MENGATASI MASALAH KOMUNIKASI DALAM KELUARGA MELALUI STRATEGIC FAMILY THERAPY OVERCOMING COMMUNICATION PROBLEM IN THE FAMILY WITH STRATEGIC FAMILY THERAPY Dini Fidyanti Devi Program Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah Malang E-mail:
[email protected] ABSTRACT Participants of this study were a mother and her daughter, which had a communication problem. The purpose of this study was to determine the effect of strategic family therapy in an effort to increase the adaptive communication between the daughter and her mother. The interventions hadfour sessions with a given task to be performed by each member of the family. After the intervention ended, it showed that the communication between family members became more open, aware of others needs. Each member of the family could shape a new behavior that has been agreed despite of some tasks that have not been done. Key words: : strategic family therapy, communication, family ABSTRAK Subjek dalam kasus keluarga ini adalah seorang ibu dan anak kedua yang mengalami persoalan komunikasi keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategic family therapy dalam upaya meningkatkan komunikasi yang adaptif antara anak dan ibu. Intervensi dilakukan sebanyak empat sesi dimana diberikan tugas yang telah dirancang dan disepakati untuk dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga. Setelah proses intervensi berakhir, maka didapatkan hasil bahwa hubungan komunikasi antar anggota keluarga satu dengan yang lainnya menjadi lebih terbuka terhadap kebutuhan masing-masing anggota keluarga. Selain itu, masing-masing anggota keluarga mampu membentuk perilaku baru yang telah disepakati walaupun dari beberapa tugas rumah ada beberapa tugas yang belum dilakukan. Kata Kunci : Strategic Family Therapy, Komunikasi, Keluarga
Keluarga inti secara tradisional di-
menjaga struktur mereka, sistem keluarga
pandang sebagai sekelompok orang yang
memiliki aturan, prinsip-prinsip yang
dihubungkan oleh ikatan darah dan ikat-
memungkinkan mereka untuk melakukan
an hukum. Fungsi keluarga adalah seba-
tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa
gai tempat saling bertukar antara anggota
peraturan yang dinegosiasikan secara
keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik
terbuka dan terang-terangan, sedangkan
dan emosional setiap individu. Untuk
yang lain terucap dan rahasia. Keluarga
234 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
sehat memiliki aturan yang konsisten,
tetapi
jelas, dan ditegakkan dari waktu ke
apakah harapan terhadap anggota yang
waktu tetapi dapat disesuaikan dengan
lain masuk akal.
perubahan perkembangan kebutuhan ke-
membantu
Pendekatan
anggota
lain
keluarga
adalah
terapi
luarga. Setiap anggota keluarga memiliki
keluarga terstruktur. Terapis berusaha
peranan yang jelas terkait dengan posisi
menemukan persoalan utama dari masa-
sosial mereka.
lah subjek dalam konteks keluarga,
Terapi
keluarga
sering
dimulai
bukan sebagai masalah individual (Kerr &
dengan fokus pada satu anggota keluarga
Christine, 2008). Tujuannya adalah untuk
yang mempunyai masalah. Khususnya,
mengurangi sikap
subjek yang diidentifikasi adalah remaja
mengarah pada satu orang. Contohnya,
laki-laki yang sulit diatur oleh orang tua-
terapis menyampaikan bahwa perilaku
nya atau gadis remaja yang mempunyai
menentang dan agresif dari remaja mung-
masalah makan. Sesegera mungkin, tera-
kin adalah tanda dari ketidakamanan
pis akan berusaha untuk mengidentifikasi
remaja atau alasan untuk mendapatkan
masalah keluarga atau komunikasi ke-
perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada
luarga yang salah, untuk mendorong
banyak keluarga yang mengalami stress,
semua anggota keluarga mengintrospeksi
pesan emosional begitu tersembunyi
diri menyangkut masalah yang muncul.
sehingga anggota keluarga lebih sering
Tujuan umum terapi keluarga adalah
berbicara tanpa berbuat.
menyalahkan
yang
meningkatkan komunikasi karena keluar-
Fokus penelitian ini adalah keluar-
ga yang bermasalah seringkali percaya
ga yang terdiri atas tiga anggota keluarga,
pada pemahaman tentang arti penting
yaitu Ibu dan dua anak perempuan.
dari komunikasi (Goldenberg, 2008).
Masalah yang terjadi dalam keluarga ini
Keluarga sementara itu, mengajar-
berkaitan
dengan
komunikasi
dalam
kan penyelesaian tanpa paksaan, meng-
keluarga yang kurang baik antara anak
ajarkan orang tua untuk menetapkan
kedua dengan Ibu. Masalah tersebut
kedisiplinan pada anak-anak mereka,
berkaitan dengan kebutuhan ekonomi
mendorong tiap anggota keluarga untuk
atau keuangan dalam keluarga. Anak
berkomunikasi secara jelas satu sama
menyampaikan
lain, mendidik anggota keluarga dalam
dengan ibu memang kurang dekat dan
prinsip perubahan perilaku, tidak mene-
sudah berlangsung sejak masih kecil. Ia
kankan kesalahan pada satu anggota akan
cenderung lebih dekat dengan sosok
bahwa
hubungannya
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 235
Dini Fidyanti Devi
ayah, yang selalu menjadi perantara
dagangannya dari pagi hingga sore hari.
komunikasi antara anak kedua dengan
Ia sudah enam kali melamar pekerjaan
ibu. Hubungan ini menjadi semakin
yang baru, namun belum mendapatkan
buruk setelah ayah meninggal.
panggilan kerja. Ia merasa sendiri meng-
Semenjak saat itu ibu menjadi sering
marah-marah
karena
memilih untuk keluar dari rumah dan
masalah kecil, murung dan berbicara
berkumpul dengan teman-temannya. Se-
dengan tetangga tanpa mengenal waktu,
lain itu ketika berada di rumah, ia lebih
serta sering mengatakan kalau ayah
banyak menghabiskan waktu didalam
subjek sudah pensiun dan meninggal
kamar untuk menunjukkan pada ibu jika
secara
dirinya tertekan.
mendadak.
hanya
hadapi masalah yang dihadapinya dan
Kebiasaan
makan
bersama dan berkumpul dengan keluarga
Ketidaknyamanan dalam keluarga
sudah tidak pernah lagi. Anak kedua
tersebut tidak hanya dirasakan oleh anak
pernah mencoba menyampaikan keluh-
kedua tetapi juga dirasakan oleh ibu. Ia
annya kepada ibu yang tidak perhatian
mengeluhkan bahwa anak kedua tidak
dengannya, namun ibu tidak terlalu
memahami kondisi keuangan keluarga
memperdulikan ketika berbicara. Hal ini
yang sudah berubah. Ibu berperan seba-
membuat hubungan antara ibu dan anak
gai pencari nafkah sekaligus mengurus
menjadi kurang komunikasi dan menjadi
kedua anaknya setelah suaminya mening-
sering selisih paham.
gal. Ia mengeluhkan bahwa selama ini
Perilaku antara ibu dan anak ini
anaknya tidak memiliki inisiatif untuk
cenderung buruk dimana anak kedua
membantunya dalam menambah pen-
kadang mencoba memulai pembicaraan
dapatan keluarga. Ibu kesal melihat anak-
terlebih dulu, namun kurang mendapat-
nya yang lebih memilih berkumpul deng-
kan perhatian dari ibunya.
Bahkan, ia
an teman-temannya dan menghabiskan
dipandang sebagai anak yang bodoh
waktu dengan mengirimkan barang da-
karena tidak kunjung mendapatkan pe-
gangan seharian tanpa memperdulikan
kerjaan setelah mengundurkan diri dua
kondisi ibu yang membutuhkan bantuan
tahun dari pekerjaannya. Hal ini mem-
dan dukungan keluarga. Ia menghindar
buat anak kedua sakit hati. Ia merasa
berkomunikasi dan terkadang lebih me-
putus asa mengajak ibu berkomunikasi.
milih berkumpul dengan ibu-ibu tetangga
Sebagai pelampiasan, ia sering pergi
untuk mengusir kesepiannya. Ia ber-
keluar rumah untuk mengantar barang
harap, anak kedua sadar akan kewa-
236 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
jibannya dan mau lebih berusaha dengan
coba mengajak bicara ibunya terlebih
mencoba mencari pekerjaan yang pasti
dahulu atau menonton acara televisi
agar dapat memiliki penghasilan tetap
kesukaan bersama-sama.
setiap bulannya dan lebih banyak menghabiskan
waktu
bersama
dirinya
di
Permasalahan yang terjadi pada subjek karena perubahan tahapan kehidupan atau family life cycle. Saat ayah
rumah. Anak pertama juga merasa tidak
meninggal, anak kedua memutuskan ber-
betah berada di dalam rumah karena
henti bekerja dan masih belum mem-
sering menyaksikan anak kedua dan ibu
punyai pekerjaan tetap lagi hingga se-
bertengkar dan tidak bertegur sapa. Anak
karang. Ia menggantungkan perekonomi-
pertama
keluarganya
an keluarga dengan berjualan melalui
sudah berubah, adik dan ibunya sibuk
online shop. Selain itu mantan calon
dengan urusan masing-masing, dimana
suami subjek juga membatalkan per-
anak kedua lebih senang menghabiskan
nikahan secara tiba-tiba. Sedangkan ibu
waktunya diluar rumah dan kamar tidur,
masih belum bisa memahami kondisi
sedangkan ibunya juga lebih sering
anak
menghabiskan waktunya dengan berkum-
mencari pekerjaan disela-sela berjualan
pul dengan tetangga. Anak kedua dan
melalui online shop. Hal ini membuat
ibunya tidak pernah lagi makan bersama
saat berkumpul keluarga bersama seperti
saat berkumpul di sore hari, walaupun
makan, sering terjadi perdebatan. Anak
sekedar menonton televisi bersama. Anak
kedua merasa ibunya tidak bisa mengerti
pertama mengatakan jika dia lebih per-
kondisi dirinya. Untuk menghindari per-
hatian dengan ibunya, seharusnya adik
debatan yang sering terjadi antara dirinya
perempuannya bisa mengerti kondisi ibu
dan ibu, anak kedua memilih lebih sering
seperti dirinya. Ia mengutarakan bahwa
menghabiskan waktu di kamar dan
hubungannya dengan ibunya biasa saja,
menghindar berbicara secara langsung
namun melihat hubungan antara adik
jika berpapasan dengan ibunya.
dan
merasa
ibunya
kondisi
yang
kurang
kedua
yang
sudah
berusaha
harmonis,
Anak pertama menganggap waktu
membuatnya merasa bosan jika berada
berkumpul keluarga sudah tidak ada lagi.
dirumah. Anak pertama menyatakan ibu
Selain itu, ibu juga sering mengadukan
terkadang juga kurang memperhatikan
masalah adik, sehingga ia sering menegur
dirinya, namun hal ini tidak terlalu
tanpa mendengarkan penjelasan dari adik
mengganggunya. Ia selalu berusaha men-
perempuannya dulu. Akibat dari per-
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 237
Dini Fidyanti Devi
ubahan tahapan kehidupan ini, keluarga
laku yang bermasalah merupakan usaha
mengalami krisis situasional yang meru-
individu untuk mencapai kekuasaan dan
sak inti dari perkembangan keluarga atau
rasa aman.
disfungsi keluarga.
Berdasarkan hasil asesmen diketa-
Permasalahan yang terjadi tidak
hui bahwa permasalahan dalam keluarga
kunjung ada solusi sehingga menjadi
ini karena tahap kehidupan keluarga
masalah antar anggota keluarga yang
family life cycle dan function of the
mengakibatkan pola komunikasi antar
symptom
anggota keluarga tidak sehat. Anak kedua
anggota keluarga tidak terjalin dengan
dan ibu sering terlibat pertengkaran.
baik. Keadaan ini telah berlangsung tiga
Permasalahan dalam keluarga merupakan
tahun dan membuat anggota keluarga
gejala interpersonal atau function of sym-
merasa tidak nyaman dengan suasana
ptom yang dinyatakan dengan tingkah
dirumah.
sehingga
komunikasi
antar
laku atau perlakuan yang terjadi dalam
Salah satu upaya mengatasi per-
keluarga. Anak kedua merasa putus asa
soalan antar anggota keluarga adalah
untuk mengajak ibu berkomunikasi. Ia
dengan menggunakan strategic family
lebih sering menghabiskan waktu di
therapy. Intervensi ini langsung mena-
kamar dan berkeliling mengantar pesan-
ngani masalah-masalah yang ada di
an barang dari pagi sampai sore. Ketika
dalam keluarga, yaitu fokus pada pola
sudah dirumah, ia juga menghindari
komunikasi keluarga yang digunakan saat
berbicara dengan ibu. Bagi anak kedua,
ini dan treatment goals berasal dari masa-
anak pertama juga kurang bisa diajak
lah atau gejala yang ditampakkan (Winek,
komunikasi dengan baik, karena anak
2012). Dalam upaya memperbaiki pola
pertama dipandang lebih memihak pada
hubungan/interaksi dalam keluarga ini
ibu, sehingga anak kedua merasa ke-
perlu diberikan strategic family therapy
hilangan
untuk membantu keluarga dalam menye-
kehangatan dalam keluarga
semenjak ayahnya meninggal. Menurut
Madanes
masalah interpersonal yang berhubungan
bermasalah
dengan keluarga sehingga terapi ini
sebagai akibat dinamika dan struktur ke-
dirancang untuk memecahkan permasa-
luarga yang mengalami disfungsi. Peri-
lahan keluarga (Carr, 2006).
(Winek,
2012),
Haley
dan
lesaikan berbagai masalah dan mengatasi
keluarga
238 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
Kematian ayah memperkeruh hubungan anak kedua dan ibu
Waktu kebersamaan keluarga menjadi berkurang
Anak kedua sering berselisih paham dengan ibu
Ibu dan anak pertama menjadi jarang berkomunikasi dengan anak kedua
Terjadi pertengkaran (biasanya anak pertama berpihak kepada ibunya)
Ibu sering marahmarah karena anak kedua tidak mengerti kondisi keuangan keluarga setelah ayahnya meninggal
Anak kedua merasa tersudutkan sehingga sering menghabiskan waktu diluar rumah
Gambar 1. Dinamika Permasalahan Subjek METODE PENELITIAN
sanaan
tindakan,
observasi,
refleksi,
rencana ulang, melaksanakan tindakan Desain Penelitin
lanjutan.
Dalam riset ini, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode riset
Subjek penelitian
aksi (action research). Sebagaimana di-
Subjek dalam kasus keluarga ini
ungkapkan oleh McKniff dan Whitehead
adalah seorang ibu dan anak kedua yang
(2002), dalam riset aksi mengikuti pola
mengalami persoalan komunikasi keluar-
yang dimulai dari perencanaan, pelak-
ga.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 239
Dini Fidyanti Devi
Metode Pengumpulan Data
yang disfungsional. Perilaku yang ber-
Prosedur asesmen psikologi untuk
masalah merupakan usaha individu un-
mengumpulkan data subjek dilakukan
tuk mencapai kekuasaaan dan rasa aman.
dengan metode observasi dan wawan-
Pada terapi ini, terapis akan ber-
cara. Observasi dilakukan pada saat
peran aktif dalam merencanakan startegi
wawancara, kegiatan sehari-hari subjek
dan mengarahkan jalannya terapi, terlibat
dan pada saat tes berlangsung, dengan
langsung dalam mencapai tujuannya
mengamati perilaku yang nampak untuk
untuk mengurangi dan menghilangkan
mengetahui
permasalahan-permasalahan
perilaku
subjek
terkait
permasalahan yang dihadapi, berkaitan
dalam
dengan aktivitas-aktivitas yang berlang-
nampak (Goldenberg, 2008).
keluarga
atau
yang
perilaku
ada yang
sung, orang-orang yang terlibat dalam
Prosedur intervensi terdiri atas be-
aktivitas dan makna kejadian dilihat dari
berapa tahap. Pertama adalah social
perpektif mereka terlibat dalam kejadian
stage, dengan menghadirkan seluruh
yang diamati tersebut. Wawancara dila-
anggota keluarga dimana setiap keluarga
kukan kepada ibu subjek, kakak perem-
diminta untuk memberikan pendapat
puan subjek dan adik laki-laki subjek
yang dihadapi. Kedua, the problem stage,
yang bertujuan untuk mengumpulkan
menjelaskan
data-data terkait dengan masalah yang
mengapa mereka perlu hadir. Ketiga,
dialami subjek.
tahap the interaction stage, yaitu memin-
kepada
keluarga
alasan
ta komentar dari setiap anggota keluarga Prosedur Intervensi Strategic family therapy berdasar-
yang hadir dan membicarakan masalah nya bersama-sama. Keempat, defining
kan konsep cybernatics yaitu studi yang
desired
mempelajari bagaimana sistem pemroses-
semua
an informasi dikarenakannya ada umpan
permasalahan yang terjadi. Kemudian
balik (feedback). Studi ini berasumsi jika
terapis menanyakan perubahan seperti
terjadi perilaku psikotik pada salah satu
apa yang diharapkan. Kelima, ending the
anggota keluarga akan masuk akal ketika
interview yaitu langkah yang diambil
keluarga memiliki komunikasi yang pa-
setelah dicapai kesepakatan bersama
tologis pula. Menurut Haley dan Mada-
mengenai definisi masalah.
nes (Olson, 2007), keluarga bermasalah
tahapdirective, dengan tujuan mencipta-
akibat dinamika dan struktur keluarga
kan perilaku yang berbeda sehingga
240 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
changes, anggota
dilakukan keluarga
setelah
mengetahui
Keenam,
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
memperoleh pengalaman subjektif yang
dapatnya. Ibu menyatakan anak kedua
berbeda.
tidak
Pelaksanaan intervensi terdiri atas
memahami
keluarga
yang
kondisi
sudah
keuangan
berubah.
Ibu
empat sesi pertemuan dengan durasi 60 -
mengatakan
90 menit pada setiap sesi. Sesi satu
memiliki inisiatif untuk membantunya
meliputi social stage. Setelah dilakukan
menambah keuangan dalam keluarga
asesmen terpisah pada masing-masing
dengan mencari pekerjaan tetap, tidak
subjek, terapis mengumpulkan semua
hanya menggantungkan penghasilannya
anggota keluarga untuk hadir. Terapis
dari berjualan online shop saja. Ibu juga
membangun raport pada anggota keluar-
mengeluhkan melihat anak kedua yang
ga agar merasa nyaman mengikuti terapi,
lebih memilih berkumpul dengan teman-
selanjutnya problem stage, terapis mem-
temannya
perkenalkan diri dan perannya sebagai
dengan mengirimkan barang dagangan
seorang terapis lalu terapis menjelaskan
seharian tanpa memperdulikan kondisi
tujuan dari terapi keluarga yang akan
dirinya yang membutuhkan bantuan dan
dilaksanakan bersama, selanjutnya tera-
dukungan keluarga.
seharusnya
dan
anak
menghabiskan
kedua
waktu
pis meminta diri masing-masing subjek
Anak kedua berharap jika ibunya
untuk menyampaikan pendapat menge-
memperhatikannya dan bisa mengerti
nai permasalahan yang dihadapi. Masing-
dengan usahanya berjualan online untuk
masing anggota menyampaikan penda-
menambah perekonomian sambil men-
patnya mengenai permasalahan yang
cari pekerjaan tetap. Anak kedua merasa
terjadi. Masing-masing anggota keluarga
tertekan dirumah karena tidak ada teman
merasakan adanya perubahan anggota
yang bisa diajak berkomunikasi, anak
keluarga yang sibuk dengan urusan
kedua juga merasa kehangatan keluarga
masing-masing, tidak ada kehangatan
dan waktu berkumpul keluarga sudah
dalam keluarga.
tidak ada lagi. Saat mengungkapkan pen-
Pada sesi interaction stage, terapis
dapatnya, anak kedua terlihat menunduk
memberikan kesempatan pada anggota
ke bawah. Anak pertama menyimak
keluarga untuk membicarakan perma-
pernyataan dari adik dan ibunya dengan
salahan yang terjadi dalam keluarga itu.
baik. Anak pertama akhirnya memahami
Saat diskusi terjadi, ibu lebih men-
alasan mengapa adik dan ibunya mencari
dominasi pembicaraan dan beberapa kali
kesibukan sendiri setelah mendengar
dengan nada tinggi menyampaikan pen-
penjelasan dari adik dan ibunya. Hal ini
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 241
Dini Fidyanti Devi
membuat anak pertama sedih karena adik
kan diri dari pekerjaannya tidak kunjung
dan ibunya sering bertengkar dan tidak
mendapatkan pekerjaan. Ia kemudian
meluangkan waktunya untuk berkumpul.
sibuk dengan berjualan online shop dan
Anak pertama sedih melihat kon-
mengantarkan barang dagangannya dari
disi adik dan ibunya yang selalu ber-
pagi hingga sore hari.
tengkar
berada
sering berada diluar rumah dan ber-
dirumah, menangis saat menyampaikan
bincang dengan para tetangganya. Hal ini
rasa sedihnya melihat adik dan ibunya
membuat anak kedua merasa kurang
bertengkar, terapis mencoba menenang-
mendapat perhatian dan sering berdebat
kan anak pertama. Kemudian ibu meng-
dengan
akui bahwa kebiasaan dirumah dan
memilih untuk menghabiskan waktunya
komunikasi antar keluarga menjadi ber-
dikamar
kurang sehingga memicu konflik dalam
langsung saat berpapasan dengan ibunya
keluarga namun ibu mengatakan bahwa
untuk menghindari pertengkaran dengan
dirinya mencari kesibukan semata-mata
ibu.
membuatnya
bosan
hanya ingin membahagiakan keluarganya.
ibu, dan
sehingga
Ibu MN lebih
anak
menghindar
kedua
berbicara
Ibu sengaja mengurangi komunikasi dengan anak kedua agar anak kedua
Sesi berikutnya dilanjutkan dengan
menyadari kesalahannya dan berubah.
defining desires changes. Terapis menje-
Anak pertama merasa bosan berada
laskan kepada masing-masing subjek me-
dirumah dan ibunya kurang memper-
ngenai permasalahan dan perilaku yang
hatikan dirinya. Namun hal ini tidak
menyebabkan masalah dalam keluarga.
terlalu mengganggu anak pertama, ia
dimana ada perubahan tahap kehidupan
sebisa mungkin selalu berusaha mencoba
keluarga yaitu saat Ibu kehilangan suami
mengajak ibunya berkomunikasi terlebih
karena meninggal mendadak sehingga
dahulu atau menonton acara televisi
mempengaruhi ekonomi keluarga, yang
bersama-sama. Selanjutnya, untuk meng-
mengharuskan ibu menjadi ibu sekaligus
akhiri sesi, terapis menanyakan kepada
bapak sebagai pengganti suaminya. Ibu
masing-masing anggota keluarga menge-
hanya sebagai ibu rumah tangga dan
nai perubahan perilaku yang diharapkan
tidak bekerja sehingga hanya mengandal-
untuk
kan uang pensiun dari suaminya untuk
terjadi.
mengatasi
permasalahan
yang
memenuhi kebutuhan keluarga. Pada sisi
Pada sesi ending interview, per-
lain, semenjak anak kedua mengundur-
ubahan perilaku yang diharapkan itu
242 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
menjadi tugas
subjek
Pada pertemuan ketiga dan ke-
perubahan
dalam
empat, juga terdiri atas tahap evaluasi.
Setelah
sepakat
Terapis melakukan evaluasi dari self
mengenai perubahan perilaku, terapis
report yang diberikan kepada masing-
meminta masing-masing subjek selama
masing
empat hari melaporkan dengan meng-
perilaku yang telah disepakati. Pada sesi
gunakan self report.
ini, ibu satu kali tidak ikut berkumpul
untuk
masing-masing
mencapai
keluarga
tersebut.
subjek
mengenai
perubahan
Pada pertemuan kedua, dilakukan
makan bersama karena ada kegiatan
tahap evaluasi. Terapis meminta masing-
survey lokasi rekreasi diluar kota dengan
masing subjek untuk mengumpulkan self
ibu-ibu
report yang telah diberikan pada sesi
anak kedua dan anak pertama tetap
sebelumnya dan melakukan evaluasi
melakukan
terhadap
telah
disepakati. Masing-masng anggota keluar-
self
ga dapat memaklumi ketika ada salah
tugas
rumah
yang
disepakati bersama. Berdasarkan
PKK
dirumahnya,
tugas
rumah
sedangkan yang
telah
report dan wawancara dapat disimpulkan
satu
bahwa ibu mash merasa kaku untuk
melakukan
memulai
menanyakan
anggota keluarga memberikan penjelasan
kabar anak kedua karena kebiasaan ini
sebelumnya ketika pekerjaan rumah tidak
sudah hampir tidak pernah dilakukan
dilaksanakan.
berbicara
dan
diantara
mereka
pekerjaan
tidak rumah
dapat karena
sejak anak kedua masih kecil hingga
Terapis membuat kesepakatan ber-
bapaknya meninggal. Anak kedua satu
temu kembali dengan semua anggota
kali tidak ikut makan siang dirumah
keluarga dalam jangka waktu dua minggu
karena sedang menjalani tes panggilan
setelah intervensi berakhir. Terapis mela-
kerja, informasi ini sudah disampaikan
kukan
terlebih dahulu dan mendapat ijin dari
kembali perkembangan, dengan hasil
ibu dan anak pertama. Ibu juga satu kali
masing-masing keluarga mampu mem-
tidak ikut berkumpul makan bersama
buat hubungan komunikasi antar anggota
karena ada kegiatan survei lokasi rekreasi
keluarga satu sama lainnya menjadi lebih
di luar kota dengan ibu-ibu PKK di
terbuka akan kebutuhan masing-masing
rumahnya. Semua tugas rumah yang
anggota keluarga dan mampu memben-
diberikan dapat dikerjakan dengan baik
tuk perilaku baru yang telah disepakati
oleh keluarga.
walaupun dari beberapa tugas rumah ada
evaluasi
dengan
menanyakan
beberapa tugas yang belum dilakukan.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 243
Dini Fidyanti Devi
Anak kedua juga mengungkapkan jika
anggota keluarga satu sama lainnya
dirinya selama dua hari terakhir tidur
menjadi lebih terbuka akan kebutuhan
bersama
masing-masing anggota keluarga. Selain
dengan
ibunya,
subjek
merasakan kehangatan seorang ibu.
itu,
masing-masing
anggota
keluarga
mampu membentuk perilaku baru yang HASIL PENELITIAN
telah disepakati, meskipun ada beberapa tugas yang belum dilakukan. Anak kedua
Pelaksanaan Strategic family thera-
satu kali tidak ikut makan siang dirumah
py pada keluarga yang diberikan kepada
karena sedang menjalani tes panggilan
keluarga
kerja. Hal ini sudah disampaikan dan
subjek
selama
empat
sesi
membuat hubungan komunikasi antar
mendapat ijin dari ibu.
Tabel 1. Hasil Penelitian pada Anak Kedua Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
Keterangan
Sering menghindar saat berpapasan dengan ibu
Menyapa dan kondisi ibu
menanyakan
Walapun pada awal dilakukan anak kedua mengatakan dirinya merasa kaku, namun anak kedua terus mencoba memberanikan diri memulai terlebih dahulu untuk berkomunikasi dengan ibu
Saat berkumpul saat makan bersama sering terjadi perdebatan
Saat makan bersama suasana lebih tenang dan saling berbagi cerita tentang kegiatan sehari-harinya
Anak kedua satu kali tidak ikut makan siang dirumah karena sedang menjalani tes pang-gilan kerja, hal ini sudah di-sampaikan dan mendapat ijin dari ibu MN
Sering menghabiskan waktu dikamar dan menghindar berbicara secara langsung jika berpapasan dengan ibunya
Menyediakan waktu berkumpul untuk makan bersama dan menemani ibu dan anak pertama menonton televisi
Anak kedua dan ibu mulai terbiasa memasak dan makan bersama kembali dan menghabiskan waktu dengan menonton acara televisi kesukaan bersama
244 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
Tabel 2. Hasil Penelitian pada Ibu Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
Keterangan
Menghindar berkomunikasi dengan anak kedua
Menyapa dan menanyakan kabar anak kedua
Ibu mulai memberi perhatian pada anak kedua
Memilih berkumpul dengan ibu-ibu tetangga untuk mengusir kesepiannya
Menyediakan waktu berkumpul sambil berbagi ce-rita dan menonton televisi bersama anak-anaknya
Ibu dan mencoba memperbaiki hubungan dan komunikasi dengan anak kedua dengan mengajak memasak dan makan ber-sama kembali dan meng-habiskan waktu dengan menonton acara televisi kesukaan bersama
Tidak pernah lagi makan bersama saat di sore hari
Menyediakan waktu berkumpul untuk makan bersama di sore hari
Ibu satu kali tidak ikut berkumpul makan bersama karena ada kegiatan survey lokasi rekreasi diluar kota dengan ibu-ibu PKK di rumah-nya
Ibu menganggap anak kedua anak yang bodoh karena semenjak resign tidak kunjung mempunyai pekerjaan tetap kembali dan hanya berjuala online
Menyadari bahwa anak kedua berusaha berjualan online untuk mengisi waktu luang dan menambah penghasilan sambil men-coba melamar pekerjaan ke berbagai tempat
Ibu memberikan dukungan dan semangat pada anak kedua agar tidak mudah menyerah mencoba melamar pekerjaan, ibu juga membantu online shop anaknya dengan menawarkan pada tetangga
Tabel 3. Hasil Penelitian pada Anak Pertama Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
Keterangan
Anak pertama lebih memihak pada ibunya
Bisa menerima kondisi anak kedua dan mem-berikan dukungan pada usaha yang telah dilakukan anak kedua
Anak pertama sering berkunjung kerumah ibu, dan memantau perkembangan hubungan ibu dan anak kedua. Selain itu, anak pertama juga memberi beberapa informasi mengenai lowongan pekerjaan di berbagai tempat sebagai dukungan dari dirinya agar adiknya bisa bersemangat lagi
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 245
Dini Fidyanti Devi
PEMBAHASAN
melaksanakan tugas-tugas rumah yang diharapkan ibu seperti makan dan me-
Berdasarkan hasil asesmen dike-
nonton televisi bersama, sedangkan anak
tahui bahwa permasalahan dalam ke-
kedua dan anak pertama lebih banyak
luarga adalah karena tahap kehidupan
membutuhkan perhatian, dukungan, dan
keluarga family life cycle dan function of
waktu berkumpul dari ibu yaitu ibu
the symptom sehingga komunikasi antar
menanyakan keadaan anak kedua setiap
anggota keluarga tidak terjalin dengan
hari, ibu menemani anak pertama me-
baik. Keadaan ini telah berlangsung tiga
nonton televisi dan menyediakan waktu
tahun dan membuat anggota keluarga
berkumpul dengan keluarga. Masing-
merasa tidak nyaman dengan suasana
masing
dirumah.
merubah kebiasaan terdahulu mereka
Strategic
family
therapy
yang
diberikan bertujuan untuk memperbaiki
dengan
anggota
keluarga
memenuhi
berusaha
harapan-harapan
masing-masing anggota keluarga.
komunikasi antar anggota keluarga se-
Strategic family therapy yang di-
hingga kebutuhan masing-masing ang-
berikan kepada subjek dibuat bersama-
gota keluarga dapat dipenuhi tanpa
sama oleh anggota keluarga. Tujuan dari
mengorbankan harapan-harapan anggota
strategic family therapy ini berfokus pada
keluarga yang lain. Strategic family thera-
konsep behavioral yang berarti tujuan
py dilakukan dengan strategi yang sudah
keluarga tersebut merupakan perilaku
dirancang dan dilaksanakan sesuai prose-
yang nampak atau dapat diobservasi.
dur secara hati-hati. Selain itu, pende-
selain itu, perilaku yang diinginkan pada
katan terapi keluarga ini langsung me-
akhir proses terapi merupakan perilaku
nangani masalah-masalah yang ada di
yang dapat berubah dalam konteks yang
keluarga, yaitu fokus pada pola komu-
masuk akal atau perilaku yang masih
nikasi keluarga yang digunakan saat ini
dapat diperhitungkan.
dan treatment goals berasal dari masalah
Tugas yang dirancang untuk ang-
atau gejala yang ditampakkan (Winek,
gota keluarga menggunakan teknik direc-
2012).
tive oleh Haley (Kerr & Christine, 2008)
Hasil intervensi diketahui bahwa
berupa daftar check list yang bertujuan
masing-masing anggota keluarga mempu-
membuat anggota keluarga melakukan
nyai harapan pada masing-masing ang-
sesuatu yang berbeda dan merasakan
gota keluarga. Anak kedua bersedia
pengalaman yang berbeda, melibatkan
246 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
terapis dengan proses teratment ‘mening-
sebagai panutan adik dan perantara bagi
katkan hubungan dengan terapis’ yaitu
anak kedua dan ibunya yang akan
mengumpukan beberapa informasi me-
bertanggung jawab untuk mengawasi
ngenai bagaimana respon setiap anggota
berjalannya kesepakatan tersebut. Ibu
keluarga dapat diarahkan pada sesuatu
juga mengetahui pola interaksi mal-
hal yang belum pernah dilakukan se-
adaptif yang berulang di dalam keluarga,
belumnya.
yaitu pola komunikasi yang tidak efektif
Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan pada anak kedua dan ibu
dan menggantinya dengan pola interaksi alternatif.
selama empat sesi pertemuan, mengha-
Dalam kasus ini adalah ibu belajar
silkan beberapa hal, yaitu adanya keter-
bahwa memarahi ataupun membentak
bukaan antara masing-masing anggota
anak kedua tidak akan menghasailkan
keluarga dimana setiap anggota keluarga
solusi namun hanya membuat suasana
dapat mengemukakan apa yang selama
dalam keluarga semakin keruh, sehingga
ini tidak disukainya terhadap anggota
ibu harus mencari bentuk komunikasi
keluarga yang lain dan juga mengatakan
yang lebih efektif untuk berbicara dengan
keinginannya. Anak kedua juga dapat
anak kedua. Anak pertama mengerti
mengkomunikasikan perasaan kecewa-
pentingnya menjadi peran komunikasi
nya kepada ibu karena menganggap ibu
dalam menjalankan fungsinya sebagai
memperlakukannya secara tidak adil. Hal
panutan adik dan perantara bagi anak
ini karena ibu dianggap anak kedua
kedua dan ibunya.
memandang sepele terhadap usahanya untuk
mencoba
pekerjaan
juga dikarenakan kepatuhan dan ke-
menambah
aktifan keluarga dalam mengikuti seluruh
penghasilan tambahan dengan berjualan
rangkaian sesi (Kazantzis, Deane, &
online shop.
Ronan, 2000; Kernis, Brown, & Brody,
diberbagai
melamar
Berhasilnya intervensi keluarga ini
tempat
dan
Terbentuknya kesepakatan keluar-
2000). Hal tersebut menandakan kesiap-
ga mengenai apa yang diinginkan ibu
an dan kemauan keluarga untuk berubah
dan anak pertama terhadap anak kedua
(Kernis, Brown, & Brody, 2000; Burns &
dan keinginan anak kedua terhadap ibu
Spangler, 2000).
dan kakak perempuannya. Kesepakatan
Komunikasi dalam keluarga men-
ini memiliki aturan dan konsekuensi bagi
jadi
yang
anggota keluarga dapat mengemukakan
melanggar
dan
anak
pertama
lebih
baik
saat
masing-masing
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 247
Dini Fidyanti Devi
ketidaksukaan dan keinginannya kepada
sebatas kembali mewawancarai anggota
anggota keluarga yang lain kemudian
keluarga dan guru-guru di sekolah anak
mencari solusi bersama. Keterbukaan
untuk memeriksa kebenaran informasi.
dalam keluarga sangat berperan dalam SIMPULAN DAN SARAN
pengembangan sosial dan keterampilan koping pada remaja (Horigan, SuarezMorales,
Robbins,
Zarate,
Mayorga,
Simpulan
Mitrani, & Szapocznik, 2005).
Berdasarkan hasil asesmen diketa-
Keluarga yang berfungsi dengan
hui bahwa permasalahan dalam keluarga
baik memiliki tipe komunikasi yang
ini karena perubahan tahap kehidupan
terbuka (Szapocznik, Hervis, & Scwartz,
dan function of system sehingga komu-
2003). Mengikutsertakan anak dalam
nikasi antara anggota keluarga tidak ter-
membuat kesepakatan ataupun peraturan
jalin dengan baik. Intevensi yang diterap-
dalam rumah beserta konsekuensinya
kan berupa strategic family therapy ber-
membuat anak merasa dilibatkan dan
tujuan untuk menghasilkan komunikasi
dianggap
antar anggota keluarga menjadi lebih
dalam
keluarga
sehingga
kecenderungan anak untuk berperilaku
terbuka
kooperatif terhadap peraturan tersebut
masing. Anggota keluarga mampu mem-
semakin besar (Jose´ Szapocznik, Joan, &
bentuk perilaku baru yang telah di-
Hendricks, 2012).
sepakati.
tentang
kebutuhan
masing-
Walaupun begitu, efektivitas dari strategic family therapy akan lebih op-
Saran
timal jika seluruh anggota keluarga dapat
Saran yang diberikan kepada ma-
hadir untuk mengikuti sesi (Center for
sing-masing anggota keluarga adalah ang-
Substance Abuse Treatment, 2004). Hal
gota keluarga dapat mengaplikasikan tu-
ini dikarenakan dalam prosesnya masing-
gas-tugas rumah dan saling memberikan
masing anggota keluarga harus saling
dukungan sosial antar anggota keluarga.
bekerja sama dengan saling memahami, DAFTAR PUSTAKA
fleksibel dan menyesuaikan diri. Selain itu
juga,
tidak
adanya
pengukuran
kuantitatif dengan skala atau kuisioner menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Follow up dalam pene-litian ini hanya
Burns, D. D., & Spangler, D. L. (2000). Does psychotherapy homework lead to improvements in depres-
248 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
Mengatasi Masalah Komunikasi dalam Keluarga Melalui Strategic Family Therapy
sion in cognitive behavioral therapy or does improvement lead to increases homework compliance. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 68, 46-56. Carr, A. (2006). The effectiveness of family therapy and systematic interventions for child-focused problems. Journal of Family Therapy. 31, 3-45. Center for Substance Abuse Treatment. (2004). Substance abuse treatment and family therapy. Rockville: Substance Abuse and Mental Health Service Administration Goldenberg, I. (2008). Family therapy (an overview, seventh edition). USA: Thomson Brooks/Cole. Horigan, V. E., Suarez-Morales, L., Robbins, M. S., Zarate, M., Mayorga, C.C., Mitrani, V. B., & Szapocznik, J. (2005). Brief strategic family therapy for adolescents with behavior problems. In J. L. Lebow (Ed). Handbook of Clinical Family Therapy. New York: John Wiley & Sons, Inc. Jose´ Szapocznik, S,J.S., Joan A. M., and Hendricks, B. (2012). Strategic Family Therapy: An Intervention to Reduce Adolescent RiskBehavior. Miami: American Psychological Association. Couple and Family
Psychology: Research and Practice. 1 (2), 134–145. Kazantzis, N., Deane, F. P., & Ronan, K. R. (2006). Can between session activities considered a common factor in psychotherapy? Journal of Psychotherapy Integration. 16(2), 115-127. Kernis, M. H., Brown, A. C., & Brody, G. H. (2000). Fragile self esteem in children and its associations with perceived patterns of parent-child communication. Journal of Personality. 68, 225 – 252 Kerr, C., Hoshino, J., Sutherland, J., Parashak, S.T., & McCarley, L.L. (2008). Family art therapy: Foundation of theory and practice. New York : Routledge (Taylor & Drancis Group). McKniff, J., & Jack, W. (2002). Action research: Principles and practice. London: Routledge Falmer. Olson, R.B. (2007). Strategic Family Therapy for Dysfunctional Parents. Academic Forum. Szapocznik, J., Hervis, O. E., & Scwartz, S. (2003). Strategic family therapy for adolescent drug abuse. NIDA Therapy Manuals for Drug Addiction. Rockville: National Institute on Drug Abuse.
Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016
| 249