...................................................................................................... 66 Kelembagaan pemuda bentukan dari masyarakat....................................... 71 Kelompok pecinta alam/pemuda SENPAL .................................................. 72 Pemuda Muh.Iqbal ........................................................................................ 76 IRMA ............................................................................................................ 79 Pemuda Pengrajin Gypsum............................................................................. 81 Pemuda pecinta vespa antik ........................................................................... 85 Faktor-faktor yang menghambat kehidupan kelembagaan pemuda ............... 87 Jejaring dan program yang top down ............................................................ 88 Posisi formal kelembagaan pemuda ............................................................... 90 Faktor-faktor yang mendukung perkembangan kelembagaan pemuda ......... 93 Potensi SDM ................................................................................................... 93 Modal sosial .................................................................................................... 97 Sumber-sumber jaringan sosial ...................................................................... 101 Sumber daya kapital ........................................................................................ 109 PENINGKATAN PERAN KELEMBAGAAN PEMUDA DALAM MENGATASI MASALAH EKONOMI KELUARGA Kegiatan ekonomi kelembagaan pemuda saat ini ..............................................118 Peran ekonomi kelembagaan pemuda Karang Taruna .................................... 120 Peran ekonomi kelembagaan pemuda Muh.Iqbal ............................................ 122 Peran ekonomi kelembagaan pemuda IRMA ................................................. 123 Peran ekonomi kelembagaan pemudaSENPAL .............................................. 124 Peran ekonomi kelembagaan pemuda pedagang kaki lima .............................. 126 Peran ekonomi kelembagaan pemuda pemuda pengrajin gypsum ....................127 Peran ekonomi kelembagaan pemuda pecinta Vespa Antik ............................. 128 Peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda dan Analisis Diagaram Venn ............................................................................ 129
xii
RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PERAN KELEMBAGAAN PEMUDA Program partisipatif tentang peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga ...... ........................................................ 148 Penyusunan rancangan program .............................................................. 148 Perumusan rencana program ................................................................... 150 Perumusan strategi .................................................................................. 155 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan................................................................................ 163 Rekomendasi.............................................................................. 165 DAFTAR PUSTAKA.................................................................
167
LAMPIRAN................................................................................
169
xiii
DAFTAR TABEL Halaman 1
Metode Pengumpulan Data ………………………................................. 36
2
Jadwal Kajian Lapangan………………………….................................. 39
3
Orbitasi , Jarak dan Waktu Tempuh Kelurahan Cibabat........................... 43
4
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2006........................................................................... .................. 45
5
Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan................................. 47
6
Jumlah Penduduk berdasarkan pekerjaan/mata pencaharian .................. 49
7
Jumlah Penduduk berdasarkan jenis usaha ............................................ 50
8
Potensi SDM yang dimiliki kelembagaan pemuda di Kel.Cibabat ........ 94
xiv
DAFTAR MATRIKS 1
Keragaan kelembagaan pemuda di Kel. Cibabat .................................. 115
2
Peran ekonomi kelembagaan pemuda saat ini ....................................... 141
3
Analisis masalah, potensi dan kebutuhan .............................................. 158
4
Rancangan Program dan Strategi ......................................................... 161
xv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Kerangka Pemikiran .................................................. ...........................
31
2
Piramida Penduduk Kelurahan Cibabat ................................................. 46
3
Diagram Venn ....................................................................................... 131
xvi
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Panduan pertanyaan wawancara Mendalam Peta wilayah Kelurahan Cibabat Daftar hadir Dokumen
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran mengalami kenaikan secara signifikan. Tingginya tingkat pengangguran pemuda ini merupakan suatu permasalahan yang rumit yang harus dihadapi oleh pemerintah, terutama pemerintah kota. Daerah perkotaan merupakan tujuan utama bagi kebanyakan pemuda baik yang berpendidikan maupun putus sekolah untuk mencari pekerjaan di kota. Masalah pengangguran merupakan salah satu fenomena yang sejalan dengan semakin bertambah parahnya kemiskinan di negara kita. Realitas akan lonjakan jumlah pengangguran dan penduduk miskin dapat terlihat dari hasil survei BPS 2006, jumlah pengangguran sebanyak 40,1 juta jiwa atau 37 % dari 106,9 juta angkatan kerja, pengangguran terbuka 11,6 juta atau sekitar 10,84 %. Demikian juga dengan jumlah penduduk miskin mencapai 39,05 juta atau hampir 40 juta jiwa pada tahun 2007 (Suharto,2007). Bertitik tolak dari realitas sosial tersebut, maka perlu adanya upaya penanganan permasalahan pengangguran pada pemuda. Upaya penanganan permasalahan pengangguran tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat. Pembangunan seyogyanya merupakan wujud dari gerakan seluruh masyarakat bukan sekedar sebuah proyek pemerintah yang dijejalkan kepada masyarakat (Top Down). Pembangunan adalah proses dimana anggota-anggota suatu masyarakat meningkatkan kapasitas perorangan dan institusional mereka untuk memobilisasi dan mengelola sumberdaya, dan untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai aspirasi mereka sendiri. Pembangunan akan berhasil apabila ide-ide kreatif berangkat dari cetusan dan berkembang dari masyarakat sendiri (bottom up). Termasuk di dalamnya, upaya
mengenali
dan
mengidentifikasi
permasalahan
serta
kebutuhan,
merumuskan tujuan yang akan dicapai, keterlibatan dalam penyusunan perencanaan program aksi yang akan dilaksanakan, melaksanakan kegiatan sesuai
2
yang direncanakan hingga pada tahap mengevaluasi hasil kegiatan dan menentukan tindak lanjut yang akan dilaksanakan. Dengan
memandang
masyarakat
sebagai
subyek
atau
pelaku
pembangunan yang berhak atas hasil-hasilnya, maka aspek partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan sangatlah penting. Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan (Craig & Mayo, 1995). Pengembangan partisipasi masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara institusional development; yaitu melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial yang sudah ada dalam masyarakat. Sebab, institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan daya tampung dan daya dukung sosial (carrying capacity). Masyarakat
diikutsertakan
dalam
proses
pembangunan
sesuai
kemampuan dan fungsi yang mungkin dijalankan, sejak perencanaan, proses, hingga analisis dampak sosial dan lingkungan. Hal ini dapat terjadi apabila itu dilakukan tidak semata-mata demi keuntungan ekonomi semata, namun menempatkan aspek manusia dalam masyarakat sebagai entitas yang utuh, yang hidup secara timbal balik dengan lingkungannya. Paradigma pembangunan yang digunakan saat ini condong pada paradigma pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan berbasiskan pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu upaya pemberdayaan adalah dengan melalui peningkatan peran serta kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga. Konsep pembangunan berkelanjutan tidak akan terlepas dari konsep pemberdayaan (empowerment) dalam pengembangan masyarakat. Konsep pemberdayaan bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif
baru dalam pembangunan masyarakat. Hal
terpenting dalam pemberdayaan adalah partisipasi aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pada pembangunan masyarakat. Dalam konteks pengembangan masyarakat keberadaan
kelembagaan
pemuda, secara realitas aktualnya ternyata belum mampu optimal untuk menjadi alat pengembangan masyarakat setempat. Sesungguhnya fungsi kelembagaan pemuda tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan masyarakat dengan membangun jejaring. Namun dalam kenyataannya, kelembagaan pemuda yang ada sementara ini justru saling menonjolkan kepentingan masing-masing dan
3
berdiri sendiri sebagai bentuk ekspresi aktualisasi diri mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Paling jauh Aktivitas yang dilakukan oleh kelembagaan pemuda baik lembaga
bentukan
atas/pemerintah
maupun
lembaga
bentukan
dari
bawah/masyarakat, selama ini masih sebatas pada kegiatan yang bersifat seremonial dan sementara. Salah satu contoh kegiatan yang selalu ada tiap tahunnya yaitu perayaan peringatan HUT RI dan beberapa hari besar lainnya. Program kegiatan dari pemerintah selama ini dilaksanakan oleh para pemuda dengan beragam latar belakang kelembagaan tersebut masih terkesan lebih mengarah pada mendukung kepentingan-kepentingan sepihak. Kebermanfaatan yang masih kurang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan kelembagaan pemuda, mengakibatkan munculnya kekurangyakinan masyarakat terhadap potensi serta kemampuan yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda. Kondisi tersebut sangat disayangkan karena untuk mengatasi masalah pengangguran
dan
ketenagakerjaan,
peran
kelembagaan
lokal
terutama
kelembagaan pemuda cukup strategis jika digarap dengan serius dan melibatkan berbagai unsur. Secara administratif
Kota Cimahi baru berusia 6 tahun, namun
pembangunan di sektor perekonomian dapat dikatakan cukup meningkat di banding sebelumnya. Demikian pula dengan pertumbuhan sektor ekonomi di Kelurahan Cibabat. Namun demikian, jumlah penduduk miskin makin bertambah yang mengakibatkan pula bertambahnya jumlah pengangguran pada usia angkatan kerja/usia muda. Berdasarkan data sementara yang diperoleh dari data penerima Raskin (beras miskin) bulan Januari 2007, kurang lebih mencapai 2071 KK atau 5.207 orang adalah pengangguran. Sedangkan jumlah tamatan SLTA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi mencapai 8.814 orang atau 25,25 % dari total jumlah penduduk yang berjumlah 34.897 (Data Potensi Kelurahan Cibabat 2006). Kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat terdiri dari kelembagaan pemuda bentukan atas/pemerintah dan juga kelembagaan bentukan dari bawah/masyarakat. Terdapat belasan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat beberapa kelembagaan pemuda tersebut menjadi salah satu alternatif bagi para remaja dan pemuda tamatan SLTA dan sejenisnya untuk mengekspresikan daya kreatifitasnya. Yang menarik dari kelembagaan pemuda tersebut adalah bahwa
4
mayoritas anggotanya adalah pengangguran, hanya beberapa kelembagaan pemuda saja yang anggotanya bukan pengangguran karena aktivitas utamanyanya adalah memproduksi dan mendistribusikan barang-jasa. Dengan melihat besarnya potensi sumberdaya manusia yang dimiliki oleh pemuda di daerah perkotaan, pengarahan ke arah nilai yang positif mutlak diperlukan. Kondisi persaingan yang semakin ketat, menuntut daya kreatifitas seseorang untuk dapat bertahan hidup di alam modernisasi dan era globalisasi saat ini. Potensi besar yang dimiliki pemuda sebagai bagian dari unsur keluarga dan masyarakat di Kelurahan Cibabat masih belum optimal diikutkan dalam progam-program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang lebih signifikan, misalnya program-program yang mengarah pada peningkatan kehidupan ekonomi keluarga. Selama ini program yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan generasi muda hanya sebatas pada pemberian pelatihan dan keterampilan, namun tidak disertai dengan praktek terjun langsung ke dunia kerja atau semacam program magang di salah satu perusahaan. Potensi SDM yang dimiliki pemuda menjadi kurang terasah dan menjadi kurang berkembang dikarenakan tidak adanya ketersediaan wahana/sarana untuk mempraktekkan ilmu yang diperoleh menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomi. Program pengembangan ekonomi keluarga dapat digarap dengan melibatkan unsur pemuda, diharapkan kehidupan ekonomi keluargapun mengalami peningkatan, dan berkurangnya jumlah keluarga miskin serta pengangguran. Sedangkan untuk jangka menengah dan panjangnya adalah terbukanya kesempatan untuk berusaha dan adanya peningkatan faktor Kewirausahaan. Berdasarkan realitas aktual tersebutlah dirasa perlu adanya suatu upaya peningkatan peran kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga. Titik berat pada peningkatan ekonomi dilakukan dengan maksud agar masyarakat mampu bangkit dari kemiskinan dan memiliki kondisi kehidupan dan penghidupan yang layak. Sebagai sebuah batasan, apa yang disebut sebagai kondisi kehidupan dan penghidupan yang layak diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti makanan, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan dan pendidikan yang layak bagi kemanusiaan (Depsos, 2002). Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
5
dengan memanfaatkan potensi-potensi sumber daya lokal yang tersedia, hal ini tentunya harus diawali dengan pengenalan potensi diri baik individu maupun kelompok serta juga potensi wilayah atau potensi alam sekitar. Berkaitan dengan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam kajian pengembangan masyarakat adalah “Bagaimana memanfaatkan kelembagaan pemuda baik kelembagaan pemuda bentukan dari atas/pemerintah atau kelembagaan pemuda bentukan dari bawah/masyarakat untuk menghasilkan kekuatan dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga.
Perumusan Masalah Berkaitan dengan uraian di atas, maka fokus kajian ini adalah untuk memahami pemberdayaan kelembagaan pemuda melalui peningkatan peran kelembagaan. Proses pemberdayaan menitikberatkan pada aspek pengembangan kelembagaan pemuda, sehingga diharapkan mampu
menghasilkan kekuatan
dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga. Masalah ini perlu diteliti dan dikaji karena adanya kesenjangan pelaksanaan program-program pengembangan masyarakat yang digulirkan pemerintah terutama dalam menggarap kelembagaan lokal kepemudaan. Yang menjadi pokok masalah dalam kajian ini adalah adanya fakta semakin meningkatnya persoalan seputar kemiskinan dan pengangguran di wilayah Kelurahan Cibabat, di sisi lain ada
potensi besar yang dimiliki berupa
kelembagaan pemuda, namun potensi tersebut tidak/belum termanfaatkan, sehingga muncul pertanyaan bagaimana atau dalam bentuk apa memanfaatkan potensi tersebut dalam upaya mengatasi masalah ekonomi keluarga dan pengangguran di Kelurahan Cibabat Untuk menjawab persoalan di atas, perlu dicari jawaban dari pokokpokok permasalahan sebagai berikut : 1.
Permasalahan ekonomi keluarga apa saja yang sedang dihadapi oleh anggota kelembagaan pemuda Kelurahan Cibabat ?
2.
Bagaimana keragaan/performance kelembagaan pemuda (bentukan dari atas dan bentukan dari bawah) yang ada di Kelurahan Cibabat ?
6
3.
Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi perkembangan kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat ?
4.
Bagaimana potensi sumber daya komunitas lokal dan kegiatan ekonomi yang dimiliki kelembagaan pemuda saat ini, yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat ?
5.
Bagaimana peran kelembagaan pemuda dalam kegiatan ekonomi produktif yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat?
6.
Rencana
program
yang
bagaimana
yang
dapat
merealisasikan
penanggulangan masalah ekonomi yang sedang dihadapi masyarakat ?
Tujuan Kajian
Berdasarkan uraian perumusan masalah maka tujuan kajian yang dapat dirumuskan adalah : 1.
Menganalisa permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi oleh para anggota kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat.
2.
Menganalisa keragaan/performance kelembagaan pemuda bentukan dari atas/pemerintah dan bentukan dari bawah/masyarakat.
3.
Menganalisa
faktor-faktor
apa
sajakah
yang
dapat
mempengaruhi
perkembangan kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat ? 4.
Menganalisa potensi sumber daya komunitas dan kegiatan ekonomi yang dimiliki kelembagaan pemuda saat ini, dan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat ?
5.
Menganalisa peran kelembagaan pemuda dalam kegiatan ekonomi produktif yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat?
6.
Menyusun rencana progam Peningkatan Peran Kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi di keluarga.
7
Kegunaan Kajian
Kegunaan dan kebermanfaatan kajian dapat berupa kegunaan yang bersifat
praktis–implementatif
dan
kegunaan
yang
bersifat
teoritis-
policy/kebijakan bagi pemerintah. Kajian ini akan berguna dan bermanfaat bagi pemegang kebijakan untuk menentukan langkah program yang efektif untuk masa yang akan datang melalui pendekatan partisipatif dan melibatkan peran aktif masyarakat dalam merumuskan kebutuhan dan permasalahannya secara rinci. Berikut ini kegunaan praktis dan teoritis dari kajian pengembangan masyarakat di Kelurahan Cibabat :
Kegunaan Praktis-implementatif 1. Kelembagaan kepemudaan, sebagai bahan kajian dan pilot project dalam rangka mengatasi permasalahan ekonomi keluarga. 2. Pemuda, sebagai pengembangan peran untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga. 3. Pengkaji, sebagai wahana pembelajaran dan menambah wawasan tentang teori dan
praktek
pengembangan
masyarakat,
dengan
harapan
dapat
mengembangkan suatu model pengembangan masyarakat di daerah lain.
Kegunaan teoritis-policy/kebijakan : 1. Kelurahan Cibabat dapat dijadikan sebagai pilot-project atau model percontohan pengembangan kelembagaan pemuda bagi kelurahan lainnya yang memiliki kesamaan karakteristik permasalahan dan potensi. 2. Sebagai bahan masukan bagi pembuatan policy/ kebijakan dan program tentang pemberdayaan kelembagaan pemuda dengan meningkatkan peran ekonominya. 3. Penerapan,
pengujian
kelembagaan.
dan
pengembangan
teori
studi
pemberdayaan
TINJAUAN TEORITIS Kajian pengembangan masyarakat yang dilakukan di lapangan tidak akan terlepas dari pijakan teori. Berawal dari penyusunan kerangka kerjanyapun membutuhkan sebuah konstruk pemikiran. Konsruk pemikiran tersebut sangat erat dengan landasan teoritis yang digunakan sebagai pijakan penyusunan kerangka kerja sebuah Kajian Pengembangan Masyarakat. Arti penting dari sebuah konstruksi teori dalam sebuah kajian ilmiah secara filosofis dikemukakan oleh (Noeng Muhadjir, 1996) bahwa ; Konstruksi teori itu dibangun dari konseptualisasi teoritik; sebagai hasil pemaknaan empiri dalam arti sensual, logik, ataupun etik. Semua itu dibangun dari berbagai ragam konsep. Preposisi atau pendapat dikonstruksikan dari sejumlah konsep. Konsep mendeskripsikan esensi dari sejumlah sesuatu. (hal.58) Dengan demikian sebuah kajian pengembangan masyarakat yang mencerminkan karya ilmiah implementatif semestinya sarat dengan kajian teoritis sebagai pijakannya.
Kemiskinan dan Pengangguran. Kemiskinan merupakan kondisi absolut atau relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak memiliki kemampuan untuk mencapai kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural, kultural, atau struktural (Nugroho & Dahuri, 2004). Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah
atau
merintangi
seseorang/kelompok
kesempatan-kesempatan yang ada di masyarakat.
David
dalam
memanfaatkan
Cox
membagi
kemiskinan ke dalam beberapa dimensi (Suharto, 2006) salah satu dimensi yang relevan dengan pengangguran di perkotaan adalah :
9
1.
Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.
2.
Kemiskinan subsisten (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan).
3.
Kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan).
4.
Kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan). Salah satu akibat dari makin meningkatnya angka kemiskinan di negara
berkembang seperti Indonesia, adalah makin tingginya tingkat pengangguran. Secara definisi berdasarkan perspektif
kependudukan pengangguran dapat
diartikan sebagai bagian angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penganggur penuh ialah penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan secara aktif mencari pekerjaan. Penganggur tidak penuh ialah penduduk usia kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang aktif mencari pekerjaan, dan yang masih bersedia pindah pekerjaan bila ada kesempatan (Sudjarwo S, 2004:82). Sadono
Sukirno
(1981)
menyatakan
pengangguran
dapat
pula
ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia dengan mesin-mesin atau bahan-bahan kimia. Pengangguran tersebut dinamakan pengangguran teknologi. Tetapi sering pula penganggur ini terdiri dari tenaga kerja yang diberhentikan dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang mengalami kemunduran, pengangguran ini dinamakan pengangguran struktural.
Pengembangan Masyarakat Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan, berdasarkan inisiatif masyarakat... Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah ... (pengembangan masyarakat) harus berhubungan dengan bentuk pemerintah lokal terdekat.” (Colonial Office 1954: appendix D, h.49 dalam Brokensha dan Hodge, 1969:h, 34 dalam Adi, 2001). Pengembangan masyarakat juga merupakan salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat
10
melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial (Suharto, 2006). Tujuan
pengembangan
masyarakat
adalah
untuk
memantapkan
komunitas sebagai lokasi yang memungkinkan manusia memenuhi kebutuhannya, daripada sekedar mengandalkan pada kekuasaan yang lebih besar, tanpa kemanusiaan dan kekurangan struktur aksebilitas terhadap kesejahteraan, ekonomi global, birokrasi, elite profesional dan sebagainya (Ife, 1995). Pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, non pemerintah, lembaga dan masyarakat. Terdapat 3 (tiga) karakter yang perlu dicermati dalam pengembangan masyarakat (Sulistiati, 2004) yaitu: berbasis masyarakat (community based), berbasis pada sumber daya lokal (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Berbasis masyarakat mengandung pengertian bahwa masyarakat dilibatkan sebagai pelaku atau subyek mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai kepada monitoring dan evaluasinya. Masyarakat mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan tentang keputusan yang diperlukan secara kolektif bukan perorangan. Berbasis sumberdaya setempat sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat.
Kelembagaan dan Strategi Pengembangan Kelembagaan Kelembagaan sosial menurut Nasdian dan Dharmawan (2006); merupakan terjemahan langsung dari istilah social-institution. Ada pula yang menggunakan istilah pranata sosial untuk istilah social-institution tersebut, yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1964) menggunakan istilah pranata sosial untuk menjelaskan kelembagaan sosial adalah “suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat
kepada
aktivitas-aktivitas
untuk
memenuhi
kompleks-kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.” Kelembagaan memiliki tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. (Polak, 1996). Selanjutnya Uphoff (1993), menegaskan bahwa kelembagaan adalah seperangkat norma dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu dengan memenuhi kebutuhan kolektif.
11
Keberlangsungan sebuah kelembagaan bergantung pada sejauhmana pengembangan kelembagaan itu sendiri. Berbagai upaya ditempuh dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul, diantaranya adalah seputar pengangguran dan ketenagakerjaan, salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan peran kelembagaan melalui program pengembangan kelembagaan. Nasdian (2007) memberikan sebuah pengertian praktis mengenai Program Pengembangan Kelembagaan dengan muatan sebagai berikut : Sebagai salah satu aspek dari program dasar Environmental Governance and Partnership System (EGPS) khususnya dalam perancangan pengembangan kelembagaan. Program ini adalah untuk mendukung aksiaksi bersama dan pemberdayaan ekonomi lokal di tingkat komunitas.(hal.13). Hal ini juga diperkuat oleh ungkapan Israel, (1990) sebagai berikut : Pengalaman Proyek-Proyek Bank Dunia” Bahwa sebuah kelemahan kelembagaan merupakan suatu rintangan terhadap jalannya pembangunan, pengembangan kelembagaan tujuan utamanya adalah mengefektifkan penggunaan sumberdaya suatu Negara, suatu tujuan utama bagi upaya pembangunan dan menjadi sangat mendesak dalam mengatasi krisis ekonomi dewasa ini.(hal.1) Selanjutnya Nasdian (2007) mengemukakan beberapa strategi yang terkait dalam upaya pengembangan kelembagaan, strategi tersebut adalah : 1.
Kebijakan yang mengarah pada Institutional Incentives (dengan melalui participatory approach dan governance system). Dengan penjelasan teoriaplikatifnya adalah bahwa kebijakan yang dirancang/dibuat oleh pemerintah dalam local government policiesnya menunjukkan bahwa kebijakan tersebut dibuat dalam rangka menciptakan kelembagaan yang insentif (Institutional Incentive) dengan menggunakan pendekatan partisipatif (participatory approach) dan sistem kepemerintahan (governance system).
2.
Pengembangan Kapasitas yang mengarah pada Institutional Capacity, yaitu dengan; a. Operasional/implementasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
(Institutional
Capacity)
yang
dikembangkan dengan melalui pengembangan jejaring, memuat pengertian bahwa Pengembangan usaha-usaha produktif yang berbasiskan kepada
12
komunitas
diharapkan
dapat
melibatkan
stakeholders
yang
lain
(kelembagaan kolaboratif), seperti organisasi pemerintah, non-pemerintah, swasta, dan berbagai organisasi nasional maupun internasional dalam suatu jejaring. Jejaring tersebut tidak akan mengadopsi pendekatan birokratis atau teknokratis. Keberhasilan jejaring sebagai media untuk perumusan policy menjadi sangat penting, tetapi ini semua tergantung kepada komitmen semua stakeholders dalam jejaring tersebut. b. Perspektif Kapital Sosial, melalui strategi bonding, bridging dan creating (yang akan dikupas secara teoritis pada sub bab Kapital Sosial). c. Partnership (kemitraan) dengan adanya coordination, coorperation, collaboration dan networking. Lebih lanjut Nasdian Tonny memaparkan batasan teori mengenai keempat aspek yang termuat dalam partnership sebagai berikut ; Pertama, Coordination (koordinasi) dimaknai sebagai sebuah pertukaran informasi dan perubahan aktivitas (altering activities) yang bersifat saling menguntungkan serta dalam rangka mencapai tujuan bersama (common purpose). Dibandingkan dengan networking, maka dalam kondisi lebih mensyaratkan keterlibatan aktif secara organisasi. Kedua, Cooperation (kooperasi), agak sedikit berbeda dengan koordinasi, dimana selain ada pertukaran informasi dan perubahan aktivitas yang saling menguntungkan juga ada pengkontribusian sumberdaya (sharing resources). Kerjasama bahkan memerlukan komitmen yang lebih besar secara organisasi dibandingkan koordiansi, serta dalam beberapa kasus memerlukan aspek legal. Ketiga, Collaboration (kolaborasi), jauh lebih lengkap dibandingkan koordinasi dan kerjasama, dalam arti disamping ada pertukaran informasi, perubahan aktivitas dan pengkontribusian sumberdaya, juga mencakup peningkatan kapasitas pihak lainnya, guna keuntungan bersama serta dalam rangka mencapai tujuan bersama. Keempat, Networking (jejaring), bermakna bahwa pertukaran informasi (exchanging information) yang saling menguntungkan (mutual benefit). Merupakan pertalian (lingkage) antar para pihak/organisasi yang paling
13
informal dan paling mudah dilaksanakan. Jaringan kerja merefleksikan langkah awal dari kepercayaan (trust) dan kesempakatan (commitment) antar para pihak/organisasi. Bentuknya bisa bermacam-macam seperti forum, aliansi, kelompok kerja dan lain-lain. Secara lebih sederhana dalam konteks teori-praktis, seperti yang dikutip oleh Nasdian (2004:7), memberikan batasan kelembagaan sosial sebagai “tata abstraksi yang lebih tinggi dari grup, organisasi, dan sistem sosial lainnya.” Karakteristik kelembagaan pemuda bentukan dari “atas” dan dari “bawah” Djatiman (1997) menggolongkan institusi/kelembagaan menjadi tiga, yaitu; (1) Bureaucratic institution; adalah institusi yang datangnya dari pemerintah (atas/birokrasi) dan tetap akan menjadi milik birokrasi, contohnya pemerintah kelurahan dan desa; (2) Community Based institution; adalah institusi yang dibentuk pemerintah berdasarkan atas sumber daya masyarakat yang diharapkan menjadi milik masyarakat, seperti Karang Taruna, Koperasi, PKK. (3) Grass Root institution; adalah institusi yang murni tumbuh dari masyarakat dan merupakan milik masyarakat, contohnya arisan, gotong-royong, kelompok pengajian ibu-ibu, kelompok pemuda pedagang kaki lima, kelompok pencinta motor bebek, pemuda band, kelompok preman, dan lain-lain. Sebenarnya masih terdapat banyak ragam pendapat para ahli tentang kelembagaan, namun apa yang dimaksud pada umumnya adalah sama, yaitu merupakan suatu yang stabil, mantap dan berpola. Penelaahan lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat dua aspek dalam kelembagaan; 1) aspek kelembagaan-perilaku, 2) aspek keorganisasian-struktur. Kedua hal tersebut merupakan komponen pokok dalam setiap kelompok sosial. “perilaku” dan “struktur” merupakan bagian utama aspek kelembagaan dan keorganisasian, keduanya saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain, ibarat dua sisi mata uang, (Syahyuti, 2003). Beberapa ciri Kelembagaan Bentukan dari “atas”/pemerintah. Salah satu kelembagaan pemuda bentukan dari atas atau pemerintah adalah Karang Taruna. Kelembagaan pemuda ini dibentuk dengan berorientasikan pada kegiatan sosial kemasyarakatan. Berikut ini sejarah awal kebermunculan
14
kelembagaan pemuda bentukan pemerintah, Karang Taruna beserta beberapa ciri yang menyertainya. Sejarah lahirnya kelembagaan pemuda Karang Taruna berawal dari sebuah perkampungan di Tebet, tepatnya di Kampung Melayu Besar Kelurahan Bukit Duri
Kecamatan Kampung Melayu Jakarta pada 26 September 1960.
Kelahiran Karang Taruna melalui proses kerjasama yang saling mengisi dan melengkapi antara pemerintah dan masyarakat kala itu. Karang Taruna awalnya dibentuk melalui Experimental Project Karang Taruna” di Kampung Melayu Jakarta tahun 1960. dari kerja sama antara Jawatan Pekerjaan Sosial (Depsos pada saat ini) dan masyarakat yaitu Lembaga Sosial Kampung (LSK) dan Yayasan Perawatan Anak Yatim (YPAY). Hal ini dilatarbelakangi oleh kebiasaan anak-anak setempat saat di luar waktu sekolah, waktu luangnya digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan cenderung negatif seperti berkeliaran serta main kartu, selain itu banyak anak yatim dan anak yang tidak sekolah. Tujuan diadakannya Proyek Eksperimen Karang Taruna ini untuk mengisi waktu luang anak agar tidak diisi dengan kegiatan yang negatif. Istilah Karang Taruna untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Ibu Tati Marjono, yang dalam gambarannya Karang adalah suatu tempat berseminya tanaman sehingga tumbuh subur menjadi tanaman yang bermanfaat, sedangkan Taruna adalah remaja, sehingga Karang Taruna merupakan suatu tempat atau wadah bagi remaja untuk tumbuh menjadi generasi muda yang berguna bagi masyarakat (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial,Departemen Sosial RI, 2004). Pengertian Karang Taruna (Departemen Sosial RI, 2005) adalah sebuah kelembagaan dalam pengertian wadah (organisasi sosial) bagi pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, serta dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna, dijelaskan mengenai prinsip-prinsip dasar atau ciri-ciri yang dimiliki Karang Taruna, yaitu;
15
1.
Sebagai organisasi sosial.
2.
Wadah pengembangan generasi muda.
3.
Tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi mudanya,
4.
Tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial.
5.
Berkedudukan di desa, kelurahan atau komunitas adat sederajat.
6.
Secara organiasasi berdiri sendiri, bersifat horisontal.
7.
Kewargaan Karang Taruna menganut sistem stelsel pasif, setiap generasi muda di desa, kelurahan atau komunitas adat sederajat yang berumur 11 s/d 45 tahun adalah warga Karang Taruna.
8.
Kewargaan Karang Taruna tanpa membedakan asal keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis kelamin, kedudukan sosial, pendirian politik dan agama.
9.
Bergerak terutama di bidang Usaha Kesejahteraan Sosial.
10. Memiliki tugas untuk menanggulangi berbagai masalah kesejateraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda baik bersifat preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya. 11. Dalam melaksanakan program dan kegiatannya bekerja sama dengan berbagai pihak dari kalangan pemerintah maupun komponen masyarakat lainnya. Beberapa ciri Kelembagaan Pemuda bentukan dari bawah/masyarakat : 1.
Terbentuk berdasarkan inisiatif dari suatu komunitas pemuda yang dilatarbelakangi oleh kegemaran/hobi dan aktivitas yang sama.
2.
Kelembagaan lebih bersifat netral dan mandiri (tidak banyak melibatkan campur tangan pihak luar terutama pemerintah)
3.
Belum optimalnya interaksi antar kelembagaan pemuda dengan lembaga lainnya, interaksi biasanya terjadi pada saat ada kegiatan bersama.
4.
Kegiatan yang dilakukan cenderung masing-masing dan hanya untuk kepentingan kelompok saja.
5.
Kegiatan cenderung bersifat sementara dan seremonial.
16
Analisis Diagram Venn pada Kelembagaan Kelembagaan dapat dianalisis menggunakan Diagram Venn. Pembuatan Diagram Venn dapat dilakukan dengan melalui Focus Group Discussion (FGD), yaitu dengan memetakan kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat, yang digambarkan dalam bentuk lingkaran. Komunitas yang menjadi sasaran digambar sebagai pusat diagram, sedangkan kelembagaan-kelembagaan yang berperan bagi komunitas tersebut digambar di sekitarnya. Jarak antara lingkaranlingkaran menunjukkan jarak secara fisik (jauh-dekatnya), atau intensitas hubungan dengan kelembagaan tersebut. Lingkaran-lingkaran ini bisa saling menyentuh atau tumpang tindih untuk menggambarkan hubungan antar kelembagaan ataupun antar anggota lembaga tersebut. Ukuran dan letak lingkaran dalam diagram tersebut sesuai dengan penilaian dan kriteria yang telah disepakati oleh peserta FGD. Diagram Venn atau bagan hubungan antar pihak berguna untuk mengetahui kelembagaan dan jaringan atau kelembagaan mana yang dapat dimanfaatkan serta mana yang dapat diakses oleh komunitas. Diagram Venn memperlihatkan persepsi anggota komunitas mengenai kelembagaan yang ada di lingkungan mereka menurut kriteria yang disepakati bersama. Dengan menggunakan Diagram Venn maka dapat diketahui dan dikaji sejauhmana peran kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapai masyarakat terutama pada level keluarga.
Pemberdayaan Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan dan pengembangan masyarakat tidak terlepas dari konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja serta keadilan. Konsep pemberdayaan juga sarat dengan pemaknaan sebagai suatu proses penguatan kapasitas komunitas lokal. Harry Hikmat (2001) yang mengutip pendapat Simon (1990) mengemukakan bahwa : Pemberdayaan adalah suatu aktivitas refleksif, suatu proses yang mampu diinisiasikan dan dipertahankan hanya oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau penentuan diri sendiri (self-determination). Sementara proses yang lainnya hanya dengan memberikan iklim, hubungan, sumber-sumber dan alat-alat prosedural yang melaluinya masyarakat dapat meningkatkan kehidupannya. Pemberdayaan
17
merupakan sistem yang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan fisik (hal x). Usman (2004:32) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dalam bingkai usaha memperkuat apa yang lazim disebut community self reliance atau kemandirian. Artinya bahwa, masyarakat didampingi untuk membuat analisis masalah dan kebutuhan, dan dibantu untuk menemukan alternatif
solusinya
dengan
memperlihatkan
dan
menawarkan
strategi
memanfaatkan berbagai resources yang dimiliki. Carlzon dan Macauley sebagaimana dikutip oleh Wasistiono (1998:46), dalam Roesmidi dan Risyanti (2006) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah : Membebaskan seseorang dari kendali kaku, dan memberi orang tersebut kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusankeputusan dan tindakan-tindakannya. (hal.2) Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter Back (1995) mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut : Upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan cara kerja mereka dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi. (hal.12) Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment, pada intinya diartikan sebagai berikut : To help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal bloks to exercising existing power, by increasing capacity and self confidence to use power and by transferring power from the environment to clients (Payne, 1997:266).
Dengan demikian pemberdayaan merupakan pemberian kewenangan dan kapasitas energi yang lebih luas kepada suatu komunitas tertentu. Hal ini tidak hanya bagi komunitas yang lemah saja, namun juga bagi sebuah institusi lokal baik formal maupun informal yang terdapat pada komunitas tersebut. Adanya penciptaan peluang bagi komunitas untuk lebih memahami persoalan yang bersifat individual dan komunal. Hal tersebut menggambarkan bahwa dalam pemberdayaan diharapkan tercipta sinergitas antara potensi individual, potensi komunal serta sistem sumber yang dimiliki komunitas, baik lingkungan fisik dan lingkungan
sosial
dalam
suatu
kerangka
pengembangan
masyarakat.
18
Pemberdayaan dengan pendayagunaan dapat berarti menciptakan atau memelihara jaringan yang sudah ada.
Pemuda Pemuda adalah sosok yang unik dengan dinamika perkembangan sosiokultural dan psikologisnya yang khas. Masa yang dilaluinya merupakan masa transisi yang menuntut suatu kecerdasan untuk memilih. Mencari pilihan ilmu dan keahlian yang paling sesuai dengan kecenderungan minat dan bakatnya. Pada masa transisi ini pemuda sering mengalami bias cita-cita (Dedi Supardi, www.pikiran-rakyat.com. Selasa, 19 Desember 2006). Mendefinisikan pemuda secara umum dalam kerangka struktur masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia tidaklah mudah. Persoalannya adalah karena keberagaman suku, adat, tingkatan sosial ekonomi serta pendidikanSebagian kalangan menggunakan istilah remaja dan sebagian lainnya menggunakan istilah pemuda. Istilah pemuda cenderung lebih sering digunakan dalam konteks pembangunan, sedangkan remaja digunakan untuk memudahkan dalam memberikan definisi. Menurut Piaget yang dikutip Suharto (2005 ) mendefinisikan remaja/pemuda adalah : Usia di mana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang sudah tua melainkan berada dalam tingkat yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak. (hal. 68). Adapun menurut Rifai (1987) pemuda/pemudi/remaja adalah : Mereka yang berada pada masa perkembangan yang disebut masa adolesensi (masa menuju ke kedewasaan). Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, di mana seseorang sudah tidak dapat lagi disebut anak kecil, tetapi belum juga dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak menuju ke arah kedewasaan. (hal.1) Lain halnya dengan apa yang dikemukakan oleh Supeni dan Supardi yang dikutip Amir (2007) bahwa pemuda adalah : Sosok dengan kecenderungan bersih yang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat immaterial, hal yang tak terindra. Orang muda adalah tubuh
19
dengan muatan ideologi berlimpah dengan kecenderungan yang khas, mengabdi dan bekerja adalah dua hal yang simultan. (hal.5) Kata pemuda tersebut dapat dimaknai dalam perspektif psikologis dan sosiologis. Hal ini seperti yang dikemukakan Abdullah (1987) yang dikutip oleh Amir (2007) ; Pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering dibebani oleh nilai-nilai yang merupakan pengertian ideologis atau kultural. Istilah pemuda, tidak memiliki arti yang kaku, namun terikat dengan konteks. Dari pengertian demografis, yang terpantul dalam statistik dan ekonomi, lebih menekankan pada kelompok umur, usia 15 – 25 tahun. Sedangkan dalam konteks sosiologis dan historis lebih menekankan kepada nilai subjektifnya. Kepemudaan dirumuskan berdasarkan tanggapan masyarakat dan kesamaan pengalaman historis. (hal.2) Dengan demikian mengelola pemuda sebagai sumber daya manusia yang merupakan asset bangsa sangatlah penting. Dibutuhkan suatu pemikiran dan pemahaman yang lebih terkonstruk dari berbagai pihak dalam penanganan generasi muda pada perspektif pengembangan masyarakat yang implementatif. Melalui peningkatan peran serta kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara, diharapkan mampu mengatasi masalah ekonomi keluarga yang dihadapi masyarakat Kelurahan Cibabat.
Potensi Sumberdaya Komunitas Sudjarwo (2004:101) mendefinisikan sumberdaya (aset) sebagai unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam (hayati dan nonhayati), dan sumberdaya buatan. Sementara Syaukat dan Hendrakusumaatmadja (2006:39) mengemukakan bahwa sumberdaya (aset) masyarakat terdiri dari : 1.
Human Capital (SDM)
2.
Social & Institutional Assets (SD Kelembagaan)
3.
Natural Resources (SDA)
4.
Man Mad Assets (SD Kapital)
Sumberdaya Manusia (Human Capital) Sumberdaya manusia meliputi beberapa aspek yaitu :
20
1. Keragaan penduduk suatu wilayah; umur, jenis kelamin, kepadatan penduduk, heterogenitas dan keragaman etnis. 2. Keterampilan/skill yang dimiliki. 3. Ketersediaan Tenaga Kerja. Sumberdaya Kelembagaan (Social & Institutional Assets) Meliputi kelembagaan yang terdapat dalam sebuah komunitas yang dapat dimanfaatkan dan didayagunakan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah komunal. Kelembagaan tersebut dapat berupa lembaga formal bentukan pemerintah (atas) maupun juga kelembagaan asli bentukan dari masyarakat (bawah). Sumberdaya Alam (Natural Resources) Sumberdaya alam dalam perspektif ekologi menurut Dharmawan (2006:63) dapat pula dikategorikan sebagai common-property resource atau sumberdaya milik umum. Sumberdaya milik umum ini adalah sumberdaya dimana pemanfaatan secara eksklusif sulit dilakukan dan ketika dimanfaatkan bersama menimbulkan pengurangan. Sedangkan Shiva dalam (Sach:1992) mengemukakan bahwa Resource asal katanya mengimplikasikan kehidupan. Akar katanya berasal dari bahasa latin “Surgere” yang mengesankan sebuah mata air yang terus menerus muncul di permukaan tanah. Konsep tersebut menekankan pada kekuatan alam untuk melakukan regenerasi dengan sendirinya serta menekankan pada kreativitasnya yang tak terhingga. Sumber Daya Kapital Sumber daya kapital merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana dalam suatu daerah yang dibuat oleh manusia untuk mendukung aktivitas ekonomi. Indikator sumber daya kapital meliputi, adanya ketersediaan modal dan investasi, ketersediaan tempat usaha atau pasar, ketersediaan transportasi, akses untuk memperoleh air bersih, air minum dan sanitasi yang sehat, keersediaan sarana penerangan (listrik), dan ketersediaan sarana informasin(TV, radio, dan surat kabar). Selain itu seperti gedung banguna,
21
mesin dan pabrik juga merupakan sumber daya kapital yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi.
Komunitas Wilkinson (1970) memahami komunitas sebagai “kumpulan orang-orang yang hidup di suatu tempat (lokalitas), dimana mereka mampu membangun sebuah konfigurasi sosial-budaya dan secara bersama-sama menyusun aktivitasaktivitas kolektif (collective action).” Warren dalam Fear & Schwarzweller (1985), secara sosiologis mendefinisikan komunitas sebagai “kombinasi dari lokalitas (kawasan) dan unitunit sosial (manusia dan kelembagaan sosial) yang membentuk keteraturan, di mana setiap unit sosial menjalankan fungsi-fungsi sosialnya secara konsisten sehingga tersusun sebuah tatanan sosial yang tertata tertib.” Ciri-ciri suatu komunitas adalah mempunyai rasa solidaritas yang tinggi, di mana satu sama lain saling berinteraksi secara intensif dan mempunyai ikatan emosional yang kuat serta berada dalam wilayah teritorial yang jelas.
Kapital sosial (modal sosial) dan Jaringan Sosial
Kapital Sosial (modal sosial) Kajian pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari analisis yang menggunakan perspektif kapital sosial/modal sosial. Kapital sosial merupakan suatu sistem yang didefinisikan mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi. Menurut Colleta dan Cullen dalam Nasdian dan Dharmawan (2006) kapital sosial merupakan suatu sistem yang memiliki empat tipe yang terdiri dari : 1)
Tipe
Ikatan
Solidaritas
(Bounded
solidarity);
modal
sosial
akan
menciptakan mekanisme kohesi kelompok dalam situasi yang akan membuat kelompok rugi atau terancam. 2)
Tipe pertukaran timbal-balik (Reciprocity Transaction); sebuah pranata yang melahirkan pertukaran antar pelaku.
3)
Tipe Nilai Luhur (Value Introjection); gagasan dan nilai, moral yang luhur dan komitmen melalui hubungan-hubungan yang bersifat mengikat atau kontraktual, serta menyampaikan tujuan-tujuan individu.
22
4)
Kepercayaan adalah terciptanya suatu iklim dialog yang dialogis, bukan hanya dari satu arah saja. Sehingga ketika terjadi benturan dalam suatu komunitas, maka aspek trust akan sangat menentukan dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.
Adapun empat dimensi modal sosial menurut Colleta (2006) terdiri dari : 1)
Integrasi (integration), merupakan hubungan-hubungan kekerabatan yang saling memperkuat hubungan antar individu dalam komunitas
2)
Pertalian (Linkage) yaitu ikatan dengan komunitas lain diluar komunitas asal, berupa jejaring (network), dan asosiasi-asosiasi yang bersifat kewarganegaraan
(civil
associations)
yang
menembus
perbedaan
kekerabataan, etnik dan agama. 3)
Integritas organisasi (organizational integrity) yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan.
4)
Sinergi (synergy) yaitu relasi antara pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas (state community relaitons). World Bank (2001) mengemukakan bahwa modal sosial mengacu pada
kelembagaan, hubungan dan norma yang terbentuk, kualitas dan kuantitas interaksi sosial dalam masyarakat. Peningkatannya menunjukkan bahwa kohesi sosial memberikan kritikal kepada masyarakat tentang kehidupan ekonomi yang layak dan pembangunan yang berkelanjutan. Modal sosial tidak hanya merupakan jumlah dari institusi tetapi merupakan perekat yang menghubungkan masyarakat. Keberadaan kelembagaan lokal dalam sebuah komunitas selain modal sosial juga tidak terlepas dari adanya jaringan sosial. Kelembagaan lokal dapat didayagunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat melalui jaringanjaringan sosial yang terbentuk di dalamnya. Lembaga lokal dalam hal ini adalah lembaga yang muncul asli dari bawah/dari dalam komunitas dan dapat pula lembaga yang sudah melembaga (internalized) dalam masyarakat. Perspektif kapital sosial memiliki unsur-unsur strategis yang terkait dengan pengembangan kelembagaan seperti bonding, bridging, dan creating, dalam gagasan peningkatan peran kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi dapat terlihat dari uraian telaah sebagai berikut ;
23
Pertama, Strategi Bonding (melekatkan) : sebuah strategi yang menguatkan dan melekatkan hubungan kelembagaan di dalam lingkup komunitas. Dalam strategi bonding ini yang ditekankan adalah bagaimana interaksi kelembagaan dalam komunitas dapat saling terkait dan melekat sehingga terbentuk sebuah kesinergisan. Kedua, Strategi Bridging (menjembatani) : strategi dimana terciptanya hubungan antar kelembagaan pemuda dengan komunitas dan kelembagaan lainnya. Dengan membangun dan mengembangkan jejaring dan kelembagaan yang berbasis komunitas sebagai suatu modal sosial yang menjalin hubungan kelembagaan. Ketiga, Strategi Creating (menciptakan) : yaitu sebuah strategi mempertautkan pengembangan kelembagaan dengan pelayanan publik dan finansial. Jaringan sosial Jaringan sosial menurut Calhoun et.al (1994) yang dikutip Sumarti (2003) didefinisikan sebagai suatu jejaring hubungan di antara sekumpulan orang yang saling terkait bersama, langsung atau tidak langsung, melalui beragam komunikasi dan transaksi diantara mereka. Sedangkan menurut Suparlan (1982), jarinngan sosial merupakan pengelompokan orang yang terdiri atas sejumlah orang (minimal 3 orang) yang masing-masing memiliki identitas tersendiri dan dihubungkan melalui hubungan sosial yang ada, dan melalui hubungan sosial tersebut dapat dikelompokkan sebagai satu kesatuan sosial yang berbeda dengan yang lain. Lebih lanjut Sumarti (2003) mengemukakan karakteristik suatu jaringan sosial mencakup tiga komponen pokok : 1. Simpul-simpul (nodes) jaringan, yaitu sekumpulan orang, obyek atau peristiwa yang berperan sebagai simpul. 2. Ikatan (keterhubungan), yang menghubungkan satu simpul dengan simpul lain, biasanya digambarkan dengan garis yang merupakan suatu jalur; dan 3. Arus, yaitu sesuatu yang mengalir dari suatu simpil ke simpul lainnya, biasa digambarkan dengan anak panah. Komponen-komponen tersebut bekerja berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yaitu : 1. Memiliki pola tertentu; 2. Sekumpulan simpul-simpul yang ada bisa digolongkan dalam satu kesatuan yang berbeda dengan golongan lainnya; 3. Ikatan bersifat relatif permanen; dan 4. Ada aturan main (hak dan kewajiban) yang berlangsung antara simpul-simpul tersebut.
24
Jaringan sosial dapat dianalisis pada aspek-aspek sebagai berikut : 1.
Keragaman tipe
2. Keragaman bentuk ikatan menurut kekuatannya. 3. Keragaman bentuk ikatan menurut tingkat simetrinya 4. Keragaman jaringan menurut ukurannya. Menurut Portes (1998:3) dalam Nasdian dan Utomo (2004) menyatakan bahwa; jaringan sosial bukanlah sesuatu yang alamiah melainkan harus dikonstruksikan melalui penentuan strategi yang berorientasi pada hubunganhubungan kelembagaan dalam kelompok. Hubungan kelembagaan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya yang dapat dipercaya menghasilkan sumber daya lain. Melalui kesertaan dalam suatu jaringan sosial atau struktur sosial sosial lainnya. Orang dapat menjamin perolehan manfaat dari interaksi tersebut. Menurut Prijono dalam Prijono dan Pranaka (1996:116-117), terdapat dua jenis jaringan yakni (1) fungsional, yang mementingkan partisipasi, relevansi dan pragmatisme dan (2) institusional, yang mementingkan keanggotaan, koordinasi dan formalitas. Dengan demikian jaringan kerja merupakan perwujudan dari tindakan berorganisasi.
Pemenuhan ekonomi keluarga dan Peran ekonomi kelembagaan pemuda Pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga adalah upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mencapai dan meningkatkan kualitas hidup ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dicapai dengan cara adanya upaya peningkatan di sektor produksi, distribusi dan konsumsi, yang dengan adanya peningkatan di ketiga sektor tersebut bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga; mengurangi pengangguran dan membuka peluang untuk berusaha lebih produktif. Dalam kerangka ilmu ekonomi, faktor penggerak bagi adanya aktivitas ekonomi adalah adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia, adalah tujuan sekaligus motivasi dari kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Pemenuhan kebutuhan, dengan menghadapi keterbatasan dari ketersediaan barang pemenuh kebutuhan yang
pada gilirannya menyebabkan timbulnya pilihan-pilihan
keputusan, adalah identik dengan ekonomi itu sendiri (Lipsey, 1990: 6). Pemenuhan kebutuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat produksi dari barang dan
25
jasa. Dalam hal ini, kemampuan setiap masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya selalu dibatasi oleh sumber-sumber ekonomi yang menjadi penentu realisasi dari pemenuhan kebutuhan ekonomi. Sumber-sumber ekonomi ini disebut juga sebagai faktor-faktor produksi, dan jumlahnya senantiasa terbatas, yang mengakibatkan dinamika dalam kegiatan ekonomi. Faktor-faktor produksi itu adalah: 1.
Sumber daya alam, seperti bahan mentah, bahan baku, air, udara, bahan tambang dan sebagainya.
2.
Sumber daya manusia yang berupa tenaga kerja manusia, yang berupa kemampuan fisik, mental, ketrampilan dan keahlian.
3.
Sumber daya kapital, atau barang-barang modal. Termasuk di dalamnya prasarana, mesin, dan barang-barang yang menjadi penentu proses produksi. Banyak ahli ekonomi menambahkan bahwa ketersediaan faktor-faktor
produksi tersebut tidak menjamin timbulnya kegiatan ekonomi. Harus ada pihakpihak yang memiliki inisiatif untuk mengorganisir ketiga faktor ekonomi tersebut sehingga kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi dapat dilaksanakan. Ini biasanya digolongkan menjadi sumber ekonomi atau faktor produksi ke empat, yaitu: 4.
Kewirausahaan (entrepreneurship).Dalam sistem ekonomi apa pun, pihak yang mengambil inisiatif usaha ini harus ada. Tanpa keberadaan faktor produksi ke empat ini, faktor-faktor lainnya tidak dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Ini bahkan dapat disebut sebagai salah satu faktor yang paling penting, karena tanpa kehadiran faktor kewirausahaan, maka kegiatan produksi tidak dapat bergerak dengan sendirinya sekalipun ketiga faktor lainnya berlimpah (Budiono, 1991:5). Dalam basis pemahaman ilmu ekonomi ini, maka dapat disimpulkan
bahwa pemenuhan ekonomi keluarga ditentukan oleh keberadaan faktor-faktor produksi tersebut. Kekayaan sumber daya alam, jumlah tenaga kerja yang memadai, barang modal yang tersedia dan adanya para wirausahawan yang berkualitas,
merupakan
faktor-faktor
yang
menjadi
syarat
perlu.
Dan
perkembangan kewirausahaan sebagai faktor produksi ke empat dapat dipandang sebagai variabel yang paling menentukan dalam konteks peningkatan pemenuhan ekonomi keluarga. Ini mengingat bahwa sejumlah faktor produksi berupa sumber
26
daya alam ada yang merupakan variabel tetap dan relatif independen, sedangkan sumber daya manusia dan barang modal merupakan variabel yang memiliki dependensi dengan faktor produksi berupa kewirausahaan. Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas dan kualitas faktor produksi berupa sumber daya manusia dan barang modal ditentukan oleh sejauh mana tingkat produksi digerakkan oleh kewirausahaan. Dengan demikian, peningkatan pemenuhan ekonomi keluarga merupakan fungsi langsung dari peningkatan kuantitas dan kualitas para entrepreneur. Pada konteks ini, pemenuhan kebutuhan yang menemui restriksi berupa kelangkaan dari faktor-faktor produksi, menggerakkan tiga macam kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Peran Produksi dalam kegiatan Ekonomi. Kemampuan setiap masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya selalu dibatasi oleh sumber-sumber ekonomi yang menjadi penentu realisasi dari pemenuhan kebutuhan ekonomi yang disebut juga sebagai faktor-faktor produksi, dengan jumlah yang terbatas. Ini berupa Sumber daya alam, Sumber daya manusia, Sumber daya kapital, atau barang-barang modal, serta Kewirausahaan (entrepreneurship). Dari pembahasan ini, dapat dipahami bahwa peran ekonomi-produksi adalah peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam memupuk faktor-faktor produksi tersebut. Kekayaan sumber daya alam, jumlah tenaga kerja yang memadai, barang modal yang tersedia dan adanya para wirausahawan yang berkualitas, merupakan faktor-faktor yang menjadi syarat. Dan perkembangan kewirausahaan sebagai faktor produksi ke empat dapat dipandang sebagai variabel yang paling menentukan, dan merupakan peran ekonomi-produksi yang paling krusial. Dengan demikian, peningkatan pemenuhan ekonomi keluarga merupakan fungsi langsung dari peningkatan kuantitas dan kualitas para entrepreneur.
Peran Konsumsi dalam Kegiatan Ekonomi Yang dimaksud sebagai konsumsi adalah kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan (Lipsey, 1990: 5). Barang dan jasa tersebut dihasilkan oleh proses produksi (yang juga disebut sebagai komoditas). Kegiatan
27
konsumsi dan produksi menghasilkan gaya tarik menarik yang akhirnya membentuk mekanisme harga, dimana harga terbentuk berdasarkan gaya tarik konsumen yang menguat atau menurun. Gaya tarik yang menguat, artinya konsumen membutuhkan komoditas dalam jumlah yang lebih menyebabkan naiknya harga, dan sebaliknya, melemahnya gaya tarik konsumen, dalam arti turunnya permintaan konsumen akan menyebabkan penurunan harga. Penggunaan
barang-barang
modal dalam proses produksi akan
menaikkan produktifitas, dan semakin banyak barang-barang modal yang dipergunakan, maka semakin tinggi produktifitas dari peran produksi. Barangbarang modal di dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tidak mengkonsumsikan seluruh pendapatan yang diperolehnya untuk kegiatan konsumtif, melainkan dialokasikan bagi penambahan stok barang-barang modal. Inilah yang merupakan peran ekonomi-konsumsi dari kelembagaaan pemuda. Peran ekonomi-konsumsi adalah peran yang memungkinkan adanya peningkatan alokasi pendapatan ke arah akumulasi barang-barang modal. Dalam hal ini yang disebut sebagai pendapatan bukanlah semata-mata berwujud finansial, tapi juga berupa faktor-faktor produktif yang didapat dari berputarnya roda organisasi, seperti halnya fasilitas-fasilitas yang didapat dari berbagai pihak.
Peran Distribusi dalam Kegiatan Ekonomi Gaya tarik menarik antara kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi ditentukan oleh berjalannya suatu mekanisme yang disebut kegiatan distribusi. Kegiatan ini mengarahkan agar komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan produksi secara wajar dapat dinikmati oleh kegiatan konsumsi sesuai dengan pendapatan. Jadi kegiatan distribusi secara makro erat kaitannya dengan mekanisme harga. Peran ekonomi-distribusi dalam hal ini dapat disimpulkan sebagai peran dalam memperlancar distribusi berbagai komoditas hasil kegiatan produksi, dengan menguasai serba-serbi pasar sebagai tempat bertemunya kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Dalam konteks ini, kelembagaan pemuda dapat meningkatkan perannya sebagai penengah atau mediator dalam perjumpaan antara produsen dan konsumen. Artinya, mereka dapat mengambil posisi baik sebagai wakil dari pihak
28
konsumen, dan sekaligus sebagai wakil dari pihak produsen, serta berperan serta dalam distribusi berbagai komoditas ekonomi yang dibutuhkan masyarakat.
Kerangka Pemikiran
Peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara, tidak terlepas dari pengaruh berbagai variabel. Variabel-variabel tersebut diantaranya adalah; 1. Keragaan lembaga-lembaga pemuda (bentukan dari atas dan dari bawah), yang meliputi : a. Akses masyarakat terhadap lembaga b. Jenis kegiatan ekonomi yang dilakukan. c. Pengembangan kelembagaan. d. Kepemimpinan e. Keanggotaan f. Masalah yang dihadapi g. Prestasi yang pernah dimiliki 2. Pengaruh dari atas/pemerintah yang kuat, sebagai faktor penghambat yang meliputi : a. Jejaring dari atas b. Program yang top down c. Posisi formal di pemerintahan d. Kebermanfaatan bagi pengembangan masyarakat. e. Sebagai alat pemerintah 3. Adapun yang merupakan faktor pendukung adalah potensi sumberdaya komunitas, yang terdiri dari : 1. Modal manusia (Keragaan penduduk suatu wilayah; umur, jenis kelamin,
kepadatan
penduduk,
heterogenitas
dan
keragaman
etnis,ketenagakerjaan & keterampilan/skill yang dimiliki. 2. Modal sosial (adanya ikatan solidaritas,adanya pertukaran timbalbalik,adanya nilai-nilai luhur,adanya trust/kepercayaan) 3. Sumber-sumber jaringan sosial (Pemerintah,Swasta, Stakeholders) ; simpul-simpul (nodes) jaringan, ikatan (keterhubungan), dan arus.
29
4. Sumber daya Kapital (Sarana & prasarana ekonomi), modal, pasar/tempat
usaha,
transportasi,
ketersediaan
fasilitas
energi
listrik,sarana-sarana informasi, sarana air bersih, dan sanitasi yang sehat. Ketiga
variabel
tersebut
bertujuan
untuk
berpengaruh pada variabel yang menjadi tujuan, yaitu
melihat
sejauhmana
4) peranan ekonomi
kelembagaan pemuda, yang merupakan manifestasi dari peningkatan faktor produksi berupa faktor kewirausahaan. Pada akhirnya, dengan mencoba menganalisa dan memetakan variabelvariabel tersebut dalam sebuah kerangka pemikiran sederhana, diharapkan akan dapat memudahkan dalam mencari strategi dan program peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam produksi, distribusi dan konsumsi. Sehingga dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara. Skema kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :
30
KERANGKA PEMIKIRAN
Pengaruh ‘atas’ yang kuat 1. Jejaring dari atas Keragaan/performance Lembaga-lembaga pemuda (dari atas dan dari bawah)
2. Program yang top down 3. Posisi
formal
di
pemerintahan 4. Kebermanfaatan
1. Akses masyarakat thd lembaga 2. Jenis kegiatan ekonomi yg dilakukan. 3. Pengembangan kelembagaan 4. Kepemimpinan 5. Keanggotaan 6. Masalah yg dihadapi 7. Prestasi yg pernah dimiliki
bagi
pengembangan masyarakat. 5. Sebagai alat pemerintah
Potensi Sumber Daya Komunitas 1. Modal manusia (Keragaan penduduk suatu wilayah; umur, jenis kelamin, kepadatan penduduk, heterogenitas dan keragaman etnis,ketenagakerjaan & keterampilan/skill yang dimiliki. 2. Modal sosial a. Adanya Ikatan solidaritas b. Adanya Pertukaran timbal-balik c. Adanya Nilai-nilai luhur d. Adanya Trust/kepercayaan 3. Sumber-sumber jaringan sosial (Pemerintah,Swasta, Stakeholders) ; a. Simpul-simpul (nodes) jaringan. b. Ikatan (keterhubungan). dan c. Arus. 4. Sumber daya Kapital (Sarana & prasarana ekonomi) a. Modal b. Pasar/Tempat usaha, c. Transportasi, d. Ketersediaan fasilitas energi listrik, e. Sarana informasi, f. Sarana air bersih, dan sanitasi yang sehat
Peranan Ekonomi Kelembagaan Pemuda 1. Peran produksi 2. Peran distribusi 3. Peran konsumsi
Program Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda
Peningkatan Ekonomi Keluarga 1. 2. 3.
Pendapatan keluarga/rumah tangga Berkurangnya pengangguran Tumbuhnya kesempatan untuk berusaha (Peningkatan faktor Kewirausahaan)
Bagan 1. Alur Pemikiran Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam mengatasi Masalah Ekonomi Keluarga. Keterangan : : menunjukkan pengaruhnya ke : menunjukkan pengaruh untuk jangka panjang : menunjukkan tujuan jangka panjang : menunjukkan tujuan jangka pendek
METODOLOGI KAJIAN Metode dan Strategi Kajian
Metode kajian yang digunakan dalam kajian pengembangan masyarakat ini adalah metode penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus. Menurut Stake (1994) dan Yin (1996): “Studi kasus adalah penerapan serangkaian metode kerja (multi-metode) penelitian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman atas satu atau lebih kejadian/gejala sosial”. Hal ini dikarenakan esensi dalam kajian ini adalah ingin mengetahui potensi-potensi serta penyebab ketidakberkembangan dan ketidakberdayaan Kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat. Selanjutnya setelah adanya pemahaman mengenai keterkaitan antar komponen; melalui pendekatan keragaan/performance kelembagaan pemuda tersebut, diharapkan dapat disusun strategi untuk meningkatkan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi di keluarga. Tipe pendekatan kajian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah pendekatan “obyektif-mikro”, yaitu kajian pola perilaku, tindakan, dan interaksi sosial yang terjadi pada pengurus dan anggota kelembagaan pemuda baik yang dibentuk oleh pemerintah/atas maupun bentukan asli dari bawah/masyarakat.
Lokasi dan Komunitas Subyek kajian Lokasi kajian dilaksanakan di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi dengan pertimbangan : 1. Pengangguran di Kelurahan Cibabat sekitar 5.207 atau 21,17 % dari jumlah usia kerja dan 14,92% dari jumlah penduduk. 2. Terdapat banyak kelembagaan pemuda bentukan dari bawah/masyarakat (IRMA, Pemuda Muhammad Iqbal, Pecinta Alam SENPAL, Pecinta Vespa Antik, Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima, Pengrajin Gypsum) yang kurang memanfaatkan potensinya dengan baik. 3. Kelembagaan pemuda bentukan pemerintah seperti Karang Taruna. 4. Terdapat kegiatan ekonomi yang mendukung.
32
5. Tingginya Jumlah pemuda tamatan SLTA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi; mencapai 8.814 orang 6. Kelurahan Cibabat merupakan daerah ibu kota pemerintahan Kota Cimahi yang memiliki beragam kelembagaan pemuda dan kelembagaan lokal lainnya.
Pemilihan Kasus Kajian Pemilihan kasus dilakukan dengan berdasarkan pada tujuan kajian, yaitu peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga, hal ini dilihat dari : 1.
Kelembagaan pemuda bentukan pemerintah; Karang Taruna Tingkat Kelurahan.
2.
Kelembagaan pemuda bentukan dari bawah/dari masyarakat.
3.
Kelembagaan pemuda yang hanya memiliki aktivitas sosial.
4.
Kelembagaan pemuda yang hanya memiliki aktivitas ekonomi
5.
Kelembagaan pemuda yang telah memiliki aktivitas sosial dan ekonomi. Kelima
kasus
kelembagaan
pemuda
tersebut
diharapkan
dapat
menggambarkan permasalahan yang dihadapi kelembagaan pemuda dalam upaya meningkatkan peran kelembagaan sehingga menemukan solusi untuk mengatasi masalah ekonomi di keluarga. Berdasarkan kelima kasus tersebut, sebagai responden adalah pengurus dan anggota kelembagaan pemuda baik bentukan dari pemerintah maupun dari masyarakat. Selain kelima kasus di atas, melalui pengurus kelembagaan pemuda dipilih pula beberapa informan, yaitu : 1. Perangkat kelurahan, Ketua RW dan Rt sekitar lokasi sekretariatan organisasi tersebut, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, pengurus BKM-Muamalat, pejabat/staf Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB (BPMKB), Pengusaha lokal yang cukup berhasil, pejabat/staf Dinas Perekonomian dan Koperasi, Bagian Kesra. Alasan dipilihnya informan-informan tersebut adalah untuk mendapatkan
informasi
dari
pihak
penganggung
jawab
kegiatan
pemberdayaan kelembagaan pemuda. 2.
Tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang disegani oleh masyarakat setempat dan banyak berkecimpung membantu masyarakat. Orang-orang yang dianggap lebih paham dan bijak dalam bidang sosial-kemasyarakatan.
33
Sumber data Kajian 1.
Sumber data primer : responden dan informan
2.
Sumber data sekunder : dokumen-dokumen Kelurahan, Kecamatan dan Kota.
3.
Hasil penelitian terdahulu.
Metode dan Teknik Pengumpulan data Data lapangan sebelum melakukan kajian pengembangan masyarakat telah penulis peroleh melalui kegiatan Praktek lapangan I (pemetaan sosial) pada triwulan 1, dan praktek lapangan II (evaluasi terhadap program-program di lokasi yang akan menjadi tempat melakukan kajian) pada triwulan 2. 1.
Pengumpulan data pada saat praktek lapangan I (pemetaan sosial) bertujuan antara lain ; Memahami karakteristik masyarakat Kelurahan Cibabat Kota Cimahi, mendapatkan gambaran tentang kondisi sosial, ekonomi, budaya, ekologi dan demografi masyarakat di Kelurahan Cibabat,mempelajari dan menganalisis struktur sosial, peranan-peranan sosial dan masalah sosial yang tampak di lokasi pengamatan, serta mencoba mengindentifikasi potensi masyarakat dan potensi lingkungan yang dimiliki wilayah Kelurahan Cibabat.
2.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ; dengan pengamatan berperan
serta
(observasi),
wawancara
mendalam,
bertujuan
untuk
memperoleh pemahaman tentang pandangan subyek peneliti atau masyarakat Kelurahan Cibabat. 3.
Kegiatan pada praktek lapangan II mengevaluasi kegiatan pengembangan masyarakat di Kelurahan Cibabat, bertujuan; Menggambarkan program pengembangan masyarakat di Kelurahan Cibabat yang sudah, akan maupun yang sedang dilaksanakan dilihat dari aspek pengembangan ekonomi lokal, pengembangan kelembagaan, perilaku manusia dalam lingkungan sosial, dan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi tindakan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan ; Observasi langsung, wawancara mendalam,dan kajian dokumen
4.
Adapun pada kajian pengembangan masyarakat yang akan dilakukan, data yang dikumpulkan ini menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
34
a. Wawancara mendalam; Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data primer dengan mengajukan langsung pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terbuka kepada responden untuk memperoleh informasi mengenai fakta dan pengalaman para pemuda yang terwadahi dalam kelembagaan baik formal maupun informal. Wawancara dengan informan, yaitu aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan BPMKB Kota Cimahi sebagai penanggung jawab kegiatan. b. Penelusuran dokumen/studi arsip Penelusuran terhadap data dengan mempelajari laporan hasil penelitian terdahulu dan catatan yang relevan dengan masalah kajian. Sumber data dari kantor Kelurahan, kantor BPMKB, laporan pelaksanaan dan kegiatan kelembagaan pemuda. c. Observasi/pengamatan langsung Teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan atau mendatangi langsung untuk melihat dan mengetahui kondisi dan situasi kelembagaan pemuda. Untuk memperoleh informasi tentang aspek-aspek yang saling berpengaruh terhadap lingkungan fisik, pranatapranata sosial yang ada, pemanfaatan sumberdaya alam, pengorganisasian serta teknik dan penerapan teknologi dalam penanganan masalah yang ada di kelembagaan pemuda tersebut. d. FGD/Diskusi kelompok terfokus Dilakukan dengan para anggota dan pengurus dari kelembagaan pemuda bentukan pemerintah maupun dari bentukan dari bawah. Rangkaian penelitian/kajian mulai dari perumusan masalah sampai dengan sumber data dan metode pengumpulan datanya dapat dilihat pada tabel berikut :
35
Tabel 1 Kelengkapan Metode Pengumpulan Data Kajian Pengembangan Masyarakat tahun 2007. Tujuan Mengetahui keragaan Kelembagaan pemuda baik bentukan dari atas maupun dari bawah
Konsep
Aspek
Sumber data
1. Akses masyarakat a. Jenis dan bentuk a. Responden (anggota akses yang dapat dan pengurus terhadap diperoleh kelembagaan kelembagaan dalam pemuda). kegiatan b. Tingkat kesulitan b.Informan kasie Pengembangan mendapat akses pemberdayaan ekonomi masyarakat c. Akses dalam bidang masyarakat apa yang pernah Kel.Cibabat diperoleh masyarakat sekunder d. Kendala dalam c. Data (dokumen-dokumen) memperoleh dan memanfaatkan akses. kegiatan a. Responden 2. Jenis kegiatan a. Jenis (anggota dan produksi. ekonomi yang pengurus b. Jenis kegiatan dilakukan kelembagaan distribusi. pemuda). c. Jenis kegiatan b. Informan kasie konsumsi. pemberdayaan d. ketersediaan modal, masyarakat pasar dan bahan baku. Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) 3. Pengembangan a. Rentang waktu berdiri a. Responden (anggota dan kelembagaan b. Berjalan atau tidak pengurus aturan/norma-norma kelembagaan yang berlaku pemuda). c. Dominasi kegiatan kasie (amal/bhakti sosial, b. Informan pemberdayaan keagamaan, seni, masyarakat otomotif,dll) Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden 4. Kepemimpinan a. Kriteria pemimpin (anggota dan b. Proses pemilihan pengurus c. hubungan pemimpin kelembagaan dengan anggota pemuda). d. dampak/efek dari b. Informan kasie kepemimpinan pemberdayaan e. keterampilan/skill masyarakat yang dimiliki. Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden 5. Jumlah keanggotaan a. Umur, jenis kelamin (anggota dan b. Cenderung pengurus bertamba/berkurang kelembagaan dalam 1 tahun pemuda). c. Terdapat Ketentuan
Instrumen a. b. c.
a. b.
a. b. c.
a. b.
a. b. c.
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
Pedoman wawancara Observasi
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
Pedoman wawancara Observasi
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
36
jumlah anggota/tidak d. Ketentuan skill tertentu
6. Masalah yang dihadapi
7. Prestasi yang pernah diraih
a. Tanggapan masyarakat terhadap kelembagaan pemuda b. Konflik intern/ekstern c. Masalah finansial dan pengelolaannya d. Masalah pembagian kerja
a. b. c. d.
8.
Hubungan antar kelembagaan bentukan dari atas dan bentukan dari bawah
a. b.
c. d.
e. f.
Mengetahui potensi Sumberdaya komunitas
1. Modal Manusia
a.
b. c.
Bidang sosial, ekonomi Bidang teknologi tepat guna Bidang lingkungan hidup Bidang olah raga, seni dan budaya
Sifat dan bentuk kerjasama Interaksi dan Pertukaran informasi Keberadaan jaringan sosial Posisi kelembagaan pemuda tersebut di masyarakat Kegiatan bersifat hura-hura Pengarahan dari stakeholders setempat Keragaan penduduk suatu wilayah; umur, jenis kelamin, kepadatan penduduk, heterogenitas dan keragaman etnis. Keterampilan/skill yang dimiliki. Ketersediaan Tenaga Kerja
b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen)
a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen)
a. b. c.
a. b. c.
a. b. c.
a. b. c.
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
37
2. Modal sosial
sosial/kapital
a. b. c. d.
3.Jaringan sosial
dan
jejaring
4. Sumber daya kapital (Sarana & prasarana ekonomi)
a. Sifat/bentuk kerjasama b. Pertukaran informasi c. Ikatan dalam jejaring d. Simpul-simpul (nodes) jaringan. e. Ikatan (keterhubungan). dan f. Arus.
a. b. c.
d.
5. Dukungan dimiliki
yang
a. b. c. d.
Mengetahui pengaruh dari ‘atas’ yang kuat
1. Jenis Pengaruh yang kuat dari atas/pemerintah
Ikatan solidaritas Pertukaran timbal balik Nilai-nilai luhur Trust/kepercayaan
a.
b.
c. d.
Tempat usaha, Transportasi, Ketersediaan fasilitas energi listrik, Sarana informasi
Bantuan dana Bantuan sarana & fasilitas Perijinan dan jaminan keamanan Tanggapan masyarakat terhadap aktivitas mereka
Jejaring dan program-program lebih banyak yang top down Posisi formal KT di struktur pemerintahan Sebagai alat pemerintah Kebermanfaatannya bagi masyarakat
a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumendokumen) a. Responden (anggota dan pengurus kelembagaan pemuda). b. Informan kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat c. Data sekunder (dokumen2).
a. b. c.
a. b. c.
a. b. c.
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
a. Pedoman wawancara b. Observasi c. Dokumentasi
a. b. c.
Pedoman wawancara Observasi Dokumentasi
38
Waktu praktek kajian pengembangan masyarakat Penelitian dan perancangan program dilaksanakan selama tiga bulan efektif dimulai dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2007. Kegiatan yang dilakukan mulai dari persiapan sampai dengan pembuatan laporan. Tahap persiapan hingga pelaksanaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2 Jadwal pelaksanaan praktek kajian pengembangan masyarakat di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara tahun 2007 Kegiatan
Tahun 2007/2008 September
Oktober
1 2 3 4 1 Kolokium
November
Desember
2 3 4 1 2 3 4 1
2 3 4 1
Januari 2
3
x
x
x
Pelaksanaan
x x x x x x x X x x x
lapangan Penulisan
x x x x x x x X x x x x
laporan akhir Seminar Ujian
x
Pengolahan analisa data dan pelaporan Pengolahan dan analisa data dilakukan secara terus menerus selama praktek
kajian
pengembangan
masyarakat
berlangsung,
dengan
tahap
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menganalisa data dalam kajian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penyusunan rencana aksi/program Penyusunan rencana aksi berupa program pengembangan masyarakat dilaksanakan secara partisipasi dengan teknik FGD dan menggunakan metode
39
PRA, yaitu dengan mengikutsertakan anggota kelembagaan pemuda baik bentukan dari atas maupun dari bawah. Hal ini dilakukan secara bersama mulai dari membuat rancangan untuk tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Para pemuda diposisikan sebagai; pengupaya, penilai dan pengguna hasil program tersebut. Selain kelembagaan pemuda, juga stakeholders, pihak pemerintah Kelurahan Cibabat serta pihak swasta yang terkait dengan peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga. Langkah-langkah dalam penyusunan program kajian dilakukan melalui tahapan-tahapan : 1. Mengidentifikasi data hasil kajian dengan membahas hasil penelitian mengenai kondisi keragaan kelembagaan pemuda. 2. Mengidentifikasi potensi dan kendala serta permasalahan yang dihadapi kelembagaan pemuda tersebut. 3. Menetapkan prioritas masalah agar pelaksanaan diskusi dapat berjalan efektif. 4. Menganalisa data secara bersama-sama dalam FGD dan menyusun pemecahan masalah dalam bentuk strategi/program. 5. Penyusunan rancangan program bersama pemuda dan kelembagaan lokal serta stakeholders. Dalam hal ini pengkaji berperan sebagai fasilitator dalam menyusun rancangan program. Rancangan program disusun berdasarkan hasil kesepakatan peserta FGD sesuai dengan potensi dan kebutuhan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat.
PETA SOSIAL KELURAHAN CIBABAT Keadaan Umum Lokasi
Kota Cimahi secara geografis merupakan kota yang termasuk dalam kategori daerah pinggiran dan merupakan kota transit gerbang keluar masuknya transportasi Jakarta – Bandung. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa masyarakat Kota Cimahi merupakan masyarakat transisi, yang menurut Useem dan Useem (dalam Sarlito, 2001), masyarakat transisi merupakan masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus menerus membuat nilai-nilai baru dan halhal baru. Masyarakat perkotaan juga sering diidentikkan dengan masyarakat modern yang serba kompleks akibat dari produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi yang pada akhirnya memunculkan banyak masalah sosial. Salah satu permasalahan sosial yang ada di Kelurahan Cibabat adalah bertambahnya jumlah penduduk miskin yang salah satunya dikarenakan bertambahnya jumlah pengangguran pada usia angkatan kerja/usia muda. Berdasarkan data sementara yang diperoleh dari data penerima Raskin (beras miskin) bulan Januari 2007 terdapat kurang lebih 1.364 KK atau kurang lebih mencapai 5.207 orang adalah pengangguran. Sedangkan jumlah tamatan SLTA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi mencapai 8.814 orang atau 25,25.% dari total jumlah penduduk yang berjumlah 34.897. Beberapa potensi ekonomi yang dimiliki Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori. Potensi ekonomi jangka pendek dan potensi ekonomi jangka panjang. Potensi ekonomi jangka pendek adalah aktivitas ekonomi yang telah dan sedang berkembang saat ini, salah satunya adalah industri kerajinan benda-benda kebutuhan sehari-hari (gypsum, handy-craft, peralatan rumah tangga dan alat edukasi anak-anak, dll)
serta
penjualan makanan di sektor informal yang menjamur di setiap titik keramaian wilayah Cibabat. Sedangkan potensi ekonomi jangka menengah dan panjang yang dapat dikembangkan dan membutuhkan persiapan dari sekarang, diantaranya
41
adalah; industri bidang cyber dan komputerisasi, Hal ini seiring dengan program Kota Cimahi sebagai Kota Cyber City pada Tahun 2009. Selain itu, program lainnya adalah Cimahi sebagai Kota Kompos. Salah satu proyek percontohan pengolahan sampah dengan teknik komposting, berada di Rw 16 kelurahan Cibabat. Hal lain yang mendukung dalam kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat yang dapat dikelola oleh generasi muda Cibabat adalah letak wilayah Kelurahan Cibabat yang cukup strategis sebagai pusat perkantoran dan ibukota Pemerintah Kota Cimahi sekaligus pula ibukota kecamatan Cimahi Utara. Cibabat yang terletak di daerah paling Utara tersebut juga merupakan jalur alternatif menuju daerah wisata Lembang dan Kota Bandung. Selain itu ketersediaan tempat usaha dan pasar cukup memadai sebagai modal pengembangan kelembagaan pemuda dalam peningkatan peran ekonomi, meskipun pasar yang ada di Kelurahan Cibabat hanya merupakan pasar kaget yang hanya ada pada hari-hari tertentu saja dan terkadang berpindah lokasi. Pasar kaget biasa terdapat di sepanjang jalan Raya Cibabat,depan RS Cibabat, dan di sepanjang jalan layang kantor Pemkot Cimahi. Sejak dua tahun terakhir, tempat-tempat usaha mulai bermunculan dan berjejer di sepanjang jalan Cihanjuang dan jalan Pesantren yang semula belum ada. Berbagai potensi ekonomi tersebut hingga saat ini belum sempat digarap serius baik oleh pemerintah Kota Cimahi maupun juga oleh masyarakat lokal setempat. Salah satu hal terpenting yang terlewat oleh pemerintah setempat maupun juga masyarakat adalah masih minimnya ide-ide serta kreatifitas dalam pengembangan ekonomi masyarakat di wilayah Kelurahan Cibabat.
Kondisi Geografis Kelurahan Cibabat merupakan salah satu kelurahan dari 4 kelurahan di Kecamatan Cimahi Utara. Memiliki luas wilayah sebesar 287,38 Ha dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut dan termasuk daerah dataran rendah dibanding dengan 2 kelurahan lainnya di Kecamatan Cimahi Utara (Kelurahan Citeureup dan Kelurahan Cipageran), namun masih lebih tinggi dari Kelurahan Pasirkaliki dan 2 Kecamatan lainnya di Cimahi. Orbitasi, jarak dan waktu tempuh dapat diketahui dari tabel berikut ini :
42
Tabel 3 Orbitasi, Jarak dan Waktu Tempuh Kelurahan Cibabat No.
Orbitasi
Jarak Km/meter
1.
Ibukota 0,100 km/100 meter Kecamatan 2. Ibukota Kota 0,700 km/700 meter Cimahi 3. Ibukota Propinsi 15 km 4. Ibukota Negara 180 km Sumber : Data Monografi Kelurahan Cibabat 2006
Waktu Tempuh jam/menit 5 menit 15 menit ½ jam/30 menit 2 jam/120 menit
Letak kantor Kelurahan Cibabat dengan kantor Kecamatan dan kantor Pemerintahan Kota yang dapat ditempuh cukup dengan berjalan kaki dan hanya memakan waktu 10 hingga 15 menit ini sangatlah memudahkan masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan
pemerintah
terutama
pelayanan
yang
bersifat
administratif. Kelurahan Cibabat memiliki luas wilayah 287,38 Ha yang terdiri dari 138 Rt dan 25 Rw dengan dihuni oleh 9.798 KK atau 34.897 jiwa. Secara geografis wilayah Kelurahan Cibabat berbatasan dengan beberapa wilayah,meliputi : 1.
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cihanjuang
2.
Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Cibabat
3.
Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Citeureup dan Kelurahan Cimahi
4.
Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pasirkaliki dan Kelurahan Sukaraja. Berdasarkan data topografi yang dimiliki, Kelurahan Cibabat mempunyai
bentuk permukaan tanah yang berupa dataran dengan kemiringan tanah 20 derajat ke arah Utara. Jalan yang menghubungkan Kelurahan dengan Ibukota Kecamatan dan Pemerintahan Kota Cimahi merupakan jalan aspal dengan lebar sekitar 6 meter. Antara kantor Kecamatan dengan kantor Pemerintahan Kota Cimahi terdapat jalan alternatif (jalan Cihanjuang) menuju arah Lembang dan Bandung Utara yang menghubungkan Kota Cimahi dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung. Jalan Cihanjuang dilalui oleh jalur angkutan umum Cimahi-Parongpong
43
(Kabupaten Bandung Barat) dan jalur Cimahi-Ledeng (Kota Bandung). Kedua jalur angkutan umum tersebut hanya beroperasi hingga pukul 21.00 WIB, selanjutnya berdasarkan kesepakatan tidak tertulis yang dibuat antara pengemudi angkot dengan tukang ojeg motor, maka mulai dari pukul 21.00 WIB hingga pukul 04.30 WIB disepakati sebagai jadwal tukang ojeg yang mengambil alih jalur transportasi di sepanjang jalan Cihanjuang. Dengan adanya kemudahan dan kelancaran transportasi di wilayah Cibabat ini, menjadi salah satu potensi yang mendukung untuk dilakukannya peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mangatasi masalah ekonomi keluarga.
Kependudukan Data kependudukan Kelurahan Cibabat sampai bulan Juni 2006 jumlah penduduknya adalah 34.897 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 17.394 dan penduduk perempuan 17.503 jiwa. Kepadatan penduduk Kelurahan Cibabat berkisar 121 jiwa/Ha atau 12.143 jiwa/Km2. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4 :
44
Tabel 4 Komposisi Penduduk Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006 Kelompok Umur No.
(Tahun)
1.
Jenis Kelamin
Jumlah jiwa
Laki-laki
perempuan
0–4
1.593
1.814
3.407
2.
5–9
1.374
1.411
2.785
3.
10 – 14
1.334
1.377
2.711
4.
15 – 19
1.633
1.587
3.220
5.
20 – 24
2.147
1.860
4.007
6.
25 – 29
1.509
2.046
3.555
7.
30 – 34
1.881
1.405
3.286
8.
35 – 39
1.391
1.252
2.643
9.
40 – 44
1.169
1.060
2.229
10.
45 – 49
735
1.012
1.747
11.
50 – 54
467
694
1.161
12.
55 – 59
576
617
1.193
13.
60 – 64
954
598
1.552
14.
65+
631
770
1.401
17.394
17.503
34.897
JUMLAH
Sumber : Laporan Kependudukan Kelurahan Cibabat 2006
Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk maka jumlah penduduk Kelurahan Cibabat berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
45
Gambar 1 Piramida Penduduk Kelurahan Cibabat
Bentuk piramida yang mengerucut ke atas menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Cibabat merupakan penduduk muda dengan sebagian besar penduduk berada pada usia muda. Berdasarkan data penduduk Kelurahan Cibabat tahun 2006 diperoleh data mengenai jumlah penduduk usia muda pada umur 15 hingga 44 tahun mencapai 18.940 jiwa, atau 54,27 % dari total jumlah penduduk. Hal ini menunjukan bahwa potensi kepemudaan sebagai sumber daya manusia di Kelurahan Cibabat cukup besar, sehingga sangat relewan dengan mulai bermunculannya kelembagaan pemuda baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun yang bentukan dari bawah/masyarakat. Besarnya Rasio Beban Tanggungan (RBT) penduduk merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 15 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun). Rasio Beban Tanggungan penduduk Kelurahan Cibabat adalah sebesar 42, yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk menanggung 42 orang penduduk yang tidak produktif. Dari perbandingan ini dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran di Kelurahan Cibabat masih banyak. Dengan melihat besarnya potensi pemuda yang rata-rata ada pada usia kerja, perlu ada suatu upaya untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut.
46
Jumlah penduduk yang termasuk usia angkatan kerja sangat besar. Sebagai contoh, pada rentang usia angkatan kerja 20 tahun sampai 24 tahun saja jumlahnya sebesar 4007 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi yang besar pada ketersediaan angkatan kerja apabila ditunjang dengan tersedianya lapangan kerja serta pendidikan yang memadai. Jumlah penduduk usia kerja di Kelurahan Cibabat adalah sebanyak 70,47 % atau 24.593 jiwa. Jumlah tersebut belum terserap seluruhnya pada lapangan kerja
sehingga
megakibatkan
pada
tingginya
masalah
pengangguran.
Pengangguran di Kelurahan Cibabat sekitar 21,17 % dari jumlah usia kerja dan 14,92% dari jumlah penduduk. Dari 5.207 jiwa atau jumlah tersebut terdapat 2.641 jiwa yang termasuk kategori pengangguran tetap yaitu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan sama sekali. Sisanya sebanyak 2.566 jiwa merupakan pengangguran tidak kentara yaitu mereka yang bekerja tidak tetap seperti buruh bangunan, pengrajin musiman ataupun mereka yang baru menyelesaikan sekolah dan belum mendapatkan pekerjaan. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5 Komposisi Penduduk Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tingkat Pendidikan
Belum sekolah SD Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD SLTP/Sederajat SLTA/sederajat Akademi (Sarjana muda) 8. Sarjana 9. Pasca Sarjana 10. Doktor Jumlah Sumber : Profil Kelurahan Cibabat tahun 2006
Jumlah (jiwa) 3.497 35 456 3.751 10.356 10.651 1.837 1.985 238 59 32.865
Prosentase (%) 10,64 0,11 1,39 11,41 31,51 32,41 5,59 6,04 0,72 0,18 100
47
Berdasarkan tabel di atas, tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Cibabat termasuk pada kategori sedang, karena jumlah penduduk yang belum sekolah, tidak pernah sekolah serta yang tidak tamat SD hanya berjumlah 3.988 orang atau 12,13 % dan yang tamat SD berjumlah 11,41 % atau 3751 orang. Sedangkan untuk penduduk yang tamat SLTP 31,51 %dan SLTA 32,41 %. Yang terjadi di Kelurahan Cibabat adalah jumlah penduduk tamatan SLTP dan SLTA yang setiap tahun bertambah namun karena terbatasnya lapangan kerja dan persaingan yang cukup tinggi maka tidak semuanya terserap, sehingga semakin menambah jumlah pegangguran dengan kategori “pengangguran terdidik”. Data di atas menunjukkan bahwa total jumlah tamatan SLTP dan SLTA adalah 21.007 orang atau 63,92% dari total jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan. Kondisi tingkat pendidikan penduduk Cibabat ini sebenarnya merupakan potensi tersendiri yang dapat diolah dan dikembangkan, hanya memerlukan sebuah kerjasama antara pihak pemerintah, swasta dan stakeholders. Salah satu bentuk upaya mengolah dan mengembangkan potensi tersebut adalah dengan melalui peningkatan peran kelembagaan pemuda. Hal ini cukup strategis dikarenakan selain jumlah penduduk usia muda cukup tinggi, ditunjang pula oleh banyaknya kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat, yaitu sebanyak 34 buah (hasil PL I). Dengan demikian diperlukan suatu kajian pengembangan masyarakat untuk menggarap kedua potensi tersebut sehingga dapat melahirkan program dalam hal mengatasi masalah ekonomi keluarga.
Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian/pekerjaan
Mata pencaharian atau pekerjaan penduduk Kelurahan Cibabat sangat heterogen, aspek keberagaman mata pencaharian warga Cibabat ini juga merupakan potensi yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga. Dengan melalui jaringan dan interaksi sosial, maka beragam pengalaman pekerjaan dapat digali serta dijadikan bekal bagi pengembangan SDM pada kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
48
Tabel 6 Komposisi Penduduk Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
Mata Pencaharian Buruh PNS Legislatif Swasta/BUMN/BUMD Pedagang TNI/POLRI Jasa : - montir - sopir - dokter - tukang ojeg (motor) - penjahit Pengrajin Pertukangan - tukang kayu - tukang batu Peternak Jumlah
Jumlah (jiwa) Prosentase (%) 10.000 47,38 1.806 8,56 8 0,04 6.051 28,67 1.698 8,04 271 1,28 244 270 52 53 119
1,16 1,28 0,25 0,25 0,56
51
0,24
294 175 15 21.107
1,39 0,83 0,07 100
Sumber : Profil Kelurahan Cibabat tahun 2006 Dari data tabel 6 diketahui bahwa 47,38 % penduduk Kelurahan Cibabat mempunyai mata pencaharian sebagai buruh terutama sebagai buruh di pabrikpabrik, buruh bangunan dan buruh pasar. Peringkat kedua mata pencaharian penduduk Kelurahan Cibabat adalah bekerja di sektor swasta dan BUMN/BUMD seperti PTDI. Jenis usaha lain di Kelurahan Cibabat adalah banyaknya usaha ekonomi lokal, berikut data kelembagaan ekonomi masyarakat tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 7.
49
Tabel 7 Jumlah Lembaga Ekonomi/Jenis usaha Kelurahan Cibabat Tahun 2006 No.
Lembaga Ekonomi/jenis usaha
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Koperasi Industri makan Industri kerajinan Industri pakaian Industri mebel Usaha perdagangan Warung makan Kios kelontong Bengkel Toko swalayan/minimarket Percetakan dan sablon Jumlah Sumber : Profil Kelurahan Cibabat Tahun 2006
Jumlah (buah) 5 17 28 9 5 91 210 38 19 15 3 440
Dengan beragam dan banyaknya jenis usaha ekonomi lokal yang berjumlah 440 buah di Kekurahan Cibabat tersebut sebenarnya dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Kelurahan Cibabat. Akan tetapi, pada kenyataannya masalah permodalan dan pemasaran lagi-lagi menjadi kendala, dibarengi tingginya tingkat persaingan diantara para pelaku ekonomi lokal.
Kepemimpinan Lokal Bentuk pelapisan sosial dapat berdasarkan atas kesamaan tujuan, kesamaan masalah, kesamaan status, kesamaan pekerjaan ataupun kesamaan lainnya. Pelapisan sosial yang ada pada masyarakat Kelurahan Cibabat didasarkan pada : 1. Agama Masyarakat Kelurahan Cibabat tergolong masyarakat yang agamis, dalam hal ini agama Islam. Masyarakat memandang tinggi dan memberikan pelapisan sosial teratas terhadap tokoh-tokoh agama (kyai/ustadz), terlebih lagi jika tokoh agama tersebut memimpin sebuah pesantren. Di Kelurahan Cibabat terdapat 9 pondok pesantren yang dipimpin oleh para kyai yang juga merupakan tokoh
50
masyarakat. Para ulama sebagai tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat cenderung lebih banyak menggunakan pendekatan religius dalam mencermati persoalan pemuda pengangguran. Sehingga terdapat perbedaan yang agak mencolok antara pemuda menganggur yang berada di lingkungan pesantren dengan pemuda menganggur yang di luar lingkungan pesantren. 2.
Pekerjaan Pelapisan sosial yang menduduki peringkat kedua setelah aspek agama di Kelurahan Cibabat adalah pekerjaan dan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang. Masyarakat akan lebih menghargai dan menghormati seseorang yang memiliki pekerjaan, terlebih lagi jika jenis pekerjaannya seperti PNS termasuk
(pengajar/guru dan dosen), ABRI, pegawai swasta di Bank,
pengusaha, atau pedagang. Seseorang yang memiliki jenis pekerjaan tersebut menempati posisi pelapisan sosial yang baik. Dengan demikian kelompok pemuda yang tidak memliki pekerjaan berada pada golongan yang marjinal pada pelapisan sosial ini. Hal ini pula yang merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat persaingan pemerolehan lapangan kerja antar pemuda di Kelurahan Cibabat. 3.
Pendidikan formal Semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang, maka makin tinggi pula posisi pelapisan sosial yang disematkan masyarakat kepadanya. Demikian pula dengan masyarakat di Kelurahan Cibabat selain aspek agama dan pekerjaan, aspek pendidikan sangat dipandang penting oleh masyarakat sebagai faktor penentu dalam sebuah pengambilan keputusan di forum-forum warga (dalam rapat-rapat RT atau RW).
4. Kekayaan yang dimiliki Masyarakat Kelurahan Cibabat akan sangat hormat, segan dan lebih mendengarkan kepada seseorang apabila orang tersebut seseorang yang memiliki kekayaan namun mempunyai kepedulian sosial yang tinggi terhadap warga sekitarnya terlebih lagi kepada warga yang kurang mampu. Realitas lain di lapangan tentang pemuda pengangguran meskipun menganggur tetapi jika pemuda tersebut anak dari seorang pengusaha atau saudagar kaya, maka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari rekan pergaulannya.
51
Keberadaan pemimpin formal dan pemimpin informal ditandai dengan adanya interaksi terutama pada saat pengambilan keputusan melalui kegiatan musyawarah kelurahan.untuk menentukan skala prioritas pembangunan, yang akan diusulkan ke kecamatan dan Pemerintah Kota Cimahi
Sumber Daya Lokal Seperti halnya di wilayah urban pada umumnya, perbandingan antara daya dukung layanan ekologis dengan kepadatan populasi di wilayah Kelurahan Cibabat cukup mengkhawatirkan. Masalah pengelolaan sampah perkotaan, masalah sanitasi lingkungan, alih fungsi lahan pertanian ke pemukiman, dan minimnya jalur hijau, kesemua itu merupakan masalah klasik mismanajemen tata kota di Indonesia. Dalam hal ini masyarakat banyak mengalami kesulitan dalam mengakses sistem sumber daya yang terdapat di lingkungannya. Diperburuk dengan permasalahan sosial yang mengemuka dan lahir dari masalah pemerataan pembangunan ekonomi, masyarakat dan pemerintah luput untuk memahami krusialitas permasalahan daya dukung ekosistem wilayahnya. Sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah Kelurahan Cibabat adalah : 1. Lahan Wilayah Kelurahan Cibabat memiliki luas area sebanyak 287,38 Ha dengan tipologi daerah perkotaan, memiliki prosentase lahan terluas digunakan sebagai lahan pertokoan yaitu 58,09 % (166,95 Ha) dan 18,36 % (58,09 Ha) untuk lahan industri. Alih fungsi lahan dari lahan pertanian yang dirubah menjadi lahan pemukiman/kompleks perumahan hal ini yang pada 2 tahun terakhir ini menimbulkan masalah lingkungan yaitu banjir kiriman dari daerah atas (Kecamatan Parompong dan Lembang wilayah Kabupaten Bandung). Berdasarkan informasi warga asli penduduk Cibabat, didapatkan data bahwa sawah di daerah Cibabat – Cihanjuang ini merupakan sawah penghasil padi dengan 3x panen dalam 1 tahun. Menurut masyarakat setempat bahwa sejak area sawah di Kelurahan Cibabat berubah menjadi kawasan perumahan maka setiap musim hujan daerah bawah Kelurahan Cibabat terutama (Rw 02, 11. 12) akan mengalami banjir sedangkan daerah rawan longsor adalah (Rw 18, 19, 20) yang merupakan daerah sisi kali Cimahi (curug Mod).
52
Pemerintah Kota Cimahi menetapkan lokasi pengolahan sampah dengan teknik komposting di Rw 16 dan Rw 17 sebagai lokasi percontohan dan penelitian DepKimPrasWil (Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah) pusat, luas area lahan yang akan digunakan lokasi pengolahan sampah tersebut masih dalam pembahasan. Batuan alat pengolah sampah tersebut berasal dari Departemen Lingkungan Hidup Hidup Pusat. 2. Tenaga kerja Tenaga kerja di Kelurahan Cibabat cukup memadai dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimilki oleh masyarakat Cibabat. Dari jumlah usia kerja (15-64) penduduk Kelurahan Cibabat sebanyak 70,47 % atau 24.593 jiwa dengan latar belakang pendidikan yang belum sekolah, tidak pernah sekolah serta yang tidak tamat SD total hanya berjumlah 3.988 orang atau 12,13 % dan yang tamat SD berjumlah 11,41 % atau 3751 orang. Sedangkan untuk penduduk yang tamat SLTP 31,51 %dan SLTA 32,41 %. Yang terjadi di Kelurahan Cibabat adalah jumlah tenaga kerja justru berlimpah namun lapangan dan kesempatan kerja yang tidak memadai. Sehingga hal ini menimbulkan
masalah
baru
yaitu
dengan
semakin
bertambahnya
pengangguran terdidik. 3. Modal sosial dan modal ekonomi Struktur kelembagaan dan organisasi di Kelurahan Cibabat dapat dikatakan cukup beragam dan relatif kompleks. Hal ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan Cimahi sebagai sebuah Kota yang mandiri secara administrasi sejak tahun 2001. Kelembagaan kemasyarakatan yang muncul merupakan bentukan baik yang berasal dari inisiatif masyarakat lokal maupun bentukan dari pihak pemerintah, baik yang sudah berbentuk organisasi maupun yang belum. Kelembagaan yang ada di Kelurahan Cibabat terbagi dalam kategori kelembagaan yang dibentuk dengan berorientasi pada kegiatan ekonomi, dan kelembagaan yang non ekonomi atau kelembagaan sosial inipun terbagi lagi dalam kelembagaan bentukan dari atas/pemerintah dan yang dari bawah/masyarakat. Berikut beberapa kelembagaan tersebut yang ada di Kelurahan Cibabat : a. Kelembagaan ekonomi bentukan atas meliptui ; Koperasi (5 buah), BKM Muamalat, KUBE, Koperasi Simpan Pinjam, KUD, dan Badan Kredit
53
b. Kelembagaan pemuda dengan kegiatan ekonomi bentukan bawah antara lain ; kelompok pemuda pedagang kaki lima, kelompok pengemudi ojeg, Kelompok pengrajin (industri kerajinan tangan dan industri makanan tradisional).
Jenis usaha lainnya seperti kios kelontong 38 buah, bengkel
19 buah, usaha perdagangan lainnya 91 buah dan 15 buah mini market. c. Kelembagaan pemuda dengan kegiatan sosial bentukan atas ; Karang Taruna. d. Adapun kelembagaan pemuda berbasis sosial keagamaan bentukan masyarakat, adalah IRMA dan DKM, e. Kelembagaan pemuda sosial bentukan dari bawah meliputi ; Pemuda Pecinta Vespa Antik, Pemuda Pecinta Alam SENPAL, kelompok Pemuda Pengolah Komposting, Pemuda Muhammad Iqbal, Kelompok Pemuda Panitia Bedah Rumah tidak layak huni warga RW 12 Kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan terdiri dari 34 buah dengan 8 jenis kegiatan seperti dipaparkan diatas. Lembaga pendidikan di Kelurahan Cibabat meliputi, TK sebanyak 11 buah, SD/sederajat sebanyak 15 buah, madrasah 3 buah, Pondok Pesantren 9 buah, perpustakaan 1 buah, kursus komputer 1 buah dan kursus mengemudi 1 buah. Kelembagaan pendidikan mampu menyerap anak-anak usia sekolah warga masyarakat Kelurahan Cibabat bahkan anak-anak di luar wilayah Cibabat juga dapat terserap. Lembaga kesehatan penduduk di Kelurahan Cibabat meliputi; Puskesmas 1 buah, Poliklinik/balai pengobatan sebanyak 5 buah, apotik 10 buah, Posyandu 30 buah, tempat dokter praktek terdapat 8 buah dan 1 buah Rumah Sakit Umum Cibabat. Nilai-nilai kegotong-royongan dan kepedulian sosial masyarakat Cibabat masih cukup tinggi, demi untuk tidak menyinggung sekelompok masyarakat yang tidak mampu maka di RW 12 menggunakan istilah “Kaum Dhu’afa” bukan masyarakat miskin/orang miskin. Dengan demikian masyarakat yang kurang mampu tersebut juga tidak merasa menjadi golongan yang terpinggirkan dan harus dikasihani.
54
Kesejahteraan Sosial Berdasarkan data penerima Raskin pada Januari 2007 diketahui bahwa peningkatan jumlah penduduk miskin sangatlah signifikan. Berawal dari data, penerima beras miskin (Raskin) Kelurahan Cibabat pada bulan Oktober 2006 berjumlah 1.463 KK yaitu 14,93% dari total jumlah KK di Cibabat yang berjumlah 9.798 KK. Pada bulan Januari 2007 jumlah penerima Raskin bertambah menjadi 2.510 KK yang berarti meningkat 25,61%. Sementara itu jumlah pengangguran sebesar 1.364 KK atau kurang lebih mencapai 5.207 orang adalah pengangguran. Pemerintah mengupayakan pengurangan
jumlah
pengangguran
Rencana
pihak
kelurahan
adalah
mengoptimalisasikan sektor informal yang telah berkembang di wilayah Cibabat, dan menyerap tenaga kerja dari generasi muda Cibabat sendiri. Hal ini belum sampai pada tahap rencana pengembangan kelembagaan lokal termasuk kelembagaan pemuda secara lebih fokus.
EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA Kelurahan Cibabat yang secara demografis sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan kota, hal ini telah berimbas kepada bergulirnya program-program pemerintah baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat juga menjadi lebih intensif dibanding dengan kelurahan lainnya. Beberapa contoh program yang saat ini sedang digarap dan menjadi fokus prioritas pemerintah kota Cimahi adalah program-program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan dengan keluarga sebagai obyek garapannya seperti UP2K, P2KP, ASKESKIN, BKM-UKM. Tahun 2006 dan 2007 Rw 16 Kelurahan Cibabat ditunjuk sebagai lokasi Proyek Percontohan Komposting oleh DepKimPrasWil Propinsi Jawa Barat, namun dalam perkembangannya
Proyek
Percontohan
Komposting
tersebut
mengalami
permasalahan yaitu kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaannya. Saat ini meskipun berjalan namun kurang optimal dikarenakan hanya dikelola olah dua personil saja. Sementara untuk program pengembangan masyarakat yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan kepemudaan masih berupa wacana yang belum digarap secara serius oleh pihak pemerintah setempat baik di tingkat Kota maupun di tingkat Kecamatan dan Kelurahan. Kondisi tersebut sangat disayangkan dikarenakan Kelurahan Cibabat memiliki kekhasan dan potensi kelembagaan pemuda yang berbeda dengan kelurahan lainnya. Berdasarkan data dari peta sosial diperoleh gambaran bahwa terdapat beberapa jenis kelembagaan pemuda yang muncul/tumbuh di kelurahan Cibabat. Hal ini didukung pula dengan keberadaan Kelurahan Cibabat sebagai jantung dua pusat pemerintahan sekaligus yaitu kantor kecamatan Cimahi Utara dan juga komplek perkantoran Kota Cimahi yang dalam tiga tahun terakhir ini mengalami kemajuan cukup pesat dalam bidang infrastruktur dibanding dengan kelurahan lainnya. Ketersediaan fasilitas seperti jalan dan sarana transportasi, tempat/lahan untuk usaha, banyaknya unit perbankan, hal ini mendorong berkembangnya aktivitas ekonomi masyarakat terutama pada sektor informal.
56
Berdasarkan data dari peta sosial diperoleh realitas bahwa ternyata sektor informal yang berkembang di Kelurahan Cibabat ini lebih banyak dikelola oleh para pemuda. Sementara program pemkot dari Dinas Lingkungan Hidup dan DepKimPrasWil Propinsi Jawa Barat yaitu Proyek Percontohan Komposting di Rw 16 Cibabat, karena tidak banyak melibatkan unsur pemuda dan dinilai bukan program yang strategis bagi solusi permasalahan pengangguran dan pemecahan masalah ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat untuk saat ini, maka program yang lebih berpotensi untuk dievaluasi adalah rencana sosialisasi program pemberdayaan Karang Taruna. Kelurahan Cibabat sebenarnya pada tahun 2006 dan
2007
belum
pengembangan
menganggarkan
kelembagaan
untuk
pemuda.
program
Rencana
pemberdayaan
program
dan
pemberdayaan
kelembagaan pemuda dari pemerintah saat ini baru pada tahap sosialisasi program, dalam hal ini Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat merupakan dinas yang bertanggungjawab sebagai pelaksana sosialisasi program tersebut. Sasaran program tersebut sementara ini masih diperuntukan bagi kelembagaan pemuda bentukan dari atas/pemerintah (DepSos RI) yaitu Karang Taruna, sehingga evaluasi program yang dapat dijadikan tolok ukur bagi pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat pada saat ini adalah tentang Sosialisasi Program Pembedayaan Karang Taruna. Program tersebut menjadi tolok ukur dan perlu dikembangkan dalam konteks pengembangan kelembagaan pemuda, hal ini berdasarkan hasil pemetaan sosial (PL I dan PL II). Data-data dari PL I dan PL II menggambarkan bahwa terdapat 8 jenis kegiatan kelembagaan pemuda dengan jumlah kelembagaannya sebanyak 34 buah (profil kelurahan 2006), dari ke 34 buah kelembagaan pemuda tersebut sebagian besar anggotanya adalah anak-anak pengangguran yang baru lulus SLTA/STM, D3 dan S1, bahkan beberapa lainnya ada yang droup-out (DO) D3 dan S1 dikarenakan kendala faktor biaya. Pertimbangan lain adalah adanya relevansi dengan rencana program pemerintah (Departemen Sosial) serta dinas terkait lainnya di Pemerintahan Kota Cimahi untuk memberdayakan kelembagaan pemuda bentukan pemerintah yaitu Karang Taruna, yang bertujuan bahwa pemberdayaan Karang Taruna ini dapat menjadi penggerak dan stimulus bagi pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan pemuda lainnya di Kelurahan
57
Cibabat. Hal ini dikarenakan adanya dukungan berupa kemudahan aspek sarana dan prasarana transportasi, beberapa titik lahan/tempat usaha yang strategis, pasar yang tersedia bagi beberapa segmen usaha (bahan bangunan, percetakan dan ATK, meubeling dan industri rumah tangga lainnya (data peta sosial). Berikut ini gambaran mengenai sosialisasi program pemberdayaan Karang Taruna.
Program Pemberdayaan Kelembagaan Pemuda Karang Taruna Kelurahan Cibabat Karang Taruna merupakan sebuah kelembagaan pemuda bentukan dari Departemen Sosial, bagi masyarakat terutama kalangan menengah ke bawah dari tingkat Rt hingga Rw sudah tidak asing lagi dengan nama tersebut. Persoalan mengenai dinamika perkembangan kelembagaan pemuda ini hampir dimiliki oleh setiap daerah baik di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Karang Taruna biasanya muncul dan hidup hanya pada peristiwa-peristiwa tertentu saja dan itupun masih bersifat seremonial (perayaan) seperti pada saat peringatan HUT RI setiap tahunnya. Realitas aktual keberadaan lembaga Karang Taruna per hari ini, masih dalam tataran sebuah lembaga yang hanya ada dikarenakan dibutuhkan oleh pemerintah daerah setempat sebagai perpanjangan tangan pelaksanaan program-program. Apakah masayarakat secara umum dan kaum pemuda pada khususnya benar-benar membutuhkan keberadaan lembaga Karang Taruna? Sebuah pertanyaan dan pernyataan yang patut untuk kita kaji lebih tajam lagi. Selain itu, Karang Taruna hanya menjadi tempat berkumpulnya sekelompok pemuda yang hanya melaksanakan dan menunggu
program-program serta
bantuan dari pemerintah daerah. Karang Taruna secara kelembagaan masih merupakan lembaga yang tersubordinasi. Karang Taruna lebih dikenal sebagai sarana/perpanjangan tangan bagi pemerintah untuk menggolkan kepentingankepentingannya. Sebagai sebuah kelembagaan, Karang Taruna di Kelurahan Cibabat masih sangat jauh dari kriteria institusi yang berkelanjutan. Menurut Brinkerhoff dan Goldsmith (1992:371) dalam pengertian yang ketat, yaitu : Institusi yang berkelanjutan menampilkan beberapa hal, Yang pertama, organisasi itu bertahan dalam satuan waktu sebagai satuan unit yang teridentifikasi. Kedua, institusi yang bersangkutan mestilah sanggup untuk menanggung biaya yang niscaya dari beroperasinya keberadaan
58
mereka. Dan yang ke tiga, institusi ini mampu melahirkan aliran “benefit” yang kontinyu. Cakupan jejaring yang dimiliki Karang Taruna juga belum meluas hingga ke lembaga kepemudaan lainnya maupun juga bagi komunitas pemuda di luar Karang Taruna. Sehingga dengan demikian posisi Karang Taruna sebagai wadah kelembagaan pemuda masih bersifat eksklusif. Data kondisi di atas dapat terlihat dari penuturan beberapa tokoh pemuda sebagai berikut : Menurut saya perkembangan Karang Taruna sejak pergantian pengurus pada bulan Juli 2006 kemarin sebenarnya cukup bagus dibanding kepengurusan yang lalu-lalu. Hanya karena Cimahi kan sedang punya hajat besar menjelang PILKADAL 2007, ya wayahna we atuh ibu kalau semua harus riweh persiapan PILKADAL. Jelas aja kalau programprogramnya semua beroientasi untuk menggaet simpati masyarakat, belum ada program kegiatan yang bombastis buat mereka, baik yang ada di Cibabat dan Cimahi pada umumnya. Karang Taruna belum memiliki kegiatan ekonomi mandiri. Berikut penuturannya; Terus juga yang disayangkan lagi, Karang Taruna ini dana operasionalnya masih banyak bergantung ke pemerintah belum ada kegiatan ekonomi produktif yang sifatnya mandiri atau swadaya. Yang saya tahu dan dengar-dengar sih salah satu anggota Karang Taruna ada yang punya keahlian handy-craft dan sudah jalan (mulai banyak pesanan), nah tapi itupun belum terfasilitasi oleh kelurahan atau pemkot. Kegiatannya lebih banyak membantu pihak pemerintah setempat dalam pendataan sosial, berikut penuturan tersebut : Selama ini kegiatan mereka paling-paling ya diminta untuk membantu kelurahan pada saat pendataan Raskin, pendataan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), pendataan peserta ASKESKIN. Memang keberadaan mereka sangat membantu dan berarti sekali bagi keberlangsungan kegiatan pihak kelurahan, tapi kasihan mereka, jadi kurang berkembang pasalnya setiap kegiatan mereka harus melibatkan dan meminta rekomendasi dari kelurahan atau pemkot, sementara terkadang belum tentu disetujui oleh pihak pemerintah. Kata saya mah bu, campur tangan pihak kelurahan ataupun pemkot masih terlalu besar ke Karang Taruna Cibabat, ya maklumlah bu Cibabat kan paling dekat dengan kantor pemkot Cimahi, jadi mereka butuh unit-unit dari masyarakat yang dapat dijadikan pendukung keberhasilan proyek-proyek mereka, nah salah satunya ya Karang Taruna ini. Bagaimanapun masih ada unsur kepentingan politisnya toh bu. (Bapak Asp,tokoh pemuda) Karang Taruna terkadang masih berkesan terlalu formal dan prosedural bagi sebagian kalangan pemuda lain, berikut penuturannya :
59
Saya mah males bu masuk menjadi anggota Karang Taruna Cibabat atau dimanapun, menurut pengamatan saya, nggak bisa bebas beraktivitas, dikit-dikit kudu ngelaporin kegiatan, dapat bantuan harus ada potongan ini itu dari administrasi, uang rokok atau uang kas dan foto copy, banyak disetir (kontrol), bisa jadi itu karena masih banyak bergantung kepada pemerintah, belum ada pendapatan mandiri hasil karya sendiri yang menghidupi para pengurus dan anggotanya, sehingga tidak semata-mata hidup dari bantuan pemerintah saja. (Ivn,pemusik) Karang
Taruna
sebagai
sebuah
lembaga
kepemudaan
idealnya
diharapkan dapat menjadi sebuah wadah pemuda yang dapat menampung ide-ide dan inspirasi cemerlang bagi para remaja-pemuda. Pada kenyataannya di beberapa daerah baik di desa maupun di kota, lembaga pemuda Karang Taruna lebih banyak yang tidak aktif dan vakum. Hanya pada saat tertentu seperti peringatan HUT RI saja maka aktifitas pemuda Karang Taruna baru terlihat. Demikian pula dengan keberadaan Karang Taruna di kelurahan Cibabat yang hanya tinggal papan nama saja. Pada pertengahan April 2007 Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat mengadakan sosialisasi kebijakan program pemberdayaan Karang Taruna kabupaten/kota se-Jawa Barat. Bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cimahi berencana melaksanakan program pemberdayaan Karang Taruna di beberapa kelurahan di wilayah Kota Cimahi termasuk di kelurahan Cibabat. Hal ini berkaitan dengan persoalan pengangguran di kalangan remaja dan pemuda di perkotaan khususnya kelompok pemuda di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi. Kegiatan Program Pemberdayaan Karang Taruna memiliki basis pemberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat versi Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat, yaitu meliputi aspek: 1. Individual, artinya pemberdayaan Karang Taruna dilakukan melalui individu sebagai pusat pemberdayaan, dapat terdiri dari pengurus dan anggota Karang Taruna. 2. Kolektif, menggunakan dan mengembangkan berbagai kelompok yang terdapat dalam Karang Taruna seperti kelompok UEP, kelompok seni dan olah raga atau bidang lainnya. 3. Organisasional, memperkuat lembaga/wadah Karang Taruna sebagai sebuah institusi formal kelembagaan. 4. Pengambilan keputusan diupayakan dari, oleh dan untuk Karang Taruna.
60
Dalam rangka pelaksanaan program pemberdayaan Karang Taruna beberapa komponen penting yang menjadi sasaran antara lain : 1. Pemimpin lokal yang bertindak untuk menggerakkan dan mendayagunakan potensi Karang Taruna. 2. Organisasi masyarakat lainnya dan yang menjadi prioritasnya adalah Karang Taruna sebagai sasaran sekaligus pelaku. 3. Membangun dan memperkuat dana masyarakat 4. Pemanfaatan atau pendayagunaan berbagai sarana dan prasarana. 5. Pendayagunaan dan pemanfaatan teknologi setempat.
Penyelenggara dan Sumber Dana Program Pemberdayaan Karang Taruna Penyelenggara rencana program pemberdayaan Karang Taruna di wilayah Kota Cimahi termasuk Kelurahan Cibabat adalah merupakan program dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat bekerja sama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Cimahi. Mekanisme rencana pelaksanaan kegiatan tersebut sebagai berikut: 1.
Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat sebagai pembuat kebijakan dan strategi pemberdayaan Karang Taruna.
2.
Dinas/Instansi Sosial Propinsi melakukan persiapan dalam bentuk orientasi dan observasi serta penyusunan Panduan Teknis Pemberdayaan Karang Taruna yang akan diterapkan di lapangan.
3.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Cimahi melakukan need assesment terhadap kelembagaan Karang Taruna dan jenis program yang diperlukan, serta menyiapkan tenaga pendamping dengan mekanisme sebagai berikut : a. Sosialisasi program dan rekruitmen tenaga pendamping hingga tingkat kelurahan/komunitas. b. Pihak kelurahan menghimpun usulan tenaga pendamping yang diusulkan oleh Karang Taruna maupun
Rukun Warga ( RW ), kemudian
menyampaikan ke seksi pemberdayaan masyarakat di kecamatan.
61
c. Sekanjutnya pihak kecamatan melakukan seleksi terhadap usulan tenaga pendamping yang diajukan oleh tiap- tiap kelurahan. 4.
Seksi pemberdayaan masyarakat kelurahan dan kecamatan sebagai mediator dan mengkoordinir para pendamping dalam melaksanakan perannya.
5.
Kelurahan/desa/komunitas membantu pendamping dalam melaksanakan peran pendampingan.
6.
Pendamping melakukan peran pendampingan, yaitu pemberi informasi, perencana, fasilitator, partisipator, mobilisator, edukator dan advokator.
7.
Sumber dana untuk membiayai kegiatan pemberdayaan Karang Taruna tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Departemen Sosial Pusat Tahun Anggaran 2007. Tahun anggaran 2007 ini masih berupa sosialisasi program belum bantuan teknis bagi Karang Taruna.
8.
Bantuan operasional yang selama ini diterima oleh Karang Taruna Kelurahan Cibabat berasal dari Sekretariat Daerah Kota Cimahi bagian Kesejahteraan Rakyat. Tahun 2006 mendapatkan stimulus bantuan dana sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).
9.
Berdasarkan informasi dari bagian kesejahteraan rakyat (kesra) Kota Cimahi, tahun ini dianggarkan untuk mendapatkan bantuan operasional senilai Rp. 1.500.000,-. Dana bantuan stimulus tersebut antara lain diperuntukkan untuk : a. Penataan dan melengkapi ruang sekretariat Karang Taruna. b. Tranportasi
dan
akomodasi
saat
menghadiri
berbagai
undangan
kegiatan/rapat baik di tingkat Rw hingga tingkat Kota dan propinsi. c. Pembuatan proposal kegiatan bakhti sosial di tingkat kelurahan seperti khitanan massal, out bound antar sekolah, dan pelatihan keorganisasian bagi para pengurus dan anggota Karang Taruna. d. Kegiatan bakhti sosial pada saat bulan Ramadhan. Penyediaan dana bantuan langsung dari Pemerintah Daerah Kota Cimahi anggaran APBD telah berjalan selama 2 tahun anggaran. Dana ini merupakan bantuan langsung bagi kelembagaan Karang Taruna yang sedang merevitalisasi organisasinya. Bertumpu dari data-data di atas, dapat diketahui beberapa hal yang mendukung sebagai aspek penguat bagi pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, yaitu antara lain :
62
a.
Jumlah kelembagaan pemuda yang tumbuh di Cibabat kurang lebih mencapai 25 buah.
b.
Surplus tenaga kerja (pengangguran usia muda sebanyak 5.207 orang)
c.
Kemudahan aspek sarana dan prasarana transportasi, yaitu adanya perbaikan dan perluasan jalan utama dan jalan komplek perumahan, dilalui 4 jalur angkutan umum ke Kota dan Kabupaten Bandung.
d.
Beberapa titik lahan/tempat usaha yang strategis, pasar yang tersedia bagi beberapa segmen usaha (bahan bangunan, percetakan dan ATK, meubeling dan industri rumah tangga lainnya (data peta sosial).
e.
Sektor informal yang berkembang di Kelurahan Cibabat ini lebih banyak dikelola oleh para pemuda. Sementara hal-hal yang masih lemah dan perlu diperkuat atau diperbaiki,
meliputi : a. Aspek kualitas SDM dalam bidang keterampilan mengenali potensi ekonomi b. Aspek kualitas hubungan kerjasama dan koordinasi (jejaring) dengan pihak pemerintah, swasta dan stakeholders. c. Aspek kemandirian dan keswadayaan kelembagaan pemuda. d. Aspek keterkaitan dan intensitas jaringan antar kelembagaan pemuda baik bentukan dari atas/pemerintah maupun lembaga bentukan bawah/dari masyarakat. Selain Karang Taruna sebagai lembaga pemuda bentukan pemerintah, kelembagaan pemuda bentukan dari bawah/masyarakat juga menjadi penting dalam konteks program pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat. Masalah ekonomi keluarga yang mengemuka dirasakan oleh masyarakat terutama para pemuda di Kelurahan Cibabat adalah seputar pengangguran, minimnya kesempatan kerja dan peluang usaha serta ketiadaan penghasilan. Hal ini mengakibatkan semakin bertambahnya jumlah pengangguran pada usia tenaga kerja terutama penduduk usia muda. Sementara itu potensi yang dimiliki oleh para anggota di beberapa kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat sangat beragam, namun belum sempat digarap dengan serius oleh pemerintah. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu adanya suatu kajian mengenai peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga.
63
Pada bab selanjutnya dibahas mengenai data masalah pengangguran pada anggota kelembagaan pemuda, kemudian keragaan kelembagaan pemuda yang menjadi studi kajian, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan kelembagaan pemuda,pada bab tujuhnya adalah tentang kegiatan ekonomi yang telah berlansung selama ini.
KELEMBAGAAN PEMUDA DI KELURAHAN CIBABAT KECAMATAN CIMAHI UTARA
Permasalahan ekonomi keluarga yang sedang dihadapi oleh anggota Kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat Persoalan ekonomi yang banyak dihadapi oleh sebagian besar pemuda di Kelurahan Cibabat adalah ketersediaan lapangan kerja yang sangat terbatas dan kecilnya kesempatan peluang untuk usaha, hal ini mengakibatkan para pemuda kesulitan mencari lapangan pekerjaan yang layak dan ketiadaan penghasilan untuk kehidupan
yang
layak.
Salah
satu
penyebabnya
adalah
tingginya
persaingan/kompetisi para pencari kerja. Sementara keterampilan yang mereka miliki sebenarnya sangatlah potensial untuk menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri. Berdasarkan hasil kajian dari dokumen daftar pengurus dan anggota kelembagaan pemuda yang menjadi studi kasus, diperoleh data bahwa mayoritas anggotanya adalah pengangguran, data tersebut dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Jumlah anggota kelembagaan pemuda yang bekerja dan yang masih menganggur tahun 2006-2007 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelembagaan Pemuda Karang Taruna Pemuda Muhamad Iqbal IRMA (Ikatan Remaja Masjid Besar) Pemuda Pecinta AlamSENPAL Pemuda Pecinta Motor Vespa Antik Pemuda Pedagang Kaki Lima Pemuda Pengrajin Gypsum
Jumlah anggota yang telah bekerja L P 4 1 7 13 1 -
Jumlah anggota yang mengganggur Total L 56 34 19
P 17 41 16
92 95 36
22
2
6
2
32
4
-
8
-
12
9
2
2
-
13
13
-
2
-
15
Sumber data : Arsip buku anggota kelembagaan pemuda dan hasil penelitian 2007 Keterangan : L : laki-laki, P : perempuan
65
Berdasarkan data hasil kajian di atas diperoleh gambaran bahwa persoalan ketenagakerjaan terutama pengangguran penduduk usia muda (usia kerja) pada kelembagaan pemuda Kelurahan Cibabat cukup tinggi dan memerlukan adanya penanganan secara holistik dengan melibatkan pihak pemerintah, swasta juga stakeholders. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja yang sangat terbatas dan kecilnya kesempatan peluang usaha, hal ini menjadi menambah berat masalah ekonomi yang dihadapi oleh para anggota pemuda tersebut. Salah satu upaya penanganannya adalah dengan meningkatkan peran kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat untuk dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi keluarga seperti telah dipaparkan di atas. Keberadaan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat sebagaimana diulas dalam tinjauan teoritis merupakan kelembagaan dalam bentuk konkret (wadah dari kegiatan) baik bentukan dari atas atau pemerintahan maupun bentukan dari bawah atau masyarakat. Di Kelurahan Cibabat terdapat 8 jenis kelembagaan pemuda, baik yang bentukan dari pemerintah maupun dari masyarakat dan juga dalam pengertian pranata sosial. Berkaitan dengan studi kasus tentang peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi ekonomi keluarga di Kelurahan Cibabat, dalam kajian ini yang memungkinkan untuk di akses dan dikembangkan adalah 7 kelembagaan pemuda. Ketujuh kelembagaan pemuda tersebut terbagi ke dalam 4 kategori besar sebagai berikut: 1.
Kelembagaan pemuda bentukan pemerintah : Karang Taruna
2.
Kelembagaan pemuda bentukan masyarakat (karena interest dan hobi) : Pecinta Alam-SENPAL dan Pecinta Motor Vespa Antik
3.
Kelembagaan pemuda bentukan masyarakat (berbasis religius) : IRMA (Ikatan Remaja Masjid)
4.
Kelembagaan pemuda bentukan masyarakat (karena kebutuhan ekonomi) : Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum dan Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Perempatan Cihanjuang.
66
Keragaan Kelembagaan Pemuda bentukan atas Karang Taruna Tingkat Kelurahan Cibabat Kelembagaan pemuda Karang Taruna adalah sebuah kelembagaan bagi generasi muda yang didirikan oleh pemerintah (Departemen Sosial RI) pada tahun 1960 berawal di Kampung Melayu Jakarta. Karang Taruna secara otomatis keberadaannya ada hingga ke tingkat Rw/dusun. Persoalan selanjutnya adalah bahwa apakah hidup beraktivitas atau hanya sekedar papan nama saja. Hal ini pula yang pernah terjadi dan dialami oleh Karang Taruna Tingkat Kelurahan Cibabat dalam perjalanan dinamika sebagai sebuah wadah kelembagaan. Pernah hidup dan aktif
di Kelurahan Cibabat pada tahun 2001-2002 (awal pembentukan Kota
Cimahi), namun menjadi pasif dan tidak aktif dikarenakan kesibukan para pengurus dan kurangnya komitmen-loyalitas dari pengurusnya sendiri, hingga pada saat Musker (musyawarah kerja) disepakati untuk regenerasi pemilihan ketua dan pengurus untuk periode 2006-2009. Dalam perkembangannya hanya dalam waktu satu tahun sejak pergantian pengurus yang baru, Karang Taruna tingkat kelurahan maju dengan pesat, berbagai prestasi di bidang sosial dan pelatihan-pelatihan telah diraihnya (juara I Kadarkum tingkat Kota, juara II Manajemen Organisasi, juara II Pameran Karya Seni Pemuda). Karang Taruna sebagai lembaga yang berasal dari inisiatif pemerintah sangat lekat dengan ciri top-down dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya karena program-program yang ada sudah ditentukan dari pemerintah. Hal ini pula yang menyebabkan masyarakat khususnya generasi muda kurang leluasa
untuk
mengaspirasikan
keinginannya
dalam
berorganisasi
dan
mengembangkan lembaga sesuai dengan paradigma pembangunan berpusat pada rakyat (people centered development). Kelembagaan Karang Taruna mestinya merupakan sebuah wadah yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan pemuda sebagai motor penggeraknya. Yaitu bagi generasi muda usia 17 hingga 45 tahun. Karang Taruna merupakan mitra kerja pemerintah dan kelembagaan lokal terutama yang bergerak dalam bidang usaha kesejahteraan sosial. Salah satu upaya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat adalah dengan mengupayakan adanya kegiatan usaha-usaha ekonomi produktif sehingga mampu menciptakan lapangan
67
kerja dan mengurangi jumlah pengangguran di wilayah setempat. Sangat disayangkan hingga saat ini Karang Taruna Kelurahan Cibabat belum memiliki dunia usaha untuk pengembangan usaha ekonomi produktif yang mampu menjadi alternatif bersama. Salah satu potensi yang dimiliki adalah kerajinan handy-craft yang saat ini sedang dalam tahap penggarapan dan pengayaan baik dari sisi internal Karang Taruna maupun juga dari pihak eksternal seperti Dinas Tenaga Kerja Kota Cimahi. Berikut penuturan dari salah satu pengurus Karang Taruna yang bertugas mengurus surat permohonan bantuan ke Dinas Tenaga Kerja. Ibu kami sebenarnya ingin minta tolong, kan ibu pegawai pemkot juga, pasti kenal dong sama ibu Rt yang di Disnakerduk (Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan). Beliau yang ngurus bantuan buat handy craft, kalau ibu ketemu sama beliau tolong tanyain ya bu, sudah 5 bulan menunggu nih bu, katanya sih masih diproses. Kami mau memperbanyak barang terbentur di modal. Minta modal dari pemkot, yang bikin kami agak males ya itu bu, sudah memakan waktu lama buat melewati proses birokrasi, terkadang tidak di acc (tidak disetujui), atau kalaupun dapat juga kecil, tidak sebanding dengan biaya/modal yang sudah kami keluarkan. Yah...mungkin beginilah nasib kelompok kecil dan tidak punya modal sendiri. Jadi kami senang sekali ada ibu yang mau memperhatikan kami dengan penelitian ini. (Ad,22th, bendahara II) Di samping itu untuk kegiatan bidang sosial-kemasyarakatan, akses warga masyarakat Cibabat terhadap kelembagaan
Karang Taruna ini dapat
dikatakan relatif mudah, hal ini seperti dikemukakan oleh ketua Rw setempat sebagai berikut : Waktu kemarin Karang Taruna mengadakan pesta perayaan HUT Kota Cimahi dengan melakukan bakhti sosial khitanan massal, warga di sini yang kurang mampu dapat jatah anaknya menjadi peserta khitan massal di Kelurahan. Karang Taruna mah sering mengadakan kegiatan sosial seperti pembagian sembako, khitanan massal, kerja bhakti, dan bazar murah. Jadi warga senang dan merasa dibantu. (Bapak Ond ketua Rw 2) Penuturan lain sebagai berikut : Kegiatan utama Karang Taruna kan membantu pemerintah dari tingkat Rw hingga Kota dalam bidang usaha kesejahteraan sosial masyarakat dan penanganan masalah sosial. Nah dengan demikian anak-anak tersebut idealnya juga dibekali keterampilan dan kemampuan melakukan kegiatan yang bersifat ekonomi dan melibatkan masyarakat Cibabat, sehingga mereka mampu memperoleh penghasilan dan pekerjaan sendiri, syukursyukur ya dapat pula membantu warga sekitar yang tidak mampu. Jadi menghindarkan para pemuda yang menganggur itu melakukan hal-hal negatif. Alhamdulilah mah neng, pemuda di sini dari dulu nggak ada
68
yang macem-macem,berbuat kriminal seperti tawuran, pencurian, malak, dan sebagainya, tapi kalau mabuk-mabukan mah ada neng, tapi tidak sampai merusak/merugikan warga. (Bapak Ndg ketua Rw 16) Ketua Karang Taruna periode 2006 – 2009 saat ini berdasarkan musyawarah kerja dipercayakan kepada saudara Nc. Pola kepemimpinan yang dikembangkan oleh Nc cenderung demokratis dan kooperatif, Nc lebih senang mengkomunikasikan dan mendiskusikan jika anggota lain/pengurusnya ada yang mampu
menyelesaikan
tugas
maupun
persoalan-persoalan
kelembagaan.
Keputusan-keputusan diambil berdasarkan hasil kesepakatan bersama pengurus lain. Kemampuan sdr.Nc dalam melakukan pendekatan interpersonal inilah yang membuat rekan-rekannya memilih sebagai ketua Karang Taruna Kelurahan Cibabat. Para pengurus Karang Taruna lebih senang menggunakan istilah ngariung/kumpul (diskusi non-formal) daripada rapat, hal ini menurut mereka dirasakan lebih dekat dan kekeluargaan dibanding dengan peristilahan formal seperti rapat dan pertemuan. Pola interaksi dan komunikasi non-formal semacam inilah yang rupanya lebih efektif dalam mengelola sebuah kelembagaan pemuda dan merupakan salah satu bentuk modal sosial yang dimiliki oleh Karang Taruna sebagai sebuah kelembagaan pemuda bentukan pemerintah. Keanggotaan dalam Karang Taruna juga fleksibel, tidak dituntut harus memiliki suatu spesialisasi keterampilan/hobi di bidang tertentu. Siapapun diperkenankan menjadi anggota Karang Taruna, baik generasi muda laki-laki maupun perempuan yang berusia 17 s/d 45 tahun, mempunyai keinginan untuk berkecimpung dan membantu pemerintah di bidang usaha kesejahteraan sosial khususnya di wilayah Kelurahan Cibabat. Jumlah anggota yang tercatat sebanyak 92 orang ( 67 orang laki-laki dan 25 orang perempuan). Beberapa prestasi yang pernah diraih antara lain; 1. Juara I Lomba KADARKUM Tingkat Kota Cimahi. 2. Juara I Lomba Tranning Leadership/Kepemimpinan Tingkat Kota Cimahi. 3. Tim SUKWAN Mandiri untuk Bencana Gempa-Yogya (inisiatif dan dana swadaya sendiri). 4. Juara II Manajemen Organisasi. 5. Juara II Pameran Karya Seni Pemuda
69
Adapun beberapa permasalahan yang dirasakan oleh kelembagaan Karang Taruna (berdasarkan hasil FGD) antara lain : 1) Adanya underestimated (anggapan rendah) dan adanya ketidakyakinan dari pihak pemerintah, swasta juga masyarakat tentang kemampuan Karang Taruna, dan belum dihargai sebagai kelembagaan yang memiliki potensi profesional. Berikut penuturan dari salah satu tokoh masyarakat di Cibabat Sepengamatan bapak yang sudah hampir dua puluh tahun hidup di Cibabat mah ya neng, kumpulan anak-anak muda seperti Karang Taruna ini sering munculnya mah kalau menjelang 17 Agustusan, ngiderken (mengedarkan) kotak sumbangan. Kemudian saat bencana tsunami di Aceh dan gempa di Yogya ta neng, itu juga minta sumbangan sosial ke warga untuk disalurkan ke korban bencana. Ta eta teh duka nya (nah itu juga gak tahu ya) neng, bapak dan beberapa warga lainnya kadang bertanya-tanya, sampai sekarang tidak tahu berapa yang terkumpul dan berapa yang disumbangkan ke korban bencana. Hal-hal seperti inilah yang membuat bapak dan beberapa warga lainnya kurang puas terus terang mah dengan tata kerja organisasi pemuda seperti Karang Taruna, atau juga organisasi lain seperti LSM-LSM. Bapak mengharapkan agar organisasi-organisasi sosial kepemudaan ini lebih dapat maju dan bekerja dengan jiwa kejujuran,begitu ya neng.(bapak H.Gjl, 58th) 2) Modal usaha dan promosi/pemasaran hasil handy craft (seperti yang diungkapkan pada alenia sebelumnya). 3) Regenerasi dan skill (keterampilan) SDM yang masih memerlukan pengayaan. 4) Kurang perhatian dari pemerintah dan tidak diposisikan sebagai mitra oleh pihak kelurahan tapi lebih cenderung sebagai tenaga sukwan pada kegiatankegiatan sosial saja. Berikut penuturan salah satu pengurus Karang Taruna : Ah ibu kita-kita mah cuma dianggap kacung (pesuruh) sama Mr. Ek mah, kalau kegiatan semacam pendataan dan berbau-bau sosial kemasyarakatan mah hayu we kita yang disuruh mengerjakan, tapi giliran ada proyek-proyek/pekerjaan yang terkait bantuan ekonomi atau pengerjaan fisik sarana prasarana atau apa gitu lah yang dari pemkot,wayahnya we atuh (terpaksa diterima saja lah) bu kalau kita dilewat saja, boro-boro diajak, ditawarin saja tidak, kita sudah singgungsinggung juga pura-pura tidak dengar. Payahnya lagi karena proyekproyek tersebut dipegang oleh Mr.Ek, wah..jangan harap deh kalau sama dia. Jadi dalam persepsi dia dan aparat lainnya, mungkin kami itu cuma anak-anak yang hanya dapat disuruh ini-itu saja, dan tidak punya potensi apa-apa. Yah..sekedar asesoris saja (perlengkapan/pajangan) di kantor kelurahan. Padahal yang bikin Karang Taruna kelurahan bernafas lagi kan kita-kita bu, tapi ya sudahlah suka tidak suka kami terima saja deh. Ibu atuh ada masukan ke pihak kelurahan, agar berbeda gitu lho persepsi mereka terhadap kami. (Azs, 23th, anggota)
70
5) Potensi secara perorangan pun belum dilihat dan dikaji dengan lebih optimal oleh dinas/instansi di Pemkot. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh dua orang anggota Karang Taruna sebagai berikut : Di Karang Taruna Cibabat ini sebenarnya banyak yang jago-jago lho bu, tidak hanya handy craft saja tapi juga bidang lain seperti bidang fotografi, penulis, desain grafis, programer komputer sampai kita juga ada enterpreneur muda lho bu. Nah tapi ya itu belum ada perhatian dari pemerintah, padahal jika digarap atau minimal difasilitasi oleh pemerintah maupun swasta, wah..saya pikir asyik banget tuh. Menurut ibu bisa tidak ya bu harapan kami itu terwujud, melihat iklim pemerintahan Kota Cimahi setelah Pilkadal kemarin, mestinya sih bisa ya bu..ta itu tuh bu si Amn sang Penyair dan Penulis yang dicampakkan (nah itu tu bu, si Amn (mempunyai keahlian menulis di surat kabar dan sempat dikaryakan oleh pejabat Walikota sebelum Pilkadal, tapi kemudian setelah Pilkadal, tidak diperlukan lagi, sehingga sekarang menjadi pengangguran lagi) karunya pisan dia mah ibu (kasihan sekali dia itu ibu). (Frm, 22th, anggota Karang Taruna) Penuturan lain : Eh..engke heula atuh, ulah lepat, kieu-kieu oge setidaknya mah urang geus aya kontribusina ka pemerintah terutami ka bapak walikota, perkara gawe mah santai heula, pan batur mah aya masa cuti geuningan. (eh nanti dulu dong, jangan salah, gini-gini juga setidaknya aku sudah ada kontribusinya ke pemerintah, terutama ke bapak walikota, soal pekerjaan yah..santai dulu, kan orang juga ada masa cuti segala). (Amn, 27th) Penuturan lain : Iya bu, bener banget apa yang dikatakan sama Frm. Pokoknya saya sendiri sudah ngalami deh bagaimana rasanya, tapi menurut saya, segitu juga sudah alhamdulillah sekali ada atensi lah (perhatian) dari pemkot buat orang seperti saya ini, yang cuma bisa corat-coret di kertas, buruh tinta (penulis surat kabar) begini. (Amn, 27th, anggota Karang Taruna). 6) Belum mampu mengoptimalkan networking yang tersedia. Hubungan interaksi dan kerjasama dengan kelembagaan lokal lainnya minimal terjadi dan dilakukan setiap minggunya. Karang Taruna sering membantu kegiatan rutin bulanan yang dilakukan oleh Tim POSYANDU, PKK, PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), POKJANAL DBD, Minggon kelurahan atau kecamatan. Hal ini dapat dimengerti karena latar belakang kelembagaan Karang Taruna yang kegiatan utamanya adalah di bidang usaha kesejahteraan
71
sosial dan penanganan masalah sosial yang ada di wilayah Kelurahan Cibabat. Berikut beberapa penuturan dari pengurus kelembagaan tersebut di atas : Begini Neng, kan POSYANDU punya jadwal kegiatan tiap bulannya, nah biasanya yang membantu menyiapkan dan seksi bersih-bersih itu anak-anak Karang Taruna. Mereka sudah terbiasa terlibat dalam beberapa kegiatan pendataan dan penyiapan tempat/lokasi. Terkadang lebih sering meminta bantuan dan berkoordinasi dengan anak-anak Karang Taruna dibanding dengan kader sendiri, bukan apa-apa sih, karena anak-anak Karang Taruna yang sekarang mah menurut ibu lebih gesit, cepat kerjanya dan rajin dibanding dengan pengurus yang lama. Begitu neng yang ibu rasakan sebagai pengurus. Di acara-acara rapat POKJANAL DBD, sosialisasi pencegahan terinfeksinya flu burung, dan juga pendataan masalah sosial dari Depsos. Ibu Wwn (pengurus POSYANDU) Penuturan lain dari aparat kelurahan : Rapat minggon di Kelurahan Cibabat jadwalnya kan setiap dua minggu sekali pada hari kamis, nah..dalam minggon ini, unsur-unsur kelembagaan yang ada di kelurahan diharapkan hadir. Saya salut sama Karang Taruna, karena hampir setiap acara minggon, mereka mengutus perwakilannya untuk hadir. Demikian juga saat rapat koordinasi tiap bulan di kecamatan. Menurut saya untuk Karang Taruna tingkat kelurahan ini cukup koordinatif dan lebih cepat jika diminta membantu kegiatan kelembagaan lainnya seperti PKK, Posyandu, LPM atau dari dinas kesehatan. Ketika diminta untuk melaporkan kegiatannya baik secara lisan maupun tulisan juga mereka relatif lebih cepat dibanding dengan kelembagaan pemuda lainnya. (Ibu Yl, 33th, kaur bag.pemerintahan). Sampai sejauh ini yang saya amati dan rasakan sebagai aparat nih ya bu, kalau untuk urusan koordinasi dengan kelurahan atau dengan lembaga lain seperti PKK, PSM, Posyandu, LPM, kecamatan dan BKM, mereka memang sudah terbiasa kita libatkan. Kalau dengan lembaga pemuda lain, biasanya mereka berhubungan jika ada kegiatan besar seperti gebyar perayaan HUT RI tingkat kelurahan saja, di luar itu mah saya amati mereka ya berjalan masing-masing begitu bu, belum ada suatu inisiatif bersama antara berbagai kelembagaan pemuda ini yang kemudian membuat rencana program sosial dan ekonomi tapi yang sifatnya rutin, tidak hanya kegiatan perayaan saja. Apa gerakan ekonomi atau usaha inisiatif sendiri yang melibatkan aktivitas diantara kelembagaan pemuda itu sendiri. Menurut saya memang harus ada forum khusus buat kelembagaan pemuda di Cibabat, yang nantinya menelorkan berbagai program sosial-ekonomi. Jangan masing-masing gitu lho bu.(Ggn, staf pemberdayaan).
72
Hanya saja dengan kelembagaan pemuda lainnya belum seluruhnya terjalin interaksi dan tukar informasi, masih bersifat masing-masing. Interaksi terjadi hanyapada saat kegiatan besar di Kelurahan, saat ini belum ada interaksi yang mengarah pada pemanfaatan jejaring untuk pengembangan kegiatan ekonomi kelembagaan pemuda. Berikut penuturan dari pengurus Karang Taruna : Pokoknya dalam satu tahun ini kami dipadati oleh kegiatan dari pemkot bu, program kegiatan Karang Taruna sendiri malah belum sepenuhnya terlaksana. Sementara ini kegiatan kami mah yang ringan-ringan saja dulu bu, sembari ngumpulin dana nih buat pengembangan usaha handy craft. Kita sedang berusaha keliling nyebarin proposal ke perusahaan yang ada di Cibabat dan Cimahi secara umum, tapi belum ada hasil juga. Kalau nanya ke kelompok lain, mereka juga sama nasibnya dengan kita-kita, belum ada jawaban, tapi kalau pun dapat dari perusahaan tersebut, belum tentu bagi-bagi info ama kita lagi. Karena memang sudah jadi kota mungkin ya bu, kalau ada informasi seputar sumber dana atau proyekan (kegiatan yang menguntungkan) ya biasanya nafsi-nafsi (masing-masing) saja begitu. Paling banter ntar kita ketemuan koordinasi kalau ada acara HUT RI di Kelurahan, atau Bazar Ramadhan di Kelurahan, udah selesai ya sudah masing-masing lagi. Untuk produk handy craft kami ini, sementara ini lagi nunggu bantuan dari pemkot bu, kita belum coba tanya ke anak-anak lain (kelembagaan pemuda lain) atau survey ke Bandung soal pengelolaan dan pemasaran produk ini, serba terbatas segalanya sih bu. (Ddg, 24th pengurus Karang Taruna) Berdasarkan pengalaman kami mah bu, sampai sekarang belum ada kerja sama antara lembaga-lembaga pemuda yang merancang usaha ekonomi bersama apa itu produk makanan, kerajinan atau apa saja. Maklum juga sih bu, kan beda orang beda pemikiran, apalagi beda lembaga begitu, pasti orientasi dan targetnya tidak sama. Lagi pula belum ada yang mempelopori untuk suatu dialog khusus lembaga pemuda dalam hal penyusunan kegiatan ekonomi bersama. Nah pemerintah nih harusnya yang tanggap dan memfasilitasi untuk kegiatan seperti itu, tapi saya lagi-lagi harapan ya tinggal harapan deh. (Rhm, 25th) Kelembagaan Pemuda Bentukan Bawah/dari Masyarakat Kelompok Pecinta Alam dan Pendaki Gunung-SENPAL. Peranan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan cukup aktif, misalnya kelembagaan pemuda yang ada di Rw 05, SENPAL berdiri sejak tahun 2002. Salah satu kegiatannya adalah mengelola sampah warga sekitar setiap dua kali dalam seminggu. Pasca peristiwa
73
longsor TPA Leuwigajah hingga sekarang anak-anak SENPAL tidak mengelola sampah warga kembali, hal ini dikarenakan pengelolaan sampah di ambil alih oleh Dinas L.H dengan petugas kebersihannya di tiap RW. Keberadaan kelembagaan SENPAL ini cukup dirasakan manfaatnya oleh warga setempat yang kebetulan rumahnya di sebelah pos ronda tempat anak-anak SENPAL berkumpul. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu Odh warga Rt 02/Rw 05, sebagai berikut : Barudak Senpal mah balageur neng, kapungkur mah osok nyandakan runtah ka bumi urang warga didieu, saminggon teh kengeng 2 kalieun. Selokan oge bersih teu aya runtah anu pabalatak didinya. Sanajan sok ngariung di gardu ronda mun peuting-peuting, nya rada ngagandengnan batur, ngan mun disuhunkeun bantuanana ti warga, barudak teh jug angkat teu seuer tumaros. Ibu resep ka barudak nu kitu mah Neng, jenten aya lah manfaatna ka warga mah. (Anak-anak SENPAL itu baik-baik neng, dulu sering mengambil sampah-sampah warga yang ada di sini, seminggu dapat dua kali mengangkut sampah. Selokan juga bersih tidak ada sampah yang berantakan di sini. Meskipun sering kumpul-kumpul di gardu ronda pada saat malam-malam, iya memang orang jadi merasa keberisikan, tapi kalau diminta bantuannya dari warga (pernah ada yang mau melahirkan, kesusahan mencari kendaraan), anak-anak SENPAL langsung turun tangan membantu tanpa/tidak banyak tanya. Ibu senang ke anak-anak yang begitu, jadi ada manfaatnya ke warga. (Ibu Odh warga Rt 02/05) Sementara itu ketika dikonfirmasi ke tokoh masyarakat setempat, informasi yang diperoleh tidak jauh berbeda, yaitu sebagai berikut : Di sini itu pemudanya rata-rata anak-anak SENPAL, awalnya mereka cuma kumpul-kumpul begitu Neng, kemudian mereka mendirikan organisasi pecinta alam-SENPAL. Yang bikin ibu dan warga di sini senang sama mereka adalah salah satu kegiatannya tiap dua kali dalam seminggu mereka membersihkan selokan dan mengambil sampah warga. Mereka awalnya menawarkan diri ke ketua Rt dan ketua Rw untuk mengelola sampah warga di Rw 05, ya sejak itu Neng mereka yang mengambil sampah dan bersih-bersih lingkungan. Warga juga dengan senang hati membayar iuran sampah karena lingkungan menjadi bersih dan dikerjakan oleh anak-anak Rt02 sendiri. Jadi tidak cuma kumpul-kumpul doang gitu Neng, tapi ada manfaatnya bagi masyarakat sekitar. (Ibu Asp,istri ketua RT 02/05) Kegiatan utama SENPAL adalah kegiatan yang berkaitan dengan kecintaan terhadap alam. Berawal dari hobi dan kesenangan yang sama, maka pemuda yang mayoritas bertempat tinggal di Rt02/Rw 05 tersebut membuat sebuah wadah kelembagaan. Dikukuhkan oleh ketua Rt dan ketua Rw serta
74
beberapa tokoh masyarakat sekitar, maka lembaga pemuda tersebut secara resmi berdiri pada tahun 2002 dengan beranggotakan 13 orang. Kini jumlah anggota mencapai 32 orang. Didasari oleh kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan, hal ini pulalah yang membuat mereka menawarkan diri untuk mengelola sampah dan kebersihan lingkungan Rt 02. Kegiatan lainnya adalah mengisi kegiatan ekstra-kulikuler panjat tebing di SMA I Cimahi dan SMT Pambudi Luhur Cimahi. Sementara untuk pengembangan kelembagaan ke arah kegiatan yang memiliki nilai ekonomi hingga saat ini belum terpikirkan kembali. Hal ini dikarenakan mereka merasa hanya akan dimanfaatkan oleh pihak pemerintah tanpa ada perhatian dan penghargaan yang layak. Berkaitan dengan hal tersebut, masalah yang dihadapi oleh SENPAL antara lain : 1. Belum memiliki sekretariat (base-camp) yang layak, selama ini sering menggunakan gardu ronda/siskamling. 2. Pihak Rw setempat tidak peduli terhadap kebutuhan tersebut. 3. Kegiatan pengelolaan sampah diambil alih oleh pihak pemerintah dan tidak menggunakan jasa mereka. 4. Potensi keterampilan hand-made (membuat keset dan kerajinan lainnya dari barang bekas) tidak dihargai oleh pemerintah tapi malah dimanfaatkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh beberapa pengurus SENPAL, sebagai berikut : Anak-anak SENPAL punya prinsip sendiri Bu, kami melakukan pekerjaan yang kami dapat lakukan asalkan jelas tujuannya, misalnya kita diminta untuk melakukan suatu pertunjukan panjat tebing untuk amal, maka kami akan lakukan dengan sepenuh hati dan tidak mengharapkan imbalan, namun jika ada pihak yang memanfaatkan kami untuk kepentingan politik misalnya, wah kami paling tidak suka dan seringnya kami tolak meskipun ada imbalannya. Apalagi kalau kita dikadalin ((dicurangi/dimanfaatkan), contohnya begini Bu, kami pernah diminta membuat produk keset yang bagus dan hiasan dari barang bekas untuk keperluan pameran oleh pihak Kelurahan. Pada saat itu Pak Lurah menjanjikan bahwa produk tersebut akan dibeli oleh pihak kelurahan dan akan diupayakan ada bantuan modal bagi usaha keset tersebut, namun alhamdulilah sampai sekarang Bu, produk kita di ambil oleh kelurahan dan tidak ada yang namanya dibeli atau apalah. Boro-boro ada bantuan modal dan sebagainya. Wah.. itu mah nggak tahu jaman kapan akan terjadi bu. Nah yang seperti begitu kami paling tidak mau dan tidak suka. Jadi kami sekarang agak hoream (males/enggan) kalau diminta oleh kelurahan. (Ich, 24th, pengurus)
75
Penuturan lainnya sebagai berikut: Yang lebih nggak ngerti lagi begini bu, sekretariat Posyandu Rw kan selama ini kami yang merawat, membersihkan dan bahkan mengecatnya dengan dana kas kami lho bu, nah sekarang Posyandunya dipindah dan ruangan tersebut malah dikunci dan tidak boleh digunakan lagi tanpa tahu apa alasannya. Jadi kami tidak dapat lagi nebeng (ikut) jika ada pertemuan atau diskusi. Saya bener-bener tidak tahu kenapa pak Rw punya kebijakan begitu. Yah kami mah ikhlas-ikhlas saja bu, hanya bingung gitu, tanpa sebab dan alasan tempat yang dapat kami manfaatkan atau nebeng lah, kok digembok. Bujeng-bujeng memberitahu alasannya ibu, bahkan terimakasihpun tidak kalau selama ini ruangan tersebut sudah kami rawat. Nah bagaimana kami berharap lebih ke pemerintah minimal kelurahan, realitanya saja Rw pun tidak peduli bahkan tidak ada rasa terimakasihnya. Jadi ya kami mah sekarang tidak muluk-muluk dan tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah, kami berusaha mengupayakan dari swadaya sendiri sajalah bu. Terus terang kapok kita mah dikadalin (dicurangi/dimanfaatkan) begitu. (Ryn, 23th pengurus) Kondisi dan situasi yang dihadapi oleh kelompok anak muda SENPAL ini yang justru membuat mereka terlatih dan terbiasa mandiri serta swadaya sendiri. Hasilnya adalah meskipun mereka rata-rata hanya lulusan SLTA dan STM, namun hampir sebagian pengurus dan anggotanya telah memiliki pekerjaan dan penghasilan. Dari 32 orang jumlah anggota, 24 orang telah bekerja. Interaksi kelembagaan SENPAL dengan kelembagaan lainnya belum cukup luas, beberapa masih dalam wilayah sekitar Rw 05 dan sebagian lagi lembaga di luar wilayah Cibabat. Lembaga-lembaga tersebut antara lain Rw, Rt, Posyandu, Siskamling, Pecinta Alam UNJANI (universitas Ahmad Yani), Tim SAR dan SATKORLAK Penanggulangan Bencana Alam Jawa Barat dan PMI Jawa Barat. Berikut data yang diberikan oleh beberapa pengurus SENPAL : Relasi dan interaksi yang lebih sering dilakukan SENPAL sementara ini masih banyak di lingkungan jalan Sentral dan sekitar Rw 05, lebih banyak bersifat tolong menolong saja sih bu, belum sampai ke arah aktivitas yang mendatangkan keuntungan ekonomi. Paling-paling kami membantu kader Posyandu Rw tiap bulannya dalam kegiatan penimbangan bayi, kita siapin dan bersih-bersih ruangannya. Kemudian membantu Siskamling dengan ikut ronda malam hari, daripada begadang main kartu doang kan bu, lebih baik sekalian njagain lingkungan. Kalau dengan kelembagaan lain, kami baru mengadakan studi banding dan menambah ilmu dan tukar pengalaman dengan Pecinta Alam UNJANI. (Dni, 22th, anggota SENPAL).
76
Penuturan lain : Interaksi dengan kelembagaan pemuda lainnya di Cibabat paling juga dengan Karang Taruna Kelurahan dan PMI Kota, itu juga karena ada perwakilan anggota kami yang menjadi pengurus di Karang Taruna, sedangkan dengan PMI karena kami ada persinggungan dan keterkaitan dengan penguasaan ilmu P3K dan juga sering meminjam peralatan mereka. Interaksi biasanya pada saat kegiatan-kegiatan bakti sosial seperti waktu perayaan hari Ulang Tahun SENPAL, waktu itu beberapa anggota dan pengurus Karang Taruna memberikan donor darah melalui PMI Tingkat Kota. Bulan Juni 2007 kemarin, kami diundang untuk mengikuti pelatihan dan koordinasi teknis penanggulangan bencana alam yang dilaksanakan oleh SATKORLAK PB tingkat Propinsi. Selain itu kami juga sering mengundang beberapa teman yang aktif di Tim SAR untuk menambah pengetahuan sekaligus sharring (bertukar pengalaman). (Ddn, 21th, pengurus). Kelompok Pemuda Muhammad Iqbal Kelompok pemuda Muhammad Iqbal awalnya adalah beberapa aktivis yang kegiatan kesehariannya adalah mengurus panti asuhan dan mengajar TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) yang dimulai sejak tahun 1998. Kemudian pada tahun 2002 mulai mendapatkan bantuan stimulan dari Departemen Sosial (APBN) bagi panti asuhan yatim-piatu, pada tahun 2004 selain mendapatkan bantuan stimulan bagi panti asuhan juga mendapatkan bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dalam bentuk bahan mentah (sembako) untuk usaha warungan. Usaha warungan tersebut dikelola oleh para pengajar dengan dibantu oleh anak-anak panti yang sudah beranjak remaja. Setelah berjalan dua tahun, usaha warungan tersebut masih berjalan dan ada perberkembangan meskipun belum besar. Pada tahun 2006, kelompok UEP mendapat bantuan berupa bantuan hewan ternak sapi sebanyak 2 buah dan kambing 4 buah. Usaha ternak inipun dilakukan oleh beberapa pemuda panti asuhan. Seiring berkembangnya usaha warungan dan ternak, dan juga semakin banyaknya siswa TPA, tahun 2007 ini akhirnya usaha ekonomi para pemuda tersebut bertambah unit usaha yaitu sablon dan berkebun budi-daya buah strowbery. Usaha sablon lambat-laun mengalami kemajuan dan mulai banyak pelanggan, sedangkan kebun strowbery dikarenakan belum menemukan pangsa pasar
bagi
pendistribusiannya
serta
membutuhkan
biaya
tinggi
perawatannya maka sejak Juli 2007 beralih ke penanaman palawija-jagung.
untuk
77
Kepemimpinan dalam kelompok UEP Muhammad Iqbal ini dipilih berdasarkan rapat pengurus dan ditetapkan dengan pertimbangan kematangan dan pengalaman beroganisasi, maka disepakatilah bapak Dn sebagai ketua kelompok UEP tersebut. Bapak Dn sangat diterima di lingkungan anak-anak UEP. Hal ini dikarenakan selain dari sudut usia masih terhitung muda (38 tahun), juga sangat dekat dan akrab dengan anak-anak tersebut. Adapun untuk keanggotaan, bagi anak-anak panti asuhan Muhammad Iqbal yang sudah akhil baliq dipersilahkan untuk belajar melakukan kegiatan ekonomi seperti warungan, ternak, sablon dan berkebun. Presatasi yang pernah diraih adalah di bidang seni pada saat MTQ tingkat Propinsi di Cirebon tahun 2002, yaitu sebagai tim pawai Ta’aruf terbaik ke-2. Peringkat ke 5 sebagai organisasi sosial yang berkembang dan aktif se-Kota Cimahi, diperoleh dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat, meskipun demikian beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh Kelompok Pemuda UEP Muhammad Iqbal ini antara lain : 1.
Belum memiliki jaringan dalam pemasaran hasil kebun. : Hasil kebun strowbery ka,mi sebenarnya cukup bagus lho bu, buahnya lumayan besar dan manis, namun ya sayangnya karena hasil panennya masih terbatas dengan kebun yang tidak luas pula, maka skalanya konsumennya juga masih kecil. Pembelinya paling-paling para orang tua siswa TPA, sehingga dengan demikian harganyapun sangat murah. Kami belum tahu untuk pemasaran hasil kebun seperti strowbery ini mestinya ke mana dan ke siapa. (bapak Dn, 38th, ketua UEP)
2.
Belum ada perkembangan yang signifikan pada usaha warungan dan sablon.: Usaha sablon kami mah bu, alhamdullilah meskipun tidak banyak orderan tapi ada aja dan masih jalan. Usaha warungan juga masih kecil seperti begini aja belum sampai ke pelayanan pengadaan gas, air galon seperti itu sih. Tapi sudah hampir 7 bulan ini kami memasok beras ke dapur umum catering kampus LEC. Ibu Hj.Omh sebagai pengelola dapur umum menawarkan kerjasama untuk pengadaan beras tiap bulannya, dari sini ya cukup lumayan pemasukan bagi warung kami, tapi kami mah tidak mematok harga tinggi bagi semua barang dagangan di sini, termasuk beras ini. (bapak Oln, 25th, anggota UEP).
3.
Belum mampu menembus jaringan usaha/bisnis di Pemkot (misalnya pengadaan ATK) karena tidak memiliki unit yang berbadan usaha. Hal ini sangat disayangkan oleh pemuda pengelola UEP, seperti penuturannya berikut :
78
Kendala kami lainnya adalah belum dapat kepercayaan dari Pemkot untuk menjadi rekanan pada proyek-proyek semacam pengadaan ATK. Saya sudah mencoba menawarkan diri dan menyanggupi untuk menjadi rekanan tapi alasan dari Pemkotnya (Ka.sub.bid ekonomi) mengatakan bahwa jika menggunakan bendera yayasan/organisasi tidak bisa, tapi harus berbentuk badan usaha semacam PT atau CV. Menurut saya aneh juga sih bu, saya perhatikan di pemkot banyak CV yang personel-personelnya adalah orangorang pemkot sendiri, jadi unit-unit seperti kami ini meskipun katanya potensial dan mampu menjadi rekan usaha, yah..ujung-ujungnya mah tidak dapat masuk ke jaringan mereka atuh bu. Nah kecuali bersedia mengikuti aturan-aturan mereka, baru dapat jadi rekanan, kalau tidak ya tentunya mustahil to bu. Kami berniat untuk membuat 4.
Tidak adanya koordinasi antara dinas-dinas terkait dalam memberikan pembinaan serta dalam program pemberdayaan kelompok UEP pemuda pada tingkat Kota Cimahi apalagi di Kelurahan Cibabat. Hal ini seperti penuturan salah satu pengurus : Saya masih bingung dan sering bertanya ke para pimpinan program dan proyek bahkan ke salah satu kepala bagian instansi di Pemkot, mengapa setiap dinas instansi tersebut memiliki program pemberdayaan masyarakat yang secara esensinya sama, namun kok tidak dikoordinasikan dengan baik. Sehingga menurut pengalaman yang kami rasakan sebagai obyek sasaran program, pusing dibuatnya. Sebagai contoh, tahun 2005 diminta mengirimkan 3 orang untuk mengikuti pelatihan keterampilan pengolahan barang bekas oleh Dinas Lingkungan Hidup, eh tahun berikutya mendapat bantuan dari Dinas Sosial berupa bahan mentah untuk usaha warungan, dan dari dinas L.Hnya malah mesin pembuatan kompos, padahal masyarakat belum paham bagaimana teknik pembuatan kompos yang benar dan menghasilkan hasil yang bagus. (Bapak Dn, 38th, sekretaris Muh.Iqbal). Interaksi kelembagaan pemuda Muhammad Iqbal dengan kelembagaan lain diantaranya dengan K3S Kota Cimahi, Pondok Pesantren, Pecinta Vespa Antik, Kelompok Pengrajin Gypsum. Sedangkan dengan pihak pemerintah, yaitu Dinas Sosial Propinsi, BPMKB (Badan Pemberdayan Masyarakat dan KB), Dinas Pendidikan dan Bagian Kesra. Berikut penuturan beberapa pengurus Pemuda Muhammad Iqbal : Sudah hampir 3 (tiga) tahun ini saya menjadi sekretaris II di K3S (Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial) Tingkat Kota Cimahi, selain diminta oleh ibu walikota untuk menjadi pengurus di K3S tersebut, juga sekaligus saya sebagai wakil dari lembaga pemuda Muh.Iqbal. Hampir setiap tahun jika diminta oleh bagian kesra untuk mengikuti lomba pawai ta’aruf pada kegiatan MTQ tingkat kota dan propinsi, maka bekerja sama dengan pondok pesantren yang juga ditunjuk untuk mengikuti perlombaan tersebut. Dinas Sosial Propinsi bersama BPMKB
79
Kota Cimahi juga rutin memantau perkembangan kelompok UEP dan juga bantuan lainnya yang telah diterima oleh kelembagaan pemuda Muh. Iqbal. Secara berkala tiap bulan, Muh.Iqbal mengirimkan laporan perkembangan usaha UEP ke Dinas Sosial Propinsi, BPMKB Kota Cimahi dengan diketahui oleh walikota. (Bapak Dn, 38th, sekretaris Muh.Iqbal) Penuturan lainnya : Saat ini banyak anak-anak binaan kami yang putus sekolah dari yang di sekolah dasar hingga di SLTA, beberapa hanya sampai lulus SMP. Saat ini bekerja sama dengan Disdik (dinas pendidikan) sedang intensif menggarap program PLS (Pendidikan Luar Sekolah) dan program ujian persamaan bagi anak-anak Muh.Iqbal yang putus sekolah. Sebagian dari anak-anak binaan kami ada 2 orang yang saat ini belajar ke bapak Ndb (seorang pengusaha dan pengrajin gypsum), tapi karena harus mengikuti ujian persamaan, sementara mereka konsentrasi belajar terlebih dahulu. Interaksi dengan kelembagaan pemuda lainnya di Cibabat, yang paling sering nonkrong dan berdiskusi dengan kami adalah anak-anak Vespa Antik. Yang saya tahu biasanya kamis sore ba’da Ashar pak Im atau kang Rd yang dari Vespa Antik sering ngobrolnya sama pak Dn. Kalau tidak salah Pak Im atau kang Rd ini merupakan senior di Vespa Antik Cimahi. (Asp, 28th, anggota). Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Masjid Besar Cibabat IRMA merupakan sebuah kelembagaan yang secara otomatis terbentuk di mesjid-mesjid. Tujuan utama dibentuknya IRMA adalah sebagai unit yang membantu DKM (Dewan Keluarga Masjid) dalam melaksanakan kegiatannya yaitu memakmurkan masjid dengan berbagai macam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di dalam dan di luar mesjid. Kegiatan tersebut antara lain melayani jamaah mesjid, serta umat Islam lainnya di sekitar masjid. Sebagai kelembagaan yang merupakan bagian dari DKM, sebenarnya aktivitas IRMA dapat dikatakan kurang leluasa dalam mengejawantahkan ide-ide serta kreativitasnya, namun hal tersebut kembali kepada sejauhmana para pengurus dan anggotanya berinovatif. Anggota IRMA secara keseluruhan berjumlah 17 orang, namun yang aktif sekitar 9 orang. Ketua IRMA dipilih berdasarkan rapat pengurus IRMA dan DKM, ketua IRMA dilantik oleh ketua DKM. Adapun untuk menjadi anggota, tidak ada ketentuan dan tuntutan mempunyai keahlian khusus. Anggota berlaku bagi para remaja dan pemuda yang senang beraktivitas di bidang agama sekaligus memakmurkan mesjid.
80
Dikarenakan letak bangunan mesjid yang sangat strategis di tepi jalan utama wilayah Kecamatan Cimahi Utara, maka mesjid ini sangat ramai terutama pada saat waktu Dzuhur dan Ashar oleh jamaah yang sebagian besar adalah musafir (orang dalam perjalanan jauh) dan pegawai-pegawai pemkot Cimahi. Kondisi ini sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan ekonomi warga sekitar dengan menyediakan berbagai jenis makanan, namun karena harus melalui persetujuan DKM serta para tokoh agama/ulama setempat, maka peluang tersebut belum dapat direalisasikan. Berdasarkan penuturan Sdr. Fjr, hal tersebut merupakan pembahasan yang masih kontroversial di kalangan para ajengan/ulama mesjid besar. Ide yang sedikit dapat diterima untuk sementara ini adalah rencana pembentukan koperasi. Agenda selanjutnya dapat disusun setelah koperasi terbentuk. Potensi lain yang sebenarnya dimiliki oleh IRMA Mesjid Besar Cibabat adalah pembuatan mainan edukasi berbahan dasar kayu, yang sedang dirintis oleh salah seorang pembina IRMA (bapak Rhm, 35th), namun kendala yang dihadapi adalah belum adanya SDM yang memadai dari anggota IRMA itu sendiri serta keterbatasan modal untuk pengembangan usaha tersebut. Adapun prestasi yang membanggakan adalah mendapatkan juara I Lomba Da’i Tingkat Kelurahan Cibabat atas nama Fjr dan peringkat ke-2 di tingkat Kota. Sementara itu beberapa hal lain yang masih memerlukan pembahasan panjang serta pembenahan di tubuh IRMA adalah belum memiliki AD/ART dan kesulitan dalam pembinaan anggota atau kaderisasi. Berikut penuturan beberapa pengurus IRMA : Kendala kami saat ini cukup banyak sih bu, dari belum disusunnya AD/ART sampai ke perbedaan pendapat dengan ulama dan ketua DKM soal pembuatan kantin di area mesjid. Yang kami sayangkan lagi juga bantuan pemerintah hingga saat ini ditujukan bagi pembangunan dan perbaikan bangunan mesjid, untuk pengembangan kelembagaan DKM dan IRMA belum ada tuh bu. Padahal seandainya ada bantuan khusus buat IRMA, kami mau memperbanyak buku-buku perpustakaan masjid.. (Fjr, 21th, ketua IRMA). Penuturan lain : Saya sebenarnya baru mencoba mulai merintis bidang ini kok bu, belum ada satu tahun. Rencana saya mah bu, mau mengembangkan keterampilan pembuatan mainan edukasi berbahan dasar kayu, target pemasaran untuk anak-anak TK/TPA di lingkungan Cibabat.
81
Alhamdulillah mah sudah ada yang mau memesan meskipun baru satudua TK/TPA. Lumayan lah bu daripada tidak ada, saya tinggal mengembang relasi dan koneksi saja (jaringan usaha). Nah ini kan butuh modal juga SDMnya ya bu, kami senang sekali seandainya saja ada bantuan dari pemkot buat pengembangan usaha saya ini bu. (bapak Rhm, 35th, pembina IRMA). Berdasarkan penuturan di atas, maka permasalahan yang dihadapi oleh IRMA saat ini meliputi : 1. Secara administrasi belum lengkap karena belum ada AD/ART 2. Kesulitan dalam pembinaan anggota/kaderisasi 3. Kekurangan SDM dan modal untuk keahlian pembuatan mainan edukasi (berbahan dasar kayu). 4. Perbedaan pendapat dengan ketua DKM dan Ulama mengenai rencana pembuatan koperasi dan kantin. 5. Belum ada perhatian serius dari kelurahan atau Pemkot untuk pengembangan organisasi. Intraksi hubungan kelembagaan yang dimiliki oleh IRMA belum banyak dan luas, hanya pada saat peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya dengan IKA PSM dalam kegiatan baktisosial kebersihan lingkungan, dengan Rw 09 mengadakan khitanan massal. Hal ini seperti yang disampaikan oleh beberapa pengurus IRMA berikut : Kegiatan IRMA Mesjid Besar Cibabat mah banyak membantu DKM pada saat menjelang perayaan hari besar agama seperti Idul Fitri, Idul Qurban, Maulid Nabi, Isra-Mi’raj, bazar Ramadhan, dan membagikan ZIS ke orang yang berhak menerima, nah itu baru kelihatan semarak, tapi kalau hari biasa mah tidak terlalu sibuk dan tidak banyak kegiatan. Paling waktukemarin HUT RI, kerja sama dengan IKA PSM (Ikatan Alumni Pekerja Sosial Masyarakat) mengadakan kegiatan khitanan massal, kemudian membantu Rw 09 pada saat jum’at bersih. (Rni, 17th, sekretaris IRMA). Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum Kelompok ini merupakan kumpulan pemuda yang direkrut oleh seorang pengusaha gypsum (bapak Ndb) melalui jalur kekerabatan. Beberapa pegawainya yang sudah terampil diminta untuk mengajak keluarganya atau teman terutama anak-anak lulusan SLTA/sejenisnya dan tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, namun tertarik untuk menekuni bidang pembuatan gypsum. Sebagaian
82
lainnya adalah anak-anak yang direkrut dari panti asuhan serta pemuda pengangguran di sekitar rumahnya di Cibabat. Berikut penuturannya : : Begini awal ceritanya mah neng, bapak kan pendatang dari Tegal, tapi sudah lama mengadu nasib di Bandung, dari tahun 1982 sampai sekarang. Awalnya saya juga buruh di orang yang buka usaha gypsum ini. Nah dari hasil menabung sedikit demi sedikit bapak mulai menyewa tempat untuk membuka usaha ini sendiri. Di Cibabat mah kira-kira baru lima tahun ini neng. Kemudian tiga tahun yang terakhir ini alhamdullilah mulai banyak pesanan dan pelanggan. Karena pegawai bapak mah waktu itu cuma ada 3 orang, maka perlu orang lain. Bapak tidak memasang kertas pengumuman butuh tenaga kerja, tapi lewat pegawai yang tiga orang itu saja barangkali ada kerabat atau tetangganya yang tertarik dan bersedia untuk menekuni kerajinan ini. Bapak wanti-wanti supaya mudah untuk membina dan mengajarinya, diutamakan anak-anak yang baru lulus sekolah atau putus sekolah dan belum berkeluarga. Akhirnya bapak malah dapat dikatakan jadi mempunyai murid ketimbang pegawai. Dari situlah secara bertahap mereka mulai menyenangi pekerjaan tersebut dan bahkan mulai ahli. Pada awalnya hanya ada 3 orang yang dibawa oleh pegawai bapak tersebut, sekarang bertambah 4 orang sehingga menjadi 7 orang. Sebagian mereka ada yang bekerja di kakak ipar bapak yang usaha gypsum juga di jalan Pasantren. Tahun ini bapak dan kakak bapak merencanakan merekrut lagi anak-anak yang menganggur atau putus sekolah sebagian ada juga yang dari panti asuhan, dan anak-anak asuh dari Muh.Iqbal (bapak Ndb,44 tahun, pengusaha gypsum) Permasalahan yang dirasakan oleh bapak Ndb dan juga pemuda binaannya cenderung tidak sekompleks dan serumit kelembagaan pemuda lainnya. Persoalan yang dihadapi seputar persaingan produk dengan pengusaha lainnya, kualitas produk yang perlu peningkatan, penurunan jumlah konsumen yang berakibat pada pendapatan dan kesejahteraan para pengrajin, keterbatasan peralatan yang dimiliki serta modal untuk memperluas tempat usaha. Berikut penuturan bapak Ndb : Saat ini sebenarnya dengan adanya keinginan bapak untuk merekrut anak-anak muda pengangguran di sekitar Cibabat, kendala yang sering bapak hadapi adalah keterbatasan modal untuk penambahan peralatan dan tempat. Bisa saja meminjam ke bank, hanya saja bapak harus menghitung dan memastikan terlebih dulu akan kesiapan tenaga kerja yang ada saat ini. Sudah lebih unggul belum dibanding dengan pengrajin lainnya, misalnya di sisi kualitas barang. Sehingga saat ini yang penting mah bapak dapat mempertahankan kualitas produk serta pelayanan ke pelanggan saja dulu, minimal mempertahankan konsumen tetap menggunakan produk kita dengan harga yang tidak terlalu tinggi, begitu neng sementara yang dapat bapak lakukan. (bapak Ndb, 44th, pengrajin gypsum)
83
Selama ini penanganan persoalan tersebut di atas diupayakan secara mandiri dan belum melibatkan pihak pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah telah mempunyai skema dan peraturan tersendiri dalam hal kerjasama dan menempatkan para pengusaha gypsum tersebut sebagai rekanan. Skema aturan pemerintah itulah yang justru dirasakan oleh para pengrajin dan pengusaha (salah satunya bapak Ndb) sebagai hal yang merugikan dan tidak sesuai dengan kualitas yang biasa mereka buat bagi pelanggan. Selain itu hingga saat ini pemerintah Kota Cimahi belum memiliki program dalam membina dan mengelola usahausaha di bidang bahan bangunan seperti kerajinan gypsum tersebut. Kondisi ini seperti yang dikemukakan oleh pengrajin gypsum sendiri dan juga oleh pihak Kelurahan Cibabat. Berikut penuturan tersebut : Bulan April 2006 yang lalu, bapak ditawarin untuk pengerjaan partisi ruangan di pemkot, tapi bapak tolak neng, bapak tidak sanggup. Bukan apa-apa sih, masalahnya sebenarnya sepele, bapak tidak sepakat dengan harga dan aturan administrasi yang ditetapkan oleh pemkot. Biasalah neng, bapak secara pribadi memang pada dasarnya kurang ahli dan tidak telaten dengan hal-hal yang bersifat administrasi seperti itu. Bagi bapak sederhana saja sih, ada pesanan kita kerjakan sesuai harga yang telah disepakati. Harapan bapak semoga setelah Pilkadal nanti, bapak Walikota lebih memperhatikan orang-orang seperti bapak ini lah neng, apa ada forum semacam paguyuban atau perhimpunan pengrajin gypsum atau apalah, yang disokong oleh pemerintah. Sehingga persoalanpersoalan seputar permodalan, peralatan dan tempat dapat diatasi bersama. (bapak Ndb, 44th, pengusaha gypsum). Penuturan lain Saya dan juga rekan kepala seksi lain di sini kan hanya petugas yang menjalankan perintah dan tugas sesuai yang diinstruksikan ya bu, jadi kalau dari pemkot belum ada program pembinaan bagi para pengusaha dan pengrajin seperti gypsum, meubelling, pandai besi (las listrik). Kami sementara juga tidak banyak melakukan pembinaan maupun pendataan, tapi hanya sebatas memberikan pelayanan terkait perijinan membuka usaha dan bagi warga yang akan melakukan pelebaran tempat usahanya. Pokoknya kami menunggu instruksi dari atas saja bu, setahu saya Pak Lurah tahun 2008 mendatang merencanakan untuk mengundang khusus para pengusaha dan pengrajin di wilayah Cibabat, dalam rangka rencana penataan Cibabat sebagai wisata industri. Jadi ya mari kita tunggu saja. (Bapak End, 45th, Kasie Ekbang)
84
Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Perempatan Cihanjuang Seperti halnya kelompok pemuda pengrajin gypsum, kelompok anak muda yang berdagang di perempatan Cihanjuang depan minimarket Indomart, juga merupakan kelembagaan yang terbentuk berdasarkan pertemanan dan kekerabatan. Berawal dari salah seorang anak muda pengangguran bernama Wsn (tamatan STM) yang ingin berjualan cakue-odading (kue tradisional). Dengan bermodalkan kemauan dan tekad ingin lepas dari status penganggurannya, atas informasi dari seorang kerabat yang berada di Bandung, Wsn belajar membuat aneka kue berbahan dasar terigu di tempat kursus kue Ny. Liem selama satu bulan. Sejak saat itulah Wsn berjualan kue dengan gerobak yang dia buat sendiri bersama pamannya dengan modal sebesar tujuh ratus lima puluh ribu rupiah. Teman-teman nongkrongnya secara bertahap mulai mengikuti jejaknya meskipun dengan bakat dan keterampilan memasak yang jauh di bawah Wsn. Temantemannya tersebut ada yang berjualan nasi dan mie goreng, pecel lele, bubur ayam, sate madura, dan aneka gorengan. Meskipun mereka belum memiliki inovasi dalam hal jenis dan rasa kuliner yang khas, namun keguyuban dan kebersamaan dalam mengatasi permasalahan seputar usaha mereka cukup erat dan kuat. Mereka yang biasanya hanya nongkrong dengan menghabiskan uang dari orang tua untuk rokok dan minum-minuman, akhirnya sekarang menjadi lebih menghargai nilai rupiah yang mereka peroleh. Wwn adalah salah satu teman Wsn pada masa sebelum berjualan yang awalnya hanya teman nongkrong, pada akhirnya sekarang mengikuti jejak Wsn dengan berjualan nasi goreng di sebelah gerobak Wsn. Berikut penuturan Wwn : Aduh ibu, tahu sendiri kan gimana Wwn dulu waktu lontang-lantung nggak ada kerjaan, ah ibu boro-boro mikirken cari kerja atau cari uang sendiri, disuruh ngebantu orang tua jadi buruh di pasar aja paling anti dan alergi. Terus sukanya melawan dan membantah kalau dinasehati, Wawan mah baong dulu bu, ngisep ama ngelem aja kerjaan, udah gitu gelut sama preman di pasar Antri sampai mau mati coba Bu. Nah sudah gitu teh Wwn lagi susah eh malah teman-teman ngisep satu persatu pergi. Yang masih solid malah kawan-kawan lama seperti Wsn, Ndng, Yyng, Ay, Dn dan Bd pada datang ke rumah, ngajak gabung lagi buat cari kerjaan yang bener. Sejak saat itulah Wwn mulai kasihan sama orang tua yang sudah mulai tua dan banyak hutang pula. Diajak sama Wsn dan Nndg akhirnya nggak malu-malu lagi untuk bekerja apa saja asal halal. Dua tahun di jalanan Prapatan Cihanjuang sini, eh ada yang nawarin Wwn untuk
85
jualan nasi goreng, berdua dengan si Ap, Wwn mencoba usaha ini bu. Keinginan Wwn mah kalau ada bantuan dari pemkot atau Dinas Sosial buat modal ngebesarin usaha ini bu. Tolong atuh bu usahakan sama ibu. (Wwn, 25th, teman Wsn) Ikatan persaudaraan yang kuat diantara mereka merupakan modal sosial yang cukup efektif
bagi keberlangsungan dan keberkembangan kelompok
pemuda pedagang ini bertahan hingga sekarang. Hubungan dengan kelembagaan lainnya sementara ini hanya seputar lembaga ekonomi seperti pasar, pemberi pinjaman modal dan peralatan, serta konsumen. Berikut penuturan Wsn sebagai perintis penjaja aneka kue dan gorengan di Perempatan Cihanjuang : Sebenarnya saya malu cerita-cerita begini ke ibu tapi karena ibu juga sudah mengenal Wsn sejak di pelatihan dinamo waktu dulu, jadi gak apaapalah buka rahasia dikit. Wsn kan disuruh kerja di pabrik sama orang tua, tapi Wsn tidak suka dan gak cocok kerja di pabrik. Ngobrol-ngobrol sama si Ndg, eh gak disangka-sangka tiga hari kemudian Ndg ngajak saya main ke rumahnya, ada yang mau diobrolin katanya. lha ternyata babenya (ayahnya) Ndg waktu nimbrung ngobrol,tiba-tiba nanyain apakah saya ada rencana untuk buka usaha jualan makanan atau apa. Wsn bilang, memang ada rencana demikian, tapi mau ikut kursus pembuatan kue dan jajanan pasar ala Ny.Liem di Bandung, hanya gak punya uang untuk ikut kursus, padahal info dari familinya di Bandung kursus akan dimulai seminggu lagi. Itu mah ibu, Wsn seperti mimpi ketika bapaknya Ndg bilang kalau biaya pendaftaran sama modal jualan nanti dari dia saja, hitung-hitung pinjaman lunak lah, dikembalikan kalau sudah jalan usahanya. Babenya Ndg memberikan pinjaman uang sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).Sejak saat itulah bu, Wsn berjualan di sini. Setelah satu tahun berjualan, baru Wsn dapat mengembalikan ke Bapaknya Ndg. (Wsn, 27th, pedagang cakueodading). Permasalahan yang mereka hadapi tidak jauh berbeda dengan kelompok pengrajin gypsum, permasalahan tersebut antara lain yaitu : 1. Minimnya modal untuk pengembangan usaha. 2. Minimnya keterampilan dan wawasan SDM (kurang inovatif). 3. Belum adanya perhatian dan pembinaan dari pemerintah kota. 4. Mensiasati harga-harga bahan dasar untuk berjualan yang tidak stabil. Kelompok Pemuda Pecinta Vespa Antik Keberadaan kelompok ini di Kota Cimahi sebenarnya telah cukup lama, awalnya mereka selalu mengadakan pertemuan di Bandung dan termasuk
86
dalam kelompok Vespa Antik Bandung. Kemudian seiring waktu, pada tahun 2002 beberapa anak muda pecinta Vespa Antik yang berdomisili di wilayah Cimahi berinisiatif untuk memiliki sekretariat sendiri dan menghimpun anakanak pengendara pecinta vespa antik. Pada tahun 2002 sekretariat utama berada di Gang Masjid jalan Kolonel Masturi Cimahi. Jalan raya Cibabat merupakan wilayah Kelurahan Cibabat, setiap malam minggu di sisi jalan Cibabat senantiasa ramai sebagai tempat berkumpulnya club vespa antik ini. Beberapa anggota club vespa tersebut adalah anak muda yang tinggal di daerah Rw 3 dan Rw 5 Kelurahan Cibabat. Kelompok pecinta vespa antik di Cibabat jumlah anggotanya yang masih aktif hanya 12 orang. Dikarenakan kegiatan besarnya terpusat di sekretariat kota, maka kelompok yang di Kelurahan Cibabat ini tidak terlalu banyak mempunyai agenda kegiatan. Hingga saat ini kegiatan besar yang pernah dilaksanakan adalah bakti sosial mengadakan bazar murah saat bulan puasa, itupun dengan mengajukan proposal permohonan bantuan ke pemerintah kota. Hubungan interaksi dengan kelembagaan lainnya masih relatif sedikit, sementara ini kelompok tersebut masih kental dengan kegiatan yang bersifat penyaluran hobi. Belum ada rencana pengembangan kelembagaan ke arah kegiatan ekonomi. Berikut penuturan dari beberapa anggota. Wah bu, anak-anak vespa pasti seneng banget ada yang mau memperhatikan dan meneliti keberadaan komunitas seperti kami ini. Selama ini kegiatan kami ya sebatas hanya berkumpul membincangkan seputar serba-serbi otomotif dan permontiran vespa, main dan jalanjalan/tur ke daerah seputar Jawa Barat seperti (Garut, Ciamis, Lembang, Ciwedey). Pecinta Vespa Antik di Cimahi meskipun sudah lumayan lama ada sejak 2002, tapi sempat mengalami penurunan jumlah anggota, hal ini dikarenakan kesibukan dan banyak yang merantau bekerja di luar Bandung. Jadi kami teh baru dapat mengadakan gebyar kegiatan sosial pada Ramadhan kemarin, itu bisa terlaksana berkat adanya bantuan dana dari Pemkot. Kita kerja sama dengan SENPAL dan Muh.Iqbal untuk memperoleh bahan sembako murah untuk dijual. Wah kita baru ngerti bagaimana riwehnya (repotnya) menjadi panitia kegiatan sendiri. sekitar berdir Apalagi kalau memang akan ada program peningkatan ekonomi (Fry, 22th, anggota). Penuturan lain : Karena di Cibabat anggota pecinta vespa antik tinggal 10 orang atau 12 orang saja, pertemuan kami satu tahun ini hanya sebatas jika sabtu
87
malam minggu saja dan lebih banyak ngobrolin soal pengalaman baru dalam perawatan vespa, menanyakan kabar sesama anggota yang berada di luar Cimahi dan terkadang saling tukar informasi mengenai lowongan kerja. Maklum lah bu, dari 10-12 orang anggota vespa antik ini bu, yang sudah bekerja atau memiliki pekerjaan baru 4 orang, itupun 2 orang yang bekerja di pabrik saat ini terancam PHK (Ek dan Rml). Sempat sih beberapa kali kita ngobrolin mau bisnis apa nih anak vespa yang di Cibabat, dengan personil yang minim dan belum ada pengalaman kerja maupun usaha, menurut ibu apa kira-kira terobosan yang cocok buat kami ya bu. Belum lagi terbentur masalah modal awal dan tempat usaha. Jadi hingga saat ini, judulnya lagi cari-cari kegiatan usaha ekonomi yang pas nih bu. Kebetulan sekali jika ibu atau dari pemkot ada rencana memberikan pelatihan-pelatihan untuk merintis usaha ekonomi kaum muda, kita-kita sih seneng banget bu. (Dck, 21th, anggota).
Faktor-faktor Yang Menghambat Kehidupan dan Perkembangan Kelembagaan Pemuda Berdasarkan keragaan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, dapat diketahui beberapa faktor-faktor yang berpengaruh dalam kehidupan dan dinamika perkembangan kelembagaan pemuda. faktor-faktor tersebut dapat merupakan faktor yang menghambat dan juga faktor yang mendukung. Faktorfaktor yang menghambat dapat dijadikan sebagai dasar titik tolak koreksi dan perbaikan
bagi
program-program
pengembangan
masyarakat
khususnya
pengembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat pada masa yang akan datang. Adapun faktor-faktor yang mendukung dapat merupakan modal dasar awal bagi penyusunan serta perencanaan program saat ini dan yang akan datang. Pengaruh dari Atas yang Kuat Pengaruh dari atas yang kuat merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat kehidupan dan perkembangan kelembagaan pemuda. Berikut beberapa penjelasan dan uraian dari gambaram pengaruh atas yang kuat dan merupakan faktor-faktor yang menghambat kehidupan dan perkembangan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat.
88
Jejaring dan Program-program yang top down. Perkembangan kelembagaan pemuda yang terdapat di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara dalam kurun waktu 3 tahun terakhir semakin banyak. Hal ini seiring perkembangan wilayah Cimahi yang semula kota administratif kemudian menjadi daerah otonom Kota Cimahi.
Sangat disayangkan bahwa
dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat, keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset sosial. Program-program dari pemkot Cimahi yang melibatkan kelembagaan pemuda masih bersifat top-down, belum merupakan hasil usulan dan aspirasi yang berasal dari kelembagaan pemuda itu sendiri. Sebagai contoh, berikut penuturan salah satu pengurus kelembagaan pemuda bentukan dari atas (Karang Taruna) dan penuturan aparat kelurahan. Karang Taruna mah ibu, seringnya diminta oleh pemkot atau kelurahan untuk membantu program-program buat lembaga lain, seperti membantu PKK, Posyandu, Dinkes, bagian kesra, bagian hukum. Seperti diminta mengikuti pelatihan kader vaksinator Ai (Afian Influenza), pelatihan kader pokjanal DBD, tim pawai ta’aruf (kegiatan MTQ tingkat kota), peserta Kadarkum (kader kesadaran hukum), persiapan HKG PKK (Hari Kesatuan Gerak-PKK), dan masih banyak lagi. Pokoknya hampir semua program yang sedang dilaksanakan dari Pemkot deh bu, tapi yang asli program buat Karang Taruna mah tahun 2007 ini cuma program pelatihan Tagana (Taruna Siaga Bencana), Expo Karang Taruna Cibabat dan Manajemen Organisasi. Jadi menurut saya nih ya bu, kalau sekiranya tidak ada anak-anak Karang Taruna yang aktif dan membantu, wah..nggak yakin saya mah bu kalau Kelurahan Cibabat dapat menyelesaikan program-program dari pemkot tersebut sesuai waktu yang diminta. (Gia, 22th, anggota Karang Taruna). Penuturan lain : Begini ya bu, prioritas utama pemerintah sejak tahun 2006 sampai pertengahan tahun 2007 kemarin kan bagaimana mensukseskan pelaksanaan Pilkadal Walikota Cimahi. Dengan demikian programprogram yang kami laksanakan adalah lebih banyak berasal dari atas (pemkot). Kalaupun Kelurahan Cibabat memiliki agenda program sendiri yang terkait dengan pengembangan masyarakat dan kelembagaannya, sementara terpaksa ditunda terlebih dahulu to bu, paling yang dapat kami lakukan waktu adalah sedikit mengkolaborasikan program kelurahan dengan program yang diminta dari atas (pemkot). Lah bujeng-bujeng atuh ibu, anu ti pemkot oge asa tos teu ka’aop (lah boro-boro dong bu, yang dari pemkot saja serasa sudah tidak terpegang dengan benar/overload). Demikian kira-kira yang dapat saya kisahkan ke ibu.(bapak Hnd, 38th, Lurah Cibabat)
89
Pada saat pelaksanaan program pengembangan masyarakat yang melibatkan kelembagaan pemuda, baik lembaga bentukan pemerintah maupun bentukan dari masyarakat, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. Kondisi dan situasi ini sebagian disadari dan sebagian lainnya masih kurang menyadari situasi tersebut.
Saudara
Nc
(ketua
mengemukakan bahwa hampir setiap program pemerintah
Karang
Taruna)
yang turun ke
Kelurahan, anggota dan pengurus Karang Taruna pasti dilibatkan dan diminta bantuannya. Namun jika personil Karang Taruna maupun kelembagaan Karang Taruna memiliki keinginan/ide-ide dan rencana program yang bernilai ekonomi dengan usaha kecil seperti jasa foto-copy dan ATK, hingga saat ini belum juga terwujud dengan alasan kendala tempat. Hal ini yang disayangkan karena pihak pemerintah tidak bersegera merespon rencana tersebut. Berikut penuturan dari salah satu pengurus kelembagaan pemuda (Karang Taruna) : Terus terang saya mah heran dan bingung pisan (sangat/sekali) sama pemerintah terutama sama para petinggi dan pejabat-pejabat di Cimahi. Giliran mereka punya program dan proyek, kita-kita diminta untuk mensukseskan, kadang kita juga yang mengerjakan, tapi giliran kita butuh perhatian, dukungan dan bantuan atau fasilitas, harus melalui prosedur yang panjang dan rumit. Yang lebih menyakitkan hati lagi, kalau kita menanyakan ke instansi, biasanya jadi bola pingpong, dioper sana-sini dengan jawaban yang tidak mengenakan. Gini-gini kami juga punya harga diri lho, sudah syukur kami bersedia sukarela menghidupkan lagi Karang Taruna ini, kan tadinya selama hampir 4 tahun lebih vakum. Kami punya tekad untuk memajukan dan mencetak prestasi diri lewat kelembagaan Karang Taruna. Nah ini boro-boro Karang Taruna dapat sebagai wadah yang bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya warga Cibabat. Lha ingin menyediakan jasa layanan foto-copy dan ATK bagi warga yang datang ke kantor kelurahan saja, baru angan-angan dan sudah 1 tahun yang lalu. Kita jadi merasa cuma dimanfaatin aja kalau begini,padahal mestinya kan minimal sistemnya simbiosis mutualisme, tidak hanya sepihak yang mendapat keuntungan. Bantuan stimulan rutin dari Bagian Kesra setiap tahunnya sebesar 2 juta tapi itupun untuk tahun 2007 ini di cicil. (Nc,ketua Karang Taruna). Bagi pengurus dan anggota Karang Taruna dengan memiliki jejaring pada level eksekutif dan legislatif
tersebut mestinya dapat menjadikan lebih
berkembangnya Karang Taruna sebagai sebuah lembaga pemuda yang memiliki keunggulan dan bernilai ekonomi. Sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan
90
oleh seluruh anggota dan dapat bermanfaat pula bagi pengembangan masyarakat secara luas. Keberadaan Karang Taruna tingkat Kelurahan yang diharapkan mampu sebagai jembatan penghubung antara pihak pemerintah dengan aspirasi pemuda khususnya dan masyarakat lokal secara umum, pada kenyataannya masih jauh dari yang diharapkan. Bahkan para anggota maupun pengurus Karang Taruna sendiri merasa kecewa dengan kondisi tersebut. Berikut penuturan dari beberapa pengurus Karang Taruna. Bantuan yang diterima dari bagian Kesra itu sementara ini banyak digunakan untuk pembenahan fisik dan ruang sekretariat. Pengennya dan niatnya mah Karang Taruna Kelurahan itu memiliki produk unggulan atau karya yang bernilai ekonomis, berdaya jual tinggi, sehingga tanggapan miring masyarakat terhadap kelembagaan Karang Taruna ini sedikit demi sedikit berkurang. Malu atuh jika hanya dipandang sebelah mata oleh masyrakat sebagai suatu organisasi yang aktifnya hanya meminta sumbangan saat menjelang HUT RI. (Shnd, 23th, bendahara umum) Kami saat ini sedang merintis usaha pembuatan kerajinan tangan “handy craft” kata Pak Lurah, dari Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) akan memberikan bantuan bagi usaha tersebut, namun bantuan tersebut masih dalam proses. (Yg, 22th, anggota) Posisi formal kelembagaan pemuda bentukan atas dan sebagai alat pemerintah Berdasarkan kasus kelembagaan pemuda yang dikaji dan ditemui di masyarakat, salah satunya adalah kasus kelembagaan pemuda bentukan pemerintah yaitu Karang Taruna. Kelembagaan pemuda Karang Taruna Tingkat Kelurahan
Cibabat
merupakan
lembaga
pemuda
bentukan
pemerintah
(Departemen Sosial RI), yang secara otomatis aturan-aturan juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknisnya (petunjuk teknis) sudah diatur dalam AD/ART Departemen Sosial.
Karang Taruna memiliki posisi formal dan kuat dalam
pemerintahan. Jejaring yang dimiliki lebih banyak bersinggungan dengan kalangan eksekutif dan legislatif, hal ini terkait dengan program-program yang digulirkan dalam pelaksanaannya membutuhkan personil dari Karang Taruna. Anggota dan pengurus Karang Taruna biasa dilibatkan pada saat pelaksanaan program kegiatan dari lembaga lain seperti PKK, POSYANDU,
91
P2KP, Pendataan RasKin (Beras bagi warga Miskin), pendataan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), Pelatihan Keterampilan Kerja dari Disnakerduk dan pelatihan keterampilan penanggulangan Bencana Alam dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat. Salah satu personil Dewan Pelindung dan Pembina Karang Taruna Tingkat Kelurahan adalah anggota komisi D DPRD Kota Cimahi, secara kebetulan pula pejabat Kepala Bagian Kesejehteraan Rakyat Kota Cimahi saat ini adalah mantan Lurah Cibabat, dengan demikian bagi anggota dan pengurus Karang Taruna bukan hal baru dan sulit ketika bersinggungan dengan para elit birokrasi tersebut. Seperti yang telah dipaparkan pada alenia sebelumnya, hal tersebut menggambarkan bahwa posisi Karang Taruna terlepas para anggota dan pengurusnya suka atau tidak suka masih banyak pengaruh dan kontrol dari pemerintah, sebuah hal yang wajar dikarenakan Karang Taruna adalah sebuah organisasi pemuda yang keberadaannya dibentuk oleh pemerintah. Pengurus dan anggota merasakan bahwa Karang Taruna dalam aktivitasnya, kebergantungan pada pemerintah masih relatif tinggi. Berdasarkan hal tersebut, maka pengurus Karang Taruna mengharapkan adanya pihak di luar pemerintah yang dapat memberikan suatu terobosan baru sehingga para pengurus dan anggotanya memiliki daya jual dan prestasi plus baik dari bidang sosial maupun juga bidang ekonomi. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat. Kasus di atas adalah merupakan contoh kasus dari sebuah kelembagaan pemuda bentukan pemerintah, adapun untuk kelembagaan pemuda bentukan masyarakat antara lain seperti; IRMA (Ikatan Remaja Mesjid) Mesjid Besar Cibabat, Kelompok UEP (Usaha Ekonomi Produktif) Pemuda Muhammad Iqbal, Pemuda Pecinta Alam (SENPAL), Pecinta Motor Vespa Antik (FAST), Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Prapatan Cihanjuang,dan Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum. Tidak jauh berbeda dengan Karang Taruna, beberapa dari kelembagaan pemuda tersebut merasakan bahwa pihak pemerintah sejauh ini hanya akan membantu jika secara politis dan ekonomis dinilai akan menguntungkan. Sementara kelembagaan pemuda lainnya masih mengharapkan adanya perhatian
92
dan bantuan dari pemerintah bagi pengembangan kelembagaanya, meskipun dirasakan pula kebermanfaatan yang masih bersifat sepihak. Seperti organisasi IRMA Masjid Besar Cibabat, para pengurus dan beberapa anggotanya merasa bangga dapat membantu program khitanan massal yang diselenggarakan oleh pihak kelurahan dalam rangka HUT Kota Cimahi pada bulan Juni. Selain itu membantu
proyek
pemerintah
seperti
pembagian
hewan
qurban
dan
pendistribusian ke warga setiap tahunnya pada Hari Raya Idul Adha, Tarawih Keliling dan kegiatan pemerintah lainnya baik di tingkat Kota maupun Kecamatan dan Kelurahan. Sementara ketika DKM Masjid dan IRMA merencanakan mengadakan kegiatan bakti sosial dan membutuhkan bantuan tambahan dari kelurahan maupun pemkot, terkadang tidak di setujui. Alasannya adalah dikarenakan keterbatasan dana pemerintah kota. Hal ini diakui sendiri oleh instansi terkait yang berwenang menangani proses bantuan dana tersebut, bapak Ek (Bagian Kesra). Berikut penuturan saudara Fjr sebagai pengurus IRMA dan Bpk Ek ( Ka.Sub.Bag. Agama,Pend.Kes-bagian Kesra Kota Cimahi). Saudara Fjr (ketua IRMA Masjid Jami Cibabat) ; kegiatan kami, anakanak IRMA sejauh ini baru sebatas lebih banyak berorientasi memakmurkan masjid, aKarang Tarunaivitasnya paling-paling tidak jauh dari pengajian kitab rutin setiap hari jum’at, mengelola dan setiap sore begiliran mengajar pengajian anak-anak TPA. Selain itu paling juga membantu DKM jika ada kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) tiap tahunnya. Kami juga sering diminta bantuan oleh kelurahan untuk kegiatan baKarang Tarunai sosial seperti khitanan massal, pembagian sembako bagi kaum dhuafa, dan kegiatan tarawih keliling. Kami pernah beberapa kali mengajukan pemohonan bantuan dana ke pemkot untuk kegiatan Bazar murah Ramadhan dan pengadaan buku-buku bacaan agama bagi perpustakaan IRMA dan DKM, namun tidak di acc Bu..katanya karena keterbatasan dana. Jadi kami sampai sekarang sementara mengelola mesjid dengan ala kadarnya saja Bu…belum punya rencana kegiatan macam-macam, ide-ide dan inisiatif sih ada Bu tapi daya dukungnya belum ada atau kalaupun ada tidak memadai. Untuk kegiatan ekonomi bersama, nah itu dia Bu, hingga saat ini baru wacana. Kami mah inginnya tidak bergantung pada bantuan dari pemerintah, tapi untuk menggalang dana sendiri juga kerepotan Bu. Keluhan saudara Fjr mengenai prosedur dan birokrasi yang harus dilalui tersebut
tidak
dipungkiri
oleh
bapak
Ek
selaku
kepala
sub.bagian
Agama,Pendidikan dan Kesehatan pada Bagian Kesejahtaraan Rakyat. Berikut penuturan tersebut :
93
Alokasi dana untuk bantuan-bantuan stimulan bagi organisasi sosial dan keagamaan setiap tahun pasti ada, hanya saja mekanisme dan pengelolaannya langsung dikontrol oleh Bagian Keuangan. Untuk masalah alasan di acc (disetujui) atau tidaknya suatu proposal permohonan bantuan dana, nah itu kewenangan dan kebijakan langsung Walikota. Kami di Bagian Kesra hanya sekedar berupaya membuatkan sebuah nota dinas/resume pengantar berdasarkan survey lapangan apakah organisasi/kelompok tersebut layak untuk dibantu atau tidak, seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kewenangan tertinggi berada pada pimpinan wilayah, pada akhirnya bagaimana bapak Walikota memiliki pertimbangan tersendiri. Kita sebagai pelaksana kan hanya bertugas melaksanakan tugas yang diberikan dengan optimal. Kelompok Pemuda Pecinta Alam-organisasi SENPAL dan Kelompok Pecinta Motor Vespa Antik (FAST) merupakan suatu golongan komunitas tersendiri dengan karakteristik organisasi yang berbeda dengan kelembagaan pemuda lainnya. Mereka cenderung lebih bersifat bebas terbuka tidak banyak menggunakan prosedural formal. Kelompok besar lainnya yaitu kelembagaan ekonomi pemuda
yang
terbentuk sejak awal dikarenakan memang berdasarkan pekerjaan dan produk yang mereka hasilkan. Kelembagaan tersebut yaitu Kelompok Pemuda Pedagang Kaki Lima Prapatan Cihanjuang,dan Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum. Faktor-faktor Yang Mendukung Kehidupan dan Perkembangan Kelembagaan Pemuda Selain faktor-faktor
yang menghambat bagi perkembangan kelembagaan
pemuda di Kelurahan Cibabat, terdapat pula beberapa faktor yang mendukung bagi kehidupan dan perkembangan kelembagaan pemuda. Faktor pendukung tersebut dapat berupa potensi sumber daya yang terdapat di dalam komunitas itu sendiri. Potensi sumber daya komunitas meliputi : Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) Potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam kategori yang siap terjun ke dalam dunia kerja bahkan siap dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rekan-rekan lainnya. Sebuah potensi luar biasa yang mestinya
94
diperhatikan dan dikelola oleh pemerintah, namun sangat disayangkan pada kenyataannya terluputkan oleh pemerintah daerah setempat. Selain pihak pemerintah, sebenarnya pihak swasta dan stakeholder pun diharapkan dapat memfasilitasi dan menggarap dengan lebih profesional, namun yang disayangkan di Kelurahan Cibabat yang surplus potensi tersebut, sementara ini masih berjalan masing-masing belum ada kerjasama dan interaksi yang kokoh di antara para para pihak tersebut. Hal ini seperti penuturan yang disampaikan oleh beberapa tokoh masyarakat dan aparat kelurahan. Bapak selama tinggal di Rt 05 Rw 5 Cibabat ini sebelum pernah ada dari pemkot yang meminta bapak untuk duduk bersama membicarakan mengenai penanganan pengangguran anak-anak muda kita di Cibabat ini. Padahal coba kalau orang-orang seperti kami yang sudah tua ini, dimintai pendapat atau sarannya lah. Harapan bapak mah neng, untuk penanganan masalah pengangguran khususnya di Cibabat, dirembug bersama-sama antara pemerintah dan para pengusaha dan juga tokoh masyarakatnya dan unsur pemudanya sendiri. Coba pemerintah teh nya gulirkan atuh programprogram yang benar-benar hasil olahan dari kita-kita warga di sini. Lha wong kita ndak pernah ditanya kok, ya mana bisa kasih sumbang saran toh.. (H.Shl, 61Th, pengusaha) Kami pihak pemerintah mah pengennya nih ya bu, warga terutama para stakeholders dan pengusaha mempunyai sebuah prakarsa dan inisiatif swadaya sendiri untuk menangani masalah pengangguran pada generasi muda ini gitu lho bu. Mereka kan punya dana, dan mereka punya kemampuan pula untuk mendidik para pemuda di Cibabat ini. Hanya yang saya sayangkan adalah budaya pang tunggu-tunggu dan pang tuduh-tuduh, ken wae engke ameh digarap ku pamarintah, ulah urang-urang wae anu ripuh (saling menunggu dan saling tunjuk, biar nanti saja supaya digarap sama pemerintah, jangan kita-kita saja yang jadi sibuk dan repot) nah komentar yang seperti ini sudah sering kami dengar bu. Memang juga mereka enggan ikut mengatasi masalah pengangguran dan masalah pemuda ini karena menurut pandangan warga, pemudanya juga jarang yang mempunyai jiwa wirausaha yang tangguh. Mereka males kalau harus membina anak-anak tersebut dari bawah/nol. Biasanya yang direkrut dan dibina oleh mereka adalah anak-anak yang mulai menunjukkan prestasi dan keuletannya. Nah ini mah memang PR besar kita semua lah bu, baik pemerintah maupun juga masyarakatnya. (bapak Hdr, 35th, Lurah Cibabat) Sementara itu dari sudut pandang tingkat kesetaraan umur, pendidikan dan pendapatan maka kelompok Karang Taruna secara umur dan pendidikan dapat dikategorikan dalam tingkat simetri yang setara, akan tetapi kurang setara pada sisi pendapatan. Hal ini dikarenakan dari 68 orang yang menjadi anggota
95
Karang
Taruna,
baru
5
orang
yang
telah
mampu
memperoleh
penghasilan/pendapatan dari keahlian yang dimilikinya. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan IRMA (Ikatan Remaja Masjid) dan Pecinta Motor Vespa. Sedangkan Kelompok lain seperti Pecinta Alam SENPAL dari 32 orang anggotanya, yang belum bekerja dan berpenghasilan hanya 8 orang. Dalam hal ini, umur dan pendidikan dapat dikatakan setara dan tidak mencolok perbedaannya. Demikian pula hal tersebut ditemui pada Pemuda Muh. Iqbal. Adapun Kelompok Pemuda Pengrajin Gypsum dan Kelompok Pedagang Kaki Lima, mayoritas setara dalam umur, pendidikan dan pendapatan. Dinamika kelembagaan pemuda dapat pula kita lihat dari peta potensi sumber daya manusianya yang meliputi umur, pendidikan, ketersediaan tenaga kerja, keterampilan/skill yang dimiliki. Peta potensi sumber daya manusia tersebut akan lebih mudah dianalisa dengan melihat tabel hasil penelitian yang terpapar pada Tabel 8. Tabel 8 Potensi Sumber Daya Manusia yang dimiliki Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Tahun 2007.
No.
1.
2.
Kelembagaan Pemuda
Karang Taruna
Pemuda Muhamad Iqbal
Jenis Keterampilan
Umur (th)
IRMA Remaja Besar)
(Ikatan Masjid
Pendidikan
Handy craft Menulis Entepreneur Komputer Fotografer Desain grafis Pengolah kertas bekas Administrasi kantor Jumlah
20-30 35 22 19-35 21-26 22-29 21-35 19-24
Sablon Mengajar Entepreneur Komputer Niaga Berkebun Berternak Adm.kntr
21-29 23-40 37 21-27 19-29 22-40 22-40 21-25
13 7 1 3 4 6 5 2 41
14 6 7 11 16 54
13 21 1 9 11 17 5 18 95
MTs, Aliyah PGTK, D3 SLTA MTs, Aliyah
Mainan anak bahan dasar kayu
15-23
4
-
4
STM, SLTA
Pidato untuk dakwah
15-27
2
-
2
Mahasiswa
Jumlah 3.
∑ Anggota dan Jenis kelamin L P T 12 3 15 1 1 1 1 16 7 23 11 2 13 6 6 8 8 12 13 25 67 25 92
SLTA, STM D3 S1 D3-S1 D3 D3 SLTA, STM SMK, SLTA
96
4.
5.
Pemuda Pecinta Alam-SENPAL
Pemuda Pecinta Motor Vespa Antik
15-25 15-25 15-25
5 3 6 20
2 3 11 16
7 6 17 36
Pengelolaan sampah warga
19-26
5
-
5
STM, SLTA
Kerajinan Keset Pengolahan barang bekas menjadi hiasan Instruktur panjat tebing dan out-bound Jumlah
19-34 19-30
7 7
2 2
9 9
19-28
9
STM, LTA STM, SLTA, D3 STM, SLTA, D3
Montir Modifikasi mesin Asesoris Wirausaha/pedagang kelontongan Jumlah
6.
7.
Pemuda Pedagang Kaki Lima
Pemuda Gypsum
Pengrajin
IAIN Mahasiswa UPI SLTA SLTA,D3
Komputer Pengelolaan Niaga Mengajar Jumlah
Pembuatan kue berbahan dasar terigu Pembuatan Nasi goreng dan Mie goring Bubur Ayam spesial Pak Sunar Jumlah Pembuatan eternit
partisi
dan
9
28
4
32
24-33
4
-
4
STM,D3
19-25 19-25
3 4
-
3 4
31
1
STM Mahasiswa seni rupa SLTA
1
12
-
12
23-37
4
-
4
SLTA
23-34
3
-
3
STM
23-35
4
2
6
SLTA
11
2
13
15
-
15
15
-
15
19-44
SLTP, SLTA
Jumlah
Sumber data : Arsip buku administrasi kelembagaan pemuda dan hasil penelitian 2007 Keterangan : ∑ : Jumlah, L : Laki-laki, P : Perempuan, T : Total
Dalam peta tersebut, menarik untuk dicermati bahwa selain pada kelembagaan yang berbasis pada profesi, wirausaha atau entepreneur merupakan jenis ketrampilan yang langka ditemukan. Ini perlu digarisbawahi, mengingat entrepreneurship, baik kewirausahawanan sosial atau pun bisnis merupakan jenis kepakaran yang sering kali dianggap sebagai faktor penentu dalam perkembangan sosial mau pun perekonomian suatu masyarakat. Ini merupakan faktor produksi ke empat yang menentukan tingkat produksi suatu masyarakat. Kelangkaan dari keberadaan jenis kepakaran ini, dalam skala yang lebih besar pun dituding sebagai faktor yang menyebabkan lambannya perkembangan perekonomian nasional (Peter F.Drucker, Swasembada, 1991).
97
Dalam skala Kelurahan Cibabat, pada konteks Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi Keluarga, dapat difahami bahwa minimnya kuantitas dari jenis kepakaran ini merupakan penyebab dari kurangnya peran kelembagaan pemuda dalam peningkatan ekonomi lokal. Modal Sosial Worldbank (2001) mengemukakan bahwa modal sosial mengacu pada kelembagaan, hubungan dan norma yang terbentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial dalam masyarakat. Peningkatannya menunjukkan bahwa kohesi sosial memberikan kritikal kepada masyarakat tentang kehidupan ekonomi yang layak dan pembangunan yang berkelanjutan. Modal sosial tidak hanya merupakan jumlah dari institusi tetapi merupakan perekat yang menghubungkan masyarakat. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya pengertian modal sosial yang menurut Fukuyama (2002) adalah serangkaian nilai atau norma yang dimiliki bersama di antara anggota kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama atas dasar rasa saling memercayai. Norma-norma yang menghasilakan modal sosial harus secara substantif menginternalkan nilai-nilai seperti kejujuran, pemenuhan tugas dan kesediaan saling menolong serta adanya komitmen bersama. Keberlangsungan sebuah kelembagaan tidak terlepas dari adanya ikatan emosional dan ikatan-ikatan sosial yang ada di dalam kelembagaan tersebut. Norma-norma baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis menjadi salah satu tolok ukur sejauh mana modal sosial berkembang dan menentukan ragam suatu kelembagaan. Modal sosial yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat masih sangat kuat, Kecenderungan warga masyarakat khususnya pemuda untuk melembagakan/mengorganisir diri menjadi sebuah kebutuhan sosial yang mengemuka. Modal sosial yang masih kuat tersebut dapat terlihat dari beberapa aspek yang ditemui pada kelembagaan pemuda berikut ini : a. Ikatan solidaritas yang terbangun diantara anggota kelompok cenderung tinggi, saling melindungi, ketika salah satu anggota mengalami kesulitan rekan-rekan lainnya akan mencarikan jalan keluar, berembug bersama ketika ada permasalahan kelompok yang harus diselesaikan, saling berbagi dalam susah dan senang, jika ada peluang pekerjaan yang pertama akan ditawari untuk
98
mengisi formasi adalah teman satu kelompok. Bahkan, ikatan solidaritas yang kuat dan sering kali tanpa pamrih antar pemuda dalam satu kelompok menjadi ciri khas yang jarang ditemukan dalam kelembagaan lain. Beberapa anggota yang sudah memiliki perkerjaan akan menyisihkan penghasilan bagi anggota yang lainnya. Salah satu fakta kasus dari Kelompok Pemuda Muhammad Iqbal dalam mengelola usaha warungan dengan harga yang unik dibanding dengan warung lainnya. Keunikan tersebut diungkapkan oleh salah seorang pengurus UEP Muh.Iqbal. Di sini mah warungnya berbeda dengan warung lain Bu.., tidak masuk ilmu ekonomi. Karena yang beli orang kita-kita sendiri mulai dari anakanak TK, gurunya sampai orang tuanya jadi lebih banyak harga sosial dibanding harga ekonominya, kalau harga barang A di warung sebelah seharga Rp.250,- nah kalau di sini malah kadang cuma Rp. 200,-. Kenapa saya sebut harga sosial, ya karena memang kita lebih mengedepankan saling tolong-menolong dan meringankan yang sedang kesusahan. Apalagi sama anggota kelompok sendiri. Justru dengan reng-rengan (teman satu grup) sendiri ini kita tidak menomor satukan keuntungan/laba pada kegiatan jual-beli. (bapak Dn, 34 th, penanggungjawab UEP). Penuturan lain dari pengurus kelembagaan pemuda Karang Taruna : Sejak pergantian pengurus pada musker (musyawarah kerja) bulan Juni 2006 yang lalu, kualitas kepribadian dan karakter pengurus periode sekarang ini memang lebih menjadi prioritas utama kami. Dasar pemikiran kami dari pengalaman yang sudah-sudah saja sih bu, organisasi mati suri ya karena komitmen rata-rata pengurus dan anggotanya tidak solid (kuat), tidak fokus dalam menetapkan dan mengejar tujuan. Makanya jangan heran bu jika yang menjadi pengurus di Karang Taruna Cibabat sekarang lebih banyak reng-rengan (satu grup/teman sepermainan) dari awal sebelum mengabdikan diri di sini. Saya diajak sama Nc dan Amn untuk aktif di Karang Taruna, eh waktu pergantian pengurus, saya dipilih sama teman-taman menjadi sekretaris I, mau menolak gak enak atuh bu, ya sudah terima sajalah. Alasan mereka memilih dan mengajukan saya, karena sudah tahu dan kenal karakter saya dalam berbagai kegiatan. Katanya saya pantang menyerah dan dapat dipercaya untuk mengurus surat menyurat ke pihak pemerintah dan para pengusaha.Yah sudah saya terima sajalah kan kerja bareng sama teman-teman sendiri ini, gak bakalan nohok atau menjatuhkan kawan sendiri tapi justru saling mendukung. Ada rejeki ya kita bagi bersama meskipun cuma sebungkus rokok, giliran sedang gak ada ya mari ayo kita cari bersama, biasanya kami membantu ...sugan we aya milik urang (siapa tahu ada milik/rejeki kita). Kayak kemarin waktu Gya sedang dapat order proyek ATK dari pemkot, kebetulan si Frm ibunya sedang sakit dan gak punya uang buat ke dokter, Frm sih gak bilang kalau dia tidak ada duit, tapi kan kita sesama pengurus dah paham dengan kondisi masing-masing, makanya Gya dan Nc putusin
99
ngebantu Frm. Yah baru yang kecil-kecil dan tidak berarti begini sih bu yang dapat kami lakukan. (Gya, 22th, sekretaris I Karang Taruna). Target tujuan jangka pendek kami mah sederhana sih bu, menarik simpati pihak kelurahan dan pemkot, dengan aktif membantu dan mengikuti program-program dari pemkot. Sugan aja atuh (siapa tahu dong) ibu mereka menjadi tersentuh dan mau mengajak kami sebagai rekan kerja di proyek-proyek yang ada di kelurahan. Yah namanya juga usaha ya bu, kita upayakan sajalah daripada banyak mengeluh. b. Pertukaran
Timbal-balik
(resiprocity
transaction);
yang
unik
pada
kelembagaan pemuda tersebut adalah keahlian/skill yang dimiliki oleh salah satu angota harus dapat pula diturunkan kepada anggota lain yang memiliki kesamaan bakat dan minat. Bahkan, adalah suatu kebanggaan bagi seorang anggota bila mana berhasil menguasai suatu keterampilan tertentu, dan diberi kesempatan untuk memamerkan, dan menularkannya pada rekan-rekannya. Ini sejenis bentuk aktualisasi diri yang sangat positif, demi memperoleh pengakuan dalam kelompoknya. Berikut penuturan dari anak-anak SENPAL dan Pemuda Pedagang Kaki Lima : Awalnya saya masuk ke SENPAL karena senang sama kegiatan yang berbau petualangan di alam bebas, tapi saya mah tidak mempunyai basic tentang pendakian gunung. Nah yang ngajarin saya itu tuh bu, si Ich. Ich orangnya emang lebih telaten ketika memberikan pendadaran tentang serba-serbi pengetahuan pendakian dan pengenalan alam dibanding ama teman lainnya. Berkat dia, sekarang saya malah yang diserahin tugas mengajari dan menularkan ilmu ini ke adik-adik junior angkatan yang baru masuk. Asyik lho bu dari yang kita tuh awam soal pendakian dan sebagainya, sekarang menjadi tahu dan bisa mengajarkan ke orang lain lagi. Kuncinya harus punya tekad dan kemauan yang kuat untuk belajar. (Alf, 24th, anggota) Saya mah cuma ngebantu kakak saya (ayah Wsn) setiap sore kalau mau jualan, tapi baru seminggu ngebantu, si Wsn yang baru pulang dari mengikuti kursus bogasari selama satu bulan di Bandung, dua hari kemudian tiba-tiba sorenya nawarin saya untuk memakai gerobak ayahnya, kemudian dia tanya, mau dipakai jualan apa gerobak tersebut, saya jawab saat itu mah ya belum tahu mau bikin apa enaknya ya. Atas saran Wsn, saya disarankan untuk berjualan aneka gorengan dan kue. Nah dia tuh yang ngajari bagaimana teknik bikin adonan kue dan gorengan yang legit dan enak. Akhirnya saya sekarang dapat membuat kue-kue seperti onde-onde, molen pisang, donat dan resoles. Mamahnya juga kan jualan ayam crispy, resepnya dari Wsn juga. Saya mah salut sama Wsn, anaknya tidak pelit soal ilmu, dia menawarkan ke saya dan juga ke beberapa kawannya untuk berjualan aneka makanan dan jajanan lain,
100
bersama-sama di Perempatan Cihanjuang. (Eep, 36th, paman Wsn yang juga ikut berdagang) c. Menjunjung sifat-sifat kejujuran dan keterbukaan serta kebiasaan saling berbagi. Menjunjung tinggi kebersamaan, kegotong-royongan, dan saling tolong-menolong
diantara
anggota
kelompok.
Nilai-nilai
kegigihan,
kemandirian dan komitmen serta kejujuran dalam pertemanan di antara sesama pemuda merupakan sifat khas yang menjadikan mereka lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan kehidupan keseharian. Kebiasaan di Muh.Iqbal yang sudah lama kami lakukan adalah menyampaikan dan melaporkan perkembangan unit usaha yang sedang dikelola. Biasanya setiap hari jum’at setelah sholat jum’at. Terkadang yang sering terjadi adalah pembahasan masalah seputar kegiatan seharihari di lembaga. Persoalan perbedaan pendapat selalu dirembug dan dibahas bersama. Pak Dn selalu menanyakan kepada kami apakah ada persoalan baik masalah individu maupun juga masalah UEP. Saya sudah beberapa kali meminjam uang atau mengambil beras, minyak dan gula ke warung, tapi meskipun sudah dua bulan belum saya kembalikan, pak Dn maupun pengurus lainnya tidak mendesak maupun menanyakan saya kapan akan segera mengembalikan, nah..dari sinilah kami malu sendiri. Namun begitulah para pengurus seperti pak Dn memperlakukan kami, dia percaya bahwa kita memiliki niat baik untuk mengembalikannya.Oleh karena itu, kami anak-anak Muh.Iqbal juga mengikuti jejak pak, sudah hal biasa diantara kami saling meminjamkan barang atau uang ke teman yang sedang membutuhkan. Dapat dikatakan kegiatan UEP di Muh.Iqbal ini mulai berkembang dan merambah ke bidang lain, ya atas berkat didikan dan tauladan dari pak Dn, kami bisa mandiri dan bebas mengekspresikan ide-ide juga karena pak Dn mengajari kami untuk berikhtiar semaksimal mungkin dan tidak pantang menyerah. Hasilnya ya silahkan ibu nilai sendiri lah...tapi bukannya kami pepujien (minta dipuji) lho bu.. (Asp, 24th, anggota UEP Muh.Iqbal). d. Membina kepercayaan dalam pengelolaan kelembagaan. serta tanggung jawab
Pembagian tugas
dalam pengelolaan dana kas, maupun juga barang-
barang inventaris. Karang Taruna selalu mendapatkan bantuan stimulan tiap tahunnya dari pemerintah. Kelompok pemuda Muhammad Iqbal juga dipercaya untuk mengelola bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produtif) ternak kambing dan sapi dari Departemen Sosial, Kelompok Pencinta Alam-SENPAL juga dipercaya oleh sekolah-sekolah sebagai pelatih pada kegiatan Ekskul (Ekstra Kulikuler) panjat tebing. Semuanya dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk pengorganisasian kegiatan-kegiatan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang cukup rapi, sehingga
101
kepercayaan dari pihak luar tersebut dapat dilaksanakan. Berikut penuturan dari beberapa pengurus dalam menjalankan tugas mereka di kelembagaan. Oln mah ibu, biasanya pagi-pagi ke kandang sapi sambil nge-cek juga membersihkan dan memberi makan ternak (sapi dan kambing). Sudah itu, kalau tidak hujan ya cari rumput buat mereka. Siangnya jam sembilanan, Oln di warung sambil bersih-bersih kantor, biasanya sambil belajar komputer. Tapi kalau Oln sedang sakit, yang biasa membantu dan gantiin, si Ade sama si Oby. Pokoknya kami sebisa mungkin berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan oleh pak Dn. (Oln, 22th, anggota UEP. Muh.Iqbal) SENPAL kan ada kontrak kerjasama mengisi kegiatan ekskul kepecintaalaman dengan SMA I Cimahi, STM Pambudi Luhur Cimahi dan SMP I Cimahi. Hari selasa sore di SMA I Cimahi, kamis sore di STM Pambudi Luhur dan sabtu sore di SMP I, karena banyak anak-anak SENPAL yang sudah kerja, jadwal mengisi kegiatan ekskul ini sementara di pegang oleh anak-anak baru yang masih kuliah atau yang baru lulus SLTA tahun kemarin dan belum kerja. Hebat lho bu anak-anak yang baru masuk jadi anggota SENPAL tersebut, mereka meskipun baru 2 bulan di SENPAL tapi sudah menguasai beberapa teknik dasar, kami sengaja mengemas materi buat anak-anak sekolah tersebut dari materi dasar dan yang ringan-ringan saja, toh jika nanti mereka tertarik pasti akan bergabung di SENPAL. Anggota yang diserahi tugas memegang ekskul ketiga sekolah tersebut hanya berjumlah 5 orang, tapi salutnya saya sama mereka, kelima orang tersebut dapat bekerja sama dengan baik. Biasanya mereka berbagi tugas dan menjadwal giliran siapa yang menjadi instruktur untuk sekolah yang berbeda. Hari selasa si Rom, hari kamisnya si Imn, dan sabtunya si Enj, pokoknya bergiliran dapat kesempatan sebagai penanggungjawab. Yah kan itung-itung latihan praktek kepemimpinan juga gitu bu. Alhamdulillah sudah berjalan hampir 1,5 tahun, dan tidak ada konflik yang berarti, sekedar perbedaan pendapat kecil mah ya wajar kan ya bu.(Ich, 23th, pengurus) Sumber-sumber Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda dan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 1. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda Jaringan sosial antar kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat jika dilihat dari simpul, ikatan serta arus yang dimiliki, dapat dikatakan masih relatif
belum meluas dan belum kuat. Hal ini tercermin dari 7 (tujuh)
kelembagaan pemuda yang menjadi kasus kajian. Salah satu yang meyebabkan belum luas dan belum kuatnya jaringan sosial antar kelembagaan pemuda tersebut
adalah masih adanya arogansi kelompok. Tidak dapat dipungkiri
bahwa dalam realitasnya faktor arogansi kelompok masih terdapat pada
102
masing-masing kelembagaan pemuda tersebut. Dalam hal ini, sudah menjadi kebiasaan umum yang ditemui pada kehidupan sosial mereka, yaitu adanya perasaan bahwa kelompok merekalah yang paling berdedikasi dan potensial dibanding dengan kelembagaan pemuda lainnya. Pada segmen tertentu yang sifatnya memkonstruk suatu skill tertentu, hal ini justru merupakan hal yang sangat positif, namun jika arogansi tersebut sudah mengarah pada hal-hal yang bersifat destruktif, hal inilah yang dikhawatirkan oleh banyak pihak. Dikarenakan hal tersebut, tidak jarang mereka sendiri terkadang mengalami kesulitan ketika harus ada sebuah kerjasama yang harus melibatkan kelembagaan pemuda lainnya. Dibutuhkan sebuah proses yang memakan waktu panjang sehingga terjalin kohesivitas diantara kelembagaan pemuda tersebut. Hal tersebut diatas merupakan faktor internal yang mempengaruhi peningkatan peran kelembagaan pemuda. Berikut beberapa penuturan dari pengurus kelembagaan pemuda Muh.Iqbal, SENPAL, IRMA, Pemuda Pedagang Kaki Lima yang menyiratkan ekspresi kearogansian dari tiap-tiap kelembagaan tersebut : Ini punten ya bu, saya ingin tanya mengapa Ibu tidak mengambil penelitiannya dalam level kota saja, soalnya punten lagi nih ya bu, terusterang jelek-jelek begini permainan dan target kami adalah pengembangan kelembagaan pada tataran kota. Makanya ketika ibu menanyakan pendapat saya mengenai perkembangan kelembagaan pemuda lainnya yang ada di Kelurahan Cibabat, serta ide dan rancangan program yang bagaimana bagi berkembangnya kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, wah saya kurang tahu tuh bu, daripada memikirkan dapur orang lain, lebih baik memikirkan anggota keluarga sendiri dulu toh bu. Masalahnya mereka juga belum tentu memikirkan hal itu. Jangankan soal program bersama, mengenal kami saja belum tentu lho bu, siapa sih Dn, apa saja kerjaannya, apalagi sampai menanyakan pendapat ke saya tentang program kepemudaan. Di Cibabat saya mah tidak terkenal bu, tapi kalau di tingkat kota/pemkot, saya sedang mencoba menggarap program bersama dengan ibu walikota melalui BK3S (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial) untuk kemajuan Kota Cimahi. Pokoknya mah begini saja bu, kami ingin masukan dari ibu, kira-kira bagaimanakah caranya kami masuk ke arena bisnis di kantor pemkot. Daripada rumit-rumit mengajak kelembagaan lain. Kami ingin mengembangkan bidang UEP, jadi program penelitiannya buat kami saja atuh ibu. (Dn, ketua UEP Muh.Iqbal). Selain itu, dari tujuh kasus kelembagaan pemuda tersebut ditemui pula fakta bahwa beberapa kelembagaan pemuda bentukan dari bawah/masyarakat ada
103
yang merasa dianaktirikan dan terabaikan oleh pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas dan bantuan. Kecemburuan sosial yang halus dan terselubung ini pulalah yang juga merupakan penyebab belum kuatnya ikatan keterhubungan, simpul dan arus jaringan sosial di antara kelembagaan pemuda sendiri. Berikut fakta tersebut : Kami menyebut diri sebagai anak-anak gunung, artinya bahwa tidak ada istilah cengeng dan manja, di manapun tempat dan situasi kita mau diskusi, hayu saja, gak perlu harus nyiapin tempat aula dulu atau apalah, ibaratnya di kolong jembatanpun jadilah. wong ruang sekretariat bukti kami hidup saja kami tidak punya kok, apalagi fasilitas lainnya. Justru itu bu, saya heran sekali sama pak Rw di sini, rumah kosong yang sering digunakan untuk kegiatan Posyandu sebulan sekali, yang merawat, ngecat, dan bersih-bersih teh ya anak-anak SENPAL. Tapi dengan tibatiba sekarang rumah Posyandu tersebut digembok dan tidak boleh dipakai oleh kami lagi, dengan alasan yang tidak jelas. Kami sih sebenarnya tidak masalah jika memang akan digunakan untuk kegiatan lain, wong itu juga bukan milik kami, kami hanya merasa tersinggung karena larangan tersebut tanpa kejelasan dan disampaikannya melalui salah satu kader posyandu lagi, tidak langsung ke kita. Terus herannya lagi, setiap papasan ketemu di jalan, pak Rw juga tidak bilang apa-apa ke kita-kita soal sekretariat Posyandu tersebut. Yah beginilah nasib kelompok pemuda kampung, berdiri dengan inisiatif dan biaya sendiri, pokoknya asli segala sendiri deh bu. Tidak seperti organisasi pemuda lain milik pemerintah yang didanai dan disediakan fasilitas ruang sekre buat berkumpul. Kita mah kapok deh bu kalau minta bantuan ke pemkot, ngendon (diproses) di kelurahan saja hampir sebulan lebih, di pemkotnya juga belum tentu di acc ( disetujui). (Ang, 27th, SENPAL) IRMA belum pernah mendapat bantuan dana dari pemkot maupun kelurahan untuk pengembangan IRMA. Sudah mengajukan dan memasukkan proposal tapi belum ada jawaban dari kelurahan, sudah 6 bulan, dan kami males juga mau nanyain. Kenapa kok lama ya bu, tapi kalau lembaga pemuda lainnya kok cepat dapat bantuannya. Setiap tanya di jawabnya nanti sedang diproses, tapi sampai sekarang belum aja, diproses diterima atau ditolak kan sama-sama diproses tuh bu. (Ddk, 22th, IRMA) 2. Jaringan sosial dengan Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). a. Jaringan sosial dengan pemerintah dan stakeholders. Keberadaan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat tidak terlepas dari keterikatannya dengan sistem sumber-sumber jaringan sosial yang ada, baik dengan pemerintah, swsta maupun stakeholders. Kelembagaan Karang Taruna dan Pemuda Muhammad Iqbal lebih memiliki sumber jaringan
104
sosial yang lebih luas dengan pemerintah dan stakeholders dibanding dengan IRMA, pencinta alam SENPAL, dan Pecinta Motor Vespa Antik. IRMA, SENPAL Pecinta Vespa Antik
cenderung lebih terbatas hanya
mencakup sesama anggota atau kelompok lain yang memiliki kegiatan sejenis. Berikut fakta yang dapat dikemukakan dari jaringan sosial yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda dengan pemerintah dan stakeholders : Penuturan dari pengurus Karang Taruna Alhamdulillah bulan Juli 2006 setelah pergantian pengurus, kami mendapat bantuan berupa buku-buku dari BAPUSDA Propinsi (Badan Perpustakaan Daerah). Bantuan non fisik, Karang Taruna mah dapat secara rutin dari SETDA Bagian Kesra, Pak Fsl dan Ibu Yla yang waktu itu memanggil kami. Kemudian fasilitas ruangan sekre ini juga atas kebaikan pak Lurah Cibabat, kata beliau daripada kosong karena yang punya ruangannya sedang cuti besar (mengistilahkan LPM yang sudah lama tidak aktif) ya silahkan saja digunakan sama Karang Taruna. Tahun 2007 ini bantuan dari Disnaker melalui Ibu Rt yang untuk handy craft, katanya mah sebentar lagi turun, luamayan bu buat nambah modal pengembangan usaha handy craft. (Irf, 23th, pengurus) Penuturan lain : Selain dengan pemerintah, anak-anak Karang Taruna mah seringnya gaul sama ibu-ibu PKK, Kader Posyandu, ibu-ibu pengajian AlHidayah, ketua RT dan ketua Rw. Ketua BKM, LPM, personil PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), para kyai dan ustad, kemudian tokoh masyarakat, itupun hanya beberapa tokoh masyarakat yang banyak berkecipung di dunia sosial dan pendidikan, tokoh-tokoh seperti pengusaha dan pemilik perusahaan swasta, karena mereka orangorang sibuk barangkali ya bu, jadi kamipun jarang berinteraksi dan berelasi dengan kalangan usahawan dan swasta itu. Selain mereka sulit untuk ditemui karena sibuk, merekapun jarang ke kantor kelurahan dan jarang mengikuti pertemuan warga di aula kelurahan. Lagi pula kami saat ini memang belum ada suatu jalinan interaksi kepentingan dengan para usahawan tersebut. Mudah-mudahan saja nanti kalau kerajinan handy craft ini sudah mulai terkenal dan maju ada jalan kami dapat menjalin relasi dengan pihak swasta dan pengusaha. (Ccp, 22th, anggota) Berbeda dengan kelembagaan pemuda Karang Taruna ataupun kelembagaan pemuda lain bentukan dari bawah/masyarakat, Kelompok UEP Pemuda Muhammad Iqbal memiliki dinamika tersendiri yang lebih unik.
Meskipun termasuk dalam kategori kelembagaan pemuda yang
terbentuk
dari
inisiatif
dan
swadaya
masyarakat.
Namun
dalam
105
perkembangannya justru mendapatkan banyak dukungan bantuan dana serta penghargaan dari pemerintah sebagai sebuah organisasi sosial berprestasi dalam membantu penanganan masalah sosial terutama anak yatim-piatu. Usaha Ekonomi Produkitf yang dikelola hampir 3 tahun terakhir merupakan bantuan dari Departemen Sosial dana APBN. Bantuan dan penghargaan yang diperoleh
memang lebih banyak dari Dinas Sosial
Propinsi Jawa Barat terkait dengan kegiatan sosial dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kelembagaan Muhamad Iqbal selama 8 tahun. Berikut penuturan dari pengurus Muh.Iqbal Kalau kami karena sejak awal lebih banyak bersinggungan dengan Dinas Sosial Propinsi dan BPMKB Cimahi, jadi bantuannya juga lebih banyak dari sana sih bu. Seperti UEP untuk peternakan sapi dan kambing, juga warserda itu dari Dinas Sosial, sedangkan bantuan dana, dari pemkot mah baru sekali, itu juga waktu mendapat penghargaan saat HKSN (Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional), nah yang sering mah dari Dinas Sosial Propinsi setiap tahunnya sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) bantuan bagi makan sehari-hari anak asuh kami. Perlengkapan kantor seperti ATK, komputer, meja kerja dan rak buku/arsip juga dari Dinas Sosial Propinsi. Alhamdulilah sih bu, soal bantuan dari pemerintah. (bapak Dn, 34th, pengurus) Selain dengan Dinsos propinsi dan BPMKB, Muhammad Iqbal juga sering berinteraksi dengan BK3S baik kota Cimahi maupun propinsi Jabar, di wilayah jalan pasantren ini sudah sering dikenal sebagai tempat menampung anak yatim. Jadi relasi kita mah ya seringnya dengan hal-hal yang berbau sosial bu, kita sering koordinasi dengan LSM SOAN (Solidaritas Anak Negeri,LSM yang menangani anak jalanan), kemudian dengan tokoh-tokoh agama di sekitar jalan Pasantren, juga dengan pak Rw. Jaringan dengan swasta sampai sekarang belum ada, paling juga dengan Ibu Hj.Omh pengelola cattering dapur kampus TTUC. Maklum lah bu, kami kan memang lebih banyak berkecimpung di bidang sosial dan keagamaan, kegiatan UEP ini kan sebagian juga bantuan dari Dinas Sosial, itupun baru kecil-kecilan. (Adn, 25th, pengurus) Berdasarkan fakta tersebut di atas, dapat diketahui simpul-simpul jaringan yang dimiliki oleh kelembagaan Karang Taruna dan Muhammad Iqbal lebih didominasi simpul yang berasal dari pemerintah dan juga stakeholders dibanding dengan pihak swasta. Dengan demikian secara ikatan (keterhubungan) juga cenderung lebih kuat simpul ke pemerintah dan stakeholders. Hal ini pulalah yang akan menjadi fokus dan topik
106
pembahasan dalam diskusi berkelompok (FGD) antar kelembagaan pemuda Cibabat. b. Jaringan sosial dengan swasta Sedangkan Pemuda Pedagang Kaki Lima dan Pemuda Pengrajin Gypsum lebih banyak berinteraksi dengan pihak swasta meskipun masih dalam skala kecil, yang dalam hal ini, pihak pemerintah belum sepenuhnya menyentuh dan memperhatikan kelompok ini, bahkan yang bersifat dan pendataan sekalipun. Hal ini terlihat dari penuturan beberapa pengurus kelembagaan pemuda di atas. Berikut penuturan salah satu pegawai di pembuatan gypsum: Kalau kayak kita-kita ini Bu yang penting kerja cari uang bikin barang sesuai permintaan pemesanan dan harganya cocok sama kita, hasilnyapun memuaskan konsumen. Kita tidak ingin berharap banyak ke pemerintah. Bujeng-bujeng bantosan ibu, di survei dan di data juga belum pernah sekalipun. Tapi pernah sih dimintai untuk membuat partisi ruangan kantor di Pemkot itu juga karena ada salah satu pelanggan yang kerjanya di pemkot, tapi karena banyak iniitunya yang tidak sreg di hati, terutama lama dapat bayarannya ya..permintaan tersebut terpaksa kami tolak bu.. Pak Ndb mah lebih suka yang pasti dan cepat, makanya dia kalau ada pesanan dari bank atau kantor swata pasti diambil, yah meskipun baru 3 kali, tapi kitanya lebih sreg dan lebih enak kerjanya, pokoknya yang pastipasti sajalah bu, ada pesanan kita kerjakan kemudian kita segera dapat fulus (uang/upah), gak pake lama.(Ddn, 22th, pegawai perusahaan gypsum). Penuturan lain : Saya sudah empat tahun jualan di Prapatan Cihanjuang bareng sama barudak (anak-anak/temen-temen) tapi belum pernah di survei sama Pemkot, apalagi dapat bantuan dana dan peralatan. Pertama kali saya terjun berjualan cakue ini mah bu, modal dan ilmunya dari Ny. Liem, awalnya saya ikut kursus pembuatan kue Ny.Liem di Bandung setelah itu dua tahun kemudian juga ikut pelatihan/kursus yang diadakan P.T Bogasari. Jadi sampai sekarang lebih sering berhubungan dengan pihak swasta daripada pemerintah. (Wsn, 26th, pedagang Cakue-odading) Jika dilihat dari sisi keragaman bentuk ikatan menurut kekuatannya maka dari tujuh kasus kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, kelembagaan pemuda yang cenderung lebih kuat intensitas kedekatan secara
107
emosional dan yang mencirikan keintiman/kerekatan adalah Pemuda Pecinta Alam-SENPAL dan Pemuda Pecinta Vespa Antik. Berikut penuturan dari pengurus SENPAL dan Pecinta Vespa Antik : Motto kami anak-anak SENPAL mah ya bu, siapa saja yang sudah masuk menjadi anggota SENPAL, maka pasti menjadi keluarga. Artinya dalam kehidupan sehari-hari kami lebih banyak berinteraksi sebagai saudara, bukan sekedar teman saja. Lha ibu kan ngelihat sendiri, kegiatan SENPAL mah atuh paling sibuk juga sebulan dua kali pendakian, apalagi musim hujan begini, bulan ini saja kita gak pergi ke gunung. Pokoknya persaudaraan yang terbangun di SENPAL betul-betul sampai ke orang tua, adik dan kakak. Kayak kemarin mamahnya si Aep sakit, ya kita semua sebagai anak asuhnya ikut membantu biaya berobatnya. Asli di kita mah ya bu, kalau sampai ortunya si x gak ada beras, ya patungan rame-rame beliin atau bawain buat keluarganya, lha ibaratnya wong kita juga yang menghabiskan,kan sering makan di rumahnya. (Rzk. 21th, anggota SENPAL) Karena jumlah kita di Cibabat sedikitan, jadi malah lebih terasa dekat, karena komunikasi kan jalan dan nyambung terus tuh bu, meskipun bukan hari libur kita kan tetap tukar informasi, biasanya juga kita janjian ketemu di warnet atau biker sekuter (pecinta vespa) lainnya di Bandung. Kita kan termasuk club motor antik bu, bukan seperti club lainnya yang banyak di Cibabat sekarang, menurut saya mereka maksain bikin club juga kayak kelompok Mio, Kawasaki, Supra. Kalau club bebek 80-an, nah itu mah sering interaksi sama kita bu..karena problem yang mereka hadapi relatif sama, jenis motor jadul (jaman dulu/antik), terus juga kita sering kesulitan cari asesoris maupun onderdilnya, wah pokoknya ribet deh bu, tapi justru itulah asyiknya bu..kita kumpul dan punya komunitas gak Cuma mejeng tapi saling tukar pengalaman mengoprek motor kuno ini. (Rb, 20th, anggota Vespa Antik). Menurut ukuran luas dan sempitnya keragaman jaringan, dipandang dari kepadatannya maka yang memiliki jumlah simpul paling luas adalah kelembagaan Karang Taruna dan Kelompok Pemuda Muhammad Iqbal (seperti fakta pada alenia terdahulu). Adapun kelembagaan yang masih sedikit dan dapat dikatakan paling sempit memiliki jaringan adalah kelompok IRMA, berikut fakta dan penuturan dari pengurus IRMA : Kami aktif di IRMA Mesjid Besar Cibabat ini sebenarnya lumayan cukup lama juga sih bu, saya sudah hampir 3 tahun. Kegiatan IRMA yang utama kan membantu DKM merawat dan memakmurkan mesjid, juga mengurus BAZ untuk diberikan kepada umat/warga sekitar mesjid yang membutuhkan. Kalau untuk kegiatan lain,
108
misalnya ekonomi kami baru tahap ide-ide dan rencana. Jadi pada dasarnya urusan IRMA mah seputar per-mesjid-an saja sih bu, jaringan kita ya seputar itulah, DKM, Ulama/kyai, dan jemaah mesjid. (Umr, 23th, pengurus IRMA). Tidak semua kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat mendapatkan kemudahan dalam mengakses bantuan stimulan dari pemerintah tersebut. Dari tujuh kelembagaan pemuda yang menjadi bahan studi kasus hanya kelembagaan Karang Taruna dan Pemuda Muhammad Iqbal saja yang mampu mendapatkan bantuan stimulan dari pemerintah. Demikian pula dengan dinamika politik daerah. Ini secara tidak langsung akan menjadi faktor eksternal yang sangat berpengaruh dalam pengambilan berbagai kebijakan serta respon dari birokrasi mau pun para pihak yang terlibat. Berbagai ide dan aktivitas yang merupakan aspirasi murni para pemuda untuk mengembangkan jejaring sosial yang sudah terbangun, seperti yang ditengarai para pemuda itu sendiri, bisa jadi justru akan dicurigai sebagai sebuah gerakan yang mengandung muatan dan kepentingan politis dari tokoh atau lembaga tertentu. Hal ini menyebabkan perlu adanya pemikiran akan strategi yang dapat menyiasati beberapa faktor tersebut. Berikut penuturan dari beberapa pengurus kelembagaan pemuda : Nah ini ada suatu uneg-uneg (pertanyaan yang belum terjawab) dan ganjelan (rasa yang masih dipendam) di hati kami bu soal kegiatan yang sering ditawarkan kepada kami. Mengapa anak-anak seperti kami ini selalu dianggap tidak tahu soal kegiatan-kegiatan yang ujung-ujungnnya berbau politik. Apa karena tampang kami yang kampungan dan cuma lulusan STM dan SMA begitu ya bu. Kayak kemarin waktu mau PEMILU 2004, wah itu mah asli orang dari berbagai partai berdatangan dan membujuk untuk ikut kegiatan mereka, banyak dijanjiin ini-itu. Ah tapi karena kami mah merasa bodoh kagak ngerti sama yang begituan, ya kami tolak saja berbagi iming-iming dan fasilitas yang menggiurkan tersebut. Alhamdulilah kami gak mau ikutan hal-hal yang berbau politik, dari pengalaman kelompok pemuda lain yang ikut ajakan parpol tersebut, mereka menyesal karena cuma dijadikan pelengkap penderitaan saja..janji yang begini-begitu ya wasalam saja lah. (Rnd, 24th, pengurus SENPAL) Ada pandangan yang kurang tepat tentang keberadaan Karang Taruna dan juga terhadap anggotanya, beberapa pihak masyarakat menganggap kalau kami itu juga merupakan alat politis suatu pihak. Padahal kalau mereka tahu bagaimana sejarah asal muasal Karang Taruna, mestinya tidak akan berpandangan seperti itu, tapi ya
109
memang hak mereka untuk berpendapat dan berpandangan yang bagaimana terhadap kita. Yang jelas itu malah menjadi masukan bagi kami, sehingga kami akan lebih berhati-hati dan lebih netral lah dalam bertindak maupun berkarya. Yang penting bagi kami sekarang mah dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi kemaslahatan bersama di bidang-bidang sosial. (Nc, ketua Karang Taruna). Sumber Daya Kapital. Faktor lain yang berpengaruh bagi peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda adalah modal ekonomi berupa keterbatasan modal dana, peralatan dan lahan/tempat usaha. Faktor dari luar yang saling terkait yaitu akibat belum optimalnya jejaring diantara pemerintah, swasta dan stakeholders yang berkonsekuensi pula pada faktor keterbatasan modal ekonomi. Salah satu upaya ringan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah seputar keterbatasan modal ekonomi dan jejaring tersebut adalah dengan menggunakan faktor modal sosial sebagai faktor yang mendukung. Meskipun memerlukan suatu proses yang makan waktu, namun untuk masa-masa sulit sekarang, hal ini sangat efektif bagi pengembangan jejaring dan mengatasi kesulitan dalam memperoleh modal ekonomi. Rasa saling percaya, solidaritas yang tinggi dan etos kerja yang dibangun atas dasar kejujuran dan idealisme anggota akan mendukung peran kelembagaan. Salah satu fakta adalah, bapak Ahm sebagai Dewan Pembina Karang Taruna yang kebetulan pula merupakan anggota legislatif
komisi D, merekrut salah satu
pengurus Karang Taruna (Ga) untuk dibina dan diajak terjun dalam kancah dunia bisnis. Ga yang masih sangat relatif muda (22 tahun) dengan diberi kepercayaan tersebut mau tidak mau dia harus meningkatkan skill, wawasan dan ketangguhan mentalnya dalam menghadapi dunia usaha yang keras dan penuh trik. Selain itu dengan modal sosial tersebut, Pak Lurah sedang merencanakan menyediakan fasilitas ruangan sebagai tempat usaha foto copy dan juga kios produk handy craft, namun hal ini hingga sekarang belum sempat terealisasi dikarenakan kesibukan aparat kelurahan menjelang PILKADAL. Sementara ini mereka baru mendapat kepercayaan untuk menggunakan fasilitas ruangan sebagai tempat sekretariat, padahal ruangan tersebut semula adalah milik LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) yang telah lama tidak aktif dikarenakan adanya ketidaksepahaman antara pimpinan LPM dan pihak kelurahan.
110
Perlu dicermati bahwa faktor kondisi ekonomi makro yang memang tengah dilanda ketidakpastian serta mengalami kelesuan, hal ini tidak dapat dihindari lagi, menjadi penghalang dari berbagai upaya implementatif. Mengingat bahwa dalam kelesuan ekonomi makro ini, bisa dipastikan bahwa para pihak yang berkepentingan akan memiliki respon yang negatif, bila mana berbagai program pengembangan kelembagaan pemuda dan pengembangan jejaring tidak sensitif terhadap kekhawatiran pribadi yang mereka rasakan akibat dari ketidakpastian dalam konteks ekonomi dan dunia usaha saat ini. Berikut beberapa fakta yang dikemukakan oleh para pengusaha di wilayah Kelurahan Cibabat : Sekarang mah cari orang yang dapat dipercaya teh meunih susah ya bu. Lha gimana kita yang punya duit, mereka yang punya proyek dan kerjaan, eh proyek gak dikerjakan ari duitnya lenyap kabur gak balik lagi..boro-boro untung bagi hasil dan sebagainya. Nah yang begitu teh bingung saya menghadapinya. Maka dari itu, saya mah kapok dan jadi sangat selektif dalam melakukan kerjasama, merekrut karyawan dan memilih rekan usaha. (Ibu Wrn, 37th, pengusaha) Pokoknya pekerjaan seperti saya begini bu, lumayan butuh energi ekstra plus mental baja. Serba salah jadi broker teh ibu..giliran yang punya uang punya keinginan seabrek tapi yang punya kerjaan gak juga segera dikerjakan, mulur waktu, dana dipakai dulu buat kerjaan yang lain misalnya, atau malah dipakai untuk kocek sendiri dulu, dengan entengnya bilang “ah kas bon heula we atuh nya (ah kas bon/utang dulu saja ya), aduh Bdi riet ibu (aduh Bdi jadi kacau ibu). Akhirnya yang seringnya terjadi mah, saya yang ketiban pulungnya (terkena getahnya), sudah gak dapat bagi hasil dari kerjaan atau proyek, ditagihin sama yang punya duit, yang punya proyek pleng we lengit ka mana (tiba-tiba saja hilang entah ke mana). Kita deh yang kudu bertanggungjawab dan dikejar-kejar. Nah persoalan seperti ini yang kadang tidak dimengerti oleh para investor teh, mereka tidak mau tahu masalah-masalah teknis seperti ini. Kalau Bdi sih maklum ya bu, hak dia untuk menagih duitnya kembali dan menanyakan keberhasilan proyek buat dia sebagai investor. (Bdi, 34th, broker/perantara) Dengan adanya kondisi aktual tersebut, maka sangat dimaklumi jika kelembagaan pemuda bentukan atas/pemerintah seperti Karang Taruna menjadi bergantung kepada pemerintah yang dalam hal ini sebagai bapak kandungnya. Untuk pemecahan masalah jangka pendek, hal ini cukup dapat menjawab akan kebutuhan modal dana bagi usaha handy craft, namun untuk jangak panjang, secara kelembagaan Karang Taruna harus mempunyai konsep usaha yang lebih bersifat mandiri dan bahkan memiliki bargaining position (daya tawar) yang memadai dan berkualitas dalam padangan pemerintah. Berikut penuturan dari
111
tokoh masyarakat (tokoh pemuda) serta aparat kelurahan yang mengharapkan Karang Taruna memiliki sebuah kegiatan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran di Kelurahan Cibabat. Tokoh pemuda..... Yang lebih hebat lagi, menurut saya usaha ekonominya jangan cuma handy craft saja dong, kalau bisa bikinlah konsep usaha yang belum ada dan betulbetul dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan, misalnya usaha kuliner, pengadaan peralatan kantor, jasa informasi, jasa hiburan dan edukasi informatika,dan sebagainya. Saya sangat menyayangkan jika hari gini masih juga mengharapkan program dan bantuan dari pemerintah saja, idealnya itu kita mampu mendapat modal dari jerih payah sendiri, prestasi hebat jika dapat menembus jalur swasta untuk mendapat modal dana maupun tempat. Tunjukkan kalau kita punya prestasi dan dedikasi, sehingga bisa dianggap partner oleh pemerintah. (bapak Spn, 42th, Tokoh pemuda) Usaha handy craft ini menurut saya sangat bagus sekali ya bu, apalagi memang untuk wilayah Cibabat khususnya memang belum ada yang mengembangkan home industri kerajinan tersebut. Kebetulan pula pencetus idenya salah satu anggota Karang Taruna, sehingga diharapkan dapat mengajak teman-temannya untuk lebih kreatif menciptakan karya seni yang unik dan menarik. Karena setahu saya, di Bandung kerajinan handy craft ini sudah banyak berkembang, nah gimana caranya agar minimal dapat sejajar dengan produk-produk dari Bandung tersebut.Pemerintah sekarang ini memang lebih selektif dalam memberikan bantuan dana bagi modal usaha kegiatan ekonomi, bagaimanapun pemerintah akan melihat terlebih dahulu sejauhmana perkembangan dan kemajuan serta prospek dari usaha handy craft, serta unit usaha ekonomi kelompok lainnya, artinya pemerintah juga tidak mau mengambil resiko. Oleh sebab itu, jika produk handy craft pemuda Karang Taruna Cibabat ini ternyata dapat dijadikan obyek wisata home industri dan mampu menarik para konsumen dari tempat lain, nah..itu baru dapat dikatakan memberikan kontribusi bagi daerah. Pemerintah tidak akan segan-segan memberikan perhatian serta fasilitas bagi pengembangan usaha tersebut, karena kan bagaimanapun itu menjadi aset wisata dan aset ekonomi bagi Cibabat khususnya, dan Cimahi pada umumnya. Ya...itungitung dapat mengharumkan nama Kota Cimahi. (bapak Ar, aparat kelurahan). Bagi perkembangan sebuah usaha, dengan mengandalkan bantuan dari pemerintah sebenarnya dirasakan kurang strategis, hal ini dikarenakan harus melewati berbagai tahapan sehingga memakan waktu lama. Namun demikian keuletan pengurus Karang Taruna membuahkan hasil, setelah menunggu hampir satu tahun akhirnya permohonan bantuan modal bagi pengembangan usaha handy-craft dipenuhi juga pada pertengahan Desember 2007 ini oleh Disnakerduk Cimahi sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
112
Potensi sumber daya kapital yang dimiliki Kelurahan Cibabat dapat dikatakan relatif cukup strategis, dari mulai tempat usaha/pasar, sarana transportasi, sarana informasi, serta fasilitas energi seperti listrik dan bahan bakar. Berikut fakta mengenai keberadaan sumber daya kapital yang ada di Cibabat. Penuturan aparat kelurahan : Alhamdulillah Cibabat mah termasuk yang pesat dan beruntung untuk pembangunan fisik dibanding dengan kelurahan lainnya. Beruntungnya menurut saya karena memang imbas dari beberapa hal, misalnya; pusat perkantoran dibangun di wilayah Cibabat, rumah dinas bapak Walikota berada di komplek Fajar Raya yang juga wilayah Cibabat, kantor kecamatan Cimahi Utara juga berada di wilayah Cibabat. Otomatis segala fasilitas umum menjadi prioritas perhatian Walikota untuk dibangun dan diperbaiki. Jalan menuju kantor kecamatan dan kelurahan yang semula sangat sempit, tahun 2006-2007 saja sudah 3 kali diperlebar dan dibuat trotoar bagi pejalan kaki, renovasi kantor kecamatan dan kantor kelurahan, penambahan bangunan Puskesmas kecamatan, penataan pangkalan ojeg, pelebaran dan perbaikan jalan utama (jalan raya Cihanjuang dan jalan raya Pesantren). Akses menuju ke kompleks perumahan yang semula sempit juga diperlebar dan diperbaiki. Di jalan Cihanjuang kan ada radio swasta AR FM jadi pemkot memanfaatkan dan bekerjasama untuk menyampaikan berbagai informasi seputar rencana rencana pemerintah bagi pengembangan sosialekonomi wilayah Cimahi. selain itu sarana lain seperti jaringan listrik, telepon, air bersih dari PDAM, pom bensin dan juga suplay gas elpiji juga cukup memadai, belum pernah mengalami kesulitan hingga meresahkan warga, kecuali minyak tanah ya bu, itu kan memang dari Pertaminanya bukan kesalahan pelayanan pada tingkat kelurahan maupun pemkot lho ya. (Ibu Yli, aparat) Penuturan lain dari tokoh masyarakat Sejak kantor pemkot pindah dari jalan Kaum (alun-alun Cimahi) ke daerah Cihanjuang, daerah yang tadinya biasa-biasa saja dan belum ramai sekarang mah jadi lain sekali neng, dulu mah belum banyak bangunan kios usaha, belum banyak orang yang berjualan makanan dengan membuat jongko ataupun gerobak di sisi jalan. Ta ayena mah seuer perubihan geuningan nya neng (sekarang banyak perubahan ternyata ya neng), banyak yang ngebangun tempat usaha, wah yang tadinya cuma rumah, karena lokasinya di pinggir jalan berubah jadi kios warung, bengkel, supermarket atau toko bangunan dan lain-lain. Harga tanah dan bangunan kan jadi tinggi sekali neng, dulu mah tahun 2002 tanah yang masuk gang setumbaknya (satu tumbak sama dengan 14m2) masih 3 sampai 4 jutaan, lha sekarang mah di gang juga setumbak hampir 10 jutaan. Bapak perhatikan warga di sini juga semakin pinter, ada yang menyewakan teras rumahnya dijadikan tempat pujasera. Ya tapi barangkali mahal juga harga sewanya sehingga harus yang punya uang banyak baru dapat jualan di situ. kalau yang cuma punya uang sedikit repot juga mau usaha disitu. Untungnya satu tahun ini mulai ada pasar kaget setiap hari sabtu dan minggu di taman pemkot dan di sepanjang
113
sisi jalan layang pemkot. Kalau pasar kaget yang ada di depan RS Cibabat itu mah sudah lumayan lama kira-kira 4 tahunan, banyak anak-anak muda yang berjualan disitu,tapi sayangnya kebanyakan kok bukan warga Cibabat,atuh padahal mah ya anak-anak muda Cibabat yang menganggur berjualan saja di situ kan bisa ya neng. (bapak Sbr, 58th). Hanya masih disayangkan, bahwa potensi tersebut belum dapat diakses secara optimal oleh kelembagaan pemuda. Baik pihak pemerintah maupun swasta dan stakeholders belum sepenuhnya memiliki kesepahaman yang sama dalam hal pemanfaatan sumber daya kapital, terutama bagi pengembangan kegiatan usaha ekonomi yang dikelola oleh kelembagaan pemuda. Padahal harapannya adalah bahwa ketersediaan sumber daya kapital tersebut mampu membuka peluang usaha bagi masyarakat Cibabat dan dapat menyerap tenaga kerja sehingga jumlah warga miskin dan pengangguran minimal tidak bertambah banyak. Dibutuhkan kesadaran, keseriusan serta komitmen dari berbagai pihak mengenai pembahasan akan
upaya
pemecahan
masalah
sosial
seputar
kemiskinan
dan
juga
pengangguran. Berikut penuturan dari aparat pemerintah, pengusaha, dan tokoh masyarakat mengenai hal tersebut. Aparat pemerintah Kami akui meskipun potensi dan aset daerah di Cibabat cukup menjanjikan, namun kami beserta pihak terkait lainnya dan juga masyarakat sendiri, belum sampai pada taraf hingga mampu menciptakan program bagi pengembangan kelembagaan pemuda ke arah kegiatan ekonomi. Memang jika kelembagaan pemuda tersebut berkembang kegiatan ekonomi produktifnya diharapkan minimal mampu mengatasi masalah ekonomi keluarga, sehingga kemiskinan dan pengangguran minimal dapat ditekan di Cibabat. Tapi kenyataannya di lapangan, justru yang memanfaatkan dan mengambil peluang usaha dan berbisnis dari usaha kecil-kecilan hingga yang besar, adalah orang-orang yang bukan warga/pemuda Cibabat, mereka tinggal di daerah sekitar Cimahi, seperti Padalarang, Parampong, Sariwangi, Rajawali yang itu semua rata-rata berasal dari wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Sementara pemuda Cibabatnya pada kemana ? itu yang menjadi pemikiran saya sekarang ini bu, bagaimana caranya agar kelembagaan di Cibabat maju dan memiliki usaha ekonomi yang berprospektif. Saya mah selaku Lurah di sini, inginnya ya warga semakin meningkat kesejahteraannya, dan yang miskin jangan bertambah, tapi memikirkan caranya juga harus dibantu oleh masyarakatnya sendiri to. Rasanya program-program bagi pemberdayaan masyarakat sudah banyak dari pemerintah, nah tinggal bagaimana kemauan dan kesungguhan para pemuda dan masyarakatnya sendiri. Masa semua harus dari pemerintah. (bapak Hnd, Lurah Cibabat)
114
Pengusaha Masa sekarang-sekarang ini memang sulit bagi para pelaku dunia bisnis, jangankan merekrut tenaga kerja baru, mempertahankan tenaga kerja yang sudah ada saja kami sudah kewalahan dan harus jungkir-balik. Belum lagi menyiasati persaingan dengan pengusaha sejenis. Aset usaha yang kami miliki kan biasanya sudah kita anggunkan ke bank untuk dapat modal usaha, nah kalau gak balik modal kan bencana buat kami. Makanya tidak semua anak muda dapat kita terima sebagai karyawan di sini. Terus terang kalau ditanya tentang pendapat kami soal kesediaan berbagi aset ekonomi serta pengalaman di dunia wirausaha, wah masih agak blank (gelap), kami juga belum punya gambaran harus bagaimana. Karena tidak mudah lho bu untuk dapat bekerjasama dengan lembaga unit usaha lain dan kita belum mengenal pola kerja serta potensi yang mereka miliki, tetap kita mencari lembaga yang sudah kita kenali. Sebenarnya untuk tahap awal, agar masalah membangun relasi ini menjadi suatu hal yang tidak sulit dilakukan, bisa saja pemerintah membuat kebijakan dan program yang serius menggaet unsur swasta untuk dilibatkan dalam pembahasan pengembangan ekonomi yang dikelola oleh kelembagaan pemuda. (bapak Ksn, 46th, pengusaha) Tokoh masyarakat Pemerintah harusnya menyeleksi lembaga dan organisasi mana saja yang dapat dipercaya untuk mengelola bantuan dana, sehingga uang teh tidak hambur habis dipakai buat kegiatan yang kurang bermanfaat. Bagus-bagus saja sih ada kegiatan sosial seperti khitanan massal, tapi lebih bagus lagi jika dana bantuan tersebut digunakan untuk modal usaha home industri makanan khas Jawa Barat misalnya. Tempat usaha kan ada, kios-kios banyak yang disewakan, tempat dan lokasi yang strategis masih banyak yang lowong, itu seperti di sepanjang jalan Cihanjuang dan jalan Pesantren juga di pertigaan Jati, jalan Raya Cibabat, Nah bagian penyewaan tempat usaha yang teken kontraknya pemkot atau kelurahan, jadi anak-anak muda teh bisa dagang dan usaha dengan tidak harus memikirkan modal dari mana, tempat usaha mau di mana.itu mah pendapat saya ya neng. (Wjy, wiraswasta). Secara lebih tersistematis dan agar memudahkan dalam membaca uraian pada Bab VI mengenai keragaan kelambagaan pemuda serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan kelembagaan pemuda, dapat dilihat pada matriks 1 sebagai berikut.
115 Matriks 1 Keragaan Kelembagaan Pemuda, Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Kehidupan dan Perkembangan Kelembagaan Pemuda dalam mengatasi Masalah Ekonomi di Keluarga. 1
Karang Taruna
Muhammad Iqbal
IRMA
Pecinta Alam SENPAL 5
2 1
2
3 egiatan utama di bidang sosial yaitu mengurus panti asuhan dan mengajar TPA (Taman Pendidikan AlQuran), kemudian mendapat bantuan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dalam bentuk bahan mentah (sembako) untuk usaha warungan.
egiatan utama di bidang sosial-kemasyarakatan 2. kses warga masyarakat Cibabat terhadap Karang Taruna ini dapat dikatakan relatif mudah.
Keragaan kelembagaan 3.
enis kegiatan ekonomi : handy craft 4. engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan sosial 5. epemimpinan dan keangotaan : demokratis dan kooperatif, fleksibel, tidak dituntut memiliki keterampilan/hobi tertentu.Siapapun baik generasi muda laki-laki maupun perempuan yang berusia 17 s/d 45 tahun, berkeinginan untuk membantu pemerintah di bidang usaha kesejahteraan sosial. Prestasi yang pernah diraih antara lain; a. Juara I Lomba KADARKUM Tingkat Kota Cimahi. b. Juara I Lomba Tranning Leadership/Kepemimpinan
4 1.
1.
1.
2.
kses warga masyarakat Cibabat terhadap Muh.Iqbal : adalah dengan dibina anak-anak panti asuhan,
3.
enis kegiatan ekonomi : Pengelolaan sampah warga, Kerajinan Keset, Pengolahan barang bekas/daur ulang, Instruktur panjat tebing dan out-bound.
4.
enis kegiatan ekonomi : unit usaha UEP (warungan, sablon, ternak dan berkebun). engembangan kelembagaan : sudah ada kegiatan ekonomi tapi belum optimal. 5. kepemimpinan dan keangotaan : dipilih
epemimpinan dan keangotaan : dipilih berdasarkan musyawarah dan yang memiliki kemampuan berdakwah lebih
kses warga masyarakat Cibabat: Sebagai konsumen, mudah memperoleh jajanan makanan yang dibutuhkan, tempat strategis mudah dijangkau.
engembangan kelembagaan : masih belum optimal sebagai pembuka lapangan pekerjaan di Cibabat.
engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan hobi dan sosial 5. epemimpinan keangotaan demokratis kooperatif,
dan : dan
epemimpinan dan keangotaan : pengusaha dan karyawan/pegawa inya. 6.
2. kses warga masyarakat Cibabat terhadap Vespa Antik : ketika ada kegiatan bakti sosial. 3. enis kegiatan ekonomi : belum ada. 4.
enis kegiatan ekonomi : Pengolahan dan penjualan makanan (ringan/berat).
engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan hobi tentang otomotif dan kegiatan sosial.
4. engembangan kelembagaan : belum ada, baru merencanakan untuk mengembangkan usaha kuliner.
5.
6. egiatan lainnya adalah mengisi kegiatan ekstra-kulikuler panjat
3.
4.
4.
5.
4.
enis kegiatan ekonomi : Pembuatan barang kerajinan bangunan.
egiatan utama di bidang penyaluran bakat dan hobi tentang otomotif antik.
2.
3.
3.
engembangan kelembagaan : masih pada kegiatan keagamaan dan sosial
kses warga masyarakat Cibabat : pengrekrutan tenaga kerja terutama anakanak muda yang menganggur.
kses warga masyarakat Cibabat terhadap SENPAL : Salah satu kegiatannya adalah mengelola sampah warga sekitar setiap dua kali dalam seminggu sebelum longsor TPA.
enis kegiatan ekonomi : belum ada, baru rencana membuat mainan edukasi berbahan dasar kayu.
3.
2.
2.
Pecinta Vespa Antik 8 1.
egiatan utama di bidang produksi pengolahan dan penjualan makanan ringan dan berat.
egiatan utama di bidang produksi barang kerajinan gypsum.
egiatan utama di bidang penyaluran bakat dan hobi tentang pengenalan alam.
kses warga masyarakat Cibabat terhadap IRMA : Salah satu kegiatannya adalah mendistribusikan ZIS kepada yang berhak.
Pedagang Kaki Lima 7 1.
1.
1. egiatan utama di bidang keagamaan /membantu keg. DKM.
2.
Pengrajin Gipsum 6
5. epemimpinan dan keangotaan :
5. epemimpinan dan keangotaan : Senioritas 6. egiatan lainnya adalah mengisi kegiatan dengan hal-hal yang bernuansa
116 Tingkat Kota Cimahi. c. Tim SUKWAN Mandiri untuk Bencana GempaYogya (inisiatif dan dana swadaya sendiri). d. Juara II Manajemen Organisasi. e. Juara II Pameran Karya Seni Pemuda
Faktor Penghambat Perkembangan Kelembagaan Pemuda
1. Jejaring dan Programprogram yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembagalembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. a. Posisi formal kelembagaan pemuda bentukan atas (Karang Taruna) sebagai alat pemerintah 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
melalui rapat pengurus dan ditetapkan dengan pertimbangan kematangan dan pengalaman beroganisasi. 6. Prestasi yang pernah diraih antara lain; Tim pawai Ta’aruf terbaik ke-2 MTQ tingkat Propinsi di Cirebon tahun 2002, Peringkat ke 5 organisasi sosial yang berkembang dan aktif se-Kota Cimahi, diperoleh dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat 1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. b. Posisi yang kurang strategis dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah.
bagus lain.
dari
yang
6.
tebing di SMA I Cimahi dan SMT Pambudi Luhur Cimahi
restasi yang diraih adalah Juara I Lomba Da’i Tingkat Kelurahan Cibabat atas nama Fjr dan peringkat ke-2 di tingkat Kota
1. Jejaring dan 1. Jejaring dan Programprogram yang top down Program-program :Keberadaan yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda kelembagaan belum menjadi pemuda belum komponen yang menjadi komponen diperhitungkan sebagai yang asset social, diperhitungkan pemerintah cenderung sebagai asset ingin lebih banyak social, pemerintah mengontrol dan cenderung ingin menghendaki lembagalebih banyak lembaga tersebut searah mengontrol dan dan sejalur dengan menghendaki program pemerintah. lembaga-lembaga 2. Kekhawatiran tersebut searah dan kelembagaan pemuda sejalur dengan bentukan bawah yang program juga hanya akan pemerintah. diperalat saja oleh c. Posisi yang kurang pihak2 tertentu strategis dari 3. Belum Optimalnya kelembagaan Kebermanfaatan bagi
restasinya adalah : memiliki program pengrekrutan pemuda pengangguran di sekitar tempat usahanya.
1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. d. Posisi yang kurang strategis
menghormati yang lebih senior dan ahli.
otomotif.
6. egiatan lainnya adalah mengisi kegiatan dengan mengikuti kursus masak Kue Ny.Liem Bandung, kursus serba-serbi mengolah terigu dari PT Bogasari.
1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. e. Posisi yang kurang strategis
1. Jejaring dan Program-program yang top down : Keberadaan kelembagaan pemuda belum menjadi komponen yang diperhitungkan sebagai asset social, pemerintah cenderung ingin lebih banyak mengontrol dan menghendaki lembaga-lembaga tersebut searah dan sejalur dengan program pemerintah. f. Posisi yang kurang strategis
117
Faktor Pendukung Perkembangan Kelembagaan Pemuda
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
Pengembangan Masyarakat
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
dari kelembagaan pemuda bentukan bawah. ketika bersejajaran dengan pemerintah. 2. Belum Optimalnya Kebermanfaatan bagi Pengembangan Masyarakat
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
1. Potensi Sumber Daya Manusia (modal manusia) 2. Modal Sosial. 3. Sumber-sumber Jaringan Sosial 4. Jaringan Sosial dengan Kelembagaan di Luar Kelembagaan Pemuda (pemerintah, swsata, stakeholders). 5. Jaringan Sosial Antar Kelembagaan Pemuda 6. Sumber Daya Kapital
PENINGKATAN PERAN KELEMBAGAAN PEMUDA DALAM MENGATASI EKONOMI KELUARGA Kegiatan Ekonomi Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Saat Ini
Secara aktual, status yang dimiliki kelembagaan pemuda yang ada di Kelurahan Cibabat hanya berada pada taraf potensial untuk mengembangkan peran ekonomi. Hal ini semestinya sangat penting dan berarti bagi pemerintah daerah dalam program pemberdayaan masyarakat, yang salah satu agendanya adalah
upaya
mengatasi
pembengkakan
jumlah
pengangguran
dengan
menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya. Dengan demikian diharapkan jumlah keluarga miskin untuk wilayah Kelurahan Cibabat minimal dapat ditekan pertambahannya, dan untuk jangka panjangnya mampu mengurangi jumlah keluarga miskin. Dalam kerangka ilmu ekonomi, faktor penggerak bagi adanya aktivitas ekonomi adalah adanya kebutuhan manusia. Pemenuhan kebutuhan, dengan menghadapi keterbatasan dari ketersediaan barang pemenuh kebutuhan ditentukan oleh tingkat produksi dari barang dan jasa. Pada konteks ini, pemenuhan kebutuhan yang menemui limitasi (batasan-batasan) berupa kelangkaan dari faktor-faktor produksi, menggerakkan tiga macam kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Peran produksi dalam kegiatan ekonomi. Kemampuan setiap masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya selalu dibatasi oleh sumber-sumber ekonomi yang menjadi penentu realisasi dari pemenuhan kebutuhan ekonomi yang disebut juga sebagai faktor-faktor produksi, dengan jumlah yang terbatas. Ini berupa Sumber daya alam, Sumber daya manusia, Sumber daya kapital, atau barang-barang modal, serta Kewirausahaan (entrepreneurship). Dari pembahasan ini, dapat dipahami bahwa peran ekonomi-produksi adalah
119
Peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam memupuk faktor-faktor produksi tersebut. Kekayaan sumber daya alam, jumlah tenaga kerja yang memadai, barang modal yang tersedia dan adanya para wirausahawan yang berkualitas, merupakan faktor-faktor yang menjadi syarat. Dan perkembangan kewirausahaan sebagai faktor produksi ke empat dapat dipandang sebagai variabel yang paling menentukan, dan merupakan peran ekonomi-produksi yang paling krusial. Dengan demikian, peningkatan pemenuhan ekonomi keluarga merupakan fungsi langsung dari peningkatan kuantitas dan kualitas para entrepreneur.
Peran konsumsi dalam kegiatan ekonomi. Penggunaan
barang-barang
modal dalam proses produksi akan
menaikkan produktifitas, dan semakin banyak barang-barang modal yang dipergunakan, maka semakin tinggi produktifitas dari peran produksi. Barangbarang modal di dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tidak mengkonsumsikan seluruh pendapatan yang diperolehnya untuk kegiatan konsumtif, melainkan dialokasikan bagi penambahan stok barang-barang modal. Inilah yang merupakan peran ekonomi-konsumsi dari kelembagaaan pemuda. Peran ekonomi-konsumsi adalah peran yang memungkinkan adanya peningkatan alokasi pendapatan ke arah akumulasi barang-barang modal. Dan yang disebut sebagai pendapatan bukanlah semata-mata berwujud finansial, tapi juga berupa faktor-faktor produktif yang didapat dari berputarnya roda kelembagaan, seperti halnya fasilitas-fasilitas yang didapat dari berbagai pihak. Contohnya, bagaimana agar pendapatan yang diperoleh lembagalembaga tersebut, baik yang berasal dari kegiatan produksi, maupun yang berasal dari bantuan dari berbagai pihak, dapat dialokasikan untuk kegiatan yang menyokong peran ekonomi produksi.
Peran distribusi dalam kegiatan ekonomi. Peran ekonomi-distribusi dalam hal ini dapat disimpulkan sebagai peran dalam memperlancar distribusi berbagai komoditas hasil kegiatan produksi, dengan menguasai medan dan pernak-pernik pasar sebagai tempat bertemunya kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi.
120
Dalam konteks ini, Kelembagaan pemuda dapat meningkatkan perannya dalam menjadi penengah atau mediator dalam perjumpaan antara produsen dan konsumen. Artinya, mereka dapat mengambil posisi baik sebagai wakil dari pihak konsumen, dan sekaligus sebagai wakil dari pihak produsen, serta berperan serta dalam distribusi berbagai komoditas ekonomi yang dibutuhkan masyarakat. Contohnya, kelembagaan pemuda seharusnya dapat menjelmakan dirinya sebagai piranti bagi para pengusaha, yang dalam hal ini adalah produsen, untuk mengakses berbagai kemungkinan investasi, baik di pemerintahan maupun di masyarakat yang berposisi sebagai konsumen dari komoditas berupa investasi. Dalam hal ini, kelembagaan pemuda mestilah memiliki data base yang kuat, serta memberdayakan jejaring yang ada, sehingga dapat berperan dalam distribusi arus permodalan.
Peran kelembagaan Karang Taruna dalam kegiatan ekonomi. Semenjak pergantian pengurus bulan Juni tahun 2006, pengurus lebih terfokus pada perbaikan nama baik kelembagaan yang sempat lama vakum. yaitu dengan aktif membantu pemerintah dalam berbagai program
pembangunan
khususnya bidang kesejahteraan sosial. Sementara itu untuk kegiatan ekonomi baru berupa potensi-potensi yang belum dikelola. Salah satu potensi yang mulai akan digarap adalah pembuatan kerajinan tangan handy craft, itupun karena secara kebetulan salah satu anggota Karang Taruna (Bdi) memiliki keahlian tersebut. Meskipun masih dalam skala yang sangat kecil ternyata hasil kerajinan tangan tersebut mulai banyak diminati oleh masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Namun karena keterbatasan modal dana dan peralatan maka usaha handy craft ini belum mampu menghasilkan benefit/keuntungan yang memadai, terlebih lagi untuk mampu menyerap tenaga kerja secara signifikan. Berikut penuturan pengurus Karang Taruna.. Kerajinan handy craft di Cibabat selain dari kami belum ada lho bu, ini juga sebenarnya kebetulan saja Bdi (sebagai pemilik bakat keahlian sekaligus pencetus ide membuat produk kerajinan handy craft) adalah anggota Karang Taruna. Hanya sayang karena peralatan masih sangat tradisional dan hasil merakit sendiri, hasilnya menjadi tidak maksimal, kurang halus dan masih jauh lah bu kalau untuk disejajarkan bersaing dengan produk handy craft yang ada di Bandung. Belum lagi kami terbentur masalah modal dana untuk membeli peralatan yang lebih modern. Jangankan peralatan yang modern, untuk memperbanyak bahan-
121
bahan dasarnya seperti cat, kain,dan kayu saja kami kesulitan, karena meskipun kami mnggunakan barang bekas, terkadang sebagian dapat diperoleh dari barang bekas sekitar rumah tapi kadang juga kami harus membeli. Masalahnya dana yang kami miliki ternyata tidak cukup, padahal sudah mulai banyak pemesan seperti untuk souvenir pernikahan. Sementara ini tenaga yang dapat diandalin baru ada 2 atau 3 orang, teman-teman lain baru pada tahap belajar dan hasilnya pun belum halus. Tapi kalau peralatannya lebih memadai, InsyaAllah mah teman-taman akan cepat dapat menguasai tekniknya dan hasilnya pun akan lebih halus dan lebih banyak yang dihasilkan. Sekarang mah baru sedikit yang pesan, keuntungan juga masih kecil sekali. Kayak kemarin bu, ada yang pesan 200 buah gantungan kunci, dapat untungnya cuma Rp. 15.000,- (lima belas ribu), lumayan sih bu buat rokok anak-anak aja.saat ini mah kami sedang menunggu bantuan untuk handy craft yang dari Disnaker turun, katanya sih Desember nanti cair, sekarang sedang diproses. (Ant, 24th) Yang lebih bikin kami pusing lagi ini bu soal promosi produk dan pemasarannya, belum lagi melihat kemampuan daya beli masyarakat di Cibabat ini, terus terang kami agak pesimis. Meskipun di Cibabat baru ada kami yang merintis usaha kerajinan ini, tapi kan kalau promosi kurang dan pemasarannya gak bagus lha kelipet dong bu ama produk lain, terutama yang dari Bandung, mereka mah sudah canggih dan sudah dikenal oleh konsumen. Nah kami sedang lumayan stres memikirkan hal ini bu.gimana caranya kita teh mampu bersaing dengan produk lainnya yang sudah dikenal oleh masyarakat/konsumen.(Slh, 22th) Dari fakta di atas, unit usaha kerajinan handy craft yang dilakukan Karang Taruna pada konteks peran ekonomi lebih cenderung masih berada pada posisi peran konsumsi namun belum optimal. Hal ini dikarenakan Karang Taruna belum mampu mengolah bantuan-bantuan dana kelembagaan yang telah diterima sebelumnya (data pada bab 6), menjadi modal usaha bagi kerajinan handy craft tersebut. Berdasarkan data di atas, bahwa untuk unit usaha handy craft, Karang Taruna masih menunggu bantuan dana dari Disnaker. Sedangkan untuk peran produksi dan distribusi masih sangat kecil dapat dikatakan kurang optimal, artinya bahwa Karang Taruna baru pada tahap mempunyai potensi untuk dapat melakukan peran produksi. Hal ini dikarenakan belum mampu mengolah barang modal yang tersedia, serta memunculkan bakat kewirausahawan. Keuntungan yang diperoleh juga belum sampai pada taraf dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Bantuan dana yang diperoleh masih digunakan bagi kepentingan yang bersifat untuk pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang habis pakai (konsumtif), belum sampai pada tahap pengolahan barang dan jasa untuk kegiatan produksi. Adapun peran distribusi juga masih harus melakukan upaya peningkatan
122
untuk mampu bersaing dengan produk lain dan menguasai peta pemasaran serta menarik konsumen.
Peran kelembagaan Pemuda Muhammad Iqbal dalam kegiatan ekonomi. Seperti yang telah diuraikan dalam kajian keragaan kelembagaan pemuda pada bab sebelumnya, kelembagaan pemuda Muh.Iqbal memiliki beberapa kegiatan usaha ekonomi antara lain, warungan, usaha sablon, berkebun dan beternak. Jika dilihat dari parameter peran ekonomi dalam konteks peran produksi, konsumsi dan distribusi maka peran yang banyak dilakukan oleh unit ekonomi pemuda Muh.Iqbal saat ini lebih banyak melakukan peran produksi dan konsumsi, sedangkan untuk peran distribusi masih kecil/kurang, hal ini dapat dilihat dari data pada bab sebelumnya (bab 6). Analoginya adalah bahwa pada peran produksi yang dimiliki kelembagaan pemuda Muh.Iqbal sudah dijalankan dengan adanya 4 jenis unit usaha ekonomi tersebut di atas, namun hal tersebut masih belum optimal dikarenakan secara ukuran ekonomi (efektivitas dan efisiensi input-output), hal ini belum sepenuhnya dapat tercapai. Berikut penuturan dari salah satu anggotanya : Kegiatan yang menghasilkan dan mendatangkan keuntungan meskipun kecil ya baru warungan sama sablon, itupun masih untuk dikonsumsi oleh kami sendiri, karena yang beli paling-paling anak-anak TK dan kami sendiri, harganya pun jauh lebih murah daripada warung tempat lain. Pokoknya kalau dihitung dengan ukuran untung rugi, wah nggak masuk deh bu, kami memang tidak menarget agar dapat untung dari usaha warung sembako ini. Apalagi usaha ternak sama berkebun, itu mah cuma untuk kegiatan anak-anak saja agar punya ilmu cara berternak dan berkebun. (Rmt, 25th). Kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dari empat unit usaha tersebut, berdasarkan fakta di atas menunjukkan bahwa masih kental dengan nuansa peran konsumsinya dibanding peran produksi dan distribusi. Hambatan peran distribusi yaitu dalam memasarkan hasil kebun strowbery, dan menarik konsumen percetakan sablon dalam partai besar seperti memasok kebutuhan pecetakan dan ATK untuk kantor pemkot misalnya, unit ini masih mengalami kesulitan. Berikut penuturan ketua UEP Muh.Iqbal Kendala kami waktu membuka unit usaha budi daya buah strowbery ya soal pemasarannya bu, ketika sudah panen dan ternyata hasilnya bagusbagus, kami bingung di jual ke mana ini baiknya, daripada busuk ya
123
akhirnya dijual ke anak-anak sekolah dan TK di sini saja. Memang saya akui kami salah juga sih bu, awalnya mah coba-coba ingin tahu bagaimana teknik dan hasil budi daya strowbery tersebut, ternyata bagus dan banyak, alah kumah ieu (aduh bagaimana ini), dah coba nawarin ke Ramayana dan coba juga ke minimarket Alfamart atau di jual ke pasar, tapi ditolak, karena mereka sudah punya pemasoknya. Karena biaya perawatannya mahal, maka sekarang jadi beralih ke menanam palawija saja, selain murah juga cepat panennya dan dapat langsung dikonsumsi sendiri. Kegiatan unit ekonomi yang kami buat ini mah, sasaran dan tujuan utamanya adalah anak-anak binaan kami ini mampu mandiri, memiliki keterampilan untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.(Dn, 38th, ketua UEP) Faktor ke empat dari peran produksi yang menentukan efektivitas dan efisiensi peran ekonomi lainnya adalah faktor kewirausahaan. Hal ini meskipun baru pada tahap potensi, namun mulai terlihat dirintis oleh bapak Dn selaku ketua UEP, yaitu dengan merencanakan membuat sebuah unit usaha yang berbadan hukum semacam CV untuk dapat menerobos ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu di jajaran kantor pemkot Cimahi sebagai rekanan pengadaan ATK dan percetakan sablon (data di Bab 6). Dengan demikian peran ekonomi yang potensial dimiliki untuk dikembangkan oleh pemuda Muh.Iqbal adalah peran produksi. Hal ini dapat diketahui dari adanya 4 jenis unit usaha ekonomi, meskipun belum optimal dalam melaksanakan peran produksi dan distribusinya.
Peran kelembagaan Pemuda IRMA dalam kegiatan ekonomi. Sebagai kelembagaan yang berbasis religius dan dibentuk atas inisiatif dari masyarakat, IRMA sebenarnya memiliki potensi untuk menciptakan dan memunculkan peran ekonominya, hanya saja belum ada pihak yang menyadarinya dan belum sempat dibahas dengan serius, hal ini karena AD/ART dan tugas pokok yang diembannya adalah membantu DKM untuk memakmurkan masjid dengan berbagai macam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di dalam dan di luar mesjid. Salah satu bentuk peran yang dapat dikembangkan adalah membantu DKM dalam menerima dan mendistribusikan ZIS (zakat, infaq dan shadaqoh) ke orang-orang yang berhak menerima (data lihat bab 6). Kegiatan ZIS sebenarnya dapat dikembangkan menjadi sebuah lembaga keuangan permodalan/sebagai pemberi modal bagi warga masyarakat tidak mampu dan memiliki usaha kecil menengah, atau bagi warga yang ingin memulai usaha pada skala kecil. Hal ini
124
dapat terwujud apabila secara keterampilan manajerial keuangan lebih dapat profesional dan mampu membangun jejaring dengan para pemberi ZIS. Sehingga dapat memunculkan aktivitas produksi yang dapat bermanfaat selain bagi umat yang berhak, juga dapat menciptakan lapangan kerja bagi para pengelolanya. Berikut penuturan dari pembina IRMA mengenai hal tersebut. Kami selaku pembina IRMA, menyadari bahwa sebenarnya kalau saja para sesepuh mesjid dan kyai tidak terlalu kaku menerapkan tata aturan bagi DKM dan IRMA dalam hal merawat dan memakmurkan mesjid, maka posisi DKM dan IRMA ini sangatlah strategis untuk dapat dimanfaatkan sebagai lembaga yang memiliki aktivitas ekonomi juga. Tapi berhubung ada perbedaan pendapat dalam menafsirkan hadist bahwa Rosulullah tidak memperbolehkan/melarang kegiatan berniaga di dalam mesjid. Hal inilah yang menyebabkan hubungan kami sebagai kaum muda pengurus mesjid dan para sesepuh menjadi agak renggang. Sayang juga sih bu kalau dipikir-pikir, padahal maksud kami berjualan tersebut tidak semata-mata demi mencari keuntungan. Yah tapi sudahlah kami sekarang hanya bisa menunggu saja, atau ya ikut saja pendapat para sesepuh tersebut. (bapak Enj, 41th). Penuturan lain : Waktu rapat DKM tahun 2006 yang lalu mah ada yang mengusulkan membuat lembaga seperti Rumah Zakat yang dikelola oleh anak-anak DKM juga IRMA, tapi dikarenakan pada saat itu yang faham mengenai seluk-beluk mekanisme pembentukannya hanya pak Haji Nna (alm.) dengan putranya. Karena putranya sekarang tinggal dan bekerja di Surabaya, maka ide tersebut hingga saat ini tidak ada yang menindaklanjuti. Ya maklumlah bu, SDM kami kan minus. (bapak Ags, 39th). Berdasarkan data di atas dapat dianalogikan bahwa potensi peran ekonomi yang dimiliki oleh IRMA cenderung lebih besar pada peran distribusi. Sementara untuk peran produksi baru pada tahap memiliki rencana, hal ini dikarenakan adanya kendala perbedaan pendapat dengan tokoh agama/ulama setempat dalam pengelolaan kegiatan ekonomi di masjid.
Peran kelembagaan pemuda Pecinta Alam SENPAL dalam kegiatan ekonomi. Berdasarkan data keragaan kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat (Bab 6), pemuda SENPAL pada tahun 2003 pernah memiliki kegiatan membuat perkakas rumah tangga seperti keset dari serabut dan kain, kemonceng, juga
125
hiasan dari barang bekas, namun dikarenakan kesulitan mendapatkan bahan dasar dan memasarkannya, kegiatan tersebut saat ini akhirnya terhenti. Aktivitas mereka saat ini adalah mengisi kegiatan ekskul di beberapa sekolah menengah tentang pengetahuan lingkungan/cinta alam dan panjat tebing. Dengan memanfaatkan skill yang mereka miliki, saat ini mulai terbuka peluang dengan tawaran sebagai pemandu wisata out bound yang diadakan oleh beberapa sekolah menengah di Cimahi, selain itu beberapa orang anggota SENPAL juga mendapat kemudahan dalam mencari pekerjaan yang memerlukanketerampilan tertentu, misalnya sebagai pembersih kaca gedung-gedung bertingkat, dan juga diminta untuk bergabung dalam Tim SAR. Berikut beberapa penuturan dari pengurus dan anggota yang mendapat kemudahan pekerjaan tersebut. Alhamdulillah meskipun saya cuma lulusan STM dan sempat menganggur 2 tahun, daripada menganggur gak ada kerjaan, saya aktif di SENPAL saja, baru 1 tahunan saya aktif terus coba-coba melamar pekerjaan ke BRI Tower Alun-alun Bandung, waktu itu kebetulan ada lowongan pekerjaan untuk pekerja lapangan, saat wawancara dan ditanya punya bakat dan keahlian apa, saya mah cuma bilang senang panjat tebing dan ndaki gunung, petugas wawancaranya langsung bilang, eh kamu ntar jangan dulu pulang, kayaknya kamu mah diterima soalnya perusahaan lagi butuh pegawai untuk maintenance (perawatan) gedung bertingkat. Ya besoknya saya sudah kerja di sana, alhamdulillah sudah satu setengah tahun ini saya kerja. (Wnd, 28th) Saya juga gak jauh beda dengan Wnd bu, saya kan DO D3 akuntansi, biasa masalah biaya bu, ortu sakit jadi saya anak sulung harus bantu mereka cari uang, nah saya kan sudah lama aktif di SENPAL, ketika pendakian ke gunung Salak, ketemu sama anak-anak dari Jakarta yang sedang ndaki juga, setelah semalaman ngobrol dan kenal makin akrab, besok malamnya si Eg nawarin saya buat kerja di sebuah perusahaan jasa wisata alam (out bound, arung jeram, jelajah hutan dan laut) tapi kantornya di Jakarta, sambil Eg ngasih kartu namanya, setelah pulang ke Cimahi besoknya saya telepun dan ternyata langsung diminta datang ke Jakarta untuk mulai kerja di sana, itu mah tanpa test dan sebagainya bu, padahal yang lain mah katanya susahnya minta ampun, tahu sendiri di Jakarta tea atuh ibu. Nah kalau si Ndi mah ditarik ke Tim SAR Jabar, yah memang sukwan sih, tapi asyik lho bu nimba pengalaman, dia mah ke Aceh enam bulan, ke Jogja tiga bulan, yang namanya rezeki mah alhamdulillah ada saja, boro-boro mikirin digaji atau tidak, di tempat musibah begitu, eh tahu-tahu dapat uang saku, tah itu mah pengalaman si Ndi bu. (Tdy, 30th) Berdasarkan acuan parameter peran ekonomi maka dapat diketahui bahwa kelembagaan SENPAL lebih besar peran produksi pada sektor jasa
126
daripada produksi barangnya, namun demikian masih belum optimal, diperlukan pengembangan skill untuk lebih profesional dalam memberikan pelayanan jasa/service. Adapun pada peran konsumsi dan distribusi pemuda SENPAL masih kurang optimal. Selain SENPAL belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, dari pemasukan juga belum mencukupi untuk modal pembelian peralatan yang dibutuhkan, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk meningkatkan sektor pelayanan jasa. Hal ini diakui oleh pengurus dan anggota SENPAL sendiri bahwa salah satu kendala yang dihadapi kelembagaan ini adalah persoalan keterbatasan dana, upaya promosi dan juga peralatan. Berikut penuturan pengurus SENPAL. Kami sampai saat ini masih swadaya sendiri kalau untuk membeli alat-alat pendakian sama panjat tebing mah dari swadaya sendiri bu, kita juga sempat pinjam ke koperasi buat beli peralatan, alhamdulillah lunas juga dicicil dari uang ngambilan sampah, tapi itu waktu tahun 2003, sekarang mah kan yang mengatur pengambilan sampah, dari pemkot jadi kami tidak ada pemasukan buat kas lagi bu. Mau pinjam ke koperasi juga lha nanti bayarnya uang dari mana. Dari pemkot kami belum pernah dapat bantuan khusus buat SENPAL, kalau ada mah kami kan bisa mengembangkan skill dengan ditunjang peralatan yang memadai dan modern, apalagi kalau diberi fasilitas lahan untuk peragaan dan pelatihan panjat tebing, kan bisa menjadi daya tarik wisata wilayah Cibabat. (Dni, 22th) Peran kelembagaan Pemuda Pedagang Kaki Lima dalam kegiatan ekonomi. Secara aktivitas ekonomi sehari-harinya, kelompok pemuda Pedagang Kaki Lima ini telah melakukan kegiatan seperti membuat berbagai jenis makanan berat dan ringan, kemudian memasarkannya ke para pembeli. Setelah itu mereka mengelola input pemasukan dari hasil penjualan tersebut untuk dijadikan modal aktivitas produksi pada hari berikutnya. Berikut penuturan dari beberapa pemuda yang berjualan makanan di Perempatan Cihanjuang. Namanya jualan, ya tidak tentu lah bu, kadang hari ini banyak yang beli kadang juga semalam cuma 3 orang, semalam dapat Rp. 21.000,(dua puluh satu ribu) sampai Rp. 35.000,- (tiga puluh lima ribu) saja sudah alhamdulillah banget deh bu. Kan kita gak tiap hari beli bahanbahan makanannya, seperti mie, telor, bakso, minyak dan sosis bisa tahan lama, sedangkan kayak sayuran (tomat, cabe, bawang daun, kol) kan relatif harus segar dan baru, jadi ya setiap dua hari atau tiga hari sekali kita belanja sayuran sama beras, ya paling cuma butuh modal Rp. 20.000,- (dua puluh ribu) saja, tapi itu kalau harga sayuran dan beras sedang tidak naik lho bu, kayak sekarang ini terus-terang Wwn
127
pusing, soalnya semua bahan pokok harganya naik hampir dua kali lipat, agak repot juga ngaturnya.(Wwn, 25th) Berdasarkan fakta pada kajian bab sebelumnya (Bab 6), dan dengan potensi SDM yang mereka miliki serta semangat dan jiwa berwirausaha berani bersaing produk makanan dengan orang lain, potensi besar dan langka tersebut masih dapat ditingkatkan dan dikembangkan, sehingga peran ekonomi yang saat ini mereka lakukan menjadi belum optimal. Hal ini dikarenakan masih sangat besar peluang untuk adanya pengembangan unit usaha mereka, dengan sentuhan ide-ide yang inovatif mengenai serba-serbi industri pengolahan makanan baik yang modern maupun tradisional, maka peran ekonomi kelembagaan pemuda Pedagang Kaki Lima ini akan berubah menjadi sangat optimal. Kendala yang dihadapi oleh Kelembagaan pemuda pedagang kaki lima saat ini untuk dapat mengembangkan usahanya tersebut adalah seputar masih minimnya ide-ide kreatif tentang pengolahan dan jenis makanan yang akan diproduksi, juga modal dana dan peralatan yang dimiliki saat ini. Berikut penuturan dari salah satu pemuda tersebut. Wsn sebenarnya sudah punya rencana untuk mengembangkan usaha di sini bu, tapi berhubung terbentur oleh masalah ilmu sama modal juga, jadi sekarang mah tidak dapat berbuat banyak bu, lagi kumpulkumpul modal dulu buat kursus, Wsn ingin memperdalam ilmu tentang industri pengolahan makanan. Kalau kita dah punya ilmunya kan ntar tinggal cari orang yang mau ngasih modal. (Wsn, 27th) Peran ekonomi konsumsi dan distribusi lebih banyak dilakukan oleh kelompok pemuda pedagang kaki lima tersebut. Sedangkan potensi yang dapat dikembangkan untuk lebih maju ada pada peran produksinya, yaitu dengan adanya semangat memperdalam ilmu tentang industri pengolahan makanan yang lebih prospektif dan memiliki daya jual tinggi. Selain itu kemampuan mengembangkan jenis usaha makanan lainnya, sehingga menciptakan peluang lapangan pekerjaan bagi rekan dan kerabat lainnya (data Bab 6). Peran kelembagaan Pemuda Pengrajin Gypsum dalam kegiatan ekonomi. Kajian keragaan kelembagaan tentang pemuda pengrajin gypsum pada bab sebelumnya (Bab 6) memperlihatkan fakta bahwa secara peran ekonomi, kelembagaan ini memiliki berpengalaman dalam aktivitas peran produksi dan
128
distribusi hanya saja karena keterbatasan modal dana untuk memperluas tempat usaha dan menambah peralatan, maka kelembagaan ini menjadi belum optimal. Terlebih lagi seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya (Bab 6), bahwa bapak Ndb selaku pemilik usaha gypsum, memiliki program pengrekrutan tenaga kerja dengan membina anak-anak pengangguran yang tinggal di sekitar rumah dan tempat usahanya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terutama pada peran produksi. Berikut penuturan dari bapak Ndb selaku pemilik usaha gypsum. Sekarang ini sebenarnya buat saya usaha ini lebih dari cukup memuaskan ya bu, karena alhamdulillah konsumen mah ada saja ya bu, bahkan dari Bandung beberapa orang yang sudah tahu dan pernah memesan ke sini, sampai sekarang kalau ada saudaranya yang sedang ngebangun rumah atau renovasi jadi keterusan pesannya ke saya. Tapi berhubung saya ada rencana merekrut anak-anak yang masih menganggur di sekitar sini, dan mau menekuni bidang ini, ya itu dia saya harus punya tempat yang lebih luas dan juga tambahan peralatan. Masalahnya modal dananya yang masih belum terkumpul. Harapan saya dengan bertambah karyawan, maka semakin banyak barang yang dihasilkan dan juga semakin cepat waktu pengerjaannya, dengan begitu saya baru berani mengerjakan proyek di pemkot, karena tenaga kerjanya memadai, kalau sekarang ini kan saya gak mau ambil resiko ngerjain pesanan di pemkot, karena pesanan untuk konsumen lain menjadi terbengkalai dan juga karena kurang tenaga. Sementara saya butuh sistem pembayarannya lancar dan cepat agar dapat diputar lagi dan saya bisa kasih gaji ke pegawai to bu. Dengan aktivitas ekonomi yang dimilikinya tersebut, maka pemuda pengrajin gypsum dapat dikategorikan pada taraf peran ekonomi produksi hanya saja belum optimal, dikarenakan masih dalam proses pemantapan aspek skill dari tenaga kerja yang ada.
Peran kelembagaan Pemuda Pecinta Vespa Antik dalam kegiatan ekonomi. Kelembagaan pemuda pecinta vespa antik terbentuk atas dasar ketertarikan minat dan hobi pada bidang otomotif. Hasil kajian pada Bab 6 tentang keragaan kelembagaan pemuda Pecinta Vespa Antik ini menunjukkan bahwa aktivitas mereka lebih banyak pada kegiatan penyaluran bakat dn hobi, sementara untuk kegiatan sosial baru satu kali, sedangkan kegiatan ekonomi dapat dikatakan belum ada sama sekali (data di Bab 6). Dengan kondisi tersebut secara peran ekonomi kelembagaan Pecinta Vespa Antik belum ada sama sekali, potensi untuk memunculkan peran ekonomi pun hingga saat ini hampir belum
129
ada. Hal ini dapat dimengerti karena perkembangan hobi otomotif pun makin modern dengan berbagai jenis kendaraan bermotor, sehingga hanya jenis-jenis kendaraan yang super antik atau justru super modern/tren baru yang saat ini lebih menonjol dan menguasai arena otomotif. Hal ini difahami juga oleh para pecinta vespa antik tersebut, berikut penuturan salah satu pengurus. Sebagai biker (pengendara sepeda motor) saya sih enjoy-enjoy aja sih, gak ada beban merasa minder dengan kondisi bahwa pecinta vespa sekarang mulai terpinggirkan. Memang masa kejayaan komunitas pecinta vespa kan waktu tahun 2000-2002, semakin ke sini banyak yang beralih ke motor-motor baru, seperti mio, jetmatic dan vario. Bikernya rata-rata didominasi oleh anak-anak sekolah, kalau kami mah justru merata, dari anak sekolah, mahasiswa sampai ke PNS dan buruh, tapi memang kelas kami mah kalangan midlde ke bawah sih, bukan menengah ke atas. Jadi ya maklum lah bu kalau kami gak punya channel atau relasi yang oke punya duitnya (orang dengan potensi keuangan/modal dana besar). Yang penting bagi kami mah enjoy saja lagi, gak perlu pusing-pusing mikirin mau usaha apa, wong tampang sama modal juga kagak nyampe lah bu, tapi kalau ada yang mau ngajakin mah ya hayu aja atuh. Memang mendingan kami diajak kerja sama dengan lembaga lain yang sudah mapan, sambil kami belajar, juga tidak riweh ngurus sendiri. Lagi pula lumayan juga kalau berhasil kami kan kecipratan dan kebagian juga to bu. (Ryn, 25th). Kondisi aktual di atas menunjukkan bahwa kelempok pecinta vespa antik sampai saat ini belum memiliki potensi dan juga peran ekonomi yang dapat dikembangkan, akan tetapi secara jaringan mereka memiliki simpul-simpul jaringan sesama biker di luar wilayah Cimahi. Mereka juga membuka peluang bersedia untuk dilibatkan dalam kegiatan ekonomi yang lebih signifikan. Peran ekonomi dan kekuatan jaringan dari ketujuh kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat dapat dilihat dari Tabel 10 (halaman 141).
Peningkatan Peran Ekonomi Kelembagaan Pemuda dan Analisis Diagaram Venn
Kelembagaan pemuda dikatakan telah memiliki peran ekonomi yang optimal apabila dalam konteks efisiensi dan efektifitas, kelembagaan pemuda tersebut
dapat mengelola input yang dimilikinya secara efektif dan efisien
sehingga menghasilakan output yang diharapkan, maka kelembagaan tersebut dalam aras ekonomi dapat dikatakan telah optimal. Selain itu dari aspek jaringan
130
sosial baik antar kelembagaan pemuda maupun dengan lembaga di luar kelembagaan pemuda telah terjalin intensitas keterikatan dan keterhubungan satu dengan yang lain. Sehingga kelembagaan pemuda secara optimal mampu berperan ekonomi dan juga sekaligus mampu mengembangkan jejaring sosialnya. Untuk lebih mengetahui sejauhmana jejaring di dalam dan di luar kelembagaan pemuda yang dapat dikembangkan dalam peran ekonomi di masa yang akan datang, maka diperlukan suatu analisa Diagram Venn. Analisis Diagaram Venn juga berfungsi untuk mengetahui sejauhmana tingkat kedekatan hubungan/jaringan (antar dan inter kelembagaan lain), serta kelembagaan yang bagaimana untuk dapat diakses oleh
kelembagaan
pemuda
pada
konteks
peningkatan
peran
ekonomi.
Kelembagaan pemuda tersebut dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu lembaga pemuda bentukan dari atas/intervensi dan lembaga pemuda bentukan dari bawah/swakarsa/asli dari masyarakat. Bertumpu pada analisis data kajian tersebut diatas, dan berdasarkan hasil dari diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) dengan ketujuh kelembagaan pemuda yang menjadi bahan studi kasus kajian, diperoleh usulan akan dibentuk sebuah kelembagaan baru yang merupakan hasil kolaborasi dari ketujuh kelembagaan pemuda. Dengan Diagram Venn tersebut dapat diketahui sejauhmana jaringan sosial telah dimanfaatkan secara optimal dalam peran ekonomi kelembagaan pemuda, sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya mengatasi masalah ekonomi keluarga. Analisis jaringan tersebut secara lebih jelasnya dapat dilihat pada analisis Diagram Venn Gambar 2 (halaman 131) berikut.
131
Diagram Venn Inter Kelembagaan Pemuda (Pemerintah, Swasta, Stakeholders)
Diagram Venn Antar Kelembagaan Pemuda BKM
Kope rasi
Toma
Rt/ Rw
KT
SEN PAL
Pemeri ntah
Ves pa
BK3S
PKK Posyan du Pesan tren
Muh. Iqbal
Swasta/pas ar/pengusa ha/investor
PKL
PMI Gyp sum Pemberi ZIS/warga mampu
DKM
Toga
CV (Kelembagaan Kolaborasi)
Gambar 2 Diagram Venn Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Keterangan : Warna bulatan dan garis : menggambarkan peran ekonomi kelembagaan dan jaringan dengan kelembagaan lain. Garis putus : menggambarkan intensitas jaringan dan interaksinya. Besar lingkaran : menggambarkan kekuatan lembaga dalam ukuran jumlah (banyak diakses pemuda) Tali : menggambarkan kedekatan/intensitas jaringan dengan kelembagaan lain.
IRMA
132
Diagram Venn Inter Kelembagaan Pemuda (Pemerintah, Swasta, Stakeholders)
Diagram Venn Antar Kelembagaan Pemuda
KT
Stakeholders Toma/Toga/RtRw/PKK/Posya ndu/ PMI/BK3S
SEN PAL
Pemerintah
Ves pa
Muh. Iqbal IRMA Swasta/pasar/ pengusaha/inves tor/Perbankkan/ Koperasi/BKM PKL
Gyp sum
CV (Kelembagaan Kolaborasi)
Gambar 2 Diagram Venn Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Keterangan : Warna bulatan dan garis : menggambarkan peran ekonomi kelembagaan dan jaringan dengan kelembagaan lain. Garis putus : menggambarkan intensitas jaringan dan interaksinya.
133 Besar lingkaran : menggambarkan kekuatan lembaga dalam ukuran jumlah (banyak diakses pemuda) Tali : menggambarkan kedekatan/intensitas jaringan dengan kelembagaan lain.
132
pemerintah, dikarenakan posisi Karang Taruna yang merupakan bentukan pemerintah. Jaringan dengan stakeholders dan kelembagaan lokal antara lain BKM, Rt/Rw, Tokoh masyarakat, PKK, PMI, BK3S. Sementara dengan pihak swasta, intensitas jaringan yang terbangun belum kuat, masih bersifat sementara, hanya sebatas hubungan donatur dengan penerima donasi,terutama pada saat akan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial. Hal ini pulalah yang menjadikan salah satu peran ekonomi yang ada pada Karang Taruna belum optimal, karena intensitas jaringan dalam konteks aktivitas ekonomi/produksi handy craft dengan pihak-pihak swasta belum tercipta dan masih berupa potensi. Sehingga dalam rangka peningkatan peran kelembagaan pemuda terutama peran ekonominya, potensi jaringan dengan pihak swasta ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan, terlebih dengan memunculkan konsep wawasan berwirausaha baik dari pengurus Karang Taruna maupun para pengelola handy craft sendiri. (data bab 6). 2.
Kelembagaan Muhammad dalam diagram Venn digambarkan memiliki lingkaran yang lebih besar dari Karang Taruna dikarenakan jumlah anggota lebih banyak dibanding Karang Taruna, yaitu 95 orang. Intensitas jaringan yang dimiliki dengan kelembagaan pemuda lain belum optimal, hal ini terlihat dari garis hijau yang dimiliki hanya menghubungkan dengan kelembagaan pemuda Vespa Antik dan Pengrajin gypsum, sedangkan dengan kelembagaan
pemuda
lainnya
belum
ada
keterhubungan
jaringan.
Kedekatannya dengan Vespa Antik dan pengrajin gypsum didasari oleh adanya pengrekrutan tenaga kerja pemuda Muh.Iqbal untuk dibina agar memiliki keterampilan dan keahlian dalam usaha kerajinan gypsum, hal ini ditandai dengan garis hijau pendek yang menghubungkan lingkaran Muh.Iqbal dengan lingkaran gypsum dan lingkaran Vespa Antik. Adapun jaringan dengan di luar kelembagaan pemuda (inter kelembagaan), Muh.Iqbal memiliki jaringan baik dengan pemerintah, swasta dan stakeholders. Berdasarkan data pada bab sebelumnya (bab 6 dan 7) intensitas hubungan dengan pemerintah cenderung lebih kuat dan dekat, dibanding dengan stakeholders dan swasta. Pada konteks peran ekonomi yang dimiliki oleh kelembagaan Muh.Iqbal (data bab 7), jaringan dengan pihak swasta memang belum optimal, salah satu kendalanya dikarenakan Muh.Iqbal hanya
133
merupakan sebuah kelembagaan pemuda yang berbasis sosial, dan belum memiliki lembaga usaha secara mandiri yang berbadan hukum semacam CV (data bab 6 dan 7), sehingga hasil dari unit usaha kelompok UEP belum dapat dipasarkan secara maksimal dan belum cukup mewakili kebutuhan konsumen secara lebih luas. Intensitas jaringan yang dimiliki Muh.Iqbal lebih banyak dengan stakeholders dan kelembagaan lokal yang bernuansa sosial dan keagamaan seperti BK3S, Pesantren, Tokoh Agama, Rt dan Rw. 3.
Jejaring sosial yang dimiliki kelembagaan Pecinta Alam SENPAL dengan kelembagaan pemuda lainnya relatif sangat sedikit, demikian pula dengan jumlah angota yang hanya 32 orang, dalam diagram Venn digambarkan hanya ada garis yang menghubungkan SENPAL dengan Vespa Antik dan juga dengan Karang Taruna, sedangkan dengan kelembagaan pemuda lainnya belum ada keterhubungan jaringan. Sementara jaringan dengan pemerintah, swasta dan stakeholders, SENPAL cukup memiliki jaringan meskipun intensitasnya masih kecil. Hal ini terlihat dari masih panjangnya garis yang menghubungkan SENPAL dengan lingkaran kelembagaan lokal lainnya, bahkan dengan pihak pemerintah, intensitas jejaring masih ada sangat lemah dan masih ada jarak, digambarkan dengan garis yang putus-putus, interaksi yang berjarak tersebut juga dikarenakan adanya kekecewaan SENPAL ketika mereka membutuhkan bantuan serta dukungan dari pemerintah, tapi hal itu tidak didapatkan (data lihat bab 6 dan 7). Sementara interaksi dengan stakeholders, SENPAL cukup memiliki kedekatan dalam berbagai kegiatan sosial seperti dengan Posyandu, koperasi, dan PMI. Interaksi dengan pihak Rt tidak ada kendala maupun kesulitan, hanya dengan pihak Rw sudah satu tahun ini tidak cukup bagus, hal ini dipicu oleh ketidakjelasan alasan seputar pelarangan pemakaian ruangan posyandu oleh anak-anak SENPAL (data lihat bab 6). Namun demikian jaringan dengan pihak swasta meskipun belum optimal, tetapi ada interaksi dalam bentuk kerjasama yang lebih profesional (SENPAL sebagai penyedia jasa bagi pihak swasta). Skill yang langka tersebutlah merupakan peran ekonomi SENPAL yang menjadi daya tawar tersendiri ketika berhadapan dengan pihak swasta. Pemerintah dalam hal ini belum memanfaatkan jejaring dengan pihak swasta untuk menggarap dengan serius, potensi peran ekonomi dari kelembagaan pemuda SENPAL yang
134
dapat dijadikan daya tarik wisata dan sebagai salah satu sumber peningkatan pendapatan daerah setempat. 4.
Keberadaan IRMA di Kelurahan Cibabat digambarkan dengan lingkaran yang lebih besar dari SENPAL, hal ini sesuai dengan jumlah anggotanya yaitu 36 orang. Karena IRMA dibentuk dari inisiatif masyarakat yang berbasis keagamaan, sehingga jejaring yang dimiliki juga lebih banyak pada kelembagaan agama, seperti dengan pesantren, tokoh agama dan DKM. Adapun dengan stakeholders lainnya seperti Rt/Rw, tokoh masyarakat, warga pemberi ZIS (warga yang mampu dan berlebih harta/kaya). Jaringan dengan kelembagaan pemuda lainnya, cenderung hanya sebatas kerja sama ketika mengadakan kegiatan bersama seperti khitanan massal (data bab 6), itupun hanya dengan PMI dan Karang Taruna, sehingga intensitas hubungan yang renggang tersebut digambarkan dengan garis orange yang panjang baik ke PMI maupun Karang Taruna. Jejaring dengan tokoh agama dan juga warga yang mampu atau bahkan warga yang kaya sebenarnya merupakan potensi yang dimiliki IRMA untuk mengembangkan potensi ekonominya. Tapi seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya (bab 6), salah satu kendala IRMA yang menjadikan kurang berkembang saat ini adalah aspek SDMnya. Seiring dengan potensi jejaring yang dapat dimanfaatkan, peningkatan kualitas SDM menjadi agenda utama IRMA. Sementara itu, intensitas jaringan dengan pemerintah
juga masih sangat lemah, baik dari
pemerintahnya sendiri maupun juga potensi IRMA yang belum terlihat memunculkan daya tawar/keunggulan IRMA. 5.
Pemuda Pedagang Kaki Lima Cihanjuang merupakan kelembagaan yang hanya memiliki jaringan dengan pihak swasta yang meliputi pasar, konsumen dan pemodal, namun intensitas hubungan belum kuat dan dekat, ini digambarkan dalam diagram Venn dengan garis panjang. Jaringan dengan kelembagaan pemuda lainnya juga belum terbangun, demikian pula dengan pihak pemerintah maupun stakeholders. Peran ekonomi yang dimiliki oleh para pemuda pedagang kaki lima tersebut dapat ditingkatkan dan dikembangkan dengan lebih memperkuat jejaring ke pihak swasta. Hanya dibutuhkan pengayaan wawasan dan keterampilan sehingga muncul beberapa pemuda kreatif dan inovatif yang pada akhirnya mampu mengelola sektor
135
informal tersebut dengan menerobos batas-batas kendala seputar permodalan melalui pemanfaatan jejaring dengan kelembagaan lain. 6.
Pemuda Pengrajin Gypsum, keberadaannya tidak jauh berbeda dengan Pemuda Pedagang Kaki Lima, jaringan sosial dengan kelembagaan pemuda lainnya relatif sangat sedikit, hanya dengan Muh.Iqbal. Sementara dengan kelembagaan lokal lainnya hanya dengan pihak swasta saja yang intensitas hubungannya lebih dekat, dengan pemerintah belum terbangun hubungan yang lebih optimal, sehingga digambarkan sebagai garis yang terputus-putus. Peningkatan peran ekonomi pengrajin gypsum bergantung pula pada perluasan dan peningkatan jejaring yang dimiliki, namun masih tetap harus mengembangkan
skill
dan
pengalaman
sehingga
diharapkan
dapat
memunculkan aspek kewirausahaan dalam skala yang lebih luas. 7.
Kelompok Pecinta Vespa Antik digambarkan dengan lingkaran kecil dan berada jauh dari lingkaran lainnya, hal ini dikarenakan jumlah anggota yang sedikit, juga jaringan yang dimilikinya pun masih sangat sedikit dan dengan intensitas yang masih lemah pula. Jaringan dengan kelembagaan pemuda lainnya hanya terjalin antara SENPAL dan Karang Taruna. Sedangkan dengan kelembagaan lokal lain, belum ada, hanya dengan pemerintah dan itu pun pada saat mengajukan permohonan bantuan dana bagi kegiatan bakti sosial.
8.
Pihak swasta menganggap bahwa kelembagaan pemuda hanya sebagai lembaga penerima donasi dari mereka atau sebagai konsumen, sehingga segala tindakan pihak swasta seantiasa mengarah pada upaya meminimalisir besarnya donasi/sumbangan yang akan diberikan kepada lembaga pemuda tersebut. Pada peran ekonomi, lembaga swasta justru mememelihara posisi produsen-konsumen terhadap kelembagaan pemuda, mengingat potensi pasar di segmen pemuda yang besar. Diantara lembaga swasta sendiri yang berlangsung adalah interaksi dengan warna kompetisi yang ketal dan hanya bermuara pada sebuah visi seberapa jauh keuntungan yang dapat diperoleh. Realitas tersebutlah yang mengakibatkan kelembagaan swasta ini dalam pandangan kelembagaan pemuda merupakan lembaga yang sulit untuk disentuh, ditambah pula dengan peran ekonomi yang masih pas-pasan/belum optimal. Sehingga, secara intensitas kedekatan menjadi relatif masih lemah
136
dan interaksi juga jarang terjadi. Kondisi tersebut digambarkan dengan garis terputus-putus yang menghubungkan dengan beberapa kelembagaan pemuda. 9.
Pemerintah, lembaga ini pun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan lembaga swasta di atas dalam kaca mata kelembagaan pemuda. Selama ini pemerintah terlihat sangat antusias dalam merespon jika terdapat suatu kepentingan program yang harus dilaksanakan, namun dalam tahap perencanaan serta pelaksanaannya, unsur pemuda dan kelembagaannya hanya sebagai obyek/sasaran saja belum sampai pada taraf pelibatan sebagai subyek/pelaku program. Tidak jauh berbeda dengan keberadaan pihak swasta di mata pemuda, keterhubungan pemerintah dengan beberapa kelembagaan pemuda digambarkan dengan garis hitam yang terputus-putus (SENPAL, VESPA, Pengrajin gypsum), ini menunjukkan bahwa intensitas jaringan yang belum terbangun dengan kuat. Sementara kelembagaan pemuda seperti Karang Taruna, Muh.Iqbal dan IRMA intensitas jaringan dan interaksi dengan pemerintah relatif lebih kuat, hal ini dikarenakan secara kepentingan pelaksanaan program, pemerintah membutuhkan keberadaan kelembagaan pemuda tersebut meskipun dalam penyusunan program cenderung masih didominasi oleh pihak pemerintah saja, belum melibatkan unsur partisipasi dan aspirasi dari kelembagaan pemuda itu sendiri.
10. Lembaga kolaborasi yang digambarkan dengan adanya lingkaran besar dengan warna hijau tua tebal merupakan gambaran dari bentukan kelembagaan baru dalam rangka meningkatkan peran ekonomi kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat. Kelembagaan tersebut berupa sebuah lembaga badan usaha berbadan hukum yang berbentuk CV. Lembaga badan usaha ini merupakan sebuah lembaga kolaborasi dari ketujuh kelembagaan pemuda kajian kasus yang dipercaya untuk merintis dan mengelola CV Bersama tersebut. Ketika ditawarkan apakah sebaiknya bentuk lembaga kolaborasi tersebut berupa lembaga “koperasi pemuda”, mereka menolak dan lebih memilih membentuk lembaga usaha berupa CV. Dalam pandangan mereka untuk wilayah Cibabat yang saat ini telah memiliki 5 buah koperasi (data PL I), dan menurut mereka lembaga koperasi di Cibabat belum merupakan lembaga yang dipandang profesional untuk berkompetisi di dunia usaha, terutama daerah urban. Koperasi masih umum dinilai sebagai lembaga
137
keuangan yang bersifat sosial. Berikut penuturan dari beberapa pengurus kelembagaan pemuda di Cibabat : Kami semula punya rencana mau bikin koperasi saja, tapi setelah dipikir-pikir lagi, kita kan ingin mengembangkan unit usaha agar dapat dipercaya oleh pihak lain menjadi rekanan bisnis, seperti yang diminta sama pak Us (Disnakerduk) untuk membuat CV. waktu saya ajukan koperasi, kata pak Us gak bisa ikut tender proyek. Kemudian juga sulit jika mau mengajukan ke bank, karena yang mereka butuhkan untuk menjadi rekanan adalah lembaga usaha yang sudah lazim berkutat pada dunia usaha dan perbankkan semacam CV dan PT. Lagi pula koperasi yang sudah ada di Cibabat juga belum berkembang dan belum maju, jadi susah kami pun batal membuat koperasi. Kalau persyaratannya mudah dan murah mah, ya kami mau bergabung saja dengan teman-teman lain. (Dn, Muh.Iqbal) Menurut pandangan saya nih bu, saya lebih memilih dan setuju kalau kita membuat lembaga usaha CV saja, jangan lembaga koperasi, selain kami dapat belajar mengemban tanggung jawab yang cukup besar dan penuh resiko, kami juga menjadi tahu mengenai seluk-beluk dunia bisnis, sehingga kami bisa bilang nantinya, geuning kieu dunia perbisnisan teh, ker nyaho urang mah (begini ternyata dunia perbisnisan ya, baru tahu kita ya). Ini punten saya bilang begini ya bu, kalau kayak koperasi mah mudah dibentuk, terus mudah pula dibubarkan alias membubarkan diri. (Nc, Karang Taruna)
Akhirnya hasil
kesepakatan menyatakan bahwa masing-masing
perwakilan dari kelembagaan pemuda harus ikut andil dalam merintis lembaga CV tersebut. Para personil tersebut merupakan pelopor dan pejuang awal untuk melakukan dialog dan interaksi dengan pihak pemerintah maupun swasta secara intensif,
sehingga diharapkan keberadaan CV Bersama
nantinya terbentuk suatu program yang mampu menjadi solusi bagi permasalahan ekonomi keluarga. Selain itu juga mampu menjembatani kelembagaan pemuda dalam meningkatkan peran kelembagaannya, terutama peran ekonomi. Alasan mengapa lembaga kolaborasi tersebut dalam bentuk CV, dengan sejumlah pertimbangan antara lain : a) Pengurusan sejumlah izin usaha bagi Badan Hukum berupa CV. jauh lebih murah dibandingkan dengan PT. Dengan mendirikan CV, dana yang dibutuhkan untuk pembuatan akta, SIUP(surat izin usaha perdagangan), SITU (surat izin tempat usaha), TDP (tanda daftar perusahaan), TDR (tanda daftar rekanan), serta pengurusan keanggotaan KADIN (kamar dagang dan industri) hanya memakan biaya sekitar Rp. 1.500.000. Ini tentu
138
sesuai dengan keterbatasan modal awal yang dapat dikumpulkan. Sedangkan untuk mendirikan PT. dengan akta yang lengkap dengan izinizinnya dapat memakan biaya lebih dari Rp. 10.000.000. b) Pengaturan saham dalam CV. jauh lebih mudah persyaratannya, dan tidak memerlukan akta perubahan pemegang saham seperti halnya dalam PT. Dengan demikian, proporsi tanggung jawab maupun tanggung gugat dalam dinamika badan usaha ini akan lebih dinamis, dan lebih memudahkan perubahan komposisi kepemilikan saham. Demikian pula dalam pergantian direksi dan jajaran manajemen, sehingga rotasi jabatan dapat dimungkinkan. c) Badan Hukum berupa CV. maupun PT. lebih memiliki kemudahan mengikuti berbagai tender proyek, pengajuan permodalan ke Institusi Perbankan, serta dalam menjalin kerjasama dengan badan usaha lain maupun pemerintah, karena dalam kaca mata dunia usaha dipandang memiliki manajemen maupun aspek legalitas yang lebih kuat. Inilah mengapa bukan badan usaha berupa koperasi yang menjadi pilihan. 11. Struktur manajerial yang akan direncanakan akan berupa struktur yang merotasi berbagai jabatan dalam waktu dan situasi tertentu. Ini akan menyebabkan kelembagaan yang menjadi pemegang sahamnya dapat memperoleh kesempatan yang adil dalam mencicipi pengalaman manajerial. Ini pun akan mencegah badan usaha yang dibentuk ini menjadi ekslusif menjadi ‘milik’ lembaga kepemudaan tertentu yang lebih dominan, karena jabatan-jabatan strategis merupakan hak semua konstituennya. Hal ini akan dirumuskan dalam anggaran dasar yang akan disusun. 12. Dengan menggunakan badan usaha berbadan hukum yang dipandang “kuat” akan memungkinkan para pengurus dan pemuda yang menjadi direksi, jajaran manajemen, maupun pegawai dapat memiliki status yang cukup tinggi, dan pengalaman yang memadai. Ini dapat menyebabkan para pengurus yang masih berstatus fresh graduate dapat memiliki pengalaman kerja yang berharga, sehingga bila mereka ingin mengembangkan potensi dengan bekerja di tempat lain, mereka akan dipandang sebagai tenaga kerja berpengalaman, bukan lagi dipandang sebagai fresh graduate. Ini tentunya dapat memecahkan persoalan “pengangguran terdidik”, di mana tenaga kerja
139
terdidik tidak dapat merebut pasar tenaga kerja dikarenakan kebutuhan tenaga kerja lebih terbuka luas bagi mereka yang memiliki pengalaman kerja. Dengan demikian, badan usaha ini pun juga memiliki peran sebagai lembaga magang yang efektif untuk menjadi tempat mencetak fresh graduate menjadi tenaga kerja berpengalaman (selain mencetak para entrepreneur yang handal) yang dapat merebut pasar tenaga kerja. Ini tentunya merupakan peran yang sangat signifikan dalam memecahkan persoalan ekonomi keluarga, yang sekaligus dapat memperkokoh peran kelembagaan pemuda di mata para pemuda sebagai konstituennya. Diharapkan, penawaran seperti ini dapat menyebabkan aktifitas para “pegawai” dalam badan usaha ini bukanlah didasari oleh besaran penggajian, melainkan karena prospek pengalaman kerja, dan terbukanya wawasan dan jaringan dunia usaha bagi para pemuda yang berminat bergabung. Sistem rekrutmen akan dirumuskan selanjutnya bila badan usaha ini telah mulai menggulirkan kegiatan ekonomi yang signifikan.
Rancangan Program Dan Strategi Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda
Upaya peningkatan peran kelembagaan pemuda dapat ditindaklanjuti melalui penyusunan rancangan progam dan strategi, yang berangkat dari peran ekonomi kelembagaan pemuda saat ini. Rancangan program dan strategi yang dapat meningkatkan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi di keluarga, dapat dirancang dengan melihat masalah, kebutuhan serta potensi yang ada. Permasalahan yang dihadapi oleh kelembagaan pemuda seperti yang telah diidentifikasi dalam bab sebelumnya (bab 6 dan 7), memerlukan suatu pemecahan yang terstruktur, sistematis dan terarah. Rancangan program dan strategi dilakukan dengan teknik FGD yang melibatkan beberapa perwakilan dari 7 (tujuh) kasus organisasi dan kelompok pemuda. FGD berlangsung dengan lancar tanpa banyak keterlibatan pengkaji. Posisi pengkaji hanya sebatas memediasi dan menjawab pertanyaan jika ada hal yang kurang dimengerti oleh peserta. Berikut hasil dari FGD dalam memetakan dan mengidentifikasikan masalah, potensi dan alternatif pemecahan masalah
140
untuk peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga, yang berujung pada penyusunan program dan strategi. Berbagai masalah, penyebab, dampak, kebutuhan, potensi dan pemecahan masalah tersebut merupakan hasil dari beberapa pertemuan dan diskusi dengan para pengurus dan anggota dari kelembagaan pemuda. Berbagai masalah yang terkait dengan peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda tersebut antara lain : 1.
Kekuasaan dan program-program yang cenderung masih bersifat top down, sehingga memunculkan ketidakyakinan/underestimed baik dari pihak pemerintah maupun swasta (data bab 6 dan 7).
2.
Posisi formal di pemerintahan yang dimiliki oleh salah satu kelembagaan pemuda, sehingga muncul kendala berupa keterbatasan akses dan jaringan dalam hal permodalan dan pemasaran hasil-hasil produksi (data bab 6 dan 7).
3.
Masih minimnya kebermanfaatan program bagi pengembangan masyarakat, terutama bagi pengembangan kelembagaan pemuda dalam meningkatkan peran ekonominya.
4.
Belum adanya koordinasi antara dinas-dinas terkait dalam memberikan program pemberdayaan kelompok UEP pemuda pada tingkat Kota Cimahi apalagi di Kelurahan Cibabat.
5.
Kurangnya keberanian dan daya terobos kelembagaan pemuda untuk mencari lahan perbaikan ekonomi
6.
Kurangnya daya tawar kelembagaan pemuda terhadap pemerintah mau pun swasta, dan elemen masyarakat lainnya, baik dalam hal program mau pun entitas kelembagaan itu sendiri.
7.
Peran ekonomi kelembagaan pemuda yang belum optimal dan juga
8.
Pemanfaatan jejaring yang belum optimal. Berdasarkan Permasalahan yang dihadapi oleh kelembagaan pemuda
berdasarkan
tujuh
kasus
kelembagaan
pemuda
di
Kelurahan
Cibabat
memperlihatkan bahwa terdapat sinergisitas yang rendah serta inkonsistensi, baik antara pihak pemerintah, swasta, dan stakeholders dalam menggarap potensi yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda. Dengan demikian yang dibutuhkan adalah suatu usulan kebijakan agar program–program yang diluncurkan kelak dapat benar-benar terwujud dari hasil
141
sebuah pengkajian matang yang holistis namun aplicated dan sustainable. Sehingga secara perencanaan anggaranpun akan relatif lebih terkonstruk dan meminimalisir penghamburan dana belanja negara/daerah. Telaah dari uraian masalah, potensi, dan pemecahan masalah dapat lebih mudah dilihat pada tabel 11 halaman
Program dan Strategi Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi di Keluarga
Sebelumnya, banyak program yang dilansir oleh pemerintah yang sulit untuk berlanjut dikarenakan berubahnya komitmen sejumlah unsur masyarakat (data bab 6), sehingga terdapat kesulitan untuk memperoleh dukungan yang konsisten
terhadap
keberlanjutan
program.
Padahal,
program-program
pengembangan kelembagaan, apalagi yang bersifat berkelanjutan membutuhkan skala waktu pelaksanaan yang panjang, bukan sekadar dalam hitungan tahun. Tak mengherankan bila keberhasilan program kelembagaan yang berkelanjutan biasanya sering tidak menemukan komitmen yang cukup dalam pelaksanaannya, mengingat perbenturan orientasi kepentingan dari berbagai pihak (data bab 6). Berdasarkan analisis masalah, identifikasi dampak dan potensi di Kelurahan Cibabat seperti yang dipaparkan pada tabel 11 maka dapat disusun Program Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga berdasarkan hasil FGD. Kegiatan yang akan dilakukan dalam program dan strategi peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi ekonomi di keluarga di Kelurahan Cibabat, yaitu :
142
Penyusunan Rancangan Program dan Strategi 1.
Perumusan Tujuan Perumusan Tujuan pencapaian Program dan penetapan Strategi sangat diperlukan untuk mendeterminasi Program dan Strategi yang akan dirancang bersama. Dengan merumuskan apa yang menjadi Tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penyusunan rancangan Program dan Strategi dapat lebih memiliki arah yang jelas dan terukur. Sebagai tujuan umum, “Optimalisasi peran kelembagaan pemuda dalam meningkatkan taraf ekonomi di Kelurahan Cibabat melalui pengembangan jejaring sosial”, menjadi rumusan yang dipilih. Tujuan umum ini mengandung arti bahwa Optimalisasi peran kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat diarahkan pada peningkatan taraf ekonomi keluarga yang sungguh-sungguh dapat dirasakan semua pihak. Dan itu dilakukan dengan pengembangan jejaring sosial, yang pada gilirannya akan menciptakan suatu wahana yang cukup memungkinkan bagi para pelaku ekonomi, masyarakat pada umumnya dan para pemuda pada khususnya, untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan manajerial, menemukan akses permodalan, mengembangkan pasar, jaringan bisnis. Bila dicermati lebih lanjut, tujuan yang dirumuskan bersama ini memperlihatkan keinginan adanya pergeseran peran yang selama ini telah dijalani bertahun-tahun oleh lembaga pemuda tersebut. Keinginan semacam ini mengemuka disebabkan kenyataan aktual
yang mesti dihadapi para
pemuda yang mesti berhadapan dengan ketidakpastian di bidang ekonomi, baik mereka yang masih mengenyam pendidikan atau pun belum memperoleh pekerjaan, mau pun mereka yang merasa bahwa taraf ekonomi yang kini telah dicapai masih jauh dari memadai. Namun, mesti diingat, kendala yang akan menghadang adalah perbenturan keinginan yang aktual ini dengan para beneficiary yang telah menjamin keberlangsungan organisasi selama ini. Ini dapat dimaklumi, karena selama ini sumber keuangan lembaga-lembaga pemuda tersebut bukanlah swadana, melainkan bersandar pada sumbangan dari para beneficiary yang memiliki orientasi, kepentingan dan agendanya sendiri. Menyadari itu semua, tujuan umum tersebut juga memunculkan sejumlah tujuan yang lebih spesifik.
143
a.
Meningkatkan daya tawar (bargaining power) dari lembagalembaga pemuda. Disebabkan keberadaannya yang selama ini disokong oleh institusiinstitusi mapan, dan tidak memiliki track record yang fenomenal, maka kesan “anak bawang” sulit dihindari. Ini tentunya menghadang tercapainya trust dari para pihak yang seharusnya menjadi pendukung dan
mengurangi
kemampuan
kelembagaan
pemuda
untuk
mengaktualisasikan ide-ide yang lebih segar. Karena itu, memang sudah seharusnya para anggota organisasi dapat menemukan format baru yang memungkinkan terbangunnya soliditas antar kelembagaan pemuda sehingga ide-ide baru, inovasi, dan kreatifitas dapat mengalun tanpa dihadang sekat-sekat organisasional, dan transfer pengetahuan serta ketrampilan dapat dilakukan demi pengayaan sumber daya yang memperkokoh daya tawar lembaga-lembaga pemuda. b. Melahirkan wirausahawan dalam kerangka pengembangan jejaring melalui pemanfaatan modal sosial. Peningkatan
jumlah
wirausahawan
di
suatu
wilayah,
baik
wirausahawan sosial mau pun bisnis secara otomatis akan meningkatkan taraf ekonomi. Jenis kepakaran yang secara unik berupa kesanggupan untuk meresponi peluang maupun tantangan berangkat dari kekuatan mau pun kelemahan, berani mengambil keputusan dan melakukan terobosan sekaligus menanggungkan resiko dari aktivitas yang dilakukan, merupakan salah satu jalan keluar untuk mengembangkan serta memanfaatkan modal sosial dan mengembangkan jejaring sosial (Bornstein, 2006). Karena itu, kerangka pengembangan jejaring sosial menjadi titik acuan, sehingga dapat menghindarkan pergeseran tujuan menjadi semata-mata mengejar keuntungan ekonomi dan meninggalkan muatan sosialnya. Melalui pemanfaatan modal sosial sebagai faktor pendukung dalam perkembangan kelembagaan pemuda, diharapkan hal ini dapat lebih memaksimalkan jejaring yang telah ada selama ini, sehingga melahirkan para wirausahawan muda yang handal dan tangguh serta berwawasan.
144
Tidak dipungkiri bahwa berbagai training yang bertema “Pelatihan Kewirausahaan” merupakan jenis pelatihan yang telah jamak dilakukan di berbagai kelembagaan pemuda, tak terkecuali kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, namun hasil yang diharapkan belum tercapai. Diharapkan, berbagai rencana program yang dikemukakan di atas dapat mengkonstruk format yang lebih baik dalam upaya melahirkan jenis kepakaran yang jelasjelas dibutuhkan dalam peningkatan taraf ekonomi masyarakat ini.
2.
Perumusan Rencana Program Bertolak dari rumusan berbagai masalah, penyebab, dampak, serta kebutuhan dan potensi, juga pemecahan masalah, seperti yang tercantum pada tabel 11, maka perlu adanya suatu perumusan rencana program yang merupakan kelanjutan dari solusi masalah. Berdasarkan tujuan pencapaian yang telah dirumuskan, rancangan program
dalam
kerangka
optimalisasi
peran
kelembagaan
pemuda
menemukan arah yang lebih determinatif. Sejumlah ide bermunculan, mulai dari yang berkesan terlampau dangkal, hingga yang amat kreatif. Namun, itu semua perlu dikonstruk lebih lanjut, dengan mempertimbangkan masalah yang dihadapi dan telah dirumuskan, tujuan dan berbagai konteks dalam peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda. Ini mengingat rencana program
yang
disusun
seharusnya
bersifat
aplikatif,
namun
tetap
mempertimbangkan konseptual yang mendalam. Sejumlah rencana program yang dapat dikonstruk berdasarkan hasil FGD, dan berbagai ide yang terhimpun antara lain :
a. Program
Optimalisasi
Peran
Kelembagaan
Pemuda
dalam
Peningkatan Ekonomi dengan Pendirian Laboratorium Bisnis. Secara kongkrit, program ini adalah pembentukan Laboratorium Bisnis bagi berbagai kelembagaan pemuda
di Kelurahan Cibabat.
Laboratorium Bisnis ini akan merefleksikan seluruh atmosfir dunia usaha yang aktual, sehingga format yang dipilih adalah sebuah Unit Usaha yang Berbadan Hukum. Dengan pertimbangan modal awal yang terbatas, Unit Usaha ini akan memilih format Persekutuan Komanditer (CV.).
145
Badan Hukum berbentuk koperasi sengaja tidak menjadi alternatif pilihan, karena dipandang kurang dapat merefleksikan serta mewadahi realitas dunia bisnis. Koperasi dipandang kurang memiliki daya untuk mendidik para pemuda ini, karena bias yang terlanjur berkembang di masyarakat umum bahwa koperasi adalah unit usaha yang terlampau dilindungi dan diberi banyak fasilitas, padahal, justru unit ini mestilah menjadi wahana didik di mana para pemuda diperkenalkan dengan berbagai bentuk persaingan, intrik, beragam skema bisnis, skema perjanjian dan berbagai realitas bisnis yang niscaya ditemui dalam menjalankan suatu bisnis yang sehat. Program ini dapat dikatakan merupakan perwujudan dari strategi creating dalam teori pengembangan kapasitas kelembagaan pada perspektif kapital sosial. Unit yang dibentuk ini diharapkan menjadi suatu inkubator bagi lahirnya para wirausahawan muda di daerah ini. Dengan memilih format Badan Hukum yang sama dengan realitas bisnis, diharapkan entitas ini dapat mengenyam berbagai pengalaman dari dinamika jejaring dunia bisnis yang sangat keras. Dari format ini, para pemuda dapat belajar tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kewirausahaan: 1) Membangun bisnis dari nol. Jejaring sosial di Kelurahan Cibabat diharapkan membantu, bukan dalam bentuk fasilitas. Justru mereka membutuhkan suatu pengalaman nyata tentang bagaimana terjun dan berkecimpung di realitas nyata. Para pihak
terkait lebih diharapkan memberikan bimbingan dan
wawasan, dan memberikan peluang yang cukup bagi unit ini untuk menemukan kompetensi inti yang dapat dikembangkan sehingga dapat membangun daya saing. 2) Membangun dan menjalin relasi. Para pihak yang terlibat dapat membuka akses awal dari jejaring yang belum terakses. Berangkat dari sini, para pemuda
akan dapat
mempelajari berbagai konvensi yang berlaku dalam pergaulan bisnis dan mengambil manfaat.
146
3) Mempelajari aktifitas marketing. Unit Bisnis ini akan mencari kesempatan untuk terjun dalam kompetisi merebut proyek di Pemerintahan Daerah, dan mempelajari berbagai manuver yang perlu dikuasai. Dan pengalaman yang didapat dari upaya semacam ini akan meningkatkan ketrampilan dalam memperoleh proyek dari institusi dan sektor swasta yang memilik persyaratan lebih ketat. 4) Mencari akses permodalan. Alasan klasik kurangnya modal dalam memulai usaha adalah refleksi dari belum terbangunnya jiwa kewirausahaan yang baik. Justru dari kebutuhan permodalan, kreatifitas dituntut untuk berkembang dan menjajagi berbagai akses modal, baik lembaga finansial perbankan, nonbank, mau pun personal. Disini akan didapat keterampilan yang amat berharga untuk mengakses berbagai lembaga keuangan, dan memahami teknik perbankan dan manajemen finansial. 5) Mempelajari berbagai skema perjanjian bisnis dan administrasi. Dengan terjun langsung, Unit Bisnis ini akan menuntut para aktivis mengakrabi berbagai skema perjanjian bisnis. Dalam hal ini pun, mereka dapat memperoleh pemahaman yang berharga tentang administrasi bisnis. 6) Mengenal berbagai intrik dan manuver bisnis. Realitas bisnis yang penuh dengan intrik dan manipulasi yang terkadang terlihat rumit serta terkesan kotor bagi para pemuda yang rata-rata masih memelihara idealisme dan menjunjung tinggi kejujuran, tentulah akan membuat para aktivis muda yang mengikuti kegiatan ini cukup mengagetkan. Namun, pengetahuan mengenai banyak sisi kelam dunia bisnis secara praktis justru akan membuka wawasan dan memberikan mereka kesempatan untuk mencari ide-ide kreatif yang berguna untuk membangun tatanan baru dunia usaha yang sesuai dengan idealisme yang mereka pelihara. Inti dari semua itu adalah membangun dan memanfaatkan modal sosial serta jejaring sosial yang eksis di Kelurahan Cibabat, melalui pengembangan kelembagaan. Meski pun dalam konteks bisnis, namun
147
ketrampilan yang dibangun tentunya juga akan membangun ketrampilan kewirausahaan sosial pula. Ini mengingat sosial entrepreneurship dan business
entrepreneurship
adalah
jenis
kepakaran
yang
dapat
dikategorikan identik, dan hanya berbeda bila dilihat dari aras etik yang melandasinya ( Bornstein, 2006). Secara pragmatis, program ini memiliki daya tawar yang kuat bila diperhadapkan dengan pihak Pemerintah Daerah. Karena, bila program ini berhasil diimplementasikan, lembaga pemuda akan memiliki kemungkinan untuk memiliki kesanggupan berswadaya dan swadana. Dengan demikian, pemerintah akan beroleh keuntungan, apalagi bila pihak Pemerintah Daerah mengkonfersikan dana pembinaan pemuda kepada pemberian kesempatan bagi unit usaha ini untuk terjun dalam pengelolaan proyekproyek di Kantor Pemerintahan Daerah. Fasilitas semacam ini sangat cocok untuk menjadi batu loncatan pertama bagi Unit Bisnis yang masih prematur untuk memperoleh pengalaman yang sangat berguna dalam pengelolaan usaha. Dengan demikian, resiko kegagalan dalam pengelolaan proyek tersebut, atau bahkan keuntungan yang dapat diperolehnya merupakan hasil perhitungan
konversi dari anggaran pembinaan
kelembagaan pemuda yang cukup besar.
b. Program Pembentukan Forum Bersama Kelembagaan Pemuda. Forum ini dirancang untuk mengelola aspirasi berbagai lembaga kepemudaan di Kelurahan Cibabat, yang diharapkan dapat mewadahi berbagai aktifitas yang menjurus pada persiapan dan pematangan konsep. Ini
merupakan
perwujudan
dari
strategi
bridging
dalam
teori
pengembangan kapasitas kelembagaan pada perspektif Kapital Sosial. Program ini sangat mungkin akan mengalami hambatan, karena sekatsekat struktural yang telah mapan akan mewarnai setiap dialog. Namun, krusialitas permasalahan ekonomi sangat mungkin untuk menghadirkan atmosfir
yang
memungkinkan
hadirnya
kesadaran
akan
adanya
kepentingan bersama, dan arti penting pembentukan forum. Kehadiran pihak netral yang berfungsi sebagai pendamping dalam forum ini pun dirasakan perlu. Pendamping ini disamping harus dapat
148
diterima oleh semua pihak, ia pun mesti memiliki kompetensi yang cukup untuk memberikan masukan-masukan dalam konteks manajerial, dan wawasan bisnis. Jadi, dalam hal ini pihak swasta dianggap pendamping yang cocok. Forum ini
akan
mencari format konseptual, struktural dan
implementasi dari Laboratorium Bisnis yang dibangun. Berbagai hal yang menjadi urgensinya antara lain merumuskan masalah kepemilikan dari saham, yang berujung pada proporsi pembagian tanggung jawab, resiko, maupun hasil keuntungan, memecahkan masalah struktur organisasi, merumuskan
aturan main dan menyusun anggaran dasar, serta
merumuskan kerangka pelaksanaan program dan penanggung jawab atau pelaksana program.
3. Perumusan Strategi Perumusan strategi dilakukan dengan menimbang segenap masalah dan potensi yang telah berhasil dicermati sebelumnya. Menemukan strategi tunggal yang paling tepat di awal langkah bukanlah menjadi tujuan, melainkan mencari berbagai strategi alternatif sebagai kerangka acuan untuk mengkonstruk berbagai langkah taktis yang mungkin.
a. Menciptakan ruang dialog yang lebih luas Berbagai pihak yang berkepentingan mestilah memiliki suatu ruang dialog yang memungkinkan berbagai pertukaran ide secara lebih kondusif. Ini diperlukan untuk mereduksi ego sektoral antar lembaga, dan juga menemukan isu-isu yang dapat menjadi titik berangkat yang ideal bagi semua pihak. Ruang dialog yang lebih memungkinkan pertukaran ide lebih mengalir lancar justru mesti dimulai dalam format yang jauh dari kesan formal, sesuai dengan jiwa para pemuda yang kurang merasa nyaman dengan formalitas. Berangkat dari terciptanya ikatan awal nonformal antar lembaga semacam ini, barulah diselenggarakan pertemuan formal yang lebih terancang dan terstruktur.
149
Dialog mesti dilakukan bukan hanya oleh para pengurus dari lembagalembaga tersebut, melainkan juga dengan melibatkan para pemuda di Kelurahan Cibabat sebagai konstituen dari lembaga-lembaga tersebut. Dengan demikian, dialog ini bukan hanya membuka kemungkinan pertukaran ide antar lembaga, namun sekaligus sebagai
upaya
mensosialisasikan revitalisasi dan reaktualisasi dari kelembagaan pemuda di mata para konstituennya, yakni para pemuda yang bahkan mungkin sudah tidak peduli lagi dengan eksistensi lembaga-lembaga tersebut. Pergerakan yang dinamis ini niscaya akan tercium dan terekam oleh jejaring yang ada, dan menuntut respon positif yang nyata dari pihak-pihak terkait. Dan ini berkaitan dengan strategi ke dua.
b. Perumusan Konsep implementatif yang visioner, terinci, dan aktual, secara partisipatif Permodalan dan kemampuan manajerial akan menjadi salah satu batu sandungan pertama yang akan menghadang ide-ide peningkatan kegiatan ekonomi. Namun, sesungguhnya para aktivis lembaga pemuda memiliki hal-hal yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan peluang, sekaligus menutupi kekurangan yang mengemuka. Para anggota organisasi ini jelasjelas memiliki kemampuan berorganisasi yang sudah cukup teruji, serta kemampuan menganalisis kenyataan sosial, berdialog dan bertukar pikiran yang cukup memadai. Bila dioptimalisasi, tentu ini merupakan modal yang cukup untuk melahirkan konsep-konsep implementatif yang visioner, terinci, dan aktual, dan sesuai dengan kenyataan objektif. Lahirnya konsep yang matang tentu saja akan merupakan suatu prestasi tersendiri yang dapat mempertinggi daya tawar dan menggerakkan para pihak yang berkepentingan. Jadi, pada dasarnya, optimalisasi dilakukan justru dengan mewujudkan strategi bonding dalam pengembangan kelembagaan, dengan optimalisasi kemampuan dan modal yang bersifat inisial. Dan perumusan konsep dengan melalui proses yang partisipatif di antara lembaga pemuda ini niscaya akan memperkuat kohesifitas antar lembaga tersebut, sekaligus semakin mempertinggi bargaining power dari konsep yang berhasil dirumuskan tatkala diajukan kepada pihak-pihak
150
terkait. Karena, kemenyatuan semacam ini merupakan barang langka yang sangat berharga di mata berbagai elemen jejaring sosial di perkotaan yang dewasa ini cenderung disintegratif. c. paya pendekatan terhadap pihak terkait Pemerintah Daerah Kota Cimahi merupakan pihak yang dianggap paling strategis untuk lebih digamit. Ini mengingat karena Kelurahan Cibabat merupakan tempat berdirinya Kantor Pemda Cimahi. Lagi pula, semenjak awal Pemerintah Daerah telah memiliki kepentingan tersendiri yang membangun koneksitas yang bercorak birokratis yang kental. Ini merupakan sebuah peluang, sekaligus tantangan. Pemda Cimahi diharapkan dapat memposisikan diri bukan sebagai pembina secara birokratis dan direktif belaka, melainkan juga mencoba peran lain yang lebih luwes dan dialektis. Dengan jalinan yang lebih erat, dan tawaran konseptual yang menarik, tentunya akan memungkinkan pihak Pemerintah Daerah untuk membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru yang lebih menguntungkan semua pihak dan menjadikannya semacam proyek percontohan bagi Kelurahan lainnya dalam
mempertinggi
pertumbuhan ekonomi dan masalah tenaga kerja di wilayahya. Untuk lebih mempermudah melihat susunan program dan strategi di atas, maka dapat dilihat dari tabel 12 Program dan Strategi Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi di Keluarga.
RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PERAN KELEMBAGAAN PEMUDA Upaya peningkatan peran kelembagaan pemuda dapat ditindaklanjuti melalui penyusunan rancangan progam dan strategi, yang berangkat dari peran ekonomi kelembagaan pemuda saat ini. Rancangan program dan strategi yang dapat meningkatkan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi di keluarga, dapat dirancang dengan melihat masalah, kebutuhan serta potensi yang ada. Permasalahan yang dihadapi oleh kelembagaan pemuda seperti yang telah diidentifikasi dalam bab sebelumnya (Bab 6 dan 7), memerlukan suatu pemecahan yang terstruktur, sistematis dan terarah. Rancangan program dan strategi dilakukan dengan teknik FGD yang melibatkan beberapa perwakilan dari 7 (tujuh) kasus organisasi dan kelompok pemuda. FGD berlangsung dengan lancar tanpa banyak keterlibatan pengkaji. Posisi pengkaji hanya sebatas memediasi dan menjawab pertanyaan jika ada hal yang kurang dimengerti oleh peserta. Berikut hasil dari FGD dalam memetakan dan mengidentifikasikan masalah, potensi dan alternatif pemecahan masalah untuk peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga, yang berujung pada penyusunan program dan strategi. Berbagai
masalah,
penyebab,
dampak,
kebutuhan,
potensi
dan
pemecahan masalah tersebut merupakan hasil dari beberapa pertemuan dan diskusi dengan para pengurus dan anggota dari kelembagaan pemuda. Berbagai masalah yang terkait dengan peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda tersebut antara lain : 1.
Kekuasaan dan program-program yang cenderung masih bersifat top down, sehingga memunculkan ketidakyakinan/underestimed baik dari pihak pemerintah maupun swasta (data bab 6 dan 7).
2.
Posisi formal di pemerintahan yang dimiliki oleh salah satu kelembagaan pemuda, sehingga muncul kendala berupa keterbatasan akses dan jaringan dalam hal permodalan dan pemasaran hasil-hasil produksi (data bab 6 dan 7).
3.
Masih minimnya kebermanfaatan program bagi pengembangan masyarakat, terutama bagi pengembangan kelembagaan pemuda dalam meningkatkan peran ekonominya.
147
4.
Belum adanya koordinasi antara dinas-dinas terkait dalam memberikan program pemberdayaan kelompok UEP pemuda pada tingkat Kota Cimahi apalagi di Kelurahan Cibabat.
5.
Kurangnya keberanian dan daya terobos kelembagaan pemuda untuk mencari lahan perbaikan ekonomi
6.
Kurangnya daya tawar kelembagaan pemuda terhadap pemerintah mau pun swasta, dan elemen masyarakat lainnya, baik dalam hal program mau pun entitas kelembagaan itu sendiri.
7.
Peran ekonomi kelembagaan pemuda yang belum optimal dan juga
8.
Pemanfaatan jejaring yang belum optimal. Berdasarkan Permasalahan yang dihadapi oleh kelembagaan pemuda
berdasarkan
tujuh
kasus
kelembagaan
pemuda
di
Kelurahan
Cibabat
memperlihatkan bahwa terdapat sinergisitas yang rendah serta inkonsistensi, baik antara pihak pemerintah, swasta, dan stakeholders dalam menggarap potensi yang dimiliki oleh kelembagaan pemuda. Dengan demikian yang dibutuhkan adalah suatu usulan kebijakan agar program–program yang diluncurkan kelak dapat benar-benar terwujud dari hasil sebuah pengkajian matang yang holistis namun aplicated dan sustainable. Sehingga secara perencanaan anggaranpun akan relatif lebih terkonstruk dan meminimalisir penghamburan dana belanja negara/daerah. Telaah dari uraian masalah, potensi, dan pemecahan masalah dapat lebih mudah dilihat pada halaman 158 matriks 3.
148
Program Partisipatif tentang Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi di Keluarga
Sebelumnya, banyak program yang dilansir oleh pemerintah yang sulit untuk berlanjut dikarenakan berubahnya komitmen sejumlah unsur masyarakat (data Bab 6), sehingga terdapat kesulitan untuk memperoleh dukungan yang konsisten
terhadap
keberlanjutan
program.
Padahal,
program-program
pengembangan kelembagaan, apalagi yang bersifat berkelanjutan membutuhkan skala waktu pelaksanaan yang panjang, bukan sekadar dalam hitungan tahun. Tak mengherankan bila keberhasilan program kelembagaan yang berkelanjutan biasanya sering tidak menemukan komitmen yang cukup dalam pelaksanaannya, mengingat perbenturan orientasi kepentingan dari berbagai pihak (data Bab 6). Berdasarkan analisis masalah, identifikasi dampak dan potensi di Kelurahan Cibabat seperti yang dipaparkan pada tabel 11 (halaman 156), maka dapat disusun Program Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga berdasarkan hasil FGD. Kegiatan yang akan dilakukan dalam program dan strategi peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi ekonomi di keluarga di Kelurahan Cibabat, yaitu : Penyusunan Rancangan Program 1.
Perumusan Tujuan Perumusan Tujuan pencapaian Program dan penetapan Strategi sangat diperlukan untuk mendeterminasi Program dan Strategi yang akan dirancang bersama. Dengan merumuskan apa yang menjadi Tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penyusunan rancangan Program dan Strategi dapat lebih memiliki arah yang jelas dan terukur. Sebagai tujuan umum, “Optimalisasi peran kelembagaan pemuda dalam meningkatkan taraf ekonomi di Kelurahan Cibabat melalui pengembangan jejaring sosial”, menjadi rumusan yang dipilih. Tujuan umum ini mengandung arti bahwa Optimalisasi peran kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat diarahkan pada peningkatan taraf ekonomi keluarga yang sungguh-sungguh dapat dirasakan semua pihak. Dan itu dilakukan dengan
149
pengembangan jejaring sosial, yang pada gilirannya akan menciptakan suatu wahana yang cukup memungkinkan bagi para pelaku ekonomi, masyarakat pada umumnya dan para pemuda pada khususnya, untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan manajerial, menemukan akses permodalan, mengembangkan pasar, jaringan bisnis. Bila dicermati lebih lanjut, tujuan yang dirumuskan bersama ini memperlihatkan keinginan adanya pergeseran peran yang selama ini telah dijalani bertahun-tahun oleh lembaga pemuda tersebut. Keinginan semacam ini mengemuka disebabkan kenyataan aktual
yang mesti dihadapi para
pemuda yang mesti berhadapan dengan ketidakpastian di bidang ekonomi, baik mereka yang masih mengenyam pendidikan atau pun belum memperoleh pekerjaan, mau pun mereka yang merasa bahwa taraf ekonomi yang kini telah dicapai masih jauh dari memadai. Namun, mesti diingat, kendala yang akan menghadang adalah perbenturan keinginan yang aktual ini dengan para beneficiary yang telah menjamin keberlangsungan organisasi selama ini. Ini dapat dimaklumi, karena selama ini sumber keuangan lembaga-lembaga pemuda tersebut bukanlah swadana, melainkan bersandar pada sumbangan dari para beneficiary yang memiliki orientasi, kepentingan dan agendanya sendiri. Menyadari itu semua, tujuan umum tersebut juga memunculkan sejumlah tujuan yang lebih spesifik. a.
Meningkatkan daya tawar (bargaining power) dari lembaga-lembaga pemuda. Disebabkan keberadaannya yang selama ini disokong oleh institusiinstitusi mapan, dan tidak memiliki track record yang fenomenal, maka kesan “anak bawang” sulit dihindari. Ini tentunya menghadang tercapainya trust dari para pihak yang seharusnya menjadi pendukung dan
mengurangi
kemampuan
kelembagaan
pemuda
untuk
mengaktualisasikan ide-ide yang lebih segar. Karena itu, memang sudah seharusnya para anggota organisasi dapat menemukan format baru yang memungkinkan terbangunnya soliditas antar kelembagaan pemuda sehingga ide-ide baru, inovasi, dan kreatifitas dapat mengalun tanpa dihadang sekat-sekat organisasional, dan transfer pengetahuan serta
150
ketrampilan dapat dilakukan demi pengayaan sumber daya yang memperkokoh daya tawar lembaga-lembaga pemuda. b. Melahirkan wirausahawan dalam kerangka pengembangan jejaring melalui pemanfaatan modal sosial. Peningkatan jumlah wirausahawan di suatu wilayah, baik wirausahawan sosial mau pun bisnis secara otomatis akan meningkatkan taraf ekonomi. Jenis kepakaran yang secara unik berupa kesanggupan untuk meresponi peluang maupun tantangan berangkat dari kekuatan mau pun kelemahan, berani mengambil keputusan dan melakukan terobosan sekaligus menanggungkan resiko dari aktivitas yang dilakukan, merupakan salah satu jalan keluar untuk mengembangkan serta memanfaatkan modal sosial dan mengembangkan jejaring sosial (Bornstein, 2006). Karena itu, kerangka pengembangan jejaring sosial menjadi titik acuan, sehingga dapat menghindarkan pergeseran tujuan menjadi semata-mata mengejar keuntungan ekonomi dan meninggalkan muatan sosialnya. Melalui pemanfaatan modal sosial sebagai faktor pendukung dalam perkembangan kelembagaan pemuda, diharapkan hal ini dapat lebih memaksimalkan jejaring yang telah ada selama ini, sehingga melahirkan para wirausahawan muda yang handal dan tangguh serta berwawasan. Tidak dipungkiri bahwa berbagai training yang bertema “Pelatihan Kewirausahaan” merupakan jenis pelatihan yang telah jamak dilakukan di berbagai kelembagaan pemuda, tak terkecuali kelembagaan pemuda di Kelurahan Cibabat, namun hasil yang diharapkan belum tercapai. Diharapkan, berbagai rencana program yang dikemukakan di atas dapat mengkonstruk format yang lebih baik dalam upaya melahirkan jenis kepakaran yang jelas-jelas dibutuhkan dalam peningkatan taraf ekonomi masyarakat ini. 2.
Perumusan Rencana Program Bertolak dari rumusan berbagai masalah, penyebab, dampak, serta kebutuhan dan potensi, juga pemecahan masalah, seperti yang tercantum pada
151
matriks 3, maka perlu adanya suatu perumusan rencana program yang merupakan kelanjutan dari solusi masalah. Berdasarkan tujuan pencapaian yang telah dirumuskan, rancangan program
dalam
kerangka
optimalisasi
peran
kelembagaan
pemuda
menemukan arah yang lebih determinatif. Sejumlah ide bermunculan, mulai dari yang berkesan terlampau dangkal, hingga yang amat kreatif. Namun, itu semua perlu dikonstruk lebih lanjut, dengan mempertimbangkan masalah yang dihadapi dan telah dirumuskan, tujuan dan berbagai konteks dalam peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda. Ini mengingat rencana program
yang
disusun
seharusnya
bersifat
aplikatif,
namun
tetap
mempertimbangkan konseptual yang mendalam. Sejumlah rencana program yang dapat dikonstruk berdasarkan hasil FGD, dan berbagai ide yang terhimpun antara lain : a. Program
Optimalisasi
Peran
Kelembagaan
Pemuda
dalam
Peningkatan Ekonomi dengan Pendirian Laboratorium Bisnis. Secara kongkrit, program ini adalah pembentukan Laboratorium Bisnis bagi berbagai kelembagaan pemuda
di Kelurahan Cibabat.
Laboratorium Bisnis ini akan merefleksikan seluruh atmosfir dunia usaha yang aktual, sehingga format yang dipilih adalah sebuah Unit Usaha yang Berbadan Hukum. Dengan pertimbangan modal awal yang terbatas, Unit Usaha ini akan memilih format Persekutuan Komanditer (CV.). Badan Hukum berbentuk koperasi sengaja tidak menjadi alternatif pilihan, karena dipandang kurang dapat merefleksikan serta mewadahi realitas dunia bisnis. Koperasi dipandang kurang memiliki daya untuk mendidik para pemuda ini, karena bias yang terlanjur berkembang di masyarakat umum bahwa koperasi adalah unit usaha yang terlampau dilindungi dan diberi banyak fasilitas, padahal, justru unit ini mestilah menjadi wahana didik di mana para pemuda diperkenalkan dengan berbagai bentuk persaingan, intrik, beragam skema bisnis, skema perjanjian dan berbagai realitas bisnis yang niscaya ditemui dalam menjalankan suatu bisnis yang sehat.
152
Program ini dapat dikatakan merupakan perwujudan dari strategi creating dalam teori pengembangan kapasitas kelembagaan pada perspektif kapital sosial. Unit yang dibentuk ini diharapkan menjadi suatu inkubator bagi lahirnya para wirausahawan muda di daerah ini. Dengan memilih format Badan Hukum yang sama dengan realitas bisnis, diharapkan entitas ini dapat mengenyam berbagai pengalaman dari dinamika jejaring dunia bisnis yang sangat keras. Dari format ini, para pemuda dapat belajar tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kewirausahaan: 1) Membangun bisnis dari nol. Jejaring sosial di Kelurahan Cibabat diharapkan membantu, bukan dalam bentuk fasilitas. Justru mereka membutuhkan suatu pengalaman nyata tentang bagaimana terjun dan berkecimpung di realitas nyata. Para pihak
terkait lebih diharapkan memberikan bimbingan dan
wawasan, dan memberikan peluang yang cukup bagi unit ini untuk menemukan kompetensi inti yang dapat dikembangkan sehingga dapat membangun daya saing. 2) Membangun dan menjalin relasi. Para pihak yang terlibat dapat membuka akses awal dari jejaring yang belum terakses. Berangkat dari sini, para pemuda
akan dapat
mempelajari berbagai konvensi yang berlaku dalam pergaulan bisnis dan mengambil manfaat. 3) Mempelajari aktifitas marketing. Unit Bisnis ini akan mencari kesempatan untuk terjun dalam kompetisi merebut proyek di Pemerintahan Daerah, dan mempelajari berbagai manuver yang perlu dikuasai. Dan pengalaman yang didapat dari upaya semacam ini akan meningkatkan ketrampilan dalam memperoleh proyek dari institusi dan sektor swasta yang memilik persyaratan lebih ketat. 4) Mencari akses permodalan. Alasan klasik kurangnya modal dalam memulai usaha adalah refleksi dari belum terbangunnya jiwa kewirausahaan yang baik. Justru dari kebutuhan permodalan, kreatifitas dituntut untuk berkembang dan
153
menjajagi berbagai akses modal, baik lembaga finansial perbankan, nonbank, mau pun personal. Disini akan didapat keterampilan yang amat berharga untuk mengakses berbagai lembaga keuangan, dan memahami teknik perbankan dan manajemen finansial. 5) Mempelajari berbagai skema perjanjian bisnis dan administrasi. Dengan terjun langsung, Unit Bisnis ini akan menuntut para aktivis mengakrabi berbagai skema perjanjian bisnis. Dalam hal ini pun, mereka dapat memperoleh pemahaman yang berharga tentang administrasi bisnis. 6) Mengenal berbagai intrik dan manuver bisnis. Realitas bisnis yang penuh dengan intrik dan manipulasi yang terkadang terlihat rumit serta terkesan kotor bagi para pemuda yang rata-rata masih memelihara idealisme dan menjunjung tinggi kejujuran, tentulah akan membuat para aktivis muda yang mengikuti kegiatan ini cukup mengagetkan. Namun, pengetahuan mengenai banyak sisi kelam dunia bisnis secara praktis justru akan membuka wawasan dan memberikan mereka kesempatan untuk mencari ide-ide kreatif yang berguna untuk membangun tatanan baru dunia usaha yang sesuai dengan idealisme yang mereka pelihara. Inti dari semua itu adalah membangun dan memanfaatkan modal sosial serta jejaring sosial yang eksis di Kelurahan Cibabat, melalui pengembangan kelembagaan. Meski pun dalam konteks bisnis, namun ketrampilan yang dibangun tentunya juga akan membangun ketrampilan kewirausahaan sosial pula. Ini mengingat sosial entrepreneurship dan business
entrepreneurship
adalah
jenis
kepakaran
yang
dapat
dikategorikan identik, dan hanya berbeda bila dilihat dari aras etik yang melandasinya ( Bornstein, 2006). Secara pragmatis, program ini memiliki daya tawar yang kuat bila diperhadapkan dengan pihak Pemerintah Daerah. Karena, bila program ini berhasil diimplementasikan, lembaga pemuda akan memiliki kemungkinan untuk memiliki kesanggupan berswadaya dan swadana. Dengan demikian, pemerintah akan beroleh keuntungan, apalagi bila pihak Pemerintah Daerah mengkonfersikan dana pembinaan pemuda kepada pemberian
154
kesempatan bagi unit usaha ini untuk terjun dalam pengelolaan proyekproyek di Kantor Pemerintahan Daerah. Fasilitas semacam ini sangat cocok untuk menjadi batu loncatan pertama bagi Unit Bisnis yang masih prematur untuk memperoleh pengalaman yang sangat berguna dalam pengelolaan usaha. Dengan demikian, resiko kegagalan dalam pengelolaan proyek tersebut, atau bahkan keuntungan yang dapat diperolehnya merupakan hasil perhitungan
konversi dari anggaran pembinaan
kelembagaan pemuda yang cukup besar. b. Program Pembentukan Forum Bersama Kelembagaan Pemuda. Forum ini dirancang untuk mengelola aspirasi berbagai lembaga kepemudaan di Kelurahan Cibabat, yang diharapkan dapat mewadahi berbagai aktifitas yang menjurus pada persiapan dan pematangan konsep. Ini
merupakan
perwujudan
dari
strategi
bridging
dalam
teori
pengembangan kapasitas kelembagaan pada perspektif Kapital Sosial. Program ini sangat mungkin akan mengalami hambatan, karena sekatsekat struktural yang telah mapan akan mewarnai setiap dialog. Namun, krusialitas permasalahan ekonomi sangat mungkin untuk menghadirkan atmosfir
yang
memungkinkan
hadirnya
kesadaran
akan
adanya
kepentingan bersama, dan arti penting pembentukan forum. Kehadiran pihak netral yang berfungsi sebagai pendamping dalam forum ini pun dirasakan perlu. Pendamping ini disamping harus dapat diterima oleh semua pihak, ia pun mesti memiliki kompetensi yang cukup untuk memberikan masukan-masukan dalam konteks manajerial, dan wawasan bisnis. Jadi, dalam hal ini pihak swasta dianggap pendamping yang cocok. Forum ini
akan
mencari format konseptual, struktural dan
implementasi dari Laboratorium Bisnis yang dibangun. Berbagai hal yang menjadi urgensinya antara lain merumuskan masalah kepemilikan dari saham, yang berujung pada proporsi pembagian tanggung jawab, resiko, maupun hasil keuntungan, memecahkan masalah struktur organisasi, merumuskan
aturan main dan menyusun anggaran dasar, serta
155
merumuskan kerangka pelaksanaan program dan penanggung jawab atau pelaksana program. 3. Perumusan Strategi Perumusan strategi program dilakukan dengan menimbang segenap masalah dan potensi yang telah berhasil dicermati sebelumnya. Menemukan strategi tunggal yang paling tepat di awal langkah bukanlah menjadi tujuan, melainkan mencari berbagai strategi alternatif sebagai kerangka acuan untuk mengkonstruk berbagai langkah taktis yang mungkin. a. Menciptakan ruang dialog yang lebih luas Berbagai pihak yang berkepentingan mestilah memiliki suatu ruang dialog yang memungkinkan berbagai pertukaran ide secara lebih kondusif. Ini diperlukan untuk mereduksi ego sektoral antar lembaga, dan juga menemukan isu-isu yang dapat menjadi titik berangkat yang ideal bagi semua pihak. Ruang dialog yang lebih memungkinkan pertukaran ide lebih mengalir lancar justru mesti dimulai dalam format yang jauh dari kesan formal, sesuai dengan jiwa para pemuda yang kurang merasa nyaman dengan formalitas. Berangkat dari terciptanya ikatan awal nonformal antar lembaga semacam ini, barulah diselenggarakan pertemuan formal yang lebih terancang dan terstruktur. Dialog mesti dilakukan bukan hanya oleh para pengurus dari lembagalembaga tersebut, melainkan juga dengan melibatkan para pemuda di Kelurahan Cibabat sebagai konstituen dari lembaga-lembaga tersebut. Dengan demikian, dialog ini bukan hanya membuka kemungkinan pertukaran ide antar lembaga, namun sekaligus sebagai
upaya
mensosialisasikan revitalisasi dan reaktualisasi dari kelembagaan pemuda di mata para konstituennya, yakni para pemuda yang bahkan mungkin sudah tidak peduli lagi dengan eksistensi lembaga-lembaga tersebut. Pergerakan yang dinamis ini niscaya akan tercium dan terekam oleh jejaring yang ada, dan menuntut respon positif yang nyata dari pihak-pihak terkait. Dan ini berkaitan dengan strategi ke dua.
156
b. Perumusan Konsep implementatif yang visioner, terinci, dan aktual, secara partisipatif Permodalan dan kemampuan manajerial akan menjadi salah satu batu sandungan pertama yang akan menghadang ide-ide peningkatan kegiatan ekonomi. Namun, sesungguhnya para aktivis lembaga pemuda memiliki hal-hal yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan peluang, sekaligus menutupi kekurangan yang mengemuka. Para anggota organisasi ini jelasjelas memiliki kemampuan berorganisasi yang sudah cukup teruji, serta kemampuan menganalisis kenyataan sosial, berdialog dan bertukar pikiran yang cukup memadai. Bila dioptimalisasi, tentu ini merupakan modal yang cukup untuk melahirkan konsep-konsep implementatif yang visioner, terinci, dan aktual, dan sesuai dengan kenyataan objektif. Lahirnya konsep yang matang tentu saja akan merupakan suatu prestasi tersendiri yang dapat mempertinggi daya tawar dan menggerakkan para pihak yang berkepentingan. Jadi, pada dasarnya, optimalisasi dilakukan justru dengan mewujudkan strategi bonding dalam pengembangan kelembagaan, dengan optimalisasi kemampuan dan modal yang bersifat inisial. Dan perumusan konsep dengan melalui proses yang partisipatif di antara lembaga pemuda ini niscaya akan memperkuat kohesifitas antar lembaga tersebut, sekaligus semakin mempertinggi bargaining power dari konsep yang berhasil dirumuskan tatkala diajukan kepada pihak-pihak terkait. Karena, kemenyatuan semacam ini merupakan barang langka yang sangat berharga di mata berbagai elemen jejaring sosial di perkotaan yang dewasa ini cenderung disintegratif. c. paya pendekatan terhadap pihak terkait Pemerintah Daerah Kota Cimahi merupakan pihak yang dianggap paling strategis untuk lebih digamit. Ini mengingat karena Kelurahan Cibabat merupakan tempat berdirinya Kantor Pemda Cimahi. Lagi pula, semenjak awal Pemerintah Daerah telah memiliki kepentingan tersendiri yang membangun koneksitas yang bercorak birokratis yang kental. Ini merupakan sebuah peluang, sekaligus tantangan.
157
Pemda Cimahi diharapkan dapat memposisikan diri bukan sebagai pembina secara birokratis dan direktif belaka, melainkan juga mencoba peran lain yang lebih luwes dan dialektis. Dengan jalinan yang lebih erat, dan tawaran konseptual yang menarik, tentunya akan memungkinkan pihak Pemerintah Daerah untuk membuka diri terhadap berbagai kemungkinan baru yang lebih menguntungkan semua pihak dan menjadikannya semacam proyek percontohan bagi Kelurahan lainnya dalam
mempertinggi
pertumbuhan ekonomi dan masalah tenaga kerja di wilayahya. Untuk lebih mempermudah melihat susunan program dan strategi di atas, maka dapat dilihat dari matriks 3 (halaman 158) Program dan Strategi Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi di Keluarga.
158
Matriks 3 : Analisis Masalah, Potensi dan Alternatif Pemecahan Masalah Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Tahun 2007. No. 1.
2.
Masalah Ketidakyakinan/ Underestimed pihak pemerintah dan swasta atas kelembagaan pemuda
Keterbatasan akses dan jaringan dalam permodalan, pemasaran hasil2 produksi
Penyebab
‐
‐
‐
‐
Dampak
Potensi/Hal yang mendukung ‐ Jumlah kelembagaan ‐ Tidak mendapat kesempatan Masih terbatasnya pemuda yang untuk memperoleh pengalaman, wawasan dan menjamur seiring pengalaman langsung di skill SDM kelembagaan kebutuhan dunia kerja pemuda di remaja/pemuda untuk Cibabat.sehingga dinilai ‐ Belum ada pihak berkelompok belum profesional. swasta/perusahaan/balai ‐ Kelembagaan pemuda latihan kerja yang yang memiliki prestasi menawarkan program dan keunggulan. pengayaan pengalaman kerja ‐ Kelembagaan pemuda kurang dipercaya oleh pihak swasta. Terdapat modal sosial ‐ Banyak pengangguran Belum memiliki yang kuat dan kokoh, pengetahuan dan ‐ Usaha pencarian nafkah tidak namun belum pengalaman yang memadai berkembang. dimanfaatkan secara untuk memaksimalkan ‐ Daya kreativitas dan inovatif maksimal untuk peran kelembagaan pemuda tidak menemukan ruang membentuk jaringan. dalam aras ekonomi. untuk berkembang. Belum mampu memanfaatkan simpulsimpul jaringan yang sudah ada dan dimiliki untuk membuat jaringan ekonomi.
Kebutuhan Berubahnya pandangan pemerintah dan swasta terhadap kelembagaan pemuda
Dapat membina jaringan dengan pihak pemerintah, swasta dan stakeholders, maupun juga dengan lembagalembaga lokal lainnya yang berkelanjutan.
Pemecahan Masalah Mengubah pandangan pemerintah dan pihak swasta terhadap kemampuan dan keberadaan kelembagaan pemuda.
Memanfaatkan modal sosial yang dimiliki.
159
Matriks 3 : Analisis Masalah, Potensi dan Alternatif Pemecahan Masalah Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Tahun 2007. No.
Masalah
Penyebab
Dampak
3.
Kurangnya keberanian dan daya terobos untuk mencari lahan perbaikan ekonomi
‐ Program pelatihan-pelatihan dari pemerintah hanya bersifat sementara tidak berkelanjutan. ‐ Kurangnya ketrampilan dan mentalitas kewirausahaan.
Terjadi ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dikarenakan kegiatan ekonomi lebih didominasi oleh orangorang/badan usaha yang lebih berpengalaman dan kuat.
4.
Belum ada ‐ Keterbatasan dana, tempat dan perhatian visi serta SDM aparat serius dari pemerintah dalam hal kelurahan Com.Dev. atau Pemkot ‐ Pemerintah belum melihat untuk kebermanfaatan secara sosialpengembangekonomi jika mengelola dan an mengembangkan kelembagaan kelembagaan. pemuda
Potensi/Hal yang mendukung Beberapa organisasi/kelompok pemuda siap membuat unit yang berbadan usaha dan terdapat beberapa pengurusnya yang telah berpengalaman dalam di dunia bisnis (sebagai enterpreuneur/pengusaha)
Kelembagaan pemuda ‐ Keinginan yang besar menjadi kurang berkembang, dari para pengurus hanya berkutat pada kegiatan beberapa kelembagaan yang bersifat seremonial dan untuk lebih maju, konsumtif. berkembang ke arah yang lebih produktif. ‐ Adanya keinginan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri minimal bagi komunitas organisasi/kelompok mereka sendiri.
Kebutuhan Bisa mendapatkan kesempatan untuk ikut andil dalam kegiatan ekonomi, serta perluasan wawasan dan ketrampilan praktis dalam dunia usaha. Adanya program pengembangan masyarakat dari pemerintah yang lebih terfokus bagi pembinaan kelembagaan pemuda.
Pemecahan Masalah ‐ Dialog Terbuka antara pihak pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, pengusaha dan pengurus Kelembagaan pemuda.
Memasukkan agenda pengembangan oganisasi dengan peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda dalam RENSTRA.
160
Matriks 3 : Analisis Masalah, Potensi dan Alternatif Pemecahan Masalah Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Tahun 2007. No.
Masalah
5.
Tidak adanya koordinasi antara Dinas-dinas terkait dalam memberikan pembinaan serta dalam program pemberdayaan kelompok UEP pemuda pada tingkat Kota Cimahi apalagi di Kelurahan Cibabat.
Masing-masing Dinas memiliki target menghabiskan anggaran proyek APBD/APBN.
Organisasi/kelompok pemuda hanya sebagai obyek/sasaran penghabisan dana anggaran proyek saja, tapi tidak dilibatkan dalam perencanaan program/proyek.
Kurangnya daya tawar kelembagaan pemuda terhadap pemerintah mau pun swasta, dan elemen masyarakat lainnya, baik dalam hal program mau pun entitas kelembagaan itu sendiri.
-lembaga-lembaga pemuda tidak menyatu sebagai kekuatan yang solid -belum menemukan isu-isu yang dapat menjadi titik berangkat yang dapat mempertemukan semua kepentingan. -perbedaan kepentingan di antar para beneficiary yang selama ini membantu keberlanjutan lembaga.
‐ Penyusunan kebijakan pembinaan bersifat top down dan kurang menyerap kenyataan objektif, dan menyebabkan kemandegan dari perkembangan lembaga kepemudaan. ‐ Swasta hanya menjadikan pemuda sebagai pasar potensial, bukan subjek ekonomi.
6.
Penyebab
Dampak
Potensi/Hal yang mendukung Terdapat banyak kelembagaan pemuda yang mulai merintis usaha ekonomi mikromakro dan membutuhkan pembinaan serta dukungan modal.
Adanya kesadaran dari berbagai lembaga kepemudaan, dan kemauan untuk menyatukan langkah secara kolektif
Kebutuhan Adanya pembinaan dan Bantuan modal, tempat dan sarana bagi usaha ekonomi kelembagaan pemuda
Adanya format baru yang lebih aspiratif dalam hubungan antara berbagai elemen dalam jejaring sosial.
Pemecahan Masalah Memaksimalkan dan memanfaatkan program yang selama ini telah berlangsung dengan mengubah kebijakan anggaran Pemerintah Daerah
‐ Pembentukan forum bersama antar lembaga kepemudaan yang dapat menelurkan berbagai visi, program konkret. ‐ Pendekatan personal yang lebih intens terhadap berbagai elemen masyarakat.
161
Matriks 4 : Program dan Strategi Peningkatan Peran Kelembagaan Pemuda dalam Mengatasi Masalah Ekonomi di Keluarga di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Tahun 2007.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
Masalah yang dihadapi Kelembagaan Pemuda Kekuasaan dan program-program yang cenderung masih bersifat top down, sehingga memunculkan ketidakyakinan/underestimed baik dari pihak pemerintah maupun swasta (data bab 6 dan 7). Posisi formal di pemerintahan yang dimiliki oleh salah satu kelembagaan pemuda, sehingga muncul kendala berupa keterbatasan akses dan jaringan dalam hal permodalan dan pemasaran hasil-hasil produksi (data bab 6 dan 7). Masih minimnya kebermanfaatan program bagi pengembangan masyarakat, terutama bagi pengembangan kelembagaan pemuda dalam meningkatkan peran ekonominya. Belum adanya koordinasi antara dinas-dinas terkait dalam memberikan program pemberdayaan kelompok UEP pemuda pada tingkat Kota Cimahi apalagi di Kelurahan Cibabat. Kurangnya keberanian dan daya terobos kelembagaan pemuda untuk mencari lahan perbaikan ekonomi Kurangnya daya tawar kelembagaan pemuda terhadap pemerintah mau pun swasta, dan elemen masyarakat lainnya, baik dalam hal program mau pun entitas kelembagaan itu sendiri. Peran ekonomi kelembagaan pemuda yang belum optimal dan juga Pemanfaatan jejaring yang belum optimal.
Program dan Strategi Program a. Program Optimalisasi Peran Kelembagaan Pemuda dalam Peningkatan Ekonomi dengan Pendirian Laboratorium Bisnis.
b.
Program Pembentukan Forum Bersama Kelembagaan Pemuda
Kegiatan
1. 2. 3. 4. 5.
Membangun bisnis dari nol. Membangun dan menjalin relasi Mempelajari aktifitas marketing Mencari akses permodalan. Mempelajari berbagai skema perjanjian bisnis dan administrasi 6. Mengenal berbagai intrik dan manuver bisnis 7. Forum Dialog dalam rangka merumuskan masalah kepemilikan dari saham, yang berujung pada proporsi pembagian tanggung jawab, resiko, maupun hasil keuntungan, memecahkan masalah struktur organisasi, merumuskan aturan main dan menyusun anggaran dasar, serta merumuskan kerangka pelaksanaan program dan penanggung jawab atau pelaksana program
Pelaksana Dinas terkait (BPMKB, Disperekop, Kesra, Dinas Sosial Prop, Disnaker) pihak swasta dan masyarakat
Penanggung Jawab Ketua forum terpilih dari unsur kelembagaan pemuda
162 Strategi a. Menciptakan ruang dialog yang lebih luas b. Perumusan Konsep implementatif yang visioner, terinci, dan aktual, secara partisipatif c. Upaya pendekatan terhadap pihak terkait
1. Meningkatkan intensitas pertemuan. 2. Meningkatkan kegiatan pelatihan di bidang usaha. 3. Memperkuat jaringan yang sudah ada dan memperluas jejaringnya.
Forum Kelembagaan Pemuda Cibabat
Ketua forum terpilih dari unsur kelembagaan pemuda
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap peningkatan peran kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga, terdapat sejumlah kesimpulan yang dapat ditarik. Kesimpulan tersebut adalah: 1. Pemuda menempati kelompok usia terbesar dalam komposisi penduduk di Kelurahan Cibabat. Potensi ekonomi yang dimiliki oleh para pemuda sesungguhnya amat besar, namun belum dikembangkan secara maksimal. Potensi ekonomi yang telah eksis belum dapat berkembang baik disebabkan kendala permodalan dan tingkat persaingan yang tinggi. Ini berhulu dari kurangnya berkembangnya kewirausahaan yang baik, dan pada gilirannya menyebabkan kemandegan ide dan kreatifitas. Kenyataan ini menjadikan pilihan jenis usaha amat terbatas, sehingga berujung pada tingkat persaingan usaha menjadi sangat tinggi. Pada gilirannya, atmosfir yang seperti ini menyebabkan para pemilik akses modal kurang membuka diri terhadap kebutuhan pendanaan usaha. Dalam konteks ini, jenis kepakaran yang justru paling sulit untuk ditemukan adalah kewirausahaan. 2. Kelembagaan Pemuda belum berperan dalam bidang pengembangan ekonomi secara maksimal. Jejaring sosial yang menjadi lokus dari Kelembagaan Pemuda masih belum menaruh kepercayaan yang cukup untuk wahana berkembangnya ide-ide segar yang dimiliki. Kegiatan Kelembagaan Pemuda belumlah berkembang ke arah usaha produktif yang menghasilkan secara signifikan. Kegiatan didominasi oleh agenda tertentu yang disusun oleh para pihak yang menjadi beneficiary lembaga tersebut. 3. Peningkatan peran Kelembagaan Pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi sangat dipengaruhi berbagai faktor. Yang
merupakan
faktor
utama dalam mempengaruhi peran kelembagaan pemuda adalah belum kokohnya jalinan interaksi antara pihak pemerintah , swasta serta stakeholders. Selain itu, konteks pengembangan jejaring (networking) yang
belum
dimanfaatkan
secara
optimal,
bahkan
cenderung
164
terabaikan/luput dari perhatian pemerintah. Dari hasil analisis kajian ditemukan bahwa faktor jejaring (inter dan antar) kelembagaan pemuda ini merupakan faktor utama yang mempengaruhi baik faktor yang mendukung maupun faktor yang menghambat. 4. Faktor penghambat dari dalam kelembagaan pemuda yang mempengaruhi peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda adalah masih adanya arogansi kelompok. Dikarenakan hal tersebut, tidak jarang mereka sendiri terkadang mengalami kesulitan untuk menjalin kerjasama. 5. Faktor penghambat dan faktor pendukung antara lain dari stakeholders, swasta dan pemerintah. Pihak pemerintah belum optimal dalam menggandeng swasta untuk mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia dan melimpah di Cibabat. Selain itu faktor lainnya adalah sumber daya lokal berupa modal ekonomi dan modal sosial. Faktor-faktor tersebut saling terkait akibat belum optimalnya jejaring diantara pemerintah, swasta dan stakeholders yang berkonsekuensi pula pada faktor keterbatasan modal ekonomi. 6. Berbagai ide dan aktifitas yang merupakan aspirasi murni para pemuda untuk mengembangkan jejaring sosial yang telah eksis, beresiko akan dicurigai sebagai manuver yang mengandung muatan politis dan ditunggangi oleh kepentingan politis. Ini yang menyebabkan perlunya pemikiran akan strategi yang dapat menyiasati semua faktor tersebut. Dan dinamika politik daerah, bersama-sama dengan krusialitas tantangan ekonomi dan lemahnya peran kelembagaan pemuda, menjadi salah satu titik temu yang efektif dan dirasakan dapat menjadi titik berangkat yang dapat menjembatani ego sektoral. 7
Kegiatan pemanfaatan sumber-sumber lokal untuk peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda didasarkan pada pengembangan jejaring. Hal ini berarti bahwa setiap program memerlukan jejaring atau hubungan antar kelembagaan agar terjadi sinergitas dan munculnya trust diantara masyarakat terutama pemuda, pihak pemerintah dan juga lembaga swasta. Dalam hal ini, program dan strategi yang dirasa paling efektif adalah:
165
a. Program
Optimalisasi
Peran
Kelembagaan
Pemuda
dalam
Peningkatan Ekonomi dengan Pendirian Laboratorium Bisnis. Entitas yang akan dibentuk ini diharapkan dapat mengenyam berbagai pengalaman dari dinamika jejaring dunia bisnis yang sangat keras. Dari format ini, para pemuda dapat belajar tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kewirausahaan. b. Program Pembentukan Forum Bersama Kelembagaan Pemuda. Forum ini akan mencari format konseptual, struktural dan implementasi dari
Laboratorium
Bisnis
yang
dibangun.
Forum
ini
akan
membicarakan masalah kepemilikan dari saham, yang berujung pada proporsi pembagian tanggung jawab, resiko, maupun hasil keuntungan, memecahkan masalah struktur organisasi, merumuskan aturan main dan menyusun anggaran dasar, serta merumuskan kerangka pelaksanaan program dan penanggung jawab atau pelaksana 8
Untuk mengimplementasikan program, diperlukan adanya strategi yang memadai. Strategi yang telah dirumuskan adalah strategi menciptakan ruang dialog yang lebih luas, upaya merumuskan konsep implementatif yang visioner, terinci, aktual secara partisipatif, yang dibarengi dengan upaya pendekatan dengan pihak-pihak terkait. Ini semua didasarkan dengan tujuan meningkatkan daya tawar dari Kelembagaan Pemuda dan pengembangan
jejaring
sosial
melalui
upaya
melahirkan
para
wirausahawan baru dari kalangan pemuda. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan pengkajian yang dilakukan, terdapat sejumlah masukan yang berharga dari para partisipan terhadap Pemerintah Daerah Kota Cimahi. Ini merupakan refleksi dari kepedulian dari Kelembagaan Pemuda terhadap pengembangan potensi yang dimiliki daerah ini. Berangkat dari sini, dan setelah dielaborasi dengan analisis yang telah dilakukan, sejumlah rekomendasi dapat diajukan demi terimplementasikannya program yang direncanakan. Rekomendasi itu berupa:
166
1. Orientasi dalam penyusunan program dan penyusunan anggaran Pemerintah Daerah, terutama dalam pengembangan pemuda dan kelembagaan perlu diubah. Program dan kebijakan penyusunan anggaran mestilah berorientasi jangka panjang dan turut mempertimbangkan kenyataan objektif. 2. Perlu adanya perubahan cara pandang Pemerintah Daerah dan Dinas-dinas terkait terhadap eksistensi Kelembagaan Pemuda. Keberadaan Kelembagaan Pemuda mestilah dipandang sebagai partner yang sejajar dan menguntungkan. Ini diperlukan untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dari program pembinaan dan alokasi anggaran, serta menghindari Kebijakan, Program, dan alokasi dana yang bersifat karitatif semata. 3. Pemerintah perlu lebih membuka diri terhadap berbagai masukan dari Kelembagaan Pemuda. Ini dilakukan dengan membuka ruang yang lebih luas yang memungkinkan terserapnya aspirasi secara lebih optimal. 4. Perlu menghindari berbagai kebijakan yang lebih bersifat belaka, apalagi sekedar mengejar target agar anggaran dapat habis diserap. Ini cukup berat untuk dilakukan, mengingat upaya semacam itu akan memaksa sistem birokrasi yang dibangun cukup lama dan mapan mesti diperhadapkan pada kritisisme yang objektif. 5. Memasukkan
agenda
pengembangan
kelembagaan
pemuda
peningkatan peran ekonomi kelembagaan pemuda dalam RENSTRA.
dengan
167
DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis. Jakarata: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abdurrahman, Moeslim. 1995. Islam Transformatif. Jakarta: Pustaka Firdaus. Arief, Sritua. Dr. Wolfgang Sach editor. 1995. Kritik Atas Pembangunanisme, Telaah Pengetahuan sebagai Alat Penguasaan. Jakarta. CPSM. Pustaka Pelajar Offset. Ali Amir. P. 2007. Pemuda di Persimpangan Jalan. Yogyakarta. Pustaka Timur Batten, T.R. 1979. Manusia dalam Pengembangan Masyarakat, The Human Factor In Community Work. Jakarta: Yayasan Indonesia Sejahtera. Bambang, Rudito. Prastijo, Adi. Kusairi, 2003. Akses Peran Serta Masyarakat lebih jauh Memahami Community Development. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. IKAPI. Brinkerhoff, Derrick W and Goldsmith, Arthur A. 1992. Promoting the Sustainability of Development Institutions: A Framework for Strategy in World Development. Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. Yogyakarta, BPFE Fakultas Ekonomi. Bornstein, David. 2006. Menggubah Dunia, Kewirausahaan Sosial dan Kekuatan Gagasan Baru. Jakarta: Yayasan Nurani Dunia. Departemen Sosial RI, 2004. Dinamika Generasi Muda di Akar Rumput (sejarah kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan Karang Taruna). Jakarta. Dirjen Pemberdayaan Sosial. Departemen Sosial RI, 2005. Kebijakan dan Strategi Pemberdayaan Karang Taruna. Jakarta. Dirjen Pemberdayaan Sosial. Haeruman, Herman dan kawan-kawan, (2001), Kemitraan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota dan Business Innovation Center of Indonesia. Hikmat, Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung, Humaniora Utama Press. Huruswati, Indah. 2004. Perilaku Remaja di Daerah Pinggiran Kota. Jakarta Pusat, Balitbangsos. Dep.Sos. RI. Ife, Jim. 1995. Pengembangan Masyarakat: Menciptakan Alternatif-Alternatif Masyarakat-Visi, Analisis Politik. Melbourne: Longman. ---------, 2005. Daftar Potensi Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. ---------, 2006. Data Monografi Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Juni 2006.
168
Israel, Arturo. 1990. Pengembangan Kelembagaan: Pengalaman Proyek-Proyek Bank Dunia. Jakarta: LP3ES. Kartono, Kartini. 1992. Patologi Sosial dan Kenakalan Remaja. Jakarta, Rajawali Press Kartasasmita, Ginandjar, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta, CIDES. Lipsey Richard, Steiner, Purvis D. 1991. Pengantar Mikroekonomi. Jakarta. Binarupa Aksara Muhadjir, Noeng.1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta, Rake Sarasin. Meredith, Geoffrey. 1992. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo. Nasdian Fredian, Tonny, Dharmawan, A.H. 2006. Sosiologi untuk Pengembangan Masyarakat. Bogor. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB dan Sekolah Pascasarjana. Nasdian Fredian, Utomo Bambang S. 2004. Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial. Bogor. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB dan Sekolah Pascasarjana Nasdian, Fredian Tonny dan Hadi Dharmawan, Arya. 2006. Sosiologi untuk Pengembangan Masyarakat (Tajuk Modul SEP-51B), Bogor: Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB. Sach Wolfgang editor. 1995. Kritik Atas Pembangunanisme, Telaah Pengetahuan sebagai Alat Penguasaan. Jakarta. CPSM. Pustaka Pelajar Offset. Sadli, Saparinah.1993. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Sitorus, Felix. Augusta, Ivanovich. 2004. Metodologi Kajian Komunitas. Bogor. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Suharto, Edi 2004. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Departemen Sosial RI, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Suharto, Edi , 2006. Analisis Kebijakan Publik, Alphabeta Bandung Suharto, Edi, 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Alphabeta Bandung
169
LAMPIRAN
DAFTAR PANDUAN PERTANYAAN KAJIAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
1
Daftar pertanyaan untuk pengurus dan anggota kelembagaan pemuda bentukan dari atas/pemerintah (Karang Taruna).
IDENTITAS RESPONDEN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan Keahlian/skill Hobi/kegemaran Jabatan/status di lembaga
: : : : : : :
DAFTAR PERTANYAAN 1. Keragaan Kelembagaan pemuda baik bentukan dari atas maupun dari bawah 1. Bagaimanakah proses anda menjadi anggota di lembaga pemuda ini ? a) diajak teman b) Keinginan sendiri c) Diminta oleh aparat kelurahan d) lain2, sebutkan 2. Sepengetahuan anda sudah berapa lamakah/sejak kapankah kelompok/organisasi ini terbentuk/berdiri ?............................................................... 3. Menurut anda bagaimanakah dengan aturan/norma-norma yang berlaku di kelompok/organisasi ini, berjalan atau tidak ?.......................................................... 4. Sepengetahuan anda kegiatan apa sajakah yang sering dilaksanakan ? (amal/bhakti sosial, keagamaan, seni, otomotif,dll). Jawab : .................................................................................................................. 5. Apakah alasan saudara memilih dan memasuki lembaga pemuda ini sebagai wadah aktivitas anda di masyarakat ? jawab : .......................................................... 6. Menurut anda fasilitas dan akses apa saja yang dimiliki oleh lembaga pemuda ini? a) ekonomi b) sosial c) fisik d) transportasi e) lain-lain 7. Dalam bentuk dan jenis fasillitas/akses bidang yang bagaimana dapat pula dimanfaatkan pula oleh masyarakat luas? a) bantuan fisik b) bantuan non-fisik c) keduanya contoh bantuan : ........................................................................................................
1
2 8. Kesulitan dan kendala apa saja yang anda rasakan dalam rangka menggunakan dan memanfaatkan akses yang dimiliki lembaga ? a) dari pemerintah b) dari masyarakat c) dari lembaga lain d) dari intern 9. Sejauhmana akses ekonomi/sosial tersebut dapat dijangkau oleh semua anggota ? a) prosedural b) bersyarat tertentu c) prosedural dan bersyararat tertentu d) ditentukan oleh pihak pemerintah setempat/kelurahan 10. Jenis kegiatan ekonomi apa sajakah yang dimiliki/dilakukan oleh kelompok/organisasi anda ? a) Jenis kegiatan produksi. (seperti apakah kegiatan tsb) b) Jenis kegiatan distribusi. c) Jenis kegiatan konsumsi. d) Ketiga jenis tsb diatas 11. Bagaimanakah ketersediaan modal dan bahan baku yang ada di kelompok/organisasi anda ? a) mendapat subsidi dari pemerintah b) subsidi dari pihak swasta c) dari keduanya d) swadaya anggota 12. Sepengetahuan anda bagaimakah cara dan proses pemilihan ketua dalam kelompok/organisasi anda ? a) melalui seleksi b) berdasarkan senioritas c) sukarela d) pengalaman e) lain-lain, sebutkan ............................................................................................... 13. Kriteria pemimpin yang bagaimanakah yang layak menjadi ketua dalam kelompok/organisasi anda ? jawab : ........................................................................ 14. Menurut anda bagaimanakah hubungan pemimpin dengan anggota dalam kelompok/organisasi anda ? a) formal/kaku b) komunikatif c) fleksibel d) lain-lain 15. Sepengetahuan anda apakah dampak/efek dari kepemimpinan yang telah berlangsung selama ini ? a) membuat berjarak antara pengurus dan anggota b) terhambatnya kreativitas anggota c) tidak berkembangnya hubungan/relasi dengan pihak lain/lembaga lain 16. Sepengetahuan anda apakah ada keterampilan/skill tertentu yang dimiliki oleh ketua, pengurus ? jika ada (dalam bidang apakah ?)jawab : .....................................
2
3 .................................................................................................................................... Persyaratan apa yang harus dimiliki untuk dapat masuk dalam kelompok/organisasi anda ini ?jawab :...................................................................... 17. Sepengetahuan anda bagaimakah tanggapan masyarakat terhadap lembaga/kelompok/organisasi anda ini ? a) positif/mendukung b) kurang merespon & mendukung c) negatif 18. Sepengetahuan anda apakah pernah ada konflik di intern/ekstern ? jawab.......................................................................................................................... 19. Bagaimanakah organisasi/kelompok anda mengatasi masalah finansial ? a) meminta bantuan ke pemerintah/swasta b) diatasi sendiri c) tidak tentu 20. Bagaimanakah organisasi/kelompok anda mengatasi masalah manajemen personalia/pembagian kerja. a) asal terisi oleh orang b) berdasarkan keterampilan c) berdasarkan kemauan/kesediaan ybs. d) Ditunjuk oleh ketua. 21. Sepengetahuan anda prestasi apa sajakah yang telah diperoleh ? (apakah bidang sosial, bidang teknologi tepat guna, bidang lingkungan hidup, bidang olah raga, seni dan budaya dll) jawab : ...................................................................................... 22. Menurut anda bagaimanakah hubungan antar lembaga anda dengan lembaga lain (bentukan dari atas atau lembaga asli/dari bawah) ? a) intensif b) jika ada kegiatan dan kepentingan bersama saja c) jika ada intruksi dan permintaan dari pemerintah/kelurahan saja 23. Bagaimanakah Sifat dan bentuk kerjasama yang terjalin? a) kolaborasi b) menguntungkan (aktivitas ekonomi) c) insidental d) sosial/dalam kegiatan amal. 24. Bagaimanakah Interaksi dan Pertukaran informasi yang anda ketahui ? a) satu arah/sepihak b) dua arah/seimbang c) tidak tentu d) tidak ada 25. Sepengetahuan anda sudah adakah jaringan sosial yang dimiliki oleh lembaga anda ? jika sudah, dengan pihak mana sajakah ? a) pemerintah (Dinas ..../Bagian ....) b) swasta (perusahaan/pabrik/home industri/dll) c) stakeholders d) tokoh masyarakat
3
4 26. Bagaimanakah pengarahan dari stakeholders setempat terhadap kelompok/organisasi anda ? jawab : ......................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
Daftar pertanyaan untuk pengurus dan anggota kelembagaan Kel.Cibabat
IDENTITAS RESPONDEN Pengurus dan anggota kelembagaan pemuda 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Pendidikan : 5. Keahlian/skill : 6. Hobi/kegemaran : 7. Jabatan/status di lembaga : DAFTAR PERTANYAAN 2. Mengetahui potensi Sumberdaya komunitas 2.1 Modal manusia 1. Menurut pengetahuan Ibu/Bapak bagaimanakah keragaan penduduk di Kelurahan Cibabat terkait dengan kelembagaan pemuda ?. adakah konflik antar masyarakat yang berbeda etnis ? jawab : ..................................................................................... 2. Bagaimanakah dengan ketersediaan tenaga kerja yang ada di kelembagaan anda ? a) memadai secara jumlah b) belum memadai dari jumlah c) belum siap memasuki dunia kerja d) siap memasuki dunia kerja 3. Sejauhmana aspek keterampilan/skill yang dimiliki sumberdaya manusia yang ada di kelembagaan anda ? a) Mahir dan berpengalaman b) Masih perlu pelatihan dan pengasahan c) Belum digarap dengan serius 2.2 Modal sosial 1. Bagaimanakah bentuk trust/kepercayaan yang terjalin di lembaga anda ? a) masih kuat (contohnya seperti apa) b) mulai melemah (contohnya) 2. Masih adakah resiprositas/pertukaran timbal balik yang mendukung di lembaga anda ? a) jika masih, contohnya seperti apakah b) jika tidak, mengapa bisa terjadi 3. Bagaimanakah bentuk pertalian/ikatan solidaritas yang ada di lembaga anda ?
4
5
4. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
a) terjalin kuat b) belum ada jalinan c) sempat ada tapi kemudian memudar. d) Lain-lain Nilai-nilai luhur seperti apa yang masih dijunjung tinggi oleh seluruh anggota ? Jawab : ...................................................................................................................... Bagaimanakah bentuk keragamaan tipe yang ada dalam kelompok/kelembagaan anda dilihat dari : a) Frekuensi interaksi, apakah ; - sering - jarang - periodik di saat tertentu saja b) Percakapan di tempat kegiatan/sekretariatan, apakah ; - sering - jarang - periodik di saat tertentu saja c) Kedekatan tempat tinggal ; - saling berdekatan - berjauhan - ada yang dekat & ada yang jauh Bagaimanakah sifat/bentuk kerjasama dalam kelembagaan pemuda ? b) koordinasi c) kooperasi d) kolaborasi e) networking Bagaimanakah Pertukaran informasi yang terjadi antar kelembagaan pemuda ? a) satu arah/sepihak b) dua arah/seimbang c) tidak tentu d) tidak ada Bagaimanakah keragamaan bentuk ikatan menurut tingkat simetrinya, apakah : a) Setara dalam karakteristik umur, pendidikan dan pendapatan b) Tidak setara Sudah adakah jejaring yang dimiliki/dibentuk oleh kelembagaan anda dengan kelembagaan pemuda lain atau dengan lembaga lainnya ? jawab : .................................................................................................................................... Jika sudah ada, bagaimanakah keragaman jaringan menurut ukurannya, apakah : a. luas b. Sempit
7. Menurut anda, bagaimanakah kelembagaan anda jika diukur dari segi jumlah simpul atau kepadatan jaringan ? a. banyak dan padat b. relatif sedikit dan tidak padat 8. Sudah adakah Simpul-simpul (nodes) jaringan yang dapat dikembangkan di kelembagaan anda ? jawab : ..................................................................................... 9. Bagaimanakah Ikatan (keterhubungan) dan arus yang ada di kelembagaan anda baik intern maupun ekstern ? a) sangat kuat dan terjalin dengan baik (contohnya) ................ b) belum terbangun dan masih dalam taraf penataan (contohnya)................... c) mulai terbangun sedikit demi sedikit (contohnya) ................................
5
6 2.4. Dukungan yang dimiliki 1. Apakah lembaga anda pernah mendapatkan Bantuan dana ? dari manakah sumber bantuan tersebut ? jawab : ......................................................................................... .................................................................................................................................... ................................................................................................................................. 2. Apakah lembaga anda pernah mendapatkan Bantuan sarana & fasilitas ? jawab : .................................................................................................................................... ............................................................................................................................. 3. Bagaimana pula dengan Perijinan dan jaminan keamanan, apakah lembaga anda mendapatkan kemudahan ? jawab : .......................................................................... 4. Bagaimanakah sebenarnya tanggapan masyarakat terhadap aktivitas lembaga anda? Jawab : ............................................................................................................ .................................................................................................................................... 2.5. Mengetahui pengaruh dari ‘atas’ yang kuat 1. Seperti apakah dan bagaimanakah jejaring dan program-program yang berasal dari pemerintah untuk kelembagaan pemuda selama ini ? jawab : ........................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. Bagaimanakah posisi formal kelembagaan anda di struktur pemerintahan ? jawab: ........................................................................................................................ .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 3. Menurut sepengetahuan anda apakah kelembagaan anda hanya sebagai alat pemerintah saja ? jawab : .......................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 4. Jika tidak sejauhmana kebermanfaatannya bagi masyarakat setempat ? jawab : .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
6
7
Daftar pertanyaan untuk Kasie pemberdayaan masyarakat dan Tokoh masyarakat Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara
Kasie pemberdayaan masyarakat Kel.Cibabat dan Tokoh masyarakat 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Pekerjaan : 5. Pendidikan : 6. Jabatan : DAFTAR PERTANYAAN 1.1. Sarana & prasarana ekonomi 1. Menurut Ibu/Bapak tempat usaha seperti apa yang harusnya disediakan oleh pemerintah bagi berkembangnya kelembagaan pemuda dalam mengatasi masalah ekonomi keluarga ?jawab : ....................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. Perusahaan apa saja yang ada di Kelurahan Cibabat yang dapat dimanfaatkan oleh kelembagaan pemuda ? jawab : ................................................................................ .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... . 3. Sejauhmana kira-kira prospek yang dapat dicapai, mungkin tidak untuk bekerja sama dengan kelembagaan pemuda ? jawab : ........................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 4. Peluang ekonomi apa yang dapat dikelola oleh kelembagaan pemuda dari perusahaan tersebut ? jawab : ...................................................................................
7
8 .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 5. Menurut Ibu/Bapak apakah sudah layakkah sarana transportasi yang ada di Kelurahan Cibabat ? jawab : .................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 6. Menurut Ibu/Bapak apakah sudah layakkah sarana fasilitas energi listrik dan sarana informasi yang tersedia di Kelurahan Cibabat ?
8
131
Diagram Venn Inter Kelembagaan Pemuda (Pemerintah, Swasta, Stakeholders)
Diagram Venn Antar Kelembagaan Pemuda BKM
Kope rasi
Toma
Rt/ Rw
KT
SEN PAL
Pemeri ntah
Ves pa
BK3S
PKK Posyan du Pesan tren
Muh. Iqbal
Swasta/pas ar/pengusa ha/investor
PKL
PMI Gyp sum Pemberi ZIS/warga mampu
DKM
Toga
CV (Kelembagaan Kolaborasi)
Gambar 2 Diagram Venn Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Keterangan : Warna bulatan dan garis : menggambarkan peran ekonomi kelembagaan dan jaringan dengan kelembagaan lain. Garis putus : menggambarkan intensitas jaringan dan interaksinya. Besar lingkaran : menggambarkan kekuatan lembaga dalam ukuran jumlah (banyak diakses pemuda) Tali : menggambarkan kedekatan/intensitas jaringan dengan kelembagaan lain.
IRMA
132
Diagram Venn Inter Kelembagaan Pemuda (Pemerintah, Swasta, Stakeholders)
Diagram Venn Antar Kelembagaan Pemuda
KT
Stakeholders Toma/Toga/RtRw/PKK/Posya ndu/ PMI/BK3S
SEN PAL
Pemerintah
Ves pa
Muh. Iqbal IRMA Swasta/pasar/ pengusaha/inves tor/Perbankkan/ Koperasi/BKM PKL
Gyp sum
CV (Kelembagaan Kolaborasi)
Gambar 2 Diagram Venn Kelembagaan Pemuda di Kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara Keterangan : Warna bulatan dan garis : menggambarkan peran ekonomi kelembagaan dan jaringan dengan kelembagaan lain. Garis putus : menggambarkan intensitas jaringan dan interaksinya.