STRATEGI BERTAHAN WANITA KELUARGA MISKIN DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI (Studi Analisis Wanita Penjual Kacang Di Area Taman Kota “ARLAN” Kabupaten Pamekasan-Jawa Timur) Yudisya Fatihatun Fitriani Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura Email :
[email protected]
Abstract Objectives to be achieved by this study is to describe (1) Strategy poor women survive in Pamekasan in the face of economic problems (2) Distribution of family income in a woman selling beans in a city park area "Arlan" Pamekasan (3) The intensity of family female labor poor peanut vendors at a city park area "Arlan" Pamekasan (4) The pattern of decision-making in women of poor families in Pamekasan peanut vendors. The results showed that (1) survival strategies used by women of poor families in the face of economic turmoil in the problem is to reduce the amount and quality of food as well as involving family members (children) to find additional income (in the sense of the work they do is usually relegated to the their children) (2) Distribution of income woman selling beans are mostly used for the needs of the children and meet the daily needs (3) the majority of women working for the peanut vendors of public affairs for 5 to 8 hours a day (4) the pattern of decision-making the family made democratically, by husband and wife involved in decision making. Keywords: Strategy survive, women and poor families ekinomi problems. PENDAHULUAN Masalah ekonomi selalu dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan ini. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan di daerah menjadi pemicu masalah ekonomi, yang mengakibatkan jutaan
pengangguran dan menimbulkan peledakan kemiskinan absolut secara massal. Minimnya skill dan rendahnya modal juga menjadi salah satu faktor yang selalu menjadi momok yang menakutkan Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 1
dalam kehidupan di daerah. Oleh karena itu jumlah penduduk miskin lebih banyak ada di pedesaan di bandingkan diperkotaan. Krisis ekonomi tahun 1998 memberikan hantaman yang besar terhadap perekonomian nasional yang merusak sendi-sendi fundamental ekonomi, yang mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan masyarakat yang naik menjadi 49,50 juta atau sekitar 24,23% dari jumlah penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan (TNP2K,2014). Bahkan menurut (BPS,2013) menyatakan inflasi yang melampaui perkiraan mencapai 8,38% tahun 2013 menyebabkan angka kemiskinan meningkat. Kepala BPS, Suryamin mengatakan sejak maret 2013 inflasi terus terjadi karena harga komoditas naik menyusuli kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada juni. Kondisi tersebut menyebabkan angka kemiskinan meningkat, BPS mencatat angka kemiskinan meningkat terbesar di pulau Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Maluku, Papua serta Kalimantan. Dari aspek ketenagakerjaan telah tercipta 20-an juta pengangguran baru sebagai korban
PHK (News Week,1/2/1999),data lainnya menyatakan bahwa jika mempertimbangkan pencari kerja baru dan pengangguran kritis yang bekerja kurang dari 15 jam perminggu maka total pengangguran adalah 31-an juta jiwa (Kompas,7/11/1998). Dengan demikian jumlah orang miskin absolut secara nasional sebagai akibat krisis ekonomi adalah 79,40 juta dari seluruh produk indonesia hidup dibawah garis kemiskinan (susenas BPS, 1998). Bahkan menurut data dari International Labour Organization (ILO) pada tahun 1999 diperkirakan hampir 2 (dua) dari 3 (tiga) orang indonesia akan hidup dibawah garis kemiskinan,dari jumlah itu 53% dipedesaan,dan 39% diperkotaan (Kompas,14/10/1999). Karenanya, jumlah penduduk miskin (sebagai akibat dari krisis ekonomi) lebih banyak ada dipedesaan dibandingkan diperkotaan. Dalam rangka mengatasi kemiskinan akibat dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan pemerintah memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi, mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 2
serta penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen pemerintah pusat maupun daerah, termasuk di dalamnya pemberdayaan bagi kelompok wanita kelas bawah di pedesaan. K.H.Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah menjelaskan “bahwa tidak masuk akal apabila isu politik tak berkaitan dengan isu wanita”. Artinya, berbagai pendekatan paradigma pembangunan yang mendeposisik-an dan mengkonstruksikan peran wanita dalam posisi marginal (selama yang terjadi selama era orde baru) akan semakin tidak memperoleh tempat arus reformasi (Kompas, 12/1/1999). Dengan kata lain, isu wanita secara integral berkaitan dengan tatanan kehidupan negara dan bangsa. Wanita Indonesia terutama di daerah sebagai sumberdaya manusia cukup nyata berpartisipasi dalam memenuhi fungsi ekonomi keluarga dan rumah tangga bersama pria (Sajoyo,1984). Wanita di daerah pedesaan khususnya yang berprofesi sebagai penjual kacang umumnya berfungsi multidimensi,yakni sebagai ibu rumah tangga, tenaga kerja, anggota masyarakat.
Sejalan dengan pembangunan nasional secara keseluruhan, terdapat kecenderungan meningkatnya wanita dalam berperan ikut mencari nafkah bagi keluarga.dari berbagai kajian empiris yang memusatkan perhatian pada studi curahan kerja pria dan wanita, ternyata wanita juga turut berperan di berbagai bidang seperti perdagangan,pertanian,peternakan, kerajinan dan bahkan bidang industri. Dalam prespektif ideologi pembangunan, kedudukan wanita pedesaan sebagaimana digambarkan diatas mendudukkan posisi wanita sebagai sumberdaya manusia dalam pembangunan, yang aktualisasinya terjadi dalam berbagai sektor pembangunan yang memberikan kontribusi secara ekonomis (Caraway,1998). Untuk menghadapi deraan masalah ekonomi keluargakeluarga miskin di pedesaan harus memutar otak untuk dapat mencukupi kebutuhan minimal ekonomi keluarga yang mengharuskan mereka bekerja jauh lebih keras dan lebih lama,serta menekan kualitas konsumsi kesehariannya agar bisa bertahan hidup di tengah deraan permasalahan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kaum Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 3
wanita kelas bawah yang hidup dalam garis kemiskinan di daerah yang berprofesi sebagai penjual kacang ada tuntutan aktualisasi fungsi,baik sebagai ibu rumah tangga maupun pendukung ekonomi keluarga (sektor publik) menyebabkan mereka harus menciptakan strategi bertahan agar tetap hidup dalam balutan polemik ekonomi yang dihadapi. Fenomena maraknya wanita pengemis baru di perkotaan yang sebelumnya banyak yang berprofesi sebagai buruh tani di pedesaan mencerminkan bagaimana strategi bertahan hidup itu di aktualisasikan (Kompas, 12/1/1999). Penelitian yang dilakukan oleh Jellinek dan Rusmanto (kompas, 10/2/1999) yang berjudul Survival Strategis Of The Javanese During The Economic Crisis menunjukkan adanya perilaku yang bervariatif masyarakat desa dalam menghadapi krisis ekonomi. Perilaku tersebut ada yang bersifat proaktif seperti meningkatkan volume perdagangan burung berikut sangkarnya. Dilihat dari implikasi peranan yang ditimbulkan, dampak pembangunan bagi wanita dapat dilihat dalam pendekatan sebagai berikut: Pertama,kaum wanita harus dilihat sebagai golongan
yang dihadapkan pada persoalan gender. Kedua, tidak ada ukuran yang obyektif dan sebenarnya sulit sekali untuk menentukan apakah perempuan akan berdampak pada masalah lain yang dialami perempuan,misalnya kekerasan, pelecehan seksual, dan seksisme (Caraway,1998). Dalam kaitannya dengan pembangunan,ada tiga peranan yang ditonjolkan wanita dalam pembangunan,yaitu wanita sebagai sumberdaya manusia dalam pembangunan, wanita sebagai pembina keluarga, dan wanita sebagai pelaku pembangunan. Yang pertama, wanita sebagai sumberdaya manusia,menggaris bawahi peranan wanita di bidang ekonomi dan kedua sebagai ibu (pembina keluarga). Yang ketiga, wanita sebagai pelaku pembangunan, tercantum hal-hal yang nonekonomi yang berkaitan dengan pembangunan, umumnya melestarikan nilai-nilai pancasila (Caraway,1998). Bidang studi tentang curahan kerja wanita menunjukkan bahwa wanita seringkali menghabiskan jam kerja serta meluangkan waktu lebih banyak dari pada laki-laki, tetapi hal itu tidak diikuti dengan perbaikan penghargaan kepada kaum wanita (Wahyuningsih,1995). Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 4
Boomgaarad (1990) dalam analisis historisnya menunjukkan bahwa ekonomi pedesaan sudah sejak lama terdiri atas produksi pertanian dan nonpertanian. Ditambahkannya bahwa bagi kelompok petani kecil atau petani yang tidak punya tananh terlibat dalam kegiatan nonpertanian sebagai strategi kelangsungan hidup untuk mengganti pendapatan yang kecil yang berasal dari pertanian atau sebagai jembatan pada waktu sedang tidak ada kegiatan pertanian. Dari berbagai penemuan diatas maka dapat ditarik benang merah bahwa bias gender mewarnai pandangan pada penilaian partisipasi wanita dalam kegiatan perekonomian keluarga.Sebagaimana dinyatakan oeh heycer (1985), walaupun wanita sudah bekerja cukup keras,partisipasi yang tinggi tersebut tidak nampak bahkan hilang. Tidak nampaknya partisipasi kerja wanita ini disebabkan oleh nilai dan norma yang berbias gender. Betapa menderitanya sosok wanita dalam menghadapi permasalahan ekonomi terkait dengan bias gender tersebut. Akibat telah meluas dan kuatnya ideologi dominan diatas menyebabkan usaha implementasi
isu gender di tengah masyarakat indonesia menjadi tak sepenuhnya berjalan mulus, terutama karena kuatnya faktor sosial budaya yang terlanjur memberi posisi tradisional atas peran wanita untuk itu usaha mengangkat isu gender dimasyarakat lebih efektif bila dilakukan melalui kegiatan sosial yang nyata dan berdimensi ekonomis dalam bentuk peningkatan pendapatan (kompas,2/7/1997). Atas dasar latar belakang diatas maka diajukan permasalahan penelitian sebagai berikut : (1) Bagaimana strategi bertahan wanita penjual kacang dalam keluarga miskin yang berasal dari kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan dalam menghadapi masalah ekonomi? (2) Bagaimana pola distribusi pendapatan dalam keluarga wanita penjual kacang di area “Taman Kota” Kabupaten Pamekasan? Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah ingin mengetahui (1) Strategi bertahan wanita keluarga miskin di Kabupaten pamekasan dalam menghadapi masalah ekonomi; (2) Distribusi pendapatan dalam keluarga wanita penjual kacang Kabupaten Pamekasan; (3) Curahan kerja wanita penjual kacang di Kabupaten Pamekasan; Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 5
(4) Pola pengambilan keputusan dalam keluarga wanita penjual kacang Kabupaten Pamekasan. METODE PENELITIAN Tempat penelitian merupakan lokasi yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan obyek penelitian. Penelitian ini mengambil lokasi di area taman kota ”Are’ Lancor” Kabupaten Pamekasan, dimana pusat kota tersebut adalah wilayah yang digunakan oleh para wanita-wanita penjual kacang dalam menjajakan dagangannya. Para penjual kacang tersebut menjual berbagai jenis kacang baik kering maupun basah, ada juga kacang yang berbalut gula merah dimana harganya sangat relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan. Konsumen yang membeli dagangan tersebut dari semua kalangan mulai dari anak-
STRATEGI BERTAHAN WANITA PENJUAL
anak,remaja, dan orang tua. Wilayah “Arlan” merupakan tempat berkumpulnya aktifitas dari berbagai kalangan mulai dari anakanak yang melakukan aktifitas bermain, remaja berkumpul untuk download berbagai situs karena taman kota ini dilengkapi dengan sarana Wifi, serta para orang tua yang sedang mengawasi putraputri mereka bermain yang hal ini tidak di sia-siakan oleh para penjual kacang untuk melakukan aktivitas menjajakan dagangan mereka. Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel yakni strategi bertahan wanita miskin,selanjutnya variabel ini dideskripsikan dalam sub-sub variabel. Pola hubungan variabel yang terjadi adalah bersifat asimetris,jika digambarkan akan menghasilkan pola sebagai berikut:
1. Upaya-upaya yang dilakukan 2. Pola distribusi pendapatan 3. Curahan kerja 4. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 6
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Moore (1983) mengemukakan bahwa tujuan penelitian survei adalah untuk mengumpulkan informasi, mendeskripsikan fenomena yang muncul dari pernyataan tentang persepsi sikap atau individu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan pendekatan rasional. Pendekatan rasional digunakan untuk melihat hakekat dari fenomena yang terjadi baik dari sudut pandang si pelaku (emic) maupun dari sudut pandang peneliti (etic). Proses pengumpulan data menurut Yin (1996),terdapat pokok-pokok keterampilan yang harus dipenuhi sehubungan dengan proses pengumpulan data.Dalam penelitian dengan pendekatan alternatif (pendekatan kualitatif) terdapat beberapa keterampilan yang harus diperhatikan dalam hal pengumpulan data,yaitu : a) Seorang peneliti harus mampu mengajukan pertanyaanpertanyaan yang baik dan menginterpretasikan jawabannya. b) Seorang peneliti harus menjadi pendengar yang baik dan tidak terperangkap oleh ideologi dan prokonsepsinya sendiri.
c)
Seorang peneliti harus mampu menyesuaikan diri dan fleksibel. d) Seorang peneliti harus mempunyai daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang akan diteliti. e) Seorang peneliti tidak boleh bias terhadap anggapananggapan yang sudah ada sebelumnya. Lebih lanjut Yin (1996:61) juga mengatakan terdapat tiga prinsip dalam pengumpulan data yaitu: a. Menggunakan multi sumber bukti b. Menciptakan data dasar studi kasus c. Memelihara rangkaian bukti Proses pengumpulan data bergerak dari lapangan empiris dalam upaya membangun teori. Proses pengumpulan data ini meliputi tahap-tahap berikut : a. Proses memasuki lokasi penelitian b. Ketika berada di lokasi c. Pengumpulan data Starus dan Cobin (1997:61),menjelaskan bahwa proses analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi tahaptahap sebagai berikut : a. Open coding, meliputi proses pengungkapan, memerinci, membandingkan, Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 7
mengkonseptualisasikan, dan mengkategorisasikan data. Hasil-hasilnya ditekankan pada labelisasi konsep dan kategorisasi data yang diperoleh serta mengembangkan kategori berdasarkan properties dan dimensi yang relevan dengan focus masalah penelitian. b. Axial coding, dalam tahap ini kategori-kategori yang sudah relevan dengan focus tersusun dalam tahap open coding diorganisasikan sesuai dengan label kerangka model paradigm grounded theory. c. Selective coding, dalam tahap ini dilakukan proses memeriksa adanya kategori ini berkaitan dengan kategori lainnya. Kategori ini ditemukan melalui perbandingan hubungan antara kategori dengan menggunakan paradigm. Kemudian memeriksa hubungan kategori dan akhirnya menghasilkan general design. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dapat diketahui bahwa strategi yang pertama, digunakan oleh wanita keluarga miskin menghadapi keterpurukan
ekonomi akibat krisis ekonomi berturut-turut adalah : mengurangi jumlah dan kualitas menu seharihari, meningkatkan jam kerja untuk memperoleh penghasilan tambahan dan yang terakhir adalah melibatkan anggota keluarga (khususnya anak-anak) untuk mencari tambahan penghasilan. Dari keseluruhan strategi diatas bahwa aspek yang kedua yang meningkatkan jam kerja merupakan strategi produktif yang dilakukan oleh wanita keluarga miskin selaku penjual kacang di area “Arlan”. Oleh karena itu aktifitas para wanita keluarga miskin cenderung lebih banyak bekerja diluar rumah dari pada berada di rumah. Hal ini mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, agar anakanak mereka tidak merasa kekurangan sesuatu apapun. Begitu gigihnya para wanita penjual kacang yang lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah untuk bekerja, daripada mengurus rumah tangga. Dari hasil wawancara mereka mengungkapkan hasil kerja mereka cukup membantu perekonomian dalam keluarga. Dengan meningkatkan jumlah jam kerja, mereka mampu memenuhi kebutuhan anak-anak mereka walau jauh dari kata mewah.Aspek ketiga dari strategi Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 8
pertama menyatakan bahwa, dalam memperoleh penghasilan para wanita penjual kacang terkadang melibatkan anggota keluarga dalam hal ini anak-anak mereka untuk mencari tambahan penghasilan dengan usaha yang serupa dengan yang mereka lakukan (menganut sistem garis keturunan). Strategi kedua, Curahan kerja wanita keluarga miskin untuk bekerja di sektor publik sebagai upaya untuk meningkatkan perolehan pendapatan keluarga adalah antara 5-8 jam sehari.hal tersebut mereka mulai dari pukul 06.00 pagi-13.00 siang, sebagian ada yang mulai dari jam 13.00 siang-21.00 malam. walau intensitas para wanita lebih banyak di sektor publik daripada di rumah tapi mereka tetap menjalankan kodratnya sebagai seorang ibu dari anak-anak mereka serta sebagai seorang istri dalam keluarga. Tanggungjawab terhadap keluarga mereka jalankan sesuai dengan porsinya masing-masing.meskipun Jam kerja di sektor publik lebih banyak di bandingkan mengurus rumah tangga tidak menjadi beban di dalam keluarga,hal tersebut akan menjadikan sebuah keluarga kecil menjadi rukun karena polemik ekonomi kurang lebih
sudah mendapatkan sebuah solusi yang tepat. Strategi ketiga, yang dijadikan permasalahan dalam penelitian ini adalah pengambilan keputusan dalam keluarga, khususnya dalam pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan pengolahan ekonomi keluarga.Untuk mengetahui siapakah pemegang otoritas dalam pengolahan ekonomi keluarga maka penulis menyimpulkan dari hasil wawancara yang diperoleh dari sejumlah wanita penjual kacang di wilayah “Arlan”.Dalam pengambilan keputusan mereka tidak pernah mengedepankan ego masing-masing,akan tetapi lebih ke arah kekeluargaan. Dapat diketahui bahwa mekanisme pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pengelolaan ekonomi keluarga mengedepankan asas kebersamaan secara musyawarah untuk mendapatkan kata mufakat. Hal tersebut mereka lakukan ketika mereka telah berkumpul bersama keluarga pasca kegiatan di sektor publik selesai. Tak jarang pengambilan keputusan mereka lakukan di saat makan bersama keluarga sambil mencicipi hasil jerih payah yang didapat dari hasil menjual kacang. Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 9
Strategi keempat, terkait dengan distribusi pendapatan dalam keluarga dapat disimpulkan prioritas penggunaan pendapatan keluarga adalah anak-anak (untuk keperluan sekolah dan uang saku), kemudian secara berturut-turut adalah untuk kepentingan anggota keluarga (pemenuhan kebutuhan sehari-hari), dan terakhir untuk kepentingan suami dan istri. Mereka hidup dalam lingkup yang sangat sederhana dan jauh dari kemewahan,tak jarang kebutuhan pokok sangat minim mereka rasakan.Menurut mereka, bisa merasakan sesuap nasi sudah merupakan keberuntungan terbesar daripada sebuah kemewahan yang bisa mencekik kehidupan mereka. Oleh karena itu para wanita penjual kacang bekerja sekuat tenaga hanya untuk memperoleh pendapatan agar bisa terdistribusi dengan baik untuk keperluan keluarga kecil mereka. PEMBAHASAN Salim (1994) mengemukakan ciri-ciri kemiskinan sebagai berikut: Pertama, mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang memadai untuk mereka bercocok tanam, Modal (Capital) ataupun keterampilan (skill). Faktor produksi yang dipunyai
sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas. Kedua, mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan tidak cukup untuk memperoleh kredit perbankan,seperti adanya jaminan kredit dan lain-lain, sehingga mereka membutuhkan modal terpaksa harus lari kepada “lintah darat” yang biasanya menuntut syarat pelunasan yang ketat dan bunga tinggi. Ketiga, tingkat pendidikan mereka yang rendah, tak sampai tamat sekolah dasar dan tidak memiliki keterampilan. Waktu mereka habis untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar. Begitu juga anak-anak mereka tidak menyelesaikan sekolah karena harus membantu orang tua mereka untuk mencari tambahan penghasilan atau menjaga adikadik di rumah, sehingga secara turun-temurun terjerat keterbelakangan di bawah garis kemiskinan. Keempat, kebanyakan mereka tinggal dipedesaan. Banyak di antara mereka tidak memiliki faktor produksi yang memadai seperti: tanah (kalaupun ada kecil sekali dan hasilnya tidak bisa di jadikan sandaran hidup). Umumnya mereka menjadi buruh Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 10
tani atau penjual kacang serta kegiatan lain di luar pertanian. Sementara itu berger (1992) dan jazir, dkk (1992) menyatakan bahwa kemiskinan di negara berkembang merupakan fenomena pedesaan. Laporan Bank Dunia tahun 1990 menyatakan bahwa penduduk miskin dinegara sedang berkembang (data thn 1998) berjumlah 1,11 juta jiwa atau kurang lebih sepertiga jumlah penduduk dunia (Dillon dan Hermanto,1993). Akibat kemiskinan ini menghasilkan suatu subkultur kemiskinan dengan ciriciri tertentu (Astrid,1994), seperti kondisi masyarakat yang mengalami ketakberdayaan, kerentaan, kelemahan fisik, dan kebodohan (Chambera,1988). Kondisi kemiskinan yang dialami masyarakat pedesaan diperparah oleh terjadinya gejolak krisis ekonomi nasional yang mengakibatkan kondisi keterpurukan yang lebih mendalam. Berbagai program yang ditawarkan oleh pemerintah seperti program jaring Pengamanan Sosial (JPS) serta program-program lainnya yang dirasakan belum banyak membantu masyarakat. Untuk itu seharusnya pemerintah harus meningkatkan program-program yang telah direncanakan secara matang dan mengawasi terhadap
adanya penyelewengan oleh oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab. Oleh karena itu yang perlu ditumbuhkan adalah inisiatif dan prakarsa masyarakat yang ditunjang oleh program pemerintah yang berorientasi pada pemberdayaan. Dalam kondisi kemiskinan salah satu kelompok masyarakat yang paling menderita adalah perempuan. Tidak jarang berbagai program pemberdayaan yang ditawarkan oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan di pedesaan tidak atau kurang berwawasan jender, kalaupun ada belum dapat terrealisasi dengan baik (keterbatasan skill dan peralatan yang kurang memadai) atau karena letak desa yang belum terjamah oleh intervensi dari pemerintah. Untuk itu perlu kiranya analisis dan perspektif jender menjadi satu pertimbangan bagi pemerintah dalam meluncurkan program pemberdayaan masyarakat. KESIMPULAN Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan di pedesaan antara lain: rendahnya pendidikan, minimnya keterampilan (Skill) yang dimiliki individu sehingga sulit untuk bersaing dalam perebutan kesempatan kerja, minimalnya modal yang dimiliki Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 11
sehingga mempengaruhi kemampuan berproduksi masyarakat dan akhirnya mengakibatkan rendahnya pendapatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, pola berfikir masyarakat desa juga menjadi salah satu faktor penyebabnya terkait analisis jender yang sering di gembar-gemborkan oleh hal layak ramai,keterbatasan kepemilikan tanah sehingga mereka hanya bisa menjadi buruh tani pada orang lain juga menjadi syarat dari faktor kemiskinan. Jika kita mampu mengkaji kembali terkait sosok perempuan yang dianggap lemah dan memiliki kekurangan dari pada kaum pria terkadang banyak yang menganggap remeh. Perlu kita ketahui dalam kondisi masyarakat yang dilanda kemiskinan maka salah satu kelompok masyarakat yang paling menderita adalah kaum perempuan. Sosok perempuan selain menjadi ibu rumah tangga mereka juga berperan multi dimensi, bahkan tidak sedikit dari mereka menjadi penopang ekonomi keluarga. Aktivitas di sektor publik lebih banyak didominasi oleh kaum wanita,akan tetapi ketidak beruntungan selalu tertuju kepada kaum wanita terkait dengan bias “jender”.
Kelemahan dari sosok wanita seakan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, ketidakadilan dan perbedaan selalu terjadi di sektor publik terhadap kaum wanita. Oleh karenanya tidak sedikit para wanita yang mendapatkan pelecehan di sektor publik yang hal ini perlu di cari solusi terbaik,agar mereka mampu menjalankan kehidupan dalam balutan polemik ekonomi yang sedang di hadapi seperti saat ini. Strategi bertahan yang digunakan oleh wanita keluarga miskin untuk mengatasi keterpurukan ekonomi secara berturut-turut adalah: meningkatkan tambahan penghasilan, meningkatkan jam kerja diluar rumah, serta mengurangi biaya konsumsi sehari-hari. Jika diamati peningkatan jam kerja di sektor publik (penjual kacang) menunjukkan adanya pendekatan produktif dalam rangka mengatasi kemiskinan. Walaupun dilanda kemiskinan namun dalam kehidupan keluarga pengambilan keputusan dalam pengelolaan ekonomi keluarga dilaksanakan secara bersama antara suami dan istri. Hal ini diikuti dengan pola distribusi pendapatan dalam keluarga yang lebih Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 12
memprioritaskan kebutuhan anakanak daripada suami dan istri. SARAN Untuk mengatasi kemiskinan masyarakat pedesaan perlu adanya intervensi oleh pemerintah melalui pencetusan atau peluncuran program pemberdayaan masyarakat, agar mereka mampu hidup lebih mandiri dan memiliki prospek ke depan yang lebih baik dari sekarang. Namun demikian, perlu adanya pendekatan kerakyatan dalam meluncurkan program-program tersebut agar dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat. Dimana kita tahu dan bukan menjadi rahasia publik bahwasannya banyak programprogram pemerintah yang masih banyak belum terealisasi dengan
baik,hal tersebut dikarenakan oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab terhadap wewenang yang di embannya. Mengingat kaum perempuan merupakan kelompok masyarakat yang paling menderita apabila masyarakat terjerumus dalam keterpurukan ekonomi,maka perlu adanya perspektif dan analisis jender dalam peluncuran program-program pengentasan kemiskinan oleh pemerintah. Sudah sepantasnya pemerintah memperbaiki kondisi yang sedang terjadi dengan melakukan pengendalian terhadap programprogram yang telah direncanakan serta dilaksanakan agar tidak terjadi penyelewengan yang dapat memberikan dampak buruk bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Caraway,L.T. (1998). Perempuan dan Pembangunan. Jurnal Perempuan No.5.November Januari 1998.
Consequenses”. Economic Development and Cultural Change,vol.44 no.1 october 1995.
Chambers,R.(1985). Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. Jakarta: LP3ES
Jellaninek, Lea dan Rusmanto, Bambang.(1999).Strategi Bertahan Orang Jawa Selama Krisis Ekonomi.Kompas,10/2/1999.
Jasairy,I.,et.all.1992.”Teh State Of World Rural Proverty: An Inqury into Its Causes and
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 13
Kompas,8/10/1998. Tak Mudah Memberdayakan Masyarakat Tersisih. Kompas,7/11/1998. Masalah Tenaga Kerja Indonesia : Bom Waktu Yang Siap Meledak. Kompas,28/12/1998. Program JPS : Status Quo,Money Politics,Atau Keselamatan Ekonomi. Kompas,12/1/1999.Keliru, Isu Politik Tak Berkaitan dengan Isu Perempuan. Newsweek, February 1, 1999. Jobless in java,Booming in Bali? Sayogya, P.(1984). Wanita dan Kerja.Hasil Penelitian di Pedesaan Di Jawa Dan Beberapa Desa Di Luar Jawa. Siswanto.(1998). Membangun Komoditas Mengatasi Krisis. Kompas, 14/10/1998. Straus, A dan J.Cobin,1997, Basic of Qualitative research, Newbury Park,Sage Publication
Wahyuningsih,S. 1995. Pola Kerja,Pengambilan Keputusan dan Penikmatan Hasil Kerja di Sektor Pertanian (Suatu Studi Analisis Jender). White,B & E,Hastuti. (1980). ”Subordinasi Tersembunyi ; Pengaruh Pria dan Wanita Dalam Kegiatan Rumah Tangga dan Masyarakat di Dua Desa di Jawa Barat”,Proyek Penelitian Ekonomi Rumah Tangga di Pedesaan dan Peranan Wanita.Studi Dinamika Pedesaan/Survey AgroEkonomi dan Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan Institut Pertanian Bogor. Yin, Robert, Prof DR, 1996, Studi Kasus, Desain dan Methode, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta News. Liputan 6.com, 72.JutaOrang-Indonesia-Statusnya Pengangguran
Stoller,A.(1998).Class Structure and Female Autonomy,Women & National Development Chicago : Chicago University Press. Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 14
Volume 2 No. 01 Juli 2014 | 15